PENGGUNAAN METODE MEMBACA PQRST UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MERANGKUM TEKS BACAAN SISWA KELAS XI IPS 3 SMA NEGERI 3 SINGARAJA Pt. Ayu Widya Astari, I Nym. Yasa, I Nym. Seloka Sudiara Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan (1) aktivitas guru bahasa Indonesia kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja dalam menerapkan metode membaca PQRST guna meningkatkan kemampuan siswa merangkum teks bacaan, (2) aktivitas siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja dalam pembelajaran merangkum teks bacaan dengan menggunakan metode membaca PQRST, (3) peningkatan kemampuan merangkum teks bacaan siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja dengan menggunakan metode membaca PQRST, dan (4) respons siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja terhadap penerapan metode membaca PQRST guna meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Singaraja dan objek penelitian adalah aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran merangkum dengan metode membaca PQRST, kemampuan siswa merangkum teks bacaan, dan respons siswa terhadap penggunaan metode membaca PQRST dalam merangkum teks bacaan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes, kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran merangkum teks bacaan dengan menggunakan metode membaca PQRST. Hasil belajar juga meningkat. Skor rerata siswa sebelum tindakan adalah 65,14. Pada siklus I, skor meningkat menjadi 77,18, dan pada siklus II menjadi 87,14. Respons siswa yang berkenaan dengan minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan meningkat dari siklus I ke siklus II, yakni dari 41,14 menjadi 44,11. Peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan siswa merangkum teks bacaan. Kata kunci: metode membaca, PQRST, merangkum Abstract This study aimed to describe (1) the activity of Indonesian teachers XI IPS 3 SMA 3 Singaraja in applying reading PQRST method to improve students' ability to summarize text reading, (2) the activity of class XI IPS 3 SMA 3 Singaraja in the text summarizes the learning reading by reading PQRST method, (3) an increase in the ability to summarize text reading class XI IPS 3 SMA 3 Singaraja using PQRST reading, and (4) the response of class XI IPS 3 SMA 3 Singaraja to the application of the method to read PQRST to improve the ability of summarizing the reading text. This research is a class action research. The subjects were students of class XI IPS 3 SMAN 3 Singaraja and objects studied are all teachers and students for teaching students to summarize the PQRST method of reading, the reading ability of students to summarize text, and the response of students to use reading PQRST method for summarizing the reading text. Data collection method used is the method of observation, tests, questionnaires, and interviews. Data were analyzed with the technique of quantitative and qualitative data analysis. The results
showed that there was an increase in the activity of teachers and students in learning activities encapsulate reading text reading using PQRST. The results obtained also increases learning. Mean score of the students was 65.14 before action. In the first cycle, the score increased to 77.18, and increased again in the second cycle becomes 87.14. Student responses with respect to interest, attitude, aptitude, motivation, and goal also increased from the first cycle to the second cycle, that is from 41.14 into 44.11. Researchers suggest that these results can be applied by Indonesian teachers to improve students' ability to summarize the reading text. Keywords: method of reading, PQRST, summarizes
PENDAHULUAN Membaca merupakan keterampilan yang kompleks. Ampuni (1998) memaknai membaca sebagai proses kognitif yang kompleks untuk mengolah isi bacaan, yang bertujuan memahami ide˗ide dan pesan˗pesan penulis serta menjadikannya sebagai bagian pengetahuannya. Selain itu, kompleks berarti bahwa dalam proses membaca terlibat faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi intelegensi (IQ), minat, sikap, bakat, motivasi, dan tujuan membaca; sedangkan faktor eksternal meliputi sarana membaca, teks bacaan, faktor lingkungan atau faktor latar belakang sosial ekonomi, kebiasaan dan tradisi membaca (Nurhadi, 2008:13). Membaca hendaknya mempunyai tujuan karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, misalnya, guru seharusnya membimbing siswa dalam menyusun tujuan membaca demi memperoleh pemahaman atas isi bacaan.Tarigan (1985:37) mengemukakan sepuluh tujuan membaca. Tujuan yang dimaksud sebagai berikut: (a) menemukan ide pokok, (b) memilih butir-butir penting, (c) mengikuti petunjuk-petunjuk, (d) menentukan organisasi bacaan, (e) menentukan citra visual dan citra lainnya, (f) menarik kesimpulan, (g) menduga makna dan meramalkan dampak-
dampak serta kesimpulankesimpulan, (h) merangkum yang telah dibaca, (i) membedakan fakta pendapat, (j) memperoleh informasi dari aneka sarana khusus, seperti ensikolpedi, atlas dan peta. Menurut Thahar (2008:11), keterampilan membaca dan menulis memiliki hubungan yang erat, yakni secara tidak sadar, seseorang telah memperoleh banyak pengetahuan, pengalaman, kaca banding, dan bahkan ilmu dari hasil bacaannya. Tarigan (2008:4) menyatakan, ”Antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang sangat erat. Tulisan dibuat pada prinsipnya untuk dibaca oleh orang lain; paling sedikit dapat dibaca pada kesempatan lainnya”. Dengan kelebihan yang diperoleh ketika membaca, seseorang diharapkan mampu menuangkan pengalaman yang diperoleh ketika membaca ke dalam bentuk tulisan. Rangkuman adalah salah satunya. Rangkuman dapat diartikan sebagai suatu hasil merangkum atau meringkas suatu tulisan atau pembicaraan menjadi suatu uraian yang lebih singkat dengan perbandingan secara proporsional antara bagian yang dirangkum dan rangkumannya. Rangkuman sering disebut dengan ringkasan, yaitu bentuk ringkas dari suatu uraian atau pembicaraan. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Keraf (1982:261) bahwa merangkum (prếcis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu
karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SMAN 3 Singaraja, peneliti menemukan bahwa hasil belajar siswa dalam merangkum teks bacaan masih kurang. Siswa-siswa yang bermasalah dalam merangkum teks bacaan adalah kelas XI IPS 3. Ketika diminta untuk merangkum teks bacaan oleh guru, siswa-siswa tersebut merasa kebingungan untuk menentukan hal yang akan dituangkan ke dalam rangkuman. Dari KKM yang telah ditetapkan, yakni 78, rata-rata siswa kelas XI IPS 3 yang berjumlah 27 orang hanya mencapai skor kurang daripada 70. Selain melalui hasil observasi, Ibu Sukartiyah, selaku guru bahasa Indonesia yang mengajar di kelas XI IPS 3 menegaskan bahwa kemampuan siswa kelas XI IPS 3 dalam merangkum masih kurang. Berbagai alternatif yang dicobakan pun belum dapat meningkatkan kemampuan siswa. Salah satu alternatif yang pernah digunakan tersebut adalah penggunaan bahan bacaan yang menekankan kedekatan siswa dengan materi pelajaran. Usaha tersebut ternyata belum memberikan kontribusi yang cukup, meskipun siswa menunjukkan respons positif. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan oleh guru berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Bila guru keliru menerapkan langkah pembelajaran, misalnya, pemahaman yang akan diperoleh siswa tidak akan mencapai hasil yang diharapkan. Dengan demikian, pada dasarnya, guru perlu memperhatikan lebih lanjut mengenai metode, langkah, dan strategi pembelajaran yang akan diterapkan kepada siswa. Dalam proses pembelajaran, terdapat dua kegiatan yang terjadi dalam satu kesatuan waktu dengan
pelaku yang berbeda. Pelaku belajar adalah siswa, sedangkan pelaku pengajar (pembelajar) adalah guru. Kegiatan siswa dan guru berlangsung dalam proses yang bersamaan untuk mencapai tujuan instruksional tertentu. Karena pelaku proses pembelajaran adalah guru dan siswa, keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari faktor guru dan siswa. Cruickshank (1990:10-11) menyatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi belajar siswa adalah (1) teacher variable (faktor guru). Untuk mencapai tujuan meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan, metode membaca pemahaman PQRST adalah salah satu alternatif yang bisa dimanfaatkan. Metode PQRST diperkenalkan oleh El Thomas dan Ha Robinson dalam buku mereka yang bertajuk Improving Reading in Every Class. Metode PQRST adalah metode belajar yang menuntut siswa untuk aktif dalam hal membaca, bertanya, meringkas, dan mengetahui kemampuan diri sendiri. Metode PQRST adalah metode membaca teks bacaan yang terdiri atas lima kegiatan, yakni preview, question, read, summarize, dan test serta beberapa kegiatan tambahan terdiri atas membahas pertanyaan dan membahas jawaban. Tahap preview dimaksudkan agar siswa membaca selintas dengan cepat sebelum mulai membaca bahan bacaan. Trianto (2007) menambahkan bahwa siswa dapat memulai dengan membaca topik-topik, subtopik utama, judul dan subjudul, kalimatkalimat permulaan atau akhir suatu paragraf, atau ringkasan pada akhir suatu bab. Tahap kedua adalah questions. Farikhati dkk. (2010:561) menyatakan bahwa tahap question merupakan tahap kedua metode PQRST yang berupa kegiatan pembaca menyusun pertanyaanpertanyaan. Tahap ketiga adalah
tahap read. Farikhati dkk. (2010:561) menyatakan bahwa tahap ini merupakan tahap terpenting metode ini. Tahap keempat adalah summarize. Pada tahap ini, siswa berhenti sebentar untuk meringkas atau membuat catatan penting mengenai hal-hal yang sudah dibacanya tadi. Tahap kelima adalah test. Pada tahap ini diberikan semacam tes yang bertujuan mendeskripsikan pemahaman yang sudah diperoleh dari buku atau materi yang sudah dibaca sebelumnya. Metode membaca PQRST merupakan metode membaca yang bersifat sistematis dan terarah. Johan (2010:11) menyatakan bahwa metode membaca PQRST merupakan metode yang memiliki langkah-langkah yang sistematis dan dalam implementasinya memberikan dampak pada hasil belajar. Selain itu, metode membaca PQRST adalah metode yang mampu menumbuhkan kreativitas pembaca. Metode membaca PQRST merupakan metode belajar yang kreatif; PQRST sangat memberikan peluang untuk berpikir kritis dan sistematis dalam mengerjakan teks (Johan, 2010:11). Beberapa penelitian sejenis berkenaan dengan penerapan metode PQRST telah dilakukan. Penelitian sejenis yang pertama adalah penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Menemukan Informasi Bahan Diskusi dengan Penggunaan Metode PQRST dan Teknik Close Reading pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 16 Semarang”, oleh Dwi Kristiani (2009), Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan hasil analisis data, penelitian keterampilan membaca intensif untuk menemukan informasi bahan diskusi pada prasiklus, siklus I, siklus II menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan pada siklus I dan siklus II. Penelitian yang berlangsung sebanyak dua siklus ini menunjukkan bahwa kemampuan siswa membaca intensif meningkat. Berbeda halnya dengan penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Menemukan Informasi Bahan Diskusi dengan Penggunaan Metode PQRST dan Teknik Close Reading pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 16 Semarang”, objek penelitian penulis adalah kemampuan siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Singaraja dalam merangkum teks bacaan tanpa dikolaborasikan dengan teknik ataupun metode lainnya. Penelitian sejenis selanjutnya berjudul “Pengaruh Metode Pembelajaran PQRST terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD di Desa Sinabun” oleh Yudi Candra Negara dkk. Universitas Pendidikan Ganesha pada tahun 2013. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode PQRST dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN di Desa Sinabun Kecamatan Sawan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian tersebut adalah penelitian eksperimen semu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode PQRST dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN di Desa Sinabun pada semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan, dari segi subjek dan objek penelitian serta jenis penelitian. Subjek penelitian tersebut adalah siswa kelas V SD di desa Sinabun
dan objek penelitiannya adalah hasil belajar IPA. Selain itu, penelitian tersebut merupakan penelitian eksperimen semu. Subjek penelitian penulis adalah siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Singaraja. Objek penelitian penulis adalah kemampuan siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Singaraja dan jenis penelitian penulis adalah penelitian tindakan kelas. Berdasarkan uraian di atas, penelitian mengenai penggunaan metode membaca PQRST untuk meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja belum pernah dilakukan dan penting dilakukan. Penelitian ini penting dilakukan dalam rangka mendeskripsikan aktivitas guru bahasa Indonesia di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja dalam menerapkan metode membaca PQRST guna meningkatkan kemampuan siswa merangkum teks bacaan, mendeskripsikan aktivitas siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja dalam pembelajaran merangkum teks bacaan dengan menggunakan metode membaca PQRST, mendeskripsikan peningkatan kemampuan merangkum teks bacaan siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja dengan menggunakan metode membaca PQRST, dan mendeskripsikan respons siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja terhadap penerapan metode membaca PQRST guna meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja. Objek penelitian yang pertama adalah aktivitas guru dan siswa XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja selama pembelajaran
merangkum dengan metode membaca PQRST. Kemudian, objek penelitian selanjutnya adalah kemampuan siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja merangkum teks bacaan. Objek penelitian yang terakhir adalah respons siswa XI IPS 3 SMA Negeri 3 Singaraja terhadap penggunaan metode membaca PQRST selama merangkum teks bacaan. Penelitian tindakan kelas (PTK) ini menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angka-angka, yaitu hasil observasi, hasil tes yang dilakukan siswa, dan hasil kuesioner siswa. Data kualitatif berupa data mengenai respons dan hasil observasi guru dan siswa setelah dikonversikan ke dalam kriteria tertentu serta hasil wawancara terhadap siswa dalam belajar mengajar. Observasi peneliti lakukan terhadap kegiatan siswa dan guru ketika pembelajaran berlangsung. Metode observasi yang dilakukan berupa kegiatan observasi nonpartisipatif. Peneliti tidak ikut secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar, tetapi mengamati dan melakukan pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan situasi yang menyertainya. Pencatatan dilakukan pada lembar observasi yang telah disiapkan. Untuk aktivitas guru, peneliti telah menyiapkan 10 item yang akan diobservasi. Instrumen yang digunakan adalah daftar cek. Penelitian mengenai aktivitas guru dinyatakan berhasil apabila setiap kegiatan yang diobservasi telah dilaksanakan oleh guru. Untuk aktivitas siswa, peneliti sudah menyediakan 10 pernyataan dan disertai dengan penilaian berupa skala bertingkat dari 1 sampai dengan 5. Penelitian mengenai aktivitas siswa dapat dikategorikan berhasil apabila setiap aspek yang dimuat dalam lembar observasi berada dalam
kategori baik yang berada dalam rentangan 35≤ <45. Tes yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah tes tertulis berupa membuat rangkuman. Penggunaan metode ini bertujuan mengetahui kemampuan siswa dalam merangkum teks bacaan. Siswa dikatakan tuntas apabila 75% jumlah siswa yang ada di kelas XI IPS 3 memperoleh skor 78 ke atas. Penggunaan kuesioner dalam penelitian ini bertujuan menjawab rumusan masalah keempat, yaitu respons siswa terhadap pembelajaran. Peneliti menggunakan kuesioner tertutup. Dalam lembar kuesioner, peneliti sudah menyediakan 10 pernyataan dan disertai dengan pilihan jawaban berupa skala bertingkat dari 1 sampai dengan 5. Penelitian dianggap berhasil apabila 75% jumlah siswa memberikan respons positif terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan. Keberhasilan tersebut nampak apabila setiap aspek yang dimuat dalam kuesioner respons siswa mencapai skor 35≤ <45 yang termasuk dalam kategori baik. Wawancara dilakukan terhadap siswa terkait penggunaan metode membaca PQRST untuk merangkum teks bacaan. Jenis wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara terstruktur. Siswa yang diwawancarai berjumlah enam orang, yakni 2 siswa dengan skor tertinggi, 2 siswa dengan skor menengah, dan 2 siswa dengan skor terendah. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan siklus I menemui beberapa hambatan sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hambatan-hambatan yang dimaksud adalah kualitas rangkuman masih kurang. Hal itu terjadi karena siswa kurang
memahami penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, seperti penggunaan kosakata, tata bahasa, dan ejaan. Di samping itu, organisasi tulisan siswa masih belum kohesi dan belum koheren. Hambatan-hambatan di atas, dapat diperbaiki pada siklus II sehingga diperoleh hasil yang lebih baik daripada hasil siklus I. Metode membaca PQRST menjadikan kegiatan pembelajaran tidak lagi bersifat konvensional. Secara keseluruhan hasil dalam penelitian ini dibahas sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, dapat dinyatakan bahwa pembelajaran merangkum menemui beberapa hambatan. Masih banyak kesalahan kosakata dalam rangkuman. Organisasi tulisan siswa masih belum teratur dan kurang tersusun dengan sistematis karena adanya penggunaan konjungsi yang kurang sesuai. Selain kurang sesuai, ada beberapa siswa yang bahkan tidak menggunakan konjungsi antarkalimat dalam tulisannya sehingga menyebabkan rangkuman menjadi tidak kohesi dan tidak koheren. Masih banyak kesalahan kosakata dalam rangkuman siswa. Dalam format penilaian merangkum yang telah disiapkan peneliti, terdapat penilaian dari aspek kosakata berkenaan dengan pemilihan dan pembentukan kata. Kesalahan tersebut akan sangat menggangu kejelasan isi rangkuman karena kata yang kurang tepat akan memengaruhi makna yang ditimbulkan. Selain kesalahan dari segi kosakata, kesalahan juga banyak ditemukan dari segi tata bahasa dan ejaan. Kesalahan ini pun akan memengaruhi hasil penilaian kemampuan merangkum siswa. Kalimat-kalimat yang belum padu akan memengaruhi isi dan organisasi tulisan sehingga tulisan menjadi kurang dipahami, kurang sistematis, dan kurang teratur. Di
samping itu, makna kalimat masih kabur akibat kesalahan penggunaan tanda baca sehingga isi tulisan sulit dipahami. Menulis tanpa disertai penerapan kaidah bahasa yang tepat belum bisa dikatakan berhasil sesuai tujuan. Syamsudin (2009:35) menyatakan bahwa keterampilan menulis merupakan aktivitas seseorang dalam menuangkan ideide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh pembaca. Jika penulis salah dalam menerapan ejaan, diksi, dan kalimat, ketercapaian informasi antara penulis dan pembaca akan terganggu. Selain kesalahan dalam bahasa tulis, kesalahan berbahasa juga terdapat pada bahasa lisan siswa ketika menyampaikan jawaban secara lisan selama tanyajawab berlangsung. Guru kurang memotivasi siswa untuk menggunakan bahan bacaan dengan efektif selama pembelajaran berlangsung. Pada siklus II, kelemahan-kelemahan itu dapat diatasi setelah sebelumnya dilakukan diskusi antara guru dan peneliti. Pada siklus II, terlihat guru sudah memperhatikan kondisi belajar siswa. Guru juga sudah memberikan penekanan-penekanan mengenai sajian materi yang diajarkan. Penekanan ini mampu memberikan efek yang baik bagi siswa karena pengajaran tentang materi dilakukan secara lebih mendalam dan lebih terperinci. Penekanan memberikan penjelasan berguna demi membantu proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi, melibatkan siswa untuk berpikir, serta mengajak siswa untuk berpikir sehingga siswa mampu mengembangkan ide dan konsep (Hasibuan, 1985:13). Selain itu, guru memberikan banyak contoh penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar, baik dalam tulisan maupun lisan. Di samping itu, penguatan yang diberikan oleh guru kepada siswa membuat siswa berani berpendapat. Penguatan adalah tingkah laku guru dalam merespons secara positif tingkah laku tertentu siswa yang memungkinkan tingkah laku positif tersebut timbul kembali (Hasibuan, 1985: 58). Guru juga mampu memancing siswa untuk memanfaatkan teks bacaan sesuai dengan langkah-langkah penerapan metode membaca PQRST, yakni preview, question, read, summarize, dan test. Hal tersebut membuat siswa menjadi lebih aktif dan antusias dalam mengikuti pembelajaran sehingga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Johan (2010:11) menyatakan bahwa metode membaca PQRST merupakan metode yang memiliki langkah-langkah yang sistematis dan dalam implementasinya memberikan dampak pada hasil belajar. Metode membaca PQRST adalah metode yang mampu menumbuhkan kreativitas pembaca, metode belajar yang kreatif, dan sangat memberikan peluang untuk berpikir kritis dan sistematis dalam mengerjakan teks (Johan, 2010:11). Berdasarkan langkahlangkah pembelajaran merangkum dengan menggunakan metode membaca PQRST, baik pada siklus I maupun pada siklus II, ketiga observer menyatakan bahwa guru telah menyampaikan apersepsi pelajaran, membangun kesadaran tujuan belajar siswa, menyampaikan pentingnya materi pelajaran, dan telah menyampaikan pengetahuan secara kronologis. Di samping itu, guru sudah memancing siswa menggunakan buku pelajaran atau sumber lain yang relevan, membimbing siswa meninjau bahan bacaan, dan telah membimbing siswa menyusun pertanyaan. Selain itu, guru sudah mengawasi siswa
membaca teks juga taklupa membimbing siswa merangkum teks bacaan serta menguji kembali pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan tersebut. Ketiga observer juga mengobservasi tingkat keaktifan siswa dalam pembelajaran merangkum dengan menggunakan metode membaca PQRST. Berdasarkan observasi dari ketiga observer, skor rerata observasi aktivitas siswa pada siklus I adalah 39. Dengan demikian, kategori aktivitas siswa pada siklus I adalah aktif sesuai dengan rentang yang telah ditetapkan, yakni ≤ . Kemudian, rerata observasi aktivitas siswa pada siklus II adalah 47,33. Dengan demikian, kategori aktivitas siswa pada siklus II adalah sangat aktif sesuai dengan rentang yang telah ditetapkan, yakni . Peningkatan skor rerata dari siklus I ke siklus II mencapai 8,33. Dilihat dari aktivitas belajar siswa, sudah ada peningkatan skor rata-rata yang diperoleh siswa. Sebelum model metode membaca PQRST diterapkan, skor rata-rata aktivitas belajar siswa adalah 65,14. Pada siklus I, skor meningkat menjadi menjadi 77,18 dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,14. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa penerapan model metode membaca PQRST dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas XI IPS 3 SMAN 3 Singaraja merangkum teks bacaan. Peningkatan dibuktikan berdasarkan skor rata-rata kelas pada siklus II yang ternyata mengalami peningkatan. Penelitian dapat dinyatakan berhasil karena nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus II di atas 78. Hasil penelitian ini sejalan dengan pernyataan Johan (2010:11) yang menyatakan bahwa metode membaca PQRST merupakan metode yang memiliki langkahlangkah yang sistematis dan dalam
implementasinya memberikan dampak positif pada hasil belajar. Jadi, pembelajaran merangkum dengan memanfaatkan metode membaca PQRST dapat dihentikan karena sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan, yakni tercapainya kriteria ketuntasan minimal oleh seluruh siswa. Dari uraian penelitian pada siklus I dan siklus II, peningkatan skor rata-rata tersebut tidak terlepas dari kemampuan guru dalam menerapkan metode membaca PQRST sehingga pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik serta hasil belajar siswa meningkat. Penyebab peningkatan kemampuan merangkum teks bacaan dengan memanfaatkan metode membaca PQRST, meliputi (1) penyampaian langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan, yaitu metode membaca PQRST secara jelas membuat siswa lebih disiplin untuk mengerjakan tugas; (2) langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan, yaitu metode membaca PQRST bersifat kronologis sehingga siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan baik, sesuai dengan pendapat Johan (2010:11) yang mengungkapkan bahwa metode membaca PQRST merupakan metode yang memiliki langkahlangkah yang sistematis; (3) kebebasan menyusun pertanyaan atas teks bacaan membuat siswa mampu merangkum teks bacaan tanpa harus bingung memikirkan materi yang harus dirangkum. Hal ini sesuai dengan pendapat Febry (2012:16) bahwa setiap pertanyaan yang akan diajukan tentang isi bacaan bertujuan mengarahkan pikiran pembaca pada bidang yang akan dimasuki agar pembaca bersikap lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada hanya membaca asal membaca ; (4) dengan memberikan banyak contoh penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
membuat siswa memiliki gambaran dalam benak masing-masing tentang cara merangkum dengan baik; dan (5) pemberian penguatan yang teratur untuk mampu memotivasi siswa menjadi lebih berani dan tertantang untuk menyampaikan tanggapannya. Dalam merangkum dengan penerapan metode membaca PQRST, guru dapat memberikan layanan dan bimbingan yang tepat kepada siswa. Di samping itu, guru juga dapat mengantisipasi kemungkinan timbulnya kesulitan siswa dalam merangkum. Guru selalu memantau kegiatan belajar siswa, mulai dari meninjau sampai dengan memahami isi ringkasan. Metode membaca PQRST membebaskan siswa menyatakan keingintahuannya tentang materi yang ada di dalam teks dan memberikan alternatif untuk merangkum hal-hal yang diperlukan oleh siswa. Metode membaca PQRST merupakan metode belajar yang kreatif dan sangat memberikan peluang untuk berpikir kritis dan sistematis dalam mengerjakan teks (Johan, 2010:11). Dengan demikian, metode membaca PQRST dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan oleh siswa. Dalam penelitian ini, siswa merespons positif kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, dapat diketahui rata-rata respons siswa adalah 41,14. Respons siswa terhadap penerapan metode membaca PQRST untuk meningkatkan kemampuan merangkum tergolong positif ( ≤ ). Selain itu, hasil wawancara dengan beberapa siswa pun menunjukkan bahwa siswa merespons positif penggunaan metode membaca PQRST dalam rangka meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan. Secara umum, siswa menyukai pelajaran
merangkum teks bacaan. Kegiatan merangkum memiliki daya tarik tersendiri bagi siswa. Sebagian siswa berpendapat bahwa merangkum adalah cara lain untuk belajar bagi mereka yang kurang aktif belajar mandiri. Merangkum pun sangat membantu siswa untuk memendekkan teks yang panjang sehingga bisa lebih mudah dipelajari kembali. Keraf (1982:261) juga menyebutkan bahwa merangkum (prếcis) adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Selain itu, merangkum bisa menjadi alternatif untuk lebih memahami isi teks karena bila hanya sekadar membaca, siswa akan cepat lupa. Setiap pertanyaan yang diajukan tentang isi bacaan dan disusun jawabannya menjadi rangkuman bertujuan mengarahkan pikiran pembaca pada bidang yang akan dimasuki agar pembaca bersikap lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada daripada hanya membaca asal membaca (Febry, 2012:16). Kegiatan menyusun pertanyaan bukan pemborosan waktu, melainkan memang diperlukan. Justru, pembaca yang hanya membaca sekadar membaca itu memboroskan waktu karena sekalipun mengerti isi bacaan, pembaca akan dengan cepat melupakannya (Febry, 2012:17). Merangkum menggunakan metode membaca PQRST adalah hal baru bagi siswa. Siswa merasa kurang mampu memilah informasi yang memang diperlukan. Dengan metode membaca PQRST, siswa mengaku bisa lebih bebas dalam merangkum karena informasi yang ditulis adalah informasi yang relevan dengan keingintahuan mereka. Tahap preview yang dilakukan hanya beberapa menit, tetapi menjadi cara yang ampuh untuk cepat menemukan ide-ide penting
dan informasi yang terkandung dalam bacaan tersebut. Kegiatan preview akan sangat membantu pembaca mencapai tujuan (Febry, 2012:15). Pada siklus II, rata-rata respons siswa adalah 44,11. Berdasarkan konversi respons siswa yang telah dikemukakan sebelumnya, respons siswa terhadap penerapan metode membaca PQRST untuk meningkatkan kemampuan merangkum tergolong positif ( ≤ ). Dengan demikian, terjadi peningkatan skor rata-rata respons siswa dari siklus I ke siklus II, yakni sebesar 2,97. Pada siklus II, guru sangat memperhatikan kondisi belajar siswa dan mendukung belajar siswa dengan berbagai bentuk penguatan. Guru juga sudah memberikan penekanan-penekanan mengenai sajian materi yang diajarkan dengan disertai berbagai contoh sehingga pemahaman siswa menjadi lebih mendalam. Penekanan ini mampu memberikan efek yang baik bagi siswa karena pengajaran tentang materi dilakukan secara lebih terperinci. Penekanan memberikan penjelasan berguna demi membantu proses penalaran siswa dan bukan indoktrinasi, melibatkan siswa untuk berpikir, serta mengajak siswa untuk berpikir sehingga siswa mampu mengembangkan ide dan konsep (Hasibuan, 1985:13). Ide atau konsep yang terbentuk menjadi langkah awal pemahaman terhadap materi dan menghilangkan pikiran bahwa materi itu sulit. Wasty Sumanto (1987: 109) menyatakan bahwa respons positif yang ditunjukkan oleh siswa bergantung kepada stimuli yang diberikan, seperti kesulitan bahan pelajaran dan anggapan terhadap beratringannya tugas yang diberikan. Respons positif siswa pun didukung oleh hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa. Siswa menyukai kegiatan merangkum.
Pada awal merangkum dengan metode membaca PQRST, siswa beranggapan bahwa tahapan pembelajaran akan menyulitkan. Istilah PQRST membuat siswa tercengang untuk beberapa waktu. Akan tetapi, setelah melewati pembelajaran dengan metode ini, rasa canggung siswa mulai berkurang. Metode membaca PQRST mampu memberikan kemudahan kepada siswa dalam merangkum teks bacaan secara lebih fokus dan lebih mudah. Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Febry (2012:15) bahwa metode membaca PQRST, terutama pada tahap preview merupakan langkah yang bertujuan memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan langkahlangkah pembelajaran merangkum dengan menggunakan metode membaca PQRST, baik pada siklus I maupun pada siklus II, ketiga observer menyatakan bahwa guru telah menyampaikan apersepsi pelajaran, membangun kesadaran tujuan belajar siswa, menyampaikan pentingnya materi pelajaran, dan telah menyampaikan pengetahuan secara kronologis. Di samping itu, guru sudah memancing siswa menggunakan buku pelajaran atau sumber lain yang relevan, membimbing siswa meninjau bahan bacaan, dan telah membimbing siswa menyusun pertanyaan. Selain itu, guru sudah mengawasi siswa membaca teks juga taklupa membimbing siswa merangkum teks bacaan serta menguji kembali pemahaman siswa terhadap isi teks bacaan tersebut. Kedua, rata-rata hasil observasi siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Berdasarkan observasi dari ketiga observer, skor rerata observasi aktivitas siswa pada siklus I adalah
39. Dengan demikian, kategori aktivitas siswa pada siklus I adalah aktif sesuai dengan rentang yang telah ditetapkan, yakni ≤ . Kemudian, rerata observasi aktivitas siswa pada siklus II adalah 47,33. Dengan demikian, kategori aktivitas siswa pada siklus II adalah sangat aktif sesuai dengan rentang yang telah ditetapkan, yakni . Peningkatan skor rerata dari siklus I ke siklus II mencapai 8,33. Ketiga, dilihat dari hasil belajar siswa, sudah ada peningkatan skor rata-rata yang diperoleh oleh siswa. Sebelum model metode membaca PQRST diterapkan, skor rata-rata hasil belajar siswa adalah 65,14. Pada siklus I, skor meningkat menjadi menjadi 77,18, dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 87,14. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dinyatakan bahwa penerapan model metode membaca PQRST dapat meningkatkan kemampuan merangkum siswa. Keempat, dalam penelitian ini, siswa merespons positif kegiatan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Pada siklus I, dapat diketahui rata-rata respons siswa adalah 41,14. Respons siswa terhadap penerapan metode membaca PQRST untuk meningkatkan kemampuan merangkum tergolong positif ( ≤ <45). Kemudian, pada siklus II, rata-rata respons siswa adalah 44,11. Respons siswa terhadap penerapan metode membaca PQRST untuk meningkatkan kemampuan merangkum tergolong positif sesuai dengan rentang yang telah ditetapkan, yakni ≤ . Selain itu, hasil wawancara dalam setiap siklus dengan beberapa siswa pun menunjukkan bahwa siswa merespons positif penggunaan metode membaca PQRST dalam rangka meningkatkan kemampuan merangkum teks bacaan. Peneliti menyarankan agar guru bidang studi bahasa Indonesia dapat menggunakan metode
membaca PQRST dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Bagi siswa, peneliti menyarankan agar siswa menerapkan metode membaca PQRST ini dalam mencapai peningkatan hasil belajar merangkum, tidak hanya dalam pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga dalam mata pelajaran lainnya. Kepada peneliti lain, paparan yang terdapat dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam meneliti masalah lain yang sejenis dengan penelitian ini. peneliti meyakini bahwa dalam penelitian ini masih ada hal yang belum dibahas dan belum diselesaikan, seperti penerapan metode membaca PQRST guna meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman, penerapan metode membaca PQRST guna meningkatkan kemampuan siswa menemukan ide pokok bacaan, atau penerapan metode membaca PQRST guna meningkatkan minat baca siswa. Taklupa peneliti menyarankan kepada pengambil kebijakan (sekolah) agar dapat merekomendasikan hasil penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam merangkum teks bacaan dengan syarat kondisi anak dan sekolah memiliki kemiripan dengan lingkungan tempat peneliti melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Agustina. 2008. Pembelajaran Keterampilan Membaca. Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS: UNP. Ampuni, S. (1998). Proses Kognitif dalam Pemahaman Bacaan. Buletin Psikologi, 6, (2): 16‐26. Candra, Yudi I Made dkk. 2013. “Pengaruh Metode Pembelajaran PQRST terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SD di Desa Sinabun”. JJPGSD Volume (1). Singaraja: Undiksha. Cruickshank, D. R. 1990. Research that inform teacher and teacher educators. Bicomington. Indiana: Phi Delta Kappa Educational Foundation. Farikhati, Laily Isni, dkk. 2010. “Pengaruh Penggunaan Metode Preview, Question, Read, Summarize, and Test Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA”. Undiksha. Volume 4, Nomor 1 (hal. 561). Febry Sani, Emy. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Membaca Cepat Dengan Metode PQRST (Preview, Question, Read, Summerise, Test) Pada Siswa Kelas VIII C SMP Negeri 2 Sumbang. Tesis (tidak diterbitkan). Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Hasibuan dan Moedjiono, 1985. Proses Belajar Mengajar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.
dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang. Munaf, Yarni. 2008. “Rangkuman Keterampilan Membaca”. (Buku Ajar). Padang: Jurusan Bahasa dan Sastra indonesia, FBSS UNP. Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Malang: CV. Sinar Baru. Sinulingga, Johan. 2010. “Implementasi Metode PQRST dalam Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca (Reading)”. Skripsi (tidak diterbitkan). Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Sumanto, Wasty. 1987. Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT Gramedia Syamsudin dan Vismala. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT remaja Rodaskarya. Tarigan, Henry Guntur. 1985. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. -------.
Keraf, Goys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Flores : Nusa Indah. Kristiani, Dwi. 2009. “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Menemukan Informasi Bahan Diskusi dengan Penggunaan Metode PQRST dan Teknik Close Reading pada Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 16 Semarang”. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Bahasa
2008. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Thahar, Harris Effendi. 2008. Menulis Kreatif Panduan Bagi Pemula. Padang: UNP Press. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Plus.