ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI PADI SEHAT (Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat)
SKRIPSI
LAMRETTA GULTOM H34086049
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011
RINGKASAN LAMRETTA GULTOM. Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (di bawah bimbingan JUNIAR ATMAKUSUMA). Padi organik merupakan salah satu komoditi yang memiliki peran penting dalam menjamin keberlangsungan hidup dan kesejahteraan penduduk dalam menjamin ketahanan pangan, dalam menghadapi isu revolusi hijau, dan isu produk sehat dan aman untuk di konsumsi. Gapoktan Silih Asih merupakan salah satu gapoktan yang membudidayakan padi secara organik. Jenis padi yang dihasilkan di gapoktan ini disebut sebagai padi sehat karena masih menggunakan pupuk kimia, namun dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding budidaya padi konvensional. Pada saat ini, hasil produksi yang diperoleh petani Gapoktan Silih Asih mengalami fluktuasi dari musim tanam I 2008 hingga musim tanam VII 2010. Fluktuasi produksi dapat mempengaruhi pendapatan usahatani, dan fluktuasi produksi dipengaruhi oleh penggunaan faktor-faktor produksi dalam suatu usahatani. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh dalam usahatani padi sehat dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualiatitatif meliputi gambaran umum perusahaan, proses produksi atau teknik budidaya padi semi organik, dan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani tersebut. Analisis kuantitatif dalam penelitian ini dilakukan dalam melihat pendapatan usahatani dan faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi padi semi organik. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa usahatani padi sehat yang dilakukan oleh petani responden di Gapoktan Silih Asih secara umum dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan, karena petani responden memperoleh pendapatan bersih rata-rata sebesar Rp 2.405.039,56. Selain itu nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total juga menunjukkan hal yang sama, yakni sebesar 2,10 dan 1,22; dengan artian bahwa penerimaan yang diperoleh petani responden dalam mengusahakan padi sehat dapat menutupi biaya usahatani yang dikeluarkan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi produksi adalah pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida nabati, sedangkan faktor produksi benih dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata baik pada selang kepercayaan 85 persen dan 95 persen.
ii
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI USAHATANI PADI SEHAT (Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat)
LAMRETTA GULTOM H34086049
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ii
Judul Skripsi
Nama
: Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat) : Lamretta Gultom
NRP
: H34086049
Disetujui, Pembimbing
Ir. Juniar Atmakusuma, MS NIP. 19530104 197903 2 001
Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus:
ii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat)” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Juni 2011
Lamretta Gultom H34086049
ii
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sibosur, Sumatera Utara pada tanggal 23 September 1987. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Dolok Gultom, SH. dan Ibunda Meren Tina Tambunan. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Sibosur pada tahun 1999 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SLTP Budhi Dharma Balige. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Bintang Timur I Balige diselesaikan pada tahun 2005. Penulis menyelesaikan pendidikan diploma pada Program Studi Diploma III Teknologi Industri Benih pada Tahun 2008, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis diterima pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada Tahun 2008.
ii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang senantiasa memberkati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, serta salam senantiasa tercurahkan kepada keluarga dan para sahabat. Puji syukur penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Pendapatan dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Padi Sehat (Studi Kasus: Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat)”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam penyusunan skripsi ini, namun kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat khususnya bagi berbagai pihak yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, Juni 2011
Lamretta Gultom
ii
UCAPAN TERIMAKASIH Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, penulis menyampaikan terimakasih dan penghargaan kepada: 1.
Ir Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2.
Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator pada kolokium penelitian yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran.
3.
Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS dan Arif Karyadi Uswandi, SP selaku dosen penguji pada sidang penelitian yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran.
4.
Eva Yolinda Aviny, MM yang telah menjadi pembimbing akademik dan seluruh dosen dan staf Departemen Agribisnis.
5.
Bapak Jakaria, Pak Supri, dan seluruh anggota Gapoktan Silih Asih yang telah mengijinkan untuk meneliti di Gapoktan tersebut dan atas semua bantuan yang telah diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini .
6.
Orangtua, Dek Evi, Dek Icuk, dan Dek Dion serta keluarga tercinta untuk setiap dukungan kasih sayang dan doa yang diberikan. Semoga bisa menjadi persembahan yang terbaik.
7.
Sahabat-sahabatku tercinta Ka Kiki, Puri, dan Diana yang telah memberikan dukungan semangat kepada penulis.
8.
Rekan-rekan saya yang lain seperti Manda, Wulan, Ranti, Ori, Lia, Chrisnovita dan Yona yang telah memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.
9.
Dan seluruh angkatan V Program Penyelenggaraan Khusus Ekstensi Agribisnis atas kebersamaannya.
Bogor, 22 Juni 2011
Lamretta Gultom
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ................................................................................
Halaman ix
DAFTAR GAMBAR ...........................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................
xii
I.
1 1 5 8 8 8
PENDAHULUAN ........................................................................ 1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1.2. Perumusan Masalah ................................................................. 1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 1.4. Kegunaan Penelitian ................................................................ 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 2.1.Pertanian Ekologis dan Berkelanjutan ....................................... 2.2.Pengertian Pertanian Organik .................................................. 2.3.Kegunaan Pertanian Organik ................................................... 2.4.Gambaran Umum Padi ............................................................. 2.5.Beras Organik .......................................................................... 2.6.Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu ............................................. 2.6.1. Perkembangan Usahatani Padi ...................................... 2.6.2. Faktor-Faktor Produksi Padi ......................................... 2.7.Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu .........
9 9 9 11 13 14 15 15 17 17
III. KERANGKA PEMIKIRAN ....................................................... 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................... 3.1.1. Konsep Usahatani ......................................................... 3.1.2. Konsep Fungsi Produksi ............................................... 3.1.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas .................................... 3.1.4. Pendapatan Usahatani ..................................................... 3.1.5. Penerimaan Usahatani .................................................... 3.1.6. Pengeluaran Usahatani ................................................... 3.1.7. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) ... 3.2.Kerangka Pemikiran Operasional ............................................
19 19 19 22 27 30 32 33 34 35
IV. METODE PENELITIAN ............................................................ 4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................... 4.2.Jenis dan Sumber Data ............................................................. 4.3.Metode Pengambilan sampel ................................................... 4.4.Metode Pengumpulan Data ....................................................... 4.5.Metode Analisis Data ............................................................... 4.6.Analisis Fungsi Produksi ......................................................... 4.7.Pengujian Hipotesis ................................................................. 4.8.Konsep Pengukuran Variabel .................................................. 4.9.Analisis Pendapatan Usahatani ................................................ 4.9.1. Analisis Penerimaan ...................................................... 4.9.2. Analisis Biaya ............................................................... 4.9.3. Analisis Pendapatan ......................................................
38 38 38 38 39 39 40 41 44 45 45 46 47
vii
4.10. Analisis R/C Rasio .........................................................
47
V. GAMBARAN UMUM ................................................................. 5.1.Gambaran Umum Gapoktan Silih Asih ................................... 5.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Sosial Ekonomi ............ 5.1.2. Sejarah Gapoktan Silih Asih dan Perkembangannya .... 5.1.3. Visi dan Misi Gapoktan Silih Asih ............................... 5.1.4. Kegiatan Pemasaran Gapoktan Silih Asih .................... 5.1.5. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih ...................... 5.2.Gambaran Umum Petani Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy . 5.3.Karakteristik Petani .................................................................. 5.3.1. Umur ............................................................................. 5.3.2. Status Usaha .................................................................. 5.3.3. Pendidikan ..................................................................... 5.3.4. Jumlah Tanggungan Petani ........................................... 5.3.5. Keikutsertaan dalam Mengikuti Pelatihan/Penyuluhan 5.3.6. Pengalaman Bertani ...................................................... 5.3.7. Luas Lahan .................................................................... 5.3.8. Status Penguasaan Lahan .............................................. 5.3.9. Sumber Modal ................................................................
50 50 50 51 52 52 52 53 54 54 55 56 57 58 58 59 60 60
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 6.1.Usahatani Padi Sehat di Gapoktan Silih Asih .......................... 6.1.1. Pengolahan Tanah ....................................................... 6.1.2. Pembibitan .................................................................. 6.1.3. Penanaman (Tandur) ................................................... 6.1.4. Pengaturan Air ............................................................ 6.1.5. Penyiangan .................................................................. 6.1.6. Pemupukan .................................................................. 6.1.7. Pengendalian Hama dan Penyakit ............................... 6.1.8. Pemeliharaan Pematang Sawah .................................. 6.1.9. Panen ............................................................................ 6.1.10. Kegiatan Pasca Panen ................................................. 6.2.Analisis Pendapatan Usahatani Petani Responden .................. 6.2.1. Penerimaan Usahatani ................................................... 6.2.2. Analisis Biaya Usahatani .............................................. 6.2.3. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Padi Sehat ...................................................................... 6.3.Analisis Fungsi Produksi ......................................................... 6.3.1. Analisis Model Fungsi Produksi Padi Sehat ................. 6.3.2. Analisis Elastisitas Produksi Padi Sehat .........................
62 62 63 63 64 65 65 66 66 67 67 68 68 68 69
VII. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 7.1.Kesimpulan ............................................................................. 7.2.Saran ........................................................................................
85 85 85
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................
87
LAMPIRAN ........................................................................................
90
74 77 77 82
viii
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Zat Gizi Beras per 100 Gram ..................................
15
2. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian ...................
18
3. Analisis Ragam terhadap Model Penduga Fungsi Produksi .....
42
4. Uji signifikansi untuk Masing-Masing Parameter Penduga Fungsi Produksi ...........................................................
44
5. Perhitungan Pendapatan Usahatani dan Nilai R/C Rasio ..........
49
6. Luas Lahan Berdasarkan penggunaannya di Desa Ciburuy ......
50
7. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Kelompok Umur ....................................................................... 8. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Usaha .........................................................
55 56
9. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Pendidikan ............................................................
57
10. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga ..............................
57
11. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Keikutsertaan dalam Mengikuti Pelatihan/ Penyuluhan ................................................................................
58
12. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Pengalaman Bertani .............................................
59
13. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Luas Lahan ................................................................................
60
14. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Penguasaan Lahan .....................................
60
15. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Sumber Modal ...........................................................................
61
16. Produktivitas, Harga, dan Penerimaan Rata-Rata Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010Maret 2011 ................................................................................
69
17. Komponen Biaya Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010Maret 2011 ................................................................................
70
18. Penggunaan TKDK dan TKLK dalam Usahatani Padi Sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Periode Tanam Desember 2010-Maret 2011 ......................................................
72
ix
Nomor
Halaman
19. Penggunaan Sewa Traktor dan Ternak dalam Usahatani Padi Semi Organik di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Periode Tanam Desember 2010-Maret 2011 ..........................................
73
20. Penyusutan Alat-Alat Pertanian yang Digunakan pada Usahatani Padi Semi Organik di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Periode Tanam Desember 2010-Maret 2011 ..........................................
74
21. Analisis Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Semi Organik Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 ......................................................
76
22. Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi per Hektar pada Usahatani Padi Semi Organik Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 .......
77
23. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Padi Semi Organik Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 ......................................................
78
24. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi per Hektar Petani Responden pada Usahatani Padi Semi Organik Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010Maret 2011 ................................................................................
79
x
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Produksi Beras Sehat Gapoktan Silih Asih pada Tahun 2008-2010 ......................................................................
7
2. Bentuk Fungsi Produksi dengan Satu Variabel Y= f (X1) ........
23
3. Kuva Fungsi Produksi Klasik ...................................................
25
4. Kerangka Operasional Penelitian ................................................
37
5. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih ..................................
53
xi
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. PDB Indonesia atas Dasar Harga Berlaku pada Tahun 2008-2009 ......................................................................
91
2. Produk Domestik Bruto Subsektor Tanaman Pangan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 .......................................................
91
3. Lampiran 3. Laju Pertumbuhan Konsumsi per Kapita dan Produksi Beras Indonesia pada tahun 2005 sampai 2008 ..............................................................................
91
4. Volume Ekspor Impor Beras Tahun 2005- 2009 ......................
92
5. Produksi Padi di Jawa Barat Tahun 2009 .................................
92
6. Produksi Padi di Kabupaten Bogor Tahun 2009 .......................
93
7. Produksi Padi di Kecamatan Cigombong Tahun 2009 .............
94
8. Standar Operasional Produser (SOP) Budidaya Padi Sehat ...........................................................................................
95
9. SOP Pembuatan Pestisida Nabati ...............................................
98
10. Hasil Pendugaan Produksi Usahatani Padi Sehat Petani Responden ......................................................................
100
11. Uji Heteroskedastisitas Model Penduga Pada Petani Responden Padi Sehat ..................................................................................
101
xii
I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Sektor pertanian merupakan tulang punggung dalam pembangunan
nasional karena merupakan salah satu sektor yang mempunyai peran cukup penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor kedua terbesar dalam mengkontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia baik pada tahun 2008 dan 2009 yaitu memasok sebesar 14,46 persen dan 15,29 persen. Komoditi utama pertanian yang memasok PDB sektor pertanian tertinggi yang memiliki peran penting dalam menjamin keberlangsungan hidup dan kesejahteraan penduduk adalah padi. Padi menyumbang 37,75 persen PDB subsektor pertanian yakni PDB tanaman pangan (Lampiran 2), sekitar 95 persen penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai sumber karbohidrat utama dan kurang lebih 55 persen penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani padi. Konsumsi beras dari tahun ke tahun cenderung naik sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang semakin meningkat. BPS tahun 2010 Lampiran 3 menunjukkan bahwa laju pertumbuhan rata-rata permintaan beras dari tahun 2008 hingga tahun 2012 ke depan seiring peningkatan jumlah penduduk adalah 1,35 persen sedangkan produksi beras nasional hanya memiliki laju pertumbuhan sebesar 0,41 persen, sehingga terjadi kesenjangan produksi sebesar 0,94 persen. Tingginya permintaan beras harus diimbangi dengan produksi nasional. Namun dilihat dari pasokan yang ada, jumlah permintaan beras nasional cenderung tidak tercukupi dan bahkan terjadi defisit dengan rata-rata 0,88 persen. Kurangnya pasokan beras dalam negeri ditutupi dengan melakukan impor. Volume beras impor rata-rata dari tahun 2005-2009 berdasarkan data BPS tahun 2010 seperti pada Lampiran 4 adalah sebesar 514.189 ton atau 5,71 persen per tahun, bahkan diproyeksikan bahwa impor beras akan terus meningkat hingga tahun 2014 karena kebutuhan beras Indonesia meningkat antara 22-25 juta ton
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang diperkirakan akan mencapai 253 juta jiwa pada tahun 20141. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi beras terbesar yang perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dalam mendukung ketersediaan pangan nasional. Pasokan beras yang terdapat di Jawa Barat berasal dari beberapa kabupaten seperti pada Lampiran 5 dan salah satu diantaranya adalah Kabupaten Bogor. Bogor memasok sebesar 500.682 ton atau menyumbang 4,49 persen terhadap total produksi padi Jawa Barat tahun 2009. Selain itu produktivitas padi di Kabupaten Bogor sebesar 5,88 ton per hektar tergolong tinggi, karena berada di atas rata- rata produktivitas padi di Jawa barat. Padi yang terdapat di Kabupaten Bogor salah satunya berasal dari Kecamatan Cigombong, dengan pasokan sebesar 2,96 persen seperti pada Lampiran 6. Dari Kecamatan Cigombong, terdapat pula beberapa desa yang berperan dalam memproduksi padi, yang salah satunya adalah Desa Ciburuy (Lampiran 7). Desa ini merupakan pemasok padi kelima terbesar di Kecamatan Cigombong dengan produksi sebesar 1265,5 ton atau sebesar 8,53 persen. Peran sentra-sentra produksi beras di Indonesia dalam menjamin ketahanan pangan penduduk juga mendapat dukungan dari program-program yang dibuat oleh pemerintah. revolusi hijau merupakan salah satu program pemerintah yang
bertujuan
untuk
meningkatkan
produksi
pangan
melalui
usaha
pengembangan teknologi pertanian modern. Pertanian modern yang dicetus sejak tahun 1960-an ini terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu: penggunaan bibit unggul, penggunaan pupuk kimia, mekanisasi pertanian, dan penyuluhan pertanian secara massal. Program revolusi hijau berhasil di Indonesia sehingga pada tahun 1984 Indonesia mampu menjadi negara swasembada pangan, namun setelah itu terjadi penurunan produksi karena pada prakteknya teknologi ini dilakukan dengan (Andoko, 2010): 1) sistem pertanian monokultur; 2) penggunaan pupuk dan pestisida sintetis yang berlebihan; dan 3) kurang mengindahkan praktek konservasi sumberdaya alam. Pengaplikasian teknologi ini mampu meningkatkan produksi dalam waktu sementara, namun dalam jangka panjang menyebabkan 1
www.bps.go.id (diakses 25 Agustus 2010)
2
peningkatan degradasi tanah, menurunkan produktivitas dan kualitas sumberdaya pertanian, mengganggu kesehatan manusia, hewan, serta kualitas lingkungan. Sehingga program revolusi hijau tidak lagi dapat dipertahankan dalam menjamin ketahan pangan ke depan. Kondisi tersebut melahirkan inovasi melalui intensifikasi pertanian ramah lingkungan atau pertanian organik dalam meningkatkan produksi padi. Pertanian organik menjadi solusi karena secara langsung mampu menggantikan revolusi hijau untuk menyediakan pangan yang berkelanjutan. Disamping itu, dampak buruk revolusi hijau juga menjadi pelajaran besar yang mulai disadari oleh masyarakat baik konsumen maupun produsen, sehingga gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” menjadi trend baru masyarakat dunia. Gaya hidup yang demikian telah mengalami pelembagaan secara internasional yang diwujudkan melalui regulasi perdagangan global yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus mempunyai atribut aman dikonsumsi (food safety attributes), memiliki kandungan nutrisi tinggi (nutritional attributes) serta ramah lingkungan (eco-labelling attributes)2. Pandangan baru tersebut
dapat
dijadikan sebagai
peluang bagi
pembangunan pertanian di Indonesia khususnya menyangkut produksi beras. Sebagai negara yang dianugerahi kekayaan keanekaragaman hayati tropika yang unik, kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang menghormati alam, sesungguhnya Indonesia pun mempunyai modal dasar yang luar biasa besarnya yang diperlukan untuk mengembangkan pertanian organik. Sehingga sejak itu pula, departemen pertanian menjadikan program Go Organik 2010 sebagai langkah strategis dalam menjamin ketahanan pangan yang aman serta berkelanjutan dalam menghadapi isu kerawanan pangan nasional dan isu revolusi hijau guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya petani. Perspektif baru tentang kesehatan tersebut juga menyebabkan permintaan produk pertanian organik meningkat pesat. Permintaan akan produk pertanian organik di seluruh dunia akhir-akhir ini telah meningkat luar biasa dan bahkan diramalkan akan semakin pesat di masa depan dengan pertumbuhan rata-rata
2
http://maporina.com/index2.php?option=com_content&task=view&id=20&pop =1&page=0&Itemid=26. Potensi Pengembangan Pertanian Organik (diakses 30 Maret 2010)
3
sekitar 20 % per tahun3. Perkembangan pertanian organik di Indonesia dipicu oleh tingginya permintaan pertanian organik di negara-negara maju. Seperti pada 19 Agustus 2009 Kabupaten Tasikmalaya melepas ekspor perdana beras organik untuk pasar AS, jumlahnya memang tidak terlalu besar yakni 18 ton. Namun, sejumlah negara lain telah menunggu untuk mengimpornya seperti Malaysia, Hongkong, Singapura, bahkan Eropa4. Diperkirakan bahwa setiap musim panen permintaan rata-rata beras organik adalah sebanyak 400 ton, namun baru terpenuhi 120 ton. 5 Peluang ini bukan hanya terbuka untuk Kecamatan Tasikmalaya tetapi juga bagi seluruh wilayah Indonesia karena selain permintaan beras organik yang belum terpenuhi, volume pasar dalam negeri maupun luar negeri akan terus meningkat seiring peningkatan pendidikan dan pendapatan. Dalam Mayasari (2009) dikatakan bahwa Indonesia yang saat ini berpenduduk 25 juta orang, dimana 10 persen dari penduduk Indonesia memiliki tingkat sosial ekonomi tinggi, berpendidikan dan tinggal di kota besar adalah pangsa pasar organik yang cukup potensial. Berdasarkan penyebaran pertanian organik tersebut, tercatat bahwa Jawa merupakan wilayah yang memiliki luasan pertanian organik tertinggi di Indonesia, yakni dengan luasan sebesar 23.457,36 ha dan padi merupakan salah satu komoditi yang ditanam (Statistik Pertanian Organik Indonesia, 2009). Perkembangan pertanian organik khususnya beras juga tidak terlepas dari keunggulan yang dimiliki produk hasil pertanian organik itu sendiri. Menurut Andoko (2010), keunggulan beras organik dibanding beras biasa (ditanam dengan aplikasi pupuk buatan dan pestisida kimia) adalah relatif aman untuk dikonsumsi, rasa nasi lebih empuk dan pulen, warna dan daya simpannya lebih baik. Seiring dengan adanya program pemerintah Go Organic 2010 dalam rangka menjadikan negara Indonesia sebagai negara swasembada beras dan produsen pangan organik terbesar di dunia serta adanya perkembangan pesat dari
3
http://pphp.deptan.go.id/xplore/view.php?file=pengolahanhasil/O8roadmappanganorganik.pdf. Road map Pengembangan pertanian organik 2008 – 2015 (diakses 30 Maret 2010) 4 http://www.antaranews.com/berita/1251250967/beras-organik-tasik-tembus-pasar-as (diakses 21 November 2010) 5 http://www.pikiran-rakyat.com. Naik Tajam, Permintaan Hasil Pertanian Organik (diakses 21 November 2010)
4
permintaan pertanian organik saat ini menjadikan banyak produsen produk pertanian termasuk gabungan kelompok tani (gapoktan) beralih untuk mengusahakan beras organik. Dalam pedoman standar operasional prosedur padi organik Departemen Pertanian tahun 2007 dikatakan bahwa hampir di setiap daerah penghasil beras di Indonesia telah mengusahakan pertanian padi secara organik. Desa Ciburuy merupakan salah satu daerah yang ikut berperan serta dalam mendukung program pemerintah “Go Organic 2010”. Hasil produksi padi yang diperoleh dari desa ini sering disebut sebagai beras sae atau beras sehat. Dikatakan beras sehat karena lahan yang dialihkan untuk menghasilkan beras organik memerlukan waktu yang bertahun-tahun untuk dapat dikatakan pure organik dan pemupukan yang dilakukan masih menggunakan pupuk kimia walaupun dalam volume yang lebih rendah. Misalnya pupuk urea yang digunakan dalam satu kali musim tanam pada pertanian konvensional adalah 316,15 kilo gram per hektar (Rachmiyanti, 2009), sedangkan pertanian padi sehat menggunakan 100 kilo gram per hektar. 1.2.
Perumusan Masalah Desa Ciburuy merupakan salah satu wilayah yang terletak di Kecamatan
Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat yang ikut mendukung program pemerintah “Go Organic 2010” dalam menjamin ketahanan pangan yang berkelanjutan. Belum terpenuhinya permintaan beras organik dan masih terbukanya peluang pasar, mendorong Desa Ciburuy mengembangkan usahatani beras secara organik. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan kepada ketua
Gapoktan Silih Asih, bahwa seluruh petani di Desa Ciburuy sudah memproduksi padi sehat, dan bergabung dalam Gapoktan Silih Asih. Tercatat 11 kelompok tani yang ada di Desa Ciburuy, enam kelompok tani diantaranya bergerak dalam memproduksi beras sehat sedangkan kelompok tani lainnya berfokus dalam memproduksi perkebunan, peternakan, dan perikanan. Keenam kelompok tani tersebut adalah Lisung Kiwari, Manunggal Jaya, Saung Kuring, Tunas inti, Silih Asih I, dan kelompok tani Silih Asih II. Kelebihan dari Gapoktan Silih Asih adalah kepercayaan publik terhadap hasil beras yang dihasilkan sudah tinggi, pasarnya sudah pasti, padi sehat menjadi komoditi 5
unggulan di Desa Ciburuy, produksinya kontiniu, dan tergolong produk berkualitas, serta volume produksi dari Desa ini tergolong yang tertinggi di Kecamatan Cigombong. Beberapa tempat pemasaran yang rutin melakukan pemesanan ke gapoktan ini adalah Lembaga Pertanian Sehat (LPS), Perusahaan Tugu Pratama, Koperasi PMI (Palang Merah Indonesia), Koperasi Dinas Pertanian dan Kehutanan Ciburuy, Koperasi PT Antar Nusa, dsb. Permintaan sehat di gapoktan ini cukup tinggi, namun kendalanya produksinya belum dapat memenuhi permintaan tersebut. Target per bulan Gapoktan Silih Asih adalah ± 60 ton per bulan, namun yang terpenuhi hanya sebesar 46,3 ton per bulan pada tahun 2008, sebesar 33,6 ton per bulan pada tahun 2009, dan sebesar 43,2 ton per bulan pada tahun 2010 atau terhitung sekitar 68,39 persen yang sudah terpenuhi dan sisanya sebesar 31,61 persen belum terpenuhi. Hal ini menunjukkan masih besarnya peluang pasar bagi komoditi beras tersebut. Salah satu contoh data hasil penjualan yang menunjukkan bahwa permintaan beras sehat belum terpenuhi adalah permintaan yang kontiniu dari pihak LPS yaitu 30 ton per bulan yang hanya terpenuhi sekitar 18 persen dan bahkan mengalami fluktuasi setiap tahunnya seiring dengan fluktuasi yang terjadi pada produksi pada Gambar 1, dengan asumsi pada luasan yang sama.
250,000 200,000 150,000
100,000 50,000 -
Produksi (Ton) Penjualan ke BPS (Kg)
Gambar 1. Produksi Beras Semi Organik Gapoktan Silih Asih pada Tahun 20082010 Keterangan : MT= Musim Tanam Sumber : Penyuluh Lapangan,2011 (diolah)
6
Fluktuaksi produksi dapat mempengaruhi kondisi pendapatan petani usahatani padi sehat. Oleh karena itu, untuk melihat dampak dari adanya fluktuasi produksi sehingga dilakukan suatu analisis terhadap pendapatan petani padi sehat di Gapoktan Silih asih, dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan usahatani padi sehat memberikan keuntungan bagi petani di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor. Disamping mempengaruhi pendapatan, fluktuasi produksi juga sangat erat kaitannya dengan penggunaan faktor produksi. Faktor produksi mempengaruhi jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam suatu usahatani. Penggunaan faktor produksi perlu diperhatikan dalam kegiatan usahatani agar tidak terjadi penggunaan yang berlebihan yang dapat merugikan petani atau mempengaruhi pendapatan dan menyebabkan tingkat produksi yang tidak optimal. Dan kendala yang umumnya dihadapi para petani adalah bagaimana mengalokasikan faktorfaktor produksi tersebut untuk mendapatkan produksi yang diharapkan. Sehingga berdasarkan uraian permasalahan diatas, maka yang menjadi pertanyaan yang akan dikaji pada penelitian ini adalah 1.
Bagaimana tingkat pendapatan yang diperoleh dalam usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat?
2.
Faktor-faktor apa yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat?
1.3.
Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan di atas, maka yang
menjadi tujuan dari penelitian ini adalah 1.
Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh dalam usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat.
2.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Jawa Barat.
7
1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
keadaan usahatani padi sehat, khususnya di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Hasil penelitian yang dilakukan juga diharapkan dapat berguna bagi pihak-pihak terkait seperti dalam hal di bawah ini: 1. Sebagai sumber informasi bagi petani dalam pengambilan keputusan usahataninya. 2. Sebagai bahan masukan bagi pengambil kebijakan agar dapat menuangkan kebijakan yang tepat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. 3. Sebagai bahan referensi dan literatur bagi penelitian selanjutnya. 1.5.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada komoditi padi sehat yang dikelola oleh
Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dalam menganalisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani padi sehat tersebut.
8
II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Pertanian Ekologis dan Berkelanjutan Konsep pertanian ekologis secara umum dapat dikatakan sebagai kegiatan
usaha pertanian yang tidak memberikan dampak negatif serta tidak merusak lingkungan. Pertanian dengan ciri ekologis merupakan usaha pertanian yang terintregasi dengan pengelolaan lingkungan produksi dan menerapkan teknologi maju adaptif yang ramah lingkungan sehingga mengoptimalkan produktivitas tanpa harus menurunkan kualitas lingkungan. Sedangkan pertanian berkelanjutan merupakan suatu sistem produksi pertanian yang secara terus menerus mampu mencukupi kebutuhan akan pangan serta pakan dengan syarat tidak merusak sumberdaya alam pertanian bagi generasi mendatang. Terdapat empat kepentingan pokok yang perlu dipenuhi dalam pertanian berkelanjutan antara lain: (1) tercukupinya kebutuhan pangan dan pakan untuk saat ini dan saat yang akan datang, (2) kelayakan ekonomi usaha pertanian saat ini dan masa mendatang, (3) kelestarian serta mutu lingkungan dan sumberdaya alam serta (4) kelestarian akan keanekaragaman hayati. Gagasan model pertanian berkelanjutan dikembangkan dalam rangka membangun kembali sistem pertanian yang mampu menjaga, memelihara, dan melindungi keberlanjutan alam serta dalam rangka menegakkan kembali kedaulatan petani yang telah dihancurkan oleh pertanian modern (revolusi hijau). Konsep pertanian ekologis dan berkelanjutan merupakan harapan yang harus dapat direalisasikan agar dapat memperbaiki keseimbangan antara usaha peningkatan produksi dengan lingkungan produksi. 2.2.
Pengertian Pertanian Organik Pertanian organik adalah sistem manajemen produksi pertanian yang
holistik dan terpadu yang bertujuan meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi, dan aktivitas biologi tanah. Pertanian organik juga dapat didefenisikan sebagai suatu sistem pertanian yang berupaya untuk mengembalikan semua jenis bahan organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman atau ternak yang kemudian bertujuan menjadi sumber makanan pada tanaman.
9
Menurut Sriyanto (2010) pengertian pertanian organik adalah suatu sistem pertanian yang didesain dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu menciptakan produktivitas yang berkelanjutan. Tujuan utama dari pertanian organik adalah untuk menyuburkan kondisi lahan, mengoptimalkan kesehatan dan produktivitas, serta menjaga keseimbangan ekosistem (tanah, tumbuhan, hewan, dan manusia). Sedangkan Andoko 2008 beranggapan bahwa pertanian organik merupakan kegiatan bercocok tanam yang akrab dengan lingkungan dan berusaha meminimalkan dampak negatif bagi alam sekitar. Ciri utama yang dimiliki pertanian organik adalah penggunaan varietas lokal yang relatif masih alami, diikuti dengan penggunaan pupuk organik, dan pestisida organik. Oleh karena dibudidayakan tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia maka produk pertanian organik ini pun terbebas dari residu zat berbahaya sehingga aman untuk dikonsumsi dan terjaga kesehatannya. Pada dasarnya pertanian organik dilandasi pada pengembangan prinsipprinsip memberi makanan pada tanah yang selanjutnya tanah memberi makanan pada tanaman. Strategi pertanian organik adalah memindahkan unsur hara dari sisa tanaman, kompos, dan pupuk kandang menjadi biomassa tanah yang selanjutnya setelah melalui proses mineralisasi akan menjadi hara dalam larutan tanah. Sistem manajemen produksi pertanian organik dirancang untuk: 1. Menghasilkan pangan berkualitas tinggi yang bebas residu pestisida, residu pupuk kimia lainnya untuk membantu dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. 2. Melindungi dan melestarikan keanekaragaman hayati dalam sistem secara keseluruhan, agar dapat berfungsi dalam mempertahankan interaksi di dalam ekosistem pertanian secara alami. 3. Mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, kesuburan dan produktivitas lahan guna menunjang sistem usahatani yang berkelanjutan. 4. Mengurangi ketergantungan petani terhadap masukan sarana produksi dari luar yang harganya mahal dan berpotensi menyebabkan pencemaran lingkungan.
10
5. Mendaur ulang limbah yang berasal dari tumbuhan dan hewan untuk mengembalikan nutrisi ke lahan sehingga meminimalkan penggunaan sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. 6. Mempromosikan penggunaan tanah, air, dan udara secara sehat, serta meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan oleh praktek-praktek pertanian. 7. Menangani produk pertanian dengan penekanan pada cara pengolahan yang hati-hati untuk menjaga integritas organik dan mutu produk pada seluruh tahapan. 8. Bisa diterapkan pada seluruh lahan pertanian yang ada melalui suatu periode konversi, dimana lama waktunya ditentukan oleh faktor spesifik lokasi seperti sejarah lahan serta jenis tanaman dan hewan yang akan diproduksi. Tujuan dan keuntungan yang dapat diperoleh dari pengembangan pertanian organik yaitu: a. Meningkatkan pendapatan petani karena adanya efisiensi pemanfaatan semberdaya dan “Impressive Premium” produk. b. Menghasilkan pangan
yang cukup, aman dan berkualitas sehingga
meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus daya saing produk agribisnis. c. Menciptankan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani. d. Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. e. Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. f. Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan sosial di pedesaan. 2.3.
Kegunaan Pertanian Organik Budidaya pertanian organik menintikberatkan keselarasan alam, melalui
keragaman hayati dan pengoptimalan penggunaan asupan alami yang berada di sekitar melalui proses daur ulang bahan-bahan alami. Pupuk organik merupakan keluaran maupun sisa dari setiap budidaya pertanian, yang merupakan sumber unsur hara makro dan mikro yang telah tersedia dengan sendirinya dalam sisa tanaman tersebut. Pupuk hayati dan pupuk organik berdaya ameliorasi ganda dengan berbagai macam proses yang saling mendukung, berfungsi dalam menyuburkan tanah dan sekaligus mengkonservasikan serta menyehatkan 11
ekosistem tanah dan menghindarkan kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan. Sumber pupuk organik pada umumnya adalah kotoran hewan, bahan tanaman, dan limbah serta limbah agroindustri. Kotoran hewan yang sering digunakan sebagai pupuk kandang berasal dari hewan ternak besar dan ternak kecil. Bahan tanaman dapat berasal dari rerumputan, semak, perdu, dan pohon, adapun limbah pertanaman dapat berasal dari jerami padi, batang jagung, sekam dan lain sebagainya. Tanah yang dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur tanah yang baik sehingga tanah tersebut mempunyai kemampuan mengikat air lebih besar daripada tanah yang kandungan bahan organiknya rendah. Pada umumya nilai pupuk yang terkandung pada pupuk organik terutama unsur makro nitrogen (N); fosfor (P); dan kalium (K) adalah rendah, oleh karena itu kebutuhan pupuk organik haruslah dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi pupuk organik juga mengandung unsur mikro esensial yang lainnya. Fungsi lain dari pupuk organik adalah membantu dalam mencegah terjadinya erosi dan retakan pada tanah. Sutanto dalam Rachmiyanti (2007) menjelaskan bahwa kegunaan budidaya organik pada dasarya ialah meniadakan atau membatasi kemungkinan adanya dampak negatif yang disebabkan oleh penggunaan bahan kimiawi. Halhal yang mencakup kegunaan budidaya organik dalam meniadakan atau membatasi keburukan budidaya kimiawi dan kemungkinan resiko terhadap lingkungan adalah: 1. Menghemat penggunan hara tanah, sehingga umur produktif tanah lebih panjang. 2. Melindungi tanah dari erosi dan mencegah degradasi tanah karena kerusakan struktur tanah. 3. Meningkatkan penyediaan lengas tanah sehingga terhindar dari kemungkinan terjadinya resiko kekeringan, memperbaiki ketersediaan hara tanah dan hara yang berasal dari pupuk mineral, dan menghemat penggunaan pupuk yang hargaya relatif tinggi. 4. Menghindari kemungkinan terjadinya ketimpangan (unbalance) hara, bahkan dapat memperbaiki neraca (balance)hara dalam tanah.
12
5. Melindungi tanaman dari cekaman (stress) unsur-unsur pencemar tanah seperti Fe, Al, Mn atau jenis logam berat lainnya. 6. Tidak membahayakan kehidupan flora dan fauna tanah, bahkan dapat menyehatkan dan memelihara ekosistem tanah. 7. Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. 8. Sebagai teknologi berkemampuan ganda (sumber hara dan pembenah tanah), sehingga cocok sekali diterapkan pada tanah-tanah berpersoalan ganda. 2.4.
Gambaran Umum Padi Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan tumbuhan yang termasuk pada
golongan Graminae (Glumiflorae atau padia-padian), memiliki batang yang tersusun dari beberapa ruas yang merupakan bumbung kosong. Kedua ujung bumbung kosong tersebut ditutupi oleh buku. Dari buku batang ini tumbuh anakan atau daun. Bunga ataun malai muncul dari buku terakhir pada tiap anakan. Padi bersifat merumpun sehingga bibit yang ditanam hanya sebatang dapat membentuk satu dapuran yang terdiri dari 20-30 atau lebih anakan ataupun tunas-tunas baru. Akar padi adalah akar serabut yang sangat efektif dalam penyerapan hara, tetapi peka dalam kekeringan. Akar padi terkonsentrasi pada kedalaman antara 10-20 cm. Padi dapat beradaptasi pada lingkungan tergenang karena pada akarnya terdapat saluran aerenchyma seperti pipa yang memanjang hingga ujung daun. Saluran ini berfungsi sebagai penyedia oksigen bagi daerah perakaran. Disamping itu padi juga dapat beradaptasi pada lahan yang tidak tergenang (lahan kering, ladang) yang kondisinya aerob. Padi mempunyai perbedaan karakteristik pada setiap varietas yang dimiliki. Perbedaan-perbedaan yang muncul antara varietas-varietas tersebut disebabkan oleh perbedaan dalam sifat bawaan varietas. Namun, diantara ribuan varietas tanaman padi itu terdapat beberapa kesamaan sifat yang dimiliki. Berdasarkan kesamaan sifat ini, maka varietas-varietas padi dapat digolongkan ke dalam dua kelompok besar, yakni golongan Indica dan golongan Japonica. Golongan Indica merupakan golongan padi yang banyak tersebar di negara-negara tropis seperti asia kecuali negara Korea dan Jepang. Sedangkan golongan Japonica atau Sub-Japonica (Indo-Japonica) merupakan golongan padi yang tumbuh di negara Jepang , Korea dan Benua Eropa. 13
Pada umumnya, padi dapat digolongkan ke dalam 2 bagian, yaitu: padi organik dan padi anorganik. Padi organik merupakan padi hasil pertanian ramah lingkungan sedangkan padi anorganik merupakan padi yang dihasilkan dengan menggunakan bahan-bahan sintetik yang tidak ramah lingkungan. Padi organik merupakan padi yang ditanam dan diolah menurut standar organik yang ditetapkan oleh badan independen. 2.5.
Beras Organik Beras organik merupakan beras yang berasal dari padi yang dibudidayakan
secara organik atau tanpa pengaplikasian pupuk kimia dan pestisida kimia. Dikatakan beras organik apabila pembudidayaannya disesuaikan dengan standar operasional produksi beras organik yang telah ditetapkan oleh lembaga terkait. Keunggulan utama beras organik dibanding beras biasa adalah relatif aman untuk dikonsumsi, rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen. Meskipun belum ada penelitian lengkap tentang bahan kimia di dalam pupuk dan pestisida kimia terhadap rasa beras, namun diduga pengaruhnya tetap ada. Dugaan ini semakin diperkuat dengan pernyataan kebanyakan konsumen beras organik bahwa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen dibanding beras biasa. Keunggulan lain beras ini adalah warnanya lebih putih dan daya simpannya lebih baik dibanding beras biasa. Nasi dari beras organik bisa bertahan 24 jam, sementara dari beras biasa mulai basi setelah 12 jam. Karena keunggulannya, nilai ekonomis beras organik pun menjadi lebih tinggi dibanding beras biasa (Andoko, 2010). Beras merupakan sumber karbohidrat utama yang banyak dikonsumsi oleh penduduk yang tinggal di negara-negara asia. Beras secara biologi adalah dari beberapa bagian biji yang terdiri dari aleuron, lapisan terluar yang sering ikut terkelupas pada saat pemisahan kulit; endospermia, lapisan yang mengandung pati dan protein beras, embrio sebagai calon tanaman baru.
Beras mengandung
campuran zat-zat gizi yang bermanfaat dalam menyuplai energi dalam tubuh manusia. Komposisi zat gizi nasi dari beras giling per 100 gram berdasarkan analisa bahan makanan tertera pada Tabel 1.
14
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Beras per 100 Gram Komponen Zat Gizi Energi (kkal)
Kadar 358.00
Protein (gr)
6.50
Total Lemak (gr)
0.52
Karbohidrat (gr)
79.15
Total Fiber (gr)
2.80
Total Gula (gr)
-
Kalsium (mg)
3.00
Magnesium (mg)
4.23
Fosfor (mg)
23.00
Kalium (mg)
95.00
Natrium (mg)
1.00
Seng (mg)
1.10
Tembaga (mg)
0.21
Mangan (mg)
1.04
Selenium (mg)
15.10
Thiamin (mg)
0.56
Riboflavin (mg)
0.05
Niasin (mg)
4.11
Vitamin B6 (mg)
0.17
Sumber: Nutrion Analyser, 2008
2.6.
Hasil-Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani
padi sehat Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat belum pernah dilakukan sebelumnya. Deskripsi tentang studi terdahulu yang digunakan penulis sebagai tinjauan pustaka adalah penelitian yang berkaitan dengan topik usahatani atau faktor faktor produksi. 2.6.1. Perkembangan Usahatani Padi Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan
15
memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Analisis usahatani sering digunakan dalam penelitian terdahulu untuk melihat suatu manfaat yang diperoleh dalam mengusahakan suatu komoditi. Salah satu komoditi pertanian yang banyak diusahakan dalam kegiatan usahatani adalah padi. Analisis usahatani padi banyak dilakukan untuk
melihat dua tujuan utama, yaitu: 1).
Menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha, 2). Menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usaha. Kedua tujuan ataupun manfaat dari suatu usahatani dapat dilihat dari nilai imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) baik atas biaya tunai maupun atas biaya total. Suatu usahatani dikatakan layak atau bermanfaat untuk dilakukan jika nilai R/C rasio yang dimiliki lebih besar dari satu. Seperti halnya pada penelitian Rachmiyanti (2009) dan Ridwan (2008) yang menunjukkan bahwa usahatani yang diteliti pada lokasi yang berbeda ini adalah layak untuk diusahakan karena nilai R/C rasio yang dimiliki lebih besar dari satu. Penelitian Rachmiyanti memiliki R/C rasio padi SRI atas biaya tunai adalah sebesar 1,98 dan R/C atas biaya total sebesar 1,54, sementara pada penelitian Ridwan nilai R/C padi atas biaya tunai adalah 1,50 dan atas biaya total sebesar 1,43. Penelitian lain tentang usahatani padi juga dilakukan di Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta (Habibullah, 2009), di Desa Purwoadi Kecamatan Trimurjo Lampung (Damayanti, 2007), dan di Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat (Kusumawati, 2009). Hasil analisis usahatani padi dari ketiga wilayah yang berbeda tersebut juga menunjukkan bahwa usahatani padi layak untuk diusahakan. Di Kecamatan Pasawahan, nilai imbangan yang diperoleh mencapai 2,8 atas biaya tunai, dan 2,14 atas biaya total. Sementara di Desa Purwodi, nilai imbalan atas biaya tunai yang diperoleh pada usahatani padinya adalah 2,89, dan atas biaya total adalah 1,70. Sama halnya dengan usahatani padi di Kecamatan Warungkondang, nilai R/C rasio atas biaya tunainya adalah sebesar 4,78 dan atas biaya total sebesar 3,65 untuk padi pandan wangi, sementara R/C rasio atas biaya tunai untuk padi varietas unggul adalah 2,69 dan atas biaya total sebesar 2,29.
16
2.6.2. Faktor-Faktor Produksi Padi Faktor produksi merupakan korbanan input yang diberikan pada kegiatan produksi untuk menghasilkan output tertentu. Faktor produksi mempengaruhi jumlah produksi yang akan diperoleh pada suatu usahatani. Untuk memperoleh produksi yang optimal diperlukan pengalokasian faktor-faktor produksi yang benar dan tepat. Penelitian terdahulu yang terkait dengan pengalokasian faktorfaktor produksi pada usahatani padi adalah penelitian yang dilakukan oleh Brahmana (2005) dan Damayanti (2007). Kedua penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan, urea, dan tenaga kerja berpengaruh positif dan nyata terhadap terhadap produksi padi. Dikatakan berpengaruh positif dan nyata karena nilai p pada uji-t pada setiap faktor produksi tersebut lebih kecil dari α 5 persen, sehingga setiap peningkatan faktor tersebut akan mempengaruhi produksi sebesar nilai koefisien yang dimiliki setiap faktornya. Faktor lain yang berpengaruh terhadap produksi padi adalah benih, TSP, KCL pada penelitian Brahmana, sedangkan faktor lain yang terdapat pada Damayanti adalah SP-36, ZA, dan pestisida. 2.7.
Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian ini memiliki kesamaan dengan beberapa peneliti terdahulu
dalam hal komoditi yang diteliti dan metode penelitian yang digunakan yaitu analisis pendapatan dan fungsi produksi Cobb-Douglas dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani, sehingga penelitian terdahulu digunakan sebagi referensi pada penelitian yang dilakukan. Sedangkan perbedaannya terletak pada lokasi penelitian dan alat analisis. Hasil penelitian terdahulu menggambarkan usahatani padi layak untuk dijalankan karena dari beberapa lokasi penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai imbangan penerimaan atas biaya tunai maupun atas biaya total pada setiap contoh penelitian berada di atas angka satu, yang berarti usahatani tersebut bermanfaat dan menguntungkan untuk dilakukan. Dan berdasarkan uji-t yang diperoleh, maka faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada usahatani padi adalah luas lahan, benih, urea, TSP, KCL, SP-36, ZA, pestisida, dan tenaga kerja. Secara ringkas, studi terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.
17
Tabel 2. Studi Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian Nama
Tahun
Inggit Rachmiyanti
2009
Judul
Metode Analisis
Analisis
Perbandingan
Organik
Metode
Konvensional
Usahatani
Padi
dengan
Padi
SRI
(Kasus:
Kecamatan Mande
Desa
Bobojong
Kabupaten
Cianjur
Analisis pendapatan, R/C rasio
Jawa Barat) Analisis Ridwan
2008
Usahatani
Padi
Ramah
Lingkungan dan Padi Anorganik (Kasus: Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor)
Mardany Habibullah
2009
Damayanti
2007
Faktor yang Mempengaruhi Penerapan
R/C
Padi SRI (System of Rice Intensification) di
Analisis
Fungsi
Kecamatan
Produksi
Cobb-
Pasawahan
Kabupaten
Indah
2009
Usahatani Padi Sawah (Kasus di Desa Purwoadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten
Kusumawati
Analisis
rasio,
dan
Douglas
Lampung Tengah Propinsi Lampung) Feni
Analisis sensitivitas Analisis Pendapatan,
Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Silvi
R/C rasio, B/C rasio,
Kajian Pendapatan Usahatani dan Faktor-
Purwakarta
Fitri
Analisis pendapatan,
Pendapatan
Usahatani
Analisis Pendapatan, R/C
rasio,
dan
Analisis
Fungsi
Produksi
Cobb-
Douglas Padi
Pandan Wangi dan Varietas Unggul Baru
Analisis pendapatan, R/C rasio
(Studi Kasus Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat) Analisis Pendapatan dan Efisiensi Teknis
Muhammad Chairuddi Brahmana
2005
Usahatani Padi Lahan Kering dengan pendekatan Stochastic Flontier (di Desa Tanggeung Kabupaten Cianjur Jawa Barat)
Analisis Pendapatan, R/C
rasio,
Analisis
dan Fungsi
Produksi Stochastic Flontier
18
III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Usahatani Hanafie (2010) berpendapat bahwa usahatani tidak dapat diartikan sebagai perusahaan, tetapi hanya sebagai cara hidup (way of life) karena pada kenyataannya kehidupan pertanian tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangga petani. Ilmu usahatani menurut Soekartawi (1995) adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efesien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Ilmu usahatani pada dasarnya memperhatikan cara-cara petani memperoleh dan memadukan sumberdaya seperti lahan, tenaga kerja, modal, waktu dan pengelolaan yang terbatas untuk mencapai tujuannya (Soekartawi et. 1986). Menurut Suratiyah (2009) usahatani dapat didefenisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seorang mengusahakan serta mengkoordinir faktor-faktor produksi berupa lahan dan alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang sebaik-baiknya atau diartikan juga sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan, dan mengkoordinasikan faktorfaktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga usaha tersebut memberikan pendapatan semaksimal mungkin. Sedangkan Hernanto dalam Kusumawati (1986) menyatakan bahwa usahatani merupakan organisasi alam, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan modal yang ditunjukkan kepada produksi di lapangan pertanian. Hernanto (1989) beranggapan bahwa keberhasilan suatu usahatani tidak terlepas dari faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya, seperti faktor intern dan ekstern. Faktor intern atau faktor dalam usahatani meliputi petani pengelola, tanah usahatani, tenaga kerja tingkat teknologi, kemampuan petani mengalokasikan penerimaan keluarga dan dan jumlah keluarga petani; sedangkan faktor ekstern atau yang sering disebut dengan faktor luar usahatani meliputi ketersediaan sarana angkutan dan komunikasi, aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan input usahatani, fasilitas kredit dan penyuluhan bagi petani.
19
Soekartawi (2003) menyatakan bahwa usahatani memiliki empat unsur pokok yang sering disebut dengan faktor-faktor produksi, yaitu: 1.
Lahan Pertanian Lahan pertanian diartikan sebagai tanah yang disiapkan untuk diusahakan
dalam usahatani baik sawah, tegal, maupun pekarangan. Tanah pertanian cenderung lebih luas daripada lahan pertanian, karena tanah pertanian adalah total tanah baik sebagai lahan pertanian maupun berupa tanah yang belum tentu diusahakan. Luas lahan memiliki satuan hektar, namun ukuran lahan yang lebih akrab di petani adalah ru, bata, jengkal, patok, bahu, dan sebagainya. Ukuranukuran ini perlu diketahui dalam mentransformasikan luas lahan ke dalam ukuran sebenarnya yakni hektar. Status lahan dapat dibagi ke dalam 3 bagian berikut; lahan sendiri, lahan sewa, dan lahan sakap (bagi hasil). Disamping ukuran luas lahan, ukuran nilai tambah juga perlu diperhatikan. Menurut Soekartawi (2003), nilai tambah tanah akan berubah karena beberapa hal, seperti: tingkat kesuburan tanah, lokasi, topografi, status lahan, dan faktor lingkungan. 2.
Tenaga Kerja Faktor produksi tenaga kerja yang penting diperhatikan adalah
ketersediaan, kualitas, dan macam kerja. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan disesuaikan dengan kebutuhan sehingga jumlahnya optimal. Kualitas tenaga kerja berkaitan dengan spesialisasi seorang tenaga kerja dalam suatu pekerjaan. Menurut Soekartawi (2003), Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dala proses produksi pertanian. Tenaga kerja laki-laki memiliki spesialisasi dalam pengolahan tanah, dan tenaga kerja wanita dalam menanam. Tenaga kerja dapat berupa musiman (buruh), ataupun tetap (karyawan). Disamping itu jenis tenaga kerja ada dua macam antara lain: manusia, dibedakan menjadi tenaga kerja pria, wanita, dan anak-anak; bukan manusia, seperti mesin dan ternak. Dalam teknis perhitungan, dapat dipakai konversi tenaga kerja dengan cara membandingkan tenaga pria sebagai ukuran baku, yakni: 1 pria= 1 hari kerja pria (HKP), 1 wanita= 0,7 HKP, 1 anak= 0,5 HKP, 1 ternak= 2 (Hernanto, 1989). Jumlah tenaga kerja juga sering dikaitkan dengan upah tenaga kerja. Besar kecilnya upah tenaga kerja ditentukan oleh berbagai hal, seperti (Soekartawi,
20
2003): mekanisme pasar atau bekerjanya sistem pasar, jenis kelamin, kualitas tenaga kerja, lama waktu bekerja, tenaga kerja bukan manusia (mesin dan ternak). Nilai tenaga kerja traktor akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan nilai tenaga kerja manusia. 3.
Modal Modal adalah modal ekonomi yang dibutuhkan dalam seluruh aktivitas
bisnis yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Sumber modal dapat diperoleh dari milik sendiri, pinjaman atau kredit, hadiah, warisan, kontrak, dan sewa. Modal dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu modal tetap dan modal tidak tetap. Modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis digunakan dalam satu kali produksi, misalnya tanah; bangunan; dan mesin-mesin. Sedangkan modal tidak tetap atau modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali proses produksi, misalnya biaya yang keluar untuk membeli benih, pupuk, obat-obatan, dan membayar tenaga kerja. Menurut Soekartawi (2003) besar kecilnya modal dalam usahatani dipengaruhi oleh: skala usaha, macam komoditas, dan tersedianya kredit. 4.
Pengelolaan dan Manajemen Hernanto
(1989)
mendefenisikan
pengelolaan
usahatani
sebagai
kemampuan petani dalam menentukan, mengorganisir, mengkoordinasikan faktorfaktor produksi yang dikuasai dengan sebaik-baiknya sehingga mampu menghasilkan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Pengelola dapat berhasil jika memahami prinsip teknik dan prinsip ekonomis. Prinsip teknik meliputi; perilaku cabang usaha yang diputuskan, perkembangan teknologi, tingkat teknologi yang dikuasai, daya dukung faktor yang dikuasai, cara budidaya dan alternatif cara lain berdasarkan pengalaman orang lain. Sedangkan Prinsip ekonomis meliputi; penentuan perkembangan harga, kombinasi cabang usaha, tataniaga hasil, pembinaan usahatani, penggolongan modal, dan pendapatan, serta ukuran-ukuran yang lazim dipergunakan lainnya. Manajemen diartikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengevaluasian suatu proses produksi. Faktor manajemen menurut Soekartawi
21
(2003) banyak dipengaruhi oleh berbagai aspek, seperti: tingkat pendidikan, tingkat keterampilan, skala usaha, besar kecilnya kredit, dan macam komoditas. 3.1.2. Konsep Fungsi Produksi Proses produksi melibatkan suatu hubungan antara faktor produksi (input) yang digunakan dengan produk yang dihasilkan. Faktor produksi sering disebut dengan istilah “korbanan produksi”,
karena faktor produksi tersebut
“dikorbankan” untuk menghasilkan produksi. Setiap produsen sebaiknya mampu untuk mengalokasikan input-input (faktor produksi) yang dimiliki untuk mendapatkan produksi (output) yang lebih optimal. Sehingga, fungsi produksi dapat didefenisikan sebagai suatu fungsi yang menunjukkan hubungan teknis antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Pengertian tersebut dapat dikatakan juga sebagai factor relationship menurut Hanafie (2010). Rumus matematis Factor Relationship (FR) dapat ditulis sebagai berikut (Soekartawi, 2003): Y
= f (X1, X2, X3, ………………Xn)
Dimana: Y = Jumlah produksi yang dihasilkan X = Faktor produksi yang digunakan atau variabel yang mempengaruhi Masukan X1, X2, X3, …, Xn menurut Soekartawi et al. (1986) dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu masukan yang dapat dikuasai oleh petani seperti luas lahan, jumlah pupuk, tenaga kerja, dan sebagainya; serta masukan yang tidak dapat dikuasai petani seperti iklim. Pendugaan jumlah produksi dapat dilakukan dengan mengetahui jumlah input yang digunakan dalam proses produksi. Berdasarkan persamaan di atas, tindakan yang dapat dilakukan petani untuk meningkatkan produksi (Y) adalah (Soekartawi, 2003): menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau menambah jumlah beberapa input digunakan. Pada fungsi produksi berlaku hukum kenaikan yang semakin berkurang (The law of diminishing return), dimana setiap tambahan satu satuan input pada saat tertentu akan mengakibatkan proporsi unit tambahan produksi semakin kecil
22
dibandingkan dengan masukan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini Y
Y= f (X1)
X Gambar 2. Bentuk Fungsi Produksi dengan Satu Variabel Y= f (X1) Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara konsep Average Physical Product (APP atau produk rata rata yang sering disebut dengan PR) dengan Marginal physical productivity (MPP atau produk marjinal yang juga disebut PM). PM dan PR digunakan sebagai tolak ukur dalam melihat produktivitas suatu produksi. PR menggambarkan kuantitas output produk yang dihasilkan, sedangkan PM mengukur banyaknya penambahan atau pengurangan total output akibat penambahan input. Sama halnya dengan Soekartawi (2003), yang mendefenisikan produk marjinal (PM) sebagai tambahan satu satuan input (X) dapat menyebabkan pertambahan atau pengurangan satu satuan output (Y). Kedua tolak ukur produktivitas tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: PM =
Y X
PR =
Y X
Perubahan produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh penggunaan faktor produksi dapat dilihat melalui elastisitas produksi. Elastisitas produksi merupakan persentase perubahan output sebagai akibat persentase perubahan dari input (Soekartawi, 2003). Elastisitas Produksi (EP) secara matematis dapat ditulis sebagai berikut:
23
Ep =
Y X / Y X
Y Xi * X Y
PM PR
Dimana: Ep = Elastisitas produksi ∂Y = Perubahan hasil produksi ∂Xi = Perubahan faktor produksi ke-i (i = 1, 2, 3,…, n) Y = Hasil Produksi Xi = Faktor produksi ke-i (i = 1, 2, 3,…, n) PM = Produk marjinal (MPP) PR = Produk rata-rata (APP) Berdasarkan nilai elastisitas produksi, fungsi produksi dapat dibagi menjadi tiga daerah, yaitu: 1.
Daerah produksi I dengan Ep>1, sering disebut sebagai daerah irasional
atau inefisiensi ( irrational región atau irrational stage of production), karena setiap penambahan faktor produksi sebesar satu satuan akan mengakibatkan penambahan produksi yang lebih besar dari satu satuan. Kondisi ini terjadi ketika PM lebih besar dari PR. Pada kondisi ini, keuntungan maksimum belum tercapai karena produksi masih dapat diperbesar dengan menggunakan faktor produksi yang lebih banyak. Sepanjang tahap ini PR akan terus naik, yang artinya setiap penambahan unit X akan ditransformasikan ke peningkatan unit Y (Hernanto, 1989). Namun peningkatan kurva PM akan selalu lebih tinggi dibanding peningkatan kurva PR sampai PR mencapai titik maksimum. 2.
Daerah produksi II dengan 0<Ep>1. Pada daerah ini, setiap penambahan
faktor produksi sebesar satu satuan akan mengakibatkan penambahan produksi paling tinggi sebesar satu satuan dan paling rendah sebesar nol satuan. Daerah ini dicirikan dengan penambahan hasil produksi yang peningkatannya semakin menurun (diminishing return). Pada daerah ini dicapai keuntungan maksimum dengan tingkat penggunaan faktor produksi tertentu, oleh karena itu daerah ini disebut daerah rasional atau efisien (rational región atau rational stage of production). Daerah II dimulai dari PR maksimum dan berakhir pada PM = 0. Kurva PR akan selalu berada diatas kurva PM setelah mencapai titik maksimum PR. Titik maksimum PR tercapai pada saat PR = PM. Daerah II ini menjadi daerah produksi yang menjadi kejoran para produsen (Hernanto, 1989).
24
3.
Daerah produksi III dengan Ep<0, merupakan daerah produksi dimana
setiap penambahan faktor produksi sebesar satu satuan akan mengakibatkan penurunan produksi sebesar nilai elastisitasnya. Menurut Hernanto (1989), daerah ini memiliki nilai PM negatif atau turun secara tajam, dan total produksinya akan mengalami penurunan. Penggunaan faktor produksi pada daerah ini sudah tidak efisien lagi sehingga daerah ini juga disebut daerah irasional (irrational región atau irrational stage of production). Daerah ini dimulai dari titik C, yakni pada saat kurva PM memotong sumbu X dan kurva total produksi mencapai titik optimum. Kondisi penambahan output yang optimum tidak mencerminkan efisiensi karena penambahan output yang tinggi belum tentu dapat menutupi biaya input yang digunakan. Hubungan fisik antara faktor produksi dengan output yang menunjukkan tiga daerah produksi tersebut dan skala usaha, dapat dilihat pada kurva produksi klasik seperti pada Gambar 3. Output (Y) EP=0
TP Ep=1
1>EP>0
I
II
Ep>1
III EP<0
0
Input (X)
dY/dX Y/X
A B
Biaya
C
0
MP
AP Input (X)
25
Gambar 3. Kuva Fungsi Produksi Klasik (Hanafie, 2010) Keterangan: TP = Total Poduksi MP = Marginal Product (Produksi marjinal) AP = Average Product (Produksi rata-rata) Y = Output X = Input Ep = Elastisitas produksi
Gambar 3 tidak hanya menggambarkan daerah-daerah produksi, namun juga menggambarkan skala usaha (return to scale). Skala usaha merupakan penjumlahan dari semua elastisitas faktor-faktor produksi atau koefisien regresi (∑Ep = b1 + b2 +…….+ bn), yang dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Increasing return to scale atau skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang semakin meningkat berada pada daerah ∑Ep > 1, yang berarti proporsi penambahan faktor produksi akan menghasilkan tambahan produksi dengan proporsi yang lebih besar. b) Constant return to scale (skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang tetap) yang berarti setiap penambahan satu satuan X akan menyebabkan penambahan satu satuan Y secara proporsional berada pada daerah ∑Ep = 1. c) Decreasing return to scale (skala ekonomi usaha dengan kenaikan hasil yang menurun) yang berada pada daerah ∑Ep < 0, Hal ini berarti proporsi penambahan faktor produksi dapat meningkatkan proporsi produksi (Y) yang semakin berkurang. Pemilihan model fungsi produksi yang baik dan benar hendaknya fungsi tersebut memenuhi syarat sebagai berikut (Soekartawi, 2003): 1.
Sederhana, sehingga mudah ditafsirkan.
2.
Mempunyai hubungan dengan persoalan ekonomi.
3.
Dapat diterima secara teoritis dan logis.
4.
Dapat menjelaskan persoalan yang diamati.
Hasil analisis fungsi produksi menurut Soekartawi (1986) merupakan fungsi pendugaan. Analisis fungsi produksi adalah kelanjutan dari aplikasi análisis regresi. Berbagai macam model fungsi produksi menurut Soekartawi (1990) dalam Zamani (2008), antara lain model linear, kuadratik, Cobb-Douglas, dan Transendental. Model yang paling sederhana serta yang paling mudah
26
dianalisis dari keempat model tersebut adalah model linear berganda dan model Cobb-Douglas. Fungsi produksi linear menggambarkan hubungan yang bersifat linear antara peubah bebas (X) dan peubah tidak bebas (Y). Model ini memodelkan produksi yang bertambah atau berkurang secara linear jika faktor produksi diubah. Nilai elastisitas pada model ini selalu berubah sesuai dengan besarnya faktor produksi yang digunakan dan produksi yang diperoleh (Soekartawi 1990 diacu dalam Zamani 2008). Soekartawi (2003) menyatakan bahwa fungsi produksi linear dapat dibedakan menjadi dua yaitu fungsi produksi linear sederhana dan linear berganda. Fungsi produksi linear sederhana (simple regression) digunakan pada saat jumlah variabel faktor atau X yang digunakan adalah satu, sehingga fungsi produksi linear yang digunakan dalam penelitian ini adalah fungsi produksi linear berganda. Fungsi linear berganda atau regresi berganda khususnya dipergunakan untuk
menyelesaikan
persoalan
ekonomi
yang
sering
dibahas
dalam
ekonometrika, yang artinya sebagai cabang dari ilmu ekonomi yang bertugas mengkaji hubungan-hubungan ekonomi yang terjadi di masyarakat (Soekartawi, 1986). Ekonometrika dapat dihubungkan dengan fungsi manajemen yang diperlukan sebagai alat untuk membuat keputusan, sehingga dapat disimpulkan bahwa analisis fungsi regresi dilakukan untuk membantu pengelola dalam pengambilan keputusan. 3.1.3. Fungsi Produksi Cobb-Douglas Dalam Soekartawi (1995), analisis fungsi produksi adalah kelanjutan dari aplikasi analisis regresi, yang menjelaskan hubungan sebab akibat. Fungsi produksi Cobb-Douglas menurut Soekartawi (2003) adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana variabel yang satu disebut dengan variabel dependen (Y), dan yang lain disebut sebagai variabel independen (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah biasanya dengan cara regresi dimana variasi dari Y akan dipengaruhi oleh variasi dari X (Soekartawi, 2003). Parameter-parameter yang diperoleh dari model fungsi ini merupakan elastisitas produksi bagi setiap faktor produksi yang masuk dalam
27
model dengan nilai elastisitas setiap faktor produksi dalam model ini dianggap tetap. Model fungsi produksi Cobb-Douglas hanya mampu menerangkan proses produksi pada fase diminising return, yaitu fase produksi pada saat tambahan produksi yang dihasilkan sebagai akibat adanya tambahan faktor produksi, meningkat dengan peningkatan yang semakin lama semakin berkurang. Bentuk umum model fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut: Y = bo X1b1 X2b2 X3b3.......... Xnbn eu Dimana: Y = Jumlah produksi yang diduga bo = Intersep bi = Parameter penduga variabel ke-i dan merupakan elastisitas Xi = Faktor produksi yang digunakan (i = 1, 2, 3,..., n) e = Bilangan natural (2,718) u = Kesalahan (disturbance term) Pendugaan terhadap persamaan akan lebih mudah dilakukan jika persamaan diubah menjadi bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Logaritma dari persamaan di atas adalah (Soekartawi, 2003): log Y = log b0 + b1 log X1 + b2 log X2 + b3 log X3 +...............+ bn log Xn + u, atau ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 +...............+ bn ln Xn + u Nilai b1, b2, b3,....bn pada fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sekaligus menunjukkan elastisitas X terhadap Y. Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu dilogaritmakan dalam bentuk fungsi linear, maka terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu (Soekartawi, 2003): tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan, tiap variabel X adalah perfect competition, perbedaan lokasi seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan (u). Pemilihan model fungsi produksi Cobb-Douglas didasarkan pada pertimbangan adanya kelebihan dari model ini, antara lain:
28
a). Koefisien pangkat dari masing-masing fungsi produksi Cobb-Douglas menunjukkan besarnya elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi yang digunakan dalam menghasilkan output. b). Merupakan pendugaan terhadap keadaan skala usaha dari proses produksi yang berlangsung. c). Bentuk linear dari fungsi Cobb-Douglas ditransformasikan dalam bentuk log e (ln), dalam bentuk tersebut variasi data menjadi sangat kecil. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya heterokedastisitas. d). Perhitungannya sederhana karena persamaannya dapat diubah dalam bentuk persamaan linear. e). Bentuk fungsi Cobb-Douglas paling banyak digunakan dalam penelitian khususnya bidang pertanian. f). Hasil pendugaan melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas. g). Besaran elastisitas dapat juga sekaligus menggambarkan return to scale. Disamping kelebihan yang dimiliki, fungsi Cobb-Douglas juga memiliki kelemahan. Kelemahan tersebut menurut Heady dan Dillon (1964) dalam Nugroho (2008) adalah: 1). model menganggap elastisitas produksi tetap sehingga tidak mencakup ketiga tahap yang biasa dikenal dalam proses produksi; 2). Nilai pendugaan elastisitas produksi yang dihasilkan akan bias apabila faktor produksi yang digunakan tidak lengkap; 3). Model tidak dapat digunakan untuk menduga tingkat produksi apabila ada faktor produksi yang taraf penggunaanya adalah nol; dan 4). Apabila digunakan untuk peramalan produksi pada taraf input di atas ratarata akan menghasilkan nilai duga yang berbias ke atas. Menurut Nachrowi dan Usman (2006) dalam Zamani (2008), Estimasi koefisien regresi dilakukan dengan metode OLS, dengan asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: a). E (ui) = 0 atau E (ui xi) = 0 atau E (Yi) = ß1 + ß2 Xi ui menyatakan variabel-variabel lain yang mempengaruhi Yi akan tetapi tidak terwakili dalam model. Asumsinya pengaruh ui terhadap Yi diabaikan. b). Cov (ui , uj) = 0, dimana i ≠ j. Asumsi tersebut berarti tidak ada korelasi antara ui dan uj.
29
c). Var (ui) = σ2, atau homoskedastisitas yaitu besar varian ui sama untuk setiap i. d). Kovarian antara ui dan Xi nol atau cov (ui , Xi) = 0. Asumsi tersebut berarti tidak ada korelasi antara ui dan Xi. e). Multikolinier tidak ada, yang artinya tidak ada hubungan linear yang nyata antara variabel-variabel yang menjelaskan Xi. Hubungan faktor produksi (input) dengan produksi (output) dapat dianalisis dengan menggunakan analisis numeric dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Pendugaan OLS hanya berdasarkan rata-rata sebaran produksi petani. Metode ini dapat dilakukan dengan asumsi-asumsi sebagai berikut (Gurajati 1993, diacu dalam Nugroho 2008): 1.
Variasi unsur sisa menyebar normal.
2.
Harga rata-rata dan unsur sisa sama dengan nol atau bisa dikatakan nilai yang diharapkan bersyarat (conditional expected value).
3.
Homoskedastisitas atau ragam merupakan bilangan tetap.
4.
Tidak ada korelasi diri (multikolinearitas).
5.
Tidak ada hubungan linear sempurna antara peubah bebas.
6.
Tidak terdapat korelasi berangkai pada nilai-nilai sisa setiap pengamatan.
3.1.4. Pendapatan Usahatani Pendapatan dalam Sumarwan (2004) diartikan sebagai imbalan yang diterima oleh seseorang dari pekerjaan yang dilakukannya. Hernanto (1986) mendefenisikan pendapatan sebagai balas saja dan kerja sama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan. Sedangkan defenisi pendapatan menurut Soekartawi (1995) adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dua tujuan utama analisis pendapatan yaitu: menggambarkan
keadaan
sekarang
dari
suatu
kegiatan
usaha;
pertama, kedua,
menggambarkan keadaan yang akan datang dari suatu kegiatan usaha. Menurut Suratiyah (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan sangat kompleks, namun demikian faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang akan mempengaruhi pendapatan dan juga biaya adalah: umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas 30
lahan, dan modal; sedangkan faktor internal yang mempengaruhi adalah ketersediaan dan harga input, permintaan dan harga jual. Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua komponen pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran. Pendapatan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran. Terdapat beberapa istilah yang digunakan dalam melihat pendapatan usahatani, antara lain sebagai berikut: 1.
Pendapatan Tunai (farm net cash flow) Kemampuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai dapat diukur oleh
adanya pendapatan tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran usahatani. Perhitungan pendapatan usahatani menggambarkan jumlah uang tunai yang dihasilkan usahatani dan berguna untuk keperluan rumah tangga (Soekartawi et al. 1986). 2.
Pendapatan Kotor (gross farm income) Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan kotor (gross return)
merupakan ukuran hasil perolehan total sumberdaya yang digunakan dalam usahatani. Pendapatan kotor usahatani juga merupakan nilai produksi (value of production) total usahatani dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual. Pendapatan kotor usahatani dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan kotor tunai dan pendapatan kotor tidak tunai. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani yang tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda dan yang dikonsumsi. Sedangkan pendapatan kotor tidak tunai merupakan pendapatan bukan dalam bentuk uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi atau pembayaran yang dilakukan dalam bentuk benda (Soekartawi et al. 1986). 3.
Pendapatan bersih (net farm income) Pendapatan bersih merupakan selisih antara pendapatan kotor usahatani
dengan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usahatani ini mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi atau pendapatan bersih usahatani ini merupakan ukuran keuntungan usahatani yang dapat digunakan untuk menilai dan membandingkan beberapa usahatani lainnya, maka ukuran yang digunakan untuk menilai usahatani ialah dengan penghasilan bersih usahatani yang merupakan pengurangan antara
31
pendapatan bersih usahatani dengan bunga pinjaman, biaya yang diperhitungkan dan penyusutan (Soekartawi et al. 1986). Disamping perhitungan pendapatan usahatani, diperlukan juga perhitungan terhadap pendapatan rumah tangga khususnya pendapatan tunai. Pendapatan tunai rumah tangga (household net cash income) adalah: kelebihan uang tunai usahatani ditambah dengan penerimaan tunai rumah tangga seperti upah kerja yang diperoleh dari luar usahatani atau sebagai uang tunai yang tersedia bagi keluarga petani untuk pembayaran-pembayaran yang tidak ada kaitannya dengan usahatani dan dapat diartikan juga sebagai ukuran kesejahteraan petani. Uang tunai diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga petani seperti; makanan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Sehingga, kemelaratan dalam suatu rumah tangga dapat digambarkan oleh pendapatan tunai rumah tangga yang rendah. 3.1.5. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani menurut Hernanto dalam Kusumawati (1986) adalah nilai produksi yang diperoleh dalam jangka waktu tertentu dan merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi total dengan harga satuan dari hasil produksi tersebut. Soekartawi et al. (1986) berpendapat bahwa penerimaan dinilai berdasarkan perkalian antara total produksi dengan harga pasar yang berlaku; yang mencakup semua produk yang dijual, dikonsumsi rumah tangga petani, digunakan dalam usahatani untuk benih, digunakan untuk pembayaran, dan yang disimpan. Beberapa istilah yang sering digunakan dalam melihat penerimaan usahatani adalah (1) Penerimaan tunai usahatani (farm receipt), yang didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi et al, 1986). Pinjaman uang untuk keperluan usahatani. Penerimaan tunai tidak mencakup yang berupa benda. Sehingga, nilai produk usahatani yang dikonsumsi tidak dihitung sebagai penerimaan tunai usahatani. Penerimaan tunai usahatani yang tidak berasal dari penjualan produk usahatani seperti pinjaman tunai, harus ditambahkan. (2) Penerimaan Tunai luar usahatani, yang berarti penerimaaan yang diperoleh dari luar aktivitas usahatani seperti
upah yang diperoleh dari luar
usahatani. (3) Penerimaan Kotor Usahatani (gross return), yang didefenisikan 32
sebagi penerimaan dalam jangka waktu (biasanya satu tahun atau satu musim), baik yang dijual (tunai) maupun yang tidak dijual (tidak tunai seperti konsumsi keluarga, bibit, pakan, ternak). Penerimaan kotor juga sama dengan pendapatan kotor atau nilai produksi. 3.1.6. Pengeluaran Usahatani Pengeluaran usahatani meliputi, pengeluaran tunai (farm payment) dan pengeluaran tidak tunai biaya tetap (fixed cost), biaya variabel (variabel cost). Pengeluaran tunai atau biaya tunai usahatani merupakan sejumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani baik secara tunai ataupun kredit, sedangkan pengeluaran tidak tunai atau biaya diperhitungkan ialah pengeluaran berupa nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani yang dibayar dengan benda, seperti halnya jika usahatani menggunakan mesin–mesin maka nilai penyusutan dari mesin tersebut harus dimasukan kedalam biaya pengeluaran tidak tunai dan digunakan untuk menghitung pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai tenaga kerja keluarga diperhitungkan. Pengeluaran tidak tetap (variable cost) dapat didefinisikan sebagai biaya yang selalu berubah dan besar kecilnya biaya dipengaruhi oleh jumlah produksi, sedangkan pengeluaran tetap (fixed cost) didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya dan tidak berpengaruh pada besar kecilnya jumlah yang diproduksi seperti; pajak, penyusutan alat produksi, bunga pinjaman, sewa lahan, iuran irigasi, bangunan pertanian, pemeliharaan ternak, pemeliharaan pompa air, traktor dan lain sebagainya. Tenaga kerja keluarga dapat digolongkan pada biaya tetap bila tidak ada biaya imbangan alam penggunannya, atau tidak ada penawaran untuk itu terutama untuk usahatani maupun di luar uasahatani. Biayabiaya yang tergolong pada biaya variabel adalah biaya untuk pupuk, bibit, obat pembasmi hama dan penyakit, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah baik yang berup kontrak maupun upah harian dan sewa tanah (Hernanto, 1989). Biaya tunai usahatani tidak mencakup bunga pinjaman dan jumlah pinjaman pokok, dan tidak pula mencakup yang berbentuk benda. Menurut Hernanto (1989) biaya tunai dari biaya tetap dapat berupa air, dan pajak tanah; biaya tunai untuk biaya variabel dapat berupa biaya untuk pemakaian bibit, pupuk, 33
obat-obatan, dan tenaga luar keluarga; biaya tidak tunai dari biaya tetap meliputi biaya untuk tenaga keluarga, dan biaya tidak tunai dari biaya variabel adalah biaya panen, pengolahan tanah dari keluarga, dan pupuk kandang yang dipakai. Penjumlahan antara biaya tetap dan biaya vaiabel menghasilkan biaya total atau pengeluaran total (total farm expenses). Pengeluaran total usahatani adalah nilai semua masukan yang habis terpakai atau dikeluarkan di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani. 3.1.7. Rasio Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Rasio) Analisis efisiensi pendapatan usahatani dapat diukur dengan menggunakan análisis penerimaan dan biaya yang didasarkan pada perhitungan secara finansial. Pendapatan usahatani yang besar tidak menggambarkan bahwa usahatani tersebut efisien. Soeharjao dan Patong dalam Ridwan (2008) menyatakan suatu usahatani dapat dikatakan layak apabila memiliki tingkat efisiensi penerimaan yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan hingga mencapai perbandingan tertentu. Kriteria kelayakan usahatani dapat diukur dengan menggunakan analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C Rasio) yang didasari pada perhitungan secara finansial. Analisis R/C rasio menunjukan berapa rupiah penerimaan usahatani yang akan diperoleh petani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani tersebut. Semakin besar nilai R/C Rasio maka semakin besar pula penerimaan usahatani yang akan diperoleh untuk setiap rupiah biaya yang dikeluarkan. Kegiatan usahatani dikatakan efisien jika R/C rasio > 1, yang artinya setiap tambahan biaya yang akan dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan
yang
lebih
besar
daripada
tambahan
biaya
atau
disebut
menguntungkan. Sebaliknya dikatakan tidak efisien jika R/C rasio lebih kecil dari satu atau dengan kata lain setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil daripada tambahan biaya atau kegiatan usaha disebut merugikan. Dan kegiatan usahatani yang memiliki R/C = 1, berarti kegiatan usahatani berada pada keuntungan normal. Formulasi rumus R/C rasio dapat dilihat di bawah ini.
34
3.2.
Kerangka Pemikiran Operasional Permintaan pangan nasional yang cukup tinggi tiap tahunnya dipengaruhi
oleh peningkatan jumlah penduduk yang tinggi dan pola konsumsi beras sebagai makanan pokok utama yang belum dapat diubah oleh masyarakat Indonesia. Salah satu program pemerintah tahun 1986 yang bertujuan dalam peningkatan produksi beras pertanian dalam rangka memenuhi pangan nasional adalah revolusi hijau. Revolusi hijau (teknologi modern) berkembang pesat dan mampu mencukupi kebutuhan pangan penduduk dan bahkan mampu menghantar Indonesia menjadi negara swasembada beras pada tahun 1984. Namun setelah itu produksi beras pun semakin menurun seiring dengan semakin lemahnya unsur hara dalam tanah dan tercemarinya perairan akibat penggunaan teknologi modern ini, kemudian kesehatan manusia pun terganggu akibat program ini. Dampak lain dari program ini adalah meningkatnya ketergantungan petani terhadap benih unggul, pupuk kimia, dan pestisida buatan yang justru menjadi faktor utama yang merusak struktur tanah.
Ketergantungan petani tersebut
membuat harga input (benih, pupuk, pestisida, dsb.) menjadi tinggi padahal harga output yang diterima petani rendah atau tidak sebanding dengan harga input yang dikeluarkan. Harga input yang tinggi disebabkan oleh tingginya permintaan yang tidak diimbangi dengan supply input (permintaan > penawaran), sedangkan harga output yang rendah dipengaruhi oleh posisi tawar petani rendah karena kurangnya akses pasar dan tidak transparanya informasi pasar ke pihak petani. Jika harga input lebih besar daripada harga output maka petani mengalami kerugian, atau secara ekonomi usahatani tersebut tidak berguna untuk diusahakan. Program revolusi hijau dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk tidak lagi dapat dipertahankan. Sehingga perkembangan revolusi hijau yang semakin menurun memunculkan program baru yang saat ini berkembang yaitu pertanian organik. Pertanian organik yang bersifat ramah lingkungan atau berciri ekologis dan berkelanjutan merupakan konsep pertanian yang dapat menjadi salah satu solusi dari masalah-masalah pertanian yang ada saat ini. Pertanian organik memiliki konsep pertanian yang dapat meningkatkan hasil produksi padi dengan tidak
menimbulkan
kerusakan
lingkungan
sehingga
dapat
memberikan
keuntungan usahatani bagi petani maupun keuntungan bagi masyarakat karena
35
mengkonsumsi produk pertanian yang aman dan sehat. Perkembangan pengetahuan dan pendapatan miningkatkan
kesadaran konsumen
dalam
mengkonsumsi produk sehat sehingga permintaan produk beras organik pun menigkat. Peningkatan permintaan beras organik inilah yang menjadi peluang yang baik bagi petani untuk meningkatkan dan mengembangkan usahataninya dalam produksi padi organik. Sistem usahatani yang dilakukan secara organik sudah dilaksanakan oleh petani-petani yang bergabung dalam Gapoktan Silih Asih yang terletak di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Jawa Barat. Benih yang digunakan sudah diproduksi sendiri oleh petani. Pemakaian pupuk kimia sudah mulai dikurangi dan ditambah dengan penggunaan pupuk kompos yang dibuat sendiri oleh petani, sehingga hasil produksi dari Gapoktan ini disebut sebagai padi sehat. Selain itu, Pestisida nabati yang digunakan juga dibuat sendiri oleh para petani dalam membasmi hama dan penyakit tanaman. Usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih sudah berdiri sejak tahun 2002 dan masih tetap bertahan hingga saat ini, bahkan produksi ini pun sudah tergolong kontiniu. Produksi padi organik yang masih bertahan menggambarkan bahwa petani-petani yang ada dalam Kelompok Gapoktan Silih Asih merasa nyaman dalam usahatani ini. Kenyamanan yang dimaksud kepuasan petani terhadap keuntungan yang diperoleh. Produksi beras sehat di Gapoktan ini mengalami fluktuasi setiap musim tanam sehingga mempengaruhi pendapatan usahatani yang diperoleh. Secara teoritis, produksi dapat menggambarkan penggunaan input (faktor produksi) dalam suatu usahatani. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat fakta di lapangan untuk menganalisis pendapatan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih. Dengan harapan agar bermanfaat bagi petani atau pihak lain dalam penyajian informasi tentang usahatani padi organik dan sebagai rekomendasi bagi pihak pemerintah dalam pembuatan kebijakan. Pendapatan usahatani petani dapat mengukur tingkat keberhasilan petani. Pendapatan usahatani ini dapat diperoleh setelah analisis penerimaan dan analisis pengeluaran dilakukan. Pendapatan merupakan hasil akhir yang diperoleh petani sebagai bentuk imbalan atas pengelolaan sumberdaya yang dimiliki dalam
36
usahataninya, sehingga petani harus melakukan tindakan yang efisien dalam menggunakan sumberdaya yang ada. Dan analisis faktor-faktor produksi usahatani padi sehat berfungsi untuk melihat input-input apa saja yang dapat mempengaruhi produksi usahatani padi organik di Gapoktan Silih Asih. Hasil analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi usahatani akan menjadi rekomendasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Berdasarkan uraian diatas, maka kerangka operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Produksi padi sehat di Gapoktan Silih Asih mengalami fluktuasi Analisis usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor
Pendapatan Usahatani
Faktor-faktor yang
1. Penerimaan
mempengaruhi
Usahatani
produksi padi sehat
2. Biaya Usahatani
1. Benih
3. Pendapatan
2. Pupuk kompos
Usahatani
3. Pupuk urea
4. R/C rasio
4. Pupuk phonska 5. Tenaga Kerja 6. Pestisida nabati
Rekomendasi
Gambar 4. Kerangka Operasional Penelitian
37
IV METODE PENELITIAN 4.1.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong,
Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat dengan responden petani organik di Kelompok tani Lisung Kiwari. Pengumpulan data penelitian dilakukan mulai bulan September 2010 hingga Maret 2011. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu sentra pertanian yang mengembangkan padi organik yang sudah memiliki lumbung padi dan tempat penyimpanan sendiri. Sedangkan halhal yang menjadi pertimbangan terhadap pemilihan Gapoktan Silih Asih itu sendiri karena produksi padi organik sudah ada sejak awal berdirinya Gapoktan Silih Asih dan masih bertahan hingga saat ini, kepercayaan publik terhadap produk sudah tinggi, serta produksi padi sehat yang dilakukan pun tergolong sudah kontiniu atau berkelanjutan. 4.2.
Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani yang akan dijadikan sebagai sampel dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Teknik wawancara yang digunakan kepada para petani ialah menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disediakan. Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti. Pengambilan data sekunder juga diperoleh dari studi literatur-literatur, baik yang diperoleh dari perpustakaan maupun tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian, artikel yang berasal dari media cetak (majalah) dan internet. Data sekunder lainnya juga diperoleh dari instansi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Departemen Pertanian, Dirjen Tanaman Pangan, Pusdatin, dan BPS Kabupaten Bogor, dan BPS Kota Bogor. 4.3.
Metode Pengambilan Sampel Gapoktan Silih Asih dipilih secara sengaja (purposive) karena seluruh
anggota Gapoktan ini memproduksi padi sehat. Penetapan sampel petani sehat dalam penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode purposive 38
sampling (secara sengaja). Metode purposive sampling (secara sengaja) ini merupakan metode pengambilan contoh dimana peneliti menentukan dengan sengaja contoh yang akan diteliti dengan tujuan menggambarkan beberapa sifat di dalam populasi. Banyaknya sampel yang diambil sebanyak 30 orang karena pendapat Gay dalam Umar (2003), ukuran minimum sampel dalam pengolahan data secara statistik yang dapat digunakan dalam penelitian adalah 30. Sampel merupakan anggota Gapoktan Silih Asih yang melakukan transaksi di Koperasi Lisung Kiwari, dan berlokasi di Desa Ciburuy. 4.4.
Metode Pengumpulan Data Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung kepada petani-
petani padi sehat dalam Gapoktan Silih Asih, dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan yang ada dalam kuisioner yang disediakan sebelumya. Pegumpulan data sekunder diperoleh dari internet, buku, dan instansi terkait seperti; Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Departemen Pertanian, Dirjen Tanaman Pangan, Pusdatin, dan BPS Kabupaten Bogor, dan BPS Kota Bogor. 4.5.
Metode Analisis Data Data yang diperoleh akan diolah dan dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif menggunakan metode deskriptif, dengan tujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Singarimbun 2006 dalam Kusumawati 2009). Metode deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum proses produksi padi sehat yang dilakukan di Gapoktan Silih Asih serta untuk menggambarkan kondisi umum daerah penelitian tersebut. Data kualitatif diuraikan dalam bentuk tabel dan gambar untuk mempermudah dalam analisis data. Analisis data primer dilakukan secara kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan untuk mengetahui gambaran tentang pendapatan dan penggunaan faktor-faktor produksi usahatani di lokasi penelitian. Analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat Gapoktan Silih Asih. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan alat bantu kalkulator dan Microsoft Excel, MINITAB versi 14 for windows. Tahap analisis data yang
39
digunakan adalah: transfer data, pengeditan serta pengolahan data dengan menggunakan program Microsoft Excel dan MINITAB versi 14 for windows. 4.6.
Analisis Fungsi Produksi Produksi padi organik dapat diduga dengan menggunakan analisis fungsi
produksi Cobb-Douglas. Model dari fungsi Cobb-Douglas usahatani padi sehat tersebut adalah: Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3.... Xnbn eu Dimana: Y = variabel yang dijelaskan X = variabel yang menjelaskan b0 = konstanta bi = nilai koefisien regresi masing-masing variabel independen e = logaritma natural; e = 2,718 u = unsur galat Persamaan tersebut kemudian diubah dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyelesaian rumus di atas. Bentuk linear berganda rumus diatas setelah dilogaritmakan adalah: Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + ..... + b7 ln X6 + u Dimana: Y = produksi padi (kg) X1 = benih (kg) X2 = pupuk kompos (Kg) X3 = pupuk Urea (kg) X4 = pupuk phonska (kg) X5 = tenaga kerja (HOK) X6 = pestisida nabati (liter) b0 = intersep atau konstanta bn = koefisien regresi faktor produksi ke-n (n=1, 2, ...... , 6) u = kesalahan (disurbance term) atau unsur galat e = logaritma natural, e = 2,718 Metode penduga ditentukan dengan metode kuadrat terkecil (OLS), sehingga ada beberapa asumsi yang harus digunakan. Kelayakan model diuji berdasarkan asumsi OLS, yaitu multikolinear, homoskedastis, dan normalitas
40
error. Kesesuaian model penduga dengan data yang digunakan (goodness of fit) diuji berdasarkan koefisien determinasi dan signifikansi parameter penduga secara serempak. Analisis regresi linear berganda tersebut dapat menunjukkan besarnya nilai t-hitung, F-hitung, dan R2. Nilai t-hitung digunakan un tuk menguji secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing parameter bebas (Xn) yang dipakai, secara terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap variavel tidak bebas (Y). Apabila hasil t-hitung lebih besar dari t-tabel, maka parameter yang diuji tersebut berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas, dan sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel, maka parameter yang diuji tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas. Sedangkan nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter bebas yang digunakan X1, X2, X3, X4, X5, X6 secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap Variabel Y. Apabila hasil F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka parameter tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas yaitu Y, dan sebaliknya jika hasil F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka parameter tersebut secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap parameter Y. Koefisien determinasi (R2) adalah besaran yang digunakan untuk menunjukkan sampai sejauh mana keragaman produksi (Y) dapat diterangkan oleh model dugaan. Nilai koefisien determinasi yang semakin dekat dengan satu, mengindikasikan bahwa semakin besar keragaman hasil produksi yang dapat dijelaskan oleh faktor produksinya. 4.7.
Pengujian Hipotesis Uji nyata parameter penduga secara serempak dilakukan dengan
pendekatan analisis ragam (analisis of variance). Hipotesis awal ini adalah dugaan bahwa semua variabel produksi yang digunakan dalam fungsi produksi mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi. Hipotesis awal (H0) pada hipotesis awal ini adalah produksi usahatani padi organik tidak dipengaruhi oleh luas lahan, benih, pupuk urea, ponska, kompos, tenaga kerja. Hipotesis alternatifnya (H1) adalah dugaan bahwa faktor-faktor produksi tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik di lokasi penelitian. Analisis ragam dalam uji ini tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.
41
Tabel 3. Analisis Ragam terhadap Model Penduga Fungsi Produksi Hipotesis
Uji Statistik
H0 : b = b2 = b3 = ......= b6 = 0 H1 : b ≠ b2 ≠ b3 ≠ .....≠ b6≠ 0
Kriteria Uji F hitung > Fα(k-1 , n-k), maka tolak H0 F hitung < Fα(k-1 , n-k), maka tolak H0
R2 / k 1 F= 1 R2 / n k
Keterangan: R2= Koefisien determinasi; n =jumlah data; k = jumlah parameter penduga
Koefisien determinasi mempunyai keterkaitan erat dengan nilai F pada analisis ragam. Uji statistik F selain digunakan untuk menguji signifikansi parameter penduga secara serempak juga merupakan uji signifikansi koefisien determinasi. Koefisien determinasi dapat dirumuskan sebagai berikut: JKR R = JKT 2
1
ei
2
Yi
2
Dimana: JKR = jumlah kuadrat regresi JKT = jumlah kuadrat total σei2 = jumlah kuadrat unsur sisa σYi2 = jumlah kuadrat total Keterkaitan antara koefisien determinasi dengan uji F dapat dirumuskan sebagai berikut: F
=
JKS n k JKR n 1
=
R2 n k 1 R2 n 1
=
JKS n k JKT JKS n 1
=
JKS / JKT n k JKT JKS / JKT n 1
Selain uji statistik F, ketepatan suatu model dapat diketahui dengan melakukan pengujian terhadap model dengan menggunakan alat analisis uji statistik t. Uji ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar masing-masing faktor produksi (Xi) mempengaruhi produksi (Y), prosedur pengujiannya adalah: H0: bi = 0 (tidak ada pengaruh); Hi: bi ≠ 0 (ada pengaruh). Jika t-hitung < t-tabel, maka H0 diterima, artinya Xi tidak berpengaruh nyata terhadap Y sedangkan jika t-hitung > t-tabel, maka H0 ditolak, yang artinya Xi berpengaruh nyata terhadap Y.
42
Peubah bebas yang dilibatkan dalam model fungsi produksi cabang usahatani padi organik cukup banyak. Peubah-peubah bebas tersebut seharusnya saling bebas satu dengan yang lain sehingga yang diperoleh tidak bias. Keterkaitan atau hubungan antar peubah bebas dikenal dengan istilah multikolinear. Uji multikolinear dilakukan dengan pendekatan Varians Inflation Faktors (VIF). Nilai VIF digunakan sebagai indikator dalam uji tersebut. Nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinear antar peubah bebas (Gujarati 2003 dicetus dalam Zamani 2008). Asumsi OLS tentang heterkedastisitas dan normalitas sisaan diuji dengan pendekatan grafis. Hipotesis yang pertama digunakan dalam menduga efisiensi pendapatan usahatani padi organik di lokasi penelitian. Perumusan hipotesis mengenai efisiensi pendapatan berdasarkan penelitian terdahulu mengenai belimbing depok dikatakan efisien pada saat nilai R/C rasi lebih besar dari kriteria kelayakan yaitu lebih besar dari satu, maka hipotesis awalnya (H0) adalah rasio R/C sama dengan satu dan hipotesis alternatifnya (H1) adalah rasio R/C lebih besar dari satu, atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: H0: βj = 0 H1: βj > 0 atau βj < 0
T-hitung =
bj
j ( H 0)
StDev(bj)
=
x
0
/ n
Dimana: bj = koefisien model dugaan untuk variabel Xj ßj = nilai koefisien model untuk variabel Xj StDev = standar deviasi dari bj Jika t-hitung > t (α/2, n-k), maka tolak H0 ; t-hitung < t (α/2, n-k), maka tolak H1 terima H0. Hipotesis kedua adalah dugaan bahwa masing masing parameter bebas (faktor produksi) yang digunakan dalam fungsi produksi berpengaruh nyata terhadap produksi. Hipotesis awal (H0) pada hipotesis kedua ini adalah produksi usahatani padi organik tidak dipengaruhi oleh variabel X1 atau X2 atau..... X6. Hipotesis alternatifnya (H1) adalah dugaan untuk setiap faktor-faktor produksi tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi padi organik di lokasi penelitian. Uji stastistik terhadap hipotesis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4 berikut: 43
Tabel 4. Uji signifikansi untuk Masing-Masing Parameter Penduga Fungsi Produksi Hipotesis
Uji Statistik
Kriteria Uji
H0 : b1 = 0; H1 : b1 > 0 H0 : b2 = 0; H2 : b2 > 0 H0 : b3 = 0; H3 : b3 > 0 H0 : b4 = 0; H4 : b4 > 0
Jika t-hitung > t (α, n-k), maka tolak H0
bi t= bi
Jika t-hitung < t (α, n-k), maka tolak H1
H0 : b5 = 0; H5 : b5 > 0 H0 : b6 = 0; H6 : b6 > 0
Keterangan: k = jumlah variabel termasuk intersep; n = jumlah data; i = faktor produksi yang digunakan (i = 1, 2, 3, ..., 6), α = 0.05; b j = parameter penduga Xj; dan σbj = simpangan baku parameter penduga Xj
Apabila tidak menggunakan tabel, maka uji diatas dapat dilihat dari nilai p, dengan kriteria sebagai berikut: P-value/2 < α, maka tolak H0 P-value/2 > α, maka terima H0 Jika nilai P-value < α, maka variabel bebas atau faktor produksi yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas atau produksi. Sebaliknya, Jika nilai P-value > α, maka variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas (produksi). Disamping uji-uji diatas, uji lain yang dilakukan dalam pendugaan fungsi produksi ini adalah uji multikolinearitas. Terdapat banyak cara dalam mendeteksi adanya multikolinear, salah satunya adalah dengan menggunakan kriteria variance inflation faktor variabel independent ke j (VIFxj). Apabila nilai VIFxj lebih besar dari sepuluh, maka dapat disimpulkan terdapat masalah multikolinear diantara variabel independent. VIFxj =
4.8.
1 1 Rxj 2
Konsep Pengukuran Variabel Variabel-variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai
usahatani padi organik yang diusahakan petani pada satu kali panen. Variabel yang diamati dalam menganalisis pendapatan usahatani padi organik ialah: modal dan tenaga kerja yang digunakan dalam kegiatan budidaya usahatani padi organik,
44
biaya tunai, biaya yang diperhitungkan, biaya total, produksi total, dan harga produk. Sedangkan variabel-variabel yang digunakan dalam analisis faktor produksi usahatani padi organik adalah: 1. Porduksi (Y) : hasil produksi padi (kg) per musim tanam yang dihasilkan petani pada luasan tertentu. 2. Variabel X1 : jumlah benih (kg) yang digunakan dalam proses produksi padi sehat per satu kali musim tanam pada luasan tertentu. Biaya korbanan yang dikeluarkan berasal dari harga benih per kilogram. 3. Variabel X2 : jumlah pupuk kompos (kg) yang digunakan dalam proses produksi padi sehat per satu kali musim tanam pada luasan tertentu. Biaya korbanan yang dikeluarkan berasal dari harga pupuk kompos per kilogram. 4. Variabel X2 : jumlah pupuk urea (kg) yang digunakan dalam proses produksi padi organik per satu kali musim tanam pada luasan tertentu. Biaya korbanan yang dikeluarkan berasal dari harga pupuk urea per kilogram. 5. Variabel X3 : jumlah pupuk phonska (kg) yang digunakan dalam proses produksi padi organik per satu kali musim tanam pada luasan tertentu. Biaya korbanan yang dikeluarkan berasal dari harga ponska per kilogram. 6. Variabel X5 : jumlah tenaga kerja (HOK) yang digunakan dalam proses produksi padi sehat per satu kali musim tanam pada luasan tertentu. Biaya korbanan marjinalnya adalah tingkat upah dikeluarkan dalam setiap hari kerja pria. 7. Variabel X6 : jumlah pestisida nabati (lt) yang digunakan dalam proses produksi padi sehat per satu kali musim tanam pada luasan tertentu. Biaya korbanan yang dikeluarkan berasal dari harga pestisida nabati per liter. 4.9. Analisis Pendapatan Usahatani 4.9.1. Analisis Penerimaan Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya penerimaan yang didapat dalam usahatani padi sehat. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan tersebut secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
45
TRi = Yi . Pyi Dimana: TR = penerimaan total usahatani (Rp) Yi
= hasil produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani i (Kg)
Pyi
= harga jual produk per unit (Rp/Kg)
4.9.2. Analisis Biaya Analisis biaya digunakan untuk mengetahui biaya-biaya yang dikeluarkan dalam usahatani padi sehat. Dalam analisis ini biaya dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah sama setiap tahunya, sedangkan biaya variabel (variabel cost) jumlah biayanya disesuaikan dengan jumlah yang akan diproduksi. Penjumlahan antara kedua biaya ini menghasilkan total biaya (total cost). Cara menghitung biaya tetap, biaya variabel, dan biaya total secara matematis adalah: n
1. Biaya tetap,
FC =
X i .Pi
d
i 1
n
X j Pj
2. Biaya variable, VC = j 1
3. Total biaya,
TC = FC + VC
Keterangan : FC = Fixed Cost Xi = jumlah fisik yang membentuk biaya tetap Xj = jumlah fisik yang membentuk biaya variabel Pi = harga input tetap Pj = harga input variabel n = macam imput VC = Variable Cost TC = Total Cost Biaya tetap juga memiliki salah satu biaya yang memerlukan perhitungan matematis, yaitu biaya penyusutan. Biaya penyusutan pada dasarnya bertitik tolak pada harga perolehan (cost) sampai dengan modal tersebut dapat memberikan manfaat. Salah satu cara yang digunakan dalam menghitung penyusutan adalah dengan metode “garis lurus”, yakni; membagi selisih antara nilai pembelian
46
dengan nilai sisa yang ditafsirkan dibagi umur ekonomi dari alat tersebut. Rumus matematis biaya penyusutan dengan metode “garis lurus” (Suratiyah, 2009) adalah: Penyusutan =
NilaiEkonomis Nb Ns = N UmurEkonomis
Keterangan Nb : nilai pembelian (Rp) Ns : nilai sisa (Rp) N : umur ekonomi alat 4.9.3. Analisis Pendapatan Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengukur keberhasilan usahatani. Analisis pendapatan usahatani digunakan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pendapatan pada usahatani padi organik di Desa Ciburuy. Pendapatan usahatani dapat diperoleh dari pengurangan antara biaya-biaya (cost) dari semua penerimaan (revenue), biaya-biaya tersebut yang telah dikeluarkan selama periode usahatani. Hal-hal yang mungkin terjadi dalam perhitungan pendapatan yaitu : (1) jika biaya usahatani lebih besar dari penerimaan maka usahatani dikatakan rugi, (2) jika biaya usahatani sama dengan penerimaan maka usahatani berada pada titik impas dan (3) jika biaya usahatani lebih kecil dari penerimaan maka usahatani dikatakan untung. Selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani merupakan pendapatan usahatani yang secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: P = Tp ( Bt Btt)
TP = P.Q
Keterangan : P = pendapatan bersih usahatani (Rp) TP = total penerimaan usahatani (Nilai Produksi) (Rp) Bt = biaya Tunai (Rp) Btt = biaya Tidak Tunai (Rp) P = harga output (Rp) Q = jumlah output (kg) 4.10.
Analisis R/C Rasio
47
Perhitungan rasio imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio), secara matematis dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut (Soekartawi, 1995); R/C rasio =
TR TC
Dimana: TR = penerimaan total (total revenue) TC = biaya total (total cost) Analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C rasio) digunakan untuk melihat manfaat usahatani dari berapa penerimaan yang diperoleh petani dari setiap rupiah yang telah dikeluarkan untuk usahataninya. Kriteria keputusan yang digunakan untuk melihat hasil analisis R/C rasio tersebut adalah sebagai berikut : R/C rasio > 1, berarti usahatani menguntungkan R/C rasio < 1, berarti usahatani rugi R/C rasio =1, berarti usahatani impas (tidak untuk dan tidak rugi) R/C rasio > 1 dikatakan efisien dikarenakan setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari pada tambahan biayanya. Namun, sebaliknya jika R/C rasio < 1 dapat dikatakan tidak efisien karena setiap tambahan biaya yang dikeluarkan akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih kecil dan jika R/C rasio = 1, maka dikatakan kegiatan usahatani berada pada kondisi impas (keuntungan normal). Pendapatan usahatani dan R/C rasio dapat diperoleh dengan menentukan nilai penerimaan (revenue) dan biaya (cost) terlebih dahulu. Penentuan nilai tersebut dapat dipermudah melalui perhitungan yang tertera pada Tabel 5 di bawah ini:
48
Tabel 5. Perhitungan Pendapatan Usahatani dan Nilai R/C Rasio No. Komponen A
Penerimaan
B
Biaya Tunai
1.
Benih (Kg)
2.
Pupuk Kompos (Kg)
3.
Pupuk Urea (Kg)
4.
Pupuk Phonska (Kg)
5.
Pestisida Nabati (liter)
6.
Tenaga Kerja Luar Keluarga (HOK)
7.
Sewa lahan
8.
Sewa traktor/ternak
Jumlah biaya tunai
C
Biaya yang Diperhitungkan (Biaya Tidak Tunai)
1.
Penyusutan alat
2.
Tenaga kerja dalam keluarga (HOK)
3.
Sewa lahan (lahan milik sendiri)
Jumlah biaya yang diperhitungkan
D
Total Biaya (B + C)
E
Pendapatan atas Biaya Tunai (A - B)
F
Pendapatan atas Biaya Total (A - D)
G
R/C Rasio atas Biaya Tunai (A/B)
H
R/C atas Biaya Total (A/D)
Pendapatan usahatani pada Tabel 5 dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Hasil pengurangan antara total penerimaan dengan biaya yang diperhitungkan adalah pendapatan atas biaya tunai, sedangkan pengurangan antara biaya tunai dengan total biaya akan menghasilkan pendapatan atas biaya total. Total biaya yang dimaksud dalam perhitungan pendapatan atas biaya total ialah penjumlahan dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Total biaya dapat menggambarkan keadaan petani yang sebenarnya karena tidak hanya menilai biaya secara tunai. Dan pendapatan tunai diperoleh dari penerimaan total setelah dikurangi biaya tunai. 49
V. GAMBARAN UMUM 5.1.
Gambaran Umum Gapoktan Silih Asih
5.1.1. Letak Geografis dan Keadaan Sosial Ekonomi Gabungan kelompok tani (Gapoktan) Silih Asih terletak di Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Desa Muara Jaya di sebelah utara, Desa Cigombong di sebelah selatan, Desa Cisalada sebelah barat dan sebelah timur dibatasi oleh Desa Sorogol. Desa ini terletak kurang lebih 60 km dari Ibukota Kabupaten Bogor, 120 km dari ibukota provinsi di Bandung, serta 81 km dari ibukota Negara di Jakarta. Desa Ciburuy terletak pada ketinggian 600 mdpl. Luas wilayah Desa Ciburuy 160 ha meliputi lahan darat 77,2 ha dan lahan pertanian seluas 87. Dari luas lahan pertanian tersebut terdapat 82,50 hektar atau mencapai kurang lebih 51,56 persen dari total luas lahan Desa Ciburuy. Curah hujan rata-rata desa ini hádala 3000-4000 mm per tahun dengan suhu udara berkisar antara 23-32°C. Iklim yang cukup sejuk karena terletak di kaki Gunung Salak. Dengan kondisi geografis tersebut Desa Ciburuy berpotensi dalam usaha pengembangan pertanian, khususnya padi. Luas lahan berdasarkan penggunaannya di Desa Ciburuy dapat dilihat pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Luas Lahan Berdasarkan penggunaannya di Desa Ciburuy Jenis Penggunaan Lahan
Luas (Ha)
Presentase (%)
Pemukiman dan pekarangan
50,00
31,25
Sawah
82,50
51,56
Bangunan Umum
15,00
9,38
Perkantoran
6,00
3,75
Tanah Wakaf
0,10
0,06
Perubahan Penggunaan Tanah
5,30
3,31
Kolam
0,30
0,19
Lain-lain
0,80
0,50
160,00
100
Total Sumber: Data Monografi Desa Ciburuy, 2009
50
Penduduk Desa Ciburuy berjumlah 12014 jiwa, dengan 2518 orang bermata pencaharian sebagai petani dengan yang sebagian besar telah terikat sebagai anggota dalam 6 Kelompok Tani pengelola tanaman pangan. Sesuai perkembangan peran dan fungsi kelompok tani maka sejak tahun 2002 kelompok tani di Desa Ciburuy mewadahi diri dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang kemudian diberi nama Gapoktan Silih Asih. Tingkat pendidikan di Desa ciburuy sudah cukup maju karena jumlah penduduknya yang bersekolah sudah lebih tinggi, karena sebesar 797 orang dari penduduknya termasuk tidak atau belum sekolah, l 2.976 orang tergolong lulusan SD, sebesar sebesar 3.906 lulusan SLTP, 15 orang lulusan D1, 8 orang lulusan D2, 9 orang lulusan D3, 2 orang lulusan D4, 2 orang lulusan S1, dan 2 orang lulusan S2. Jenis mata pencaharian penduduk Desa Ciburuy adalah petani, buruh tani, pegawai negeri sipil, wiraswasta, buruh, tukang, tenaga kesehatan, dan TNI/POLRI. 5.1.2. Sejarah Gapoktan Silih Asih dan Perkembangannya Sejarah Gapoktan Silih Asih berawal dari keinginan untuk menyatukan usaha tani secara terpadu yang pada awalnya dilakukan atau berbagai kendala akibat kurangnya pemahaman di bidang pertanian, peternakan dan perikanan mengenai penerapan teknologi, permodalan, pasca panen, pemasaran manajemen dan administrasi. Setelah memperoleh masukan dari berbagai pihak dan melakukan konsultasi dengan Kepala Desa, petugas lapangan dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, maka para petani sepakat untuk membentuk suatu wadah kelompok tani. Pada tahun 1978, terdapat 53 orang petani yang bermusyawarah di Balai Desa dengan dihadiri oleh Kepala Desa, KCD Perikanan Cijeruk, KCD Peternakan Cijeruk, PPL, Kepala BPP Pamoyanan serta KCD Pertanian Kecamatan Cijeruk, dengan semangat kebersamaan yang tinggi membentuk suatu wadah usaha bersama sebagai kelompok tani dengan nama Kelompok Tani Silih Asih yang beranggotakan 56 orang yang terdiri dari 20 orang petani maju dan 36 orang petani anggota. Petani maju adalah petani yang bertindak aktif dan memiliki respon terhadap perkembangan dan penerapan teknologi. Petani maju inilah yang kemudian membimbing para petani anggota dalam setiap kegiatan usaha tani. 51
Pada awal dibentuknya, Kelompok Tani Silih Asih dibagi menjadi enam kelompok kemudian bertambah menjadi 16 kelompok tani yang berasal dari beberapa desa di dua Kecamatan yaitu Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin. Untuk mengakomodasikan seluruh kegiatan usaha anggota, maka dibentuk seksi-seksi diantaranya seksi perikanan, seksi peternakan, seksi perkebunan, seksi tanaman pangan dan seksi pengurus air. Tahun 1998, seiring meningkatnya jumlah anggota di masing-masing seksi, maka akhirnya disepakati untuk meningkatkan status seksi menjadi kelompok tani. Sejalan dengan berkembangnya usaha pertanian di setiap kelompok tani, maka pada tahun 2002 dibentuklah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) yang menjadi induk dari kelompok tani tersebut dan diberi nama Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Silih Asih. 5.1.3. Visi dan Misi Gapoktan Silih Asih Visi dan misi Gapoktan Silih Asih adalah menjadikan para petani memiliki usahatani yang berskala ekonomi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan berkelanjutan. Dengan upaya pengembangan dan penguatan kelembagaan tani dengan peran dan fungsi masing-masing mengarah pada tercapai kualitas SDM petani yang mandiri dan berdaulat melalui proses penyuluhan pertanian. 5.1.4. Kegiatan Pemasaran Gapoktan Silih Asih Pemasaran beras organik Gapoktan Silih Asih dilakukan dengan melakukan penjualan melalui agen yang memiliki lokasi di perumahan Mutiara Lido, perumahan Mutiara Lido, Taman Yasmin, PMI, Dinas Pertanian dan lain sebagainya. Saat ini beras organik yang diproduksi Gapoktan Silih Asih sudah dipasarkan dibeberapa daerah di Kota Bogor. 5.1.5. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih Struktur organisasi Gapoktan Silih Asih berstruktur hirarki. Model struktur organisasinya cukup sederhana, dimana seluruh divisi berada dibawah pimpinan langsung dari ketua organisasi Gapoktan. Ketua Gapoktan melaksanakan tugas untuk melakukan pengelolaan dan penentuan kebijakan Gapoktan terutama terkait dengan aktivitas budidaya serta pemasaran. 52
Ketua Gapoktan dibawahi delapan unit kerja yang terdiri dari unit kerja pemberdayaan bidang SDM, unit kerja bidang pengelola tanaman pangan, unit kerja bidang peternakan dan perikanan, unit kerja bidang perkebunan/ kehutanan, unit kerja bidang pengkajian teknologi pertanian, unit kerja bidang pengembangan modal dan usaha, unit kerja bidang pelayanan jasa alat dan mesin pertanian, unit kerja bidang pengolahan pupuk kompos. Setiap unit tersebut memiliki kewenangan untuk melakukan pengelolaan terhadap unit kerjanya masing-masing baik terkait dengan fungsi masing-masing unit dengan sumberdaya manusianya. Struktur organisasi Gapoktan Silih Asih dapat dilihat pada Gambar 5. KETUA BENDAHARA
SEKERTARIS WK. KETUA
UKB I
UKB II
UKB VII
UKB III
UKB VIII
UKB IV
UKB IX
UKB V
UKB X
UKB VI
UKB XI
ANGGOTA GAPOKTAN SILIH ASIH
Gambar 5. Struktur Organisasi Gapoktan Silih Asih Sumber: Pengurus Gapoktan Silih Asih, 2011
5.2.
Gambaran Umum Petani Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Gambaran umum petani diperoleh dari hasil wawancara dengan para
petani sampel di lapangan untuk melihat karakteristik umum petani padi sehat di Gapoktan Silih Asih. Karakteristik umum petani pada penelitian ini dapat dilihat dari aspek tingkat pendidikan, status usaha, umur, luas lahan, jumlah tanggungan petani, status penguasaan lahan, keikutsertaan petani dalam mengikuti penyuluhan, dan pengalaman bertani. Proses produksi petani didukung dengan sarana dan fasilitas pertanian, antara lain: ruang pelajar, lahan praktek, bangunan
53
tempat prosesing beras sehat, tempat pelayanan koperasi kelompok tani, kelengkapan fasilitas. Ruang pelajar digunakan sebagai ruang pertemuan, lahan praktek digunakan sebagai tempat percontohan atau uji coba, dan tempat prosesing digunakan sebagai. Jasa usaha yang disediakan oleh pelayanan sarana produksi pertanian, perdagangan sembako, simpan pinjam, dan pemasaran beras sae. Sedangkan fasilitas yang mendukung petani dalam melakukan proses produksi padi sehat adalah: mesin pengolahan gabah, lantai jemur berukuran 10 x 50 meter dengan kapasitas 15 ton gabah, mesin pengering dan gudang beras. 5.3.
Karakteristik Petani Karekteristik petani diperoleh melalui wawancara yang di lakukan di
lokasi penelitian. Karakteristik petani menggambarkan ciri-ciri umum yang dimiliki petani yang melakukan usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy. Petani responden dalam penelitian ini adalah petani yang bergabung di Gapoktan Silih Asih yang melakukan usahatani padi sehat. Karakteristik petani yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah status usaha, umur, pendidikan, luas lahan, jumlah tanggungan petani, status penguasaan lahan, keikutsertaan petani dalam mengikuti penyuluhan/pelatihan, dan pengalaman petani dalam usahatani padi sehat.
Karakteristik
tersebut
menjadi
penting
karena mempengaruhi pelaksanaan usahatani terutama dalam pelaksanaan teknik budidaya. Pengalokasian faktor-faktor produksi, dan praktek pengelolaan usahatani yang dimiliki tiap petani berbeda-beda dan hal ini dapat mempengaruhi produktivitas dan produksi yang akan dihasilkan. Disamping itu, karakteristik ini juga diperlukan untuk melihat bagaimana pengaruhnya terhadap biaya, penerimaan, pendapatan usahatani, dan nilai imbangan atas penerimaan dan biaya. 5.3.1. Umur Berdasarkan hasil wawancara dari responden diperoleh informasi bahwa petani padi sehat sebagian besar berusia di atas 30 tahun. Pada penelitian ini, umur petani responden dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok usia dibawah 40 tahun, 40-59 tahun, dan kelompok usia diatas 59 tahun. Umur petani
54
responden sebagian besar berada pada usia 40-59. Jumlah petani responden pada kelompok usia ini adalah 17 orang atau sebesar 56,67 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan bertani banyak dilakukan oleh penduduk yang berusia produktif, yang mana pada kelompok usia tersebut mereka masih mempunyai kekuatan fisik yang memadai dan semangat yang tinggi, sehingga dapat melakukan kegiatan pertanian dengan baik. Dan usia diatas 59 tahun, kemampuan fisiknya cenderung sudah terbatas, walaupun jika dilihat dari segi pengalaman, memungkinkan bahwa pada usia ini pengalaman yang dimilikinya lebih banyak. Petani yang ada di Gapoktan Silih Asih pada umumnya sudah bertani padi sejak muda walaupun belum secara organik. Data mengenai karakteristik petani responden berdasarkan umur dapat dilihat di Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Kelompok Umur Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Responden (Orang) Persentase (%) <40
7
23,33
40-59
17
56,67
>59
6
20,00
Jumlah
30
100,00
5.3.2. Status Usaha Petani yang menjadi responden pada umumnya menjadikan pertanian menjadi pekerjaan atau pencaharian utamanya. Hal ini disebabkan oleh kondisi lahan pertanian di Desa Ciburuy cocok untuk budidaya padi dan merupakan kebiasaan yang secara turun temurun dari orang tua yang sejak kecil dilatih dan diajarkan bertani. Berdasarkan wawancara yang dilakukan mengenai status usahatani petani responden, maka 86,67 persen responden menyatakan usahatani yang dilaksanakannya merupakan pekerjaan utama, dan sisanya sebesar 13,33 persen merupakan pekerjaan sampingan. Status usahatani petani responden tersebut dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
55
Tabel 8. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Usaha Status Usaha
Jumlah Responden (Orang)
Responden (%)
Utama
26
86,67
Sampingan
4
13,33
Jumlah
30
100,00
5.3.3. Pendidikan Tingkat pendidikan memiliki pengaruh dalam melakukan kegiatan usatani, baik terhadap cara pengelolaan teknik usahatani, manajemen kegiatan usahatani, dan penyerapan teknologi baru. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi diharapkan para petani mampu menjalankan kegiatan usahataninya dengan lebih baik, karena didukung oleh pengetahuan dan wawasan yang semakin luas. Penyerapan teknologi baru cenderung lebih cepat ditangkap oleh petani yang berpendidikan, dan pada umumnya petani yang memiliki tingkat pendidikan yang terbatas menggunakan teknologi secara sederhana yang turun temurun diperoleh dalam kegiatan usahataninya. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi keaktifan petani dalam berdiskusi atau mencari informasi tentang kendala usahataninya dalam meningkatkan produksi atau pendapatnnya. Tingkat pendidikan yang terbatas cenderung memiliki keengganan atau kesulitan dalam menanyakan setuatu hal yang tidak diketahui. Tingkat pendidikan petani responden di Gapoktan Silih Asih terdiri dari petani yang tidak sekolah hingga SMA atau sederajat seperti yang dapat dilihat pada Tabel 9. Petani Responden pada umumnya hanya menempuh pendidikan tingkat dasar atau SD karena jumlahnya terdiri dari 20 orang atau mencapai 66,67 persen petani yang temasuk dalam latar pendidikan SD, kemudian diikuti oleh petani responden tamatan SLTA/SMA, tamatan SLTP, dan yang terakhir adalah petani responden yang tidak sekolah yakni berjumlah 2 orang atau 6,67 persen.
56
Tabel 9. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Pendidikan Tingkat Pendidikan
Jumlah Responden (Orang)
Persentase (%)
Tidak Sekolah
2
6,67
SD
20
66,67
SLTP
3
10,00
SLTA/SMA
5
16,67
Jumlah
30
100,00
5.3.4. Jumlah Tanggungan Petani Petani responden pada penelitian berdasarkan karakteristik ini, dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok petani yang memiliki jumlah jumlah tanggungan keluarga lebih kecil dari empat, antara empat dan enam, dan kelompok petani responden yang memiliki jumlah tanggungan keluarga diatas enam. Jumlah tanggungan petani mempengaruhi pendapatan yang akan diperoleh dari suatu usahatani, karena semakin tinggi jumlah tanggungan artinya semakin tinggi pula pengeluaran petani, sehingga tidak mampu mengembangkan pertanian yang diusahakan. Jumlah tanggungan petani pada umumnya berada pada kisaran 4 sampai 6 orang, yakni mewakili 53,33 persen. Cenderung hasil petanian padi sehat dialokasikan pada biaya kehidupan khususnya kebutuhan pokok petani, serta untuk membayar modal pinjaman input usahatani selama penanaman. Jumlah tanggungan petani dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga Persentase Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah Responden (Orang) (%) >4
10
33,33
4-6
16
53,33
<6
4
13,33
Jumlah
30
100,00
5.3.5. Keikutsertaan dalam Mengikuti Pelatihan/Penyuluhan
57
Krakteristik keikutsertaan petani dalam mengikuti pelatihan atau penyuluhan bermanfaat untuk meningkatkan cara berpikir petani, khususnya dalam menghadapi masalah dan meningkatkan pertaniannya. Berdasarkan wawancara di lapangan, petani responden dari Gapoktan Silih Asih cenderung aktif dalam mengikuti pelatihan/penyuluhan ataupun pertemuan-pertemuan lain dalam pengembangan usahatani yang dimiliki. Hampir seluruh petani responden menghadiri pertemuan atau penyuluhan setiap bulannya. Tabel 11 menunjukkan bahwa 56,67 persen petani responden mengikuti pelatihan atau penyuluhan 10 sampai 19 kali dalam setahun, kemudian disusul oleh kelompok responden yang mengikuti pelatihan di bawah 10 kali dalam setahun, dan yang terakhir adalah kelompok responden yang mengikuti pelatihan di atas 20 kali dalam satu tahun. Tabel 11. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Keikutsertaan dalam Mengikuti Pelatihan/Penyuluhan Keikutsertaan Pelatihan/Penyuluhan Jumlah responden Persentase (per Tahun)
(Orang)
(%)
>10
12
40,00
10-19
17
56,67
<19
1
3,33
Jumlah
30
100,00
5.3.6. Pengalaman Bertani Pengalaman bertani merupakan salah satu karakteristik petani yang cukup berperan dalam melihat kemajuan suatu usahatani yang dilakukan seorang atau sekelompok petani. Petani yang berpengalaman pada umumnya lebih ahli dalam menghadapi berbagai macam masalah atau risiko yang akan dihadapi dan cenderung memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap usahatani yang dilakukan tersebut. Tingkat Pengalaman yang dimiliki seorang petani dapat dilihat dari seberapa lama petani tersebut terjun dalam kegiatan usahatani. Petani padi sehat yang dijadikan responden pada umumnya memiliki pengalaman bertani sejak kecil yakni diajar dan turun temurun dari orang tua mereka. Pengalaman bertani responden dalam usahatani padi sehat lebih tinggi pada kelompok petani dengan pengalaman di bawah 11 tahun atau mewakili sebesar 83,33 persen dari total responden yang digunakan. Dengan kata lain, lebih 58
dari setengah petani responden berada pada kelompok petani yang memiliki pengalaman bertani di bawah 11 tahun, dan jika dilihat dari keseluruhan responden, maka petani responden pada umumnya memiliki pengalaman bertani selama 9 tahun. Karekteristik petani responden pada penelitian berdasarkan pengalaman bertani yang diperoleh dari lapangan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Pengalaman Bertani Persentase Pengalaman Bertani (Tahun) Jumlah responden (Orang) (%) >11
25
83,33
11-20
2
6,67
<20
3
10,00
Jumlah
30
100,00
5.3.7. Luas Lahan Sebagian besar petani responden untuk usahatani padi sehat mempunyai luas areal usahatani diantara 0-0,25 hektar atau sebesar 45,71 persen. Luas lahan yang dimiliki setiap petani tidak selalu digunakan seluruhnya oleh petani dalam membudidayakan
padi
sehat,
namun
pada
umumnya
lahan
yang
dimiliki/disewa/digarap digunakan seluruhnya untuk membudidayakan padi sehat. Kepemilikan lahan petani responden cukup minim. Petani responden biasanya menggarap lahan orang lain karena tidak memiliki lahan sama sekali, dan lahan yang digarap pun cenderung hanya dalam luasan di bawah 0,5 hektar; 43,33 persen diantaranya berada pada kisaran luas garapan 0-0,25 ha dan 43,33 persen lain berada pada kisaran luas 0,26-0,50. Sebaran luasan lahan yang digarap tersebut, dapat dilihat Tabel 13.
59
Tabel 13. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan (Ha) Jumlah responden (Orang) Persentase (%) 0-0,25
13
43,33
0,26-0,50
13
43,33
0,51-1
2
6,67
>1
2
6,67
Jumlah
30
100,00
5.3.8. Status Penguasaan Lahan Kepemilikan lahan yang kurang menjadikan petani responden di Gapoktan Silih Asih menggarap lahan yang akan dijadikan untuk membudidayakan padi sehat dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani. Lahan yang digarap oleh petani biasanya akan dibayar melalui sistem sewa ataupun bagi hasil. Sistem bagi hasil yang berlaku adalah 50 persen banding 50 persen, yang artinya 50 persen ke penggarap lahan dan
50 persen lain ke pemilik lahan. Dari ke-30 petani
responden, terhitung hanya 3 orang petani yang memiliki lahan sendiri, dan sisanya yakni sebesar 90 persen merupakan lahan yang berstatus kepemilikan sewa dan/atau sistem bagi hagi hasil. Status penguasaan lahan petani responden terhadap lahan yang digarap untuk padi sehat di Gapoktan Silih Asih dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini. Tabel 14. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Berdasarkan Status Penguasaan Lahan Status Penguasaan Lahan Jumlah responden (Orang) Persentase (%) Pemilik
3
10,00
Sewa
8
26,67
Bagi hasil
19
63,33
Jumlah
30
100,00
5.3.9. Sumber Modal Sumber modal pertanian menjadi penting untuk diketahui karena modal yang digunakan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima petani dari hasil usahatani yang dilakukan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian, sumber modal yang pada umumnya digunakan petani responden dalam
60
menjalankan usahataninya berasal dari koperasi. Modal yang biasanya diperoleh dari koperasi adalah input atau faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam pertaniannya. Tabel 13 menunjukkan bahwa sekitar 76,67 persen petani meminjam modal dari koperasi, dan hanya 23,33 pesen petani responden yang menggunakan modal sendiri. Tabel 15. Karakteristik Responden Petani Padi Sehat Sumber Modal Sumber Modal Jumlah responden (Orang) Persentase (%) Koperasi
23
76,67
Sendiri
7
23,33
Jumlah
30
100,00
61
VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1.
Usahatani Padi Sehat di Gapoktan Silih Asih Budidaya padi sehat di Gapoktan Silih Asih dimulai sejak tahun 2002.
Teknik budidaya ini masih tergolong baru. Pada awal terbentuknya, petani yang bergabung dalam gapoktan ini masih melakukan teknik produksi padi secara konvensional. Peralihan teknik ini dilakukan dalam mendukung program pemerintah Go Organic 2010, dan melihat bahwa peluang pasar beras dari hasil pertanian ramah lingkungan cukup berprospek karena permintaannya yang cukup tinggi pada era ini. Budidaya padi sehat yang dilakukan petani adalah proses produksi padi sawah yang tidak menggunakan pestisida kimia, menggunakan teknologi terapan lainnya yang mendukung sistem pertanian berkelanjutan yang ramah lingkungan. Teknik usahatani atau budidaya padi sehat ini disesuaikan dengan standar operasional produksi seperti yang terdapat pada Lampiran 8. Beras yang dihasilkan dari padi organik akan mendapat pengawasan dari dinas kesehatan, untuk mendapatkan sertifikasi POM (Pengawasan Obat dan Makanan) sesuai dengan kadar pestisida dan unsur kimia yang terkandung dalam makanan. Pada umumnya produktivitas padi yang dihasilkan berkisar antara 4 sampai 7 ton per ha padi kering panen. Dalam kurun waktu yang masih tergolong baru, ketergantungan petani terhadap penggunaan bahan kimia khususnya pupuk kimia pun masih belum dapat dilepaskan secara langsung. Penggunaan pestisida sudah mampu dilepas, namun penggunaan pupuk masih tetap dilakukan dengan jumlahnya berangsur menurun dengan harapan untuk menghasilkan padi yang benar-benar pure organik dalam jangka panjang. Ketergantungan penggunaan pupuk kimia ini juga disebabkan oleh penurunan produktivitas padi secara drastis apabila pengunaan pupuk benarbenar dihentikan, karena unsur hara tanah yang sudah sangat tergantung pada unsur sintetik akibat penggunaan pupuk kimia yang berlebihan yang dilakukan selama ini. Seperti teknik usahatani komoditi lain, usahatani padi sehat ini dimulai dari persiapan lahan, persemaian hingga panen. Teknik budidaya yang dilakukan oleh para petani responden secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.
62
6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan struktur tanah yang mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga diharapkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengolahan tanah yaitu pembajakan, perataan, pencangkulan, dan memperbaiki pematang. Pengolahan tanah dimulai dengan kegiatan membajak. Kegiatan membajak tanah dilakukan dengan menggunakan alat bajak kerbau atau traktor. Petani di Desa Ciburuy biasanya menggunakan bajak kerbau karena lahan yang diusahakan memiliki kontur yang bertingkat-tingkat dan luas lahan yang relatif sempit. Kegiatan pembajakan dilanjutkan dengan kegiatan perataan tanah, yaitu kegiatan menghaluskan struktur tanah hasil pembajakan yang masih berupa bongkahan-bongkahan tanah. Pembajakan tanah biasanya tidak mencapai sudutsudut sawah, sehingga tanah yang tidak terbajak diselesaikan dengan cara dicangkul. Pada waktu yang bersamaan, biasanya petani memperbaiki pematang sawah. Pematang sawah diperbaiki dengan cara dikikis dengan cangkul yang kemudian dilempar ke lahan. Setelah itu, pematang kembali ditambal dengan tanah berlumpur hingga rata. Setelah kegiatan pembajakan selesai dilakukan, kemudian lahan diberakan selama beberapa minggu. Lamanya waktu pemberaan tanah tergantung pada umur bibit disemai. 6.1.2. Pembibitan Kegiatan pembibitan dilaksanakan dalam rangka penyediaan bibit unggul bersertifikat untuk mendukung pelaksanaan budidaya padi sehat secara berkelanjutan. Benih yang digunakan berlabel biru dan memiliki daya tumbuh minimum 90 persen. Kebutuhan benih kurang lebih 18,46 kilogram per hektar. Tujuan pembibitan ini untuk memperoleh bibit yang siap tanam pada umur 12 sampai 20 hari. a.
Persiapan lahan pembibitan Persiapan lahan untuk pembibitan biasanya dilakukan setelah lahan selesai
dibajak (pembajakan pertama) atau saat waktu pemberaan lahan setelah dibajak. Lahan yang telah dibajak pada pengolahan tanah dibuat menjadi beberapa petak. Petak-petakan tersebut dibuat lebih tinggi dari permukaan lahan sekitarnya yang 63
kemudian petak semai tersebut diratakan permukaannya. Media persemaian menggunakan campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Luas persemaian yang digunakan adalah 200 m2 untuk memenuhi kebutuhan bibit seluas 1 hektar. b.
Perlakuan benih sebelum sebar Tujuan dari perlakuan ini adalah untuk mendapatkan benih yang bernas,
yang dapat menekan dan menghilangkan penyakit yang ada pada benih, merangsang meratanya pengecambahan benih sehingga mengalami pertumbuhan yang serempak. Perlakuan yang dimaksud adalah perendaman benih dengan menggunakan garam atau air abu. Perendaman dilakukan dengan mencampur 1 sendok makan garam atau 3 sendok abu setiap 1 liter air dengan air bersih secukupnya. perendaman dilakukan selama 24 jam. Setelah perendaman, benih dicuci sambil dipisahkan antara benih yang bernas dengan benih hampa dan kotoran lainnya. Setelah itu, benih kembali didiamkan selama 12 jam sebelum tanam. 6.1.3. Penanaman (Tandur) Bibit siap ditanam ketika mencapai umur yang optimal untuk dipindah ke lahan. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama perkembangan anakan setelah ditanam. Selain itu, faktor yang berpengaruh dalam menentukan umur bibit yaitu musim tanam. Penentuan umur bibit untuk padi ramah lingkungan lebih didasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lahan. Bibit umur muda akan menghasilkan anakan yang banyak karena masih dalam masa pertumbuhan generatif yang tinggi. Petani padi ramah lingkungan menggunakan bibit yang relatif masih muda (12 sampai 20 hari). Bibit pada umur ini sudah memiliki empat helai daun atau lebih, dengan tinggi 10 sampai 15 cm. Sehingga bibit perlu diperlakukan secara hati-hati terutama pada bagian akar agar tidak rusak saat dicabut dari persemaian.Pada umumnya, musim tanam padi sehat dimulai pada bulan Desember hingga Maret dan dilanjutkan pada Agustus hingga November. Sementara musim tanam kedua dimulai pada bulan April sampai Juli. Sebelum bibit ditanam, lahan dibuat pola jarak tanam dengan menggunakan alat caplakan. Menaplak lahan dilakukan dua kali dengan arah 64
berlawanan (vertikal-horizontal) sehingga terbentuk pola tanam dengan jarak tanam yang telah ditentukan pada caplakan. Usahatani padi sehat menggunakan jarak tanam 12,5 cm x 20 cm x 50 cm. Jarak kelompok barisan tanam yaitu 50 cm, untuk memudahkan pemeliharaan dan penghematan penggunaan pupuk serta cakupan unsur hara menjadi luas. Cara penanaman padi sehat sedikit berbeda dari penanaman padi konvensional pada umumnya. Bibit ditanam satu hingga dua per rumpun (lobang tanam) dengan kedalaman yang dianjurkan sekitar 1 sampai 1,5 cm. Batang dan akar bibit ditanam membentuk huruf L. 6.1.4. Pengaturan Air Tujuan pengaturan air antara lain memperoleh aerasi dan pertumbuhan biota tanah yang sempurna, memperoleh anakan yang produktif, usahatani hemat air, kualitas tani hemat air, dan kualitas hasil panen lebih baik (kematangan gabah merata). Pengaturan air dilakukan pada saat tanam air hanya ada di parit (macakmacak), setelah dua hari menjelang penyiangan petakan digenangi air setinggi 2 centi meter sampai dengan selesai penyiangan. Kemudian pada saat pemupukan susulan usahakan air macak-macak, dan dua minggu sebelum panen lahan dikeringkan. 6.1.5. Penyiangan Penyiangan dilakukan untuk membersihkan atau mengurangi tanaman selain tanaman pokok (padi) atau tanaman gulma. Kegiatan penyiangan dilakukan untuk mengurangi populasi gulma yang dapat menjadi pesaingdalam penyerapan hara, selain itu mencegah serangan hama terutama tikus. Gulma dicabut secara manual dengan tangan terutama disekitar rumpun padi, kemudian dibenamkan ke lumpur atau dibuang ke pematang sawah. Disamping itu penyiangan juga berguna untuk penggemburan tanah, menekan persaingan penggunaan hara tanah, dan menjaga tanaman untuk tumbuh sehat yang memiliki anakan produktif. Penyiangan pada umumnya dilakukan dua kali. Penyiangan pertama dilakukan pada umur 20 sampai 22 HST (Hari Setelah Tanam) sambil melakukan penyulaman, penyiangan dilakukan dengan jalan mengacak lahan secara sempurna sampai dengan akar rumput putus, rumput hasil penyiangan dibenamkan. Penyiangan kedua dilaksanakan pada 15 hari setelah penyiangan
65
pertama, penyiangan bersifat menghilangkan rumput pengganggu dengan cara dibenamkan. 6.1.6. Pemupukan Kandungan unsur hara yang terdapat dalam tanah tidak cukup untuk kebutuhan tanaman, karena ketersediannya terbatas. Sehingga kebutuhan hara tanah perlu ditambah dari luar dengan pupuk organik maupun pupuk anorganik (kimia). Kegiatan pemupukan yang dilakukan petani pada sehat yaitu 2 sampai 3 kali pemupukan. Pemupukan untuk padi ini dilakukan tiga kali untuk pupuk urea, sementara pupuk phonska diberikan sekaligus saat pemupukan pertama. Dosis pupuk rata-rata yang diberikan per hektar adalah 62 kilogram urea, 141 kilogram pupuk phonska. Petani padi sehat di Desa Ciburuy menggunakan pupuk dasar yaitu kompos dan LOF (Liquid Organic Fertilizer). Namun penanaman pada periode yang diteliti tidak menggunakan LOF. Pemupukan dasar ini berguna untuk menggemburkan tanah, menambah bahan organik, menambah hara tanah. Pupuk dasar kompos ditabur pada waktu membajak. Komposisi pupuk kompos jerami sebanyak 1 sampai 5 ton per hektar. Pemupukan susulan pertama dilakukan pada 21 hingga 25 HST. Komposisi pupuk yang diberikan pada waktu ini adalah 32 kilogram urea, 90 kilogram Ponska. Kedua jenis pupuk ini ditabur sampai merata dalam petakan secara homogen, dilakukan sesudah daun padi tidak ada embun. Pemupukan susulan kedua dilakukan pada 45 hingga 25 HST. Komposisi pupuk yang diberikan pada waktu ini adalah 30 kilogram urea, dan 50 kilogram phonska. Kedua jenis pupuk ini ditabur sampai merata dalam petakan secara homogen, dilakukan sesudah daun padi tidak ada embun. 6.1.7. Pengendalian Hama dan Penyakit Kegiatan pengendalian hama dan dilakukan dengan menggunakan pestisida nabati yang ramah terhadap lingkungan. Biasanya pestisida nabati dibuat sendiri oleh petani. Bahan-bahan yang digunakan petani untuk pestisida nabati diperoleh dari lingkungan sekitar
yang telah diketahui efektif dalam
mengendalikan hama. Bahan-bahan tersebut antara lain; daun picung, daun
66
mimba, daun tuba, dan kacang babi. Cara pembuatan pestisida nabati terdapat pada Lampiran 8. Pengendalian hama dan penyakit tanaman ini bertujuan untuk memutus siklus hama penyakit tanaman, keadaan hama ada dalam batas tidak membahayakan, meningkatkan daya tahan fisik tanaman, produksi secara ekonomis mengguntungkan dan lingkungan tetap lestari, menekan hama utama padi (penggerek batang), menekan populasi hama secara umum agar produksi secara ekonomi menguntungkan dan lingkungan tetap lestari. Pestisida nabati disemprot merata dengan dosis larutan rata-rata sebesar 50 liter per hektar pada 45 HST dengan dosis larutan 2 sampai 5 cc per liter air. Penanganan hama penyakit tanaman juga dilakukan dengan pergiliran varietas, penggunaan pupuk kompos, penggunaan pupuk suplemen organik, dan pengumpanan, sanitasi lingkungan, penggunaan varietas yang tahan hama penyakit tertentu, penggunaan agensi hayati, nematoda patogen serangga dan jamur beauveria, pelestarian musuh alami (predator) hama. 6.1.8. Pemeliharaan Pematang Sawah Kegiatan pemeliharaan pematang dilakukan untuk mengurangi gulma atau mencegah perkembangan hama pengganggu tanaman disekitar tanaman. Pematang yang dipenuhi dengan rumpun gulma menjadi tempat yang tempat perkembangannya
hama,
sehingga
perlu
dibersihkan
untuk
mencegah
kemungkinan tersebut. Pemeliharaan pematang sawah dilakukan dengan membersihkan gulma seluruh bagian pematang sawah, baik bagian tepi pematang maupun dinding pematang (sistem terasering). Kegiatan ini diselesaikan dengan menggunakan cangkul dan parang. Pemeliharaan pematang sawah dilakukan bersamaan dengan penyiangan. 6.1.9. Panen Panen dapat dilakukan setelah bulir padi sebagian besar telah menguning (90 persen). Tanaman dipotong menggunakan pisau potong khusus untuk panen (arit). Setelah dipotong kemudian dikumpulkan pada suatu tempat untuk di rontokkan. Merontokan bulir padi dilakukan secara sederhana dengan cara dibanting pada papan perontok. Setelah gabah diperoleh dari hasil perontokan,
67
gabah dibersihkan dari sisa-sisa daun dan kotoran lain dengan cara dianginanginkan. 6.1.10. Kegiatan Pasca Panen Kegiatan pasca panen meliputi kegiatan bagi hasil panen dan pengangkutan. Bagi hasil panen biasanya dilakukan di lahan. Kedua belah pihak (pemilik dan buruh panen) memperoleh bagiannya masing-masimg sesuai sistem bagi hasil yang disepakati. Sistem bagi hasil panen ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Bagi hasil yang dilakukan kemudian dilanjut dengan pengangkutan hasil yang menjadi bagian petani. 6.2.
Analisis Pendapatan Usahatani Petani Responden
6.2.1. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani merupakan nilai yang diperoleh dari total produksi usahatani yang dikelola oleh petani responden pada Gapoktan Silih Asih pada jangka waktu tertentu. Penerimaan hasil penjualan produksi disebut juga sebagai pendapatan kotor karena belum dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan pada usahatani. Output yang dihasilkan dari usahatani padi sehat di Gapoktan ini adalah gabah. Gabah merupakan bulir padi yang telah dirontokkan melalui kegiatan panen. Gabah dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG). GKP merupakan gabah yang sudah di panen namun belum mendapat perlakuan pengeringan, sedangkan GKG merupakan hasih produksi padi yang sudah dipanen serta sudah mendapat perlakuan pengeringan. Gabah yang dihasilkan dan biasanya dijual oleh petani padi sehat di Desa Ciburuy adalah GKP. Gabah yang baru di panen di jual ke koperasi milik anggota Gapoktan Silih Asih yang disebut dengan Koperasi Lisung Kiwari. Hasil penjualan output produksi sudah dapat diperoleh petani sebelum melakukan proses pengeringan pada output yang dihasilkan. Sehingga dapat menghemat waktu, tidak menguras tenaga, dan menghemat biaya, karena walaupun tidak mengeluarkan materi pada proses pengeringan namun waktu dan tenaga yang dikeluarkan jika diibaratkan dengan mengupah tenaga kerja maka dalam usahatani hal tersebut dapat dikatakan sebagai biaya tidak tunai namun diperhitungkan.
68
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh produktivitas rata-rata padi sehat dari petani responden sebesar 2615,67 kg dengan luasan lahan rata-rata 0,52 hektar (ha). Bila luas lahan dikonbversikan ke dalam satu hektar maka diperoleh produktivitas padi sehat. Produktivitas padi sehat yang diperoleh oleh petani responden Gapoktan Silih Asih adalah 5388,81 kilo gram (kg) per ha. Nilai penerimaan yang diperoleh petani merupakan nilai dari perhitungan hasil panen dari seluruh petani responden yang dikalikan dengan harga GKP ratarata yang sudah terlebih dahulu dikonversi ke dalam luasan satu hektar. Analisis penerimaan usahatani petani responden yang dilakukan tidak dikurangi dengan iuran-iuran seperti iuran pengairan, zakat produksi, dan sebagainya, karena hal ini dilakukan bukan atas dasar kewajiban, namun tergantung keiklasan dari para petani, dan biasanya iuran ini berlaku pada petani yang menggarap lebih dari satu ha lahan. Seluruh petani responden, menjual GKP yang dihasilkan dari usahataninya ke koperasi Lisung Kiwari. Harga yang ditetapkan oleh pihak koperasi adalah sama ke seluruh anggota. Seluruh anggota Gapoktan Silih Asih bergabung menjadi anggota Gapoktan, sehingga harga jual output yang diperoleh oleh seluruh petani responden adalah sama, yakni Rp 2.500,00 per kg. Penerimaan yang diperoleh petani padi sehat dari produktivitas rata-rata sebesar 5388,81 (kg) per ha dan harga Rp 2.500,00 per kg adalah Rp13.472.024,00. Adapun rincian penerimaan padi dari petani responden Gapoktan Silih Asih dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Produktivitas, Harga, dan Penerimaan Rata-Rata Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 No. Uraian Satuan Nilai 3.
Produktivitas
kg/ha
5.388,81
4.
Harga
Rp/kg
2.500,00
5.
Penerimaan
Rp
13.472.024,00
6.2.2. Analisis Biaya Usahatani Pengeluaran usahatani adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam usahatani padi sehat pada suatu periode tanam tertentu. Biaya usahatani
69
pada penelitian ini terbagi menjadi dua kelompok. Biaya usahatani padi sehat yang tergolong pada biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai pada usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih adalah biaya benih, kompos, urea, phonska, pestisida nabati, Tenaga Kerja Luar Keluarga (TKLK), sewa lahan, dan sewa traktor atau ternak. Sedangkan biaya yang termasuk pada biaya diperhitungkan (tidak tunai) pada usahatani padi sehat ini adalah biaya Tenaga Kerja Dalam Keluarga (TKDK), sewa lahan milik sendiri yang dikonversikan pada sewa lahan umum, dan penyusutan alat. Biaya tunai dan biaya diperhitungkan pada usahatani tersebut menghasilkan Total biaya, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Komponen Biaya Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 Harga per No.
Komponen
Jumlah
Satuan
Nilai (Rp)
%
(Rp/satuan) A
Biaya tunai
1.
Benih (Kg)
2.
Pupuk kompos (Kg)
3.
Pupuk urea (Kg)
4. 5.
6.
18,46
7.000,00
129.202,78
1,17
2.726,68
300,00
818.003,49
7,39
61,62
2.000,00
123.237,78
1,11
Pupuk phonska (Kg)
140,85
3.000,00
422.537,81
3,82
Pestisida nabati (liter)
49,66
1.500,00
74.483,99
0,67
121,31
21.666,67
2.628.468,06
23,75
Tenaga kerja Luar Keluarga (HOK)
7.
Sewa lahan
-
-
2.101.851,85
18,99
8.
Sewa ternak/traktor
-
-
106.562,50
0,96
-
-
6.404.348,26
-
-
18.862,08
0,17
57,40
21.666,67
1.243.773,91
11,24
-
-
3.400.000,00
30,72
Jumlah biaya yang diperhitungkan
-
-
4.662.635,99
-
C
-
-
11.066.984,25
100,00
Jumlah biaya tunai B
Biaya yang diperhitungkan (biaya tidak tunai)
1.
Penyusutan alat
2.
3.
Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) Sewa lahan (lahan milik sendiri)
Total biaya
70
Biaya tunai pada suatu usahatani cenderung lebih tinggi dibanding biaya diperhitungkan. Berdasarkan Tabel 17 di atas, diperoleh biaya tunai sebesar Rp 6.404.348,26 sedangkan biaya diperhitungkan sebesar Rp 4.662.635,99. Total biaya yang diperoleh pada usahatani tersebut adalah Rp 11.066.984,25. Berdasarkan uraian biaya tersebut, maka biaya yang paling tinggi dalam usahatani padi sehat adalah biaya yang dikeluarkan untuk sewa lahan pada biaya diperhitungkan, yakni sebesar 30,72 persen dan biaya terkecil adalah penyusutan alat, yakni sebesar 0,17 persen. Benih yang digunakan pada usahatani padi sehat di lokasi penelitian diperoleh dari Koperasi Lisung Kiwari, dan varietas yang ditanam oleh petani responden adalah Varietas Ciherang, Sintanur, dan IR-64. Harga beli yang diperoleh petani responden dari koperasi adalah sama untuk setiap varietas, yakni Rp 7.000,00. Biaya yang dikeluarkan untuk benih adalah Rp 129.202,78 atau sebesar 1,17 persen dari total biaya yang dikeluarkan. Usahatani padi di Gapoktan Silih Asih menggunakan kompos dan penggunaan pupuk pun sudah dikurangi. Kompos Digunakan untuk menambah unsur hara tanah, mengurangi kerusakan tanah, dan khususnya untuk memperbaiki struktur organik tanah yang sudah hilang akibat penggunaan bahan kimia pada usahatani beberapa tahun sebelumnya. Jenis kompos yang digunakan oleh petani responden adalah jenis kompos yang berasal dari campuran jerami dan pupuk kandang sebagai bahan dasar. Jika dinominalkan berdasarkan harga yang umumnya berlaku di Desa Ciburuy, maka harga kompos per kg adalah Rp 300,00. Jumlah pupuk kompos rata-rata yang digunakan oleh petani responden adalah Rp 2.726,68, sehingga biaya total yang dikeluarkan untuk kebutuhan benih adalah Rp 818.003,49 atau sebesar 7,39 persen dari biaya total. Terdapat dua macam pupuk kimia yang masih digunakan dalam usahatani padi sehat, yakni pupuk urea dan pupuk phonska. Biaya yang dikeluarkan untuk pupuk urea lebih kecil dibanding biaya yang digunakan untuk pupuk phoska. Pupuk urea yang digunakan petani responden berada pada rata-rata sebesar 61,62 kg per hektar, dan penggunaan pupuk phonska adalah 140,85 kg per ha. Jika dilihat berdasarkan biaya total yang dikeluarkan pada usahatani padi sehat di
71
gapoktan ini, maka pupuk urea mengkontribusi sebesar 1,11 persen dan pupuk phoska sebesar 3,82 persen. Disamping pupuk kompos yang mengandung unsur organik, pestisida nabati juga digunakan dalam mendukung keorganikan dalam usahatani padi yang dihasilkan di Gapoktan Silih Asih. Pestisida nabati digunakan untuk membasmi hama dan penyakit secara dan penyakit secara alami. Pestisida nabati yang digunakan adalah dalam bentuk cair. Berdasarkan wawancara di lapangan, jumlah rata-rata pestisida nabati yang digunakan petani responden dalam usahatani padi sehat adalah 49,66 liter per ha, dengan kisaran harga sebesar Rp 1.500,00 per liter. Sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk pembelian pestisida nabati adalah Rp 74.483,99 per ha untuk musim tanam Desember 2010-Maret 2011 atau sekitar 0,67 persen dari total biaya seluruhnya. Tenaga kerja mempunyai peran penting dalam menjamin keberlangsungan usahatani. Tenaga kerja diperlukan dalam setiap tahap dalam usahatani,yakni dari tahap persiapan lahan hingga tahap panen. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani padi sehat terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Dalam setiap kelompok tenaga kerja tersebut terdapat pula tenaga kerja laki-laki, tenaga kerja anak, dan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja yang cenderung digunakan dalam usahatani padi sehat ini adalah tenaga kerja laki-laki. Tenaga kerja luar keluarga cenderung lebih banyak digunakan dibanding tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga yang digunakan sekitar 67,88 persen sedangkan tenaga kerja dalam keluarga hanya 32,12 persen. Perbedaan penggunaan jenis tenaga kerja tersebut dalam usahatani padi sehat dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Penggunaan TKDK dan TKLK dalam Usahatani Padi Sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Periode Tanam Desember 2010Maret 2011 Uraian Jumlah Nilai (Rp) % Tenaga kerja dalam keluarga
57,41
1.243.774,00
32,12
Tenaga kerja dalam keluarga
121,31
2.628.468,00
67,88
Total Tenaga Kerja
178,71
3.872.242,00
100,00
72
Lahan yang digunakan oleh petani responden Gapoktan Silih Asih dalam usahatani padi sehat adalah lahan yang disewa, bagi hasil, dan milik sendiri. Lahan yang disewa dan lahan melalui sistem bagi hasil dijumlahkan kemudian dirata-ratakan dan dijadikan menjadi sewa lahan saja dalam komponen biaya tunai. Sedangkan lahan milik sendiri dijadikan terpisah pada komponen biaya lain, yakni biaya diperhitungkan sebagai sewa lahan yang dikonversi dari lahan milik sendiri. Biaya yang dikeluarkan dalam menyewa lahan (lahan sewa dan bagi hasil) adalah Rp 2.101.851,85 dan biaya sewa lahan milik sendiri adalah Rp 3.400.000. Pada umumnya lahan bagi hasil lebih banyak digunakan pada petani responden, walaupun sudah dijumlah dengan lahan yang disewa, proporsi sewa lahan milik sendiri tetap lebih tinggi disbanding lahan yang disewa pada biaya tunai. Biaya sewa lahan milik sendiri mencapai 30,72 persen, sedangkan sewa lahan pada biaya tunai hanya mencapai 18,99 persen dari total biaya yang digunakan. Sewa traktor atau ternak digunakan pada saat pengolahan lahan. Pada umumnya petani responden menggunakan traktor dalam proses pengolahan lahan tersebut, dan hanya sebagian petani yang menggunakan ternak dalam tahap usahatani ini. 73,33 persen petani menyewa traktor dalam usataninya, dan sisanya sebesar 26,67 persen menggunakan tenaga ternak. Penggunaan sewa ternak atau traktor pada usahatani padi semi organic ini dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Penggunaan Sewa Traktor dan Ternak dalam Usahatani Padi Sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Periode Tanam Desember 2010Maret 2011 Uraian Julah Petani Responden (Orang) % Sewa traktor
22
73,33
Sewa Ternak
8
26,67
30
100,00
Jumlah
Alat-alat yang digunakan oleh petani responden dalam usahatani padi sehat cenderung berasal dari alat yang dipinjamkan oleh Koperasi Lisung Kiwari untuk anggotanya. Seperti misalnya sorongan, garokan, karung dan sebagainya. Disamping itu, karena petani responden juga menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam usahataninya, sehingga alat-alat usahatani lainya juga cenderung dibawa sendiri oleh tenaga kerja luar keluarga tersebut. Alat pertanian yang
73
biasanya dibawa oleh tenaga kerja luar keluarga tersebut adalah cangkul dan parang. Sehingga alat pertanian yang dimiliki sendiri dan digunakan untuk usahatani padi sehat adalah cangkul, ember dan parang; karena dalam usahatani juga digunakan tenaga kerja dalam keluarga, dan biasanya tenaga kerja dalam keluarga tersebut akan membawa alat pertaniannya sendiri untuk digunakan. Berdasarkan hal tersebut sehingga diperlukan perhitungan penyusutan alat. Penyusutan alat hanya dihitung pada alat-alat yang dimiliki petani. Penyusutan alat pertanian terbesar terdapat pada cangkul, yakni Rp 11.597,86 atau sebesar 62,92 persen seperti yang ditunjukkan pada Tabel 20. Tabel 20. Penyusutan Alat-Alat Pertanian yang Digunakan pada Usahatani Padi Sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Periode Tanam Desember 2010-Maret 2011 Umur Nama Nilai Ekonomis Nilai Sisa Penyusutan Ekonomis % alat (Rp,00) (Rp) (Rp) (Tahun) Cangkul
62.166,67
15.002,78
4,07
11.597,68
62,92
Parang
34.333,33
16.002,78
3,40
5.391,34
29,25
Ember
7.916,67
3.486,11
3,07
1.444,75
7,84
Jumlah
104.416,67
34.491,67
10,53
18.433,76 100,00
6.2.3. Analisis Pendapatan Usahatani dan R/C Rasio Padi Sehat Pendapatan merupakan salah satu indikator keberhasilan kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani juga dapat memberikan gambaran mengenai keuntungan dari kegiatan usahatani. Pendapatan usahatani padi sehat yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk melaksanakan usahatani tersebut. Analisis pendapatan dapat dibedakan berdasarkan biya yang dikeluarkan, yaitu pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai pada usahatani ini diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari hasil pengurangan antara penerimaan dengan biaya total. Berdasarkan hasil analisis penerimaan padi sehat sebesar Rp 13.472.023,81; biaya tunai sebesar Rp 6.404.348,26; dan biaya total sebesar Rp 11.066.984,25; maka 74
diperoleh pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 7.067.675,55; dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 2,405.039,56. Keberhasilan usahatani petani responden padi sehat Gapoktan Silih Asih juga dapat digambarkan oleh hasil analisis penerimaan atas biaya yang dikeluarkan (R/C rasio) pada usahatani tersebut. Analisis usahatani ini menunjukkan berapa penerimaan yang akan diperoleh petani dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani padi sehat. Nilai R/C rasio yang diperoleh dibedakan berdasarkan biaya tunai dan biaya total, sehingga dalam analisis R/C rasio usahatani padi sehat terdapat R/C rasio atas biaya tunai dan R/C rasio atas biaya total. R/C atas biaya tunai diperoleh dari hasil pembagian antara penerimaan dengan biaya tunai, sedangkan R/C atas biaya total dapat diperoleh dari hasil perbandingan antara penerimaan dengan biaya total. Nilai R/C atas biaya tunai dan biaya total pada penelitian ini dapat dikatakan layak untuk diusahakan karena nilai R/C atas kedua pengelompokan biaya tersebut lebih besar dari satu. Nilai R/C rasio atas biaya tunai yang diperoleh pada usahatani padi sehat adalah 2,10; yang artinya dari setiap satu rupiah yang dikeluarkan petani responden sebagai biaya tunai untuk usahataninya dapat menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp 2,10 rupiah. Sedangkan nilai R/C rasio atas biaya total yang diperoleh bedasarkan Tabel 25 di atas adalah 1,22; dengan pengertian setiap pengeluaran biaya sebesar 1 rupiah maka akan diperoleh tambahan penerimaan sebesar Rp 1,22 rupiah. Nilai R/C rasio tersebut menunjukkan bahwa nilai R/C rasio atas biaya tunai lebih tinggi dari R/C atas biaya total. Hal ini dikarenakan oleh biaya tunai lebih kecil dibanding biaya total, biaya tunai hanya terdiri dari biaya tunai sedangkan biaya total terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Hasil analisis pendapatan dan R/C rasio pada usahatani padi sehat dapat dilihat pada Tabel 21 berikut.
75
Tabel 21. Analisis Pendapatan dan R/C Rasio Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 No.
Komponen
A
Biaya tunai
1.
Benih (Kg)
2.
Pupuk kompos (Kg)
3.
Pupuk urea (Kg)
4. 5. 6.
Jumlah
Harga per Satuan (Rp/satuan)
Nilai (Rp)
%
18,46
7.000,00
129.202,78
1,17
2.726,68
300,00
818.003,49
7,39
61,62
2.000,00
123.237,78
1,11
Pupuk phonska (Kg)
140,85
3.000,00
422.537,81
3,82
Pestisida nabati (liter)
49,66
1.500,00
74.483,99
0,67
121,31
21.666,67
2.628.468,06
23,75
Tenaga kerja Luar Keluarga (HOK)
7.
Sewa lahan
-
-
2.101.851,85
18,99
8.
Sewa ternak/traktor
-
-
106.562,50
0,96
-
-
6.404.348,26
-
-
18.862,08
0,17
57,40
21.666,67
1.243.773,91
11,24
-
-
3.400.000,00
30,72
-
-
4.662.635,99
-
-
-
11.066.984,25
100,00
-
-
7.067.675,55
-
-
-
2,405.039,56
-
Jumlah biaya tunai B
Biaya yang diperhitungkan (biaya tidak tunai)
1.
Penyusutan alat
2.
3.
Tenaga kerja dalam keluarga (HOK) Sewa lahan (lahan milik sendiri)
Jumlah biaya yang diperhitungkan C D
E
F
G
Total biaya Pendapatan atas Biaya Tunai Pendapatan atas Biaya Total R/C Rasio atas Biaya Tunai R/C Rasio atas Biaya Total
2,10 1,22
76
6.3. Analisis Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi didasarkan pada data yang terkumpul dari 30 responden. Data yang dikumpulkan meliputi data produksi sebagai variabel yang dijelaskan atau dependen (Y), sedangkan data mengenai jumlah benih, jumlah pupuk urea, jumlah pupuk kompos, jumlah pupuk phonska, jumlah pestisida nabati, dan jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh petani responden per luasan lahan yang diusahakan dijadikan sebagai variabel yang menjelaskan atau independen (Xi) pada penelitian ini. Faktor produksi yang digunakan dalam usahatani petani responden dikonversi ke dalam luasan lahan yang sama, sehingga perbandingan faktor usahatani yang lebih mempengaruhi pada setiap faktor produksi, layak untuk dibandingkan karena pada satuan yang sama. Data rata-rata penggunaan faktor-faktor produksi per hektar yang digunakan dalam usahatani padi sehat di Gapoktan Silih asih disajikan pada Tabel 22 berikut. Tabel 22. Rata-Rata Penggunaan Faktor-Faktor Produksi per Hektar pada Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 No. Uraian Satuan Jumlah 1.
Benih
Kg
18,46
2.
Kompos
Kg
2726,68
3.
Urea
Kg
61,62
4.
Phonska
Kg
140,85
5.
Pestisida Nabati
Kg
49,66
6.
Tenaga Kerja
Liter
178,72
6.3.1
Analisis Model Fungsi Produksi Padi Sehat Berdasarkan hasil olahan minitab dengan menggunakan data yang
diperoleh dari hasil penelitian, maka dapat diketahui hubungan antara faktor produksi dan hasil produksi pada petani padi sehat anggota kelompok tani secara bersama-sama. Hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai F–hitungnya, apabila nilai F–hitung lebih besar dari nilai F–tabelnya maka dapat dikatakan secara bersama-sama faktor-faktor produksi yang digunakan berpengaruh terhadap produksi padi sehat.
77
Uji-F yang diperoleh adalah sebesar 16,47; dan nilai p-value yang diperoleh pada uji ini adalah 0,000. Karena nilai p-value pada uji F lebih kecil dari α 5 persen maka dapat dikatakan F-hitung nyata pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa secara bersama-sama faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi berkaitan atau berkorelasi terhadap produksi padi atau dengan kata lain variabel benih, pupuk kandang, pupuk urea, pupuk phonska, perstisida nabati dan tenaga kerja secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi petani padi sehat anggota Gapoktan Silih Asih. Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi ini sangat mempengaruhi produksi padi sehat, yang mana penggunaan dari faktor-faktor produksi ini baik benih, pupuk, pestisida hingga tenaga kerja tidak dapat dilepaskan dari budidaya padi sehat anggota kelompok tani, karena masingmasing faktor produksi memiliki peranan dalam perkembangan, pertumbuhan, dan produktivfitas tanaman padi sehat. Uji signifikansi model produksi pada petani padi sehat Gapoktan Silih Asih dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Uji Signifikansi Model Produksi Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 Sumber Derajat Jumlah Jumlah Kuadrat F-Hitung Peluang Ragam
Bebas
Kuadrat
Tengah
Regresi
6
2,95722
0,49287
Galat
23
0,6884
0,02993
Total
41
3,64563
16,47*
0,000
Keterangan: * Nyata pada tingkat kepercayaan 99 % Selain dilihat dari nilai F-hitungnya, model dapat dikatakan akurat atau tidaknya dilihat dari nilai koefisien determinasinya (R-sq). Koefisien determinasi (R-sq) ini dapat menggambarkan apakah model yang dihasilkan baik atau tidak dalam meramalkan kondisi ke depan, apabila nilai R-sq nilainya lebih besar dari 50 persen, maka dapat dikatakan bahwa model ini layak digunakan karena dapat meramalkan kondisi kedepan secara akurat. Berdasarkan model fungsi produksi diperoleh nilai R-sq sebesar 81,1 persen untuk petani responden Gapoktan Silih Asih. Angka tersebut berarti bahwa variabel bebas (benih, pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida nabati, dan tenaga kerja) dapat menjelaskan 78
sebesar 81,1 persen variabel tidak bebas (hasil produksi), dan sisanya sebesar 18,9 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model (komponen error). Nilai koefisien korelasi (R-sq adj) menunjukkan akan adanya perubahan apabila terdapat penambahan faktor produksi yang dimasukan ke dalam model. Penambahan faktor produksi tersebut dapat mengakibatkan perubahan pada nilai R-sq nya dan nilai derajat bebasnya, dimana nilai R-sq akan semakin besar. Untuk melihat pengaruh dari masing-masing-masing faktor produksi atau variabel independen terhadap variabel dependen (produksi) yang dihasilkan, dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t. Dari Pengolahan data Tabel 22 di atas diperoleh pendugaan fungsi produksi, dimana faktor-faktor yang diduga mempengaruhi produksi padi sehat Gapoktan silih Asih di Desa Ciburuy adalah benih (X1), kompos (X2), urea (X3), phonska (X4), tenaga kerja (X5), dan pestisida nabati (X6). Hasil Parameter penduga fungsi produksi tersebut disajikan pada Tabel 24. Tabel 24. Hasil Parameter Penduga Fungsi Produksi per Hektar Petani Responden pada Usahatani Padi Sehat Gapoktan Silih Asih di Desa Ciburuy pada Musim Tanam Desember 2010-Maret 2011 Koefisien Simpangan Penduga T-hitung Peluang VIF Regresi Baku Konstanta
4,485
1,385
3,24
0,004
Benih (X1)
0,1535
0,1269
1,21
0,239
1,6
Kompos (X2)
0,25823
0,06404
4,03***
0,001
1,9
Urea (X3)
-0,23751
0,09729
-2,44***
0,023
1,8
Phoska (X4)
0,14418
0,04475
3,22***
0,04
1,1
Tenaga Kerja (X5)
0,06135
0,04995
1,23
0,232
1,1
0,07
1,6
Pestisida Nabati (X6)
0,4139
R-sq
81,10%
R-sq (adjusted)
76,20%
0,139
2,98
**
Keterangan: *** Nyata pada tingkat kepercayaan 95 % ** Nyata pada tingkat kepercayaan 90 % * Nyata pada tingkat kepercayaan 85 %
79
Berdasarkan data pada Tabel 24 dapat dilihat nilai koefisien regresi masing-masing faktor, nilai t hitung dan nilai p-valuenya. Pada tabel terlihat bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usaha tani padi sehat berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen dan 95 persen. Nyata pada selang kepercayaan 99 persen berarti bahwa faktor produksi tersebut sangat berpengaruh atau responsif terhadap produksi padi sehat, atau faktor produksi tersebut berpengaruh terhadap produksi padi sehat sebesar 99 persen. Nyata pada selang kepercayaan 95 persen berarti bahwa, faktor produksi yang digunakan berpengaruh atau responsif terhadap produksi padi sehat sebesar 95 persen. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 99 persen terhadap produksi padi sehat adalah pupuk kandang, pupuk urea dan tenaga kerja. Faktor-faktor produksi yang berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi padi sehat adalah benih, pupuk ponska dan pestisida nabati. Sedangkan faktor-faktor produksi yang tidak berpengaruh nyata atau tidak mempengaruhi terhadap produksi padi sehat adalah pupuk n, dan pestisida padat. Dari uji-t terlihat bahwa variabel urea (X1) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sehat pada tingkat kepercayaan 95 persen, variabel kompos berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 %, variabel urea berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 %, variabel phonska berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 %, variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 95 %, dan variabel pestisida nabati berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 % Uji multikoliniaritas dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10, dilihat dari hasil output Minitab pada petani padi sehat anggota Gapoktan Silih Asih tidak terdapat masalah multikoliniaritas, karena tidak ada nilai VIFnya yang lebih dari 10. Untuk analisis asumsi homoskedastisitas, dilakukan dengan pendekatan grafik, dimana grafik pencar untuk petani padi sehat untuk petani responden Gapoktan Silih Asih dapat dilihat pada
Lampiran 10, yang
menunjukkan bahwa gambar diagram pencar dari petani gapoktan tidak membentuk
pola
atau
acak,
sehingga
tidak
mengalami
gangguan
80
heterokedastisitas. Fungsi produksi usahatani padi sehat petani responden Gapoktan Silih Asih diduga sebagai berikut: Ln Y = 4,49 + 0.153 ln X1 + 0,258 ln X2 – 0,238 ln X3 + 0,144 ln X4 + 0,0614 ln X5 + 0,414 ln X6 6.3.2. Analisis Elastisitas Produksi Padi Sehat Pada fungsi Cobb Douglas, besaran koefisien regresi adalah merupakan nilai dari elastisitas produksinya dari variabel tersebut. Pengaruh dari masingmasing variabel independen (faktor produksi) terhadap variabel dependen (hasil produksi), adalah sebagai berikut: Benih (X1). Tabel 24 menunjukkan bahwa benih tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sehat baik pada selang kepercayaan 90 persen ataupun 85 persen, karena nilai p-value benih 0,239 adalah lebih kecil dari α 5 persen, yang artinya walaupun
penggunaan
benih
ditambahkan
ataupun
dikurangkan
dalam
penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh sama sekali terhadap jumlah produksi padi sehat atau produksinya akan tetap. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa benih sangat berpengaruh terhadap produksi suatu usahatani, dimana benih sangat menentukan apakah hasil produksi padi sehat akan baik atau tidak, serta menentukan tingkat produktivitasnya. Benih menurut hasil olahan minitab tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sehat di Gapoktan Silih Asih, karena berdasarkan pengamatan yang diperoleh dari ke tiga puluh responden bahwa jumlah gap dari penggunaan benih yang digunakan oleh tiap petani responden memiliki variasi yang cukup tinggi. Jumlah benih minimal yang digunakan per hektar adalah 10 kilo gram sedangkan jumlah benih yang paling tinggi digunakan sebesar 32 kilo gram per hektar. Tingginya perbedaan ini menyebabkan hasil olahan dari variabel tersebut tidak mempengaruhi produksi dugaan yang dihasilkan.
81
Pupuk Kompos (X2) Pupuk kompos memiliki nilai koefisien regresi yang positif dan berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen. Pada selang kepercayaan 95 persen ini, berarti faktor produksi pupuk kandang sangat berpengaruh terhadap produksi padi sehat, karena tingkat kesalahannya adalah hanya 5 persen. Nilai koefisien regresi untuk pupuk ini adalah 0,258, nilai positif ini menggambarkan bahwa setiap adanya penambahan penggunaan dari pupuk kompos, maka produksi padi sehat akan bertambah sebesar nilai tersebut cateris paribus, dimana penambahan dari hasil produksinya adalah lebih besar dibandingkan dengan penambahan dari pupuk komposnya. Hal ini berkorelasi positif dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa penggunaan pupuk kompos ini sangat diperlukan karena dapat menambah unsur hara dalam tanah serta memperbaiki struktur fisik tanah. Pupuk kompos ini biasanya digunakan pada saat pemupukan dasar. Pemupukan dasar ini sangat penting dilakukan sebelum dilakukannya penanaman bibit padi sehat. Pupuk kompos yang digunakan adalah campuran jerami padi dengan pupuk kandang. Dan pupuk ini mudah diperoleh karena berasal dari bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan Desa Ciburuy dan merupakan bagian dari tanaman padi yang sudah tidak digunakan setelah panen. Jerami sangat bagus untuk dijadikan bahan baku utama pembuatan kompos karena jerami banyak mengandung N, P dan terutama K. Pupuk Urea (X3) Berdasarkan nilai p-value yang ditunjukkan pada Tabel 24, pupuk urea berpengaruh nyata pada selang kepercayaan 95 persen terhadap produksi padi sehat petani responden Gapoktan Silih Asih, karena nilai p-value tersebut lebih kecil dari α 5 persen. Nilai koefisien regresi urea bernilai negatif, yakni -0,238, artinya apabila penggunaan urea sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak satu persen, maka produksi padi sehat akan berkurang sebesar 0,238 cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar 5 persen, dimana pada tingkat kesalahan 5 persen maka produksi padi sehat yang dihasilkan dapat dikatakan cukup responsif terhadap penggunaan pupuk urea ini. Pupuk urea
82
merupakan salah satu jenis pupuk yang merupakan sumber unsur nitrogen, dimana pupuk ini berfungsi untuk membantu pertumbuhan vegetatif tanaman. Penggunaan pupuk urea berpengaruh nyata namun apabila penggunaannya ditingkatkan maka akan terjadi penurunan produksi sebesar nilai koefisien regresi pupuk urea, hal ini dapat disebabkan oleh kondisi lahan di lokasi penelitian yang sudah mulai subur dan penggunaan pupuk urea sudah mulai diminimalisir dan diganti dengan pupuk kompos dan pupuk organik lainnya, sehingga pada saat penggunaan pupuk urea ditingkatkan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sehat. Pupuk Phonska (X4) Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa pupuk phonska berpengaruh positif terhadap produksi terhadap produksi padi sehat petani Gapoktan Silih Asih, dengan nilai sebesar 0,144. Hasil pengujian faktor-fakktor produksi menunjukkan bahwa nilai p-value pupuk phonska, yakni 0,04 lebih kecil dari α 10 persen, yang artinya bahwa pupuk ini berpengaruh nyata terhadap hasil produksi padi sehat yang akan dihasilkan. Nilai ini menunjukkan bahwa jika terjadi penambahan penggunaan faktor produksi pupuk phonska sebesar satu persen, maka akan meningkatkan produksi sebesar 0,144 dengan faktor lain dianggap tetap (cateris paribus). Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa penggunaan pupuk ini sangat penting terutama pada saat awal penanaman karena tanaman membutuhkan unsur phospor untuk meransang pertumbuhan tanaman. Apabila penggunaan dari pupuk ini kurang maka akan mengakibatkan tanama kerdil atau kurus, sehingga zat hara dalam tanah tidak dapat diserap secara sempurna oleh tanaman. Tenaga Kerja (X5) Berdasarkan Tabel 24, diketahui bahwa tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi padi sehat yang diperoleh petani responden. Hal ini ditunjukkan oleh nilai p-value yang lebih besar baik pada selang kepercayaan 95 %, 90 %, bahkan 85 %. Artinya walaupun penggunaan tenaga kerja ini ditambahkan ataupun dikurangkan dalam penggunaannya, maka tidak akan berpengaruh terhadap jumlah produksi padi sehat atau produksinya akan tetap.
83
Hasil pengujian ini berbanding terbalik dengan kondisi di lapangan yang menunjukkan bahwa tenaga kerja ini sangat dibutuhkan dalam kegiatan budidaya tanaman padi sehat. Tenaga kerja yang diperlukan dalam budidaya tanaman padi sehat sangat banyak karena tahapan-tahapan kerja yang dilakukan melalui tahapan pengolahan lahan hingga panen memerlukan waktu yang cukup lama. Penggunaan tenaga kerja yang paling banyak dilakukan adalah pada saat penanaman. Kondisi ini juga ditunjukkan oleh biaya usahatani padi sehat terbesar, bahwa biaya terbesar yang digunakan pada usahatani padi sehat adalah biaya tenaga kerja. Namun, tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi berdasarkan hasil output minitab yang diperoleh karena tingginya gap pada penggunaan tenaga kerja. Dimana tenaga kerja terkecil yang digunakan adalah 41,50 HOK (Hari Orang Kerja), sedangkan jumlah HOK tertinggi mencapai 832. Tingginya selisih ini menyebabkan hasil olahan dari variabel tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi dugaan. Pestisida Nabati (X6) Nilai koefisien regresi pestisida nabati adalah 0,414, dimana nilai ini nyata pada selang kepercayaan 90 persen. Pestisida nabati memiliki nilai koefisien yang positif yang berpengaruh nyata pada produksi padi sehat, artinya apabila penggunaan pestisida ini sebagai salah satu faktor produksi ditambahkan sebanyak 1 persen, maka produksi padi sehat akan meningkat sebesar nilai tersebut cateris paribus, dan tingkat kesalahan dari pendugaan ini adalah sebesar 10 persen. Kondisi di lapangan meunjukkan bahwa pestisida ini sanagt pentigng dalam kegiatan budidaya tanaman padi sehat. Pestisida ini terdiri dari insektisida dafungisida dalam betuk cair dalam satuan liter.
84
VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1.
Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian tentang analisis
pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat di Gapoktan Silih Asih ini adalah sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil analisis pendapatan yang diperoleh dari usahatani padi sehat yang dilakukan oleh petani responden di Gapoktan Silih Asih secara umum dikatakan menguntungkan dan layak untuk diusahakan. Hal ini dapat ditunjukkan dari pendapatan/keuntungan bersih rata-rata yang dicapai petani responden yakni Rp 2.405.039,56. Selain itu nilai R/C atas biaya tunai dan R/C atas biaya total juga menunjukkan hal yang sama, yakni sebesar 2,10 dan 1,22; dengan artian bahwa penerimaan yang diperoleh petani responden dalam mengusahakan padi sehat dapat menutupi biaya usahatani yang dikeluarkan.
2.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi padi sehat di Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy adalah pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, dan pestisida nabati, dan seluruh variabel independen tersebut memiliki nilai koefisien regresi yang positif, kecuali pupuk urea. Pupuk kompos berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen, pupuk urea berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen, pupuk phonska berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 95 persen, pestisida nabati berpengaruh nyata terhadap produksi pada tingkat kepercayaan 90 persen, sedangkan variabel lain yaitu benih dan tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap produksi baik pada tingkat kepercayaan 85 persen ataupun 95 persen.
7.2. 1.
Saran Diperlukan pembinaan dan penyuluhan secara intensif dari Dinas Pertanian melalui petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mengenai teknik budidaya yang lebih tepat yang dapat mengoptimalkan penggunaan faktorfaktor produksi agar diperoleh hasil dan pendapatan yang optimal, sehingga pengetahuan dan keterampilan petani pun dapat lebih meningkat.
85
2.
Petani padi sehat perlu memperhatikan dan mengikuti anjuran faktor-faktor produksi yang digunakan untuk mendapatkan produksi yang lebih optimal.
86
DAFTAR PUSTAKA Andoko A. 2010. Budidaya Padi Secara Organik. Jakarta: Penebar swadaya. Astuti EP. 2008. Analisis preferensi dan kepuasan konsumen terhadap beras di Kecamatan Mulyorejo Surabaya Jawa Timur [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Brahmana MC. 2005. Analisis pendapatan dan efisiensi teknis usahatani padi lahan kering dengan pendekatan stochastic flontier (di Desa Tanggeung Kabupaten Cianjur Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Damayanti FS. 2007. Analisis Pendapatan dan Efisiensi Produksi Usahatani Padi Sawah (Kasus di Desa Purwoadi Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lamg Tengah Propinsi Lampung) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Fatullah A. 2010. Analisis sistem usahatani padi sehat (suatu perbandingan, kasus: Desa Ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Habibullah M. 2009. Kajian pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan padi SRI (System of Rice Intensification) di Kecamatan Pasawahan Kabupaten Purwakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Hanafie R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: ANDI. Heriyatno. 2009. Analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak (kasus anggota koperasi serba usaha ”Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Indriana H. 2010. Kelembagaan berkelanjutan dalam pertanian organik (studi kasus komunitas petani padi sawah, Kampung Ciburuy, Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Kusumawati FI. 2009. Analisis pendapatan usahatani padi pandan wangi dan varietas unggul baru (studi kasus Kecamatan Warungkondang Kabupaten Cianjur Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
87
Lubis AN. 2009. Manajemen risiko produksi dan penerimaan padi semi organik (studi: petani Gabungan Kelompok Tani Silih Asih) di Desa ciburuy Kecamatan Cigombong Kabupaten Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Mulyaningsih A. 2010. Analisis pendapatan usahatani padi organik metode SRI (System Rice Intensification) studi kasus di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Mayasari L. 2009. Analisis balanced scorecard dalam strategi pengembangan produksi dan pemasaran beras organik pada Kelompok tani Cibereum Jempol Kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan Kota Bogor [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Nugroho MH. 2008. Analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi hasil produksi pembenihan ikan gurami petani bersertifikat SNI (kasus di Desa Beji Kecamatan Kedung Banteng Kabupaten Banyumas Jawa Tengah) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Purnomo, Purnamawati H. 2010. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar swadaya. Rachmiyanti I. 2009. Analisis perbandingan usahatani padi organik metode system of rice intensification (SRI) dengan padi konvensional (kasus: Desa Bobojong, Kecamatan Mande, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Rahim, Hastuti DRDH. 2008. Ekonomi Pertanian. Jakarta: Penebar swadaya. Ridwan. 2008. Analisis usahatani padi ramah lingkungan dan padi anorganik (kasus: Kelurahan Situgede Kecamatan Bogor Baru Kota Bogor) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Riyanto S. 2007. Analisis pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi ladang di Kabupaten Purwakarta [Skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Sinaga IM. 2010. Analisis sikap, persepsi konsumen dan rentang harga pada beras organik SAE (Sehat Aman Enak) pada Gapoktan Silih Asih Desa Ciburuy Kabupaten Bogor Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
88
Soekartawi, Dillon JL, Hardaker JB, Soeharjo A. 1986. Ilmu Usahatani dan Penelitian Untuk Perkembangan Petani Kecil. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Sriyanto S. 2010. Panen Duit Dari Bisnis Padi Oganik. Jakarta: Agromedia Pustaka. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen Teori Dan Penerapannya Dalam Pemasaran . Bogor: Ghalia Indonesia. Suratiyah K. 2009. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar swadaya. Sujana W. 2010. Analisis pendapatan dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani tomat di Desa Lebak Muncang, Kecamatan Ciwidey, Kabupaten Bandung [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Umar H. 2003. Riset Pemasaran dalam Prilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Utama. Zamani A. 2008. Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani belimbing depok varietas dewa-dewi (Averrhoo carambola L) [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.
89
LAMPIRAN
90
Lampiran 1. PDB Indonesia atas Dasar Harga Berlaku pada Tahun 2008-2009 (Persen) No. Lapangan Usaha 2008 2009 1.
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan
14,46
15,29
2.
Pertambangan dan Penggalian
10,92
10,54
3.
Industri Pengolahan
27,89
26,38
4.
Listrik, Gas dan Air Bersih
0,82
0,83
5.
Bangunan
8,48
9,89
6.
Perdagangan, Hotel dan Restoran
13,97
13,37
7.
Pengangkutan dan Komunikasi
6,31
6,28
8.
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
7,43
7,20
9.
Jasa- jasa
9,73
10,22
100,00
100,00
Produk Domestik Bruto (PDB) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)
Lampiran 2. Produk Domestik Bruto Subsektor Tanaman Pangan atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2008 (Persen) No.
Lapangan Usaha
2008
1.
Pertanian Padi
37,75
2.
Palawija
21,11
3.
Sayuran
11,25
4.
Buah- Buahan
29,88 100,00
Tanaman Pangan Sumber: Direktorat Jenderal Pangan, 2009 (diolah)
Lampiran 3. Laju Pertumbuhan Konsumsi per Kapita dan Produksi Beras Indonesia pada tahun 2005 sampai 2008 Tahun
Laju
Benih dan
Laju
Konsumsi
Pertumbuhan
Cadangan
Produksi
Pertumbuhan
(Juta Ton)
Konsumsi
Beras
(Ton)
Produksi
(Persen)
(Ton)
Neraca
(Persen)
2008
32.60
-
4.40
36.80
-
-0.20
2009
33.10
1.53
4.40
36.90
0.27
-0.60
2010
33.50
1.21
4.50
37.10
0.54
-0.90
2011
33.90
1.19
4.50
37.20
0.27
-1,20
2012
34.40
1.46
4.50
37.40
0.54
-1,50
33.73
1.35
4.46
37.08
0.41
0,88
Rata-rata
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)
91
Lampiran 4. Volume Ekspor Impor Beras Tahun 2005- 2009 (Persen) Tahun 2008 2005
2,18
2006
3,84
2007
14,86
2008
3,90
2009
3,21
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010 (diolah)
Lampiran 5. Produksi Padi di Jawa Barat Tahun 2009 (Persen) No.
Kabupaten Bogor
Produksi
1.
Bogor
4,49
2.
Sukabumi
7,15
3.
Cianjur
6,87
4.
Bandung
3,98
5.
Garut
7,05
6.
Tasikmalaya
6,50
7
Ciamis
6,06
8
Kuningan
3,12
9.
Cirebon
4,57
10.
Majalengka
5,10
11.
Sumedang
3,92
12.
Indramau
11,85
13.
Subang
9,92
14.
Puwakarta
2,07
15.
Karawang
9,58
16.
Bekasi
5,57
17.
Bandung Barat
2,19
Jawa Barat
100,00
Sumber; Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010 (diolah)
92
Lampiran 6. Produksi Padi di Kabupaten Bogor Tahun 2009 (Persen) No.
Kecamatan
Produksi
1.
Tenjo
5,66
2.
Parung Panjang
6,33
3.
Jasinga
8,79
4.
Cigudeg
9,24
5.
Sukajaya
7,05
6.
Nanggung
5,82
7.
Rumpin
8,88
8.
Leuwiliang
9,74
9.
Leuwisadeng
5,71
10.
Cibungbulang
9,22
11.
Pamijahan
20,35
12.
Ciampea
6,16
13.
Tenjolaya
6,34
14.
Gunung Sindur
1,17
15.
Parung
1,06
16.
Ciseeng
2,67
17.
Bojong Gede
0,32
18.
Tajur Halang
0,46
19.
Kemang
1,03
20.
Ranca Bungur
1,64
21.
Dramaga
3,10
22.
Ciomas
1,93
23.
Tamansari
2,61
24.
Cijeruk
3,56
25.
Cigombong
2,96
26.
Caringin
7,00
27.
Ciawi
3,89
28.
Megamendung
2,71
29.
Cisarua
1,08
30.
Suraja
0,53
31.
Citeureup
1,46
32.
Babakanmadang
1,29
93
33.
Cibinong
0,35
34.
Gunung Putri
0,27
35.
Cileungsi
3,24
36.
Klapanunggal
4,15
37.
Jonggol
10,21
38.
Sukamakmur
11,00
39.
Cariu
12,00
40.
Tanjungsari
12,58
Kabupaten Bogor
100,00
Sumber; Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010 (diolah)
Lampiran 7. Produksi Padi di Kecamatan Cigombong Tahun 2009 (Persen) No. Desa Produksi 1.
Tugu Jaya
19,11
2.
Cigombong
2,81
3.
Wates Jaya
1,41
4.
Srogol
3,79
5.
Ciburuy
8,53
6.
Cisalada
19,29
7.
Pasir Jaya
7,19
8.
Ciburayut
12,26
9.
Ciadeg
25,61
Kecamatan Cigombong
100,00
Sumber; Badan Pusat Statistik Kabupaten Bogor, 2010 (diolah)
94
Lampiran 8. Standar Operasional Produser (SOP) Budidaya Padi Sehat Uraian Kerja
Prosedur
Faktor Kunci
Keterangan
Pengadaan
Pengadaan benih
Memperoleh varietas
Benih berlabel biru (ES)
benih
unggul tahan wereng
bercap BPS dan tidak
(Tungro)
kadaluarsa
Memperoleh benih bermutu
Daya tumbuh minimum 90 percen Kebutuhan benih 8-15 kg/ha
Perlakuan
Perendaman benih
benih
menggunakan garam atau air abu
Mendapatkan benih yang bernas Menekan atau menghilangkan penyakit yang ada pada benih Meransang meratanya
Menggunakan 1 sendok makan garam atau 3 sendok abu Menggunakan air bersih secukupnya Perendaman dilakukan selama 1x24 am
pengecambahan benih Benih berkecambah serempak Pembuatan media semai
Penyiapan media semai Penyiapan
Memperoleh bibit yang
Menggunakan media
siap tanam pada uur 12-20
kompos dengan campuran
hari
tanah dan kompos 1:1
tempat
Menggunakan besek ukuran 20x20 cm sebagai tempat persemaian sebanyak 500-600 besek/ha Persemaian bisa dilakukan di lahan darat (lahan kering) seluas 200 m2 untuk luas 1 hektar
Pengolahan lahan
Pengolahan
Tanah gembur dan
atau persiapan
subur, aerasi dalam
lahan melalui
tanah baik,
pembajakan Pembuatan kakalen atau kamalir
Menbajak dan menggaru satu kali Kamalir sedalam mata
perkembangan biota
cangkul dengan lebar 30
tanah yang baik
cm
menjamin sistem perakaran tanaman
Jarak antar kamalir 1.5-2 meter atau sesuai
95
yang sempurna
kebutuhan
Memudahkan pengaturan air pengaira pada tingkat lahan usahatani Penanaman
Cara tanam Jarak tana
Memperoleh tanaman
Menggunakan bibit umur
yang tetap terjamin
12-20 hari dengan
kesegarannya, sehat
ketinggian antara 10-15
dan menjamin anakan
cm dan jumlah daun
yang produktif lebih
empat helai.
banyak Memudahkan
Penanaman 1 s/d 2 bibit per lubang
pmeliharaan dan penghematan, pengaturan pupuk serta cakupan unsur hara menjadi luas Pengaturan air
Waktu dan cara
Memperoleh aerasi dan
pengaturan air
pertumbuhan biota
air macak-macak atau air
tanah yang sempurna
hanya ada di parit
Memperoleh anakan yang produkif Usahatani dan kualitas tani hemat air Kualitas hasil panen lebih baik/kematangan gabah merata
Pada saat tanam keadaan
Dua hari menjelang penyiangan, petakan digenangi air air setinggi 2 cm sampai dengan selesai penyiagan Pada saat pemupukan susulan diusahakan agar air macak-macak Dua minggu sebelum panen lahan dikeringkan total
Penyiangan
Penggemburan tanah Menekan persaingan pemakaian hara
Pemeliharaan
Tanaman tumbuhan
Penyiangan pertama dilakukan pada umur 2022 HST sambil melakukan penyulaman,
sehat dan anakan
penyiangan dilkukan
produktif lebih banyak
dengan caramengacak lahan secara sempuna
96
sampai dengan akar rumput putus, kemudian rumput tersebut dibenamkan Penyiangan kedua dilaksanakan pada hari kelima belas, penyiangan bersifat menghinglangkan rumput pengganggu dengan cara dibenamkan Pemupukan
Menambah hara tanah Meningkatkan
Menggunakan pupuk kompos sebagai pupuk
kemampuan tanah
dasar dengan dosis 2-5
engikat air
ton/ha atau 0.2-0.5
Menabah mikroorganisme tanah Menambah hara untuk membatu pertumbuhan generatif Meningkatkan peran
kg/m2yang disebarkan secara merata sebelum tanam Pupuk susulan 1 dilakukan pada umur 2025 HST dengan
klorofil daun dalam
menggunakan NPK
proses fotosíntesis
setengah dosis yang
Menambah hara melalui stomata daun
diberikan secara merata Pupuk susulann dua dilakukan pada 40-50 HST dengan dosis 50 kg urea per hektar dan disebar merata Pemupukan daun dengan dosis larutan 2-5 cc/l air LOF 20 (Liquid Organic Formula) disemprot merata dengan dosis larutan 100 liter pada 45 HST Pergiliran varietas Penggunaan pupuk kompos
97
Pengendalian
Memutuskan siklus
hama tanaman
hama penyakit
(PHT)
tanaman Keadaan hama berada pada batas tidak membahayakan Menigkatkan daya tahan fisik tanaman Produksi secara ekonomis
System tanam legowo dua Penggunaan pupuk suplemen organik Gropyokan dan pengumpanan Sanitasi lingkungan Penggunaan varietas yang tahan hama penyakit tertentu Penggunaan agensi hayati,
menguntungkan dan
nematode pathogen
lingkungan tetap lestari
serangga dan jamur
Menekan hama utama padi (penggerek batang) Menekan populasi hama secara umum
beauveria Pelestarian musuh alami (predator) hama Penyediaan pestisida nabati dari jenis tanaman yang mengandung racun dan bahan-bahan yang bersifat repelent dan antraktan
Pemanenan
Dilakukan
Umur panen
setelah padi
tergantung varietas dan
menguning
ketinggian tempat
diatas 90 persen atau cukup umur Menggunakan sabit bergerigi Menggunakan
Agar kualitas beras bagus Butir gabah tidak banyak rontok Mengurangi goyangan sehingga gabah tidak banyak yang rontok Mengurangi kehilangan hasil
alas yang lebar Pakai alat perontok atau bantng bertirai Menggunakan karung yang baik atau tidak bocor
Sumber: Ketua Gapoktan Silih Asih, Petugas Penyuluh Lapangan/Tenaga Harian Lepas Ciburuy (November 2010)
98
Lampiran 9. SOP Pembuatan Pestisida Nabati Uraian
Prosedur
Faktor Kunci
Keterangan
Kemudahan untuk kerja
Setiap jenis daun/ bahan
Kerja Alat dan
1.
Bahan 2.
Penyediaan Alat: Golok, alu, jubleng, sekop
yang diperlukan untuk 1
Penyediaan bahan:
kali proses pembuatan
a. Daun Picung
masing-masing 1 genggam
b. Daun Mimba c. Kacang Babi d. Daun Tuba e. Air f. Sabun Colek
1.
Siapkan seluruh alat dan bahan
pembuat
2.
Rajang 9potong kecil-kecil)
laksana/tahapan
dicampur dan
seluruh bahan/daun
kerja lebih mudah
ditumbuk secara
Hasil tumbukan
bertahap
an 3.
4.
Tumbuk daun hasil rajangan
6.
semakin halus
Simpan bahan hasil tumbukan
semakin baik
sebanyak ± 5 liter air
Ekstrak berdaya
untuk hasil
diisi air 5 liter)
racun terlarut dan
tumbukan untuk
Lakukan sampai dengan hasil
bercampur secara
seluruh bahan
tumbukan habis
terpadu
Ember berisi air
Penyimpanan selama
Simpan hasil tumbuk ditempat
24 jam sebelum
aman (selama ± 24 jam)
digunakan
Cara
1.
Siapkan alat saringan
penggun
2.
Bubuhkan kedalam larutan
aan
Daun hasil rajangan
secara bertahap
kedalam ember (yang telah
5.
Tata
Proses
sabun colek (sebanyak 1 colek)
Larutan melekat
Sabun colek dalam
pada daun tanaman
jumlah secukupnya
Penyemprotan
(cukup 1 colek)
3.
Aduk larutan sampai merata
mengabut
4.
Saring larutan dengan
sempurna
Penyemprotan tidak terganggu (nozel
menggunakan kain penyaring
macet) akibat sisa daun tidak tertumbuk halus
Waktu
1.
Dosis larutan
Hasil penyemprotan
penggun
2.
Waktu penyemprotan
efektif dan berdaya guna
Volume larutan: 1 liter untuk 13-15
aan
liter air (1 tangki hand sprayer)
Umur: 15 hari = 100 liter 30 hari = 300 liter 45 hari = 500 liter
Sumber: Ketua Gapoktan Silih Asih dan PPL/THL Ciburuy, November 2010
99
Lampiran 10. Hasil Pendugaan Produksi Usahatani Padi Sehat Petani Responden Regression Analysis Produksi = 4,49 + 0,153 Benih + 0,258 Kompos - 0,238 Urea + 0,144 Phonska + 0,0614 Tenaga kerja + 0,414 Pestisida nabati Predictor Constant Benih Kompos Urea Phonska Tenaga kerja Pestisida nabati S = 0,173005
Coef 4,485 0,1535 0,25823 -0,23751 0,14418 0,06135 0,4139
R-Sq = 81,1%
SE Coef 1,385 0,1269 0,06404 0,09729 0,04475 0,04995 0,1390
T 3,24 1,21 4,03 -2,44 3,22 1,23 2,98
P 0,004 0,239 0,001 0,023 0,004 0,232 0,007
VIF 1,6 1,9 1,8 1,1 1,1 1,6
R-Sq(adj) = 76,2%
Analysis of Variance Source Regression Residual Error Total
DF 6 23 29
SS 2,95722 0,68840 3,64563
MS 0,49287 0,02993
F 16,47
P 0,000
Durbin-Watson statistic = 1,92577
Lampiran 11. Uji Heteroskedastisitas Model Penduga Pada Petani Responden Padi Sehat
100
Normal Probability Plot of the Residuals (response is Produksi)
99
95 90
Percent
80 70 60 50 40 30 20 10 5
1
-0,4
-0,3
-0,2
-0,1
0,0 0,1 Residual
0,2
0,3
0,4
0,5
9,0
9,2
9,4
Residuals Versus Produksi (response is Produksi) 0,5 0,4 0,3
Residual
0,2 0,1 0,0 -0,1 -0,2 -0,3 -0,4 7,6
7,8
8,0
8,2
8,4 8,6 Produksi
8,8
101