ISSN: 2356-2595
Volume: 2
Edisi : 2
Bln/Thn: September 2015
DAFTAR ISI Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Dengan Menggunakan Visual Basic. Efron Manik (1), Simon Panjaitan (2).
77-89
Penggunaan Psikologi Dalam Pendidikan Agama Kristen (Using Psychology In Christian Education) Juliver Lumbantobing
90-106
Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Koneksi Matematis Siswa SMP Pencawan Medan. 107-118 Arisan Candra Nainggolan Pengaruh Pembelajaran Think–Talk–Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di SMP Negeri 2 Mardingding. 119-131 Ribka Kariani An Error Analysis Of Sixth Semester English Department Students Of HKBP Nommensen University In Changing Active Voice Into Passive Voice 132-142 Nurhayati Sitorus1, Maria O. C. Sianipar2 Model Pembelajaran Team Games Tournament Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Ekonomi FKIPUHN T.A 2013/2014. 143-154 Linda Septi Yanti Sianipar Model Pembelajaran Arias Dengan Berbasis Konsep Dasar Fisika Dalam Mata Kuliah Listrik Dan Magnet di FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan Tahun Ajaran 2014/ 2015 155-169 Parlindungan Sitorus Metode Pembelajaran John Dewey Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Adi Suarman Situmorang
170-183
Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus Dengan Memanfaatkan Microsoft Mathematics Hebron Pardede
184-189
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Dengan Menekankan Aspeke Analogi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Di Prodi Matematika FKIP 190-200 Universitas HKBP Nommensen Medan Friska B. Siahaan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN (UHN) MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234 Medan Timur. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Alamat URL: http://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan/
Email:
[email protected]
JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
Jurnal Suluh Pendidikan ISSN: 2356-2595 Pembina Prof. Dr. Belferik Manullang Prof. Manihar Situmorang, M.Sc., Ph.D Ketua Dewan Editor Dr. Dearlina Sinaga, M.Pd. Dr. Binur Panjaitan, M.Pd. Sekretaris Dewan Editor Dr. Binur Panjaitan, M.Pd. Dewan Editor Dr. Hotman Simbolon, MS Dr. Tagor Pangaribuan, M.Pd. Drs. Juliper Nainggolan, M.Si. Drs. Efron Manik, M.Si. Dra. Friska B. Siahaan, M.Pd. Drs. Sahlan Tampubolon, M.Hum Drs. Simon Panjaitan, M.Pd. Hebron Pardede, S.Si., M.Si. Editor Teknik Adi Suarman Situmorang, M.Pd. Parlindungan Sitorus, S.Si., M.Si.
Alamat Redaksi Tata Usaha: Gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nommensen Lantai II Jl. Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20221 Medan Timur. Telepon: (061) 522922;4522831 , Faks : 4571426 Alamat URL: http://akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan Email:
[email protected]
Jurnal Suluh Pendidikan ini merupakan jurnal penelitian yang berisikan tulisan tentang pendidikan atau proses belajar mengajar. Jurnal Suluh Pendidikan terbit sebanyak dua kali dalam kurun waktu satu tahun yaitu setiap bulan Maret dan bulan September dengan jumlah minimal muatan tulisan sebanyak Sepuluh setiap kali terbit. Penyunting menerima sumbangan artikel yang belum pernah dipublikasikan dalam media lain. Naskah di atas kertas HVS A4 dengan spasi 1½ dengan maksimum tulisan 17 halaman, dengan format seperti tercantum dalam halaman kulit belakang. Naskah akan dimuat dalam jurnal ini setelah lulus evaluasi dari tim editor.
JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
Jurnal Suluh Pendidikan Volume: (2), Edisi: (2), Bln/Thn: September 2015 DAFTAR ISI Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Dengan Menggunakan Visual Basic. Efron Manik (1), Simon Panjaitan (2).
77-89
Penggunaan Psikologi Dalam Pendidikan Agama Kristen (Using Psychology In Christian Education) Juliver Lumbantobing
90-106
Penerapan Pembelajaran Kontekstual Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Dan Koneksi Matematis Siswa SMP Pencawan Medan. Arisan Candra Nainggolan
107-118
Pengaruh Pembelajaran Think–Talk–Write (TTW) Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa di SMP Negeri 2 Mardingding. Ribka Kariani
119-131
An Error Analysis Of Sixth Semester English Department Students Of HKBP Nommensen University In Changing Active Voice Into Passive Voice Nurhayati Sitorus1, Maria O. C. Sianipar2
132-142
Model Pembelajaran Team Games Tournament Meningkatkan Hasil Belajar Mahasiswa Prodi Ekonomi FKIP-UHN T.A 2013/2014. Linda Septi Yanti Sianipar
143-154
Model Pembelajaran Arias Dengan Berbasis Konsep Dasar Fisika Dalam Mata Kuliah Listrik Dan Magnet di FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan Tahun Ajaran 2014/ 2015 Parlindungan Sitorus
155-169
Metode Pembelajaran John Dewey Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa 170-183 Adi Suarman Situmorang Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus Dengan Memanfaatkan Microsoft Mathematics Hebron Pardede
184-189
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif Dengan Menekankan Aspeke Analogi Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata Kuliah Kapita Selekta Matematika Di Prodi Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan Friska B. Siahaan
190-200
JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh karena kasih dan RahmatNya sajalah Jurnal Suluh Pendidikan FKIP Universitas HKBP Nommensen ini dapat terbit untuk Volume 2, Edisi 2, September 2015. Tulisan yang dimuat dalam jurnal ini difokuskan pada bidang pendidikan baik itu pengembangan dan desain model pembelajaran, inovasi metode pembelajaran, inovasi media pembelajaran, inovasi teknik, dan pengembangan pendekatan pembelajaran. Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terimakasih kepada Saudara yang telah mengirimkan tulisannya untuk dimuat dalam jurnal Suluh Pendidikan FKIP Universitas HKBP Nommensen ini dan minta maaf bagi Saudara yang tulisannya ditolak maupun yang masih menunggu antrian untuk dimuat dalam jurnal ini. Demi kesempurnaan jurnal ini dan untuk pengembangan kualitas tulisan dan terbitan serta menjalin komunikasi dalam pertukaran informasi ilmiah, dengan senang hati kami bersedia menerima masukan yang membangun dari saudara serta bersedia menerima tulisan Saudara untuk terbitan selanjunya. Akhir kata, kami berharap semoga tulisan-tulisan yang dimuat pada edisi ini bermanfaat bagi setiap pihak yang membacanya.
Tim Redaksi
Efron Manik ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 77-89
PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DENGAN MENGGUNAKAN VISUAL BASIC Efron Manik(1), Simon Panjaitan(2). Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen E-mail:
[email protected] ABSTRACT At this time, media interactive learning can be made easily. We can make it fast, using the Visual Basic programming language. We can make the code of the program in an interactive media that is able to set the computer response in accordance with the request of students. So the computer will work according to the wishes of students who use it. The purpose of this research is to make good interactive learning media on the topic of determining the roots of quadratic equations and drawing graphs of quadratic functions in class X SMA with Visual Basic computer language. Users can learn on their own, and practice alone with the problems as he wishes. The media received a positive response from 53 respondents. Results of the assessment Respondents pass the minimum threshold criteria for the success of research. Interactive media made in this study will provide benefits to improve student achievement high school class X. Kata Kunci : Media Interaktif, Persamaan dan Funsi Kuadrat, Visual Basic. OESD) mengatakan pendidikan hari ini akan menentukan ekonomi dimasa depan.
PENDAHULUAN Pada awal Desember 2013 sebuah organisasi
dalam
Peringkat siswa Indonesia berada
naungan Organization
posisi 64 dari 65 negara (Pebrialdi, 2013).
Economic Cooperation and Development
Indonesia hanya lebih baik dari negara Peru
(OECD)
for
yang menempati posisi paling buncit dalam
International Student Assessment (PISA)
survei ini. Indonesia mendapatkan nilai 375
telah mengadakan sebuah survei mengenai
untuk
sistim pendidikan dan kemampuan dari
Indonesia mendapatkan nilai 396, dan
siswa sekolah. PISA ini telah mengadakan
pembuatan karya ilmiah, Indonesia dapat
survei sejak tahun 2000 lalu. Survei
nilai 382. Indonesia berada pada dasar
diadakan tiap 3 tahun sekali. Dalam
jurang dalam survei ini. Kita tidak usah
pesannya Andreas
terlalu bermimpi membandingkan dunia
yang
bernama
Program
Schleicher
(pimpinan
matematika,
untuk
membaca
pendidikan kita dengan negara tetangga JSP | FKIP | UHN |hal 77 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Singapura yang memang jauh diatas kita.
yang memotivasi anak untuk bertanya,
Dengan negara Vietnam saja yang baru
mengamati, mengadakan eksperimen, serta
bangkit membangun negaranya kita masih
menemukan fakta dan konsep sendiri.
kalah jauh. Vietnam berada pada peringkat 7
Matematika
sebenarnya
adalah
untuk ilmiah dengan nilai 528. Dunia
pelajaran yang mudah dipelajari jika siswa
pendidikan
dihinggapi
mempelajari contoh-contoh yang disajikan
berbagai masalah pelik, terutama di daerah-
dengan tekun dan mau mengerjakan soal-
daerah terpencil yang jauh dari pantauan.
soal latihan yang diberikan dengan teliti.
Mulai dari kurangnya jumlah guru, mutu
Jika siswa mengerjakan banyak soal-soal
pendidikan, kwalitas guru, alat perlengkapan
latihan maka pengertian dan rumus yang
sekolah termasuk media pembelajaran yang
dibutuhkan pada pokok bahasan tersebut
jauh dari memadai, serta kondisi sekolah
sudah langsung diingat tanpa perlu dihafal
yang sudah tidak layak untuk digunakan.
oleh
Banyaknya kendala yang belum diatasi oleh
menuliskan soal yang ada dipikirannya dan
dunia pendidikan kita berpengaruh pada
setelah itu dia langsung mendapatkan
hasil dari pendidikan itu sendiri.
penyelesaian dari soal tersebut maka siswa
Para
kita
ini
ahli
selalu
psikologi
siswa.
Seandainya
siswa
boleh
pendidikan
yang bersangkutan akan lebih menikmati
mengemukakan bahwa anak-anak mudah
proses pembelajaran. Siswa akan lebih
memahami konsep-konsep yang rumit dan
berhasil jika yang menyelesaikan soal
abstrak jika disertai dengan contoh-contoh
tersebut
konkret, contoh-contoh yang wajar sesuai
(bukan gurunya atau temannya). Karena
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi,
siswa akan berani menanyakan soal apapun
dengan
tanpa rasa takut dan malu.
mempraktekkan
penemuan
konsep
terhadap
kenyataan
sendiri
melalui
upaya
adalah suatu
media interaktif
perlakuan
Media Pembelajaran adalah segala
melalui
sesuatu yang digunakan menyalurkan setiap
penanganan benda-benda yang benar-benar
pesan dari pengirim kepenerima sehingga
nyata. Berdasarkan hal itu maka tugas guru
dapat menyalurkan pikiran, perasaan, dan
bukan memberikan pengetahuan, melainkan
minat serta perhatian siswa sedemikian rupa
menyiapkan media pembelajaran dan situasi
sehingga terjadi proses belajar mengajar.
fisik,
JSP | FKIP | UHN |hal 78 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Proses
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pembelajaran
merupakan proses
penyaji dan penyalur pesan dalam hal-hal
komunikasi dan berlangsung dalam suatu
tertentu
sistem maka media pembelajaran menempati
menyampaikan informasi lebih teliti, jelas,
posisi yang cukup penting sebagai salah satu
dan menarik (Arsyad, 2011: 10). Fungsi
komponen
tersebut dapat dilaksanakannya dengan baik
sistem
pembelajaran.
Tanpa
media, komunikasi tidak akan terjadi dan proses
pembelajaran
komunikasi
juga
berlangsung
secara
sebagai tidak
akan
optimal.
dapat
mewakili
guru
walau tanpa kehadiran guru secara fisik.
proses bisa
media
Media wujud
dengan
kadang
bermacam-macam
disebut
multimedia.
Media
Multimedia merupakan media gabungan dari
pembelajaran adalah komponen integral dari
beberapa media visual, suara, dan lain-lain.
sistem pembelajaran (Daryanto, 2012: 6).
Multimedia terbagi menjadi dua kategori,
Media dapat membantu siswa untuk belajar
mandiri
guru
interaktif (Daryanto, 2012: 53). Lebih lanjut
dengan
dikatakan bahwa Multi media linier adalah
pernyataan yang menyatakan bahwa kita
suatu multimedia yang tidak dilengkapi
dapat melihat dari uraian di muka bahwa
dengan alat pengontrol apapun yang dapat
sudah selayaknya kalau media tidak lagi
dioperasikan oleh pengguna. Multimedia ini
hanya kita pandang sebagai alat bantu
ini
belaka bagi guru untuk mengajar, tetapi
contohnya:
lebih sebagai alat penyalur pesan dari
interaktif
pemberi
buku,
dilengkapi dengan alat pengontrol yang
produser, dan sebagainya) ke penerima
dapat dioperasikan oleh pengguna sehingga
pesan seperti siswa atau pelajar (Arsyad,
pengguna
2011: 10). Lebih lanjut Arsyad (2011: 10)
dikehendaki
menyatakan bahwa Sebagai pembawa pesan,
Contoh
media tidak hanya digunakan oleh guru
pembelajaran interaktif dan aplikasi game
tetapi yang lebih penting lagi dapat pula
(Daryanto, 2012: 53)
disampingnya.
pesan
tanpa Hal
ini
(guru,
kehadiran
yaitu: multimedia linier dan multimedia
sesuai
penulis
berjalan TV
sekunsial
(berurutan),
dan
Multimedia
adalah
dapat
film.
suatu
memilih
untuk
multimedia
proses
media
apa
yang
yang
selanjutnya.
interaktif
adalah
digunakan oleh siswa. Dari pernyataan tersebut maka disimpulkan bahwa sebagai JSP | FKIP | UHN |hal 79 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Salah satu keunggulan multimedia interaktif adalah menolong siswa mampu belajar sendiri tanpa bantuan orang lain. Proses pengembangan multimedia interaktif perlu
dilakukan
beberapa
mengingat
keunggulan
dari
terdapat
media
ini,
dibandingkan dengan media lainya, antara lain: (1) daya coba tinggi dan latihan, (2) menumbuhkan kreativitas mahasiswa, (3) visualisasi informasi/ proses yang bersifat abstrak (tidak kasat mata), (4) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, (5) ada stimulus-respon, (6) meningkatkan motivasi belajar peserta diklat, (7) visualisasi relevan dengan materi, (8) perbandingan teks, visual (grafis, video/ film, animasi) dan audio, dan (9) kesamaan modul multimedia interaktif (Susilana, 2009, 130).
Dalam
hal
pembuatan media interaktif komputer perlu direncanakan dengan cermat supaya dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Susilana (2009: 132) mengatakan “Pengembangan media interaktif berbasis komputer dapat ditempuh dengan langkah-langkah yaitu: (1) pembuatan garis-garis besar program media (GBPM), (2) Pembuatan Flowchart, (3) pembuatan storyboard, (4) pengumpulan bahan-bahan
yang
dibutuhkan,
(5)
Lankah-langkah
ini
perlu
dipedomani
supaya menghasilkan media yang baik terdiri dari Tahapan perencanaan perlu dibuat sebaik mungkin dan media tersebut harus
mampu
menjawab
beberapa
pertanyaan seperti yang diajukan Arsyad (2011: 173). Data empiris yang berkaitan dengan media pembelajaran secara umum bersumber
dari
jawaban
pertanyaan-pertanyaan Apakah
media
berikut
terhadap ini.
pembelajaran
(a) yang
digunakan efektif? (b) Dapatkah media pembelajaran
itu
diperbaiki
ditingkatkan?
(c)
Apakah
dan media
pembelajaran itu efektif dari segi biaya dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa? (d) Kriteria apa yang digunakan untuk memilih media pembelajaran itu? (e) Apakah isi pembelajaran sudah tepat disajikan dengan media itu? (f) Apakah prinsip-prinsip utama penggunaan
media
yang
dipilih
telah
diterapkan? (g) Apakah media pembelajaran yang dipilih dan digunakan benar-benar menghasilkan
hasil
belajar
yang
direncanakan? (h) Bagaimana sikap siswa terhadap
media
pembelajaran
yang
digunakan?”
pemprograman, dan (6) finising.” JSP | FKIP | UHN |hal 80 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Setelah media pembelajara interaktif
mampu mengatur respon komputer sesuai
dibuat, uji coba media perlu dilakukan untuk
dengan
memperoleh
komputer akan bekerja sesuai keinginan
kekurangan
yang
masih
permintaan
yang
siswa.
Sehingga
mungkin ada untuk perbaikan. Susilana
siswa
(2009, 207) mengatakan bahwa kekuatan
keterbatasan dana dan waktu, penelitian ini
dan kelemahan dari media pembelajaran
hanya akan membuat media pembelajaran
yang telah dibuat oleh guru biasanya dapat
tentang topik menentukan akar-akar dan
diketahui dengan lebih jelas setelah program
melukis grafik persamaan kuadrat pada
tersebut dilaksanakan di kelas dan dievaluasi
kelas X SMA. Dalam media ini, siswa bebas
dengan seksama. Hasil yang diperoleh dari
membuat
evaluasi akan memberi petunjuk kepada
selanjutnya
guru tentang bagian-bagian mana dari media
penyelesaian
pembelajaran tersebut yang sudah baik dan
penyelesaiannya.
bagian mana pula yang belum baik sehingga belum
dapat
mencapai
tujuan
dari
menggunakannya.
persamaan
Karena
kuadratnya
komputer dan
akan
dan
memberi
langkah-langkah
Visual Basic 1.0 dikenalkan pada tahun 1991. Konsep pemrograman dengan
pengembangan media pembelajaran yang
metode
diharapkan yang dalam hal ini terkait
tampilan aplikasi Visual Basic ini diadaptasi
dengan pencapaian tujuan pembelajaran
dari
yang
telah
disusun.
memberikan
lembar
(Lampiran 1)
drag-and-drop
prototype
Arsyad
(2011)
dikembangkan
penilaian
media
perusahaannya,
untuk
generator oleh
Alan
dengan
membuat
form
yang
Cooper
dan
nama
Tripod.
dengan judul Evaluasi
Microsoft kemudian mengontrak Cooper
Program Pembelajaran Dengan Bantuan
dan perusahaannya untuk mengembangkan
Komputer.
Tripod menjadi sistem form yang dapat
Pada zaman modern ini, pembuatan multimedia
interaktif
bukan
hal
diprogram untuk Windows 3.0, di bawah
yang
kode nama Ruby. Tripod tidak memiliki
mustahil. Dengan menggunakan bahasa
bahasa pemrograman sama sekali. Ini
pemrograman Visual Basic, media interaktif
menyebabkan Microsoft memutuskan untuk
dapat dibuat. Kita dapat membuat kode
mengkombinasikan Ruby dengan bahasa
program dalam suatu media interaktif yang JSP | FKIP | UHN |hal 81 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pemrograman Basic untuk membuat Visual
(icon), CUR (cursor), WMF (metafile), EMF
Basic.
(enhanced metafile), GIF, dan JPEG. Label Visual Basic merupakan bahasa yang
adalah
kontrol
yang
Pemrograman
berorientasi
menampilkan
objek.
sangat
meletakkan
diperbaiki oleh pemakai. TextBox adalah
komponen-komponen yang kita inginkan
kontrol yang mengandung string yang dapat
pada Form Designer. Visual Basic langsung
diperbaiki oleh pemakai, dapat berupa satu
menyediakan jendela/ window code yang
baris tunggal, atau banyak baris. Frame
dapat dilengkapi dengan mudah. Jendela
adalah kontrol yang digunakan sebagai
Visual Basic 6 menggunakan model Multiple
kontainer
Document Interface (MDI). Jendela Toolbox
CommandButton merupakan kontrol hampir
merupakan jendela yang sangat penting
ditemukan pada setiap form, dan digunakan
untuk melengkapi Form designer seperti
untuk membangkitkan event proses tertentu
yang kita inginkan. Dari jendela ini anda
ketika pemakai melakukan klik padanya.
dapat
CheckBox digunakan untuk pilihan yang
mengambil
muda
komponen-komponen
yang
bagi
kontrol
lainnya.
isinya
untuk membentuk user interface. Jika kita
OptionButton sering digunakan lebih dari
membutuhkan komponen lain yang mungkin
satu sebagai pilihan terhadap beberapa
diperlukan maka anda dapat mengambilnya
option yang hanya dapat dipilih satu. ListBox
dengan cara klik Project pada menu Bar dan
mengandung sejumlah item, dan user dapat
selanjutnya klik Componets.
memilih lebih dari satu (bergantung pada
dalam
kotak
ToolBox
yang
sering
yes/no,
dapat
(object) yang akan ditanamkan pada form
Ada 17 komponen-komponen utama
bernilai
tidak
untuk
mendukung Kita
teks
digunakan
true/false.
property MultiSelect). ComboBox merupakan konbinasi dari
digunakan. Pointer bukan merupakan suatu
TextBox
kontrol; gunakan icon ini ketika anda ingin
pemasukkan data dapat dilakukan dengan
memilih kontrol yang sudah berada pada
pengetikkan maupun pemilihan. HScrollBar
form.
yang
dan VScrollBar digunakan untuk membentuk
digunakan untuk menampilkan image/ grafik
scrollbar berdiri sendiri. Timer digunakan
dengan format: BMP, DIB (bitmap), ICO
untuk proses background yang diaktifkan
PictureBox
adalah
kontrol
dan
suatu
ListBox
dimana
JSP | FKIP | UHN |hal 82 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
berdasarkan
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
interval
waktu
tertentu.
Merupakan kontrol non-visual. DriveListBox, DirListBox,
dan
FileListBox
tercipta
dapat
digunakan
tanpa
membutuhkan software Visual Basic.
sering
Dari pernyataan di atas, maka yang
digunakan untuk membentuk dialog box
menjadai masalah yang diteliti adalah
yang berkaitan dengan file. Shape dan Line
apakah penggunaan bahasa komputer Visual
digunakan
bentuk
Basic dapat digunakan untuk membuat
seperti garis, persegi, bulatan, oval. Image
media pembelajaran interaktif yang baik
berfungsi menyerupai image box, tetapi tidak
pada topik menentukan akar-akar persamaan
dapat digunakan sebagai kontainer bagi
dan melukis grafik fungsi kuadrat pada kelas
kontrol lainnya. Sesuatu yang perlu diketahui
X SMA? Sesuai dengan latar belakang dan
bahwa kontrol image menggunakan resource
perumusan masalah, maka tujuan dari
yang
penelitian
untuk
lebih
menampilkan
kecil
dibandingkan
dengan
PictureBox. Data digunakan untuk
data
ini
adalah
membuat
media
pembelajaran interaktif yang baik pada topik
binding. OLE dapat digunakan sebagai
menentukan
tempat
seperti
melukis grafik fungsi kuadrat pada kelas X
Semua
SMA dengan bahasa komputer Visual Basic.
bagi program
Microsoft
Excel,
eksternal
Word,
dll.
akar-akar
penelitian ini
persamaan
dan
komponen-komponen pada ToolBox yang
Hasil
akan memberikan
dibutuhkan diletakkan di Form Design.
manfaat untuk meningkatkan prestasi belajar
Properties dari komponen-kompnen diatur
siswa SMA kelas X.
sedemikian rupa supaya bagus dilihat dan gampang
digunakan.
Pada
komponen-
METODOLOGI PENELITIAN
komponen ini diletakkan kode program sesuai
perencanaan
media
interaktif.
sehingga
Untuk
diperoleh
menbuat
Penelitian dilakukan di Universitas HKBP
Nommensen.
Penelitian
ini
hasil
direncanakan dilaksanakan selama enam
pekerjaan media interaktif ini dapat berdiri
bulan sejak Maret sampai dengan September
sendiri maka kita dapat melakukannya
2011.
dengan memilih File pada Menu Bar, dan
pembelajaran interaktif dilakukan dengan
klik Make ......exe. Selanjutnya dilengkapi
pertimbangan
Rancangan
pembuatan
langkah-langkah
media
yang
apa yang diminta, dan akhirnya file yang JSP | FKIP | UHN |hal 83 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
diusulkan oleh Susilana (2009: 132), antara
Proyek pembuatan media pembelajaran
lain:
interaktif
1. Persiapan
Visual Basic. Form Design dibuat
ini
menggunakan
bahasa
Kegiatan ini dilakukan pada awal
menarik dan muda digunakan oleh
penelitian.
pemakai. Kode program ditanamkan
Hal
mengumpulan
ini
bertujuan
bahan-bahan
yang
pada Form tersebut sesuai dengan
dibutuhkan dan mebuat jadwal/ tahap-
Flowchart
tahap penelitian lebih terperinci.
sebelumnya. Kode program yang ada
2. Pembuatan GBPM (Garis-garis Besar Program Media)
yang
sudah
dibuat
dalam Form akan membauat media ini menjadi interaktif.
GBPP akan diselaraskan dengan tujuan
5. Finising
pembelajaran pada topik Menentukan
Kode program yang selesai dibuat akan
Akar-akar Persamaan Kuadrat. GBPM
diuji
coba
untuk
mengetahui
juga akan diselaraskan dengan Tujuan
efektivitasnya
dalam
menunjang
Instruksional
pencapaian tujuan pembelajaran tentang
Khusus
(TIK),
serta
mempertimbangkan indikator-indikator
Menentukan
yang
Kuadrat.
telah
ditetapkan
pada
topik
tersebut. Dengan mempertimbangkan semua hal tersebut, GBPM akan baik. 3. Pembuatan Flowchart.
Akar-Akar
Persamaan
6. Kriteria Keberhasilan Lembar penilaian untuk media ini menggunakan Lembar Penialaian pada
Sebelum menuliskan kode program,
Lampiran 1 yang ditulis oleh Susilana
Flowchart harus dibuat terlebih dahulu.
(2009: 132). Kita berharap harus lebih
Pembuatan Flowchart bertujuan untuk
dari 50%
membagi-bagi pekerjaan yang besar
mempunyai rating tinggi dan tidak ada
menjadi pekerjaan yang kecil-kecil,
yang memiliki rating rendah. Jika hal
serta membuat langkah-langkah yang
ini belum tercapai maka ujicoba akan
harus dilakukan saat pembuatan kode
diulangi
program
perbaikan-perbaikan.
dari butir-butir penilaian
lagi
dengan
sejumlah
4. Pemrograman. JSP | FKIP | UHN |hal 84 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Dengan menggunkan bahasa Visual Basic, media interkatif tentang Persamaan dan Fungsi Kuadrat dibuat dengan tiga Menu utama, yaitu: PK1, PK2, dan Grafik Fungsi. Masing-masing Menu mempunyai tiga Sub Menu, yaitu: Tujuan, Teori, dan Latihan. Sub Menu Tujuan menyajikan tujuan pembelajaran sesuai Menu, Sub Menu Teori menyajikan materi singkat sesuai Menu, dan Sub Menu Latihan merupakan
halaman
yang
interaktif.
Halaman depan dari media interaktif ini dapat dilihat pada Gambar 2.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan
JSP | FKIP | UHN |hal 85 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Menu
PK1
membahas
tentang
yang digunakan sebagai latihan. Layar awal
memfaktorkan Persamaan Kuadrat dengan
tampak seperti pada Gambar3(a) yang masih
koefisien x2 bernilai satu. Sub Menu Tujuan
bebas diisi oleh pengguna dengan bilangan
menyajikan tulisan sebagai berikut: “Setelah
bulat.
selesai menggunakan materi yang ada pada
koefisien x dengan bilangan 4 dan konstanta
menu PK1, pengguna diharapkan mampu
sama dengan 3, maka setelah dieksekusi
menentukan akar-akar persamaan kuadrat
(ditekan tombol Faktorkan!) maka di layar
untuk koefisien a = 1.” Sedangkan Sub
akan tertulis baris demi baris seperti Gambar
Menu Teori menampilkan teori singkat
3(b). Penggunaan Menu PK2 hampir sama
tentang cara mendapatkan angka-angka yang
dengan Menu PK1 kecuali koefisien x2
dibutukan dalam pemaktoran. Akhirnya Sub
dalam menu ini boleh diganti dengan
Menu Latihan menampilkan media interaktif
bilangan
Misalkan
pengguna
bulat
mengganti
tak
nol.
JSP | FKIP | UHN |hal 86 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Menu Grafik Fungsi membahas cara melukis
grafik
fungsi
kuadrat
dalam
akan membuat
menerangkan
langkah-langkah
grafiknya
serta
koordinat kartesius. Sub Menu Tujuan
menggambarkannya. Layar awal tampak
menampilkan keterangan tentang apa yang
seperti pada Gambar4(a) yang masih bebas
akan di capai jika menu Grafik Funsi ini
diisi oleh pengguna dengan bilangan bulat.
digunakan oleh pengguna. Sub Menu Teori
Misalkan pengguna mengganti koefisien x 2
membahas tentang langkah-langkah untuk
dengan bilangan -2, koefisien x dengan 2,
menggambar
kuadrat.
dan konstanta sama dengan 4, maka setelah
Sedangkan Sub Menu Latihan merupakan
dieksekusi (ditekan tombol Lukis) maka di
laman interaktif, yaitu: jika mahasiswa
layar akan tertulis baris demi baris serta
menuliskan fungsi kuadratnya maka media
grafik fungsi seperti Gambar 4(b).
grafik
fungsi
JSP | FKIP | UHN |hal 87 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
penelitian yang diajukan pada Bab III, yaitu:
2. Hasil Tampilan layar yang dibahas dalam
Kita berharap harus lebih dari 50% penilaian
dari
Sub Bab 4.1 di atas merupakan perbaikan
butir-butir
mempunyai
rating
media interaktif yang dilakukan setelah
tinggi dan tidak ada yang memiliki rating
penyebaran angket kepada 53 responden
rendah (Jika hal ini belum tercapai maka
pengguna media interaktif tersebut. Dari
ujicoba akan diulangi lagi dengan sejumlah
sepuluh butir angket Evaluasi Program
perbaikan-perbaikan). Jadi perbaikan media
Pembelajaran Dengan Bantuan Komputer,
interaktif sebenarnya tidak diperlukan lagi.
enam butir diantaranya mendapat penilaian
Tetapi komentar langsung Responden sangat
yang cukup tinggi, yaitu: butir (1) Terfokus
membantu untuk perbaikan media.
dengan jelas pada tujuan, (4) Relevan
Komentar langsung Responden di
dengan tujuan kurikuler dan sasaran belajar,
fokuskan untuk memperhatikan tentangdua
(5) Format penyajiannya memotivasi, (6)
hal
Terbukti efektif (yaitu dengan uji coba di
Kelemahan. Setelah komentar Responden
lapangan), (8) Petunjuknya sederhana dan
disarikan, titik kekuatan dari media ini ada
lengkap, dan (9) Memberi penguatan positif.
dua, yaitu: Materi singkat, padat, dan jelas,
Sedangkan empat butir mendapat penilaian
serta Penyampaian materi dan latihan cukup
yang sedang, yaitu: butir (2) Interaktif terus-
bagus. Sedangkan titik lemah ada tiga, yaitu:
menerus,
1. Sebagian lembar media tidak kelihatan,
(3)
Bercabang
untuk
menyesuaikan dengan tingkat kemapuan siswa, (7) Sajian gambar/ grafik yang sesuai, dan (10) Dapat digunakan lagi (mengandung unsur acak/ random untuk menyajikan penayangan ulang yang bervariasi. Rataan
yaitu:
Titik
Kekuatan
dan
Titik
dan ada kesalahan pengetikan. 2. Titik koordinat
harus
ditulis
dulu
sebelum menggambar grafik. 3. Command Button jika ditekan berulangulang terjadi hasil yang tidak baik.
dari sepuluh butir angket secara keseluruhan
Semua saran dari Responden untuk
mempunyai nilai kategori tinggi. Hasil
perbaikan media ini dapat di akomodasi dan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
dilaksanakan
Hasil angket dari 53 Responden sudah
melampaui
kriteria
untuk
perbaikan
media
interaktif ini. Sehingga media ini melampau
keberhasilan JSP | FKIP | UHN |hal 88
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
batas
Efron Manik
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
minimum
kriteria
keberhasilan
menerus,
(2)
Bercabang
untuk
penelitian ini.
menyesuaikan dengan tingkat kemapuan
KESIMPULAN DAN SARAN
siswa, (3) Sajian gambar/ grafik yang sesuai,
Kesimpulan
dan (4) Dapat digunakan lagi (mengandung
Penggunaan bahasa komputer Visual Basic dapat digunakan untuk membuat media pembelajaran interaktif yang baik
unsur acak/ random untuk menyajikan penayangan ulang yang bervariasi. Proyek penelitian selanjutnya dapat
pada topik menentukan akar-akar persamaan
digunakan untuk mengembangkan
dan melukis grafik fungsi kuadrat pada kelas
interaktif untuk pokok bahasan lain dalam
X SMA. Pengguna dapat belajar sendiri dan
mata pelajaran matematika. Sehingga kita
berlatih sendiri dengan berbagai kasus
akhirnya mempunyai media interaktif yang
sesuai keinginannya. Media ini mendapat
lengkap untuk semua pokok bahasan.
respon positif dari 53 Resdponden. Hasil
DAFTAR PUSTAKA
penilaian
Arsyad, A. (2011). Media Pembelajaran. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Daryanto. (2012). Media Pembelajaran. Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung. Pebrialdi. (2013). Siswa Indonesia Peringkat 64 Dari 65 Negara,Tapi Paling Bahagia di Dunia. http://edukasi.kompasiana.com/2013/12/0 6/siswa-indonesia-paling-bahagia-didunia-615696.html. Diunduh: 4/3/2015. Manik, E. (2015). Modul Pemrograman Basic. UHN. Medan Sadiman, A.S., R. Rahardjo, dan A. Haryono. Media Pendidikan. Rajagrafindo Persada. Jakarta. Susilana, R, dan C. Riyani. (2009). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Wacana Prima. Bandung.
Responden
melewati
batas
minimum kriteria keberhasilan penelitian. Media
interaktif
yang
dibuat
dalam
penelitian ini akan memberikan manfaat untuk meningkatkan prestasi belajar siswa SMA kelas X. Saran Walaupun penilaian media interaktif ini
melewati
batas
minimum
kriteria
keberhasilan, tetapi masih ada beberapa butir
penilaian
yang
harus
mendapat
perhatian untuk mendapatkan media yang lebih
baik.
Empat
butir
yang
harus
diperbaiki antara lain: (1) Interaktif terus-
media
JSP | FKIP | UHN |hal 89 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id /portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, Maret 2015 Halaman 90-106
PENGGUNAAN PSIKOLOGI DALAM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN (USING PSYCHOLOGY IN CHRISTIAN EDUCATION) Juliver Lumbantobing, Jurusan Pendidikan Agama Kristen Universitas HKBP Nommensen Email:
[email protected] ABSTRACT: Psychology had been using in Christian Education. The starting point of Psychology is different from Christian Education. According to the writer’s observation as a lecture of Christian Education it is imposible to use Psychology in Christian Education unusefully so the purpose of Christian Education was not gained. Thus the writer will try to set up solutions to this problem. Basically the writer examined how the teacher of Christian Education use Psychology in the Christian Education and how far Psychology could give support for the Christian Education. So, the writer will explain what is Psychology, and then what is Christian Education, and then the writer tries to formulate the misson of the Church’s Tasks, and then the writer explain how to use Psychology in Chistian Education, while finally the writer formulates conclusions that is no problems to use Psychology in Christian Educaion and suggestions to the Church and the teacher tu use Psychology wisely. Key Word: Psikologi, P.A.K. PENDAHULUAN
bahaya-bahaya yang haru s diwaspadai
Psikologi adalah suatu cabang
dalam menggunakan Psikologi dalam
ilmu tentang perilaku manusia. ia bersifat
kegiatan gereja. Collins, (1971:16-18)
sekuler karena mendasarkan kerangka
mencatat bahwa dalam sejarah terdapat
kerjanya
suatu
murni
berdasarkan
logika
masa
yang
Gereja
manusia. Sedangkan Pendidikan Agama
bermusuhan
Kristen
sebab itu penulis menduga: akan terdapat
(P.A.K)
adalah
ilmu
yang
dengan
mana
mendasarkan kerangka kerjanya selain
permasalahan
pada kaidah-kaidah ilmiah juga pada
Psikologi dalam P.A.K.
ajaran-ajaran Alkitab; Sebagai salah satu
dalam
Bagaimanakah
Psikologi.
Oleh
menggunakan
Psikologi
bentuk tugas gereja, P.A.K. juga harus
digunakan dalam P.A.K supaya tidak
berjalan sesuai dengan missi Gereja.
bermasalah bahkan justeru mendukung,
Sebagai
ilmu
Psikologi jenis manakah yang dapat
pendidikan. P.A.K. sering menggunakan
digunakan oleh P.A.A.; demikianlah
Psikologi dalam kegiatannya. Guntrip
permasalahan yang akan diteliti dalam
(1971:19-24)
penelitian ini. Tulisan ini akan meneliti
salah
satu
bidang
mengingatkan
adanya
JSP | FKIP | UHN |hal 90 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
sejauhmanakah menggunakan
P.A.K.
dapat
mempunyai pengertian yang sederhana,
Psikologi
dalam
yaitu: ilmu yang mempelajari tentang
mengembangkan kegiatannya. Tujuannya
jiwa
ialah agar para pengerja P.A.K, terutama
Namun, sekarang pengertian tersebut
para guru-guru P.AK, tidak menjadi
sudah
gamang
dalam
Psikologi sekarang (disebut kemudian
menggunakan Psikologi, mereka juga
Psikologi Modern), bukan hanya meneliti
dapat menjadi lebih berhikmat dalam
sifat atau hakekat kejiwaan manusia saja,
memanfaatkan Psikologi tersebut.
tetapi
atau
ragu-ragu
ini
menggunakan
metode
penelitian kwalitatif melului kajian/ sutdi Kepustakkan. Dalam data/
informasi
mengumpulkan
penulis
mengumpulkan informasi
mencoba seoptimal
mingkin dari buku-buku yang membahas terkait dengan pokok pembahasan dari penelitian ini. Berdasarkan informasi yang
terkumpul
kemudian
penulis
menganalisa kesesuaian-kesesuain dari informasi
pustaka
terbut
sehingga
akhirnya penuli member kesimpulan dan saran sekaitan dengan pokok bahasan penelitian ini. DAN
HASIL
Arti dan Manfaat Psikologi Pada mulanya, secara etimologis
(psyche= jiwa + logos= ilmu) menurut (th.
termasuk
perkembangan.
juga
tingkah-laku
Modern lebih cenderung mempelajari atau meneliti tingkah-laku manusia (yang dianggap sebagai jiwa yang menjasmani), daripada mempelajari sifat atau hakekat jiwa manusia; karena jiwa itu merupakan sesuatu yang abstrak, yang tidak dapat dilihat.
Psikologi
Modern
lebih
merupakan ilmu pengetahuan tentang tingkah laku manusia (ibid). Psikologi
menolong
untuk
memahami motif-motif dan tujuan dari setiap perilaku manusia. Psikologi dapat menolong untuk memahami mengapa seseorang melakukan sesuatu tindakan
Misalnya jika seorang anak menangis pasti ada alasannya dan juga tujuannya,
PENELITIAN
Plato
mengalami
dan apa tujuan dari tindakan tersebut.
PEMBAHASAN
1.
(Kartono:1980:1-2).
manusia atau aktifitas manusia. Psikologi
Metode Penelitian Tulisan
manusia
400
S.M.)
psikologi
kemungkinan ia “meminta perhatian” dari orangtuanya, kemungkinan dia lapar sehingga oleh tangisannya ia berharap untuk
“dikenyangkan”.
Psikologi
JSP | FKIP | UHN |hal 91 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
mempunyai banyak cabang. Misalnya
hakekat seorang anak atau sifat-sifat
Psikologi
manusia
Pendidikan
yang
meneliti
sesuai
dengan
tentang bagaimana seseorang belajar,
perkembangannya. Dengan pengenalan
Psikologi
yang
yang mendalam tentang seorang anak
menjelaskan tentang sifat dan hakekat
atau orang lainnya, hal ini tentu akan
manusia
dengan
menolong para pendidik untuk dapat
Sosial,
lebih
Perkembangan
sesuai
perkembangannya,
Psikologi
bijaksana
dalam
menentukan
Psikologi Industri, Psikologi Agama,
metode yang paling cocok diterapkan
dlsbg.
kepada nara didiknya. Pengenalan yang
Psikologi,
sesuai
dengan
bidangnya dapat bermanfaat bagi cabang
baik
juga
dapat
mengembangkan
ilmu pengetahuan untuk mengembangkan
hubungan yang lebih “mesra” antara para
masing-masing keilmuannya.
pendidik dan nara didiknya (bd. pepatah
Dalam Ilmu Pendidikan misalnya:
yang mengatakan: “tak kenal maka tak
Psikologi, terutama Psikologi Pendidikan
saying). Tidak dapat disangkal bahwa
atau Psikologi Belajar, menolong untuk
sungguh
memperoleh
tentang
Psikologi, terutama yang terkait, dalam
bagaimanakah seorang anak itu belajar.
lingkungan pendidikan; dengan psikologi
Sebagaimana
kegiatan belajar mengajar akan dapat
pemahaman
oleh
menyebutkan bahwa
Holt
(1967:x)
anak mempunyai
manfaat
dia
diabaikan.
bahwa
anak
sumbangan
Sekaitan dengan hidup keagamaan,
berbeda dari cara belajar orang dewasa; membuktika
manfaat/
berlangsung dengan lebih baik.
caranya sendiri dalam belajarnya, yang
telah
besar
psikologi juga tidak dapat Selain
Psikologi
Agama,
mengalami kegagalan dalam belajarnya
terdapat beberapa penelitian psikologi,
karena
yang
yang meneliti tentang hidup kegamaan
dengan
dan keimanan manusia. Hal ini tentu
cara
diperolehnya
pendidikan tidak
sesuai
keberadaanya (1964:xiii). Selain
untuk
memahami
Pendidikan,
bagaimanakah hidup keagamaan atau
Anak
dan
keimanan seseorang itu berkembang,
Psikologi Perkembangan yang menolong
dengan demikian akan lebih mudah untuk
untuk
lebih
terdapat
Psikologi
menolong
juga
Psikologi
memperoleh
pengenalan
tentang
pemahaman/ sifat-sifat
dan
mengembangkannya.
Goldman
(1968:2) misalnya telah meneliti bahwa
JSP | FKIP | UHN |hal 92 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
konsep
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
pemahaman
anak
terhadap
bersifat kristiani. Maka P.A.K. pada
Alkitab adalah berbeda dari remaja atau
hakekatnya merupakan salah satu cabang
orang dewasa, anak-anak lebih bersifat
pendidikan yang mengajarkan agama
operasional, mereka belum dapat berpikir
Kristen dengan cara-cara yang kistiani
abstrak. Itu sebabnya menurut Wahono
(bd. Groome, T.H., 1980). Sekaitan
(1986): pada hakekatnya anak tidak dapat
dengan istilah pendidikan yang terdapat
mengkonsumsi seluruh nas-nas yang
pada P.A.K., berdasarkan pengertian
terdapat di dalam Alkitab, penggunan
etomologis
Alkitab kepada anak harus selektif.
bahwa pendidikan (education) berasal
menurut
Price
(1944:13)
Westerhoff III (1976:91-92)) telah
dari kata educere (bhs. Latin) = to bring
meneliti bagaimanakah iman seorang
up, to raise atau to lead out = mendesak/
anak itu berkembang: bahwa mereka
mengeluarkan
berada pada tahapan experienced faith,
seseorang untuk dikembangkan; dan
yaitu
imannya
educare (bhs. Latin) = to train, to teach,
dipengaruhi oleh pengalamannya dalam
to instruct, to nourish atau to nurture;
hubungan-hubungannya
dengan orang
maka kegiatan P.A.K begitu luas, tidak
lain, misalnya: konsep Allah dapat
hanya pada sekolah-sekolah formal (SD,
dipahaminya berdasarkan pengalamannya
SMP, SMS/K, Universitas) tetapi juga
dalam hubungannya dengan orangtuanya.
pada
Dengan demikian, Psikologi bermanfaat
Seminar, Penataran, Semoloka, dll.(,
dalam memahami perkembangan hidup
termasuk juga pada kegiatan-kegiatan
keagamaan atau keimanan seseorang
yang bersifat informal yang berlangsung
sehingga “tokoh-tokoh agama” dapat
di luar sekolah, seperti di tengah-tengah
melayani umatnya dengan lebih baik
keluarga atau melalui pengalaman hidup
(bd.Carrington, 1957:3-7).
dalam
2.
sesamanya..
tahapan
di
mana
Arti, Tujuan, Metode dan Hakekat Pendidikan
Agama
Kristen
potensi-potensi
sekolah
non
fomal
hubungan-hubungan
Sekaitan
dengan
diri
(Kursus,
dengan
istilah
agama
(P.A.K.)
Kristen yang teradapat pada P.A.K.,
P.A.K. adalah pendidikan tentang
bahwa menurut Hans Kung (1977:119)
Agama
Kristen.
P.A.K.
juga
dapat
disebut sebagai pendidikan agama yang
berdasarkan sejarah kekristenan bahwa agama
kristen
tidak
hanya
sekedar
JSP | FKIP | UHN |hal 93 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
pelengkap identitas tetapi merupakan
Eavey, 1966:9, “from the cradle to the
agama yang begitu taat kepada Kristus
grave”). Kegiatan P.A.K. tidak hanya di
(kristen
yang
sekolah, dengan demikian objek (sasaran
diberikan pertama sekali oleh Pliny –
P.A.K) adalah berasal dari berbagai
salah seorang pejabat Romawi – bagi
lapisan usia, maka berdasarkan objeknya
orang-orang yang begitu taat kepada
P.A.K. dapat dibedakan dengan: P.A.K.
Kristus),
Anak, P.A.K. Remaja/ Pemuda, P.A.K.
adalah
suatu
maka
sebutan
P.A.K.
tidak
hanya
sekedar bertujuan untuk mengajarkan
Dewasa, P.A.K. Keluarga,dan
tentang nilai-nilai kristiani atau butir-
Lansia. Oleh
butir pengetahuan agama Kristen; tetapi
berbeda, maka methode P.A.K. harus
lebih dalam dari hal tersebut adalah untuk
dibedakan
membentuk kepribadian Kristen dalam
objeknya.
diri seseorang sehingga ia menjadi taat dan
setia
kepada
dengan
Kamus
sifat
Besar
dari
Bahasa
yang
Indonesia (1988: 580-581), istilah metode
kehidupannya
berarti: cara yang teratur dan terpikir
sehari-hari. Oleh sebab itu P.A.K dapat
baik-baik untuk mencapai maksud (dalam
didefinisikan sebagai: segala kegiatan
ilmu pengetahuan, dsb.), atau cara kerja
(disengaja)
yang
dinyatakannya
Kristus,
sebab sifat objek yang
sesuai
Dalam
P.A.K.
dalam
yang
merupakan
usaha
bersistem
untuk
suatu
memudahkan
pengembangan diri (potensi-potensi diri),
pelaksanaan
kegiatan
guna
kepada ketaatan dan pengabdian bagi
mencapai tujuan yang ditentukan. Bila
Kristus Yesus.
ditinjau dari akar katanya, metode berasal
Kegiatan P.A.K begitu luas, tidak
dari bahasa Yunani Kuno: meth =
hanya di dalam sekolah. Oleh sebab itu
bersama + hodos = jalan; maka metode
P.A.K. dapat berlangsung di luar sekolah:
mengandung pengertian berjalan bersama
di Gereja, di tengah-tengah Keluarga, di
(Schmidt, 1983:50).
tempat bekerja, di lingkungan masyarakat
metode dapat diartikan dengan: cara kerja
yang bersifat kristiani. Dapat dikatakan
yang sistematis
bahwa
berlangsung
tujuan, yang mana unsur-unsur yang
seumur hidup: sejak dari kandungan
terlibat dalam proses pencapaian tujuan
sampai akhir hidup seseorang (bd. Miller,
dimaksud
1961:vii, “from the womb to tomb”, atau
bersama-sama. Dalam kegiatan belajar-
kegiatan
P.A.K
Dengan demikian
untuk mencapai suatu
diharapkan
akan
berjalan
JSP | FKIP | UHN |hal 94 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
mengajar
P.A.K.:
berjalan
murid
berbimbingan
mencapai
tujuan
dan
guru
Akan tetapi, sebagai salah satu
untuk
cabang Ilmu Pendidikan, P.A.K. juga
(Homrighausen,
harus berlangsung sesuai dengan kaidah-
tangan
1985:93).
kaidah
yang berlaku
dalam
bidang
P.A.K. bertujuan untuk membentuk
pendidikan. P.A.K tidak hanya berjalan
kepribadian yang kristiani dalam diri
dengan berorientasi pada Alkitab saja,
seseorang sehingga ia selalu taat dan setia
P.A.K. juga harus mengikuti kaidah-
kepada
kaidah
Kristus
dalam
kehidupannya
yang
dituntut
oleh
ilmu
sehari. Oleh sebab itu dapat dikatakan
pendidikan. Dalam hal inilah diperlukan
bahwa titik berangkat dari ajaran P.A.K.
kreatifitas dari para pekerja P.A.K.
adalah Kristus. Segala proses kegiatan
bagaimana
P.A.K harus tunduk kepada ajaran-ajaran
mensinergikan ajaran Alkitab dengan
Kristus, Kristus merupakan dasar pijakan
teori
dari setiap pemikiran, pertimbangan yang
melangsungkan kegiatan P.A.K sesuai
terdapat dalam P.A.K. Kristus yang
dengan
dipercayai oleh jemaat Kristen mula-
bertentangan
mula atau Kristus yang dipercaya oleh
Alkitab.
umat Kristen pada saat ini adalah sama,
secara
keilmuan
sifat
kreatif
pendidikan,
kelimuannya dengan
Gereja adalah
dapat
atau
tanpa
ajaran-ajaran
tubuh Kristus (1
yaitu Kristus yang diberitakan di dalam
Korintus 12:12-31//). Hal ini berarti
Alkitab (Perjanjian Lama dan Perjanjian
bahwa Gereja diwakili di dalam Kristus,
Baru). Oleh sebab itu, untuk maksud di
atau di dalam eksistensi Kristus sebagai
atas maka P.A.K harus mendasarkan
manusia yang bertubuh (Hadiwijono,
teori-teorinya
Alkitab
op.cit” 273). Oleh sebab itu Gereja harus
merupakan sumber pengetahuan utama
tunduk kepada Kristus sebagai kepalanya.
dari P.A.K., P.A.K. harus tunduk kepada
Gereja dituntut untuk menyatakan karya
Alkitab, yang dipercaya orang Kristen
Kristus di dunia, sebagaimana yang
sebagai Firman Allah (bd. Hadiwijono,
dilakukanNya
1988:100) . Segala bentuk kegiatan
mempunyai kewajiban untuk membagi
P.A.K. tidak boleh bertentangan dengan
pelayanan Kristus kepada segenap umat
ajaran Alkitab.
di dunia ini (ibid), termasuk di dalamnya
pada
Alkitab,
kegiatan
bagi
pendidikan,
manusia.
maka
Gereja
P.A.K.
JSP | FKIP | UHN |hal 95 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
merupakan salah satu gereja yang hakiki
Psikologi menjadi salah satu cabang ilmu
(bd. Homrighausen, op.cit: 32)..
pengetahuan,
Walaupun P.A.K.merupakan salah
sedang
mengalami
perkembangan yang begitu pesat hingga
cabang ilmu pendidikan, oleh sebab
menjadi
P.A.K. merupakan salah satu tugas/
menunjukkan sikap yang bermusuhan
tanggung jawab gereja yang hakiki, dan
dan
P.A.K. berlangsung di tengah-tengah
1971:16-18).
Gereja, maka P.A.K. tidak terpisahkan
menerima para psikolog sebagai mitra
dari Gereja, P.A.K. tidak terlepas dari
kerjanya,
hakekat dan misi Gereja (bd. Shinn,
memanfaatkan
1962:15-26). Oleh sebab itu, walaupun
penemuan mereka.
sebagai
salah
satu
meragukan
Psikologi
Gereja
(Collins,
tidak
apalagi
dapat
menggunakan/
hasil-hasil penelitian/
ilmu
Sikap Gereja demikian terjadi karena
pendidikan yang harus mengikuti kaidah-
: pada waktu itu tedapat sikap di kalangan
kaidah
para psikolog yang tidak mau tahu
ilmu
cabang
piskologi modern. Gereja
pendidikan;
melangsungkan
setiap
dalam
kegiatannya,
dengan
agama,
mereka
P.A.K. juga harus selalu menyesuaikan
mengabaikan
pengaruh
setiap kegiatnnya dengan misi Gereja.
kepribadian
dan
Dengan
Beberapa
P.A.K
demikian, harus
pada
hakekatnya
diselenggarakan
sesuai
mencoba
agama
pada
sejarah
manusia.
telah
membua
psikolog
keputusan untuk mengeluarkan
hal-hal
dengan Alkitab, misi Gereja dan kaidah-
bersifat keagamaan dari bidang Psikologi.
kaidah
Ada beberapa kaum psikolog yang tidak
yang
terdapat
dalam
ilmu
pendidikan. 3.
tertarik dengan persoalan-persoalan yang
Penggunaan
Psikologi
dalam
Tugas-Tugas Gereja 3.1.
Sejarah
Penggunaan
Psikologi
dalam Tugas-tugas Gerejani Dari catatan sejarah dapat dilihat adanya suatu zaman pada waktu mana penggunaan Psikologi dalam tugas-tugas gerejani tidak diperbolehkan. Pada sekitar awal abad yang ke-20, pada waktu mana
berkaitan dengan agama. Seperti Collins
yang (ibid):
diungkapkan 1)
oleh
Kelompok
Behaviorisme oleh J.B. Watson (1913). Kelompok ini mencoba mempopulerkan metode psikologi eksperimental, yaitu metode penelitian psikologi yang benarbenar
dapat
dipertanggung-jawabkan
secara ilmiah, yang dapat dibuktikan
JSP | FKIP | UHN |hal 96 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
secara laboratories seperti bidang Fisika
Setelah beberapa decade berlalu, terjadi
atau Kimia. Karena pengalamanagama
perubahan
tidak dapat diobservasi atau diteliti secara
psikolog terhadap agama. Di antara
ilmiah, maka nereka memutuskan bahwa
mereka ada yang telah menyadari bahwa
segala sesuatu
untukmengerti
keagamaan Psikologi;
yang terkait
dengan
harus dikeluarkan dari 2)
Ada
juga
kelompok
manusia,
sikap
di
kalangan
tentang
tingkah
pengaruh-pengaruh
pada kehidupan seseorang tidak dapat diabaikan. Maka mereka pun
Sigmund
memperlihatkan
(1927).
Freud
suatu
sebenarnya juga tertarik dengan masalah-
bersimpati
masalah
Karena perubahan sikap
agama.
Akan
tetapi
ia
laku
spiritual
Psikologi Klinis yang dipengaruhi oleh Freud
para
terhadap
sikap agama.
mulai yang (ibid).
para psikolog
mengatakan: “agama merupakan suatu
terhadap agama di atas, maka gereja juga
penyakit jiwa yang universal, sesuatu
mulai menunjukkan sikap yang terbuka
yang mirip dengan narkotika, yang
terhadap mereka. Gereja mulai tertarik
menolong
tidak
untuk mempelajari Psikologi. Gereja
mempunyai kestabilan jiwa untuk dapat
mulai menyadari bahwa betapa banyak
bertahan dalam menghadapi kesulitan
penemuan
hidupnya”. Freud percaya bahwa ajaran
pengertian
agama ialah suatu ilusi yang akan hilang,
digunakan dan yang berkaitan dengan
sejalan dengan pendewasaan masyarakat
tugas-tugas gerejani. Maka Gereja mulai
dan perkembangan ilmu pengetahuan.
menggunakan
Oleh pendapat Freud ini, banyak psikolog
mendukung pelaksanaan tugas-tugasnya.
klinis yang menolak agama sebagai
Maka sejak tahun 1925, Anton Boisen
suatu topik bagi penelitian Psikologi
dan
secara serius.
berhasil memperkenalkan suatu cabang
orang-orang
Dengan
adanya
yang
sikap
beberapa
psikolog seperti di atas, maka tidaklah mengherankan bahwa Gereja menjadi enggan
bersimpati
psikologis
yang
Psikologi
beberapa
psikologi
pemahaman
sebutan
dapat
untuk
mahasiswanya
dengan
atau
telah
Psikologi
Pastoral (ibid). Berdasarkan uraian di atas dapat
kepada
disebut bahwa kemungkinan penggunaan
keadaan
Psikologi dalam tugas-tugas gerejani
demikian tidak berlangsung selamanya.
tidak lagi peril dipermasalahkan. Akan
Psikologi.
untuk
dan
Akan
tetapi,
JSP | FKIP | UHN |hal 97 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
tetapi patut dipergumulkan bagaimana
persoalan baru dalam kehidupan yang
atau
mungkin timbul.
atas
dasar
pertimbangan
apa
Psikologi itu dapat dimanfaatkan dalam
Adalah mustahil
bagi seseorang
tugas-tugas gerejani, agar senantiasa
untuk dapat mengatasi persoalan dirinya
sesuai
Tugas
atau orang lain dengan lebih baik atau
Panggilan Gereja di dunia. Dalam tulisan
lebih efisien jika ia tidak atau belum
ini, penulis melihat secara khusus dalam
memahami persoalannya dengan baik.
kaitannya dengan Pendidikan Agama
Pemahaman yang kurang baik tentang
Kristen.
Psikologi kemungkinan mengakibatkan
3.2.
timbulnya
dengan
hakekat
dan
Dasar Pertimbangan
A. Manfaat Psikologi Psikologi ialah suatu ilmu yang
persoalan
baru
kehidupan
pribadi
atau
orang
Kejelasan
tentang
pengaruh/
akibat
penggunan
tingkah
dijelaskan oleh Psikologi misalnya. Jika
manusia.
Dengan
seseorang
memperoleh atau belajar tentang praduga
buruknya
individu, emosi-emosi dan karakteristik
Narkoba, kemungkinan sekala iaakan
pribadi.
selalu
melalui
Psikologi
akibat
berupaya
betapa
dapat
mempelajari Psikologi, seseorang akan
Maka
memahami
yang
lain.
berusaha untuk memahami hakekat dari laku
Narkoba
dalam
sangat
penyalah-gunaan
untuk
seseorang dapat belajar untuk mengenal
Narkoba
orang lain secara lebih objektif, termasuk
mempengaruhi orang lain untuk tidak
juga mengenal tentang dirinya sendiri.
mengkonsumsi Narkoba; maka seseorang
Maka, pemahaman yang baik tentang
tersebut akan terluput dari masalah
Psikologi
Narkoba. Akan tetapi jika seseorang tidak
dapat
bermanfaat
untuk
tersebut,
menghindari juga
menolong diri sendiri maupun orang lain
memperoleh
atau masyarakat, dalam memecahkan
tentang Narkoba tersebut, kemungkinan
atau
besar dia dapat terjerumus, jika ia
mengatasi
kehidupannya khususnya
persoalan-persoalan
secara
yang
pemahaman
yang
dapat
baik
lebih
efisien,
terjerumus bagaimana mungkin ia dapat
berkaitan
dengan
mencegah
perilaku (bd. Collins, ibid.). Dengan
orang
lain
supaya
tidak
terjerumus.
demikian, pemahaman yang baik tentang Psikologi ini dapat mencegah persoalan-
JSP | FKIP | UHN |hal 98 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
B. Kesesuaian Pandangan Psikologi dengan
pengaruh biologis (genetif) dan
Ajaran Gereja.
social;
Walaupun titik berangkat pandangan Psikolgi
berbeda
dengan
di
dalam
Alkitab
juga
dinyatakan bahwa perilaku manusia
pandangan
dipengaruhi oleh dosa (sifat dosa
Gereja, harus diakui bahwa di antara
warisan) dan kuasa setan (bd. Mrk.
keduanya juga terdapat kesesuaian atau
5:1-13; Rm. 7:15-20).
titik temu pemahaman. Sebagaimana yang
dikemukakan
(1970:125-128),
oleh
-
Collins
Pengalaman pada masa anak-anak mempunyai
sedikitnya terdapat 7
efek
pada
perilaku
orang dewasa.
(tujuh) kesesuaian di antara pandangan
Freud
Psikologi dengan ajaran Gereja:
mengembangkan
-
Psikologi. Alkitab juga menjelaskan
Manusia mempunyai nilai. Dalam
pandangan
manusia mempunyai
Psikologi, nilai
pertama ide ini dalam
hal demikian dalam Ams 22:6,
yang
“didiklah orang muda menurut jalan
tinggi. Bagaimana pun keadaan diri
yang patut baginya, maka pada masa
seseorang, ia harus tetap dihargai
tuanya
sebagai manusia, manusia patut
menyimpang dari jalan itu.
dihargai sebagaimana adanya. Dalam
-
yang
pandangan
-
kekristenan,
Manusia
pun
ia
tidak
mempunyai
akan
banyak
pergumulan/ permasalahan hidup.
manusia juga mempunyai nilai yang
Baik Psikologi maupun Alkitab
patut dihargai (bd. Mzm 144:3b),
menjelaskan bahwa setiap orang
karena ia adalah ciptaan Allah.
mempunyai persoalan/ pergumulan
Perilaku manusia dipengaruhi oleh
hidup dalam perjalanan hidupnya.
banyak kekuatan yang bervariasi.
-
Beberapa
penyebab
terjadinya
Baik pandangan Psikologi maupun
permasalahan-permasalahan
teologi kekristenan, keduanya setuju
manusia dapat dimengerti, paling
bahwa
tidak sebahagian dari permasalahan
perilaku
manusia
dipengaruhi oleh banyak kekuatan yang bervariasi. Sebagai contoh, menurut Psikologi bahwa perilaku manusia dapat dipengaruhi
hidup
tersebut. -
Persoalan
hidup
manusia
dapat
dikurangi
oleh
JSP | FKIP | UHN |hal 99 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
Psikologi dan kekritenan memang
menyelamatkan
berbeda pada pemahaman tentang
kepadaNya (Kej. :13-19); Musa dengan
apa yang menyebabkan terjadinya
dual
kesulitan-kesulitan
dan
(Kel.24:12; Im. 34:1). Dalam kitab
cara
untuk
Perjanjian Baru dapat dilihat dalam
Akan
tetapi
pengalaman
juga
manusia,
bagaimana
menanggulanginya.
-
oh
orang
batu
yang
yang
setia
berisi
hidup
Taurat
Yesus:
keduanya percaya bahwa sesuatu
menyampaikan
dapat dilakukan walau sekecil apa
menggunakan beberapa perumpamaan
pun untuk mengembangkan kondisi
(Mat. 13//), Dia menggunakan kebiasaan/
setiap orang.
budaya manusia untuk menyampaikan
Untuk merubah keadaan manusia
ajaranNya.
hingga
suatu
menggunakan cara-cara yang berbeda
keadaan yang lebih baik, merupakan
untu melayani jemaatnya yang berbeda (1
tujuan
Kor.
mencapai
yang
pada
dinginkan
oleh
Psikologi dan kekristenan. C. TUHAN
memakai
kebudayaannya
Manusia
untuk
dan
menggenapi
Karya KeselamatanNya Melalui kesaksian Alkitab, baik dalam kitab Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, nyata bahwa Allah sering menggunakan manusia sekaligus dengan
kebudayaannya
pemanfaatan/
pendayaan
(hasil budi/
akal
manusia – Verkuyl, 1979:14), untuk mendukung
pelaksanaan
karya
keselamatanNya di dunia ini. Misalnya dalam
Perjanjian
Lama
diceritakan
tentang Nuh dengan bahteranya yang dipakai TUHAN untuk melaksanakan
Jika
3:1-2;
menunjukkan
ajaranNa
Dia dengan
Rasul
Paulus
9:19-23), bahwa
hal ia
ini juga
menggunakan cara-cara/ budaya manusia dalam melakukan pelayanannya. Psikologi adalah Ilmu Pengetahuan, Psikologi merupakan hasil kebudayaan manusia, sama seperti benda-benda/ hasil teknologi lainnya yang digunakan oleh gereja dalam kegiatan pelayanannya. Sebagai contoh: Sejak dahulu kala Gereja telah menggunakan alat musik untuk mendukung pelayanan ibadahnya. Pada masa
sekarang
Gereja
telah
memanfaatkan media elektronik untuk mendukung
pelayanannya,
penulis
sendiri telah menggunakan smart-phone sebagai pengganti Alkitab dan SMS
rencanaNa menghukum orang fasik dan JSP | FKIP | UHN |hal 100 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
untuk menyampaikan intisari khotbah pada setiap hari Minggu. Berdasarkan
Sebagaimana yang dikatakan oleh Collins (ibid), “dalam menggunakan
penjelasan
atas
Psikologi harus tidak pernah dibiarkan
maka, sebagai hasil budaya manusia,
bahwa ia menjadi kerja dari Gereja atau
Psikologi
hakekat dan tujuan dari tugas Gereja.
dapat
pengembangan gerejani,
di
dimanfaatkan pelayanan
termasuk
untuk
untuk
tgas-tugas
Psikologi
pelayanan
menyebarkan Injil akan tetapi Psikologi
P.A.K. 3.3.
dapat
digunakan
untuk
bukanlah Injil itu sendiri. Psikologi dapat Penggunaan
Psikologi
dalam
menjadi suatu alat yang bermanfaat
Tugas-tugas Gerejani
dalam tugas-tugas gerejani, tetapi adalah
Telah dijelaskan di atas beberapa
Allah,
dasar
pertimbangan
digunakan
oleh
yang Gereja
melalui
Roh
dapat
mengajari,
untuk
mengintruksikan”.
memanfaatkan Psikologi dalam tugas-
Kudus,
membimbing
yang dan
Hal di atas patut digaris-bawahi,
tugas pelayanannya. Persoalan yang patut
mengingat
diperhatikan kemudian: bagaimanakah
penyalah-gunaan Psikologi dalam tugas-
Gereja menggunakan Psikologi dalam
tugas gerejani, sehingga penggunaannya
tugas-tugas pelayanannya?
tidak lagi sesuai dengan hakekat dan misi
Menurut
penulis,
Gereja
adanya
kemungkinan
Gereja.
hendaknya menganggap Psikologi hanya
Sebagai contoh, dalam sejarah
sebagai suatu alat atau sarana pendukung
Gereja pernah terjadi yang mana para
pelaksanaan tugas-tugas pelayannya di
pengerja Gereja kadang-kadang telah
dunia ini. Hal ini berarti bahwa Psikologi
menempatkan Psikologi sebagai yang
bukanlah merupakan hal yang hakiki,
terutama
sebagai
pelayanannya.
alat
pendukung
iadapat
dalam
tugas-tugas
Kedudukan
Psikologi
digunakan tetapi pada kesempatan lain
telah melebihi Injil, Psikologi telah
tidak perlu. Dengan demikian Psikologi
disalah-gunakan di dalam tugas-tugas
dapat
gerejani. Tentu hal demikian merupakan
digunakan
kebutuhan mendukung
dan
sesuai manfaatnya
dengan untuk
pelaksanaan tugas-tugas
bahaya
bagi
Gereja
yang
harus
dihindarkan.
pelayanan gerejani.
JSP | FKIP | UHN |hal 101 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
Guntrip
(1971:19-24)
pengertian antara Psikologi dengan ajaran
mengingatkan: ada 5 (lima) bahaya yang
Gereja”, yaitu:
harus
-
dihindarkan
Gereja
ketika
Pandangan tentang Dunia
menggunakan Psikologi dalam tugas
Kaumnaturalis percaya bawa manusia
pelayanannya:
merupakan penguasa dari dunia ini.
-
suatu usaha untuk menyombongkan
Tetapi dalam ekeristenan diajarkan:
Psikologi. Psikologi dianggap sebagai
Allah yang menciptakan langit dan
satu-satunya alat pelayanan yang
bumilah penguasa tertinggi.
harus digunakan. -
-
-
-
-
Deteminisme
suatu usaha untuk mengkhobahkan
Menurut Psikologi bahwa segala
Psikologi.
sesuatu di dalam ala mini terjadi
Psikologi
menjadi
isi
khotbah.
berdasarkan hokum alam. Sedangkan
godaan bagi para pelayan Gereja
kekristen
untuk menganggap dirinya sebagai
sesuatu adalah berasal dari Allah,
ahli Psikologi.
diciptakan oleh Allah.
bahaya membuat suatu penilaian yang
-
percaya
bahwa
sesgala
Otoritas
dangkal terhadap suatu pemahaman
Psikologi menyatakan bahwa segala
perilaku manusia yang berasal dari
sesuatu pengetahuan yang tidak dapat
Psikologi.
diuji
timbulnya suatu anggapan bahwa
dibuang. Dalam hal
hidup manusia dapat ditolong dengan
menganggap
Psikologi.
ilmiah adlah berkuasa. Kekristenan
secara
laboratories
harus
ini mereka
seolah0olah
metode
Di pihak lain Gereja juga harus
percaya bawa penyataan illahi yang
menyadari bahwa karena titik berangkat
terdapat di dalam Alkitablah yang
cara pandangan Psikologi dan Gereja
terutama. Metode dan penemuan-
adalah berbeda, maka dapat terjadi
penemuan ilmiah memang penting
perbedaan atau pertentangan pengertian
tetapi ia tidak dapat mengabaikan
antara Psikologi dengan ajaran Gereja.
nilai- nilai agama.
Collins “terdapat
(op.cit.) beberapa
mengemukakan, pertentangan
-
Kata Hati Kebanyakan psikolog
menganggap
bahwa kata hati sebagai terbentuk
JSP | FKIP | UHN |hal 102 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
akibat dari suatu prose belajar, bukan
dosa,
dibawa
membebaskannya
sejak
lahir.
Pandangan
kekristenan tentang kata hati ialah sesuatu yang dibawa lahir, yang
-
yang
melalui
Kristus
Yesus (Rm 7:21-25, 1 Yoh. 1:8). -
Tanda Mujijat
merupakan salah satu pemberian
Beberapa psikolog mengaitkan tanda
Allah kepada manusia. Kata hati
mujijat sebagai ketahyulan, tetapi
dapat berfungsi untuk mengingatkan
kekristenan percaya bahwa hal itu
manusia tentang kebenaran.
terjadi adalah karena kuasa Allah
Hakekat atau Sifat Manusia
(Kol. 1:17; Iberani 1:3)
Bagi tujuan Riset, menurut Psikologi bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh; yang mana ketiganya masing-masing dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Bagi kekristenan, tidak
menerima
tersebut,
ajaran
trikotomi
unsur
tersebut
ketiga
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. -
Allahlah
Psikologi
keberdosaan
dianggap
sebagai
pelanggaran
seseorang
terhadap
prinsip-prinsip
etis, moral dan agama. Keberdosaan tiu dapat diatasi oleh manusia itu sendiri,
misalnya
memperdebatkannya,
dengan
cara
mecoba
melupakannya atau meminta maaf. Dalam ajaran Kristen, keberdosaan ialah pelanggaran terhadap Hukum Allah, ketidak-taatan. Manusia tidak dapat
4.
Dll. Penggunaan Psikologi dalam P.A.K Berdasarkan
uraian-uraian di atas
dapat dikatakan bahwa karena P.A.K. merupakan salah satu tugas panggilan Gereja dan penggunaan Psikologi dalam tugas-tugas gereja tidak perlu diragukan; maka penggunaan Psikologi dalam P.A.K juga tidak perlu diragukan. Akan tetapi
Keberdosaan Dalam
-
membebaskan
dirinya
dari
mengingat
sejarahnya bahwa pernah
terjadi penyalah-gunaannya, dan terdapat dengan
pertentangan
ajaran
juga gereja
pemahaman-pemahaman
Psikologi, maka penggunaan Psikologi ini harus tetap menjaga kesesuaiannya dengan ajaran Alkitab dan misi Gereja. Dalam hal penggunaan Psikologi dalam P.A.K. ini harus tetap diingat bahwa Pasikologi hanyalah berupa alat atau sarana yang dapat berganti ganti dalam
pemakaiannya,
ia
bukanlah
hakekat. Sesuai dengan keperluannya, JSP | FKIP | UHN |hal 103
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
hasil-hasil Psikologi dapat dimanfaatkan,
sifat karakteristiknya, sehingga P.A.K.
tetapi beberapa teori/ pandangan yang
dapat menentukan metode pendekatan
tidak relevan tidak boleh dipaksakan
manakah yang lebih sesuai diterapkan
untuk digunakan, bahkan harus ditolak.
dalam
proses
belajar-mengajarnya.
Terutama
Dalam
kaitan
ini
temuan-temuan/
Psikologi
yang
ajaran
bertentangan
dengan
Ajaran Alkitab atau misi Gereja.
terlalu
Psikologi,
tergantung
Psikologi
kepada
tidak
sejak usia dini sampai
akhir hidup, atau juga Psikologi Sosial
Sejalan dengan di atas, P.A.K. tidak boleh
Perkembangan
Psikologi
atau Psikologi Industri relevan bagi P.A.K.
boleh
Oleh
sebab
P.A.K.
merupakan
didewakan. Keberhasilan P.A.K. dalam
salah satu cabang dari Ilmu Pendidikan,
mencapai
atau tugas kegiatan P.A.K terutama
bukanlah
tujuannya karena
semata-mata yang
adalah mendidik. Maka untuk membantu
bantu,
P.A.K agar dapat memahami bagaimana
melainkan adalah karena TUHAN Allah
sebenarnya cara-cara seseorang belajar,
yang dengan cara tersembunyiNya turut
maka
serta
Psikologi Belajar dapat dimanfaatkan.
digunakannya
bekerja
Psikologi
sebagai
dalam
alat
seluruh
proses
Psikologi
kegiatan P.A.K. tersebut. Pengerja P.A.K.
Karena
proses
menggantungkan
terkait
dengan
pekerjaannya
hanya
Pendidikan
atau
belajar-mengajar keadaan
itu
kognitif
kepada Allah saja. Penggunaan Psikologi
seseorang,
dalam P.A.K. terutama adalah sekaitan
Perkembangan Kongnitif oleh Piaget juga
dengan
patut dipelajari pengerja P.A.K.
menolong
bagaimana pengerja
Psikologi
dapat
P.A.K.
untuk
mengenal seluk-beluk pekerjaannya. Objek P.A.K. adalah manusia dari
maka
Psikologi
P.A.K adalah berkaitan dengan iman, P.A.K. berkaitan dengan agama. Maka
Psikologi
juga
dipahami
lapisan strata masyarakat. Oleh sebab itu
P.A.K dalam hal mencoba memahami
cabang Psikologi yang relevan dengan
bagaimanakah
P.A.K
berlangsung.
menolong
P.A.K
siapakah manusia
untuk
membantu
perlu
segala lapisan usia dan juga dari segala
ialah Psikologi yang dapat
untuk
Agama
kehidupan
pengerja
agama
itu
mengenal
P.A.K. adalah tentang pembentukan
atau bagaimanakah
karakter, bahwa tujuan P.A.K. adalah
JSP | FKIP | UHN |hal 104 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
untuk
menghasilkan
keperibadian
Saran
kristiani, yang mana setiap orang akan
Agar para pengerja P.A.K baik di Gereja
menunjukkan
kepada
terutama di lingkungan pendidikan lebih
Kristus, yang diwujud-nyatakan dalam
berhikmat dala menggunakan Psikologi:
kehidupannya
tidak
ketaatanNya
sehari-hari.
Maka
terlalu
mempertentangkan
Psikologi Perkembangan Moral Kohlberg
melainkan mencari titik temu, di mana
juga patut dipelajari oleh para pengerja
keduanya
P.A.K.
bersamaan.
dapat
berjalan
secara
KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Kesimpulan: Berdasarkan
uraian
di
atas
penulis
berkesimpulan: 1. Para Pekerje P.A.K. tidak perlu ragu untuk
memanfaatkan
temuan
Psikologi, sejauh tidak bertentangan dengan ajaran Alkitab dan missi Gereja. 2. Beberapa cabang Psikologi
yang
dapat dimanfaatkan ialah: Psikologi Pnedidikan atau Psikologi Belajar, Psikologi Perkembangan: Psikologi Perkembangan
Konitif,
Psikologi
Perkembangan
Moral.;
Psikologi
Agama,
Psikologi
Sosian
Carrington, W.L., (1957), Psychology, Religion and Human Need, London, The Epworth Press. Collins, G.R., (1970), Man in Motion, Illionis, Creation House. ------------------(1971), Man in Transition, Illionis, Creation House. Eavey, C.B., (1966), History of Christian Education, Chicago, Moody Press. Goldman R., (1968), Religious Thinking from Childhoid to Adolesence, New York, The Seanburry Press. Groome, T.H., (1980), Christian Religious Education: Sharing Our Story and Vision, New York, Haper & Row Publisher Inc. Guntrip, H., (1971), Psychology for Ministers and Social Workers, London, George Allen & Unwin Limited.
dan
Psikologi Industri.
JSP | FKIP | UHN |hal 105 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Juliver Lumbantobing
Penggunaan Psikologi dalam Pendidikan Agama…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-1, Maret 2015
Hadiwijono, H., (1988), Iman Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia. Holt, J., (1964) How Children Fail, New York, Pitmann Publishing Coorporation. -----------(1967), How Children Learn, New York, Pitmann Publishing Coorporation. Homrighausen E.G., Enklaar, I.H., (1985), Pendidikan Agama Kristen, Jakarta, BPK Gunung Mulia. Kartono K., (1979), Psikologi Umum, Bandung, Yayasan Penerbitan Kasgoro. Kung, H., (1977), On Being a Christian, London, Collins. Miller, R.C., (1961) Christian Nurture and The Church, New York, Charles Scribner’s Sons.
Moeliono, A.M., dkk., (1988), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustak,. Price, J.M., (1944), A Survey of Religious Education, The Ronald Press Company, New York. Schmidt, A., (1983), Kawan Sekerja Allah, Jakarta, BPK Gunung Mulia. Shinn, R.L., (1962), The Educational Mission of Our Church, Philadelpia, United Church Press. Verkuyl, J., (1979), Etika Kristen Kebudayaan, Jakarta, BPK Gunung Mulia. Wahono S. W., (1986), Di Sini Kutemukan, Jakarta, BPK Gunung Mulia. Westerhoff , J.H. III., (1976), Will Our Children Have Faith:, Australia, Dove Communicatons, East Malvern.
JSP | FKIP | UHN |hal 106 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 107-118
PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP PENCAWAN MEDAN Arisan Candra Nainggolan Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Katolik Santo Thomas SU E-mail:
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan komunikasi dan koneksi matematis siswa yang memperoleh pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara biasa (PMB). Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Kotamadya Medan. Secara acak, dipilih satu sekolah sebagai subyek penelitian, yaitu SMP Pencawan Medan. Analisa data dilakukan dengan Uji t dan analisis varians dua jalur (ANOVA). Hasil penelitian menunjukan bahwa secara keseluruhan siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) secara signifikan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan koneksi matematis siswa dibandingkan siswa yang menggunakan pembelajaran matematika secara biasa. Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti menyarankan agar pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada pembelajaran matematika untuk meningkatkan kemampuan komunikasi dan koneksi matematis dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menerapkan pembelajaran matematika yang inovatif, dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, dan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan gagasannya dalam bahasa dan cara mereka sendiri. Kata kunci : Pendekatan Kontekstual, Komunikasi Matematis, Koneksi Matematis aspeknya,
1. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana dan alat
yang
tepat
dalam
membentuk
masyarakat dan bangsa yang dicita-citakan, yaitu masyarakat yang berbudaya dan dapat menyelesaikan
masalah
hidup
yang
dihadapinya, sebab hingga saat ini dunia
seperti
kurikulum,
metode,
pendekatan, strategi, dan model yang sesuai, fasilitas yang memadai dan sumber daya manusia yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang direncanakan. Namun
kenyataanya siswa
Sekolah
kemampuan
pendidikan dipandang sebagai sarana yang
matematika
Menengah
efektif dalam usaha melestarikan nilai-nilai
Pertama (SMP) bangsa Indonesia saat ini
hidup. Salah satu pendidikan yang dapat
masih jauh ketinggalan dari negara-negara
dilakukan adalah pendidikan di , mulai dari
lain. Hal ini dapat dilihat dari hasil
pendidikan dasar, pendidikan menengah
penelitian TIMSS (Trends in International
hingga pendidikan tinggi dengan segala
Mathematics and Science Study). TIMSS
JSP | FKIP | UHN |hal 107 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
adalah studi internasional tentang prestasi
orang atau 5,23 persen berasal dari kota
matematika
siswa
sekolah
Medan. Hal yang sama juga terjadi pada
pertama
yang
sekolah SMP Putri Cahaya Medan, dari
diselenggarakan setiap empat tahun sekali.
pengamatan peneliti dalam empat tahun
Indonesia mulai sepenuhnya berpartisipasi
terakhir ini tidak pernah siswa tamatanya
sejak tahun 1999, dimana pada waktu itu
lulus Ujian Nasional (UN) 100%. Tahun
sebanyak 38 negara berpartisipasi sebagai
2008 terdapat tiga orang tidak lulus, tahun
peserta
2003
2009 terdapat dua orang tidak lulus dan
meningkat menjadi 46 negara dan pada
tahun 2010 terdapat tiga orang tidak lulus
tahun 2007 kembali bertambah menjadi 49
serta tahun 2011 terdapat satu orang tidak
negara. Rizqi (2013)
lulus. Dimana setiap tahunnya karena nilai
lanjutan
tahun
dan
sains
tingkat
sedangkan
1999,
pada
tahun
Mengatakan pada
Indonesia
berada
pada
peringkat 34 kemudian turun lagi pada
pelajaran matematika yang tidak memenuhi standard kelusan.
tahun 2003 menjadi peringkat 35 dan tahun
Rendahnya nilai matematika siswa
2007 menjadi peringkat 36. Pada tahun
harus ditinjau dari lima aspek pembelajaran
2007, peringkat Indonesia jauh 16 tingkat
umum
di bawah Malaysia. Nilai rata-rata yang
dirumuskan dalam
didapat
Teachers of Mathematic (NCTM, 2000)
siswa
Indonesia
hanya
397
matematika
sebagaimana
National Council of
sementara rata-rata nilai seluruh negara
Menggariskan
peserta
yang disurvei adalah 452.
mempelajari
matematika
Demikian
juga
dengan
hasil
pemahaman
dan
yang
didik
aktif
harus melalui
membangun
Menengah
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya.
Pertama (SMP) Kota Medan, masih
Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran
belum menggembirakan, bahkan ada
matematika dirumuskan lima tujuan umum
beberapa
yaitu:
Ujian
Nasional
siswa
dibawah
Sekolah
berada
standar
pada
level
kelulusan.
pertama,
berkomunikasi;
kedua,
belajar belajar
untuk untuk
Basri
bernalar; ketiga, belajar untuk memecahkan
(2010) selaku Kepala Dinas Pendidikan
masalah; keempat, belajar untuk koneksi;
kota Medan menyatakan
dan kelima, pembentukan sikap postif
Sebagaimana
dikemukakan
dari 6.858
siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP)
terhadap matematika.
sesumatera utara yang tidak lulus Ujian
Dalam kehidupan sehari-hari, kita
Nasional (UN) tahun 2010, sebanyak 2.155
tidak terlepas dari sesuatu yang namanya JSP | FKIP | UHN |hal 108
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
komunikasi
khususnya
matematika.
dalam
Sehingga
merupakan
fokus
belajar
generalisasi; dan mengungkapkan kembali
komunikasi
suatu uraian atau paragraf matematika
utama
dalam
dalam bahasa sendiri.
pembelajaran matematika. Matematika itu
Sementara itu, berdasarkan temuan di
adalah bahasa dan bahasa tersebut sebagai
lapangan dari beberapa hasil penelitian,
bahasa terbaik dalam komunitasnya, maka
dapat
mudah
komunikasi matematis siswa masih rendah.
dipahami
bahwa
komunikasi
diketahui
bahwa
merupakan esensi dari mengajar, belajar,
Marzuki
dan meng-asses matematika. Selanjutnya
kemampuan komunikasi siswa berada pada
Ruseffendi (1988:261) menyatakan hal
kualifikasi kurang. Hasil penelitian yang
yang serupa yaitu, “Matematika adalah
sama Rosdiana (2012) menyatakan dari
bahasa, agar dapat dipahami dengan tepat
hasil observasi di lapangan yang dilakukan
kita harus menggunakan simbol dan istilah
olehnya
yang
kemampuan
cermat
yang
disepakati
secara
(2012)
kemampuan
menyatakan
diperoleh
rata-rata
informasi
bahwa
siswa
dalam
bersama.” Dari pernyataan ini kita bisa
mengkomunikasikan ide-ide masih kurang
melihat betapa pentingnya kemampuan
sekali. Begitu juga dengan pengalaman
komunikasi matematis dimiliki oleh siswa
langsung penulis di SMP Putri Cahaya
karena kemampuan komunikasi matematis
Medan
ini merupakan esensi dari belajar-mengajar
2011/2012. Adapun model soal tes yang
matematika.
diberikan adalah:
kelas
IX-1
tahun
pelajaran
Rauf (2004) merinci kemampuan yang tergolong pada komunikasi matematis
Gambar berikut menunjukan suatu ruangan
di antaranya adalah: Menyatakan suatu B
situasi, gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam bahasa, simbol, ide, atau model matematis; menjelaskan ide, situasi, dan
3m
relasi matematis secara lisan atau tulisan; 5m
mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang
matematika;
membaca
dengan
A
15 m
pemahaman suatu representasi matematika tertulis; membuat konjektur, menyusun argumen,
merumuskan
definisi,
dan JSP | FKIP | UHN |hal 109
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Adapun jawaban siswa adalah seperti pada gambar 1.1. berikut:
”dapatkah seekor semut berjalan pada suatu diagonal ruang?”. Kemampuan berpikir yang tidak kalah pentingnya yang harus dimiliki oleh siswa
adalah
kemampuan
koneksi
matematis. Sebagaimana dikemukakan Dini (2014)
bahwa
matematis
kemampuan
merupakan
salah
koneksi satu
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang a
sangat
(b
(
penting
dalam
pembelajaran
matematika.
a
b
)
)
Namun kenyataan di lapangan, dari penelitian
Ruspiani
(2000:
130)
mengungkap
bahwa
rata-rata
nilai
kemampuan
koneksi
matematis
siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP) masih rendah, nilai rata-ratanya kurang dari 60 pada skor 100, yaitu sekitar 22,2% untuk koneksi matematis siswa dengan pokok (
c
(
d
bahasan
Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Siswa c d yang berhubungan dengan Komunikasi Matematis ) ) Dari Gambar 1.1 di atas tidak ada
lain,
44,9%
untuk
koneksi
matematis dengan bidang studi lain, dan 7,3% untuk koneksi matematika dengan kehidupan keseharian.
satupun yang dapat mengkomunikasikan
Sebagai contoh pengalaman peneliti
dengan benar. Pada Gambar 1.1 a-c dapat
di SMP Putri Cahaya Medan kelas VIII-1
diajukan
jawaban
pada tahun pelajaran 2011/2012, dalam
tersebut sudah merupakan jarak terpendek
menyelesaikan masalah matematis sebagai
yang ditempuh semut?. Sedangkan untuk
berikut: “Sebuah kapal berlayar ke arah
Gambar 1.1 d walaupun jarak
yang
barat dengan kecepatan 80 km/jam selama
ditempuh lebih pendek, namun dapat
1 jam. Kemudian kapal memutar ke arah
diajukan pertanyan yang menggelitik yaitu:
utara dengan kecepatan 75 km/jam selama 1
pertanyaan,
apakah
JSP | FKIP | UHN |hal 110 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
jam 12 menit. Tentukan jarak terpendek
yang dikemukakan Saragih (2007) bahwa
kapal sekarang dari tempat mula-mula!”
diperlukan suatu pengembangan materi
Adapun jawaban siswa adalah seperti pada Gambar 1.2. berikut:
pembelajaran
matematika
yang
dekat
dengan kehidupan siswa, sesuai dengan tahap berpikir siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran yang tidak hanya berujung pada tes akhir. Ada banyak pendekatan pembelajaran yang bisa kita gunakan dalam upaya pengembangan
materi
pembelajaran
matematika yang dekat dengan kehidupan siswa. Salah satu pendekatan yang diduga a
akan
b
sejalan
dengan
karakteristik
matematika dan harapan kurikulum yang berlaku pada saat ini adalah pendekatan kontekstual yang biasanya disebut juga dengan CTL (Contextual Teaching and Learning), melalui model pembelajaran kontekstual ini diharapkan siswa lebih memahami
konsep-konsep
matematika
yang diberikan dalam pembelajaran, dan d
c
Gambar 1.2. Hasil Pekerjaan Siswa yang Berhubungan dengan Koneksi Matematis.
Dari hasil yang diperoleh siswa untuk soal ini, ternyata hanya 40% dari siswa di kelas tersebut yang menyelesaikan soal tersebut dengan tuntas, sedangkan 60% lagi ternyata siswa mengalami kesukaran. Untuk pembelajaran
itu
diperlukan
matematika.
reformasi
Sebagaimana
tahu kegunaannya. Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlu upaya mengungkap apakah PMR dan Pembelajaran
matematika
secara
biasa
memiliki perbedaan kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.
Hal
dilakukan
itulah suatu
yang
mendorong
penelitian
yang
memfokuskan pada penerapan pendekatan kontekstual
terhadap
komunikasi
matematis
kemampuan dan
koneksi
JSP | FKIP | UHN |hal 111 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
matematis
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
siswa
Sekolah
Menengah
Pertama (SMP).
antara pendekatan yang digunakan (CTL dan PMB) dengan Kemampuan Awal
Rumusan masalah yang akan dikaji
Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang
dalam penelitian ini difokuskan dalam
dan rendah) dalam peningkatan kemampuan
bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian
komunikasi matematis siswa?, 6) apakah
sebagai berikut: 1) apakah peningkatan
terdapat interaksi antara pendekatan yang
kemampuan komunikasi matematis siswa
digunakan
yang
Kemampuan
pembelajarannya
dengan
(CTL
dan
Awal
PMB)
dengan
Matematis
(KAM)
menggunakan CTL lebih baik daripada
siswa (tinggi, sedang dan rendah) dalam
siswa
peningkatan
yang
pembelajarannya
menggunakan
PMB
ditinjau
dengan dari
keseluruhan siswa ?, 2) apakah peningkatan
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk
pembelajarannya
pengaruh
menggunakan
koneksi
matematis siswa?
kemampuan koneksi matematis siswa yang dengan
kemampuan
memperoleh CTL
gambaran
terhadap
tentang
kemampuan
CTL lebih baik daripada siswa yang
komunikasi dan koneksi matematis siswa.
pembelajarannya
Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan
dengan
menggunakan
PMB ditinjau dari keseluruhan siswa?, 3)
mengkaji
apakah
1)peningkatan
peningkatan
komunikasi
matematis
pembelajarannya
dengan
kemampuan siswa
yang
matematis
secara
komprehensif:
kemampuan
siswa
yang
komunikasi memperoleh
menggunakan
pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih
CTL lebih baik daripada siswa yang
baik daripada siswa yang memperoleh
pembelajarannya
menggunakan
Pembelajaran Matematika secara Biasa
PMB ditinjau dari Kemampuan Awal
(PMB) ditinjau dari keseluruhan siswa, 2)
Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang
peningkatan
dan rendah)?, 4) apakah peningkatan
matematis
kemampuan koneksi matematis siswa yang
pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih
pembelajarannya
menggunakan
baik daripada siswa yang memperoleh
CTL lebih baik daripada siswa yang
Pembelajaran Matematika secara Biasa
pembelajarannya
(PMB) ditinjau dari keseluruhan siswa, 3)
dengan
dengan
dengan
menggunakan
kemampuan siswa
yang
kemampuan
komunikasi memperoleh
PMB ditinjau dari Kemampuan Awal
peningkatan
Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang
matematis
dan rendah)?, 5) apakah terdapat interaksi
pembelajaran dengan pendekatan CTL lebih
siswa
yang
komunikasi memperoleh
JSP | FKIP | UHN |hal 112 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
baik daripada siswa yang memperoleh
VIII(2),
Pembelajaran Matematika secara Biasa
menggunakan
(PMB) ditinjau dari KAM, 4) peningkatan
secara biasa.
kemampuan koneksi matematis siswa yang memperoleh
pembelajaran
dengan
yang
berikut:
Matematika secara Biasa (PMB) ditinjau dari KAM, 5) tidak terdapat interaksi antara pendekatan yang digunakan (CTL dan PMB) dengan KAM dalam peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa, 6)
tidak
terdapat
interaksi
antara
pendekatan yang digunakan (CTL dan PMB) dengan KAM dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa.
pembelajaran
VIII(1) matematika
penelitian ini
menggunakan kelompok kontrol pretes dan postest
Pembelajaran
kelas
Desain dalam
pendekatan CTL lebih baik daripada siswa memperoleh
sedangkan
yang
Kelas CTL (Eksperimen) PMB (Kontrol) Keterangan :
dinyatakan
dalam
tabel
Pre- Treatment Posttes tes O X O O
-
O
X = Pendekatan Kontekstual O = Pretes dan Postes Instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini
adalah
tes
kemampuan
komunikasi dan koneksi matematis, lembar 2. METODE PENELITIAN
pengamatan
Penelitian ini dilaksanakan di SMP
aktivitas
siswa,
lembar
pengamatan kemampuan guru mengelola
Pencawan Medan kelas VIII. Pada minggu
pembelajaran,
pertama s/d minggu kedua bulan agustus
penyelesaian masalah yang dilakukan siswa
tahun 2015 selama 5 kali pertemuan (10
dalam
jam pelajaran = 10 x 40 menit) untuk
masing-masing pembelajaran. Tes terlebih
masing-masing kelas sampel.
dahulu divalidasi oleh beberapa ahli dan
Populasi
dan
menyelesaikan
bentuk
masalah
proses
pada
dilakukan uji coba lapangan.
penelitian
ini
adalah
kelas
VIII
SMP
Dari penjelasan di atas, skema
pelajaran
berikut akan memberikan gambaran yang
2015/2016. Dari sekolah terpilih secara
lebih terperinci mengenai rangkuman alur
acak SMP Pencawan Medan. Pada SMP
kerja dari penelitian yang dilakukan pada
Pencawan Medan dilakukan undian untuk
gambar 3.1 berikut.
seluruh
siswa
kotamadya
memilih
Medan
kelompok
tahun
pembelajaran
menggunakan pendekatan CTL yaitu kelas JSP | FKIP | UHN |hal 113 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Studi Pendahuluan, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Studi Literatur
Pengembangan Bahan Ajar&Validitas Bahan Ajar, Pendekatan Pembelajaran, Instrumen Penelitian tudi Pendahuluan, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Studi Pemilihan Subjek Kelas Kelas Literatur Penelitian Eksperimen Kontrol
Pretes
Pretes
hasil kemampuan komunikasi dan koneksi matematis siswa sebagai berikut: Tabel. 4.1 Rerata Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Kemampuan Komunikasi Matematis CTL PMB Stk
x
Pretes 42 10,
Std.
1,7
N
Postes 42 38,1
NGain 42 0,69
PreTes 41 10,9
Postes 41 33,2
NGain 41 0,57
7
4,40 1 26
0,10 7 0,43
2,21 6 4
4,61 3 25
0,10 9 0,36
15
49
0,97
16
41
0,78
5 9
PMB
Mi
CTL
Observasi
n Ma.
Postes
Analisi Data
Tabel. 4.2 Rangkuman Uji t Kelompok Data CTL dan PMB.
Temuan Pendekatan Pembelajaran
Kesimpulan dan saran
CTL * PMB
Gambar 3.1. Alur kerja dari penelitian yang dilakukan. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peningkatan secara
H0:
pendekatan kontekstual dan siswa yang mendapat pembelajaran matematika secara biasa. Hasil belajar
matematika
yang
dimaksud adalah kemampuan komunikasi
Perb. rata-rata N_Gain 0,699 > 0,572
t
Sig.
H0
7,47
0,00
Ditolak
Tidak terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan CTL dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan PMB.
Tabel. 4.3 Rerata Skor Pretes, Postes dan N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis Siswa Kemampuan Koneksi Matematis CTL PMB Stk
x
Pretes 42 10,
Std.
1,7
komprehensif tentang proses dan hasil belajar matematis siswa yang mendapat
Skor N-Gain Kemampuan Komunikasi Matematis
N
Postes 42 37,2
NGain 42 0,68
PreTes 41 10,8
Postes 41 32,2
NGain 41 0,54
6
4,40 2 25
0,10 6 0,46
2,21 5 5
4,61 2 28
0,10 7 0,35
14
47
0,97
15
43
0,76
6 8
Mi n Ma.
dan koneksi matematis siswa. Adapun data
JSP | FKIP | UHN |hal 114 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Tabel. 4.2 Rangkuman Uji t Kelompok Data CTL dan PMB.
lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
Skor N-Gain Kemampuan Koneksi Matematis
Pendekatan Pembelajaran
Perb. rata-rata N_Gain 0,689 > 0,543
CTL * PMB
H0:
pembelajaran dengan CTL secara signifikan
t
Sig.
H0
7,46
0,00
Ditolak
Tidak terdapat perbedaan rata-rata peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa yang pembelajarannya menggunakan CTL dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan PMB.
memperoleh
pembelajaran
matematika
secara biasa. Hal ini ditunjukan dengan peningkatan nilai rerata pembelajaran CTL sebesar 0,699 lebih tinggi daripada PMB sebesar
0,572
untuk
kemampuan
komunikasi matematis dan peningkatan b.
Pembahasan Hasil Penelitian Pada
deskripsi
bagian dan
penelitian. dilakukan
ini
akan
interpretasi
Deskripsi
dan
terhadap
nilai rerata pembelajaran CTL sebesar
diuraikan data
hasil
interpretasi kemampuan
komunikasi dan koneksi matematis siswa melalui pembelajaran dengan pendekatan CTL. Melihat hasil penelitian yang telah dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan CTL lebih
baik
dalam
meningkatkan
kemampuan komunikasi matematis siswa dibandingkan dengan PMB dan juga bahwa pembelajaran dengan menggunakan CTL lebih
baik
kemampuan
dalam koneksi
meningkatkan
matematis
siswa
dibandingkan dengan PMB.
0,689 lebih tinggi daripada PMB sebesar 0,543
untuk
kemampuan
koneksi
matematis. Demikian pula kemampuan awal matematis memberikan pengaruh yang signifikan
terhadap
kemampuan
komunikasi matematis siswa. Peningkatan nilai rerata pada siswa kemampuan awal matematis tinggi dengan CTL (0,814) lebih tinggi daripada PMB (0,689). Pada siswa kemampuan awal sedang, peningkatan nilai rerata yang memperoleh CTL (0,701) lebih tinggi daripada PMB (0,562). Demikian pula peningkatan nilai rerata pada siswa berkemampuan awal matematis rendah dengan CTL (0,575) lebih tinggi daripada PMB (0,468).
c. Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis berdasarkan Pembelajaran, dan Kemampuan Awal Matematis Siswa. Hasil penelitian menunjukan bahwa
Pada kemampuan koneksi matematis siswa kemampuan awal matematis juga memberikan pengaruh yang signifikan. Peningkatan
nilai
rerata
pada
siswa
peningkatan kemampuan komunikasi dan
kemampuan awal matematis tinggi dengan
koneksi matematis siswa yang memperoleh
CTL (0,801)
lebih tinggi daripada PMB JSP | FKIP | UHN |hal 115
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
(0,588). Pada siswa kemampuan awal
CTL tidak berbeda secara signifikan dengan
sedang, peningkatan nilai rerata yang
diajar melalui PMB.
memperoleh CTL (0,668) lebih tinggi daripada PMB (0,545). Demikian pula peningkatan
nilai
rerata
pada
siswa
berkemampuan awal matematis rendah dengan CTL (0,566) lebih tinggi daripada PMB (0,431).
4. SIMPULAN DAN SARAN a. Simpulan Berdasarkan hasil dan analisis penelitian di atas dan temuan selama pelaksanaan pembelajaran dengan CTL, diperoleh
d. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran, dan Faktor Kemampuan Awal Matematis Siswa dalam Mempengaruhi Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis Siswa. Hasil analisi varians (ANAVA) dua
beberapa
kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang diperoleh 1) ditinjau dari keseluruhan siswa, rata-rata peningkatan
kemampuan
komunikasi
matematis siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan CTL lebih baik daripada yang pembelajarannya
jalur menunjukan bahwa tidak ada interaksi
menggunakan
antara pendekatan pembelajaran dengan
keseluruhan siswa, rata-rata peningkatan
faktor kemampuan awal matematis siswa
kemampuan koneksi matematis siswa yang
(tinggi,
pembelajarannya
sedang
peningkatan
dan
rendah)
kemampuan
terhadap
komunikasi
PMB,
2)
dengan
ditinjau
dari
dengan menggunakan
CTL lebih baik daripada siswa yang
matematis. Hasil analisi varians (ANAVA)
pembelajarannya
dua jalur juga menunjukan bahwa tidak ada
PMB, 3) ditinjau dari KAM (tinggi, sedang
interaksi antara pendekatan pembelajaran
dan
dengan faktor kemampuan awal matematis
kemampuan komunikasi
siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap
yang
peningkatan
menggunakan CTL lebih baik daripada
kemampuan
matematis. Artinya selisih rataan
koneksi gain
rendah),
yang
dengan menggunakan
rata-rata
peningkatan
matematis siswa
pembelajarannya
dengan
pembelajarannya
dengan
ternormalisasi kemampuan komunikasi dan
menggunakan PMB untuk setiap kategori
koneksi
siswa
dengan
KAM (tinggi, sedang dan rendah), 4)
kemampuan awal matematis
(tinggi,
ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan
sedang, dan rendah) yang diajar dengan
rendah), rata-rata peningkatan kemampuan
matematis
koneksi
matematis
siswa
yang
JSP | FKIP | UHN |hal 116 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pembelajarannya CTL
lebih
dengan menggunakan baik
pembelajarannya
daripada
siswa
untuk
mencapai
perkembangan
yang
aktualnya lebih optimal. (c) pendekatan
dengan menggunakan
kontekstual hendaknya diterapkan pada
PMB untuk setiap kategori KAM (tinggi,
materi
yang
esensial
sedang dan rendah), 5) tidak ada interaksi
benda-benda yang real disekitar tempat
antara pendekatan pembelajaran dengan
belajar,
KAM (tinggi, sedang dan rendah) terhadap
memahami
kemampuan komunikasi matematis siswa.
dipelajari, 2) CTL dapat dijadikan sebagai
6) tidak ada interaksi antara pendekatan
salah satu alternatif dalam meningkatkan
pembelajaran dengan KAM (tinggi, sedang
kemampuan
dan rendah) terhadap kemampuan koneksi
matematis siswa pada pokok bahasan relasi
matematis siswa.
dan
agar
siswa
lebih
pelajaran
yang
komunikasi
fungsi
sehingga
menyangkut
sedang
dan
dapat
cepat
koneksi
dijadikan
masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif
b. Saran Berdasarkan
hasil
maka
disampaikan
antara
lain:
memperhatikan tersedianya
1)
beberapa
dalam
hal-hal
bahan
penelitian,
ajar
CTL berikut:
dalam
untuk pokok bahasan matematika yang lain,
saran
3)
perlu
meningkatkan kemampuan komunikasi dan
(a)
koneksi matematis siswa, maka diharapkan
bentuk
pendekatan
dukungan
dari
kontekstual
kepala
dapat
sekolah
untuk
masalah kontekstual yang berfungsi sebagai
mensosialisasikan penggunaan pendekatan
informal matematika dalam proses belajar.
kontekstual di sekolah melalui MGMP
(b) diperlukan pertimbangan bagi guru
matematika,
dalam melakukan intervensi sehingga usaha
matematika atau melalui seminar.
DAFTAR PUSTAKA Basri. H. (2010). 2.115 Siswa Di Medan Tidak Lulus UN, (Online), (http://www.disdik.pemkomedan.go. id, diakses 25 Maret 2014) Dini, N. (2014). Penerapan Brain Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika Untuk meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa, (Online), (http://blog.matematika.us, diakses 20 Februari 2014).
pelatihan
guru-guru
Marzuki. (2012). Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Komunikasi Matematika Antara Siswa yang diberi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung. Tesis tidak diterbitkan. Medan: Program Pascasarjana UNIMED Medan. National Council of Teachers of Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Reston VA. Rauf, S.A. (2004). Pembelajaran Kontekstual dalam Upaya Meningkatkan JSP | FKIP | UHN |hal 117
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Arisan Candra Nainggolan
Penerapan Pembelajaran Kontekstual…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Pemahaman Konsep dan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 1 Tolitoli-Sulawesi Tengah. Bandung: Tesis PPs UPI. Tidak diterbitkan. Rizqi, A.M. (2015). Hasil Timss Terbaru. (Online), (http://doelfproduct. blogspot. Com, diakses 14 Februari 2015). Rosdiana. (2012). Perbedaan Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Koneksi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran Kontekstual dengan Kooperatif Tipe
Stad di SMP AL-Washliyah 8 Medan. Medan: Tesis PPs UNIMED.Tidak Diterbitkan Russeffendi. (1998). Statistika Dasar untuk Penelitian Pendidikan. Bandung: IKIP Bandung Press. Saragih, S. (2007). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menegah Pertama melalui Pendekatan Matemaatika Realistik. Disertasi S3 UPI.
JSP | FKIP | UHN |hal 118 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 119-131
PENGARUH PEMBELAJARAN THINK–TALK–WRITE (TTW) TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA DI SMP NEGERI 2 MARDINGDING Ribka Kariani Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unika Santo Thomas Medan Email:
[email protected] Abstract Abstract. This study is aimed to know whether the mathematical communication skills of students who learn think-talk-write (TTW) is better when compared to the mathematical of students who learn in convensional way. This study was a quasi-experimental research. The population of the study was the students of SMP Negeri 2 Mardingding. The sample is selected randomly of the four classes. The instrument used consisted of a post test mathematical communication skills with cubes and blocks. The data is obtained from the description test in mathematical communication skills. Statistical analysis of the data was analyzed by doing ttest. The results showed that mathematical communication skills of students who learn TTW is better when compared to the mathematical of students who learn in conventional way. Based on this result, the researcher suggested that TTW on mathematics can be used as an alternative for math teachers to improve students' mathematical communication skills in learning math. Keyword: Cooperative learning model Think-Talk-Write (TTW) , mathematic communication, mathematics matematika merupakan pola berpikir, pola
PENDAHULUAN Matematika
merupakan
ilmu
mengorganisasikan, pembuktian yang logik,
pengetahuan yang banyak peranannya dalam
matematika
perkembangan ilmu dan teknologi saat ini,
menggunakan istilah yang didefinisikan
seperti Aljabar dan Numerik. Matematika
dengan
sebagai
memiliki
representasinya dengan simbol dan padat,
karakteristik yang berbeda dengan ilmu
lebih berupa bahasa simbol mengenai ide
lainnya karena matematika bukan hanya
daripada mengenai bunyi. Sesuai dengan
pengetahuan tentang objek tertentu tetapi
yang dikemukakan oleh Baroody (1993:99)
juga
untuk
matematika bukan hanya sekedar alat bantu
mendapatkan pengetahuan itu, matematika
berfikir, menemukan pola, menyelesaikan
menyajikan suatu cara bagaimana manusia
masalah, atau menggambarkan kesimpulan,
itu
tetapi juga sebagai suatu bahasa atau alat
suatu
disiplin
menuntut
berpikir.
Hal
cara
ini
ilmu
berpikir
sesuai
dengan
penjelasan Johnson dan Rising
dalam
yang
itu
cermat,
tak
ialah
jelas
terhingga
bahasa
dan
nilainya
yang
akurat,
untuk
Suherman (2001:19) mengatakan bahwa JSP | FKIP | UHN |hal 119 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
mengkomunikasikan berbagai macam ide
siswa. Kesulitan ini timbul akibat materi
secara jelas, tepat, dan ringkas.
yang sulit, metode mengajar guru yang
Pembelajaran matematika pada saat
kurang tepat, teori belajar yang digunakan
ini, diharapkan menjadi pembelajaran yang
kurang sesuai atau pembelajaran yang
berorientasi kepada siswa. Siswa dituntut
digunakan guru kurang tepat.
untuk aktif membangun
pengetahuannya
Di dalam laporan penelitian TIMSS
sendiri, guru hanya sebagai fasilisator.
(Trends in Mathematics and Science Study)
Namun pada kenyataannya sampai saat ini
mengemukakan bahwa prestasi matematika
masih
menggunakan
dan sain siswa Indonesia pada tahun 2003
paradigma lama yaitu pembelajaran yang
berada pada peringkat 34 dari 45 negara,
berpusat pada guru ( teacher centered),
tahun 2007 Indonesia berada pada peringkat
bukan pada siswa (student centered). Masih
36 dari 49 negara, dan tahun 2011 Indonesia
ada guru yang beranggapan bahwa belajar
berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Ini
matematika merupakan transfer ilmu secara
menunjukkan
utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa.
matematika siswa Indonesia berada jauh di
Guru berperan sebagai pemberi informasi
bawah
dan siswa mendengarkan, guru memberikan
Sekalipun hasil ini tidak menunjukkan
contoh soal dan mengerjakannya kemudian
prestasi siswa Indonesia secara umum dalam
memberikan soal yang akan dikerjakan
matematika,
siswa yang mirip dengan soal yang disajikan
membandingkan prestasi siswa Indonesia
guru. Hal inilah membuat siswa tidak
berdasarkan
mempunyai
menunjukkan
ada
guru
yang
kesempatan
untuk
bahwa
rata-rata
rata-rata
skor
internasional.
namun
hasil
skor
dengan
TIMSS,
sudah
rendahnya
kualitas
mengemukakan ide dan gagasan, siswa
pengetahuan matematika siswa Indonesia
hanya sampai pada berfikir tingkat rendah
pada level internasional.
sementara tujuan yang ingin dicapai adalah
Model
pembelajaran
kooperatif
berfikir rasional, kritis, logis, kreatif dan
merupakan salah satu model pembelajaran
bernalar
yang menuntut siswa untuk belajar bersama
yang merupakan
bagian
dari
berfikir tingkat tinggi. Berbagai
cara
berbagi ide, bekerja dalam kelompokdan
usaha
telah
kelompok kecil untuk menyelesaikan atau
dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran
memecahkan masalah secara bersama. Hal
matematika di kelas. Akan tetapi tatap saja
ini dinyatakan oleh Sanjaya (2008:242)
masih ada kesulitan belajar yang dihadapi
mengatakan
bahwa
:”pembebelajaran
JSP | FKIP | UHN |hal 120 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
kooperatif merupakan model pembelajaran
lebih bermakna, dan inilah yang akan
dengan
sistem
menumbuhkan sikap positif siswa terhadap
pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara
pembalajaran matematika. Disamping itu
empat sampai enam orang yang mempunyai
perlu
latar belakang kemampuan akademik, jenis
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
kelamin, ras, atau suku yang berbeda
dalam memahami matematika. Seperti yang
(heterogen)”.
dinyatakan Ruseffendi (1991) bahwa, dari
menggunakan
diketahui
bahwa
setiap
siswa
Model pembelajaran kooperatif tipe
sekelompok siswa yang dipilih secara acak
Think-Talk-Write (TTW) merupakan model
akan selalu dijumpai siswa yang memiliki
pembelajaran yang memiliki prosedur yang
kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
ditetapkan secara eksplisit untuk memberi
Namun perbedaan yang dimiliki oleh siswa
siswa lebih banyak waktu berfikir, berbicara
bukan semata-mata bawaan dari lahir, tetapi
(diskusi
bisa saja dipengaruhi oleh lingkungan.
saling
bersama
teman
membantu
dan
kelompoknya) Pada
Dengan demikian pemilihan lingkungan
pembelajaran ini, siswa dituntut untuk
belajar khususnya pembelajaran kooperatif
menemukan
tipe pembelajaran menjadi sangat penting
Namun
sendiri
tidak
menulis.
pengetahuan
sekedar
baru.
mendapatkan
untuk
dipertimbangkan
sehingga
dapat
pengetahuan yang baru, lebih dari itu siswa
mengakomodasi kemampuan komunikasi
diharapkan
dalam
siswa yang heterogen agar hasil belajar
untuk
dapat dimaksimalkan.
mendapatkan ilmu tersebut. Artinya, siswa
Pertanyaannya
memahami
supaya proses
mampu yang
terjadi
adalah
bagaimana
membangun sendiri pengetahuannya. Siswa
guru dapat menerapkan model pembelajaran
juga dituntut untuk dapat mereflesikan
untuk mengukur kemampuan komunikasi
benda nyata, gambar yang ada disekitarnya
matematika siswa dan sejauh mana siswa
ke
perlu menggunakan kemampuan komunikasi
dalam
ide
menginterpretasikan
matematika ilmu
yang
dan peroleh
dengan kejadian aktual di masyarakat.
matematika
dalam
pembelajaran
matematika?
Sedangkan guru dituntut supaya dapat memahami
karakteristik
belajar
siswa,
sehingga siswa dapat belajar dengan caranya masing-masing,
dengan
PEMBAHASAN Pada
dasarnya
komunikasi
di
demikian
dimaknai sebagai proses penyampaian pesan
pembelajaran menjadi menyenangkan dan
dari pengirim pesan kepada penerima pesan JSP | FKIP | UHN |hal 121
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
melalui
saluran
tertentu
tertentu.
Menurut
untuk
Sarwono
tujuan
berkomunikasi. Bentuk komunikasi yang
(2010:186),
dipergunakan oleh guru di kelas sangat
syarat terjadinya komunikasi adalah adanya
menunjang
keberhasilan
dalam
dua orang atau lebih pelaku, yakni orang
belajar-mengajar.
pertama berfungsi sebagai pengirim pesan,
dapat membantu siswa dalam mengasah
sedangkan orang kedua sebagai penerima
kemampuan berkomunikasi, menyampaikan
pesan.
dan
Komunikasi
proses
multiarah
mengekspresikan
ide-ide
Kemampuan komunikasi matematika
matematikanya. Komunikasi multiarah dapat
penting
pada
berlangsung bila siswa belajar melalui
dasarnya adalah bahasa yang sarat dengan
strstegi pembelajaran kelompok. Sesuai
notasi dan istilah sehingga konsep yang
dengan NCTM (2000) mengatakan bahwa
terbentuk dapat dipahami, dimengerti dan
komunikasi matematika dapat terjadi ketika
dimanipulasi oleh siswa.
siswa belajar dalam kelompok. Komunikasi
juga
perlu
sebab
ditekankan
matematika
Sehingga yang
selanjutnya
adalah
yang terjalin di dalam kelompok-kelompok
bagaimana cara kita menyampaikan pesan
kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa yang
agar dapat berjalan secara efektif.
seyogianya memiliki kemampuan heterogen
Kemampuan komunikasi matematika
dalam tingkat kecerdasan diharapkan dapat
dapat diartikan sebagai suatu kemampuan
meningkatkan komunikasi maatematik siswa
siswa dalam menyampaiakan sesuatu yang
terhadap pembelajaran. Suherman (2001)
diketahuinya melalui peristiwa dialog atau
menyebutkan bahwa bantuan belajar dari
saling hubungan yang terjadi di lingkungan
teman
kelas, dimana terjadi pengalihan pesan.
kecanggungan, bahasa teman sebaya lebih
Pesan
mudah dipahami.
dialihkan
berisi
tentang
materi
matematika yang dipelajari siswa, misalnya
sebaya
NCTM
dapat
(2000)
menghilangkan
mengungkapkan
berupa konsep, rumus, atau pembelajaran
bahwa siswa dikatakan telah memiliki
kooperatif tipe penyelesaian suatu masalah.
kemampuan komunikasi matematika apabila
Pihak
siswa telah menguasai standar evaluasi atau
yang
terlibat
dalam
peristiwa
komunikasi di dalam kelas adalah guru dan
indikator
siswa. Cara pengalihan pesannya dapat
menyatakan ide matematika dengan lisan,
secara lisan maupun tertulis. Komunikasi
tulisan,
dalam
dengan
menggambarkan dalam bentuk visual; (2)
kemampuan dan keterampilan siswa dalam
dapat memahami, menginterpretasikan dan
matematika
berkaitan
sebagai
berikut:
(1)
mendemonstrasikan
dapat
dan
JSP | FKIP | UHN |hal 122 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
menilai ide matematika yang disajikan
berkontribusi
dalam bentuk tulisan atau visual; (3) dapat
komunikasi adalah menulis. Menulis adalah
menggambarkan
proses bermakna karena siswa sacara aktif
hubungan
pembuatan
terhadap
model. Kemudian Utari-Sumarmo (2010:6)
membangun
menyatakan bahwa kemampuan komunikasi
pelajari dengan apa yang sudah ia ketahui.
matematika
dari
Seperti yang diungkapkan oleh Masingila
kemampuan: (1) menyatakan suatu situasi,
dan Wisniowska (dalam Ansari, 2009)
gambar, diagram, atau benda nyata ke dalam
bahwa menulis dapat membantu siswa
bahasa, simbol, ide atau model matematika;
membentuk pengetahuan secara implisit dan
(2) menjelaskan ide, situasi dan relasi
berpikir secara eksplisit sehingga mereka
matematika secara lisan atau tulisan; (3)
dapat
mendengarkan,
pengetahuan dan pikirannya.
siswa
dapat
berdiskusi
dilihat
dan
menulis
tentang matematika; (4) membaca dengan
hubungan
kemampuan
melihat
Kemampuan
antara
dan
yang ia
merefleksikan
mengemukakan
ide
penahaman suatu representasi matematika
matematika dari suatu teks baik lisan
tertulis;
maupun
(5)
membuat
konjektur,
tulisan dari
merupakan standard
bagian
merumuskan dan generalisasi; dan (6)
terpenting
komunikasi
mengungkapkan kembali suatu uraian atau
matematika yang perlu dimiliki siswa, sebab
paragraf matematika dalam bahasa sendiri.
seorang pembaca dikatakan memahami teks
Dalam diskusi siswa perlu memiliki
tersebut secara bermakna apabila ia dapat
kemampuan komunikasi lisan yang dapat
mengemukakan ide dalam teks secara benar
dilakukan dengan latihan secara teratur. Dari
dalam bahasanya sendiri. Karena itu, untuk
hasil
dapat
memeriksa apakah siswa telah memiliki
menyadarkan siswa mengapa jawabannya
kemampuan teks membaca secara bermakna
salah, dan membantu siswa melihat jawaban
maka dapat didestimasi melalui kemampuan
yang benar. Seperti yang diungkapkan
siswa menyampaikan secara lisan atau
Petterson (dalam Ansari, 2009) bahwa “
menuliskan kembali ide matematikanya
hasil diskusi dapat menjelaskan kepada
dengan bahasanya sendiri.
diskusi
siswa
yang
gambaran
diperoleh
bermacam-macam
Salah satu tujuan dari penggunaan
pembelajaran dan proses yang digunakan
model
siswa untuk memecahkan masalah”.
meningkatkan kemampuan siswa selama
Selain kemampuan membaca dan diskusi,
kemampuan
lain
yang
juga
pembelajaran
adalah
untuk
proses belajar. Dalam pemilihan metode, pembelajaran kooperatif tipe,
pendekatan
JSP | FKIP | UHN |hal 123 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
dan teknik adanya
pembelajaran, perubahan
(memorizing)
dari
atau
diharapkan
kooperatif, siswa didorong untuk bekerja
mengingat
sama pada suatu tugas bersama dan mereka
menghapal
(rote
harus mengkoordinasikan usahanya untuk
learning) ke arah berpikir (thinking) dan
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
pemahaman (understanding),
guru. Tujuan dari model
dari
model
pembelajaran
ceramah kependekatan discovery learning
kooperatif
atau inquiry learning, dari belajar individual
akademik siswa
ke
dapat menerima berbagai keragaman dari
kooperatif,
dan
menumbuhkembangkan seperti:
mental,
dapat
kemampuannya emosional
serta
temannya,
meningkat
serta
pembelajaran
kooperatif
adalah suatu model pembelajaran mengutamakan
adanya
yang
kelompok-
siswa
pengembangan
Johnson & Johnson (1994) dalam Trianto (2010:60)
Model
dan
belajar
keterampilan sosialnya.
keterampilan atau kognitif, afektif dan behaviour.
ini adalah agar hasil
menyebutkan bahwa
prinsip dasar dalam pembelajaran kooperatif sebagai berikut: 1.
Saling bekerja sama untuk mencapai
kelompok. Setiap siswa yang ada dalam
satu tujuan dan terikat satu sama lain,
kelompok mempunyai tingkat kemampuan
artinya
yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan
bagian dari kelompok yang juga
rendah) dan jika memungkinkan anggota
mempunyai andil terhadap suksesnya
kelompok berasal dari ras, budaya, suku
kelompok.
yang
berbeda
serta
memperhatikan
2.
setiap
siswa
merupakan
Interaksi antara siswa yang semakin
kesetaraan jender. Pembelajaran kooperatif
meningkat dalam hal tukar-munukar
dirancang
untuk
ide mengenai masalah yang sedang
siswa,
dipelajari bersama.
dalam
meningkatkan
sebuah
usaha
partisipasi
memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap
kepemimpinan
dan
keputusan
dalam
memberikan
kesempatan
membuat
kelompok, kepada
yang
(Trianto,
berbeda 2010:58).
Pada
jawab yang sama diantara anggota
siswa
latarbelakangnya. proses
Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
serta
untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa
3.
kelompoknya. 4.
Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi
kepemimpinan
dan
membutuhkan keterampilan untuk
pembelajaran dengan model pembelajaran JSP | FKIP | UHN |hal 124 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
belajar
bersama
selama
proses
belajarnya. 5.
Proses
pada tahap pertama. Pada tahap ini siswa merefleksikan,
kelompok,
apabila
yaitu
anggota
terjadi
kelompok
rnenyusun,
serta
melakukan negosiasi atau berbagi ide-ide dalam
kegiatan
diskusi
kelompok.
mendiskusikan tujuan yang dicapai
Kemajuan komunikasi siswa akan terlihat
dan membuat hubungan kerja yang
pada dialognya dalam berdiskusi baik
baik.
dalam
Pembelajaran kooperatif tipe TTW
kelompok ataupun refleksi mereka sendiri
merupakan pembelajaran yang membangun secara tepat untuk berfikir, merefleksikan
bertukar
ide
sesama
teman
yang diungkapkannya kepada siswa lain. 3. Tahap Write (Menulis)
dan untuk mengorganisasikan ide-ide serta
Tahap ini adalah tahap write, dimana
mengetes ide tersebut sebelum siswa di
siswa
minta untuk menulis (Huinker dan Laughlin,
diperolehnya dari kegiatan tahap pertama
1996) dalam Ansari (2009). Esensinya,
dan kedua. Tulisan ini terdiri atas
pembelajaran kooperatif tipe TTW ini
landasan
melibatkan tiga aspek penting yang harus
keterkaitan dengan materi sebelumnya,
dikembangkan
strategi penyelesaian, dan solusi yang
dan
dilakukan
dalam
menuliskan
konsep
ide-ide
yang
yang
digunakan,
pembelajaran matematika yaitu:
diperolehnya. Pada tahap write, yang
1. Tahap Think (Berfikir
harus dilakukan adalah menulis. Menulis
Tahap berfikir dimana siswa membaca
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
teks berupa soal. Pada tahap ini siswa
secara sadar untuk mengungkapkan dan
secara
merefleksikan
individu
memikirkan
pemikiran.
kemungkinan jawaban atau penyelesaian,
menulis
membuat catatan kecil tentang ide-ide
membuat
yang terdapat pada bacaan, dan hal-hal
memungkinkan
yang tidak dipahaminya sesuai dengan
pengembangan konsep siswa.
bahasanya sendiri.
mendorong
Aktivitas
siswa
dalam
dan
juga
hubungan guru
melihat
Ada beberapa manfaat yang dapat
2. Tahap Talk (Berbicara atau Berdiskusi)
diperoleh
oleh
siswa
aktivitas
atau
diberikan
dikemukakan oleh Rose (dalam Baroody,
untuk
1993) bahwa menulis merupakan proses
membicarakan tentang penyelidikannya
berfikir keras yang dituangkan dalam
kesempatan
dimana
kepada
siswa
seperti
hasil
Tahap ini adalah tahap talk (berbicara diskusi)
menulis,
sebagai
yang
JSP | FKIP | UHN |hal 125 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
kertas dan merupakan alat berfikir yang
Sampel penelitian ini dipilih secara
bermanfaat karena melalui berfikir siswa
random (acak). Pengambilan sampel ini
memperoleh
matematika
dimaksudkan agar setiap siswa dari seluruh
sebagai suatu aktivitas yang kreatif.
populasi mendapat kesempatan yang sama
Lebih jauh, Manzo (dalam Ansari, 2003:
untuk dipilih. Dari 3 sekolah berakreditas B
26)
dapat
diambil 1 sekolah yaitu SMP Negeri 2
meningkatkan taraf berfikir siswa ke arah
Mardingding. Kemudian peneliti memilih
yang lebih tinggi (higher order thinking).
kelas (karena tidak mungkin mengambil
pengalaman
menjelaskan
menulis
siswa secara acak untuk membentuk kelas) sebagai unit sampling terkecil. Dari 4 kelas
METODOLOGI PENELITIAN Populasi penelitian ini adalah semua
yang ada dilakukan pengundian dengan
siswa SMP kelas VIII dari sekolah yang
penomoran tiap kelas. Sampel yang terpilih
berakreditasi B yang ada di Kecamatan
dua kelas yaitu siswa kelas VIII B dan siswa
Mardingding yang berjumlah 3 sekolah.
kelas VIII C, kemudian dilakukan undian
Dipilih sekolah yang berakreditas B atau
dari dua kelas tersebut untuk memilih
sekolah dengan level menengah dengan
kelompok model pembelajaran kooperatif
pertimbangan
umumnya
tipe TTW, sehingga terpilih kelas VIII B
sekolah yang berpredikat B mempunyai
dengan jumlah siswa 40 orang sedangkan
kemampuan
model pembelajaran biasa terpilih VIII C
bahwa
akademik
pada
siswanya
yang
heterogen. Alasan dipilihnya siswa SMP
dengan jumlah 38 orang.
kelas VIII adalah mengingat: a) Siswa kelas
Kelompok
pembelajaran
VIII merupakan siswa menengah pada
kooperatif
satuan
kelompok kecil sebanyak empat-lima orang.
pendidikan
tersebut
yang
dibagi
model menjadi
diperkirakan telah dapat menyesuaikan diri
Anggota
dengan kondisi lingkungannya, b) terdapat
terdiri dari siswa pandai, sedang dan lemah
topik matematika yang dianggap tepat yaitu
(kurang).
materi pokok Kubus dan Balok mengingat
berdasarkan hasil tes kemampuan awal
materi pokok ini belum pernah diteliti di
matematika
sekolah ini, c) siswa kelas VIII telah
pembelajaran biasa tidak adanya pembagian
menerima cukup banyak materi prasyarat
kelompok.
untuk mengikuti topik matematika yang akan diteliti.
kelompoknya
kelompok-
Teknik
siswa.
heterogen
penentuan
Pada
yang
kelompok
kelas
model
Jenis penelitian ini adalah quasi experiment (eksperimen semu) sebab kelas JSP | FKIP | UHN |hal 126
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
yang digunakan telah terbentuk sebelumnya.
adalah desain eksperimen dengan kelompok
Desain yang digunakan dalam penelitian ini
kontrol hanya postes:
Kelompok
Perlakuan
Random : VIII-B (Kel. Eksperimen) Random : VIII-C (Kel. Kontrol) Keterangan: X O
X
O O
: Perlakuan berupa Pembelajaran Kooperatif tipe TTW : Postes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa
Instrumen melalui
tes
pengumpulan
kemampuan
data
komunikasi
matematika siswa.
digunakan
untuk
diajarkan
melihat
Analisis
kemampuan
statistik
yang
digunakan adalah uji t.
matematika diketahui berdistribusi normal dan homogen.
siswa diperoleh data masing-masing kelas
komunikasi
matematika
tentang
tes
kemampuan
komunikasi
kelas kontrol dapat dilihat melalui output
Setelah dilakukan postest kepada
apakah
Ukuran gejala pusat dan variasi data
matematik siswa pada kelas eksperimen dan
HASIL PENELITIAN
melihat
pembelajaran
konvensional digunakan uji t. Dari data
komunikasi matematika siswa terhadap matematika.
melalui
yang diperoleh kemampuan komunikasi
Data yang diperoleh melalui tes,
untuk
Postest
kemampuan siswa
SPPS berikut: Tabel 1. Data-data Statistik Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Kelas
yang
diajarkan melalui pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik daripada siswa yang diajarkan melalui pembelajaran biasa. Ratarata kemampuan komunikasi matematika pada kelas eksperimen sebesar 10,89 dan pada kelas kontrol sebesar 6,39. Untuk mengetahui komunikasi
apakah matematika
kemampuan siswa
yang
diajarkan melalui pembelajaran kooperatif
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
tipe TTW lebih baik daripada siswa yang JSP | FKIP | UHN |hal 127 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Pada Tabel 1. dapat dilihat rata-rata
adalah 6. Nilai yang paling banyak muncul
kemampuan komunikasi matematik siswa
pada kelas eksperimen adalah nilai 12 dan
pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
nilai yang paling banyak muncul pada kelas
masing-masing adalah 6,71 dan 10,88.
kontrol adalah 5. Berdasarkan
Bila diperhatikan rata-rata kemampaun
ketuntasan
komunikasi
komunikasi matematik ditemukan bahwa
matematik
kelompok
belajar
sebanyak
kontrol dengan selisih 4,17. Hal ini
ketuntasan belajar pada kelas kontrol.
memberi petunjuk bahwa pembelajaran
Sementara itu, pada kelas eksperimen
dengan strategi TTW dapat memberikan
ditemukan
pencapaian
ketuntasan belajar. Semua hasil tersebut
matematik
yang
pembelajaran
lebih
baik
daripada
diatas
27
dapat
yang
mencapai
orang siswa mencapai
menunjukkan
nilai
pembelajaran
pada
kelas
jumlah siswa yang tuntas belajar untuk
eksperimen dan kelas kontrol masing-
materi kubus dan balok lebih banyak jika
masing adalah
dibandingkan dengan pembelajaran biasa.
matematik
8,779 dan 12,860. Dapat
dilihat bahwa variasi nilai kelas kontrol adalah
lebih
besar
dari
pada
TTW
dapat
bahwa
Variasi
komunikasi
biasa.
komunikasi
siswa
kemampuan
eksperimen lebih tinggi daripada kelas
kemampuan
6
untuk
kriteria
memberikan
Hasil tes memberikan informasi
kelas
tentang kemampuan komunikasi matematik
eksperimen. Hal tersebut dapat memberi
siswa. Informasi tersebut berupa skor
tanda bahwa kesenjangan nilai pada kelas
postes. Hasil pengolahan data dapat dilihat
kontrol adalah lebih besar. Sedangkan
pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 4.2
range pada kelas eksperimen lebih besar
menyajikan skor terendah (xmin), skor
daripada kelas kontrol dengan selisih 3
tertinggi (xmaks), rata-rata skor ( x ) dan
yaitu 13-10. Nilai paling tinggi kemampuan
stándar deviasi (s) pada kelompok data
komunikasi matematik pada kelas kontrol
dengan pembelajaran Think-Talk-Write dan
adalah 15 dan paling rendah 2. Sedangkan
pembelajaran biasa, seperti pada tabel 4.2
pada kelas eksperimen, nilai paling tinggi
berikut :
diperoleh sebesar 16 dan nilai terendah
JSP | FKIP | UHN |hal 128 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani Talk…….
Pengaruh Pembelajaran Think-
ISSN: 2356-2595 2015
Volume-2, Edisi-2, September
Tabel 2. Data Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kontrol
Gambar 1. Skor Rata-Rata Postest Kemampuan Komunikasi Kelas Eksperimen dan Kontrol 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00
10.89 6.39 3.03 2.08
2.98 1.71
Dari tabel 2 dan gambar 1 dapat dilihat bahwa rata-rata postes siswa dikelas
2.5 1.39
2.38 1.21
kelas
eksperimen
lebih
baik
dibandingkan dengan kelas kontrol.
eksperimen dan kontrol berbeda untuk
2. Menyatakan ide matematika ke
setiap indikator komunikasi matematik
dalam bentuk gambar untuk kelas
adalah sebagai berikut :
eksperimen adalah 2,38 dan kelas
1. Merefleksikan gambar ke dalam ide
kontrol adalah 1,21 atau eksperimen
matematika untuk kelas eksperimen
>
kontrol,
artinya
kemampuan
adalah 3,03 dan kelas kontrol adalah
menguraikan ide matematika ke
2,08 atau eksperimen > kontrol,
dalam bentuk gambar di kelas
artinya kemampuan merefleksikan
eksperimen lebih baik dibandingkan
gambar ke dalam ide matematika di
dengan kelas kontrol.
JSP | FKIP | UHN |hal 129 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
3. Menyatakan ide ke dalam model
lebih baik dibandingkan dengan
matematika untuk kelas eksperimen
kelas kontrol.
adalah 2,5 dan kelas kontrol adalah
5. Keseluruhan
aspek
komunikasi
1,39 atau eksperimen > kontrol,
matematik kelas eksperimen adalah
artinya kemampuan menyatakan ide
10,89 dan kelas kontrol adalah 6,39
ke dalam model matematika di kelas
atau eksperimen > kontrol, artinya
eksperimen lebih baik dibandingkan
jika dilihat dari keseluruhan aspek
dengan kelas kontrol.
kemampuan komunikasi matematik
4. Menjelaskan prosedur penyelesaian
siswa kelas eksperimen lebih baik
untuk kelas eksperimen adalah 2,98
dari siswa kelas kontrol.
dan kelas kontrol adalah 1,71 atau eksperimen
>
kontrol,
artinya
kemampuan menjelaskan prosedur penyelesaian di kelas eksperimen Tabel 3. Uji Rata-Rata Kemampuan Komunikasi Matematika Aspek
Eksperimen ̅
10,89
Komunikasi matematika
3,43
11,76
Kontrol ̅
6,39
thitung
3,98 15,84 22,21
ttabel
Kesimpulan
1,66
Tolak Ho
Berdasarkan hasil analisis data dari Berdasarkan hasil perhitungan padalapangan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tabel 1 di atas dengan menggunakan uji t pada tarafpembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik signifikansi α = 0,05 diperoleh thitung sebesar 22,21daripada pembelajaran biasa. sedangkan ttabel sebesar 1,66. Karena thitung > ttabel
Saran
peneliti
terkait
dengan
(22,21 > 1,66) sehingga H0 ditolak. Maka dapatpembelajaran ke depannya adalah: disimpulkan bahwa kemampuan komunikasi 1. Kepada Guru matematika
siswa
yang
diajarkan
dengan
Pembelajaran
kooperatif
tipe
pembelajaran kooperatif tipe TTW lebih baik dari
TTW pada kemampuan komunikasi
pada
matematika
yang
diajarkan
dengan
pemnelajaran
konvensional.
siswa
dapat
diterapkan
pada semua kategori. Oleh karena itu hendaknya
KESIMPULAN DAN SARAN
pembelajaran
ini
terus
dikembangkan di
JSP | FKIP | UHN |hal 130 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Ribka Kariani
Pengaruh Pembelajaran Think-Talk…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
lapangan yang membuat siswa terlatih dalam
mengkomunikasikan
matematika
siswa
melalui proses merefleksikan gambar ke dalam ide matematika, , menyatakan ide-ide matematika dalam
bentuk
gambar,
menyatakan
ide-ide
matematika ke dalam model matematika dan menjelaskan prosedur
penyelesaian. Peran guru
sebagai fasilitator perlu didukung oleh sejumlah kemampuan antara lain kemampuan memandu diskusi
di
kelas,
serta
kemampuan
dalam
menyimpulkan. 2. Kepada lembaga terkait Pembelajaran kooperatif tipe TTW, masih sangat asing bagi guru dan siswa, oleh karena itu perlu disosialisasikan oleh sekolah dengan
harapan
kemampuan
dapat
belajar
meningkatkan
meningkatkan
siswa,
kemampuan
khususnya komunikasi
matematika
siswa
yang
tentunya
berimplikasi
pada
meningkatnya
akan
prestasi
siswa dalam penguasaan materi matematika. 3. Kepada peneliti. Untuk penelitian lebih lanjut hendaknya penelitian
ini
dapat
dilengkapi
dengan
meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau saat ini. DAFTAR PUSTAKA Ansari, B. (2009). Komunikasi Matematika: Konsep dan Aplikasi. Banda Aceh: PeNA. Baroody, A.J. (1993). Problem Solving, Reasoning, and Communicating. K8: Helping Children Think
Mathematically. New York: Mac Millan Publishing Company. National
Council of Teachers of Mathematics. (1989). Curriculum and Evaluation Standart for School Mahatematics. Reston, VA: NCTM. ------------------------------------------------------. (2000). Mathematics Assesment A Practical Handbook. Virginia, NCTM. Ruseffendi, H.E.T. (1991). Pengantar kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana. Sarwono, Sarlito W. (2010). Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang. Suherman Ar, E. Dkk (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-UPI. Sumarmo, U. (2010). Berfikir dan Disposisi Matematika: Apa, Mengapa, dan Bagaimana Dikembangkan pada Peserta Didik. Makalah disajikan dalam Seminar FPMIPA UPI Bandung, Bandung, 11 Pebruari. TIMSS. (2012). Trends in International Mathematics and Science Study, (Online), (http://nces.ed.gov/timss/table03.as p, diakses 20 Desember 2012). Trianto. (2010). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. JSP | FKIP | UHN |hal 131
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 132-142
AN ERROR ANALYSIS OF SIXTH SEMESTER ENGLISH DEPARTMENT STUDENTS OF HKBP NOMMENSEN UNIVERSITY IN CHANGING ACTIVE VOICE INTO PASSIVE VOICE Nurhayati Sitorus1, Maria O. C. Sianipar2 Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas HKBP Nommensen
[email protected] ABSTRACT This research aims to know the students’ ability in mastering passive voice, to know the categories of errors, and percentages of errors made by the sixth semester English Department students in changing active voice into passive voice. The research method is used in this research is qualitative and quantitative research. The result of this research are categories of errors are four categories, namely ommission, addition, misinformation, and ordering. The percentage of ommission is 16,18%, addition 5,65%, misinformation 57,90%, and misordering 20,27%. And the category has more error is misinformation. Key Words: Error Analysis, Passive Voice
1. INTRODUCTION
namely speaking, listening, reading, and
1.1 The Background of the Study
writing. Writing unit includes composition
Language is a tool that used human to
and also grammar point. Grammar is a very
communicate one each other. Through
old field of study (Seaton, 2007:3). In
language, human can deliver message or
linguistics, grammar is the set of structural
information to the other. There are many
rules governing the composition of clauses,
kinds of language. One of them is English. It
phrases, and words in any given natural
is very important to be learned students. The
language. The term refers also to the study of
purpose of learning English is in order
such
students to be able to communicate in that
morphology, syntax, and phonology, often
language both orally and writing. It is one of
complemented by phonetics, semantics, and
the foreign language taught in Indonesia.
pragmatics. Veit (1986:6) states the grammar
Nowadays, it has been taught to the students
is
of kindergarten, elementary school, junior
knowledge. To be good in English, we have
high school, senior high school and also to
to know the grammar because it is one of the
the university students.
basic elements in English some terms
rules,
a
and
person’s
this
field
subconscious
includes
language
Teaching English for students is
included in grammar are part of speech,
intended to master four languages skill,
sentence, elliptical construction (Elliptical JSP | FKIP | UHN |hal 132
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
English Sentence), gerund, to infinitive,
teachers/lectures can improve their technique
voice and etc.
in teaching grammar, especialy in teaching
In learning Grammar, sometime the students find out a difficulties to understand
passive voice. In this research, the writer will
it, especially in learning passive voice. They
analyze
have a difficulties in changing active voice
Department students’ errors in changing
into passive voice. It causes the passive voice
active voice into passive voice. By analyzing
is produced by active voice. So, there are
the student's errors in changing active voice
some rules that must be understood by the
into passive voice, the students will know
students.
English
their ability in passive voice. Then, they can
teachers/lecturers have an important role to
improve their errors and mistakes by doing
make the students understanding about it. So,
the best way. Whereas the teacher will know
they must explain passive voice as clear as
which part need more attention to the next
possible to the students. And the English
teaching and learning process and also they
teachers/lectures
more
will find and apply the best technique in
attention to the student in teaching and
teaching grammar, especially in teaching
learning process so that they can understand
passive voice.
how to change active voice into passive
1.2 The Problem of the Study
In
this
case,
also
the
must
give
voice.
the
sixth
semester
English
Based on the problem above, the In changing active voice into passive
writer formulated the problem as follows:
sometimes
not
1. What categories of errors probably made
understand fully about the rules of passive
by the sixth semester English department
voice. So, it is quite impossible for them to
students in changing active voice into
make errors. Sometime the errors that they
passive voice?
voice
the
students
do
make are same. Those errors should be
2. What are percentages of errors made by
avoided. That’s why the teacher should
the sixth semester English Department
correct their work so that they do not do or
students in changing active voice into
make the same errors. Because the result of
passive voice?
their work will give feed back to the English teachers/lecturers
in
teaching
grammar,
especially passive voice. By looking at the result
of
their
work,
the
3. Which category has more errors?
1.3 The Objective of the Study
English JSP | FKIP | UHN |hal 133
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
There are some the objectives of this
more careful to do it and also they can
research. They are:
avoid creating the same errors.
1. To analysis the categories of errors probably made by the sixth semester
2. REVIEW RELATED LITERATURE
English Department students in changing
2.1 Error Analysis
active voice into passive voice.
To many students and to the public in
2. To analysis the percentages of errors made
general, an error is something they have done
by the sixth semester English Department
wrong. Brown (1987:204) cites that learners
students in changing active voice into
do make errors and these errors can be
passive voice.
observed, analyzed and classified to reveal
3. To analysis the category has more of
something of system operating within the
errors.
learner lead to a surge of study of learner’s errors called errors analysis. The term “errors analysis” in second language acquisition
1.4 The Scope of the Study In this research, the writer will give
means the investigating of Second Language
limitation with all the tenses. The tenses are
Acquisition by collecting and describing
limited to the simple present tense, present
samples of leaner’s language. James (1998:
continuous tense, simple past tense, past
62-63) also refers to Error Analysis as the
perfect tense, and simple future tense in
study
sentence
investigates “what people do not know and
of
positive,
negative
and
interogative.
of
linguistic
ignorance
which
how they attempt to cope with their ignorance”. The fact that learners find ways
1.5 The Significance of the Study The significance of this study are: 1. For the teacher/lecturer, the result of this
how to cope with their ignorance makes a connection between English acquisition and learner strategies, which we divide into
study gives input in teaching and learning
learning
process, especially in teaching passive
strategies.
voice. So that s/he creates the technique to teach passive voice more effective.
strategies
and
communication
It seems this concept is the same as the one proposed by Crystal (1987:112) who
2. For the students, this study gives feedback
says that error analysis is a technique for
and evaluation for them so that they are
identifying, classifying and systematically interpreting the unacceptable forms produced JSP | FKIP | UHN |hal 134
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
by someone learning a foreign language,
3. Communicative Effect Taxonomy
using any of the principles and procedures
This taxonomy focuses on the effect
provided by linguistics. According to Dulay
the errors have on the listener or reader.
et. al. (1982:146) said that “the most useful
Dulay et. al. (1982: 189) said that “errors that
and commonly used descriptive classification
affect the overall organization of the sentence
of errors is linguistic categories, comparative
hinder successful communication, while
taxonomy, communication effect taxonomy,
errors that affect a single element of the
and surface strategy taxonomy”.
sentence
1. Linguistic Category
communication”. They call the former global
These taxonomies classify errors according to the language component or
usually
do
not
hinder
errors and the latter local errors. (1) Among global errors they include:
linguistic constituent (or both of them) which
1. wrong order of major constituents
is affected by the error. Among language
2. missing,
components we count phonology, syntax and morphology, semantics and lexicon, and discourse
(Dulay
et.
al.
1982:
146).
Researchers use the linguistic category taxonomy as either the only one or combined with some other taxonomy. This taxonomy is also useful for organizing the collected data. 2. Comparative Taxonomy The Comparative taxonomy classifies errors on the basis of comparing the structure
wrong,
or
misplaced
sentence connectors 3. missing cues to signal obligatory exceptions to pervasive syntactic rules 4. regularization of pervasive syntactic rules to exceptions 5. wrong
psychological
constructions
(i.e.
predicate predicates
describing how a person feels) 6. improper selection of complement
of second language errors to other types of
types (i.e. subordinate clauses)
constructions, most commonly to errors
(2) Local errors include, according to Dulay
made by children during their first language
et. al. (1982: 191-192), errors in noun
acquisition of the language in question. In
and verb inflections, articles, auxiliaries,
this taxonomy, we work with four main error
formation of quantifiers, and etc.
categories: (1) developmental errors, (2)
4. Surface Strategy Taxonomy
interlingual errors, (3) ambiguous errors, and
This taxonomy concentrates on the
(4) the ‘grab bag category’ of other errors
ways in which surface structures are altered.
(Dulay et. al. 1982: 163-164).
Using this taxonomy, Dulay et. al. (1982: JSP | FKIP | UHN |hal 135
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
150) divides errors into the following
are three types as well: (a) In regularizations
categories: (1) omission, (2) additions, (3)
an irregular marker is replaced by a regular
misformation, and (4) misordering. Omission
one, as in *sheeps for sheep. (b) Archi-forms
is typical for the early stages of the second
refer to the use of one member of a class of
language
the
forms instead of using all the members, e.g.
misformation,
using this in the situations when either this or
misordering, or overuse are much more
these should be used. (c) Alternating forms
common (Dulay et. al. 1982: 155)
are represented by “free alternation of
acquisition,
intermediate
stages
whereas
in
(1) Omission means that an item
various members of a class with each other”,
which must be present in a well-formed
as in *those dog and this dog used by the
utterance is absent. There is evidence that
same learner.
grammatical morphemes (e.g. noun and verb
(4) We talk about misordering when
inflections, articles, prepositions) are omitted
we come across an utterance where a
more often that content morphemes which
morpheme or a group of them is incorrectly
carry the meaning (Dulay et. al. 1982: 154-
placed, as in *I get up at 6 o'clock always,
155). For instance, in the sentence *My
where always is misordered.
father teacher the grammatical morphemes is and a are omitted.
Ellis
(1997:15)
says
that
error
analysis is a procedure used by both
(2) Additions are the second category
researcher
and
of surface strategy taxonomy and also the
collecting
sample
of
opposite of omission. The presence of an
identifying
the
errors
extra item which mustn't be present in a well
describing these errors, classifying them
formed
according to
utterance
is
characteristic
for
teachers.
It
involves
learner
language,
in
sample,
their hypothesized causes,
additions (Dulay et. al. 1982: 156). The
and evaluating their seriousness.
characteristic for additions are divided into
2.2 Passive Voice
three categories: (a) double markings, as in
Before the writer explains about
*Did you went there?, (b) regularization,
passive voice, the first the writer explains
e.g.*
about
sheeps,
*cutted,
and (c) simple
voice.
According
to
Murthy
addition, which contains the rest of additions.
(2003:286) said that voice is the form of the
(3) Misformation refers to “the use
verb which indicates whether a person or a
of the wrong form of the morpheme or
thing does something or something has been
structure” (Dulay et. al., 1982:158). There
done to a person or a thing. There are two JSP | FKIP | UHN |hal 136
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 132-142
kinds of voice, namely active voice and
George wrote a letter S
passive voice. Active voice occurs when a verb form shows that the subject has done something (Murthy, 2003:286). For example, “Anne sings a song”. Whereas passive voice occurs when a verb form shows that something has been done to the subject (Murthy, 2003:286). For example, “A song is sung by Anne”. We can change active voice
V
O
2. The object of the sentence must be turned into subject Ex: a letter
George wrote A letter
was
written
by
George 3. The
“be”
form
must
be
used
into passive voice if the sentence is transitive
according to the tenses of the verb
sentence.
Ex: - A letter “was” 4. Past Participle of the verb must be
2.2.1 Basic Rules of Passive Voice There are some rules that must be understood. According to Murthy (2003:286) said that there are six basic rules that must be known in passive voice.
used Ex: - A letter was “written” 5. Preposition “by” must be added Ex: - A letter was written “by” 6. The subject must be made the object
1. A sentence can be separated into
George
wrote a letter
subject, verb, and object. Ex:
A letter was written by
George
2.2.2 Pattern of Passive Voice The pattern of passive voice can been in the following table. Tense
Table 2.1 Pattern of Passive Voice Passive Voice Form
Simple Present Tense
tobe (am/is/are) + past participle
Present Continuous Tense
tobe (am/is/are) + being + past participle
Present Perfect Tense
have/has + been + past participle
Simple Past Tense
tobe (was/were) + past participle
Past Continuous Tense
tobe (was/were) + being + past participle
Past Perfect Tense
had + been + past participle
Simple Future Tense
will/ shall + be + past participle
Future Perfect Tense
will/shall + have been + past participle
Source: Murthy, 1998:295
JSP | FKIP | UHN |hal 137 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Sample is a portion of population
3. RESEARCH METHODOLOGY
that observed (Arikunto, 2002:109). The
3.1 Research Design Research design is the planning
writer takes sample by using random
process of the research or the procedures
technique. To take the sample, the writer
in collecting and analyzing the data. This
conducts
research uses qualitative and quantitave
population by using shuffling. And the
research.
sample is group A that consist of 35
The writer uses qualitative researh
cluster
sampling
of
the
students.
is to know the categories of errors probably made by the sixth semester
3.3 Instrument of the Research
English department students in changing
In this research, the writer gives a
active voice into passive voice and to
test to the students to get the data. The test
describe the causes of errors. Whereas
is about passive voice. In this case, the
quantitative research is to know the
students are asked to change the active
percentages of errors that made by the
voice into passive voice.
Department
The data in this research is the
students in changing active voice into
result of the test or the students’ answer.
passive voice and the category has more
The data is gotten from the sixth semester
errors.
English Department students of HKBP
sixth
semester
English
Nommensen University. 3.2 Population and Sample 3.2.1 Population Population
3.4 Research Procedure is
defined
as
all
members of any well-defined class or pople events or objects. According to Arikunto (2002:108) “population is all the subjects of the research. The population of the research is the sixth semester English Department
students
of
HKBP
Nommensen University. They consist of five classes/groups. 3.2.2 Sample
To identify the problem of the research, the writer will do some steps or procedures in analyzing data. The steps or procedures consist of: 1. Reading the students’ answers . 2. Identifying the students errors. 3. Classifying the errors. 4. Finding causes of the errors or describing the errors 5. Counting the percentages of the errors JSP | FKIP | UHN |hal 138
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Bungin (2005:171-172) says “to count
the errors
in percentage,
analysis also uses the formula.
the The
formula is:
4.1 Categories of Errors After the writer corrected the
=
Where:
4. ANALYSIS DATA AND FINDINGS
100%
students’ answer, the writer found that there is no student that answer all question correctly. Then, she analysis the data. The
n = stands for the percentages of
writer found that there are some errors that
errors
the students did. The errors consist of
fx = stands of the total frequency of
some categories. They are ommision,
the sub-categories errors
addition, misinformation, and misordering.
N = stands for the total errors of all
It can be showed in the table below.
categories Table 4.1 Categories of Error Categories of Error Ques Categories of Error Ommis Add Misinform Misordering Ommis Add Misinform Misordering 1 4 7 16 1 16 5 2 15 8 17 2 17 4 3 9 2 13 4 18 2 2 18 5 4 6 1 10 1 19 9 2 5 4 10 3 20 1 9 1 6 4 5 3 10 21 4 11 7 4 4 2 22 1 15 1 8 4 11 5 23 1 8 5 9 6 2 8 3 24 1 11 3 10 4 5 5 25 3 1 4 1 11 2 16 2 26 2 6 3 12 3 3 7 4 27 3 15 13 17 5 28 1 7 1 14 4 16 5 29 5 6 15 19 2 30 3 4 6 Sum 83 29 297 104 this case, the writer takes the students’ Table 4.1 shows that the total erors answer for the third and fourth question that the students did 513 errors. They because in these questions are found four consist of 83 ommission, 29 addition, 297 categories of errors. misinformation, and 104 misordering. The 1.(a) These plants every day Mila was errors were found from 30 questions. Here water is the example of each errors category. In
Ques
JSP | FKIP | UHN |hal 139 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
(b) These plants doesn’t watered every day by Mila (c) These plants is not watered by Mila every day. (d) These plants are not be watered Every day by Mila. The third question is found that
“watered”. Then, the sentence (d) is addition. Dulay et. al. (1982: 156) said that the presence of an extra item which mustn't be present in a well formed utterance is characteristic for additions. Here, the student adds the word “be” before the verb “watered”. It should be
there are four categories of errors.
deleted.
Sentence (a) is misordering. Here, the
2.(a) The room wasn’t clean by Gary
student does not order the sentence based
(b) Garry was cleaned cleaned his room
on the theory. According to Murthy
(c) The room is not clean by Garry.
(2003:286) said that there are six basic
(d) His room is not be cleaned by Garry.
rules that must be known in passive voice.
The forth question is found that
One of them is “the object of the sentence
there are four categories of errors, namely
must be turned into subject”. In this case
misordering, misinformation, ommission,
the student do not do it. So, the student’
and
answer is wrong. It should be “These
misinformation, where the student is
plants are not watered every day by Mila”.
wrong to put tobe “was”. It should be “His
Sentense (b) is misinformation. Here, the
room is not cleaned by Garry”. It’s caused
student is wrong to use tobe. In this
the tense is present. Sentence (b) is
sentence the student use auxiliary “does”.
misordering. Here, the student does not
It should be tobe “are”. So, the correct
order the sentence based on the theory.
sentence is “These plants are not watered
According to Murthy (2003:286) said that
every day by Mila”. Then, the category of
there are six basic rules that must be
error in sentence (c) is ommission. Based
known in passive voice. One of them is
on Murthy (1998:295) said “if the tense is
“the object of the sentence must be turned
present tense, the pattern of passive voice
into subject”. In this case the student does
is tobe (am/is/are) + past participle (V3)”.
not do it. So, the student’ answer is wrong.
But in this sentence, we must put “not”
It should be “His room is not cleaned by
after tobe because it is negative sentence.
Garry”.
In this case, the student does not put “ed”
ommission. Based on Murthy (1998:295)
after the verb “water”. It should be
said “if the tense is present tense, the
addition.
The
The
next
sentence
sentence
(a)
(c)
is
is
JSP | FKIP | UHN |hal 140 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pattern of passive voice is tobe (am/is/are)
tobe, tense, the rule and the pattern of
+ past participle (V3)”. Here, the student
passive voice.
does not put “ed” after the verb “clean”. It
5.2 Suggestion
should be “cleaned”. Then, the sentence
The students do not understand
(d) is addition. Dulay et. al. (1982: 156)
how to change active voice into passive
said that the presence of an extra item
voice. They do not understand the rule,
which mustn't be present in a well formed
tense, and pattern of passive voice. So,
utterance is characteristic for additions.
English lecturers especially grammar
Here, the student add the word “be” before
lecturers are hoped to give more attention
the verb “cleaned”. It should be deleted.
to the students in teaching grammar especially in teaching passive voice.
4.2 Percentage of Errors The percentage of each error can be seen in the following.
REFERENCES Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rhineka Cipta Brown, H.D. 1987. Principles of Language
Table 4.3 shows that the percentage of ommission is 16,18%, addition 5,65%, misinformation 57,90%, and misordering 20,27%. And the category has more error is misinformation (57,90%). In this case, the students do not understand how to use tobe, tense, the rule and the pattern of passive voice. 5. CONCLUSION AND SUGGESTION 5.1 Conclusion In this research, there are four categories of error, namely ommission, addition, misordering.
misinformation, The
percentage
and of
ommission is 16,18%, addition 5,65%, misinformation 57,90%, and misordering 20,27%. And the category has more error is misinformation (57,90%). In this case,
Learning and Teaching. New Jersey: Prentice Hall, Inc. Bungin,
H.
Burhan.
2005.
Metodoligi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Crystal,
David.
1987. The Cambridge
encyclopedia of language Cambridge: University Press. Dulay,
Burt,
Krashen.
1982.
Second
Language Acquisition and Universal Grammar. New York: Oxford University Press. Ellis,
Rod.
Acquisition.
1997. New
Second
Language
York:
Oxford
University Press.
the students do not understand how to use JSP | FKIP | UHN |hal 141 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Murthy,
Nurhayati Sitorus
An Error Analysis of Sixth Semester…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Jayanthi
Dakshina.
1998.
Contemporary English Grammar. New Delhi: Book Palace Murthy,
Jayanthi
Dakshina.
2003.
Contemporary English Grammar. New Delhi: Book Palace Seaton, Anne. 2007. Basic English Grammar for English Language Learners. United States: Saddleback educational Publishing Thomson, A.J. 1986. A Practical English Grammar. London: Oxford University Press. Veit, Richard. 1986. Discovering English Grammar. Boston: Houghton Miff.
JSP | FKIP | UHN |hal 142 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 143-154
MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PRODI EKONOMI FKIP-UHN T.A 2013/2014. Linda Septi Yanti Sianipar Jurusan Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas HKBP Nommensen Email:
[email protected] ABSTRAK Masalah hasil belajar adalah suatu masalah yang sangat penting untuk penyelesaian permasalahan matematika, khususnya matakuliah Matematika Ekonomi. Untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar mahasiswa yang selama ini masih rendah, diperlukan suatu desain model pembelajaran yang tepat. Untuk itulah penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar mahasiswa Prodi Pendidikan ekonomi FKIP-UHN dengan cara mengajar mahasiswa dengan menggunakan model pembelajaran TEAM games tournamen yang telah didesain untuk meningkatkan hasil belajar. Penelitin ini dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen Medan. Waktu pelaksanaan penelitian adalah semester genap tahun ajaran 2013/2014, Dengan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa program studi pendidikan ekonomi FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa prodi pendidikan ekonomi FKIP Universitas HKBP Nommensen yang mengikuti matakuliah Himpunan dan Logika sebanyak 3 kelas. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa peningkatan hasil belajar mahasiswa dari test awal, nilai rata-ratanya adalah 53,33 dan presentase ketuntasan 20 %, pada post test I nilai rata-rata mencapai 65,83 dan presentase ketuntasan 55,56 % kemudian pada post test II nilai rata-rata sudah mencapai 86,11 dan presentase ketuntasan mencapai 91,7%. Jadi dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Model pembelajaran Team Games Tournament dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah Matematika Ekonomi. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan
lembaga pendidikan untuk menjelaskan wadah
mencerdaskan kehidupan bangsa, karena dengan melalui pendidikan dapat dibina sumberdaya manusia terdidik yang mampu menghadapi perkembangan zaman. Dengan demikian
keberhasilan
pelaksanaan
pendidikan di suatu lembaga pendidikan merupakan hal yang paling menentukan keadaan sumberdaya manusia di masa yang akan datang. Perguruan tinggi merupakan
kegiatan pembelajaran. Perguruan tinggi mempunyai
tugas
untuk
menyiapkan
mahasiswa menjadi anggota atau warga masyarakat yang sesuai dengan cita-cita, harapan dan nilai-nilai yang dianut serta dijunjung tinggi oleh masyarakat. Di Fakultas keguruan Ilmu pendidikan khususnya Prodi Pendidikan Ekonomi ada beberapa matakuliah yang diajarkan, salah satu di antaranya matakuliah Matematika JSP | FKIP | UHN |hal 143
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
ekonomi.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Matakuliah
mahasiswa
tentang
ini
mengajarkan
bagaimana
karena dalam proses pembelajaran, Hasil
menjadi
belajar mahasiswa sangat besar pengaruhnya
seorang guru yang dapat menggunakan
dalam menentukan tingkat pemahaman dan
strategi,metode dan model dalam proses
pencapaian
pembelajaran yang dilakukan Oleh karena
Mahasiswa yang memiliki motivasi belajar
itu, tenaga pengajar harus mengajarkan
yang tinggi akan memiliki semangat belajar
matakuliah ini sesuai dengan tuntutan
yang tinggi pula, sebaliknya mahasiswa
perkembangan zaman,yang menuntut guru
yang
harus
kepada
kemungkinan besar akan rendah pula hasil
dan
dapat
belajar. Ciri-ciri mahasiswa yang memiliki
metode
yang
motivasi ditandai dengan tekun menghadapi
professional
mahasiswa
dibidangnya
dengan
menyesuaikan
baik
dengan
pada
motivasi
digunakan agar mahasiswa tidak merasa
tugas,
bosan
menunjukkan
dalam
mengikuti
proses
pembelajaran.
ulet
memandang
belajarnya
rendah
menghadapi minat
dalam
kesulitan, bermacam-
matakuliah
mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapatnya,
Matematika ekonomi sebagai matakuliah
tidak
yang
diyakininya
bersifat
pembelajaran.
macam masalah, lebih senang bekerja
Namun kenyataannya, sebagian besar mahasiswa
tujuan
konseptual
dan
teoritis.
mudah
melepaskan
hal
yang
senang
mencari
dan
itu,
Akibatnya, ketika mengikuti pembelajaran
memecahkan
Matematika ekonomi mahasiswa merasa
karenanya,
cukup mendengarkan dan mencatat konsep-
tanggung jawab guru agar memotivasi
konsep dan teori-teori yang dijelaskan oleh
mahasiswa
dosen,
sehingga
tugas-tugas
terstruktur
yang
masalah sudah
dalam proses
diberikan dikerjakan secara tidak serius dan
dilaksanakan
bila dikerjakan pun sekedar memenuhi
efektif dan efisien.
formalitas.
dapat
soal-soal.
menjadi
kegiatan
tugas
Oleh dan
belajarnya,
pembelajaran
yang
berlangsung
secara
Dalam matakuliah Matematika ekonomi
Kurangnya
belajar
kurang mampu dalam menciptakan situasi
matakuliah
belajar yang menarik, karena dosen masih
memunculkan suatu permasalahan belajar
menggunakan metode pembelajaran yang
mahasiswa
pada
motivasi pelajaran
JSP | FKIP | UHN |hal 144 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
bersifat
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
konvensional
sehingga
dalam
mahasiswa
bisa
membentuk
jejaring
pembelajaran terjadi proses pembelajaran
(Network) dalam matakuliah Matematika
yang monoton dan membosankan. Padahal
ekonomi.
dalam upaya peningkatan hasil belajar
Selain itu, didalam proses pembelajaran
mahasiswa di perguruan tinggi, para dosen
dosen perlu memberikan penghargaan atau
berkewajiban
pujian
untuk
dapat
menciptakan
kepada
mahasiswa
yang
bisa
kegiatan belajar yang mampu membangun
menjawab pertanyaan yang diberikan oleh
kemampuan mahasiswa dalam memahami
dosen. Dengan situasi mahasiswa pasif maka
pelajaran agar tercapai Hasil belajar yang
semangat mahasiswa untuk belajar kurang
optimal, oleh karena itu dalam mendesain
termotivasi.
kegiatan belajar yang optimal diperlukan
menghafal prosedur lalu menerapkan pada
kecermatan dosen dalam memilih teori dan
soal
model pengajaran yang akan diterapkan.
demikian belumlah menjadikan mahasiswa
Tidak semua teori dan model pengajaran
tertarik terhadap materi yang diajarkan.
cocok untuk semua mata pelajaran yang
yang
Mahasiswa
sesuai.
hanya
cukup
Pembelajaran
yang
Berdasarkan gambaran permasalahan di
diajarkan karena setiap mata pelajaran
atas,
memiliki karakteristik tersendiri.
sebaiknya diajarkan dengan cara yang
Dalam kegiatan pembelajaran, aktivitas belajar mahasiswa juga
Matakuliah
khusus.
matematika
Pembelajaran
ekonomi
tidak
hanya
masih kurang
menggunakan metode ceramah, karena akan
dikarenakan tidak adanya gairah dalam
membuat mahasiswa merasa bosan selama
mengikuti matakuliah. Kurikulum 2013
mempelajarinya. Salah satu strategi untuk
dituntun
menarik perhatian dan semangat mahasiswa
keaktifan
mahasiswa
dalam
menggunakan model pembelajaran yang
dalam
kooperatif maka Guru harus melibatkan
menggunakan model pembelajaran Team
mahasiswa
Games
secara
aktif
dalam
proses
matakuliah
ini
Tournamen
(
adalah
TGT
dengan
)
yang
pembelajaran sehingga mahasiswa pasif bisa
dikembangka Robert Slavin ,merupakan
berkembang menjadi aktif,dan bukan hanya
teknik belajar menggabungkan kelompok
mendengarkan penjelasan guru saja dan
belajar dengan kompetisi tim,dan bisa
mencatat
digunakan
hal-hal
penting tapi
dituntut
untuk
meningkatkan
JSP | FKIP | UHN |hal 145 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pembelajaran beragam fakta,konsep dan
kooperatif TGT memungkinkan peserta
keterampilan (Melvin L. Silberman,2006).
didik dapat belajar lebih rileks,disamping
Menurut Mokhamad Basiran (2008:4) “pembelajaran
kooperatif
adalah
suatu
menumbuhkan
tanggung
jawab,kerjasama,persaingan
dan
model pembelajaran yang menempatkan
keterlibatan
siswa dalam kelompok kecil”. Dalam proses
Permainan di dalam TGT dapat berupa
pembelajaran kooperatif setiap anggota
pertanyaan atau soal yang ditulis pada kartu-
kelompok
yang
kartu yang diberi angka.tiap mahasiswa
sehingga
misalnya mengambil sebuah kartu yang
mencari
menguntungkan belajar
hasil
kelompoknya,
kooperatif
adalah
pemanfaatan
diberi
belajar
sehat
angka
(Kokom,
tadi
2010).
dan
kelompok kecil dalam pengajaran yang
untukmemberi
memungkinkan siswa bekerja bersama untuk
dengan
memaksimalkan belajar mereka dan belajar
memungkinkan
anggotanya
semua tingkat kemampuan ( kepandaian )
dalam
kelompok
tersebut.
pertanyaan
berusaha
angka
yang
sesuai
tersebut.Turnamen semua
harus
mahasiswa
Slavin ( 2008: 4) mengatakan bahwa”
untuk
pembelajaran kooperatif adalah suatu model
kelompoknya.penilai turnamen ini dapat
pembelajaran di mana siswa belajar dan
berperan sebagai alternative atau dapat pula
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
sebagai review materi perkuliahan.
secara kolaboratif. yang anggotanya terdiri
menyumbangkan
Isjoni
(2009
:
83)
poin
dari
“Team
bagi
Games
dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur
Tournaments (TGT) sebagai salah satu
kelompoknya yang bersifat heterogen”.
bentuk
pengembangan
pembelajaran
Model Pembelajaran TGT adalah salah
kooperatif yang menempatkan siswa dalam
satu model pembelajaran kooperatif yang
kelompok-kelompok belajar beranggotakan
mudah
diterapkan,melibatkan
5
peserta
didik
,melibatkan mengandung
tanpa
peran
melihat
tutor
unsur
reinforcement.Aktivitas
seluruh
sebaya
permainan belajar
sampai
6
orang
yang
memiliki
status
kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras
dan
yang berbeda”. Melalui kegiatan kelompok
serta dengan
permainan dirancang dalam pembelajaran
baik
diskusi
mahasiswa
maupun
dapat
kerja
berbagai
kelompok pengalaman
dengan mahasiswa lainnya. Para mahasiswa
JSP | FKIP | UHN |hal 146 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
menyadari bahwa kompetisi merupakan
langsung ataupun dengan ceramah. Pada
sesuatu yang selalu mereka dihadapi setiap
presentasi ini siswa harus benar-benar
saat,
mereka
memperhatikan dan memahami materi yang
bersaing
disampaikan guru, karena akan membantu
sebagai individu setelah menerima bantuan
siswa bekerja lebih baik pada saat kerja
dari teman mereka. Mereka membangun
kelompok dan pada saat game karena skor
ketergantungan atau kepercayaan dalam tim
game akan menentukan skor kelompok; 2)
asal mereka yang memberikan kesempatan
kelompok (Tim), Tim terdiri dari empat atau
kepada mereka untuk merasa percaya diri
lima siswa yang mewakili seluruh bagian
ketika bersaing dalam turnamen. Sehingga
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis
TGT ini memungkinkan siswa dapat belajar
kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi utama dari
lebih
rasa
tim ini adalah memastikan bahwa semua
tanggung jawab, kerjasama, persaingan
anggota tim benar-benar belajar, dan lebih
sehat dan keterlibatan. Model pembelajaran
khususnya
tipe TGT dikembangkan dalam usaha
mempersiapkan anggotanya untuk dapat
meningkatkan aktivitas bersama sejumlah
menjawab soal pada saat permainan dengan
mahasiswa dan hasil belajar selama kegiatan
baik.
belajar mengajar.
materinya,
tetapi
peraturan
TGT
dan
rileks
memberikan
strategi
serta
untuk
menumbuhkan
lagi,
Setelah
adalah
guru
tim
untuk
menyampaikan
berkumpul
untuk
Menurut Robert E. Slavin (2010: 163-
mempelajari lembar-lembar kegiatan atau
167) “model pembelajaran kooperatif tipe
meteri lainnya. Pembelajaran tim sering
TGT menggunakan permainan akademik”.
melibatkan
Dalam turnamen, siswa bertanding mewakili
bersama, membandingkan jawaban, dan
timnya dengan anggota tim lainnya yang
mengoreksi
setara
kemampuan akademik berdasarkan
apabila anggota tim ada yang membuat
kinerja sebelumnya. Komponen-komponen
kesalahan. Pada metode TGT ini, poin
dalam TGT menurut Robert E. Slavin (2010
penting
: 163) meliputi: 1) presentasi kelas, Pada
membuat anggota tim melakukan yang
awal pembelajaran guru menyampaikan
terbaik untuk membantu tiap anggotanya; 3)
materi secara garis besar dengan pengajaran
turnamen, Turnamen dilakukan pada akhir
pembahasan
tiap
kesalahan
yang perlu
permasalahan
pemahaman
ditekankan adalah
JSP | FKIP | UHN |hal 147 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
minggu,
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
setelah
menyelesaikan
yang memuat satu pertanyaan, kemudian
presentasi kelas dan tim-tim memperoleh
kelompok yang berperan sebagai pemain
kesempatan berlatih dengan LKS. Sistem
mencoba menjawab pertanyan yang sesuai
kompetesi
dengan
yang
guru
dilakukan
berdasarkan
nomor
itu.
Setelah
pembaca
aturan turnamen yaitu masing-masing siswa
memberikan jawaban, siswa disebelah kiri
dikelompokkan sesuai dengan tingkat atau
(penantang
level kemampuan yang dimiliki siswa. Guru
kesempatan untuk menantang (memberi
mengelompokkan siswa dalam sebuah tim
jawaban beda) atau lewat. Jika penantang
turnamen dari kelompok asal yang berbeda.
pertama
Tim turnamen dikompetisikan dengan cara
mempunyai
mengerjakan soal ulangan dengan sistem
penantang kedua boleh memberi tantangan.
penskoran dan hasil dari skor yang diperoleh
Jika
dari nilai turnamen akan ditambahkan pada
menantang atau lewat penantang kedua
nilai kelompok asal. . Siswa dari masing-
(sebelah kanan pembaca) mencocokkan
masing
untuk
jawabanya pada kunci jawaban yang sesuai
bagi
dan membacanya keras-keras. Pemain yang
kelompoknya. Dalam turnamen ini, siswa
menjawab benar dapat menyimpan kartu
yang
akademik
tersebut. Dan jika penantang pertama dan
sedang atau rendah dapat menjadi siswa
kedua salah dalam memberikan jawaban
yang
maka mereka mendapat hukuman yaitu
kelompok
menyumbangkan
memiliki
mendapat
bertanding
poin
tertinggi
kemampuan
poin
tertinggi
dalam
pertama)
lewat
semua
dan
mempunyai
penantang
kedua
berbeda
maka
jawaban
siswa
menjawab,
kelompok turnamennya. Poin dari perolehan
harus
setiap anggota kelompok diakumulasikan
dimenangkan sebelumnya pada gurunya.
dalam poin kelompok; 4) permainan, Game
Jika tidak ada yang menjawab benar, maka
terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang
kartu dikembalikan pada gurunya. Untuk
dirancang untuk menguji pengetahuan yang
babak berikutnya semua pindah satu posisi
didapat siswa dari penyajian kelas dan
ke kiri, dan penantang pertama giliran
belajar kelompok. Kebanyakan Game terdiri
menjadi pembaca, penantang kedua menjadi
dari
sederhana
penantang pertama dan pembaca menjadi
bernomor. Siswa memilih kartu bernomor
penantang kedua. Psermainan berjalan terus
pertanyaan-pertanyaan
mengembalikan
telah
kartu
yang
JSP | FKIP | UHN |hal 148 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
sampai waktu yang ditentukan habis atau
untuk mengikuti matakuliah Matematika
kartunya habis. Ketika permainan berakhir,
ekonomi.
pemain
mencatat
jumlah
kartu
yang
Dari
uraian
di
atas
mengetahui
dan 5) Penghargaan kelompok Penghargaan
menggunakan model Cooperative Learning
kelompok ditentukan oleh kinerja masing-
Tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar
masing
tingkat
siswa, maka dari itu peneliti tertarik untuk
penghargaan diberikan berdasarkan pada
mengangkat judul : “ Upaya Meningkatkan
skor tim rata-rata.Alur penempatan peserta
Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan
turnamen menurut Slavin (2008: 86) dapat
Model
dilihat pada diagram berikut:
Tournament
(TGT)
Matematika
ekonomi
Ada
bahwa
ingin
dimenangkan pada lembar pencatat skor;
anggotanya.
apakah
penulis
Pembelajaran
Pendidikan
Ekonomi
dengan
Team Pada
Games
Matakuliah
Program FKIP
Studi
Universitas
HKBP Nommensen MedanTahun Ajaran 2013 / 2014. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian
ini
adalah
jenis
penelitian
tindakan kelas (PTK) yang mengarah upaya meningkatkan hasil belajar mahasiswa pada matakuliah matematika ekonomi dengan menggunakan Pembelajaran
dengan
model
TGT
kooperatif
model
tipe
TGT
pembelajaran (Team
Games
diharapkan menjadikan mahasiswa berani
Tournament) pada stambuk 2012 semester
mengemukakan
sehingga
IV program studi pendidikan ekonomi FKIP
dalam kegiatan pembelajaran mahasiswa
Universitas HKBP Nommensen Tahun Ajar
menjadi aktif serta mahasiswa dapat lebih
2013/2014. Penelitian ini dilakukan pada
menguasai
pembelajaran,
mahasiswa stambuk 2012 semester IV
semangat dan ada ketertarikan mahasiswa
program studi pendidikan ekonomi FKIP
pendapatnya
materi
dalam
JSP | FKIP | UHN |hal 149 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Universitas HKBP Nommensen Medan Tahun
Ajar
2013/2014
dan
Pengumpulan data dilakukan dengan
akan
menggunakan lembar soal test dan lembar
dilaksanakan pada Maret 2014 dan berakhir
observasi. Untuk mengetahui hasil belajar
sampai
siswa
Juni 2014. Subjek penelitian ini
dengan
menggunakan
model
adalah mahasiswa stambuk 2012 semester
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team
IV program studi pendidikan ekonomi
Games
semester genap Tahun Ajar 2013/2014 yang
melakukan
berjumlah 36 mahasiswa yang terdiri dari 3
menggunakan tes dan observasi.
orang mahasiswa laki-laki dan 33 orang
Tournament),
maka
pengumpulan
peneliti
data
dengan
Data yang diperoleh dalam penelitian
mahasiswa perempuan. Penentuan kelas ini
dianalisis
diambil
analisis data deskriptif yang bertujuan untuk
berdasarkan
hasil
pengamatan
terhadap kelas yang akan diuji. Desain penelitian ini meliputi kegiatan
dengan
menggunakan
model
mendeskripsikan ketuntasan hasil belajar. Dan yang dianalisis untuk mendeskripsikan
pelaksanaan PTK yang disusun oleh
ketuntasan belajar adalah posttest. Dimana
Arikunto,dkk (2008:16) yang terdiri dari 4
penelitian ini lebih memperhatikan kualitas
tahap yaitu “ perencanaan, tindakan atau
hasil dan keterkaitan antara kegiatan hasil
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi”.
belajar
Pelaksanaan penelitian ini direncanakan
menggunakan
dalam 2 siklus. Adapun tahapannya adalah
kooperatif
sebagai berikut
Tournament).
matematika
ekonomi
model
tipe
TGT
dengan
pembelajaran (Team
Games
awal
peneliti
HASIL PENELITIAN Pada memberikan
pertemuan pretest
kepada
mahasiswa
group A semester IV yang berjumlah 36 orang sebanyak 10 soal dalam bentuk pilihan berganda. Pretest ini bertujuan untuk mengetahui
kemampuan
awal
dalam
menyelesaikan soal matakuliah matematika ekonomi.
Tetapi
dari
hasil
pretest
JSP | FKIP | UHN |hal 150 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
mahasiswa tersebut diperoleh bahwa hasil
hasil
belajar
Pendekatan
mahasiswa
mahasiswa
masih
tergolong
rendah
belum
dan
mampu
belajar
mahasiswa Belajar
pada
materi
Mengajar.
Pada
penelitian ini, pelaksanaan pembelajaran
menguasai materi ajar Pendekatan Belajar
dengan
Mengajar. Hal tersebut dapat dilihat dari
Tournament dalam proses pembelajaran
kesalahan
soal-soal,
telah dilaksanakan secara optimal dan sesuai
dikarenakan siswa belum menguasai materi
dengan tujuan yang diharapkan. Hal ini
pembelajaran.
bahwa
dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar
kemampuan mahasiswa dalam menguasai
mahasiswa dari mulai pretest sampai siklus
materi ajar Pendekatan Belajar Mengajar
II.
siswa
menjawab
Dapat
dilihat
menggunakan
Team
Games
masih sangat rendah, dengan nilai rata-rata
Berdasarkan hasil analisis data pada
kelas mencapai 5,33. Dari 36 siswa terdapat
pretest, siklus I dan siklus II dapat diuraikan
80% atau 28 orang mahasiswa belum tuntas
pembahasan pada tabel sebagai berikut :
dan 20% atau 8 orang mahasiswa yang masuk dalam kategori tuntas belajar pada materi ajar. Untuk pretest,
butir soal pada tabel
mahasiswa
yang
tidak
dapat
menjawab soal ataupun salah paham dalam menjawab soal, anak diberikan skor 0. Sedangkan
mahasiswa
yang
benar
menjawab soal maka diberikan skor 1. Dari hasil pengamatan hasil belajar ataupun ketuntasan belajar dimulai dari tes awal, post test siklus I dan Post test siklus II, terlihat adanya peningkatan yang baik yang dicapai
mahasiswa.
membuktikan hipotesis menggunakan
Model
Hal
tersebut
penelitian Team
yaitu Games
Tournament (TGT) dapat meningkatkan
Tabel 4.4. Peningkatan Nilai Hasil Pretest, Siklus I dan Siklus II Pre Test Siklus I Siklus II 80 80 80 20 40 70 50 50 90 40 40 90 30 30 100 70 70 70 50 60 90 60 90 90 60 100 100 80 80 80 70 70 70 50 50 50 50 50 70 50 50 90 50 50 90 80 80 100 70 70 80 50 50 70 40 40 40 50 70 100 60 60 90 JSP | FKIP | UHN |hal 151
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Dari
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
40 40 80 80 80 80 50 80 50 80 50 80 40 80 40 100 30 80 20 80 60 90 60 70 60 50 50 50 50 50 1920 2470 53,33 65,83 8 20 20% 55,56% tabel diatas
70 80 90 50 80 80 100 100 100 80 100 100 100 80 90 3010 86,11 33 91,7% dapat dilihat
Grafik 1 Nilai Rata-rata Hasil Belajar Mahasiswa
peningkatan hasil belajar mahasiswa dari test awal, nilai rata-ratanya adalah 53,33 dan presentase ketuntasan 20 %, pada post test I nilai
rata-rata
mencapai
65,83
dan
presentase ketuntasan 55,56 % kemudian
KESIMPULAN DAN SARAN
pada post test II nilai rata-rata sudah
Kesimpulan
mencapai 86,11 dan presentase ketuntasan
Berdasarkan dari hasil penelitian
mencapai 91,7%. Jadi dapat disimpulkan
pada pelaksanaan tindakan terhadap proses
bahwa pembelajaran dengan menggunakan
pembelajaran dengan menggunakan model
Model
pembelajaran Team Games Tournament
pembelajaran
Team
Games
Tournament pada matakuliah matematika ekonomi dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Untuk
lebih
maka dapat disimpulkan bahwa : 1.
Pada
saat
diberikan
pretest
jelasnya
diperoleh tingkat ketuntasan sebanyak 8
peningkatan hasil belajar mahasiswa dapat
orang (20 %) sedangkan sebanyak 28 orang
dilihat pada gambar diagram berikut ini : JSP | FKIP | UHN |hal 152 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
mahasiswa (80 %) mendapat nilai belum
Saran
tuntas 2.
Dari kesimpulan penelitian ini, maka Setelah
melaksanakan
siklus
I
dengan menerapakan model pembelajaran
peneliti mengajukan saran sebagai berikut : 1.
Model pembelajaran Team Games
Team Games Tournament (TGT) diperoleh
Tournament (TGT) ini sekiranya dapat
tingkat ketuntasan hasil belajar sebanyak 20
dijadikan alternatif bagi tenaga pengajar
orang (55,56 %) sedangkan sebanyak 16
untuk menerapakannya pada matakuliah
orang mahasiswa (44,44%) mendapat nilai
Strategi
belum tuntas.
meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
3.
Setelah melaksanakan siklus II
2.
Pembelajaran
Kepada
Akuntansi
pengajar
untuk
yang
ingin
pembelajaran
Team
dengan menerapkan model pembelajaran
menerapkan model
Team Games Tournament (TGT) diperoleh
Games
tingkat ketuntasan hasil belajar sebanyak 33
melibatkan
orang
sedangkan
dalam proses belajar mengajar agar mereka
sebanyak 3 orang mahasiswa (86,11%) yang
dapat merasakan langsung manfaat yang
mendapat nilai belum tuntas.
dapat diambil dari kegiatan belajarnya.
4.
mahasiswa
(91,7%)
Berdasarkan hasil observasi pada
3.
Tournament mahasiswa
(TGT) secara
sebaiknya langsung
Adanya kebiasaan tenaga pengajar
siklus I ditemukan bahwa pelaksanaan
yang kurang harmonis kepada mahasiswa
pembelajaran dengan menggunakan Team
dan kurangnya keterlibatan pengajar dalam
Games Tournament (TGT) tergolong sudah
mengubah prilaku belajar yang kurang
cukup
maksimal
demokratis, hal ini sangat diharapkan sekali
sedangkan pada siklus II kegiatan belajar
kepada pengajar untuk dapat menguasai dan
mengajar meningkat sangat baik
merubah perilaku yang kurang harmonis
5.
baik
Dengan
tetapi
belum
demikian
maka
dapat
hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa Model
Pembelajaran
Team
Games
antara pengajar dan mahasiswa. 4.
Bagi peneliti lain yang melakukan
penelitian tindakan, sebaiknya melakukan
Tournament (TGT) dapat meningkatkan
penelitian
secara
hasil belajar mahasiswa dapat di terima.
mengkombinasikan
tuntas
dengan
berbagai
cara model
JSP | FKIP | UHN |hal 153 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Linda Septi Yanti Sianipar
Model Pembelajaran TEAM Games…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pengajaran dengan memperhatikan materi ajar yang diajarkan DAFTAR PUSTAKA Agus, Suprijono, 2008. Cooperatve Learning. Surabaya :Pustaka Belajar Arikunto, 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Daulay, Anwar Saleh. 2007. DasarDasar Ilmu Pendidikan. Bandung: Citapustaka Media. Dimyati, Mudijono, 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hamalik. 2008. Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara. Istarani, 2011. Model Pembelajaran Inovatif . Medan: ISCOM Medan. Isjoni, 2009. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Kunandar, 2009. Guru Profesional Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Rajawali Pers. Lie, Anita, 2008. Cooperative Learning : Memperaktikkan di ruang-ruang kelas. Jakarta : Grasindo. Sanjaya,Wina, 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana. Salim, Syahrum, 2009. Metodelogi Penelitian Kuantitatif. Bandung : Citapustaka Media. Slameto, 2010. Belajar Dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Renika Cipta. . Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Slavin, E Robert, 2010. Cooperative Learning : Teori, Riset, Dan Praktik. Bandung : Nusa Media, Sudijono,Anas, 2009. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Trianto, 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : Bumi Aksara. Hamdani,2011.Strategi Belajar Mengajar.Bandung : CV. Pustaka Setia.
JSP | FKIP | UHN |hal 154 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 155-169
MODEL PEMBELAJARAN ARIAS DENGAN BERBASIS KONSEP DASAR FISIKA DALAM MATA KULIAH LISTRIK DAN MAGNET DI FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN TAHUN AJARAN 2014/ 2015 Parlindungan Sitorus Jurusan Pendidikan Fisika FKIP Universitas HKBP Nommensen Email:
[email protected]
Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah model pembelajaran ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assessment, dan Satisfaction ) dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa program studi pendidikan fisika Universitas HKBP Nommensen Medan, pada mata kuliah Listrik dan Magnet dengan menggambil topik kapasitor dan rangkaiannya. Dari hasil perhitungan analisis regresi diperoleh persamaan regresinya: ŷ = 6,52 + 0,85X. Pada persamaan tersebut koefisien arah regresi atau b = 0,85 bertanda positif yang artinya kedua variabel mempunyai hubungan linear yang positif, perhitungan uji kelinearan regresi diperoleh Fhitung < Ftabel atau 0,398 < 2,45 . Pada uji keberartian regresi diperoleh Fhitung > Ftabel atau 280,37 > 4,20. Berdasarkan hasil pengujian koefisien korelasi didapat r = 0,95 maka dapat disimpulkan bahwa kedua variabel termasuk dalam kategori hubungan yang sangat kuat.. Pada uji keberartian koefisien korelasi diperoleh thitung > ttabel atau 16,11 > 2,048 makaperhitungan koefisien determinasi diperoleh r2 = 91,15% yang artinya kemampuan mahasiswa terhadap pemecahan masalah dalam persoalan fisika dipengaruhi oleh model pembelajaran ARIAS berbasis konsep dasar sebesar 91,15% sedangkan sisanya 8,85% dipengaruhi oleh faktor lain. Perhitungan peningkatan hasil belajar mahasiswa prodi pendidikan fisika mengalami peningkatan, sebesar rata-rata sebesar 27,7 %
Kata Kunci: Model Pembelajaran ARIAS, KonsepDasar ,Hasil Belajar
Pendidikan juga merupakan
PENDAHULUAN Pendidikan
bagi
besar
ukur dan faktor pendorong kemajuan suatu
orang berarti membimbing anak sehingga
bangsa. Setiap negara maju memberikan
menjadi dewasa atau juga membuat orang
sikap dan kebijakan yang hampir sama
yang tidak tau menjadi tau. Hampir semua
dalam
manusia bisa menulis dan membaca karena
menempatkan
belajar
yang
prioritas yang tinggi dalam pembangunan.
memberitahu. Pendidikan juga merupakan
Dalam hal ini , pendidikan ditempatkan
jalan yang dapat menuntun manusia dalam
sebagai wadah untuk menciptakan bangsa
arah,tujuan
yang memiliki sumber daya manusia yang
disekolah
sebagian
tolak
atau
ada
terutama dalam peningkatan
kualitas sumber daya manusia.
menyikapi
hal
pendidikan
ini
dan
dalam skala
tinggi. Oleh karena itu pendidikan dan JSP | FKIP | UHN |hal 155
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
lembaga pendidikan ditangani oleh orang
strategi pembelajaran yang tepat sangatlah
– orang yang benar profesional dan
penting. Artinya dibutuhkan kreativitas dan
kompeten. Selain itu , banyak kebijakan
keterampilan guru/dosen dalam memilih
yang dibuat untuk menunjang tercapainya
dan menggunakan strategi pembelajaran,
keberlangsungan proses itu baik terhadap
yaitu yang disusun berdasarkan karateristik
pendidik, lembaga pendidikan, peserta
peserta didik dan sesuai kondisi yang
didik, masyarakat dan aspek lain
yang
diharapkan.
dengan dunia pendidikan.
Model
berkaitan
pembelajaran
ARIAS
Dengan
demikian
pendidikan
dikembangkan sebagai salah satu alternatif
ditempatkan
sebagai salah satu sistem
yang dapat digunakan oleh guru/dosen
dimana setiap bagian terkait satu sama
sebagai
lain
perencanaan,
pembelajaran
dengan
pengorganisasian, pelaksanaan, kontrol,
pembelajaran
ARIAS
evaluasi dan juga tujuan yang akan dicapai.
komponen yang merupakan satu kesatuan
dan
memiliki
Model pembelajaran sudah banyak
yang
dasar
melaksanakan
diperlukan
kegiatan
baik.
Model
berisi
dalam
lima
kegiatan
yang dikembangkan oleh ahli pendidikan,
pembelajaran yaitu Assurance, Relevance,
misalnya model kooperatif, mind map dan
Interest, Assessment, dan Satisfaction yang
lain sebagainya, model ini berfungsi untuk
dikembangkan
mempermudah siswa memahami materi .
belajar. Model ini sudah dicobakan di dua
Model pembelajaran merupakan cara yang
sekolah yang berbeda yaitu salah satu SD
digunakan
guru/dosen
berdasarkan
teori-teori
dalam
proses
negeri di Kota Palembang (percobaan
agar tercapainya
tujuan
pertama) dan satu SD negeri di Sekayu,
kegiatan
Kabupaten Musi Banyu Asin (percobaan
pembelajaran di kelas disebut model
kedua). Hasil percobaan di lapangan
pembelajaran jika :1) Kajian Ilmiah dari
menunjukkan bahwa model pembelajaran
penentu atau ahlinya. 2) Adanya tujuan. 3)
ARIAS memberi pengaruh yang positif
Adanya
spesifik.
terhadap motivasi berprestasi dan hasil
4)Adanya kondisi spesifik yang diperlukan
belajar siswa. Berdasarkan hasil percobaan
agar tindakan atau kegiatan pembelajaran
tersebut model pembelajaran ARIAS dapat
tersebut dapat berlangsung.
digunakan oleh para guru sebagai dasar
pembelajaran pembelajaran.
tingkah
Menurut
Suatu
laku
Uno
yang
dalam
Hamzah
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran
(2011:6) menyatakan bahwa pemilihan JSP | FKIP | UHN |hal 156 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
dalam
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
usaha
meningkatkan
motivasi
berprestasi dan hasil belajar siswa. Hasil
belajar
dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar
dipengaruhi
oleh
untuk
melaksanakan
kegiatan
pembelajaran dengan baik sehingga dapat
berbagai faktor, baik faktor dari dalam
membantu
(internal)
berprestasi dan hasil belajar. Berkenaan
maupun
faktor
dari
luar
meningkatkan
(eksternal). Menurut Suryabrata (1982: 27)
dengan
yang termasuk faktor internal adalah faktor
memperhatikan berbagai konsep dan teori
fisiologis
belajar dikembangkanlah suatu model
dan
kecerdasan
psikologis
motivasi
(misalnya
itu,
maka
dengan
dan
pembelajaran yang disebut dengan model
kemampuan kognitif), sedangkan yang
pembelajaran ARIAS. Untuk mengetahui
termasuk faktor eksternal adalah faktor
bagaimana pengaruh model pembelajaran
lingkungan dan instrumental (misalnya
ARIAS terhadap motivasi berprestasi dan
guru, kurikulum, dan model pembelajaran).
hasil belajar siswa, telah dicobakan pada
Bloom (1982: 11) mengemukakan tiga
sejumlah siswa di dua sekolah yang
faktor utama yang mempengaruhi hasil
berbeda. Hasil percobaan di lapangan
belajar,
kognitif,
menunjukkan bahwa model pembelajaran
kualitas
ARIAS memberi pengaruh yang positif
pembelajaran
terhadap motivasi berprestasi dan hasil
adalah kualitas kegiatan pembelajaran
belajar siswa. Oleh karena itu, model
yang dilakukan dan ini menyangkut model
pembelajaran ARIAS ini dapat digunakan
pembelajaran yang digunakan.
oleh para guru sebagai dasar melaksanakan
yaitu
motivasi
berprestasi
hal
motivasi
kemampuan
berprestasi
pembelajaran.
dan
Kualitas
Sering ditemukan di lapangan bahwa guru
menguasai
kegiatan pembelajaran dengan baik, dan
materi
suatu
subjek
tetapi
tidak
dapat
meningkatkan motivasi berprestasi dan
pembelajaran
hasil belajar siswa. Tujuan percobaan
dengan baik. Hal itu terjadi karena
lapangan ini untuk mengetahui apakah ada
kegiatan tersebut tidak didasarkan pada
pengaruh model pembelajaran ARIAS
model pembelajaran tertentu sehingga hasil
terhadap motivasi berprestasi dan hasil
belajar yang diperoleh siswa rendah.
belajar.
dengan
baik
melaksanakan
Timbul
kegiatan
pertanyaan
apakah
mungkin
sebagai
suatu alternatif dalam
Adapun
yang
dalam
menjadi
penelitian
ini
usaha
batasan
dikembangkan suatu model pembelajaran
masalah
adalah
yang sederhana, sistematik, bermakna dan
penelitian ini hanya akan membahas JSP | FKIP | UHN |hal 157
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
penerapan model pembelajaran ARIAS
itu dapat dilihat dari prestasi belajar yang
dengan berbasis konsep dasar fisika dalam
dihasilkan
mata kuliah listrik dan magnet di FKIP
menjawab pertanyaan atau persoalan yang
Universitas HKBP Nommensen Medan
ada
Tahun Ajaran 2014/ 2015. Perlakuan akan
diberikan guru /dosen. Belajar fisika
dilakukan sekaligus pada kelas yang sama,
adalah suatu proses psikologis berupa
waktu yang berbeda dan
materi pokok
kegiatan aktif dalam upaya seseorang
bahasan yang berbeda, mengingat jumlah
untuk mengonstruksi, memahami atau
kelasnya hanya satu. Berdasarkan latar
menguasai
belakang masalah di atas, yang menjadi
menggunakan konsep dasar fisika agar
rumusan masalah dalam penelitian ini
tercapai tujuan belajar. Artinya konsep-
adalah:
peningkatan
konsep yang ada dalam ilmu pengetahuan
kemampuan pemahaman konsep dasar
tidak boleh dipindahkan langsung dari guru
fisika
ke
1)
Bagaimana
mahasiswa yang akan digunakan
oleh
serta
mahasiswa,
menyelesaikan
dan
dalam
tugas
menggambarkan
mahasiswa
sebab
di
yang
serta
dalamnya
untuk menyelesaikan permasalahan dalam
mengandung proses abstraksi, dimana
listrik dan magnet? 2) Bagaimana hasil
mahasiswa harus dilibatkan dalam proses
belajar mahasiswa yang diajarkan dengan
penemuan konsep.
menggunakan
model
ARIAS
konsep dasar fisika ? Tujuan
berbasis dari
Mahasiswa konsep
dituntut
paling
dasar
memahami
dalam
fisika,
Penelitian ini adalah 1) Mengetahui adanya
mengaplikasikannya, mencari hubungan-
peningkatan pemahaman konsep dasar
hubungan
fisika bagi mahasiswa program studi
Pembelajaran a akan lebih efektif
pendidikan fisika. 2) Mengetahui hasil
dosen dapat menerapkan model mengajar,
belajar mahasiswa yang diajarkan dengan
pendekatan mengajar, dan media mengajar
menggunakan
itu mengikut sertakan mahasiswa secara
model
ARIAS
berbasis
bila
aktif
listrik dan magnet.
sehingga pengetahuan yang di peroleh itu
perubahan tingkah laku merupakan proses
menemukan
konsep.
konsep dasar fisika dalam mata kuliah
Kegiatan dan usaha untuk mencapai
dalam
membentuk
pengetahuan
menjadi bermakna. Model
pembelajaran
ARIAS
belajar, sedangkan perubahan tingkah laku
merupakan modifikasi dari model ARCS.
itu merupakan hasil belajar (Hudojo,
Model
1988). Artinya perubahan setelah belajar
Confidence, Satisfaction), dikembangkan
ARCS
(Attention,
Relevance,
JSP | FKIP | UHN |hal 158 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
oleh Keller dan Kopp, sebagai jawaban
siswa . Evaluasi yang dilaksanakan selama
pertanyaan
merancang
proses pembelajaran menurut Saunders
pembelajaran yang dapat mempengaruhi
,seperti yang dikutip Beard dan Senior
motivasi berprestasi dan hasil belajar.
dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.
Model pembelajaran ini dikembangkan
Mengingat pentingnya evaluasi, maka
berdasarkan teori nilai harapan (expectancy
model
value theory) yang mengandung dua
dengan menambahkan komponen evaluasi
komponen yaitu nilai (value) dari tujuan
pada model pembelajaran tersebut.
yang
bagaimana
akan
dicapai
ini
dimodifikasi
harapan
Dengan modifikasi tersebut, model
(expectancy) agar berhasil mencapai tujuan
pembelajaran yang digunakan mengandung
itu. Dari dua komponen tersebut oleh
lima
Keller
empat
(minat/perhatian); relevance (relevansi);
komponen. Keempat komponen model
confidence (percaya/yakin); satisfaction
pembelajaran
(kepuasan/bangga),
dikembangkan
itu
dan
pembelajaran
menjadi
adalah
attention,
komponen
yaitu:
dan
Modifikasi
assessment
relevance, confidence dan satisfaction
(evaluasi).
dengan akronim ARCS (Keller dan Kopp,
dengan
1987: 289-319).
menjadi assurance, dan attention menjadi
penggantian
juga
attention
nama
dilakukan confidence
Model pembelajaran ini menarik
interest. Penggantian nama confidence
karena dikembangkan atas dasar teori-teori
(percaya diri) menjadi assurance, karena
belajar
para
kata assurance sinonim dengan kata self-
instruktur (Bohlin, 1987: 11-14). Namun
confidence (Morris, 1981: 80). Dalam
demikian, pada model pembelajaran ini
kegiatan pembelajaran guru tidak hanya
tidak ada evaluasi (assessment), padahal
percaya bahwa siswa akan mampu dan
evaluasi merupakan komponen yang tidak
berhasil, melainkan juga sangat penting
dapat
kegiatan
menanamkan rasa percaya diri siswa
pembelajaran. Evaluasi yang dilaksanakan
bahwa mereka merasa mampu dan dapat
tidak
kegiatan
berhasil. Demikian juga penggantian kata
pembelajaran tetapi perlu dilaksanakan
attention menjadi interest, karena pada kata
selama
interest
dan
pengalaman
dipisahkan
hanya
proses
pada
nyata
dalam
akhir
kegiatan
berlangsung.
(minat)
sudah
terkandung
Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui
pengertian attention (perhatian). Dengan
sampai
yang
kata interest tidak hanya sekedar menarik
dicapai atau hasil belajar yang diperoleh
minat/perhatian siswa pada awal kegiatan
sejauh
mana
kemajuan
JSP | FKIP | UHN |hal 159 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
melainkan
tetap
memelihara
membangkitkan
minat/perhatian tersebut selama kegiatan
kegiatan
pembelajaran
berikut.
berlangsung.
Untuk
memperoleh akronim yang lebih baik dan
dan
pembelajaran
Komponen
meningkatkan adalah
pertama
sebagai
model
lebih bermakna maka urutannya pun
pembelajaran ARIAS adalah assurance
dimodifikasi menjadi assurance, relevance,
(percaya diri), yaitu berhubungan dengan
interest,
satisfaction.
sikap percaya, yakin akan berhasil atau
Makna dari modifikasi ini adalah usaha
yang berhubungan dengan harapan untuk
pertama dalam kegiatan pembelajaran
berhasil (Keller, 1987: 2-9). Menurut
untuk menanamkan rasa yakin/percaya
Bandura seperti dikutip oleh Gagne dan
pada siswa. Kegiatan pembelajaran ada
Driscoll
(1988:
relevansinya dengan kehidupan siswa,
memiliki
sikap
berusaha
memelihara
cenderung akan berhasil bagaimana pun
minat/perhatian siswa. Kemudian diadakan
kemampuan yang ia miliki. Sikap di mana
evaluasi dan menumbuhkan rasa bangga
seseorang merasa yakin, percaya dapat
pada siswa dengan memberikan penguatan
berhasil
(reinforcement). Dengan mengambil huruf
mempengaruhi mereka bertingkah laku
awal
komponen
untuk mencapai keberhasilan tersebut.
sebagai
Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual
model
seseorang, sehingga perbedaan dalam sikap
pembelajaran yang sudah dimodifikasi ini
ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja.
disebut model pembelajaran ARIAS.
Sikap percaya, yakin atau harapan akan
assessment
menarik
dari
dan
masing-masing
menghasilkan akronim.
dan
kata
Oleh
ARIAS
karena
itu,
70)
seseorang
percaya
mencapai
diri
sesuatu
yang tinggi
akan
berhasil mendorong individu bertingkah Seperti
yang telah dikemukakan
model pembelajaran ARIAS terdiri dari lima komponen (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction) yang disusun berdasarkan teori belajar. Kelima komponen
tersebut
merupakan
satu
kesatuan yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran. Deskripsi singkat masingmasing komponen dan beberapa contoh yang
dapat
dilakukan
laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri, 1986: 218). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif
tentang
dirinya
cenderung
menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus (Prayitno, 1989: 42). Sikap percaya diri, yakin akan berhasil ini perlu ditanamkan
kepada
siswa
untuk
mendorong mereka agar berusaha dengan
untuk JSP | FKIP | UHN |hal 160
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
maksimal guna mencapai keberhasilan
menurut Bandura seperti dikutip
yang optimal. Dengan sikap yakin, penuh
Gagne dan Briggs (1979: 8)
percaya diri dan merasa mampu dapat
sudah dilakukan secara luas di
melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa
sekolah-sekolah.
terdorong
untuk
melakukan
sesuatu
Menggunakan
suatu
kegiatan dengan sebaik-baiknya sehingga
standar
dapat mencapai hasil yang lebih baik dari
siswa
sebelumnya atau dapat melebihi orang lain.
keberhasilan (misalnya dengan
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk
mengatakan bahwa kamu tentu
mempengaruhi sikap percaya diri adalah:
dapat menjawab pertanyaan di
Membantu
siswa
menyadari
kekuatan dan kelemahan diri
yang
patokan,
memungkinkan
dapat
mencapai
bawah ini tanpa melihat buku).
Memberi tugas yang sukar tetapi
serta menanamkan pada siswa
cukup
gambaran diri positif terhadap
diselesaikan/sesuai
diri
kemampuan
sendiri.
Menghadirkan
realistis
untuk dengan
siswa
(misalnya
seseorang yang terkenal dalam
memberi tugas kepada siswa
suatu bidang sebagai pembicara,
dimulai
memperlihatkan video
berangsur sampai ke tugas yang
potret
seseorang
berhasil
atau
yang
(sebagai
telah
dari
sukar).
yang
Menyajikan
mudah
materi
model),
secara bertahap sesuai dengan
misalnya merupakan salah satu
urutan dan tingkat kesukarannya
cara
menurut
menanamkan
gambaran
Keller
dan
Dodge
positif terhadap diri sendiri dan
seperti dikutip Reigeluth dan
kepada siswa. Menurut Martin
Curtis
dan Briggs (1986: 427433)
175202) merupakan salah satu
penggunaan
usaha menanamkan rasa percaya
model
seseorang
yang berhasil dapat mengubah sikap dan tingkah laku individu
dalam
Gagne
(1987:
diri pada siswa.
Memberi
kesempatan
kepada
mendapat dukungan luas dari
siswa secara bertahap mandiri
para
dalam belajar dan melatih suatu
ahli.
Menggunakan
seseorang sebagai model untuk
keterampilan.
menanamkan sikap percaya diri JSP | FKIP | UHN |hal 161 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Komponen
kedua
model
1) Mengemukakan tujuan sasaran
pembelajaran ARIAS, relevance, yaitu
yang akan dicapai. Tujuan yang
berhubungan dengan kehidupan siswa baik
jelas akan memberikan harapan
berupa pengalaman sekarang atau yang
yang jelas (konkrit) pada siswa
telah dimiliki maupun yang berhubungan
dan mendorong mereka untuk
dengan kebutuhan karir sekarang atau yang
mencapai tujuan tersebut . Hal
akan datang (Keller, 1987: 29). Siswa
ini akan mempengaruhi hasil
merasa
yang
belajar mereka.
mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat
2) Mengemukakan
kegiatan
pembelajaran
manfaat
dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa
pelajaran bagi kehidupan siswa
akan terdorong mempelajari sesuatu kalau
baik
apa yang akan dipelajari ada relevansinya
dan/atau untuk berbagai aktivitas
dengan kehidupan mereka, dan memiliki
di masa mendatang.
untuk
masa
sekarang
tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki
3) Menggunakan bahasa yang jelas
arah tujuan, dan sasaran yang jelas serta
atau contoh-contoh yang ada
ada manfaat dan relevan dengan kehidupan
hubungannya
akan mendorong individu untuk mencapai
pengalaman nyata atau nilai-
tujuan tersebut. Dengan tujuan yang jelas
nilai yang dimiliki siswa. Bahasa
mereka akan mengetahui kemampuan apa
yang jelas yaitu bahasa yang
yang akan dimiliki dan pengalaman apa
dimengerti
yang akan didapat. Mereka juga akan
Pengalaman
mengetahui
pengalaman
kesenjangan
antara
dengan
oleh nyata
langsung
siswa
dapat
dialami
kemampuan baru itu sehingga kesenjangan
menjembataninya
tadi
baru.
dikurangi
atau
bahkan
atau
yang
kemampuan yang telah dimiliki dengan
dapat
siswa.
ke
hal-hal
Pengalaman
selain
dihilangkan sama sekali (Gagne dan
memberi keasyikan bagi siswa,
Driscoll, 1988: 140).
juga diperlukan secara esensial
Dalam kegiatan pembelajaran, para
sebagai
jembatan
mengarah
guru perlu memperhatikan unsur relevansi
kepada titik tolak yang sama
ini. Beberapa cara yang dapat digunakan
dalam melibatkan siswa secara
untuk
mental, emosional, sosial dan
meningkatkan
pembelajaran adalah:
relevansi
dalam
fisik, sekaligus merupakan usaha JSP | FKIP | UHN |hal 162
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
melihat lingkup permasalahan
mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai
yang
dengan
sedang
dibicarakan
(Semiawan, 1991).
Membangkitkan
4) Menggunakan berbagai alternatif
merupakan
usaha
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
tujuan.
Minat/perhatian
Dengan
pada
demikian
menggunakan strategi
media
pembelajaran
setiap
kegiatan
pembelajaran. Komponen
berhubungan
ketiga
dengan
minat/perhatian
(1966:
23)
bahwa
sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa ada minat/perhatian. Keller seperti dikutip Reigeluth (1987: 383430) menyatakan dalam
kegiatan
minat/perhatian dibangkitkan
tidak melainkan
pembelajaran hanya
harus
juga
harus
dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, guru harus memperhatikan
berbagai
bentuk
dan
memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Herndon (1987:11menunjukkan
bahwa
adanya
minat/perhatian siswa terhadap tugas yang dapat
berguna
mempengaruhi
alat
dalam
hasil
yang usaha
belajar
siswa.
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan
dan
menjaga
model
siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip Callahan
sangat
merupakan
minat/perhatian siswa antara lain adalah:
pembelajaran ARIAS, interest, adalah yang
diberikan
minat/perhatian
memelihara
yang cocok untuk pencapaian
dan/atau
14)
dan
menumbuhkan keingintahuan siswa yang
bermacam-macam
bahwa
mereka.
strategi dan media pembelajaran
dimungkinkan
oleh
minat/perhatian
mendorong
siswa
melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali
Menggunakan
cerita,
analogi,
sesuatu yang baru, menampilkan sesuatu
yang
lain/aneh
yang
berbeda
dari
biasa
dalam
kesempatan
kepada
pembelajaran. Memberi
siswa untuk berpartisipasi secara aktif
dalam
pembelajaran,
misalnya para siswa diajak diskusi untuk memilih topik yang akan dibicarakan,
mengajukan
pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu dipecahkan. Mengadakan
variasi
dalam
kegiatan pembelajaran misalnya menurut Lesser seperti dikutip Gagne dan Driscoll (1988: 69) variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara keras
JSP | FKIP | UHN |hal 163 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
ke
suara
yang
sedang,
dan
mengubah gaya mengajar. Mengadakan
telah memiliki kemampuan seperti yang dinyatakan dalam tujuan pembelajaran
komunikasi
(Gagne dan Briggs, 1979:157). Evaluasi
kegiatan
tidak hanya dilakukan oleh guru tetapi juga
pembelajaran seperti demonstrasi
oleh siswa untuk mengevaluasi diri mereka
dan simulasi yang menurut Gagne
sendiri (self assessment) atau evaluasi diri.
dan Briggs (1979: 157) dapat
Evaluasi diri dilakukan oleh siswa terhadap
dilakukan
diri mereka sendiri, maupun terhadap
nonverbal
dalam
untuk
menarik
minat/perhatian siswa.
teman mereka. Hal ini akan mendorong siswa untuk berusaha lebih baik lagi dari
Komponen
keempat
model
pembelajaran ARIAS adalah assessment, yaitu yang berhubungan dengan evaluasi terhadap siswa. Evaluasi merupakan suatu bagian pokok dalam pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid (Lefrancois, 1982: 336). Bagi guru menurut Deale seperti dikutip Lefrancois (1982: 336) evaluasi merupakan alat untuk mengetahui apakah yang telah diajarkan sudah
dipahami
memonitor
oleh
kemajuan
siswa; siswa
untuk sebagai
individu maupun sebagai kelompok; untuk merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa dalam belajar. Bagi siswa, evaluasi merupakan umpan balik tentang kelebihan dan kelemahan yang dimiliki, dapat mendorong belajar lebih baik
dan
meningkatkan
motivasi
berprestasi (Hopkins dan Antes, 1990:31). Evaluasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kemajuan
sebelumnya agar mencapai hasil yang maksimal. Mereka akan merasa malu kalau kelemahan dan kekurangan yang dimiliki diketahui oleh teman mereka sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan evaluasi yang mendukung proses belajar mengajar
serta
membantu
siswa
meningkatkan keberhasilannya (Soekamto, 1994). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Martin dan Briggs seperti dikutip Bohlin (1987: 1114) bahwa evaluasi diri secara luas sangat membantu dalam pengembangan belajar atas inisiatif sendiri. Dengan demikian, evaluasi diri dapat
mendorong
siswa
untuk
meningkatkan apa yang ingin mereka capai. Ini juga sesuai dengan apa yang dikemukakan Morton dan Macbeth seperti dikutip Beard dan Senior (1980: 76) bahwa evaluasi diri dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu, untuk mempengaruhi hasil belajar siswa evaluasi
yang telah mereka capai. Apakah siswa JSP | FKIP | UHN |hal 164 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
perlu
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
dilaksanakan
kegiatan
mengerjakan, mencapai atau mendapat
pembelajaran. Beberapa cara yang dapat
sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga
digunakan untuk melaksanakan evaluasi
dapat timbul karena pengaruh dari luar
antara lain adalah:
individu, yaitu dari orang lain atau
dalam
Mengadakan
evaluasi
yang
disebut
kebanggaan
ekstrinsik (Keller dan Kopp, 1987: 2-9).
kinerja siswa.
Seseorang merasa bangga dan puas karena evaluasi
yang
apa
yang
dikerjakan
dan
dihasilkan
obyektif dan adil serta segera
mendapat penghargaan baik bersifat verbal
menginformasikan hasil evaluasi
maupun nonverbal dari orang lain atau
kepada siswa.
lingkungan.
Memberi siswa
kesempatan
mengadakan
kepada evaluasi
terhadap diri sendiri.
lingkungan
memberi umpan balik terhadap
Memberikan
dan
Memberi siswa
ini
dilaksanakan
di
kepada
Universitas HKBP Nommensen. Adapun
evaluasi
waktu pelaksanaan penelitian ini adalah
terhadap teman. Komponen
Penelitian
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
kesempatan
mengadakan
METODE PENELITIAN
kelima
semester ganjil tahun ajaran 2014/2015. model
Populasi dalam penelitian ini adalah
pembelajaran ARIAS adalah satisfaction
seluruh
yaitu yang berhubungan dengan rasa
pendidikan Fisika FKIP Universitas HKBP
bangga, puas atas hasil yang dicapai.
Nommensen Medan. Sedangkan sampel
Dalam teori belajar satisfaction adalah
yang dipergunakan dalam penelitian ini
reinforcement (penguatan). Siswa yang
adalah
telah berhasil mengerjakan atau mencapai
pendidikan fisika FKIP Universitas HKBP
sesuatu
atas
Nommensen yang mengikuti/ mengambil
keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan
mata kuliah listrik dan magnet yang terdiri
kebanggaan itu menjadi penguat bagi
dari satu kelas . Jenis penelitian ini adalah
.Menurut
eksperimen,
yaitu
penelitian
kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari
dimaksudkan
untuk
mengetahui
dalam diri individu sendiri yang disebut
tidaknya pengaruh dari desain model
kebanggaan intrinsik di mana individu
pembelajaran aktif berbasis bahan ajar
merasa
Keller
bangga/puas
berdasarkan
teori
mahasiswa
seluruh
program
mahasiswa
studi
prodi
yang ada
merasa puas dan bangga telah berhasil JSP | FKIP | UHN |hal 165 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
yang
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
dikenakan
pada
subjek
yaitu
mahasiswa.
Untuk menentukan ada tidaknya hubungan yang berarti antara variabel bebas X dengan
Desain
penelitian
ini
variabel terikat Y dilakukan uji signifikan
menggunakan eksperimen pretes dan postes
yang
dapat
digambarkan
sebagai berikut :
regresi
dengan
rumus:
Fhitung
2 S reg 2 S res
(Sudjana 2005:355).
A
O1
X
O2
Setelah dilakukan uji regresi linier dan
Keterangan :
diperoleh adanya hubungan keberartian
A : Kelas sampel
antara variabel bebas dan variabel terikat
O1 : Tes awal (pre test)
maka dilanjut dengan uji koefisien korelasi
O2 : Tes akhir (post test)
mengetahui kekuatan hubungan antara
X : Pembelajaran dengan model
variabel bebas X dengan variabel terikat Y
ARIAS
dengan
Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian
ini
adalah
teknik
menggunakan
rXY
N XY ( X )( Y ) {N X 2 ( X ) 2 }{ N Y 2 ( Y ) 2 }
(Sudjana 2005:369)
analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji Jika
menghasilkan normal
hasil
data
uji
yang
product
moment:
analisisis inferensial. Sebelum dilakukan
normalitas.
rumus
normalitas
Selanjutnya dilakukan Pengujian hipotesis
berdistribusi
statistik dengan langkah pertama membuat
maka dilanjutkan dengan uji
linieritas regresi dimana analisis regresi
suatu hipotesis: Ho
:Tidak terdapat hubungan yang
berguna untuk mendapatkan hubungan
berarti (signifikan) antara variabel
fungsional antara dua variabel atau lebih
X terhadap variabel Y model
atau mendapatkan pengaruh antara variabel
pembelajaran
ARIAS
bebas dan variabel terikat. Jika kedua
peningkatan
hasil
variabel mempunyai hubungan yang linier
mahasiswa.
maka persamaan regresi liniernya yaitu: Ŷ = a + bx
(Sudjana 2005:312)
Ha
:Ada
hubungan
terhadap
yang
belajar
berarti
(signifikan) variabel X terhadap
Setelah dilakukan uji linieritas regresi dan
variabel Y model pembelajaran
diperoleh adanya hubungan fungsional
ARIAS terhadap peningkatan hasil
antara dua variabel atau lebih maka
belajar mahasiswa.
dilanjut dengan uji regresi linier yang JSP | FKIP | UHN |hal 166 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
masalah fisika dalam perkuliahan sehari-
HASIL PENELITIAN Berdasarkan perhitungan hasil pre tes
hari. Pada uji keberartian regresi diperoleh
dan pos tes diperoleh rata-rata hasil belajar
Fhitung > Ftabel atau 280,37 > 4,20 maka Ha
pemecahan
mahasiswa
diterima dan H0 ditolak sehingga dapat
sebesar 74,67 untuk pre tes dengan nilai
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh
terendah 55 dan nilai tertinggi 90 ,
antara
sedangkan hasil pos tes diperoleh rata-
terhadap
ratanya
mahasiswa program studi pendidikan fisika
masalah
sebesar
fisika
80,43
dengan
nilai
terendah = 64 dan nilai tertinggi = 100 artinya
bahwa
pelaksanaan
model
pembelajaran
peningkatan
ARIAS
hasil
belajar
dalam topik listrik dan magnet. Berdasarkan
model
hasil
pengujian
berbasis konsep
koefisien korelasi didapat r = 0,95 maka
dasar termasuk dalam kategori baik untuk
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel
digunakan
termasuk dalam kategori hubungan yang
pembelajaran ARIAS
dalam
pembelajaran
yang
sangat kuat. Hasil tersebut menunjukkan
memerlukan perhitungan. Dari
hasil
perhitungan
analisis
adanya hubungan yang sangat kuat antara
regresi diperoleh persamaan regresinya:
model
ŷ = 6,52 + 0,85X. Pada persamaan tersebut
peningkatan
koefisien arah regresi atau b
program studi pendidikan fisika
bertanda
positif
yang
artinya
= 0,85 kedua
topik
pembelajaran ARIAS terhadap
listrik
hasil
belajar
dan
mahasiswa
magnet.
dalam
Pada
uji
variabel mempunyai hubungan linear yang
keberartian koefisien korelasi diperoleh
positif.
model
thitung > ttabel atau 16,11 > 2,048 maka dapat
pembelajaran ARIAS berbasis konsep
disimpulkan bahwa terdapat hubungan
dasar sebesar 1 satuan akan meningkatkan
yang sangat kuat dan berarti.
Atau
setiap
kenaikan
pemahaman konsep dasar fisika
0,85
satuan. Dari hasil perhitungan uji kelinearan
Kemudian dari hasil perhitungan koefisien
determinasi
91,15%
yang
diperoleh
artinya
r2
=
kemampuan
regresi diperoleh Fhitung < Ftabel atau 0,398
mahasiswa terhadap pemecahan masalah
< 2,45 artinya terdapat hubungan yang
dalam persoalan fisika dipengaruhi oleh
linear
model
dan
berarti
antara
model
pembelajaran
ARIAS
berbasis
pembelajaran ARIAS berbasis konsep
konsep dasar sebesar 91,15% sedangkan
dasar terhadap peningkatan hasil belajar
sisanya 8,85% dipengaruhi oleh faktor lain.
dan kemampuan mahasiswa menyelesaikan JSP | FKIP | UHN |hal 167 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Dan perhitungan peningkatan hasil
ŷ = 6,52 + 0,85X. Pada persamaan
belajar mahasiswa prodi pendidikan fisika
tersebut koefisien arah regresi atau b
mengalami peningkatan, sebesar rata-rata
= 0,85 bertanda positif yang artinya
sebesar 27,7 %
kedua variabel mempunyai hubungan
KESIMPULAN DAN SARAN
linear yang positif. Atau setiap
Kesimpulan
kenaikan
Berdasarkan hasil penelitian telah
dilakukan
maka
yang
diperoleh
Metode ARIAS berbasis konsep dasar
dapat
keberhasilan
meningkatkan
mahasiswa
dalam
menyelesaikan permasalahan fisika dalam perkuliahan, karena secara
Perhtungan hasil pre tes dan pos tes diperoleh
rata-rata
pemecahan
hasil
masalah
konsep
dasar
sebesar 1 satuan akan meningkatkan 0,85
satuan. Saran Untuk
penelitian
selanjutnya
diharapkan melakukan penelitian model pembelajaran ARIAS melakukan penilaian
belajar fisika
menjawab
pertanyaan,
petanyaan,
menulis
mengajukan
dan
mencatat,
bersemangat, melakukan pergerakan, dan
mahasiswa sebesar 74,67 untuk pre
penelitian dilakukan lebih dari satu siklus.
tes dengan nilai terendah 55 dan nilai
DAFTAR PUSTAKA
tertinggi 90 , sedangkan hasil pos tes
Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan
diperoleh rata-ratanya sebesar 80,43
Model
dengan nilai terendah = 64 dan nilai
Kurikulum 2013. Jakarta : Penerbit
tertinggi
PT. Prestasi Pustakaraya.
=
pelaksanaan ARIAS
100
artinya
model
bahwa
pembelajaran
berbasis konsep dasar
Arikunto,
Pembelajaran
Penelitian Praktis,
digunakan dalam pembelajaran yang
Bandung.
Dari
hasil
regresi
dengan Remaja
.Metode Pendekatan Rosdakarya:
Arikunto S. 2009. Dasar-dasar Evaluasi
perhitungan
diperoleh
Dalam
Suharsini,2009
termasuk dalam kategori baik untuk
memerlukan perhitungan. 3.
berbasis
terhadap keaktifan mahasiswa, meliputi
rata-rata meningkat 27,7 %. 2.
ARIAS
pembelajaran
pemahaman konsep fisika
kesimpulan sebagai berikut: 1.
model
analisis
persamaan
Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Bumi Aksara
regresinya: JSP | FKIP | UHN |hal 168 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Parlindungan Sitorus
Model Pembelajaran Arias…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Atmadi, A. 2000. Transformasi Pendidika. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Nomor 19
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Standar
Belajar Mengajar ,P.P. Rineka Cipta ,Jakarta.
tahun 2005 Tentang Nasional
Pendidikan
.Depdiknas : Jakarta. Samana,A.
DJamarah,B.H dan Zain.A(2010), Strategi
2004
.Profesionalisme
Keguruan. Kanisius :Yogyakarta. Singarimbun,M. Metode Penelitian survey. P.T Pustaka LP3ES: Jakarta.
Departemen Pendidikan Nasional 2006. Rancangan
Peraturan
pemerintah
(RPP)Tentang
Profesionalisme Guru dan Dosen .Prosiding Nopember 2006.
Profesionalisme
Penelitian
.
Guru. Prosiding
Nopembenr 2006.
dan
Penilaian
Pendidikan. Sinar Baru.Bandung. Suryabarata,
Sumadi.2006.
Penelitian
Zamroni,2006
Martinis, Yamin H
mempengaruhi Belajar. PT. Remaja
Sudjana.
Gultom,Syawal 2006. Kompetensi dan
dan
Slameto .Belajar dan faktor –faktor yang
Rosdakarya : Bandung.
Guru.Balitbang,Depdiknas: Jakarta.
Jalal,Faisal
Peraturan Pemerintah Republik Indoinesia
.PT
Metodologi
Radja
Grafindo
Persada:Jakarta. Syah,Muhibbin.
Psikologi
Pendidikan
dengan pendekatan baru, Remaja 2006, Sertifikasi
Profesi Keguruan di Indonesia . gaung Persada Press:Jakarta.
Rosdakarya Bandung. Tilaar,H.A.R Paradigma Baru Pendidikan Nasional.
Rineka
Cipta
Jakarta.
Mulyasa,E 2005. Standard Kompetensi dan Sertifikasi
Guru.
PT
Remaja
Rosdakarya: Bandung.
JSP | FKIP | UHN |hal 169 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 170-183
METODE PEMBELAJARAN JOHN DEWEY TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MAHASISWA Adi Suarman Situmorang Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Email:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain eksperimen yang digunakan adalah One-Group-Pretest-Postest. Populasi dari penelitian ini adalah 3 kelas yaitu 135 Mahasiswa Prodi Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan. Subjek dalam penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa yang diperoleh dengan teknik Cluster Random Sampling pada grup B. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efektifitas metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa berdasarkan ketuntasan belajar,aktifitas proses pembelajaran dan peningkatan kemampuan belajar mahasiswa. Pada tahap awal sebelum diberi perlakuan, terlebih dahulu dilakukan pretest. Nilai rata-rata pretest adalah 61,36 terdapat 12 mahasiswa yang tuntas belajar dan 18 orang tidak tuntas belajar maka diperoleh persentase ketuntasan klasikal mahasiswa mencapai 40 % dan standart deviasi 10,84. Dengan Lhitung < Ltabel yaitu 0,138 < 0,161. Jadi,data pretest berdistribusi normal. Nilai rata-rata hasil observasi pada kelas eksperimen 64,83 dan hasil analisis data observasi pada kelas eksperimen diperoleh Lhitung = 0,091 Ltabel=0,161 atauLhitung < Ltabel sehingga disimpulkan data observasi kelas eksperimen berdistribusi normal. Dari observasi diperoleh 13 mahasiswa keaktifannya sangat tinggi,10 mahasiswa keaktifannya tinggi dan 7 mahasiswa keaktifannya sedang. Nilai rata-rata posttest 77,65 terdapat 25 orang mahasiswa yang tuntas belajar sedangkan 5 mahasiswa tidak tuntas dengan standart deviasi 13,28. Lhitung = 0,112 dengan Ltabel=0,161 karena Lhitung < Ltabel maka data posttest berdistribusi normal. Oleh karena data berdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji T . Dari uji T diperoleh thitung = 19,39 , ttabel = 2,045 karena thitung > ttabel maka ada peningkatan kemampuan belajar mahasiswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika mahasiswa. Kata Kunci : Metode Pembelajaran John Dewey, Kemampuan Pemecahan Masalah. PENDAHULUAN
tidak paham menjadi paham sehingga
Pendidikan adalah proses perubahan
mampu menjadi manusia yang berkualitas
manusia dari yang tidak tahu menjadi
dan berpotensi. Pembangunan di bidang
tahu,dari tidak bisa menjadi bisa,dari yang
pendidikan merupakan suatu upaya untuk JSP | FKIP | UHN |hal 170
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
mewujudkan sumber daya manusia yang
secara umum adalah segala upaya yang
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.
direncanakan untuk mempengaruhi orang
Pembangunan
lain
pendidikan
di
Indonesia
baik
individu,
kelompok,
atau
sekurang-kurangnya menggunakan empat
masyarakat sehingga mereka melakukan apa
strategi dasar,
yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
yaitu : 1) Pemerataan
kesempatan untuk memproleh pendidikan.
John
2) Relevansi.3) Peningkatan Kualitas. 4)
pendidikan
Efisiensi. Secara umum srategi ini dapat
pembaharuan makna pengalaman, hal ini
dibagi
yaitu
mungkin terjadi di dalam pergaulan biasa
dan
pemerataan
atau pergaulan orang dewasa dengan orang
Pembangunan
peningkatan
muda, mungkin pula terjadi secara sengaja
menjadi
peningkatan pendidikan. mutu
dua
mutu
diharapkan
efisiensi,
dimensi
dapat
efektifitas
meningkatkan
dan
Dewey
mengemukaan adalah
dilembagakan
bahwa
suatu
untuk
proses
menghasilkan
dan
produktivitas
Pemerataan
pendidikan
Proses pendidikan dilakukan tentunya
diharapkan dapat memberikan kesempatan
memiliki tujuan dan tujuan pendidikan
yang sama dalam memproleh pendidikan
sering bersifat sangat umum,seperti menjadi
bagi semua usia sekolah (Soekidjo, 2003).
manusia yang baik, bertanggung jawab,
pendidikan.
kesinambungan sosial.
Adapun pengertian Pendidikan menurut
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
UU No. 20 Tahun 2003 yaitu Pendidikan
mengabdi kepada masyarakat , bangsa dan
adalah usaha sadar dan terencana untuk
negara. Namun pada kenyataannya tujuan
mewujudkan suasana belajar dan proses
pendidikan
pembelajaran
pendidikan di indonesia
agar
mengembangkan
siswa
mutu
masih rendah,
rendahnya mutu pendidikan ini diakibatkan
spiritual
oleh beberapa faktor diantaranya adalah
keagamaan,pengendalian diri, kepribadian,
rendahnya kualitas pendidik atau pengajar,
kecerdasan, akhlak mulia ,serta keterampilan
kurangnya sarana dan prasarana belajar,
yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa
kurang relevannya kurikulum yang dibuat
dan
pemerintah
kekuatan
negara.
Sedangkan
dirinya
aktif
meningkatkan
untuk
memiliki
potensi
secara
untuk
pengertian
khususnya
untuk
daerah
Pendidikan menurut para ahli yaitu Soekidjo
terpencil atau daerah pedesaan, kurang
( 2003:16 ) menjelaskan bahwa pendidikan
pedulinya
otangtua
siswa
terhadap
JSP | FKIP | UHN |hal 171 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pendidikan anaknya khusunya didaerah
pemerintah untuk membantu sekolah
pedesaan, siswa kurang motivasi dalam
yang
belajar, adanya dampak buruk dari alat
menyediakan
elektronik seperti TV dan Play Station atau
pendidikan yang layak dan dibutuhkan
game (Nurhayati, 2010).
siswa.
Pendidikan
perlu
mendapatkan
4.
tidak
mampu sarana
agar dan
bisa
prasarana
Sarana dan Prasarana pendidikan yang
perhatian dari pemerintah, masyarakat dan
maju dan layak. Bila pendidikan di
keluarga sebagai bentuk tanggung jawab
negara kita ingin maju maka sarana dan
bersama dalam pengelolaan pendidikan.
prasarana dari pendidikan tersebut harus
Maka dari itu ada beberapa hal yang dapat
ditingkatkan lebih baik lagi.
dilakukan pemerintah untuk meningkakan mutu
pendidikan
Nurhayati
Hadis
dan
( 2010:3) yaitu :
1. Perubahan Kurikulum
2.
menurut
belajar. dasar
atau
Pendidikan
mendapatkan pendidikan yang layak. Sebenarnya sudah banyak usaha yang dilakukan
guru
meningkatkan
kepada
Pendidikan.
tidak hanya untuk mereka yang dikota
jadwal pendidikan yang akan diajarkan siswa.
Perubahan
oleh
pemerintah
kualitas
untuk
pendidikan
di
kurikulum ini harus dipertimbangkan
Indonesia, khususnya kualitas pendidikan
dengan matang agar guru dan siswa
matematika di sekolah, namun usaha yang
dapat melaksanakannya dengan baik.
dilakukan
Peningkatan mutu guru. Peningkatan
menampakkan hasil yang memuaskan, baik
guru
ditinjau
bisa
dilakukan
dengan
penyeleksian guru pendidik sebelum
3.
Pemerataan
namun didaerah terpencil juga harus
kurikulum merupakan
5.
oleh
dari
pemerintah
proses
belum
pembelajarannya
maupun dari hasil prestasi belajar siswanya.
mereka mengajar pada suatu sekolah.
Belajar ialah suatu proses usaha yang
Dengan adanya seleksi yang tepat ini
dilakukan seseorang untuk memperoleh
diharapkan
suatu perubahan tingkah laku yang bari
guru
benar-benar
merupakan tenaga pilihan yang bisa
secara
keseluruhan,
membimbing siswa dengan baik.
pengalamannya
Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
dalam lingkungannya (Slameto, 2013:2).
Pada intinya bantuan ini dirancang
Dengan kata lain, belajar sebagai kebutuhan
sendiri
sebagai dalam
hasil interaksi
JSP | FKIP | UHN |hal 172 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
vital karena semakin pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang
dipelajari. Salah satu komponen
yang
menentukan ketercapaian kompetensi adalah
menimbulkan berbagai perubahan yang melanda segenap aspek kehidupan dan penghidupan manusia. Seseorang dikatakan telah belajar, apabila terjadi perubahan
penggunaan metode matematika yang sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan, tingkat perkembangan intelektual siswa,
tertentu, misalnya dari tidak dapat mengetik menjadi dapat mengetik. Tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang karena belajar. Misalnya, seorang anak yang tidak
dapat
tengkurap
menjadi
prinsip dan teori belajar, keterlibatan siswa secara aktif, keterkaitan dengan kehidupan siswa
sehari-hari,
pengembangan
dan
dapat
tengkurap, dari tidak dapat berdiri menjadi
pemahaman
penalaran
matematis
(Situmorang, A.S. 2014).
dapat berdiri. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai
Peranan matematika sangat penting sekali di dalam dunia pendidikan karena matematika digunakan secara luas dalam segala bidang kehidupan manusia yang
tingkat sekolah menengah bahkan sampai ke perguruan tinggi karena matematika dapat meningkatkan pengetahuan siswa dalam
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Ada banyak alasan tentang pentingnya matematika, sebagaimana menurut Cockroft ( dalam Abdurrahman 2009:253) juga
berpikir secara logis, rasional, kritis, cermat, efektif,
efisien. Sehingga dapat kita
katakana bahwa Pembelajaran Matematika
mengatakan
siswa melalui serangkaian kegiatan yang terencana
sehingga
siswa
memperoleh
perlu
1. Selalu digunakan di dalam kehidupan. bidang
studi
memerlukan
keteramilan maematika yang sesuai. 3. Merupakan sarana komunikasi yang kuat,singkat dan jelas. 4. Dapat
kompetensi tentang bahan matematika yang
matematika
diajarkan kepada siswa karena:
2. Semua adalah proses pemberian pengalaman belajar
bahwa
digunakan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara. JSP | FKIP | UHN |hal 173
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
5. Menungkatkan
kemamuan
logis,ketelitian,dan
berikir kesadaran
keruangan.
matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi. Mengingat
6. Memberikan kepuasan terhada usaha
matematika,
begitu telah
penting
banyak
peranan
usaha
yang
memecahkan masalah yang menantang.
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan
Pada kenyatannya peranan matematika
kualitas pendidikan matematika. Usaha yang
untuk meningkatkan kemampuan siswa
telah dilakukan diantaranya mengadakan
masih rendah. Rendahnya kemampuan siswa
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),
dikarenakan rendahnya minat siswa untuk
seminar, pelatihan guru, penyempurnaan
belajar matematika. Siswa selalu berasumsi
kurikulum dan lain-lain. Namun usaha ini
bahwa pelajaran matematika merupakan
belum memberikan hasil yang memuaskan,
salah
cukup
karena jika dilihat di lapangan hasil belajar
menyenangkan,
matematika masih rendah jika dibandingkan
membosankan bagi siswa yang tidak minat
dengan hasil belajar mata pelajaran lain.
belajar matematika dan siswa takut terhadap
Depdiknas (2003:1) merumuskan bahwa
guru matematika, apalagi siswa selalu
tujuan dari pembelajaran matematika adalah
beranggapan bahwa guru matematika itu
sebagai berikut :
kejam atau killer, jarang ada yang tampil
1. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam
satu
pelajaran
menyulitkan,
tidak
yang
mengajar dengan muka senyum. Sehingga siswa merasa senang sekali kalau guru matematika
tidak
Sebenarnya
banyak
menyebabkan pelajaran
mengajar.
faktor
matematika
sulit,
karakteristik
masuk
yang dianggap
diantarnya
matematika
yang
adalah bersifat
abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang
dan
rumus
yang
menarik kesimpulan. 2. Mengembangkan aktifitas kreatif yang melibatkan penemuan
imajinasi, dengan
intuisi,
dan
mengembangkan
pemikiran yang divergen, orisinil, rasa ingin
tahu,
membuat
prediksi
dan
dugaan serta mencoba-coba. 3. Mengembangkan penyampaian
kemampuan informasi
atau
membingungkan. Selain itu, beberapa siswa
mengkomunikasikan gagasan.
tidak
Pencapaian tujuan tersebut diuraikan
menyukai
matematika
karena
dalam bentuk kompetensi dasar yang berupa JSP | FKIP | UHN |hal 174 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam
Di dalam lampiran Peraturan Menteri
kebiasaan berfikir dan bertindak. Untuk
Pendidikan Nasional Permendiknas No.20
membantu
menguasai
Tahun 2006 tentang standart isi, disebutkan
perlu usaha maksimal agar
bahwa pembelajaran matematika bertujuan
siswa
matematika, tujuan
dalam
pembelajaran
matematika
dapat
supaya siswa memiliki kemampuan sebagai
tercapai seperti yang diharapkan. Salah satu
berikut :
yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
1. Memahami
konsep
matematika,
matematika adalah guru seharusnya dapat
menjelaskan keterkaitan antar konsep
memilih
metode
dan mengaplikasikan konsep, akurat,
pembelajaran yang tepat, sehingga siswa
efisien dan tepat dalam pemecahan
dapat memahami konsep matematik dengan
masalah.
baik
dan
menggunakan
dan
kemampuan
mampu
mengembangkan
pemecahan
masalah
dari
konsep matematika tersebut. Dalam
kamus
Indonesia,Pusat
sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
besar
Bahasa
2. Menggunakan penalaran pada pola dan
Bahasa Departemen
Pendidikan Nasional ( 2008 : 909 )
membuat
genralisasi
atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi
dikemukaan bahwa “ Kemampuan adalah
kemapuan
memahami
kesanggupan “. Kemampuan merupakan
merancang
kesanggupan seseorang dalam melakukan
menyelesaikan model dan menafsirkan
aktivitas. Setiap orang memiliki kemampuan
solusi yang diperoleh.
model
masalah, matematika,
yang berbeda-beda baik dalam menerima,
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan
mengingat maupun menggunakan sesuatu
simbol, tabel, diagram atau media lain
yang diterimanya. Siswa juga dapat berbeda
untuk
dalam cara menerima, mengorganisasikan
masalah.
memperjelas
keadaan
atau
dalam cara pendekatan terhadap situasi
5. Memiliki sikap menghargai kegunaan
belajar dan menghubungkan pengalaman-
matematika dalam kehidupan, yaitu
pengalamannya tentang pelajaran serta cara
memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan
mereka
minat dalam mempelajari matematika,
merespon
terhadap
metode
pelajaran. JSP | FKIP | UHN |hal 175 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
serta sikap ulet dan percaya diri dalam
merupakan proses inti dan utama dalam
pemecahan masalah.
kurikulum matematika .
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
3. Pemecahan
Indonesia, masalah diartikan sebagai sesuatu
kemampuan
yang harus diselesaikan. Suatu masalah
matematika.
masalah dasar
merupakan
dalam
belajar
biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk menyelesaikannya akan
Sumarmo
(Febianti,
2012:14)
tetapi tidak tahu secara langsung apa yang
mengemukakan
indikator
pemecahan
harus dikerjakan untuk menyelesaikannya.
masalah sebagai berikut:
Maka masalah adalah sesuatu situasi yang
1) Mengidentifikasi
yang
harus diselesaikan sesorang individu atau
diketahui,
kelompok,
akan
kecukupan unsur yang diperlukan.
kelompok
tersebut
tetapi tidak
individu tahu
atau secara
langsung apa yang harus dikerjakan untuk menyelesaikannya. Pemecahan
yang
unsur-unsur
dan
2) Merumuskan masalah matematik atau menyusun model matematik. 3) Menerapkan
masalah
ditanyakan,
strategi
untuk
merupakan
menyelesaikan berbagai masalah (sejenis
kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh
dan masalah baru) dalam atau diluar
siswa. Kemampuan pemecahan masalah
matematika.
menjadi salah satu kompetensi yang harus dikembangkan siswa pada materi-materi
4) Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil sesuai permasalahan awal.
tertentu. Pentingnya kemampuan pemecahan
5) Menggunakan
masalah oleh siswa dalam matematika
bermakna.
ditegaskan juga oleh Branca (Mahuda, 2012:
Menurut Polya (Suherman, 2003: 91),
12) sebagai: pemecahan
masalah
merupakan tujuan umum pengajaran matematika.
metode,
secara
solusi soal pemecahan masalah memuat
1. Kemampuan
2. Pemecahan
matematika
empat langkah fase penyelesaian, yaitu: a. Memahami masalah. Langkah ini sangat penting dilakukan sebagai tahap awal
masalah prosedur
yang
meliputi
dan
strategi
dari pemecahan masalah agar siswa dapat
dengan
mudah
mencari
penyelesaian masalah yang diajukan. JSP | FKIP | UHN |hal 176 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Siswa
diharapkan
dapat
memahami
Semakin
banyak
siswa
kondisi soal atau masalah yang meliputi:
menyelesaikan
mengenali soal, menganalisis soal, dan
matematika, maka siswa akan kaya akan
menterjemahkan
variasi
informasi
yang
dalam
setiap
dapat
permasalahan
menyelesaikan
soal-soal
diketahui dan ditanyakan pada soal
matematika dalam bentuk apapun. Jenis
tersebut.
masalah dalam pembelajaran matematika
b. Merencanakan penyelesaian. Masalah
ada 4 yaitu :
perencanaan ini penting untuk dilakukan
1. Masalah Translasi adalah masalah yang
karena pada saat siswa mampu membuat
berhubungan dengan aktivitas sehari-
suatu hubungan dari data yang diketahui
hari.
dan
tidak
diketahui,
menyelesaikannya
siswa
dari
dapat
pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya. c. Menyelesaikan masalah sesuai rencana. Langkah
perhitungan
ini
2. Masalah Aplikasi adalah masalah yang menerapkan
suatu
matematika
dalam
konsep,rumus sebuah
soal
matematika.
penting
3. Masalah Proses/Pola adalah masalah
dilakukan karena pada langkah ini
yang memiliki pola,ketentuan dalam
pemahaman
penyelesian.
siswa
terhadap
permasalahan dapat terlihat. Pada tahap ini
siswa
telah
siap
4. Masalah Teka-teki adalah masalah yang
melakukan
bersifat menerka atau dapat berupa
perhitungan dengan segala macam yang
permainan namun tetap mengacu pada
diperlukan termasuk konsep dan rumus
konsep dalam matematika.
yang sesuai. d. Melakukan
Dengan demikian kemampuan pemecahan pengecekan
kembali
masalah adalah kemampuan individu untuk
terhadap semua langkah yang telah
menggunakan pengetahuan, keterampilan
dikerjakan.
siswa
dan pemahamannya dalam menemukan
diharapkan berusaha untuk mengecek
penyelesaian dari suatu masalah berdasarkan
kembali dengan teliti setiap tahap yang
data dan informasi yang akurat, sehingga
telah ia lakukan. Dengan demikian,
dapat diambil kesimpulan yang tepat dan
kesalahan
cermat.
Pada
dan
tahap
ini
kekeliruan
dalam
penyelesaian soal dapat ditemukan. JSP | FKIP | UHN |hal 177 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Guru sebagai salah satu orang yang
suatu ilmu berdasarkan hipotesis sendiri.
menekuni suatu bidang ilmu mempunyai
Proses belajar seperti ini akan lebih berkesan
peran dalam meningkatkan hasil belajar
dan bermakna sehingga konsep dasar dari
siswa sehingga guru perlu waspada dalam
ilmu ini tidak akan cepat hilang. Agar suatu
menyampaiakn suatu materi pelajaran, guru
pembelajaran bermakna maka diperlukan
harus terbeban dalam
sebuah
menciptakan atau
pemahaman
konsep
agar
bisa
mendesain suatu model pembelajaran yang
menghubungkan antara konsep yang satu
dapat
dengan konsep yang lain (Dahar, 1989).
membantu guru mengembangkan
topik pembelajaran sehingga meningkatkan
Dengan
demikian
guru
dapat
pemahaman dan kreativitas matematis siswa
menggunakan metode pembelajaran John
(Doerr dan Thompson dalam Rajagukguk
Dewey. Dengan menggunakan metode John
waminton, 2007). Hal ini sesuai dengan apa
Dewey siswa akan berpartisipasi secara aktif
yang dikemukakan oleh Slameto (2007)
dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip
yaitu, guru memegang peranan penting
untuk
dalam peningkatan kualitas siswa dalam
eksperimen-eksperimen yang mengijinkan
belajar matematika dan guru harus benar-
mereka untuk menemukan prinsip-prinsip
benar
itu
memperhatikan,
sekaligus
memikirkan
merencakan
proses
dan
belajar
memperoleh
sendiri
menemukan
pengalaman
sampai
akhirnya
jawaban-jawaban
dan
dapat dengan
mengajar yang menarik bagi siswa, agar
demikian siswa lebih menyukai materi yang
siswa berminat dan semangat belajar dan
disajikan.
mau terlibat dalam proses belajar mengajar,
pembelajaran dengan menggunakan metode
sehingga
pengajaran John Dewey
pengajaran
tersebut
menjadi
efektif.
Dengan
diterapkannya
dalam kegiatan
pembelajaran maka diharapkan kemampuan Dalam upaya meningkatkan kualitas
pendidikan,
maka
diperlukan
terobosan,
baik
dalam
kurikulum,
inovasi
berbagai
pengembangan
pembelajaran,
dan
memecahkan masalah dalam matematika siswa akan lebih baik. John Dewey merupakan salah seorang tokoh pendidikan berkebangsaan Amerika
pemenuhan sarana dan prasarana pendidikan
menawarkan
tentang
pola
agar siswa tertarik dan tertantang untuk
partisipatif. Yang bertujuan untuk lebih
belajar dalam menemukan konsep dasar
memberdayakan
peserta
pendidikan
didik
dalam
JSP | FKIP | UHN |hal 178 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
jalannya proses pendidikan. Pendidikan
2) Guru
membantu
partisipatif akan membawa peserta didik
kelompok
untuk mampu berhadapan secara langsung
membelajarkan.
dengan realitas yang ada di lingkungannya. Sehingga,
peserta
didik
dapat
mengintegrasikan antara materi yang ia pelajari di kelas dengan realitas yang ada. Metode
pembelajaran
John
Dewey
berpendapat bahwa belajar itu tergantung pada
pengalaman
Pengalaman
dan
dan
minat
pengetahuan
siswa. tersebut
diperoleh melalui proses penginderaan yang
3) Siswa
agar
siswa
membentuk
siap
belajar
mendiskusikan
dan
permasalahan
yang diberikan guru. 4) Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok
dan
siswa
yang
lain
menanggapi. 5) Melalui tanya jawab guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah dengan tepat. 6) Guru mengadakan evaluasi dan refleksi
selanjutnya akan masuk ke dalam memori
dengan
serta tersusun dalam struktur kognitif. Pada
tentang hal-hal yang belum dimengerti
tahap
kemudian membuat kesimpulan dan
selanjutnya
pengalaman
dan
pengetahuan yang telah tersusun secara kognitif
tersebut
akan
bekerja
bagi siswa. terjadi
siswa
menilai hasil tugas kelompok siswa.
Proses
pembelajaran
kegiatan siswa ini
kepada
secara
psikomotorik untuk pemecahan masalah
Metode
menanyakan
apabila
siswa
ini
merupakan
yang dilakukan secara
bersama dalam situasi pengalaman nyata,
menerapkan dan mengalami apa yang
baik
sedang diajarkan dengan mengacu pada
dilakukan kehidupan sehari-hari maupun
masalah-masalah
pengalaman
dunia
nyata
yang
berhubungan dengan peran dan tanggung jawab mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, siswa dan tenaga kerja. Adapun
langkah-langkah
metode
pengalaman
dalam
dalam
tugas
proses
yang
kegiatan
pembelajaran. Metode ini menekankan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan
adanya kerja sama maka siswa dapat
pengajaran John Dewey yaitu :
memanfaatkan kelebihan diri sendiri dan
1) Guru menciptakan suasana belajar yang
kelebihan siswa lain untuk mencapai tujuan
mendorong siswa siap belajar.
yang lebih besar. Dari langkah-langkah JSP | FKIP | UHN |hal 179
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
metode diatas maka metode ini memiliki kelebihan dan kelemahan.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi
Kelebihan dari metode ini adalah : 1. Siswa
dapat
merasakan
METODE PENELITIAN
eksperimen. bahwa
digunakan
Desain eksperimen yang adalah
One-Group-Pretest-
pembelajaran miliknya sendiri,karena
Postest. Populasi dari penelitian ini adalah 3
siswa diberi kesempatan yang lebih luas
kelas
untuk bekerjasama/ berpartisipasi dalam
Matematika
kelompok.
Nommensen
2. Memiliki motivasi yang lebih kuat untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
yaitu
135 FKIP
Mahasiswa Universitas
Medan.
Subjek
Prodi HKBP dalam
penelitian ini adalah 30 orang mahasiswa yang diperoleh dengan
teknik Cluster
3. Tumbuhnya suasana demokratis dalam
Random Sampling pada grup B. Tujuan
pembelajaran sehingga akan menjadi
penelitian ini adalah untuk mengetahui
dialog dan diskusi untuk saling belajar-
apakah efektifitas metode pembelajaran
membelajarkan diantara siswa.
John Dewey efektif untuk meningkatkan
4. Dapat menambah wawasan pikiran dan
kemampuan
pemecahan
masalah
pengetahuan bagi guru karna sesuatu
matematika
mahasiswa
yang dialami dan disampaikan siswa
ketuntasan
belajar,aktifitas
mungkin belum diketahui sebelumnya
pembelajaran dan peningkatan kemampuan
oleh guru.
belajar mahasiswa. Desain penelitian ini
berdasarkan proses
Kelemahan dari metode ini adalah :
secara visual dapat digambarkan sebagai
1. Membutuhkan waktu yang relatif lebih
berikut:
lama.
Tabel 3.1. Tabel Rancangan
2. Pembelajaran
cenderung
akan
didominasi oleh siswa yang bisa atau sering berbicara, sehingga siswa yang
Penelitian Kelompok Pre-Test Treatment Post-Test
arah pembelajaran yang telah ditetapkan
Eksperimen O1 X O2 Keterangan: X = treatment atau perlakuan. O1 = Pre-test O2 = Post-test Pengolahan data diawali dengan menguji
sebelumnya.
persyaratan statistik yang diperlukan sebagai
lainnya lebih banyak mengikuti jalan pikiran siswa yang senang berbicara. 3. Pembicaraan dapat menyimpang dari
dasar dalam pengujian hipotesis antara lain JSP | FKIP | UHN |hal 180 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
uji normalitas dan homogenitas, selanjutnya
0,091 dengan n = 30 dan taraf nyata a = 5%
dilakukan uji-t, dengan rumus:
di dapat Ltabel=0,161 karena Lhitung < Ltabel
tb =
maka
rumus diatas digunakan untuk menguji hipotesis yang disesuaikan dengan permasalahannya, dimana yang menjadi hipotesis adalah sebagai berikut. Ho
: Tidak ada peningkatan kemampuan belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey .
Ha
: Ada peningkatan kemampuan belajar siswa dengan menggunakan metode pembelajaran John Dewey.
Dengan Kriteria Pengujian: Terima Ho, jika tHitung< tTabel Terima Ha, jika tHitung> tTabel HASIL PENELITIAN
disimpulkan
bahwa
kelas
yang
menggunakan metode pembelajaran John Dewey berdistribusi normal. Dari proses pembelajaran
ini
keaktifannya keaktifannya
terdapat
13
siswa
sangat
tinggi,10
siswa
tinggi
dan
siswa
7
keaktifannya sedang. Melalui uji normalitas posttest diperoleh Lhitung = 0,112 dengan n = 30 dan taraf nyata a = 5% di dapat Ltabel=0,161 karena Lhitung < Ltabel maka
data
posttest
berdistribusi
normal. Dari uji normalitas pretest dan posttest yang berdistribusi normal sehingga analisis
dapat
dilanjutkan
dengan
menggunakan analisis anava satu arah untuk melihat
ada
atau
tidak
peningkatan
Nilai pretest keseluruhan dari 30 jumlah
kemampuan belajar. Berdasarkan uji t
sampel adalah 1840,7 sedangkan nilai
diperoleh thitung = 19,39 dengan taraf
perorangan terendah 46,6 dan tertinggi 80
signifikan 5 %,df ( N – 1 ) = 29 maka ttabel =
nilai dan rata-rata 61,36 dengan standart
2,045 karena thitung > ttabel sehingga ada
deviasi 10,84. Melalui uji normalitas pretest
peningkatan
diperoleh nilai Lhitung < Ltabel yaitu 0,138 <
dengan menggunakan metode pembelajaran
0,161 dengan a = 5 % , n = 30. Jadi,data
John Dewey.Dari hasil pembahasan diatas
pretest berdistribusi normal. Penelitian ini
dapat
menggunakan metode pembelajaran John
pembelajaran John Dewey efektif untuk
Dewey. Nilai keseluruhan observasi pada
meningkatkan
metode ini adalah 1945 dengan nilai
masalah.
kemampuan
disimpulkan
belajar
bahwa
kemampuan
siswa
metode
pemecahan
terendah 30,tertinggi 95 dan rata-rata 64,83. Melalui uji normalitas diperoleh Lhitung = JSP | FKIP | UHN |hal 181 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Dari nilai posttest keseluruhan sampel, ditemukan sebuah temuan bahwa total nilaipostest adalah 2329,6 sedangkan nilai perorangan
terendah 55,5 dan
berdasarkan
aktifitas
proses
pembelajaran. 3. Metode
pembelajaran
John
Dewey
tertinggi
efektif untuk meningkatkan kemampuan
97,7 rata-rata 77,65 dengan standart deviasi
pemecahan masalah matematika siswa
13,28. Kriteria ketuntasan minimum ( KKM
berdasarkan ketuntasan belajar.
) siswa adalah 65. Bila kita lihat hasil nilai
DAFTAR PUSTAKA
KKM maka hasil posttest ini jauh lebih baik
Abdurrahman.2009.Pendidikan Bagi Anak
dari
pada
hasil
dari
pretest.
Apabila
berbicara mengenai persentase ketuntasan
Kesulitan Belajar.Jakarta:Rineka Cipta. Departemen
Pendidikan
dengan melihat KKM maka hanya 16 % saja
Bahasa.2008.Kamus
tidak memenuhi KKM dan 83 % sisanya
Indonesia.Jakarta.
memenuhi. Hal ini menunjukkan terjadi adanya
peningkatan
ketuntasan
belajar
siswa.
Nasional,Pusat Bahasa
Depdiknas.2006.permendiknas tahun
2006
nomor
tentang
22
Standart
Isi.Jakarta:Depdiknas.
KESIMPULAN Yang
Hadis
menjadi
kesimpulan
pada
penelitian ini yaitu metode pembelajaran John Dewey efektif untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan
masalah
matematika mahasiswa, karena : 1. Metode
pembelajaran
John
dan
Nurhayati.2010.Manegemen
Mutu Pendidikan.Bandung:Alfabeta. Istarani,2011.58
Model
Pembelajaran
Inovatif. Medan :Media Persada. Mahuda.2012.Pembelajaran
Kooperatif
Tipe Co-op Co-op dengan pendekatan Dewey
Open
Ended
Untuk
meningkatkan
efektif untuk meningkatkan kemampuan
Kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa
Matematis
berdasarkan peningkatan kemampuan
Bandung:Tidak Diterbitkan.
belajar siswa. 2. Metode
pembelajaran
Pemecahan Sisa
SMA.Skripsi.UPI
Mulyana.2003.Metodologi John
Dewey
Kualitatif
Paradigma
Masalah
Penelitian Baru
Ilmu
efektif untuk meningkatkan kemampuan
Komunikasi
pemecahan masalah matematika siswa
Lainnya.Bandung:Romanja Rosdakarya.
dan
Ilmu
Sosial
JSP | FKIP | UHN |hal 182 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Adi Suarman Situmorang
Metode Pembelajaran John Dewey…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Puskur.2002.Kurikulum Belajar:Kompetensi
Dan
Hasil
Dasar
Mata
Syariful
Bahri
Djamarah.2000.Prestasi
Pelajaran Matematika Sekolah Dasar
Belajar Dan Kompetensi Guru. Surabaya
Dan
: Usaha Nasional.
Madrasah
Ibtidaiyah.Jakarta:Balitbang Widyantini. Trianto,M.Pd.2009.Mendesain Pembelajaran
Inovatif
Model –
Progresif.
Jakarta:Prenada Media.
dan
Statistik.Trasito.Bandung Suryadi,D.(2010).Bab4PemecahanMasalah Matematika.hhtp://file.upi.edu/Direktori/
Siregar,Dra.Evelin,M.Pd,dkk.2010.Teori Belajar
Sudjana.2005.Metode
Pembelajaran.
Bogor:
Ghalia Indonesia.
FPMIPA/JUR.PEND.MATEMATIKA/1 95802111984031-DIDI SURYADI/DIDI-15.pdf,(Diakses tanggal
Situmorang A.S., 2014. Desain Model Pembelajaran Based Learning dalam
23 januari 2014 ). Usman,Prof.DrHusaini,M.Pd.,MT
dan
Peningkatan Kemampuan Pemahaman
Akbar,R.Purnomo Setiady,S.Pd.,M.Pd.
Konsep Mahasiswa Jurusan Pendidikan
2006 .Pengantar Statistik.Jakarta : PT. Bumi
Matematika
Semester-3
FKIP-UHN
Aksara
Medan, Jurnal Suluh Pendidikan UHN: 1(1): 1-9. Slameto.2010.Belajar yang
dan
faktor-faktor
mempengaruhinya.Jakarta:Rineka
Cipta. Soekidjo.2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
JSP | FKIP | UHN |hal 183 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Hebron Pardede ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 184-189
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR KALKULUS DENGANMEMANFAATKAN MICROSOFT MATHEMATICS Hebron Pardede Prodi Pendidikan Fisika, FKIP, Universitas HKBP Nommensen, Medan E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Penelitian bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar dengan memanfaatkan perangkat lunak aplikasi Microsoft Mathematics 4 (pada materi kuliah Limit). Pengembangan dilakukan dengan tahapan: analisis kebutuhan, perancangan dan implementasi. Pada tahap implementasi dilakukan ujicoba kepada mahasiswa dan diperoleh hasil ujicoba sebagai berikut: kelulusan dengan kategori baik meningkat dari 6,9% menjadi 72,4%, sedang minat dan motivasi berada pada kategori baik dengan skor masing-masing 3,9dan 3,7. Microsoft Mathematics dalam pembelajaran sangat bermanfaat karena meningkatkan rasa percayadiri (tanggaban positif) mahasiswa yang berdasarkan angket minat 4,68 (kategori sangat baik) dan angket motivasi 4,84 (kategori sangat baik). Kata kunci: pengembangan bahan ajar, microsoft mathematics, minat, motivasi.
Tahapan
PENDAHULUAN Tujuan pendidikan nasional adalah
pembelajaran
penting
dalam
kegiatan
adalah
memilih
atau
mengembangkan peserta didik yang cakap,
menentukan bahan ajar yang tepat dalam
kreatif dan mandiri (Undang-undang No. 20
rangka membantu peserta didik mencapai
Tahun 2003 Pasal 3), yang ditindaklanjuti
kompentensi. Untuk mencapai kompetensi
dalam PP No. 19 Tahun 2005 bab IV pasal
yang telah ditetapkan, semua pihak :
19, bahwa proses pembelajaran pada satuan
pendidik dan pebelajar harus berperan aktif.
pendidikan diselenggaran secara interaktif,
Sistem kredit semester menuntut pendidik
inspiratif,
dan pebelajar untuk menggunakan satu
menyenangkan,
memotivasi
peserta
menantang,
didik
untuk
satuan
waktu
melaksanakan
kegiatan
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang
pembelajaran secara mandiri. Namun sistem
yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan
kredit
kemandirian sesuai dengan bakat minat dan
dilaksanakan dengan baik oleh karena
perkembangan
Melalui
berbagai hal yang kurang memadai seperti
kurikulum, undang-undang dan peraturan
ketersediaan perangkat pendukung semisal
pemerintah tersebut dituangkan pada setiap
bahan ajar dan media pendukungnya.
peserta
didik.
mata pelajaran pada tiap tingkat satuan termasuk kalkulus.
semester
Bahan dikembangkan
belum
ajar dengan
seutuhnya
telah tujuan
banyak untuk
JSP | FKIP | UHN |hal 184 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Hebron Pardede
Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
membantu pebelajar untuk belajar mandiri.
fisika matematika dan fisika lanjutan. Dalam
Komputer merupakan sebuah media yang
pengalaman mengajar, mahasiswa sangat
sangat membantu dalam proses belajar
kesulitan
menyelesaikan
mandiri, sehingga para pengembang bahan
persamaan
matematika
ajar berusaha untuk mengembangkan bahan
dengan kalkulus bahkan persamaan kalkulus
ajar berbasis komputer.
tingkat dasar. Kesulitan mahasiswa dalam
Pengembangan bahan ajar berbasis komputer,
misalnya
mengembangkan
dengan
perangkat
aplikasi,
persamaan-
yang
berkaitan
mempelajari kalkulus salah satunya berawal dari ketidak pahaman akan salah satu materi prakalkulus
yaitu limit. Kalkulus adalah
termasuk pekerjaan yang sulit karena tidak
studi tentang limit dan limit adalah pusat
semua tenaga pendidik menguasai bahasa
dalam
pemograman. Namun kesulitan tersebut
rekayasa dan ilmu sosial [3]. Oleh karena itu
telah
materi limit menjadi topik yang sangat
dapat
diatasi
dengan
banyaknya
banyak
masalah
penting
untuk bidang eksakta seperti fisika dan
diharapkan mahasiswa lebih paham dengan
matematika,
fungsi
hanya
dituntut
mencari dan memilih perangkat aplikasi apa
limit
dalam
sehingga
kaitannya
dengan
persoalan-persoalan matematis dan fisika.
yang paling sesuai dengan materi ajar yang
Soal-soal dalam mata kuliah kalkulus
akan diajarkan, salah satu diantaranya
dapat
Microsoft Mathematics..
numerik
Mata kuliah kalkulus merupakan mata
dituntaskan
fisika,
perangkat aplikasi yang tersedia khusus
pendidik
untuk
dalam
diselesaikan
secara
(metode
analitik
dan
numerik).Banyak
persamaan matematik sulit
diselesaikan
kuliah wajib yang diajarkan di program studi
secara analitik dan harus diselesaikan secara
pendidikan
numerik, akan tetapi penyelesaian secara
fisika
Universitas
HKBP
Nommensen. Bahan ajar yang dipergunakan
numerik
saat perkuliahan adalah berupa buku teks
yang cukup panjang. Seiring perkembangan
didukung media elektronik seperti komputer
komputer (perangkat keras dan perangkat
dan proyektor. Pemanfaatan perangkat lunak
lunak) penyelesaian secara numerik menjadi
aplikasi
lebih mudah, karena memang perangkat
matematika
belum
pernah
membutuhkan
digunakan secara regular sebagai bagian dari
lunak
proses belajar mengajar.
Banyak perangkat lunak yang dikembangkan
Pemahaman kalkulus akan menjadi
untuk
dikembangkan
langkah-langkah
tujuan
secara
membantu
numerik.
penyelesaian
modal besar bagi mahasiswa untuk melanjut
persamaan
matematis,diantaranya
bahasa
pada mata kuliah kalkulus lanjutan seperti
pemograman dan perangkat lunak aplikasi JSP | FKIP | UHN |hal 185
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Hebron Pardede
Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
khusus matematika. Bahasa pemograman
Microsoft dan pemakaiannya secara off line
lebih fleksibel penggunaanya akan tetapi
sehingga tidak memerlukan koneksi internet
kebanyakan
ketika digunakan.
mahasiswa
kesulitan
menggunakannya karena banyaknya kode
Dalam
penggunaannya
untuk
atau sintaks yang harus diingat. Sedangkan
penyelesaian persamaan matematika sangat
perangkat lunak aplikasi mudah digunakan
mudah, karena tidak membutuhkan bahasa
(layaknya kalkulator) akan tetapi terbatas
pemograman khusus. Pengguna tidak akan
kemampuannya.
mengalami
Berbagai
perangkat
mengoperasikannya
telah
karena aplikasi ini memiliki tampilan standar
diciptakan untuk fungsi tertentu seperti
pemakaian ribbon seperti Microsoft Office
fungsi kalkulator, fungsi analisa, fungsi
2007 ke atas.
animasi dan visualisasi. Perangkat lunak
Untuk
tersebut ada yang gratis dan ada yang
perangkat lunak aplikasi khusus matematika
berbayar. Perangkat lunak gratis ada yang
belum pernah digunakan di prodi pendidikan
bisa diunduh untuk pemakaian off line dan
fisika FKIP UHN, walaupun alat bantu
ada yang dalam penggunaannya harus
tersebut banyak yang tersedia secara gratisan
terhubung ke jaringan internet. Salah satu
di
perangkat
berdasarkan
lunak
menyelesaikan
lunak
kesulitan
untuk
internet
pembelajaran
(online studi
dan
kalkulus,
offline),
pendahuluan
dan
bahwa
memvisualisasikan
mahasiswa kurang termotivasi untuk belajar
dalam bentuk grafik persamaan matematika
mandiri karena soal-soal yang dihadapi sulit
adalah microsotf mathematics 4.0, yang
untuk diselesaikan secara mandiri sehingga
merupakan perangkat lunak gratis-bebas
perlu sebuah perangkat untuk membantu
diunduh. Microsoft mathematics 4.0 adalah
mahasiswa
perangkat lunak aplikasi yang dikeluarkan
sebelum jawaban tersebut dibuktikan secara
oleh Microsoft Corporation. Perangkat lunak
analitik.
ini adalah sejenis kalkulator namun memiliki
Dengan demikian rumusan masalah dalam
fitur yang lebih lengkap dan memiliki
penelitian ini adalah 1)
kemampuan untuk menjabarkan secara detail
merancang bahan ajar supaya mahasiswa
langkah demi langkah penyelesaian suatu
termotivasi untuk belajar mandiri. 2) media
persoalan
(perangkat lunak aplikasi) apa yang sesuai
perangkat
dan
membantu
tujuan
matematika ini
[6].
Keunggulan
dibandingkan
dengan
perangkat lain sejenis adalah karena dapat
mencari
solusi
persamaan
bagaimana
sebagai alat bantu penyelesaian persamaanpersamaan kalkulus.
diunduh secara gratis dari situs resmi JSP | FKIP | UHN |hal 186 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Hebron Pardede
Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini adalah jenis penelitian dan pengembangan dan produk yang dihasilkan adalah bahan ajar berupa modul. Tahaptahap
pengembangan
bahan
ajar
Sedangkanpenilaian pre-test dan posttest denganmenggunakanrumus:
yang
dilakukan adalah mengacu kepada model yang dikemukakan oleh Triagarajan (Abba, 2000) yang dikenal dengan sebutan four-D model yaitu define, design, develop dan disseminate. Keempat tahap ini dirangkum oleh peneliti menjadi analisis kebutuhan, perancangan dan implementasi.1) Tahap analisis digunakan untuk melihat kondisi yang
berkaitan
dengan
proses
belajar
mengajar kalkulus 1 di prodi pendidikan fisika Universitas HKBP Nommensen. Pada proses ini yang dilakukan adalah wawancara dengan mahasiswa dan pretest.2). Tahap perancangan digunakan untuk menyususun bentuk modul yang tepat sesuai dengan kurikulum dan silabus.3). Implementasi untuk
mengetahui
tingkat
efektivitas
rancangan maka dilakukan uji coba kepada mahasiswa. Instrumen dan Teknik Analisa Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, angket dan soal-soal (pretest dan posttest).
PEMBAHASAN DAN HASIL Analisis Kebutuhan Tahap awal dalam mengembangkan modul adalah analisis kebutuhan yang diperoleh dengan mengadakan wawancara dengan mahasiswa dan mengadakan uji pre-test. Wawancara dilaksanakan kepada mahasiswa tanpa
ada
pemberitahuan
Kesimpulan
yang
sebelumnya.
diperoleh
bahwa
mahasiswa sebanyak 75,9% menyatakan bahwa matakuliah kalkulus sulit dengan komentar. Angka ini diperkuat dengan nilai pre-test dimana tingkat ketidak berhasilan sebesar 72,4% (kategori kurang dan sangat kurang).
Mahasiswa
sebanyak
100%
menginginkan sebuah alat bantu berupa perangkat
lunak
menyelesaikan
untuk
membantu
persamaan-persamaan
kalkulus, sehingga tingkat keyakinan mereka tinggi terhadap soal yang mereka kerjakan.
Sedangkan teknik analisis data adalah dengan mencari rerata dari setiap aspek yang dinilai pada lembar instrumen. Penilaianangketdilakukandenganmengg unakanrumus:
Perancangan Kurikulumperkuliahan di Universitas HKBP Nommensen adalah kurikulum
berbasis
kompetensi yang dikembangkan sendiri oleh JSP | FKIP | UHN |hal 187
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
UHN
Hebron Pardede
Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
dengan
sehingga
mengacu
perancangan
kepada modul
KBK,
(%)
kalkulus
86 -100
Sangat baik
37,9
materi limit mengacu kepada kurikulum
76 – 85
Baik
34,5
66 – 75
Cukup
3,5
60 – 65
Kurang
6,9
0 - 59
Sangat kurang
17,2
tersebut. Dalam penyusunan modul tersebut Microsoft Mahematics dimasukkan sebagai bagian modul untuk dipergunakan mencari solusi soal-soal limit. Implementasi Pada tahap implementasi dilakukan ujicoba kepada mahasiswa lewat perkuliahan. Pada
Tabel 3. Data angketminatmahasiswasetelahpembelajaran Kondisi
pertemuan yang terakhir (pertemuan ke-4) dilakukan tes hasil belajar dengan bentuk soal essay test.
Percaya diri Kepuasan
Angket Minat Tanggapan Kategori Positif 4,68 Sangat baik 4,49
Sangat baik
Analisa Data Hasilujicobakepadamahasiswamemperli hatkankemampuankognitifdanresponterhada pbahanajarpadamatakuliahkalkulusmateri
Tabel 3. Data angketmotivasimahasiswasetelahpembelajar an Kondisi
Limit diperlihatkanpadatabelberikut: Percaya diri Kepuasan
Tabel 1.Hasilujikemampuanmahasiswa (pretest) Nilai
Kategori
Ketercapaian (%)
86 -100
Sangat baik
0
76 – 85
Baik
6,9
66 – 75
Cukup
20,7
60 – 65
Kurang
65,5
0 - 59
Sangat kurang
6,9
Angket Motivasi Tanggapan Kategori Positif 4,84 Sangat baik 4,49
Sangat baik
Setelahpembelajarandilaksanakanminatdanm otivasimahasiswauntukbelajarkalkulastinggi yaitu
rata-rata
skorangketminatdanmotivasiadalah (baik)
dan
3,7
(baik).
3,9 Tingkat
kepuasandanminattersebutberpengaruhbesar kepadanilai
yang
semakinbaikpadaposttesdibandingkandengan pretest.
Tabel 1.Hasilujikemampuanmahasiswa (post-test) Nilai
Kategori
Ketercapaian
JSP | FKIP | UHN |hal 188 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Hebron Pardede
Pengembangan Bahan Ajar Kalkulus…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
[2]
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Modul
Kalkulus
materi
Limit
dikembangkan melalui tahap pendefenisian, design dan pengembangan dan langkah-
[3]
langkah pengembangan bahan ajar tidak sepenuhnya dilaksanakan seperti validasi. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa modul ini diberlakukan untuk kebutuhan internal prodi pendidikan fisika dan target yang ingin dicapai adalah peningkatan prestasi belajar mahasiswa. Berdasarkan hasil
penelitian
diperoleh
sebagai berikut: 1) membutuhkan
kesimpulan
Mahasiswa
perangkat
sangat
aplikasi
untuk
membantu prosel belajar, 2) Modul yang dihasilkan dikategorikan baik berdasarkan angket
motivasi
dan
minat
belajar
mahasiswa. 3) Perangkat lunak Microsoft Mathematics
dikategorikan
berhasil
meningkatkan motivasi dan minat belajar mahasiswa
dan
kategori
baik
dalam
meningkatkan prestasi belajar, yang dapat dilihat pada hasil post test pada materi limit. Saran
Forum Guru Indonesia, Bagaimana Cara Membuat Modul. http://forumgurunusantara. blogspot.com/2012/10/bagaimanacara-membuat-modul.html (diakses 18 September 2014) MafulHidayat, Cara MembuatModulPembelajaran, http://gmppaismkpurbalingga. blogspot.com/2012/05/cara-membuatmodul-pembelajaran.html,(diakses 14 September 2014)
[4]
Paulina, 2009. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PAU PPAI-UT [5] Suprawoto, 2009. Mengembangkan Bahan Ajar Dengan Menyusun Modul.http://www.scribd.com/doc/165 54502/Mengembangkan-Bahan-Ajardengan-Menyusun-Modul(diakses 14 September 2014) [6] Wikipedia Indonesia, Microsoft Matematics, http://id.wikipedia.org /wiki/Microsoft_ Mathematics (diakses 17 September 2014) [7] Microsoft Mathematics Untuk Pembelajaran, Winita Sulandri (Tidak diterbitkan) [8] Aunurrahman, 2009. Belajar Pembelajaran, Alfabeta-Bandung. [9] Suprijono, Agus (2009). Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi PAIKEM, Pustaka-Yogyakarta. [10] Abba, N, 2000. Pengembangan Perangkat Matematika Berorientasi Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabaya, Program Pasca Sarjan Unesa.
Penelitian ini hanya membahas materi ajar
limit
pada
matakuliah
kalkulus.
Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar dikembangkan pada semua materi ajar padakalkulus 1.
DAFTAR PUSTAKA [1] Depdiknas, 2006. Pengembangan Bahan Ajar. www.jardiknas.org JSP | FKIP | UHN |hal 189 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan ISSN: 2356-2595
JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN Volume-2, Edisi-2, September 2015 Halaman 190-200
PENDEKATAN PEMBELAJARAN METAKOGNITIF DENGAN MENEKANKAN ASPEKE ANALOGI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA MATA KULIAH KAPITA SELEKTA MATEMATIKA DI PRODI MATEMATIKA FKIP UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN
Friska Bernadette Siahaan Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Email:
[email protected] ABSTRAK Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang selama ini masih rendah, diperlukan suatu desain model pembelajaran yang tepat. Untuk itulah penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika FKIP-UHN dengan cara mengajar mahasiswa menggunakan Pendekatan Pembelajaran Metakognitif dengan menekankan aspek Analogi yang telah didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Penelitin ini dilaksanakan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas HKBP Nommensen. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini adalah semester ganjil tahun ajaran 2014/2015, dengan populasi seluruh mahasiswa program studi pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen Medan. Sampel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa prodi pendidikan Matematika FKIP Universitas HKBP Nommensen yang mengikuti matakuliah Kapita Selekta Matematika Sekolah yang diambil dua kelas secara acak dari 3 kelas yang ada. Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisis dengan uji t. Sebelum dianalisi dengan uji t data yang diperoleh terlebih dahulu dianalisis dengan uji homogenitas dan uji normalitas dengan taraf signifikan 5%. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ratarata tes kemampuan berpikir kritis kelas eksperimen adalah 39,663 dan kelas kontrol adalah 28,421 dengan uji t pada taraf signifikansi α = 0,05 maka diperoleh terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang diajarkan dengan pendekatan pembelajaran metekognitif dengan menekankan aspek analogi dengan Pembelajaran Konvensional, atau Kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang menerima pendekatan pembelajaran metakognitif dengan menekankan aspek analogi lebih baik dari kemampuan berpikir kritis mahasiswa yang memperoleh pembelajaran konvensional, sehingga diharapkan pendekatan pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternative untuk meningkatkan kemapuan berpikir kritis mahasiswa. Kata Kunci: Pendekatan pembelajaran metakognitif dengan menekankan aspek analogi, Kemampuan berpikir kritis
JSP | FKIP | UHN |hal 190 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
memfokuskan
PENDAHULUAN Matematika
pada
penguasaan
merupakan
materi matematika sekolah, yaitu
pengetahuan yang esensial sebagai
topik-topik terpilih yang dianggap
dasar untuk bekerja seumur hidup
essensial
serta
berbagai
model
dalam abad globalisasi. Karena itu
mengajarkannya
sebagai
dasar
penguasaan tingkat tertentu terhadap
pembelajaran di sekolah. Topik-topik
matematika diperlukan bagi semua
yang essensial ini dapat dimaknai
siswa
dalam beberapa hal yaitu:1) Topik
agar kelak dalam
hidupnya
mendapatkan pekerjaan yang layak .
penting
Selanjutnya Sujono (1988 : 20 )
miskonsepsi di kalangan siswa, calon
mengemukakan
guru matematika dan bahkan guru
bahwa,
perkembangan
dalam
peradaban modern,
matematika
matematika
sering
terjadi
yang
sudah
peranan
berpengalaman. 2) Topik matematika
bantuan
sekolah yang tidak dibahas di mata
matematika semua ilmu pengetahuan
kuliah lain di tingkat perguruan
menjadi
tinggi. 3) Topik matematika yang
penting,
memegang
yang
karena
dengan
sempurna.
Matematika
merupakan alat yang efisien yang
bias
diperlukan oleh semua pengetahuan
pilihan di tingkat sekolah.
dan tanpa bantuan semuanya
tidak
matematika
akan
mendapat
dijadikan
pengayaan
atau
Banyak topik yang essensial sering
terjadi
salah
kemajuan yang berarti, sehingga dapat
pengertian/miskonsepsi di kalangan
dikatakan
siswa, calon guru matematika dan
bahwa
matematika
menempati posisi yang penting dalam
sistim
pendidikan
kualitasnya
harus
di
dimana
diupayakan
peningkatannya. Kapita
guru matematika di lapangan. Mulai dari
topic
trigoniometri
persamaan hingga
kwadrat,
geometri.
.
Contohnya, masih banyak di antara Selekta
Matematika
mereka yang salah menjawab bila
Sekolah adalah mata kuliah yang
ditanya berapa nilai dari sin
dikhususkan untuk para calon guru
sinus tiga puluh)? Jawaban mereka
matematika
umumnya adalah . Sepintas jawaban
yang
pembahasannya
(baca:
JSP | FKIP | UHN |hal 191 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
ini benar. Padahal bila kita cermat
soal
menyimak pertanyaannya, jelaslah
menentukan himpunan penyelesaian
jawaban
Masih banyak contoh lain tentang
ini
salah.
Sebab
pertanyaan tersebut adalah
di
radian,
tidaklah
miskonsepsi
diminta
ini,
untuk
yang
bila
nilai itu
dicantumkan maka tidaklah efisien.
benar bila pertanyaannya adalah
Hal-hal semacam tersebut, sangat
berapa nilai sin
penting untuk diperbaiki. Karena
bukan
derajat.
puluh
Nah,
(baca: sinus tiga
derajat
miskonsepsi
Contoh
yang
lain
terjadi
itu
matematika
bukan
mengajarkan keterampilan berhitung,
misalnya begini. Tentukan nilai-
bukan
nilai
mengerjakan
yang
memenuhi
persamaan
hanya
hanya
keterampilan
soal,
bukan
hanya
aspek praktis yang dikejar. Tapi,
.
Jawaban orang yang miskonsepsi itu
matematika juga mengajarkan aspekaspek
misalnya seperti berikut ini.
lain
ketelitian,
berupa berpikir
kecermatan, logis,
kritis,
bertanggung jawab, dan disiplin. dan
Salah
.
Sehingga
nilai-nilai
memenuhi persamaan adalah
yang .
satu
kemampuan
berpikir yang dikembangkan dalam pembelajaran
adalah
kemampuan
Sekurang-kurangnya ada dua hal
berpikir
kritis.
Berpikir
kritis,
kekeliruan
menurut
Ennis
(2000),
adalah
yang
penyelesaian
terjadi
tersebut.
penggunaan
kata
“dan”
pembuatan
kesimpulan
dalam Pertama
berpikir rasional dan reflektif yang
serta
difokuskan pada apa yang diyakini
berupa
penulisan himpunan penyelesaian, yaitu
. Penggunaan kata
“dan” kurang tepa pembuatan penulisan
Sedangkan
kesimpulan himpunan
berupa
penyelesaian
juga keliru karena dalam perintah
dan
dikerjakan.
Rasional
berarti
memiliki keyakinan dan pandangan yang didukung oleh bukti yang tepat, aktual,
cukup,
Sedangkan
dan
relevan.
reflektif
berarti
mempertimbangkan
secara
aktif,
tekun, dan hati-hati atas segala JSP | FKIP | UHN |hal 192
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
alternatif
sebelum
keputusan,
mengambil
kemampuan kognitif peserta didik,
sehingga
dalam
berpikir
kritis
keterampilan metakognitif. Peserta
kognisi.
didik dipandu untuk dapat menyadari
kemampuan dibutuhkan
kesadaran
Kemampuan
berpikir
proses
ini
merupakan
dari
apa yang mereka ketahui dan apa
mahasiswa Prodi Matematika FKIP
yang mereka tidak ketahui serta
UHN sebagai calon guru matematika
bagaimana mereka memikirkan hal
sangatlah dituntut agar kelak dalam
tersebut agar dapat diselesaikan.
pembelajaran matematika di sekolah
Pembelajaran
tidak
merupakan
lagi
kritis
maka
dijumpai
salah
Metakognitif pembelajaran
yang
kesadaran
kognisi
pengertian/miskonsepsi seperti pada
menimbulkan
contoh-contoh di atas.
mahasiswa dengan memberi arahan
Salah
satu
menimbulkan
upaya
untuk
agar mahasiswa bertanya pada diri
kesadaran
kognisi
sendiri
adalah
dengan
pemahamannya , mengenai apa yang
memberikan arahan agar peserta
sudah dipelajari , juga bertanya pada
didik bertanya pada dirinya sendiri.
diri sendiri apakah mengenali atau
Hal ini dilakukan agar peserta didik
mengetahui
dapat memonitor pemahaman mereka
pikirkan. Dalam mengintegrasikan
mengenai apa yang sedang dipelajari.
Metakognitif
Peserta didik bertanya pada dirinya
pembelajaran secara operasionalnya
sendiri apakah mereka memahami
dapat dilakukan dengan pendekatan
apa yang sedang mereka pelajari atau
Metakognitif
pikirkan. Peserta didik juga bertanya
aspek analogi merupakan suatu cara
pada dirinya sendiri apakah mereka
untuk memahami konsep abstrak
mengenali atau mengetahui apa yang
dengan
mereka pikirkan.
yang abstrak tersebut dengan sesuatu
peserta
didik
Berdasarkan
agar
dapat
apa
memonitor
yang
mereka
terhadap
yang
proses
menekankan
membandingkan
sesuatu
karakteristik
yang konkrit atau membandingkan
bahwa proses yang dilakukan berupa
dengan konsep abstrak yang telah
tindakan
dikenal oleh peserta didik namun
untuk
menyadarkan
JSP | FKIP | UHN |hal 193 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
memiliki jenis, sifat, atau perilaku
mahasiswa,
yang mirip, sehingga konsep abstrak
didesain
yang dipelajari lebih mudah dan lebih
dengan desain berbentuk randomized
cepat untuk dimengerti, sehingga
post test control group design. Dalam
dapat
penelitian ini diambil sampel dua
diharapkan
kemampuan
berpikir kritisnya meningkat. Berdasarkan uraian di atas,
maka
dalam
penelitian
studi
ini
eksperimen
kelas yang
homogen
dengan
pembelajaran
berbeda.
Kelompok
baik teori maupun hasil peneltian
pertama,
yang terkait
dengan pendekatan Metakognitif yang
mengindikasikan
diberikan
pembelajaran pembelajaran dengan
menekankan
pendekatan
Metakognitif
dengan
kelompok kedua diberikan perlakuan
menekankan
aspek
analogi
dengan pembelajaran biasa. Dengan
meningkatkan
demikian, desain eksperimen dalam
diharapkan
dapat
kemampuan
berpikir
kritis
mahasiswa.
penelitian
aspek
pembelajaran
ini
analogi
dapat
(X),
digambarkan
sebagai berikut:
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian
ini
adalah
penelitian kuantitatif, bertujuan utama untuk menelaah
kemampuannya
untuk
kritis
berpikir
mahasiswa
setelah
R X O R O Keterangan: R = Pemilihan kelas secara acak O = Tes akhir (post test) X = Pembelajaran dengan pendekatan Metakognitif yang menekankan aspek analogi
mendapatkan pendekatan
Penelitian ini memuat dua
Metakognitif yang menekankan aspek
variabel bebas dan satu variabel
analogi. Dalam menjawab pertanyaan
terikat yaitu Pembelajaran dengan
dalam penelitian ini, yaitu untuk
pendekatan
melihat
pengaruh
menekankan aspek analogi sebagai
pendekatan
variable bebas 1, diterapkan pada
Metakognitif yang menekankan aspek
kelas eksperimen, yang dipilih secara
analogi
acak dari 3 kelas yang tersedia dan
pembelajaran
dengan
sejauh
pembelajaran
kemampuan
mana
dengan
terhadap
peningkatan
berpikir
kritis
Pembelajaran
Metakognitif
dengan
yang
pendekatan
JSP | FKIP | UHN |hal 194 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
biasa (konvensional sebagai variable
Ho : μ x μ y
bebas 2 yang diterapkan pada kelas
HA : μ x μ y
kontrol, yang juga dipilih secara acak dari kelas yang tersedia sedangkan variable
terikatnya
kemampuan berpikir kritis
μx
mahasiswa
adalah
mendapat
pembelajaran
Kemampuan berpikir kritis siswa
dengan
pendekatan Metakognitif yang
Populasi dalam penelitian ini
menekankan aspek analogi
adalah mahasiswa Semester VI Prodi Matematika FKIP UHN Medan yang
yang
kemampuan berpikir kritis
μy
terdiri dari 3 kelas dan sebagai sampel
mahasiswa
diambil 2 kelas secara acak, satu kelas
pembelajaran biasa. Setelah
sebagai kelas eksperimen dan satu
yang
mendapat
dilakukan
uji
kelas lagi sebagai kelas control..
normalitas dan homogenitas terhadap
Untuk
dalam
data pretes kelompok eksperimen dan
penelitian ini digunakan tes jenis tes
kontrol, ternyata kedua kelompok
melibatkan seperangkat tes berpikir
berdistribusi normal dan homogen.
kritis (soal berbentuk tes uraian).
Selanjutnya
memperoleh
data
Penelitian ini ditujukan untuk
dilakukan
pengujian
perbedaan rata-rata data hasil pretes
menguji perbedaan rata-rata dua
dengan
variabel
berhubungan
parametrik yaitu uji-t pada taraf
(dependent mean). Rumus yang akan
signifikansi = 0.05 (uji dua pihak,
digunakan
½
yang
untuk
mencari
thitung
adalah : t'
menggunakan
statistik
= 0.025) dengan kriteria
pengujian: H0 diterima jika - t tabel < X1 X 2 2 1
(Sudjana, 1996: 241)
2 2
s s n1 n 2
t hitung
< + t tabel , sedangkan pada
keadaan lain H0 ditolak.
PEMBAHASAN
Tabel 1.
Uji Perbedaan Rata-Rata
Analisis Statistik : dengan uji t
Pretes Kelompok Eksperimen dan
, Hipotesis statistik yang akan diuji
Kelompok Kontrol
dirumuskan sebagai berikut : JSP | FKIP | UHN |hal 195 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
kemampuan berpikir kritis kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kontrol) relatif
sama atau
tidak terdapat perbedaan Berdasarkan Tabel 1 diperoleh: a. Kemampuan modeling
di
Selanjutnya
atas
dilakukan
pengujian perbedaan rata-rata data hasil postes terhadap kemampuan
Karena thitung = 0.136 berada pada
modeling, kemampuan
interval
serta
-1.99
s/d
ttabel
+1.99
maka
(-
keseluruhan
aritmatik kemampuan
dapat
berpikir kritis dengan menggunakan
disimpulkan bahwa kemampuan
statistik parametrik yaitu uji-t pada
modeling siswa kedua kelompok
taraf signifikansi = 0.05 (uji dua
(kelompok
pihak, ½ = 0.025) dengan kriteria
eksperimen
kontrol) relatif
dan
sama atau tidak
pengujian: H0 diterima jika - t tabel <
terdapat perbedaan. t hitung
b. Kemampuan aritmatik Karena thitung = 0.077 berada pada interval
-1.99
s/d
+1.99
< + t tabel , sedangkan pada
keadaan lain H0 ditolak.
(-
dapat
Tabel 2: Uji Perbedaan Rata-Rata
disimpulkan bahwa kemampuan
Post tes Kelompok Eksperimen
aritmatik siswa kedua kelompok
dan Kelompok Kontrol
ttabel
(kelompok
eksperimen
kontrol) relatif
dan
sama atau tidak
terdapat perbedaan c. Keseluruhan kemampuan siswa Berdasarkan Tabel 2 diperoleh:
dalam menyelesaikan soal cerita Karena thitung = 0.113 berada pada interval
-1.99
ttabel
s/d
+1.99
maka
(-
dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan
a. Kemampuan modeling Karena
t hit t tabel
thitung
=
6,938
maka
dan dapat
disimpulkan bahwa kemampuan JSP | FKIP | UHN |hal 196
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
modeling mahasiswa pada kedua
metakognitif
dengan
menekankan
kelompok terdapat perbedaan.
aspek analogi lebih baik daripada kemampuan berpikir kritis mahasiswa
b. Kemampuan aritmatik
yang mengikuti pembelajaran secara
Karena thitung = 3,821 dan
t hit t tabel ,
konvensional (biasa).
dapat
Dari kedua tabek diatas dapat
disimpulkan bahwa kemampuan
kita lihat bahwa setelah dilakukan
aritmatik mahasiswa pada kedua
pembelajaran pada kedua kelompok
kelompok terdapat perbedaan
dengan pendekatan yang berbeda,
maka
c. Keseluruhan
kemampuan
mengetahui
berpikir kritis Karena
thitung
t hit t tabel
=
5,108
maka
dan dapat
disimpulkan bahwa keseluruhan kemampuan berpikir kritis pada kedua
kelompok
terdapat
kritis
kemampuan
berpikir
mahasiswa dan dilakukan
analisis terhadap data postes dan data gain kedua kelompok (kelompok eksperimen dan kontrol). Dari hasil analisis
tersebut,
ternyata
kedua
kelompok mengalami peningkatan
perbedaan Dari hasil perhitungan uji persamaan
rata-rata
menggunakan
uji
t
dengan pada
taraf
signifikansi = 0,05 (uji dua pihak, ½ = 0,025) diperoleh thitung = 3,28. Sedangkan ttabel = 1.98, sehingga t hitung > t tabel (thitung tidak berada pada
interval
selanjutnya diberikan postes untuk
antara -ttabel dan ttabel) maka
kemampuan berpikir kritis. Namun peningkatan
yang
terjadi
pada
kelompok eksperimen lebih besar daripada kelompok kontrol. Hal ini menunjukan eksperimen
bahwa
kelompok
memiliki
kemampuan
berpikir kritis yang lebih baik . Selanjutnya,
dengan
menganalisis
data
H0 ditolak. Hal ini menunjukkan
menghitung
beda
bahwa kemampuan berpikir kritis
kemampuan modeling dan aritmatik
mahasiswa
yang
mengikuti
kelas eksperimen kelas kontrol serta
pembelajaran
dengan
pendekatan
mengkomparatifkan
postes
dan
prestasi
dengan
kelas
JSP | FKIP | UHN |hal 197 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
kontrol
diperoleh
beda
prestasi
memperoleh
kesimpulan
kemampuan modeling 50,95%, beda
berikut:
prestasi
1. Mahasiswa
kemampuan
aritmatik
yang
sebagai
memperoleh
28,88% dan beda pretasi kemampuan
pembelajaran dengan pendekatan
berpikir
metakognitif dengan menekankan
kritis
mahasiswa
keseluruhan
39,56%.
menunjukan bahwa,
Hal ini
aspek
beda prestasi
analogi
peningkatan
menunjukan kemampuan
kemampuan modeling lebih tinggi
modeling
daripada
aritmatik.
dibandingkan dengan siswa yang
Namun belum berpengaruh besar
memperoleh pembelajaran secara
terhadap beda kemampuan berpikir
konvensional .
kemampuan
lebih
baik
,
kritis secara keseluruhan. Akan tetapi
2. Mahasiswaiswa yang memperoleh
setelah dilakukan analisis yang sama
pembelajaran dengan pendekatan
terhadap
metakognitif dengan menekankan
data
kemampuan
gain,
diperoleh
modeling
68,79%,
aspek
analogi
menunjukan
kemampuan aritmatik 39,48% dan
peningkatan kemampuan aritmatik
kemampuan
lebih baik dibandingkan dengan
keseluruhan
53,73%.
Dari analisis terhadap data postes dan
siswa
data gain, maka dapat disimpulkan
pembelajaran
bahwa beda prestasi kemampuan
konvensional/ biasa.
modeling
lebih
kemampuan
tinggi
Mahasiswa
secara
yang
memperoleh
pembelajaran dengan pendekatan
modeling
metakognitif dengan menekankan
berpengaruh besar terhadap beda
aspek analogi lebih aktif dalam
prestasi kemampuan berpikir kritis
belajar,
kesuluruhan mahasiswa.
dengan
KESIMPULAN
kelompok, dan juga lebih berani
kemampuan
dan
3.
memperoleh
beda
prestasi
aritmatik
daripada
yang
terutama
berdiskusi
temannya
sesama
Berdasarkan pengolahan data
mengemukakan atau mengajukan
dan temuan yang diperoleh dalam
pertanyaaan , serta lebih kreatif
penelitian
ini,
maka
penulis JSP | FKIP | UHN |hal 198
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
dalam
menyelesaikan
permasalahan yang diberikan. 4. Mahasiswa
yang
waktu yang terbuang oleh hal-hal yang tidak perlu.
memperoleh
C. Pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran dengan pendekatan
metakognitif dengan menekankan
metakognitif dengan menekankan
aspek
aspek
diterapkan
analogi
kemampuan
mempunyai
berpikir
pada
hendaknya materi
yang
kritis
esensial, karena menyita waktu
pada
yang relatif lama.
yanglebih
baik
dari
mahasiswa
yang
memperoleh
pembelajaran
analogi
secara
konvensional.
2. Kepada Lembaga Terkait Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif dengan menekankan
SARAN
aspek
analogi,
1. Kepada Dosen/Guru
disosialisasikan
A. Pembelajaran dengan pendekatan
dapat meningkatkan kemampuan
metakognitif dengan menekankan
modeling
aspek analogi dapat digunakan
kemampuan
sebagai
mahasiswa.
salah
satu
alternatif
pembelajaran dalam menyajikan materi perkuliahan.
perlu
dengan harapan
dan
aritmatik berpikir
dan kritis
3. Kepada Peneliti yang Berminat Untuk
penelitian
lebih
lanjut
B. Dalam menerapkan pembelajaran
hendaknya penelitian ini dapat
pendekatan metakognitif dengan
dilengkapi dengan meneliti aspek
menekankan
analogi
lain secara lebih terperinci yang
suatu
belum terjangkau oleh penulis saat
hendaknya
aspek membuat
skenario dan perencanaan yang
ini.
matang, sehingga tidak banyak DAFTAR PUSTAKA Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga. Depertemen Pendidikan Nasional. (2004). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan
Madrasah Aliyah, Jakarta: Depertemen Pendidikan Nasional. Dewi, P.K. (2001). Pengembangan Model Pembelajaran Sifat Koligatif Larutan untuk Meningkatkan Ketrampilan JSP | FKIP | UHN |hal 199
Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
Friska B. Siahaan
Pendekatan Pembelajaran Metakognitif…….
ISSN: 2356-2595
Volume-2, Edisi-2, September 2015
Berpikir Kritis melalui Kegiatan Eksperimen dan NonEksperimen. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Ennis, R.H. (2000). A SuperStreamlined Conception of Critical Thinking. [online]. Tersedia: http://www.ed.uiue.edu/EPS/PE S-Yearbook/92_docs/Ennis.htm. [19 Maret 2006]. Fowler, B. (1996). Critical Thinking Accros The Curriculum Project. [online]. Tersedia: http://www. Magazines.fasfind.com/www.too ls/m/2492.cfm. [19 Maret 2006]. Hamalik, O. (2003). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Hudoyo, H. (1990). Strategi Belajar Mengajar Matematika. Malang: IKIP Malang. Huitt, W. (1998). Crtical Thinking. [online]. Tersedia: http://www.chiron. Valdosta edu/whuitt/col/cogsys/critthnk.ht ml. [10 Maret 2006]. Meltzer, D.E. (2002). “The Relationship between
Mathematics Preparation and Conseptual Learning Gain in Physics”. American Journal of Physics. Vol. 70. Page. 12591268 Poedjiadi, A. (1999). Pengantar Filsafat Ilmu Bagi Pendidik. Bandung: Yayasan Cendrawasih. Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Purwanto, N. (1998). Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya. Sudijono, A. (2001). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Surya, M. (1992). Psikologi Pendidikan. Bandung: Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP IKIP Bandung. Suryosubroto, B. (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Usman, U. (1999). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosda Karya.
JSP | FKIP | UHN |hal 200 Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan.
JURNAL SULUH PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20234. Telepon: (061) 4522922;4522831, Faks : 4571426; Email:
[email protected]
PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL 1. Artikel diutamakan memiliki informasi luas tentang inovasi dan desain pembelajaran, khususnya hasil penelitian yang tergolong pada kajian bidang teknologi pendidikan, dan belum pernah diterbitkan atau sedang dalam proses penerbitan pada media lain. 2. Artikel ditulis dalam bahasa ilmiah, dengan spasi sebagai berikut Ukuran kertas : A4 atau letter Ketikan : 1,5 spasi Jumlah halaman : 12 – 17 halaman Software : Microsoft Words 3. Setiap artikel disertai dengan abstak dan kata kunci 4. Prosedur pengiriman artikel; Kirimkan 2 (dua) eksemplar dalam bentuk hard copy, dan satu file artikel dalam bentuk soft copy dengan aturan penulisan seperti pada pedoman ke-2 ke alamat redaksi Jurnal Suluh Pendidikan.. Nama penulis dan afiliasi institusi hanya ditulis pada halaman judul Artikel yang dikirim ke redaksi akan sepenuhnya menjadi milik redaksi kami. Alamat redaksi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas HKBP Nommensen Jl. Sutomo Nomor: 4A Medan, Kode Pos 20221 Medan Timur. Telepon: (061) 4522922;4522831 , Faks : 4571426. Email:
[email protected] Alamat URL: akademik.uhn.ac.id/portal/public_html/JurnalSuluhPendidikan. 5. Sistematika Artikel: 1. Pendahuluan; 2. Metode Penelitian; 3. Hasil Penelitian dan Pembahasan; 4. Simpulan dan Saran; 5. Daftar Pustaka. 6. Pedoman Penulisan: Judul artikel dibuat dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris Mencantumkan (nama penulis tanpa gelar kesarjanaan, lembaga unit kerja, dan email peneliti) Abstrak berisikan (tujuan, metode, dan kesimpulan hasil penelitian) dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu paragraf dengan jumlah kata maksimum 200 kata. Pendahuluan berisi (masalah, tinjauan pustaka, rumusan masalah tanpa tanda tanya, dan hal-hal lain yang dianggap penting tanpa sub-judul). Metode penelitian dibuat secara rinci, singkat, dan jelas. Hasil dan pembahasan berisikan hasil penelitian dan pembahasan yang didukung oleh tinjauan pustaka dimana masing-masing dibuat dalam sub-judul. Simpulan dan saran masing-masing dalam sub-judul yang berisikan kesimpulan dan saran dari penelitian. Daftar pustaka hanya “yang dikutip” saja dengan mengacu pada PAP sebagai berikut: - Untuk Buku: nama belakang, nama depan, tahun, judul buku, kota tempat penerbitan, dan penerbit. - Untuk periodikal: nama belakang, nama depan, tahun, judul tulisan, nama periodikal, vol. (nomor), nomor halaman. 7. Redaksi berwewenang menyunting artikel tanpa mengubah isi dan tujuannya.