Pengaruh Brand Image AXA terhadap keputusan Konsumen menjadi Nasabah AXA Financial Indonesia
Andi Lely Kumalasari 207000018 Universitas Paramadina
Abstrac The purpose of the research: To know how the brand image of being client AXA Financial Indonesia and to know the extent to which consumer decisions in choosing AXA Financial Indonesia. Methodology quantitative research, with a method of surveying. Research result: The functional value of 65 people (97,0%) respondents while 2 people (3.0%), the value of the emotional benefits of 67 people respondents (100.0%), the value of the benefits of self expression 67 the respondents (100.0%), the value of customer relationships with brands from the 67 respondents (100.0%) people, the social class of 67 people respondents (100.0%), an overall culture value of 67 people (100.0%) respondents, social group value reference of 65 the respondents (100.0%), family values of 67 people respondents (100.0%), the value of the role and status of the respondents (67%), the overall value of 100.0 social of 67 people respondents (100.0%), the value of individual age and stages of the 67 people respondents (100.0%), the value of the individual and the work of 67 people (100.0%) respondents, the value of individual economic circumstances of 67 people respondents (100.0%), the value of the individual lifestyle of 67 people respondents (100.0%)overall, the value of the individual from the 67 respondents (100.0%) people, the value of motivation psychology 67 (100.0%) of respondents. Conclusion: The results of Research studies the influence of consumer Brand Image to clients AXA Financial Indonesia, the overall results of the study showed that the influence of the Brand Image of consumers into customers, with a correlation of 0.418. That image was just 0.48% of decisions that affect the customer, so there are still other factors that 99.52% not in the know this research to customer decisions. Keyword: Pengaruh,Brand Image,keputusan.Axa,Financial,indonesia
Pendahuluan Dalam era globalisasi, setiap perusahaan dituntut untuk memiliki keunggulan tersendiri. Persaingan dalam bidang jasa asuransi saat ini kian ketat. Kepercayaan nasabah atau konsumen akan suatu produk erat kaitanya dengan merek yang dipilih masyarakat berdasarkan kepercayaan mereka terhadap industri asuransi dan jasa keuangan. Inovasi tiada henti terus juga dikembangkan, namun tingkat kepercayaan itu saja tidaklah memadai karena kesadaran konsumen saat ini sudah sering disuguhi dalam “dunia janji-janji” akan harapan-harapan dari produk yang disajikan. Kondisi inilah yang menjadikan merek berperan penting, karena merek merupakan nama, istilah, tanda, simbol desain, ataupun kombinasinya yang mengidentifikasikan suatu produk atau jasa yang dihasilkan oleh suatu perusahaan. Identifikasi tersebut juga berfungsi untuk membedakannya dengan produk yang ditawarkan oleh perusahaan pesaing. Saat ini merek sudah memegang peranan penting, salah satunya adalah menjembatani harapan konsumen pada saat perusahaan menjanjikan sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja menawarkan produk yang mirip, tapi mereka tidak mungkin menawarkan janji emosional yang sama. Emosi konsumen terkadang turun naik dan merek-lah yang mampu membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil dengan menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen. Semakin kuat stimulus yang berikan suatu merek, maka akan diserap (apperception) oleh indera kemudian ditafsirkan dengan mengasosiasikan stimulus tersebut dari pengalaman masa lalu suatu merek produk dan kemudian diartikan. Proses inilah yang di sebut persepsi. Dari proses persepsi inilah maka terbentuk brand image. Keberhasilan perusahaan yang sudah lama dikenal bersaing di dunia asuransi dan jasa keuangan khususnya AXA Financial Indonesia sebagai perusahaan penyedia layanan jasa keuangan asuransi dan investasi maka suatu perusahaan perlu untuk memfokuskan pada pencapaian kesan suatu merek yang terbentuk memiliki kualitas, kuantitas dan kepercayaan yang kuat, maka potensi ini akan meningkatkan brand image pada konsumennya karena apabila para konsumen merasa amat percaya akan kualitas, ataupun atribut yang melekat pada merek tersebut mereka akan lebih sukar untuk mengubah pilihannya serta dapat menciptakan kelekatan emosional terhadap merk AXA Financial Indonesia, yang hasilnya adalah kesetiaan dan loyalitas pelanggan yang tinggi. Sebaliknya, apabila para konsumen hanya merasa tertarik akan kuantitas saja yang sudah cukup lama
dipasaran sebagai layanan jasa keuangan dan manajemen kekayaan keluarga, maka akan mudah untuk beralih bila mendapatkan tawaran yang lebih baik dari perusahaan lain yang sama menawarkan layanan jasa keuangan dan manajemen kekayaan keluarga.Menurut Aaker (1996) dalam Bilson Simamora (2003:14-16) merek memiliki brand image, merek sendiri memiliki nilai, yaitu nilai fungsional, manfaat emosional, dan manfaat ekspresi diri. Nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen. Nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen. Nilai Emosional, pada intinya berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan positif apa yang dialami konsumen pada saat menjadi nasabah produk. Nilai ekspresi diri, menurut Aaker (1996: 101) ”bahwa nilai ekspresi diri merupakan bagian dari nilai emosi”. Kalaupun dibedakan, menurutnya itu bukan tanpa alasan. Kalau nilai emosional berkaitan dengan perasaan positif (misalnya nyaman, bahagia, bangga), maka ekspresi diri tentang ”bagaimana saya di mata orang lain maupun diri sendiri.” Berdasarkan kutipan di atas merek memiliki nilai-nilai yaitu: (1) Nilai fungsional yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan fungsional kepada konsumen. Hal ini dapat dilihat dari point-point atribut seperti fasilitas program asuransi, fasilitas asuransi untuk kebutuhan perorangan, fasilitas asuransi untuk kebutuhan bisnis, serta kemudahan pada produk jasa dan asuransi; (2) Manfaat Emosional, berhubungan dengan perasaan yaitu perasaan positif apa yang dialami konsumen pada saat menjadi nasabah produk. Hal ini dapat dilihat dari point-poin atribut seperti keamanan produk jasa dan asuransi, bangga menjadi nasabah asuransi AFI, AFI sudah terpercaya di Indonesia dibidang asuransi jiwa, bangga menjadi bagian dari perusahaan asuransi terbesar di dunia; (3) Manfaat Ekspresi diri merupakan bagian dari nilai emosi. Kalaupun dibedakan, menurutnya itu bukan tanpa alasan. Kalau nilai emosional berkaitan dengan perasaan positif (nyaman, bahagia,bangga) maka ekspresi diri tentang bagaimana saya dimata orang lain maupun diri sendiri. Hal ini dapat dilihat dari point-point atribut seperti penuh perhatian, dapat diandalkan, dan selalu siap sedia, menambah kepercayaan diri, dan mewujudkan hidup impian melindungi diri dan aset. Merek memang terpisah dari produk (Kartajaya, 1998; Aaker, 1996) dalam Bilson Simamora (2003: 5-6),”walaupun kita terbiasa mengidentikan produk dengan
merek”. Asumsi tersebut bila dikaitkan dalam penelitian ini yaitu AXA Financial Indonesia, bisa diidentikan dengan dua hal. Pertama produk secara fisik, yaitu layanan jasa keuangan. Kedua, merek AXA Financial lengkap dengan logo dan image (brand image). Lalu keduanya digabungkan, dan itulah layanan jasa keuangan AXA Financial. Merek lebih luas daripada produk, kalau kita berbicara tentang produk, kita harus membicarakan ruang lingkup, atribut, kualitas dan penggunaan. (Basic product knowladge training, 2010 : 8) Sedangkan merek, menurut Bilson Simamora (2003 : 6) selain terkait dengan ruang lingkup, atribut, kualitas dan penggunaan, juga terkait dengan : (1)Siapa yang menggunakan merek (2) Asal produk (3)Asosiasi dengan organisasi (4) Kepribadian merek (5) Hubungan pelanggan dengan merek (6) Manfaat emosional (7) Manfaat ekspresi diri. Penjelasan asumsi lingkup merek di atas, bila dikaitkan dalam penelitian ini, yaitu: Siapa yang menggunakan merek (misal AFI untuk nasabah mandiri); Asal produk (misal AXA Financial dari Perancis); Asosiasi dengan organisasi (misal AFI, didukung AXA Group, adalah perusahaan yang sangat sehat dengan Risk Based Capital (RBC) yang merupakan salah satu tolok ukur kesehatan perusahaan asuransi jiwa Indonesia); Kepribadian merek (misal AFI berkepribadian perusahaan liabilities Yang tersebar di Seluruh Indonesia dan berhasil memperoleh Dari Predikat 'Sangat bagus' Majalah InfoBank tetap Permanent years pencapaian 2007); Hubungan pelanggan dengan merek (misal "AXA Financial Indonesia hadir untuk memberikan solusi finansial terbaik untuk Anda dan keluarga sehingga Anda semakin percaya diri dalam menghadapi masa depan");
Manfaat emosional (misal AXA Financial
Indonesia Hadir untuk memberikan Solusi Terbaik untuk finansial dan Keluarga Anda Sehingga Semakin Percaya Diri menghadapi Masa Depan); Manfaat ekspresi diri (misal AXA Financial Indonesia redefining asurance). Tingkat dan jenis keterlibatan konsumen dalam pembelian suatu merek produk dipengaruhi oleh beberapa kondisi yang melingkupi konsumen, sehingga mempengaruhi dalam meprosesan informasi sebagai pembuatan keputusan. Salah satunya pengaruh dari lingkungan yang mengitarinya, lingkungan dimana konsumen berada akan mempengaruhi perilaku dalam keputusan pembelian. Philip Kotler
(1995 : 224) berpendapat bahwa
”keputusan pembelian dari pembeli merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi dan sangat dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan
psikologis dari pembeli". Untuk lebih lanjut mengenai penjelasan pendapat Philip Kotler dapat terlihat pada Gambar dibawah ini
1. Kebudayaan Menurut Philip Kotler (1995 , 224) ”faktor-faktor kebudayaan adalah faktor penentu yang paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang yang meliputi nilai, persepsi, preferensi dan perilaku melalui proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan lembaga sosial penting lainnya”. Penjelasan Philip Kotler tentang pengaruh keputusan membeli atau menjadi nasabah di pengaruhi faktor kebudayaan ini bila dikaitkan dalam penelitian, bahwasannya nasabah dalam penentuan menjadi nasabah layanan jasa keuangan, karena didasari oleh nilai dan keyakinan tersendiri akan produk yang dipilihnya, misalnya produk layanan jasa maestro syariah AXA Financial Indonesia, merupakan produk perlindungan asuransi jiwa yang diyakini nasabah muslim sebagai produk berbasis syariah yang sesuai dengan keyakinan agamanya. 2. Sosial Faktor-faktor sosial meliputi kelompok referensi, keluarga, peran dan status sosial (Kotler; 97: 147). Untuk lebih jelasnya, faktor-faktor sosial tersebut adalah: (1) Kelompok referensi: Pengaruh kelompok cenderung menjadi kuat apabila produk itu terlihat oleh orang yang dihormati pembeli yang bersangkutan. Kelompok referensi seseorang terdiri dari seluruh kelompok yang mempunyai pengaruh langsung (tatap
muka) tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. Untuk memanfaatkan keadaan ini suatu perusahaan harus berusaha untuk mencari orang yang menjadi pelopor opini dalam kelompoknya; (2) Keluarga: Anggota keluarga ikut membentuk referensi yang paling berpengaruh dalam membentuk perilaku pembelian; (3) Peran dan Status: Posisi sesorang dalam setiap kelompok dapat didefinisikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang mencerminkan harga diri menurut masyarakat di sekitarnya. Faktor sosial bila dikaitkan dalam kajian penelitian ini bahwasannya keputusan menjadi nasabah dalam hal ini nasabah AXA Financial Indonesia dipengaruhi oleh faktor sosial yang meliputi kelompok referensi, misalkan menjadi nasabah AFI karena ada refensi dari teman, keluarga ataupun kerja; keluarga misalkan menjadi nasabah AFI karena kebutuhan dari keluarga untuk masa depan dalam hal kesehatan, pendidikan; peran dan status sosial mislkan menjadi nasabah AFI karena peran dan status nasabah yang bekerja pada profesi yang beresiko tinggi sehingga membutuhkan layanan perlindungan diri. 3.Perorangan Keputusan pembelian/menjadi nasabah juga dipengaruhi oleh ciri-ciri pribadinya, yaitu terdiri dari: (1) Umur dan Tahapan dalam Siklus Hidup Pembeli: Suatu perusahaan harus memperhatikan keadaan-keadaan yang mengubah kehidupan seperti pasangan yang baru menikah, keluarga lengkap, masa hidup mendudamenjanda dan pernikahan yang kedua kalinya; perceraian, dan akibatnya dalam terhadap perilaku konsumsi; (2) Pekerjaan: Pekerjaan juga dapat mempengaruhi pola konsumsi seseorang; (3) Keadaan Ekonomi: Pilihan terhadap suatu produk akan sangat dipengaruhi oleh keadaan ekonomi seseorang. Maksud dari keadaan ekonomi yaitu meliputi pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan harta, kemampuan untuk meminjam, dan sikap terhadap mengeluarkan lawan menabung; (4) Gaya Hidup: Gaya hidup sesorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat seseorang. Gaya hidup menggambarkan seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan; (5) Kepribadian dan Konsep Diri (Citra Diri): Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda yang akan mempengaruhi
pembeliannya.
Kepribadian
seseorang
mempengaruhi
pola
konsumsinya. Yang dimaksud dengan kepribadian adalah karakteristik psikologis
yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian umumnya dijelaskan dengan cii-ciri seperti rasa percaya diri, dominasi, otonomi, menghargai orang lain, kemampuan sosialisasi, kemampuan mempertahankan diri, dan kemampuan menyesuaikan diri. (Kotler; 1997:150) Faktor perorangan bila dikaitkan dalam penelitian ini, seseorang akan menjadi nasabah sebuah layanan jasa keuangan dalam hal ini menjadi nasabah AFI karena didorong oleh ciri pribadinya yang
memungkinkan untuk memilih jenis
produk yang akan digunakan, misalkan seorang nasabah AFI memilih produk maestro link payor, karena keadaan ekonomi dan pekerjaan yang memungkinkan nasabah menginginkan produk layanan yang terdapat perlindungan pelengkap yaitu perlindungan asuransi dan keuangan dimasa mendatang yang polisnya diperuntukan untuk buah hatinya (anak). 4. Psikologi Faktor selanjutnya adalah faktor-faktor psikologis, yaitu: (1)Motivasi: Suatu motif (atau dorongan) adalah kebutuhan yang cukup menekan seseorang sehingga mengarahkan orang tersebut untuk bertindak. Motivasi yang diartikan juga sebagai motif manusia merupakan kebutuhan, keinginan atau dorongan dalam diri individu, atau sesuatu yang menggerakkan sesorang untuk bertindak dengan cara tertentu, atau menanggapi sesuatu; (2) Persepsi: Orang yang sudah memiliki motivasi berarti sudah siap
untuk
bertindak.
Persepsi
merupakan
proses
pengenalan,
pemilihan,
pengorganisasian dan menginterpretasikan informasi yang masuk untuk menjadi sesuatu yang bermakna. Faktor persepsi tersusun dari dua indikator yaitu rangsangan dari lingkungan dan keadaan individu. Rangsangan dari lingkungan berasal dari bauran promosi produk dan perilaku konsumsi dari anggota kelompok acuan. Sedangkan keadaan individu mengarah kepada proses dalam diri terhadap berbagai rangsangan yang menyebabkan munculnya pengetahuan sementara sebelum adanya pembenaran yang disesuaikan dengan fakta atau dapat dikatakan sebagai pendapat pribadi; (3) Proses Belajar: Menurut Philip Kotler, ”jika seseorang bertindak, maka ia belajar. Proses belajar menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Proses belajar sesorang merupakan hasil yang saling mempengaruhi dari dorongan, rangsangan, isyarat, tanggapan dan faktor pendukung”. Menurut
Assael (1995) yang dikutip Erna Ferrinadewi dan Didit Darmawan (2004, 59), ”pembelajaran konsumen adalah suatu perubahan dalam perilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman masa lalunya. Konsumen akan menyesuaikan perilakunya dengan pengalamannya di masa lalu”; (4) Kepercayaan dan Sikap: Melalui tindakan dan proses belajar, orang mendapatkan kepercayaan dan sikap yang kemudian akan mempengaruhi konsumen dalam menjadi nasabah suatu terhadap sesuatu. Kepercayaan adalah suatu gagasan deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu. Suatu sikap menjelaskan evaluasi kognitif, perasaan emosional, dan kecenderungan tindakan seseorang yang menguntungkan atau tidak menguntungkan terhadap suatu benda atau gagasan. (Philip Kotler, 1995 : 243). Faktor psikologi bila dikaitkan dalam penelitian ini, seorang nasabah menjadi nasabah AFI di dasari oleh faktor psikologi, misalkan seorang nasabah AFI menginginkan suatu layanan jasa asuransi kesehatan yang terdapat pelengkap diperuntukkan bagi pasien rawat inap, karena ada proses belajar dari layanan jasa asuransi sebelumnya tidak mendapatkan layanan jasa yang diinginkan, sehingga mendapatkan mencari informasi dan mendapatkan produk dari AFI berupa layanan maestro link HIS rider (Hospital Income & Surgical), yaitu bentuk pelayanan asuransi pelengkap bagi pasien dan keluarga rawat inap. Pengambilan keputusan oleh konsumen atau nasabah untuk melakukan pembelian atau menjadi nasabah suatu produk diawali oleh adanya kesadaran atas pemenuhan kebutuhan dan keinginan yang oleh Assael dalam Sutisna (2004 : 15) disebut need arousal. Pada tahapan pemenuhan kebutuhan dan keinginan sebagai tahap menyadari adanya masalah (problem recognition). Selanjutnya jika sudah disadari adanya kebutuhan dan keinginan, maka konsumen akan akan mencari informasi mengenai keberadaan produk yang diinginkannya. Dari berbagai informasi yang diperoleh konsumen melakukan seleksi atas alternatif-alternatif yang tersedia. Proses seleksi inilah yang disebut sebagai tahap evaluasi informasi. Hasil tahap evaluasi informasi yaitu dengan dibelinya merek produk tertentu, proses evaluasi belum berakhir karena konsumen akan melakukan evaluasi pasca pembelian atau menjadi nasabah (post purchase evaluation). Proses evaluasi ini akan menentukan apakah konsumen merasa puas atau tidak atas keputusan pembeliannya atau menjadi nasabah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka masalah yang akan dibahas adalah : (1) Seberapa besar brand image AXA Financial Indonesia ? (2) Seberapa besar keputusan konsumen untuk menjadi nasabah AXA Financial
Indonesia ?
Kerangka Teoritis Komunikasi adalah “suatu proses dimana sumber mentransmisikan pesan kepada penerima melalui beragam saluran”. (Menurut Trenholm dan Jensen (Wiryanto, 2004: 6). Berdasarkan pengertian yang diberikan oleh Trenholm dan Jensen peneliti berpendapat bahwa proses komunikasi dipandang sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator melalui saluran atau media tertentu yang ditujukan kepada penerima pesan (komunikan). Dalam penelitian ini yang akan menjadi komunikator adalah PT. Axa Financial Indonesia (PT.AFI), yang akan menjadi komunikan adalah nasabah, dan saluran atau media yang digunakan adalah seminar atau kegiatan eksternal PR. Sementara menurut
Raymond S. Ross (
Mulyana, 2002: 62) komunikasi adalah suatu proses menyortir, memilih, dan mengirimkan simbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksudkan komunikator. Merek produk mempunyai peranan terpenting dalam menimbulkan emosi konsumen yaitu menjadi konsisten dan stabil, mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar, mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan konsumen yaitu semakin kuat suatu merek, makin kuat pula interaksinya dengan konsumen dan makin banyak asosiasi yang terbentuk dalam merek tersebut, merek dapat memudahkan proses pengambilan keputusan. Dari peranan penting sebuah merek produk ini, maka citra merek (brand image) menurut Sutisna (2003, 83) adalah ”hasil mempresentasikan keseluruhan persepsi dari terhadap merek yang dibentuk dari informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu”. Menurut Shimp Terence (2003, 11) brand image ”merupakan jenis asosiasi yang muncul dibenak konsumen ketika mengingat sebuah merek produk. Asosiasi tesebut secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra produk yang dikaitkan pada suatu merek. Menurut Aaker (1996) dalam Bilson Simamora (2003:14-16) merek memiliki brand image, merek sendiri memiliki nilai, yaitu nilai fungsional, manfaat emosional, dan manfaat ekspresi diri. Nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen. Nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk atau layanan kepada
konsumen. Nilai Emosional, pada intinya berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan positif apa yang dialami konsumen pada saat menjadi nasabah produk. Nilai ekspresi diri, menurut Aaker (1996: 101) ”bahwa nilai ekspresi diri merupakan bagian dari nilai emosi”. Kalaupun dibedakan, menurutnya itu bukan tanpa alasan. Kalau nilai emosional berkaitan dengan perasaan positif (misalnya nyaman, bahagia, bangga), maka ekspresi diri tentang ”bagaimana saya di mata orang lain maupun diri sendiri.” Sedangkan merek, menurut Bilson Simamora (2003 : 6) selain terkait dengan ruang lingkup, atribut, kualitas dan penggunaan, juga terkait dengan : (1)Siapa yang menggunakan merek; (2) Asal produk; (3) Asosiasi dengan organisasi; (4) Kepribadian merek; (5) Hubungan pelanggan dengan merek; (6) Manfaat emosional; (7) Manfaat ekspresi diri Hubungan pelanggan dengan merek (misal "AXA Financial Indonesia hadir untuk memberikan solusi finansial terbaik untuk Anda dan keluarga sehingga Anda semakin percaya diri dalam menghadapi masa depan"); Philip Kotler (1995 : 224) berpendapat bahwa ”keputusan pembelian dari pembeli merupakan hasil suatu hubungan yang saling mempengaruhi
dan sangat dipengaruhi oleh faktor
kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologis dari pembeli. Teori di atas bila dikaitkan dengan penelitian adalah bagaimana nilai-nilai yang terdapat di dalam sebuah merek yaitu nilai fungsional, nilai emosional, nilai ekspresi diri, dan hubungan pelanggan dengan merek sangat mempengaruhi bagaimana seorang konsumen dapat menyukai dan percaya terhadap suatu merek, bagaimana nilai fungsional yang terdapat di produk AXA dapat memberikan nilai fungsi bagi nasabahnya, sedangkan nilai emosional yaitu nilai yang harus di tanamkan kepada nasabah bagaimana seorang nasabah dapat merasa bangga mempunyai Asuransi AXA, nilai ekspresi diri merupakan bagian dari nilai emosi. Kalaupun dibedakan, menurutnya itu bukan tanpa alasan. Kalau nilai emosional berkaitan dengan perasaan positif (nyaman, bahagia,bangga) maka ekspresi diri tentang bagaimana saya dimata orang lain maupun diri sendiri, Hubungan pelanggan dengan merek misal "AXA Financial Indonesia hadir untuk memberikan solusi finansial terbaik untuk Anda dan keluarga sehingga Anda semakin percaya diri dalam menghadapi masa depan.
Selain itu
keputusan konsumen terhadap pembelian juga di pengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di sekitar seperti faktor budaya dimana nasabah dalam memilih produk
layanan Asuransi lebih menanamkan nilai dan keyakinan oleh karenannya ada produk layanan jasa maestro syariah AXA Financial Indonesia, faktor sosial bila dikaitkan dalam kajian penelitian ini bahwasannya keputusan menjadi nasabah dalam hal ini nasabah AXA Financial Indonesia dipengaruhi oleh faktor sosial yang meliputi kelompok referensi, misalkan menjadi nasabah AFI karena ada refensi dari teman, keluarga ataupun kerja, pribadi Faktor perorangan bila dikaitkan dalam penelitian ini, seseorang akan menjadi nasabah sebuah layanan jasa keuangan dalam hal ini menjadi nasabah AFI karena didorong oleh ciri pribadinya yang
memungkinkan untuk
memilih jenis produk yang akan digunakan, misalkan seorang nasabah AFI memilih produk maestro link, karena keadaan ekonomi dan pekerjaan yang memungkinkan nasabah menginginkan produk layanan yang terdapat perlindungan pelengkap yaitu perlindungan asuransi dan keuangan dimasa mendatang yang polisnya diperuntukan untuk buah hatinya (anak), faktor psikologi bila dikaitkan dalam penelitian ini, seorang nasabah menjadi nasabah AFI di dasari oleh faktor psikologi, misalkan seorang nasabah AFI menginginkan suatu layanan jasa asuransi kesehatan yang terdapat pelengkap diperuntukkan bagi pasien rawat inap, karena ada proses belajar dari layanan jasa asuransi sebelumnya tidak mendapatkan layanan jasa yang diinginkan, sehingga mendapatkan mencari informasi dan mendapatkan produk dari AFI berupa layanan maestro link HIS rider (Hospital Income & Surgical), yaitu bentuk pelayanan asuransi pelengkap bagi pasien dan keluarga rawat inap. Metodelogi Metodelogi penelitian ini menggunakan metodelogi kuantitatif dengan metode survei. Penelitian kuantitatif menurut sugiono Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kuantitatif yang diangkakan (skoring), misalnya suatu pernyataan atau pertanyaan yang memerlukan alternatif jawaban, sangan setuju, setuju, kurang setuju, dan setuju dimana masing-masing: sangat setuju diberi angka 4, setuju 3, kurang setuju 2, dan setuju 1. Kemudian data tersebut di interprestasikan dalam dua bentuk yaitu data nominal atau diskrit dan data kontinum. (Sugiono,2006:13-14). Sedangkan metode yang digunakan adalah survei eksplanatif (analitik) yaitu: Jenis survei yang di gunakan untuk mengetahui mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang di pengaruhi terjadinya sesuatu. Dengan kata lain untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel dan pada penelitian
ini periset dituntut membuat hipotesis sebagai awal untuk menjelaskan hubungan antar variabel yang akan di teliti. Dalam penelitian ini berdasarkan data yang di peroleh peneliti dari PT. AXA Financial Indonesia, jumlah populasi keseluruhan nasabah di wilayah DKI Jakarta nasabah AXA per Januari – Mei 2011 sebanyak 200 orang. Sumber: Ibu Lisnawati, Senior Welt Manager AXA Financial Indonesia 2007 to present). Populasi dari penelitian ini berjumlah 200 orang, untuk mengefisienkan penelitian maka diperlukan perwakilan dari populasi yang akan diteliti. Berdasarkan penjelasan sampel bertujuan yang diambil dari jumlah populasi 200 orang, menggunakan rumus Slovin adalah : (Kriyantono 2006 : 160) : n =
N 1 + Ne2
Keterangan : n
= ukuran sampel
N
= ukuran populasi
e
= kelonggaran ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel yang dapat di tolelir. Batas kesalahan tolelir ini bagi setiap populasi tidak sama ada yang 1%, 2%, 3%, 4%, 5% atau 10% (Umar, 2002: 134)
Jadi, hasil sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu : n = 200 1+200 (0,1) 2 200 = 66,6 3 n = 66,6 dibulatkan menjadi 67
Berdasarkan uraian tersebut peneliti mengambil sampel 67 orang dengan tingkat kepercayaan sampel 99% dari populasi team agent AFI Jack nicklaus yang dianggap sesuai dan repesentatif berdasarkan pre-test yang diuji cobakan. dengan syarat-syarat tersebut dan dianggap mewakili kategori nasabah dari PT. AXA Financial Indonesia.
Hasil Penelitian Di bawah ini adalah perhitungan analisis tabel perdimensi, dari kuesioner yang di buat dilakukan analisis data-data dari setiap item perertanyaan yang berjumlah 44 pertanyaan dan secara langsung di isi oleh 67 orang responden. Dimensi Fungsional N=67 Frequency
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
2
3.0
3.0
3.0
65
97.0
97.0
100.0
67
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 65 orang responden (97,0%) sedangkan sebanyak 2 orang (3,0%) termasuk dalam kategori sedang dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori rendah. Dimensi Manfaat Emosional Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (9-12)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah.
Dimensi Manfaat Ekspresi Diri Frequency
Percent
67
Valid Percent
100.0
Cumulative Percent
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Hubungan Pelanggan Dengan Merek Frequency
Percent
67
Valid Percent
100.0
Cumulative Percent
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Kelas Sosial Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Kebudayaan Keseluruhan Frequency 67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang
responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Sosial Kelompok Referensi Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Keluarga Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Perandan Status Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah.
Dimensi Keseluruhan Sosial Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Perorangan Umur Dan Tahapan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Perorangan Pekerjaan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Perorangan Keadaan Ekonomi Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi perorangan gaya hidup Frequency Valid
tinggi (6-8)
Percent
67
Valid Percent
100.0
Cumulative Percent
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Perorangan Keseluruhan Frequency Valid
tinggi (27-36)
67
Percent
Valid Percent
100.0
Cumulative Percent
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Psikologi Motovasi Frequency Valid
tinggi (6-8)
67
Percent 100.0
Valid Percent 100.0
Cumulative Percent 100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah.
Dimensi psikologi proses belajar Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Psikologi Kepercayaan Dan Sikap Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (6-8)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Dimensi Psikologi Keseluruhan Frequency
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
tinggi (21-28)
67
100.0
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh responden termasuk dalam kategori tinggi yaitu sebanyak 67 orang responden (100,0%) dan tidak ada responden yang memberikan Jawaban dalam kategori sedang maupun rendah. Variabe lX Brand Image PT AXA Financial Indonesia N=67 Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
8
11.9
11.9
11.9
59
88.1
88.1
100.0
Variabe lX Brand Image PT AXA Financial Indonesia N=67 Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
8
11.9
11.9
11.9
59
88.1
88.1
100.0
67
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden termasuk dalam kategori berhasil yaitu sebanyak 59 orang responden (88,1%) sedangkan 8 orang responden (11,9%) termasuk dalam kategori kurang berhasil, dan tidak ada responden yang memberikan jawaban dalam kategori tidak berhasil. VariabelY Keputusan Menjadi Nasabah PT AXA Financial Indonesia N=67 Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Sedang (51-77)
23
34.3
34.3
34.3
Tinggi (78-104)
44
65.7
65.7
100.0
Total
67
100.0
100.0
Dari tabel di atas tersebut dapat dilihat bahwa hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden termasuk dalam kategori berhasil yaitu sebanyak 44 orang responden (65,7%) sedangkan 23 orang responden (34,3%) termasuk dalam kategori kurang berhasil, dan tidak ada responden yang memberikan jawaban dalam kategori tidak berhasil. Perhitungan korelasi ini adalah untuk mengukur ada tidaknya hubungan antara elemen keberhasilan dalam Pengaruh Brand Image (variabel X) dengan tingkat kognitf dan afektif keputusan konsumen menjadi nasabah AFI (variabel Y), pengukuran ini dihitung dengan menggunakan teknik Coefficient Correlation Pearson. Coefficient Correlation Pearson dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan program SPSS 20.0 dan didapat hasil sebagai berikut
Correlations Pengaruh Antara Variabel X terhadap variabel Y dalam Korelasi Perason VariabelX VariabelX
Pearson Correlation
VariabelY 1
Sig. (2-tailed) N VariabelY
Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N
.418** .000
67
67
.418**
1
.000 67
67
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS dengan teknik analisis Pearson pada tabel diatas, maka dapat dijelaskan hasil analisisnya adalah sebagai berikut : Terdapat hubungan antara kedua variabel dengan nilai koefisien korelasi (r) adalah 0,418 yang menunjukan hubungan atau korelasinya positif antara variabel X dengan variabel Y. Untuk membuktikan ada hubungan atau tidak maka kita harus tahu terlebih dahulu apakah Ho ditolak atau Ha diterima. Dinyatakan ada hubungan jika r hitung > r tabel. Didapatkan hasil yaitu r hitung (0,418) > r tabel (0,317), maka dapat dikatakan bahwa Ha diterima dengan kata lain ada pengaruh brand image PT AXA Financial Indonesia terhadap Keputusan Menjadi Nasabah PT AXA Financial Indonesia. Dilihat dari tingkat engaruhnya adalah sedang dan arahnya positif karena nilai korelasi Pearson tidak bertanda negatif pada nilai 0,418 dan berada dalam interval nilai 0,40-0,599. Jadi dapat diartikan bahwa terdapat adanya pengaruh Brand Image PT AXA Financial Indonesia terhadap Keputusan Menjadi Nasabah PT AXA Financial Indonesia memiliki tingkat hubungan yang sedang. Garis dua variabel 2 independen (variabel X) dan dependen (variabel Y). analisa regresi sederhana (simple regretion analysis) digunakan untuk memprediksikan nilai suatu variabel independen Y berdasarkan nilai variabel independen X. analisis regresi juga dapat digunakan untuk melihat pengaruh variabel independen X pengaruh Brand Image terhadap keputusan konsumen menjadi nasabah AXA. Berikut adalah regresi sederhana berdasarkan spss.
Model Summary Model
R
R Square
.218a
1
Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .033 .47041
.048
a. Predictors: (Constant), pengaruh brand image
ANOVAa Model
Sum of Squares Regression
1
df
Mean Square
F
.721
1
.721
Residual
14.383
65
.221
Total
15.104
66
Sig. .076b
3.258
a. Dependent Variable: keputusan menjadi nasabah b. Predictors: (Constant), pengaruh brand image
Coefficientsa Model
Unstandardized Coefficients B (Constant)
Std. Error 1.735
.514
.320
.177
Standardized Coefficients
t
Sig.
Beta 3.377
.001
1.805
.076
1 pengaruhbrandimage
.218
a. Dependent Variable: keputusanmenjadinasabah
Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa Brand Image sebagai variabel independen berpengaruh terhadap keputusan menjadi nasabah PT AFI sebagai variabel dependen. Dengan R= 0.218 nilai R2 (R square) dari tabel model Summary sebesar 0.048. angka ini memiliki arti bahwa sebesar 0.48% variabilitas Brand Image hanya berpengaruh sedang pada keputusan menjadi nasabah PT AFI. Tabel ANOVA di atas mengidentifikasikan bahwa regresi secara statistik tingkat signifikan dengan nilai F = 3.258 dan di peroleh angka signifikansi sebesar 0.076. angka 0.076 > 0.05 dengan bunyi hipotesis: (1) Jika r hitung > dari r tabel, maka H1 diterima dan Ho ditolak; (2) Jika r hitung < dari r tabel, maka H1 di tolak dan Ho diterima.
Rumusan Hipotesis: Ho tidak ada hubungan antara pengaruh brand image antara pengaruh Brand Image terhadap keputusan menjadi nasabah AXA H1 ada hubungan antara pengaruh brand image terhadap keputusan menjadi nasabah AXA Sehingga dapat di simpulkan Ho di tolak dan H1 di terima. Artinya, peneliti menyimpulkan Brand Image 0.48% yang mempengaruhi menjadi nasabahAXA , jadi masih ada sekitar 99.52% faktor lain yang belum di ketahui dari penelitian ini untuk Brand Image. Sehingga dapat dikatakan terdapat hubungan linier antara ke dua variabel maka variabel Brand Image memang mempengaruhi terhadap keputusan menjadi nasabah AXA di mana persamaan garis regresi di tunjukan sebagai berikut: Y=a+bX Y = 1.753 + 0.320X Dimana : A = 1.753, artinya apabila nilai pengaruh Brand Image. tetap atau tidak mengalami penambahan pengurangan, maka nilai keputusan menjadi nasabah AXA sebesar nilai konstanta yaitu 1.753; bX = 0.320, artinya satuan nilai peningkatan variabel keputusan menjadi nasabah AXA apabila ada penambahan satu satuan pada variabel brand image. Dalam pembahasan penelitian, peneliti mengaplikasikan teoriteori yang ada di bab II. Penerapan teori dimaksudkan untuk mendukung hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti yang bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih obyektif dan dapat menjawab identifikasi masalah dalam penelitian ini. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya di bab II, merek memiliki brand image,merek sendiri memiliki nilai, yaitu nilai fungsional, manfaat emosional, dan manfaat ekspresi diri. Nilai fungsional, yaitu nilai yang diperoleh dari atribut produk yang memberikan kegunaan (utility) fungsional kepada konsumen. Nilai ini berkaitan langsung dengan fungsi yang diberikan oleh produk atau layanan kepada konsumen. Nilai Emosional, pada intinya berhubungan dengan perasaan, yaitu perasaan positif apa yang dialami konsumen pada saat menjadi nasabah produk. Nilai ekspresi diri. Dalam penelitian ini Brand image AXA Financial Indonesia mengaplikasikan empat elemen yaitu nilai fungsional, manfaat emosional, manfaat ekspresi diri dan hubungan pelanggan dengan merek. Beberapa elemen di atas merupakan elemen penting dalam mendukung brand image PT AFI di benak khalayak. Model terperinci dari faktorfaktor yang mempengaruhi prilaku di kemukakan pada bab II. Berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen dalam pembelian suatu produk, diantaranya
faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologi. Pengaruh budaya dan sosial merupakan penyebab mendasar konsumen mengambil keputusan untuk menjadi nasabah PT AFI. Hal ini dikarenakan untuk menjadi nasabah PT AFI biasanya para nasabah melihat hal-hal tersebut yang akhirnya membuat konsumen mengambil keputisan untuk menjadi nasabah. Penelitian ini menggunakan analisa korelasi Pearson Produck Moment dan regresi linear sederhana untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Brand Image terhadap keputusan menjadi nasabah PT AXA Financial Indonesia di kalangan nasabah team Jack Nicklause. Hasil penelitian secara keseluruhan menunjukan bahwa pengaruh Brand Image terhadap keputusan konsumen menjadi nasabah, dengan korelasi sebesar 0.418. nilai ini menunjukan adanya korelasi yang sedang. Nilai koefisien 0.418 di nyatakan pada hubungan yang sedang karena berada pada interval 0.400-0.600 (tabel 3.3). Sedangkan berdasarkan analisa pengaruh menggunakan regresi linear sederhana menunjukan bahwa R= 0.418 nilai R² (R Square) dari tabel Model Summary sebesar 0.048. angka ini memiliki arti bahwa sebesar 0.048 variabelitas Band Image yang terjadi dapat dijelaskan menggunakan hasil penelitian ini terhadap pengaruh Brand Image PT AFI. Artinya image itu hanya 0.48% yang mempengaruhi dari keputusan menjadi nasabah, jadi masih ada 99.52% faktor lain yang belum di ketahui penelitian ini untuk keputusan nasabah.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan: Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand image terhadap keputusan menjadi nasabah PT AXA Financial Indonesia (survei pada nasabah Tim Jack Nicklause). Peneliti menggunakan metodologi kuantitatif dengan metode survei, peneliti memperoleh informasi dengan menyebarkan kuisioner kepada 67 orang responden yang berdasarkan rumus Slovin dengan menggunakan 10% dalam kelonggaran ketidak telitian permasalahan ini dari populasi 200 orang. Peneliti menggunakan teknik purposive sampling. Didalam penelitian ini peneliti mempunyai kesimpulan PT AFI tersebut memang di minati oleh khalayak tetapi tidak terlalu memberikan dampak besar terhadap calon nasabah, di buktikan dengan responden yang tidak menjadi nasabah PT AFI karena hanya berpengaruh sedang dan hanya terdapat 0.48%. Artinya, peneliti menyimpulkan Brand Image 0.48% yang mempengaruhi menjadi nasabahAXA , jadi masih ada sekitar 99.52% faktor lain yang belum di ketahui dari penelitian ini untuk Brand Image.
Saran: Setelah melakukan penelitian dan melihat tingkat pengaruh Brand Image terhadap keputusan menjadi nasabah PT AXA Financial Indonesia dikalangan nasabah tim Jack nicklause sudah dalam tingkat pengaruh yang sedang maka peneliti ingin memberikan saran bahwa mempromosikan sebuah Brand harus lebih intens tidak hanya menggunakan satu media saja dalam promosi, namun juga menggunakan media lain dalam promosi kepada khalayak luas. Peneliti juga mengharapkan dapat meberikan masukan kepada PT AFI sebagi pihak produsen dalam mengembangankan brand-nya dengan cara berpromosi dengan maksimal seperti contoh mengadakan even keluar kota agar brandnya lebih di kenal oleh khalayak luas.