PENGARUH EMPAT FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PENDAPATAN DALAM USAHATANI CAMPURAN TANAMAN PANGAN DAN PETERNAKAN RUMINANSIA KECIL (The Effect of Four Production Factors on Income in the Food Crops Mixed Farm and Small Ruminant Husbandry) Sudarman Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang, Magelang
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh empat faktor produksi yang terdiri atas jumlah ternak (X1),luas lahan (X2),jumlah tenaga kerja (X3),dan pengetahuan petani (X4) terhadap pendapatan petani kecil (Y) pada usahatani campuran antara tanaman pangan dengan peternakan kambing/domba. Dalam penelitian, lima puluh orang petani kecil dari Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo, Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang digunakan sebagai responden yang dipelajari kegiatan usahataninya sesuai dengan tujuan penelitian. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa hubungan antara empat faktor produksi dengan pendapatan petani, dapat dijelaskan dengan persamaan regresi linier berganda Y=0,514+0,935X 1 + 3,508X2+0,486X3+0,0279X4, dan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,7320. Uji terhadap persamaan regresi menunjukkan hasil yang sangat nyata (P<0,01) sementara hasil uji terhadap koefisien regresi parsial diperoleh bahwa pengaruh jumlah ternak, luas lahan dan jumlah tenaga kerja terhadap pendapatan petani adalah sangat nyata (P<0,01). Namun, variabel pengetahuan petani tidak nyata mempengaruhi pendapatan petani. Hasil analisis lintasan menunjukkan bahwa variabel jumlah tenaga kerja mempunyai kontribusi yang paling besar terhadap pendapatan petani, dan diikuti masing-masing oleh kontribusi variabel jumlah ternak dan kontribusi variabel luas lahan. Selanjutnya, variabel pengetahuan petani memiliki kontribusi yang paling rendah terhadap pendapatan petani dibandingkan dengan variabel-variabel lain. Kata kunci: faktor produksi, petani kecil, pendapatan ABSTRACT The study was purposed to investigate the effect of four production factors, namely number of livestock (X1), land area (X2), number of worker (X3) and farmer cognitive ability (X4), on small scale farmers income in the food crops mixed farm and goat/sheep husbandry. In this study, 50 farmers from Wonosobo regency, Temanggung regency and Magelang regency were used as respondents. The results showed that the effect of four production factors on the small scale farmer income could be explained by equation of multiple linier regression : Y=1,514+0,935X1+3,508X2+ 0,486X3+0,0279X4 , (R2=0,7320). Regression equation test showed a significant different (P<0,01), and partial regression coeficient test indicated that number of livestock, land area and number of worker affected (P<0,01) the income of farmer. However, cognitive ability factor did not affect the income of farmer.
The Four Production Factors and Income Small Ruminant Husbandry (Sudarman)
141
Using a path analyses method, the variable of worker number had the best contribution to income, and were followed by the contribution of livestock number and land area variables, respectively. Futhermore, the farmer cognitive ability variable had lower contribution to income than other variables. Keywords : production factor , income , farmer PENDAHULUAN Kegiatan usahatani di Jawa, pada umumnya didominasi oleh usahatani berskala kecil yang dilaksanakan oleh petani kecil yang memiliki luas lahan rata-rata di bawah 0,5ha per rumahtangga petani. Hal inilah yang menyebabkan sektor pertanian kurang mampu berkembang (Mashuri, 2001). Dalam upaya menambah penghasilan keluarga, maka para petani biasanya menjalankan usahatani campuran, yaitu dengan cara memelihara ternak di samping menjalankan usahatani tanaman pangan. Menurut Lutgate (1993), usahatani campuran dapat menyelamatkan hilangnya pendapatan akibat kegagalan jenis usahatani yang satu oleh penghasilan yang diperoleh dari jenis usahatani yang lainnya. Ternak kambing/domba menjadi pilihan sebagian besar petani sebagai komoditas usahatani campuran , hal ini disebabkan karena ternak kambing/ domba memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ternak lainnya. Lahan pertanian (tanah) merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan sekaligus memberikan hasil, sehingga tanah sebagai tempat dimana proses produksi berlangsung dan sekaligus dimana hasil produksi keluar (Geertz,1983).Tanah akan sangat mempengaruhi hasil produksi fisik tanaman di atasnya tergantung pada: luas lahan, kesuburan, produktifitasnya serta interaksinya dengan faktor produksi lainnya (Adiwilaga, 1982). Tanah merupakan faktor produksi yang sangat penting,karena besarnya jasa yang diterima oleh tanah melebihi yang diterima oleh faktor produksi yang lain (Mubyarto,1991). Oleh sebab itu maka pemanfaatan lahan secara efektif dan efisien oleh petani kecil senantiasa dilakukan untuk menambah pendapatan. Tenaga kerja dalam usaha pertanian di Indonesia, sifatnya musiman dan mobilitas sosialnya tinggi,sehingga memiliki waktu luang yang cukup banyak untuk mengerjakan pekerjaan lain di luar
142
kegiatan bercocok tanam, untuk menambah penghasilan (Chitambar, 1973 ; Ginting, 1991). Irawan dan Suparmoko (1999) juga berpendapat bahwa yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah penduduk yang berada dalam kategori usia kerja, yaitu yang berumur antara 14 sampai 64 tahun. Menurut Sumodiningrat (2001), di Indonesia terdapat paling sedikit 80 juta penduduk yang menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Pengetahuan petani dalam merespons inovasi teknologi merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan, mengingat bahwa hal ini sangat berkaitan erat dengan kualitas sumberdaya manusia yang juga termasuk ‘human capital’. Ciri khusus dari modal manusiawi adalah: tidak hilang walaupun dipakai terus-menerus (Wonnacott and Wonnacot, 1986; Irawan dan Suparmoko, 1999). Menurut Abbas (1995) dan Martaamidjaja (1996) bahwa petani kecil yang diberdayakan melalui kegiatan Pembinaan Peningkatan Pendapatan Petani dan Nelayan Kecil (P4K) di lingkungan Departemen Pertanian, mampu memberikan hasil yang positif terhadap perubahan sosial ekonomi masyarakat,terutama dalam upaya pengentasan kemiskinan. Ternak, lahan pertanian, jumlah tenaga kerja serta tingkat pengetahuan petani, merupakan faktor produksi yang sangat menentukan hasil produksi fisik. Dalam ilmu ekonomi,hubungan antara faktor produksi (‘input’) dengan hasil produksi fisik (‘output’),disebut sebagai fungsi produksi, dan menurut Adjid (2001) dan Sukartawi (2001) hubungan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut: Y = f ( X1 , X2 , X3 , ……Xn ) Y = Hasil produksi fisik X1 …… n = Faktor produksi Penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor produksi : ternak, luas lahan,
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
jumlah tenaga kerja, dan pengetahuan petani (sebagai variabel bebas), dengan pendapatan petani ( sebagai variabel respons). Di smping itu juga untuk mengetahui kontribusi masing-masing faktor produksi tersebut terhadap pendapatan petani dalam usahatani campuran antara tanaman pangan dan peternakan. MATERI DAN METODE Penelitian memanfaatkan metode pendekatan kuantitatif dan menggunakan studi kasus untuk mengungkapkan hubungan antara ke empat faktor produksi terhadap pendapatan petani. Penentuan sampel menggunakan teknik ‘two stage cluster’ sampling atau sampling kelompok dua tahap (SKDT), yaitu tahap pertama memilih sampel kelompok secara acak, dan tahap kedua memilih sampel elemen secara acak, dari kelompok yang telah terpilih pada tahap pertama (Supranto, 1992). Dalam penelitian ini, tiga kelompok tani dipilih secara acak dari enam kelompok tani yang memelihara kambing/domba di dareah Kecamatan Sapuran Kabupaten Wonosobo, Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung dan Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang. Petanipetani tersebut di bawah binaan Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang. Masing-masing kelompok tani yang terpilih tersebut, dipilih secara acak sejumlah anggota kelompok tani sebagai sampel elemen, sehingga mencapai jumlah sebanyak 50 orang anggota kelompok tani. Pengumpulan data menggunakan metode kuesioner yang dipadukan dengan metode wawancara, serta pencatatan informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian. Data yang telah terkumpul, dianalisis dengan metode analisis deskriptif dan metode statistik regresi linier berganda yang diformulasikan sebagai berikut:
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 Y = pendapatan petani ( dalam saruan ukuran seratus ribu rupiah ) X1 = jumlah ternak kambing/domba ( dalam satuan unit ternak ) X2 = luas lahan yang dikuasai petani ( dalam satuan ha ) X3 = jumlah tenaga kerja keluarga ( orang ) X4 = nilai pengetahuan petani ( dalam kisaran angka 0 ampai 40 ) bo = intersep (konstan) bi = koefisien regresi parsial tak baku (i = 1, 2, 3, 4) Apabila hasil analisis regresi mengindiksikan adanya kolinieritas diantara sesama faktor produksi,maka analisis dianjutkan dengan analisis lintasan (‘path analyses’), untuk mengetahui adanya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung dari masing-masing faktor produksi terhadap pendapatan petani. Kontribusi masingmasing faktor produksi akan diketahui berdasarkan koefisien lintasan yang diformulasikan : SXi Ci = bi ——— SY Ci = koefisien lintasan ke-i (i = 1, 2, 3, 4 ) bi = Koefisien regresi parsial tak baku (i = 1, 2, 3, 4) SXi= Simpangan baku variabel Xi ( i = 1, 2, 3, 4 ) SY = Simpangan baku variabel Y HASIL PEMBAHASAN Karakteristik variabel Melalui analisis deskriptif terhadap masingmasing faktor produksi (jumlah ternak,luas lahan, jumlah tenaga kerja dan pengetahuan petani) serta
Tabel 1. Rata-rata dan Koefisien Variasi dari Berbagai Variabel Penelitan Variabel penelitian Satuan Rata-rata Jumlah ternak Luas lahan Jumlah tenaga kerja Pengetahuan petani Pemdapatan petani
Unit ternak ha Orang Rp. 100,000,-
0,89 ± 0,50 0,34 ± 0,12 4,20 ± 1,40 27,36 ± 5,22 6,245 ± 1,335
The Four Production Factors and Income Small Ruminant Husbandry (Sudarman)
Koefisien variasi (%) 56,18 38,17 33,33 19,07 21,38
143
pendapatan petani ,diperoleh bahwa koefisien variasi (KV) untuk faktor produksi jumlah ternak, luas lahan dan jumlah tenaga kerja berturut-turut : 56,18%, 38,71% dan 33,33%.Hal ini dirasa sangat tinggi, dan menunjukkan bahwa sebaran data relatif terhadap nilai rata-rata masing-masing variabel tersebut sangat bervariasi (heterogen). Sementara untuk variabel pengetahuan petani dan pendapatan petani,relatif homogen dengan KV berturut-turut : 19,07% dan 21,38%. Hal ini cukup menarik untuk dicermati,karena sebagian besar faktor produksi sangat bervariasi,sedangkan pendapatan yang dihasilkan relatif homogen.Kejadian ini menunjukkan adanya beberapa faktor produksi yang saling berinteraksi untuk mempengaruhi secara bersamasama terhadap pendapatan, dan pengaruh tersebut dapat saling melengkapi serta saling menutupi kelemahan masing-masing sehingga pendapatan relatif homogen. Hasil perhitungan rata-rata dan koefisien variasi, seperti disajikan pada Tabel 1. Jumlah ternak yang dimiliki petani rata-rata sebanyak (0,89 ± 0,50) unit ternak, atau setara dengan 5 sampai 6 ekor kambing/domba per rumahtangga petani. Dengan jumlah ternak kambing/domba seperti tersebut, maka petani kecil dirasa lebih baik kehidupanya, karena kepemilikan ternak tersebut bagi petani sebagai tabungan yang dapat dimanfaatkan sewaktu-waktu bila dibutuhkan,karena ternak kambing domba dapat cepat laku terjual. Sementara itu, luas lahan yang dapat dikuasai oleh petani kecil, rata-rata sebesar (0,31 ± 0,12) ha, dalam bentuk sawah, tegal serta sebagian besar berupa pekarangan yang dimanfaatkan secara efisien untuk tanaman sayuran, palawija, dan sebagian tanaman buah-buahan yang dapat menghasilkan untuk tambahan pendapatan petani. Hal ini sesuai dengan pendapat Hamengku Buwono X (2001) bahwa
Sumber Variasi Regresi Residu Total
usahatani yang dijalankan oleh petani kecil ditinjau dari segi ekonomi memang kurang ‘feasible’ akan tetapi jika dilihat dari segi efektivitas dan produktivitas pemanfaatan lahan, maka akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan petani yang memiliki lahan yang relatif lebih luas. Alasannya yaitu bahwa petani kecil pada umumya tidak mempunyai peluang dan kesempatan untuk bekerja di luar sektor pertanian sehingga satu-satunya jalan untuk menghidupi keluarganya adalah dengan semaksimal mungkin mempertahankan usahatani yang dijalaninya dengan pemanfaatan lahan secara efektif dan efsien. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga petani yang ikut serta memberikan kontribusi terhadap pendapatan, melalui bekerja untuk usahataninya sendiri, sebagai buruh pada usahatani orang lain ataupun bekerja di luar sektor pertanian, rata-rata (4,20 ± 1,40) orang, dirasa cukup ideal di lingkungan keluarga petani. Hal yang berkaitan dengan tenaga kerja tersebut, selain kuantitasnya, perlu diperhitungkan kualitasnya. Dalam hal ini maka pengetahuan petani mengenai intensifikasi dan inovasi teknologi dapat dikategorikan sebagai salah satu ukuran kualitas petani yang bersangkutan. Dalam penelitian ini, kemampuan kognitif petani memiliki nilai yang cukup tinggi, yaitu nilai rata-rata sebesar (27,36 ± 5,22) dari rentangan nilai 0 sampai dengan 40. Dengan hasil tersebut maka dapat dikatakan bahwa pada umumnya kemampuan petani sebagian besar berada di atas nilai rata-rata. Hasil pengamatan terhadap pendapatan petani menunjukkan bahwa pendapatan rata-rata keluarga petani sebesar Rp. 624.500; ± Rp.133.500; atau ratarata per kapita per bulan sebesar Rp.148.685.Dengan mengacu pendapat Sayogya dan Pujiwati (1984) bahwa batas garis kemiskinan berupa pendapatan
Tabel 2. Hasil Analisis Varian dalam Uji Persamaan Regresi Derajat Jumlah Rata-rata Bebas Kuadrat Kuadrat Fhitung 4 45 49
63,889 23,445 87,334
15,972 0,521 -
30,657** -
Peluang 0,000 -
**Berbeda sangat nyata
144
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
Tabel 3. Hasil Analisis Uji Koefisien Regresi dari Persamaan Y=1,514+0,935X1+3,508X2+0,486X3+0,0279X4 Koefisien Koefosien regresi tak baku Standar regresi baku Variabel (B) eror (Beta) thitung Peluang Konstan Jumlah ternak Luas lahan Tenaga kerja Pengetahuan petani
1,514 0,934 3,508 0,486
0,612 0,212 0,913 0,081
0,357 0,317 0,510
2,475* 4,404** 3,841** 5,990**
0,017 0,000 0,000 0,000
0,0279
0,020
0,109
1,377
0,175
**Berbeda sangat nyata; *tidak berbeda nyata
setara dengan 320 kg beras per kapita per tahun, dan jika diasumsikan harga beras saat ini sesuai dengan yang diterima pegawai negeri,maka setara dengan pendapatan Rp.67.300; per kapita per bulan. Ternyata pendapatan rata-rata petani tersebut masih jauh berada di atas batas garis kemiskinan,walaupun masih lebih rendah dari upah minimum kabupaten (UMK) yang berlaku di Wilayah Kedu sebesar Rp. 320.000; per kapita per bulan. Hubungan Faktor Produksi dengan Pendapatan Petani Hubungan antara keempat faktor produksi yang meliputi : Jumlah ternak(X1 ), luas lahan ( X2), jumlah tenaga kerja (X3) serta Pengetahuan petani (X4) dengan pendapatan petani ( Y ) dapat didekati dengan model regresi linier berganda : Y = 1,514 + 0,935 X1 + 3,508 X2 + 0,486 X3 + 0,0279 X4 ( R2 = 0,7320) Hasil pengujian terhadap persamaan regresi dengan metode analisis varian, dapat dilihat seperti pada Tabel 2. Koefisien determinasi (R2) sebesar 0,7320 menurut Hakim (2001) dapat diinterpretasikan bahwa 73,20% dari variasi pendapatan petani dapat dijelaskan oleh variasi rata-rata dari faktor-faktor produksi yang mempengaruhinya.Hasil uji persamaan regresi menunjukkan bahwa Fhit. sangat nyata (P < 0,01), hal ini mengindikasikan bahwa persamaan regresi tersebut dapat diandalkan untuk menjelaskan hubungan fungsional antara faktorfaktor produksi dengan pendapatan petani seperti dalam penelitian ini (Gomez and Gomez, 1984).
Untuk mengetahui pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap pendapatan petani, maka telah dilakukan uji koefisien regresi yang hasilnya menunjukkan bahwa untuk jumlah ternak, luas lahan dan jumlah tenaga kerja berpengaruh sangat nyata (P< 0,01), akan tetapi untuk variabel pengetahuan petani menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P> 0,05). Untuk lebih jelasnya,hasil uji koefisien regresi tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan Tabel 2 dan Tabel 3, dapat dilihat walaupun R2 tinggi, uji kehandalan persamaan regresi sangat nyata, namun dalam uji koefisien regresi ternyata terdapat salah satu faktor produksi yaitu pengetahuan petani menunjukkan pengaruh yang tidak berbeda nyata. Hal ini bukan berarti bahwa faktor pengetahuan petani tersebut tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadap pendapatan petani, namun mungkin saja terjadi kolinieritas diantara keempat faktor produksi tersebut, sehingga menyebabkan adanya pengaruh langsung dan pengaruh tidak langsung. Oleh sebab itu untuk mengetahui adanya kolinieritas tersebut, analisis perlu dilanjutkan lagi dengan menggunakan ‘path analyses’ (analisis lintasan). Melalui analisis lintasan ini, dapat diketahui koefisien regresi baku (koefisien lintasan) yang menunjukkan adanya pengaruh langsung masing-masing variabel bebas ( faktor produksi) terhadap variabel respons (pendapatan) petani. Dengan diketahuinya koefisien lintasan, maka dapat dihitung koefisien ‘zero order’, yang menunjukkan adanya pengaruh total dari masingmasing faktor produksi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti pada Tabel 4.
The Four Production Factors and Income Small Ruminant Husbandry (Sudarman)
145
Koefisien lintasan ( Ci ) adalah koefisien regresi baku (Beta), sedangkan koefisien ‘zero order’ merupakan koefisien regresi setelah variabel bebas Xi dibakukan menjadi variabel bebas Zi dengan ratarata = 0 dan simpangan baku =1. Pengaruh langsung dan pengaruh total masingmasing faktor produksi Pengaruh langsung masing-masing variabel bebas terhadap variabel respon,dapat ditentukan dengan melihat besarnya koefisien lintasan (Gaspersz, 1992). Faktor produksi yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap pendapatan petani ,mulai dari pengaruh terbesar sampai pada pengaruh paling rendah adalah sebagai berikut: a) pengaruh langsung paling tinggi adalah jumlah tenaga kerja ( C3= 0,510 ), b) pengaruh tertinggi ke dua adalah jumlah ternak ( C1= 0,357 ), c) luas lahan yang dikuasai petani ( C2 = 0,317 ) dan d) pengaruh langsung yang paling rendah adalah pengetahuan petani ( C4 = 0,109 ). Sementara itu, pengaruh total keempat faktor produksi terhadap pendapatan petani,dapat dilihat pada besarnya koefisien ‘zero order’ pada Tabel 4. Nampaknya, pengaruh total tersebut sejalan dengan pengaruh langsung, dimana pengaruh tertinggi adalah tenaga kerja dengan koefisien ‘zero order’ 0,719, kemudian jumlah ternak (0,496), luas lahan (0,494) dan pengaruh total terendah adalah pengetahuan petani (0,292). Jumlah tenaga kerja dalam rumahtangga petani memiliki pengaruh langsung tertinggi, disebabkan karena hasil upah kerja yang diperolehnya dapat langsung dimanfaatkan untuk keperluan keluarga. Nampaknya, dalam penelitian ini terungkap bahwa tenaga kerja merupakan faktor
Variabel bebas yang dibakukan Jumlah ternak Z1 Luas lahan Z2 Tenaga kerja Z3 Pengetahuan petani Z4
146
yang diandalkan oleh rumahtangga petani dalam merealisasikan pendapatan, karena hal ini didorong oleh kuwajiban masing-masing anggota keluarga dimaksud untuk senantiasa memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing,sehingga perlu bekerja lebih giat. Jumlah ternak yang dipelihara oleh petani, menempati urutan kedua dalam pengruhnya secara langsung terhadap pendapatan petani, hal ini mengindikasikan bahwa memelihara ternak sambil melakukan usatani tanaman pangan, mampu menambah pendapatan keluarga.Hal ini mengingat bahwa ternak kambing/domba memliki kelebihan dari ternak lainnya, yaitu : mudah dijual sewaktu-waktu diperlukan, pemeliharaannya mudah serta resiko kematiannya rendah,cepat beranak dan sangat cocok untuk usahatani lahan sempit (Lutgate, 1993; dan Sarwono,1999). Luas lahan yang dikuasai petani, nampaknya belum menjadi andalan utama dalam peningkatan pendapatan petani, mengingat bahwa lahan yang dikuasai oleh petani tersebut masih sangat sempit ( rata-rata hanya 0,31 ha per rumahtangga petani), dan sesuai dengan pendapat Mashuri (2001) bahwa usahatani berskala kecil tersebut tidak efisien sehingga sulit untuk berkembang. Di samping itu pula, maka produksi hasil pertanian sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti iklim, kesuburan tanah,pemupukan,hama dan penyakit serta faktor-faktor lainnya. Pengetahuan petani merupakan faktor penunjang dalam usahatani, sehingga hanya memiliki pengaruh langsung yang sangat rendah. Bahkan pada uji koefisien regresi seperti tertera pada Tabel 3, ternyata pengaruhnya tidak nyata ( Pe > 0,05 ). Hal
Tabel 4. Hasil Perhitungan Koefisien Lintasan dan Koefisien ‘Zero Order’ Koefisien Pengaruh tak langsung melalui Lintasan (C1) Z1 Z2 Z3 Z4
Koefosien ‘zero order’
0,357 0,317 0,510
- 0,005 0,088
- 0,004 0,104
0,125 0,167 -
0,018 0,015 0,017
0,139 0,177 0,209
0,496 0,494 ,0719
0,109
0,059
0,043
0,081
-
0,183
0,292
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
Z1
r12 0,357 Z2
r13
0,317
Y
r23
r14
0,510 Z3
0,2680 0,109
Sisa Residu
r24 r34
Z4
Gambar 1. Diagram lintasan model persamaan regresi linier Y=1,514 +0,935X1+3,508X2+0,486X3+0,0279X4
ini mengindikasikan bahwa pengetahuan yang dimiliki petani belum dapat dijual untuk menambah pendapatan. Namun demikian pengaruh pengetahuan petani tersebut dapat membantu dalam penguasaan teknologi, pengambilan keputusan dalam penetapan komoditas usahatani,serta manajemen usahatani (Snodgrass and Wallace,1982; Beattie and Taylor, 1985). Sesuai dengan pendapat Martaamidjaja (1996) bahwa manfaat pengetahuan petani sebenarnya adalah untuk mengungkap timbulnya partisipasi aktif dari petani yang ingin usahanya maju sehingga pendapatannya makin meningkat. Dengan demikian maka pengaruh pengetahuan tersebut berupa pengaruh tidak langsung. Pengaruh tidak langsung masing-masing faktor poduksi Pengaruh tidak langsung dari tiap-tiap variabel bebas terhadap variabel respons,dapat ditunjukkan oleh adanya koefisien korelasi pada
hubungan variabel Zi(Xi yang telah dibakukan) terhadapY, melalui peran variabel Zj ( Z selain Zi). Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa pengaruh tidak langsung dari masing-masing faktor produksi terhadap pendapatan petani, paling tinggi adalah variabel tenaga kerja,dengan koefisien korelasi sebesar : 0,209, pengaruh tak langsung berikutnya adalah variabel pengetahuan petani dengan koefisien 0,183, pengaruh tak langsung terbesar ketiga adalah pada variabel luas lahan, dengan koefisien 0,177. Sementara itu, pengaruh tak langsung yang paling rendah terhadap pendapatan petani adalah dari variabel jumlah ternak, dengan koefisien 0,139. Pengaruh tak langsung tertinggi adalah tenaga kerja, mengingat bahwa tenaga kerja mampu mengkoordinasikan faktor-faktor produksi lainnya, atau dapat dikatakan bahwa semua faktor produksi tersebut memerlukan campur tangan tenaga kerja. Pengaruh tak langsung varabel pengetahuan petani juga tinggi, hal ini disebabkan karena pengetahuan petani merupakan produk dari pengalaman dan
The Four Production Factors and Income Small Ruminant Husbandry (Sudarman)
147
kemampuan partisipasi petani yang dapat membekali petani agar dapat melaksanakan manajemen usahatani dengan baik menuju usahatani yang efisien (Irawan dan Suparmoko,1992). Tanah dan juga ternak, merupakan faktor produksi yang mempunyai pengaruh tak langsung yang relatif rendah jika dibandingkan dengan tenaga kerja dan pengetahuan petani, karena baik tanah maupun ternak dalam kegitan usahatani bersifat pasif sehingga pengaruhnya sangat tergantung pada sumberdaya manusia yang mengelolanya, serta tergantung pada alam yang mengkondisikannya. Kontribusi faktor produksi terhadap pendapatan petani Dari hasil analisis lintasan, maka kontribusi masing-masing faktor produksi terhadap pendapatan petani, dapat dibuatkan diagram lintasan seperti pada gambar 1. Dalam gambar tersebut dapat ditunjukkan bahwa pengaruh residu (sisaan) dapat dilihat melalui besaran C2s = 0,268 yang berarti bahwa analisis lintasan tidak mampu menjelaskan keragaman total dari variabel respons Y sebesar 26,80%. Atau dapat dikatakan bahwa analisis lintasan hanya mampu menjelaskan keragaman total dari variabel Y dalam persamaan: Y= 1,514 + 0,935 X1+3,508 X2+0,684 X3+0,0279 X4 sebesar 73,20%. Besarnya koefisien lintasan (C1) mempunyai makna bahwa setiap terjadi peningkatan sebesar satu kali simpangan baku dalam nilai variabel bebas akan mengakibatkan adanya peningkatan terhadap nilai variabel respons sebesar koefisien lintasan (C1) dari variabel bebas tersebut kali simpangan baku variabel respons (Gaspersz, 1992). Dengan mengacu pada pengertian koefisien lintasan tersebut serta melihat hasil perhitungan simpangan baku dan rata-rata dalam variabel penelitian, maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan kontribusi faktor produksi sebagai berikut : a. Setiap penggunaan tenaga kerja ditingkatkan sebesar 1,40 orang, maka akan dapat meningkatkan pendapatan petani sebesar Rp.68.085; b. Apabila jumlah ternak yang dipelihara petani bertambah sebesar 0,5 unit ternak, maka diperkirakan pendapatan petani akan meningkat sebesar : Rp. 47.660;
148
c. Apabila lahan yang dikuasai oleh petani meningkat sebesar 0,12 ha, maka pendapatan petani akan meningkat sebesar Rp. 42.320; d. Dengan ditingkatkannya pengetahuan petani sebesar 5,22 dapat diperkirakan pen dapatan petani dapat meningkat sebesar Rp. 14.552; . KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara jumlah ternak,luas lahan, jumlah tenaga kerja dan pengetahuan petani dengan pendapatan petani, dapat didekati dengan model persamaan regresi linier ganda: Y=1,514+0,935X1+3,508X2+0,486X3+0,0279X4, dengan R=0,8550 (R2=0,7320),dan berdasarkan hasil uji terhadap persamaan regresi ternyata terdapat perbedaan yang sangat nyata (Pd< 0,01). Dalam uji terhadap koefisien regresi,ternyata untuk variabel jumlah ternak,jumlah tenaga kerja dan luas lahan menunjukkan adanya pengaruh yang sangat nyata (Pd<0,01) terhadap pendapatan petani, sedangkan pengetahuan petani menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (Pe< 0,05). Nampaknya diantara keempat variabel tersebut menunjukkan adanya kolinieritas, sehingga dengan analisis lintasan, dapat diketahui adanya pengaruh langsung dan pengaruh secara tidak langsung dari masing-masing faktor produksi terhadap pendapatan petani. Kontribusi masingmasing faktor produksi terhadap pendapatan petani, secara urut dari yang terbesar sampai yang terendah adalah: tenaga kerja, jumlah ternak, luas lahan dan yang terendah adalah pengetahuan petani. Petani kecil yang hanya menguasai lahan sempit perlu menjalankan usahatani campuran antara tanaman pangan dan memelihara ternak kambing/ domba serta memanfaatkan tenaga kerja keluarga secra efektif dan efisien. Penelitian sejenis dengan basis petani yang memiliki skala usaha yang lebih besar serta dalam berbagai lokasi yang lebih luas dan tersebar perlu dilakukan supaya informasi tentang optimasi faktor-faktor produksi dalam usahatani pertanian dan peternakan lebih akurat. DAFTAR PUSTAKA
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003
Adiwilaga, A. 1982. Ilmu Usahatani. Penerbit Alumni, Bandung. Adjid, D.A. 2001. Agribisnis. Penerbit Yayasan Pengembangan Sinar Tani, Jakarta. Beattie, B.R. and C.R. Taylor. 1985. The Economics of Production. John Willey & Sons Inc. All Right Reserved, New York. Chitambar, J.B. 1973. Introductory Rural Sociology. A Synopsis of Concepts and Principal. Willey Eastern Private Limited , New York. Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis Dalam Percobaan. Edisi pertama. Penerbit Tarsito, Bandung. Geertz, C. 1983. Involusi Pertanian, Proses Perubahan Ekologi Di Indonesia. Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta. Ginting, E. 1991. Transformasi Sosial Ekonomi Dalam Usaha Sapi Perah Rakyat. Kasus Masyarakat Petani Kecamatan Jabung Kabupaten Malang. PPIS Universitas Brawijaya, Malang. Gomez, A.K. and A.A. Gomez. 1984 .Statistical Procedures for Agricultural Researh. 2nd Edition. A Willey Interscience Publication. John Willey & Sons , New York. Hakim, A. 2001. Statistika Deskriptif untuk Ekonomi Dan Bisnis. Cetakan pertama, Edisi pertama. Ekonisia Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia, Ygyakarta. Hamengku Buwono X, Sri Sultan. 2001. Otonomi Pembangunan Pertanian Dalam: Widodo Usman, I.F. Noor dan Bayu Mustika (Editor). Pembangunan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Penerbit LP2KP Pustaka Karya Yogyakarta. Irawan dan M. Suparmoko. 1999. Ekonomika Pembangunan Edisi ke-5. Penerbit Badan Pembina Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Lutgate, P.J. 1989 . Kumpulan Peragaan Dalam Rangka Penelitian Ternak Kambing/Domba di Pedesaan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Martaamidjaja, A.S. 1996. Poverty Eradication for Rural Areas In Indonesia. IFYE Conference Pacific V. Income Generating Project for Marginal Farmer and Landless. Agency Agricultural Education and Training, Jakarta. Masyhuri. 2001. Strategi Kebijakan Pembangunan Pertanian Masa DepanDalam:Widodo Usman,I.F. Noor dan Bayu Mustika (Eds.). Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah.Penerbit LP2KP Pustaka Karya Yogyakarta. Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi Pertnian. Cetakan ke-2. Penerbit LP3ES Yogyakarta. Murtidjo, B.A. 1993. Memelihara Domba. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Rozaq, A. 2001. Pembangunan Pertanian Holistik Dalam: Widodo Usman, I.F. Noor dan Bayu Mustika (Editor). Pembangunan Pertanian Di Era Otonomi Daerah. Penerbit LP2KP Pustaka Karya, Yogyakarta. Sarwono, B. 1999. Beternak Kambing Unggul. Cetakan ke-13. Penerbit PT Panebar Swadaya, Jakarta. Sayogya dan P. Sayogya. 1984. Sosiologi Pedesaan Jilid II, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Snodgrass M.M. and L.T Wallace. 1982. Agricultural Economics and Resources Management. 2nd Edition. Prentice Hall of India Private Limited, New Delhi. Soekartawi. 2001. Agribisnis. Teori dan Aplikasinya. Penerbit PT Raja Grafindo Persada , Jakarta.
The Four Production Factors and Income Small Ruminant Husbandry (Sudarman)
149
Sumodiningrat, G. 2001. Kata Pengantar, Dalam: W. Usman, I.F. Noor dan B. Mustika (Eds.). Pembangunan Pertanian di Era Otonomi Daerah. Penerbit LP2KP Pustaka Karya, Yogyakarta. Supranto, J. 1992. Teknik Sampling untuk Survei dan Eksperimen. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
150
Syamsudin, A. 1995. Sembilan puluh Tahun Penyuluhan Pertanian di Indonesia Badan Pendidikan dan Latihan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta Wonnacott, P. and R. Wonnacott. 1986. Economics. 3rd Ed. Economics Series. McGraw Hill International Edition, New York.
J.Indon.Trop.Anim.Agric.28(3) September 2003