LAPORAN PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN DAN WORKSHOP TENTANG EVALUASI PEMBELAJARAN KIMIA DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN K.13 DAN KTSP PADA GURU KIMIA DI KABUPATEN BANGLI OLEH: Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. /NIDN. 0031126217 Prof. Drs. I Wayan Subagia, M.App.Sc., Ph.D /NIDN. 0020126201 Dra. Frieda Nurlita, M.Pd./NIDN. 0007065208
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016
Pelatihan dan Workshop tentang Evaluasi Pembelajaran Kimia dalam Mengimplementasikan K.13 dan KTSP pada Guru Kimia di Kabupaten Bangli Oleh: Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si. dkk. Abstrak Pengurus MGMP Kimia di Bangli Bapak Nengah Lancar S.Pd, menyatakan banyak hal yang belum dipahami tentang K.13 terutama pada kegiatan manajemen evaluasi. Beliau menyatakan kami perlu banyak penyegaran tentang teori, strategi dan teknik di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam evaluasi pembelajaran. Hal ini dikemukakan ketika pada tanggal 17 Oktober 2015 di SMAN. 2 Bangli, dan diperkuat oleh beberapa guru lain. Permasalahan yang dihadapi tersebut dilanjutkan dengan membuat surat permohonan khusus dari MGMP Kimia Kabupaten Bangli kepada saya, agar membantu memberikan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia (surat ada pada Lampiran). Jadi, berdasarkan surat yang disampaikan tersebut dapat diinterpretasi bahwa masalah yang dihadapi guru kimia di Kabupaten Bangli adalah bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran kimia yang benar yang meliputi tiga domain dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan tersebut maka akan dilakukan pelatihan, bimbingan teknis, dan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia. Pemahaman manajemen evaluasi pembelajaran kimia ini akan dapat digunakan baik dalam penerapan KTSP, maupun K.13. Kegiatan pelatihan dan workshop ini bertujuan untuk: meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru kimia di kabupaten Bangli mengenai perencanaan, menyusun, pelaksanaan, dan melakukan penilaian dalam evaluasi pembelajaran kimia. Produk akhir yang diharapkan dari kegiatan ini adalah perangkat evaluasi pembelajaran kimia yang meliputi tiga ranah yaitu, kognitif, afektif dan psikomotor. Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah metoda ceramah, diskusi, workshop dan bimbingan teknis. Pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif humanistik, artinya melibatkan secara aktif guru-guru kimia berlatih bersama dalam suasana saling menghargai, saling memberi dan menerima informasi ataupun pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta maupun tutor. Hasil yang diperoleh bahwa guru sangat antusias dan semangat mengikuti pelatihan, menunjukkan aktifitas yang sangat baik, terjadi peningkatan tentang pemahaman dalam merencanakan evaluasi pembelajaran kimia. Guru berharap memeroleh pelatihan sejenis di tahun-tahun berikutnya secara rutin yang terkait dengan peningkatan kompetensi dan profesionalitasnya. Kehadiran guru 85 % dan dari semua yang hadir, meyatakan setuju dan menyatakan baik dengan perencanaan kegiatandan pelaksanaan kegiatan tersebut. Jadi kegiatan berjalan dengan sangat baik, dan memuaskan bagi guru. Kata-kata kunci: pelatihan, workshop, evaluasi pembelajaran kimia, guru kimia, Bangli
3
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I PENDAHULUAN
1
1.1 Latar Belakang 1.2 Analisis Situasi 1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.4 Tujuan Kegiatan 1.5 Manfaat Kegiatan
1 3 4 5 5
BAB II METODE PELAKSANAAN 2.1 Khalayak Sasaran Strategis 2.2 Kerangka Pemecahan Masalah 2.3 Metode Pelaksaan Kegiatan
6 6 6 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan 3.2 Pembahasan
9 9 12
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN-LAMPIRAN
4
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pembelajaran dalam suatu jenjang pendidikan tidak lepas dari perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Guru sebagai pendidik harus mampu melakukan ketiga hal tersebut secara berkesinambungan agar diperoleh output yang berkualitas. Dari ketiga proses tersebut, penilaian dalam proses pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting, hal ini karena penilaian dapat dipakai sebagai parameter keberhasilan seorang peserta didik dalam kegiatan belajar disekolah. Hasil penilaian yang diberikan oleh guru terhadap setiap siswa akan memberikan gambaran ketercapain kompetensi pembelajaran dan keefektifan proses belajar mengajar. Dengan hasil penilaian ini, guru juga akan mampu memberikan umpan balik kepada siswa dan merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Penilaian yang dilakukan oleh guru kepada siswa tidak hanya dilakukan sekali atau dua kali dalam kegiatan pembelajaran tetapi harus dilakukan secara berkesinambungan, hal ini sesuai dengan peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan mengamanatkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemampuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran (http://www.snapdrive.net/files/579300/standar_penilaian_pendidikan.pdf.). Mutu pendidikan di Indonesia merupakan salah satu isu sentral dalam kerangka wacana pedagogi kritis dewasa ini. Isu mutu pendidikan terkait dengan kualitas guru dan tenaga kependidikan (kepala sekolah, pengawas), kurikulum, metode pembelajaran, bahan ajar, alat bantu pembelajaran, dan manajemen sekolah. Keenam elemen ini saling berkait dalam upaya meningkatkan kualitas belajar-mengajar yang berpuncak pada peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan tidak bisa lepas dari perencanaan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Bapak Fuad Hasan (mantan Mendikbud RI) (dalam Kartono, 2009) menyebutkan bahwa bagaimanapun hebatnya kurikulum, jika guru yang menerapkan tidak kompeten maka tidak 5
akan pernah mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan demikian kualitas dan kompetensi guru harus ditingkatkan agar menjadi guru yang profesional. Peningkatan kompetensi guru dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuannya dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran. Upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia sudah dilakukan secara serius dengan berbagai strategi. Salah satu strategi yang dilakukan adalah pengembangan kurikulum, yaitu dari kurikulum berbasis konten menuju kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang diimplementasikan melalui kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Pada tahun 2013 kurikulum KTSP diubah dan dikembangkan menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir yaitu pola pembelajaran berpusat pada peserta didik, pembelajaran interaktif, pembelajaran dengan jejaring, pembelajaran aktif dengan pendekatan sains, belajar berbasis tim (kelompok), berbasis multi media, memperkuat pengembangan potensi khusus yang dimiliki peserta didik, pembelajaran multi disiplin, dan pembelajaran kritis. Penguatan tata kelola kurikulum dengan cara tata kerja guru bersifat kolaboratif, penguatan manajemen sekolah yakni kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan, dan penguatan sarana dan prasarana untuk proses pembelajaran. Penguatan materi dilakukan dengan cara pendalaman dan perluasan materi yang relevan bagi peserta didik. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19, Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menetapkan lingkup SNP meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. SNP berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. SNP bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Pelaksanaan pembelajaran di kelas mesti mengacu pada standar nasional pendidikan. Peran guru didalam melaksanakan standar nasional pendidikan lebih menitik beratkan pada standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan standar penilaian pendidikan. 6
Pemahaman guru tentang beberapa standar tersebut di atas dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 perlu dimatangkan, ditingkatkan, sehingga memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Pengembangan KTSP menuju kurikulum 2013, diikuti juga dengan perubahan standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan dan standar penilaian. Oleh karena itu penyamaan persepsi tentang standar isi dan standar kompetensi lulusan serta peningkatan pemahaman guru-guru bidang studi kimia mengenai cara mengimplementasikan standar proses dan standar penilaian terkait dengan kurikulum 2013 sangat dibutuhkan.
1.2 Analisis Situasi Kabar tentang ganti kurikulum menghebohkan dunia pendidikan. Banyak guru yang cemas, kecewa, jengkel, namun ada yang merespon dingin-dingin saja. Memang masih bagus jika guru merasa cemas dan kecewa, sepanjang kecemasan dan kekecewaan itu dalam batas ambang toleransi. Bagi guru yang cemas dan kecewa, setidaknya masih merespon dengan sikap yang siap untuk mau berubah (Bedjo, 2007). Guru kimia di kabupaten Bangli sebagian besar dalam kondisi belum percaya diri secara penuh dengan diberlakukannya kurikulum 2013, yang sudah dimulai sejak tahun ajaran baru 2014-2015. Kecemasan dan kegalauan yang terjadi dikarenakan, para guru kimia belum memeroleh informasi atau penjelasan yang tuntas mengenai implementasi kurikulum 2013. Sosialisasi mengenai kurikulum 2013 yang didapatkan oleh beberapa guru di masingmasing sekolah terbatas pada pimpinan-pimpinan sekolah. Sementara itu guru-guru yang lain diharapkan memperoleh imbas atau desiminasi dari pimpinan di sekolah. Kondisi seperti tersebut tidak mampu memberikan informasi yang optimum tentang apa yang diperoleh oleh pimpinan sekolah untuk disampaikan kepada para guru. Pimpinan di sekolah akan cenderung menginformasikan kebijakan tentang perubahan-perubahan yang terjadi dan wajib dilakukan oleh sekolah, dan guru. Sementara itu implementasi kurikulum yang menyangkut teknis untuk kepentingan guru mata pelajaran tertentu belum disosialisasikan secara detail. Perkembangan berikutnya ada beberapa sekolah yang kembali menerapkan kurikulum KTSP, namun demikian tidak serta merta menghilangkan kecemasan guru. Hal ini terjadi karena tuntutan kompetensi yang diharapkan oleh kurikulum menyangkut tiga domain yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor mulai disadari memang perlu diberikan secara seimbang. 7
Kesadaran seperti ini adalah suatu perkembangan yang bagus, karena mulai memahami begitu penting keseimbangan kecerdasan pada siswa, yang sebelumnya para guru lebih cenderung mengasah siswa pada domain kognitif. Situasi yang sesungguhnya positif ini menjadikan guru memiliki rasa ingin tahu lebih dalam mengenai cara melakukan evaluasi yang benar menyangkut ketiga ranah tersebut (kognitif, afektif dan psikomotor) sebagai inti dari kompetensi. Prinsip evaluasi tersebut senantiasa diberlakukan baik pada penerapan KTSP maupun Kurikulum 2013. Hal ini yang mendorong beberapa guru kimia ingin mendapatkan penyegaran kembali tentang teknik penilaian yang berkaitan dengan pembelajaran kimia.
1.3 Identifikasi dan Perumusan Masalah Kebijakan pemerintah menyatakan pada tahun ajaran 2014-2015, kurikulum 2013 harus diimplementasikan, sementara itu secara konseptual sesungguhnya guru belum memiliki pemahaman yang benar tentang kurikulum tersebut. Pengakuan guru kimia di beberapa sekolah menyatakan sampai saat ini guru kimia belum pernah memperoleh pelatihan mengenai kurikulum 2013. Pernyataan tersebut didukung oleh ketua MGMP kimia kabupaten Karangasem, Bapak Nengah Ady Suwirta (guru kimia SMAN 1 Karangasem) menyatakan belum memahami secara baik tentang kurikulum 2013 terutama dalam penyusunan perangkat pembelajanran, dan penilaian pembelajaran.
Hal senada juga
disampaikan oleh suadara Eka Pratiwi guru kimia di SMAN 1 Karangasem menyatakan belum memahami bagaimana menerapkan standar penilaian terkait kurikulum 2013. Demikian juga salah satu Pengurus MGMP Kimia di Bangli Bapak Nengah Lancar S.Pd, menyatakan banyak hal yang belum dipahami tentang K.13 terutama pada kegiatan manajemen evaluasi. Beliau menyatakan kami perlu banyak penyegaran tentang teori, strategi dan teknik di lapangan untuk kegiatan pembelajaran, terutama dalam evaluasi pembelajaran. Hal ini dikemukakan ketika pada tanggal 17 Oktober 2015 di SMAN. 2 Bangli, dan diperkuat oleh beberapa guru lain. Permasalahan yang dihadapi tersebut dilanjutkan dengan membuat surat khusus dari MGMP Kimia Kabupaten Bangli kepada saya, agar membantu memberikan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia (surat ada pada Lampiran). Jadi berdasarkan surat yang disampaikan tersebut, dapat diinterpretasi bahwa masalah yang dihadapi guru kimia di Kabupaten Bangli adalah 8
bagaimana melakukan evaluasi pembelajaran kimia yang benar yang meliputi tiga domain dan sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai? Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan tersebut maka akan dilakukan pelatihan, bimbingan teknis, dan workshop tentang manajemen evaluasi pembelajaran kimia. Teknik evaluasi pembelajaran kimia ini akan dapat digunakan baik dalam penerapan KTSP, maupun K.13. Oleh karena itu masalah yang akan diatasi dalam kegiatan ini adalah: 1) Bagaimana merencanakan evaluasi pembelajaran kimia yang menyangkut tiga domain ? 2) Bagaimana melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia yang menyangkut tiga domain ? 3) Bagaimana melakukan penilaian dari hasil evaluasi yang diperoleh?
Dalam upaya mengatasi masalah tersebut akan dilakukan kegiatan dalam bentuk ceramah penyegaran teori, latihan terbimbing dan tanya jawab, kemudian dilanjutkan dengan work shop, sampai dihasilkan perangkat evaluasi yang siap digunakan.
1.4 Tujuan Kegiatan Kegiatan pelatihan dan workshop tersebut di atas bertujuan sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pemahaman guru kimia di kabupaten Bangli mengenai evaluasi pembelajaran kimia. 2. Untuk meningkatkan keterampilan guru kimia di kabupaten Bangli dalam merencanakan dan melaksanakan ealuasi pembelajaran kimia.
1.5 Manfaat kegiatan Kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat bagi guru kimia, siswa dan sekolah. Manfaat yang diperoleh adalah sebagaiberikut: 1. Bagi guru kimia memiliki kesiapan dan kepercayaan diri dalam melakukan asesment kepada siswanya. 2. Bagi siswa akan memeroleh pembelajaran dan evaluasi yang meliputi tiga ranah, kognitif, afektif dan psikomotorik. 3. Bagi sekolah memeroleh kepastian dilaksanakan evaluasi sesuai harapan kurikulum. 9
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Khalayak Sasaran Strategis Khalayak sasaran yang dituju adalah guru-guru kimia yang bertugas di sekolah menengah atas, di kabupaten Bangli. Sasaran kepada guru-guru kimia ini dengan beberapa pertimbangan diantaranya: pertama sesuai dengan informasi yang disampaikan ketua MGMP kimia di kabupaten Karangasem, bahwa sampai saat ini belum memperoleh pelatihan mengenai teknik evaluasi yang berkaitan dengan kurikulum 2013. Kedua, guru-guru kimia di kabupaten Bangli belum biasa melaksanakan penilaian pada domain afektif dan psikomotor, sesuai dengan yang ada dalam kompetensi inti pada K.13. Ketiga para guru kimia belum memiliki kepercayaan diri untuk menerapkan evaluasi untuk kompetensi spiritual, sosial, dan keterampilan. Guru-guru kimia mengalami kesulitan melaksanakan penilaian dalam tiga ranah kompetensi, dan berharap memperoleh bimbingan teknis dan pelatihan agar dapat melaksanakan tugas pengimplementasian K.13 maupun KTSP dengan mantap. Kondisi tersebut sejalan dengan temuan penelitian Bara (2014) yang menyatakan sebagai berikut. Penilaian yang sudah mampu dilaksanakan oleh guru yang sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan No. 66 tahun 2013 yaitu untuk aspek pengetahuan melalui teknik tes tulis dan penugasan. Untuk tes tulis dan penugasan ini guru belum sepenuhnya mampu membuat rubric penilaian dengan tepat. Penilaian untuk aspek sikap hanya dinilai dengan menggunakan teknik jurnal/catatan harian. Dimana guru akan membuat tanda-tanda tertentu didalam absen siswa untuk penilaian sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran. Guru belum mampu untuk membuat rubrik yang sesuai dengan standar untuk jurnal dalam melaksanakan penilaian. Dari nilai yang diperoleh dari jurnal ini, nilai ini dapat juga digunakan oleh guru sebagai nilai tambahan untuk siswa. Penilaian untuk aspek keterampilan belum dapat dilaksanakan oleh guru sepenuhnya. 2.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah utama yang dipecahkan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah mengatasi kekurang pahaman guru-guru kimia di Bangli mengenai mengelola evaluasi 10
pembelajaran kimia, baik dalam penerapan K.13 maupun KTSP. Untuk mengatasi masalah tersebut akan dicarikan solusi dengan berbagai bentuk kegiatan seperti yang disajikan pada tabel 1 berikut: Tabel 1. Hubungan antara Masalah, Akar masalah dan Solusi. NO
PERMASALAHAN
AKAR MASALAH
SOLUSI
1
Guru-guru kimia di kabupaten Bangli belum memahami dengan baik dalam mengelola evaluasi belajar kimia yang menyangkut tiga domain
Kurangnya sosialisasi tentang teknik penilaian kurikulum 2013, maupun KTSP, yang menyangkut tiga domain, dan belum memeroleh pelatihan.
Memberikan informasi dan pemantapan konsep tentang evaluasi dan penilaian pembelajaran kimia. Latihan melakukan penilaian
2
Guru-guru kimia di kabupaten Bangli, belum memiliki perangkat evaluasi yang diyakini untuk diterapkan di sekolah.
Belum memperoleh pelatihan dan bimbingan teknis, mengenai cara melakukan evaluasi yang menyangkut tiga domain.
Memberikan pelatihan dan bimbingan teknis dalam bentuk kegiatan workshop membuat perangkat evaluasi belajar kimia yang menyangkut tiga domain
2.3 Metode Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan P2M yang akan dilakukan berupa pelatihan dan workshop teknik evaluasi untuk penerapan kurikulum 2013 dan KTSP pada guru-guru kimia di kabupaten bangli. Pihakpihak yang terkait dengan kegiatan ini adalah guru-guru kimia yang berada dalam wadah MGMP kimia, dan Sekolah. Keterkaitan yang ada dalam program ini adalah antara Undiksha melalui Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA dengan MGMP Kimia, dan SMAN 2 Bangli sebagai tempat dilaksanakan pelatihan. Metoda yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah metoda ceramah, diskusi, workshop dan bimbingan teknis. Pendekatan dalam pelaksanaan kegiatan adalah partisipatif humanistik, artinya melibatkan secara aktif guru-guru kimia berlatih bersama dalam suasana saling menghargai, saling memberi dan menerima informasi ataupun pemahaman yang dimiliki oleh masing-masing peserta maupun tutor. Hubungan tujuan kegiatan, metoda dan bentuk kegiatan dapat dilukiskan seperti tabel 2 berikut.
11
Tabel 2. Hubungan antara Tujuan kegiatan, Metoda, dan Bentuk kegiatan No
Tujuan Kegiatan
Metoda
1
Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru kimia di kabupaten Bangli mengenai perencanaan evaluasi pembelajaran kimia.
Ceramah Tanya jawab Latihan melalui workshop
2
Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru-guru kimia di kabupaten Bangli dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia.
Ceramah Tanya jawab Latihan melalui workshop
3
Untuk meningkatkan kemampuan melakukan penilaian dari data evaluasi pembelajaran kimia
Ceramah Tanya jawab Latihan melalui workshop
12
Bentuk Kegiatan Memberikan informasi tentang teori evaluasi, dan merencanakan evaluasi dalam bentuk bahan ajar (kertas kerja). Dilanjutkan dengan latihan membuat perangkat evaluasi melalui workshop Memberikan informasi tentang teknik melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia. Dilanjutkan dengan latihan membuat perangkat evaluasi melalui workshop Memberikan informasi tentang teknik melaksanakan evaluasi pembelajaran kimia. Dilanjutkan dengan latihan membuat perangkat evaluasi melalui workshop
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Kegiatan Hasil kegiatan di dicermati berdasarkan rancangan evaluasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Evaluasi dilakukan dengan melihat proses kegiatan dan produk kegiatan. Evaluasi terhadap proses dilakukan dengan mengukur/menilai kehadiran peserta, aktivitas dan antusiasme peserta, dan respon peserta terhadap kegiatan yang diikuti. Kehadiran peserta diukur dengan prosentase presensi peserta, aktivitas/antusisme peserta diukur ketika proses berlangsung dengan mengobservasi keadaan peserta dalam mengikuti pelatihan. Pengukuran aktivitas dilakukan dengan pedoman observasi dengan jurnal, yang selanjutnya dianalisis dan dilakukan justifikasi. Respon peserta diukur dengan cara memberikan quesioner tertutup mengenai tanggapan peserta terhadap kegiatan dengan skala likert. Penilaian dilakukan dengan menganalisis hasil quesioner selanjutnya dilakukan interpretasi dan justifikasi. Penilaian produk dilakukan dengan mencermati produk yang dihasilkan ketika pelatihan dan bimbingan teknis dilakukan, produk tersebut berupa perangkat pembelajaran, dan resume terhadap kajian aspek-aspek kurikulum 2013. Dalam kegiatan pelatihan tersebut diundang sebanyak 22 orang guru kimia di Kab. Karangasem. Dari 22 orang guru di undang, yang hadir sebanyak 19 orang, dan dari 19 orang guru yang hadir, sebanyak 19 orang yang mengikuti kegiatan sampai akhir kegiatan. Jika dilihat dari presentase kehadiran dari yang direncanakan adalah sekitar 86 %, namun demikian kalau dilihat dari intensitas keaktifan dalam mengikuti kegiatan yaitu sebanyak 100 % guru aktif dan antusias. Oleh karena itu jika dilihat dari kehadiran guru cukup baik dan jika dilihat dari presentase guru yang aktif dalam kegiatan sangat baik. Proses kegiatan di awali dengan ceramah dan tanya jawab tentang hakikat kurikulum, tentang pembuatan perangkat dan media pembelajaran, selanjutnya tentang standar proses pembelajaran, dan standar penilaian pembelajaran (materi terlampir). Dalam proses tanya jawab ke tiga materi tersebut, peserta sangat antusias dilihat dari beberapa pertanyaan yang disampaikan oleh guru-guru.
13
Di samping mengevaluasi dari sisi kehadiran dan proses yang terjadi dalam kegiatan pelatihan untuk menilai hasil kegiatan, juga diberikan quesioner untuk meminta tanggapan peserta terhadap kegiatan yang dilakukan. Quesioner yang diberikan ingin mengetahui tentang pendapat guru mengenai pemahaman tentang kurikulum 2013, tentang penyampaian materi, dan tentang pelaksanaan kegiatan. Rakapitulasi hasil penyebaran angket adalah seperti Tabel 3. berikut
Tabel 3. Rekapitulasi hasil analisis quesioner peserta
Prosentase (%) No
Indikator STS
TS
TT
S
SS
1
Penyebaran informasi mengenai kegiatan P2M sudah bagus
0
0
0
48
52
2
Pembukaan kegiatan berjalan dengan baik
0
0
0
52
48
3
Moderator mengantar kegiatan P2M dengan baik
0
0
0
38
62
4
Penyampaian laporan ketua panitia singkat, jelas dan tepat sasaran
0
0
0
48
52
5
Narasumber menyampaikan materi “Hakikat Pendidikan” dengan menarik dan mudah dipahami
0
0
0
38
62
6
Narasumber menyampaikan materi “Inovasi pembelajaran” dengan menarik dan mudah dipahami
0
0
0
33
67
7
Narasumber menyampaikan materi “Assesmen Kurikulum 2013” dengan menarik dan mudah dipahami
0
0
0
43
57
8
Materi kegiatan P2M sesuai dengan yang saya butuhkan saat ini
0
0
0
38
62
9
Materi yang disampaikan dalam kegiatan P2M
0
0
0
29
71
14
menambah pemahaman saya mengenai K.13 10
Setelah mengikuti kegiatan P2M ini saya termotivasi untuk menerapkannya dalam pembelajaran.
0
0
0
29
67
11
Secara keseluruhan materi yang disampaikan telah sesuai dengan tema kegiatan
0
0
0
38
62
12
Kegiatan/sesi workshop berjalan dengan lancar dan menarik
0
0
0
29
71
13
Kegiatan/sesi diskusi berjalan dengan lancar dan menarik
0
0
0
43
57
14
Durasi waktu kegiatan untuk setiap sesi sudah tepat
0
0
0
10
76
15
Sarana dan prasarana yang digunakan sangat mendukung kegiatan P2M
0
0
0
62
38
16
Saya puas dengan konsumsi yang disajikan
0
0
0
24
76
17
Secara keseluruhan saya puas dengan pelaksanaan kegiatan P2M ini.
0
0
0
38
62
18
Kegiatan seperti ini perlu diadakan secara berkala
0
0
0
10
90
Ket : STS TS TT S SS
= Sangat Tidak Setuju = Tidak Setuju = Tidak Tahu = Setuju = Sangat Setuju Berdasarkan hasil rekapitualsi angket prosentase peserta terhadap 18 indikator
sebagai tolok ukur kegiatan dapat di interpretasi bahwa sekitar 40% peserta menyatakan setuju dan 60 % menyatakan sangat setuju terhadap perencanaan kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan hasil kegiatan yang diperoleh. Kalau melihat khusus indikator (pernyataan no.18) ternyata 90 % peserta sangat setuju jika kegiatan ini dilakukan secara berkala. Hal ini menandakan bahwa kegiatan yang dilakukan berhasil dengan baik.
15
Di samping pernyataan dengan angket tertutup, panitya juga memberikan pertanyaan terbuka agar peserta memberikan kesan dan saran terhadap kegiatan yang diikuti. Hasil yang diperoleh bahwa semua peserta menyatakan kesan bahwa kegiatan tersebut memberikan informasi,
memberikan
wawasan,
menambah
pemahaman
mengenai
perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran yang berbasis Kurikulum 2013. Kesan lain secara umum menyatakan sangat menarik dan inovatif, sangat bermanfaat. Tidak satupun dari peserta yang memiliki kesan negatif. Pesan terbuka yang disampaikan bahwa semua peserta mengharapkan kegiatan sejenis agar dilakukan secara periodik (berkala). Peserta juga berharap agar materi yang diberikan lebih banyak dan lebih dalam, dan waktu pelatihan diperpanjang. Pesan lain yang muncul adalah agar dalam pelatihan seperti ini agar melibatkan/menghadirkan pihak terkait seperti pengawas, kepala sekolah, dan dinas pendidikan, agar kebijakan yang dibuat sinkron/terjadi sinkronisasi. Jadi berdasarkan data yang diperoleh, pertama dari kehadiran peserta, kemudian dari proses pelatihan, aktifitas peserta, dan hasil analisis angket dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian pada masyarakat tentang pemantapan kurikulum 2013, melalui pendidikan dan pelatihan berhasil dengan kategori baik, dan sangat bermanfaat. 3.2 Pembahasan Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan, memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses pendidikan (Sukmadinata, 2004). Setiap praktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu, apakah berkenaan dengan penguasaan pengetahuan, pengembangan pribadi, kemampuan sosial, ataupun
kemampuan
bekerja.
Untuk
menyampaikan
bahan
pelajaran,
ataupun
mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampaian serta alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga diperlukan cara-cara dan alat penilaian tertentu juga. Ke empat hal tersebut, yaitu tujuan, bahan ajar, metode, alat dan penilaian merupakan komponen-komponen utama dalam kurikulum. 16
Evaluasi adalah pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam pribadi siswa. Pada hakikatnya evaluasi adalah suatu proses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan. Evaluasi adalah suatu proses bukan hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi adalah kualitas sesuatu siswa (Fatmawati, Zainul Akhyar & Mariatul Kiptiah, 2012). Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah evaluation. Depdikbud (1992) mengemukakan “penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil yang telah dicapai siswa”. Kata “menyeluruh” mengandung arti bahwa penilain tidak hanya ditujukan kepada penguasaan salah satu bidang tertentu saja, tetapi mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai. (Arifin, 2009). Secara khusus untuk dunia pendidikan, Gronlund dan Linn (1990), dalam Kusaeri (2012:8) mendefinisikan penilaian sebagai suatu proses yang sistematis dan mencakup kegiatan mengumpulkan, menganalisis, serta menginterpretasikan informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang siswa atau sekelompok siswa mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, baik aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Penilaian pendidikan adalah proses untuk mendapatkan informasi tentang prestasi atau kinerja peserta didik. Hasil penilaian digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap ketuntasan belajar peserta didik dan efektivitas proses pembelajaran. Fokus penilaian pendidikan adalah keberhasilan belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi yang ditentukan (Tite Juliantine, 2012). Beberapa hal yang menjadi prinsip dalam penilaian adalah: (1) proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not a part from instruction); (2) penilaian harus mencermikan masalah dunia nyata (real world problem), bukan dunia sekolah (school work-kind of problems); (3)penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metode, dan kriteria yang sesuai dengan karakteristik dan ensensi pengalaman belajar; dan (4) penilaian harus bersifat
17
holistic yang mencakup semua aspek tujuan pembelajaran (kognitif, afektif, dan sensorimotorik). (Depdiknas, 2009:3 dalam Kusaeri, 2012:8-9) Dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Hasil penilaian otentik dapat digunakan oleh guru untuk merencanakan program perbaikan (remedial), pengayaan (enrichment), atau pelayanan konseling. Selain itu, hasil penilaian otentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran sesuai dengan Standar Penilaian Pendidikan. Evaluasi proses pembelajaran dilakukan saat proses pembelajaran dengan menggunakan alat: angket, observasi, catatan anekdot, dan refleksi. Dalam Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses dinyatakan bahwa Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan perolehan belajar siswa atau bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 66 Tahun 2013 tentang standar penilaian,
prinsip penilaian jenjang pendidikan dasar dan
menengah yaitu: 1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilai. 2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. 3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 18
4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. 5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik. Ruang lingkup penilaian hasil belajar mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang. Secara teknis cara melakukan inovasi di dalam perencanaan pembelajaran, proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran, para guru berharap diberikan contoh riil yang dapat diterapkan langsung di sekolah. Pengembangan inovasi terjadi apabila diberikan lebih banyak latihan, dan motivasi keberanian untuk mencoba sesuatu yang diyakini bagus dan dengan rasionalisasi yang logis. Jika dilihat dari kompetensi guru kimia yang ada di Bali khususnya sudah cukup baik. Dalam upaya meningkatkan profesionalismenya perlu membangkitkan keberanian untuk melakukan inovasi-inovasi yang mendukung kualitas pembelajaran. Persoalan sering terjadi adalah pengingkaran terhadap kurikulum, dalam hal ini ada beberapa kegiatan yang semestinya dilakukan oleh guru, namun tidak dilakukan, karena ada perubahan orientasi pemikiran, pengawasan belum maksimal, karena cenderung sampai pada tingkat administrasi. Kalau saja pihak pemerintah (diknas) menginstruksikan agar kurikulum yang sudah dituangkan dalam bentuk silabus dan RPP, harus dilaksanakan dengan sebenarnya, maka pasti guru akan melaksanakan dengan sungguh-sungguh. Hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia masih menganut budaya partneralistik, mengikuti penguasa, mengikuti atasan.
19
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil evaluasi terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan ada beberapa kesimpulan yang diperoleh yaitu sebagai berikut. 1. Pemahaman guru tentang kurikulum 2013 berkaitan dengan filosofi dan hakikat serta evaluasi yang diharapkan mengalami peningkatan. 2. Pemahaman guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 khususnya dalam evaluasi mata pelajaran kimia SMA lebih mantap. 3. Pemahaman guru-guru dalam membuat perangkat pembelajaran yang meliputi RPP, instrumen penilaian yang meliputi kognitif, afektif dan psikomotor, serta rubrik penilaian semakin mantap. 4. Guru memiliki motivasi untuk melakukan inovasi dalam proses pembelajaran khususnya dalam penerapan pendekatan saintific. 5. Guru
memiliki
kepercayaan
diri
untuk
melakukan
asesmen
dalam
mengimplementasikan kurikulum 2013.
4.2 Saran-saran Berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan beberapa saran disampaikan dalam laporan ini, diambil dari saran yang disampaikan oleh peserta dan juga dari tim pelaksana. Adapun saran-saran dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Pelatihan sejenis perlu lebih intensif dilakukan, bila memungkinkan setiap semester ada pelatihan. 2. Kegiatan sejenis perlu dilakukan yang berkaitan dengan PTK dan penulisan artikel untuk peningkatan profesionalitas. 3. Guru disarankan jika menghadapi perubahan kurikulum harus memahami hakikat dan filosofinya, dilanjutkan dengan pendalaman silabus.
20
4. Kegiatan diharapkan melibatkan pihak terkait seperti pengawas, kepala sekolah, dan diknas. DAFTAR PUSTAKA 1. Bedjo Sujanto, 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung Seto. 2. Fatmawati, Zainul Akhyar dan Mariatul Kiptiah. Kemampuan Guru Melakukan Penilaian dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Banjarmasin. Diunduh : www.google.com 3. Kartono, ST, 2009. Sekolah Bukan Pasar. Jakarta: Kompas 4. Kepmendiknas RI. No. 232/U/2000, Jakarta. 5. Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013. Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta. 6. Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. 7. Permendikbud RI No. 69 Tahun 2013. kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. 8. Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
21
Gambar 1. Dokumen Kegiatan Pelatihan
Gambar 2. Dokumen Kegiatan Pelatihan
22
Gambar 3. Dokumen peserta pelatihan
Gambar 4. Dokumen kegiatan pelatihan
23
IMPLEMENTASI PENILAIAN PEMBELAJARAN KIMIA SMA
OLEH; Dr. I Gusti Lanang Wiratma, M.Si
[email protected] Disampaikan dalam kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat dengan judul: Pelatihan dan Work Shop Evaluasi pembelajaran Kimia dalam Mengimplementasikan K13 dan KTSP pada Guru Kimia di Kabupaten Bangli Pada tanggal: 1-2 Oktober 2016
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS MIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA
1. PENDAHULUAN 24
Kebijakan diberlakukan kurikulum 2013, mengharuskan para guru untuk dapat memahami dan mampu melaksanakannya. Guru diwajibkan untuk melaksanakan beberapa standar yang berkaitan dengan kurikulum 2013, sebagai perubahan dari standar sebelumnya. Salah satu standar nasional pendidikan yang wajib dilakukan oleh satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan adalah standar penilaian. Penilaian dalam koteks pembelajaran tercantum di dalam standar proses meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Guru sebagai pendidik diharapkan secara profesional mampu melakukan ketiga hal tersebut secara berkesinambungan agar diperoleh output yang berkualitas. Dari ketiga proses tersebut, penilaian dalam proses pembelajaran memiliki peranan penting, hal ini karena penilaian dapat dipakai sebagai parameter keberhasilan seorang peserta didik dalam kegiatan belajar di sekolah. Hasil penilaian yang diberikan oleh guru terhadap setiap siswa akan memberikan gambaran ketercapain kompetensi pembelajaran dan keefektifan proses belajar mengajar. Dengan hasil penilaian ini, guru juga akan mampu memberikan umpan balik kepada siswa dan merencanakan proses pembelajaran selanjutnya. Permendikbud No. 66 tahun 2013 menyebutkan bahwa standar penilaian bertujuan untuk menjamin: a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, b. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya, dan c. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik. Secara ringkas beberapa hal yang tercantum di dalam standar penilaian adalah cakupan penilaian, prinsip, pendekatan, ruang lingkup, teknik dan instrumen penilaian, mekanisme dan prosedur penilaian. A. Prinsip prinsip Penilaian Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut: 25
1. sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur. 2. objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai. 3. adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. 4. terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran. 5. terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 6. menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik. 7. sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku. 8. beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. dan 9. akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
B. Penilaian oleh Pendidik Penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis, untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar.Penilaian hasil belajar oleh pendidik di SMA berfungsi untuk memantau kemajuan belajar, memantau hasil belajar, dan mendeteksi kebutuhan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilaksanakan untuk memenuhi fungsi formatif dan sumatif dalam penilaian, dan bertujuan untuk: 1. mengetahui tingkat penguasaan kompetensi. 26
2. menetapkan ketuntasan penguasaan kompetensi. 3. menetapkan program perbaikan atau pengayaan berdasarkan tingkat penguasaan kompetensi. dan 4. memperbaiki proses pembelajaran.
C. Penilaian oleh Satuan Pendidikan Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan adalah proses pengumpulan informasi/data tentang capaian pembelajaran peserta didik dalam aspek pengetahuan dan aspek keterampilan yang dilakukan secara terencana dan sistematis dalam bentuk penilaian akhir dan ujian sekolah. Penilaian akhir adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik pada akhir semester dan/atau akhir tahun, sedangkan ujian sekolah adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.
2. PENILAIAN SIKAP, PENGETAHUAN, DAN KETERAMPILAN Hubungan ranah kompetensi, teknik dan instrumen penilaian yang dapat digunakan dalam proses penilaian dilhat pada tabel 1 berikut. Tabel 1. Hubungan antara ranah kompetensi, teknik, dan instrumen No
Ranah
Teknik
Instrumen
Observasi
Daftar cek/ skala penilaian disertai rubrik
Penilaian diri
Lembar penilaian diri
Penilaian antar peserta didik
Lembar penilaian antar peserta didik
Jurnal
Catatan guru
Kompetensi 1
Sikap
27
2
3
Pengetahuan
Keterampilan
Tes tulis
Soal pilihan ganda, isian, jawab singkat, benar salah, menjodohkan, dan uraian (dilengkapi dengan pedoman penskoran/rubrik)
Tes Lisan
Daftar pertanyaan
Penugasan
PR atau projek, secara individu atau kelompok
Penilaian kinerja (praktik, projek, dan portofolio )
Daftar cek/ skala penilaian disertai rubrik
Pelaksanaan penilaian dilakukan secara berkesinambungan yang bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta meningkatkan efektivitas pembelajaran. Pelaporan penilaian disampaikan kepada kepala sekolah dan pihak lain yang terkait (misal wali kelas, guru BK dan orang tua/wali pada periode yang ditentukan. Bentuk pelaporan hasil penilaian adalah: a) nilai dan / atau deskripsi pencapaian kompetensi (pengetahuan dan keterampilan) b) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial.
A. Penilaian Sikap 1. Pengertian Penilaian sikap adalah penilaian terhadap kecenderungan perilaku peserta didik sebagai hasil pendidikan, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Penilaian sikap memiliki karakteristik yang berbeda dengan penilaian pengetahuan dan keterampilan, sehingga teknik penilaian yang digunakan juga berbeda. Dalam hal ini, penilaian sikap ditujukan untuk 28
mengetahui capaian dan membina perilaku serta budi pekerti peserta didik sesuai butir-butir sikap dalam Kompetensi Dasar (KD) pada Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI-1) dan Kompetensi Inti Sikap Sosial (KI-2). Pada mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, dan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 disusun secara koheren dan linier dengan KD pada KI-3 dan KD pada KI-4. Sedangkan untuk mata pelajaran lain, KD pada KI-1 dan KD pada KI-2 dirumuskan secara umum dan terakumulasi menjadi satu KD pada KI-1 dan satu KD pada KI-2. Penilaian sikap spiritual dan sikap sosial dilakukan secara berkelanjutan oleh pendidik mata pelajaran, dan informasi lain yang valid dan relevan dari berbagai sumber. Penilaian sikap merupakan bagian dari pembinaan dan penanaman/pembentukan sikap spiritual dan sikap sosial peserta didik yang menjadi tugas dari setiap pendidik. Penanaman sikap diintegrasikan pada setiap pembelajaran KD dari KI-3 dan KI-4. Selain itu, dapat dilakukan penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman (peer assessment) dalam rangka pembinaan dan pembentukan karakter peserta didik, yang hasilnya dapat dijadikan sebagai salah satu data untuk konfirmasi hasil penilaian sikap oleh pendidik. Hasil penilaian sikap selama periode satu semester ditulis dalam bentuk deskripsi yang menggambarkan perilaku peserta didik.
2. Teknik Penilaian Sikap Penilaian sikap dilakukan oleh guru mata pelajaran, guru bimbingan konseling (BK), dan wali kelas, melalui observasi yang dicatat dalam jurnal. a. Observasi Observasi dalam penilaian sikap peserta didik merupakan teknik yang dilakukan secara berkesinambungan melalui pengamatan perilaku. Asumsinya setiap peserta didik pada dasarnya berperilaku baik sehingga yang perlu dicatat hanya perilaku yang sangat baik (positif) atau kurang baik (negatif) yang berkaitan dengan indikator sikap spiritual dan sikap sosial. Catatan hal-hal positif dan menonjol digunakan untuk menguatkan perilaku positif, sedangkan perilaku negatif digunakan untuk pembinaan. Instrumen yang digunakan dalam observasi adalah lembar observasi atau jurnal. Hasil observasi dicatat dalam jurnal yang dibuat selama satu semester oleh guru mata pelajaran, 29
guru BK, dan wali kelas. Jurnal memuat catatan sikap atau perilaku peserta didik yang sangat baik atau kurang baik, dilengkapi dengan waktu terjadinya perilaku tersebut, dan butir-butir sikap. Berdasarkan catatan tersebut pendidik membuat deskripsi penilaian sikap peserta didik selama satu semester. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan penilaian sikap dengan teknik observasi: (1) Jurnal digunakan oleh guru mata pelajaran, guru BK, dan wali kelas selama periode satu semester. (2) Jurnal oleh guru mata pelajaran dibuat untuk seluruh peserta didik yang mengikuti mata pelajarannya. Jurnal oleh guru BK dibuat untuk semua peserta didik yang menjadi tanggung jawab bimbingannya, dan jurnal oleh wali kelas digunakan untuk satu kelas yang menjadi tanggung jawabnya. (3) Hasil observasi guru mata pelajaran dan guru BK diserahkan kepada wali kelas untuk diolah lebih lanjut. (4) Perilaku sangat baik atau kurang baik yang dicatat dalam jurnal tidak terbatas pada butirbutir sikap (perilaku) yang hendak ditumbuhkan melalui pembelajaran yang saat itu sedang berlangsung sebagaimana dirancang dalam RPP, tetapi dapat mencakup butirbutir sikap lainnya yang ditanamkan dalam semester itu, jika butir butir sikap tersebut muncul/ditunjukkan oleh peserta didik melalui perilakunya. (5) Catatan dalam jurnal dilakukan selama satu semester sehingga ada kemungkinan dalam satu hari perilaku yang sangat baik dan/atau kurang baik muncul lebih dari satu kali atau tidak muncul sama sekali. (6) Perilaku peserta didik yang tidak menonjol (sangat baik atau kurang baik) tidak perlu dicatat dan dianggap peserta didik tersebut menunjukkan perilaku baik atau sesuai dengan norma yang diharapkan. Jika seorang peserta didik menunjukkan perilaku yang kurang baik, pendidik harus segera menindak lanjuti dengan melakukan pendekatan dan pembinaan, secara bertahap peserta didik tersebut dapat menyadari dan memperbaiki sendiri perilakunya sehingga menjadi lebih baik. Contoh format dan pengisian jurnal guru mata pelajaran
Nama Satuan pendidikan
: SMA ….. 30
Tahun pelajaran Kelas/Semester Mata Pelajaran
Wa
: 2015/2016 : X / Semester I : Kimia
Nama
Kejadia
But
Tindak
n
ir
Lanjut
Perilaku
Sik
ktu
ap
1 Sep 201 6
Putu
Mening galkan laborato rium tanpa member sihkan meja
Tan ggu ng jaw ab
Dipanggil untuk membersih kan meja dan alat bahan yang sudah
dan alat bahan yang
dipakai.Dil akukan
sudah
pembinaan.
31
dipakai 12 Sep t 201 6
Adi
Melapor kepada
Juju r
pendidi k bahwa dia memeca hkan gelas kimia tanpa sengaja
Diberi apresiasi/ pujian atas kejujuranny a. Diingatkan agar lain kali lebih berhati-hati
ketika sedang melaku kan praktiku m
b. Penilaian diri Penilaian diri dilakukan dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam berperilaku. Selain itu penilaian diri juga dapat digunakan untuk membentuk sikap peserta didik terhadap mata pelajaran. Hasil penilaian diri peserta didik dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Penilaian diri dapat memberi dampak positif terhadap perkembangan kepribadian peserta didik, antara lain: (1) dapat menumbuhkan rasa percaya diri, karena diberi kepercayaan untuk menilai diri sendiri. (2) peserta didik menyadari kekuatan dan kelemahan diri, karena ketika melakukan penilaian harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.
32
(3) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian. dan (4) membentuk sikap terhadap mata pelajaran/pengetahuan. Instrumen yang digunakan untuk penilaian diri berupa lembar penilaian diri yang dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak bermakna ganda, dengan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik, dan menggunakan format sederhana yang mudah diisi peserta didik. Lembar penilaian diri dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan sikap peserta didik dalam situasi yang nyata/sebenarnya, bermakna, dan mengarahkan peserta didik mengidentifikasi kekuatan atau kelemahannya. Hal ini untuk menghilangkan kecenderungan peserta didik menilai dirinya secara subjektif. Penilaian diri oleh peserta didik dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut. (1) Menjelaskan kepada peserta didik tujuan penilaian diri. (2) Menentukan indikator yang akan dinilai. (3) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan. (4) Merumuskan format penilaian, berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale), atau dalam bentuk esai untuk mendorong peserta didik mengenali diri dan potensinya. Contoh Lembar Penilaian Diri menggunakan daftar cek (checklist) pada waktu kegiatan kelompok.
Nama : ............................................... Kelas/Semester : ..................../.......................... Petunjuk: 1. Bacalah baik-baik setiap pernyataan dan berilah tanda pada kolom yang sesuai dengan keadaan dirimu yang sebenarnya. 2. Serahkan kembali format yang sudah kamu isi kepada bapak/ibu guru.
No
Pernyataan
Ya
Selama kegiatan kelompok, saya:
33
Tidak
1
Mengusulkan
ide
kepada
kelompok 2
Sibuk mengerjakan tugas saya sendiri
3
Tidak berani bertanya karena malu ditertawakan
4
Menertawakan pendapat teman
5
Aktif
mengajukan
pertanyaan
dengan sopan 6
Melaksanakan kesepakatan kelompok, meskipun tidak sesuai dengan pendapat saya
Penilain diri tidak hanya digunakan untuk menilai sikap tetapi juga dapat digunakan untuk menilai sikap terhadap pengetahuan dan keterampilan serta kesulitan belajar peserta didik.
c. Penilaian antar teman Penilaian antarteman adalah penilaian de dengan cara peserta didik saling menilai perilaku temannya. Penilaian antarteman dapat mendorong: (a). objektifitas peserta didik, (b).empati, (c). mengapresiasi keragaman/perbedaan, dan (d) refleksi diri. Sebagaimana penilaian diri, hasil penilaian antar teman dapat digunakan sebagai data konfirmasi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar teman. Kriteria penyusunan instrumen penilaian antarteman sebagai berikut. (1) Sesuai dengan indikator yang akan diukur. (2) Indikator dapat diukur melalui pengamatan peserta didik. (3) Kriteria penilaian dirumuskan secara sederhana, namun jelas dan tidak berpotensi munculnya penafsiran makna ganda/berbeda. (4) Menggunakan bahasa lugas yang dapat dipahami peserta didik. 34
(5) Menggunakan format sederhana dan mudah digunakan oleh peserta didik. (6) Indikator menunjukkan sikap/perilaku peserta didik dalam situasi yang nyata atau sebenarnya dan dapat diukur. Penilaian antar teman paling cocok dilakukan pada saat peserta didik melakukan kegiatan kelompok, misalnya setiap peserta didik diminta mengamati/menilai dua orang temannya, dan dia juga dinilai oleh dua orang teman lainnya dalam kelompoknya. Contoh instrumen penilaian (lembar pengamatan) antarteman (peer assessment) menggunakan daftar cek (checklist)pada waktu kerja kelompok. Petunjuk 1. Amati perilaku 2 orang temanmu selama mengikuti kegiatan kelompok. 2. Isilah kolom yang tersedia dengan tanda cek (√) jika temanmu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan pernyataan untuk indikator yang kamu amati atau tanda strip (-) jika temanmu tidak menunjukkan perilaku tersebut. 3. Serahkan hasil pengamatan kepada bapak/ibu pendidik. Nama Teman : 1. …………………. 2. ………………. Nama Penilai : …………………………………. Kelas/Semester : ………………………………….
Pernyataan/Indikator Pengamatan
Teman saya mengajukan pertanyaan dengan sopan Teman saya mengerjakan kegiatan sesuai pembagian tugas dalam kelompok
35
Teman saya mengemukakan ide untuk menyelesaikan masalah Teman saya memaksa kelompok untuk menerima usulnya
Teman saya menyela pembicaraan teman kelompok Teman saya menjawab pertanyaan yang diajukan teman lain Teman saya menertawakan pendapat teman yang aneh
Teman saya melaksanakan kesepakatan kelompok meskipun tidak sesuai dengan pendapatnya
Pernyataan-pernyataan untuk indikator yang diamati pada format di atas merupakan contoh. Pernyataan tersebut bersifat positif (nomor 1, 2, 3, 6, 8) dan bersifat negatif (nomor 4, 5, dan 7). Pendidik dapat berkreasi membuat sendiri pernyataan atau pertanyaan dengan memperhatikan kriteria instrumen penilaian antar teman.
B. Penilaian Pengetahuan 1. Pengertian Penilaian pengetahuan merupakan penilaian untuk mengukur kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian pengetahuan dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Pendidik menetapkan teknik penilaian sesuai dengan karakteristik kompetensi yang akan dinilai. Penilaian dimulai dengan
36
perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus. Penilaian pengetahuan, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah. Secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
2. Teknik Penilaian Pengetahuan Berbagai teknik penilaian pengetahuan dapat digunakan sesuai dengan karakteristik masing-masing KD. Teknik yang biasa digunakan adalah tes tertulis, tes lisan, dan penugasan. Namun tidak menutup kemungkinan digunakan teknik lain yang sesuai, misalnya portofolio dan observasi.
a. Tes Tertulis Tes tertulis adalah tes dengan soal dan jawaban disajikan secara tertulis untuk mengukur atau memeroleh informasi tentang kemampuan peserta tes. Tes tertulis menuntut respons dari peserta tes yang dapat dijadikan sebagai representasi dari kemampuan yangdimiliki. Instrumen tes tertulis dapat berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Pengembangan instrumen tes tertulis mengikuti langkah-langkah sebagai berikut. (1) Menetapkan tujuan tes, yaitu untuk seleksi, penempatan, diagnostik, formatif, atau sumatif. (2) Menyusun kisi-kisi, yaitu spesifikasi yang digunakan sebagai acuan menulis soal. Kisi-kisi memuat rambu-rambu tentang kriteria soal yang akan ditulis, meliputi KD yang akan diukur, materi, indikator soal, bentuk soal, dan nomor soal. Dengan adanya kisi-kisi, 37
penulisan soal lebih terarah sesuai dengan tujuan tes dan proporsi soal per KD atau materi yang hendak diukur lebih tepat. (3) Menulis soal berdasarkan kisi-kisi dan kaidah penulisan soal. (4) Menyusun pedoman penskoran sesuai dengan bentuk soal yang digunakan. Pada soal pilihan ganda, isian, menjodohkan, dan jawaban singkat disediakan kunci jawaban karena jawaban dapat diskor dengan objektif. Sedangkan untuk soal uraian disediakan pedoman penskoran yang berisi alternatif jawaban dan rubrik dengan rentang skor. (5) Melakukan analisis kualitatif (telaah soal) sebelum soal diujikan. Setelah menyusun kisi–kisi, selanjutnya mengembangkan butir soal dengan memerhatikan kaidah penulisan butir soal meliputi substansi/materi, konstruksi, dan bahasa. Contoh Kisi-Kisi Nama Satuan pendidikan Kelas/Semester Tahun pelajaran Mata Pelajaran
: SMA X, Jakarta : X/Semester 2 : 2014/2015 : Kimia
N
Kompete
Mate
Indikato
No
o
nsi Dasar
ri
r Soal
So
1
3.8 Menganalisis sifat larutan berdasarkan daya hantar listriknya.
Sifat
Disajikan tabel hasil percobaa n uji larutan, peserta didik dapat menentuk an senyawa yang merupaka n larutan elektrolit
laruta n
38
Bent uk
al
Soal
1
PG
dan non elektrolit dengan tepat.
2
3.5 Membanding kan ikatan ion, ikatan kovalen, dan ikatan logam serta sifat zatnya
…..
..
…
…
20
PG
Ikata n
Disajikan hasil uji kepolaran senyawa, peserta didik dapat
21
Uraia
Kimi a
menyimp ul-kan kepolaran senyawa dengan benar
d st
Contoh butir soal pilihan ganda mata pelajaran kimia berdasarkan contoh kisi-kisi di atas. Rumusan butir soal: Perhatikan data percobaan uji larutan berikut! .. Larutan No (1)
Pengamatan pada Elektroda
Lampu
Tidak ada gelembung
Padam
39
n
(2)
Sedikit gelembung
Padam
(3)
Sedikit gelembung
Redup
(4)
Banyak gelembung
Redup
(5)
Banyak gelembung
Menyala
Pasangan senyawa yang merupakan larutan elektrolit kuat dan non elektrolit berturut-turut ditunjukkan oleh larutan nomor …. A. (1) dan (2) B. (2) dan (3) C. (3) dan (5) D. (4) dan (5) E. (5) dan (1) Kunci: E
C. Penilaian Keterampilan 1. Pengertian Penilaian keterampilan adalah penilaian untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik terhadap kompetensi dasar pada KI-4. Penilaian keterampilan menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu. Penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pengetahuan yang sudah dikuasai peserta didik dapat digunakan untuk mengenal dan menyelesaikan masalah dalam kehidupan sesungguhnya (real life). Ketuntasan belajar untuk keterampilan ditentukan oleh satuan pendidikan, secara bertahap satuan pendidikan terus meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
2. Teknik Penilaian Keterampilan Penilaian keterampilan dapat dilakukan dengan berbagai teknik antara lain penilaian praktik/kinerja, proyek, dan portofolio. Teknik penilaian lain dapat digunakan sesuai dengan karakteristik KD pada KI-4 pada mata pelajaran yang akan diukur. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. 40
a. Penilaian Unjuk kerja/kinerja/praktik Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik dilakukan dengan cara mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini cocok digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti: praktikum di laboratorium, praktik ibadah, praktik olahraga, presentasi, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, dan membaca puisi/deklamasi. Penilaian unjuk kerja/kinerja/praktik perlu mempertimbangkan hal-hal berikut. (1) Langkah-langkah kinerja yang perlu dilakukan peserta didik untukmenunjukkan kinerja dari suatu kompetensi. (2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. (3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. (4) Kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga dapat diamati. (5) Kemampuan yang akan dinilai selanjutnya diurutkan berdasarkan langkah-langkah pekerjaan yang akan diamati. Pengamatan unjuk kerja/kinerja/praktik perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kemampuan tertentu. Misalnya untuk menilai kemampuan berbicara yang beragam dilakukan pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan seperti: diskusi dalam kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan wawancara. Dengan demikian, gambaran kemampuan peserta didik akan lebih utuh. Contoh untuk menilai unjuk kerja/kinerja/praktik di laboratorium dilakukan pengamatan terhadap penggunaan alat dan bahan praktikum. Untuk menilai praktik olahraga, seni dan budaya dilakukan pengamatan gerak dan penggunaan alat olahraga, seni dan budaya. Dalam pelaksanaan penilaian kinerja perlu disiapkan format observasi dan rubrik penilaian untuk mengamati perilaku peserta didik dalam melakukan praktik atau produk yang dihasilkan.
Contoh Deskriptor Keterampilan Praktikum 1. Keterampilan menggunakan alat 2. Keterampilan mengambil bahan kimia 3. Keterampilan mengamati gejala 4. Keterampilan mencatat hasil pengamatan 5. Keterampilan membersihkan alat 6. Keterampilan mengkomunikasikan hasil praktikum (jika ada kegiatan tersebut) 41
Contoh Lembar Penilaian Kelas : Aspek yang dinilai No
Nama Siswa
Rasa ingin tahu
Diskusi kelompok
Keteku nan
3
3
3 2 1 3 2 1
2
1
2
1
Komu nikasi
Total skor
Krit eria
Ket
1 2 3 4 5 6 7 8 9 n
Rubrik Penilaian Sikap No Aspek yang di nilai Rasa ingin tahu (curiosity) 1
2
Diskusi Kelompok (Aktivitas)
Rubrik Skor 3: menunjukan rasa ingin tahu yang besar, antusias, aktif dalam kegiatan kelompok Skor 2: menunjukan rasa ingin tahu yang besar, namun tidak terlalu antusias, sedikit terlibat keg. kelompok Skor 1: tidak menunjukan antusias dalam pengamatan, sulit terlibat aktif dalam kegiatan kelompok walaupun telah didorong untuk terlibat. Skor 3: mengikuti diskusi kelompok dengan tertib, menanggapi dengan baik semua pertanyaan 42
3
4
dan pendapat setiap siswa, dalam diskusi kelompok Skor 2: mengikuti diskusi kelompok dengan tertib, kurang menanggapi semua pertanyaan dan pendapat setiap siswa, dalam diskusi kelompok Skor 1: tidak mengikuti diskusi kelompok dengan tertib,dan tidak menanggapi semua pertanyaan serta pendapat setiap siswa dalam diskusi kelompok. Ketekunan dan tanggung jawab Skor 3: tekun dalam menyelesaikan tugas dengan hasil terbaik yang bisa dilakukan, berupaya dalam belajar dan berkerja baik tepat waktu. Skor 2: berupaya tepat waktu dalam menyelesaikan secara individu dan kelompok tugas ,namun belum nenunjukan upaya terbaiknya Skor 1: tidak berupaya sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas, dan tugasnya tidak selesai Keterampilan berkomunikasi pada Skor 3: aktif dalam tanya jawab, dapat mengemukakan gagasan atau ide, saat belajar menghargai pendapat siswa lain Skor 2: aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukakan gagasan atau ide, menghargai pendapat siswa lain Skor 1: aktif dalam tanya jawab, tidak ikut mengemukakan gagasan atau ide, kurang menghargai pendapat siswa lain.
Tabel 2. Contoh Deskriptor Sikap dan Indikator Sikap dan pengertian Sikap spiritual Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianut
Contoh Indikator Berdoa sebelum dan sesudah menjalankan sesuatu. Menjalankan ibadah tepat waktu. Memberi salam pada saat awal dan akhir presentasi sesuai agama yang dianut.
43
Bersyukur atas nikmat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa; Mensyukuri kemampuan manusia dalam mengendalikan diri Mengucapkan syukur ketika berhasil mengerjakan sesuatu. Berserah diri (tawakal) kepada Tuhan setelah berikhtiar atau melakukan usaha. Menjaga lingkungan hidup di sekitar rumah tempat tinggal, sekolah dan masyarakat Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan Yang Maha Esa Bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai bangsa Indonesia. Menghormati orang lain menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya.
Sikap dan pengertian
Contoh Indikator
44
SIKAP SOSIAL
Tidak menyontek dalam mengerjakan ujian/ulangan
1. Jujur adalah perilaku dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.
Tidak menjadi plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) Mengungkapkan perasaan apa adanya Menyerahkan kepada yang berwenang barang yang ditemukan Membuat laporan berdasarkan data atau informasi apa adanya Mengakui kesalahan atau kekurangan yang dimiliki
2. Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Datang tepat waktu Patuh pada tata tertib atau aturan bersama/ sekolah Mengerjakan/mengumpulkan tugas sesuai dengan waktu yang ditentukan Mengikuti kaidah berbahasa tulis yang baik dan benar
3. Tanggungjawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial
Melaksanakan tugas individu dengan baik Menerima resiko dari tindakan yang dilakukan Tidak menyalahkan/menuduh orang
45
dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa
lain tanpa bukti yang akurat Mengembalikan barang yang dipinjam Mengakui dan meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan Menepati janji Tidak menyalahkan orang lain utk kesalahan tindakan kita sendiri Melaksanakan apa yang pernah dikatakan tanpa disuruh/diminta
4. Toleransi adalah sikap dan tindakan yang
Tidak mengganggu teman yang berbeda pendapat Menerima kesepakatan meskipun
menghargai keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan
berbeda dengan pendapatnya Dapat menerima kekurangan orang lain Dapat mememaafkan kesalahan orang lain Mampu dan mau bekerja sama dengan siapa pun yang memiliki keberagaman latar belakang, pandangan, dan keyakinan Tidak memaksakan pendapat atau keyakinan diri pada orang lain Kesediaan untuk belajar dari (terbuka terhadap)
46
keyakinan
dan
gagasan
orang lain agar dapat memahami orang lain lebih baik Terbuka terhadap atau kesediaan untuk menerima sesuatu yang baru 5. Gotong royong adalah bekerja bersama-sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama dengan saling berbagi tugas dan tolong menolong secara ikhlas.
Terlibat aktif dalam bekerja bakti membersihkan kelas atau sekolah Kesediaan melakukan tugas sesuai kesepakatan Bersedia membantu orang lain tanpa mengharap imbalan Aktif dalam kerja kelompok Memusatkan perhatian pada tujuan kelompok Tidak mendahulukan kepentingan pribadi Mencari jalan untuk mengatasi perbedaan
pendapat/pikiran
antara
diri sendiri dengan orang lain Mendorong orang lain untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama
47
6. Santun atau sopan adalah sikap baik dalam pergaulan baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku. Norma kesantunan bersifat relatif, artinya yang dianggap baik/santun pada tempat dan waktu tertentu bisa berbeda pada tempat dan waktu yang lain.
Menghormati orang yang lebih tua. Tidak berkata-kata kotor, kasar, dan takabur. Tidak meludah di sembarang tempat. Tidak menyela pembicaraan pada waktu yang tidak tepat Mengucapkan terima kasih setelah menerima bantuan orang lain Bersikap 3S (salam, senyum, sapa) Meminta ijin ketika akan memasuki ruangan orang lain atau menggunakan barang milik orang lain Memperlakukan orang lain sebagaimana diri sendiri ingin diperlakukan
7. Percaya diri adalah kondisi mental atau psikologis seseorang yang memberi keyakinan kuat untuk berbuat atau bertindak
Berpendapat atau melakukan kegiatan tanpa ragu-ragu. Mampu membuat keputusan dengan cepat Tidak mudah putus asa Tidak canggung dalam bertindak Berani presentasi di depan kelas Berani berpendapat, bertanya, atau menjawab pertanyaan
48
Contoh. 2 Pedoman Observasi Sikap Jujur Petunjuk : Lembaran ini diisi oleh guru untuk menilai sikap sosial peserta didik dalam kejujuran. Berilah tanda cek (v) pada kolom skor sesuai sikap jujur yang ditampilkan oleh peserta didik, dengan kriteria sebagai berikut : 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan 3 = sering, apabila sering melakukan sesuai pernyataan dan kadang-kadang tidak melakukan 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak melakukan 1 = tidak pernah, apabila tidak pernah melakukan Nama Peserta Didik Kelas Tanggal Pengamatan Materi Pokok
NO
: …………………. : …………………. : ………………….. : …………………..
Aspek Pengamatan
skor 1
1
Tidak
nyontek
dalam
mengerjakan ujian/ulangan/tugas 2
Tidak melakukan plagiat (mengambil/menyalin karya orang lain tanpa menyebutkan sumber) dalam mengerjakan setiap tugas
3
Mengungkapkan
perasaan
terhadap sesuatu apa adanya 4
Melaporkan
data
atau
informasi apa adanya 5
Mengakui kesalahan atau
49
2
3
4
kekurangan yang dimiliki
Petunjuk Penskoran : Skor akhir menggunakan skala 1 sampai 4 Perhitungan skor akhir menggunakan rumus : Skor diperoleh/Skor maks x 4 Misalkan: Skor diperoleh 18, skor tertinggi 4 x 5 pernyataan = 20, maka skor akhir : 18/20 x 4 = 3,6 Peserta didik memperoleh nilai : Sangat Baik
: apabila memperoleh skor 3,20 – 4,00 (80 – 100)
Baik
: apabila memperoleh skor 2,80 – 3,19 (70 – 79)
Cukup
: apabila memperoleh skor 2.40 – 2,79 (60 – 69)
Kurang
: apabila memperoleh skor kurang 2.40 (kurang dari 60%)
Setelah memiliki pedoman penilaian seperti tersebut di atas, bagaimana cara melakukan, dan bilamana dilakukan? Untuk melakukan hal tersebut maka dituntut profesionalisme seorang guru (guru memiliki kompetensi yang utuh), memiliki keyakinan diri, pengetahuan, keberanian, dan bertanggung jawab. Dalam melakukan penilaian terhadap aspek-aspek sikap dan keterampilan, menyesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan siswa. III Penutup Secara umum untuk mengimplementasikan penilaian pembelajaran, maka diwajibkan guru memahami kompetensi dasar, yang akan dituju dalam pembelajaran. Kompetensi dasar yang menyeluruh yaitu KD yang meliputi KI 1, KI 2, KI 3, dan KI 4. Penilaian semua itu agar guru senantiasa berpikir mengembangkan siswa secara menyeluruh dan seimbang dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Pengembangan yang seimbang dalam ke tiga aspek tersebut diharapkan terbangun karakter pesereta didik yang baik. Di dalam teknis penyusunan, pelaksanaan, dan pengembangan model, bentuk, atau jenis penilaian diharapkan para guru yang melaksanakan berlandaskan profesionalisme yang
50
dimiliki. Oleh karena itu peningkatan kompetensi guru, sebagai sebuah keharusan untuk dilakukan.
51
Daftar Bacaan Bedjo Sujanto, 2007. Guru Indonesia dan Perubahan Kurikulum. Jakarta: Sagung Seto. Chabib Thoha. 2003. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. 2015. Panduan Penilaian untuk Satuan Pendidikan Menengah Atas. Jakarta. Kepmendiknas RI. No. 232/U/2000, Jakarta. Permendikbud RI No. 65 Tahun 2013. Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta. Permendikbud RI No. 66 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta Permendikbud RI No. 69 Tahun 2013. kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta. Rusdinal. 2007. Resistensi Guru terhadap Pembaruan Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran, Vol,14 No.1, April: 4-44. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pengajaran Universitas Negeri Malang. Sukmadinata, N.S. 2004. Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Tilaar, H.A.R 2006. Standarisasi Pendidikan Nasional: Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta: Rineka Cipta.
52