1 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
PENERAPAN METODE TURNAMEN MEMBACA PADA CERITA TEKS NARASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV Hena Anistia1), Edi Rohendi2), Kurniawati3) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya pemahaman siswa terhadap isi bacaan dalam pembelajaran keterampilan membaca pemahaman pada cerita teks narasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul penelitian yaitu “Penerapan Metode Turnamen Membaca pada Cerita Teks Narasi untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV”. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca pemahaman pada cerita teks narasi, baik dari proses maupun hasil. Peneliti melaksanakan penelitian di kelas IVB SDN Percobaan dengan jumlah siswa 37 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode PTK dengan menggunakan model Elliot yang terdiri dari tiga siklus dan setiap siklus terdiri dari tiga tindakan. Setelah melaksanakan penelitian, akhirnya peneliti mendapatkan data penelitian yaitu data yang berdasarkan penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Dari data penelitian proses, dapat terlihat dari sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maupun mengerjakan LKS dan evaluasi pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa kelas 4B masih terlihat tidak kondusif saat dalam mengikuti pembelajaran. Pada siklus II hanya beberapa siswa yang terlihat tidak kondusif dalam mengikuti proses pembelajaran. Pada siklus III semua siswa kelas 4B terlihat sudah kondusif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan berdasarkan penilaian hasil belajar dapat terlihat dari nilai siswa pada siklus III yang menunjukkan semua siswa telah memenuhi standar kelulusan yaitu 75. Selain itu juga terlihat dari rata-rata nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang setiap siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I nilai rata-rata siswa adalah 40,63. Siklus II nilai rata-rata siswa adalah 67,53. Dan pada siklus III nilai rata-rata siswa adalah 80,06. Dengan demikian metode turnamen membaca pada cerita teks narasi dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa. Kata kunci : Kemampuan membaca pemahaman, metode turnamen membaca, Penelitian Tindakan Kelas
1)
Penulis Penulis, Penanggungjawab 3) Penulis, Penanggungjawab 2)
APPLICATION METHODS TOURNAMENT IN STORY READING TEXT NARRATIVE READING ABILITY TO IMPROVE UNDERSTANDING OF CLASS IV Hena Anistia1), Edi Rohendi2), Kurniawati3) Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRACT This research is motivated by the low students' understanding of the content of reading in learning skills of reading comprehension in a story narrative text. Based on the above background, the researchers took the title of the study, namely "Implementation Method Tournament Reading the story Narrative Text Capabilities to Improve Reading Comprehension Grade IV". This study was done to improve students' skills in reading comprehension in a story narrative text, both of process and outcome. Researchers conduct research on SDN IVB class Experiment with the number of students 37 people. The method used is the method Elliot PTK using the model consisting of three cycles and each cycle consisting of three acts. After conducting the study, researchers finally get the research data is data based on the assessment process and the assessment of learning outcomes. From the research data processes, can be seen from the attitude and behavior of students in participating in the learning process, as well as working on worksheets and evaluation at each cycle. In the first cycle graders 4B is seen not conducive to follow learning. In the second cycle only a few students who did not seem conducive to follow the learning process. In the third cycle of all students in grade 4B seen already conducive to follow the learning process. While based on the assessment of learning outcomes can be seen from the students in the third cycle which indicates all students have met the passing standard is 75. It is also evident from the average value of students' reading comprehension that each cycle has increased significantly. In the first cycle students' average score was 40.63. Second cycle students' average score was 67.53. And the third cycle students' average score was 80.06. Thus the method of the tournament read the story narrative text can improve students reading comprehension. Keywords: Ability reading comprehension, reading method tournament, Class Action Research
Hena Anistia, Motode Turnamen Membaca Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
3 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Bahasa Indonesia adalah mata pelajaran yang wajib diberikan di jenjang sekolah dasar. Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa Nasional. Hal tersebut menunjukkan bahwa bahasa Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan anak-anak sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif baik lisan maupun tertulis. Proses pembelajarannya diarahkan untuk bisa menguasai empat keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan bahasa yang paling memiliki peranan penting adalah keterampilan membaca, karena dengan membaca semua aspek kehidupan dapat diketahui dan dikuasai melalui isi dari bahan bacaan. Keterampilan membaca adalah keterampilan memperoleh informasi dari teks bacaan. Hal ini sejalan dengan pendapat Tarigan (dalam Dalman,2013) yang mengungkapkan bahwa membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak di sampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/ bahasa tulis. Membaca merupakan kegiatan yang menyenangkan. Jika siswa sudah cinta membaca maka siswa akan mudah untuk mendapatkan segala informasi dengan maksimal. Lain halnya, jika siswa tidak cinta membaca, siswa tidak akan mendapatkan informasi secara maksimal atau juga bisa dikatakan tidak memahami isi bacaan. Membaca untuk memahami isi suatu bacaan atau untuk mendapatkan informasi yang terkandung dalam teks bacaan untuk memperoleh pemahaman atas bacaan tersebut disebut membaca pemahaman. Membaca pemahaman sangat penting untuk siswa guna memperoleh informasi dari suatu bacaan tersebut. Kemampuan membaca pemahaman juga bermanfaat bagi siswa
Juni 2015
selama mereka belajar di sekolah maupun di luar sekolah, sehingga membaca bukan saja pada waktu siswa masih berada dilingkungan saja, akan tetapi membaca akan dapat berlanjut selaras dengan prinsip pendidikan yang berlangsung seumur hidup. Banyak manfaat yang diperoleh dari kegiatan membaca. Oleh karena itu, sepantasnyalah siswa harus melakukannya atas dasar kebutuhan, bukan karena suatu paksaan. Jika siswa membaca atas dasar kebutuhan, maka ia akan mendapatkan segala informasi yang ia inginkan. Namun sebaliknya, jika siswa membaca atas dasar paksaan, maka informasi yang ia peroleh tidak akan maksimal. Untuk menjadikan siswa Sekolah Dasar terampil dalam memperoleh informasi pada cerita teks narasi maka salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang guru, adalah dengan menerapkan metode turnamen membaca dalam membaca pemahaman pada teks narasi untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa dalam memperoleh informasi maupun pemahaman atas bacaan cerita teks narasi tersebut. Metode turnamen membaca menurut Abidin (2012a, hlm. 164) adalah metode pembelajaran membaca yang menekankan usaha siswa memahami wacana dengan jalan bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan berbagai keterampilan sosial. Tujuan utama metode turnamen membaca ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami bacaan dan sekaligus mengukur tingkat kinerja kooperatif siswa dalam kelompok. Selain itu, metode ini juga bertujuan untuk mengembangkan karakter sosial, individual pada diri siswa. Dilihat dari tujuan utama dari metode turnamen membaca, metode ini sangat diperlukan dan sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman, tidak saja dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, tetapi juga berguna untuk
semua mata pelajaran, terutama yang diajarkan di sekolah, khusunya di Sekolah Dasar. Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa memiliki kemampuan membaca pemahaman yang tinggi dan para siswa akan memperoleh informasi yang terkandung dalam cerita teks narasi dan juga sebagai bahan pengembangan produk kreatif pascamembaca. Tetapi pada kenyataannya metode ini masih sangat jarang digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman yang menyebabkan kegiatan membaca siswa pun masih monoton dan siswa biasanya hanya membaca suatu bacaan secara sekilas atau secara asal-asalan, tanpa mengetahui isi dari bacaan cerita teks narasi yang telah dibacanya. Sehingga hal tersebut menyebabkan, tingkat pemahaman membaca pada cerita teks narasi siswa sekarang ini masih rendah. Hal ini disebabkan oleh tidak diterapkannya strategi membaca pada cerita teks narasi yang tepat, dan hanya ditunjukkan untuk kepentingan praktis belaka yakni siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan. Dampak dari kondisi di atas adalah bahwa siswa hanya memiliki kecepatan membaca yang rendah dan diikuti pula oleh tingkat pemahaman membaca pada cerita teks narasi yang rendah pula. Kondisi ini diperparah dengan adanya permasalahan dalam membaca pemahaman yang masih banyak lagi. Seperti siswa tidak bisa menuliskan rangkuman cerita teks narasi yang telah dibacanya, serta menceritakan kembali secara lisan cerita teks narasi apa yang telah dibacanya, dan mengubah cerita teks narasi ke dalam bentuk cerita teks narasi lain dan memperluas bacaan cerita teks narasi yang telah dibacanya. Dari hasil observasi di lapangan penulis mendapatkan informasi dari guru di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Percobaan ditemukan data dari jumlah siswa 37, siswa yang sudah mampu
memahami bacaan dari teks adalah 5 siswa. Kurangnya pemahaman siswa di kelas tersebut dapat di identifikasi sebagai berikut : a. Pemahaman hasil membaca pada cerita teks narasi siswa masih rendah dalam hal menangkap informasi yang terdapat dalam cerita teks narasi tersebut. b. Tidak menerapkan strategi membaca yang tepat yang menyebabkan siswa hanya mampu membaca secara monoton. c. Siswa tidak pernah tahu bagaimana cara praktis dalam memahami cerita teks narasi. d. Belum tercapainya mutu pendidikan yang diinginkan sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) pelajaran bahasa Indonesia kelas IV. e. Siswa belum bisa menuliskan kembali cerita dari teks bacaan. f. Siswa kebanyakan masih bingung dalam menuliskan kembali cerita dari teks bacaan. g. Siswa kurang motivasi belajar. h. Siswa tidak bisa menjawab pertanyaan. Dari identifikasi tersebut penulis menganalisis masalahnya yaitu kurang tepatnya metode yang digunakan oleh guru dalam membaca pemahaman. Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah tersebut, penulis mau melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Penerapan Metode Turnamen Membaca pada Cerita Teks Narasi untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV”.
Hena Anistia, Motode Turnamen Membaca Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
5 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengajukan1) rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi? 2. Bagaimana kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV dengan2) menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh gambaran tentang proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi 2. Untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi. Metode turnamen membaca merupakan pengembangan dari model pembelajaran kooperatif yang digagas Slavin. Metode turnamen membaca menurut Abidin (2012b, hlm. 112) „merupakan metode pembelajaran membaca yang menekankan usaha siswa memahami wacana dengan jalan bekerja sama dalam kelompok dengan menggunakan berbagai keterampilan sosial‟. Tujuan metode turnamen membaca menurut Abidin (2012b, hlm. 111) „adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca siswa, metode memahami bacaan, dan sekaligus mengukur tingkat kinerja kooperatif siswa dalam kelompok‟. Tahap-tahap metode turnamen membaca diturunkan dari model kooperatif Team Game Tournament versi Slavin dengan sejumlah modifikasi. Tahapan metode turnamen membaca menurut Abidin (2012b, hlm. 112) adalah sebagai berikut.
prabaca Tahap persiapan Guru mempersiapkan materi berikut perangkat pembelajaran termasuk lembar kerja proses (LKP) dan perlengkapan turnamen. Selanjutnya guru membagi kelompok berdasarkan skor awal (nilai ratarata harian) siswa yang terdiri dari empai sampai enam orang siswa dengan kemampuan akademik yang bervariasi. Tahap penyajian materi Pada tahap ini guru memberikan gambaran umum tentang isi bacaan yang akan dikaji oleh siswa. Bacaan yang digunakan hendaknya bacaan yang sesuai dengan kehidupan siswa sehingga akan mampu memotivasi siswa belajar. Penyajian umum ini bukan menyajikan ringkasan, melainkan hanya menyajikan arah wacana yang akan dibahas. Tahap Membaca 3) Tahap kegiatan kelompok Siswa mengatur tempat duduknya berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan guru. Siswa berkelompok membaca materi dan mengerjakan soal-soal turnamen yang diberikan guru. Soal yang diberikan hendaknya memiliki tingkat kesulitan yang berbeda sesuai dengan kemampuan anggota kelompok yang juga heterogen. Peran guru dalam tahap ini adalah sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok. 4) Tahap turnamen akademik Guru mengelompokkan siswa (yang memiliki kemampuan akademik homogen dari kelompok yang heterogen ) dalam satu meja turnamen. Mereka bersaing/ berkompetisi mengerjakan soal guna mendapatkan nilai yang terbaik bagi kelompoknya. Selanjutnya guru menyampaikan aturan permainan yang harus diikuti oleh setiap siswa dalam pelaksanaan turnamen akademik. 5) Tahap perhitungan skor Perhitungan skor dilakukan berdasarkan jawaban benar yang dibuat masing-masing siswa. 6) Tahap penghargaan kelompok
Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan rata-rata skor kelompok berdasarkan skor yang diperoleh masingmasing anggotanya. Kelompok yang paling banyak menjuarai turnamen selanjutnya diberi penghargaan khusus oleh guru. Tahap Pascabaca 7) Penutup Pada tahap ini, guru mengulas mengenai materi dan soal-soal turnamen yang telah dipelajari. Selanjutnya guru menguji pemahaman siswa secara menyeluruh dengan jalan menugaskan siswa menceritakan isi bacaan dengan bahasanya sendiri. Penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV.Kemampuan membaca pemahaman pada cerita teks narasi dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa untuk memperoleh informasi dan pemahaman yang terkandung dalam cerita teks narasi seperti kemampuan siswa untuk menceritakan kembali bacaan yang telah dibaca dalam bentuk tulisan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Kemampuan ini dapat diukur melalui indikator (1) pemahaman isi teks, (2) ketepatan diksi (3) ketepatan struktur kalimat dan (4) Teknik Penulisan. METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di kelas IV Sekolah Dasar yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok peserta didik dalam pembelajaran di kelas. Desain PTK yang dilakukan oleh peneliti didasarkan pada desain PTK model John Elliott. Model elliot ini merupakan model siklus yang dilakukan secara berulang atau berkelanjutan sehingga semakin lama dilakukan diharapkan semakin meningkatkan perubahan dan hasilnya. Model Elliot ini terdiri atas tiga siklus. Masing-masing
siklus terdiri atas tiga tindakan. Tindakan ini dilakukan secara bertahap dan terusmenerus dan berulang-ulang sampai diperoleh hasil yang terbaik. Kemudian barulah dilakukan analisis dan refleksi. Setelah refleksi selesai dilanjutkan dibuat perencanaan baru sebagai bagian dari siklus berikutnya. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Percobaan dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas IV SD sebanyak 37 siswa, adapun di kelas tersebut terdapat siswa laki-laki yang berjumlah 20 siswa dan perempuan berjumlah 17 siswa Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penilaian atau tes hasil belajar,observasi, catatan lapangan, dokumentasi, dan wawancara. Sedangkan teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dokumentasi, Tes dan catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif, teknik analisis kuantitatif data dan teknik triangulasi. 1. Teknik analisis data kualitatif Data kualitatif ini diperoleh dari hasil observasi, wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi. Analisis data kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan data seluruh hasil penelitian dalam bentuk narasi. Proses analisis data dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber seperti catatan lapangan, dokumentasi dan wawancara. 2. Teknik analisis data kuantitatif Data kuantitatif ini di peroleh dari tes hasil belajar. Analisis data kuantitatif ini dilakukan dengan cara mencari rata-rata hitung dengan statistik. Rumusnya adalah 3. Teknik Triangulasi Trianggulasi bertujuan memberikan pemahaman
untuk secara
Hena Anistia, Motode Turnamen Membaca Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
7 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
menyeluruh tentang hasil penelitian. Proses pengolahan datanya dapat dilakukan dengan cara meramu data kualitatif dan data kuantitatif. Proses pengolahan data ini harus dilakukan selama kegiatan penelitian berlangsung. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian merupakan paparan tentang hasil yang diperoleh setelah melakukan penelitian dengan melakukan 9 kali tindakan. Dalam kegiatan pembelajaran, peneliti telah merancang terlebih dahulu rencana pelaksanaa pembelajarannya dengan berdasarkan pada langkah-langkah kegiatan yang terdapat pada metode turnamen membaca. Dalam pelaksanaan pembelajarannya peneliti menggunakan teks narasi yang akan lebih menarik bagi siswa karena dalam proses pembelajaran membaca ini menggunakan tema yang berbeda dari setiap siklusnya. Pada siklus I peneliti menggunakan tema tantang “Pahlawanku” dan teks yang digunakan adalah teks narasi berupa biografi yang berjudul “Biografi Ki Hajar Dewantara”. Siklus II peneliti menggunakan tema tantang “Tempat Tinggalku” dan teks yang digunakan adalah teks narasi berupa cerita rakyat yang berjudul “Cindelaras”. Sedangkan pada siklus III peneliti menggunakan tema tantang “Cita-citaku” dan teks yang digunakan adalah teks narasi yang berjudul “ Cita-Cita Si Beni Beo”. Siklus I Materi pokok pada tindakan 1 adalah membaca biografi tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia yang berjudul “Biografi Ki Hajar Dewantara”. Dalam proses pembelajaran pada siklus 1, peneliti menerapkan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tahapan metode turnamen membaca. Temuan yang didapat oleh peneliti pada siklus 1 ini ada pada tahap kegiatan kelompok yang dilaksanakan pada tindakan 1, di mana
pada saat pembagian kelompok heterogen, suasana kelas yang ricuh disebabkan oleh perbagian kelompok baru yang sudah ditetapkan oleh peneliti, sehingga pada saat pergantian kelompok tersebut menyebabkan banyak nya waktu yang terbuang, yang digunakan siswa untuk berpindah posisi tempat duduk dan juga penyesuaian dengan anggota kelompok yang baru juga. Saat mengerjakan LKS, sebagian siswa merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan seputar isi bacaan yang telah siswa baca. Hal ini dikarenakan peneliti kurang memotivasi dan penguatan siswa dalam mengerjakan LKS sehingga menjadikan siswa menghabiskan waktu yang cukup lama dalam mengisi tugas yang telah diberikan. Pada kegiatan turnamen juga mengalami permasalahan, dimana siswa kurang mematuhi aturan permainan dalam turnamen sehingga kelas ribut dan kurang terkondisi dengan baik, dan masih ada siswa yang belum bisa berpartisipasi dengan anggota timnya. Dilihat dari hasil evaluasi pembelajaran dalam menuliskan kembali isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri juga mengalami permasalahan dimana siswa tidak bisa menuliskan kembali isi bacaan dengan secara runtut bahkan siswa terkesan hanya menuliskan apa saja yang siswa ingat tanpa memahami apa isi bacaan tersebut. Kondisi di atas menunjukkan masih terdapat kelemahan dalam penelitian yang telah dilakukan pada siklus 1. Oleh sebab itu, diperlukan adanya upaya-upaya perbaikan yang dapat menunjang proses pembelajaran seperti yang diharapkan. Dalam upaya perbaikan kegiatan pembagian kelompok yang menyebabkan terjadinya kericuhan di dalam kelas, maka peneliti melakukan upaya perbaikan agar kondisi kelas menjadi lebih kondusif lagi dalam kegiatan pembelajaran dengan cara
peneliti akan berusaha lebih meningkatkan lagi dalam keterampilan mengelola kelas. Menurut John I, Bolla (dalam Halimah,2013, hlm. 89) yang dimaksud dengan “keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan guru dalam menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal, dan apabila terdapat gangguan dalam proses pembelajaran, baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun yang bersifat gangguan yang berkelanjutan guru tersebut mampu mengembalikan pada kondisi yang optimal. Apabila terdapat gangguan-gangguan dalam proses pembelajaran, dan guru bertindak untuk mengendalikannya ke situasi pembelajaran yang optimal, maka tindakan tersebut termasuk tindakan mendisiplinkan kelas”. Menurut Halimah (2013) keterampilan mengelola kelas pada umumnya bertujuan untuk menciptakan hal-hal berikut ini. a. Mendorong peserta didik agar mampu mengembangkan tanggung jawabnya terhadap tingkah lakunya, dan memiliki kesadaran untuk mengendalikan dirinya. b. Membantu peserta didik agar mengerti akan arah tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas, dan memelihara atau merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan dan bukan kemarahan. c. Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas dan bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas. Upaya perbaikan agar siswa dalam pengerjaan LKS tidak membutuhkan banyak waktu lagi dan siswa dapat menjawab semua pertanyaan pada LKS, peneliti akan berusaha untuk memberikan penguatan dan motivasi. Menurut D.N.
Pah dan Joni (dalam Halimah,2013, hlm. 54) mengemukakan bahwa „penguatan adalah respon terhadap suatu tingkah laku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut‟. Dalam situasi belajar mengajar, memberi penguatan diartikan dengan tingkah laku guru dalam merespon secara positif suatu tingkah laku tertentu dari peserta didiknya yang memungkinkan tingkah laku itu muncul kembali. Dilihat dari tujuan pemberian penguatan dalam proses pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan dan memelihara motivasi belajar peserta didik, memberi kemudahan belajar pada peserta didik dan mengontrol tingkah laku peserta didik yang kurang positif serta mendorong munculnya tingkah laku yang produktif. Selanjutnya upaya perbaikan pada saat mengerjakan LKS, di mana sebagian siswa merasa kesulitan dalam menjawab pertanyaan seputar isi bacaan yang telah siswa baca, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pada kegiatan kelompok dalam menjawab soal LKS, siswa dibagi menjadi 8 kelompok heterogen yang terdiri dari beragam kemampuan akademik yaitu kemampuan akademik tinggi, sedang, dan rendah. Dengan adanya upaya pembagian kelompok heterogen ini diharapkan siswa yang berkemampuan tinggi dapat membantu siswa yang berkemampuan rendah untuk mempermudah dalam memahami materi yang sedang dipelajari, sehingga semua siswa bisa mencapai tujuan pembelajaran dengan jalan bekerja sama. Slavin (dalam Abidin, 2012) model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompokkelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang, rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras,
Hena Anistia, Motode Turnamen Membaca Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
9 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender. Model pembelajaran kooperatif juga mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Upaya perbaikan pada kegiatan turnamen siswa yang belum bisa berpartisipasi dengan anggota timnya adalah dengan memberikan motivasi. Menurut Deutsch (dalam Slavin, 2005, hlm. 34) “mengidentifikasikan tiga struktur tujuan: kooperatif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu memberi kontribusi pada pencapaian tujuan anggota yang lain; kompetitif, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu menghalangi pencapaian tujuan anggota lainnya; dan individualistik, di mana usaha berorientasi tujuan dari tiap individu tidak memiliki konsekuensi apa pun bagi pencapaian tujuan anggota lainnya”. Upaya perbaikan hasil evaluasi pembelajaran dalam menuliskan kembali isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri yang mengalami permasalahan dimana siswa tidak bisa menuliskan kembali isi bacaan dengan secara runtut bahkan siswa terkesan hanya menuliskan apa saja yang siswa ingat tanpa memahami apa isi bacaan tersebut dapat di atasi dengan cara menambahkan kegiatan pada tindakan 3 sebelum siswa menuliskan kembali isi bacaan dengan menggunakan peta cerita, dimana peta cerita tersebut merupakan tahap kegiatan pascabaca yang akan mempermudah siswa mengingat alur cerita pada bacaan yang telah siswa baca sehingga pada saat menuliskan kembali isi cerita, isi cerita pun akan lebih runtut dan siswa pun akan
lebih memahami lagi isi cerita yang telah siswa baca. Prosedur pembelajaran membaca secara garis besar harus terdiri atas tiga tahapan yakni tahapan prabaca, tahapan membaca, dan tahapan pascabaca. Menurut Cox (dalam Abidin, 2012a, hlm. 160) mengemukakan „beberapa hal yang dapat dilakukan pada kegiatan prabaca salah satunya adalah dengan cara menjelaskan gambaran awal bacaan‟. Tahap membaca dapat dilakukan dengan cara kegiatan sharing ide dan diskusi. Kemudian menurut Nuttal (dalam Abidin, 2012a, hlm. 162) mengemukakan bahwa „peta cerita merupakan salah satu alternatif lain yang dapat dipilih pada kegiatan pascabaca yang bertujuan untuk menguji kemampuan membaca sekaligus memantapkan kemampuan membaca para siswa‟. Siklus 2 Dalam proses pembelajaran membaca pemahaman pada siklus 2, dengan menggunakan metode turnamen membaca, serta dengan upaya perbaikan yang dilakukan, siswa dalam mengerjakan maupun mengikuti setiap tahapan dalam pembelajaran mengalami peningkatan, yang mana peningkatan tersebut terlihat dari kerapihan dan kondusifnya seluruh siswa di dalam kelas. Pada kegiatan mengerajakan LKS, upaya yang peneliti tingkatkan pada siklus 2 ini adalah memberikan penguatan, dan motivasi lagi dalam kegiatan pembelajaran agar siswa termotivasi dalam mengerjakan soal LKS, serta pemberian evaluasi proses kelompok dan mengadakan variasi berupa media pembelajaran yang lebih menarik lagi. Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie,2002, hlm.30) mengatakan „bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap kooperatif learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, di mana unsur-unsurnya itu adalah saling ketergantungan positif,
tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok‟. Evaluasi proses kerja kelompok ini bertujuan agar semua siswa bisa bekerja sama lebih efektif lagi dengan kelompoknya sehingga semua siswa termotivasi dalam mengerjakan soal LKS secara bersama-sama. Kosasi (dalam Halimah, 2013, hlm. 59) „keterampilan mengadakan variasi adalah sebagai proses perubahan dalam pembelajaran, yang pada umumnya di kelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan alat dan media pengajaran, dan variasi dalam pola interaksi belajar mengajar‟. Mengadakan variasi dalam proses pembelajaran sangat diperlukan oleh guru, di samping untuk mengatasi kebosanan, juga diarahkan untuk meningkatkan motivasi dan perhatian peserta didik agar tetap terpelihara dengan baik, dengan cara penggunaan media stik berwarna untuk penentuan siapa pembaca soal dan pemain pertama turnamen. Dengan di adakannya variasi media maka pada kegiatan turnamen akan diharapkan semua siswa bisa berpartisipasi pada kegiatan turnamen. Siklus 3 Materi pokok pada siklus 3 tindakan 1 adalah membaca cerita narasi yang berjudul “Cita-Cita Si Beni Beo”. Selama kegiatan membaca bersama, tidak terjadi kericuhan lagi di mana siswa mengeluhkan karena bacaannya hanya terdapat 1 bacaan pada setiap kelompok sehingga menyulitkan mereka untuk membaca pada siklus 1 kemarin. Pada siklus 3 tindakan 1 ini, peneliti menambah bahan bacaan untuk setiap kelompok heterogen agar semua orang lebih mudah membaca dan dapat lebih mudah memahami bahan bacaan. Masih ada siswa yang tidak membaca semua bacaan tersebut dikarenakan malas, sehingga peneliti pun memberikan penguatan lagi kepada semua siswa agar semua siswa
membaca bahan bacaannya sampai selesai supaya nanti bisa menjawab pertanyaan. Pada saat pengerjaan LKS, guru hanya sebagai fasilitator dan motivator kegiatan setiap kelompok. Guru selalu berkeliling melihat hasil diskusi setiap kelompok, ketika sedang mengamati diskusi setiap kelompok heterogen, pada siklus 3 ini tidak ada lagi keributan karena semua siswa mengerjakan soal-soal LKS tersebut dengan anggota kelompoknya masingmasing. Setelah semua soal dikerjakan, perwakilan setiap kelompok mengumpulkan hasil kerjanya kepada guru. Setelah pengumpulan LKS, guru mencoba mengetahui bagaimana hasil dari bacaan yang telah dibacanya dan dengan diskusi kelompok dengan memberikan soal evaluasi kepada setiap siswa. Pada kegiatan turnamen juga semua siswa sudah bisa berpartisipasi dan mematuhi aturan permainan turnamen dan mengikuti kegiatan turnamen dengan kondusif. Kemudian pada saat mengerjakan soal evaluasi pun siswa sudah bisa menuliskan kembali isi bacaan dengan menggunakan bahasanya sendiri. Adapun nila hasil kemampuan membaca pemahaman siswa dari siklus 1 sampai siklus 3 dapat dilihat pada diagram di bawah ini. 100 80 60 40 20 0
Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3 siklus Siklus Siklus 1 2 3
Grafik Rata-rata Nilai Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Berdasarkan grafik di atas, data nilai hasil kemampuan membaca pemahaman siswa pada siklus 1 tindakan 3 nilai ratarata kelas dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi
Hena Anistia, Motode Turnamen Membaca Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman
11 Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2015
adalah 40,63, dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 7 siswa. Pada siklus 2 tindakan 3 nilai rata-rata kelas dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi adalah 67,53, dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 13 siswa. Sedangkan pada siklus 3 tindakan 3 nilai rata-rata kelas dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi adalah 80,06 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai di atas KKM sebanyak 37 siswa atau semua siswa kelas. 4 3
Pemahaman Isi teks
2
Ketepatan diksi
1 0 Siklus Siklus Siklus 1 2 3
Grafik Skor Rata-rata Ketercapaian Indikator Menuliskan Kembali Isi Bacaan Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui skor rata-rata ketercapaian indikator menuliskan kembali isi bacaan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Indikator yang meningkat setiap siklusnya yaitu, pemahaman isi teks, ketepatan diksi, ketepatan struktur kalimat, dan teknik penulisan. Kenaikan setiap indikator yang siswa peroleh dikarenakan adanya upaya perbaikan yang dilakukan peneliti dalam proses pembelajaran yang berlangsung. Upaya tersebut antara lain dengan menerapkan berbagai teori yang mendukung agar terciptanya pembelajaran yang sesuai dengan harapan, teori tersebut berupa teori aktivitas membaca. Selain dapat meningkatkan hasil kemampuan membaca pemahaman siswa, peneliti juga dapat meningkatkan proses pembelajaran yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut
dapat terlihat dari meningkatnya proses kegiatan pembelajaran, yang pada awalnya kelas tidak kondusif, dengan adanya penelitian, serta adanya upaya perbaikan dalam setiap siklus maupun setiap tindakan yang dapat meningkatkan proses pembelajaran siswa. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan data yang diperoleh mengenai penerapan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi pada pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV di SD Negeri Percobaan. Peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan menunjukkan suatu keberhasilan dengan hasil pembelajaran yang baik. Hal tersebut dapat terlihat dari proses pembelajaran dan hasil pembelajaran yang menunjukkan adanya peningkatan dari setiap siklus yang telah peneliti lakukan dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan metode turnemen membaca pada cerita teks narasi terbukti dapat meningkatkan proses pembelajaran membaca pemahaman secara signifikan. Hal ini dapat terlihat dari sikap dan perilaku siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, maupun mengerjakan LKS dan evaluasi pada setiap siklusnya. Pada siklus I siswa kelas 4B masih terlihat tidak kondusif saat dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi. Pada siklus II hanya beberapa siswa yang terlihat tidak kondusif dalam mengikuti proses pembelajaran dengan
menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi. Pada siklus III semua siswa kelas 4B terlihat sudah kondusif dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi. 2. Pembelajaran keterampilan membaca pemahaman dengan menggunakan metode turnamen membaca pada cerita teks narasi dapat meningkatkan hasil pembelajaran membaca pemahaman. Hal ini terlihat dari nilai siswa pada siklus III yang menunjukkan semua siswa telah memenuhi standar kelulusan yaitu 75. Selain itu juga terlihat dari rata-rata nilai kemampuan membaca pemahaman siswa yang setiap siklusnya mengalami peningkatan yang signifikan. Pada siklus I nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa adalah 40,63. Siklus II nilai ratarata kemampuan membaca pemahaman siswa adalah 67,53. Dan pada siklus III nilai rata-rata kemampuan membaca pemahaman siswa adalah 80,06.
Slavin, E. (2005). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Y. (2012a). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Abidin, Y. (2012b). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama. Dalman. (2013). Keterampilan Membaca. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Halimah, L. (2013). Sikap Profesional Guru dan Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung: Rizky press. Lie, A. (2002). Cooperative Learning Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasinda. Hena Anistia, Motode Turnamen Membaca Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman