SUBSTITUSI TEPUNG KEDELAI DENGAN TEPUNG ECENG GONDOK HASIL FERMENTASI DALAM FORMULASI PAKAN TERHADAP SINTASAN DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAME (Osphronemus gouramy Lac) Muhammad Ardie Sonata1), Muhammad Sulhi2) dan Azrita3) 1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta 2) Peneliti Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Bogor 3) Dosen Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta
[email protected] Abstract
This study aims to determine the optimum percentage of soy flour substitution with fermented E. crassipes flour in feed formulation on survival and growth of carp seed (Osphronemus gouramy Lac). This study was conducted in March-May 2014, in District of Tanjung Raya, Agam regency, West Sumatra. The experimental design used completely randomized design with 4 treatments and 3 replications with a treatment difference in the percentage of soy flour substitution with fermented Eichornia crassipes flour in feed formulation. Treatmen A 75% soy flour + 25% fermented E. crassipes flour , Treatmen B 50% soy flour + 50% fermented E. crassipes flour, Treatmen C 25% soy flour + 75% fermented E. crassipes flour and Treatmen D 100% soy flour + 0% fermented E. crassipes flour. Parameters observed survival rate, weight and length growth, feed conversion, protein and fat retention. The results showed substitution E. crassipes flour fermented soy affects the growth of the weight and length growth (P<0,05), but does not affect survival, feed conversion, protein retention and fat retention (P>0,05) of carp seed. Keywords : soy flour, E. crassipes, carp seed, survival rate, growth PENDAHULUAN
sulit
dibasmi
ternyata
Eceng gondok (Eichornia crassipes) juga
penelitian diketahui mempunyai kandungan
dapat dimanfaatkan untuk pakan ikan yang
protein yang cukup tinggi yaitu antara 12-
bersifat herbivora atau omnivora. Salah satu
18% serta kandungan asam amino cukup
jenis ikan yang bersifat omnivora dan
lengkap (Little, 1979).
memiliki nilai ekonomis penting adalah ikan
Sebagai salah satu sumberdaya lokal yang
Gurame (Osphronemus gouramy)
bisa
Eceng gondok yang selama ini dikenal
pembuatan pakan eceng gondok dapat
sebagai gulma air yang mengganggu dan
digunakan sebagai bahan baku pengganti
dimanfaatkan
untuk
dari
beberapa
bahan
baku
tepung kedelai yang harganya relative
3.3.1. Alat
mahal. Pemanfaatan eceng gondok sebagai
Alat yang digunakan adalah waring
bahan penyusun pakan ikan merupakan
sebanyak 12 buah dengan ukuran 60 x 60 x
suatu
90
alternatif
untuk
mendapatkan
cm/petak
yang
ditempatkan
digital,
pendamping atau pengganti tepung kedelai
kolam.timbangan
dalam pakan, sebagai sumber protein nabati,
sendok, dan seser untuk menangkap ikan uji.
sehingga biaya produksi dapat ditekan dan
Metode Penelitian
dalam upaya mengatasi blooming gulma di
Metode
perairan.
yang
kertas
pada
digunakan
mili,
dalam
penelitian ini adalah eksperimen dengan
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
rancangan penelitian yang digunakan adalah
mengetahui persentase optimum substitusi
Rancangan Acak Lengkap (RAL).terdiri dari
tepung kedelai dengan tepung eceng gondok
4 macam perlakuan perbedaan persentase
hasil fermentasi dalam formulasi pakan
substitusi tepung kedelai dengan tepung
terhadap sintasan dan pertumbuhan benih
eceng
gurame.
formulasi pakan terdiri dari 4 perlakuan dan
MATERI DAN METODE
3 kali ulangan yaitu:
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
˗ Perlakuan A yaitu 75 % tepung kedelai +
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2014, di Nagari Bayur, Kecamatan
Tanjung
Raya,
Kabupaten
gondok
hasil
fermentasi
dalam
25 % tepung eceng gondok fermentasi ˗ Perlakuan B yaitu 50 % tepung kedelai + 50 % tepung eceng gondok fermentasi ˗ Perlakuan C yaitu 25 % tepung kedelai +
Agam, Sumatera Barat.
75 % tepung eceng gondok fermentasi
3.2. Materi Penelitian
˗ Perlakuan D yaitu 100 % tepung kedelai +
3.2.1. Bahan Bahan yang digunakan adalah benih
0 % tepung eceng gondok fermentasi
ikan gurame yang berukuran 3-5 cm / ekor
Ratio ini didasari bahwa persentase tepung
sebanyak ± 240 ekor yang diperoleh dari
kedelai dalam formulasi pakan gurame
pembudidaya
digunakan sebanyak 20 %.
ikan
gurame
di
Sungai
Bangek, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat dengan padat tebar
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan
20 ekor tiap wadah. Pakan berupa pelet
menggunakan
analisis
varian.
Apabila
dengan formulasi yang berbeda.
analisis menunjukkan bahwa F hitung < F
tabel pada taraf 0,05 atau 0,01 berarti tidak
ikan gurame (Ho ditolak, Hi diterima). Maka
ada pengaruh pemberian pakan dengan
analisis dilanjutkan dengan Uji Duncans
campuran
tepung
terfermentasi
eceng
dengan
gondok
yang
Multiple
persentase
yang
mengetahui perbedaan antar perlakuan.
berbeda terhadap kelangsungan hidup dan pertumbuhan diterima,
benih
ikan
Hi ditolak).
gurame
Apabila
(Ho
analisis
menunjukkan bahwa F hitung > F tabel pada
Range
Test
(DMRT)
untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Perlakuan Terhadap Laju Sintasan Benih Ikan Gurame
taraf 0,05 atau 0,01 berarti ada pengaruh
Dari hasil penelitian didapatkan laju
pemberian pakan dengan campuran tepung
sintasan benih ikan gurame yang diberi
eceng gondok yang terfermentasi dengan
pakan dengan perlakuan yang berbeda dapat
persentase
dilihat pada Tabel 1 dan gambar 1.
yang
berbeda
terhadap
kelangsungan hidup dan pertumbuhan benih Tabel 1. Rata-Rata Laju Sintasan Benih Ikan Gurame Setiap Perlakuan Selama Penelitian Perlakuan A B C D
Sintasan (%) ± SD 36,66 ± 5,77 36,66 ± 5,77 31,66 ± 5,77 28,33 ± 5,77
Rata-rata Laju Sintasan (%)
40 30 20
y = -2.999x + 40.825 R² = 0.9
10
laju sintasan
0 A
B C Perlakuan
D
Gambar 1. Grafik laju sintasan benih ikan gurame pada setiap perlakuan Dari Tabel 1 dan gambar 1, dapat
yang mengandung eceng gondok 5% dan
diketahui bahwa rata-rata persentase laju
10% yaitu sebesar 36,66 %, kemudian
sintasan benih ikan gurame yang tertinggi
diikuti dengan perlakuan C pakan yang
ditunjukan pada perlakuan A dan B pakan
mengandung eceng gondok 15% sebesar
31,66 %, sedangkan yang paling rendah
daerah yang memiliki perbedaan suhu siang
tingkat laju sintasannya pada perlakuan D
dan malam terlalu tinggi kurang baik karena
pakan yang yang mengandung eceng gondok
menyebabkan suhu air juga berubah-ubah
0 % sebesar 28,33 %. Hasil analisis varian
sehingga akan menyebabkan gurame stres.
menunjukkan bahwa pensubstitusian tepung
Derajat kelangsungan hidup ikan juga
kedelai dengan tepung eceng gondok pada
dipengaruhi oleh sifat fisika-kimia air. Hal
pakan tidak berpengaruh nyata terhadap laju
ini
sintasan benih ikan gurame.
menyatakan bahwa tingginya mortalitas
Rendahnya
Effendi
(1978)
disebabkan oleh factor lingkungan yang
ditandai dengan tingginya tingkat mortalitas
tidak sesuai seperti pH perairan, suhu dan
yang terjadi pada setiap perlakuan itu diduga
tidak tersedianya pakan , serta kerusakan
karena saat penelitian ikan diserang oleh
fisik yang disebabkan kekurang hati-hatian
parasit
dalam
Timbulnya
jamur
jamur
laju
oleh
sintasan
berupa
tingkat
didukung
(white
tersebut
spot).
penanganan.
Wardoyo
(1975)
diakibatkan
menyatakan bahwa meskipun ikan dapat
karena kondisi lingkungan yang mengalami
beraklimatisasi pada suhu yang relatif tinggi,
perubahan secara drastis terutama suhu
tetapi pada derajat tertentu kenaikan suhu
perairan sehingga ikan mengalami stress dan
dapat menyebabkan kematian pada ikan.
kemudian timbul jamur pada bagian-bagian
4.2 Laju Pertumbuhan Berat Badan
tubuh ikan dan akhirnya ikan mengalami
Benih ikan Gurame
kematian. Hasil pengamatan suhu selama
Dari hasil pengamatan diketahui rata-
penelitian (Table 6) yaitu berkisar antara 24
rata berat benih gurame selama penelitian
–
32
0
C
ini
menunjukan
perbedaan
perubahan suhu yang tinggi, Sesuai dengan
pada
tiap-tiap
perlakuan,
seperti
yang
tercantum pada Tabel 2 dan gambar 2.
pendapat Rahmad (2013) yang menyatakan Tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan berat (gr) benih ikan gurame pada setiap perlakuan Perlakuan A B C D
Berat (gr) Awal 4,3 4,3 4,3 4,3
Pertambahan Berat ± SD Akhir 9,16 8,96 7,55 8,83
4, 86 ± 1,18a 4,66 ± 0,46a 3,25 ± 0,32b 4,53 ± 0,25a
Ket : Huruf Superskrip yang sama dibelakang angka rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata ( p > 0,05 ), sedangkan huruf superskrip yang berbeda dibelakang angka rata-rata menunjukkan berbeda nyata ( p < 0,05 ).
Rata-rata Pertumbuhan Berat (gr)
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
y = -0.24x + 4.925 R² = 0.1804
A
Bobot
B C Perlakuan
D
Gambar 2. Grafik laju pertumbuhan berat benih ikan gurame pada setiap perlakuan Pada Tabel 2 dan gambar 2 dapat
terhadap perlakuan B dan D (P>0,05)
dilihat bahwa pertambahan berat rata-rata
sedangkan perlakuan A, B dan D memberi
ikan yang diuji selama penelitian dari
pengaruh
masing-masing
(P<0,05)
perlakuan
berbeda.
nyata
terhadap
perlakuan
C
Pertambahan berat yang tertinggi terdapat
Pertambahan berat yang tinggi pada
pada perlakuan A, pakan yang mengandung
perlakuan A juga diikuti oleh konsumsi
Eceng Gondok 5 %
(4,86 gr/ekor),
pakan yang tinggi pula dibandingkan dengan
kemudian diikuti oleh perlakuan B yang
perlakuan lain, serta konversi pakan yang
mengandung Eceng Gondok 10%
(4,66
memperlihatkan angka konversi yang rendah
gr/ekor),
yang
yang berarti perlakuan pakan A lebih efisien
mengandung Eceng Gondok 0 % (4,53
dari pada perlakuan pakan yang lain,
gr/ekor), dan perlakuan C yang mengandung
rendahnya nilai konversi dan efisiennya
Eceng
pemanfaatan pakan ikan tersebut didukung
serta
Gondok
perlakuan
15%
D
(3,25
gr/ekor)
merupakan yang terendah.
dengan kandungan nutrisi dari pakan dimana
Hasil analisis varian menunjukkan
pakan A dengan nilai protein 23,38% itu
bahwa pemberian eceng gondok kedalam
memiliki kandungan serat kasar yang rendah
formulasi pakan ikan memberikan pengaruh
yaitu 4,8% dibandingkan dengan nilai serat
yang nyata terhadap pertambahan berat
kasar pada pakan C (7,3%). Serat kasar
badan benih ikan gurame (F hitung > F
merupakan selulosa, bila nilai serat kasar
Table 0,05) (P<0,05).
yang rendah maka dalam proses pencernaan
Hasil uji Duncan’s Multiple Range Test
(DMRT)
memperlihatkan
nilai nutrisi pakan akan lebih mudah diserap
bahwa
dalam tubuh ikan sehingga energi yang
perlakuan A memberi pengaruh tidak nyata
dihasilkan juga akan besar dan akhirnya
energi
itu
untuk
makanan dalam hal keseimbangan nutrien-
pertumbuhan. Berdasarkan hal tersebut maka
nutrien, kandungan energi dan ketersediaan
masing – masing perlakuan menunjukkan
nutrien serta kondisi lingkungan. Effendi
respon yang berbeda terhadap pertumbuhan
(1997) menyatakan bahwa pertumbuhan
benih ikan gurame. Hal ini disebabkan
terjadi apabila ada kelebihan input energi
kemampuan ikan mencerna suatu nutrien
dan asam amino yang berasal dari pakan.
hanya sampai batas tertentu salah satu
Lovell
diantaranya adalah kandungan serat kasar
kebutuhan energi untuk maintenance harus
yang meningkat pada bahan pakan tersebut.
terpenuhi terlebih dahulu sebelum terjadi
Selanjutkan
(1984)
pertumbuhan. Menurut Page and Andrews
mengatakan bahwa penggunaan serat kasar
(1973) apabila terjadi kekurangan energi,
yang tinggi dalam pakan dapat menurunkan
protein
pertumbuhan
dari
menghasilkan energi bebas. Selanjutnya
berkurangnya waktu pengosongan usus dan
Hasting and Dickie (1972) menyatakan
daya cerna pakan.
bahwa, protein merupakan nutrien yang
Arlia
dapat
dgunakan
Anderson
sebagai
(1994)
et.
al.,
akibat
menyatakan
bahwa
(1989)
tubuh
mengemukakan
akan
dioksidasi
bahwa
untuk
sangat dibutuhkan ikan untuk pertumbuhan,
pertumbuhan hanya akan terjadi bila jumlah
jumlah
dan
kualitas
protein
pakan yang dikonsumsi lebih besar dari yang
mempengaruhi
dibutuhkan. Selain dari konversi pakan yang
dengan adanya pemanfaatan protein pakan
juga mempengaruhi dari pertumbuhan benih
maka protein tubuh pun akan bertambah atau
gurame adalah kandungan nutrisi yang
akan terjadi pertumbuhan.
pertumbuhan
ikan.
akan Jadi
terkandung pada pakan yang diberikan,
Menurut hasil penelitian Sulhi et., al.
Mitro (2004) menyatakan bahwa protein
(2010) pada benih ikan gurame dengan
merupakan zat gizi paling penting bagi
penggunaan
pertumbuhan. Sumber protein hendaknya
hijauan menunjukan pertumbuahn terbaik
digunakan se ekonomis mungkin agar
diperoleh pada perlakuan B yaitu 227,77
pemberian protein yang minimal dapat
g/ekor sedangkan pertumbuhan terendah
memberikan pertumbuhan yang optimal.
pada perlakuan A yaitu 166,05 g/ekor.
Selanjutnya Watanabe (1988) dalam Mandra
4.3 Laju Pertumbuhan Panjang Badan
(2004) menyatakan bahwa pertumbuhan
Benih ikan Gurame
sebagian besar dipengaruhi oleh kualitas
kombinasi
beragam
pakan
Hasil
perhitungan
pertumbuhan
pada tiap perlakuan, tercantum pada Tabel 3
panjang benih ikan gurame selama penelitian
dan gambar 3.
Tabel 3 : Rata-rata laju pertumbuhan panjang benih ikan gurame pada setiap perlakuan Perlakuan A B C D
Panjang (cm) Awal Akhir 4,5 8,54 4,5 8,42 4,5 7,94 4,5 8,25
Pertambahan Panjang ± SD 4,04 ± 0,33a 3,92 ± 0,23a 3,74 ± 0,32b 3,78 ± 0,28a
Rata-rata Pertumbuhan Panjang (cm)
Ket : Huruf Superskrip yang sama dibelakang angka rata-rata menunjukkan tidak berbeda nyata ( p > 0,05 ), sedangkan huruf superskrip yang berbeda dibelakang angka rata-rata menunjukkan berbeda nyata ( p < 0,05 ).
4.20 4.00 3.80 3.60 3.40 3.20 3.00
y = -0.138x + 4.13 R² = 0.4661 Panjang
A
B C perlakuan
D
Gambar 3. Grafik laju pertumbuhan panjang benih ikan gurame pada setiap perlakuan Berdasarkan Tabel 3 dadn gambar 3
badan benih ikan gurame (F hitung > F
dapat dilihat laju pertumbuhan panjang yang
Table 0,005) (P<0,05). Hasil uji DMRT
terbaik terdapat pada perlakuan A yaitu
memperlihatkan
pakan dengan eceng gondok 5% (4,04
memberi pengaruh tidak nyata terhadap
cm/ekor) diikuti dengan perlakuan B pakan
perlakuan B dan D (P>0,05) sedangkan
dengan eceng gondok 10% (3,92 cm/ekor)
perlakuan A dan B memberi pengaruh nyata
kemudian perlakuan D pakan tanpa eceng
terhadap perlakuan C (P<0,05).
bahwa
perlakuan
A
gondok (3,78 cm/ekor), kemudian yang
Laju pertumbuhan panjang benih ikan
terendah terdapat pada perlakuan C pakan
gurame tertinggi terdapat pada perlakuan A,
dengan eceng gondok 15% (3,74 cm/ekor).
hal
ini
senada
dengan
pertumbuhan
Dari Hasil analisis varian menunjukkan
beratnya.ini membuktikan bahwa pemberian
bahwa pemberian eceng Gondok kedalam
pakan dengan campuran eceng gondok
formulasi pakan ikan memberikan pengaruh
sebanyak 5% memberikan pertumbuhan
yang nyata terhadap pertambahan panjang
yang baik, karena pakan yang diberikan
sudah mampu dicerna dan diserap dengan
makanan digunakan untuk metabolisme
baik oleh benih ikan gurame. selain itu
(pemeliharaan), sisanya digunakan untuk
kandungan nutrisi yang terkandung dalam
aktivitas,
pertumbuhan
pakan sudah memenuhi kebutuhan benih
Effendie
(1997)
untuk memacu pertumbuhan berat dan
pertumbuhan terjadi apabila ada kelebihan
panjang. Pertambahan panjang benih ikan
input energi dan asam amino (protein)
gurame
pertambahan
berasal dari pakan. Untuk dapat tumbuh ikan
beratnya, pada saat panjangnya meningkat
memerlukan energi. Sebelum digunakan
beratnya juga meningkat. Pertumbuhan ini
untuk pertumbuhan, energi terlebih dahulu
dipengaruhi oleh faktor dalam seperti umur,
digunakan untuk memenuhi seluruh aktivitas
ukuran ikan, dan faktor luar seperti jumlah,
dan pemeliharaan tubuh melalui proses
ukuran makanan, dan kualitas air (Effendie,
metabolisme (NRC, 1993).
seimbang
dengan
1997). Lovell, (1989) dalam Setiawati et. al.,
dan
reproduksi.
menyatakan
bahwa
Menurut hasil penelitian Muchtaromah (2010), pada ikan nila yang beri pakan
(2013). Ikan akan tumbuh apabila nutrisi
pensubstitusian
pakan yang dicerna dan diserap oleh tubuh
fermentasi
ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan
mendapatkan pertumbuhan panjang yang
untuk memelihara tubuhnya. Hal ini akan
tertinggi pada perlakuan B (4,08 cm/ekor)
terjadi apabila faktor pendukungnya dalam
dikuti oleh Perlakuan C (4,06 cm/ekor),
keadaan optimal, berbeda halnya apabila
perlakuan A (4,01 cm/ekor), perlakuan D
faktor pendukung misalnya suhu dibawah
(3,97 cm/ekor) dan pertumbuhan panjang
batas yang dapat ditolerir oleh ikan maka
terendah pada perlakuan E (3,88 cm/ekor).
pakan yang dimakan hanya digunakan untuk
4.4 Konversi Pakan
mempertahankan diri untuk hidup, tidak
Hasil
eceng
dengan
perhitungan
gondok kacang
konversi
hasil kedelai
pakan
untuk tumbuh dan berkembang. Fujiya
benih ikan gurame selama penelitian pada
(2004) menambahkan tidak semua makanan
tiap perlakuan, tercantum pada Tabel 4 dan
yang dimakan oleh ikan digunakan untuk
gambar 4.
pertumbuhan. Sebagian besar energi dari
Tabel 4 : Rata-rata konversi pakan benih ikan gurame setiap perlakuan selama penelitian Perlakuan Konversi pakan ± SD A 2,36 ± 0,37 B 2,42 ± 0,39 C 3,03 ± 0,64 D 2,63 ± 0,22
Rata-rata FCR
4 3 2 FCR
y = 0.142x + 2.255 R² = 0.3661
1
0 A
B
C
D
Perlakuan
Gambar 4. Grafik konversi pakan benih ikan gurame pada setiap perlakuan Berdasarkan menunjukkan
hasil
analisa
pemberian
pakan
varian yang
tepung kedelai dengan 75 % dalam ransum pakan ikan gurame.
mengandung eceng gondok memberikan pengaruh
yang
tidak
berbeda
Jumlah konsumsi pakan
sangat erat
nyata
hubungannya dengan kandungan protein dan
teerhadap konversi pakan perlakuan. Rata-
energi dalam pakan, semakin rendah nilai
rata konversi pakan dapat dilihat pada Tabel
konversi pakan maka semakin baik kualitas
4, nilai rata-rata konversi yang terbaik
pakan
terdapat pada perlakuan A (2,36) kemudian
(1985) dalam Budi, (2006) menyatakan
diikuti dengan perlakuan B (2,42) dan diikuti
bahwa konversi pakan erat hubunganya
dengan perlakuan D (2,63) serta yang
dengan pertumbuhan nilai konversi pakan.
terendah yaitu perlakuan C (3,03) .
Dihitung untuk
tersebut,
pendapat
Djajasewaka
menentukan baik
atau
Penambahan eceng gondok kedalam
tidaknya kualitas pakan yang dihasilkan bagi
pakan tidak berpengaruh tehadap konversi
pertumbuhan. Semakin rendah nilai konversi
pakan
eceng
pakan semakin maka semakin baik kualitas
gondok.Dari data konversi tiap perlakuan
pakan tersebut dan pakan yang diberikan
tendapat
dapat
gondok
yang
tidak
ditambahkan
kecenderungan fermentasi
dapat
tepung
eceng
mensubtitusi
dimanfaatkan
oleh
ikan
pertumbuhan.menurut Mudjiman
untuk (1984)
factor konversi pakan pada ikan berkisar 2-8.
Hasil riset Sulhi et. al,. (2010), menunjukan
konversi pakan. Yandes, (2003) menjelaskan
bahwa pakan dengan kandungan protein 28-
bahwa
30 % dengan jumlah pemberian pakan 3 %
dipengaruhi oleh protein pakan, protein
adalah pakan yang paling efektif dan efisien
pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi
dengan
ikan mengakibatkan pemberian pakan lebih
nilai
konversi
2,22
pada
pemeliharaan benih ikan gurame.
sesuai
dengan
tipe
rasio
konversi
pakan
efisien. Selain itu dipengaruhi pula oleh
Dalam menyusun formulasi pakan harus
nilai
ikan
yang
dipelihara (Brett and Graver, 1979) dalam
jumlah
pakan
yang
semakin sedikit
diberikan,
pakan
dengan
yang diberikan
pemberian pakan semakin efisien.
Budi, (2006) hal ini erat kaitanya dengan yang diberi pakan dengan perlakuan yang
4.5 Retensi Protein dan Retensi Lemak Dari hasil penelitian didapatkan nilai retensi protein dan lemak benih ikan gurame
berbeda dapat dilihat pada Tabel 5 dan gambar 5.
Retensi Protein Dan Lemak (%)
Tabel 5 : Rata-rata retensi protein dan lemak benih ikan gurame setiap perlakuan selama penelitian Retensi Protein dan Lemak (%) Perlakuan Retensi protein Retensi lemak A 10,43 16,66 B 7,15 19,76 C 4,75 21.97 D 8,39 20
25
y = 1.223x + 16.54 R² = 0.5177
20 15
protein
10
lemak
5 0
y = -0.852x + 9.81 R² = 0.2144 a
b c Perlakuan
d
Gambar 5. Grafik retensi protein dan retensi lemak benih ikan gurame Nilai retensi protein umumnya positif,
benih dengan perlakuan A, sebesar 10,43%.
Retensi protein tertinggi diperoleh pada
Nilai retensi protein perlakuan A lebih baik
dari perlakuan B, C dan D dan retensi
perlakuan A yaitu sebesar 10,14 %. Menurut
terendah terdapat pada perlakuan C sebesar
Wilsan and Poe (1987) dalam Samsudin, et.
4,75%.
al,. (2010) Nilai retensi protein selain
Hasil analisis proksimat protein tubuh
menggambarkan adanya deposit protein
benih ikan gurame pada akhir pemeliharaan
dalam tubuh ikan, juga menggambarkan
menunjukkan
dibandingkan
sparring effect dari lemak dan karbohidrat
dengan pada awalnya.Kandungan lemak
sebagai penyedia energi untuk beraktifitas
tubuh ikan mengalami peningkatan pada
sehari-hari. Pada perlakuan B, C dan D
akhir pemeliharaan. Nilai retensi lemak
belum memberikan retensi yang baik karena
benih ikan gurame yang diberi pakan buatan
ikan belum
berkisar 16-22 %. Retensi lemak tertinggi
dengan maksimal hal ini didukung dengan
diperoleh pada benih perlakuan C (21,97%)
tingginya nilai konversi pakan dari tiap
dan terendah pada perlakuan A (16.66%).
perlakuan tersebut.Sedangkan karbohidrat
Nilai retensi protein dan lemak disajikan
dan lemak tidak dapat menggantikan peran
dalam Tabel 5 dan gambar 5.
dari protein. (Samsudin, et. al,. 2010) nilai
peningkatan
bisa memanfaatkan pakan
Berdasarkan analisis ragam ternyata
retensi protein berkaitan dengan nilai ratio
bahwa nilai retensi protein memberikan
efisiensi pakan dan konversi pakan. Hasil
perbedaan tidak nyata (P<0.05). Retensi
penelitian
protein maksimum diperoleh pada perlakuan
memberikan hasil nilai efisiensi protein yang
A yaitu sebesar 10,43%, selanjutnya secara
terbaik dibanding dengan pakan uji lainya.
menunjukan
perlakuan
A
berturut-turut diikuti oleh perlakuan D (8,39)
Retensi lemak rata-rata pada perlakuan
dalam perlakuan B (7.15%) dan C (4,75%).
C menunjukkan nilai tertinggi (21,97%)
Adanya
retensi
dibandingkan perlakuan lainnya, sedangkan
protein dengan naiknya kadar protein pakan
kadar lemak di dalam pakannya paling
memegang
rendah
adalah
Retensi
lemak
kecenderungan
peranan
naiknya
penting
dalam
pembentukan struktur atau jaringan tubuh. Retensi protein menyatakan banyaknya protein
yang
tersimpan
dan
dijadikan
lemak
perlakuan
menunjukan
yang berasal
disimpan
A
didalam
(16,66%). banyaknya
dari pakan
tubuh
selama
yang masa
jaringan tubuh yang baru oleh ikan selama
pemeliharaan. Retensi tertinggi diperoleh
pemeliharaan. Pada penelitian ini nilai
pada perlakuan C yaitu 21,97 %. Tubuh ikan
retensi protein terbesar diperoleh pada
membutuhkan
lemak
untuk
disimpan
sebagai lemak struktural. Untuk memenuhi kebutuhan
lemak
tersebut
maka
4.5 Kualitas Air
ikan
Effendi (1979) mengungkapkan bahwa
mensintesis (biokonversi) lemak berasal dari
pertumbuhan merupakan parameter penting,
nutriaea non lemak, seperti karbohidrat
dimana laju pertumbuhan dipengaruhi oleh
menjadi asam-asam lemak dan trigliserida
faktor internal dan faktor eksternal.Faktor
yang terjadi dihati dan jaringan lemak
internal meliputi keturunan, umur dan
(Linder. 1992) dalam Samsudin, et. al,.
ketahanan
(2010) Setelah kebutuhan protein terpenuhi
faktor eksternal meliputi suhu perairan,
dan kebutuhan energi tercukupi maka lemak
oksigen terlarut, ukuran ikan, padat tebar
dari pakan akan tersimpan dalam jaringan
serta jumlah mutu pakan. Kualitas air sangat
ikan sehingga mengakibatkan tingginya nilai
penting dan berpengaruh langsung terhadap
retensi lemak pada pakan perlakuan C (25 %
kehidupan
tepung kedelai + 75 % tepung eceng gondok
kualitas air dapat dilihat pada Tabel 10.
terhadap
ikan.
penyakit.Sedangkan
Untuk
lebih
jelasnya
fermentasi ). Tabel 6. Parameter kualitas air selama penelitian No 1 2 3 4 5 6
Parameter Suhu pH Oksigen terlarut (DO) BOD COD Amoniak
Satuan 0 C mg/l mg/l mg/l mg/l
*
Nilai 24-32 6-7 5,62 2,85 48,11 0,65
Baku mutu 25-28 6-9 4 3 25 0,50
Data primer 2014
Kualitas air merupakan faktor fisika
0
C, kondisi ini tergolong tidak baik untuk
kimia yang dapat mempengaruhi lingkungan
pertumbuhan ikan karena mempunyai batas
media
tidak
yang terlalu jauh sebagai mana yang
proses
dikemukakan Rahmad, (2013) ikan gurame
pemeliharaan
langsung
akan
dan
secara
mempengaruhi
metabolisme benih ikan gurame. Suhu
akan
mempunyai pengaruh yang cukup besar
memiliki suhu 25-28
terhadap kegiatan dan proses kehidupan
memiliki perbedaaan suhu siang dan malam
seperti bernafas, reproduksi, pertumbuhan,
terlalu
nafsu
menyebankan suhu air juga berubah-ubah
makan
dan
laju
pertumbuhan
(Hickling. 1971) dalam Sulhi, at. al., (2010). Suhu selama penelitian berkisar antara 24-32
tumbuh
tinggi
optimal
dalm 0
kurang
air
yang
C. daerah yang
baik
karena
sehingga akan menyebabkan gurame stress.
Derajat keasaman (pH) air selama
gurame mempunyai labirin yang dapat
penelitian berkisar antara 6-7, dimana nilai
mengambil oksigen langsung dari udara,
ini masih cukup optimal untuk pertumbuhan
oleh karena itu, kadar oksigen dalam air
ikan seperti yang dikatakan oleh Rahmad,
tidak
(2013)keasaman air (pH) yang ideal untuk
gurame.
ikan gurame adalah 6,5 - 7 dengan
terlalu
Kadar
mempengruhi
amoniak
kehidupan
selama
penelitian
kesadahan 7 HD. Air kolam yang terlalu
adalah 0,68 mg/l hal ini masih bisa
asam dapat menyerap fosfat yang merupakan
ditoleransi oleh ikan gurame . sesuai dengan
nutrisi penting bagi
Pescod, (1973) bahwa kandungan amoniak
kesuburan kolam.
Asmawi, (1986 ) juga menyatakan bahwa
perairan tidak lebih dari 1 mg/l.
ikan air tawar mempunyai toleransi terhadap
Secara umum data perameter kualitas
pH air yang berkisar antara 4-11, diluar
air yang diukur selama penelitian ini
batas tersebut ikan akan mati.
berlangsung relatif masih cukup mendukung
Adapun kadar oksigen terlarut (DO) selama penelitian adalah 5,62 mg/l. ikan
berlangsungnya proses kehidupan secara optimal untuk benih ikan gurame.
KESIMPULAN Pensubstitusian tepung eceng gondok hasil
fermentasi
terhadap
mempengaruhi
pertumbuhan
pertumbuhan
panjang,
mempengaruhi
kedelai berat
namun
kelangsungan
Pertumbuhan
terbaik
dari
hasil
pengamatan adalah perlakuan A dengan rata-
dan
rata pertumbuhan berat dan pertumbuhan
tidak
panjang dengan masing-masing (4,86 ± 1,18
hidup,
gr) dan (4,04 ± 0, 33 cm) sedangkan rata-
konversi pakan, retensi protein dan retensi
rata pertambahan berat dan pertambahan
lemak dari benih ikan gurame. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J. , A.J. Jackson, A.J. .Matty and B.S. Carper. 1984. Effecta of Dietary Carbohydrate and Fibre on Tilapia (Oreochromis niloticus). Aquaculture. Arlia, L. 1994. Pengaruh Kadar Protein Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Gurame (Osphronemus
Gouramy Lac ). Tesis Pertanian Bogor. 126 Hal.
Institute
Asmawi , S. 1986. Pemeliharaan Ikan Dalam Keramba. PT. Gramedia, Jakarta. 82 Hal. Budi, Y. S. 2006. Penggunaan Kapang Rhizopus oligosporus Dengan Presentase Yang Berbeda Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Jelawat
(Leptobarbus hoeveni Blkr). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Dasril. 2002. Pengaruh Pemberian Khitosan Dalam Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Gurame Merah (Osphronemus gouramy Lac). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Effendie, M. I., 1979. Metode Biologi Perairan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 Hlm. Effendie, M. I. 1997. Biologi perikanan' Penerbit Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.163 hal. Fujiya, Y. 2004. Fisiologi Ikan. Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. Guffran, H. M. 2004. Pakan Ikan, Formulasi, Pembuatan dan Pemberian. PT. Perca. Jakarta. 98 Hlm. Hasting WH, and Dikie. 1972. Feed formulations and evaluation, p. 327371. In Fish nutrition. JE Halver (ed), Acad. Press. Inc. New York. Indra, T. R., Dulmi’ad, I dan Titin, H. 2012. Pengaruh Pemberian Pakan Alami Tubifex sp, Chironomus sp, Moina sp, dan Daphnia sp Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Gurame Padang (Osphronemus gouramy Lac.). jurnal Universitas Padjajaran. Bandung. Khairuman, H dan Amri, K. 2011. Pembesaran Gurame Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 82 Hlm.
Little, E. C. S. 1979. Handbook of Utilizationof Aquatic Plants Food and Agriculture Organization of The Nation. Rome. Lovell T. 1989. Nutrition and feeding of fish. Auburn University, New York. 260 pp. Mandra, A. 2004. Pengaruh Awal Pemberian Pakan Buatan Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Lou Han (Cichlosoma Sp). Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta. Padang. Marlina, N dan Suraya. S. 2001. Nilai Gizi Eceng Gondok Dan Pemanfaatan Sebagai Pakan Ternak Non Ruminansia. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. 58-62. Mitro, H. P. 2004. Pemanfaatan Bungkil Inti Sawit Fermentasi Dengan Presentase Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Ikan Mas (Cyprinus carpio.L). skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Bung Hatta. Padang. Muchtaromah, B. Susilowati. R. Dan Kusumastuti. A. 2010. Pemanfaatan Tepung Hasil Fermentasi Eceng Gondok (Eichornia Crassipes) Sebagai Campuran Pakan Ikan Untuk Meningkatan Berat Badan Dan Daya Cerna Protein Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp) ” (Refleksi Surat Ali Imran 190-191). Jurnal. Universitas islam negeri. Malang. 1-10.
Mudjiman, A. 1984. Makanan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta. 62 Hal. National Research Council. 1993. Nutrient requirements of hsh. National Academic of Science, Washington, D.C. 115 PP. Nofyan, E. 2005. Pengaruh Pemberian Pakan dari Sumber Nabati dan Hewani terhadap Berbagai Aspek Fisiologi Ikan Gurame (Osphronemus gouramy L.). UNSRI. Sumatera Selatan. Page
JW, and Andrews JW. 1973. Interactions of dietary level of protein and energy on channel catfish. Journal Nutrition. 103: 1339-1346.
Peraturan Pemerintah Nomor 82. 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. 31 hlm. Pescod, M. B. 1973. Investigation Of Rational Effluents And Streams Standard Of Tropical Countries. Asian Institutes Of Technologys (Bangkok) Thailand. 59 P. Rahmat, R. P., 2013. Budidaya Gurame. Agromedia Pustaka. Jakarta. 96 Hlm. Samsudin, R. Ningrum. S. dan M. Sulhi. 2010. Evaluasi Penggunaan Pakan Dengan Kadar Protein Berbeda Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Nilem (Osteochilus hasseltii). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 697-701. Setiawati, J.E., Tarsim, Adiputra, Y,T, Hudaibah, S. 2013. Pengaruh Penambahan Probiotik Pada Pakan
dengan Dosis Berbeda Terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan, Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin (21). Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan, Volume I No 2 Februari 2013, ISSN : 23023600. Skripsi, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. SNI 7473. 2009. Pakan Buatan Untuk Ikan Gurame (Ospheronemus gouramy Lac ). Syarat Mutu Pakan Ikan Gurame. Sulhi, M. Samsudin. R, Hendra. 2010. Penggunaan Kombinasi Beragam Pakan Hijauan Dan Pakan Komersial Terhadap Pertambahan Bobot Ikan Gurame (Osphronemus gourami Lac.). Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar. Bogor.Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.759-764. Wardoyo, S. T. H. 1975. Pengelolaan Kualitas Air. IPB. Bogor. 41 Hlm. Yandes. Z, ridwan. A dan ing. M. 2003. Pengaruh Pemberian Selulosa Dalam Pakan Terhadap Kondisi Biologis Benih Ikan Gurami (Osphronemus gourami Lac). Jurnal lktiologi Indonesia, 3 ( l ). 27-33.