979
Pengaruh pemberian tepung kepala udang ... (Neltje N. Palinggi)
PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG KEPALA UDANG DAL AM PAKAN IKAN BERONANG, Siganus guttatus Neltje Nobertine Palinggi dan Usman Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau Jl. Makmur Dg. Sitakka No.129, Maros 90512, Sulawesi Selatan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kepala udang merupakan salah satu hasil samping dari proses pengolahan udang di cold storage. Proporsi bobot kepala udang sekitar 34%-45% dari total bobot udang dan dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan dalam akuakultur karena mengandung protein sekitar 42,16%-49,8%. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung kepala udang dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan beronang. Penelitian dilakukan dalam keramba jaring apung (KJA) laut dengan ukuran jaring 1 m x 1 m x 2 m. Ikan uji yang digunakan adalah ikan beronang ukuran rata-rata 22,14±5,72 g dengan padat tebar 15 ekor/jaring. Ikan uji diberi pakan uji berupa pelet kering dengan perlakuan dosis tepung kepala udang yang berbeda di dalam pakan (0%, 5%, dan 15%), masing-masing diulang tiga kali dan didesain dengan rancangan acak lengkap. Setelah 20 minggu pemeliharaan diperoleh pemberian tepung kepala udang sebanyak 5% memberikan pertambahan bobot, laju pertumbuhan harian, efisiensi pakan, dan rasio efisiensi protein tertinggi dibandingkan perlakuan lainnya masing-masing dengan nilai sebesar 76,11 g; 1,10%/hari; 0,43%; dan 1,53. KATA KUNCI:
kepala udang, pakan buatan, ikan beronang (Siganus guttatus)
PENDAHULUAN Ikan beronang (Siganus guttatus) adalah jenis ikan laut yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif baik di keramba jaring apung maupun di tambak. Ikan beronang mempunyai karakteristik yang menguntungkan seperti mampu hidup dalam kepadatan tinggi, responsif terhadap pakan buatan, memiliki laju pertumbuhan yang relatif tinggi, serta merupakan makanan hasil laut yang lezat dengan harga yang cukup mahal. Untuk pengembangan budidaya ikan beronang dibutuhkan pakan yang memadai sementara belum diperoleh pakan buatan ikan beronang di pasaran. Pembudidaya seringkali menggunakan pakan ikan bandeng, meskipun spesifikasi kebutuhan nutrisi dalam pakan untuk kedua jenis ikan ini mungkin berbeda. Riset pakan ikan beronang telah dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau, Maros. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pemanfaatan bahan baku lokal sebagai bahan pakan ikan beronang. Salah satu bahan pakan yang cukup banyak dihasilkan oleh cold storage adalah kepala udang. Sebagai hasil samping, harga tepung kepala udang ini cukup murah, dan masih sering dibuang sebagai limbah. Kepala udang mengandung protein sebesar 42,16% (Palinggi et al., 1998) sampai 49,8% (Laining et al., 2003), nilai protein ini cukup tinggi sehingga dapat dijadikan bahan alternatif sumber protein dalam pakan ikan. Proporsi bobot kepala udang sekitar 34%-45% dari total bobot udang dan dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan dalam akuakultur (Hertrampf & Piedad-Pascual, 2000). Selanjutnya dikatakan bahwa kepala udang juga mengandung kitin yang relatif tinggi sekitar 14%. Nilai kitin yang cukup tinggi ini dapat menjadi faktor pembatas penggunaannya dalam pakan ikan. Berdasarkan hal tersebut di atas, dilakukan penelitian pengaruh pemberian tepung kepala udang dalam pakan ikan beronang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tepung kepala udang dalam pakan terhadap pertumbuhan ikan beronang.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
980
Tabel 1. Komposisi pakan uji (%) yang digunakan pada pemeliharaan ikan beronang Bahan pakan Tepung ikan lokal Tepung kepala udang Tepung rumput laut (Gracilaria ) Tepung kedelai Dedak halus Tepung terigu Tepung bungkil kopra Minyak ikan Minyak kedelai Vitamin mix Mineral mix Protein kasar (%) Lemak kasar (%) Serat kasar (%) Kadar abu (%) Kadar air (%)
A
B
C
10 30 20 12 22 1 2 2 1 20,38 7,04 15,00 18,42 5,30
10 5 20 20 12 27 1 2 2 1 22,38 7,79 15,73 18,35 6,42
10 15 10 17 29 13 1 2 2 1 27,59 7,94 17,69 19,68 7,14
BAHAN DAN METODE Penelitian menggunakan keramba jaring apung dengan ukuran jaring 1 m x 1 m x 2 m sebanyak 9 buah. Ikan uji yang digunakan adalah yuwana ikan beronang ukuran rata-rata 22,14±5,72 g dengan padat tebar 15 ekor/jaring. Ikan uji diberi pakan uji berupa pelet kering dengan perlakuan dosis tepung kepala udang berbeda di dalam pakan (Tabel 1) masing-masing diulang tiga kali dan didesain dengan rancangan acak lengkap. Selama pemeliharaan diberi pakan secara satiasi sebanyak 3 kali sehari (pagi, siang, dan sore hari). Sampling pertumbuhan dilakukan setiap 4 minggu. Analisis proksimat dilakukan terhadap pakan uji. Analisis asam amino menggunakan metode HPLC dilakukan terhadap pakan uji. Parameter utama yang diamati meliputi laju pertumbuhan ikan, pertambahan bobot ikan, sintasan ikan, efisiensi pakan, dan rasio efisiensi protein. Data parameter biologis dianalisis ragam dilanjutkan dengan uji Tukey. Perhitungan parameter yang diamati setelah 20 minggu pemeliharaan adalah: Laju pertumbuhan spesifik (SGR) ikan berdasarkan rumus berikut (Schulz et al., 2005):
SGR (% per hari) 100 x
(In We - In Ws) d
di mana: ln =logaritma alamiah We =bobot ikan pada akhir penelitian Ws =bobot ikan pada awal penelitian d =jumlah hari pemeliharaan
Efisiensi pakan = Pertambahan bobot ikan (g bobot basah) / jumlah pakan yang dimakan (g bobot kering) (Takeuchi, 1988) Rasio efisiensi protein, PER = Pertambahan bobot ikan (g) / Jumlah protein yang dimakan (g) (Hardy, 1989) Sintasan ikan, SR (%) = (Jumlah ikan akhir penelitian / jumlah ikan awal penelitian) ´ 100
981
Pengaruh pemberian tepung kepala udang ... (Neltje N. Palinggi)
HASIL DAN BAHASAN Dari hasil analisis proksimat pakan terlihat bahwa kandungan protein tertinggi diperoleh pada perlakuan C (27,59%) disusul dengan perlakuan B (22,38%) dan perlakuan A (20,38%) (Tabel 1). Protein merupakan komponen utama untuk pertumbuhan sehingga diharapkan perlakuan C yang mempunyai kadar protein tertinggi dapat memberikan pertambahan bobot atau laju pertumbuhan harian yang tertinggi pula, tetapi kenyataannya tidak demikian. Hal ini mungkin disebabkan karena pakan C mengandung tepung kepala udang yang lebih banyak sehingga membutuhkan energi yang tinggi untuk proses deaminasi dengan demikian akan mengurangi energi untuk pertumbuhan, akibatnya pertumbuhan ikan menjadi rendah. Setelah 20 minggu pemeliharaan terjadi pertambahan bobot dan laju pertumbuhan harian pada semua perlakuan, Hal ini menjelaskan bahwa pakan yang diberikan memenuhi kebutuhan ikan beronang untuk hidup dan bertumbuh. Pertambahan bobot tertinggi diperoleh pada perlakuan B (5% tepung kepala udang) berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan A (tanpa tepung kepala udang) tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan C (15% tepung kepala udang) (Tabel 2). Hal yang sama terjadi pula pada laju pertumbuhan harian ikan beronang. Pola pertumbuhan ikan beronang meningkat setiap bulan seperti terlihat pada Gambar 1. Peningkatan pertambahan bobot ikan beronang pada perlakuan B mulai terlihat pada minggu ke-16 sampai pada akhir penelitian. Berdasarkan dari pertumbuhan ikan beronang diperoleh bahwa ikan beronang membutuhkan tepung kepala udang dalam pakannya untuk memberikan pertumbuhan yang lebih baik. Tabel 2. Rata-rata pertumbuhan, efisiensi pakan, rasio efisiensi protein, dan sintasan ikan beronang Perlakuan
Parameter Pertambahan bobot (g) Laju pertumbuhan harian (%/hari) Efisiensi pakan (%) Rasio efisiensi protein Sintasan (%)
A
B
C
44,80b 0,76b 30,40ab 1,49ab 97,78a
76,11a 1,10a 42,89a 1,53a 97,78a
50,25ab 0,87ab 28,71b 0,94b 97,78a
Bobot badan (g)
Keterangan: Angka rata-rata dalam baris dengan notasi huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
100 90 80
A
B
C
70 60 50 40 30 20 10 0
4
8
12
16
20
Waktu (minggu)
Gambar 1. Pertambahan bobot ikan beronang selama penelitian
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
982
Tabel 3. Kandungan asam amino dalam pakan uji (%/b/b) Parameter
A
B
C
Histidin Treonin Arginin Metionin Valin Fenilalanin Isoleusin Leusin Lisin
0,37 0,85 1,81 0,19 1,26 1,06 0,94 1,48 0,84
0,71 1,20 2,55 0,35 1,71 1,39 1,31 2,14 1,54
0,37 0,68 1,55 0,15 1,05 0,89 0,79 1,27 0,69
Total
8,80
12,90
7,44
Protein terdiri atas asam-asam amino baik yang esensial maupun yang non esensial. Asam amino esensial adalah asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tetapi tidak dapat disintesis oleh tubuh. Kandungan asam amino esensial yang terdapat dalam pakan perlakuan B memiliki total asam amino esensial yang tinggi (12,90%) dibandingkan dengan perlakuan lainnya sementara perlakuan A dan C memiliki total asam amino esensial mendekati sama (Tabel 3). Berdasarkan data ini diperoleh bahwa walaupun kandungan protein dalam pakan tinggi (perlakuan C) tetapi bila tidak diikuti dengan kandungan asam amino yang tinggi pula maka akan mempengaruhi pertumbuhan ikan. Dengan demikian kandungan asam amino esensial dalam pakan berperan utama dalam meningkatkan pertumbuhan ikan beronang. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Cowey (1994) bahwa asam amino dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhan dan mempertahankan proses metabolisme tubuh (maintenance). Berdasarkan data pertumbuhan diperoleh bahwa peningkatan kadar tepung kepala udang dalam pakan akan menyebabkan terjadi penurunan bobot badan dan laju pertumbuhan harian. Hal ini terjadi pula pada jenis ikan lainnya seperti pada ikan kerapu bebek (Laining et al., 2001). Selain hal tersebut di atas, dari Tabel 1 terlihat pula semakin tinggi pemberian tepung kepala udang maka semakin tinggi pula serat kasar yang terdapat dalam pakannya. Hal ini disebabkan karena kepala udang mengandung kitin yang relatif tinggi. Tepung kepala udang yang diproses secara sederhana mengandung kitin yang relatif tinggi sekitar 14,0% (Hertrampf & Piedad-Pascual, 2000). Kitin adalah polisakarida struktural yang digunakan untuk menyusun eksoskeleton krustase termasuk udang (Anonim, 2011). Keberadaan serat kasar (termasuk kitin) yang tinggi dalam bahan pakan dapat mengganggu kecernaan protein pakan ikan. Hal inilah juga yang menyebabkan pertumbuhan ikan beronang rendah pada pemberian pakan dengan kandungan tepung kepala udang yang tinggi walaupun kadar protein pakannya tinggi (perlakuan C). Efisiensi pakan menunjukkan proporsi pakan yang dapat dimanfaatkan untuk pertumbuhan. Nilai efisiensi pakan tertinggi diperoleh pada perlakuan B berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan C tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan A. Ikan beronang yang diberi pakan B dapat memanfaatkan pakan dengan baik untuk pertumbuhannya. Pada perlakuan C yang mengandung protein tinggi diperoleh efisiensi pakan yang rendah. Hal ini disebabkan karena kadar tepung kepala udang dalam pakan C tinggi sehingga dibutuhkan energi lebih banyak untuk proses deaminasi akibatnya akan mengurangi energi untuk pertumbuhan. Selain itu, juga disebabkan adanya kandungan kitin (serat kasar) yang tinggi seiring dengan tingginya penggunaan tepung kepala udang dalam pakan yang menyebabkan tingkat kecernaan pakan berkurang akibatnya efisiensi pakan rendah. Nilai rasio efisiensi protein tertinggi diperoleh pada perlakuan B berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan C tetapi tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan A. Ikan beronang yang diberi pakan perlakuan B dapat memanfaatkan protein pakan lebih baik daripada perlakuan lainnya. Oleh
983
Pengaruh pemberian tepung kepala udang ... (Neltje N. Palinggi)
karena itu, dapat memberikan pertumbuhan yang baik pula bagi ikan beronang, karena protein merupakan nutrien esensial bagi pertumbuhan (Boonyaratpalin, 1991). Rendahnya nilai rasio efisiensi protein pada perlakuan C disebabkan karena tingginya pemberian tepung kepala udang yang dapat mengakibatkan tingginya kandungan serat kasar dalam pakan. Pakan yang mengandung serat kasar yang tinggi menyebabkan kecernaan protein menjadi rendah akibatnya nilai rasio efisiensi protein rendah pula. Sintasan yang diperoleh tinggi dan tidak berbeda nyata untuk semua perlakuan (P>0,05). Hal ini menjelaskan bahwa lingkungan tempat budidaya dan perlakuan tidak memberikan pengaruh terhadap sintasan ikan beronang untuk hidup dan bertumbuh. KESIMPULAN -
Ikan beronang dapat memanfaatkan tepung kepala udang dalam pakannya. Tepung kepala udang dapat digunakan sampai 15% dalam pakan ikan beronang
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Naftali Kabangnga, Reni Yulianingsih, Rosni, Tamsil, Yohanes Teken, Ramadhan, dan Syarifuddin atas segala bantuannya sehingga kegiatan riset ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR ACUAN Anonim. 2011. Kitin. http://id.wikipedia.org/wiki/Kitin. Boonyaratpalin, M. 1991. Nutritional studies on seabass (Lates calcarifer). In. DeSilva, S.S. (Ed.). Fish Nutrition Research in Asia. Proceeding of the Fourth Asian Fish Nutrition Workshop. Asian Fish. Soc. Spec. Publ. 5. Asian Fisheries Society, Manila, p. 33-42. Cowey, C.B. 1994. Amino acis requirement of fish: a critical appraisal of present values. Aquaculture, 124: 1-11. Hardy, R.W. 1989. Diet preparation, In Halver, J.E. (Ed.). Fish Nutrition. Second Edition. Academic Press, Inc. San Diego, p. 476-549. Hertrampf, J.W. & Piedad-Pascual, F. 2000. Handbook on ingredients for aquaculture feeds. Kluwer Academic Publishers, Netherlands, 573 pp. Laining, A., Rachmansyah, & Ahmad, T. 2001. Substitution of fishmeal by shrimp head meal in barramundi cod, Cromileptes altivelis grower. Aquaculture Asia, VI(2) April-June 2001 Laining, A., Rachmansyah, Ahmad, & Williams, K. 2003. Apparent digestibility of selected feed ingredients for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Aquaculture, 218: 529-538. Schulz, C., Knaus, U., Wirth, M., & Rennert, B. 2005. Effect of varying dietary fatty acid propile on growth performance, fatty acid, body and tissue composition of juvenile pike perch (Sander lucioperca). Aquaculture Nutrition, 11: 403-413. Takeuchi, T. 1988. Laboratory Work: Chemical evaluation of dietary nutrients. In. Watanabe , T. (Ed.). Fish Nutrition and Mariculture. Department of Aquatic Biosciences, Tokyo University of Fisheries, p. 179-233.
Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur 2011
984