EVALUASI EFEKTIVITAS, RELEVANSI, DAN KEBERLANJUTAN DAMPAK PROYEK SECOND WATER SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) DI DESA PANGRADIN, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
RAI SITA I34062634
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
ii
ABSTRACT The aim of this research are to evaluate how far the Second Water Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2) project appropriate with empowerment concept and to evaluate effectiveness, relevance, and sustainability impact of WSLIC-2 project which implemented in Pangradin village. Empowerment concept that used to analyze WSLIC-2 project design and its implementation in field are 10 principles Community Driven Development (CDD). Community Driven Development is one of development approach which gives control of decisions and resources to community. Effectiveness expresses what extent the planned outputs, expected effect, and intended impacts are being or have been produced or achieved. Relevance means what extent the WSLIC-2 project is addressing or has addressed problems of high priority, mainly as viewed by stakeholders, particularly the project’s beneficiaries and any another people who might have been its beneficiaries. Meanwhile, sustainability impact means that the maintenances or augmentation of positive changes induced by project after the latter has been terminated. The sustainability also means maintenances of physical produced, continued use of physical facilities, and continued ability to plan and manage similar development work. As a project which based on community, WSLIC-2 project design has appropriated with 10 principles of CDD. The principles of CDD which related to concept of plan and construction phase (such as principle of establish an enabling environment through relevant institutional and policy reform; make investments responsive to informed demand; build participatory mechanisms for community control and stakeholder; ensure social and gender inclusion, invest in capacity building of CBOs (Community-Based Organization); facilitate community access to information; develop simple rules and strong incentives; maintain flexibility in design of arrangements involvement) has implemented well in the field. But, the principle who related with concept of maintenances phase (such as design for scaling up and invest in an exit strategy) not yet implemented well in field. In general, WSLIC-2 project that conducted in Pangradin village assessed quite relevance, but not fully effective and the sustainability is still questionable. Optimization activity of CLTS (Community Led Total Sanitation) and strengthening structure of UPS (Unit Pengelola Sarana) are implementable in order to create a sustainable WSLIC-2 project. Keywords : empowerment, community-driven, and maintenance
iii
RINGKASAN RAI SITA. EVALUASI EFEKTIVITAS, RELEVANSI, DAN KEBERLANJUTAN DAMPAK PROYEK SECOND WATER SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) DI DESA PANGRADIN, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT (Di bawah bimbingan IVANOVICH AGUSTA). Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi adalah dengan dilaksanakannya proyek Second Water Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2). Proyek WSLIC-2 merupakan bagian dari program pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat yang menggunakan pendekatan dengan model pemberdayaan masyarakat. Maka, dibutuhkan evaluasi proyek secara sistematis terhadap aturan normatif dan hasil (outcomes) rill untuk menghasilkan pengetahuan yang lebih mendalam daripada sekedar monitoring, pelaporan, maupun lokakarya tentang hasil proyek (Agusta, 2002). Evaluasi pun menjadi berharga untuk melihat bagaimana pendekatan dengan model pemberdayaan digunakan dalam pelaksanaan proyek serta sejauhmana kesesuaiannya dalam menghasilkan manfaat dan dampak poyek yang diharapkan hingga menjadi proyek yang berkelanjutan. Tujuan skripsi ini adalah untuk menganalisis sejauh mana desain proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin sejalan dengan pemberdayaan masyarakat serta mengevaluasi sejauh mana efektivitas, relevansi, dan keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2 yang dilaksanakan di Desa Pangradin. Responden penelitian ini terdiri dari masyarakat, siswa SD (Sekolah Dasar) dan anggota TKM (Tim Kerja Masyarakat) dengan total responden 244 orang yang dipilih secara acak sederhana dan acak distratifikasi. Sementara itu, informan penelitian adalah anggota TKM, anggota Unit Pengelola Sarana (UPS), dan anggota TKKc (Tim Koordinasi Kecamatan) yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data dilakukan dengan survai dan wawancara mendalam serta penelusuran dokumen yang terkait dengan proyek WSLIC-2. Analisis data menggunakan tabel frekuensi, penyajian grafik, dan prosedur pengujian statistik baik parametrik (uji T-berpasangan) maupun nonparametrik (uji Mc Nemar dan rangking bertanda Wilcoxon).
iv
Desain proyek WSLIC-2 dibandingkan dengan konsep pemberdayaan berdasarkan 10 prinsip Community Driven Development (CDD). Berdasarkan pada hasil analisis dokumen WSLIC-2 serta dengan melihat implementasi proyek di lapangan, desain proyek WSLIC-2 yang dirancang sudah mendekati konsep pemberdayaan berdasarkan 10 prinsip CDD pada fase konstruksi, namun belum mengakar kuat pada fase pemeliharaan proyek. Hasil pengukuran terhadap pencapaian keluaran, manfaat, dan dampak proyek menunjukkan bahwa proyek cukup efektif dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih, namun dalam aspek sanitasi, yakni membebaskan masyarakat dari perilaku BAB (Buang Air Besar) di sembarang tempat, proyek WSLIC-2 dinilai masih belum efektif. Sehingga proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin dinilai belum sepenuhnya efektif dalam menghasilkan manfaat yang diharapkan. Berdasarkan tingkat kebutuhan dan tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap keluaran proyek yang dihasilkan, proyek WSLIC-2 cukup relevan, namun belum menjamin adanya keberlanjutan dampak yang diharapkan proyek WSLIC-2. Hendaknya dilakukan upaya peningkatan pada pelaksanaan kegiatan CLTS (Community Led Total Sanitation) yang masih dan akan terus dilakukan yang disertai dengan peningkatan kapasitas tim kesehatan sebagai penggerak CLTS. Pengokohan kelembagaan pemeliharaan melalui pengokohan struktur UPS juga perlu dilakukan melalui manajemen organisasi yang lebih rapi dan terbuka selaku organisasi operasional dan pemeliharaan di tingkat akar rumput serta peningkatan partisipasi masyarakat terhadap pemeliharaan hasil proyek tersebut. Kegiatan CLTS dan UPS dengan dukungan masyarakat merupakan kunci utama yang harus dijalankan dengan padu agar proyek dapat berkelanjutan.
v
EVALUASI EFEKTIVITAS, RELEVANSI, DAN KEBERLANJUTAN DAMPAK PROYEK SECOND WATER SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) DI DESA PANGRADIN, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT
Oleh RAI SITA I34062634
Skripsi Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
vi
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Rai Sita Nomor Pokok : I34062634 Judul : Evaluasi Efektivitas, Relevansi, dan Keberlanjutan Dampak Proyek Second Water Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2) di Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ivanovich Agusta, SP, MSi NIP.197008161997021001
Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003
Tanggal Lulus :
vii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI EFEKTIVITAS, RELEVANSI, DAN KEBERLANJUTAN DAMPAK PROYEK SECOND WATER SANITATION FOR LOW INCOME COMMUNITIES (WSLIC-2) DI DESA PANGRADIN, KECAMATAN JASINGA, KABUPATEN BOGOR, PROVINSI JAWA BARAT” BELUM PERNAH
DIAJUKAN
PADA
PERGURUAN
TINGGI
LAIN
ATAU
LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK
LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN
RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.
Bogor, 08 Oktober 2010
RAI SITA I34062634
viii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor, pada tanggal 5 Desember 1987 yang merupakan putri keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Djumadi dan Siti Rohemah. Sejak kecil penulis tinggal di Bogor. Penulis menamatkan pendidikan di SD Negeri I Pangradin pada tahun 2000, SMP Negeri I Jasinga pada tahun 2003, SMA Negeri I Jasinga tahun 2006 dan langsung melanjutkan ke Perguruan Tinggi IPB melalui jalur Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB). Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif di kegiatan organisasi diantaranya pada Tingkat Persiapan Bersama (TPB) penulis menjabat sebagai Ketua Gedung A3 Asrama TPB IPB, staf Departemen Kebijakan Publik Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (DKP KAMMI) Komisariat IPB, serta staf Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia Lembaga Dakwah Kampus (PSDM LDK) Al-Hurriyyah. Pada tingkat kedua tahun 2007/2008 penulis aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas Ekologi Manusia sebagai Ketua Komisi Pengawas Himpunan Profesi, Lembaga Dakwah Fakultas Forum Syiar Islam Fakultas Ekologi Manusia (LDF FORSIA) sebagai staf Divisi Keputrian, dan KAMMI Daerah Bogor sebagai staf Departemen Kebijakan Publik. Pada tingkat ketiga penulis melanjutkan sebagai staf Divisi Keputrian FORSIA periode 2008/2009. Penulis pernah menjadi asisten pada mata kuliah Pendidikan Agama Islam selama dua semester, yaitu pada saat peneliti menjalani masa kuliah di semester empat dan semester delapan. Penulis pun pernah mendapatkan pendanaan proposal pada Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M). Selama melakukan penelitian skripsi, penulis juga ikut membantu kegiatan penelitian Program Doktoral pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.
ix
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas kuasa-Nya memberi petunjuk dan kelancaran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga berkat izin Allah, penulis dapat menyelesaikan amanah dalam menuntut ilmu pada jenjang S1 IPB. Semoga Allah SWT berkenan atas perjuangan penulis dalam menggapai kemuliaan di sisi-Nya dengan ilmu yang tak seberapa yang telah penulis dapatkan. Dalam penyelesaian skripsi ini pun penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada : 1. Kedua orang tua penulis, Djumadi dan Siti Rohemah atas dorongan dan do‟a yang tiada putus mengiringi penulis dalam menimba ilmu. 2. Ivanovich Agusta, SP, MSi selaku dosen pembimbing atas kesabaran beliau mengarahkan penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai prosedur. 3. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS selaku penguji utama yang telah memberikan sumbangan berharga untuk penyempurnaan skripsi ini. 4. Heru Purwandari, SP, MSi selaku penguji perwakilan Komisi Pendidikan Departemen Sains KPM yang telah memberikan perbaikan berarti untuk penyempurnaan teknik penulisan skripsi ini. 5. Didik Supriyono, M.Kes selaku pihak dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, yang telah memberikan kemudahan pada penulis dalam mendapatkan data-data yang penulis butuhkan. 6. Ketiga kakak penulis, Rena Julita, Meta Herlian, dan Kiki Junaida beserta suami dan anak-anak tercinta. 7. Emod, Sanitarian Kecamatan Jasinga yang telah membantu penulis mengumpulkan data yang penulis butuhkan. 8. Wina Rachmania, TFM (Tim Fasilitator Masyarakat) WSLIC-2 Desa Pangradin yang telah mengantarkan penulis menemukan data yang dibutuhkan. Juga Wati Milasari serta seluruh informan dan responden
x
Desa Pangradin yang masih menjadi bagian dari keuarga dan kerabat penulis. 9. Farid M Afendi, selaku dosen yang pernah mengajarkan penulis mengenai statistika non-parametrik pada Mata Kuliah Analisis Data Kategorik dan telah meluangkan waktunya untuk penulis berkonsultasi. 10. Teman-teman satu perjuangan pada KPM‟43 yang tak pernah bosan untuk saling menyemangati. Khususnya untuk sahabat penulis Lingga Permesti, Desni Utami, Rehastidya, Septiani Wesman, Sulastri, dan Maryam Febi Budiman. 11. Tim sukses dalam pertarungan medan skripsi ini, Mawar Kusumawardani, Retno Kartikawati, Septina, Agustina Tiwisari, Fatimah Khoerunnisa, Noni Husnayati, Ayu Ningtyas, Anggi, Ratna dan Kustiana yang telah membantu penulis khususnya untuk entri data dan antarjemput penulis. 12. Dr. Ir. Achmad MS dan Yudiwanti SP, MSi serta teman-teman Al-Iffah yang
telah
memberikan
kebersamaan
yang
indah
di
„rumah
pemberdayaan‟ kita yang begitu nyaman. 13. Teman-teman di Gedung Astri A3, KAMMI IPB dan KAMMI Daerah Bogor, PSDM dan ISC LDK Al Hurriyah, DPM dan khususnya FORSIA FEMA. 14. Juga kepada pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Jasa kalian akan ku-ukir menghiasi perjuangan hidup selanjutnya. Kuambil hikmah pada setiap perjumpaan yang turut mewarnai gerak hidupku. Semoga amal baik kita semua, keringat yang kita cucurkan di jalan kebaikan mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya. Akhirnya kepada Allah jualah penulis berharap semoga usaha kita bernilai di sisi-Nya “Barangsaiapa yang mendalami ilmu pengetahuan untuk menyombongkan diri diantara sesama ilmuan, atau untuk membodohi orang yang lemah ilmu pengetahuannya, atau untuk menarik perhatian maka neraka adalah lebih pantas baginya”.(HR. Ibnu Majjah)
Bogor, Oktober 2010 Penulis
xi
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................ ..xi DAFTAR TABEL ............................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... ..xv DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... .xiv BAB
I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 4 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 5 1.4 Kegunaan Penelitian ....................................................................... 5
BAB
II PENDEKATAN TEORETIS ............................................................. 7 2.1 Tinjauan Pustaka ............................................................................ 7 2.1.1 Evaluasi Proyek .................................................................... 7 2.1.2 Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 9 2.1.3 Deskripsi Proyek WSLIC-2 ................................................. 11 2.2 Kerangka Pemikiran ....................................................................... 14 2.3 Hipotesis ......................................................................................... 18 2.4 Definsi Operasional ........................................................................ 19
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN .......................................................... 23 3.1 Metode Penelitian ........................................................................... 23 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .......................................................... 23 3.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 24 3.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 26 3.5 Bias Penelitian ................................................................................ 27 3.5.1 Bias Karena Penarikan Sampel.............................................. 27 3.5.2 Bias di Luar Penarikan Sampel ............................................. 28 3.5.3 Bias Teoretis .......................................................................... 30 BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PANGRADIN ................................... 31 4.1 Kondisi Geografis ........................................................................... 31 4.2 Kondisi Ekonomi ............................................................................ 31 4.3 Kondisi Sosial ................................................................................. 33 BAB
V ANALISIS DESAIN PROYEK WSLIC-2 ........................................ 37 5.1 Iklim Kelembagaan dan Kebijakan ................................................ 37 5.2 Investasi Sesuai Kebutuhan ............................................................ 38 5.3 Mekanisme Partisipasi .................................................................... 39 5.4 Keikutsertaan Sesuai Gender dan Status Sosial ............................. 42 5.5 Investasi Pengembangan Kapasitas Organisasi Berbasis Masyarakat ..................................................................... 44 5.6 Fasilitas Informasi untuk Komunitas.............................................. 45 5.7 Aturan Sederhana dan Insentif yang Kuat ..................................... 47
xii
5.8 Desain Kerja Fleksibel.................................................................... 48 5.9 “Scaling Up” ................................................................................... 48 5.10 “Exit Strategy” .............................................................................. 49 BAB VI EVALUASI EFEKTIVITAS PROYEK WSLIC-2 ......................... 52 6.1 Capaian Keluaran Proyek WSLIC-2 .............................................. 52 6.1.1.Kecenderungan Perubahan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat ................................................................ 53 6.1.2 Pengembangan Kapasitas Masyarakat ................................. 58 6.1.3 Keberadaan Manajemen Kegiatan ........................................ 61 6.1.4 Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi.......................... 62 6.2 Manfaat Proyek WSLIC-2 ............................................................. 64 6.2.1 Perubahan Perilaku Hidup Bersih ........................................ 64 6.2.2 Kesinambungan Pemberdayaan Masyarakat secara Partisipatif ................................................................. 66 6.2.3 Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat.................... 67 6.2.4 Pemeliharaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi ...................... 69 6.3 Dampak Proyek WSLIC-2............................................................. 70 6.3.1 Peningkatan Status Kesehatan Masyakat ............................. 70 6.3.2 Peningkatan Produktivitas Masyarakat ................................ 72 6.3.3 Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat ............................. 72 6.4. Efektivitas Proyek WSLIC-2 ......................................................... 75 BAB VII EVALUASI RELEVANSI PROYEK WSLIC-2 .............................. 79 7.1 Pilihan Kegiatan Proyek WSLIC-2 ............................................... 79 7.2 Tingkat Kebutuhan Warga Terhadap Proyek WSLIC-2 ....................................................................................... 80 7.3 Pemanfaatan Hasil Proyek WSLIC-2 Oleh Warga........................ 82 7.4 Analisis Relevansi Proyek WSLIC-2 ............................................ 83 BAB VIII KEBERLANJUTAN DAMPAK PROYEK WSLIC-2 .................. 87 8.1 Kondisi Kesehatan Masyarakat Pasca Proyek WSLIC-2 ........................................................................... 87 8.2 Kondisi UPS sebagai Organisasi Operasi dan Pemeliharaan ................................................................................. 89 8.3 Program Lanjutan Berkaitan dengan Proyek WSLIC-2 ....................................................................................... 90 8.4 Analisis Keberlanjutan Dampak Proyek WSLIC-2 ........................ 91 BAB IX PENUTUP ........................................................................................... 93 9.1 Kesimpulan ..................................................................................... 93 9.2 Saran ............................................................................................... 94 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 97 LAMPIRAN ......................................................................................................... 99
xiii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
Tabel 1
Jumlah Rumah Tangga Menurut Tingkat Kesejahteraan di Desa Pangradin, Tahun 2008 ......................................................................... 25 Jumlah Angkatan Kerja Masyarakat Desa Pangradin Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010 ............................................................ 32 Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Rumah Menurut Tingkat Kesejahteraan di Desa Pangradin, Tahun 2008 .................................... 33 Jumlah Masyarakat Desa Pangradin Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2010 ........................................................................................... 34 Jumlah Rumah Masyarakat Desa Pangradin Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi, Tahun 2008 .................................... 34 Sumber Dana Proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin, Tahun 2008 ....... 41 Proporsi Struktur TKM Berdasarkan Status Sosial ............................. 43 Proporsi Struktur TKM Berdasarkan Gender ...................................... 43 Ringkasan Hasil Analisis Desain dan Implementasi Proyek WSLIC2 Terhadap 10 Prinsip CDD ................................................................. 51 Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Perilaku Sanitasi Sehat Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ............... 54 Kaidah Keputusan Untuk Setiap Variabel Perubahan Sikap Masyarakat Menganai Perilaku Sanitasi Sehat ..................................... 54 Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Perilaku Hidup Bersih Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 .............. 56 Jumlah Responden Berdasarkan Perasaan Jijik, Malu, Takut Sakit, dan Takut Berdosa dalam Perilaku BAB di Sungai Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ............................................... 56 Jumlah Responden Berdasarkan Keinginan Terhadap BAB di Jamban dan Rencana Memiliki Jamban Sendiri Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ............................................... 57 Manajemen Kegiatan Proyek WSLIC-2, TKM Curug Bandung di Desa Pangradin, Tahun 2008 ................................................................ 62 Jumlah Responden Menurut Perubahan Perilaku Hidup Bersih Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ............. 64 Jumlah dan Persentase Responden Siswa SD Menurut Perubahan Perilaku Hidup Bersih Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 .................................................................................. 65 Jumlah dan Persentase Kepemilikan Jamban Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ............................................... 66 Jumlah Responden Menurut Perilaku Meninggalkan Kebiasaan Menggunakan Air Sungai Sebagai Sumber Air Untuk Kebutuhan Hidup .................................................................................................... 68 Peningkatan Jumlah Responden Terhadap Akses Sanitasi .................. 68 Jumlah Siswa SD Menurut Peningkatan Akses Terhadap Sanitasi ..... 69 Kondisi Sarana Fisik Hasil Proyek WSLIC-2...................................... 70
Tabel 2 Tabel 3 Tabel 4 Tabel 5 Tabel 6 Tabel 7 Tabel 8 Tabel 9 Tabel 10 Tabel 11 Tabel 12 Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15 Tabel 16 Tabel 17
Tabel 18 Tabel 19
Tabel 20 Tabel 21 Tabel 22
xiv
Tabel 23 Jumlah Responden Menurut Intensitas Menderita Penyakit yang Disebabkan oleh Masalah Air Bersih dan Sanitasi ............................... 70 Tabel 24 Intensitas Siswa SD Mengalami Sakit Gatal-Gatal.............................. 71 Tabel 25 Jumlah Responden Menurut Intensitas Ketidakhadiran dalam Pekerjaan/Sekolah ................................................................................ 72 Tabel 26 Ringkasan Capaian Hasil Keluaran, Manfaat, dan Dampak Proyek WSLIC-2 .............................................................................................. 78 Tabel 27 Jumlah Responden yang Kesulitan Air Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ............................................................. 80 Tabel 28 Jumlah Responden Rumahtangga Mampu yang Kesulitan Air Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ......................... 81 Tabel 29 Jumlah Responden Rumahtangga Tidak Mampu yang Kesulitan Air Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 ......................... 81 Tabel 30 Jumlah Responden dalam Memanfaatkan Sarana Air Bersih WSLIC-2 .............................................................................................. 82 Tabel 31 Perbandingan Jumlah Penderita Penyakit yang Disebabkan Masalah Lingkungan Antara Desa Pangradin dan Desa Setu ............................. 88
xv
DAFTAR GAMBAR Nomor Gambar 1 Gambar 2
Halaman
Kerangka Pemikiran Penelitian ......................................................... 17 Lokasi Pemukiman Masyarakat Desa Pangradin yang Dekat dengan Air Sungai ............................................................................. 35 Gambar 3 Skor Kemampuan TKM/UPS dalam Kegiatan CLTS....................... 59 Gambar 4 Skor Kemampuan TKM/UPS dalam Memfasilitasi Tindak Lanjut Masyarakat......................................................................................... 59 Gambar 5 Skor Kemampuan TKM/UPS dalam Kegiatan PHBS ...................... 60 Gambar 6 Skor Kemampuan Anggota TKM/UPS dalam Pemeliharaan dan Pengelolaan Proyek WSLIC-2........................................................... 60 Gambar 7 Sambungan Rumah WSLIC-2 ........................................................... 63 Gambar 8 Keran Umum WSLIC-2 .................................................................... 63 Gambar 9 Jamban Sekolah ................................................................................. 63 Gambar 10 Grafik Tingkat Partisipasi Warga dalam Setiap Tahapan Pembangunan WSLIC-2 .................................................................... 66 Gambar 11 Salah satu Responden Sedang Mencuci di Sungai Karena Mengaku Tidak Sanggup Membayar Biaya Pemasangan Sambungan Air Bersih WSLIC-2 ke Rumahnya ......................................................... 84
xvi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
Lampiran 1 Desain WSLIC-2, Variabel dan Definisi Operasional..................... 99 Lampiran 2 Kuesioner Penelitian untuk Masyarakat .......................................... 103 Lampiran 3 Kuesioner Penelitian untuk TKM/UPS ........................................... 107 Lampiran 4 Kuesioner Penelitian untuk Siswa SD ............................................. 110 Lampiran 5 Panduan Pertanyaan Penelitian ........................................................ 111 Lampiran 6 Peta Sosial Proyek WSLIC-2 .......................................................... 113 Lampiran 7 Peta Perencanaan Proyek WSLIC-2 ................................................ 114 Lampiran 8 Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat ........................... 115 Lampiran 9 Daftar Responden Masyarakat......................................................... 121 Lampiran 10 Kerangka Sampel Untuk Responden Siswa SD .............................. 124 Lampiran 11 Daftar Responden Siswa SD............................................................ 125 Lampiran 12 Daftar Responden KM/UPS ............................................................ 126 Lampiran 13 Hasil Uji Statistik Pada Variabel-variabel Penelitian ...................... 127
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Air bersih dan sanitasi yang memadai merupakan elemen penting untuk menunjang kesehatan manusia. Air minum yang aman serta sanitasi yang penting bagi kesehatan masyarakat terkadang sering diabaikan. Air dan sanitasi yang tidak bersih menjadi salah satu akar masalah berbagai penyakit global akibat lingkungan yang berdampak pada kerugian ekonomi. Air bersih dan sanitasi yang tidak memadai menyebabkan sedikitnya 120 juta kasus penyakit dan 50.000 kematian dini setiap tahun di seluruh dunia, dengan dampak ekonomi senilai lebih dari US $ 3,3 miliar per tahun. Biaya ekonomi yang terkait dengan polusi air karena sanitasi yang tidak memadai juga telah melampaui US $ 1,5 miliar per tahun. Pada tahun 2006, Indonesia kehilangan 2,3 persen produk domestik bruto (Rp. 7,8 triliun) disebabkan oleh sanitasi dan kebersihan air yang tidak memadai.1 Rendahnya tingkat sanitasi di lingkungan tempat tinggal atau pemukiman menyebabkan munculnya berbagai penyakit, yaitu diare, penyakit kulit, penyakit usus, paru, dan polio. Angka kejadian diare nasional pada tahun 2006 sebesar 423 per seribu penduduk pada semua umur dan 16 provinsi mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) diare dengan Case Fatality Rate (CFR) sebesar 2,52 (Departemen Kesehatan 2008). Air dan sanitasi yang tidak bersih juga meningkatkan resiko KLB kolera, tifoid dan disentri. Tingginya angka kejadian penyakit-penyakit yang berasal dari masalah air bersih menjadi halangan yang seringkali terjadi dalam upaya meningkatkan kesehatan anak secara umum. Angka kematian pun menjadi meningkat akibat dari rendahnya kualitas kesehatan masyarakat. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2005, sebanyak 1,6 juta balita (rata-rata 4500 balita setiap tahun) meninggal akibat air yang tidak aman dan tidak higienis. Anak-anak secara khusus beresiko terhadap penyakit yang bersumber dari air seperti diare dan penyakit akibat parasit.2
1
Diakses dari http://www.ird.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=52&Itemid =58&lang=in Pada tanggal 24 November 2009 2 Diakses dari http://www.resep.web.id/tips/minimnya-akses-air-minum-dan-sanitasi-dasar.htm pada tanggal 24 November 2009
2
Salah satu upaya untuk mencegah kematian akibat diare dan penyakit lainnya ialah meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Akan tetapi, hampir di seluruh provinsi, seperti Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Nusa Tenggara Timur, dan Bengkulu, pemenuhan akan kebutuhan infrastruktur air bersih dan sanitasi belum tercapai. Pada tahun 2007, hanya sebesar 48,72 persen rumah tangga di Indonesia yang telah menggunakan air bersih. Sebanyak 32,98 persen diantaranya merupakan rumah tangga miskin dan sebanyak 51,16 persen merupakan rumah tangga tidak miskin. Jumlah rumah tangga miskin yang telah menggunakan air bersih di Jawa Barat hanya sebesar 24,38 persen dan jumlah rumah tangga tidak miskin sebesar 44,11 persen. Data tersebut menunjukkan posisi Jawa Barat berada di bawah rata-rata nasional. Rumah tangga miskin di Indonesia yang memiliki jamban sendiri maupun bersama mencapai 72,28 persen. Akan tetapi, kepemilikan jamban sendiri maupun bersama pada rumah tangga miskin baru mencapai 51,87 persen. Di Jawa Barat jumlah rumah tangga tidak miskin yang memiliki jamban sendiri maupun bersama hanya mencapai angka 77,73 persen dan pada rumah tangga miskin baru mencapai 50,20 persen (Badan Pusat Statistik 2009). Data tersebut menunjukan akses masyarakat terhadap sanitasi dasar masih rendah, bahkan masih banyak warga tidak memiliki jamban baik dari kalangan rumah tangga miskin maupun rumah tangga tidak miskin. Kondisi tersebut dapat memberi tekanan lebih besar terhadap kemiskinan. Sanitasi perlu ditetapkan sebagai salah satu sektor prioritas pembangunan nasional karena pada kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang belum mendapatkan fasilitas sanitasi yang layak. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004 - 2009, pemerintah telah memberikan perhatian di bidang kesehatan dan sanitasi dengan menetapkan Open Defecation Free (tidak terdapat lagi jamban terbuka) dan peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat pada tahun 2009. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah dalam mencapai target Millennium Development Goals (MDGs) tahun 2015, yaitu meningkatkan akses air minum dan sanitasi dasar secara berkesinambungan kepada separuh dari proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses (Departeman Kesehatan 2008) . MDGs Indonesia telah
3
mencanangkan pada 2015 sebanyak 72,5 persen penduduk harus memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai. Salah satu proyek peningkatan akses air dan sanitasi masyarakat yang dicanangkan pemerintah adalah Proyek Water Sanitation for Low Income Community (WSLIC-2). WSLIC-2 merupakan bagian dari program pengurangan kemiskinan dan peningkatan kualitas hidup dengan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi. Pemanfaat proyek yaitu masyarakat pedesaan dengan kriteria tertentu. Salah satu kriteria tersebut adalah indeks kemiskinan dan kesehatan yang masih rendah di lokasi sasaran. Berdasarkan konteks anggaran pemerintah, proyek WSLIC-2 merupakan salah satu program pengembangan masyarakat dengan anggaran terbesar, mencapai US $ 106,7 juta. Kegiatan dengan target dan anggaran yang besar tersebut penting untuk dievaluasi dalam rangka menilai capaian tujuan dan meningkatkan efektivitas sumber daya lokal dan nasional. Evaluasi pun penting dilakukan untuk menghasilkan saran perbaikan proyek selanjutnya mengingat kebutuhan masyarakat terhadap akses air bersih dan sanitasi masih tinggi. Hasil kajian Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (2006) menunjukkan bahwa jika tujuan WSLIC-2 disederhanakan sebagai penyediaan fasilitas air bersih dan sanitasi, maka poyek WSLIC-2 telah berhasil menjawab sebagian besar kebutuhan masyarakat pedesaan terhadap air bersih dan sanitasi. Beberapa hal yang mengindikasikan hal tersebut adalah meningkatnya ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi, adanya penurunan penyakit yang disebabkan oleh air dan sanitasi/lingkungan yang kurang baik, terjadinya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta kemudahan dalam mencapai akses air bersih dan sanitasi (LP3ES 2006). Meski proyek dinilai sudah berhasil dalam pencapaian tujuan, evaluasi yang lebih komprehensif diperlukan untuk perbaikan program ke depan. Sebab, untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan kegiatan terhadap tujuan program (efektivitas), serta untuk memahami kedalaman permasalahan dalam proses perencanaan dan pemanfatan kegiatan (efisiensi), maka di butuhkan evaluasi program secara sistematis terhadap aturan normatif dan hasil (outcomes) rill. Evaluasi yang sistematis
4
menghasilkan pengetahuan yang lebih mendalam daripada sekedar monitoring, pelaporan, maupun lokakarya tentang hasil program (Agusta, 2002). Selain itu, proyek WSLIC-2 juga merupakan proyek pembangunan yang menggunakan pendekatan dengan model pemberdayaan masyarakat. Seiring dengan berkembangnya pendekatan pembangunan dari mulai pendekatan sentralistik menuju desentralistik tanpa adanya keterlibatan masyarakat (1950), kemudian
berkembang
menjadi
pendekatan
masyarakat/community consultation model
dengan
model
konsultasi
(1960), dan berlanjut kepada
pendekatan dengan model partisipasi/community participation model (19701990),
hingga
pemberdayaan
sampai
pada
pendekatan
masyarakat/community
pembangunan
empowerment
dengan model
model (2000)3.
Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini dicirkan dengan adanya akses informasi, partisipasi masyarakat miskin, pertanggungjawaban dan peningkatan kapasitas institusi lokal, serta adanya kontrol keputusan di tangan masyarakat (Operations Evaluation Department 2003). Maka evaluasi pun menjadi berharga untuk melihat bagaimana pendekatan dengan model pemberdayaan tersebut digunakan dalam pelaksanaan proyek serta sejauhmana kesesuaiannya dalam menghasilkan manfaat dan dampak poyek yang diharapkan hingga menjadi proyek yang berkelanjutan. Karena pencapian tujuan saja belum cukup untuk menilai keberhasilan suatu proyek akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana proyek dapat berkelanjutan.
1.2. Perumusan Masalah Partisipasi masyarakat dalam berbagai tahap pembangunan sudah dipahami sebagai prasyarat bagi kesuksesan pembangunan (Subanu dan Elysia, 2008). Lebih lanjut Subanu dan Elysia (2008) menjelaskan bahwa pemerintah telah memandang partisipasi masyarakat sebagai salah satu komponen tujuan atau syarat kesuksesan pembangunan dan secara sengaja pemerintah membuat proyek yang berfokus dan berusaha untuk mendorong partisipasi masyarakat melalui berbagai kegiatan. Proyek WSLIC-2 didesain dengan melibatkan masyarakat dalam keseluruhan proses atau tahapan yaitu mulai dari pengambilan keputusan 3
Model pendekatan pembangunan sebagaimana dijelaskan dalam Hans, et.al. (2009)
5
dalam identifikasi masalah dan kebutuhan, perencanaan, pelaksanaan, serta evaluasi dan pemanfaatan hasil proyek. Pemberdayaan masyarakat tersebut difahami sebagai jalan menuju partisipasi masyarakat. Pembangunan dengan pemberdayaan masyarakat adalah sebuah alternatif pembangunan yang merubah proses pembangunan sentralistik menjadi partisipatif (Tohjiwa dan Suparman, 2008). Pembangunan yang dilaksanakan secara partisipatif dengan jalan pemberdayaan diharapkan dapat mengarah pada pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan hal tersebut maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Sejauhmana desain proyek WSLIC-2 sejalan dengan konsep pemberdayaan masyarakat? 2. Sejauhmana proyek WSLIC-2 efektif dalam menghasilkan manfaat yang diharapkan? 3. Sejauhmana keluaran proyek WSLIC-2 relevan dengan dampak yang ditimbulkan? 4. Sejauhmana keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2 yang diharapkan terwujud?
1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan: 1. Mengevaluasi
kesesuaian
desain
proyek
WSLIC-2
dengan
konsep
pemberdayaan masyarakat. 2. Mengevaluasi efektivitas proyek WSLIC-2 dalam menghasilkan manfaat yang diharapkan. 3. Mengevaluasi relevansi keluaran proyek WSLIC-2 dengan dampak yang ditimbulkan. 4. Mengevaluasi keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2.
1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, khususnya bagi: 1. Kalangan akademis dapat memberikan kontribusi dan acuan yang integral dalam studi-studi evaluasi pada penelitian evaluasi selanjutnya, khususnya
6
berkaitan dengan proyek pembangunan infrastruktur bidang air bersih dan sanitasi masyarakat. 2. Pelaksana proyek dan institusi terkait dapat memberikan hasil evaluasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan atau pengembangan proyek berikutnya, khususnya pada Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS) atau disebut pula dengan WSLIC-3.
BAB II PENDEKATAN TEORETIS
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Evaluasi Proyek Konsep evaluasi pembangunan adalah kerja yang direncanakan dan diorganisasikan untuk menilai tujuan pembangunan melalui rencana strategis yang sudah dibuat (Dale, 2001). Sutomo, Hikmat, dan Saragi (2002) mendefinisikan evaluasi sebagai proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja proyek untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja proyek tersebut. Adapun tujuan evaluasi menurut Sutomo, Hikmat, dan Saragi (2002) adalah untuk mendapatkan informasi
dan menarik pelajaran dari
pengalaman mengenai pengelolaan proyek (keluaran, manfaat, dan dampak) baik dari proyek yang baru selesai maupun yang sudah berfungsi, sebagai umpan balik bagi pengambilan keputusan untuk perencanaan proyek selanjutnya. Departemen Pertanian (1990) mendefinisikan evaluasi sebagai proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak kegiatan-kegiatan proyek/program sesuai dengan tujuan yang akan dicapai secara sistematik dan objektif. Beberapa istilah penting terkait pengertian dan tujuan penyelenggaraan monitoring dan evaluasi menurut Departemen Pertanian (1990) sebagai berikut: a. Tujuan merupakan hasil yang diharapkan akan dicapai oleh proyek dan program pembangunan. Tujuan dapat disusun secara hierarki mulai dari tujuan jangka pendek (output), tujuan jangka menengah (effect), dan tujuan jangka panjang (impact) b. Program merupakan serangkaian kegiatan-kegiatan, proyek-proyek, proses-proses atau pelayanan/jasa-jasa yang terorganisir dan diarahkan untuk pencapaian suatu tujuan khusus. c. Poyek adalah suatu pelaksanaan pekerjaan yang terencana, mencakup serangkaian kegiatan yang saling berkaitan dan terkordinasi, untuk mencapai suatu tujuan khusus, dengan sejumlah dana dan jangka waktu tertentu.
8
d. Input adalah semua jenis barang, jasa, dana, tenaga, sumber daya manusia, teknologi, dan sumber daya lainnya yang perlu tersedia untuk melaksanakan suatu kegiatan dalam rangka menghasilkan output dan mencapai tujuan suatu proyek/program. e. Output adalah produk atau jasa tertentu diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu kegiatan dari input yang tersedia untuk mencapai tujuan proyek/program. Output suatu kegiatan dapat merupakan input bagi kegiatan lainnya. f. Effect (efek) adalah hasil yang diperoleh dari penggunaan output proyek. Efek proyek biasanya mulai timbul pada saat pelaksanaan proyek, namun efek penuh biasanya baru tampak beberapa tahun sesudah proyek selesai. g. Impact (dampak) adalah hasil yang diperoleh dari efek proyek. Dampak ini merupakan kenyataan yang sesungguhnya dihasilkan oleh proyek pada tingkat yang lebih luas. Dalam skripsi ini, effect diganti dengan konsep outcome yang dapat menghasilkan manfaat (benefit) bagi masyarakat. Dalam proyek pemberdayaan, sasaran proyek biaya dinamakan pemanfaat (beneficaries) Menurut Dale (2001) fokus utama evaluasi diilustrasikan oleh hubungan antara variabel inti evaluasi, yaitu evaluasi dampak, efisiensi, efektivitas, relevansi, dan keberlanjutan. Berikut penjelasan mengenai variabel-variabel inti evaluasi tersebut. 1. Efisiensi, didefinisikan sebagai hubungan jumlah dan kualitas output yang dihasilkan dengan sumberdaya yang dikeluarkan. Total biaya output sama dengan jumlah biaya berbagai input yang digunakan untuk menghasilkan output. 2. Efektivitas, menunjukkan sejauhmana output yang direncanakan, efek yang diharapkan, dan dampak yang dimaksudkan dapat tercapai. 3. Relevansi, menilai sejauhmana program atau proyek menempatkan masalah pada prioritas utama, terutama dilihat dari studut pandang stakeholder, khususnya oleh penerima manfaat program/proyek. 4. Dampak, lazimnya bersifat jangka panjang, berupa konsekuensi tidak langsung yang luas dari program/proyek yang dimaksudkan oleh penerima manfaat.
9
Dampak dapat dibedakan menurut dampak positif maupun dampak negatif sesuai dengan sudut pandang penilaianya. 5. Keberlanjutan, merupakan pemeliharaan atau pengaruh tambahan perubahan positif yang dihasilkan oleh program atau proyek sesudah proyek berakhir dilaksanakan. Melalui tindakan keberlanjutan diharapkan program/proyek dapat dilanjutkan meskipun intervensi sudah berakhir, baik oleh organisasi yang sama ataupun oleh organisasi yang berbeda.
2.1.2. Pemberdayaan Masyarakat Upaya pembangunan sosial dapat berupa pemberdayaan masyarakat (Adi, 2003). Suatu proses pemberdayaan (empowerment) ditujukan guna membantu klien dalam memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan yang akan mereka lakukan terkait diri mereka sendiri, termasuk menghilangkan efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan tersebut. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya (Payne, 1997 dalam Adi, 2003). Lebih lanjut, Adi (2003) menerangkan inti pemberdayaan adalah bagaimana individu, kelompok, ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. World Bank mengidentifikasi bahwa pemberdayaan masyarakat miskin untuk berpartisipasi dalam pembangunan adalah salah satu pondasi utama dalam program melawan kemiskinan. Operations Evaluation Department (2003) mengidentifikasi empat elemen kunci pemberdayaan, yaitu akses terhadap informasi, partisipasi masyarakat miskin, pertanggungjawaban dan kapasitas institusi lokal. Perkembangan pendekatan pembangunan di Indonesia dipengaruhi oleh pendekatan pembangunan dari dunia internasional, terutama oleh negara donor. Salah satu pendekatan pembangunan yang menjadi andalan negara-negara berkembang adalah Community Driven Development (CDD). CDD merupakan pendekatan pembangunan produk World Bank yang menempatkan masyarakat miskin dan kelembagaannya sebagai aset dan mitra dalam proses pembangunan.
10
CDD memberikan kontrol keputusan dan sumberdaya di tangan kelompok masyarakat. Masyarakat bermitra dengan lembaga penyandang dana, pemerintah setempat, LSM, perusahaan swasta, dan lembaga pemerintah pusat. Pendekatan CDD dilakukan dengan cara penyediaan layanan sosial dan infrastruktur, pengorganisasian aktivitas ekonomi dan manajeman sumberdaya, pemberdayan masyarakat, perbaikan tata pemerintahan, dan peningkatan ketahanan masyarakat miskin (Dongier, et al., 2003). Dongier, et al. (2003) melanjutkan bahwa untuk mendukung prinsipprinsip berkelanjutan dan
efektivitas proyek pembangunan, CDD memiliki
prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.
Iklim kelembagaan dan kebijakan. Dalam aspek ini dikembangkan iklim yang menunjang
pengambilan
pengembangan
kebijakan
keputusan maupun
oleh
komunitas,
kelembagaan
yang
dalam
bentuk
sesuai,
dan
pengembangan hubungan diantara pemerintah. 2.
Investasi sesuai kebutuhan. Investasi yang dibutuhkan di sini ialah investasi yang sesuai dengan permintaan komunitas, kalau perlu komunitas dapat turut berinvestasi.
3.
Mekanisme partisipasi. Mekanisme ini tertuju pada peningkatan partisipasi warga dan keikutsertaan seluruh stakeholder dalam kegiatan yang sama.
4.
Keikutsertaan sesuai gender dan status sosial. Di sini hendak diberi porsi identifikasi yang diikuti dengan partisipasi pihak-pihak yang selama ini termarjinalkan.
5.
Investasi pengembangan kapasitas organisasi berbasis masyarakat (CBO). Upaya-upaya pengembangan kemampuan CBO, misalnya melalui pelatihan, dimaknai sebagai investasi yang akan menuai hasil dalam jangka panjang, terutama untuk menciptakan kemandirian.
6.
Fasilitasi komunitas untuk informasi. Informasi menjadi penting sebagai input untuk memperoleh hasil keputusan yang sesuai dengan rumusan masalah yang sebenarnya, mencakup informasi tentang proyek, tata cara berhubungan dengan pemerintah dan swasta, serta dengan CBO lainnya, dan informasi untuk hal-hal teknis.
11
7.
Aturan sederhana dan insentif/hadiah yang kuat. Aturan yang sederhana memudahkan untuk dilaksanakan, sedangkan insentif memberikan stimulus positif bagi stakeholder untuk melakukannya. Untuk menguatkan hal ini maka dilaksanakan monitoring dan evaluasi.
8.
Desain kerja fleksibel. Desain kerja perlu fleksibel sesuai dengan perubahan konteks maupun lingkungan di sekiar kegiatan.
9.
Scaling up. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengelompokan proyek, diikuti dengan pembentukan jaringan antar CBO.
10. Exit strategy. Upaya perumusan exit strategy untuk mempersiapkan kemandirian menjadi penting sebagai perwujudan perencanaan yang rasional. Sebagai pendekatan yang menekankan pada pengembangan kapasitas institusi lokal, CDD menetapkan alternatif kelembagaan sebagai berikut: (Dongier, et al., 2003) 1.
Hubungan antara CBO dengan pemerintah setempat atau yang dipilih
2.
Hubungan antara CBO dengan LSM atau swasta
3.
Hubungan langsung CBO degan pemerintah pusat atau lembaga donor pusat Uphoff
(1986)
menyatakan
bahwa
dalam
proses
implementasi
pembangunan infrastruktur desa, upaya untuk memantapkan infrastruktur harus dilakukan bersamaan dengan menciptakan atau menguatkan institusi lokal untuk membangun dan memelihara infrastruktur. Pengetahuan lokal dan sumberdaya lokal sangat dibutuhkan pada fase mendesain dan kontruksi proyek, sama seperti halnya input lokal dan komitmen yang dibutuhkan untuk pengoperasian dan pemeliharaan.
2.1.3. Deskripsi Proyek WSLIC-2 Second Water and Sanitation for Low Income Community (WSLIC-2) adalah proyek air bersih dan sanitasi untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Proyek WSLIC-2 dijalankan oleh Kementerian Kesehatan dibantu oleh Kementrian Dalam Negeri, Kementrian Pekerjaan Umum, dan Kementrian Pendidikan Republik Indonesia. Selain mencirikan sebagai proyek yang berhubungan langsung dengan pengembangan masyarakat, hasil laporan LP3ES tahun 2003 menyebutkan proyek WSLIC-2 juga merupakan proyek yang
12
menghabiskan dana cukup besar, mencapai US $ 106,7 juta dengan target sampai ke kecamatan dan pedesaan. Sumber dana proyek berasal dari pinjaman World Bank (International Development Association/IDA Credit), Hibah AusAID, pendampingan pemerintah yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), serta kontribusi masyarakat. Kegiatan WSLIC-2 diselenggarakan di delapan provinsi yang terdiri dari 36 kabupaten dan 2.461 desa. Proyek WSLIC-2 memiliki tujuan untuk meningkatkan status kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan, melalui : a. Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat. b. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat. c. Penyediaan fasilitas air bersih dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat. d. Kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Adapun komponen kegiatan WSLIC-2 adalah: a. Peningkatan kapasitas masyarakat dan institusi daerah. b. Peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat serta pelayanan kesehatan masyarakat. c. Pembangunan dan pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi. d. Manajemen kegiatan. Jenis komponen sarana air bersih adalah sistem non perpipaan dan sistem perpipaan. Komponen sanitasi meliputi Sanitasi Masyarakat (SANIMAS) yang meliputi jamban keluarga dan jamban umum, sanitasi institusional, dan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL). Jamban keluarga diberikan ke masyarakat dalam dua metode yaitu jamban bergulir (bangunan jamban diberikan kepada masyarakat
yang
mampu
untuk
membayar
secara
mengangsur
dan
pembayarannya digunakan untuk membangun jamban bagi warga lainnya, demikian seterusnya bergulir sampai semua warga memiliki jamban keluarga (JaGa) di rumahnya masing-masing) dan jamban tidak bergulir (jamban yang dibangun bagi warga yang tidak memiliki jamban dan tidak mampu untuk membayar angsuran). Pelaksanaan pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi memerlukan adanya pembentukan organisasi yang bertugas melaksanakan operasi dan
13
pemeliharaan sarana air bersih. Organisasi dapat berasal dari lembaga lokal yang sudah ada atau merupakan organisasi baru, yang kepengurusannya dibentuk berdasarkan hasil musyawarah masyarakat dan disesuaikan dengan kebutuhan sarana air bersih dan sanitasi yang dibangun. Ada dua syarat untuk menjaga efektivitas organisasi operasi dan pemeliharaan yaitu untuk tugas yang sangat penting perlu dilakukan oleh orang yang cukup termotivasi dan dibayar untuk memastikan bahwa tugas itu dilaksanakan dan organisasi tersebut harus diterima oleh masyarakat sehingga persaingan dan konflik sosial dapat ditanggulangi. Kegiatan peningkatan kapasitas (capacity building) masyarakat dan institusi dalam program WSLIC-2 dilaksanakan melalui pelatihan dan pemberdayaan. Program pelatihan dirancang sesuai kebutuhan yang diidentifikasi dan dianalisis dengan metode yang sistematis dan partisipatif yaitu Methodology for Participatory Assesment (MPA) dan dikombinasikan dengan pengamatan atau observasi, wawancara, telaah (review) dokumen yang berkaitan dengan tugas kelompok sasaran, tujuan dan fase kegiatan (perencanaan, pelaksanaan dan pasca konstruksi). Tujuan peningkatan kapasitas agar masyarakat dan institusi mampu mengidentifikasi dan memecahkan masalah dibidang kesehatan, sarana air bersih dan sanitasi, sehingga kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup masyarakat desa meningkat. Adapun tujuan khusus peningkatan kapasitas adalah : 1. Semua lapisan masyarakat (kaya-miskin, laki-laki-perempuan) memiliki kesadaran hak dan tanggung jawab dalam menentukan masa depan. 2. Agar semua anggota masyarakat berpartisipasi aktif dalam pembentukan TKM (Tim Kerja Masyarakat) dan berkontribusi dalam penyusunan RKM (Rencana Kerja Masyarakat). 3. Agar masyarakat berpartisipasi (mampu dan terlibat) dalam pelaksanaan proyek. 4. Agar masyarakat bertanggungjawab, mampu mengelola, dan memelihara sarana air bersih dan sanitasi dengan kemampuan mengelola keuangan dan administrasi secara transparan. 5. Masyarakat berubah perilakunya menuju hidup bersih dan sehat.
14
Terdapat lima faktor yang perlu diperhatikan untuk menjaga keberlanjutan sarana air bersih dan sanitasi yang telah dibangun masyarakat, yaitu: 1. Kesinambungan Teknis. Perencanaan yang dilakukan oleh masyarakat mempertimbangkan jenis teknologi yang sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. 2. Kesinambungan Finansial. Semua kelompok masyarakat (kaya-miskin, lakilaki-perempuan) mampu menyediakan biaya operasional, pemeliharaan dan perbaikan secara mandiri melalui iuran. 3. Kesinambungan Kelembagaan. Unit Pengelola Sarana (UPS) yang dibentuk masyarakat memperhatikan kesetaraan gender dan keterlibatan kelompok miskin dalam pengelolaan sarana. 4. Kesinambungan Sosial. Seluruh kelompok masyarakat (kaya-miskin, laki-lakiperempuan) ikut dalam menentukan dan merencanakan kebutuhan berdasarkan Demand Responsive Approach (DRA). 5. Kesinambungan Lingkungan. Pemanfaatan dan pemeliharaan sarana Air Minum
dan
Penyehatan
Lingkungan
(AMPL)
memperhatikan
aspek
lingkungan baik terhadap sarana itu sendiri maupun terhadap lingkungan sekitar.
2.2. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikirian penelitian ini mengacu kepada prinsip evaluasi sebagaimana dikemukakan oleh Dale (2001). Penelitian dilakukan pertama kali dengan menganalisis desain proyek WSLIC-2 dengan menggunakan konsep sepuluh prinsip CDD sebagai titik tolak dalam menilai peluang keberlanjutan dan efektivitas CDD. Kesepuluh prinsip tersebut adalah: iklim kelembagaan dan kebijakan,
investasi sesuai kebutuhan, mekanisme partisipasi, keikutsertaan
sesuai gender dan status sosial, investasi pengembangan kapasitas CBO, fasilitas informasi, aturan sederhana dan insentif, desain kerja fleksibel, scaling up, dan exit strategy. Analisis ini dilakukan untuk melihat sejauhmana desain proyek WSLIC-2 sejalan dengan konsep pemberdayaan masyarakat tersebut. Desain proyek yang dilihat mencakup tujuan proyek, organisasi pelaksana proyek, dan lingkungan proyek. Organisasi pelaksana proyek meliputi Tim Kerja Masyarakat
15
(TKM) dan Unit Pengelola Sarana (UPS) sebagai organisasi berbasis masyarakat yang merupakan pelaksana proyek di tingkat Desa. Sementara itu, lingkungan proyek merupakan pemerintah kecamatan, pemerintah kabupaten, dan pemerintah provinsi, serta International Development Association (IDA) World Bank dan AusAID sebagai lembaga donor yang memberikan dana pinjaman terhadap proyek tersebut. Kemudian struktur tujuan disusun berdasarkan desain proyek yang sudah dirancang mulai dari keluaran, manfaat1, hingga kepada dampak proyek WSLIC-2 untuk dilihat sejauh mana pencapaiannya di lapangan. Dampak proyek WSLIC-2 merupakan tujuan umum dari pelaksanaan program yaitu meningkatkan status kesehatan, poduktivitas, dan kualitas hidup masyarakat miskin di pedesaan. Manfaat merupakan tujuan khusus pelaksanaan proyek WSLIC-2, yaitu peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi, perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat, dan kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif. Keluaran merupakan hasil langsung dari pelaksanaan komponen-komponen proyek WSLIC-2, yaitu pengembangan kapasitas masyarakat dan institusi daerah, adanya manajemen kegiatan, penyediaan sarana air bersih dan sanitasi, dan kecenderungan perubahan perilaku menuju hidup bersih dan sehat. Pencapaian tujuan proyek WSLIC-2 dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap dampak adalah adanya malnutrisi ataupun penyakit yang ditimbulkan di luar dari masalah air bersih dan sanitasi yang rendah. Hal tersebut dapat menurunkan dampak proyek yang diharapkan. Faktor eksternal manfaat meliputi kualitas bahan yang digunakan dalam kontruksi sarana air bersih dan sanitasi. Meskipun masyarakat memiliki kemampuan, kemauan, serta kesempatan dalam memelihara dan mengelola sarana air bersih dan sanitasi, sarana tersebut mudah rusak jika bahan yang digunakan dalam kontruksi sarana air bersih dan sanitasi memiliki kualitas rendah sehingga fungsi infrastruktur tidak bertahan lama. Faktor eksternal yang mempengaruhi keluaran adalah kesempatan dan kemauan masyarakat untuk berpartisipasi dalam keseluruhan proses pelaksanaan proyek WSLIC-2. Kesempatan merupakan waktu 1
Penulis mengasumsikan manfaat proyek sama dengan efek proyek
16
yang dimiliki masyarakat untuk berpartisipasi, sementara itu kemauan merupakan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya berpartisipasi dalam kegiatan
pembangunan desa. Keluaran, manfaat, dan dampak kemudian dianalisis lebih lanjut untuk melihat efektivitas, relevansi, dan keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2 yang diharapkan. Sesuai dengan perspektif evaluasi sebagaimana dikemukakan oleh Dale (2001) efektivitas dilihat melalui sejauh mana keluaran, manfaat, dan dampak proyek WSLIC-2 dapat tercapai sesuai dengan tujuan awal yang telah dirancang. Relevansi ditentukan dengan melihat sejauh mana keluaran, manfaat, dan dampak proyek WSLIC-2 benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat. Keberlanjutan dapat ditentukan dengan melihat sejauh mana keberadaan dampak dan pemeliharaan hasil proyek-2 dapat berkelanjutan pasca proyek berakhir hingga penelitian ini dilaksanakan. Susunan kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.
17 DAMPAK Peningkatan status kesehatan, produktivitas, dan kualitas hidup masyarakat miskin Malnutrisi atau wabah penyakit bersumber diluar sanitasi
KEBERLANJUTAN
MANFAAT
Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat Kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat Pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi Kualitas bahan yang digunakan untuk membuat sarana air bersih dan sanitasi terjamin
RELEVANSI
KELUARAN
Kecenderungan perubahan perilaku menuju hidup bersih dan Sehat Pengembangan kapasitas masyarakat dan Institusi daerah Adanya manajemen kegiatan Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi Kesempatan dan kemauan masyarakat
TUGAS IMPLEMENTASI
Pelatihan dan pemberdayaan Pembentukan organisasi masyarakat Sistem Perpipaan dan non perpipaan, sanitasi instutusional, SANIMAS, dan SPAL Kesempatan dan kemauan masyarakat
EFEKTIVITAS MASUKAN
Dana Fasilitator Kurikulum/topik pelatihan Prinsip CDD : 1. Iklim kelembagaan dan Kebijakan 2. Investasi sesuai kebutuhan 3. Mekanisme partisipasi 4. Keikutsertaan sesuai gender dan status sosial 5. Investasi pengembangan kapasitas CBO 6. Fasilitas informasi 7. Aturan sederhana dan insentif 8. Desain kerja fleksibel 9. Scaling Up 10. Exit Strategy
ORGANISASI TKM dan UPS
LINGKUNGAN
TUJUAN
IDA dan AusAID Pemerintah Kecamatan Pemerintah Kabupaten Pemerintah Provinsi
Meningkatkan status kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan Desain Proyek WSLIC-2
Keterangan : Fokus Penelitian : Bukan Fokus Penelitian
: Kesesuaian : Menghasilkan : Mempengaruhi
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
18
2.3. Hipotesis Pada penelitian evaluasi ini, hipotesis disusun untuk menguji signifikansi perubahan aspek-aspek keluaran, manfaat, dan dampak poyek WSLIC-2, khususnya perubahan pada perilaku hidup bersih masyarakat. Hipotesis uji meliputi : 1.
Terdapat perubahan kecenderungan masyarakat yang signifikan terhadap perilaku hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2, meliputi : a. Terdapat perubahan sikap masyarakat yang signifikan terhadap perilaku hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. b. Terdapat perubahan sikap masyarakat yang signifikan terhadap perilaku sanitasi sehat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. c. Terdapat perubahan perasaan masyarakat yang signifikan terhadap perilaku sanitasi sehat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. d. Terdapat perubahan keinginan masyarakat yang siginifikan untuk berperilaku sanitasi sehat antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2.
2.
Terdapat perubahan perilaku masyarakat yang signifikan terhadap hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2, meliputi : a. Terdapat perubahan perilaku masyarakat yang signifikan terhadap hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. b. Terdapat perubahan perilaku masyarakat yang signifikan terhadap kesehatan sanitasi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. c. Terdapat perubahan perilaku siswa SD yang signifikan terhadap hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2.
3.
Terdapat peningkatan status kesehatan yang signifikan pada masyarakat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2, meliputi : a. Terdapat perubahan intensitas menderita penyakit yang signifikan pada masyarakat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2
19
b. Terdapat perubahan intensitas menderita penyakit yang signifikan pada siswa SD antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. 4.
Terdapat peningkatan produktivitas masyarakat yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2.
5. Terdapat peningkatan kualitas hidup masyarakat yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2, meliputi: a. Terdapat perubahan tingkat kesehatan masyarakat yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. b. Terdapat perubahan tingkat kesejahteraan masyarakat yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. c. Terdapat perubahan penghasilan masyarakat yang signifikan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. 6. Terdapat peningkatan akses masyarakat yang signifikan terhadap air bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. 7. Terdapat peningkatan akses masyarakat yang signifikan terhadap sanitasi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. 8. Terdapat peningkatan akses siswa SD yang signifikan terhadap sanitasi antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. 9. Terdapat penurunan tingkat kesulitan akses yang signifikan terhadap air bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. 10. Terdapat tingkat pemanfaatan yang signifikan terhadap sarana air bersih WSLIC-2.
3.4. Definisi Operasional Definisi operasional menurut variabel dan desain proyek WSLIC-2 disajikan pada Lampiran 1. Susunan definisi operasional sebagai berikut: 1. Variabel perubahan sikap, perasaan dan keinginan masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Definisi operasional: a. Sikap tentang perilaku hidup bersih
sebelum dan sesudah
pelaksanaan proyek WSLIC-2, diantaranya : sikap terhadap pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah BAB, menggunakan air bersih untuk berbagai
20
kebutuhan hidup, menutup makanan dan tempat penyimpanan air, serta mencuci bahan makanan sebelum dimasak. pengukuran ordinal. (1.Sangat Tidak Setuju,
Skala
2.Tidak Setuju,
3.Kurang Setuju, 4.Setuju, 5.Sangat Setuju). b. Sikap tentang perilaku sanitasi sehat sebelum dan setalah pelaksanaan proyek WSLIC-2, diantaranya : sikap terhadap perilaku BAB di sungai dapat menyebabkan pencemaran, penyakit, dan najis.
Skala pengukuran ordinal. (1.Sangat Tidak Setuju,
2.Tidak Setuju, 3.Kurang Setuju, 4.Setuju, 5.Sangat Setuju). 2. Kemampuan TKM/UPS dalam teknis pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan yaitu ada tidaknya kemampuan TKM/UPS dalam teknis pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi. Skala pengukuran ordinal. ( 1.Tidak, 2.Ya). 3. Kemampuan TKM/UPS dalam menyampaikan materi penyuluhan adalah ada tidaknya kemampuan TKM/UPS dalam melakukan seluruh tahapan kegiatan CLTS dan PHBS kepada masyarakat sesuai dengan pelatihan yang didapatkan. Skala pengukuran ordinal. ( 1.Tidak, 2.Ya). 4. Ketersediaan hasil fisik adalah jumlah ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di setiap wilayah, terdiri dari : saluran rumah, keran umum WSLIC-2, jamban umum, jamban sekolah, jamban kantor desa, jamban puskesmas, dan saluran pembuangan air. 5. Manajemen/kelembagaan adalah ada tidaknya kelembagaan/mekanisme gotong royong dalam teknis pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, dan perbaikan kerusakan sarana air bersih dan sanitasi. 6. Variabel perubahan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat. Definisi operasional: a. Kebiasaan perilaku hidup bersih sebelum dan sesudah proyek WSLIC-2, di antaranya : kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sesudah BAB dan sebelum makan, kebiasaan
mandi,
mencuci tangan, mencuci perabot rumah tangga bukan dengan air sungai, mencuci bahan makanan sebelum dimasak, menutup makanan dengan tudung saji, dan menutup tempat penyimpanan
21
air. Skala pengukuran ordinal. (1. Tidak Pernah, 2. Jarang, 3 Kadang-kadang, 4. Sering, 5. Selalu) b. Kebiasaan perilaku sanitasi sehat sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2, yaitu kebiasaan BAB di jamban. Skala pengukuran ordinal. (1. Tidak Pernah, 2. Jarang, 3 Kadang-kadang, 4. Sering, 5.Selalu) 7. Kesinambungan penggunaan adalah tingkat kegunaan sarana air bersih yang digunakan pada berbagai pemenuhan kebutuhan hidup dan tingkat kebutuhan penggunaan air. Skala pengukuran nominal. (1. Masyarakat menggunakan air untuk berbagai kebutuhan hidup sehari-hari bersumber dari non-sarana WSLIC-2 (sungai, sumur gali, dsb), 2. Masyarakat menggunakan air untuk berbagai kebutuhan hidup seharai-hari bersumber dari sarana WSLIC-2). 8. Bentuk partisipasi dalam perencanaan, teknis pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan kerusakan sarana sanitasi adalah ada tidaknya berbagai bentuk partisipasi yang dilakukan warga dari mulai tahap perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan penanganan kerusakan, berupa tenaga, biaya, makanan, ide, dan lain-lain. Skala pengukuran nominal. (1. Tidak, 2. Ya). 9. Layanan kesehatan masyarakat yaitu peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih, sarana sanitasi, dan saranan mencuci tangan. 10. Keberfungsian sarana air bersih dan sanitasi adalah kondisi sarana air bersih dan sanitasi, terdiri dari keran umum WSLIC-2, jamban umum, jamban sekolah, jamban kantor desa, jamban puskesmas, saluran pembuangan limbah. (1. Jumlah yang rusak, 2. Jumlah yang berfungsi, 3. Jumlah yang meningkat). 11. Perubahan mutu kesehatan adalah perubahan intensitas anggota keluarga menderita penyakit kulit, diare, kolera, gatal-gatal, penyakit usus, TBC, dan lain-lain sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Skala pengukuran ordinal. (1. Sering, 2. Jarang, 3. Tidak Pernah). 12. Perubahan
produktivitas
masyarakat
adalah
perubahan
intensitas
ketidakhadiran/ijin anggota keluarga dalam kegiatan bekerja/sekolah
22
antara sebelum dan sesudah proyek WSLIC-2, yakni pada pekerjaan rutin, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, dan sekolah. Skala pengukuran ordinal. (1. Sering, 2. Jarang, 3. Tidak Pernah). 13. Variabel perubahan kualitas hidup. Definisi operasional: a. Perubahan status kesehatan dan kemiskinan pada selang 1-10 level antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Skala pengukuran interval. b. Perubahan penghasilan masyarakat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Skala pengukuran rasio.
BAB III PENDEKATAN LAPANGAN
3.1. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan campuran dua metode, yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif. Dalam upaya memperkaya data dan lebih memahami fenomena sosial yang diteliti, terdapat usaha untuk menambahkan informasi kualitatif pada data kuantitatif. Dalam penelitian survai penambahan data kualitatif terhadap data kuantitatif dilakukan dengan menggunkan slip, yakni sepotong kertas yang khusus disediakan untuk data kualitatif tersebut disamping penggunaan kuesioner (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pada penelitian ini, pendekatan kualitatif selain digunakan sebagai pendekatan tunggal untuk menjawab rumusan permasalahan tertentu, juga digunakan untuk memperkaya data kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk mengetahui kesejajaran desain proyek WSLIC-2 dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Metode yang digunakan adalah analisis dokumen dan analisis desain WSLIC-2 yang sudah dirancang oleh penyelenggara proyek kemudian membandingkannya dengan konsep
pemberdayaan.
Kesejajaran
proyek
WSLIC-2
dengan
konsep
pemberdayaan masyarakat juga diperkaya dengan menganalisis implementasi proyek di lapangan melalui metode wawancara mendalam terhadap pelaksana proyek WSLIC-2 di tingkat desa. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui keluaran, manfaat, dan dampak proyek WSLIC-2 dengan menggunakan kuesioner yang diperkaya pula dengan data kualitatif melalui wawancara mendalam. Setelah mengetahui desain, keluaran, manfaat, dan dampak proyek, maka analisis lebih lanjut dapat dilakukan untuk melihat efektivitas, relevansi, dan keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2010. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pangradin, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi
24
Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih dengan pertimbangan Desa Pangradin merupakan salah satu desa lokasi pelaksana proyek WSLIC-2 yang dipandang berhasil oleh para stakeholder proyek WSLIC-2 karena salah satu tujuan penelitian
ini
adalah
untuk
mengevaluasi
keberlanjutan.
Pertimbangan
keberhasilan proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin tersebut lebih memungkinkan peneliti dalam melakukan evaluasi terhadap efektivitas dan relevansi, terutama evaluasi mengenai keberlanjutan proyek karena sekalipun proyek dipandang berhasil namun belum menjamin adanya suatu keberlanjutan. Evaluasi ini tidak lagi hendak membahas kegagalan proyek yang pada umumnya jika mengevaluasi kegagalan dilihat berdasarkan evaluasi pada komponen masukan.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang disajikan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan metode wawancara mendalam dan survai melalui kuesioner. Data sekunder didapatkan melalui penelusuran literatur dan dokumen resmi terkait desain proyek WSLIC-2. Data kualitatif didapatkan melalui analisis dokumen yang berkaitan dengan proyek WSLIC-2 serta melalui metode wawancara mendalam terhadap anggota TKM, Anggota Tim Kordinasi Kecamatan (TKKc) dan anggota Unit Pengelola Sarana (UPS). Informan diambil secara purposif.
Data kuantitatif
didapat melalui survai terhadap anggota rumahtangga di Desa Pangradin. Responden diambil dengan menggunakan pendekatan sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling). Populasi dibagi ke dalam subpopulasi berdasarkan klasifikasi kesejahteraan sehingga satuan elementer dalam masing-masing subpopulasi menjadi homogen dan setiap anggota populasi memiliki probabilitas yang sama pada setiap strata yang berbeda. Selain itu, berdasarkan tujuan analisis, teknik penarikan sampel menggunakan pendekatan sampel acak terstratifikasi berdasarkan kesejahteraan sengaja dipilih agar dapat melakukan analisis perbandingan antara rumahtangga mampu dan rumahtangga tidak mampu karena sasaran sebenarnya proyek adalah masyarakat berpenghasilan rendah (low income). Adapun, penentuan jumlah sampel atau responden ditentukan
25
berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut (Consuelo, 1993 dalam Prasetyo dan Jannah, 2006):
n=
N 1 + N e2
Keterangan: n : jumlah sampel N : jumlah populasi e : nilai kritis (batas ketelitian) yang digunakan (10 persen) Berdasarkan data yang terdapat pada Rencana Kerja Masyarakat (RKM) proyek WSLIC-2 Desa Pangradin, jumlah rumah tangga berdasarkan tingkat kesejahteraan ditunjukan pada Tabel 1. Berdasarkan rumus Slovin, dengan nilai kritis 10 persen (0.1) jumlah responden yang perlu diambil minimal 82 rumahtangga mampu dan 86 rumahtangga tidak mampu. Penentuan responden dilakukan dengan menggunkan tabel angka acak pada kerangka sampling terlampir (Lampiran 8). Adapun, kuesioner untuk responden rumahtangga disajikan pada Lampiran 2.
Tabel 1. Jumlah Rumah Tangga Menurut Tingkat Kesejahteraan di Desa Pangradin, Tahun 2008 No. Jenis Rumah Tangga 1 Rumah Tangga Mampu 2 Rumah Tangga Tidak Mampu Jumlah
Jumlah 440 Rumah 656 Rumah 1.096 Rumah
Persentase 40,14 % 59,86 % 100,00%
Sumber : Diolah dari Profil Desa Pangradin dan Peta Sosial 20081
Survai juga dilakukan terhadap anggota TKM sekaligus anggota Unit Pengelola Sarana (UPS) dan siswa Sekolah Dasar (SD) yang ada di Desa Pangradin. Responden dari TKM, UPS, dan siswa SD diambil dengan menggunkan pendekatan sampel acak sederhana (simple random sampling). Sesuai dengan rumus Slovin, jumlah responden yang diambil dari anggota TKM dan UPS sebanyak 9 orang dari 10 orang populasi. Kuesioner terhadap anggota 1
Data diambil dari RKM Proyek WSLIC-2 Desa Pangradin yang merupakan hasil pemetaan sosial dan tolok ukur klasifikasi berdasarkana pada jumlah pendapatan per kapita masyarakat, kondisi rumah, serta kepemilikan harta benda.
26
TKM dan UPS disajikan pada Lampiran 3. Siswa yang diambil sebagai responden adalah siswa kelas V SD Pangradin II dengan jumlah populasi sebanyak 46 orang dan siswa kelas VI dan V SD Pangradin IV dengan jumlah populasi sebanyak 28 dan 17 orang sehingga sesuai dengan rumus Slovin jumlah siswa yang diambil sebagai responden sebanyak 67 siswa. Responden siswa SD diambil secara acak menggunakan tabel angka acak. Kerangka sampling siswa SD disajikan pada Lampiran 10 dan kuesioner terhadap siswa SD disajikan pada Lampiran 4.
3.4. Teknik Analisis Data Analisis terhadap dokumen dilakukan dengan metode kualitatif dan semiotif. Dalam hal ini konsep tertulis dalam aturan main dibandingkan dengan konsep umum untuk pembangunan yang partisipatif (Sachs, 1992 dalam Agusta, 2002). Seluruh data kualitaif termasuk data hasil wawancara mendalam dengan responden dianalisis menurut hubungannya dengan tema-tema pemberdayaan. Melalui perbandingan hasil analisis data tersebut dapat diperoleh kesimpulan dan teori yang dapat diwujudkan dalam suatu diagram teoretis (Agusta, 2002). Analisis terhadap data kuantitatif dilakukan melalui program komputer kuantitatif SPSS 13.0. Teknik analisis data menggunakan tabel frekuensi, penyajian grafik,
dan uji statistik dengan prosedur pengujian data baik
menggunakan statistika non paramterik maupun parametrik. Statistika non parametrik merupakan uji statistik yang biasa digunakan untuk penelitianpenelitian sosial karena prosedur pengujian dengan menggunakan statistik non parametrik ini tidak bergantung kepada asumsi-asumsi yang kaku, namun keshahihannya mensyaratkan hanya cukup dengan asumsi umum saja. Jenis data yang digunakan pada uji statistik non parametrik pada umumnya adalah jenis data dengan skala pengukuran nominal dan ordinal. Mengingat jenis sampel pada penelitian ini merupakan sampel yang berhubungan (tidak saling bebas) maka uji non parametrik yang digunakan adalah uji dua sampel berhubungan (two sample related test) untuk uji rangking bertanda Wilcoxon dan uji Mc Nemar. Kedua jenis uji tersebut sengaja dipilih karena dianggap paling tepat dalam menguji hasil data yang dipilih berdasarkan pada tujuan analisis dan skala pengukuran yang digunakan.
27
Uji Mc Nemar digunakan untuk mengukur signifikansi perubahan perilaku hidup bersih serta perilaku sanitasi sehat untuk data-data dengan skala pengukuran nominal atau ordinal. Uji rangking bertanda Wilcoxon digunakan untuk mengukur siginifikansi perubahan untuk data-data dengan skala pengukuran ordinal atau interval. Siginifikansi perubahan yang diukur antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2 dilakukan terhadap setiap responden. Sehingga setiap responden diperlakukan sebagai dua sampel yang berhubungan. Adapun, statistika parametrik yang digunakan adalah uji T berpasangan. Statistik uji T berpasangan dilakukan untuk menguji sejauhmana perbedaan rata-rata pendapatan masyarakat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC2. Hipotesis uji pada statistik uji Mc Nemar dan uji rangking bertanda Wilcoxon adalah menguji signifikansi perubahan yang memberikan kesimpulan apakah perubahan tersebut signifikan atau tidak. Kaidah keputusan menggunakan nila alpha 5 persen. Karena menggunakan uji dua sisi (two tiled) maka keputusan diambil dengan membandingkan p-value dengan alpha dibagi dua. Jika p-value kurang dari alpha dibagi dua (0.25) maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho2. Untuk uji T berpasangan kaidah keputusan menolak Ho jika p-valeu kurang dari alpha dibagi dua.
3.5. Bias Penelitian Bias pada suatu penelitian dimungkinkan dapat terjadi. Besarnya bias yang dapat ditoleransi pada suatu penelitian tergantung pada sifat penelitian itu sendiri (Singarimbun dan Effendi, 1989). Umumnya bias penelitian terjadi karena pertama, sampling error, yaitu bias karena penarikan sampel dan kedua, nonsampling error yaitu bias di luar penarikan sampel.
3.5.1. Bias Karena Penarikan Sampel Semakin besar sampel semakin kecil pula terjadinya bias/penyimpangan (Singarimbun dan Effendi, 1989). Penelitian ini menggunakan sampel yang tergolong ke dalam sampel berukuran besar karena jumlahnya lebih dari 30 kasus. 2
Ho (Hipotesa Nol) : Hipotesa yang menunjukan tidak ada perubahan (pada sejumlah variabel yang diukur) antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Pada pengujian statistik, umunya keputusan yang diharapkan adalah tolak Ho.
28
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989) sampel yang tergolong sampel besar yang distribusinya normal adalah sampel yang jumlahnya lebih dari 30 kasus dan diambil secara acak. Sampel pada penelitian ini pun diambil secara acak, yaitu menggunakan acak sederhana dan acak terstratifikasi sehingga pada penelitian ini kemungkinan terjadinya penyimpangan karena pemakaian sampel sangat kecil.
3.5.2. Bias di Luar Penarikan Sampel Peneliti menilai adanya beberapa bias yang dimungkinkan terjadi pada penelitian ini yang bukan disebabkan oleh penarikan sampel. Namun, peneliti telah meminimalisir hal tersebut. Pertama, bias kerangka sampling. Untuk melihat adanya bias pada kerangka sampling, dilakukan uji kerangka sampling dengan cara membandingkan jumlah responden yang tergolong miskin menurut kerangka sampling yang tersedia dengan jumlah responden yang tergolong miskin menurut garis kemiskinan BPS dalam hasil pengukuran kuesioner mengenai besar pendapatan responden. Dalam kerangka sampling yang digunakan, menunjukkan bahwa 59,86 persen rumahtangga Desa Pangradin tergolong ke dalam rumahtangga tidak mampu (keluarga miskin/gakin), sisanya hanya 40,14 persen rumahtangga yang dinyatakan tergolong ke dalam rumahtangga mampu (bukan keluarga miskin/non-gakin). Namun, berdasarkan hasil penelitian, sebesar 98,10 persen masyarakat berada di atas garis kemiskinan menurut garis kemiskinan BPS dengan pendapatan di atas Rp. 211.726,003, sisanya hanya 01,90 persen masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Rata-rata pendapatan masyarakat Desa Pangradin adalah sebesar Rp. 1.163.900,00 dengan pendapatan terendah sebesar Rp. 169.000,00 dan pendapatan tertinggi sebesar Rp. 4.907.000,00. Hasil pengukuran terhadap jumlah pendapatan responden menunjukan adanya kesenjangan yang tinggi antara penggolongan rumahtangga miskin pada kerangka sampling dan penggolongan rumahtangga miskin menurut BPS. Apabila kriteria kemiskinan menurut BPS ini menjadi standar acuan, maka terdapat bias yang sangat besar pada kerangka sampling yang digunakan. Kedua, bias karena penggantian sampel (selection bias). Peneliti mengganti beberapa daftar sampel yang terambil berdasarkan tabel angka acak. 3
http://tnp2k.wapresri.go.id
29
Karena adanya berbagai kendala, sampel yang seharusnya terambil sebagai responden penelitian, tidak memungkinkan ditemui/ditemukan peneliti untuk diwawancarai. Menghindari adanya bias kedua ini –sekaligus pula menjawab kelemahan pada bias kerangka sampling diatas- peneliti menyiasatinya dengan cara mengganti beberapa sampel yang tidak memungkinkan diwawancarai tersebut melalui pengambilan berdasarkan sampel wilayah (area sampling). Pengambilan sampel wilayah dapat digunakan bagi populasi yang tidak dapat dibuat kerangka sampelnya (Singarimbun dan Effendi, 1989). Peneliti dalam hal ini mengambil acak responden berdasarkan pertimbangan area blok-blok perumahan penduduk di Desa Pangradin agar dapat dianggap sah mewakili populasi. Ketiga, bias karena salah tafsir responden dan responden menolak menjawab. Pada awal pengukuran dilakukan, responden seringkali menanyakan kembali maksud pertanyaan peneliti yang dianggap membingungkan responden. Sehingga pada pengukuran berikutnya peneliti berusaha membawa responden ke dalam konteks dimana fenomena yang ditanyakan itu terjadi sehingga memunculkan sikap, pandangan, perasaan, dan tindakan yang dialami sesuai konteks pertanyaan. Peneliti pun menyiasati hal ini dengan melakukan konfirmasi pada pertanyaan-pertanyaan yang membingungkan responden. Selain itu, responden pun terkadang enggan menjawab pertanyaan peneliti, terutama pertanyaan mengenai besar pendapatan dan pengeluaran. Responden beranggapan bahwa pengukuran pendapatan tersebut ada kaitannya dengan pendataan pemerintah yang akan memberikan bantuan sehingga responden mengecilkan jumlah pendapatan daripada yang sebenarnya. Peneliti menyiasati hal ini dengan cara menghitung bersama –antara peneliti dan responden- secara logis dan rinci besar pengeluaran per item kebutuhan responden baik kebutuhan konsumsi maupun kebutuhan non konsumsi. Peneliti pun mengakrabkan diri terlebih dahulu dan menjelaskan kepada responden bahwa pengumpulan data tersebut untuk kepentingan pendidikan peneliti yang harus mendapatkan data secara akurat dan tidak ada hubungannya dengan bantuan pemerintah. Para responden pun pada akhirnya mengerti.
30
3.5.3. Bias Teoretis Community
Driven
Development
(CDD)
merupakan
pendekatan
pembangunan dengan model pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan pembangunan produk World Bank. CDD diakui banyak digunakan dalam pendekatan pembangunan di Indonesia. Analisa kesejalanan proyek WSLIC-2 dengan konsep pemberdayaan masyarakat menggunakan konsep CDD sudah pasti dimungkinkan sejalan, karena proyek WSLIC-2 merupakan proyek dengan donor dari World Bank. Pendekatan
pembangunan
dengan
berbasis
pada
pemberdayaan
masyarakat pun telah diakui dapat membawa pada pembangunan berkelanjutan. Pada kenyataannya, konsep CDD hanya menekankan pemberdayaan masyarakat pada fase perencanaan dan konstruksi proyek. Masyarakat difasilitasi dan ditingkatkan kapasitasnya dalam rangka menyukseskan proyek pada kedua fase ini. Pada desain proyek, rancangan mengenai pengembangan kapasitas untuk kedua fase ini juga dijelaskan dengan sangat rinci, sementara rancangan untuk fase pemeliharaan hanya sebatas aturan normatif meskipun secara tersurat desain pemeliharaan pasca proyek termuat dalam konsep CDD melalui prinsip scaling up dan exit strategy. Pendekatan pembangunan dengan model pemberdayaan saja tidak cukup untuk membawa pada pembangunan berkelanjutan jika tidak disertai dengan upaya perumusan proyek pada fase pemeliharaan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan merumuskan suatu desain kelembagaan pemeliharaan yang ajeg.
BAB IV GAMBARAN UMUM DESA PANGRADIN
4.1. Kondisi Geografis Pangradin merupakan salah satu dari enam belas desa yang terletak di Kecamatan Jasinga. Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Pangradin berjarak 63 km dari ibu kota Jakarta, 124 km dari ibu kota provinsi, 31 km dari ibu kota kabupaten, dan 8 km dari Kecamatan Jasinga. Desa Pangradin terletak pada ketinggian 250 mdpl dan memiliki curah hujan 1500 mm/tahun dengan suhu terendah 230 C dan suhu tertinggi 320 C. Desa Pangradin memiliki luas keseluruhan sebesar 1.175 ha dengan luas perkebunan sebesar 791 ha, luas sawah 320 ha, luas kolam 12 ha, dan luas pemukiman penduduk 52 ha. Akses Desa Pangradin menuju kota kecamatan dihubungkan oleh jalan raya yang melewati kebun dan sawah milik masyarakat. Masyarakat menggunakan sarana transportasi ojeg untuk menuju wilayah kota kecamatan. Secara administratif, Desa Pangradin terbagi ke dalam dua dusun, yakni Dusun Pangradin 1 dan Dusun Pangradin 2. Keseluruhan dusun terbagi ke dalam 6 Rukun Warga (RW) dan 30 Rukun Tetangga (RT). Awalnya wilayah Desa Pangradin terbagi ke dalam 3 dusun. Karena ada pemekaran wilayah, Dusun Pangradin 3 kini masuk ke dalam wilayah Desa Jugala Jaya. Jaraknya memang lebih dekat dengan Desa Jugala Jaya dibandingkan dengan dusun 1 dan dusun 2 Desa Pangradin. Sebelah Utara Desa Pangradin berbatasan dengan Desa Sipak, sebelah Selatan berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Jugala Jaya, dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kalong Sawah. Peta Desa Pangradin disajikan pada Lampiran 6 dan Lampiran 7.
4.2. Kondisi Ekonomi Desa Pangradin tergolong ke dalam desa tertinggal, sehingga memenuhi syarat untuk terpilih sebagai lokasi pelaksana proyek WSLIC-2. Sebagian besar penduduk Desa Pangradin bermata pencaharian sebagai petani, petani penggarap
32
dan buruh tani dengan pendapatan yang tidak tetap. Penduduk Desa Pangradin memiliki jumlah angkatan kerja sebanyak 1.475 orang yang mayoritas bekerja sebagai buruh tani (39,32 persen). Jumlah angkatan kerja masyarakat Desa Pangradin menurut jenis mata pencaharian disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Angkatan Kerja Masyarakat Desa Pangradin Menurut Jenis Mata Pencaharian, Tahun 2010 Mata Pencaharian Petani Buruh tani Buruh swasta Buruh pengrajin Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pedagang Usaha lainnya Total
Jumlah/Orang 374 580 236 9 14 187 75 1.475
Persentase (%) 25,36 39,32 16,00 0,61 0,95 12,68 5,08 100,00
Sumber : Demografi Desa Pangradin Tahun 2010
Selain menanam padi, kegiatan pertanian juga berupa penanaman pohon albasia (Paraseriarenthes falkatharia), manggis, durian, petai, cempedak, dan tanaman buah lainnya. Jenis palawija yang ditanam meliputi singkong, pisang, jagung, dan lain-lain. Tingkat pendapatan masyarakat meningkat ketika masa panen tiba, terutama masa panen buah manggis dan buah durian. Masa panen paling cepat satu kali per tahun. Para petani mengutamakan penggunaan hasil pertanian untuk konsumsi pribadi, dan setelah masih ada sisa barulah dijual kepada tengkulak atau dijual langsung di pasar. Lahan di Desa Pangradin tergolong subur, baik untuk kegiatan pertanian maupun perkebunan. Lahan seluas 76 ha merupakan lahan eks tanah HGU (Hak Guna Usaha) yang telah puluhan tahun dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan karet. Tahun 2008 lahan tersebut dibebaskan untuk dijadikan hak milik warga Desa Pangradin. Lahan perkebunan dikonversi oleh warga untuk penanaman albasia dan palawija. Pembagian lahan tersebut menjadikan masyarakat lebih produktif, meskipun beberapa warga telah menjual lahan hak miliknya kepada orang lain akibat kesulitan ekonomi. Desa Pangradin juga memiliki potensi sebagai desa wisata. Di sini terdapat Taman Wisata Curug Bandung yang merupakan bagian dari Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS). Taman Wisata Curug Bandung telah
33
direncanakan akan dibangun pada tahun 2010. Walaupun hingga saat penelitian berlangsung obyek wisata alam tersebut belum ditata dan belum resmi penggunaannya, akan tetapi sudah banyak para wisatawan yang datang dari Tangerang dan Jakarta. Potensi sumber daya air yang melimpah yang bersumber dari mata air pegunungan dalam kawasan TNGHS tersebut kini telah dimanfaatkan oleh warga sebagai sumber air bersih dalam program pembangunan sarana air bersih WSLIC-2.
4.3. Kondisi Sosial Desa Pangradin memiliki jumlah penduduk sebanyak 5.750 jiwa, terdiri dari 2.955 laki-laki dan 2.795 perempuan.
Jumlah kepala keluarga (KK)
mencapai 1.392 KK. Berdasarkan tingkat kesejahteraan ekonomi, rumah tangga miskin memiliki proporsi lebih tinggi dibandingkan jenis rumah tangga lainnya. Bahkan terdapat beberapa rumahtangga miskin yang tinggal dalam satu rumah. Data hasil pemetaan desa pada tahun 2008 (Tabel 3) menunjukkan klasifikasi tingkat kesejahteraan masyarakat tersebut.
Tabel 3. Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, dan Rumah Menurut Tingkat Kesejahteraan di Desa Pangradin, Tahun 2008 Uraian Kaya Menengah Miskin Jumlah
Jumlah Penduduk Jumlah KK jumlah Persentase Jumlah Persentase 231 04,02 125 08,98 2.087 36,14 363 26,08 3.441 59,84 904 64,94 5.750 100,00 1.392 100,00
Jumlah Rumah Jumlah Persentase 44 04,01 396 36,13 656 59,86 1.096 100,00
Sumber : Diolah dari hasil pemetaan sosial RKM WSLIC-2 tahun 2008
Tolok ukur klasifikasi menurut tingkat kesejahteraan di atas didasarkan pada pendapatan perkapita masyarakat, kondisi rumah, serta kepemilikan harta benda. Berdasarkan Tabel 3 di atas, diketahui sekitar 60 persen penduduk Desa Pangradin masih berada di bawah garis kemiskinan. Kualitas hidup masyarakat tak hanya dilihat berdasarkan tingkat kesejahteraan, akan tetapi juga dilihat dari tingkat pendidikan dan derajat kesehatan. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Pangradin tergolong sangat rendah. Hanya sedikit pelajar (0,38 persen) yang melanjutkan pendidikan hingga pendidikan menengah. Banyak pula pelajar yang tidak dapat melanjutkan
34
pendidikan ke jenjang SMP baik karena alasan ekonomi maupun kesadaran untuk melanjutkan pendidikan. Angka buta huruf pun masih terbilang cukup tinggi. Data tingkat pendidikan Masyarakat Desa Pangradin disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Masyarakat Desa Pangradin Menurut Tingkat Pendidikan, Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Belum Sekolah Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP/Sederajat Tamat SLTA/Sederajat Tamat Akademi/Sederajat Tamat Perguruan Tinggi Buta Huruf Total
Jumlah/Orang 384 95 196 95 76 15 4 198 1.063
Persentase (%) 36,12 08.97 18,44 08,97 07,15 01,41 00,38 18,63 100,00
Sumber : Demografi Desa Pangradin, Tahun 2010
Derajat kesehatan menjadi salah satu tolok ukur untuk melihat kualitas hidup masyarakat. Salah satu elemen penting dalam menunjang kesehatan masyarakat adalah akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Di Indonesia akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi masih rendah, tak hanya dari kalangan jenis rumah tangga tak mampu akan tetapi dari jenis rumah tangga mampu pun masih ada yang belum memiliki akses terhadap air bersih dan sanitasi dasar. Sama halnya dengan Desa Pangradin. Sebelum adanya proyek WSLIC-2, akses masyarakat Desa Pangradin terhadap air bersih dan sanitasi masih sangat rendah baik untuk masyarkat miskin, menengah, maupun kaya. Tabel 5 menunjukan akes awal (sebelum dilaksanakannya proyek WSLIC-2) masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi. Tabel 5. Jumlah Rumah Masyarakat Desa Pangradin Menurut Akses Terhadap Air Bersih dan Sanitasi, Tahun 2008 Jenis Rumah Kaya Menengah Miskin Total
Jumlah Keseluruhan Rumah 44 396 656 1.096
Akses Air Bersih Jumlah 19 47 32 98
Persen
Akses Sanitasi Jumlah
43,18 11,87 4,89 8,94
Sumber : Diolah dari hasil pemetaan sosial RKM WLSIC-2 tahun 2008
44 274 103 421
Persen 100,00 69,19 15,70 38,41
35
Tabel 5 menunjukkan bahwa akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi tergolong sangat rendah. Persentase keseluruhan
masyarakat yang
memiliki akses terhadap air bersih hanya mencapai 8,94 persen dari jumlah rumah yang terdapat di Desa Pangradin. Semua jenis rumah, baik dari kategori miskin, sedang, maupun kaya memiliki akses yang masih sangat rendah terhadap air bersih dengan persentase tertinggi sebesar 43,18 persen. Sementara itu, persentase total akses masyarakat terhadap sanitasi (jamban) hanya mencapai 38,41 persen. Meskipun lebih baik dari akses terhadap air bersih namun tetap saja jumlah masyarakat yang memiliki akses terhadap sanitasi terbilang masih sangat rendah, terutama untuk kategori rumah miskin.
Gambar 2. Lokasi Pemukiman Masyarakat Desa Pangradin yang Dekat dengan Air Sungai Lokasi rumah-rumah masyarakat yang dekat dengan sungai (Gambar 2) membuat masyarakat terbiasa menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari dan terbiasa pula untuk BAB (Buang Air Besar) di sungai. Air sungai yang berasal dari pegunungan di kawasan TNGHS ini banyak melintasi perkampungan yang jaraknya tidak jauh dari rumah-rumah penduduk. Hanya sedikit rumahtangga yang belum memiliki sumur gali dan jamban, dan rumahtangga tersebut masih menggunakan air sungai untuk mencuci, mandi dan BAB. Hal ini terjadi terutama pada musim kemarau, ketika masyarakat kesulitan
36
mendapatkan air karena sungai dan sumur mengering. Hal ini tentu saja dapat memicu timbulnya berbagai gangguan kesehatan bagi masyarakat sehingga derajat kesehatan masyarakat menjadi sangat rendah. Sebenarnya masyarakat memiliki potensi sumber air yang melimpah di pegunungan dalam kawasan TNGHS yang tidak akan kering meski musim kemarau tiba. Oleh karena itu, adanya proyek WSLIC-2 ini telah mendekatkan masyarakat pada sumber air tersebut sehingga menambah jumlah masyarakat yang memiliki akses terhadap air bersih dan tidak kesulitan lagi untuk mendapatakan air meskipun musim kemarau tiba.
BAB V ANALISIS DESAIN PROYEK WSLIC-2
Konsep CDD (community-driven development) memiliki sepuluh ciri, yaitu iklim kelembagaan dan kebijakan, investasi sesuai kebutuhan, mekanisme partisipasi, keikutsertaan sesuai gender dan status sosial, investasi pengembangan kapasitas organisasi berbasis masyarakat, fasilitas informasi untuk komunitas, aturan sederhana dan insentif yang kuat, desain kerja fleksibel, scaling up, dan exit
strategy.
Analisis
desain
Proyek
WSLIC-2
dilaksanakan
dengan
membandingkan antara tata aturan dalam WSLIC-2 dan kesepuluh ciri CDD tersebut. Pada saat diperlukan, analisis juga mencakup kasus-kasus di lapangan.
5.1 Iklim Kelembagaan dan Kebijakan Iklim
kelembagaan
dan
kebijakan
diarahkan
untuk
menunjang
pengambilan keputusan oleh masyarakat (community-driven). Proyek WSLIC-2 mensyaratkan penyelenggaraan rembug desa sebagai arena bagi warga desa untuk menyatakan minatnya dalam melaksanakan proyek WSLIC-2. Rembug desa dilaksanakan setelah road show1 sosialisasi kegiatan WSLIC-2 oleh pihak pelaksana proyek tingkat kabupaten dan kecamatan. Hasil rembug desa adalah: ‗Keputusan bersama oleh masyarakat mengenai keinginan memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan oleh proyek WSLIC-2 dengan beberapa ketentuan antara lain harus berpartisipasi penuh dalam keseluruhan proses perencanaan, penyediaan kontribasi masyarakat, atau memutuskan untuk tidak memanfaatkan kesempatan yang ditawarkan oleh proyek ini‘ (Dokumen Proyek WSLIC-2, Departemen Kesehatan 2003b)
Setelah disetujui sebagai desa yang berhak melaksanakan proyek WSLIC2, di sana dibentuklah Tim Kerja Masyarakat (TKM). Tim ini dibentuk dalam rembug desa. Tugas dan tanggungjawab TKM dijelaskan dalam
dokumen
―Petunjuk Pelaksanaan Proyek di Tingkat Desa‖ secara spesifik berdasarkan struktur mulai dari ketua, wakil ketua, dan unit kerja teknis. Setelah TKM terbentuk, dengan dibantu oleh Tim Fasilitator Masyarakat (TFM) –yang terdiri 1
Pertemuan yang diselenggarakan oleh Tim Kerja Kabupaten (TKK) di semua kecamatan dari kabupaten lokasi proyek yang diikuti oleh semua desa di wilayah Kecamatan dengan tujuan untuk menjelaskan: latar belakang, konsep, prosedur, dan metodologi pendekatannya; keuntungan proyek; peran dan tanggungjawab masyarakat; persyaratan yang harus dipenuhi, pemberdayaan dan penyusunan RKM
38
dari
fasilitator
kesehatan
lingkungan,
fasilitator
teknik,
dan
fasilitator
pemberdayaan masyarakat—maka TKM menyusun Rencana Kerja Masyarakat (RKM) yang kemudian diajukan kepada pemerintah kabupaten untuk disetujui dan mendapatkan pendanaan. Tim Fasilitator Masyarakat sendiri bertugas untuk memfasilitasi dan membantu masyarakat dalam pembentukan TKM, melakukan pemberdayaan dan pendampingan masyarakat pada pembuatan RKM, bertindak sebagai jembatan dan penengah antara TKM dan PMU (Project Management Unit), pendampingan dalam penyaluran dana, mengambil inisiatif untuk mendapatkan atau menerima informasi, menerima keluhan dan pertanyaan tentang proyek,
dan
memberdayakan
TKM
dalam
administrasi
dan
keuangan
(Departemen Kesehatan 2003a). Dibentuknya TKM menempatkan masyarakat sebagai pemilik dan pelaksana kegiatan di desa dengan dibantu oleh TFM yang terjun langsung membantu masyarakat dalam keseluruhan tahapan kegiatan proyek di lapangan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Sementara itu, struktur di atasnya yakni Tim Kordinasi Kecamatan (TKKc) memiliki tugas dan tanggungjawab membantu memperluas informasi, memonitor dan memfasilitasi pelaksanaan program. Menurut penuturan Emod sebagai salah satu anggota TKKc tidak ada garis komando dalam hubungan struktural mereka sehingga TKKc tidak memiliki wewenang untuk mengintervensi TKM. “TTKc tidak punya wewenang mengintervensi, melainkan hanya memberikan saran dan masukan-masukan saja, keputusan tetap ada pada masyarakat.” (Bapak Emod, Sanitarian Kesehatan Lingkungan, Kecamatan Jasinga).
Jika ada kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan dalam proyek WSLIC-2 sekalipun pihak TKKc tidak memiliki wewenang dan tanggungjawab untuk menanganinya. Namun, pada kenyataannya keputusan-keputasan mengenai proyek banyak dipengaruhi oleh TFM, tidak murni dari masyarakat ataupun TKM.
5.2 Investasi Sesuai Kebutuhan Investasi yang dimaksud adalah investasi yang sesuai dengan permintaan komunitas, bila perlu di mana komunitas dapat turut berinvestasi. Proyek WSLIC-
39
2 mensyaratkan adanya kriteria dalam pemilihan lokasi sasaran kegiatan proyek WSLIC-2. Diantara beberapa kriteria yang disyaratkan adalah dekat dengan sumber air, tingkat kesejahteraan rendah dan akses sanitasi yang masih rendah pula.
Proses
pemilihan
lokasi
proyek
WSLIC-2
dilaksanakan
dengan
menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat (Demand Responsive Approach) dan baru bisa dilaksanakan setelah adanya pernyataan minat dari masyarakat. Oleh karena itu, disediakan pula berbagai pilihan kegiatan dalam keseluruhan pelaksanaan proyek tersebut agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Pilihan kegiatan tersebut dituangkan ke dalam RKM oleh TKM agar proyek dapat diimplementasikan sesuai harapan masyarakat. Desa Pangradin memiliki sumber mata air yang cukup melimpah, berasal dari pegunungan di Desa Pangradin dan termasuk kedalam gugus kawasan TNGHS. Sumber air yang melimpah belum membuat warga Desa Pangradin kecukupan terhadap kebutuhan air, terlebih pada saat musim kemarau. Adanya program WSLIC-2 telah mendekatkan masyarakat pada sumber air yang menjadi salah satu kebutuhan utama manusia. Meskipun tujuan utama dari proyek WSLIC-2 ini adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, kemudahan akses air bersih pada masyarakat menjadi langkah awal dalam upaya pencapaian tujuan tersebut.
5.3 Mekanisme Partisipasi Mekanisme partisipasi tertuju pada peningkatan partisipasi warga dan keikutsertaan seluruh stakeholder. Mekanisme partisipasi dalam desain proyek WSLIC-2 dimulai sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga tahap operasional dan pemeliharaan. Mekanisme partisipasi pada tahap perencanaan didesain sebagai berikut : 1. TFM bersama aparat desa mengidentifikasi dan melaksanakan analisis situasi, mencakup kegiatan inventaris data komunitas, mengklasifikasi kesejahteraan masyarakat, pemetaan sosial, perencanaan dan diskusi kelompok terfokus, diskusi kelompok mengenai masalah kesehatan, dan kegiatan partisipatif lainnya.
40
2. Rembung desa untuk pembahasan hasil identifikasi dan analisis situasi serta pembentukan TKM. 3.
Rembung desa untuk pemilihan opsi kegiatan untuk menjawab masalah situasi yang ada, pada rembung desa ini dihadiri oleh Tim Koordinasi Kabupaten (TKK), Tim Koordinasi Kecamatan, TFM untuk mengecek pemenuhan quorum. Batas minimal kehadiran masyarakat adalah 10 persen dari jumlah rumah tangga atau sekurang-kurangnya 60 orang jika hasil perhitungan 10 persen kurang dari 60 dengan syarat jumlah minimal perempuan 30 persen dari jumlah peserta, mewakili semua dusun, laki-laki dan perempuan, serta kaya dan miskin.
4. Penyusunan RKM oleh TKM dan TFM. 5. Rembung desa pembahasan RKM, di sini masyarakat diberi kesempatan untuk memberikan saran, perbaikan, kritik terhadap rancangan RKM kemudian menyepakatinya bersama-sama. Setelah RKM disepakati bersama warga desa, dilakukan evaluasi terhadap RKM oleh tim yang dtunjuk pelaksana proyek di tingkat kabupaten untuk mendapatkan persetujuan. Mekanisme partisipasi pada tahap pelaksanaan dimulai sejak persiapan pelaksanaan hingga pelaksanaan teknis konstruksi. Setalah RKM mendapatkan persetujuan TKM melakukan persiapan dimulai dari
pengecekan jadwal
pelaksanaan, pengecekan kontribusi dana (in cash) masyarakat sebesar 4 persen, menyiapkan kontribusi masyarakat berupa tenaga dan material (in kind) sebesar 16 persen, dan mengidentifikasi tenaga terampil untuk membantu pelaksanaan teknis konstruksi di lapangan. Masyarakat berpartisipasi dengan menggunakan prinsip swakelola (pelaksanaan dengan partisipasi masyarakat) dalam persiapan teknis konstruksi pembangunan sarana WSLIC-2. Pada persiapan konstruksi, TKM ditetapkan sebagai kontraktor/pengadaan barang dan atau pengawas subkontraktor serta melaksanakan kegiatan pemberdayaan dengan melakukan kegiatan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan serta kegiatan PHBS terhadap siswa SD dan masyarakat dengan metode partisipatoris. Teknis konstruksi dilaksanakan setelah masyarakat mendapatkan pelatihan teknis dan kegiatan PHBS dalam
41
upaya perubahan perilaku kesehatan masyarakat. Desain mekanisme partisipasi pada tahap perencanaan dan konstruksi di atas dijelaskan dengan cukup lengkap pada dokumen ―Petunjuk Pelaksanaan Proyek di Tingkat Desa‖. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sebesar 80 persen sumber dana WSLIC-2 berasal dari pemerintah, hibah, dan pinjaman Bank Dunia. Sisanya, 20 persen berasal dari masyarakat. Sebesar 4 persen dana dari masyarakat diberikan dalam bentuk in cash. Sebesar 16 persen dana diberikan dalam bentuk in kind. Dana in chas disetor pertama kali sebelum dana dari pemerintah turun sebagai bukti kesiapan kontribusi masyarakat. Dana bantuan proyek WSLIC-2 belum turun jika masyarakat belum menyetorkan dana in cash tersebut. Tabel 6. Sumber Dana Proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin Sumber Dana APBN dan APBD, Hibah serta Pinjaman Bank Dunia Masyarakat
Besaran
In Cash In Kind
Total
Persentase (%)
Rp. 744.000.000
80
Rp 37.200.000 Rp. 148.800.000 Rp. 930.000.000
4 16 100
Sumber : Perhitungan berdasarkan data primer
Kontribusi masyarakat dalam bentuk In kind diupayakan oleh TKM dengan cara menggerakan warga untuk bergotong royong pada saat konstruksi sarana air bersih WSLIC-2 melalui ketua RT. Strategi yang digunakan untuk memobilisasi warga agar turut bergotong royong adalah dengan mengambil gambar (foto) aktivitas masyarakat ketika proses konstruksi sarana proyek berlangsung. Foto-foto tersebut kemudian dipublikasikan di setiap papan-papan informasi WSLIC-2. Tag line foto tersebut diberi judul ‗Pejuang WSLIC-2‘. Hal ini dilakukan agar membuat warga yang tidak ikut bergotong royong menjadi malu karena tidak ada dalam foto-foto tersebut. Selain itu setiap warga yang bergotong royong juga mendapatkan tanda bukti gotong royong melalui secarik kertas. Bagi warga yang memiliki bukti tersebut berhak untuk menikmati fasilitas WSLIC-2 dan bagi warga yang tidak memilikinya diancam tidak diperbolehkan untuk ikut menikmati hasilnya. Strategi tersebut merupakan inisiatif anggota TKM yang mendapatkan tanggungjawab memobilisasi masyarakat dalam proses kontsruksi sarana WSLIC-2.
42
“Saya waktu itu ditantang oleh pihak kabupaten untuk dapat mengerakan warga untuk bergotong royong dalam pembangunan WSLIC-2, akhirnya saya gunakan cara-cara seperti itu, setiap hari saya bolak-balik untuk mencetak foto-foto, setiap foto saya cetak dua, satu untuk di pajang dan satu lagi untuk ditunjukan ke kabupaten. Alhamdulillah, setiap hari warga berdatangan untuk bergotong royong, bergantian”. (Surya, anggota TKM)
Berbeda dengan desain mekanisme partisipasi pada tahap perencanaan dan pelaksanaan, desain mekanisme partisipasi pada tahap pemeliharaan hanya sebatas arahan normatif tanpa petunjuk pelaksanaan yang rinici. Pada tahap pemeliharaan ini masyarakat tidak lagi dampingi oleh TFM. Organisasi pemeliharan yang melibatkan masyarakat akan berjalan optimal ketika masyarakat memiliki kapasitas untuk dapat melaksanakan perannya. Sementara itu, peningkatan kapasitas dalam desain proyek lebih banyak ditujukan terhadap TKM dan TFM. Terlebih sebagaimana djelaskan dalam desain, organisasi pemeliharan merupakan organisasi yang tidak selalu sama dengan TKM baik secara struktur maupun tanggungjawab, melainkan ia bisa berupa organisasi baru yang dibentuk melalui peraturan desa (Perdes). Partisipasi warga dalam tahap pengelolaan dan pemeliharaan sarana air bersih WSLIC-2 di Desa Pangradin adalah dengan dibentuknya organisasi operasional dan pemeliharaan yang dibentuk melalui musyawarah desa dan disahkan oleh perdes. Selain itu pada setiap lokasi sarana keran umum WSLIC-2 ditunjuk penanggungjawab yang memiliki tugas mengkordinir iuran dan mengontrol penggunaan. Kebersihan dan pemeliharaan menjadi tanggungjawab warga
sekitar
lokasi
dibangunnya
keran
umum
WSLIC-2
yang
ikut
menikmatinya.
5.4. Keikutsertaan Sesuai Gender dan Status Sosial Proyek WSLIC-2 menekankan pada partisipasi masyarakat miskin dan perempuan dalam setiap proses tahapan pembangunan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengambilan keputusan, monitoring dan evaluasi. Desain proyek WSLIC-2 menggariskan pemberdayaan masyarakat pada proyek WSLIC-2 diutamakan pada masyarakat miskin yang menjadi sasaran dari proyek ini. Anggota masyarakat miskin harus dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan, pengambilan keputusan, monitoring dan evaluasi. Sehingga, keterwakilan
43
kelompok miskin juga terdapat pada kepengurusan TKM. Keterlibatan kelompok miskin merupakan unsur penting dari pendekatan yang tanggap terhadap kebutuhan untuk menjamin kesinambungan program. Keterlibatan kelompok miskin dalam keseluruhan tahapan proyek WSLIC-2 tersebut menjadi tanggungjawab TFM. Proyek WSLIC-2 pun memiliki strategi mobilisasi gender yang disesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Dalam pelaksanaannya, partisipasi perempuan tersebut benar-benar diawasi supervisor. Dalam beberapa kesempatan ketika hendak melakukan musyawarah dalam membahas kegiatan WSLIC-2 di Desa Pangradin dibatalkan karena tidak ada kehadiran perempuan didalamnya. Musyawarah tidak dimulai sebelum perempuan hadir mengikuti musyawarah tersebut2. TKM Proyek WSLIC-2 di desa Pangradin diberi nama TKM Curug Bandung. Susunan kepengurusanya sudah menempatkan adanya keterwakilan masyarakat miskin dan perempuan. Proporsi keterlibatan masyarakat sebagai anggota TKM berdasarkan status sosial dan gender dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8 di bawah ini. Tabel 7. Proporsi Anggota TKM Berdasarkan Status Sosial Status sosial Jumlah Persentase (%) Kaya 1 06,67 Sedang 6 40,00 Miskin 8 53,33 Jumlah 15 100,00 Tabel 8. Proporsi Anggota TKM Berdasarkan Gender Status sosial Jumlah Persentase (%) Laki-laki 10 66,67 Perempuan 5 33,33 Jumlah 15 100,00
Berdasarkan RKM Desa Pangradin, anggota TKM yang tercantum pada RKM berjumlah 15 orang. Namun, pada kenyataannya yang terlibat langsung dalam keseluruhan proyek WSLIC-2 sebagai TKM hanya berjumlah 10 orang. 2
Hasil wawancara dengan Bapak Emod, Sanitarian Kecamatan Jasinga sekaligus anggota TKKc pada tanggal 31 Mei 2010
44
Akan tetapi, kesepuluh anggota TKM tersebut tetap terdiri dari status sosial dan gender yang berbeda-beda pula. Kesempatan berpartisipasi untuk kelompok masyarakat miskin dan perempuan
dijamin dengan adanya akses perempuan dan masyarakat miskin
terhadap informasi yang berkenaan dengan kegiatan-kegiatan proyek WSLIC-2. Sehingga akses informasi untuk masyarakat miskin dan perempuan pun perlu dijamin agar kesempatan berpartisipasi mereka terbuka lebar. Kesempatan berpartisipasi untuk kelompok masyarakat miskin dan perempuan pada kepengurusan TKM curug bandung sudah terbuka lebar.
5.5. Investasi Pengembangan Kapasitas Organisasi Berbasis Masyarakat Salah satu komponen program adalah peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat. Peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat pada proyek WSLIC-2 salah satunya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam perencanaan, pengelolaan dan penjaminan kesinambungan pelaksanaan program air bersih, sanitasi, dan kesehatan masyarakat. Peningkatan kapasitas masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah, memilih opsi, dan menyusun rencana kerja. Peningkatan kapasitas dalam desain WSLIC-2 terdiri dari: 1. Peningkatan kapasitas kelembagaan meliputi kegiatan road show untuk memperkenalkan proyek dan mendapatkan dukungan terhadap proyek, peningkatan pengetahuan dan keterampilan
manajemen proyek,
peningkatan pengetahuan dan keterampilan tim sanitarian, peningkatan pengetahuan dan keterampilan semua komponen pelaksanaan proyek, institusi dan kelembagaan sekolah . 2. Peningkatan masyarakat tertuju pada peningkatan kapasitas masyarakat desa pelaksana proyek, dengan mengutamakan masyarakat miskin. Peningkatan
tersebut
dilakukan
melalui
kegiatan
pemberdayaan
masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah dan menyusun opsi kegiatan dan RKM. Peningkatan kapasitas pun dilakukan melalui pelatihan yang menjadi tanggungjawab TFM.
45
Selain itu, pada desain proyek terdapat pula desain peningkatan program kesehatan dan pembangunan sarana air bersih dan sanitasi dengan rumusan berbagai tujuan dan pendekatan. Secara umum terlihat bahwa pada desain proyek WSLIC-2, peningkatan kapasitas masyarakat banyak tertuju pada TKM dan TFM. Meskipun peningkatan kapasitas masyarakat hanya ditujukan untuk TKM, hasil temuan lapang menunjukan upaya mewujudkan peningkatan kapasitas masyarakat melalui pelatihan dilakukan terhadap masyarakat khususnya untuk anggota TKM dan anggota UPS. TKM dan UPS dalam hal ini merupakan CBO sebagai pelaku utama kegiatan proyek WSLIC-2 di tingkat komunitas. Pelatihan yang diberikan menyangkut pelatihan di bidang teknik, kesehatan dan manajemen pengelolaan. Pelatihan
difasilitasi
oleh TFM.
TFM
merupakan
tenaga
pendampingan yang telah dilatih sehingga mempunyai keterampilan dalam meningkatkan kapasitas dan kapabilitas masyarakat untuk memutuskan, merencanakan, melaksanakan, dan mengelola kegiatannya. Pelatihan dilakukan untuk meningkatkan pengetahua, sikap, dan keterampilan serta dapat juga digunakan untuk menyampaikan informasi kritis yang sangat penting dalam pengambilan keputusan. Masyarakat desa harus dilatih dalam penyiapan RKM dan kelanjutannnya menyangkut implementasi konstruksi sarana air bersih dan sanitasi, serta pelatihan pada fase pasca konstruksi menyangkut operasi dan pemeliharaan (O & M), Monitoring dan Evaluasi (M & E). Pelatihan on the job training dilaksanakan juga bagi TKM dalam berbagai aspek proses manajemen, mencakup administrasi, keuangan, logistik, pengadaan, monitoring, dan evaluasi. Jenis-jenis pelatihan khusus lainnya diidentifikasi selama proyek berlangsung berdasarkan kaidah-kaidah/metode penilaian kebutuhan pelatihan (Training Need Assessment/TNA) yang partisipatif.
5.6. Fasilitas Informasi untuk Komunitas Informasi menjadi penting sebagai input untuk memperoleh hasil keputusan yang sesuai dengan rumusan masalah yang sebenarnya. Informasi mencakup informasi tentang program, tata cara berhubungan dengan pemerintah dan swasta, serta dengan CBO lainnya, dan informasi untuk hal-hal teknis.
46
Akses terhadap informasi, terutama informasi mengenai hubungan masyarakat dengan struktur di atasnya difasilitasi oleh TKKc. Keluasan informasi pun ditunjukkan dengan adanya road show dari mulai tingkat kabupaten hingga kecamatan. Sementara itu di tingkat desa, fasilitas informasi mengenai proyek dilakukan melalui rembug desa dan pemasangan papan-papan informasi serta poster-poster mengenai kegiatan WSLIC-2. Road show dilakukan untuk memberikan penjelasan tentang proyek WSLIC-2 kepada seluruh masyarakat di desa dari kecamatan yang berada di wilayah kabupaten dan dilaksanakan oleh TKKc dibantu oleh Tim Fasilitator Kecamatan (TFK). Sosialisasi dilakukan juga melalui radio, koran setempat, leaflet atau menggunakan tiga jenis poster yang materinya meliputi gambaran umum proyek WSLIC-2, persyaratan untuk dapat ikut serta, serta perlunya seluruh lapisan masyarakat untuk ikut serta dalam proses perencanaan, pelaksanaan, opersional dan pemeliharaan. Poster-poster tersebut dipasang ditempat-tempat umum agar seluruh lapisan masyarakat dapat melihat posterposter tersebut, seperti di kantor-kantor kelurahan, pasar, posyandu, dan tempat yang dianggap strategis. Informasi proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin disebar selain di kantor desa dan puskesmas juga disebar di lokasi-lokasi yang menjadi tempat berkumpul warga, seperti warung-warung, dan sebagainya berupa papanpapan pengumuman dan poster-poster kesehatan. Keberadaan
papan
informasi
sifatnya
mutlak,
bahkan
desain
mengharuskan untuk memperhatikan pengaturan lokasi pemasangan. Tujuan utama papan informasi adalah: a. Mempermudah masyarakat memperoleh informasi mengenai proyek secara terbuka b. Mempermudah masyarakat untuk berpartisipasi dalam seluruh tahapan pelaksanaan proyek. c. Mempermudah masyarakat untuk turut mengawasi secara langsung pelaksanaan kegiatan fisik dan penggunaan dana.
47
5.7. Aturan Sederhana dan Insentif yang Kuat Pasca tahap konstruksi sarana WSLIC-2 selesai, dibentuklah Unit Pengelola Sarana (UPS) sebagai organisasi operasional dan pemeliharaan. UPS merupakan organisasi yang berbeda dengan TKM, bisa terbentuk dari TKM atau merupakan baru sama sekali. UPS memiliki aturan yang disesuaikan dengan kondisi setempat yang mengatur bagaimana air dibagi, siapa penerima manfaat dan besarnya iuran serta siapa petugas yang melakukan pemerikasaan dan perbaikan jika ada kerusakan. UPS diatur dalam Perdes dan memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) yang telah disepakati bersama dan disahkan melalui surat keputusan kepala desa. UPS di Desa Pangradin bernama UPS Tirta Kahuripan. Pada umumnya, organisasi operasional dan pemeliharaan di tingkat desa dapat bervairiasi sesuai dengan opsi sarana air bersih yang dipilih. Namun, ada dua syarat penting agar organisasi tersebut efektif, yakni sebagai berikut : 1.
Tugas yang sangat penting dilakukan oleh warga yang cukup termotivasi dan dibayar untuk memastikan bahwa tugas tersebut dikerjakan
2.
Organisasi harus diterima oleh masyarakat sehingga persaingan dan konflik bisa diminimalkan. Hal tersebut sejalan dengan yang diungkapkan uphoff (1986) bahwa tugas
spesifik dan rumit dapat dibebankan kepada orang tertentu dan mendapatkan intensif. Desain Proyek WSLIC-2 mencantumkan adanya upah gaji bagi TKM. selain itu dalam AD-ART UPS juga tercantum hak pengurus UPS untuk mendapatkan tunjangan sosial. Iuran WSLIC-2 dari warga yang dikelola oleh UPS digunakan oleh UPS untuk biaya perbaikan dan tunjangan sosial pengurus. Akan tetapi, pengelolaan tersebut tidak transparan sehingga berpotensi memicu adanya konflik. Meskipun ada insentif untuk para pengelola sarana WSLIC-2 tersebut jiwa sukarela penting untuk ditanamkan pada setiap anggota UPS agar proyek WSLIC-2 tidak menjadi komoditi dan berubah menjadi seperti perusahan swasta. Sebagian masyarakat menilai bahwa proyek WSLIC-2 tak jauh berbeda dengan perusahaan swasta yang hanya bertujuan mencari keuntungan.
48
5.8. Desain Kerja Fleksibel Proyek WSLIC-2 memiliki desain kerja yang cukup fleksibel. Desain kerja WSLIC-2 memiliki komponen yang sama namun pilihan kegiatan berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan masyarakat. Komponen merupakan sekelompok kegiatan yang memiliki sifat dan tujuan yang sama. Komponenkomponen kegiatan WSLIC-2 adalah peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat, program kesehatan dan sanitasi sehat, pembangunan sarana air bersih dan lingkungan serta manajemen proyek (Departemen Kesehatan 2003a). Seluruh bentuk kegiatan dan aturan main sasngat disesuaikan dengan kondisi lokasi masing-masing namun pada prinspinya tetap harus mengacu kepada pencapaian tujuan proyek WSLIC-2 yakni meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya masyarakat miskin. TKM menyusun RKM yang sangat disesuaikan dengan kebutuhan dan kesanggupan masyarakat dalam menjalankan proyek. Proses pembuatan RKM banyak dibantu oleh TFM yang ahli dibidangnya masing-masing, yakni di bidang kesehatan, teknis,
dan administrasi.
RKM disusun setalah masyarakat
memutuskan opsi sarana air bersih, sarana sanitasi, PHBS di masyarakat dan di sekolah, serta kebutuhan pelatihan.
5.9. Scaling Up Perluasan (scaling up) proyek WLSIC-2 menjadi tugas UPS dalam menjalankannya. UPS memiliki peran mengelola dan mengembangkan hasil proyek pasca konstruksi proyek selesai. Fungsi UPS menurut Surya (informan dari TKM) adalah mengelola dan memelihara sarana serta melakukan pengembangan program. Strategi perluasan yang tercantum dalam desain proyek WSLIC-2 tertuju pada pencapaian dampak proyek terhadap kesehatan melalui pelayanan sarana air bersih dan sanitasi. Berdasarkan temuan lapang, saat ini jumlah pengguna sambungan rumah sarana WSLIC-2 semakin meningkat. Maka upaya peningkatan jumlah pengguna tersebut harus disertai dengan adanya upaya peningkatan pengelolaan yang lebih baik. Dengan biaya operasional yang bersumber dari iuran masyarakat, peran UPS sampai saat ini masih pada tahap upaya pencegahan kebocoran pipa saja.
49
Upaya yang akan dilakukan untuk sepuluh tahun ke depan agar proyek dapat berkesinambungan adalah pihak UPS akan bermusyawarah dengan Kepala Desa dan memasukan program-program pengembangan WSLIC-2 ke dalam Program Desa yakni dimasukan ke dalam Rencana Pembangunan Desa. Kegiatan lain yang terus dikembangkan adalah kegiatan CLTS. Kegiatan CLTS tidak berhenti dilakukan hingga proyek selesai saja, akan tetapi terus dilakukan hingga mencapai persentase perubahan perliku sanitasi yang signifikan. Pada bulan Oktober 2010 nanti ditargetkan seluruh masyarakat Desa Pangradin memilki jamban sendiri. Upaya pelayanan kesehatan pun terus di tingkatkan, terutama di sekolah-sekolah. Saat ini telah dibentuk Unit Kesehetan Sekolah (UKS) dan diadakan pelatihan dokter kecil untuk para guru pasca proyek WSLIC2 selesai. Hal ini sejalan dengan desain proyek WSLIC-2 yang mencantumkan adanya kegiatan PHBS secara partisipatif yang harus terus dilakukan oleh masyarakat.
5.10. Exit Staretgy Upaya perumusan exit strategy untuk mempersiapkan kemandirian menjadi penting sebagai perwujudan perencanaan yang rasional. Upaya perumusan exit strategy pada proyek WSLIC-2 dirumuskan pada bagian operasi dan pemeliharaan. Secara faktual, kegiatan operasi dan pemeliharaan diwujudkan melalui pembentukan UPS yang didukung dengan upaya peningkatan kapasitas masyarakat, khususnya pengurus UPS berupa pelatihan-pelatihan merupakan upaya untuk mewujudkan kemandirian masyarakat dalam pengelolaan dan pemeliharaan, bahkan pengembangan program WSLIC-2. Upaya perumusan exit strategy dalam desain proyek WSLIC-2 ditunjukan tak hanya melalui adanya upaya peningkatan kapasitas masyarakat, namun juga disertai dengan peningkatan kapasitas kelembagaan, namun peningkatan kapasitas lebih banyak ditujukan terhadap TKM dan TFM. Desain perumusan exit strategy proyek WSLIC-2 belum mengarah pada penyiapan kemandirian masyarakat secara jelas. Berdasarkan dokumen ‖Petunjuk Pelaksanaan Opersional Tingkat Desa‖ petugas puskesmas, petugas dinas pendidikan, dan petugas di sektor-sektor lain memiliki peran sebagai pengganti
50
TFM dalam mendampingi masyarakat untuk melanjutkan kegiatan pengembangan proyek pasca proyek selesai. Seharusnya kemandirian masyarakat dalam melaksankan pengembangan proyek pasca proyek berakhir dipersiapkan sejak awal sehingga masyarakat tidak bergantung lagi kepada pihak lain dalam kegiatan-kegiatan selanjutnya. UPS Tirta Kahuripan yang merupakan UPS di Desa Pangradin belum optimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Dibentuknya UPS belum mengarah kepada kemandirian masyarakat dalam pengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangan proyek WSLIC-2 karena struktur UPS yang terbentuk belum kokoh. Pengembangan kapasitas masyarakat di Desa Pangradin belum disertai dengan pengembangan kapasitas kelembagaan (organisasi) yang terbentuk. Karena UPS yang terbentuk merupakan organisasi baru bukan merupakan kelanjutan dari TKM, termasuk anggota didalam struktur UPS berbeda dengan struktur TKM. Sementara itu, pengembangan kapasitas masyarakat dalam proyek WSLIC-2 ini banyak ditujukan untuk TKM. Kegiatan CLTS yang masih tetap dilaksanakan pun masih bergantung pada Sanitarian Puskesmas Jasinga. Masyarakat setempat belum mampu menjalankannya secara mandiri.
51
Tabel 9. Ringkasan Hasil Analisis Desain dan Implementasi Proyek WSLIC-2 Berdasarkan 10 Prinsip CDD No. 1.
10 Prinsip CDD Iklim kelembagaan dan kebijakan
Desain Proyek WSLIC-2 - Rembug desa pernyataan minat, pembentukan TKM, pembahasan akhir RKM. - Pendampingan TKM oleh TFM - Tidak ada garis komando TKKc terhadap TKM - Kriteria pemilihan lokasi - Pilihan komponen kegiatan berdasarkan demand-responsive - Dilaksankan setelah ada pernyataan minat masyarkat - Identifikasi dan analisa situasi - Rembug desa - Penyusunan RKM - Kontribusi in cash dan in kind
2.
Investasi sesuaikebutuhan
3.
Mekanisme partisipasi
4.
Keikutsertaan sesuai gender dan status sosial
- Menekankan partisipasi masyarakat miskin dan perempuan dalam seluruh tahapan proyek
5.
Investasi pengembangan kapasitas CBO
6.
Fasilitas informasi untuk komunitas
- Melalui pelatihan dan pemberdayaan - Fokus pada TKM dan masyarakat untuk tahap perencanaan dan konstruksi - TKKc sebagai fasilitator informasi - Road show - Papan informasi
7.
Aturan sederhana dan insentif kuat
8.
Desain kerja fleksibel
9. 10.
Scaling up Exit strategy
- Mensyaratkan adanya tunjangan untuk TKM/UPS, terutama untuk tugas-tugas spesifik - Adanya pilihan komponen kegiatan - Pelaksanaan diserhakan kepada masyarakat sesuai kebutuhan - Menjadi tanggungjawab UPS - Desain pemeliharaan hanya sebatas aturan normatif - Diatur dalam Perdes
Implementasi Proyek WSLIC-2 - Rembug desa pernyataan minat, pembentukan TKM, pembahasan akhir RKM. - Pendampingan TKM - Tidak ada intervensi TKKc terhadap TKM - Memenuhi kriteria pemilihan lokasi
- Sesuai desain - Sistem gotongroyong dengan konversi jika masyarakat berhalangan ikut - Adanya strategi mendorong partisipasi masyarakat - Kehadiran perempuan dalam rembug desa di awasi supervisor - Proporsi susunan anggota TKM terdiri dari gender dan status sosial berbeda - Pelatihan dan pemberdayaan masyarakat, khususnya TKM
- Menerima informasi dari TKKc - Road show - TKM menyediakan papanpapan informasi TKM dan UPS mendapatkan insentif/tunjangan Pemilihan komponen kegiatan sesuai potensi yang dimiliki
Sebatas pada pengelolaan iuran UPS sebagai organisasi pemeliharaan belum memiliki struktur yang kokoh dan mandiri
BAB VI EVALUASI EFEKTIVITAS PROYEK WSLIC-2
6.1. Capaian Keluaran Proyek WSLIC-2 Keluaran proyek WSLIC-2 merupakan hasil langsung dari pilihan komponen-komponen kegiatan yang dilakukan. Ada empat komponen kegiatan yang dimiliki proyek WLSIC-2. Masing-masing komponen tersebut memiliki pilihan kegiatan yang dapat diimplementasikan sesuai kebutuhan dan harapan masing-masing desa pelaksana proyek di lapangan namun tetap harus relevan dengan tujuan sebanarnya proyek. Komponen kegiatan yang pertama adalah perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Untuk mewujudkan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat adalah dilaksanakannya kegiatan CLTS dan PHBS. Kegiatan CLTS1 merupakan kegiatan pemicuan perilaku sanitasi sehat khususnya
perilaku
BAB
di
jamban.
Sementara
itu
kegiatan
PHBS
mengkhususkan pada perilaku bersih sehari-hari seperti kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan kebiasaan hidup bersih lainnya. Melalui kegiatan CLTS dan PHBS tersebut maka keluaran yang diharapkan adalah adanya kecenderungan perilaku sanitasi sehat dan hidup bersih masyarakat melalui adanya perubahan sikap, keinginan dan perasaan masyarakat mengenai perilaku sanitasi sehat dan hidup bersih. Komponen kedua adalah pengembangan kapasitas masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut dilakukan pelatihan untuk masyarakat khususnya untuk anggota TKM dan UPS. Melalui kegiatan tersebut maka keluaran yang diharapkan adalah masyarakat memiliki kapasitas yang cukup agar dapat melaksanakan seluruh tahapan kegiatan proyek serta mampu menjaga kesinambungan proyek WSLIC-2 dengan kapasitas yang dimiliki tersebut. Komponen ketiga adalah manajemen kegiatan. Agar proyek terkelola dengan baik diperlukan adanya 1
Desain CLTS sebenarnya tidak tercantum dalam desain proyek WSLIC-2 namun dalam pelaksanaanya terintegrasi dalam pelaksanaan kegiatan WSLIC-2. Berdasarkan keterangan informan hadirnya kegiatan CLTS merupakan pengganti dari kegiatan penyediaan sarana sanitasi, khususnya sarana sanitasi jamban bergulir. Seharusnya kegiatan CLTS lebih dahulu dimulai dalam rangka merubah perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat yang membutuhkan waktu lama daripada sekedar menyediakan sarana fisik. Meskipun demikian, peneliti menentukan indikator pengukuran keberhasilan proyek salah satunya berdasarkan pada kegiatan CLTS dengan asumsi bahwa kegiatan CLTS menjadi bagian dari upaya mewujudkan kesehatan masyarakat melalui perubahan perilaku hidup bersih dan sehat yang merupakan bagian dari tujuan proyek WSLIC-2.
53
manajemen kegiatan sebagai keluaran yang diharapkan dari komponen ketiga tersebut. Komponen keempat adalah penyediaan sarana air bersih, maka keluaran yang diharapkan dari komponen keempat tersebut adalah hasil fisik berupa sarana air bersih dan sanitasi yang dapat diakses oleh seluruh masyarakat. Berikut pencapaian hasil keluaran proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin berdasarkan empat komponen di atas.
6.1.1. Kecenderungan Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Kecenderungan perubahan perilaku yang dimaksud adalah adanya perubahan sikap, keinginan, dan perasaan masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini merupakan hasil langsung dari kegiatan CLTS dan PHBS yang dilakukan. Pengukuran yang dilakukan berkaitan dengan materi PHBS dan CLTS yang diberikan kepada masyarakat. Berikut hasil pengkuran untuk beberapa variabel kecenderungan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat Desa Pangradin antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2.
6.1.1.1. Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Sanitasi Sehat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Sikap masyarakat mengenai perilaku sanitasi sehat diukur melalui sikap masyarakat mengenai perilaku BAB bukan di jamban. Beberapa variabel sikap tersebut diantaranya adalah sikap mengenai perilaku BAB di sungai dapat menyebabkan pencemaran, penyebaran tinja dapat menyebabkan penyakit, pencemaran tinja menyebabkan najis, dan sikap terhadap air sungai yang dianggap tidak baik untuk sumber kehidupan. Berikut hasil pengukuran sikap responden mengenai perilaku sanitasi sehat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2 sebagaimana disajikan pada Tabel 10.
54
Tabel 10. Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Perilaku Sanitasi Sehat Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 BAB di sungai menyebabkan pencemaran Sebelum Setelah Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Total
Penyebaran tinja menyebabkan penyakit Sebelum Setelah
Pencemaran tinja menyebabkan najis Sebelum
Air Sungai tidak baik untuk sumber kehidupan
Setelah
Sebelum
Setelah
1
1
1
1
1
1
0
0
43
40
43
38
58
53
52
47
19
18
21
21
21
21
36
31
104
107
101
105
87
92
78
87
1
2
2
3
1
1
2
3
168
168
168
168
168
168
168
168
Pada Tabel 10 di atas terlihat adanya beberapa perubahan pada empat variabel sikap responden mengenai perilaku sanitasi sehat. Jumlah responden yang memiliki sikap setuju mengenai sanitasi sehat rata-rata meningkat dan sikap kurang/tidak
setuju
responden
rata-rata
menurun.
Peningkatan
tersebut
menujukkan adanya perubahan ke arah yang lebih positif. Namun, untuk melihat apakah perubahan tersebut signifikan maka dilakukan uji rangking bertanda Wilcoxon. Berdasarkan hasil uji statisitik didaptakan p-value yang berbeda-beda untuk keempat variabel di atas. Untuk p-value kurang dari alpha dibagi dua (0.025) maka dapat diambil keputusan untuk tolak Ho. Begitu pula sebaliknya, untuk p-value lebih dari atau sama dengan alpha dibagi dua dapat diambil keputusan untuk terima Ho. Kaidah keputusan untuk empat variabel sikap responden terhadap sanitasi sehat berdasarkan hasil uji statistik terdapat pada Tabel 11 berikut. Tabel 11. Kaidah Keputusan Untuk Setiap Variabel Perubahan Sikap Masyarakat Menganai Perilaku Sanitasi Sehat Variabel 1 2 3 4
Nilai Sign. 0.190 0.018 0.005 0.025
Perbandingan Sign. > alpha/2 (0.190 > 0.025) Sign. < alpha/2 (0.018 < 0.025) Sign. < alpha/2 (0.005 < 0.025) Sign. = alpha/2 (0.025 = 0.025)
Keputusan Terima Ho Tolak Ho Tolak Ho Terima Ho
Berdasarkan kaidah keputusan di atas menunjukkan sikap masyarakat mengenai perilaku BAB di sungai dapat menyebabkan pencemaran dan sikap masyarakat mengenai pencemaran tinja menyebabkan najis tidak signifikan perubahannya antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. Namun, sikap masyarakat mengenai perilaku BAB di sungai dapat menimbulkan penyakit
55
dan sikap mengenai air sungai yang tidak baik digunakan untuk mencuci, mandi, dan memasak sudah cukup signifikan perubahannya. Dapat disimpulkan bahwa sebagian sikap masyarakat terhadap perilaku sanitasi sehat berubah secara signifikan dari negatif menjadi positif. Sebagian besar masyarakat memiliki sikap yang positif terhadap perilaku sanitasi sehat baik sebelum maupun sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Namun, ada beberapa responden menyatakan berubah sikapnya mengenai perilaku sanitasi sehat setelah mengikuti kegiatan CLTS dan secara statistik perubahan perilaku tersebut dinilai signifikan (untuk sebagian variabel).
6.1.1.2. Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Hidup Bersih
Antara
Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Selain kegiatan CLTS, dilakukan pula kegiatan penyampaian materi PHBS. Sejumlah variabel yang mengacu pada kurikulum pelatihan digunakan untuk mengukur perubahan sikap masyarakat mengenai perilaku PHBS antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. Diantara variabel tersebut adalah sikap mengenai pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah BAB, pentingnya menggunakan air bersih untuk sumber kehidupan sehari-hari, pentingnya mencuci bahan makanan sebelum dimasak, pentingnya menutup makanan dengan tudung saji, dan pentingnya menutup tempat penyimpanan air. Berikut hasil pengukuran perubahan sikap masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 12 di bawah ini. Pada Tabel 12 terlihat adanya beberapa perubahan pada enam variabel sikap masyarakat mengenai perilaku hidup bersih. Hasil uji statistik untuk mengukur signifikansi perubahan sikap masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dengan menggunakan uji rangking bertanda Wilcoxon untuk keenam variabel di atas adalah terima Ho karena seluruh p-value pada keenam variabel di atas lebih dari alpha dibagi dua (hasil uji statistik tersaji pada Lampiran 13). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan mengenai sikap masyarakat terhadap perilaku hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Lebih dari 90 persen rata-rata responden memiliki
56
sikap positif (setuju dan sangat setuju) terhadap perilaku hidup bersih baik sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Tabel 12. Jumlah Responden Berdasarkan Sikap Mengenai Perilaku Hidup Bersih Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 A Sblm Sangat Tidak Setuju Tidak Setuju Kurang Setuju Setuju Sangat Setuju Total
B Stlh
Sblm
C Stlh
D
Sblm
Stlh
Sblm
E Stlh
Sblm
F Stlh
Sblm
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
2
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
3
3
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
124
124
150
151
152
152
143
143
137
136
142
141
39
40
17
17
15
15
25
25
31
32
26
27
168
168
168
168
168
16
168
168
168
168
168
168
Keterangan A : Pentingnya menggunakan air bersih untuk memasak, mencuci, dan mandi B : Pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan C : Pentingya mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB D : Pentingnya menutup makanan dengan tudung saji E : Pentingya mencuci bahan makanan sebelum dimasak F : Pentingya menutup tempat penyimpanan air
6.1.1.3. Perubahan Perasaan Masyarakat Mengenai Perilaku Sanitasi Sehat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2. Kegiatan CLTS merupakan kegiatan pemicuan kepada masyarakat agar terbangun
kebutuhannya
untuk
memiliki
jamban
sendiri
dengan
cara
memunculkan rasa jijik, rasa malu, rasa takut penyakit dan takut berdosa ketika BAB di sungai. Berikut hasil pengkuran perasaan mengenai perilaku BAB di sungai antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2 sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 13.
Tabel 13. Jumlah Responden Berdasarkan Perasaan Jijik, Malu, Takut Sakit, dan Takut Berdosa dalam Perilaku BAB di Sungai Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Setelah
Sebelum Ya Tidak
Stlh
0
Meras Jijik BAB di Sungai Tidak
Merasa Malu BAB di Sungai
Ya
Tidak
Ya
Merasa Takut Sakit BAB di Sungai Tidak
Meras Takut Berdosa BAB di Sungai
Ya
Tidak
Ya
1
88
59
9
62
8
80
7
68
10
0
99
1
99
0
80
Pada Tabel 13 di atas terlihat adanya perubahan perasaan masyarakat mengenai perilaku BAB di sungai antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Hasil uji statistik untuk mengukur signifikansi perubahan
57
perasaan masyarakat mengenai perilaku BAB di sungai antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2 menggunakan uji Mc Nemar menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap variabel. p-value untuk rasa jijik, rasa, malu, dan rasa takut berdosa pada masyarakat kurang dari alpha dibagi dua. Sementara, pvalue untuk variabel rasa takut sakit lebih dari alpha dibagi dua (lihat Lampiran 13). Sehingga dapat disimpulkan bahwa rasa jijik, rasa malu, rasa takut berdosa berubah secara signifikan antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. Sementara perasaan takut sakit masyarakat untuk BAB di sungai tidak berubah secara signifikan antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLI-2. Beberapa responden mengaku muncul perasaan rasa jijik, malu, dan takut berdosa terkait perilaku BAB di jamban setelah mengikuti kegiatan CLTS.
6.1.1.4. Keinginan BAB di Jamban dan Keinginan Memiliki Jamban Sendiri Pada Masyarakat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Kecenderungan yang paling dekat terhadap perilaku BAB di Jamban adalah keinginan masyarakat untuk senantiasa BAB di jamban dan adanya rencana memiliki jamban sendiri. Hasil penelitian menunjukkan adanya perubahan keinginan masyarakat untuk BAB di jamban dan keinginan memiliki jamban sendiri. Namun untuk melihat apakah perubahan tersebut signifikan, dilakukan uji Mc Nemar. Berikut hasil pengukuran mengenai keinginan masyarakat untuk BAB di jamban dan memiliki jamban sendiri yang ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14. Jumlah Responden Berdasarkan Keinginan Terhadap BAB di Jamban dan Rencana Memiliki Jamban Sendiri Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Setelah Sebelum Ya Tidak
Keinginan BAB di Jamban Tidak Ya Total jml % jml % jml %
Rencana Memiliki Jamban Sendiri Tidak Ya Total Jml % jml % jml %
0
0
71
100
71
100
0
0
84
100
84
100
34
97
1
3
35
100
17
100
0
0
17
100
Kaidah keputusan dari uji statistik untuk mengukur signifikansi perubahan keinginan masyarakat untuk BAB di jamban dan rencana masyarakat untuk
58
memiliki jamban sendiri antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC2 menggunkan uji Mc Nemar pada Tabel 14 di atas adalah terima Ho untuk kedua variabel di atas karena p-value lebih besar dari pada nilai alpha dibagi dua. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perubahan yang signifikan mengenai keinginan masyarakat untuk BAB di jamban dan rencana memiliki jamban sendiri antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. Beberapa responden mengaku sudah ingin memiliki jamban baik sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2 namun karena terkendala dana hal tersebut masih belum terwujud. Ada pula beberapa responden yang mengaku lebih memilih BAB di sungai walaupun tersedia jamban. Kegiatan CLTS hampir belum dapat mempengaruhi masyarakat untuk mau berperilaku BAB di jamban bahkan memiliki jamban sendiri.
7.1.2. Pengembangan Kapasitas Masyarakat Pengembangan kapasitas masyarakat diukur berdasarkan materi pelatihan yang diberikan. Pelatihan diberikan agar masyarakat mampu melaksanakan proyek dan melakukan pemeliharaan dan pengelolaan pasca pembangunan proyek selesai. Materi pelatihan terdiri tiga topik pembahasan yaitu pelatihan mengenai teknis, pelatihan administrasi untuk pengelolaan, dan pelatihan kesehatan untuk CLTS. Pengukuran dilakukan terhadap anggota TKM dan UPS yang berjumlah 9 orang. Anggota TKM dan UPS tersebut ditanya mengenai pengetahuannya tentang topik pelatihan namun tetap berdasarkan pada implementasi yang mereka lakukan dilapangan (apakah responden mengetahu atau apakah responden menerapkan hal-hal yang ditanyakan tersebut menyangkut materi pelatihan yang diberikan). Hasil pengkuran terhadap kapasitas masyarakat disajikan pada empat grafik di bawah ini. Grafik pertama berkenaan dengan kemampuan masyarakat dalam kegiatan CLTS yang terdiri dari kemampuan dalam langkah-langkah fasilitasi di masyarakat, kemampuan dalam melakukan pemicuan, kemampuan dalam membuat transek bersama masyarakat, dan kemampuan dalam melakukan oral fecal kepada masyarakat. Grafik kedua mengenai kemampuan responden dalam memfasilitasi tindak lanjut masyarakat setelah masyarakat terpicu untuk berubah, terdiri dari kempuan merespon masyarakat yang ingin berubah,
59
kemampuan menyusun rencana tindak lanjut bersama masyarakat, dan kemampuan monitoring. Grafik ketiga mengenai kemampuan responden dalam kegiatan PHBS terdiri dari pengetahuan mengenai cara mencuci tangan yang salah dan yang benar serta cara mendemokannya kepada masyarakat. Grafik keempat mengenai kemampuan dalam pemeliharaan (kemampuan teknis) dan kemampuan dalam pengelolaan (administrasi dan keuangan). Penyajian grafik disusun per responden sehingga setiap responden dapat terlihat hasil pengukurannya untuk setiap jenis pertanyaan. Berikut keempat grafik hasil pengukuran kapasitas masyarakat dalam tahap pelaksanaan, pemeliharaan, dan pengelolaan proyek WSLIC-2.
Gambar 3. Skor Kemampuan TKM/UPS dalam Kegiatan CLTS
Gambar 4. Skor Kemampuan TKM/UPS dalam Memfasilitasi Tindak Lanjut Masyarakat
60
Gambar 5. Skor Kemampuan TKM/UPS dalam Kegiatan PHBS
Gambar 6. Skor Kemapuan Anggota TKM/UPS dalam Pemeliharaan dan Pengelolaan Proyek WSLIC-2 Pada umumnya setiap responden hanya memiliki kemampuan pada masingmasing bidangnya sesuai tugas dan peranannya pada struktur TKM/UPS. Seorang yang memiliki peranan di bagian kesehatan tidak mengerti masalah teknis, begitu pula sebaliknya. Sehingga ada beberapa responden mendapatkan skor nol untuk kemampuan dibidang tertentu, tapi tinggi untuk kemampuan bidang lain. Rata-rata skor yang paling rendah adalah kemampuan dalam hal memfasilitasi tindak lanjut masyarakat. Program CLTS yang dilaksanakan di Desa Pangradin hanya berhenti sampai pada pemicuan saja, tidak dilanjutkan dengan kegiatan-kegiatan lanjutan seperti Rencana Tindak Lanjut (RTL) dan monitoring yang terpadu. Berdasarkan grafik tersebut dapat disimpulkan kapasitas anggota TKM/UPS dinilai cukup untuk dapat memelihara dan mengelola hasil proyek WSLIC-2. Pemeliharaan
61
yang dimaksud dalam pengukuran ini adalah pemeliharaan dari segi fasilitas sarana fisik, sementara pengelolaan yang dimaksud adalah pengelolaan dalam kegiatan pembukuan. Namun kapasitas dalam kegiatan CLTS dinilai masih kurang untuk tim kesehatan yang mengemban misi perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, terutama pada kemampuan memfasilitasi tindak lanjut masyarakat.
Secara konsep, kegiatan CLTS merupakan kegiatan yang cukup
intensif dan menyeluruh, maka diperlukan kapasitas yang lebih tinggi di bidang kesehatan untuk dapat membawakan misi perubahan perilaku sanitasi di masyarakat secara total.
6.1.3. Keberadaan Manajemen Kegiatan Manajemen kegiatan dibuat agar TKM dan masyarakat terampil dalam setiap pelaksanaan kegiatan. Manjamen kegiatan merupakan aturan main yang disepakati masyarakat dalam setiap tahapan program hingga program selesai dilaksanakan yang kemudian lebih lanjut lagi disepakati pula aturan main untuk pengelolaan dan pemeliharaan pasca pembangunan proyek
WSLIC-2 selesai.
Secara umum manajemen proyek yang di rancang TKM dalam RKM berkaitan dengan manajemen pengelolaan yang menyangkut tiga hal, yakni administrasi proyek, administrasi keuangan, dan perhitungan tarif iuran masyarakat (Sekretariat Balai Desa Pangradin 2008). Namun, wawancara mendalam dilakukan untuk menggali lebih mendetail aturan-aturan apa saja yang disepakati masyarakat dalam setiap tahapan pembangunan proyek WSLIC-2 agar pelaksanaan proyek berjalan dan terkelola dengan baik. Beberapa aturan main telah disepakati masyarakat dalam rangka menyukseskan pelaksanaan proyek WSLIC-2 sebagaiamana terdapat pada Tabel 15 berikut.
62
Tabel 15. Manajemen Kegiatan Proyek WSLIC-2, TKM Curug Bandung di Desa Pangradin, Tahun 2008 No 1
2
3 4
5
Aspek Manajemen Pengelolaan Teknis Konstruksi Memberi surat tugas kepada ketua RT untuk Sarana Air Bersih menggerakan warganya memasang minimal dua batang dan Sanitasi pipa dan menggali saluran air sepanjang 12 meter, jika tidak bisa ikut bergotong royong diganti dengan uang sewa buruh sebesar Rp. 25.000,00 Pengoperasian Iuran (Rp 300,00- Rp. 500,00/kubik), lebih dari 3 bulan tidak membayar iuaran akan di putus. Kesepakatan tersebut ditetapkan melalui perdes Pemeliharaan Dilakukan oleh pihak UPS dan menjadi tanggunjawab UPS, khususnya bagian teknis Perbaikan Setiap pengguna sarana WSLIC-2 melapor kepada UPS kerusakan kemudian membayar sejumlah uang untuk upah perbaikan dan membeli alat-alat yang dibutuhkan untuk mengganti kerusakan. Pengelolaan Menyangkut adminsitrasi dan pencatatan keuangan. Dilakukan oleh pihak UPS, dana hasil iuaran masyarakat dikelola kemudian dialokasikan sesuai kebutuhan pengelolaan WSLIC-2.
Sumber : Data Primer
6.1.4. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Sistem air bersih yang dibangun merupakan sistem perpipaan gravitasi karena Desa Pangradin memiliki sumber mata air yang melimpah di pegunungan yang berada di Desa Pangradin yang bernama mata air lebak kadongdong yang letaknya berada di atas tempat pemukiman masyarakat2. Sumber mata air tersebut juga termasuk ke dalam wilayah hutan lindung. Secara kualitas mata air lebak kadongdong tersebut cukup bagus, baik secara fisik (warna, rasa, bau) maupun secara pengujian klinis laboratorium telah mendapatkan rekomendasi bahwa mata air lebak kadongdong layak untuk dikonsumsi masyarakat. Untuk menghindari pencemaran dibuatkan suatu sistem perlindungan mata air (broncapting) yang dirancang secara tertutup supaya air yang keluar dari mata air tidak kembali lagi ke mata air yang dapat menyebabkan mata air mati atau mata air berpindah ke tempat lain. Untuk mengalirkan air kepada masyarakat maka dibuat dua sistem, yakni sistem sambungan rumah (SR) dan sistem keran umum (KU). Sistem SR diperuntukan bagi rumahtangga mampu, di mana setiap rumah dikenakan biaya 2
RKM Desa Pangradin
63
untuk bisa menyambungkan air ke rumah masing-masing. Biaya yang dikenakan terdiri dari dua jenis, yakni biaya pemasangan dan biaya rutin tiap bulan (iuran). Besarnya iuran ditentukan berdasarkan besarnya pemakaian air. Untuk SR setiap satu meter kubik dikenakan biaya sebeser Rp. 500,00 setiap bulannya dengan biaya pemasangan rata-rata sebesar Rp. 300.000, 00. Biaya pemasangan pun tergantung pada kebutuhan pipa yang diperlukan. Bila memerlukan pipa yang cukup banyak, maka biaya pemasangan bisa lebih dari Rp. 300.000, 00. Sistem KU diperuntukkan bagi rumahtangga tidak mampu. Pada beberapa titik wilayah di bangun KU untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih oleh masyarakat sekitar KU. Setiap KU memiliki penanggungjawab/koordinator yang memiliki tugas mengkoordinir iuran dan pemakaian KU WSLIC-2. Sarana WSLIC-2 lain yang dibangun adalah jamban sekolah dan tempat mencuci tangan di sekolah. Jamban sekolah yang dibangun sebanyak enam unit, yakni dua unit untuk masing-masing sekolah. Jumlah tempat mencuci tangan yang disediakan berjumlah 15 unit, yakni untuk setiap ruang kelas disediakan satu unit tempat cuci tangan untuk siswa SD.
Gambar 7. Sambungan Rumah WSLIC-2
Gambar 8. Keran Umum WSLIC-2
Gambar 9. Jamban Sekolah WSLIC-2
64
6.2. Manfaat Proyek WSLIC-2 Manfaat merupakan tujuan khusus dari proyek WSLIC-2 yakni : perbaikan perilaku hidup bersih, kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, dan pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi. Berikut hasil pencapaian manfaat Proyek WSLIC-2.
6.2.1. Perbaikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Perbaikan perilaku hidup bersih diantaranya ditunjukkan dengan adanya perubahan perilaku hidup bersih, diantaranya adalah dengan mengukur kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan setelah BAB, kebiasaan menutup makanan dengan tudung saji, kebiasaan mencuci bahan makanan sebelum dimasak dan kebiasaan menutup tempat penyimpanan air. Kebiasaan tersebut diukur antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2 apakah ada perbedaan atau tidak. Berikut hasil pengukuran pada sejumlah variabel perilaku hidup bersih yang dapat dilihat pada Tabel 16 berikut. Tabel 16. Jumlah Responden Menurut Perubahan Perilaku Hidup Bersih Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Tidak Pernah
A Sblm 26
Stlh 26
B Sblm 19
Stlh 19
C Sblm 1
Stlh 2
D Sblm 1
Stlh 2
E Sblm 0
Stlh 0
F Sblm 0
Stlh 0
Jarang
60
57
28
28
3
2
3
2
0
0
0
0
Kadangkadang Sering
32
33
23
23
1
1
1
1
1
1
0
0
26
28
38
38
27
24
27
24
25
23
25
24
Selalu
24
24
60
60
136
139
136
139
142
144
143
144
Total
168
168
168
168
168
16
168
168
168
168
168
168
Keterangan : A : Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan B : Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB C : Kebiasaan menutup makanan dengan tudung saji D : Kebiasaan mencuci bahan makanan sebelum dimasak E : Kebiasaan menutup tempat penyimpanan air
Pada Tabel 16 di atas terlihat adanya beberapa perubahan pada lima variabel perilaku hidup bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Hasil uji statistik untuk menguji signifikansi perubahan perilaku hidup bersih dengan menggunakan uji rangking bertanda Wilcoxon untuk kelima variabel di atas adalah terima Ho karena seluruh p-value untuk kelima variabel
65
perilaku hidup bersih di atas lebih dari alpha dibagi dua. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan perilaku hidup bersih pada masyarakat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Sebagian besar masyarakat tidak berubah perilakunya mengenai hidup bersih, masyarakat yang tidak pernah atau jarang berperilaku hidup bersih tetap pada kebiasaan sebelum adanya kegiatan WSLIC-2 meskipun telah dilaksanakan kegiatan PHBS. Pada Tabel 16 dapat diketahui pula bahwa sebelum dilaksanakan proyek WSLIC-2 sebagian besar masyarakat mengaku sudah berperilaku hidup bersih. Kegiatan PHBS juga dilakukan terhadap siswa di sekolah. Maka pengukuran mengenai sejumlah variabel perilaku hidup bersih dan sanitasi juga dilakukan terhadap siswa SD untuk melihat hasil capaian kegiatan PHBS tersebut. Berikut hasil pengukuran kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat siswa SD. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Siswa SD Menurut Perubahan Perilaku Hidup Bersih Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2. Setelah Sebelum Ya Tidak
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Sebelum Makan
Tidak jml %
Ya jml
%
Total jml %
Kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun Setelah BAB
Tidak jml %
Ya jml
Total %
jml
%
6
54
5
46
11
100
3
19
13
81
84
100
29
52
27
48
36
100
17
41
34
59
41
100
Berdasarkan hasil pengkuran di atas terlihat adanya perubahan perilaku mencuci tangan menggunakan sabun pada saat sebelum makan dan setelah BAB antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Hasil uji statistik untuk menguji signifikansi perubahan perilaku hidup bersih siswa SD dengan menggunakan uji Mc Nemar untuk kedua variabel di atas adalah tolak Ho karena seluruh p-value untuk kedua variabel di atas kurang dari alpha dibagi dua (hasil uji statistik pada Lampiran 13). Kesimpulannya adalah terdapat perubahan yang signifikan mengenai perilaku hidup bersih siswa SD antara sebelum dan sesudah pelaksanaannya proyek WSLIC-2. Tujuan akhir dari kegiatan CLTS adalah memicu masyarakat supaya tergerak untuk memilki jamban sendiri. Hasil pengukuran menunjukkan masih banyak warga yang belum memiliki jamban dengan alasan kesulitan ekonomi.
66
Berikut hasil pengukuran kepemilikan jamban sendiri pada masyarakat antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2 disajikan pada Tabel 18.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Kepemilikan Jamban Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Setelah Sebelum Ya Tidak
Keinginan BAB di Jamban Tidak Ya Total Jml % Jml % Jml % 1
2
63
98
64
100
96
92
8
8
104
100
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel di atas menggunkan uji Mc Nemar didapatkan p-value lebih besar dari nilai alpha dibagi dua (0.025) sehingga keputusan yang diambil adalah terima Ho. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perubahan signifikan mengenai jumlah kepemilikan jamban sendiri antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2.
6.2.2. Kesinambungan Pemberdayaan Masyarakat Secara Partisipatif Kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif diukur berdasarkan partisipasi masyarakat dalam setiap tahap pembangunan. Partisipasi masyarakat dapat diberikan dalam berbagai bentuk, seperti tenaga, biaya, ide, makanan, dan partisipasi lainnya. Grafik di bawah ini menunjukkan persentase partisipasi masyarakat untuk setiap tahapan pembanguan WSLIC-2 mulai dari perencanana, teknis konstruksi, dan pemeliharaan.
Gambar 10. Grafik Tingkat Partisipasi Warga dalam Setiap Tahapan Pembangunan WSLIC-2.
67
Partisipasi paling besar ditunjukkan pada fase konstruksi proyek karena pada fase ini seluruh warga digerakkan untuk dapat turut bergotong royong pada saat teknis konstruksi sarana WSLIC-2 berlangsung. Warga yang berhalangan hadir diwajibkan menggantinya dengan tenaga kuli yang di bayar. Partisipasi paling rendah ditunjukkan pada fase pemeliharaan karena tugas pemeliharaan dibebankan kepada UPS. UPS memiliki tanggung jawab mengontrol kondisi saluran air. Selain itu, pemeliharaan yang dimaksud dalam grafik di atas lebih kepada pemeliharaan keran umum WSLIC-2. Sehingga masyarakat yang berpartisipasi dalam pemeliharaan sarana WSLIC-2 adalah hanya masyarakat pengguna keran umum. Partisipasi yang paling besar diberikan warga dalam bentuk tenaga dan uang. Hanya segelintir warga yang berpartisipasi dalam bentuk ide. Kehadiran masyarakat dalam rapat-rapat perencanaan WSLIC-2 hanya sebatas hadir secara fisik namun jarang menyampaikan ide sebagaimana pengakuan yang dituturkan responden kepada peneliti.
6.2.3. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Peningkatan pelayanan kesehatan ditunjukkan melalui adanya peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dan sanitasi sehingga perilaku hidup bersih dan perilaku sanitasi sehat dapat terwujudkan. Peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dapat dilihat pada peningkatan perilaku masyarakat dalam meninggalkan kebiasaan menggunakan air sungai sebagai sumber air untuk keperluan hidup sehari-hari. Peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi dapat dilihat pada peningkatan jumlah masyarakat yang menunjukkan perilaku BAB di Jamban. Peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih dapat dilihat pada Tabel 19.
68
Tabel 19. Jumlah Responden Menurut Perilaku Meninggalkan Kebiasaan Menggunakan Air Sungai Sebagai Sumber Air Untuk Kebutuhan Hidup Kebiasaan Mandi di sungai
Selalu
Sebelum jml 40 23.8
Sering
32
19.0
Kadang-kadang
8
4.8
Jarang
14
8.3
Kebiasaan mencuci pakaian/perabot di sungai
Setelah jml 7 4.2 8
Sebelum jml 58 34.5
Kebiasaan mencuci beras di sungao
Setelah jml 16 9.5
Sebelum jml 21 12.5
Setelah jml 9 5.4
4.8
22
13.1
4
2.4
12
7.1
4
2.8
8
4.8
14
8.3
13
7.7
4
2.4
3
1.8
18
10.7
7
4.2
10
6.0
6
3.6
3
1.8
Tidak pernah
74
44.0
127
75.6
67
39.9
125
74.4
125
74.4
149
88.7
Total
168
100.0
168
100.0
168
100.0
168
100.0
168
100.0
168
100.0
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel di atas menggunakan uji rangking bertanda Wilcoxon, peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih berubah secara signifikan karena p-value untuk ketiga variabel perilaku masyarakat dalam meninggalkan kebiasaan menggunakan air sungai untuk kebutuhan hidup sehari-hari tersebut kurang dari nilai alpha dibagi dua (0.025). Adapun untuk peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi dapat ditunjukkan melalui adanya peningkatan akses masyarakat terhadap penggunaan jamban dalam perilaku BAB. Meskipun proyek WSLIC-2 tidak menyediakan sarana sanitasi untuk masyarakat, namun masyarakat diharapkan dapat merubah perilaku BAB di jamban dengan memanfaatkan jamban umum yang sudah ada atau lebih baik lagi memiliki jamban sendiri. Tabel 20 menunjukkan adanya peningkatan kebiasaan perilaku BAB masyarakat di jamban.
Tabel 20. Peningkatan Jumlah Responden Terhadap Akses Sanitasi Intensitas Tidak Pernah Jarang
Kebiasaan BAB di Jamban Sebelum Setelah Jml Jml 79 47.0 64 38.1 12
7.1
14
8.3
8
4.8
9
5.4
Sering
14
8.3
19
11.3
Selalu
55
32.7
62
36.9
Total
168
100.0
168
100.0
Kadang-kadang
69
Berdasarkan hasil uji rangking bertanda Wilcoxon terhadap variabel di atas, besar p-value untuk uji statistik di atas adalah 0.02. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha dibagi dua sehingga dapat diambil keputusan untuk menolak Ho. Jadi, dapat disimpulkan bahwa peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi cukup signifikan. Akses masyarakat terhadap sanitasi meningkat karena adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PMPN) Mandiri yang bergerak di bidang pembangunan jamban umum karena proyek WSLIC-2 tidak menjalankan kegiatan pembangunan jamban umum. Sarana sanitasi yang dibangun dari proyek WSLIC-2 adalah jamban sekolah. Jamban sekolah dibangun guna memberikan pelayanan kesehatan untuk siswa di sekolah. Tak hanya menyediakan jamban untuk siswa, namun yang paling penting adalah sejauh mana pemanfaatan jamban tersebut oleh siswa. Berikut disajikan peningkatan jumlah akses siswa SD terhadap sanitasi Tabel 21 berikut.
Tabel 21. Jumlah Siswa SD Menurut Peningkatan Akses Terhadap Sanitasi Setelah Tempat BAB di rumah Sebelum Jamban Non Jamban
Tempat BAK di sekolah
Tempat BAB di sekolah
Non Jamban 5
Jamban 14
Non Jamban 28
Jamban 34
Non Jamban 29
Jamban 31
24
24
0
5
1
6
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel di atas dengan menggunkan uji Mc Nemar, besar p-value untuk ketiga varibel di atas kurang dari alpha dibagi dua. Maka keputusan yang diambil untuk ketiga variabel tersebut adalah tolak Ho. Dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan mengenai akses sanitasi siswa SD.
7.2.4. Pemeliharaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi Pemeliharaan sarana air bersih ditunjukkan dengan kondisi fisik yang masih tetap terpelihara dan berfungsi di masyarakat, bahkan lebih bagus lagi jika kondisi sarana tersebut mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun
70
kualitas. Berikut hasil identifikasi kondisi sarana fisik WSLIC-2 yang telah dibangun, dapat dilihat pada Tabel 22 di bawah ini.
Tabel 22. Kondisi Sarana Fisik Hasil Proyek WSLIC-2 No 1 2 3 4
Jenis Sarana Fisik Sambungan Rumah Keran Umum Jamban sekolah Tempat cuci tangan
Jumlah yang terbangun 326 Rumah 25 unit 6 unit 15 unit
Jumlah yang Berfungsi 363 Rumah 22 unit 1 unit Hampir tidak ada
Sumber : data primer
6.2. Dampak Proyek WSLIC-2 Pengukuran dampak diambil berdasarkan tujuan umum yang telah dirancang sebelumnya oleh pelaksana proyek. Dampak proyek yang diharapkan sesuai desain proyek yang sudah dirancang adalah peningkatan status kesehatan masyarakat, peningkatan produktivitas hidup masyarakat, dan peingkatan kualitas hidup masyarakat. Berikut hasil pengukuran dampak yang diharapkan muncul sesudah adanya proyek WSLIC-2.
6.3.1. Peningkatan Status Kesehatan Masyarakat Peningkatan status kesehatan dilihat berdasarkan perubahan intensitas masyarakat menderita penyakit-penyakit yang berkaitan dengan masalah
air
bersih dan sanitasi. Arah perubahan yang diharapkan adalah negatif, yakni dari sering menjadi jarang atau tidak pernah, atau dari jarang menjadi tidak pernah. Hasil pengukuran peningkatan status kesehatan masyarakat dan siswa SD dapat dilihat pada Tabel 23 dan 24 di bawah ini. Tabel 23. Jumlah Responden Menurut Intensitas Menderita Penyakit yang Disebabkan oleh Masalah Air Bersih dan Sanitasi
Sering
Kulit Sblm Stlh 27 29
Diare Sblm Stlh 13 10
Kolera Sblm Stlh 1 0
Usus Sblm Stlh 3 4
Gatal-gatal Sblm Stlh 44 38
Lainnya Sblm Stlh 38 37
Jarang
38
40
56
56
17
16
5
2
41
53
23
23
Tidak Pernah Total
103
168
99
102
150
152
160
162
83
168
107
108
168
168
168
168
168
16
168
168
168
168
168
168
71
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap kelima variabel di atas dengan menggunakan uji rangking bertanda Wilcoxon didapatkan p-value untuk kelima variabel penyakit di atas lebih dari alpha dibagi dua (0.025) sehingga dapat diambil keputusan utuk terima Ho (hasil uji statistik terdapat pada Lampiran 13). Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan mengenai intensitas masyarakat dalam menderita penyakit kulit, diare, korela, gatal-gatal, dan penyakit usus. Status kesehatan masyarakat belum dapat dinyatakan meningkat. Pengujian juga dilakukan terpisah antara responden yang berasal dari rumahtangga mampu dan rumahtangga tidak mampu dan pada masing-masing jenis rumahtangga tersebut menunjukkan hasil yang sama, yaitu tidak terjadi perubahan yang signifikan mengenai intensitas masyarakat menderita penyakit kulit, diare, korela, gatal-gatal, dan penyakit usus. Berbeda dengan hasil pengukuran pada masyarakat, pengukuran pada siswa SD menunjukkan perubahan yang signifikan ditunjukkan oleh hasil uji statistik terhadap Tabel 24 di bawah ini.
Tabel 24. Intensitas Siswa SD Mengalami Sakit Gatal-Gatal
Tidak Pernah
Intensitas Menderita Gatal-gatal Sebelum Setelah Jumlah Jumlah 2 3.0 18 26.9
Jarang
41
61.2
44
65.7
Sering
24
35.8
5
7.5
Total
67
100.0
168
100.0
Hasil uji statistik terhadap variabel diatas, didapatkan nilai p-value sebsesar 0.000. Karena p-value kurang dari alpha dibagi 2 (0.025) maka keputusan yang diambil adalah tolak Ho sehingga dapat disimpulkan telah terjadi perubahan yang signifikan mengenai intensitas siswa SD dalam mengalami sakit gatal-gatal.
72
6.3.2. Peningkatan Produktivitas Masyarakat Peningkatan produktivitas masyarakat dilihat berdasarkan intensitas masyarakat melakukan absen dalam pekerjaan rutin, pekerjaan utama, atau sekolah semakin menurun. Hasil pengukuran untuk produktivitas masyarakat dan hasil uji statistik untuk signifikasi peningkatannya dapat dilihat pada Tabel 25 berikut.
Tabel 25. Jumlah Responden Menurut Intensitas Ketidakhadiran dalam Pekerjaan/Sekolah Absen dalam Pekerjaan Rutin Sebelum Setelah
Absen dalam Pekerjaan Utama Sebelum Setelah
Absen dalam Sekolah
Sering
27
16.1
25
14.9
32
19.0
32
19.0
15
10.8
9
6.4
Jarang
55
32.7
56
33.3
47
28.0
47
28.0
57
41.0
61
43.9
Tidak pernah
86
51.2
87
51.8
89
53.0
89
53.0
67
48.2
69
49.7
Total
168
100.0
168
100.0
168
100.0
168
100.0
139
100.0
139
100.0
Sebelum
Setelah
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel di atas, didapatkan p-value untuk ketiga variabel di atas lebih besar dari nilai alpha di bagi dua (0.025) sehingga dapat diambil keputusan untuk menerima Ho. Maka, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan mengenai intensitas absen dalam pekerjaan rutin, pekerjaan utama, dan kegiatan sekolah.
6.3.3. Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Peingkatan kualitas hidup masyarakat diukur berdasarkan dua variabel, yakni kualitas kesehatan dan kualitas kesejahteraan. Tingkat kualitas kesehatan dan kesejahteraan diukur berdasarkan 10 level, mulai dari level 1 hingga level 10. Responden diminta mengisi kondisi kesehatan dan kesejahteraan rumahtangga masing-masing pada level yang dianggap sesuai menurut mereka. Responden diminta mengisi pada level mana mereka berada dan membandingkan posisi tersebut antara sebelum dan setalah adanya proyek WSLIC-2. Apakah ada peningkatan atau penurunan level antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. Penilaian level kualitas kesehatan dan kesejahteraan tersebut bukan
73
melihat pada di level mana posisi responden berada namun untuk melihat apakah ada gerak perubahan kondisi kesehatan dan kesejahteraan responden tersebut sesudah adanya proyek WSLIC-2. Berdasarkan hasil pengukuran terhadap 186 responden yang terdiri dari 86 responden berasal dari rumahtangga tidak mampu dan 82 responden berasal dari rumahtangga mampu, beberapa responden mengaku ada peningkatan level, beberapa responden mengaku tidak ada peningkatan ataupun penurunan level, dan beberapa responden juga mengaku mengalami penurunan level, baik pada level kualitas kesehatan maupun kualitas kesejahteraan. Oleh karena itu, uji rangking bertanda Wilcoxon digunakan untuk menguji apakah peningkatan level yang terjadi pada responden tersebut signifikan atau tidak. Berdasarkan hasil uji statistik (Lihat Lampiran 13) tersebut, didapatkan pvalue untuk variabel status kesehatan dan kesejahteraan sebesar 0.00. P-value tersebut kurang dari alpha di bagi 2 (0.025) sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menolak Ho. Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan yang signifikan mengenai status kesehatan dan kesejahteraan responden sesudah adanya proyek WSLIC-2. Pengujian juga dilakukan terpisah antara responden yang berasal dari rumahtangga mampu dan rumahtangga tidak mampu. Pada masing-masing jenis rumahtangga tersebut menunjukkan hasil yang sama yaitu terdapat peningkatan yang signifikan mengenai status kesehatan dan kesejahteraan responden sesudah adanya proyek WSLIC-2 baik pada kalangan rumahtangga mampu maupun rumahtangga tidak mampu. Selain mengukur kualitas kesehatan dan kesejahteraan berdasarkan sepuluh level. Pengukuran juga dilakukan terhadap perubahan pendapatan masyarakat. Nilai pendapatan masyarakat dihitung berdasarkan jumlah rata-rata pengeluaran masyarakat perbulan. Hasil pengukuran diuji dengan menggunakan uji T-berpasangan terhadap jumlah pendapatan responden antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2. Hasil pengukuran dan uji statistik menunjukkan tidak ada perubahan pendapatan masyarakat antara sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2 karena p-value yang di dapatkan lebih besar dari alpha dibagi dua.
74
Berdasarkan hasil pengukuran, rata-rata pendapatan masyarakat Desa Pangradin adalah sebesar Rp. 1.163.900,00. Pendapatan terendah sebesar R. 169.000,00 dan pendapatan tertinggi sebesar Rp. 4.907.000,00. Jika merujuk pada kriteria kemiskinan menurut BPS, sebesar 01,90 persen masyarakat Desa Pangradin berada di bawah garis kemiskinan. Proyek WSLIC-2 ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pengukuran perubahan pendapatan ini pun dilakukan terhadap rumahtangga mampu maupun rumahtangga tidak mampu. Pengujian terhadap kedua jenis rumahtangga tersebut menunjukkan hasil yang berbeda. Berdasarkan hasil uji T berpasangan, terjadi perubahan pendapatan yang signifikan pada rumahtangga tidak mampu karena p-value yang dihasilkan kurang dari alpha dibagi dua (0,025) yaitu sebesar 0.002 (hasil uji statistik disajikan pada Lampiran 13). Besar
rata-rata
pendapatan
rumahtangga
tidak
mampu
sebelum
pelaksanaan proyek WSLIC-2 adalah Rp. 835.244,00 dengan pendapatan terendah sebesar Rp. 169.000,00 dan pendapatan tertinggi sebesar Rp. 2.407.500,00. Adapun, setelah pelaksanaan proyek WSLIC-2, rata-rata pendapatan rumahtangga tidak mampu meningkat menjadi Rp. 1.479.335,00 dengan pendapatan terendah menjadi meningkat pula yaitu sebesar Rp. 180.000,00 dan pendapatan tertinggi menurun menjadi sebesar Rp. 2.043.000,00. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain meningkat, terdapat pula rumahtangga yang menurun pendapatannya, akan tetapi jumlah rumahtangga yang meningkat pendapatannya jauh lebih banyak dari pada jumlah rumahtangga yang menurun pendapatannya. Sementara itu, pengujian terhadap rumahtangga mampu menunjukkan perubahan pendapatan yang tidak signifikan karena p-value yang dihasilkan lebih dari alpha dibagi dua. Besar rata-rata pendapatan rumahtangga mampu sebelum dan setelah pelaksanaan proyek WSLIC-2 tidak berbeda jauh, yaitu sebesar Rp. 1.479.335,00 sebelum proyek dan Rp. 1.465.075,00 setelah proyek. Baik sebelum dan setelah pelaksanaan proyek WSLIC-2, pendapatan terendah rumahtangga mampu sebesar Rp. 2.050.000,00 dan pendapatan tertinggi sebesar Rp. 4.097.000,00.
75
6.4. Efektivitas Proyek WSLIC-2 Efektivitas mengukur sejauh mana pencapian hasil keluaran, manfaat, dan dampak proyek. Berdasarkan hasil capaian keluaran, manfaat, dan dampak proyek WSLIC-2, dari segi penyediaan sarana air bersih dan manajemen kegiatan, proyek WSLIC-2 dinilai sudah cukup efektif. Sebagian masyarakat kini dapat dengan mudah mendapatkan air bersih dari sarana air bersih WSLIC-2. Keefektivan tersebut didukung pula oleh kesanggupan masyarakat untuk membayar biaya pemasangan dan iuran rutin. Sebagian besar, yakni sebanyak 52 persen responden merupakan pengguna sarana air bersih WSLIC-2 berjenis sambungan rumah (SR). Jumlah pengguna SR pun semakin meningkat. Data awal pengguna SR berjumlah 326 rumah, kemudian meningkat menjadi 363 rumahtangga. Adapun untuk pengguna keran umum (KU) WSLIC-2 hanya sebesar 24 persen. Sisanya, sebesar 24 persen adalah mereka yang tidak ikut menikmati sarana air bersih WSLIC-2. Berdasarkan
segi
upaya
peningkatan
derajat
kesehatan
melalui
peningkatan akses masyarakat terhadap sanitasi, dinilai masih belum optimal dijalankan. Sehingga hasil yang diharapkan belum tercapai dengan maksimal. Hal tersebut dilihat berdasarkan capaian hasil komponen-komponen proyek WSLIC-2 yang berhubungan dengan sanitasi sehat. Secara statistik, perubahan sikap, perasaan, keinginan, dan tindakan yang menunjukkan perilaku hidup bersih dan sanitasi sehat pada masyarakat belum seluruhnya signifikan. Perilaku hidup bersih masyarakat tidak berubah secara signifikan. Namun, berdasarkan hasil pengukuran perubahan tersebut tidak muncul karena masyarakat telah memiliki kebiasaan berperilaku hidup bersih baik sebelum dan setelah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Kegiatan CLTS yang dilakukan belum berhasil memicu perubahan masyarakat mengenai perilaku sanitasi sehat dari negatif menjadi positif. Beberapa masyarakat masih merasa jijik, malu, dan tidak berdosa, ketika BAB di sungai. Namun, masyarakat mengaku bingung dan terpaksa BAB di sungai karena tidak memiliki jamban dan untuk membuat jamban sendiri pun mengaku belum mampu. Kegiatan CLTS sudah mampu memicu perasaan masyarakat mengenai perilaku sanitasi sehat namun belum berhasil memfasilitasi masyarakat untuk
76
menyusun rencana tindak lanjut masyarakat agar terbebas dari perilaku BAB di sungai. Pada tingkat manfaat proyek, jumlah kepemilikan jamban sebagai sarana perilaku sanitasi sehat dan menjadi tujuan akhir kegiatan CLTS tersebut belum meningkat secara signifikan. Meskipun secara statistik, kebiasaan masyarakat mengenai perilaku BAB di jamban meningkat secara signifikan. Hal tersebut dikarenakan adanya sarana sanitasi sebagi hasil dari proyek Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Mandiri
yang bergerak di
bidang
pembangunan jamban umum ketika proyek WSLIC-2 berjalan. Kondisi sarana sanitasi untuk siswa SD pun menurun drastis. Sarana fisik sanitasi berupa jamban sekolah tidak terpelihara dengan baik. Jamban sekolah yang terbangun semula berjumlah enam unit, namun yang masih berfungsi hanya satu unit. Satu unit jamban sekolah yang masih berfungsi tersebut berada di SD 4 Desa Pangradin yang lokasinya berjarak jauh dari pemukiman penduduk dan juga aliran sungai sehingga jamban tersebut menjadi satu-satunya tempat BAB siswa SD 4. Berdasarkan alasan itulah tingkat akses sanitasi siswa SD secara statistik meningkat signifikan. Sama halnya dengan sarana mencuci tangan sekolah, kondisinya menurun drastis. Berdasarkan hasil wawancara, dari 15 unit sarana mencuci tangan yang dibuat, hampir tidak ada lagi sarana mencuci tangan yang berfungsi akibat tidak adanya pemeliharaan yang baik. Dilihat dari segi manajemen proyek WSLIC-2, pelakasanaan proyek WSLIC-2 sudah berhasil mendorong partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan teknis pembangunan melalui aturan main yang sudah ditetapkan. Partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan teknis pembangunan sudah cukup tinggi. Sedangkan pada tahap pemeliharaan, tingkat partisipasi masyarakat masih sangat rendah. Hal ini disebabkan tugas pemeliharaan (termasuk pengelolaan) dibebankan kepada UPS. Namun, UPS pun ternyata belum mampu menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal. Dibentuknya UPS sebagai organisasi operasi dan pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi WSLIC-2 tidak disertai dengan adanya upaya pengkohan organisasi tersebut. UPS berjalan sebatas pada penagihan iuran air bersih WSLIC-2 dan perbaikan kebocoran pipa saja. UPS seharusnya mampu melakukan pengembangan program dan
77
menjangaku seluruh lapisan masyarakat untuk dapat mengakses air bersih dengan pengelolaan yang lebih bersifat kooperatif. Berdasarkan
capaian
hasil
komponen
dampak,
status
kesehatan
masyarakat dan produktivitas belum terukur berubah secara signifikan. Namun, tingkat penyakit gata-gatal pada siswa SD menurun secara signifikan. Upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui adanya proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin bukan merupakan upaya penurunan angka penyakit tertentu, namun lebih bersifat kepada pencegahan penyakit karena masih banyak perilaku masyarakat yang BAB di jamban dan menggunakan air sungai sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air. Sehingga secara statistik dapat dikatakan bahwa tingkat status kesehatan masyarakat belum berubah seacara signifikan. Produktivitas masyarakat yang diukur berdasarkan tingkat intensitas absen dalam kegiatan bekerja dan sekolah pun belum menunjukkan hasil yang signifikan pula. Rata-rata hanya 15 persen responden yang mengaku sering bolos bekerja/sekolah dengan alasan sakit, dan sakit yang menyebabkan masyarakat harus bolos bekerja/sekolah pun bukan sakit yang disebabkan oleh masalah perilaku hidup bersih dan sanitasi yang masih rendah. Variabel dampak proyek WSLIC-2 yang diharapkan lainnya adalah peningkatan kualitas hidup masyarakat. Kualitas hidup tersebut diukur menggunakan dua variabel turunan, yaitu kualitas kesehatan dan kualitas kesejahteraan yang diukur berdasarkan 10 level status kesehatan dan kesejahteraan menurut subyektivitas responden. Hasil uji statistik pada pengkuran status kesehatan dan kesejahteraan tersebut, terdapat peningkatan status yang sudah signifikan, baik status kesehatan maupun status kesejahteraan. Beberapa responden mengaku merasa nyaman dan tentram dengan adanya air bersih WSLIC-2. Rasa capek masyarakat berkurang karena tidak harus mengeluarkan energi besar untuk bisa mendapatkan air bersih. Variabel lain yang digunkan untuk mengukur kualitas hidup masyarakat adalah perubahan pendapatan. Secara statistik pendapatan masyarakat yang diukur berdasarkan jumlah pengeluaran belum meningkat secara signifikan pada rumahtangga mampu namun cukup signifikan pada rumahtangga tidak mampu sesudah adanya proyek WSLIC-2. Hal tersebut menunjukkan bahwa dampak
78
proyek yang diharapkan mulai tercapai meskipun belum optimal. Capaian hasil keluaran, manfaat, dan dampak proyek WSLIC-2 secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 26 di bawah ini.
Tabel 26. Ringkasan Capaian Hasil Keluaran, Manfaat, dan Dampak Proyek WSLIC-2 Variabel Keluaran A. Kecenderungan Perubahan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 1. Sikap masyarakat mengenai perilaku sanitasi sehat 2. Sikap masyarakat mengenai PHBS 3. Perasaan masyarakat mengenai BAB di sungai 4. Keinginan masyarakat untuk BAB di jamban dan memilki jamban sendiri B. Pengembangan Kapasitas Masyarakat 1. Kemampuan dalam kegiatan CLTS 2. Kemampuan dalam kegiatan PHBS 3. Kemampuan dalam pengelolaan dan pemeliharaan C. Penyediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi 1. Sarana air bersih 2. Sarana sanitasi a. Jamban keluaraga (jamban bergulir) b. Jamban sekolah c. Jamban kantor desa dan puskesmas D. Adanya Manajeman Kegiatan 1. Manajemen Proyek 2. Manajemen Pengelolaan 3. Perhitungan Tarif Iurana Manfaat A. Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat 1. Perilaku hidup bersih 2. Perilaku sanitasi sehat masyarakat 3. Perilaku hidup bersih siswa SD 4. Peningkatan kepemilikan jamban sendiri B. Kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif 1. Kegiatan perencanaan 2. Kegiatan teknis konstruksi 3. Kegiatan pemeliharaan C. Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat 1. Akses terhadap air bersih 2. Akses terhadap sanitasi 3. Akses terhadap sanitasi sekolah D. Pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi 1. Jumlah sarana air bersih 2. Jumlah sarana sanitasi 3. Jumlah sarana cuci tangan Dampak A. Mutu Kesehatan Intensitas penderita penyakit yang disebabkan oleh air bersih dan sanitasi yang tidak memadai B. Produktivitas Intensitas ketidakhadiran dalam bekerja/sekolah C. Kualitas Hidup 1. Kualitas kesehatan 2. Kualitas kesejahteraan 3. Perubahan pendapatan
*) Penulis menyimpulkan peningkatan perilaku sanitasi
Hasil
Berubah sebagian Tidak berubah Sebagian besar berubah Tidak berubah
Belum sepenuhnya mampu Mampu Mampu Pipa gravitasi Tidak ada Ada (terbatas) Tidak ada Ada Ada Ada
Tidak berubah Berubah* Berubah Tidak berubah Ada Ada Ada Meningkat Meningkat* Meningkat Meningkat Menurun Menurun
Tidak berubah
Tidak berubah Meningkat Meningkat Berubah
sehat dan akses sanitasi masyarakat bukan sebagai hasil dari proyek WSLIC-2, akan tetapi akibat adanya PNPM Mandiri.
BAB VII EVALUASI RELEVANSI PROYEK WSLIC-2
7.1. Pilihan Kegiatan Proyek WSLIC-2 Sebagaimana telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, proyek WSLIC-2 bertujuan meningkatkan derajat kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup masyarakat. Untuk mencapai kegiatan tersebut ada empat komponen kegiatan pokok dalam pelaksanaan proyek WSLIC-2 tersebut, yaitu : peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat, program kesehatan dan sanitasi sehat, pembangunan sarana air bersih dan lingkungan serta manajemen proyek. Masingmasing keempat komponen tersebut memiliki beragam pilihan kegiatan yang bisa dilaksanakan oleh masyarakat penerima dana proyek WSLIC-2 sesuai kebutuhan masing-masing dengan syarat tetap relevan dengan tujuan proyek WSLIC-2. Pada prinsipnya adanya komponen kegiatan tersebut seharusnya menjadikan proyek WSLIC-2 yang dijalankan menghasilkan keterpaduan antara pembangunan sarana air bersih dan sanitasi dengan program kesehatan dan sanitasi sehat serta pemberdayaan masyarakat. Proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin mencakup empat komponen kegiatan di atas. Untuk pelaksanaan komponen kegiatan pertama, yakni peningkatan kapasitas kelembagaan dan masyarakat, diadakan pelatihan untuk masyarakat khususnya anggota TKM dan UPS. Materi pelatihan menyangkut pelatihan teknis, pelatihan kesehatan untuk CLTS, dan pelatihan pembukuan untuk pengelolaan. Materi pelatihan bukan merupakan pilihan dari masyarakat, melainkan sudah disiapkan oleh struktur di atasnya. Untuk pelaksanaan komponen kegiatan kedua, yakni program kesehatan masyarakat dan sanitasi sehat maka diadakan pelatihan PHBS (khususnya untuk siswa SD) dan pelatihan CLTS (khususnya untuk ibu rumahtangga). pelaksanaan komponen ketiga,
Untuk
yakni pembangunan sarana air bersih dan
lingkungan, maka di bangunlah sarana air bersih dengan sistem perpipaan. Air bersih yang bersumber dari mata air pegunungan yang berada di Desa Pangradin dialirkan kepada masyarakat dalam bentuk sambungan rumah (langsung di alirkan ke rumah-rumah masyarakat) dan keran umum (keran yang dibangun di beberapa
80
titik wilayah untuk dimanfaatkan secara bersama-sama oleh masyarakat di sekitar wilayah tersebut). Selain itu di bangun pula sarana sanitasi, yakni jamban sekolah dan tempat mencuci tangan di tiga SD yang berada di Desa Pangradin. Untuk pelaksanaan komponen kegiatan keempat, yakni manajemen kegiatan, maka diadakan menajemen pengelolaan yang terdiri dari administrasi proyek, administrasi keuangan, dan perhitungan tarif iuran. Administrasi proyek merupakan kegiatan dalam pencatatan setiap kegiatan proyek. Administrasi keungan merupakan kegiatan dalam melakukan pencatatan transaksi keuangan dan membuat laporan keuangan proyek. Sedangkan, perhitungan tarif iuran merupakan kegiatan perhitungan kebutuhan biaya untuk opersional dan pemeliharaan sarana dan prasarana air bersih sehingga terjaga kesinambungan proyek.
7.2. Tingkat Kebutuhan Warga Terhadap Proyek WSLIC-2 Relevansi menempatkan proyek pada skala kebutuhan yang paling prioritas. Proyek WSLIC-2 merupakan kegiatan peningkatan status kesehatan masyarakat dengan cara memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat. Tingkat kebutuhan air bersih masyarakat dapat dilihat berdasarkan tingkat kesulitan masyarakat terhadap air bersih antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Tabel 27 dan menunjukkan hasil pengukuran mengenai perubahan tingkat kesulitan air antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Tabel 27. Jumlah Responden yang Kesulitan Air Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Kesulitan air setelah WSLIC-2
Setelah Sebelum
Tidak Jumlah Persen
Ya Jumlah Persen
Total Jumlah Persen
Ya
72
84,70
13
15,30
85
100
Tidak
77
98,71
1
01,29
78
100
Pada Tabel 27 di atas, terlihat adanya perubahan tingkat kesulitan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan air bersih dari semula sulit menjadi tidak sulit.
81
Berdasarkan hasil uji statistik terhadap variabel tingkat kesulitan air di atas, dengan mengunakan uji Mc Nemar didapatkan nilai p-value sebesar 0.000 maka dapat diambil keputusan untuk menolak Ho dengan kesimpulan bahwa terjadi penurunan yang signifikan mengenai tingkat kesulitan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan air, yaitu perubahan kesulitan air dari positif menjadi negatif. Sama halnya ketika pengujian dibedakan antara responden rumahtangga mampu dan rumahtangga tidak mampu. Pada kedua jenis rumahtangga tersebut terjadi penurunan yang signifikan mengenai tingkat kesulitan masyarakat terhadap pemenuhan kebutuhan air. Meskipun hasil menunjukkan kesimpulan yang sama untuk kedua jenis rumahtangga, pada Tabel 28 dan 29 di bawah ini menunjukkan tingkat perubahan kesulitan air yang berbeda antara rumahtangga mampu dan rumahtangga tidak mampu.
Tabel 28. Jumlah Responden Rumahtangga Mampu yang Kesulitan Air Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Kesulitan air pada rumahtangga mampu
Setelah Sebelum
Tidak Jumlah Persen
Ya Jumlah Persen
Total Jumlah Persen
Ya
31
93,94
2
06,06
32
100
Tidak
46
100,00
0
0
46
100
Tabel 29. Jumlah Responden Rumahtangga Tidak Mampu yang Kesulitan Air Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Setelah Sebelum
Kesulitan air pada rumahtangga tidak mampu
Tidak Jumlah Persen
Ya Jumlah Persen
Total Jumlah Persen
Ya
41
78,85
11
21,15
52
100
Tidak
31
96,87
1
03,13
32
100
Berdasarkan kedua Tabel di atas, pada rumahtangga mampu sebesar 37,80 persen responden yang berubah tingkat kesulitannya dari sulit menjadi tidak sulit. Sebagian besar responden (56,09 persen) pada rumahtangga mampu tersebut tidak merasa kesulitan air baik sebelum maupun setelah pelaksanaan proyek. Berbeda
82
dengan rumahtangga tidak mampu, sebagian responden (47,86) berubah tingkat kesulitannya terhadap air dari semula sulit menjadi tidak sulit. Akan tetapi masih ada responden -sebagian besar- dari kalangan rumahtangga tidak mampu yang masih merasa kesulitan air, yaitu sebesar 12,79 persen.
7.3. Pemanfaatan Hasil Proyek WSLIC-2 oleh Warga Relevansi juga menempatkan pada sejauh mana proyek memberi manfaat besar untuk masyarakat. Proyek dapat dikatakan bermanfaat untuk masyarakat ketika hasil proyek dimanfaatkan terus menerus oleh masyarakat.
Tingkat
pemanfaatan hasil proyek dapat dilihat seberapa banyak masyarakat yang beralih menggunakan sarana WSLIC-2 sebagai sumber pemenuhan kebutuhan air bersih dibandingkan sumber-sumber lainnya. Berikut hasil pengukuran tingkat pemanfaatan sarana air bersih WSLIC-2 untuk berbagai pemenuhan kebutuhan air bersih yang disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Jumlah Responden dalam Memanfaatkan Sarana Air Bersih WSLIC-2 Setelah
Sebelum Non WSLIC-2 WSLIC-2
Sumber air untuk mencuci pakaian
Sumber air untuk mencuci beras dan makanan Non WSLIC-2 WSLIC-2
Non WSLIC-2
WSLIC-2
55
113
56
0
0
0
Sumber air untuk minum
Sumber air untuk mandi
Non WSLIC-2
WSLIC-2
Non WSLIC-2
WSLIC-2
112
51
117
55
113
0
0
0
0
0
Pada Tabel 30 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar masyarakat (68 persen) beralih menggunakan sarana WSLIC-2 dalam memenuhi kebutuhan air untuk kegiatan sehari-hari. Namun, sisanya sekitar 32 persen masyarakat tidak ikut memanfaatkan hasil proyek WSLIC-2. Oleh karena, itu uji Mc Nemar dilakukan untuk menguji apakah perubahan penggunaan sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari tersebut signifikan atau tidak. Hasil uji statistik pemanfaatan sarana air bersih WSLIC-2 pada keempat variabel bernilai 0.000. Maka keputusan yang diambil untuk setiap variabel adalah tolak Ho sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan penggunaan sarana air bersih masyarakat dari sarana non WSLIC-2 menuju sarana WSLIC-2 dapat dinyatakan signifikan.
83
7.4. Analisis Relevansi Proyek WSLIC-2 Relevenasi diartikan sejauh mana program atau proyek menempatkan masalah pada prioritas utama terutama dilihat dari sudut pandang penerima proyek. Secara desain proyek WSLIC-2 telah memfokuskan diri pada prinsipprinsip relevansi tersebut yaitu dengan adanya kriteria pemilihan lokasi proyek, prinsip fleksibilitas melalui adanya pilihan kegiatan, dan pernyataan minat dari masyarakat sehingga sehingga proyek WSLIC-2 sangat dimungkinkan menjadi proyek yang relevan untuk pemanfaatnya (beneficiaries). Masyarakat Desa Pangradin memiliki sumber mata air yang melimpah namun pada kesehariannya mayoritas masyarakat menggunakan air sungai untuk keperluan mencuci, mandi, bahkan BAB. Proyek WSLIC-2 dipahami oleh TKM sebagai proyek yang bertujuan untuk mendekatkan air tersebut kepada masyarakat. “Kita punya sumber mata air, tapi ko banyak masyarakat yang kesulitan air, terutama kalau musim kemarau, adanya program WSLIC-2 mendekatkan air pada masyarakat, lumayan lah sekarang banyak masyarakat yang tidak lagi kesulitan air, terutama untuk warga pangradin 1”. (Mang Kodong, anggota TKM )
Secara statistika, tingkat kesulitan air pada masyarakat menurun secara signifikan, dalam arti cukup banyak responden (43 persen) yang semula kesulitan air menjadi tidak sulit lagi setelah adanya sarana air bersih proyek WSLIC-2. Beberapa responden mengaku mengalami kesulitan sebelum adanya proyek WSLIC-2 dan tidak kesulitan lagi sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Namun, sebanyak 13 responden (11 responden diantaranya adalah rumahtangga tidak mampu) responden masih tetap merasa kesulitan air meskipun telah ada sarana air bersih WSLIC-2. Responden yang masih kesulitan air tersebut umumnya mereka yang tidak mampu untuk memasang sambungan rumah air bersih WSLIC2, namun untuk pergi ke keran umum pun jaraknya jauh dari tempat tinggal mereka sehingga lebih memilih pergi ke sungai. Persentase terbesar untuk perubahan kesulitan air antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2 adalah 46 persen, yaitu menyatakan bahwa mereka tidak kesulitan air baik sebelum maupun setelah adanya sarana air bersih WSLIC-2. Namun, sebagian diantara mereka tetap memanfaatkan sarana air bersih WSLIC-2 dan menutup sumur-sumur gali yang semula mereka gunakan
84
sebagai sumber air bersih. Rata-rata 68 persen responden beralih menggunakan sarana air bersih WSLIC-2, baik yang kesulitan air maupun yang tidak kesulitan air sebelum adanya proyek WSLIC-2. Sebagian responden yang menolak menggunakan sarana air bersih WSLIC-2 mengaku karena lokasi rumah mereka cukup dekat dengan sumber mata air dan lebih memilih membuat sambungan sendiri ke rumah-rumah mereka. Dan sebagian lagi, sebagaimana dijelaskan di atas mengaku tidak ikut menikmati hasil proyek karena tidak mampu membayar biaya pemasangan sementara untuk menuju keran umum pun lokasinya jauh dari rumah mereka sehingga lebih memilih pergi ke sungai yang lebih dekat. Berdasarkan segi penyediaan air bersih, proyek WSLIC-2 sudah dapat dikatakan berhasil dan cukup relevan dengan kebutuhan masyarakat meskipun belum sepenuhnya menjangkau semua masyarakat.
Gambar 11. Salah satu responden sedang mencuci di sungai karena mengaku tidak sanggup memasang sambungan air bersih WSLIC-2 ke rumahnya
Tujuan akhir sebenarnya proyek WSLIC-2 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Upaya peningkatan derajat kesehatan tersebut selain diwujudkan melalui peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi seharusnya diikuti pula dengan perubahan perilaku masyarakat menuju hidup bersih dan sehat. Kegiatan PHBS dan CLTS pada khususnya merupakan kegiatan yang memicu masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sanitasi sehat, terutama membebaskan masyarakat dari perilaku BAB di sembarang tempat. Meskipun kegiatan CLTS memiliki salah satu prinsip tidak mempromosikan jamban, namun orientasi keberhasilan kegiatan CLTS ini adalah kepemilikan jamban sendiri pada
85
rumah masing-masing sebagai sarana memenuhi kebutuhan perilaku sanitasi sehat. Secara statistika, perubahan jumlah kepemilikan jamban sendiri pada rumahtangga masyarakat Desa Pangradin belum signifikan. Sebagian responden mengaku belum memiliki jamban sendiri dengan alasan terkendala masalah ekonomi. Meski jumlah kepemilikan jamban sendiri pada rumahtangga masyarakat tidak meningkat secara signifikan, namun kebiasaan BAB di jamban pada masyarakat dan siswa SD sudah meningkat secara signifikan. Hal ini disebabkan hadirnya program WSLIC-2 bersamaan dengan hadirnya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang secara kebetulan bergerak di bidang pembangunan jamban umum. Sarana sanitasi yang dibangun dari proyek WSLIC-2 hanya jamban sekolah sehingga membuat akses siswa SD terhadap sanitasi meningkat. Secara konsep, kegiatan CLTS memiliki prinsip tidak menggurui, tidak memaksa, dan tidak mempromosikan jamban serta tidak menentukan indikator keberhasilan dengan menghitung jamban, akan tetapi menentukan indikator keberhasilan berdasarkan perhitungan tidak ada lagi masyarakat yang BAB di sembarang tempat. Prinsip lainnya yang paling penting adalah prinsip pemberdayaan dan menjadikan masyarakat sebagai pemimpin dan agen penyeru tindakan sanitasi sehat. Kegiatan CLTS pun memiliki tahapan kegiatan yang cukup panjang dan intensif. Tahapan kegiatan tersebut mulai dari bina suasana, kegiatan pemicuan dengan berbagai pilihan metode (Transek, pemetaan, oral fecal, demonstrasi), fasilitasi untuk tindak lanjut masyarakat, dan terkahir adalah monitoring. Strategi teknis pelaksanaan CLTS berdasarkan lokasi dan waktu sudah cukup relevan dengan menyesuaikan terhadap kondisi masyarakat. Lokasi dan waktu kegiatan dipilih pada lokasi dan waktu di mana masyarakat sering berkumpul terutama di waktu sore dan pagi menjelang jam makan siang. Namun, kegiatan CLTS di Desa Pangradin tidak dilakukan secara tuntas, akan tetapi sebatas sampai pada pemicuan saja dan tidak dilanjutkan pada tahap fasilitasi untuk tindak lanjut dan montoring yang berkesinambungan. Hal ini menyebabkan kegiatan CLTS dipahami masyarakat sebagai kegiatan yang hanya bertujuan menyuruh masyarakat membuat jamban sendiri di rumah masing-masing, bukan
86
untuk keluar dari kebiasaan BAB sembarangan yang dapat membahayakan kesehatan tersebut. Hadirnya kegiatan CLTS merupakan pengganti dari kegiatan jamban bergulir yang seharusnya dilaksanakan pada proyek WSLIC-2. Kegiatan CLTS dilakukan bukan untuk memberikan solusi kepada masyarakat dan subsidi sarana fisik akan tetapi masyarakat terpicu kebutuhannya untuk meninggalkan kebiasaan BAB di sembarang tempat dan menghasilkan solusi sendiri untuk keluar dari kebiasaan tersebut. Akan lebih relevan jika kegiatan CLTS ini dilakukan lebih intensif bersama masyarakat sasaran, termasuk memfasilitasi masyarakat membahas rencana tindak lanjut masyarakat untuk sampai pada solusi akhir bebas BAB sembarangan. Berdasarkan hasil pengkuran di lapangan sebagian besar (62 persen) responden menyatakan setuju bahwa BAB di sungai dapat menyebabkan pencemaran dan penyakit, akan tetapi meraka pun menyatakan bingung untuk keluar dari kebiasaan BAB di sungai karena untuk bisa memiliki jamban sendiri mereka merasa belum sanggup membuatnya. Meskipun ada juga beberapa responden yang mengaku merasa lebih nyaman BAB di sungai daripada di jamban. Kegiatan CLTS yang lebih intensif ternyata masih diperlukan tak hanya untuk masyarakat yang sudah terbangun kebutuhannya untuk BAB di jamban akan tetapi pula untuk masyarakat yang masih belum terpicu. Pada akhirnya, keluaran proyek WSLIC-2 yaitu sarana fisik yang dihasilkan (sarana air bersih dan sanitasi) yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat -terlebih jika disertai dengan peningkatan perilaku hidup bersih dan sanitasi sehat pada masyarakat melalui kegiatan CLTS dan PHBS yang intensif dijalankan- akan lebih relevan menghasilkan dampak yang diharapkan proyek WSLIC-2, yaitu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
BAB VIII EVALUASI KEBERLANJUTAN DAMPAK PROYEK WSLIC-2
8.1. Kondisi Kesehatan Masyarakat Pasca Proyek WSLIC-2 Keberlanjutan
suatu
proyek
pembangunan
dimaknai
sebagai
terpeliharanya hasil proyek atau adanya tambahan pengaruh perubahan positif setelah proyek berakhir (Dale, 2001). Dampak yang diharapkan dengan adanya proyek WSLIC-2 adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Setelah proyek WSLIC-2 ini berhasil dan mencapai peningkatan derajat kesehatan masyarakat, keberlanjutan dampak tersebut adalah terpeliharanya kondisi kesehatan masyarakat yang telah meningkat tersebut sebagai hasil dari dampak proyek yang diharapkan. Pencapaian peningkatan derajat kesehatan diukur berdasarkan tingkat intensitas masyarakat menderita penyakit-penyakit yang disebabkan masalah hidup bersih dan sanitasi. Sebagian masyarakat di Desa Pangradin memiliki kebiasaan menggunakan air sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan seharihari dan sebagai tempat untuk BAB. Kebiasaan tersebut berpotensi menimbulkan berbagai penyakit pada masyarakat sehingga akan berdampak pada menurunnya derajat kesehatan masyarakat Desa Pangradin. Oleh karena itu, proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin dilaksanakan lebih kepada upaya pencegahan penyakit pada masyarakat. Secara statistik, intensitas responden menderita penyakit yang bersumber dari masalah air bersih dan sanitasi tersebut belum menurun secara signifikan karena sebelum adanya proyek WSLIC-2 rata-rata masyarakat jarang menderita sakit yang bersumber dari masalah air bersih dan sanitasi tersebut. Sama halnya setelah adanya proyek WSLIC-2. Hasil pengukuran dampak menunjukkan pencapaian peningkatan derajat kesehatan masyarakat belum terlihat secara signifikan. Akan tetapi, pengukuran dampak terhadap siswa SD menujukkan hasil yang berbeda. Intensitas siswa SD dalam menderita sakit gatal-gatal menurun secara signifikan. Hal ini menandakan bahwa dampak positif proyek dinilai mulai tercapai. Penilaian adanya pencapaian dampak positif proyek juga didukung dengan melihat perbandingan masyarakat Desa Pangradin dengan masyarakat
88
Desa di Kecamatan Jasinga yang menderita penyakit akibat masalah air dan sanitasi. Desa yang dipilih sebagai desa perbandingan adalah Desa Setu yang dianggap memiliki karakteristik paling mirip dengan Desa Pangradin. Berikut perbandingan jumlah penderita penyakit yang disebabkan masalah lingkungan antara Desa Pangradin dan Desa Setu yang disajikan pada Tabel 31.
Tabel 31. Perbandingan Jumlah Penderita Penyakit yang Disebabkan Masalah Lingkungan Antara Desa Pangradin dan Desa Setu Bln
Jenis Penyakit
Juli’10
Juni’10
Nov’09
Okt ‘09
Diare Kulit ISPA Paru-paru Diare Kulit ISPA Paru-paru Diare Kulit ISPA Paru-paru Diare Kulit ISPA Paru-paru Keterangan :
Nama Desa Pangradin Jumlah Persentase Penderita terhadap Jumlah Penyakit Penduduk (%) 11 Jiwa 0,191 0 Jiwa 0 14 Jiwa 0,243 2 Jiwa 0,034 5 Jiwa 0,086 6 Jiwa 0,104 9 Jiwa 0,156 0 Jiwa 0 7 Jiwa 0,121 4 Jiwa 0,069 9 Jiwa 0,156 9 Jiwa 0,156 2 Jiwa 0.034 1 Jiwa 0,017 7 Jiwa 0,121 7 Jiwa 0,121
Setu Jumlah Penderita Penyakit 65 Jiwa 3 Jiwa 148 Jiwa 42 Jiwa 37 Jiwa 35 Jiwa 106 Jiwa 5 Jiwa 28 Jiwa 45 Jiwa 108 Jiwa 17 Jiwa 31 Jiwa 37 Jiwa 144 Jiwa 15 Jiwa
Persentase terhadap Jumlah Penduduk (%) 1,309 0,060 2,982 0,846 0,745 0,705 2,135 0,100 0,564 0,906 2,176 0,342 0,624 0,745 2,901 0.302
1. Jumlah Penduduk Desa Pangradin Tahun 2008 : 5.750 Jiwa 2. Jumlah Penduduk Desa Setu Tahun 2009 : 4.963 Jiwa Sumber : Laporan Penyakit Bulanan Puskesmas Jasinga
Berdasarkan data di atas, derajat kesehatan masyarakat Desa Pangradin lebih baik dibandingkan dengan Desa Setu. Bahkan perbedaannya relatif tinggi. Dengan jumlah penduduk yang lebih besar, Desa Pangradin memiliki angka kejadian
penyakit
yang
disebabkan
masalah
lingkungan
lebih
rendah
dibandingkan dengan Desa Setu. Hasil uji T-Berpasangan pun menunjukkan perbedaan yang signifikan mengenai jumlah angka kejadian penyakit tersebut
89
antara Desa Pangradin dan Desa Setu dengan p-value lebih kecil dari nilai alpha dibagi dua, yaitu sebesar 0.001 (Lihat Lampiran 13).
8.2. Kondisi Unit Pengelola Sarana (UPS) WSLIC-2 dalam Melakukan Pengelolaan dan Menjaga Kesinambungan Proyek WSLIC-2 Keberlanjutan proyek pembangunan juga dimaknai sebagai terpeliharanya fasilitas fisik yang dihasilkan (Dale, 2001). Indikator keberlanjutan proyek WSLIC-2 dapat dilihat berdasarkan pemeliharaan sarana fisik hasil proyek WSLIC-2. UPS dalam hal ini memiliki peran sentral dalam upaya pemeliharaan sarana WSLIC-2 yang sudah terbangun tersebut. Selain UPS, perilaku masyarakat sebagai pengguna sarana air bersih dan sanitasi WSLIC-2 turut berpengaruh terhadap terpeliharanya sarana tersebut. Oleh karena itu, UPS selain melakukan pemeliharaan terhadap sarana air bersih dan sanitasi WSLIC-2 juga harus mampu menggerakkan masyarakat untuk aktif memelihara keberfungsian sarana tersebut. Kualitas pipa yang digunakan dalam penyaluran sarana air bersih tersebut hanya mampu bertahan sekitar 10 hingga 15 tahun ke depan 1. Untuk itu, perlu ada pengelolaan alokasi biaya penyusutan untuk mengganti pipa-pipa tersebut kedepannya sehingga keberadaan sarana air bersih tersebut tetap sustain hingga anak cucu mereka jauh ke depan. Namun, sampai saat ini pengelolaan biaya penyusutan tersebut belum berjalan. Selain itu, peran UPS yang penting lainnya adalah melakukan pengembangan program.
Salah satu pengembangan program WSLIC-2 yang
dapat dilakukan adalah pengembangan jalur air bersih. Terutama di lokasi-lokasi yang membutuhkan namun belum tersentuh oleh proyek WSLIC-2. UPS seharusnya memiliki upaya untuk menjangkau masyarakat yang belum mendapatkan akses terhadap sarana air bersih tersebut. Mereka yang belum mendapatkan akses sanitasi adalah yang tidak mampu membayar biaya pemasangan SR dan untuk pergi menggunakan keran umum pun lokasinya jauh dari tempat tinggal mereka. Mengingat organisasi UPS tersebut merupakan organisasi non-profit, jangkauan sentuhannya tak hanya untuk mereka yang mampu saja, namun juga menyentuh mereka yang benar-benar membutuhkan 1
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Edo, Ketua UPS Tirta Kahuripan, Pangradin.
90
namun tak mampu membayar. Upaya tersebut dapat dilakukan serupa seperti sistem koperasi yang berorientasi pada kepentingan bersama seluruh anggota, bukan semata-mata berorientasi pada individu masing-masing. Kinerja UPS sampai dengan saat ini hanya sebatas memberikan pelayanan pemasangan SR WSLIC-2 bagi rumah tangga yang menginginkannya, memungut iuran rutin masyarakat, dan melakukan pemeliharaan fisik pada pusat penampungan air serta perbaikan kerusakan dan kebocoran pipa-pipa air. Pembentukan UPS sebagai organisasi operasi dan pemeliharaan sarana WSLIC-2 di tingkat akar rumput tidak disertai dengan adanya pengokohan organisasi tersebut sehingga tidak dapat menjalankan perannya dengan optimal. Pengelolaan hasil proyek WSLIC-2 secara optimal dapat menjamin adanya keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2 sebagaimana pernyataan Uphoff (1986) yang menyatakan bahwa untuk memantapkan infrastruktur desa harus dilakukan bersamaan dengan menciptakan atau menguatkan institusi lokal untuk membangun dan memelihara infrastruktur.
8.3. Program Lanjutan Berkaitan dengan Proyek WSLIC-2 Dale (2001) pun menyebutkan makna lain dari keberlanjutan adalah kemampuan
berkesinambungan
untuk
merencanakan
dan
memanajamen
pekerjaan pembangunan serupa. Sehingga, indikator lain dari keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2 adalah adanya program sejenis lainnya yang muncul sebagai pengaruh dari terlaksananya proyek WSLIC-2 dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki masyarakat sebagai hasil dari kegiatan proyek WSLIC2. Adanya proyek WSLIC-2 melancarkan program lainnya yang berkaitan dengan upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat. Kegiatan CLTS kembali
dijalankan oleh tim kesehatan dari masyarakat, selain sebagai kelanjutan dari kegiatan CLTS sebelumnya juga merupakan salah satu turunan kegiatan dari kebijakan nasional sanitasi total berbasis masyarakat (STBM). Kegiatan lain yang dijalankan pasca proyek WSLIC-2 selesai adalah pelatihan untuk guru, dokter kecil sekolah, dan pembentukan UKS-UKS. Kegiatan-kegiatan terkait yang dilaksanakan pasca proyek WSLIC-2 berfokus pada kegiatan-kegiatan kesehatan. Kegiatan tersebut apabila dijalankan
91
dengan optimal dan belajar pada pengalaman di kegiatan CLTS akan mendukung adanya peningkatan derajat kesehatan yang berkelanjutan pada masyarakat. Belajar pada pengalaman pelaksanaan proyek WSLIC-2 akan memberikan pengaruh positif dalam mencapai keberhasilan proyek.
8.4. Analisis Keberlanjutan Dampak Proyek WSLIC-2 Berdasarkan tiga hal di atas, dapat diketahui bahwa dampak proyek yang diharapkan, yaitu meningkatnya derajat kesehatan masyarakat mulai terlihat. Sementara itu, kegiatan CLTS yang dilaksanakan belum mampu merubah sikap dan perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat, terutama sikap dan perilaku sanitasi sehat. Hal tersebut menunjukkan bahwa tanpa didukung dengan perubahan perilaku hidup bersih dan sanitasi sehat masyarakat, hasil proyek sudah mengarah pada adanya peningkatan derajat kesehatan masarakat sebagai dampak yang diharapkan dari pelaksanaan proyek. Sebagaimana hasil pengukuran yang ditunjukkan pada Bab 6, proyek WSLIC-2 sudah efektif dalam menyediakan layanan sarana air bersih WSLIC-2 dan menghasilkan manfaat yang besar untuk masyarakat. Dampak yang diharapkan pun sudah mengarah kepada adanya peningkatan derajat kesehatan masyarakat –meskipun tanpa didukung adanya perubahan perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat-. Sehingga korelasi yang dapat dilihat adalah sarana air bersih WSLIC-2 menjadi faktor penting dalam upaya mewujudkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang diharapkan dalam pelaksanaan proyek ini. Oleh karena itu, terpeliharanya sarana air bersih pun menjadi penting agar proyek dapat berkelanjutan. Ironisnya, kondisi UPS sebagai organisasi yang memegang peranan sentral dalam pemeliharaan ternyata belum memiliki struktur yang kokoh. Maka terpeliharanya sarana air bersih WSLIC-2 belum dapat dipastikan hingga jangka
waktu
ke
depan
sehingga
proyek
WSLIC-2
belum
terjamin
keberlanjutannya. Secara konsep dan temuan di lapangan, terlihat bahwa proyek WSLIC-2 belum mengarah kepada adanya upaya mewujudkan keberlanjutan proyek. Desain scaling up dan exit strategi sebagai konsep yang berkaitan dengan pemeliharaan belum termuat secara jelas dalam desain proyek WSLIC-2. Bagaimana partisipasi
92
masyarakat berdasarkan status sosial dan gender pada fase pemeliharaan pun tidak tertuang dalam desain proyek. Begitu pula dengan akses informasi pasca proyek, terutama mengenai akuntabilitas dana pemeliharaan proyek yang tidak transparan –hal ini bahkan telah berpotensi memicu adanya konflik pada masyarakat- telah menimbulkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap UPS sehingga membuat UPS kehilangan kepercayaan diri dalam menjalankan tugasnya. Pada berbagai hasil evaluasi lembaga-lembaga terkait menyatakan proyek WSLIC-2
se-Indonesia
secara
keseluruhan
belum
menjamin
adanya
keberlanjutan. Dasar hukum organisasi operasi dan pemeliharaan proyek WSLIC2 dinilai masih lemah sehingga sulit melakukan kerjasama dengan pihak lain (LP3ES 2006). Selain itu proyek WSLIC-2 juga dinilai memiliki masalah keberlanjutan karena rendahnya kapasitas kelompok pemeliharaan atau tidak jelasnya strategi perampungan/keberlanjutan proyek (Asian Development Bank 2008). Hal tersebut nampaknya juga terjadi pada pelaksanaan proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin. UPS belum memiliki dukungan kebijakan dalam melakukan pengembangan program dan bekerjasama dengan pihak lain –bahkan cenderung tidak dipercaya masyarakat-. Selain itu peningkatan kapasitas masyarakat hanya berfokus pada TKM dan sebagian besar anggota TKM yang memiliki kapasitas yang relatif baik tidak terlibat lagi dalam kegiatan pemeliharaan dan struktur UPS. Kapasitas anggota UPS dinilai masih lemah, bahkan untuk masalah pengelolaan administrasi pemeliharan proyek sekalipun.
BAB IX PENUTUP
9.1. Kesimpulan Proyek WSLIC-2 yang dilaksanakan di Desa Pangradin termasuk ke dalam kategori program pembangunan yang dapat dikatakan cukup berhasil. Dilihat dari fasilitas fisik yang dihasilkan, sarana WSLIC-2 di Desa Pangradin masih berfungsi dan dimanfaatkan dengan baik oleh warga. Namun, meskipun demikian, beberapa evaluasi perlu diperhatikan untuk perbaikan program-program selanjutnya. Kesesuaian proyek WSLIC-2 dengan konsep pemberdayaan berdasarkan 10 prinsip CDD dinilai cukup sejalan. Desain proyek WSLIC-2 telah memuat keseluruhan 10 prinsip CDD tersebut terutama desain proyek mengenai fase perencanaan dan pelaksanaan. Prinsip-prinsip yang berkaitan dengan konsep pada fase perencanaan dan teknis pembangunan (seperti iklim kelembagaan dan kebijakan, investasi sesuai kebutuhan, mekanisme partisipasi, keikutsertaan sesuai gender, investasi pengembangan kapasitas organisasi berbasis masyarakat, fasilitas infromasi, dan desain kerja fleksibel) sudah terimplementasi dengan baik di lapangan. Namun, prinsip-prinsip yang berkaitan dengan konsep pada fase pemeliharaan (seperti desain scaling up dan penyiapan exit strategy) belum mengakar secara kuat di tingkat akar rumput. Penguatan kelembagaan hanya fokus dilakukan pada TKM namun belum optimal pada UPS sebagai organisasi operasional dan pemeliharaan. Kondisi UPS yang memiliki peran sentral dalam pengelolaan dan pemeliharaan proyek belum memiliki struktur yang kokoh sebagai sebuah organisasi sehingga roda organisasi tersebut belum berjalan optimal dalam menjalankan peran dan fungsinya. Berdasarkan penyediaan sarana air bersih, proyek WSLIC-2 sudah cukup efektif dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih, meskipun belum 100 persen masyarakat terpenuhi kebutuhannya terhadap air bersih. Namun, sebagian besar masyarakat sangat merasakan manfaat yang besar dari adanya sarana air bersih WSLIC-2. Hal lain yang cukup strategis dalam upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat adalah melalui perbaikan perilaku
94
sanitasi sehat, yakni terlepasnya masyarakat dari kebiasaan perilaku BAB di sembarang tempat. Perbaikan perilaku sanitasi sehat tersebut belum terlihat signifikan mengingat upaya-upaya yang dilakukan belum berjalan dengan optimal baik dilihat dari kegiatan CLTS yang dilaksanakan maupun dari penyediaan sarana fisik sanitasi yang dihasilkan. Dapat disimpulkan bahwa proyek WSLIC-2 belum sepenuhnya efektif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan tingkat kebutuhan dan tingkat pemanfaatan masyarakat terhadap keluaran yang dihasilkan, proyek WSLIC-2 cukup relevan untuk menghasilkan dampak yang diharapkan. Namun, peningkatan akses air bersih dan sanitasi belum menjangkau keseluruhan rumahtangga tidak mampu di Desa Pangradin. Adanya konsep biaya pemasangan sambungan rumah untuk mendapatkan air bersih kurang relevan bagi mereka yang berpenghasilan rendah. Mengingat sasaran proyek WSLIC-2 adalah masyarakat yang berpenghasilan rendah, maka proyek WSLIC-2 seharusnya mampu membuat mekanisme yang dapat mengatur proyek agar menyentuh semua masyarakat berpenghasilan rendah di Desa Pangradin. Pendekatan
pembangunan
dengan
berbasis
pada
pemberdayaan
masyarakat pun telah diakui dapat membawa pada pembangunan berkelanjutan. Akan tetapi, Proyek WSLIC-2 di Desa Pangradin yang dilakukan dengan strategi pemberdayaan belum dapat dinilai sebagai proyek yang berkelanjutan. Pendekatan pembangunan dengan model pemberdayaan saja tidak cukup untuk membawa pada pembangunan berkelanjutan jika tidak disertai dengan upaya perumusan proyek pada fase pemeliharaan. Upaya-upaya untuk mewujudkan keberlanjutan dampak proyek WSLIC-2 masih dapat dilakukan mengingat proyek WSLIC-2 baru berakhir kurang dari dua tahun.
9.2. Saran Era pembangunan yang terus berkembang, tak hanya mencukupkan diri pada perhatian bagaimana proyek berhasil dilaksanakan, namun lebih kepada bagaimana proyek tersebut dapat berkelanjutan. Berhasil dilaksanakan, namun belum tentu dapat berkelanjutan. Maka, desain proyek yang dirancang harus sampai juga kepada bagaimana desain untuk fase pemeliharaan, termasuk
95
langkah-langkah strategis yang dibutuhkan dalam upaya mencapai keberlanjutan yang diharapkan. Proyek WSLIC-2 berhasil dalam pada fase konstruksi sehingga menghasilkan sarana fisik yang memberikan manfaat besar untuk masyarakat. Namun, keberlanjutan proyek WSLIC-2 masih dipertanyakan. Meskipun demikian, belum terlambat sekiranya dilakukan upaya-upaya untuk mewujudkan keberlanjutan tersebut. Beberapa hal yang dapat diupayakan agar proyek WSLIC2 di Desa Pangradin dapat berkelanjutan adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan CLTS yang akan terus dilakukan sebaiknya dijalankan secara intensif mengikuti langkah-langkah yang sudah dirancang namun tetap fleksibel dengan menyesuaikan kondisi. Kegiatan CLTS harus sampai pada fasilitasi tindak lanjut masyarakat agar masyarakat tidak merasa bingung dan mendapatkan solusi dari permasalahan sanitasi yang mulai dirasakan. Sebagian besar masyarakat mengaku belum dapat memiliki jamban sendiri karena alasan ekonomi. Oleh karena itu, upaya untuk memfasilitasi masyarakat untuk menemukan solusi dari masalah BAB sembarangan adalah meningkatkan tingkat kebutuhan masyarakat terhadap jamban agar masyarakat dapat memperioroitaskan kebutuhan terhadap jamban itu sendiri serta menyediakan alternatif-alternatif solusi untuk pembangunan jamban yang efisien sehingga mudah dijangkau. 2. Kemampuan tim kesehatan CLTS sebagai pembawa misi kesehatan masyarakat perlu ditingkatkan, tak hanya dari segi penguasaan materi akan tetapi kemampuan memfasilitasi masyarakat dengan berbagai pilihan metode yang dapat diterapkan. Keterampilan tim kesehatan dalam membawakan tahapan kegiatan CLTS dari mulai pemicuan, fasilitasi RTL, dan monitoring dapat menentukan keberhasilan CLTS. 3. Penguatan
kelembagaan
pemeliharaan
melalui
peningkatan
partisipasi
masyarakat pada fase pemeliharaan serta pengokohan struktur UPS sebagai pemegang peran sentral dalam menjalankan tugas pemeliharaan sarana WSLIC-2. Pengokohan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan manajemen organisasi serta penajaman pemahaman terhadap peran dan fungsi UPS bagi pengurus UPS. Roda organisasi pun dijalankan dengan lebih terbuka terutama terkait pengelolaan keuangan dengan sistem akuntabilitas yang transparan pula.
96
Selain itu pengelolaan juga harus lebih berorientasi pada kepentingan masyarakat dan menjangkau seluruh masyarakat berpenghasilan rendah. CLTS sebagai inti dari kegiatan untuk menggebrak perubahan perilaku masyarakat menuju perilaku sanitasi sehat yang lebih baik perlu dijalankan dengan optimal. UPS sebagai organisasi operasi dan pemeliharaan sarana fisik harus mampu menjalankan tugas dan fungsinya dengan optimal pula. Kedua hal tersebut jika optimal berjalan beriringan akan menghasilkan suatu proyek yang padu dan keberlanjutan proyek yang diharapkan dapat terwujud.
97
DAFTAR PUSTAKA Adi, Isbandi Rukminto 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran dan Pendekatan Praktis. Edisi Revisi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta Agusta, Ivanovich 2002. Metode Evaluasi Program Pemberdayaan. Konggres dan Seminar IV Ikatan Sosiologi Indonesia. Bogor. 28-29 Agustus 2002. Anonim 2006. Kajian Cepat Terhadap Program-program Pengentasan Kemiskinan Pemerintah Indonesia : WSLIC-2 dan PAMSIMAS. LP3ES. http://www.pnpmmandiri.org/ elibrary/files/disk1/1/pnpm--lp3es-10-1lp3es_fi-a.pdf diakses pada tanggal 10 Oktober 2009 Asian Development Bank 2008. Hasil Review dan Evaluasi atas Programprogram yang Berpihak pada Rakyat Miskin di Indonesia.Hickling. Jakarta. Badan Pusat Statistik 2009. Perkembangan Beberapa Indikator Utama SosialEkonomi Indonesia. http://www.bps.go.id/download_file/booklet_leaflet/ booklet_okt2009.pdf diakses pada 10 Februari 2010 Dale, Reidar 2001. Evaluation Framework for Development Program and Project. Sage Publication. New Delhi. Departemen Kesehatan 2003a. Proyek Air Bersih dan Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah-II, Pinjaman Bank Dunia THN 2000-2005 : Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Proyek. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. _______ 2003b. Proyek Air Bersih dan Sanitasi Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah-II, Pinjaman Bank Dunia THN 2000-2005 : Petunjuk Pelaksanaan Operasional Tingkat Desa. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan. _______ 2008. Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat. http://www.depkes.go.id/downloads/ pedoman_stbm.pdf diakses pada tanggal 24 November 2009 Departemen Pertanian 1990. Sistem Monitoring dan Evaluasi Proyek-proyek Pembangunan dan Pedesaan. Balai Pendidikan dan Penyuluhan Pertanian. Dongier, P, JV Domelen, E Ostrom, A Ryan, W Wakeman, A Bebbington, S Alkire, T Esmail, M Polski 2003. Community-Driven Development. World Bank. Washington DC. http://siteresources.worldbank.org/INTPRS1 /Resources/3836061205334112622/5805chap9.pdf diakses pada tanggal 24 Desember 2009
98
Hans P. Binswanger-Mkhize, Jacomina P. de Regt, dan Stephen Spector 2009. Scaling Up Local & Community Driven Development (LCDD) : A Real World Guide to Its Theory and Practice. World Bank. Hasan, Iqbal 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Operations Evaluation Department. 2003. Community-Driven Development: A Study Methodology. World Bank. Washington. http://siteresources.worldbank.org/EXTEFFWBSUPCOMDRIDEV/Resourc es/discussion_paper.pdf diakses pada tanggal 30 Desember 2009 Prasetyo, Bambang & Lina Miftahul Jannah 2006. Metode Penelitian Kuantitaif: Teori dan Aplikasi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Sekretariat Balai Desa Pangradin 2008. Rencana Kerja Masyarakat : Program Sarana Air Bersih dan Sanitasi, Water Sanitation for Low Income Communities (WSLIC-2). TKM Curug Bandung Desa Pangradin. Siegel, Sidney 1997. Statistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. PT Gramedia. Jakarta. Singarimbun, M. & Effendi, S. 1989. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta. Subanu, Leksono Probo & Vyta Elysia 2008. “Partisipasi Masyarakat Di Indonesia: Pandangan Dari Sebuah Jendela Akademik.” dalam Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan. Yogyakarta. 25-26 Juli 2008. Sutomo, Harry Hikmat, & Tumpal P. Saragi 2002. Modul pelatihan dan Pedoman Praktis Perencanaan Partisipatif. CV Cipruy. Jakarta. Tohjiwa, Agus Dharma & Agus Suparman 2008. “Perubahan Sosial Pada Pemberdayaan Komunitas Dalam Penyediaan Prasarana Fisik”. Seminar Nasional Keberlanjutan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan, Yogyakarta, 25-26 Juli 2008. Uphoff, Norman. 1986. “Local Institutional Development for Rural Infrastructure.” dalam Local Institutional Development: An Analytical Sourcebook with Cases. New York: Kumarian Press.
99
Lampiran 1. Desain WSLIC-2, Variabel dan Definisi Operasional Hasil Proyek
Faktor Eksternal
Desain Proyek
KELUARAN Kecenderungan perubahan perilaku menuju hidup bersih dan sehat
Variabel
Definisi Operasional
Perubahan sikap, perasan dan keinginan masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat
Sikap tentang perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan sesudah adanya proyek WSLIC-2, di antaranya : sikap terhadap pentingnya mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah BAB (buang air besar), menggunakan air bersih untuk berbagai kebutuhan hidup, menutup makanan dan tempat penyimpanan air, serta mencuci bahan makanan sebelum dimasak. Skala pengukuran ordinal. (1.Sangat Tidak Setuju, 2.Tidak Setuju , 3.Kurang Setuju, 4.Setuju, 5.Sangat Setuju) Sikap tentang perilaku kesehatan lingkungan sebelum dan setelah adanya proyek WSLIC-2, di antaranya : sikap terhadap perilaku BAB di sungai dapat menyebabkan pencemaran, penyakit, dan najis. Skala pengukuran ordinal. (1.Sangat Tidak Setuju, 2.Tidak Setuju , 3.Kurang Setuju, 4.Setuju, 5.Sangat Setuju) Ada tidaknya rasa malu, rasa jijik, rasa takut penyakit, rasa takut berdosa pada saat BAB di sungai sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Skala pengukuran nominal. ( 1.Tidak, 2.Ya)
Pengembangan kapasitas masyarakat dan institusi daerah
Kemampuan dalam teknis pembangunan pemeliharaan, dan pengelolaan
Ada tidaknya keinginan BAB di jamban dan keinginan memiliki jamban. Skala pengukuran nominal. ( 1.Tidak, 2.Ya) Ada tidaknya kemampuan TKM/UPS dalam teknis pembangunan, pemeliharaan, dan pengelolaan sarana air bersih dan sanitasi. Skala pengukuran nominal. ( 1.Tidak, 2.Ya)
Variabel
Definisi Operasional
Kesempatan dan kemauan masyarakat
Masyarakat memiliki kesempatandan kemauan untuk berpartisipasi dalam keseluruhan pelaksanaan proyek WSLIC-2. Kesempatan adalah waktu yang dimiliki masyarakat untuk berpartisipasi dan kemauan adalah kesadaran pentingnya berpartisipasi dalam proyek-proyek pembangunan desa
100
Kemampuan dalam menyampaikan materi penyuluhan
Ada tidaknya kemampuan TKM dalam melakukan seluruh tahapan kegiatan CLTS dan PHBS kepada masyarakat sesuai dengan pelatihan yang didapatkan. Skala pengukuran nominal. ( 1.Tidak, 2.Ya)
Penyediaan sarana air bersih dan sanitasi
Ketersediaan hasil fisik
Jumlah ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di setiap wilayah, terdiri dari : saluran rumah, keran umum WSLIC-2, jamban umum, jamban sekolah, jamban kantor desa, jamban puskesmas, dan saluran pembuangan air.
Adanya manajemen kegiatan
Manajemen/ kelembagaan
Ada tidaknya kelembagaan/mekanisme gotong royong dalam teknis pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, dan perbaikan kerusakan sarana air bersih dan sanitasi
Perubahan kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat
Kebiasaan perilaku hidup bersih dan sehat sebelum dan sesudah proyek WSLIC-2, di antaranya : kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sesudah BAB dan sebelum makan, kebiasaan mandi, mencuci tangan, mencuci perabot rumah tangga bukan dengan air sungai, mencuci bahan makanan sebelum dimasak, menutup makanan dengan tudung saji, dan menutup tempat penyimpanan air. Skala pengukuran ordinal. (1. Tidak Pernah, 2. Jarang, 3 Kadang-kadang, 4. Sering, 5. Selalu)
MANFAAT Perbaikan perilaku hidup bersih dan sehat
Kesinambungan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif
Kesinambungan penggunaan
Kebiasaan perilaku kesehatan sanitasi sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2, yaitu kebiasaan BAB di jamban. Skala pengukuran ordinal. (1. Tidak Pernah, 2. Jarang, 3 Kadangkadang, 4. Sering, 5.Selalu) Tingkat kegunaan sarana air bersih yang digunakan pada berbagai pemenuhan kebutuhan hidup dan tingkat kebutuhan penggunaan air. Skala pengukuran nominal. 1. Masyarakat menggunakan air untuk berbagai kebutuhan hidup sehari-hari bersumber dari non sarana WSLIC-2 (sungai, sumur gali, dsb)
Kualitas bahan yang digunakan untuk membuat sarana air bersih dan sanitasi terjamin
Sarana air bersih dan sanitasi dibangun dengan menggunakan kualitas bahan yang berkualitas sehingga tahan lama (awet)
101
2. Masyarakat menggunakan air untuk berbagai kebutuhan hidup seharai-hari bersumber dari sarana WSLIC-2 Kesinambungan pengelolaan
Partisipasi dalam biaya pengelolaan (iuran). Skala pengukuran nominal. (1. Tidak, 2. Ya)
Bentuk partisipasi dalam perencanaan, teknis pembangunan, pemeliharaan, dan perbaikan kerusakan sarana sanitasi
Ada tidaknya berbagai bentuk partisipasi yang dilakukan warga dari mulai tahap perencanaan, pembangunan, pemeliharaan, dan penanganan kerusakan, berupa tenaga, biaya, makanan, ide, dan lain-lain. Skala pengukuran nominal. (1. Tidak, 2. Ya)
Peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat
Layanan kesehatan masyarakat
Tersedianya layanan kesehatan masyarakat yaitu peningkatan akses masyarakat terhadap air bersih, sarana sanitasi, dan saranan mencuci tangan
Pemeliharaan sarana air bersih dan sanitasi
Keberfungsian sarana air bersih dan sanitasi
Kondisi sarana air bersih dan sanitasi, terdiri dari keran umum WSLIC-2, jamban umum, jamban sekolah, jamban kantor desa, jamban puskesmas, saluran pembuangan limbah. 1. Jumlah yang rusak 2. Jumlah yang berfungsi 3. Jumlah yang meningkat
Perubahan mutu Kesehatan
Perubahan intensitas anggota keluarga menderita penyakit kulit, diare, kolera, gatal-gatal, penyakit usus, TBC, dan lain-lain sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Skala pengukuran ordinal. (1. Sering, 2.Jarang, 3. Tidak Pernah)
Perubahan produktivitas masyarakat
Perubahan intensitas ketidakhadiran/ijin anggota keluarga dalam kegiatan bekerja/sekolah, yakni pada pekerjaan rutin, pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, dan sekolah. Skala pengukuran
DAMPAK Meningkatkan status kesehatan, produktivitas dan kualitas hidup masyarakat yang berpenghasilan rendah di pedesaan
Malnutrisi atau penyakit yang disebabkan di luar perilaku sanitasi
Jeins-jenis penyakit lainnya (di luar masalah air bersih dan sanitasi) yang diderita masyarakat
102
ordinal (1. Sering, 2.Jarang, 3. Tidak Pernah) Perubahan kualitas hidup
Perubahan status kesehatan dan kemiskinan pada selang 1-10 level. Skala pengukuran interval. Perubahan penghasilan masyarakat antara sebelum dan sesudah pelaksanaan proyek WSLIC-2. Skala pengukuran rasio.
103
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian Untuk Masyarakat
EVALUASI PROYEK WSLIC-2 Kuesioner Untuk Masyarakat Identitas Responden 1. No Kuesioner 2. Nama Responden 3. Jenis Kelamin 4 .Umur (Tahun) 5. Alamat 6. Pekerjaan (1.Tidak; 2.Ya)
7.Tingkat pendidikan terakhir
.............................................................. …………………………………………… 1. Perempuan 2. Laki-laki ……………………………………………. Kampung………………………RT….../RW……Desa………………………….. 1.Petani/nelayan 2.Buruh tani/nelayan/perkebunan/kehutanan 3.Pengusaha industry 4.Pedagang/pemodal 5.Perajin tradisional 6.Pegawai negeri 7.Pegawai swasta 8.Polisi/tentara 9.Pelajar 10.Tidak bekerja/pensiunan 11. IRT 12.Lainnya (sebutkan): ………………………………………….. 1. Tidak bersekolah 6. SLTA/Sederajat 2. Pesantren/seminari 7. Diploma 3. SD tapi tidak lulus 8. Sarjana 4. Lulus SD 9. Pascasarjana 5. SLTP/sederajat 10. Lainnya: ...............................
KELUARAN I. Kecenderungan Perbaikan Perilaku Hidup Bersih (terutama untuk perempuan) 1. Apakah anda mengikuti CLTS ? (1.Tidak, 2. Ya,) Alasan……………………………………………………….. 2. Apakah anda mengikuti PHBS? (1.Tidak, 2. Ya,) Alasan……………………………………………………….. I. 1. Pertanyaan tentang isi Materi penyuluhan yang didapatkan Sebelum Sesudah (1.Sangat Tidak Setuju, 2. Tidak Setuju, 3. Kurang Setuju, 4. Setuju, 5. Sangat Setuju) Proyek Proyek Materi CLTS 1. BAB di sungai menyebabkan pencemaran tinja (ai sungai menjadi tercemar) 2. Adanya pencemaran tinja menyebabkan penyakit sehingga mengeluarkan biaya untuk penyembuhan 3. Air sungai tidak baik jika digunkan sebagi sumber air untuk mandi, mencuci, dan memasak 4. Pencemaran tinja menyebabkan najis Materi PHBS 5. Pentingya penggunaan air bersih untuk konsumsi, mencuci dan mandi 6. Pentingnya mencuci tangan pakai sabun sebelum makan 7. Pentingnya mencuci tangn pakai sabun setelah BAB 8. Pentingnya menutup makan dengan tudung saji 9. Pentingnya mencuci bahan makanan sebelum dimasak 10. Pentingnya menutup tempat penyimpanan air I.2. Perasaan tentang perilaku hidup bersih dan sehat (1.Tidak, 2. Ya) 1. Merasa Jijik jika BAB di Sungai 2. Merasa Malu jika BAB di Sungai 3. Merasa takut sakit jika BAB di sungai 4. Merasa takut berdosa jika BAB di sungai 5. Lainnya (sebutkan……………………………….) I.3. Keinginan untuk Berprilaku Hidup bersih dan sehat (1.Tidak, 2. Ya) 1. Jika tersedia jamban, apakah anda akan BAB di Jamban? Alasan……………………………………… 2. Adakah keinginan dan rencana memiliki Jamban? Alasan.................................................................
104
MANFAAT V. Perbaikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Masyarakat V.1. Kebiasaan Perilaku hidup Bersih dan Sehat (1.Selalu, 2. Sering, 3. Kadang-kadang, 4. Jarang, 5. Tidak Pernah) 1. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan 2. Mencuci tangan menggunakan sabun setelah BAB 3. Menutup makanan dengan tudung saji 4. Mencuci bahan makanan sebelum dimasak 5. Menutup tempat penyimpanan/penampungan air 6. BAB di Jamban 7. Mandi di Sungai 8. Mencuci pakaian/perabot rumah tangga di sungai 9. Mencuci beras di sungai V.2. Apakah anda punya jamban? (1.Tidak, 2. Ya) VI. Kesinambungan Partispasi Masyarakat VI. 1. Kesinambungan Penggunaan 1. Jenis penggunaan sarana WSLIC-2 (jika 2 lanjut ke No.16) 1.Saluran Rumah (SR) 2.Keran Umum (KU) 3.Tidak Menggunkan WSLIC-2 2. Berapa kali anda menggunakan keran umum WSLIC-2 dalam sehari? 3. Sumber air untuk penggunaan kebutuhan sehari-hari (1.Sarana non-WSLIC-2, 2.Sarana WSLIC-2) 1. Mencuci Pakaian dan perabot 2. Mencuci Beras dan sayuran 3. Memasak air minum 4. Mandi 4. Apakah anda merasa kesulitan mendapatkan air jika kemarau tiba? mengapa? (1.Tidak, 2. Ya)…………………………………………………………………………………………. VI.2. Kesinambungan Pengelolaan dan Pemeliharaan 1. Apakah anda membayar iuran WSLIC-2? Berapa? (1.Tidak, 2. Ya)
Sebelum Proyek
Setelah Proyek
……kali Sebelum Proyek
Setelah Proyek
Rp………… 2. Partisipasi dalam perencanaan Proyek WSLIC-2 (1.Tidak, 2. Ya)
3. Partisipasi yang diberikan dalam teknis pembangunan proyek WSLIC-2 (1.Tidak, 2. Ya)
4. Partisipasi yang diberikan dalam pemeliharaan proyek WSLIC-2 (1.Tidak, 2. Ya)
5. Partisipasi yang diberikan dalam perbaikan kerusakan (1.Tidak, 2. Ya)
1. Biaya 2. Tenaga 3. Ide 4. Makanan 5. lainnya (sebutkan)………………. 1. Biaya 2. Tenaga 2. Ide 3. Makanan 4. lainnya (sebutkan)………………. 1. Biaya 2. Tenaga 3. Ide 4. Makanan 5. Lainnya (sebutkan) ………….. 1. Biaya 2. Tenaga 3. Ide 4. Makanan 5. Lainnya (sebutkan) …………..
105
DAMPAK IX. Mutu Kesehatan 1. Penyakit yang diderita anggota keluarga? Sebelum Setelah Proyek (1.Sering, 2. Jarang, 3. Tidak Pernah) Proyek (1 tahun terakhir) 1. Penyakit kulit 2. Diare 3. Kolera 4. Penyakit usus 5. Gatal-gatal 6. TBC 7. Lainnya……………………………………………………. X. Produktivitas 1. Frekuensi ketidakhadiran/ijin tidak masuk dalam kegiatan bekerja/sekolah dan Sebelum Setelah Proyek aktivitas lainnya (1.Sering, 2. Jarang, 3. Tidak Pernah) Proyek (1 tahun terakhir) 1. Pekerjaan rutin 2. Pekerjaan utama 3. Pekerjaan sampingan 4. Sekolah 5. Lainnya (sebutkan) ………………………………………………… XI. Kualitas Hidup 1. Berikut adalah sebuah gambar tangga dengan 10 anak tangga. Di tangga paling bawah adalah kondisi kesehatan yang paling rendah di desa ini, dan di tangga yang paling tinggi (anak tangga ke 10) adalah kondisi kesehatan yang paling tinggi. Di anak tangga nomor berapakah kondisi kesehatan anda setelah ada proyek WSLIC-2? 10
(Paling Sehat)
9 8 7 6 5 4 3 2 (Paling Tidak Sehat)
1
2. Di anak tangga nomor berapakah kondisi kesehatan anda sebelum ada proyek WSLIC-2? 3. Apa Penyebab Penurunan/penaikan anak tangga antara sebelum dan setelah ada proyek WSLIC-2? 4. Berikut adalah sebuah gambar tangga dengan 10 anak tangga. Di tangga paling bawah adalah warga yang paling miskin di desa ini, dan di tangga yang paling tinggi (anak tangga ke 10) adalah yang paling kaya. Di anak tangga nomor berapakah Anda berada setelah ada proyek WSLIC-2? 10 9 8 7 6 5 4 3 2 (Paling miskin)
1
5. Di anak tangga nomor berapakah Anda berada setelah ada proyek WSLIC-2? 6. Apa penyebab penurunan/penaikan anak tangga antara sebelum dan setelah ada proyek WSLIC-2?
(Paling kaya)
106
XI. Kualitas Hidup Sebelum Proyek Pendapatan/Bulan Pengeluaran Konsumsi/Bulan Beras Ikan Daging Telur dan Susu Sayuran Buah-buahan Minyak dan Lemak Bumbu-bumbuan Tembakau dan Sirih Makanan dan minuman jadi Konsumsi lainnya : ……………………………………… Pengeluaran Non-Konsumsi/Bulan Perumahan dan fasilitas rumah tangga Aneka barang dan jasa Pendidikan Biaya kesehatan Pakaian, alas kaki, tutup kepala Barang tahan lama Pajak/Asuransi Keperluan pesta upacara Lainnya
Setelah Proyek
Rp.
Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
107
Lampiran 3. Kuesioner Penelitian untuk TKM/UPS
EVALUASI PROYEK WSLIC-2 Kuesioner untuk TKM/UPS Identitas Responden 1. No Kuesioner 2. Nama Responden 3. Jenis Kelamin 4 .Umur (Tahun) 5. Alamat 6. Pekerjaan (1.Tidak; 2.Ya)
7.Tingkat pendidikan terakhir
8. Jabatan/Struktur di TKM/BPS
.............................................................. …………………………………………… 1. Perempuan 2. Laki-laki ……………………………………………. Kampung………………………RT….../RW……Desa………………………….. 1.Petani/nelayan 2.Buruh tani/nelayan/perkebunan/kehutanan 3.Pengusaha industry 4.Pedagang/pemodal 5.Perajin tradisional 6.Pegawai negeri 7.Pegawai swasta 8.Polisi/tentara 9.Pelajar 10.Tidak bekerja/pensiunan 11. IRT 12.Lainnya (sebutkan): ………………………………………….. 1. Tidak bersekolah 6. SLTA/Sederajat 2. Pesantren/seminari 7. Diploma 3. SD tapi tidak lulus 8. Sarjana 4. Lulus SD 9. Pascasarjana 5. SLTP/sederajat 10. Lainnya: ............................... 1.Ketua 2.Wakil Ketua 3.Sekretaris 4.Keuangan 5.Unit Kesehatan 6.Unit Teknis 7.Humas 8.Lainnya (sebutkan)
II. Pengembangan Kapasitas TKM A. Kegiatan CLTS dan PHBS (Biarkan Responden menyebutkannya sendiri) 8. Bagaiamana langkah-langkah fasilitasi di 1. Perkenalan dan penyampain tujuan masyarakat? 2, Bina suasana (1.Tidak, 2. Ya) 5. Analias partispatif dan pemicuan 6. Tindak lanjut oleh masyarakat 7. Monitoring 9. Bagiamana cara memicu rasa jijik, rasa malu, rasa 1. FGD sakit, aspek agama? 2. Demo air tercemar tinja (1.Tidak, 2. Ya) 3. Transect walk 4. pemetaan rumah warga 5. mengutip hadits 6. lainnya (sebutkan) 10. Bagaimana cara mensiasati ketidakhadiran 1. Mengundang Melalui ketua RT peserta dalam CLTS/PHBS? 2. Memilih waktu yang tepat (1.Tidak, 2. Ya) 3. Memberikan reward/stimulus 4. Lainnya (sebutkan) …………………………….. 11. Bagaimana cara melakukan transek dengan 1. Mengajak masyarakat mengunjungi tempat-tempat BAB masyarakat? 2. Analisa partisipatif (1.Tidak, 2. Ya) 3. Menanyakan perasan peserta 4. Lainnya (sebutkan) ………………………………………….
108
5. Bagaimana cara menyampaikan alur kontaminasi (oral fecal) pada masyarakat (1.Tidak, 2. Ya) 6. Bagaimana cara merespon masyarakat yang sudah terpicu untuk melakukan perubahan di bidang sanitasi? (1.Tidak, 2. Ya) 7. Bagiamana cara mendampingi masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk memperbaiki kondisi sanitasi (1.Tidak, 2. Ya)
1. Menggunakan gambar 2. Menjelaskan kotoran manusia dapat termakan 3. Lainnya (sebutkan) ………………………………………. 1. Menanyakan upaya masyarakat untuk membuat jamban 2. Menanyakan siapa yang mau berubah 3. Lainnya 1. Menanyakan siapa yang ingin berubah 2. Menegasakan yang ingin berubah sebagai ‘pemimpin 3. Menanyakan berapa orang yang akan diajak berubah 4. Menanyakan kapan seluruh warga berubah 8. Bagaimana cara yang efektif melakukan 1. Cross Visit monitoring dalam kegiatan CLTS? 2. Mengembangkan konsultan masyarakat (1.Tidak, 2. Ya) 3. Pemetaan 4. Rating scale 5. Lainnya (sebutkan) ……………………………………….. 9. Kegiatan CLRT yang telah dilakukan 1. Pemetaan/transek (1. Tidak, 2. Ya) 2. Alur kontaminasi 3. Simulasi air yang telah terkontaminasi (FGD) 4. Fasilitasi akhir pemicuan 5. Fasilitasi rencana tindak lanjut masyarakat 6. Monitoring 7. Rating scale (convenient) 8. Lainnya (sebutkan) …………………………………………. 19. Mengapa hanya kegiatan yang disebutkan diatas (no.18) yang dilakukan? …………………………………………………………………………………………………………………………………… 20. Bagaimana stimulasi mencuci tangan yang salah? 1. Memasukan tangan ke dalam gayung (1. Tidak, 2. Ya) 2. tidak menggunakan sabu 3. Lainnya (sebutkan) ……………………………………………. 21. Bagaimana mencuci tangan yang benar? 1.Menggunakan air yang mengalir (1. Tidak, 2. Ya) 2.Menggunakan sabun 3.Menjangkau jari, bagian telapak, permukan tangan 4.Mengelap dengan kain bersih 5.Lainnya (sebutkan) ……………………………………….. 22. Bagaimana melakukan demontrasi cuci tangan? 1. Meminta 1 peserta untuk maju mempraktekan cuci tangan (1. Tidak, 2. Ya) yang salah 2. Meminta 1 peserta untuk maju mempraktekan cuci tangan yang benar 3.Meminta peserta untuk membandingkan 4.Lainnya (sebutkan) ………………………………….. 23. Bagiamana cara penularan dan pencegahan 1. Menjelaskan penyakit yang menjadi masalah penyakit yang penularannya berkaitan dengan air 2. Mengajak masyarakat mengidentifikasi penyebab dan lingkungan? (1. Tidak, 2. Ya) penyebaran penyakit 3. Menjeskan cara menghambat alur penyakit 4. Metode PHAST 5. Lainnya (sebutkan) …………………………………. B. Kemampuan Pemeliharaan fisik sarana WSLIC-2? (Biarkan Responden menyebutkannya sendiri) 24. Bagaimana cara melakukan pemeliharaan 1. pembersihan captering setiap bulan WSLIC-2? (1. Tidak, 2. Ya) 2. pembersihan salauran sabuk 3, Pembersihan bagian dalam bangunan pada musim kemarau 4, Pembersihan saringan bagian dalam bangunan 5, Mengoprasi valve dan meberi minyak 6, Menjaga lingukangan sekitar sumber 7, Lainnya (sebutkan) ………………………………………………… C. Kemampuan pengelolaan/Administrasi keuangan (Biarkan Responden menyebutkannya sendiri) 25. Kegiatan pencatatan keuangan apa saja yang anda lakukan? 1. Pencatatan setiap transaksi (dilihat apakah pencatatan sesuai modul pelatihan yang diikuti 2. Buku kas atau tidak) (1. Tidak, 2. Ya) 3. Buku Bank 4. Buku pendapatan 5. Buku biaya material
109
6. Buku biaya upah 7. Buku Biaya lain-lain 8. Lainnya (sebutkan) …………………… 26. Mengapa hanya kegiatan pencatatan keuangan yang disebutkan diatas (No.25) yang dilakukan? ……………………………………………………………………………………………………………………………………. D. Kemampuan teknis dalam perbaikan kerusakan (jelaskan) 27. Kerusakan apa saja yang sering terjadi pada sarana WSLIC-2 dan bagiamana cara memperbaikinya? ……………………………………………………………………………………………………………………………………… INFORMAN KELUARAN III. Ketersediaan Sarana Air Bersih dan Sanitasi (Hasil Fisik) 1. Penambahan jumlah sarana air bersih dan sanitasi Jumlah Sebelum Jumlah Sesudah (1.Tidak, 2. Ya) Proyek Proyek 1. Saluran Rumah 2. Keran WSLIC-2 3. Jamban Keluarga 4. Jamban Umum 5. Jamban Sekolah 6. Jamban Kantor Desa 7. Jamban Puskesmas 8. Saluran Pembuangan Air Limbah Alasan jumlah sarana fisik yang dibangun? ……………………………………………………………………………………………………. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………….. IV. Manajemen Kegiatan 2. Apakah anda gotong royong/aturan yang sudah Jelaskan! disiapkan dalam hal: 1. ……………………………………………………………………….. 1. Teknis Pembangunan 2. ……………………………………………………………………….. 2. Pengoperasian 3. ………………………………………………………………………. 3. Pemeliharaan 4. …………………………………………......................................... 4. Perbaikan keruskan 5. ………………………………………………………………………. 5. Pengelolaan (iuran, dll) (1.Tidak, 2. Ya) Apakah Manajemen kegiatan sesuai dengan yang direncanakan sebelumnya? ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… MANFAAT VII. Kondisi Sarana Air Bersih dan sanitasi 3. Kondisi Keran WSLIC-2? (1.Rusak , 2. Berfungsi, 3.Meningkat) 4. Kondisi Jamban Umum? (1.Rusak , 2. Berfungsi, 3.Meningkat) 5. Kondisi Jamban Sekolah? (1.Rusak , 2. Berfungsi, 3.Meningkat) 6. Kondisi Jamban Kantor Desa? (1.Rusak , 2. Berfungsi, 3.Meningkat) 7. Kondisi Saluran Pembuangan Air Lilmbah? (1.Rusak , 2. Berfungsi, 3.Meningkat) VIII. Peningkatan Pelayanan Kesehatan 8. Ketersediaan layanan kesehatan Masyarakat (1.Tidak, 2. Ya) 1. Pembentukan UKS di sekolah 2. Sarana cuci tangan disekolah 3. Sarana cuci tangan di tempat umum 4. Layanan jasa konsultasi kesehatan 5. Lainnya (sebutkan) …………………………………
Alasan :…………………………………… Alasan :…………………………………… Alasan :…………………………………… Alasan :…………………………………… Alasan :…………………………………… Sebelum Proyek
Setelah Proyek
110
Lampiran 4. Kuesioner Penelitian Untuk Siswa SD
EVALUASI PROYEK WSLIC-2 Kuesioner untuk Siswa SD Nama Siswa Kelas Nama Orang Tua
: .................................................................... : .................................................................... : ....................................................................
Pilih Jawaban yang sesuai dengan yang kamu lakukan ya ! Jawaban diisi dengan menuliskannya di kolom sebeleh kanan. Terima kasih sebelumnya adik-adik..... No 1 2 3
4.
5.
6.
7
8
9
10
Pertanyaan Berapa kali adik-adik mandi dalam satu hari? Berapa kali adik-adik gosok gigi dalam satu hari? Apakah adik-adik selalu mencuci tangan sebelum makan? a. ya, dengan menggunkan sabun b. ya, tapi tidak menggunakan sabun c. cuci tangan kalau ingat saja d. tidak pernah Apakah adik-adik selalu mencuci tangan setelah Buang Air Besar (BAB)? a. ya, dengan menggunkan sabun b. ya, tapi tidak menggunakan sabun c. cuci tangan kalau ingat saja d. tidak pernah Dimana adik-adik BAB? a. di jamban/WC rumah b. di sungai c. di kebun belakang d. menumpang di jamban tetangga Dimana adik-adik mandi? a. di kamar mandi milik sendiri b. di sungai c. di keran umum WSLIC-2 d. menumpang di kamar mandi tetangga Apakah adik-adik suka merasa gatal-gatal a. ya, sering b. ya, jarang c. tidak pernah Dimana adik-adik BAK (Buang Air Kecil) ketika jam pelajaran sekolah berlangsung? a. di Jamban (WC) sekolah b. di Sungai c. di kebun belakang sekolah Dimana adik-adik BAB (Buang Air Besar) ketika jam pelajaran sekolah berlangsung? a. di Jamban (WC) sekolah b. di Sungai c. di kebun belakang sekolah Apakah adik-adik suka menggunakan keran tempat cuci tangan yang ada di sekolah? (jawaban boleh lebih dari satu) a. ya, setiap kali hendak jajan di sekolah b. ya, setiap kali tangan terkena kotoran c. jarang, kalau ingin saja d. tidak pernah
Jawaban Saat adik kelas Saat adik kelas III dulu V sekarang ................kali ...............kali ................kali ...............kali
111
Lampiran 5. Panduan Pertanyaan Penelitian PANDUAN PERTANYAAN EVALUASI PROYEK WSLIC-2 Pertanyaan Untuk TKM 1. Bagaimana proses pembentukan TKM? Bagaimana proses rekrutmen anggotanya? anda ikut menjadi anggota TKM? apa yang 2. Mengapa melatarbelakanginya? 3. Apa tugas dan fungsi TKM? 4. Bagaimana struktur kepengurusan TKM? Mengapa strukturnya demikian? 5. Apa fungsi dan tugas anda di TKM? 6. Bagaimana anda menjalankan tugas anda sebagai TKM? kendala apa yang dihadapai? 7. Bagaiamaan latar belakang adanya proyek WSLIC-2? 8. Apa tujuan sebenarnya proyek WSLIC-2? 9. Bagaimana proses/tahapan pembangunan WSLIC-2? Kendala apa yang dihadapi? 10. Bagaimana partisipasi semua lapisan masyarakat (kaya, menengah, miskin, laki-laki perempuan) dalam seluruh pelaksanaan kegiatan WSLIC2 (perencanaan, kontruksi, dan pemeliharaan)? 11. Partisipasi bagaimana yang diharapkan dari masyarakat dalam seluruh tahapan pembangunan proyek? 12. Mengapa melaksanakan CLTS? Apa tujuannya? 13. Bagaimana CLTS dilaksankaan? Mengapa pelaksanaannya demikian? 14. Bagaimana mengajak masyarakat berpartisipasi dalam pelaksanaan CLTS? Siapa saja yang dilibatkan dan mengapa melibatkan mereka? 15. Adakah manajemen kegiatan atau mekanisem gotong royong yang ditetapkan dalam seluruh tahapan kegiatan proyek? Apa saja? Dan bagaimana hal tersebut dijalankan? 16. Siapa yang banyak berperan mengambil keputusan dalam pelaksanaan proyek WSLIC-2? Mengapa demikian? 17. Bagaimana hasil proyek yang dicapai? 18. Kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan proyek? 19. Bagiaman peran-peran pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan pihak lembaga donor (Bank Dunia) dalam pelaksanaan proyek)? Pertanyaan Untuk UPS 1. 2. 3. 4. 5.
Apa tugas dan fungsi UPS? Apa tujuan dibentuknya UPS? Bagaimana UPS menjalankan peran pemeliharaan? Kendala apa yang dihadapi dan bagaimana menyelesaikannya? Partisipasi yang seperti apa yang diharapkan dari masyarakat dalam pemeliharaan hasil proyek WSLIC-2? 6. Adakah peluang (rencana) program lanjutan yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat? Bagaimana program tersebut bisa ada?
112
7. Bagiaman peran-peran pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan pihak lembaga donor (Bank Dunia) dalam pelaksanaan proyek)? Pertanyaan Untuk TKKc 1. Apa tugas dan fungsi TKKc? 2. Apa saja wewenang TKKc terhadap pelaksanaan proyek di tingkat Desa? 3. Bagaimana campur tangan TKKc dalam pelaksanan proyek di tingkat Desa? 4. Bagaimana seharusnya UPS menjalankan peran pemeliharaan? 5. Kendala apa yang dihadapi dan bagaimana menyelesaikannya? 6. Bagaimana kelebihan dan kekurangan pelaksanaan proyek di Desa Pangradin? 7. Adakah peluang (rencana) program lanjutan yang berkaitan dengan masalah kesehatan masyarakat? Bagaimana program tersebut bisa ada? 8. Bagiaman peran-peran pemerintah Desa, Kecamatan, Kabupaten, Provinsi, dan pihak lembaga donor (Bank Dunia) dalam pelaksanaan proyek)? 9. Bagaimana partisipasi semua lapisan masyarakat (kaya, menengah, miskin, laki-laki perempuan) dalam seluruh pelaksanaan kegiatan WSLIC-2 (perencanaan, kontruksi, dan pemeliharaan)? 10. Apa tujuan sebenarnya proyek WSLIC-2?
113 Lampiran 6. Peta Sosial Proyek WSLIC-2, RKM Desa Pangradin
114
Lampiran 7. Peta Perencanaan Proyek WSLIC-2, RKM Desa Pangradin
115
Lampiran 8. Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat (Bagian 1) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
Nama Samsudin Sidik Marhadi Barnas Dadang Suweli Sumarna Rahman Solehidin Samsudin Wawan Ajum Deni Asep Topan Parmaejudin Kamsin Wahyudin Pudin Kanda Ahyar Koseh Hasanudin Mukti Wawan Mardana Habib Epik Asim Husen Muslin Aat Sarmah Samad Parmini Emed Nur Jami Dedeh Syarif Hudri Iyus Juned H. Dudung Dade H.juli Wawi Iyas Amsori Arja Maman Habib Didin Embeh Udin Alek Yayan Jumirta Entis Misbah Adang Iskandar Enjat Aang Didi Adang Sukia Mawis
Rt/Rw 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/1 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2
Jenis RT Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136
Nama Pi'i H. Acang Karim Kuswandar Endang Karta Sarono Sukardi Undan Odih Maman Soleman Sakim Sarpat Usup Edi jajat Arif Arhim Iming Mitra Agus Ambari Ujang Ratim Sarif Hasili Herdi Mad ali Odik Halimi Somad Andi Iyot Eman Karta Mukti Sueb Apin Ardiansyah Usar Cecep Parta Rudi Ajid Junaidi Maman Kosim Opa Uci Andi Ardi Odih Padmi Bohari Muis Mimong Wawah Suki Suwardi H.Gobed Arman Purnawan Ramli Kasim Jajat Kholid Sarid
Rt/Rw 1/2 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/3 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/4 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5
Jenis RT Gakin Non Gakin Non Gakin non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin
No 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204
Nama Nasit Marid Wiwi Endi Lomri Jabar Sandi H. Salam Ayat Yusuf AB. Toto Sumanto Ahmad Ismali H. Satra Sarda Asep Sidi Atma Eming Adik Adhari Darma Rahmat Bibin Enung Amat Ujen Piun Ikbal Agus Anim Ajid H.Samudi Dini Edih Jahim Satria Suandi Icad Sayuti Apo Dadi Pendi Kijun Jaya Sakir Obik Supi Oib Jalal Adung Heri Uned Sarta Emis Pei Sidik Nadi Madsuri Ajat Dudi Idis Heman Ade Manta Anggi Hasanudin
Rt/Rw 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 1/6 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1
Jenis RT Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin
116
Lampiran 8. Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat (Bagian 2) No 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272
Nama Dedi Amdani Dei Hendi Wahab Majid Rojak Duloh Mubin Mitra Umang Herli Emad Ujang Heri Juhadi Tobing Ade Asnap Ardi Sukinah Sukarya Siman Arwi Yani Yadi Didin Apan Saman Lili Heri Eman Husen Jata Arti Rohman Enot Amsori Satar Wawan Rohman Tata Imang Ambari Yahya H.Lomri Emin Sudarjat Awik Madroi Sukanta Yusa Adih Iman Deden Sarta Suadi Jajat Juhri Iyoh Anton Kuding Anda Sapri Muhana Pirman Jumadi Udin
Rt/Rw 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/1 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2 2/2
Jenis RT Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340
Nama Harun Makhani Urip Maang Emben Ardi Iang Rusdi Dawil Kucci Ata Udi Enjuh Ukat Sodik Iwan Andi Mukmin Nata Dendi Amri Jumri Suati Asep Ijah Rohman Susanto Ncum Doyot Kamsa Dina Nurhadi Rohman Pepeng Ujang Jamal Naming Inon Ayat K. Ama S Subarkah H. Ani Hasan B Romi Cecep Aris Jaih Salam Minong Kemed Isah Utang Kenah Rusdi Kara Enoh Anda S Ayani Sanan Ading Arnasih Amin H.Uding Atitiah Manti Cucup maman Puloh
Rt/Rw 2/2 2/2 2/3 2/3 2/3 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/4 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/5 2/6 2/6 2/6
Jenis RT Gakin Gakin Non Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin
No 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404 405 406 407 408
Nama Nudin Narman Emin Ujat H. Sirad Bardi Daud Kardi Didi Sama akung Rukman Suanda Muhidin Juli Doing Sukriya Obik Ojon Aman Armali Saron Ocang Sohe Heru Sawol Nardi Sahim Udin Saleh Pendi Uci Suanta Mahrij Amat Uwes Ade Umrih Holid Ade Marnasih Rais Tini Udi Tamim Yuli Juhri Aan Udin Piat Kayali Sain Yasin Hasan Atma Ujer Camin Amat Nedi Tolib Sai Ali Nana Oliah Uprin Roni Arsudin Marjuk
Rt/Rw 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 2/6 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1
Jenis RT Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
117
Lampiran 8. Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat (Bagian 3) No 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 444 445 446 447 448 449 450 451 452 453 454 455 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 466 467 468 469 470 471 472 473 474 475 476
Nama Nada Mardi Madhawi Unus Umar Arim Satria Satibi Sabar Nana Ahmad Iding Karma Ato Mardi Hendra Jaja Husen Nana Edi Aliudin Warsito Onik Jakar Asam Nurjana Suarsa Daeri Oyan Sapiin Dudin Rohadi Suparyo Iding Sahali Karta Ukar Winah Aswi Arna Kanik Suana Deden Maja Ujang Wahyudin Jaka Samsul Mulaydi Sangsang Pudin Yasin Inen Karta jasudin Yandi Murni Jahar Agus Ujang Fura Sarumi Usman Amat Jasir Jumani jaka Abidin
Rt/Rw 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/1 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/2 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 477 478 479 480 481 482 483 484 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502 503 504 505 506 507 508 509 510 511 512 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540 541 542 543 544
Nama Safri Safta Safawi Ruskandi Anah Ganda Jamsir Mukri Sarono Dading Samaun Damin Umaru Sufiani Somad Yasin Opik Kodir Emi Satim Adang Nursin Iskandar Sastra Ukik Mista Ucu H. Jama Ciko Aden Nian Asep Madsuri Adik Edih Minta Hamdi Daci Sumarna Ajat Darta Maat Minta Muhari Jumri Jaman Onik Agus Sukarta Urfi Omot Jayadi Jarkasih Nudin Icun Edi Armuja Daud Mamun ardi Emur Muhada Anda Makbul Karta Ati Madsoleh Ukil
Rt/Rw 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/3 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/4 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin
No 545 546 547 548 549 550 551 552 553 554 555 556 557 558 559 560 561 562 563 564 565 566 567 568 569 570 571 572 573 574 575 576 577 578 579 580 581 582 583 584 585 586 587 588 589 590 591 592 593 594 595 596 597 598 599 600 601 602 603 604 605 606 607 608 609 610 611 612
Nama Pepeng Salam Sanudi Ubay Sayuti junaedi Iwan Endang Agus Obik Mardi Omang Oleh Udin Acih Mahroni Endang Ono Ajum Mamun Nurdin Oib Adi Adih Utang Dayat Ujang Adam Madsahi Daroji Nurmah Hendi Lamani Jaya Muklis Johar Arkim Kaya Uim Deden Anah Jamsari Jama Heri Topa Ahmad Dahlan Rudi Mulyadi Darsa Kuding Hendra Anung Sohe Nahdi Tenik Kemed Dole Usar Awan Lutfi Soni Wendi Endang Abas Lomri Maman Ijah
Rt/Rw 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/5 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 3/6 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1
Jenis RT Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin
118
Lampiran 8. Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat (Bagian 4) No 613 614 615 616 617 618 619 620 621 622 623 624 625 626 627 628 629 630 631 632 633 634 635 636 637 638 639 640 641 642 643 644 645 646 647 648 649 650 651 652 653 654 655 656 657 658 659 660 661 662 663 664 665 666 667 668 669 670 671 672 673 674 675 676 677 678 679 680
Nama Hupni Iha Narsudin Ucah Jaya Mitra Narsim Karto Azkar Arjawi Sukri Syukur Emong Maman Fahmi Udin Junaedi Pakih Edi Sayuti Sutisna Sukria H. Tama Yusup Amjah Ending Hapid Suandi Miat Kirman Herman Sardaya Galih Emis Jamsah Anwar Muhari Jarta Arsih Ade Supiani Herman Munadi Jumadi Mansur Icih Adi Jaja Yani Duloh Engkos Asgari Mail Udin Itong Niti Katok Kurdi Sai Maman Salim Yanto Hamdi Tatang Komarudin Kusnadi Sapta Atang
Rt/Rw 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/1 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/2 4/3 4/3 4/3 4/3 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 681 682 683 684 685 686 687 688 689 690 691 692 693 694 695 696 697 698 699 700 701 702 703 704 705 706 707 708 709 710 711 712 713 714 715 716 717 718 719 720 721 722 723 724 725 726 727 728 729 730 731 732 733 734 735 736 737 738 739 740 741 742 743 744 745 746 747 748
Nama Yayan Salim Herli Kanik Misna Komeng Maat Olin Rohmat Soleh Topan Icah Adih Umah Hartono Minah Enur Madsuki Omi Ahmad Samit Armin Kasmita Ipon Adih Olin Hoer Asid Didin Sarudin Adi Arman Karma Nata Maman Asmi Adang Edi Masta Elik Sarban Oji Zamsari Asep Jasim Samat Asep Peri Arsa Inong Suarja Uning Entik Roni Alek Senin Bule Ohim Kalam Minong Epar Eman Azat Hendra Ocang Nasih Ncep Umar
Rt/Rw 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/4 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 749 750 751 752 753 754 755 756 757 758 759 760 761 762 763 764 765 766 767 768 769 770 771 772 773 774 775 776 777 778 779 780 781 782 783 784 785 786 787 788 789 790 791 792 793 794 795 796 797 798 799 800 801 802 803 804 805 806 807 808 809 810 811 812 813 814 815 816
Nama Wita Medi Tohir Edi Dari Asda Edih Amat Arnasih Ado Isak Saad Nannung Andi Atang Supenah Ahmad Mamo Yadi Salman Jama Noh Jumadi Madi Enjoh Aning Dadi Ajah Ula Dedi Suki Ako Supriani Anip Idus Kanta Idis Usin Sahali Adik Pena Yadi Salam Endang Dodo Iwan Memeh Ade Ajis Pandi Bakri Dodi Ruyani Masri Lamra Elas Upi Jajang Ganda Wahyu Hambali Karta Saripudin Etoh Icah Jajat Hasan Sukari
Rt/Rw 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/5 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 4/6 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
119
Lampiran 8. Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat (Bagian 5) No 817 818 819 820 821 822 823 824 825 826 827 828 829 830 831 832 833 834 835 836 837 838 839 840 841 842 843 844 845 846 847 848 849 850 851 852 853 854 855 856 857 858 859 860 861 862 863 864 865 866 867 868 869 870 871 872 873 874 875 876 877 878 879 880 881 882 883 884
Nama Ocah Akub Suma Limi Samsu Umi Arsan Kokoy Heri Oman Yamin Parta Dayat Rosadi Ratnovian Nana M Tata Kartana Akub Martin Haerudin H. Dadang Salam Nahrowi H.Zaenuri Adin H. Kanta Aming Salam Udin Hendra Minta Mista Wahyat Cecep Sae Tomi Narta Selamet Endang Iyok Sani Kuding Jamaah Emin Gozali Rhatib Suanah Heni Soleman Samidin Samon Amit Muneng Diok Emin Ading Ohel Karta Tati Asian Sukri Masadi Sarmili Norim Nasir Atang Sapri
Rt/Rw 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/1 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/2 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin
No 885 886 887 888 889 890 891 892 893 894 895 896 897 898 899 900 901 902 903 904 905 906 907 908 909 910 911 912 913 914 915 916 917 918 919 920 921 922 923 924 925 926 927 928 929 930 931 932 933 934 935 936 937 938 939 940 941 942 943 944 945 946 947 948 949 950 951 952
Nama Dahlan Suradi Deden Mardana Pendi Eben Rois Usup Mani Depong Endang Arifin Efendi Mukri Adik Yahya Tibi Upin Sanudin Marta Emin Komar Narim Sardi Pani Jahir Amran Umar Jain Ayang Agus Edi Awik Rumnah Budi Topik Micang Samsudin Muhrip Sanudin Andi Nurdin Uminah Dudi Mumun Iyah Sadar Mamun Mail Eca Nurdin Asman Anen Daya Nadi Jaka Sakar Ading Hendi Cekim Enur Piok Arjo Usen Deden Suari oji Usri
Rt/Rw 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/3 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4 5/4
Jenis RT Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 953 954 955 956 957 958 959 960 961 962 963 964 965 966 967 968 969 970 971 972 973 974 975 976 977 978 979 980 981 982 983 984 985 986 987 988 989 990 991 992 993 994 995 996 997 998 999 1000 1001 1002 1003 1004 1005 1006 1007 1008 1009 1010 1011 1012 1013 1014 1015 1016 1017 1018 1019 1020
Nama Purha Pandi Iwan Luri Ending Wanda Daryo Adik Roki Ucok Tedi Arsudin Entis Marta Katok Sapra Andi Iyan Asli Teti Balon Tata Juanta Asnawi Jaka Amir Hamdi Yepriadi Uding Nurjen Ade Sony Nasih Pian Parno Opa Karta Arnah Musin Agus Lelah eef Oman Dewi Nedi Udin Tibi Aneng Sanen Sair Unah Cali Ijah Etol Ucum Arsadi Udri Hirah Suhaeti Obing Sahar Darman Joko Tara Boin Kibon Yurdana Nana
Rt/Rw 5/4 5/4 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/5 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6
Jenis RT Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin
120
Lampiran 8. Kerangka Sampel Untuk Responden Masyarakat (Bagian 6) No 1021 1022 1023 1024 1025 1026 1027 1028 1029 1030 1031 1032 1033 1034 1035 1036 1037 1038 1039 1040 1041 1042 1043 1044 1045 1046 1047 1048 1049 1050 1051 1052 1053 1054 1055 1056 1057 1058
Nama Cecep Sayuti Aab Wira Uding Zuki Asep Mamat Adil Misran Kosim Sarif Kanta Emun Aris Sandi Raja Hendra Talka Mulyana Imas Sabar Obik Acip Mahpud Huri Baja Uding Oto Kibung S Sapri Boto Lomari Raksan Emen Eros Teir Arsudin
Rt/Rw 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6 5/6
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
No 1059 1060 1061 1062 1063 1064 1065 1066 1067 1068 1069 1070 1071 1072 1073 1074 1075 1076 1077 1078 1079 1080 1081 1082 1083 1084 1085 1086 1087 1088 1089 1090 1091 1092 1093 1094 1095 1096
Nama Suheri Aat Adik Mista Udin Herman Daos Sahri Tono Adi Sain Didi Arif Mardi Udin Surpiah Ahya H.Satra Eman Baesuni Adi Udin Desi Ili Murasni Emad Saminta Ade Oot Emul Tonik Udin Jamin Muktar Ade Icang Yadi Ardi
Rt/Rw 5/6 5/6 5/6 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3 6/3
Jenis RT Gakin Gakin Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Non Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin Gakin
121
Lampiran 9. Daftar Responden Masyarakat (Bagian 1) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Nama Susiliawati Rosmiyanti Cecih Ika Yusmiati Kokom Acih Herni Elih Linawati Wiwi Solihat Heni Aas Siti Nurafah Emay Pupu Jarkusih Wawan Heni Maryanah Yati Wawat Nenik Erni Nuraeni Nurhasanah Rukmini Saroh Anda Suhanda Yuyu Yuhaeni Eti Herman Omas Eti Sumiati Tini Arsanah Ati Nurmala Otoy
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki
Umur 32 30 35 26 48 50 50 38 35 35 30 50 19 45 30 33 28 33 42 35 43 26 40 40 21 40 25 40 24 20 40 30 38 25 20 29
Pendidikan SLTA/Sederajat Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat SLTP/Sederajat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Pesantren Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tidak Bersekolah Tamat SD Tamat SD SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD
Jenis RT Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu
No 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
Nama Emulyati Ida Lilim Warsih Sukirman Mimin Imas Iyus Aas Suhartini Emi Dwi Rita Isah Rukoyah Marlina Yayan Rosidah Uminah Ncum Vinah Atikah Sarwi Sawi Mulyati Njuh Umsih Emy Heriawati Iin Ratni Siti Aminah Aras Yayat Mira Arni Yuyun
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 29 28 23 30 25 30 40 45 40 44 43 31 35 37 41 29 22 32 35 45 26 33 45 49 29 45 45 22 25 38 27 40 22 18 35 27
Pendidikan Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tidak Bersekolah Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SLTA/Sederajat Tamat SD Tamat SD Pesantren
Jenis RT Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu
122
Lampiran 9. Daftar Responden Masyarakat (Bagian 2) No 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108
Nama Enik Nyai Jalal Lastini Nurlaela Sari Iis Kokom Anis Suryati Oci Atih Ai Wati Iyar Uhaeti Eyet Ncih Teti Kusmiati Dedeh Nafsiah Minar Dedeh Dewi Ratna Marsiti Ocih Kayah Dedeh Umi Icah Dayat Atik Arkah Khaeriyah Suanah Siti Maemunah
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 50 36 40 27 36 35 30 30 50 45 35 50 22 26 25 20 27 39 25 38 30 24 20 40 30 25 35 24 35 28 44 48 50 25 45 40
Pendidikan Pesantren SD tapi Tidak Tamat Tamat SD SLTP/Sederajat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat Pesantren SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat
Jenis RT Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu
No 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144
Nama Usmi Ratna Merni Nurwati Mamah Juhaeriyah Mis Mutiah Lia Siti Khadidjah Suminar Ariyah Hartati Ida Rusida Sri Mulyaningsih Wawat Iswati Sri Mulyati Nurjanah Amsi Mimi Rosidah Epoh Saodah Bedah Minah Yanti IIs Elih Hj. Juanah Juju Neni Susilawati Ucu Sumiati Unah Nina Nani Winah
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 38 30 35 34 30 42 39 40 30 42 40 50 30 29 29 28 30 50 20 33 34 35 42 28 33 35 39 42 28 35 37 36 30 35 34 40
Pendidikan SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Diploma Tamat SD SLTP/Sederajat SLTP/Sederajat SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD SLTP/Sederajat Tamat SD Tamat SD Tamat SD Tamat SD
Jenis RT Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu
123
Lampiran 9. Daftar Responden Masyarakat (Bagian 3) No 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156
Nama Iwin Uun Yeyen Ani Neneng Esih Nenih Suryati Ika Eka Mulyadi Markunah
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan
Umur 45 34 19 20 36 30 42 22 21 21 43 23
Pendidikan Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SLTP/Sederajat Tamat SD SD tapi Tidak Tamat Tamat SD Tamat SD SLTA/Sederajat Tamat SD SLTP/Sederajat Sarjana SD tapi Tidak Tamat
Jenis RT Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Mampu
No 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168
Nama Nur Marhati Marhani Upi Marni Amas Awik Heni Nurjaya Sukaesih Cucu Jum
Jenis Kelamin Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
Umur 30 28 33 40 40 40 70 39 50 35 33 42
Pendidikan SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat SD tapi Tidak Tamat Tidak Bersekolah Tamat SD SD tapi Tidak Tamat SLTP/Sederajat Tamat SD Pesantren Tamat SD SD tapi Tidak Tamat
Jenis RT Tidak Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu Mampu Tidak Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Mampu Tidak Mampu Tidak Mampu
124
Lampiran 10. Kerangka Sampel Untuk Responden Siswa SD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Nama Aang Andriyana Aprianto Ariska Asep Solehudin Bima Debi Diah Novi Doni PR Edi S Elah Witriyani Erik Euis Rahmawati Febriani Hani Ida S Iguy Sandi Indah Ayu L Indri Maharani Indriyani Lukman M. Saprudin Novitasari Nyai Meri Pebriyani Ratna Disa Restu Mulyadi Rini Riska N Rismawati Rohim Sanah Santana Sifa Fauzi Siti Maspupah Siti Ulfah Sum'ah Sunita Syaril Titin Upit Kartini Wahyudin Wina Erwina Yoni Yono
Sekolah SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin
Kelas 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
No 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91
Nama Yusa Alpin Anisa Doni Edi Edo Krisnando Endah Fatimah Hendrik H Keiko Mahatera M Nizar Muhamad Yusup Muharja Nandar Nina Sulistiana Ratna KW Regi Resti Rika Kartika Riri Aprianti Riska Ripianti Rizal Bakri Rizal S Robeni Septi Amelia Sohib Sulastri Widiawati Yuniawati Aris Apriadi Daul Andreas Dewi Anggareni Fuji Sri Rahayu Guntur Haryanto Ida Darmayanti Indra Maulana Ipan Padilah Lina Nopianti Maulana Muhammad Rendi Nur Siti F Renita R Silvia Siti Mariyam Susi Parwati
Sekolah SD 02 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin
Kelas 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
125
Lampiran 11. Daftar Responden Siswa SD No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
Nama Yusa M. Saprudin Aprianto Wahyudin Lukman Doni PR Restu Mulyadi Nyai Meri Indah Ayu L Sum'ah Siti Maspupah Riska N Wina Erwina Upit Kartini Euis Rahmawati Elah Witriyani Novitasari Ratna Disa Ida S Siti Ulfah Sanah Pebriyani Diah Novi Rismawati Rini Sifa Fauzi Debi Andriyana Iguy Sandi Santana Bima Riri Aprianti Anisa Endah
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan
Kelas 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
Asal Sekolah SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 02 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin
No 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
Nama Keiko Mahatera Edi Rizal Bakri M Nizar Robeni Edo Krisnando Ratna KW Widiawati Septi Amelia Rika Kartika Riska Ripianti Alpin Muhamad Yusup Muharja Rizal S Hendrik H Yuniawati Sulastri Nina Sulistiana Guntur Aris Apriadi Ipan Padilah Indra Maulana Daul Andreas Muhammad Rendi Fuji Sri Rahayu Renita R Dewi Anggareni Siti Mariyam Lina Nopianti Silvia Susi Parwati Nur Siti F
Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan Perempuan
Kelas 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Asal Sekolah SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin SD 04 Pangradin
126
Lampiran 12. Daftar Responden TKM/UPS No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Jamal Baehaki Edo Mang Kodong Wati Milasari Ace Abidin Sukaesih Surya Widya Safutra Lilih Sholihat Sulastri
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Perempuan
Umur 33 32 69 33 29 35 24 29 44
Pendidikan SLTA/Sederajat SLTP/Sederajat Tamat SD SLTP/Sederajat Sarjana Pesantren SLTA/Sederajat Sarjana SLTP/Sederajat
127
Lampiran 13. Hasil Uji Statistik Pada Varibel-variabel Penelitian Statistik Uji Untuk Perubahan Sikap Masyarakat Menganai Perilaku Sanitasi Sehat BAB di sungai menyebabkan pencemaran tinja setelah WSLIC-2 - BAB di sungai menyebabkan pencemaran tinja sebelum WSLIC-2 -1.311(a)
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
-2.373(a)
Air Sungai tidak baik digunakan untuk sumber kehidupan setelah WSLIC2 - Air Sungai tidak baik digunakan untuk sumber kehidupan sebelum WSLIC-2 -2.815(a)
.018
.005
Penyebaran tinja menyebabkan penyakit setelah WSLIC-2 Penyebaran tinja menyebabkan penyakit sebelum WSLIC-2
.190
Pencemaran tinja menyebabkan najis setelah WSLIC-2 Pencemaran tinja menyebabkan najis sebelum WSLIC-2 -2.236(a) .025
a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test Uji Rangking Bertanda Wilcoxon Untuk Perubahan Sikap Masyarakat Mengenai Perilaku Hidup Bersih Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Pentingnya air bersih untuk konsumsi, cuci, dan mandi setelah WSLIC2 - Pentingnya air bersih untuk konsumsi, cuci, dan mandi sebelum WSLIC-2
Pentingnya cuci tangan pakai sabun sebelum makan setelah WSLIC-2 Pentingnya cuci tangan pakai sabun sebelum makan sebelum WSLIC-2
-1.342(a) .180
Z Asymp. Sig. (2tailed)
Pentingnya menutup makanan dengan tudung saji setelah WSLIC-2 Pentingnya menutup makanan dengan tudung saji sebelum WSLIC-2 .000(b)
Pentingnya mencuci bahan makanan sebelum dimasak sebelum WSLIC-2 Pentingnya mencuci bahan makanan sebelum dimasak sebelum WSLIC-2
-1.000(a)
Pentingnya cuci tangan pakai sabun setelah BAB setelah WSLIC-2 Pentingnya cuci tangan pakai sabun setelah BAB sebelum WSLIC-2 .000(b)
-1.000(a)
Pentingnya menutup tempat penyimpanan air setelah WSLIC-2 Pentingnya menutup tempat penyimpanan air sebelum WSLIC-2 -1.000(a)
.317
1.000
1.000
.317
.317
a Based on negative ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test Uji Mc Nemar Untuk Perubahan Perasaan Masyarakat Terhadap Perilaku BAB di Sungai Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2
N Exact Sig. (2-tailed)
Merasa jijik BAB di sungai sebelum WSLIC-2 & Merasa jijik BAB di sungai setelah WSLIC-2 167
Merasa malu BAB di sungai sebelum WSLIC-2 & Merasa malu BAB di sungai setelah WSLIC-2 167
Merasa takut sakit BAB di sungai sebelum WSLIC-2 & Merasa takut sakit BAB di sungai setelah WSLIC-2 167
Merasa takut dosa BAB di sungai sebelum WSLIC-2 & Merasa takut dosa BAB di sungai setelah WSLIC-2 167
.012(a)
.004(a)
.039(a)
.016(a)
Statistik Uji Terhadap Perubahan Keinginan Masyarakat Untuk BAB di Jamban dan Keinginan Memiliki Jamban Sendiri
N Exact Sig. (2tailed)
Keinginan BAB di Jamban sebelum WSLIC-2 & Keinginan BAB di Jamban setelah WSLIC-2 106
Keinginan punya Jamban sebelum WSLIC-2 & Keinginan punya Jamban setelah WSLIC-2 101
1.000(a)
1.000(a)
128
Statistik Uji Untuk Perubahan Perilaku Hidup Bersih Masyarakat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan setelah WSLIC-2 Mencuci tangan pakai sabun sebelum makan sebelum WSLIC-2
Mencuci tangan pakai sabun setelah BAB setelah WSLIC-2 Mencuci tangan pakai sabun setelah BAB sebelum WSLIC-2
Menutup makanan dengan tudung saji setelah WSLIC-2 Menutup makanan dengan tudung saji sebelum WSLIC-2
-1.633(a)
.000(b)
-.557(a)
-1.414(a)
-1.000(a)
.102
1.000
.577
.157
.317
Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Mencuci bahan makanan sebelum dimasak setelah WSLIC-2 Mencuci bahan makanan sebelum dimasak sebelum WSLIC-2
Menutup tempat penampungan air setelah WSLIC-2 Menutup tempat penampungan air sebelum WSLIC-2
a Based on negative ranks. b The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Test
Statistik Uji Untuk Perubahan Perilaku Hidup Bersih Pada Siswa SD Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2
N
Cuci tangan pakai sabun sebelum makan ketika sebelum proyek & Cuci tangan pakai sabun sebelum makan ketika setelah proyek 67
Cuci tangan pakai sabun setalah BAB ketika sebelum proyek & Cuci tangan pakai sabun setelah BAB ketika setelah proyek 67
12.121
24.324
.000
.000
ChiSquare(a) Asymp. Sig.
Statistik Uji Untuk Perubahan Kepemilikan Jamban Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2
N Exact Sig. (2tailed)
Kepemilikan jamban sebelum WSLIC-2 & kepemilikan jamban setelah WSLIC-2 168 .039(a)
a Binomial distribution used. b Mc Nemar Test
Uji Statistik Untuk Peningkatan Perilaku Masyarakat dalam Meninggalkan Kebiasaan Menggunakan Air Sungai Sebagai Sumber Air Untuk Kebutuhan Hidup Mencuci pakaian/perabot di sungai setelah WSLIC2 - Mencuci pakaian/perabot di sungai sebelum WSLIC-2
Mencuci beras di Sungai setelah WSLIC-2 - Mencuci beras di Sungai sebelum WSLIC-2
-7.114(a)
-7.383(a)
-4.306(a)
.000
.000
.000
Mandi di sungai setelah WSLIC-2 Mandi di sungai sebelum WSLIC-2 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Based on negative ranks. b Wilcoxon Signed Ranks Test
129
Hasil Uji Staistik Untuk Peningkatan Jumlah Akses Siswa SD Terhadap Sanitasi
N Chi-Square(a) Asymp. Sig.
Kebiasaan BAK di Tempat BAB sebelum sekolah sebelum proyek & proyek & Tempat BAB Kebiasaan BAK di setelah proyek sekolah setelah proyek 67 67 11.172 32.029 .001 .000
Kebiasaan BAB di sekolah sebelum proyek & Kebiasaan BAB di sekolah setelah proyek 67 26.281 .000
Statistik Uji Terhadap Perubahan Intensitas Masyarakat Menderita Penyakit yang Disebabkan oleh Masalah Air Bersih dan Sanitasi
Z Asymp. Sig. (2-tailed) a Based on positive ranks. b Based on negative ranks.
Ketidakhadiran dalam Ketidakhadiran dalam Ketidakhadiran pekerjaan rutin pekerjaan utama dalam sekolah setelah WSLIC-2 setelah WSLIC-2 setelah WSLIC-2 Ketidakhadiran dalam Ketidakhadiran dalam Ketidakhadiran pekerjaan rutin pekerjaan utama dalam sekolah sebelum WSLIC-2 sebelum WSLIC-2 sebelum WSLIC-2 -.632(a) -.500(b) -1.734(a) .527 .617 .083 c The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks. d Wilcoxon Signed Ranks Test
Staistik Uji Perubahan Intensitas Ketidakhadiran dalam Pekerjaan/Sekolah Penyakit kulit setelah WSLIC-2 - Penyakit kulit sebelum WSLIC2
Penyakit Diare setelah WSLIC2 - Penyakit Diare sebelum WSLIC-2
Penyakit korela setelah WSLIC2 - Penyakit korela sebelum WSLIC-2
Penyakit usus setelah WSLIC2 - Penyakit usus sebelum WSLIC-2
Penyakit gatal-gatal setelah WSLIC-2 Penyakit gatal-gatal sebelum WSLIC-2
-.797(a) Asymp. Sig. .425 (2-tailed) a Based on negative ranks. b Based on positive ranks. c Wilcoxon Signed Ranks Te
-.861(b)
-1.732(b)
-.276(b)
.000(c)
.389
.083
.783
1.000
Z
Statistik Uji Untuk Perubahan Tingkat Kesulitan Air Kesulitan air sebelum WSLIC-2 & Kesulitan air setelah WSLIC-2 N 163 Chi-Square(a) 67.123 Asymp. Sig. .000 Statistik Uji Untuk Perubahan Tingkat Kesulitan Air Pada Rumahtangga Tidak Mampu Kesulitan air sebelum WSLIC-2 & Kesulitan air setelah WSLIC-2 N
84 a
36.214
Asymp. Sig.
.000
Chi-Square
130
Statistik Uji Untuk Perubahan Tingkat Kesulitan Air Pada Rumahtangga Tidak Mampu Kesulitan air sebelum WSLIC-2 & Kesulitan air setelah WSLIC-2 N
79
Chi-Squarea
29.032
Asymp. Sig.
.000
Statistik Uji untuk Pemanfaatan Sarana Air Bersih WSLIC-2
N
Sumber air untuk mencuci pakaian dan perabot sebelum WSLIC-2 & Sumber air untuk mencuci pakaian dan perabot setelah WSLIC-2 168
Sumber air untuk mencuci beras dan sayuran sebelum WSLIC-2 & Sumber air untuk mencuci beras dan sayuran setelah WSLIC-2 168
Sumber air untuk minum sebelum WSLIC-2 & Sumber air untuk minum setelah WSLIC-2 168
Sumber air untuk mandi sebelum WSLIC-2 & Sumber air untuk mandi setelah WSLIC-2 168
111.009
110.009
115.009
111.009
.000
.000
.000
.000
Chi-Square(a) Asymp. Sig.
Statistik Uji untuk Perubahan Kondisi Kesehatan dan Kondisi Ekonomi Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Kondisi kesehatan setelah WSLIC-2 - Kondisi kesehatan sebelum WSLIC-2 Z Asymp. Sig. (2-tailed)
KondisiEkonomi setelah WSLIC-2 - KondisiEkonomi sebelum WSLIC-2
-5.419a
-4.627a
.000
.000
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Statistik Uji untuk Perubahan Kondisi Kesehatan dan Kondisi Ekonomi Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Pada Rumahtangga Tidak Mampu Test Statisticsb Kondisi kesehatan setelah WSLIC-2 - Kondisi kesehatan sebelum WSLIC-2 Z Asymp. Sig. (2-tailed)
KondisiEkonomi setelah WSLIC2 - KondisiEkonomi sebelum WSLIC-2
-3.874a
-3.389a
.000
.001
a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
Statistik Uji untuk Perubahan Kondisi Kesehatan dan Kondisi Ekonomi Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Pada Rumahtangga Mampu Test Statisticsb Kondisi kesehatan setelah KondisiEkonomi setelah WSLIC-2 - Kondisi kesehatan WSLIC-2 - KondisiEkonomi sebelum WSLIC-2 sebelum WSLIC-2 Z Asymp. Sig. (2-tailed) a. Based on negative ranks. b. Wilcoxon Signed Ranks Test
-3.832a
-3.108a
.000
.002
131
Statistik Uji untuk Perubahan Pendapatan Masyarakat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Paired Samples Test Paired Differences Mean Pair 1
Pengeluar an21a Pengeluar an21b
Std. Deviation
Std. Error Mean
-1.770E4 233392.657
95% Confidence Interval of the Difference Lower
18393.918 -54023.693
t
Sig. (2tailed)
df
Upper 18628.662
-.962
160
.337
Statistik Uji untuk Perubahan Pendapatan Masyarakat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Pada Rumahtangga Mampu Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1
Pengeluaran 21a Pengeluaran 21b
Std. Deviation
Std. Error Mean
1.426E4 300882.547
95% Confidence Interval of the Difference Lower
33851.931 -53134.524
Upper
t
81653.512
.421
Sig. (2tailed)
df
78
.675
Statistik Uji untuk Perubahan Pendapatan Masyarakat Antara Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan Proyek WSLIC-2 Pada Rumahtangga Tidak Mampu Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1
Pengeluar an21a Pengeluar an21b
Std. Deviation
Std. Error Mean
-4.908E4 136628.670
95% Confidence Interval of the Difference Lower
15180.963 -79295.030
Upper
t
Sig. (2tailed)
df
-18872.871 -3.233
80
.002
Statistik Uji Untuk Perbedaan Angka Kejadian Penyakit Akibat Masalah Kesehatan Lingkungan Antara Desa Pangradin dan Desa Setu Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1
Pendapata n1 Pendapata n2
-48.312
Std. Deviation
44.265
Std. Error Mean
11.066
95% Confidence Interval of the Difference Lower
-71.900
Upper
t
-24.725 -4.366
df
Sig. (2-tailed)
15
.001