PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TEPUNG DAN MINYAK IKAN LELE SERTA PROBIOTIK E. faecium IS-27526 TERHADAP KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) BETINA USIA TUA
MARLITA JAYANTI
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Pakan Tepung dan Minyak Ikan Lele serta Probiotik E. faecium IS-27526 terhadap Karakteristik Antropometri Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Betina Usia Tua adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Agustus 2014 Marlita Jayanti NIM I14100043
ABSTRAK MARLITA JAYANTI. Pengaruh Pemberian Pakan Tepung dan Minyak Ikan Lele serta Probiotik E. faecium IS-27526 terhadap Karakteristik Antropometri Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Betina Usia Tua. Dibimbing oleh CLARA M. KUSHARTO Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pakan tepung, minyak ikan lele serta probiotik terhadap karakteristik antropometri monyet ekor panjang betina usia tua. Sebelum dilakukan intervensi, diperlukan waktu 45 hari untuk masa adaptasi. Penelitian ini merupakan experimental study selama 90 hari. Sembilan Monyet Ekor Panjang secara acak dibagi dalam tiga perlakuan. Pakan tepung ikan lele (A1), pakan tepung ikan lele + probiotik (A2), dan kelompok pakan ikan lele + probiotik + minyak ikan lele (A3). Analisis statistika menggunakan uji ANOVA. Penelitian menunjukan bahwa, efek perlakuan, lama intervensi, dan interaksi perlakuan vs lama intervensi, tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan berat badan dan lingkar perut. Efek perlakuan berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap perubahan panjang badan, tinggi lutut dan tebal lipatan kulit perut. Efek lama intervensi berpengaruh nyata (p<0.05) terhadap perubahan panjang depa. Kata kunci: karakteristik antropometri, minyak ikan lele, probiotik E. faecium IS27526, tepung ikan lele
ABSTRACT MARLITA JAYANTI. Effect of Feeding Fish flour, Oil catfish and Probiotics E. faecium IS-27526 on anthropometric characteristic of old females Long-tailed monkeys (Macaca fascicularis). Supervised by CLARA M. KUSHARTO This study aims to analyze the effect of feed flour, catfish oil and probiotics E.faecium IS-27526 on the anthropometric characteristics of old female longtailed monkeys. Prior to intervention, 45 days of adaptation period was given. This study was an experimental study for 90 days. Nine Long-tailed monkeys were randomly divided into three treatment. Catfish flour (A1), catfish flour + probiotic (A2), and catfish flour + probiotic + castfish oil (A3). Statistical analysis was conducted using ANOVA. The study showed, effect of the treatment, duration, and interaction of treatment vs duraction did not significantly changed in body weight and abdominal circumference. Effect the treatment significantly (p<0.05) changed body length, knee high, and abdominal skin fold thickness. Effect of duration significantly (p<0.05) changed arm span. Key words: anthropometric characteristics, catfish flour, catfish oil, probiotic E. faecium IS-27526
PENGARUH PEMBERIAN PAKAN TEPUNG DAN MINYAK IKAN LELE SERTA PROBIOTIK E. faecium IS-27526 TERHADAP KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) BETINA USIA TUA
MARLITA JAYANTI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas nikmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilakukan sejak bulan April 2013 di Pusat Studi Satwa Primata Institut Pertanian Bogor (PSSP-IPB), dengan tema tentang pengaruh intervensi produk terhadap karakteristik antropometri primata, serta dengan judul pengaruh pemberian pakan tepung dan minyak ikan lele serta probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Prof Dr drh Clara M. Kusharto, MSc, selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan serta saran yang membangun kepada penulis. 2. Prof drh M. Rizal Martua Damanik MRepSc, PhD dan Dr Berry Juliandi Ssi, Msi selaku dosen penguji yang telah memberikan saran untuk menyempurnakan skripsi ini. 3. Program Hibah Kompetensi (HIKOM) Dikti yang telah memberi sponsor pelaksanaan penelitian bagian dari penelitian utama dengan judul: ”Makanan fungsional kaya protein, mineral, dan minyak by-product tepung ikan lele sebagai nutritious dan emergency food untuk lansia”. 4. PT Bimana Indomedical dan PT Carmelitha Lestari atas bantuan dalam sarana dan prasarana penelitian. 5. Kepada kedua orang tua, Ibu Dhalina Fujiastuty, Bapak Taufiqur Rochman dan keluarga atas segala doa dan dukungannya. 6. Novia Akmaliyah atas kebersamaan dalam suka dan duka hingga skripsi ini terselesaikan. 7. Mahmud Aditya Rifqi, SGz MSi dan Erwin Nugraha SGz atas bantuannya selama penelitian berlangsung. 8. Penulis juga sampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman Gizi Masyarakat 47 atas semangat dan kebersamaannya. 9. Terima kasih kepada teman-teman asrama A4/522, Pondok Ginastri atas semangat dan dukungannya. 10. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan dan kekhilafan yang dilakukan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan oleh penulis. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna nantinya bagi yang memerlukan dan dapat bermanfaat bagi masyarakat luas, walaupun masih jauh dari sempurna. Bogor, Agustus 2014 Marlita Jayanti
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan Umum
2
Hipotesis
2
Manfaat Penelitian
3
METODE PENELITIAN
3
Desain, Waktu dan Tempat
3
Bahan dan Alat
3
Materi
3
Kandang
4
Alur Penelitian
4
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
6
Pengamatan Berat Badan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
7
Pengamatan Panjang Badan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
8
Pengamatan Lingkar Perut Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
11
Pengamatan Tebal Lipatan Kulit Perut Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
12
Pengamatan Tinggi Lutut Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
14
Pengamatan Panjang Depa Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
16
SIMPULAN
17
SARAN
17
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN
21
RIWAYAT HIDUP
28
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8
Komposisi pakan perlakuan Persentase konsumsi pakan selama intervensi pada MEP betina usia tua Perubahan berat badan selama masa intervensi Perubahan panjang badan selama masa intervensi Perubahan lingkar perut MEP selama masa intervensi Perubahan tebal lipatan kulit perut MEP selama masa intervensi Perubahan tinggi lutut MEP selama masa intervensi Perubahan panjang depa MEP selama masa intervensi
6 7 8 9 11 13 15 16
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8
Kandang individu Diagram Alir Prosedur Penelitian Grafik berat badan MEP selama masa intervensi Grafik panjang badan MEP selama masa intervensi Grafik lingkar perut MEP selama masa intervensi Grafik tebal lipatan kulit perut MEP selama masa intervensi Grafik tinggi lutut MEP selama masa intervensi Gambar panjang depa MEP selama masa intervensi
4 5 7 9 11 12 14 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
Hasil sidik ragam terhadap berat badan Hasil sidik ragam terhadap perubahan berat badan Hasil sidik ragam terhadap panjang badan Hasil sidik ragam terhadap perubahan panjang badan Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap panjang badan Hasil sidik ragam terhadap lingkar perut Hasil sidik ragam terhadap perubahan lingkar perut Hasil sidik ragam terhadap tebal lipatan kulit perut Hasil sidik ragam terhadap perubahan tebal lipatan kulit perut Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap tebal lipatan kulit perut Hasil sidik ragam terhadap tinggi lutut Hasil sidik ragam terhadap perubahan tinggi lutut Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap tinggi lutut Hasil sidik ragam terhadap panjang depa Hasil sidik ragam terhadap perubahan panjang depa Hasil uji lanjut Duncan pengaruh lama intervensi terhadap panjang depa Dokumentasi Penelitian Keterangan komisi kesejahteraan hewan labolatorium PSSP IPB (ACUC)
21 21 21 22 22 22 23 23 23 24 24 24 25 25 25 26 26 27
1
PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berdasarkan pada perikemanusiaan, pemberdayaan dan kemandirian, adil dan merata, serta pengutamaan dan manfaat dengan perhatian khusus pada penduduk rentan, antara lain ibu, bayi, anak, lanjut usia dan keluarga miskin (Dinkes Sleman 2011). Saat ini, Indonesia sedang berada dalam transisi demografi. Persentase lansia diproyeksikan akan menjadi 11.34 % atau tercatat sekitar 28.8 juta orang pada tahun 2020 yang akan datang (Wirakusumah 2000). Jumlah yang cukup tinggi ini menjadikan kesehatan lansia harus diperhatikan. Penambahan usia menimbulkan beberapa perubahan baik secara fisik, fisiologis, maupun psikologisnya. Penurunan aspek tersebut sebagai dampak dari penuaan yang terjadi secara alami dan menyebabkan penurunan fungsi metabolisme dan alat gerak, sehingga akan mempengaruhi kesehatan lansia (Wirakusumah 2000). Kelemahan organ, kemunduran fisik pada lansia berpengaruh pada karakteristik antropometri lansia, seperti berat badan, panjang badan, panjang depa, tinggi lutut, tebal lipatan kulit dan lingkar perut lansia. Oleh karena itu karakteristik antropometri dapat dijadikan salah satu acuan untuk mengetahui kesehatan lansia. Kemunduran fisik pada lansia harus diimbangi dengan pemberian pangan yang bergizi. Pangan yang bergizi pada lansia dapat dimodifikasi dalam bentuk biskuit, sebagai cemilan agar praktis dan dapat disimpan dalam waktu lama. Pengembangan produk biskuit tinggi protein berasal dari tepung ikan lele. Salah satu produk pengolahan hasil samping ikan adalah tepung ikan lele. Tepung ikan lele telah terbukti dapat membantu meningkatkan status gizi dan kesehatan balita rawan gizi (Kusharto et al. 2008). Formulasi ditambahkan minyak ikan lele dan probiotik. Hasil pemurnian dan karakterisasi menunjukkan bahwa minyak ikan lele mempunyai kandungan lemak esensial yang cukup tingi (Srimiati 2011). Probiotik adalah mikroorganisme hidup dalam jumlah yang memadai bermanfaat untuk kesehatan. Probiotik ditambahkan pada pakan. Probiotik memperbaiki status intoleransi laktosa, mencegah integritas brush border sel epitel, dan mencegah penyakit diare (Drisko et al 2003 dan Collado et al 2007) Intervensi sebuah produk sebelum di ujikan ke manusia, harus diujikan ke hewan percobaan terlebih dahulu untuk menguji keamanan atau efek kimia dari suatu bahan kimia atau alami yang diberikan pada bahan pangan. Hewan percobaan kali ini yaitu Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis). Hewan ini memiliki kemiripan sifat-sifat respon biologi, fungsi anatomi, fisiologis dan perubahan biokimia yang mendekati dengan manusia, sehingga hewan ini memiliki kriteria untuk dijadikan subyek penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini perlu dilakukan untuk menganalisis pengaruh pemberian pakan tepung dan
2
minyak ikan lele serta probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh pemberian pakan tepung ikan lele, minyak ikan dan probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua Tujuan Khusus 1. Melakukan pengukuran terhadap karakteristik antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar perut, tinggi lutut, tebal lipatan kulit perut dan panjang depa) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. 2. Menganalisis pengaruh perlakuan pemberian pakan tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar perut, tinggi lutut, tebal lipatan kulit perut dan panjang depa) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. 3. Menganalisis pengaruh lama intervensi pemberian pakan tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar perut, tinggi lutut, tebal lipatan kulit perut dan panjang depa) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. 4. Menganalisis pengaruh interaksi perlakuan dengan lama intervensi pemberian pakan tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri (berat badan, panjang badan, lingkar perut, tinggi lutut, tebal lipatan kulit perut dan panjang depa) monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. Hipotesis H0: Pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 tidak berpengaruh nyata terhadap berat badan, panjang badan, lingkar perut, tebal lipatan kulit perut, tinggi lutut, dan panjang depa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. H1: Pemberian pakan berbasis tepung ikan lele, minyak ikan lele dan probiotik E. faecium IS-27526 berpengaruh nyata terhadap berat badan, panjang badan, lingkar perut, tebal lipatan kulit perut, tinggi lutut, dan panjang depa monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua.
3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manfaat pakan tepung, minyak ikan lele serta probiotik E. faecium IS-27526 terhadap karakteristik antropometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. Selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan penelitian selanjutnya terhadap antropometri lansia wanita.
METODE PENELITIAN Desain, Waktu dan Tempat Penelitian ini merupakan penelitian exsperimental study yang dilaksanakan pada bulan April–Juli 2013. Penelitian ini merupakan bagian penelitian hibah kompetensi berjudul: Makanan Fungsional Kaya Protein, Mineral, dan Minyak by Product Tepung Ikan Lele sebagai Nutritious and Emergency. Pada tahap awal, dilakukan adaptasi monyet ekor panjang (MEP) yang akan dijadikan hewan coba selama 45 hari. Pemeliharaan, perlakuan serta pengukuran berat badan, panjang badan, lingkar perut, tebal lipatan kulit perut, tinggi lutut, serta panjang depa MEP betina usia tua di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) Lodaya Bogor. Pembuatan pakan monyet dilaksanakan di PT. Carmelitha Lestari Bogor. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan tepung (badan dan kepala) ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), probiotik Enterococcus faecium IS27526, minyak ikan lele, dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) betina usia tua. Peralatan yang digunakan dalam pemeliharaan dan pemberian perlakuan adalah kandang individu berukuran 0,6 x 0,6 x 0,9 m, tempat makan dan tempat minum. Peralatan yang digunakan dalam pengukuran karakteristik antropometri yaitu timbangan digital untuk mengukur berat badan dengan ketelitian 0.1 kg. Jangka sorong untuk mengukur panjang badan dan tinggi lutut dengan ketelitian 0.01 cm. Mikrometer untuk mengukur tebal lipatan kulit perut dengan ketelitian 0.01 mm. Meteran untuk mengukur lingkar perut dan panjang depa dengan ketelitian 0.1 cm. Materi Hewan Percobaan Pengambilan sampel 9 ekor digunakan rumus Federer yaitu : (T-1) (n-1) > 15 (3-1) (n-1) > 15 (3-1) (n-1) > 15 2n > 15+2 = 17 n=9
4
Berdasarkan rumus di atas, jumlah sampel setiap kelompok adalah 9 ekor, sehingga total sampel berjumlah 27 ekor. Penelitian dikatakan pilot study karena setiap kelompok perlakuanhanya menggunakan 3 ekor monyet (unit percobaan) yaitu 1/3 dari jumlah seharusnya. Kandang Kandang merupakan tempat pemeliharaan hewan coba. Kandang dibuat per individu hewan coba dengan konstruksi yang kuat untuk mencegah kerusakan dari hewan coba. Oleh karena itu jenis bahan kandang dari stainless steel yang kuat dan tinggi yang berukuran 0,6 x 0,6 x 0,9 m. Gambar 1 berikut menggambarkan kandang individu pada hewan coba.
Gambar 1 kandang individu Setiap kandang dilengkapi kebutuhan hewan coba seperti tempat pakan dan tempat air minum di dalam mangkuk anti karat dan air minum disediakan ad libitum, ditempatkan pada ruang tertutup dan bersih serta dilengkapi dengan lampu, keran air, selang air, alat kebersihan dan house fan. Alur Penelitian Penelitian ini menggunakan hewan coba yaitu 9 ekor monyet ekor panjang betina usia tua dengan berat badan 2-4 kg, hasil penangkaran Pusat Studi Satwa Primata Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat-Institut Pertanian Bogor (PSSP LPPM-IPB). Semua perlakuan yang melibatkan hewan percobaan dilakukan berdasarkan peraturan yang telah ditentukan dan disetujui Komisi Kesejahteraan Hewan Laboratorium PSSP IPB (ACUC) dengan nomor P.01.13-IR. Tahapan penelitian terdiri dari masa persiapan bahan intervensi, masa adaptasi dan masa perlakuan. Persiapan bahan intevensi yaitu pembuatan pakan untuk hewan coba. Pakan kontrol untuk hewan coba merupakan formula terpilih dari penelitian Kusharto et al. (2012). Komposisi pakan terdiri dari gula, telur, tepung kepala, tepung badan, tepung kedelai, tepung terigu,tepung ubi jalar, BOS (Butter Oil Substitute), penambahan tepung kuning telur 0,1%, penambahan probiotik pada pakan A2 dan penambahan probiotik dan minyak ikan lele pada pakan A3. Menurut Astuti et al.(2010) penambahan tepung kuning telur dapat memperbaiki palatabilitas sehingga meningkatkan konsumsi pakan.
5
Tahap persiapan pada penelitian utama adalah memberikan waktu masa adaptasi hewan coba selama 45 hari. Sebelumnya hewan telah diovariektomi, agar hewan sudah tidak mendapatkan siklus bulanan/tidak produktif. Hewan di karantina dengan kandang individu dengan posisi kandang yang berdekatan agar antar individu berinteraksi secara audiovisual. Pakan awal pada saat adaptasi hewan coba diberi Monkey chow. Monkey chow adalah pakan komersil yang padat, kering dan agak keras dengan kandungan energi dan protein yang tinggi sebanyak 50-80 g/hari. Setelah adaptasi kandang selama 30 hari, pakan dikombinasi dengan pakan intervensi selama 15 hari. Tahap masa perlakuan, monyet dibagi dalam tiga kelompok. Pakan diberikan dalam bentuk pelet sebanyak 100 gram/hari diberikan dua kali untuk pagi dan siang. Pertimbangan jumlah pakan yang diberikan sesuai kebutuhan energi monyet ekor panjang 120 Kalori/kg BB (Bennet et al. 1996). Pengukuran hewan coba dilakukan pada 4 titik, yaitu 0 hari, 30 hari, 60 hari dan 90 hari oleh dokter hewan dan paramedis yang ahli dibidangnya. Pengukuran dilakukan pada pagi hari setelah hewan teranastesi. Timbangan digital untuk mengukur berat badan dengan ketelitian 0.1 kg. Jangka sorong untuk mengukur panjang badan dan tinggi lutut dengan ketelitian 0.01 cm. Mikrometer untuk mengukur tebal lipatan kulit perut dengan ketelitian 0.01 mm. Meteran untuk mengukur lingkar perut dan panjang depa dengan ketelitian 0.1 cm. Gambar 2 berikut merupakan diagram alir prosedur penelitian. 9 ekor Macaca fascicularis adaptasi kandang dan pakan 45 hari
Pakan kontrol (A1)
Pakan kontrol + E. faecium IS-2726
Pakan kontrol+ E. faecium IS-27526 + minyak ikan lele
Pengukuran karakteristik antropometri di titik (0, 30, 60, 90) hari
Gambar 2 Diagram Alir Prosedur Penelitian Rancangan Percobaan dan Analisis Data Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAF) dengan faktor pengacak kelompok perlakuan dan lama waktu intervensi. Model matematis dari rancangan ini adalah sebagai berikut:
6
Yijk = µ + Ai+ Bj + ABij +ρ+єijk Keterangan: Yijk : Pengamatan Faktor A taraf ke-i , Faktor B taraf ke-j dan Ulangan ke-k µ : Rataan Umum Ai : Pengaruh Faktor A pada taraf ke-i Bj : Pengaruh Faktor B pada taraf ke-j Abij : Interaksi antara Faktor A dengan Faktor B ρk : Pengaruh ulangan ke K
Analisis Data Data karakteristik yang diamati dianalisis dengan uji statistik menggunakan Analysis of Variance (ANOVA). Analisis statistik dilakukan pada masing-masing parameter pengamatan, yaitu berat badan, panjang badan, lingkar perut, tebal lipatan kulit perut, tinggi lutut, serta panjang depa. Jika terdapat hubungan dan berpengaruh nyata, maka akan di lanjutkan uji lanjut Duncan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Monyet ekor panjang (MEP) merupakan hewan omnivora atau pemakan segala macam makanan. Pakan kontrol (A1) merupakan pakan dengan komposisi formula terpilih dari penelitian Kusharto et al (2012). Tabel 1 berikut merupakan tabel komposisi pakan untuk ketiga jenis perlakuan. Tabel 1 Komposisi pakan perlakuan Jenis Bahan Gula Telur
Pakan A1 125 50
Jumlah bahan (gram) Pakan A2 125 50
Pakan A3 125 50
Tepung Kepala
-
7.5
7.5
Tepung Badan
25
17.5
17.5
Tepung Kedelai
50
50
50
Tepung Terigu
75
75
75
Tepung Ubi Jalar
75
75
75
Butter (BOS)
150
150
75
-
-
75
0,1%
0,1%
0,1%
Minyak Ikan Lele Tepung kuning telur Probiotik
8
10 cfu/g
108 cfu/g
7
Pakan yang telah dikondisikan, diberikan pada ketiga kelompok perlakuan memiliki kandungan energi yang relatif sama (420-450 kkal). Semua kelompok mendapatkan jenis pakan yang sama. Komposisi pakan yaitu gula, telur, tepung kepala, tepung badan, tepung kedelai, tepung terigu, tepung ubi jalar, BOS, namun terdapat penambahan probiotik E. faecium IS-27526 pada kelompok A2 dan penambahan probiotik E. faecium IS-27526 dan minyak ikan lele pada kelompok A3. Selain itu, MEP juga diberikan tambahan buah-buahan sebagai penunjang asupan harian. Jenis pakan cenderung dapat mempengaruhi asupan MEP. Tabel 2 berikut merupakan tabel persentase konsumsi pakan selama intervensi pada MEP betina usia tua. Tabel 2 Persentase konsumsi pakan selama intervensi pada MEP betina usia tua
A1 A2 A3
Berat pakan yang diberikan (gram) 100 100 100
Persentase konsumsi(%) 90.91 85.75 89.18
Ket: (A1) Kontrol, (A2) Kontrol +probiotik, (A3) Kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa berat pakan yang diberikan pada tiap MEP sama, yaitu 100 gram. Persentasi urutan konsumsi dari yang terbesar yaitu kelompok A1, A3,dan A2. Daya terima konsumsi MEP dapat dikatakan cukup baik karena konsumsi MEP > 80%. Menurut Bennet et al. (1996), faktor yang dapat mempengaruhi daya terima primata terhadap makanan adalah jenis nutrisi, palatabilitas, bentuk dan jenis bahan. Pengamatan Berat Badan Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pengukuran berat badan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian 0.1kg. Pengukuran berat badan diperlukan sebagai indikator kesehatan dan kesejahteraan hewan selama masa intervensi (Fortman et al. 2002). Perlakuan intervensi pakan menyebabkan terjadinya perubahan berat badan pada MEP. Gambar 3 berikut menggambarkan grafik berat badan MEP selama masa intervensi.
Berat Badan 3,60 3,50 3,40 3,30 3,20 3,10 3,00
0 Hari
30 Hari
60 Hari
90 Hari
A1
3,10
3,46
3,52
3,57
A2
3,13
3,33
3,34
3,31
A3
3,11
3,29
3,38
3,41
Gambar 3 Grafik berat badan MEP selama masa intervensi
8
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa berat badan MEP antar perlakuan, antar lama intervensi dan interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Rata-rata berat badan monyet pada awal penelitian berkisar antara 3.10 kg – 3.13 kg dan diakhir pengamatan cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 3.31 kg – 3.57 kg. Agar perubahan berat badan lebih terlihat dari masing-masing perlakuan, setiap berat badan titik pengukuran dikurang berat badan awal pengukuran (baseline). Tabel 3 berikut merupakan tabel perubahan berat badan MEP selama masa intervensi. Tabel 3 Perubahan berat badan selama masa intervensi Δ 30
Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
0.36±0.2 0.20±0.4 0.18±0.1 0.25±0.1
Δ 60 0.41±0.4 0.21±0.5 0.26±0.1 0.30±0.1
Δ 90
Rata-rata
0.47±0.5 0.18±0.5 0.29±0.2 0.31±0.2
p value
a
0.41±0.1 0.20±0.0a 0.24±0.1a 0.29±0.0 0.152
0.821 0.985
Ket: (A1) Kontrol, (A2) Kontrol+probiotik, (A3) Kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 3 menunjukkan bahwa perubahan berat badan MEP antar perlakuan, antar lama intervensi dan interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Hal ini sejalan dengan penelitian Rieuwpassa (2005), bahwa pertambahan berat badan, panjang badan, status gizi balita memiliki hasil tidak signifikan pada pemberian biskuit ikan teri dengan krim probiotik E.faecium IS- 27526. Berat badan MEP cenderung meningkat/ menstabilkan berat badan, walaupun hasil sidik ragam tidak berbeda nyata (p>0.05). Menurut Fortman (2002), peningkatan berat badan merupakan sifat alamiah pada hewan coba. MEP betina usia tua yang memiliki peningkatan berat badan yang cenderung tinggi tidak dapat dikatakan lebih baik, karena berat badan yang tinggi berkaitan dengan resiko obesitas. Penurunan rata-rata perubahan berat badan terjadi pada merupakan pada kelompok pangan A2. Hal ini karena pakan yang dikonsumsi oleh hewan coba cenderung menurun (85.75%). Konsumsi MEP pada kelompok A2 relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok A1 (90.91%) dan KelompokA3 (89.18%). Hal ini dapat dikatakan bahwa perubahan berat badan berbanding lurus dengan persentase asupan MEP. Penambahan tepung kuning telur pada formula pakan MEP diduga dapat meningkatkan ketertarikan MEP pada pakan. Menurut Suparto et al. (2010) penambahan tepung kuning telur sebagai pakan tinggi lemak dapat memperbaiki palatabilitas sehingga meningkatkan konsumsi pakan dan bobot badan. Sejalan degan penelitian Oktarina (2009) pakan dengan penambahan kuning telur (lemak ±19.62%) lebih berpotensi meningkatkan berat badan dibanding pakan monkey chow (lemak 5.55%). Pengamatan fascicularis)
Panjang
Badan
Monyet
Ekor
Panjang
(Macaca
Panjang badan merupakan salah satu komponen untuk mengetahui status gizi seseorang Panjang badan MEP diukur dari kepala hingga tulang ekor dengan menggunakan jangka sorong ketelitian 0.01 cm. Supriatna dan Wahyono (2000)
9
menyatakan bahwa monyet ekor panjang memiliki panjang tubuh berkisar antara 38.5 cm - 66. 8 cm. Gambar 4 berikut menggambarkan grafik panjang badan MEP selama masa intervensi.
Panjang Badan 42,00 41,00 40,00 39,00 38,00 37,00
0 Hari
30 Hari
60 Hari
90 Hari
A1
37,67
39,27
40,40
41,07
A2
38,17
39,00
39,67
39,83
A3
38,83
39,33
39,67
40,00
Gambar 4 Grafik panjang badan MEP selama masa intervensi Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa panjang badan MEP antar perlakuan, antar lama intervensi, serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05), namun pemberian perlakuan cenderung meningkatkan panjang badan pada tiga kelompok perlakuan. Rata-rata panjang badan MEP pada awal penelitian berkisar antara 37.67 cm – 38.83 cm dan diakhir pengamatan cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 39.83 cm – 41.07 cm. Peningkatan panjang badan pada MEP usia tua bukan karena pertumbuhan massa tulang namun diduga efek penyerapan kalsium untuk memadatkan tulang sehingga, kondisi tulang menjadi optimal dan menurunkan resiko pengeroposan tulang MEP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarno (1984), proses penghancuran dan perombakan semakin dominan sejalan dengan bertambahnya usia sehingga menyebabkan tingginya angka pengkroposan tulang. Oleh karena itu, kalsium dibutuhkan meskipun mencapai usia lanjut. Agar perubahan panjang badan lebih terlihat dari masing-masing perlakuan, setiap panjang badan titik pengukuran dikurang panjang badan awal pengukuran (baseline). Tabel 4 berikut merupakan tabel perubahan panjang badan MEP selama masa intervensi. Tabel 4 Perubahan panjang badan selama masa intervensi Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Δ 30 0.16±1.4 0.83±0.8 0.50±0.9 0.98±0.6
Δ 60 2.73±1.6 1.50±1.3 0.83±1.4 1.69±1.0
Δ 90 3.40±0.9 1.67±1.2 1.17±1.3 0.31±1.2
Rata-rata 2.58±0.9a 1.33±0.4b 0.83±0.3b 1.58±0.6 0.01
p value
0.09 0.87
Ket: (A1) Kontrol, (A2) Kontrol+probiotik, (A3) Kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
10
Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 4 menunjukkan bahwa perubahan panjang badan MEP antar perlakuan berbeda nyata (p<0.05), sedangkan hasil analisa sidik ragam menunjukan perubahan panjang badan antar lama intervensi dan interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.5). Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa, kelompok pakan A1 berbeda nyata dengan kelompok pakan A2 dan A3, sedangkan kelompok pakan A2 tidak berbeda nyata dengan kelompok pakan kelompok A3. Komposisi tepung badan pakan A1 sebanyak 25 gram, sedangkan komposisi tepung badan pakan A2 dan A3 sebanyak 17.5 gram dan tepung kepala sebanyak 7.5 gram. Tulang merupakan komponen kepala ikan. Proses pembentukan tulang membutuhkan kalsium. Zat gizi yang berpengaruh dalam pembentukan tulang bukan hanya kalsium, namun protein sangat berpengaruh dalam penyusun tulang. Menurut Baron (2006), Senyawa organik utama penyusun tulang adalah protein, dan protein utama penyusun tulang adalah kolagen tipe I yang merupakan 90-95% bahan organik utama. Perubahan panjang badan MEP kelompok pakan A1 lebih besar dibanding kelompok pakan A2 dan A3. Hal ini diduga karena tepung badan ikan lele memiliki kadar protein yang lebih tinggi dibandingkan kepala ikan lele. Hal ini sejalan dengan penelitian Mervina et al.(2012), hasil analisis kadar protein tepung badan ikan lebih besar daripada tepung kepala ikan. Perbedaan ini dikarenakan badan ikan mengandung lebih banyak daging ikan. Apabila protein yang di butuhkan tidak tercukupi, maka proses penyerapan kalsium pada tulang kurang optimal. Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa, jika terdapat hambatan dalam pembentukan matriks organik, maka akan ada hambatan juga dalam proses kalsifikasi tulang sehingga terjadi penurunan kadar mineral tulang, diantaranya kalsium dan fosfor tulang (Kimura M et al.2004). Perbedaan pakan kelompok A2 adalah komponen pakan ditambah probiotik E.faecium IS 27526. Probiotik dapat dikaitkan dengan fisiologis pencernaan dalam tubuh. Penggunaan probiotik dalam pakan dapat meningkatkan daya cerna sehingga zat-zat pakan lebih banyak diserap oleh tubuh untuk pertumbuhan dan menunjang proses-proses fisiologis dalam tubuh (Barrow 1992). Penambahan probiotik tidak memiliki hubungan yang nyata (p>0.05) dengan panjang badan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rieuwpassa (2005), bahwa pertambahan berat badan, tinggi badan, status gizi balita memiliki hasil tidak signifikan pada pemberian Biskuit ikan teri dengan krim probiotik E.faecium IS- 27526. Pakan kelompok A3 ditambah dengan probiotik E.faecium IS 27526 dan minyak ikan lele. Kaban & Daniel (2005) menjelaskan bahwa minyak ikan yang berasal dari ikan lele dapat dijadikan sebagai sumber asam lemak omega 6 (linolenat). Asam lemak bermanfaat untuk lansia. Asam lemak linoleat berperan dalam pemeliharaan kesehatan jantung, pengaturan metabolisme kolesterol, menurunkan tekanan darah, menghambat lipogenesis hepatik (Pudjiadi 1997). Komposisi asam lemak pada miyak ikan lele adalah MUFA > PUFA >SFA (Ngadiarti et al. 2013). Minyak ikan lele Minyak cenderung berkaitan dengan profil lipid dibanding dengan pertumbuhan panjang badan MEP. Hal ini sejalan dengan penelitian Rifqi (2014) bahwa penambahan minyak ikan nampak secara nyata pengaruhnya setelah pemberian 2 bulan terhadap profil lipid dalam menurunkan kadar kolesterol total dan LDL kolesterol pada MEP yang diberi pakan aterogenik.
11
Pengamatan Lingkar Perut Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Lingkar perut merupakan salah indikator untuk mengetahi timbunan lemak pada rongga perut. Pengukuran lingkar perut menggunakan meteran dengan ketelitian 0.1 cm. Gambar 5 berikut merupakan gambar grafik lingkar perut MEP selama masa intervensi.
Lingkar Perut 55,00 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00
0 Hari
30 Hari
60 Hari
90 Hari
A1
26,50
31,50
32,83
52,50
A2
28,17
30,00
30,83
30,67
A3
27,67
31,90
29,83
30,67
Gambar 5 Grafik lingkar perut MEP selama masa intervensi Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa lingkar perut MEP antar perlakuan, antar lama intervensi, serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05) namun, perlakuan pakan cenderung meningkatkan lingkar perut monyet ekor panjang selama penelitian. Pada awal perlakuan lingkar perut MEP 26.50 cm – 28.17 cm, namun pada akhir pengukuran lingkar perut MEP antara 30.67 cm -52.50 cm. Agar perubahan berat badan lebih terlihat dari masing-masing perlakuan, setiap titik pengukuran lingkar perut dikurang pengukuran awal (baseline). Tabel 5 berikut merupakan tabel perubahan lingkar perut MEP selama masa intervensi. Tabel 5 Perubahan lingkar perut MEP selama masa intervensi Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Δ 30 5.00±3.3 1.83±1.9 4.23±5.5 3.69±1.7
Δ 60 6.33±4.6 2.67±6.0 2.17±0.3 3.72±2.3
Δ 90 26.0±37.0 2.50±4.0 3.00±1.3 10.50±13.4
Rata-rata 12.44±11.8 2.33±0.4a 3.13±1.0 a 5.97±3.9 0.19
p value a
0.42 0.48
Ket: (A1) Kontrol, (A2) Kontrol+probiotik, (A3) Kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 5 menunjukkan bahwa perubahan lingkar perut MEP antar perlakuan, antar lama intervensi, serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05), namun terdapat peningkatan ukuran lingkar perut MEP. Perubahan lingkar perut diawal pengamatan MEP 1.83 cm – 5 cm dan pada akhir pengukuran mengalami peningkatan lingkar perut MEP menjadi 2.5 cm – 26 cm. Meningkatnya ukuran lingkar perut mempunyai
12
hubungan erat dengan meningkatkan resiko terjadinya resiko sindrom metabolik pada manusia. Jika lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada pria dan lebih dari 80 cm pada wanita dapat meningkatkan resiko terjadinya sindrom metabolik pada manusia, namun kriteria lingkar pinggang MEP terhadap resiko terjadinya sindrom metabolik belum ada (Oktarina 2010). Peningkatan lingkar perut cederung tinggi pada pakan A1. Hal ini diduga konsumsi kelompok pakan A1 paling tinggi (90.91%). Terdapat peningkatan paling tinggi pada kelompok pakan A1 di titik 90 hari, hal ini dikarenakan terdapat peningkatan lingkar perut salah satu MEP hingga 59 cm. Peningkatan lingkar perut pada salah satu MEP di duga salah satu MEP dalam keadaan tingkat stress yang tinggi sehingga metabolisme melambat. Pengamatan pada kelompok pakan A2, lingkar perut MEP cenderung mengalami peningkatan lingkar perut yang kecil. Hal ini diduga pakan yang dikonsumsi oleh MEP cenderung menurun (85,75), selain itu terdapat peranan prebiotik dan probiotik dalam pakan. Prebiotik alami dalam pakan yaitu ubi jalar. Probiotik penting sekali karena sebagai pakan mikroba di dalam usus sehingga pencernaan akan menjadi sehat. Kombinasi probiotik dan prebiotik diyakini akan bersifat sinergistik yang positif. Prebiotik akan membantu probiotik melewati saluran pencernaan bagian atas. Dengan demikian, dengan cepat probiotik akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan didalam kolon (Silalahi 2006). Pengamatan Tebal Lipatan Kulit Perut Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pengukuran tebal lipatan kulit perut MEP menggunakan mikrometer. Pengukuran tebal lipatan kulit perut merupakan salah satu cara menentukan presentasi lemak pada tubuh. Lemak tubuh merupakan penyusun komposisi tubuh yang merupakan salah satu indikator yang bisa digunakan untuk memantau keadaan gizi melalui kadar lemak dalam tubuh (Nurachmah 2001). Pada MEP gemuk, timbunan lemak di daerah perut dapat dilihat dari adanya lipatan kulit yang menggantung bila MEP tersebut berdiri atau berjalan.Timbunan tersebut juga dapat dilihat jelas bila MEP dalam keadaan duduk. Gambar 6 berikut merupakan gambar grafik tebal lipatan kulit perut MEP selama masa intervensi.
Tebal lipatan Kulit Perut 7,00 6,00 5,00 4,00 3,00
0 Hari
30 Hari
60 Hari
90 Hari
A1
4,33
5,00
5,67
6,33
A2
4,67
4,33
4,33
5,00
A3
3,67
5,00
5,33
4,33
Gambar 6 Grafik tebal lipatan kulit perut MEP selama masa intervensi
13
Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tebal lipatan kulit MEP antar perlakuan, antar lama intervensi serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Rata-rata tebal lipatan kulit MEP pada awal penelitian berkisar antara 3.67 mm – 4.67 mm dan diakhir pengamatan cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 4.33 mm – 6.33 mm. Peningkatan tebal lipatan kulit perut untuk mengetahui adanya penimbunan lemak didaerah abdomen (Oktarina 2010). Tebal lipatan kulit pada pakan kelompok A1 cenderung naik, sedangkan pakan kelompok A2 dan A3 berfluktuasi namun, pada akhir pengamatan cenderung naik dibanding pada awal pengamatan. Agar perubahan tebal lipatan kulit perut lebih terlihat dari masing-masing perlakuan, Setiap tebal lipatan kulit perut titik pengamatan di kurang awal pengukuran (baseline). Tabel 6 berikut merupakan tabel perubahan tebal lipatan kulit perut MEP selama masa intervensi. Tabel 6 Perubahan tebal lipatan kulit perut MEP selama masa intervensi Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Δ 30 0.67±1.2 0.33±0.6 1.33±0.6 0.56±0.8
Δ 60 1.33±2.5 0.33±0.6 1.67±0.6 0.89±1.1
Δ 90 2.00±2.6 0.33±1.5 0.67±1.5 1.00±0.9
Rata-rata
p value
a
1.33±0.7 0.11±0.4b 1.22±0.5a 0.81±0.2 0.04
0.73 0.62
Ket: (A1) Kontrol, (A2) Kontrol+probiotik, (A3) Kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 6 menunjukkan bahwa perubahan tebal lipatan kulit perut MEP antar perlakuan berbeda nyata (p<0.05). Perlakuan yang mendapat tambahan probiotik cenderung memiliki perubahan tebal lipatan kulit perut yang kecil. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perubahan tebal lipatan kulit perut MEP antar lama intervensi, serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa, kelompok pakan A1 dan kelompok pakan A3 tidak berbeda nyata, sedangkan kelompok pakan A2 berbeda nyata lebih rendah dengan kelompok pakan A1 dan A3. Berdasarkan Hasil analisis proksimat Laboratorium Terpadu Institut Pertanian Bogor 2013, kandungan lemak yang paling tinggi A3 sebesar 27,16%, dan konsumsi kelompok pakan tertinggi yaitu 90.91% pada kelompok pakan A1 sehingga asupan lemak pada kelompok A1 lebih tinggi dibanding kelompok pakan A2. Perut atau bagian dari abdomen merupakan salah satu tempat deposit lemak pada tubuh. Keberadaan lemak yang berlebih dilipatan kulit perut berhubungan erat dengan lingkar pinggang dan lingkar pinggul. Monyet ekor panjang memiliki kemiripan pola obesitas dengan manusia yang ditunjukkan dengan adanya penimbunan lemak di sekitar perut (Putra et al. 2006). Perubahan tebal lipatan kulit perut MEP pada kelompok pakan A2 cenderung menurun dan stabil. Hal ini sesuai penelitian Sarwono et al.(2012) bahwa aktivitas probiotik dalam saluran pencernaan turut mempengaruhi berkurangnya pembentukan lemak abdominal. Menurut Santoso et al. (1995) bahwa pemberian probiotik dapat menurunkan trigliserida, karena probiotik secara efektif dapat menurunkan aktivitas asetil KoA
14
karboksilase yaitu enzim yang berperan dalam laju sintesis asam lemak. AbuElheiga et al. (1995) menyatakan bahwa malonil KoA yang dihasilkan oleh asetil KoA karboksilase merupakan kunci metabolit dalam mengatur sintesis asam lemak dan oksidasi yang dapat dipengaruhi oleh perubahan pola makan serta aktivitas usus. Pengamatan Tinggi Lutut Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pengukuran tinggi lutut MEP menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 0.01 cm. Pengukuran tinggi pada lansia tidaklah mudah,dan salah satu pengukurannya adalah dengan mengukur tinggi lutut. Hal ini menjadi alasan dilakukannya pengukuran tinggi lutut pada MEP. Berbeda dengan tinggi badan, tinggi lutut hanya sedikit mengalami perubahan seiring dengan bertambahnya usia. Tinggi lutut tidak mempengaruhi panjang dari beberapa tulang panjang, seperti lengan dan kaki. Oleh karena itu, panjang lutut dan panjang lengan digunakan sebagai indikator dalam pengukuran tinggi badan pada lansia (Pinni R et al.2001). Gambar 7 berikut merupakan gambar perubahan grafik tinggi lutut MEP selama masa intervensi.
Tinggi Lutut 15,50 15,30 15,10 14,90 14,70 14,50
0 Hari
30 Hari
60 Hari
90 Hari
A1
14,50
15,07
15,33
15,50
A2
15,17
15,30
15,00
15,00
A3
15,00
15,00
15,00
15,00
Gambar 7 Grafik tinggi lutut MEP selama masa intervensi Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa tinggi lutut MEP antar perlakuan, antar lama intervensi serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Rata-rata tinggi lutut MEP pada awal penelitian berkisar antara 14.5 cm -15.7 cm dan diakhir pengamatan cenderung mengalami peningkatan dengan kisaran 15.0 cm - 15.5 cm. Perlakuan awal kelompok A1 memiliki rata-rata tinggi lutut MEP terkecil, namun diakhir pengamatan memiliki rata-rata MEP tertinggi. Kelompok A2 memiliki tinggi lutut terbesar, namun diakhir pengamatan mengalami penurunan tinggi lutut, serta ukuran tinggi lutut yang stabil pada kelompok A3. Agar perubahan tinggi lutut lebih terlihat dari masing-masing perlakuan, setiap tinggi lutut titik pengukuran dikurang panjang lutut awal pengukuran (baseline). Tabel 7 berikut merupakan tabel perubahan tinggi lutut MEP selama masa intervensi.
15
Tabel 7 Perubahan tinggi lutut MEP selama masa intervensi Perlakuan A1 A2 A3 Rata-rata p value
Δ 30 0.57±0.5 0.13±0.22 0.00±0.00 0.23±0.3
Δ 60 0.83±0.3 0.17±0.6 0.00±0.5 0.22±0.5
Δ 90 1.00±0.0 0.17±0.6 0.00±0.5 0.28±0.6
Rata-rata
p value
a
0.80±0.2 0.77±0.2b 0.00±0.0b 0.24±0.0 0.00
0.91 0.31
Ket: (A1) Kontrol, (A2) Kontrol+probiotik, (A3) Kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 7 menunjukkan bahwa perubahan tinggi lutut MEP antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05), sedangkan hasil analisa sidik ragam antar lama intervensi serta interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Hasil uji lanjut Duncan, kelompok pakan A1 berbeda nyata dengan kelompok pakan A2 dan A3, sedangkan kelompok pakan A2 dan A3 tidak berbeda nyata. Komposisi tepung badan pakan A1 lebih banyak dibandingkan dengan pakan A2 dan A3, sedangkan pakan A2 dan A3 mendapat tambahan tepung kepala ikan lele. Tepung ikan lele merupakan sumber kalsium (Ca) dan phospor (P) (Moeljanto 1982 dalam Mervina (2009). Kebutuhan mineral utama pembentuk tulang seperti kalsium akan meningkat sejalan dengan berlangsungnya proses pertumbuhan tulang (Spear 2004). Pemberian tepung ikan lele dapat meningkatkan status gizi pada balita rawan gizi. Pemberian tepung ikan lele dapat mengoptimalkan tinggi lutut pada MEP betina usia tua. Perubahan tinggi lutut MEP kelompok pakan A1 lebih besar dibanding kelompok pakan A2 dan A3. Hal ini diduga karena tepung badan ikan lele memiliki kadar protein yang lebih tinggi di bandingkan kepala ikan lele. Hal ini sejalan dengan penelitian Mervina et al. (2012), hasil analisis kadar protein tepung badan ikan lebih besar daripada tepung kepala ikan. Perbedaan ini dikarenakan badan ikan mengandung lebih banyak daging ikan. Apabila protein yang dibutuhkan tidak tercukupi, maka proses pertumbuhan tulang kurang optimal. Kekurangan protein akan menyebabkan perubahan pada timbunan asam amino, hal tersebut mengakibatkan hambatan reaksi sintesis protein sehingga menimbulkan hambatan juga dalam pembentukan matriks organik tulang (Roughead ZK dan Kunkel ME 1991; Roth G dan Calmes R 1981) MEP kelompok A2 mengalami perubahan peningkatan titik 30 hari, lalu mengalami penurunan tinggi lutut di titik 60 hari, kecenderungan tinggi lutut konstan di titik 90 hari. Penurunan terjadi diduga karena penurunan masa tulang MEP. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa salah satu perubahan fisik pada lansia yang terjadi adalah penurunan massa tulang yang dapat merubah struktur tulang. Keadaan dimana perubahan massa tulang melampaui 2,5 kali standar deviasi massa tulang pada populasi yang disebut osteoporosis (Darmojo RB dan Martono HH 1999). MEP kelompok A3 tidak ada perubahan tinggi lutut. Hal ini sesuai pada penelitian di Santiago Cili, menunjukkan bahwa tinggi lutut pada lansia berbagai usia cenderung konstan (Marais D et al.2007).
16
Pengamatan Panjang Depa Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Pengukuran panjang depa MEP menggunakan meteran ketelitian 0.1 cm. Panjang depa seperti tinggi lutut berkorelasi dengan tinggi badan, panjang depa digunakan ketika tidak dapat melakukan pengukuran tinggi badan (Gibson 2005). Tabel 8 berikut merupakan gambar grafik panjang depa MEP selama masa intervensi.
Panjang Depa 67,00 66,00 65,00 64,00 63,00
0 Hari
30 Hari
60 Hari
90 Hari
A1
64,67
65,17
66,67
67,00
A2
63,00
63,67
63,67
64,67
A3
64,00
64,33
65,00
65,33
Gambar 8 Gambar panjang depa MEP selama masa intervensi Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa panjang depa MEP antar perlakuan, antar lama intervensi dan interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Rata-rata panjang depa MEP pada awal penelitian berkisar antara 63.00 cm - 64.67 cm dan diakhir pengamatan cenderung mengalami perubahan fluktasi dengan kisaran 64.67 cm - 67.00 cm. Agar perubahan panjang depa MEP lebih terlihat dari masing-masing perlakuan, setiap panjang depa MEP titik pengukuran dikurang panjang depa pengukuran awal (baseline). Tabel 8 berikut merupakan tabel perubahan panjang depa MEP selama masa intervensi. Tabel 8 Perubahan panjang depa MEP selama masa intervensi Perlakuan
Δ 30
Δ 60
Δ 90
Rata-rata
p value
A1 A2 A3 Rata-rata p value
0.50±1.3 0.67±1.2 0.33±0.6 0.50±0.2b
2.00±0.5 0.67±1.2 1.00±0.0 1.22±0.7ab
2.33±0.3 1.67±1.5 1.33±0.6 1.78±0.5a
1.61±1.0 1.00±0.6 0.89±0.5 1.17±0.6 0.24
0.03 0.70
Ket: (A1) Pakan kontrol, (A2) Pakan kontrol+probiotik, (A3) Pakan kontrol + probiotik + minyak ikan lele.
Hasil analisa sidik ragam pada Tabel 8 menunjukkan bahwa panjang depa MEP antar lama intervensi berbeda nyata (p<0.05). Hasil uji lanjut Duncan menunjukan bahwa, perubahan bahwa panjang depa MEP lama intervensi 30 hari berbeda nyata dengan panjang depa MEP lama intervensi 90 hari, sedangkan panjang depa MEP lama intervensi 60 tidak berbeda nyata dengan panjang depa
17
MEP lama intervensi 30 hari dan lama intervensi 90 hari. Hal ini berarti perubahan panjang depa MEP memiliki perbedaan yang berarti setelah pemberian pakan selama 90 hari. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa panjang depa MEP antar perlakuan, dan interaksi perlakuan dengan lama intervensi tidak berbeda nyata (p>0.05). Rata-rata perubahan panjang depa MEP pada awal pengamatan hingga akhir pengamatan cenderung meningkat. Pada awal pengamatan perubahan panjang depa adalah 0.33 cm - 0.67 cm sedangkan panjang depa MEP pada akhir pengamatan adalah 1.33 cm - 2.33 cm. Perubahan depa lebih baik digunakan untuk mengestimasi panjang badan pria lansia karena lebih jarang mengalami osteoporosis, namun tidak semua individu memiiki hubungan 1:1 antara panjang depa dengan Panjang Badan (Wahlqist ML dan Widjaja L 2000).
SIMPULAN Selama intervensi kelompok hewan coba yang diberi pakan kontrol (A1), pakan kontrol dan penambahan probiotik (A2), pakan kontrol dan penambahan probiotik dengan minyak ikan lele (A3) mengalami perubahan karakteristik antropometri pada setiap hewan coba, namun tidak berhubungan yang nyata pada perlakuan, lama intervensi dan interaksi perlakuan dan lama intervensi. Setelah setiap titik pengukuran dibandingkan dengan baseline, perubahan panjang badan, perubahan tinggi lutut dan perubahan tebal lipatan kulit perut memiliki hubungan berbeda nyata dengan perlakuan. Pakan A1 merupakan pakan yang paling berpengaruh pada panjang badan dan tinggi lutut MEP betina usia tua, sedangkan pakan A2 cenderung membuat stabil lipatan kulit perut. Perubahan panjang depa memiliki hubungan berbeda nyata dengan lama intervensi setelah pemberian pakan selama 90 hari, sedangkan berat badan dan lingkar perut tidak memiliki hubungan pada perlakuan, lama intervensi dan interaksi perlakuan dan lama intervensi.
SARAN Alternatif pengukuran lain seperti lingkar pinggang dan lingkar pinggul untuk mengetahui timbunan lemak pada rongga perut.
DAFTAR PUSTAKA Abu-Elheiga L, Jayakumar A, Baldini A, Chirala, S, Wakil S. 1995. Human acetyl-CoA carboxylase: Molecular cloning, characterization, chromosomal mapping, and evidence for two isoforms. Proc. Natl. Acad. Sci. 92: 4011 – 4015.
18
Astuti D, Mansjoer, Sajuthi. 2010. Profil lipid darah pada monyet ekor panjang (macaca fascicularis) yang diinduksi diet tinggi lemak. Bogor (ID): IPB Pr. Baron R. 2006. Anatomy and ultrasructure of bone histogenesis, growth and remodeling. [Internet]. [diunduh 2014 Juli 27] Tersedia pada http://www.endotext.org. Barrow.1992 dalam Achmad Shawaludin Ali, Ismoyowati, dan Diana Indrasanti. 2013. Jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan hematokrit pada berbagai jenis itik lokal terhadap penambahan probiotik dalam ransum. J.Ilmiah perternakan 1(3): 1001-1013. Bennet BT, Abee CR, Henrickson R. 1996. Non human primates in biomedical reseach: biology and management. New York (US): Academic Pr. Collado CM, Surono IS, Meriluoto J, Salminen S. 2007. Indigenous dadih lactic acid bacteria: cell-surface properties and interaction with Phatogens. J. Food Science 72(3):89-93. Darmojo RB, Martono HH. 1992. Buku Ajar Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut.Ed ke-2. Semarang: Balai Penerbit Universitas Diponegoro. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman. 2010. Profil kesehatan kabupaten Sleman. [Internet] [diunduh 2013 Oktober 20]. Tersedia pada: http://dinkes. slemankab.go.id/wp-content/uploads/2011/07/profil-2010-kab-sleman-.pdf. Drisko JA, Giles C, Bischoff BJ. 2003. Probiotics in health maintenance and disease prevention. Alternative Medicine Review 8(2). Fortman JD, Hewett TA, Bennett 8T. 2002. The laboratary non-human primate. Florida (US): CRC Pr. Gibson. 2005. Principle of Nutritional Asssesment. Newyork (US) : Oxford University Press Kaban, J dan Daniel. 2005. Sintesis n-6 etil ester asam lemak dari beberapa minyak ikan air tawar. J komunikasi penelitian.17:(2). Kimura M, Nishudo I, Tofani I, Kojima Y. 2004. Effect of calcium and zink on endochondral ossification in mandibular condyle of growing rats.J. Dent in Jepang 40:106–14. Kusharto. 2008, Marliyati, Surono, Amalia, Astawan M, Dewi M. 2008. Makanan fungsional berbasis protein ikan dan probiotik untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak balita rawan gizi [Laporan penelitian]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor __________________________, Dainy N. 2012. Makanan fungsional biskuit clarias kaya protein, mineral dan serat, dengan penambahan minyak ikan lele sebagai nutritious and emergency food untuk lansia. Bogor (ID): Fema IPB. Marais D, Marais ML, Labadarios D. 2007. Use of knee height as a surrogate measure of height in older. South Africans.SAJCN: 20(1). Mervina. 2009. Formulasi biskuit dengan substitusi tepung ikan lele dumbo (clarias gariepinus) dan isolat protein kedelai (glycine max) sebagai makanan potensial untuk anak balita gizi kurang.[Skripsi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor ______, Kusharto, Marliyati .2012. Formulasi biskuit dengan substitusi tepung ikan lele dumbo (Clarias grapinous) dan isolat protein kedelai (Glycine max) sebagai makanan potensial untuk anak balita gizi kurang. J. Teknol dan Industri Pangan 23(1).
19
Moeljanto.1982. Pengolahan Hasil-Hasil Samping Ikan. Jakarta (ID): PT Penebar Swadaya. Ngadiarti I, Kusharto M, Briawan D, Marliyati A, Sayuthi D. 2013. Kandungan asam lemak dan karakteristik fisiko-kimia minyak ikan lele dan minyak ikan lele terfermentasi. J.Gizi dan makanan. 36(1):82-90. Nurachamah,E. 2001. Nutrisi dalam Keperawatan. Sagung Seto: Jakarta Oktarina R. 2009. Kajian pakan bersumber energi tinggi pada pembentukan monyet obes [tesis]. Bogor (ID): IPB. Oktarina R, Mansjoer SS, Astuti AD, Suparto HI, Sajuthi D.2010.Kajian pakan bersumber energi tinggi pada pembentukkan monyet obes.Bogor (ID): Jurnal Biologi Indonesia.6(3). Pinni R, Tonon E, Cavallini MC, Bencini F, Bari MD, Masotti G.2001. Accuracy of equation for predicting stature from knee height, and assessment of statural loss in an older Italian population. Journal of Gerontology.56: B3B7. Pudjiadi. 199. Ilmu klinis pada anak. FKUI. Jakarta Putra,Wandia, I. G. Soma, D. Sajuthi. 2006. Indeks massa tubuhdan morfometri monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) di Bali. J. Vet. 7:119-124. Rieuwpassa. 2005. Biskuit konsentrat protein ikan dan probiotik sebagai makanan tambahan untuk meningkatkan antibodi IgA dan status gizi anak balita.[Disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rifqi AM. 2014. Pengaruh pemberian pakan berbasis tepung minyak ikan lele (Clarias gariepinus) dan profil lipid dan C-reactive protein monyet ekor panjang betina usia [Thesis]. Bogor (ID): Insititut Pertanian Bogor. Roth G, Calmes R.1981. 1st ed. St. Louis, Toronto: The CV Mosby Company:173–96 Roughead ZK, Kunkel ME.1991. Effect of diet on bone matrix constituents. J Am Nutr10(3):242–6. Santoso U, Tanaka K, Ohtani. 1995. Effect of dried bacillus subtilis culture on growth, body composition and hepatic lipogenic enzyme activity in female broiler chicken. British Journal of Nutrition. 74: 523-529. Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius.Yogyakarta. Spear BA. 2004. Nutrition in Adolescence.Nutrition & Diet Therapy.Ed ke-11 Saunders, Pennsylvania. Srimiati M. 2011. Pemurnian minyak hasil samping penepungan ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) sebagai alternatif sumber asam lemak omega 6 [skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Sarwono, T Yudiarti, E Suprijatna. 2012. Pengaruh pemberian probiotik terhadap trigliserida darah, lemak abdominal, bobot dan panjang saluranpencernaan ayam kampong. J.Animal Agriculture.1(2):157-167. Suparto IH, Oktarina R, Astuti D, Mansjoer SS, Sajuthi D. 2010.Profil lipid darah pada monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang diinduksi diet tinggi lemak. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Supriatna, Wahyono. 2000. Panduan Lapangan Primata Indonesia.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Wahlqist ML, Widjaja L. Nutrition in Elderly. Jakarta: SEAMEO UI, 2000.
20
Wirakusumah. 2000.Tetap Bugar di Usia Lanjut.Jakarta. Trubus Agriwidya. Winarno F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
21
LAMPIRAN Lampiran 1 Hasil sidik ragam terhadap berat badan Variabel Bebas : berat badan Sumber Model Intercep perlakuan Lama intervensi perlakuan*lama intervensi r Galat Total Corrected Total
JK 3.81 398.87 0.14 0.57
DB 13 1 2 3
KT 0.29 398.87 0.07 0.19
F 0.51 687.79 0.12 0.33
Sig 0.90 0.00 0.89 0.80
0.08
6
0.01
0.02
1.00
3.02 12.76 415.43 16.57
2 22 36 35
1.51 0.58
2.61
0.10
Lampiran 2 Hasil sidik ragam terhadap perubahan berat badan Variabel Bebas : berat badan Sumber JK Model 1.75 Intercep 2.20 perlakuan 0.23 lama intervensi 0.02 perlakuan*lama 0.02 intervensi r 1.47 Galat 0.88 Total 4.83 Corrected Total 2.63
DB 10 1 2 2
KT 0.17 2.20 0.12 0.01
F 3.17 40.00 2.13 0.20
Sig 0.02 0.00 0.15 0.82
4
0.00
0.09
0.99
2 16 27 26
0.74 0.06
13.36
0.00
Lampiran 3 Hasil sidik ragam terhadap panjang badan Variabel Bebas: panjang badan Sumber JK Model 33.96 Intercep 55908.60 perlakuan 1.17 lama intervensi 22.48 perlakuan * lama 4.83 intervensi r 5.47 Galat 121.41 Total 56063.97 Corrected Total 155.37
DB 13.00 1.00 2.00 3.00
KT 2.61 55908.60 0.59 7.49
F 0.47 10130.00 0.11 1.36
Sig 0.92 0.00 0.90 0.28
6.00
0.81
0.15
0.99
2.00 22.00 36.00 35.00
2.74 5.52
0.50
0.62
22
Lampiran 4 Hasil sidik ragam terhadap perubahan panjang badan Variabel bebas: panjang badan Sumber Model Intercept perlakuan lama intervensi perlakuan * lama intervensi r Galat Total Corrected Total
JK 32.65 67.53 14.53 5.60
DB 10 1 2 2
KT 3.27 67.53 7.26 2.80
F 3.33 68.87 7.41 2.86
Sig 0.02 0.00 0.01 0.09
1.20
4
0.30
0.31
0.87
11.33 15.69 115.87 48.34
2 16 27 26
5.66 0.98
5.78
0.13
Lampiran 5 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap panjang badan Perubahan panjang badan MEP n Perlakuan A3 A2 A1 Sig.
Subset 1 0.83 b 1.33 b
9 9 9
2
2. 5778 a 1.00
0.30
Lampiran 6 Hasil sidik ragam terhadap lingkar perut Variabel Bebas: lingkar perut Sumber Model Intercep perlakuan lama intervensi perlakuan * lama intervensi r Galat Total Corrected Total
JK 2474.37 36685.02 275.40 517.60
DB 13 1 2 3
KT 190.34 36685.02 137.70 172.53
F 1.50 289.32 1.09 1.36
Sig 0.19 0.00 0.36 0.28
702.40
6
117.07
0.92
0.50
978.98 2789.55 41948.94 5263.92
2 22 36 35
489.49 126.80
3.86
0.04
23
Lampiran 7 Hasil sidik ragam terhadap perubahan lingkar perut Variabel bebas: lingkar perut Sumber Model Intercept perlakuan lama intervensi perlakuan * lama intervensi r Galat Total Corrected Total
JK 1950.60 962.42 568.71 276.99
DB 10 1 2 2
KT 195.06 962.42 284.36 138.50
F 1.28 6.33 1.87 0.91
Sig 0.32 0.02 0.19 0.42
560.22
4
140.05
0.92
0.48
544.68 2432.61 5345.64 4383.22
2 16 27 26
272.34 152.04
1.79
0.20
Lampiran 8 Hasil sidik ragam terhadap tebal lipatan kulit perut Variabel: tebal lipatan kulit perut Sumber JK Model 41.50 Intercep 841.00 perlakuan 4.50 lama intervensi 5.44 perlakuan * lama 7.06 intervensi r 24.50 Galat 61.50 Total 944.00 Corrected Total 103.00
DB 13 1 2 3
KT 3.19 841.00 2.25 1.82
F 1.14 300.85 0.81 0.65
Sig 0.38 0.00 0.46 0.59
6
1.18
0.42
0.86
2 22 36 35
12.25 2.80
4.38
0.03
Lampiran 9 Hasil sidik ragam terhadap perubahan tebal lipatan kulit perut Variabel Bebas: tebal lipatan kulit perut Sumber Model Intercept perlakuan lama intervensi perlakuan * lama intervensi r Galat Total Corrected Total
JK 33.70 17.93 11.63 0.96
DB 10 1 2 2
KT 3.37 17.93 5.81 0.48
F 2.21 11.77 3.82 0.32
Sig 0.08 0.00 0.04 0.73
4.15
4
1.04
0.68
0.62
16.96 24.37 76.00 58.07
2 16 27 26
8.48 1.52
5.57
0.01
24
Lampiran 10 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap tebal lipatan kulit perut Perubahan tebal lipatan kulit perut MEP n Perlakuan A2 A3 A1 Sig.
Subset 1 0.11 b
9 9 9
2 1.22a 1.33a 0.851
1
Lampiran 11 Hasil sidik ragam terhadap tinggi lutut Variabel Bebas: Tinggi Lutut Sumber Model Intercep perlakuan lama intervensi perlakuan * lama intervensi R Galat Total Corrected Total
JK 2.41 8178.19 0.10 0.42
DB 13 1 2 3
KT 0.19 8178.19 0.05 0.14
F 0.31 13730.00 0.08 0.24
Sig 0.98 0.00 0.92 0.87
1.50
6
0.25
0.42
0.86
0.40 13.10 8193.70 15.51
2 22 36 35
0.20 0.60
0.34
0.72
Lampiran 12 Hasil sidik ragam terhadap perubahan tinggi lutut Variabel bebas: tinggi lutut Sumber Model Intercept perlakuan lama intervensi perlakuan * lama intervensi r Galat Total Corrected Total
JK 6.40 1.61 4.19 0.02
DB 10 1 2 2
KT 0.64 1.61 2.09 0.01
F 7.40 18.65 24.19 0.09
Sig 0.00 0.00 0.00 0.91
0.45
4
0.11
1.30
0.31
1.75 1.38 9.40 7.79
2 16 27 26
0.87 0.09
10.11
0.00
25
Lampiran 13 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh perlakuan terhadap tinggi lutut Perubahan Tinggi Lutut MEP perlakuan A2 A3 A1 Sig.
n
Subset 1 0.067b 0b
9 9 9
2
0.8a 1
0.637188
Lampiran 14 Hasil sidik ragam terhadap panjang depa Variabel Bebas: panjang depa Sumber JK Model 93.76 Intercep 150997.01 perlakuan 27.26 lama intervensi 16.58 perlakuan * lama 2.57 intervensi r 47.35 Galat 192.99 Total 151283.75 Corrected Total 286.74
DB 13 1 2 3
KT 7.21 150997.01 13.63 5.53
F 0.82 17210.00 1.55 0.63
Sig 0.63 0.00 0.23 0.60
6
0.43
0.05
1.00
2 22 36 35
23.67 8.77
2.70
0.09
Lampiran 15 Hasil sidik ragam terhadap perubahan panjang depa Variabel bebas: panjang depa Sumber JK Model 13.72 Intercept 36.75 perlakuan 2.72 lama intervensi 7.39 perlakuan * lama 1.89 intervensi r 1.72 Galat 13.78 Total 64.25 Corrected Total 27.50
DB 10 1 2 2
KT 1.37 36.75 1.36 3.69
F 1.59 42.68 1.58 4.29
Sig 0.20 0.00 0.24 0.03
4
0.47
0.55
0.70
2 16 27 26
0.86 0.86
1.00
0.39
26
Lampiran 16 Hasil uji lanjut Duncan pengaruh lama intervensi terhadap panjang depa Pengaruh lama intervensi terhadap panjang depa Waktu 30 60 90 Sig.
n 9 9 9
Subset 1 0.5a 1.22ab
2 1.22ab 1.78a 0.22
0.19
Lampiran 17 Dokumentasi Penelitian
Jenis pakan yang diberikan
Penimbangan berat badan
Pengukuran panjang badan
Pengukuran lingkar perut
Pengukuran tebal lipatan kulit perut
Pengukuran tinggi lutut
Pengukuran panjang depa
Kandang hewan coba
Pemeriksaan hewan coba
27
Lampiran 18 Keterangan komisi kesejahteraan hewan labolatorium PSSP IPB (ACUC)
28
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 17 Maret 1992. Penulis merupakan putri tunggal dari ayah Taufiqur Rochman dan ibu Dhalina Fujiastuty. Pendidikan penulis dimulai dari SDN Utan Kayu Selatan 27 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1998 sampai tahun 2004, dilanjutkan di SMPN 97 Jakarta sampai tahun 2007 dan penulis lulus dari SMA Negeri 21 Jakarta tahun 2010, Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia. Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Kecamatan Terisi, Indramayu pada tahun 2013. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Internship Dietetic (ID) di Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Pondok Kopi pada tahun 2014. Selama masa perkuliahan penulis mengikuti kepanitiaan seperti, Gizi Bakti Masyarakat, Gizi Peduli Indonesia, Pembentukan ISAGI Jawa Barat, Nutrition Fair. Penulis merupakan anggota Badan Konsultasi Gizi IPB.