PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERBASIS TEPUNG, MINYAK IKAN LELE (Clarias gariepinus) DAN PROBIOTIK TERHADAP BERAT BADAN, PROFIL LIPID DAN C-REACTIVE PROTEIN MONYET EKOR PANJANG BETINA USIA TUA
MAHMUD ADITYA RIFQI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
2
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Tepung, Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) dan Probiotik terhadap Berat Badan, Profil Lipid dan C-Reactive Protein Monyet Ekor Panjang Betina Usia Tua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber Informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2014
Mahmud Aditya Rifqi NIM I151114031
ii
RINGKASAN MAHMUD ADITYA RIFQI. Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Tepung, Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) dan Probiotik terhadap Berat Badan, Profil Lipid dan C-Reactive Protein Monyet Ekor Panjang Betina Usia Tua. Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO, SRI ANNA MARLIYATI dan INGRID S. SURONO. Dewasa ini proporsi kelompok umur lanjut usia (lansia) semakin meningkat. Lansia merupakan kelompok umur yang rawan terhadap penyakit akibat daya tahan tubuh yang melemah. Proses penuaan berasosiasi dengan perubahan IMT (Indeks Masa Tubuh). Peningkatan obesitas pada lansia diikuti peningkatan prevalensi penyakit kronik antara lain aterosklerosis, gangguan kognitif, diabetes, hipertensi, penyakit jantung dll. Untuk menanggulangi masalah ini dilakukan alternatif pemecahan masalah yaitu pembuatan pangan khusus untuk lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh pakan berbasis tepung, minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 terhadap berat badan, profil lipid dan C-reactive protein (CRP) pada monyet ekor panjang betina usia tua. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2013 di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB, laboratorium Mikrobiologi Seafast IPB, Laboratorium Mikrobiologi Teknobiologi Universitas Atmajaya dan PT Carmelitha Lestari. Penelitian ini terdiri atas dua tahap yaitu: penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Pada penelitian pendahuluan dilakukan persiapan hewan coba dan pakan yang akan diberikan. Usia ditentukan melalui pergigian (dentisi), dengan berat badan antara 2-4 kg. Hewan coba ditempatkan pada kandang individu dengan posisi masih dapat berinteraksi secara audiovisual satu dengan yang lain. Sembilan ekor monyet ekor panjang dibagi dalam tiga kelompok secara acak, yaitu: kelompok pakan standar (A1), kelompok pakan standar + probiotik Enterococcus faecium IS-27526 (A2), dan kelompok pakan standar + probiotik Enterococcus faecium IS-27526 + minyak (A3). Pengukuran berat badan (BB), profil lipid darah, dan CRP dilakukan per-bulan selama 3 bulan intervensi. Selama intervensi tidak ada pengaruh yang signifikan (p>0.05) pakan yang diberikan terhadap berat badan pada setiap kelompok. Namun, probiotik memiliki kecenderungan menekan resiko overweight. Kadar kolesterol total dan LDL kolesterol dengan pakan probiotik cenderung lebih rendah dibanding kelompok lain. Tidak ada pengaruh signifikan dari pakan terhadap kadar trigliserida dan HDL kolesterol, akan tetapi hasil penelitian memperlihatkan monyet dengan pakan minyak ikan dan probiotik E. faecium IS-27526 cenderung untuk menurunkan kadar trigliserida dibanding kelompok lain. Tidak ada pengaruh pakan terhadap CRP ditandai dengan hasil negatif pada tes CRP. Dapat disimpulkan bahwa pemberian pakan standar dengan probiotik (A2) dapat memperlambat peningkatan berat badan dan kolesterol. Minyak ikan cenderung memperlambat peningkatan kadar trigliserida darah. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dampak positif apabila diaplikasikan pada lansia. Kata kunci : profil lipid, minyak ikan lele, Clarias gariepinus, monyet ekor panjang, CRP
SUMMARY MAHMUD ADITYA RIFQI. Effect of Catfish (Clarias gariepinus) Flour, Oil and Probiotic Based Feed Provision on Bodyweight, Lipid Profile and C-Reactive Protein of Aged Female Cynomolgus Monkey. Supervised by CLARA M. KUSHARTO, SRI ANNA MARLIYATI and INGRID S. SURONO. Nowadays population of elderly people are increasing. The elderly are one among vulnerable groups due to weakening of immune. The aging process is related to the changes of BMI (Body Mass Index). The increase of obesity on the elderly is followed by the increase of prevalence of chronic diseases such as atherosclerocis, cognitive impairement, diabetic, hypertention, heart disease. Hence, alternative formulated specific food for elderly is urgently needed. The aim of research was to study the effect of catfish’ (Clarias gariepinus) flour, oil and probiotic E. faecium IS-27526 based feed provision on bodyweight, lipid profile and C-Reactive Protein (CRP) of aged female cynomolgus monkey (Macaca fascicularis). This study was conducted from March to august 2013 in Primate Research Center Bogor Agricultural University, Microbiology laboratory of Seafast and Atmajaya University, PT Carmelitha Lestari. This study consisted of two phases: a preliminary phase and the main phase. Preparation of animal and diet was conducted in preliminary phase. The age was determined by dentition, with body weight in a range of 2 – 4 kg. Animals were placed in the individual cages in the position where they can interact audiovisually. Nine aged female cynolmolgus monkeys were randomly divided into three groups, namely: standard diet (A1) group, standard diet + probiotic Enterococcus faecium IS-27526 (A2) group, standard diet + probiotic Enterococcus faecium IS-27526 + catfish oil (A3) group. Evaluation of bodyweight, blood lipid profile, and CRP were conducted monthly during 3 months intervention study. During intervention, there was no significant effect (p>0.05) of experimental diets on body weight in each group. However, probiotic tended to reduce the overweight risk. Total cholesterol and LDL cholesterol levels of monkeys with probiotic diet tended to be lower than other groups. There was no significant effect of the functional feed to triglyceride level and HDL cholesterol level, but the result showed monkeys fed with fish’ oil and probiotic E. faecium IS-27526 tended to decrease the triglyceride level compared with other groups. There was no effect of experimental diets on CRP which is marked by negative result of CRP test. Taken together, provision of probiotic diet (A2) reduced increment of body weight. Catfish oil tended to delay increment of trigliceryde. This study was expected to have a positive impact when applied to the elderly. Keywords : blood lipid, catfish’ oil, Clarias gariepinus, cynomolgus monkey CRP
iv
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin dari IPB
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN BERBASIS TEPUNG, MINYAK IKAN LELE (Clarias gariepinus) DAN PROBIOTIK TERHADAP BERAT BADAN, PROFIL LIPID DAN C-REACTIVE PROTEIN MONYET EKOR PANJANG BETINA USIA TUA
MAHMUD ADITYA RIFQI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
vi
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Budi Setiawan, MS
Judul Tesis: Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Tepung, Minyak Ikan Lele (Clarias gariepinus) dan Probiotik terhadap Berat Badan, Profil Lipid dan C-Reactive Protein Monyet Ekor Panjang Betina Usia Tua Nama : Mahmud Aditya Rifqi NIM : I151114031
Disetujui oleh Komisi Pembimbing
Prof Dr Clara M. Kusharto, MSc Ketua
Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS Anggota
Dr Ir Ingrid S. Surono, MSc Anggota
Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
drh M. Rizal M. Damanik, MRepSc PhD
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 30 Desember 2013
Tanggal Lulus:
viii
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 sampai Agustus 2013 ini ialah “Pengaruh Pemberian Pakan Berbasis Tepung, Minyak Ikan Lele (Clarias Gariepinus) dan Probiotik terhadap Berat Badan, Profil Lipid dan C-Reactive Protein Monyet Ekor Panjang Betina Usia Tua”. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof Dr drh Clara M Kusharto, MSc selaku ketua komisi pembimbing, Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS dan Dr Ir Ingrid S.Surono, MSc selaku anggota komisi pembimbing yang senantiasa memberi bimbingan, arahan, masukan serta saran yang sangat membangun kepada penulis. 2. Dr Ir Budi Setiawan, MS selaku dosen penguji luar komisi yang telah memberikan saran dalam penyempurnaan tesis ini. 3. Program Hibah Kompetensi (HIKOM) Dikti yang telah memberi sponsor pelaksanaan penelitian sebagian bagian dari penelitian utama dengan judul: ”Makanan fungsional kaya protein, mineral, dan minyak by-product tepung ikan lele sebagai nutritious dan emergency food untuk lansia”. 4. PT Bimana Indomedical dan PT Carmelitha Lestari atas bantuan dalam sarana dan prasarana penelitian. 5. Kedua orang tua, Ayah Drs Syamsurizal dan Ibu Helena, AmaPd, kedua orang kakak (Enita Susfira, SPt SPd dan Nining Rizona, SPd) beserta keluarga yang selalu mendo’akan, memberikan dukungan dan menjadi semangat terbesar penulis selama menyelesaikan penelitian. 6. Teman-teman Vilper (Villa Perwira), IPMM (Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang) dan IKMS (Ikatan Keluarga Mahasiswa Solok). 7. Teman-teman civitas akademika Gizi Masyarakat yang telah memberikan bantuan dan motivasi selama penulis melangsungkan studi di sekolah Pascasarjana IPB. 8. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik serta saran dari pembaca yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya. Akhir kata, besar harapan penulis tesis ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan semua pihak pada umumnya. Bogor, Januari 2014
Mahmud Aditya Rifqi
x
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL .............................................................................................. ....iii DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... iv 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ................................................................................................. 2 Tujuan Umum : ................................................................................................ 2 Tujuan Khusus : ............................................................................................... 2 Perumusan Masalah ............................................................................................. 2 Hipotesis .............................................................................................................. 2 Manfaat Penelitian ............................................................................................... 3 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 4 Pangan fungsional ................................................................................................ 4 Lansia ................................................................................................................... 4 Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) ............................................................... 5 Asam lemak ......................................................................................................... 8 Probiotik............................................................................................................. 10 Monyet Ekor Panjang ........................................................................................ 13 3 METODE PENELITIAN ................................................................................... 15 Desain, Waktu dan Tempat ................................................................................ 15 Bahan ................................................................................................................. 15 Alat..................................................................................................................... 15 Jumlah dan cara pengambilan sampel................................................................ 15 Alur Penelitian ................................................................................................... 16 Persiapan bahan .............................................................................................. 16 Masa adaptasi ................................................................................................. 17 Masa perlakuan .............................................................................................. 18 Metode Pengukuran Parameter .......................................................................... 19 Pengukuran kadar kolesterol total .................................................................. 19 Pengukuran kadar kolesterol HDL ................................................................. 20 Pengukuran kadar trigliserida ........................................................................ 21 Penetapan Kadar Kolesterol LDL .................................................................. 22 Pengukuran CRP ............................................................................................ 22 Rancangan Percobaan dan Analisis Data ........................................................... 23 Rancangan percobaaan ................................................................................... 23 Analisis Data .................................................................................................. 24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 25 Penelitian Pendahuluan ...................................................................................... 25 Pembuatan Pakan ........................................................................................... 25 Kultivasi Biomassa E.faecium IS-27526 ....................................................... 26 Uji Viabilitas Probiotik .................................................................................. 27
Penelitian Utama ................................................................................................28 Perubahan Fisik (Berat Badan) .......................................................................29 Profil lipid.......................................................................................................32 Kadar Kolesterol Total ...............................................................................32 Kadar LDL ..................................................................................................35 Kadar Trigliserida .......................................................................................38 Kadar HDL .................................................................................................40 CRP ................................................................................................................42 5 SIMPULAN DAN SARAN ................................................................................44 Simpulan .............................................................................................................44 Saran ...................................................................................................................44 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................45 LAMPIRAN ...........................................................................................................49 RIWAYAT HIDUP ................................................................................................65
xii
DAFTAR TABEL Tabel 1 Komposisi zat gizi ikan lele dan tepung ikan lele ...................................... 6 Tabel 2 Perbandingan kadar asam lemak pada ikan lele ......................................... 7 Tabel 3 Kadar asam lemak pada ikan lele ............................................................... 7 Tabel 4 Anjuran konsumsi asam lemak dari berbagai lembaga .............................. 9 Tabel 5 Berbagai hasil studi terkait pengembangan biskuit lele dan probiotik E.faecium IS-25726 ................................................................................. 12 Tabel 6 Data biologis dan kimia darah monyet ekor panjang ............................... 14 Tabel 7 Komposisi pakan ...................................................................................... 17 Tabel 8 Skema pengukuran kadar kolesterol total ................................................ 20 Tabel 9 Skema pengukuran I kadar HDL Kolesterol ............................................ 20 Tabel 10 Skema pengukuran II kadar HDL Kolesterol ......................................... 20 Tabel 11 Skema pengukuran kadar Trigliserida .................................................... 21 Tabel 12 Hasil analisis proksimat kandungan gizi pakan perlakuan ..................... 25 Tabel 13 Persentase konsumsi pakan selama intervensi ....................................... 28 Tabel 14 Perubahan berat badan (kg) .................................................................... 29 Tabel 15 Kadar kolesterol total selama 3 bulan .................................................... 32 Tabel 16 Kadar LDL selama 3 bulan..................................................................... 36 Tabel 17 Kadar trigliserida selama 3 bulan ........................................................... 38 Tabel 18 Kadar HDL selama 3 bulan .................................................................... 41 Tabel 19 Evaluasi CRP MEP selama intervensi .................................................... 40
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Ikan Lele Dumbo (Carias gariepinus) ................................................... 6 Gambar 2 Jalur konversi asam linoleat.................................................................... 8 Gambar 3 Mekanisme pertahanan intestinal oleh probiotik .................................. 11 Gambar 4 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ........................................ 13 Gambar 5 Kandang individu hewan coba ............................................................. 18 Gambar 6 Alur tahap penelitian............................................................................. 23 Gambar 7 Adonan bahan-bahan telah dibentuk. .................................................. 27 Gambar 8 Stok probiotik (a), proses homogenisasi (b), pakan siap diberikan (c) 28 Gambar 9 Diagram batang total mikroba pada kultivasi biomassa ....................... 27 Gambar 10 Diagram batang viabilitas kultur E. Faecium IS-27526 ..................... 28 Gambar 11 Rata-rata perubahan berat badan MEP selama pengamatan ............... 30 Gambar 12 Persentase perubahan berat badan MEP 31 Gambar 13 Peningkatan total kolesterol MEP ...................................................... 34 Gambar 14 Peningkatan kadar LDL ...................................................................... 37 Gambar 15 Peningkatan kadar trigliserida ............................................................ 39 Gambar 16 Peningkatan kadar HDL ..................................................................... 42
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Tahapan pembuatan biomassa probiotik E. faecium IS-27526 ............ 50 Lampiran 2 Prosedur Penelitian Pendahuluan ......................................................... 50 Lampiran 3 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat badan MEP ...... 51 Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap berat badan MEP....................................................................................................... 51 Lampiran 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap berat badan MEP....................................................................................................... 52 Lampiran 6 Hasil uji lanjut pengaruh perlakuan terkadap kolesterol total .............. 52 Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap kolesterol total ....................................................... 53 Lampiran 8 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kolesterol total .................................................... 54 Lampiran 9 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kolesterol total ................................... 54 Lampiran 10 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap LDL kolesterol ....... 55 Lampiran 11 Hasil uji Duncan pengaruh perlakuan terkadap LDL kolesterol ........ 55 Lampiran 12 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap LDL Kolesterol ................................................... 56 Lampiran 13 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan LDL Kolesterol ............................... 57 Lampiran 14 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan LDL Kolesterol ............................... 57 Lampiran 15 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar trigliserida .... 58 Lampiran 16 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap kadar trigliserida ........................................................................................... 58 Lampiran 17 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap kadar trigliserida .................................................. 59 Lampiran 18 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida ............................. 60 Lampiran 19 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida ............................. 60 Lampiran 20 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap HDL Kolesterol ...... 61 Lampiran 21 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap HDL Kolesterol ............................................................................................ 61 Lampiran 22 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap HDL Kolesterol ................................................... 62 Lampiran 23 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan HDL Kolesterol .............................. 63 Lampiran 24 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan HDL Kolesterol .............................. 63 Lampiran 25 Dokumentasi penelitian ...................................................................... 64
xiv
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dewasa ini proporsi kelompok umur lanjut usia (lansia) semakin meningkat. Menurut Newman (2009) 7% populasi masyarakat dunia berusia di atas 65 tahun, dan diprediksi meningkat menjadi 12% pada tahun 2030. Di Amerika Serikat, diprediksi jumlah lansia mencapai 12% (35 Juta jiwa) hingga 20% (71 juta jiwa) pada tahun 2030. Komisi Nasional Lanjut Usia (2010) melaporkan bahwa proporsi penduduk lanjut usia di Indonesia mengalami peningkatan cukup signifikan selama 30 tahun terakhir. Pada tahun 2020 diperkirakan meningkat menjadi 28.8 juta (11.34% dari keseluruhan penduduk Indonesia). Lansia merupakan kelompok umur yang rawan terhadap berbagai jenis penyakit akibat daya tahan tubuh yang melemah. Proses penuaan berasosiasi dengan perubahan IMT (Indeks Masa Tubuh). Setelah usia 20-30 tahun, Fat Free Mass (FFM) semakin menurun sedangkan Fat Mass meningkat. FFM menurun hingga 40% dari usia 20 hingga 70 tahun. FFM maksimal pada manusia biasanya pada umur 20-an, sedangkan maksimal FM pada usia 60-70 tahun. Menua juga berhubungan dengan peningkatan lemak abdominal subkutan atau total fat, dan penurunan peripheral FFM karena kehilangan masa otot dan tulang (Villareal et al 2005). Peningkatan obesitas pada lansia diikuti peningkatan prevalensi penyakit kronik. Penyakit kronik antara lain sindrom metabolik, aterosklerosis, gangguan kognitif, diabetes, hipertensi, penyakit jantung (Flood & Newman 2007; Mukhopadhyay 2012). Indikator sindrom metabolik dapat dilihat melalui profil lipid darah dan terjadinya peradangan pada pembuluh darah melalui pengukuran C-Reactive Protein (CRP) (Warnberg et al. 2006). Adanya berbagai resiko terhadap lansia overweight maka diperlukan makanan yang khusus di formulasikan untuk membantu menjaga dan meningkatkan status kesehatan lansia. Hal ini dapat dilakukan dengan memodifikasi formula makanan bergizi yang diperkaya tepung daging ikan dan tepung kepala ikan lele serta probiotik. Tepung lele telah terbukti dapat membantu meningkatkan status gizi dan kesehatan balita rawan gizi (Kusharto et al. 2008; Adi 2010). Pada proses penepungan ikan lele sebagai bahan dasar biskuit fungsional didapatkan limbah minyak ikan. Hasil pemurnian dan karakterisasi menunjukkan bahwa minyak ikan lele mempunyai kandungan lemak esensial yang cukup tinggi yaitu 22.65% asam lemak oleat (C18:1), 17.79% asam lemak linoleat (C18:2) (omega 6) dan 1,21% asam lemak linolenat (C18:3) (omega 3) (Srimiati 2011). Berbagai studi menyatakan bahwa asam lemak esensial tersebut mempunyai efek anti inflamasi dan anti aterosklerosis (Demonty et al. 2006). Menurut WHO (2002) probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam jumlah yang memadai bermanfaat untuk kesehatan manusia. Probiotik dapat meningkatkan daya tahan tubuh manusia dan menekan pertumbuhan bakteri patogen di saluran pencernaan. Bakteri Enterococcus faecium IS-27526 yang diisolasi dari dadih susu fermentasi dari Sumatera Barat, diketahui memiliki fungsi probiotik dan telah terbukti memiliki kemampuan menempel pada mukosa usus dengan baik (Collado et al. 2007). Penelitian Rieuwpassa (2004)
2
menunjukkan pemberian biskuit berbasis tepung ikan teri dan krim probiotik E.faecium IS-27526 pada balita dapat meningkatkan respon imun tubuh. Probiotik E.faecium IS-27526 juga telah terbukti berdampak positif terhadap peningkatan berat badan hewan coba dan balita (Harianti 2009; Surono et al. 2011). Kombinasi minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 diharapkan mampu menjaga kesehatan lansia dari berbagai penyakit akibat penuaan. Penelitian akan dilakukan pada monyet ekor panjang (MEP) betina usia tua dengan melihat efek minyak ikan dan probiotik. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik terhadap berat badan (BB), profil lipid, dan C-Reactive Protein (CRP) monyet ekor panjang betina usia tua. Tujuan Khusus : 1. Menetapkan formula pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik sebagai pakan monyet ekor panjang betina usia tua. 2. Menilai pengaruh pemberian pakan terhadap BB dan profil lipid monyet ekor panjang betina usia tua. 3. Menilai pengaruh pemberian pakan terhadap CRP monyet ekor panjang betina usia tua. Perumusan Masalah Lansia merupakan golongan usia yang rawan terhadap obesitas. Menurut Eckel et al. (2005) obesitas berhubungan dengan faktor aterogenik lainnya seperti tingginya konsentrasi trigliserida dan LDL, rendahnya HDL kolesterol, hipertensi dan resistensi insulin. Minyak ikan lele mengandung asam lemak esensial linoleat dan linolenat. Asam lemak esensial telah terbukti mempunyai sifat anti aterogenik dan anti inflamasi. Menurut WGO (2008) probiotik punya peran penting pada manusia dalam pencernaan, memperbaiki profil lipid dan pencegahan terjadinya infeksi. Pada studi ini, memberikan intervensi pada hewan coba (pre-klinis) Macaca fascicularis betina usia tua untuk mengetahui pengaruh konsumsi tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik sebagai sumber asam lemak esensial dalam mencapai kesehatan optimal serta menurunkan faktor-faktor aterogenik pada hewan coba lansia. Hipotesis H0: Pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik tidak berpengaruh nyata terhadap berat badan, profil lipid, dan CRP monyet ekor panjang. H1: Pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik berpengaruh nyata terhadap berat badan, profil lipid, dan CRP monyet ekor panjang.
3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah bahan berbasis tepung dan minyak ikan lele yang dimanfaatkan untuk pangan yang bermanfaat bagi kesehatan. Pangan fungsional ini diharapkan dapat menjadi alternatif pangan khusus bagi lansia. Hasil penelitian juga diharapkan dapat menjadi masukan penelitian berikutnya dimana pangan fungsional dengan probiotik akan diuji secara klinis pada manusia.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA Pangan fungsional Pangan fungsional merupakan pangan yang mengandung zat gizi dan juga memiliki manfaat fisiologis lainnya yang bermanfaat untuk kesehatan dan atau menurunkan resiko penyakit kronis. Menurut International Life Sciences Institut of North Carolina America (ILSI) pangan fungsional sebagai pangan yang mengandung komponen aktif yang bermanfaat untuk kesehatan selain kandungan zat gizi dasar. Pangan fungsional dapat berupa pangan alami atau modifikasi yang mengandung dua atau lebih komponen aktif, dalam bentuk makanan atau minuman yang dapat dikonsumsi harian (Yeung & Laquatra 2003). Pangan dapat dikatakan sebagai pangan fungsional jika terbukti dapat memberikan satu atau lebih manfaat terhadap target fungsi tubuh (selain fungsi gizi normalnya) dengan cara yang relevan dapat memperbaiki status kesehatan dan kebugaran serta menurunkan risiko penyakit. Secara umum ada dua konsep utama yang harus dimiliki suatu jenis pangan fungsional, yaitu: 1) mampu memperkuat sistem imun tubuh karena zat gizi/komponen aktif yang dimiliki, 2) mampu menghindari dari penyakit tertentu dengan meminimalisir faktor patogen di dalam tubuh. Ada 13 jenis fungsi pangan fungsional yang sudah dikategorikan menurut MFFA (Measures of Functional Food Administation) yaitu terkait: 1) sistem imun, 2) profil lipid, 3) anti lelah, 4) anti aging, 5) oksigen toleran, 6) sistem pencernaan, 7) kualitas tidur, 8) glukosa darah, 9) berat badan, 10) daya ingat, 11) proteksi dari bahan kimia berbahaya, 12) anti mutasi dan 13) penguatan tulang (Shi et al. 2005). Minyak ikan merupakan salah satu pangan fungsional yang mengandung asam lemak esensial yang bermanfaat untuk kesehatan. Menurut Srimiati (2011) minyak ikan lele mengandung asam lemak omega-3 dan omega-6. Asam lemak tersebut telah terbukti memiliki sifat anti aterogenik dan anti inflamasi pada manusia (Demonthy et al. 2006). Probiotik melalui bakteri asam laktat merupakan pangan fungsional karena telah teruji secara ilmiah dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan. Salah satu produk pangan fermentasi tradisional dari Indonesia adalah dadih. Produk hasil fermentasi secara tradisonal ini berasal dari susu kerbau daerah Minangkabau, Sumatera Barat. probiotik Enterococcus faecium IS-27526 diisolasi dari dadih, dan telah terbukti dapat menempel pada saluran pencernaan dan meminimalisir pertumbuhan bakteri patogen dalam saluran pencernaan (Surono 2007). Lansia Lansia merupakan kelompok usia paling akhir pada fase kehidupan manusia disebabkan proses penuaan. Penuaan adalah konglomerasi penyakit yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan semasa hidup yang membawa akibat terjadi perubahan (kerusakan) organ-organ tubuh secara lambat dan berkulminasi pada rusaknya fungsi-fungsi di dalam tubuh (yang disebut penyakit kronis) (Muchtadi 2008). Penyakit kronis tersebut antara lain, penyakit jantung, osteoporosis, stroke, kanker, penyakit Alzheimer, arthritis, penyakit Parkinson dan semua mempunyai
5
karakteristik yang sama yaitu akibat penuaan. Menurut proses menua beresiko peningkatan berat badan, LDL dan HDL kolesterol serta berbagai jenis penyakit lainnya terutama pada wanita (Perissinotto et al. 2002; Wastendorp 2006). Sistem metabolik bertanggung jawab atas perubahan makanan yang dikonsumsi menjadi energi dalam tubuh. Setelah berumur 25 tahun, setiap orang akan mengalami penurunan kecepatan metabolisme sekitar 1% per tahun. Hal ini disebabkan karena proses pencernaan makanan menjadi kurang sempurna. Lansia mempunyai sistem metabolik yang berbeda dengan kelompok umur lainnya. Menurut Russell (2000) menua berhubungan dengan menurunnya kemampuan pencernaan untuk mencerna vitamin B-12, D dan kalsium. Pada proses penuaan juga akan terjadi penurunan produksi asam lambung, enzim-enzim pencernaan dan air liur (saliva) serta kemampuan dalam menyerap dan mencerna zat gizi. Perubahan tersebut dapat menyebabkan timbulnya rasa sakit pada saluran cerna, kesulitan menelan dan lambatnya laju pengosongan perut. Asam lambung yang rendah (hypochlorhydria) diduga menjadi penyebab meningkatnya jumlah bakteri di saluran pencernaan lansia, karena mudah tumbuh pada kondisi tersebut (Saltzman et al. 1994). Kondisi ini menjadi pemicu terjadinya peradangan atau gastritis pada lambung. Disisi lain, proses pencernaan makanan dan penyerapan zat gizi juga akan terganggu menyebabkan defesiensi zat gizi dan dalam kasus ekstrim malgizi. Penuaan beresiko terhadap peningkatan fat mass dan profil lipid yang memburuk. Menurut Demonty et al. (2006) peningkatan 1 mmol triasilgliserol/L berhubungan dengan peningkatan resiko penyakit kardiovaskular sebanyak 14% dan 37% pada pria dan wanita. Tingginya konsentrasi triasilgliserol juga berhubungan dengan faktor aterogenik lainnya yaitu abdominal obesitas, rendahnya konsentrasi HDL-kolesterol, LDL partikel kecil, tingginya tekanan darah dan resisten insulin. Menurut berbagai studi hubungan penyakit aterosklerosis dan pola diet cukup erat. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol meningkatkan prevalensi serum kolesterol tinggi yang berhubungan dengan kemungkinan ateroskerosis. Rekomendasi dari para ahli sampai saat ini adalah dengan mengurangi konsumsi lemak jenuh dan gula, mengganti dengan asam lemak tidak jenuh dari minyak sayur atau hewan (Potter & Hotchkiss 1997). Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) Ikan lele adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar memiliki tubuh yang licin, memanjang dan memiliki kumis. Ikan lele yang terkenal ada 2 (dua) jenis yaitu lele lokal (Clarias batrachus) dan lele dumbo (Clarias gariepinus). Lele lokal merupakan ikan asli perairan Indonesia, sedangkan lele dumbo merupakan hasil persilangan lele lokal dari Afrika dengan lele lokal dari Taiwan. Secara umum, keduanya memiliki kesamaan ciri morfologi yaitu bentuk tubuh bulat memanjang, licin, berlendir, tidak bersisik, memiliki tiga buah sirip tunggal (punggung, ekor, dubur) dan dua pasang sirip dada yang berfungsi sebagai senjata (patil), serta alat pernapasan tambahan berbentuk pohon yang biasa disebut arborescent organ yang memungkinkan lele dapat mengambil oksigen langsung dari udara bebas. Perbedaan ciri morfologi keduanya terlihat pada ukuran, bentuk mulut, warna tubuh, dan kumis. Pada lele dumbo, ukuran tubuh dan bentuk relatif lebih
6
besar dari pada lele lokal. Lele dumbo memiliki warna tubuh yang akan berubah menjadi pucat saat terkena matahari dan menjadi loreng seperti mozaik hitam putih jika terkejut atau kaget, sedangkan pada lele lokal warna tubuh bersifat permanen. Selain itu, disekitar mulutnya lele dumbo memiliki delapan buah kumis yang berfungsi sebagai alat peraba saat bergerak dan saat mencari makan, sedangkan lele lokal hanya memiliki dua buah kumis. Ikan lele dumbo diklasifikasikan ke dalam filum Chordata, sub filum Vertebrata, kelas Pisces, sub kelas Teleostei, ordo Ostariophysi, sub Ordo Clariidae, genus Clarias, dan spesies Clarias gariepinus (Khairuman & Amri 2008).
Gambar 1 Ikan Lele Dumbo (Carias gariepinus) Komposisi kimia utama ikan lele adalah air dan bagian ikan yang dapat dimakan (edible portion) berkisar antara 45-50% dari berat badan ikan. Ikan lele dikenal sebagai ikan yang mempunyai kandungan protein tinggi yaitu 17.7 g/100 gram, dan kadar lemak relatif rendah yaitu 4.8 gram/100 gram. Selain itu ikan lele mengandung asam amino lisin, sistin dan metionin yang relatif tinggi dibanding dengan susu dan daging. Kadar mineral yang ada pada ikan lele adalah kalsium, fosfor, dan kalium. Komposisi zat gizi ikan lele dan tepung ikan lele disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Komposisi zat gizi ikan lele dan tepung ikan lele Zat gizi Ikan lele Tepung ikan lele Protein (%) 17,7 56,04 Lemak (%) 4,8 9,39 Karbohidrat (%) 0,3 16,46 Air (%) 73 8,72 Kalsium 50 6,22 Fosfor 255 4,14 Sumber : ikan lele (FAO l972 dalam Astawan 2008); tepung ikan lele (Herviana 2010).
Minyak ikan lele merupakan hasil ektraksi limbah cair dari proses penepungan ikan lele pada tahap pra pemasakan. Minyak ikan lele sebagian besar adalah trigliserida yang merupakan ester dari gliserol dan berbagai asam lemak. Asam lemak terdiri dari tiga tipe yaitu asam lemak jenuh, asam lemak tidak jenuh tunggal, dan asam lemak tidak jenuh ganda. Sifat fisik yang jelas dari minyak adalah tidak larut dalam air, karena adanya asam lemak berantai karbon yang panjang dan tidak mempunyai gugus polar. Secara alamiah asam lemak jenuh yang terdapat pada minyak ikan adalah palmitat dan stearat. Bentuk minyak ikan lele adalah cair dalam suhu ruang karena lebih dari 50% terdiri dari asam lemak
7
tidak jenuh yaitu asam oleat dan linoleat dengan titik cair yang rendah (Ngadiarti 2014). Komposisi dan jenis asam lemak pada ikan lele disajikan pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2 Perbandingan kadar asam lemak pada ikan lele Spesies Jenis Asam Lemak (%) Asam Lemak ω-3 Asam Lemak ω-6 Lele liar 27.64 12.13 Lele Budidaya 10.22 15.85 Sumber: Estiasih (2009).
Tabel 3 Kadar asam lemak pada ikan lele Asam lemak C 14 : 0 (asam miristik) C 16 : 0 (asam palmitat) C 16 : 1 (palmitoleat) C 18 : 0 (asam stearat) C 18 : 1 n-9 (asam oleat) C 18 : 2 n-6 (asam linoleat /LA) C 18 : 3 n-3 (asam linolenat/LNA)C 20 : 1 n-9 C 20 : 1 n-9 (asam gondoriat) C 20 : 5 n-3 (EPA) C 22 : n-3 (DHA)
Komposisi g/100g metil ester Minyak sebelum Minyak setelah dimurnikan dimurnikan 1,42 1,38 16,4 15,97 2,82 2,76 4,22 4,24 22,65 22,46 17,79 17,71 1,21 0,85 0,57 3,51
1,09 0,83 0,43 2,55
Sumber: Srimiati (2011).
Ikan lele mengandung asam asam oleat 22,46%, asam linoleat 17,7%. Ikan hasil budidaya air tawar mengandung asam lemak tidak jenuh relatif tinggi. Selain itu minyak ikan lele mempunyai kandungan asam linoleat relatif tinggi dibanding dengan kadar asam linolenat. Banyak faktor yang mempengaruhi komponen asam lemak minyak ikan diantaranya pakan yang dikonsumsi, proses asal minyaknya, umur simpan, jenis atau spesies, letak geografis, dan musim pada saat ikan tersebut dipelihara/dipanen. Hasil studi Harris et al. (1990) tentang dosis pemberian minyak ikan pada pasien hipergliseridemia menyatakan bahwa pemberian dengan dengan dosis 15 ml, 25 ml dan 40 ml signifikan menurunkan plasma kolesterol dan trigliserida. Konsentrasi LDL kolesterol meningkat pada dua dosis tertinggi. Dosis terendah adalah dosis paling hipolipidemik per gram. Menurut Brown AJ et al. (1990) beberapa studi tentang minyak ikan menyatakan bahwa konsumsi ≥15 gram/hari terbukti menurunkan plasma triasilgliserol (TAG) dan kolesterol darah. Menurut kejadian epidemiologi, konsumsi ikan masih rendah di kalangan masyarakat. Untuk itu, memerlukan penelitian-penelitian yang mencoba membuktikan dengan dosis yang lebih rendah berkisar 10-15 gram/hari atau <10 gram. Pemberian suplementasi 5 gram/hari minyak ikan pada pria dewasa secara signifikan
8
menurunkan plasma triasilgliserol akan tetapi tidak mempengaruhi total kolesterol pada profil lipid. Asam lemak Asam lemak merupakan bentuk lipida paling banyak dalam tubuh dan makanan (Mc Guire&Beerman 2009). Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyai atom karbon dari 4 sampai 24; memiliki gugus karboksil tunggal dan ekor hidrokarbon nonpolar yang panjang yang menyebabkan kebanyakan lipida bersifat tidak larut di dalam air dan tampak berminyak atau berlemak. Asam lemak tidak terdapat secara bebas atau berbentuk ikatan tunggal di dalam sel atau jaringan, tetapi terdapat dalam bentuk yang terikat secara kovalen pada berbagai kelas lipida yang berbeda; asam lemak dapat dibebaskan dari ikatan ini oleh hidrolisis kimia atau enzimatik. Hampir semua asam lemak di alam memiliki jumlah atom karbon yang genap; asam-asam lemak dengan 16 dan 18 karbon adalah yang paling dominan (Lehninger 1982). Asam lemak dapat berupa jenuh (SFA/Saturated Fatty Acid), tidak jenuh tunggal (MUFA/Mono Unsaturated Fatty Acid) atau tidak jenuh jamak (PUFA/Poly Unsaturated Fatty Acid). PUFA memiliki dua atau lebih karbonkarbon dengan ikatan rangkap. Semakin banyak ikatan rangkap akan memberi peluang rantai semakin membelok. Belokan akan mempengaruhi struktur dan fungsi sel. Biasanya asam lemak tidak jenuh berada pada konfigurasi cis, walaupun terkadang juga ada dalam bentuk trans pada minyak dan lemak. Asam lemak trans biasanya berasal dari turunan dari proses hidrogenisasi lemak nabati akan lebih stabil di suhu ruang. Asam lemak esensial merupakan asam lemak yang tidak dapat disintesa tubuh, sehinggga membutuhkan asupan dari makanan. Hasil dari berbagai penelitian menyatakan konsumsi asam lemak dalam jumlah tertentu seperti as.linoleat, α-linoleat dan arakhidonat efektif menurunkan resiko penyakit akibat kekurangan asam lemak. Sebagian asam lemak tidak jenuh tidak dapat disintesa pada sel hewan sehingga membutuhkan asupan dari tanaman. Dua jenis asam lemak esensial adalah asam linoleat (18:2 n-6) dan α-linolenat (18:3 n-3). Dari asam linoleat dapat dibentuk asam arahidonat. Konversi asam linoleat menjadi asam arakhidonat biasanya berjalan lambat di bawah 0.5%. Berikut jalur perubahannya di dalam tubuh (McGuire & Beerman 2009). Asam linoleat (18:2 n-3) γ-asam linoleat (18:3 n-6) asam eicosanoat (20:3 n-6) asam arakhidonat (20:4 n-6) Gambar 2 Jalur konversi asam linoleat Asam lemak ini bermanfaat jika tersedia dalam jumlah cukup. Kelebihan dosis akan membawa efek buruk diantaranya meningkatkan resiko kesehatan
9
termasuk penyakit degeneratif, penyakit kardiovaskuler, kanker dan diabetes. Gejala defisiensi asam lemak esensial adalah penyakit kulit, lemas, menurunnya imunitas, lemah, gangguan saluran cerna, sirkulasi jantung, gangguan pertumbuhan dan gangguan reproduksi. Akibat yang lain adalah pemicu kanker payudara, kanker prostat, arthritis rheumatoid, arthritis, asma, preeklampsia, depresi, schizophrenia dan menurunnya konsentrasi dan hiperaktif. Rata-rata asupan asam linoleat bervariasi di setiap negara, sebagai contoh, masyarakat USA rata-rata asupannya adalah 14.8 g/h (6.7% dari total energi), sedangkan masyarakat Perancis rata-rata asupannya 8.1 g/h (4.2 % dari total energi) (Czerhichow et al. 2010). Minyak ikan/ Fish Oil (FO) yang mengandung n-3 (omega-3) mempunyai peran penting membran plasma dan fungsi sel otot. Suplementasi FO yang tinggi n-3 PUFA, terbukti meningkatkan sistem kerja syaraf pada lansia dan meningkatkan aktivitas kontraktil hati (Rodacky et al. 2012). Minyak ikan kaya n3 FA memperpanjang bleeding time dan menurunkan jumlah platelet (Harris et al. 1990). Suplementasi minyak ikan dan olive oil dapat menurunkan resiko penyakit kardiovaskular (Demonty et al. 2006). Berikut tabel menjelaskan pendapat beberapa ahli dan organisasi terhadap asupan lemak dan asam lemak perhari. Tabel 4 Anjuran konsumsi asam lemak dari berbagai lembaga Sumber
Joint WHO/FAO report (2006)
Tujuan (% dari total energi) PUFA n-6 Trans FA PUFA
Total lemak
SFA
15-30
<10
6-10
5-8
<1
0
6-12
5-10
0
Dietary reference intakes of American Institute of the Medicine’s Food and Nutrition Board (2002) American Health Association Science Advisory (2009) Dietary Guidelines for Americans (2005)
MUFA 14-20
At least 5-10 25-30
<10
0
Eurodiet core report (2001)
<30
<10
4-8
<2
French food safety agency report (2003)
33
8
5-6
4-4.4
0
20
Nutrient requirements and recomendation of the British Nutrition Foundation (2004)
33
10
6-10
LA min: 1
2
12
Nutrient reference values for Australia and New Zealand (2004)
33
10
4-10 LA: 8-13 g
SFA and trans FA together <10
10
Sumber Total lemak
SFA
Position of the American Dietetic Association and Dietetian of Canada (2007)
20-35
3-10
Dietary reference intakes for Japanese (2008)
20-25
Perkeni (2011)
20-25
Tujuan (% dari total energi) PUFA n-6 Trans FA PUFA 3.611.2
3-10
0
4.5-7
<10
0
<7
<10
Dietary reference intake (2005)
MUFA 13.413.8
1.6g/hari
Sumber: Czernichow et al. (2010) modifikasi.
Probiotik Definisi FAO/WHO (2001) tentang probiotik adalah mikroorganisme hidup yang saat dikonsumsi dengan jumlah yang memadai,tetap hidup sampai mencapai saluran gastrointenstinal (GI tract) serta memberikan manfaat kesehatan. Menurut International Life Sciences Institut (ILSI) Eropa, probiotik adalah suplemen pangan berupa mikroba hidup yang dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi kesehatan dan kehidupan inangnya (Owehand et al.1999). Mikroba probiotik mempunyai hubungan dekat dengan kesehatan saluran pencernaan inang karena berperan mencegah kolonisasi dan proliferasi mikroba patogen di usus. Manfaat probiotik bagi kesehatan manusia adalah: meningkatkan keseimbangan mikrobiota usus, produksi anti bakteri, menurunkan resiko kanker, mengikat karsinogenik, tekanan darah dan kolesterol serta menstimulir respon imun terutama meningkatkan IgA. Mekanisme pertahanan intestinal oleh probiotik sebagaimana dikutip dalam Lu dan Walker (2001) adalah meningkatkan pertahanan inang dengan menduduki usus, sehingga: (1) mencegah kolonisasi patogen di usus, (2) memproduksi senyawa antimikroba, asam lemak volatil, dan modifikasi asam empedu yang pada gilirannya menciptakan lingkungan lumen yang kurang baik untuk pertumbuhan patogen, dan (3) merangsang respon sel imun dan mengaktivasi respon kekebalan dan inflamasi. Penyakit pada usus akan terjadi apabila ada faktor yang mengganggu integritas pertahanan epitel usus.
11
Gambar 3 Mekanisme pertahanan intestinal oleh probiotik Sumber : Lu dan Walker (2001).
Kelompok bakteri ini tidak membusukkan protein dan dapat memetabolisme berbagai jenis karbohidrat secara fermentatif menjadi asam laktat sehingga disebut bakteri asam laktat (Surono 2004). Beberapa kriteria dan persyaratan suatu mikroorganisme dikatakan sebagai probiotik yang efektif dan menguntungkan bagi kesehatan adalah berasal dari manusia (human origin), stabil terhadap asam maupun cairan empedu, dapat menempel (adhesi) pada usus manusia, membentuk koloni pada manusia, bersifat antagonis terhadap bakteri patogen, secara klinis terbukti efektif terhadap kesehatan, dan aman untuk di konsumsi. Aspek keamanan probiotik juga penting untuk dipertimbangkan. Idealnya probiotik berasal dari manusia dan dari saluran pencernaan orang sehat, sebab efek positif kesehatan biasanya sangat tergantung pada lingkungan dan spesies. Strain probiotik tidak boleh bersifat patogen, atau berkaitan dengan penyakit kelainan saluran pencernaan. Selain itu bakteri probiotik juga harus tidak mentransfer gen resisten terhadap antibiotik (Surono 2004). Indonesia memiliki berbagai jenis makanan fermentasi tradisional yang berpotensi mengandung probiotik, salah satunya adalah dadiah susu kerbau fermentasi dari Sumatera Barat. Bakteri Enterococcus faecium IS-27526 diisolasi dari dadiah, dan diketahui memiliki potensi probiotik dan memiliki kemampuan menempel pada mukosa usus dengan baik secara in vitro (Collado et al. 2007), in vivo (Harianti 2009) dan pada balita (Surono et al. 2011).
12
Tabel 5 Berbagai hasil studi terkait pengembangan biskuit lele dan probiotik E.faecium IS-25726 Peneliti Bentuk produk Hasil Sasaran dan lama perlakuan Koestomo (2004), Susu suplementasi Meningkatkan Balita, 3 bulan publikasi Surono probiotik E. respon humoral (2011). faecium IS-27526 dan berat badan balita Rieuwpassa Biskuit ikan teri Pertambahan berat Balita, 3 bulan (2005) dengan krim badan, tinggi probiotik badang, status gizi E.faecium IS(tidak signifikan). 27526 Rusilanti (2006) Susu suplementasi Peningkatan IgA Lansia, 3 probiotik E. Saliva minggu faecium IS-27526 Mervina (2009), Formulasi biskuit Biskuit mampu Balita Publikasi Mervina et subtitusi tepung memenuhi 20% al.(2012) ikan lele dumbo AKG balita per dan isolat protein takaran saji (50 g) kedelai Harianti (2009) Biskuit lele dengan Peningkatan BAL Hewan coba pasta krim feses dan tikus Sprague probiotik penurunan jumlah dawley, 21 Hari E.faecium ISbakteri koliform 27526 feses Kusharto et al. Biskuit ganyong Peningkatan BAL Hewan coba (2009) dengan pasta krim feses dan tikus Sprague probiotik memberikan dawley, 21 Hari E.faecium ISdampak positif 27526 pada peningkatan rata-rata berat badan tikus Adi (2010) Biskuit lele dengan Peningkatan status Balita, 90 hari pasta krim gizi, IgA saliva probiotik dan penurunan E.faecium ISangka diare 27526 Nugraha (2012) Biskuit lele dumbo Peningkatan status Balita, 90 hari gizi dan penurunan angka morbiditas pada balita status gizi kurang dan gizi buruk secara bermakna
13
Peneliti
Bentuk produk
Hasil
Savitri (2012)
Biskuit lele dengan probiotik
Nugraha (2013)
Formula biskuit lele dengan probiotik E.faecium IS27526
Penyimpanan terbaik pada suhu dingin (4-6 0C) dengan kemasan metalized Peningkatan jumlah bakteri asam laktat dan penurunan bakteri koliform fekal
Sasaran dan lama perlakuan 4 bulan
Hewan coba MEP usia tua, 3 bulan
Sumber : Savitri (2012), modifikasi.
Monyet Ekor Panjang Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk golongan kingdom animalia, famili cercopithedael, subfamili cercopithenae, genus macaca spesies Macaca fascicularis. Populasi macaca banyak tersebar di wilayah Filipina, Indonesia dan Malaysia. Rata-rata berat badan betina 2.5-5.7 kg sedangkan jantan 4.7-8.3 kg (Cawthon 2006). Secara umum Macaca fascicularis memiliki warna tubuh bervariasi mulai dari abu-abu sampai kecoklatan. Monyet ekor panjang termasuk pada hewan omnivora pemakan berbagai varietas makanan seperti buah, kepiting, bunga, serangga, daun, jamur, rumput dll (Bonadio 2000).
Gambar 4 Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) Sumber: www.rijskamp.com
Pemilihan hewan percobaan untuk penelitian mempertimbangkan beberapa faktor, terutama tujuan dari penelitian itu sendiri. Pemilihan satwa primata sebagai hewan coba didasarkan karena keeratan hubungan dengan manusia terutama fisiologi dan anatomi. Hewan coba kelinci juga cocok dan paling sering digunakan untuk penelitian tentang hiperkolesterolemia, karena kelinci memiliki cadangan lemak akan tetapi memiliki keeratan hubungan yang rendah. Sedangkan anjing, kucing, dan tikus bersifat resisten terhadap pakan kolesterol. Menurut
14
Sajuthi (1993) Macaca fascicularis memiliki kemiripan lebih banyak dengan manusia dibandingkan dengan hewan model lainnya. Hewan ini peka terhadap pakan kolesterol. Menurut Tepstra et al. (1984) perubahan serum kolesterol pada Macaca fascicularis dapat disebabkan perubahan intervensi diet sumber protein pada low-density lipoprotein cholesterol (LDL). Kondisi ini juga diperkuat dengan adanya persamaan ciri anatomi dan fisiologis karena kedekatan hubungan filogenetik dan perbedaan evolusi yang pendek (Sirois 2005). Berikut data biologis dan kimia darah monyet ekor panjang. Tabel 6 Data biologis dan kimia darah monyet ekor panjang Kriteria Standar Berat badan lahir 230-470 gram Berat badan dewasa 2,4-10,9 kilogram Panjang Badan 350-455 mm Harapan hidup 25-30 tahun Usia dewasa: - Jantan 3-4 tahun - Betina 3-3.4 tahun Siklus mensturasi 28-32 hari Masa kehamilan 155-165 hari Masa sapih 12-18 bulan Temperatur Tubuh 37-380c Laju pernapasan 30-40 x/menit Ritme jantung 100-130 x/menit Kolesterol 106-148 mg/dl HDL 19-103 mg/dl Trigliserida 44-75 mg/dl Kalsium 8.5-9.3 mg/dl Sumber: Fortman et al. (2002).
Kelebihan monyet ekor panjang adalah dapat digunakan sebagai bahan riset biomedis, karena di dalam tubuhnya sering ditemukan antibodi untuk jenis virusvirus tertentu. Selain itu monyet ini mempunyai hubungan filogenetik yang sangat dekat dengan manusia, sehingga banyak mempunyai kesamaan dari segi fisiologi maupun anatomi. Keunggulan lainnya adalah ukuran hewannya kecil tetapi mempunyai informasi lengkap tentang reaksi diet dengan hormon, sebagai contoh jika monyet ekor panjang diovariektomi dan diberi pakan aterogenik minimal tiga bulan maka akan mengalami peningkatan konsentrasi total kolesterol dalam plasma dan penurunan kolesterol densitas tinggi (William & Suparto 2004). Berbagai penelitian menyatakan bahwa penelitian hewan coba terbaik adalah menggunakan monyet karena mempunyai kemiripan dengan manusia seperti yang telah diuraikan di atas.
15
3 METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang dilaksanakan pada bulan Maret-Agustus 2013. Pada tahap awal, dilakukan adaptasi Macaca fascicularis sebagai hewan coba, kultivasi biomassa probiotik E. faecium IS27526 serta menyiapkan pakan selama pengujian. Pemeliharaan dan perlakuan serta pengukuran berat badan, profil lipid dan CRP monyet ekor panjang dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lodaya Bogor. Aktivasi dan kultivasi probiotik dilakukan di laboratorium Mikrobiologi PAU IPB serta Fakultas Teknobiologi Universitas Atmajaya. Pembuatan pakan monyet dilaksanakan di PT. Carmelitha Lestari Bogor. Bahan Bahan yang digunakan antara lain yaitu kultur E. faecium IS-27526, bahanbahan kultivasi probiotik (MRSBroth, yeast extract, glukosa, KH2PO4, K2HPO4, C2H3NaO2, (NH4)2HPO4, MgSO4, MnSO4, agar, Potato Dextrose Agar (PDA), VRBA, MRSA, susu skim) dan bahan pembuatan pakan (tepung daging, tepung kepala lele dan minyak ikan lele, tepung ubi jalar, isolat kedelai, butter, telur dan gula). Minyak ikan yang digunakan telah melalui proses pemurnian terlebih dahulu. Bahan yang digunakan untuk pengambilan darah dan analisis profil lipid adalah sampel plasma darah dan reagen test dari PT. Rajawali Nusindo. Alat Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah peralatan untuk kultivasi biomassa probiotik dan analisis mikrobiologi meliputi; shaker-incubator, fermentor, laminar flow, inkubator, autoklaf, mikropipet, bunsen, tabung reaksi, timbangan, cawan petri, centrifuge. Untuk pembuatan pakan diperlukan handblender, sendok, timbangan digital, panci. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan darah jarum suntik, tabung EDTA, alkohol dan plester. Alat untuk analisis profil lipid adalah pipet mikro, eppendorf, sentrifuge dan alat analisis darah. Jumlah dan cara pengambilan sampel Setiap perlakuan menggunakan 3 ekor monyet (unit percobaan), sehingga keseluruhan menggunakan 9 ekor monyet. Pengambilan sampel 9 ekor digunakan rumus Federer yaitu : (T-1) (n-1) > 15 (3-1) (n-1) > 15 (3-1) (n-1) > 15 2n > 15+2 = 17 n=9
16
Seharusnya jumlah sampel setiap kelompok adalah 9 ekor sehingga jumlah keseluruhan hewan coba 27 ekor. Akan tetapi yang dilakukan pada penelitian hanya sepertiga dari jumlah seharusnya yaitu 3 ekor tiap kelompok (9 ekor jumlah keseluruhan) sehingga dikategorikan pilot study. Pengelompokan MEP dilakukan secara acak sehingga rata-rata berat badan antar kelompok cenderung sama. Alur Penelitian Penelitian ini fokus pada penggunaan produk pakan fungsional dari tepung dan minyak ikan lele dan probiotik pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis). Hewan yang digunakan dalam penelitian ini 9 ekor monyet ekor panjang betina usia tua (10-15 tahun, ditentukan berdasarkan dentisi) hasil penangkaran Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB) dengan bobot badan berkisar antara 2–4 kg. Parameter yang diamati adalah perubahan BB, profil lipid, dan CRP. Kadar lipid darah yang diukur meliputi kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL. Seluruh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang digunakan bebas dari penyakit tuberkulosis dan simian retrovirus (SRV). Seluruh perlakuan yang melibatkan hewan percobaan dilakukan berdasarkan Ethical Clearance yang telah ditentukan dan disetujui Komisi Kesejahteraan Hewan Laboratorium PSSP IPB (ACUC) dengan nomor P.01.13IR. Alur penelitian disajikan pada Gambar 6. Tahap penelitian terdiri dari tiga bagian, yaitu masa persiapan bahan intervensi, masa adaptasi dan masa perlakuan. Persiapan bahan Persiapan bahan intervensi terbagi atas beberapa tahap antara lain: pembuatan biomassa probiotik E.faecium IS-27526, uji viabilitas probiotik, dan pembuatan pakan untuk hewan coba. 1. Persiapan stok probiotik Probiotik yang digunakan pada penelitian adalah strain E. faecium IS-27526 yang diisolasi dari dadiah, susu fermentasi asal Sumatera Barat. Biomassa probiotik digunakan sebagai stok kultur yang akan dicampurkan pada pakan. Pembuatan stok probiotik dimulai dari tahap aktivasi dan kultivasi menggunakan medium MRS-Broth, fermentasi dalam fermentor 10 liter selama 22 jam pada suhu 370C pada kondisi anaerobik. Hasil kultivasi selanjutnya di sentrifus pada suhu 40C selama 20 menit untuk memperoleh biomassa E. faecium IS-27526. Biomassa kemudian dipindahkan ke falcon tube dan dibekukan dengan N2 cair kemudian disimpan dalam freezer. Diagram alir pembuatan stok biomassa probiotik disertakan pada Lampiran 1. 2. Uji Viabilitas Probiotik Analisis mikrobiologi dilakukan untuk mengetahui viabilitas probiotik dan cemaran. Analisis viabilitas juga dilakukan setiap 2 minggu selama penelitian untuk mengetahui kelayakan jumlah bakteri probiotik yang dicampurkan pada pakan. Cara kerja uji mikrobiologi diuraikan pada Lampiran 2. 3. Pembuatan pakan untuk hewan coba Pakan yang diberian pada penelitian ini adalah pakan aterogenik. Tujuan pemberian pakan aterogenik untuk memicu kondisi tidak normal pada profil lipid
17
dan CRP MEP sehingga dapat dilihat pengaruh minyak ikan dan probiotik dalam melakukan proteksi. Masing-masing perlakuan diberikan pakan aterogenik (tepung kuning telur) 0,1% (20 gram). Formula dasar yang digunakan adalah modifikasi formula biskuit yang diperkaya tepung ikan lele dan isolat protein formula terbaik hasil formulasi Kusharto et al. (2012). Berikut komposisi pakan ketiga jenis perlakuan (Tabel 7). Tabel 7 Komposisi pakan formulasi Jenis Bahan Gula Telur Tepung Kepala Ikan Lele Tepung Badan Ikan Lele Tepung Kedelai Tepung Terigu Tepung Ubi Jalar Butter (BOS) Minyak Ikan Lele Tepung kuning telur Probiotik
Jumlah bahan (gram) Pakan A1 Pakan A2 Pakan A3 125 125 125 50 50 50 7.5 7.5 25 17.5 17.5 50 50 50 75 75 75 75 75 75 150 150 75 75 20 20 20 108 cfu/g 108 cfu/g
Ket: (-) tidak diberikan.
Pada komposisi pakan formulasi di atas terdapat perbedaan pakan A1, A2 dan A3 pada tepung kepala ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik yang diberikan. Pada pakan A1 tidak diberikan penambahan tepung kepala ikan lele. Tepung kepala ikan lele mengandung mineral yang tinggi terutama kalsium, sehingga diharapkan dapat melihat efek pemberian tepung kepala terhadap kalsium darah MEP yang pada penelitian ini tidak diamati. Pada pakan A2 dilakukan penambahan probiotik, sedangkan pada pakan A3 dilakukan penambahan probiotik dan minyak ikan lele. Minyak ikan lele diberikan sebagai substitusi terhadap butter. Masa adaptasi Tahap persiapan pada penelitian utama adalah menyiapkan hewan coba. Hal yang pertama dilakukan adalah mengkarantina hewan selama 45 hari untuk memberikan waktu adaptasi. Hewan yang diujicobakan didatangkan dengan terlebih dahulu telah di ovariektomi. Tujuan ovariektomi adalah menghentikan fase bulanan pada MEP sehingga menjadi simulasi wanita lanjut usia (menopause) pada manusia. Hewan dikandangan dalam kandang individu yang ditempatkan pada posisi agar antar individu berinteraksi secara audiovisual. Minum diberikan ad libitum dan makanan berupa pakan perlakuan diberikan 120 kal/kg bobot badan/hari. Kandang yang digunakan adalah kandang individu stainless steel (squeeze back cage) untuk mempermudah dalam pemeliharaan dan pengendalian. Kandang harus dibuat dengan konstruksi yang kuat untuk mencegah kerusakan disebabkan monyet itu sendiri. Jenis kandang perlu dilengkapi tempat peristirahatan yang agak tinggi dengan bentuk memadai memberi keleluasaan hewan coba untuk
18
bergerak (Sajuthi 1993). Kandang dengan ukuran 0,6 x 0,6 x 0,9 m dapat dilihat dalam Gambar 5.
Gambar 5 Kandang individu hewan coba Peletakan kandang dibuat dalam bentuk satu sama lain individu masih dapat saling melihat dan mendengar. Menurut Smith dan Mangkoewidjojo (1988) hewan coba tidak boleh dikandangkan sendirian dan terpencil karena akan menimbulkan suatu bentuk cekaman yang mengganggu proses tingkah laku dan fisiologi normal. Setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum berupa mangkuk yang terbuat dari logam anti karat dan air minum disediakan ad libitum, ditempatkan pada ruang tertutup dan bersih serta dilengkapi dengan lampu, keran air, selang air, alat kebersihan dan house fan. Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua pada saat adaptasi kandang diberikan pakan komersial buatan Bangkok dengan merk dagang monkey chow sebanyak 50-80 g/hari. Monkey chow berbentuk pakan padat, kering dan agak keras dengan kandungan energi dan protein yang tinggi. Setelah adaptasi kandang selama 30 hari, dilakukan adaptasi pakan dimana pakan monkey chow dikombinasikan dengan pakan intervensi. Masa perlakuan Pada masa perlakuan, ketiga kelompok hewan akan diberi pakan yang berbeda. Kelompok pertama diberikan pakan kontrol/standar. Pakan standar merupakan pakan dengan komposisi formula terpilih dari penelitian Kusharto et al. 2012). Kelompok ke dua akan diberikan pakan tepung lele dengan probiotik. Kelompok ke tiga diberikan pakan tepung lele yang ditambah dengan minyak ikan lele dan probiotik. A1 = pakan standar A2 = pakan standar + probiotik A3 = pakan standar + probiotik + minyak lele Pakan diberikan dalam bentuk pelet sebanyak 100 gram/hari diberikan dua kali untuk pagi dan siang. Pertimbangan jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan energi monyet ekor panjang 120 Kalori/kg BB (Bennet et al. 1996). Pada masa perlakuan dilakukan penimbangan berat badan (BB), pengambilan darah untuk menganalisis profil lipid dan CRP MEP.
19
Metode Pengukuran Parameter Hewan disedasi pada awal penelitian dan setiap 4 minggu dengan ketamin HCl 10% (10 mg/kg bobot badan) secara intramuskuler untuk tujuan penimbangan dan pengambilan sampel darah. Bobot badan ditimbang dengan timbangan digital. Darah diambil dari vena femoralis sebanyak 3 ml dalam tabung dengan antikoagulan EDTA. Alat yang digunakan adalah alat analisis darah merek Nihon Kohden Celltax. Sampel darah digunakan untuk analisis kolesterol plasma (mg/dL), trigliserida (mg/dL), kolesterol HDL (mg/dL), dan kolesterol LDL (mg/dL). Pengukuran total kolesterol plasma, trigliserida, kolesterol HDL dan kolesterol LDL menggunakan prinsip enzimatik kolorimetrik. Pengukuran kadar kolesterol total Pengukuran kadar kolesterol total dilakukan dengan uji kolorimetrik enzimatis dengan metode CHOD-PAP menggunakan test kit yang dikeluarkan PT. Rajawali Nusindo. Kolesterol ditentukan setelah proses hidrolisis dan oksidasi secara enzimatis. Indikator quinoneimine terbentuk dari hasil reaksi antara hidrogen peroksida dan 4-aminophenezone dengan adanya fenol dan perosidase. Prinsip reaksi: CHE
Kolesterol ester + H20
kolesterol + asam lemak CHO
Kolesterol
+ O2
kolesterol-3-one + H202 POD
2H2O2 + 4-aminophenazone + phenol
quinoneimine + 4H20
dimana: CHE = kolesterol esterase CHO = kolesterol oksidase Konten dan komposisi reagen: R1 4x100 ml reagen enzim 100 mmol/l Buffer fosfat (pH 6.5) 4-aminophenazone 0.25 mmol/l Fenol 5 mmol/l Peroksidase > 5 KU/l Kolesterolesterase > 150 U/I Kolesteroloksidase > 100 U/I Natrium Azide 0.05 % 2 3 ml Standar Kolesterol 200 mg/dl atau 5.17 mmol/l Pengukuran Panjang gelombang Suhu Prinsip
500 nm, Hg 546 nm 250C atau 370C Membandingkan sampel dengan blanko.
20
Tabel 8 Skema pengukuran kadar kolesterol total Pipetkan ke kuvet Blanko Sampel/Standar Sampel/standar 10 µl R1 1000 µl 1000 µl Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 250C atau 5 menit pada suhu 370C. Lakukan pengukuran absorban sampel/standar bandingkan dengan blanko. Hasil akan keluar secara otomatis dalam satuan mg/dl. Pengukuran kadar kolesterol HDL Pengukuran kadar kolesterol HDL menggunakan test kit kolesterol merek, dari PT Rajawali Nusindo. Kilomikron, VLDL (very low density lipoprotein) dan LDL (low density lipoprotein) diendapkan dengan penambahan asam fosfotungstat dan magnesium klorida. Sesudah dilakukan sentrifugasi, cairan supernatan yang mengandung fraksi HDL digunakan untuk analisis kolesterol HDL dengan test kit kolesterol. Konten, komposisi reagen: R1 4x80 ml bahan endapan Asam fosfotungstat 0.55 mmol/l Magnesium klorida 25.00 mmol/l Standar kolesterol 2 Kolestero 50.00 mg/dl atau 1.29 mmol/l Persiapan reagen Endapan untuk semi-mikro assays 1. Cairkan bahan pada R1 dengan 20 ml air destilata atau 4 botol R1 dengan 1 bagian air destilata (4+1). Tabel 9 Skema pengukuran I kadar HDL Kolesterol Pipetkan ke kuvet Makro Semi-mikro Sampel 500 µl 200 µl R1 (Tanpa pencampuran) 1000 µl --R1 (dengan pencampuran) --500 µl Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu ruang. Sentrifus selama 2 menit pada 10000 g, atau 10 menit pada 4000 g. Setelah dilakukan sentrifugasi pisahkan supernatan dari endapan dan lanjutkan untuk pengukuran dengan test kit kolesterol. 2. Penetapan kolesterol-HDL Tabel 10 Skema pengukuran II kadar HDL Kolesterol Pipetkan ke kuvet Blanko Standar Sampel Air Destilata 100 µl ----Standar --100 µl --Supernatan HDL ----100 µl 1000 µl 1000 µl 1000 µl Campurkan, inkubasi selama 5 menit pada suhu 370C atau 10 menit pada suhu 250C. Ukur absorbansi sampel dan standar bandingkan dengan blanko. Hasil akan keluar secara otomatis dalam satuan mg/dl.
21
Pengukuran kadar trigliserida Pengukuran kadar trigliserida dilakukan dengan uji kolorimetrik enzimatis dengan metode GPO-PAP menggunakan test kit dikeluarkan oleh PT Rajawali Nusindo. Trigliserida ditentukan setelah hidrolisis enzimatis dengan lipase. Indikator quinoneimine terbentuk dari hydrogen peroksida, 4-aminoantipyren dan 4-klorofenol dibawah pengaruh katalisis dari peroksidase. Prinsip reaksi:
Lipase
Trigliserida
gliserol + asam lemak GK
Gliserol + ATP
gliserol-3-fosfat + ADP GPO
Gliserol-3-fosfat O2
dihidroksiaseton-fosfat + H202 POD
H2O2 + 4-aminoantypirene + 4-klorofenol
quinoneimine + HCl + 2H20
Konten, komposisis reagen: R1 4x100 reagen enzim Larutan buffer : Buffer pH 7.5 50 mmol/l 4-klorofenol 5 mmol/l 4-aminoantipirine 0.25 mmol/l Ion magnesium 4.5 mmol/l 2 mmol/l ATP Lipase ≥ 1.3 U/ml Peroksidase ≥ 0.5 U/ml Gliserol Kinase ≥0.4 U/ml Gliserol-3-fosfat oksidase 0.05 mmol/l 2 3 ml standar Trigliserida 200 mg/dl atau 2.28 mmol/l Pengukuran Panjang gelombang 500 nm, Hg 546 nm Suhu 250C atau 370C Prinsip Bandingkan sampel dengan blanko. Tabel 11 Skema pengukuran kadar Trigliserida Pipetkan ke kuvet Blanko Sampel/Standar Sampel/standar 10 µl R1 1000 µl 1000 µl 0 Campurkan, inkubasi selama 10 menit pada suhu 25 C atau 5 menit pada suhu 370C. Lakukan pengukuran absorban sampel/standar bandingkan dengan blanko. Hasil akan keluar secara otomatis dalam satuan mg/dl.
22
Penetapan Kadar Kolesterol LDL Kadar kolesterol LDL dihitung dari konsentrasi kolesterol total, kolesterol HDL dan Trigliserida dengan menggunakan persamaan berikut: Kolesterol LDL= Total Kolesterol - HDL - Trigliserida mg/dl 5 Pengukuran CRP Tujuan analisis CRP adalah untuk mengetahui adanya infeksi kerusakan jaringan atau inflamasi. CRP merupakan protein khusus yang disintesis hati sebagai respon terhadap peradangan yang terjadi pada pembuluh darah. Metode yang digunakan pada uji ini adalah metode kualitatif. Prinsip pengujian adalah aglutinasi pasif terbalik dimana latex dilapisi antibodi CRP dan yang dideteksi adalah antigen CRP dalam serum dengan kadar tinggi, aglutinasi terlihat dalam 2 menit. Bahan : Serum Reagen : Latex (suspense polysterin latex) Cara kerja : Masukkan 50 mikro liter serum ke dalam test slide, tambahkan satu tetes suspense, campurkan suspense dengan cara digoyang. Putar test slide selama dua menit lihat aglutinasi yang terjadi. Interpretasi hasil: Hasil positif = aglutinasi kasar; positif lemah= aglutinasi halus; hasil negatif = tidak ada aglutinasi.
23
Pembuatan stok biomassa E. faecium IS-27526
Masa Adaptasi Macaca fascicularis selama 45 hari
Pembuatan pakan lele ditambah minyak dan probiotik
Pemberian pakan pada Macaca selama 90 hari Penimbangan berat badan pada titik 0,30,60 dan 90 hari
Pengujian viabilitas dan kemurnian probiotik setiap minggu selama 90 hari.
Pengambilan darah untuk mengukur: 1. Profil lipid 2. CRP Pada titik 0, 30, 60 dan 90 hari.
Gambar 6 Alur tahap penelitian Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan percobaaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Faktorial (RAF) dengan 2 faktor yaitu faktor A (jenis pakan) dan faktor B (lama waktu intervensi). Model matematika dari rancangan ini adalah: Yijk = µ + Ai+ Bj + ABij + єijk Keterangan: Yijk : Pengamatan faktor A taraf ke-i, faktor B taraf ke-j dan ulangan ke-k µ : Rataan umum Ai : Pengaruh faktor A pada taraf ke-i Bj : Pengaruh faktor B pada taraf ke-j Abij : Interaksi antara Faktor A dengan Faktor B
24
Analisis Data Analisis mikrobiologi probiotik, konsumsi dan CRP ditabulasi dan disajikan secara deskriptif, pengaruh perlakuan terhadap berat badan dan profil lipid monyet ekor panjang dianalisis dengan uji statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Analisis statistik dilakukan pada masing-masing parameter pengamatan, yaitu total berat badan, kolesterol, LDL, trigliserida dan HDL monyet ekor panjang sesuai dengan titik pengamatan. Jika terdapat hubungan dan pengaruh yang nyata, maka akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan.
25
4 HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Pendahuluan Pembuatan Pakan Pakan yang diberikan pada penelitian adalah pakan aterogenik dengan penambahan tepung kuning telur. Formula berdasarkan komposisi formula terpilih pada penelitian Kusharto et al. (2012) dengan modifikasi penambahan probiotik E.faecium IS-27526 dan minyak ikan lele. Berikut hasil analisis proksimat kandungan gizi pakan perlakuan dan monkey chow.
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 12 Hasil analisis proksimat kandungan gizi pakan perlakuan Kandungan* Pakan Pakan Pakan Monkey** A1 A2 A3 chow Kadar Air (%) 13.25 12.49 19.61 Kadar Abu (%) 1.22 1.67 2.09 Lemak (%) 21.63 22.67 27.19 5.55 Protein (%) 17.84 19.03 19.24 29.39 Karbohidrat (%) 50.86 51.05 55.12 51.38 Serat Kasar (%) 2.95 3.18 3.66 6.02 Energi (Kal/kg) 405.96 424.08 435.86 433.0
Keterangan:
*Kandungan gizi berdasarkan berat kering (kecuali kadar air). Hasil analisis proksimat Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor 2013. ** Sumber: Suparto et al. (2010).
Pakan formulasi memiliki kandungan zat gizi yang tidak jauh berbeda dengan monkey chow. Monkey chow merupakan pakan komersial berbentuk biskuit yang biasa diberikan pada MEP di penangkaran. Perbedaan pakan formulasi dengan monkey chow terdapat pada kandungan lemak dan protein. Kandungan lemak pakan formulasi lebih tinggi disebabkan adanya penambahan kuning telur sebagai pakan aterogenik. Kandungan protein monkey chow cenderung lebih tinggi dibanding pakan formulasi karena memiliki komposisi kedelai (protein kasar) yang lebih tinggi. Komposisi awal pada formula terpilih dalam biskuit fungsional Kusharto et al. (2012). Modifikasi dilakukan dengan tidak menggunakan margarin, tepung susu, soda kue, dan baking powder serta substitusi sebagian tepung terigu oleh tepung ubi jalar. Konsekuensi dari tidak digunakan margarin adalah diganti butter (BOS) dan tepung susu di ganti dengan isolat kedelai, sedangkan soda kue dan baking powder diganti dengan sedikit garam. Penggunaan butter (BOS) bertujuan agar tekstur lebih renyah, sedangkan isolat kedelai memiliki kandungan protein yang lebih baik dari pada tepung susu. Penggunaan ubi jalar menggantikan sebagian dari tepung terigu bertujuan untuk menambah kadar serat pangan dalam biskuit, selain itu sebagai upaya meningkatkan penggunaan pangan lokal. Proses pembuatan pakan diawali dengan mencampur gula bubuk, dan mentega, lalu diaduk dengan menggunakan mixer dengan kecepatan tinggi sampai warnanya memucat. Kemudian ditambahkan telur dan diaduk kembali sampai
26
agak mengembang. Lalu tepung daging ikan, tepung kepala ikan, isolat protein kedelai, tepung terigu, tepung ubi jalar, dan tepung susu dimasukkan ke dalam adonan. Adonan diaduk dengan kecepatan rendah sampai kalis sebanyak 50 gram. Berikut gambar adonan selama pengadonan (Gambar 7).
Gambar 7 Adonan bahan-bahan dan pakan telah dibentuk Tahap berikutnya adalah pencampuran probiotik dengan pakan yang dilakukan di Laboratorium Bakteriologi PT. Bimana Indomedical. Pakan yang ditambahkan dengan E. faecium IS-27526 adalah A2 dan A3. Probiotik yang sudah disiapkan sebagai stok kemudian disuntikkan dengan mikropipet P1000. Terlebih dahulu probiotik di homogenisasi dengan Scientific Vortek tipe genie 2. Setelah homogen, disedot dengan mikropipet sebanyak 200-500 ul. Bagian yang sudah disuntikkan probiotik ditutup kembali dan ditandai dengan Food grade colouring. Berikut gambar proses penambahan probiotik pada pakan.
(a) (b) (c) Gambar 8 Stok probiotik (a), Proses homogenisasi (b) Pakan siap diberikan (c) Pakan yang telah ditambahkan probiotik selanjutnya disimpan di freezer untuk selanjutnya diberikan pada MEP. Pemberian pakan dilaksanakan pada pagi dan sore hari sesuai dengan kebutuhan kalori MEP per hari. MEP diberikan buah sebagai makanan selingan. Kultivasi Biomassa E.faecium IS-27526 Pada habitat alaminya, mikroorganisme biasa tumbuh dalam populasi yang kompleks dan terdiri dari beberapa jenis spesies. Untuk itu diperlukan teknik khusus untuk memindahkan mikroorganisme tertentu menjadi biakan murni. Teknik yang digunakan pada pengambilan murni dan kultivasi harus aseptis sehingga tidak terjadi kontaminasi. Setelah didapatkan biakan murni melalui isolasi, dilakukan kultivasi atau perbanyakan jumlah mikroba yang ditumbuhkan dalam media. Proses ini sebagai stok kultur probiotik selama masa intervensi.
27
Pada penelitian ini E.faecium IS-27526 biakan murni difermentasi dalam fermentor 10 L pada suhu 37 0C selama 22 jam di dalam media de Man Rogosa Sharpe (MRS) broth (Oxoid, UK) pada kondisi anaerobik. Teknologi fermentasi dilakukan untuk memproduksi sel-sel mikroba (biomassa) dalam jumlah banyak (Stanbury 1995). Setiap tiga jam dilakukan platting untuk mengetahui jumlah mikroba yang tumbuh. Dalam hal ini dilakukan platting untuk mengetahui pertumbuhan bakteri asam laktat, koliform dan total mikroba. Berikut gambaran jumlah mikroba selama 22 jam.
Gambar 9 Diagram batang total mikroba pada kultivasi biomassa Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui total bakteri asam laktat terus meningkat selama proses kultivasi. Peningkatan bakteri asam laktat berkisar dari 9.38 cfu/g hingga mencapai 13.36 cfu/g pada titik terakhir. Total bakteri juga terdapat kenaikan hanya tidak terlalu signifikan dari 8.3 cfu/g hingga mencapai 8.77 cfu/g. Jumlah bakteri asam laktat yang lebih tinggi dari pada total bakteri diduga karena bakteri asam laktat butuh media yang selektif untuk tumbuh dan berkembang. Media PCA diduga tidak terlalu cocok untuk pertumbuhan bakteri laktat. Pada bakteri koliform tidak terjadi pertumbuhan dari titik 0 hingga titik terakhir selama 22 jam. Hal ini diduga karena teknik kerja aseptis yang dilakukan sehingga tidak terdapat kontaminan selama pengerjaan kultivasi. Kontaminasi mungkin terjadi karena proses biomassa yang memerlukan waktu lama memungkinkan terjadinya kontaminasi dari kontaminan-kontaminan seperti peralatan, bahan maupun lingkungan. Setelah masa kultivasi selama 22 jam, probiotik dipanen dengan disentrifugasi pada suhu 4 0C, 3200 rpm selama 20 menit. Larutan hasil sentrifugasi disalut dengan susu skim. Biomassa kemudian dimasukkan kedalam falcon tube, dicelupkan ke N2 cair dan segera disimpang dalam freezer untuk menjaga viabilitasnya. Viabilitas probiotik dalam biomassa hasil kultivasi adalah 1x1012 cfu/g. Uji Viabilitas Probiotik Untuk memastikan viabilitas probiotik selama 3 bulan intervensi, dilakukan uji viabilitas 2 kali dalam sebulan. Uji viabilitas dilaksanakan dalam rentang
28
waktu pada tanggal 13 Mei 2013 hingga 15 Juli 2013. Berikut data viabilitas probiotik selama 3 bulan intervensi.
*1= uji pertama (13 Mei 2013), 2=30 Mei 2013, 3= 10 Juni 2013, 4=1 Juli 2013, 5= 15 Juli 2013.
Gambar 10 Diagram batang viabilitas kultur E. Faecium IS-27526 Berdasarkan Gambar 10 viabilitas kultur probiotik diketahui jumlah bakteri selama masa intervensi cenderung konstan pada kisaran 9.85 cfu/g hingga 9.91 cfu/g. Peningkatan/penurunan jumlah probiotik selama masa intervensi diduga dipengaruhi beberapa hal diantaranya pengadukan yang kurang merata pada masa kultivasi, suhu dan pengaruh lingkungan. Penelitian Utama Konsumsi pakan MEP selama intervensi menunjukkan respon yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi jenis pakan dan daya terima masing-masing MEP terhadap pakan yang diberikan selama intervensi. Tabel 13 berikut menggambarkan persentase konsumsi pakan selama intervensi. Tabel 13 Persentase konsumsi pakan selama intervensi Perlakuan A1 A2 A3
Rata-rata berat badan MEP (Kg) 3.41±0.29 3.28±1.22 3.30±0.58
Berat pakan yang diberikan (gram) 100 100 100
Persentase konsumsi(%) 90.91 85.75 89.18
Ket: (A1) Pakan standar, (A2) Pakan standar+probiotik, (A3) Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele.
Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa daya terima MEP terhadap ketiga jenis pakan cukup baik di atas 80%. Perbedaan tidak begitu signifikan terlihat pada masing-masing kelompok dipangaruhi nafsu makan dan konsumsi masingmasing MEP. Hal lain yang mempengaruhi adalah lamanya proses adaptasi MEP terhadap pakan baru tersebut. Menurut Bennet et al. (1996), faktor yang dapat
29
mempengaruhi daya terima primata terhadap makanan adalah jenis nutrisi, palatabilitas, bentuk dan jenis bahan. Sebelum intervensi MEP melewati masa adaptasi karena pakan yang biasa diberikan adalah monkey chow. Masa adaptasi memberi ruang untuk MEP menyesuaikan diri dengan pakan baru. Pemberian essens pisang juga mempengaruhi daya terima MEP terhadap makanan. Makanan tinggi lemak dengan penambahan tepung kuning telur juga dapat meningkatkan daya terima. Menurut Suparto et al. (2010) makanan tinggi lemak dengan penambahan tepung kuning telur dapat meningkatkan palatabilitas atau daya terima terhadap pakan yang dikonsumsi. Konsumsi pakan dengan presentasi >80% pada hewan coba cenderung untuk meningkatkan atau menstabilkan berat badan. Perubahan Fisik (Berat Badan) Pakan yang diberikan pada monyet ekor panjang (MEP) merupakan Biskuit Ikan Lele Formula terpilih pada penelitian Kusharto et al. (2012). Formula kaya akan zat gizi terutama protein dan mineral karena berbahan dasar tepung ikan lele. Perlakuan intervensi berbagai jenis pakan menyebabkan terjadinya perubahan fisik pada MEP yaitu berat badan. Pengukuran berat badan diperlukan sebagai indikator kesehatan dan kesejahteraan hewan selama masa intervensi (Fortman et al. 2002). Analisis data terhadap perubahan berat badan MEP didasarkan pada pengamatan per-bulan pra dan selama intervensi. Data peningkatan berat badan MEP dapat dilihat pada Tabel 14 berikut. Tabel 14 Perubahan berat badan (kg) Perlakuan* A1 A2 A3 Rata-rata p value
0 3.10a 3.13a 3.12a 3.11a
Bulan ke1 2 a 3.46 3.52a 3.33a 3.34a a 3.29 3.38a 3.36a 3.42a
3 3.57a 3.31a 3.41a 3.43a
Rata-rata
p value
3.41 3.28 3.30 3.33 0.903
0.832 1.00
Keterangan: *) = Berat badan MEP antar perlakuan A1= Kontrol / pakan standar A2= Pakan standar + probiotik A3= Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa rata-rata berat badan MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) pada pengamatan bulan ke-0, 1, 2 dan 3. Data pada Tabel 14 menunjukkan bahwa semua kelompok yang diberi perlakuan mengalami peningkatan berat badan. Rata-rata berat badan MEP pada awal penelitian berkisar 3.10-3.13 kg. Peningkatan berat badan MEP di akhir pengamatan antara lain dipengaruhi oleh perlakuan yang diberikan dan lingkungan. Hal ini diindikasikan dengan berat badan MEP pada awal penelitian homogen. Menurut Fortman (2002), peningkatan berat badan merupakan sifat alamiah pada hewan coba. MEP tidak berhenti tumbuh meskipun pada usia tua laju pertumbuhan semakin menurun. Hasil penimbangan berat badan MEP selama 3
30
bulan pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata berat badan MEP mengalami peningkatan. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berbeda nyata terhadap rata-rata berat badan MEP selama intervensi (p>0.05) pada MEP. Hasil uji lanjut Duncan menunjukkan berdasarkan waktu peningkatan berat badan bertambah seiring lamanya waktu intervensi, akan tetapi tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (p>0.05). Analisis data terhadap perubahan berat badan MEP didasarkan pada pengurangan berat badan MEP pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3 dikurangi berat badan MEP pada pengamatan bulan-0 (baseline). Data presentasi dan perubahan berat badan MEP selama intervensi disajikan pada Gambar 11 dan 12.
Keterangan: *) = berat badan MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata A1 = Pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan
Gambar 11 Rata-rata perubahan berat badan MEP selama pengamatan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan berat badan MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3. Meskipun tidak ada perbedaan nyata berat badan MEP selama intervensi, namun terjadi tren peningkatan berat badan. Faktor yang dapat meningkatkan pertumbuhan adalah asupan makanan yang diberikan dalam jumlah cukup dan kandungan gizi yang terdapat pada makanan. Pakan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan energi MEP per hari (120 kkal/hari). Semua MEP mendapatkan perlakuan yang sama, perbedaan terdapat pada penambahan probiotik dan minyak ikan. Banyak hal yang dapat menyebabkan berat badan MEP meningkat. Salah satunya kepatuhan dalam mengonsumsi pakan selama perlakuan. Selain mengonsumsi pakan, MEP juga diberikan tambahan buahbuahan sebagai penunjang asupan harian.
31
Keterangan: A1 = Pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan MC = Pakan monkey chow (Oktarina 2009)
Gambar 12 Persentase peningkatan berat badan MEP selama pengamatan dibandingkan pakan komersia monkey chow Penambahan tepung kuning telur sebagai pakan aterogenik pada formula pakan MEP diduga dapat meningkatkan ketertarikan MEP pada pakan. Menurut Suparto et al. (2010) penambahan tepung kuning telur sebagai pakan tinggi lemak dapat memperbaiki palatabilitas sehingga meningkatkan konsumsi pakan dan bobot badan. Sejalan degan penelitian Oktarina (2009) pakan dengan penambahan kuning telur (lemak ±19.62%) lebih berpotensi meningkatkan berat badan dibanding pakan monkey chow (lemak 5.55%). Monyet dengan pakan monkey chow memiliki kecenderungan berat badan yang stabil selama 4 bulan pengamatan. Pakan monkey chow memiliki kandungan protein yang lebih tinggi. Menurut Oktarina (2009) sumber energi yang berasal dari protein secara metabolisme kurang efesien (menghasilkan energi ekspenditur yang lebih besar) bila dijadikan sumber energi tubuh. Disisi lain, lemak menyumbang energi lebih tinggi dibanding dengan protein dan karbohidrat karena mempunyai ikatan karbon lebih banyak dalam strukturnya. Selain itu, pakan MEP juga diberikan essens beraroma pisang sehingga diduga dapat menarik minat MEP untuk dikonsumsi. Oleh sebab itu, pakan monkey chow diduga menghasilkan bobot badan yang lebih rendah dibanding pakan formulasi. Selain itu, penambahan probiotik pada pakan memberi kecenderungan menekan peningkatan berat badan. Probiotik pada pakan menyebabkan keseimbangan mikrobiota dalam saluran cerna, sehingga akan menekan pertumbuhan bakteri patogen yang akan menciptakan kondisi yang baik pada saluran pencernaa MEP. Berdasarkan penelitian Nugraha (2013) penambahan probiotik E.faecium IS-27526 dapat meningkatkan bakteri asam laktat dan meminimalisir bakteri koliform mikrobiota fekal monyet ekor panjang betina usia tua. Kondisi demikian akan mengoptimalkan penyerapan zat-zat gizi dan akan
32
memberikan efek menguntungkan bagi kesehatan (Harianti 2009). Disisi lain, dengan mengonsumsi probiotik E.faecium IS-27526 dapat memperlambat peningkatan kolesterol total pada MEP karena diduga kolesterol dikeluarkan dari tubuh. Menurut Pato et al. (2004) bakteri asam laktat dapat memperlambat peningkatan berat badan karena dapat mendegradasi senyawa-senyawa yang berperan dalam peningkatan pertumbuhan. Namun hal ini perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui mekanisme bakteri asam laktat (E. faecium IS-27526) terhadap berat badan. Profil lipid Lipid adalah senyawa yang mengandung karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Lipid memegang peranan penting dalam struktur dan fungsi sel (Lehninger 1982). Menurut Mc.Guire dan Beerman (2009) profil lipid merupakan salah satu indikator seseorang menderita sindrom metabolik. Pada penelitian ini dilakukan pengukuran profil lipid terhadap MEP yang telah diberikan pakan aterogenik dengan penambahan probiotik dan minyak ikan. Pakan aterogenik yang diberikan adalah tepung kuning telur. Produk hasil ternak (kuning telur) yang mengandung kolesterol tinggi dapat menurunkan kualitas profil lipid dan memicu ateroskerosis. MEP merupakan spesies yang sensitif terhadap pakan yang mengandung kolesterol sama halnya seperti manusia yang responsif terhadap efek kolesterolemik. Pada penelitian ini pengukuran profil lipid yang diukur adalah kolesterol total, HDL-kolesterol, dan trigliserida. LDL dihitung melalui rasio tiga indikator profil lipid lainnya. Kadar Kolesterol Total Kolesterol adalah senyawa kompleks yang ditemukan pada pangan hewani. Kolesterol dapat dibuat oleh tubuh dan dari luar yang dapat mensintesis asam empedu yang berperan besar dalam penyerapan lipid di dalam tubuh. Kenaikan kadar kolesterol dalam darah merupakan suatu faktor resiko terjadinya aterosklerosis. Tabel 15 Kadar kolesterol total MEP selama 3 bulan Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Bulan ke0 1 2 3 124±19.3a 215±51.8ab 452±136d 344±138bcd 103±4.04a 189±37.9ab 378±114bcd 224±91.5abc 138±20.5a 411±126cd 846±200e 697±91.4e 122±2.06 272±126 558±255 421±232
Keterangan: A1= Kontrol / pakan standar A2= Pakan standar + probiotik A3= Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele * subkret yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata (p<0.05)
Rata-rata
p value
283±155 224±122 523±304 3.43±242 0.00
0.00 0.011
33
Berdasarkan tabel 15 diatas diketahui rata-rata kadar kolesterol MEP pada awal penelitian adalah 122±2.06 mg/dl, sedangkan pada akhir penelitian mengalami peningkatan 421±232 mg/dl. Secara keseluruhan rata-rata kadar kolesterol total MEP dari tiga perlakuan yang diberikan mengalami peningkatan hingga pengamatan bulan ke-3. Data kadar kolesterol MEP secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 5-7. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa profil lipid MEP antar perlakuan berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3, namun tidak berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-0 (baseline data). Profil kolesterol total pada kelompok MEP pada bulan ke-0 menunjukkan kadar kolesterol pada perlakuan pakan standar (A1) 124±19.3mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 103±4.04 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 138±20.5 mg/dl. Rata-rata kolesterol total MEP masuk kategori normal sesuai batas normal kolesterol total 106-148 mg/dl (Fortman et al. 2009). Hasil uji lanjut Duncan pada bulan ke-1 menunjukkan adanya peningkatan kadar kolesterol ketiga kelompok perlakuan. Kolesterol total perlakuan pakan standar (A1) 215±51.8 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 189±37.9. Sedangkan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 411±126 berbeda nyata dengan dua kelompok lainnya. Meningkatnya kadar kolesterol total pada kelompok pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan diduga karena adanya penambahan minyak ikan yang pada jumlah asupan tertentu dapat meningkatkan kolesterol di darah. Pada bulan ke-2 menunjukkan peningkatan kadar kolesterol MEP pada ke tiga kelompok perlakuan. Kolesterol total perlakuan pakan standar (A1) 452±136 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 378±114 mg/dl. Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 846±200 mg/dl berbeda nyata dengan dua kelompok lainnya.. Pada bulan ke-3 menunjukkan kolesterol total perlakuan pakan standar (A1) 344±138 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 224±91.5, namun berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 697±91.4 mg/dl. Berbeda dengan bulan ke-0, 1 dan 2, pada bulan ke-3 terjadi penurunan kadar kolesterol pada ketiga kelompok intervensi. Peningkatan terendah pada ketiga kelompok perlakuan terlihat pada kelompok pakan standar dengan penambahan probiotik (A2). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan probiotik memperlambat peningkatan kolesterol total dalam darah. Sedangkan dengan penambahan minyak ikan lele, tidak mampu memperlambat kenaikan kolesterol total dalam darah. Peningkatan kadar kolesterol total MEP pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3 disajikan pada Gambar 13. Rata-rata peningkatan kolesterol total pada MEP terbesar akibat perlakuan yang diberikan ditemukan pada perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3), yaitu meningkat 273 mg/dl yang diamati pada bulan ke-1 dan terus meningkat hingga pengamatan bulan ke-2 708 mg/dl. Pada pengamatan bulan ke-3 terjadi penurunan kadar kolesterol MEP dari 708 mg/dl menjadi 559 mg/dl. Rata-rata peningkatan kolesterol total pada MEP paling rendah ditemukan pada perlakuan yang diberikan pakan standar dan probiotik (A2), yaitu meningkat 85.6 mg/dl, meningkat pada bulan ke-2 sebesar 274 mg/dl. Pada bulan ke-3 peningkatan turun hingga sebesar 121 mg/dl. Data pengaruh
34
perlakuan terhadap peningkatan kadar kolesterol selengkapnya disajikan pada Lampiran 8-9.
Keterangan: *) = Total kolesterol antar perlakuan tidak berbeda nyata (P<0.05) **) = Total kolesterol antar perlakuan berbeda nyata (P<0.05) A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Gambar 13 Peningkatan total kolesterol MEP Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan kolesterol total MEP antar perlakuan berbeda nyata pada bulan 2 dan 3, namun tidak berbeda nyata pada bulan 1. Hasil uji lanjut Duncan pada bulan ke-2 menunjukkan bahwa peningkatan kadar kolesterol total pada perlakuan pakan standar (A1) 327 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 274 mg/dl. Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 708 mg/dl berbeda nyata dengan dua perlakuan lainnya. Sama halnya dengan pengamatan pada bulan ke-2, pada bulan ke-3 menunjukkan bahwa peningkatan kadar kolesterol total pada perlakuan pakan standar (A1) 212 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 121 mg/dl. Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 559 mg/dl berbeda nyata dengan dua perlakuan lainnya. Menurut penelitian Suparto et al. (2010) pemberian pakan monkey chow terhadap MEP selama 4 bulan tidak meningkatkan kolesterol MEP, sedangkan pakan dengan penambahan tepung kuning telur menyebabkan peningkatan kadar kolesterol MEP hingga 4 kali lipat. Pada penelitian ini, semua pakan mengalami peningkatan kadar kolesterol. Hal ini diduga pengaruh tepung kuning telur sebagai pakan aterogenik. Perlakuan yang paling baik adalah perlakuan pakan standar probiotik (A2) dengan peningkatan kadar kolesterol paling rendah. Sedangkan sebaliknya, perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) terjadi peningkatan kolesterol paling tinggi. Penambahan minyak ikan tidak dapat
35
memperlambat peningkatan kolesterol total pada MEP yang diberi pakan aterogenik. Sejalan dengan penelitian Ngadiarti (2014) pemberian minyak ikan lele tidak dapat memperlambat peningkatan kadar kolesterol MEP selama 2 bulan intervensi. Peningkatan kadar total serum kolesterol dan LDL kolesterol serum, merupakan salah satu indikator kuat dari resiko penyakit jantung koroner (Garg and Simha 2007). Dari beberapa penelitian sebelumnya dinyatakan pemberian minyak ikan yang mengandung PUFA menunjukkan kecenderungan menghambat proses aterosklerosis pada penelitian 1-2 tahun intervensi (Bennet et al. 1996). Dalam penelitian ini terlihat penambahan minyak ikan lele tidak mampu menekan kenaikan kadar kolesterol. Menurut Kang et al (2003) perbandingan PUFA/SFA: 1-1.5 berpotensi menghambat peningkatan kolesterol. Meskipun perbandingan asam lemak PUFA/SFA pada minyak ikan lele berada pada kisaran 1-1,5 namun tidak mampu memperlambat peningkatan kolesterol. Hal ini diduga dipengaruhi komposisi PUFA dan resiko kerusakan pada minyak ikan. Asam lemak linolenat (omega-3) mempunyai proporsi yang sangat kecil dibanding asam lemak linoleat (omega-6). Minyak ikan juga diduga dapat mengalami kerusakan akibat pengaruh lingkungan selama proses pemberian pakan. Menurut Lins et al. (2012) faktor genetik juga dapat berpengaruh terhadap respon etiologi metabolisme lipid terutama pada usia tua. Pada hewan usia tua, SFA meningkatkan tingkat penyerapan asam lemak dan kolesterol di dalam ileum. Hal ini disebabkan efek resisten dari UWL (Unstrirred Water Level) hewan usia tua yang menurun. UWL merupakan cairan perantara sebelum lipid dicerna membran usus halus (Aparicio et al. 2009). Probiotik diduga dapat menekan peningkatan kolesterol total MEP selama intervensi. Menurut Mc.Guire dan Beerman (2009) tingginya serat pada bahan pangan dapat berfungsi sebagai prebiotik yang mendukung pertumbuhan bakteri baik disaluran pencernaan. Kombinasi prebiotik dan probiotik berupa sinbiotik memungkinkan terjadinya keseimbangan mikrobiota di dalam usus sehingga menghindari menempelnya bakteri patogen pada saluran pencernaan. Beberapa penelitian terdahulu menyatakan probiotik mempunyai kemampuan untuk menurunkan kadar kolesterol serum darah (Kusumawati et al. 2003; Lee et al. 2009; Yunensi et al. 2011). Meta analisis (6 studi) yogurt dengan penambahan probiotik strain E.faecium menurunkan 4% total kolesterol dan 5% LDL. Bakteri asam laktat di usus memiliki kemampuan memproduksi Bile Salt Hidrolase (BSH) yang mengakibatkan terhambatnya kerja enzim Hidroxy Metyl GlutarylKoA reduktase (HMG-KoA reduktase) yang berperan dalam pembentukan mevalonat dalam proses sintesis kolesterol sehingga meminimalisir pembentukan kolesterol (Tannis 2008). BSH menghasilkan asam empedu terdekonjugasi dalam bentuk asam kholat bebas yang kurang diserap oleh usus halus dibanding asam empedu terkonjugasi. Dekonjugasi garam empedu membantu menurunkan kadar kolesterol disebabkan kadar garam empedu yang tidak terikat/dekonjugasi akan lebih mudah terbuang dari saluran pencernaan dibanding yang terkonjugasi. Kadar LDL Kolesterol LDL adalah lipoprotein terbesar dari kolesterol, yaitu sekitar 60% dari kolesterol total. Kolesterol LDL lebih atoregenik dari lipoprotein lainnya (McGuire & Beerman 2007). Pemberian pakan aterogenik yang berbeda terlihat memberikan perubahan terhadap kadar LDL MEP. Rata-rata kadar LDL MEP
36
pada awal penelitian adalah 65.3±23.1 mg/dl, sedangkan pada akhir penelitian mengalami peningkatan 370±246 mg/dl. Secara keseluruhan rata-rata kadar LDL MEP dari tiga perlakuan yang diberikan mengalami peningkatan hingga pengamatan bulan ke-3 (Tabel 16). Data kadar LDL MEP secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 10-12. Tabel 16 Kadar LDL MEP selama 3 bulan Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Bulan ke0 1 2 3 ab abc d 68.1±20.0 126±32.9 383±135 280±153bcd a abc cd 49.8±18.1 117±58.4 170±99.4 170±99.4abcd 78.0±28.1ab 330±167cd 785±231e 659±111e 65.3±23.1 191±137 496±263 370±246
Rata-rata
p value
214±157 164±126 463±318 280±249 0.00
0.00 0.025
Keterangan: A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar LDL MEP antar perlakuan berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-2 dan 3 (p<0.05), namun tidak berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-0 dan 1. Pengamatan bulan ke-0 (baseline data penelitian) menunjukkan kadar LDL pada perlakuan pakan standar (A1) adalah 68.1±20.0 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 49.8±18.1mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 78.0±28.1 mg/dl. Pada bulan ke-1 menunjukkan kadar LDL pada semua perlakuan mengalami peningkatan yaitu pakan standar (A1) 126±32.9 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 117±58.4, dan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 330±167 mg/dl. Hasil uji lanjut Duncan Pada bulan ke-2 menunjukkan kadar LDL meningkat dibanding bulan 0, dan 1. LDL perlakuan pakan standar (A1) 383±135 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik 117±58.4 mg/dl. Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 785±231 mg/dl berbeda nyata dengan dua perlakuan lainnya. Pada bulan ke-3 menunjukkan LDL perlakuan pakan standar (A1) 280±153 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 170±99.4. Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 659±111 mg/dl berbeda nyata dengan dua kelompok lainnya. Berbeda dengan bulan ke-0,1 dan 2, pada bulan ke-3 terjadi penurunan kadar LDL pada ketiga kelompok intervensi kecuali pada kelompok A2 yang tetap. Peningkatan kadar LDL MEP pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3 disajikan pada Gambar 14. Rata-rata peningkatan LDL pada MEP terbesar akibat perlakuan yang diberikan ditemukan pada perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3), yaitu meningkat 252 mg/dl yang diamati pada bulan ke-1 dan terus meningkat hingga pengamatan bulan ke-2 707 mg/dl. Pada pengamatan bulan ke-3 peningkatan menurun sehingga menjadi 304 mg/dl. Sedangkan rata-rata peningkatan LDL pada MEP paling rendah ditemukan pada perlakuan yang diberikan pakan standard dan probiotik (A2), yaitu meningkat 67.4 mg/dl, meningkat pada bulan ke-2 sebesar 271 mg/dl. Pada bulan ke-3
37
peningkatan turun hingga sebesar 120 mg/dl. Data pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kadar LDL selengkapnya disajikan pada Lampiran 13-14.
Keterangan: *) = Kadar LDL antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) **) = Kadar LDL antar perlakuan berbeda nyata (p<0.05) A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Gambar 14 Peningkatan kadar LDL Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan LDL kolesterol MEP antar perlakuan berbeda nyata pada bulan ke-2 dan 3 (p<0.05), namun tidak berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-0. Hasil uji lanjut Duncan pada bulan ke-2 menunjukkan bahwa peningkatan LDL pada perlakuan pakan standar (A1) 315 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 271 mg/dl. Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 707 mg/dl meningkat nyata dibanding dua perlakuan lainnya. Sama halnya dengan pengamatan pada bulan ke-2, pada bulan ke-3 menunjukkan bahwa peningkatan kadar LDL pada perlakuan pakan standar (A1) 212 mg/dl tidak berbeda nyata dengan perlakuan pakan standar dengan probiotik (A2) 120 mg/dl . Sedangkan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 304 mg/dl berbeda nyata dengan dua perlakuan lainnya. Menurut studi epidemiologi LDL-Kolesterol berhubungan dengan meningkatnya resiko penyakit kardiovaskular. Faktor konsumsi dapat mempengaruhi jumlah LDL dalam tubuh. Konsumsi SFA (Saturated Fatty Acid) atau lemak trans dapat meningkatkan jumlah LDL di dalam tubuh. Mekanisme secara khususnya belum diketahui hanya di duga mempengaruhi perubahan produksi apoprotein. Konsumsi kolesterol yang tinggi juga berpengaruh terhadap jumlah LDL. Akan tetapi efeknya pada setiap orang berbeda-beda. Hal ini diduga dipengaruhi faktor genetik, gaya hidup dan lingkungan. Diet tinggi PUFA, asam lemak linoleat, dan serat dapat menurunkan kadar LDL dalam darah (Mc Guire &
38
Bennet 2009). Sejalan dengan penelitian Ngadiarti (2014) pemberian minyak ikan tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan LDL kolesterol MEP. Studi pemberian suplemen minyak ikan pada manusia menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan LDL sampel. Pada beberapa kasus ditemui penyebab meningkatnya LDL karena adanya konversi dari VLDL. Namun menurut Harris et al. (1990) ada beberapa kemungkinan yang menyebabkan hal ini dapat terjadi pada intervensi dengan minyak ikan. Partikel LDL yang diisolasi dari plasma sampel yang mengonsumsi minyak ikan memiliki perubahan afinitas reseptor LDL, reseptor dimungkinkan kurang mampu mengikat ligan, sehingga mengurangi tingkat penghapusan LDL dari plasma.Wong dan Nestel (1987) melaporkan bahwa kemampuan LDL dalam mengikat sel HepG2 dihambat oleh sel-sel yang mengandung asam eicosapentaenoat (EPA). Minyak ikan ikan lele diketahui memiliki kandungan EPA yang lebih rendah dibanding ikan laut. Hasil studi dosis respon (Harris et al. 1990) menyatakan penurunan kadar LDL plasma baru dapat terbukti dengan pemberian minyak ikan dengan kandungan EPA dosis tinggi yang berkontribusi terhadap 20-30% total kalori perhari. Kadar Trigliserida Trigliseria merupakan salah satu jenis lemak yang terdapat dalam darah dan organ tubuh lainnya. Trigliserida merupakan lemak utama dalam tubuh yang sangat erat kaitannya dengan kolesterol karena keduanya mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses metabolisme. Meningkatnya kadar trigliserida dalam darah juga dapat meningkatkan kolesterol (McGuire & Beerman 2007). Rata-rata kadar Trigliserida MEP pada awal penelitian adalah 39.4±13.4 mg/dl, sedangkan pada akhir penelitian mengalami peningkatan 54.3±11.1 mg/dl. Secara keseluruhan rata-rata kadar trigliserida MEP dari tiga perlakuan yang diberikan mengalami peningkatan hingga pengamatan bulan ke-4 (Tabel 17). Data kadar trigliserida MEP secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 15-17. Tabel 17 Kadar trigliserida MEP selama 3 bulan Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Bulan ke0 1 2 3 36.6±6.65a 86.0±38.7c 59.0±7.54abc 64.0±11.2abc 30.6±15.9a 50.0±8.88ab 42.3±6.80ab 52.3±11.0ab 50.0±11.2ab 73.0±32.9bc 39.6±6.50a 46.6±4.04ab 39.4±13.4 73.0±32.9 47.0±10.8 54.3±11.1
Rata-rata
Pvalue
61.6±25.2 43.8±13.0 52.3±20.0 52.6±20.8 0.055
0.007 0.436
Keterangan: A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar trigliserida MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Pengamatan bulan ke-0 (baseline data penelitian) menunjukkan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) adalah 36.6±6.65mg/dl pakan standar dengan probiotik (A2) 30.6±15.9 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 50.0±11.2mg/dl. Rata-rata kadar trigliserida MEP masuk kategori normal sesuai batas normal 4475 mg/dl (Fortman et al. 2009).
39
Pada bulan ke-1 menunjukkan peningkatan kadar trigliserida pada semua perlakuan yaitu: pakan standar (A1) 86.0±38.7 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 50.0±8.88mg/dl dan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 73.0±32.9 mg/dl. Berbada dengan bulan-1, pada bulan ke-2 menunjukkan penurunan trigliserida pada semua perlakuan yaitu: pakan standar (A1) 59.0±7.54 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 42.3±6.80mg/dl dan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 39.6±6.50 mg/dl. Pada bulan ke-3 menunjukkan peningkatan trigliserida pada semua perlakuan pakan standar (A1) 64.0±11.2 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 52.3±11.0 dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 46.6±4.04 mg/dl. Pada bulan ke-3, kadar trigliserida kembali meningkat pada ketiga kelompok perlakuan. Kadar trigliserida terendah adalah kelompok A3. Dapat disimpulkan penambahan minyak ikan lele memiliki kecenderungan untuk memperlambat peningkatan trigliserida darah MEP. Peningkatan kadar trigliserida MEP pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3 disajikan pada Gambar 15. Rata-rata peningkatan trigliserida pada MEP terbesar akibat perlakuan yang diberikan ditemukan pada perlakuan pakan standar (A1), yaitu meningkat 48.3 mg/dl yang diamati pada bulan ke-1, 21.3 mg/dl pada bulan ke-2 dan 26.3 mg/dl pada bulan ke-3. Sedangkan rata-rata peningkatan trigliserida pada MEP paling rendah ditemukan pada perlakuan yang diberikan pakan standard dengan probiotik dan minyak ikan(A3), yaitu meningkat 23 mg/dl, berkurang pada bulan ke-2 sebesar 10.3 mg/dl mg/dl dan 3.33 mg/dl pada bulan ke-3. Data pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida selengkapnya disajikan pada Lampiran 18-19.
Keterangan: *) = rata-rata kadar trigliserida MEP tidak berbeda nyata (p>0.05) A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Gambar 15 Peningkatan kadar trigliserida
40
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan LDL kolesterol MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata pada bulan ke-1, 2 dan 3 (p>0.05). Pada bulan ke-1 menunjukkan bahwa peningkatan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) adalah 48.3 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 19.3 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 23 mg/dl. Pada bulan ke-2 menunjukkan peningkatan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) 21.3 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 17.6 mg/dl dan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) -10.3 mg/dl. Pada bulan ke-3 menunjukkan bahwa peningkatan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) 26.3 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 21.6 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) -3.33 mg/dl. Hasil pengukuran kadar trigliserida menyatakan walaupun tidak ada perbedaan signifikan antar kelompok perlakuan, akan tetapi ada kecenderungan dengan penambahan minyak ikan terjadi penurunan kadar trigliserida. Diantar dua kelompok lainnya, hanya intervensi dengan minyak ikan yang mengalami penurunan kadar trigliserida antara data pengamatan akhir dengan baseline. Penurunan ini hampir menyerupai respon MEP terhadap pakan monkey chow dimana terjadi penurunan kadar trigliserida selama 4 bulan intervensi (Suparto et al. 2010). Diduga minyak ikan lele mempunyai peran dalam penurunan trigliserida dalam darah MEP. Menurut Edwards et al. (1991) pemberian minyak ikan pada hewan coba monyet dan babi memberi pengaruh signifikan terhadap plasma trigliserida dan VLDL. Akan tetapi, efek terhadap LDL dan HDL bervariasi menurut hasil berbagai penelitian. Minyak ikan menurunkan konsentrasi plasma trigliserida melalui mekanisme menghambat sintesis trigliserida VLDL hepatik. Sintesa trigliserida hepatik diatur oleh tersedianya asam lemak bebas baik yang berasal dari besarnya simpanan glikogen di dalam hati dan status kerja hormon khususnya insulin dan glukagon. Kandungan asam lemak linolenat (omega-3) bersifat efektif dalam penurunan proses esterifikasi asam lemak pada struktur gliserol atau penurunan sintesis trigliserida. Mekanisme ini telah terbukti pada penelitian manusia, hewan model maupun kultur sel (Harris et al. 1990). Kadar HDL HDL merupakan lipoprotein yang memiliki rasio lipid dan protein paling rendah. HDL membersihkan sel dari sisa kolesterol untuk dikembalikan ke hati. Proses ini dinamakan reverse cholesterol transport(Mc Guire & Bennet 2009).Oleh karena itu, dalam penelitian ini, pengamatan kadar HDL merupakan salah satu komponen penting. Rendahnya kolesterol HDL di dalam darah menjadi prediktor terjadinya sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular.Rata-rata kadar HDL MEP pada awal penelitian adalah 48.66±13.3mg/dl, sedangkan pada akhir penelitian mengalami penurunan40.8±21.2 mg/dl. Secara keseluruhan ratarata kadar HDL total MEP dari tiga perlakuan yang diberikan mengalami fluktuasi (peningkatan dan penurunan) hingga pengamatan bulan ke-4 (Tabel 18). Data kadar HDL MEP secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 20-22.
41
Tabel 18 Kadar HDL selama 3 bulan Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata P value
Bulan ke0 48.6±22.9a 47.6±11.2a 49.6±7.23a 48.66±13.3
1 71.3±44.1a 62.0±21.3a 66.3±35.1a 66.5±30.3
2 56.6±23.1a 48.6±18.3a 53.3±81.8a 52.8±21.9
3 50.6±30.2a 44.0±6.08a 28.0±21.1a 40.8±21.2
Rata-rata
pvalue
56.8±28.2 50.6±14.9 49.3±26.5 52.2±23.5 0.739
0.206 0.981
Keterangan: A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kadar HDL MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata pada pengamatan bulan ke-0,1,2 dan 3 dan relatif stabil. Pada bulan ke-0 (baseline data penelitian) menunjukkan kadar HDL pada perlakuan pakan standar (A1) adalah 48.6±22.9 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 47.6±11.2 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 49.6±7.23 mg/dl. Rata-rata HDL total MEP masuk kategori normal sesuai batas normal HDL total 19-103 mg/dl (Fortman et al. 2009). Pada bulan ke-1 terjadi peningkatan HDL dibanding baseline pada ketiga kelompok intervensi. HDL perlakuan pakan standar (A1) adalah 86.0±38.7 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 71.3±44.1 mg/dl dan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 62.0±21.3 mg/dl. Berbeda dengan bulan ke-1, pada bulan ke-2 menunjukkan terjadi penurunan kadar HDL pada semua perlakuan. Kadar HDL pakan standar (A1) adalah 56.6±23.1 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 48.6±18.3 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 53.3±81.8 mg/dl. Pada bulan ke-3, kadar HDL kembali menurun pada ketiga kelompok perlakuan. Kadar HDL perlakuan pakan standar (A1) adalah 50.6±30.2 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 44.0±6.08 dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 28.0±21.1 mg/dl. Peningkatan kadar HDL MEP pada pengamatan bulan ke-1, 2 dan 3 disajikan pada Gambar 16. Rata-rata peningkatan HDL pada MEP terbesar akibat perlakuan yang diberikan ditemukan pada perlakuan pakan standar (A1), yaitu meningkat 26.67 mg/dl yang diamati pada bulan ke-1, 8 mg/dl pada bulan ke-2 dan 2 mg/dl pada bulan ke-3. Sedangkan rata-rata peningkatan HDL pada MEP paling rendah ditemukan pada perlakuan yang diberikan pakan standard dengan probiotik dan minyak ikan(A3), yaitu meningkat 16.6 mg/dl, berkurang pada bulan ke-2 sebesar 3 mg/dl mg/dl dan 21 mg/dl pada bulan ke-3. Data pengaruh perlakuan terhadap peningkatan kadar HDL selengkapnya disajikan pada Lampiran 23-24.
42
Keterangan: A1 = Kontrol / pakan standar A2 = Pakan standar + probiotik A3 = Pakan standar + probiotik + minyak ikan lele
Gambar 16 Peningkatan kadar HDL Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa peningkatan HDL kolesterol MEP antar perlakuan tidak berbeda nyata pada bulan ke-1, 2 dan 3 (p>0.05). Pada bulan ke-1 menunjukkan bahwa peningkatan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) adalah 22.67 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 14.3 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 16.6 mg/dl. Pada bulan ke-2 menunjukkan peningkatan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) 8 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) 1 mg/dl dan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) 3 mg/dl. Pada bulan ke-3 menunjukkan bahwa peningkatan kadar trigliserida pada perlakuan pakan standar (A1) 2 mg/dl, pakan standar dengan probiotik (A2) -3.6 mg/dl dan perlakuan pakan standar dengan probiotik dan minyak ikan (A3) -21 mg/dl. Berdasarkan hasil intervensi diketahui tidak ada pengaruh waktu, kelompok perlakuan serta interaksi waktu dan kelompok perlakuan dengan kadar HDL MEP (p>0.05). Terjadi penurunan kadar HDL akan tetapi masih pada batas standar HDL normal MEP yaitu pada kisaran 19-103 mg/dl (Fortman et al. 2009). Penelitian Suparto et al. (2010) menyatakan pemberian pakan monkey chow pada MEP juga dapat menurunkan kadar HDL dalam darah. Hal ini diduga karena tingginya kadar karbohidrat dan energi dalam pakan MEP selama intervensi. Beberapa studi terakhir menyatakan diet tinggi karbohidrat dapat menurunkan jumlah HDL. Hal lain juga menyatakan diet tinggi SFA dapat menurunkan kadar HDL (Mc Guire & Bennet 2009). CRP CRP (C-Reactive Protein) merupakan komponen penting dari sistem imun, kumpulan protein yang dibuat untuk tubuh kita ketika berhadapan dengan infeksi
43
atau trauma utama. CRP dapat menjadi indikator terjadinya inflamasi pada tubuh. Inflamasi bisa terjadi pada berbagai penyakit salah satunya sindrom metabolik yang di awali dengan inisiasi dini dan kerusakan arteri yang disebabkan oleh plakplak aterosklerosis (Liu et al. 2002). Data hasil evaluasi CRP selama intervensi disajikan pada Tabel 19. Tabel 19 Evaluasi CRP MEP selama intervensi Waktu Pengambilan* Perlakuan N 1 2 3 4 Pakan standar (A1) 3 (-) (-) (-) (-) Pakan standar + Probiotik (A2) 3 (-) (-) (-) (-) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan 3 (-) (-) (-) (-) Lele (A3) *Keterangan: (1) Bulan 0 (baseline data), (2) Bulan 1, (3) Bulan 2, (4) Bulan 3 CRP dapat memprediksi resiko kejadian sindrom metabolik di masa mendatang terutama pada obesitas. Penderita obes cenderung memiliki nilai CRP yang lebih tinggi dibanding normal (Liu et al. 2002). Hal ini disebabkan sel-sel lemak atau adiposit yang menghasilkan protein-protein duta yang membangkitkan produksi CRP. Berdasarkan Tabel 19 dapat dilihat hasil CRP yang negatif selama intervensi, hal ini mengindikasikan tidak terjadi peradangan pada semua perlakuan.
44
4. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Selama intervensi kelompok yang diberi pakan standar (A1) dan penambahan probiotik dengan minyak ikan (A3) mengalami peningkatan berat badan, dan kelompok yang diberi penambahan probiotik (A2) memiliki kecenderungan berat badan yang stabil. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan berat badan pada ketiga kelompok perlakuan. Intervensi dengan penambahan minyak ikan nampak secara nyata pengaruhnya setelah pemberian 2 bulan terhadap profil lipid dalam menurunkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol pada MEP yang diberi pakan aterogenik. Pemberian probiotik E.faecium IS-27526 mampu menekan peningkatan kolesterol total dan LDL kolesterol pada MEP. Tidak ada perbedaan yang nyata antara ketiga pakan intervensi dalam mempengaruhi kenaikan kadar trigliserida darah dan penurunan kadar HDL. Tidak terjadi peradangan (inflamasi) pada ketiga kelompok MEP selama intervensi yang ditandai dengan indikator negatif (-) pada CRP. Pakan terbaik adalah A2 dengan penambahan probiotik. Berarti, penambahan probiotik berkontribusi dalam memperbaiki profil lipid MEP betina usia tua. Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan “human trial” tentang uji pengaruh minyak ikan lele dan probiotik Enterococcus faecium IS-27526 sebagai formula pangan fungsional untuk lansia dalam upaya mempertahankan berat badan normal dan memperbaiki profil lipid darah.
45
DAFTAR PUSTAKA Adi AC. 2010. Efikasi pemberian makanan tambahan (PMT) biscuit diperkaya dengan tepung protein ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) isolat protein kedelai dan probiotik Enterococcus faecium IS-27526 yang dimikroenkapsulasi pada balita (2-5 tahun) berat badan rendah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Appalacio A, Bekkering G, Bermejo L, Bogert M, Booth S, Brocker P, Chen Z, Chisten W, Coppola J, Drozdowski L et al. 2009. Handbook of Nutrition in the Aged Ed ke-4. Watson R, editor. New York (US): CRC Pr. Bennet BT, Abee CR, Henrickson R. 1996. Non Human Primates in Biomedical Reseach: Biology and Management. New York (US): Academic Pr. Bonadio C. 2000. Macaca fascicularis long-tailed macaque. Animal Diversity Web University of Michigan [internet]. [diunduh 18 Mei 2013]. Brown AJ, Robert DCK, Pritchard JE, Truswell AS. 1990. A mixed Australian fish diet and fish-oil supplementation: impact on the plasma lipid profile on healthy men. Am J Clin Nutr. 52:825-33. Cawthon KA. 2006. Primate Factsheets: Long-tailed macaque (Macaca fascicularis) Taxonomy, Morphology, & Ecology. Collado MC, Surono IS, Meriluoto J, Salminen S. 2007. Potential probiotic characteristics of Lactobacillus and Enterococcus strains isolated from tradisional dadih fermented milk against pathogen intestinal colonization. Journal of Food Protection. 70(3): 700-705. Czerhichow et al. 2010. n-6 Fatty acids and cardiovascular health: a review of the evidence for dietary intake recommendations. J Nutr. 104(6): 788-96. Demonty I, Chan YM, Pelled D, Jones PJH. 2006. Fish-oil esters of plants sterols improve the lipid profile of dyslipidemic subjects more than do fish-oil or sunflower oil esters of plant sterols. Am J Clin Nutr. 84:1534-42. Eckel H, Grundy SM, Zimmet PZ. 2005. The metabolic syndrome. Lancet. 365:1415-28. Edwards IJ, Gebre AK, Wagner WD, Parks JS. 1991. Reduced proteoglycan binding of low density lipoproteins from monkeys (Macaca fascicularis) fed a fish oil versus lard diet. Arterioscler Thromb Vas Biol. 11: 1778-85. Estiasih T. 2009. Minyak Ikan: Teknologi dan Penerapannya untuk Pangan dan Kesehatan. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Flood M, Newman A. (2007). Obesity in older adults: Synthesis of findings and recommendations for clinical practice. Journal of Gerontological Nursing, 33: 19-35. Fortman JD, Hewett TA, Bennett 8T. 2002. The Laboratary Non-human Primate. Florida (US): CRC Pr. Garg A, Simha. 2007. Update on dyslipidemia. J.Clin Endocrinology Metabolisme. 92: 1581-1589. Harianti, R. 2009. Pengaruh pemberian biskuit tinggi protein berisi krim probiotik fungsional terhadap profil mikrobiota fekal dan berat badan tikus [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Harris WS, Rothrock DW, Fanning A, Inkeles SB, Goodnight SH, Illingworth DR, Connor WE. 1990. Fish oils in hypertriglyceridemia: a dose-response study. Am J Clin Nutr. 51:399-406.
46
Komisi Nasional Lanjut Usia. 2010. Profil Penduduk Lanjut Usia 2009. Jakarta (ID): KNLU. Khairuman, Amri K. 2008. Buku Pintar Budi Daya 15 Ikan Konsumsi. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka. Kusharto CM, SA Marliyati, Surono IS, Amalia, Astawan M, Dewi M. 2008. Makanan fungsional berbasis protein ikan dan probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak balita rawan gizi [Laporan penelitian]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kusharto C, Marliyati S, Surono, Dainy N. 2012. Makanan fungsional biscuit clarias kaya protein, mineral dan serat, dengan penambahan minyak ikan lele sebagai nutritious and emergency food untuk lansia. Bogor (ID): Fema IPB. Kusumawati N, Bettysri L, Siswa S, Ratihdewanti, Hariadi. 2003. Seleksi bakteri asam laktat indigenous sebagai galur probiotik dengan kemampuan menurunkan kolesterol. Jurnal Mikrobiogi Indonesia. 8(2):39-43. Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid ke-1. Thenawijaya M, penerjemah. Jakarta (ID): Erlangga Pr. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry. Lee DK, Seok J, Eun HB, Mi JK, Kyung SL, Hea SS, Myung JC, Jin EK, Kang OL, Nam JH. 2009. Lactic acid bacteria effect serum cholesterol level, harmful fecal enzyme activity and affect water content. Lipid in Health Disease. 8:12. Liu S, Manson JE, Buring JE, Stampfer M, Willett WC, Ridker P. 2002. Relation between a diet with a highglycemic load and plasma concentration of highsensitivity C-reactive protein in middle-aged women. J Clin Nutr. 75:492-8. McGuire M, Beerman KA. 2009. Nutritional sciences from fundamentals to food. Belmont (US): Thomson Wadsworth. Muchtadi D. 2009. Gizi Anti Penuaan Dini. Bandung (ID): Alfabeta. Mukhopadhyay SK. 2012. Study of lipid profile in obese individual and the effect of cholesterol lowering agents on them. Al Ameen J Med Sci. 5(2):147-151. Newman AM. 2009. Obesity in older adult. Journal of the American nurse association. 14 (1): 1. Ngadiarti I. 2014. Pengaruh pemberian minyak ikan lele dan minyak ikan lele terfenmentasi terhadap profil lipid dan peroksida lipid monyet ekor panjang usia tua [disertasi]. Bogor (ID): IPB, siap terbit. Nugraha ES. 2013. Pengaruh pemberian probiotik Enterococcus faecium IS27526, dan minyak ikan lele sebaga pakan fungsional diperkaya tepung lele dan tepung ubi jalar terhadap fekal mikrobiotik monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) usia tua [skripsi]. Bogor (ID): Insititut Pertanian Bogor. Oktarina R. 2009. Kajian pakan bersumber energi tinggi pada pembentukan monyet obes [tesis]. Bogor (ID): IPB. Pato U, Surono I, Koesnandar, Hosono A. 2004. Hupocholesterolemic effect of indigenous dadih lactic acid bacteria by deconjugation of bile salt. J Anim Sci.17(12): 1741-1745. Perissinnoto E, Picent C, Sergi F, Grigolleto F. 2002. Anthropometric measurements in the elderly: Age and gender differences. Br J Nutr. 87:177186.
47
Potter N, Hotchkiss J. 1997. Food Science: Fifth Edition. New York (USA): Chapman & Hall. Rieuwpassa. 2005. Biskuit Konsentrat Protein Ikan dan Probiotik sebagai Makanan Tambahan untuk Meningkatkan Antibodi IgA dan Status Gizi Anak Balita. [Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rodacky ALF, Rodacky CLN, Pereira G, Naliwaiko K, Coelho I, Pequito D, Fernandes LC. 2012. Fish-oil supplementation enhances the effects of strength training in elderly women. Am J Clin. 95: 428-26. Russell RM. 2000. The aging process as a modifier of metabolism1-3. Am J Clin 72: 529-532. Shi J, Ho CT, Shahidi F. 2005. Asian Functional Food. New York (US): CRC Press. Sajuthi, D. 1993 Satwa Primata Sebagai Hewan Laboratorium. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Saltzman JR, Kowdley KV, Pedrosa MC, et al. 1994. Bacterial overgrowth without clinical malabsorption in elderly hypochlorhydric subjects. Gastroenterology.106: 615–23. Savitri D. 2012. Karakteristik biskuit lele (Clarias gariepinus) tinggi protein dengan krim probiotik Enterococcus faecium IS-27526 pada beberapa jenis kemasan dan suhu simpan [tesis]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Smith J. B. dan S. Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta (ID): UI Pr. Sirois M. 2005. Labolatory Animal Medicine- Principles and Prosedures. Washington (US): Elsevier Health. Srimiati M. 2011. Pemurnian minyak hasil samping penepungan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai alternatif sumber asam lemak omega 6 [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Stanbury PF, Whitaker A, Hall SJ. 1995. Principles of Fermentation Technology. Ed ke-2. Burlington: Butterworth-Heinemann. Surono IS. 2004. Probiotik Susu Fermentasi dan Kesehatan. Jakarta : Penerbit YAPMMI. Surono et al. 2011. Novel probiotic Enterococcus faecium IS-27526 suplementation increased total salivary sIgA level and bodyweight of preschool children: A pilot study. Elsevier. 17: 495-500. Suparto IH, Oktarina R, Astuti D, Mansjoer SS, Sajuthi D. 2010. Profil lipid darah pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diinduksi diet tinggi lemak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tannis A. 2008. Probiotics Rescue: How you can use probiotics to fight cholesterol, cancer, superbugs, digestive complaints and more. Ontario (CN): John Wiley&Son Ltd. Tepstra AHM, West C, Fennis J, Schouten JA, Van der veen. 1984. Hypocholesterolemic effect of dietary soy protein versus casein in rhesus monkeys (Macaca mulatta). Am J Clin Nutr. 39:1-7. Villareal et al. 2005. Obesity in older adults: technical review and position statement of the American Society for nutrition and NAASO, The Obesity Society. Am J Clin Nutr. 82: 923-34
48
Wastendorp. 2006. What is healthy aging in the 21st century? 1-4. Am J Clin Nut. 83: 404-409. William JK, Suparto I .2004 .Hormon replacement therapy and cardiovascular disease: Lesson from a monkey model of postmenopausal women. ILAR. 45: 139-146 Wong S. Nestel PJ. 1987. Eicosapentaenoic acid inhibits the secretion of triacylglycerol and ofapoprotein B and the binding of LDL in HepG2 cells. Atherosclerosis. 64: 139-46. Yunenshi F, Syukur S, Purwati E. 2012. Pengaruh pemberian probiotik Pediococcus pentosaceus asam fermentasi kakao hybrid terhadap penurunan kolesterol telur itik pitalah. Padang (ID): Universitas Andalas. Yeung DL, Laquatra I. 2003. Heinz Handbook of Nutrition 9th edition. Toronto (CN): Heinz Company Publisher.
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1 Tahapan pembuatan biomassa probiotik E. Faecium IS-27526
Aktivasi kultur probiotik E. faecium IS-27526
Fermentasi E.Faecium IS-27526 menggunakan fermentor selama 22 jam
Fermentasi E.Faecium IS-27526 menggunakan fermentor selama 22 jam
Lampiran 2 Prosedur Penelitian Pendahuluan Kultivasi Biomassa Bakteri Probiotik E.Faecium IS-27526 Bahan-bahan yang disiapkan dalam kultivasi biomassa meliputi belerang (sulfur), fosfor, kalium, natrium, magnesium, mangan, air, dan MRS Brooth. Semua bahan dan larutan dimasukan ke dalam fermentor bersama kultur bakteri S.Faecium. Campuran tersebut difermentasi dalam fermentor selama 22 jam. Keasaman dalam fermentor dijaga pada kisaran pH 7 dengan menggunakan larutan NaOH. Selama masa 22 jam, pertumbuhan bakteri probiotik diteliti dengan cara platting setiap 3 jam. Selain bakteri probiotik, juga dilakukan analisis terhadap bakteri koliform untuk mengetahui kontaminan yang mungkin terjadi selama prosedur kerja. Uji viabilitas probiotik pakan Sebanyak 1 gram kultur probiotik dtimbang secara aseptis dan dimasukan ke dalam buffer fosfat (larutan stok). Kemudian dihomogenkan dengan menggunakan vorteks sehingga mendapatkan pengenceran 10-1. Selanjutnya 1 ml sampel dipindahkan ke dalam tabung reaksi kedua yang berisi larutan stok 9 ml sehingga diperoleh pengenceran 10-2. Selanjutnya dilakukan hal yang sama hingga pengenceran yang dikehendaki. Setelah itu sampel diplatting dalam cawan petri kemudian ditambahkan media MRSA steril yang diberi indikator bromoscerol purple. Sampel digoyangkan searah jarum jam supaya menyebar secara merata. Cawan petri kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 370C dengan posisi terbalik selama 48 jam. Perhitungan jumlah bakteri dilakukan setelah 48 jam. Perhitungan koloni bakteri dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
51
N = Ƹ c / (n1 + 0.1 n2) x d
keterangan: N = Jumlah koloni bakteri C = Jumlah hasil perhitungan pada cawan petri n1 = Jumlah cawan yang dihitung pada pengenceran awal n2 = Jumlah cawan yang dihitung pada pengenceran kedua d = Besar pengenceran awal Lampiran 3 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap berat badan MEP Variabel bebas: berat badan Model
JK 0.785
Db 11
KT 0.71
F 0.109
Sig 1.000
Intersep
398.867
1
398.867
606.571
0.000
Interaksi waktu dan perlakuan
0.785
11
0.71
0.109
1.000
Lampiran 4 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap berat badan MEP Berat badan MEP bulan-0 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 3.1033a 3.1265a 3.1133a .545
Berat badan MEP bulan-1 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 3.4633a 3.3300a 3.2900a .545
52
Berat badan MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 3.5167a 3.3367a 3.3767a .545
Berat badan MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 3.5733a 3.3067a 3.4067a .545
Lampiran 5 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kolesterol total MEP Variabel bebas: kolesterol total JK Db Model 1793000.0 11
KT 162989.273
Intersep
4251844.0 1
42518844.00 396.985
0.000
Waktu Kelompok Interaksi Waktu dan Kelompok
960847.33 3 600966.16 2 231068.50 6
320282.444 300483.083 38511.417
0.000 0.000 0.011
F 15.218
29.904 28.055 3.596
Sig 0.000
Lampiran 6 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap kolesterol total Pengaruh waktu terhadap kolesterol total Bulan Bulan 0 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Sig.
n 9 9 9
1 121.89
Subset untuk α = 0,05 2 3
4
272.00 421.89 1.000
1.000
1.000
558.89 1.000
53
Pengaruh perlakuan terhadap kolesterol total Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
Subset untuk α = 0,05 1 2 224.00a 283.92a
n 3 3 3
523.08 .169
1.000
Lampiran 7 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap kolesterol total Kolesterol total MEP bulan-0 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
Subset untuk α = 0,05 1 124.33a 103.67a 137.67a
n 3 3 3
.218
Kolesterol total MEP bulan-1 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 215.33a 189.33ab
Subset untuk α = 0,05 2
3
189.33ab
3
411.33c
.218
.545
0.053
Kolesterol total MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1
Subset untuk α = 0,05 2 3 4 452.00d
5
378.33bcd 378.33bcd 378.33bcd
3
846.33e
.054
.053
0.254
0.090
54
Kolesterol total MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
Subset untuk α = 0,05 2 3 4 344.00bcd 344.00bcd 344.00bcd
1
5
224.67abc 224.67abc 224.67abc
3
697.00e
0.218
.054
.053
0.254
0.090
Lampiran 8 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kolesterol total Variabel bebas: kolesterol total JK Db Model 109300 8
KT 136616.6
F 11.64
Sig 0.000
Intersep
236089
1
236089
201.161
0.000
Interaksi Waktu dan Kelompok
109293
8
136616.6
11.640
0.000
Lampiran 9 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kolesterol total Peningkatan kolesterol total MEP bulan-1 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 91a 85.66a 273.67ab
273.67ab
.072
.277
55
Peningkatan kolesterol total MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 274.67ab
Subset untuk α = 0,05 2 327.67b 274.67ab
3
3
708.67c
.072
0.277
0.109
Subset untuk α = 0,05 2 219.67ab
3
Peningkatan kolesterol total MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 219.67ab 121.00a
3
559.33
.545
.277
.109
Lampiran 10 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap LDL kolesterol Variabel bebas: LDL kolesterol JK Db Model 1844000.0 11
KT 167679.848
F 12.058
Sig 0.000
Intersep
2840460.0 1
2840460.80
204.267
0.000
Waktu Kelompok Interaksi Waktu dan Kelompok
980535.95 3 613842.78 2 250099.60 6
326945.317 41683.267 13905.654
23.504 22.072 2.998
0.000 0.000 0.025
Lampiran 11 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap LDL kolesterol Pengaruh waktu terhadap LDL Kolesterol Bulan Bulan 0 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Sig.
n 9 9 9
1 65.33
Subset untuk α = 0,05 2 3
4
191.51 370.13 1.000
1.000
1.000
496.60 1.000
56
Pengaruh kelompok perlakuan terhadap LDL Kolesterol Subset untuk α = 0,05 Perlakuan n 1 2 Pakan standar (A1) 3 164.65a Pakan standar + Probiotik 3 214.75a (A2) Pakan standar + Probiotik + 3 463.28 Minyak Ikan Lele (A3) Sig. .308 1.000 Lampiran 12 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap LDL Kolesterol LDL Kolesterol MEP bulan-0 Subset untuk α = 0,05 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig. LDL Kolesterol MEP bulan-1
n 3 3
1 68.13ab 49.86a
2 68.13ab
3
78.00ab
78.00ab
.281
.061
Subset untuk α = 0,05 2 3 126.8abc 126.8abc
Perlakuan n 1 Pakan standar 3 126.8abc (A1) Pakan standar + 3 117.33abc Probiotik (A2) Pakan standar + 3 Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig. .281 LDL Kolesterol MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1
117.33abc
117.33abc 330.40cd
330.40cd
0.061
.057
.061
2
4
Subset untuk α = 0,05 3 4 383.53d 321.20cd
5
321.20cd
3
785.07e
.061
.057
0.090
57
LDL Kolesterol MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3
Subset untuk α = 0,05 2 3 4 280.53bcd 280.53bcd 280.53bcd
1
5
3 170.20abcd 170.20abcd 170.20abcd 170.20abcd
3
659.67e
0.281
.061
.061
.057
0.090
Lampiran 13 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan LDL Kolesterol Variabel bebas: LDL Kolesterol JK Db Model 119800 8
KT 149702.2
F 9.558
Sig 0.000
Intersep
2230396
1
2230396
142.408
0.000
Interaksi Waktu dan Kelompok
1197617
8
149702.6
9.558
0.000
Lampiran 14 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan LDL Kolesterol Peningkatan LDL Kolesterol MEP bulan-1 Subset untuk α = 0,05 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 58.66a 67.46a
3
252.40ab
252.40ab
.080
.101
58
Peningkatan LDL Kolesterol MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 271.33ab
Subset untuk α = 0,05 2 315.40b 271.33ab
3
3
707.70c
.080
0.101
.236
Subset untuk α = 0,05 2 212.40ab 120.33ab
3
Peningkatan LDL Kolesterol MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 212.40ab 120.33ab
3
581.67e
.080
.101
.236
Lampiran 15 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap kadar trigliserida Variabel bebas: trigliserida JK Db KT F Sig Model 8184.556 11 744.051 2.549 0.027 Intersep
99645.44
1
99645.44
341.349
0.000
Waktu Kelompok Interaksi Waktu dan Kelompok
4488.333 1909.56 1786.67
3 2 6
1496.111 954.778 291.917
5.125 3.217 1.020
0.007 0.055 0.436
Lampiran 16 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap kadar trigliserida Pengaruh waktu terhadap kadar trigliserida Subset untuk α = 0,05 Bulan n 1 2 Bulan 0 9 39.44 Bulan 1 9 47.00 Bulan 2 9 53.33 53.33 Bulan 3 9 69.67 Sig. .092 .069
59
Pengaruh perlakuan terhadap kadar trigliserida Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 12 12
Subset untuk α = 0,05 1 2 42.83 52.33 52.33
12
61.67 .235
.197
Lampiran 17 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap kadar trigliserida kadar trigliserida MEP bulan-0 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 2 37.66a 30.66a
3
50.00a
50.00a
.051
.068
kadar trigliserida MEP bulan-1 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1
Subset untuk α = 0,05 2
50.00ab
50.00ab
3
.051
3 86.00c
73.00bc
73.00bc
.068
0.088
kadar trigliserida MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 59.00abc 42.33ab
3
39.67a
.051
Subset untuk α = 0,05 2 3 59.00abc 59.00abc 42.33ab
.068
.088
60
kadar trigliserida MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
Subset untuk α = 0,05 2 3 64.00abc 64.00abc 52.33ab
n 3 3
1 64.00abc 52.33ab
3
46.67ab
46.67ab
.051
. 068
.088
Lampiran 18 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida Variabel bebas: kadar trigliserida JK Db Model 6895.33 8
KT 861.917
F 1.904
Sig 0.122
Intersep
8965.33
1
8965.33
19.802
0.000
Interaksi Waktu dan Kelompok
6895.33
8
861.917
1.904
0.122
Lampiran 19 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan kadar trigliserida Peningkatan kadar trigliserida MEP bulan-1 Subset untuk α = 0,05 Perlakuan n 1 Pakan standar (A1) 3 48.33b Pakan standar + Probiotik 3 19.33ab 19.33ab (A2) Pakan standar + Probiotik + 3 23.00ab 23.00ab Minyak Ikan Lele (A3) Sig. .081 .136 Peningkatan kadar trigliserida MEP bulan-2 Subset untuk α = 0,05 Perlakuan n 1 2 Pakan standar (A1) 3 21.33ab 21.33ab Pakan standar + Probiotik 3 17.66ab 17.66ab (A2) Pakan standar + Probiotik + 3 -10.3a Minyak Ikan Lele (A3) Sig. .081 0.136
61
Peningkatan kadar trigliserida MEP bulan-3 Subset untuk α = 0,05 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
1 26.33ab 21.67ab
3
-3.33
2 26.33ab 21.67ab
.081
0.136
Lampiran 20 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap HDL Kolesterol Variabel bebas: HDL Kolesterol JK Db Model 4170.750 11
KT 379.159
F .598
Sig 0.812
Intersep
98282.250 1
98282.250
155.101
0.000
Waktu Kelompok Interaksi Waktu dan Kelompok
3122.750 387.500 660.500
1040.917 193.750 110.08
1.643 .306 .174
0.206 0.739 0.981
3 2 6
Lampiran 21 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terkadap HDL Kolesterol Pengaruh waktu terhadap HDL Kolesterol Bulan Bulan 0 Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Sig.
Subset untuk α = 0,05 1 40.88 48.66 52.88 66.55 0.057
n 9 9 9 9
Pengaruh perlakuan terhadap HDL Kolesterol Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 12 12 12
Subset untuk α = 0,05 1 49.33 50.58 56.83 .498
62
Lampiran 22 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terkadap HDL Kolesterol HDL Kolesterol MEP bulan-0 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 48.66a 47.66a 49.66a .085
HDL Kolesterol MEP bulan-1 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 71.33a 62.00a 66.33a .085
HDL Kolesterol MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 56.66a 48.66a 53.33a .085
HDL Kolesterol MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 50.66a 44.00a 28.00a .085
63
Lampiran 23 Hasil Sidik Ragam pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan HDL Kolesterol Variabel bebas: HDL Kolesterol JK Db Model 4070.667 8 Intersep 616.330 1 Interaksi 4070.670 8 Waktu dan Kelompok
KT 508.830 616.330 508.833
F 1.310 1.587 1.310
Sig 0.300 0.224 0.300
Lampiran 24 Hasil Uji lanjut Duncan pengaruh interaksi waktu dan kelompok perlakuan terhadap peningkatan HDL Kolesterol Peningkatan HDL Kolesterol MEP bulan-1 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 22.67a 14.33ab 14.33ab
3
16.66ab
16.66ab
.051
.168
Peningkatan HDL Kolesterol MEP bulan-2 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 2 8.00ab 8.00ab 1.00ab 1.00ab
3
3.66ab
3.66ab
.051
.168
Peningkatan HDL Kolesterol MEP bulan-3 Perlakuan Pakan standar (A1) Pakan standar + Probiotik (A2) Pakan standar + Probiotik + Minyak Ikan Lele (A3) Sig.
n 3 3
Subset untuk α = 0,05 1 2 21.00ab 2.00ab -3.66ab -3.66ab
3
-21.66 .051
.168
64
Lampiran 25 Dokumentasi penelitian
Jenis pakan yang diberikan
Proses pengambilan sampel darah hewan coba
Penimbangan berat badan hewan coba
Kandang hewan coba
Proses pemeriksaan kesehatan hewan coba
65
RIWAYAT HIDUP Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Bapak Drs Syamsurizal dan Ibu Helena AmaPd. Penulis dilahirkan di Nagari Koto Baru, Kecamatan Kubung Kabupaten Solok Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 7 Desember 1988. Pendidikan penulis dimulai dari SDN 22 Kajai Koto Baru pada tahun 1995 sampai tahun 2001, dilanjutkan di SMPN 2 Gunung Talang sampai tahun 2004 dan SMAN 1 Gunung Talang sampai tahun 2007. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia (FEMA). Awal tahun 2012 penulis diterima di Program Studi Gizi Masyarakat pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Beasiswa Unggulan Direktorat Tinggi Kementerian Pendidikan. Selama mengikuti program S2, penulis aktif sebagai ketua Ikatan Sarjana Gizi (ISAGI) wilayah Jawa Barat. Penulis juga aktif di berbagai organisasi seperti sekretaris umum Himpunan Mahasiswa Gizi (HIMAGIZI), Dewan Perwakilan Mahasiswa FEMA dan IMPEMA (Ikatan Mahasiswa Peminat Ekologi Manusia) Indonesia, Forum of Scientist Students (FORCES) IPB, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa KM IPB, Ketua Ikatan Keluarga Mahasiswa Solok dan ketua angkatan 44 Ikatan Pelajar Mahasiswa Minang-Bogor. Selain itu penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan berbagai organisasi tingkat perguruan tinggi maupun nasional sebagai panitia, moderator maupun pembicara. Penulis mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMM) dengan judul “Jelly Kelor Berkhasiat dan Bergizi (Jelor Khatzi) sebagai sumber Vitamin C dan Beta Karoten”. Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Nagari Balah Aia Kecamatan VII Koto Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2010. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Internship Dietetic(ID) di RSAB Harapan Kita Jakarta. Penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Analisis Zat Gizi Makro, Metabolisme Zat Gizi, Metodologi Penelitian dan Ekologi Pangan dan Gizi. .