PENGARUH PEMBELAJARAN KIMIA TERINTEGRASI NILAI TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA (Sebuah Studi Pada Siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta)
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : AMELIA FADILLA PERMAISARI 104016200429
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
ABSTRAK
AMELIA. Pengaruh Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2011. Penelitian
bertujuan
untuk
mengetahui
bagaimanakah
pengaruh
pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa. Penelitian menggunakan metode kuantitatif dengan desain Pre-Experimental Designs (non designs) yang dilaksanakan di SMK Grafika Yayasan Lektur pada Mei 2009. Populasi penelitian adalah siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta, sedangkan sampel yang diambil adalah siswa kelas X semester II tahun 2008/2009. Teknik pengumpulan data variabel pendidikan nilai dengan menggunakan angket. Sedangkan variabel hasil belajar dengan menggunakan tes formatif dan angket. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar. Hasil analisis data menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai thitung = 18.1187 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,01 (derajat kebebasan 78) adalah 2.381, maka nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, sehingga Ha diterima. Kata kunci : pendidikan nilai, hasil belajar
i
ABSTRACT
AMELIA. Effect Learning Chemistry Concept of Integrated Value Influences Learning Outcomes of Student. Thesis, Chemistry Education Studies Program, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teach Trainer, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta, March 2011.
The study aims to determine influences chemistry concept of integrated to the learning outcomes of students. Research using quantitative methods PreExperimental Designs (non Designs) held at SMK Grafika Literature Foundation in May 2009. The study population is a student of SMK Grafika Literature Foundation Jakarta, was the sample taken is class X the second semester of 2008/2009. Data collection techniques are taught using the variable results of formative tests and questionnairess. Based on this research can be concluded that there is an influences between chemistry concept of integrated to the learning outcomes of students. The results of data analysis using the test statistic "t" values obtained tvalue = 18.1187 while ttable = 2.381 at significance level α = 0.01 (degrees of freedom 78), then tvalue is bigger than ttable, so Ha is accepted. Key words : value education, learning outcomes
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmaanirrahiim Alhamdulillah , segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan begitu banyak nikmat kasih dan sayang-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kimia Terintegrasi Nilai Terhadap Hasil Belajar Siswa”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga hari akhir nanti. Begitu banyaknya hambatan yang telah dilewati oleh penulis untuk proses penyelesaian skripsi ini, namum begitu banyak dukungan dari berbagai pihak kepada penulis. Oleh sebab itu dengan segala ketulusan hati ini penluis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan kepada semua pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis, khususnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A, dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan 2. 3. 4. 5.
6.
7. 8. 9.
Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Mama, Papa, Rian dan Alip keluargaku tercinta yang selalu memberikan doa dan dukungannya selama ini. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc dan Ibu Nengsih Juanengsih, M.Pd, Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA. Bapak Dedi Irwandi M.Si, Ketua Program Studi Pendidikan Kimia. Bapak Drs. Zamris Habib, M.Si, selaku dosen pembimbing I dan Bapak Tonih Feronika, M.Pd, sebagai dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu disela-sela kesibukannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Drs. Turyono, M.Pd, selaku Kepala SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta Selatan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di sekolah yang beliau pimpin. Seluruh siswa kelas X-A sebagai sampel dalam penelitian ini. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan bimbingan ilmu yang sangat berguna sebagai bekal penulis dalam menjalani tantangan ke depan. Sahabat-sahabatku Eem Nurrizqi Munawaroh, Pratiwi Handayani, Dewimarhelly, Nabilah Syafei, Retno Purwandari, Sri Rahayu, Ria Irmawati,
iii
Nur Alfia Solihat, Erni Rochaeci dan Irma Rahmawati yang telah memberikan kenangan yang indah selama kuliah. 10. Semua teman baik di Program S1 Pendidikan Kimia angkatan 2004, teman pengajar di SMK Grafika Yayasan Lektur yang telah memberikan bantuan dan semangat kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu penyelesaian skripsi ini. Semoga setiap bantuan, dukungan semangat yang telah diberikan diberikah balasan yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi perbaikan. Akhirnya penulis mengharapkan semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi diri sendiri dan dunia pendidikan pada umumnya. Amiin Yaa Rabbal ‘Alamin.
Jakarta, Juni 2011
iv
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK ……………………………………………………………………… i KATA PENGANTAR …………………………………………………………..iii DAFTAR ISI …………………………………………………………………… v DAFTAR TABEL ………………………………………………………………viii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………. ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................................. 1 B. Identifikasi Masalah .......................................................................................... 3 C. Pembahasan Masalah ........................................................................................ 4 D. Perumusan Masalah ........................................................................................... 4 E. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 4 F. Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4 BAB II DESKRIPSI TEORITIS,KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis .............................................................................................. 6 1. Konsep-konsep Nilai dan Pendidikan Nilai ................................................. 6 a. Pengertian Nilai ........................................................................................ 6 b. Pendidikan Nilai ....................................................................................... 7 c. Pedagogi Pendidikan Nilai ....................................................................... 11 d. Nilai dalam Ilmu Sains ………………………………………………… 16 2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia ……………………………………... 20 a. Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit.......................................... 21 b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit................ 23 3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar......................................... 24 a. Belajar....................................................................................................... 24 b. Pembelajaran.............................................................................................25 c. Hasil Belajar..............................................................................................26 v
B. Hasil Penelitian Yang Relevan......................................................................... 28 C. Kerangka Pikir................................................................................................... 29 D. Hipotesis............................................................................................................ 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 32 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................32 C. Metode Penelitian ............................................................................................. 32 D. Populasi dan Sampel ........................................................................................ 33 E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 33 F. Instrumen Penelitian ......................................................................................... 33 G. Validitas Instrumen Penelitian ......................................................................... 38 H. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ……………………………………………………………….. 47 1. Hasil Belajar Kognitif …………………………………………………….. 47 a. Data hasil pretest ……………………………………………………….47 b. Data hasil posttest ……………………………………………………... 47 c. Data hasil belajar kognitif setiap indikator ……………………………. 47 2. Data Kualitatif ……………………………………………………………. 48 a. Hasil Observasi ………………………………………………………... 48 b. Hasil Wawancara ……………………………………………………… 50 c. Hasil Angket …………………………………………………………... 52 B. Pengujian Persyaratan Analisis ……………………………………………… 52 1. Uji Normalitas …………………………………………………………….. 52 2. Uji Homogenitas …………………………………………………………... 53 3. Nilai N-Gain ………………………………………………………………. 54 4. Pengujian Hipotesis ……………………………………………………….. 55 C. Interpretasi Data ……………………………………………………………... 56 1. Hasil Belajar Siswa ………………………………………………………...56 2. Hasil Belajar Siswa Tiap Indikator ………………………………………...56
vi
D. Pembahasan ………………………………………………………………….. 57 E. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………………… 60 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………………….. 61 B. Saran …………………………………………………………………………. 61 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………….. 62 LAMPIRAN…………………………………………………………………….. 65
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Hasil Belajar ………………………………...... 34 Tabel 3.2 Kriteria Penilaian Angket Pedagogi Pendidikan Nilai ……………… 36 Tabel 3.3 Kisi-Kisi Angket Pedagogi Pendidikan Nilai ……………………….. 36 Tabel 4.1 Persentase Siswa Yang Menjawab Benar Setiap Indikator ………….. 48 Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Siswa Pada Pelaksanaan Pembelajaran ………49 Tabel 4.3 Respon Siswa Terhadap Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Kimia …………………………………………………………………………… 50 Tabel 4.4 Angket Siswa Terhadap Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Kimia …………………………………………………………………………… 52 Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Dengan Uji Lilliefors ………………….. 52 Tabel 4.6 Hasil Pengujian Homogenitas Dengan Uji Fisher …………………… 53 Tabel 4.7 Nilai N-Gain Konsep Laruan Elektrolit dan Non Elektrolit ………… 54 Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis Dengan Uji t ……………………………... 55
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Distribusi Pretest Siswa ………………………………………… 66 Lampiran 2 Distribusi Posttest Siswa ……………………………………….. 67 Lampiran 3 Tabel Perhitungan Uji Normalitas………………………………. 68 Lampiran 4 Perhitungan Uji Homogenitas ………………………………….. 69 Lampiran 5 Perhitungan Uji T ………………………………………………. 70 Lampiran 6 Tes Hasil Belajar ……………………………………………….. 72 Lampiran 7 Angket Tentang Pendidikan Nilai Dalam Pembelajaran Kimia… 81 Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ……………………………………………. 83 Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 …………………………. 86 Lampiran 10 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 .…………………………. 86 Lampiran 11 Validasi Instrumen Pilihan Ganda………………………………. 93 Lampiran 12 Reliabilitas Tes Hasil Belajar ………………………………....... 103 Lampiran 13 Taraf Kesukaran ………………………………………………… 106 Lampiran 14 Daya Pembeda Soal ……………………………………………... 108 Lampiran 15 Lembar Pengesahan Uji Referensi ………………………………. 111
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Semarang menemukan 40 makanan olahan hasil industri rumah tangga yang mengandung bahan kimia berbahaya, seperti boraks, rhodamin B, auramin, dan metanyl yellow. Untuk itu, masyarakat diimbau berhati-hati dalam memilih dan mengonsumsi makanan olahan. Apabila dikonsumsi, bahan kimia seperti rhodamin B dapat menyebabkan gangguan pada jaringan hati, kandung kemih, saluran pencernaan, dan kulit. Auramin dapat menyebabkan gangguan jaringan ginjal, hati, dan saluran pencernaan. Metanyl yellow menyebabkan kanker saluran kemih, iritasi saluran pernafasan, dan gangguan penglihatan. Adapun boraks membuat iritasi kulit, mata, dan kerusakan ginjal.1 Hal ini menunjukkan, bahwa ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilai-nilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pedidikan nilai dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan penting sebagai pembinaan nilai dan moral. Pendidikan
perlu
menekankan
pentingnya
dan
mengupayakan
terlaksananya pendidikan nilai. Dengan pendidikan nilai, dampak negatif kemajuan sains dan teknologi akan lebih dapat dihindarkan. Pendidikan nilai sebagai bagian hakiki pendidikan ikut menentukan kualitas manusia pencipta dan pengguna teknologi di masa depan.2 Pendidikan di Indonesia baik formal, non-formal maupun informal 1Harry Susilo, Awas Makanan Mengandung Bahan Berbahaya Masih Beredar!, http://kesehatan.kompas.com/read/2009/04/07/19225412/awas.makanan.mengandung.bahan.berba haya.masih.beredar, diakses pada 27 April 2011 2J. Sudarminta, Transformasi Pendidikan : Memasuki Milenium Ketiga, (Yogyakarta : Penerbit Kanisius, 2000), hal 9
1
2
merupakan proses yang dengan sengaja dilakukan untuk tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang mantap, mandiri serta bertanggung jawab. Di dalamnya tersirat adanya pendidikan nilai dalam pembelajaran agar tujuan pendidikan tercapai, sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, Bab II, pasal 3 yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Sekolah pada hakikatnya bukanlah sekedar tempat transfer of knowledge belaka. Sekolah juga adalah lembaga yang mengusahakan proses pembelajaran yang berorientasi pada nilai (value-oriented enterprise). Sekolah bertanggung jawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam karakter dan kepribadian.4 Pendidikan di sekolah perlu memberi perhatian pada perkembangan perilaku yang baik dalam diri subyek didik. Para pendidik umumnya berpendapat, pendidikan moral merupakan bagian integral dari pendidikan. Pendidikan di sekolah diharapkan tidak hanya mengembangkan kecerdasan otak dan keterampilan subyek didik, tetapi juga menumbuhkan kecerdasan moral dan bertumbuh menjadi manusia yang berakhlak mulia.5 Sekolah Menengah Kejuruan Grafika Yayasan Lektur merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan, pengajaran dan pelatihan untuk mencapai keahlian grafika. Salah satu misinya adalah mengembangkan sistem pendidikan kejuruan grafika yang adaptif, fleksibel dan
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf., hal 3, diakses pada 26 Agustus 2008 4 Azyumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2002), hal 176 5Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), hal 108
3
berwawasan global berdasarkan iman dan takwa serta berbudi luhur. Kelas X sebagai bagian dari SMK Grafika Yayasan Lektur memiliki karakteristik anak-anak SMA seperti umumnya. Mereka memasuki masa peralihan dari SMP menuju SMA. Pada usia ini mereka mengalami pertentangan-pertentangan batin yang paling memuncak dalam kehidupannya. Masa
ini
juga
merupakan
periode
penuh
kontras-kontras,
badai-badai
permasalahan, dan gelora-gelora jiwa yang sering berlawanan. Sehingga mengakibatkan timbulnya banyak kecemasan dan kebingungan pada anak muda. Di samping itu, secara sadar anak mulai mencari nilai-nilai hidup dan norma-norma baru yang luhur, serta nilai religius. 6 Maka, semenjak dini harus mulai diterapkan pendidikan nilai agar mereka berkarakter baik dan dapat mengembangkan diri secara berkesinambungan. Pendidikan nilai yang diterapkan secara cerdas dan kreatif akan menuntun remaja memperoleh kepuasan dalam kehidupannya yang akan dijalani dan yang akan dicapai dikemudian hari. Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk memilih pembahasan tentang “Pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa?”.
B. Identifikasi masalah 1. Dampak negatif kemajuan sains dan teknologi mengakibatkan penurunan nilai di masyarakat, sehingga dibutuhkan pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia 2. Pendidikan nilai belum ditanamkan pada mata pelajaran kimia, sehingga perlu langkah awal untuk memulainya 3. Rendahnya penguasaan konsep siswa dalam sains diharapkan dapat diimbangi dengan kepribadian dan karakter yang unggul dengan pendidikan nilai
4
C. Pembatasan masalah Dari berbagai masalah yang telah diidentifikasi di atas, pembatasan fokus penelitian dilakukan pada : 1. Pendidikan nilai pada pembelajaran kimia dibatasi pada konsep larutan elektrolit
dan
non
elektrolit
sebagai
langkah
awal
dalam
pengintegrasiannya 2. Nilai – nilai yang dikaji dalam pengintegrasian nilai yaitu nilai religi, nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai sosial politik ekonomi dan nilai praktis 3. Penguasaan konsep siswa dilihat dari hasil belajar siswa pada tes kemampuan kognitif setelah pengintegrasian pendidikan nilai
D. Perumusan Masalah Berkaitan dengan latar belakang di atas, maka dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : ” Bagaimanakah pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa?”.
E. Tujuan penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa di SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta.
F.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Memberikan informasi kepada mahasiswa jurusan pendidikan IPA pada umumnya dan mahasiswa program studi kimia UIN Syarif Hidayatullah pada khususnya sehingga terpacu untuk terus berupaya meningkatkan pemahaman serta menanamkan nilai-nilai kepada siswa 2. Memberikan masukan kepada guru kimia khususnya mengenai salah satu cara penyelenggaraan pendidikan nilai pada pelajaran kimia dan
6 Kartini Kartono, Psikologi Anak, (Bandung : CV Mandar Maju, 2007), hal 170
5
guru-guru umumnya tentang perlunya penyelenggaraan pendidikan nilai pada setiap proses pembelajaran di sekolah 3. Memberikan informasi kepada pihak sekolah, perlunya pembinaan kepada guru-guru tentang pentingnya penyelenggaraan pendidikan nilai pada proses pembelajaran di sekolah
BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis 1. Konsep-Konsep Nilai dan Pendidikan Nilai a. Pengertian nilai Nilai didefinisikan dengan cara berbeda-beda oleh banyak ahli. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, nilai adalah sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan dan sesuatu yang menyempurnakan manusia dengan hakikatnya.1 Berdasarkan pandangan psikologis, pada dasarnya pendidikan nilai merupakan upaya penguatan keyakinan terhadap kebenaran, kebaikan, dan keindahan perilaku peserta didik. Menurut Gordon Allport dalam Mulyana nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.2 Dalam pendidikan tentu saja pilihan yang diharapkan adalah nilainilai yang sesuai dengan tuntunan yang ada, baik yang berlaku dalam masyarakat maupun ajaran agama. Oleh karena itu dari sudut pandang sosiologis, pengertian nilai menurut Kupperman dalam Yudianto adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya di antara cara-cara tindakan alternatif.3 Definisi nilai oleh Spranger dalam Sunaryo yaitu suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Kepribadian manusia terbentuk dan berakar pada tatanan nilai-nilai dan kesejarahan. Selain dalam konteks sosial sebagai nilai dalam kepribadian manusia, terdapat pula kekuatan individual yang dikenal sebagai “roh subjektif” (subjective spirit). Sementara itu, kekuatan nilai-nilai budaya merupakan “roh objektif” (objective spirit). Penerimaan nilai oleh manusia tidak dilakukan 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 963 2 Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Bandung : CV Alfabeta, 2004), hal 11 3 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam, (Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 46
6
7
secara pasif melainkan secara aktif dan kreatif.4 Nilai merupakan kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan makna dalam hidup, yang memberikan dalam hidup ini titik tolak, isi dan tujuan.5 Menurut Norton dan Hunt dalam Narwoko-Bagong, nilai adalah gagasan mengenai apakah suatu pengalaman itu berarti atau tidak berarti. Nilai pada hakikatnya mengarahkan perilaku dan pertimbangan seseorang tetapi ia tidak menghakimi apakah suatu perilaku tertentu itu salah atau benar.6 Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah kepercayaan yang terdapat dalam diri seseorang yang keberadaannya hanya dapat dilihat melalui pola tingkah laku manusia yang nantinya akan menentukan sikap manusia. Nilai pada umumnya terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari baik disadari maupun tidak. b. Pendidikan nilai Pendidikan nilai adalah penanaman dan pengembangan nilai-nilai dalam diri seseorang.7 Pendidikan nilai tidak harus merupakan satu program atau pelajaran khusus, seperti pelajaran menggambar atau Bahasa Inggris, tetapi lebih merupakan suatu dimensi dari seluruh usaha pendidikan. Menurut pemahaman J. Sudarminta, pendidikan moral sebagai bagian pendidikan nilai dalam konteks pendidikan di sekolah, merupakan upaya untuk membantu subyek didik mengenal, menyadari pentingnya dan menghayati nilai-nilai moral yang seharusnya dijadikan panduan bagi 4 Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2009), hal 76 5 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal 29 6 Dwi Narwoko, Bagong Suyanto, Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan, (Jakarta : Prenada Media), hal 35 7 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 3
8
sikap dan perilakunya sebagai manusia, baik secara perorangan maupun bersama-sama dalam suatu masyarakat.”.8 Oleh karena itu, dalam proses pendidikan nilai (value clarification) menjadi tanggung jawab pendidik untuk : 1) Melihat implikasi nilai etis dalam setiap proses perubahan yang terjadi 2) Membantu untuk berkembangnya nilai-nilai dalam diri seseorang 3) Membantu agar anak didik dapat mengambil sikap dan keputusan, dalam merencanakan kehidupan secara berarti9 Pendidikan nilai tersebut menurut Enstein dalam Yudianto mencakup nilai-nilai (value) dalam kehidupan yaitu : nilai praktis, nilai intelektual, nilai sosial politik ekonomi, nilai pendidikan dan nilai religius.10 1) Nilai praktis Nilai praktis merupakan nilai kemanfaatan dari suatu bahan ajar yang dikaitkan dengan segi-segi praktis bagi kehidupan manusia. Nilai praktis sains adalah kandungan nilai yang berhubungan dengan aspekaspek manfaat sains dalam kehidupan. Sains dapat berkembang pesat karena memiliki nilai praktis, seperti sumber pangan, sandang, perumahan dan pengobatan/kesehatan. 2) Nilai intelektual
Nilai intelektual suatu bahan ajar adalah mengajarkan kecerdasan seseorang dalam menggunakan akalnya untuk memahami sesuatu dengan tidak mempercayai tahayul atau kebenaran mitos, tetapi agar lebih kritis, analitis dan kreatif terhadap pemecahan suatu masalah yang lebih efektif dan efisien. Selain itu nilai intelektual berarti nilai kecerdasan pada manusia untuk mengambil sikap dan perilaku yang 8 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), hal 108 9 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 3 10Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,(Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 47
9
tepat, tidak percaya pada mistis ataupun hal-hal yang bersifat provokatif. Dengan demikian segala permasalahan dipertimbangkan dengan akal sehat dan diselesaikan melalui proses berpikir kritis. 3) Nilai sosial politik ekonomi Nilai sosial politik ekonomi berorientasi kepada berbagai bentuk hubungan sosial, sikap bertanggung jawab terhadap kelompok, kasih sayang, sikap loyal dan bersedia berkorban dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial. Salah satu nilai sosio politik dapat ditunjukkan bahwa persatuan merupakan wujud kesatuan bangsa. 4) Nilai pendidikan Nilai pendidikan suatu bahan ajar merupakan kandungan nilai dari bahan ajar yang dapat memberi inspirasi atau ide-ide atau gagasan untuk dimunculkan dalam rangka pemenuhan kebutuhan, keinginan, dan hasratnya bagi kesejahteraan hidupnya, baik untuk pribadi maupun kepentingan bangsanya. 4) Nilai religius. Nilai religius menurut Enstein dalam Yudianto merupakan kandungan nilai yang dapat membangkitkan kesadaran akan keberadaan Tuhan Tuhan di alam sebagai Sang Maha Pencipta dan sifat-sifat Tuhan lainnya. Dalam kurikulum Pendidikan Budi Pekerti ditegaskan ada lima pendekatan yang dapat digunakan pada pembelajaran Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) untuk memasukkan nilai-nilai yang terdapat dalam Pendidikan Budi Pekerti itu dapat dilaksanakan. Kelima pendekatan itu dapat dilaksanakan secara mandiri maupun saling melengkapi atau saling dikaitkan antara pendekatan yang satu dengan yang lain sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan para siswa yang menjadi peserta didiknya. Kelima pendekatan tersebut telah diringkas menjadi :11
11 Sjarkawi. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2006), hal 33
10
1) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai social pada diri siswa. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, diterimanya nilai-nilai social tertentu oleh siswa; kedua, berubahnya nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diinginkan. 2) Pendekatan perkembangan kognitif (cognitive moral development approach) Pendekatan perkembangan kognitif (cognitive moral development approach) adalah pendekatan yang member penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan nilai yang lebih tinggi; kedua, mendorong siswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral. 3) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) Pendekatan analisis nilai (values analysis approach) adalah pendekatan
yang
memberikan
penekanan
pada
perkembangan
kemampuan siswa untuk berpikir logis, dengan cara menganalisis masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial, yang berhubungan dengan nilai moral tertentu; kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses brpikir rasional dan analitik, dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai mereka. 4) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha membantu siswa dalam
mengkaji
perasaan
dan
perbuatannya
sendiri,
untuk
11
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain; kedua, membantu siswa supaya mereka mempu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk memahami perasaan, nilai-nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri. 5) Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach) adalah pendekatan yang memberikan penekanan pada usaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok. Tujuan pendidikan nilai melalui pendekatan ini adalah : pertama, memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan moral, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama, berdasarkan nilai-nilai merka sendiri; kedua, mendorong siswa untuk untuk melihat diri mereka sebagai mahluk individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesame, yang tidak memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebgai warga dari suatu masyarakat, yang harus mengambil bagian dalam proses demokrasi. c. Pedagogi pendidikan nilai12
1) Menghargai dan menerima setiap murid dan setiap orang. Bila murid diharapkan menghormati sesamanya, maka guru harus memberi contoh dengan menghargai murid sebagai pribadi yang utuh. Kecenderungan guru untuk unjuk kekuasaan : selalu benar, paling tahu, memberi perintah harus diminimalisir. Diharapkan akan menciptakan suasana persaudaraan, saling tanggap diantara murid. Penghargaan yang diberikan kepada murid sama dengan penghargaan yang diminta dari mereka, agar dapat ditunjukkan kepada orang tua, guru dan teman. 12 Kaswardi, Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000, (Jakarta : PT. Grasindo, 1993), hal 117
12
2) Menerima perbedaan-perbedaan yang ada di pihak lain Perbedaan yang terdapat pada masing-masing orang mempunyai nilai dan merupakan sumber untuk memperkaya diri. Kebhinekaan merupakan sumber kemajuan. Menerima perbedaan pada pihak lain dapat dipelajari lewat pergaulan sehari-hari, permainan bersama, menyanyi bersama dan lain-lain.Melalui pendidikan cara konvergen, yang berusaha menemukan sebanyak mungkin pemecahan atas suatu persoalan dan kemudian memilih pemecahan yang paling menarik menurut ukuran beberapa orang, murid dilatih bersikap toleran. Cara berpikir divergen dapat diterapkan dengan memberikan kesempatan kepada para murid untuk menciptakan sesuatu dengan memilih kegiatan yang cocok, murid dilatih mengemukakan pendapat sendiri. 3) Mendahulukan kepentingan bersama Kehidupan bersama tidak mungkin terwujud apabila tidak ada kesediaan menyangkal diri masing-masing. Cara paling baik adalah dengan menjelaskan dan
bersama mereka menemukan bahwa
mewujudkan kepentingan bersama diperlukan sikap tertentu dari masing-masing murid, misal tertib di kelas. 4) Meningkatkan dialog Murid perlu dilatih untuk mendengarkan pandangan orang lain, memberi kesempatan orang lain berbicara, mengakui secara jujur apa yang benar dari pendapat orang lain. Perlu juga melatih mereka dapat mengemukakan pendapat dengan jelas, tepat dan moderat. Agar bersedia, bila perlu mengadakan modifikasi atas pendapatnya sesudah mendengar pendapat orang lain. Pada kesempatan pertemuan kelas, misalnya kecenderungan untuk memonopoli seluruh pembicaraan harus dicegah; kepada setiap anak harus diberikan kesempatan untuk mengetengahkan pendapatnya, walaupun dengan susunan kalimat atau bahasa yang tidak sempurna. Selain pertemuan kelas, baik juga diadakan pertemuan antar kelas dimana masing-masing kelas melatih murid belajar berdemokrasi
13
5) Bekerja dan bermain dalam tim Sumbangan atau andil tiap-tiap andil adalah mutlak perlu. Jangan ada murid yang bermalas-malasan. Masing-masing anggota sekolah menentukan keberhasilan usaha sekolah. Contoh terbaik dan paling tepat untuk mendorong murid-murid bekerja dalam tim adalah apabila para guru sendiri bekerja dalam tim. 6) Bertindak adil dalam hubungan dengan murid Perilaku dan sikap guru di lingkungan sekolah memainkan peranan penting sekali. Salah satu kesalahan melanggar keadilan paling besar dan paling sering terjadi pada guru adalah pilih kasih : memilih sekelompok murid yang pandai, menyenangkan, ”baik” diantara muridmurid lainnya. Sesuatu yang istimewa jika memberikan kehangatan dan perhatian kepada murid-murid yang tidak menarik. Di lain pihak, supaya
betul-betul
adil
dan
jujur,
harus
berhati-hati
dalam
mempertimbangkan pemberian hukuman dan peghargaan, pujian dan celaan. Jangan memberikan hukuman secara kolektif. Jangan pula mencaci maki di depan umum untuk kesalahan yang dibuat oleh seorang murid. Akhirnya, sementara dicontohkan sikap adil dan jujur, murid-murid pun dapat memberi timbal balik dengan tidak melakukan penipuan dalam pekerjaan rumah, ulangan atau ujian ; agar mereka menjauhkan diri dari nilai pilih kasih terhadap sesamanya. 7) Menghargai janji Menepati janji sama dengan memenuhi tanggung jawab. Dengan memilih sekolah, baik guru maupun murid berarti telah memberikan kesanggupan.
Karena
itu
hendaklah
mereka
masing-masing
melaksanakan tugas dan kewajiban yang merupakan kesanggupaannya. Kita hanya dapat menghargai diri kita maupun orang lain, kalau kita menepati kesanggupan yang telah dijanjikan. 8) Melaksanakan tugas panggilan Setiap orang wajib melaksanakan panggilan yang dipercayakan kepadanya. Tugas panggilan setiap orang adalah unik dan personal.
14
Untuk mewajibkan panggilan itu dia harus malaksanakan tugasnya dengan cermat sesuai dengan kemampuannya. Hendaknya kita mendorong anak-anak mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, eapi dan secermat mungkin. Dalam hal ini, contoh kesadaran guru terhadap tugasnya merupan pelajaran yang lestari dan efektif. Sebaliknya, setiap kelalaian dari pihak guru akan menghasilkan kebalikannya. 9) Menyadari kewajiban dan kebebasan Kita perlu memahami dan menghargai hak-hak orang lain. Kita juga perlu menyadari kebebasan kita, merasa bangga atas kebebasan kita dan bersedia untuk mempertahankannya. Pemahaman anak mengenai hak-hak tersebut perlu diimbangi dengan pemahaman mengenai kewajiban-kewajiban, karena diantaranya terdapat jalinan yang sangat erat. Anak pun harus dibantu menghayati hak-haknya secara nyata, antara lain diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat, hak berbeda dari yang lain, hak untuk dihargai sebagai pribadi, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk berusaha sendiri dan lain-lain. 10) Menghargai kekuasaan yang benar Kekuasaan yang benar adalah kekuasaan yang melayani kepentingan umum, yang membuat kepentingan umum semakin bertambah baik dan dihargai. Di kelas dan di sekolah dijumpai hubungan guru-murid sebagai hubungan dan taklukan. Hubungan macam ini tidak dapat menciptakan suasana persaudaraan, sebaliknya malah membentuk anak menjadi pemberontak atau senang melakukan tipu daya. 11) Menghargai dan mengusahakan perbaikan lingkungan Kita ajak anak menghargai alam, lingkungan ciptaan manusia dan hasil-hasil karya manusia. Untuk itu, kita dapat mulai dengan mengajak anak-anak menjaga kebersihan dan kerapihan kelas, halaman, peralatan sekolah misalkan dengan tumbuh-tumbuhan dan tanaman bunga,
15
lukisan dan sebagainya. Mereka pun harus menjaga kebersihan dan kerapihan jalan, tempat-tempat umum, serta menjauhkan diri dari pengotoran ataupun pengrusakan. 12) Melibatkan diri dalam lingkungan : partisipasi Dalam kelompok : keluarga, kelas, sekolah dan lain-lain semua anggota harus merasa saling terlihat satu sama lain. Semua anggota harus membentuk kelompok, mengembangkan semangat kelompok yang benar, membuat kelompoknya bersinar keluar, memahami dan menerima saling ketergantungan dan saling melengkap, serta solidaritas antar kelompok-kelompok. Murid dilibatkan dalam kelompok kecil, yaitu kelas. Tanggung jawab atas kelas dan sekolah diserahkan kepda murid-murid yang lebih tua. Tanggung jawab meliputi tanggung jawab mengenai, keterlibatan, kebersihan lingkungan sekolah, tanggung jawab terhadap bimbingan murid-murid muda dalam beberapa keterampilan atau ketangkasan, seperti olahraga, keamanan lalu lintas dan sebagainya. Kita dorong mereka untuk mengadakan kontak dengan pejabat setempat, seperti lurah, pejabat keamanan dan sebagainya. Dengan mengajak murid menghayati dan melibatkan diri dalam kehidupan suatu kelompok, kita memberi mereka pendidikan sosial dan kewarganegaraan secara efektif. Dalam kehidupan-kehidupan suatu kelompok, anak harus menaati peraturan dan melaksanakan suatu peraturan. Dengan menaati peraturan, mereka belajar memahami bahwa peraturan yang disetujui bersama, bukan yang dipaksakan oleh yang berkuasa, merupakan prasyarat agar ,masyarakat dapat berfungsi secara serasi (harmonis). Dengan melaksanakan peranan masing-masing −betapa pun kecilnya− dalam melayani kepentingan seluruh kelompok, mereka saling mendorong untuk membuang jauh egoisme; mereka belajar memahami dan merasakan kegembiraan karena memberikan dengan sukarela, diri dan harga dirinya, karena bermanfaat bagi orang lain. Dengan membagi tanggung jawab, guru dapat memusatkan perhatian dan usahanya kepada masalah-masalah pendidikan yang
16
sebenarnya. 13) Menaruh perhatian dan berperan serta dalam masalah-masalah dunia Masalah-masalah dunia sangat tepat diperkenalkan kepada anakanak usia antara 6 dan 12 tahun. Misal, perang antar bangsa, pengungsi kelaparan, kemiskinan dan lain-lain. Diperkenalkan pula badan-badan dunia
yang
mengurusi
masalah
tersebut
seperti
PBB,
UNICEF,UNESCO dan sebagainya. Selain itu, dalam memperkenalkan masalah-masalah tersebut , kita ajak mereka untuk berbuat sesuatu. 14) Berdoa bersama. Kita berdoa bersama dengan murid-murid dengan doa-doa hafalan dan juga dengan doa yang keluar dari isi hati mereka. Kita ajak berdoa untuk mereka sendiri, untuk keluarga mereka, untuk para guru, pimpinan negara, pemerintah dan bangsan. Puncak doa kita adalah ekaristi menjalin persaudaraan dengan semua orang. d. Nilai dalam ilmu sains Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat menjadi penting karena 1) mata pelajaran itu berfaedah bagi kehidupan atau pekerjaan di kemudian hari, 2) mata pelajaran itu melatih anak berpikir kritis, 3) mata pelajaran itu merupakan bagian kebudayaan bangsa, dan 4) mata pelajaran itu mempunyai nilai-nilai pendidikan, yaitu mempunyai potensi (kemampuan) dapat membentuk pribadi anak secara keseluruhan13 Pada dasarnya tujuan sains di sekolah sebagai institusi sosial yang diadaptasi dari Pusat Nasional Pengembangan Pendidikan Sains adalah :14 1) Menambah keingintahuan (curiousity), dengan cara : a) Mendorong siswa untuk menyelidiki alam dengan teknologi 13 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005), hal 24 14 Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono, Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar, 2005), hal 11
17
b) mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan tentang alam semesta c) mengembangkan
kemampuan
siswa
untuk
mengidentifikasi
masalah pengadaptasian manusia 2) Mengembangkan keterampilan investigasi (skill for investigation), yang akan dapat: a) Memperkaya pemahaman siswa dan kemampuan menggunakan proses sains b) Awal pemahaman siswa dan kemampuan memecahkan masalah dan strategi membuat keputusan 3) Sains, teknologi dan masyarakat (nature of science, technology and society), yang akan dapat : a) Menjadikan siswa mengakui dan mengaplikasikan ilmu, sikap dan kebiasaan berpikir b) Meningkatkan pemahaman siswa terhadap sains dan teknologi c) Membantu siswa menjadi lebih sadar terhadap interaksi sains dan teknologi dengan masyarakat d) Membantu siswa dalam penggunaan pengetahuan sains dan teknologi, sikap dan keterampilan membuat keputusan Pendidikan nilai moral melalui pengajaran sains, misalnya dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam, seperti fisika, kimia atau biologi dapat dilakukan sebagai berikut. Dalam suatu kerja kelompok untuk melakukan percobaan atau penelitian, peserta didik dapat dilatih menghayati nilai kerjasama. Di dalamnya, peserta didik juga perlu disadarkan, penguasaan sains dan teknologi sebenarnya tidak mungkin dilakukan tanpa menghayati nilai-nilai seperti ketelitian, kesabaran, tanggung jawab, kejujuran dan kebenaran. Nilai-nilai itu juga penting untuk hidup bersama yang sehat dalam masyarakat.15 Pendidikan sains harus mampu menanamkan nilai-nilai agama dan 15 Tonny D. Widiastono, Pendidikan Manusia Indonesia, (Jakarta : Penerbit Buku Kompas, 2004), hal 117
18
nilai-nilai luhur budaya bangsa sebagaimana dikemukakan oleh Enstein tentang kandungan nilai-nilai dalam sains mencakup nilai praktis, intelektual, pendidikan, sosial-politik dan nilai religius Pembelajaran bernuansa IMTAQ membuat suasana proses pembelajarannya diarahkan kepada peningkatan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui pengembangan berpikir logis untuk menimbulkan kesadaran adanya sistem nilai dan moral pada setiap bahan ajarnya. Nilai pendidikan sains dapat berupa pendidikan teknik (arsitektur), seni (motif batik), kepemimpinan, sistem pemerintahan, sistem pembanguna ekonomi, pertahanan negara, sistem lalu lintas jalan raya, atau pendidikan mental atau moral bagi manusia.16 Menurut Ali Nugraha, sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau produk, serta sebagai sikap. Gambaran tentang batasan sains sebagai proses, sebagai produk dan sebagai sikap dapat dijelaskan sebagai berikut.17 Pertama, sains sebagai suatu proses adalah metode untuk memperoleh pengetahuan. Sains berhubungan erat dengan kegiatan penelusuran gejala dan fakta-fakta alam yang dilakukan melalui kegiatan laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai suatu disiplin (keilmuan) yang ketat, obyektif dan bebas nilai. Kedua, sains sebagai suatu produk terdiri atas berbagai fakta, konsep prinsip, hukum dan teori. Ketiga, sains sebagai suatu sikap, atau dikenal dengan istilah sikap keilmuan, maksudnya adalah berbagai keyakinan, opini dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seorang ilmuwan khususnya ketika mencari atau
mengembangkan
pengetahuan
baru.
Sikap
dimaksud
dapat
diklarifikasikan ke dalam dua kelompok besar; yaitu 1) seperangkat sikap yang bila diikuti akan membantu proses pemecahan masalah, seperti kesadaran akan perlunya bukti ketika mengemukakan suatu pernyataan,
16 Suroso Adi Yudianto, Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai ,(Bandung : Mughni Sejahtera, 2005), hal 12 17 Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : JILSI
19
kemauan untuk mempertimbangkan interpretasi atau pandangan lain, kemauan melakukan eksperimen atau kegiatan lainnya secara berhati-hati serta menyadari adanya keterbatasan dalam penemuan keilmuan 2) seperangkat sikap tertentu terhadap sains sebagai suatu cara memandang dunia serta dapat berguna bagi perkembangan karier di masa depan, seperti rasa ingin tahu terhadap dunia fisik dan biologis serta cara kerjanya, pengakuan bahwa sains dapat membantu memecahkan masalah-masalah individual dan global, memiliki rasa antusiasme untuk menguasai pengetahuan dan metode sains, pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan dalam dunia masa kini, pengakuan bahwa sains merupakan aktifitas manusia serta pemahaman hubungan antara sains dan bentuk aktivitas manusia lainnya. Dalam pengajaran sains yang menghasilkan nilai, seorang guru harus : 1) Merasa/menimbang nilai apa yang muncul dan relevan dalam suatu topik 2) Guru sains harus menggunakan teknik yang tepat untuk menanamkan nilai, baik secra implisit ataupun eksplisit 3) Guru harus menilai apa yang diperoleh siswa atau bagaimana sikap siswa dalam pembelajaran kimia Banyak nilai yang terdapat dalam pelajaran sains antara lain taqwa kepada Tuhan, nilai etika, nilai moral humaniora, sikap mencintai kebenaran (jujur, objektif), sikap tidak berburuk sangka, sikap rendah hati dan tidak sombong, sikap toleran atau menghargai orang lain, sikap teliti dan hati-hati serta sikap tidak mudah putus asa. Salah satu cara memunculkan nilai yang terdapat dalam sains yang dapat dilakukan adalah menstimulasikan nilai kepada siswa dan membantu siswa menyadari nilai yang terdapat dalam sains.
Foundation, 2008), hal 5
20
2. Pendidikan Nilai dalam Sains Kimia a. Konsep larutan elektrolit dan non elektrolit 1) Pengertian larutan Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut adalah zat yang larut dalam zat pelarut. Zat terlarut mempunyai jumlah yang sedikit dalam campuran. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan komponen zat terlarut. Zat pelarut adalah zat yang melarutkan komponen zat terlarut. 2) Sifat hantar listrik larutan Daya hantar listrik larutan adalah kemampuan larutan untuk menghantarkan arus listrik. 3) Larutan elektrolit dan non elektrolit a) Larutan elektrolit Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Jadi, senyawa elektrolit adalah senyawa yang dapat mengalami ionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa elektrolit berupa garam, asam atau basa yang terdiri dari ion positif dan negatif saat pembentukannya. Contohnya pada pembentukan garam NaCl. Reaksinya sebagai berikut. Na
Na+ + e
Cl2 + e
2Cl−
Na+ + Cl−
NaCl
+
Contoh senyawa elektrolit lainnya lainnya ialah KCl, NaBr, CaCl2 dan Na2SO4 b) Larutan non elektrolit Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Jadi, senyawa non elektrolit adalah senyawa yang tidak dapat terionisasi jika dilarutkan dalam air. Umumnya senyawa non elektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen atau senyawa organik, misalnya gula, urea,
21
glukosa dan minyak. Jika senyawa dilarutkan dalam air, senyawa utuh dalam bentuk molekulnya dan tidak bermuatan. Contohnya seperti urea. CO(NH2)2(s) + H2O(l) CO(NH2)2(aq) 4) Elektrolit kuat dan elektrolit lemah Larutan NaCl dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa NaCl merupakan senyawa ionik, yaitu senyawa yang terbentuk dari ion Na+ bergabung dengan ion Cl−. Molekul NaCl terdiri atas ion-ion yang bermuatan dan bergabung untuk membentuk kristal. Oleh karena itu, senyawa ionik dalam bentuk lelehannya dapat menghantarkan arus listrik. Struktur kristal NaCl terdiri atas ion-ion yang rapat. Jika dilarutkan dalam air, molekul-molekul air akan merenggangkan ion-ion tersebut sehingga ion akan tersebar dalam medium air. Reaksi pelarutan NaCl dalam air sebagai berikut. NaCl(s) + H2O(l) Na+(aq) + Cl−(aq) Muatan dari ion-ion dalam larutan dapat menghantarkan arus listrik. Jika kedua elektroda dicelupkan dalam larutan, arus listrik dapat dihantarkan dari satu elektroda lainnya dan lampu menyala. Air murni sangat sedikit mengalami ionisasi sehingga molekulmolekul air tetap utuh dan tidak bermuatan. Akibatnya, air sukar menghantarkan arus listrik. Molekul gula tidak dapat ,menghantarkan arus listrik jika kedua elektroda dicelupkan dan lampu pun tidakn menyala. Proses terbentuknya ion-ion dalam larutan disebut ionisasi. HCl dapat terionisasi sempurna menghasilkan ion H+ dan Cl− sehingga dapat membuat lampu menyala terang. Reaksi ionisasinya sebagai berikut. HCl(aq) + H2O(l) H+(aq) + Cl−(aq) Contoh senyawa yang merupakan elektrolit kuat adalah NaCl, KCl, HCl, HNO3, Na2SO4, Ca(OH)2, dan KOH. Contoh senyawa
22
elektrolit lemah adalah CH3COOH, HF, H2CO3, NH4OH, Al(OH)3 dan H3PO4. Kuat lemahnya larutan elektrolit dapat ditentukan dengan derajat ionisasi. Derajat ionisasi adalah perbandingan jumlah mol zat yang terionisasi dengan mol zat mula-mula. Persamaannya sebagai berikut.
Keterangan
:
α = 0, zat tidak terionisasi 0 < α < 1, zat terionisasi sebagian α = 1, zat terionisasi sempurna
Semakin besar derajat ionisasi, semakin kuat sifat elektrolitnya. Reaksi elektrolit kuat ditulis sebagai berikut. NaCl(aq) Na+(aq) + Cl−(aq) HCl(aq) H+(aq) + Cl−(aq) Jika zat terionisasi sebagian, reaksinya dituliskan sebagai berikut. CH3COOH(aq) CH3COO−(aq) + H+(aq) NH4OH(aq) NH4+(aq) + OH−(aq) 5) Senyawa elektrolit Senyawa elektrolit terbentuk dari senyawa ionik yang jika dilarutkan dalam air mengalami ionisasi. Senyawa ionik adalah senyawa yang terdiri atas ion-ion yang bermuatan. Dalam keadaan padat, senyawa ionik tidak dapat menghantarkan arus listrik karena ionionnya tidak bergerak bebas. Namun, dalam bentuk lelehan atau larutannya, ion-ion tersebut dapat menghantarkan arus listrik. Senyawa kovalen yang dapat menghantarkan arus listrik adalah senyawa
kovalen
polar
karena
senyawa
tersebut
memiliki
keelektronegatifan besar. Contoh senyawa kovalen polar adalah HF, HCl, HBr, HNO3 dan H2SO4.
23
b. Pendidikan Nilai dalam Konsep Elektrolit dan Non Elektrolit Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi. Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan
menggunakan listrik. Arus listrik yang
dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan. Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari penjualannya. Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman (55) : 33.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
24
dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. 3. Konsep Belajar, Pembelajaran dan Hasil Belajar a. Belajar Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan tentang belajar sesuai dengan bidang keahlian masing-masing. Setiap
rumusan
tersebut
mempunyai
alasan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar adalah berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.18 Belajar adalah proses perubahan dari belum mampu menjadi sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu.19 Perubahan yang terjadi harus secara relatif bersifat menetap (permanent) dan tidak hanya terjadi pada perilaku yang saat ini tampak (immediate behavior). Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor.20 Belajar juga merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.21 Sesuai dengan pengertian di atas , dimensi perubahan yang terjadi saat belajar, yaitu :22 1) Kepribadian, yaitu dengan memiliki pola respon atau tingkah laku baru
18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 23 19 Zikri Neni Iska, Psikologi : Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta : Penerbit Kizi Brothers, 2008), hal 82 20 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2002), hal 13 21 Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta : Penerbit ANDI, 2005), hal. 5 22Ali Nugraha, Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini, (Jakarta : JILSI Foundation, 2008), hal 57
25
2) Perilaku aktual maupun potensial, yaitu kemampuan melakukan kegiatan nyata maupun yang bersifat tidak nyata (biasanya perilaku internal) 3) Kecakapan/ keterampilan dalam bertindak, yaitu kemampuan yang terkait dengan penggunaan motorik (kasar maupun halus) 4) Sikap dan kebiasaan, yaitu penerapan nilai-nilai kehidupan dalam perilaku keseharian 5) Pengetahuan dan pemahaman, yaitu berupa penguasaan konsep, prinsip maupun teori b. Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.23 Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.24 Pembelajaran juga merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.25 Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam sistem pembelajaran, yaitu :26 1) Rencana, ialah penataan ketenagaan, material, dan prosedur, yang merupakan unsur-unsur sistem pembelajaran 2) Kesalingtergantungan (interdepence), antara unsur-unsur sistem pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan 3) Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan agar siswa belajar Dengan demikian, pembelajaran berarti proses belajar mengajar yang sesuai dengan rencana pembelajaran yang diharapkan terjadinya transformasi pada diri siswa yang mencakup seluruh aspek baik aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif ke arah yang lebih baik sesuai
23 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia, 2008), hal 23 24 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009), hal 57 25Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf., hal 2, diakses pada 26 Agustus 2008
26
dengan tujuan pembelajaran. c. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.27 Hasil belajar siswa merupakan keberhasilan belajar berupa perubahan tingkah laku siswa setelah siswa menyelesaikan pembelajaran. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.28 Hasil belajar yang utama adalah tingkah laku yang bulat.29 Menurut taksonomi Benyamin S. Bloom perubahan tingkah laku (kemampuan) yang diharapkan dapat terjadi pada diri siswa setelah menyelesaikan kegiatan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga domain (kawasan/ranah) yaitu : a) Domain kognitif (pengetahuan), merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemampuan) yang dipengaruhi oleh kemampuan berpikir/kemampuan intelektual. b) Domain psikomotor (keterampilan fisik/otot atau motorik) yang dipengaruhi oleh kemampuan keterampilan fisik/otot. c) Domain afektif (sikap/nilai), merupakan sekelompok perubahan tingkah laku (kemempuan) yang dipengaruhi oleh perasaan, sikap dan nilai. Selanjutnya setiap domain tersebut dapat diklasifikasikan lagi menjadi beberapa jenjang atau kemampuan sebagai berikut :30 a) Domain kognitif 1) Kemampuan pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan 2) Kemampuan pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari
26 Oemar Hamalik, Kurikulum Dan Pembelajaran, (PT. Bumi Aksara:Jakarta,2009), hal 66 27 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006), hal 26 28 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003), hal 27 29 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (PT. Bumi Aksara:Jakarta, 2003), hal 28
27
3) Kemampuan penerapan, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari 4) Kemampuan analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik 5) Kemampuan
evaluasi,
mencakup
kemampuan
membentuk
pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu b) Domain afektif (kawasan sikap) 1) Penerimaan, mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut 2) Partisipasi, mencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan 3) Penilaian dan penentuan sikap, mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui dan menentukan sikap 4) Organisasi, mencakup kemampuan membentuk suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup 5) Pembentukan pola hidup, mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi c) Domain psikomotor kawasan (keterampilan fisik/otot) 1) Persepsi,
mencakup
kemampuan
memilah-milahkan
(mendeskriminasikan) hal-hal secara khas dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut 2) Kesiapan, mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan dimana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan 3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai contoh atau gerakan peniruan 4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan-gerakan tanpa contoh 5) Gerakan kompleks, mencakup kmmpuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancer, efisien 30 Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2006), hal. 3
28
dan tepat 6) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri B. Hasil Penelitian Yang Relevan 1. Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa oleh Aziz Lukman Praja. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pendidikan nilai sebagai usaha pendidikan merupakan pendidikan bagi semua, yang berpusat pada hati dalam arti qolbu, yang sudah difitrahkan oleh Allah SWT bersifat mono dualistik31 seperti yang tersurat dalam As Syamsi (91) : 8
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Melalui pendidikan nilai ini selalu diingatkan pada keduanya sehingga akal dengan bantuan nurani memilih ketaqwaan dari kejahatan. Pendidikan umum sebagai pendidikan nilai akan selalu mengingatkan nilai-nilai baik, kejujuran dan kebenaran yang melekat dalam segala bidang.
2. Metoda Dan Teknik Pendidikan Nilai oleh Lamijan. Kesimpulan penelitian tersebut adalah pendidikan nilai memiliki metoda dan teknik yang karakteristik, karena lebih menekankan pada ranah afektif. Sejumlah metode yang dapat digunakan untuk pendidikan nilai antara lain metode dokmatif, deduktif, induktif dan reflektif. Metode dokmatif dianggap kurang baik untuk diterapkan pada pendidikan nilai, karena tidak memberikan keleluasaan antuk mengembangkan pemikiran dan mental peserta didik. Beberapa teknik pendidikan nilai yang dapat ditawarkan antara lain : indoktrinasi, klarifikasi nilai, moral reasoning, meramalkan konsekwensi, menganalisis nilai dan
31Aziz Lukman Praja, Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Akutansi Volume 2 Nomor 3, (Bandung : FKIP UNPAS, 2008), hal 15
29
internalisasi nilai. Teknik indoktrinasi dianggap kurang tepat untuk diterapkan dalam pendidikan nilai karena kurang mengembangkan kreativitas dan potensi mental peserta didik.32
3. Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti oleh Ernawati. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu pengintegrasian nilai moral agama dalam pendidikan budi pekerti ditujukan dengan perpaduan nilai-nilai moral agama dengan pendidikan budi pekerti yakni tentang akhlak. Terdapat korelasi antara persepsi (pengetahuan) siswa dan afeksi siswa.
Persepsi
(pengetahuan) siswa tentang pendidikan akhlak adalah cukup baik. Sikap siswa juga cukup baik dengan menunjukkan akhlak yang baik.33 4. Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa oleh Astri Rama Yulia. Kesimpulan penelitian tersebut yaitu terdapat pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan kontekstual terhadap hasil belajar siswa serta terdapat peningkatan hasil belajar siswa tentang Kesetimbangan Kimia melalui
pembelajaran
kimia
bernuansa
nilai
dengan
pendekatan
kontekstual.34 C. Kerangka Pikir Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu kimia, cara memperoleh, serta kegunaannya. Kimia adalah ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif), namun pada perkembangan selanjutnya kimia juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori (deduktif). Kimia merupakan ilmu yang mencari jawaban atas 32Lamijan, Metode dan Teknik Pendidikan Nilai, dalam Jurnal Inkoma : Kajian Teori dan Praktek Pembangunan, Nomor 1 Tahun 13, (Undaris : Universitas Darul Ulum, 2002), hal. 34 33Ernawati, Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2007), hal 84 34 Astri Rama Yulia, Pengaruh pembelajaran kimia bernuansa nilai dengan pendekatan
30
pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Seiring dengan kemajuan zaman, ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab menggunakan ilmu kimia untuk kepentingan pribadi. Mereka tidak menanamkan nilai-nilai moral dalam kehidupan. Bidang ilmu yang ditekuni tidak lagi dilandasi dan dijiwai, bahkan mungkin tak tersentuh sama sekali oleh nilainilai moral universal. Salah satu faktornya yaitu tidak adanya pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia dimana seharusnya pendidikan memegang peranan penting sebagai pembinaan nilai dan moral. Dengan memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran kimia khususnya pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit di kelas X, diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa sekaligus menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam konsep tersebut.
Ilmu Kimia Dampak Negatif Ilmu Kimia Tidak Disertai Pendidikan Nilai Pemberian Tindakan (Pendidikan Nilai) Proses Pendidikan Nilai Mengaitkan Nilai- Nilai dalam Pembelajaran Kimia Interaksi Antar Siswa Serta Interaksi Siswa Dan Guru Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
kontekstual terhadap hasil belajar siswa, (Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah, 2009), hal 78
31
D. Hipotesis Berdasarkan tinjauan teoretis dan kerangka pikir yang telah dikemukakan diatas, maka hipotesis yang diajukan sebagai berikut : Ha : “Terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar siswa”. Ho : “Tidak terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar kimia”.
32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah pembelajaran kimia terintegrasi nilai dapat mempengaruhi hasil belajar siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta.
B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta pada siswa kelas X semester genap tahun ajaran 2008/2009. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2009.
C. Metode Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian PreExperimental Designs (non designs), yaitu metode penelitian yang desainnya belum merupakan eksperimen sungguh-sungguh (semu). Hal ini disebabkan karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Jadi hasil eksperimen yang merupakan variabel dependen bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel independen, karena tidak adanya variabel kontrol, dan sampel tidak dipilih secara random.1 Desain penelitian yang digunakan adalah one group pretestt-postestt design yang digambarkan sebagai berikut:
O1
X
O2
Dimana O1 = Nilai Pretest (sebelum pembelajaran) X
= Perlakuan (Treatment)
O2 = Nilai Postest (setelah pembelajaran)
1
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2007), hal 74
33
Dalam desain ini observasi dilakukan dua kali yaitu sebelum pembelajaran yang disebut pretest dan sesudah pembelajaran yang disebut postest. Perbedaan antara skor pretest dengan skor postest diasumsikan sebagai efek dari adanya pembelajaran. Keuntungan menggunakan desain ini adalah pretest memberi landasan untuk membuat komparasi prestasi subjek yang sama sebelum dan sesudah dikenai experimental treatment.2
D. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMK Grafika Yayasan Lektur Jakarta, sedang sampel yang diambil adalah siswa kelas X semester II tahun 2008/2009.
E. Teknik Pengumpulan Data Tahapan-tahapan pengumpulan data: 1.
Tahap persiapan Pada tahap ini penulis menyusun materi yang akan di ajarkan, pembuatan dan pengujian instrumen penelitian.
2.
Tahap pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2009
3.
Tahap penyelesaian Sebelum melakukan pembelajaran kimia terintegrasi nilai diadakan tes hasil belajar kognitif pretest, setelah selesai diadakan tes hasil belajar kognitif posttest dengan instrumen berupa soal pilihan ganda larutan elektrolit dan non elektrolit.
F. Instrumen Penelitian Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tes hasil belajar, berupa soalsoal tes pilihan ganda yang berkaitan dengan larutan elektrolit dan non elektrolit untuk mengukur hasil belajar siswa dalam memahami materi. Tes dalam bentuk pilihan ganda dengan pilihan jawaban A, B, C, D, dan E. Soal yang diberikan 2
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), hal 103
34
diambil dari beberapa sumber dan disesuaikan dengan kebutuhan. Selain itu diberikan angket pendidikan nilai berdasarkan indikator tertentu. Kriteria yang digunakan pada instrumen angket pendidikan nilai ini adalah skala Likert yang terdiri dari butir pernyataan positif dan negatif dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts) Uraian lebih rinci instrumen penelitian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Tes Hasil Belajar Tes ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan siswa tentang pendidikan nilai pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Kisi-kisi untuk soal dibuat berdasarkan KTSP disesuaikan dengan materi yang diajarkan, yaitu konsep larutan elektrolit dan non elektrolit pada semester genap kelas X. Penjabaran konsep untuk menjadi butir-butir soal memperhatikan ranah pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan aplikasi konsep (C3) serta analisis (C4). Instrumen tes yang diujikan kepada siswa yaitu sebanyak 25 butir soal pilihan ganda yang dapat dilihat pada lampiran dan kunci jawabannya pada lampiran . Kisi-kisi instrumen secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 2. Adapun rekapitulasi kisi-kisi instrumen tes adalah sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kisi-kisi Instrumen Aspek Kognitif No.
1.
Indikator
Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan
C1
C2
C3
C4
∑
%
13
22,41
13
22,41
3*,
1*,
6*,
4*,
7,
5,
8,
19,
12,
29,
26*,
40* 2.
Proporsi
49
Mengelompokkan larutan ke
9,
10,
dalam larutan elektrolit dan
21,
11*,
non elektrolit berdasarkan sifat
23,
50*,
46*
35
hantaran listriknya
28,
48*
30*, 31, 39, 45* 3.
Menjelaskan penyebab
2*,
kemampuan larutan elektrolit
15*,
menghantarkan arus listrik
18,
24,
22*,
37,
25*,
38*,
27,
47*
12
24
8
16
4
8
50
100
42*, 44* 4.
Mendeskripsikan bahwa
17*,
larutan elektrolit dapat berupa
20,
senyawa ion dan senyawa
32,
kovalen polar
33, 34*, 35, 36, 41
5.
Menjelaskan nilai-nilai yang
13*,
terkandung dalam larutan
14,
elektrolit dan non elektrolit
16, 43
Jumlah
30
8
12
Keterangan : *) butir pernyataan yang tidak dipakai sebagai instrumen penelitian karena tidak valid
36
2. Angket Pedagogi Pendidikan Nilai Angket
adalah
suatu
alat
pengumpul
informasi
dengan
cara
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Angket ini digunakan utuk memperoleh informasi dari siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kriteria yang digunakan pada instrumen angket pendidikan nilai ini adalah skala Likert yang terdiri dari butir pernyataan positif dan negatif dengan empat pilihan jawaban, yaitu: sangat setuju (ss), setuju (s), tidak setuju (ts), sangat tidak setuju (sts). Pernyataan negatif disisipkan di antara pernyataan positif untuk mengontrol tingkat ketelitian atau keseriusan responden dalam memberikan respons. Responden yang tidak serius atau ceroboh akan terjebak dengan pernyataan tersebut.
3
Adapun kriteria skor
alternatif jawaban pernyataan angket dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.2. Kriteria Penilaian Angket pedagogi pendidikan nilai Pernyataan
Alternatif jawaban
Positif
Negatif
Sangat setuju
4
1
Setuju
3
2
Tidak setuju
2
3
Sangat tidak setuju
1
4
Kisi-kisi
instrumen
angket
yang
meliputi
aspek-aspek
pedagogi
pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.3. Kisi-kisi Angket Pedagogi Pendidikan Nilai Nomor item pernyataan No. 1.
3
Indikator
Positif
Negatif
Pedagogi Pendidikan
2, 4*, 8*, 10, 6, 12*, 18, 25*,
Nilai
14, 16*, 20*,
27, 29*, 31,
32
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, Cetakan keempat, April 2007), hal 147
37
2.
Pembelajaran Kimia
3.
Pendidikan Nilai
22, 23, 24*,
32*, 33*, 35,
26, 28*, 30,
39, 41*, 45*,
37*, 43, 49*
47, 51, 53*
11, 13*, 15,
19, 21*, 38,
17*, 34, 36*
40*, 42, 44*
3, 7, 10, 50, 54
Jumlah
1*, 5*, 9*, 48*,
27
52* 27
12
10 54
Keterangan : *) butir pernyataan yang tidak dipakai sebagai instrumen penelitian karena tidak valid 3. Observasi Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu maupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Data dari hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung tentang aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Aspek-aspek yang diobservasi dikelompokkan ke dalam kategori baik (B), cukup (C), dan kurang (K). Aktifitas siswa yang diobservasi meliputi: a.
Memperhatikan mendengarkan penjelasan guru;
b.
berada dalam tugas kelompok;
c.
Mengerjakan soal latihan (LKS);
d.
Berdiskusi / bertanya antara siswa dengan guru;
e.
Berdiskusi / bertanya antar siswa;
f.
Memperhatikan penjelasan teman;
g.
Menulis yang relevan dengan KBM; dan
h.
perilaku yang tidak relevan dalam pembelajaran.
4. Wawancara Wawancara digunakan sebagai alat pengumpul data untuk mendapatkan informasi yang lebih mendalam berkenaan dengan pendapat, aspirasi, harapan,
38
dan respon dari individu atau responden dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi. Pada penelitian ini wawancara dilakukan terhadap siswa berkaitan dengan pembelajaran kimia terintegrasi nilai. Jenis wawancara yang dilakukan termasuk jenis semi terstruktur dimana pada pelaksanaannya berpedoman pada format wawancara yang telah disusun sebelumnya. Dimana wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk: a.
Mengungkap pendapat siswa tentang pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
b.
Mengungkap motivasi dan sikap siswa terhadap pembelajaran kimia terintegrasi nilai yang digunakan guru dalam pembelajaran;
c.
Mengungkap tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan mengunakan LKS pembelajaran kimia terintegrasi nilai
d.
Mengungkap respon siswa setelah mengalami proses pembelajaran kimia terintegrasi nilai
G. Validitas Instrumen Penelitian Agar mendapatkan instrumen t yang memadai, maka sebelum instrumen tersebut digunakan dalam penelitian terlebih dahulu dilakukan uji coba dan kemudian dianalisis dengan metode analisis sebagai berikut: 1.
Pengujian Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevaliditasan atau kesahihan instrumen. Instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.4 Untuk mengukur instrumen dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas konstruk yaitu yang berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang akan diukur. Pengukuran validitas instrumen ini menggunakan rumus point biserial korelasi :
4
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet-12, hal 144
39
Keterangan : rpbis
= koefisien korelasi point biserial
Mp
= rata-rata skor dari subjek-subjek yang menjawab benar
Mt
= rata-rata skor total (skor rata-rata dari seluruh pengikut tes)
St
= standar deviasi skor total semua responden
p
= proporsi subjek yang menjawab benar item tersebut
q
= proporsi subjek yang menjawab salah item tersebut Setelah didapatkan rhitung, maka dibandingkan dengan rtabel dengan taraf
signifikan () 5%. Jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka soal tersebut valid. Sedangkan jika rhitung lebih besar dari rtabel, maka soal tersebut tidak valid. 2.
Pengujian Reliabilitas Reliabilitas menunjukkan bahwa suatu instrumen cukup dapar dipercaya
untuk digunakan sebagai pengumpul data relatif konsisten bila pengukuran tersebut diulangi.5 Penghitungan reliabilibas instrumen menggunakan rumus KR-20, sebagai berikut :
Keterangan :
5
r11
= koefisien reliabilitas tes
kii
= jumlah butir
piqi
= varians skor butir
pi
= proporsi jawaban benar untuk butir soal nomor i
qi
= proporsi jawaban salah untuk butir soal nomor i
St2
= varians skor total
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian;.... hal 154
40
3.
Taraf Kesukaran Instrumen Taraf kesukaran test adalah kemampuan test tersebut dalam menjaring
banyaknya subjek peserta test yang dapat mengerjakan dengan benar. 6 Soal yang dibuat terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan tingkat berfikirnya, sebaliknya soal yang terlalu sulit membuat siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat yang tinggi untuk mencoba mengerjakannya, karena terlalu jauh dari jangkauan berfikirnya. Adapun rumus untuk menentukan taraf kesukaran soal adalah sebagai berikut :
Keterangan : P
= indeks kesukaran
B
= banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS
= jumlah seluruh siswa peserta test
Menurut
ketentuan
yang
diklasifikasikan sebagai berikut:
sering
diikuti,
taraf
kesukaran
sering
7
soal dengan p 1,00-0,30 : soal sukar soal dengan p 0,30-0,70 : soal sedang soal dengan p 0,70-1,00 : soal mudah
4.
Daya Pembeda Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang mampu (berkemampuan rendah).8 Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :
6
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rieneka Cipta, 2005), Cet. Ke-7, hal 230 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. Ke-8, hal 210 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,…, hal 211 7
41
Keterangan : D = daya pembeda BA = banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB = banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Dengan klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut:9 D : 0,00 – 0,20
: jelek
D : 0,20 – 0,40
: cukup
D : 0,40 – 0,70
: baik
D : 0,70 – 1,00
: sangat baik
H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Data Kuantitatif. a. Uji Normalitas Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang dilakukan menggunakan uji Liliefors pada taraf signifikan 5% dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) Menetapkan hipotesis Ho = data sampel berdistribusi normal Ha = data sampel berdistribusi tidak normal 2) Menghitung nilai Z dari masing-masing data
Dimana : X data
9
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan,….., hal 218
42
S simpangan baku 3) Menentukan peluang untuk masing-masing nilai Zi berdasarkan tabel Z yang ditulis dengan F(Z≤Zi) berdasarkan tabel distribusi normal baku F (Z) = 0.5 ± Z Jika nilai Z < 0, maka F (Z) = 0.5 Z tabel Jika nilai Z > 0, maka F (Z) = 0.5 + Z tabel 4) Menghitung proporsi dari Z1, Z2, Z3, …, Zn yang bernilai lebih kecil
atau
sama
dengan
Z
, dengan Zn = frekuensi kumulatif 5) Menghitung selisih antara F (Z) dan S (Z) pada masing-masing data 6) Menentukan statistik Liliefors dengan cara memilih nilai maksimal dari nilai-nilai pada poin 5 yang dinotasikan dengan L L = maks |F (Z) S (Z)| 7) Menentukan kriteria pengujian Jika Lo ≤ Lt maka Ho diterima, yang berarti data sampel tersebut berdistribusi normal Jika Lo > Lt maka Ha diterima, yang berarti data sampel tersebut berdistribusi tidak normal b. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi dengan melihat keadaan kehomogenan populasi. Uji homogenitas yang dilakukan menggunakan uji Fisher, dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Menetapkan hipotesis Ho = variansi populasi kedua variabel homogen Ha = variansi populasi kedua variabel tidak homogen 2) Membagi data menjadi dua kelompok
43
3) Mencari nilai simpangan baku dari masing-masing kelompok
4) Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1 pembilang = n 1 db2 penyebut = n 1 5) Menentukan F dengan rumus :
6) Menentukan kriteria pengujian Jika Fhit ≤ Ft maka Ho diterima, yang berarti variansi populasi dari kedua variabel homogen Jika Fhit > Ft maka Ha diterima, yang berarti variansi populasi dari kedua variabel tidak homogen
c. Uji Hipotesis Tes t Tes t adalah tes yang dipergunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah mean sampel yang diambil secara random dari populasi yang sama tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Langkah-langkah yang dilakukan : 1) Menentukan varians gabungan dengan rumus
Keterangan :
44
2) Menentukan uji t dengan rumus
3) Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus (n1+n2-2) 4) Menentukan nilai ttabel dengan taraf signifikansi (α) = 0.01 5) Menentukan uji hipotesis Jika thit ≥ tt maka Ha diterima, yang berarti pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar siswa. Jika thit ≤ tt maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar siswa
d. Uji Normal Gain Untuk menghindari hasil kesimpulan yang akan menimbulkan bias penelitian, karena nilai pretest kelompok penelitian berbeda, dan untuk mengukur signifikansinya digunakan uji normal gain. Selain itu N-Gain bertujuan untuk melihat peningkatan hasil belajar yang memperhitungkan ketuntasan hasil belajar. Rumus normal gain menurut Meltzer, yaitu:10
Dengan katagori perolehan: g-tinggi : nilai (
) > 0,70 g-sedang : nilai 0,70 ”()” 0,30 g-rendah : nilai () <0,30
10
David E. Meltzer, Addendum to: The Realition Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores, http://physics.iastate.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf, diakses pada 21 Maret 2007
45
2.
Analisis Data Kualitatif. a. Presentase Angket Pedagogi Pendidikan Nilai Setelah angket pedagogi pendidikan nilai dilakukan serangkaian uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Selanjutnya, angket pedagogi pendidikan nilai diolah dengan metode deskriptif dengan aturan Likert dan dipersentasikan dengan rumus:11
Keterangan: R
= Skor yang diperoleh siswa
SM
= Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
Persentase yang diperoleh, menginterpretasikan tingkat pedagogi pendidikan nilai yang dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu, kelompok tinggi, sedang dan rendah, dengan kriteria sebagai berikut:12 a) Kategori Tinggi apabila, χ > (μ + 1σ) b) Kategori Sedang apabila, (μ + 1σ) ≥ χ ≥ (μ -1σ) c) Kategori Rendah apabila, χ < (μ - 1σ) Dimana μ = mean (nilai rata-rata) σ = standar deviasi
b. Hasil Observasi Data hasil observasi digunakan untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses pembelajaran di kelas. Aspek-aspek yang diobservasi dikelompokkan ke dalam kategori Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K).
11
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, Cetakan XI, 2002), hal 102 12 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal 264
46
c. Hasil Wawancara Adapun data hasil wawancara yang diperoleh, diolah menjadi bahasa Indonesia baku, kemudian dianalisis dan digunakan untuk memperkuat pernyataan pada angket pedagogi pendidikan nilai. Dari data hasil wawancara diperoleh respon siswa terhadap pendidikan nilai yang diterapkan dalam pembelajaran kimia.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data 1. Hasil Belajar Kognitif a. Data hasil pretest Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes kognitif pretest dari 40 siswa yang dijadikan subjek penelitian diperoleh nilai terendah 32 dan nilai tertinggi 64. Skor rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 50.1. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 55%. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 45%. Perhitungan perhitungan data penelitian tes kognitif pretest dapat dilihat pada lampiran 1. b. Data hasil posttest Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian tes kognitif posttest dari 40 siswa yang dijadikan subjek penelitian diperoleh nilai terendah 52 dan nilai tertinggi 84. Skor rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 70.4. Siswa yang mendapat skor di atas rata-rata sebanyak 52,5 %. Siswa yang mendapat skor di bawah rata-rata sebanyak 47,5 %. Perhitungan data penelitian tes kognitif posttest dapat dilihat pada lampiran 2. c. Data hasil belajar kognitif setiap indikator Berdasarkan hasil perhitungan presentase siswa dari hasil belajar kognitif setiap indikator diperoleh peningkatan siswa yang menjawab benar setiap indikator.
47
48
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 4.1 Persentase Siswa yang Menjawab Benar Setiap Indikator
No.
1.
2.
3. 4. 5.
Kel. Atas Pre Post (%) %)
Indikator Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit Berdasarkan
tabel
4.1.
pada
Kel. Bawah Pre Post (%) (%)
63
83 61 55 61
60 70 60
61
81
35
63
60
74
45
64
49
74
40
61
48
68
39
59
kelompok
atas
terjadi
peningkatan dengan rata-rata 20,2%. Sedangkan pada kelompok bawah peningkatan terjadi dengan rata-rata 20,6%. Berdasarkan persentase siswa yang menjawab benar tiap indikator di atas, dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing kelompok mengalami peningkatan terhadap setiap indikator. 2. Data Kualitatif a. Hasil Observasi Berdasarkan pengamatan terhadap aktivitas kegiatan siswa selama pembelajaran konsep larutan elektrolit dan non elektrolit diperoleh data untuk menunjang informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Instrumen observasi disusun sesuai dengan tahapan pendidikan nilai dan diinterpretasikan berdasarkan kategori baik, cukup dan kurang, yang sebelumnya siswa telah dibagi dalam
49 49
49
kelompok atas dan kelompok bawah. Penilaian dilakukan selama 2 kali pertemuan (4x45 menit). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah. Tabel 4.2 Tabel Hasil Observasi Siswa pada Pelaksanaan Pembelajaran
No. 1.
2.
3.
INDIKATOR YANG DIPERLIHATKAN Memahami konsep kimia a. Mengemukakan konsep kimia dengan benar b. Memberikan contoh untuk konsep kimia yang dipelajari c. Menjawab pertanyaan pengarah dari guru tentang konsep yang sedang dipelajari d. Menunjukkan keluasan wawasan siswa terhadap konsep kimia yang diajarkan Mengaitkan konsep dengan nilai yang relevan a. Membuat kaitan antara konsep dengan nilai-nilai kehidupan b. Mengaitkan konsep kimia dengan nilai praktis c. Mengaitkan konsep kimia dengan nilai religius d. Mengaitkan konsep kimia dengan nilai pendidikan e. Mengaitkan konsep kimia dengan nilai intelektual f. Mengaitkan konsep kimia dengan nilai sosialpolitikekonomi g. Menunjukkan keluasan wawasan siswa tentang nilainilai kehidupan yang terkait dengan kimia Minat dan motivasi a. Menunjukkan kemauan menjawab terhadap pertanyaan yang diberikan b. Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap konsep yang sedang
Hasil Observasi Kelompok Kelompok Atas Bawah Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Baik
Cukup
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Baik
Baik
Cukup
Baik
Cukup
50
dipelajari c. Menunjukkan rasa ingin tahu terhadap nilai yang sedang dipelajari d. Tampak tertarik dengan faktafakta kimia dan kandungan nilainya yang ditunjukkan guru e. Memfokuskan perhatian pada media alat bantu yang dibawa guru f. Mengajukan pertanyaanpertanyaan yang menunjukkan keingintahuan terhadap konsep dan nilai yang dipelajari g. Memusatkan perhatian pada pembelajaran dan tidak melakukan aktivitas lainnya yang tidak relevan
Cukup
Kurang
Cukup
Kurang
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Tabel di atas menunjukkan rata-rata penilaian observasi pada kelompok atas berada dalam kategori baik dan rata-rata penilaian observasi pada kelompok bawah berada dalam kategori cukup. b. Hasil Wawancara Temuan yang diperoleh berupa data hasil wawancara disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini: Tabel 4.3 Respon Siswa terhadap Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Kimia
No. Pertanyaan 1. Hal apa yang paling kamu senangi dari kimia? Pokok bahasan apa? 2. Cara pembelajaran seperti apa yang diinginkan agar belajar kimia mudah dan menyenangkan?! 3. Bagaimana menurutmu mengenai pembelajaran kimia
Kesimpulan Jawaban Siswa Kegiatan praktikum. Tidak menggunakan rumus-rumus tertentu.
Tergantung pada guru membawakan materi. Metode guru dalam mengajar sangat menentukan apakah pembelajaran kimia menarik apa tidak. Belajar secara berkelompok Sebenarnya pelajaran kimia tidak penting dalam dunia kerja nanti jadi tidak perlu diterangkan secara mendetail.
51
4.
5.
6.
7.
8.
9.
yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari dan nilai – nilai pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit? Apakah gurumu pernah mengaitkan materi kimia dengan kehidupan sehari-hari atau nilai-nilai ? Apakah dengan adanya pendidikan nilai dalam pelajaran kimia kamu lebih tertarik dan termotivasi untuk belajar ? Apakah nilai-nilai yang ditanamkan berpengaruh terhadap diri kamu ? Apakah kamu menemui kesulitan selama proses pembelajaran berlangsung? Jika ya, kesulitan apa yang kamu hadapi? Menurutmu, apakah pembelajaran seperti ini efektif untuk dilakukan? Berikan alasanmu! Bagaimana kesan dan pesan kamu setelah mempelajari pendidikan nilai dalam konsep larutan elektrolit dan non elektrolit
Tetapi ketika nilai dikaitkan dengan konsep larutan elektrolit dan non elektrolit, pelajaran kimia jadi menarik walaupun terasa agak aneh.
Belum pernah, karena lebih sering membahas perhitungan dengan metode yang kurang bervariasi
Ya, minimal ada motivasi untuk belajar. Karena terkait dengan kehidupan seharihari sehingga lebih memahami konsep larutan elektrolit dan nonelektrolit yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari.
Pengaruhnya tidak dapat dirasakan secara langsung, tetapi butuh proses. Nilai itu baru hanya dapat diterima dan direnungi maknanya. Ya, Materi kimia saling berhubungan satu sama lain. Bukan hanya hapalan dan perhitungan saja tetapi pemahaman juga sangat penting agar memahami suatu materi. Menggabungkan hapalan, perhitungan dan pemahaman lumayan sulit untuk dilakukan Efektif, karena materinya menjadi lebih mudah dengan praktikum. Tetapi nilainilai yang diberikan membuat agak sedikit bingung. Kimia itu menarik, maka metode pengajaran kimia lebih diperbaharui. Nilai-nilai yang diberikan tidak usah dimasukkan ke dalam soal ulangan.
52
c. Hasil Angket Temuan yang diperoleh berupa data hasil angket disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini : Tabel 4.4 Angket Siswa terhadap Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran Kimia
No. 1. 2. 3.
Hasil Angket Kelompok Atas Kelompok Bawah
Indikator Pedagogi Pendidikan Nilai Pembelajaran Kimia Pendidikan Nilai
Baik
Cukup
Baik Baik
Baik Cukup
Berdasarkan tabel di atas, angket yang diberikan pada siswa menunjukkan bahwa tiap indikator pada kelompok atas berada dalam kategori baik dan pada kelompok bawah berada dalam kategori cukup. B. Pengujian Persyaratan Analisis 1.
Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Kriteria uji normalitas adalah Ho diterima jika Lhitung lebih kecil dari Ltabel dan Ho ditolak jika Lhitung lebih besar dari Ltabel. Jika Ho diterima berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi normal, sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi berdistribusi tidak normal. Pada data nilai pretest dan nilai posttest dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Lilliefors. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji normalitas: Tabel 4. 5 Hasil Pengujian Normalitas dengan Uji Lillieforts
Data Nilai
N
α
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
Pretest
40
0,05
0.0825
0.1401
Ho diterima
Posttest
40
0,05
0.0953
0.1401
Ho diterima
53
Dari tabel di atas pada pretest diperoleh Lo = 0,0825, sedangkan Lt = 0,1401 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 40, karena Lhitung < Ltabel maka Ho diterima, yaitu populasi berdistribusi normal. Sedangkan pada posttest diperoleh Lo = 0,0953, sedangkan Lt = 0,1401 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan n = 40, karena Lhitung < Ltabel maka Ho diterima, yaitu populasi berdistribusi normal. Perhitungan normalitas data nilai pretest dan nilai posttest dengan menggunakan Lilliefors dapat dilihat pada lampiran 3 dan 4. 2.
Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang
diperoleh berasal dari populasi homogen atau tidak. Kriteria uji homogenitas adalah Ho diterima jika Fhitung lebih kecil dari Ftabel dan Ho ditolak jika Fhitung lebih besar dari Ftabel. Jika Ho diterima berarti data penelitian berasal dari populasi homogen, sedangkan jika Ho ditolak berarti data penelitian berasal dari populasi tidak homogen. Pada data nilai pretest dan nilai posttest dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji Fisher. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji homogenitas: Tabel 4. 6 Hasil Pengujian Homogenitas dengan Uji Fisher
α
Data Nilai Pretest
0,05 Postest
Jumlah
Varians
NPretes = 40 NPostest = 40
24.576 24.6503
Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1.0030
1.69
Ho diterima
Dari hasil pengujian diperoleh nilai Fhitung = 1.0030 sedangkan nilai Ftabel pada taraf signifikansi α = 0,05, dengan derajat kebebasan pembilang 40 dan derajat kebebasan penyebut 40 adalah 1,69. karena nilai Fhitung < nilai Ftabel, maka Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua
data
bersifat
homogen.
Perhitungan
homogenitas
menggunakan uji Fisher dapat dilihat pada lampiran 5.
dengan
54
3.
Nilai N-Gain Hasil belajar dapat dianalisis untuk melihat sejauh mana
pengaruh pendidikan nilai pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil belajar siswa. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dengan membandingkan hasil tes awal dengan tes akhir dan uji menggunakan nilai N-Gain. Tabel 4.7 Nilai Pretes dan Postes Konsep Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
No.
Pretes
Postes
N-Gain
Kategori
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.
56 48 56 48 60 40 60 64 52 40 56 48 32 56 44 32 52 44 70 52 60 52 48 60 36 60 48 52 40 52 56 36 52 36 48
76 68 74 68 80 60 74 84 74 60 76 68 64 76 64 52 74 64 84 74 80 76 68 80 56 80 68 74 60 76 76 56 68 60 68
0.45 0.38 0.41 0.38 0.50 0.33 0.35 0.56 0.46 0.33 0.45 0.38 0.47 0.45 0.36 0.29 0.46 0.36 0.47 0.46 0.50 0.50 0.38 0.50 0.31 0.50 0.38 0.46 0.33 0.50 0.45 0.31 0.33 0.38 0.38
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
55
36. 37. 38. 39. 40. ratarata
56 44 52 44 56
76 64 74 64 76
0.45 0.36 0.46 0.36 0.45
49.95
70.35
0.42
Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa siswa yang termasuk kategori sedang sebanyak 39 siswa (97.5 %) dan siswa yang termasuk dalam kategori rendah sebanyak 1 siswa (2.5 %). 4.
Pengujian Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh
pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil belajar siswa. Uji hipotesis dalam penelitian ini menggunakan test “t”. Kriteria uji t adalah Ha diterima jika thitung lebih besar dari ttabel dan Ha ditolak jika thitung lebih kecil dari ttabel.Jika Ha diterima berarti terdapat pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil belajar siswa, sedangkan jika Ha ditolak berarti tidak terdapat pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil belajar siswa. Pada data nilai pretest dan nilai posttest dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji t. Berikut adalah tabel hasil perhitungan uji t: Tabel 4. 8 Hasil Pengujian Hipotesis dengan Uji t
N
Α
thitung
ttabel
Kesimpulan
40
0,01
18.1187
2.381
Ha diterima
Dari hasil pengujian diperoleh nilai thitung = 18.1187 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,01, dengan derajat kebebasan 40 adalah 2.381. karena nilai thitung > dari nilai ttabel, maka Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit terhadap hasil
56
belajar siswa. Perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji t dapat dilihat pada lampiran 6. C. Interpretasi Data 1. Hasil Belajar Siswa Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kimia terintegrasi nilai konsep larutan elektrolit dan non elektrolit berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Sebelum pembelajaran dilakukan pretest terhadap 40 orang siswa. Hasil frekuensi siswa terbanyak pada rentang 56 – 61 sebanyak 13 siswa. Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar sebelum perlakuan dari 40 siswa, hanya 1 siswa yang mencapai SKM yaitu rentang nilai diatas 65. Setelah pembelajaran dilakukan posttest terhadap 40 orang siswa. Hasil frekuensi siswa terbanyak pada rentang 76 – 81 sebanyak 13 siswa, Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar setelah perlakuan mengalami peningkatan yang signifikan yaitu 23 orang yang telah mencapai SKM. Maka terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada konsep larutan elekrolit dan non elektrolit yaitu peningkatan rata-rata hasil belajar kognitif. 2. Hasil Belajar Siswa Tiap Indikator a. Indikator mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non elektrolit melalui percobaan Indikator pertama mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. Sedangkan pada kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 15%. b. Indikator mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya Indikator kedua mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi
57
sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. Sedangkan pada kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 28%. c. Indikator menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik Indikator ketiga mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 16%. Sedangkan pada kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 19%. d. Indikator mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar Indikator keempat mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 25%. Sedangkan pada kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 21%. e. Nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit Indikator kelima mengalami peningkatan pada masing-masing kelompok siswa. Pada kelompok atas peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. Begitu pun pada kelompok bawah terjadi peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran sebesar 20%. D. Pembahasan Pembelajaran kimia terintegrasi nilai memiliki pengaruh meningkatkan hasil belajar siswa. Pada pembelajaran ini siswa tidak hanya mendapatkan konsep kimia saja melainkan juga mendapatkan pendidikan nilai yang
58
terkandung didalamnya. Dengan demikian, siswa mendapatkan dua pembelajaran sekaligus yaitu konsep dasar sains dan nilai-nilai yang terkandung dalam sains. Dengan pembelajaran tersebut diharapkan, siswa tidak hanya knowing (mengetahui) tetapi juga applying (mengaplikasikan) konsep yang dipelajari, sehingga sistem pendidikan tidak hanya hanya mengedepankan aspek kognitif dan mengabaikan aspek afektif dan psikomotor. Berdasarkan hasil belajar siswa, dapat diketahui bahwa Pembelajaran kimia terintegrasi nilai memiliki pengaruh meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa merupakan keberhasilan belajar berupa perubahan tingkah laku siswa setelah siswa menyelesaikan pembelajaran. Dengan pembelajaran kimia terintegrasi nilai, diharapkan siswa dapat menjadi pribadi yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap. kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Nilai-nilai sains dalam pembelajaran ini meliputi nilai religi, nilai sosial dan nilai praktis. Nilai-nilai yang diajarkan dimasukkan ke dalam konsep larutan elektrolit dan non elektrolit. Dengan pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia, siswa secara berkala akan mempunyai sikap dan perilaku yang baik. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi. Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan
menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke
dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan. Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari penjualannya.
59
Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman (55) : 33. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara lanit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. Berdasarkan angket siswa tentang pendidikan nilai dalam pembelajaran kimia, diperoleh respon positif pada tahap pedagogi pendidikan nilai, pembelajaran kimia dan pendidikan nilai. Wawancara yang dilakukan pun dijadikan sebagai data penunjang hasil penelitian. Wawancara dilakukan pada kelompok atas dan kelompok bawah (masing-masing 5 orang). Menurut siswa, pembelajaran kimia merupakan pelajaran yang tidak dapat digunakan dalam kehidupan mereka kelak sehingga mereka menganggap remeh pelajaran ini. Materinya rumit karena harus menggabungkan hapalan, hitungan dan pemahaman. Sedangkan pendidikan nilai yang dilakukan, awalnya membuat bingung dan terasa berbeda. Namun seiring waktu mereka mulai terbiasa dan dapat mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik. Nilainilai yang diberikan tidak dapat diaplikasikan dalam kehidupan dalam satu rangkaian pembelajaran tetapi membutuhkan waktu yang panjang dengan pembelajaran yang berulang-ulang. Siswa hanya dapat menerima nilai tersebut saja sedangkan aplikasi dari nilai tersebut dalam proses kehidupannya. Selama penelitian berlangsung, menurut hasil observasi pendidikan nilai merubah sikap siswa dalam proses pembelajaran menjadi lebih positif.
60
Pemahaman, mengaitkan konsep dengan nilai dan minat serta motivasi siswa cenderung dalam kategori baik. E. Keterbatasan Penelitian Peneliti memiliki beberapa keterbatasan dalam penelitian yang dilakukan. Keterbatasan tersebut di antaranya adalah kurangnya jam belajar yang digunakan untuk pendidikan nilai pada pembelajaran kimia. Pada waktu kegiatan praktikum dan diskusi, siswa dikoordinasikan dalam kelompok dan mendiskusikan LKS yang diberikan. Diskusi tersebut seharusnya dilakukan dengan waktu yang agak lama agar para siswa dapat lebih mengeluarkan pengetahuan dan pendapatnya. Selain masalah waktu, peneliti juga mengalami kesulitan dalam integrasi nilai yang disisipkan pada materi larutan elektrolit dan non elektrolit. Diperlukan kerja keras bagi peneliti dan siswa karena nilai tersebut merupakan hal yang baru bagi siswa kelas X-A. Selain hal tersebut di atas, penelitian ini adalah hal baru bagi penulis. Oleh karena itu, kemampuan penulis pun terbatas untuk meneliti secara lebih mendalam.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terdapat pengaruh antara pembelajaran kimia terintegrasi nilai dengan hasil belajar. Hasil analisis data menggunakan statistik uji “t” diperoleh nilai thitung = 18.1187 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,01 (derajat kebebasan 78) adalah 2.381, maka nilai thitung lebih besar dari nilai ttabel, sehingga Ha diterima. 2. Hasil analisis data pretest dan postest, diperoleh nilai rata-rata (mean) NGain sebesar 0,42 (kategori sedang). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa setelah pembelajaran kimia terintegrasi nilai. 3. Dari LKS yang telah dikerjakan siswa pada kegiatan praktikum, nilai-nilai yang diintegrasikan dalam konsep larutan elektrolit dan non elektrolit adalah nilai praktis, nilai intelektual, nilai pendidikan, nilai ekonomi dan nilai religi . 4. Sedangkan dari hasil wawancara diperoleh bahwa pembelajaran kimia terintegrasi nilai memiliki respon yang positif dan mudah untuk diikuti dan menyenangkan.
B. Saran Penelitian ini tidak terlepas dari kekurangan atau keterbatasan, sehingga dapat mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan ini dapat diminimalisir dengan saran dan masukan sebagai berikut : 1. Bagi guru-guru kimia hendaknya memasukkan pendidikan nilai dalam proses pembelajaran yang dilakukan, sehingga diharapkan dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian yang mantap, mandiri serta bertanggung jawab
61
62
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sedangkan bagi guru kimia yang mengembangkan pendidikan nilai pada pembelajaran kimia, hendaknya
lebih
kreatif
menemukan
hal-hal
baru
agar
proses
pembelajarannya menjadi lebih menarik dan tidak membosankan. 2. Pengalaman belajar siswa yang bervariasi
yang dikaitkan dengan
kehidupan sehari-hari sebaiknya diterapkan oleh guru di kelas karena dengan adanya variasi pengalaman belajar akan memperkaya kemampuan serta wawasan siswa. 3. Sebaiknya penelitian ini dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi guru kimia untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program pemerintah yaitu meningkatkan IPTEK dan IMTAQ melalui proses pembelajaran kimia. 4. Bagi pihak lain yang akan menerapkan pendidikan nilai pada pembelajaran kimia, sebaiknya penelitian berikutnya diharapkan memiliki banyak waktu (jam belajar) agar siswa lebih dapada menggali pengetahuannya dan pendapatnya, khususnya pada kegiatan praktikum dan diskusi. Dengan demikian, pendidikan nilai pada pembelajaran kimia dapat berjalan dengan lancar dan mencapai hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2009. Psikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT Bumi Aksara. Anonim. diakses pada 26 Agustus 2008. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. Anonim. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : PT Gramedia. Arikunto, Suharsimi. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara. Cet. Ke-8. Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rieneka Cipta. Cet. Ke-7. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Cet-12. Azra, Azyumardi. 2002. Paradigma Baru Pendidikan Nasional: Rekonstruksi dan Demokratisasi. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Dimyati. 2006. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : PT Asdi Mahasatya. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Ernawati. 2007. Integrasi Nilai Agama Dalam Pendidikan Budi Pekerti. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah. Hamalik, Oemar. 2009. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi : Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Kizi Brothers. Kaswardi. 1993. Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta : PT. Grasindo. Khaeruddin dan Eko Hadi Sujiono. 2005. Pembelajaran Sains (IPA) : Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetens. Makasar : Badan Penerbit Universitas Negeri Makasar.
63
64
Lamijan. 2002. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai, dalam Jurnal Inkoma : Kajian Teori dan Praktek Pembangunan, Nomor 1 Tahun 13. Undaris : Universitas Darul Ulum. Meltzer, David E. diakses pada 21 Maret 2007. Addendum to: The Realition Between Mathematics Preparation and Conceptual Learning Gain in Physics: A Possible Hidden Variable in Diagnostic Pretest Scores. http://physics.iastate.edu/per/docs/addendum_on_normalized_gain.pdf. Mulyana, Rohmat. 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : CV Alfabeta,. Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta : Penerbit ANDI. Narwoko, Dwi dan Bagong Suyanto. 2004. Sosiologi : Teks Pengantar Dan Terapan. Jakarta : Prenada Media. Nugraha, Ali. 2008. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta : JILSI Foundation. Praja, Aziz Lukman. 2008. Penerapan Pendidikan Nilai Sebagai Usaha Pendidikan Dalam Upaya Membentuk Kepribadian Siswa, dalam Jurnal Ilmiah Pendidikan Ekonomi Akutansi Volume 2 Nomor 3. Bandung : FKIP UNPAS. Purwanto, Ngalim. 2002. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya. Cetakan XI. Sjarkawi. 2006. Pembentukan Kepribadian Anak : Peran Moral, Intelektual, Emosional dan Sosial Sebagai Wujud Integritas Membangun Jati Diri. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Sudarminta, J. 2000. Transformasi Pendidikan : Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Sukardi. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Cetakan Keempat. Suryabrata, Sumadi. 2005. Metodologi Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
65
Susilo, Harry. diakses pada 27 April 2011. .Awas Makanan Mengandung Bahan Berbahaya Masih Beredar!, http://kesehatan.kompas.com/read/2009/04/07/19225412/awas.makanan.mengand ung.bahan.berbahaya.masih.beredar. Widiastono, Tonny D. 2004. Pendidikan Manusia Indonesia. Jakarta : Penerbit Buku Kompas. Yudianto, Suroso Adi. 2005. Manajemen Alam : Sumber Pendidikan Nilai, Bandung : Mughni Sejahtera.
Lampiran 1
66
DISTRIBUSI FREKUENSI PRETEST SISWA 1. Banyaknya data (n) = 40 2. Distribusi frekuensi 64 60 60 56 56 56 52 52 48 44 44 40
60 56 48 40
60 52 48 40
60 52 48 36
56 52 48 36
56 52 48 36
3. Menentukan sebaran Sebaran = data terbesar data terkecil = 64 32 = 32 4. Menentukan banyak kelas Banyak kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 1,602 = 1 + 5,29 = 6,29 (pembulatan ke bawah) =6 5. Menentukan panjang kelas Panjang kelas interval =
jangkauan batas kelas interval
=
32 6
= 5,33(pembulatan ke atas) = 6
Tabel distribusi frekuensi pretest siswa Interval 32 - 37 38 - 43 44 - 49 50 - 55 56 - 61 62 - 67 fi
fi 5 3 10 8 13 1 40
6. Menghitung rata-rata (X) X=
fi.xi f
=
2004 40
= 50.1
xi 34.5 40.5 46.5 52.5 58.5 64.5 fixi
fixi 172.5 121.5 465 420 760.5 64.5 2004
56 52 44 32
56 52 44 32
Lampiran 2
67
DISTRIBUSI FREKUENSI POSTTEST SISWA 1. Banyaknya data (n) = 40 2. Distribusi frekuensi 84 80 80 80 80 76 76 76 76 76 72 72 72 68 68 68 68 68 64 64 64 60 60 60 3. Menentukan sebaran Sebaran = data terbesar data terkecil
76 72 68 60
76 72 64 56
= 84 52 = 32 4. Menentukan banyak kelas Banyak kelas = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log 1,602 = 1 + 5,29 = 6,29 (pembulatan ke bawah) =6 5. Menentukan panjang kelas Panjang kelas interval =
jangkauan batas kelas interval
=
32 6
= 5,33(pembulatan ke atas) = 6
Tabel distribusi frekuensi posttest siswa Interval 52 - 57 58 - 63 64 - 69 70 - 75 76 - 81 82 - 87 fi 6.
fi 3 4 12 7 13 1 40
Menghitung rata-rata (X) X=
fi.xi f
=
2816 40
= 70.4
xi 54.5 60.5 66.5 72.5 78.5 84.5 fixi
fixi 163.5 242 798 507.5 1020.5 84.5 2816
76 72 64 56
76 72 64 52
Lampiran 3
68
TABEL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS PRETEST xi 32 36 40 44 48 52 56 60 64 fi
fi 2 3 3 4 6 8 8 5 1 40
fk 2 5 8 12 18 26 34 39 40 fixi
fixi xi2 64 1024 108 1296 120 1600 176 1936 288 2304 416 2704 448 3136 300 3600 64 4096 1984 fixi2 Mean Si2 S Lt Lo
fixi2 Z 2048 -2.10995 3888 -1.63042 4800 -1.15088 7744 -0.67135 13824 -0.19181 21632 0.28772 25088 0.767254 18000 1.246788 4096 1.726322 101120 49.6 24.576 4.95742 0.1400889 0.0825
Zt 0.4826 0.4484 0.3749 0.2486 0.0753 0.1141 0.2764 0.3925 0.4573
F(Z) 0.0174 0.0516 0.1251 0.2514 0.4247 0.6141 0.7764 0.8925 0.9573
S(Z) 0.05 0.125 0.2 0.3 0.45 0.65 0.85 0.975 1
|F(Zi)- F(Si)| 0.0326 0.0734 0.0749 0.0486 0.0253 0.0359 0.0736 0.0825 0.0427
S(Z) 0.025 0.075 0.175 0.325 0.475 0.65 0.875 0.975 1
|F(Zi)-F(Si)| 0.0148 0.0375 0.0712 0.0953 0.0621 0.0321 0.0811 0.0651 0.0314
TABEL PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST xi 52 56 60 64 68 72 76 80 84 fi
fi 1 2 4 6 6 7 9 4 1 40
fk 1 3 7 13 19 26 35 39 40 fixi
fixi xi2 52 2704 112 3136 240 3600 384 4096 408 4624 504 5184 684 5776 320 6400 84 7056 2788 fixi2 Mean Si2 S Lt Lo
fixi2 Z 2704 -2.30464 6272 -1.78382 14400 -1.263 24576 -0.74217 27744 -0.22135 36288 0.299474 51984 0.820297 25600 1.341121 7056 1.861944 196624 69.7 24.6503 4.9649 0.1400889 0.0953
Zt 0.4898 0.4625 0.3962 0.2703 0.0871 0.1179 0.2939 0.4099 0.4686
F(Z) 0.0102 0.0375 0.1038 0.2297 0.4129 0.6179 0.7939 0.9099 0.9686
Lampiran 4
69
PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS 1. Menentukan varians terbesar (S12) S2 =
𝑥𝑖 − 𝑥
2
=
986.01
= 24.65025
n 40 Menentukan varians terkecil (S22) S2 =
𝑥𝑖 − 𝑥
n
2
=
983.04 = 24.576 40
2. Menentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil) db1 pembilang = n 1 = 40 1 = 39 db2 penyebut = n 1 = 40 1 = 39 3. Menentukan Ft dan Fo S1 2 24.65025 Fo = 2 = = 1.003021 24.576 S2 Ft = dilihat dari tabel distribusi F (karena dk pembilang 39 dan dk penyebut 39 tidak ada dalam tabel maka digunakan dk pembilang 40 dan dk penyebut 40) = 1.69 4. Mengambil kesimpulan Fo ≤ Ft (1.003021≤ 1.69), maka Ho diterima berarti variansi dari kedua populasi homogen
Lampiran 5
70
PERHITUNGAN UJI T
Data yang sudah normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji t dengan rumus sebagai berikut: x2 - x1
t=
dsg
1 1 + n1 n2
,dengan dsg=
n1 - 1 S1 2 + n2 - 1 S2 2 n1 + n2 - 2
Keterangan : x2 = rata-rata posttest x1 = rata-rata pretest dsg = standar deviasi gabungan n1 = banyak siswa pada pretest n2 = banyak siswa pada posttest S1 2 = varians pretest S2 2 = varians posttest Sebelum melakukan uji t, dilakukan perhitungan untuk mencari dsg dengan rumus sebagai berikut : dsg =
n1 - 1 S1 2 + n2 - 1 S2 2 n1 + n2 – 2
=
40- 1 24.6503 + 40- 1 24.576 40+ 40 – 2
=
39 25.20615 + 39 25.28231 78
= =
961.36 + 958.464
78 1919.82
78
= 24.6131 = 4.96116
Lampiran 5
70
Uji t
t=
x2 - x1 dsg
=
1 1 n1 + n2 69.7 - 49.6
4.96116 = =
1 1 40 + 40 20.1
4.96116 0.025 + 0.025 20.1
4.96116 0.05 20.1 = 4.96116 (0.22361) 20.1 = 1.10935 = 18.1187 dk untuk ttabel adalah n1 + n2 -2 =78. Karena 78 terletak diantara 60 dan 120, maka ttabel untuk dk 78 dicari dengan menggunakan cara interpolasi sebagai berikut : 78-60 t 120- ttabel 120-60 tabel 78 − 60 = 2.39 − 2.39 − 2.36 120 − 60
ttabel = ttabel120-
= 2.39 −
78 − 60 2.39 − 2.36 120 − 60
18 0.03 60 = 2.39 – 0.3 0.03 = 2.39 – 0.009 = 2.381 = 2.39 −
Karena thitung > ttabel = 18.1187 > 2.381, maka Ho ditolak atau Ha diterima. Ini berarti bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kimia terintegrasi nilai terhadap hasil belajar siswa.
Lampiran 6
72
TES HASIL BELAJAR 1. *Berikut ini merupakan gejala yang dapat diamati pada beberapa larutan jika dihubungkan dengan alat penguji elektrolit berbagai larutan. 1) Terdapat gelembung gas 2) Lampu menyala terang 3) Lampu menyala redup 4) Lampu tidak menyala Gejala yang menunjukkan adanya sifat hantar listrik pada larutan adalah nomor.... d. 1, 2 dan 3 a. 1 dan 3 e. 1, 2 dan 4 b. 2 dan 4 c. 3 dan 4 2. *Suatu larutan merupakan penghantar yang baik jika larutan tersebut mengandung.... a. molekul yang mudah bergerak d. ion yang bebas bergerak b. molekulyang bersifat konduktor e. zat pelarut dan terlarut c. molekul zat terlarut 3. *Lampu pada alat penguji elektrolit tidak menyala ketika elektrodanya dicelupkan ke larutan CH3COOH, tetapi terdapat gelembung gas pada elektrodanya. Berdasarkan data yang diberikan, pernyataan yang benar adalah.... a. sedikit sekali larutan CH3COOH yang terionisasi b. alat penguji bekerja tidak baik c. larutan CH3COOH bukan larutan elektrolit d. larutan asam cuka sudah rusak e. asam cuka merupakan zat yang mudah menguap 4. *Air yang tidak dapat menghantarkan arus listrik adalah.... a. air sungai d. air ledeng b. air sawah e. air sumur c. air suling 5. *Diketahui data percobaan sebagai berikut. Larutan Keadaan lampu Keadaan elektroda A Tidak menyala Tidak ada gelembung gas B Menyala Ada gelembung gas C Tidak menyala Ada gelembung gas D Menyala Ada gelembung gas E Tidak menyala Tidak ada gelembung gas F Menyala Ada gelembung gas Larutan yang termasuk elektrolit kuat dan lemah berturut-turut adalah larutan a. B dan F d. E dan B b. C dan D e. F dan C c. D dan A
Lampiran 6
72
6. Larutan yang dapat menghantarkan arus listirk adalah.... d. larutan urea a. larutan gula e. larutan bensin b. larutan etanol c. larutan alkohol 7. Berdasarkan data percobaan pada soal nomor 5, larutan yang merupakan larutan non elekrolit adalah larutan.... d. D dan E a. A dan C e. A dan E b. C dan E c. B dan D 8. Berdasarkan data percobaan pada soal nomor 5, larutan yang merupakan larutan elektrolit adalah larutan.... d. B, C, E dan A a. A, B, C dan D e. D, E, F dan A b. B, C, D dan F c. C, D, E dan F 9. Larutan yang membuat lampu menyala paling terang adalah.... a. air sumur d. larutan jeruk b. air sungai e. larutan teh c. air laut 10. Perhatikan beberapa larutan berikut. 1) Larutan NaCl 2) Larutan CH3COOH 30% 3) Larutan H2SO4 4) Larutan gula 40% Larutan yang dapat menghasilkan hantaran listirk paling kecil adalah nomor.... a. 1 d. 4 b. 2 e. 1 dan 3 c. 3 11. *Kelompok larutan yang merupakan larutan elektrolit lemah adalah.... a. Larutan CH3COOH, larutan NaCl dan larutan jeruk b. Larutan gula, larutan CH3COOH dan larutan jeruk c. Larutan CH3COOH, larutan jeruk dan larutan NH3 d. larutan NaCl, larutan H2SO4 dan larutan CH3COOH e. larutan NH3, larutan H2SO4 dan larutan jeruk 12. * Di depan gedung olahraga banyak penjual yang menjajakan minuman isotonik. Mereka dapat meraih untung dari penjualannya. Adanya larutan elektrolit dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi mereka. Ini merupakan salah satu contoh dari pendidikan nilai pada…. a. nilai praktis d. nilai intelektual b. nilai ekonomi e. nilai pendidikan c. nilai religi
Lampiran 6
72
13. Perhatikan data oercobaan berikut. Keadaan Pengamatan No. Lampu Gelembung Gas 1. ++ ++ 2. +++ +++ 3. ─ + 4. ─ ─ 5. ++ ++ Larutan gula ditunjukkan oleh percobaan nomor.... d. 4 a. 1 e. 5 b. 2 c. 3 14. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi. Larutan elektrolit yang digunakan sebagai minuman isotonik merupakan salah satu contoh dari pendidikan nilai pada.... a. nilai praktis d. nilai intelektual b. nilai ekonomi e. nilai pendidikan c. nilai religi 15. *Senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air dan memiliki ikatan kovalen adalah.... a. NaCl d. Na2SO4 b. HCl e. KCl c. C6H12O6 16. Beberapa nelayan memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan. Hal ini mengingatkan pada salah satu contoh dari pendidikan nilai pada…. a. nilai praktis d. nilai intelektual b. nilai ekonomi e. nilai pendidikan c. nilai religi 17. *Senyawa yang dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air dan memiliki ikatan ion adalah.... a. KCl d. NH3 b. HCl e. H2SO4 c. HNO3 18. Jika senyawa mempunyai nilai derajat ionisasi 1 maka.... a. tidak ada zat yang terionisasi d. semua zat terurai menjadi ion b. semua zat terdispersi e. sebagian zat terurai menjadi c. sebagian zat terurai menjadi ion molekul
Lampiran 6
72
19. Suatu larutan yang dicelupkan elektroda dan dihubungkan ke lampu memiliki data, yaitu lampu tidak menyala dan timbul gelembung gas. Berdasarkan data tersebut, disimpulkan bahwa.... a. larutan tersebut non elektrolit b. larutan tersebut mengandung sedikit ion bebas c. larutan tersebut tidak mengandung ion bebas d. alat uji tidak bekerja dengan baik e. semua berbentuk molekul dalam air 20. Senyawa yang tidak dapat menghantarkan arus listrik jika dilarutkan dalam air dan memiliki ikatan kovalen adalah.... d. MgCl2 a. NaOH e. NH3 b. KCl c. C6H12O6 21. Contoh larutan elektrolit lemah adalah.... a. alkohol d. larutan NH3 b. larutan NaCl e. larutan H2SO4 c. larutan gula 22. *Hal yang dapat menyebabkan lelehan PbBr2 menghantarkan arus listrik adalah.... a. pergerakan molekulnya d. logam Pb b. pergerakan atom e. lelehan Pb c. pergerakan ion 23. Contoh larutan nonelektrolit adalah.... a. Ca(OH)2 d. CHCl3 b. CH3COOH e. H2CO3 c. CuSO4 24. Konsentrasi HCl yang diperlukan supaya lampu menyala lebih terang adalah.... a. 0,1 M d. 0,6 M b. 0,2 M e. 1,0 M c. 0,4 M 25. *Jika terdapat larutan HNO3, HCl dan NH3, larutan yang dapat digunakan sebagai penghantar listrik yang baik adalah.... a. NH3 d. HCl dan NH3 b. HNO3 dan NH3 e. HNO3 c. HNO3 dan HCl 26. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik karena a. molekul-molekul zat terlarut bebas berpindah b. ion-ion yang terlarut bebas bergerak membawa muatan c. atom-atom dalam larutannya berpindah tempat d. air yang berperan memindahkan arus e. larutannya tetap dalam bentuk molekul
Lampiran 6
72
27. *Berikut ini hasil pengujian daya hantar listrik beberapa larutan: Pengamatan Larutan Nyala lampu Gelembung 1. Tidak menyala Ada 2. Tidak menyala Tidak ada 3. Menyala terang Ada 4. Tidak menyala Tidak ada 5. Menyala redup Ada Berdasarkan data di atas yang merupakan larutan non elektrolit adalah larutan nomor.... d. 1 dan 4 a. 1 dan 5 e. 3 dan 5 b. 2 dan 3 c. 2 dan 4 28. Senyawa berikut ini jika terlarut dalam air dapat menghasilkan lerutan elektrolit adalah.... a. gas HCl d. glukosa b. gula pasir e. fruktosa c. urea 29. Pada percobaan uji elektrolit akan terjadi hal-hal berikut ini pada larutan garam dapur, kecuali.... a. larutan mengtandung ion Na+ dan Cl b. ion-ion positif bergerak ke arah kutub negatif c. ion-ion negatif bergerak menuju kutub positif d. pada elektrode terjadi gelembung-gelembung gas e. ion positif dan ion negatif membentuk molekul netral 30. *Zat-zat berikut ini, 1) larutan cuka 2) larutan gula 3) larutan amonia 4) larutan garam dapur 5) larutan asam klorida yang bersifat elektrolit lemah adalah.... a. 1 dan 2 d. 3 dan 4 b. 4 dan 5 e. 2 dan 5 c. 1 dan 4 31. Larutan-larutan zat berikut ini, 1) garam dapur 2) gula 3) asam cuka berdasarkan sifat daya hantar listrik dari yang lemah ke yang makin kuat adalah.... a. 1, 2, 3 d. 3, 2, 1 b. 1, 3, 2 e. 2, 1, 3 c. 2, 3, 1
Lampiran 6
72
32. Larutan elektrolit yang dihasilkan dari pelarutan senyawa ion dalam air adalah.... d. KI a. HCl e. CH3COOH b. NH4OH c. HNO3 33. Senyawa kovalen polar jika dilarutkan ke dalam air dapat terionisasi menghasilkan larutan elektrolit. Larutan senyawa kovalen polar yang bersifat elektrolir kuat adalah.... a. KCl d. NH3 b. HI e. NaOH c. H2S 34. *Senyawa MgCl2 jika terlarut dalam air dapat menghasilkan larutan elektrolit karena memiliki jenis ikatan.... a. ion d. koordinasi b. kovalen polar e. kovalen semipolar c. kovalen nonpolar 35. Diantara pernyataan berikut ini 1) leburannya dapat menghantarkan arus listrik 2) larutannya di dalam air terion 3) molekulnya mempunyai ikatan kovalen yang merupakan sifat garam adalah.... a. 1 d. 2 dan 3 b. 2 e. 1, 2 dan 3 c. 1 dan 2 36. Berikut ini, 1) zat terlarutnya berupa gas 2) pelarutnya adalah air 3) merupakan larutan zat kovalen polar 4) zat terlarut mengalami ionisasi yang sesuai dengan keadaan dan sifat asam klorida adalah.... a. 1, 2, 3 d. 1, 3, 4 b. 1, 2 e. 1, 2, 3, 4 c. 2, 4 37. Larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Hal ini merupakan salah satu contoh dari pendidikan nilai pada .... a. nilai praktis d. nilai intelektual b. nilai ekonomi e. nilai pendidikan c. nilai religi
Lampiran 6
72
38. *Garam dapur (NaCl) merupakan camputan senyawa ion yang sangat mudah larut dalam air dengan derajat ionisasi 1. Pernyataan yang salah di bawah ini adalah.... a. reaksi yang terjadi bersifat NaCl Na+ + Cl− b. larutannya bersifat elektrolit kuat c. setiap 1 mol NaCl menghasilkan 2 mol partilel ion d. kadar larutannya dalam air tidak ada batas e. dapat dibuat larutan jenuhnya 39. Larutan senyawa hidroksida yang bersifat sebagai larutan elektrolit kuat adalah.... d. KOH a. NH4OH e. Fe(OH)2 b. Mg(OH)2 c. Zn(OH)2 40. *Larutan-larutan di bawah ini, jika diuji dengan alat elektrolit yang dapat menyalakan nyala lampu paling terang adalah.... a. Al(OH)3 10% d. NH3 10% b. H2SO4 10% e. C6H12O6 20% c. CH3COOH 10 % 41. Perhatikan tabel berikut ini! No. Keadaan zat NaX HX 1. Jenis ikatan Ion Kovalen polar 2. Fase zat murni (25oC) Padat Gas 3. Sebagai larutan Elektrolit Elektrolit 4. Sifat leburan Terion molekuler Jika unsur X adalah halogen maka pernyataan yang benar adalah nomor.... a. 1,2 dan 3 d. 1 dan 4 b. 1 dan 3 e. 1, 2, 3 dan 4 c. 2 dan 4 42. *Satu satuan rumus barium hidroksida jika dilarutkan dalam air akan menghasilkan.... a. 1 ion Ba2+ dan 2 ion OH− d. 1 ion Ba2+ dan 2 ion H+ b. 1 ion Ba2+ dan 1 ion OH− e. 1 ion Ba2+ dan 1 ion OH− 2+ − c. 2 ion Ba dan 2 ion OH 43. Air merupakan rahmat Allah SWT yang dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya, maka kita perlu meyakini kebesaranNya seperti terkandung dalam Ar-Rahman (55) : 33. Ini merupakan salah satu pendidikan nilai pada…. a. nilai praktis d. nilai intelektual b. nilai ekonomi e. nilai pendidikan c. nilai religi
Lampiran 6
72
44. *Reaksi berikut ini yang menunjukkan ionisasi asam fosfat, yaitu.... a. NO3−(aq) + H+(aq) HNO3(aq) d. H3PO4(aq) 3H+(aq) + PO43−(aq) b. H2SO4(aq) 2H+(aq) + SO42−(aq) e. 3H+(aq) + PO43−(aq) H3PO4(aq) + − c. HPO4(aq) H (aq) + PO4 (aq) 45. *Larutan berikut yang memiliki daya hantar listrik terbaik, yaitu.... d. Na2SO4 0,5 M a. HCl 0,4 M e. NaCl 0,2 M b. BaCl2 1M c. CH3COOH 1 M 46. *Larutan gula pasir dalam air dingin bersifat non elektrolit karena.... a. molekul gula dalam larutan terlalu besar sehingga susah bergerak b. larutan akan bersifat elektronik setelah dipanaskan pada suhu tinggi c. air gula terlarut secara molekular dalam air d. larutan gula mudah mengkristal e. arus listrik menyebabkan gula terpecah menjadi CO2 dan H2O 47. *Penangkapan ikan di sungai kering menggunakan arus listrik karena.... a. molekul-molekul air sungai bersifat elektrolit b. kotoran yang terlarut dalam air sungai berfungsi sebagai zat konduktor c. elektroda yang dicelupkan menyentuh langsung ikan-ikan di sungai d. ikan-ikan tidak tahan terhadap arus listrik, meskipun arus kecil e. elektron bergereak ke arah ikan yang berfungsi sebagai elektrode positif 48. *Suatu zat padat T dilarutkan dalam air dapat menghantarkan arus listrik dan membirukan kertas lakmus merah maka zat padat T tersebut adalah.... a. suatu asam yang dapat terurai menjadi atom-atomnya b. suatu asam kuat yang dapat terurai menjadi ion-ionnya c. zat yang menyebabkan air dapat menghantarkan arus listrik d. zat yang terurai menjadi ion-ionnya, OH− dan ion positif e. zat yang dapat mengionkan air menjadi H+ dan OH− 49. Diketahui data percobaan daya hantar listrik air dari berbagai sumber sebagai berikut. Nyala Pengamatan No. Jenis air Lampu Lain 1. Air laut redup Ada gas 2. Air ledeng − Ada gas 3. Air danau − Ada gas 4. Air sumur redup Ada gas 5. Air sungai − Ada gas Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa.... a. air laut merupakan elektrolit b. air sungai bersifat non elektrolit c. ada ait yang bersifat elektrolit dan non elektrolit d. semua air dari berbagai sumber bersifat elektrolit e. sifat elektrolit air bergantung pada jenis zat pelarut
Lampiran 6
72
50. *Suatu zat padat dilarutkan dalam air dan ternyata larutan zat itu dapat menghantarkan arus listrik. Pernyataan yang tepat untuk menerangkan peristiwa ini adalah.... a. dalam air, zat padat itu terurai menjadi ionnya b. dalam air, zat padat itu terurai menjadi atomnya c. dalam air, zat padat itu terurai menjadi molekulnya d. air menjadi mudah terionisasi bila ada zat padat di dalamnya e. air menjadi konduktor listrik bila ada zat terlarut di dalamya
Lampiran 7
81
ANGKET TENTANG PENDIDIKAN NILAI DALAM PEMBELAJARAN KIMIA Petunjuk Pengisian 1. Berilah tanda () pada kolom SS (Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju) atau STS (Sangat Tidak Setuju) Jawaban yang anda berikan tidak mempengaruhi nilai kimia anda. 2. Berilah jawaban sejujur-jujurnya setelah anda belajar kimia hari ini, karena jawaban akan membantu meningkatkan pembelajaran kimia 3. Atas perhatian dan kejujuran anda, saya ucapkan terima kasih Angket Siswa No. Pernyataan 1. Setelah belajar kimia, saya dapat menerima kelebihan dan kekurangan orang lain 2. Setelah belajar kimia, saya merasa benar 3. Setelah belajar kimia, saya cenderung unjuk kekuasaan 4. Setelah belajar kimia, saya suka memberi perintah 5. Setelah belajar kimia, saya senang berdiskusi dengan teman 6. Setelah belajar kimia, saya mendahulukan kepentingan bersama 7. Setelah belajar kimia, saya senang bekerja dalam tim 8. Setelah belajar kimia, saya mencontek saat ulangan 9. Setelah belajar kimia, saya sering pilih kasih terhadap teman 10. Setelah belajar kimia, saya sering tidak menepati janji 11. Setelah belajar kimia, saya melaksanakan tugas dengan cermat 12. Setelah belajar kimia, saya tidak pernah mengerjakan kewajiban 13. Setelah belajar kimia, saya menghargai kekuasaan yang benar 14. Setelah belajar kimia, saya tidak perduli akan lingkungan 15. Setelah belajar kimia, saya berpartisipasi
SS
S
TS
STS
Lampiran 7
16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24.
25.
26. 27.
81
dalam lingkungan Setelah belajar kimia, saya senang berdoa Saya senang dengan pelajaran kimia Sayatidak pernah mengerjakan tugas kimia Saya tidak pernah memperhatikan guru kimia di kelas Kimia sangat penting untuk dipelajari Nilai kimia saya selalu jelek Saya bertanya kepada teman jika ada materi yang tidak dimengerti Saya tahu manfaat minuman isotonik dalam tubuh dari pelajaran kimia Setelah belajar kimia, saya tidak tahu memancing ikan menggunakan listrik dapat membahayakan pemancing dan orang lain Setelah belajar kimia, saya tahu larutan isotonik lebih laku jika dijual di tempat orang yang sering berolahraga Setelah belajar kimia, saya tidak tahu larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik Setelah belajar kimia, saya semakin percaya adanya kekuasaan Allah
Saran untuk pelajaran kimia :________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________ __________________________________________________________________
Lampiran 8 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
83 : Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi reduksi : Mengidentifikasi sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan
LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT A. Tujuan Kegiatan 1. Siswa mampu memahami ciri-ciri larutan elektrolit dan non elektrolit 2. Siswa dapat mengelompokkan larutan elektrolit dan non elektrolit B. Teori Dasar Larutan elektrolit adalah larutan yang memiliki kemampuan menghantarkan listrik. Larutan elektrolit terbentuk dari zat elektrolit, seperti asam, basa, dan garam yang terlarut dalam pelarut air. Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak memiliki kemampuan untuk mengalirkan arus listrik. Larutan non elektrolit sebagian besar terdiri dari zat-zat organik. Penghantaran listrik ini disebabkan karena zat-zat elektrolit dalam larutan atau leburannya terurai (terionisasi) menjadi ion positif, seperti ion H+, ion logam (kation) dan ion negatif, seperti OH dan ion-ion sisa asam (anion). Ion-ion itulah yang menghantarkan arus listrik. Larutan yang daya hantar listriknya cukup baik disebut elektrolit kuat. Hantaran listrik oleh elektrolit kuat ditandai dengan menyalanya lampu pada alat penguji elektrolit. Sebaliknya, elektrolit yang daya hantarnya lemah ditandai dengan adanya perubahan pada elektroda (seperti terbentubnya gelembung gas), sedangkan lampu tidak menyala. Dalam kehidupan sehari-hari, nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Saat olahraga, manusia mengeluarkan cairan elektrolit berupa keringat dari dalam tubuh. Cairan tubuh ini perlu digantikan dengan minuman isotonik yang mengandung larutan elektrolit agar tidak terjadi dehidrasi. Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Oleh karena itu, cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan. Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Penjual dapat meraih untung dari penjualannya. Nilai pendidikan dari larutan elektrolit dan non elektrolit adalah larutan elektrolit dapat menghantarkan arus listrik sehingga dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Sedangkan larutan non elektolit tidak dapat menghantarkan arus listrik sehingga tidak dapat menyalakan lampu pada alat uji elektrolit. Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin untuk manfaat yang sebesar-besarnya seperti dalam Ar-Rahman (55) : 33. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan”. C. Alat dan Bahan 1. Seperangkat alat penguji elektrolit 2. Gelas beaker 3. Bola Lampu 4. Akuades LKS Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
5. 6. 7. 8.
Larutan garam dapur Larutan batu kapur Larutan asam cuka Larutan gula
Lampiran 8
83 16. Air jeruk 17. Ait teh 18. Air kopi 19. Tisu bersih
9. Larutan asam sulfat 10. Larutan alkohol 11. Larutan urea 12. Larutan natrium hidroksida 13. Larutan amoniak 14. Mizone 15. Pocari sweat
D. Langkah Kerja 1. Siapkan alat penguji elektrolit. 2. Masukkan akuades ke dalam gelas kimia. 3. Pasang alat sesuai gambar. 4. Hidupkan listrik. 5. Amati nyala lampu dan gelembung-gelembung gas di sekitar elektroda. 6. Kerjakan langkah 1-5 pada masing-masing larutan . E. Hasil Pengamatan Lampu No.
Bahan
1.
Akuades Larutan garam dapur Larutan batu kapur Larutan asam cuka Larutan gula Larutan asam sulfat Larutan alkohol Larutan urea Larutan natrium hidroksida Larutan amoniak Mizone Pocari sweat Air jeruk Air teh Air kopi
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Nyala
Tidak
Gelembung Gas Ada
Tidak
Larutan Elektrolit
Non Elektrolit
F. KESIMPULAN 1. Ciri-ciri larutan elektrolit, yaitu: a. _________________________________________ b. _________________________________________ c. _________________________________________ 2. Larutan yang termasuk larutan elektrolit, yaitu: a. _________________________ e. _________________________ b. _________________________ f. _________________________ c. _________________________ g. _________________________ d. _________________________ h. _________________________
LKS Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Lampiran 8
83
3. Larutan yang termasuk larutan non elektrolit, yaitu: a. _________________________ e. _________________________ b. _________________________ f. _________________________ c. _________________________ g. _________________________ d. _________________________ h. _________________________ G. TUGAS Carilah nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit 1. Nilai praktis _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 2. Nilai intelektual _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 3. Nilai sosial politik ekonomi _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 4. Nilai pendidikan _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ 5. Nilai relihius _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________ _____________________________________________________________________
LKS Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
Lampiran 9
86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Pertemuan Ke
:1
Alokasi Waktu
: 1@45 menit
Standar Kompetensi
:
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi reduksi Kompetensi Dasar
:
Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan Indikator Pembelajaran
:
1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui percobaan 2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya 3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik 4. Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar 5. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit Tujuan Pembelajaran
:
1. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui percobaan 2. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya 3. Siswa
dapat
menjelaskan
menghantarkan arus listrik
penyebab
kemampuan
larutan
elektrolit
Lampiran 9
86
4. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar 5. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit Materi Pembelajaran
:
Larutan elektrolit dan non elektrolit Metode Pembelajaran 1. Metode
:
: Ceramah dan diskusi kelompok
2. Pendekatan : Praktikum Kegiatan Pembelajaran Kegiatan
:
Kegiatan Guru
Pendahuluan Memberi salam Memulai pembelajaran dengan mengucap basmalah Mengabsen siswa Memberikan pretest Apersepsi : Menjelaskan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai Motivasi dan prasyarat : Meminta siswa menyebutkan contohcontoh larutan Inti Menayangkan slide tentang larutan elektrolit dan non elektrolit Memberikan penjelasan tentang larutan elektrolit dan non elektrolit beserta nilai-nilai yang terkandung didalamnya Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Contoh senyawa elektrolit
Kegiatan Siswa Menjawab salam Mengucap basmalah
Alokasi Waktu 2 menit 2 menit
Menjawab absen 5 menit guru Mengerjakan pretest 20 menit Menyimak 10 menit penjelasan guru Menyebutkan contoh-contoh larutan
5 menit
Memperhatikan slide 15 menit yang diberikan Menyimak penjelasan guru
12 menit
Lampiran 9
86
lainnya lainnya ialah KCl, NaBr, CaCl2 dan Na2SO4 Larutan non elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Umumnya senyawa non elektrolit berupa senyawa karbon yang berikatan kovalen atau senyawa organik, misalnya gula, urea, glukosa dan minyak. Nilai praktis dari konsep larutan elektrolit dan non elektrolit antara lain penggunaan larutan elektrolit sebagai minuman isotonik. Nilai intelektual dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya memancing ikan menggunakan listrik. Arus listrik yang dimasukkan ke dalam air dapat membahayakan pemancing dan orang lain serta merusak ekosistem laut. Nilai ekonomi dalam larutan elektrolit dan non elektrolit contohnya minuman isotonik yang dapat diperjualbelikan. Nilai religius dari larutan elektrolit dan non elektrolit menuntun kita untuk berpikir dan merenungkan air sebagai rahmat Allah SWT agar bertambah keyakinan terhadap-Nya dan dapat digunakan semaksimal mungkin
Lampiran 9
86
Penutup
untuk manfaat yang sebesar-besarnya Memberikan penjelasan singkat tentang praktikum yang akan dilakukan Membuat kesimpulan bersama siswa Mengingatkan kembali tentang praktikum yang akan dilakukan Menutup pelajaran dengan membaca hamdalah
Penilaian
:
1. Kognitif a. Tes pretest b. Laporan tertulis hasil praktikum c. Tes posttest 2. Psikomotor (saat praktikum) Alat/Bahan/Sumber 1. Buku Paket Kimia 2. Lembar Kerja Praktikum 3. Alat dan Bahan Praktikum
:
Mencatat hal-hal 10 menit penting yang harus dilakukan dalam praktikum Membuat kesimpulan 2 menit bersama guru 5 menit Menyimak penjelasan guru Membaca hamdalah 2 menit
Lampiran 10
90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Mata Pelajaran
: Kimia
Kelas/Semester
: X/II
Pertemuan Ke
: 2
Alokasi Waktu
: 2@45 menit
Standar Kompetensi
:
Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit serta reaksi oksidasi reduksi Kompetensi Dasar
:
Mengidentifikasi sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan Indikator Pembelajaran
:
1. Mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui percobaan 2. Mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya 3. Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit menghantarkan arus listrik 4. Mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar 5. Menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit Tujuan Pembelajaran
:
1. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat larutan elektrolit dan non-elektrolit melalui percobaan 2. Siswa dapat mengelompokkan larutan ke dalam larutan elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat hantaran listriknya 3. Siswa
dapat
menjelaskan
menghantarkan arus listrik
penyebab
kemampuan
larutan
elektrolit
Lampiran 10
90
4. Siswa dapat mendeskripsikan bahwa larutan elektrolit dapat berupa senyawa ion dan senyawa kovalen polar 5. Siswa dapat menjelaskan nilai-nilai yang terkandung dalam larutan elektrolit dan non elektrolit Materi Pembelajaran
:
Larutan elektrolit dan non elektrolit Metode Pembelajaran 1. Metode
:
: Ceramah dan diskusi kelompok
2. Pendekatan : Praktikum Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Pendahuluan
:
Alokasi Waktu 2 menit Memberi salam Menjawab salam Memulai pembelajaran Mengucap basmalah 2 menit dengan mengucap basmalah Menjawab absen 5 menit Mengabsen siswa guru Apersepsi : 3 menit Menjelaskan kompetensi Menyimak dan tujuan pembelajaran penjelasan guru yang ingin dicapai Memberi materi singkat Menyimak materi tentang larutan elektrolit singkat tentang 5 menit dan non elektrolit beserta larutan elektrolit nilai-nilai yang ada di dan non elektrolit dalamnya beserta nilai-nilai yang ada di Motivasi dan prasyarat : dalamnya Meminta siswa menyebutkan contoh- Menyebutkan 3 menit contoh larutan elektrolit contoh-contoh dan non elektrolit larutan elektrolit dan non elektrolit Meminta siswa menjelaskan salah satu Menjelaskan salah nilai yang ada di dalam satu nilai yang ada 3 menit larutan elektrolit dan non di dalam larutan elektrolit elektrolit dan non elektrolit Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
Lampiran 10
Inti
Penutup
90
Membentuk siswa Berkumpul dan 5 menit menjadi beberapa duduk bersama kelompok kelompoknya masing-masing Memberi lembar kerja praktikum Mengambil lembar 2 menit kerja praktikum Mempersilahkan siswa untuk melakukan Melakukan kegiatan 23 menit praktikum sesuai dengan praktikum sesuai panduan lembar kerja dengan panduan praktikum lembar kerja praktikum Membimbing dan Mengamati dan mengarahkan siswa mengolah data 5 menit dalam praktikum dengan benar Mengawasi jalannya Bertanya jika praktikum terdapat hal-hal 3 menit yang belum dipahami Mengarahkan Mencatat hal-hal 3 menit pemahaman siswa dari penting tentang hasil praktikum dan praktikum dan diskusi yang telah materi larutan dilakukan elektrolit dan non elektrolit yang terlewat Membuat kesimpulan 2 menit bersama siswa Membuat kesimpulan bersama Menugaskan siswa guru membuat laporan praktikum Mencatat tugas dari 2 menit guru Memberikan posttest 20 menit Menutup pelajaran Mengerjakan posttest dengan membaca hamdalah Membaca hamdalah 2 menit
Penilaian
:
1. Kognitif
Alat/Bahan/Sumber 1. Buku Paket Kimia
a. Tes pretest
2. Lembar Kerja Praktikum
b. Laporan tertulis hasil praktikum
3. Alat dan Bahan Praktikum
c. Tes posttest 2. Psikomotor (saat praktikum)
: