Rani Farida Sinaga ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 Halaman 22-31
PENERAPAN PEMBELAJARAN OSBORN PADA MATA KULIAH KALKULUS 1 DI PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Rani Farida Sinaga Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen E-mail:
[email protected] ABSTRAK This research is classroom action research. This research aims to study the application of calculus courses Osborn at first on the subject of derivatives implicit and revealed the difficulties experienced in solving mathematical problems. This research was conducted at the Faculty of Teacher Training and Education University of HKBP Nommensen, especially Mathematics Program. This research was conducted in the first semester of study in 2014 / 2015. The subject of this research is the department of mathematics education is a group numbering 35 people. The object of this research is the application of learning in the subject of calculus Osborn 1 on the subject of the implicit derivative. Based on the test results it is known that increased student learning outcomes. This can be seen from the average test results end the first cycle of 60 to 76.57 in the second cycle. And the number of students who earn a score of 60 and above increased from 26 students to 31 students in the second cycle. The number of students who earn score of 60 and above in the post-test I were 26 students (74.28%), while that received score of 60 and above in the post-test II as many as 31 students (88.57%). So, students who scored above 60 and above increased by 5 people or by 14.28%. From action and analysis can be concluded that Osborn learning can improve learning outcomes of students of mathematics, especially on the subject of the implicit derivative. Key Words: Learning, Osborn, Calculus Derivative, Implicit.
1. PENDAHULUAN Kalkulus (Bahasa Latin: calculus, artinya "batu kecil" untuk menghitung) adalah cabang ilmu matematika yang mencakup limit, turunan, integral, dan deret takterhingga. Kalkulus adalah ilmu mengenai perubahan, sebagaimana geometri adalah ilmu mengenai bentuk dan aljabar adalah ilmu mengenai pengerjaan untuk memecahkan persamaan serta aplikasinya. Kalkulus memiliki aplikasi yang luas dalam bidang-bidang sains, ekonomi, dan teknik; serta dapat
memecahkan berbagai masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan aljabar elementer. Kalkulus memiliki dua cabang utama, kalkulus diferensial dan kalkulus integral yang saling berhubungan melalui teorema dasar kalkulus. Pelajaran kalkulus adalah pintu gerbang menuju pelajaran matematika lainnya yang lebih tinggi, yang khusus mempelajari fungsi dan limit, yang secara umum dinamakan analisis matematika. Materi kalkulus hampir sama dengan materi matematika di SMA, namun kalkulus di perdosenan tinggi dibahas lebih
JSP | FKIP | UHN |hal 22 Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
mendalam, secara utuh, dan terstruktur. Pada jenjang SMA, mahasiswa lebih banyak menghafal rumus dan menggunakannya untuk penyelesaian masalah, sehingga mahasiswa dapat dikatakan pada tahap lower order thinking. Akan tetapi, pada jenjang perdosenan tinggi dituntut untuk menguasai konsep, memahami dan menerapkan dalil atau teorema, menganalisis, evaluasi, dan mengambil kesimpulan, sehingga dapat dikatakan pada tahap higher order thinking. tidak hanya sekedar berhitung, akan tetapi minimal dituntut untuk mengembangkan kemampuan matematikanya melalui proses bernalar, memecahkan masalah, membuat kaitan, dan berkomunikasi. Kemampuan kalkulus yang mengutamakan penerapan aturan pada masalah, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi kalkulus, dan lain-lain dapat dikembangkan secara baik melalui model pembelajaran Osborn. Model pembelajaran Osborn adalah suatu model pembelajaran dengan menggunakan metode atau teknik brainstorming. Teknik brainstorming dipopulerkan oleh Alex F. Osborn dalam bukunya Applied Imagination. Istilah brainstorming mungkin istilah yang paling sering digunakan, tetapi juga merupakan teknik yang paling tidak banyak dipahami. Orang menggunakan istilah brainstroming untuk mengacu pada proses untuk menghasilkan ide-ide baru atau proses untuk memecahkan masalah. Teknik brainstorming (Guntar, 2008:1) adalah teknik untuk menghasilkan gagasan yang mencoba mengatasi segala hambatan dan kritik. Kegiatan ini mendorong munculnya banyak gagasan, termasuk gagasan yang nyeleneh, liar, dan berani dengan harapan bahwa gagasan tersebut dapat menghasilkan gagasan yang kreatif. Brainstorming sering digunakan dalam diskusi kelompok untuk memecahkan masalah bersama.
Brainstorming juga dapat digunakan secara individual. Sentral dari brainstorming adalah konsep menunda keputusan. Dalam dunia industri, metode brainstorming ini banyak digunakan dalam rangka menyelesaikan suatu masalah. Osborn (1963), mengatakan bahwa dalam memecahkan masalah (Cahyono, 2007:3), terdapat 3 prosedur yang ditempuh, yaitu: 1. Menemukan fakta, melibatkan penggambaran masalah, mengumpulkan dan meneliti data dan informasi yang bersangkutan. 2. Menemukan gagasan, berkaitan dengan memunculkan dan memodifikasi gagasan tentang strategi pemecahan masalah. 3. Menemukan solusi, yaitu proses evaluatif sebagai puncak pemecahan masalah. . Meskipun demikian, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kegiatan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran kalkulus belum terlaksana secara maksimal. Hasil survei, antara lain menemukan bahwa pelaksanaan pemecahan masalah pada kalkulus masih dianggap sebagai bagian yang tersulit baik bagi dalam mempelajarinya maupun bagi dosen dalam mengajarkannya (Sri Mertasari, 2005). Artinya, keterkaitan materi pembelajaran dengan masalah kehidupan sehari-hari sangat penting. Apabila materi kalkulus diusahakan menyentuh pengalaman , perkembangan kognitifnya, serta bidang yang diminatinya, maka hasil belajarnya melalui pendekatan pemecahan masalah akan lebih baik. Berdasarkan uraian di atas, baik teori maupun hasil peneltian yang terkait mengindikasikan bahwa penerapan model pembelajaran Osborn dengan pendekatan pemecahan masalah pada pembelajaran kalkulus dapat memberi pengalaman kepada untuk JSP | FKIP | UHN |hal 23
Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
mengkonstruksikan pengetahuan sendiri. Untuk itu, pembelajaran kalkulus diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep, hasil belajar, dan aktivitas belajar pada mata kuliah kalkulus . 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ini bertujuan untuk penerapan pembelajaran Osborn pada mata kuliah kalkulus 1 pada pokok bahasan turunan imlisit dan mengungkapkan kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen, khususnya Program Matematika. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2014/ 2015. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa prodi pendidikan matematika yaitu grup A yang berjumlah 35 orang mahasiswa. Adapun objek penelitian ini adalah penerapan pembelajaran Osborn pada mata kuliah Kalkulus 1 pada pokok bahasan turunan implisit dan mengungkapkan kesulitan yang dialami dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Adapun prosedur penelitian ini adalah: Siklus I 1. Permasalahan Dalam siklus ini permasalahan diperoleh dari data tes awal yang diberikan kepada mahasiswa. Tes awal yang diberikan berupa soal-soal materi prasyarat untuk mempelajari kalkulus 1, sehingga dari hasil tes awal peneliti dapat menduga kesulitan yang dialami mahasiswa dalam memahami peluang. Dari tes awal yang diberikan akan diidentifikasi masalahmasalah yang dihadapi mahasiswa.
2. Perencanaan Tindakan Tahap perencanaan tindakan I dilakukan setelah tes awal diberikan. Tes awal yang dilakukan bertujuan ingin menemukan jawaban atas pertanyaan “Apakah peserta didik sudah dapat menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima pengetahuan selanjutnya?” Selanjutnya dirancang alternatif pemecahan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran Osborn yaitu : 1. Merancang Satuan Acara Pembelajaran (SAP) dengan pembelajaran Osborn pada pokok bahasan turunan implisit 2. Mempersiapkan fasilitas dan media pembelajaran yang mendukung pada berlangsungnya tindakan. 3. Menyediakan instrumen penelitian (Observasi untuk melihat aktivitas mahasiswa dan tes untuk melihat hasil belajar mahasiswa). 3. Pelaksanaan Tindakan Pada tahap ini, dilaksanakan tindakan pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Pada saat yang bersamaan juga dilakukan observasi terhadap aktivitas mahasiswa, peneliti dan keadaan kelas. Setiap akhir sesi, diadakan tes dan selanjutnya menganalisis masalah yang ditemukan. Apabila pada siklus I ini pembelajaran belum tuntas, diberikan remedial untuk ketuntasan hasil belajar. 4. Analisis Data Data yang diambil adalah data kuantitatif dan kualitatif. Dari tes hasil belajar setelah pelaksanaan tindakan dilakukan, yang selanjutnya dihitung dan dianalisis untuk diambil suatu kesimpulan sebagai pertimbangan ke siklus berikutnya.
JSP | FKIP | UHN |hal 24 Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
Setiap kali akhir siklus, diadakan evaluasi terhadap peningkatan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa dari hasil observasi dan tes yang diberikan. Pada siklus I diharapkan bahwa rata – rata hasil tes belajar mahasiswa x 65 (ketuntasan belajar) dan diantaranya 50% mahasiswa berada diatas nilai rata-rata tes tersebut. Dan dilanjutkan pada siklus ke II dengan nilai rata – rata tes x 65 (ketuntasan belajar) dan diantaranya 85% mahasiswa berada diatas nilai rata-rata tes tersebut. Begitupun juga dengan aktivitas, bahwa mahasiswa semakin aktif pada setiap akhir sesi. Harapannya bahwa setiap hasil tes pada setiap siklus mengalami perbaikan. Pada akhirnya, diperoleh nilai rata–rata yang ditetapkan, sehingga dapat dikatakan bahwa ada peningkatan hasil belajar dan aktivitas mahasiswa. 5. Refleksi Hasil analisis data observasi dan tes disajikan. Selanjutnya, dari hasil ini dilihat hal-hal apa yang belum berhasil dituntaskan. Pada tahapan inilah akan dilakukan perenungan untuk menentukan apakah akan dilakukan tindak lanjut atau tidak. Seandainya masih ada masalah atau kesulitan mahasiswa maka akan dilaksanakan tindak lanjut pada siklus berikutnya sampai tujuan (target) yang telah ditetapkan tercapai. 6. Perencanaan Tindak Lanjut Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan apakah telah dapat mengatasi masalah atau belum. Jika masalah belum terselesaikaan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya untuk mengatasi masalah yang ada. Jika masalah yang diteliti belum tuntas atau belum memuaskan pengatasannya, maka
penelitian harus dilanjutkan pada siklus II dengan prosedur yang sama dengan prosedur yang sama pada silklus I. Jika pada siklus II permasalahan sudah terselesaikan, maka tidak perlu lagi dilanjutkan ke siklus berikutnya. Namun jika pada siklus II masalahnya belum terselesaikan maka perlu dilanjutkan pada siklus ke III dan seterusnya. Gambar 2.1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
3.
PEMBAHASAN DAN HASIL Sebelum dilakukan pembelajaran Osborn, mahasiswa diberi pre-tes Iyang terdiri dari 4 soal dengan skor maksimum 100 (benar semua). Tujuan dari pret-tes ini adalah : a. Mengetahui kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal turunan implisit. b. Mengetahui letak kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam menyelesaikan soal turunan implisit.
JSP | FKIP | UHN |hal 25 Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
c. Membagi mahasiswa sesuai dengan kemampuan yang mereka peroleh dari pre-tes a) Kemampuan Mahasiswa Sebelum Penerapan Pembelajaran Osborn Kemampuan mahasiswa sebelum pembelajaran Osborn dapat dilihat dari pretes yang diberikan kepada mahasiswa dari pret-tes diperoleh skor terendah, skor tertinggi, skor rata-rata seperti tabel berikut: Tabel 1. Skor Terendah, Skor tertinggi, Rata-rata dan Hasil Pre-tes Kategori Skor Skor Terendah 20 Skor Tertinggi 80 Rata – rata 52,57 Dengan memperhatikan tabel diatas maka dapat dinyatakan bahwa kemampuan mahasiswa dalam memahami materi turunan implisit masih rendah. Dari 35 orang mahasiswa hanya 13 orang (37,14 %) yang mempunyai skor ke atas (mencapai syarat ketuntasan belajar) sedangkan 22 orang (62,86 %) yang mendapat skor di bawah 60. Rata – rata kelas hanya mencapai 52,57 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal adalah 37,41 %. Dengan melihat banyak mahasiswa yang tidak mampu mencapai tingkat ketuntasan maka pelaksanaan tindakan dilakukan secara klasikal. Hasil pre-tes digunakan sebagai acuan di dalam pemberian tindakan ini dan dalam menyusun program pengajaran untuk dilaksanakan siklus I dalam membantu membantu mengatasi kesulitannya dalam menyelesaikan soal turunan implisit. Pada siklus I pembelajaran Osborn dilakukan dengan metode tanya jawab dan memotivasi mahasiswa. b) Letak Kesulitan Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Turunan implisit Berdasarkan hasil penyelesaian mahasiswa terhadap soal – soal yang diberikan, maka diperoleh letak kesulitan/kesalahan mahasiswa pada umumnya, yaitu :
1. Mahasiswa masih belum memahami aturan turunan. 2. Mahasiswa sulit menjawab jika ada sedikit perubahan soal. 3. Mahasiswa sulit membaca tabel turunan implisit. Hasil pre-tes digunakan sebagai acuan di dalam pemberian tindakan ini dan dalam menyusun program pengajaran untuk dilaksanakan pada siklus I dalam membantu mengatasi kesulitannya dalam menyelesaikan soal turunan implisit. Pada siklus I di bentuk pembelajaran Osborn yang digunakan adalah metode tanya jawab. c) Mahasiswa yang diberikan Strategi Pembelajaran Osborn Pembelajaran Osborn dilakukan untuk memotifasi belajar dan untuk meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Pada pret-tes diperoleh beberapa mahasiswa mencapai tuntas dalam belajar dan mahasiswa yang tidak tuntas dalam belajar lebih dari 5 orang maka pengajaran dilaksanakan secara klasikal untuk mengoptimalisasikan hasil belajar mahasiswa melalui memotifasi pikiran mahasiswa,menyuruh mahasiswa memperoleh informasi agar materi mendukung dengan pelajaran yang akan di pelajari, menyelidiki makna dari penjelasan yang di terangkan oleh dosen, memamerkan apa yang di dapat dari kreatifitas mahasiswa tersebut, merefleksikan bagaimana cara belajar mahasiswa. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian pada Siklus I 1. Tahap Perencanaan Berdasarkan analisis kesulitan belajar pada pre-tes maka diberikan pembelajaran Osborn dengan menggunakan metode tanya jawab melalui penekanan pada kesulitan – kesulitan yang dihadapi mahasiswa dalam meyelesaikan soal turunan implisit. 2. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pemberian tindakan dilakukan dengan kegiatan mengajar dimana peneliti bertindak sebagai dosen. Kegiatan mengajar yang dilakukan merupakan pengembangan JSP | FKIP | UHN |hal 26
Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
dan pelaksanaan dari program pengajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan. Program pengajaran pada siklus I dapat dilihat pada lampiran 1. Pada siklus 1 dilaksanakan sebanyak 2 jam pelajaran (2 x 50 menit) dan pertemuan kedua juga berlangsung selama 2 jam pelajaran (2 x 50 menit). Materi yang diajarkan adalah turunan implisit yang diajarkan dengan motode tanya jawab melalui penekanan pada kesulitan – kesulitan yang dihadapi mahasiswa yang diperoleh dari hasil jawaban mahasiswa pada pret-tes . Setelah selesai dilakukan pengajaran bagi setiap kelompok mahasiswa kemampuan tinggi, sedang dan rendah di kumpulkan kembali di ruang kelas yang sama untuk diberi tugas individu sebagai pemahaman mahasiswa terhadap materi yang telah mereka peroleh dari pengajaran dosen ataupun dari belajar mandiri di perpustakaan. Di akhir pelaksanaan siklus I, mahasiswa diberikan tindakan yang post-tes I yang bertujuan untuk melihat keberhasilan tindakan yang diberikan serta melihat kesulitan yang dialami mahasiswa. Waktu dari pelaksanaan post-tes I adalah 1 x 45 menit. a) Kemampuan Mahasiswa Setelah Pemberian Pembelajaran Osborn pada Siklus I Kemampuan mahasiswa setelah pemberian pada pembelajaran Osborn siklus I dapat dilihat dari hasil post-tes I yang diberikan pada akhir pelaksanaan siklus I. Dari skor post-tes I mahasiswa diperoleh skor terendah, skor tertinggi, rata – rata seperti pada tabel berikut : Tabel 2 : Skor terendah, Skor tertinggi, Rata – rata Hasil Post-tes I Kategori Skor Skor Terendah 30 Skor Tertinggi 80 Rata – rata 60 Dengan memperhatikan tabel atas maka dapat dilihat bahwa kemampuan mahasiswa
dalam menyelesaikan soal aturn turunan dari sebelumnya (hasil tes pre-tes). Dari 35 orang mahasiswa 26 orang (74,28 %) telah mencapai tingkat ketuntasan belajar yang diharapkan (mendapat skor 60 keatas) sedangkan 9 orang (25,71 %) belum mencapai tingkat ketuntasan belajar. Rata – rata kelas mencapai 60 dan tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 74, 28 %. Dari pre-tes dan post-tes I diperoleh peningkatan ketuntasan sebesar 40 %. b) Letak Kesulitan Mahasiswa Dari hasil jawaban mahasiswa pada pretes maka dapat dilihat kesalahan yang dibuat pada pre-tes telah berkurang walaupun masih ada juga yang mengulangi kesalahan yang sama. Kesalahan itu yakni : 1. Menentukan nilai turunan dengan menggunakan nilai yang diketahui. 2. Merubah nilai turunan implisit 3. Menyelesaikan persoalan turunan implisit Hasil post-tes I digunakan sebagai acuan dalam pemberian tindakan pada siklus 2 dalam upaya mengatasi kesulitan belajar mahasiswa dalam menyelesaikan soal turunan implisit. 3. Tahap Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus 1 ini, mahasiswa kelihatan masih kurang berani untuk bertanya dan juga untuk menjawab sehingga dosen lebih dominan mengajar sesuai dengan kesalahan yang dibuat pada post-tes I. Apabila dosen membuat pertanyaan maka ditunjuk 1 orang mahasiswa untuk menjawabnya. Walaupun mahasiswa kurang berani untuk bertanya secara spontan tanpa ditunjuk tapi mereka serius untuk mendengarkan dan dalam mengerjakan soal yang diberikan. 4. Tahap Refleksi Dengan berpedoman terhadap hasil analisis yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan hasil JSP | FKIP | UHN |hal 27
Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
belajar mahasiswa setelah pemberian tindakan. Hal ini dapat dilihat dari hasil pre-tes dan post-tes I yaitu adanya peningkatan rata – rata mahasiswa dari 52,57 menjadi 60. Peningkatan hasil belajar terjadi setelah adanya pemberian tindakan sesuai dengan kesulitan mahasiswa. Tindakan yang diberikan berupa pengajaran melalui strategi pembelajaran Osborn, dimana peneliti bertindak sebagai dosen. Setelah materi dijelaskan mahasiswa diberi kesempatan untuk bertanya setelah mahasiswa yang kemampuan tinggi, sedang dan kemampuan rendah digabungkan kembali pada ruangan kelas yang sama peningkatan ini belumlah sesuai dengan yang diharapkan, sehingga perlu dilakukan kembali perbaikan pengajaran yang menerapkan materi tersebut sehingga memungkinkan dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa maka, dilanjutkan siklus 2. Pelaksanaan siklus 2 ini dilakukan dengan menekankan pada letak kesulitan yang dihadapi mahasiswa yang dilihat dari post-tes dengan metode yang berbeda dari siklus sebelumnya. Pelaksanaan dan Hasil Penelitian Siklus 2 1. Tahap Perencanaan Berdasarkan hasil analisis tindakan 1, kegiatan pembelajaran selanjutnya akan dilakukan pada kegiatan tindakan siklus 2. Letak perbedaan siklus 1 dan siklus 2 adalah siklus 1 pembelajaran Osborn dilakukan dengan menggunakan metode tanya jawab disertain pemecahan masalah dan sedangkan pada siklus 2 pembelajaran Osborn dilakukan dengan metode pemberian tugas dengan pemecahan masalah yang dikerjakan secara individu dan menjelaskan ke depan kelas atau menjawab di papan tulis, dimana mahasiswa yang pintar disuruh mengajari mahasiswa yang kurang pintar sehingga terjadi interaksi antar mahasiswa. Jika mahasiswa yang mau berani menampilkan hasil jawabannya tersebut ada terbentur
dalam menyelesaikan suatu soal maka dibantu oleh dosen. 2. Tahap pelaksanaan Tindakan Pemberian tindakan masih melakukan pengajaran di kelas dengan materi yang berbeda dari sebelumnya. Metode yang diajarkan bukan lagi dengan tanya jawab melainkan dengan diskusi kelompok. Pada akhir tindakan diberikan post-tes II yang bertujuan untuk mengetahui kesulitan dan keberhasilan dari tindakan yang dilaksanakan (kemampuan mahasiswa setelah melaksanakan pembelajaran Osborn di siklus 2) dan melihat letak kesulitan yang dibuat mahasiswa. a) Kemampuan Mahasiswa Setelah Pembelajaran Osborn di Siklus 2 Kemampuan mahasiswa setelah pelaksanaan siklus 2 dapat dilihat dari tes hasil belajar yang diberikan pada akhir pelaksanaan siklus 2. Dari hasil tes mahasiswa dapat diperoleh skor terendah, skor tertinggi, rata – rata seperti tabel berikut : Tabel 3. Skor Terendah, Skor tertinggi, Rata-rata dan Hasil Post-tes II Kategori Skor Skor Terendah 30 Skor Tertinggi 90 Rata – rata 68,28 Dari tabel diatas dapat dilihat peningkatan kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal turunan implisit dibandingkan dengan hasil pre-tes dan posttes I. Dari 35 orang mahasiswa 31 orang telah mencapai tingkat ketuntasan belajar sedangkan 4 orang lagi belum. Rata – rata kelas telah mencapai 68,28 dan meningkat dari tes sebelumnya b) Letak Kesulitan Mahasiswa Dari tes hasil belajar diperoleh yang menjadi kesulitan/kesalahan mahasiswa khusus bagi 4 orang mahasiswa yang tidak mengalami ketuntasan dalam belajar yaitu : dalam menyelesaikan tugas menentukan turunan implisit yang nilai turunan implisitnya diketahui. Sulit mengubah soal JSP | FKIP | UHN |hal 28
Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
jika tidak sesuai dengan contoh yang diberikan ke dalam model matematika didalam menyelesaikan soal dan yang paling banyak menyebabkan kesalahan adalah kurangnya ketelitian mahasiswa dalam perhitungan. 3. Tahap Pengamatan Dari hasil pengamatan pada siklus 2 ini dapat terlihat bahwa mahasiswa semakin semangat dan aktif dalam belajar khususnya bagi mahasiswa yang pintar karena dengan serius mengajari temannya yang masih kurang mampu menyelesaikan soal yang diberikan. Di antaranya mahasiswa tersebut mahasiswa yang pintar ada juga yang tidak mau mengajari temannya yang kurang memahami soal yang diberikan demikian juga sebaliknya mahasiswa yang kurang mampu tidak mau bertanya kepada temannya yang bisa mengerjakan soal. Dengan dilakukannya pengajaran dengan metode pemberian tugas yang dikerjakan secara bersama ini mengakibatkan hasil belajar mahasiswa meningkat. Ini terlihat dari meningkatnya rata – rata kelas mahasiswa pada tes hasil belajar dibandingkan hasil post-tes I yaitu 60 menjadi 68,28 dengan tingkat ketuntasan belajar 11,43%. 4. Tahap Refleksi Dengan berpedoman pada hasil analisis yang telah dilakukan dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan hsil rata – rata kelas, yaitu dari 60 pada post-tes I menjadi 68,28 pada post-tes II. Peningkatan ini menunjukkan bahwa tindakan pembelajaran Osborn yang diberikan pada siklus 2 dapat meningkatkan hsil belajar mahasiswa dalam menyelesaikan tugas turunan implisit khususnya dengan metode pemberian tugas dengan diskusi kelompok untuk memecahkan masalah. Melalui strategi pembelajaran Osborn mahasiswa yang belajar dengan modul dapat aktif belajar mandiri sedangkan mahasiswa kemampuan sedang
dan rendah yang diajar dengan metode belajar kelompok dengan pemecahan masalah, hasil belajar matematikanya dapat meningkat pada pokok bahasan turunan implisit. Berdasarkan hasil penelitian, setelah diberikan tindakan pada siklus 1 dengan diberikan pembelajaran Osborn menggunakan metode tanya jawab disertai pemecahan masalah. Pada siklus ini tampak mahasiswa masih kurang berani bertanya dan juga untuk menjawab pertanyaan yang diberikan dosen, sehingga dosen lebih dominan dalam menjelaskan kembali soal pre-tes I serta materi yang dianggap sulit dipahami mahasiswa dan memberikan banyak contoh – contoh kemudian menyelesaikannya. Pada akhir siklus 1 diberikan post-tes I kepada mahasiswa untuk melihat kemampuan mahasiswa apakah yang berkemampuan tinggi dapat mempertahankan hasil tesnya dan kemampuan sedang dan rendah dapat meningkat atau tetap pada kemampuan semula serta untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang diberi pada siklus 1. Siklus 2, mahasiswa tetap diberikan pembelajaran Osborn tetapi metode yang diberikan berbeda dengan siklus 1. Pada tindakan siklus 2 ini diberikan metode pemberian tugas dengan belajar diskusi kelompok. Pada siklus ini mahasiswa diberikan tugas yang dikerjakan bersama teman sekelompoknya sebanyak 4 orang, mereka bukan hanya mengerjakan tugas tetapi juga saling mengajari. Mahasiswa lebih aktif dan semangat dalam mengerjakan tugas – tugas yang diberikan dosen pada mereka. Pada akhir siklus 2 ini diberikan post-tes II untuk mengetahui tingkatan hasil belajar mahasiswa apakah meningkat atau menurun dari sebelumnya serta untuk mengetahui kesulitan dari tindakan yang diberikan pada siklus 2. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Osborn yang dilakukan dapat meningkatkan hasil belajar JSP | FKIP | UHN |hal 29
Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
mahasiswa dalam menyelesaikan soalturunan implisit , khususnya dengan menggunakan metode pemberian tugas dan diskusi kelompok disertai pemecahan masalah. Walaupun ada mahasiswa no 31 yang hasil belajarnya kurang begitu memuaskan itu dikarenakan pada saat penelitian mahasiswa tersebut sedang mengalami masalah sehingga tidak konsentrasi belajarnya sehingga nilainya menurun dan mahasiswa no 7 dan 11 memang selalu rendah hasil belajarnya, masalah ini sebelumnya sudah dikemukakan dosen bidang studi tersebut. Karena peningkatan hasil belajar mahasiswa dilihat dari pensiklusnya, maka dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian ini meningkat walaupun hasil penilaian mahasiswa pada kemampuannya tidak signifikan (terus – menerus). 4. KESIMPULAN DAN SARAN a) Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa belajar dengan menggunakan model pembelajaran Osborn dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa. Dimana pada setiap siklusnya mahasiswa dengan kemampuan tinggi selalu belajar dengan menggunakan modul agar mereka dapat belajar sesuai dengan kecepatan belajar mereka masing – masing, sedangkan untuk mahasiswa kemampuan sedang dan rendah pada siklus pertama mereka diberikan pengajaran dengan metode pemecahan masalah dan dipadukan dengan tanya jawab, pada siklus kedua pengajaran diberikan dengan memadukan antara metode pemecahan masalah dengan metode belajar kelompok dimana satu kelompok terdiri 4 orang. Melalui belajar kelompok mahasiswa dilatih untuk lebih aktif berdiskusi dan saling memberikan informasi sehingga kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal – soal turunan impisit semakin meningkat.
b) Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran Osborn di Prodi Pendidikan Matematika Universitas HKBP Nommensen tahun ajaran 2014/2015 pada mata kuliah kalkulus dengan pokok bahasan turunan implisit adalah baik pada kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dan respon mahasiswa positif. Sehingga disarankan kepada dosen agar mengembangkan model ini pada pokok bahasan yang lain maupun pada bidang studi yang lain yang sesuai. DAFTAR PUSTAKA Anita, T,(2007), Pembelajaran Matematika dengan Metode Proyek untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah, Tesis, FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan Baumgartner, J, (2006), Creative Brainstorming. New York: Dephatd Publishing Bell, F, (1978), Teaching and Learning Mathematics (In Secondary School). Lowa:WC.Brown Co. BSNP, (2006), Draft Final Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah., Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan Cahyono, A.N, (2007), Pengembangan Model Creative Problem Solving berbasis Teknologi dalam Pembelajaran Matematika di SMA, Jurnal Pendidikan UPI Dahlan, A, (2006), Pengaruh Model Pembelajaran Osborn terhadap Kemampuan Pemahaman Matematik Siswa, Skripsi FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan Guntar, A, (2008), Masalah dan Sasaran dalam Pemecahan Masalah, Tesis FMIPA UPI: Tidak diterbitkan
JSP | FKIP | UHN |hal 30 Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan
Rani Frida Sinaga
Penerapan Pembelajaran Osborn..............
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
Mulia, A, (2010), Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Problem Posing untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP, Tesis FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan Osborn, F, Alex, (2000), Applied Imagination, Iowa: WC.Brown Co Rusffendi, E.T, (1998), Pengajaran Matematika Modern untuk Orang Tua Murid, Guru, dan SPG, Bandung: Tarsito Rusffendi, E.T, (2005), Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya, Bandung: Tarsito Suhendra, (2005), Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kelompok Kecil untuk Mengembangkan Kemampuan Siswa SMA pada Aspek Problem Solving Matematik, Tesis pada FPMIPA UPI: Tidak diterbitkan Suyatno, 2009, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka, Surabaya
Sri
Mertasari, Ni Made, (2005), Peningkatan Penguasaan Konsep Dan Hasil BelajarMahasiswa Jurusan Pendidikan Biologi dalam Mata Kuliah Kalkulus I dengan Penerapan Strategi Pembelajaran Kon-tekstual Melalui Pendekatan Pemecahan Masalah, Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 2 TH.XXXVIII April 2005 Veragawati, (2009), Pengaruh Implementasi Strategi Working Backward terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika siswa SMP, Tesis FPMIPA UPI : Tidak diterbitkan. ________,Ground Rules of Brainstorming, [Online], Tersedia: www.wikipedia.org/wiki/Brainstorming ________(2008) . Teknik Brainstorming. [Online]. Tersedia:id.wordpress.com/tag/brainstormi ng/
JSP | FKIP | UHN |hal 31 Alamat URL: akademik.nommensen-id.org/portal/public_html/Jurnal Suluh Pendidikan