FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI PERILAKU MEROKOK PADA MAHASISWA KEPERAWATAN DI POLTEKKES DAN STIKES MAJAPAHIT KABUPATEN MOJOKERTO 2014 FAIS SHOLEH 11001020 Subject : Faktor Yang Melatarbelakangi Perilaku Merokok, Mahasiswa Keperawatan Poltekkes dan Stikes Majapahit DESKRIPTION Perilaku merokok dilakukan oleh berbagai orang dari berbagai lapisan masyarakat dari yang muda sampai yang tua, prevalensi perilaku merokok menurut WHO menunjukkan bahwa diseluruh dunia sekitar 47% pria dan 12% wanita adalah perokok, padahal perilaku merokok dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-paru, kanker dan gangguan kehamilan. Sebab itu peneliti ingin mendiskripsikan faktor yang melatarbelakangi perilaku merokok yaitu faktor psikologi, faktor biologi dan faktor lingkungan. Penelitian ini menggunakan peneltian diskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan laki-laki yang merokok di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto yang berjumlah 95 mahasiswa. Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan cluster sampling dengan jumlah sampel 77 mahasiswa. Kemudian data di analisa dengan analisa diskriptif yaitu editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data. Penyajian data di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diceritakan secara naratif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biologi paling besar 57,1% mendukung perilaku merokok dan paling kecil tidak mendukung 42,9% perilaku merokok. Faktor psikologi paling kecil 42,9% mendukung perilaku merokok dan paling besar 57,1% tidak mendukung perilaku merokok. Faktor lingkungan paling kecil 42,9% mendukung perilaku merokok dan paling besar 57,1% tidak mendukung perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto. Faktor biologi adalah faktor yang paling besar 57,1% mendukung perilaku merokok dan faktor lingkungan serta psikologi paling kecil 47,1% mendukung perilaku merokok mahasiswa. Peneltian ini dapat disimpulkan bahwa faktor biologi yang paling mendukung perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto. Hendaknya mahasiswa mencari alternatif solusi untuk menghentikan perilaku merokok seperti bimbingan, konseling dan mengikuti kegiatan positif untuk mrnghindari merokok.
ABSTRACT The smoking behavior is done by various people from the society and the young to the old, prevalence of smoking behavior according to the WHO indicates that worldwide approximately 47% of men and 12% of women are smokers, even smoking behavior can lead to various diseases such as heart, lung, cancer and disorders of pregnancy. Therefore, the writer wants to describe the factor that underlay smoking behavior are psychological factors, biological factors and environmental factors. This study uses a descriptive quantitative. The population of this study is the male nursing students who smoke in the Poltekkes and Stikes Majapahit Mojokerto consist of 95 students. The sampling techniques in this study uses cluster sampling with 77 students came be a sample.. Then the data are analyzed with descriptive analysis, consist of editing, coding, scoring, tabulating and analyzing the data. The presentation of the data is displayed with the frequency distribution table and described narratively. The results showed that the biggest biological factor of 57.1% support the smoking behavior and the smallest of 42.9% does not support smoking behavior. The smallest psychological factors of 42.9% support smoking behavior and the biggest of 57.1% does not support smoking behavior. The smallest environmental factors of 42.9% support smoking behavior and the biggest of 57.1% does not support the smoking behavior of nursing students in the Poltekkes and Stikes Majapahit Mojokerto. The biological factors are the biggest factor consist of 57.1% support smoking behavior and the smallest environmental psychological factor consist of 47.1% do not support smoking behavior of the student. This study conclude that the biological factors are the most supporting factors smoking behavior of nursing students in the Poltekkes and Stikes Majapahit Mojokerto. Students should look for an alternative solution to stop smoking behaviors such as guidance, counseling and following the positive activities to avoid smoking Keywords : Factors underlying somoking behavior, student. Contributor Date Type Materyal Identifier Right Summary
: Nurul Hidayah, S.Kep.Ns Vonny Nurmalya M, S.Kep.Ns.CWCC : 14 Juni 2014 : Laporan Penelitian : : Open Document :
LATR BELAKANG Merokok seolah menjadi budaya dengan adanya iklan rokok yang menunjukkan perokok merupakan kejantanan, kesegaran dan keperkasaan (Mengonprasodjo dan Hidayati, 2005;1). Perilaku merokok dilakukan oleh berbagai orang dari berbagai lapisan masyarakat, dari yang muda sampai yang tua, juga tidak mengenal perbedaan jenis kelamin dan status pekerjaan (Arum, 2008;2). Hal yang lebih memprihatinkan lagi, usia perokok setiap tahun semakin muda. Bila dulu seseorang berani merokok di usia SMP, sekarang dapat di jumpai anak-anak SD yang merokok secara diam-diam padahal merokok dapat menyebabkan banyak penyakit seperti kanker, serangan jantung, impotensi, kanker paru-paru serta gangguan kehamilan dan janin (Mangoenpradsojo dan Hidayati, 2005;23). Merokok bagi remaja merupakan suatu kebanggaan agar mereka tampak dewasa. Masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat – sifat masa transisi atau peralihan. Suatu sifat yang khas dari remaja adalah bahwa mereka tidak menentang orang dewasa, melainkan justru meniru perilaku orang dewasa (Soedjiningsih, 2007;45). Kebimbangan identitas (identity confusion) berdampak kurang baik bagi remaja, hal ini akan menyebabkan penarikan diri individu, mengisolasi diri dari teman sebaya dan keluarga atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan identitas dirinya (Yusuf, 2005;65). WHO menyebutkan bahwa sekitar sepertiga dari penduduk dewasa sedunia, atau 1,1 milyar orang, 200 ribu diantaranya wanita adalah perokok. Data menunjukkan bahwa diseluruh dunia sekitar 47% pria dan 12% wanita adalah perokok. Menurut data hasil Global Adult Tobacco Survey (GATS) 2011, persentase perokok aktif di Indonesia mencapai 64,9% (laki-laki ) dan 2.1% (perempuan) dari jumlah penduduk, dikalangan remaja umur 15-19 tahun mencapai 18,1% dan dikalangan anak yang berumur 10-14 tahun mencapai 14%. Di jawa timur pada tahun 2011 sebanyak 450 juta jiwa remaja menjadi perokok aktif dan 40% diantaranya adalah perokok pasif di lingkungannya, dikalangan remaja umur 14 tahun mencapai 13% dan yang berumur 17 tahun mencapai 70% ( Riskesdas, 2013). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di 6 instani kesehatan keperawatan Kabupaten Mojokerto. Prevalensi mahasiswa laki-laki merokok di Poltekkes Majapahit 78% , Stikes Majapahit 55,8%, Akper dian Husada 66,7%, Akper PPNI 56%, Stikes PPNI 69% dan Akademi Keperawatan Kosgoro 84%. Prevalensi mahasiwa merokok terbesar diantara instansi tersebut adalah Poltekes Majapahit yang mencapai 78% dan Akademi keperawatan Kosgoro yang mencapai 84% mahasiswa laki-laki merokok. Berdasarkan penyebaran kuesioner pada 10 anak didapatkan 80% mendukung jika perilaku merokok dilatarbelakangi oleh faktor psikologi, 40% faktor biologi dan 50% faktor lingkungan. Jadi faktor yang paling dominan yang melatarbelakangi perilaku merokok mahasiswa keperawwatan adalah faktor psikologis. Dalam asap rokok terdapat 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan, dan 200 di antaranya di nyatakan sangat berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Kandungan zat tersebut salah satunya dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran nafas dan jaringan paru-paru hal ini dapat terjadi penyakit obstruksi paru menahun (PPOM) ( Trim, 2006;22). Dalam prosesnya penyakit ini bisa menimbulkan kerusakan alveolar, sehingga bisa mengubah fisiologi pernafasan kemudian mempengaruhi oksigenasi dalam tubuh. Abnormalitas pertukaran udara pada paru-paru terutama berhubunga pada tiga mekanisme yaitu: ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, mengalirnya darah kapiler pulmo dan difusi gas yang terhalang sehingga akan berkomplikasi pada penyakit pneumotorak dan gagal nafas akut ( J. Reeves, Roux dan Lochart, 2001;44-45). Merokok pada remaja dapat
dipengaruhi juga oleh beberapa faktor diantaranya : 1. faktor psikologik, yaitu a) faktor perkembangan sosial, b) faktor pskiatrik ; 2. faktor biologik, yaitu : a) faktor kognitif, b) faktor jenis kelamin, c) faktor etnik, d) faktor genetik ; 3. faktor lingkungan (Soetjiningsih, 2007;191-193). Upaya untuk mengurangi perilaku merokok pada remaja saat ini telah dilaksanakan program anti merokok yang dilakukan di sekolah, terutama memfokuskan pemberian informasi tentang bahaya merokok. Program ini efektif dalam meningkatkan pengetahuan tentang akibat negatif merokok dan kadang-kadang efektif dalam merubah sikap terhadap merokok tetapi kenyataanya punya manfaat yang sedikit dalam merubah perilaku merokok (Soetjiningsih, 2007;194). Meski semua orang tahu akan bahaya yang timbul akibat perilaku merokok, perilaku merokok belum juga surut dan tampaknya merupakan perilaku yang masih dapat ditolerir oleh masyarakat (Trim, 2006;16). Karena itu perlu dilakukan promosi kesehatan dengan baik dan perlindungan konsumen yang meliputi tulisan dan gambar peringatan bahaya yang tertera dibungkus rokok (Mangoenprasodjo dan Hidayati, 2005;7). Perawat sebagai edukator harus senantiasa memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok baik pada perokok aktif maupun pasif kepada remaja maupun orang tua. Konseling ini harus dilakukan dengan sabar dan rutin untuk menghasilkan kesadaran tentang bahaya merokok pasif di kalangan remaja ( Herman, 2010;2). METODOLOGI Penelitian ini menggunakan peneltian diskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa keperawatan laki-laki yang merokok di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto yang berjumlah 95 mahasiswa. Tehnik sampling dalam penelitian ini menggunakan cluster sampling dengan jumlah sampel 77 mahasiswa. Kemudian data di analisa dengan analisa diskriptif yaitu editing, coding, scoring, tabulating dan analisa data. Penyajian data di tampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan diinpretasikan secara naratif. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden paling besar berusia 19-21 tahun yaitu sebanyak 52 responden (67.5%) dan paling kecil berusia 22-25 tahun sebanyak 25 responden (32.5%), berdasarkan semester responden paling besar semester VI sebanyak 30 mahasiswa (39.0%) dan paling kecil responden semester II sebanyak 10 mahasiswa (13.0%). Berdasarkan mulai merokok responden paling besar mulai merokok saat SMP sebanyak 28 responden (36.4%) dan paling kecil mulai merokok saat kuliah yaitu sebanyak 10 mahasiswa (13.0%) dan berdasarkan konsumsi batang rokok bahwa paling besar responden merokok dalam sehari < 10 batang sebanyak 38 responden (49.4%) dan paling kecil yaitu sebanyak 6 responden (7.8%) mencapai > 30 batang/ hari. Faktor psikologi adalah faktor perkembangan sosial dan faktor psikiatrik di mana aspek perkembangan pada remaja antara lain: (1.) Menetapkan kebebasan otonomi, (2.) Membentuk identitas diri, (3.) Penyesuaian perubahan psikososial berhubungan dengan maturasi fisik. Bagi remaja merokok dapat menjadi sebuah cara agar mereka tampak bebas dan dewasa saat mereka menyesuaikan diri dengan teman sebaya yang merokok. Istirahat atau santai dan kesenangan, tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin tahu, stres, bosan, ingin kelihatan gagah dan sifat ingin menentang merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan mulainya merokok. Sedangkan faktor resiko lainnya adalah rendah diri, hubungan antar perorangan yang jelek, kurang mampu menghadapi stres, putus sekolah, serta tahun-tahun transisi antara sekolah dasar dan sekolah menengah (Soetjiningsih, 2007;192).
Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 7-10 mei 2014 menunjukkan bahwa faktor psikologi paling kecil 42,1% mendukung perilaku merokok dan paling besar 57,9 % tidak mendukung perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto. Berdasarkan fakta yang ada ternyata faktor psikologi tidak mempengaruhi perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan stikes Majapahit Mojokerto dan ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor psikologi mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Faktor biologi adalah faktor pengetahuan sebagai “keseluruhan kemampuan individu untuk berfikir dan bertindak secara terarah serta mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”. Jadi, kognitif memang mengandung unsur pikiran atau rasio. Semakin banyak unsur rasio yang harus digunakan dalam suatu tindakan atau tingkah laku, semakin baik tingkah laku tersebut (Sarwono, 2005;65). Faktor lain yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja adalah perkembangan kecanduan nikotin merasakan adanya efek bermanfaat dari nikotin. Sebagai contoh, beberapa dewasa perokok melaporkan bahwa Merokok memperbaiki konsentrasi. Telah dibuktikan bahwa nikotin mengganggu perhatian dan kemampuan kognitif, tetapi hal ini akan berkurang bila mereka diberi nikotin atau rokok. Studi yang dilakukan pada dewasa perokok dan tidak merokok memperlihatkan bahwa nikotin dapat meningkatkan “finger-tapping rate”, respon motorik dalam tes fokus perhatian, perhatian terus-menerus dan pengenalan memori. Pada remaja efek nikotin dalam meningkatkan penampilan tidak diketahui, dengan demikian tidak jelas apakah nikotin memegang peranan penting dalam memulai atau mempertahankan merokok pada remaja (Soetjiningsih, 2007;193). Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 7-10 Mei 2014 membuktikan bahwa faktor biologi paling besar 53,2% mendukung perilaku merokok dan paling kecil 46,8% tidak medukung perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto. Berdasarkan fakta yang ada ternyata faktor biologi mempengaruhi perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto dan ini sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor biologi mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. Faktor lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada disekitar individu baik fisik, biologi dan sosial. Lingkungan sangat mempengaruhi terhadap perilaku individu dan dari faktor lingkungan dapat menyebabkan seseorang memiliki perilaku merokok. Pada umumnya remaja membentuk kelompok ketika mereka memasuki masa remaja dan mereka akan menjadi anggota kelompok usia sebaya. Kelompok itu disebut reference group dan melalui kelompok tersebut remaja dapat memperoleh nilai dan peran yang dapat menjadi acuan bagi dirinya, sehingga remaja menjadi begitu berarti dan sangat berpengaruh adalah kehidupan sosial remaja. Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakkan dasar – dasar kepribadian remaja. Pengaruh kelompok teman sebaya juga sangatlah besar dalam melakukan penyimpangan perilaku merokok. Faktor - faktor yang berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain: orang tua, saudara kandung, teman sebaya yang merokok, terpapar reklame tembakau, artis pada reklame di media. Reklame tembakau diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau teman sebaya, mungkin karena mempengaruhi persepsi remaja terhadap penampilan manfaat rokok (Soetjiningsih, 2007;193). Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 7-10 Mei 2014 membuktikan bahwa faktor lingkungan paling kecil 42,9% mendukung perilaku merokok dan paling besar 57,1% tidak mendukung perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes
dan Stikes Majapahit Mojokerto. Bedasarkan fakta yang ada ternyata faktor lingkungan tidak mempengaruhi perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Msajapahit Mojokerto dan ini tidak sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa faktor lingkungan mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. SIMPULAN Hasil peneltian yang dilakukan pada tanggal 7-10 Mei 2014 dapat disimpulkan bahwa faktor biologi paling besar 57,1% mendukung perilaku merokok, sedangkan untuk faktor psikologi dan lingkungan paling kecil 42,9% mendukung perilaku merokok mahasiswa keperawatan di Poltekkes dan Stikes Majapahit Mojokerto. REKOMENDASI 1. Bagi peneliti selanjutnya a. Perlu dilakukan penelitian analitik tentang faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja. b. Perlu dilakukan Uji valditas dan Releabilitas dalam pembuatan kuesioner yang tidak baku. c. Perlu dilakukan penelitian pada semua perawat di instansi kesehatan di Kabupaten Mojokerto untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya. 2. Bagi Respoden Untuk responden diusahakan agar mencoba untuk berhenti merokok dan mencari alternatif lain agar tidak merokok seperti mengikuti bimbingan, konseling serta kegiatan positif. 3. Bagi Instansi Instansi ikut berperan serta dalam mengatasi perilaku merokok pada remaja dan masyarakat dengan membantu pemasangan iklan tentang bahaya merokok dilingkungan masyarakat. 4. Bagi Tenga Kesehatan Hendaknya tenaga kesehatan melakukan penyuluhan tentang bahaya merokok pada anak usia dini sehubungan pada hasil penelitian 36,4% remaja merokok pada saat SMP. ALAMAT KORESPONDENSI Email :
[email protected] No Telp : 085230052930 Alamat : Galis-Bangkalan-Madura