PENGGUNAAN TEPUNG KEPALA UDANG SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM FORMULASI PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon hypophtalmus
RETNO CAHYA MUKTI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
1
PENGGUNAAN TEPUNG KEPALA UDANG SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM FORMULASI PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon hypophtalmus
RETNO CAHYA MUKTI
SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012
2
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :
PENGGUNAAN TEPUNG KEPALA UDANG SEBAGAI BAHAN SUBSTITUSI TEPUNG IKAN DALAM FORMULASI PAKAN IKAN PATIN Pangasianodon hypophtalmus
adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Januari 2012
RETNO CAHYA MUKTI C14070076
3
KATA PENGANTAR
Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai September 2011 di Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar (BPPBAT) Sempur Bogor. Analisis proksimat pakan dilakukan di Laboratorium Nutrisi Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Analisis proksimat bahan, pembuatan pakan, pemeliharaan ikan dan analisis proksimat tubuh ikan dilakukan di Laboratorium BPPBAT Sempur, Bogor sedangkan analisis kualitas air dilakukan di Laboratorium Lingkungan BPPBAT Cibalagung. Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Nur Bambang Priyo Utomo, M.Si dan Bapak Dr. Zafril Imran Azwar, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi. Kepala BPPBAT Sempur Bogor atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk mengerjakan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ayahanda Kaminudin, ibunda Siti Noor Jannah serta adinda Riyan dan Ridha atas semangat, doa, dan didikannya yang senantiasa bernilai tiada akhir. Keluarga BDP 44 khususnya anggota Lab. Nutrisi 2011 (Feri, Wira, Asep, Dina, Dilah, Arie, Aziz, Adit, Ridha, Tina, dan Gebi), Vida, Novi, Mumun, Yunika, Kartika, Acie dan teman-teman BDP 42, 43, 45, dan 46 atas semua dukungan yang diberikan. Keluarga LDK Al Hurriyyah (Pita, Ria, Kindi, Bayu, Akhir, Sidik, Agung, Edy, Titi, Estri, Aini) yang selalu menyemangati dan memberikan keringanan untuk menyesaikan penelitian ini serta Nalfa, Resa, Gigih, Tsani, Windi, Kak Eful, K Fuad, Mba Weni, Desti, dan teman-teman Ponpes Al Iffah yang selalu memberikan nasehat. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Bogor, Januari 2012 Retno Cahya Mukti
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Jepara, Lampung Timur pada tanggal 27 Oktober 1989 dari pasangan Bapak Kaminudin dan Ibu Siti Noor Jannah. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikannya di SD Negeri 1 Braja Sakti dan lulus pada tahun 2001, kemudian di SLTP Negeri 1 Way Jepara lulus tahun 2004, dan selanjutnya di SMA Negeri 1 Way Jepara dan lulus pada tahun 2007. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Penulis diterima di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif menjadi Pengurus Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Al Hurriyyah (2007-2011), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (2008-2009), Sekretaris Forum Keluarga Muslim C (2009-2010), Koordinator Kemuslimahan Badan Pekerja Nasional (BP Nas) Forum Silaturahim Lembaga Dakwah Kampus Nasional Wilayah Jawa Barat (2010-2012). Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam (2009-2011), Teknologi Produksi Plankton, Benthos dan Alga (2011), dan Nutrisi Ikan (2011). Untuk menambah pengetahuan dalam budidaya ikan, penulis mengikuti kegiatan magang di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Laut, Lampung (2008), praktek lapang pembenihan Ikan Gurami di Balai Pengembangan Produksi Budidaya Air Tawar, Singaparna, Tasikmalaya (2010). Untuk menyelesaikan studi, penulis melakukan penelitian dengan judul “Penggunaan Tepung Kepala Udang sebagai Bahan Substitusi Tepung Ikan dalam Formulasi Pakan Ikan Patin Pangasianodon hypophtalmus”.
5
ABSTRAK RETNO CAHYA MUKTI. Penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus. Dibimbing oleh NUR BAMBANG PRIYO UTOMO dan ZAFRIL IMRAN AZWAR. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimum tepung kepala udang (TKU) yang dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung ikan (TI) dalam formulasi pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap terdiri dari 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan. Ikan patin dengan bobot rata-rata 21,4±0,13 g ditebar sebanyak 20 ekor ke dalam tiap bak beton berukuran 100 x 100 x 80 cm3 dengan volume air 500 L dan dipelihara selama 42 hari. Pada perlakuan ini, TI disubstitusi oleh TKU sebesar 15%, 30%, 45%, dan 60% (perlakuan B, C, D, dan E). Pakan A merupakan pakan kontrol (100% TI). Pakan diberikan berdasarkan bobot biomassa ikan dengan frekuensi 3 kali sehari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan dengan variasi dosis TKU memberikan bobot akhir rata-rata, konversi pakan, retensi protein dan tingkat kelangsungan hidup yang tidak berbeda nyata (P>0,05). Laju pertumbuhan spesifik dan nilai retensi lemak menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05). Laju pertumbuhan spesifik terbaik ditunjukkan pada perlakuan dengan dosis TKU sebesar 30% yaitu sebesar 1,96%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dosis optimum TKU sebagai substitusi tepung ikan yang menghasilkan pertumbuhan yang terbaik adalah 30%. Kata kunci : tepung kepala udang, tepung ikan, ikan patin Pangasianodon hypophtalmus.
6
ABSTRACT RETNO CAHYA MUKTI. The use of shrimp head meal as substitutes for fish meal in the diet of catfish Pangasianodon hypophtalmus. Guided by NUR BAMBANG PRIYO UTOMO and ZAFRIL IMRAN AZWAR. The research was aim to find out the optimal dosage of shrimp meal as an alternative protein source for fish meal in the diet catfish Pangasianodon hypophtalmus. The research applied statistical method of complete random device with five treatments and three replication. Twenty fishes with an initial body weight of 21,4±0,13 g were cultured for 42 days in 100 x 100 x 80 cm3 of concrete tank, each filled with 500 L of water. Fish meal in the diet was substituted by shrimp head meal at the levels of 15%, 30%, 45% and 60% (namely diets B, C, D, and E respectively). Diet A contained fish meal as a source of protein. Feed was given base on fish body wight per day, feeding frequency is three times daily. The results showed that there were no significant differences (P>0,05) among a treatments for the average final body weight, feed convertion ratio, protein retention and survival rate. However, there was a significant difference (P<0,05) for specific growth rate and lipid retention values. The highest specific growth rate (1,96) was obtained in the group of fish fed on the diet containing 30% of head shrimp head meal. Therefore, it can be concluded that the optimal dosage of shrimp head meal in the diet catfish was 30%. Keywords : shrimp head meal, fish meal, catfish Pangasianodon hypophtalmus.
7
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
xi
I.
PENDAHULUAN ........................................................................... 1.1 Latar Belakang........................................................................... 1.2 Tujuan ........................................................................................
1 1 2
II.
METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 2.1 Wadah dan Media Pemeliharaan ................................................ 2.2 Pakan Uji .................................................................................... 2.3 Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data ................................ 2.4 Analisis Kimia ............................................................................ 2.5 Analisis Statistik .........................................................................
3 3 3 4 5 5
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 3.1 Hasil ............................................................................................ 3.2 Pembahasan ................................................................................
8 8 9
KESIMPULAN ...............................................................................
14
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
15
LAMPIRAN ...............................................................................................
17
IV.
ix
DAFTAR TABEL Halaman 1. Komposisi bahan pakan (% bobot kering) ................................................... 4 2. Komposisi proksimat pakan (% bobot kering)............................................. 4 3. Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL) ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60%............................................... 9
x
DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Prosedur Analisis Proksimat ........................................................................ 1.1 Prosedur analisis kadar air ..................................................................... 1.2 Prosedur analisis kadar lemak ................................................................ 1.3 Prosedur analisis kadar protein .............................................................. 1.4 Prosedur analisis kadar serat kasar......................................................... 1.5 Prosedur analisis kadar abu ....................................................................
17 17 17 18 19 19
2. Skema tata letak wadah perlakuan ............................................................... 20 3. Komposisi proksimat bahan pakan .............................................................. 20 4. Data parameter kualitas air........................................................................... 20 5. Data bobot biomassa ikan patin pada awal dan akhir penelitan................... 20 6. Nilai jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), specific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL) ............................................................... 21 7. Analisis statistika ......................................................................................... 22 8. Data perhitungan retensi protein ................................................................. 24 9. Data perhitungan retensi lemak ................................................................... 25 10. Profil asam amino tepung kepala udang (TKU), tepung ikan (TI), dan ikan patin ...................................................................................................... 26
xi
I. 1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Keberhasilan budidaya ikan ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya
adalah ketersediaan bahan pakan yang berkualitas baik. Dalam industri perikanan budidaya, pakan memegang peranan sangat besar, karena hampir 60-80% biaya produksi berasal dari pakan. Budidaya perikanan yang intensif sangat menuntut tersedianya pakan dalam kualitas yang baik, kuantitas yang cukup, harga yang relatif murah, tepat waktu dan berkesinambungan. Usaha budidaya perikanan di Indonesia menghadapi permasalahan yang berat dengan naiknya harga pakan ikan sebagai akibat naiknya komponen impor pada bahan bakunya. Hal ini dapat mengakibatkan keuntungan yang diperoleh pembudidaya ikan rendah. Dengan keuntungan yang rendah akan mempengaruhi keberlanjutan usaha budidaya. Salah satu bahan baku pakan yang masih impor dengan harga inggi adalah tepung ikan. Data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (2010) bahwa Indonesia mengimpor tepung ikan sebesar 65.601 ton pada tahun 2009. Ikan patin Pangasianodon hypopthalmus merupakan kelompok ikan budidaya yang termasuk kelompok ikan omnivora cenderung herbivora. Kelompok ikan ini menggunakan tepung ikan dalam jumlah yang lebih tinggi dibandingkan ikan kelompok herbivora. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan menyubstitusi tepung ikan dengan sumber protein lain yang harganya lebih murah dan berkualitas baik. Pakan alternatif yang diberikan pada ikan hendaknya bermutu baik sesuai dengan kebutuhan ikan, tersedia setiap saat, dan harganya murah (Suprayudi 2010). Salah satu bahan pakan alternatif sebagai substitusi tepung ikan sumber protein hewani antara lain adalah kepala udang. Industri pengolahan udang beku Indonesia berkembang pada beberapa tahun terakhir ini, sejalan dengan meningkatnya produksi udang. Indonesia merupakan salah satu negara pengekspor udang terbesar di dunia. Data BPS tahun 2010 menunjukkan produksi udang Indonesia sebesar 338.060 ton pada tahun 2009 dan 352.600 ton pada tahun 2010. Apabila udang segar ini diolah menjadi udang beku, maka sebesar 35–40% dari bobot utuh akan menjadi limbah udang,
1
kualitasnya bervariasi tergantung jenis udang dan proses pengolahannya (Abun 2009). Ekspor udang umumnya berupa udang tidak beku, udang beku dan udang dalam kaleng. Produk udang beku sebagian besar berupa produk tanpa kepala (headless) dan produk udang kupasan (peeled). Dari bagian udang yang terbuang tersebut ada bagian yang masih layak bagi konsumsi, misalnya bagian kepala dan dada udang (cephalothorax). Kepala udang sangat potensial dijadikan bahan pakan sumber protein hewani karena ketersediaannya cukup banyak dan mengandung zat-zat gizi yang tinggi. Menurut Hetramf dan Piedad-Pscual (2000) melaporkan bahwa berdasarkan komposisi bahan kering, kepala udang mengandung 43,2% protein kasar, 5,6% lemak, 15,8% serat kasar, 33,0% abu, dan 2,4 BETN. Untuk mengetahui pemanfaatan tepung kepala udang, perlu dilakukan penelitian mengenai pemanfaatannya untuk menggantikan tepung ikan dalam pakan ikan.
1.2
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis optimal tepung kepala
udang yang dapat digunakan untuk menyubstitusi tepung ikan dalam pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus.
2
II. 2.1
METODOLOGI PENELITIAN
Wadah dan Media Pemeliharaan Ikan uji dipelihara dalam bak beton berdimensi 100 x 100 x 80 cm
dengan volume air 500 liter. Bak beton yang digunakan berjumlah 15 buah untuk 5 perlakuan dan 3 kali ulangan. Masing-masing bak dilengkapi dengan aerasi dan pengolahan air menggunakan sistem resirkulasi. Kepadatan ikan adalah 20 ekor per bak. Penempatan bak dilakukan secara acak. Skema dan tata letak wadah perlakuan dapat dilihat pada Lampiran 2.
2.2
Pakan Uji Pakan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa pakan pelet kering.
Sebelum pakan uji dibuat, bahan pakan yang digunakan dianalisis proksimat terlebih dahulu (Lampiran 3). Hasil analisis proksimat dijadikan acuan untuk menentukan formulasi pakan. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat pakan antara lain tepung ikan lokal (TI), tepung kepala udang (TKU), tepung kedelai (SBM), dedak, tepung bungkil sawit yang sudah difermentasi (PKM), premix, minyak kelapa, dan binder berupa tapioka. Target kadar protein pakan uji adalah 28,5%, energi protein rasio sebesar 7-9% kkal DE/g protein serta jumlah energi pakan yaitu 2.500 kkal DE/kg pakan. Perlakuan terdiri dari 5 macam yang berbeda tingkat pergantian komposisi tepung ikan (TI) dengan tepung kepala udang (TKU). Pakan uji yang digunakan adalah pakan A (100%TI) sebagai pakan kontrol, pakan B (15%TKU : 85%TI), pakan C (30%TKU : 70%TI), pakan D (45%TKU : 55%TI), dan pakan E (60%TKU : 40%TI). Komposisi bahan baku pakan yang lebih lengkap disajikan dalam Tabel 1. Pakan lalu dicetak dan dikeringkan. Setelah itu pakan disimpan di tempat yang kering dan tidak lembab. Pakan yang telah dibuat kemudian dianalisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutriennya. Hasil analisis proksimat pakan dapat dilihat pada Tabel 2.
3
Tabel 1. Komposisi bahan baku pakan (g per kg pakan kering) Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) TKU 0% TKU 15% TKU 30% TKU 45% TKU 60% Tepung ikan 22,50 19,23 15,75 12,37 9,20 TKU 0,00 3,37 6,75 10,13 13,50 PKM 35,00 35,00 35,00 35,00 35,00 Dedak 12,50 12,50 12,50 12,50 12,50 SBM 18,00 18,00 18,00 18,00 18,00 Minyak Kelapa 4,00 4,00 4,00 4,00 4,00 Premix 2,00 2,00 2,00 2,00 2,00 Tapioka 6,00 5,90 6,00 6,00 5,80 Menurut perhitungan : DE (kkal/kg)* 2.323,26 2.306,81 2.285,21 2.266,15 2.252,25 C/P (kkal/g)** 8,10 8,22 8,35 8,48 8,61 Bahan pakan
Keterangan : * Digesteble energy (energi pakan yang dapat dicerna) 1 g protein = 3,50 kkal/kg, 1 g karbohidrat = 2,50 kkal/kg,1 g lemak = 8,10 kkal/kg (NRC, 1993). ** C = energi, P = protein.
Tabel 2. Komposisi proksimat pakan (% bobot kering) Komposisi proksimat
Perlakuan/ dosis TKU pergantian tepung ikan (%) TKU 0%
TKU 15%
TKU 30%
TKU 45%
TKU 60%
29,49 7,90 9,19 11,02 36,00
28,12 8,00 7,82 14,15 34,06
28,29 7,87 7,80 15,87 32,37
27,80 7,77 7,25 17,93 30,92
28,03 7,80 8,45 20,64 28,16
Protein (%) Lemak (%) Abu (%) Serat Kasar (%) BETN (%)
Keterangan kadar air (%) : Pakan A: 15,58, Pakan B: 14,15, Pakan C: 15,60, Pakan D; 15,59, Pakan E : 15,80.
2.3
Pemeliharaan Ikan dan Pengumpulan Data Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan patin
Pangasianodon hypophtalmus yang berasal dari petani di kawasan Parung, Bogor. Ikan uji dibagi ke dalam 5 perlakuan dengan masing-masing 3 kali ulangan. Jumlah ikan yang dipelihara sebanyak 20 ekor per bak dengan bobot awal ratarata 21,4±0,13 gram.
4
Pakan diberikan sesuai dengan berat bioamassa ikan yaitu sebesar 3% dari berat biomassa ikan per bak. Frekuensi pemberian pakan dilakukan sebanyak tiga kali yaitu pada pukul 08.00, 12.00 dan 16.00 WIB. Ikan mula-mula diadaptasikan terhadap pakan selama 7 hari. Setelah masa adaptasi ini berakhir, ikan dipuasakan selama 24 jam untuk menghilangkan sisa pakan dalam saluran pencernaan ikan, kemudian ikan ditimbang dalam bobot basah tubuhnya kemudian dimasukkan ke dalam bak. Setelah masa adaptasi, ikan kemudian diberikan pakan perlakuan. Pemeliharaan dilakukan selama 42 hari. Sampling dilakukan setiap dua minggu sekali dengan cara menghitung dan menimbang biomassa seluruh ikan pada masing-masing bak kemudian mencatat jumlah ikan dan berat biomassanya. Untuk menghitung retensi protein dan retensi lemak, sampel ikan diambil pada awal dan akhir penelitian kemudian dilakukan analisis proksimat tubuh ikan.
2.4
Analisis Kimia Analisis proksimat yang dilakukan meliputi analisis proksimat bahan
pakan, pakan uji, tubuh ikan awal dan akhir penelitian, serta analisis beberapa parameter kualitas air. Analisis proksimat bahan pakan, pakan uji, dan tubuh ikan terdiri dari pengukuran protein, lemak, kadar abu, kadar air dan serat kasar. Analisis proksimat ini dilakukan dengan metode AOAC (1984) dalam Takeuchi (1988) seperti yang tertera pada Lampiran 1. Parameter kualitas air yang diukur seperti suhu, oksigen terlarut (DO), pH, alkalinitas, kesadahan, dan total ammonium nitrogen (TAN) yang dilakukan pada awal, tengah dan akhir penelitian.
2.5
Analisis Statistik Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter yang dievaluasi dengan analisis statistik ialah konsumsi pakan, laju pertumbuhan spesifik, konversi pakan, retensi protein, retensi lemak, dan survival rate (SR). Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap setiap parameter yang diuji maka digunakan analisis sidik ragam/uji F dan uji lanjutan menggunakan uji Duncan. Analisis statistik
5
keseluruhan data menggunakan program komputer S.A.S (S.A.S Institute, 2004). pada tingkat kepercayaan 95%. Parameter yang diuji adalah :
Jumlah Konsumsi Pakan Jumlah konsumsi pakan (JKP) ikan uji diketahui dengan cara menimbang
jumlah pakan yang dimakan oleh ikan uji selama penelitian.
Pertumbuhan Spesific growth rate (SGR) atau laju pertumbuhan spesifik dihitung
berdasarkan pada Steffens (1989). SGR
=
Keterangan : SGR
ln Wt – ln W0 x 100% t = Spesific growth rate (%)
Wt
= Rata-rata bobot individu pada waktu t percobaan (g)
W0
= Rata-rata bobot individu pada waktu awal percobaan (g)
t
= Lama waktu penelitian (hari)
Konversi Pakan (KP) Rasio konversi pakan dihitung berdasarkan persamaan Steffens (1989). KP (%)
=
Keterangan : Wt
F [(Wt + Wd) – W0
x 100%
= Bobot total ikan pada akhir pemeliharaan (gram)
W0 = Bobot total ikan pada awal pemeliharaan(gram) Wd = Bobot total ikan yang mati selama pemeliharaan (gram) F
= Jumlah pakan yang diberikan (gram)
Survival Rate (SR) Survival rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup dihitung berdasarkan
persamaan Steffens (1989): SR
=
Nt No
x 100%
6
Keterangan:
SR
= Kelangsungan hidup ikan
Nt
= Jumlah individu ikan uji pada t percobaan (ekor)
No
= Jumlah individu ikan uji pada awal percobaan (ekor)
Retensi Protein Retensi protein dihitung berdasarkan pada persamaan Takeuchi (1988): RP (%)
Keterangan : RP
=
(Pt - P0) Pp
x 100%
= Retensi protein (%)
Pt
= Bobot protein tubuh pada waktu t (g)
P0
= Bobot protein tubuh awal (g)
Pp
= Bobot protein pakan (g)
Retensi Lemak Retensi lemak dihitung berdasarkan pada persamaan Takeuchi (1988),
yaitu: RP (%)
Keterangan : RL
=
(Lt - L0) Lp
x 100%
= Retensi lemak (%)
Lt
= Bobot lemak tubuh pada waktu t (g)
L0
= Bobot lemak tubuh awal (g)
Lp
= Bobot lemak pakan (g)
7
III. 3.1
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Selama penelitian, ikan uji menunjukkan peningkatan bobot untuk semua
perlakuan. Pada Gambar 1 berikut ini menyajikan pertumbuhan mutlak rata-rata
Pertumbuhan mutlak rata-rata ikan (gram)
ikan, sedangkan biomassa setiap perlakuan disajikan pada Lampiran 5.
24.0
16.0
15.2
17.3 14.8
14.2
12.3
8.0
0.0 A
B
C
D
E
Perlakuan Gambar 1 Pertumbuhan mutlak rata-rata ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0% (A), 15% (B), 30% (C), 45% (D), dan 60% (E). Pada akhir penelitian terlihat bahwa ikan uji pada semua perlakuan mengalami peningkatan bobot. Peningkatan bobot rata-rata yang diberikan pakan perlakuan memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap pakan kontrol (P>0,05). Pada Tabel 3 berikut ini menunjukkan hasil perhitungan terhadap jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL).
8
Tabel 3 Jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), spesific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan nilai retensi lemak (RL) ikan patin yang diberi pakan perlakuan TKU dengan dosis 0%, 15%, 30%, 45%, dan 60% Parameter JKP/ikan (g) KP SGR (%) SR (%) RP (%) RL (%)
Perlakuan/kadar TKU dalam tepung ikan (%) A(0)
B (15) a
12,66 ± 0,27 1,44 ± 0,13 ab 1,92 ± 0,13ab 100 ± 0,00 a 48,74 ± 5,10 a 60,23 ± 3,06 b
C (30) a
12,08 ± 0,20 1,64 ± 0,15 a 1,73 ± 0,19ab 96,67 ± 5,77 a 49,69 ± 2,12 a 60,38 ± 2,49b
D (45) a
12,60 ± 0,18 1,38 ± 0,03 ab 1,96 ± 0,08a 100 ± 0,00 a 55,74 ± 0,32 a 70,54 ± 2,09 a
E (60) a
11,98 ± 0,53 1,67 ± 0,13 a 1,68 ± 0,35ab 98,33 ± 2,89 a 50,81 ± 4,54 a 64,12 ± 3,17 ab
11,86 ± 0,64a 1,76 ± 0,37 a 1,62 ± 0,39b 100 ± 0,00 a 47,27 ± 6,74 a 63,19 ±5,86 b
Keterangan : huruf superscript yang sama pada baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Pakan dengan berbagai kadar komposisi TKU memberikan pengaruh terhadap laju pertumbuhan spesifik dan retensi lemak (P<0,05) tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, retensi protein dan kelangsungan hidup (P>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa nilai jumlah konsumsi pakan, konversi pakan, kelangsungan hidup, dan retensi protein perlakuan (dengan pergantian TKU) memberikan hasil yang sama baik terhadap pakan kontrol (tanpa pergantian TKU). Sedangkan retensi lemak dan laju pertumbuhan pada semua perlakuan menunjukkan perbedaan dengan pakan kontrol.
3.2
Pembahasan Peningkatan bobot pada semua perlakuan menunjukkan bahwa seluruh
ikan uji mengalami pertumbuhan selama penelitian sebagai akibat adanya alokasi energi yang berasal dari pakan untuk pertumbuhan setelah energi untuk pemeliharaan tubuh (maintenance) terpenuhi. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lovell (1988) dalam Halver dan Hardy (2002) bahwa kebutuhan energi untuk maintenance harus terpenuhi dahulu sebelum terjadinya pertumbuhan. Laju pertumbuhan tertinggi terdapat pada pakan dengan penambahan dosis TKU sebesar 30%. Laju pertumbuhan cenderung menurun pada perlakuan dengan dosis TKU lebih dari 30%. Dari hasil riset penggunaan tepung kepala udang pada beberapa komoditas ikan antara lain menurut Laining et al. (2003)
9
mengemukakan bahwa peningkatan kadar tepung kepala udang pada pakan sebesar 40% akan menyebabkan terjadinya penurunan nilai kecernaan protein pakan, jumlah pertambahan bobot, dan laju pertumbuhan ikan kerapu bebek Cromileptes altivelis dari 85,2%; 101,5%; dan 1,17% menjadi 81,2%; 27,8%; dan 0,51%. Sedangkan menurut Jatomea et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan tepung kepala udang sebesar 15% dalam pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan nila Oreochromis niloticus L. Hasil riset lain dari Ceballos et al. (2009) menyatakan bahwa penambahan tepung kepala udang sampai dosis 25% masih memberikan hasil yang signifikan terhadap pertumbuhan Litopenaeus schmitti. Penurunan laju pertumbuhan ini diduga karena kandungan serat kasar yang semakin meningkat sejalan dengan penambahan dosis TKU pada pakan. Berdasarkan Tabel 2, kadar serat kasar dalam pakan berkisar 11-20%. Menurut SNI (2009) bahwa syarat mutu pakan ikan patin mengandung kadar serat kasar maksimum sebesar 8%. Sedangkan menurut menurut Afrianto dan Liviawaty (2005) menyatakan bahwa kandungan serat kasar dalam pakan dianjurkan tidak lebih dari 21%. Besarnya serat kasar melebihi kadar maksimum akan menyebabkan penurunan laju pertumbuhan harian ikan. Hal ini ditambahkan oleh Indriyanti (2011) menyatakan bahwa serat kasar yang tinggi akan memberikan rasa kenyang karena komposisi karbohidrat kompleks yang menghentikan nafsu makan sehingga mengakibatkan turunnya konsumsi makanan. Selain itu, serat kasar yang tinggi menyebabkan porsi eksreta lebih besar sehingga penyerapan protein yang dapat dicerna semakin berkurang. Dengan menurunnya konsumsi pakan dan penyerapan protein mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan ikan. Tingginya kandungan serat kasar dalam pakan berasal dari kitin yang terkandung dalam kepala udang. Shiau dan Yu (1999) dalam Jatomea et al. (2002) menjelaskan bahwa kitin mempunyai dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan rasio konversi pakan pada ikan nila. Heriarti et. al. (2000) dalam Yulianingsih dan Yohanes (2007) melaporkan bahwa pada ikan gurame (Osphronemus goramy Lac.) peningkatan kandungan kitin 16% dalam pakan menyebabkan penurunan laju konsumsi pakan dan konversi pakan. Kitin merupakan biopolimer yang tersusun atas ikatan kitin dan mineral terutama kalsium, yang berikatan erat dalam bentuk ikatan kitin protein kalsium
10
karbonat merupakan kendala dalam pemanfaatan tepung kepala udang ini. Kandungan protein yang terikat dalam kitin tersebut bisa mencapai 50-95% dan kalsium karbonatnya sampai 15-30% (Foster dan Webber 1960). Adanya ikatan kitin protein kalsium karbonat yang kuat diduga akan menurunkan daya cerna protein limbah udang ini, sehingga pemanfaatannya belum optimal dibanding dengan potensi nilai gizinya. Hetramf dan Piedad-Pscual (2000) melaporkan bahwa kadar kitin dalam tepung kepala udang berbeda-beda tergantung cara pengolahannya. Tepung kepala udang yang mengalami perebusan terlebih dahulu mengandung kitin mencapai 17,6%. Keefisienan penggunaan pakan menunjukkan nilai pakan yang dapat diubah menjadi pertambahan pada berat badan ikan. Efisiensi pakan dapat dilihat dari beberapa faktor dimana salah satunya adalah rasio konversi pakan. Rasio konversi pakan merupakan perbandingan antara jumlah pakan yang dikonsumsi dengan pertambahan berat badan yang dihasilkan. NRC (1993) menjelaskan bahwa besar kecilnya rasio konversi pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor tetapi yang terpenting adalah kualitas dan kuantitas pakan, spesies, ukuran dan kualitas air. Besar kecilnya rasio konversi pakan menentukan efektivitas pakan tersebut. Nilai konversi pakan yang sama pada semua perlakuan dan kontrol menunjukkan bahwa pakan mempunyai kualitas yang sama baik untuk pertumbuhan ikan patin. Jumlah konsumsi yang sama dengan panambahan bobot yang sama akan memberikan nilai efisiensi pakan atau nilai konversi pakan yang sama pula. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa penambahan TKU dan tanpa penambahan TKU dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai konversi pakan yaitu berkisar 1,44-1,76. Menurut Azwar et al. (2010) menyatakan bahwa ikan patin yang diberi pakan dengan kadar protein 30% sebanyak 3%/hari menunjukkan nilai konversi pakan sebesar 1,93-2,67. Ditambahkan oleh Jatomea et al. (2002) melaporkan bahwa penambahan tepung kepala udang sebesar 15% dalam pakan ikan nila Oreochromis niloticus menghasilkan nilai konversi pakan sebesar 1,9. Retensi protein merupakan persentase besarnya protein yang tersimpan dalam tubuh ikan. Retensi protein dalam tubuh ikan dipengaruhi oleh kandungan protein yang terdapat dalam pakan. Berdasarkan Tabel 1, diketahui bahwa
11
penambahan TKU dan tanpa penambahan TKU dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai retensi protein yaitu berkisar 47,47-55,74%. Menurut Azwar et al. (2010) menyatakan bahwa ikan patin yang diberi pakan dengan kadar protein 30% mempunyai nilai retensi protein sebesar 32,51-41,01%. Sedangkan menurut Suhenda dan Reza (2008) melaporkan bahwa kadar protein sebesar 35% dalam pakan benih ikan patin menghasilkan nilai retensi protein sebesar 36,9042,87%. Tingkat retensi protein yang sama pada semua perlakuan didukung pula oleh kandungan protein pakan uji yang relatif sama pada masing-masing perlakuan. Kadar protein yang dihasilkan masih dalam rentang layak untuk kebutuhan ikan patin yaitu 28%. Hal ini sesuai dengan pendapat NRC (1993) yang menyatakan bahwa kadar protein yang dibutuhkan ikan patin berkisar 2832%. Besarnya nilai retensi protein tubuh ikan dipengaruhi oleh kandungan asam amino esensial dalam pakan tersebut. Pola asam amino esensial yang mencukupi kebutuhan ikan akan mengoptimalkan pemanfaatan pakan yang dicerna oleh tubuh ikan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Steffens (1989) menyatakan bahwa kandungan protein terkait dengan jumlah protein yang dikonsumsi melalui stimulasi pada proses sintesis protein dan efisiensi retensi protein yang telah disintesis. Semakin sesuai pola asam amino esensial suatu pakan terhadap tubuh ikan maka akan semakin banyak bagian dari asam amino yang disintesis menjadi protein. Salah satu asam amino esensial yang penting yang dibutuhkan ikan adalah asam amino metionin dan lisin. Menurut Sholikhati (1999) dalam Hasibuan (2007) melaporkan bahwa kebutuhan ikan patin akan asam amino metionin dan lisin yaitu sebesar 2,61% dan 6,23%. Sedangkan asam amino metionin yang terkandung di dalam tepung udang dan tepung ikan masing-masing sebesar 1,4 % dan 1,6% sedangkan kandungan asam amino lisin sebesar 4,2% dan 6,3% (Hetramf dan Piedad-Pscual 2000). Nilai retensi lemak menggambarkan persentase jumlah lemak pakan yang disimpan dalam tubuh ikan. Berdasarkan Tabel 1, nilai retensi lemak tertinggi terdapat pada perlakuan dengan dosis penambahan TKU sebesar 30%. Akan tetapi ikan patin mampu memanfaatkan lemak pakan sampai pada dosis penambahan
12
TKU sebesar 45%. Retensi lemak dipengaruhi oleh kadar lemak dalam pakan. Menurut
Hanson et al. (1985) dalam Halver dan Hardy (2002) mengatakan
bahwa kandungan lemak dalam pakan dibataasi untuk tidak melebihi 10-12%. Kadar lemak pakan dalam penelitian berkisar 7,7-8%. Retensi lemak yang dihasilkan berkisar 60,53-70,54%. Menurut Suhenda & Reza (2008) menyatakan bahwa kadar lemak 4-6% dalam pakan ikan patin menghasilkan nilai retensi lemak yang tinggi yaitu 78,86-90,56%. Selain itu, perbedaan nilai retensi lemak diduga terjadi karena pada pakan perlakuan penambahan dosis TKU 30% dan 45% mengandung komposisi asam lemak yang sesuai dengan yang kebutuhan ikan patin. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Steffens (1989) bahwa lemak merupakan bagian yang penting dalam pakan ikan karena mengandung asam lemak esensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh ikan. Kebutuhan asam lemak dapat terpenuhi dari sumber bahan baku pakan. Retensi lemak pada tubuh ikan patin lebih besar dibandingkan dengan retensi proteinnya. Hal ini disebabkan karena ikan patin lebih dapat memanfaatkan protein dibandingkan lemak sebagai sumber energi. Menurut Lovell (1989) dalam Halver dan Hardy (2002) menyatakan bahwa ikan lebih efisien menggunakan protein sebagai sumber energi. Lemak cenderung disimpan dalam tubuh dibandingkan dimanfaatkan sebagai sumber energi untuk pertumbuhan. Penambahan TKU ke dalam pakan tidak mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup (SR) ikan uji (P>0,05). NRC (1983) menyatakan bahwa kelangsungan hidup ikan terutama dipengaruhi oleh sifat fisika kimia air media dan kualitas pakan. Wardoyo (1981) dalam Suhenda dan Reza (2008) menambahkan bahwa dukungan kualitas air untuk lingkungan budidaya merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan terhadap pertumbuhan ikan. Nilai peubah fisika kimia air media selama penelitian masih berada dalam kisaran yang baik bagi sintasan ikan dan pertumbuhan ikan. Dari hasil analisis parameter kualitas air menunjukkan bahwa suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan total ammonium nitrogen (TAN) cukup ideal dan masih dalam batas-batas toleransi untuk mendukung pertumbuhan secara optimum (Lampiran 4).
13
IV.
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dosis penggunaan tepung kepala udang sebagai bahan substitusi tepung ikan pada pakan ikan patin Pangasianodon hypophtalmus yang optimal adalah 30%. Pergantian tepung ikan oleh tepung kepala udang lebih dari 30% dalam pakan ikan patin akan menurunkan laju pertumbuhan spesifik ikan uji.
14
DAFTAR PUSTAKA Abun. 2009. Pengolahan limbah udang windu secara kimiawi dengan NaOH dan H2SO4 terhadap protein dan mineral terlarut. Makalah Ilmiah. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Afrianto, E. dan Liviawaty, E. 2005. Pakan Ikan dan Perkembangannya. Kanisius, Yogyakarta. Azwar, Z.I., Irma M., dan Titin K. 2010. Pemanfaatan ampas tahu sebagai substitusi tepung kedelai dalam formulasi pakan ikan patin. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Jakarta. Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Kelautan dan Perikanan. Pusat Data Statistik dan Informasi (Pusdatin) Kementrian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. Ceballos, B.J., I.F. Castro, J.G. López ,and J.S.A Capote. 2009. Effect of shrimp head meal inclusion level in Litopenaeus schmitti Juveniles Diet. Rev. Invest. Mar. 30(1): 71-78. Foster, A.B. and J.M. Webber. 1960. Advances in Carbohydrate Chemistry. Academic Press. Inc., New York, London. Hasibuan. 2007. Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam pakan ikan patin Pangasius sp. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Halver J.E. and Hardy R.W.. 2002. Fish Nutrition, third ad. Academy Press Inc, New York. Hetramf, J.W. and Piedad Pscual. 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. Kluwer Academic Publisher, Netherlands. Indriyanti Nur. 2011. Evaluasi kecernaan campuran bungkil inti sawit dan onggok yang difermentasi oleh Trichoderma harzianum rifai untuk pakan nila Oreochromis sp. [Tesis]. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Jatomea, M. P., M. A. O. Novoa., J. L. A. Figueroa., G. M. Hall and K. Shirai. 2002. Feasibility of fishmeal replecment by shrimp head silage protein hydrolysate in nile tilapia (Oreochromis niloticus) diets. Journal of the Science of Food and Agriculture 82 : 753 – 759. Laining, A., Rachmansyah, T. Ahmad, and K. Williams. 2003. Apparent digestibility of selected feed ingredients for humpback grouper, Cromileptes altivelis. Aquaculture 2(18): 529-538.
15
NRC. 1983. Nutrient Requirement of Warmwater Fishes and Shellfishes. National Academic of Sciences. Washington DC. NRC. 1993. Nutrient Requirement of Fishes. National Academic of Sciences. Washington DC. S.A.S Institute Inc. 2004. SAS OnlineDoc® 9.1.13. SAS Institute Inc., Cary, NC, USA. Suhenda N., dan Reza S. 2008. Pemanfaatan pakan iso protein dengan kadar karbohidrat dan lemak yang berbeda untuk pertumbuhan benih ikan patin jambal (Pangasius djambal). Jurnal Riset Akuakultur 3(2) : 215224. Steffens, Warner. 1989. Principle of Fish Nutrition. Ellis Horwood Limited. England. SNI. 2009. Pakan Buatan untuk Ikan Patin (Pangasius sp.). Badan Standarisasi Nasional. Suprayudi, M. A. 2010. Bahan baku lokal: Tantangan dan harapan akuakultur masa depan. Abstrak. Simposium Nasional Bioteknologi Akuakultur III. IPB International Convention Center, Bogor, Oktober 2010. p. 31. Yulianingsih R., dan Yohanes T.. 2008. Fermentasi tepung kepala udang dengan enzim kitinase. Bul. Tek. Lit. Akuakultur 7: 65-68. Takeuchi, T, 1988, LaboratoryWork – Chemical Evaluation of Dietary Nutrients, P 179 – 233 In T, Watanabe, Editor, Fish Nutrition and Mariculture, Department of Aquatic Bioscience, Tokyo University of Fisheries.
16
Lampiran 1 Prosedur Analisis Proksimat (Takeuchi, 1988) 1.1 Prosedur analisis kadar air Panaskan cawan pada suhu 105-110 O C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang (X1)
Timbang bahan 2-3 gram (A) lalu masukkan ke dalam cawan
Cawan dan bahan dipanaskan selama 4 jam pada suhu 105-110 OC, dinginkan dan timbang (X2)
Kadar air
=
(X1 + A) A
– X2
x 100%
1.2 Prosedur analisis kadar lemak Panaskan labu pada suhu 104-110 O C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang (X1)
Timbang bahan 2-3 gram (A) lalu masukkan ke dalam cawan
Masukkan ke dalam tabung Sochlet dan beri 100-150 ml N-Hexan hingga selongsong terendam. Sisa N-Hexan dimasukkan ke dalam labu
Panaskan labu di atas hotplate hingga larutan perendam selongsong dalam Sochlet berwarna bening
Labu dan lemak yang tersisa dipanaskan dalam oven selama 15 menit, diinginkan, lalu timbang (X2)
Kadar lemak
=
(X1 + X2) A
x 100%
17
1,3 Prosedur analisis kadar protein 1. Tahap oksidasi Timbang bahan 0,5 gram (A)
Timbang katalis 3 gram
H2SO4 pekat 10 ml
Masukkan dalam Labu Kjedhal dan panaskan hingga berwarna hijau bening, dinginkan, dan encerkan hingga volume 100 ml
2. Tahap destruksi 10 ml H2SO4 0,05 N
Masukkan 5 ml larutan hasil oksidasi ke dalam labu destilasi
2-3 tetes indikator Phenolpthalein
Masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
Destruksi selama 10 menit dari tetesan pertama
3, Tahap titrasi BLANKO Titrasi hasil destruksi dengan NaOH 0,05 N Tirasi hingga 1 tetes setelah larutan menjadi bening SAMPEL Catat ml titran (ν)
Kadar protein
=
0,0007*x 6,25**x (Vb –Vs) x 20 A
x 100%
Keterangan : Vb = ml 0,05 N titran NaOH untuk blanko Vs = ml 0,05 N titran NaOH untuk sampel A = bobot sampel (gram) * = setiap ml 0,05 NaOH ekivalen dengan 0,0007 gram N ** = Faktor Nitrogen
18
1.4 Prosedur analisis kadar serat kasar Timbang bahan 0,5 gram (A) lalu masukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml
Panaskan kertas saring dalam oven, dinginkan, dan timbang (X1)
Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N lalu panaskan di atas hotplate Pasang kertas saring pada labu Buchner yang telah terhubung dengan vacumm pump
Setelah 30 menit tambahkan 25 ml NaOH 1,5N lalu panaskan kembali selama 30 menit
Lakukan penyaringan larutan bahan dengan pembilasan secara berurutan sebagai berikut : 1. 50 ml air panas 2. 50 ml H2SO4 0,3 N 3. 50 ml air panas 4. 25 ml Aceton
Panaskan cawan porselin pada suhu 105-110 oC selama 1 jam lalu dinginkan
Masukkan kertas saring hasil penyaringan ke dalam cawan porselin Panaskan pada suhu 105-110 oC selama 1 jam, dinginkan, dan timbang (X2)
Panaskan dalam tanur pada suhu 600 oC hingga berwarna putih, netralkan panas dalam oven, dinginkan, dan timbang (X3)
Kadar serat kasar
=
(X2 – X3 – X1) A
x 100%
1.5 Prosedur analisis kadar abu Panaskan cawan pada suhu 105-110 O C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator dan timbang (X1)
Timbang bahan 2-3 gram (A) lalu masukkan ke dalam cawan
Cawan dan bahan dipanaskan di dalam tanur dengan suhu 600 OC, dinginkan dan timbang (X2)
19
Kadar abu
(X2 – X1)
=
x 100%
A
Lampiran 2 Skema tata letak wadah perlakuan B3
D2
E3
B2
A3
C1
C3
A1
D3
E1
E2
C2
B1
A2
D1
T
Keterangan: A: pakan dosis 0% TKU, B: pakan dosis 15% TKU, C: pakan dosis 30% TKU, D: pakan dosis 45% TKU, E: pakan dosis 60% TKU, dan T: tandon.
Lampiran 3 Komposisi proksimat bahan pakan (% bahan kering) Bahan pakan
Kadar Kadar Kadar Kadar serat BETN protein lemak abu kasar (%) (%) (%) (%) (%) Tepung ikan (TI) 50,83 4,32 24,70 3,47 16,68 TKU 31,47 2,96 34,67 15,26 15,64 PKM 23,66 0,72 12,33 13,94 49,35 SBM 44,00 2,20 8,00 3,40 42,40 Dedak 13,00 11,87 10,00 3,80 61,33 Keterangan : Kadar air : TI = 9,4 %; TKU = 10 %, PKM = 10,11 %, SBM= 8 %, dedak = 10 %
Lampiran 4 Data parameter kualitas air Parameter Suhu DO (mg l¯¹) Ph TAN Alkalinitas Kesadahan
Perlakuan A 25-29 2,15-3,83 6,90-7,80 0,73-0,8 141,85 89,4-92,97
B
C
D
E
25-29 2,06-3,28 6,90-7,80 0,61-0,71 137,30-151,00 89,40
25-29 2,00-2,75 6,90-7,80 0,71-0,78 141,85-160,16 89,4-100,13
25-29 2,09-2,40 6,90-7,80 0,61-0,78 146,43-187,61 92,97-100,13
25-29 1,90-2,55 6,90-7,80 0,69-0,71 137,78-146,43 92,97-96,55
Lampiran 5 Data bobot biomassa ikan patin pada awal dan akhir penelitan Hari ke0
42
Ulangan 1 2 3 Rata-rata 1 2 3 Rata-rata
A (0) 426,90 427,70 427,70 427,40±0,46 897,60 996,10 977,50 957,1±52,3
Perlakuan/Kadar TKU dalam pakan (%) B (15) C (30) D (45) 433,30 428,90 430,00 423,90 428,10 429,40 430,10 429,90 425,70 429,10±4,78 428,97±0,90 428,37±2,33 884,44 967,90 869,97 851,80 999,80 847,92 836,00 966,70 839,89 857,4±24,7 978,1±18,8 852,6±15,6
E (60) 423,40 425,80 429,80 426,30±3,23 877,20 923,00 736,00 845,4±97,5
20
Lampiran 6 Nilai jumlah konsumsi pakan (JKP), konversi pakan (KP), specific growth rate (SGR), tingkat kelangsungan hidup (SR), nilai retensi protein (RP), dan retensi lemak (RL) a. Jumlah konsumsi pakan (JKP) Ulangan 1 2 3 Rata-rata
Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60) 12,41 12,30 12,53 11,78 12,12 12,63 11,92 12,80 11,58 12,33 12,95 12,02 12,47 10,59 11,14 12,66 ± 12,02 ± 12,60 ± 11,98 ± 11,86 ± 0,64a 0,27a 0,20a 0,18a 0,53a
b. Konversi pakan Ulangan 1 2 3 Rata-rata
Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60) 1,58 1,48 1,40 1,61 1,60 1,33 1,67 1,34 1,59 1,49 1,41 1,78 1,39 1,82 2,18 1,44±0,13 a 1,64±0,15a 1,38±0,03 a 1,67±0,13 a 1,77±0,37 a
c. Specific growth rate (SGR) Ulangan 1 2 3 Rata-rata
Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60) 1,77 1,95 1,94 1,68 1,73 2,01 1,66 2,02 1,74 1,84 1,97 1,58 1,93 1,62 1,28 1,92 ± 1,73 ± 1,96 ± 1,68 ± 1,62 ± 0,13ab 0,19ab 0,08a 0,35ab 0,39ab
d. Tingkat Kelangsungan Hidup Ulangan 1 2 3 Rata-rata
Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60) 100,00 90,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 95,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00±0,00 96,67±5,77 100,00±0,00 98,33±2,89 100,00±0,00
21
e. Retensi protein Ulangan 1 2 3 Ratarata
Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60) 43,81 51,99 55,40 51,37 49,79 53,98 49,26 55,79 55,04 52,73 48,43 47,81 56,03 46,01 39,87 48,74 ± 49,69 ± 55,74 ± 50,81 ± 47,47 ± 5,10 a 2,12 a 0,32 a 4,54 a 6,74 a
f. Retensi Lemak Ulangan 1 2 3 Ratarata
Perlakuan/dosis TKU pergantian tepung ikan (%) A (0) B (15) C (30) D (45) E (60) 57,00 61,94 71,67 65,96 66,15 63,09 61,71 68,13 65,94 66,98 60,60 57,51 71,83 60,46 56,44 60,23 ± 60,38 ± 70,54 ± 64,12 ± 63,19 ± 3,06 b 2,49b 2,09 a 3,17 ab 5,86 b
Lampiran 7 Analisis statistika
Dependent Variable: Jumlah Konsumsi Pakan (JKP) Source
DF
Model Error Corrected Total
4 10 14
Sum of Squares 1,63192107 1,67552534 3,30744640
Mean Square 0,40798027 0,16755253
F Value
Pr > F
2,43 0,1157
Dependent Variable: Konversi pakan (KP) Source Model Error Corrected Total
DF 4 10 14
Sum of Squares 0,31235819 0,38876981 0,70112799
Mean Square 0,07808955 0,03887698
F Value Pr > F 2,01 0,1692
Dependent Variable: Spesific growth rate (SGR) Source Model Error Corrected Total
DF 4 10 14
Sum of Squares 0,27104476 0,29845497 0,56949972
Mean Square 0,06776119 0,02984550
F Value 2,27
Pr > F 0,1336
22
Means with the same letter are not significantly different Duncan Grouping Mean N Perlakuan A 1,9623 3 C B A 1,9168 3 A B A 1,7312 3 B B A 1,6793 3 D B 1,6190 3 E Dependent Variable: Tingkat kelangsungan hidup (SR) Source Model Error Corrected Total
DF 4 10 14
Sum of Squares 26,6666667 83,3333333 110,0000000
Mean Square 6,6666667 8,3333333
F Value 0,80
Pr > F 0,5520
Dependent Variable: Retensi Protein Source Model Error Corrected Total
DF 4 10 14
Sum of Squares 125,1278933 201,9994000 327,1272933
Mean Square 31,2819733 20,1999400
F Value Pr > F 1,55 0,2615
Dependent Variable: Retensi Lemak Source Model Error Corrected Total
DF Sum of Squares 4 210,8598267 10 128,7195333 14 339,5793600
Mean Square 52,7149567 12,8719533
F Value 4,10
Pr > F 0,0321
Means with the same letter are not significantly different Duncan Mean N Perlakuan Grouping A 70,543 3 C B A 64,120 3 D B 63,190 3 E B 60,387 3 B B 60,230 3 A
23
Lampiran 8 Data Perhitungan Retensi Protein
Ulangan 1 Bobot awal 2 (gram) 3 1 Bobot akhir 2 (gram) 3 1 Protein tubuh 2 awal (%) 3 1 Protein tubuh 2 akhir (%) 3 1 Protein tubuh 2 total awal 3 1 Protein tubuh 2 total akhir 3 1 Jumlah protein yang 2 disimpan 3 1 Junlah konsumsi 2 pakan 3 1 Kadar protein 2 pakan 3 1 Jumlah konsumsi 2 protein 3 1 Retensi 2 protein 3 Rata-rata SD
A 426,9 427,7 427,7 897,60 996,10 977,50 13,81 13,81 13,81 17,28 18,04 17,40 58,95 59,07 59,07 155,11 179,71 170,04 96,16 120,64 110,98 744,34 757,81 777,00 29,49 29,49 29,49 219,51 223,48 229,14 43,81 53,98 48,43 48,74 5,10
B 426,90 427,70 427,70 897,60 996,10 977,50 13,81 13,81 13,81 17,28 18,04 17,40 58,95 59,07 59,07 155,11 179,71 170,04 96,16 120,64 110,98 744,34 757,81 777,00 29,49 29,49 29,49 219,51 223,48 229,14 43,81 53,98 48,43 49,69 2,12
C 433,30 423,90 430,10 884,44 851,80 836,00 13,81 13,81 13,81 18,97 18,50 18,70 59,84 58,54 59,40 167,78 157,58 156,33 107,94 99,04 96,94 738,29 714,95 721,00 28,12 28,12 28,12 207,61 201,04 202,75 51,99 49,26 47,81 55,74 0,32
D 428,90 428,10 429,90 967,90 999,80 966,70 13,81 13,81 13,81 18,30 18,04 18,41 59,23 59,12 59,37 177,08 180,35 177,95 117,85 121,23 118,58 751,97 768,08 748,13 28,29 28,29 28,29 212,73 217,29 211,65 55,40 55,79 56,03 50,81 4,54
E 430,00 429,40 425,70 869,97 847,92 839,89 13,81 13,81 13,81 18,43 19,53 18,50 59,38 59,30 58,79 160,30 165,62 155,39 100,92 106,32 96,60 706,62 694,89 755,30 27,80 27,80 27,80 196,44 193,18 209,97 51,37 55,04 46,01 47,47 6,74
24
Lampiran 9 Data Perhitungan Retensi Lemak
Ulangan Bobot awal
Bobot akhir Lemak tubuh awal Lemak tubuh akhir Lemak tubuh total awal Lemak tubuh total akhir Jumlah lemak yang disimpan Jumlah konsumsi pakan Kadar lemak pakan Jumlah konsumsi lemak Retensi lemak Rata-rata SD
1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
A 426,90 427,70 427,70 897,60 996,10 977,50 1,66 1,66 1,66 4,52 4,50 4,53 7,09 7,10 7,10 40,60 44,87 44,30 33,52 37,77 37,20 744,34 757,81 777,00 7,90 7,90 7,90 58,80 59,87 61,38 57,00 63,09 60,60 60,23 3,06
B 433,30 423,90 430,10 884,44 851,80 836,00 1,66 1,66 1,66 4,95 4,97 4,82 7,19 7,04 7,14 43,78 42,33 40,31 36,58 35,29 33,17 738,29 714,95 721,00 8,00 8,00 8,00 59,06 57,20 57,68 61,94 61,71 57,51 60,38 2,49
C 428,90 428,10 429,90 967,90 999,80 966,70 1,66 1,66 1,66 5,29 4,99 5,29 7,12 7,11 7,14 51,20 49,91 51,10 44,08 42,80 43,96 751,97 768,08 748,13 8,18 8,18 8,18 61,51 62,83 61,20 71,67 68,13 71,83 70,54 2,09
D 430,00 429,40 425,70 869,97 847,92 839,89 1,66 1,66 1,66 4,98 5,04 5,07 7,14 7,13 7,07 43,35 42,73 42,55 36,22 35,60 35,48 706,62 694,89 755,30 7,77 7,77 7,77 54,90 53,99 58,69 65,96 65,94 60,46 64,12 3,17
E 423,40 425,80 429,80 877,20 923,00 736,00 1,66 1,66 1,66 5,08 4,95 4,97 7,03 7,07 7,13 44,54 45,72 3655 37,51 38,66 29,41 727,01 739,87 668,16 7,80 7,80 7,80 56,71 57,71 52,12 66,15 66,98 56,44 63,19 5,86
25
Lampiran 10 Profil asam amino tepung kepala udang (TKU), tepung ikan (TI), dan ikan patin
Asam Amino
Presentase (%) Presentase (%) Profil asam amino Profil asam amino TKU* TI* 1,30 1,80 8,20 3,10 3,90 4,60 1,40 1,60 2,60 3,20 2,50 3,20 2,30 3,00 4,10 5,50 4,20 6,30 0,60 2,30
Profil asam amino ikan patin** 2,75 3,64 7,91 2,61 4,27 3,48 4,19 6,17 6,23 0,92
Histidine Threonine Arginine Methionine Valine Phenil alanine I-Leucine Leucine Lysine Triptopan Keterangan : * Hetramf, J.W. and Piedad Pscual. 2000. Handbook on Ingredients for Aquaculture Feeds. Kluwer Academic Publisher, Netherlands. ** Hasibuan, 2007, Penggunaan Meat and Bone Meal (MBM) sebagai bahan substitusi tepung ikan dalam pakan ikan patin Pangasius sp. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
26