PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE SCRIPT TERHADAP HASIL BELAJAR GEOGRAFI
Aprilya Hestyana1), Marhadi S. K.2), Purwanto3) Universitas Negeri Malang
ABSTRAK: Cooperative Script merupakan model pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP) 2004 karena seluruh siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi kelas XI SMA. Penelitian ini dirancang menggunakan penelitian eksperimen semu dengan subjek penelitian kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen dan XI IPS 4 sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian berupa tes untuk prates dan pascates. Teknik analisis yang digunakan adalah uji t dengan uji statistik Independent Samples t-Test yang dapat diselesaikan dengan bantuan SPSS 17.00 for Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi. Hal ini dapat dilihatdari ratarata perolehan hasil belajar siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran Cooperative Script yaitu 25,07 lebih tinggi daripada dengan model konvensioal yaitu 21,5. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA Panjura Malang. Sehingga pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script lebih efektif terhadap hasil belajar dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang biasa digunakan oleh guru mata pelajaran geografi. Kata kunci: model pembelajaran cooperative script, hasil belajar.
Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Dalam kegiatan pembelajaran guru mempunyai peran penting. Guru sebagai pemegang kunci dalam kegiatan pembelajaran sangat menetukan proses keberhasilan siswa. Guru hendaknya menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif yakni mampu memahami karakteristik siswa, memanfaatkan media dan sumber belajar dengan baik, dan melihat model pembelajaran yang tepat. Perubahan paradigma pembelajaran dari Kurikulum 2004 menjadi KTSP adalah pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered) beralih berpusat pada peserta didik (student centered). Namun metode yang digunakan oleh guru pada kegitaan pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu ceramah,
1)
Aprilya Hestyana adalah mahasiswa Program Studi S1 Pendidikan Geografi Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang angkatan 2009; 2) Drs. Marhadi Slamet Kistiyanto, M.Si dan 3) Purwanto, S.Pd, M.Si adalah dosen Jurusan Geografi Universitas Negeri Malang.
tanya jawab, pemberian tugas dan kerja kelompok disertai presentasi. Hal ini kurang sesuai dengan KTSP yang menganjurkan adanya variasi model dalam pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan adanya kerjasama antar siwa dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran kooperatif sangat berkaitan dengan konsepkonsep yang rumit dan strategi kognitif, serta bersifat analisis sintesisi yang mengacu pada pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif juga dapat memberikan dukungan bagi peserta didik saling tukar menukar ide, memecahkan masalah, berfikir alternatif, dan meningkatkan kecakapan berbahasa (Lawrence dalam Arnyana, 2004). Salah satu model pembelajaran kooperatif yang sampai saat ini belum banyak dikembangkan adalah model Cooperative Script. Model pembelajaran Cooperative Script merupakan model pembelajaran yang mengatur interaksi peserta didik seperti ilustrasi kehidupan sosial peserta didik dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas (Slavin, 1994). Menurut Dansereau (dalam Slavin, 2005:40) dalam model pembelajaran Cooperative Script, peserta didik tersebut berperan sebagai pembaca dan pendengar. Mereka membaca satu bagian teks, kemudian pembaca merangkum informasinya sementara pendengar mengoreksi kesalahan, mengisi materi yang hilang, dan memikirkan cara bagaimana kedua peserta didik dapat mengingat gagasan utamanya. Pada bagian berikutnya para peserta didik bertukar peran. Sedangkan Jacobs (1996) menyebut bahwa model pembelajaran Cooperative Script sebagai “MURDER Script” (Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review). (1) Mood merupakan tahap kesepakatan untuk menentukan aturan yang digunakan dalam berkolaborasi, misalnya memberikan isyarat jika terjadi kesalahan dalam menyampaikan ide-ide pokok seperti menepuk bahu atau dengan isyarat suara atau dengan yang lainnya, (2) Understand merupakan tahap membaca untuk memahami isi teks dalam waktu tertentu, (3) Recall merupakan tahap membuat ringkasan ide-ide pokok dari materi dan selanjutnya menyampaikan kepada pasangannya, (4) Detect merupakan tahap menemukan kesalahan dari ringkasan penyampaian
pasangannya, (5) Elaborate merupakan tahap menguraikan hasil ringkasan materi kepada pasangannya, (6) Review merupakan tahap kedua pasangan mencari ideide pokok materi. Model pembelajaran Cooperative Script digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. Siswa mendapat kesempatan mempelajari bagian lain dari materi yang tidak dipelajarinya. Pemanfaatan model pembelajaran Cooperative Script diharapkan dapat meningkatkan keefektifan pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini bahwa materi yang terlalu luas cakupannya dapat dibagikan kepada peserta didik untuk mempelajarinya melalui kegiatan diskusi, membuat rangkuman, menganalisis materi baik yang berupa konsep maupun aplikasinya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Menurut Hamadi (2009) kelebiham model pembelajaran Cooperative Script adalah: 1) melatih pendengaran, ketelitian, dan kecermatan, 2) setiap peserta didik mendapat peran, dan 3) melatih mengungkapkan kesalahan orang lain. Berdasarkan tahapan-tahapan pembelajaran Cooperative Script, Jacobs et. Al, 1996 (dalam Latif, 2010) mengungkapkan manfaat metode pembelajaran Cooperative Script yaitu sebagai berikut: a) bekerja sama dengan orang lain bisa membantu peserta didik mengerjakan tugas-tugas yang dirasakan sulit, b) dapat membantu ingatana yang terlupakan pada teks, c) dengan mengidentifikasi ideide pokok yang ada pada materi dapat membantu ingatan dan pemahaman, d) memberikan kesempatan peserta didik membenarkan kesalahpahaman, e) membantu peserta didik menghubungkan ide-ide pokok materi dengan kehidupan nyata, f) membantu penjelasan bagian bacaan secara keseluruhan, g) memberikan kesempatan untuk mengulangi dan membantu mengingat kembali. Model pembelajaran Cooperative Script dapat melatih siswa untuk berani mengeluarkan ide-ide pokok dalam suatu kelompok, karena siswa setelah membaca dan mendiskusikan akan menganalisis artikel atau bahan bacaan tersebut, kemudian menyampaikan ide pokonnya kepada siswa sub kelompoknya. Dengan adanya kegiatan menyampaiakan ide pokok ke sesama teman, dapat melatih siswa untuk berbicara dengan orang lain, selain itu juga siswa yang
berfungsi sebagai pendengaran akan mencatat ide pokok dan membantu melengkapi ide pokok tersebut jika masih kurang lengkap. Biasanya siswa tidak berani untuk mengeluarkan pendapat kepada guru, namun hanya berani mengeluarkan argumennya kepada sesama siswa. Berdasarkan dari latar belakang itulah penelitian ini dilaksanakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi kelas XI IPS di SMA Panjura Malang.
METODE Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experimental) yang termasuk penelitian kuantitatif. Penelitian ini menggunakan dua kelompok, satu kelompok sebagai kelas eksperimen dan satu kelompok sebagai kelas kontrol. penelitian ini dilakukan di SMA Panjura Malang, kelas yang dipilih dalam penelitian ini yaitu kelas XI IPS 3 dan XI IPS 4. Untuk penentuan mana yang digunakan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara acak. Dalam penelitian ini kelas XI IPS 3 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan metode Cooperative Script dalam proses pembelajarannya, sedangkan kelas kontrol adalah kelas XI IPS 4 yang dalam proses pembelajarannya menggunakan metode ceramah (konvensional), kemudian kedua kelompok diberi soal postes untuk mengetahui kemampuan akhir peserta didik. Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi untuk memperoleh informasi tentang kondisi dalam pembelajaran geografi, jadwal pelajaran, rata-rata nilai geografi pada materi sebelumnya. Selanjutnya menentukan subjek penelitian untuk kelas kontrol dan kelas eksperimen. Langkah kedua, sebelum dilakukan tes terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian, instrumen diujicobakan terlebih dahulu untuk mengetahui kevalidan soal. Uji coba instrumen dilakukan pada kelas XII IPS. Uji coba instrumen ini meliputi uji validitas dan reliabilitas data. Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui tingkat kevalidan masing-masing
butir soal sehingga dapat ditentukan butir soal yang gagal dan diterima. Dalam penelitian ini, analisis validitas tes dilakukan dengan bantuan SPSS for Windows. Uji validitas dihitung tiap item pertanyaan. Tingkat validitas setiap item dapat dilakukan dengan membandingkan r hasil dengan r tabel. Pedoman pengambilan keputusan adalah: 1. Jika pada nilai person correlation r > rtabel dan nilai p < 0,05 (lihat pada tabel sig (2-tailled) maka soal tersebut adalah valid. 2. Jika pada nilai person correlation r > rtabel dan nilai p > 0,05 (lihat pada tabel sig (2-tailled) maka soal tersebut adalah tidak valid. Sedangkan reabilitas instrumen adalah suatu cara untuk mengetahui tingkat reliabel suatu instrumen. Menurut Stamboel (dalam Purwanto, 2005:71) tes yang reliabel adalah tes yang telitu dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Tingkat reabilitas setiap item dapat dilakukan dengan membandingkan r Alpa dengan r tabel. Jika r Alpa positif dan r Alpa > r tabel, maka butir soal tersebut reliabel dan sebaliknya. R Alpa untuk setiap butir soal dapat dilihat pada kolom cronbach’s Alpha if item deleted. Langkah ketiga, melakukan pretes pada masing-masing kelas untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik. Selanjutnya melakukan eksperimen dengan cara memisahkan kedua kelompok untuk belajar dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda. 1) Kelas eksperimen, dalam pembelajaran diberi perlakuan dengan model pembelajaran Cooperative Script dengan langkahlangkah sebagai berikut: a) kerja kelompok, dalam tahap ini peserta didik berdiskusi dan menganalisis wacana yang diberikan oleh guru berdasarkan sub kelompoknya pada masing-masing kelompok, b) menetapkan siapa yang pertama berperan menjadi pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, 3) pembicara membacakan ringkasan atau ide pokoknya selengkap mungki, sementara pendegar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/mengoreksi/menghafal ide-ide pokok dengan menguhubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lain, d) bertukar peran, semula yang berperan menjadi pembicara bertukar peran menjadi pendengar dan sebaliknya. 2) kelas kontrol, dalam pembelajaran diberi perlakuan
sebagai berikut: a) melaksanakan metode pembelajaran konvensional yang selama ini diberikan oleh guru yaitu ceramah, tanya jawab, dan diskusi, b) menjelaskan materi kepada peserta didik. Langkah keempat, melakukan postes pada kelas kontrol dan kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan akhir setelah pembelajaran. Setelah itu dilakukan uji hipotesis dengan skor postest dikurangi skor pretest yang menghasilkan gain score sebagai skor tes hasil belajar geografi, kemudian dianalisis dengan menggunakan uji statistik Independent Sample Test dengan bantuan SPSS 17.0 for Windows setelah sebelumnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan taraf signifikasi sebesar 5% dan homogenitas data dengan menggunakan uji Levene’s Test. Pedoman pengambilan keputusan uji hipotesis: 1. Pada kolom Group Statistics H0 ditolak/H1 diterima jika mean dari kelas eksperimen lebih besar dari kelas kontrol. 2. Pada kolom Independent Sample Test H0 ditolak/ H1 diterima jika |thitung| > ttabel dan Sig (2-tailed) < 0,05 = 5%
HASIL Data hasil belajar yang diperoleh dalam penelitian ini meliput: (1) data hasil belajar awal siswa yang diperoleh dari prates kelas eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan dan sebelum materi diberikan, (2) data hasil belajar akhir siswa yang diperoleh dari skor postes kelas eksperimen dan kontrol setelah diberikan perlakuan dan materi disampaikan, (3) data hasil belajar geografi siswa (gain score) yang diperoleh dari selisih skor postes dan pretes. Paparan data dari hasil belajar awal, akhir, dan gain score kelas kontrol dan eksperimen disajikan dalam tabel frekuensi sebagai berikut. 1. Hasil Belajar Awal Sebelum diberikan materi dan perlakuan, diperoleh data hasil belajar siswa awal (pretest). Berikut perbandingan data hasil belajar awal kelas kontrol dan eksperimen yang disajikan dalam tabel frekuensi.
Tabel Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Belajar Awal Kelas Kontrol dan Eksperimen Nilai Kualifikasi Kelas Kontrol Kelas Ekesperimen 91 – 100 Amat Baik 0 75 – 90 Baik 0 60 – 74 Cukup 4 6 40 – 59 Kurang 19 20 < 40 Kurang Sekali 3 0 Jumlah 26 26 Mean 50,3 57,2
Berdasarkan data hasil belajar awal kelas eksperimen dan kontrol di atas, perbandingan rata-rata hasil belajar awal kelas kontrol dan eksperimen yaitu 50,3 dn 57,2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar awal siswa kelas kontrol dan eksperimen hampir setara. Berikut ini visualisasi perbandingan hasil belajar awal kelas kontrol dan eksperimen yang disajikan dalam bentuk gambar diagram.
Hasil Belajar Awal Kelas Kontrol dan Eksperimen 20 F R E K U E N S I
15 10 5 0
91 – 100
75 – 90
60 – 74
40 – 59
KUALIFIKASI NILAI
< 40
Kelas Kontrol Kelas Ekesperimen
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Hasil Belajar Awal Kelas Kontrol dan Eksperimen
2. Hasil Belajar Akhir Sebelum diberikan materi dan perlakuan, diperoleh data hasil belajar siswa akhir (postest). Berikut perbandingan data hasil belajar akhir kelas kontrol dan eksperimen yang disajikan dalam tabel frekuensi.
Tabel Distribusi Frekuensi Perbandingan Hasil Belajar Akhir Kelas Kontrol dan Eksperimen Nilai 91 – 100 75 – 90 60 – 74 40 – 59 < 40 Jumlah Mean
Kualifikasi Amat Baik Baik Cukup Kurang Kurang Sekali
Kelas Kontrol 0 8 18 0 0 26 71,7
Kelas Ekesperimen 2 23 1 0 0 26 80,5
Berdasarkan data hasil belajar awal kelas eksperimen dan kontrol di atas, perbandingan rata-rata hasil belajar awal kelas kontrol dan eksperimen yaitu 71,7 dn 80,5. Hal ini berarti hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan ada peningkatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil belajar akhir pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berikut ini visualisasi perbandingan hasil belajar akhir kelas kontrol dan eksperimen yang disajikan dalam bentuk gambar diagram batang.
Hasil Belajar Akhir Kelas Kontrol dan Eksperimen 25 F R E K U E N S I
20 15 10 5 0
91 – 100
75 – 90
60 – 74
40 – 59
KUALIFIKASI NILAI
< 40
Kelas Kontrol Kelas Ekesperimen
Gambar 4.2 Diagram Perbandingan Hasil Belajar Akhir Kelas Kontrol dan Eksperimen
Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh dari tes hasil belajar awal dan hasil belajar akhir, maka dapat diperoleh data gain score. Gain score ini diperoleh dari
selisih pada antara pretes dan postes. Gain score inilah yang digunakan untuk uji prasyarat dan uji hipotesis. a. Uji Prasyarat Sebelum dilakukan uji t-test, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat untuk pengujian hipotesis. Uji prasyarat tersebut meliputi uji normalitas dan homogenitas. 1) Uji Normalitas Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov pada taraf signifikansi 95% atau α = 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Nilai sig. atau probabilitas < 0,05 H0 ditolak, maka sampel berdistribusi normal. 2. Nilai sig. atau probabilitas > 0,05 H0 diterima, maka sampel berdistribusi normal. Ringkasan hasil uji Kolmogorov-Smirnov disajikan dalam tabel berikut. Tabel Data Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen Kontrol
Sign. 0.100 0.200
Kesimpulan Normal Normal
Berdasarkan hasil uji normalitas pada taraf signifikansi 95% atau α = 0,05, diperoleh nilai signifikansi 0,100 untuk kelas eksperimen, sehingga dapat disimpulkan bahwa data gain score pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Sedangakan pada kelas kontrol menunjukkan signifikansi 0,200 dan dapat disimpulkan bahwa data gain score pada kelas kontrol juga berdistribusi normal. Uji Homogenitas Uji homogenitas menggunakan uji Levene pada taraf signifikansi 95% atau α = 0,05 dengan ketentuan sebagai berikut. 1. Jika nila sig. atau probabilitas < 0,05 H0 ditolak berarti kedua varian berbeda secara signifikan. 2. Jika nilai sig. atau probabilitas > 0,05 H0 diterima berarti kedua varian adalah homogen.
Ringkasan hasil uji homogenitas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel Data Hasil Uji Homogenitas Sign. 0.080
FLevene 3.188
Kondisi Sign.>α
Kesimpulan Homogen
Berdasarkan hasil uji Levene diperoleh signifikansi 0,080, sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian berasal dari populasi yang homogen karena hasil signifikannsi > 0,05.
Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan homogenitas, berdasarkan hasil gain score diatas kemudian dilakukan uji hipotesis. Pengujian hipotesis menggunakan uji-t. Uji-t digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis yang telah diajukan diterima atau ditolak. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: H1: ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA Panjura Malang. H0: tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA Panjura Malang. Pedoman dalam pengambilan keputusan untuk Independent Sampel T-test adalah: Jika nilai sig. Atau signifikansi < 0,05 dan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol maka H0 ditolak Jika Jika nilai sig. Atau signifikansi > 0,05 dan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol maka H0 diterima Hasil analisis data yang menggunakan uji t independen (Independent Sampel T-test) dengan bantuan SPSS 17.00 for Windows, dapat dilhat pada tabel sebagai berikut.
Tabel Data Uji t Gain Score Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelompok
Jumlah Siswa
Rata-rata
Eksperimen
26
25,07
Sig.
.032 Kontrol
26
21,34
Berdasarkan data hasil uji t pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa taraf signifikansi 0,032 dan rata-rata kelas eksperimen (25,07) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (21,34). Hal ini berarti H0 yang berbunyi “tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi kelas XI IPS di SMA Panjura Malang” ditolak, sehingga ada pengaruh penerapan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi kelas XI IPS di SMA Panjura Malang.
PEMBAHASAN Pembelajaran yang baik adalah adanya interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Kegiatan pembelajaran yang baik tidak hanya berpusat pada guru, akan tetapi berpusat pada siswa sesuai dengan kurikulum KTSP 2004. Disini siswa dapat berperan aktif dan dapat membangun sendiri pengetahuannya dengan berdiskusi dengan temannya,sehingga kegiatan pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah model pembelajaran Cooperative Script. Di dalam pelaksanaan model pembelajaran Cooperative Script setiap siswa berperan aktif. Hal ini sesuai dengan sintaks model pembelajaran Cooperative Script bahwa setiap siswa mendapat peran, baik sebagai pembicara maupun pendengar. Peran sebagai pembicara dan pendengar awalnya ditentukan oleh guru. Kemudian, siswa bertukar peran, yang semula menjadi pembicara menjadi pendengar dan sebaliknya. Selain itu, dalam model pembelajaran Cooperative Script kelompok dipilih secara heterogen, sehingga siswa dapat memperoleh informasi dari siswa lainnya.
Kegiatan pembelajaran di SMA Panjura pada mata pelajaran geografi selama ini masih cenderung menggunakan metode ceramah, diskusi kelompok dan presentasi. Akan tetapi, dalam kegiatan diskusi kelompok tidak semua siswa yang terlibat aktif di dalamnya. Sehingga, konsep pembelajaran menurut KTSP belum berjalan secara optimal. Hal ini berdampak pada perolehan hasil belajar siswa. Hasil belajar yang baik bebrati keberhasilan di dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar mengajar yang mampu memotivasi siswa agar siswa bersemangat dalam belajar sehingga berperan aktif didalamnya. Pada penelitian ini, kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan yang berbeda, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran yang berbeda. Dalam kegiatan pembelajaran, kelas eksperimen menguunkana model pembelajaran Cooperative Script, sedangkan kelas kontrol menggunakan model konvensioanal yaitu ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dari hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tersebut diperoleh gain score yang kemudian dianalisis. Menurut Purwanto (2005:27) hasil belajar geografi adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran geografi dan dapat dinyatakan dalam bentuk nilai (angka). Hasil belajar geografi yang diperoleh siswa mencerminkan taraf penguasaan mater geografi yang telah diberikan pada saat kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini hanya menekannkan hasil belajar kognitif siswa yang diukur hanya tingkat pemahaman sampai tingkat analisis, sesuai dengan indikator dari Kompetensi Dasar. (Uno, 2006:35) menyatakan “kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkatan paling rendah (pengetahuan) sampai ketingkat yang paling tinggi (evaluasi). Materi dalam mata pelajaran geografi sangat sesuai untuk diterapkan model pembelajaran Cooperative Script, karena hampir semua materi geografi hafalan. Akan tetapi, siswa sering lupa dengan apa yang telah mereka pelajari karena terlalu banyak yang harus mereka hafalkan. Sehingga, dengan model
pembelajaran Cooperative Script diharapkan dapat meningkatkan daya ingat siswa, karena siswa dituntut untuk mencari sendiri ide-ide pokoknya yang kemudian di sampaikan ke teman kelompoknya. Penggunaan model pembelajaran Cooperative Script memberikan banyak manfaat bagi siswa di SMA Panjura Malang. Hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan setelah diberi perlakuan oleh guru dengan model pembelajaran Cooperative Script. Selain itu dibandingkan penerapan model pembelajaran Cooperative Script memiliki rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode konvensional. Model pembelajaran Cooperative Script dapat melatih tanggung jawab siswa karena masing-masing siswa mendapat materi yang berbeda dengan pasangannya sehingga setiap siswa berkewajiban memahami materi dan dapat menjelaskan kepada pasangannya, dan dapat memperluas perolehan cakupan materi, karena siswa akan mendapat informasi dan pengetahuan dari pasangannya. Dari hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa pembelajaran geografi dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, perolehan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Script lebih baik daripada perolehan hasil belajar dengan menggunakan metode yang digunakan oleh guru yaitu konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil analisis data yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar geografi siswa kelas XI IPS di SMA Panjura Malang. Sehingga pembelajaran menggunakan model pembelajaran Cooperative Script lebih efektif terhadap hasil belajar dibandingan dengan pembelajaran yang biasa digunakan. Saran Setelah dilakukan penelitian ini, saran yang dapat diajukan yaitu sebagai berikut. Pertama, disarankan untuk guru agar menggunakan model pembelajaran Cooperative Script dalam kegiatan pembelajaran karena dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Kedua, sekolah juga harus memfasilitasi dengan mengadakan pelatihan terhadap guru karena salah satu hambatan yang dialami oleh para tenaga pendidik adalah minimnya keterampilan dalam menggunakan model pembelajaran yang inovatif, sehingga perlu adanya dukungan dari sekolah terkait dalam peningkatan kualitas pembelajaran yang berpebgaruh terhadap hasil belajar siswanya. Ketiga, untuk peneliti lanjut dapat melakukan penelitian tentang pengaruh model pembelajaran Cooperative Script terhadap hasil belajar siswa. Akan tetapi, peneliti lanjut dapat menambah variabel yang lainnya, misal pemahaman konsep, keaktifan siswa, dan lain-lain dengan materi dan tempat penelitian yang berbda pula.
DAFTAR RUJUKAN Arnyana, I.B.P. 2004. Pengembangan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di pandu Strategi Kooperatif Serta pengaruh Implementasinya terhadap Kemampuan Berfikir Kritis dan Hasil Belajar Peserta didik SMA Pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Hamadi, heru. 2009. Metode Pembelajaran Skrip Kooperative (Cooperative Script). (online), (http://heruharnadi.0fees.net), diakses 10 November 2012
Jacobs, G.M., Lee, G.S., & Ball, j. 1996. Learning Cooperative Learning Via Cooperative Learning: A Sourcebook of Lesson Plants for Teacher Education on Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Center. Latif, Amirudin. 2010. Pengaruh Pembelajaran Cooperative Script Dipadu Dengan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Biologi Peserta didik Kelas X MAN 3 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Purwanto, Edy. 2005. Evaluasi Proses dan Hasil dalam Pembelajaran-Aplikasi dalam Studi Geografi. Malang: Universitas Negeri Malang. Slavin, R.E. 1994. Educational Psychology: Theory Into Practice. 6th Edition. Buston: Allyn and Bacon. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning: theory, research, and practice (London:Allyman bacon,2005). Bandung: Nusa Media Uno, Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.