e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK MELALUI BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BAHASA INDONESIA Ni Putu Putriani Kusuma Antari1, Drs. I Ketut Adnyana Putra,M.Pd2, Dra. Ni Wayan Suniasih, S.Pd, M.Pd3 1,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]} Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia dengan penerapan pendekatan saintifik melalui bermain peran pada tema energi dan perubahannya siswa kelas III SDN 10 Pemecutan Denpasar tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IIIA SDN 10 Pemecutan Denpasar yang berjumlah 38 orang siswa yang terdiri dari 20 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode tes yakni tes esay untuk mengukur keterampilan membaca pemahaman dan keterampilan menulis serta tes perbuatan untuk mengukur keterampilan menyimak dan berbicara, dilengkapi dengan rubrik penilaian. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Nilai persentase rata-rata (M%) kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa meningkat 14,66% dari = 67,6% pada siklus I menjadi = 82,26% pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal meningkat 45,75% dari 30,56% pada siklus I menjadi 76,31% pada siklus II. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik melalui bermain peran dapat meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia pada tema energi dan perubahannya siswa kelas III SD N 10 Pemecutan Denpasar Tahun Ajaran 2015/2016 Kata kunci: Pendekatan saintifik, bermain peran, kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia
Abstract
This study aims to improve the competence of Indonesian languange skills using scientific approach application through role play with topic energy and its transformations on the third grade students of SDN 10 Pemecutan Denpasar academic year 2015/2016. This study was conducted in two steps. The subjects were the students of grade IIIa of SDN 10 Pemecutan Denpasar Consists of 20 male students and 18 female students with total 38 students.Methods of collecting data of this research were testing. Test metode used is essay test for measuring reading and writing skills. Furthermore, pratical test for measuring attentive and speaking skills, completed by scoring rubric . The data collected were further analyzed by using quantitative descriptive analysis method. The percentage of Mean scores (M%) of of Indonesian language skill competencies of the students’ were increased by 14.66% from = 67.6% on the first step,
1
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 became = 82,26% on the second step. Whereas, the completeness of classical learning was raised 45,75% from 30,56% on the first step, raised to 76,31% on the second step. It can be concluded that the application of the scientific approach through role play Which properly conducted, it can improve Indonesian language skills with topic energy and its transformations on the third grade students of SDN 10 Pemecutan Denpasar academic year 2015/2016. Keywords: scientific approach , role play, Competencies of Indonesian language skills
PENDAHULUAN Pendidikan adalah proses interaksi yang terjadi antara guru dan siswa yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi siswa mandiri. Upaya itu ditempuh dengan menerapkan kurikulum 2013 yang disusun dengan dilandasi pemikiran tantangan masa depan. Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan, perubahan yang terjadi adalah pergantian kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum tahun 2013 untuk diterapkan di sekolah / madrasah. Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran berbedabeda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah. Menurut Kurniasih dan Sani (2014:12), “tujuan pengembangan Kurikulum 2013 terutama adalah untuk mengatasi masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan untuk membangun kualitas manusia yang berakhlak
mulia, dan menjadi warga negara yang bertanggung jawab”. Kurikulum 2013 menggunakan Pendekatan Saintifik untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tigak tergantung pada informasi searah dari guru. prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa tersebut membuat konsep pembelajarannya sendiri, meningkatkan kemampuan berpikirnya, sehingga proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa. Dalam kurikulum 2013 proses pembelajaran dipayungi oleh sebuah tema yang mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pemisahan antar mata pelajaran tidak terlalu jelas terlihat. Kurikulum 2013 pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan saintifik untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tigak tergantung pada informasi searah dari guru. Daryanto ( 2014:51) menyatakan, Penerapan pendekatan Saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan seperti mengamati, 2
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 menanya, menalar, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan atau mendemontrasikan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Oleh karena itu kondisi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik diharapkan dapat mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Proses pembelajaran saintifik terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan,dan mengkomunikasikan. Prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana siswa tersebut membuat konsep pembelajarannya sendiri, meningkatkan kemampuan berpikirnya, sehingga proses pembelajaran tersebut dapat meningkatkan motivasi belajar pada diri siswa. Bahasa Indonesia adalah salah satu muatan materi yang masuk kedalam pembelajaran tematik pada Kurikulum 2013. Bahasa memiliki peran yang sangat besar pada kehidupan manusia. Bahasa memiliki peran yang sangat besar pada kehidupan manusia. Bahasa sebagai suatu cara berkomunikasi sangat mempengaruhi kehidupan individu dimana kita saling bertukar pendapat, gagasan. Berdasarkan kenyataan berbahasa, kita lebih banyak berkomunikasi secara lisan dibandingkan dengan cara lain. Lebih dari separuh waktu kita digunakan untuk berbicara dan mendengarkan, dan selebihnya untuk menulis dan membaca. Menurut Susanto (2013:241), “Bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulis”. Pada muatan materi Bahasa Indonesia di SD, terdapat empat keterampilan yang harus dikuasai oleh siswa yaitu keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan menulis dan keterampilan membaca. Kemampuan berbahasa bagi manusia sangat diperlukan. Sebagai makhluk sosial, manusia berinteraksi, berkomunikasi dengan manusia lain dengan meggunakan bahasa lisan, juga berkomunikasi menggunakan bahasa tertulis. Belajar Bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia. Dalam suatu masyarakat, setiap orang saling berhubungan dengan orang lain dengan cara berkomunikasi. Tidak dapat dipungkiri bahwa keterampilan berbahasa adalah salah satu unsur yang menentukan kesuksesan mereka dalam berkomunikasi. Belajar Bahasa Indonesia khususnya ditingkat sekolah dasar memiliki nilai penting. Pada jenjang pendidikan inilah pertama kalinya pengajaran Bahasa Indonesia dilaksanakan secara terlaksana dan terarah. Tujuan belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar antara lain agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan kemampuan dan pengetahuan berbahasa.
3
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Keterampilan Bahasa Indonesia hendaknya dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar dikarenakan keterampilan Bahasa Indonesia ini sangat erat kaitannya dengan seluruh proses belajar siswa yang dilaksanakan di sekolah. Dalam berkomunikasi secara lisan, tidak hanya melibatkan keterampilan saja tetapi juga melibatkan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh siswa. Kompetensi keterampilan adalah kemampuan perilaku dari proses pembelajaran yang berkaitan dengan keterampilan atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Kompetensi keterampilan dalam Bahasa Indonesia tidak diperoleh secara spontan atau alamiah akan tetapi membutuhkan latihan yang intensif dan memerlukan tahap-tahap pembelajaran yang membutuhkan waktu yang tidak sedikit serta membutuhkan proses yang cukup lama. Proses berlatih menyimak, membaca, berbicara dan menulis tersebut dapat dilakukan oleh siswa secara formal melalui Bahasa Indonesia yang dimulai sejak SD. Hasil wawancara awal serta berdasarkan pengamatan langsung di lapangan menemukan hasil bahwa pembelajaran Kurikulum 2013 Tematik Integratif pada muatan materi Bahasa Indonesia masih banyak siswa yang belum mencapai hasil ketuntasan dalam keterampilan Bahasa Indonesia untuk mengungkapkan kemampuan intelektual, dapat dilihat dari keterampilan Bahasa Indonesia siswa yang masih ragu-ragu, serta keterampilan siswa berbicara, menulis, membaca dan menyimak saat mengemukakan pendapat pada proses pembelajaran baik secara lisan maupun tulis masih terlihat kurang. Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan perbaikan pada
pola pembelajaran dengan menggunakan salah satu cara pembelajaran yang dapat membantu mengatasi masalah yang dialami siswa. Salah satu cara yang sesuai dengan masalah tersebut yaitu bermain peran, proses yang dilakukan berupaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan Bahasa Indonesia. Bermain peran (Role Playing) adalah “cara untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga, otoriter dan lain sebagainya”. Menurut Huda( 2013 :209), Bermain peran adalah “suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan diri sebagai tokoh hidup atau benda mati”. Bermain peran adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan. Sutikno (2014 :77) menyatakan, “Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari pengembangan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh guru. Pengembangan metode yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan
4
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 prestasi yang optimal. Pengorganisasian kelas secara berkelompok, masing-masing kelompok memperagakan /menampilkan skenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprofisasi namun masih dalam batas-batas skenario dari guru”. Penerapan pendekatan saintifik melalui bermain peran dapat menciptakan pembelajaran yang aktif pada kompetensi yang optimal dalam keterampilan yang ada pada muatan materi Bahasa Indonesia. Siswa dapat mendemonstrasikan pemahamannya dan dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dalam kehidupan seharihari. Dengan bermain peran ini siswa dapat mengembangkan keterampilan mengamati, menarik kesimpulan, menerapkan dan mengkomunikasikan seperti yang ditekankan pada pembelajaran saintifik. Dengan cara pembelajaran ini siswa dibina agar terampil mendramatisasikan atau mengekspresikan sesuatu yang dihayati. Penerapan bermain peran dalam pembelajaran dapat memberikan pengalaman bagi siswa tentang bagaimana cara mengambil sikap dalam situasi tertentu didalam masyarakat atau lingkungan siswa. Pendekatan saintifik melalui bermain peran merupakan suatu proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan dengan pemberian tugas kepada siswa yang harus diselesaikan dengan memperagakan skenario yang telah
disiapkan untuk melatih pemahaman siswa terhadap skenario yang telah diamati oleh siswa sebelumnya. Penelitian ini didukung Wimpiadi (2014) bahwa model pembelajaran role playing (bermain peran) dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak kelas IV SDN 10 Pemecutan. Selanjutnya, Haris (2007), menyatakan bahwa penerapan metode bermain simulasi dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa kelas V SD N 1 Banjar, Singaraja. Berdasarkan uraian tersebut, sangat menarik dilaksanakan kajian melalui penelitian agar penguasaan kompetensi keterampilan yang ada pada muatan materi Bahasa Indonesia meningkat, maka dilaksanakan sebuah penelitian dengan meneliti Pendekatan Saintifik menggunakan salah satu cara yaitu bermain peran yang dimaksudkan untuk meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia. Adapun Judul penelitian ini adalah Penerapan Pendekatan Saintifik Melalui Bermain Peran Untuk Meningkatkan Kompetensi Keterampilan Bahasa Indonesia Tema Energi dan Perubahannya Pada Siswa Kelas III SD N 10 Pemecutan Denpasar Tahun Ajaran 2015/2016. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Suharsimi (2015:3) menyatakan, penelitian tindakan kelas merupakan “Suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa”.
5
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Adapun tindakan yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan pendekatan saintifik melalui metode bermain peran yang diterapkan pada siswa kelas IIIA di SD Negeri 10 Pemecutan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IIIA SD Negeri 10 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 38 orang dengan jumlah perempuan 18 orang dan jumlah laki-laki 20 orang. Pada penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia dengan diterapkannya pendekatan saintifik melalui bermain peran. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki kinerja siswa dalam meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa kelas III SD Negeri 10 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016 dengan penerapan pendekatan saintifik melalui bermain peran. Setiap Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri dari empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (Suharsimi , 2015:42). Pelaksanaan PTK ini meliputi beberapa siklus dan berlanjut dari siklus pertama ke siklus kedua. Dalam penelitian ini melaksanakan persiapan hingga proses pembelajaran untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang dialami oleh siswa, yaitu dengan menerapkan pendekatan saintifik melalui bermain peran untuk meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia tema energi dan perubahannya kelas III di SDN 10 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016. Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini menggunakan teknik tes yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Tes merupakan “alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu
dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan” (Suharsimi, 2015:67). Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran pada tema energi dan perubahannya. Metode tes yang digunakan berupa tes esay dan tes perbuatan yang dilengkapi dengan rubrik penilaian. Aspek yang dinilai pada keterampilan menyimak antara lain, mampu menuliskan pokok wacana percakapan yang didengarkan, mampu menuliskan isi wacana percakapan ke beberapa kalimat, mampu memberikan tanggapan mengenai isi wacana percakapan, keterlibatan Pancaindera, ketepatan urutan cerita. Aspek yang dinilai pada keterampilan berbicara dan membaca antara lain, pelafalan, Intonasi, pemahaman berfikir, struktur kalimat serta kelancaran. Sedangkan untuk aspek yang dinilai pada keterampilan menulis antara lain, pemilihan kata, kerapian tulisan, kesesuaian judul dengan isi, ejaan dan tanda baca, kesan hidup. Untuk mengetahui keterampilan Bahasa Indonesia pada siswa, digunakan butir tes esay 10 butir yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan dalam penelitian. Butir tes esay sebanyak 10 soal untuk mengumpulkan data keterampilan membaca, menyimak, dan menulis, sedangkan tes perbuatan digunakan untuk mengumpulkan data keterampilan berbicara pada saat siswa bermain peran. Dalam pelaksanaan metode tes perbuatan diperlukan instrumen berupa rubrik penilaian keterampilan Bahasa Indonesia. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis data tersebut dijelaskan sebagai berikut. Menurut Agung (2014:142) metode analisis statistik deskriptif adalah 6
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti angka rata-rata (Mean), median (Me), modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan obyek/variable sehingga diperoleh kesimpulan umum. Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau presentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga diperoleh kesimpulan umum (Agung, 2014:9). Penelitian ini dikatakan berhasil apabila secara klasikal 75 % dari jumlah siswa memperoleh nilai kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia yang artinya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai KKM ≥ 75 atau pada kategori baik. Apabila indikator keberhasilan pada pencapaian keterampilan Bahasa Indonesia sudah tercapai maka penelitian dapat dihentikan dan hasil penelitian akan dijadikan pembahasan dan simpulan bahwa siklus tersebut telah tercapai dengan baik.
mengamati, menanya, menalar, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan pendekatan saintifik tersebut tidak harus selalu diberikan secara berurutan. Kegiatan yang mana saja bisa dilakukan terlebih dahulu dan menyesuaikan dengan situasi pembelajaran. Agar siswa mampu mengembangkan pemahaman dan menggali pengetahuannya sendiri mengenai materi yang dipelajari, maka siswa ditugaskan untuk mengamati media atau alat peraga yang mendukung materi yang dipelajari. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia dengan menerapkan pendekatan saintifik melalui bermain peran. Data tersebut dikumpulkan dengan menggunakan tes dalam bentuk esay dan tes perbuatan. Selanjutnya data yang telah dikumpulkan dianalisis dengan metode-metode yang telah ditetapkan sebelumnya. Penerapan pendeketan saintifik melalui bermain peran di SD Negeri 10 Pemecutan yang diterapkan pada siswa kelas III yang berjumlah 38 siswa sudah berlangsung dengan baik dan sesuai yang direncanakan yaitu untuk meningkatakan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus tindakan. Tiap siklus terdiri dari empat kali pertemuan. Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga merupakan proses pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik melalui bermain peran dan pertemuan keempat merupakan tes kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia. Secara umum, penelitian yang telah dilakukan ini sudah dikatakan berhasil dan sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Namun, pelaksanaan tindakan pada siklus I belum dapat mencapai hasil
HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dengan subjek penelitiannya adalah siswa kelas IIIA SD Negeri 10 Pemecutan tahun ajaran 2015/2016 dengan banyak siswa 38 orang yang dilaksanakan dari bulan Februari 2016 s/d Maret 2016. Pelaksanaan pembelajaran selama penelitian dengan menerapkan pendekatan saintifik melalui bermain peran secara umum sudah berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun. Tahap pembelajaran dalam penelitian ini disesuaikan dengan lima pengalaman belajar dalam penddekatan saintifik yaitu,
7
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 yang optimal dan belum dapat memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Data keterampilan Bahasa Indonesia pada siklus I menunjukkan dari 38 siswa, hanya 11 siswa yang mendapatkan nilai ≥75 atau predikat B. Sehingga ketuntasan klasikal pada siklus I adalah 30,56%, persentase rata-rata keterampilan Bahasa Indonesia hanya mencapai 67,68%. Dengan begitu, pada pelaksanaan tindakan selanjutnya diperlukan perbaikan agar terjadi peningkatan dan mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Terdapat banyak kendalakendala yang dihadapi pada siklus I, seperti pada saat pertama bermain peran, a) siswa belum terbiasa menghafalkan naskah untuk memerankan tokoh, b) selain itu siswa juga belum terbiasa menunjukkan ekspresi pada saat memainkan peran, dan c) pelaksanaan bermain peran memerlukan waktu yang tidak singkat. d) Dalam proses pembelajaran masih terdapat banyak siswa yang malu- malu saat bermain peran serta saat menyampaikan pendapat. Berdasarkan kendalakendala tersebut, maka pelaksanaan tindakan pada siklus II diupayakan untuk mengadakan perbaikan terhadap permasalahanpermasalahan yang muncul pada siklus I tersebut. Pada pelaksanaan tindakan di siklus II, diberikan informasi kembali kepada siswa mengenai pembelajaran yang cenderung menekankan pada kegiatan bermain peran. Motivasi dan bimbingan-bimbingan juga diberikan agar siswa mau memberanikan diri dalam memainkan sebuah peran di depan kelas. Hal ini dilakukan agar terjadi peningkatan pada keterampilan Bahasa Indonesia dan agar siswa tidak terus menerus mengandalkan teman yang mereka anggap pandai
dalam kelompoknya ketika melakukan presentasi hasil kerja kelompok di depan kelas. Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus II, keterampilan Bahasa Indonesia meningkat. Hal ini terlihat pada perolehan persentase rata-rata kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa meningkat 14,66 dari 67,68 pada siklus I menjadi 82,26 pada siklus II. Ketuntasan belajar keterampilan Bahasa Indonesia secara klasikal meningkat 45,75% dari 30,56% pada siklus I menjadi 76,31% pada siklus II. Dengan demikian secara klasikal kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa kelas III sudah sesuai dengan kriteria yang diharapkan yaitu ≥75. Jadi, secara umum pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II sudah berhasil dan tidak lagi muncul kendala-kendala seperti pada siklus I. Siswa sudah mampu mengikuti pembelajaran dengan implementasi pendekatan saintifik melalui bermain peran. Hal ini terlihat dari siswa menjadi lebih aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Siswa mulai dapat memahami bagaimana cara memainkan sebuah peran dengan baik, berani mengajukan pertanyaan, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok ataupun individu di depan kelas, dan mulai dapat memberanikan diri untuk mengkomunikasikan pendapatnya di dalam kelas. Hasil analisis mengenai kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia pada siklus I, diperoleh M= 67,68 ; Md= 66,7; dan Mo= 65,51 sehingga Mo=65,51 < Md = 66,7 < M= 67,68 yang menunjukkan kurve juling positif yang berarti sebagian besar skor pada siklus I cenderung rendah. Persentase nilai rata-rata pada siklus I yaitu 67,68% atau berada pada predikat C.
8
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 Ketuntasan klasikal pada siklus I diperoleh 30,56 % dimana 11 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 38 siswa. Karena hasil analisis data siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapakan, maka dapat dikatakan bahwa kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia di kelas III pada siklus I belum tuntas sehingga dilanjutkan ke siklus II. Setelah dilaksanakan siklus II maka diperoleh hasil analisis mengenai kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia pada siklus II, diperoleh M= 82,26; Me= 85,15; dan Mo= 87,15 sehingga Mo=87,15 > Me
= 85,15 > M= 82,26 yang menunjukkan kurve juling negatif yang berarti sebagian besar skor pada siklus II cenderung tinggi. Persentase nilai rata-rata pada siklus II yaitu 82,26 % berada pada predikat B. Ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh 76,31 % dimana 29 siswa yang tuntas dari jumlah siswa yaitu 38 siswa. Karena hasil analisis data siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan, maka penelitian ini dapat dihentikan.
90 80 70 60 50
Kompetensi Keterampilan
40
Ketuntasan Klasikal
30 20 10 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.1. Grafik Peningkatan Kompetensi Keterampilan Bahasa Indonesia Siswa Kelas III SD Negeri 10 Pemecutan
Berdasarkan hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pendekatan saintifik melalui bermain peran dapat meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa kelas IIIA SDN 10 Pemecutan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Kurniasih dan Berlin
2014:53) mengungkapkan bahwa Pada pendekatan saintifik guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan.
9
e-Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan PGSD Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016 PENUTUP
Arikunto, Suharsimi Prof. Dr. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di laksanakan , maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan pendekatan saintifik melalui bermain peran dapat meningkatkan kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia pada siswa kelas III SD Negeri 10 Pemecutan tahun pelajaran 2015/2016. Nilai persentase ratarata (M%) kompetensi keterampilan Bahasa Indonesia siswa meningkat 14,66% dari = 67,68% pada siklus I menjadi = 82,26% pada siklus II. Sedangkan ketuntasan belajar klasikal meningkat 45,75 % dari 30,56% pada siklus I menjadi 76,31% pada siklus II.
Huda,
Miftahul.2013.Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. 2014. Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013. Bandung: Bumi Aksara. Sani,
Ridwan Abdullah. 2014. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Bumi Aksara.
Susanto,Ahmad.2013.Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta :Kencana Prenada Media Group.
DAFTAR RUJUKAN Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.
Sutikno, Sobry. Metode dan Modelmodel Pembelajaran.Lombok : Holistica
10