PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE ACTIVE COLLEGE BALL TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN GEOGRAFI Oleh: 1. Bebi Amelia baruadi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi, 2. Muhammad yusuf, S.Si M.Si Dosen Univesitas Negeri Gorontalo, 3. Nova E. Ntobuo, S.Pd, M,Pd Dosen Univesitas Negeri Gorontalo Universitas Negeri Gorontalo Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Fisika Program Studi Pendidikan Geografi Alamat: Jalan Jenderal Sudirman No. 6 Kota Gorontalo, KP 96128 ung.ac.id
ABSTRAK Bebi Amelia Baruadi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Active College Ball Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Geografi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model kooperatif tipe Active College Ball dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh kelas XI SMA Negeri 1 Bongomeme dan sampel dalam penelitian ini yakni kelas XI C3 sebagai kelas eksperimen dan XIC5 sebagai kelas kontrol. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan Pretest-Posttest Control Group Design. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrument test. Test diberikan kepada siswa yang berada dikelas eksperimen dan dikelas kontrol sebanyak 2 kali yaitu pretest dan posttest. Berdasarkan analisis data penelitian ini dilakukan secara normalitas data homogenitas varians. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis statistic uji t. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe active college ball dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran langsung. demikian bahwa skor rata-rata hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe active college ball lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung.
Kata Kunci : Active College Ball, Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar
1
PENDAHULAN Pendidikan pada dasarnya merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya, sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi dalam kehidupan. Perkembangan dibidang pendidikan merupakan sarana dalam pembinaan sumberdaya manusia, perubahan yang terjadi ditengah masyarakat adalah diakibatkan oleh majunya dunia pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah dan masyarakat. Tanpa pendidikan yang memadai maka akan sulit untuk menuju peradaban yang lebih maju. Dilihat dari segi proses bahwa pendidikan adalah proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya. Tugas dan peran guru sangat membutuhkan keberhasilan dalam proses belajar mengajar dalam menuntut profesionalitasnya terhadap peningkatan mutu pendidikan. Seorang guru diharapkan mampu melihat situasi belajar dan bertindak sebagai “figur” yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian, hasil belajar akan berkembang melalui proses pembelajaran. Terkait dengan proses belajar mengajar hendaknya guru mengarahkan dan membimbing siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun dengan sesamanya. Hal ini dapat dilakukan melalui pemilihan model active college ball, sehingga teknik pembelajaran
dapat
memudahkan
siswa.
Tugas
seorang
guru
dalam
mentransformasikan materi ajar secara baik kepada siswa. Apabila hal ini diperhatikan dengan baik, maka hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal, khususnya pada pembelajaran geografi. Berdasarkan uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini yaitu “untuk mengetahui perbedaan
antara hasil belajar siswa yang di ajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Active College Ball dengan hasil belajar siswa yang di ajarkan dengan Langsung”.
2
menggunakan model Pengajaran
KAJIAN PUSTAKA Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Benyamin Bloom dalam Sudjana, (2011: 2231) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yaitu; (1) ranah kognitif berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi, (2) ranah afektif berkaitan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan interlinisasi, dan (3) ranah psikomotorik berkaitan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan dalam bertindak. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Trianto (2007: 41-42 ) Pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompokkelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar. Model Active College Ball Menurut Zaini, (2008: XiV) bahwa “Pembelajaran Aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas
3
pembelajaran.” Dengan ini mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi geogarfi, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif ini, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini biasanya peserta didik akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Belajar aktif itu sangat diperlukan oleh sebab itu peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika peserta didik pasif, atau hanya menerima dari pengajar, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan. Oleh sebab itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat mengikat informasi yang baru saja. Berdasarkan keterangan mengenai metode, dapat disimpulkan bahwa metode berarti alat atau cara yang digunakan untuk merubah suatu keadaan yang diinginkan pada pembelajaran agar memperoleh hasil yang maksimal. Silberman (2009: 251) menjelaskan model College Ball adalah suatu putaran pengulangan yang standar terhadap materi pelajaran. Menjelaskan model ini memperbolehkan pengajar untuk mengevaluasi keluasan materi yang telah dikuasai oleh peserta didik, dan berfungsi untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi, dan meringkas poin-poin. Metode College Ball merupakan strategi belajar mengajar yang dikembangkan oleh Silberman sebagai cabang dari pembelajaran Active Learning. Hisyam (2008: xiv-xvii) menjelaskan pembelajaran Active Learning mengajak siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, metode ini merupakan upaya untuk memicu adanya motivasi dan semangat belajar dan pemahaman siswa terhadap pengetahuan yang telah dipelajari pada pembelajaran yang telah diajarkan didalam kelas. metode ini digunakan untuk menguatkan kembali, mengklarifikasi dan meringkas poin-poin kunci pembelajaran yang diajarkan didalam kelas.
4
Silberman (2009: 251-252), mengemukakan langkah-langkah penggunaan model Active
College Ball sebagai berikut; (1) kelompokkan peserta didik
kedalam tim yang terdiri atas tiga atau empat anggota. Masing-masing tim dimohon memilih nama sebuah lembaga (atau tim olahraga, perusahaan, mobil, dan lain-lain ) yang mereka wakili, dan (2) berilah setiap kelompok kartu indeks. Dalam kartu indeks itu mereka akan menuliskan nama sebauh lembaga untuk mewakilkan nama kelompok mereka. Masing-masing kelompok akan memegang kartunya untuk Menunjukkan bahwa mereka menginginkan kesempatan untuk menyampaikan pertanyaan. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Menurut Arends dalam Trianto, (2007: 29) Model pembelajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstrukutur dengan baik yang dapat di ajarkan dengan pola kegiatan bertahap, selangkah demi selangkah. Pada model Pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting. Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru. Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik tersebut, guru perlu mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata. Pembelajaran Langsung Menurut Kardi (1997:3), dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siswa. Penyusunan waktu yang digunakan untuk
5
mencapai tujuan pembelajaran harus seefisien mungkin, sehingga guru dapat merencang dengan tepat waktu yang digunakan. (dalam Trianto, 2007: 30-31). Sintaks model pembelajaran langsung menurut Trianto (2007:31), disajikan dalam 5 tahap yaitu sebagai berikut; (1) Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa: Guru menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar, (2) mendemonstarsikan pengetahuan dan keterampilan: guru mendemonstarasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan infosrmasi tahap demi tahap, (3) membimbing pelatihan: guru merencanakan dam member bimbingan pelatihan awal, (4) mengecek pemehaman dan memberikan umpan balik: guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, member umpan balik, (5) memberikan kesempatan untuk peletihan lanjutan dan penerapan: guru mempersiapkan kesempatan melakukan peletihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. 2.5 Gambaran umum Lingkungan hidup Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan mahluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Menurut Soemarwoto (2004: 53) lingkungan hidup adalah manusia bersama tumbuhan, hewan, dan jasad renik yang menempati ruang tertentu. Kerusakan lingkungan terjadi karena adanya pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Salah satu masalah yang sering dihadapi yaitu pemenuhan pangan yang melampaui daya dukung lingkungan sehingga lingkungan menjadi rusak. Kajian Penelitian Yang Relevan Widia, Nurlita (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Penggunaan model college ball dalam upaya Meningkatkan motivasi belajar IPS Kelas VIII B Smp N 1 Reban Batang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model College Ball dapat meningkatkan motivasi belajar IPS kelas VIII B SMP N 1
6
Reban. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil angket yang mengalami peningkatan. Pada siklus I menunjukkan motivasi belajar siswa kelas VIII B SMP N 1 Reban sebesar 64,66% sedangkan pada siklus II menjadi sebesar 77,40%. Motivasi belajar siswa meningkat karena telah melampaui kriteria keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 75%. Hal tersebut berarti bahwa metode pembelajaran College Ball dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar IPS siswa kelas VIII B SMP N 1 Reban. Berdasarkan data hasil angket dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan sebesar 9, 74%. Kerangka Berfikir Kelas kontrol
Guru
Model pembelajaran Langsung
Materi Lingkungan hidup
Hasil belajar Kelas Eksperimen
Model pembelajaran active college ball
Dalam proses pembelajaran, guru perlu berusaha mencari strategi yang tepat untuk dapat membantu siswa belajar dikelas. Terutama dalam pembelajaran, siswa bisa aktif dikelas, memperhatikan penjelasan guru dan saling bertukar pikiran antara siswa dan guru mengenai materi-materi yang di ajarkan. Untuk itu langkah pertama dalam penelitian ini yaitu dimana guru memberikan
materi lingkungan hidup
dimana kelas yang menjadi subjek
penelitian terdiri dari dua kelas yaitu kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dan kelas eksperimen dengan model pembelajaran kooperatif tipe Active College Ball dan melihat hasil belajar siswa dengan melakukan evaluasi, sehingga dapat di ketahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil belajar ini akan meningkat apabila model pembelajaran yang diterapkan secara tepat dan menarik pada materi yang di ajarkan. Diduga bahwa
7
dengan hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperati tipe active college ball lebih tinggi dari pada hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran langsung. Oleh karena itu, melalui model pembelajaran kooperatif tipe Active College Ball diharapkan interaksi maupun keaktifan siswa dapat meningkat sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Hipotesis penelitian Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah “ terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa pada kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif active college ball dengan kelas yang menggunakan pembelajaran langsung.” HASIL PENELITIAN Data hasil belajar siswa yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas control dapat pada ilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5. Data hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol Kelas eksperimen Nilai
Kelas control
Pretest
Posttest
pretest
Posttest
Skor total
382
1308
349
1061
Rata-rata
15.28
52.32
13.96
42.44
Kemajuan belajar
37.04
28.48
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa skor rata-rata hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda. Perbedaan ini ditunjukan melalui skor rata-rata yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan keunggulan yang dimiliki
oleh
kelas
eksperimen
yang
mendapatkan
perlakuan
dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe active college ball karena memiliki hasil belajar yang lebih tinggi sebesar 37.04
8
Perbandingan rata-rata hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe active college ball dan hasil
Rata-rata skor hasil belajar siswa
belajar pada kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran langsung.
Perbandingan Skor Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 60 40 Kelas Eksperimen 20
Kelas Kontrol
0 pretest
posttest
Gambar 2. Perbandingan skor rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan Pada gambar 2, dapat dilihat bahwa rata-rata skor hasil belajar siswa pada kegiatan pretest lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelas kontrol, sedangakan rata-rat skor hasil belajar untuk posttest kelas control lebih rendah bila dibandingkan dengan kelas kontrol untuk kelas eksperimen 15,28 sedangkan untuk kelas kontrol yaitu 12,48 Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran active college ball pada kelas eksperimen meningkat menjadi 52,12 dan untuk kelas kontrol diberi perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran langsung yaitu meningkat menjadi 40,12. Selisih rata-rata skor hasil belajar untuk pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu 2.8 %, sedangkan selisih rata-rata skor hasil belajar untuk untuk posttest antara kelas eksperimen dan kontrol yaitu sebesar 12 %. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Bongomeme yang memiliki beberapa permasalahan seperti kurangnya perhatian siswa terhadap materi pembelajaran dalam kelas hal ini dikarenakan penerapan model pembelajaran yang kurang afektif sehingga rendahnya hasil belajar siswa terutama pada mata pelajaran geografi belum mencapai kriteria ketuntasan minimal 75 % sesuai
9
dengan ketetapan yang ada disekolah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya keaktifan siswa serta partisipasi dalam menerima materi geografi yang dikarenakan oleh perasaan jenuh setiap kali mata pelajaran geografi guru hanya menggunakan metode ceramah sehingga membuat siswa merasa bosan dengan mata pelajaran geografi. Melalui hasil observasi yang telah dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Bongomeme dengan bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara hasil belajar siswa yang di ajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Active College Ball dengan hasil belajar siswa yang di ajarkan dengan menggunakan model Pengajaran Langsung pada materi lingkungan hidup. Pembelajaran pembelajaran
pada
koopertif
kelas eksperimen tipe
active
college
yang menggunakan ball
yaitu
dengan
model cara
mengelompokkan siswa menjadi 5 kelompok yang terdiri dari 5 orang dalam satu kelompok. Setiap kelompok sudah disiapkan nama kelompok masing-masing, kelompok 1 (Udara), kelompok 2 (Pohon), kelompok 3 (Tanah), kelompok 4 (Bunga), dan kelompok 5 (Angin). Setelah itu masing-masing kelompok dibagikan LKS yang berisikan bahan ajar serta petunjuk. Kemudian siswa dibagikan kartu indeks untuk menuliskan pertanyaan yang dibuat berdasarkan bahan ajar yang dibagikan. Selain itu kartu indeks untuk menunjukan bahwa mereka akan mengginkan kesempatan untuk menyampaikan petanyaan dan menjawab pertanyaan. Hal ini dapat membuat semua siswa aktif dalam pembelajaran sehingga suasana kelas menjadi hidup. Sedangkan pada kelas kontrol yang menggunakan model pengajaran langsung menggunakan metode ceramah. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe active college ball dengan hasil belajar bahwa yang menggunakan model pengajaran langsung. Hal ini dapat dilihat pada hasil Uji t :
10
dimana thitung = 5,316 > ttabel = 1,67. Demikian pula skor rata-rata kemajuan belajar ( X 52,12 > 40,12). Hal ini menunjukan bahwa skor rata-rata hasil belajar yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe active college ball lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran langsung pada materi lingkungan hidup. Saran Dalam kegiatan pembelajaran hendaknya guru lebih memperhatikan dan mengutamakan proses pembelajaran dan keaktifan siswa didalam kelas. Sehingga siswa dapat menyerap materi secara menyeluruh dan berperan aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan agar siswa lebih paham, secara tidak langsung dapat meningkatkan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipta: Jakarta Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta:Jakarta Indriyanto. 2005. Ekologi hutan. Jakarta: Bumi Aksara Mulyo, Bambang Nianto dan Purwadi Suhandini. 2007. Kompetensi Dasar Geografi 2 untuk Kelas XI SMA dan MA. PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri: Solo. Muhammad, Hamid. 2005. Ilmu Pengetahuan Sosial Geografi. Departemen pendidikan Nasional: Jakarta. Noor, Juliansyah. 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: kencana Silberman, Mel. 2009. Active Learning. Yogyakarta: Insan Madani Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Sugiyono. 2013. Model-Model Pembelajaran Kuantatif Kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta Sugiyono , 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sudjana, Nana. 2005. Metode Statistik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
11
Sudjana, Nana. 2011. Penelian Hasil Proses Belajar Menagajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Soemarwoto, Otto. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta : Djambatan Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jakarta: prestasi pustaka publisher Widia, Nurlita. 2012 Upaya Meningkatkan Metode Collage Ball dalam Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar IPS kelas VII B SMP N 1 Reban. Jurnal pendidikan (online).journal-online.um.ac.id ,diakses 1 maret 2013 Wardiyatmoko. 2006. Geografi untuk SMA Kelas XI. Erlangga: Jakarta.
12