e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014
PENGGUNAAN TEKS CERITA RAKYAT BALI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NASKAH DRAMA PADA SISWA KELAS XI BAHASA SMA NEGERI 1 MENDOYO I Putu Agus Phebi Rosadi, I Wayan Rasna, I Nyoman Merdhana Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama, (2) mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama, (3) mendeskripsikan respons siswa kelas X1 bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo terhadap teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X1 bahasa di SMA Negeri 1 Mendoyo. Pengumpulan data berupa aktivitas siswa dilakukan dengan metode observasi, sedangkan pengumpulan data berupa kemampuan menulis naskah drama dilakukan dengan metode tes, dan pengumpulan data mengenai respons siswa dilakukan dengan metode kuesioner. Hasil penelitian ini adalah (1) deskripsi mengenai penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama, (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama, (3) respons siswa terhadap penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan teks cerita rakyat Bali dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo yang dapat dibuktikan dengan adanya ketuntasan hasil belajar secara klasikal melebihi 75 %. Peneliti menyadari bahwa masih banyak aspek yang masih bisa diteliti terkait penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama. Oleh karena itu, peneliti menyarankan melakukan penelitian sejenis guna menyempurnakan hasil penelitian ini. Kata kunci : menulis naskah drama, teks cerita rakyat Bali
ABSTRACT This study aimed at (1) knowing the use of Balinese folklore in teaching short story, (2) knowing the students' activities in the teaching and learning process of writing short story, (3) describing the students' response of XI language class of SMAN 1 Mendoyo toward the use of Balinese folklore in writing short story. This was a classroom-based action research. The subjects in this study were XI language class of SMAN 1 Mendoyo. The data about students' activities were collected through the method of observation, while the data about the students' competency in writing short story was collected through the method of test and the data collection of the students' response was done by using questionnaire. The results of this study were, (1) the description of the use of Balinese folklore in writing short story, (2) the students' activities in writing short story, (3) the students' response toward the use of Balinese folklore in teaching writing short story. According to the findings, it could be concluded that the use of Balinese folklore could improve the XI language graders' competency of SMAN 1 Mendoyo in writing short story that could be proved by seeing the students' competency in achieving the classical indicator which was more than 75%. The researcher was completely aware that there were still many aspects that there were
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 still many aspects that could be examined on its effectiveness regarding the use of Balinese folklore in teching writing short story. And hence the researcher suggested to do another reserach to improve the result of this study. Keywords: writing short story, Balinese folklore
Pendahuluan Salah satu media yang dipilih untuk menunjang prestasi belajar menulis naskah drama adalah menggunakan teks cerita rakyat Bali. Media ini diharapkan dapat memberikan kemudahan pada siswa dalam melakukan pembelajaran menulis naskah drama. Cerita rakyat Bali adalah suatu cerita yang tersebar dan berkembang di daerah Bali yang memiliki ciri ketradisian atau turun temurun. Hal ini sejalan dengan pendapat Semi (1993: 79) yang mengatakan bahwa cerita rakyat adalah sesuatu yang diangggap sebagai kekayaan milik yang hadir atas dasar keinginan untuk berhubungan sosial dengan orang lain. Dalam cerita rakyat dapat dilihat adanya berbagai tindakan berbahasa guna menampilkan adanya nilai-nilai dalam masyarakat. Selain itu, dipilih teks cerita rakyat Bali sebagai media pembelajaran menulis naskah drama karena dalam teks cerita rakyat Bali sudah tergambar tema cerita yang dapat memudahkan siswa menulis naskah drama. Di samping itu, dalam teks cerita rakyat Bali juga terdapat konflik yang akan memberi gambaran ide dalam menulis naskah drama. Hal ini akan dapat mempermudah siswa dalam menyusun naskah drama yang akan dibuat. Keunggulan yang lain, cerita rakyat Bali juga sudah menyajikan berbagai macam tokoh dalam alur ceritanya. Cerita rakyat Bali juga dilengkapi keakraban dalam artian siswa sudah mengenal cerita itu baik lewat keluarga maupun masyarakat sekitar. Oleh sebab itulah, media ini cocok digunakan sebagai alat bantu dalam pebelajaran menulis naskah drama. Djamarah (2002: 138) juga mengemukakan bahwa media memiliki fungsi melicinkan jalan menuju tujuan pembelajaran. Hal ini dilandasi dengan keyakinan bahwa proses belajar mengajar dengan menggunakan media dapat meningkatkan kualitas kegiatan belajar mengajar anak didik dalam tenggang
waktu yang cukup lama. Ini berarti kegiatan belajar yang dibantu dengan media akan menghasilkan proses dan hasil yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. Beranjak dari kenyataan di atas, menulis naskah drama membutuhkan media pembelajaran yang tidak hanya membantu siswa memahaminya, tetapi juga akan memberikan gambaran topik dalam menulis naskah drama. Menulis memiliki peranan penting. Dengan menulis seseorang dapat mengekpresikan diri. Sejalan dengan itu, Darmadi (1996: 1), kemampuan menulis adalah kemampuan yang sangat kompleks. Menulis melibatkan cara berpikir dan kemampuan mengungkapkan pikiran dan gagasan serta perasaan dalam bentuk bahasa tertulis. Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaandengan tulisan. Kegiatan menulis tidak hanya sebatas itu. Kegiatan menulis juga melibatkan aktivitas mental. Hal ini sejalan dengan pendapat Kartono (2009: 17) bahwa, Menulis merupakan sebuah aktivitas yang kompleks, bukan hanya sekadar mengguratkan kalimatkalimat, melainkan lebih daripada itu. Menulis adalah proses menuangkan pikiran dan menyampaikannya kepada khalayak. Ini berarti kegitan menulis dibutuhkan keterampilan yang lebih mendalam daripada kegiatan membaca, menyimak dan berbicara. Pembelajaran sastra di sekolah terkait mengapresiasi sastra, ada berbagai aspek kegiatan yang terkandung di dalamnya, mulai memahami isi suatu karya sastra sampai mampu menciptakan sendiri karya sastra tersebut. Salah satu penciptaan karya satra adalah menulis teks (naskah) drama. Keterampilan menulis naskah drama terdapat dalam standar isi SMA kelas XI semester genap dengan standar kompetensi menulis naskah drama dan kompetensi dasar mendeskripsikan perilaku manusia melalui
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 dialog naskah drama serta indikator menulis teks drama dengan menggunakan bahasa yang baik. Pembelajaran menulis naskah drama menjadi hal yang perlu dimplementasikan oleh siswa SMA terutama siswa di kelas Bahasa, karena telah menjadi salah satu materi pelajaran yang diajarkan di sekolah. Pencapaian dari materi ini diharapkan siswa dapat menulis naskah drama sesuai dengan kaidahnya serta mampu mengambil manfaat atau pelajaran hidup yang dipetik dari kisah yang dipaparkan dalam naskah drama tersebut. Saat ini, banyak pihak yang menilai bahwa pembelajaran menulis naskah drama di sekolah-sekolah, belum mencapai hasil yang memuaskan. Di sekolah-sekolah naskah drama merupakan suatu karya sastra yang paling tidak diminati siswa. Minat siswa dalam mempelajari karya sastra yang banyak adalah prosa, puisi, dan yang paling sepi peminat adalah drama. Hal ini disebabkan adanya fenomena ketika siswa menghayati naskah drama yang berbentuk dialog-dialog yang panjang. Dengan demikian untuk memahami naskah drama tersebut siswa memerlukan suatu ketelitian yang lebih dibanding dengan memahami prosa atau puisi. Menurut Komaidi (2011: 187), kegiatan menulis naskah drama merupakan suatu proses yang utuh, yang mempunyai keseluruhan. Ada unsur-unsur fundamental dalam naskah drama, seperti (1) penciptaan latar (creating setting), (2) penciptaan tokoh yang hidup (freshing of characters), (3) penciptaan konflik-konflik (working with conflicts), (4) penulisan adegan, dan (5) disusun ke dalam sebuah skenario. Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa dalam menulis naskah drama juga harus memerhatikan keutuhan fundamental dari naskah yang akan dibuat. Menulis teks drama adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsurunsur manusiawi, material, perlengkapan, dan prosedur yang saling memengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Teks drama sebagai salah satu genre sastra dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan) dan struktur batin (semantik, makna). Oleh sebab itu,
kegiatan menulis naskah drama sangat penting dalam apresiasi sastra. Terlebih lagi menyikapi pernyataan Waluyo (2001) yang mengatakan naskah-naskah drama memang sulit didapatkan. Jika pun ada, harus melalui bank naskah pada setiap teater ternama. Ini menandakan bahwa keberadaan naskah drama memang sedikit dalam apresiasi sastra. Untuk itu, pembelajaran menulis naskah drama memang patut untuk ditingkatkan sejak dini, apalagi sudah dituntut dalam standar isi. Rendahnya minat siswa untuk mempelajari drama tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk drama yang berupa dialog. Karya sastra berbentuk dialog memang rumit sehingga untuk mempelajarinya diperlukan suatu ketelitian lebih. Faktor lain yang memengaruhi minat siswa untuk mempelajari drama di antaranya adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru masih sangat minim atau hanya berorientasi pada buku teks yang disediakan oleh sekolah. Menulis naskah drama sebenarnya penting dilakukan para siswa mengingat dalam pembelajaran apresiasi drama (pementasan drama) sangat membutuhkan naskah. Komaidi (2011:187) yang menyatakan bahwa naskah drama sangat penting sebagai panduan dalam bermain drama. Sejalan dengan itu, Wiyanto (dalam Komaidi, 2011) menyatakan bila kita akan mengadakan pertunjukan drama, yang kita butuhkan pertama-tama adalah naskah drama. Oleh sebab itu, kegiatan menulis naskah drama sangat penting dalam apresiasi sastra. Terlebih lagi menyikapi pernyataan Waluyo (2001) yang mengatakan naskah-naskah drama memang sulit didapatkan. Jika pun ada, harus melalui bank naskah pada setiap teater ternama. Ini menandakan bahwa keberadaan naskah drama memang sedikit dalam apresiasi sastra. Untuk itu, pembelajaran menulis naskah drama memang patut untuk ditingkatkan sejak dini, apalagi sudah dituntut dalam standar isi. Rendahnya minat siswa untuk mempelajari drama tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk drama yang
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 berupa dialog. Karya sastra berbentuk dialog memang rumit karena siswa harus menghubungkan seluruh dialog dan membangun sebuah interpretasi sehingga untuk mempelajarinya diperlukan suatu ketelitian lebih. Faktor lain yang memengaruhi minat siswa untuk mempelajari drama di antaranya adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru masih sangat minim atau hanya berorientasi pada buku teks yang disediakan oleh sekolah Menulis naskah drama di SMA merupakan pengembangan terhadap pembelajaran menulis, sangat perlu digunakan media pembelajaran yang sekiranya dapat membantu siswa dalam menulis naskah drama. Dengan menggunakan media pembelajaran yang tepat diharapkan siswa mampu menulis naskah drama dengan baik. Sejalan dengan itu, kehadiran media pembelajaran dalam proses belajar mengajar sangatlah penting. Media pembelajaran dapat mendongkrak minat siswa untuk memahami suatu materi, apalagi pembelajaran menulis naskah drama yang merupakan keterampilan terkompleks dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Pemilihan SMA Negeri 1 Mendoyo sebagai tempat penelitian karena ditemukan permasalahan hasil pembelajaran menulis naskah drama siswa masih rendah dengan perolehan skor di bawah KKM. Siswa masih kesulitan dalam membuat dialog-dialog yang akan dijadikan inti cerita pada naskah drama. Hal ini disebabkan oleh siswa sulit menentukan topik yang akan ditulis menjadi naskah drama. Berdasarkan hal itu, peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut guna memberikan inovasi pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Metode Penelitian Penelitian berjudul Penggunaan teks cerita rakyat Bali untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama pada siswa kelas XI bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo merupakan penelitian tindakan kelas. Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis naskah
drama pada siswa kelas XI bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif. Penentili berkolaborasi dengan guru mata pelajaran di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo. Guru bertindak langsung dalam proses pembelajaran dalam mengatasi permasalahan siswa dalam aktivitas pembelajaran. Peneliti dan guru bersama-sama mengamati kelebihan dan kekurangan siswa guna merencanakan pembelajaran pada siklus berikutnya. Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo. Siswa tersebut terpilih menjadi subjek karena pada kenyataannya siswa mengalami kesulitan dalam menulis naskah drama. Hal itu sejalan dengan pendapat Arikunto (2006 : 30) yang mengatakan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal atau orang, tempat, dan variabel penelitian melekat. Arikunto (2006:118) mengemukakan objek penelitian adalah yang menjadi titik perhatian atau sasaran yang diteliti. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo dalam menulis naskah drama, aktivitas siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo dalam pembelajaran menulis naskah drama, dan respons siswa terkait pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teks cerita rakyat Bali. Kemampuan menulis naskah drama, aktivitas siswa dalam pembelajaran, dan respons siswa terkait pembelajaran menulis naskah drama dijadikan objek karena hal-hal yang akan dilaporkan adalah kemampuan siswa dalam menulis naskah drama, aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama, dan respons siswa terkait penggunaan media cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama. Cara peneliti mengumpulkan data penelitian ini adalah dengan menggunakan metode tes, observasi, dan kuesioner. Metode tes adalah cara untuk melakukan penilaian berupa serangkaian tugas yang harus dikerjakan siswa sehingga siswa memperoleh skor
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 mengenai prestasi siswa tersebut. Metode tes ini digunakan untuk mengumpulkan data pada masalah pertama, yaitu terkait pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan teks cerita rakyat Bali. Tes yang diberikan berupa tes tulis berupa membuat naskah drama. Setelah tes diberikan akan dilakukan evaluasi untuk mengukur tingkat kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Observasi adalah pengamatan mengenai fenomena secara sistematis untuk kemudian dilakukan pencatatan. Nurgiyanto ( 2001:57) berpendapat bahwa observasi merupakan penilaian dengan cara pengamatan terhadap sesuatu secara langsung, teliti, dan sistematis. Metode observasi ini digunakan untuk mengamati aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa. Metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data berkaitan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama menggunakan cerita rakyat Bali. Metode observasi mengoptimalkan kemampuan peneliti baik dari segi kepercayaan, perilaku sadar, kebiasaan, dan sebagainya. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Observasi yang akan dilakukan berupa kegiatan nonpartisipatif. Dalam melakukan observasi, peneliti tidak terlibat secara langsung dalam proses belajar-mengajar, tetapi peneliti hanya mengamati dan mencatat proses pelaksanaan pembelajaran dan situasi yang menyertainya. Kegiatan observasi dilakukan secara kolaboratif. Observasi tidak hanya melibatkan peneliti, namun peneliti akan melibatkan dua observer lain untuk membantu memperoleh data yang lebih valid. Penggunaan metode observasi dilakukan untuk mengamati penggunaan teks cerita rakyat Bali untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa. Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang diajukan secara tertulis kepada seseorang ataupun sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Metode kuesioner ini digunakan untuk mencari data respons siswa terhadap penerapan media cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama. Dalam menerapkan metode kuesioner, peneliti menyediakan 10 pertanyaan dengan skala bertingkat 1 sampai 5. Skala 5 menandakan siswa sangat setuju berturut-turut hingga skala 1, sangat tidak setuju. skor tertinggi siswa adalah 50, sedangkan skor terendah adalah 10. Untuk mengkonvensikan skorskor awal yang didapat menjadi skor akhir yang bulat, skor tertinggi dan terendah dijumlahkan kemudian dikali 1/5 dengan rumus yang sudah ditetapkan sehingga menghasilkan hasil skor 30. Skor 30 itu kemudian akan diolah hingga mendapatkan skor akhir, yakni 10. Hasil dan Pembahasan Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan berdasarkan prosedur penelitian yang telah dirancang sebelumnya. Untuk memperoleh data yang valid, digunakan instrumen penelitian, yakni (1) tes untuk mengetahui kemampuan menulis naskah drama siswa, (2) pedoman observasi untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan langkahlangkah pembelajaran guru, (3) angket (kuesioner) untuk mengetahui respons siswa terhadap penerapan teks cerita rakyat Bali dalam menulis naskah drama. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus menghasilkan data yang diperoleh dari hasil observasi dalam pembelajaran menulis naskah drama dengan kompetensi dasar, yaitu menulis naskah drama. Data tersebut berupa data tentang aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis naskah drama, data tentang respons siswa terhadap penerapan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama, dan data berupa hasil tes kemampuan menulis nasakah drama . Data-data ini digunakan untuk menjawab masalah-masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini. Adapun perbandingan kemampuan menulis naskah drama (pra tindakan,
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 tindakan 1, dan tindakan II) serta respons siswa adalah sebagai berikut. a) Tabel Skors Siswa NO
Kode Siswa
Siklus
Nilai Awal I
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
Rata-rata
45 50 45 45 45 45 45 45 58 45 50 50 50 50 45 45 45 75 45 45 45 75 45 50 45 45 45 45 45 46 45 45 45
II 75 75 70 80 70 75 80 75 85 85 80 80 75 75 65 75 75 80 80 75 60 80 85 65 85 55 80 55 80 65 80 75 70
80 90 90 85 80 80 85 85 80 80 80 80 85 80 85 85 80 90 80 85 80 85 85 85 85 80 60 90 65 80 85 90 80
53,30 75,30 79,24
b) Tabel Skor Aktivitas Belajar Siswa Aspek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
jumlah 143 143 131 133 147 151 148 142 138 145
Rata-rata 4,43 3,96 4,03 4,45 4,57 4,48 4,30 4,18 4,39 43,36
c) Tabel Respons Siswa No Pern yataa n 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Juml ah Skor RataRata
Pilihan Tanggapan R oran g/ skor
TS oran g/ skor
STS oran g/ skor
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
9 (1,36)
1 (0,1 5)
0
0
38,67
11,18
0,15
3,67
1,18
0,01 5
SS Orang/ skor
S orang/ skor
23 (3,48) 29 (4,39) 25 (3,78) 30 (4,54) 31 (4,69) 30 (4,54) 18 (2,72) 13 (1,96) 27 (4,09)
10 (1,52) 4 (0,61) 8 (1,22) 3 (0,46) 2 (0,31) 3 (0,46) 15 (2,73) 20 (3,04) 6 (0,90)
23 (3,48)
Pembahasan hasil penelitian ini difokuskan pada temuan yang dapat meningkatkan kemampuan menulis naskah drama menggunakan teks cerita rakyat Bali, yaitu (1) tercapainya
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 peningkatan dan ketuntasan hasil belajar menulis naskah drama siswa kelas XI Bahasa SMA negeri 1 Mendoyo dengan penggunaan teks cerita rakyat Bali (2) pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teks cerita rakyat Bali mampu meningkatkan aktivitas belajar yang berupa interaksi antarwarga belajar, (3) siswa memberikan respons posistif terhadap penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari skors sebelum diberikan tindakan yang memiliki rerata 53,30, skors pada tindakan I yang memiliki rerata 75,30, dan skors pada tindakan II yang memiliki rerata 79,24. Rentang peningkatan antara tindakan I dan tindakan II adalah 3,96. Sedangkan rentang peningkatan antara pra tindakan dan tindakan II adalah 45,96. Berdasarkan tabel di atas, dapat digambarkan bahwa 33 orang siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo mengikuti pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teks cerita rakyat Bali pada siklus II. Dari 33 orang siswa yang mengikuti tes, 2 orang atau 6% yang tidak memenuhi KKM. Tingkat penguasaan siswa terhadap seluruh aspek yang dinilai dari pembelajaran menulis naskah drama mencapai ketuntasan, yakni di atas 94%. Jika dilihat dari aspek yang dinilai, uraian per aspek, yaitu dari aspek A, rata-rata yang diperoleh, yaitu 4,27 (85,4%), aspek B 3,75 (75%), aspek C 4,45 (89%%), dan aspek D 3,78 (75,%). Berdasarkan pemerolehan skor keterampilan menulis naskah siswa pada tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa secara klasikal penggunaan teks cerita rakyat Bali untuk meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo sudah dikatakan berhasil karena nilai ratarata siswa sudah berada di atas KKM yang ditetapkan, yaitu 94%. Oleh karena itu, pelaksanaan tindakan dapat dikatakan berhasil dan dapat dihentikan. Sesuai dengan rancangan awal dalam penelitian ini, yakni tindakan dinyatakan berhasil, jika 75% siswa mendapat nilai minimal 75.
Peningkatan skor rata-rata kelas juga terjadi pada siklus II ini. Peningkatan yang terjadi, yaitu pada siklus I skor ratarata sebesar 75,30 meningkat menjadi 79,24 pada siklus II. Peningkatan hasil belajar menulis naskah drama pada siswa terjadi sebesar 3,96. Dengan peningkatan nilai rata-rata kelas pada siklus II tersebut, dapat dinyatakan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II lebih baik daripada pelaksanaan tindakan pada siklus I. Skors hasil aktivitas belajar siswa dapat dilihat dari rerata yang diperoleh dari setiap aspek yang dinilaini sebagai berikut (1) 4,33, (2) 4,33, (3) 3,96, (4) 4,03, (5) 4,45, (6) 4,57, (7) 4,48, (8) 4,30, (9) 4,18, (10) 4,39. Data tentang respons siswa terhadap penggunaan teks cerita rakyat Bali untuk meningkatkan aktivitas dan tercapainya ketuntasan hasil belajar menulis naskah drama diperoleh dengan memberikan angket dan wawancara kepada siswa. Angket itu berisi pernyataan-pernyataan yang dilengkapi penilaian dengan skala Likert (1-5), yaitu 5 (sangat setuju), 4 (setuju), 3 (ragu), 2 (tidak setuju), 1 (sangat tidak setuju). Data respons siswa terhadap penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam pembelajaran menulis naskah drama berdasarkan angket. Respons siswa terhadap penggunaan teks cerita rakyat Bali dapat dikatakan sangat responsive jika dilihat dari jumlah siswa yang mengatakan sangat setuju ( 3,67), setuju (1,18), dan ragu ( 0,015 ). Dengan demikian, Penggunaan teks cerita rakyat Bali mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis naskah drama. Hal ini sejalan dengan pendapat. Mc Kenzie (dalam Musfiqon, 2012 : 32) mengatakan, media memiliki peran penting dalam pembelajaran di kelas, yang memengaruhi kualitas dan keberhasilan pembelajaran. Peningkatan kemampuan menulis naskah drama disebabkan oleh beberapa faktor. Yang pertama adalah penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam proses pembelajaran menulis naskah drama. Melalui penggunaan teks cerita rakyat Bali, siswa merasa lebih mudah
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 menentukan topik dalam pembuatan naskah drama. Selain itu, cerita rakyat Bali mempermudah siswa dalam menciptakan penokohan dalam menulis naskah drama. Hal itu terbukti dari rerata nilai yang diperoleh di aspek penokohan. Faktor kedua, pemilihan dan penggunaan teks cerita rakyat Bali sangat mudah dipahami siswa karena sebagian besar cerita sudah pernah didengarkannya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Penggunaan teks cerita rakyat Bali membantu siswau ntuk menuangkan ide dan mengorganisasikan ide dengan lebih terstruktu dan tanpa tanpa perlu merasa ide yang digagas itu mandeg. Dengan menggunakan teks cerita rakyat Bali siswa tidak bosan dalam mengikuti pelajaran karena tidak banyak waktu yang terbuang sia-sia untuk menggagas karakter dalam tokoh drama, sehingga siswa merasa nyaman pada saat menulis naskah drama. Ini menandakan bahawa pembelajaran menulis naskah dengan menggunakan teks cerita rakyat Balin dapat membantu siswa dalam menuangkan gagasan ke dalam bentuk naskah drama. Temuan itu sejalan dengan pendapat Fairul, dkk, (2013:3), mengemukakan bahwa struktur teks membentuk struktur berpikir, sehingga setiap penguasaan jenis teks tertentu siswa akan memiliki kemampuan berpikir sesuai dengan struktur teks yang dikuasainya. Dengan adanya teks cerita rakyat Bali sebagai alat yang tentunya siswa sudah menguasainya, berarti siswa akan mampu memiliki berbagai struktur berpikir, bahkan satu topik tertentu dapat disajikan dalam jenis teks yang berbeda dan tentunya dengan struktur berpikir yang berbeda. Faktor ketiga, pemberian bimbingan dan penghargaan oleh guru dapat mendorong siswa menjadi lebih baik. Guru memiliki peranan yang amat penting dalam keseluruhan proses pembelajaran. Upaya guru dalam membimbing siswa harus didasari hati yang ikhlas, sabar, dan tanpa pamrih. Guru harus tetap menghargai usaha siswa baik yang belum berhasil apalagi yang telah berhasil. Bimbingan yang diberikan guru dalam menulis naskah drama dapat
mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran yang diberikan. Kesulitan yang dialami siswa dalam pembelajaran dapat segera teratasi karena bimbingan yang diberikan oleh guru. Guru yang baik adalah guru yang mampu memotivasi siswanya untuk belajar. Seorang siswa tidak akan dapat belajar dengan baik dan tekun jika tidak ada motivasi dalam dirinya. Bahkan tanpa motivasi, seorang siswa tidak akan melakukan kegiatan belajar”. Maka dari itu, guru memberikan motivasi kepada siswa selama proses belajar berlangsung. Temuan kedua adalah terdapat beberapa aktivitas yang harus ditempuh guru dalam menggunakan teks cerita rakyat Bali dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis naskah drama. Adapun beberapa langkah utama yang harus ditempuh oleh guru dalam menggunakan teks cerita rakyat Bali dalam upaya meningkatkan keterampilan menulis naskah drama, antara lain terletak pada (1) kegiatan awal, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan akhir.. Pada kegiatan awal, guru melakukan tanya jawab bersama siswa terkait materi dan aspek penilaian yang belum dipahami siswa. Guru juga harus memaparkan secara jelas pembuatan kerangka tulisan kepada siswa sebelum siswa diminta untuk membuat naskah drama. Setelah itu, aktivitas inti dilakukan dengan guru memberikan sugestif positif sehingga membangkitkan semangat belajar siswa, memfasilitasi kegiatan siswa menemukan ide/gagasan ke dalam naskah drama berdasarkan cerita rakyat Bali yang dipilih, memfasilitasi siswa berdiskusi untuk mengembangkan topik/gagasan, memfasilitasi siswa dengan lebih menekankan pada penyusunan kerangka naskah drama, memfasilitasi siswa untuk bertanya apabila ada hal-hal yang kurang jelas tetang naskah drama. Temuan ketiga, yaitu siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran menulis naskah drama. Ini merupakan temuan penting terakhir dalam penelitian ini. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai rata-rata respons yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Sebagian besar siswa memberikan respons yang sangat positif terhadap
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 tindakan yang pembelajaran.
dilakukan
dalam
Penutup Penelitian yang peneliti lakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo. Pelaksanaan tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus atau dikenal dengan multisiklus. Dari hasil pembahasan pada bab IV, dapat disimpulkan bahwa: Penggunaan teks cerita rakyat Bali dapat meningkatkan keterampilan menulis naskah drama siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo. Hal tersebut terlihat dari perolehan skor tes menulis naskah drama siswa pada siklus I dan II yang mengalami peningkatan dan mencapai KKM, yaitu 75. Pada setiap tahap pembelajaran skor siswa selalu mengalami peningkatan, baik dari refleksi awal, siklus I, dan siklus II. Aktivitas belajar siswa kelas XI Bahasa SMA Negeri 1 Mendoyo dengan penggunaan teks cerita rakyat Bali berlangsung terlihat lebih aktif dibandingkan saat mengikuti pembelajaran tanpa penggunaan teks cerita rakyat Bali. Hal ini dapat ditunjukkan, bahwa nilai rata-rata aktivitas siswa siklus I, II, dan III. Ketika siswa diberikan kesempatan bertanya, siswa sangat aktif. Hal ini diindikasikan dari banyaknya siswa yang mengacungkan tangan dan bertanya. Ketertiban siswa juga sudah tampak pada sesi tanya-jawab semua siswa tampaknya aktif dan antusias menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Bahkan ada siswa yang antusias untuk mencoba menjawab pertanyaan walaupun tidak ditunjuk oleh guru. Pada siklus II ini, siswa juga lebih serius memerhatikan penjelasan guru jika dibandingkan pada siklus I. Langkahlangkah yang ditempuh dalam menerapkan teks cerita rakyat Bali dalam meningkatkan keterampilan menulis naskah sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis naskah drama. Penggunaan teks cerita rakyat Bali pada pembelajaran menulis naskah drama
siswa ternyata menumbuhkan respons positif siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia. Sebagian besar siswa memberikan respons yang positif terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I siswa ratarata memberikan respons sangat setuju, kemudian nilai rata-rata respons pada siklus II mengalami peningkatan beberapa poin. Siswa merasa lebih mudah dalam pembelajaran menulis naskah drama menggunakan teks cerita rakyat Bali. Berdasarkan temuan-temuan dalam penelitian ini, peneliti dapat menyampaikan beberapa saran sebagai berikut. Dalam pembelajaran menulis naskah drama, guru hendaknya menggunakan teks cerita rakyat Bali sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan hasil belajar menulis naskah drama siswa karena penggunaan teks cerita rakyat Bali dapat membantu siswa mempermudah mengembangkan id eke dalam bentuk naskah drama yang utuh. Selain itu, cerita rakyat Bali juga secara tidak langsung membantu siswa dalam menciptakan alur cerita sehingga dalam penggunaan teks cerita rakyat Bali, siswa secara tidak langsung merasa dituntun dalam proses menulis naskah drama. Dalam dunia pendidikan dan dunia ilmu pengetahuan khususnya, besar harapan peneliti agar penggunaan teks cerita rakyat Bali dalam menulis naskah drama ini dapat diaplikasikan di sekolah lain. Masih banyak hal yang belum dibahas dalam penelitian ini. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan peneliti lain untuk mengadakan penelitian lanjutan yang sejenis dengan penelitian ini, sehingga diperoleh hasil yang lebih meyakinkan serta sebagai sumbangan bagi guru untuk bahan kajian dan peningkatan mutu pendidikan. Daftar Pustaka Arikunto, Suharsimi. 2006. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 2014 Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemempuan Menulis. Yogyakarta: Andi Offset. Djamarah, Syaiful Bahri dan Awan Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Kartono. 2009. Menulis Tanpa Rasa Takut Membaca Realitas dengan Kritis. Yogyakarta: Kanisius.
Komaidi, Didit. 2011. Panduan Lengkap Menulis Kreatif Teori dan Praktek. Yogyakarta: Sabda Media. Musfiqon, HM, Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran, Jakarta : Prestasi Pustaka, 2012.