PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh: INDAH SUMAYA 103018227372
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010
SURAT PERNYATAAN PENULIS
Bismillahirrahmanirrohim Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Indah Sumaya
Nim
: 103018227372
Jurusan
: Kependidikan Islam
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Dengan ini saya menyatakan 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbuki bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi
berdasarkan
Undang-Undang
yang
berlaku
di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 11 Oktober 2010 Penulis
Indah Sumaya
ABSTRAK
Indah Sumaya, Nim: 103018227372, Penegakan Disiplin Siswa Di SMP Al-Amanah Setu Tangerang Selatan. Skripsi. Jurusan Kependidikan Islam. Program Studi Manajemen Pendidikan. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi dan penegakan disiplin siswa. Adapun tempat penelitian dilakukan di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi teknik Observasi, Angket dengan menggunakan skala likert untuk siswa dengan 4 alternatif jawaban dan Wawancara kepada Kepala Sekolah, Koordinator BK dan Waka Kesiswaan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 481 siswa dengan sample 30 orang siswa. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan rumus persentase. Penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari Pembiasaan, Contoh dan Tauladan, Pengawasan dan Penyadaran. Pihak sekolah sudah sepatutnya dapat menggugah kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan. Hasil penelitian menunjukan bahwa penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan termasuk dalam kategori baik, yaitu dengan skor rata-rata 78,33%. Mengacu dari hasil penelitian, penulis memberikan saran bagi sekolah yang bersangkutan untuk mempertahankan dan meningkatkan penegakan disiplin yang telah dilaksanakan, menjadi contoh dan tauladan yang baik, memberikan pengetahuan tentang pentingnya disiplin, menumbuhkan pembiasaan-pembiasaan yang baik dan memberikan perhatian yang positif. Agar penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah benar-benar mampu meningkatkan mutu pendidikan dan mewujudkan tujuan pendidikan.
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat dan salam tak lupa pula penulis curahkan kepada junjungan kita, suri tauladan yang baik, Nabi Muhammad S.A.W yang menjadi penerang sepanjang zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Namun berkat bantuan dan motivasi yang tak ternilai harganya dari berbagai pihak, akhirnya penulisan skripsi ini selesai dengan baik pada waktunya. Tidak ada yang bisa penulis berikan, melainkan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya dan rasa hormat kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan penelitian ini khususnya kepada: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed. M.Phil, Ketua Jurusan Kependidikan Islam 3. Drs. H. Muarif Sam, M.Pd, Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 4. Drs. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Dosen Pembimbing yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis. 5. Drs. Oman Rohmanudin, M.M Kepala Sekolah dan Drs. Nuryaman, S.Pd Wakil Kepala SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan yang telah membantu memberikan informasi yang sangat berguna bagi penulis dalam melakukan penelitian. ii
6. Keluarga Besar Resimen Mahasiswa ”Wira Dharma” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya buat Angkatan Srikandi (Ngebi, Nganul, Ngila, Ngian, Ngadil, Ngamul, Ngatna) Saya akan selalu merindukan kalian semua, trimakasih atas motifasinya
bersama kalian tetap
terkenang. 7. Saudariku Pia yang selalu memberikan dukungan. Sahabat-sahabatku KIMP angkatan 2003 Sofa, Wiyah, Arif, Izul, Primus, Ade, Nining, Agus, Zaky, Asih yang setia menemani hingga akhir. Skripsi ini khusus penulis persembahkan untuk Ayahanda Ma’sum dan Ibunda Rohaya yang telah membimbing penulis sejak dari buaian, mengasuh dengan kasih sayang, mengorbankan harta dan pikiran untuk membantu penulis meraih cita-cita. Doa yang mereka panjatkan, pengorbanan yang mereka lakukan merupakan hutang budi yang tidak terlunasi. Suami tercinta Jamaluddin Arafah, SH. Trimakasih atas pengertiannya, tanpa dukungan dan motivasinya penulis tidak bisa menyelesaikan dengan segera. Kakanda dan Adinda tersayang (Mulyanah, Jamaluddin, M. Yamin, Fajar, Idris) yang memberikan arti akan indahnya kebersamaan, hanya doa yang bisa penulis haturkan untuk semua serta untuk keponakanku (Abang Ghifar, Ade Abin, Dede Ichan) yang membuat hari-hari lebih berwarna. Tak ada gading yang tak retak. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saran dan kritik sangat penulis butuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Jakarta, 11 Oktober 2010 Penulis
Indah Sumaya iii
DAFTAR ISI
Surat Pernyataan Penulis Lembar Pengesahan Pembimbing Lembar Pengesahan Panitia Ujian Abstrak ....................................................................................................... i Kata Pengantar .......................................................................................... ii Daftar Isi ..................................................................................................... iv Daftar Tabel ............................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................... 5 C. Pembatasan Masalah ............................................................ 6 D. Perumusan Masalah .............................................................. 6 E. Manfaat Penelitian ................................................................. 6
BAB II
KAJIAN TEORI A. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Disiplin Siswa ................................................. 7 2. Tujuan Disiplin .................................................................. 9 3. Ciri-Ciri Disiplin ................................................................. 10 4. Macam-Macam Disiplin .................................................... 12 5. Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Disiplin ....................... 13 6. Sumber-Sumber Pelanggaran Disiplin Siswa ................... 15 7. Pentingnya Disiplin ........................................................... 17 B. Penegakan Disiplin Siswa 1. Strategi Penerapan Disiplin .............................................. 19 iv
2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah ..... 28 3. Upaya Sekolah dalam Menerapkan Kedisiplinan Siswa ... 30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian .................................................................... 33 B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 33 C. Metodologi Penelitian ............................................................. 35 D. Sumber Data .......................................................................... 35 E. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 35 F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data..................................... 38
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMP Al Amanah 1. Sejarah Singkat Berdirinya Al Amanah ............................. 42 2. Unit-Unit Pendidikan Al Amanah ....................................... 43 3. Keadaan Guru SMP Al Amanah........................................ 44 4. Keadaan Siswa SMP Al Amanah ...................................... 44 5. Keadaan Sarana dan Prasarana Al Amanah .................... 45 6. Struktur Organisasi SMP Al Amanah ................................ 47 7. Tata Tertib SMP Al Amanah.............................................. 49 B. Deskripsi Data ........................................................................ 50 C. Interpretasi Data ..................................................................... 69
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. 73 B. Saran ...................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN v
DAFTAR TABEL
1.
Kisi-kisi instrumen penegakan disiplin siswa ....................................... 37
2.
Kriteria alternatif jawaban ................................................................... 38
3.
Tafsiran persentase ............................................................................ 39
4.
Interpretasi nilai penegakan disiplin siswa .......................................... 41
5.
Keadaan siswa SMP Al Amanah ........................................................ 45
6.
Keadaan sarana dan prasarana sekolah ............................................ 47
7.
Nasehat
terhadap
seragam dan fasilitas
siswa
yang
mencoret-coret
sekolah ......................................................... 51
8.
Nasehat terhadap siswa yang malas belajar ...................................... 51
9.
Penyuluhan bahaya narkoba .............................................................. 52
10. Penyuluhan bahaya merokok dan minuman keras ............................. 53 11. Penyampaian tata tertib kepada siswa ............................................... 53 12. Penyampaian tata tertib kepada orang tua siswa ............................... 54 13. Pemberian pengarahan kepada siswa pada waktu upacara .............................................................................................. 55 14. Berlaku sopan dan ramah ................................................................... 55 15. Mengucapkan salam ketika masuk kelas ............................................ 56 16. Berlaku adil kepada seluruh siswa ...................................................... 56 17. Tidak merokok di lingkungan sekolah ................................................. 57 18. Datang ke sekolah 10 menit lebih awal ............................................... 58 19. Masuk kelas lebih awal ....................................................................... 58 20. Berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar ................................. 59 21. Mengadakan razia .............................................................................. 59 22. Mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut ................................. 60 23. Teguran kepada siswa yang membuat kegaduhan dalam kelas ........ 61
vi
24. Teguran kepada siswa yang mengobrol saat guru mengajar ............. 61 25. Teguran kepada siswa yang menyontek pada saat ujian ................... 62 26. Teguran kepada siswa yang mengantuk atau tidur pada saat berlangsungnya pelajaran .................................................. 62 27. Teguran kepada siswa yang makan pada saat berlangsungnya pelajaran .................................................................. 63 28. Teguran bagi siswa yang keluar kelas saat jam belajar ............................................................................................... 64 29. Teguran bagi siswa yang membuang sampah sembarangan .............. 64 30. Pemanggilan orang tua/wali siswa ketika siswa melakukan pelanggaran ...................................................................... 65 31. Hukuman bagi siswa yang berkelahi ................................................... 66 32. Hukuman bagi siswa yang membolos ................................................. 66 33. Hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke Sekolah..................... 67 34. Pemberian pujian ................................................................................ 67 35. Pemberian hadiah ............................................................................... 68 36. Pemberian penghargaan .................................................................... 69 37. Perhitungan nilai rata-rata.................................................................... 70
vii
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Angket untuk Siswa.
2.
Hasil Wawancara dengan Kepala Sekolah SMP Al-Amanah.
3.
Hasil Wawancara dengan Koordinator BK.
4.
Hasil Wawancara dengan Waka Kesiswaan.
5.
Lembar Skor Butir Pernyataan.
6.
Tata Tertib Siswa SMP Al-Amanah.
7.
Contoh Surat Perjanjian Siswa.
8.
Keadaan Guru dan Struktur Organisasi SMP Al-Amanah.
9.
Surat Pengajuan Proposal Skripsi.
10. Surat Bimbingan Skripsi. 11. Surat Izin Penelitian. 12. Surat Keterangan Penelitian 13. Pengesahan Uji Referensi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembangunan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Keberadaan pendidikan dalam kehidupan manusia sangatlah penting artinya dalam
perkembangan
kebudayaan
manusia, pendidikan
merupakan tolok ukur untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu kebudayaan manusia pada masa dan bangsa tertentu.
1
Bangsa bisa
dikatakan maju apabila tingkatan pendidikannya telah memadai dengan keadaan yang dialaminya, dan bisa dikatakan mundur apabila pendidikan tidak dapat menjawab tantangan-tantangan yang ada. Berbicara tentang masalah pendidikan tidak akan terlepas dari komponen yang menentukan yaitu organisasi, personil, kesiswaan, 1
Bayraktar Bayrakli, Prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Jakarta: Inisiasi Press, 2004), h.
128
1
2
sarana dan prasarana, pembiayaan, kurikulum, hubungan masyarakat, administrasi keuangan dan guru sebagai penggerak. Pendidikan merupakan suatu perkembangan dan pertumbuhan manusia yang terus menerus dalam bentuk generasi tua mengajarkan kepada generasi yang lebih muda, berbagai hasil pelajaran dan pengamalan
mereka
dan
orang-orang
terdahulu
dari
mereka.
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dalam berbagai dimensinya secara umum merupakan akibat dari pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar orang dewasa untuk membantu, membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak didik secara teratur ke arah kedewasaan.2 Pendidikan
yang
baik
adalah
pendidikan
yang
mampu
mengembangkan dan menumbuhkan bakat, minat dan kemampuan akal seseorang menjadi manusia yang berilmu, beriman dan berakhlak. Oleh karena itu pendidikan sangatlah penting bagi kehidupan manusia, guna mencerdaskan anak bangsa yang demokratis dan bertanggung jawab. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa: ”Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.3 Dengan pendidikan sumber daya manusia dibentuk agar generasi penerus bangsa turut serta berpartisipasi memajukan bangsanya. 2
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: CV. Remaja Karya, 1986), h. 12 3 Departemen Pendidikan Nasional, UU Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS, (Jakarta: Depdiknas, 2003), h. 6
3
Pendidikan amat ditentukan oleh keberhasilan pendidikan dijenjang sekolah dasar. Anak adalah masa depan, karena itulah anak harus dididik sejak dini, tempat anak seharusnya di sekolah belajar dan mengembangkan dirinya, bukan di pabrik, tempat sampah, jalanan atau di tempat lainnya yang dapat membahayakan perkembangannya. Menurut Permendiknas No. 19 Tahun 2007 (tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah), sekolah harus menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusip untuk pembelajaran yang efisien dalam prosedur pelaksanaan, adanya tata tertib dan kode etik warga sekolah dan adanya bimbingan dengan teladan, pembinaan, pengembangan kreatifitas dari pendidik dan tenaga kependidikan. Tata tertib ialah sederetan peraturan-peraturan yang harus ditaati dalam situasi atau dalam suatu tata kehidupan tertentu. Selain tata tertib peranan kedisiplinan sangat dibutuhkan di sekolah, walaupun kedisiplinan bukanlah hal yang mudah dan sederhana, namun harus ada perencanaan dan penyusunan peraturan, sosialisasi, pengawasan serta pengendalian dari sekolah. Kedisiplinan merupakan hal penting yang perlu diterapkan kapanpun dan dimanapun berada. Penerapan disiplin di setiap sekolah beragam, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan norma kelakukan dan suasana sekolah. Setiap sekolah mempunyai kepala sekolah, guru, karyawan dan peserta didik yang berbeda. Perbedaan inilah yang kemungkinan menimbulkan adanya berbagai kebijakan dan peraturan yang dikeluarkan, tetapi pada intinya semua penerapan disiplin bertujuan untuk menciptakan suasana sekolah yang aman dan teratur. Disiplin adalah kepatuhan, ketaatan dan kesungguhan seseorang dalam melaksanakan tugas. Dalam disiplin seseorang dituntut untuk
4
mampu menjalankan aturan-aturan, norma-norma hukum dan tata tertib yang berlaku. Menurut Kapten Artileri Sujono SK, “disiplin adalah suatu ketaatan yang didasarkan karena kesadaran dan keikhlasan terhadap perintah, peraturan-peraturan dan keharusan-keharusan yang berlaku dalam lingkungan hidup sehari-hari, organisasi maupun dalam hidup berbangsa dan bernegara”.4 Disiplin mengembangkan sikap yang lebih mengutamakan hal-hal yang merupakan kebiasaan dan kemudian membatasinya. Disiplin mengatur dan memaksa. 5 Disiplin menjawab segala sesuatu yang selalu terulang dan bertahan lama dalam hubungan antar manusia. Dalam proses belajar mengajar, setiap guru mempunyai keinginan agar
siswanya
mewujudkannya,
memperoleh diperlukan
hasil
belajar
penegakan
disiplin
yang bagi
baik. siswa
Untuk yang
melanggar tata tertib yang berlaku di sekolah, sehingga diharapkan dapat memusatkan perhatian dalam pembentukan tingkah laku anak didik sebagai penuntun dirinya sehingga mereka berhasil dalam proses pembelajaran yang ditempuh. Sebagian sekolah menjadikan disiplin sebagai syarat dalam pembentukan sikap dan prilaku siswa. Dengan disiplin akan tumbuh kepatuhan, kemandirian, keteraturan, menumbuhkan sikap percaya diri, peka dan peduli pada kepentingan orang lain. Disiplin juga dapat membuat siswa menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Maka sudah seharusnya kedisiplian anak diterapkan di sekolah, dengan adanya kerjasama antara orang tua dan 4
Sujono SK, Kumpulan Materi Kursus Dinas Staff Resimen Mahasiswa Jayakarta, (Jakarta: Satgas KDS 2006), materi ke-10, h. 1 5 Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan, (Jakarta: Erlangga, 1990), h. 35
5
guru akan terlihat keberhasilan anak dalam mengendalikan emosi dan perilakunya. Dengan demikian akan nampak bahwa sekolah berusaha mendidik siswa untuk dapat menjalankan tugas dan kewajibannya baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan sekitarnya. Menegakan kedisiplinan merupakan
upaya membentuk prilaku siswa secara baik
melalui koordinasi kepala sekolah, guru dan wali kelas. Adapun keadaan siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan yang ditemukan penulis pada waktu PPKT (Praktek Propesi Keguruan Terpadu). Siswa masih sering melakukan pelanggaran-pelanggaran dan tidak disiplin seperti; masih ada siswa yang suka menyontek pada waktu ujian, membolos, merokok pada waktu istirahat, tidak mengerjakan PR, datang terlambat, berkelahi, mencoret-coret properti sekolah, keluar pada saat berlangsungnya pelajaran, membuat kegaduhan dalam kelas dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Dengan demikian penulis beranggapan
bahwa
SMP Al
Amanah
Setu
Tangerang
Selatan
merupakan sekolah yang ketat, namun masih banyak pelanggaranpelanggaran yang dilakukan. Berdasarkan
uraian
di
atas,
maka
penulis
tertarik
untuk
membahasnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul: ”PENEGAKAN DISIPLIN
SISWA
DI
SMP
AL AMANAH
SETU
TANGERANG
SELATAN”
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah?
6
3. Bagaimana penerapan dan pelaksanaan kedisiplinan siswa dalam lingkungan sekolah? 4. Bagaimana peran dan tugas guru dalam penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah? 5. Bagaimana upaya sekolah dalam menerapkan disiplin siswa? C. Pembatasan Masalah Dari permasalahan yang ada, penulis membatasi permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Strategi penegakan disiplin siswa. 2. Pelaksanaan kedisiplinan dalam lingkungan sekolah. 3. Upaya sekolah dalam menerapkan kedisiplinan siswa. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka masalahnya dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah? 2. Bagaimana tingkat kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah?
D. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis penelitian ini a. Dapat memperbanyak khazanah kepustakaan pendidik, khususnya mengenai penegakan disiplin siswa. b. Serta dapat menambah bahan masukan bagi yang berminat untuk menindak lanjuti hasil penelitian yang lebih banyak. 2. Secara praktis penelitian ini Dapat memberikan masukan bagi pihak sekolah khususnya mengenai penegakan disiplin siswa.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Kedisiplinan Siswa 1. Pengertian Disiplin Siswa Disiplin merupakan cermin kepribadian seseorang. Kemampuan atau kekuatan yang ada pada individu diperlukan sebagai cara untuk memahami
ciri
utama
disiplin. Disiplin berasal dari bahasa latin
”dicipline” yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan, kerohanian serta pengembangan bakat. Istilah ”disiplin” mengandung banyak arti. Good’s Dictionary of Education yang dikutif dari buku Oteng Sutisna menjelaskan disiplin sebagai: (1) proses pengarahan atau pengendalian keinginan, dorongan atau kepentingan demi suatu cita-cita untuk mencapai tindakan yang lebih efektif dan dapat diandalkan; (2) cara bertindak yang terpilih dengan gigih, dan aktif yang diarahkan sendiri, sekalipun menghadapi rintangan atau gangguan; (3) pengendalian perilaku murid dengan langsung dan otoriter melalui hukuman atau hadiah; (4) pengekangan dengan cara-cara yang tidak enak dan menyakitkan.1
1
H. Soeharni Koswara, Ade Yeti Nuryantini, Manajemen Lembaga Pendidikan, (Bandung: Patragading, 2004), Cet. Ke-4, h. 159
7
8
The Liang Gie merumuskan pengertian disiplin sebagai suatu keadaan tertib dimana orang-orang tergabung dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan senang hati.2 Dengan demikian maka disiplin dapat diartikan sebagai suatu kepatuhan dan ketaatan yang muncul karena adanya dorongan dari dalam diri orang itu sendiri. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, Disiplin berarti tata tertib (di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya), ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan atau tata tertib.3 Tata tertib berarti perangkat peraturan yang berlaku untuk menciptakan situasi yang tertib. Tata tertib dan disiplin sekolah berlaku untuk semua unsur yang ada di sekolah dan tidak terkecuali bagi kepala sekolah, guru dan staf semuanya harus patuh dan taat pada peraturan sekolah yang berlaku dan menjadi komitmen yang mengikat. Tata tertib atau peraturan dapat ditegakan apabila ada sanksinya. Siswa atau siapapun yang melanggar tata tertib di sekolah harus mendapatkan hukuman, seringan apapun hukuman yang diterimanya. Dengan memberikan hukuman mereka akan menyadari kesalahan yang dilakukan dan menghargai peraturan yang berlaku. Hukuman yang diberikan dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa serta bersifat mendidik. Tata tertib harus diterapkan dengan bijaksana, disesuaikan dengan tingkat perkembangan jiwanya dan bukan suatu siksaan baginya. Dari Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin tidaklah sekedar tata aturan belaka tetapi maknanya mencakup secara 2
Tholib Khasan, Teori Aplikasi Administrasi Pendidikan, (Jakarta: Studio Press, 1999), h. 80 Pusat Bahasa DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarata: Balai Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 268 3
9
keseluruhan. Oleh karena itu, konsep dasar dari disiplin adalah mengungkapkan penyadaran diri sebagai pribadi yang utuh dan sadar akan hidup, semua harus ada normanya. Disiplin diri yang baik dalam tingkatan lingkup seperti ini terletak pada kemampuan diri untuk mengontrol tingkah laku seseorang melalui pemahaman orang lain. 2. Tujuan Disiplin Tujuan disiplin adalah untuk menjamin adanya pengendalian dan penyatuan tekad, sikap dan tingkah laku demi kelancaran dalam melaksanakan
tugas
serta
tanggung
jawab
yang
dibebankan
kepadanya. Elizabet B. Hurlock dalam bukunya “Perkembangan Anak”, menyatakan bahwa tujuan disiplin adalah membentuk prilaku sedemikian rupa hingga ia akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan. Karena tidak ada pola budaya tunggal, tidak ada pula falsafah pendidikan anak yang menyeluruh untuk menanamkan disiplin.4 Maman Rachman mengemukakan bahwa tujuan disiplin di sekolah adalah: 5 a. Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang. b. Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar. c. Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang sekolah. d. Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.
4
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak, (Jakarta: Erlangga, 1978), Jilid. 2, h. 82 Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah, 04/04/2008, tersedia di: www.yahoo.com. 26/08/2010, h. 4 5
10
Hal senada dikemukakan oleh Wikipedia bahwa tujuan disiplin sekolah adalah untuk menciptakan keamanan dan lingkungan belajar yang nyaman terutama di kelas. Di dalam kelas, jika seorang guru tidak mampu menerapkan disiplin dengan baik maka siswa mungkin menjadi kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu, dan suasana belajar menjadi kurang kondusif untuk mencapai prestasi belajar siswa. Setiap orang perlu memiliki kemampuan untuk menguasai dan mengendalikan dirinya sendiri. Hal ini yang dapat menentukan keberhasilan dalam hidupnya. Jika tidak dapat menguasai dan mengendalikan dirinya
sendiri, ia tidak akan menentukan jalan mana
yang akan ditempuh dalam hidupnya, serta
tidak
mempunyai
pendirian yang teguh untuk membawa diri dari kehidupannya pada saat diperlukan ketegasan bertindak. Demikian
pula
dengan
siswa,
mereka
perlu
memiliki
kemampuan untuk mengarahkan kemauannya. Kemauan ini harus dibina dan dituntun sesuai dengan tingkat perkembangannya. Sehingga mereka dapat mengetahui dengan sadar akan kesalahan yang
mungkin
pernah
dilakukannya,
untuk
kemudian
tidak
mengulanginya kembali.
3. Ciri-Ciri Disiplin Ketika kita mendengar kata disiplin maka yang terbayang adalah usaha
untuk
menyekat,
mengawal
dan
mengekang,
padahal
sebenarnya tidak demikian. Disiplin selain mendidik, juga dapat membuat
siswa tahu dan dapat membedakan hal-hal yang
seharusnya dilakukan, dan yang tak sepatutnya dilakukan. Disiplin yang sudah menyatu dengan diri, maka perbuatan yang dilakukan
11
tidak
dirasakan
sebagai
beban
dan
keterpaksaan,
melainkan
kewajiban yang harus dilakukan. Adapun ciri-ciri kedisiplinan yang ada di sekolah atau lembaga pendidikan adalah sebagai berikut: 6 a. b. c. d. e. f.
Patuh pada aturan sekolah Melaksanakan tugasnya yaitu belajar Teratur masuk kelas Harus tiba pada waktu yang telah ditetapkan Tidak membuat onar di kelas Mengerjakan pekerjaan rumah (PR).
Dengan demikian, diharapkan kedisiplian yang ada di sekolah akan membentuk kedisiplinan diri tanpa aturan tertulis. Sehingga kapanpun dan dimanapun dia berada disiplin akan selalu tertanam pada pribadi anak, karena dengan kesadaran yang timbul dari diri sendirilah disiplin yang sebenarnya. Sujono SK. Membagi disiplin menjadi dua sesuai dengan keadaannya yaitu sebagai berikut: 7 a. Disiplin pribadi yakni perwujudan disiplin yang lahir dari kepatuhan
atas
aturan-aturan
yang
mengatur
perilaku
individu. b. Disiplin kelompok yakni perwujudan disiplin yang lahir dari sikap taat, patuh terhadap aturan-aturan (hukum) dan normanorma yang berlaku pada kelompok atau bidang-bidang kehidupan manusia.
Baik
disiplin
kelompok maupun disiplin nasional keduanya
terlahir dari disiplin pribadi. Disiplin pribadi yang tertanam dalam diri 6
Emile Durkheim, Pendidikan Moral; Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologgis Pendidikan...., h. 106 7
Sujono SK, Kumpulan Materi Kursus Dinas Staf Resimen Mahasiswa Jayakarta..., h. 4
12
seseorang, akan menjadikan disiplin sebagai bagian dari sehingga
dirinya
kapanpun dan dimanapun dia berada disiplin akan
diterapkan dalam hidupnya. Sikap dan perilaku disiplin dapat tercipta melalui proses binaan keluarga, pendidikan, pengalaman dan pengenalan dari keteladanan lingkungannya. Oleh karena itu ditegaskan bahwa anak akan diajarkan berdisiplin seperti menghormati aturan. Ia karena ia
merasa
akan
belajar
melaksanakannya,
wajib berbuat demikian sekalipun itu sulit.
Kebiasaan diri semacam itu yang tidak dapat dipenuhi secara lengkap dalam keluarga, maka untuk melanjutkannya harus dibebankan pada lembaga pendidikan. Dengan demikian, ada sejumlah kewajiban yang harus dibebankan pada lembaga pendidikan dalam menumbuhkan dan meningkatkan kedisiplinan siswa hingga melekan dalam dirinya menjadi rutinitas sehari-hari. 4. Macam-Macam Disiplin Pendidikan memiliki peranan dalam mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas, terutama masalah kedisiplinan. Untuk menjaga tetap berlakunya peraturan dan tata tertib, diperlukan kedisiplinan dari semua warga sekolah. Di lingkungan sekolah disiplin akan peraturan dan tata tertib sangat dibutuhkan agar terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Menurut Piet A. Sahertian dalam bukunya “Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah”, disiplin terbagi dalam tiga macam yaitu: 8
8
Piet A. Sahertian, Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah, (Surabaya: Usaha Nasional, 1994), Cet.1, h.127
13
a. Disiplin Tradisional adalah disiplin yang bersifat menekan, menghukum, mengawasi, memaksa dan akibatnya merusak penilaian anak didik. b. Disiplin Moderen adalah disiplin yang memungkinkan terciptanya situasi dimana anak didik dapat mengatur dirinya, situasi yang akrab, hangat, bebas dari rasa takut sehingga dapat mengembangkan kemampuan dirinya. c. Disiplin Liberal adalah disiplin yang diberikan kepada anak, sehingga anak merasa memiliki kebebasan tanpa batas. Pada dasarnya disiplin terbagi dua, yaitu: disiplin eksternal dan internal. Disiplin
eksternal
adalah
disiplin
yang
membutuhkan
pengawasan
dari
orang lain, sedangkan disiplin internal adalah
disiplin
yang
berbentuk
diri
pengendalian.
Pengendalian
diri
merupakan kemampuan dalam mencapai kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang antara hak dan kewajibannya sebagai individu dalam kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Disiplin tidak terbentuk dengan sendirinya, tetapi memerlukan proses
untuk
menumbuhkannya. Oleh karena itu, disiplin harus
dimulai
dengan melakukannya secara berulang-ulang atau terus-
menerus sehingga menjadi kebiasaan yang pada akhirnya akan menjadi kepribadian.
3. Sebab-Sebab Timbulnya Masalah Disiplin Disiplin harus ditegakkan kapanpun dan dimanapun kita berada, seperti dirumah, lingkungan sekitar ataupun sekolah. Tanpa kedisiplinan yang baik akan sulit mewujudkan tujuan yang diharapkan. Boleh dikatakan, kedisiplinan adalah salah satu kunci keberhasilan seseorang. Namun untuk menghadirkan kedisiplinan yang baik, harus diperhatikan
masalah-masalah
permasalahan disiplin.
yang
menyebabkan
timbulnya
14
Adapun sebab-sebab timbulnya masalah disiplin antara lain sebagai berikut:9 a. Timbulnya Masalah Disiplin dari Anak didik Masalah yang ditimbulkan dari anak didik adalah, karena kurang terpenuhinya kebutuhan secara fisik, seperti: makan, minum, pakaian, papan atau rasa aman, kebutuhan sosial, kebutuhan ingin dihargai dan aktualisasi diri. Apabila kebutuhan di atas tidak dapat terpenuhi secara wajar, maka timbulah ketidak seimbangan diri, antara ideal dengan aktualnya. Hal ini dapat berdampak pada tinggkah laku yang tidak benar dan melanggar peraturan. b. Timbulnya Masalah Disiplin dari Guru Masalah ini timbul karena guru kurang disiplin dalam melaksanakan tugas seperti: datang terlambat, pekerjaan rumah (PR) dan tugas tidak diperiksa, memberikan angka yang sama walaupun anak didik tersebut kurang disiplin, kepemimpinan guru otoriter, manajemen pengelolaan kelas semrawut, cara mengajar kurang menarik, dan tidak memberikan sikap keteladanan. c. Timbulnya Masalah Disiplin dari Lingkungan Sekolah Masalah ini timbul karena keadaan sekolah yang kotor, sanitasi tidak teratur. Begitu pula lingkungan mental, sosial dan moral yang kurang baik bagi pertumbuhan dan pengembangan peserta didik, sehingga lingkunga sekolah kurang menjamin rasa aman dan nyaman. Oleh karena itu disiplin harus dijaga dengan baik, baik siswa, guru maupun lingkungan sekolah sama-sama saling menjaga. Agar masalah-masalah yang menyebabkan timbulnya permasalahan disiplin dapat
dicegah
sejak
dini.
Siswa
melaksanakan
tugas
dan
kewajibannya sebagai mana mestinya, guru dapat menjadi contoh dan tauladan bagi siswanya. Sebab jika guru dan siswa saling menjaga, maka disiplin dapat dihadirkan di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
9
H. Soeharni Koswara, Ade Yeti Nuryantini S.Pd, Manajemen Lembaga Pendidikan (Bandung: Patragading, 2002), Cet.1, h.160,
15
4. Sumber-Sumber Pelanggaran Disipin Siswa Dalam pelaksanaan disiplin banyak kendala-kendala yang dihadapi,
untuk
mencapai
keberhasilan
yang
optimal
dalam
pelaksanaan disiplin perlu diperhatikan sumber-sumber apa saja yang menjadi penyebab dari pelanggaran disiplin tersebut. Adapun sumbersumber pelanggaran disiplin diantaranya sebagai berikut: 10 a. Sumber-Sumber Umum 1. Kebosanan dalam kelas (monoton, kurang kreatif). 2. Perasaan kecewa dan tertekan karena tuntutan yang kurang wajar/sesuai dengan kemampuan siswa. 3. Kurang perhatian, kasih sayang dan pengenalan status b. Sumber dari Lingkungan Sekolah itu sendiri 1. Tipe kepemimpinan kepala sekolah/guru yang otoriter. 2. Kelompok besar (mayoritas) siswa dikurangi haknya sebagai siswa yang seharusnya turut menentukan rencana masa depan di bawah bimbingan guru. 3. Tidak/kurangnya memperhatikan kelompok minoritas. 4. Guru/siswa yang potensial kurang dilibatkan/diikutsertakan dalam kegiatan/tanggung jawab sekolah. 5. Pihak sekolah kurang bekerja sama dengan orang tua/wali/BP. Dari sumber-sumber pelanggaran tersebut dihawatirkan dapat menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak baik, yang termasuk dalam bentuk pelanggaran kedisiplinan sekolah. Adapun perilaku yang termasuk ke dalam bentuk pelanggaran kedisiplinan sekolah yaitu:11 a. Datang ke sekolah terlambat b. Mengumpulkan tugas ataupun mengembalikan peralatan tidak tepat waktu. c. Merokok di lingkungan sekolah d. Menyontek e. Menggunakan property sekolah tanpa izin f. Meninggalkan kelas/kegiatan belajar tanpa izin 10
Ary H Gunawan, Administrasi Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet. Ke-1, h. 97-98 Mutiara Endah, Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa, 06/03/2010, tersedia di: tarmizi.wordpress.com, 18/08/2010. h. 3 11
16
g. Memakai seragam yang tidak sesuai dengan ketentuan sekolah h. Kekerasan fisik i. Membawa mainan, telepon genggam, audio/video player, majalah ataupun peralatan lainnya yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah. Orang
tua/wali
diharapkan
mendukung
proses
belajar
mengajar dengan menjaga lingkungan belajar yang positif, teratur, aman serta aktif memberikan dukungan terhadap program sekolah ataupun program individu siswa. Seluruh siswa yang berada di lingkungan
sekolah maka mereka berada dalam pengawasan
sekolah. Oleh karenanya setiap sekolah
menjadi
perhatian
kejadian
yang
berlangsung
di
khusus dan dapat dilaporkan kepada
pihak yang berwenang. Guru dan staf sekolah yang bertanggung jawab terhadap penanganan kedisiplinan
perilaku
siswa
memiliki
kewenangan
untuk menjaga kestabilan pelaksanaan aturan perilaku siswa di kelas. Menjalanjakan secara konsisten dan komitmen tinggi terhadap konsekuensi pelanggaran kedisiplinan perilaku, mengeluarkan siswa dari kelas apabila mereka melakukan pelanggaran atau merusak. Memberikan penguatan terhadap kedisiplinan
perilaku
siswa
di
sekolah, mencatat semua peristiwa pelanggaran kedisiplinan yang terjadi dan melaporkan kepada kepala sekolah/orang tua/wali, dan meningkatkan kemampuan manajemen penanganan siswa seperti penanganan konflik, pencegahan perilaku
kekerasan pada siswa,
12
hambatan emosi dan lain-lain.
12
Mutiara Endah, Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa...., h. 2
17
5. Pentingnya Disiplin Disiplin merupakan kegiatan yang didasari dengan kesadaran dan keikhlasan terhadap perintah, peraturan dan keharusan yang berlaku dalam lingkungan sekolah ataupun organisasi. Disiplin sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lembaga pendidikan, disiplin menjadi syarat untuk pembentukan sikap dan perilaku anak didik. Brown dan Brown mengemukakan tentang pentingnya disiplin dalam proses pendidikan untuk mengajarkan siswa hal-hal sebagai berikut:13 a. Rasa hormat terhadap otoritas atau kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di kelas maupun di luar kelas, contoh kedudukannya sebagai siswa yang harus hormat terhadap guru dan kepala sekolah. b. Upaya untuk menanamkan kerjasama; disiplin dalam proses belajar mengajar dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan kerjasama, baik antara siswa, siswa dengan guru, maupun siswa dengan lingkungannya. c. Kebutuhan untuk berorganisasi; disiplin dapat dijadikan sebagai upaya untuk menanamkan dalam diri setiap siswa mengenai kebutuhan berorganisasi. d. Rasa hormat terhadap orang lain; dengan adanya dan dijunjung tinggi disiplin dalam proses belajar mengajar, setiap siswa akan tahu dan memahami tentang hak dan kewajibannya, serta dapat menghormati dan menghargai hak dan kewajiban orang lain. e. Kebutuhan untuk melakukan hal yang tidak menyenangkan; dalam kehidupan selalu dijumpai hal-hal yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Melalui disiplin siswa dipersiapkan untuk mampu menghadapi hal-hal yang kurang atau tidak menyenangkan dalam kehidupan pada umumnya dan dalam proses belajar mengajar pada khususnya. f. Memperkenalkan contoh prilaku tidak disiplin; dengan memberikan contoh prilaku yang tidak disiplin diharapkan siswa dapat menghindarinya atau dapat membedakan mana prilaku disiplin dan yang tidak disiplin. 13
Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah..., h. 6
18
Dengan demikian disiplin dapat menjadi pendamping anak didik mengantarkannya membentuk kepribadian, mengembangkan potensi, meraih apa
yang diinginkan
dan menjadikannya mandiri serta
bertanggung jawab tanpa ada rasa minder, takut, pesimis dengan apa yang dilakukannya karena ia memahami betul disiplin sebagai sesuatu yang menyenangkan bukan sesuatu yang harus ditakuti atau dihindari. Disiplin juga akan membiasakan anak didik untuk bisa hidup secara teratur, dengan adanya keteraturan dalam hidup diharapkan mampu mengendalikan diri, dengan memiliki pengendalian diri tersebut maka ia tidak akan melakukan pelanggaran terhadap tata tertib yang telah ditetapkan. Menurut Elizabeth B. Hurlock dalam bukunya ”Perkembangan Anak” mengemukakan, bahwa disiplin itu penting untuk perkembangan anak, karena disebabkan beberapa hal yaitu:14 a. Disiplin memberi anak rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan. b. Dengan disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. c. Dengan disiplin, anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini penting bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan. d. Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motifasi pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan darinya. e. Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, pembimbing dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perilaku.
14
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak..., h. 83
19
Oleh karena itu disiplin sangat penting dalam kehidupan seharihari menjadikan siswa lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya dan membawanya kepada cita-cita yang diharapkan. Pengaruh disiplin ini akan dirasakannya ketika dia terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila disiplin sudah tertanam sejak dini maka akan mempermudahnya dalam melaksanakan tugas yang diberikan
kepadanya,
Karena
kedisiplinan
dapat
membentuk
kepribadian yang kokoh dan dapat diharapkan bagi semua pihak.
B. Penegakan Disiplin Siswa di Sekolah 1. Strategi Penerapan Disiplin Strategi
adalah
seni
dan
ilmu
mengembangkan
dan
menggunakan berbagai kekuatan dalam berbagai keadaan untuk mendukung pencapaian tujuan yang ditetapkan, atau rencana yang cermat untuk mencapai sasaran khusus.15 Sedangkan penerapan adalah suatu proses atau cara seseorang dalam mempraktekkan aturan yang ditetapkan. Maka dapat disimpulkan bahwa strategi penerapan disiplin adalah suatu rencana tentang tata cara yang akan digunakan untuk melaksanakan peraturan atau tata tertib sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Reisman dan Pyne mengemukakan strategi umum dalam merancang disiplin siswa yaitu:16 a. Konsep diri; untuk menumbuhkan konsep diri siswa sehingga siswa dapat berperilaku disiplin, guru disarankan untuk bersikap empatik, menerima hangat dan terbuka. b. Keterampilan berkomunikasi; guru terampil berkomunikasi yang efektif sehingga mampu menerima perasaan dan mendorong kepatuhan siswa. 15
Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Edisi Ke-3, h. 1092, 1180. 16 Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah...., h. 7
20
c. Konsekuensi-konsekuensi logis dan alami; guru disarankan dapat menunjukan secara tepat perilaku yang salah, sehingga membantu siswa dalam mengatasinya dan memanfaatkan akibat-akibat logis dan alami dari perilaku yang salah. d. Klarifikasi nilai; guru membantu nilai dalam menjawab pertanyaannya sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk sistem nilainya sendiri. e. Analisis transaksional; guru disarankan belajar sebagai orang dewasa terutama ketika berhadapan dengan siswa yang menghadapi masalah. f. Terapi realitas; sekolah harus berupaya mengurangi kegagalan dan meningkatkan keterlibatan. Guru perlu bersikap positif dan bertanggung jawab. g. Disiplin yang terintegrasi; metode ini menekankan pengendalian penuh oleh guru untuk mengembangkan dan mempertahankan peraturan. h. Tantangan bagi disiplin; guru diharapkaan cekatan, sangat terorganisir dan dalam pengendalian yang tegas. Pendekatan ini mengasumsikan bahwa peserta didik akan menghadapi berbagai keterbatasan pada hari-hari pertama di sekolah dan guru perlu membiarkan mereka untuk mengetahui siapa yang berada dalam posisi sebagai pemimpin. Dalam rangka penegakan disiplin, baik siswa maupun guru samasama terlibat di dalamnya. Bahkan orang tua walipun harus diberi informasi mengenai penegakan disiplin yang diterapkan sekolah. Hal tersebut dilakukan agar pihak sekolah dan orang tua dapat bekerja sama dalam upaya peningkatan mutu dan produktivitas pelaksanaan tugas serta fungsi sekolah. Di samping itu mendorong upaya meningkatkan efektifitas sistem dan tata laksana peraturan dan tata tertib sekolah sehingga peserta didik dapat lebih disiplin dalam segala aktifitasnya baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat. Dengan menumbuhkan
adanya
strategi-strategi
sikap disiplin
terhadap
yang
digunakan
dalam
siswa, diharapkan bisa
membawa anak didik ke arah yang lebih baik. Semua ini tidak dapat dilakukan dengan sendiri, tetapi harus dilakukan secara bersama-
21
sama dan melibatkan seluruh personil sekolah dan orang tua. Dengan demikian tujuan yag diharapkan dapat tercapai semaksimal mungkin. Disiplin memiliki arti yang cukup penting, oleh karena itu guru harus mampu menumbuhkan disiplin dalam diri siswa, terutama disiplin diri. Dalam kaitan ini, guru harus mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:17 a. Membantu siswa mengembangkan pola perilaku untuk dirinya; setiap siswa memiliki latar belakang yang berbeda dan memiliki karakteristik yang berbeda pula, dalam kaitan ini guru harus mampu melayani berbagai perbedaan tersebut agar setiap siswa dapat menemukan jati diri dan mengembangkan dirinya secara optimal. b. Membantu siswa meningkatkan standar perilakunya karena siswa berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, jelas mereka akan memiliki standard prilaku tinggi dan ada pula yang memiliki standard perilaku sangat rendah. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh setiap guru dan berusaha meningkatkannya, baik dalam proses belajar mengajar maupun dalam pergaulan pada umumnya. c. Menggunakan pelaksanaan aturan sebagai alat; di setiap sekolah terdapat aturan-aturan umum. Baik aturan-aturan khusus maupun aturan umum, peraturan-peraturan tersebut harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Agar tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran yang mendorong perilaku negatif atau tidak disiplin. Maka Penegakan disiplin siswa dapat terjadi secara optimal apabila pihak sekolah, dan para guru melakukan perbaikan dan pembelajaran di sekolah. Guru adalah figur manusiawi sebagai sumber yang menempati posisi dan memegang peranan penting dalam pendidikan. Penerapan disiplin pada anak dapat dipupuk dengan memberikan tata tertib yang mengatur hidup yang disertai pengawasan agar terlaksananya tata tertib.
17
Les Gallay, Disiplin Siswa di Sekolah...., h. 6
22
Menurut Elizabeth B. Hurlock ada tiga cara menanmkan disiplin, dari tiga cara tersebut akan menunjukan ciri-ciri masing-masing yaitu sebagai berikut :18 a. Disiplin Otoriter Disiplin
otoritarian dapat berkisar antara pengendalian
prilaku anak dari yang wajar hingga yang kaku dan tidak memberi kebebasan bertindak, kecuali sesuai dengan standar yang ditentukan. Disiplin otoriter selalu berarti mengendalikan melalui kekuatan eksternal dalam bentuk hukuman, terutama hukuman badan. Peraturan dan pengaturan yang keras untuk memaksakan perilaku yang diinginkan menandai semua jenis disiplin otoriter. Tekniknya mencakup hukuman yang berat bila terjadi kegagalan, dan
tidak
ada
pujian
atau
penghargaan
apabila
anak
mendapatkan hasil yang diharapkan. Orang yang sadar dalam lingkungan disiplin ini diminta mematuhi mentaati peraturan yang telah disusun dan berlaku di tempat itu, disiplin ini tidak mendorong anak untuk mandiri dengan mengambil keputusan-keputusan yang berhubungan dengan tindakan mereka. Mereka mengatakan apa yang harus dikerjakan dan tidak menjelaskan mengapa hal itu harus dilakukan, sehingga anak kehilangan kesempatan untuk belajar bagaimana mengendalikan prilaku mereka sendiri. b. Disiplin Permissive Dalam disiplin permissive anak diberi kebebasan penuh, mereka tidak diberi batasa-batas atau kendala-kendala yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan, mereka diizinkan untuk
18
Elizabeth B. Hurlock, Perkembangan Anak..., h. 93
23
mengambil keputusan dan berbuat sekehendak mereka sendiri. Membiarkan anak meraba-raba dalam keadaan apapun. Disiplin permissieve cenderung membuat anak menjadi bingung dan merasa tidak aman. Pengalaman yang terbatas dan ketidak matangan mental menghambat mereka mengambil keputusankeputusan tentang perilaku yang akan memenuhi harapan sosial. Mereka tidak mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Akibatnya, mereka menjadi ketakutan, cemas dan sangat agresif . c. Disiplin Demokratis Disiplin demokratis ini berusaha mengembangkan disiplin yang muncul atas kesadaran diri, sehingga seseorang dapat memiliki disiplin diri yang kuat dan mantap. Konsep disiplin ini menekan aspek edukatif bukan aspek hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yang melanggar tata tertib, akan tetapi hukuman dimaksudkan sebagai upaya menyadarkan, mengoreksi dan mendidik. Cara ini menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, serta menghasilkan kemandirian dalam berfikir, inisiatif dalam tindakan dan konsep diri yang sehat, positif, dan penuh rasa percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka dan spontan. Yang merupakan ciri disiplin demokratis, tampak pada kerja sama yang baik, ketekunan yang lebih besar dalam menghadapi hambatan, pengendalian diri yang lebih baik, kreatifitas yang besar dan sikap yang ramah terhadap orang lain. Pendidikan demokratis dibutuhkan untuk menghasilkan anak didik yang memiliki sifat demokratis. Pendidikan yang demokratis
24
merupakan model pendidikan yang fungsional.19 Dalam upaya
menanamkan disiplin pada peserta didik, cara demokratis harus menjadi pilihan utama. Tetapi mengingat keadaan pribadi dan tahapan perkembangan peserta didik, maka kedua cara tersebut terdahulupun terkadang perlu digunakan dalam kondisi dan situasi tertentu. Selain cara-cara di atas, ada pula cara-cara penerapan disiplin yang bisa dilaksanakan dalam lingkunagan sekolah. Karena disiplin harus diterapkan
dan ditanamkan sejak dini
sehingga akhirnya disiplin itu akan tumbuh menjadi kebiasaan yang
harus
dilakukan.
Adapun
langkah-langkah
untuk
menanamkan disiplin pada anak menurut Amir Daien yaitu sebagai berikut:20 a. Pembiasaan / Konsistensi Pembiasaan adalah salah satu alat pendidikan yang penting, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Pembiasaan yang baik sangat berpengaruh bagi pembentukan watak anak, dan akan terus berpengaruh sampai hari tuanya. Oleh karena itu anak harus dibiasakan melakukan hal-hal dengan tertib, baik dan teratur. Seperti berpakaian dengan rapi, masuk dan keluar kelas dengan teratur, makan dan minum pada waktunya, membuang sampah pada tempatnya, hingga menulis dan membuat catatancataatan di buku harus dibiasakan dengan rapi dan teratur. Sehingga akan berpengaruh terhadap kebiasaan-kebiasaan akan ketertiban dan keteraturan dalam hal-hal yang lainnya.
19
Djohar, MS. Pendidikan Strategik; Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan,(Yogyakart: Kurnia Kalam Semesta, 2003), h. 11 20 Amir Daien Indrakusuma, Pengantar Ilmu Pendidikan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1984), h. 142-144
25
Agar pembiasaan dapat tercapai dengan baik, kita harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain: 21 1) Mulailah pembiasaan sebelum terlambat, yaitu membiasakan anak dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik sebelum anak mempunyai kebiasaan lain yang berlawanan dengan hal-hal yang akan dibiasakan. 2) Pembiasaan hendaknya dilakukan secara terus-menerus (berulang-ulang) secara teratur, sehingga akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. 3) Pendidikan yang konsekuen, bersikap tegas dan teguh terhadap pendiriannya. Tidak memberi kesempatan anak untuk melanggar pembiasaan yang ditetapkan. 4) Pembiasaan yang awalnya bersikap mekanistis, harus ditingkatkan menjadi pembiasaan yang disertai dengan hati. Melalui cara di atas diharapkan secara berangsur-angsur anak akan mengerti bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk kebaikannya dan menjadi kebiasaan yang tertanam di dalam dirinya. Bagi pendidik atau guru hendaknya menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaanpembiasaan
dan
latihan-latihan
yang
sesuai
dengan
perkembangan jiwanya.22 Karena pembiasaan dan latihan tersebut akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan bertambah jelas dan kuat, akhirnya tidak tergoyahkan lagi, karena telah masuk menjadi bagian dari pribadinya. b. Contoh dan Tauladan Dalam hal ini guru harus selalu memberikan contoh yang baik dan menjadi tauladan bagi anak didik. Terlebih lagi jika guru membiasakan sesuatu pada anak, hendaknya mereka terlebih 21 22
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis..., h. 225 Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: PT. Bulan Bintang, 2003), h. 73
26
dahulu sudah melakukannya hal tersebut sebagai upaya mencotohkan dan menjadi tauladan bagi anak didik. Sehubungan dengan hal ini, ada beberapa sikap dan sifat-sifat guru yang harus diperhatikan diantaranya:23 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Guru harus adil. Percaya kepada murid-muridnya. Guru harus sabar dan rela berkorban. Berwibawa. Guru hendaklah orang yang penggembira. Bersikap ramah dan sopan terhadap guru-guru lainnya. Bersikap baik terhadap masyarakat. Guru harus benar-benar menguasai mata pelajaannya. Guru hendaknya memiliki pengetahuan yang luas.
Dengan keteladanan disiplin yang baik tentunya akan diikuti oleh anak didik. Sebaliknya jika keteladanan kurang baik, maka akan berakibat menurunnya kedisiplinan anak didik. Oleh karena itu guru harus menjadi contoh dan tauladan bagi siswanya. Hendaknya guru bersikap dan memiliki sifat-sifat yang baik. c. Penyadaran Selain adanya pembiasaan yang disertai dengan contoh dan tauladan, maka siswa yang sudah mulai kritis pikirannya, sedikit demi sedikit harus diberikan penyadaran melalui penghargaanpenghargaan, hukuman-hukuman yang berlaku di lingkungan sekolah dan kemudian diberiakn penjelasan-penjelasan tentang pentingnya peraturan-peraturan itu diadakan. Karena dengan demikian lambat laun siswa akan menyadari betapa penting peraturan-peraturan
tersebut,
maka
dengan
kedisiplinan akan tumbuh pada dirinya.
23
Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis..., h. 175-182.
sendirinya
27
Penghargaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan. Adanya penghargaan baik berupa pujian maupun hadiah, akan memicu motivasi anak didik untuk terus menjaga dan meningkatkan kedisiplinannya. Sebaliknya tanpa adanya penghargaan dikhawatirkan dapat mengakibatkan kedisiplinan sulit ditingkatkan. Namun di samping penghargaan, hukumanpun sangat berpengaruh
dalam
mewujudkan
kedisiplinan.
Hukuman
digunakan untuk mencegah terjadinya tindakan indisipliner, di samping itu hukuman juga akan membuat anak didik takut dalam melanggar peraturan atau tata tertib yang berlaku di sekolah. d. Pengawasan (Controlling) Pengawasan merupakan cara yang efektif untuk tetap menjaga kedisiplinan anak didik. Dengan pengawasan yang baik tentunya kedisiplinan akan tetap terpelihara, di samping juga akan meminimalisir dan mencegah indisipliner anak didik. Pengawasan harus dilakukan terus-menerus, lebih-lebih dalam situasi yang memungkinkan terjadinya pelanggaran terhadap peraturan. Pengawasan bertujuan untuk menjaga atau mencegah agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Karena anak yang dibiarkan tumbuh sendiri tanpa pengawasan akan hidup semaunya saja dan kemungkinan besar anak menjadi tidak patuh dan tidak dapat mengetahui mana arah tujuan hidup yang sebenarnya. Menurut Oteng Sutisna ada beberapa karakteristik dari proses pengawasan yang efektif, yaitu:24
24
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional, (Bandung: Angkasa, 1989), Cet. Ke-10, h. 243-244
28
1) Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. 2) Pengawasan hendaknya diarahkan pada fakta-fakta tentang bagaimana tugas-tugas dijalankan. 3) Pengawasan mengacu pada tindakan perbaikan. 4) Pengawasan yang dilakukan bersifat fleksibel. 5) Sistem pegawasan dapat dipakai oleh orang-orang yang terlibat dalam pengawasan tersebut. 6) Pelaksanaan pengawasan harus mempermudah tercapainya tujuan-tujuan. Oleh karena itu pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuan mereka dalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan
pembiasaan,
peneladanan
pengawasan
dan
penyadaran yang diterapkan baik dilingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sekitar, maka dengan sendirinya akan membentuk kesadaran yang baik dan efektif. Namun demikian pengawasan
hendaknya
disesuaikan
dengan
kebutuhan
organisasi, bersifat fleksibel dan membimbing. Sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siwa. 2. Pelaksanaan Kedisiplinan dalam Lingkungan Sekolah Pendidikan pada dasarnya untuk membangun pribadi manusia yang
terdidik. Namun
demikian
pendidikan
itu
akan
menjadi
fungsional, apabila berbagai penghambat pendidikan ditiadakan.25 Sedangkan sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang berperan untuk memberikan layanan pendidikan kepada masyarakat. Sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang secara terencana diberikan tugas untuk memberikan pendidikan yang pada intinya berupa pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap yang dibutuhkan oleh masyarakat. 25
Djohar, MS. Pendidikan Strategik...., h. 12
29
Kedisiplinan di sekolah merupakan sarana yang harus dipenuhi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Dalam pelaksanaan disiplin, harus berdasarkan dari dalam diri anak didik. Karena tanpa sikap kesadaran dari diri sendiri, maka usaha apapun yang dilakukan oleh orang-orang di sekitarnya hanya akan sia-sia. Berikut ini adalah pelaksanaan kedisiplinan di lingkungan sekolah: 26 a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k.
Datang ke sekolah tepat waktu. Rajin belajar. Mentaati peraturan sekolah. Mengikuti upacara dengan tertib. Mengumpulkan tugas yang diberikan guru tepat waktu. Melakukan tugas piket sesuai jadwalnya. Memotong rambut jika kelihatan panjang. Tidak merokok di lingkungan sekolah. Selalu berdoa sebelum memulai pelajaran. Membuang sampah pada tempatnya. Tidak membolos sekolah dan lain-lain.
Tujuan disiplin sekolah adalah agar aktivitas belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar, sehingga disiplin dianggap sebagai sarana yang harus ada di lembaga pendidikan atau sekolah. Kedisiplinan itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah kematangan emosi, siswa yang memiliki kematangan emosi akan lebih berdisiplin. Kedisiplin sekolah lebih bertujuan pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya ada aturan bersama yang dihormati dan
siapapun
yang
melanggar
mesti
berani
mempertanggungjawabkan perbuatannya secara umum.
26
Aptorina, Kedisiplinan Penting Dalam Proses Pendidikan di Sekolah, 04/09/1990, tersedia di: http://meezone.blogspot.com, 26/08/2010. h. 4
30
Dalam penegakan disiplin di lingkungan sekolah tidak hanya berkaitan seputar masalah kehadiran atau tidak, terlambat atau tidak, melanggar atau tidak. Tetapi lebih mengacu pada pembentukan sebuah lingkungan yang di dalamnya terdapat aturan yang dihormati dan siapapun yang melanggar harus siap bertanggung jawab. Dalam memberikan hukumanpun harus bersifat mendidik, sehingga siswa dapat memahami bahwa kedisiplinan itu bukanlah kekerasan, melainkan tujuan lain yang lebih luas, yaitu demi stabilitas dan kedamaian hidup bersama. 3. Upaya Sekolah dalam Menerapkan Kedisiplinan Di lingkungan pendidikan, budaya disiplin masih memprihatinkan antara lain, tingginya pelanggaran tata tertib yang dilakukan siswa, banyaknya penyimpangan dan penyalahgunaan keuangan sekolah, buruknya penggunaan bahasa yang santun, rendahnya kesdaran memelihara lingkungan, membuang sampah sembarangan, tingginya kebiasaan mencontek hasil pekerjaan orang lain dan sebagainya. Untuk mencegah pelanggaran-pelanggaran tersebut di atas, sekolah melakukan upaya-upaya penerapan kedisiplinan, dengan menerapkan kedisiplinan diharapkan dapat mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut. Salah satu upaya sekolah dalam menerapkan kedisiplinan yaitu dengan melakukan bimbingan dan konseling. Dalam bimbingan dan konseling terdapat layanan konseling kelompok dengan bidang bimbingan sosial yang memungkinkan siswa memperoleh kesempatan dalam pembahasan dan pengentasan masalah yang dialami melalui dinamika kelompok, yaitu masalahmasalah yang berkenaan dengan pemahaman dan pelaksanaan disiplin dan peraturan sekolah.
31
Siswa yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan yang tercantum dalam tatakrama dan tata tertib kehidupan sosial sekolah dikenakan sanksi sebagai berikut: (1) teguran, (2) penugasan, (3) pemanggilan orang tua, (4) skorsing, (5) dikeluarkan dari sekolah. Ada beberapa upaya yang dilakukan untuk meningkatkan disiplin siswa antara lain: 27 a. Peraturan dan tata tertib sekolah perlu senantiasa disosialisasikan melalui setiap kesempatan, bisa juga melalui media yang dapat dimanfaatkan, misalnya: majalah dinding, upacara penaikan bendera, pada saat mengajar dan lain-lain. b. Pembinaan kedisiplinan secara individual oleh wali kelas maupun secara kelompok oleh guru BP. c. Adanya tindakan yang seragam dari para guru. Hal ini dimaksudkan agar disiplin menjadi budaya sekolah yang mendarah daging karena tindakan indisipliner tidak akan ditolerir oleh siapapun. d. Administrasi piket perlu ditindak lanjuti. Data-data yang dikumpulkan seperti angka keterlambatan, ketidak hadiran dapat ditabulasikan atau dibuat grafik sehingga dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengevaluasi sejauh mana keberhasilan pembinaan disiplin. Dengan demikian peran guru sangatlah penting selain mendidik dan memberikan pelajaran, menjadi contoh dan tauladan, guru juga berperan dalam meningkatkan kedisiplin siswa. Karena guru adalah unsur terpenting dalam pendidikan di sekolah, hari depan anak didik tergantung banyak kepada guru. Guru yang pandai, bijaksana, ikhlas dan memiliki sikap positif akan membimbing anak-anak didik ke arah sikap yang positif pula terhadap pelajaran yang diberikan kepadanya dan dapat menumbuhkan sikap positif yang diperlukan dalam hidunya dikemudian hari. Sebaliknya guru yang tidak bijaksana dan mengajar tidak dengan keikhlasan, maka tidak akan ada manfaat yang bisa 27
Ahmad, Peran Guru dalam Penegakan Disiplin Siswa, 09/05/2009, tersedia di: www.smppgricimanggisdepok.com, 26/08/2010. h. 12
32
diterima oleh anak didik.
28
Upaya yang dilakukan dengan baik akan
menghasilkan yang baik pula. Dengan demikian
dapat membantu
sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan, karena bagaimanapun kedisiplinan harus terus dibina dan ditegakkan, meskipun tidak mudah melaksanakannya. Oleh karena itu sekolah membuat aturan-aturan yang harus ditaati, khususnya bagi warga sekolah, guru, siswa, karyawan, dan kepala sekolah. Karena untuk menerapkan kedisiplinan dibutuhkan tanggung jawab dan kerjasama dari penduduk sekolah itu sendiri secara bersama, dengan kerjasama yang baik akan mempermudah dalam pencapaian tujuan yang diharapkan besama.
28
Zakiah Darajat, Ilmu Jiwa Agama...., h. 77
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui strategi penegakan disiplin di SMP Al Amanah Setu Tangerng Selatan. 2. Untuk mengetahui tingkat kedisiplinan siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al Amanah, yang berlokasi di JL. Raya Puspiptek Desa Bakti Jaya Setu Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 2 sampai dengan 24 september 2010, dengan schedul time sebagai berikut: Schedul Time
No. 1.
Hari / Tanggal Kamis, 02/09/10
Kegiatan - Kunjungan pertama dan memberikan surat izin penelitian kepada kepala SMP Al
33
34
Amanah. 2.
Jum’at, 03/09/10
- Melakukan pencatatan mengenai kegiatan kegiatan sekolah dan siswa. - Mengikuti
kegiatan
keputriian/muhadoroh
yang dilakukan setiap hari jum’at. - Melihat arsip (sejarah YPPA, surat menyurat dan tata tertib siswa). 3.
Sabtu, 04/09/10
- Mencatat kegiatan siswa dan guru. - Berbicara maswalah
dengan
guru
kehadiran,
piket,
seputar
keterlambatan,
mebolos dan izin siswa. 4.
Senin, 20/09/10
- Menghadiri upacara bendera dan kegiatan belajar mengajar serta mencatat hal-hal yang diperlukan dalam penelitian.
5.
Selasa, 21/09/10
- Menyebarkan angket kepada 30 orang siswa, data terlampir.
6.
Rabu, 22/09/10
- Wawancara dengan Kepala Sekolah dan guru BK (Bimbingan Konseling), dengan hasil wawancara terlampir.
7.
Kamis, 23/09/10
- Wawancara
dengan
Waka
Kesiswaan,
dengan hasil wawancara terlampir. 8.
Jum’at, 24/09/10
- Kunjungan
terakhir,
ucapan
terimakasih
kepada pihak sekolah dan mengambil surat keterangan penelitian dari sekolah.
35
C. Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas tentang situasi yang terjadi di lapangan. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama, yaitu menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Metode ini banyak dilakukan oleh peneliti karena dua alasan; pertama dari pengamatan empiris didapat bahwa sebagian besar laporan dilakukan dalam bentuk deskriptif, kedua metode deskriptif berguna untuk mendapatkan variasi permasalahan yang berkaitan dengan bidang pendidikan maupun tingkah laku manusia.1 D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Sampel adalah bagian dari populasi, sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.2 Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang berjumlah 481 dengan sampel 30 orang menggunakan angket dan wawancara kepada Kepala Sekolah, Guru Bimbingan Konselinga dan Waka Kesiswaa. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dengan instrumen pengumpulan data sebagai berikut:
1 2
Sukardi, Metide Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet. Ke-1, h.157 S. Margono, Metodologi Penelitia Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 118, 121.
36
1. Observasi Observasi yaitu mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap kondisi yang diteliti. 3 Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui prilaku siswa sehari-hari, keadaan sekolah dan guru, pelaksanaan tata tertib, sejarah, sarana dan prasarana dan menjadi panduan dalam penelitian. 2. Wawancara Wawancara yaitu pengumpulan informasi dengan cara mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan dan di jawab secara lisan pula. 4 Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan Kepala Sekolah Bapak Oman Rohmanudin, M.M, Guru Bimbingan Konseling Bapak Drs. Nuryaman, S.Ag, dan Bagian Kesiswaan Bapak Iyep Sumpena, S.Pd,. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui sejak kapan penegakan disiplin dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan, Strategi apa yang digunakan pihak sekolah dalam penegakan disiplin siswa, Bagaimana peran sekolah dalam menegakan disiplin siswa, jenis kenakalan apa yang sering dilakukan siswa, langkah apa saja yang ditempuh untuk melaksanakan Bimbingan dan Konseling, faktor apa yang menjadi hambatan dalam menegakan kedisiplinan siswa dan upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam menghadapi siswa yang melakukan pelanggaran. 3. Angket Angket yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh 3 4
S. Margono, Metodologi Penelitia Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), h. 158 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan...., h. 165
37
informasidari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal ia ketahui dan disertai dengan pilihan jawaban yang sudah disediakan.5 Dalam penelitian ini digunakan skala likert dengan 4 alternatif jawaban yaitu, selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Diberikan kepada siswa untuk mengetahui strategi dan penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang
Selatan.
Adapun
angket
disusun
berdasarkan
indikator yang ada pada penegakan disiplin siswa. Untuk lebih jelas, berikut kisi-kisi instrumen penelitian:
Tabel. 1 Kisi-Kisi Instrumen Penegakan Disiplin Siswa di SMP Al Amanah Setu No. 1.
2.
Dimensi
Indikator
No. Item
Pembiasaan
a. Memberikan Nasehat
1, 2
b. Memberikan Penyuluhan
3
c. Memberikan Pengarahan
4, 5, 6
a. Sikap Guru
7, 8, 9, 10
b. Disiplin Waktu
11, 12
c. Kerapihan Berpakaian
13
Tauladan
3.
Pengawasan
a. Mengadakan
Razia
Jumlah
6
7
/ 14, 15, 16
Pemeriksaan b. Memberikan Teguran
17, 18, 19, 20, 21, 22, 23
11
c. Mengadakan Pemanggilan 24 Bagi
5
Siswa
Yang
Suharsimi Arikunto, ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), h. 140
38
Melakukan Pelanggaran 4.
Penyadaran
a. Pemberian Penghargaan
25, 26, 27
b. Pemberian Hukuman
28, 29, 30
6
Jumlah Item :
30
Tabel. 2 Kriteria Alternatif Jawaban No.
Alternatif Jawaban
Skor
1.
Selalu (SL)
4
2.
Sering (SR)
3
3.
Kadang-Kadang (KK)
2
4.
Tidak Pernah (TP)
1
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data 1. Teknik Pengolahan Data Untuk mengolah data yang diperoleh dari wawancara dan observasi, peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: a. Editing Dalam pengolahan data, yang pertama kali dilakukan adalah melakukan edit data sehingga hanya data yang termpakai saja yang ada. Langkah editing ini bermaksud merapihkan data, meneliti satu persatu mengenai kelengkapan pengisian dan kejelasan penulisan agar terhindar dari kesalahan dan kekeliruan. b. Skoring Selanjutnya memberikan skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Pemberian skor ini dilakukan dengan
39
memperhatikan jenis data yang ada, sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberikan skor. c. Tabulating Langkah selanjutnya adalah perhitungan data-data yang sudah terkumpul lalu diberi skor.
2. Teknik Analisa Data Merupakan
suatu
cara
yang
digunakan
untuk
menguraikan
keterangan atau data-data yang diperoleh, agar data-data tersebut dapat dipahami, bukan saja oleh peneliti tetapi juga oleh orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian tersebut. Dalam menghitung data yang didapatkan, penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut :
ƒ P = X 100 % N
Keterangan :
6
f
= Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N
= Number of Cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu)
P
= Angka persentase.6
Anas Sudijono, Pengantar Ststistik Pendidikan,, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), Cet. Ke-5, h. 43
40
Tabel. 3 Tafsiran Persentase No.
Persentase
Penafsiran
1.
100
Seluruhnya
2.
90-99
Hampir Seluruhnya
3.
60-89
Sebagian Besar
4.
51-59
Lebih dari Setengah
5.
50
Setengahnya
6.
40-49
Hampir Setengahnya
7.
10-39
Sebagian Kecil
8.
1-9
Sedikit Sekali
9.
0
Tidak Sama Sekali
Dari data hasil perhitungan statistik deskriptif, yang perlu dibahas selanjutnya adalan nilai rata-ratanya. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui kondisi masing-masing aspek yang diteliti, berdasarkan jawaban responden. Untuk menentukan
persentase,
maka digunakan perhitungan sederhana
dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan nilai harapan (NH). Nilai ini dapat diketahui dengan mengalikan jumlah item pernyataan dengan skor tertinggi. b. Menghitung nilai skor (NS). Nilai ini merupakan nilai rata-rata sebenarnya yang diperoleh dari hasil penelitian. c. Menentukan kategorinya, yaitu dengan menggunakan rumus.
NS = X 100 NH
41
Dalam pemberian interpretasi atas nilai rata-rata yang diperoleh digunakan pedoman interpretasi yang dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel. 4 Interpretasi Nilai Penegakan Disiplin Siswa No.
Interval Skor
Kategori
1.
76-100 %
Baik
2.
56-75 %
Cukup Baik
3.
41-55 %
Kurang Baik
4.
40 %
Tidak Baik
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum SMP Al-Amanah 1. Sejarah Singkat Berdirinya Al-Amanah Al Amanah didirikan oleh Bpk. Drs. H. T.B. Suhandi, M.M. Pada mulanya beliau sebagai ustadz yang mengajar dari masjid ke masjid maupun dari rumah ke rumah, menyiarkan agama Islam. Pada suatu kesempatan salah seorang
jamaah beliau Ibu HJ.
Fien Sulaeman
mewakafkan sebidang tanahnya, dari wakaf tersebut menyalakan kembali semangatnya sebagai seorang alumni Tebuireng. Ketika masih nyantri, seorang santri biasanya punya cita-cita kalau sudah tamat akan mendirikan sebuah madrasah. Modal awal gedung berasal dari infaq Ibu Hj. Nihaya Roeba’I yang juga merupakan salah satu jamaah pak ustadz, dan dari donatur-donatur
lainnya.
Maka
pembangunan gedung dimulai.
pada
tanggal
25
November
1990
Di tengah perjalanan, pembangunan
mengalami ketersendatan. Dengan bantuan Ir. H. M Wargono Soenarko, H. Poerwanto Soewandji dan H. Zaenuddin Hasan, pembangunan dilanjutkan. Dan akhirnya pembangunan selesai pada tahun 1991/1992. menyadari bahwa sebuah lembaga harus memiliki legalitas formal, maka tanggal 18 Maret 1991 ditandatangani sebuah akta pendirian Yayasan Pondok Pesantren Al Amanah, yaitu Akta Notaris Dr. H. Erwal Gewang, SH.
42
43
Nomor 4 tahun 1991. Tanggal penandatanganan akta tersebut selanjutnya dinyatakan sebagai hari lahir Al Amanah.
2. Unit-unit Pendidikan Al Amanah Al Amanah merupakan yayasan yang berkonsentrasi pada bidang keagamaan dan memfungsikan dirinya sebagai sarana partisipasi dalam pendidikan keagamaan yang ditekankan pada pembentukan pribadi muslim bertawadlu dan berakhlak mulia. Untuk mencapai sasaran tersebut, Al Amanah menyelenggarakan unit pendidikan sebagai berikut: a. Taman Kanak-kanak Al-Qur’an (RA /TKA) Raudhatul Athfal b. Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Amanah c. Sekolah Dasar Islam (SDI) Al-Amanah d. Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al-Amanah e. Sekolah Menengah Kejuruan Bisnis dan Manajemen (SMK BM) AlAmanah f. Pondok Pesantren Al-Amanah
Di wilayah Kemasyarakatan Al Amanah menyelenggarakan Majelis Ta’lim Remaja dan Masyarakat Umum. Unit
SMP
adalah
unit
yang pertama dibuka bersama dengan
RA/TKA. SMP Al-Amanah mulai beroperasi pada tahun 1991/1992 berdasarkan SK KAKANWIL Depdikbud Provinsi Jawa Barat nomor: 572 / 102 / Kep / E / 91. Untuk meraih kepercayaan di masyarakat SMP Al-Amanah mengikuti akreditasi tahun 1994 dan berhasil meraih status disamakan berdasarkan SK KAKANWIL Depdikbud Provinsi Jawa Barat nomor 852 / 102 / Kep / 94 tanggal 4 Nopember 1994. Selanjutnya diakreditasi ulang pada tahun 1990. SMP menggunakan Kurikulum paduan antara Kurikulum Depdiknas
44
dan Depag dengan perbandingan 70:30, ditambah dengan
kurikulum
Yayasan meliputi pelajaran Baca Tulis Al-Qur’an dan Komputer. Agar para siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri dan utuh, SMP dilengkapi dengan laboratorium IPA, Perpustakaan, Sanggar dan Laboratorium Komputer (digunakan bersama dengan unit SDI dan SMK). Dan sebagai kegiatan selingan, SMP menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler berupa Pramuka, Seni, Rohis, Olahraga, dan English Club.
3. Keadaan Guru SMP Al-Amanah Guru sebagai pengajar sekaligus pendidik di sekolah
memiliki
tanggung jawab yang urgen untuk kemajuan sekolah, terlebih lagi mereka diberi tugas sebagai wali kelas yang bertanggung jawab melihat segala sesuatu yang terjadi di dalam kelas dalam membantu proses perkembangan anak. Keberadaan karyawan sangat diperlukan dalam suatu lembaga pendidikan karena dapat membantu terlaksananya proses belajar mengajar yang baik. Seandainya tidak ada orang yang menangani masalah di luar pengajaran secara khusus, maka kegiatan pendidikan di suatu sekolah tidak akan berjalan dengan baik. Di SMP Al Amanah terdapat tiga karyawan administrasi
yang
membantu
jalannya proses kegiatan di
sekolah. Adapun guru (tenaga pengajar) di SMP Al Amanah berjumlah 25 orang, sebagian besar bidang studi yang dipegang dan diajarkan sesuai dengan lulusannya atau pendidikan dan keahlian yang dimiliki. Guru bertanggung jawab atas bidang studi yang diajarkan dengan membuat Program Satuan Pembelajaran demi tercapainya target kurikulum.
4. Keadaan Siswa SMP Al Amanah Jumlah siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Al Amanah
45
bedasarkan data tahun ajaran 2009-2010 secara keseluruhan berjumlah 703 siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini:
Tabel. 6 Keadaan Siswa SMP Al Amanah Tahun Ajaran 2009 /2010 KELAS
LAKI-LAKI
PEREMPUAN
JUMLAH
I
96
126
222
II
129
130
259
III
124
98
222
Jumlah
349
354
703
5. Keadaan Sarana dan Prasarana Yang dimaksud dengan sarana adalah unit-unit yang ada di Al Amanah yang secara langsung turut memberikan sumbangsih terhadap kelancaran jalannya unit-unit pendidikan yang ada. Sarana penunjang SMP Al Amanah sebgai berikut: a. Kantin Kantin Al Amanah didirikan dengan tujuan memberikan sarana belanja yang murah dan sehat baik bagi siswa maupun guru. Dengan sendirinya makanan yang dijual disini diupayakan memenuhi standar gizi dan kebersihan makanan (higienis). Kantin dikelola oleh Koperasi Al Amanah. b. Perumahan Guru / Karyawan Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Di lain pihak pengadaan perumahan memerlukan biaya tinggi. Maka salah satu cara mengatasi problem ini, sebagian orang memilih tinggal di rumah-
46
rumah kontrakan dengan harga kontrak yang relative terjangkau.
Sebagai upaya membantu mengatasi problem ini, YPP Al Amanah mendirikan perumahan bagi guru / karyawan Al Amanah. Pembangunan tahap I sebanyak 12 unit dilaksanakan pada tahun 1997 di atas lahan seluas 1.200 meter persegi. Lahan tersebut terletak di belakang bangunan pesantren dan dibangun dengan fasilitas kredit Swa Griya Bank Tabungan Negara. Tujuan lain pembangunan perumahan ini adalah untuk membangun kedisiplinan, kemantapan dan ketentraman berkarier sehingga para guru berkonsentrasi dalam mendidik para siswa. Sebaagai upaya untuk kemajuan proses belajar mengajar dan lebih meningkatkan mutu pendidikan bagi siswa SMP Al Amanah, maka sangat diperlukan bagi berlangsungnya suatu tujuan, sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Al Amanah ini sudah cukup memadai walaupun masih terdapat kekurangan. Sarana dan prasarana yang dimiliki Sekolah Menegah Pertama Al Amanah cukup lengkap dan dapat mendukung kelancaran proses pendidikan. Kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki akan mempengaruhi kemajuan dan mutu lulusannya. Oleh karena itu, untuk keperluan proses belajar mengajar agar dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka SMP Al Amanah memiliki ruangan dengan perincian sebagai berikut: Tabel. 7 Keadaan Sarana dan Prasarana Sekolah NO.
FASILITAS
JUMLAH
1.
Ruang Kepala Sekolah
1
2.
Ruang Wakil Kepala Sekolah
1
47
3.
Ruang Guru
1
4.
Ruang TU
1
5.
Ruang BP
1
6.
Ruang Kelas
18
7.
Ruang Laboratorium IPA
1
8.
Ruang Praktek Komputer
1
9.
Ruang Perpustakaan
1
10.
Ruang Sholat / Masjid
1
11.
Ruang Kantin
3
12.
Ruang Osis
1
13.
Ruang Teater
1
14.
Ruang Gudang
1
15.
Ruang Penjaga Sekolah
1
16.
WC Guru
2
17.
WC Siswa
4
Sumber: Hasil Observasi
Di samping itu SMP Al Amanah juga memiliki kegiatan ekstra kurikuler, sehingga siswa dapat mengembangkan bakat dan potensinya, yaitu diantaranya: 1) Paskibra
3) Volly Ball 5) Foot Sale
7) Senam
2) Basket
4) Karate
8) Karya Wisata.
6) Bulutangkis
6. Struktur Organisasi SMP Al Amanah Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaraan, di dalamnya terdapat beberapa orang yang berhubungan satu sama lain dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
48
SMP Al Amanah sebagai salah satu lembaga pendidikan, dalam struktur organisasinya Kepala Sekolah dibantu oleh seorang Wakil Kepala Sekolah yang mempunyai tugas berbeda-beda, namun secara umum mereka bertanggung jawab jalannya pendidikan dan pengajaran serta pelaksanaan kurikulum, serta dibantu oleh beberapa staf yang mempunyai tugas dan tanggung jawab yang sesuai dengan bidangnya.
Struktur Organisasi SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan Ketuan Yayasan
Kepala Sekolah
Wakil K.S
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Administrasi
Guru-guru
Siswa-siswi Sumber: Arsip SMP Al-Amanah Setu, Kota Tangerang Selatan.
7. Tata Tertib SMP Al Amanah a. Upacara 1) Siswa berbaris di lapangan sekolah sebelum upacara dimulaI. 2) Upacara bendera dipimpin oleh pelajar sesuai dengan gilirannya. 3) Upacara diikuti oleh semua pelajar dengan tertib.
49
b. Pakaian Seragam Sekolah 1) Senin – Selasa : Putih – Biru 2) Rabu – Kamis : Batik – Hitam 3) Jum’at
: Baju Mislim
4) Sabtu
: Seragam Pramuka
c. Kegiatan Sekolah 1) Waktu belajar dibagi menjadi 2 shift yaitu : pagi pukul 07:00-12:00, dan siang pukul 12:30-17:30 2) Setiap siswa harus hadir di sekolah 15 menit sebelum pelajaran dimulai 3) Setiap siswa yang terlambat dating harus melapor pada petugas piket 4) Jika bel masuk dibunyikan, semua siswa harus masuk kelas secara tertib 5) Jika guru belum hadir di ruang kelas 5 menit sesudah bel, maka ketua kelas memberitahukan kepada guru piket. 6) Tidak boleh membawa alat yang dapat mengganggu keamanan dan ketertiban. 7) Tujuan / Visi dan Misi Al Amanah Visi : Unggul dalam prestasi akademik non akademik, iman, aman dan nyaman, dengan indicator : a) Unggul dalam perolehan ujian nasional b) Unggul dalam aktivitas keagamaan dan social c) Unggul dalam ekstra kurikuler, olahraga, pramuka, kesenian dan paskibra d) Unggul dalam pengelolaan 7K. Misi : Meningkatkan perolehan nilai rata-rata ujian nasional melalui pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. Yaitu
50
dengan cara: a) Meningkatkan aktivitas keagamaan dan social dengan penuh kesadaran dan kebersamaan. b) Meningkatkan
aktivitas
kurikuler
olahraga,
pramuka,
kesenian dan paskibra. c) Meningkatkan pengelolaan 7K secara aktif, kreatif dan partisipatif. Selain itu, bagi siswa yang mengalami kesulitan
biaya, sekolah
memberikan Bea Siswa dan keringanan dalam biaya. Begitu juga dengan Yatim Piatu yang ada di sekolah diberikan keringanan biaya.
B. Deskripsi Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada Kepala Sekolah, Koordinator BK, Waka Kesiswaan dan siswa. Berdasarkan data yang didapat, penulis mengelompokkan data tersebut menjadi empat (4) dimensi yaitu : Pembiasaan, Keteladanan, Pengawasan dan Penyadaran.
1. Dimensi Pembiasaan Dimensi pembiasaan ditunjukkan pada item 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut: Hasil penelitian tentang pemberian nasehat kepada siswa yang berkelahi di sekolah diperoleh presentase sebagai berikut:
51
Tabel. 8 Nasehat Terhadap Siswa yang Mencoret-Coret Seragam & Fasilitas Sekolah No.
1.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
11
36,7%
Sering
12
40%
Kadang-Kadang
7
23,3%
Tidak Pernah
-
-
Jumalah
30
100 %
Dari tabel di atas, 11 responden (36,7%) menjawab selalu, 12 responden (40%) menjawab sering, 7 responden (23,3%) menjawab kadang-kadang, dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan nasehat kepada siswa yang mencoret-coret seragam dan fasilitas sekolah.
Tabel. 9 Nasehat Terhadap Siswa yang Malas Belajar No.
2.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
8
26,7%
Sering
9
30%
Kadang-Kadang
12
40%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui, 8 responden (26,7%) menjawab selalu,
52
9 responden (30%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadangkadang dan hanya 1 responden (3,3%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru kadangkadang memberikan nasehat bagi siswa yang malas belajar.
Tabel. 10 Penyuluhan Bahaya Narkoba No.
3.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
9
30%
Sering
8
26,7%
Kadang-Kadang
12
40%
Tidak Pernah
1
3,3%
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 9 responden (30%) menjawab selalu, 8 responden (26,7%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadangkadang dan 1 responden (3,3%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 40% responden menyatakan, bawa kadang-kadang guru memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba pada siswanya.
Berdasarkan tabel 11, 8 responden (26,7%) menjawab selalu, 10 responden (33,3%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru kadangkadang memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minuman keras kepada siswanya.
53
Tabel. 11 Penyuluhan Bahaya Merokok dan Minuman Keras No.
4.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
8
26,7%
Sering
10
33,3%
Kadang-Kadang
12
40%
Tidak pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 8 responden (26,7%) menjawab selalu, 10 responden (33,3%) menjawab sering, 12 responden (40%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 40% responden menyatakan bahwa guru kadangkadang memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minuman keras.
Tabel. 12 Penyampaian Tata Tertib Kepada Siswa No.
5.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
9
30%
Sering
12
40%
Kadang-Kadang
9
30%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 9 responden (30%) menjawab selalu, 12 responden (40%) menjawab sering, 9 responden (30%) menjawab kadang-
54
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui, 40% responden menyatakan bahwa guru sering menyampaikan tata tertib kepada siswa.
Tabel. 13 Penyampaian Tata Tertib kepada Orang Tua Siswa No.
6.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
8
26,7%
Sering
9
30%
Kadang-Kadang
13
43,3%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas, 8 responden (26,7%) menjawab selalu, 9 responden (30%) menjawab sering, 13 responden (43,3%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang menyampaikan tata tertib kepada orang tua siswa.
Berdasarkan tabel 14, 12 responden (40%) menjawab selalu, 15 responden (50%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan pengarahan kepada siswa pada waktu upacara.
55
Tabel. 14 Pemberian Pengarahan Kepada Siswa Pada Waktu Upacara No.
7.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
12
40%
Sering
15
50%
Kadang-Kadang
3
10%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
2. Dimensi Contoh/Tauladan Dimensi contoh dan tauladan ditunjukan pada angket item 8, 9, 10, 11, 12 dan 13, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel. 15 Berlaku Sopan dan Ramah No.
8.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
18
60%
Sering
9
30%
Kadang-Kadang
3
10%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas, 18 responden (60%) menjawab selalu, 9 responden (30%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat diketahui 60% responden menyatakan guru berlaku sopan dan ramah.
56
Tabel. 16 Mengucapkan Salam Ketika Masuk Kelas No.
9.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
19
63,3%
Sering
8
26,7%
Kadang-Kadang
3
10%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 19 responden (63,3%) menjawab selalu, 8 responden (26,7%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadangkadang dan tidak ada reponden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 63,3% responden menyatakan bahwa guru selalu mengucapkan salam ketika masuk kelas.
Tabel. 17 Berlaku Adil Kepada Seluruh Siswa No.
10.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
13
43,3%
Sering
9
30%
Kadang-Kadang
8
26,7%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel di atas menunjukan 13 responden (43,3%) menjawab selalu, 9 responden (30%) menjawab sering, 8 responden (26,7%) menjawab kadang-
57
kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian, dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa selalu berlaku adil kepada seluruh siswa.
Tabel. 18 Tidak Merokok di lingkungan sekolah No.
11.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
17
56,7%
Sering
6
20%
Kadang-Kadang
7
23,3%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 17 responden (56,7%) menjawab selalu, 6 responden (20%) menjawab sering, 7 responden (23,3%) menjawab kadangkadang dang tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 56,7% responden menyatakan bahwa guru selalu tidak merokok di lingkungan sekolah.
Berdasarkan tabel 19 menunjukan, 12 responden (40%) menjawab selalu, 12 responden (40%) menjawab sering, 6 responden (20%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui, 40% responden menyatakan bahwa guru datang kesekolah 10 menit lebih awal.
58
Tabel. 19 Datang ke Sekolah 10 Menit Lebih Awal No.
12.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
12
40%
Sering
12
40%
Kadang-Kadang
6
20%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel. 20 Masuk Kelas Lebih Awal No.
13.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
4
13,3%
Sering
8
26,7%
Kadang-Kadang
13
43,3%
Tidak Pernah
5
16,7%
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas menunjukan, 4 responden (13,3%) menjawab selalu, 8 responden (26,7%) menjawab sering, 13 responden (43,3%) menjawab kadang-kadang dan 5 responden (16,7%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui, 43,3% responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru masuk kelas lebih awal.
59
Tabel. 21 Berpakaian Rapi dan Sopan pada Saat Mengajar No.
14.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
24
80%
Sering
4
13,3%
Kadang-Kadang
2
6,7%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas, 24 responden (80%) menjawab selalu, 4 responden (13,3%) menjawab sering, 2 responden (6,7%) tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui, 80% responden menyatakan bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar.
3. Dimensi Pengawasan Dimensi pengawasan ditunjukan pada angket item 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Tabel. 22 Mengadakan Razia No.
15.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
7
23,3%
Sering
8
26,7%
Kadang-Kadang
15
50%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
60
Tabel di atas menunjukan, 7 responden (23,3%) menjawab selalu, 8 responden (26,7%) menjawab sering, 15 responden (50%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa, Kadang-kadang guru mengadakan razia.
Tabel. 23 Pemeriksaan Pakaian dan Rambut No.
16.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
15
50%
Sering
11
36,7%
Kadang-Kadang
4
13,3%
Tidak Pernah
-
-
B. Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas, 15 responden (50%) menjawab selalu, 11 responden (36,7%) menjawab sering, 4 responden (13,3%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa guru selalu mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut kepada siswa.
Berdasarkan tabel 24 menunjukan, 17 responden (56,7%) menjawab selalu, 7 responden (23,3%) menjawab sering, 6 responden (20%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 56,7% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur siswa yang membuat kegaduhan dalam kelas.
61
Tabel. 24 Teguran Kepada Siswa yang Membuat Kegaduhan dalam Kelas No.
17.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
17
56,7%
Sering
7
23,3%
Kadang-Kadang
6
20%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel. 25 Teguran Kepada Siswa yang Ngobrol Saat Guru Mengajar No.
18.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
13
43,3%
Sering
11
36,7%
Kadang-Kadang
4
13,3%
Tidak Pernah
2
6,7%
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 13 responden (43,3%) menjawab selalu, 11 responden (36,7%) menjawab sering, 4 responden (13,3%) menjawab kadangkadang, 2 responden (6,7%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur siswa yang ngobrol saat guru mengajar.
62
Tabel. 26 Teguran Kepada Siswa yang Menyontek pada Saat Ujian No.
19.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
15
50%
Sering
10
33,3%
Kadang-Kadang
5
16,7%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel di atas menunjukan, 15 responden (50%) menjawab selalu, 10 responden (33,3%) menjawab sering, 5 responden (16,7%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa, guru selalu memberi teguran kepada siswa yang menyontek pada saat ujian.
Tabel. 27 Teguran Kepada Siswa yang Mengantuk/Tidur Saat Berlangsungnya Pelajaran No.
20.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
16
53,3%
Sering
9
30%
Kadang-Kadang
5
16,7%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas menunjukan, 16 responden (53,3%) menjawab selalu, 9
63
responden (30%) menjawab sering, 5 responden (16,7%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 53,3% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur siswa yang mengantuk atau tidur pada saat berlangsungnya pelajaran.
Tabel. 28 Teguran Kepada Siswa yang Makan Saat Berlangsungnya Pelajaran No.
21.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
15
50%
Sering
13
43,3%
Kadang-Kadang
2
6,7%
Tidak Pernah
-
-
C. Jumlah
30
100 %
Tabel di atas menunjukan, 15 responden (50%) menjawab selalu, 13 responden (43,3%) menjawab sering, 2 responden (6,7%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 50% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur siswa yang makan saat berlangsungnya pelajaran.
Berdasarkan tabel 29 menunjukan, 23 responden (76,7%) menjawab selalu, 7 responden (23,3%) menjawab sering, tidak ada responden (0%) yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 76,7% responden menyatakan bahwa, guru selalu memberikan teguran bagi siswa yang keluar kelas saat jam belajar.
64
Tabel. 29 Teguran Bagi Siswa yang Keluar Kelas Saat Jam Belajar No.
22.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
23
76,7%
Sering
7
23,3%
Kadang-Kadang
-
-
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel. 30 Teguran Bagi Siswa yang Membuang Sampah Sembarangan No.
23.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
18
60%
Sering
5
16,7%
Kadang-Kadang
7
23,3%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas, 18 responden (60%) menjawab sering, 5 responden (16,7%) menjawab sering, 7 responden (23,3%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 60% responden menyatakan bahwa, guru selalu menegur siswa yang membuang sampah sembarangan.
65
Tabel. 31 Pemanggilan Orang Tua Siswa No.
24.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
14
46,7%
Sering
12
40%
Kadang-Kadang
4
13,3%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel diatas menunjukan, 14 responden (46,7%) menjawab selalu, 12 responden (40%) menjawab sering, 4 responden (13,3%) menjawab kadangkadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 46,7% responden menyatakan bahwa, guru selalu memanggil orang tua siswa yang melakukan pelanggaran.
4. Dimensi Penyadaran Dimensi penyadaran ditunjukan pada angket item 25, 26, 27, 28, 29 dan 30, yang ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
Berdasarkan tabel 32 menunjukan, 14 responden (46,7%) menjawab selalu, 13 responden (43,3%) menjawab sering, 3 responden (10%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak
pernah.
Dengan
demikian dapat
diketahui 46,7%
responden
menyatakan bahwa, guru selalu menghukum siswa yang berkelahi.
66
Tabel. 32 Hukuman Bagi Siswa yang Berkelahi No.
25.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
14
46,7%
Sering
13
43,3%
Kadang-Kadang
3
10%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel. 33 Hukuman Bagi Siswa yang Membolos No.
26.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
24
80%
Sering
6
20%
Kadang-Kadang
-
-
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Tabel di atas menunjukan, 24 responden (80%%) menjawab selalu, 6 responden (20%) menjawab selalu, tidak ada responden (0%) yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 80% responden menyatakan bahwa, guru selalu menghukum siswa yang membolos sekolah.
67
Tabel. 34 Hukuman Bagi Siswa yang Terlambat Datang ke Sekolah No.
27.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
11
36,7%
Sering
13
43,3%
Kadang-Kadang
6
20%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
Dari tabel di atas, 11 responden (36,7%) menjawab selalu, 13 responden (43,3%) menjawab sering, 6 responden (20%) menjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa, guru sering memberikan hukuman bagi siswa yang terlambat datang ke sekolah.
Tabel. 35 Pemberian Pujian No.
28.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
3
10%
Sering
9
30%
Kadang-Kadang
11
36,7%
Tidak Pernah
7
23,3%
Jumlah
30
100 %
Berdasarkan tabel di atas, 3 responden (10%) menjawab sering, 9 responden (30%) menjawab sering, 11 Responden (36,7%) menjawab kadang-
68
kadang dan 7 responden (23,3%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 36,7% responden menyatakan bahwa, kadang-kadang guru memberikan pujian kepada siswa yang rajin belajar.
Tabel. 36 Pemberian Hadiah No.
29.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
6
20%
Sering
7
23,3%
Kadang-Kadang
9
30%
Tidak Pernah
8
26,7%
Jumlah
30
100 %
Tabel diatas menunjukan, 6 responden (20%) menjawab selalu, 7 responden (23,3%) menjawab sering, 9 responden (30%) menjawab kadangkadang dan 8 responden (26,7%) menjawab tidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 30% responden menyatakan bahwa, kadang-kadang guru memberikan hadiah bagi siswa yang mendapatkan nilai baik.
Berdasarkan tabel 37 menunjukan, 13 responden (43,3%) menjawab serlalu, 12 responden (40%) menjawab sering, 5 responden (16,7%) mmenjawab kadang-kadang dan tidak ada responden (0%) yang menjawab ttidak pernah. Dengan demikian dapat diketahui 43,3% responden menyatakan bahwa, guru selalu memberikan penghargaan bagi siswa yang berprestasi.
69
Tabel. 37 Pemberian Penghargaan No.
30.
Alternatif Jawaban
F
Prosentase (%)
Selalu
13
43,3%
Sering
12
40%
Kadang-Kadang
5
16,7%
Tidak Pernah
-
-
Jumlah
30
100 %
C. Interpretasi Data Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif, maka penulis memberikan interpretasi data dengan menggunakan pedoman interpretasi berikut: 1. Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 76-100%. 2. Cukup Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 56-75%. 3. Kurang Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40-55%. 4. Tidak Baik; jika nilai yang diperoleh berada pada interval 40%.
Dari hasil penyebaran angket dengan 30 responden, diperoleh data mengenai PENEGAKAN
DISIPLIN
SISWA
DI
SMP
AL
AMANAH
SETU
TANGERANG SELATAN yang terdiri dari Empat Dimensi, yaitu: (1) Dimensi pembiasaan terdiri dari 7 item dengan skor 623, (2) Dimensi Contoh dan Tauladan terdiri dari 7 item dengan skor 681, (3) Dimensi pengawasan terdiri dari 10 item dengan skor 997, (4) Dimensi penyadaran 6 item dengan skor 547, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 39 berikut ini:
70
Tabel. 38 Perhitungan Nilai Rata-Rata Dimensi Penelitian
Nilai Skor
Harapan
Nilai Skor (NS)
NS
Kategori Nilai
(NH)
1. Pembiasaan
623
7 x 4 = 28
623:30 = 20,77
74,18%
Cukup Baik
2. Contoh dan
681
7 x 4 = 28
681:30 = 22,70
81,07%
Baik
3. Pengawasan
997
10 x 4 = 40
997:30 = 33,23
83,08%
Baik
4. Penyadaran
547
6 x 4 = 24
547:30 = 1823
75,00%
Cukup Baik
78,33%
BAIK
Tauladan
Rata-Rata
Berdasarkan perhitungan statistik sederhana di atas, maka Penegakan Disiplin Siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan dapat diketahui melalui interpretasi dimensi-dimensi sebagai berikut: 1. Pembiasaan Dimensi pembiasaan dapat dilihaat pada soal no. 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Pada soal no. (1) 40% responden menyatakan bahwa guru sering memberikan nasehat kepada siswa yang mencoret-coret seragam dan fasilitas sekolah. (2) 40% responden menyatakan bahwa kaang-kadang guru memberi nasehat kepada siswa yang malas belajar. (3) 40% responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru memberikan penyuluhan tentang narkoba. (4) 40% responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru memberikan penyuluhan mengenai bahaya merokok dan minuman keras. (5) 40%
responden
menyatakan bahwa guru sering menyampaikan dan memberikan pengarahan mengenai tata tertib atau disiplin sekolah kepada siswa. (6) 43,3% responden menyatakan bahwa kadang-kadang guru menyampaikan dan memberikan
71
pengarahan mengenai tata tertib atau disiplin sekolah kepada orang tua siswa. (7) 50% responden menyatakan bahwa guru sering menyampaikan dan memberikan pengarahan atau amanat kepada siswa pada waktu upacara. Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dikatakan bahwa pembiasaan yang dilakukan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 74,18% yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik.
2. Contoh dan Tauladan Dimensi contoh dan tauladan dapat dilihat pada soal no. 8, 9, 10, 11, 12, 13 dan 14. Pada soal no. (8) 60% responden menyatakan bahwa guru SMP Al Amanah selalu berprilaku sopan dan ramah. (9) 62% responden menyatakan bahwa guru selalu mengucapkan salam ketika masuk kelas. (10) 43,3% responden menyatakan bahwa guru selalu berlaku adil kepada seluruh siswa. (11) 56,7% responden menyatakan bahwa guru selalu tidak merokok dilingkungan sekolah. (12) 40% responden menyatakan bahwa guru datang ke sekolah 10 menit lebih awal. (13) 43,3% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang masuk kelas 5 menit lebih awal. (14) 80% responden menyatakan bahwa guru selalu berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar. Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan bahwa contoh dan tauladan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 81,07% yang berarti termasuk kalam kategori baik.
3. Pengawasan Dimensi pengawasan dapat dilihat pada soal no. 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23 dan 24. Pada soal no. (15) 50% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang mengadakan razia. (16) 50% responden menyatakan bahwa guru selalu mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut secara rutin. (17) 56,7% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang membuat kegaduhan dalam kelas. (18) 43,3% responden menyatakan bahwa
72
guru selalu menegur siswa yang mengobrol saat guru mengajar. (19) 50% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang yang menyontek pada saat ujian. (20) 53,3% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang mengantuk atau tertidur pada saat berlangsungnya pelajaran. (21) 50% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang makan di dalam kelas. (22) 76,7% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang keluar kelas saat jam belajar berlangsung. (23) 60% responden menyatakan bahwa guru selalu menegur siswa yang membuang sampah sembarangan. (24) 46,7% responden menyatakan bahwa guru selalu mmemanggil orang tua atau wali siswa ketika siswa melakukan pelanggaran. Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan bahwa pengawasan yang dilakukan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 83,08% yang berarti termasuk dalam kategori baik.
4. Penyadaran Dimensi penyadaran daapa dilihat pada soal no. 25, 26, 27, 28, 29 dan 30. Pada soal no. (25) 46,7% responden menyatakan bahwa guru selalu menghukum siswa yang berkelahi. (26) 80% responden menyatakan bahwa guru selalu menghukum siswa yang suka membolos sekolah. (27) 43,3% responden menyatakan bahwa guru selalu menghukum siswa yang terlambat datang ke sekolah. (28) 36,7% responden menyatakan bahwa guru kadangkadang memberikan pujian pada siswa yang rajin belajar. (29) 30% responden menyatakan bahwa guru kadang-kadang memberikan hadiah kepada siswa yang mendapat nilai baik. (30) 43,3% responden menyatakan bahwa guru selalu memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi. Berdasarkan rumus di atas, dapat dikatakan bahwa penyadaran yang dilakukan guru di SMP Al Amanah Setu berada pada interval 75,00% yang berarti termasuk dalam kategori cukup baik
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan Kendala yang dihadapi guru SMP Al Amanah dalam menegakan disiplin siswa yaitu ; kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan. Sehingga mereka menganggap kedisiplinan adalah suatu pengekangan. Manfaat penegakan disiplin siswa adalah sebagai tolok ukur mampu tidaknya siswa dalam mentaati aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah yang sangat penting untuk stabilitas kegiatan belajar mengajar. Selain itu juga sikap disiplin akan selalu diperlukan kapanpun dan dimanapun lingkungannya. Disiplin dapat membentuk watak dan kepribadian seseorang, menjadi tangguh dan dapat diandalkan. Siswa yang memiliki disiplin yang tinggi, lebih peka dan peduli pada lingkungan sekitar, dapat mengendalikan dan belajar mendisiplinkan diri. Sesuai dengan nilai rata-rata yang dihitung dengan rumus kategori dari keempat dimensi (dimensi pembiasaan, dimensi contoh dan tauladan, dimensi pengawasan, dimensi penyadaran) yang merupakan dimensi-dimensi penegakan disiplin secara keseluruhan, maka penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan termasuk dalam kategori baik, yaitu dengan skor sebagai berikut:
73
74
74,18%+81,07%+83,08%+75,00% + 78,33% 4
(BAIK)
B. Saran Dunia pendidikan tidak terlepas dari sikap kedisiplinan siswa-siswi, baik itu di sekolah maupun di lingkungan luar sekolah masing-masing, dan sudah selayaknya harus ditumbuh kembangkan serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Guru sebagai salah satu komponen pendidikan yang dapat menegakan disiplin siswa sangat diharapkan untuk menumbuhkan kedisiplinan pada dirinya kemudian diterapkan pada siswa-siswinya. Oleh karena itu berdasarkan hasil penelitian di lapangan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut: 1. Kepada Guru dan Staf Sekolah diharapkan untuk dapat meningkatkan pembiasaan-pembiasaan yang baik terhadap siswa-siswinya, sehingga dengan sendirinya pembiasaan yang diatur bisa menjadi kebiasaan yang dilakukan dengan sendirinya tanpa harus dimarahi dan dihukum. 2. Memberikan penyadaran bagi siswa-siswi yang melakukan pelanggaran dengan hukuman sekecil apapun dan memberikan penghargaan bagi siswa-siswi yang baik 3. Kepada para siswa diharapkan mampu memahami akan pentingnya penegakan kenyamanan
disiplin,
memelihara
dan
menjaga
suasana
dan
di sekolah agar terwujud suasana yang nyaman dan
menyenangkan dalam kegiatan belajar-mengajar.
DAFTAR PUSTAKA . Ahmad, ”Peran Guru Dalam Penegakan Disiplin Siswa”, 09/05/2009, tersedia di: www.smppgricimanggisdepok.com, 26/08/2010. Aptorina, ”Kedisiplinan Penting Dalam Proses Pendidikan di Sekolah”, 04/09/1990, tersedia di: http://meezone.blogspot.com, 26/08/2010. Arikunto, Suharsimi, ”Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek”, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997. Bayrakli, Bayraktar, ”Prinsip dan Metode Pendidikan Islam”, Jakarta: Inisiasi Press, 2004. Cet. Ke-1. Daradjat, Zakiah, ”Ilmu Jiwa Agama”, Jakarta: Bulan Bintang, 2003. Cet. Ke-16. Durkheim, Emile, ”Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologis Pendidikan”, Jakarta: Erlangga, 1990. H. Gunawan, Ary, ”Administrasi Sekolah”, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Cet. Ke-1. Hurlock, B. Elizabeth, ”Perkembangan Anak”, Jakarta: Erlangga, 1978. Jilid 2. Indrakusuma, Amir Daien, ”Pengantar Ilmu Pendidikan”, Surabaya: Usaha Nasional, 1984. Koswara, Soeharni, Nuryantini Ade Yeti, ”Manajemen Lembaga Pendidikan”, Bandung: Patragading, 2004. Cet. Ke-4. Les Gallay, ”Disiplin Siswa di Sekolah” 04/042008, tersedia di: www.yahoo.com. 26/08/2010. Margono, S, ”Metodologi Penelitian Pendidikan”, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005. MS. Djohar, ”Pendidikan Strategik: Alternatif Untuk Pendidikan Masa Depan”, Yogyakarta: LESFI, 2003. Mutiara Endah, ”Membuat Aturan Kedisiplinan Siswa”, 06/03/2010, tersedia di: tarmizi wordpress.com, 18/08/2010. Purwanto, Ngalim, ”Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis”, Bandung: CV. Remaja Karya, 1986.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, ”Kamus Besar Bahasa Indonesia”, Jakarta: Balai Pustaka, 2003. Cet. Ke-3. Sahertian, Piet A, ”Dimensi-Dimensi Aministrasi Pendidikan di Sekolah”, Surabaya: Usaha Nasional, 1994. Cet. Ke-1. SK, Sujono, ”Kumpulan Materi Kursus Dinas Staff Resimen Mahasiswa Jayakarta”, Jakarta: Satgas KDS, 2006. Cet. Ke-1. Sudijono, Anas, ”Pengantar Statistik Pendidikan”, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005. Cet. Ke-5. Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2003, Cet. Ke-1 Sutisna, Oteng, ”Administrasi Pendidikan; Dasar Teoritis untuk Praktek Profesional”, Bandung: Angkasa, 1989. Cet. Ke-10. Tholib, Khasan, ”Teori dan Aplikasi Administrasi Pendidikan”, Jakarta: Studio Press.
Responden
Skor Butir Pernyataan
Total
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
1
3
4
4
2
2
4
4
3
2
3
4
4
3
4
2
4
2
3
4
4
4
3
4
2
3
3
3
1
2
4
94
2
3
3
3
4
2
4
4
3
4
3
4
2
1
4
4
3
3
4
2
3
4
4
2
4
3
4
4
2
2
4
96
3
3
4
3
2
4
2
4
4
2
4
3
3
4
2
4
3
2
1
4
3
3
4
3
4
4
4
4
2
3
4
96
4
4
1
2
4
3
4
3
4
2
2
4
4
2
4
2
4
3
2
4
4
3
3
3
4
4
4
2
3
1
3
92
5
2
3
4
3
2
4
2
4
4
2
4
4
3
3
4
4
2
4
3
3
4
3
4
3
4
4
3
1
4
2
96
6
3
4
1
4
3
3
3
2
4
4
4
2
4
4
2
4
2
4
3
3
4
4
4
3
2
4
3
3
2
4
96
7
4
3
2
4
3
2
4
3
4
2
4
3
1
4
3
4
3
3
4
4
2
4
4
3
3
4
2
4
1
4
95
8
3
2
4
3
4
2
4
3
4
3
4
3
2
4
3
4
2
4
3
4
4
4
2
4
3
4
3
1
3
2
93
9
4
3
2
3
4
4
3
4
3
4
3
4
1
3
3
3
2
4
4
3
4
4
3
4
3
4
4
2
4
3
96
10
4
3
2
3
2
3
4
3
4
3
4
3
3
4
2
4
4
3
3
4
4
3
4
4
2
3
4
2
4
3
98
11
4
2
3
2
3
4
2
4
4
4
2
3
2
4
4
2
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
3
3
2
4
97
12
2
4
2
3
4
2
4
3
4
4
2
3
2
4
3
3
4
2
4
3
4
4
4
3
4
4
3
3
1
4
96
13
3
4
3
2
3
2
3
4
3
3
4
4
1
4
4
2
4
4
3
3
4
4
4
3
3
4
4
2
3
3
97
14
3
2
3
2
3
2
4
4
4
2
4
4
3
4
3
4
4
3
2
3
3
4
2
4
4
4
2
1
4
4
95
15
4
3
2
3
2
3
3
4
4
2
4
3
2
4
2
4
3
4
3
4
3
4
2
4
3
4
3
3
2
3
94
16
3
4
2
3
3
3
4
3
4
2
3
3
2
4
2
4
4
3
4
4
3
4
4
4
3
3
4
2
4
3
98
17
2
2
4
4
2
3
3
4
3
4
2
4
2
4
4
4
4
3
3
2
4
4
4
3
4
4
3
2
1
4
96
18
3
2
4
2
3
4
3
4
4
3
4
2
3
4
3
3
4
4
2
4
4
3
2
4
4
4
3
1
3
4
97
19
2
2
4
3
3
2
4
2
4
4
3
3
2
4
2
4
4
3
2
4
4
4
4
2
2
3
4
4
2
4
94
20
4
2
2
4
2
3
3
4
3
4
4
2
2
4
2
4
3
4
4
2
4
4
4
2
3
4
2
2
3
3
93
21
2
2
4
2
3
2
4
2
3
4
3
4
3
4
3
3
4
4
4
2
3
4
4
4
4
4
3
3
1
4
96
22
4
3
2
2
3
2
4
3
4
3
4
3
2
4
2
3
4
3
4
4
3
4
3
4
3
4
4
1
4
2
95
23
2
2
4
3
4
2
3
4
4
4
2
4
1
4
4
2
4
2
4
3
4
3
4
3
4
4
2
3
1
3
93
24
3
4
2
2
3
4
2
4
4
4
4
2
2
4
2
3
4
3
2
4
3
4
4
3
3
4
3
4
2
2
94
25
3
4
2
2
4
2
3
4
3
4
2
4
3
2
2
4
3
4
3
4
3
4
4
3
4
4
3
3
1
3
94
26
2
2
4
4
2
3
3
4
4
2
4
3
2
4
2
4
4
3
3
2
3
4
4
3
4
3
4
2
2
2
92
27
4
3
2
3
4
2
3
3
4
3
4
2
2
4
2
3
4
4
4
2
3
4
4
4
4
3
2
3
2
3
94
28
4
2
3
2
4
3
3
4
3
4
3
3
3
4
2
3
3
4
4
4
2
3
2
4
3
4
4
2
1
3
92
29
3
2
3
4
2
3
3
4
4
2
2
4
4
3
3
3
4
2
4
4
3
4
4
2
4
4
3
1
3
3
94
30
4
3
3
2
4
2
3
4
3
3
2
4
4
3
2
2
4
1
4
4
3
4
2
3
3
4
4
2
3
4
94
84
85
86
90
85
99 105 102
96
71 112
95
68
71
98
Jumlah
95 100
82 101 101
95 100 101 103 113 101 100 101 114
93 2846
UJI REFERENSI Seluruh Referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul “PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN”
yang disusun oleh INDAH SUMAYA NIM
103018227372 Program Studi MANAJEMEN PENDIDIKAN Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada tanggal, Oktober 2010.
Jakarta, 11 Oktober 2010 Dosen Pembimbing Skripsi
Drs. Hasyim Asy’ari, M.P.d NIP. 19661009 199303 1 004
75
Lampiran 1 ANGKET PENEGAKAN DISIPLIN SISWA DI SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN
I. Identitas 1. Nama
: ..................................................
2. Kelas
: ..................................................
3. Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Perempuan
II. Petunjuk Pengisian 1. Bacalah setiap pernyataan dengan seksama 2. Berilah tanda check list ( ) untuk setiap pernyataan yang diberikan pada kolom yang tersedia. 3. Pilihlah jawaban: SL
: Selalu
SR
: Sering
KK
: Kadang-Kadang
TP
: Tidak Pernah
NO.
PERNYATAAN
1.
Bapak/Ibu guru menasehati siswa yang mencoret-coret seraga dan fasilitas sekolah.
2.
Bapak/Ibu guru memberikan nasehat kepada siswa yang malas belajar.
3.
Bapak/Ibu guru memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba.
SL SR KK TP
76
4.
Bapak/Ibu guru memberikan penyuluhan tentang bahaya merokok dan minuman keras.
5.
Bapak/Ibu guru menyampaikan dan memberikan pengarahan mengenai tata tertib atau disiplin sekolah kepada siswa.
6.
Bapak/Ibu guru menyampaikan dan memberikan pengarahan mengenai tata tertib atau disipin sekolah kepada orang tua siswa.
7.
Bapak/Ibu guru menyampaikan dan memberikan pengarahan kepada siswa pada waktu upacara.
8.
Bapak/Ibu guru berprilaku sopan dan ramah.
9.
Bapak/Ibu guru mengucapkan salam ketika masuk kelas.
10.
Bapak/Ibu guru berlaku adil kepada seluruh siswa.
11.
Bapak/Ibu guru tidak merokok ketika berada di lingkungan sekolah.
12.
Bapak/Ibu guru datang ke sekolah 10 menit lebih awal.
13.
Bapak/Ibu guru masuk kelas 5 menit lebih awal.
14.
Bapak/Ibu guru berpakaian rapi dan sopan pada saat mengajar.
15.
Bapak/Ibu guru mengadakan razia, seperti: Benda tajam, bacaan-bacaan porno, obat-obatan terlarang dll.
16.
Bapak/Ibu guru mengadakan pemeriksaan pakaian dan rambut secara rutin.
17.
Bapak/Ibu
guru
menegur
siswa
yang
membuat
kegaduhan dalam kelas. 18.
Bapak/Ibu guru menegur siswa yang mengobrol saat guru mengajar.
77
19.
Bapak/Ibu guru menegur siswa yang menyontek pada saat ujian.
20.
Bapak/Ibu guru menegur siswa yang mengantuk atau tidur pada saat berlangsungnya pelajaran.
21.
Bapak/Ibu guru menegur siswa yang makan dalam kelas saat berlangsungnnya pelajaran.
22.
Bapak/Ibu guru menegur siswa yang keluar kelas saat jam belajar.
23.
Bapak/Ibu guru menegur siswa yang membuang sampah sembarangan.
24.
Bapak/Ibu guru memanggil orang tua/wali siswa ketika siswa melakukan pelanggaran.
25.
Bapak/Ibu guru menghukum siswa yang berkelahi.
26.
Bapak/Ibu
guru
menghukum
siswa
yang
suka
membolos sekolah. 27.
Bapak/Ibu guru menghukum siswa yang terlambat datang ke sekolah.
28.
Bapak/Ibu guru memberikan pujian kepada siswa yang rajin belajar.
29.
Bapak/Ibu guru memberikan hadiah kepada siswa yang mendapat nilai baik.
30.
Bapak/Ibu guru memberikan penghargaan kepada siswa yang berprestasi.
”Terima Kasih Atas Partisipasinya”
78
Lampiran 2 HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 22 September 2010 Tempat
: Ruang Kepala Sekolah
Nama
: Drs. Oman Rohmanudin, M.M.
Jabatan
: Kepala Sekolah
1. Sejak kapan penegakan disiplin siswa dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu? Jawab: Sejak SMP Al Amanah ini mulai menerima murid dan melaksanakan proses pendidikan dan pengajaran. 2. Faktor apa yang melatarbelakangi keberadan penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu? Jawab: Sekolah bukan hanya tempat siswa menerima pelajaran, melainkan tempat mengembangkan dan membentuk siswa menjadi pribadi yang baik selain rumah dan lingkungan sekitarnya. Sekolah merupakan lingkungan sosial yang mendampingi perkembangannya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial siswa memiliki beragam permasalahan dan berasal dari latarbelakang keluarga yang berbeda. Hal inilah yang melatarbelakangi adanya penegakan disiplin di sekolah. 3. Strategi apa saja yang dilakukan pihak sekolah dalam penegakan disiplin siswa? Jawab: Dalam upaya penegakan disiplin kami melakukan beberapa straegi yaitu: dengan membuat tata tertib sekolah yang berlaku untuk seluruh warga sekolah, mensosialisasikan tata tertib atau peraturan sekolah dan memberikan sanksi bagi yang melanggar, mulai dari memberikan teguran, penugasan, pemanggilan orang tua, diskorsing, sampai dikeluarkan dari sekolah.
79
4. Bagaimana pendapat bapak mengenai efektifitas penegakan disiplin? Jawab: Efektifitas penegakan disiplin bisa dicapai jika ada kerjasama antar warga sekolah diantaranya; kepala sekolah, guru BK, waka kesiswaan mulai dari wali kelas sebagai wali dari orang tua di sekolah, guru, keamanan sekolah, siswa itu sendiri dan orang tua yang lebih mengenali anaknya. 5. Apakah keberadaan bimbingan dan konseling di SMP Al Amanah Setu berpengaruh besar terhadap usaha menanggulangi kenakalan siswa, sebagai upaya penegakan disiplin? Jawab: Ya sangat berpengaruh, karena memang tujuan BK untuk membina dan memberikan bimbingan bagi siswa yang bermasalah dan memberikan solusi-solusi dari permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian siswa akan merasa diperhatikan. 6. Apakah guru BK di sekolah ini berhasil menegakan disiplin serta menanggulangi kenakalan remaja yang terjadi di sekolah? Jawab: Alhamdulillah cukup berhasil, karena saya melihat kemajuan dari tahun ke tahun dalam penegakan disiplin dan menanggulangi kenakalan remaja. 7. Hambatan-hambatan apa saja yang bapak alami dalam menghadapi masalah tersebut? Jawab: Hambatan akan kita temui di mana saja dan dipermasalahan apapun, namun yang menjadi hambatan dalam penegakan disiplin siswa ini yaitu kurangnya kesadaran siswa akan pentingnya kedisiplinan dan belum memahami benar tentang arti kedisiplinan, sehingga siswa merasa kedisiplinan merupakan pengekangan. 8. Bagaimana solusi dalam mengatasi hambatan-hambatan penegakan disiplin siswa? Jawab: Solusinya adalah dengan memberikan pengertian dan menjelaskan akan pentingnya kedisiplinan, membiasakan dengan pembiasaan-pembiasaan yang baik, memberikan contoh dan tauladan, kemudian kami lakukan pengawasan.
80
9. Pihak-pihak manasajakah yang dilibatkan dalam menanggulangi kenakalan remaja? Jawab: Dalam menaggulangi kenakalan remaja kami melibatkan seluruh sivitas sekolah, seperti: kepala sekolah, wakil kepala sekolah, wali kelas, guru BK, waka kesiswaan, bidang kurikulum, guru, staf sekolah dan orang tua yang mengawasi anak-anaknya di luar sekolah. 10. Bagaimana peran sekolah dalam menegakan disiplin siswa? Jawab: Disiplin merupakan cermin kepribadian seseorang, masyarakat dan bangsa. Disiplin menjadi pokok utama dalam membiasakan siswa ntuk hidup lebih teratur. Adapun peranan sekolah dalam menegakan disiplin siswa yaitu: Merencanakan dan membuat tata tertib atau peraturan sekolah, mensosialisasikannya kepada siswa dan orang tua siswa, melaksanakan peraturan atau tata tertib yang sudah disosialisasikan, kemudian menindaklanjutinya.
81
Lampiran 3 HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Selasa, 22 September 2010 Tempat
: Ruang BK
Nama
: Drs. Nuryaman, S.Pd.
Jabatan
: Wakil Kepala Sekolah/Guru Bimbingan dan Konseling
1. Jenis layanan BK apa sajakah yang diberikan kepada siswa SMP Al Amanah Setu dalam upaya penegakan disiplin? Jawab: Kami memberikan layanan berupa bimbingan dan pembinaan baik pribadi maupun kelompok, seperti pembinaan individu dan konsultasi kelompok secara khusus bagi yang mengalami masalah. 2. Jenis kenakalan apa sajakah yang dilakukan siswa SMP Al Amanah Setu? Jawab: Kenakalan yang sering dilakukan siswa diantaranya: merokok di lingkungan sekolah, berpakaian tidak rapih, terlambat datang ke sekolah, membolos, mencontek, keluar kelas pada waktu jam belajar, tidak mengikuti upacara, berkelahi dan membuat kegaduhan di kelas. 3. Menurut Bapak apa yang menyebabkan terjadinya kenakalan dikalangan siswa? Jawab: Menurut saya yang menyebabkan kenakalan siswa diantaranya adalah teman, keluarga dan lingkungannya. 4. Apakah Bapak bekerjasama dengan wali murid dalam menanggulangi kenakalan siswa yang sering terjadi di SMP Al Amanah Setu? Jawab: Ya, dalam menanggulangi kenakalan siswa selain dengan para guru di sekolah, saya juga bekerjasama dengan wali murid. 5. Kegiatan apa yang Bapak lakukan untuk menegakan disiplin siswa? Jawab: Dalam upaya penegakan disiplin siswa, kami sering mengadakan penyuluhan dan razia seperti Hp, majalah atau gambar porno, rokok, obatobatan terlarang dan benda-benda tajam.
82
6. Kendala apa saja yang Bapak hadapi dalam mencegah dan menanggulangi kenakalan siswa di sekolah ini sebagai upaya penegakan disiplin? Bagaimana Bapak menyikapi kendala tersebut? Jawab: Kendala yang saya hadapi adalah terkadang surat panggilan tidak sampai ketangan orang tua, tidak dihiraukan dan ada juga orang tua yang tidak mau percaya jika anaknya melakukan pelanggaran. 7. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling? Jawab: Yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling adalah partisipasi dari seluruh warga sekolah seperti kontribusi kepala sekolah, bidang kesiswaan, bidang kurikulum, guru dan staf sekolah. Adapun yang menjadi faktor penghambat diantaranya adalah siswa merasa enggan menceritakan permasalahannya dan lebih memilih diam (tidak mau berterus terang) dan terkadang memilih teman sebagai tempat mengadunya. 8. Langkah apa saja yang ditempuh untuk melaksanakan bimbingan dan konseling? Jawab: Langkah yang kami lakukan dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah diantaranya adalah memantau siswa, menanyakan kepada wali kelas dan orang tua tentang siswa yang bermasalah, memanggil siswa, membimbing dan membina siswa kemudian membantu menyelesaikan dengan memberi solusi kepada siswa akan permasalahannya.
83
Lampiran 4 HASIL WAWANCARA
Hari/Tanggal : Rabu, 23 September 2010 Tempat
: Ruang Guru
Nama
: Iyep Sumpena, S.Pd.
Jabatan
: Waka Kesiswaan
1. Sejak kapan penegakan disiplin siswa dilaksanakan di SMP Al Amanah Setu? Jawab: Sejak berdirinya sekolah ini, kemudian program yang sudah ada dikembangkan dan ditingkatkan hingga saat ini. 2. Menurut bapak apa yang melatarbelakangi diadakannya penegakan disiplin siswa di SMP Al Amanah Setu ini? Jawab: Menurut saya disiplin adalah kunci kesuksesan seseorang, dengan disiplin seseorang akan menjadi lebih teratur dan tahu mana yang harus dan tidak dilakukannya.
Dengan
disiplin
seseorang
akan
mudah
meraih
keberhasilannya. Oleh karena itu SMP Al Amanah ini menerapkan penegakan disiplin siswa dan terus mengembangkannya. 3. Apakah Bapak bekerja sama dengan para guru dan wali murid dalam menegakan disiplin siswa? Jawab: Ya sudah barang tentu, karena disiplin tidak bisa ditegakan tanpa ada kerjasama dari pihak-pihak yang bersangkutan. 4. Apakah Bapak sering mengadakan razia, seperti benda-benda tajam, gambargambar atau bacaan-bacaan porno, kerapihan berpakaian, kerapihan rambut, obatobatan terlarang, rokok dan minuman keras? Jawab: Ya saya sering mengadakan razia bekerjasama dengan guru-guru yang lain demi terlaksananya penegakan disiplin di sekolah.
84
5. Jenis pelanggaran apa saja yang sering dilakukan siswa di sekolah ini? Jawab: Pelanggaran yang sering dilakukan siswa diantaranya: Bertengkar, merokok di lingkungan sekolah, membolos, mencontek, keluar kelas, membuang sampah sembarangan dan lain-lain. 6. Bagaimana upaya Bapak dalam menghadapi siswa yang melakukan pelanggaran? Jawab: Diberikan teguran, kemudian diperingati, bila masih melakukan pelanggaran yang sama tanpa dihiraukan baru diberikan hukuman sesuai dengan pelanggarannya. 7. Hukuman apa saja yang diberikan kepada siswa yang melakukan pelanggaran? Jawab: Hukuman yang biasa diberikan kepada siswa tergantung dari jenis pelanggarannya, semakin besar dan banyak pelanggaran yang dilakukan maka semakin berat juga hukuman yang diberikan. Mulai dari berdiri di kelas, diberikan nasehat, menyapu dan membersihkan ruangan atau halaman sekolah, membersihkan WC, di gundul, diskor, pemanggilan orang tua sampai dikeluarkan dari sekolah. 8. Siapa saja yang bertanggung-jawab dalam program penegakan disiplin siswa? Jawab: Yang bertanggung-jawab dalam hal penegakan disiplin siswa adalah kami semua, semua yang ada di sekolah ini bertanggung-jawab untuk menegakan kedisiplinan. Karena kedisiplinan kelompok tidak akan bisa dicapai dengan sendiri-sendiri tanpa kerjasama kelompok tersebut.
85
Lampiran 6 TATA TERTIB SISWA SMP AL AMANAH SETU TANGERANG SELATAN
I. HAK DAN KEWAJIBAN A. HAK 1. Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, sesuai UU 1945 pasal 31 ayat (1). 2. Siswa berhak mendapat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan SMP Al Amanah. 3. Setiap siswa dapat menikmati semua fasilitas yang dimiliki SMP Al Amanah sesuai tata tertib yang diperuntukan siswa. 4. Siswa dapat berkonsultasi melalui prosedur yang ditetapkan dan untuk perbaikan situasi belajar mengajar di sekolah.
B. KEWAJIBAN Setiap siswa wajib tunduk dan patuh pada ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Bertindak serta bersikap sopan santun, menghormati Bapak dan Ibu guru baik di sekolah maupun di luar sekolah, demikian pula antara sesama siswa, sebagai siswa yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 45. 2. Pakaian seragam sekolah dan kelengkapannya : a. Senin – Selasa
: Putih – Biru, berdasi, topi, dan ikat pinggang.
b. Rabu – Kamis
: Batik – Hitam, berdasi dan ikat pinggang.
c. Jum’at
: Busana Muslim.
d. Sabtu
: Seragam Pramuka.
86
3. Rambut siswa pria harus pendek, tidak melebihi atau menutupi leher kemeja, daun telinga dan tidak dicat. 4. Kehadiran siswa a. Kehadiran siswa selambat-lambatnya 5 menit sebelum jam pelajaran dimulai. b. Bagi yang bertugas piket selambat-lambatnya 20 menit sebelum pelajaran pertama dimulai. c. Apabila seseorang siswa terlambat, wajib melapor kepada guru piket. d. Bila seorang siswa tidak dapat hadir di sekolah, harus memberittahu pihak sekolah, melalui keterangan sah yaitu : -
Surat keterangan orang tua/wali.
-
Surat keterangan dokter.
-
Telepon dari orang tua/walinya sebelum jam pertama.
e. Bila siswa karena sesuatu hal harus meninggalkan jam pelajaran ia harus mendapat persetujuan Kepala Sekolah melalui guru piket. f. Bila siswa karena sesuatu hal tidak dapat mengikuti pelajaran selama beberapa hari, harus mengajukan permohonan dari orang tua/walinya. 5. Memelihara dan menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, atas kelas masing-masing serta sekolah secara keseluruhan merupakan tanggung jawab para siswa bersama berdasarkan prinsip kekeluargaan. 6. Pembayaran SPP dan Komputer selambat-laambatnya tanggal 10 setiap bulan. 7. Orang tua wajib memenuhi panggilan sekolah yang berkaitan dengan pendidikan anaknya. 8. Siswa pria wajib sholat jum’at di sekolah, mengenakan peci pada saat sholat jum’at. 9. Siswa putri wajib mengikuti muhadoroh. 10. Seluruh siswa wajib sholat berjamaah dzuhur.
87
II. LARANGAN 1. Dilarang meninggalkan pekarangan sekolah selama jam pelajaran, tanpa seizin kepala sekolah melalui guru piket. 2. Dilarang merokok. 3. Dilarang berpakaian, bersolek, berhias berlebihan yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 4. Dilarang memakai topi dan assesoris yang bukan seragam sekolah. 5. Dilarang memakai pakaian seragam sekolah di tempat-tempat tertentu seperti : Bar, Diskotik, Play Station dan pertemuan-pertemuan yang tidak ada hubungannya dengan pendidikan dan pengajaran. 6. Dilarang menerima tamu tanpa seizin guru piket. 7. Dilarang membawa menyimpan, mengedarkan minuman keras atau minuman yang memabukan serta obat bius dan obat-obatan terlarang (ganja, heroin, morphine) dan sebagainya. 8. Dilarang membawa, menyimpan, mengedarkan buku bacaan, film dan media lainnya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam. 9. Dilarang membawa senjata api, senjata tajam berupa apapun yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan dan pelajaran sekolah. 10. Dilarang berkelahi dan baku hantam baik secara perorangan, kelompok, maupun secara masal. 11. Dilarang melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian dan kerusakan materil, milik umum, sekolah maupun milik perorangan. 12. Dilarang membentuk organisasi selain OSIS maupun kegiatan lainnya tanpa seizin Kepala Sekolah. 13. Dilarang mencoret-coret seragam, bangku, meja, dinding dan fasilitas lainnya. 14. Dilarang membawa Tipp-ex. 15. Dilarang memmbawa sepeda motor.
88
III. SANKSI – SANKSI 1. Mengkonsumsi, mengedarkan obat-obatan terlarang dan minuman keras. -
Dikeluarkan dari sekolah setelah orang tuanya dipanggil.
2. Berkelahi. a. Berkelahi dengan teman sekolah -
Membersihkan lingkungan sekolah selama 4 jam pelajaran.
b. Berkelahi dengan pihak luar -
Diskor selama 3 hari
3. Membawa dan menggunakan senjata tajam/senjata api dan benda lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pendidikan. 4. Merokok. -
1 kali merokok digunduli
-
2 kali merokok digunduli dan orang tuanya dipanggil.
-
3 kali merokok dikembalikan ke orang tuanya
5. Tidak berseragam. -
1 kali tidak berseragam menyapu atau membersihkan ruangan/halaman
-
2 kali tidak berseragam membersihkan WC
-
3 kali tidak berseragam atau lebih, dipulangkan dengan membawa surat perjanjian dari sekolah yang harus ditanda tangani oleh orang tuanya dan surat dikembalikan keesokan harinya.
6. Mencoret-coret. a. Mencoret-coret seragam -
Dihapus sendiri sampai bersih
b. Mencoret-coret bangku, meja, dinding dan fasilitas lainnya. -
Dihapus sampai bersih dan atau membawa cat serta mengecatnya.
7. Tidak mengikuti kegiatan mingguan. a. Tidak sholat jum’at bagi putra -
Digunduli dan diberikan bimbingan khusus dari guru BK.
b. Tidak ikut Muhadoroh tanpa izin bagi putri.
89
-
Mengepel WC
8. Tidak sholat dzuhur / Ashar di sekolah. -
Laki-laki digunduli
-
Perempuan dikurung di ruang BK maksimal 3 jam
9. Memakai topi selain topi sekolah dan assesoris yang tidak pantas di lingkungan sekolah pada jam pelajaran. -
Diambil dan tidak dikembalikan
10. Membawa buku, gambar, VCD porno dan sejenisnya. -
Diambil dan dimusnahkan serta mendapat bimbingan khusus dari guru BK.
11. Terlambat, bolos dan todak piket. -
Terlambat ditangani guru piket, berdiri di kelas selama 1 jam pelajaran
-
Bolos dan tidak piket diberikan sanksi oleh wali kelas masing-masing.
12. Membawa Tipp-ex, diambil dan tidak dikembalikan lagi. 13. Hal-hal yang belum tercantum akan tiatur kemudian.
JAJNJI SISWA
KAMI SISWA-SISWI SMP AL AMANAH BERJANJI :
1. Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Hormat dan patuh kepada Orang Tua dan Guru 3. Taat dan patuh kepada seluruh peraturan Sekolah 4. Sopan santun terhadap siapapun 5. Menjauhkan perselisihan dan mempererat persaudaraan 6. Selalu menjunjung tinggi nama baik Sekolah
90
Lampiran 7 SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
:
Hendra
TTL
:
Tangerang, 11 Februari 1997
Kelas
:
VII – D
Nama
:
Herdian
Umur
:
38 Tahun
Alamat
:
JL. Raya Puspiptek Desa Bhakti Jaya RT. 01/03 No. 35 Setu.
Orang Tua
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa saya siap menerima hukuman apapun yang diberikan oleh pihak sekolah terhadap diri saya apabila saya mengulangi perbuatan saya kembali (melanggar tata tertib). Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan penuh kesadaran, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Setu, 22 Juli 2010 Orang Tua/Wali
Yang membuat pernyataan
Herdian Ali
Hendra Ali Saksi
Wali Kelas VII – D
Guru BP
Siti Mariyam, S.Pd
Drs. Nuryaman, S.Pd
91
Lampiran 8 Tabel .5 Keadaan Guru SMP Al-Amanah NO.
NAMA
JABATAN
BIDANG STUDI
1.
Drs. Oman Rohmanudin, M.M
Kepala Sekolah
-
2.
Drs. Nuryaman, S.Ag
Waka. Kep.Sek
PAI / Akidah
3.
H. Ahmad Hadi, S.Ag
Guru
Fiqih
4.
Drs. Ahmad Muhroj
Guru
Ekonomi
5.
Drs. Ulul Arkham
Guru
Sejarah
6.
Drs. Syaefullah
Guru
Geografi
7.
Shodikin, S.Pd
Guru
Bahasa Inggris
8.
Bambang Widada, S.Pd. Kim
Guru
Fisika
9.
Iyep Sumpena, S.Pd
Guru
Ekonomi
10.
Ahmad Husen, S.Ag
Guru
Bahasa Arab
11.
Dede Aslikah, S.Ag
Guru
PAI / KAH
12.
Siti Maryam, S.Ag
Guru
Bahasa Arab
13.
Diyah Purwandari, S.Pd
Guru
Fisika
14.
Desy Maryatul Qibtiyah, S.Pd
Guru
B. Indonesia
15.
Dian Susanti, S.Pd
Guru
Biologi
16.
Siti Maesaroh, S.Pd
Guru
Fiqih
17.
Ngatinem, S.Pd
Guru
MTK
18.
Ogi Suprayogi, S.Pd
Guru
B. Indonesia
19.
Eka Vitria Vanissih, S.Pd
Guru
Geografi
20.
Triwijayanto, A.Pd
Guru
Komputer
21.
Syaiful Bahri
Guru
KTK
22.
Andy Karyanto, SE
Guru
MTK
23.
Eti Sumiati, S.Pd
Guru
PAI / KAH
92
24.
Mustofa Ahmad, S.Pd
Guru
PPKN
25.
Pujiono
Guru
Penjas
Struktur Organisasi SMP Al Amanah Setu Tangerang Selatan
Ketua Yayasan H. TB. Suhandi, Ch. M.Pd Kepala Sekolah Drs. Oman Rohmanudin, M.M
Wakil Kepala Sekolah a.
Drs. Nuryaman, S. Ag.
Waka Kurikulum
Waka Kesiswaan
Waka Administrasi
Drs. Ulul Arkham.
Iyep Sumpena, S.Pd
Sundussiah
Guru-guru
Siswa-siswi Sumber: Arsip SMP Al-Amanah Setu, Kota Tangerang Selatan.