PENGARUH KOMBINASI PAKAN ALAMI DENGAN PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) The Influence of Combination Natural Feed with Artificial Feed for Growth the African Catfish (Clarias gariepinus)
Ricky Amanta1, Syammaun Usman2, M. Riza Kurnia Lubis2 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, (Email:
[email protected]) 2 Staf Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara 1
ABSTRACT Increased cultivation of the African catfish, the demand for seedling in the form of seed is also increasing. Therefore, It has to have an availability seeds with good quality and quantity in halls seeding. Giving proper woof can determine the quality and continuity of the fish seed. Increasing growth of the African catfish by giving the combination feed. The purpose of this study was to determine the effect of the use combined natural feed of dried sludge worms (Tubifex sp.) with artificial feed of pellets flour to the seed growth of the African catfish (Clarias gariepinus), it sizes 3,32 – 3,40 cm with a weight is 0,37 – 0,38 g were kept in the aquarium measuring 60 × 30 × 30 cm by 15 units with a volume is 20 liters per aquarium and arranged randomly. The design used was a completely randomized design (CRD) with a combination of 100 % pellets flour, 100 % dried sludge worms, 75 % pellets flour + 25 % dried sludge worms, 50 % pellets flour + 50 % dried sludge worms, 25 % pelets flour + 75 % dried sludge worms. Feed given as much as 10 % of the body weight of the fish. The results showed that the good combination for the African catfish growth is 75 % pellets flour + 25 % dried sludge worms, with length and weight growth is 3,51 cm and 1,66 g. Keywords: Clarias gariepinus, Feed, Combination, Growth PENDAHULUAN Kesadaran dan pengetahuan masyarakat semakin meningkat tentang manfaat ikan sebagai bahan makanan dan kesehatan menyebabkan tingkat konsumsi ikan juga meningkat. Sebagai bahan makanan, ikan merupakan salah satu sumber protein hewani dengan harga relatif murah, mudah diperoleh, dan mempunyai zat gizi yang tinggi dan kaya asam lemak omega-3 yang dapat mengurangi resiko serangan jantung. Hal ini menyebabkan permintaan ikan selalu meningkat dari waktu ke waktu seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (Muchlisin dkk, 2003). Pembudidaya ikan lele dumbo semakin meningkat, maka permintaan bibit
berupa benih juga semakin meningkat. Penyediaan bibit merupakan tahap awal keberhasilan usaha budidaya. Oleh karena itu dituntut ketersediaan benih dengan kualitas dan mutu yang baik dibalai-balai pembenihan. Pemberian pakan yang tepat dapat menentukan kualitas dan kelangsungan benih ikan tersebut. Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah dan tidak mengandung racun. Cacing sutera merupakan pakan alami yang paling disukai oleh ikan air tawar. Cacing sutera sangat baik bagi pertumbuhan ikan air tawar karena kandungan proteinnya tinggi. Kandungan nutrisi cacing sutera yaitu 54,725%
protein, 13,770% lemak, 22,250% karbohidrat (Buwono, 2000). Sedangkan pakan buatan adalah makanan yang dibuat dari campuran bahan-bahan alami dan bahan olahan yang selanjutnya dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap. Pakan tepung pelet yang digunakan mengandung 40% protein, 5% lemak, 30% karbohidrat (www.mataharisakti.com). Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan kombinasi pakan alami cacing sutera dengan pakan buatan tepung pelet terhadap pertumbuhan benih ikan lele dumbo. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi mahasiswa dan para pembudidaya mengenai kombinasi pakan yang optimal antara pakan alami cacing sutera dengan tepung pelet terhadap pertumbuhan ikan tersebut. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014, di Laboratorium Budidaya Perairan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 15 unit akuarium ukuran 60 x 30 x 30 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator sebanyak 8 buah untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, termometer untuk mengukur suhu, timbangan digital untuk mengukur bobot ikan, jangka sorong (califer) untuk mengukur panjang ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolisme (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara lain : benih ikan lele berukuran 3,32 – 3,40 cm dengan bobot 0,37 – 0,38 gram, air bersih, pakan alami cacing sutera (Tubifex sp.), pakan buatan pelet ikan komersil berukuran 0,5 mm, MnSO4, H2SO4, Na2S2O3, dan amilum. Rancangan Percobaan Metode yang digunakan adalah metode eksperimen, dengan menggunakan rancangan percobaan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan, masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali, yang menjadi perlakuan dalam penelitian ini adalah : 1. Perlakuan A : 100% Tepung Pelet 2. Perlakuan B : 100% Cacing Sutera 3. Perlakuan C : Kombinasi 75% Tepung Pelet dan 25% Cacing Sutera 4. Perlakuan D : Kombinasi 50% Tepung Pelet dan 50% Cacing Sutera 5. Perlakuan E : Kombinasi 25% Tepung Pelet dan 75% Cacing Sutera Model Percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Yij = μ + σi + εij Keterangan : Yij = Data hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j μ = Nilai tengah data σi = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat hasil percobaan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j Prosedur Penelitian Persiapan Wadah Wadah yang digunakan adalah akuarium sebanyak 15 buah yang berukuran 60 x 30 x 30 cm. Akuarium diisi air sebanyak 20 liter dan dilakukan pengaturan aerasi. Wadah diberi nomor A, B, C, D, dan E secara acak untuk menandakan 5 perlakuan dan tiga kali ulangan. Akuarium yang akan digunakan dicuci menggunakan larutan detergen kemudian dibilas dengan bersih.
Persiapan Ikan Uji Ikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele dumbo yang berukuran 3,32 – 3,40 cm dengan bobot 0,37 – 0,38 g (berasal dari induk yang sama). Sebelum ikan dimasukkan kedalam wadah uji, ikan uji diadaptasi terlebih dahulu. Setelah diadaptasi ikan ditebar sebanyak 10 ekor/akuarium dengan kepadatan 1 ekor/2 liter. Setelah ditebar, dilakukan pengambilan contoh ikan sampel sebanyak 50% pada setiap wadah percobaan untuk ditimbang berdasarkan berat, dan ukuran panjang total ikan per individu, kemudian dirata-ratakan. Pengamatan pertumbuhan ikan dilakukan selama 40 hari. Persiapan Pakan Pakan yang digunakan selama penelitian berupa pakan alami cacing sutera yang dikombinasikan dengan pakan buatan berupa tepung pelet berukuran 0,5 mm. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 10% dari berat total benih yang dipelihara. Pemberian pakan dilakukan 4 kali sehari pada pagi, siang, sore, dan malam hari. Pada perlakuan pertama (kontrol) diberikan pakan 100% tepung pelet dengan 4 kali pemberian pakan setiap harinya begitu juga dengan perlakuan kedua 100% cacing sutera. Pada perlakuan ketiga, 75% tepung pelet dan 25% cacing sutera yaitu pemberian pakan sebanyak 75% tepung pelet ditambah dan 25% cacing sutera dari jumlah pakan yang diberikan setiap harinya, begitu seterusnya pada perlakuan 4 dan 5. Pemeliharaan Ikan Pemeliharaan ikan dengan pemberian pakan sebanyak 4 kali sehari selama 40 hari yakni pukul 09.00, 13.00, 17.00, dan 21.00 wib dengan interval waktu setiap 4 jam sekali pada setiap masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan per perlakuan yaitu 10% dari berat total benih ikan. Pengelolaan Air Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan penyifonan dan pergantian air
sebanyak 25% setiap pagi untuk menjaga senyawa kimia tidak terakumulasi, serta melakukan pergantian air total setiap 10 hari sekali. Pemantauan kualitas air dilakukan sebanyak empat kali setiap 10 hari sekali untuk mengetahui gambaran kualitas air secara umum. Data pemantauan kualitas air terdiri dari suhu, pH, dan DO (Metode Winkler). Analisis Nutrisi Pakan Analisis nutrisi pakan adalah suatu metoda untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi pada suatu zat makanan dari bahan pakan. Analisis nutrisi pakan dilakukan
terhadap pakan percobaan untuk melihat nutrisi pakan berupa protein, lemak dan karbohidrat yang dapat menghasilkan energi (kkal). Analisis Data Pertumbuhan Panjang Mutlak Pengukuran panjang harian meliputi panjang total ikan dari ujung mulut sampai ujung ekor ikan menggunakan jangka sorong (califer). Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 50% dari total hewan uji. Pertumbuhan Panjang Mutlak (L) dihitung dengan rumus Arifin dan Rupawan (1997) diacu oleh Wijayanti (2010) : Keterangan : L : Pertumbuhan panjang (cm) Lt : Panjang ikan pada waktu akhir (cm) L0 : Panjang ikan pada waktu awal (cm) Pertumbuhan Bobot Mutlak Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 50% dari total hewan uji. Pertumbuhan bobot Mutlak (W) dihitung menggunakan rumus Arifin dan Rupawan (1997) diacu oleh Wijayanti (2010) : Keterangan: W : Pertumbuhan bobot (g) Wt : Bobot rata-rata ikan pada waktu t (g) W0 : Bobot rata-rata ikan pada waktu awal penelitian (g)
Tingkat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup merupakan presentase dari jumlah ikan yang hidup dan jumlah ikan yang ditebar selama pemeliharaan, dihitung menggunakan rumus Effendie (2002) diacu oleh Amalia dkk (2013) sebagai berikut : SR =
X 100%
Keterangan: SR : kelangsungan hidup benih (%) Nt : Jumlah ikan yang ditebar pada akhir penelitian (ekor) N0 : Jumlah ikan yang ditebar pada awal penelitian (ekor) Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) dari tiap perlakuan memperlihatkan perbedaan kualitas pakan yang digunakan. Menurut Tacon (1987) diacu oleh Amalia dkk (2013) perhitungan efisiensi pemanfaatan pakan sebagai berikut: EPP =
X 100%
Keterangan: EPP : Efisiensi pemanfaatan pakan (%) Wt : Biomassa ikan uji pada akhir penelitian (g) W0 : Biomassa ikan uji pada awal penelitian (g) F : Jumlah pakan ikan yang dikonsumsi selama penelitian (g) Analisis Statistik Untuk mengetahui apakah pengaruh perlakuan terhadap parameter
yang diamati berpengaruh nyata atau tidak kemudian dilakukan uji analisis dengan analisa statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) yang berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan perlakuan dengan uji F pada selang kepercayaan 95%. Jika ada perbedaan nyata (P<0,05), maka akan diuji lanjut dengan menggunakan BNJ (Beda Nyata Jujur). Selanjutnya data akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Analisis Nutrisi Pakan Kandungan gizi cacing sutera dalam 95,1% bahan kering yaitu 54,725% protein, 13,770% lemak, dan 22,250% karbohidrat. Sedangkan pakan yang diberikan adalah pakan segar dengan 41,41% bahan kering (pengovenan) maka nilai gizi pakan kering dikonversikan kedalam pakan segar sehingga nilai gizi pakan segar menjadi 23,85% protein, 6,00% lemak, dan 9,70% karbohidrat. Menguji tingkatan kadar protein, lemak, dan karbohidrat dilakukan dengan metode perhitungan Pearson’s Square dua bahan baku (Akbar, 2000). Kemudian dilanjutkan dengan mengitung jumlah GE (Groos Energy) dalam kkal/kg yang dihasilkan dari (Protein + Lemak + Karbohidrat) dikurangi 20% x GE untuk menghasilkan energi tercerna yaitu DE (Digestible Energy). Hasil analisis kandungan gizi pakan dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Data Kandungan Gizi Pakan Pada Setiap Perlakuan Perlakuan Kandungan Gizi (%) GE Protein Lemak Karbohidrat Kkal/kg A 40,00 5,00 30,00 3940,00 B 23,85 6,00 09,70 1882,32 C 35,96 5,25 24,92 2908,08 D 31,93 5,50 19,85 2566,16 E 27,89 5,75 14,77 2224,24 GE DE DE/P
DE Kkal/kg 2600,00 1505,86 2326,46 2052,93 1779,39
: Protein : 4 kkal/g; Lemak : 9 kkal/g; Karbohidrat : 4 kkal/g (Buwono, 2000) : GE – (20% x GE) (Buwono, 2000) : Energi tercerna/Protein rasio (Buwono, 2000)
DE/P Kkal/kg 6,50 6,31 6,47 6,43 6,38
Pertumbuhan Panjang (cm)
8 7 6 5 4 3 2 1 0
A B C D
Panjang Rata-Rata (cm)
Pertumbuhan Panjang Mutlak Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan setiap 10 hari sekali selama masa pemeliharaan 40 hari, ikan lele dumbo mengalami pertumbuhan panjang dari 3,32 – 3,40 cm menjadi 4,72 – 6,83 cm. pemberian kombinasi pakan tepung pelet dengan cacing sutera mampu meningkatkan pertumbuhan panjang ikan lele dumbo seperti yang dapat terlihat pada Gambar 4. Pada setiap sampling yang dilakukan menunjukkan pertumbuhan panjang tertinggi diperoleh pada perlakuan C kemudian diikuti perlakuan D, E, B, dan A.
4 3,51 3,5 3 2,70 2,5 1,75 2 1,64 1,5 1,32 1 0,5 0 A B C D E Perlakuan
Gambar 5. Pertumbuhan Panjang Rata Rata Ikan Lele Dumbo Dari hasil Analysis of Varians (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak dan berdasarkan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) masing-masing perlakuan A, B, C, D, dan E saling berbeda nyata kecuali perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan E.
E 10
20
30
40
Hari KeGambar 4. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele Dumbo Pertumbuhan panjang mutlak ikan lele dumbo yang dipelihara selama 40 hari pada setiap perlakuan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 1,32 cm, 1,64 cm, 3,51 cm, 2,71 cm, dan 1,75 cm. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan C (75% Tepung Pelet + 25% Cacing Sutera) memberikan pertumbuhan panjang paling tinggi yaitu sebesar 3,51 cm dan pertumbuhan panjang terendah pada perlakuan A (100% Tepung Pelet) yaitu sebesar 1,32 cm lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.
Pertumbuhan Bobot Mutlak Berdasarkan pengamatan dan sampling yang dilakukan selama pemeliharaan 40 hari, ikan lele dumbo mengalami pertumbuhan bobot dari 0,37 – 0,38 g menjadi 0,78 – 2,02 g. Pemberian kombinasi pakan tepung pelet dengan cacing sutera mampu meningkatkan pertumbuhan bobot ikan lele dumbo seperti yang dapat terlihat pada Gambar 6. Pada setiap sampling yang dilakukan menunjukkan, pertumbuhan bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan C kemudian diikuti perlakuan D, E, B, dan A.
2 A
1,5
B
1
C
0,5
D
0
E
10
20 30 Hari Ke-
40
Gambar 6. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele Dumbo Pertumbuhan bobot mutlak ikan lele dumbo yang dipelihara selama 40 hari pada setiap perlakuan A, B, C, D, dan E berturut-turut adalah 0,40 g, 0,56 g, 1,66 g, 1,20 g, dan 0,61 g. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah perlakuan C dengan pertambahan bobot 1,66 g dan terkecil pada perlakuan A dengan pertambahan bobot 0,40 g. pertumbuhan bobot rata-rata ikan lele dumbo dapat dilihat pada Gambar 7.
Bobot Rata-Rata (gram)
Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo yang dipelihara selama 40 hari pada setiap perlakuan A, B, C, D, dan E masing-masing berkisar 53,33% – 80%. Nilai tertinggi dicapai pada perlakuan C sebesar 80% dan nilai terendah pada perlakuan A sebesar 53,33% dapat dilihat pada Gambar 8.
1,8 1,66 1,6 1,4 1,20 1,2 1 0,8 0,61 0,56 0,6 0,40 0,4 0,2 0 A B C D E Perlakuan
Gambar 7. Pertumbuhan Bobot RataRata Ikan Lele Dumbo Dari hasil data ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan bobot mutlak dan berdasarkan uji lanjut BNJ perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan E.
100
Kelangsungan Hidup (%)
Pertumbuhan Bobot (gram)
2,5
80
76,67 80,00 76,67 73,33
60 53,33 40 20 0 A
B
C
D
E
Perlakuan Gambar 8. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Dari hasil data ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup dan berdasarkan uji lanjut BNJ pada perlakuan B, C, D, dan E berbeda nyata terhadap perlakuan A. Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) Nilai Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) ikan lele dumbo menunjukkan bahwa nilai EPP pada setiap perlakuan didapatkan nilai tertinggi adalah pada perlakuan C sebesar 54,30% dan nilai terendah pada perlakuan A sebesar 18,25% dapat dilihat pada Gambar 9. Peningkatan nilai EPP menunjukkan bahwa pakan yang dikonsumsi memiliki kualitas yang baik, sehingga dapat dimanfaatkan secara efisien.
Efisiensi Pemanfaatan Pakan (%)
60
54,30
50
44,51
40
28,19
27,14
30 20 18,25 10 0 A
B
C
D
E
Perlakuan Gambar 9. Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) Ikan Lele Dumbo Dari hasil data ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap EPP dan berdasarkan uji lanjut BNJ perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan E. Kualitas Air Pemeliharaan benih ikan lele dumbo tentang pertumbuhan panjang dan bobot akan dipengaruhi oleh kualitas air. Parameter kualitas air yang diamati mencakup suhu, pH, dan DO. Berikut data kualitas air yang diamati selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Kualitas Air Ikan Lele Dumbo Selama 40 Hari Pengamatan Perlakuan
A B C D E
Suhu (0C) 25 – 27 25 – 27 25 – 27 25 – 27 25 – 27
Parameter Kualitas Air pH 6,5 - 7,5 6,5 - 7,5 6,5 - 7,5 6,5 - 7,5 6,5 - 7,5
DO (mg/l) 6–8 6–8 6–8 6–8 6–8
Pembahasan Kebutuhan Nutrisi Pakan Ikan Lele Dumbo Keseimbangan nutrisi penting dalam formulasi pakan karena berperan besar dalam kesintasan, pertumbuhan,
serta ketahanan tubuh ikan, terutama pada benih. Sesuai dengan Batu (1982) yang diacu oleh Madinawati dkk (2011) menyatakan bahwa nutrisi adalah bahan baku yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup suatu organisme, digunakan oleh sel-sel tubuh untuk pembentukan bagian tubuh dan untuk energi dan metabolisme suatu organisme. Diduga ikan pada perlakuan C mampu mencerna pakan lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Pakan yang tercerna dengan baik akan menghasilkan pasokan energi. Energi yang berasal dari pakan inilah yang digunakan untuk memperbaiki tubuh dan aktivitas tubuh, sehingga kelebihan energi digunakan untuk pertumbuhan. Sesuai dengan Subandiyono dan Hastuti (2010) diacu oleh Amalia dkk (2013) bahwa pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, metabolisme basal, dan aktivitas Energi merupakan suatu fungsi dari protein, yang biasanya dinyatakan sebagai DE/P, nilai DE/P bagi pertumbuhan optimal ikan sebesar 8 – 9 kkal/kg. Sesuai dengan Buwono (2000) untuk mengetahui tingkat kebutuhan energi pada ikan, harus terlebih dahulu mengetahui tingkat kebutuhan protein optimal dalam pakan bagi pertumbuhannya. Keseimbangan antara energi dan kadar protein sangat penting dalam laju pertumbuhan, karena apabila kebutuhan energi kurang, maka protein akan dipecah dan digunakan sebagai sumber energi. Namun, apabila kandungan energi pada pakan berlebihan, akan berdampak turunnya jumlah nutrien yang dikonsumsi. Hal ini disebabkan, ikan akan merasa kenyang dan berhenti makan apabila semua kebutuhan energinya tercukupi. Dari hasil perhitungan tingkat kebutuhan energi optimal pada ikan seluruh perlakuan berada dibawah kebutuhan energi optimal (DE/P < 8). Dari semua perlakuan yang paling mendekati adalah perlakuan A yaitu sebesar 6,50
kkal/kg, tetapi karena pakan tepung pelet mudah larut dalam air, menyebabkan banyak pakan yang terbuang sehingga energi yang dapat dikonsumsi juga sedikit maka pertumbuhan dari perlakuan A adalah yang paling rendah. Pada perlakuan C ikan uji mampu mencerna pakan lebih baik dibandingkan perlakuan lain. Pakan yang tercerna dengan baik akan menghasilkan pasokan energi. Perlakuan ini mendekati kebutuhan energi optimal yaitu sebesar 6,47 kkal/kg sehingga hanya sedikit protein yang dirombak untuk memenuhi kebutuhan energi dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Peningkatan pertumbuhan yang tinggi pada perlakuan C dipengaruhi oleh keseimbangan nutrisi antara protein karbohidrat dan lemak dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Menurut Wilson (1989) diacu oleh Marlitha (2013) peningkatan protein pakan tidak selalu menyebabkan meningkatnya pertumbuhan. peningkatan protein pakan tanpa diikuti keseimbangan dengan sumber energi nonprotein akan menyebabkan protein digunakan sebagai sumber energi. Perlakuan C juga mengandung protein yang optimal untuk pertumbuhan ikan lele dumbo. Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo Berdasarkan hasil penelitian, pertumbuhan panjang mutlak dan bobot mutlak tertinggi terdapat pada perlakuan C yaitu 3,51 cm dan 1,66 g. Pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan A yaitu 1,32 cm dan 0,40 g. Berdasarkan uji lanjut BNJ menunjukkan bahwa perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, dengan pertumbuhan panjang dan diiringi pertumbuhan bobot benih ikan lele dumbo. Peningkatan panjang dan bobot ikan disebabkan oleh jumlah nutrisi pakan yang mencukupi. Pada perlakuan C jumlah nutrisi dalam pakan tersebut baik itu protein, lemak, dan karbohidrat terjadi keseimbangan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan benih ikan lele dumbo. Sesuai dengan Buwono (2000) hal itu
dikarenakan karbohidrat dan lemak dapat mencukupi kebutuhan kalori tubuh, maka protein hanya sedikit dioksidasi untuk menambahkan kalori tersebut tetapi digunakan untuk zat pembangun petumbuhan benih ikan. Menurut Anggraeni dan Abdulgani (2013) pertumbuhan ikan erat kaitannya dengan ketersediaan protein dalam pakan, karena protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein merupakan nutrisi yang sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan. Tinggi rendahnya protein dalam pakan dipengaruhi oleh kandungan energi non-protein yaitu yang berasal dari karbohidrat dan lemak. Pada perlakuan A mengalami peningkatan pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan yang lain padahal keseimbangan nutrisinya paling baik hal itu disebabkan pakan komersil tepung pelet merupakan jenis pelet tenggelam yang mempunyai daya apung yang rendah, ketika pemberian pakan pada ikan lele dumbo pakan tersebut dengan cepat terlarut dalam air. Hal itu menyebabkan banyaknya jumlah pakan yang terbuang. Perlakuan B hanya terdiri dari satu bahan baku sehingga kebutuhan asamasam emino esensial tidak mencukupi kebutuhan yang diperlukan oleh ikan. Sesuai dengan Afrianto dan Liviawaty (2005) diacu oleh Arief dkk (2009), para ahli pakan menganjurkan untuk mengkombinasi pakan alami dengan pakan buatan agar tercipta keseimbangan asam amino di dalam tubuh benih ikan lele dumbo Dilakukannya kombinasi pakan alami dengan pakan buatan, kebutuhan asam amino yang berasal dari protein hewani dan nabati akan seimbang tentunya akan mencukupi kebutuhan asam amino yang diperlukan oleh benih ikan lele dumbo meningkatkan pertumbuhannya. Sesuai dengan Lovell (1988) diacu oleh Haryati dkk (2010) menyatakan bahwa penggunaan dua atau lebih sumber protein
dalam ransum akan lebih baik daripada satu sumber. Kombinasi pakan cacing sutera dengan tepung pelet dapat meningkatakan pertumbuhan ikan lele dumbo. Sesuai dengan Subandiyah dkk (2003) cacing sutera tidak mempunyai kerangka skeleton sehingga mudah dan cepat dicerna dalam usus ikan, sehingga pemberian cacing sutera sangat baik untuk menghasilkan pertumbuhan yang cepat. Cacing sutera juga terdapat zat-zat tertentu yang tidak terdapat pada pakan pelet, walaupun pakan pelet tersebut berprotein tinggi namun pakan cacing sutera tetap diperlukan terutama untuk pertumbuhan ikan. Pada uji lanjut BNJ terhadap pertumbuhan panjang dan pertumbuhan bobot mutlak pada perlakuan B dengan E tidak berbeda nyata, hal tersebut diduga jumlah energi dalam keseimbangan nutrisi protein, lemak dan karbohidrat pada perlakuan E diduga belum mampu memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan lele dumbo. Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo Tingkat kelangsungan hidup yang rendah karena tingginya mortalitas. Menurut Supriya dkk (2008) diacu oleh Wijayanti (2010) mortalitas dapat terjadi karena ikan mengalami kelaparan berkepanjangan, akibat tidak terpenuhinya energi untuk pertumbuhan dan mobilitas karena kandungan gizi pakan yang tidak mencukupi sebagai sumber energi. Salah satu upaya untuk mengatasi rendahnya tingkat kelangsungan hidup yaitu dengan pemberian pakan yang tepat baik dalam ukuran, jumlah, dan kandungan gizi dari pakan yang diberikan. Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dumbo selama masa pemeliharaan berkisar antara 53,3% – 80%. Pada tingkat kelangsungan hidup, hasil ANOVA menunjukkan bahwa perlakuan B, C, D, dan E memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan A karena banyaknya jumlah pakan yang terbuang akibat pakan
tersebut mudah terlarut dalam air. Pakan yang terbuang akan terakumulasi, menyebabkan toksik atau racun sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pergantian pakan dari pakan alami ke pakan buatan juga dapat menyebabkan ikan stres karena belum dapat beradaptasi dengan pakan yang baru sehingga menyebabkan kematian. Selama pemeliharaan terjadi kematian beberapa ekor ikan pada seluruh perlakuan, hal ini lebih banyak terjadi pada hari pertama hingga hari kesepuluh pemeliharaan. Diduga karena stres akibat belum dapat beradaptasi dengan wadah pemeliharaan yang baru yaitu wadah akuarium. Kematian juga disebabkan oleh ukuran dan umur ikan yang masih rentan untuk dapat bertahan hidup dengan baik. Efisiensi Pemanfaatan Pakan (EPP) Ikan Lele Dumbo Penelitian ini didapatkan nilai EPP tertinggi adalah pada perlakuan C sebesar 54,30% dan nilai terendah pada perlakuan A sebesar 18,25%. Perbedaan nilai EPP dari setiap perlakuan memperlihatkan perbedaan kualitas pakan yang digunakan. Kualitas dan kuantitas pakan serta kondisi ikan tersebut mempengaruhi pertumbuhan benih ikan lele dumbo, dan memiliki kaitan tinggi rendahnya nilai efisiensi pakan yang dihasilkan. Menurut Craig dan Helfrich (2002) diacu oleh Arief dkk (2014) Pakan memberikan pertumbuhan yang baik bila nilai efisiensi pemberian pakan lebih dari 50% atau bahkan mendekati 100% maka perlakuan C berada pada kisaran yang baik. Tingkat efisiensi penggunaan pakan pada ikan lele dumbo ditentukan oleh pertumbuhan dan jumlah pakan yang diberikan. Keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat merubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Sesuai dengan Marlitha (2013) semakin besar nilai efisiensi pemberian pakan, maka semakin baik ikan memanfaatkan pakan yang diberikan sehingga semakin besar bobot daging yang
dihasilkan. Efisiensi pakan yang tinggi menunjukkan penggunaan pakan yang efisien, sehingga hanya sedikit protein yang dirombak untuk memenuhi kebutuhan energi dan selebihnya digunakan untuk pertumbuhan. Penghitungan efisiensi pemberian pakan sangat penting dalam proses budidaya ikan karena dapat menentukan apakah pakan yang diberikan telah digunakan seefisien mungkin. Tingginya kecernaan, maka berdampak pada tingginya nilai efisiensi pemanfaatan pakan oleh lele dumbo, bahwa kecernaan pakan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi pakan yang diberikan kepada ikan. Semakin besar nilai kecernaan suatu pakan, maka semakin banyak nutrien pakan yang dimanfaatkan oleh ikan tersebut. Sesuai dengan Haryadi dkk (2005) dalam Arief dkk (2014) semakin tinggi nilai efisiensi pakan maka respon ikan terhadap pakan tersebut semakin baik yang ditunjukkan dengan pertumbuhan ikan yang cepat. Kualitas Air Hasil analisis parameter kualitas air yang diukur menunjukkan ikan lele dumbo berada pada lingkungan yang layak untuk tumbuh dan berkembang. Kisaran suhu rata-rata 25 – 27 ºC, PH 6,5 – 7,5 dan DO 6 – 8 mg/l. Menurut Khairuman dan Amri (2011) menyatakan bahwa suhu yang cocok untuk memelihara lele dumbo adalah 20 – 30 ºC, kandungan oksigen terlarut dalam air minimal sebanyak 3 ppm (milligram per liter), dan derajat keasaman (pH) yang ditoleransi lele dumbo adalah 6 – 8. Berdasarkan pernyataan tersebut bahwa parameter kualitas air di dalam lingkungan yang terkontrol mampu membantu keberlanjutan pertumbuhan dan kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo. Pakan yang terakumulasi di dalam wadah akuarium, akan menyebabkan kadar oksigen terlarut menurun. Pakan yang tersisa akan mengendap di dasar akuarium,
maka perlu dilakukan kegiatan penyifonan untuk mencegah berkembangnya penyakit dan menjaga kondisi kualitas air tetap stabil. Penurunan kualitas air juga dapat diakibatkan karena jumlah pakan yang diberikan berlebihan sehingga mengakibatkan pakan tersisa dan tidak termakan oleh ikan. Dengan itu perlu dilakukan pergantian air media secara menyeluruh setiap pengamatan agar dapat mengurangi zat-zat yang bersifat toksik bagi pemeliharaan. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pemberian kombinasi pakan cacing sutera dengan tepung pelet pada uji ANOVA terhadap pertumbuhan benih ikan lele dumbo memberikan pengaruh sangat nyata. Perlakuan C (75% Tepung Pelet + 25% Cacing Sutera) menunjukkan pertumbuhan tertinggi dengan pertumbuhan panjang rata-rata 3,51 cm dan pertumbuhan bobot rata-rata 1,66 g. Saran Budidaya benih ikan lele dumbo akan lebih sesuai untuk meningkatkan pertumbuhan jika pakan yang diberikan adalah kombinasi pakan alami dengan pakan buatan. Selanjutnya perlu penelitian lebih lanjut menggunakan pakan kering cacing sutera yang dikombinasikan dengan tepung pelet dengan jumlah protein yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Akbar, S. 2000. Meramu Pakan Ikan Kerapu. Penebar Swadaya, Jakarta. Amalia, R., Subandiyono dan E. Arini. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain Terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology Vol 2(1) : 136 – 143.
Anggraeni, N. M dan N. Abdulgani. 2013. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata) Pada Skala Laboratorium. Jurnal Sains dan Seni Pomits Vol 2(1) : 197 – 201.
Haetami, K., I. Susangka dan I. Maulina. 2006. Suplementasi Asam Amino pada Pelet yang Mengandung Silase Ampas Tahu dan Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus). Skripsi. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Arief,
Hanafiah, K. A. 2007. Rancangan Percobaan. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
M., I. Triasih dan W. P. Lokapirnasari. 2009. Pengaruh Pemberian Pakan Alami dan Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata Bleeker). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol 1(1) : 51– 57.
Arief, M., N. Fitriani dan S. Subekti. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda Pada Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol 6(1) : 49 – 53. Artha, K. Y. 2014. Pengaruh Ph Air yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Bibit Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus) yang Berumur 30 Hari. Tesis. Universitas Ikip Pgri. Semarang. Buwono, I. D. 2000. Kebutuhan Asam Amino Esensial Dalam Ransum Ikan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Effendi, I dan Y. Hadiroseyani. 2002. Peningkatan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.) dengan Antibiotik. Jurnal Akuakultur Indonesia Vol 1(1) : 9 – 13. Effendi, I. 2004. Pengantar Akuakultur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Hariati, E. 2010. Potensi Tepung Cacing Sutera (Tubifex Sp.) dan Tepung Tapioka untuk Substitusi Pakan Komersial Ikan Patin (Pangasius hypophtalmus). Skripsi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. Haryati, E. Saade dan A. Pranata. 2011. Pengaruh Tingkat Substitusi Tepung Ikan dengan Tepung Maggot Terhadap Retensi dan Efisiensi Pemanfaatan Nutrisi Pada Tubuh Ikan Bandeng (Chanos Chanos Forsskål). Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makassar. Khairuman dan K. Amri. 2011. Buku Pintar Budidaya 15 Ikan konsumsi. Agromedia Pustaka, Jakarta. Khairuman dan K. Amri. 2012. Pembenihan Lele di Kolam Terpal. Agromedia Pustaka, Jakarta. Madinawati, N. Serdiati dan Yoel. 2011. Pemberian Pakan yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Media Litbang Sulteng Vol 4(2) : 83 – 87. Marlitha, M. 2013. Pemanfaatan Limbah Roti Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Benih Lele Dumbo
(Clarias gariepinus). Tesis. Universitas Padjadjaran. Bandung. Matahari Sakti. Fish Feed. http://www.mataharisakti.com. [8 Maret 2015]. Muchlisin, Z. A., A. Damhoeri, R. Fauziah, Muhammadar dan M. Musman. 2003. Pengaruh Beberapa Jenis Pakan Alami Terhadap Pertumbuhan dan Kelulushidupan Larva Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal Biologi Vol 3(2) : 105 – 113. Muchtadi, T. R. 1997. Petunjuk Laboratorium Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Prihatman, K. 2000. Budidaya Ikan Lele (Clarias). Proyek Pengembangan Ekonomi Masyarakat Pedesaan. Bappenas. Subandiyah, S., D. Satyani dan Aliyah. 2003. Pengaruh Substitusi Pakan Alami (Tubifex) dan Buatan Terhadap Pertumbuhan Ikan Tilan Lurik Merah (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker, 1850). Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 3(2) : 67 – 72. Sumpeno, D. 2005. Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Lele Dumbo Clarias sp. Pada Padat Penebaran15, 20, 25, dan 30 Ekor/Liter Dalam Pendederan Secara Indoor dengan Sistem Resirkulasi. Skripsi. Universitas Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yuwono, E dan P. Sukardi. 2008. Buku Ajar Fisiologi Hewan Air Edisi Kedua. Unsoed Press, Purwokerto.
Wijayanti, K. 2010. Pengaruh Pemberian Pakan Alami yang Berbeda Terhadap Sintasan dan Pertumbuhan Benih Ikan Palmas (Polyptelus senegalus senegalus Cuvier, 1829). Skripsi. Universitas Indonesia. Depok.