e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS BUDAYA LOKAL BERBANTUAN MEDIA REALITA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V SD GUGUS KOMPYANG SUJANA Luh Ayu Purnawati, Made Putra2, I G.A. Agung Sri Asri3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail :
[email protected]¹.
[email protected].
[email protected]³ Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Tahun Pelajaran 2013/2014. Rancangan penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain nonequivalen control group design. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas V SD Negeri Gugus Kompyang Sujana. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data hasil belajar IPA yang berupa nilai kognitif. Instrumen penelitian menggunakan tes hasil belajar dalam bentuk tes objektif. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji-t. Pengujian hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan dk = 88, diperoleh ttabel = 1,90 dan thitung =3,05. Sehingga thitung > ttabel dengan demikian, Ho ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mendapatkan perlakuan model tersebut dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran Konvensional siswa kelas V Gugus Kompyang Sujana, Denpasar Utara tahun ajaran 2013/2014. Rata-rata hasil belajar IPA siswa kelas V yang dibelajarkan melalui model pembelajaran ini lebih dari siswa yang dibelajarkan menggunakan pembelajaran konvensional (57,45 > 47,81). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Sehingga, Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana tahun ajaran 2013/2014. Kata kunci: Sains Berbasis Budaya Lokal, Media Realita, hasil belajar Abstract This study aimed to determine significant differences of learning result of science subject between students use Model Science-Based Local Culture Learning Media Reality Assisted by students who take conventional learning on fifth grade of elementary students in Gugus Kompyang Sujana academic year 2013/2014. This study design is quasi-experimental design with control group design nonequivalen. The population in this study is all of fifth grade of elementary students in Gugus Kompyang Sujana. Sample was taken by using purposive sampling technique. The data collected was the result of science learning, which is the cognitive value.The research instrument was using by the result of test in objective tests. Data were analyzed by t-test. The results showed that there were significant differences in learning result between students that learned science using Model Science-Based Local Culture Learning Media Reality
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) Assisted by students who take conventional learning. Hypothesis testing is performed at a significance level of 5% with df = 88, obtained t table = 1.90 and tvalue 3.05. So tvalue > ttable. Therefore, Ho is rejected. This means that there are significant differences between the science learning results of students who get treated the model with students who get conventional teaching in fifth grade students Gugus Kompyang Sujana, North Denpasar academic year 2013/2014. Average science learning results fifth grade students that learned through this learning model that learned more than students using the conventional learning (57.45> 47.81). Thus it can be concluded that there are significant differences in science learning results between students who learned with Model Science-Based Local Culture Learning Media Reality Assisted by students who take conventional learning. The results showed that Model Science-Based Local Culture Learning Media Reality Assisted affects to science learning results fifth grade elementary school students Gugus Kompyang Sujana academic year 2013/2014 Keywords : Science-Based Assisted Local Culture, Media Reality, science learning result
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu langkah awal untuk mencapai kemajuan suatu negara, di mana pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Pendidikan merupakan tahapan kegiatan penyempurnaan perkembangan individu dalam memperoleh pengetahuan, kebiasaan, dan sikap moral (Syah, 2004:112). Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya (Hamalik, 2005:78). Dalam era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang sangat kuat dalam bidang teknologi, manajemen dan sumber daya manusia (SDM), maka diperlukan pengelolaan pendidikan yang mampu mewujudkan pendidikan yang bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan berdaya saing tinggi dalam kehidupan global. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru perlu mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang berkualitas dengan mengadakan inovasi dalam model, metode, startegi, pendekatan dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran. Berdasarkan uraian tersebut, proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang paling penting karena jika proses pembelajaran berjalan dengan baik, akan menghasilkan output yang berkualitas sehingga output tersebut dapat bersaing di era globalisasi. Untuk menghasilkan output yang
berkualitas, perlu mencetak tenaga pendidik yang profesional. Guru merupakan komponen pembelajaran yang berperan sebagai pelaksana dan penggerak kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus berperan ganda, dalam artian guru tidak hanya sebagai pembelajar, tetapi juga harus mampu menjadi motivator belajar, fasilitator, organisator, dan peran-peran lain yang dibutuhkan oleh siswa dalam pembelajaran. Menurut kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006), bahawa pembelajaran IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Suastra ( 2009), memaparkan bahwa pembelajaran IPA adalah merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam dan pembelajaran. Sementara itu, Wahana (dalam Trianto, 2010) mendefinisikan pembelajaran IPA adalah suatu kumpulan pengetahuaan yang tersusun secara sistematis dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikapilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, kreatif. Prinsip pembelajaran IPA yang harus dirancang dan dilaksanakan sebagai cara „mencari tahu‟ dan cara „mengerjakan/melakukan‟ yang dapat membantu siswa memahami fenomena alam secara mendalam (Depdiknas, 2004:3). Hal ini sesuai dengan pendapat dari Aly, (2009:7) menyatakan karakteristik pembelajaran IPA yaitu aktif, metodik, kreatif, objektif, sistematik dan berlaku umum. Dengan karakteristik tersebut maka dalam proses pembelajaran IPA siswa diharapkan dapat memiliki sikap ilmiah Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas V SD di gugus kompyang sujana guru masih menjadi pusat dalam pembelajaran sehingga mengakibatkan kurangnya interaksi aktif antar siswa. Guru belum sepenuhnya melibatkan siswa secara aktif dan kreatif dalam membangun pengetahuannya, hal ini sangat bertentangan dari karakteristik pembelajaran IPA yang menuntut siswanya untuk aktif dan kreatif . Hendaknya guru memanfaatkan pengetahuan awal siswa sebagai hasil interaksi mereka dengan lingkungan dimana mereka tinggal. Kondisi tersebut dapat menjadi salah satu penyebab mengapa pembelajaran IPA di sekolah menjadi kurang menarik minat siswa sehingga motivasi belajar siswa menjadi rendah, akibat yang ditimbulkan adalah rendahnya hasil belajar IPA siswa. Menyikapi hal tersebut, maka perlu diupayakan usaha peningkatan penguasaan siswa terhadap konsepkonsep IPA melalui berbagai model pembelajaran yang lebih berpusat pada upaya menumbuhkembangkan partisipasi dan aktivitas siswa di dalam pemecahan suatu masalah sehingga kegiatan pembelajaran tidak lagi hanya berpusat kepada guru. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mencobakan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaaya Lokal yang menekankan kepada peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri secara aktif dan kreatif, dengan memberi permasalahan yang akan memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dalam pemecahannya. Model
pembelajaran sains berbasis budaya lokal akan lebih efektif apabila dipadukan dengan memanfaatan media yang tepat salah satunya media realita atau media konkret. Dalam proses pembelajaran sains melalui Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaaya Lokal Berbantuan Media Realita menurut Suprayekti, dkk (2008) dapat memberikan kesempatan siswa, yaitu : 1) menggunakan pengalam dan lingkungan sekitar siswa sebagai sumber belajar, 2) siswa aktif dalam membangun pengetahuannya sendiri, 3) siswa menjadi kreatif dalam menghubungkan pengalaman/budaya yang mereka ketahui dengan materi yang mereka pelajari. Model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita merupakan strategi penciptaan lingkungan belajar dan perancangan pengalaman pembelajaran yang mengintegrasikan budaya sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pengalaman langsung dengan pemanfaatan media realita untuk mempermudah penyerapan informasi dalam roses pembelajran. Dalam pembelajaran berbasis budaya, budaya menjadi sebuah metode bagi siswa untuk mentrasformasikan hasil observasi mereka ke dalam bentuk -bentuk dan prinsip prinsip yang kreatif tentang alam sehingga peran siswa bukan sekedar meniru atau menerima saja informasi, tetapi berperan sebagai penciptaan makna, pemahaman dan arti dari informasi yang diperolehnya. Adanya model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dalam penelitian ini dapat memfasilitasi siswa dalam belajar aktif sehingga menumbuhkan interaksi aktif baik antara guru dengan siswa maupun antara siswa dengan siswa. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita pada materi cahaya, siswa dapat menumbuhkan kreatifitasnya dalam mengkaitkan budaya sebagai bagian dari pengalaman langsung dengan materi yang mereka pelajari. Dengan adanya model ini siswa dapat mentransformasikan hasil observasi mereka kedalam prinsip-prinsip yang kreatif tentang alam sehingga siswa bukan sekedar meniru atau menerima saja
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
informasi tetapi berperan sebagai pencipta makna dan pemahaman dari informasi yang diperolehnya. Oleh karena itu, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita merupakan salah satu alternatif yang diduga dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaaya Lokal Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014”. Tujuan penelitian ini yaitu : (1) untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa yang belajar melalui model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014, (2) untuk mengetahui hasil belajar IPA siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014, (4) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA anatara siswa yang belajar melalui model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dengan siswa yang belajar melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara Tahun Pelajaran 2013/2014. METODE Berdasarkan tujuan penelitian ini untuk mencari perbedaan pengaruh model pembelajaran yang diterapkan dan pembelajaran konvensional dalam materi IPA terhadap hasil belajar, maka jenis penelitian ini di golongkan eksperimen. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas V SD di Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara. Pada dasarnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar antara siswa yang diberikan perlakuan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dengan siswa yang diberikan perlakuan model
pembelajaran konvensional pada mata pelajaran IPA siswa dengan memanipulasi variabel bebas yaitu model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dan variabel terikatnya adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SD. Desain eksperimen yang akan dilakukan dengan memberikan post test. Dimana Nilai pree test hanya sebagai uji kesetaraan untuk mengetahui kemampuan awal seluruh sampel. Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dilakukan uji kesetaraan antara kelas kontrol dan kelas eksperiment menggunakan pree tes yang telah dilakukan oleh peneliti. Dan untuk nilai Post test dilakukan setelah treatmen atau perlakuan. Pada desain ini, pengacakan individuti dak dapat dilakukan namun yang diacak adalah kelasnya. Rancangan penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Nonequivalent Control Group Design Dalam penelitian ini terdapat tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan akhir eksperimen. Pada tahap persiapan eksperimen, langkahlangkah yang dilakukan yaitu: Melakukan observasi untuk melihat situasi dan kondisi dalam pembelajaran yang dilaksanakan di SD Gugus Kompyang Sujana, mencari informasi kepada kepala gugus inti mengenai ada tidaknya sekolah unggulan, dari informasi tersebut hasil yang diperoleh bahwa tidak ada sekolah unggulan di SD Gugus Kompyang Sujana, menentukan sampel penelitian melalui teknik purposive sampling diperoleh dua sekolah yang dijadikan sampel, menyusun kisi-kisi hasil belajar, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyusun instrument postes berupa tes hasil belajar untuk mengukur hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA materi cahaya, mengkonsultasikan instrumen penelitian dengan guru kelas dan dosen pembimbing, mengadakan validasi instrumen penelitian yaitu tes hasil belajar pada mata pelajaran IPA materi cahaya, memberikan prates kepada kelompok yang terpilih sebagai sampel, menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan cara undian. Pada tahap pelaksanaan penelitian eksperimen, langkah-langkah yang
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
dilakukan yaitu: memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dengan menerapkan model pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita pada pembelajaran IPA materi cahaya, memberikan perlakuan kepada kelas kontrol dengan menerapkan pembelajaran konvensional berupa pembelajran dengan metode ceramah dan diskusi Pada tahap akhir eksperimen, langkah-langkah yang dilaksanakan adalah memberikan post-test berupa tes objektif bentuk pilihan ganda biasa pada akhir penelitian, baik untuk kelompok eksperimen maupuan kelompok kontrol. Sugiyono (2012:57) menyatakan “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya‟). Sedangkan Sukardi (2011:53) menjelaskan, “populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu peristiwa”. Jadi, populasi adalah semua objek yang menjadi sasaran dalam sebuah penelitian yang dipilih oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara. Pemilihan satu gugus untuk populasi dikarenakan peneliti memerlukan dua kelas yang akan dijadikan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Disamping itu, pemilihan gugus juga dilakukan agar hasil penelitian nantinya dapat lebih digeneralisasikan. Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Gugus Kompyang Sujana tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 383 orang siswa, meliputi sekolah dasar yaitu SDN 2 Peguyangan, SDN 4 Peguyangan, SDN 7 Peguyangan, SDN 8 Peguyangan, SDN 9 Peguyangan, SDN 3 Tonja, SDN 4 Tonja, dan SD Sathya Sai. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2010:131). Sedangkan Sugiyono (2012:118) menyatakan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. . Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sample (sampel bertujuan) dan yang dirandom adalah kelas. Agung (2005:45) memaparkan purposive sample adalah teknik sampling yang dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan berdasarkan atas strata, random, wilayah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah untuk menentukan sampel siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana yang berjumlah 30 orang atau lebih. Dari pemaparan di atas dengan menggunakan teknik purposive sampling, sample yang digunakan dalam penelitian ini adalah SDN 2 Peguyangan, SDN 4 Peguyangan, SDN 7 Peguyangan, SDN 8 Peguyangan, SDN 9 Peguyangan, SDN 3 Tonja, SDN 4 Tonja. Penentuan kelas kontrol dan kelas ekserimen dilakukan dengan cara undian terhadap kedua SD yang telah diuji kesetaraannya. Untuk menentukan kelas control dan kelas eksperimen m aka dilakukan pengundian. Pengundian dilakukan dengan menulis kedua nama kelas yang telah diuji kesetaraannya, kemudian kertas digulung dan diacak. Ambil satu gulungan kertas sebagai kelas eksperimen, lalu ambil satu gulungan kertas lain, tanpa memasukkan kembali gulungan kertas pertama sebagai kelas kontrol. Nama-nama kelas di masing-masing SD pada kedua gulungan kertas tersebut merupakan sampel penelitian. Setelah dilakukan pengundian didapatkan dua kelas yaitu V SDN 4 Peguyangan sebagai kelas eksperimen dan kelas V SDN 2 Peguyangan sebagai kelas kontrol. Variabel Penelitian adalah suatu atribut seseorang atau objek yang mempunyai variasi yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
adalah model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita yang akan diterapkan pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional yang dikenakan pada kelompok kontrol. Sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara. Trianto (2010:263) meyatakan instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil belajar IPA siswa adalah tes hasil belajar pada ranah kognitif. Tes hasil belajar IPA yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh peneliti. Sebelum tes hasil belajar digunakan, maka tes tersebut akan diuji cobakan untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar IPA dalam bentuk tes objektif. Instrumen penelitian kemudian diuji validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Uji prasyarat yang digunakan yaitu uji normalitas dengan rumus chi kuadrat dan uji homogenitas dengan uji F (Fisher). Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada kelas V SDN Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara”. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t) kelompok tidak berkorelasi HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi data hasil penelitian ini memaparkan mean, median, modus, standar deviasi, varian, nilai minimum, nilai maksimum, dan rentangan dari data nilai akhir hasil belajar IPA untuk siswa kelas V SDN 4 Peguyangan yang dibelajarkan melalui model pembelajaran sains berbasis
budaya lokal berbantuan media realita maupun siswa kelas V SDN 2 Peguyangan yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Pemberian perlakuan (treatment) dilaksanakan sebanyak 6 kali pertemuan baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Pada akhir penelitian, seluruh siswa di kelas eksperimen diberikan post-test berupa tes objektif bentuk pilihan. Dari hasil post-test diperoleh nilai rata-rata kelas eksperimen sebesar 57, 45 dengan perolehan minimum sebesar 30 dan nilai maksimum sebesar 90. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 8 siswa atau 16, 32% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 16 siswa atau 32, 65 % siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, 17 siswa atau 34, 69% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup dan 8 siswa atau 16, 32% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori kurang. Dari hasil post-test diperoleh nilai ratarata kelas kontrol sebesar 47,8 dengan perolehan minimum sebesar 26 dan nilai maksimum sebesar 76. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa terdapat 1 siswa atau 2,43% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori sangat baik, 13 siswa atau 31,7% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori baik, 7 siswa atau 17,07% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori cukup, dan 20 atau 47,78% siswa memperoleh hasil belajar dalam kategori kurang. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan analisis uji-t, terlebih dahulu harus dipenuhi beberapa asumsi sebagai prasyarat.Uji prasyarat meliputi uji normalitas data dan uji homogenitas varians. Uji normalitas data dilakukan untuk mengetahui sebaran data hasil penelitian berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas data dilakukan terhadap posttest hasil belajar IPS kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis Chi-Square dengan taraf signifikansi 5 % dan derajat kebebasan (dk) = k-1. Dari hasil analisis data terlihat bahwa harga x2hitung yang diperoleh dari kelompok eksperimen adalah 5,6. Harga tersebut kemudian dibandingkan
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014) dengan harga x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung<x2tabel (5,6 < 11,07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Dari hasil analisis data pada kelompok kontrol diperoleh harga x2hitung adalah 11,00. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga x2tabel dengan dk = 5 dan taraf signifikansi 5% sehingga diperoleh harga x2tabel = 11,07, karena x2hitung<x2tabel (11,00 < 11.07) maka H0 diterima atau Ha ditolak. Ini berarti sebaran data hasil belajar IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Uji homogenitas varians dilakukan berdasarkan data hasil belajar IPA yang meliputi data kelas eksperimen yang dibelajarkan melalui model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dan kelas kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Jumlah kelompok eksperimen adalah 49 orang dan kelompok kontrol berjumlah 41 orang. Uji homogenitas untuk kedua kelas dalam penelitian ini menggunakan uji F (Fisher). Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi
5% dengan derajat kebebasan untuk pembilang n1 – 1 (41 – 1) dan derajat kebebasan untuk penyebut n2 – 1 (49 – 1). Berdasarkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi 5% diperoleh hasil Ftabel = 1,69, sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh Fhitung = 1,1. Ini menunjukkan Fhitung < Ftabel sehingga varians data hasil belajar IPA antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama atau homogen. Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah hipotesis nol (H0) yang berbunyi: “tidak terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Sain Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dan siswa yang dibelajarkan secara konvensional pada kelas V SDN Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara”. Adapun kriteria pengujiannya adalah apabila thitung < ttabel, maka H0 diterima (gagal ditolak) dan Ha ditolak. Sebaliknya apabila thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Dengan dk = n1 + n2 – 2 dan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) atau taraf kepercayaan 95%. Hasil analisis uji hipotesis hasil belajar IPA dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Analisis Uji-t Data Post-test No Sampel 1 Kelompok eksperimen 2 Kelompok control Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 3,05. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel. Harga ttabel diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi T dengan dk = 49 + 41 – 2 = 88 dan taraf signifikansi 5%. Bersadarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi T diperoleh harga ttabel sebesar 1,99, karena thitung>ttabel (3,05 > 1,99) maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran dengan Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.
N 49 81
Dk 88
57,45 47,8
236,67 262,81
thitung
ttabel
3,05
1,99
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh t hitung sebesar 3,05. Dengan menggunakan taraf signifikansi 5% dan dk= 88 diperoleh batas penolakan hipotesis nol sebesar 1,980. Berarti thitung ≥ ttabel maka H0 (hipotesis nol) yang diajukan ditolak. Maka dapat diinterpretasikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Berbantuan Media Realita dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran Konvensional siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana, Denpasar Utara tahun pelajaran 2013/2014. Hal tersebut juga didukung
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
oleh penelitian Suastra & Tika (2011) dengan judul “Efektivitas Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal Untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Sains Dan Nilai Kearifan Lokal di SMP” yang menyatakan bahwa dengan penerapan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa. Hal ini disebabkan karena Model Pembelajaran Sains Berbasis Budaya Lokal merupakan alternatif baru yang di modifikasi dengan Media Realita yang akan mempermudah siswa dalam memahami materi yang akan dibelajarkan. Dalam penerapannya di kelas memiliki kelebihan yaitu dapat mengaitkan pengalaman siswa melalui budaya sekitar yang sering mereka temui dengan materi yang dibelajarkan. Dengan menggunakan pengalaman awal siswa dan dibantu dengan media realita dalam pembelajrannya dapat menciptakan pembelajaran yang aktif dan mengundang rasa ingin tahu siswa. Dan diakhir pelajaran siswa mendapatkan sebuah penghargaan dari hasil kerjanya, yang berupa tepuk tangan dari guru dan temantemannya, ataupun kata “Bagus/Baik” dari gurunya yang dapat memacu mental dan memotivasi siswa-siswa yang lain sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna, didukung oleh pedapat Suprayekti, dkk (2008:4.17), yang menyatakan pembelajaran berbasis budaya merupakan salah satu cara yang dapat (1) menjadikan pembelajaran bermakna dan kontekstual yang sangat terkait dengan komunitas budaya, di mana suatu bidang ilmu dipelajari dan akan diterapkan nantinya, dan dengan komunitas budaya tempat asal, (2) menjadikan pembelajaran menarik dan menyenangkan. Kondisi belajar yang memungkinkan terjadinya penciptaan makna secara kontekstual berdasarkan pada pengalaman awal yang dimiliki sebagai seorang anggota suatu masyarakat budaya merupakan salah satu prinsip dasar dari teori konstruktivisme. Pada saat proses penelitian menggunakan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita pada mata pelajaran IPA materi cahaya, siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran dengan menggunakan ketiga gaya belajar yang dimiliki oleh siswa dengan belajar melihat, belajar mendengarkan dan belajar dengan cara praktek. Jadi siswa lebih ingat apa yang dilihat, didengar dan dilakukannya. Model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita ini membuat siswa lebih termotivasi belajar karena dalam pembelajarannya menggunakan pengalam yang telah mereka lihat dan mereka sering temui untuk dijadikan dasar dan kemudian dianalisis sesuai dengan materi yang mereka pelajari. Dengan demikian siswa menjadi aktif dan lebih bersemangat dalam memcahkan masalah yang diberikan dan dengan bantuan dari media realita akan lebih mempermudah siswa untuk memahami dari materi yang dibelajarakan. Berbeda dengan pembelajaran IPA yang menggunakan pembelajaran konvensional, dalam proses pembelajarannya siswa cenderung pasif. Karena guru hanya sebagai pentrasfer ilmu, tanpa diberikannya siswa turut serta dalam proses pembelajaran seperti praktikum atau pembuatan suatu karya atau model. Dalam pembelajaran konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan. Dalam proses pembelajaran tersebut guru sebagai subjek aktif dan siswa sebagai objek pasif, ini terlihat bahwa pembelajaran terpusat pada guru. Dalam pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan budaya lokal yang sering mereka temui menjadi dasar yang akan dikaitkan dengan materi yang akan mereka pelajari dalam proses pembelajaran. Pada mata pembelajaran IPA lebih tepat menggunakan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita, karena dengan menggunakan model ini siswa akan lebih aktif dalam proses pencarian makna dan arti dari materi yang akan dipelajari melalui bantuan dari budaya lokal yang berkaitan dengan materi yang akan mereka pelajari
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
dan bantuan dari media realita yang akan lebih mempermudah pemahaman siswa dalam menganalisis materi yang sedang mereka pelajari. Sehingga dalam pembelajaran siswa lebih aktif dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Ini mengakibatkan pada hasil belajar IPA yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diberi pembelajaran konvensional. Hal ini mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara kelompok eksperimen yang dibelajarkan melalui model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dengan kelompok kontrol yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita pada siswa kelas V SDN 4 Peguyangan Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai kelompok eksperimen sebesar 57,45. Dari rata-rata tersebut diperoleh persentase hasil belajar yang berada di sekitar rata-rata sebesar 20.4%, hasil belajar di bawah rata-rata sebesar 40.6%, dan hasil belajar di atas rata-rata sebanyak 46. 92%. Kategori hasil belajar IPA siswa kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dapat dipersentasekan sebagai berikut. Hasil belajar yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 16.32%, hasil belajar yang berada pada kategori baik sebanyak 32.65%, hasil belajar yang berada pada kategori cukup 34.69%, hasil belajar yang berada pada kategori baik sebanyak 16.32% Rata-rata hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SDN 2 Peguyangan Tahun Pelajaran 2013/2014 sebagai kelompok kontrol sebesar 47.81. Dari rata-rata tersebut diperoleh persentase hasil belajar yang dengan
persentase di sekitar rata-rata sebesar 7.31%, hasil belajar di bawah rata-rata sebesar 48.78%, dan hasil belajar di atas rata-rata sebanyak 43.89%. Kategori hasil belajar IPA siswa kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional adalah sebagai berikut. Hasil belajar yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 2.43%, hasil belajar yang berada pada kategori baik sebanyak 31.70%, hasil belajar yang berada pada kategori cukup sebanyak 17.07% dan hasil belajar yang berada pada kategori kurang sebanyak 48.78%. Dari perhitungan uji-t pada bab sebelumnya, diperoleh harga = 3.05 dan =1,980 ( pada taraf signifikansi 5% dan dk = 88). Kedua nilai tersebut dibandingkan maka diperoleh thitung > ttabel (3.05 > 1.980). Sehingga Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa antara kelompok ekperimen dan kelompok kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SD Gugus Kompyang Sujana Denpasar Utara. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan yaitu : bagi guru, dalam membelajarkan siswa, guru hendaknya lebih kreatif dan variatif dalam memilih strategi atau model pembelajaran yang tentunya disesuaikan dengan materi yang akan dibelajarkan, dan menggunakan berbagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami materi pembelajaran, sehingga siswa terlibat dalam pembelajaran yang bermakna. Salah satunya adalah dengan menerapkan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita dalam membelajarkan IPA materi cahaya kepada siswa. Bagi sekolah, Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang memadai guna menunjang pembelajaran yang berlangsung, dan selalu aktif dalam mencari informasi mengenai model-model pembelajaran inovatif lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Bagi peneliti lain, materi pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
e-Journal MIMBAR PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD (Vol. 2 No. 1 Tahun 2014)
terbatas pada materi cahaya, untuk mengetahui kemungkinan hasil yang berbeda pada materi lainnya, disarankan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian yang sejenis pada mata pelajaran yang lain, atau menerapkan model pembelajaran sains berbasis budaya lokal berbantuan media realita di kelas eksperimen dan mengganti pembelajaran konvensional berupa strategi ceramah dan diskusi yang diterapkan di kelas kontrol dengan model pembelajaran yang lain, untuk mengetahui kemungkinan perbedaan hasil belajar siswa.
Sugiyono, 2012. Metode penelitian pendidikan Kualitatif Kuantitatif dan D&R. Bandung: Alfabeta
DAFTAR PUSTAKA Agung. Gede. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan Suatu Pengantar. Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Singaraja.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana
Alwi, Hasan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Hamalik, O. 2005. Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Krisnayanti, Putu. 2013. Pengeruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe ThinkPair-Share Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas V SD Gugus Letda Made Putra Denpasar Utara Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitka). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha Mulyasa, E. 2009. Kurikulum tingkat satuan pendidikan: Sebuah panduan praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya Manik, Ayu. 2013. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berbasis Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Ipa ditinjau Dari Kemampuan Berpikir Divergen Siswa Kelas V SD Gugus IR Suekarno Pedungan. Skripsi (tidak diterbitka). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha Suastra, I Wayan. 2009. Pembelajaran Sains Terkini. Singaraja: Undiksha
Sukardi, 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksar Suprayekti, dkk. 2008. Pembaharuan Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka Syah, M. 2004. Psikologi pendidikan dengan pendekatan baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Widyantara, I Gede Eka. 2012. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 3 Sukadana, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem Tahun Pelajaran 2011/2012. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha tidak diterbitkan. Semarang: PPS UNNES Pitunov, B. 13 Desember 2007. Sekolah Unggulan Ataukah Sekolah Pengunggulan ? Majapahit Pos, hlm. 4 & 11 Waseso, M.G. 2001. Isi dan Format Jurnal Ilmiah. Makalah disajikan dalam Seminar Lokakarya Penulisan artikel dan Pengelolaan jurnal Ilmiah, Universitas Lambungmangkurat, 911Agustus