EFEKTIVITAS GEOGEBRA SEBAGAI ALTERNATIF MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA KULIAH GEOMETRI DI PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS HKBPNOMMENSEN TAHUN AJARAN 2013/2014
Adi Suarman Situmorang, M.Pd Rani Farida Sinaga, S. Pd, M.Si
This Research aimed to determine the effectiveness of GeoGebra as an alternative medium of learning on the subject of geometry. Sample size was 45 people out of 176 population. Samples were taken from the existing population using a random sampling. For data collection tool provided ten questions were valid, reliable, and the power level of difficulty was significant difference. The method used in this research is descriptive method. Data obtained through the provision of preliminary tests and final tests were analyzed quantitatively. . Preliminary tests were given before learning begins. By the result of preliminary test have been found that 25 of 45 people or 55.56 % of the initial value below 65 %. Once, the learning is done using GeoGebra as an alternative medium of learning the students gained 39 or 86.6 % who were moderate or minimal category with a mastery of at least 65 % and only 6 people who are at low and very low categories. The level of student mastery of mathematics learning in the subject field of degree two on subject of geometry in the high category with 9 students at a very high level of mastery, 15 students at a high level, 15 students at a medium level, 4 students at a low level and 2 students at a very low level and the average level of mastery students is 79.5 % . So, learning with GeoGebra is an effective alternative media on the subject of geometry Key words: Geometry, GeoGebra I. PENDAHULUAN Teknologi merupakan perwujudan kreatifitas manusia masa kini. Pesatnya perkembangan teknologi pendidikan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh perkembangan teknologi pada umumnya. Berbagai sarana dan perangkat pendidikan yang modern turut mendukung optimalisasi proses pembelajaran baik di tingkat sekolah, perguruan tinggi maupun dalam kehidupan sehari-hari. Perkembangan teknologi khususnya informasi dan komunikasi banyak menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan dalam pembelajaran. Hal ini
1
memungkinkan terjadinya perubahasan filosofi pembelajaran berpusat kepada guru/dosen/ (teacher centered) menjadi pembelajaran berpusat kepada peserta didik /mahamahasiswa didik (student centered). Pengajaran (instruction) menitikberatkan tinjauannya dari segi pendidik, sedangkan pembelajaran lebih menitik beratkan tinjauannya dari segi peserta didik. Menurut Hamalik (1999:57) pembelajaran merupakan kombinasi yang tersusun atas unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, pengembangan materi atau bahan ajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan pengembangan bahan ajar dengan optimalisasi media pembelajaran. Media pembelajaran diartikan sebagai setiap alat yang dapat digunakan untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik ditekankan untuk lebih dapat menyerap pengetahuan yang diperolehnya melalui pengalaman belajar. Berikut disajikan kerucut pengalaman belajar yang bisa membedakan daya serap peserta didik terhadap suatu obyek pengetahuan tertentu dengan perbedaan media:
Kerucut Pengalaman E. Dale dalam Sadiman (2003:8) Dari kerucut pengalaman belajar tersebut, diketahui bahwa peserta didik akan mencapai hasil belajar 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang di dengar, 30 % dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dilihat dan di dengar, 70 % dari apa yang dikatakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya media pembelajaran dihadirkan untuk meningkatkan daya serap peserta didik terhadap obyek pelajaran yang sedang ia pelajari. Melalui media pembelajaran diharapkan terbentuk suasana pembelajaran yang lebih menarik, mudah dipahami, hemat waktu dan tenaga, serta hasil belajar yang lebih bermakna. Media pembelajaran dapat berbentuk bahan cetak, alat-alat yang dapat dilihat, alat yang dapat didengar (media audio), dan alat-alat yang dapat didengar dan dilihat (audio visual aids), serta sumber–sumber masyarakat yang dapat dialami secara langsung (Hamalik, 1999:51). Media pembelajaran dapat dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk mempengaruhi pikiran,
2
perasaan, perhatian dan sikap peserta didik, sehingga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran. Geometri merupakan salah satu mata kuliah penting yang membutuhkan media pembelajaran. Geometri menempati posisi khusus dalam kurikulum matematika karena banyak konsep-konsep yang termuat didalamnya. Dari sudut pandang psikologi, geometri merupakan penyajian abstraksi dari pengalaman visual dan spasial, misalnya bidang, pola, pengukuran, dan pemetaan. Sedangkan dari sudut pandang matematik, geometri menyediakan pendekatan-pendekatan untuk pemecahan masalah misalnya gambar-gambar, diagram, sistem koordinat, dan vektor. Rendahnya prestasi geometri peserta didik juga terjadi di Indonesia. Buktibukti empiris di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam belajar geometri, mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa prestasi geometri peserta didik SD masih rendah (Sudarman, 2000:3). Sedangkan di SMP ditemukan bahwa masih banyak peserta didik yang belum memahami konsepkonsep geometri. Sesuai penelitian Purnomo (1999) ditemukan bahwa banyak peserta didik salah dalam menyelesaikan soal-soal mengenai garis sejajar pada peserta didik SMP dan masih banyak peserta didik yang menyatakan bahwa belah ketupat bukan jajargenjang. Di SMA, Madja (1992:3) mengemukakan bahwa hasil tes geometri peserta didik kurang memuaskan jika dibandingkan dengan materi matematika yang lain. Kesulitan peserta didik dalam memahami konsep-konsep geometri terutama pada konsep bangun ruang (Purnomo, 1999:5). Madja (1992:3) menyatakan bahwa peserta didik SMA masih mengalami kesulitan dalam melihat gambar bangun ruang. Sedangkan di perguruan tinggi, berdasarkan pengalaman, pengamatan dan penelitian ditemukan bahwa kemampuan mahamahasiswa didik dalam melihat ruang dimensi tiga masih rendah (Madja, 1992:6). Bahkan dari berbagai penelitian, masih ditemukan mahamahasiswa didik yang menganggap gambar bangun ruang sebagai bangun datar, mahamahasiswa didik masih sulit menentukan garis bersilangan dengan berpotongan, dan belum mampu menggunakan perolehan geometri SMA untuk menyelesaikan permasalahan geometri ruang (Budiarto, 2000:440). Salah satu alternatif media yang digunakan dalam pembelajaran dan diyakini dapat lebih menggairahkan animo mahamahasiswa didik terhadap mata kuliah geometri adalah GeoGebra. GeoGebra adalah program dinamis yang dengan beragam fasilitasnya dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran matematika untuk mendemonstrasikan atau memvisualisasikan konsep-konsep matematis serta sebagai alat bantu untuk mengkonstruksi konsep-konsep matematis. GeoGebra merupakan prgram komputer untuk membelajarkan matematika khususnya geometri dan aljabar. GeoGebra bersifat multi- representasi, yaitu (1) adanya tampilan aljabar,(ii) adanya tampilan grafis, (iii) adanya tampilan numerik. Ketiga tampilan ini saling terhubungkan secara dinamik. Jika kita mengubah posisi sebuah titik pada tampilan grafis, maka perubahan tersebuat akan tercermin pula pada tampilan numerik dan tampilan alajabar. Keunggulan inilah yang dapat membantu peserta didik dalam mempelajari objek-objek geometri yang bersifat abstrak. Karena keunggulan ini, alternatif media pembelajaran
3
GeoGebra diharapkan mampu mengurangi kesulitan belajar peserta didik pada pembelajaran geometri. Bentuk pengembangan model penyampaian materi/ bahan ajar melalui media GeoGebra dapat memungkinkan mahamahasiswa didik ekplorasi lebih dalam pada mata kuliah geometri. Di samping itu, dengan penggunaan media GeoGebra dimungkinkan efisiensi pembelajaran dapat ditingkatkan, baik dalam konteks waktu maupun materi yang disampaikan
II. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif, yaitu mendeskripsikan efektivitas GeoGebra sebagai media alternatif pembelajaran matematika pada mata kuliah Geometri. Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen, khususnya Program Matematika. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2013/ 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Prodi Matematika Semester V pada tahun pembelajaran 2013/ 2014 yang terdiri atas grup/kelas A, B dan C dengan total jumlah mahamahasiswa 176 orang. Sampel yang digunakan adalah grup C yang terdiri atas 45 orang. Teknik yang digunakan adalah random sampling, yakni mengambil sampel secara acak dari grup yang terdapat di Program Studi Matematika. Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam upaya pencapaian tujuan penelitian. Langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut : a. Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah :(1)Menentukan tempat dan jadwal pelaksanaan penelitian(2)Menentukan populasi dan sampe(3)Mempersiapkan satuan acara pembelajaran yang terdiri atas pokok bahasan, indikator, strategi pembelajaran dan alokasi waktu untuk mata kuliah geometri Menyiapkan alat pengumpul data, berupa tes awalt, tes akhirt dan observasi. b. Tahap PelaksanaanDalam penelitian ini tahap pelaksanaan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (1)Mengadakan tes awal.(2)Mengadakan pembelajaran yaitu media GeoGebra (3)Memberikan tes akhir c. Tahap Akhir:(1)Melakukan pengolahan data tes awal dan tes akhir (2)Menyimpulkan hasil penelitian.
Alat pengumpul data yang digunakan adalah tes yang terdiri dari tes awal dan akhir. 1. Tes Tes yang digunakan adalah tas awal dan tes akhir. Tes awal berguna untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa tentang pangkat rasional dan bentuk akar dan sebelum diujikan ke sampel terlebih dahulu soal tes awal dan ahir
4
diujikan diluar sampel untuk mengetahui apakah tes awal dan tes akhir reliable dan valid . a. Realibilitas Soal Tes Rumus yang digunakan untuk menentukan realibilitaskuisioner adalah rumus koefisien alpha: Dengan mengkonsultasikan harga r 11 ke harga r tabel pada taraf signifikan
0,05 , jika r 11 > r tabel maka soal yang disajikan reliabel. Dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk N = 46 pada taraf signifikasi = 0,05 diperoleh r tabel = 0,505 dan r11 maka soal reliabel
0,58 . Berdasarkan kriteria r hitung > r tabel
b. Validitas Soal Tes Untuk menguji validitas tes digunakan validitas pakar dan empirik. Validasi pakar oleh dosen dan empirik dengan menggunakan rumus product moment. Koefisien validitas yang diperoleh (r) dibandingkan dengan nilai r tabel product moment dengan derajat kebebasan (db = 0,05). Dengan kriteria , jika r hitung >r tabel maka item soal dikatakan valid. Sesuai dengan perhitungan pada lampiran,validitas soal sebagai berikut :
Tabel 3.1 Validitas Tes No Item
Keterangan
1
Valid
2
Valid
3
Valid
4
Valid
5
Valid
6
Valid
7
Valid
8
Valid
9
Valid
10
Valid
5
c.Taraf kesukaran Sesuai dengan perhitungan diperoleh taraf kesukaran tes sebagai berikut : Tabel 3.2 Taraf Kesukaran Tes Akhir Nomor Soal 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Keterangan Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
d. Daya Beda Daya beda soal tes akhir sesuai dengan perhitungan pada lampiran sebagai berikut : Tabel 3. 3 Tabel Daya Beda Soal Tes Akhir Item 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Penafsiran Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan Signifikan
F. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dari hasil tes awal dan tes akhir dianalis melalui langkah-langkah berikut : 1. Menentukan skor tes awal dan tes akhir masing-masing mahasiswa. 2. Menentukan persentase penguasaan terhadap materi ajar dengan rumus : s N x100% n Dimana : N adalah persentase nilai yang diperoleh 6
s adalah skor yang diperoleh n adalah skor maksimum 3.
Menentukan tingkat penguasaan mahasiswa terhadap materi dengan kategori dengan kriteria sebagai berikut : Tingkat Penguasaan
Kategori
90-100
Sangat tinggi
80-89
Tinggi
65-79
Sedang
55-64
Rendah
0-54
Sangat rendah
Jika mahasiswa memiliki tingkat penguasaan minimal sedang maka mahasiswa masuk dalam kategori pembelajaran tuntas. Dari analisis data pembelajaran dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria minimal 85% mahasiswa memiliki tingkat penguasaan terhadap materi minimal pada tingkat sedang atau 85 % mahasiswa memiliki penguasaan minimal 65.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Tingkat Penguasaan Mahasiswa Skor penguasaan mahasiswa terhadap materi persamaan umum derajat dua diperoleh dengan menggunakan tes . Data hasil belajar tersebut disajikan pada lampiran 20, dan deskripsi hasil belajar tersebut disajikan dalam tabel berikut : 1. Deskripsi Nilai Tes Awal Mahasiswa Deskripsi kemampuan awal mahasiswa sebelum dilakukan pembelajaran dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.1. Deskripsi Nilai Awal Mahasiswa Tingkat Penguasaan
Kategori
Banyak Mahasiswa
Jumlah Dalam Persen
90% - 100%
Sangat Tinggi
5
11,1%
80% - 89%
Tinggi
10
22,2%
7
65% - 79%
Sedang ( cukup)
5
11,1%
55% - 64%
Rendah
15
33,3%
0%
Sangat Rendah
10
22,2%
45
100%
- 54%
Jumlah
Dari tabel dapat dilihat bahwa pada awal pembelajaran ada 25 orang dari 45 orang atau 55,56 % yang memiliki nilai awal dibawah 65 %. Ini berarti bahwa lebih dari setengah dari jumlah mahasiswa yang belum menguasai pengetahuan prasyarat untuk belajar ruang pada dimensi tiga. Tingginya persentase mahasiswa yang memiliki tingkat penguasaan kategori rendah dan sangat rendah pada tes awal ini diakibatkan banyaknya kesalahan yang dilakukan mahasiswa dalam beberapa soal. Terutama pada soal no 4, 5, 7, 8, 9 dan 10. Mahasiswa memiliki kelemahan untuk menyelesaikan pada bidang x, y dan z. Terutama untuk menyelesaikan soal yang mengandung variabel z. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya mahasiswa yang salah pada soal no 7, 8 dan 10. Tentu hal ini akan sangat berpengaruh pada pemberian materi baru yang akan diajarkan. Para mahasiswa yang memiliki tingkat penguasaan kategori rendah dan sangat rendah terlebih dahulu disadarkan akan kesalahan-kesalahan dan pemahamanpemahaman yang rendah dengan prinsip-prinsip pembelajaran pada ruang dimensi tiga. Grafik Nilai Tes awal mahasiswa tersebut dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :
Grafik tersebut menggambarkan nilai tes awal mahasiswa pada awal pembelajaran. Dari diagram batang dilihat bahwa mahasiswa yang paling banyak berada pada kategori rendah dengan jumlah mahasiswa 15 orang. Dan paling 8
sedikit pada kategori sedang dengan jumlah mahasiswa 5 orang. Jumlah mahasiswa pada kategori rendah dan sangat rendah lebih banyak dari pada jumlah mahasiswa pada minimal kategori sedang. Ini berarti sebelum pembelajaran dilanjutkan, ada 25 orang mahasiswa yang perlu mendapatkan perhatian khusus dengan menerapkan pembelajaran dengan alternatif media GeoGebra. 2. Deskripsi Nilai Tes Akhir Mahasiswa a. Tingkat Penguasaan Mahasiswa Berdasarkan hasil perhitungan data hasil tes akhir yang diberikan pada akhir pembelajaran dapat dideskripsikan nilai dan tingkat penguasaan mahasiswa dengan menggunakan pedoman konversi yang digunakan dalam skala lima absolut sebagai berikut : Tabel 4.2. Deskripsi Tingkat Penguasaan Mahasiswa Tingkat Penguasaan
Kategori
Banyak Mahasiswa
Jumlah Dalam Persen
90% - 100%
Sangat Tinggi
9
20 %
80% - 89%
Tinggi
15
33,33 %
65% - 79%
Sedang
15
33,33%
55% - 64%
Rendah
4
8,88 %
0%
Sangat Rendah
2
4,44%
45
100
- 54%
Rata-rata
Dengan menerapkan alternatif media pembelajaran GeoGebra, mahasiswa yang pada awal pembelajaran memiliki tingkat penguasaan berada pada kategori rendah dan sangat rendah bisa menerima pelajaran dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penguasaan sesudah pembelajaran seperti pada tabel. Dari tabel dapat dilihat ada 39 orang mahasiswa atau 86,6 % yang berada minimal kategori sedang atau minimal dengan penguasaan 65 % dan hanya 6 orang yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Padahal, pada awal pembelajaran, jumlah mahasiswa yang berada pada minimal kategori minimal sedang 20 orang dan pada kategori rendah dan sangat rendah ada 25 orang. Ini berarti bahwa pembelajaran media alternatif GeoGebra membuat mahasiswa menyadari kelemahannya dan memperbaiki dengan bantuan dosen. Perhatiandosen yang lebih pada mahasiswa yang memiliki kelemahan dengan mempergunakan media alternatif GeoGebra membuat mahasiswa yang lemah bisa menerima pelajaran dengan baik sehingga tingkat penguasaannya dalam materi persamaan bidang derajat dua mengalami peningkatan yang signifikan.
9
Banyaknya jumlah mahasiswa yang memiliki tingkat penguasaan diatas 65 % dan rendahnya jumlah mahasiswa yang memiliki penguasaan dibawah 65 % menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan media alternatif GeoGebra efektif digunakan. Nilai tes akhir mahasiswa dapat digambarkan sesuai dengan diagram batang dibawah ini :
Perubahan penguasaan mahasiswa dari awal pembelajaran yang sangat signifikan tampak pada diagram batang diatas. Dari diagram batang tampak bahwa jumlah mahasiswa terbanyak berada pada kategori sedang dan tinggi yaitu masing-masing 15 orang. Dan paling sedikit pada kategori sangat rendah yaitu 2 orang. Padahal pada awal pembelajaran posisi tersebut justru terbalik, mahasiswa paling banyak berada pada kategori rendah dan sangat rendah. B. Ketuntasan Belajar Mahasiswa Untuk perhitungan hasil ketuntasan belajar mahasiswa dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.3. Ketuntasan Belajar Mahasiswa Tingkat Penguasaan
Kategori
Banyak Mahasiswa
Jumlah Dalam Persen
65% - 100%
Tuntas
39
86,66%
0% - 64 %
Tidak tuntas
6
13,33%
45
100%
Jumlah
10
Penggunaan media alternatif GeoGebra membuat mahasiswa memahami kelemahannya dan dengan bantuan guru, dan guru mengambil tindakan untuk mengatasinya bersama-sama dengan mahasiswa. Dalam hal ini guru dan mahasiswa berhasil melakukannya. Hal ini dapat dilihat dari tingkat penguasaan mahasiswa pada akhir pembelajaran. Banyak mahasiswa yang memiliki tingkat penguasaan minimal sedang. Ini berarti ada banyak mahasiswa yang tuntas dalam pembelajaran. Berdasarkan tabel perhitungan ketuntasan belajar diatas dapat dilihat bahwa jumlah mahasiswa yang tuntas jauh lebih banyak dari yang tidak tuntas. Jumlah mahasiswa yang tuntas ada 39 mahasiswa atau 86,66 % sementara yang tidak tuntas hanya 6 orang mahasiswa atau 13,14 %. Jauhnya selisih jumlah mahasiswa yang tuntas dengan yang tidak tuntas menunjukkan bahwa pembelajaran matematika pada pokok bahasan bidang derajat dua dalam mata kuliah geometri di prodi pendidikan matematika Universitas HKBP Nommensen tuntas secara klasikal sesuai dengan teori klasikal. Ketuntasan belajar mahasiswa dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang berikut :
Dari diagram batang tampak bahwa selisih jumlah mahasiswa yang tuntas jauh dengan jumlah yang tidak tuntas. Ini terjadi karena untuk setiap kelemahan mahasiswa yang telah diketahui, dosen segera mengambil tindakan sehingga kelemahan tersebut dapat diatasi dan mahasiswa bisa tuntas dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan, penulis menemukan bahwa tingkat penguasaan mahasiswa untuk pembelajaran matematika pada pokok bahasan bidang derajat dua dalam mata kuliah geometri termasuk dalam kategori tinggi dengan 9 orang mahasiswa pada tingkat penguasaan sangat tinggi, 15 orang mahasiswa pada tingkat tinggi, 15 orang mahasiswa pada tingkat sedang, 4 orang mahasiswa pada tingkat rendah dan 2 orang mahasiswa pada tingkat 11
sangat rendah dan rata-rata tingkat penguasaan siswa adalah 79,5 %. Maka, pembelajaran dengan media alternatif Geogebra adalah efektif pada mata kuliah geometri.
IV. KESIMPULAN 4.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian diambil beberapa kesimpulan : 1.
2.
Rata-rata tingkat penguasan mahasiswa terhadap materi bidang derajat dua. Dari 45 orang mahasiswa terdapat 39 orang mahasiswa atau 86,66% yang mencapai skor 65 %. Pembelajaran dengan media alternatif GeoGebra adalah efektif untuk materi bidang derajat dua pada mata kuliah geometri
4.2 Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan GeoGebra sebagai salah satu alternatif media pembelajaran pada mata kuliah geometri di Prodi Pendidikan Matematika Universitas HKBP Nommensen Tahun Ajaran 2013/2014 pada pokok bahasan bidang derajat dua adalah efektif. Sehingga disarankan kepada dosen agar mengembangkan model ini pada pokok bahasan yang lain maupun pada bidang studi yang lain yang sesuai.
REFERENSI Budiarto, M.T. 2000. Pembelajaran Geometri dan Berpikir Geometri. Dalam prosiding Seminar Nasional Matematika “Peran Matematika Memasuki Milenium III”. Jurusan Matematika FMIPA ITS Surabaya. Surabaya. Depdiknas. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Hamalik, Oemar. 1999. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hohenwarter, M., et al. 2008. Teaching and Learning Calculus with Free Dynamic Matgematics Software GeoGebra. Tersedia; http://www.publications.uni.lu/re cord/2718/files/ICME11-TSG16.pdf Kusumah, Yaya S. 2003. Desain dan Pengembangan Bahan Ajar Matematika Interaktif Berbasiskan Teknologi Komputer. Makalah terdapat pada SeminarProceeding National Seminar on Science and Math Education. Seminar diselenggarakan oleh FMIPA UPI Bandung bekerja sama dengan JICA. Madja, M.S. 1992. Perancangan dan Implementasi Perangkat Ajar Geometri SMTA. Tesis. Jakarta: PPS UI.
12
Purnomo, A. 1999. Penguasaan Konsep Geometri dalam Hubungannya dengan Teori Perkembangan Berpikir van Hiele pada Peserta didik Kelas II SLTP Negeri 6 Kodya Malang. Tesis. Malang: PPS IKIP Malang. Sadiman, Arief. 2003. Media Pendidikan. Jakarta: Raja Citrapindo Persada. Sudarman. 2000. Pengembangan Paket Pembelajaran Berbantuan KomputerMateri Luas dan Keliling Segitiga untuk Kelas V Sekolah Dasar. Tesis. Malang:PPS UM. Soedjadi, R. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Keadaan Masa Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti. Surya, Mohamad. 2004. Psikologi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy. Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka, Surabaya.
13