PENGARUH INTERAKSI SOSIAL TERHADAP TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KANTOR CAMAT MALALAYANG KOTA MANADO Oleh : Bernardus Jeujanan Abstrak Jaringan interaksi dalam suatu organisasi tergantung pada hubungan antara atasan dan bawahan, ketaatan dan komitmen dalam melaksanakan tugas, koordinasi kegiatan pembagian kerja sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat maksimal, tidak memakan waktu yang lama sehingga tercipta efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas dan fungsi pegawai dalam melayani masyarakat. Pegawai adalah asset organisasi yang menjadi perencana dan pelaksana aktif dari setiap aktivitas organisasi. Setiap Pegawai mempunyai pikiran, perasaan, kemampuan, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin yang berbeda. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh dalam kegiatan interaksi sosial dalam mendukung tercapainya salah satu tujuan organisasi yaitu meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Dari hasil analisa data kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi produk Moment didapat hasil rXY = 0,903. Hasil ini dikonsultasikan dengan r tabel maka hasilnya adalah berada pada tingkat korelasi sangat kuat, karena kategori korelasi sangat kuat itu berada pada angka 0,800 – 0,100. Daya determinasi antara X dan Y adalah 82%. Artinya bahwa Interaksi Sosial sangatlah berpengaruh terhadap Efektivitas Kerja Pengawai Negeri Sipil di Kantor Camat Malalayang Kota Manado. Dari hasil wawancara dengan penulis, sebagian besar responden kurang mengerti secara baik bahasa yang disampaikan oleh pihak pemerintah melalui Kantor Camat Malalayang sebesar 82% responden. Artinya bahwa hasil penelitian ini dapat diterima secara meyakinkan karena reliable. Kata Kunci : Interaksi Sosial, Efektifitas Kerja Pegawai
Pendahuluan Jaringan interaksi dalam suatu organisasi tergantung pada hubungan antara atasan dan bawahan, ketaatan dan komitmen dalam melaksanakan tugas, koordinasi kegiatan pembagian kerja sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat maksimal, tidak memakan waktu yang lama sehingga tercipta efektivitas dan efisiensi dalam melaksanakan tugas dan fungsi pegawai dalam melayani masyarakat. Pegawai adalah asset organisasi yang menjadi perencana dan pelaksana aktif dari setiap aktivitas organisasi. Setiap Pegawai mempunyai pikiran, perasaan, kemampuan, keinginan, status, latar belakang pendidikan, usia, dan jenis kelamin yang berbeda. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh dalam kegiatan interaksi sosial dalam mendukung tercapainya salah satu tujuan organisasi yaitu meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Dari uraian diatas maka setiap pegawai yang bekerja melaksanakan tugas dan fungsinya perlu ada motivasi pribadi agar ia dapat intensif dalam kelompok kerjanya dapat melaksanakan tugas dan fungsi yang sudah ditetapkan dalam struktur organisasi. Operasionalisasi pekerjaan sering kali tumpang tindih, ada pegawai yang kerja keras, namun ada juga yang malas, santai dan acuh tak acuh, ada yang berkualitas tapi ada juga yang standar pengetahuannya pas-pasan, pembagian tugas dan fungsi tidak sesuai dengan kemampuannya, serta fasilitas pekerjaan yang kurang menunjang menyebabkan pelayanan tidak maksimal. Oleh karena itu melalui interaksi para pegawai yang berada pada struktur hirarhi Kantor Camat Malalayang Kota Manado diharapkan dapat tercipta suasana kerja yang efektif dan kondusif sehingga produktivitas dan mutu pelayanan kepada masyarakat dapat meningkat. Berdasarkan latar belakang pemikiran diatas maka penulis merumuskan judul penelitian skripsi ini sebagai berikut : “ Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Negeri Sipil Di Kantor Camat Malalayang Kota Manado. “ Landasan Teori Landasan teoritis adalah tulisan-tulisan, keterangan-keterangan ataupun teoriteori sosiologi yang ada sangkut pautnya dengan gejala-gejala, masalah yang diteliti, seperti Teori Sosiologi Struktural Fungsional, Teori Interaksionisme Simbolik dan Teori Pertukaran Sosial. Teori sebagai alat untuk menyatakan sistem hubungan dari fenomena atau gejala-gejala yang akan menjadi objek penelitian, artinya bahwa teori itu selalu hadir dari sebuah realita dan selalu akan diuji pula dalam realita. Dikarenakan teori adalah sebuah alat untuk menyatakan hubungan yang sistematis dari fenomena atau objek yang akan diteliti, maka teori harus dapat difungsikan kedalam persoalan tersebut. Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa teori itu berpangkal pada fakta artinya fakta yang telah diatur sedemikian rupa sehingga lebih berarti dalam hal menuju, menjelaskan dan meramalkan gejala-gejala baik alam maupun sosial.
Berdasarkan pengertian, fungsi dan peranan teori sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, maka penulis menganggap penting untuk menggunakan teoriteori Sosiologi yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitian sebagai suatu konsep. Bertitik tolak dari penggunaan teori sebagai suatu konsep maka penulis menggunakan teori Interaksionisme Simbolik, teori pertukaran sosial dan berbagai teori pendukung lainnya yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam skripsi ini. Teori struktural fungsional adalah teori yang menginterpretasikan struktur masyarakat yang terdiri dari beberapa bagian/elemen yang masing-masing memiliki fungsi dalam menjaga keutuhan struktur yang lebih besar. Dengan demikian masyarakat dipandang sebagai sesuatu jaringan dari beberapa elemen terkait menjadi satu kesatuan yang utuh. Teori struktual fungsional juga memandang bahwa kebutuhan pribadi para peserta dalam suatu sistem kurang lebih dipenuhi melalui pertukaran-pertukaran yang diungkapkan dalam penampilan-penampilan peran timbal balik (Johnson, 1986 ; 281) Teori interaksionisme simbolik memusatkan perhatiannya terhadap interaksi antara individu dengan kelompok, menurut keadaan yang sebenarnya. Para ahli interaksi simbolik seperti Mead and Cooley, mengemukakan bahwa orang-orang berinteraksi terutama dengan menggunakan simbol-simbol yang mencakup tanda, isyarat dan yang paling penting melalui kata-kata baik lisan maupun tulisan. Suatu kata tidak memiliki makna yang melekat dalam kata itu sendiri, melainkan hanyalah suatu bunyi, dan kata itu baru akan bermakna bila orang berpendapat bahwa kata tersebut mengandung arti khusus. Pada teori Interaksionisme simbolik tidak bertitik tolak dari anggapan bahwa pencapaian tujuan oleh individu-individu memberikan inspirasi untuk mengambil inisiatif atau menanggapi rangsangan perilaku. Yang penting dalam teori interaksi dalam arti yang diberikan oleh aktor / pelaku / pemeran terhadap tindakan pihak lain, atas dasar nama aktor memberikan reaksinya. Pengertian Interaksi Sosial Dalam mempertahankan keberadaannya dan pemenuhan kebutuhannya, manusia memerlukan orang lain. Kenyataannya memang demikian, sejak manusia dilahirkan sampai pada saat matinya memerlukan bantuan orang lain. Berdasarkan pada pandangan inilah maka manusia disebut sebagai makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat. (J. T. Supit, 1990:11). Di dalam interaksi sosial mengandung makna tentang kontak secara timbal balik atau inter-stimulasi dan respons antara individuindividu dan kelompok-kelompok. Dengan demikian, terjadinya interaksi apabila satu individu berbuat sedemikian rupa sehingga menimbulkan reaksi dari individu atau individu-individu lainnya, (Soleman B. Taneko, SH. 1991:110). Gillin dan Gillin mengatakan bahwa interaksi sosial adalah hubunganhubungan sosial yang dinamis menyangkut hubungan orang perorangan, antar kelompok-kelompok manusia, (Soerjono Soekanto, 1986:51). Hubungan-hubungan sosial ini berlangsung karena antara individu yang satu dengan individu lainnya atau antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya saling membutuhkan.
Saling membutuhkan ini menciptakan suatu kontak dan komunikasi sebagaimana halnya antara masyarakat dan Pegawai Negeri Sipil di Kantor Camat Malalayang Kota Manado. Menurut Soerjono Soekanto bahwa interaksi sosial telah terjadi apabila yang bertemu itu masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahanperubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan yang disebabkan oleh berbagai hal, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya, (Soerjono Soekanto, 1986:51). Gillin dan Gillin mengatakan bahwa suatu interaksi sosial terjadi harus memenuhi minimal dua syarat, yaitu : 1). Adanya kontak sosial, 2). Adanya komunikasi, (Soerjono Soekanto, 1986:55). Kontak sosial dimaksudkan tidak selamanya harus dengan kontak badaniah, oleh karena kemajuan teknologi kontak manusia yang satu dengan yang lainnya dapat melalui radio, surat, telepon, surat kabar, dan sebagainya, namun menurut Soerjono Soekanto bahwa terjadinya suatu kontak ditentukan oleh tindakan dan tanggapan terhadap tindakan tersebut, (Soerjono Soekanto, 1986:55). Interaksi adalah proses dimana orang-orang yang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran maupun tindakan (Robert M. Z. Lawang, 1985:140). Interaksi terjadi karena manusia terdorong oleh bermacam-macam kebutuhan dan tujuan didalam bathinnya. Misalnya, kebutuhan akan komunikasi membuat dia menghubungi orang lain untuk mencari dan pada akhirnya menyepakati salah satu sistem simbol-simbol yang disebut bahasa atau hal serupa komunikasi, yaitu salah satu jenis interaksi, dimana para partisipan memakai bahasa atau simbol-simbol lain yang disepakati bersama atau setidak-tidaknya diterima bersama, (K. J. Veeger, 1986:92). Peningkatan Mutu / Kualitas Pelayanan Istilah “kualitas” menunjuk pada suatu pengertian abstrak, karena sulit digambarkan apalagi untuk diukur atau dibuktikan dengan angka-angka (statistik). Namun dalam pembahasan ini, penulis mencoba melihat tingkat kualitas pelayanan itu dari segi interaksi sosial antara petugas/ pegawai dengan masyarakat. Walaupun istilah kualitas itu sulit digambarkan, namun pengertiannya bisa dikemukakan yakni menyangkut tentang baik dan buruknya sesuatu, apakah itu benda fisik atau non fisik. Maka berikut ini akan dikemukakan faktor-faktor yang dapat mendukung terciptanya kualitas pelayanan. Berbicara mengenai kualitas pelayanan, tentunya menyangkut banyak segi, antara lain kualitas sumber daya manusianya yang dalam hal ini adalah petugas/pegawai yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Olehnya untuk menghasilkan suatu peningkatan kualitas, maka diperlukan kemampuan yang profesional dari petugas itu sendiri, dimana baik petugas pelaksana maupun pimpinan akan tahu persis bagaimana seharusnya berperilaku dan memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada masyarakat. Faktor sumber daya manusia dapat mempengaruhi peningkatan pelayanan, antara lain :
-
Kemampuan Kemampuan atau capability adalah suatu motivasi kerja dan rasa tanggung jawab yang tinggi dari setiap petugas/pegawai. Dalam melaksanakan tugasnya kemampuan bisa dilihat dari beberapa aspek, antara lain :kemampuan dalam melayani dan kemampuan dalam memberikan informasi. Kemampuan dalam memberikan informasi (komunikasi) ini merupakan hal yang sangat penting dalam suatu pelayanan. Hal ini karena tingkat pendidikan dan pengetahuan dari masyarakat yang dihadapi berbeda-beda, khususnya yang berada di daerah pedesaan. Mereka ini membutuhkan bimbingan dan tuntunan dalam memenuhi akan kebutuhannya. Dalam hal ini apabila informasi yang diberikan tidak benar atau kurang tepat, maka akan berdampak negatif terhadap proses interaksi sosial yang telah terjalin dan melemahkan kualitas pelayanan. -
Disiplin Petugas/Pegawai Disiplin adalah suatu kewajiban yang berupa peraturan-peraturan ataupun tata tertib yang harus dijunjung tinggi oleh setiap petugas/pegawai dalam melaksanakan tugas pelayanannya, disamping sebagai pedoman atau penuntun dalam bekerja. Disiplin disini menyangkut banyak hal, antara lain : Disiplin dalam jam kerja Petugas/pegawai harus tahu jam berapa dia harus tiba di kantor dan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Sering disiplin waktu ini dianggap remeh oleh petugas/pegawai sehingga masyarakat harus menunggu sekian lama untuk mendapatkan pelayanan. Ingat bahwa terlambat adalah salah satu wujud dari korupsi waktu. Disiplin dalam menjalankan kewajiban Kewajiban-kewajiban yang timbul karena jabatan, wajib dijalankan dengan penuh rasa tanggung jawab, bahkan perintah dan petunjuk dari atasan yang berwenang mengenai tugas pekerjaan wajib dijalankan dan ditaati. Hal diatas baik secara langsung maupun tidak langsung akan dapat memberikan nilai tambah bagi peningkatan kualitas pelayanan. Disamping itu peningkatan kualitas pelayanan ditentukan oleh faktor-faktor berikut : - Bangga Adapun status kita dalam pekerjaan pelayanan kepada masyarakat harus kita terima dan tekuni. - Ikhlas Keikhlasan dalam bekerja dapat mendukung terwujudnya citra pelayanan dimata masyarakat - Ramah Dengan sikap yang ramah dan senyum dalam melayani akan menimbulkan minat yang positif masyarakat terhadap pelayanan, sehingga interaksi selalu terpelihara. - Taat Berarti patuh menurut perintah dan loyalitas yang tinggi dalam pelayanan. - Trampil
Orang yang trampil biasanya mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan. Disertai pengetahuan yang cukup dan jiwa yang mantap, dapat dipastikan pekerjaan akan dapat diselesaikan dengan baik dan benar. Selain faktor-faktor yang diuraikan diatas, maka pegawai yang berkualitas harus memiliki kelebihan-kelebihan dalam melayani sebagai berikut : -
Adanya niat/tekad yang sungguh-sungguh Pengetahuan yang memadai Keterampilan Kejujuran Bertanggung jawab Dedikasi dan integritas yang tinggi Ramah, sopan dan cakap dalam berbicara Mampu mengambil keputusan dan mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik dan bijaksana. Kesemua faktor yang diuraikan diatas dapat dijadikan penuntun dan pedoman interaksi sosial dalam meningkatkan efektivitas kerja dan kualitas pelayanan yang lebih baik, sebagaimana yang diharapkan pihak-pihak yang mengadakan interaksi sosial. Pengertian Efektivitas Kerja Efektivitas kerja / pelayanan mempunyai keterkaitan yang erat dengan semangat kerja, prestasi kerja, keinginan kerja, kemampuan kerja, kemahiran kerja untuk mencapai tujuan ataupun sasaran yang telah ditetapkan. Dalam Ensiklopedia administrasi (1977:108) dinyatakan bahwa efektivitas (Effectiveness) adalah suatu keadaan yang mengandung pengertian mengenai terjadinya suatu efek atau yang dikehendaki kalau seseorang melakukan perbuatan dengan maksud tertentu yang memang dikehendakinya, maka orang itu dikatakan efektif kalau menimbulkan akibat atau maksud sebagai mana kehendaknya. Demikian efektifitas kerja manusia merupakan suatu keadaan atau kemampuan hasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk hasil guna yang diharapkan. Didalam setiap organisasi termasuk organisasi pemerintah wilayah, efektivitas kerja pegawai merupakan suatu hal yang mutlak yang harus ditumbuh kembangkan, agar tujuan organisasi dapat tercapai sesuai apa yang diinginkan. Pegawai Negeri Sipil Dalam undang-undang nomor 43 tahun 1999, tentang Pokok-pokok Administrasi Kepegawaian terdapat dua(2) pengertian yaitu: 1. Pegawai negeri adalah unsur aparatur negara dan abdi masyarakat dengan kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila Undang-undang Dasar 1945 negara dan pemerintah menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan. 2. Pegawai negeri adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat yang tertera dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan atau diserahi tugas
negara lain yang ditetapkan berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan dan di kaji menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Populasi Dan Sampel Populasi adalah masyarakat pemakai jasa Kantor Camat Malalayang, Kota Manado. Sampel ialah yang mewakili populasi, dimana penulis mengambil 100 dari populasi dengan cara random purposive sampling, yang berarti jumlah sampel sebanyak 100 orang tersebut betul-betul mewakili populasi yang ada berhubungan dengan masyarakat pengguna fasilitas pelayanan Kantor Camat Malalayang Kota Manado. Hasil Penelitian Dari hasil analisa data kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi produk moment didapat hasil rXY = 0,903. Hasil ini dikonsultasikan dengan r tabel maka hasilnya adalah berada pada tingkat korelasi sangat kuat, karena kategori korelasi sangat kuat itu berada pada angka 0,800 – 0,100. Daya determinasi antara X dan Y adalah 82%. Artinya bahwa Interaksi Sosial sangatlah berpengaruh terhadap Efektivitas Kerja Pengawai Negeri Sipil di Kantor Camat Malalayang Kota Manado. Dari hasil wawancara dengan penulis, sebagian besar responden kurang mengerti secara baik bahasa yang disampaikan oleh pihak pemerintah melalui Kantor Camat Malalayang sebesar 82% responden. Artinya bahwa hasil penelitian ini dapat diterima secara meyakinkan karena reliable. Kesimpulan a. Efektivitas Kerja / pelayanan di Kantor Camat Malalayang Kota Manado, terjadi sebagai hasil proses interaksi sosial antara pegawai dan masyarakat pengguna jasa. b. Pengaruh Interaksi sosial dapat terjalin dengan baik melalui kontak dan komunikasi / informasi. Kontak langsung dapat terjadi melalui pertemuan masyarakat dengan pegawai ketika ada kepentingan /kebutuhan yang dirasa perlu dengan segera harus diselesaikan, dengan harapan dapat dihasilkan respons / umpan balik yang positif. Kemampuan Petugas / pegawai (profesionalisme) merupakan aspek yang sangat menentukan dalam proses interaksi sosial, karena kemampuan pegawai dalam merespons kebutuhan masyarakat akan menggambarkan efektivitas kerja / pelayanan yang diberikan. Yakni kemampuan melayani, memberikan informasi yang cepat dan tepat, serta kemampuan dalam bertindak untuk mengambil keputusan. c. Selain itu sikap mental pegawai sangat berpengaruh terhadap efektivitas kerja / pelayanan yang diberikan. Hal ini menyangkut sumberdaya manusia yang harus mempunyai dedikasi dan loyalitas, jujur, bertanggung jawab, ramah dan sopan, tanggap serta disiplin terhadap tugas pelayanannya. d. Pengaruh interaksi sosial tidak selamanya berlangsung dengan baik, sebab ada kalanya dalam hal dan situasi tertentu dapat terjadi konflik antara pegawai dan masyarakat terkait dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat yang dirasa kurang
diperhatikan oleh pegawai sebagai pelayan masyarakat, namun hal itu dapat diselesaikan melalui cara musyawarah. e. Dari hasil analisis data ternyata ada pengaruh interaksi sosial terhadap efektivitas kerja / pelayanan kepada masyarakat di Kantor Camat Malalayang Kota Manado, yaitu = 82%. S a r a n. a. Setiap Pegawai yang bertugas langsung berhadapan dengan masyarakat, perlu dibekali pengetahuan yang relevan dengan bidang tugasnya agar mampu dan tanggap dalam bekerja dan dapat berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat. b. Sarana dan prasarana serta fasilitas penunjang pelayanan perlu dibenahi sedemikian rupa, sehingga dapat memberi kepuasan dan kemudahan bagi pemahaman masyarakat tentang seluk – beluk pelayanan yang ada di Kantor Camat Malalayang Kota Manado. c. Perlu sosialisasi tentang fungsi dan peran Kantor Camat Malalayang Kota Manado kepada masyarakat, khususnya apabila ada peraturan-peraturan baru, atau kebijakan-kebijakan baru dari pemerintah yang dengan segera harus diketahui oleh masyarakat. Daftar Kepustakaan Atkinson, Anthony A., 1995, Management Accounting, By Prentice Hall, Inc. A Simon and Schuster Company Englewood Cliffs, New Jersey. Denning, William E., (dalam Widjojono Partowidagdo) 1998, Jurnal Studi Pembangunan Volume I No. 1, Januari, Jakarta. Gerungan, W.A., 1990, Psychology Sosial, Cetakan keenam, PT. Eresco, JakartaBandung. Johnson Doyle Paul., 1986, Teori Sosiologi Klasik dan Modern, PT. Gramedia, Jakarta. Liliweri Alo, 1997, Sosiologi Organisasi, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Mac Leod, Raymond., 1995, Management Information Systems, Six Edition, By Prentice Hall Internasional Inc. A Simon and Schuster Company Englewood Cliff, New Jersey. Onong Uchjana Effendy., 1977, Human Relations Dalam Management, Alumni Bandung. Poerwadarminta W.J.S., 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Cetakan kelima. Sidney Siegel., 1985, Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta. Soerjono Soekanto., 1982 Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam Masyarakat, Ghalia Indonesia, Cetakan pertama. Soerjono Soekanto., 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, CV. Rajawali, Jakarta. Soleman B. Taneko., 1990, Struktur dan Proses Sosial, C.V. Rajawali, jakarta. Suharsimi Arikunto., 1989, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, PT. Bina Aksara, Jakarta. Sutrisno Hadi., 1987, Statistik Jilid II, Fak. Psikologi, UGM, Yogyakarta.
Veeger K.J., 1986, Realitas Sosial, Cetakan kedua, PT. Gramedia, Jakarta. Sumber lain : Anonimous, Undang-Undang No. 34 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian 1999 Supit J.T., Tanpa tahun, Makalah Peranan Interaksi Sosial Dalam Pembangunan Kini Dan Mendatang, Unsrat, Manado. Peraturan Pemerintah Tahun 2005, tentang Pegawai Negeri Sipil, Penerbit Citra Umbara, Bandung.