1
PENGARUH PEMBERIAN ENZIM PAPAIN PADA PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)
Effect of Enzyme Papain Giving Within Food Against Survival and Growth on Dumbo Catfish (Clarias gariepinus) 1
sumarwan Syahputra, 2Syammaun Usman dan 2Rusdi Leidonald.
1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155
[email protected] 2 Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155 ABSTRACT Intensive Dumbo catfish farming covers the environment, water quality, and feeding. Feeding using the appropriate dose of enzyme papain can determine the growth and survival rate of dumbo catfish. This research aims to know the effect of giving enzyme papain to the catfish and also to determine the amount of enzyme papain which is effective to growth and survival rate of the catfish. This research was conducted from December 2015 - January 2016 in the Laboratory of Aquaculture, Water Resource Management, Faculty of Agriculture, University of North Sumatra. The results showed that the enzyme papain can speed up the length and weight growth of catfish and also increase the survival rate of catfish. The enzyme papain also significantly affects to the growth of length and weight catfish, but it does not have any effect on the survival rate of catfish. The amount of enzyme papain which can effectively affect the length and weight growth of catfish is about 2.5% of the enzyme. Keywords: Catfish, Growth, Cultivation, Survival, Enzyme papain 1. PENDAHULUAN Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam perkembangan budaya ikan secara intensif maupun semi intensif, baik ikan air tawar, ikan air payau, maupun ikan air laut. Pakan dibutuhkan oleh ikan sejak mulai dari ukuran larva sampai ukuran induk. Lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu spesies unggulan ikan air tawar yang memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya, antara lain mudah dipelihara, dapat tumbuh
dengan cepat dalam waktu relatif singkat. Menurut Subandiyono dan Hastuti (2010), pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan energi setelah energi yang digunakan untuk pemeliharaan tubuh, metabolisme basal dan aktivitas. Ikan memerlukan pakan dengan nutrien (protein, karbohidrat, dan lemak) yang sesuai dengan kebutuhan ikan untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) serta pertumbuhan. Papain merupakan enzim dari ekstrak buah pepaya yang bersifat proteolitik dan mampu menghidrolisis
2
protein menjadi unsur-unsur yang lebih sederhana yaitu peptida hingga asam amino. Penambahan papain sebagai enzim eksogen ke dalam pakan mampu meningkatkan hidrolisis protein pakan. Ini akan berakibat pada tingkat penyerapan protein pakan yang semakin meningkat. Enzim papain bekerja lebih aktif pada protein nabati dan relatif tahan terhadap suhu, bila dibandingkan dengan enzim proteolitik lainnya seperti bromelin dan lisin (Winarno, 1995). Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh pemberian enzim papain terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. 2. Mengetahui jumlah enzim papain yang efektif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dumbo. Manfaat Penelitian Sebagai satu acuan dari beberapa alternatif upaya untuk mengembangkan budidaya ikan lele dumbo. 2. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016, di Laboratorium Budidaya Perikanan, Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 unit ember ukuran 25 liter dengan lebar 50 cm dan tinggi 25 cm sebagai wadah pemeliharaan, aerator untuk menjaga kandungan oksigen dalam media, pH meter untuk melihat kadar asam dan basa media uji, DO meter untuk mengetahui kandungan oksigen, termometer untuk melihat suhu, timbangan digital untuk mengukur
bobot ikan, selang sifon untuk membuang sisa metabolism (menjaga kualitas air), serok untuk menangkap ikan, alat tulis, kamera digital untuk dokumentasi dan lain-lain. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) yang berukuran 5 – 8 cm dengan padat tebar sebanyak 1 ekor/liter. Pakan yang digunakan adalah dengan pakan buatan yang berbentuk pellet. Pakan uji ditambahkan enzim papain yang diambil dari getah papaya dengan dosis pakan yang berbeda pada masingmasing perlakuan. Prosedur Penelitian Rancangan Percobaan Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang dilakukan dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian Amalia (2013) tentang ikan lele dumbo dengan hasil penambahan enzim papain terbaik adalah dosis 2,25%. K : Pakan tanpa Enzim P1 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,1% P2 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,3% P3 : Pakan yang ditambahkan enzim papain dengan dosis 2,5% Prosedur Penelitian a. Persiapan Enzim Papain Getah papaya diperoleh dari penyadapan buah papaya pada umur 2-3 bulan. Buah disadap pada pangkal hingga ujung buah sebanyak lima torehan (goresan) dengan jarak 1 – 2 cm. Penyadapan yang baik adalah dalam selang waktu 4 hari sekali dan dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 – 08.00 WIB. Getah pepaya kemudian dikumpulkan ke dalam wadah plastik.
3
Setelah getah pepaya tekumpul, kemudian di jemur hingga kering setelah itu getah papain digiling sampai menjadi halus untuk mendapatkan getah yang menyerupai serbuk halus. b. Persiapan Ikan Uji Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih lele dumbo yang berasal dari petani lele dumbo di Medan, Tuntungan. Ukuran yang digunakan yaitu 5 – 8 cm dan bobot rata-rata 2,49 g/ekor dengan padat tebar sebanyak 1 ekor/liter. Wadah pemeliharaan berupa ember plastik ukuran 25 liter sebanyak 12 buah yang diisi air sebanyak 20 liter. Ember tersebut ditutup dengan waring agar ikan uji tidak loncat. Persiapan ikan uji dengan cara pengadaptasian ikan uji terhadap media pemeliharaan. Sebelum pengadaptasian, ikan uji diseleksi terlebih dahulu untuk mendapatkan berat yang seragam. Pengadaptasian ini dilakukan sampai ikan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan terbiasa dengan pakan uji yang diberikan selama satu minggu. Pengambilan ikan dapat menggunakan seser dan untuk mengetahui bobot dapat menggunakan timbangan elektrik, setelah mendapatkan bobot yang seragam dilakukan pengadaptasian terhadap pakan yang akan diberikan pada saat pemeliharaan. Ikan uji yang telah terbiasa dengan pakan yang diberikan, kemudian dilakukan pemuasaan selama 1 hari sebelum dilakukan perlakuan. c. Persiapan Pakan Uji Pakan yang digunakan adalah pelet jenis F999. Pelet diberi air hangat sedikit demi sedikit agar pellet menjadi lunak, kemudian masukkan enzim yang sebelumnya ditimbang terlebih dahulu. Setelah pelet dan enzim tercampur merata, cetak menggunakan saringan teh dan dikeringkan di bawah sinar matahari sampai benar-benar kering.
d. Persiapan Media Uji Tahapan yang dilakukan selama penelitian dalam melakukan persiapan air media adalah air dari sumur galian yang dinaikkan melalui pompa, ditampung dalam bak tendon. Selanjutnya air dialirkan ke dalam ember penampung yang berfungsi untuk mengendapkan kotoran-kotoran dalam air. Air yang ada di ember penampung, diberi aerator untuk mengurangi jumlah karbondioksida dan mengurangi kandungan konsentrasi gas terlarut. Air diendapkan kurang lebih selama 1 hari, selanjutnya air dapat digunakan dalam pemeliharaan ikan dalam akuarium. Ketika pengambilan air, aerator dimatikan sehingga sisa-sisa metabolisme dalam air mengendap. Air yang digunakan yaitu 75% dari tinggi air dalam ember. e. Pemeliharaan Ikan Wadah yang digunakan adalah ember sebanyak 12 unit dengan ukuran 25 liter dengan lebar 50 cm dan tinggi 25 cm. ember dicuci dengan menggunakan detergen hingga bersih dan dikeringkan. Kemudian ember diisi dengan air sekitar 75% dari volumenya dan diberi aerator. Pemeliharaan ikan dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan sebanyak tiga kali sehari yaitu pada jam 10.00, 13.30 dan 17.00 WIB pada masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberi disetiap perlakuan sama yaitu 5% dari berat ikan. Sistem kontrol air dilakukan dengan penyiponan. Penyiponan dilakukan apabila kondisi air telah kotor dengan ditandai feses ikan yang jatuh ke dasar akuarium. Jumlah volume air yang disifon sebanyak 10% pada wadah pemeliharaan. Parameter kualitas air juga dilakukan untuk mengetahui kondisi air. Kualitas air yang diukur adalah suhu, pH dan oksigen terlarut
4
(DO). Pengukuran kualitas air dilakukan pada setiap 10 hari sekali. f. Pengamatan Hasil Pengukuran dan pengamatan hasil dilakukan dalam tujuh hari sekali. Data yang diamati dalam penelitian ini meliputi kualitas air, kelulusan hidup (SR), Pertumbuhan Bobot dan panjang Ikan Lele. 1. Kualitas Air Pengamatan kualitas air meliputi suhu, salinitas, oksigen terlarut (DO) dan tingkat keasaman (pH). Pengamatan ini dilakukan pada awal, pertengahan dan akhir penelitian. 2. Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan Hidup dihitung dengan rumus Effendie (1997): Nt SR = x 100% No Keterangan: SR : Survival Rate (%) Nt : Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0 : Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor) 3. Pertumbuhan Bobot Ikan Lele Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan digital. Bobot ikan yang telah ditimbang kemudian di catat. Pengukuran dilakukan setiap 10 hari dengan pengambilan ikan contoh sebanyak 10% dari jumlah ikan uji pada setiap wadah percobaan. Pertumbuhan bobot menggunakan rumus pertumbuhan menurut Effendie (1997) yaitu : ΔW = Wt – W0 Keterangan : ΔW = Pertumbuhan mutlak (g) Wt = Bobot akhir (g) W0 = Bobot awal (g) 4. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele Pada ikan budidaya panjang merupakan salah satu faktor penanda pertumbuhan ikan sehingga laju pertumbuhan panjang yang penting dalam budidaya ikan. Pengukuran
panjang dilakukan setiap 10 hari. Pengukuran dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas kertas milimeter kemudian di catat panjang ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut Effendie (1997) yaitu : L = Lt – L0 Keterangan : L = Pertumbuhan panjang (cm) Lt = Panjang akhir (cm) L0 = Bobot awal (cm) Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dianalisis menggunakan sidik ragam (ANOVA) untuk melihat pengaruh perlakuan. Data dianalisis ragam (uji F) pada taraf kepercayaan 95%. Bila dalam analisis ragam diperoleh beda nyata (P < 0,05), maka dilakukan uji wilayah ganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan (Srigandono, 1992). 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup ikan lele dari total 60 ekor tiap perlakuan yang dipelihara selama 30 hari menunjukkan nilai tertinggi dicapai pada perlakuan P1 sebesar 90 % dan terendah diperoleh pada perlakuan P3 sebesar85 %, sedangkan pada Kontrol sebesar 86,67 %, pada P2 sebesar 86,67 % yang dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Persentase Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Lele
5
Bobot Mutlak (g)
Pertumbuhan Bobot Mutlak Data pertumbuhan bobot selama pemeliharaan di peroleh bobot rata-rata tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 14,86 g, sementara pertumbuhan bobot terendah di peroleh pada perlakuan K (kontrol) sebesar 8,08 g, sedangkan pada perlakuan P1 sebesar 11.67 g dan P2 sebesar 14.51 g yang dapat dilihat pada Gambar 3. 20
14.51 14.86
15 10
11,67
K
8.08
P1
5
P2
0 K
P1 P2 Perlakuan
P3
P3
Gambar 3. Persentase Pertumbuhan Bobot Ikan Lele Selama pemeliharaan ikan lele mengalami pertambahan bobot seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan setiap sepuluh hari, dapat dilihat peningkatan laju pertumbuhan bobot ikan lele selama masa pemeliharaan. Peningkatan pemberian jumlah enzim papain berbanding lurus dengan tingginya laju pertumbuhan bobot. Grafik menunjukkan perlakuan P3 terjadi penambahan bobot yang lebih tinggi pada hari ke 10 sampai pada hari ke 30, Sehingga diperoleh penambahan bobot tertinggi pada perlakuan P3 dan yang paling rendah adalah K (kontrol), sedangkan pertumbuhan bobot tertinggi ke dua adalah P2 sebesar 14,51 g, dan P1 sebesar 11,67 g. Grafik penambahan
bobot selama pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 4. 20 Pertumbuhan bobot rata-rata (g)
Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa pemberian enzim papain pada ikan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan lele.
15
K
10
P1 P2
5
P3
0
Lama pemeliharaan (hari) Gambar 4. Pertumbuhan Bobot RataRata Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan bobot atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan setelah dilakukan uji lanjut BNT dengan selang kepercayaan 95% dapat diketahui terjadi perbedaan yang signifikan pada setiap perlakuan. Pertumbuhan Panjang Mutlak Selama penelitian ikan lele mengalami pertumbuhan panjang seiring dengan bertambahnya waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang rata-rata selama penelitian di peroleh bahwa pertumbuhan panjang tertinggi pada perlakuan P3 sebesar 13,66 cm sedangkan pertumbuhan panjang terendah pada perlakuan K (kontrol) sebesar 10,57 cm kemudian pada perlakuan P2 dan P1 berturut-turut sebesar 9,98 cm dan 9,1 cm. Pertumbuhan panjang rata-rata ikan selama penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Persentase Pertumbuhan Panjang Ikan Lele
6
Pertumbuhan Panjang (cm)
Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian diketahui terjadi pertumbuhan panjang ikan lele. Pertumbuhan panjang tertinggi pada perlakuan P3 dan terendah pada Kontrol, perlakuan P2 pertumbuhan panjang tertinggi ke dua, P1 pertumbuhan panjangnya tertinggi ke tiga. Grafik pertumbuhan panajang ikan lele dapat dilihat pada Gambar 6. 25 20
K
15
P1
10
P2
5
P3
0 0
10
20
30
Lama Pemeliharaan (Hari)
perlakuan memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju pertumbuhan panjang atau pertumbuhan spesifik ikan lele dan setelah dilakukan uji lanjut BNT dengan selang kepercayaan 95% dapat diketahui terjadi perbedaan yang signifikan pada setiap perlakuan. Kualitas Air Parameter fisika dan kimia air yang diukur selama penelitian meliputi suhu, pH, DO dan amoniak. Selama penelitian kualitas air relatif karena pemeliharaan dilakukan dengan cara intensif dengan menggunakan wadah indor sehingga kondisi lingkungan relatif homogen dan lebih mudah di kontrol. Kisaran nilai parameter kualitas air selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.
Gambar 6. Pertumbuhan Panjang Ikan Lele Dari hasil analisa data (ANOVA) dan uji F menunjukkan bahwa Tabel 1. Pengukuran rata-rata kualitas air setiap perlakuan Data Parameter Kualitas Air Perlakuan o Suhu ( C) DO (mg/l) pH Amoniak (mg/l)
K 27 – 30 6,0 – 6,8 7,1 - 8,0 0,03 P1 28 – 30 6,0 – 7,0 7,2 - 8,2 0,01 - 0,03 P2 28 – 30 6,0 – 9,0 7,2 - 8,5 0,01 - 0,03 P3 29 – 30 6,0 – 9,0 7,5 - 9,0 0,006 - 0,03 makanan. Enzim papain diduga Pembahasan memiliki sifat racun seperti biotoxin, Pengamatan Tingkat Kelangsungan alkaloid, terpenoid dan flavonoid. Hidup Ikan Tingkat kelangsungan hidup ikan Namun sifat racun tersebut tidak banyak lele selama pemeliharaan berkisar mempengaruhi kelangsungan hidup antara 85 % sampai 90 %. Data hasil ikan. penelitian menunjukkan tidak adanya Tingkat kelangsungan hidup ikan pengaruh nyata pemberian enzim papain pada saat pemeliharaan tergolong baik. pada pakan terhadap kelangsungan Tingkat kelangsungan hidup ikan hidup ikan lele. tertinggi pada perlakuan P1 sebesar Dari data kelangsungan hidup 90% dan terendah pada P3 sebesar 85 ikan diketahui terjadi kematian pada %, sedangkan pada perlakuan P2 dan ikan. Kematian ikan pada perlakuan dan Kontrol maing-masing sebesar 86,67 kontrol terjadi pada saat awal %. Menurut Mulyani dkk., (2014) pemeliharaan. Hal ini di duga karena menyatakan bahwa tingkat dalam masa adaptasi ikan terhadap kelangsungan hidup/ Survival Rate (SR) lingkungan yang baru, kualaitas air dan ≥ 50 % tergolong baik, kelangsungan
7
hidup 30-50 % sedang dan kurang dari 30 % tidak baik. Hasil penelitian diperoleh SR ikan lele semakin hari semakin baik, hal ini di duga karena ikan lele telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan media pemeliharaan, dan kualitas air yang di ukur menunjukkan bahwa kualitas air berada pada kisaran yang optimum untuk pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. Mulyani (2014) menyatakan bahwa kelangsungan hidup ikan sangat tergantung kepada daya adaptasi ikan terhadap makanan dan lingkungan, status kesehatan ikan, padat tebar, dan kualitas air yang cukup untuk mendukung kehidupan ikan. Berdasarkan penelitian Amalia (2013) terhadap kelangsungan hidup ikan lele dumbo tidak jauh berbeda dari penelitian ini yaitu dengan kisaran 83 – 91 %. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian papain dengan dosis yang berbeda memberikan pengaruh yang sama (P>0,05) terhadap kelangsungan hidup lele dumbo. Dilihat dari tingkat kelangsungan hidup ikan selama penelitian menunjukkan bahwa jumlah pakan yang diberikan sudah cukup untuk mendukung kebutuhan pokok ikan sebab pada tingkat kelangsungan hidup yang tinggi memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan. Pertumbuhan Panjang Ikan Hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian terjadi pertambahan panjang ikan lele dari awal pemeliharaan sampai akhir pemeliharaan pada setiap perlakuan, dimana rata-rata panjang awal ikan lele di awal pemeliharaan adalah sebesar 5,7 cm–6,1 cm dan di akhir pemeliharaan sebesar 11 cm–20 cm. Hasil uji F dengan selang kepercayaan 95 % terhadap pertumbuhan panjang diperoleh, bahwa
perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang ikan lele. Pertumbuhan panjang ikan lele tertinggi diperoleh pada perlakuan P3 sebesar 13,66 cm, sedangkan pertumbuhan panjang terendah pada perlakuan K sebesar 5,87 cm, kemudian pada perlakuan P1 dan P2 berturut-turut sebesar 9,1 cm dan 10,57 cm. Pertumbuhan Bobot Ikan Perhitungan dari hasil analisis uji F dengan taraf kepercayaan 95 % menghasilkan F hitung > dari F tabel, yang berarti bahwa pemberian enzim papain memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot lele. Pertumbuhan ikan lele terjadi karena adanya pasokan energi yang terkandung dalam pakan. Energi yang terakandung dalam pakan yang dikonsumsi melebihi kebutuhan energi yang di butuhkan untuk pemeliharaan tubuh dan aktivitas tubuh lainnya, sehingga kelebihan energi tersebut dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Mulyadi (2001), menyatakan bahwa pertumbuhan terjasi karena adanya kelebihan energi yang berasal darin pakan setelah dikurangi oleh energi hasil metabolismedan energi yang terkandung dakam fases. Ketersediaan protein dalam pakan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan baik pertumbuhan panjang maupun pertumbuhan berat. Dengan adanya pemberian enzim papain pada pakan maka diketahui dapat mepercepat pertumbuhan ikan. Menurut Sukandi (2003) baik tidaknya suatu pakan ditentukan oleh kandungan nutrisinya. Hasil analisis ragam menunjukkan penambahan enzim papain dalam pakan buatan dengan presentase yang berbeda memberikan pengaruh nyata pada perlakuan P3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa nilai laju pertumbuhan didapatkan nilai tertinggi
8
yaitu pada perlakuan P3 dengan dosis 2.5%. Penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari penelitian sebelumnya oleh Amalia (2013) dengan nilai tertinggi pada dosis 2.25%. Titik optimum pada penelitian ini terdapat pada perlakuan P3 dengan laju pertumbuhan sebesar 14.84 gram serta titik terendah pada perlakuan K (kontrol) sebesar 8.087 gram. Kualitas Air Suhu perairan yang optimal mempengaruhi kelangsungan hidup ikan dan membantu proses metabolisme serta pertukaran udara (respirasi) untuk perkembangannya. Menurut Jangkaru (1976), enzim yang terdapat dalam tubuh ikan yang berfungsi merangsang metabolisme hidup dalam batas suhu tertentu, akan berhenti beraktivitas apabila terjadi perubahan suhu yang besar dan terjadi dalam waktu singkat. Kandungan oksigen terlarut (DO) dalam air sangat diibutuhkan untuk mendukung kehidupan organisme air. Dari 6 – 9 mg/l. Kandungan oksigen terlarut pada ikan budidaya > 5 sangat baik untuk pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian,suhu air saat penelitian termasuk dalam kisaran yang optimal untuk kelayakan hidup ikan lele yaitu antara 27–30 C. Hal ini disebabkan penelitian dilakukan di dalam ruangan tertutup dan dalam lingkungan yang relatif homogen. Sesuai dengan literatur Djoko (2006) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan hidup ikan senantiasa harus dijaga dan di perhatikan. Faktor tersebut salah satunya adalah suhu berkisar 24–30 C dengan kondisi suhu tersebut ikan lele bisa hidup dengan baik.
4. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Enzim papain berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan pertumbuhan panjang dan bobot benih ikan lele dumbo, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup benih ikan lele dumbo. 2. Pemberian enzim papain yang efektif untuk pertumbuhan panjang dan bobot benih ikan lele dumbo adalah pada perlakuan P3 sebesar 2,5%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai apakah penambahan enzim papain dengan jumlah yang lebih tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele dengan lebih baik. Selain itu, sebaiknya dilakukan penelitian menggunakan enzim yang berbeda untuk mengetahui pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan lele. DAFTAR PUSTAKA Amalia, R. 2013. Pengaruh Penggunaan Papain terhadap Tingkat Pemanfaatan Protein Pakan dan Pertumbuhan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Journal of Aquaculture Management and Technology, 2(1): 136-143. Djoko. 2006. Lele Sangkuriang Alternatif Kualitas di Tanah Priangan. Jakarta. Jangkaru, Z. R. 1976. Penelitian Ikan Mas Secara Intensif dalam Kolam Air Deras. Bogor. LPPD Mulyadi, A. E. 2001. Pengaruh Pemberian Probiotik Pada Pakan Komersil Terhadap Laju Pertumbuhan Benih Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalamus). Skripsi. Fakultas Perikanan dan
9
Kelautan. Universitas Padjajaran. Jatinangor. Mulyani, Y. S. 2014. Pertumbuhan dan Efisiensi Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia. Fakultas Pertanian UNSRI. Volume 2(1). 01-12 hal. Subandiyono dan S. Hastuti. 2010. Buku Ajar Nutrisi Ikan. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Universitas Diponegoro. Semarang. 233 hlm. Sukandi, U. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. Agromedia Pustaka. Tangerang. Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. PT. Gramedia Utama. Jakarta. 108 hlm.