PENGAMALAN ISLAM DALAM BIDANG RITUAL DAN PERILAKU SOSIAL PADA MAHASISWA PECINTA ALAM (MITAPASA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: M.FADLI ISMAIL SHOLEH NIM: 11105040
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
I
ii
PENGAMALAN ISLAM DALAM BIDANG RITUAL DAN PERILAKU SOSIAL PADA MAHASISWA PECINTA ALAM (MITAPASA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh: M.FADLI ISMAIL SHOLEH NIM: 11105040
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2014
III
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: M.Fadli Ismail Sholeh
NIM
: 11105040
Jurusan
: Tarbiyah
Progdi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: PENGAMALAN ISLAM DALAM BIDANG RITUAL DAN SOSIAL PADA MAHASISWA PECINTA ALAM (MITAPASA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 5 maret 2014 Pembimbing
Drs.Bahroni, M.Pd
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp (0298) 323 706, 323 433 fax 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id Email :
[email protected]
SKRIPSI PENGAMALAN ISLAM DALAM BIDANG RITUAL DAN SOSIAL PADA MAHASISWA PECINTA ALAM (MITAPASA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013 DISUSUN OLEH: M.FADLI ISMAIL SHOLEH NIM: 11105040 Telah dipertahankan di depan panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 2014 dan telah memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarana SI kependidikan islam Susunan panitia penguji Ketua penguji
:
________________________
Sekertaris penguji
:
________________________
Penguji I
:
________________________
penguji II
:
________________________
penguji III
:
________________________ Salatiga, Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP.19580827 198303 1 002 v
2014
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pengetahuan dan pengamalan agama seseorang dapat menggambarkan sisi batin kehidupan yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat religius. Dari pengetahuan agama serta pengamalan keagamaan maka akan memperlihatkan sikap keberagamaan dari seseorang untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar ketaatannya. Salah satu kebutuhan manusia yang perlu diperhatikan dan sangat penting yaitu kebutuhan agama. Poerwadharminta (1999:23) mengatakan bahwa agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. . Artinya :Hanya engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada engkaulah kami meminta pertolongan tunjukilah kami jalan yang lurus (QS. Al-Fatihah, 5-6).
1
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (QS. Luqman,17) Manusia disebut juga makhluk yang beragama (homo religius). Akhmad Yamoni dalam Jalaludin (2000:88) mengemukakan bahwa ketika Allah SWT membekali insan itu dengan nikmat berpikir dan daya penulisan, diberi pula rasa bingung dan bimbang untuk memahami dan belajar mengenali alam sekitarnya sebagai imbangan atas rasa takut terhadap kegarangan dan kebengisan alam itu. Hal inilah yang mendorong insan tadi untuk mencari-cari suatu kekuatan yang dapat melindungi dan membimbingnya disaat-saat yang gawat, insan primitif telah menemukan apa yang dicarinya pada gejala alam itu sendiri. Secara berangsur dan silih berganti gejala-gejala alam tadi diselaraskan dengan jalan hidupnya. Dengan demikian timbulah penyembahan terhadap api, matahari, bulan, atau benda lain dari gejala alam tersebut. Robert Nuttin menambahkan bahwa dorongan beragama merupakan salah satu dorongan yang bekerja dalam diri manusia sebagaimana dorongan-dorongan lainnya, seperti: makan, minum, intelek dan lain sebagainya. Sejalan dengan hal itu maka dorongan beragama menuntut untuk dipenuhi sehingga pribadi manusia itu mendapat kepuasan dan ketenangan. Selain itu dorongan beragama juga merupakan kebutuhan insaniah yang tumbuhnya dari berbagai faktor penyebab yang bersumber dari rasa keagamaan. (Jalaludin, 2000:89).
2
Jadi agama adalah ajaran dan aturan yang menjadi pedoman hidup yang terdiri atas pedoman dalam berpikir, memandang dan menilai sesuatu, dan pedoman dalam bertindak sehari-hari. Dan sebagai suatu ajaran, agama diyakini oleh para penganutnya berasal dari tuhan bukan dari manusia. Agama dan kehidupan sosial manusia merupakan dua dimensi yang tidak dapat dipisahkan. Bentuk ritual keagamaan dapat merefleksikan dalam berbagai kearifan hidup perwujudan iman dalam praktik kehidupan sosial. Orientasi kesalehan akan ikut memberi solusi bagi problem sosial sebab kesalehan itu membangun etos kerja. Kita akan menjadi bangsa yang dihormati dan didengar suaranya, jika produktivitas bangsa meningkat dan perekonoian. Kehormatan bangsa dibangun di atas dasar kesalehan sosial. (http: //.www. artikel-dadang akhmad diakses 2 April 2012). Kemudian, organisasi kemahasiswaan merupakan salah satu bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan mahasiswa yang terdapat pada lingkungan kampus, serta suatu organisasi merupakan wadah yang menampung para mahasiswa yang bergabung dalam rangka mengembangkan minat dan bakatnya serta untuk menambah wawasan, sehingga akan diperoleh pengalaman, baik dalam cara berpikir, maupun melatih diri dalam manajemen kepemimpinan diri dan kelompok. Salah satu macam bentuk dari unit kegiatan mahasiswa pada STAIN yaitu organisasi mahasiswa pecinta dan pemerhati alam salatiga (MITAPASA). Dari hal itulah yang menjadikan penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “PENGAMALAN ISLAM DALAM BIDANG RITUAL DAN
3
SOSIAL PADA MAHASISWA PECINTA ALAM (MITAPASA) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA TAHUN 2013”. B. Fokus peneitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan fokus penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana keadaan pengamalan Islam dalam bidang ritual pada mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013? 2. Bagaimana keadaan pengamalan Islam dalam bidang sosial pada mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013? C. Tujuan Penelitian Dari permasalahan tersebut di atas, penulis dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keadaan pengamalan Islam dalam bidang ritual pada mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013. 2. Untuk mengetahui keadaan pengamalan Islam dalam bidang sosial pada mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013. D. Kegunaan Penelitian Dari penelitian ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat, adapun manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua bagian antara lain: 4
1. Manfaat Teoritis Penulis berharap agar peneitian ini bermanfaat kepada para pembaca, serata menambah wacana mengenai pengamalan Islam dalam bidanng ritual dan sosial khusunya Mahasiswa pada lingkungan kampus Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Manfaat Praktik Manfaat praktik penelitian ini antara lain: a. Penelitian ini dapat menunjukkan pengamalan Islam dalam bidang ritual pada mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. b. Penelitian ini dapat menunjukkan pengamalan Islam dalam bidang sosial pada mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. c. Mendorong mahasiswa meningkatkan kinerja yang profesional dalam organisasi. d. Meningkatkan rasa percaya diri para mahasiswa dalam pembelajaran organisasi untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dan ruang lingkup pembahasan dalam penelitian ini, perlu di jelaskan istilah pokok maupun kata-kata yang terkandung dalam judul skripsi ini, antara lain :
5
1. Pengamalan Pengamalan yaitu proses, cara, perbuatan mengamalkan, melaksanakan perbuatan, menunaikan kewajiban / tugas (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:34) Pengamalan yang di maksud dalam penelitian ini adalah pengamalan Islam dalam bidang ritual dan sosial pada mahasiswa pencinta alam ( MITAPASA) STAIN Salatiga 2013. 2. Islam Islam ialah tunduk dan patuh kepada perintah orang yang memberi perintah dan kepada laranganya tanpa tanpa membantah. Agama kita telah diberi nama Islam, karena ia berarti taat kepada Allah dan tunduk kepada perintahnya tanpa membantah (Maududi, 1975:8). sesuai firman Allah SWT.
Artinya : Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah Maka Sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya (Ali Imran 19).
6
Artinya : Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang musyrik membenci ( Ash Shaff 9 ). 3. Ritual Ritual yaitu berkenaan dengan ritus : tatacara dalam upacara keagamaan ( Departemen Pendidikan Nasional, 2007:959 ). Dari pengertian tersebut maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud ritual disini adalah tatacara dalam pengamalan agama Islam. Dalam konteks ini ritual ditekankan pada aspek eksperimental yakni bagian ritual yang bersifat efektif, artinya keterlibatan emosional dan sentimental pada ajaran agama. 4. Sosial Kata Sosial dari kata latin societes yang artinya masyarakat. Kata societas dari kata socius yang artinya teman dan selanjutnya kata sosial berarti hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain dalam bentuknya yang lain-lain (Sujanto, 1995:236) Dari uraian diatas, maka menurut penulis sosial di sini adalah suka menolong dan memperhatikan kepentingan umum. 7
F. Metode Penelitian Hal-hal yang perlu dipaparkan berkaitan dengan metode dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa tehnik pengumpulan data sebagai berikut: a. Dokumentasi Di dalam melaksanakan metode dokumentasi penulis menyelidiki benda-benda tertulis buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya ( Arikunto, 1998:149 ). Penulis menggunakan metode ini untuk memperoleh data tentang situasi-situasi umum berkaitan dengan keadaan anggota mahasiswa pecinta alam serta kegiatan-kegiatan yang dilaksakan dalam satu periode kepengurusan. Selain itu penulis mempelajari dokumen-dokumen tentang sejarah berdirinya MITAPASA, struktur organisasi dan sebagainya. Dari pengumpulan data modal dokumentasi tersebut diharapkan terkumpulnya dokumern atau berkas untuk menlengkapi seluruh unit kajian data yang akan di teliti dan di analisa lebih lanjut. b. Metode Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dengan sistematik dari fenomena yang diselidiki (Arikunto, 1998:149 ). Pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan metode observasi yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung 8
terhadap kegiatan dan perilaku sehari-hari anggota mapala MITAPASA. Penulis
mengopserfasi
kegiatan
berorganisasi
anggota
mapala
MITAPASA serta kegiata khusus lainnya (Kajian Intensif) yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian mahasiswa c. Metode Interview ( Wawancara ) Metode wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan jalan proses tanya jawab secara lisan dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik melihat muka yang lain (Hadi , 1981:158). Untuk mengetahui bagaimanakah pengamalan Islam dalam bidang ritual dan sosial mahasiswa, penulis melakukan wawacara (interview) langsung kepada seluruh anggota mapal MITAPASA yang masih aktif pada periode kepengurusan tahun 2012 / 2013. Melalui pertanyaan-pertanyaan yang telah terstruktur, meliputi tentang dua poin penting pertanyaan yang mengarah pada pengamalan Islam dalam bidang ritual dan sosial mahasiswa pecinta alam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga MITAPASA. G. Sistematika Penulisan Untuk mengetahui pembahasan skripsi ini dengan baik, penulis sampaikan sistematika pembahasan sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang, penegasan istilah, rumusan malah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode pinelitan, sistematika penulisan skripsi 9
BAB II
Kajian pustaka Pada bab ini akan diuraikan berbagai pembahasan kajian pustaka yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi teoro-teori tentang : pengamalan Islam dalam bidang ritual, pengamalan Islam dalam bidang sosial .
BAB III
Paparan data dan temuan penelitian Pada bab ini akan di laporkan berbagai hal mengenai profil organisasi mahasiswa pecinta alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga serta penyajian data.
BAB IV
Pembahasan Pada bab ini akan diuraikan tentang analisis data hasil wawancara dan interpretasi data.
BAB V
Penutup Pada bab ini terdiri dari kesimpulan, saran-saran
10
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Tentang Pengamalan Islam dalam Bidang Ritual 1. Pengertian Pengamalan Ritual Pengamalan yaitu berkenaan dengan seseorang dalam berperilaku yang dimotivasi oleh ajaran agamanya. Perilaku yang dimaksud adalah perilaku duniawi, yakni bagaimana individu berhubungan dengan dunianya. Ritual adalah kata sifat (adjective) dari rites yang dalam Bahasa Indonesia dan Melayu disebut dengan ritus serta ada yang menyebutkan sebagai kata benda. Sebagai kata sifat, ritual adalah segala yang di sambungkan atau disangkutkan dengan upacara keagamaan, seperti ritual dences, ritual laws. Sedangkan sebagai kata benda adalah segala yang bersifat upacara keagamaan (Horneby,1987:733). Ritus berhubungan dengan kekuatan superanatural dan kesakralan sesuatu karena itu istilah ritus atau ritual dipahami sebagai upacara keagamaan yang berbeda sama sekali dengan yang natural, frons, rasional sehari hari. Dalam agama upacara ritus dikenal dengan ibadat, kebaktian, berdoa dan bacaan-bacaan pada momen-momen tertentu yang dalam agama Islam dinamakan dengan zikir (Agus, 2006: 96-99). Dalam Islam, isi pengamalan/frekuensi meliputi perilaku suka menolong, tidak berjudi, pemaaf, mematuhi norma-norma Islam, jujur dan lain sebagainya. Sedangkan ritual yaitu berkenaan dengan kepatuhan 11
seseorang dalam mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana diperintahkan atau dianjurkan oleh agama yang dianutnya. Dalam Islam, isi dimensi ritual/praktik meliputi kegiatan-kegiatan antara lain seperti pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji bila mampu, pembacaan Al-qur’an, pemanjatan doa (Ancok dan Nashori, 1994:80). Pengamalan ritual adalah segala aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang berkaitan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan ajaran kebaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan itu. Dengan kata lain, tingkah laku atas norma-norma, nilai atau ajaran dan doktrin-doktrin agama yang dianutnya. Dalam ajaran Islam, perilaku agama merupakan perilaku yang didasarkan atas nilainilai agama Islam, baik yang bersifat vertikal maupun yang bersifat horizontal. Pengamalan ritual merujuk kepada aspek rohaniah individu yang berkaitan dengan keimanan kepada Allah yang merefleksikan kedalam peribadatan kepada-Nya, baik yang bersifat habluminallah maupun
habluminannas (http://xahrialzone.blogspot.com/2011/prilaku-
beragama-dalam-psikologi-Islam.html/ diakses 20 Desember 2013). 2. Faktor-faktor yang Mendasari Tingkat Pengamalan Ritual. Pengamalan ritual (keagamaan) seseorang dapat berubah karena dipengaruhi oleh pembawaan dan lingkungan, oleh karena perlu adanya usaha untuk membentuk atau mempengaruhi ritualistk tersebut. Pengamalan ritual seseorang secara garis besarnya dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksteral, kedua faktor inilah yang bisa 12
menciptakan kepribadian dan ritual (taat kepada pengamalan keagamaan) seseorang. a. Faktor Internal. Faktor yang terdapat dalam diri manusia itu sendiri atau segala sesuatu yang telah dibawa oleh anak sejak lahir yaitu fitrah suci yang merupakan bakat bawaan, seperti firman Allah dalam surat ar-Rum ayat 30 yang berbunyi :
Artinya : Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. .(QS: Ar-Rum : 30). Dalam ayat ini diterangkan bahwa ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal ini tidaklah wajar, mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Ada juga faktor-faktor yang terdapat di dalam diri pribadi manusia. Faktor tersebut adalah : 13
1. Pengalaman. Menurut Robert C. Monk, pengalaman agama Umumnya bersifat individual tetapi karena pengalaman agama yang dimiliki umumnya selalu menekankan pada pendekatan keagamaan bersifat pribadi, hal ini senantiasa mendorong seseorang untuk mengembangkan dan menegaskan keyakian itu dalam sikap, tingkah laku, dan praktek keagamaan yang dianutnya (Jalaluddin, 2000:175). 2. Pengaruh emosi .
Emosi merupakan perasaan gejolak jiwa yakni suatu keadaan kerohanian atau peristiwa kejiwaan yang dialami seseorang baik itu perasaan senang atau tidak senang. Dalam pengamalan keagamaan seseorang (ritual), emosi merupakan faktor internal karena emosi mempunyai suatu pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa seseorang. Menurut Daradjat (1970:77) mengemukakan pendapatnya yakni: bahwa sesungguhnya emosi memang peranan penting dalam sikap dan tindakan agama. Tidak ada satu sikap atau tidak
agama
seseorang
yang
dapat
dipahami
tanpa
mengindahkan emosinya. b. Faktor Eksternal Faktor yang mempengaruhi ritualistik manusia yang berasal dari luar diri manusia. 14
3. Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Tingkat Pengamalan Ritual. Untuk melihat seberapa jauh ritual seseorang, maka dapat diketahui bagaimana seseorang itu melaksanakan dimensi-dimensi pada komitmen keagamaannya. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada tingkat ritual seseorang terbagi menjadi lima dimensi, diantaranya adalah : a. Dimensi Keyakinan Dimensi ini berisi pengharapan-pengharapan yakni orang religius berpegang teguh pada padangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan dimana taraf penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi, tidak hanya diantara agama-agama, akan tetapi sering kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama (Ancok, 1994:77). b. Dimensi Praktik Agama Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal- hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya.paktik keagamaan ini terdiri dari ritual dan ketaatan. Dalam Islam, dimensi ini menyangkut pelaksanaan shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, ibadah kurban, dan lain sebagainya (Ancok, 1994:77). c. Dimensi Pengalaman. Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa agama 15
menggandung pengharapan peng harapan tertentu meski tidak tept dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai suatu pengetahuan subyektif dan langsung mengenai pernyataan terahir( kenyataan terahir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural)
d. Dimensi Pengetahuan Agama Dimensi ini mengacu pada pengetahuan agama apa yang tengah atau harus diketahui orang tentang ajaran-ajaran agamanya. Orang yang beragama paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritus-ritus, kitab suci, dan tradisitradisi (Ancok, 1994:78).
e. Dimensi Pengamalan atau Konsekuensi Dimensi ini mengacu pada akibat-akibat keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari- kehari. Dimensi pengamalan disebut juga dengan dimensi sosial, yang meliputi segala implikasi sosial dari pelaksanaan ajaran agama (Ancok, 1994:78).
B. Kajian Tentang Pengamalan Islam Dalam Bidang Sosial a. Pengertian Perilaku Sosial Menurut Sudjana (2009:113) perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu yang terwujud digerakan, sikap, tidak saja badan atau ucapan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia memberi pengertian tentang 16
perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap rangsangan atau lingkungan. Manusia sebagai mahluk sosial yaitu adanya hubungan manusia dengan sekitarnya, adanya dorongan pada manusia untuk mengabdi pada masyarkat. Walgito (1990:25) Perilaku sosial adalah perilaku yang relatif menetap yang diperlihatkan oleh individu dalam berinteraksi dengan orang lain. Perilaku sosial berkembang melalui interaksi dengan lingkungan. Lingkungan akan turut membentuk perilaku seseorang. Dapat disimpulkan bahwa perilaku sosial adalah suatu tindakan yang merupakan tanggapan pada lingkungan sosial dipengaruhi oleh hadirnya orang lain, perilaku kelompok, perilaku yang ada di bawah kontrol masyarakat (Soejono, 1994:83). b. Dasar dan Teori Perilaku Sosial Menurut Walgito (1990:20-21) Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori, diantara teori-teori tersebut dapat dikemukakan: 1) Teori Insting Menurut McDougall perilaku itu disebabkan karena insting, dan McDougall mengajukan suatu daftar insting. Insting merupakan perilaku yang innate (perilaku yang bawaan) dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman. 2) Teori Dorongan (drive theory) Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu 17
mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongandorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. 3) Teori Insentif (incentive theory ) Teori ini bertitik tolak pada pendapat bahwa perilaku organisme itu disebabkan karena adanya insentif. Dengan insentif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Insentif itu sendiri adalah tambahan penghasilan (uang, barang) yang diberikan untuk meningkatkan gairah kerja. Maksud insentif disini adalah seseorang akan melakukan perubahan diperlukan rangsangan yang berwujud materi. 4) Teori Atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab tentang perilaku orang apakah perilaku itu disebabkan oleh disposisi internal, misal motif sikap, atau disposisi eksternal. Menurut Frisz Heider berpendapat bahwa perilaku manusia itu mendapat atribusi internal dan atribusi eksternal. 5) Teori kognitif Apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti dilaakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yaang akan membawa manfaat yang sebesar-besarnya yang bersangkutan (Walgito, 1990:18).
18
Penjelasan tentang perilaku sosial dan interaksi sosial terdapat kesamaan, menurut H. Bonner yang dimaksud dengan interaksi sosial ialah suatu hubungan antara dua individu atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya. Dalam pelaksanaan interaksi sosial ini dapat dijalankan melalui: 1) Imitasi (peniruan). 2) Sugesti (memberi pengaruh): yaitu suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik lebih dulu. 3) Identifikasi: yaitu keinginan untuk menyamakan/ menyesuaikan diri terhadap sesuatu yang dianggap mempunyai keistimewaan. 4) Simpati (seperasaan): yaitu tertariknya orang satu terhadap orang lain. Simpati ini timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan (Gerungan, 1983:61-73). Untuk mewujudkan dan sekaligus mendidik perilaku moralitas sosial, yang tidak dapat kita lupakan adalah lembaga pendidikan kita, sekolah/madrasah. Pendidikan adalah investasi masa depan bangsa (sosial investment), termasuk investasi untuk menancapkan perilaku sosial yang penuh dengan praktek etika. Oleh karena itu, lewat sekolah/ madrasah, anak-anak kita dididik sekaligus dibiasakan untuk berperilaku yang etis dan menjunjung tinggi etika sosial di Negara tercinta Indonesia. Untuk pembiasaan tersebut, lembaga pendidikan itu sendiri juga harus memberi contoh sebagai lembaga yang bermoral. Bagi masyarakat 19
beragama, yang terbaik adalah menjalankan nilai-nilai etika bersumber dari ajaran agama. Dengan demikian, bagi umat Islam akan menerima konsekuensi (reward) ganda di dunia dan di akhirat (Azizy, 2003:86). c. Bentuk-bentuk Perilaku Sosial Islam Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa lepas dari lainnya. Ia akan selalu mengadakan hubungan demi kesempurnaan demi kesempurnaan dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya pelaksanaan bentuk-bentuk sikap sosial yang positif agar tercipta kehidupan yang harmonis (Ahmadi, 2007:148). Adapun bentuk perilaku sosial Islam diantaranya adalah: 1) Tolong Menolong Tolong menolong diantara manusia merupakan suatu hal yang mesti dilaksanakan dalam hidup bermasyarakat sebagaimana yang diajarkan dalam mata pelajaran aqidah akhlak. Tolong menolong bisa berarti untuk kebaikan dan bisa untuk keburukan. Islam menegakkan tolong menolong yang bersifat baik dan melarang tolong menolong dalam hal keburukan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Maidah ayat 2:
... Artinya :...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan 20
pelanggaran.
dan
bertakwalah
kamu
kepada
Allah,
Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya (Qs. Al Maidah:2). Adapun tolong menolong untuk berbuat baik dan takwa ialah membimbing dan memberi petunjuk untuk kebaikan dan menolak kejahatan. Tolong menolong ini bisa dalam bentuk memberikan tuntutan dan bimbingan/pelajaran, serta dengan musyawarah dengan benar dan ikhlas. Hati orang Mukmin akan tergerak untuk memeberikan bantuan sesuai dengan batas-batas kemampuannya. Bila tidak ada bantuan berupa benda, kita dapat membantu orang yang dalam kesulitan dengan nasehat atau dengan kata-kata yang menghibur hatinya. Bantuan jasa pun sewaktuwaktu lebih diharapkan daripada bantuan-bantuan lainnya (Hasan, 1983: 28). Anjuran dan tuntutan bagi manusia untuk berinteraksi sosial kemasyarakatan dengan berpedoman pada nilai-nilai keagamaan ini akan memacu pada kebaikan dan ketakwaan serta menjauhkan diri dari berbuat dosa dan melanggar aturan interaksi sosial, seperti berkhianat, dusta dan sebagainya. 2) Saling Menghormati Dalam meningkatkan kerukunan hidup antar umat Islam harus ditumbuh kembangkan rasa saling menghormati, pengertian, menghargai, tolong menolong, sopan santun, dan lainnya. Sikap saling menghormati antara sesama manusia harus dibina dalam kehidupan sehari-hari agar 21
dapat tercipta kerukunan dalam hidup bermasyarakat. Menghormati guru dan ustadz sangat dianjurkan dalam Islam, karena menaruh rasa hormat kepada guru dan ustadz menunjukkan kepribadian umat Islam yang sangat baik dan terpuji. Setiap murid harus selalu menghormati guru mereka. Guru adalah orang yang memberi pencerahan iman dan pengetahuan ilmu kepada santri setiap saat. Guru adalah orang yang memupuk peserta didik dengan ilmu pengetahuan dan menuntunnya ke jalan yang lurus. Oleh karena itu, sangat wajar apabila setiap mahasiswa wajib menghormati gurunya karena kebaikannya yang sangat banyak dan tak terhingga. 3) Pemaaf Orang yang mempunyai sifat pemaaf sangat dipuji oleh agama Islam dan masarakat sifat pemaaf tidak merugikan orang yang bersangkutandan tidak merendahkan derajatnya (martabatnya), bahkan menguntungkan sebab ia akan dipuji oleh masyarat dan diberi pahala oleh allah (Hasan, 1983:28). Hal ini sesuai dengan firman Allah ... Artinya : ...dan hendaklah mereka bermaaf-maafan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang(Qs.An Nur : 22) d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sosial Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja, melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus-menerus antara individu 22
dengan individu-individu lain disekitarnya. Dalam hubungan ini, faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap adalah: 1) Faktor Internal: yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan, seperti faktor pilihan. Kita tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi kita, oleh karena itu, kita harus memilih rangsangan-rangsangan mana yang akan kita dekati dan mana yang harus dijauhi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif dan kecenderungan-kecenderungan dalam diri kita (Ahmadi, 2007:157). Karena harus memilih inilah kita menyusun sikap positif terhadap satu hal dan membentuk sikap negatif terhadap hal lainnya. diantaranya: a) Proses kognitif, yaitu ingatan dan pikiran yang memuat ide-ide, keyakinan dan pertimbangan yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku sosialnya. b) Tingkat penyesuaian, yaitu mengacu pada sejauh mana kepribadian
seseorang
berfungsi
secara
efisien
dalam
masyarakat. Seseorang yang berpenyesuaian baik memiliki hubungan yang harmonis dengan lingkungan
sosial
di
sekelilingnya dan memiliki semacam harmoni dalam yang berarti bahwa mereka puas terhadap
dirinya. Tingkat
penyesuaian diri yang tinggi memudahkan penerimaan sosial terhadap individu
yang bersangkutan
dan
selanjutnya
berpengaruh positif terhadap kepribadian (Farozin, 2004:21). 23
c) Menurut Az-Za’balawi (2007:163) Ibadah-ibadah Fardhu yaitu, Ibadah-ibadah fardhu dan sunnah yang berpengaruh nyata dalam hubungan-hubungan sosial remaja. Ibadah- ibadah ini (shalat, puasa, haji, zakat dan juga termasuk di dalamnya dzikir.) mengatur perilakunya, amalnya, pikirannya, dan perasaannya.
Ibadah-ibadah
ini
mendorongnya
untuk
melakukan kebaikan dan hal-hal yang patut, mencegahnya melakukan perbuatan yang tidak layak dalam hubunganhubungannya dengan anggota masyarakat. 2) Faktor Eksternal: selain faktor-faktor yang terdapat dalam diri sendiri, maka pembentukan sikap dan perilaku sosial ditentukan pula oleh faktor- faktor yang berada di luar, yaitu: a) Faktor lingkungan Faktor lingkungan yang pertama yaitu, lingkungan alam yang dapat mempengaruhi perilaku sosial seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur kata. Kedua yaitu lingkungan keluarga yaitu ayah dan ibu bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak mereka, dan kesalehan anak-anak mereka pun terkait dengan kesalehan mereka berdua, kalau ayah atau ibu menyeleweng dari jalan allah yang lurus yang dia ridhoi bagi 24
hamba- hambanya anak akan mengikuti mereka. Karena itu mereka berdua menaggung dosa perbuatan mereka dan perbuatan anak mereka. namun mereka berdua tidak menaggung dosa anakanakmereka kalau mereka berdua saleh dan melaksanakan kewajiban mereka dalam merawat dan mendidik yang benar kepada anak-anak (Az-Za’balawi, 2007:159). b) Perilaku dan Karakteristik Orang Lain Jika seseorang lebih sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, ada kemungkinan besar ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter santun dalam lingkungan pergaulannya. Salah satu contoh yaitu kepribadian seorang guru muslim yang dapat memberikan pengaruh terhadap kepribadian dan perilaku siswa. Karena seorang guru memiliki sifat-sifat terpuji, sebagai bingkai baginya untuk melaksanakan aktivitas pendidikannya, bagi guru yang menjadi teladan saleh, mudah untuk mewujudkan idealisme anak, khususnya remaja. Dia adalah pengarah dan pembimbing ke arah segala akhlak dan perilaku mulia. Guru muslim harus berusaha merangsang stimulus-stimulus perilaku sosial dan akhlak mulia, dan ikut serta bersama muridmuridnya
melakukan
beberapa
bentuk
Misalnya,
menjenguk
orang-orang
sakit,
kegiatan
sosial.
mengumpulkan
sedekah, membagikannya kepada orang-orang miskin dan 25
membutuhkan; serta dia harus ikut bersama mereka dalam kegiatan-kegiatan eksperimen, dan memberi mereka segala bantuan yang mereka perlukan ( Az-Za’balawi, 2007:161). c) Latar Budaya Sebagai Tampat Perilaku dan Pemikiran Sosial Itu Terjadi Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang beretnis budaya lain atau berbeda. Dalam konteks
pembelajaran
pendidikan
jasmani yang terpenting adalah untuk saling menghargai perbedaan yang dimiliki. d) Teladan Yang Baik Pendidikan dengan teladan yang baik memiliki dampak yang sangat efektif kepada perilaku sosial remaja. Al-Qur’an menegaskan urgensi teladan yang baik dan penagruhnya terhadap pembinaan akhlak dan pelurusan perilaku sosial bagi individu dan masyarakat. Al- Qur’an juga menyeru umat ini untuk meneladani Rasullullah, sebab beliaulah teladan yang baik bagi siapa pun yang ingin menghiasi dirinya dengan akhlak mulia sehingga dia terpuji di mata anggota masyarakatnya (Az-Za’balawi, 2007: 162). Allah berfirman,
26
rtinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah (Q.S. AlAhzaab:21). Tentunya tidak semua faktor harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap. Kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Yang menarik adalah makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi semakin cepat terbentuk sikap dan perilaku seseorang. Dengan demikian, perilaku sosial individu dilihat dari kecenderungan peranan (role disposition) dapat dikatakan
memadai, manakala
menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut: (1) yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial; (2) memiliki pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya; (3) mampu memimpin teman-teman dalam kelompok; dan (4) tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul. Sebaliknya, perilaku sosial individu dikatakan kurang atau tidak memadai manakala menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal sebagai berikut: (1) kurang mampu bergaul secara sosial; (2) mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain; (3) pasif dalam mengelola kelompok; dan
27
(4) tergantung kepada orang lain bila akan melakukan suatu tindakan (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosialindividu.html/ diakses 20 Desember 2013).
28
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Mapala Mitapasa Data yang diperoleh dengan metode observasi pada tanggal 12 Janauari 2014 maka diperoleh data sebagai berikut: 1. Identitas Organisasi Nama Organisasi : Mapala Mitapasa Bidang
: Panjat tebing, susur gua, pendakian gunung, dan kepencitaalaman
Alamat kantor
: Jl. Tentara Pelajar No. 2 PKM 1 kampus I STAIN Salatiga, Kode Pos 50721
Email
:
[email protected]
Website
: mitapasa.wordpress.com mitapasa.blogspot.com
Kelurahan
: Kalicacing
Kecamatan
: Sidorejo
Kota
: Salatiga
Provinsi
: Jawa Tengah
29
2. Visi dan Misi Organisasi a. Visi Hamimayu bayuning bhawono, menghidupi dan memperindah, melestarikan alam sekitar. Dengan indikator visi sebagai berikut: 1) Mengembangkan kecintaan anggota Mapala Mitapasa terhadap alam sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk Allah SWT. 2) memperkokoh persatuan anggota dengan mensinerginya terhadap alam dengan kegiatan struktural maupun secara kekeluargaan b. Misi 1)
Menumbuhkan
rasa
keagamaan
melalui
kegiatan
kepencintaalaman. a) Mengenali lingkungan sekitar. b) Identifikasi terhadap kerusakan lingkungan dalam jangka pendek/ panjang. c) Memulai sikap tersebut dari diri sendiri. d) Melatih kedisiplinan beribadah. 2) Menumbuh kembangkan bakat dan minat kepecintaalaman. a) Latihan survival setiap waktu dan tempat. b) Melatih mental dan keberanian.
30
c) Mengembangkan
jiwa
yang
lebih
mementingkan
kelompok dari pribadinya dalam mengimplementasikan korsa. 3) Menumbuhkan rasa kepedulia lingkungan menyeluruh 4) Meningkatkan sumber daya manusia tentang kepecintaalaman 5) Prinsip kode etik Untuk menjadi pedoman dan prinsip anggota Mapala MITAPASA dalam membina pribadi dan wataknya.
6) Korsa Menurut Kamus Besar Theasurus Indonesia (Pusat Bahasa Kemendiknas, 2008) ialah menjunjung tinggi rasa empati terhadap sesama
anggota
sebagai
perekat
dan
pemersatu
dalam
menyelesaikan suatu masalah, dalam melaksanakan kegiatan dan landasan gerak organisasi. Atau dalam bahsa lain artinya Komando Satu Rasa. 3. Perintis MITAPASA ‘94 a. Muhaimin (Racana : Giatops : ’89) b. Siti Asdiqoh (Kaprogdi. PAI - sekarang) c. MP Wibowo (Racana : P.A. : ‘89) d. Hanif Dzakiri (Senat : Getar : ’91) e. Tri Makno (Menwa : 92) f. Abdul Hakim ( Racana : 90) g. Anshori (Racana : 90) h. M. Rifai (Racana : Waka : 91)
31
i. Latif Kurniawan ( Racana : Ketua : 91) j. Sugianto k. Umi Hannah (Racana ; Getar ; 92) l. Rofiq Isngadi ‘92 m. Dll yang belum dapat kami sebutkan.
4. Periodesasi Mapala Mitapasa Mulai ‘94 1. Tahun 1994 – 1995 M. Rifai ( Suruh, Salatiga ) 2. Tahun 1995 – 1996 M. Rifai ( Suruh, Salatiga ) 3. Tahun 1996 – 1997 Amin Fakhrudin ( Boyolali ) 4. Tahun 1997 – 1998 Amin Fakhrudin ( Boyolali ) 5. Tahun 1998 – 1999 Fajar Rosyidi ( Sukoharjo ) 6. Tahun 1999 – 2000 Fajar Rosyidi ( Sukoharjo ) 7. Tahun 2000 – 2001 Susanto ( Magelang ) 8. Tahun 2001 – 2002 Endang Karniti ( Pati ) 9. Tahun 2002 – 2003 Khusnul Abadi ( Boyolali ) 10. Tahun 2003 – 2004 Mujibur Rahman ( Bringin Salatiga ) 11. Tahun 2004 – 2005 Abdul Hamid ( Batang ) 12. Tahun 2005 – 2006 Eko Saputro ( Demak ) 13. Tahun 2006 – 2007 Riza Arfani ( Demak ) 14. Tahun 2007 – 2008 Farid Makruf ( Magelang ) 15. Tahun 2008 – 2009 Yuni Mitayani ( Salatiga ) 16. Tahun 2009 – 2010 Fardhian Hartanto ( Magelang ) 17. Tahun 2010 – 2011 Muhammad Mufid ( Argomulyo, Salatiga ) 18. Tahun 2011 – 2012 Syarif Anam Muhammad ( Tingkir, Salatiga ) 19. Tahun 2012 – 2013 Khusein Ali Mochammad (Tingkir, Salatiga)
5. Struktur Organisasi
Pengurus Mapala MITAPASA STAIN Salatiga Per. 2012-2013
32
Ketua Umum
: Khusein Ali Mochammad
Sekretaris Umum
: M. Fadholi
Bendahara Umum
: Maftukhatul Munawaroh
Sie. Pendidikan dan Latihan
: Ahmad Jamari
Sie. Logistik
: Umar
Sie. Lingkungan Hidup
: Fahmi Bastian
Divisi Gunung Hutan
: Yanuar Anshori
Divisi Rock Climbing
: Nurul Hidayah
Divisi Caving
: Samsul Ma’arif
6. Sarana dan Prasarana Mapala Mitapasa
No
1
Nom or Logi stik
Merk
Warna
Jumla h
Kete rang an
Beal
UNGU,Puti h dan Merah
3
Baik
Kongbonaty
Silver kuning maz
6
Kongbonaty(ov al)
Biru orange
Petzlwiliam
Silver
Jenis Logistik
Karmantel
Faders
Carabiner srew 2
Hijau
kuning
1 1
baik
2 1
Petzlattache Petzl 3
Carabiner snap Classic
33
Silver biru
1
Silver
1
baik
Omegalite
merah
5
Silver biru 4
Auto stop
petzl
Biru slver
1
baik
5
Gri gri
petzl
Biru hitam
1
baik
6
Croll
petzl
kuning
1
baik
Jumar
petzl
Biru(kanan) kuning(kiri)
1
7
baik 1
8
Figure eight
Camp italy
silver
2
baik
9
Mailon rapid (
NN
Warna besi
1
baik
Kuning merah dan hitam
2
biru
3
Petzl 10
slink
Mega pasivic
baik
hitam 11
Claw
Weebing(standa r)
2 8(hitam)
NN
baik 15
7(hijau) Hitam(3) Weebing(pende k) Webbing(besar)
Cotreck 12
Hijau(1)
4
Hijau(1)
1
Hitam merah
2
NN
Harness panjat petzl
baik
Hijau hitam
baik 1
13
Harness caving
NN
biru
1
baik
14
Cover all
canoe
ungu
1
baik
34
Helm
Crisbow
Kuning
3
Baik
Helm batok
NN
Putih hitam
7
baik
16
Flaisit
NN
cram
2
baik
18
Tenda pramuka
NN
coklat
1
baik
19
Kompor gas + tabung 3 Kg
NN
-
1
baik
20
Tabung gas
NN
-
15
baik
15
21
Kompor
Gas mate
silver
3
Baik (2 rusa k)
22
Kompor paravin
NN
coklat
7
berk arat
silver
3 set+2 biji
baik
3
3(NN)
Baik (1ru sak)
Eiger
4(ba ik)
23
Nisting
NN
Apache 24
25
Sepatu panjat
cram
7
prisma
Kuning hijau
Compas
3(ru sak)
26
Prusik
NN
-
7
baik
27
Protaktor
NN
-
7
baik
28
Sepatu boot
NN
hijau
2
baik
4
2 rusa k
29
Lampu badai
NN
35
biru
30
31
Hitam
4
biru
3
LAVUMA ,Cole man,best way
Kuning,Ora nge
3
1(ru sak)
Matras
Doom
NN
baik
cram
32
Drigen
NN
putih
5
baik
33
Graji
NN
coklat
1
baik
34
Palu
NN
kuning
1
baik
35
Galon
aqua
biru
3
baik
36
Dispanser
miyako
putih
1
baik
Akari
Silver 2
nasinal
Coklat
1 rusa k
37
Tv
38
Komputer
samsung
hitam
1
Baik
39
Printer
hp
putih
1
rusa k
40
White board
NN
putih
2
baik
41
Alat biopori
NN
silver
3
baik
42
Almari
NN
coklat
2
baik
43
Scop
NN
-
1
baik
44
Wall climbing
NN
coklat
2
baik
45
Kunci L
NN
silver
1
baik
46
Matras bolder
NN
coklat
10
baik
47
Poin
NN
Hitam,mera h,hijau,dll
banya k
baik
48
Sound
Conon
Hitam dan
5
4
36
D-link
coklat
rusa k
Compo Dell simbadda Stabiliser 49
zico
merah
1
rusa k
Adaptor 50
Papan landas
NN
merah
6
baik
51
Ceret
NN
silver
1
baik
52
Perlengkapan sholat
NN
-
5
baik
Merah
2
Karpet 53
NN
baik
Tikar
1
Jam dinding
Hijau
54
NN
1
baik
55
Wifi
Tp-link
merah
1
baik
56
Chalkbag
NN
Hitam,hijau
5
baik
57
Strika
hitam
1
baik
58
MMT penerimaan anggta baru
-
-
1
baik
Merah
1
59
Staples
NN biru
2
60
61
baik
Mitapasa
3
indonesia
1
Lum ayan baik
5
baik
Bendera
Hiasan dinding
-
37
-
62
63
64
Piala
Porseni,lp d boyolali,dl
-
11
baik
Souvenir
TWKM jogja,jamb i,dll
-
15
baik
Merah,cokl at
8
baik
putih
2
baik
Stampel
P.keg.MIT APASA,lu nas, Salsa,rma h makan
65
Bantalan stempel
NN
66
Kipas angin
NN
merah
1
Lum ayan baik
67
Perforator(pelub ang kertas)
NN
biru
1
baik
68
Footloop
NN
orange
1
baik
69
Piring
NN
-
6
baik
70
Tempat sampah
NN
Putih biru
1
baik
71
Wajan
NN
silver
2
baik
72
Garuk tanah
NN
-
1
baik
73
Gayung
NN
hijau
3
baik
74
Magic com
Yong ma
merah
1
rusa k
75
Kendi
NN
coklat
1
baik
76
Buku keagamaan
NN
14
baik
Merah,biru Dll.
38
(alquran,yasin,dl l) 77
Tripod bendera
NN
hitam
1
baik
78
Tas medis
eiger
merah
1
baik
79
Kuas cat
NN
-
5
baik
80
Alat boxing
NN
merah
1
baik
81
Tempat surat masuk
NN
biru
1
baik
82
Alat Panggang
NN
-
2
baik
83
Aquarium
-
-
1
baik
84
Matras panjat
coklat
10
baik
85
Asbak
-
-
5
baik
86
Gas pon
-
-
1
rusa k
87
Gelas
-
-
5
baik
88
Tas crier
cosmed
-
1
baik
89
Tas kenek
karimor
-
1
baik
90
Kuas cat
-
-
3
Baik
91
Alat boxing
-
-
1
baik
92
Ceret
-
-
2
baik
93
Alat masak campur
-
-
1
baik
94
Materi dan buku bacaan
-
-
99
baik
95
Lpj keiatan 1995 – 2011
-
-
79
baik
39
96
Stop kontak
-
-
4
baik
97
Album foto
-
-
49
baik
B. Penyajian Data 1. Keadaan Pengamalan Islam dalam Bidang Ritual pada Mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2013 a. Makna pengamalan Islam dalam bidang ritual pada Mahasiswa pecinta alam STAIN Salatiga. Islam sebagai pengamalan adalah budaya manusia, sebagaimana respon manusia dalam menjalankan aturan Allah yang tertera dalam din dan syari’at. Wahyu merupakan nilai luhur atau pesan moral bila tidak dioperasionalkan dalam menciptakan sistem sebagai instrumen untuk mengimplementasikan nilai maksud, maka tidak akan berfungsi membangun peradaban dan memecahkan masalah kehidupan. Manusia memperoleh pengetahuan agama melalui periwayatan berkesinambungan dari orang-orang terpercaya dan tidak mungkin berdusta. Kebenaran pengetahuan agama dapat pula diperoleh melalui bukti-bukti historis, argumen-argumen rasional dan pengalaman pribadi. Pengamalan Islam dalam bidang ritual pada mahasiswa khususnya Mapala Mitapasa merupakan hal yang sangat urgen dan bahkan kompleks, tergantung individu masing-masing, sebagaimana dalam hasil dari wawancara yang dilakukan kepada salah satu anggota
40
organisasi tersebut pada : Senin, 30 Desember 2013, 16.00 WIB, sebagai berikut: “Menurut saya pengamalan ritual dalam organisasi Mapala Mitapasa sudah secara maksimal dengan alasan segala bentuk kegiatan yang itu berupa di organisasi, saya selalu memberikan curahan tenaga maupun fikiran yang nantinya dapat bermanfaat untuk mendorong kemajuan di dalam organisasi tersebut.” (03/SM.01/12/2013). Responden SM.01 mengungkapkan kalau dia merupakan jebolan Ponpes Darul Huda selama 3 tahun, kemudian tidak tepat waktu dalam hal sholat dan jarang sekali sholat di basecamp. Hal serupa juga diungkapkan oleh anggota Mapala Mitapasa lain dengan kode responden YY dalam wawancara pada: Senin 30 Desember 2013, 14.20 WIB, dengan hasil wawancara: “Sebagai makhluk yang berjuang untuk agama, pengamalan ritual maupun ibadah yang wajib harus benarbenar dilakukan, bertujuan agar apa yang kita lakukan tetap pada jalanNya dan selalu mendapat ridhoNya. Waktu sholat ya sholat, kegiatan ya kegiatan. Kita harus bisa menempatkan diri. Apalagi saya hidup di organisasi yang latar belakang per anggota yang berbeda-beda.” (02/YY/12/2013). YY sendiri sekarang masih aktif di pondok AL Hasan Salatiga. YY mengaku kalau sedang berada di kantor Mapala Mitapasa sholat tidak pernah tepat waktu. Selanjutnya responden menjelaskan pada saat kegiatan di luar kampus pun jarang sholat karena terkendala rasa malas dan waktu.
41
Kemudian responden lain (MF) juga menjelaskan beberapa poin dalam wawancara pada hari Senin, tanggal 23 Desember 2013 pukul 11.00 WIB, yang isisnya sebagai berikut: “Lain dari pada yang lain karena mungkin basicnya berbeda. Ada beberapa yang melakukan dan ada yang tidak melakukan. Tergantung pribadi masing-masing anggota.” (01/MF/12/2013) Di waktu yang sama, YY juga menjelaskan lebih tentang makna ibadah dan amalan ritual yang responden alami, isinya: “Ibadah itu sendiri dimaknai segala sesuatu perintah dari Allah semata-mata hanya untuk mencari ridho Allah, hidup itu adalah untuk Yang Maha Pencipta, jadi pribadi maupun social kita harus terus menjalankan perintahNya dan menjauhi larangannya”. (01/YY/12/2013). Kemudian responden lain yang juga anggota Mapala Mitapasa (RA), menerangkan makna ibadah sesuai ajaran yang reponden alami. Wawancara ini dilaksanakan pada hari Selasa, 31 November 2013 pukul 12.45. hasil dari wawancara tersebut adalah sebagai berikut: “Ibadah adalah amalan yang dilakukan atas dasar kecintaan pada Tuhan YME. Jadi apa saja yang berhubungan erat dengan Sang Maha Pencipta adalah amalan ibadah.” (14/RA/12/2013). Pendapat lain juga dikemukakan oleh LA, salah seorang anggota Mapala
Mitapasa
angkatan
2012-2013.
Isi
wawancara
yang
didokumentasikan pada hari Selasa tanggal 26 Desember 2013 adalah sebagai berikut: “Ibadah itu adalah usaha yang kita lakukan secara ikhlas untuk menyembah selain Allah SWT. Pribadi saya mengamalkan sholat dan mencintai alam maupun sesama adalah bentuk amalan ibadah ritual khususnya yang harus
42
ditegakkan di organisasi Mapala Mitapasa.”(14/LA/12/2013) Kemudian lebih lanjutnya, peneliti mewawancarai seorang angggota lain yang merupakan anak pondok pesantren di pinggiran kota Salatiga. Dan mungkin wawancara terpanjang dalam penelitian ini. Peneliti mewawancarai ZA pada hari kamis, 2 Januari 2014 pukul 13.30 WIB, sebagai berikut: “Islam diciptakan bukan untuk sekedar menjadi teori melainkan untuk diaplikasikan. Pengamalan Islam harus pula dilakukan secara “II” (Ikhlas & Istiqamah). Contoh pengamalan Islam sebagai agama misalnya : negara yang penduduknya sebagian besar muslim seharusnya menjadi negara yang bebas korupsi karena Islam mengajarkan tentang kejujuran dan amanah. Salah satu pengamalan ajaran Islam yang paling dasar adalah kesadaran tentang kerapian dan kebersihan. Islam mengajarkan bahwa kebersihan adalah sebagian dari iman. Bersih dapat dilihat dari hal-hal yang paling pribadi seperti kamar, kamar mandi, dan bagian rumah kita yang lain. Kata kunci untuk menjaga kerapihan sesungguhnya sederhana yaitu tertib menyimpan kembali segala sesuatu pada tempatnya.” (5&6/ZA/02/2014) Kemudian anggota lain tiba-tiba ikut dalam wawancara. (NK) meberi pendapat tentang makna ibadah sesuai dengan apa yang responden pahami. Sebagai berikut: “Ibadah itu yang penting ikhlas diamalkan. Supaya kita tahu mana yang buruk dan mana yang jelek, contohnya seperti mencuri atau apalah. Walaupun saya ini belum taat tapi saya juga tetap bersyukur sama Tuhan, bahwa saya baik-baik aja. Mengenai saya dengan ibadah saya, ada kecenderungan saya mengikuti apa yang telah saya dalami. Sesibuk apapun itu, insya Alllah saya melaksanakan kewajiban agama.” (06/NK/02/2014).
43
Berdasar pengamatan lapangan dapat digambarkan keseharian pengamalan Islam dalam bidang ritual pada Mahasiswa Pecinta Alam STAIN Salatiga sebagai berikut: Sebagian anggota Mapala Mitapasa baik yang laki-laki maupun perempuan yang sering melakukan sholat berjamaah maupun sendiri di skertariat sebagian melaksanakan sholat tidak tepat waktu karena kesibukan mereka sendiri ada pula yang malu berpapasan dengan dosen waktu ingin berwudhu dan habis masuk kuliah baru melaksanakan sholat, mereka berwudhu di depan Sanggar Getar maupun di kamar mandi kampus, mereka melaksanakan sholat di dalam sekertariat mapala di pojok ruangan yang sekiranya tidak ada lalu lalang orang yang lewat dengan menggelar sajadah. Beberapa orang laki ada yang berganti celan adengan sarung beralasan karena celana mereka sering dipakai dan takut celananya sudah tidak suci. Pada malam jumat ada beberapa aggota yang membaca surat yasin dan juga mengikuti kegiata kegiatan sunan kanjeng yang sering dilakukan di depan aula selapan sekali. Berdasar diatas dapat diperoleh gambaran keadaan maupun makna ritual di organisasi Mapala Mitapasa tahun 2013.
b. Hambatan pengamalan ibadah ritual pada anggota Mapala Mitapasa Sebagaimana hasil dari wawancara kepada anggota mapala dengan kode AJ yang sudah bergelut dengan kepengurusan selama 2
44
tahun, hasil wawancara yang diambil pada hari Senin 28 Desember 2013 pukul 13.12 WIB tersebut ialah sebagai berikut: “Ada beberapa hambatan yang sebenarnya masalah klasik, yaitu masalah malas yang mendera. Ketika waktu sholat, sebenarnya saya ingin sekali melakukan, tapi kadang saya menunda waktu tersebut sehingga kalau ada rapat dan kegaitan yang tidak bisa ditinggalkan sholat bisa tertunda. dan itu berulang-ulang.” (03/AJ/12/2013) Kemudian kaitannya dengan organisasi sebagaiamana wawancara yang diambil pada waktu yang sama kepada (SM.02), sebagai berikut: “Sebenarnya ada upaya untuk menguatkan pengamalan Islam sebagai ibadah ritual di organisasi mapala, yaitu ngaji bareng berupa yasinan (di dalam ruang atau pada saaat kegiatan di alam), sholat berjamaah, buka bersama dengan anak yatim piatu pada saat ramadhan dan kegiatan lainnya. Akan tetapi itu sebatas formalitas kita sebagai mahasiswa di kampus berbasis agama Islam. Karena kami memahami kualitas dan kuantitas ibadah adalah urusan masing-masing individu/anggota dengan Allah SWT”. (04/SM.02/12/2013) Hal diatas menunjukkan sebenarnya ada upaya dalam diri sendiri dan organisasi untuk menguatkan pengamalan ibadah ritual, namun semaua kembali pada individu masing-masing. Data tersebut juga diperkuat oleh wawancara yang dilakukan kepada salah satu anggota lain (UB) pada Selasa, 31 Desember 2013 pukul 14.40 WIB di kantor Mapala Mitapasa, sebagai berikut: “Saya sendiri juga mengamalkan sholat dan amalanamalan lain sesuai yang saya pahami dalam Islam, namun terkadang timbul rasa malas yang akut, jadi bila waktu ibadah tiba, saya tidak bisa mengerjakan sholat dan yang
45
lain-lain. Ada kecenderungan untuk mengulanginya lagi, sengaja ataupun tidak sengaja.” (03/UB/12/2013) Kemudian peneliti mewawancarai (IS), anggota Mapala Mitapasa di masjid Darul amal Salatiga. Siang itu pukul 13.20 WIB hari Jum’at 27 Desember 2013, sebagai berikut: “Hambatan-hambatan yang saya alami antara lain berupa dunia, makhluk, setan serta hawa nafsu. Itu gambaran umumnya. Semisal saya berada berada di kantor Mapala, otomatis bertemu dengan orang-orang yang kadang tidak sholat, bahkan tidak berpuasa. Itu juga kadang mempengaruhi saya dalam melakukan ibadah.” (03/IS/12/2013) Hasil wawancara pada anggota (AK) pada Sabtu, 4 Januari 2014, 16.00 WIB juga menemukan hal yang seupa, berikut kutipan wawancaranya “Bagi saya yang masih berjiwa muda, kekhusukkan ibadah di kantor Mapala Mitapasa juga merupakan dambaan utama. Sayangnya rasa malas, serta kegiatan lain di luar tugas utama sering menjadi hambatan dalam beribadah (terkhusus ibadah mahdah).” (03/AK/01/2014) Dari pengamatan lapangan dapat digambarkan Hambatan pengamalan ibadah ritual pada anggota Mapala Mitapasa yaitu: Meraka yang meniggalkan solat dikarenakan keasikan main game, keasikan onlane, hujan takut basah, terlalu lama waktu rapat Mapala sehingga menjadi malas melaksanakan sholat. takut telat masuk kuliah maupun masuk kuliah dulu yang ternyata keluarnya sudah habis waktu sholat, belum ganti pakaian karena tidur di skretariat Mapala, melakukan kegiatan rutin fisik maupun latian rutin
46
yang kelelahan akhiya tidak sholat, ada pula yang siag tidur sampe sore sehingga tidak melaksanakan kewajiaban sholat. Data-data diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan pengamalan ibadah ritual itu semua tergantung pada diri pribadi anggota bagaimana menyikapi amalan ritual yang mereka pahami, ada faktor yang menghambat jalannya ibadah ritual, seperti rasa malas, kebentur kegiatan dan lupa melaksanakan. Sedangkan mereka tahu bahwa ibadah ritual Islam bagi mereka adalah wajib namun terkendala dengan faktor-faktor diatas. c. Upaya untuk mengembangkan pengamalan ibadah ritual pada anggota Mapala Mitapasa. Ada beberapa kegiatan atau sikap yang dilakukan antara anggota maupun
organisasi
Mapala
Mitapasa
untuk
mengembangkan
pengamalan ritual, sebagaimana makhluk individu maupun makhluk sosial yang seharusnya tidak lepas dari ajaran agama. Seperti wawancara yang dilakukan kepada ZA pada hari Kamis 2 januari 2014 pukul 13.30 WIB, sebagai berikut: “Sholat lima waktu bersama, ngaji bersama berupa yasinan, mencintai perbedaan, dan menghargai makhluk sesama Allah.” (09/ZA/01/2014) Ada pula yang menjelaskan tentang upaya manajemen waktu untuk mengatasi hal tersebut. Seperti wawancara yang dilakukan kepada (AS), Juim’at, 27 Desember 2013, sebagai berikut: “saya sudah terbiasa terbiasa dengan jadwal, karena saya sudah membuat jadwal sehari-hari saya. Saya
47
menghormati apa yang saya buat dan apa yang benar yang harus diamalkan. Bagaimana caranya agar sholat, puasa, bersedekah dan kegiatan ritual saya bisa saya laksanakan dengan baik.” (08/AS/12/2013) Kemudian AH juga menjelaskan beberapa poin dalam wawancara pada hari Jumat, tanggal 3 Januari 2014 pukul 10.30 WIB, yang isisnya sebagai berikut: “Setidaknya adalah mencintai sesama dan makhluk ciptaan Allah, itu sangat mendalam sekali artinya bagi kami. Sebagai mahasiswa pecinta alam, kita seharusnya melestarikan alam dan berusaha mencegah terjadinya perusakan alam secara terus menerus. Karena dewasa ini banyak sekali yang tidak sadar akan pentingnya lingkungan.” (02/AH/01/2014) Dengan demikian, ada alasan juga selain sholat, ngaji bersama dan kegiatan ibadah lain, mencintai lingkungan sekitar juga termasuk pengamalan ritual. Karena selain hubungan antara individu dengan Penciptanya juga harus ada hubungan individu dengan sekitarnya. Ada juga yang berpendapat seluruh jajaran anggota dan organisasi sudah melakukan hal yang serius dalam membentuk upaya mengamalkan ibadah ritual seperti wawancara dengan responden HA yang merupakan ketua umum Mapala Mitapasa periode 2012-2013 yang dilakukan pada tanggal 31 Desember pukul 16.01 WIB, dia menjelaskan: “Organisasi ini memang terbentuk untuk menyatu dengan ciptaan Allah. Menyatu disini adalah bagaimana hidup dengan sesama, saling tolong menolong, dan tidak lupa mencintai dan melestarikan alam sekitar. Ini juga adalah salah satu dari beberapa bentuk pengamalan ibadah ritual
48
sesua yang diajarkan Islam. Ini juga berhubungan dengan visi dan misi yang kita bangun.” (06/HA/12/2013) “Mengenai perilaku pribadi itu adalah kepentingan pribadi pula. Urusan organisasi ya urusan organisasi. Saya tidak mungkin selalu menasehati mereka yang tidak mengerjakan ibadah sholat dan yang menyangkut pribadi mereka. Namun sekali lagi dalam organisasi Mapala diajarkan untuk menghormati keputusan bersama dan selalu berupaya untuk mengamalkan ibadah ritual yang sesuai ajaran agama Islam. Apalagi badan yang menaungi kita adalah kampus STAIN Salatiga yang punya basic Islam.” (07&08/HA/12/2013) Ada sedikit kontradiksi dan ada pula yang radikal terhadap apa yang dilakukan individu terkait ibadah ritual yang mereka lakukan. Akan
tetapi
Mapala
Mitapasa
selalu
berupaya
utnuk
terus
menyeimbangkan antara kegiatan organisasi dengan ibadah ritual sesuai ajaran Islam. Itu kesimpulan wawancara dari data diatas. Selanjutnya peneliti menyimpulkan dan memberi pendapat. Upaya
penegakan
pengamalan
ritual
seharusnya
benar-benar
dilaksanakan. Menyadari arti agama yang sesungguhnya dan mengamalkan apa yang menjadi kewajiban individu terhadap Alllah SWT. Kegiatannya sederhana, yaitu terus mengingatkan para anggota untuk sholat dan mengurangi perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Kemudian kegiatan agama yang bersifat kolektif, seperti pengajian,
yasinan
bersama,
dan
tidak
membuang
sampah
sembarangan adalah upaya yang menjadi bukti bahwa kita adalah makhluk Allah SWT.
49
2. Keadaan Pengamalan Islam dalam Bidang Sosial pada Mahasiswa Pecinta Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga Tahun 2013 Untuk mengetahui keadaan pengamalan Islam dalam bidang sosial pada mahasiswa pecinta alam Mitapasa STAIN Salatiga tahun 2013, maka peneliti melakukan wawancara kepada beberapa narasumber yang terkait, berikut adalah hasil dari penelitiannya. Pertama, penulis mewawancarai salah seorang pengurus mapala mitapasa angkatan tahun 2008, responden dengan kode FB, dan hasilnya adalah: “Kegiatan Mapala Mitapasa sangat beragam sesuai dengan progam kerja yang disepakati. Dan tidak lupa kita juga berperan dalam pengembangan ibadah kami dengan melibatkan kita di kegiatan sosial pula, seperti bersihbersih kampus, membuang sampah, membersihkan paritparit di sekitar wilayah kampus sampai ke sekitar rumahrumah tempat tinggal masyarakat sekitar kampus. Ini menunjukkan kepedulian kita tidak hanya di sekitar kampus, tetapi juga merambah ke jajaran sosial yang lebih luas. Dan alhamdulillah kegiatan ini tiap tahun terus dilakukan.” (16/FB/12/2013) Hal tersebut juga diperkuat oleh pengurus lain, YA misalnya. YA menyebutkan dalam wawancara pada hari sabtu tanggal 4 Januari 2013 pukul 18.30 WIB, sebagai berikut: “Kegiatan sosial tetap kami lakukan, karena kami adalah sekumpulan orang yang juga membutuhkan orang lain. Apalagi kita hidup di lingkungan perkotaan yang notabene akan banyak menemui kondisi lapangan yang tidak bersih dan butuh penyegaran. Kami di tahun 2013 bulan Februari pernah melakukan penghijauan di sekitar kampus, penanaman beberapa tanaman dan penamaan terhadap tanaman yang ditanam sebagai bentuk penyuluhan
50
kesadaran tentang penghijauan. Itu sebagai bentuk ibadah yang menurut saya sangat manusiawi dan berjiwa sosial. Karena dengan hal tersebut akan tercipta lingkungan yang bersih, sejuk dan mengurangi dampak polusi di sekitar wilayah kampus.” (16/YA/12/2013) Serupa dengan pernyataan diatas, hasil wawancara terhadap AD juga memberikan hasil, sebagaimana wawancara yang dilakukan pada: Kamis, 2 Januari 2014, 15.00 WIB, sebagai berikut: “Kami ini adalah mahasiswa pecinta alam di kampus Islam, yang mestinya kita juga beribadah sesuai ajaran Islam yang kami pahami. Kita tidak bisa lepas dari alam yang berada di sekitar kita. Bentuk-bentuk kegiatan mulai bersih-bersih kampus, himbauan-himbauan agar menjaga kebersihan, bahkan kita pernah menyantuni dan memberikan penyuluhan tentang kesadaran mencintai alam kepada anak-anak yatim piatu di sela-sela buka bersama bareng mereka, kegiatan itu pada bulan Ramadhan di tahun 2013. Sekali lagi kita tetap tidak lupa sebagai jati diri kita sebagai mahkluk-makhluk sosial.” (17/AD/01/2014) Sedangkan (MS) seorang jebolan ponpes ternama di kota Solo, dan sekarang masih aktif di keanggotaan Mapala Mitapasa. Dalam diskusi dan wawancara yang diambil pada hari Jum’at 3 Januari 2014 pukul 14.15 WIB, responden menerangkan jawaban, sebagai berikut: “Karakterisitik selanjutnya adalah ajaran Islam dalam bidang sosial. Ajaran Islam dalam bidang sosial termasuk yang paling menonjol karena seluruh bidang ajaran Islam akhirnya ditujukan untuk kesejahteraan manusia. Namun, khusus dalam bidang sosial ini Islam menjunjung tinggi tolong-menolong, saling menasehati tentang hak dan kesabaran, kesetiakawanan, egaliter (kesamaan derajat), tenggang rasa, dan kebersamaan. Dan yang menjadi ukuran ketinggian derajat seorang manusia dalam Islam bukanlah ditentukan oleh nenek moyangnya, kebangsaannya, warna kulit, bahasa, jenis kelamin, dan
51
lainnya yang berbau rasialis. Kualitas dan ketinggian derajat seseorang ditentukan oleh ketakwannya yang ditunjukan oleh prestasi kerjanya yang bermanfaat bagi manusia. Dan dari tolak ukur inilah, maka dalam Islam semua orang memliki kesempatan yang sama. Ini yang dari dulu diterapkan dalam organisasi Mapal Mitapasa.” (16/MS/01/2014) Kemudian seorang responden lain (KM) menjelaskan wawancara yang coba peneliti bangun. Diambil pada hari Senin, 30 Desember 2013, wawancara tersebut berisi: “Membangun jembatan, memperbaiki tempat-tempat umum, membantu orang yang kena musibah banjir, membantu korban kecelakaan lalu-lintas. Jadi, bentuk kerjasama ini harus kita wujudkan dalam kegiatan yang bersifat sosial kemasyarakatan dan tidak menyinggung keyakinan agama masing-masing.” (17/KM/12/2013) Bagaimana pun juga, kegiatan sosial oleh mahasiswa adalah sesuatu hal yang wajar dan sudah menjadi tugasnya. Karena memang dalam evaluasi belajar dan riset-riset mereka pun akhirnya akan dipergunakan untuk masyarakat yang lebih luas. Wawancara berikut juga merupakan bukti dari bentuk pengamalan Islam dalam bidang sosial pada mahasiswa pencinta alam STAIN Salatiga, sebagaimana yang hasil wawancara kepada salah satu pengurus (HW) pada 30 Desember pukul 19.00 WIB, sebagai berikut: “Menolong terhadap sesama juga adalah suatu bentuk pengamalan Islam di bidang sosial. Kita juga sering mengadakan donor darah di kampus. Paling tidak setahun dua kali. Dan imbasnya donor tersebut diserahkan ke pihak yang berwenang dan yang membutuhkan. Bahkan
52
kita sempat jadi relawan aktif pada waktu bencana gunung merapi. Pada saat itu kami membantu beberapa posko di berbagai titik di kawasan yang terkena imbas dari meletusnya gunung tersebut” (16/HW/12/2013) Dari catatan lapangan digambarkan dari sisi sosial anggota Mapala Mitapasa yaitu : Mapala mitapasa selalu mengrimkan anggota untuk baksos seperti 4 anggota menjadi relawan bencana gunung kelut, membuat tulisan yang di tempel di wc-wc Stain Salatiga untuk membuang sampah pada tempatnya, 5 anggota ikut gotong royong waktu ada gempa di sumogawe getasan. selalu membuang tog sampah bila penuh yang ada di PKM I lantai2 yang di gunakan
3 UKM, ada juga
sebagian anggota yang membuang puntung rokok ataupun sampah di saku juga di tas bila tidak ada tempat sampah, sebagian aggota ada yang mengisi kotak amal di masjid ketika melaksanakan sholat jumat, memberi sedekah kepada orang yang meminta-minta waktu di jalan, menyapa dosen dan bersalaman ketika ketemu di jalan, berkata sopan dan bertata krama dengan orang yang lebih tua, dari agenda agenda tahunan Mapala sering kali melakukan kegiatan sosial seperti memperingati hari bumi dengan penanaman pohon, memperingati hari air dengan bersih kali, pendakian massal dengan bersih gunung, ulang tahun mapala dengan menyantuni yatim piatu maupun membantu pembangunan masjid atau mushola Dan kegiatan mapala yang sering kali diselipi kegian donor danah dll.
53
Berdasarkan data-data diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Mapal Mitapasa beserta jajaran pengurus maupun anggotanya sudah menerapkan prinsip Islam dalam bidang sosial, dilihat dari bentuk kegiatan berupa kebersihan, penanaman, donor darah, relawan bencana, bahkan sampai berbuka bersama dengan anak yatim piatu. Pada dasarnya mereka dididik untuk hidup secara kekeluargaan dan tolong menolong sehingga gambaran sosial dan implikasinya terhadap sosial juga sudah diterapkan secara optimal.
54
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Setelah peneliti mengumpulkan data dari hasil penelitian, yang diperoleh dari hasil wawancara/interview, observasi dan dokumentasi. Maka selanjutnya peneliti akan melakukan analisa data untuk menjelaskan lebih lanjut dari penelitian. Sesuai dengan tekhnik analisis yang dipilih oleh peneliti yaitu peneliti mengguankan analisis deskriptif kualitatif (pemaparan) dengan menganalisa data yang telah peneliti kumpulkan dari wawancara, obeservasi, dan dokumentasi selama peneliti mengadakan penelitian dengan pihak terkait. Data yang diperoleh dan dipaparkan oleh peneliti akan dianalisa oleh peneliti sesuai dengan hasil penelitian yang mengacu pada rumusan masalah diatas. Di bawah ini adalah hasil dari analisa peneliti, yaitu 1.
Keadaan Pengamalan Islam dalam bidang ritual pada mahasiswa Pecinta
Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013. Keadaan pengamalan Islam dalam bidang ritual Mapala Mitapasa adalah sebagai berikut: a.
Makna pengamalan Islam dalam bidang ritual pada Mahasiswa pecinta alam STAIN Salatiga. Salah satu perbedaan antara Islam sebagai pemahaman dengan Islam pada pengamalan adalah aktualisasiya pada kehidupan. Karena bisa saja
55
suatu pemahaman tentang Islam tidak teraplikasikan dalam pengamalan, atau malah bertentangan dengan fakta. Sementara itu, keadaan kehidupan beragama individu anggota Mapala Mitapasa pun berbeda-beda. Ada yang sebatas memahami dan jarang melakukan, ada juga yang rajin akan tetapi setiap ada kegiatan mereka bisa lupa akan kewajiban ibadah tersebut. Konsep pemahaman dan pengamalan Islam bagi mereka adalah urusan pribadi masing-masing. Di sisi yang lain, Organisasi pencinta alam STAIN Salatiga juga sudah menerapkan prinsip ibadah, yaitu mencintai dan melestarikan alam. b.
Hambatan pengamalan ibadah ritual pada anggota Mapala Mitapasa Hambatan-hambatan yang sering ditemui pada anggota Mapala Mitapasa adalah kurangnya kesadaran diri, rasa malas dan ego para individu. Dimana sesuai wawancara dan pengamatan di lapangan banyak yang dari mereka menunda-nunda waktu sholat dan menyepelekan kewajiban tersebut.
c.
Upaya yang diambil sebagai bentuk pengamalan ibadah Islam Mapala Mitapasa Berbagai usaha maupun upaya untuk tetap mengamalkan ajaran Islam di Mapala Mitapasa adalah sebagai berikut: 1.
Diri pribadi anggota a) Selalu berusaha tepat waktu bila waktu sholat tiba b) Niat yang tulus dan benar-benar tawadlu’
56
c) Menghargai sesama d) Mencintai dan ikut serta melestarikan alam sekitar 2.
Organisasi a) Ngaji bersama, berupa yasinan b) Sholat berjamaah di kantor maupun kegiatan di luar kampus c) Membuat program melestarikan alam: bersih-bersih lingkungan, dan lain-lain
2.
Keadaan Pengamalan Islam dalam Bidang Sosial pada Mahasiswa Pecinta
Alam MITAPASA Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga tahun 2013. Agama Islam tidak bisa lepas dari perannya terhadap kita sebagai individu maupun makhluk sosial. masyarakat selalu dalam keadaan equilibrium dan saling terikat satu dengan yang lain, telah mendorong para antropolog untuk melihat fungsi agama dalam masyarakat yang seimbang tersebut. Fungsi psikologi agama, sebagai penguat dari ikatan moral masyarakat dan fungsi sosial agama sebagai penguat solidaritas manusia. Fungsi agama dalam masyarakat adalah memberikan jawabanjawaban terhadap permasalahan-permasalahan yang tidak dapat diselesaikan dengan common sense-rasionalitas dan kemampuan menggunakan teknologi. Dalam setiap kali menyelesaikan persoalan-persoalannya, manusia menggunakan kemampuan rasionalitas dan penciptaan teknologi. Kemudian dalam ruang lingkup yang lebih kecil, pengamalan Islam khususnya dalam bidang sosial, yang dalam hal ini bermuara pada Mapala Mitapasa, terdapat banyak kegiatan yang mengacu tentang bagaimana Islam oleh anggota Mapala
57
Mitapasa tetap berperan dalam segi sosial. Mereka menuangkannya dalam bentuk kegiatan yang berupa: a. Bersih-bersih kampus. b. Buka bersama anak yatim piatu saat ramadhan. c. Penanaman tanaman di sekitar kampus dan wilayah-wilayah di sekitar kompleks perumahan dekat kampus. d. Mengadakan donor darah dua kali dalam setahun. e. Menjadi relawan bencana. f. Memberi penyuluhan kebersihan di sekitar kampus lewat himbauan dan informasi. Tabel Kondisi Responden. (Sisi Ritual Islam Dan Sosial) NO
KODE
PONDOK
RESPO
PESANTERE
NDEN
N
KEADAAN RITUAL ISLAM
Huda Sholat lima waktu teratur. Biaaa sholat di sekertariat. Jawa Timur Sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa. Kadang-kadang mengikuti kegitan Sunan kanjeng.
1.
SM.01
Darul
2.
YY
Al
SISI SOSIAL
UMU R
23 Suka membantu. Ringan tangan. Tahun Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai Huda Sholat lima waktu tidak Suka membantu. 23 teratur. Ringan tangan. Kadang-kadang sholat di Berbagi bersama 58
3.
MF
Salatiga
sekertariat. seperti rokok, makan, tahun minum dll. Sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan Tidak sombong dan ramah. khotbah sholat jum’at. Jarang Melaksanakan sholat Pemaaf pada kegiatan di luar/di Saling menghormti lapangan Mapala Mitapasa dan menghargai
Non
Sholat lima waktu teratur. Sholat lima waktu di sekertariat dan dimasjid. sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Jarang sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa.
22 Suka membantu. Ringan tangan . tahun Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Pemaaf. Saling menghormti dan menghargai.
Sholat lima waktu jarangjarang Jarang sholat di sekertariat maupun di masjid Sholat tidak tepat waktu Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at Jarang melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa Kadang biasa berbicara kotor
23 Suka membantu. Ringan tangan. tahun Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai
Sholat lima waktu teratur. Biasa di sekertariat dan masjid. Sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Kadang-kadang Melaksanakan sholat pada
23 Suka membantu. Ringan tangan. tahun Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah. Pemaaf
Pesantren
4.
RA
Non Pesantren
5.
LA
Non Pesantren
59
6.
ZA 6 6
kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa Kadang suka berbicara kotor. -Sunan Sholat lima waktu teratur. Pandanarang Kebiasaan sholat di masjid Sholat sering tepat waktu khotbah -AL Hasan Mendengarkan sholat jum’at Salatiga Melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa Kadang membaca surat yasin pada malam juam’at
Saling menghormti dan menghargai
Suka membantu.
22
Ringan tangan.
tahun
Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi
bersama
seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai
7.
NK
-pondok Ali Sholat lima waktu teratur. Biasa sholat di masjid. Hasim Sholat tepat waktu . Melaksanakan sholat pada -hidayatul kegiatan di luar/di lapangan Mubtadiin Mapala Mitapasa. Kalibening Kadang membaca al qur’an pada malam jum’at.
22 Suka membantu. Ringan tangan. tahun Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi bersama seperti makan, minum dll. Agak sombong dan ramah. Pemaaf Kurang menghormti orang yang lebih tua. Mudah emosi
8.
AJ
Non
Sholat lima waktu tidak teratur. Sholat tidak tepat waktu . sholat cuma sholat jumat. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at.
21 Suka membantu. Ringan tangan . tahun Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan
Pesantren
60
ramah. Melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mengikuti kegiatan Mapala Mitapasa. relawan bencana. Kadang suka berbicara Pemaaf kotor. Saling menghormti . dan menghargai
9.
SM.02
-Al Gufron -Al Hasan
10.
UB
Non Pesantren
11.
AK
Non Pesantren
Sholat lima waktu jarangjarang. Kadang sholat di sekertariat. biasa Sholat tidak tepat waktu Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Jarang melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa. . Sholat lima waktu jarangjarang. biasa sholat lima waktu di masjid. Sholat tidak tepat waktu . Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Jarang Melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa
23 Suka membantu. Ringan tangan . tahun Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah . Pemaaf Saling menghormti dan menghargai
23 Suka membantu. Ringan tangan. tahun Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah. Mengikuti kegiatan relawan bencana. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai
23 Sholat lima waktu teratur Suka membantu. Biasa sholat di sekertariat Ringan tangan. tahun Sholat tidak tepat waktu Sering infak (mengisi kotak amal ). Jarang mendengarkan
61
12.
13.
IS
AS
Ma’had Putra
Non Pesantren
14.
AH
Asrama MAN Solo
khotbah sholat jum’at Berbagi bersama Melaksanakan sholat pada seperti rokok, makan, kegiatan di luar/di lapangan minum dll. Mapala Mitapasa Tidak sombong dan ramah. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai. Sholat lima waktu kurang Suka membantu. teratur Ringan tangan. sholat di sekertariat dan Sering infak (mengisi Sholat tidak tepat waktu kotak amal ). Jarang mendengarkan Berbagi bersama khotbah sholat jum’at seperti rokok, makan, minum dll. Jarang melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di Tidak sombong dan lapangan Mapala Mitapasa ramah. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai. Sholat lima waktu jarang- Suka membantu. jarang. Ringan tangan . Biasa sholat disekertariat Sering infak (mengisi Sholat tidak tepat waktu kotak amal ). Jarang mendengarkan Berbagi bersama khotbah sholat jum’at seperti rokok, makan, minum dll. Jarang sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Tidak sombong dan Mitapasa ramah. Kadang-kadang mengikuti Pemaaf kegitan Sunan kanjeng Saling menghormti dan menghargai
Sholat lima waktu teratur PK Biasa sholat di sekertariat Sholat tidak tepat waktu Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at Melaksanakan sholat pada 62
20 tahun
25 tahun
21 Suka membantu. Ringan tangan . tahun Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi bersama seperti rokok, makan,
15.
HA
Ponpes Ta’mirul Islam Surakarta
16.
FB
Madrasah Salafiah Tingkir
17.
YA
Non Pesantren
kegiatan di luar/di lapangan minum dll. Mapala Mitapasa Tidak sombong dan Kadang-kadang mengikuti ramah. kegitan Sunan kanjeng. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai 24 Sholat lima waktu teratur Suka membantu. biasa sholat di sekertariat Ringan tangan. tahu Sholat tidak tepat waktu Berbagi bersama seperti rokok, makan, Jarang mendengarkan minum dll. khotbah sholat jum’at Melaksanakan sholat pada Tidak sombong dan ramah. kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa. Pemaaf Kadang-kadang mengikuti Saling menghormti kegitan Sunan kanjeng. dan menghargai Kadang membaca alquran pada malam jum’at. Sholat lima waktu kurang teratur. Biasa sholat di sekertariat Sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa. Kadang-kadang mengikuti kegitan Sunan kanjeng.
25 Suka membantu. Ringan tangan. tahun Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. agak sombong dan ramah. Pemaaf Kurang menghormti orang yang lebih tua Mudah emosi
Sholat lima waktu teratur. Biasa sholat di sekertariat Sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. kadaang sholat pada
24 Suka membantu. Ringan tangan . tahun Sering infak (mengisi kotak amal ). Berbagi bersama seperti rokok, makan,
63
18.
AD
19.
MS
20.
KM
kegiatan di luar/di lapangan minum dll. Mapala Mitapasa. agak sombong dan Kadang-kadang mengikuti ramah. kegitan Sunan kanjeng. Pemaaf Kurang menghormti orang yang lebih tua AL Huda Sholat lima waktu jarang- Suka membantu. jarang. Ringan tangan . Salatiga Jarang sholat di sekertariat. Berbagi bersama Sholat tidak tepat waktu. seperti rokok, makan, minum dll. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Tidak sombong dan ramah. Jarang sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala pemaaf Mitapasa. Saling menghormti dan menghargai. Ma’had Putra Sholat lima waktu teratur. Suka membantu. Kebiasaan sholat di masjid Ringan tangan . sholat tidak tepat waktu. Sering infak (mengisi kotak amal ). Jarang mendengarkan Berbagi bersama khotbah sholat jum’at. seperti rokok, makan, Melaksanakan sholat pada minum dll. kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa. Tidak sombong dan ramah. Kadang-kadang mengikuti kegitan Sunan kanjeng. Pemaaf Saling menghormti dan menghargai. Non Sholat lima waktu kurang Suka membantu. jarang-jarang. Ringan tangan . Pesantren Jarang sholat di sekertariat Berbagi bersama dan masjid. seperti rokok, makan, Sholat tidak tepat waktu. minum dll. Jarang mendengarkan Tidak sombong dan khotbah sholat jum’at. ramah. Kadang-kadang Pemaaf Melaksanakan sholat pada Saling menghormti kegiatan di luar/di lapangan dan menghargai. Mapala Mitapasa. 64
21 tahun
22 tahun
21.
HW
Huda Sholat lima waktu jarangjarang. Jawa Timur Jarang sholat lima waktu di sekertariat dan masjid. Sholat tidak tepat waktu. Jarang mendengarkan khotbah sholat jum’at. Jarang Melaksanakan sholat pada kegiatan di luar/di lapangan Mapala Mitapasa. Kadang-kadang suka berbicara kotor. Kadang membaca al quran pada malam jua’at. Darul
20 Suka membantu. Ringan tangan . tahun Berbagi bersama seperti rokok, makan, minum dll. Tidak sombong dan ramah. Pemaaf Saling menghormti dan menghari Mudah emosi
Dari data diatas, diambil dari pengamatan keseharin anggota mapala selama penelitian, kebanyakan responden memiliki basik agama yang kuat, dengan dikuatkan pernah belajar di pondok pesantren. Namun saat berada di Mapala Mitapasa, terkadang meninggalkan apa yang sudak menjadi kewajibannya dan yang sudah dipelajarinya. Ada juga yang tidak mondok tapi rajin melaksanakan. Ada juga yang mondok bertahuntahun tapi kualitas sholatnya juga masih setengah-setengah.
65
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian serta pemahaman yang mengacu pada rumusan masalah, dan pembahasan hasil penelitian yang diuraiakan secara deskriptif di dalam BAB IV, maka dapat disimpulkan mengenai pengamalan Islam dalam bidang ritual dan sosial pada mahasiswa Pecinta Alam STAIN Salatiga tahun 2013. 1. Pengamalan Islam dalam bidang ritual pada mahasiswa Pecinta Alam STAIN Salatiga tahun 2013 sangat beragam. Hal ini disebabkan kultur pengamalan masing-masing individu yang berbeda-beda pula. Hambatan-hambatan yang mempengaruhi perbedaan tersebut adalah faktor individu, yang meliputi kemalasan dan terbentur waktu kegiatan. Sementara faktor eksternalnya adalah kegiatan yang terkadang yang sangat mendesak untuk dilakukan. Dilihat dari keadaan lapangan, sebenarnya anggota Mapala Mitapasa sudah
mempunyai landasan agama yang kuat dan sudah
mempunyai agenda untuk beribadah. Akan tetapi sering kali rasa malas dan ego idealis menyelimuti, sehingga praktek ritual terganggu. Upaya-upaya yang dilakukan untuk memangkas faktor penghambat tersebut juga sudah dilaksanakan sesuai visimisi organisasi seperti pengajian, kegiatan sosial maupun mencintai alam sekitarnya. 2. Pengamalan Islam dalam bidang sosial pada mahasiswa Pecinta Alam STAIN Salatiga tahun 2013 belum optimal. Hal ini dibuktikan dengan kurang adanya kesadaran dari para individu. Kebanyakan mereka adalah jebolan pondok pesantren. Kemudian kurang bisa mengamalkan apa yang sudah menjadi kewajiban di Mapala
66
Mitapasa. Namun untuk kegiatan sosial, para responden yang kesemuanya adalah mahasiswa pecinta alam STAIN Salatiga mengaku sudah maksimal. Terbukti dengan adanya kegaitan yang bersifat sosial namun tidak lepas dari aspek ajaran agama. Seperti buka bersama dengan anak yatim, bersih-bersih hingga penyuluhan di kampus dan kampung-kampung warga, relawan bencana untuk membantu para korban dan menyediakan saranan untuk donor darah. Kegiatan pengamalan Islam baik ritual maupun sosial sudah menjadi kewajiban bagi para pelaksanya, yang dalam hal ini adalah mahasiswa pecinta alam STAIN Salatiga. Karena sejatinya hidup di dunia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT dan menjauhi laranganNya, maka diperlukan upaya-upaya khusus untuk terus melestarikan kebutuhan rohaniah manusia.
B. Saran Berdasarkan pada pembahasan hasil penelitian, maka dengan kerendahan hati, peneliti menyampaikan saran sebagai berikut: 1.
Kepada seluruh jajaran Mapala Mitapasa agar semangat untuk terus beribadah, menjalankan kehendakNya dengan lapang hati dan tidak menunda-nunda.
2.
Tidak lupa pula mengajak dengan cara yang benar dan halus kepada rekan-rekanya agar berbuat baik dan mengamalkan ajaran Islam.
67
3.
Tetap terus melestarikan dan menghidupi bumi, tanah air kita dimana kita berpijak. Kemudian tetap berpegang teguh terhadap ajaran yang kita pilih yaitu agama Islam. Kegiatan apapun itu bila tidak diniatkan untuk Allah SWT akan percuma dan sia-sia.
68
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Agung. 2007. Psikologi Sosial. Jakarta:PT Rineka Cipta. Al-Quran Al Karim. Akhmad,
Dadang.
2008.
Kesalehan
Sosial
dalam
Islam.
(Online).
(http://dkahmad.blogspot.com/2008/03/kesalehan-sosial-dalam-
islam.html diakses 2 April 2012). Ancok, J. dan Nashori, F. 1994. Psikologi Islami, Solusi atas Problem-problem Psikologi. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsmi. 1998. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi IV. Jakarta:PT Rineka Cipta. Agus, Bustanudin. 2006. Agama dalam Kehidupan Manusia Pengantar Antropoloi Agama. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Azizy , Qodri. 2003. Pengembangan Ilmu-ilmu Keislaman. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Az-Za’balawi, Muhammad Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa. Jakarta:Gema Insani . Departemen Agama RI. 2005. Al Qur’an dan Terjemah Al Jumanatul Ali. Bandung : J-Art. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi 3. Jakarta:Balai Pustaka. Diplpsych, Gerungan,W.A. 1983. Psychologi Sosial suatu Ringkasan. Jakarta:PT Eresco. Farozin, Muh. 2004. Pemahaman tinkah laku buku pegangan kuliah. Jakarta: PT Reneka Cipta.
Hadi, Sutrisno. 1981. Metodologi Research Jilid II. Yogyakarta:PT Andi Ofset. Hasan, Ali ,M. 1983. Tuntunan Akhlak. Jakarta:Bulan Bintang Maududi, Abul a’la. Tanpa tahun. Prinsip-prinsip islam. Terjemahan oleh Abdullah Suhaili. 1986. Bandung:PT Alma’arif. Poerwadharminta, JWS. 1976. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka. Jalaludin. 2000. Psikologi Agama. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Soekanto,
Soerjono. 1994.
Aneka Cara Pembedaan Hukum. Bandung:Citra
Aditya Bakti. Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :Remaja Rosdakarya. Sudrajat,
Akhmad.
2008.
Prilaku
Sosial
Individu.
(Online).
(http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perilaku-sosialindividu.html/ diakses 20 Desember 2013). Sujanto, Agus. 1995. Psikologi umum. Jakarta:Bumi Aksara Syahriyal Labbaik, Muhammad. 2011. Prilaku Beragama dalam Psikologi. (Online).
(http://xahrialzone.blogspot.com/2011/prilaku-beragama-
dalam-psikologi-Islam.html/ diakses 20 Desember 2013) Walgito, Bimo. 1990. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:Andi Offset. Zakiah Daradjat. 1970. Ilmu Jiwa Agama, Jakarta:Bulan Bintang. .