PENGELOLAAN SAMPAH DAN LIMBAH MEDIS DI MAJAPAHIT WOCARE CLINIC POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO
HIDAYATULLAH SALEH NIM. 11001069 Subject: Pengelolaan, Sampah, Limbah, Medis, Wocare DESCRIPTION : Sampah dan limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit/klinik dapat berupa bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan. Sampah dan limbah wajib dikelola dengan tepat, karena setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengelolaan sampah dan limbah medis di Majapahit Wocare Clinic. Metode penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Variabel penelitian ini adalah pengelolaan sampah dan limbah medis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi dan menggunakan subjek penelitian, adapun yang menjadi subjek penelitian ini adalah coordinator Majapahit Wocare Clinic. Instrumen penelitian menggunakan daftar pertanyaan, gambar dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampah yang dihasilkan Majapahit Wocare Clinic berupa sampah medis dan non medis, sedangkan limbah yang dihasilkan berupa limbah medis cair. Pada pengelolaan sampah di peroleh penampampungan sampah tidak dipisah antara sampah medis dan non medis, pada pengangkutan tidak ada jalur khusus dan pada pemusnahan sampah dibakar tidak menggunakan incinerator, sampah dibakar di ruang terbuka. Pada limbah proses pembuangan limbah dibuang kesaluran pembuangan umum. Pengelolaan sampah dan limbah medis Majapahit Wocare Clinic belum ada yang sesuai dengan pengelolaan sampah dan limbah yang tepat. Penampungan pengangkutan sampai pemusnahan tidak ada yang sesuai dengan cara pengelolaan sampah dan limbah medis yang benar. Penampungan tidak ada pemilahan sampah antara sampah medis dan non medis, tidak ada pelabelan pada tempat sampah, pengangkutan tidak ada jalur khusus untuk pengangkutan, pemusnahan dibakar dilahan terbuka tidak ada tempat khusus untuk pembakaran. Saran yang diberikan kepada Majapahit Wocare Clinic agar memperbaiki pengelolaan sampah dan limbah medis, untuk kesehatan lingkungan dan warga kampus. ABSTRACT The garbage and waste generated by hospitals/clinics may be dangerous toxic materials because of the character, concentration or amount may be harmful to health or the environment. Garbage and waste must be managed appropriately, because everyone deserves a healthy environment for the achievement of health status. Therefore, this study was conducted to know the management of garbage and medical waste in Majapahit wocare clinic. The methods of this study is a descriptive research. The variables of this study are garbage and medical waste management. Data collection techniques used are observation and 1
the use of subjects study and the subject of this study is the clinic coordinator wocare Majapahit. The instrument uses questionnaires, image and interviews . The results showed that the waste generated by majapahit wocare clinic medical consist of medical and non medical garbage, while the waste consist of liquid medical waste. In the garbage management, we get that the collection not split between of the medical and non medical garbage. In the throwing there is not special lanes and in the destruction of didn’t use incinerator for burning, an it is burned in open area. In the waste, its process is thrown to public sewage. The garbage and medical waste management majapahit clinic wocare haven’t been suitable yet. The collection until destruction it is not suitable with the best way of garbage management and medical waste. The collection doesn’t give separation between medical and non medical garbage, without labeling on the bins , without special pathway for collecting , the distruction is in open area. We suggest majapahit wocare clinic to improve their garbage management and medical waste for environmental health and campus residents. Keyword : management, garbage, waste, medical, wocare Contributor
: 1. Eka Diah K, SKM., M.Kes 2. Mohammad Nur Firdaus S. Kep. Ns Date : 16 Mei 2014 Type Material : Laporan Pendahuluan Edentifier :Right : Open Document Summary : LATAR BELAKANG Sampah rumah sakit/klinik dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan. Sampah wajib dikelola karena setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan (Undang-Undang No 25 Tahun 2009). Rumah sakit sebagai salah satu pelayanan umum yang berfungsi menangani, merawat dan mengobati orang sakit akan menghasilkan sampah dan limbah dengan kuantitas dan kualitas yang perlu diperhatikan, karena didalamnya mengandung bahan berbahaya dan beracun (Adikoesoemo, 2007). Negara maju menghasilkan 6 kg sampah medis per orang per tahun, sedangkan di negara berkembang biasanya menggolongkan sampah menjadi 2 golongan, yaitu sampah non medis dan sampah medis. Negara berkembang menghasilkan 0,5 sampai 3 (tiga) kg per orang per (WHO , 2007). Secara tidak langsung pembuangan sampah yang mengandung racun ke lingkungan seperti dari landfil dapat mengkonstaminasi perairan, incenerator yang tidak memadai akan menyebabkan polusi udara, apabila pada proses incenerasi mengandung chlorine dapat mengasilkan dioxins dan furan yang diklasifikasikan sebagai zat karsinogen (Febrina, 2012) Penggunaan jarum suntik bekas tanpa sterilisasi menyebabkan 8 (delapan) sampai 16 milyar infeksi hepatitis B tiap tahun, 2,3 sampai 4,7 milyar hepatitis C dan 80.000 sampai 160.000 terinfeksi Human Immunodeficiency virus (HIV). Sampah yang dihasilkan rumah sakit/klinik hampir 80% berupa sampah Non medis, dan 20% sampah medis. Sebesar 15% dari sampah Rumah sakit merupakan limbah infeksius dan limbah jaringan tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3% dan limbah genotoksik serta radioaktif sebesar 1%. (WHO , 2007). Penelitian lain melakukan survey di rumah sakit/klinik Yordania. Rata-rata sampah yang dihasilkan berkisar antara 0,29 sampai 1,36 kg/tempat tidur/hari 2
dengan total sampah harian sebesar 6 ton/hari. Berdasarkan survey, rumah sakit pemerintah menghasilkan 25% limbah infeksius, rumah sakit swasta sebesar 16% dan rumah sakit pendidikan sebesar 16%. (Alhumoud dan Alhamoud, 2007) Penelitian Alhumoud dan Alhamoud 2007 mengungkapkan bahwa pada rumah sakit/klinik di kuwait, sampah yang dihasilkan per hari bervariasi antara 3,87 kg/tempat tidur/hari sampai 7,44 kg/tempat tidur/hari. Sampah tersebut terdiri dari sampah non medis sebesar 71,44% dan limbah infeksius sebesar 27,8% dan 0,76% limbah benda tajam. Sementara itu hasil penelitian Departemen Kesehatan di Indonesia pada tahun 2003 menunjukkan bahwa produksi sampah sebesar ±0,14 kg/tempat tidur/hari. Produksi sampah berupa limbah non infeksius sebesar 80%, 15% limbah patologis, 1% limbah benda tajam, 30% limbah klinik dan farmasi. Jumlah rumah sakit pada tahun yang sama yaitu 1686 rumah sakit. Diperkirakan secara nasional produksi sampah rumah sakit sebesar 8.132 ton/tahun (Febrina, 2012). Hasil studi pendahuluan pada tangal 15 Februari 2013 di Majapahit Wocare Cinikc diperoleh info bahwa sampah medis di wocare di kelola dengan cara dibakar. Namun belum jelas proses dan prosedur pengelolaanya. Jumlah sampah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), balai pengobatan, maupun laboratorium medis terus bertambah (Profil Dinas Kesehatan Indonesia tahun 2008). Limbah medis sangat penting untuk dikelola secara benar, hal ini mengingat limbah medis termasuk kedalam kategori limbah berbahaya dan beracun. Kegiatan pengelolaan sampah Rumah sakit/klinik terdiri, penampungan (pelabelan, jenis wadah), pengangkutan (bahan alat angkut), pembuangan akhir (insenerator, TPA). Tempat pembuangan dan penampunganlimbah sementara penting untuk di disenfeksi untuk menghindri terjadinya penularan penyakit melalui media sampah padat. Rumah sakit/klinik menghasilkan sampah medis dan non medis. Sampah rumah sakit/klinik berpotensi menimbulkan risiko untuk pasien, komunitas tetangga, staf rumah sakit/klinik, pengunjung dan bahkan lingkungan sekitarnya (Patil dan shekdar, 2009). The International Council of Nurses (ICN) di Switzerland (Persatuan Dewan Perawat Internasional (PDPI)), menyikapi profesi perawat di seluruh dunia harus mengetahui pentingnya peranan lingkungan alam dalam kesehatan menyeluruh dan mengetahui bahwa ancaman lingkungan alam berasal dari limbah rumah sakit. ICN percaya bahwa setiap perawat memiliki tugas untuk mengurangi ataupun menghilangkan efek negatif dari hasil lingkungan limbah medis.Mengurangi limbah medis dengan strategi menempatkan wadah untuk mengurangi volume dan memfasilitasi daur ulang jika masih memungkinkan serta memberikan pendidikan kepada pasien untuk mengetahui dampak polusi lingkungan rumah sakit. Berdasarkan dari permasalahan tersebut di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengelolaan sampah medis di majapahit wocare clinic poltekkes majapahit mojokerto. METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, Variabel dalam penelitian ini yaitu pengelolaan sampah dan limbah medis. Dalam penelitian ini yang dikgunakan adalah subjek penelitian, yang menjadi subjek penelitian adalah perawat Majapahit Wocare Clinic Poltekkes Majapahit Mojokerto.
3
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sampah Majapahit Wocare Clinic berasal dari perawatan luka, jenis sampah yang diasilkan adalah sampah medis dan non medis. Pada sampah medis yang dihasilkan terdiri dari dressing/balutan dan pada nonmedis berupa plastik, kertas dan pembungkus alat medis. Unit yang mengelola sampah medis tidak ada. Pengelolaan sampah medis masih jadi satu dengan pengelolaan sampah kampus. Sampah medis Majapahit Wocare Clinic dikelola oleh petugas kebersihan, berjumlah 1 orang. Tidak ada pembagian tugas pengeloaan sampah dalam hal menangani sampah, petugas kebersihan merangkap jadi 1 dalam hal pengelolaan sampah. Tidak ada petugas khusus menangani sampah medis, sampah medis di tangani oleh petugas kebersihan. Jumlah petugas yang mengangkut sampah sampah medis 1. Jumlah petugas yang melakukan kegiatan pembakaran sampah medis 1 orang yaitu petugas kebersihan yang melakukan penempungan dan pengangkutan. Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan petugas pengelola sampah medis adalah boot, sarung tangan dan masker. Petugas kebersihan yang bertugas tidak pernah mendapatkan pelatihan sampah hanya di kelola ala kadarnya. Tidak ada sistem pendanaan khusus untuk program penanganan sampah Majapahit Wocare Clinic pendanaan masih menjadi satu dengan pendanaan sampah kampus. Dana yang dibutuhkan juga tidak diketahui, karna tidak ada pendanaan untuk penanganan sampah di Majapahit Wocare Clinic. Fasilitas dan peralatan yang disediakan kampus dalam membantu melancarkan proses pengelolaan sampah antara lain, bak sampah yang terbuat dari alumunium yang terdapat di setiap kamar perawatan, bak sampah besar untuk tempat penampungan sampah sementara, gerobak sampah dan lahan kosong untuk proses pemusnahan/pembakaran sampah. Fasislitas dan peralatan yang disediakan berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam penyediaan fasilitas belum mencukupi, karna belum tersedia bak sampah yang dibutuhkan, kemudian tidak tersedianya insenerator. Penampungan sampah di Majapahit wocare Clinic ada disetiap ruangan, dengan kapasitas plastik merah besar. Jarak penempatan antara tempat 1 dengan tempat sampah lainnya berjarak 3 meter. Tidak ada pemilahan atau pemisahan menurut jenis dan sifat sebelum dibuang, Majapahit Wocare Clinic tidak memproduksi sampah benda tajam, karna di Majapahit Wocare Clinic hanya khusus perawatan luka sampah yang dihasilkan hanya dressing/balutan. Tempat sampah di Majapahit Wocare Clinic dilapisi dengan kantong plastik berwarna merah. Tempat sampah yang telah dipakai dibersihkan dan dicuci menggunakan desinfektan. Sampah diangkut oleh petugas kebersihan, petugas yang bertugas mengangkut berjumlah 1 orang. Sampah diambil dari penampungan 1 kali dalam sehari jadwal pengangkutan siang atau sore. Sampah yang sudah penuh diruangan akan dipindah ke tempat penampungan sementara. Jalur pengangkutan sampah dari penampungan sementara menuju ke tempat pemusnahan melewati depan kelas, asrama kampus langsung ke tempat pembuangan akhir/pembakaran. Pada proses pemusnahan sampah medis dan sampah nonmedis tidak dilainkan tapi dijadikan satu saat pembakaran tidak diketahui jumlah atau volume sampah medis yang dibakar setiap kali pembakaran karena pembakaran sampah medis dijadikan satu dengan pembakaran sampah yang dihasilkan kampus. Majapahit Wocare Clinic tidak mempunyai incinerator untuk pembakaran sampah medis. Sampah dibakar secara manual di area terbuka, jadwal pembakaran sampah pada sore hari, lama pembakaran ± 2 jam. Petugas pengelola sampah tidak memperoleh informasi bagaimana tentang cara pembakaran sampah yang baik dan aman. Setelah pembakaran abu sisa pembakaran dibiarkan saja menumpuk di tempat pembakaran. Penempatan lokasi pembakaran sampah di tempatkan di belakang kampus 4
poltekkes majapahit. Bahan bakar yang digunakan untuk pembakaran sampah adalah minyak tanah/bensin. Pengetahuan perawat Majapahit Wocare Clinic tentang limbah kurang, dimana dari pertanyaan tentang limbah tidak dijawab dengan benar. Tidak ada pemilahan dan pelabelan limbah medis dan nonmedis Majapahit Wocare Clinic, karena limbah medis yang dihasilkan adalah limbah cair, yaitu cairan bekas cuci luka. Tidak ada pengumpulan maupun pengumpulan sementara limbah medis di Majapahit Wocare Clinic karna limbah yang dihasilkan langsung dibuang melalui WC menuju septic tank/resapan. Tidak ada pemindahan limbah maupun penyimpanan limbah sementara di Majapahit Wocare Clinic. Pada proses pembuangan atau penanganan akhir limbah medis majapahit Wocare Clinic dilakukan setiap kali perawatan, penanganan akhir limbah medis tersebut dilakukan dengan lansgung membuang limbah medis cair ke WC menuju septic tank/resapan, pada pembuangan limbah tidak menunggu sampai limbah penuh karena pada pembuangan limbah langsung di buang ke WC. Tidak ada petugas yang menangani pembuangan akhir limbah medis. Majapahit Wocare Clinic tidak mempunyai ataupu menggunakan incenerator, karena limbah yang dihasilkan Majapahit Wocare Clinic berupa limbah cair. Alat Pelindung Diri yang digunakan untuk pengelolaan limbah adalah sarung tangan. Hasil penelitian sampah Majapahit Wocare Clinic berupa sampah medis dan sampah non medis. Sampah non medis adalah zat padat semi padat yang tidak berguna baik yang dapat membusuk maupun yang tidak dapat membusuk. Sampah jenis ini hampir sama dengan sampah rumah tangga. Limbah domestik rumah sakit/klinik berupa kertas karton, plastik, gelas, metal dan sampah dapur yang dihasilkan dari ruang administrasi, dapur, taman, kantor, ruang tunggu, dan ruang perawatan. Hanya 19% limbah domestik yang diolah dan dimanfaatkan kembali, sisanya limbah domestik dari rumah sakit/klinik ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (Alhumoud & Alhomoud, 2007). Sampah medis atau limbah klinis adalah limbah yang berasal dari pelayanan medik, perawatan gigi, farmasi, penelitian, pengobatan, perawatan atau pendidikan yang menggunakan bahan-bahan yang beracun, infeksius, berbahaya, atau bisa membahayakan kecuali jika dilakukan pengamananan tertentu (Fauziah dkk, 2005). Sampah yang dihasilkan Majapahit Wocare Clinic kebanyakan sampah medis, karna sampah yang dihasilkan adalah sampah dari proses perawatan luka. Sedangkan sampah non medis yang dihasilkan sedikit, hanya pada sampah bekas makanan, sampah plastik dan bekas pembungkus alat-alat. Sampah medis yang dihasilkaan termasuk sampah infeksius, maka tempat sampah yang disediakan seharusnya dibedakan antara sampah medis dan non medis, tapi pada kenyatan yang ada sampah medis dan non medis jadi satu, hal ini juga karena kurangnya penyediaan tempat sampah disetiap ruang perawatan. Hasil penelitian tentang tenaga pengelolaan sampah di Majapahit Wocare Clinic berjumlah 1 orang. Pembagian kelompok kerja berdasarkan kelompok dan area sudah cukup dan efektif dimana seorang petugas kebersihan mempunyai area kerja ± 250-300 m² (Paramitha, 2007). Tanaga pengelola di Majapahit Wocare Clinic berjumlah 1 orang, dari yang mengumpulkan ketempat penampungan sementara, pengangkutan sampai pemusnahan dikerjakan 1 orang, hal ini belum sesuai karena pekerjaan tersebut memerlukan bantuan saat 1 proeses pengelolaan berjalan. Tenaga pengelola sampah selaku petugas kebersihan juga belum pernah mengikuti pelatihan tentang pengelolaan sampah dan limbah medis, dimana hal ini mempengaruhi pengelolaan sampah dan limbah medis di Majapahit Wocare Clinic yang tidak sesuai dengan pengelolaan sampah dan limbah medis yang benar dan tepat. Hasil penelitian tentang pembiayaan sampah di Majapahit Wocare Clinic tidak ada pembiayaan/pendanaan khusus untuk sampah medis di Majapahit Wocare Clinic. Ketersesiaan biaya yang mencukupi sangat menunjang pelaksanaan kegiatan pengelolaan 5
sampah. Volume timbunan sampah medis dan sampah non medis yang dihasilkan diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan sampah di rumah sakit/klinik. Biaya diperlukan untuk membangun dan memelihara sistem pengelolaan sampah, pembiayaan meliputi pembiayaan untuk menggaji petugas kebersihan, penyediaan tempat sampah, dan sarana prasana pengelolaan sampah (Blenkharm, 2007). Majapahit Wocare Clinic tidak mempunyai pembiayaan/pendanaan khusus, pembiayaan/pendanaan ikut pada pembiayaan sampah kampus, dimana hal ini tidak sesuai karna tidak memfokuskan pada pembiayaan sampah medis, yang berakibat sampah yang dikelola jadi satu antara sampah wocare dan sampah yang dihasilkan kampus. Tidak adanya pembiayaan khusus untuk petugas pengelolaan sampah dan limbah medis di Majapahit Wocare Clinic memungkinkan sampah medis yang dihasilakan Majapahit Wocare Clinic dan sampah yang dihasilkan kampus pengelolaan sampahnya di jadikan satu. Hasil penelitian tentang sarana dan prasarana pengelolaan sampah di Majapahit Wocare Clinic menyediakan tempat sampah untuk menampung sampah, gerobak sampah untuk mengangkut sampah dan tidak ada incenerator untuk pemusnahan/pembakaran. Petugas kebersihan disediakan Alat Pelindung Diri (APD). Pengelola sampah disediakan Alat Pelindung Diri seperti apron, sarung tangan, dan sepatu boots (Abor & Bouwer, 2007). Alat pelindung tangan, Sarung tangan merupakan alat pelindung diri yang paling banyak digunakan. Hal ini tidaklah mengherankan karena kecelakaan pada tangan sering terjadi. Alat pelindung kaki atau sepatu boot , sepatu keselamatan kerja (Safety Shoes) digunakan untuk melindungi kaki dari bahaya tertusuk benda-benda tajam. Sepatu pelindung kaki ini terbuat dari kulit. Pakaian kerja atau apron, pakaian pelindung atau pakaian kerja ini digunakan untuk melindungi pemakainya dari benda yang kotor,infeksius dan cuaca yang panas (Pratiwi, 2013). Petugas kebersihan Majapahit Wocare Clinic di sediakan sepatu boots, sarung tangan dan masker namun Alat Pelindung Diri tersebut tidak digunakan saat proses pengelolaan sampah, dimana hal ini dapat membahayakan kesehatan petugas kebersihan tersebut. Proses penampungan sampah di Majapahit Wocare Clinic tidak ada pemislahan sampah menurut jenisnya, tidak ada pelabelan pada pada tempat, tempat sampah dilapisi plastik warna merah. Tahapan pengumpulan termasuk pengemasan dan pelabelan. Di rumah sakit/klinik limbah infeksius kantong merah diletakkan di tempat perawatan yang menghasilkan limbah menular. Kantong hitam diletakkan di ruang perawatan pasien, kantor, kamar mandi, dan ruang tunggu. Kantong dikumpulkan selalu terisi 2/3 dari bagian kantong agar menghindari tumpahan (Tsakona et al, 2007). Tempat penyimpanan sampah rumah sakit/klinikberada di setiap lantai, sampah disimpan tidak lebih dari 12 jam harus ada ventilasi, fasiltas pemadam kebakaran dan fasilitas pembersihan dll. Penyimpanan sebelum dibuang ditaruh di lantai dasar.Limbah infeksius disimpan di kulkas dengan suhu 3-4 ͦC sehingga menghindari terjadinya biodegradasi dan bau yang dikeluarkan sehingga menarik serangga dan tikus datang (Jang et al., 2006). Penampungan sampah di Majapahit Wocare Clinic belum sesuai dengan cara penampungan sampah yang benar, karna tidak ada pemilahan sampah menurut jenisnya sampah medis dan sampah non medis kumpul jadi satu, pada tempat sampah juga tidak terdapat pelabelan. Tempat sampah yang disediakan juga tidak mencukupi, dimana disetiap ruangan perawatan hanya terdapat satu tempat sampah, karna dari kurangnya tempat sampah yang disediakan sampah medis dan non medis dijadikan satu wadah. Pengangkutan sampah medis di Majapahit Wocare Clinic di angkut oleh petugas kebersihan menggunakan gerobak, jalur yang dilewati depan kelas. Sampah medis yang diangkut harus melalui rute khusus seperti menggunakan koridor dan lift khusus dari ruang penyimpanan sementara ketempat pembuangan akhir dirumah sakit/klinik (Tsakona et al, 2006). Sampah medis dikumpulkan setiap hari dan di angkut ketempat penampungan 6
sementara oleh staf yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah dengan troli atau gerobak yang khusus digunakan untuk mengangkut sampah (Abour & Bouwer, 2007). Pada pengangkutan sampah medis Majapahit Wocare Clinic belum sesuai, karna tidak ada jalur khusus untuk pengangkutan sampah. Sampah yang diangkut melewati jalur depan kelas yang bisa menganggu kesehatan mahasiswa dan proses pembelajaran. Pemusnahan sampah medis di Wocare Clinic sampah medis dimusnahkan dengan cara dibakar. Pada tahap akhir yaitu pemusnahan, untuk sampah medis dimusnahkan dengan cara dibakar menggunakan incienerator. Peraturan menyebutkan bahwa pengelolaan sampah medis dibakar setiap hari (Departemen Kesehatan 2004). Pemusnahan sampah medis di Majapahit Wocare Clinic belum sesuai karena sampah dibakar tidak menggunakan incinerator/ruang khusus, tetapi sampah dibakar di ruang terbuka.pada saat pembakaran asap yang dihasilakan waktu pembakaran mencapai asrama Poltekkes dimana hal ini dapat mengganggu kesehatan penghuni asrama. Pengetahuan koordinator Majapahit Wocare Clinic tentang limbah dan limbah medis kurang dimana koordinator Majapahit Wocare Clinic menjawab pertanyaan tentang limbah salah yaitu limbah adalah cairan/bekas cuci luka. Dan tidak menjawab pertanyaan tentang limbah medis. Limbah Rumah sakit/klinik adalah semua limbah baik berbentuk padat maupun cair yang berasal dari kegiatan rumah sakit baik kegiatan medis maupun non medis yang kemungkinan besar mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif. Apabila tidak ditangani dengan baik, limbah rumah sakit dapat menimbulkan masalah baik dari aspek pelayanan maupun estetika selain dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan menjadi sumber penularan penyakit (infeksi nosokomial). Oleh karena itu, pengelolaan limbah rumah sakit/klinik perlu mendapatkan perhatian yang serius dan memadai agar dampak negatif yang terjadi dapat dihindri atau dikurangi (Sarudji, 2006). Keterangan tersebut memberi gambaran koordinator Majapahit Wocare Clinic kurang mempunyai pengetahuan tentang limbah yang benar. Dimana hal ini bisa dilihat dari daftar pertanyaan yang tidak dijawab dan ada jawaban yang salah. Proses pengelolaan limbah Majapahit Wocare Clinic limbah yang dihasilkan adalah limbah cair. Limbah cair medis adalah limbah cair yang mengandung zat beracun, seperti bahan-bahan kimia anorganik. Zat-zat organik berasal dari air bilasan ruang bedah otopsi apabila tidak dikelola dengan baik atau langsung dibuang ke saluran pembuangan umum akan sangat berbahaya dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap serta mencemari lingkungan (Chandra, 2007). Proses pembuangan limbah medis di Majapahit Wocare Clinic tidak sesuai karena limbah yang dihasilkan di buang ke WC menuju septitank dan tempat resapan disekitar kampus bersamaan dengan jalur pembuangan toilet kampus. SIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan. Pengelolaan sampah dan limbah medis di Majapahit Wocare Clinic tidak sesuai dengan cara pengelolaan sampah yang baik dan tepat, dari proses penampungan, pengangkutan sampai pemusnahan belum ada yang sesuai. REKOMENDASI 1. Bagi Pengelola Majapahit Wocare Clinic Diharapkan agar melakukan pengelolaan sampah dan limbah medis yang sesuai, yaitu dari proses penampungan harus disediakan tempat sampah yang mencukupi, pengangkutan disediakan jalur khusus dan pemusnahan disediakaan tempat khusus dan incinerator. Demi kesehatan lingkungan dan warga kampus. 7
2. Bagi Profesi Keperawatan Diharapkan kepada perawat Wocare Clinic untuk dapat menjalankan program kesehatan dan fungsinya sebagai educator & concelor kesehatan, terutama pada pengelolaan sampah dan limbah medis, yaitu memberikan pemahaman tentang pengelolaan sampah dan limbah medis yang sesuai kepada petugas kebersihan yang mengurus dibagian Majapahit Wocare Clinic. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Saran untuk peneliti selanjutnya agar melakukan penelitian tentang inovasi baru untuk mengolah sampah dan limbah medis yang efektif dan efisien. Alamat Korespondensi Alamat rumah : Desa Grujugan Cerme Bondowoso Email :
[email protected] No. HP : 082232989268
8