PENGARUH MEDIA ANIMASI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP ASAM-BASA TERINTEGRASI NILAI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH: ABDUL RAHMAN NIM: 104016200426
OLEH M. IKHWANUDIN AL FATAKH NIM: 104016200442
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/2010 M
1
2
3
4
ABSTRAK
M. Ikhwanudin Al Fatakh (104016200442) Pengaruh Media Animasi Asambasa Terhadap Hasil Belajar (Kuasi Eksperimen di SMAN 1 Parung, Bogor), Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Media Animasi Asam Basa Terhadap Hasil Belajar. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Parung, Bogor pada bulan Maret hingga bulan Mei 2009. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen, sampel diambil secara purposive sampling dari 2 kelas yang berjumlah 32 dan 30 siswa dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen tes hasil belajar. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Hasil belajar siswa kelompok eksperimen lebih tinggi (mean = 71,56 dan simpangan baku = 9,22) daripada kelompok kontrol (mean = 61,13 dan simpangan baku = 10,7) dan dari hasil perhitungan uji ”t” diperoleh nilai t hitung sebesar 4,18 sedangkan t tabel pada taraf signifikansi 0,05 sebesar 2,000 atau thitung > ttabel. Maka dapat disimpulkan menolak Ho yang menyatakan ada pengaruh antara pembelajaran media animasi asam basa terintegrasi nilai terhadap hasil belajar diterima atau disetujui. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan media animasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa. Pada penelitian ini dilakukan juga integrasi nilai-nilai sains dalam konsep asam basa dan didapatkan hasil melalui angket dengan perolehan nilai-nilai sains siswa, yaitu nilai religius 75,2% atau kriteria baik.
Kata kunci: Pembelajaran Media Animasi, Hasil Belajar, Konsep Asam Basa. Nilai-nilai sains.
i
ABSTRACT
M. Ikhwanudin Al Fatakh (104016200442) Animation Media influences Acid basa on Students Learning Achievement (Quasy Experiment in SMAN 1 Parung Bogor). Chemical Education Studies Program, Department of Educational Sciences, Faculty of Tarbiya and Teacher Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. This research aims to know Effect of Animations Media influence Acid Basa on Students Learning Achievement. This research was conducted at SMAN 1 Parung, Bogor on March until May 2009. The research method esed quasy experiment, by purposive sampling technique and there are 2 classes (30 and 32) students divided as 2 groups, which is experiment group and control group. The research instrument is students learning achievement. The research did not take a randomisation to entry subjek into experiment group and control group, but use a group whom already preexists. Students learning achievement of experiment group is higher (mean = 71,56 and standard deviations = 9,22) than control group (mean = 61,13 and standard deviations = 10,7 ) and “t” test was obtained that ”t” acquired appreciative tCount as big as 4,18 meanwhile ttables on significant level 0,05 as big as 2,000 or tCount > t table . The result is Ho is refused which told that influence among animations media learning acid base effect on students learning achievement has been accepted. It showed learning acid base used a animations media gave influence to students achievement. On this research did not only use animation media but also integrated sciencetifical point in acid base concept. The writer took it by questioner and the result is 75,2% or better criterion.
Key word: Learning Media Animation. Students Learning Achievement. Concepts Acid Bases. The values of science.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis mempunyai kekuatan dan ketabahan untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Salawat dan salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Penulis menyadari skripsi ini yang berjudul: ”Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Konsep Asam-Basa Terintegrasi Nilai”, tidaklah mungkin dapat diselesaikan tanpa adanya dukungan dan dorongan baik moral, material, dan spiritual dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan beserta staf dan jajarannya. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA beserta staf dan jajarannya. 3. Ir. Mahmud M. Siregar, M.Si., Dosen pembimbing I, atas motivasi dan pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik. 4. Tonih
Feronika,
M.
Pd.,
Dosen
pembimbing
II,
atas
motivasi
dan
pembelajarannya untuk menjadi guru dan peneliti yang baik. 5. Dedi Irwandi, M, Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia, atas segala dukungan. 6. Drs. Ali Ghozali, M. Pd., Kepala SMAN 1 Parung, atas kesempatan yang telah diberikan untuk melakukan penelitian. 7. Atih Sri Niswati, S.Pd., Guru Bidang Studi Kimia SMAN 1 Parung, Atas saran dan bantuannya terhadap penulis dalam melakukan penelitian. 8. Kakanda tercinta Tanenji, MA., atas segala dukungan moral dan materi, selama kuliah. 9. Yudhi Munadhi, M. Ag., atas segala dukungan moral dan materi selama penulisan skripsi. 10. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah membelajarkan kami dengan penuh semangat dan keihlasan.
iii
11. Segenap keluarga tercinta, Bapak H. Marzuki, Ibu Shopiyah, kakak, dan adikku tercinta yang dengan penuh keikhlasan mengiringi kehidupan ini menjadi lebih baik. 12. Seluruh Mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia, kawan-kawanku Achmad Syaefudin, Abdul Rahman, Priyo Agung Nugroho, Sadar, serta semua pihak yang telah memberikan sumbangan kritik, saran, dan kebersamaan kepada penulis dalam melaksanakan dan menyelesaikan skripsi ini. Hanya doa dan harapan yang dapat penulis sampaikan. Semoga semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu penyelesaian skripsi ini mendapatkan pahala dan kesejahteraan dari Allah SWT. Aamiin Akhirnya, besar harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca yang budiman.
Jakarta, 2010
Penulis
iv
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii DAFTAR ISI ..................................................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... viii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix BAB I
PENDAHULUAN ........................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................. 7 D. Perumusan Masalah ................................................................... 8 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................. 8
BAB II
DESKRIPSI TEORETIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ..... 9 A. Kajian Teoretis ........................................................................... 8 1. Media Animasi ..................................................................... 8 2. Hasil Belajar Belajar Siswa................................................... 13 3. Pengaruh Media Animasi dengan Hasil Belajar Siswa ........ 19 4. Peranan Guru dalam Media Pembelajaran ........................... 20 5. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains ........................ 22 B. Kerangka Berpikir ...................................................................... 36 C. Hipotesis Penelitian .................................................................... 37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 38 A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 38 B. Metode dan Desain Penelitian .................................................... 38 C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................. 39 1. Populasi dan Sampel ............................................................. 39 2. Teknik Pengambilan Sampel ................................................ 40
v
D. Prosedur Peneltian ...................................................................... 40 E. Instrumen Penelitian .................................................................. 41 F. Variabel Penelitian ..................................................................... 42 G. Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 42 1. Tes ........................................................................................ 42 2. Angket .................................................................................. 43 H. Uji Coba Instrumen .................................................................... 44 1. Validitas Instrumen .............................................................. 44 2. Reliabilitas Instrumen .......................................................... 44 3. Tingkat Kesukaran ............................................................... 45 4. Daya Pembeda ...................................................................... 46 I. Teknik Analisis Data .................................................................. 47 1. Uji Normalitas ...................................................................... 47 2. Uji Homogenitas .................................................................. 49 3. Uji Hipotesis ........................................................................ 50 4. Perhitungan Data Angket ..................................................... 51 BAB IV
HASL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 52 A. Hasil Penelitian ........................................................................ 52 1. Data Hasil Belajar a. Pretest Kelompok Eksperimen ................................... 52 b. Pretest Kelompok Kelompok Kontrol ......................... 52 c. Posttest Kelompok Eksperimen .................................. 53 d. Posttest Kelompok Kelompok Kontrol........................ 54 B. Analisis Data Tes Hasil Belajar ................................................ 55 1. Hasil Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa ......... 55 2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa ............... 56 3. Pengujian Hipotesis ............................................................ 57 4. Uji Normal Gain ................................................................. 59 C. Analisis Data Angket ............................................................... 60 D. Interpretasi Data ....................................................................... 62
vi
E. Pembahasan .............................................................................. 64 F. Keterbatasan Penelitian ............................................................ 67 BAB V
KESIMPULAN SAN SARAN ....................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 69 LEMBAR UJI REFERENSI ........................................................................... 72 LAMPIRAN ...................................................................................................... 77
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran .................................................... 75 2. Modul Bahan Ajar................................................................................ 93 3. Instrumen Penelitian .......................................................................... 100 4. Lembar Jawab instrumen .................................................................... 108 5. Klasifikasi Validitas Butir Soal Instrumen Uji Coba......................... 109 6. Klasifikasi Tingkat Kesukaran........................................................... 111 7. Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................. 113 8. Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrument ............................................ 115 9. Perhitungan Validitas Butir Soal........................................................ 116 10. Kisi-kisi Angket ................................................................................. 119 11. Angket ............................................................................................... 120 12. Analisis Data Angket ......................................................................... 122 13. Uji Analisis Data ................................................................................ 135
viii
DAFTAR TABEL Tabel
Halaman
3.1
Desain Penelitian...................................................................................... 39
3.2
Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen ............................................. 45
3.3
Klasifikasi Indeks Kesukaran .................................................................. 46
4.1
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Eksperimen .................... 52
4.2
Distribusi Frekuensi Hasil Pretest Kelompok Kontrol ........................... 53
4.3
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Eksperimen ................... 55
4.4
Distribusi Frekuensi Hasil Posttest Kelompok Kontrol .......................... 55
4.5
Hasil Uji Normalitas Pretest ................................................................... 57
4.6
Hasil Uji Normalitas Posttest .................................................................. 58
4.7
Hasil Uji Homogenitas Pretest ................................................................ 58
4.8
Hasil Uji Homogenitas Posttest .............................................................. 59
4.9
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest ............................................ 60
4.10
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest .......................................... 61
4.11
Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain ........................................... 62
4.12
Skor Perolehan Angket Siswa Angket Siswa .......................................... 63
4.13
Kriteria Perolehan Angket Siswa ............................................................ 63
4.14
Presentase Perolehan Angket Siswa ....................................................... 64
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mewujudkan cita-cita pembangunan nasional yaitu pembangunan Indonesia seutuhnya. Dalam bidang pendidikan, pembangunan diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia yang wujudnya adalah manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan sebagaimana dinyatakan dalam tujuan pendidikan nasional. Secara fakta pendidikan di Indonesia belum seratus persen mentuntaskan semua peserta didiknya. Pada tahun ajaran 2008/2009 tingkat kelulusan baru mencapai secara nasional 93,74%.1 Hal ini dikarenakan berbagai persoalan dan kendala yang dihadapi. Minimnya anggaran pendidikan, kurangnya kontrol pendidik terhadap peserta didik, kurangnya sarana dan prasarana, dan integritas moral peserta didik. Pendidikan di Indonesia dalam perkembangan pengetahuan, sikap dan perilaku pelaku pendidikan di dalam dan di luar kelas/sekolah belum mencetak pribadi manusia yang mengusung nilai-nilai kemanusiaan untuk dirinya sendiri dan orang lain yang ada di sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada fenomenafenomena perilaku insan pendidikan, seperti siswa dan guru dengan perilaku suka membolos, berkelahi atau tawuran, mencuri, penyimpangan wewenang yang merugikan, hingga mengkonsumsi dan menjadi pengedar minuman keras dan narkotika di sekolah, bahkan hal ini juga diperparah dengan sudah adanya gejala peredaran adegan pornoaksi yang diperankan oleh pelajar atau para pendidiknya. Kultur non-edukatif ini disebabkan oleh perhatian yang diberikan oleh dunia pendidikan nasional dalam pengembangan nilai-nilai masih kurang dan
1
http://www.diknas.go.id/headline.php?id=3. diakses 2 Juni 2009. pukul 19.32 WIB.
1
2
masih terbengkalai dengan kenyataan pelaksanaan pembelajaran di sekolahsekolah lebih menekankan kecerdasan otak atau dimensi pengetahuan (cognitive oriented) daripada moral sehingga menyebabkan peserta didik, bahkan guru berupaya untuk mendapatkan prestasi maksimal dengan berbagai macam cara dan tidak mempedulikan nilai-nilai moral. Misalnya, dengan melakukan perbuatan mencontek dalam pelaksanaan ujian, melakukan kecurangan dengan cara membiarkan peserta didik mencontek, dan membocorkan soal serta memberikan jawaban yang seharusnya tidak boleh untuk dilakukan. Oleh karena itu, pendidikan yang berlangsung di sekolah, seyogyanya menyediakan suatu wadah terjadinya proses transformasi nilai dan norma-norma sebagai bagian dari pembentukan kepribadian siswa secara seutuhnya, yaitu manusia yang tidak hanya pandai secara akademik, sehingga menjadi orang yang mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik. Sekolah sebagai institusi yang berperan aktif menanamkan nilai-nilai kepada para peserta didik harus memberikan perhatian yang serius terhadap pendidikan dengan pembelajaran yang bermuatan nilai. Penerapan pendidikan dengan pembelajaran yang bermuatan nilai di sekolah harus melibatkan semua unsur yang terlibat di sekolah. Iklim sekolah harus memberi peluang terjadinya interaksi positif antara peserta didik dengan nilai-nilai yang diinternalisasikan, baik melalui keteladanan personal, diskusi, maupun proses belajar mengajar yang bermakna. Komunikasi pendidik dan peserta didik harus baik yang didasari pada adanya penerimaan kedua pelah pihak. Pendidikan yang bermuatan nilai dalam pembelajaran, bukan hanya menjadi tugas dalam pola-pola pembelajaran yang terintegrasi dalam pendidikan agama, sejarah, bahasa Indonesia dan pendidikan kewarganegaraan (PKn), melainkan menjadi bagian dari semua usaha pendidikan dalam berbagai macam mata pelajaran, misalnya mata pelajaran IPA seperti bidang studi kimia yang di dalamnya juga terdapat kandungan nilai.
3
UNESCO
menyatakan
bahwa
pembelajaran
sains
seharusnya
diasosiasikan dengan nilai-nilai dalam membangun intelektual yang didasari sikap jujur, tepat dan akurat, keterbukaan pemikiran, dan sikap kritis.2
Penjelasan
demikian, menegaskan bahwa pola pembelajaran sains mengandung sikap ilmiah yang harus dibangun dan didasari dengan sikap keilmiahan yang positif, sehingga pembelajaran sains yang diasosiasikan dengan nilai tersebut memberikan suatu pemahaman dan penghayatan bagi peserta didik mengenai kandungan nilai-nilai yang terdapat di dalam sains dan dapat menerapkan hasil pembelajaran sains yang bertujuan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik dengan menghargai dan bersikap toleransi terhadap lingkungan secara positif. Hal yang sama diungkapkan oleh Sumaji, bahwa pemberian mata pelajaran IPA atau pendidikan IPA di sekolah harus bertujuan dan memiliki orientasi agar siswa memahami/menguasai konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, sehingga lebih manyadari kebesaran dan kekuasaan PenciptaNya.3 Pemberian yang memfokuskan tentang makna mendalam kandungan nilai dalam mata pelajaran IPA dan keterkaitannya dengan kehidupan ini akan memberikan, meningkatkan kesadaran dan membangun pemahaman peserta didik untuk menghargai lingkungan alam sekitar secara lebih bijak, humanis, dan jiwa religius yang tinggi. Sehingga proses pemecahan suatu masalah dapat ditanggapi dengan cara atau metode yang tepat dan bertanggung jawab. Diah dalam jurnalnya mengatakan bahwa di dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) juga terdapat nilai-nilai kehidupan yang ingin ditanamkan, antara lain keyakinan terhadap kebesaran Tuhan dan meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga, dan melestarikan
2
Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at: http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_05.pdf. Accessed on Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 2 3 Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003), hal. 35
4
lingkungan alam.4 Bertitik tolak dari hal tersebut, Peran guru sebagai pendidik sangat penting, oleh sebab itu pendidik harus menggunakan pendekatan dan metode pengajaran yang tepat untuk mencapai hasil belajar anak didik yang optimal, maka penerapan suatu strategi dan metode dalam proses pembelajaran IPA-kimia merupakan hal yang sangat penting dalam upaya membangun, menghayati dan mengamalkan kandungan nilai-nilai sains yang terdapat dalam pembelajaran kimia dengan meningkatkan kemampuan peserta didik secara konstruktif, yaitu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Ketika siswa belajar secara aktif, berarti mereka yang mendominasi aktifitas pembelajaran, seperti
untuk
menemukan
ide
pokok,
memecahkan
persoalan
atau
pengaplikasiannya dalam kehidupan. Dengan pembelajaran ini biasanya siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan. Selain integrasi nilai-nilai yang diperlukan dalam pembelajaran, di zaman yang serba modern ini, semakin ketatnya persaingan global, semakin majunya teknologi, dan mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin maju dengan ditemukannya teknologi-teknologi baru yang dapat menunjang proses belajar mengajar, maka masyarakat Indonesia diharapkan lebih kreatif lagi dalam persaingan globalisasi menghadapi negara-negara tetangga yang semakin hari, semakin maju meninggalkan Indonesia. Berbagai
cara
telah
dilakukan
oleh
pemerintah
dalam
upaya
meningkatkan teknologi pendidikan di Indonesia. Salah satunya dibentuknya PUSTEKKOM (Pusat Teknologi dan Komunikasi) yang bertempat di Cipayung Ciputat. PUSTEKKOM ini diharapkan dapat memajukan pendidikan Indonesia dalam hal teknologi Informasi pendidikan. Teknologi Informasi sebagai media yang menunjang terciptanya perangkat ajar. Dengan teknologi informasi maka manusia dipermudah dalam memperoleh hal-hal yang dibutuhkan.
4
Anonim,
Tanamkan
Nilai-nilai
Kehidupan
Dengan
Keteladanan,
http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205 5 Juni 2008, jam. 13.48 WIB
tersedia:
5
Tingkat daya serap dalam belajar setiap manusia berbeda satu dengan yang lain. Hal tersebut tergantung dari kemampuan setiap manusia
untuk dapat
merekam informasi ke dalam media pengingat atau penyimpan data dalam hal ini otak. Otak akan mudah menyimpan dan mengingat data menjadikannya informasi jika dirawat dan dilatih terus menerus untuk mampu menyerap informasi. Masa kanak-kanak adalah masa yang baik untuk melatih otak untuk dapat mengolah data menjadi informasi. Pendidikan di masa kanak-kanak akan menentukan masa depan anak, sehingga berkembanglah pendidikan khusus. Film anak-anak seperti Dora the Explorer, The Wild thornberry, dan lainnya merupakan film yang dapat dengan mudah mempengaruhi anak-anak. Film tersebut membawa misi untuk mempelajari sesuatu dengan mengajak anak-anak untuk menikmati cerita. Lembaga riset dan penerbitan komputer, yaitu Computer technologi Research (CTR), menyatakan bahwa orang yang mampu mengingat 20% dari yang dilihat dan 30% dari yang didengar. Tetapi orang dapat mengingat 50% dari yang dilihat dan didengar dan 80% dari yang dilihat, didengar dan dilakukan sekaligus.5 Dalam hal ini yang dapat mencakup penglihatan, pendengaran dan sekaligus melakukan adalah pembelajaran melalui media multimedia animasi. Sebuah gambar akan lebih berarti dari pada seribu kata.6 Belajar akan lebih menyenangkan dan mudah diingat jika langsung diaplikasikan. Melalui praktikum siswa dapat secara langsung memahami dan mengapliasikan teori-teori yang disampaikan oleh pendidik. Melalui praktikum atau penggunaan media animasi akan sangat menarik perhatian siswa, siswa akan lebih konsentrasi memperhatikan proses yang terjadinya suatu proses melalui penggunaan media animasi. Melalui media animasi kegiatan pembelajaran yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan
5
Agus Suheri, Animasi Multimedia Pembelajaran, hal.27. Bobbi DePorter, dkk., Quantum Teaching; Mempraktikan Quantum Leraning di RuangRuang Kelas, (Bandung: Kaifa, 2000), hal.67. 6
6
abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami.7 Yang paling utama dari media adalah mendatangkan sesuatu yang besar menjadi kecil (sederhana). Dalam pembelajaran kimia terdapat materi pokok tentang elektron, tentang reaksi kimia yang pada dasarnya membutuhkan visualisasi bukan hanya konsep semata yang abstrak, dengan demikian siswa dapat mengetahui bagaimana setiap benda mempunyai elektron yang selalu bergerak, siswa juga mengetahui bagaimana proses terjadi reaksi kimia dan hal lain yang abstrak. Bertolak
pada
pengembangan
media
dalam
pembelajaran
yang
menggembirakan, menyenangkan, mudah dipahami, kreatif, sederhana, dinamis, dan murah. Berdasarkan penjabaran di atas terdapat kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar yang dikaitkan dengan materi IPA, khususnya kimia, yaitu adanya kesulitan untuk mempelajari aspek kimia, baik yang bersifat konkrit maupun abstrak. Oleh karena itu, diupayakan untuk meningkatkan peranan pembelajaran kimia melalui suatu media yaitu animasi. Tujuan dari media animasi yang digunakan adalah untuk memotivasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan materi yang diberikan lebih mudah ditangkap dan tidak membosankan, lebih menarik, menggembirakan, menyenangkan, mudah dipahami, sederhana, kreatif, dinamis, murah, dan mengandung nilai. Salah satu media animasi yang diperkenalkan dalam penelitian ini adalah Animasi komputer. Animasi merupakan media komputasi multimedia berbentuk software dimana terdapat penggabungan antara teks, audio, gambar dan video. Prof. Dr. Yucel gursac, menyatakan bahwa “animation is to create many stable images which show an object in a movement and to direct us to think as if it moves by the help of playing these images one after the other”.8 Animasi komputer dalam pendidikan dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang lebih menarik. Animasi komputer juga dapat dimanfaatkan sebagai laboratorium digital yang mini. Selayaknya laboratorium yang kita kenal, dalam laboratorium bisa mencoba berbagai percobaan reaksi kimia. Diharapkan dari media Animasi ini 7
Asnawir, M. Basyrudin Usman, Media Pembelajaran, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 21. Assist. Prof. Dr. Yucel Gursac. 3-d Computer Animation production process on Distance Education Program through Television: Anadolu University The Open Educational Faculty Model, 2001. p.57 8
7
dapat membantu meningkatkan peranan pembelajaran asam-basa, sehingga membuat pelajaran asam-basa menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Animasi komputer mempunyai aspek kesederhanaan, dinamis, lebih menarik, tidak membosankan, mengandung nilai, mudah dipahami dan siswa juga dapat menerapkan ide-ide cemerlangnya untuk langsung dipraktekkan, sehingga siswa lebih kreatif, inovatif, disamping itu juga ketika ide-ide itu gagal maka dalam animasi komputer tidak mebahayakan, tidak seperti laboratorium nyata. Kerja tim bisa diaplikasikan dalam animasi komputer ini. Berkaitan dengan hal tersebut, kiranya perlu dilakukan penelitian tentang penerapan pendidikan nilai dalam pembelajaran IPA khususnya media animasi pembelajaran kimia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan siswa dapat menyadari dan memahami nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran kimia sehingga nilai-nilai tersebut tertanam dalam diri siswa dan siswa lebih tertarik lagi untuk mempelajari pelajaran kimia di sekolah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis dapat mengidentifikasi beberapa masalah, antara lain: 1. Penerapan pembelajaran sains yang belum diintegrasikan dengan nilainilai secara optimal. 2. Pengembangan pembelajaran kurang mengkaitkan adanya hubungan antara konsep pembelajaran dengan aplikasi dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. 3. Perangkat bantu pembelajaran berbasis teknologi informasi yang masih kurang.. C. Pembatasan Masalah Agar masalah ini dapat dibahas dengan jelas dan tidak meluas, maka masalah dalam penelitian ini harus dibatasi. Dalam penelitian ini media pembelajaran yang digunakan adalah animasi. Sedangkan hasil belajar siswa dalam penelitian ini dibatasi pada aspek kognitif (pengetahuan siswa pada konsep
8
asam-basa). Nilai-nilai sains yang dikembangkan adalah nilai religius. D. Perumusan Masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Apakah penggunaan media animasi yang terintergasi nilai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa?.” E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media animasi yang terintegrasi nilai terhadap hasil belajar. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu: 1. Bagi peneliti, menambah pengalaman tentang tata cara mengajar di sekolah, untuk perbaikan dan pengembangan profesi dimana kelak peneliti akan terjun secara langsung ke lapangan. 2. Bagi pendidik, memberikan gambaran informasi tentang penerapan media animasi yang terintegrasi nilai dalam upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. 3. Memberi umpan balik kepada pendidik dalam menyusun suatu rancangan pembelajaran kimia yang lebih bervariasi dan bermakna. 4. Memberikan salah satu alternatif bagi pendidik dan siswa untuk mengatasi kejenuhan dalam proses pembelajaran kimia yang dilakukan selama ini pada sebagian besar sekolah di Indonesia.
9
BAB II KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Kajian Teoritis 1. Media Animasi a. Pengertian Media Ditinjau dari prosesnya pendidikan adalah komunikasi, karena dalam proses pendidikan terdapat komunikator, komunikan dan pesan (message). Dalam berkomunikasi ada pesan yang disampaikan, pesan ini dapat disampaikan melalui berbagai cara agar pesan yang dimaksud sampai atau dimengerti oleh penerima pesan. Cara-cara menyampaikan pesan ada bermacam-macam, ada yang melalui berbicara langsung, melalui tulisan, dan lain sebagainya. Dalam pendidikan guru sebagai penyampai pesan dan anak didik sebagai penerima pesan. Agar pesan tersampaikan dengan baik, maka guru perlu media agar pesan dapat diterima baik oleh anak didik. Vernon S. Gerlach dalam bukunya menuliskan: Instructional media play a key role in the design and use of systematic intruction. A medium, broadly concieved, is any person, material, or event that establishes condition which enable the leaner to acquire knowledge, skills, and attitudes. In this sense, the teacher, the textbook, and the school environment are media. In the context of this book, however, media will be defined as “the graphic, photographic, electronic, or mecanical means for aresting, processing, and reconstituting visual or verbal information.9 Jadi jelas diungkapkan bahwa media merupakan alat untuk memperoleh pengetahuan itu sendiri, contoh dari media adalah grafik, photo, dan alat elektronik. Kata “media” berasal dari bahasa latin medius
9
Vernon S. Gerlach and Donald P. Ely, Teaching & Media Asystematic approach, (New Jersey : Prentice –Hall), hal. 241.
9
10
yang secara harfiyah berarti tengah, perantara atau pengantar.10 Media adalah sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi atau pesan antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan. Menurut Blake dan Horalsen: “Media adalah saluran komunikasi atau medium yang digunakan untuk membawa atau menyampaikan pesan, dimana medium ini merupakan suatu jalan/ lalu lintas suatu pesan antara komunikator dan komunikan.” Dari pernyataan di atas, sudah jelas bahwa media merupakan suatu alat dimana alat tersebut dapat menyampaikan isi pesan. Pakar media pendidikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Yudhi Munadi, mengungkapkan media dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efesien dan efektif.11 Sementara itu, menurut Briggs, “Media pembelajaran adalah segala alat fisik yang dapat menyediakan pesan serta dapat merangsang siswa untuk belajar seperti buku, film kaset, film bingkai.” Manfaat dari media pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman peserta didik akan materi yang disampaikan oleh pendidik, secara efektif dan efiseien, tidak memerlukan waktu yang lama untuk menyampaikan pelajaran, dan materi yang dipelajari relatif banyak. Dari berbagai tokoh yang mengartikan media pembelajaran, maka dapat disimpulkan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.
10
Azhar Arsyad, Media Pembelajara, Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2005, hal. 3. Yudhi Munadi, Media Pembelajran; Sebuah Pendekatan Baru, Gaung Persada Press: Ciputat. 2008, hal.7. 11
11
b. Fungsi Media 1) Sumber Belajar Media sebagai penyalur, penyampai dan penghubung, yang memudahkan terjadi proses belajar. 2) Fungsi Semantik Yakni kemampuan media dalam menambah perbendaharaan kata (simbol verbal) yang makna atau maksudnya benar-benar dipahami anak didik (tidak verbalistik). 3) Fungsi manipulatif Media mengatasi batas-batas ruang dan waktu dan mengatasi keterbatasan indrawi. Media dapat menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit dihadirkan dalam bentuk aslinya, seperti peristiwa bencana alam, ikan paus melahirkan anak, dan lainlain. 4) Fungsi Psikologis a) Fungsi Atensi, media dapat meningkatkan perhatian anak didik. b) Fungsi Afektif, menggugah perasaan dan emosi, yang dapat berwujud pencurahan perasaan minat, sikap penghargaan, dan nilai-nilai. c) Fungsi Kognitif, dapat memberikan gambaran yang repsentatif dari sebuah peristiwa, atau objek. d) Fungsi Imajinatif, media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinasi anak didik. e) Fungsi Motivasi, dengan media pembelajaran anak didik temotivasi dalam belajarnya. c. Animasi Secara teknis media pembelajaran berfungsi sebagai sumber belajar yang dipahami sebagai segala macam sumber yang ada diluar diri seseorang (siswa) dan memungkinkan atau memudahkan terjadinya proses belajar, baik secara individual maupun kelompok. Dengan demikian, kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa. Artinya, untuk beberapa hal media pembelajaran dapat
12
menggantikan fungsi guru, terutama sebagai sumber belajar. Salah satu media yang dapat menjalankan fungsi demikian tersebut adalah program multimedia dalam hal ini adalah animasi komputer. Animasi merupakan salah satu multimedia interaktif dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran sebab cukup efektif meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan multimedia cocok untuk mengajarkan suatu proses atau tahapan, misalnya penyerbukan pada tumbuhan, pembelahan sel, proses orbit tata surya, reaksi kimia, asam basa, dan lain sebagainya. Pemanfaatan
multimedia
dalam
pendidikan
biasanya
menggunakan perangkat lunak atau software yang paling tersohor adalah Macromedia Flash, power point, dream weaver, adobe image ready dan software animasi lainnya. Dengan berbagai perkembangan pada
software
dan
sejumlah
hardware
penunjangnya
telah
menyebabkan terjadinya perubahan besar pada trend metode cara mengajar dengan multimedia saat ini. Ada beberapa kelebihan dari multimedia animasi ini, yakni:12 1) Mampu menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau disitilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran
dengan
menggunakan
mental
imagery
akan
meningkatkan retensi siswa dalam mengingat materi-materi pelajaran. 2) Memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian yang terintegrasi. 3) Memiliki kemampuan dalam mengakomodasi peserta didik sesuai dengan modalitas belajarnya, terutama bagi mereka yang memiliki visual, auditif, kinestetik atau yang lainnya. 4) Mampu mengembangkan materi pembelajaran terutama membaca dan mendengarkan secara mudah. 12
Yudhi Munadi, Op. Cit. hal.150.
13
Untuk merancang dan memproduksi program animasi atau multimedia, perlu memperhatikan hal-hal berikut: 1) Kriteria kemudahan navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga siswa tidak perlu belajar komputer terlebih dahulu. 2) Kriteria kandungan kognisi. Kandungan isi program harus memberikan pengalaman kognitif yang dibutuhkan siswa. 3) Kriteria integrasi media, di mana media harus mengintegrasikan beberapa aspek keterampilan lainnya yang harus dipelajari. Pembelajaran integratif memberi penekanan pada pengintegrasian berbagai
keterampilan
berbahasa,
mendengarkan,
berbicara,
menulis dan membaca. 4) Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. 5) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan siswa secara utuh. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu. Pada penelitian kali ini, peneliti menggunakan program power point, yang mana program ini telah dirancang sedemikian sehingga program ini layak menjadi media pembelajaran animasi multimedia. Pemanfaatan power point dalam penelitian menyebabkan kegiatan pembelajaran menjadi sangat mudah, dinamis dan sangat menarik. 2. Hasil Belajar siswa a. Konsep Belajar Aktifitas belajar telah ada sejak manusia ada. Hampir di sepanjang waktunya manusia melaksanakan ritual-ritual belajar. Pengetahuan, kemampuan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang
14
terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Menurut pendapat yang tradisional, belajar hanyalah dianggap sebagai pengumpul sejumlah ilmu saja. Ratna Willis dalam bukunya Teori-teori Belajar menyatakan bahwa belajar adalah proses yang dihasilkan dari pengalaman dengan lingkungan dimana terjadi hubungan-hubungan antara simulasi-stimulus dan respon-respon.13 Menurut H.C Witherington, belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan kepribadian atau suatu pengertian. Sedangkan Gagne menyatakan “learning is relatively permanent change in behavior that result from past experience or purposeful instruction”. Dari pengertian Gagne dapat digambarkan bahwa belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Adanya kemampuan atau perubahan. Perubahan tingkah laku bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai atau sikap (afektif). 2) Perubahan itu tidak berlangsung sesaat saja melainkan menetap atau dapat disimpan. 3) Perubahan tidak terjadi begitu saja melainkan harus dengan usaha. 4) Perubahan adalah hasil dari suatu pengalaman atau terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. Dari penjelasan-penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya dengan tujuan untuk mengumpulkan ilmu yang pada akhirnya menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat kognitif, psikomotor, dan afektif serta perubahan ini bersifat tetap.
13
Ratna Willis Dahar. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta, 1989, hal.12.
15
b. Konsep Hasil Belajar Seseorang dikatakan belajar ketika terjadi perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman. Maka kegiatan atau usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku itu hasil belajar. Hasil merupakan peristiwa yang bersifat internal, dalam arti sesuatu yang terjadi diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif untuk kemudian berpengaruh pada tingkah laku. Gagne menyatakan hasil belajar merupakan kemampuan internal (capability) yang meliputi keterampilan, intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motoris dan sikap yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan seseorang itu melakukan sesuatu. Hasil belajar yang diakibatkan karena adanya kegiatan belajar untuk memperoleh pengetahuan dan perubahan tingkah laku ke arah tercapainya hasil belajar. Baik atau buruknya hasil belajar tergantung pada pengetahuan dan perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan terhadap sesuatu yang dipelajarinya. Hasil belajar seseorang siswa dapat diketahui melalui tes dan akhirnya memunculkan hasil belajar dalam bentuk nilai real atau nonreal. Seperti yang diungkapkan oleh Briggs yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah seluruh kecapakan dan hasil yang dicapai melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angkaangka atau nilai-nilai yang diukur dengan tes hasil belajar. Seseorang siswa dikatakan telah memiliki hasil belajar yang baik ketika nilai yang diperoleh siswa tersebut tinggi, atau sebaliknya. Bloom, mengklasifikasikan hasil belajar ke dalam tiga ranah (domain) yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.14 Hasil belajar dalam ranah kognitif terdiri dari enam kategori, yaitu pangetahuan, pamahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. 14
Anonym, Benjamin Bloom and the Taxonomy of Learning, http://oaks.nvg.org/taxopmybloom.html., diakses 2 juni 2009. Pukul 19.34 WIB.
16
Hasil
belajar tiap siswa berbeda satu sama lain. Hal ini
dikarenakan hasil belajar
ditentukan oleh kondisi belajar. Kondisi
belajar tersebut dapat berhasil dari dalam ataupun luar diri siswa. Kondisi dari dalam diri siswa antara lain: keadaan fisik (Misalnya sakit, sehat, lelah), keadaan psikis (misalnya senang, sedih, tertekan) dan motivasi (tertarik atau tidak tertarik terhadap apa yang sedang dihadapinya). c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam mencapai hasil belajar. Syah secara umum menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu:15 1) Faktor internal, meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis, yaitu: a). Aspek Fisiologis, yakni aspek yang berhubungan dengan fisik seseorang, seperti kondisi umum jasmanai dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ tubuh dan sendinya dapat mempengaruhi semangat dan instensitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. b). Aspek Psikologis, yakni aspek yang berhubungan dengan struktur kejiwaan peserta didik. Aspek ini terdidi dari 5 faktor, yaitu 1) Inteligensi, yaitu kemampuan psiko-fisik untuk memberikan reaksi terhadap rangsangan dan menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. 2) Sikap, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecenderungan untuk merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. 3) Bakat, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
15
132.
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), cet.3, hal.
17
4) Minat, berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. 5) Motivasi, yaitu keadaan internal organisme baik manusia maupun hewn yang mendorong untuk berbuat sesuatu. 2) Faktor eksternal, terdiri atas dua macam, yaitu: a). Lingkungan sosial, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. b). Lingkungan non sosial, yaitu gedung sekolah dan letaknya. Letak rumah tinggal keluarga siswa, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa yang dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan siswa. 3) Faktor pendekatan belajar, media pembelajaran, yaitu jenis upaya belajar siswa meliputi strategi, media dan metode yang digunakan untuk melakukan kegiatan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa yang disoroti dalam penelitian ini adalah faktor pendekatan belajar, yaitu dengan mengembangkan model pembelarajan dengan media animasi sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara keseluruhan, yaitu aspek kognitif, afektif. Pengembangkan
model
pembelajaran
ini
menggunakan
pembelajaran kelompok aktif yang mendorong setiap anggota kelompok untuk memahami pembelajaran dengan baik. Selain itu, model pembelajaran ini memberikan penghargaan terhadap setiap anggota kelompok, dikarenakan setiap anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama dalam memajukan kelompoknya. Sehingga dapat membantu dan menjangkau seluruh siswa dalam meningkatkan pemahamannya terhadap pembelajaran, minat dan motivasi yang baik dalam mengikuti pembelajaran, serta meningkatakan kemampuan siswa dalam berinteraksi sosial dengan teman sebayanya.
18
d. Pengukuran Hasil Belajar Efektivitas pengalaman proses belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai hasil belajar diharapkan adalah memiliki kemampuan lulusan yang utuh dan mencakup kemampuan kognitif, psikomotorik, dan afektif atau perilaku. Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hierarkis yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kemampuan psikomotor berkaitan dengan kemampuan gerak dan banyak terdapat dalam kegiatan praktek. Kemampuan afektif berkaitan dengan perilaku sosial, sikap, minat, disiplin dan sejenisnya. Oleh karena itu, untuk mengetahui ketercapaian hasil belajar ini diperlukan indikator hasil belajar yang dapat mengungkapkan kualitas pemahaman yang dimiliki oleh siswa, yakni ketercapaian aspek kognitif, afektif dan psikomotorik adalah berupa penilaian. Penilaian dalam pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan pembelajaran. Penilaian ini berfungsi untuk mengetahui kemajuan belajar siswa, mendiagnosis kesulitan belajar, memberikan umpan balik, melakukan perbaikan, memotivasi guru dan siswa agar melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik dan bermakna. Penilaian untuk mengukur hasil belajar ini adalah dapat menggunakan suatu alat ukur yang berbentuk tes atau non tes. Tes adalah kumpulan pertanyaan atau soal yang harus dijawab oleh siswa dengan menggunakan pengetahuan-pengetahuan serta kemampuan penalarannya. Sedangkan, alat ukur yang berbentuk non tes mencakup angket, skala sikap dan sebagainya.16 A test is a seto f tasks or question that usually is administered to a group of classroom students in a specific time period. Tests typically address the cognitive capabilities learned in a particular course, subject area, or discipline. Included are recalling definitions and important term,
16
Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006), hal. 53
19
interpreting concepts and ideaa, and solving problem.17 Penilaian terhadap hasil belajar penguasaan materi (kognitif) bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemiliha konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Penilaian untuk mengukur hasil belajar dalam ranah kognitif ini adalah berbentuk tes, yang dapat mengukur kemampuan hierarkis berupa pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Penilaian terhadap hasil belajar afektif. Hasil belajar afektif adalah berkaitan dengan aspek sikap, minat, disiplin dan nilai. Oleh karena itu, pengukuran hasil belajar afektif ini lebih tepat dan sesuai bila menggunakan pengukuran hasil belajar berupa non tes, misalnya angket, skala sikap, kuisioner dan observasi. 3. Pengaruh Media Animasi dengan Hasil Belajar Siswa Barbara Gross Davis dalam bukunya dituliskan: “Increasingly, faculty members are using computer and interactive multimedia to make their teaching more efficient, effective, powerful, and flexible. Faculty members are also finding that computers and multimedia tools can provide students with individualized activities that accomodate differences in students’ levels of preparation. Computer can help you transform course notes in overheads, create high-quality complex illustration, do real-time calculation and processing, engage students in interactive collaborations, and bring text, graphics, animation, sound, and video into the calssroom.18 Sangat bermanfaat sekali media animasi bagi mahasiswa, pembelajaran menjadi efektif, efisien, dan fleksible. Hal ini menunjukkan bahwa media animasi dapat diterapkan diberbagai disiplin ilmu. Dalam pembelajaran dengan media animasi peserta didik akan mengalami dan 17
Margaret E. Gredler, Classroom Assesment and Learning, (university of South Carolina:2001). The McGill Indonesia IAIN Development Project. p.21. 18 Barbara Gross Davis, Tools for Teaching, (San Francisco: JB Publisher), The McGill Indonesia IAIN Development Project. 2000. hal.334.
20
mengkonstruksi pemahaman belajar mereka dalam bentuk kerja sama dalam kelompok kecil untuk memutuskan kesimpulan penyelesaian masalah yang diajukan. Dalam pembelajaran dengan media animasi akan memahami pembelajaran secara lebih efektif dan bermakna, karena masing-masing anggota kelompok memiliki kontribusi yang sama dalam membangun kesuksesan kelompok. Karena dalam pembelajaran ini yang ditekankan adalah kerjasama. Dalam
pembelajaran
ini
setiap
kelompok
akan
mencoba
eksperimen dikomputer yang membutuhkan kontribusi dari anggota kelompok. Setiap kelompok akan praktek titrasi asam basa menggunakan satu komputer. Dengan permasalahan yang telah ditentukan oleh guru. Dalam pembelajaran ini dapat mengembangkan pengolahan informasi, komunikasi, pengembangan kemampuan berpikir, menjawab pertanyaan, dan membangun kesimpulan pembelajaran yang tepat dalam kelompok. Pembelajaran media animasi ini dapat menunjukkan aktivitas total masing-masing anggota kelompok, dikarenakan setiap anggota kelompok mendapatkan tanggung jawab permasalahan, sehingga dapat meningkatkan kesadaran
anggota
kelompok
untuk
ikut
berpartisipasi
dalam
kelompoknya. Pembelajaran dengan animasi memberikan siswa banyak kesempatan untuk dapat memberikan dan meningkatkan kemampuan mereka dalam mendemonstrasikan permasalahan, mengaplikasikan ide-ide cemerlang siswa dan penyusunan serta pengaturan dalam penentuan suatu kesimpulan. Pengaruh media animasi terhadap hasil belajar siswa disebabkan beberapa hal. Ada materi dalam pelajaran yang mengharuskan adanya visualisasi sehingga siswa akan mengerti suatu materi pelajaran ketika melihatnya langsung. Dengan media juga mendatang sesuatu sampel yang pada dasarnya sampel tersebut tidak bisa dihadirkan di dalam pelajaran, apakah sampel tersebut membahayakan atau sampel tersebut adanya di luar negeri, sehingga dengan media pembelajran akan lebih simpel, efektif dan efisien.
21
4. Peranan Guru dalam Media Pembelajaran Menciptakan lingkungan yang optimal baik secara fisik maupun mental, dengan cara menciptakan suasana kelas yang nyaman, suasana hati yang gembira tanpa tekanan, maka dapat memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran. Penggunaan media pembelajaran yang tepat merupakan langkah yang efektif untuk memaksimalkan proses belajar sehingga pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Maka, dalam pelaksanaan pembelajaran dibutuhkan kemauan dan kemampuan serta kreatifitas guru dalam mengelola lingkungan kelas. Sehingga dengan menggunakan media pembelajaran ini guru bukannya bertambah pasif, tetapi harus menjadi lebih aktif terutama saat menyusun rencana pembelajaran secara matang, penggunaan media yang tepat, pengaturan kelas saat pelaksanaan, dan membuat tugas untuk dikerjakan siswa bersama dengan kelompoknya. Peranan guru dalam pembelajaran memiliki kedudukan yang strategis, dikarenakan guru selain berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan juga memandu dan membimbing siswa untuk menemukan solusi penyelesaian masalah, sehingga diperlukan adanya komunikasi dan penerimaan kedua belah pihak, yaitu guru dan siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien. Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran adalah sebagai fasilitator,
mediator,
director-motivator,
dan
evaluator.19
Sebagai
fasilitator, seorang guru harus memiliki sikap-sikap sebagi berikut: a. Mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan, b. Membantu dan mendorong siswa untuk menggungkapkan dan menjelaskan keinginan dan pembicaraannya baik secara individual maupun kelompok, c. Membantu kegiatan-kegiatan dan menyediakan sumber atau peralatan (media pembelajaran) serta membantu kelancaran mereka, 19
Isjoni, Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompok, hal.62-64.
22
d. Membina siswa agar setiap orang merupakan sumber yang bermanfaat bagi yang lainnya, dan e. Menjelaskan tujuan kegiatan pada kelompok dan mengatur penyebaran dalam bertukar pendapat. Guru
berperan
sebagai
mediator,
penghubung
dalam
menjembatani, mengaitkan materi pelajaran yang sedang dibahas dengan permasalahan yang nyata ditemukan di lapangan. Di samping itu, guru juga berperan dalam menyediakan saran pembelajaran yang berupa media pembelajaran, agar suasana kelas tidak monoton dan membosankan. Dengan kretifitasnya, guru dapat mengatasi keterbatasan sarana sehingga tidak menghambat suasana pembelajaran di kelas. Guru juga berperan sebagai director-motivator, berperan dalam membimbing serta mengarahkan jalannya diskusi, membantu kelancaran diskusi tapi tidak memberikan jawaban. Lalu, sebagai motivator, guru berperan memberikan semangat pada siswa untuk aktif berpartisipasi. Sebagai evaluator, guru berperan dalam menilai kegiatan belajar-mengajar yang sedang berlangsung. Penilaian ni tidak hanya pada hasil, tetapi lebih ditekankan pada proses pembelajaran. Penilaian dilakukan baik secara perorangan maupun secara berkelompok. Alat yang digunakan dalam evaluasi selain berbentuk tes sebagai alat pengumpul data juga berbentuk catatan observasi guru untuk melihat kegiatan siswa di kelas. 5. Pentingnya Nilai dalam Pembelajaran Sains a. Konsep Nilai dalam Pembelajaran Sains Tujuan dari pembelajaran nilai di dalam sains adalah untuk mengembangkan kualitas afektif siswa dalam memahami pembelajaran secara lebih mendalam, bermakna dan dapat bertahan lama serta membekas di dalam diri siswa mengenai kandungan dasar pembelajaran daripada hanya melakukan pembelajaran berdasarkan pengetahuan konsep saja yang mudah hilang dan tidak membekas di dalam diri siswa.
23
Trihastuti dan Remy menjelaskan pengertian sains diartikan sebagai berikut: 20 1) Sains merupakan kumpulan pengetahuan ilmiah yang disusun secara logis dan sistematis. 2) Sains diperoleh melalui proses ilmiah. Proses ilmiah, yaitu berupa langkah-langkah ilmiah berdasarkan metode ilmiah. Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental dalam mencermati fenomena alam, termasuk juga penerapannya. 3) Sains dapat mengembangkan sikap dan nilai-nilai. Hal yang sama diungkapkan oleh Shambaeh Usman, beliau menambahkan
dan menyatakan bahwa program pembelajaran sains
adalah bertujuan membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang fungsional tentang konsep dan prinsip secara ilmiah yang dihubungkan dengan situasi kehidupan nyata siswa dan memperoleh kemampuan ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai yang dibutuhkan untuk menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan. 21 Berdasarkan dengan hal tersebut, pembelajaran sains yang terkandung di dalamnya tidak hanya tertuju pada produk IPTEK yang dihasilkan, akan tetapi terkandung pula aspek pengetahuan lainnya yang lebih bermakna, misalnya kepribadian diri, bertaqwa, berbudi pekerti luhur atau sikap mencintai kebenaran, sikap toleran atau menghargai pendapat orang lain, sikap ketelitian, dan sikap tidak putus asa, sehingga tujuan pembelajaran sains dapat diwujudkan secara nyata, yaitu menata kehidupan sekitar menjadi lebih baik. Levinson dan Turner dalam Ratcliffe mengungkapkan hal yang sama, bahwa pembelajaran sains sesungguhnya mengandung implikasi
20
Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Filosofi Sains, Tersedia: lpmpjogja.diknas.go.id. Diakses 21 Agustus 2008 jam. 15.10 WIB 21 Shambaeh Usman, Integrating Value in Science Education : A Philippine Experience, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28, 2008. p. 2
24
yang berhubungan dengan masalah sosial dan etika.
22
Dalam konteks
demikian, pembelajaran yang seharusnya diberikan kepada siswa adalah membangun
pemahaman
dan
pengetahuan
mengenai
keterjalinan
pembelajaran sains dengan nilai-nilai sosial dan etika yang ada di lingkungan sekitarnya. Pemahaman tentang nilai yang terkandung dalam sains ini menunjukkan pada kriteria untuk menentukan tingkat kebaikan, harga, atau keindahan yang relatif konstan tentang suatu perilaku. Seseorang yang melakukan tindakan terhadap suatu obyek dipengaruhi oleh seperangkat nilai-nilai yang telah dimiliki, dipelihara, dan diyakininya itu dengan memberikan suatu pedoman atau acuan bagi dirinya dalam memberikan sikap, menentukan keputusan, menghubungkan pikiran dan perasaan dengan tindakan yang ditampilkannya. Konsep nilai menurut J.R. Fraenkel dalam Lamijan, nilai adalah a value is an idea concept about what someone thinks is important in life (gagasan atau suatu konsep tentang apa yang dipikirkan seseorang yang penting dalam kehidupan). Pengertian ini menunjukkan bahwa, hubungan antara subjek dengan objek memiliki arti yang penting dalam kehidupan subjek. Sebagai contoh, segenggam garam di masyarakat Dayak lebih berarti dari segumpal emas, karena garam sangat berarti bagi hidup dan matinya orang Dayak; sedangkan bagi masyarakat Yogyakarta sekarung garam tidak ada artinya bila dibandingkan dengan dengan satu ons emas, karena emas memiliki arti yang lebih penting dalam kehidupan orang kota.23 Dalam jurnal, Hill menyatakan “those beliefs held by individuals to which they attach special priority or worth, and by which they tend to order their lives”, bahwa nilai adalah suatu keyakinan seseorang tentang
22
Mary Ratcliffe, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at: http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_05.pdf. Accessed on Nov 12, 2008, 1.30 pm, p. 1 23 Lamijan, Metoda dan Teknik Pendidikan Nilai. Dalam Jurnal Inkoma, Tahun 13, Nomor 1, Februari 2002, hal. 15.
25
sesuatu yang sangat berharga atau memiliki prioritas utama dalam kehidupannya.24 Keyakinan seseorang mengenai hal tersebut, akan membawa seseorang untuk tetap menjaga dan memelihara serta berupaya untuk mendapatkan nilai tersebut. Misalnya, sebagai umat Muslim diperintahkan untuk melaksanakan dan menunaikan kewajiban shalat lima waktu sehari, maka secara naluriah berdasarkan pedoman nilai dalam diri seseorang tersebut akan melaksanakan shalat dengan menggiatkan diri untuk selalu beribadah dengan harapan mendapatkan pahala dan kebaikan yang berlipat ganda. BP-7 dalam Maman Rachman menyatakan bahwa nilai adalah suatu pengertian atau pensifatan yang digunakan untuk memberikan penghargaan terhadap barang atau benda.25 Pensifatan yang diberikan terhadap nilai tersebut berhubungan erat dengan manusia/seseorang sebagai subyek pemberi pengertian nilai yang dianggapnya pantas untuk dikejar dan dimiliki. Nilai berkaitan dengan baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh, indah-tidak indah suatu perilaku atau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat. Oleh karena itu, nilai mendasari pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupannya di masyarakat. Tan berpendapat bahwa nilai merupakan refleksi interaksi antara individu dan masyarakat. Nilai akan muncul dalam bentuk konseptual atau pedoman dan emosional untuk mengevaluasi sesuatu yang sangat berharga dalam tindakan atau tujuan. Nilai memiliki aspek moral yang didasarkan pada perbuatan dan tingkah laku manusia yang baik atau buruk dan menjadi panduan bagi seseorang dan masyarakat dalam melakukan perbuatan dan menentukan sikap terhadap lingkungan yang lebih luas.26 Sjarkawi dalam Koesoema menyatakan bahwa nilai merupakan 24
Seah dan Bishop, Values in Mathematics Textbooks: A View Through Two Australasian Regions, Presented at 81st Annual Meeting of The American Educational Research Assosiation, New Orleans, LA, 2000, p. 4 25 Maman Rachman, Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No.028, Tahun ke-7, Maret 2001, hal. 3 26 Seah dan Bishop, loc. cit, p. 4
26
kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi makna dalam hidup, yang memberikan dalam hidup ini titik tolak, isi dan tujuan.27 Konsep nilai terhadap diri seseorang dan masyarakat memberikan prioritas terhadap keyakinan tertentu, pengalaman, dan tujuan, dalam menyimpulkan bagaimana masa depan mereka, dan apa saja yang mereka miliki. Dalam pengertian ini, ditegaskan bahwa nilai memiliki arti manfaat bagi seseorang yang telah menghayati, mengamalkan, dan memeliharanya dalam kehidupan yang dialaminya, sehingga seseorang tersebut memiliki standar
acuan
dalam
bagaimana
menentukan
sikapnya
terhadap
problematika yang ada dihadapannya, serta memiliki keyakinan terhadap nilai yang dianutnya tersebut ada kebahagiaan yang cukup besar di kehidupan kini dan masa depannya. Nik Azis dalam seminarnya menerangkan lebih lanjut mengenai pengertian nilai ini bukan saja melibatkan aspek kepercayaan tetapi juga aspek pemahaman, perasaan, dan tingkah laku manusia. Definisi bagi istilah nilai adalah sejumlah hal yang dianggap penting, berharga, berguna atau mustahak. Secara lebih abstrak nilai seringkali merujuk pada prinsip, standar, atau pegangan yang melibatkan hal yang dianggap penting atau berharga.28 Pengertian nilai menurut Milton Roceach dan James Bank dalam Kartawisastra adalah suatu tipe kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, di mana seseorang harus bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai sesuatu yang pantas atau tidak
27
Doni Koesoema, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, (Jakarta: Grasindo, 2007), hal. 198 28 Nik Azis Nik Pa, Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan Keperluan, International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya, hal. 4.
27
pantas dikerjakan, dimiliki dan dipercaya.29 Pengertian ini menunjukkan bahwa nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu yang telah berhubungan dengan manusia yang memberikan nilai tersebut. Oleh karena itu, terkait mengenai kandungan nilai dalam pembelajaran sains membutuhkan suatu proses pembelajaran yang harus melibatkan pengalaman-pengalaman dari kedua belah pihak, yaitu guru sebagai pendidik perlu menempatkan diri sebagai fasilitator dengan menyediakan suatu wadah bagi siswa dalam memberikan gagasan atau ide yang dimilikinya terkait dengan proses pembelajaran yang berhubungan dengan situasi kehidupan nyata siswa, sehingga siswa dapat merealisasikan pembelajaran sains dengan memiliki ilmu pengetahuan, sikap, dan nilai dalam memahami dan memecahkan suatu permasalahan secara positif dan menghargai lingkungan alam secara arif dan bijaksana serta memiliki rasa keyakinan dan kesadaran yang tinggi mengenai kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat diartikan dan dikembangkan bahwa nilai dalam pembelajaran sains merupakan pedoman yang dimiliki oleh seseorang atau masyarakat dalam menentukan tingkat kebaikan, harga, dan keindahan terhadap sesuatu yang penting bagi kehidupannya berdasarkan aspek pengetahuan dan perasaan yang dimilikinya dan terealisasi dalam tindakan yang memiliki manfaat. Nilai dalam pembelajaran sains bertujuan untuk menata kehidupan menjadi lebih baik, yaitu dengan mengembangkan pemahaman tentang gejala alam, konsep dan prinsip sains yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai ini dikembangkan untuk memberikan filter dalam menghubungkan pikiran dan perasaan dengan tindakan disamping mencakup mengenai sistem pengaturannya. Sehingga akan membangun dan meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan serta sumber daya 29
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai-Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTAIN, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hal.16.
28
alam serta keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya. Istilah nilai dikelompokkan dalam berbagai kategori yang berbeda seperti nilai kerohanian, moral, sosial, etika, estetika ekonomi, budaya, intelektual, persekitaran, undang-undang, ideologi, profesionalisme, kepemimpinan pribadi, prodiktivitas dan agama. Nilai etika merujuk nilai yang digunakan untuk membedakan antara baik dengan jahat, betul dengan salah, dan moral dan tak bermoral. Seterusnya, nilai moral merujuk tindakan atau nilai yang mempunyai implikasi langsung kepada kebajikan dan hak orang lain atau kepada isu keadilan dan persamaan30
b. Tahapan Proses Pembentukkan Nilai Nilai-nilai yang telah dimiliki, dipelihara dan diamalkan oleh siswa/seseorang secara konsinten dan berkelanjutan terus-menerus akan sangat bisa mempengaruhi lingkungan yang berada di sekitarnya. Hal ini disebabkan bahwa nilai berfungsi sebagai pedoman yang memungkinkan siswa menentukan setiap perilaku yang benar dan menentukan setiap penyimpangan yang terjadi. Pembentukkan dan penghayatan nilai-nilai dalam pribadi seseorang tidak terjadi begitu saja, melainkan memerlukan proses yang tidak mudah dan waktu yang singkat. Proses ini bisa terjadi setelah siswa menghadapi suatu konflik atau peristiwa yang mengandung nilai dan dengan pengetahuan yang dimilikinya terjadi pemahaman yang mungkin saja membekas di dalam dirinya. Menurut krathwohl dalam Lamijan, proses pembentukkan nilai pada anak dapat dikelompokkan dalam 5 tahap, yakni:31 1) Tahapan receiving (menyimak). Pada tahap ini seseorang secara aktif dan selektif dalam memilih fenomena. Pada tahap ini nilai belum
30 31
Nik Azis Nik Pa, loc. cit..hal.4. Lamijan, loc. cit, hal. 19
29
terbentuk melainkan baru menerima adanya nilai-nilai yang berada di luar dirinya dan memilih mana yang paling menarik bagi dirinya. 2) Tahapan Responding (menanggapi). Seseorang selain menerima stimulus secara aktif, juga melakukan tanggapan secara aktif rangsangan yang berada di luar dirinya dalam bentuk respon yang nyata. 3) Tahapan valuing (memberi nilai). Pada tahap ini seseorang sudah mampu menangkap stimulus atas dasar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Ia mulai mampu menyusun persepsi tentang obyek. Dalam hal ini terdiri dari tiga tahapan, yakni percaya terhadap nilai yang ia terima; merasa terikat dengan nilai yang dipercayainya (dipilihnya); dan memiliki keterikatan batin (commitment) untuk memperjuangkan nilai-nilai yang diterima dan diyakininya itu. 4) Tahapan organization (mengorganisasikan nilai). Pada tahap ini, seseorang mulai mengatur sistem nilai yang ia terima dari luar untuk ditata dalam dirinya, sehingga sistem nilai itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam dirinya. Pada tahap ini terdiri dari dua tahapan untuk mengorganisasikan nilai, yaitu mengkonsepsikan nilai dalam dirinya; dan mengorganisasikan nilai dalam dirinya seperti cara hidup dan tata perilakunya sudah didasarkan atas nilai-nilai yang diyakininya. 5) Tahapan karakterisasi nilai. Pada tahap ini, seseorang telah mampu mengorganisir sistem nilai yang diyakininya dalam hidup secara mapan, ajeg dan konsisten. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bukhori dalam Lubis menyatakan bahwa proses
pembentukkan nilai belangsung secara
bertahap. Ada lima fase yang harus dilalui siswa, yakni:32 1) Knowing, yaitu mengetahui nilai-nilai 2) Comprehending, yaitu memahami nilai-nilai 3) Accepting, yaitu menerima nilai-nilai 32
Mawardi Lubis, Op. Cit. hal. xi
30
4) Internalizing, yaitu menjadikan nilai sebagai sikap dan keyakinan 5) Implementing, yaitu mengamalkan nilai-nilai c. Prinsip-prinsip Pembelajaran Nilai Dalam Sains Model pembelajaran yang menggunakan kegiatan materi pelajaran yang ketat dan monoton serta didominasi oleh guru (teacher’s centered) dirasakan tidak memberikan pola pembelajaran yang bermakna bagi siswa dalam proses pembelajaran. Siswa di dalam perkembangannya di zaman global menuntut adanya pengalaman-pengalaman yang bersifat konkrit dan dapat diterapkan olehnya sebagai interaksi pribadi dan masyarakat di dalam lingkungannya. Menurut Ratcliffe, lima dimensi pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran sains yang bermuatan nilai sebagai upaya untuk memfasilitasi siswa mengalami, memilih, mengahayati, dan mengamalkan suatu nilai-nilai adalah sebagai berikut:33 1) Guru memiliki dan memahami pengetahuan yang memadai tentang sains secara percaya diri di dalam pembelajaran. 2) Guru bukan hanya mentransfer dan memberikan ilmu pengetahuan, akan tetapi sebagai fasilitator siswa dalam pembelajaran. 3) Guru memiliki sikap keterbukaan dan bermusyawarah terhadap siswa. 4) Guru memberikan pengetahuan seluas-luasnya kepada siswa dengan mengembangkan kemampuan berpikirnya. 5) Siswa mengalami aktivitas pembelajarannya. Prinsip pembelajaran sains yang terintegrasi nilai sebagaimana dijelaskan oleh Ratcliffe menunjukkan bahwa pola pembelajaran yang efektif adalah siswa mengalami pembelajaran secara aktif di dalam kelas dan guru memfasilitasi siswa dan lingkungan kelas yang kondusif sehingga siswa dapat menyatakan minat/ketertarikan, keterbukaan dan perhatian
serta
dapat
menentukan
pilihan/sikap
dalam
proses
pembelajaran. Selain itu, guru juga harus mampu mendengarkan pendapat 33
Mary Ratcliffe, loc. cit, p. 7
31
siswa dalam menyampaikan sikap dengan rasa hormat dan dukungan.
d. Macam-macam Nilai dalam Pembelajaran Sains Pembelajaran sains selama ini belum dipahami secara keseluruhan memiliki kandungan nilai-nilai sains yang terkait dengan kehidupan. Hal ini disebabkan pola-pola pembelajaran sains yang diterapkan masih menggunakan taraf pembelajaran fakta dan konsep saja, sehingga nilainilai dasar yang terkandung di dalamnya tidak memiliki kebermaknaan yang mendalam untuk dipahami oleh siswa dan aplikasi nilai-nilai ini menjadi nihil diterapkan oleh siswa sebagai warga negara yang memiliki kecerdasaan dan keberagamaan. Menurut Bukhori menyatakan bahwa setiap pelajaran tidak hanya mengandung substansi pelajaran yang bersifat kognitif, namun dibalik halhal yang bersifat kognitif terdapat sejumlah nilai dasar yang harus diketahui oleh siswa.34 Sebagai contoh, yaitu dalam pembelajaran kimia mengajarkan kecermatan, ketelitian, dan kejujuran dalam perhitungan dan pengamatan. Menurut Herlanti menjelaskan bahwa nilai-nilai yang harus diintegrasikan dalam pembelajaran sains adalah sebagai berikut: 35 1) Nilai ilmiah/intelektual, yaitu berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, menyelidiki (inkuiri). 2) Nilai sosial, yaitu memecahkan masalah, kemanusiaan (humanis), kemampuan
berkomunikasi,
kemampuan
bekerja
sama,
dan
kemampuan berkompetisi. 3) Nilai religius, yaitu keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaaan-Nya. Kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara dan
34
Mawardi Lubis, op. cit, hal. xxi Yanti Herlanti, Development of Value Education Though Stories Based on Sciemce: How To Integrate Value and Science In Basic Sshool?, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28-29, 2008. p. 128 35
32
menjaga dan melestarikan lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan. Macam-macam nilai
yang
dikembangkan
kandungan nilai di dalam pembelajaran sains adalah
Bishop
terhadap
36
1) Rationalism, yaitu berkaitan dengan suatu penjelasan hipotesis, teori dan logika yang dapat diterima dengan akal pikiran atau pemikiran terhadap sesuatu secara deduktif-logis. 2) Objectism, yaitu berdasarkan data empirik, berpikir analogis terhadap data yang tepat dan dapat diukur, memiliki hubungan dengan keakuratan atau ketepatan serta mengidentifikasi permasalahan secara spesifik. 3) Control, yaitu berkaitan dengan kemampuan
untuk menguasai,
merencanakan dan memprediksi berbagai macam permasalahan. Nilai control ini menunjukkan bahwa pembelajaran sains dapat diaplikasikan serta dapat dimanfaatkan sebagai solusi penyelesaian masalah-masalah sosial. 4) Progress, yaitu berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan pengetahuan secara terus-menerus dan pemahaman secara mendalam terhadap ilmu pengetahuan. 5) Openness, yaitu berkaitan dengan kemampuan mengartikulasikan permasalahan dengan sikap keterbukaan secara bersama-sama dalam membangun rasa kemanusiaan. Nilai oppeness ini menunjukkan kemampuan untuk berdiskusi dan menganalisa teori, ide, hasil dan argumentasi. 6) Mystery, yaitu berkaitan dengan rasa ingin tahu, rasa terpesona, dan dugaan terhadap sesuatu berdasarkan intuisi (gerak hati). Kohlberg mengklasifikasikan nilai menjadi dua, yaitu nilai obyektif dan nilai subyektif. Nilai obyektif atau nilai universal yaitu nilai yang bersifat intrinsik, yakni nilai hakiki yang berlaku sepanjang 36
Alan J. Bishop, Values in Mathematics and Science Education: Similiraties and Differences. The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, vol. 5, no. 1, p. 51
33
masa secara universal. Termasuk dalam nilai universal ini antara lain hakikat kebenaran, keindahan dan keadilan. Adapun nilai subyektif yaitu nilai yang sudah memiliki warna, isi dan corak tertentu sesuai dengan waktu, tempat dan budaya kelompok masyarakat tertentu.37 e. Integrasi Nilai-nilai Sains yang Terkandung dalam Konsep Titrasi Asam Basa Dalam pembelajaran kimia terdapat banyak hal yang dapat mengklarifikasi atau mengungkapkan nilai-nilai, sebab kimia menyentuh banyak segi kehidupan manusia. Oleh karena itu, proses pembelajaran kimia
dalam
upaya
mengungkapkan
nilai-nilai
tergantung
pada
pengetahuan tentang fakta-fakta dan konsep-konsep yang dipelajari siswa, yang kemudian saling terhubung sehingga didapatkan nilai-nilai yang terkandung di dalam pembelajaran kimia. Dalam Seminar Internasional “Integrating Value and Local Wisdom: New Perpective Teaching and Learning in Mathematics and Science Education” di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tanggal 28-29 Oktober 2008, Shambae Usman Menjelaskan bahwa: “Integrasi nilai melibatkan pengembangan sistem nilai dari siswa sebagai bagian dari keseluruhan pendidikan siswa. Proses pembelajaran tidak hanya memberikan pembelajaran pada kemampuan konsep dan keterampilan saja akan tetapi harus pula disertai dengan nilai”38(Shambaeh Usman: 2008). Dalam taraf fakta, proses pembelajarannya disampaikan informasi, data, peristiwa, dan hal-hal yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Metode yang digunakan adalah hafalan, pengulangan materi-materi yang sudah diajarkan guru secara lisan dan tertulis. Selanjutnya dalam taraf konsep. Pendidik mengajak siswa untuk mencari, mengungkapkan, dan memahami konsep-konsep tertentu dari
37 Sulaiman Zein, Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini, diakses dari http://smpnbilahulu.wordpress.com, sabtu, 23 Februari 2008.15.10. 38 Shambaeh Usman, loc. cit, p. 2
34
fakta yang diketahui dengan melakukan generalisasi data, membuat analisa data, dan membuat tafsiran yang mungkin terkandung di balik data fakta yang dimiliki. Pada taraf ini ditekankan keterampilan intelektual atau berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Lalu, dilanjutkan dengan taraf nilai dimana guru membimbing siswa untuk menemukan makna nilai yang bermanfaat dan terkandung di dalam fakta dan konsep-konsep yang sudah dihubungkan. Siswa akan dibimbing untuk melihat hubungan antara bahan yang dipelajari dengan minat, perasaan, sikap, pendapat, dan tingkah lakunya sendiri. Di sinilah tahapan pembelajaran yang harus dilakukan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membentuk pribadi pembelajaran yang bukan hanya cerdas dan terampil, tetapi juga memahami dan memiliki sikap atau afeksi, karena dapat dipahami bahwa pendidikan dalam pembelajaran tidak hanya menyentuk ranah kognitif dan psikomotorik, melainkan juga ranah afektif. Nilai-nilai sains yang terkandung dalam pembelajaran kimia sangat penting untuk diungkap atau diklarifikasi dan dinternalisasikan kepada kepribadian siswa dalam mempelajari dan memahami pembelajaran kimia dengan
pembelajaran
yang
diintegrasikan
pada
nilai.
sehingga
menimbulkan pengetahuan yang dimiliki siswa memberikan efek korelasi yang positif terhadap sikap dan perilaku seseorang. Oleh karena itu, untuk membangun nilai penting kehidupan yang dapat dipelajari dalam pembelajaran kimia, memberikan konsekuensi kepada para pendidik untuk dapat mengembangkan pembelajaran kimia sebagai salah satu media dalam membentuk pribadi siswa. Dalam hal ini, siswa diajak menelaah serta mempelajari nilai-nilai sains yang berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Berikut ini, berdasarkan nilai-nilai sains yang dikembangkan oleh Yanti Herlanti, maka dalam penelitian ini dibatasi dengan integrasi nilainilai sains dalam pembelajaran kimia, yaitu nilai intelektual/ilmiah, nilai sosial, dan nilai religius. Pengembangan integrasi kebermaknaan nilainilai sains yang terkandung dalam pembelajaran kimia konsep titrasi asam
35
basa di dalam penelitian ini meliputi indikator-indikator sebagai berikut: 1) Nilai Religius a) Rasa syukur atas nikmat Allah SWT. Sumber daya alam merupakan karunia Allah SWT., Allah menciptakannya untuk kelangsungan umat manusia. Kapur tohor diciptakan sebagai zat yang bersifat basa. Pada konsep titrasi asam basa terdapat reaksi penentralan, asam dinetralkan dengan basa, begitu pula sebaliknya basa dinetralkan dengan asam, dengan reaksi penetralan tersebut memberikan suatu kandungan nilai yang dapat dipahami melalui pembelajaran, di antaranya, yaitu penggunaan dan peranan kapur tohor yang dapat menetralkan keasaman suatu keadaan tanah yang asam, yang tadinya tidak dapat ditanami tanaman, dengan penetralan tersebut tanah dapat ditanami tumbuhan.39 b) Keagungan Allah dan kelemahan makhluk Nilai religius yang terkandung dalam konsep titrasi asam basa berdasarkan penetralan adalah mengenai keagungan Allah dan kelemahan makhluk-Nya, yaitu sebagai manusia, tubuh akan mengeluarkan zat sisa asam, berupa keringat, bau mulut. Hal demikian membuat manusia tunduk, bahwa hanya Allah yang paling sempurna. Manusia membutuhkan zat lain berupa basa untuk menghilangkan bau badan tersebut. 2) Nilai Intelektual Nilai intelektual dipahami sebagai kemampuan pemahaman siswa terhadap pembelajaran kimia untuk mengaplikasikan dalam kehidupannya dan memahami sesuatu. Nilai intelektual merupakan manifestasi dari hakikat sains sebagai hasil kreatifitas manusia Nilai ini dapat dilihat dari pola sikap ilmiah, seperti berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu yang tinggi dan kemampuan untuk menyelidiki (inkuiri) yang ditunjukkan 39
Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam Sumber Pendidikan Nilai, (Bandung: Mughni Sejahtera, 2005), h. 306.
36
terhadap sesuatu obyek yang menjadi masalah. Nilai intelektual yang terkandung dalam konsep titrasi asam basa asalah; di dalam badan manusia terdapat berbagai macam zat yang bersifat asam, hal ini akan menimbulkan bau sehingga manusia merasa tidak nyaman, oleh karena itu zat asam tersebut dapat dinetralkan dengan basa. Misalnya bau mulut yang menyengat dapat dinetralkan dengan pasta gigi, badan mengeluarkan keringat dinetralkan dengan deodorant atau dengan cara mandi menggunakan sabun. B. Kerangka Berpikir Kenyataan di lapangan pembelajaran masih berorientasi teacher center, metodologi yang kurang menarik, hal ini menyebabkan kesulitan dalam memahami pelajaran, yang pada akhirnya kondisi kelas yang pasif. Seiring dengan era globalisasi ini membawa manusia ke dalam kehidupan modern yang membawa masyarakat kurang memahami nilai-nilai, begitupun penerapan nilai dalam materi-materi pelajaran yang ada di sekolah belakangan ini sudah dirasakan luntur, sehingga hasil belajar siswapun dirasakan menurun. Hasil belajar merupakan kualitas kemampuan seseorang/siswa yang dihasilkan melalui proses akktivitas aktif dalam membangun pemahaman informasi dalam bentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses pembelajaran yang optimal cenderung mewujudkan hasil yang menyeluruh, yaitu siswa bukan hanya dituntut untuk memahami dan menguasai pembelajaran secara akademik, sehingga mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan intelektual, tetapi juga mempunyai integritas moral yang baik. Sebagai usaha untuk memperoleh suatu hasil belajar yang optimal. Maka, diperlukan suatu penerapan model pembelajaran yang bukan hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa berupa fakta dan konsep, tapi membutuhkan keterlibatan aktif siswa secara mental maupun fisik untuk membelajarkan nilai-nilai sains yang terkandung di dalam pembelajaran kimia
37
konsep asam-basa. Salah satu alternatif model pembelajaran efektif untuk membangun pemahaman konsep dan siswa lebih aktif, kreatif dan mengalami dalam kegiatan belajar-mengajar serta dapat membangun dan menghayati nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran kimia konsep asam-basa adalah pembelajaran dengan media animasi. Pembelajaran dengan media animasi merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka. Anak didik sebelum mengalami ke dunia nyata, dapat mengekspresikan ide-ide kreatifnya melalui media animasi yang mengintegrasikan nilai religius, sehingga diduga hasil belajar siswa dan sikap siswa akan meningkat menjadi lebih baik. Maka daripada itu diperlukan suatu penelitian penggunaan media animasi yang mengintegrasikan pendidikan nilai pada pembelajaran titrasi asam basa dengan metodologi kuasi eksperimen. C. Hipotesis Penelitian Berdasarkan teori dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: Ha
: Terdapat pengaruh penggunaan media animasi
yang signifikan
terhadap hasil belajar siswa pada konsep asam-basa terintegrasi nilai Ho
: Tetidak terdapat pengaruh penggunaan media animasi yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada konsep asam-basa terintegrasi nilai.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Parung Bogor, kelas XI semester 2 tahun pelajaran 2008/2009. Waktu yang peneliti gunakan untuk mengadakan penelitian ini pada bulan 2 Maret – 2 Mei 2009. B. Metode dan Desain Penelitian Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan
metode
kuasi-eksperimen.
Kelompok pertama kelas eksperimen melakukan pembelajaran dengan media animasi
yang mengintegrasikan nilai. Kelompok kedua adalah kelompok
kelas kontrol atau kelompok pembanding melakukan pembelajaran secara normal. Tujuan Penelitian kuasi-eksperimen adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan
eksperimen
yang
sebenarnya
dalam
keadaan
yang
tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Dalam penelitian ini, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Setelah ditentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, selanjutnya kedua kelompok mengalami proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran tersebut kedua kelompok itu mendapat porsi sama dalam hal waktu dan SK/KD. Perbedaanya, bahwa untuk kelompok eksperimen proses belajar menggunakan media animasi yang mengintegrasikan nilai, sedangkan kelompok kontrol proses belajar mengajarnya normal. Sebelum proses belajar dilaksanakan kedua subjek penelitian diberi pretest dan setelah proses belajar mengajar dilaksanakan kedua subjek penelitian tersebut diberi postes. Hasil dari tes kedua kelompok ini dianalisis 38
39
untuk dicari perbedaannya. Desain penelitian yang digunakan adalah Nonrandomized
Control-Group
Pretest-Postest
Design
(Pretes-Postes
40
Kelompok Kontrol Tidak Secara Random). Agar lebih jelas desain penelitian yang digunakan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3. 1 Desain Penelitian Treatment
Kelompok
Pre Test
Eksperimen
Y1
X
Y2
Kontrol
Y1
-
Y2
(variabel bebas)
Post Test
Keterangan: Y1 : Pretest yang diberikan sebelum kegiatan pembelajaran X : Pembelajaran dengan media animasi yang mengintegrasikan nilai - : Pembelajaran secara konvensional Y2 : Postest yang diberikan setelah kegiatan pembelajaran C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau universe.41 Subjek yang berada pada lingkungan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA tahun pelajaran 2008/2009. Populasi target dalam penelitian ini adalah siswa SMA kelas XI tahun pelajaran 2008/2009. Populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah kelas XI yang terdaftar pada semester 2 (dua) tahun pelajaran 2008/2009. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili terhadap populasi dan diambil dengan menggunakan
40
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), hal. 186. 41 Luhut Panggabean, Penelitian Pendidikan, (Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 1996), hal. 33.
40
teknik sampling.42 Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari seluruh kelas XI sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan media animasi yang terintegrasikan pendidikan nilai, dan kelas XI sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan praktikum di laboratorium. 2. Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive sampling, yaitu untuk menentukan seseorang menjadi
sampel
atau
tidak
berdasarkan
tujuan
tertentu
dengan
pertimbangan yang dimiliki oleh peneliti dalam usahanya memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian.43 D. Prosedur Penelitian 1. Memilih Model Pembelajaran Model pembelajaran yang diterapkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
dengan
media
animasi
sebagai
upaya
untuk
mentransformasikan pengetahuan dan menanamkan nilai-nilai sains yang terkandung di dalam pembelajaran. 2. Memilih Materi Materi yang dipilih pada penelitian ini adalah pada konsep asambasa yang merupakan salah satu materi pembelajaran kimia yang banyak menyentuh aspek-aspek kemanusian dan aplikasi di dalam kehidupan. 3. Merencanakan Waktu dan Tempat Peneliti mengalokasikan pembagian waktu dan merencanakan penggunaan media untuk kegiatan pembelajaran yang ditulis dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran Peneliti membelajarkan siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol sesuai dengan RPP yang sudah dibuat. Di kelas eksperimen 42 43
Ibid, hal.33. Sukardi, Op. Cit, hal. 64.
41
diterapkan pembelajaran menggunakan media animasi, sedangkan di kelas kontrol dilakukan model pembelajaran diskusi. 5. Observasi Kegiatan Pembelajaran Mengobservasi kegiatan siswa dan guru baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol selama proses pembelajaran. 6. Mengumpulkan Data Lapangan Melakukan tes akhir untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan dan sikap siswa setelah pembelajaran pada konsep asam basa 7. Evaluasi dan pengambilan kesimpulan a. Menganalisis data tes pengetahuan b. Menarik kesimpulan E. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian diartikan sebagai alat yang dapat menunjang sejumlah data yang diasumsikan dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji hipotesis penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini berupa tes objektif berjumlah 20 soal untuk mengukur tingkat pemahaman konsep kimia siswa pada pokok materi asam basa dan 10 butir kuesioner untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan media animasi yang mengintegrasikan nilai. Dalam hal ini soal tes objektif awal dan tes objektif akhir keduanya dibuat sama untuk kedua kelompok. Hal ini dimaksudkan agar perubahan pengetahuan dan pemahaman yang terjadi benar-benar diakibatkan oleh kedua aspek itu. Sementara untuk kuesioner hanya diberikan pada kelompok eksperimen di akhir pertemuan. Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menentukan konsep dan sub konsep berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk tingkat SMA/MA 2. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian 3. Membuat soal berdasarkan kisi-kisi
42
4. Instrumen yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan ke dosen pembimbing 5. Melaksanakan uji coba instrumen. F. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dan variabel itu sebagai berikut: Variabel Bebas (X)
: Pengunaan media animasi yang terintegrasi dengan nilai.
Variabel Terikat (Y)
: Hasil belajar siswa.
G. Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes yang diberikan pada awal (pretest) dan akhir (posttest) pembelajaran konsep asam - basa, dengan menggunakan soal pilihan ganda (PG), jenis instrumen yang digunakan adalah tes dan angket. 1. Tes Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.44 Jenis tes yang digunakan adalah Tes Prestasi (achievement Test). Tes Prestasi (achievement Test) yaitu tes yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.45 Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar ranah kognitif, berbentuk pilihan ganda
yang terdiri dari 5 pilihan sebanyak 20 soal. Setiap soal
mempunyai skor 1 (satu). Ranah kognitif yang diukur adalah aspek hapalan/recall
(C1),
aspek
pemahaman/comprehension
(C2),
aspek
44 Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 76. 45 Riduwan, Op. Cit. hal. 77.
43
penerapan/application (C3), dan aspek analisis (C4) yang disesuaikan dengan indikator pada kurikulum tingkat satuan pendidikan. Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). 2. Angket Angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.46 Angket adalah lembaran yang berisi pertanyaan-pertanyaan. Angket yang digunakan berupa daftar cek (checklist) yang terdiri dari 15 item. Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan perasaan selama mengikuti pembelajaran, pendapat tentang pendekatan pembelajaran yang digunakan, serta pengaruh pendekatan pembelajaran yang digunakan terhadap kondisi belajar. Kriteria yang digunakan pada angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan media animasi yang mengintegrasikan nilai ini adalah skala Likert dengan lima pilihan, yaitu: sangat setuju (SS) – setuju (S) – tidak tahu (TT)/ragu-ragu (RR) – tidak setuju TS) – sangat tidak setuju (STS). Dengan menggunakan skala interval, maka bobot nilai yang diberikan berdasarkan kecenderungan positif dari pernyataan yang dijawab adalah: Sangat setuju (SS)
=5
Setuju (S)
=4
Tidak tahu (TT)
=3
Tidak setuju (TS)
=2
Sangat tidak setuju (STS) = 1 Dengan menggunakan skala interval, maka bobot nilai yang diberikan berdasarkan kecenderungan negatif dari pernyataan yang dijawab adalah: Sangat setuju (SS)
=1
Setuju (S)
=2
Tidak tahu (TT)
=3
Tidak setuju (TS)
=4
Sangat tidak setuju (STS) = 5 46
Riduwan, Op. Cit, hal. 71.
44
H. Uji Coba Instrumen Uji coba instrumen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kualitas instrumen penelitian yang akan digunakan dengan menghitung validitas, realibilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. 1. Validitas Instrumen Pengujian validitas dilakukan dengan uji statistik, yakni dengan uji point biserial dan dikonsultasikan dengan tabel product moment. rpbi =
Mp − Mt St
p q
keterangan: rpbi = koefisien korelasi biserial Mp
= rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya.
Mt
= rerata skor total
St
= standar deviasi dari skor total
p
= proporsi siswa yang menjawab benar
q
= proporsi siswa yang menjawab salah
Untuk menginterpretasikan nilai korelasi yang diperoleh adalah dengan melihat tabel nilai r product moment. Jika harga rhitung > rtabel maka butir soal tersebut dinyatakan valid. 2. Reliabilitas Instrumen
Realibilitas tes adalah tingkat keajegan (konsistensi) suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang ajeg, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Perhitungan koefisien realibilitas tes hasil belajar menggunakan metode KR-20 yaitu:47
47
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 1998, hal 163.
45
r11 =
k k −1
Vt −
pq
Vt
dimana: r11
= reliabilitas instrumen
K
= banyaknya butir pertanyaan
Vt
= Varian total
p
= proporsi subjek yang menjawab benar pada suatu butir (proporsi subjek yang mendapat skor 1)
q
= proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir
p
=
banyaknya subjek yang skornya 1 N
q
=
proporsi subjek yanag mendapat skor 0 (q = 1 - p)
Jika instrumen itu reliabel, maka dilihat kriteria penafsiran indeks reliabilitasnya (r11) sebagai berikut:
Tabel 3.2 Interpretasi Kriteria Reliabilitas Instrumen Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,81-1,00
Sangat Baik
0,61-0,80
Tinggi
0,41-0,60
Sedang
0,21-0,40
Rendah
<0.20
Sangat Rendah (tidak reliabel)
3. Tingkat Kesukaran Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang dibuat terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk berpikir lebih tinggi dalam memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mau mencobanya
46
lagi. Untuk mencari tingkat kesukaran soal tes digunakan rumus: 48 P=
B N
dimana: P = indeks kesukaran B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.3 Klasifikasi Indeks Kesukaran Indeks
Kriteria
0,00-0,30
Sukar
0,31-0,70
Sedang
0,71-1,00
Mudah
4. Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menentukan daya pembeda soal tes digunakan rumus sebagai berikut:49
D=
(Ba - Bb) 0,5 N
dimana: D = daya pembeda Ba = banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar Bb = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar N = jumlah peserta tes Klasifikasi daya pembeda: D : 0,00 – 0,20 = jelek D : 0.20 – 0,40 = cukup 48 Ahmad Sofyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Press, 2006),. hal.103 49 Ahmad Sofyan, Op. Cit. hal.103
47
D : 0,40 – 0,70 = baik D : 0,70 – 1,00 = baik sekali D : negatif = semuanya tidak baik, sebaiknya di buang saja. I. $ Teknik Analisis Data
Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan melakukan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam pemecahan masalah dalam penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam mengolah data adalah sebagai berikut: 1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis. Teknik yang digunakan untuk menguji normalitas dalam penelitian ini adalah uji Chi-Kuadrat. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Mencari skor terbesar dan terkecil b. Mencari nilai Rentangan (R) R = skor terbesar – skor terkecil c. Mencari Banyaknya Kelas (BK) BK = 1 + 3,3 log N (rumus Sturgess) d. Mencari nilai panjang kelas (i) i=
R BK
e. Membuat tabulasi dengan tabel penolong No.
Kelas
f
Interval
Jumlah
Nilai tengah
f=
f. Mencari rata-rata (mean) −
x=
fx i ri
(xi)
-
xi2
-
f xi
f xi2
f xi =
f xi2 =
48
g. Mencari simpangan baku (standar deviasi) s=
2
fx i − (
n.
fx i ) 2
n(n − 1)
h. Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: 1) Menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri batas interval pertama di kurangi 0.5 dan kemudian angka skor-skor kanan kelas interval ditambah 0.5. 2) Mencari nilai Z-score untuk batas kelas interval dengan rumus: −
BatasKelas − x Z= s
3) Mencari luas 0 – Z dari tabel Kurva Normal dari 0 – Z dengan
menggunakan angka-angka untuk batas kelas. 4) Mencari luas tiap kelas interval dengan cara mengurangkan angkaangka 0-Z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya. 5) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden. 6) Mencari chi-kuadrat hitung ( χ 2 hitung)50 2
=
k i =1
(fo − fe) 2 fe
7) Membandingkan χ 2 hitung dengan χ 2 tabel untuk
= 0.05 dan derajat
kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel, artinya Distribusi Data Tidak Normal dan Jika χ 2 hitung χ 2 tabel, artinya Data berdistribusi Normal 50
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula, (Bandung: Alfabeta, 2007). hal. 132
49
2. Uji Homogenitas
Setelah
kelas
diuji
kenormalannya, kemudian kelas
diuji
kehomogenitasannya. Teknik yang digunakan untuk uji homogenitas pada penelitian ini adalah dengan uji Bartlett.51 Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Bartlett, yaitu: 1. Masukkan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel penolong Kelompok
dk (n-1)
Si
Log Si
(n-1) =
-
-
=
dk . Log Si
dk.Log Si =
2. Menghitung varians gabungan dari sejumlah kelompok yang ada Sgabungan =
(n i − 1)Si (n i − 1)
3. Menghitung Log S 4. Menghitung nilai B, yaitu:
B = logSx
(n i − 1)
5. Menghitung nilai χ 2 hitung 2
hitung
= ln10{B −
(n i − 1)logSi }
dengan: (n i − 1)logSi =
dk.logSi
sehingga: 2
hitung
= ln10(B −
dk.logSi )
6. Membandingkan χ 2 hitung dengan nilai χ 2 tabel untuk kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria sebagai berikut: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel, berarti tidak homogen, dan Jika χ 2 hitung χ 2 tabel, berarti homogen.
51
Riduwan, Op. Cit. hal. 119
= 0.05 dan derajat
50
3. Uji Hipotesis
Untuk mengetahui apakah ada perbedaan mean antara dua kelompok, dilakukan dengan uji-t dengan menggunakan rumus sebagai berikut:52 −
−
x1 − x 2 t= 1 1 Sg + n1 n 2 dengan: 2
Sg =
(n1 − 1)S1 + (n 2 − 1)S2 n1 + n 2 − 2
2
dimana: −
χ 1 = rata-rata skor kelompok eksperimen −
x 2 = rata-rata skor kelompok kontrol Sg = varians gabungan (kelompok eksperimen dan kontrol) S12 = varians kelompok eksperimen S22 = varians kelompok kontrol n1 = jumlah anggota sampel kelompok eksperimen n2 = jumlah anggota sampel kelompok kontrol Langkah selanjutnya adalah sebagai berikut: a. Mengajukan hipotesis, yaitu: 1) Uji kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X
Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
52
Riduwan, Op. Cit. hal.160.
51
2) Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X
Y Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
b. Menghitung nilai thitung dengan rumus uji-t c. Menentukan derajat kebebasan (dk), dengan rumus: dk = (n1 – 1) + (n2 – 1) d. Menentukan nilai t-tabel dengan
= 0.05
e. Menguji hipotesis Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0.95. Jika thitung
–ttabel atau ttabel
thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95. 4. Perhitungan Data Angket
Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka dapat dihitung dengan rumus:53
f P=
f
x 100%
= frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyak individu) p
= angka persentase. Lalu, hasil perhitungan akan dirujuk pada kriteria sebagai berikut:54
A: Mean + 1,5 SD B: Mean + 0,5 SD C: Mean – 0,5 SD D: Mean – 1,5 SD F: < Mean – 1,5 SD 53 54
Anas Sudiyono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo, 2005. Hal.43 Ibid, Hal. 161
52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang telah terkumpul meliputi data skor pretest dan skor posttest dari 62 siswa yang terdiri dari kelompok eksperimen 32 siswa dan kelompok kontrol 30 siswa diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1. Data Hasil Belajar a. Pretest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil belajar, dari 32 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 60, nilai rata-rata sebesar 42,88, simpangan baku 9,01 dan varians (9,01)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 43. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 46,88 %, yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5 dan 6. Siswa yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 25 %. b. Hasil Pretest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil belajar, dari 30 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 25 dan nilai tertinggi 60, nilai rata-rata sebesar 41,5, simpangan baku 9,37 dan varians (9,37)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 41,5. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 40 % yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5, dan 6. Siswa yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 26,67 %, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1 dan 2. Perolehan hasil belajar siswa sebelum pemberian perlakuan dengan menggunakan model Pembelajaran Media Animasi, yaitu suasana pembelajaran kelas yang belum terorganisasi secara baik untuk mengikuti pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat kepada guru sebagai satusatunya sumber belajar bagi mereka, sehingga kesempatan siswa untuk ikut mengalami pembelajaran menjadi sangat kecil. Selain itu, kemampuan 52
53
komunikasi antara siswa dengan guru juga belum terjalin secara komunikatif dan kondusif, dikarenakan siswa masih takut untuk bertanya, malu dan memiliki kepercayaan diri yang masih rendah. Interaksi antar siswa juga dirasakan masih bersifat individual, sehingga siswa yang memiliki kemampuan penguasaan konsep akan terus melaju, sedangkan bagi siswa yang memiliki kemampuan yang rendah semakin terpuruk dalam memahami konsep pembelajaran. Hal tersebut sependapat dengan Johnson, Johnson dan Smith dalam Maihoff yang menyatakan bahwa suatu model pembelajaran tradisional atau konvensional tidak terdapat adanya kerjasama untuk membangun pemahaman
konsep
mengandalkan
secara
kemampuan
bersama invidual,
–
sama,
melainkan
kemampuan
sosial
hanya tidak
dikembangkan, dan tidak adanya share atau proses berpikir bersama dalam memberikan kesimpulan akhir terhadap permasalahan yang diajukan.55 Maka, hal tersebut mendorong perolehan hasil belajar siswa sebelum penerapan model Pembelajaran Media Animasi mendapatkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas sebesar 43, nilai tertinggi 57,5 dan nilai terendah 27,5. c. Hasil Posttest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Eksperimen
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil belajar, dari 32 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90, nilai rata-rata sebesar 71.56, simpangan baku 9.22 dan varians (9.22)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok eksperimen yaitu 71,56. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 43,75%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 4, 5 dan 6. Siswa yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 31,32 %.
55
Shirlee
Maihoff,
Teaching
Techniques
vol.
65,
https://www.asrt.org/Media/Pdf/ForEducators/4_InstructionalTechniques Accessed on September, 25, 2008.
No.
4.
Available
at:
/4.8CoopLearning.pdf
54
d. Hasil Posttest Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian mengenai tes hasil belajar, dari 30 siswa yang dijadikan sampel diperoleh nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 80, nilai rata-rata sebesar 61,13, simpangan baku 10,7 dan varians (10,7)2. Skor rata-rata yang diperoleh kelompok kontrol yaitu 61,13. Siswa yang mendapat skor diatas rata-rata sebanyak 33,33 %, yaitu siswa pada kelas interval nomor 5 dan 6. Siswa yang mendapat skor dibawah rata-rata sebanyak 40%, yaitu siswa pada kelas interval nomor 1, 2 dan 3. Perolehan hasil belajar siswa setelah diberikan perlakuan model Pembelajaran Media Animasi, yaitu siswa dalam pelaksanaan proses pembelajaran menjadi aktif mengikuti pembelajaran, kemampuan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan, kemampuan untuk berargumentasi, kemampuan berinterakasi yang komunikatif baik dengan guru maupun dengan sesama siswa. Perolehan hasil belajar setelah perlakuan model
Pembelajaran Media Animasi memberikan pengaruh yang signifikan dengan ditunjukkannya peningkatan sebesar 28,66 poin, yaitu dari nilai rata-rata siswa 43 menjadi 71,56 dengan nilai tertinggi siswa sebesar 87,5 dan nilai terendah sebesar 57,5. Perolehan hasil belajar tersebut, menunjukkan bahwa penerapan model Pembelajaran Media Animasi dapat meningkat prestasi dan efektifitas pembelajaran yang kondusif bagi siswa dalam memahami konsep pembelajaran dengan baik. Penerapan model pembelajaran Media Animasi dalam pembelajaran, selain dapat meningkatkan prestasi dan efektivitas proses pembelajaran yang kondusif juga memberikan pemahaman tentang nilai-nilai, yaitu komunikasi siswa dalam berdiskusi, memberikan penghargaan terhadap pendapat solusi siswa dan rasa kebersamaan atau integritas dalam membantu siswa membangun kemajuan kelompok dalam mendapatkan hasil belajar yang baik. Dalam konteks demikian, pembelajaran Media Animasi ini padat dengan nilai dan
55
memiliki tujuan pembelajaran yang membentuk kemampuan akademik dan kemampuan berpikir yang lebih tinggi seperti kemampuan dalam memecahkan masalah secara terstruktur dan aktif mengikut sertakan peserta didik mengalami pembelajaran. Selain itu, pembelajaran Media Animasi
juga
mengembangkan
aspek
pribadi
dan
sosial
yang
memungkinkan orang bekerja dan hidup dalam lingkungan sekitar secara kreatif, inisiatif, empati dan memiliki keterampilan interpersonal secara memadai. B. Analisis Data Tes Hasil Belajar 1. Uji Normalitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa
Dalam penelitian ini, uji normalitas didapat dengan menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak., dengan ketentuan bahwa data berdistribusi normal bila memenuhi kriteria
2
hitung
2
tabel
diukur pada taraf signifikansi
dan tingkat kepercayaan tertentu. Hasil uji normalitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat seperti pada tabel di bawah, sedangkan penghitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13. Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas Pretest Statistik
Kelompok eksperimen
Kelompok Kontrol
N
32
30
x
43
41,5
s
9,01
8,13
hitung
2,96
3,92
11,07
11,07
2
2
tabel
Kesimpulan Data Berdistribusi Normal
Data Berdistribusi Normal
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 5 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian
56
berdistribusi normal karena memenuhi kriteria
2
hitung
2
tabel.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Posttest Statistik
Kelompok eksperimen
Kelompok Kontrol
N
32
30
x
73,00
58,33
s
7,75
9,95
hitung
3,93
2,24
11,07
11,07
2
2
tabel
Kesimpulan Data Berdistribusi Normal Data Berdistribusi Normal Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 5. Untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian berdistribusi normal karena memenuhi kriteria
2
hitung
2
tabel.
2. Uji Homogenitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa
Setelah kedua kelompok sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam peneleitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji Bartlet. Kriteria pengujian yang digunakan yaitu: kedua kelompok sampel dinyatakan homogen apabila 2
hitung
2
tabel
diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu.
Hasil uji homogenitas pretest dan posttest kedua kelompok sampel penelitian dapat dilihat seperti pada tabel di bawah, sedangkan penghitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran 13. Tabel 4.7 Hasil Uji Homogenitas Pretest Statistik
S
2
eksperimen S2 kontrol S2 gabungan 2
hitung
2
tabel
Kesimpulan
81,1452 66,0413 73,84 0,298 3,841 Homogen
57
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian yang homogen karena memenuhi
2
hitung
2
tabel.
Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Posttest Statistik
S2 eksperimen S S
2
2
60,1088
kontrol
99,1264
gabungan
78,96
2
1,866
hitung
2
3,841
tabel
Kesimpulan Homogen Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% ( = 0,05) dengan
derajat kebebasan (dk) = 1 untuk kedua kelompok sampel penelitian. Dari tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel penelitian yang homogen karena memenuhi
2
hitung
2
tabel.
3. Pengujian Hipotesis
a. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor
pretest kelompok kontrol. Tabel 4.9 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Keterangan
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah sampel
32
30
x
43
41,9
81,16
66,04
S
2
t-hitung
0,27
t-tabel
2,00
Kesimpulan
Tidak Berbeda
58
Dari perhitungan diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,27 dan t-tabel 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t-hitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel < thitung < ttabel atau atau –2,00 < 0,27 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0,95 hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan rat-rata skor pretest kelompok kontrol. Penghitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil pretest dapat dilihat pada lampiran 13. b. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah skor posttest kelompok eksperimen yang menggunakan animasi asam-basa bernuansa nilai religius lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor
posttest kelompok kontrol yang tidak menggunakan animasi. Tabel 4.10 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Keterangan
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah sampel
32
30
x
73,00
58,33
2
60,11
99,13
S
t-hitung
2,27
t-tabel
2,00
Kesimpulan Berbeda Dari perhitungan diperoleh nilai t-hitung sebesar 2,27 dan t-tabel 2,00.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa t-hitung berada di daerah penerimaan Ha, yaitu ttabel
thitung atau 2,00
2,27. Dengan
demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95 hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rat-rata skor posttest kelompok kontrol. Penghitungan uji kesamaan dua rata-rata hasil posttest dapat dilihat pada lampiran 13.
59
4. Uji Normal Gain
Pengumpulan data hasil penelitian dilakukan dengan menggunakan alat pengumpul data berupa tes objektif pilihan ganda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest desain, maka data yang disajikan untuk kedua kelompok sampel tersebut digolongkan menjadi data hasil pretest dan posttest. Untuk mengetahui hasil penelitian yang dilakukan, maka perlu dilakukan perbandingan hasil pretest dari kedua kelompok, serta membandingkan normal gain dari kedua kelompok tersebut. Dari hasil penghitungan untuk normal gain, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.11 Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Normal Gain Keterangan
Kelompok Eksperimen
Kelompok Kontrol
Jumlah sampel
32
30
x
0,62
0,30
0,01
0,04
S
2
t-hitung
3,28
t-tabel
2,00
Kesimpulan
Berbeda
Peningkatan hasil belajar kimia siswa diperoleh dari nilai normal gain. Adapun nilai rata-rata normal gain dari hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen sebesar 0,62 dan kelompok kontrol sebesar 0,30. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selain itu, berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% ( = 0,05), diperoleh normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol (thitung = 3,28 dan ttabel = 2,00). Penghitungan lengkap uji kesamaan dua rata-rata normal gain dapat dilihat pada lampiran 13. Kategori peningkatan hasil belajar kimia siswa diperoleh dari penghitungan normal gain. Peningkatan hasil belajar kimia siswa pada
60
kelompok eksperimen secara umum termasuk kategori sedang (0,62), sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan hasil belajar kimia siswa termasuk kategori rendah (0,30). C. Analisis Data Angket
Setelah diperoleh data berdasarkan hasil angket yang diberikan kepada siswa, kemudian data tersebut diolah dalam bentuk tabel deskriftif yang dapat dilihat pada lampiran 12. Adapun skor dan kriteria analisis pada tiap siswa dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.12 Skor Perolehan Angket Siswa Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
Skor (Xt) 46 47 47 25 45 48 45 46 44 44 46 46 46 45 47 46 44 46 44
Kriteria
C B B F C B C C C C C C C C B C C C C
61
Nama
Skor (Xt)
20
Kriteria
C
46
21
C
46
22
C
46
23
C
46
24
C
45
25
F
35
26
C
46
27
C
46
28
C
46
29
C
45
30
C
45
31
C
46
32
F
25
Dari perhitungan di dapat mean (rata-rata) yaitu sebesar 44 dan standar deviasi (SD) yaitu sebesar 5. Kemudian di kelompokkan berdasarkan kriteria sebagai berikut: A : Baik sekali
= Xt >[ x + (1, 5Sd)] = Xt > 52,295
B : Baik
= [ x + (0,5SD)]
Xt < [ x + (1,5SD)] = 47
C : Cukup
= [ x - (0,5SD)]
Xt < [ x + (0,5SD)] = 41,735
D : Kurang
= [ x - (1,5SD)]
Xt
52,295 Xt < 47
Xt < [ x - (0,5SD)] = 36,45
Xt<
41,735 F : Gagal
= Xt < [ x - (1, 5SD)] = Xt < 36,45
Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka dapat dihitung dengan rumus: f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
f P=
x 100% N
N = Number of Cases p = angka persentase
62
Dari hasil penghitungan untuk persentase respon siswa, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 4.13 Persentase Perolehan Angket Siswa Kriteria
Ferekuensi
Persentase
Baik sekali
0
0%
Baik
4
13 %
Cukup
25
78 %
Kurang
0
0%
Gagal
3
9%
32
100 %
Jumlah
Dari tabel 4.13, dapat dilihat responden yang menjawab baik bahwa pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi nilai ini ada 13%, yang menjawab cukup ada 78%, yang menjawab kurang ada 0%, dan yang menjawab gagal ada 9%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa memberikan respon yang baik terhadap pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa dengan terintegrasi nilai, lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 12.
D. Interpretasi Data
Berdasarkan
hasil
pretest
diketahui
nilai
rata-rata
kelompok
eksperimen sebesar 43 dan kelompok kontrol sebesar 41.5, sedangkan berdasarkan hasil posttest diketahui nilai rata-rata kelompok eksperimen sebesar 71.56 dan kelompok kontrol sebesar 61.13. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang diajarkan dengan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi nilai memiliki kenaikan yang lebih tinggi dibandingkan siswa yang hanya diajarkan dengan pembelajaran tanpa animasi. Kedua kelompok tersebut berada pada distribusi normal, baik pada hasil uji
pretest maupun posttestnya. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian
63
persyaratan analisis pada kelas eksperimen dan kontrol, yang menyatakan bahwa
2
hitung
2
tabel
, dengan nilai
2
tabel
pada taaraf kepercayaan 95 %
sebesar 11,07. selain itu, baik kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol bersifat homogen, berdasarkan hasil uji pretest dan posttestnya, yang menyatakan bahwa
2
hitung
2
tabel
dengan nilai
2
tabel
pada taraf kepercayaan
95 % sebesar 3,841. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t, pada taraf kepercayaan 95 %. Hasil uji kesamaan dua rata-rata pretest, dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara skor pretest kelompok eksperimen dengan skor pretest kelompok kontrol, diperoleh nilai thitung sebesar 0,60 dan nilai ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel < thitung < ttabel atau –2,00 < 0,60 < 2,00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 95 %, hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Sedangkan berdasarkan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest, dilakukan untuk mengetahui apakah skor
posttest kelompok eksperimen yang menggunakan media animasi lebih besar secara signifikan dibandingkan dengan skor posttest kelompok yang tidak menggunakan animasi, diperoleh nilai thitung sebesar 4.18 dan nilai ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung ada di daerah penerimaan Ha, yaitu ttabel
thitung atau 2,00
4,18. Dengan demikian Ho
ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0.95, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol. Berdasarkan hasil uji normal gain dari hasil belajar kimia siswa kelompok eksperimen sebesar 0,50 dan kelompok kontrol sebesar 0,29. Dari nilai tersebut dapat dikatakan bahwa rata-rata normal gain pada kelompok eksperimen lebih besar jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji-t dengan taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai thitung sebesar 4,82 dan ttabel = 2,00. Hasil pengujian yang diperoleh
64
menunjukkan bahwa ttabel
thitung atau 2,00
4,82. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol. Dengan demikian, model pembelajaran dengan media animasi dalam pembelajaran kimia pada konsep reaksi asam basa
terintegrasi nilai
merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami kandungan pembelajaran secara utuh dan dapat membuktikan hipotesis bahwa model pembelajaran dengan animasi memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar siswa pada konsep reaksi asam – basa
E. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan data berupa hasil belajar kimia dengan media animasi asam-basa terintegrasi nilai religius dan pembelajaran tanpa bernuansa nilai religius, serta respon siswa terhadap pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa yang integrasi nilai, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan pembelajaran dengan media animasi pada konsep asam-basa yang integrasi nilai terhadap hasil belajar kimia siswa. Sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media animasi pada konsep asam-basa dengan integrasi nilai, kegiatan pembelajaran berpusat pada guru (techer centered). Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Sehingga siswa kurang mampu mengemukakan dan mengaplikasikan ide pada bermacam situasi serta kurang memberikan kesempatan kepada siswa dalam kerja ilmiah. Akibatnya siswa kurang menguasai konsep yang sedang dipelajari. Berdasarkan tes tertulis di awal pembelajaran, yang selanjutnya dilakukan uji kesamaan dua rata-rata pretest diketahui bahwa hasil belajar kimia siswa kedua kelompok penelitian pada konsep asam-basa menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa pada kedua kelompok penelitian memiliki pengetahuan yang sama tentang asam-basa. Pada pertemuan pertama aktivitas belajar masih belum tercapai dengan
65
optimal. Dalam diskusi kelompok masih banyak siswa yang sibuk mengobrol, bercanda, mengganggu kelompok lain, tidak serius dalam mengikuti prosedur yang
dicantumkan
dalam Lembar
Kerja
Siswa (LKS). Pada
saat
mepresentasikan hasil temuannya di depan kelas jumlah siswa yang bertanya maupun yang menanggapi pertanyaan masih sedikit dan terbatas hanya pada siswa yang berkemampuan lebih dan memiliki keberanian. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan siswa sebelumnya yaitu siswa lebih banyak mendengarkan dan mencatat informasi yang disampaikan oleh guru dan sering menunggu penjelasan guru. Pada pertemuan kedua dan ketiga selama penyelidikan siswa terlihat lebih bertanggung jawab misalnya serius dalam melaksanakan penyelidikan dan jujur dalam pengambilan data, selain itu
siswa sangat antusias dan
bersemangat dalam menyampaikan ide dan gagasannya dalam pembelajaran. Ide gagasan tersebut harus dihargai dan siswa diberi kesempatan mengembangkan ide dan kreatifitasnya. Penggunaan media animasi pada kelompok eksperimen dan tanpa bernuansa nilai religius pada kelompok kontrol telah dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa pada konsep asam-basa. Akan tetapi, penyisipan nilai-nilai religius pada konsep asam-basa dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa yang lebih baik jika dibandingkan dengan kelompok yang tidak menyisipkan nilai-nilai religius (kelompok kontrol). Hal ini dibuktikan dari hasil nilai ratarata posttest yang lebih tinggi pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol dan hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor
posttest kelompok kontrol. Selain itu, nilai rata-rata normal gain kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Hasil uji-t pada normal gain, yang dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan normal gain antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, pada taraf kepercayaan 95% diperoleh nilai yang menunjukkan bahwa normal gain pada kelompok eksperimen berbeda secara signifikan dari kelompok kontrol.
66
Perbedaan ini dikarenakan pada kelompok eksperimen kegiatan pembelajarannya menggunakan animasi yang terintegrasi nilai. Animasi ini dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Peningkatan ini menunjukkan bahwa animasi dalam pembelajaran sangat disukai siswa, sehingga siswa dengan mudah menyerap konsep pelajaran. Adapun sikap siswa setelah diberikan penjelasan tentang konsep asambasa yang bernuansa nilai religius menunjukkan respon yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan data angket siswa sebanyak 78% menjawab cukup menilai bahwa pembelajaran kimia yang bernuansa nilai sangat penting untuk dipelajari dengan harapan meningkatkan rasa syukur, keimanan, dan ketakwaan kita kepada sang Maha Esa. Disamping itu, penerapan nuansa nilai ke dalam pembelajaran sains-kimia diharapkan dapat membuka cakrawala berpikir peserta didik agar lebih bersemangat untuk memotivasi diri dalam belajar
sains-kimia
dalam
memahami
dan
menguasai
Iptek,
juga
meningkatkan Imtaq untuk senantiasa belajar dari hukum alam dan ayat-ayat Allah yang tersurat/tersirat di dalam Al-qur’an dan berusaha menjalankan perintah-Nya, serta meninggalkan larangan-Nya. Kembali lagi pada hakikat pembelajaran IPA sebagai aspek produk dan proses, maka untuk mencapai tujuan dalam pembelajaran kimia yang merupakan bagian dari IPA tidak dapat dipisahkan dari kedua kegiatan tersebut. Dalam memahami dan menguasai konsep-konsep kimia, siswa tidak hanya cukup diberikan penjelasan verbal dari suatu konsep tersebut akan tetapi siswa perlu diberikan pemahaman lebih lanjut melalui pengalaman langsung untuk membuktikan kebenaran dari sebuah konsep. Karena dengan melakukan sendiri siswa akan lebih memahami apa yang mereka pelajari (learning by doing) dan mereka memperoleh pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga ingatan mereka terhadap suatu konsep akan lebih lama. Dengan kegiatan belajar tidak hanya terjadi di dalam kelas, tidak hanya sekedar mencatat informasi yang berasal dari guru saja, serta dengan disisipi
67
nilai-nilai religius, mengajak siswa untuk belajar IPA dengan menyenangkan. Lingkungan belajar yang menyenangkan dapat membantu siswa untuk lebih termotivasi dalam proses belajar. Sebelumnya mereka menganggap pelajaran IPA khususnya kimia adalah pelajaran yang membosankan dan memusingkan karena terlalu banyak hafalan dan rumus-rumus, namun setelah kegiatan pembelajaran dengan menggunakan animasi bernuansa nilai religius ini siswa terlihat lebih aktif dalam proses belajar dan juga lebih termotivasi lagi untuk belajar. Berdasarkan pernyataan di atas, seorang guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk memilih dan menentukan metode dan media pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Hal tersebut diantaranya adalah pemilihan metode dan pendekatan yang tepat untuk suatu konsep yang akan disampaikan.
F. Keterbatasan Penelitian
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini masih banyak kekurangan dan kelemahan. Adapun beberapa kekurangan dan kelemahan dari penelitian ini diantaranya adalah membutuhkan kreativitas guru dalam merancang dan menerapkan kegiatan pembelajaran, memerlukan waktu dan tenaga lebih banyak dalam pelaksanaan pembelajaran dengan media animasi, selain itu terbatasnya kemampuan peneliti dalam upaya mencari cara yang paling tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa tentang konsep asam-basa yang bernuansa nilai religius.
68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis pada data penelitian ini diperoleh bahwa t-hitung 2,27 lebih besar dari t-tabel 2,00, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada penelitian ini terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran kimia menggunakan animasi pada konsep asam-basa terintegrasi nilai terhadap hasil belajar kimia pada siswa kelas XIA di sekolah SMA Negeri 1 Parung. Respon siswa yang diajar dengan menggunakan animasi pada konsep asam-basa terintegrasi nilai yang menjawab baik sebanyak 13%,
dan yang
menjawab cukup sebanyak 78%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memberikan
respon
yang
baik/positif
terhadap
penerapan
pendekatan
pembelajaran dengan menggunakan media animasi pada konsep asam-basa terintegrasi nilai. B. Saran
Adapun saran yang mudah-mudahan dapat dilaksanakan oleh beberapa pihak antara lain: 1. Dalam suatu proses pembelajaran, khususnya pembelajaran Kimia, guru diharapkan dapat memilih pendekatan yang tepat serta strategi yang cocok dengan materi yang akan diajarkan, agar materi yang didapat oleh siswa dapat diingat lebih lama dan diaplikasikan di dalam lingkungannya. 2. Guru diharapkan lebih sering mengaktifkan siswa dalam tugas bersama untuk belajar secara nyata di lingkungan agar proses pembelajaran lebih bermakna, selain itu guru juga diharapkan untuk mengangkat nilai-nilai yang terkandung dalam suatu materi pembelajaran. 3. Penggunaan media animasi dapat menjadi alternatif pembelajaran pada konsep yang lain untuk meningkatkan hasil belajar Kimia siswa.
68
69 DAFTAR PUSTAKA
Alan J. Bishop, Values in Mathematics and Science Education: Similiraties and Differences. The Montana Mathematics Enthusiast, ISSN 1551-3440, vol. 5, no. 1. Agus Suheri, Animasi Multimedia Pembelajaran,…. Anonim,
Tanamkan Nilai-nilai Kehidupan Dengan Keteladanan, http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205 5 Juni 2008
Anonym,
Benjamin Bloom and the Taxonomy of http://oaks.nvg.org/taxopmy-bloom.html., diakses 2 juni 2009
tersedia:
Learning,
Arikunto, Suharsimi, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006. Arsyad, Azhar, Prof. Dr. MA, Media Pembelajara, Jakarta: PT. Raja Grasindo Persada, 2005, Assist. Prof. Dr. Yucel Gursac. 3-d Computer Animation production process on Distance Education Program through Television: Anadolu University The Open Educational Faculty Model, 2001. Barbara Gross Davis, Tools for Teaching, (San Francisco: JB Publisher), The McGill Indonesia IAIN Development Project. 2000. Dahar, Ratna Willis. Teori-teori Belajar. Erlangga: Jakarta,. DePorte, Bobbi r, dkk., Quantum Teaching; Mempraktikan Quantum Leraning di Ruang-Ruang Kelas,, Bandung: Kaifa, 2000. Gerlach, Vernon S. and Donald P. Ely, Teaching & Media Asystematic approach,
(New Jersey : Prentice –Hall. Gredler, Margaret E., Classroom Assesment and Learning, (university of South Carolina:2001). The McGill Indonesia IAIN Development Project . Herlanti, Yanti, Development of Value Education Though Stories Based on Sciemce: How To Integrate Value and Science In Basic Sshool?, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and 69
70 Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28-29, 2008. http://www.diknas.go.id/headline.php?id=3. Isjoni, Cooperative Learning, Efektifitas Pembelajaran Kelompo, …. Koesoema, Doni, Pendidikan Karakter, Strategi Mendidik Anak Di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2007. Lamijan, Metoda dan Teknik Pendidikan Nilai. Dalam Jurnal Inkoma, Tahun 13, Nomor 1, Februari 2002. M. Basyrudin, Asnawir, Usman, Media Pembelajaran, Jakarta: Ciputat Press, 2002. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet.III Munadi,
Yudhi, Media Pembelajran Sebuah Pendekatan Baru, Ciputat: Gaung Persada, 2008.
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai-Perkembangan Moral Keagamaan
Mahasiswa PTAIN, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008. Nik Azis Nik Pa, Pengembangan Nilai dalam Pendidikan Matematika: Cabaran dan Keperluan, International Seminar on Development of Values in Mathematics and Science Education, 3-4 August 2007, Universiti of Malaya Panggabean, Luhut, Penelitian Pendidikan, Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan, 1996. Rachman, Maman, Reposisi, Reevaluasi, dan Redefinisi Pendidikan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 028, Tahun ke-7, Maret 2001. Ratcliffe, Mary, Values in The Classroom-The ‘Enacted’ Curriculum, Available at: http://www.fremtidensnaturfag.dk/web2006/artikler/MR_Values_chap_nov_ 05.pdf. Riduwan, Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula,, Bandung: Alfabeta, 2007. Seah dan Bishop, Values in Mathematics Textbooks: A View Through Two
Australasian Regions, Presented at 81st Annual Meeting of The American
71 Educational Research Assosiation, New Orleans, LA, 2000. Singgih Trihastuti dan Yoko Rimy, Filosofi Sains, www.lpmpjogja.diknas.go.id. Sofyan, Ahmad, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Press, 2006. Sumaji, dkk., Pendidikan Sains yang Humanistis, Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2003. Sulaiman Zein, Metode Penanaman Nilai Moral untuk Anak Usia Dini, diakses dari http://smpnbilahulu.wordpress.com, sabtu, 23 Februari 2008.15.10. Sukarno, dkk, Dasar-dasar Pendidikan Science, Jakarta: Bhatara, 1976. Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007. Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi, Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarifhidayatullah, 2007. Usman, Shambaeh, Integrating Value in Science Education : A Philippine Experience, The International Seminar on Mathematics and Science Education. Faculty of Tarbiya and Theacher’s Training UIN Jakarta, Oktober 28, 2008. ________, Tanamkan Nilai-nilai Kehidupan Dengan Keteladanan, tersedia: http://www.atmajaya.ac.id/content.asp?f=0&id=3205
72
73
74
75
76
77
LAMPIRAN
78
Sekolah
: SMAN Negeri 1 Parung Bogor
Kelas/Semester
: XI IPA/
Mata Pelajaran
: Kimia
Konsep
: Asam Basa
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (pertemuan ke-1)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa, larutan asam-basa, metode dengan menentukan sifat larutan dan pengukuran, dan menghitung pH larutan. C. Indikator
4.1.1. Menjelaskan dengan benar konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis. 4.1.2. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya. 4.1.3. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator. 4.1.4. Menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
79
D. Pertanyaan Kunci
Bagaimana perbedaan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, bronbsted-lowry dan lewis? E. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat menjelaskan konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis. 2. Siswa dapat menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya F. Bahan dan alat Pembelajaran Per Kelas
Per Siswa
Buku kimia SMA semester 2, buku referensi yang
Per Kelompok
Lembar Kerja
relevan dan searching di internet, multimedia (laptop, LCD)
G. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Langkah-Langkah Pembelajaran Fase
Engange (pendahuluan)
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu
• menciptakan lingkungan belajar, • Berdoa dan menyiapkan alat dan 2 menit
seperti berdoa dan salam • Menjelaskan tujuan
Nuansa Nilai
Nilai yang terintegrasi
bahan-bahan pelajaran
adalah percaya adanya
• Siswa mencatat poin-poin
takdir, sifat-sifat benda yang telah diberikan
80
pembelajaran yang dicapai dari
penting yang harus diketahui
oleh Allah SWT, sesuai
materi yang akan dibahas
dalam pembelajaran
dengan QS.Al Baqarah
• Memotivasi siswa dengan sikap
keterbukaan dan sambutan yang
• Siap melakukan proses
ayat: 31
pembelajaran
baik terhadap siswa
Individual
• Guru menanyakan Menanyakan
prediction
kepada siswa tentang teori asam
(tanya
jawab
basa.
konsep
asam
basa)
kalian
merasakan
rasa
limo?Pernakah
pernah jeruk kalian
merasakan
rasa
sabun/detergen?Mengapa jeruk asam
rasanya menampilkan animasi.
dari guru
6 menit
Allah segala
Menciptakan sesuatu
sesuai
dengan sifatnya masing-
”Apakah
rasanya
• Siswa menjawab pertanyaan
dan
sabun
pahit?dengan gambar
dan
masing, sesuai dengan surat al An’am ayat 141
81
Group prediction
• Guru membimbing siswa untuk
membentuk 5 kelompok.
(pembagian
• Guru memberikan penjelasan
kelompok)
tentang beberapa pengertian
• Siswa membentuk 5 kelompok
5 menit
sesuai dengan bimbingan guru. • Siswa memperhatikan penjelasan
dari guru.
15 menit
asam-basa menurut Arhenius, Bronsted-Lowry dan Lewis, serta indikator asam-basa (menggunakan media power point).
Activity (kegiatan inti)
• Guru memberikan lembar kerja
• Siswa dari tiap kelompok
berisi soal-soal untuk
menerima lembar dari guru dan
menganalisis perbedaan setiap
dikerjakan dengan menggunakan
teori menurut Arhenius,
metode information search.
2 menit
Bronsted-Lowry dan Lewis, persamaan reaksi dari tiap teori, dan indikator asam-basa.
Group discusion
• Guru memerintahkan siswa dari
tiap kelompoknya untuk
• Siswa mendiskusikan cara untuk
memecahkan masalah dari setiap
20 menit
82
(diskusi
menyelesaikan beberapa soal.
soal dan pada waktu yang telah
kelompok
ditentukan harus menyerahkan
untuk
hasil pekerjannya.
memecahkan masalah)
Group report
• Guru mengoreksi jawaban siswa
• Siswa dalam kelompoknya
(melaporkan
apakah sudah benar atau belum.
secara bergantian menulis
hasil/jawaban
Jika masih terdapat siswa yang
jawaban dari tiap soal di papan
dari tiap soal)
belum dapat menjawab dengan
tulis.
15 menit
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan • Guru menjelaskan kembali dan
Short explanation
menyimpulkan pelajaran hari ini,
(menyimpulkan
dipastikan semua siswa
materi
memahami materi yang
telah
yang
• Siswa menyimak penjelasan
20 menit
guru.
diberikan hari ini.
diajarkan).
Apply to a new • Guru memberikan tugas berupa latihan soal. situation
• Siswa mencatat tugas rumah
5 menit
83
yang diberikan oleh guru.
(menggunakan persamaan yang diajarkan
telah ke
dalam sosl-soal dengan variasi yang berbeda). H. Penilaian
Nontes
: Sikap
Tes
: Tes Tertulis Berupa isian
Bogor, Maret 2009 Guru mata pelajaran
(M. Ikhwanudin Al Fatakh)
84
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
: SMAN Negeri 1 Parung Bogor
Kelas/Semester
: XI IPA/
Mata Pelajaran
: Kimia
Konsep
: Asam Basa
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (pertemuan ke-2)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa, larutan asam-basa, metode dengan menentukan sifat larutan dan pengukuran, dan menghitung pH larutan. C. Indikator
4.1.1. Menjelaskan dengan benar konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis. 4.1.2. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya. 4.1.3. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator.
85
4.1.4. Menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari. D. Pertanyaan Kunci
Bagaimana persamaan reaksi asam dan basa menurut Arrhenius, bronbsted-lowry dan lewis? E. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa dapat mengidentifikasi sifat larutan asam-basa dengan lakmus, indikator universal, indikator alami. b. Siswa dapat menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari. F. Bahan dan alat Pembelajaran Per Kelas
Per Siswa
Buku kimia SMA semester 2, buku referensi yang
Per Kelompok
Lembar Kerja
relevan dan searching di internet, multimedia (laptop, LCD)
G. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Langkah-Langkah Pembelajaran Fase
Engange (pendahuluan)
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu
• menciptakan lingkungan belajar, • Berdoa dan menyiapkan alat dan 2 menit
Nuansa Nilai
Nilai yang terintegrasi adalah
Allah
86
menciptakan bumi dan
bahan-bahan pelajaran
seperti berdoa dan salam
• Siswa mencatat poin-poin
• Menjelaskan tujuan
langit
hanya
untuk
pembelajaran yang dicapai dari
penting yang harus diketahui
kepentingan
materi yang akan dibahas
dalam pembelajaran
dan Allah menciptakan
• Memotivasi siswa dengan sikap
keterbukaan dan sambutan yang
• Siap melakukan proses
segala
manusia,
sesuatu
tidak
sia-sia.
pembelajaran
baik terhadap siswa • Guru Apersepsi : Menanyakan
Individual prediction
kepada siswa tentang asam basa.
(tanya
jawab
”Apakah
konsep
asam
menggunakan
kalian kunyit,
Group
• Guru membimbing siswa untuk
kelompok)
membentuk 5 kelompok. • Guru memberikan penjelasan
tentang beberapa indikator asam-
Allah
menciptakan
makhluknya dengan sifat
dari guru
dan
manfaat
yang
berbeda-beda. Al An’an
kubis
sebagai indikator asam basa?
(pembagian
6 menit
pernah
basa)
prediction
• Siswa menjawab pertanyaan
Ayat 91
• Siswa membentuk 5 kelompok
5 menit
sesuai dengan bimbingan guru. • Siswa memperhatikan penjelasan 15 menit
dari guru.
87
basa (menggunakan media swf).
Activity (kegiatan inti)
• Guru memberikan lembar kerja
• Siswa dari tiap kelompok
berisi soal-soal untuk
menerima lembar dari guru dan
menganalisis larutan dengan
dikerjakan dengan menggunakan
indikator unviversal, buatan,
metode information search.
2 menit
alami.
Group
• Guru memerintahkan siswa dari
• Siswa mendiskusikan cara untuk
discusion
tiap kelompoknya untuk
memecahkan masalah dari setiap
(diskusi
menyelesaikan beberapa soal.
soal dan pada waktu yang telah
kelompok
ditentukan harus menyerahkan
untuk
hasil pekerjannya.
20 menit
memecahkan masalah)
Group report
• Guru mengoreksi jawaban siswa
• Siswa dalam kelompoknya
(melaporkan
apakah sudah benar atau belum.
secara bergantian menulis
hasil/jawaban
Jika masih terdapat siswa yang
jawaban dari tiap soal di papan
dari tiap soal)
belum dapat menjawab dengan
tulis.
benar, guru dapat langsung
15 menit
88
memberikan bimbingan • Guru menjelaskan kembali dan
Short explanation
menyimpulkan pelajaran hari ini,
(menyimpulkan
dipastikan semua siswa
materi
memahami materi yang
yang
telah
• Siswa menyimak penjelasan
20 menit
guru.
diberikan hari ini.
diajarkan).
Apply to a new • Guru memberikan tugas berupa situation
latihan soal.
(menggunakan persamaan yang diajarkan
telah ke
dalam sosl-soal dengan variasi yang berbeda).
• Siswa mencatat tugas rumah
yang diberikan oleh guru.
5 menit
89
H. Penilaian
Nontes
: Sikap
Tes
: Tes Tertulis Berupa isian
Bogor, Maret 2009 Guru mata pelajaran
(M. Ikhwanudin Al Fatakh)
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Sekolah
: SMAN Negeri 1 Parung Bogor
Kelas/Semester
: XI IPA/
Mata Pelajaran
: Kimia
Konsep
: Asam Basa
Alokasi Waktu
: 2 x 45 menit (pertemuan ke-3)
A. Standar Kompetensi
4. Memahami sifat-sifat larutan asam-basa, metode pengukuran dan terapannya. B. Kompetensi Dasar
4.1 Mendeskripsikan teori-teori asam basa, larutan asam-basa, metode dengan menentukan sifat larutan dan pengukuran, dan menghitung pH larutan. C. Indikator
4.1.5. Menjelaskan dengan benar konsep asam dan basa menurut Arrhenius, Bronsted- Lowry dan lewis. 4.1.6. Menuliskan persamaan reaksi asam dan basa menurut Bronsted dan Lowry dan menunjukkan pasangan asam dan basa konjugasinya. 4.1.7. Mengidentifikasi sifat larutan asam dan basa dengan berbagai indikator.
91
4.1.8. Menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan pengikatan dan pelepasan hidrogen dan pelepasan dan penerimaan elektron dalam kehidupan sehari-hari. D. Pertanyaan Kunci
Bagaimana cara menghitung dan mengukur larutan asam-basa? E. Tujuan Pembelajaran
a.
Siswa dapat menghitung dan mengukur pH larutan asam basa.
b. Siswa dapat menggambarkan peranan konsep asam-basa berdasarkan reaksi penetralan dalam kehidupan sehari-hari. F. Bahan dan alat Pembelajaran Per Kelas
Per Siswa
Buku kimia SMA semester 2, buku referensi yang
Per Kelompok
Lembar Kerja
relevan dan searching di internet, multimedia (laptop, LCD)
G. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Langkah-Langkah Pembelajaran Fase
Engange (pendahuluan)
Aktifitas Guru
Aktifitas Siswa
Waktu
• menciptakan lingkungan belajar, • Berdoa dan menyiapkan alat dan 2 menit
seperti berdoa dan salam
bahan-bahan pelajaran
Nuansa Nilai
Nilai yang terintegrasi adalah menciptakan
Allah manusia
92
• Menjelaskan tujuan
• Siswa mencatat poin-poin
dengan kekurangannya,
pembelajaran yang dicapai dari
penting yang harus diketahui
yaitu
materi yang akan dibahas
dalam pembelajaran
mengeluarkan
• Memotivasi siswa dengan sikap
keterbukaan dan sambutan yang
• Siap melakukan proses
manusia
keringat,
bau untuk
menghilangkannya
pembelajaran
Allah
baik terhadap siswa
swt,
memerintahkan • Guru Apersepsi : Menanyakan
Individual
• Siswa menjawab pertanyaan
6 menit
manusia untuk bersuci, dengan bersiwak/sikat
prediction
kepada siswa tentang teori asam
(tanya
jawab
basa.
gigi,
konsep
asam
”Apakah kalian pernah bersiwak
sabun, wudhu.
atau sikat gigi?Pernakah kalian
Nilai religi yang dapat
merasakan rasa keringat tubuh
diambil, terdapat pada
kalian?bagaimana cara untuk
QS. Al Hajj ayat: 29,
menghilangkan
atau
Qs. An Nisaa ayat 43,
kalian?mengapa
Al Baqarah ayat 222,
basa)
bau ketika
badan mau
diwajibkan
keringat
shalat
kita
wudhu?dengan
dari guru
mandi
dengan
dan Qs. Al Maidah ayat 6.
93
menampilkan
gambar
dan
animasi. • Motivasi: sunah nabi, sebelum
shalat atau membaca Al Quran kita disunahkan bersiwak terlebih dahulu, apa sebenarnya yang terkandung dalam siwak?sehingga siwak dapat mengganti sikat gigi?
Group prediction
• Guru membimbing siswa untuk
membentuk 5 kelompok.
(pembagian
• Guru memberikan penjelasan
kelompok)
tentang cara menghitung pH
• Siswa membentuk 5 kelompok
5 menit
sesuai dengan bimbingan guru. • Siswa memperhatikan penjelasan 15 menit
dari guru.
larutan asam-basa, dan reaksi penetralan asam-basa.
Activity (kegiatan inti)
• Guru memberikan lembar kerja
berisi soal-soal untuk
• Siswa dari tiap kelompok
menerima lembar dari guru dan
2 menit
94
menghitung pH larutan asam-
dikerjakan dengan menggunakan
basa, dan reaksi penetralan
media komputer.
• Guru memerintahkan siswa dari
Group
• Siswa mendiskusikan cara untuk
discusion
tiap kelompoknya untuk
memecahkan masalah dari setiap
(diskusi
menyelesaikan beberapa soal.
soal dan pada waktu yang telah
kelompok
ditentukan harus menyerahkan
untuk
hasil pekerjannya.
20 menit
memecahkan masalah)
Group report
• Guru mengoreksi jawaban siswa
• Siswa dalam kelompoknya
(melaporkan
apakah sudah benar atau belum.
secara bergantian menulis
hasil/jawaban
Jika masih terdapat siswa yang
jawaban dari tiap soal di papan
dari tiap soal)
belum dapat menjawab dengan
tulis.
15 menit
benar, guru dapat langsung memberikan bimbingan • Guru menjelaskan kembali dan
Short explanation
menyimpulkan pelajaran hari ini,
(menyimpulkan
dipastikan semua siswa
materi
yang
• Siswa menyimak penjelasan
guru.
20 menit
95
telah
memahami materi yang
diajarkan).
diberikan hari ini.
Apply to a new • Guru memberikan tugas berupa situation
latihan soal.
• Siswa mencatat tugas rumah
5 menit
yang diberikan oleh guru.
(menggunakan persamaan yang diajarkan
telah ke
dalam sosl-soal dengan variasi yang berbeda). H. Penilaian
Nontes
: Sikap
Tes
: Tes Tertulis Berupa isian Bogor, Maret 2009 Guru mata pelajaran
(M. Ikhwanudin Al Fatakh)
96
M. Ikhwanudin Al fatakh
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
97 RANGKUMAN MATERI Standar Kompetensi : Memahami Sifat-Sifat Larutan Asam-Basa, Metode Kompetensi Dasar
Pengukuran Dan Terapannya : Mendeskripsikan teori-teori asam-basa dengan menentukan sifat larutan dan menghitung pH larutan
Pertemuan Ke-1 Materi : Menunjukkan Asam dan Basa
Berkaitan dengan asam dan basa, larutan dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu brsifat asam, bersifat basa, dan bersifat netral Untuk membedakan sifat asam dan basa yaitu, dengan menggunakan indicator asam-basa. Indicator asam-basa adalah zat-zat warna yang mampu menunjukkan warna berbeda dalam larutan asam dan basa. Misalnya lakmus. Lakmus akan berwarna merah dalam larutan yang bersifat asam dan berwarna biru dalam larutan bersifat basa. Sifat asam-basa dari suatu larutan juga dapat ditunjukkan dengan mengukur pH-nya. pH adalah suatu parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman larutan. Larutan asam mempunyai pH lebih kecil dari 7, larutan basa mempunyai pH lebih besar dari 7 dan larutan netral mempunyai pH = 7. pH larutan dapat ditentukan menggunakan indicator pH (indicator universal), atau dengan pH meter. a. Asam Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut. HxZ(aq) → xH+(aq) + Zx-(aq) Contoh : Asam cuka (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) di dalam air mengion sebagai
berikut. CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq) + H+(aq) HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq) Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam disebut valensi asam,
98 sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa asam. b. Basa Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidroksida (OH ). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan
hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut. M(OH)x (aq) → Mx+(aq) + xOH-(aq) Jumlah ion OH- yang dapat dilepaslkan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Contoh : NaOH → Na+ + OH-
Meskipun tidak mempunyai gugus hidroksida, larutan ammonia (NH3) ternyata bersifat basa. Hal ini terjadi karena NH3 bereaksi dengan air (mengalami hidrolisis) membentuk ion OH- sebagai berikut. NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq) Penilaian antara lain : • Unjuk kerja, kerja kelompok
Lembar Kerja Siswa (LKS) Menunjukkan Larutan Asam, Larutan Basa, dan Larutan Netral. Tujuan : Membedakan larutan asam, larutan basa, dan larutan netral
Rancang dan lakukan pencarian untuk menetukan sifat asam-basa dari berbagai larutan/bahan di sekitar Anda, misalnya air sabun, larutan garam, air jeruk, larutan ammonia, air tanah, dan air got. Anda dapat menggunakan air suling sebagai contoh larutan netral, asam cuka sebagai contoh larutan asam, dan air kapur sebagai contoh larutan basa. Dalam menentukan asam, basa suatu bahan dapat dilihat dari contoh yang ada. - Tulis laporan lengkap dari pencarian ini. 1. Analisis perbedaan teori asam basa menurut Arhenius, bronsted lowry, dan lewis 2. Klasifikasikan bahan-bahan disekitar anda!
99 Pertemuan Ke-2
Materi : Indikator Asam-Basa
Berbagai jenis zat warna yang dipisahkan dari tumbuhan kemungkinan juga dapat digunakan sebagai sebagai indicator asam-basa, misalnya, daun mahkota bunga (kembang sepatu, bogenvil, mawar, dan lain-lain). Penilaian : • Unjuk kerja, diskusi • Portofolio, laporan eksperimen Indicator Asam-Basa dari Bahan-bahan Alami Tujuan : mempelajari berbagai jenis bahan alam yang dapat digunakan sebagai
indicator asam-basa. Cara Kerja : 1. Giling beberapa helai mahkota bunga berwarna merah dengan kira-kira 5 mL air suling dalam lumping. Tempatkan kira-kira 1 mL air bunga itu masingmasing ke dalam dua tabung reaksi. Ke dalam tabungn pertama tambahkan larutan cuka, sedangkan ke dalam tabung kedua tambahkan beberapa tetes air kapur. Guncangnkan tabung, amati perubahan warna dan catat. 2. Lakukan cara yang sama dengan bunga berwarna merah dan bunga berwarna lainnya. Analisis Data 1. Dari pengujian dengan air bunga, air bunga yang manakah yang dapat digunakan sebagai indikator asam-basa yang baik? Jelaskan jawabanmu. 2. Tariklah kesimpulan dari kegiatan ini.
100 Pertemuan Ke-3
Materi : Teori Asam-Basa Arrhenius dan Konsep pH, pOH, dan pKw c. Asam
Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+. Asam Arrhenius dapat dirumuskan sebagai HxZ dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut. HxZ(aq) → xH+(aq) + Zx-(aq) Contoh : Asam cuka (CH3COOH) dan asam klorida (HCl) di dalam air mengion sebagai berikut. CH3COOH(aq) → CH3COO-(aq) + H+(aq) HCl(aq) → H+(aq) + Cl-(aq)
Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh satu molekul asam disebut valensi asam, sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa asam. d. Basa
Menurut Arrhenius, basa adalah zat yang dalam air melepaskan ion hidroksida (OH ). Jadi pembawa sifat basa adalah ion OH-. Basa Arrhenius merupakan hidroksida logam, dapat dirumuskan sebagai M(OH)x, dan dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut. M(OH)x (aq) → Mx+(aq) + xOH-(aq) -
Jumlah ion OH- yang dapat dilepaslkan oleh satu molekul basa disebut valensi basa. Contoh : NaOH → Na+ + OH-
Meskipun tidak mempunyai gugus hidroksida, larutan ammonia (NH3) ternyata bersifat basa. Hal ini terjadi karena NH3 bereaksi dengan air (mengalami hidrolisis) membentuk ion OH- sebagai berikut. NH3(aq) + H2O(l) → NH4+(aq) + OH-(aq) e. pH pH = - log [H+] dari definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa rumus sebagai berikut. Jika [H+] = 1 × 10-n, maka pH = n
101 Jika [H+] = x × 10-n, maka pH = n-log x Sebaliknya, jika pH = n, maka [H+] = 10-n f. pOH Analogi dengan pH (sebagai cara menyatakan konsentrasi ion H+), konsentrasi ion OH- juga dapat diyatakan dengan cara yang sama, yaitu pOH. pOH = - log [OH-] g. Tetapan Kesetimbangan Air (Kw) Air merupakan elektrolit sangat lemah yang dapat terionisasi menjadi ion H+ dan ion
OH-. Air dapat menghantarkan listrik, meskipun sangat buruk. Salah satu penjelasan mengapa air dapat menghantarkan arus listrik ialah karena sebagian air terionisasi menjadi ion H+ dan ion OH- menurut reaksi kesetimbangan sebagai berikut. H2O(l) → H+(aq) + OH-(aq) Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan ionisasi air adalah: Kc = [H+][OH-] [H2O] Oleh karena [H2O] dapat dianggap konstan, maka hasil perkalian Kc dengan [H2O] Merupakan suatu konstan yang disebut tetapan kesetimbangan air (Kw). Kw = [H+]×[OH-] Harga Kw pada berbagai suhu adalah 1 × 10-14. h. Hubungan [H+] dan [OH-]
Dalam larutan murni, sesuai dengan tetapan kesetimbangna air (Kw) maka konsentrasi ion H+ sama besar dengan konsentrasi ion OH-. Dengan begitu maka,
[H+] = [OH-] =
Kw
Pada suhu kamar (sekitar 25oC), Kw = 1 × 10-14, maka [H+] = [OH-] = 1 × 10 −14 = 1 × 10-7 mol L-1
102 Apabila ke dalam air ditambahkan suatu asam, maka [H+] akan bertambah, tetapi hasil perkalian [H+] × [OH-] tidak akan berubah, tetap sama dengan Kw. Hal ini dapat terjadi karena kesetimbangan bergeser ke kiri yang menyebabkan pengurangan [OH-]. Kesetimbangan juga akan bergeser jika ke dalam air ditambahkan suatu basa. Dari pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa: Dalam larutan berair Dalam larutan murni (larutan netral)
: [H+] × [OH-] = Kw : [H+] = [OH-]
Dalam larutan asam Dalam larutan basa
: [H+] > [OH-] : [H+] < [OH-]
i. Hubungan pH dan pOH Hubungan pH dengan pOH dapat diturunkan dari persamaan tetapan kesetimbangan air (Kw). Kw = [H+] × [OH-]
Jika kedua ruas persamaan ini diambil harga negative logaritmanya, diperoleh: -log kw = -log ([H+] × [OH-]) -log kw = (-log ([H+]) + (-log [OH-]) Dengan, p = -log , maka pKw = pH + pOH atau pH + pOH = pKw pada suhu kamar, dengan harga Kw = 1 × 10-14 (pKw = 14), maka pH + pOH = 14 Penilaian Tertulis tipe subjektif dengan mengerjakan soal Soal 1. Apakah penyebab sifat asam dan basa? Sebutkan beberapa sifat khas asam dan basa. 2. Sebutkan berbagai zat dalam kehidupan sehari-hari yang berdifat asam dan basa. 3. Tuliskan reaksi ionisasi dari asam/basa berikut. a. Asam nitrat b. Barium hidroksida 4. Apakah yang dimaksud dengan pH? 5. Berapakah pH larutan, jika [H+]: 6. Berapakah konsentrasi ion OH- dalam larutan yang mengandung ion H+ 0,05 M? 7. Berapakah konsentrasi ion H+ dalam larutan yang mengandung ion OH- 0,025 M? 8. Berapakah pH larutan jika [OH-] = 2 × 10-5?
103
Animasi Dalam Bentuk Power Point
104
105
106
107
LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PENELITIAN MATA PELAJARAN POKOK MATERI NAMA SEKOLAH KELAS WAKTU
: KIMIA : ASAM-BASA : : SMAN 1 PARUNG : XI : 40 MENIT
Berilah tanda silang (x) pada jawaban yang Anda anggap paling benar ! 1. Menurut konsep Bronted-Lowry dalam reaksi : NH3 + H2O
NH4 + + OH –
a. Air adalah basa karena dapat menerima proton b. Amonia dan air adalah pasangan asam basa konyugasi c. NH3 dan NH4 + adalah pasangan asam basa konyugasi d. NH3 adalah asam karena memberi sebuah proton e. NH4 + dan OH – adalah basa kuat 2. Jika zat di bawah ini konsentrasinya 1 M, maka yang pH nya paling tinggi: a. NaHSO4 b. NH4Cl c. HCl d. (NH4)2SO4 e. CH3COONa 3. Konsentrasi ion OH – dalam larutan H2SO4 0,005 N adalah: a. 2,5 x10-3 M b. 5 x 10-3 M c. 10-12 M d. 10-2 M e. 2 x 10-12 M
108
4. Pernyataan yang benar di antara pernyataan berikut ini adalah: a. NH4OH merupakan basa kuat karena mudah larut dalam air b. NaOH merupakan basa pekat karena mudah larut dalam air c. Larutan HCl merupakan asam kuat karena akan terion sempurna d. H2SO4 merupakan basa lemah karena sukar terion dalam larutannya e. Larutan CH3COOH merupakan asam lemah karena sukar larut dalam air 5. Larutan penyangga dapat terjadi sebagai berikut, kecuali: a. asam lemah + basa sangat lemah berlebih b. asam kuat + basa lemah berlebih c. asam sangat lemah + basa lemah berlebih d. asam lemah berlebih + basa kuat e. asam sangat lemah berlebih + basa lemah 6. Molekul atau ion yang dapat bersifat amfiprotik menurut teori Bronsted – Lowry adalah: a. PO43-
d. HCO3-
b. NaOH
e. HCl
c. H3O
+
7. Hidrolisis tidak terjadi pada garam yang terbentuk dari: a. asam lemah + basa lemah b. asam kuat + basa kuat c. asam kuat + basa lemah d. asam sangat lemah + basa sangat lemah e. asam lemah + basa kuat 8. pH larutan yang tidak terpengaruh oleh konsentrasi garamnya adalah: a. (NH4)2CO3 b. NH4Cl c. NaCl d. a dan b benar e. a dan c benar 9. NH3 + HCl
NH4Cl, pernyataan yang benar berdasarkan teori Lewis:
a. NH3 adalah basa karena memberikan pasangan elektron
109
b. NH3 adalah basa karena sebagai akseptor proton c. NH3 adalah basa karena sebagai donor proton d. NH3adalah basa karena sebagai akseptor elektron e. NH3 adalah basa karena sebagai donor elektron 10. Larutan garam amonium asetat dapat dihitung [H+] nya dengan rumus: a. [H+] = (Kw)½.[g]/Kb b. [H+] = (Kb)½.Ka/Kw c. [H+] = (Kb)½.[g]/Kw d. [H+] = (Kb)½/Kw.Ka e. [H+] = (Kw)½.Ka/Kb 11. HCl + H2O
H3O+ + Cl-, berdasarkan konsep Bronted-Lowry, zat yang
merupakan asam sangat kuat adalah: a. HCl b. H2O c. H3O+ d. Cle. tidak ada 12. Harga pH suatu asam akan dipengaruhi oleh faktor berikut ini, kecuali: a. derajat ionisasinya b. konsentrasinya c. jenis pelarutnya d. Ka nya e. Volumenya 13. Terdapat tiga macam air dari sumber yang berbeda, yaitu air sungai, air danau, dan air sumur. Setelah dilakukan pengujian dengan alat kertas lakmus merah, ternyata pada pengujian air sungai kertas lakmus tersebut berubah menjadi biru. Pernyataan yang benar dari peristiwa tersebut adalah…. a. Air sungai tercemar oleh limbah rumah tangga b. Air sungai tercemar oleh sampah c. Air sungai tercemar oleh limbah pabrik tahu d. Air sungai tercemar oleh limbah peleburan logam
110
e. Air sungai tercemar oleh limbah pabrik tambang emas 14. pH larutan (NH4)2SO4 0,2 M dalam air, jika Kb NH4OH = 10-5adalah…. a. 9 + log 2 b. 5,5 – ½ log 2 c. 8,5 + ½ log 2 d. 5 – log 2 e. 6,5 – ½ log 2 15. Dari campuran 100 mL CH3COOH 0,1 M dengan 150 mL CH3COOH 0,2 M (Ka = 10-5) yang kemudian ditambah 250 mL NaOH 0,08 M, pH yang dapat diukur adalah…. a. 2,5
d. >7,0
b. 5,0
e. 0,69
c. 7,0 16. Campuran larutan berikut yang membentuk garam terhidrolisis adalah…. a. 100 mL HCL 0,1 M + 100 mL NH4OH 0,1 M b. 100 mL CH3COOH 0,1 M + 50 mL KOH 0,1 M c. 100 mL HCl 0,2 M + 100 mL NH4OH 0,1 M d. 100 mL NaOH 0,1 M + 200 mL CH3COOH 0,1 M e. 100 mL CH3COOH 0,1 M 50 mL NH4OH 0,1 M 17. 100 mL larutan CH3COOH 0,2 M (Ka = 10-5) direaksikan dengan 100 mL larutan KOH 0,2 M, ternyata mempunyai pH sebesar…. a. 5 – log 2
d. 9
b. 5
e. 9 + log 2
c. 5 + log 2
111
18. Dibawah ini yang tidak dapat di jadikan indikator alami adalah …. a. Air tebu
d. kulit manggis
b. kunyit
e.
tumbuhan
yang
mempunyai
warna
mencolok c. ektrak bunga sepatu 19. Hitunglah konsentrasi ion H+ dalam 200 mL larutan yang mengandung 0,05 mol HCl …. a. 0, 25 M
d. 0,35 M
b. 0,10 M
e. 0,15 M
c. 0,20 M 20. Kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah apabila dimasukkan ke dalam larutan ….. a. Kalium Hidroksida
d. Asam klorida
b. Natrium klorida
e. Natrium sitrat
c. Barium sulfat 21. Seorang siswa telah menentukan pH air hujan disuatu daerah industri dengan menggunakan indikator berikut ini : Indikator Metil Merah
Daerah Perubahan Warna pH 3,1 pH 4,4 merah kuning Brom Kresol pH 3,8 pH 5,4 Hijau kuning biru Brom Timol pH 6,0 pH 7,6 Biru Kuning biru Fenolftalein PH 8,0 - pH 10,0 Tdk berwarna merah Jika ternyata harga pH = 5,7. maka pasangan indikator yang digunakan adalah ….. a. Metil merah dengan brom kresol hijau b. Brom kresol hijau dengan brom timol biru c. Brom timol biru dengan fenolftalein d. Metil merah dengan fenolftalein e. Brom kresol hijau dengan fenolftalein
112
22. Harga pH dari 0,01 M H2SO4 adalah …… a. 1 - log 2
d. 2 + log 2
b. 2 – log 1
e. 2 + log 1
c. 2 – log 2 23. Harga pH larutan NH3 0,001 M (Kb = 1,0 X 10-5) adalah …. a. 3
d. 9
b. 4
e. 10
c. 5 24. Pemberian kapur tohor pada tanah gambut untuk membuka lahan pertanian adalah salah satu dari reaksi asam-basa, tujuan dari pemberian kapur tohor tersebut adalah…. a. Supaya tanah bersifat asam sehingga tanah dapat ditanami tanaman b. Supaya tanah bersifat basa sehingga tanah dapat ditanami tanaman c. Supaya tanah bersifat netral sehingga tanah dapat ditanami tanaman d. Kapur tohor merupakan asam yang dapat menetralkan tanah e. Kapur tohor merupakan asam yang dapat mengasamkan tanah 25. Diantara larutan berikut yang mempunyai pH terbesar adalah ….. a. 2 mL KOH 0,4 M b. 2 mL Mg(OH)2 0,4 M c. 4 mL Ba(OH)2 0,3 M d. 5 mL NaOH 0,3 M e. 5 mL Al(OH)3 0,2 M 26. pH meter yang dicelupkan ke dalam 100 mL larutan Ca(OH)2 0,05 M menunjukkan angka … a. 1
c. 9,7
b. 1,3
d. 12,7
e. 13
113
27. Diketahui reaksi : H2PO4
-
≡ HPO4
+ H2 O
2-
+ H3O+ yang merupakan asam basa
konyugasi adalah …. a. H2PO4 - dan H2O b. HPO4 2- dan H3O+ c. H2PO4 - dan H3O+ d. HPO4 2- dan H2O e. H2PO4 - dan HPO4 228. Asam terkonyugasi dari HF adalah …. F-
a. HF
c.
b. H2F+
d. H+
e. HF2-
29. Dari reaksi-reaksi asam basa Bronsted-Lowry dibawah ini : 1. RNH2 + H2O 2. H2PO4 - + H2O 3. HS- + H2O
RNH3+ + OHHPO4 2- + H3O+ H2S + OH-
H2O yang bersifat asam terdapat pada reaksi : a. 1
d. 1 dan 2
b. 2
e. 1 dan 3
c. 3 30. Larutan penyangga merupakan campuran …. a. Larutan asam kuat dengan garamnya b. Larutan asam kuat dengan asam lemah c. Larutan basa kuat dengan garamnya d. Larutan asam lemah dengan garamnya e. Larutan asam lemah dengan basa lemah 31. Campuran yang merupakan larutan penyangga adalah …… a. Larutan 100 mL NaOH 0,1 M dengan 100 mL CH3COOH 0,1 M b. Larutan 200 mL NaOH 0,1 M dengan 100 mL CH3COOH 0,1 M c. Larutan 100 mL NaOH 0,1 M dengan 200 mL CH3COOH 0,1 M
114
d. Larutan 200 mL NaOH 0,1 M dengan 200 mL CH3COOH 0,1 M e. Larutan 150 mL NaOH 0,1 M dengan 200 mL CH3COOH 0,1 M 32. Apabila 50 mL NH4OH 0,25 M (Kb NH3 = 1.10-5) dicampur dengan 100 mL NH4Cl 0,25 M, berapa pH larutan penyangga? a. 9 b. 9 – log 2 c. 9 + log 2 d. 10 – log 2 e. 11 33. Pada shampoo bayi tidak pedih ketika terkena mata, hal ini dikarenakan… a. memiliki pH seimbang b. memiliki komposisi larutan asam dan basa c. terdapat bahan aktif d. tidak dapat mempertahankan pH e. memiliki pH diatas 7 34. 100 mL larutan CH3COOH 0,2 M (Ka = 10-5) direaksikan dengan 100 mL larutan KOH 0,2 M, ternyata mempunyai pH sebesar…. a. 5 – log 2
d. 9
b. 5
e. 9 + log 0,2
c. 5 + log 2 35. Larutan CH3COONa memiliki pH = 10. Jika Ka CH3COONa = 10-5, maka konsentrasi CH3COONa adalah…. a. 0,1 M
d. 12,0 M
b. 1,0 M
e. 14,0 M
c. 10,0 M
115
Lampiran 4
Jawaban
1. C
11. C
21. B
31. C
2. D
12. C
22. C
32. B
3. E
13. A
23. E
33. A
4. C
14. D
24. C
34. E
5. C
15. B
25. B
35. C
6. D
16. A
26. E
7. B
17. E
27. E
8. A
18. A
28. B
9. A
19. A
29. E
10. A
20. D
30. D
116
Lampiran 5 KLASIFIKASI VALIDITAS BUTIR SOAL INSTRUMEN UJI COBA r_tabel = 0.349
Butir
r_
Butir
r_
soal
hitung
soal
hitung
Valid
16
0.072
Disvalid
31
0.501
Valid
0.423
Valid
17
0.436
Valid
32
0.457
Valid
3
-0.227
Disvalid
18
0.516
Valid
33
0.012
Disvalid
4
0.365
Valid
19
0.516
Valid
34
0.487
Valid
5
0.490
Valid
20
0.397
Valid
35
-0.304
Disvalid
6
0.327
Disvalid
21
0.549
Valid
7
0.409
Valid
22
0.263
Disvalid
8
0.234
Disvalid
23
0.012
Disvalid
9
0.439
Valid
24
-0.198
Disvalid
10
0.472
Valid
25
-0.349
Disvalid
11
-0.027
Disvalid
26
0.382
Valid
12
0.379
Valid
27
0.065
Disvalid
13
-0.041
Disvalid
28
0.531
Valid
14
0.612
Valid
29
0.157
Disvalid
15
0.423
Valid
30
0.080
Disvalid
Butir
r_
soal
hitung
1
0.365
2
Ket
Ket
Ket
118
Perhitungan Validitas dan Realibilitas Nomor Butir
Jumla
Nomor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
h
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
18
2
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
16
3
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
18
4
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
9
5
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
13
6
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
8
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
7
8
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
20
9
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
7
10
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
17
11
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
10
12
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
12
13
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
14
14
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
12
15
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
15
16
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
18
17
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
15
18
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
10
19
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
8
20
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
10
119 21
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
7
22
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
9
23
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
6
24
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
25
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
7
26
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
27
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
28
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
17
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
12
30
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
17
31
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
5
32
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
9
12
13
9
12
10
9
13
14
10
10
11
12
11
11
13
10
12
13
10
10
13
10
8
10
9
10
9
10
9
9
10
10
8
10
9
369
Juml ah p
0.375 0.406 0.281 0.375 0.312 0.281 0.406 0.437 0.312 0.312 0.343 0.375 0.343 0.343 0.406 0.312 0.375 0.406 0.312 0.312 0.406 0.312 0.25 0.312 0.281 0.312 0.281 0.312 0.281 0.281 0.312 0.312 0.25 0.312 0.281
q
0.62 0.593 0.718 0.625 0.687 0.718 0.593 0.562 0.687 0.687 0.656 0.625 0.656 0.656 0.593 0.687 0.625 0.593 0.687 0.687 0.593 0.687 0.75 0.687 0.718 0.687 0.718 0.687 0.718 0.718 0.687 0.687 0.75 0.687 0.718
mp 13.66 13.84 9.888 13.66 14.9 13.88 13.76 13.78 13.1 14.7 11.36 13.75 11.27 15.36 13.84
15 14.08 11.92
15 14.2 14.53 13.3 11.62 10.2
9 14.1
12 15.1 12.66 12.11 14.9 14.6 11.62 14.8 9.333
mt 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 11.53 sdt 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 4.529 rbis 0.365 0.422 -0.22 0.365 0.490 0.325 0.408 0.438 0.233 0.471 -0.02 0.379 -0.04 0.612 0.422 0.516 0.436 0.071 0.516 0.397 0.549 0.263 0.011 -0.19 -0.34 0.382 0.064 0.531 0.156 0.080 0.501 0.456 0.011 0.486 -0.30 rtabel 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 0.349 ktrg
V
V
D
V
V
D
V
V
D
V
D
V
D
V
V
V
V
D
V
V
V
D
D
D
D
V
D
V
D
D
V
V
D
V
D
119
Lampiran 6
KLASIFIKASI TINGKAT KESUKARAN BUTIR SOAL INSTRUMEN UJI COBA
Butir
P_
Butir
P_
soal
hitung
soal
hitung
Sedang
16
0.406
Sedang
31
0.313
Sedang
0.406
Sedang
17
0.375
Sedang
32
0.313
Sedang
3
0.281
Sukar
18
0.313
Sedang
33
0.25
Sukar
4
0.375
Sedang
19
0.313
Sedang
34
0.313
Sedang
5
0.313
Sedang
20
0.313
Sedang
35
0.281
Sukar
6
0.281
Sukar
21
0.406
Sedang
7
0.406
Sedang
22
0.313
Sedang
8
0.313
Sedang
23
0.25
Sukar
9
0.438
Sedang
24
0.313
Sedang
10
0.313
Sedang
25
0.281
Sukar
11
0.344
Sedang
26
0.313
Sedang
12
0.375
Sedang
27
0.281
Sukar
13
0.344
Sedang
28
0.313
Sedang
14
0.344
Sedang
29
0.281
Sukar
15
0.406
Sedang
30
0.281
Sukar
Butir
P_
soal
hitung
1
0.375
2
Ket
Ket
Ket
118
Perhitungan Tingkat Kesukaran Instrumen Uji Coba Nomor Butir Resp
Jml 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
18
2
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
16
3
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
18
4
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
9
5
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
13
6
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
8
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
7
8
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
20
9
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
7
10
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
17
11
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
10
12
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
12
13
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
14
14
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
12
15
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
15
16
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
18
17
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
15
18
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
10
19
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
8
20
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
10
119 21
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
7
22
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
9
23
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
6
24
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
25
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
7
26
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
27
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
28
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
17
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
12
30
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
17
31
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
5
32
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
9
Jumlah
12
13
9
12
10
9
13
14
10
10
11
12
11
11
13
10
12
13
10
10
13
10
8
10
9
10
9
10
9
9
10
10
8
10
9
369
P
0.37 0.40 0.28 0.37 0.31 0.28 0.40 0.43 0.31 0.31 0.34 0.37 0.34 0.34 0.40 0.31 0.37 0.40 0.31 0.31 0.40 0.31 0.25 0.31 0.28 0.31 0.28 0.31 0.28 0.28 0.31 0.31 0.25 0.31 0.28
121
Lampiran 7 KLASIFIKASI DAYA BEDA BUTIR SOAL INSTRUMEN UJI COBA
Butir
D_hitung
Ket
1
0.375
Cukup
2
0.313
3
Butir
D_hitung
Ket
16
-0.063
Jelek
Cukup
17
0.250
-0.188
Jelek
18
4
0.250
Cukup
5
0.250
6
Butir
D_hitung
Ket
31
0.500
Baik
Cukup
32
0.338
Cukup
0.250
Cukup
33
0.125
Jelek
19
0.250
Cukup
34
0.375
Cukup
Cukup
20
0.375
Cukup
35
-0.188
Jelek
0.188
Jelek
21
0.563
Baik
7
0.438
Baik
22
0.313
Cukup
8
0.125
Jelek
23
0.125
Jelek
9
0.250
Cukup
24
-0.125
Jelek
10
0.375
Cukup
25
-0.188
Jelek
11
0.063
Jelek
26
0.250
Cukup
12
0.375
Cukup
27
0.063
Jelek
13
-0.063
Jelek
28
0.500
Baik
14
0.563
Baik
29
0.063
Jelek
15
0.438
Baik
30
0.063
Jelek
soal
soal
soal
Perhitungan Daya Pembeda Instrumen Uji coba
122
Kelas Atas Resp.
Nomor Butir
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16 17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
8
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
20
1
0
0
0
1
1
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
18
3
1
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
18
16
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
18
10
0
1
0
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
17
28
0
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
1
0
0
17
30
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
17
2
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
1
0
16
15
1
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
15
17
1
0
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
1
0
15
13
1
1
1
0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
1
14
5
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
13
26
1
1
0
0
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
13
12
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
1
0
1
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
12
14
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
12
29
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
1
1
1
0
1
0
0
0
11
Jml
9
9
3
8
8
7
9
9
6
8
6
9
4
10
10
8
8
7
7
9
11
6
5
4
3
8
6
8
5
5
9
8
4
8
2
PA 0.562 0.562 0.187 0.5 0.50.4375 0.56250.56250.375 0.50.375 0.5625 0.25 0.6250.625 0.5 0.50.43750.4375 0.56250.68750.375 0.3125 0.25 0.1875 0.50.375 0.50.31250.3125 0.5625 0.5 0.25 0.50.125
123
Kelas Bawah Resp.
Nomor Butir
Jml
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
11
1
1
0
1
0
0
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
10
18
0
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
10
20
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
10
4
0
0
0
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
9
22
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
9
32
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
1
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
9
6
0
0
0
1
0
1
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
8
19
1
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
8
7
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
7
9
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
1
0
1
7
21
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
1
0
1
1
0
1
7
25
0
0
1
0
1
0
0
1
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
7
23
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
1
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
6
24
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
1
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
6
31
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
1
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
5
27
0
0
0
0
0
0
0
0
1
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
4
Jml
3
4
6
4
2
2
4
5
4
2
5
3
7
1
3
2
4
6
3
1
2
3
3
6
6
2
3
2
4
4
1
2
4
2
7
10
PA 0.187 0.25 0.3750.25 0.125 0.125 0.25 0.312 0.250.125 0.312 0.187 0.437 0.062 0.1870.1250.25 0.375 0.187 0.062 0.125 0.187 0.187 0.37 0.3750.125 0.187 0.125 0.25 0.25 0.0620.1250.250.125 0.437 D
0.375 0.312 -0.180.25 0.375 0.312 0.312 0.250.1250.375 0.062 0.375 -0.18 0.562 0.4370.3750.25 0.062 0.25
0.5 0.562 0.187 0.125 -0.12 -0.180.375 0.187 0.375 0.062 0.062
0.50.375
00.375 -0.31
124
Lampiran 8
REKAPITULASI HASIL UJI COBA INSTRUMEN Butir Soal
Validitas
Reliabilitas
Tingkat Kesukaran
Daya Pembeda
Keputusan
1
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
2
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
3
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
4
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
5
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
6
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
7
Valid
Reliabel
Sedang
Baik
Pakai
8
Disvalid
Reliabel
Sedang
Jelek
Buang
9
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
10
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
11
Disvalid
Reliabel
Sedang
Jelek
Buang
12
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
13
Disvalid
Reliabel
Sedang
Jelek
Buang
14
Valid
Reliabel
Sedang
Baik
Pakai
15
Valid
Reliabel
Sedang
Baik
Pakai
16
Disvalid
Reliabel
Sedang
Jelek
Buang
17
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
18
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
19
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
20
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
21
Valid
Reliabel
Sedang
Baik
Pakai
22
Disvalid
Reliabel
Sedang
Cukup
Buang
23
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
24
Disvalid
Reliabel
Sedang
Jelek
Buang
25
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
26
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
27
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
125
28
Valid
Reliabel
Sedang
Baik
Pakai
29
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
30
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
31
Valid
Reliabel
Sedang
Baik
Pakai
32
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
33
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
34
Valid
Reliabel
Sedang
Cukup
Pakai
35
Disvalid
Reliabel
Sukar
Jelek
Buang
126
Lampiran 9 Perhitungan Validitas pada Butir Soal No.1 menggunakan product moment.
Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mencari proporsi siswa yang menjawab benar (p) p
=
12 = 0.375 32
2. Mencari proporsi siswa yang menjawab salah (q) q
=1–p = 1 – 0.375 = 0.625
3. Mencari skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya (Mp) Mp = =
16 + 18 + 20 + 10 + 14 + 12 + 15 + 15 + 8 + 6 + 13 + 17 12 164 = 13.66 12
4. Mencari rerata skor total (Mt) Mt = =
Xt N 369 = 11.53125 32
5. Mencari standar deviasi total (Sdt) Sdt =
Xt 2 N
−
2
Xt N 2
4891 369 − = 152.84375 − 132.96972 = 32 32 6. Menentukan koefisen biserial Mp − Mt p rpbi = St q =
20.51512 = 4.52936
127
=
13.66 − 11.53 0.375 = 0.47 x 0.77 = 0.36 (valid) 4.53 0.625
Uji Reliabilitas Total Tes Uji Coba Kimia menggunakan rumus KR-20.
Langkah-langkahnya sebagai berikut: 1. Mencari Varians Total s2 = (4.52936) = 20.51512 2. Mencari Koefisien Reliabilitas Tes Kriteria sebagai berikut: Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0.81-1.000
Sangat Baik
0.61-0.80
Tinggi
0.41-0.60
Sedang
0.21-0.40
Rendah
<0.20
Sangat Rendah (tidak reliabel)
r11 =
k k −1
s2 −
=
32 32 − 1
20.51512 − 7.649414 20.51512
=
32 12.865706 31 20.51512
s
pq 2
= 1.02941 (0.62713) = 0.64736 = 0.65 (Tinggi)
128
Perhitungan Tingkat kesukaran pada Butir Soal No.1 P=
B JS
P=
12 = 0.375 (Sedang) 32
Perhitungan Daya Beda pada Butir Soal No.1 D=
B A BB 9 3 6 − = − = = 0.375 (cukup) J A J B 16 16 16
Keputusan : Soal di pakai
129
Lampiran 10
KISI –KISI ANGKET
Tujuan : Mengetahui bagaimana pengaruh media animasi terhadap hasil belajar siswa pada konsep asam basa terintegrasi nilai. Item No
1 2 3 4
Indikator
Kesadaran diri Kecakapan berfikir rasional Kecakapan sosial Kecakapan akademik Jumlah Soal
Σ Soal
Persentase
3
3
30 %
4
5
2
20 %
6
7
2
20 %
8
9, 10
3
30 %
5
5
10
100 %
Pernyataan
Pernyataan
Positif
Negatif
1, 2
130
Lampiran 11 ANGKET SISWA Pengaruh Media Animasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Asam Basa Terintegrasi Nilai. Nama
: …………………………………………..
Kelas
: …………………………………………..
Sekolah
: …………………………………………..
Petunjuk Pengisian: Bacalah pernyataan berikut baik-baik, kemudian beri tanda ceklis (√) pada kolom yang sesuai dengan pendapat anda. SS
= Sangat setuju
S
= Setuju
TT
= Tidak tahu
TS
= Tidak setuju
STS
= Sangat tidak setuju
No
1.
Aspek yang dinilai
Saya bersyukur atas karunia Allah telah menciptakan
SS
yang
keunikan garam dari
perpaduan asam dan basa. 2.
Belajar mengenai asam basa menambah keyakinan saya terhadap kebesaran Allah SWT sang Maha Pencipta.
3.
Saya tidak dapat merasakan manfaat ketika belajar asam basa.
4.
Belajar mengenai asam basa dengan media animasi sangat menarik, karena saya tidak perlu pergi ke laboratorium dan menyentuh zat-zat kimia secara langsung.
5.
Saya tidak perlu mencari animasi-animasi
S
TT
TS
STS
131
baru lainnya tentang pembelajaran asam basa dari internet.
6.
Dengan mengetahui manfaat dan kerugian dari asam basa membuat saya merasa bertanggung jawab dalam
menjaga dan
melestarikan lingkungan. 7.
Penggunaan detergen yang berlebihan tidak dapat
menyebabkan
pencemaran
lingkungan. 8.
Saya tertarik ketika belajar asam basa jika diintegrasikan dengan nilai-nilai religius yang terkandung di dalamnya.
9
Penambahan nilai-nilai religius membuat saya menjadi lebih sulit dalam memahami konsep asam basa.
10. Saya tidak tertarik membahas asam basa yang dikaitkan dengan nilai-nilai religius.
132
Lampiran 12 ANALISIS DATA ANGKET
Berdasarkan hasil analisis jawaban angket siswa
setiap butir, maka
didapatkan skor dari masing-masing item dengan jumlah sebagai berikut: Nomor butir
No. Nama 1 A 2 B 3 C 4 D 5 E 6 F 7 G 8 H 9 I 10 J 11 K 12 L 13 M 14 N 15 O 16 P 17 Q 18 R 19 S 20 T 21 U 22 V 23 W 24 X 25 Y 26 Z 27 AA 28 AB 29 AC 30 AD 31 AE 32 AF Jumlah
Skor
1 5 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 3 4 5 5 4 5 3 4 3 5 4 4 5 3
2 4 5 5 3 5 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 4 5 4 5 5 3
3 4 4 5 2 4 4 4 5 4 4 4 3 5 4 5 4 5 5 3 4 4 5 4 3 2 3 5 4 4 2 5 3
4 5 5 4 3 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 3
5 4 5 5 2 5 5 4 5 3 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 5 1
6 5 4 4 3 4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 2 5 5 5 5 5 4 2
7 5 5 5 2 5 5 5 3 5 5 5 4 5 4 5 4 2 4 4 5 5 5 5 5 2 4 5 4 5 5 4 2
8 5 5 5 3 5 5 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 3
9 4 5 5 1 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 5 5 4 5 5 5 4 5 5 4 2 5 5 5 5 5 4 1
10 5 5 4 3 4 5 4 4 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 4 5 4 4
134
149
126
149
143
143
138
143
139
146
total 46 47 47 25 45 48 45 46 44 44 46 46 46 45 47 46 44 46 44 46 46 46 46 45 35 46 46 46 45 45 46 25
133
Kemudian dicari nilai rata-rata dan standar deviasi dengan membuat tabel frekuensi dari data skor angket tiap siswa sebagai berikut: Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Skor (Xt) 46 47 47 25 45 48 45 46 44 44 46 46 46 45 47 46 44 46 44 46 46 46 46 45 35 46 46
Kriteria
C B B F C B C C C C C C C C B C C C C C C C C C F C C
134
Nama
Skor (Xt)
28
Kriteria
C
46
29
C
45
30
C
45
31
C
46
32
F
25
Skor terbesar = 48 Skor terkecil = 25 Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil = 48 – 25 = 23 Banyak kelas (BK)
Panjang kelas (i)
= 1 + 3.3 log (32) = 1 + 3.3 (1,5) = 1 + 4,95 = 5,95 ≈ 6 23 R = = 3,8 ≈ 4 = BK 6 Tabel Distribusi Frekuensi
No
Kelas interval
f
Nilai tengah (xi)
xi2
1
25 – 28
2
26.5
702.25
53
1404.5
2
29 – 32
0
30.5
930.25
0
0
3
33 – 36
1
34.5
1190.25
4
37 – 40
0
38.5
1482.25
0
0
5
41 – 44
4
42.5
1806.25
170
7225
6
45 – 48
25
46.5
2162.25
7
49 – 52
0
50.5
2550.25
Jumlah
32
Rata-rata ( x ) fxi 1420 x = = = 44,375 n 32 Simpangan Baku (Standar Deviasi)
f . xi2
f . xi
34.5 1190.25
1162.5 54056.3 0
0
1420
63876
135
s=
2
fxi − (
n
fxi ) 2
n(n − 1)
=
32 × 63876 − (1420) 2 = 32(32 − 1)
27632 = 992
27.8 = 5.28
Dengan berdasarkan kriteria : A : Baik sekali
= Xt >[ x + (1, 5Sd)] = Xt > 52,295
B : Baik
= [ x + (0,5SD)]
Xt < [ x + (1,5SD)] = 47
C : Cukup
= [ x - (0,5SD)]
Xt < [ x + (0,5SD)] = 41,735
D : Kurang
= [ x - (1,5SD)]
Xt
52,295 Xt < 47
Xt < [ x - (0,5SD)] = 36,45
Xt<
41,735 F : Gagal
= Xt < [ x - (1, 5SD)] = Xt < 36,45
Untuk mengetahui persentase respon siswa, maka dapat dihitung dengan rumus: f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya
f P=
x 100% N Kriteria
N = Number of Cases p = angka persentase
Ferekuensi
Persentase
Baik sekali
0
0%
Baik
4
13 %
Cukup
25
78 %
Kurang
0
0%
Gagal
3
9%
32
100 %
Jumlah
136
Lampiran 13
UJI ANALISIS DATA
A. Uji Normalitas dengan Chi-Kuadrat ( χ 2 )
Data skor Pretest siswa kelas Eksperimen (XI) No
X
No
X
No
X
No
X
1
50
11
40
21
40
31
25
2
45
12
30
22
45
32
35
3
60
13
45
23
35
4
35
14
40
24
35
5
50
15
50
25
35
6
40
16
50
26
50
7
40
17
50
27
30
8
60
18
45
28
50
9
40
19
40
29
50
10
55
20
40
30
40
Skor terbesar = 60 Skor terkecil = 25 Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil = 60 – 25 = 35 Banyak kelas (BK)
Panjang kelas (i)
= 1 + 3.3 log (32) = 1 + 3.3 (1,5) = 1 + 4.95 = 5.95 ≈ 6 R 35 = = = 5.83 ≈ 6 BK 6
137
Tabel Distribusi Frekuensi No
Kelas interval
f
Nilai tengah (xi)
xi2
1
25 – 30
3
27.5
756.25
82.5
2268.75
2
31 – 36
5
33.5
1122.25
167.5
5611.25
3
37 – 42
9
39.5
1560.25
355.5
14142.25
4
43 – 48
4
45.5
2070.25
182
8281
5
49 – 54
8
51.5
2652.25
412
21218
6
55 - 60
3
57.5
3306.25
172.5
9918.75
1372
61340
80496 = 992
81.145 =
Jumlah
32
f . xi
f . xi2
Rata-rata ( x ) fxi 1372 = 42,88 ≈ 43 x = = n 32 Simpangan Baku (Standar Deviasi)
n
s =
2
fxi − (
fxi ) 2
n(n − 1)
=
32 x61340 − (1372) 2 = 32(32 − 1)
9.01 Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 24.5
30.5
36.5
b. Mencari nilai Z-Score Z= 24.5 − 43 = -2.05 9.01 30.5 − 43 Z2 = = -1.39 9.01 36.5 − 43 Z3 = = -0.72 9.01
Z1 =
42.5
48.5
Batas Kelas - x s
54.5
60.5
138
42.5 − 43 9.01 48.5 − 43 Z5 = 9.01 54.5 − 43 Z6 = 9.01 60.5 − 43 Z7 = 9.01
Z4 =
= -0.05 = 0.61 = 1.28 = 1.94
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, di dapat: 0.4798
0.4177
0.2642
0.0199
0.2291
0.3997
0.4738
fe
fo
1.9872 4.912 9.0912 6.6944 5.4592 2.3712
3 5 9 4 8 3
d. Mencari luas tiap interval 0.4798 – 0.4177 = 0.0621 0.4177 - 0.2642 = 0.1535 0.2642 + 0.0199 = 0.2841 0.0199 - 0.2291 = 0.2092 0.2291 - 0.3997 = 0.1706 0.3997 - 0.4738 = 0.0741 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0.0621 x 32 = 1.9872 0.1535 x 32 = 4.912 0.2841 x 32 = 9.0912 0.2092 x 32 = 6.6944 0.1706 x 32 = 5.4592 0.0741 x 32 = 2.3712 No 1 2 3 4 5 6
Batas Kelas 24.5 30.5 36.5 42.5 48.5 54.5 60.5
Z
Luas 0 - Z
-0.34 -0.23 -0.12 -0.01 0.10 0.21 0.32
0.4798 0.4177 0.2642 0.0199 0.2291 0.3997 0.4738
Luas Kelas Tiap Interval 0.0621 0.1535 0.2841 0.2092 0.1706 0.0741
fo = 32
139
Mencari chi-kuadrat hitung ( χ 2 hitung )
χ 2 hitung =
k i =1
( fo − fe) 2 fe
= (3−1.9872)2 (5 − 4.912)2 (9 − 9.0912)2 (4 − 6.6944)2 (8 − 5.4592)2 (3 − 2.3712)2 + + + + + 1.9872 4.912 9.0912 6.6944 5.4592 2.3712 = 0.52 + 0.0016 + 0.00091 + 1.084 + 1.183 + 0.17 = 2.96 Nilai χ 2 tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, χ 2 tabel = 11. 070. χ
2
hitung
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal. Dari perhitungan didapat: χ 2 hitung = 2.96 dan χ 2 tabel = 11.070 Jadi, χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal.
Data skor Posttest siswa kelas Eksperimen (XI) No X No X No 1 80 11 75 21 2 75 12 65 22 3 85 13 80 23 4 70 14 70 24 5 75 15 75 25 6 65 16 80 26 7 65 17 75 27 8 90 18 75 28 9 70 19 65 29 10 70 20 70 30 Skor terbesar = 90 Skor terkecil = 55
X 75 80 70 75 75 80 65 80 75 65
No 31 32
X 55 65
140
Rentang (R)
= skor terbesar – skor terkecil = 90 – 55 = 35 Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (32) = 1 + 3.3 (1,5) = 1 + 4.95 = 5.95 ≈ 6 R 35 = Panjang kelas (i) = = 5.83 ≈ 6 BK 6 Tabel Distribusi Frekuensi No
Kelas interval
f
Nilai tengah (xi)
xi2
1
55 – 60
1
57.5
3306.25
57.5
3306.25
2
61 – 66
7
63.5
4032.25
444.5
28225.75
3
67 – 72
6
69.5
4830.25
417
28981.5
4
73 – 78
10
75.5
5700.25
755
57002.5
5
79 – 84
6
81.5
6642.25
489
39855
6
85 - 90
2
87.5
7656.25
175
15312.5
2338
172683.5
Jumlah
f . xi2
f . xi
32
Rata-rata ( x ) fxi 2338 x = = = 73.06 ≈ 73 n 32 Simpangan Baku (Standar Deviasi)
s=
n
2
fxi − (
fxi ) 2
n(n − 1)
=
32x17283.5 − (2338) 2 = 32(32 − 1)
5928 = 992
60.108 = 7.75
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 54.5
60.5
66.5
b. Mencari nilai Z-Score Z=
72.5
78.5
Batas Kelas - x s
84.5
90.5
141
Z1 = Z2 = Z3 = Z4 = Z5 = Z6 = Z7 =
54.5 − 73 7.75 60.5 − 73 7.75 66.5 − 73 7.75 72.5 − 73 7.75 78.5 − 73 7.75 84.5 − 73 7.75 90.5 − 73 7.75
= -2.39 = -1.61 = -0.84 = -0.06 = 0.71 = 1.48 = 2.26
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, di dapat: 0.4916
0.4463
0.2995
0.0239
d. Mencari luas tiap interval 0.4916– 0.4463 = 0.0453 0.4463 - 0.2995 = 0.1468 0.2995+0.0239 = 0.3234 0.0239 - 0.2612 = 0.2373 0.2612 - 0.4306 = 0.1694 0.4306 - 0.4881 = 0.0575 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0.0453 x 32 = 1.4496 0.1468 x 32 = 4.6976 0.3234 x 32 = 10.3488 0.2373 x 32 = 7.5936 0.1694 x 32 = 5.4208 0.0575 x 32 = 1.84
0.2612
0.4306
0.4881
142
Batas Kelas 54.5 60.5 66.5 72.5 78.5 84.5 90.5
No 1 2 3 4 5 6
Z
Luas 0 - Z
-2.39 -1.61 -0.84 -0.06 0.71 1.48 2.26
0.4916 0.4463 0.2995 0.0239 0.2612 0.4306 0.4881
Luas Kelas Tiap Interval 0.0453 0.1468 0.3234 0.2373 0.1694 0.0575
fe
fo
1.4496 4.6976 10.3488 7.5936 5.4208 1.84
1 7 6 10 6 2 fo = 32
Mencari chi-kuadrat hitung ( χ 2 hitung )
χ 2 hitung =
k i =1
χ
2
hitung
=
( fo − fe) 2 fe
(1−1.4496)2 (7 − 4.6976)2 (6 −10.3488)2 (10− 7.5936)2 (6 − 5.4208)2 (3 −1.84)2 + + + + + 1.4496 4.6976 10.3488 7.5936 5.4208 1.84
= 0.139 + 1.128 + 1.827 + 0.762 + 0.061 + 0.013 = 3.93 Nilai χ 2 tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, χ 2 tabel = 11. 070. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal. Dari perhitungan didapat: χ 2 hitung = 3.93 dan χ 2 tabel = 11.070 Jadi, χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal.
143
Data skor Pretest siswa kelas Kontrol (XI) No X No 1 30 11 2 40 12 3 45 13 4 50 14 5 40 15 6 35 16 7 50 17 8 45 18 9 45 19 10 50 20
X 40 40 50 35 40 35 45 30 35 40
No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
X 60 50 40 25 40 50 40 45 50 40
Skor terbesar = 60 Skor terkecil = 25 Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil = 60 – 25 = 35 Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (30) = 1 + 3.3 (1,47) = 1 + 4.851 = 5.85 ≈ 6 R 35 Panjang kelas (i) = = = 5.83 ≈ 6 BK 6
Tabel Distribusi Frekuensi No 1 2 3 4 5 6
Kelas interval 25 – 30 31 – 36 37 – 42 43 – 48 49 – 54 55 - 60 Jumlah
f 3 4 10 5 7 1 30
Nilai tengah (xi) 27.5 33.5 39.5 45.5 51.5 57.5
xi2
f . xi
f . xi2
756.25 1122.25 1560.25 2070.25 2652.25 3306.25
82.5 134 95 227.5 360.5 57.5 1257
2268.75 4489 15602.5 10351.25 18565.75 3306.5 54583.5
144
Rata-rata ( x ) fxi 1257 = = 41,9 x = n 30 Simpangan Baku (Standar Deviasi) n
s=
2
fxi − (
fxi ) 2
n(n − 1)
=
30x54583.5 − (1257) 2 57456 = = 66.0413 = 8.13 30(30 − 1) 870
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 24.5
30.5
36.5
b. Mencari nilai Z-Score Z= Z1 = Z2 = Z3 = Z4 = Z5 = Z6 = Z7 =
24.5 − 41.9 8.13 30.5 − 41.9 8.13 36.5 − 41.9 8.13 42.5 − 41.9 8.13 48.5 − 41.9 8.13 54.5 − 41.9 8.13 60.5 − 41.9 8.13
42.5
48.5
54.5
60.5
Batas Kelas - x s
= -2.14 = -1.40 = -0.66 = 0.07 = 0.81 = 1.55 = 2.29
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, didapat: 0.4838
0.4192
0.2454
0.0279
0.2910
0.4394
0.4890
145
d. Mencari luas tiap interval 0.4838 – 0.4192 = 0.0646 0.4192 - 0.2454 = 0.1738 0.2454 + 0.0279 = 0.2733 0.0279 - 0.2910 = 0.2631 0.2910 - 0.4394 = 0.1484 0.4394 - 0.4890 = 0.0496 e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0.0646 x 30 0.1738 x 30 0.2733 x 30 0.2631 x 30 0.1484 x 30 0.0496 x 30
No 1 2 3 4 5 6
Batas Kelas 24.5 30.5 36.5 42.5 48.5 54.5 60.5
= 1.938 = 5.214 = 8.199 = 7.893 = 4.452 = 1.488
Z
Luas 0 - Z
-2.14 -1.40 -0.66 0.07 0.81 1.55 2.29
0.4838 0.4192 0.2454 0.0279 0.2910 0.4394 0.4890
Luas Kelas Tiap Interval 0.0646 0.1738 0.2733 0.2631 0.1484 0.0496
fe
fo
1.938 5.214 8.199 7.893 4.452 1.488
3 4 10 5 7 1 fo = 30
Mencari chi-kuadrat hitung ( χ 2 hitung )
χ 2 hitung =
k i =1
χ
2
hitung
=
( fo − fe) 2 fe
(3 −1.938)2 (4 − 5.214)2 (10−8.199)2 (5 − 7.893)2 (7 − 4.452)2 (1−1.488)2 + + + + + 1.938 5.214 8.199 7.893 4.452 1.488
= 0.58 + 0.28+ 0.39 + 1.06 + 1.45 + 0.16 = 3.92 Nilai χ 2 tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, χ 2 tabel = 11. 070.
146
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal. Dari perhitungan didapat: χ 2 hitung = 3.92 dan χ 2 tabel = 11.070 Jadi, χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal. Data skor Posttest siswa kelas Kontrol (XI) No
X
No
X
No
X
1
45
11
50
21
80
2
50
12
50
22
65
3
55
13
75
23
70
4
65
14
70
24
55
5
50
15
50
25
65
6
65
16
55
26
55
7
70
17
65
27
45
8
65
18
40
28
65
9
65
19
55
29
70
10
65
20
50
30
50
Skor terbesar = 80 Skor terkecil = 40 Rentang (R) = skor terbesar – skor terkecil = 80 – 40 = 40 Banyak kelas (BK) = 1 + 3.3 log (30) = 1 + 3.3 (1,47) = 1 + 4.851 = 5.85 ≈ 6 R 40 Panjang kelas (i) = = = 6.66 ≈ 7 BK 6
147
Tabel Distribusi Frekuensi No
Kelas interval
1 2 3 4 5 6
39 – 45 46 – 52 53 – 59 60 – 66 67 – 73 74 – 80 Jumlah
Nilai tengah (xi) 42 49 56 63 70 77
f 3 7 5 9 4 2 30
xi2
f . xi
f . xi2
1764 2401 3136 3969 4900 5929
126 343 280 567 280 154 1750
5292 16807 15680 35721 19600 11858 104958
Rata-rata ( x ) fxi 1750 = 58.33 x = = n 30 Simpangan Baku (Standar Deviasi) n
s=
2
fxi − (
fxi ) 2
n(n − 1)
=
30x104958− (1750) 2 86240 = 99.1264 = 9.95 = 30(30 − 1) 870
Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara: a. Menentukan batas kelas, yaitu: 38.5
45.5
52.5
59.5
66.5
b. Mencari nilai Z-Score Z1 = Z2 = Z3 = Z4 = Z5 = Z6 = Z7 =
38.5 − 58.33 9.95 45.5 − 58.33 9.95 52.5 − 58.33 9.95 59.5 − 58.33 9.95 66.5 − 58.33 9.95 73.5 − 58.33 9.95 80.5 − 58.33 9.95
= -1.19 = -1.29 = -0.59 = 0.12 = 0.82 = 1.52 = 2.28
Z = Batas Kelas - x s
73.5
80.5
148
c. Mencari luas 0 – Z dari tabel kurva normal dari 0 – Z, didapat: 0.4767
0.4015
0.2224
0.0478
0.2939
0.4357
0.4887
d. Mencari luas tiap interval 0.4767 – 0.4015 0.4015 - 0.2224 0.2224 + 0.0478 0.0478 - 0.2939 0.2939 - 0.4357 0.4357 - 0.4887
= 0.0752 = 0.1791 = 0.2702 = 0.2461 = 0.1418 = 0.0530
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) 0.0752 x 30 = 2.256 0.1791 x 30 = 5.373 0.2702 x 30 = 8.106 0.2461 x 30 = 7.383 0.1418 x 30 = 4.254 0.0530 x 30 = 1.590 No 1 2 3 4 5 6
Batas Kelas 38.5 45.5 52.5 59.5 66.5 73.5 80.5
Z
Luas 0 - Z
-1.19 -1.29 -0.59 0.12 0.82 1.52 2.28
0.4767 0.4015 0.2224 0.0478 0.2939 0.4357 0.4887
Luas Kelas Tiap Interval 0.0752 0.1791 0.2702 0.2461 0.1418 0.0530
fe
fo
2.256 5.373 8.106 7.383 4.254 1.590
3 7 5 9 4 2 fo = 30
Mencari chi-kuadrat hitung ( χ 2 hitung )
χ 2 hitung =
k i =1
( fo − fe) 2 fe
149
χ
2
hitung
=
(3− 2.256)2 (7 − 5.373)2 (5 −8.106)2 (9 − 7.383)2 (4 − 4.254)2 (2 −1.590)2 + + + + + 2.256 5.373 8.106 7.383 4.254 1.590
= 0.086 + 0.0492+ 1.190 + 0.354 + 0.015 + 0.105 = 2.24 Nilai χ 2 tabel untuk α = 0.05 dan derajat kebebasan (dk) = k – 1 = 6 -1 = 5 pada tabel chi-kuadrat didapat, χ 2 tabel = 11. 070. Dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Distribusi data Tidak Normal, dan Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal. Dari perhitungan didapat: χ 2 hitung = 2.24 dan χ 2 tabel = 11.070 Jadi, χ 2 hitung χ 2 tabel , artinya Data berdistribusi Normal. B. Uji Homogenitas dengan Bartlet
Homogenitas Pretest Sampel
dk = n - 1
Si
Log Si
(dk) Log Si
XI (Eksperimen)
31
81.1452
1.9093
59.1883
XI (Kontrol)
29
66.0413
1.8198
52.7742
Jumlah = 2
(n − 1) = 60
111.9625
Varians Gabungan (n −1)S1 + (n2 −1)S2 (31x81.1452) + (29x66.0143) 2.515.5012 + 1.915.1977 S= 1 = = (n −1) 60 60 =
4.430.6989 = 73.84 60
Log S = Log 73.84 = 1.8682 B = (Log S) x
(n − 1) = 1.8682 x 60 = 112.092
150
χ 2 hitung = (ln 10) x (B -
(dk ) Log Si)
= (2.3) x (112.092 - 111.9625) = (2.3) x (0.1295) = 0.2978 = 0.298
χ 2 tabel untuk (dk) = k -1 = 2 – 1 = 1 dengan α = 0.05 didapat: χ 2 tabel = 3.841 Dengan kriteria pengujian: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , berarti tidak Homogen Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , berarti Homogen Dari perhitungan didapat: χ 2 hitung = 0.298 dan χ 2 tabel = 3.841 Ternyata χ 2 hitung
χ 2 tabel atau 0.298
3.841, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen.
Homogenitas Posttest Sampel
dk = n - 1
Si
Log Si
(dk) Log Si
XI (Eksperimen)
31
60.1088
1.7789
55.1459
XI (Kontrol)
29
99.1264
1.9961
57.8869
Jumlah = 2
(n − 1) = 60
113.0328
Varians Gabungan (n −1)S1 + (n2 −1)S2 (31x60.1088) + (29x99.1264) 1.863.3728 + 2.874.6656 S= 1 = = (n −1) 60 60 4.738.0384 = = 78.96 60
151
Log S = Log 78.96 = 1.8974 B = (Log S) x
(n − 1) = 1.8974 x 60 = 113.844
χ 2 hitung = (ln 10) x (B -
(dk ) Log Si)
= (2.3) x (113.844 - 113.0328) = (2.3) x (0.8112) = 1.86576 = 1.866
χ 2 tabel untuk (dk) = k -1 = 2 – 1 = 1 dengan α = 0.05 didapat: χ 2 tabel = 3.841 Dengan kriteria pengujian: Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , berarti tidak Homogen Jika χ 2 hitung χ 2 tabel , berarti Homogen Dari perhitungan didapat: χ 2 hitung = 1.866 dan χ 2 tabel = 3.841 Ternyata χ 2 hitung
χ 2 tabel atau 1.866
3.841, maka dapat disimpulkan bahwa
kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen. C. Uji Hipotesis
1. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Pretest Hipotesis yang diajukan: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Ha : X
Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
152
Kriteria pengujian sebagai berikut : Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0.95. Jika thitung
–ttabel atau ttabel
thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95. Uji-t −
−
x1 − x 2
t= Sg
1 1 + n1 n 2
dengan: 2
Sg =
Sg =
(n1 − 1) S1 + (n2 − 1) S 2 n1 + n2 − 2
(32 − 1) x81.14 + (30 − 1) x66.04 = 32 + 30 − 2
2
2.690.500 = 44.842 = 6.69 60
Sehingga t=
43 − 41.9 6.69
1 1 + 32 30
=
1.1 = 0.27 6.69 x0.60
ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 2) = 60 dengan α = 2.00 Dari hasil pengujian menunjukkan bahwa thitung berada di daerah penerimaan Ho, yaitu –ttabel < thitung < ttabel atau –2.00 < 0.27 < 2.00. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak pada taraf kepercayaan 0.95 hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor pretest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. 2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Hasil Posttest Hipotesis yang diajukan: Ho : X = Y Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
153
Ha : X
Y
Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor posttest kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Kriteria pengujian sebagai berikut : Jika –ttabel < thitung < ttabel maka Ho diterima pada tingkat kepercayaan 0.95. Jika thitung
–ttabel atau ttabel
thitung maka Ha diterima pada tingkat
kepercayaan 0.95. Uji-t −
−
x1 − x 2
t= Sg
1 1 + n1 n 2
dengan: 2
Sg =
Sg =
(n1 − 1) S1 + (n2 − 1) S 2 n1 + n2 − 2
(32 − 1) x 60.11 + (30 − 1) x99.13 = 32 + 30 − 2
2
4.738.18 = 78.96 = 8.08 60
Sehingga t=
73 − 62 8.08
1 1 + 32 30
=
11 = 2.27 8.08 x 0.60
ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 2) = 60 dengan α = 2.00 Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung sebesar 2.27 dan ttabel = 2.00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel 2.00
thitung atau
2.27. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan
0.95, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara ratarata skor posttest kelompok eksperimen dengan rata-rata skor posttest kelompok kontrol.
154
D. Uji Normal Gain
score posttest – score pretest N-gain = score ideal - score pretest Normal Gain Kelompok Eksperimen dan Kontrol Eksperimen Kontrol No Pretest Posttest N_Gain No Pretest Posttest N_Gain 1 50 80 0.60 1 30 45 0.21 2 45 75 0.54 2 40 50 0.16 3 60 85 0.63 3 45 55 0.18 4 35 70 0.54 4 50 65 0.30 5 50 75 0.50 5 40 50 0.16 6 40 65 0.41 6 35 65 0.46 7 40 65 0.41 7 50 70 0.40 8 60 90 0.75 8 45 65 0.36 9 40 70 0.50 9 45 65 0.36 10 55 70 0.55 10 50 65 0.30 11 40 75 0.58 11 40 50 0.16 12 30 65 0.50 12 40 50 0.16 13 45 80 0.63 13 50 75 0.50 14 40 70 0.50 14 35 70 0.53 15 50 75 0.50 15 40 50 0.16 16 50 80 0.60 16 35 55 0.30 17 50 75 0.50 17 45 65 0.36 18 45 75 0.54 18 30 40 0.14 19 40 65 0.41 19 35 55 0.30 20 40 70 0.50 20 40 50 0.16 21 40 75 0.58 21 60 80 0.50 22 45 80 0.63 22 50 65 0.30 23 35 70 0.54 23 40 70 0.50 24 35 75 0.61 24 25 55 0.40 25 35 75 0.61 25 40 65 0.08 26 50 80 0.60 26 50 55 0.40 27 30 65 0.50 27 40 45 0.25 28 50 80 0.60 28 45 65 0.36 29 50 75 0.50 29 50 70 0.40 30 40 65 0.35 30 40 50 0.16 31 25 55 0.50 Rata-Rata Normal Gain 0.30 32 35 65 0.46 S2 0.03628 Rata-Rata Normal Gain 0.62 S2 0.00502
155
Data Normal Gain Hasil Belajar Kimia Siswa Kelompok Sampel
Rata-rata Normal Gain
Kategori
Gain Terendah
Gain tertinggi
S2
Eksperimen
0.62
Sedang
0.35
0.75
0.00502
Kontrol
0.30
Rendah
0.08
0.53
0.03628
Uji-t −
−
x1 − x 2
t= Sg
1 1 + n1 n 2
dengan: 2
Sg =
Sg =
(n1 − 1) S1 + (n2 − 1) S 2 n1 + n2 − 2
(32 − 1) x0.01 + (30 − 1) x0.04 = 32 + 30 − 2
2
1.47 = 0.0245 = 0.16 60
Sehingga t=
0.615 − 0.30 0.16
1 1 + 32 30
=
0.315 = 3.28 0.16 x0.60
ttabel untuk (dk) = (n1 – 1) + (n2 – 2) = 60 dengan α = 2.00 Dari hasil pengujian yang diperoleh menunjukkan bahwa thitung sebesar 3.28 dan ttabel = 2.00. Ternyata memenuhi kriteria pengujian ttabel
thitung atau 2.00
3.28.
Dengan demikian Ho ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0.95, hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara normal gain kelompok eksperimen dengan normal gain kelompok control.
156 Lampiran 14
157
Lampiran 15
158
Lampiran 16
159
Lampiran 17
160
161
162
163
M. Ikhwanudin Al Fatakh, Lahir di Brebes pada tanggal 9 Desember 1983 dari pasangan H. MArjuki dan
Hj. Shopiyah. Bertempat tinggal di Jl. Dharmaloka No. 136 Rt.02/02 Kertasari Luwungragi Kec. Bulakamba Kab. Brebes 52253. Sejak kecil tinggal di Brebes dan menempuh pendidikan dasar di SDN Luwungragi 2 – Brebes dan lulus pada tahun 1997, kemudian pendidikan lanjutan tingkat pertama di SLTPN 1 Bulakamba – Brebes dan lulus pada tahun 2000, kemudian di lanjutukan ke pendidikan menengah di SMUN 2 Brebes, Jurusan IPA dan lulus pada tahun 2003, kemudian kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Jurusan Pendidikan IPA bidang studi Kimia lulus pada tahun 2010.