e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)
PENERAPAN METODE BERMAIN FLASHCARD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA BAHASA INDONESIA DI TK NEGERI DESA TIGAWASA Kadek Suartini1, I Nyoman Jampel2, Putu Aditya Antara3 1,3
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini 2 Jurusan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia
E-mail:
[email protected],
[email protected],2
[email protected] 3
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia setelah penerapan metode bermain flashcard pada anak Kelompok A semester II di TK Negeri Desa Tigawasa-Buleleng Tahun Ajaran 2015/2016. Jenis peneliian in adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 14 anak TK pada kelompok A semester II Tahun Pelajaran 2015/2016. Data penelitian tentang kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak dikumpulkan dengan metode pengamatan atau observasi, dokumentasi dan wawancara. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak dengan penerapan metode bermain pada siklus I sebesar 55% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,55% yang tergolong pada kategori tinggi, jadi terdapat peningkatan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia pada anak setelah diterapkan metode bermain flashcard sebesar 27,55% pada anak kelompok A Semester II di TK Negeri Desa Tigawasa Tahun Ajaran 2015/2016.
Kata-kata kunci: metode bermain, flashcard, kemampuan berbicara anak usia dini
Abstract This study aims to determine the increase in the ability to speak Indonesian after playing flashcard application of the method in children Group A in the second half TK-Buleleng Tigawasa Village State School Year 2015/2016. Peneliian type in is classroom action research conducted in two cycles. The subjects were 14 kindergarten children in group A the second semester in the academic year 2015/2016. The research data on ability to speak Indonesian children were gathered by observation or observation, documentation and interview. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The results of data analysis showed that an increase in the ability to speak Indonesian with the adoption of children playing in the first cycle by 55%, which is at the low category had experienced an increase in the second cycle into 82.55% were classified in the high category, so there is an increased ability to speak English Indonesia in children after playing flashcard method applied by 27.55% in
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) group A Semester II children in kindergarten Tigawasa Rural Affairs Academic Year 2015/2016. Keywords: method of playing, flashcard, the ability to speak early childhood
PENDAHULUAN Seperti diketahui, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang umum digunakan di Indonesia. Tidak terlepas dari peranannya sebagai bahasa persatuan secara nasional, Bahasa Indonesia juga digunakan sebagai media untuk mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, bahkan perasaan penggunanya. Dalam hal ini, penggunaan Bahasa Indonesia tentu tidak bisa dibatasbatasi untuk kelompok tertentu saja. Bahkan, sedari usia dini hingga tua pun Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari dan digunakan untuk kemudahan berkomunikasi, tidak terkecuali dalam bermain oleh anak usia dini. Sujiono (2009:161) menyatakan, Minat anak bermain pada usia 4-6 tahun akan mengalami banyak perubahan, diantaranya yakni kemampuan bahasa dan sosial anak yaitu menunjukkan minat yang tinggi dalam bermain peran, bermain purapura dalam kelompok, menikmati melihat buku-buku dan siap untuk membaca, mampu bekerja sama serta menunjukan minat menulis dan membaca kata-kata atau kalimat. Ada empat aspek berbahasa yang meliputi berbicara, menyimak, menulis, dan membaca. Keempat-empatnya pun saling terkait satu dengan yang lainnya. Walaupun demikian, bahasa di setiap daerah juga menjadi faktor penyumbang utama keberlangsungan Bahasa Indonesia bagi penduduk sekitarnya, tidak terkecuali di daerah pedesaan seperti Desa Tigawasa. Bahasa daerah memegang peran penting di daerahnya masing-masing. Tak terkecuali dengan tatanan bahasa yang digunakan seharihari. Menarik halnya untuk dibahas seperti halnya kebudayaan di desa Tigawasa. Menurut Ganesha, dkk (2011:5) disebutkan,
Desa Tigawasa merupakan salah satu perkampungan Bali Aga yang terletak di daerah perbukitan di Kecamatan Banjar + 14 km timur Kota Singaraja. Kebudayaan masyarakat yang sangat kental dalam kegiatanya sehari-hari, serta keberadaan Desa Tigawasa yang berada di daerah pegunungan, memberikan pengaruh tersendiri pada pola. Di Desa Tigawasa masih kental dengan adat dan tradisi yang masih kental. Tidak terkecuali dengan tatanan bahasa yang digunakan sehari-hari. Sesuai dengan kutipan di atas, bahwa peneliti juga sependapat dengan hal itu. Setiap daerah tentu memiliki pengaruh tersendiri terutama dengan tatanan bahasa sehari-hari. Tidak terkecuali dengan minat anak saat belajar sehari-hari. Minat anak dalam belajar bisa berpengaruh terhadap kemampuan berkomunikasi anak. Terlebih lagi kalau anak sudah disibukkan dengan aktivitas bermainnya itu. Guru sebagai pendidik sudah seharusnya mampu mengembangkan kemampuan berbahasa anak didiknya. Kegiatan bermain yang menyenangkan bagi anak mampu menarik minat untuk belajar bahasa Indonesia. Salah satu kegiatan yang menarik minat anak tersebut melalui kartu kata gambar. Pemberian kartu kata gambar ini dapat mengarahkan anak untuk bermain serta belajar dengan sangat menyenangkan. Melalui kartu kata bergambar, anak mampu mengenal dan menambah kosa kata anak. Dalam membangun pengetahuannya kegiatan pembelajaran anak harus melalui bendabenda yang bersifat konkrit/nyata. Menurut Zaman, dkk (2012:4.10), “Nilainilai media pembelajaran salah satunya yaitu mengkonkritkan konsep-konsep yang dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung kepada
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) anak TK bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui pemanfaatan media pembelajaran”. Sependapat dengan hal itu, penulis sangat setuju bahwa anak dalam belajar hendaknya melalui benda konkrit dan anak dapat mengamatinya dengan jelas. Maka dari itu perlunya guru menghadirkan objek-objek yang nyata dan tidak berbahaya bagi anak serta harus menampilkan objek yang besar untuk menambah pengetahuan anak. Oleh sebab itu maka dibutuhkannya media yang bagus, menarik minat dan kreatif anak dalam belajar. Menurut salah satu guru di TK menyebutkan, seperti diketahui anak usia dini dalam tahapan perkembangan sebelum menginjak ke Bahasa Indonesia, mereka harus mengenal bahasa Bali Aga lalu ke Bahasa Bali baru bisa dilanjutkan ke Bahasa Indonesia. Bahasa Bali Aga sebagai bahasa utama yang dikenal anak selalu dalam kehidupan sehari hari. Baik untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga ataupun dengan orang lain di daerah tempat tinggalnya. Terkait permasalahan dalam penelitian ini, peneliti menilai pentingnya menindaklanjuti permasalahan ini sejak dini. Pentingnya penggunaan Bahasa Indonesia diajarkan dalam setiap pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi, diketahui bahwa kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak kelas A di TK Negeri Desa Tigawasa-Buleleng Tahun ajaran 2015/2016 pada tanggal 18 sampai 23 Januari 2016 masih rendah. Hal ini terlihat dari kurangnya kemampuan anak mengucapkan suatu kalimat dengan lancar serta penggunaan Bahasa Indonesia yang diterapkan di dalam kelas masih kurang maksimal. Dilihat dari respon balik anak juga masih kurang dalam menggunakan bahasa Indonesia. Anak dalam proses pembelanjarannya masih bercampur menggunakan bahasa ibu (Bali Aga) dengan bahasa Indonesia. Tak jarang, pengggunaan bahasa ibu lebih mendominasi anak berkomuniksi dengan guru untuk menjelaskan setiap proses pembelanjaran.
Berdasarkan hasil wawancara guru juga membenarkan hal ini, “Penggunaan Bahasa Indonesia di kelompok A masih kurang lancar dan anak masih mengalami kensulitan dalam menyampaikan pendapatnya, selain itu faktor lingkungan keluarga anak menjadi kendala lain dalam perkembangan berbahasa anak”. Anak usia dini sudah sepatutnya mengenal serta sudah mampu menggunakan Bahasa Indonesia sehari-hari. Maka dari itu solusinya, guru di setiap pembelajaran menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa utama anak menjadi lebih mengerti serta proses pembelajaran bisa berlanggung dengan baik. Terpenting anak mengerti apa yang ingin disampaikan guru dengan apa yang diterima anak menjadi tujuan utama proses pembelajaran. Selain itu, keterbatasan media pembelajaran yang digunakan masih kurang konkrit. Keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di sekolah khususnya di daerah pedalaman menjadi faktor pendukung lainnya. Hal ini kurang sesuai dengan pembelanjaran anak usia dini Selain itu, keterbatasan media pembelajaran yang digunakan masih kurang konkrit. Keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di sekolah khususnya di daerah pedalaman menjadi faktor pendukung lainnya. Hal ini kurang sesuai dengan pembelanjaran anak usia dini. Menurut Sujiono (2009:93), “Salah satu prinsip pembelajaran anak usia dini dimana yaitu anak berpikir melalui benda konkrit”. Anak dalam proses pembelajarannya harus diberikan dengan benda-benda yang nyata sebagai contoh materi-materi pembelajaran, hal ini bertujuan agar anak tidak bingung atau menerawang. Solusi yang dapat diberikan antara lain adalah dengan mengubah kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, sehingga anak menjadi semangat dalam mengikuti pembelajaran dan tujuan guru untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak dapat berhasil dan berjalan maksimal. Salah satu kegiatan yang dapat mengembangkan dan menstimulasi kemampuan berbicara anak adalah
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) dengan menggunakan flashcard atau dikenal dengan kartu kata bergambar yang nantinya disediakan oleh guru. Media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak karena mempunyai kelebihan seperti bersifat konkrit, dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat mengatasi keterbatasan masalah, dapat mengatasi keterbatasan pengamatan, murah dan mudah didapat serta dapat digunakan untuk perseorangan atau kelompok. Selain itu juga, media kartu kata bergambar ini akan disertai kosakata dan sesuai dengan tema pembelajaran. Misalnya seri komunikasi, tumbuhan, hewan, transportasi, telekomunikasi dan sebagainya yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak.. Penelitian sejenis lainya dilakukan oleh Sugiyanti pada tahun 2014 dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini. Penelitian itu berjudul “Penerapan Metode Bermain Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelompok B RA Muslimat Nu Rejosari I Bandongan Magelang”. Penelitian tersebut telah membuktikan bahwa penerapan metode bermain dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelompok B RA Muslimat Nu Rejosari I Bandongan Magelang. Penelitian dengan menggunakan media kartu kata bergambar juga diteliti oleh Sunarti pada tahun 2013 dari jurusan Pendidikan Anak Usia Dini dengan judul “Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Kartu Kata Bergambar dalam Keluarga yang Berbahasa Melayu Pontianak”. Penelitian tersebut dapat merangsang kemampuan anak dalam berbicara menggunakan kartu kata bergambar. Penelitian di atas memang beberapa menunjukkan hal yang sejenis dengan penelitian yang peneliti rancang. Namun, ada nuansa berbeda yang peneliti lakukan, terutama dari objek dan subjek penelitian yang secara lebih jelas tertuang dalam metode penelitian terutama terkait metode bermain kartu kata bergambar. Penelitian tersebut dapat merangsang kemampuan anak dalam berbicara menggunakan kartu kata bergambar serta
dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak. Menurut Sunarto dan Hartono (2008:12), “Kecakapan bahasa merupakan salah satu kemampuan yang sangat penting dalam kehidupan. Kemampuan tiap individu dalam berbahasa berbeda-beda, kemampuan berbahasa merupakan kemampuan seseorang untuk menyatakan buah pikirannya dalam bentuk ungkapan kata dan kalimat yang logis dan penuh makna, logis, sistematis”. Menurut Permila, (2012:6) “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi anatara individu dengan individu untuk menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya dalam berinteraksi, bekerjasama, menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat yang ada disekitar individu tersebut”. Selain itu, kemampuan berbicara anak juga akan berkembang sangat baik tanpa merasa terbebani. Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat Indonesia untuk keperluan sehari-hari,misalnya belajar,bekerja sama,dan berinteraksi. Menurut Isah Cahyani (2013:45) dalam bukunya Pembelajaran Bahasa Indonesia menyatakan, Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa resmi di Indonesia. Bahasa nasional adalah bahasa yang menjadi standar di Negara Indonesia. Sebagai bahasa nasional, Bahasa Indonesia tidak mengikat pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Bahasa Indonesia digunakan secara non resmi, santai dan bebas. Dalam pergaulan sehari–hari antar warga yang dipentingkan adalah makna yang disampaikan. Pemakai Bahasa Indonesia dalam konteks bahasa nasional dapat menggunakan dengan bebas menggunakan ujarannya baik lisan maupun tulis. Menurut peneliti pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai sarana untuk dapat mengakses berbagai informasi dan kemajuan ilmu pengetahuan. Untuk itu, kemahiran berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis harus
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) benar benar dimiliki dan ditingkatkan dalam pembelajaran. Pentingnya posisi Bahasa Indonesia dan perlu mendapatkan perhatian khusus terutama bagi anak usia dini. Hal ini terutama bagi pembelajaran Bahasa Indonesia yang masih awal dalam penguasaan kosakata. Bagi anak usia dini bermain sangatlah mengasikan. Menurut beberapa ahli juga berpendapat mengenai teori bermain. Mayesty (dalam Sujiono 2009:86) “Bermain merupakan kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan”.Anak belajar melalui permainan yang memberikan suatu pengalaman bermain yang menyenangkan dengan bahan/ benda dan bahkan dengan anak lainnya. Dukungan orang dewasa juga membantu anak-anak berkembang secara optimal. Hal ini di dukung oleh Frobel (dalam Mutiah Diana 2012:92) “Menekankan pada pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan pengalamannya sebagai guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun permainan yang diminati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian guna mengembangkan pengetahuan mereka”. Keberhasilan dalam pencapaian keberhasilan dalam pembelajaran sangat diditentukan media yag digunakan tidak terkecuali dengan media kartu kata bergambar. Menurut Heinich, Molenda dan Russell (dalam Zaman, dkk. 2011:4.4) pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Menurut Schramm (dalam Zaman, dkk 2011:4.4) “Media merupakan jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak untuk belajar”. Menurut Idah (2012:5) menyatakan, Kartu ini dimainkan dengan cara diperhatikan kepada anak dan dibacakan secara cepat hanya dalam waktu satu detik. Melalui permainan kata dan huruf dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan menyenangkan. Anak dengan aktif dilibatkan dan dituntut untuk
meberikan tanggapan dan keputusan. Dalam memainkan suatu permainan, anak dapat melihat sejumlah kata berkali-kali, namun tidak dengan cara yang membosankan. Guru dan anak akan selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya. Hal yang sama disampaikan oleh Soeharto (dalam Rahmawati (2013:4) “Kartu merupakan salah satu ide untuk menyampaikan pendapat konsep dalam bentuk tertulis dan gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat serta konkrit dengan masalah yang digambarkannya”. Maka penggunaan media gambar dan kartu sangat cocok dengan karakteristik anak usia dini yang masih anak-anak. Selain berangkat dari penelitian sebelumnya, penulis memutuskan untuk mengadakan penelitian di TK Negeri Desa Tigawasa-Buleleng karena beberapa pertimbangan setelah melakukan observasi baik langsung maupun tidak langsung. Pertama, dilihat dari Bahasa daerah Bali Aga khususnya di desa Tigawasa anak usia dini sebelum menginjak ke Bahasa Indonesia mereka harus mengenal bahasa Bali Aga, Bahasa Bali dilanjutkan ke Bahasa Indonesia. Bahasa Bali Aga sebagai bahasa utama yang dikenal anak selalu dalam kehidupan sehari hari. Baik untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga ataupun dengan orang lain di daerah tempat tinggalnya. Kedua, keterampilan anak dalam berbicara menggunakan Bahasa Indonesia di sekolah. Anak di kelompok A dalam penerapan Bahasa Indonesia masih sulit untuk menggunakan saat berkomunikasi dengan guru di kelas. Selain itu anak lebih cendrung menggunakan bahasa Bali Aga untuk berkomunikasi sehari-hari baik di sekolah maupun dirumah. Ketiga, saat anak berinteraksi dengan anak lain, anak kurang aktif dalam berpendapat dengan menggunakan bahasa Indonesia. Di samping itu penggunakan bahasa bali untuk orang bali masih kurang dimengerti anak, hal ini juga menjadi pengaruh kesulitan anak untuk mengerti bahasa Indonesia. Berdasarkan
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) pertimbangan-pertimbangan itulah penulis yakin untuk melangsungkan penelitian di TK Negeri Desa Tigawasa-Buleleng Tahun Ajaran 2015/2016. METODE Penelitian ini dilksanakan dari tanggal 18 Januari 2016 sampai dengan 31 Mei 2016 pada anak kelompok A semester II TK Negeri Desa Tigawasa tahun 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah 14 anak TK pada kelompok A yang terdiri dari 8 anak laki-laki dan 4 anak perempuan. Varibel dalam penelitian ini ada dua, yakni variabel terikat dan varabel bebas. Varabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bermain flashcard. Varabel terikat dalam penelitian ini adalah kemammpuan berbicara anak.
Menurut Suharsimi Arikunto (2015:124) menyatakan penelitian tindakan kelas (PTK) sering dikenal dengan istilah Classroom Action Reaseach (CAR) adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. Dalam model PTK ini, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap, yaitu: 1). tahap rencana, 2). tahap tindakan, 3). tahap observasi/evaluasi 4). tahap refleksi. Penelitian ini akan berkolaborasi dengan guru di kelas. Sebelum dilakukan penelitian tindakan, diperlukan rancangan yang berupa rencana tindakan sebagai acuan atau panduan untuk melakukan tindakan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dengan menggunakan model penelitian Kemmis & Mc Taggart. Rencana tindakan penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: Ada berbagai macam desain model PTK yaitu Kurt Lewin, kemmis dan Mc Taggart, dan Elliot. Pada penelitian ini peneliti menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, karena desain PTK model ini diangggap lebih mudah dala prosedur tahapannya. Berikut adalah PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart.
Gambar
01.
Model/desain Siklus penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Sumber: Arikunto dalam Saputri, 2015:34)
Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya (Suharsimi Arikunto, 2006: 160). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengamatan atau observasi, dokumentasi, dan wawancara. Menurut Sugiyono
(dalam Saputri, 2015 :43). Wawancara dipergunakan sebagai teknik pengumpulan data untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti. Wawancara yang dilakukan ini ditujukan bagi guru Kelompok A untuk lebih mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam rangka peningkatan kemampuan berbicara anak serta menemukan solusi serta media yang tepat untuk digunakan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 157) observasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi non sistematis dan observasi sistematis. Observasi non sistematik dilakukan dengan tidak menggunakan instrumen pengamatan sedangkan observasi sistematik dilakukan dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Menurut Suharsimi Arikunto (2016:149) Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan lebih baik dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Pengisian instrumen penelitian dilakukan dengan memberikan tanda centang atau ceklis pada setiap tanda atau gejala yang muncul, sehingga peneliti menjadi tahu apakah metode dan kegiatan dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak berhasil. Peneliti membuat kisi-kisi terlebih dahulu sebelum membuat instrumen penelitian. Kisi-kisi adalah sebuah tabel menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan halhal yang disebutkan dalam kolom (Suharsimi Arikunto, 2016: 138). Pembuatan kisi-kisi berguna sebagai acuan dalam membuat instrumen karena dapat menunjukkan kaitan antara variabel dengan sumber data. Analisis data dalam penelitian menurut Bog (Sugiyono dalam Saputri, 2015:43) yaitu menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil observasi dan catatan lapangan sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Selanjutnya, data yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul sebagaimana adanya. Statistik deskriptif sifatnya sangat sederhana dalam arti tidak menghitung dan tidak pula menggeneralisasikan hasil penelitian (Arikunto, dkk 2015: 97). Penganalisisan data pengukuran menghasilkan skor yang akan diubah menjadi nilai melalui proses penilaian. Proses penilaian melibatkan proses statistika dalam menganalisis data skor. Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung angka rata-rata atau mean (M), 3) menghitung modus (Mo), 4) menghitung median (Me), 5) menyajikan ke dalam grafik polygon.
Adapun rumus-rumus analisis statistik deskriptif yang digunakan adalah sebagai berikut. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Untuk menghitung kemampuan sosial anak kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak digunakan rumus sebagai berikut. Tabel 08. Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Anak Persentase Kriteria Kemampuan Kemampuan Berbicara Berbicara 90 −100 Sangat Tinggi 80 − 89 Tinggi 65 − 74 Sedang 55 − 64 Rendah 0 − 54 Sangat Rendah Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai Kemampuan Berbicara pada anak kelompok B2 di TK Negeri Desa Tigawasa-Buleleng, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89% dengan kriteria tinggi atau aktif. Hal ini dapat dilihat dari hasil kegiatan pembelajaran yang tersusun dalam lembar observasi kegiatan. Keberhasilan tindakan dapat diketahui dengan membandingkan hasil kegiatan dari setiap siklus yang dilakukan dalam kegiatan
pembelajaran. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di TK Negeri Desa Tigawasa. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing sklus terdiri dari 6 kali pertemuan dan diakhir pertemuan diadakan evaluasi penilaian. Data hasil belajar anak pada kemampuan berbicara Bahasa Indonesia
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) anak disajikan dalam 1) tabel distribusi frekuensi, 2) menghitung angka rata-rata atau mean (M), 3) menghitung modus (Mo), 4) menghitung median (Me), 5) menyajikan ke dalam grafik polygon. Berdasarkan perolehan analisis hasil analisis data deskriptif dan analisis data deskriptif kuantitatif dapat disimpulkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia pada kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Negeri Desa Tigawasa diperoleh ratarata persentase kemampuan berbicara anak pada siklus I sebesar 55% berada pada kriteria rendah.
pada siklus I, maka nampak terjadi peningkatan proses pemebelaran siklus ii. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan Berbicara anak dapat dilihat melalui grafik berikut.
Gambar 03. Grafik Polygon Siklus II
Gambar 02. Grafik Polygon Siklus I Pelaksanaan tindakan Siklus I masih ada kekurangannya sehingga perlu dilakukan tindakan perbaikan agar dapat terjadi peningkatan yang berarti terhadap kemampuan berbicara anak pada tindakan Siklus II. Peneliti menyusun kembali rencana langkah-langkah perbaikan untuk pelaksanaan kegiatan berbicara dengan media gambar pada Siklus II. Oleh karena itu, Penelitian ini akan dilanjutkan ke Siklus II dalam upaya meningkatkan kemampuan berbicara anak. Hipotesis pada tindakan Siklus I adalah dengan mengganti media gambar yang sebelumnya buatan peneliti sendiri dengan gambar-gambar hasil dari mengunduh di internet, penambahan alokasi jam kegiatan berbicara serta merubah kelompok anak diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui media gambar pada anak Kelompok A di TK Negeri Desa Tigawasa. Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan
Rata-rata nilai M % = 82, 55% pada siklus II yang dikonversikan kedalam PAP skala lima. M % berada pada tingkat penguasaan 80-90% yang berarti bahwa Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Anak kelompok A pada siklus II berada pada kategori tinggi. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan pada siklus I sebesar 55% dan mencapai peningkatan di siklus II sebesar 82,55% maka diperoleh peningkatan kemampuan bahasa anak dari sebesar 27,55% sehingga penelitian yang dilakukan dirasa dapat memberikan dampak positif bagi kemampuan bahasa anak pada kelompok A Tahun Ajaran 2015/2016 di TK Negeri Desa Tigawasa. Berikut ini disajikan dalam bentuk Grafik Histogram di bawah ini. Grafik Histogram Penelitian Kemampuan Bahasa Anak di TK Negeri Desa Tigawasa Tahun Ajaran 2015/2016
100% 50%
Hasil Penelitian (f)
0% SIKLUS I SIKLUS II
Gambar 06. Grafik Histogram Penelitian Kemampuan Bahasa Anak di TK Negeri Desa Tigawasa Tahun Ajaran 2015/2016
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Hasil analisis data membuktikan pemberian tindakan bermain flashcard meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia dalam proses pembelajaran. Mayesty (dalam Sujiono 2009:86) “Bermain merupakan kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan”. Hal ini juga didukung oleh Docket dan Fleer (dalam Sujiono 2009:87), “Bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya”. Sesuai dengan pendapat dari Sujiono (2009:149), Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pendidikan anak usia dini dengan menggunakan strategi, metode dan materi/bahan dan media yang menarik agar mudah diikuti oleh anak. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi (penjajakan) menemukan dan memanfaatkan benda-benda di sekitarnya. Salah satu contohnya dalam bermain kartu angka bilangan terbesar dan terkecil, bermain kata tentang sinonim dan antonim serta bermain kuda bisik untuk menyampaikan pesan. Hal ini di dukung oleh Frobel (dalam Mutiah Diana 2012:92) “Menekankan pada pentingnya bermain dalam belajar karena berdasarkan pengalamannya sebagai guru dia menyadari bahwa kegiatan bermain maupun permainan yang diminati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian guna mengembangkan pengetahuan mereka”. Bermain juga memberikan pengaruh baik untuk meningkatkan aspek-aspek perkembangan yang dimiliki anak. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Catron dan Allen (dalam Sujiono, 2009:145) “Bermain merupakan alat yang paling kuat untuk membelajarkan kemampuan berbahasa anak”. Melalui bermain komunikasi anak khususnya dalam memperluas kosakata untuk mengekspresikan inginannya melalui interaksi dengan anak-anak lain
atau orang dewasa pada situasi bermain spontan. Menurut Rahmawati (2013:4) “Bermain adalah dunia sekaligus sarana belajar yang efektif bagi anak”. Memberikan kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara yang dapat dikatagorikan sebagai bermain berarti telah berusaha membuat pengalaman belajar itu dirasakan dan alami oleh anak yang bersangkutan sehingga menjadi bermakna baginya. Hal ini didukung oleh Rahmawati (2013:4), Pembelajaran anak di PAUD menggunakan metode bermain. Bermain meliputi perasaan senang, demokrasi, aktif tidak terpaksa dan merdeka. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta dan tidak terpaksa. Guru harus memperhatikan karakteristik anak dan memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain tersebut, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar dalam pengembangan bahasa sehari-hari. Permainan menggunakan kartu memang bisa dinikmati anak-anak karena cukup menarik dan tentunya mampu membuat menjadi rileks. Tak hanya itu, permainan pun melalui bermain kartu anak juga dapat bertambah pengetahuannya sambil bermain. Pengembangan kemampuan berbicara penting untuk ditingkatkan terutama dimulai sejak anak usia dini. Diharapkan anak merasa senang pada waktu belajar sambil bermain, sehingga materi di sekolah dapat diterima dengan baik oleh anak. Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat perbedaan individual dalam bahasa. Menurut Permila, (2012:6) “Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi anatara individu dengan individu untuk menyatakan pikiran, perasaan dan keinginannya dalam berinteraksi, bekerjasama, menyesuaikan diri dengan lingkungan masyarakat yang ada disekitar individu tersebut”. Selain itu, kemampuan berbicara anak juga akan berkembang sangat baik tanpa merasa terbebani.
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Berbicara adalah bahasa suara, bahasa lisan. Pemerolehan bahasa atau akuisisi bahasa adalah suatu proses anak-anak mencapai kelancaran dalam bahasa ibunya dan kelancaran bahasa anak dapat diketahui dari perkembangan bahasanya. Untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi anak, terutama dalam kepentingan berbicara salah satu caranya adalah melalui pengenalan kalimat, karena kelancaran anak berbicara dapat dilihat dari penggunaan kalimat dalam berkomunikasi. Menurut Saputri (2015:16) “Berbicara merupakan bentuk komunikasi secara lisan yang berfungsi untuk menyampaikan maksud dengan lancar, menggunakan artikulasi atau kata-kata yang jelas dan menggunakan kalimat yang lengkap, sehingga orang lain dapat memahami apa yang disampaikan oleh anak”. Keberhasilan dalam pencapaian keberhasilan dalam pembelajaran sangat diditentukan media yag digunakan tidak terkecuali dengan media kartu kata bergambar. Menurut Heinich, Molenda dan Russell (dalam Zaman, dkk. 2011:4.4) pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang secara harfiah berarti perantara yaitu perantara sumber pesan (asource) dengan penerima pesan (a receiver). Menurut Schramm (dalam Zaman, dkk 2011:4.4) “Media merupakan jenis komponen dalam lingkungan anak didik yang dapat memotivasi anak untuk belajar”. Dalam jurnal Idah (2012:7) disebutkan media kartu kata atau flashcard diperkenalkan oleh Glenn Doman seorang dokter ahli bedah otak dari Philadelfia yaitu berisi kata-kata atau gambar. Gambar-gambar dari flashcard dikelompokkan antara lain: seri gambar, buah-buahan, pakaian, warna, bentukbentuk angka dan sebagaianya. Menurut Idah (2012:5) menyatakan, Kartu ini dimainkan dengan cara diperhatikan kepada anak dan dibacakan secara cepat hanya dalam waktu satu detik. Melalui permainan kata dan huruf dapat memberikan
suatu situasi belajar yang santai dan menyenangkan. Hal yang sama disampaikan oleh Soeharto (dalam Rahmawati (2013:4) “Kartu merupakan salah satu ide untuk menyampaikan pendapat konsep dalam bentuk tertulis dan gambar merupakan alat visual yang penting dan mudah didapat serta konkrit dengan masalah yang digambarkannya”. Maka penggunaan media gambar dan kartu sangat cocok dengan karakteristik anak usia dini yang masih anak-anak. Melalui media visualisasi (gambar), selain anak menangkap bunyi lafal dari suatu huruf atau nama tertentu, ia juga akan ingat bentuk dari nama-nama tersebut. Menurut Aulia (dalam Saputri, 2015:43) “Kartu kata bergambar termasuk dalam jenis media visual, yaitu penerima pesan (anak) akan menerima informasi melalui indera penglihatannya karena pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbolsimbol komunikasi visual”. Berdasarkan rumusan masalah, kajian teori, dan uraian dari kerangka berpikir, dapat dirumuskan bahwa media gambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak di TK Negeri Desa TigawasaBuleleng Kelompok A tahun ajaran 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan bab IV, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. Penerapan metode bermain flashcard dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia anak. Ini terlihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuan kemampuan berbicara pada anak sklus I sebesar 55% yang berada pada kategori rendah menjadi 82,55% pada kategori tinggi pada tindakan Siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 27,55%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut berarti penerapan Penerapan metode bermain flashcard dapat meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia di TK Negeri Desa Tigawasa-Buleleng tahun ajaran 2015/2016. SARAN
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Dari hasil penelitian yang diperoleh, dapat dikemukakkan saran-saran sebagai berikut: (1) Bagi Anak. Penelitian ini anak
didik akan menemukan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan menyenangkan melalui penerapan metode bermain flashcard untuk meningkatkan kemampuan berbicara Bahasa Indonesia di sekolah. (2) Bagi Guru TK. Bagi guru TK kegiatan berbicara menggunakan media gambar dapat digunakan sebagai salah satu kegiatan untuk menstimulasi kemampuan berbicara anak dan diharapkan guru lebih kreatif mengembangkan baik bentuk maupun jenis gambar supaya media yang digunakan lebih variatif. Selain itu, dalam pelaksanaannya sebaiknya guru memberikan contoh berbicara menggunakan media gambar agar hasil yang dicapai lebih optimal. (3) Bagi Sekolah. Diharapkan dapat menyediakan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam upaya peningkatan kemampuan berbicara anak, serta penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif untuk kemajuan sekolah yang tercermin dalam peningkatan professional guru, peningkatan strategi pembelajaran yang efektif dan pengadaan media yang menarik minat anak. DAFTAR PUSTAKA Agung.
2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja.
Ganesha, dkk. 2011. “Konsep Pola Ruang Makro Desa Tigawasa”. Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Jalan Mayjen Haryono 167 Malang. Volume 1, No 1 Idah.
2012. “Penerapan Permainan Kartu Kata Untuk Meningkatan Kemapuan Pra Membaca Kelompok B TK PGRI Kartini Kecamatan Darmaraja Kabupaten Suedang Universitas Pendidikan Indonesia”.
Isah Cahyani, Pembelajaran Bahasa Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2013) Latif, dkk. 2013. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Mutiah. 2012. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenanda Media Group. Permila Mike. 2012. Peranan Kegiatan Bercakap-Cakap Terhadap Perkembangan Kemampuan Berbahasa Anak Di Taman Kanak-Kanak Angkasa Lanud Padang. Pesona PAUD: Pg Paud. Vol 1 No 1. Prasetyo, dkk. 2011. “Analisis Kemampuan Penguasaan Kosa Kata Baru Pada Anak Pos PAUD Mutiara Semarang Melalui Metode Glenn Doman”.Jurnal Penelitian Paudia, Vol:1 No. 1. Rahmawati. 2013. “Peningkatan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Permainan Kartu Pesan Berantai Di PAUD Melati Kota Padang”. Program Studi Konsentrasi PAUD, FIP Universitas Negeri Padang, Vol. I, No.1 (hal:4). Rita,
Kurnia. 2009. Metodologi Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. Pekanbaru: Cendikia Insani.
Sugiyanti. 2014. “Penerapan Metode Bermain Kartu Kata Bergambar Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pada Siswa Kelompok B Ra Muslimat Nu Rejosari I Bandongan Magelang”. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (Skripsi).
e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016) Suharsimi Arikunto. 2003. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Aditya Media Sujiono. 2009. Konsep Dasar Paud. Jakarta: Gramedia Group. Saputri. 2015. “Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Media Gambar Pada Anak Kelompok ADi TK Bener Yogyakarta”. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi PG PAUD, FIP Universitas Negeri Yogyakarta Sunarti. 2013. “Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Kartu Kata Bergambar dalam Keluarga yang Berbahasa Melayu Pontianak”. Skripsi (tidak diterbitkan). Program Studi PG PAUD, FIP Universitas Tanjungpura Sunarto dan Hartono. Perkembangan Peserta Jakarta: PT Rineka Cipta.
2008. Didik.
Syamsiyatum Atri (2012). “Upaya Meningkatkan Kemampuan Bicara AnakMelalui Penggunaan Gambar Karya AnakDi TK Kartika IV-38 Depok Sleman”. Program Studi PG PAUD Universitas Negeri Yogyakarta. Yusup,
dkk. 2009. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Indeks
Zubaidah E._ Pengembangan Bahasa Anak Usia Dini. UNY: Pendidikan Dasar dan Prasekolah Fip. Zaman,dkk. 2012. Media Dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Zaman
dan Elyawati. 2010. “Media Pembelajaran Anak Usia Dini”. Bahan Ajar Pendidikan Profesi GURU (PPG). PG-PAUD, Jurusan Pedagogik, FIP UPI.