LAPORAN AKHIR PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU-GURU SD DI KECAMATAN BULELENG
Tim Pelaksana: Dra. Ni Ketut Rapi, M.Pd (Ketua) Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si (Anggota) I G. A. Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd (Anggota)
NIP. 196308301988032002 NIP. 197012101995012001 NIP. 197204131998022002
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor:74/UN48.15/LPM/2014 Tanggal 13Februari 2014
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT a. Judul : Pelatihan Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru SD di Kecamatan Buleleng b. Jenis Program : Pelatihan c. Bidang Kegiatan : Pendidikan d. Identitas Pelaksana : 1. Ketua Pelaksana : a) Nama : Dra. Ni Ketut Rapi, M.Pd b) NIP : 19630830 198803 2002 c) NID : 0030086303 d) Pangkat/Gol : Pembina Tk.I /IVb e) Alamat kantor : Kampus Tengah Undiksha Jl. Udayana Singaraja f) Alamat rumah : Jl. Srirama No. 20 Singaraja 2. Anggota 1 : a) Nama : Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si b) NIP : 197012101995012001 c) Pangkat/Gol : Pembina/IVa d) Alamat kantor : Kampus Tengah Undiksha Jl. Udayana Singaraja e) Alamat rumah : Jl P. Menjangan BTN Banyuning Indah A. 15 Singaraja 3. Anggota 2 : a) Nama : I G. A. Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd b) NIP : 19720413199802 2 002 c) Pangkat/Gol : Penata Muda/IIId d) Alamat kantor : Kampus Tengah Undiksha Jl. Udayana Singaraja e) Alamat rumah : Jl. Jendral Sudirman, Gg. V/2 Singaraja e. Biaya yang diperlukan : Rp. 10.000.000,(Sepuluh Juta Rupiah) f. Lama Kegiatan : 7 bulan (Maret – September 2014) Mengetahui, Dekan FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, 10 September 2014 Ketua Pelaksana,
Prof. Dr. Ida Bagus Putu Arnyana, M.Si NIP. 195812311986011005
Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd NIP. 19630830 198803 2002
Mengetahui, Ketua LPM Undiksha
Prof.Dr. Ketut Suma, M.S NIP.19590101 198403 1003
2
TIM PELAKSANA 1
2
3
Ketua Pelaksana a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Fakultas/Jurusan g. Waktu untuk Kegiatan ini
: Dra. Ni Ketut Rapi, M.Pd : Perempuan : 19630830 198803 2002 : Pendidikan Fisika : Pembina Tk.I /IVb : FMIPA/Pendidikan Fisika : 12 jam/minggu
Anggota pelaksana 1 a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Fakultas/Jurusan g. Waktu untuk Kegiatan ini
: Dewi Oktofa Rachmawati, S.Si, M.Si : Perempuan : 197012101995012001 : Fisika : Pembina/IVa : FMIPA/Pendidikan Fisika : 10 jam/minggu
Anggota pelaksana 2 a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Disiplin Ilmu e. Pangkat/Golongan f. Fakultas/Jurusan g. Waktu untuk Kegiatan ini
: I G. A. Nyoman Sri Wahyuni, S.Pd : Perempuan : 1197204131998022002 : Fisika : Penata Muda/IIId : FMIPA/Pendidikan Fisika : 10 jam/minggu
3
PELATIHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS UNTUK MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SD DI KECAMATAN BULELENG Oleh Ni Ketut Rapi, Dewi Oktofa Rachmawati, dan I G. A. Nyoman Sri Wahyuni ABSTRAK Tujuan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan tentang penelitian tindakan kelas (PTK) bagi guru-guru SD di Kecamatan Buleleng. Sasaran kegiatan ini adalah guru-guru SD yang ada di Kecamatan Buleleng sebanyak 16 orang. Metode kegiatan dilakukan dengan memberikan ceramah, tanya jawab, dan pelatihan membuat proposal PTK. Kegiatan bertempat di Laboratorium Fisika Lanjut Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Undiksha. Hasil pelatihan menunjukkan bahwa secara umum pelaksanaan kegiatan berjalan dengan baik. Kegiatan pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan para peserta tentang PTK hal ini didasarkan pada draf proposal yang dihasilkan oleh peserta. Respon peserta sangat positif, guru-guru sangat antusias mengikuti pelatihan. Para peserta sangat mengharapkan kegiatan ini berkelanjutan. Kata Kunci: pelatihan, Penelitian Tindakan Kelas
4
PRAKATA Dengan memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, laporan pengabdian pada masyarakat ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penyelesaian laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, tim pelaksana pada kesempatan ini mengucapan terima kasih kepada: 1. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha, atas segala bantuan administrasi dan bimbingan sehingga kegiatan ini dapat terlaksana. 2. Kepada Dekan FMIPA atas bantuan dana yang diberikan sehingga kegiatan ini dapat di laksanakan. 3. Semua pihak yang telah membantu menyukseskan kegiatan P2M ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Kami berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui pelatihan bagi para guru.
Singaraja, 10 September 2014 Tim Pelaksana,
5
DAFTAR ISI Halaman i ii iii iv v vi
HALAMAN PENGESAHAN TIM PELAKSANA ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN BAB 1
BAB II
PENDAHULUAN A. Analisis Situasi B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Kegiatan D. Manfaat Kegiatan
1 4 4 4
TINJAUAN PUSTAKA A. Guru Sebagai Profesi B. Sertifikasi Guru C. Penelitian Tidakan Kelas (PTK)
6 6 7
BAB III METODE PELAKSANAAN A. Kerangka Pemecahan Masalah B. Realisasi Pemecahan Masalah C. Khalayak Sasaran Strategis D. Metode Kegiatan E. Rancangan Evaluasi
17 18 18 18 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V
A. Hasil Kegiatan B. Pembahasan
20 22
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran
23 23 24 25
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
6
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran
Halaman
01
Daftar Hadir Peserta Pelatihan P2M ............................................
02
Materi Pelatihan ...........................................................................
03
Foto Kegiatan ...............................................................................
7
BAB I PENDAHULUAN
A. Analisis Situasi Semenjak disahkannya UUGD (Undang-Undang Guru dan Dosen) pada bulan Desember 2005, istilah sertifikasi khususnya sertifikasi guru menjadi sangat populer. Hampir dalam setiap pertemuan/seminar/diskusi yang diikuti oleh guru, masalah sertifikasi selalu menjadi topik yang hangat. Hal ini dapat dimengerti karena menurut pasal 16 UUGD, dinyatakan bahwa guru yang memiliki sertifikat pendidik berhak mendapatkan tunjangan profesi sebesar 1 x gaji. Apalagi, tunjangan profesi tersebut diberikan kepada guru negeri maupun swasta, selama yang bersangkutan memiliki sertifikat pendidik. Jadi sangat wajar jika ada orang yang mengatakan bahwa UUGD seakan menjadi “angin sorga” bagi guru di Indonesia. Jika selama ini “kesejahteraan” tenaga pendidik (guru dan dosen) dianggap sangat kecil, maka dengan UUGD kesejahteraan tersebut dapat diperbaiki. Oleh karena itu, pemberian tunjangan profesi merupakan pola yang ditempuh. Namun perlu dicatat bahwa tujuan akhir UUGD tentunya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Dengan peningkatan kesejahteraan, diharapkan kinerja guru menjadi optimal dan pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Ketika kesejahteraan dikaitkan dengan tunjangan profesi, maka mau tidak mau, guru dianggap sebagai tenaga profesional. Profesional dimaknai sebagai “well educated, highly performance and well paid”. Oleh karena itu, wajarlah jika kemudian UUGD mensyaratkan tingkat pendidikan minimal dan kompetensi yang harus dipenuhi untuk memperoleh sertifikat. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan, UndangUndang RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan Peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008, mulai tahun 2009 sertifikasi guru dalam jabatan juga menyertakan guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan. Mulai tahun 2010 Sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilakukan melalui PLPG , dan mulai tahun 2011 dilakukan melalui PLPG dan PPG. Peraturan Pemerintah tersebut mengamanatkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
8
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Persyaratan kualifikasi akademik guru adalah S1/D-IV yang dibuktikan dengan ijasah sesuai dengan jenis, jenjang, dan satuan pendidikan formal di tempat penugasan. Persyaratan kompetensi guru mencakup penguasaan kompotensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial yang dibuktikan dengan sertifikat pendidik yang diperoleh melalui sertifikasi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007 menyatakan bahwa sertifikasi bagi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikan pendidik (Depdiknas dan Ditjendikti: 2007). Uji kompetensi tersebut dilakukan dalam bentuk PPG. Berdasarkan data yang ada di Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, saat ini Dinas Kabupaten Buleleng sudah merekrut guru SD sebanyak
931 orang dengan
kualifikasi akademik D2 PGSLP, D3 dan sebagian sudah sarjana. Untuk mencapai kualifikasi yang diamanatkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan meningkatkan profesionalisme guru, pemerintah Kabupaten Buleleng telah memberikan kesempatan para guru untuk melanjutkan studi baik dengan sistem penyetaraan maupun reguler. Sementara untuk menyongsong pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
No. 18 Tahun 2007, pemerintah kabupaten Buleleng melalui Dinas
Pendidikan Kabupaten telah melakukan sosialisasi mekanisme dan prosedur sertifikasi kepada guru. Hasil pengamatan sepintas pada saat kegiatan PLPG menunjukkan masih banyak para guru mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang kurang tentang model-model pembelajaran inovatif dan Penelitian Tindakan Kelas. Selain itu berdasarkan hasil wawancara dengan instruktur PTK dalam PLPG di Rayon 21 Universitas Pendidikan Ganesha, diketahui bahwa pemahaman para guru terhadap PTK sangat kurang, bahkan sebagian peserta masih sangat awam dalam melakukan PTK. Hasil wawancara dengan beberapa guru SD di Kabupaten Buleleng, diperoleh informasi bahwa sebagian besar dari mereka kepangkatannya mentok pada golongan IVa. Hal ini disebabkan, untuk mengusulkan ke golongan IVb harus dilengkapi dengan bukti karya ilmiah, berupa penelitian. Disatu sisi guru-guru mengalami kesulitan melakukan kegiatan penelitian karena keterbatasan mereka dalam pengetahuan tentang PTK. Meskipun beberapa usaha telah dilakukan oleh pemerintah kabupaten Buleleng diantaranya
pelatihan penelitian Tindakan kelas, namun hasil wawancara dengan
9
beberapa guru SD di kecamatan Buleleng menunjukkan masih banyak guru mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang kurang, tentang Penelitian Tindakan Kelas. Para guru sangat membutuhkan pelatihan tentang Penelitian Tindakan Kelas. Melihat kenyataan yang diuraikan di atas, nampaknya perlu dilakukan suatu kegiatan yang mampu meningkatkan pemahaman dan keterampilan para guru dalam bidang karya pengembangan profesi, khususnya PTK. Hal ini akan dilakukan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat (P2M) sebagai salah satu kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi . Khalayak yang menjadi sasaran kegiatan ini adalah para guru SD di Kecamatan Buleleng. Kegiatan ini berupa pelatihan PTK dengan menekankan pada penguasaan terhadap teori dan Praktek PTK. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia, sehingga kualitas Sumber Daya Manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Dengan demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan Sosial Ekonomi suatu bangsa. Upaya memperluas pemerataan pendidikan di tingkat sekolah dasar telah berhasil diwujudkan dengan dibangunnya prasarana dan sarana belajar dalam jumlah memadai, dan penyebarannya sampai ke desa,dusun, serta dekat dengan lokasi pemukiman penduduk. Ketersediaan fasilitas pendidikan baik sarana maupun prasarana akan sangat menunjang dalam meningkatkan pendidikan. Jumlah SD/MI pada tahun 2009 tercatat 506 buah menyebar di 9 kecamatan dengan jumlah murid yang ditampung sebanyak 75.803 siswa. Jumlah guru yang membimbing sebanyak 4.553 orang. Untuk kecamatan Buleleng jumlah murid 15.141 orang, dengan jumlah guru yang membimbing sebanyak 1015 orang (Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, 2009). Berdasarkan hasil survai oleh tim pelaksana, diperoleh gambaran bahwa salah satu permasalahan yang saat ini dihadapi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Buleleng adalah terbatasnya dana untuk melaksanakan pelatihan bagi para guru. Di sisi lain, kualifikasi dan profesionalitas guru-guru SD yang ada di Kabupaten Buleleng khususnya dalam melakukan penelitian tindakan kelas masih kurang. Disamping itu banyak guru yang masih kurang memahami tentang model-model pembelajaran inovatif, sistem asesmen dan mengembangkan buku ajar. Hal ini juga terjadi pada para guru yang bertugas di Kecamata Buleleng. Hal ini berdampak pada usulan naik pangkat, karena salah satu komponen yang harus dimiliki oleh guru untuk
10
mengusulkan naik pangkat ke golongan IVb adalah karya ilmiah yan berupa laporan hasil penelitian. Sebagian besar guru-guru mentok di golongan IVa karena tidak bisa melakukan kegiatan ilmiah (penelitian). Mencermati hal di atas perlu kiranya dilakukan pembekalan berupa kegiatan pelatihan tentang pengatahuan dan keterampilan PTK bagi guru-guru SD di Kabupaten Buleleng, khususnya guru-guru SD di Kecamatan Buleleng agar guru-guru memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan PTK. Lebih lanjut diharapkan dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki para guru mampu melakukan PTK, mampu memperbaiki proses pembelajaran, dan bisa mengusulkan naik pangkat kejenjeng yang lebih tinggi.
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pendahuluan di atas, nampaknya para guru belum cukup mempersiapkan diri dalam menyongsong pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 18 Tahun 2007. Hal ini bisa dilihat dari: (1) para guru kurang memahami tentang model-model pembelajaran inovatif, (2) para guru kurang memahami tentang Penelitian Tindakan Kelas, (3) para guru kurang mampu mengembangkan buku ajar, dan (4) para guru kurang paham tentang asesmen dalam pendidikan. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah pokok yang akan dipecahkan melalui kegiatan P2M ini adalah“ Bagaimana memberikan pengetahuan dan keterampilan PTK, sehingga para guru mempunyai kompetensi untuk merancang dan mengimplementasikan PTK.
C. Tujuan Kegiatan Sejalan dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan utama dari kegiatan ini adalah: meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru tentang Penelitian Tindakan Kelas.
D. Manfaat Kegiatan Kegiatan pelatihan ini diharapkan bermanfaat:
11
1. Bagi Guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, program ini sangat bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang PTK, dan mampu melakukan Penelitian Tindakan Kelas. 2. Bagi UNDIKSHA, program ini sangat bermanfaat untuk menjalin kerja sama antara LPTK dengan masyarakat, sehingga
potensi yang dimiliki UNDIKSKA dapat
disumbangkan kepada masyarakat untuk meningkatkat SDM Indonesia khususnya dalam sektor pendidikan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Guru Sebagai Profesi Menurut UUGD No 14 Tahun 2005 disebutkan pada pasal 1 ayat 1 bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip: (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas; (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas; memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan; (5) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja; (6) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat; (7) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan; dan (8) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru (Usman:2001). Dalam upaya pengembangan profesi guru, hendaknya diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan, tidak diskrimatif, dan berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.
B. Sertifikasi Guru Guru dituntut profesional dengan memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Cara memperoleh guru seperti itu melalui peningkatan kualifikasi, uji kompetensi dan sertifikasi. Dengan demikian, guru profesional harus memiliki sertifikat profesi. Sertifikasi diberikan secara individual kepada pendidik
13
sebagai pengakuan atas kompetensinya dalam keahlian dan keterampilan kependidikan juga sebagai lisensi untuk melakukan pekerjaan pendidik. Sertifikasi bertujuan untuk: 1) Mencetak calon pendidik qualified dalam melaksanakan tugas pokok fungsi pendidik untuk meningkatkan kualitas sekolah. 2) Menentukan tingkat kelayakan pendidik dalam menyelenggarakan layanan pendidikan. 3) Memperoleh gambaran tentang kompetensi pendidik yang dapat digunakan sebagai alat pembinaan, pengembangan, dan peningkatan kualifikasi pendidik. Fungsi sertifikasi adalah untuk: 1) Pengetahuan,
yakni
dalam
rangka
mengetahui
bagaimana
kelayakan
kompetensi pendidik dilihat dari berbagai unsur yang terkait, mengacu kepada baku kualitas yang dikembangkan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. 2) Akuntabilitas, yakni agar pendidik dapat mempertanggungjawabkan apakah layanan yang diberikan memenuhi harapan atau keinginan masyarakat. 3) Pengembangan, yakni agar pendidik dapat melakukan peningkatan kualitas atau pengembangan berdasarkan masukan dari hasil sertifikasi.
C. Penelitian Tidakan Kelas (PTK) 1) Konsep Dasar Penelitian Tindakan Kelas Secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melakukan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tidakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, PTK dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yakni: merencanakan, melakukan tindakan, mengamati , dan merefleksi. Setelah dilakukan refleksi atau perenungan yang mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan terhadap proses serta hasil tindakan tadi, biasanya muncul permasalahan atau pemikiran baru yang perlu mendapat perhatian, sehingapada gilirannya perlu dilakukan perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang,
14
serta diikuti pula dengan refleksi ulang. Tahapan-tahapan ini terus berulang, sampai sesuatu permasalahan dianggap teratasi (Tim Pelatihan Proyek PGSM:1999).
2) Tujuan PTK Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. PTK dilaksanakan demi perbaikan dan/atau peningkatan praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada penunaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan kependidikan yang harus diselenggarakannya dalam konteks pembelajaran di kelas. MCNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakan PTK adalah untuk perbaikan proses pembelajaran khususnya, implementasi program sekolah umumnya. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam menangani pembelajaran, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan refleksi untuk mendiagnosis keadaan, lalu kemudian
mencobakan
secara
sistematis
berbagai
tindakan
alternatif
dalam
memecahkan permasahan pembelajaran di kelas dan/atau implementasi program sekolah. Dengan kata lain, dilakukan perencanaan tindakan alternatif oleh guru, kemudian dicobakan , dan dievaluasi efektivitasnya dalam memecahkan persolan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh guru. Borg (1986) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama dalam PTK adalah pengembangan keterampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelas. Pelaksanaan PTK mewujudkan proses latihan dalam jabatan yang unik karena 3 alasan yaitu : (1) kebutuhan pelaksanaan tumbuh dari guru sendiri selama proses PTK itu berlangsung, (2) proses pelatihan terjadi secara hands-on, tidak dalam situasi artifisial, dan (3) apabila dilaksanakan secara benar, kegiatan perbaikan ini didukung oleh lingkungan. Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional guru dalam konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya PTK, ada tujuan penyerta yang juga dapat dicapai sekaligus dalam penelitian itu, yakni tumbuhnya budaya meneliti di kalangan guru.
15
3) Prinsip PTK Agar PTK tidak lepas dari tujuannya, maka sebelum seorang guru mulai merancang dan melaksanakan PTK, perlu memperhatikan prinsip-prinsip PTK. Hopkins (1993) menyebutkan 6 prinsip penting yang mesti diperhatikan bila guru melaksanakan penelitian tindakan kelas sebagai berikut. (a) Pekerjaan utama guru adalah mengajar, maka pelaksanaan penelitian yang dilakukan tidak boleh mengganggu atau menghambat kegiatan pembelajaran. (b) Teknik pengumpulan data jangan sampai banyak menyita waktu, sehingga tugas utama guru tidak terbengkalai. (c) Metodologi yang digunakan cukup reliabel, yang memungkinkan guru merumuskan hipotesis dengan meyakinkan dan mengembangkan strategi yang sesuai dengan masalah dan kondisi kelasnya. (d) Masalah yang diangkat hendaknya merupakan masalah yang dihadapi guru sendiri dan benar-benar merupakan masalah yang dapat dipecahkan melalui PTK oleh guru itu sendiri. (e) Harus memperhatikan etika penelitian dan rambu-rambu yang berlaku umum seperti, yang diteliti harus dihormati kerahasiaannya,membuat laporan hasil dan sebagainya. (f) Kegiatan penelitian pada dasarnya harus merupakan gerakan yang berkelanjutan karena cakupan peningkatan dan pengembangan sepanjang waktu menjadi tantangan
4) Manfaat Penelitian Tindakan Kelas Dengan bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bawaan dari pelaksanaan PTK secara berkesinanbungan, maka banyak kemanfaatan yang dapat dipetik yang secara keseluruhan dapat diberi label inovasi pendidikan karena para guru itu semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara semakin mandiri. Dengan kata lain, prakarsa untuk melakukan inovasi hanya mungkin secara spontan muncul karena sebagai ujung tombak pelaksana lapangan, para guru semakin memiliki kemandirian yang ditopang oleh rasa percaya diri sehingga menjadi cendrung lebih berani mengambil resiko dengan mencoba ha-hal yang baru yang patut diduganya dapat membawa perbaikan. Pada gilirannya, rasa percaya diri tersebut
16
tumbuh apabila guru memiliki semakin banyak pengetahuan yang dibangunnya sendiri, memiliki teori yang dikembangkannya berdasarkan pengalaman. Di pihak lain, prakarsa untuk selalu mencoba hal-hal baru itu terjadi karena sebagai pekerjaan profesional, guru tidak mudah berpuas diri dengan rutinitas, melainkan selalu dipacu oleh dorongan untuk berbuat lebih baik. Dengan kata lain, sebagai pekerja profesional guru selalu berusaha meraih lebih tinggi dari yang sekarang telah diraihnya sehingga terbukalah peluang untuk tertampilnya kinerja yang meningkat secara berkesinambungan. Sebagaimana dikemukakan oleh Rapoport (dalam Tim pelatihan proyek PGSM, 1999), penelitian tindakan bertolak dari kepedulian terhadap pemecahan persoalan-persoalan praktis yang dihadapi oleh manusia dalam pekerjaannya sehari-hari. Dalam pada itu, hanya inovasi yang tumbuh dari bawah seperti inilah yang benar-benar berangkat dari realitas permasalahan yang dihayati oleh guru di kelas dan/atau di sekolah, bukan yang diinstruksikan dari atas. Bentuk lain dari inovasi pendidikan berkenaan dengan pengembangan kurikulum, dalam hal ini, PTK juga dapat dimanfaatkan secara efektif oleh guru untuk keperluan pengembangan kurikulum dalam arti luas. Dengan kata lain sebagai pengajar guru juga harus bertanggung jawab terhadap pengembangan kurikulum pada tingkat kelas, PTK akan sangat bermanfaat jika hasilnya digunakan sebagai salah satu sumber masukan. Sebagaimana dikemukakan oleh Elliott (dalam Tim pelatihan proyek PGSM, 1999),proses reformasi kurikulum secara teoritik tidak bersifat netral. Sebaliknya, proses itu akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan yang saling berhubungan mengenai hakekat pendidikan, pengetahuan, dan pengajaran yang dihayati di lapangan. PTK dapat membantu guru untuk lebih dapat memahami hakekat pendidikan tersebut secara empirik, dan bukan hanya sekedar bersumber dari pemahaman yang bersifat teoretik. Akhirnya, inovasi pembelajaran yang tumbuh dari bawah itu dengan sendirinya akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan yang dilakukan melalui penataranpenataran untuk tujuan serupa.
5) Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga dianggap telah berdampak kurang baik terhadap proses
17
dan/atau hasil belajar siswa. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalah tersebut, guru menetapkan fokus permasalah secara lebih tajam, kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan. Pada gilirannya, dengan perumusan permasalahan yang lebih tajam itu dapat dilakukan diagnosis kemungkinan-kemungkinan penyebab permasalahan secara lebih cermat,sehingga terbuka peluang untuk menjajagi alternatif-alternatif tindakan perbaikan yang diperlukan. Alternatif pengatasan permasalahan yang dinilai terbaik kemudian diterjemahkan menjadi program tindakan perbaikan itu yang akan dicobakan. Hasil pencobaan tidakan perbaikan itu dinilai dan direfleksikan dengan mengacu kepada kriteria-kriteria perbaikan yang dikehendaki, yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk melakukan PTK, guru perlu melakukan langkah-langkah berikut ini: (1) Identifikasi permasalahan PTK (2) Menganalisis masalah dan merumuskan masalah untuk keperluan PTK (3) Merencanakan tindakan perbaikan berdasarkan contoh rumusan masalah yang diajukan (4) Memahami tahap pelaksanaan tindakan dan cara observasi-interpretasi yang dilakukan sementara PTK berlangsung (5) Memahami cara menganalisis data hasil observasi serta melakukan refleksi berkenaan dengan tindakan perbaikan yang dilaksanakan (6) Memahami cara merencanakan tindak lanjut dalam siklus dalam PTK Secara lebih rinci, prosedur berdaur pelaksanaan PTK itu dapat digambarkan sebagai berikut.
18
Siklus I
Siklus II
Perencanaan
Perencanaan
Tindakan
Tindakan
Observasi/evaluasi
Observasi/evaluasi
Refleksi
Refleksi
Rekomendasi
Gambar 1 Desain Penelitian Dalam Pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan/atau hasil belajar siswa. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan tersebut, yang besar kemungkinan masih tergambar secara kabur maka guru menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam, kalau perlu mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan/atau melakukan kajian pustaka yang relevan. 1) Penetapan Fokus Masalah Penelitian a) Merasakan adanya masalah Pertanyaan yang mungkin timbul bagi pemula PTK adalah bagaimana memulai Penelitian Tindakan Kelas? Untuk dapat menjawab pertanyaan tersebut, pertama-tama yang harus dimiliki guru adalah perasaan ketidakpuasan terhadap praktik pembelajaran yang selama ini dilakukannya. Oleh sebab itu agar guru dapat menetapkan PTK dalam upaya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, guru dituntut keberaniannya untuk mengatakan secara jujur khususnya kepada dirinya sendiri mengenai sisi-sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajarannya yang dikelolanya. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan secara maksimal potensi PTK bagi perbaikan proses pembelajaran, guru
19
perlu memulainya sedini mungkin begitu ia merasakan adanya persoalan-persoalan dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain, permasalahan yang diangkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang dihayati oleh guru dalam praktek pembelajaran yang dikelolanya.
b) Identifikasi Masalah PTK Guru juga bisa memicu proses penemuan permasalahan tersebut dengan bertolak dari gagasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalah aktual yang dialami guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut guru dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK c) Analisis Masalah Setelah memperoleh sederetan permasalahan melalui proses identifikasi masalah, maka guru melakukan analisis terhadap masalah-masalah tersebut untuk menentukan urgensi permasalahan tersebut. Dalam hubungan ini, akan ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi, seperti penguasaan konsep GLBB sangat rendah. Menurut Abimanyu (1995) arahan yang perlu diperhatikan dalam pemilihan permasalahan PTK adalah sebagai berikut: (1) Pilih permasalahan yang dirasa penting oleh guru sendiri dan muridnya. (2) Jangan memilih masalah yang berada di luar kemampuan dan/atau kekuasaan guru untuk mengatasinya (3) Pilih dan tetapkan permasalahan yang skalanya cukup kecil dan terbatas (4) Kaitkan PTK yang akan dilakukan dengan prioritas-prioritas yang ditetapkan dalam rencana pengembangan sekolah.
d) Perumusan Masalah Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi guru untuk menetapkan tindakan perbaikan yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekammannya serta cara menginterpretasikannya . Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dicobakan itu juga memberikan arahan kepada guru untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang
20
berbentuk latihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud. Dalam PTK guru merupakan aktor pelaksana tindakan perbaikan di samping sebagai peneliti.
2) Perencanaan Tindakan a) Formulasi Solusi dalam Bentuk Hipetesis Tindakan Dilihat dari sudut lain, alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Bentuk umum rumusan hipotesis tindakan berbeda dengan hipotesis penelitian formal. Hipotesis tindakan menyatakan „ kita percaya tindakan kita akan merupakan suatu solusi yang dapat memecahkan masalah yang diteliti. Contoh : Implementasi model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan sikap ilmiah dan keterampilan proses IPA. Agar dapat menyususn hipotesis tindakan dengan tepat, sebagai peneliti guru dapat melakukan: (1) Kajian teoritik di bidang pembelajaran pendidikan (2) Kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan (3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya (4) Kajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program (5) Merefleksikan pengalamannya sendiri sebagai guru. Dari hasil kajian tersebut dapat diperoleh landasan untuk membangun hipotesis tindakan. b) Persiapan Tindakan Sebelum dilaksanakan, guru perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkah-langkah persiapan adalah: (1) Berapa siklus yang akan direncanakan (2) Kelas mana yang akan dijadikan tempat melakukan PTK (3) Topik pembelajaran apa yang akan diteliti (4) Bagaimana
prosedur/skenario
pembelajaran
serta
perangkat-perangkat
pembelajaran apa yang diperlukan untuk pelaksanaan tindakan
21
(5) Instrumen atau teknik apa yang diperlukan untuk pengumpul data (6) Bagaimana teknik/prosedur untuk mengumpulkan data (7) Bagaimana rencana analisis data dan refleksi
c) Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-interpretasi Setelah rencana telah siap, maka skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dilaksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini merupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, pada saat yang bersamaan dibarengi dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Guru dapat meminta bantuan teman sejawatnya untuk melakuakn pengamatan. Hasil pengamatan hendaknya detail menyangkut aktivitas siswa dan guru selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Hal-hal dianggap penting dan menarik perlu diberi perhatian untuk dilakukan diskusi/refleksi.
d) Analisis Data dan Refleksi Analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam sesuatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalama hubungan ini, analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabtraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan penelitian. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Penjelasan masing-masing tahap seperti berikut ini: (1) Reduksi
data,
berkaitan
dengan
proses
seleksi,
memfokuskan,
menyederhanakan, mengabstraksikan dan menstranformasikan data mentah. (2) Paparan data, adalah memadukan
informasi secara terorganisir
yang
memungkinkan menarik kesimpulan dan tindakan. (3) Kesimpulan, verifikasi, dan refleksi, alur pikir ketiga dari analisis data adalah membangun kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data , guru mulai memutuskan hal-hal apa yang penting/bermakna, berpola, memiliki hubungan kausal, dsb.
22
Berdasarkan analisis data maka dirumuskan refleksi untuk memperbaiki tindakan berikutnya.
e) Perencanaan Tindak Lanjut Hasil analisis data dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan telah dapat mengatasi masalah atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan sebelumnya, apa bila perlu dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.
23
BAB III METODE PELAKSANAAN
A. Kerangka Pemecahan Masalah Secara skematis kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan disajukan pada Gambar 1 berikut.
Orientasi Lapangan
Identifikasi Masalah
Studi Literatur
Ceramah dan Pelatihan
Penyegaran PTK
Produk
Menambah pengetahuan PTK
Mampu merancang PTK
Keterangan: alur kegiatan,
alur pengkajian
Gambar 1: Alur Kerja Pemecahan Masalah Untuk lebih jelasnya kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, dapat dideskripsikan sebagai berikut. Kegiatan diawali dengan orientasi lapangan oleh tim pelaksana. Masalah yang ada di lapangan kemudian diidentifikasi sehingga ditemukan ada masalah yang perlu mendapatkan penanganan yaitu guru kurang memahami PTK, yang merupakan salah satu faktor kegagalan dalam PLPG dan merupakan penghambat untuk pengusulan naik pangkat. Setelah itu dilakukan pengkajian pustaka, ditemukan
24
alternatif untuk pemecahan masalah yaitu melalui pelatihan PTK untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan guru melakukan PTK.
B. Realisasi Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah yang dikembangkan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng, dapat dideskripsikan sebagai berikut: Agar para peserta pelatihan memiliki pemahaman yang memadai tentang Penelitian Tindakan Kelas, maka metode yang dipilih untuk mencapai tujuan ini adalah presentasi dari Narasumber yang dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi dan latihan. Selanjutnya, agar para peserta memiliki kemampuan dan keterampilan melakukan Penelitian Tidakan Kelas, maka langkah selanjutnya adalah: (1) memberikan contoh implementasi Penelitian Tindakan Kelas, (2) latihan merancang draf proposal Penelitian Tindakan Kelas, dan (3) mempresentasikan hasil latihan.
C. Khalayak Sasaran Strategis Khalayak sasaran antara yang
dilibatkan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan pengabdian ini adalah para guru SD sekecamatan Buleleng sebanyak 16 orang.
D. Metode Kegiatan Agar para peserta pelatihan memiliki pemahaman yang memadai tentang bagaimana melakukan Penelitian Tindakan Kelas, maka metode yang dipilih untuk mencapai tujuan ini adalah presentasi dari fasilitator yang dilanjutkan dengan tanya jawab, diskusi dan latihan. Selanjutnya, agar para peserta memiliki kemampuan dan keterampilan melakukan Penelitian Tidakan Kelas, maka langkah selanjutnya adalah: (1) memberikan contoh implementasi Penelitian Tindakan Kelas, (2) latihan merancang Penelitian Tindakan Kelas, dan (3) mempresentasikan hasil latihan.
E. Rancangan Evaluasi Untuk mengetahui tercapainya tujuan dari kegiatan ini, maka dilakukan evaluasi pada akhir kegiatan. Indikator yang digunakan sebagai kriteria keberhasilan program ini
25
adalah kemampuan merancang proposal PTK, dinilai dari hasil rancangan Penelitian Tindakan Kelas yang dihasilkan peserta.
26
BAB IV HASIL DAN PEMBEHASAN Pada Bab ini akan dipaparkan tentang hasil dari pelatihan yang diberikan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh guru-guru SD di Kecamatan Buleleng. A. Hasil Kegiatan P2M Pelatihan penelitian tindakan kelas bagi guru-guru SD di kecamatan Buleleng ini, dilaksanakan tanggal 6 dan 7 September 2014. Kegiatan dimulai pukul 08.30 dan berakhir pukul 16.00 WITA. Panitia mengundang 20 orang guru dari 10 sekolah di Kecamatan Buleleng melalui kepala sekolah masing-masing. Penunjukan peserta diserahkan kepada
kepala sekolah, disarankan guru yang ditunjuk adalah yang
mengalami masalah kenaikan pangkat pada komponen karya ilmiah. Dari 20 orang guru yang diundang, ternyata jumlah guru yang hadir sebanyak 16 orang. Ketidak hadiran 4 orang guru disebabkan mereka dapat tugas yang lain pada waktu yang bersamaan, tetapi dari 10 sekolah yang diundang sudah semua terwakili. Hal ini menunjukkan bahwa respon guru-guru atau sekolah terhadap pelaksanaan kegiatan sangat positif. Kemampuan peserta menyusunan proposal PTK, dinilai dari draf proposal yang dihasilkan dalam pelatihan. Rubrik penilaian menggunakan format seperti Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1: Formal Penilaian Proposal PTK No 1
2
3
Komponen PENDAHULUAN a. Latar Belakang b. Rumusan Masalah c. Tujuan TINJAUAN PUSTAKA a. Relevansi konsep/teori yang dikaji dengan permasalahan b. Ketepatan pengacuan pustaka METODE PENELITIAN a. Kesesuaian dengan masalah b. Ketepatan rancangan c. Ketepatan instrumen d.Ketepatan dan ketajaman analisis
27
Bobot 5 5 5 5 5 5 5 5 5
Skor
Nilai
Berdasarkan Tabel 4.1 Hasil yang dicapai dalam kegiatan P2M ini adalah seperti Tabel 4.2 berikut ini. Tabel 4.2: Capaian Nilai Kemampuan Penyusunan Proposal PTK Kode Guru
Nilai
1
78
2
75
3
76
4
73
5
79
6
69
7
71
8
77
9
69
10
80
11
77
12
71
13
63
14
70
15
78
16
74
Berdasarkan Tabel 4.2 rata-rata kemampuan guru dalam menyusun proposal PTK 73,75 dengan kategori baik. Berdasarkan capaian di atas, secara umum dapat dikatakan bahwa pelaksanaan pelatihan PTK berjalan dengan baik, memberikan manfaat bagi peserta, dan tepat sasaran. Respon peserta positif, ini terlihat dari peserta sangat antusias mengikuti pelatihan dan banyak muncul pertanyaan saat diskusi. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peserta diantaranya: 1) apakah setiap melakukan PTK harus menggunakan model pembelajaran inovatif?, 2) apa perbedaan antara PTK dengan penelitian eksperimen?, dan (3) Bagaimana caranya agar termotivasi untuk melakukan PTK?. Semua pertanyaan yang diajukan peserta dijawab tuntas oleh Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd
28
selaku pemakalah. Setelah ceramah dan diskusi dilanjutkan dengan kegiatan latihan penyusunan proposal PTK. Pada awalnya peserta mengalami kesulitan untuk memulai menyusun kalimat, tetapi dengan arahan tim pelaksana kesulitan dapat diatasi. Setelah latihan penyusunan proposal, salah seorang peserta diberi kesempatan untuk mempresentasikan draf proposal yang dihasilkan. Peserta yang lain diberi kesempatan untuk memberi masukan.
B. Pembahasan Yang menjadi sasaran dalam kegiatan P2M ini adalah Guru-guru SD Di Kecamatan Buleleng sebanyak 16 orang. Empat orang yang menjadi sasaran tidak hadir dalam kegiatan, ini memberikan indikasi bahwa kegiatan semacam ini sangat diperlukan oleh para guru untuk meningkatkan Profesionalisme mereka. Selama mengikuti pelatihan para peserta sangat antusias, ini tercermin dari banyaknya pertanyaan dan permasalah yang diajukan para peserta dalam diskusi. Para peserta sangat serius di dalam diskusi kelompok pada saat latihan membuat proposal PTK, ini terbukti dengan waktu yang relatif singkat setiap kelompok sudah bisa menghasilkan drap proposal yang berkategori baik. Guru sangat menyadari betapa pentingnya mereka mempunyai pengetahuan dan keterampilan tentang Penelitian Tindakan Kelas. Hasil penelitian PTK, baik yang belum dipublikasikan (disimpan di perpustakaan) maupun yang telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah dapat digunakan sebagai angka kredit dalam kenaikan pangkat. Hasil penelitian PTK dapat juga dilombakan dalam lomba karya ilmiah. Oleh karena itu instansi terkait perlu memberikan dana bantuan sesuai kemampuan kepada guru-guru untuk memotivasi guru melakukan PTK. Berdasarkan
hasil wawancara dengan peserta, beberapa harapan yang
disampaikan oleh peserta pelatihan: pertama, frekuensi kegiatan ditambah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang PTK, serta dilaksanakan secara berkesinambungan; kedua, Lembaga juga agar mengupayakan sumber pendanaan, sehingga peserta bisa tetap tidak dipungut biaya; ketiga, kegiatan P2M ini juga perlu diberikan kepada guru-guru di luar Kecamatan Buleleng; dan keempat, mohon disediakan waktu pelatihan lebih lama agar dapat melakukan bimbingan penyusunan proposal penelitian lebih intensif.
29
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Simpulan yang dapat diambil dari hasil kegiatan P2M ini adalah sebagai berikut. 1. Para guru menyadari betapa pentingnya meningkatkan profesionalisme secara berkelanjutan. 2. Pelatihan penelitian tindakan kelas dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para peserta tentang PTK. 3. Sebagian peserta sudah menghasilkan proposal PTK yang baik dan siap untuk diimplementasikan
B. Saran Berdasarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan P2M ini ada beberapan saran yang kami sampaikan sebagai berikut. 1. Kepada semua guru-guru yang terlibat dalam kegiatan ini yang telah memiliki proposal PTK harap segera mengimplementasikan di kelas yang dilanjutkan dengan menyusun laporan. 2. Kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng agar memberikan perhatian lebih dalam meningkatkan profesionalisme guru-guru di Kabupaten Buleleng melalui implementasi PTK di kelas. 3. Kepada semua Dosen Undiksha agar lebih banyak melakukan pengabdian pada masyarakat, khususnya PTK.
30
DAFTAR PUSTAKA Abimanyu, S. Et al. (1995). Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta: Dikti Depdikbud Departemen Pendidikan Nasioanal dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2007. Panduan Penyusunan Fortofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan Guru Tahun2007 Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guideto Classroom Research. 2th ed. Buckingham: Open University Press. Pendidikan Nasioanal dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2007. Pedoman Sertifikasi Guru dalam Jabatan Guru Suastra, I.W. 2006. Strategi Menyikapi Undang-Undang Guru dan Dosen. Makalah disajikan pawa Workshop Pengawas se-Kabupaten Buleleng. Tanggal 24 s.d 26 Agustus 2006. Diselenggarakan Diknas Kabupaten Buleleng. Tim Pelatihan Proyek PGSM. 1999. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Depdikbud Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Usman,U.M. 2001. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya.
31
Lampiran foto-foto kegiatan
Gambar 1: Ketua Pelaksana Manyampaikan Laporan Kegiatan Pelatihan Sekaligus Mewakili Ketua LPM Undiksha Membuka Kegiatan Pelatihan Secara resmi
Gambar 2: Dr. Ni Ketut Rapi, M.Pd. Menyampaikan Materi Pelatihan
32
Gambar 3: Para Peserta Pelatihan Menyimak Materi yang Disampaikan Oleh Pemakalah
Gambar 4: Para Peserta Pelatihan Menyimak Materi yang Disampaikan Oleh Pemakalah
33
Gambar 5: Para Peserta Pelatihan Sedang Berlatih Membuat Proposal PTK
Gambar 6: Para Peserta Pelatihan Sedang Berlatih Membuat Proposal PTK
34
Gambar 7: Peserta Pelatihan Sedang Mempresentasikan Drap Proposal PTK yang Dihasilkan
Gambar 8: Ketua Pelaksana Mewakili Ketua LPM Undiksha Menutup Kegiatan Pelatihan Secara Resmi
35
36