LAPORAN AKHIR PENERAPAN IPTEK
PELATIHAN KOLABORATIF DRAMA MODERN DAN TRADISIONAL BERBAHASA INGGRIS DI DESA BAKTISERAGA, BULELENG Oleh: Kadek Sonia Piscayanti, S,Pd. M,Pd. (Ketua) NIP. 198403042008122002 Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum (Anggota) NIP. 198401252008122003 Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd (Anggota) NIP. 198808252015042002 Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd. (Anggota) NIP. 198812012015042003 Putu Adi Krisna Juniarta (Anggota) NIP. 198706122015041006
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksana Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 82/UN48.16/PM/2016 Tanggal 25 Februari 2016
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS FAKULTAS BAHASA DAN SENI LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR PROGRAM PENGABDIAN PADA MASYARAKAT 1. Judul Usulan
2. Ketua Tim Pengusul a. Nama b. NIP/NIDN c. Bidang Keahlian d. Jabatan/Pangkat/Gol e. Jurusan/Fakultas f. Alamat Rumah/Telp 3. Jumlah Anggota Tim a. Identitas Anggota 1 - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol b. Anggota 2 - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol c. Anggota 3 - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol d. Anggota 4 - Nama Lengkap - NIP - Jabatan/Pangkat/Gol
: Pelatihan Kolaboratif Drama Modern dan Tradisional Berbahasa Inggris di Desa Baktiseraga, Buleleng : : Kadek Sonia Piscayanti, S.Pd.,M.Pd. : 198403042008122002/0004038401 : Pendidikan Bahasa (dan Sastra) Inggris : Lektor/Penata Muda Tingkat I/IIIb : Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris/Fakultas Bahasa dan Seni : Jalan Pantai Indah 3 No 46 Singaraja/082147579351 : 4 orang : Putu Ayu Prabawati Sudana, S.Pd.,M.Hum. : 198401252008122003 : Lektor/Penata/IIIc : Ni Putu Astiti Pratiwi.,S.Pd.,M.Pd : 198808252015042002 : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb : Luh Gede Eka Wahyuni, S.Pd.,M.Pd. : 198812012015042003 : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb : Putu Adi Krisna Juniarta : 198706122015041006 : T.Pengajar/Penata Muda Tingkat I/IIIb
4. Lokasi Kegiatan : Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng 5. Jumlah biaya yang diusulkan : Rp. 10.500.000,-
DAFTAR ISI Cover....................................................................................................
i
Halaman Pengesahan…………………………………………………...
ii
Daftar Isi………………………………………………………………...
iii
BAB I. PENDAHULUAN........……………………………………….
1
1.1 Analisis Situasi................................................................ ....
3
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah.................................
5
1.3 Tinjauan Pustaka...............................................................
6
1.4 Tujuan Kegiatan …………………......................................
10
1.5 Manfaat Kegiatan ..............................................................
10
1.6 Kerangka Pemecahan Masalah ..........................................
11
BAB II. METODE PELAKSANAAN ………………………………..
12
2.1 Khalayak Sasaran..................................... .............................
12
2.2 Keterkaitan.........................................................................
13
2.3 Metode Kegiatan ................................................................
13
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN.…..........…………………....
16
BAB IV. PENUTUP.............................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................
26
LAMPIRAN............................................................................................
27
BAB I PENDAHULUAN
Bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda krisis karakter. Berbagai kasus mencuat seperti kasus korupsi, kriminalitas, hingga sentimen agama dan ras. Bahkan kasus korupsi dilakukan oleh pejabat-pejabat negara yang seharusnya menjadi teladan bagi masyarakat. Masyarakat kita juga cenderung permisif dan kurang peduli terhadap persoalan orang lain. Individualisme berkembang dan hal ini menekan nilai-nilai karakter yang lain. Bahkan para pelajar dan mahasiswa terlibat aksi kekerasan antar kelompok, antar geng dan mengakibatkan kerugian secara material dan mental. Hal ini menjadi sebuah indikasi bahwa pendidikan karakter di Indonesia gagal. Berbagai metode pembelajaran terkesan gagal menjalankan misinya dan menjadi sia-sia. Persoalan ini harus dijawab dengan sebuah kesadaran dan tanggung jawab bersama bahwa persoalan bangsa ini urgen untuk dicarikan solusinya. Pendidikan adalah cara untuk menyelesaikannya dengan tepat. Sebuah pendidikan harus dimulai dengan pembentukan karakter dan diakhiri dengan pembentukan karakter. Hakikat pendidikan adalah pembentukan karakter. Pendidikan karakter dapat dimulai dari pendidikan seni budaya. Tujuan seni pada hakikatnya adalah mengungkapkan ide, rasa, pikiran dengan karya kreatif yang mengandung estetika. Karakter yang dapat dibentuk adalah kejujuran, kreativitas, kerja keras, dan tanggung jawab. Salah satu pembelajaran untuk membentuk karakter yang kuat adalah pembelajaran drama. Pembelajaran drama adalah pembelajaran yang paling efektif dalam membentuk karakter sebab semua nilai-nilai yang terdapat dalam karakter manusia akan muncul dalam pembelajaran drama. Namun pembelajaran drama belum begitu populer dalam kehidupan kita sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pembelajaran drama diasumsikan sebagai pembelajaran yang sulit. Fenomena ini adalah cermin bahwa seni drama belum diyakini menjadi sebuah pusat pembentukan karakter yang paling efektif. Di Bali, komunitas-komunitas dan sanggar-sanggar seni memang telah banyak berdiri dan memiliki sumbangsih yang besar dalam pengembangan seni budaya. Kebanyakan sanggar-sanggar seni tersebut adalah sanggar seni tradisional. Namun bagaimana dengan komunitas drama atau teater? Tentu tak sebanding dengan sanggar seni dan budaya lainnya. Pendidikan drama modern dianggap sulit dan rumit. Sanggar-sanggar seni cenderung mengedepankan penampilan seni tradisional di pentas-pentas seni saja, namun kurang memperhatikan pembentukan karakter ke dalam diri mereka sendiri. Hasilnya mereka 1
cenderung melatih diri ketika hanya akan pentas saja, dan setelah itu mereka kembali dalam karakter masing-masing. Kecenderungan pengembangan seni tradisional yang menuntut penampilan di panggung saja kurang memberikan pengalaman yang kaya ke dalam diri mereka, karena kebutuhan penampilan yang diperlukan lebih cenderung ke fisik daripada mental. Sedangkan kebutuhan mental bisa dipenuhi jika anak-anak tersebut diberi pendidikan karakter yang lebih nyata yaitu dengan berlatih karakter-karakter dalam pementasan drama. Sebagai salah satu komunitas belajar di masyarakat, sanggar atau pusat belajar informal juga mampu menjadi pusat pembentukan karakter dan pembelajaran drama. Bahkan, sanggar atau komunitas belajar mampu mengembangkan potensi anak secara khusus. Desa Baktiseraga adalah salah satu desa tua di Buleleng dengan banyak potensi seni budaya. Desa Baktiseraga memiliki banyak sanggar dan komunitas seni maupun komunitas belajar yang tumbuh seiring dengan pertumbuhan penduduknya. Salah satu sanggar yang bergelut di bidang seni budaya tradisional di Desa Baktiseraga adalah Sanggar Tari Werdhi Komala. Sanggar ini telah aktif sejak tahun 1990an di bidang seni tari hingga kini. Sanggar ini memiliki jadwal latihan tetap untuk membina bakat seni tari anak-anak dan remaja di sekitar Baktiseraga. Komunitas seni lain yang bergerak di bidang pementasan drama modern adalah Komunitas Mahima yang juga berada di Desa Baktiseraga, Kabupaten Buleleng. Komunitas Mahima adalah salah satu sanggar seni budaya yang bertujuan untuk memperkenalkan sedini mungkin tentang seni budaya termasuk membangun karakter anggotanya. Komunitas ini berdiri tahun 2009 dan aktif menggelar acara seni, budaya, pementasan dan penerbitan buku. Sanggar belajar lainnya yang juga sedang tumbuh adalah Literacy Learning Home, sanggar belajar anak-anak yang berfokus pada pengembangan kemampuan bahasa Inggris. Semua sanggar ini merupakan pusat belajar seni budaya dalam konteks yang berbeda namun bertujuan sama, yaitu memperkuat karakter dan budaya. Ketiga sanggar yang berdiri dan beroperasi di Desa Baktiseraga ini telah menjadi bagian penting dalam pengembangan karakter anak dan remaja dengan peran dan fungsi mereka di bidang masing-masing. Sanggar Werdhi Komala banyak berprestasi di bidang seni tradisional, mengembangkan bakat anak di bidang seni tari dan banyak melakukan pementasan yang bersifat lokal dan regional. Komunitas Mahima, adalah Komunitas yang mewadahi bakat remaja di bidang seni khususnya sastra dan pertunjukan seni modern seperti teater dan musikalisasi puisi. Sementara Literacy Learning Home adalah pusat belajar bahasa Inggris. Memadukan ketiga potensi ini dalam sebuah pementasan kolaboratif berbasis budaya 2
lokal namun berbahasa global menjadi sebuah tantangan tersendiri. Kurang seimbangnya seni budaya tradisional dan modern termasuk kurangnya pembelajaran bahasa Inggris di komunitas seni menyebabkan pengusul memiliki program untuk memberikan pelatihan kolaboratif antara drama modern dan tradisional dengan fokus penanaman nilai-nilai karakter. Arti penting dari pengabdian pada masyarakat ini adalah turut mengembangkan komunitas sebagai lembaga non formal yang membangun dan meningkatkan karakter anggotanya. Manfaat program ini bagi masyarakat setempat diantaranya adalah: meningkatkan kesadaran masyarakat dalam berperan serta mengembangkan karakter yang baik, turut mengembangkan kesadaran berkesenian drama, dan juga mengembangkan inovasi berupa seni kolaboratif yang memadukan drama modern dan tradisional dalam bahasa Inggris. Keberlanjutan program pengabdian pada masyarakat ini dirancang sebagai berikut. 1. Melakukan tingkat pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional di tingkat yang lebih luas, misalnya tingkat kabupaten. 2. Mengadakan pementasan yang berbasis seni kolaboratif drama modern dan tradisional tingkat kabupaten. 3. Mengembangkan model pembelajaran pasraman yang berbasis kearifan lokal dan karakter bangsa sehingga dapat digunakan oleh pasraman-pasraman lain. 4. Menyebarluaskan hasil-hasil pelatihan dan pementasan baik berupa Cd, dokumentasi dan publikasi di media. 1.1 Analisis Situasi Desa Baktiseraga terletak di pinggir barat Kota Singaraja yang kini cukup berkembang. Perkembangan ini juga diikuti dengan pertumbuhan komunitas seni dan komunitas belajar yang turut menyangga perkembangan karakter anak dan remaja. Perkembangan komunitas ini tak lepas dari pertumbuhan penduduk Desa Baktiseraga yang semakin meningkat. Keragaman penduduk dengan latar belakang pendidikan, sosial dan budaya yang berbeda membuat Desa Baktiseraga menjadi unik. Wilayahnya di sepanjang pantai Penimbangan dekat dengan obyek pariwisata, memungkinkan desa ini menjadi salah satu daya tarik wisata. Dengan potensi alam dan potensi penduduknya serta sejarah keunikan desa, Baktiseraga dapat dikembangkan menjadi salah satu pusat pengembangan karakter dan 3
budaya lokal. Dengan berdirinya tiga komunitas pengembangan karakter yang bergerak di bidang seni tradisional, modern dan bahasa Inggris, desa ini sangat menjanjikan menjadi pusat pelatihan kolaboratif di bidang seni pertunjukan yang menggabungkan potensi seni tradisional, modern dan bahasa Inggris. Pelatihan kolaboratif ini akan menjadi sebuah pilot project tentang pengembangan karakter anak dan remaja yang melibatkan komunitas seni tradisional, modern dan pusat belajar bahasa Inggris. Tujuannya tak hanya untuk mengembangkan sebuah program seni budaya dan karakter, namun juga mengembangkan pariwisata budaya. Namun kendala utama yang dihadapi oleh komunitas seni atau sanggar seni adalah menyeimbangkan seni budaya tradisional dan modern. Seni tradisional mampu bertahan karena mendapat banyak kesempatan tampil di acara-acara keagamaan dan sosial kemasyarakatan, namun seni modern seperti drama modern dan pembelajaran Bahasa Inggris kurang mendapat kesempatan tampil di masyarakat. Hal ini karena kurangnya pelatih drama modern dan tenaga pengajar Bahasa Inggris yang profesional. Di samping itu ketertarikan terhadap drama modern dan Bahasa Inggris juga masih rendah karena drama modern dan Bahasa Inggris dianggap sebagai sebuah pelajaran yang sulit. Adapun motivasi pengusul program ini adalah menyeimbangkan seni budaya tradisional dan drama modern serta kemampuan berbahasa Inggris. Motivasi pembelajaran karakter melalui drama modern adalah membentuk karakter yang kuat ke dalam, dan pembelajaran
Bahasa
Inggris
dikembangkan
untuk
mengembangkan
kemampuan
berkomunikasi dengan orang asing sebab budaya Bali perlu diperkenalkan ke dunia luar sebagai bagian dari pengembangan seni budaya. Motivasi lain adalah dengan diadakannya pelatihan drama modern dan pelatihan Bahasa Inggris secara kontinyu, anggota sanggar dan komunitas juga mampu berkomunikasi belajar karakter secara langsung dan berkomunikasi dengan turis asing yang menyaksikan penampilan seni budayanya. Profil masing-masing sanggar dan komunitas yang dilibatkan ini sudah tak diragukan lagi komitmennya di bidang pengembangan karakter. Sanggar Werdhi Komala telah melahirkan banyak seniman yang mumpuni seperti Ibu Dra. Sriwati, pencipta tari Kembang Deeng kebanggan Buleleng. Sanggar ini juga aktif tampil di pergelaran festival baik lokal maupun regional, bahkan internasional seperti Buleleng Festival, Pesta Kesenian Bali, hingga festival di luar negeri.
4
Komunitas Mahima, adalah salah satu pusat belajar seni sastra, teater, dan penerbitan yang telah berkarya menghasilkan pementasan teater modern baik di level lokal, nasional hingga internasional seperti Buleleng Festival, Ubud Writers and Readers Festival hingga Muhibah Seni ke manca negara. Komunitas ini juga menerbitkan buku berISBN terutama sastra. Literacy Learning Home, adalah salah satu pusat belajar Bahasa Inggris, yang mewadahi kegiatan kursus Bahasa Inggris dan sanggar belajar anak. Pusat belajar ini juga menjanjikan sebagai pusat pengembangan karakter lokal namun berbahasa global.
Dengan profil tiga
komunitas dan sanggar seni yang sangat baik ini, maka program ini layak mendapat dukungan dari berbagai pihak termasuk dosen dan akademisi. Dalam program pengabdian pada masyarakat ini, pengusul memberikan alternatif tawaran baru yaitu pengembangan seni drama modern dan pelatihan bahasa Inggris untuk mengembangkan program pasraman. Secara umum, program ini dirancang agar mampu mengakomodasi kebutuhan utama dalam pasraman yaitu untuk mengembangkan karakter melalui seni budaya. Drama juga salah satu bentuk pengembangan seni budaya di bidang sastra yang sangat berpotensi untuk disosialisasikan ke masyarakat. Di samping juga penguasaan dalam bahasa Inggris yang berperan untuk membekali mereka dengan skills berbahasa yang baik. Dengan adanya sinergi antara penguatan karakter dan kemampuan berbahasa asing, semakin lengkaplah nilai plus Pasraman Burat Wangi. Ia tidak hanya bergerak di bidang seni tradisi namun juga seni drama modern dan bahasa Inggris.
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home adalah lembaga non formal yang bergerak di bidang seni tradisional, sementara untuk mengembangkan karakter secara lebih nyata dengan pengalaman langsung, drama modern dianggap lebih efektif karena langsung belajar memainkan karakter. Pembelajaran drama modern dan bahasa Inggris yang dipadukan dengan seni tradisi akan menjadi kolaborasi yang menarik. Namun ada beberapa indikasi persoalan yang bisa muncul sebagai berikut. 1. Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home belum memiliki pengalaman di bidang seni drama kolaboratif 2. Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home belum memiliki pengalaman mementaskan seni drama kolaboratif berbahasa Inggris 5
Namun demikian dengan komitmen yang luar biasa, baik dari motivasi pengusul maupun dari motivasi komunitas dan sanggar seni Baktiseraga, program ini akan berjalan baik. Adapun perumusan masalah yang diajukan dalam P2M ini adalah 1. bagaimanakah pelatihan drama modern kolaboratif diselenggarakan di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home? 2. bagaimanakah pelatihan drama modern kolaboratif berbahasa Inggris diselenggarakan di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home?
1.3 Tinjauan Pustaka Undang-Undang no 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Meninjau tujuan pendidikan nasional tersebut, sudah jelas bagi kita bahwa pada akhirnya manusia yang berhasil dalam dunia pendidikan adalah manusia yang berakhlak mulia, dengan kata lain, manusia dengan karakter yang baik. Menurut Ditjen Mandikdasmen, Kementerian Pendidikan Nasional, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama,
baik
dalam
lingkup
keluarga,
masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat. Berdasarkan pengertian tersebut, jelaslah bahwa karakter adalah cara berpikir individu dalam kerangka hidup sebagai mahkluk sosial. Jelaslah pula, bahwa karakter individu dapat membentuk karakter kelompok, masyarakat, bangsa dan negara. Maka, sesungguhnya pembentukan karakter bukanlah semata-mata tanggung jawab individu, namun juga tanggung jawab sosial masyarakat dimana indvidu tersebut berada. Dunia pendidikan sebagai salah satu kontrol dan pembentuk karakter bukanlah satu-satunya sumber pembentuk karakter. Ia hanyalah sebuah cara untuk membentuk karakter. Tentunya sekolah sebagai wilayah pendidikan formal harus didukung oleh komunitas masyarakat yang menaungi individu, misalnya komunitas seni budaya di desa-desa, sanggar belajar seni tradisional dan sosial kebudayaan serta komunitas lainnya. Sanggar seni, komunitas belajar, atau kelompok seni adalah jenis pendidikan non formal. Di Bali, ada konsep lembaga pendidikan non formal yang disebut pasraman. 6
Pasraman (Arjana, 2009) adalah lembaga pendidikan khusus bidang agama Hindu. Lembaga ini merupakan alternatif, karena pendidikan agama Hindu yang diajarkan di sekolah formal dari tingkat sekolah dasar sampai dengan di sekolah Tinggi agama Hindu. Pada sekolah formal agama Hindu diajarkan sebagai ilmu pengetahuan, sedangkan di Pasraman tidak sebatas ilmu pengetahuan, melainkan sebagai bentuk latihan disiplin spiritual dan latihan menata hidup yang baik. Pasraman memiliki visi yang sangat mulia yaitu membangun dan meningkatkan prilaku baik dari peserta didiknya. Sudah jelas bahwa prilaku baik ini adalah cermin karakter yang baik. Maka pasraman adalah sebuah lembaga yang juga turut berperan dalam meningkatkan karakter yang baik para peserta didiknya. Senada dengan hal tersebut, komunitas seni, sanggar atau komunitas belajar lainnya memiliki konsep seperti pasraman, yang memungkinkan pembangunan karakter sejak dini. Sistem pembelajaran dalam pasraman, sanggar atau komunitas dilakukan secara kekeluargaan bahkan di jaman lampau, murid pasraman langsung tinggal di pasraman untuk menuntut ilmu dari gurunya. Kini, hal tersebut masih berlaku di beberapa sanggar dan komunitas dimana anggotanya dapat menjadi bagian dari keluarga komunitas. Konsep belajar yang penuh kekeluargaan dan keterbukaan sesungguhnya menjadi nilai lebih bagi komunitas atau sanggar untuk meningkatkan pelayanannya di bidang pendidikan karakter. Sebab sekolah-sekolah formal sangat dibatasi oleh kendala kendala teknis yang sangat kaku dan kurang terbuka. Sebagai alternatif lembaga pendidikan non formal, sudah selayaknya pasraman mendapat tempat bagi pengembangan karakter generasi muda terutama di bidang seni budaya. Ada delapan belas (18) karakter nilai karakter dan pendidikan budaya bangsa (Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah, 2009) yang perlu dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah: 1. Religius 2. Jujur 3. Toleransi 4. Disiplin 5. Kerja keras 6. Kreatif 7. Mandiri 8. Demokratis 7
9. Rasa ingin tahu 10. Semangat kebangsaan 11. Cinta tanah air 12. Menghargai prestasi 13. Bersahabat/komunikatif 14. Cinta damai 15. Gemar membaca 16. Peduli lingkungan 17. Peduli sosial 18. Tanggung jawab Untuk mengembangkan 18 nilai karakter tersebut, mementaskan sebuah naskah drama adalah sebuah cara terbaik. Dengan mementaskan naskah drama, pengalaman yang didapatkan pastilah beragam, baik pengalaman secara individual maupun secara berkelompok. Pementasan drama membentuk karakter dan kepribadian manusia menjadi lebih baik. Piscayanti (2012) menulis pementasan Shakespeare di Jakarta Post sebagai pementasan yang berhasil karena seluruh pemain berhasil membawakan karakter dengan baik. Penampilan drama yang baik berasal dari kemampuan menghayati peran dan karakter dengan baik. Inilah sesungguhnya pendidikan karakter yang paling baik. Bermain drama dan bermain karakter. Dengan bermainnya karakter, secara tidak langsung pemeran karakter tersebut mengembangkan karakter dan kepribadiannya sendiri. Surati (2011) juga menekankan pengaruh positif bermain drama di antaranya meningkatkan kemampuan lima indra (penglihatan, penciuman, pendengaran, pengecapan, dan sentuhan) sehingga manusia lebih sensitif dan peka terhadap lingkungannya. Kepekaan ini akan berakibat pada rasa hormat kepada orang lain atau lingkungan karena senantiasa merasakan apa yang orang lain rasakan. Sementara itu pembelajaran drama yang dikolaborasikan dengan pembelajaran Bahasa Inggris yang menyenangkan adalah pembelajaran Bahasa Inggris dengan konsep berbasis sastra. Piscayanti (2006 dan 2010) menemukan keterkaitan erat antara pembelajaran berbasis sastra dan kemampuan berbahasa Inggris siswa. Kedua penelitian ini saling mendukung teori yang mengatakan bahwa sastra memotivasi siswa untuk belajar bahasa (Inggris). Hadaway, Vardell dan Young (dalam Nafsiah, 2010) mengatakan bahwa Pembelajaran Berbasis Sastra dalam kelas bahasa Inggris memiliki beberapa manfaat yang 8
penting bagi penguasaan bahasa. Pertama, sastra mengandung cerita kontekstual yang sesuai dengan kejadian dan pengalaman hidup penulisnya. Berbeda dengan teks bacaan yang bersifat skill-oriented yang mengedepankan teks yang teoritis dan kaku, sastra lebih bersifat kontekstual, sehingga siswa akan merasa dekat dengan teks baik secara fisik maupun psikologis. Kedua, dari segi bahasa dan sajian, sastra mengeksplorasi unsur-unsur bahasa yang unik dan kreatif, sehingga memperkaya imajinasi dan kosakata siswa. Secara afektif dan sosial, sastra memberikan renungan tentang kehidupan dan sensitivitas terhadap lingkungan sekitarnya. Ketiga, melalui ilustrasi dan deskripsi bahasa yang jelas, sastra memberikan model penggunaan bahasa yang berguna dan bermakna (useful and meaningful language). Beberapa penelitian eksperimental meneliti pengaruh pembacaan buku cerita secara berkelanjutan pada perkembangan literasi. Dalam eksperimen ini, siswa yang dibacakan buku cerita memiliki kosakata yang lebih baik, pemahaman yang lebih baik daripada siswa yang tidak dibacakan cerita (Morrow & Gambrell, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa buku cerita dan sastra sangat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa. Dalam pembelajaran bahasa Inggris, sastra adalah media yang paling kuat untuk mengajarkan bahasa. Pada tahun 2013, Piscayanti, dkk, telah mengembangkan pelatihan drama modern di Pasraman Buratwangi Desa Ole Kecamatan Marga Tabanan, dengan judul “Pengembangan Pasraman Burat Wangi Banjar Ole, Desa Marga Tabanan sebagai Pasraman Berbasis Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan Pembelajaran Bahasa Inggris” dimana pelatihan tersebut berhasil memadukan seni drama modern dan tradisional menjadi sebuah seni kolaboratif berbahasa Inggris. Pengalaman ini menjadi bekal pelatihan kolaboratif kali ini sehingga diharapkan mampu meningkatkan pencapaian di tahun 2013, minimal lebih memiliki kebaruan dari segi potensi komunitas yang dikembangkan, jumlah komunitas yang dilibatkan dan ide pementasan yang dikembangkan. Diharapkan hasil tahun 2015 lebih banyak memotivasi komunitas seni lain untuk berkolaborasi mementaskan seni kolaboratif lainnya. Dari paparan teori tersebut jelaslah sudah bahwa drama dan pembelajaran bahasa Inggris berbasis sastra adalah poin paling penting untuk dikembangkan di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.
9
1.4 Tujuan Kegiatan Tujuan umum diselenggarakannya P2M ini adalah : 1. untuk mengetahui bagaimana pelatihan drama modern berlangsung di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home yang dipantau melalui observation sheet dan kuesioner 2. untuk mengetahui bagaimana pelatihan bahasa Inggris berbasis sastra di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home yang hasil akhirnya dipantau melalui tes akhir pelatihan. Tujuan khusus diselenggarakannya P2M ini adalah 1. mengembangkan model-model pelatihan drama modern dengan berbasis karakter di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home. 2. mengembangkan model-model pembelajaran bahasa Inggris berbasis sastra di Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home. 3. mendokumentasikan proses peatihan dan pengembangan karakter melalui Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home.
1.5 Manfaat Kegiatan Manfaat diselenggarakannya P2M ini adalah : Manfaat bagi anggota komunitas: 1. Pelatihan Kolaboratif antara drama modern dan tradisional akan memperkaya pengalaman anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home. 2. Anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home memiliki pengalaman bermain drama dan pengalaman belajar karakter dengan baik. 3. Anggota Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home memiliki pengalaman berbahasa Inggris berbasis sastra dan karakter dengan baik. 4. Dirintisnya upaya membangkitkan kembali kekuatan Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home sebagai salah satu pusat pengembangan karakter. Manfaat bagi masyarakat: 1. Teredukasinya masyarakat tentang pendidikan karakter. 2. Tersosialisasinya pengembangan teater kolaboratif. 10
3. Terciptanya peluang bagi pengembangan potensi desa yang lain misanya mengembangkan pembelajaran drama berbasis kearifan lokal.
1.6 Kerangka Pemecahan Masalah Kerangka Pemecahan Masalah adalah sebagai berikut: Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home sebagai komunitas non formal Pusat Pengembangan karakter berbasis seni budaya
Seni kolaboratif antara drama tradisi dan modern belum diperhatikan
Seni Tradisional sudah mendapatkan perhatian
Kurangnya tenaga pelatih drama
Menurut kajian pustaka, pembelaaran drama adalah pembentuk karakter yang baik.
P2M di bidang pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional
\
Keberlanjutan program: pelatihan lanjutan dan pengembangan sanggar dan komuntitas berbasis karakter
11
BAB II METODE PELAKSANAAN
2.1 Khalayak Sasaran Adapun khalayak sasaran adalah Sanggar Werdhi Komala, Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home di desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Ketiga sanggar dan komunitas ini terpilih karena sanggar dan komunitas yang dilibatkan ini sudah tak diragukan lagi komitmennya di bidang pengembangan karakter. Target sasaran utama adalah anggota sanggar dan komunitas tersebut, serta target pendampingnya adalah orang tua atau masyarakat desa secara keseluruhan. Dampak pelatihan akan bermanfaat tidak hanya dirasaan oleh anggota pasraman namun juga oleh masyarakat desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Adapun nama para anggota yang mengikuti pelatihan dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut. Tabel 2.1 Daftar Nama Anggota Peserta Pelatihan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Nama Ryana Dwi L. Devi Kadek Sonia Ulandari Kd. Ririn Dwi Pratiwi Ayu Cantika Cordela Kd. Lia Ardiani Km. Aulia Diantari Pt. Nadin Pradnyani P. Putu Febi Antari Putu Kaesa Prabandari Ayu Mirah Luh Cipta Dewi Indira Pradnyani Putri Md Ayu Intan Suwirya Putu Intan Gayatri Pt. Budi Maharani Putu Putik Padi Kadek Indah Sari Kd. Debi Santika Kt. Vina Arisetiani Tika Anana Putri A. Istri Gita Made Melinia Widi Desi Nika Desiani Ayu Indah Yani 12
26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Riri Rismayanti Ina Cempaka Riani Indri Paramita Paramitra Gayatri Kadek Ari Indrayani Kd. Jawanda Kd. Ayu Juli Ariantini Putu Budi Maharani Mita Yusmiari Riska Florin Ersya Fely Kadek Angela Irena D. Nyoman Laksmi Mahadewi Gd Sudi Raditya S. Putu Citra Armeliani Canestra Adi Putra A.A.N. Anggara Surya I Gede Gita Wiastra I Wayan Sumahardika I Putu Surya Pratama I Made Julio Saputra Dewi Yudiarmika Desi Nurani
2.2 Keterkaitan Keterkaitan program ini dengan pendidikan karakter adalah sanggar dan komunitas sebagai pusat pengembangan pendidikan berbasis karakter mengemban misi menjalankan pengembangan pelatihan, pendidikan dan atau workshop di bidang seni budaya berbasis karakter. Undiksha melalui program pengabdian kepada masyarakat memiliki kewajiban terkait upaya mendorong pelatihan terkait untuk memajukan masyarakat desa Baktiseraga, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng pada umumnya dan anggota sanggar serta komunitas pada khususnya.
13
2.3 Metode Kegiatan Metode kegiatan yang dirancang berupa pelatihan kolaboratif antara drama modern dan tradisional sesuai dengan rumusan masalah dan kerangka pemecahan masalah dengan langkah sebagai berikut: 1. Pengenalan drama modern dan tradisional Pada kegiatan awal ini, pengenalan drama modern dan tradisional diawali dengan dasar-dasar bahasa inggris agar peserta terbiasa berbahasa inggris. Selanjutnya, diperkenalkan dasar-dasar drama modern dan tradisional sehingga peserta memiliki pengetahuan awal mengenai drama modern dan tradisional. 2. Pengenalan seni kolaboratif Pengenalan seni kolaboratif dilakukan dengan cara melakukan percakapan berbahasa inggris melalui naskah sederhana, seperti misalnya memperkenalkan diri, menanyakan identitas (seperti nama, hobi, atau umur) untuk membiasakan peserta berbahasa inggris. Selain itu, pelatihan ini juga diiringi dengan lagu dan melakukan permainan berbahasa inggris untuk menarik minat peserta dalam berbahasa inggris. Dengan melakukan kegiatan seperti yang disebutkan sebelumnya, peserta juga akan membentuk karakter mereka secara tidak langsung. 3. Pelatihan seni kolaboratif antara drama modern dan tradisional berbahasa Inggris. Kegiatan ini hanya fokus pada pelatihan kolaboratif saja dimana pelatihan kolaboratif drama ini didahului dengan kegiatan mendongengkan cerita bawang merah bawang putih untuk menarik perhatian peserta. Kemudian dilanjutkan dengan membagi peran sesuai dengan naskah dan menggali karakter pemain yang cocok seperti pemain inti, pemain yang menjadi bunga, pohon, atau binatang. Kemudian dilanjutkan pada penghayatan karakter dan latihan dengan diiringi musik. Naskah sederhana akan menjadi dasar bagi pengembangan karakter peserta. Proses pelatihan dipantau dengan menggunakan lembar observasi yang juga berguna sebagai catatan harian pengusul program. Data dituliskan secara deskriptif kualitatif untuk merekan proses pelatihan. Temuan juga dituliskan sesuai dengan kondisi di lapangan, demikian juga perkembangan dan kendala yang dihadapi. Lembar observasi ini berguna 14
untuk mengukur kemajuan program dan efektifitas program. Di samping itu, wawancara juga dilakukan sebagai alat evalusi lain. Wawancara secara informal dengan panduan wawancara sederhana diberikan kepada pengelola dan pembina pasraman yang sekaligus merupakan pelatih seni tradisi, pelatih drama modern, pelatih bahasa Inggris, serta peserta pelatihan orang tua peserta dan penonton. Tujuannya adalah untuk mengukur efektifitas program dan keberhasilan program. Adapun data yang digunakan adalah data deskriptif sebab penilaian yang dilakukan berdasarkan observasi langsung di lapangan. Tidak ada penilaian secara kuantitatif seperti memberikan tes dalam pencapaian nilai akademik, namun penilaian dilakukan secara kualitatif sebab program ini berbasis pelatihan dan pengembangan karakter.
15
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Program pelatihan ini berlangsung sejak Juni hingga Juli 2016, dimana segala hal yang dibutuhkan selama pelaksanaan program disiapkan pada bulan Juni 2016 seperti membuat list kegiatan yang akan dilakukan, mengumpulkan game dan lagu-lagu berbahasa inggris, serta naskah sederhana yang akan digunakan untuk pelatihan. Kemudian, pelaksanaan pelatihan ini dimulai pada bulan Juni 2016 yaitu observasi, bulan Juli yaitu pelatihan, dan Agustus yaitu persiapan pementasan. Pelatihan dilakukan selama tiga kali seminggu pada hari Jumat, Sabtu, dan Minggu selama delapan belas kali pertemuan dan satu kali pementasan hasil pelatihan. Adapun jadwal pelatihan kolaboratif antara drama modern dan tradisional berbahasa Inggris adalah sebagai berikut.
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan P2M Pelatihan Kolaboratif Drama Modern dan Tradisional Berbahasa Inggris di Desa Baktiseraga Buleleng No
Jadwal/Waktu
1
Minggu, 26 Juni 2016, pukul 16.00 WITA-17.30 WITA
2
Jumat, 1 Juli 2016, pukul 16.00 WITA-17.30 WITA
3
Sabtu, 2 Juli 2016 pukul 16.00 WITA-17.30 WITA
4
Minggu, 3 Juli 2016 pukul 16.00 WITA-17.30 WITA
Materi Drama Modern dan Bahasa Inggris Observasi berupa pengenalan dasar-dasar Bahasa Inggris, dasardasar drama dengan lagu berbahasa Inggris Pengenalan dasar-dasar perkenalan dalam Bahasa Inggris dan gerakan tari Bali, misalnya peserta memperkenalkan diri My name is Putik (sambil ngagem), I am from Singaraja (sambil nyalud), My hobby is dancing (sambil nyeledet). Pengenalan percakapan bahasa Inggris melalui naskah sederhana, seperti what’s your name, what’s your hobby, where are you from, how old are you Pengenalan karakter melalui pembagian peran, berbahasa Inggris dengan 16
Materi Tari Tradisional Posisi dasar- agem, sledet, tandang, tangkep
Tempat Sanggar Werdhi Komala (SWK)
Gerak tari dasarberpindah, bergeser, bergerak cepat
Sanggar Werdhi Komala (SWK)
Respon dialog sederhana dengan tari (menjawab dengan gerak tari seperti agem, seledet, nyalud, ngeseh) Pengenalan karakter melalui tari, merespon dengan
Sanggar Werdhi Komala (SWK)
Sanggar Werdhi Komala (SWK)
5
Jumat, 8 Juli 2016 pukul 16.00 WITA-17.30 WITA
6
Sabtu, 9 Juli 2016 pukul 16.00-17.30 WITA
7
Minggu, 10 Juli 2016 pukul 16.00-17.30 WITA
8
Jumat, 15 Juli 2016 pukul 16.00-17.30 WITA
9
Sabtu, 16 Juli 2016 pukul 16.00-17.30 WITA
10
Jumat, 22 Juli 2016
11
Sabtu, 23 Juli 2016
12
Minggu, 24 Juli 2016
13
Jumat, 29 Juli 2016
14
Sabtu, 30 Juli 2016
15
Minggu, 31 Juli 2016
16
Senin, 1 Agustus 2016
17
Rabu, 3 Agustus 2016
permainan misalnya whispering games, london bridge is falling down, playing with ribbon Pelatihan drama kolaboratif dengan bahasa Inggris didahului dengan mendongeng bawang merah bawang putih Pelatihan drama kolaboratif dengan bahasa Inggris, membagi peran dan mencoba menggali karakter pemain yang cocok Pelatihan drama kolaboratif dengan bahasa Inggris, menentukan kelompok pemain inti, pemain yang menjadi bunga, pohon dan binatang Pelatihan drama kolaboratif dengan bahasa Inggris, menggali karakter dengan penghayatan Pelatihan drama kolaboratif dengan bahasa Inggris diiring dengan musik Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pelatihan intensif, pendalaman karakter
gerak
Pelatihan intensif, pendalaman karakter 17
Drama kolaboratif tradisi dan modern
Gerak seni kolaboratif tradisi dan modern
Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home
Gerak seni kolaboratif tradisi dan modern
Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home
Gerak seni kolaboratif tradisi dan modern
Komunitas Mahima dan Literacy Learning Home
Gerak seni kolaboratif tradisi dan modern
Sanggar Werdhi Komala (SWK)
Gerak seni kolaboratif tradisi dan modern
Sanggar Werdhi Komala (SWK)
Drama kolaboratif tradisi dan modern Drama kolaboratif tradisi dan modern Drama kolaboratif tradisi dan modern Drama kolaboratif tradisi dan modern Drama kolaboratif tradisi dan modern Drama kolaboratif tradisi dan modern Drama kolaboratif tradisi dan modern
Sanggar Werdhi Komala (SWK) Sanggar Werdhi Komala (SWK) Sanggar Werdhi Komala (SWK) Sasana Budaya Singaraja Sasana Budaya Singaraja Sasana Budaya Singaraja Gedong Kirtya Singaraja dan Komunitas Mahima Kampus FBS Undiksha
18
Kamis. 4 Agustus 2016
19
Sabtu, 6 Agustus 2016
Pelatihan intensif, pendalaman karakter Pentas akhir
Drama kolaboratif tradisi dan modern Hasil terbaik dari keseluruhan pementasan
Kampus FBS Undiksha Buleleng Festival, Sasana Budaya Singaraja
Seluruh peserta sangat antusias mengikuti kegiatan pelatihan dari awal hingga akhir pertemuan. Jumlah peserta pelatihan adalah 50 orang. Mereka adalah anak-anak sekolah dasar, menengah pertama, menengah atas hingga mahasiswa. Pada awal pelatihan, mereka masih terlihat malu dan ragu untuk berbahasa inggris sehingga mereka belum aktif dalam berinteraksi sehingga kegiatan diawali dengan menyanyikan lagu-lagu berbahasa yang diiringi dengan music dan gerak dan juga melakukan beberapa permainan kecil yang membutuhkan kerjasama tim. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan diri masing-masing menggunakan bahasa inggris, seperti misalnya: “Hello, my name is Putik. I am from Singaraja. My hobby is dancing.” “What is your name? how are you? Where are you from? What is your hobby?” Pengenalan tersebut juga dilakukan dengan melakukan gerak tari tradisional sebagai permulaan mengenal drama kolaboratif modern dan tradisional. Berdasarkan hasil observasi dalam kegiatan ini, terlihat sedikit peningkatan interaksi mereka dengan sesama peserta ataupun dengan pelatih. Hal ini menunjukkan bahwa mereka memiliki motivasi yang cukup dalam berbahasa inggris. Intinya adalah jika mereka termotivasi, maka mereka akan tertarik untuk belajar dan menunjukkan peningkatan yang diharapkan. Selain itu juga, kegiatan awal seperti ini sangat disarankan guna memupuk rasa percaya diri anak saat belajar. Apabila rasa percaya diri, keberanian, dan ketertarikan peserta dalam berbahasa inggris sudah tertanam, akan sangat mudah bagi mereka untuk melakukan drama kolaboratif ini. Peserta juga mampu melakukan komunikasi sederhana dalam bahasa inggris walaupun ada beberapa anak dari sekolah dasar yang perlu dibimbing dalam pelafalan kata bahasa inggris. Namun, dengan disiplin dan tekad mereka untuk berbahasa inggris, hal ini merupakan awal permulaan yang sangat bagus. Mereka juga menunjukkan respon terhadap dongeng yang diceritakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar cerita dalam bahasa inggris. Tentu saja, melalui dongeng/cerita peserta akan mampu menggali karakter mereka masing-masing. Dalam dunia teater, karakter menjadi hal yang paling utama untuk menunjukkan penghayatan terhadap percakapan. 18
Adapun naskah yang dipentaskan adalah naskah Bawang Merah Bawang Putih yang merupakan naskah tradisional Bali dan bahkan legenda nusantara. Naskah ini dikemas dalam Bahasa Inggris dan disesuaikan ceritanya berdasarkan kebutuhan pementasan. Naskah tersebut ditulis Kadek Sonia Piscayanti yang merupakan ketua program dan juga pelatih dari segi drama modern dan bahasa Inggris. Kutipan naskah tersebut dapat dilihat sebagai berikut. BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH Once upon a time there lived Bawang Merah, Bawang Putih with their mother. Bawang Merah was a kindhearted, diligent, patient and honest girl, while Bawang Putih was a bad, jealousy, and dishonest girl. One fine morning, the mother wanted to go to a village, and she asked BM and BP to take care of the house. Mother (M): BM, BP, come here BM and BP : yes mother M: Please take care of the house I want to go to the village. BM, you must sweep and mop the floor, wash the clothes, and wash the dishes. BP you have to clean the backyard and front yard. BM and BP: yes mother The mother went to the village. In the house, BM did all the task given, while BP has just played by herself. BM swept and mopped the floor, while BP watched. BM : help me, sister BP : no way, that is your job BM : I am tired sister BP : do you think I am not? Look at my nails, I wait for the paint to dry BM : But, I am tired to do all of this 19
----Naskah selengkapnya dapat dilihat pada lampiran. Dari naskah ini dapat kita simpulkan bahwa cerita mengandung nilai karakter yang sangat tinggi yaitu kebaikan, kejujuran dan ketulusan akan mendapatkan pahala yang setimpal, sedangkan yang berbuat keburukan, kejahatan dan iri hati juga mendapatkan balasan yang setimpal. Naskah ini juga mengandung pesan kasihilah seseorang terlebih saudara dan ibumu dengan tulus ikhlas. Para pemeran adalah Putu Putik Padi sebagai Bawang Putih, Cantika Cordellia sebagai Bawang Merah, Mirah sebagai Mother, Githa Sany sebagai Fairy Godmother, Cendani sebagai good deer, dan Andini sebagai bad deer. Para pemain ini mampu memerankan tokoh cerita dengan sangat apik. Penguasaan terhadap naskah nyaris sempurna, begitu pula bloking, percakapan, ekspresi dan penghayatan sangat bagus. Bahkan para pakar seniman memberikan acungan jempol terhadap kolaborasi ini, seperti misalnya Made Hardika, Ketut Sindu dan Gede Mahardika yang hadir menyaksikan pementasan, yang dirangkaikan dengan penutupan Buleleng Festival di Sasana Budaya, 6 Agustus 2016. Pemain Putik Padi, dalam wawancaranya mengatakan naskah sangat ia kuasai karena latihan yang cukup dan pemahaman yang cukup. Bahasa Inggris yang digunakan juga tidak terlalu sulit. Hal yang sama diungkapkan pula oleh pemain Cantika Cordellia, pemeran Bawang Merah yang mengatakan bahwa karakter ini cukup menantang namun karena latihan sudah maksimal, maka hasilnya luar biasa. Penonton yang sempat hadir yaitu guru bahasa Inggris SMP Lab Undiksha, Made Sutanya yang mengaku sangat terharu dan bangga dengan pementasan kolosal ini. Selain naskah drama, pementasan ini juga dimeriahkan lagu lagu berbahasa Inggris yang selaras dengan isi cerita misalnya I Love You, Together, Flower, Tree, dan Butterfly. Beberapa lagu tersebut adalah sebagai berikut.
FLOWER SONG Look at my garden, it’s full of flower There are red flowers, there are white flowers And every morning I always water them Roses and jasmines, they are so beautiful 20
BUTTERFLY SONG Fly fly fly the butterfly In the meadow is flying high In the garden is flying low Fly, fly, fly the butterfly
TREE SONG Have you ever heard a talking tree Have you ever heard a singing tree Have you ever heard a dancing tree Have you ever heard a playing tree Anak-anak dibagi ke kelompok kelompok yang memerankan sebagai bunga, kupukupu dan pohon. Mereka melengkapi cerita dengan penampilan yang sangat memukau, menyanyi, menari dan berdialog dengan karakter dan memainkan plot. Secara umum, anakanak dilatih untuk menjaga kekompakan, menjaga harmoni gerak dan tari, serta menjalankan cerita. Dengan latihan yang cukup, anak-anak sangat menikmati pementasan. Mereka terlatih menjadi kompak dan harmonis, sebab ketidakkompakan akan menghasilkan kekacauan di panggung.
Dari hasil pelatihan, banyak sekali nilai-nilai karakter yang didapatkan. Berdasarkan pada pusat kurikulum, dikatakan bahwa terdapat 18 (delapan belas) karakter yang sebaiknya dibentuk dalam diri peserta. Sebenarnya selama pelatihan berlangsung, peserta telah menunjukkan semua karakter yang dimaksud, namun hanya beberapa karakter saja yang menonjol seperti misalnya religious, toleransi, disiplin, kerja keras, percaya diri, tanggung jawab dan cinta tanah air.
21
1. Religius. Nilai religius peserta tumbuh seiring dengan terlaksananya kegiatan pelatihan kolaboratif drama modern dan tradisional yang berbasis pada sastra dan karakter. Sikap religius tumbuh dalam diri peserta dimana peserta selalu mengawali dan mengakhiri kegiatan dengan doa bersama yang dipimpin oleh salah satu peserta. Sikap religius ini diyakini oleh para peserta bahwa apapun kegiatan yang dilaksanakan harus berawal dari restu Tuhan sehingga kegiatan itupun akan terlaksana dengan baik dan peserta akan mendapat pembelajaran yang berarti. 2. Toleransi. Nilai ini tumbuh dalam diri peserta selama proses pelatihan berlangsung dimana mereka selalu memberikan kesempatan kepada teman yang lain, menghargai satu sama lain, dan saling memaafkan jika terjadi kesalahan. 3. Disiplin. Nilai ini sudah ada dalam diri peserta dimana mereka selalu disiplin waktu, disiplin tenaga, dan disiplin ilmu. Tanpa disiplin, mereka tidak akan bisa melakukan pelatihan dengan baik sehingga tujuan yang diinginkan akan sulit tercapai. 4. Kerja keras. Nilai ini tumbuh seiring dengan pelatihan berlangsung dimana mereka bekerja keras untuk menguasai materi yang diberikan agar mampu berbahasa inggris dengan baik. 5. Percaya diri. Nilai ini tumbuh dimana peserta berani untuk tampil sendiri atau dengan temannya dalam melakukan percakapan atau menari. 6. Tanggung jawab. Nilai ini tumbuh dimana peserta memiliki perasaan untuk menyelesaikan peatihan yang diberikan hingga akhir. Tanpa nilai ini mustahil mereka akan mengikuti pelatihan hingga selesai. 7. Cinta tanah air. Nilai ini tumbuh karena peserta diajarkan untuk mencintai kearifan budaya lokal melalui seni tari tradisi dan menggabungkannya dengan drama modern. Dengan kolaborasi ini, apresiasi terhadap budaya sendiri meningkat. Terlebih dengan naskah tradisi klasik yang sudah menjadi cerita rakyat, anak-anak menjadi tahu kekayaan sastra rakyat. Dengan demikian rasa cinta tanah air mereka akan kuat. Ditambah dengan penggunaan bahasa Inggris sebagai bahasa lokal, secara tidak langsung mereka memperkenalkan budaya lokal kepada orang asing. Di luar hasil-hasil pelatihan dan penanaman nilai-nilai karakter, dilakukan juga wawancara kepada pelatih, peserta, orang tua, dan penonton. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pelatih tari tradisi, Ibu Ni Made Sriwati, S.Sn.,M.Si., dikatakan bahwa pelatihan kolaboratif drama tradisional dan modern berbahasa 22
Inggris sangat bermanfaat yaitu memberikan wawasan tambahan kepada para penari tradisional tentang konsep drama modern dan melatih bahasa Inggris. Meskipun di awal ada kesulitan terutama pada komposisi gerak tari yang menyesuaikan dengan drama modern, namun setelah diberikan penyesuaian-penyesuaian, akhirnya anak-anak berhasil memahami dan menghayati peran yang diberikan. Ibu Sriwati berharap intensitas latihan sangat membantu penghayatan pemain sehingga pementasan berjalan lancar. Beliau sangat apresiatif terhadap program dan berharap ada kelanjutannya di masa mendatang. Berdasarkan hasil wawancara dengan peserta, yaitu Cantika Cordellia dan Putik Padi, didapatkan hasil bahwa kedua peserta yang merupakan pemeran utama sangat menikmati perannya. Putik Padi mengatakan bahasa Inggris bukanlah sesuatu yang asing baginya, dan bermain drama adalah salah satu minat dan kesukaannya. Cantika juga berpendapat sama, bahwa bahasa Inggris bukan sesuatu yang sulit, dan memainkan karakter adalah tantangan buatnya. Drama kolaborasi ini menunjukkan mereka sangat tekun berlatih, berupaya menunjukkan yang terbaik. Sementara itu dari hasil wawancara dengan orang tua, yaitu Dokter Sekar, salah satu orang tua dari peserta, Laksmi, dikatakan bahwa pelatihan ini membuat anaknya termotivasi belajar bahasa Inggris, termotivasi berlatih dengan baik, dan disiplin membagi waktu. Dokter Sekar mengatakan bahwa anaknya akan menangis jika tidak diantar latihan tepat waktu, sebab anaknya khawatir tertinggal saat latihan. Hal ini menunjukkan bahwa ada kesadaran untuk berlatih, berbuat dan berkarya lebih baik. Penonton juga berhasil diwawancarai, yaitu salah satu penonton berusia paruh baya yaitu Bapak Nyoman Sulendra, beliau berkata bahwa pementasan ini sangat menarik dan unik sebab mementaskan drama dengan naskah cerita rakyat Bali, dan dikolaborasikan dengan drama modern berbahasa Inggris. Dia juga kagum akan kemampuan peserta berbahasa Inggris. Hal ini juga diakui oleh Made Sutanya, salah satu penonton yang juga orang tua pemain. Menurut beliau, pementasan kolaboratif ini cukup sulit, apalagi bersifat kolosal yang melibatkan 50an anak, sehingga beliau apresiatif terhadap pementasan ini. Setelah pementasan dilakukan kegiatan diskusi untuk mereview pementasan dan memprogram kegiatan berikutnya.
Secara umum, dapat disimpulkan bahwa program ini cukup berhasil dilihat dari keberhasilan program, keefektifan latihan dan kesuksesan pementasan. Apresiasi ini dapat 23
dilihat dari liputan media cetak dan elektronik yaitu media Nusa Bali dan Nirwana Tivi. Kedua link berita tersebut dapat dibuka di lampiran. Adapun foto-foto pementasan juga dapat dilihat di lampiran.
24
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan 1. Pelatihan kolaboratif drama tradisi dan modern berbahasa Inggris di Desa Baktiseraga berlangsung dengan efektif 2. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan adalah nilai religius, religious, toleransi, disiplin, kerja keras, percaya diri, tanggung jawab dan cinta tanah air. 3. Hasil wawancara menunjukkan motivasi, apresiasi dan dukungan dari pelatih, peserta, orang tua dan penonton 4. Publik dan media massa mengapresiasi pementasan kolaboratif yang lahir dari proses latihan yang tepat dan komprehensif 4.2 Saran Saran 1. Disarankan untuk menindaklanjuti program 2. Disarankan untuk memperluas jangkauan pelatihan 3. Disarankan untuk menggali kolaborasi dengan seniman tradisi dan modern yang lebih banyak.
25
DAFTAR PUSTAKA
Arjana, IBM. 2009. Menggagas Eksistensi Pasraman sebagai Model Pendidikan Alternatif dalam Masyarakat Hindu Indonesia yang Majemuk. Diunduh pada tanggal 30 Agustus 201 di http://arjana-stahn.blogspot.com/2009/11menggagas-eksistensipasraman-sebagai.html Dahana, Radar P. 2001. Homo Theatricus. Yogyakarta: Indonesia Tera. Doni, Koesoema, A. 2007. Pendidikan Karater. Jakarta: Grasindo Piscayanti,K.S. 2010. Discovering Shakespeare in Singaraja, Jakarta Post, 12 Januari 2012. Piscayanti,K.S. 2010. The Effect of Literature-Based Instruction on Student’s English Achievement with Differing Achievement Motivation : An Experimental Study on the Eight Grade Students of SMPN 1 Singaraja in Academic Year 2009-2010. Thesis (belum dipublikasikan). Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Piscayanti, K.S. 2013. Pengembangan Pasraman Burat Wangi Banjar Ole, Desa Marga Tabanan sebagai Pasraman Berbasis Karakter Melalui Pelatihan Drama Modern dan Pembelajaran Bahasa Inggris. Laporan Akhir P2M. Universitas Pendidikan Ganesha Pusat Kurikulum, Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009. Sorensen,M and Lehman,B. 1995. Teaching with Children’s book. USA: National Council of Teachers of English. Sudrajat, A. 2013. Antara Pembelajaran Kolaboratif dengan Pembelajaran Kooperatif. http://ahmadsudrajat.wordpress.com/2013/05/06/pembelajaran-kolaboratif-dan pembelajaran-kooperatif/
26
LAMPIRAN
LAMPIRAN FOTO FOTO KEGIATAN FOTO AWAL OBSERVASI
FOTO LATIHAN AWAL
27
FOTO LATIHAN INTENSIF
28
FOTO PENTAS
29
Lampiran Berita di Nusa Bali 7 Agustus 2016
Berita di Nirwana Tivi Link : https://www.youtube.com/watch?v=ZQKCXwqg2Kc&feature=share
30
LAMPIRAN DAFTAR LAGU DAN NASKAH
I LOVE YOU I love you You love me We are happy family With a kiss and hug from me to you Want you say you love me too LITTLE INDIANS One little two little three little Indians Four little five little six little Indians Seven little eight little nine little Indians Ten little Indians boys TOGETHER The more we get together, together, together The more we get together, the happier will be Yes your friends are my friends and my friends are your friends The more we get together, the happier will be FLOWER SONG Look at my garden, it’s full of flower There are red flowers, there are white flowers And every morning I always water them 31
Roses and jasmines, they are so beautiful BUTTERFLY SONG Fly fly fly the butterfly In the meadow is flying high In the garden is flying low Fly, fly, fly the butterfly TREE SONG Have you ever heard a talking tree Have you ever heard a singing tree Have you ever heard a dancing tree Have you ever heard a playing tree BAWANG MERAH AND BAWANG PUTIH Once upon a time there lived Bawang Merah, Bawang Putih with their mother. Bawang Merah was a kindhearted, diligent, patient and honest girl, while Bawang Putih was a bad, jealousy, and dishonest girl. One fine morning, the mother wanted to go to a village, and she asked BM and BP to take care of the house. Mother (M): BM, BP, come here BM and BP : yes mother M: Please take care of the house I want to go to the village. BM, you must sweep and mop the floor, wash the clothes, and wash the dishes. BP you have to clean the backyard and front yard. BM and BP: yes mother
32
The mother went to the village. In the house, BM did all the task given, while BP has just played by herself. BM swept and mopped the floor, while BP watched. BM : help me, sister BP : no way, that is your job BM : I am tired sister BP : do you think I am not? Look at my nails, I wait for the paint to dry BM : But, I am tired to do all of this BP : I will help. Look at this. (step on the floor with dirty shoes) BM : don’t do that sister BP : HAHAHAHA After that, BM washed the clothes and washed the dishes, while BP kept on playing around. BM : help me sister BP : okay I will make a mess BM : No sister, no. BP : HAHAHAHAHAH Hours later, the mother came. She was very angry to see everything was messed up. M : BM, BP come here. Did you do everything I told you? BM and BP : yes mother M : look at this. This is not clean, this is a very dirty and messy house, what happened? BP : BM did not clean it mother. M : Is that true? 33
BM : No mother, I cleaned everything as you told me BP : she is lying mother BM : no sister, you are lying BP : no, you are lying. M : Stop. I don’t trust you BM, now leave this house and don’t ever come back BM : no mother, no. M : now!!! BM left home sadly. BM went to the deep deep forest. She cried and cried. On the way, she met a garden with beautiful flowers. Flowers sang. FLOWER SONG Look at my garden, it’s full of flower There are red flowers, there are white flowers And every morning I always water them Roses and jasmines, they are so beautiful Flowers : Hello BM BM : Hello flowers Flowers: Where are you going BM BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now Flowers : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house BM : where is it? Flowers: there 34
BM went on and on. She met beautiful group of butterflies. Butterflies sang. BUTTERFLY SONG Fly fly fly the butterfly In the meadow is flying high In the garden is flying low Fly, fly, fly the butterfly Butterfly : Hello BM BM : Hello butterflies Butterflies : Where are you going BM BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now Butterflies : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house BM : where is it? Butterflies : there BM went on to the deep forest, she met a group of trees. The trees sang. TREE SONG Have you ever heard a talking tree Have you ever heard a singing tree Have you ever heard a dancing tree Have you ever heard a playing tree Trees : Hello BM 35
BM : Hello trees Trees : Where are you going BM BM : I don’t know where to go. I was asked to leave home and I have nobody to help me now Trees : don’t worry BM, go to Fairy Godmother house BM : where is it? Trees : there Went BM to the fairy Godmother house. Knock knock knock. Fairy Gm: Who is outside BM : BM is here FGm: Come in. What happened. BM : I was asked to leave home by my mom. I don’t know where to go. I have nobody. FGm: Okay I know it. Now sleep. I will prepare you something. FGm asked the good deer to come FGm: Deer, good deer, come here. Deer : yes Master FGm: please prepare Bm with present and gold. Deer : Yes master The next morning, BM was given present and gold BM : I am so happy. Thanks deer, thanks Fairy Godmother. I will go home now. FGm: take care on the way home dear. BM : Yes, Fairy Godmother. 36
Then BM went home. Arriving at home, she called. BM : mother, mother, sister sister. M : who is outside Bm : Bawang Merah. M: why and how could you come back again BP : go out! BM : please let me tell you something. I got present and gold. From fairy Godmother in the forest. M and BP : whaaattt. You are liar. BM : no sister, that’s true. Look at this. (BM showed present and gold) BP and M: oh my God. Lets go to the forest. Quickly, they went to the fairy Godmother house. Knock knock knock. Fairy Gm: Who is outside BP and M : BP and mother FGm: Come in. What happened. BP and M: we are so poor, we are so miserable, give us present and gold. FGm: Okay I know it. Now sleep. I will prepare you something. FGm asked the bad deer to come FGm: Deer, bad deer, come here. Deer : yes Master FGm: please prepare BP and mother with dangerous animals, snake, scorpions and all of poisonous animals. 37
Deer : Yes master The next morning, BM was given bad deer. BP and M : I am so happy. Thanks deer, thanks Fairy Godmother. I will go home now. FGm: take care on the way home dear. BM : Yes, Fairy Godmother. On the way home, they are given bad animals and soon they were killed. That’s the end of the story. BP and Mother died while BM and Fairy Godmother live happily ever after.
Closing. I love you Song.
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62