Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
PENGARUH PARTISIPASI MASYARAKAT TERHADAP PENCAPAIAN TUJUAN PROYEK SECOND WATER AND SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) Shinta Syahida Rismanimurti, Rianto B. Adihardjo, I Putu Artama Wiguna Manajemen Proyek Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email:
[email protected]
ABSTRAK Di Indonesia banyak proyek pembangunan sarana air bersih dan sanitasi yang tidak berkesinambungan sehingga sarana yang dibangun hanya berfungsi dalam jangka waktu pendek. Proyek Second Water And Sanitation For Low Income Communities (WSLIC-2) menjawab kekurangan dari proyek-proyek terdahulu. Sifat proyek ini bottom up dengan pendekatan pemberdayaan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat dengan memberi kesempatan masyarakat berpartisipasi sejak proses perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pengelolaan hasil proyek tersebut. Pendekatan pemberdayaan pada program WSLIC-2, yang menitikberatkan pada partisipasi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan proyek. Dalam rangka itulah perlu diketahui pengaruh partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan proyek, dengan mengadakan penelitian. Obyek penelitian adalah Kabupaten Pamekasan, dengan memilih desa lokasi proyek WSLIC-2 yang memiliki tingkat keberhasilan tinggi yaitu Pamoroh dan desa dengan tingkat keberhasilan rendah yaitu Rangperang Daya. Pengambilan sampling menggunakan teknik total sampel terhadap penerima manfaat proyek Pengumpulan data dilakukan dengan metode kuisioner. Data dianalisis menggunakan structural equation modeling (SEM) dengan variabel X adalah partisipasi masyarakat dan variabel Y adalah pencapaian tujuan proyek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di kedua desa partisipasi berpengaruh positif terhadap pencapaian tujuan proyek. Di Desa Pamoroh, yang paling berpengaruh adalah variabel tingkat partisipasi sedangkan pencapaian tujuan proyek yang paling dipengaruhi adalah peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Untuk Desa Rangperang Daya partisipasi yang paling berpengaruh adalah variabel wujud partisipasi sedangkan pencapaian tujuan proyek yang paling dipengaruhi adalah peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. Kata kunci: partisipasi, structural equation modeling, WSLIC-2
PENDAHULUAN Sekitar tahun 80-an di Indonesia banyak dilaksanakan proyek pembangunan sarana air bersih dan sanitasi namun proyek tersebut tidak berkesinambungan sehingga banyak dari sarana yang dibangun hanya berfungsi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Ketidaksinambungan ini disebabkan masyarakat kurang atau bahkan tidak merasa memilikinya. Rasa tidak memiliki ini timbul karena: a. Sarana yang dibangun tidak berfungsi efektif sebab pembangunannya tidak memperhatikan aspirasi masyarakat (sifatnya top down) sehingga tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
b. Tidak adanya pelibatan masyarakat baik sejak perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan maupun pengelolaannya, dengan kata lain masyarakat hanya sebagai obyek yang akan menerima hasil proyek, c. Kurangnya akses masyarakat yang membutuhkan sarana terhadap keberadaan sarana tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberhasilan proyek hanya berhenti sampai pada keberadaan bentuk fisiknya atau terbangunnya sarana saja dan tidak sampai pada pemanfaatan keuntungan yang dihasilkan bangunan tersebut. WSLIC-2 menjawab kekurangan dari proyek-proyek yang terdahulu. Proyek Second Water And Sanitation For Low Income Communities atau biasa disingkat dengan WSLIC-2 merupakan salah satu program pembangunan di bidang air bersih dan sanitasi yang ditujukan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di pedesaan yang kurang/tidak mendapat akses air bersih dan sanitasi dasar. Sifat proyek ini bottom up dengan pendekatan pemberdayaan yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Dikatakan bottom up karena seluruh anggota masyarakat yang akan menerima proyek menentukan sendiri sarana yang dibutuhkan, ikut berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan mengelola sendiri sarana tersebut nantinya. Bahkan masyarakat turut berkontribusi membiayai proyek tersebut, dari total pembiayaan 20% berasal dari masyarakat berupa dana tunai (in-cash) 4% dan 16% berupa material dan tenaga (inkind). Keterlibatan atau partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan proyek ini bertujuan untuk meningkatkan proses perencanaan yang tanggap pada kebutuhan masyarakat, yang diimplementasikan dengan penggunaan pendekatan Methodology Participatory Assessment (MPA) dan Participatory of Hygiene and Sanitation Transformation (PHAST). MPA mempunyai fokus pada penilaian kebutuhan terhadap sarana air bersih dan sanitasi, sedangkan PHAST mempunyai fokus pada perubahan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat. Pada dasarnya kedua metode ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dengan memberdayakan masyarakat penerimanya sehingga dapat meningkatkan kesinambungan dan keefektifan pemanfaatan sarananya serta memperbaiki status kesehatan masyarakat yang menerima manfaat dari proyek ini. Dengan demikian diharapkan keberhasilan proyek dapat lebih meningkat. Seperti yang telah disebutkan di awal bahwa yang dimaksud keberhasilan proyek tidak hanya pada keberadaan bentuk fisiknya, maka perlu dilakukan penelitian mengenai tingkat keberhasilan proyek tersebut. Hal ini dikarenakan kecenderungan yang ada selama ini adalah mengukur tingkat keberhasilan proyek berdasarkan penyelesaian setiap tahapan administrasi dan tahapan pelaksanaan proyek. Pengukuran keberhasilan proyek dengan cara demikian mungkin dapat diterapkan pada proyek infrastruktur yang umum dibutuhkan semua penduduk sehingga keberadaan fisiknya sudah tentu mendatangkan manfaat bagi penggunanya namun tidak pada proyek dengan kebutuhan khusus untuk penduduk wilayah tertentu. Untuk dapat dikatakan berhasil dan mendatangkan manfaat, sebuah proyek dengan kebutuhan penduduk khusus memerlukan kesesuaian antara kebutuhan dengan pemenuhan kebutuhannya atau dengan kata lain tanggap pada kebutuhan masyarakat. Kondisi tanggap ini dapat terjadi dengan adanya pelibatan masyarakat dimana masyarakat diposisikan sebagai subyek dari proyek. Guna mengetahui tingkat keberhasilan proyek WSLIC-2 yang pada pelaksanaannya menitikberatkan keterlibatan atau partisipasi masyarakat ini, perlu diteliti mengenai pengaruh partisipasi masyarakat terhadap keberhasilan proyek tersebut.
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Ada beberapa tolok ukur keberhasilan dalam proyek WSLIC-2, yaitu: 1. Pengukuran kinerja dan keberhasilan pengelolaan kegiatan 2. Pencapaian keberhasilan proyek secara dampak 3. Pencapaian tujuan proyek Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur tingkat keberhasilan dengan menggunakan indikator. Dasar pertimbangannya adalah bahwa semua kegiatan dalam suatu proyek bertitik tolak dari tujuan awal proyek tersebut, atau dengan kata lain suatu proyek dikatakan berhasil jika tujuannya terpenuhi. Selain meneliti pengaruh partisipasi masyarakat terhadap pencapaian tujuan proyek, perlu juga diteliti variabel partisipasi apa yang paling mempengaruhi dan juga variabel tujuan proyek apa yang paling dipengaruhi. Untuk lokasi obyek penelitian dipilih Kabupaten Pamekasan dengan pertimbangan kemudahan dalam mengakses data dan merupakan salah satu dari 14 kabupaten di Jawa Timur yang mendapat bantuan proyek WSLIC-2. METODE Pada tahap awal dilakukan studi pendahuluan dilakukan menentukan desa yang akan dijadikan obyek penelitian yaitu desa yang memiliki tingkat keberhasilan tertinggi dan desa yang memiliki tingkat keberhasilan terendah dengan mekanisme ranking. Ranking desa ini dibuat oleh: Pemimpin Bagian Proyek (Pimbagpro) sekaligus Ketua Proyek Manajemen Unit (PMU) Kabupaten, Konsultan Teknik, dan Konsultan Pemberdayaan. Dari ranking tersebut, terpilih desa Pamoroh (desa dengan tingkat keberhasilan tertinggi) dan desa Rangperang Daya (desa tingkat keberhasilan proyek terendah). Berikutnya adalah menentukan variabel penelitian, yang mana akan dilihat hubungan partisipasi masyarakat terhadap pencapaian tujuan proyek WSLIC-2. Dengan demikian partisipasi masyarakat merupakan variabel independen (X) dan pencapaian tujuan proyek ditetapkan sebagai variabel dependen (Y). Untuk variabel konstrak dan variabel obserbnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tingkat Partisipasi
Tahapan Partisipasi
Wujud Partisipasi
PHBS
Pelayanan Kesehatan
Tujuan Proyek
Partisipasi
Ketersediaan Fasilitas Kesinambungan
Gambar 1. Kerangka Konsep Pemikiran
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008 Tabel 1. Variabel Penelitian
Partisipasi masyarakat
Kon sep
Variabel (Variabel Konstruk) tingkat partisipasi
Indikator (Variabel Obserb) X1.1: tingkat partisipasi tahap perencanaan dan pengambilan keputusan X1.2: tingkat partisipasi tahap pelaksanaan pembangunan proyek X1.3: tingkat partisipasi tahap pemanfaatan dan pengelolaan hasil proyek X2 : tahapan partisipasi X3.1: wujud partisipasi tahap perencanaan dan pengambilan keputusan X3.2: wujud partisipasi tahap pelaksanaan pembangunan proyek X3.3: wujud partisipasi tahap pemanfaatan dan pengelolaan hasil proyek Y1.1: perubahan kebiasaan buang air besar Y1.2: perubahan kebiasaan mencuci tangan Y1.3: perubahan kebiasaan mengambil dan, membawa air bersih Y1.4: perubahan kebiasaan menyimpan air bersih untuk konsumsi Y1.5: perubahan kebiasaan mengkonsumsi air minum Y2.1: pemahaman mengenai penjagaan kesehatan Y2.2: penurunan tingkat kesakitan diare Y3.1: kemudahan operasional sarana Y3.2: besarnya cakupan pelayanan sarana
Y4.1: keberfungsian sarana Y4.2: kepuasan pengguna sarana Y4.3: kesediaan memelihara sarana
tahapan partisipasi bentuk partisipasi
perbaikan perilaku bersih dan sehat
hidup
Tujuan proyek
peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat tersedianya fasilitas air bersih dan sanitasi yang memadai kesinambungan pembangunan masyarakat secara partisipatif
Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu penduduk yang menerima manfaat proyek WSLIC-2 atau biasa disebut sebagai pelanggan air. Namun karena jumlahnya sedikit maka dilakukan sampel total. Untuk Desa Pamoroh 129 orang (5 kuisioner tidak dapat diolah). Jumlah sampel di Desa Rangperang Daya sebanyak 120 orang (4 kuuisioner tidak dapat diolah). Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara terstuktur dengan menggunakan daftar pertanyaan, wawancara tak terstuktur berupa pertanyaan yang dapat dijawab secara bebas, dan dokumentasi Untuk mengetahui ketepatan kuisioner yang digunakan dilakukan uji validitas menggunakan rumus korelasi product moment dan reliabilitas menggunakan koefisien alfa atau cronbach’s alpha. Setelah dilakukan pengumpulan, data disusun dalam bentuk tabulasi kemudian dianalisa. Analisa yang dilakukan menggunakan model persamaan struktural atau dikenal dengan singkatan SEM (Structural Equation Modelling). Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan yang ditekankan pada besarnya pengaruh partisipasi terhadap perbedaan pencapaian tujuan proyek di kedua desa. Akhir dari penelitian adalah membuat kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasilnya untuk mengatasi permasalahan pada penelitian ini.
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
HASIL DAN DISKUSI Desa Pamoroh merupakan desa yang melaksanakan proyek WSLIC-2 di Kabupaten Pamekasan dengan tingkat keberhasilan tertinggi. Tingkat kesuburan di desa ini tergolong cukup baik bila dibandingkan dengan wilayah lain di Kabupaten Pamekasan. Kesejahteraan masyarakat Desa Pamoroh masih rendah, menurut penggolongannya terdiri dari keluarga prasejahtera 68%, sejahtera I 28%, sejahtera II 3%, sejahtera III 1% dan tidak ada keluarga yang tergolong sejahtera III plus. Desa Rangperang Daya merupakan desa tingkat keberhasilannya terendah karena pelaksanaannya yang tersendat-sendat. Tingkat kesuburan desa ini menunjukkan cukup tandus. Tingkat kesejahteraan di desa ini lebih rendah dari masyarakat Pamoroh, karena hanya 5% yang tergolong keluarga sejahtera I sampai III. Pada uji pengukuran model, terlebih dahulu dilakukan perhitungan untuk menguji asumsi model SEM yaitu outlier data. Tahapan berikutnya adalah menentukan apakah variabel obserb merupakan bagian dari variabel laten partisipasi dengan menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis). Selanjutnya evaluasi kesesuaian model menunjukkan bahwa model tidak sesuai dengan data. Tabel 2. Hasil uji pengukuran model Pamoroh Uji Pengukuran Variabel Variabel Tujuan Model Partisipasi Proyek Uji outlier Bebas outlier Bebas outlier univariate karena Zscore setelah eleminasi sesuai standar ±3 data Y4.3 Uji CFA seluruh CR>2 dan variabel obserb standardized >0,4, Y1.1 sampai berarti variabel Y4.3 merupakan obserb X1.1 konstrak dari sampai X3.3 variabel laten merupakan tujuan proyek konstrak dari variabel laten partisipasi Evaluasi Semua nilai tidak Semua nilai tidak kesesuaian fit, berarti model fit, berarti model model tidak sesuai data tidak sesuai data
Rangperang Daya Variabel Variabel Tujuan Partisipasi Proyek Seluruh data Bebas outlier bebas outlier setelah eleminasi data 1.4 variabel obserb variabel obserb X1.1 sampai Y1.1 sampai X3.3 Y4.3 merupakan merupakan konstrak dari konstrak dari variabel laten variabel laten tujuan proyek partisipasi setelah eleminasi Y1.1 dan Y1.3 Semua nilai Semua nilai tidak tidak fit, berarti fit, berarti model model tidak tidak sesuai data sesuai data
Dari uji struktural full model terhadap kedua desa tersebut diperoleh persamaan sebagai berikut: Desa Pamoroh: Y = 0,587 X Desa Rangperang Daya: Y = 0,770 X Dari kedua persamaan terlihat bahwa variabel partisipasi (X) mempengaruhi variabel pencapaian tujuan proyek (Y). Sehingga jika terjadi perubahan pada partisipasi maka tujuan proyeknya pun akan berubah. Perubahan yang terjadi searah karena kedua persamaan tersebut bertanda positif sehingga peningkatan pada partisipasi akan membawa peningkatan pada pencapaian tujuan proyek. Dengan kata lain semakin tinggi partisipasi warga pada proyek WSLIC-2 maka akan semakin tercapai tujuan dari proyek tersebut. Hal sebaliknya terjadi jika partisipasi warga menurun atau lebih rendah. Koefisien pada persamaan diatas menunjukkan besarnya kekuatan yang dibutuhkan untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam upaya mencapai tujuan yang ditargetkan sesuai rencana awal proyek. Perbedaan nilai koefisien pada kedua
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
persamaan tersebut dimana Rangperang Daya memiliki nilai yang lebih tinggi (0,770) daripada Desa Pamoroh (0,587) menunjukkan bahwa dibutuhkan upaya yang lebih besar bagi warga Rangperang Daya dalam berpartisipasi pada proyek ini dibandingkan dengan upaya partisipasi warga Pamoroh untuk memperoleh pencapaian tujuan proyek yang menjadi target pelaksanaan proyek ini. Hasil pengujian hipotesis partisipasi terhadap tujuan proyek Desa Pamoroh: besarnya nilai CR 6,343 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka ada pengaruh partisipasi terhadap tujuan proyek yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk nilai indeks kesesuaian model struktural hanya CFI yang memenuhi syarat. Sehingga dapat diartikan bahwa data sesuai dengan model atau dengan kata lain model telah fit berdasarkan parameter CFI. Karena menurut Solimun (2002) jika ada 1 atau 2 parameter yang fit maka model dikatakan fit. Hasil pengujian hipotesis diperoleh partisipasi terhadap tujuan proyek Desa Rangperang Daya, nilai CR 7,543 dengan tingkat signifikansi 0,000. Ada pengaruh tingkat partisipasi terhadap tujuan proyek yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Untuk nilai indeks kesesuaian model struktural hanya CFI yang memenuhi syarat. Hasil selengkapnya untuk setiap variabel dari kedua desa: Tabel 3. Hasil uji struktural model Indikator Wujud Tahapan Tingkat partisipasi Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat Peningkatan ketersediaan fasilitas air bersih dan sanitasi yang memadai Peningkatan kesinambungan dan keefektifan peran serta masyarakat
Variabel <-<-<-<-<-<-<--
Partisipasi Partisipasi Partisipasi Tujuan proyek Tujuan proyek Tujuan proyek Tujuan proyek
0.756 0.786 0.973
Rangperang Daya 0.978 0.710 0.849
0.942
0.764
0.963
0.802
0.861
0.781
0.753
0.796
Pamaroh
Variabel partisipasi yang paling berpengaruh di Desa Pamoroh yaitu variabel tingkat partisipasi baru kemudian tahapan partisipasi dan selanjutnya wujud partisipasi. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan proyek WSLIC-2 masyarakat tidak terlalu mempertimbangkan pada tahapan proyek yang mana mereka terlibat. Dalam semua tahapan proyek baik tahap perencanaan awal, tahap pelaksanaan maupun tahap pemanfaatan dan pengelolaan hasilnya masyarakat tidak memperbandingkan besarnya keterlibatan mereka. Yang menjadi perhatian hanya tingkat keaktifan pada saat mereka terlibat pada tahap apapun. Hal ini disebabkan adanya kendala berupa perbedaan tingkat kemampuan dan kemauan. Warga yang memiliki kemampuan untuk menyumbangkan pemikirannya tentu akan lebih besar partisipasinya dalam tahap perencanaan dan warga yang tidak terlibat dapat melimpahkan aspirasinya melalui mereka. Sedangkan yang memiliki kemampuan secara fisik atau finansial akan memilih berpartisipasi pada dua tahap yang lain. Hal ini sejalan dengan Antoft dan Novack (Muluk, 2002) yang berpendapat bahwa sebaiknya masyarakat diberi kesempatan untuk menikmati akses partisipasi yang lebih besar dan simultan karena adanya kendala kepentingan, waktu, tenaga dan sumberdaya yang dapat membatasi partisipasi. Demikian juga wujud dari partisipasi tersebut. Perbedaan wujud keterlibatan baik secara fisik, terlibat secara finansial ataupun terlibat dalam bentuk menyumbangkan pikiran tidak terlalu menjadi perhatian. Masyarakat dapat mewujudkan partisipasinya sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Sifat saling
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
memahami antar warga masyarakat merupakan cerminan hidup warga desa yang guyub. Di Desa Rangperang Daya, variabel partisipasi yang paling berpengaruh adalah wujud partisipasi. Masyarakat di desa dengan latar belakang pendidikan dan kesejahteraan yang lebih rendah ini lebih sensitif terhadap bentuk dari keterlibatan mereka dalam proyek. Bentuk keterlibatan warga terdiri dari tiga macam yaitu terlibat secara fisik, terlibat secara finansial dan terlibat secara sumbangan pemikiran. Dari ketiga bentuk ini warga dapat terlibat dalam satu bentuk saja, terlibat secara dua bentuk, atau bahkan terlibat secara seluruh bentuk atau ketiga-tiganya. Dari data yang diperoleh melalui kuisioner, banyak warga Rangperang Daya yang tidak terlibat dalam proyek. Sedangkan yang berpartisipasi kebanyakan terlibat dalam satu bentuk yaitu secara fisik dan hanya sedikit sekali yang terlibat dalam bentuk yang lebih banyak dan bentuk keterlibatan yang lain. Keterlibatan secara fisik ini merupakan keterlibatan yang paling murah dan mudah karena tidak membutuhkan biaya dan pemikiran serta hampir seluruh masyarakat dengan berbagai latar belakang pendidikan, kesejahteraan, jenis pekerjaan, jenis kelamin dan usia memiliki kemampuan untuk terlibat secara fisik dalam proyek. Bahkan cukup dengan hanya hadir disetiap kegiatan, seseorang dapat dikatakan terlibat dalam kegiatan tersebut. Selain itu terlibat secara fisik adalah bentuk keterlibatan yang paling nyata karena semua pihak dapat mengetahui secara langsung apakah seseorang terlibat atau tidak. Variabel yang paling dipengaruhi di Desa Pamoroh dan Desa Rangperang Daya adalah peningkatan pelayanan kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya proyek WSLIC-2 masyarakat memiliki pemahaman mengenai penjagaan kesehatan yang lebih baik daripada sebelum adanya proyek kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pemahaman mengenai penjagaan kesehatan erupakan hasil dari kegiatan non fisik yaitu kegiatan yang termasuk dalam komponen kesehatan pada proyek ini. Hasil dari kegiatan non fisik inilah yang selanjutnya disampaikan secara meluas pada anggota keluarganya untuk diterapkan dalam kegiatan atau perilaku sehari-hari. Peningkatan pemahaman ini terlihat nyata dengan menurunnya tingkat kesakitan diare yang dialami anggota keluarga, dikarenakan masyarakat semakin memahami penyebab timbulnya penyakit dan bagaimana pencegahannya dengan melakukan pemutusan rantai penyebab penyakit (dalam proyek WSLIC-2 dikenal dengan istilah ”blocking alur penularan penyakit”). Nilai koefisien peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan ketiga variabel tujuan proyek lainnya menandakan bahwa masyarakat lebih mementingkan pencapaian tujuan secara non fisik dibandingkan secara fisik. Hal ini sejalan dengan pendekatan yang digunakan dalam proyek ini yaitu memberdayakan masyarakat agar tanggap terhadap kebutuhannya sendiri dengan jalan berpartisipasi dalam proses pelaksanaan, pemanfaatan dan pengelolaan hasil proyek. KESIMPULAN Partisipasi masyarakat di Desa Pamoroh dan Desa Rangperang Daya berpengaruh positif terhadap pencapaian tujuan dalam proyek WSLIC-2, sehingga semakin tinggi partisipasi warganya maka akan semakin tercapai tujuan dari proyek tersebut. Hal sebaliknya terjadi jika partisipasi warga menurun atau lebih rendah. Partisipasi yang paling berpengaruh di Desa Pamoroh adalah variabel X1 yaitu tingkat partisipasi yang menyatakan bahwa masyarakat tidak terlalu mempertimbangkan keterlibatan mereka pada tahapan proyek yang mana dan juga tidak mementingkan bagaimana wujud keterlibatannya. Yang diutamakan adalah tingkat keaktifan warga. Sedangkan di Desa Rangperang Daya adalah pada variabel X3 yaitu wujud partisipasi dimana keterlibatan secara fisik cukup dominan dilakukan warga desa ini. Pencapaian tujuan proyek yang paling dipengaruhi adalah variabel peningkatan pelayanan kesehatan baik di Desa Pamoroh dan maupun Desa Rangperang Daya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih mementingkan pencapaian tujuan secara non fisik untuk selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Dari hasil ini peneliti menyarankan beberapa hal yaitu sebaiknya dilakukan dalam penelitian lanjutan dengan menggunakan: 1. Variabel partisipasi dan tujuan proyek yang lain karena dari hasil uji CFA diperoleh hasil bahwa seluruh variabel merupakan konstrak yang membangun variabel laten namun dari nilai indeks kesesuaian tidak memenuhi standar. Hal ini menunjukkan masih ada variabel lain yang merupakan konstrak dari lariabel laten tersebut. 2. Kriteria keberhasilan proyek lainnya yang juga digunakan sebagai target dan sasaran pelaksanaan proyek WSLIC-2 3. Latar belakang karakteristik masyarakat sebagai faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dan pencapaian tujuan proyek DAFTAR PUSTAKA Centre for Strategic and International Studies - CSIS (1996) Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan Implementasi. Ed. Prijono, O.S. dan Pranarka, A.M.W.. Jakarta. Dajan, A. (1986) Pengantar Metode Statistik Jilid II. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000) Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek. Proyek Air Bersih dan Sanitasi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah – II. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000) Petunjuk Teknis Monitoring Kesinambungan Partisipatori. Second Water and Sanitation for Low Income Community WSLIC-2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2000) Petunjuk Teknis Pelaksanaan Monitoring Kesinambungan dan Efektifitas Penggunaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi (Outcome and Process Monitoring). Proyek Air Bersih dan Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (WSLIC-2). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (2004) Perencanaan dan Monitoring Partisipatif Masyarakat untuk Pelayanan Sarana Air Bersih, Sanitasi dan Kesehatan Proyek WSLIC-2. Fieldbook Proses Perencanaan dan Monitoring. Ghozali, I. (2005) Model Persamaan Struktural, Konsep dan Aplikasi dengan Program AMOS Ver. 5.0. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang Gulö, W. (2002) Metodologi Penelitian. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Manullang, O.R. dan Maryono (2003) Proses Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Dalam Program Dasar Pembangunan Partisipatif (Studi Kasus: Kabupaten Blora). Makalah Seminar dan Kongres Nasional II Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI). Program Studi Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Mashoed (2004) Pemberdayaan Masyarakat Miskin membuka Kawasan Terisolasi. Papyrus. Surabaya. Muluk, M.R.K. (2002) Mewujudkan Partisipasi Publik Dalam Pemerintah Daerah. Jurnal Forum Inovasi. Volume 3 Juni/Agustus 2002. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-8
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi VII Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 Pebruari 2008
Nugroho, P. (2003) Pembelajaran Masyarakat dalam Perspektif Perencanaan Partisipatif di Tengah Transisi Paradigma Pembangunan. Makalah Seminar dan Kongres Nasional II Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI). Program Studi Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Pambudi, H.S., dkk (2003) Politik Pemberdayaan Jalan Menuju Otonomi Desa. Lappera Pustaka Utama. Jakarta. Rachmawati, R. (2003) Mencari Bentuk Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Wilayah. Makalah Seminar dan Kongres Nasional II Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia (ASPI). Program Studi Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Singarimbun, M. dan Effendi, S., ed (1989) Metode Penelitian Survai. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta Sjafiudian, H (2003) Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. Yayasan Obor. Jakarta Solimun (2002) Structural Equation Modeling Lisrel dan Amos. Fakultas MIPA Universitas Brawijaya. Malang. Somaatmadja, I.K.D. dan Rahmani, W.I. (2003) Partisipasi Masyarakat Kampung Kota Dalam Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup. Makalah Seminar dan Kongres Nasional II Asosiasi Sekolah Perencanaan Indonesia. Prodi Teknik Planologi Fakultas Teknik Universitas Pakuan. Sugiyono (2006) Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. PT Alfabeta. Bandung. Thamrin J. dan Muhammad S. (2003) Babak Baru Hubungan Negara Dengan Warga Desa, Nilai Strategis Partisipasi Warga Desa Menuju Local Good Governance Di Pedesaan. Jurnal Forum Inovasi. Edisi ke 6 Maret/Mei 2003. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. The World Bank (2003) Sustainability Planning and Monitoring in Community Water Supply and Sanitation, A Guide on the Methodology for Participatory Assessment (MPA) for Community Driven Development Programs. Ed. Mukherjee, N dan van Wijk, Christine.www.wsp.org. Tim Peneliti FKIB (2002) Partisipasi Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah. Jurnal Forum Inovasi. Volume 3 Juni/Agustus 2002. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Usman, H. dan Akbar, R.P.S (2006) Pengantar Statistika. Edisi Kedua. PT Bumi Aksara. Jakarta. World Health Organization (1998) PHAST (Pedoman Langkah demi Langkah) Pendekatan Partisipatif Penanggulangan Penyakit Diare. www.depkes.go.id/index.php. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT. 12 Desember 2006.
ISBN : 978-979-99735-4-2 B-2-9