RUMUSAN SEMENTARA RAKORNIS BADAN LITBANG KEHUTANAN TAHUN 2014 Thema:
Penerapan Penelitian Integratif pada KPH menuju Pembangunan Kehutanan Berbasis IPTEK Jogjakarta, 18 -21 Juni 2014
Memperhatikan sambutan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, arahan Kepala Badan Litbang Kehutanan, paparan Ketua Dewan Riset, rapat komisi litbang dan dukungan manajemen, rapat pleno dan diskusi yang berkembang selama Rapat Koordinasi Teknis Badan Litbang Kehutanan tahun 2014 yang diselenggarakan di Yogyakarta dari tanggal 18-21 Juni 2014 dihasilkan beberapa rumusan sebagai berikut: 1.
Pembangunan kehutanan berbasis iptek diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya saing sektor kehutanan, sebagaimana diamanatkan dalam RPJMN 2015-2019, karena mengandalkan inovasi dan invensi yang dihasilkan dari riset terintegrasi dari berbagai disiplin ilmu dan pengembangan yang diaplikasikan pada unit-unit pengelolaan KPH. Badan Litbang Kehutanan, dalam hal ini, diharapkan terus menjalankan Program Aksi yang selaras dengan agenda dan Prioritas Nasional dan selalu berorientasi pada manfaat agar hasilnya dapat diadopsi oleh pengguna, baik Kementerian Kehutanan, masyarakat umum maupun dunia usaha. 2. Sebagai Lembaga Riset, Badan Libang Kehutanan harus berupaya maksimal mendukung pengelolaan sumberdaya keanekaragaman hayati sehingga menjadi nilai nyata yang bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Kedaulatan pangan, energi, obat-obatan adalah arah penting dari pemanfaatan keanekaragaman hayati yang dimiliki bangsa Indonesia dan harus sebesar-besarnya untuk kesejahteranaan masyarakat. 1
3. Riset Pengelolaan Ekosistem Kawasan Merapi diusulkan untuk menjadi suatu bagian dari riset yang memanfaatkan sumber daya termasuk keanekaragaman hayati dengan mengintegrasikan tata guna lahan, sumber energi, mineral dan udara bersih, kepariwisataan, pusat budaya, kearifan lokal dan indikator perubahan iklim. 4. Prioritas pembangunan sektor kehutanan kedepan akan dituangkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kehutanan tahun 2015-2019 adalah pengelolaan hutan berkelanjutan yang berbasis tapak atau KPH. Sebagai institusi pendukung di Kementerian Kehutanan, maka Badan Litbang Kehutanan diharapkan mampu merancang dukungan penelitian untuk prioritas tersebut. Rancangan penelitian harus berdasarkan pada fakta dari apa yang sudah ada dan tidak dimulai dari awal lagi. Disamping itu rancangan penelitian integratif juga harus mampu mendukung operasionalisasi 120 KPH model yang tersebar di 4 wilayah di Indonesia. 5. Pengintegrasikan program penelitian dan pengembangan kehutanan diperlukan agar menjadi suatu paket iptek yang mampu menjawab permasalahan dari aspek hulu dan hilir dan memenuhi kebutuhan Eselon I Teknis di Kementerian Kehutanan khususnya di bidang Hasil Hutan Kayu dan Hasil Hutan Bukan Kayu, Kehati serta Jasa Lingkungan. Keempat bidang ini merupakan bagian dari sasaran strategis Kementerian Kehutanan yang harus didukung pencapainnya melalui intervensi iptek dan inovasi Badan Litbang Kehutanan. 6. Inovasi, paten dan publikasi merupakan indikator penting yang menunjukkan kredibilitas dan kemampuan daya saing suatu lembaga penelitian baik ditingkat nasional dan internasional. Pemeringkatan lembaga penelitian juga menggunakan indikator tersebut. Ketiga hal tersebut perlu terus diupayakan peningkatannya. 2
7. Perlu pengembangan outreach strategy yang mampu meningkatkan kemanfaatan hasil litbang kepada para pengguna dengan menggunakan media dan muatan yang tepat. Disamping itu ajang promosi dan diseminasi hasil litbang juga perlu dilakukan di semua lini kepada mitra potensial mulai dari pengguna ditingkat lapangan sampai kepada pelaku usaha dan pengambil kebijakan. Kemanfaatan hasil litbang harus diikuti dengan kemampuan pemasaran (marketing) yang cerdas sehingga hasil litbang dapat dikenal dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara luas. 8. Beberapa tantangan terkait dengan dinamika pembangunan sektor kehutanan, yang perlu digunakan sebagai acuan penyusunan rencana penelitian antara lain: a. Penyesuaian secara terstruktur dan konsisten tentang konflik lahan dan hutan (tenure) yang berpotensi menghambat jalannya pembangunan kehutanan. b. Penyediaan bibit unggul tanaman hutan jenis-jenis komersial dan potensial dalam jumlah yang memadai melalui bioteknologi dan penerapan iptek termutakhir untuk mendukung program HTI, HKM, HTR, HR dan HD serta program Rehabiliasi Hutan dan Lahan. c. Peningkatan inovasi dan iptek kehutanan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang saat ini masih berproses diforum internasional dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan nasional. Peran Badan Litbang strategis untuk mendukung implementasi RAN GRK melalui skema REDD plus. d. Pengembangan HHBK unggulan dan pusat keunggulan mikroba untuk mendukung ketahanan pangan, energi baru dan terbaharukan, serta perbaikan lingkungan yang terdegradasi e. Pengembangan teknologi silvikultur, pengolahan hasil hutan kayu dan bukan kayu yang mampu mendukung ketersediaan bahan baku kayu secara lestari untuk industri hulu kehutanan, dan f. Pengembangan IPTEK yang mendukung strategi konservasi dan pemanfaatan tumbuhan satwa liar dan pengelolaan kawasan konservasi berbasis ekosistem, serta 3
g. Perumusan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan jasa lingkungan antara lain jasa air dan karbon 9. Arahan tersebut di atas kemudian dibahas secara rinci berdasarkan program yang akan dilaksanakan sesuai Renstra Badan Litbang Kehutanan 2015-2019.: 1. Program Litbang Konservasi Dan Rehabilitasi SDH a) Puskonser sebagai penanggung jawab Program Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan yang dijabarkan ke dalam lima RPI, yakni: 1. Konservasi dan Rehabilitasi Kawasan Hutan dan Lahan; 2. Konservasi dan Pemanfaatan Flora dan Fauna; 3. Pengelolaan Kawasan Konservasi; 4. Konservasi dan Pengelolan Mikroba Hutan Tropis; 5. Pengelolaan DAS Terpadu, telah menyusun Indikator Kinerja Utama (IKU), Indikator Kinerja Kegiatan (IKK), tujuan, sasaran dan output di tingkat program litbang dan RPI. b) Jenis output ke lima RPI Puskonser perlu lebih diarahkan pada input kebijakan dan sistem manajemen mengingat fungsi institusi riset adalah untuk mendukung penyusunan NSPK (Norma, Standar, Pedoman dan Kriteria) dan hasil riset lebih banyak mendukung eselon I Teknis yang mengelola/memangku kawasan konservasi dan pengelolaan DAS. Paket teknologi yang dihasilkan oleh institusi riset pada umumnya kurang diadopsi oleh Ditjen terkait. c) Jumlah kegiatan penelitian (RPTP) untuk ke lima RPI Puskonser selama 5 tahun (2015-2019) adalah sebanyak 258 judul, yakni untuk masing-masing RPI 1 s/d 5 adalah, 57, 95, 43, 26, dan 37 judul. Jumlah kegiatan tersebut sudah cukup rasional mengingat keterlibatan 13 dari 15 UPT Badan Litbang Kehutanan mempunyai mandat (core research) konservasi jenis (flora dan fauna) dan rehabilitasi hutan. Jumlah kegiatan tersebut sudah merupakan hasil penapisan yang didasarkan pada pengarusutamaan KPH, dukungan terhadap sasaran strategis Kementerian Kehutanan 4
2015-2019 dan IKK Eselon I terkait serta kebutuhan pengguna dan kemampuan sumberdaya penelitian (SDM, anggaran, sarpras). d) Keintegrasian penelitian pada ke lima RPI Puskonser lebih dicirikan pada keintegrasian disiplin ilmu (multidisciplinary research) untuk mendukung aspek konservasi, rehabilitasi, pengelolaan DAS dan bioprospeksi mikroba hutan. Alternatif lain, Puskonser akan menyelenggarakan rapat pertemuan koordinator lintas Satker untuk mewujudkan keintegrasian lintas Pusat Litbang yang akan didiskusikan dan ditawarkan dengan harapan dapat diadopsi dan dianggarkan oleh Pusat Litbang lain sesuai dengan harapan Dewan Riset. Jika hal tersebut tidak dimungkinkan, Puskonser akan melibatkan peneliti dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan yang ada di Pusat Litbang lain dengan mekanisme permintaan tenaga peneliti. e) Kegiatan kerjasama Luar Negeri dan Dalam Negeri harus relevan dengan tugas dan fungsi Puskonser dan diintegrasikan ke dalam kegiatan institusi dan menjadi ukuran indikator kinerja institusi. Kegiatan GEF, Pengendalian Invasive Species; AFoCO, Capacity building Forest Resource Assessment; ICRAF, Kajian Peat Fire Risk Management; Yunnan Academy of Forestry, Joint research inokulasi gaharu; Yayasan Burung, Restorasi HPH-RE; Pemkab Bangka Tengah, Kajian konservasi eksitu pelalawan; Kebun Raya LIPI, Pelestarian Tumbuhan Langka Bali; Pemkab Sumba Timur, Pelestarian dan pemanfaatan tumbuhan pewarna; dan PT Cibaliung Sumberdaya, Aplikasi teknik penangkaran rusa timor diharapkan mempunyai output dan outcome yang signifikan bagi Puskonser dan Badan Litbang Kehutanan serta keintegrasiannya dengan instansi terkait. f) Kegiatan litbang di Puskonser terdiri dari kegiatan penelitian RPI, kajian isu aktual dan pengembangan. Untuk kajian isu aktual diusulkan; 1. Pengelolaan Ekosistem Merapi; 2. Pengarusutamaan Gender Konservasi Flora, Fauna dan Pemberdayaan Masyarakat; 3. Pengembangan Mikroba Hutan Tropis (INTROF-CC); 4. Manajemen Kebencanaan Kehutanan (kebakaran hutan, banjir, 5
longsor dan zoonosis), Kontribusi sektor kehutanan (PDB< 1%), pengembangan gaharu sebagai icon Badan Litbang Kehutanan, pemanfaatan plasma nutfah Papua Barat, review policy tentang redefinisi hutan dan HHBK, pemanfaatan potensi Daerah Penyangga dan masalah tenurial kehutanan. g) Kegiatan pengembangan yang diusulkan oleh Puskonser mencakup: 1. Pilot penyusunan rencana pengelolaan KPHL Kubu Raya (konvergensi untuk menyiapkan academic draft penyusunan rencana pengelolaan); 2. Pilot rehabilitasi KPHP Banjar dengan jenis meranti (aplikasi teknik KOFFCO); 3. Model pengelolaan DAS mikro di DAS Garang; 4. Demplot pengembangan Daerah Penyangga TNKS di Solok; 5. Penangkaran rusa timor di Cibaliung; 6. Demplot tanaman ramin di OKI, Sumsel; 7. Model eradikasi A.nilotica di TN Baluran; 8. Aplikasi teknik mikrohidro; 9.Demplot restorasi kawasan di SM Cikepuh; 10. Aplikasi metode pengukuran karbon di KPHL Kubu Raya; 11. Rehabilitasi lahan bekas tambang batubara di PT. Singlurus Pratama; 12. Produksi ektomikorisa untuk tusam dan meranti dan endomikoriza ISOMIK MK1; 13. Kerjasama pengembangan sarpras untuk produk inokulan gaharu; 14. Pembuatan silabus dan kurikulum untuk bahan ajar dari kegiatan pengembanagan tersebut.
2. Program litbang teknologi pengolahan hasil hutan untuk peningkatan daya saing produksi (kayu dan non kayu) 2.1. RPI a. Keterlibatan UPT sebagai pelaksana kegiatan sifat dasar harus mampu melaksanakan penelitian terhadap semua aspek sifat dasar secara lengkap. Untuk itu diperlukan short training di Pustekolah untuk mempelajari metode penelitian sifat dasar secara lengkap untuk semua aspek termasuk metode identifikasi kayu. UPT terkait agar mengalokasikan perjalanan untuk mengikuti training dimaksud di awal tahun.
6
b.
c. d.
Kegiatan penelitian di RPI Teknologi Pengolahan dan Standarisasi Produk Inovatif dari Bahan Berlignoselulose dan Produk Bahan Penunjang Industri diarahkan untuk dilakukan secara progresif, semakin meningkat dari tahun ke tahun sampai diperoleh teknologi yang lengkap dan ujicoba skala operasional. Kegiatan standarisasi produk lebah dilaksanakan oleh BPTHHBK Mataram dengan melibatkan peneliti BPTSTH Kuok. Kegiatan RPI antara lain akan dilaksanakan di KPHL Sijunjung, KPHP Jeneberang, KPHP Berau Barat, KPHP Lakitan, KPHP Tasik Besar Serkap, KPH Lalan, KPH Seruyan.
2.2.Rencana Pengembangan a) Topik pengembangan : - Pemanfaatan limbah pembalakan dan industri i. Cakupan: bioremediasi limbah pulp, kayu lamina, arang terpadu, pupuk - Ujicoba hasil rekayasa alat dan formula ii. Cakupan: Alat mikrohidro, alat ekstraksi hasil hutan, alat pengolah bioenergi, pendeteksi gaharu, alat pengolah HHBK, formula perekat, formula pengawet, formula stimulan organik b) Kegiatan pengembangan antara lain akan dilaksanakan pada Pilot KPH di KPHP Lakitan 2.3. Isu Strategis a. Perlu ditegaskan kembali bahwa Puslit dan UPT melaksanakan kegiatan penelitian sesuai tugas dan fungsi. Pelibatan peneliti antar satker dalam kegiatan penelitian agar dilaksanakan secara institusional dan tetap mengacu pada tugas dan fungsi.
7
b. Integrasi penelitian harus tertuang dalam rumusan RPI dan diuraikan dengan jelas sesuai peran instansi berdasarkan pendekatan kepakaran. c. Kajian isu strategis yang akan diteliti yaitu kajian sifat kayu cepat tumbuh dengan metode NDE dan kajian peran strategis organisasi wanita dalam diversifikasi produk cuka kayu.
3. Program Peningkatan Kapasitas Perumusan Kebijakan Dan Penanganan Perubahan Iklim 3.1. RPI 1. Puspijak melakukan peningkatan kapasitas perumusan kebijakan kehutanan dan penanganan perubahan iklim, melalui penelitian-penelitian: (1) Kontribusi Sektor Kehutanan dalam Penanganan Perubahan Iklim; (2) Kebijakan Lanskap dan Jasa Hutan; (3) Politik dan hukum pengurusan hutan (4) Kebijakan tata kelola dan ekonomi kehutanan. UPT yang melakukan penelitian Puspijak adalah: BPK Manokwari, BPK Banjarbaru, BBPD Samarinda, BPK Aek Nauli, BPK Palembang, BPK Makassar, BBPBPTH Yogyakarta, BPK Kupang, BPK Manado, 2. Beberapa kegiatan penelitian yang sudah direncanakan oleh Puspijak tidak dapat dilaksanakan oleh UPT karena tidak tersedianya kepakaran peneliti, sistem penganggaran yang berlaku serta Tupoksi UPT yang terfokus 3.2. Rencana Pengembangan dan Isu Strategis a) Judul-judul yang diusulkan Untuk rencana pengembangan tahun 2016 adalah: (1) database faktor emisi dan serapan; (2) Template sistem perhitungan emisi untuk menyusun REL (Reference Emission Level) dan (3) Modul penghitungan karbon hutan sesuai dengan IPCC guidelines dan SNI 7724 b) Untuk isu strategis pengelolaan ekosistem Merapi yang diusulkan adalah pengembangan terintegrasi antara Puspijak 8
dan Puskonser. Puspijak mengusulkan kegiatan Konstruksi sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan pembangunan ekosistem Merapi. 3.3. Lain-lain a) Dalam hal manajemen riset perlu peningkatan kapasitas dan kapabilitas peneliti baik di pusat maupun daerah, mengingat belum tersedianya beberapa kepakaran yang dibutuhkan. Mengenai kebutuhan analisis social ekonomi yang diperlukan pada banyak penelitian, diusulkan agar setiap Puslit dan Balai Besar memiliki Kelti Sosekbud (Puspijak pada lingkup makro, sedangkan Puslit dan Babes pada lingkup yang mikro). b) Dana hibah atau kerjasama yang diterima oleh Puslit dan Balai dapat dijadikan indicator keberhasilan Litbang. Dana hibah tersebut disarankan agar sesuai dengan Tupoksi dan program Puslit/Balai tersebut 4. Program Litbang Peningkatan Produktifitas Hutan 4.1. Kegiatan Penelitian 1.
Keintegrasian dalam pelaksanaan kegiatan penelitian bidang peningkatan produktivitas sebagian besar lebih mengarah dalam aspek budidaya, yaitu mulai dari perbenihan, teknik penanaman, pengamatan dinamika pertumbuhan, pengendalian hama dan penyakit, aspek financial dan social, serta dampak pelaksanaan kegiatan. Keintegrasian antara hulu hilir yang perlu melibatkan Puslit lain terdapat pada beberapa kegiatan di RPI Pengelolaan HHBK, seperti dalam penelitian bamboo, tanaman obat dan energy yang memerlukan teknologi pengolahan hasil. Bambu, tanaman obat dan energi termasuk kegiatan prioritas, dimana banyak Pemerintah Daerah berminat untuk mengembangkan bambu. Diharapkan Dewan Riset lebih proaktif dalam mengawal terwujudnya penelitian yang lebih terintegrasi.
9
2.
Sesuai dinamika permasalahan energi pada tataran global, tanaman energi pantas menjadi salah satu prioritas dalam program kegiatan 2015-2019 mendukung sasaran penggunaan energy baru terbarukan sebesar 20 %. Tanaman energi untuk bahan baku biofuel antara lain nyamplung dan malapari, sedangkan tanaman energi untuk biomassa antara lain auriculiformis, glirecidae dan laban.
3.
Dalam rangka mendukung eselon I teknis sebagai pengguna, paket IPTEK untuk menghasilkan materi genetik/benih unggul masih perlu terus dikembangkan. Hibrid-hibrid atau klonal-klonal yang memiliki keunggulan dari segi produktivitas dan daya tahan terhadap hama dan penyakit atau kondisi ekstrim tertentu perlu terus dikembangkan. Sebagai contoh untuk aplikasi teknologi SILIN diperlukan informasi meranti cepat tumbuh, paling tidak 5 jenis yang sudah diinisiasi pada periode RPI 2010-2014.
4.
Kegiatan penelitian diharapkan sesuai dengan kebutuhan calon pengguna sehingga hasil yang diperoleh akan meningkat kemanfaatannya karena sudah jelas penggunanya. Jajaran litbang harus meningkatkan kapasitas, kemampuan berkomunikasi, kemampuan pemasaran hasil litbang, dan meningkatkan posisi tawar dalam mendiseminasikan paket-paket IPTEK hasil penelitian.
5.
Dalam upaya konservasi wilayah Merapi, diusulkan pengembangan tanaman aren dalam kemasan penelitian regional pada sepanjang sabuk Gunung Merapi dan di sekitar waduk Sermo.
4.2. Pilot Penerapan IPTEK di KPH Dalam rangka mendukung operasionalisasi KPH Model bidang Peningkatan Produktivitas hutan mencoba mengaplikasikan 4 paket IPTEK yang sudah dikuasai di KPH Model terpilih yang memerlukannya menjadi Pilot Penerapan IPTEK hasil Penelitian di KPH Model. Dalam pilot tersebut digarap hulu-hilir IPTEK komoditi yang dianggap memiliki nilai ekonomi tinggi dan dapat melibatkan banyak masyarakat. Pilot bidang peningkatan produktivitas hutan untuk tahun 2015-2019 adalah: 10
a. b. c. d.
Pilot Pilot Pilot Pilot
penerapan penerapan penerapan penerapan
IPTEK IPTEK IPTEK IPTEK
Sutera alam di KPHP Boalemo Rotan jernang di KPHP Boalemo Bambu di KPHP Jeneberang Kayu putih di KPHP Biak Numfor.
4.3. Isue Strategis dan Pengembangan a) Sesuai perkembangan permasalahan kehutanan terakhir beberapa isu strategis yang akan digarap adalah sebagai berikut:
Pengembangan komoditas bamboo, nyamplung dan malapari sebagai tanaman HTI
Pengendalian hama penyakit di hutan tanaman
Penggunaan benih unggul, tanaman unggulan setempat dan teknik silvikultur intensif untuk meningkatkan produktivitas. b) Kegiatan mengikuti usulan Dewan Riset dengan catatan terdapat penambahan jenis yang akan dikembangkan, sebagai berikut:
Pengembangan Produksi dan Pengolahan HHBK pada konsorsium bioenergi (b) ditambah jenis malapari (Pomangia sp)
Pengembangan Pengelolaan dan Pengolahan Kayu ditambah Konsorsium kayu alternative dan arah HTI kepada multikonal forestry guna menghindari susceptibility terhadap hama dan penyakit.
a. RPI Pengembangan Penelitian Regional ditambah jenis aren pada Konsorsium Kawasan Merapi. 5. Dukungan Manajemen a) Dukungan manajemen mencakup kegiatan Penyusunan Program dan Anggaran, fasilitasi Kerjasama, Evaluasi pelaksanaan Program, Diseminasi dan Publikasi, Kepegawaian, fasilitasi Ortala, Keuangan dan Umum. Sinkronisasi kegiatan Dukungan Managemen di tingkat pusat yang difasilitasi oleh Sekretariat 11
b)
c)
d)
e)
Badan Litbang dengan Puslitbang dan UPT telah dilakukan dengan penyederhanaan yang diperlukan. Penyusunan RKAKL berdasarkan penetapan kegiatan penelitian dan pendukungnya telah dilakukan secara simultan, dan hasilnya akan digunakan sebagai dokumen resmi proses penganggaran. Kegiatan Kerjasama Penelitian baik dalam maupun Luar Negeri pada prinsipnya harus menjadi kegiatan komplemen dari Kegiatan Penelitian di Badan Litbang Kehutanan. Pengelolaan kerjasama yang berupa hibah akan dibenahi sesuai ketentuan yang ada. Untuk tahap awal, telah dilakukan inventarisasi semua kegiatan kerjasama hibah untuk dilakukan evaluasinya Informasi kegiatan berkala yang dilakukan periodik, seperti kegiatan konferensi Internasional Peneliti Indonesia INAFOR dan Gelar Teknologi bersama Jambore Penyuluhan, telah dikoordinasikan agar keikutsertaan peneliti dan dukungan materi dapat dirancang. Urusan Kepegawaian, Kedisiplinan, Perhitungan Tunjangan Kinerja merupakan hal-hal yang terkait, karena itu diperlukan pemahaman yang sama seluruh Satker, agar pelaksanaannya sesuai ketentuan yang berlaku. Fasilitasi peningkatan kapasitas SDM, sarana prasaran dan keuangan perlu terus ditingkatkan agar dukungan terhadap kegiatan penelitian dapat diberikan secara lebih menyeluruh.
10. Untuk mendapatkan gambaran penganggaran yang mendukung kegiatan penelitian, maka telah dilakukan simulasi kebutuhan anggaran dari masing-masing Program dan Dukungan Manajemen, dengan mendasarkan pada kebutuhan substansi penelitian. Kebutuhan penganggaran penelitian Rp 190 Milyar Kebutuhan Gaji dan Pemeliharaan Rp.140 Milyar Belanja Modal untuk Pengadaan Barang Rp. 33 Milyar
12
Jumlah keseluruhan Anggaran yang dibutuhkan th 2015. Rp 363 Milyar, sedangkan pagu anggaran indikatif yang diperoleh Rp 339 Milyar. Sehingga defisit anggaran dari kebutuhan dan yang diperoleh adalah Rp. 24 Milyar. Perincian detil perhitungan anggaran akan disajikan dalam lampiran tersendiri. 11. Untuk meningkatkan kinerja Badan Litbang Kehutanan perlu dilakukan peningkatan kelembagaan litbang. Permasalahan litbang yang menonjol saat ini adalah belum mantapnya agenda riset dan adopsi hasil riset; keterbatasan pendanaan riset yang mengandalkan APBN; kapasitas dan kapabilitas SDM; masih lemahnya inovasi dan pengembangan. Solusi dari masing-masing permasalahan tersebut adalah: perlu revtalisasi FORDEV dan forum Diklatluh, komunikasi intensif peneliti dan user (jemput bola); menggalang kerjasama dengan aturan pendanaan yang flexibel; pola rekruitmen dengan mekanisme ASN, prioritas rekruitmen baru untuk UPT, prioritas rekruitmen tenaga teknisi, revitalisasi pembinaan UPT oleh Puslit, serta pengaturan/mekanisme postdoc; perlunya unit manajemen inovasi dan pengembangan (eselon 2), Balai Besar Teknologi Konservasi dan Balai Besar Teknologi DAS, Kajian oleh Tim Pakar kelembagaan yang independen. Jogjakarta, 20 Juni 2014 Tim Perumus : Ketua : Kepala Bagian Evaluasi, Diseminasi dan Perpustakaan (Ir. C. Nugroho Sulistyo P, MSc.) Sekretaris
: Sekretaris Dewan Riset (Dr. Krisdianto, S.Hut., MSc.)
Anggota : 1. Kepala Bagian Program dan Kerjasama (Ir. Thomas Nifinluri, MSc.) 2. Ketua Tim Penilai Peneliti Institusi (TP2I) (Prof. Riset Ir. Dulsalam, MM.) 3. Kepala Bidang Program dan Evaluasi Penelitian Puskonser 13
4. 5. 6. 7. 8. 9.
(Ir. Agustinus Tampubolon, MSc.) Kepala Bidang Program dan Evaluasi Penelitian Pusprohut (Ir. Adang Sopandi, MSc.) Kepala Bidang Program dan Evaluasi Penelitian Pustekolah (Wening Wulandari, S.Hut. , MSi) Kepala Bidang Program dan Evaluasi Penelitian Puspijak (Dr. Endang Savitri, MSc.) Kepala Balai Penelitian Teknologi Serat Tanaman Hutan Kuok (Gadang Ahmad Pamungkas, S.Hut., MSi.) Kepala Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam Samboja (Dr. Nur Semedi, SPi) Kepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang (Ir. Misto, MP)
14