PENANGANAN PERILAKU MENYIMPANG SISWA MELALUI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP PLUS AL-ISLAMIYAH PONDOK AREN KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh : Muhammad Fauzi NIM : 109011000164
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 M
ABSTRAK Muhammad Fauzi (NIM: 109011000164). Penanganan Perilaku Menyimpang Siswa Melalui Program Bimbingan dan Konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Dalam melakukan penanganan perilaku menyimpang siswa, perlu adanya program bimbingan dan konseling. Proses ini merupakan pemberian bantuan yang diberikan kepada siswa, agar siswa dapat lebih baik lagi dari segi perilakunya menjadi lebih mandiri, terampil, dan bertanggung jawab. Dari pembahasan ini peneliti mengidentifikasi perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, bagaimana program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, bagaimana upaya penanganan perilaku menyimpang siswa melalui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perilaku-perilaku menyimpang siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, Mengetahui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Mengetahui upaya penanganan perilaku menyimpang siswa melalui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan metode yang sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini bahwa penanganan perilaku menyimpang siswa dapat diatasi melalui program bimbingan dan konseling serta upayaupaya yang dilakukan dalam penanganan perilaku menyimpang siswa SMP Plus AlIslamiyah melalui upaya preventif dan upaya kuratif. Selain itu juga dapat dilakukan secara terprogram dan spontanitas, sehingga penanganan ini menjadi lebih efektif. Melalui program bimbingan dan konseling
ini juga memberikan kontribusi dalam
meningkatkan minat belajar siswa SMP Plus Al-Islamiyah.
i
ABSTRACT Muhammad Fauzi (NIM: 109011000164). Handling Deviant Behavior Through Student Guidance and Counseling Program SMP Plus al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City. In handling student misbehavior, the need for guidance and counseling program this process is the provision of assistance given to students so that students can be better in terms of attitude, become more independent, skilled, and responsible. From this discussion researchers identify aberrant behavior carried out by junior high school students Plus Al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City, how the guidance and counseling program at SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City, how the handling of deviant behavior of students through guidance and counseling program SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City. The aim of this study is Knowing deviant behaviors of students SMP Plus al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City, Knowing the guidance and counseling program at SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City. Knowing the handling student misbehavior through guidance and counseling program at SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren South Tangerang City. This research is qualitative, descriptive nature with the analytic method. Data obtained as the result of observation, interviews, captured, document analysis, field notes, composed of researchers at the study site, is not contained in the form and figures. Researchers immediately perform data analysis by enriching the information, look for relationships, comparing, finding a pattern on the basis of the original data (not transformed in the form of numbers). Results of data analysis in the form of an examination of the situation under study is presented in the form of a narrative description. The results found in this study that the handling student misbehavior can be addressed through guidance and counseling programs and efforts were made in the handling student misbehavior SMP Plus Al-Islamiyah through preventive measures and curative measures. It can also be done programmatically and spontaneity, so that it becomes a more effective treatment. Through the guidance and counseling program also contributes in increasing student interest SMP Plus Al-Islamiyah.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan inayah, rahmat dan karunia Allah SWT, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai revolusioner dunia dan pembawa risalah serta kepada keluarga, dan para sahabatnya, mudah-mudahan kita semua akan mendapatkan syafa’atul ‘udzma di yaumil kiamat kelak Amin. Pada dasarnya dalam proses penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapati kesulitan. Akan tetapi, dengan adanya bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak Alhamdulillah penulisan skripsi ini bisa diselesaikan walaupun masih banyak kekurangan sehingga saran, dan kritik penulis terima dengan kerendahan hati agar skripsi ini dapat lebih sempurna. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada berbagai pihak dan instansi lainnya yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini antara lain kepada: 1.
Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. H. Abdul Madjid Khon, M.Ag Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Marhamah Saleh, Lc. MA. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.
Dra. Raudhah, M.Pd. sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing kami dalam perkuliahan sampai kami bisa menulis skripsi untuk dijadikan syarat untuk menyelesaikan S1.
5.
Dr. Sururin, MA. sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah sabar membimbing,
memberikan
saran,
arahan,
motivasi,
dan
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran di sela-sela kesibukannya.
iii
telah
6.
Seluruh dosen dan staff jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7.
Kepala Sekolah SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Muslih, S.Pd. yang telah mengizinkan penelititan berlangsung.
8.
Drs. Sadly, selaku guru bimbingan dan konseling di tempat penulis melakukan penelitian.
9.
Yang paling terutama kepada sosok dua orang tercinta yaitu Muslih ayahanda yang tak pernah lelah untuk selalu memberi do’a, semangat serta motivasi kepada kami dan Nur Mahmudah ibunda yang sudah banyak berkorban untuk hidup kami dan selalu memberikan limpahan do’a dan kasih sayang kepada kami.
10.
Adik-adik kandung kami tercinta Izzul Mutho’ dan Wardatun Nafisah yang terus menjadi motivasi kami untuk terus bisa berjuang dan bisa menjadi contoh yang terbaik untuk masa depan mereka.
11.
Sahabat-sahabat tercinta yang mungkin tak pernah lelah selalu memberi dukungan dan semangat yang begitu tulus untuk kami sehingga kami bisa menyelesaikan skripsi kami, terutama untuk Riza Ramdhan, Irfan Mohammed, S.Sy, Fahmi Rosyad Al-Bantani, Andi Purnama, Yadi Ahmad, Rizal Kipli, Sensei Indah, Ari Zaid, Wildan Mukhollad dan sahabat-sahabat yang lain.
12.
Rekan–rekan guru di SMP Plus Al Islamiyah Pondok Aren yang telah memberikan dorongan, dukungan, serta masukan pada penulis.
13.
Keluarga besar Sabillussalam, Keluarga besar Pramuka Pondok Aren, Keluarga besar Menjangan Ciputat, Keluarga besar Al-Fairuz Daarul Muttaqien, Keluarga besar Octa Production dan Teman-teman tercinta di Pendidikan Agama Islam (PAI) angkatan 2009 yang selalu memberikan masukan dan dorongan motivasi kepada penulis.
iv
14.
Semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, dan informasi yang bermanfaat untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari masih sangat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis sangat berharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian. Mudah – mudahan skrpsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi khazanah ilmu pengetahuan. Amin ya rabbal alamin.
Jakarta, 03 Oktober 2015
Muhammad Fauzi
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR UJI REFERENSI LEMBAR PEMBUATAN KARYA ILMIAH ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... vi BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ............................................................. 16 C. Pembatasan Masalah ............................................................ 16 D. Perumusan Masalah ............................................................. 17 E. Tujuang Penelitian ............................................................... 17 F. Kegunaan Penelitian ............................................................ 18
BAB II
KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoretik 1. Perilaku Siswa Yang Menyimpang a. Pengertian Siswa ...................................................... 19 b. Pengertian Perilaku Siswa yang Menyimpang ........ 21 c. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Perilaku ........ 29 d. Cara Penyelesaiannya .............................................. 34 2. Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan ............................................. 37 b. Pengertian Konseling .............................................. 39 c. Bidang Bimbingan dan Konseling .......................... 45 d. Program Bimbingan dan Konseling ........................ 46 B. Penelitian yang Relevan ...................................................... 48 C. Kerangka Berfikir ................................................................ 49
vi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 51 B. Metode Penelitian ................................................................ 51 C. Responden Penelitian .......................................................... 53 D. Sumber Data ........................................................................ 54 E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 54 F. Teknik Analisis Data ........................................................... 58
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah ............................................................... 59 2. Sejarah Berdirinya SMP Plus Al-Islamiyah ................. 59 3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah .................................... 60 4. Keadaan Guru dan Pegawai ......................................... 62 5. Sarana dan Prasarana ................................................... 64 6. Muatan Kurikulum SMP Plus Al-Islamiyah ............... 65 B. Analisis Data 1. Penyimpangan Perilaku Siswa yang Menyimpang ..... 69 2. Program Bimbingan dan Konseling SMP Plus Al-Islamiyah ............................................... 77 3. Upaya Penanganan Perilaku Menyimpang Siswa SMP Plus Al-Islamiyah .............................................. 86
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................... 89 B. Saran ................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 92 UJI REFERENSI LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Masa remaja merupakan masa yang banyak menarik perhatian karena sifat-sifat khasnya dan peranannya yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakat orang dewasa.1 Masa remaja adalah suatu tahap kehidupan yang bersifat peralihan dan tidak mantap. Di samping itu, masa remaja adalah masa yang rawan oleh pengaruhpengaruh negatif, seperti narkoba, kriminal, dan kejahatan seks. Melalui seks bebas yang dapat membahayakan mereka karena bisa terjangkit berbagai penyakit kelamin terutama AIDS. Penyakit ini sudah menggejala ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Hal-hal yang berusaha untuk merangsang dorongan seks dengan tulisan atau gambar. Pengaruhnya cepat meluas terutama di kalangan remaja yang sedang berada pada masa pubertas. Apalagi kecanggihan teknologi melalui alat komunikasi handphone dan gadget sudah semakin meningkat, dan itu mempermudah remaja untuk mengakses situs-situs porno. Biasanya di masa pubertas seorang remaja memiliki rasa penasaran yang sangat tinggi, berawal dari melihat adegan-adegan porno dan mendengar cerita1
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 26.
1
2
cerita dari pergaulan teman-temannya, lalu ia semakin penasaran untuk mencobanya. Ketika ia merasakan sebuah kenikmatan pada percobaan awalnya dan itulah yang menjadikannya ketagihan untuk melakukan secara terus-menerus. Itu adalah salah satu yang menjadi sebab remaja bisa terjangkit penyakit HIV/AIDS. Data UNICEF menyatakan jumlah kematian HIV/AIDS di kalangan remaja meningkat hingga 50 persen antara tahun 2005 dan 2012 dan menunjukkan tren mengkhawatirkan. UNICEF menyebutkan, sekitar 71.000 remaja berusia antara 10 dan 19 tahun meninggal dunia karena virus HIV pada tahun 2005. Jumlah itu meningkat
menjadi
110.000
jiwa
pada
tahun
2012. UNICEF
sendiri
merekomendasikan investasi dana sebesar 5,5 miliar dolar AS pada tahun 2014 yang diharapkan dapat mencegah tertularnya dua juta remaja atas HIV pada tahun-tahun mendatang.2 Rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi remaja, khususnya dalam melindungi diri dari perilaku seksual berisiko, pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan serta banyaknya remaja yang menganggap HIV/AIDS sebagai penyakit yang tak berbahaya dan banyak sekali pemahaman keliru terkait penyakit tersebut menjadi permasalahan yang sangat penting. Padahal dengan pemahaman dan edukasi yang tepat, penularan dapat dicegah sehingga kematian akibat HIV/AIDS dapat ditekan. Di zaman modern ini selain bahaya penyakit AIDS yang mengancam masa depan remaja. Bahaya rokok juga bisa mengancam masa depan remaja di 2
BKKBN, BKKBN Gandeng Rapper Anak Remaja Indonesia Untuk Tidak Nikah Terlalu Dini, Jauhi Narkoba, HIV/AIDS, dan Seks Remaja, Artikel diakses pada 30 Desember 2014 dari http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=98.
3
Indonesia, karena penggunaan rokok itu adalah awal dari remaja mengenal alkohol, narkoba, dan obat-obatan terlarang yang lain. Akhir-akhir ini kebiasaan merokok aktif pada anak cenderung meningkat. Bila dulu usia anak berani merokok saat duduk di bangku SMP, sekarang ini dapat dijumpai anak-anak SD kelas 4 sudah mulai banyak yang merokok secara diamdiam. Padahal, konsumsi rokok sejak usia dini dapat menimbulkan kebiasaan merokok yang sulit dihentikan, serta berisiko terhadap kesehatan maupun lingkungan. Selain juga bisa menjadi pintu masuk bagi anak untuk mengkonsumsi narkoba. Sebagai perokok pasif, anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang banyak asap rokok juga memiliki resiko penyakit yang sama, jika terpapar dengan asap rokok untuk jangka waktu yang lama. Laporan The Jakarta Global Youth Tobacco Survey tahun 2000, menunjukan sebanyak 89 persen murid usia 13-15 tahun telah menyedot asap rokok linkungan di tempat umum-umum dan beresiko menderita penyakit bronkitis, pheumonia, serta penyakit telinga tengah.3 Penyakit paru kronis pada orang tua dewasa ternyata merupakan akibat paparan asap rokok pada masa anak, rusaknya kesehatan masa anak itu akan diikuti rusaknya kesehatan mereka pada masa dewasa. Hal itu berarti rusaknya produktivitas bagi diri mereka maupun bagi masyarakat, karena itu sejak akhir tahun 60-an di Amerika Serikat dilakukan sejumlah program penghentian merokok di sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar.
3
Bahaya Rokok Bagi Usia Dini, artikel ini diakses pada 12 Januari 2015 dari http://www.bnnpjatim.com/blog/artikel/bahaya-rokok-bagi-usia-dini.html.
4
Jika Amerika sudah melakukan itu sejak lama, mengapa Indonesia belum juga mengeluarkan larangan merokok pada anak. Tingginya jumlah perokok di usia muda dan anak-anak antara lain akibat pengaruh iklan yang dengan gencarnya mempromosikan produk rokok. Berangkat dari iklan itu anak-anak di bawah usia 18 tahun belum dapat membedakan hak-hak mana yang dianggapnya baik. Ada kecenderungan dari diri anak-anak meniru apa yang disampaikan oleh iklan suatu produk rokok, kondisi itu diperparah oleh kebiasaan merokok oleh orang tuanya. Dengan membantu orang tua mereka yang perokok untuk berhenti merokok, hal itu tidak saja mencegah anak-anak menjadi perokok, tetapi juga membantu bisa mendorong remaja untuk berhenti merokok.4 Kepribadian seseorang sangatlah berpengaruh bagi perilaku dan sikap yang dimilikinya, terutama kepribadian remaja yang masih dalam masa pendewasaan. Menurut Klages, ada 3 aspek yang meliputi kepribadian seseorang, yaitu:5 1. Materi atau Bahan Kepribadian (Stoff) Materi atau bahan yang merupakan salah satu aspek daripada kepribadian berisikan semua kemampuan (daya) pembawaan beserta talent-talentnya (keistimewaan-keistimewaannya). Materi ini merupakan modal pertama yang disediakan oleh kodrat untuk dipergunakan dan dikembangkan oleh manusia. 2. Struktur Kepribadian (Struktur) Dalam uraian mengenai struktur ini Klages bermula dengan memberikan pengertian tentang istilah struktur. Istilah ini adalah sebagai pelengkap daripada 4 5
h.96
Ibid Sumardi Suryabrata, Psikologi Kepribadian, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011),
5
istilah materi. Bila materi dipandang sebagai isi, bahan, maka struktur dipandang sebagai sifat-sifat bentuknya dan sifat-sifat formalnya. 3. Kualitas atau Sifat Kepribadian (Sistem Dorongan-Dorongan) Antara kemauan dan perasaan terjadilah perlawanan atau kebalikan yang sedalam-dalamnya. Perlawanan inilah yang menjadi dasar daripada dorongandorongan Klages. Jadi, intinya kepribadian seseorang itu berawal dari bahan kemampuan bawaan atau yang biasa dikenal dengan bakat, setelah itu didukung oleh sifat-sifat yang membuat bahan dasar yang berupa bakat menjadi lebih baik dan terakhir harus memiliki kualitas dengan melibatkan kemauan dan perasaan, dan itu akan menjadi dorongan tersendiri yang membuat bahan atau kemampuan dasar menjadi kepribadian yang sesungguhnya. Gangguan harga diri seringkali mengganggu kepribadian seseorang terutama remaja. Gangguan harga dri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa gagal mencapai keinginan, mengkritik diri sendiri, penurunan produktivitas, perasaan tidak mampu, mudah tersinggung dan menarik diri secara sosial. Orang tua dan guru memiliki tanggung jawab besar untuk dapat memenuhi kebutuhan harga diri anak (siswanya), melalui pemberian kasih sayang yang tulus sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara wajar dan sehat, yang di dalamnya terkandung perasaan harga diri yang stabil dan mantap.6
6
Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2011), h.20
6
Dengan demikian, maka yang terpenting sekarang adalah menyiapkan anakanak untuk berkembang secara total mengikuti bakat masing-masing. Kuncinya adalah dengan mengembangkan EQ anak secara optimal, sehingga anak menjadi percaya diri, percaya pada orang lain, tidak takut-takut, tidak ragu-ragu dan malumalu, tidak mudah tersinggung dan sebagainya. Dengan perkataan lain, tampilan yang spontan dan penuh kepercayaan diri, yang nampak pada anak ketika mereka masih balita harus dipertahankan terus hingga dewasa. Tentu saja makin dewasa seseorang makin banyak tata-tertib yang harus dipatuhi. Tetapi dengan cara mendidik yang sehat, kemampuan disiplin dan tertib itu akan tumbuh dengan sendirinya tanpa anak itu merasa dipaksa atau dikekang. Intinya adalah dengan menumbuhkan akal sehat.7 Masa remaja juga seringkali dihubungkan dengan mitos mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan lingkungan. Sejalan dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri remaja, mereka juga dihadapkan pada tugas-tugas yang berbeda dari tugas pada masa kanakkanak. Sebagaimana diketahui, dalam setiap fase perkembangan, termasuk pada masa remaja, individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Apabila tugas-tugas tersebut berhasil diselesaikan dengan baik, maka akan
7
Sarlito W. Sarwono, Psikologi dalam Praktek, (Jakarta: Restu Agung, 2005), h.242
7
tercapai kepuasan, kebahagian dan penerimaan dari lingkungan. Keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas itu juga akan menentukan keberhasilan individu memenuhi tugas-tugas perkembangan pada fase berikutnya. Tidak semua remaja dapat memenuhi tugas-tugas tersebut dengan baik. Ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu: Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai. Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan perilaku yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua. Perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja tidak terkecuali mereka yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), memungkinkan mereka masih berada dalam fase remaja awal. Untuk membatasi prilaku negatif yang dilakukan remaja maka orang tua ataupun pihak sekolah juga harus turut berperan aktif dalam memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswanya agar tidak melakukan perilaku negatif yang menyimpang bahkan ke arah kriminal.
8
Penggolongan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh remaja atau siswa sekolah dijelaskan dalam wikipedia ada tiga macam, yaitu:8 1. Tindakan non-conform, yaitu tindakan yang tidak sesuai dengan nilainilai atau norma-norma yang berlaku. Contohnya: mengenakan sandal jepit ke sekolah, meninggalkan jam-jam pelajaran, merokok di area larangan merokok, membuang sampah bukan pada tempatnya dan sebagainya. 2. Tindakan antisosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan itu antara lain: menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan untuk bunuh diri, minumminuman keras, menggunakan narkotika, dan lain-lain. 3. Tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Misalnya: pencurian, perampokan, perkosaan, pembunuhan, korupsi dan lain-lain. Sofyan
Wilis
mengemukakan
tingkatan-tingkatan
masalah
beserta
mekanisme dan petugas yang menangani adalah: 1. Masalah ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum-minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan. Masalah / kasus ringan dibimbing oleh wali kelas dan guru yang berkonsultasi kepada kepala sekolah atau guru bimbingan konseling dan mengajarkan kunjungan rumah. 2. Masalah sedang, seperti: gangguan emosional, berpacaran dengan berbuat menyimpang, berkelahi antar sekolah, kesulitan belajar karena gangguan keluarga, minum-minuman keras tahap pertengahan, mencuri kelas sedang, melakukan gangguan sosial dan asusila. Masalah atau kasus sedang dibimbing oleh guru BK dengan berkonsultasi dengan kepala sekolah, ahli 8
Penggolongan Perilaku Menyimpang, artikel ini diakses pada 12 Januari 2015 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang#Penggolongan_Perilaku_Menyimpang.
9
profesional, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konferensi kasus. 3. Masalah berat, seperti: gangguan emosional berat (deprepsi), kecanduan alkohol dan narkotika, pelaku kriminalitas, siswi hamil, percobaan bunuh diri, perkelahian dengan senjata tajam atau senjata api. Masalah atau kasus berat harus dilakukan reveral (alih tangan kasus) kepada psikologi dan psikiater, dokter, polisi, ahli hukum yang sebelumnya terlebih dahulu dilakukan kegiatan konfrensi kasus. 9 Selain perilaku menyimpang yang dilakukan para pelajar tersebut, dapat terlihat juga pada observasi awal yang penulis lakukan di sekolah SMP Plus AlIslamiyah Pondok Aren. Seorang remaja (siswa) yang mempunyai masalah dalam dirinya dapat mengakibatkan remaja (siswa) tidak tertarik pada pelajaran yang diberikan di sekolah, tidak semangat dan tidak antusias dalam mengikuti pelajaran, sering melamun, mengantuk di kelas bahkan tertidur di kelas. Selain itu ada pula remaja yang berperilaku tidak sopan terhadap guru, tidak mendengarkan nasehat atau perkataan guru, suka membantah, tidak betah duduk berlama-lama di kelas dan lain sebagainya. Hal ini dapat mengakibatkan siswa yang bermasalah tersebut mengalami pengucilan di kelas. Selain itu tindakan menyimpang yang dilakukan siswa dapat mengganggu proses belajar mengajar di sekolah, membuat resah siswa lain, bahkan bisa menjerumuskan siswa lain ke dalam perilaku yang menyimpang.
9
Sofyan S. Wilis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1981), h. 61.
10
Proses pendidikan tidak dapat terlepas dari proses belajar, keberhasilan belajar selain dipengaruhi juga oleh faktor kepribadian salah satunya yaitu selfefficacy. Bandura menjelaskan bahwa self-efficacy mengacu pada keyakinan suatu kemampuan seseorang untuk mengatur dan melaksanakan rencana tindakan yang diperlukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Hal ini berarti bahwa konsep tentang self-efficacy berkaitan dengan sejauh mana individu mampu menilai kemampuan, potensi, serta kecenderungan yang ada pada dirinya untuk dipadukan menjadi tindakan tertentu dalam mengatasi situasi yang mungkin dihadapi di masa yang akan datang. Self-efficacy terdiri dari dua jenis yaitu: self-efficacy tinggi dan self-eficacy rendah. Self-efficacy dikatakan tinggi ketika seseorang tersebut merasa yakin bahwa dirinya percaya mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan apa yang di inginkan dan diharapkan. Individu dengan self-efficacy yang tinggi memandang tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dikuasai daripada sebagai ancaman untuk dihindari, minat yang lebih kuat dan keasyikan yang mendalam pada kegiatan, menyusun tujuan yang menantang, dan memelihara komitmen yang kuat serta mempertinggi dan mendukung usaha-usaha dalam menghadapi kegagalan. Self-efficacy yang tinggi membantu membuat perasaan tenang dalam mendekati tugas dan kegiatan yang sulit. Sedangkan self-efficacy dikatakan rendah ketika seseorang merasa tidak yakin dirinya mempunyai kemampuan untuk bisa menyelesaikan apa yang diharapkan dan diinginkan. Individu dengan self-efficacy
11
yang rendah akan memiliki pikiran negatif dan irasional yang menimbulkan perilaku yang menyimpang.10 Untuk itu program bimbingan dan konseling di sekolah sangatlah penting bagi seluruh siswa, karena akan mempengaruhi jika siswa memiliki permasalahan pribadi, belajar, sosial, dan karir. Bimbingan dan konseling merupakan fasilitas yang diadakan di sekolah untuk membimbing dan menerima konsultasi agar permasalahan yang dimiliki bisa ditangani dengan baik. Layanan dasar bimbingan diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada siswa agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi dirinya dan menguasai/menyelesaikan serta menuntaskan tugas-tugas perkembangannya. Yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan adalah pengetahuan, sikap atau tingkah laku baik yang berkaitan dengan fisik, budaya maupun agama yang harus dimiliki dan dilakukan oleh siswa sesuai dengan fase-fase perkembangan. Hal di atas sejalan dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam bab II pasal 3 yang berbunyi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
10
M. Andi Setiawan, “Model Konseling Kelompok dengan Teknik Problem Solving untuk Meningkatkan Self-Effecicay Akademik Siswa”, Jurnal Bimbingan Konseling, 2015, h. 9
12
berakhlak mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, dan bertanggung jawab.11 Tujuan pendidikan tidak mungkin tercapai hanya dengan upaya guru mengajar dan memberi latihan saja, melainkan diperlukan juga bantuan pribadi dalam bentuk program bimbingan dan konseling, tertuang dalam PP No. 38/1992 tentang tenaga Kependidikan, Pasal I ayat 2 yang berbunyi: "Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang bertugas membimbing, mengajar dan atau melatih peserta didik". Bimbingan dan konseling dalam hal ini sangat berperan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan nasional, peranan bimbingan dan konseling juga terdapat dalam SK No. 025/05/1995, masih berlaku sebagai rujukan tentang peran bimbingan dan konseling. "Bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku".12 Pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling dipertegas dalam Permendiknas No. 22/2006 tentang standar isi: Pelayanan bimbingan dan konseling diletakkan sebagai bagian dari kurikulum. Secara hukum, posisi konselor (penyelenggara profesi pelayanan bimbingan dan konseling) di tingkat sekolah menengah/madrasah Tsanawiyah telah ada sejak tahun 1975, yaitu sejak 11
Mufidah, “Efektivitas Layanan Bimbingan Konseling dan Upaya Guru Bidang Studi dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa di MAN 3 Cirebon”, Tesis S2 Fakultas Pendidikan Agama Islam, Institus Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon, 2010. 12 Nur Kholis, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan dan Konseling, 2012, h. 2
13
diberlakukan kurikulum bimbingan dan konseling, dalam sistem pendidikan di Indonesia, begitu besar peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan, sehingga layanan bimbingan dan konseling perlu dikekola secara profesional. Kesimpangsiuran pembagian tugas dan wewenang, pemahaman peranan bimbingan dan konseling dari siswa, wali murid dan masyarakat yang masih negatif, kenyataan di lapangan masih terdapat banyak guru pembimbing yang latar belakang pendidikannya kurang relevan, merupakan permasalahan yang perlu mendapat penanganan secara serius. Kegagalan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan akan memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan pribadi siswa. Jika masalah tersebut tidak diatasi secara optimal, maka sangat dimungkinkan siswa akan memiliki perilaku menyimpang. Perilaku yang salah selalu menimbulkan dampak terhadap proses pembelajaran di sekolah, prestasi menurun akibat kesulitan belajar, kurang disiplin, tidak ada motivasi belajar dan lain-lain. Masalah yang timbul menyangkut urusan pribadi dan sosial dalam hal ini hubungannya dengan lingkungan di sekolah dan di rumah. Secara umum tujuan dasar layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah untuk memfasilitasi atau memberikan kemudahan dan peluang kepada siswa agar lancar dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Hal tersebut juga membantu siswa dalam mengoptimalkan diri sesuai dengan bekal dan kemampuan yang dimiliki, terutama dalam proses pembelajaran di sekolah.13
13
Ibid
14
Selain program bimbingan dan konseling yang diadakan di sekolah, masyarakat dan polsek di wilayah setempat pun sangat berpengaruh dalam menangani perilaku siswa yang menyimpang, seperti penyuluhan dan pemantauan yang serius ke sekolah-sekolah yang ada di wilayah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Dengan kerjasama yang dijalin dengan baik dengan pihak internal maupun eksternal sekolah, maka ini semua akan berdampak baik dan siswa-siswa yang berperilaku menyimpang di wilayah Pondok Aren akan terkontrol dan semua itu akan meminimalisir tindak kejahatan di kalangan remaja/siswa. Sampai tahun 2014 SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan sudah meluluskan 8 angkatan, dan selama ini penanganan di bidang bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah ada yang sudah berjalan dan ada pula yang hanya sekedar program yang tidak berguna, ada beberapa kejadian yang telah terjadi, antara lain: 1. Pada tahun 2014 ada sidak (inspeksi mendadak) oleh guru-guru dan ada beberapa siswa dan siswi yang membawa alat-alat elektronik (handphone) dan setelah dikumpulkan lalu dikembalikan alat-alat tersebut kepada pemiliknya tanpa ada hukuman kepada mereka. Tetapi setelah sidak tersebut, siswa-siswi tetap membawa alat-alat elektronik tersebut, seolaholah sidak tersebut kurang efektif. 2. Pada tahun 2013 ada 2 orang siswa yang tertangkap membawa rokok ke sekolah dan setelah dipanggil oleh guru BK lalu dihiraukan tanpa ada hukuman kepada mereka. Setelah dipanggil dan diberi nasehat, siswa tersebut tetap merokok pada kesempatan dan tempat yang lain.
15
3. Pada tahun 2012 seorang siswa kelas VII membawa alat-alat tajam ke sekolah dan berusaha untuk melukai temannya dan akhirnya ia diberikan surat dari kepala sekolah dan ia dikeluarkan dari sekolah. Namun untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan tersebut, pendidikan yang salah satu pencapaian tujuannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau memecahkan berbagai persoalan yang remaja hadapi. Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya pendekatan selain proses pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah tersebut. Upaya tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan di luar proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan fungsi utama bimbingan dan konseling, yaitu fungsi penyaluran, yaitu sebagai bantuan untuk menyalurkan bakat atau potensi yang ada pada diri siswa agar lebih berkembang. Fungsi pengadaptasian yaitu agar program pengajaran dapat disesuaikan dengan keadaan, bakat, minat, dan kebutuhan siswa, serta fungsi penyesuaian, yaitu untuk membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dan lingkungannya. Dengan demikian berdasarkan latar belakang di atas penulis memilih judul “Penanganan Perilaku Menyimpang Siswa Melalui Program Bimbingan dan Konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan”.
16
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah yang akan dimunculkan, di antaranya: 1. Adanya perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMP Plus AlIslamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. 2. Banyaknya program bimbingan dan konseling yang belum berjalan di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. 3. Kurang adanya kerjasama antara kepala sekolah dan guru BK dalam menangani perilaku siswa yang menyimpang. 4. Kurangnya keterlibatan pihak kepolisian setempat dalam menangani perilaku siswa yang menyimpang. 5. Program-program sekolah yang berpengaruh pada perilaku siswa.
C. Pembatasan Masalah Dari identifikasi masalah di atas, penulis hanya membatasi masalah pada perilaku menyimpang siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan selama 3 tahun terakhir dan program bimbingan konseling yang berpengaruh dalam menangani perilaku menyimpang siswa tersebut berdasarkan data siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. Peneliti pun membatasinya dalam kategori prilaku menyimpang siswa yang sering dilakukan, dan kategori berat.
17
D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka dapatlah dikemukakan rumusan masalah pada judul ini, dengan maksud untuk memudahkan penelitian sehingga arah dan tujuan dalam pembahasan ini jelas adanya. Penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimana perilaku siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan yang menyimpang dalam 3 tahun terakhir ? 2. Bagaimana program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan ? 3. Bagaimana upaya penanganan perilaku menyimpang siswa melalui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan ?
E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perilaku-perilaku menyimpang siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. 2. Mengetahui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. 3. Mengetahui upaya penanganan perilaku menyimpang siswa melalui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
18
F. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah: 1. Dapat menambah wawasan bagi penulis untuk mengetahui perilakuperilaku menyimpang siswa. 2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk membuat program sekolah dan bimbingan konseling agar siswa-siswi di sekolah memiliki perilaku yang terpuji sesuai dengan norma agama dan bangsa. 3. Dapat dijadikan acuan dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut mengenai tema-tema yang berhubungan dengan program bimbingan dan konseling.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskirpsi Teoretik 1. Perilaku Siswa Yang Menyimpang a. Pengertian Siswa Siswa pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) merupakan remaja yang memasuki masa transisi dari anak-anak menuju remaja, biasa kita kenal dengan pubertas, dan mereka mulai mengenal berbagai macam pergaulan baru, baik dari sekolah maupun masyarakat. Untuk itu sebelum dibahas mengenai perilaku siswa yang menyimpang, haruslah kita memahami bagaimana karakter remaja (siswa) tersebut. Dan adapun masa ini dapat diperinci lagi menjadi beberapa masa, yaitu sebagai berikut: 1 1) Masa praremaja (remaja awal) Masa praremaja biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja sehingga seringkali masa ini disebut masa negatif dengan gejalanya seperti tidak tenang, kurang suka bekerja, pesimistik, dan sebagainya. Secara garis besar sifat-sifat negatif tersebut dapat diringkas, yaitu a. Negatif dalam prestasi, baik prestasi jasmani maupun prestasi mental, dan b. Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dalam masyarakat (negatif positif) maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif). 1
Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), h. 183.
19
20
2) Masa remaja (remaja madya) Pada masa ini mulai tumbuh dalam diri remaja dorongan untuk hidup, kebutuhan akan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Pada masa ini, sebagai masa mencari sesuatu yang dipandangnya bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan dipujapuja sehingga masa ini disebut masa merindu puja, yaitu sebagai gejala remaja. Proses terbentuknya pendirian, pandangan hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai kehidupan. Proses penemuan nilainilai kehidupan tersebut adalah pertama, karena tiadanya pedoman, si remaja merindukan sesuatu yang dianggap bernilai, pantas dipuja walaupun sesuatu yang dipujanya belum mempunyai bentuk tertentu, bahkan seringkali remaja hanya mengetahui bahwa dia menginginkan sesuatu tetapi tidak mengetahui apa yang diinginkannya. Kedua, objek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas, yaitu pribadipribadi yang dipandang mendukung nilai-nilai tertentu. Pada anak laki-laki sering aktif meniru, sedangkan pada anak perempuan kebanyakan pasif, mengagumi, dan memujanya dalam khayalan. 3) Masa remaja akhir Setelah remaja dapat menentukan pendirian hidupnya, pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuklah individu ke dalam masa dewasa.2
2
Ibid, h. 184.
21
b. Pengertian Perilaku Siswa Yang Menyimpang Menurut analisis Dryfoos yang dijelaskan dalam buku John W. Santrock yaitu, ada empat masalah yang mempengaruhi sebagian besar remaja adalah (1) masalah penyalahgunaan obat, (2) masalah kenakalan remaja, (3) masalah seksual, dan (4) masalah-masalah yang berkaitan dengan sekolah. Remaja yang paling beresiko adalah remaja yang memiliki lebih dari satu masalah tersebut. Lambat laun para peneliti di Amerika Serikat menemukan bahwa perilakuperilaku bermasalah yang dialami di masa remaja saling berkaitan. Sekitar 10 persen dari populasi remaja di Amerika Serikat memiliki masalah perilaku majemuk yang serius (remaja yang putus sekolah atau tidak naik kelas, biasanya adalah pengguna obat terlarang yang parah, memiliki kebiasaan merokok, dan aktif secara seksual namun tidak menggunakan alat kontrasepsi). Meskipun tidak seluruhnya, sebagian besar anak-anak muda beresiko tinggi ini “melakukan semua hal tersebut”. Sementara itu sekitar 15 persen lainnya juga memperlihatkan perilaku-perilaku ini dalam frekuensi yang lebih rendah dan akibat yang tidak terlalu parah.3 Dari hasil analisis Dryfoos di atas, dapat dipahami bahwa remaja memiliki permasalahan yang cukup kompleks. Berawal dari satu masalah kecil seperti merokok atau salah pergaulan, maka akan beresiko remaja tersebut juga bisa melakukan perilaku-perilaku menyimpang lainnya, seperti minum-minuman keras, mengkonsumsi narkotika, melakukan hubungan seksual pra nikah, dan lain sebagainya.
3
John W. Santrock, Remaja, Jilid 2, Edisi Kesebelas, (Jakarta: Erlangga, 2007), h. 269.
22
Jensen dalam buku Sarwono juga mengatakan bahwa ada empat aspek kenakalan remaja: (1) Perilaku yang melanggar hukum. Seperti melanggar ramburambu lalu lintas, mencuri, merampok, memperkosa dan masih banyak lagi perilaku-perilaku
yang
melanggar
hukum
lainnya;
(2)
Perilaku
yang
membahayakan orang lain dan diri sendiri. Seperti kebut-kebutan di jalan, menerobos rambu-rambu lalulintas, merokok, narkoba dan lain sebagainya; (3) Perilaku yang menimbulkan korban materi. Seperti mencuri, memalak, merusak fasilitas sekolah maupun fasilitas umum lainnya dan lain-lain; (4) Perilaku yang menimbulkan korban fisik. Seperti tawuran antar sekolah dan atau berkelahi dengan teman satu sekolah dan lain sebagainya.4 John W. Santrock menjelaskan bahwa ragam dari masalah-masalah yang dialami remaja itu cukup luas. Variasi dari masalah-masalah tersebut dapat meliputi variasi dalam hal tingkat keparahannya maupun dalam hal seberapa banyak masalah tersebut dialami oleh laki-laki versus perempuan dan dialami oleh kelompok-kelompok sosial-ekonomi yang berbeda-beda. Ada masalah yang berlangsung singkat, dan ada pula masalah yang berlangsung lama. Seorang remaja berusia 13 tahun mungkin memperlihatkan pola perilaku berulah (acting out) yang mengganggu di kelas. Ketika menginjak 14 tahun, ia mungkin bisa asertif dan agresif, namun tidak mengganggu lagi. Di usia 16 tahun, ia mungkin memiliki perilaku yang mengganggu di kelas dan telah beberapa kali ditahan karena melakukan sejumlah kenakalan.5
4
Eva Aviyah, Muhammad Farid, “Religiusitas, Kontrol Diri, dan Kenakalan Remaja”, Jurnal Psikologi Indonesia, Vol.03, 2014, h. 127 5 Op.cit, h. 235.
23
Perilaku agresif pada remaja terjadi karena banyak faktor yang menyebabkan, mempengaruhi, atau memperbesar peluang munculnya, seperti faktor biologis, temperamen yang sulit, pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan narkoba, pengaruh tayangan kekerasan, dan lain sebagainya. Dalam penelitian longitudinal terhadap remaja, Elliott menemukan bahwa terdapat peningkatan tindakan kekerasan pada anak laki‐laki maupun perempuan pada usia 12 tahun sampai 17 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap perkembangannya, remaja tergolong rentan berperilaku agresif, terutama jika terdapat faktor resiko yang menyertainya.6 Adapun perilaku menyimpang siswa di sekolah bisa dikategorikan menjadi 2 macam, non kriminal dan kriminal. Yang dimaksud perilaku menyimpang siswa di sekolah yang masuk ke dalam kategori non kriminal adalah pelanggaran tata tertib sekolah yang dilakukan siswa, dan masuk ke dalam pelanggaran ringan atau sedang dan tidak sampai termasuk ke dalam hukum pidana. Setiap sekolah membuat berbagai peraturan yang akan mendidik siswa untuk membiasakan hidup baik seperti layaknya orang yang terpelajar, seperti membiasakan semuanya disiplin, rapi, tertib, dan lain sebagainya. Tapi pergaulan siswa yang masih suka ikut-ikutan ini yang menjadikan siswa tidak disiplin dalam menjalankan tata tertib itu, seperti telat datang ke sekolah, membolos, tidur pada saat belajar, mengeluarkan baju seragam di sekolah, berkelahi, bullying, dan lain sebagainya. Mungkin pelanggaranpelanggaran tata tertib itu tidak terlalu berat, tapi itu akan membiasakan siswa 6
Laela Siddiqah, “Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan Amarah (Anger Management)”, Jurnal Psikologi, Vol.37, 2010, h. 51
24
untuk hidup tidak rapi, tidak disiplin, berani dan menjadi arogan. Dan nantinya hal-hal buruk itu akan menjadi sebuah kebiasaan yang akan melekat pada diri siswa di kehidupan yang akan datang. Untuk itu pihak sekolah diharapkan memberikan sanksi guna menjadikan efek jera, sehingga perilaku tersebut tidak meluas menjadi suatu kejahatan atau perilaku yang dilarang oleh negara, karena kejahatan merupakan perbuatan yang merugikan negara dan terhadap perbuatan itu negara bereaksi dengan hukuman sebagai upaya pamungkas.7 Sedangkan, perilaku menyimpang siswa yang masuk ke dalam kategori kriminal ini adalah pelanggaran berat yang dilakukan siswa dan bisa dipidanakan. Pelanggaran siswa yang kriminal bisa juga dituntut ke “meja hijau”, dan jika si pelaku ternyata bersalah maka ia akan dijatuhi hukuman yang sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Tetapi hukuman yang dijatuhkan ke anak-anak atau remaja yang usianya di bawah enam belas tahun, maka kepada anak tersebut tidak dikenakan hukuman seperti orang dewasa. 8 Hal ini jelas diungkapkan oleh pasal 45 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: “Jika seorang yang belum dewasa dituntut karena perbuatan yang dikerjakannya ketika umurnya belum enam belas tahun, hakim boleh: memerintahkan supaya si tersalah itu dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya, dengan tidak dikenakan sesuatu hukuman; atau memerintahkan supaya si tersalah diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan suatu hukuman, yakni jika perbuatan itu masuk bagian kejahatan atau salah satu pelanggaran yang diterangkan dalam pasal 489, 490, 492, 496, 497, 503, 505, 514, 517, 519, 526, 531, 532, 536, dan 540 dan perbuatan itu dilakukannya sebelum lalu dua tahun sesudah keputusan 7
Topo Santoso, Eva Achjani Zulfa, Krimonologi, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2011), h. 14 8 Sofyan S. Wilis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1981), h. 90.
25
dahulu yang menyalahkan dia melakukan salah satu pelanggaran ini atau sesuatu atau sesuatu kejahatan; atau menghukum anak yang bersalah itu”. Dari pasal 45 KUHP ini dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Umur di bawah 16 tahun tidak dapat dikenakan hukuman apabila anak tersebut melakukan sesuatu bentuk pelanggaran yang dapat mengganggu ketertiban umum. 2. Tetapi di ujung pasal itu dikatakan atau menghukum anak yang bersalah itu, dimaksudkan apabila kejahatan amat merugikan orang lain, maka anak itu dapat dihukum di Lembaga Permasyarakatan Khusus untuk anak-anak, misalnya di Tangerang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan perilaku menyimpang siswa yang masuk ke dalam kategori kriminal, bisa dipidanakan dan sudah diatur hukumannya oleh pasal 45 KUHP. Dan mengenai jenis kenakalan yang dikumpulkan oleh pemerintah melalui Badan Koordinasi Pelaksanaan (Intruksi Presiden) atau yang biasa dikenal dengen Bakolak (Inpres) 6/1971 ialah pencurian,
penipuan,
perkelahian,
perusakan,
penganiyaan,
perampokan,
narkotika, pelanggaran asusila, pembunuhan, kejahatan lain.9 Panut Panuju dan Ida Umami dalam bukunya Psikologi Remaja menjelaskan bahwa secara garis besar, masalah yang dihadapi oleh kaum remaja sebagai berikut:10
9
Ibid, h. 91. Panut Panuju, Ida Usmani, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 142-150 10
26
1. Masalah yang menyangkut jasmani Pada permulaan masa remaja, kira-kira 13 tahun dan 16 tahun. Terjadi pertumbuhan jasmani yang cepat. Remaja mengalami pertumbuhan jasmani yang pesat dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, tubuhnya segera menyerupai orang dewasa dalam masa yang relatif singkat. Perubahan suara terjadi pula sebagai akibat terjadinya perubahan kelejar itu. Suaranya yang halus, lembut, dan menyenangkan pada masa kanak-kanak, berubah menjadi parau dan tidak merdu kedengarannya, dan tidak pula mantap seperti orang dewasa. Suaranya yang ganjil itu mungkin menyebabkan timbulnya rasa cemas dan khawatir. 2. Masalah Hubungan dengan Orang tua Yang sering menimbulkan kekecewaan remaja terhadap orang tuanya adalah kurangnya pengertian orang tua terhadap perubahan yang sedang dilaluinya. Selain itu keadaan rumah tangga kedua orang tuanya juga sangat mempengaruhi tugas perkembangan remaja, seperti kerukunan dan keharmonisan keluarga. 3. Masalah Agama Perubahan cepat yang terjadi pada tubuh remaja itu disertai oleh dorongandorongan yang kadang-kadang berlawanan dengan nilai-nilai yang pernah didapatinya dari pendidikan, baik di sekolah, keluarga, maupun masyarakat. Perasaan
yang bermacam-macam
yang berkecamuk
dalam dirinya
itu
menyebabkan semakin tidak tenang, gelisah, cemas, marah, sedih, dan sebagainya. Dan cara yang terbaik untuk membantu remaja dalam hal ini adalah mendorongnya untuk berbicara terus terang tentang kegoncangannya beragama
27
dan mendorongnya untuk minta bantuan dari ahli agama yang dapat menjelaskan kepadanya. 4. Masalah Hari Depan Setelah pertumbuhan jasmani cepat mereda dan pertumbuhan kecerdasan juga dapat dikatakan telah selesai pada umur kurang lebih 16 atau 17 tahun, maka remaja merasa bahwa tubuhnya telah seperti orang dewasa dan kemampuannya untuk berfikir logis telah matang. Dia mulai memikirkan hari depannya, macam sekolah dan macam pekerjaannya yang akan dilakukannya setelah ia tamat dari sekolah. 5. Masalah Sosial Remaja, terutama yang telah berada pada bagian akhir masa remaja yaitu umur 17-21 tahun. Perhatiannya terhadap kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungannya terutama di lingkungan remaja yang sangat besar. Ia ingin diterima oleh kawan-kawannya dan merasa sedih bila dikucilkan dari kelompok temannya, karena itu ia meniru tingkah laku, pakaian, sikap, dan tindakan teman-temannya dalam satu kelompok. 6. Masalah Akhlak Bermacam-macam kenakalan remaja akhir-akhir ini sering terjadi, seperti perkelahian, penyalahan narkotika, kehilangan semangat untuk belajar, dan ketidakpatuhan terhadap orang tua serta peraturan. Dipandang dari segi kejiwaan, keadaan yang seperti ini dapat dikatakan berhubungan erat dengan tidak adanya ketenangan jiwa. Kegoncangan jiwa akibat kekecewaan, kecemasan atau ketidakpuasan terhadap kehidupan yang sedang dilaluinya. Terutama bagi mereka
28
yang tidak atau kurang mendapatkan pendidikan agama dalam hidupnya sejak kecil.11 Jika dibuat tabel contoh perilaku siswa yang menyimpang yang biasa dilakukan sekolah adalah sebagai berikut: NON KRIMINAL
KRIMINAL
Membolos atau meninggalkan sekolah
Melakukan pelanggaran asusila atau
tanpa izin
pelecehan seksual
Tidak memakai seragam dengan
Membawa senjata tajam maupun
rapi/tidak sesuai standar sekolah
senjata api
Memakai aksesoris tubuh yang tidak
Berkelahi atau menjadi provokator
sesuai adab dan berlebihan/perhiasan
perkelahian, tawuran, premanisme, atau
bagi pria
pemerasan
Membawa hp pada jam sekolah
Berjudi
Membuang sampah sembarangan
Minum/mengedarkan minuman beralkohol
Tidak mengerjakan PR, tugas
Membawa, menggunakan, atau
kebersihan, atau sanksi yang telah
mengedarkan narkoba, psikotropika
diberikan oleh guru
atau zat adiktif lainnya
Merokok
Melakukan
penganiayaan
atau
membunuh
Membawa buku, majalah, foto, kaset / Menjadi
sindikat
cd berbau porno.
kejahatan lainnya
Dan lain sebagainya
Dan lain sebagainya
terorisme
atau
Dengan dikategorikannya permasalahan atau penyimpangan perilaku yang dilakukan oleh siswa, maka akan mempermudah untuk melihat dan memberi sanksi yang tepat bagi siswa yang melakukan penyimpangan perilaku tersebut. Karena penanganan akan perilaku kriminal dan non kriminal sangatlah berbeda 11
Ibid
29
tidak mungkin disamakan, terutama dalam kategori kriminal itu akan mendapatkan penanganan yang serius dan tidak menutup kemungkinan siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah. c. Penyebab Terjadinya Penyimpangan Perilaku Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan nilai, moral, dan sikap individu mencakup aspek psikologis, sosial, budaya, dan fisik kebendaan, baik yang terdapat dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Kondisi psikologis, pola interaksi, pola kehidupan beragama, berbagai sarana rekreasi yang tersedia dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat akan mempengaruhi perkembangan nilai, moral, dan sikap individu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya.12 Berhubung amat banyaknya faktor yang menyebabkan tingkah laku kenakalan, maka sebaiknya kita kelompokkan tempat atau sumber kenakalan itu atas empat bagian, yaitu: 1) Faktor-faktor di dalam diri anak itu sendiri 2) Faktor-faktor di keluarga 3) Faktor-faktor di masyarakat 4) Faktor-faktor yang berasal dari sekolah.13
12
Mohammad Ali, Mohammad Asrori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 146. 13 Sofyan S. Wilis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1981), h. 93
30
1) Faktor-Faktor yang Ada Diri Anak Sendiri Apabila kita perhatikan dan kita ikuti pertumbuhan anak sejak lahir sampai besar, akan didapatilah bahwa anak itu tumbuh secara berangsur-angsur bersamaan dengan bertambahnya umur.
14
Sehingga menstimulus beberapa faktor
yang akan mempengaruhinya, dan menyebabkan tingkah laku kenakalan. a) Predisponding Factor Faktor-faktor yang memberi kecenderungan tertentu terhadap perilaku remaja. Faktor tersebut dibawa sejak lahir, atau oleh kejadian-kejadian ketika kelahiran bayi, yang disebut birth injury, yaitu luka di kepala ketika bayi ditarik dari perut ibu. b) Lemahnya Pertahanan Diri Adalah faktor yang ada di dalam diri untuk mengontrol dari mempertahankan
diri
terhadap
pengaruh-pengaruh
negatif
dari
lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan mudah terpengaruh. c) Kurangnya Kemampuan Penyesuaian Diri Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan sosial, karena dengan mempunyai daya pilih teman bergaul akan membantu pembentukan perilaku positif.
14
Panut Panuju, Ida Usmani, Psikologi Remaja, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1999), h. 83.
31
d) Kurangnya Dasar-Dasar Keimanan Di dalam Diri Remaja Agama adalah benteng diri remaja dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang padanya sekarang dan di masa yang akan datang.15 2) Penyebab Kenakalan yang Berasal dari Lingkungan Keluarga Keluarga adalah salah satu ruang lingkup terdekat anak, hal ini seharusnya menjadi bagian dalam proses perkembangan seorang anak, bukan menjadi proses penekanan bagi anak. a) Anak Kurang Mendapatkan Kasih Sayang dan Perhatian Orang tua Karena kurang mendapat kasih sayang dan perhatian dari orang tua, maka apa yang amat dibutuhkannya itu terpaksa dicari di luar rumah, seperti di dalam kelompok kawan-kawannya. b) Lemahnya Keadaan Ekonomi Orang tua Di desa-desa, Telah Menyebabkan Tidak Mampu Mencukupi Kebutuhan Anakanaknya Hal ini sangat berpengaruh, terutama sekali pada masa remaja yang penuh dengan keinginan, keindahan, dan cita-cita. c) Kehidupan Keluarga yang Tidak Harmonis Sebuah keluarga dikatakan harmonis apabila struktur keluarga itu utuh dan interaksi di antara anggota keluarga berjalan dengan baik, artinya hubungan psikologis di antara mereka cukup memuaskan dirasakan oleh setiap anggota keluarga.
15
Op.cit, h. 97.
32
Dari poin tersebut dapat diketahui bahwa dukungan dari keluarga sangat signifikan, dan dalam hal ini seharusnya keluarga atau orang tua membantu anak agar masalahnya tidak menjadi suatu kenakalan. Jika anak mampu mempersepsi bahwa keluarganya berantakan atau kurang harmonis maka ia akan terbebani dengan masalah yang sedang dihadapi oleh orangtuanya tersebut. Faktor lain yang juga ikut mempengaruhi perilaku kenakalan pada remaja adalah konsep diri yang merupakan pandangan atau keyakinan diri terhadap keseluruhan diri, baik yang menyangkut kelebihan maupun kekurangan diri, sehingga mempunyai pengaruh yang besar terhadap keseluruhan perilaku yang ditampilkan.16 3) Penyebab Kenakalan Remaja yang Berasal dari Lingkungan Masyarakat Masyarakat juga menjadi peran penting dalam kehidupan remaja, karena manusia merupakan makhluk sosial. Di antara faktor atau penyebab yang membuat kenakalan remaja dari lingkungan masyarakat adalah: a) Teman Bergaul Dalam bergaul seseorang akan terpengaruh dan mempengaruhi pada hal-hal yang baik dan yang buruk. Karena ada suatu ungkapan yang menyatakan, “siapa yang duduk di kelompok tertentu maka ia akan menjadi kelompok itu” seperti bila seseorang duduk bersama di toko minyak wangi maka ia akan terkena harumnya.17
16
Patinus, dkk, “Kenakalan Remaja Di Kalangan Siswa-Siswi SMPN 07 Sengah Semila Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak”, Jurnal Tesis PMIS-UNTAN-PSS, 2014, h. 2. 17 Abubakar Baraja, Psikologi Konseling dan Teknik Konseling, (Jakarta: Studia Press, 2008), h. 17
33
b) Kurangnya
Pelaksanaan
Ajaran-ajaran
Agama
Secara
Konsekuen Masyarakat dapat pula menjadi penyebab bagi berjangkitnya kenakalan remaja, terutama sekali di lingkungan masyarakat.yang kurang sekali melaksanakan ajaran-ajaran agama yang dianutnya. c) Masyarakat yang Kurang Memperoleh Pendidikan Minimnya pendidikan bagi anggota masyarakat di negara ini, bukanlah hal yang perlu dipertanyakan lagi. Buta huruf merupakan sumber keterbelakangan pendidikan, ekonomi, dan kedewasaan berfikir. d) Kurangnya Pengawasan Terhadap Remaja Sebagian remaja beranggapan bahwa orang tua dan guru terlalu ketat sehingga tidak memberi kebebasan baginya. Sebagia lain mengatakan bahwa orang tua mereka, bahkan guru, tidak pernah memberikan pengawasan terhadap tingkah laku remaja sehingga menimbulkan berbagai kenakalan.18 Pada
usia
remaja
lingkungan
yang
sangat
berpengaruh
adalah
kelompok/masyarakat. Dari pergaulannya dengan aspek-aspek penting dalam proses sosialisasi.19 Untuk itu sangat dibutuhkan lingkungan masyarakat yang baik guna mencegah kenakalan remaja. 4) Sebab-Sebab Kenakalan Remaja yang Bersumber dari Sekolah Di sekolah sangat mungkin ditemukan siswa yang bermasalah, dengan menunjukkan berbagai gejala penyimpangan perilaku yang merentang dari 18
Sofyan S. Wilis, Problema Remaja dan Pemecahannya, h. 112. Mamat Supriatna, Bimbingan Dan Konseling Bebasis Kompetensi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011) h. 53. 19
34
kategori ringan sampai dengan berat.20 Dalam rangka pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, terkadang sekolah juga menjadi penyebab timbulnya kenakalan remaja. Hal ini bersumber dari guru, fasilitas pendidikan, norma-norma tingkah laku.21 d. Cara Penyelesaiannya Sehubungan dengan permasalahan di atas, harus ada cara atau upaya menanggulangi kenakalan-kenakalan remaja di atas. Perlu diketahui upaya menanggulangi semua permasalahan remaja tidak bisa dilaksanakan oleh tenaga ahli saja seperti psikolog, konselor, dan pendidik, melainkan perlu kerjasama semua pihak, antara lain: guru, orang tua, pemerintah, masyarakat, tenaga ahli lainnya, dan diri anak itu sendiri. Kerjasama itupun perlu didukung oleh dana dan sarana yang memadai. Persoalan kenakalan tidak dapat diselesaikan hanya melalui ceramah dan pidato, akan tetapi lebih baik jika dengan perbuatan yang nyata (action). Untuk menyelesaikan semua permasalahan yang ada pada remaja bisa dilakukan dengan upaya preventif. Upaya preventif adalah kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul. Berbagai upaya preventif dapat dilakukan, tetapi secara garis besarnya dapat dikelompokkan atas tiga bagian, yaitu: 1) Upaya di Rumah Tangga (Keluarga) a) Orang tua menciptakan kehidupan rumah tangga yang beragama b) Menciptakan kehidupan keluarga yang harmonis 20 21
Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), h. 24 Sofyan S. Wilis, Problema Remaja dan Pemecahannya, h. 114.
35
c) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang antara ayah, ibu, dan keluarga lainnnya di rumah tangga dalam mendidik anak-anak d) Memberikan kasih sayang secara wajar kepada anak-anak e) Memberikan perhatian yang memadai terhadap kebutuhan anak-anak f) Memberikan pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan masyarakat22 2) Upaya di Sekolah Upaya preventif di sekolah terhadap timbulnya kenakalan remaja tidak kalah pentingnya dengan upaya di keluarga. Hal ini disebabkan karena sekolah merupakan tempat pendidikan yang kedua setelah keluarga. Hanya bedanya bahwa sekolah memberikan pendidikan formal di mana kegiatan belajar anak diatur sedemikian rupa dan jangka waktu yang jauh lebih singkat jika dibanding dengan lamanya pendidikan di keluarga. Rata-rata sekolah hanya mengatur pendidikan anak-anak sekitar lima jam saja. Tetapi waktu yang pendek itu cukup menentukan pembinaan sikap dan kecerdasan anak didik. Jika proses belajarmengajar tidak berjalan dengan sebaik-baiknya, akan timbul tingkah laku yang tidak wajar pada anak didik. Untuk menjaga jangan sampai terjadi hal itu, perlu upaya-upaya preventif sebagai berikut: a) Guru hendaknya memahami aspek-aspek psikis murid b) Mengintensifkan pelajaran agama dan mengadakan tenaga guru yang ahli dan berwibawa serta mampu bergaul secara harmonis dengan guruguru lainnya
22
Ibid, h. 128-132
36
c) Mengintensifkan bagian bimbingan dan konseling di sekolah dengan cara mengadakan tenaga ahli dan menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini d) Adanya kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru e) Melengkapi fasilitas pendidikan f) Perbaikan ekonomi guru 3) Upaya di Lingkungan/ Masyarakat Masyarakat adalah tempat pendidikan ketiga sesudah rumah dan sekolah. Ketiganya haruslah mempunyai keseragaman dalam mengarahkan anak untuk tercapainya tujuan pendidikan. Apabila salah satu pincang maka yang lain akan turut pincang pula. Pendidikan di masyarakat biasanya diabaikan orang. Karena banyak orang berpendapat bahwa jika anaknya di sekolahkan berarti semuanya sudah beres dan gurulah yang memegang segala tanggung jawab soal pendidikan. Pendapat seperti ini perlu dikoreksi. Karena apalah artinya pendidikan yang diberikan di sekolah dan di rumah jika di masyarakat terdapat pengaruh-pengaruh negatif yang merusak tujuan pendidikan itu. Karena itu perlu adanya sinkronisasi di antara ketiga tempat pendidikan itu.23 Di dalam penelitian ini penulis mengangkat kasus di SMP Plus AlIslamiyah, jadi siswa yang dimaksud di sini adalah para remaja yang kisaran umurnya antara 12 – 15 tahun, yang sedang berada dalam masa-masa yang sangat labil. Untuk itu peran masyarakat sangat berpengaruh dalam kehidupan remaja atau siswa di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan
23
Ibid, h. 137-138.
37
2. Bimbingan dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian, pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti, yakni bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan. Dan dalam Peraturan Pemerintah No.29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.24 Sementara itu, Bimo Walgito mendefinisikan bimbingan sebagai bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu untuk menghidari atau mengatasi kesulitan-kesulitan hidupnya agar individu dapat mencapai kesejahteraan dalam kehidupannya.25 Bimbingan itu dapat diberikan kepada seorang individu atau sekumpulan individu. Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan secara individual dan kelompok. Bimbingan dapat diberikan kepada siapa saja yang membutuhkan tanpa memandang umur (of any age) sehingga anak atau orang dewasa dapat menjadi objek bimbingan. Dengan demikian, bidang gerak bimbingan tidak hanya terbatas pada anak-anak atau para remaja, tetapi juga dapat mencakup orang dewasa.
24
Sulistyarini, dan Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), h. 25-27. 25 Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier), (Yogyakarta, Andi Offset, 2010), h. 7.
38
Bimbingan dapat diberikan, baik untuk menghidari kesulitan-kesulitan maupun untuk mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh individu di dalam kehidupannya. Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan bukan hanya untuk mencegah agar kesulitan itu tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapat diberikan untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang telah menimpa individu. Bimbingan lebih bersifat pencegahan daripada penyembuhan. Bimbingan dimaksudkan supaya individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup (life welfare). Di sinilah letak tujuan bimbingan yang sebenarnya. Prayitno dan Erman Amti menjelaskan bahwa unsur-unsur pokok bimbingan sebagai berikut: 1) Pelayanan bimbingan merupakan suatu proses. Ini berarti bahwa pelayanan bimbingan bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan melalui liku-liku tertentu sesuai dengan dinamika yang terjadi dalam pelayanan ini. 2) Bimbingan tidak hanya diberikan untuk kelompok-kelompok umur tertentu saja, tetapi meliputi semua usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orang dewasa. Dengan demikian bimbingan dapat diberikan di semua lingkungan kehidupan, di dalam keluarga, di sekolah, dan di luar sekolah. 3) Suatu hal secara langsung dalam rumusan-rumusan di atas ialah: bimbingan dilaksanakan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.
39
Dalam kaitan ini, upaya bimbingan, baik bentuk, isi dan tujuan, serta aspekaspek penyelenggaranya tidak boleh bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, bahkan justru menunjang kemampuan klien untuk dapat mengikuti norma-norma tersebut. Norma tersebut berupa berbagai aturan, nilai dan ketentuan yang bersumber dari agama, adat, hukum, ilmu dan kebiasaaan yang diberlakukan dan berlaku di masyarakat. 26 Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa yang
dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anakanak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri. Setiap manusia dikaruniai bakat, potensi, dan kemampuan yang harus dimanfaatkan dengan baik agar mencapai masa depan yang cerah. b. Pengertian Konseling Secara etimologis, istilah konseling berasal dari bahasa Latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau “bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”. Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, istilah konseling berasal dari kata “sellan” yang berarti “menyerahkan” atau “menyampaikan”.27 Konseling adalah hubungan pribadi yang dilakukan secara tatap muka antara dua orang, di mana melalui hubungan itu, konselor memiliki kemampuankemampuan khusus untuk mengondisikan situasi belajar. Dalam hal ini konseli 26
Prayitno, dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009), cet.2, h. 99. 27 Ibid, h. 99.
40
dibantu untuk memahami diri sendiri, keadaannya sekarang, dan kemungkinan keadaannya masa depan yang dapat ia ciptakan dengan menggunakan potensi yang dimilikinya, demi untuk kesejahteraan pribadi maupun masyarakat. Lebih lanjut, konseli dapat belajar bagaimana memecahkan masalah-masalah dan menemukan kebutuhan-kebutuhan yang akan datang. Jones
menyebutkan
bahwa
konseling
merupakan
suatu
hubungan
profesional antara seorang konselor yang terlatih dengan klien. Hubungan ini biasanya bersifat individual atau seorang-seorang, meskipun kadang-kadang melibatkan lebih dari dua orang dan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan terhadap ruang lingkup hidupnya, sehingga dapat membuat pilihan yang bermakna bagi dirinya.28 Konseling sejatinya merupakan hubungan membantu yang dilakukan oleh tenaga profesional terlatih dalam bidang konseling. Proses konseling dibangun dengan menciptakan hubungan komunikasi mendalam antara konseling seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien. Hubungan mendalam dapat tercipta secara bertahap terutama jika antara konselor dan konseli belum saling kenal. Oleh karenanya, diperlukan beberapa kali pertemuan untuk sampai pada hubungan komunikasi yang mendalam.29 1) Struktur Pelayanan Konseling Pelayanan konseling di sekolah merupakan usaha membantu peserta didik dalam mengembangkan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, 28 29
Op.cit, h. 29. Hunainah, Etika Profesi Bimbingan Konseling, (Bandung: Rizqi Press, 2013), h. 8
41
serta perencanaan dan pengembangan karier. Pelayanan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik, secara individual atau kelompok. Sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, serta peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan atau kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, dan perencanaan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Paradigma konseling adalah pelayanan bantuan psiko pendidikan dalam bingkai budaya. Artinya, pelayanan konseling berdasarkan kaidah-kaidah ilmu dan teknologi pendidikan serta psikologi yang dikemas dalam kaji-terapan pelayanan konseling yang diwarnai oleh budaya lingkungan peserta didik. Dan visi pelayanan konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar peserta didik berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.30
30
Sulistyarini, dan Mohammad Jauhar, Dasar-dasar Konseling, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2014), h. 53.
42
Adapun organisasi pelayanan bimbingan dan konseling yang dijelaskan oleh Dewa Ketut Sukardi yaitu meliputi segenap unsur dengan organigram berikut: Komite Sekolah
Kepala Sekolah Wakil Kepala Sekolah
Tenaga Ahli Instansi
Tata Usaha
Wali Kelas / Guru
Guru Pembimbing / BK
Guru Mata Pelajaran/Pelatih
SISWA
Garis Komando Garis Koordinasi Garis Konsultasi Keterangan: a) Kepala Sekolah
:
Adalah
penanggung
jawab
pelaksanaan teknis bimbingan dan konseling di sekolah. b) Koordinator BK/Guru
: Adalah pelaksana utama yang
mengkoordinasi pembimbing semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah. c) Guru Mata Pelajaran
: Guru mata pelajaran dan pelatih
pelaksana pengajaran dan pelatihan serta bertanggung jawab memberikan informasi tentang peserta didik untuk kepentingan bimbingan dan konseling.
43
d) Wali Kelas/Guru Pembina
: Adalah guru yang diberi tugas
khusus disamping mengajar untuk mengelola status kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. e) Peserta didik/Siswa
: Adalah peserta didik atau siswa
yang berhak menerima pengajaran, pelatihan, dan pelayanan bimbingan dan konseling. f) Tata Usaha
: Adalah pembantu kepala sekolah
dalam penyelenggaraan administrasi, ketatausahaan sekolah, dan pelaksanaan administrasi bimbingan dan konseling. g) Komite Sekolah
: Badan Mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan luar sekolah.31 2) Jenis Layanan Konseling Terdapat beberapa jenis layanan konseling di sekolah dan madrasah, antara lain : a) Orientasi; yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah, dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta
31
Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h. 89-90.
44
mempermudah dan memperlancar
peran peserta didik di
lingkungan yang baru. b) Penempatan dan
penyaluran; yaitu layanan yang membantu
peserta didik memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang, dan kegiatan ektra kurikuler. c) Penguasaan konten; yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga, dan masyarakat. 32 d) Konseling perorangan; yaitu layanan yang diselenggarakan oleh konselor terhadap klien dalam rangka pengentasan masalah pribadi klien.. e) Bimbingan kelompok; yaitu suatu cara memberikan bantuan (bimbingan)
kepada
individu/siswa/klien
melalui
kegiatan
kelompok. f) Konseling kelompok; yaitu suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. g) Konsultasi; yaitu layanan konseling yang dilaksanakan oleh konselor
32
Ibid, h. 55.
(pembimbing)
terhadap
seorang
konsulti
untuk
45
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakannya dalam menangani kondisi atau permasalahan pihak ketiga. h) Mediasi; yaitu layanan konseling yang dilaksanakan konselor terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam keadaan saling tidak menemukan kecocokan atau dalam kondisi bermusuhan.33 c. Bidang Bimbingan Dan Konseling Pelayanan BK di sekolah meliputi bidang-bidang sebagai berikut: 1) Pengembangan Kehidupan Pribadi, yaitu bidang pelayanan BK yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi
dan
kecakapan,
bakat
dan
minat,
kondisi lingkungan serta kehidupan yang berkarakter beragama sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara
realistik, cerdas dan berkarakter.
2) Pengembangan Kehidupan Sosial, yaitu bidang pelayanan BK yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat, efektif, cerdas, dan berkarakter dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. 3) Pengembangan
Kemampuan
BK yang membantu
Belajar,
yaitu
bidang
pelayanan
peserta didik mengembangkan kemampuan
belajar sesuai dengan arah minatnya, berdisiplin, ulet dan mandiri 33
h. 90-95
Zikri Neni Iska, Pengantar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Kiki Brother’s, 2012),
46
serta optimal dalam menjalani pendidikan
pada jenjang/jenis
satuan pendidikannya mengarah kepada prestasi optimal. 4) Pengembangan Kemampuan Karir, yaitu bidang pelayanan BK yang membantu peserta didik dalam menerima, memahami menilai informasi,
serta
memilih
arah
jelas,
objektif
karir
secara
dan
dan mengambil keputusan dan
bijak,
sesuai
dengan
peminatannya berlandaskan kemampuan dasar, bakat, minat, dan kondisi lingkungan secara cerdas dan realistik.34 d. Program Bimbingan dan Konseling Program bimbingan dan konseling diartikan seperangkat kegiatan bimbingan dan konseling yang dirancang secara terencana, terorganisasi, terkoordinasi selama periode waktu tertentu dan dilakukan secara kait-mengait untuk mencapai tujuan. Tujuan penyusunan program tidak lain agar kegiatan BK di sekolah dapat terlaksana dengan lancar, efektif dan efisien, serta hasil-hasilnya dapat dinilai. Unsur-unsur yang harus diperhatikan dan menjadi isi program bimbingan dan konseling meliputi: kebutuhan siswa, jumlah siswa yang dibimbing, kegiatan di dalam dan di luar jam belajar sekolah, jenis bidang bimbingan dan jenis layanan, volume kegiatan BK, dan frekuensi layanan terhadap siswa. Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam penyusunan program bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut: berdasarkan kebutuhan, lengkap dan menyeluruh, sistematik, terbuka dan luwes, memungkinkan kerja sama 34
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Panduan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama, (Jakarta: Direktur Pembinaan SMP, 2014), h. 16-17.
47
dengan pihak yang terkait, memungkinkan diselenggarakannya penilaian dan tindak lanjut untuk penyempurnaan program.35 Dijelaskan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa program bimbingan dan konseling yang perlu dibuat Guru BK/Konselor guna merencanakan kegiatan bimbingan antara lain : 1) Program Harian, yaitu program yang langsung diadakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. 2) Program Mingguan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu minggu tertentu dalam satu bulan. 3) Program Bulanan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu bulan tertentu dalam satu caturwulan. 4) Program Semester, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu semester tertentu dalam satu tahun pelajaran. 5) Program Tahunan, yaitu program yang akan dilaksanakan secara penuh untuk kurun waktu satu tahun tertentu dalam satu jenjang sekolah. Kelima jenis program tersebut satu sama lain saling terkait. Program tahunan di dalamnya meliputi program semester, program semester meliputi program bulanan, program bulanan meliputi program mingguan, dan program mingguan didalamnya berisi kegiatan yang akan dilaksanakan pada tiap-tiap minggu, sedangkan program harian berisi agenda kegiatan yang akan dilakukan selama rentang satu minggu.
35
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Modul Diklat Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) SMP/MTs, (Bogor: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan, 2014) h. 18.
48
Program harian ini disusun pada setiap minggu sebelum minggu tersebut berlangsung. Program harian dalam setiap minggunya minimal berisi 12 kegiatan layanan atau pendukung. Perhitungan jumlah kegiatan dalam satu ini didasarkan pada kesetaraan beban mengajar yang diwajibkan pada guru kelas/mata pelajaran, di
mana
satu
kegiatan
layanan/pendukung
bimbingan
dan
konseling
diekuiivalenkan dengan 2 (dua) jam pembelajaran.36 Dan biasanya program harian ini diatur dalam RPL (Rencana Pelaksanaan Layanan) yang disertai dengan uraian materi dan instrument penilaian. B. Penelitian Yang Relevan 1. Ahmad Dede Aprianto (FITK UIN Jakarta: 2009), dengan skripsinya yang berjudul “Peran Guru BK dalam Mengimplementasikan Program Bimbingan Konseling di SMA Muhammadiyah 25 Setia Budi Pamulang”. Persamaannya yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dan sama-sama membahas tentang bimbingan konseling. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Dede Aprianto dilakukan pada siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi penulis melakukan penelitian pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dan dari penelitiannya dapat disimpulkan bahwa program layanan bimbingan dan konseling telah diimplementasikan cukup baik oleh guru BK dan hanya dua program layanan saja yang kurang dilaksanakan, yaitu layanan konseling kelompok dan layanan bimbingan kelompok.
36
Ibid, h. 9.
49
2. Wilda Fahriyah (FITK UIN Jakarta: 2011), dengan skripsinya yang berjudul “Peranan Bimbingan Konseling Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP Muhammadiyah 35 Jakarta”. Persamaaanya adalah sama-sama melakukan penelitian
tentang
bimbingan
dan
konseling
pada
siswa
SMP.
Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan oleh Wilda Fahriyah menggunakan Library Reseacrh, sedangkan penulis menggunakan metode Deskriptif Research. Adapun dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang diberikan guru BK dalam mengatasi kesulitan belajar pada mata pelajaran PAI sudah cukup baik dan telah disimpulkan dari penelitian kuantitatif tersebut bahwa bimbingan dan konseling berperan terhadap kesulitan belajar Pendidikan Agama Islam (Al-Qur’an). C. Kerangka Berfikir Program bimbingan dan konseling adalah hal yang sangat berperan terhadap perilaku siswa di sekolah. Terkadang sekolah hanya membuat program bimbingan dan konseling, tetapi program itu kurang efektif. Karena masih terlihat perilakuperilaku siswa yang tidak sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh sekolah, baik itu yang masuk ke dalam kategori pelanggaran ringan, sedang, maupun berat. Pergaulan remaja yang semakin bebas memudahkan siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan masyarakat yang memiliki berbagai macam karakter. Usia siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berkisar 12-15 tahun ini termasuk pada masa pubertas atau masa peralihan dari anak-anak menuju remaja,
50
proses remaja awal ini yang membuat anak menerima semua pergaulan yang ia temui. Baik atau buruknya suatu pergaulan terkadang membutuhkan kedewasaan untuk menghadapinya. Beda halnya dengan seorang yang telah dewasa, ia dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Tetapi terkadang seorang siswa SMP masih belum bisa membedakan mana yang baik dan buruk, sehingga ia mudah sekali untuk menerima semua hal yang baru ia kenal. Berbagai macam pergaulan yang baru mereka kenal, dari pergaulan yang selalu membawa dirinya untuk selalu melakukan hal-hal positif sampai pergaulan yang mengajak dirinya untuk melakukan hal-hal negatif. Rasa penasaran anak dapat mempercepat anak terbawa pada kondisi tersebut. Apalagi didukung dengan berbagai problem yang dialami anak baik dari faktor keluarga, sekolah, maupun masyarakat, itu akan lebih mudah mendorong anak untuk melakukan hal-hal baru yang menurut pergaulannya itu membuatnya terlepas dari problem tersebut. Fungsi dari program bimbingan konseling harus benar-benar efektif agar siswa-siswi yang sedang berada pada masa remaja awal dapat terbebas dari pergaulan negatif dan berbagai permasalahan hidupnya. Bukti rasa kepedulian kita terhadap mereka dapat ditunjukkan oleh kepedulian dengan adanya bimbingan dan konseling. Terutama bagi siswa yang sudah sering melakukan perilakuperilaku menyimpang di sekolah, baik itu non kriminal maupun kriminal. Agar efektivitas program bimbingan dan konseling ini benar-benar berjalan sesuai dengan baik dan akan mencetak masa depan bangsa yang berperilaku mulia.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP Plus Al-Islamiyah yang beralamat di Jl. Manunggal V Rt. 002/04 Perigi Baru Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Banten 15228. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Januari 2015 – 28 Februari 2015. B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Qualitative Research), yang menurut Bodgan & Taylor dalam buku Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati yang diarahkan pada latar dan individu secara holistik.1 Penelitian dengan pendekatan kualitatif menekankan analisis proses dari proses berfikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif sifatnya deskriptif analitik. Data yang diperoleh seperti hasil pengamatan, hasil wawancara, hasil pemotretan, analisis dokumen, catatan lapangan, disusun peneliti di lokasi penelitian, tidak dituangkan dalam bentuk dan angka-angka. Peneliti segera melakukan analisis data dengan memperkaya 1
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 82.
51
52
informasi, mencari hubungan, membandingkan, menemukan pola atas dasar data aslinya (tidak ditransformasi dalam bentuk angka). Hasil analisis data berupa pemaparan mengenai situasi yang diteliti yang disajikan dalam bentuk uraian naratif.2 Dalam penelitian non eksperimen ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif yang bermaksud untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, situasi–situasi atau kejadian–kejadian dan karakteristik populasi. Penulis menggunakan metode ini, karena penulis berharap dapat menggambarkan informasi–informasi faktual yang detail dan menggambarkan bagaimana Program Bimbingan Konseling di sekolah tersebut dalam menangani kenakalan–kenakalan remaja/perilaku menyimpang siswa. Selain itu, dengan metode deskriptif kualitatif ini penulis akan mengidentifikasi keadaan di sekolah dengan melakukan observasi secara mendalam tentang perilaku menyimpang siswa dan program bimbingan konseling yang telah berlangsung sehingga penulis dapat mengetahui bagaimanakah Penanganan Perilaku Menyimpang Siswa Melalui Program Bimbingan Konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren.
2
Ibid, h. 87.
53
C. Responden Penelitian Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi keempat, responden berarti penjawab (atas pertanyaan yang diajukan untuk kepentingan penelitian). Responden penelitian adalah seseorang (karena lazimnya berupa orang) yang diminta untuk memberikan respon (jawaban) terhadap pertanyaan (langsung atau tidak langsung, lisan atau tertulis ataupun berupa perbuatan) yang diajukan oleh peneliti. Dalam penelitian, responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan ketika mengisi angket atau lisan ketika menjawab wawancara.3 Adapun responden dalam penelitian ini diambil dari beberapa pihak yang berpengaruh terhadap terlaksananya penanganan perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMP Plus Al-Islamiyah, baik dari pihak kepala sekolah, guru BK, guru piket, siswa, maupun orang tua siswa dan beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengambilan responden dalam penelitian ini diambil sesuai dengan kebutuhan peneliti yang akan membahas tentang penanganan perilaku menyimpang siswa melalui program bimbingan dan konseling. Oleh karena itu peneliti mengambil kepala sekolah dan guru bimbingan konseling sebagai responden utama, karena mereka yang mempunyai program-program yang diterapkan di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
3
Subliyanto Online, Subyek Penelitian dan Responden Penelitian, Artikel ini diakses pada 22 Februari 2015 dari https://subliyanto.wordpress.com/2012/12/12/subyek-penelitian-danresponden-penelitian/.
54
Guru piket juga dijadikan sebagai salah satu responden penelitian ini, karena di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren guru piket yang mengetahui dan mengawasi perilaku siswa setiap harinya selama berada di sekolah. Dan peneliti juga mengambil lima siswa yang pernah melakukan perilaku menyimpang di SMP Plus Al-Islamiyah selama tiga tahun terakhir, dan itu didapatkan dari dokumentasi yang dimiliki oleh guru bimbingan dan konseling. Orang tua siswa adalah responden yang diambil dari luar sekolah, dengan tujuan agar penelitian ini dapat mengetahui sejauh mana upaya orang tua siswa untuk membantu program bimbingan dan konseling dalam menangani perilaku menyimpang siswa SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan. D. Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini diambil dari responden yang terdiri dari siswa, kepala sekolah, orang tua siswa, guru bimbingan konseling dan beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian ini dan didukung dengan dokumentasi dan catatan lapangan. Sumber data ini peneliti dapat dari hasil wawancara responden E. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tekhnik antara lain : 1. Observasi Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, observasi ialah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data apabila: (1) sesuai dengan
55
tujuan penelitian, (2) direncanakan dan dicatat secara sistematis, (3) dikontrol keandalanya dan kesahihannya.4 Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengamatan berperan serta, menurut Imam Gunawan, pengamatan berperan serta (participant observation) adalah studi yang sengaja dan dilakukan secara sistematis, terencana, terarah pada suatu tujuan, dimana pengamat atau peneliti terlibat langsung dalam kehidupan sehari-hari dari subjek atau kelompok yang diteliti. Peneliti dengan keterlibatan langsung dalam kehidupan sehari-hari tersebut menyebabkan terjadinya hubungan sosial dan emosional peneliti dengan subjek yang diteliti, dampaknya peneliti mampu menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang diteliti terhadap masalah yang dihadapi.5 Pengamatan berperan serta merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif untuk bidang psikologi karena dapat menghayati perasaan, sikap, pola pikir yang mendasari perilaku subjek yang diteliti secara mendalam tidak cukup memadai apabila hanya dilakukan dengan wawancara. Keterlibatan langsung peneliti dalam kehidupan sehari-hari dari subjek yang diteliti dapat memungkinkan hal-hal tersebut tercapai. Yaitu dengan mengamati secara mendalam akan perilaku menyimpang siswa di dalam maupun di luar sekolah serta program bimbingan dan konseling yang berperan dalam menangani perilaku menyimpang siswa.
4
Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), h. 54. 5 Op.cit, Imam Gunawan, h. 153.
56
2. Wawancara Menurut Setyadin, wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik. Dan menurut Kartono, wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik.6 Wawancara merupakan salah satu cara pengumpulan data dengan jalan komunikasi (lisan) antara peneliti dengan responden, yakni melalui kontak dan hubungan pribadi. Komunikasi tersebut dilakukan secara langsung dengan cara face to face, artinya antara peneliti dengan responden berhadapan langsung, maupun dengan cara tidak langsung untuk menanyakan secara lisan hal-hal yang diinginkan dan jawaban responden dicatat oleh si pewawancara.7 Untuk memperoleh jawaban responden penanya dapat menggunakan pedoman wawancara yang dibuat secara tertulis dan ditanyakan secara lisan kepada responden. Sasaran isi wawancara biasanya ditujukan untuk:8 a. Memperoleh dan memastikan fakta b. Memperkuat kepercayaan dan perasaan c. Menggali standar kegiatan d. Mengetahui alasan seseorang e. Mengetahui perilaku sekarang dan perilaku terdahulu
6
Ibid, h. 140. Afifi Fauzi Abbas, Metode Penelitian, (Ciputat: Adelina Bersaudara, 2010), h. 141. 8 Adang Rukhiyat, dkk, Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan Pemuda, 2003), h. 51. 7
57
Di dalam penelitian ini peneliti menggunakan In Depth Interview atau wawancara secara mendalam. Dalam wawancara mendalam suatu diskusi terarah peneliti harus dapat mengendalikan diri sehingga tidak menyimpang jauh dari pokok masalah, serta tidak memberikan penilaian mengenai benar atau salahnya pendapat atau opini informan. Melihat jenis pertanyaan yang digunakan dalam teknik wawancara mendalam maka jenis pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan terbuka. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan wawancara mendalam, pertanyaanpertanyaan yang akan dikemukakan kepada informan tidak dapat dirumuskan secara pasti sebelumnya, melainkan pertanyaan-pertanyaan tersebut akan banyak bergantung pada kemampuan dan pengalaman peneliti untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lanjutan sesuai dengan jawaban informan.9 Peneliti menggunakan wawancara mendalam kepada informan pada penelitian ini, dengan tujuan dapat menggali informasi sebanyak-banyaknya seputar perilaku menyimpang siswa dan program bimbingan konseling yang ada di sekolah. Adapun informan pada penelitian ini adalah siswa, orang tua murid, guru BK, kepala sekolah. 3. Dokumentasi Selain observasi dan wawancara, penelitian ini juga menggunakan dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data. Menurut Sugiyono, studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Bahkan kredibilitas hasil penelitian
9
Op.cit, Imam Gunawan, h. 165.
58
kualitatif ini akan semakin tinggi jika melibatkan dan menggunakan studi dokumen.10 Dokumentasi dalam penelitian ini meliputi, program bimbingan dan konseling, tata tertib siswa SMP Plus Al-Islamiyah. Dengan harapan dengan analisis studi dokumentasi dapat membantu peneliti untuk melihati bagaimana program bimbingan konseling dalam menangani perilaku menyimpang siswa. F. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan salah satu rangkaian kegiatan penelitian yang amat penting dan menentukan. Melalui kegiatan analisis inilah, data atau informasi yang dikumpulkan menjadi lebih bermakna. Dalam suatu penelitian, data dapat dianalisis dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Suatu data dapat dianalisis, apabila data yang dianalisis berupa angka-angka. Sementara data yang dianalisis secara kualitatif, apabila data tersebut berupa fenomena atau perilaku yang harus disajikan dalam bentuk uraian. Kemudian langkah-langkah analisis data dikelompokan menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengolahan data, tahap pengorganisasian, dan tahap penemuan hasil.11 Untuk menganalisa data hasil penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, yaitu setelah semua data yang diperlukan telah terkumpul kemudian disusun, dan diklasifikasikan, selanjutnya dianalisa dengan kata-kata untuk menggambarkan objek-objek penelitian disaat penelitian dilakukan, sehingga dapat diambil kesimpulan yang proposional dan logis.
10 11
Ibid, h. 179. Moch. Ainin, Metodologi Penelitian Bahasa Arab, (Malang: Hilal pustaka, 2007), h. 122.
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Profil Sekolah a. Identitas Sekolah - Nama Sekolah
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH
- Alamat
: Jl. Manunggal V Rt. 002/04 Perigi Baru Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Banten 15228
- Nomor Telpon
: (021) 34 604 227
b. Yayasan (bagi Swasta) - Nama Yayasan
: Yayasan Pendidikan Islam Al-Islamiyah
- Alamat Yayasan
: Jl. Manunggal V Rt. 002/04 Perigi Baru Kec. Pondok Aren Kota Tangerang Selatan Banten 15228
c. Kepala Sekolah - Nama Kepala Sekolah
: Muslih, S.Pd.
- No. Telp Kepala Sekolah
: 08179852693
d. NSS/NSM/ NDS
: 20 2 280311 028/206 135 58
e. Jenjang Akreditasi
: B
f. Tahun Berdiri
: 2005
g. Tahun Beroperasi
: 2005
2. Sejarah Beridirinya SMP Plus Al-Islamiyah Berdirinya SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren tidak lepas karena kekurangannya lembaga pendidikan Agama di wilayah Pondok Aren, atas kebutuhan tersebut pada tahun 1982 masyarakat memprakarsai berdirinya sebuah pengajian anak-anak yang dipusatkan di rumah H. Rinan bin Paih dengan mengkhususkan pengajaran pada bidang hafalan Juz’amma, praktek sholat dan
59
60
lari pagi ba’da Subuh. Mengingat kebutuhan lembaga pendidikan di lingkungan masyarakat sekitar sangat tinggi maka di tahun yang sama 1982, berdirilah Madrasah Diniyah Al-Islamiyah dengan Ust. Nurjaini sebagai kepalanya yang dibantu dengan tenaga pengajar diantaranya Ust Abdillah, Asmat Sugianto dan ibu Sawiyah yang berpusat di SDN Perigi II. Tahun 1983 karena ada suatu hal, Kepala Madrasah Diniyah diganti dan dipimpin oleh Ust. Asmat Sugianto. Sehubungan Madrasah tersebut masih kondisi menumpang, Ust. Abdillah sebagai staf pengajar mengajukan permohonan bantuan wakaf tanah kepada H. Rinan bin Paih (Orang tua). Tahap pertama luas 200 m2, kedua 200 m2 dan tahap ketiga 600 m2 jadi jumlah seluruhnya 1000 m2.1 3. Visi, Misi, dan Tujuan Sekolah a. Visi Visi SMP Plus Al-Islamiyah adalah: “Terwujudnya sekolah yang berkualitas dengan siswa-siswi berprestasi dan mandiri yang berdasarkan iman dan taqwa” Indikator Visi: 1) Mengupayakan menjadi sekolah menuju SSN 2) Sebagai juara dalam setiap mengikuti lomba 3) Tertib beribadah dan fasih membaca 4) Membekali keterampilan komputer, bahasa inggris, bahasa Arab dan keterampilan yang lain sehingga diharapkan siswa-siswi bisa mandiri. b. Misi Untuk mencapai visi tersebut, perlu dilakukan suatu misi berupa kegiatan jangka panjang dengan arah yang jelas. Berikut ini merupakan misi yang dirumuskan berdasarkan visi diatas. Misi SMP Plus Al-Islamiyah adalah:
1
Data Profil Yayasan Al-Islamiyah Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan
61
“Meningkatkan profesionalisme tenaga pendidik dan kependidikan, meningkatkan pelayanan terhadap peserta didik, mengembangkan suasana demokrasi dan kekeluargan” Di setiap kerja komunitas pendidikan, kami selalu menumbuhkan disiplin sesuai aturan bidang kerja masing-masing, saling menghormati dan saling percaya dan tetap menjaga hubungan kerja yang harmonis dengan berdasarkan pelayanan prima, suasana demokratis dan kekeluargaan. Penjabaran misi diatas meliputi : 1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki 2) Menumbuhkan dan mendorong keunggulan dalam penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni 3) Mendorong
dan
membantu
mewujudkan
disiplin
dan
profesionalisme kerja yang baik 4) Mendorong lulusan yang berkualitas, berprestasi, berakhlak mulia, dan bertaqwa kepada Allah SWT.
c. Tujuan Sekolah 1.) Ikut berpartisipasi aktif dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan dan pemerataan pendidikan (wajib belajar 9 tahun) 2.) Ikut serta berpartisipasi dalam mendidik generasi penerus bangsa yang mampu dan handal, berbudi pekerti yang luhur, serta mampu menghadapi tantangan zaman. Visi, misi, dan tujuan sekolah di atas dibuat dengan berbagai pertimbangan dan kerjasama dari semua pihak sekolah, karena itu semua akan menjadi tujuan pendidikan di SMP Plus Al-Islamiyah. Dan program-program bimbingan dan konseling sangatlah mendukung akan tercapainya visi, misi, dan tujuan sekolah. Oleh karena itu bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah menjadi perhatian khusus dari sekolah.
62
4. Keadaan Guru dan Pegawai Bidang
No
Nama
Tempat Tanggal Lahir
Kualifikasi
Study/Guru
Pendidikan
Kelas Yang
Terakhir
Diambil dan Jabatan B. Inggris
1
Muslih, S.Pd
Jepara, 07-02-1954
S1
(Kepala Sekolah) PKN (Wakil
2
Abdul Amin
Tangerang, 20-04-1966
SLTA
Kepala Sekolah dan Wali Kelas IX) TIK
3
Nurjanah, SE
Tangerang, 12-06-1985
S1
(Waka Keuangan)
4
Hindun H., S.Pd.I
Tangerang, 11-09-1972
S1
PAI/SKI Bimbingan Konseling, Bahasa
5
Drs. Sadly
Tangerang, 12-12-1963
S1
Arab (Wali Kelas VIII A dan Waka Pendidikan)
63
6
Jamhuri, S.Pd
7
Kurdi
8
Laela A., S.Pd.I
Tangerang, 07-10-1973
S1
IPS
Jakarta, 01-07-1967
SMA
Penjaskes
Tangerang, 11-11-1973
S1
Qur'an Hadits PAI/SKI
9
Adih, S.Pd.I
Tangerang, 04-19-1967
S1
(Waka Kesiswaan) IPA
10
Romli, S.Pd.
Tangerang, 04-07-1973
S1
(Waka Kurikulum)
11
Muhktari Bukhori
Malang, 06-09-1960
SMA
12
Andi Purnama
Jakarta, 05-07-1987
SMA
Kaligrafi Pramuka (Guru Piket) Matematika
13
Suyeti, S.Pd.I
Tangerang, 05 juli 1989
S1
(Wali Kelas VII B) PAI
14
Muhammad Fauzi
Tangerang, 14-05-1992
MA
(Wali Kelas VII A)
15
Mursalim, SE
Sudimoro, 11-03-1980
S1
Seni Budaya B.Indonesia
16
O. Joehanis, S.Pd
Tangerang, 06-07-1976
S1
(Wali Kelas VIII B)
64
Dari keadaan pendidik dan tenaga kependidikan di atas yang didapat dari kurikulum SMP Plus Al-Islamiyah, maka dapat dilihat tidak ada guru khusus yang menangani Bimbingan dan Konseling. Selama ini program Bimbingan Konseling di SMP Plus Al-Islamiyah tidak ditangani oleh guru khusus BK akan tetapi ditangani oleh guru bidang study Bahasa Arab, dan beliau juga menjadi Wali Kelas VIII A. Dengan demikian sangatlah sulit jika dapat fokus terhadap program-program bimbingan konseling yang telah dibuat oleh guru tersebut.
5. Sarana dan Prasarana a. Luas Tanah Dan Bangunan -
Keliling
: 160
-
Luas
: 1.600 M.2
-
Bangunan
: 560 M.2
-
Halaman
: 600
M.2
-
Lapangan Olah Raga : 440
M.2
-
Kebun
: 200
M.2
-
Lain-lain
: 400
M.2
M.2
b. Bangunan dan Ruang
Sarana/Ruang
Jumlah
Luas
Kelas
6
Perpustakaan
Kondisi Baik
Buruk
56
3
3
1
14
-
1
UKS
-
-
-
-
Bimbingan Konseling
-
-
-
-
Kepala Sekolah
1
15
1
-
Ruang Guru
1
48
1
-
Ruang TU
1
18
1
-
Kamar Mandi/WC Guru
1
4
-
1
Kamar Mandi/WC Murid
1
4
-
1
65
Gudang
-
-
-
-
Ruang Dapur TU
-
-
-
-
Ruang Dapur Guru
-
-
-
-
Rumah Dinas
-
-
-
-
Wakil Kepala Sekolah
-
-
-
-
-
-
-
18
-
1
Penjaga Sekolah Laboratorium Komputer
1
Dari data sarana dan prasarana di atas yang didapat dari hasil observasi penelitian, SMP Plus Al-Islamiyah tidak mempunyai Ruang Bimbingan Konseling. Dan jika guru BK ingin mengadakan bimbingan atau menerima siswa yang ingin konsultasi, biasanya menggunakan meja pribadinya untuk menerima siswa tersebut. Dan di meja pribadinya itulah yang menjadi tempat untuk melaksanakan program-program bimbingan konseling. 6. Muatan Kurikulum SMP Plus Al-Islamiyah Muatan Kurikulum SMP Plus Al-Islamiyah meliputi sejumlah mata pelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII sampai dengan kelas IX, yaitu sebagai berikut : a. Mata Pelajaran Wajib 1) Pendidikan Agama Pendidikan agama yang diselenggarakan di SMP Plus Al-Islamiyah ditambah sehingga menjadi 8 jam pelajaran yaitu: a) Al-Qur’an Hadits b) Aqidah Akhlak c) Fiqih d) Sejarah Kebudayaan Islam
66
Tujuan: Dengan penambahan jam belajar dalam mata pelajaran agama agar siswa/i terbekali/terlandasi agama yang kuat sehingga mampu menepis krisis multi dimensi (krisis aqidah, krisis moral, krisis sosial dan krisis-krisis yang lain). 2) Pendidikan Kewarganegaraan Dengan tujuan untuk memberikan pemahaman terhadap peserta didik tentang kesadaran hidup berbangsa dan bernegara dan pentingnya penanaman rasa persatuan dan kesatuan. 3) Bahasa Indonesia Dengan tujuan untuk membina keterampilan berbahasa secara lisan dan tertulis serta dapat menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dan sarana pemahaman terhadap IPTEK. 4) Bahasa Inggris Mata pelajaran Bahasa Inggris kelas VII, VIII dan IX ditambah 1 jam pelajaran. Dengan tujuan untuk membina keterampilan berbahasa dan berkomunikasi secara lisan dan tertulis untuk menghadapi perkembangan IPTEK dalam menyongsong era globalisasi. 5) Matematika Mata pelajaran matematika Kelas VII, VIII dan IX ditambah 1 jam pelajaran. Dengan tujuan untuk memberikan pemahaman logika dan kemampuan dasar Matematika dalam rangka penguasaan IPTEK. 6) Ilmu Pengetahuan Alam Dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik untuk menguasai dasar-dasar sains dalam rangka penguasaan IPTEK.
67
7) Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan sosiokultural masyarakat yang majemuk, mengembangkan kesadaran hidup bermasyarakat serta memiliki keterampilan hidup secara mandiri. 8) Seni Budaya Dengan tujuan untuk mengembangkan apresiasi seni, daya kreasi, dan kecintaan pada seni budaya nasional. Baik dari seni rupa, seni musik, seni tari, maupun seni teater. 9) Pendidikan Jasmani, Olah Raga dan Kesehatan Dengan tujuan untuk menanamkan kebiasaan hidup sehat, meningkatkan kebugaran dan keterampilan dalam bidang olah raga, menanamkan rasa sportifitas, tanggung jawab disiplin dan percaya diri pada peserta didik. 10) Teknologi Informasi dan Komunikasi Dengan tujuan untuk memberikan keterampilan dalam bidang teknologi informatika dan komunikasi yang sesuai dengan bakat dan minat peserta didik. b. Muatan Lokal Adapun yang termasuk ke dalam muatan lokal yang diterapkan di SMP Plus Al-Islamiyah adalah: 1) Bahasa Arab.
Selain untuk berkomunikasi, Bahasa Arab juga
sebagai bahasa Al-Qur,an dan Hadits yang hal ini sangat penting sebagai dasar untuk memahami Al-Qur’an dan Hadits. 2) Ibadah Amaliah, diterapkan di Sekolah kami agar siswa mampu melaksanakan ibadah dengan baik dan dapat menghafal do’a-do’a.
c. Bimbingan Konseling/Pengembangan diri Pengembangan diri terdiri dari pembiasaan-pembiasaan dilingkungan sekolah, Bimbingan Konseling dan juga materi ekstra kurikuler, yaitu:
68
1) Pembiasaan di sekolah a) Tadarus Al-Qur’an 30 menit sebelum belajar (pukul 06.30 s/d 07.00) setiap hari b) Berdo’a saat memulai dan mengakhiri pelajaran c) Salam dan salim setiap bertemu warga di sekolah
2) Bimbingan karir Bimbingan karir SMP Plus Al-Islamiyah dapat dilakukan secara terprogram dan spontanitas. a) Terprogram artinya sudah direncanakan bimbingan terhadap siswa b) Spontanitas artinya apabila ada hal-hal yang perlu penanganan secara langsung.
3) Ekstrakurikuler SMP Plus Al-Islamiyah merupakan sekolah yang mempunyai beberapa program unggulan atau ekstrakulikuler yang bisa melatih kemampuan dan keahlian siswa-siswi di bidang apapun, yaitu terdiri dari: a) Kepramukaan yaitu untuk menanamkan kedisiplinan dan keterampilan b) Pencak Silat yaitu untuk membentengi diri dari kejahatan dan melestarikan budaya daerah c) Marawis d) Hadroh e) Bahasa Arab/Muhadasah f) BTQ g) Bahasa Inggris/Conversation2
2
Kurikulum SMP Plus Al-Islamiyah Tahun Pelajaran 2014/2015
69
Dari muatan kurikulum di atas yang diambil dari kurikulum SMP Plus AlIslamiyah dapat dilihat bahwa program Pendidikan Agama dibuat menjadi 8 jam pelajaran dalam satu minggu dan bahasa Arab serta ibadah amaliyah yang terdapat dalam muatan lokal, dengan harapan siswa dapat mempunyai Pengetahuan Agama yang cukup dan berakhlak mulia. Selain itu pengembangan diri dengan memiliki program Ektrakulikuler yang cukup banyak dapat menjadikan bakat yang dimiliki siswa tersalurkan dan menjadikan mereka ahli di bidang yang mereka senangi. Dan pelaksanaan program bimbingan konseling terprogram dan spontanitas itu dapat menjadi fokus utama untuk menjadikan siswa menjadi pribadi yang lebih baik dan memiliki masa depan yang indah.
B. Analisis Data Seperti yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptrif. Sebelum mengetahui tentang penanganan perilaku menyimpang siswa melalui program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren, terlebih dahulu harus mengetahui beberapa kasus atau perilaku menyimpang yang dilakukan oleh siswa SMP Plus Al-Islamiyah selama 3 tahun terakhir. 1. Penyimpangan Perilaku Siswa SMP Plus Al-Islamiyah Dari hasil observasi dan wawancara, diketahui bahwa perilaku menyimpang siswa yang terjadi di SMP Plus Al-Islamiyah itu bisa dibagi menjadi dua kategori, yaitu kategori ringan dan kategori berat. Adapun kasus yang pernah terjadi di SMP Plus Al-Islamiyah yang termasuk ke dalam kategori ringan, antara lain : a. Telat Masuk Sekolah SMP Plus Al-Islamiyah merupakan sekolah yang mempunyai disiplin yang kuat, sehingga para siswa-siswi harus hadir di sekolah sebelum pukul 06.45. Dan ketika pukul 06.45 pintu gerbang ditutup, seluruh siswa-siswi yang telat tidak
70
diperbolehkan untuk masuk dan harus menunggu sampai jam pertama pelajaran selesai. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: 1) Bangun kesiangan dan telat sarapan 2) Seragam yang belum disiapkan sebelumnya 3) Jarak rumah yang terlalu jauh dengan sekolah
b. Tidak Berpakaian Sesuai dengan Aturan Sekolah Setiap hari ada aturan seragam yang harus dipatuhi oleh setiap siswa-siswi SMP Plus Al-Islamiyah. Bukan hanya memakai seragam yang telah ditentukan sekolah, akan tetapi harus selalu rapi dan selalu memakai sepatu selama di sekolah. Ada beberapa siswa yang melanggar aturan ini seperti mengeluarkan baju, tidak memakai dasi, dan tidak memakai sepatu ketika keluar kelas. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: 1) Lupa membawa ke sekolah 2) Belum punya atau belum beli 3) Tidak terbiasa memakai seragam rapi 4) Bercanda yang berlebihan, dsb.
c. Menggunakan Aksesoris Tubuh yang Tidak Sesuai dengan Aturan Sekolah Seiring pergaulan yang dialami oleh siswa-siswi di luar sekolah, maka terkadang hal tersebut sering terbawa ke dalam lingkungan sekolah. Biasanya mereka memakai gelang, kalung, dan beberapa aksesoris lainnya, selain itu ada sebagian dari siswi yang memakai perhiasan emas yang berlebihan. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: 1) Salah pergaulan dan mengikuti trend masa kini 2) Ceroboh dengan menggunakan perhiasan emas berlebihan, dsb.
71
d. Membolos Sekolah Kehadiran adalah merupakan aturan sekolah yang sangat penting dan sebagai salah satu syarat untuk kenaikan kelas, karena siswa-siswi harus memenuhi 85% kehadiran selama satu tahun pelajaran. Terkadang dengan berbagai alasan para siswa dan siswi tidak masuk sekolah, seperti sakit, izin, maupun tidak ada keterangan. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: 1) Malas 2) Ketiduran 3) Bosan dengan suasana sekolah 4) Diajak teman untuk tidak masuk sekolah bersama, dsb.
Kasus-kasus dalam kategori ringan merupakan kasus yang paling sering dilakukan oleh siswa-siswi SMP Plus Al-Islamiyah. Dan ada beberapa kasus yang termasuk ke dalam kategori berat yang pernah terjadi di SMP Plus Al-Islamiyah selama 3 tahun terakhir, antara lain: a. Bullying Terkadang candaan yang berlebihan itu bisa membuat para siswa-siswi SMP Plus Al-Islamiyah yang masih termasuk dalam masa-masa remaja yang labil, itu bisa berakibat fatal bahkan mereka bisa marah atau melakukan hal-hal yang di luar kewajaran. Bullying sudah menjadi hal yang biasa terjadi dalam kehidupan remaja, kasus yang terlihat ringan tapi bisa membuat efek yang berat. Pada tanggal 05 Februari 2015 telah terjadi satu kasus bullying yang menimpa salah satu siswi atas nama yang berinisial RN kelas VIII A SMP Plus Al-Islamiyah. Sehingga ia terus menangis dan mengurung diri di rumah, bahkan tidak mau masuk sekolah selama 2 minggu berturut-turut. Awalnya hanya merupakan hal yang kecil, hanya candaan dan cemoohan yang dilakukan oleh beberapa teman-teman sekelasnya, dikarenakan siswi tersebut adalah salah satu siswi yang mendapat nilai tinggi dalam setiap pelajaran dan sering mendapatkan
72
juara. Sifat iri dan dengki yang dimiliki oleh teman-temannya itulah yang melatarbelakangi kasus bullying tersebut. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: 1) Iri dan dengki 2) Bercanda yang berlebihan 3) Sifat sombong 4) Kurang adanya sifat keterbukaan siswa terhadap teman, guru maupun orang tuanya, dsb.
b. Perkelahian Berbagai permasalahan yang terjadi antar sesama siswa, baik itu disebabkan oleh suatu hal ketidaksengajaan maupun hanya dari candaan berlebihan. Itu bisa berakhir dengan suatu keadaan yang membuat dua pihak terpancing emosi dan sifat ego yang tinggi, sehingga terjadilah perkelahian yang melibatkan fisik maupun non fisik. Perkelahian itu beberapa kali terjadi di SMP Plus Al-Islamiyah, dan itu biasanya terjadi pada siswa laki-laki. Seperti yang terjadi pada tanggal 03 Maret 2015 telah terjadi perkelahian antara dua orang siswa laki-laki atas nama HF siswa kelas VIII B dan MAN siswa kelas VIII B SMP Plus Al-Islamiyah. Hanya disebabkan oleh masalah wanita, dan mereka hanya memperebutkan seorang siswi yang bernama DTO siswi kelas VIII B SMP Plus Al-Islamiyah, mungkin awalnya mereka hanya beradu mulut dan akhirnya mereka pun terlibat perkelahian yang menyebabkan salah satu siswa terluka akibat cakaran temannya. Dan adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: a. Sifat marah dan ego yang tinggi b. Kurang adanya keterbukaan akan permasalahan pribadi c. Kurang adanya sifat kedewasaan dalam memecahkan suatu masalah
73
d. Menganggap dengan berkelahi semua masalah akan selesai e. Premanisme atau merasa lebih berkuasa di antara teman-teman yang lain, dsb.
c. Merokok Merokok terkadang menjadi trend tersendiri di kalangan para remaja saat ini, berawal dari pergaulan yang salah dan diajak oleh teman-temannya. Dan dengan mudahnya membeli rokok di beberapa warung kecil yang dijual bebas kepada anak-anak di bawah umur itu bisa mempermudah para remaja di bawah umur dapat mendapat rokok. Begitupun kasus yang menimpa beberapa siswa-siswi SMP Plus AlIslamiyah, baik itu kelas VII maupun kelas IX. Dan terdapat beberapa kasus merokok yang terjadi di SMP Plus Al-Islamiyah, bahkan yang melakukan bukan hanya siswa laki-laki tetapi juga menimpa pada siswi perempuan SMP Plus AlIslamiyah. Seperti kasus yang terjadi pada tanggal 23 Januari 2014 yang dilakukan oleh 5 siswi SMP Plus Al-Islamiyah, mereka adalah RK, IFS, SP, OD, dan AF, mereka merupakan siswi-siswi kelas VIII A - B SMP Plus Al-Islamiyah. Dan yang melatarbelakangi mereka bisa melakukan kasus tersebut adalah pergaulan malam yang salah, yaitu teman-temannya ketika menonton konser musik reagge yang telah mengajak mereka untuk merokok. Awalnya hanya satu orang, lalu dia mengajak teman-temannya untuk ikut merokok, dengan alasan persahabatan mereka pun mau mengikuti ajakannya yang salah tersebut. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: a. Mudah terpengaruh oleh ajakan teman sebayanya yang salah b. Pergaulan yang salah c. Kurangnya memiliki prinsip yang kuat untuk tidak terpengaruh oleh orang lain, dsb.
74
d. Membawa Senjata Tajam Ketika seseorang memiliki sifat emosi yang tinggi dan tidak bisa mengendalikannya, bahkan ia bisa melakukan hal-hal yang di luar kewajaran manusia pada umumnya, apalagi itu terjadi pada remaja di bawah umur. Suatu kenekatan dengan menggunakan senjata tajam pun bisa terjadi dengan berbagai macam latar belakang dan permasalahan yang bisa berakibat terjadinya pembunuhan. Seperti yang terjadi pada tanggal 21 Desember 2013 di SMP Plus AlIslamiyah, ada seorang siswa yang melakukan hal nekat sehingga ini menjadi kasus terberat selama berdirinya SMP Plus Al-Islamiyah. Pada awalnya siswa yang bernama RD ini sudah pernah terlibat kasus merokok dan minum-minuman beralkohol, sehingga pada suatu hari ketika Ulangan Tengah Semester berlangsung, ia meminta contekan dengan memaksa kepada seorang temannya yang bernama YEP siswa kelas IX SMP Plus Al-Islamiyah, lalu dia pun tidak memberikan contekan bahkan mengadu kepada pengawas ujian bahwa ada siswa yang meminta contekan dengan paksaan. Hal itulah yang membuat si pelaku marah kepada YEP tersebut, sehingga pada saat bell berbunyi tanda ujian telah selesai, si pelaku segera berlari pulang ke rumah untuk mengambil sebilah pedang samurai dan mencoba untuk menusuk siswa yang telah mengadukannya kepada guru tersebut. Dan akhirnya ada salah satu guru yang melihat dan mencegah terjadinya perkelahian tersebut, dan segera meminta si pelaku untuk melepas pedang samurai tersebut. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: a. Kurangnya pengetahuan agama b. Sikap emosi yang terlalu tinggi dan tidak didasari dengan pikiran normal c. Telah terkontaminasinya seseorang dengan minuman beralkohol dan zat adiktif lainnya d. Senjata tajam yang tidak pantas dimiliki oleh remaja di bawah umur, dsb.
75
e. Mengkonsumsi Minuman Beralkohol Ketika seorang remaja di bawah umur sudah salah bergaul dan bahkan sudah terlalu larut dengan pergaulan yang salah. Dengan kurangnya prinsip dan kurangnya kuatnya dasar agama yang tertanam pada diri remaja, maka pengaruh dari teman-teman yang salah itu bisa membuat seorang remaja masuk ke dalam pergaulan yang salah. Seperti kasus yang dilakukan 5 siswa SMP Plus Al-Islamiyah pada tanggal 19 Maret 2015, yaitu MF, MF, AS, AF, dan AS, mereka adalah siswa-siswa kelas IX A–B SMP Plus Al-Islamiyah. Pada awalnya ada laporan dari masyarakat sekitar yang melihat sekumpulan remaja di bawah umur minum minuman beralkohol jenis vodka di pada pukul 01.00 dini hari, dan akhirnya guru bimbingan konseling menindak-lanjuti kasus tersebut di sekolah. Mereka mengaku itu adalah awal pertama kali mencoba karena diajak oleh teman-teman di luar sekolah tersebut. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: a. Kurang prinsip dan pengetahuan agama b. Pergaulan malam yang salah c. Pelampiasan masalah pribadi yang cukup berat d. Kurang adanya perhatian dari orang tua, dsb.
f. Membawa dan Memakai Obat-obatan terlarang (Narkotika) Masa puber yang penuh rasa penasaran dan didukung oleh pengaruh pergaulan yang salah serta kurang perhatian dari orang tua, membuat para remaja di bawah umur dapat berbuat sesuatu yang salah. Bahkan di Indonesia sudah banyak obat-obatan terlarang yang termasuk ke dalam Narkotika dijual bebas secara ilegal di toko obat atau apotik. Dan itu juga yang membuat seseorang sangat mudah untuk mendapatkan obat-obatan tersebut, ada juga beberapa obat penenang yang dijual bebas tanpa harus menggunakan resep dokter. Dan pada tanggal 27 Maret 2015 ada 4 siswa yang tertangkap membawa obat penenang yang termasuk dalam kategori Narkotika yaitu Pil Koplo ke
76
sekolah, mereka adalah AFR, NK, DS, dan FPH siswa VIII A – B SMP Plus AlIslamiyah. Pada awalnya ada laporan dari masyarakat yang memberitahu bahwa ada beberapa siswa SMP Plus Al-Islamiyah yang membawa obat-obatan terlarang, lalu seketika itulah guru bimbingan konseling dan beberapa guru lainnya melakukan inpeksi mendadak dengan memeriksa semua tas milik siswa-siswi SMP Plus Al-Islamiyah, dan akhirnya tertangkaplah 4 siswa kelas VIII tersebut. Setelah diintrogasi yang melatarbelakangi mereka untuk membawa dan mengkonsumsi obat-obatan tersebut adalah pergaulan yang salah dan rasa penasaran yang tinggi. Dan akhirnya mereka mencoba untuk membeli Pil Koplo tersebut di toko obat atau apotik, dan mencoba mengkonsumsinya. Adapun beberapa hal yang melatarbelakangi siswa melakukan hal tersebut, antara lain: a. Kurang prinsip dan pengetahuan agama b. Pergaulan yang salah c. Pelampiasan masalah pribadi yang cukup berat d. Terlalu mudahnya mendapatkan obat-obatan terlarang yang termasuk ke dalam kategori Narkotika e. Kurang adanya perhatian dari orang tua, dsb. Beberapa kasus di atas merupakan bukti bahwa kondisi pergaulan saat ini sudah sangat berbahaya. Tidak bisa dipungkiri, siswa-siswi SMP Plus AlIslamiyah yang berumur antara 12-15 tahun dan masih dalam masa puber itu membuat mereka penasaran dan mudah terpengaruh dari lingkungan sekitar, baik dari pergaulan di lingkungan sekolah maupun masyarakat. Apalagi ditambah dengan kurangnya perhatian dari orang tua dan keluarga, karena masa-masa seperti itu sangat butuh perhatian lebih terutama dari orang-orang terdekatnya. Proses 24 jam kehidupan yang mereka lalui, terkadang mereka bertemu dan bergaul dengan berbagai macam teman dan lingkungan. Pada saat itulah terkadang mereka mudah dipengaruhi oleh teman-teman dalam pergaulan yang salah untuk melakukan hal-hal yang salah dan tidak sepantasnya dilakukan oleh remaja di bawah umur. Untuk itulah kerjasama dari semua pihak, baik penanggung jawab
77
ketika ia berada dirumah yaitu orang tua, maupun penanggung jawab ketika ia berada di sekolah sangat dibutuhkan untuk meminimalisir penyimpangan prilaku siswa. 2. Program Bimbingan dan Konseling SMP Plus Al-Islamiyah Penanaman karakter melalui pendidikan di SMP Plus Al-Islamiyah merupakan suatu hal yang sangat penting dan untuk menanamkan karakter bagi seluruh siswa dibutuhkan sistem yang terstruktur dengan baik agar tujuan sekolah bisa tercapai dengan maksimal. Penanggung jawab ketika ia berada di sekolah itu dibebankan terhadap semua tenaga pendidik dan kependidikan. Yang paling utama adalah kepala sekolah selaku pimpinan dibantu oleh beberapa staffnya, setelah itu guru bimbingan konseling juga sangat berperan dalam membuat program-program yang bertujuan agar siswa-siswi dapat bergaul dengan baik, dan terhindar dari kasus-kasus, baik yang kecil maupun yang besar, karena adanya yang besar biasanya diawali dari yang kecil. Lalu dibantu dengan wali kelas dan seluruh guru yang ada di sekolah, dengan terjalinnya kerjasama yang baik maka tidak akan ada siswa yang melakukan perilaku menyimpang. Mengingat akan pentingnya peran guru bimbingan konseling dan semakin canggihnya tehnologi yang bisa mempermudah para siswa melakukan perilaku yang menyimpang, maka diperlukannnya strategi dengan membuat programprogram atau peraturan ketika terjadi sesuatu dan itu bisa menjadi acuan. Dan pembuatan program itu adalah tanggung jawab guru bimbingan konseling, agar lebih terfokus terhadap kasus-kasus yang dilakukan oleh siswa. Dengan melihat perilaku siswa sehari-hari terutama ketika di sekolah dengan pergaulan yang semakin berbahaya. Untuk itu bimbingan konseling sangatlah diperhatikan oleh kepala sekolah SMP Plus Al-Islamiyah, sehingga pada awal tahun pelajaran guru bimbingan konseling diminta untuk membuat program tahunan, semester, bulanan, dan mingguan. Program yang sedemikian rupa harus dimasukkan ke dalam Kegiatan Belajar Mengajar agar dapat
78
terealisasikan dengan maksimal, dan pada awalnya Bimbingan Konseling mempunyai 2 jam pelajaran di dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Kepala sekolah memilih guru yang sangat berkompeten di bidang bimbingan dan konseling, sehingga bisa memberikan bimbingan ke siswa dengan cara pendekatan dan menerima segala macam konsultasi dari permasalahan yang dialami siswa-siswi SMP Plus Al-Islamiyah serta mampu membuat program bimbingan dan konseling selama satu tahun pelajaran. Drs. Sadly yang menjadi guru bimbingan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah dengan berbagai pengalaman yang beliau dapatkan dari Pondok Pesantren dan akademis, atas dasar itulah kepala sekolah meminta Drs. Sadly untuk menjadi guru BK di SMP Plus Al-Islamiyah. SMP Plus Al-Islamiyah merupakan sekolah yang memiliki disiplin bagus, sehingga begitu banyak program bimbingan konseling, salah satunya berupa peraturan-peraturan dan sanksi berupa poin yang dibuat oleh guru bimbingan konseling dan disetujui oleh kepala sekolah. Selain itu guru bimbingan konseling juga membuat sederetan program selama setahun yang tertampung di dalam program tahunan, program semester, program bulanan, serta program mingguan yang peneliti cantumkan pada lampiran. Drs. Sadly merupakan salah satu guru yang diberikan tanggung jawab lebih dari satu tugas, yaitu Guru Bahasa Arab kelas VII, VIII, dan IX, Wali kelas VIII A, Biro Pendidikan, dan Guru Bimbingan Konseling. Di satu sisi beliau harus membuat RPP mata pelajaran Bahasa Arab setiap harinya, mengurus administrasi kelas VIII A, dan menjadi wakil kepala sekolah biro pendidikan. Karena itulah semua program bimbingan konseling yang dibuat belum bisa terlaksana dengan maksimal. Adapun beberapa layanan yang telah dibuat berdasarkan yang sudah ditentukan dari kurikulum yang digunakan, adalah sebagai berikut:
79
a. Layanan Orientasi Layanan orientasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan siswa memahami lingkungan yang baru dimasukinya untuk mempermudah dan memperlancar berperannya siswa dalam lingkungan baru tersebut, dan layanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal tahun pelajaran. Pada materi bidang pengembangan pribadi layanan ini mengajarkan pengenalan sekolah baru (wiyata mandala), dan pada materi bidang pengembangan belajar layanan ini bertujuan untuk mencapai pola hubungan yang baik antara teman sebaya dalam perannya sebagai pria dan wanita. Materi ini diberikan oleh guru Bimbingan Konseling kepada kelas 7 pada saat Masa Orientasi Siswa baru SMP Plus Al-Islamiyah. b. Layanan Informasi Layanan informasi yaitu layanan konseling yang memungkinkan siswa menerima dan memahami berbagai informasi yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan klien. Pada materi bidang pengembangan pribadi layanan ini memberikan informasi untuk selalu bersikap positif dan dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat, memanfaatkan nilai dan bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas, dan juga untuk mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni. Dan pada materi bidang pengembangan sosial layanan ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan pada materi bidang pengembangan belajar layanan ini untuk menguasai gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi. Pada layanan informasi ini diberikan oleh guru bimbingan dan konseling kepada para siswa pada dua bulan awal pada semester ganjil dan genap.
80
c. Layanan Penempatan dan Penyaluran Layanan penempatan dan penyaluran yaitu layanan konseling yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran yang sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing. Pada layanan ini guru bimbingan dan konseling menyediakan tempat untuk menyalurkan bakat dan kemampuan siswa yang berupa kegiatan ekstrakulikuler dan ini berlaku pada materi bidang pengembangan pribadi, sosial, belajar, dan karir. Layanan ini terlaksana pada saat kapan pun sesuai dengan kebutuhan terlaksananya kegiatan ektrakulikuler yang terjadwal pada setiap harinya setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung. d. Layanan Penguasaan Konten Layanan penguasaan konten yakni layanan konseling yang memungkinkan siswa mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi pelajaran yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya. Pada materi bidang pengembangan pribadi dan sosial bertujuan untuk mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan pada materi bidang perkembangan belajar bertujauan untuk bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat. Pada layanan ini guru bimbingan konseling menganalisa setiap siswa yang mempunyai kemampuan yang berbeda-beda, dan membantu agar dapat menemukan mata pelajaran yang cocok dengan keahliannya dan membantu mencari solusi jika ada kesulitan dalam menemukan suatu pelajaran. e. Layanan Bimbingan & Konseling Perorangan/Individual Bimbingan dan konseling individual adalah proses belajar melalui hubungan khusus secara pribadi dalam wawancara antara seorang guru bimbingan konseling dan seorang siswa. Siswa mengalami kesukaran pribadi yang tidak dapat dipecahkan sendiri, kemudian ia meminta bantuan guru BK sebagai petugas yang profesional dalam jabatannya dengan pengetahuan dan ketrampilan psikologi. Konseling ditujukan pada individu yang normal, yang menghadapi kesukaran
81
dalam mengalami masalah kehidupan pribadi, kehidupan sosial, belajar, serta karir dan tidak dapat memilih dan memutuskan sendiri. Dapat disimpulkan bahwa konseling hanya ditujukan pada individu-individu yang sudah menyadari kehidupan pribadinya. Dalam layanan ini sifatnya adalah kondisional, artinya adalah guru BK siap membantu siswa yang mempunyai masalah kehidupan pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan karir. Dengan adanya fasilitas ini maka siswa akan lebih terbuka dan akan menemukan solusi yang terbaik dari setiap permasalahannya. f. Layanan Bimbingan Kelompok Bimbingan kelompok dimaksudkan untuk mencegah berkembangnya masalah atau kesulitan pada diri siswa. Isi kegiatan bimbingan kelompok terdiri atas penyampaian informasi yang berkenaan dengan masalah pribadi, sosial, belajar, dan karir yang tidak disajikan dalam bentuk pelajaran. Pada layanan ini juga sifatnya kondisional dan terprogram untuk mencegah berkembangnya suatu masalah atau kesulitan kecil dan jika terjadi suatu masalah apapun yang melibatkan kelompok agar tetap terkendali dan menemukan solusi dari permasalahan tersebut. g. Layanan Konseling Kelompok Strategi berikutnya dalam melaksanakan program BK adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada peserta didik dalam
rangka
memberikan
kemudahan
dalam
perkembangan
dan
pertumbuhannya. Selain bersifat pencegahan, konseling kelompok dapat pula bersifat penyembuhan. Pada layanan ini mempunyai sifat kondisional pada setiap masalah kehidupan pribadi, kehidupan sosial, belajar, dan karir agar dapat menemukan solusi dari setiap permasalahan kelompok tersebut. h. Layanan Konsultasi Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk guru BK, orang tua, administrator dan konselor lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi
82
efektivitas peserta didik atau sekolah. Konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang langsung ditujukan kepada siswa, tetapi secara tidak langsung melayani siswa melalui bantuan yang diberikan orang lain. Dan pada layanan ini biasanya menangani masalah apapun yang berkaitan dengan pribadi, sosial, belajar, dan karir, dan layanan ini digunakan secara kondisional dan terprogram ketika terjadi suatu masalah siswa dan perlu diadakan kerjasama dari berbagai pihak untuk memecahkan masalah tersebut tetapi tidak melibatkan siswa secara langsung. i. Layanan Mediasi Layanan
mediasi
yakni
layanan
konseling
yang
memungkinkan
permasalahan atau perselisihan yang dialami siswa dengan pihak lain dapat terentaskan dengan guru BK sebagai mediator. Layanan ini dilakukan jika terjadi suatu masalah yang melibatkan dua orang atau lebih baik itu permasalahan pribadi, sosial, belajar, maupun karir, dengan mediasi ini maka akan ditemukan suatu penyebab permasalahannya dan akan menemukan solusi yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. j. Konferensi Kasus Konferensi kasus merupakan kegiatan pendukung atau pelengkap dalam Bimbingan dan Konseling untuk membahas permasalahan siswa dalam suatu pertemuan, yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan siswa. Memang, tidak semua masalah yang dihadapi siswa harus dilakukan konferensi kasus. Tetapi untuk masalah-masalah yang tergolong pelik dan perlu keterlibatan pihak lain tampaknya konferensi kasus sangat penting untuk dilaksanakan. Melalui konferensi kasus, proses penyelesaian masalah siswa dilakukan tidak hanya mengandalkan pada konselor di sekolah semata, tetapi bisa dilakukan secara kolaboratif, dengan melibatkan berbagai pihak yang dianggap kompeten dan memiliki kepentingan dengan permasalahan yang dihadapi siswa. Konferensi kasus ini menangani beberapa masalah besar baik itu permasalahan pribadi, sosial, dan belajar dan konferensi ini dilaksanakan secara
83
kondisional dan terprogram. Melalui konferensi kasus ini bukan hanya mencari hukuman bagi siswa yang bermasalah, tapi juga mencari jalan terbaik dengan jalan diskusi antar semua pihak yang terkait di dalam konferensi kasus tersebut. k. Kunjungan Rumah Layanan kunjungan rumah (home visit) adalah salah satu teknik pengumpul data dengan jalan mengunjungi rumah siswa untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa dan untuk melengkapi data siswa yang sudah ada yang
diperoleh
dengan
tehnik
lain.
Kunjungan
rumah
adalah
upaya
yang dilakukan guru BK untuk mendeteksi kondisi keluarga dalam kaitannya dengan permasalahan anak/individu agar mendapat berbagai informasi yang dapat digunakan lebih efektif. Kegiatan kunjungan rumah merupakan salah satu kegiatan pendukung yang diadakan untuk memahami diri siswa yang bermasalah secara lebih lengkap di dalam proses pemberian bantuan melalui jenis layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Penanganan permasalahan siswa seringkali memerlukan pemahaman yang lebih lengkap tentang suasana rumah atau keluarga siswa. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan rumah, namun harus diingat bahwa kunjungan rumah itu tidak perlu dilakukan untuk semua siswa. Bagi siswa yang permasalahannya menyangkut peranan rumah tangga atau keluarga sajalah yang diperlukan kunjungan rumah itu. Kemungkinan cara lain yang dapat ditempuh untuk memperoleh data atau informasi tersebut ialah mewawancarai siswa secara langsung atau meminta/mengundang orang tua ke sekolah untuk memberikan keterangan yang dimaksud. Dalam kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah, home visit (kunjungan rumah) merupakan salah satu alternatif dalam memecahkan masalah siswa. Layanan ini juga sifatnya adalah kondisional dan tidak terjadwal, walaupun kondisional tetapi tetap terprogram dengan baik. Adapun permasalahan yang dapat diselesaikan dengan layanan ini adalah permasalahan pribadi, sosial, belajar, dan karir.
84
l. Alih Tangan Kasus Kegiatan alih tangan kasus yaitu kegiatan pendukung BK untuk mendapatkan penanganan yang lebih tepat dan tuntas atas masalah yang dialami siswa dengan memindahkan penanganan kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat antara berbagai pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutama kerja sama dari ahli lain tempat kasus itu dialih tangankan). Layanan ini hanya dilakukan pada kasus yang sangat berat dan butuh pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli, baik dari masalah pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Berbagai pihak ahli dalam menangani kasus ini tergantung pada kasusnya, seperti dokter, kepolisian, psikiater, dll. Selama SMP Plus Al-Islamiyah berdiri hanya sekali layanan alih tangan kasus ini pernah digunakan, ketika ada siswa yang membawa senjata tajam dan ingin melukai teman kelasnya. Selain layanan-layanan di atas, guru bimbingan dan konseling bekerjasama dengan kepala sekolah, biro kesiswaan, dan biro kurikulum untuk membuat program yang sifatnya adalah preventif dan kuratif. Program yang dibuat yaitu meliputi : a. Program Tahunan Program tahunan ini dibentuk dengan berdasarkan layanan-layanan di atas yang meliputi layanan orientasi dan layanan informasi. Dan program tahunan ini juga membuat berbagai kegiatan pada hari-hari besar Islam, peringatan kemerdekaan RI, dan berbagai kegiatan lain yang disusun guna membuat para siswa menjadi lebih baik dengan mengikuti berbagai kegiatan positif. b. Program Semester SMP Plus Al-Islamiyah mempunyai program semester, seperti berbagai perlombaan yang diadakan pada awal semester, baik perlombaan pelajaran, seni, maupun kebersihan. Program ini dilaksanakan guna untuk membuat para siswa mau bersaing dalam meraih prestasi antar kelas.
85
c. Program Bulanan Program bulanan ini sifatnya adalah spontanitas dan terprogram, seperti: razia kerapihan dan ketertiban yang dilakukan secara mendadak. Sidak ini dilaksanakan guna untuk membiasakan para siswa selalu rapi dalam hal rambut, kuku, seragam dan lain sebagainya, dan menghilangkan kebiasaan untuk membawa barang-barang yang dilarang oleh sekolah, seperti handphone, memakai aksesoris yang tidak sewajarnya (cincin, gelang, kalung, dll), membawa dan mengkonsumsi rokok, narkotika, maupun zat adiktif lainnya, senjata tajam, dan lain sebagainya. d. Program Mingguan Dalam pelaksanaan program mingguan ini guru bimbingan dan konseling berkerjasama dengan biro kesiswaan, pembina pramuka, orang tua/wali murid dan masyarakat sekitar untuk membantu terlaksananya program mingguan tersebut, dan program ini bisa dilaksanakan pada sore dan malam hari. Adapun program mingguan yang diadakan yaitu : 1) Latihan Ekstrakulikuler Pramuka
: Setiap Senin Sore
2) Latihan Ekstrakulikuler Pencak Silat
: Setiap Selasa Sore
3) Latihan Ekstrakulikuler Vocal dan Musik
: Setiap Rabu Sore
4) Latihan Ekstrakulikuler Volly dan Basket
: Setiap Kamis Sore
5) Pengajian Remaja di Masjid Al-Hidayah
: Setiap Kamis Malam
6) Latihan Pembinaan Tahsinul Qur’an
: Setiap Jumat Siang
7) Latihan Pembinaan Kepramukaan
: Setiap Jumat Malam
Berbagai program mingguan di atas dilaksanakan guna untuk memudahkan dalam mengontrol dan memantau para siswa selama di luar sekolah, dan meminimalisir masuknya para siswa ke dalam pergaulan bebas dari lingkungan yang salah. e. Program Harian Program harian adalah rutinitas yang dilakukan selama di sekolah di luar kegiatan belajar mengajar, seperti membaca Al-Qur’an setiap sebelum memulai pelajaran, sholat Dhuha berjama’ah ketika istirahat pertama, sholat Dzuhur
86
berjama’ah ketika istirahat kedua, dan lain sebagainya. Program ini dilaksanakan guna untuk membuat para siswa mau membiasakan dirinya untuk selalu mengamalkan rutinitas yang berguna sesuai dengan ajaran Agama yang mereka yakini. 3. Upaya Penanganan Perilaku Menyimpang Siswa SMP Plus AlIslamiyah Setelah peneliti menguraikan beberapa kategori perilaku penyimpangan siswa SMP plus Al-islamiyah maka dapat diketahui bahwa perilaku tersebut disebabkan dengan adanya beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Upaya yang dilakukan dalam penanganan perilaku menyimpang siswa SMP plus Al-islamiyah dengan upaya preventif dan upaya kuratif. Upaya preventif maksudnya kegiatan yang dilakukan secara sistematis, berencana, dan terarah, untuk menjaga agar kenakalan itu tidak timbul.. Upaya ini merupakan usaha untuk mengubah tingkah laku pelanggaran dengan cara menghilangkan sebab yang menimbulkan perilaku tersebut. Sedangkan upaya kuratif menanggulangi perilaku menyimpang agar siswa tersebut tidak melakukan atau mengulangi hal itu kembali. Selain upaya-upaya tadi, bimbingan karir dan program bimbingan konseling lainnya dapat dilakukan secara terprogram dan spontanitas. a. Terprogram artinya sudah direncanakan bimbingan terhadap siswa. Untuk layanan yang terprogram ini sangatlah sulit bisa diterapkan oleh Drs. Sadly selaku guru BK SMP Plus Al-Islamiyah, dikarenakan tugas dan tanggung jawab lain di luar tugas sebagai guru BK. Sehingga hanya sedikit waktu untuk mengatur bimbingan dengan siswa di dalam jam sekolah, kecuali ketika jam istirahat sekolah. b. Spontanitas artinya apabila ada hal-hal yang perlu penanganan secara langsung. Untuk layanan yang termasuk ke dalam spontanitas antara lain : layanan bimbingan dan konseling perorangan, konferensi kasus,
87
kunjungan rumah, dan alih tangan kasus. Dan itu bisa dilakukan ketika ada siswa atau siswi yang melakukan kasus ringan maupun berat. Peraturan di SMP Plus Al-Islamiyah tetap berjalan seperti biasa dengan bantuan guru piket yang selalu hadir setiap hari dan memantau perilaku siswa, dan selalu melaporkan kepada guru BK jika ada perilaku menyimpang siswa, misalnya untuk siswa yang telat masuk ke sekolah, yang membolos sekolah lebih dari 3 hari, siswa yang tidak rapi dalam berpakaian, dsb. SMP Plus Al-Islamiyah mempunyai pembina pramuka yang sangat berkompeten dalam tugasnya dan sangat dekat dengan seluruh siswa-siswi SMP Plus Al-Islamiyah. Andi Purnama dengan semangat jiwa muda yang didasari ilmu kepramukaan, kepala sekolah SMP Plus Al-Islamiyah menjadikannya sebagai guru piket yang hadir setiap hari dan membantu guru bimbingan konseling dalam mengawasi perilaku siswa-siswi selama di sekolah. Kerjasama antara Andi Purnama sebagai guru piket dan Drs. Sadly sebagai guru BK membuat para siswasiswi menjadi taat dan patuh terhadap peraturan yang telah dibuat di SMP Plus Al-Islamiyah. Strategi yang dipakai oleh Andi Purnama setiap hari dengan turun langsung dalam pengawasan dan penanganan prilaku siswa dan siswi SMP plus Alislamiyah, sedangkan Drs. Sadly memantau dari kejauhan dan langsung menangani dengan sigap dan bijak jika telah ditemukan pelanggaran atau penyimpangan perilaku siswa baik yang ringan maupun yang berat. Yang menjadi acuan hukuman adalah peraturan yang dibuat dengan hukuman point yang sesuai dengan tata tertib dan telah disetujui oleh kepala sekolah SMP Plus Al-Islamiyah. Biasanya untuk siswa yang melakukan pelanggaran ringan sebelum menghadap ke guru BK, terlebih dahulu mereka yang melanggar diberi teguran ringan oleh guru piket. Jika terus-menerus mengulanginya maka guru piket segera melapor kepada guru BK, dan akan ditindaklanjuti dengan hukuman yang telah tertulis dan sesuai dengan kebijakan guru BK dan kepala sekolah.
88
Dan setiap permasalahan siswa selalu memiliki point dan akan diakumulasi selama satu tahun, jika sudah mencapai point 100 maka siswa tersebut akan dikeluarkan dari sekolah. Dan ada beberapa pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh guru BK dan kepala sekolah dalam menangani perilaku menyimpang siswa yang cukup berat dan semua itu ditulis dalam surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani oleh siswa bermasalah, wali murid, guru BK, dan kepala sekolah. Dan cara itu dinilai cukup efektif dilaksanakan di SMP Plus Al-Islamiyah, itu terbukti dengan menurunnya tingkat kenakalan siswa selama beberapa tahun terakhir dan meningkatnya prestasi siswa terutama dalam mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti MTQ, Debat, Perlombaan Seni Musik Islami, Vocal Grup, Pramuka, Sains, dan lain-lain. Bahkan ada beberapa dari siswa yang pada awalnya pernah melakukan perilaku menyimpang, akan tetapi sekarang ia sudah bisa mendapatkan prestasi baik dari tingkat sekolah, kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan, bahkan belum lama ada beberapa dari mereka yang mendapatkan prestasi dalam perlombaan kepramukaan di Provinsi Banten.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa yang penulis dapatkan di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa perilaku menyimpang siswa yang pernah terjadi di SMP Plus Al-Islamiyah selama tiga tahun terakhir, dari yang ringan sampai yang berat. Dari mulai membolos, tidak menggunakan seragam sesuai aturan, tidak mengerjakan tugas dengan baik, telat masuk sekolah, sampai dengan bullying, berkelahi, merokok, minum-minuman beralkohol, membawa/mengkonsumsi narkotika atau zat adiktif lainnya, membawa senjata tajam. Cukup banyak dan variatif penyimpangan perilaku yang pernah dilakukan oleh siswa, oleh karena itu para siswa harus diberi bekal yang cukup agar tidak terjerumus ke dalam pergaulan yang salah.
2. Hasil penelitian menunjukkaan bahwa program bimbingan dan konseling di SMP Plus Al-Islamiyah itu berjalan kurang baik, dikarenakan beberapa sebab. Dari kurangnya sarana dan prasarana, tidak adanya guru BK yang khusus menangani BK di sekolah, koordinator BK diserahkan kepada guru bidang study Bahasa Arab, dan lain-lain. Akan tetapi walaupun seperti itu kepala sekolah, para staff, guru BK, dan guru-guru yang lain tetap bekerjasama agar semua program yang telah dibuat oleh guru BK dapat berjalan dengan maksimal. Agar para siswa di sekolah dapat memperoleh prestasi yang baik di dalam kelas maupun di luar kelas, dan segala macam permasalahan siswa dapat segera tertangani dengan baik dan mencegah masuknya pergaulan yang salah ke dalam lingkungan sekolah dengan cara
89
90
bekerjasama dengan guru piket yang selalu siap setiap hari mengawasi perilaku siswa secara langsung di lapangan.
3. Dalam penanganan perilaku menyimpang siswa ada beberapa program bimbingan konseling yang sifatnya adalah terprogram dan kondisional. Adapun yang terprogram seperti bimbingan dan konseling individual maupun kelompok yang sudah direncanakan waktu dan tempatnya. Sedangkan untuk penanganan perilaku menyimpang siswa itu sifatnya kondisional, dan setiap permasalahan semua ditangani dengan akumulasi point yang siswa miliki. Dan ada beberapa pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan oleh guru BK dan kepala sekolah dalam menangani perilaku menyimpang siswa yang berat dan semua itu ditulis dalam surat pernyataan bermaterai yang ditandatangani oleh siswa bermasalah, wali murid, guru BK, dan kepala sekolah. Dan cara itu cukup efektif dilaksanakan di SMP Plus Al-Islamiyah, itu terbukti dengan menurunnya tingkat kenakalan siswa selama beberapa tahun terakhir dan meningkatnya prestasi siswa terutama dalam mengikuti kegiatan di luar sekolah seperti MTQ, Debat, Perlombaan Seni Musik Islami, Vocal Grup, Pramuka, Sains, dan lain-lain. B. Saran Selaku penulis sekaligus pengamat, dalam hal ini ada beberapa saran yang sifatnya konstruktif yang bisa kami berikan demi kemajuan dan perkembangan bimbingan konseling di sekolah, karena itu sangat penting akan terbentuknya mental dan pengembangan diri siswa. Adapun saran-saran yang dapat diberikan adalah: 1. Hendaknya sekolah benar-benar siap untuk menyediakan guru bimbingan konseling yang mempunyai latar belakang minimal S1 jurusan bimbingan konseling, sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal.
91
2. Harus adanya sarana prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan program bimbingan konseling, seperti ruang bimbingan konseling, ruang administrasi, ruang tamu, dsb. 3. Hendaknya tidak ada guru yang diberi dari satu tanggung jawab, seperti wali kelas yang merangkap sebagai wakil kepala sekolah atau guru bimbingan konseling, dsb. Ini bermaksud agar bisa fokus dan melaksanakan tugasnya dengan maksimal. 4. Harus selalu terjalin kerjasama yang kuat antar berbagai pihak, terutama kepala sekolah, guru BK, staff pendidik, siswa, wali murid, masyarakat, dan semua pihak terkait untuk selalu menjaga keharmonisan, mencegah adanya pergaulan yang salah di kalangan siswa, menciptakan lingkungan yang baik, dan menjadikan siswa yang bisa meraih prestasi di dalam kelas maupun di luar kelas terutama di SMP Plus Al-Islamiyah Pondok Aren Kota Tangerang Selatan.
92
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Afifi Fauzi. Metode Penelitian. Ciputat: Adelina Bersaudara. 2010. Adang Rukhiyat, dkk. Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas Olahraga dan Pemuda. 2003. Ainin, Moch. Metodologi Penelitian Bahasa Arab. Malang: Hilal Pustaka. 2007. Ali, Mohammad dan Asrori, Mohammad. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2011. Aviyah, Eva, dan Farid, Muhammad. “Religiusitas, Kontrol Diri, dan Kenakalan Remaja”. Jurnal Psikologi Indonesia. Vol.03. 2014. Baraja, Abubakar. Psikologi Konseling dan Teknik Konseling. Jakarta: Studia Press. 2008. Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi IV Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. 2008. Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Hikmawati, Fenti. Bimbingan Konseling. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. 2010. http://id.wikipedia.org/wiki/Perilaku_menyimpang#Penggolongan_Perilaku_Men yimpang. Penggolongan Perilaku Menyimpang, artikel ini diakses pada 12 Januari 2015. http://www.bkkbn.go.id/ViewSiaranPers.aspx?SiaranPersID=98.
BKKBN
Gandeng Rapper Anak Remaja Indonesia Untuk Tidak Nikah Terlalu Dini. Jauhi Narkoba, HIV/AIDS, dan Seks Remaja. Artikel diakses pada 30 Desember 2014. http://www.bnnpjatim.com/blog/artikel/bahaya-rokok-bagi-usia-dini.html. Bahaya Rokok Bagi Usia Dini. artikel ini diakses pada 12 Januari 2015.
93
https://subliyanto.wordpress.com/2012/12/12/subyek-penelitian-dan-respondenpenelitian/.
Subliyanto
Online.
Subyek
Penelitian
dan
Responden
Penelitian. Artikel ini diakses pada 22 Februari 2015. Hunainah. Etika Profesi Bimbingan Konseling. Bandung: Rizqi Press. 2013. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Modul Diklat Implementasi Kurikulum 2013 untuk Guru Bimbingan dan Konseling (Konselor) SMP/MTs. Bogor: Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan. 2014. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Panduan Bimbingan dan Konseling Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Direktur Pembinaan SMP. 2014. Kholis, Nur. “Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling”. Jurnal Ilmiah Pendidikan Bimbingan dan Konseling. 2012. Mappiare, Andi. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Surabaya: Usaha Nasional, 1984. Mufidah, “Efektivitas layanan bimbingan konseling dan upaya guru bidang studi dalam mengatasi kesulitan belajar siswa di MAN 3 Cirebon”. Tesis S2 Fakultas Pendidikan Agama Islam. Institus Agama Islam Negeri Syekh Nurjati Cirebon. 2010. Neni Iska, Zikri. Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi. Jakarta: Kizi Brother’s. 2011. Panuju, Panut dan Usmani, Ida. Psikologi Remaja. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya. 1999. Patinus, dkk. “Kenakalan Remaja Di Kalangan Siswa-Siswi SMPN 07 Sengah Semila Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak”. Jurnal Tesis PMISUNTAN-PSS. 2014. Prayitno, dan Erman Amti. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2009.
94
Santoso, Topo, dan Achjani Zulfa, Eva. Krimonologi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2011. Santrock, John W.. Remaja. Jilid 2. Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga. 2007. Sarwono, Sarlito W.. Psikologi dalam Praktek. Jakarta: Restu Agung. 2005. Setiawan, M. Andi. “Model Konseling Kelompok dengan Teknik Problem Solving untuk Meningkatkan Self-Effecicay Akademik Siswa”. Jurnal Bimbingan Konseling. 2015. Siddiqah, Laela. “Pencegahan dan Penanganan Perilaku Agresif Remaja Melalui Pengelolaan Amarah (Anger Management)”. Jurnal Psikologi. Vol.37. 2010. Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 2008. Sulistyarini, dan Mohammad Jauhar. Dasar-dasar Konseling. Jakarta: Prestasi Pustakarya. 2014. Supriatna, Mamat. Bimbingan Dan Konseling Berbasis Kompetensi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2011. Suryabrata, Sumardi. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2011. Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2000. Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling (Studi & Karier). Yogyakarta: Andi Offset. 2010. Wilis, Sofyan S. Problema Remaja dan Pemecahannya. Bandung: Angkasa. 1981. Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2011. Zikri Neni Iska. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Kiki Brother’s. 2012.
Lampiran KISI-KISI OBSERVASI 1. Sejak kapan berdirinya sekolah? 2. Bagaimana visi, misi, dan tujuan sekolah? 3. Bagaimana keadaan guru dan pegawai di sekolah? 4. Apa sudah mencukupi sarana dan prasarana di sekolah dalam mendukung terlaksananya proram BK? 5. Bagaimana muatan kurikulum di sekolah? 6. Apa saja ekstrakulikuler yang diadakan di sekolah? 7. Apa saja fasilitas yang dimiliki sekolah
dalam mendukung semua
program BK? 8. Bagaimana perilaku siswa di sekolah? 9. Bagaimana guru dalam memantau perilaku siswa selama di sekolah? 10. Apa yang dilakukan guru BK selama di sekolah? 11. Bagaimana program BK di sekolah ini berjalan? 12. Program sekolah apa saja yang mendukung program BK? 13. Apakah ada kerjasama antara guru BK dengan guru yang lainnya dalam mendukung program BK? 14. Apakah ada kerjasama antara sekolah dengan masyarakat sekitar dalam mendukung program BK? 15. Bagaimana penanganan yang dilakukan dalam menangani perilaku siswa yang masuk ke dalam kategori sedang dan berat? 16. Seberapa besar pengaruh sanksi yang diberikan terhadap siswa yang bermasalah? 17. Apakah ada titik jera bagi siswa yang bermasalah setelah ditangani oleh guru BK? 18. Apa yang melatarbelakangi siswa melakukan perilaku yang menyimpang? 19. Bagaimana kondisi dan keadaan sekolah setiap hari? 20. Apa saja program harian dan mingguan yang dilakukan secara rutin untuk mendukung terlaksananya program BK?
Lampiran V
TATA TERTIB SISWA NO 1
KOMPONEN Kehadiran
URAIAN 1
2
Gerbang ditutup pukul 06.45.
POIN 5
SANKSI Tidak diperkenankan
Siswa/i wajib hadir
masuk/ dianggap tidak
sebelum bel masuk sekolah.
masuk tanpa keterangan
Bolos / meninggalkan sekolah pada
25
Surat peringatan
10
Diberikan peringatan
jam pelajaran tanpa izin dari pihak sekolah 2
Kegiatan belajar
1
Tidak melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan baik
lisan/tulisan untuk tidak mengulangi.
3
Pakaian seragam
1
Tidak berpakaian sesuai standar
20
Diberikan peringatan
sekolah.
lisan/tulisan untuk tidak
Standar pakaian sekolah :
mengulangi, jika terjadi
Baju :
pengulangan maka pakaian
A. Lengan baju pendek diatas siku 3 cm. B. Kelonggaran standar ±10cm Celana A. Panjang kebawah 2cm dibawah mata kaki B. Lebar ujung celana bawah dengan diameter 20cm C. Bagian pinggang standar kepantasan umum D. Menggunakan ikat pinggang warna hitam. Rok A. Panjang rok 2cm dibawah mata kaki B. Bagian pinggang standar kepantasan umum. Senin
Baju putih berdasi + celana putih
Selasa
Batik + celana biru
akan diganti.
Rabu
Baju putih berdasi + celana biru
Kamis
Baju pramuka+ atribut lengkap
Jum’at
Baju muslim putih+celana hitam
Sabtu
Baju putih berdasi+celana biru
Sepatu : A. Sepatu wajib berwarna hitam, (jika bertali berwarna putih/hitam ) dan mengunakan kaos kaki. B. Sepatu dipakai dengan layak, dilarang diinjak bagian belakang 4
Perkelahian
1
sepatu. Perkelahian atau provokator
75
perkelahian antar siswa / kelas /
surat peringatan 3 / skors 10 hari
kelompok di sekolah/ sekolah lain/ dengan guru atau staff 5
Kebersihan
1
Mencoret kursi / meja / dinding atau
20
benda lain milik sekolah 2
Membuang sampah tidak pada
peringatan lisan / membersihkan coretan
10
peringatan lisan
20
peringatan lisan dan
tempatnya atau tidak melaksanakan tugas kebersihan. 6
Lain - lain
1
Siswa menggunakan aksesoris tubuh yang tidak sesuai dengan adab dan
dilepas/diambil/dikembali
berlebihan.
kan seperti semula.
2
Hamil atau menikah
100
dikembalikan ke orang tua
3
Membawa / memainkan kartu remi
30
surat peringatan 2
25
surat peringatan 2 /
atau sejenisnya atau berjudi. 4
Membawa / menghisap rokok di lingkungan sekolah atau masih
panggil orang tua
menggunakan seragam. 5
Membawa buku, majalah, foto, kaset
25
/ cd berbau porno. 6
Membawa, menggunakan,
surat peringatan 2 / panggil orang tua
100
dikembalikan ke orang tua
mengedarkan narkoba dan miras (minuman ber-akhohol) 7
Gondrong / tidak rapi bagi pria
5
peringatan lisan/rambut dipotong guru
8
Bermain bola tidak pada waktu
2
peringatan lisan
istirahat atau praktik olah raga 9
Tidak menjalani hukuman / sanksi
100
Dikembalikan ke orang tua
yang diberikan secara benar
Ket : -
Jika terjadi permasalahan guru piket wajib mencatat di buku induk permasalahan siswa.
-
Wali kelas wajib melakukan check keadaan masalah siswa setiap minggu dari buku permasalahan siswa kemudian dilaporkan ke kepala smp plus al-islamiyah
-
Poin dihitung akumulasi selama 1 (satu) tahun pelajaran.
TATA CARA PERINGATAN :
1. Surat peringatan 1 diberikan jika sudah mendapat poin pelanggaran ringan sebanyak 15 poin atau bentuk pelanggaran yang langsung mendapat surat peringatan 1. Pada peringatan 1, siswa/i diberikan pendampingan oleh wali kelas untuk diberi nasehat, serta pemberitahuan kepada orang tua secara lisan atau tulisan dengan surat peringatan 1 (tercatat dibuku permasalah siswa).
2. Surat peringatan 2 diberikan jika sudah mendapat poin pelanggaran min 50 poin dan atau bentuk pelanggaran yang langsung mendapat surat peringatan 2 dan atau sudah diberi peringatan 1 sebanyak 2 kali secara berturut-turut ataupun tidak. Dilakukan skorsing min. 3hari dan maksimal 1 bulan, atau hukuman bekerja kebersihan di sekolah tanpa masuk kelas untuk mengikuti pelajaran jam 1 s/d jam 4 selama min. 3 hari dan maksimal 1 bulan. Hukuman dijatuhkan berdasarkan keputusan kepala sekolah atas rekomendasi wali kelas, dan wakasek kesiswaaan melalui surat peringatan 2 (tercatat dibuku permasalah siswa).
3. Surat peringatan 3 diberikan jika sudah mendapat poin pelanggaran min 75 poin dan atau bentuk pelanggaran yang langsung mendapat peringatan 3 dan atau sudah diberi peringatan 2 sebanyak 2 kali secara berturut-turut ataupun tidak. Dilakukan skorsing min. 2 minggu dan maksimal 1 bulan, atau hukuman bekerja kebersihan / penugasan di sekolah tanpa masuk kelas untuk mengikuti pelajaran jam pertama sampai akhir pembelajaran selama min.2 minggu dan maksimal 1 bulan. Hukuman dijatuhkan berdasarkan keputusan kepala sekolah atas rekomendasi wali kelas, dan wakasek kesiswaaan melalui surat peringatan 3 (tercatat dibuku permasalah siswa).
4. Jika telah terjadi pembinaan dan penghukuman, dan siswa tersebut sudah mencapai poin 100 atau pelanggaran yang secara langsung akan dikembalikan kepada orang tua, maka diadakan rapat dewan staff yang terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, dan pembina osis dan wali kelas siswa bersangkutan. Pondok Aren,
Juli 2015
Kepala SMP Plus Al-Islamiyah
MUSLIH, S.Pd
LEMBARAN KASUS / MASALAH SISWA
Photo Siswa
Keterangan Identitas Siswa Nama
:
Tahun angkatan :
No
Tanggal
No. Induk
:
Orang tua/wali
:
Komponen
Telp :
Permasalahan
Poin
permasalahan
siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Akumulasi kasus No 1 2 3 4 5 6 7
Kelas / semester
Total poin
Tanda tangan
Keterangan
8
Lampiran VI
PROGRAM TAHUNAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KELAS
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH : VII, VIII, IX
NO.
KEGIATAN
TAHUN PELAJARAN : 2014 – 2015 GURU BK : DRS. SADLY MATERI BIDANG PENGEMBANGAN
1.
Layanan Orientasi
PRIBADI Obyek-obyek pengembangan pribadi
2
Layanan Informasi
3
Layanan Penempatan/Penyaluran
4
Layanan Penguasaan Konten
(1) Informasi tentang perkemba ngan, potensi, kemampuan dan kondisi diri (5) Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi (9) Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi
5
Layanan Bimbingan dan Konseling Perorangan
(13) Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
SOSIAL
BELAJAR
KARIR
Obyek-obyek pengembangan hubungan social (2) Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan social (6) Penempatan danpenyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial (10) Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan social
Obyek-obyek implementasi Karir
(14) Masalah pribadi: dalam kehidupan social
Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar (3) Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar (7) Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan belajar (11) Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan serta penguasaan bahan belajar (15) Masalah pribadi: dalam kemampuan, kegiatan dan
(4) Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir (8) Penempatan danpenyaluran untuk pengembangan kemampuan karir (12) Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir (16) Masalah pribadi: dalam pengembangan karir
(17) NO.
KEGIATAN
6
Layanan Bimbingan Kelompok
7
Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok
8
Layanan Konsultasi
9
Layanan Mediasi
(18)
hasil belajar (19) MATERI BIDANG PENGEMBANGAN
(20)
PRIBADI
SOSIAL
BELAJAR
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi (21) Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi (25) Pemberdayaan pihaktertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi (29)
Topik tentang: Kemampuan dan kondisihubungan sosial (22) Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial (26) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial (30) Upaya mendamaikan pihak pihak tertentu (peserta didik) yang berselisih (34)
Topik tentang: Kemampuan, kegiatan dan hasil belajar (23) Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan belajar (27) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar (31) ---
Topik tentang: Kemampuan dan arah karir (24) Masalah pribadi: dalam pengembangan karir (28) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir
(35)
( 36 )
---
(33)
KARIR
(32) ---
MATERI BIDANG PENGEMBANGAN *) NO.
KEGIATAN
10
Konferensi Kasus
11
Kunjungan Rumah
12
Alih Tangan Kasus
PRIBADI Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peseta didik (37) Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah pribadi (41) Pendalaman penanganan masalah pribadi (45)
SOSIAL Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peseta didik (38) Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial (42) Pendalaman penanganan masalah sosial (46)
BELAJAR Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peseta didik (39) Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah belajar (43) Pendalaman penanganan masalah belajar (47)
KARIR Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peseta didik (40) Pertemuan dengan orang tua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir (44) Pendalaman penanganan masalah karir (48)
Mengetahui : Kepala Sekolah,
Tangerang Selatan , Guru Pembimbing
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
Juli 2014
Lampiran VIII
PROGRAM BULANAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KELAS
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH : VII, VIII, IX
SEMESTER/TAHUN : GANJIL / 2014-2015 GURU PEMBIMBING : DRS. SADLY MATERI BIDANG PENGEMBANGAN
NO
1.
Layanan Orientasi
2.
Layanan Informasi
3.
Layanan Penempatan/Penyaluran
4.
Layanan Penguasaan Konten
5.
Layanan Bimbingan dan Konseling Perorangan Layanan Bimbingan Kelompok
6.
SEMESTER GANJIL ( JULI – DESEMBER 2014 )
KEGIATAN BULAN I Fasilitas dan program sekolah (1)
BULAN II Lingkungan sosial
Informasi terkait sebagai remaja yang beriman & bertaqwa kepada Tuhan YME.
Informasi terkait per
(5) dan (8) Penempatan/penyaluran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial (13, 14) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Tahun ajaran baru (21, 22, 23)
(2)
BULAN III
Hubungan yang baik dengan temansebaya dalam perannya seba gai pria dan wanita
BULAN IV Lingkungan alam (1)
(3) Informasi terkait ber
Informasimengenal
ubahan fisik dan pisikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat
sikap positif sertadina mis terhadap perubah an fisik dan psikis.
kemampuan bakat, minat, karier dan apresiasi seni
(8) Penempatan/penyaluran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial (13, 14) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Kemampuan diri (21)
(5) Penempatan/penyaluran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kemampuan kebiasaan kegiatan belajar (15) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Kemampuan sosial (22)
(5) Penempatan/penya luran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kebiasaan kegiatan belajar (15) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Kegiatan belajar (23)
BULAN V Lingkungan sekitar Sekolah (2)
BULAN VI Lingkungan budaya; kerja (4)
Informasi terkait mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk kehidupan mandiri (7)
Informasi terkait
Penempatan/penya luran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11, 12) Kompetensi dan kebiasaan kegiatan belajar (15) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Hasil belajar (23)
sistem dan etika sebagai warga negara (6) Penempatan/penyalu ran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11, 12) Kompetensi dan kebiasaan kehidupan karir (16) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Arah karir (24)
7.
NO
Layanan Konseling Kelompok
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir (25, 26, 27, 28)
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir (25, 26, 27, 28)
Layanan Konsultasi
9.
Layanan Mediasi
10.
Konferensi Kasus
11.
Kunjungan Rumah
12.
Alih tangan Kasus
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir (25, 26, 27, 28)
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir (25, 26, 27, 28)
SEMESTER GANJIL ( JULI – DESEMBER 2014 )
KEGIATAN
8.
Masalah Pribadi Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir /sosial/belajar/karir (25, 26, 27, 28) (25, 26, 27, 28) MATERI BIDANG PENGEMBANGAN
BULAN I Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
Mengetahui : Kepala Sekolah,
BULAN II Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN III Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN IV Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN V Pemberdayaan pihaktertentu untuk dapatmembantu pesertadidik (29, 30, 31, 32) Upayamendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN VI Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upayamendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
Tangerang Selatan, 16 Juli 2014 Guru Pembimbing
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
PROGRAM BULANAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KELAS
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH : VII, VIII, IX
SEMESTER/TAHUN : GENAP / 2014-2015 GURU PEMBIMBING : DRS. SADLY MATERI BIDANG PENGEMBANGAN
NO
1.
Layanan Orientasi
2.
Layanan Informasi
3.
Layanan Penempatan/Penyaluran
4.
Layanan Penguasaan Konten
5.
Layanan Bimbingan dan Konseling Perorangan Layanan Bimbingan Kelompok
6. 7.
SEMESTER GENAP ( JANUARI – JUNI 2015 )
KEGIATAN
Layanan Konseling Kelompok
BULAN I Kegiatan dan pelaksanaan ekstra (1)
BULAN III Fasilitasperpustakaan; laboratorium (3) Informasi terkait ber
BULAN IV Lingkungan alam
ubahan fisik dan pisikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat
sikap positif sertadina mis terhadap perubah an fisik dan psikis.
kemampuan bakat, minat, karier dan apresiasi seni
(5) dan (8) Penempatan/penyaluran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial (13, 14) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Tahun ajaran baru (21, 22, 23)
(8) Penempatan/penyaluran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kebiasaan kehidupan pribadi/sosial (13, 14) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Kemampuan diri (21)
(5) Penempatan/penyaluran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kemampuan kebiasaan kegiatan belajar (15) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Kemampuan sosial (22)
(5) Penempatan/penya luran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11) Kompetensi dan kebiasaan kegiatan belajar (15) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Kegiatan belajar (23)
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir
Informasi terkait sebagai remaja yang beriman & bertaqwa kepada Tuhan YME.
BULAN II Lingkungan sosial (2) Informasi terkait per
(1) Informasimengenal
BULAN V Lingkungan sekitar Sekolah (2) Informasi terkait mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk kehidupan mandiri (7)
BULAN VI Lingkungan budaya; kerja (4) Informasi terkait
sistem dan etika sebagai warga negara
Penempatan/penya luran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11, 12) Kompetensi dan kebiasaan kegiatan belajar (15) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Hasil belajar (23)
(6) Penempatan/penyalu ran sesuai kebutuhan siswa (9,10, 11, 12) Kompetensi dan kebiasaan kehidupan karir (16) Masalah pribadi (17, 18, 19, 20) Topik tentang: Arah karir (24)
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir
Masalah Pribadi /sosial/belajar/karir
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
(25, 26, 27, 28)
MATERI BIDANG PENGEMBANGAN NO
SEMESTER GENAP ( JANUARI – JUNI 2015 )
KEGIATAN
8.
Layanan Konsultasi
9.
Layanan Mediasi
10.
Konferensi Kasus
11.
Kunjungan Rumah
12.
Alih tangan Kasus
BULAN I Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / Sosial / belajar / karir (57, 58, 59, 60)
Mengetahui : Kepala Sekolah,
BULAN II Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN III Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN IV Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upaya mendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
BULAN V Pemberdayaan pihaktertentu untuk dapatmembantu pesertadidik (29, 30, 31, 32) Upayamendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
Tangerang Selatan, Juli 2014 Guru Pembimbing
BULAN VI Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik (29, 30, 31, 32) Upayamendamaikan pihak-pihak tertentu (peserta didik) yang Berselisih (31, 34, 35, 36) Pembahasan kasus kasus tertentu yang dialami peseta didik (45, 46, 47, 48) Pertemuan dengan orang tua, keluarga peserta didik yang mengalami masalah pribadi/sosial/belajar/ karir. (49, 50, 51, 52) Pendalamanpenangan an masalah pribadi / sosial/belajar/karir (57, 58, 59, 60)
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
Lampiran VII
PROGRAM SEMESTER PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KELAS
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH : VII, VIII, IX
TAHUN PELAJARAN GURU BK
: 2014 – 2015 : Drs. SADLY
MATERI BIDANG PENGEMBANGAN NO
Kegiatan
1
Layanan Orientasi
2
Layanan Informasi
3
Layanan Penempatan /Penyaluran
4
Layanan Penguasaan Konten
SEMESTER GANJIL ( Juli – Desember 2014 ) PRIBADI Obyek-obyek pengembangan pribadi (1)
SOSIAL Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial (2)
Informasi tentang perkembangan, potensi, kemampu an dan kondisi diri (5) Penempatan dan penyaluran untuk Pengembangan ke mampuan pribadi (9) Kompetensi dan kebiasaan dalam Kehidupan pribadi
Informasi tentang potensi, kemampu an dan kondisi hubungan sosial (6) Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial (10) Kompetensi dan kebiasaan dalam Kehidupan sosial
BELAJAR Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar (3) Informasi tentang potensi,kemampu an, kegiatan dan hasil relajar (7)
KARIR Obyek-obyek Implementasi karir
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan belajar (11) Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan Penguasaan bahan belajar
SEMESTER GENAP ( Januari – Juni 2015 ) PRIBADI Obyek-obyek pengembangan pribadi (1)
SOSIAL Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial (2)
Informasi tentang perkembangan, potensi, kemampu an dan kondisi diri (5)
Informasi tentang potensi, kemampu an dan kondisi hubungan sosial (6)
Penempatan dan penyaluran Untuk pengembangan kemampuan Karir (12)
Penempatan dan penyaluran untuk Pengembangan ke mampuan pribadi (9)
Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir
Kompetensi dan kebiasaan dalam Kehidupan pribadi
(4) Informasi tentang potensi, kemampu an, arah dan kondisi karir (8)
BELAJAR Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar (3) Informasi tentang potensi,kemampu an, kegiatan dan hasil relajar (7)
KARIR Obyek-obyek Implementasi karir
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan sosial (10)
Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan belajar (11)
Penempatan dan penyaluran Untuk pengembangan kemampuan Karir (12)
Kompetensi dan kebiasaan dalam Kehidupan sosial
Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan Penguasaan bahan belajar
Kompetensi dan kebiasaan dalam pengembangan karir
(4) Informasi tentang potensi, kemampu an, arah dan kondisi karir (8)
(13)
(14)
(15)
(16)
(13)
(14)
(15)
(16)
MATERI BIDANG PENGEMBANGAN NO 5
6
Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Perorangan
Layanan Bimbingan Kelompok
7
Layanan Konseling Kelompok
8
Layanan Konsultasi
SEMESTER GANJIL ( Juli – Desember 2014 ) PRIBADI Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
SOSIAL Masalah pribadi: dalam kehidupan social
(17) Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi
(18) Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial (22) Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial (26) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat mem bantupeserta didik dalam pengemba ngan kemampuan sosial (30)
(21) Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi (25) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat mem bantupeserta didik dalampengemb a ngan pribadi (29)
BELAJAR Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan dan hasil belajar (19) Topik tentang: Kemampuan,kegi atan dan hasil belajar (23) Masalah pribadi: dalam kemampuan Kegiatan belajar (27) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar
SEMESTER GENAP ( Januari – Juni 2014 )
KARIR Masalah pribadi: dalampengemban gan karir
PRIBADI Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi
SOSIAL Masalah pribadi: dalam kehidupan social
(20)
(17)
(18)
Topik tentang: Kemampuan dan arah karir
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi pribadi
(24)
(21)
Topik tentang: Kemampuan dan kondisi hubungan sosial (22)
Layanan Mediasi
Upaya mendamai kan pihak-pihak Tertentu (peserta didik)
---
---
Masalah pribadi: dalampengemban g an karir (28)
Masalah pribadi: dalam kehidupan pribadi (25)
Masalah pribadi: dalam kehidupan sosial (26)
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi
Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan sosial
(32)
(29) (30)
(31)
---
Upaya mendamai kan pihak-pihak Tertentu (peserta didik) yang berselisih
KARIR Masalah pribadi: dalampengemban gan karir (20) Topik tentang: Kemampuan dan arah karir (24)
(23) Masalah pribadi: dalam kemampuan Kegiatan belajar (27) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan kemampuan belajar
(31) 9
BELAJAR Masalah pribadi: dalam kemampuan kegiatan dan hasil belajar (19) Topik tentang: Kemampuan,kegi atan dan hasil belajar
Masalah pribadi: dalampengemban g an karir (28) Pemberdayaan pihak tertentu untuk dapat membantu peserta didik dalam pengembangan karir (32)
---
---
---
yang berselisih (33)
(34)
(35)
(36)
(33)
(34)
(35)
(36)
MATERI BIDANG PENGEMBANGAN NO
Kegiatan
10
Konferensi Kasus
11
Kunjungan Rumah
12
Alih Tangan Kasus
SEMESTER GANJIL ( Juli – Desember 2014 ) PRIBADI Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peseta didik (45) Pertemuan dengan orangtua, keluarga,pesert a didik yang mengalami masalah pribadi (49) Pendalaman penanganan masalah pribadi (57)
SOSIAL Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peseta didik (46) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial (50) Pendalaman penanganan masalah sosial (58)
SEMESTER GENAP ( Januari – Juni 2015 )
BELAJAR Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peseta didik (47) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah belajar
KARIR Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peseta didik (48) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir
PRIBADI Pembahasan kasus-kasus masalah pribadi tertentu yang dialami peseta didik (45) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah pribadi
SOSIAL Pembahasan kasus-kasus masalah sosial tertentu yang dialami peseta didik (46) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah sosial
BELAJAR Pembahasan kasus-kasus masalah belajar tertentu yang dialami peseta didik (47) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah belajar
KARIR Pembahasan kasus-kasus masalah karir tertentu yang dialami peseta didik (48) Pertemuan dengan orangtua, keluarga, peserta didik yang mengalami masalah karir
(51) Pendalaman Penanganan masalah belajar (59)
(52) Pendalaman penanganan masalah karir (60)
(49) Pendalaman penanganan masalah pribadi (57)
(50) Pendalaman penanganan masalah sosial (58)
(51) Pendalaman Penanganan masalah belajar (59)
(52) Pendalaman penanganan masalah karir (60)
Mengetahui : Kepala Sekolah,
Tangerang Selatan, Juli 2014 Guru Pembimbing
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
Lampiran IX PROGRAM MINGGUAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KELAS / SEMESTER
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH : VII, VIII, IX / GANJIL
TAHUN PELAJARAN GURU PEMBIMBING
: 2014 - 2015 : DRS. SADLY
Minggu ke / Bulan
Materi Bidang Pengembangan No.
Kegiatan Pribadi
Sosial
Belajar
Karier
1 1.
2 Layanan Orientasi
3 0. Pengenalan sekolah baru (Wiyata Mandala)
4 -
6 -
2.
Layanan Informasi
2. Mempersiapkan, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan pisikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat 5. Memanfaatkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas. 6. Mengenal kemampuan bakat, minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
3. Mempersiapkan diri menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat. 8. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat
5 4. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria dan wanita 9. Menguasai gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
-
7 0. 3 / Juli 2014 4. 2 / Sept 2014
2. 3. 5. 6. 8. 9. 10. 11.
5 / Agt 2014 1 / Sept 2014 3 / Sept 2014 4 / Sept 2014 2 / Okt 2014 3 / Okt 2014 5 / Okt 2014 1 / Nop 2014
10.Mengenal sistem dan etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi anggota masyarakat dan warga negara
11.Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Disesuaikan kebutuhan
3.
Layanan Penempatan / Penyaluran
Disesuaikan kebutuhan
4.
Layanan Penguasaan Konten
1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yg beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME Masalah Kehidupan pribadi*)
5.
8. 9. 10.
Layanan Konseling Perorangan Layanan Bimbingan Kelompok Layanan Konseling Kelompok Layanan Konsultasi Layanan Mediasi Konferensi Kasus
11
Kunjungan Rumah
6. 7.
7. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat
Disesuaikan kebutuhan
7. 1 / Okt 2014
1. 4 / Agt 2014 Masalah kehidupan sosial*)
-
-
Masalah belajar*)
Masalah karir*)
Insidental
Masalah belajar*)
Masalah karir*)
Insidental
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan -
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan -
Insidental Insidental Insidental
Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Insidental
Insidental -
-
Masalah Kehidupan pribadi *) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan -
Masalah Kehidupan sosial*) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan -
Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Disesuaikan dengan kebutuhan*)
. 12.
Alih Tangan Kasus
Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
*) Tergantung pada peserta didik yang membutuhkan layanan
Mengetahui : Kepala Sekolah,
Tangerang Selatan, Juli 2014 Guru Pembimbing
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
Insidental
PROGRAM MINGGUAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH KELAS / SEMESTER
: SMP PLUS AL-ISLAMIYAH : VII, VIII, IX / GENAP
TAHUN PELAJARAN GURU PEMBIMBING
Materi Bidang Pengembangan No.
: 2014 - 2015 : DRS. SADLY
Minggu ke / Bulan
Kegiatan Pribadi
Sosial
Belajar
Karier
5 21. Mempersiapkan, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan pisikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat 16. Mengenal kemampuan bakat, minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni. 18. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat
6 -
7 21. 2 / Apr 2015
-
14. 4 / Jan 2015
1 1.
2 Layanan Orientasi
3
4 -
2.
Layanan Informasi
17. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas.
14. Mencapai pola hubungan sosial dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria atau wanita 15. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam perannya sebagai pria dan wanita 19. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial dan ekonomi.
15. 1 / Peb 2015 16. 2 / Peb 2015 17. 3 / Peb 2015 18. 4 / Peb 2015
3.
4.
5. 6. 7. 8. 9.
Layanan Penempatan / Penyaluran Layanan Penguasaan Konten
Disesuaikan kebutuhan
Layanan Konseling Perorangan Layanan Bimbingan Kelompok Layanan Konseling Kelompok Layanan Konsultasi Layanan Mediasi
Masalah Kehidupan pribadi*)
-
Masalah Kehidupan pribadi *) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Disesuaikan kebutuhan
12. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
Masalah kehidupan sosial*) Masalah Kehidupan sosial*) Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
20. Mengenal sistem dan etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi anggota masyarakat dan warga negara 22. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat Disesuaikan kebutuhan
13. Mempersiapkan, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan pisikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat Masalah belajar*) -
19. 1 / Mar 2015 20. 3 / Mar 2015 22. 3 / Apr 2015
Disesuaikan kebutuhan
-
Masalah karir*) -
Insidental
12. 2 / Jan 2015 13. 3 / Jan 2015
Insidental Insidental
Masalah belajar*)
Masalah karir*)
Insidental
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Sesuai kebutuhan Sesuai kebutuhan
Insidental Insidental
10.
Konferensi Kasus
11.
Kunjungan Rumah
12.
Alih Tangan Kasus
Disesuaikan dengan kebutuhan*) Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Disesuaikan dengan kebutuhan*) Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
Disesuaikan dengan kebutuhan*) Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
-
Insidental
Disesuaikan dengan kebutuhan*) Pendalaman penanganan masalah oleh pihak ahli Disesuaikan dengan kebutuhan*)
*) Tergantung pada peserta didik yang membutuhkan layanan
Mengetahui : Kepala Sekolah,
Tangerang Selatan, Guru Pembimbing
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
Juli 2014
Insidental Insidental
Lampiran X MATERI PENGEMBANGAN PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SMP PLUS AL-ISLAMIYAH PONDOK AREN - KOTA TANGERANG SELATAN (1) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan pribadi, seperti: Fasilitas olah raga; dan bela diri. Sanggar seni dan budaya Tempat peribadatan Rehabilitasi penderita narkoba (2) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan hubungan sosial, seperti: Kegiatan gotong royong Perjamuan Seminar, lokakarya, diskusi, dan kegiatan kelompok lainnya Rapat besar (3) Layanan Orientasi: Obyek-obyek pengembangan kemampuan belajar, seperti Lembaga bimbingan belajar Fasilitas belajar di sekolah Sekolah-sekolah/madrasah lain Perguruan tinggi (4) Layanan Orientasi: Obyek-obyek implementasi karir, seperti: Kursus-kursus keterampilan Pramuka Hasta Karya Ektrakulikuler lainnya yang berorientasi pada karir (5) Layanan Informasi: Informasi tentang perkembangan potensi, kemampuan dan kondisi pribadi, seperti: Kecerdasan Bakat Minat
Karakteristik pribadi; pemahaman diri Tugas perkembangan, tahap perkembangan Gejala perkembangan tertentu Perbedaan individual Keunikan diri (6) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti: Pemahaman terhadap orang lain Kiat berteman Hubungan antar remaja Hubungan dalam keluarga Hubungan dengan guru, orangtua, pimpinan masyarakat Data sosiogram (7) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti: Kiat belajar Kegiatan belajar di dalam kelas Belajar kelompok Belajar mandiri Hasil belajar mata pelajaran Persiapan ulangan, ujian UAS dan UAN (8) Layanan Informasi: Informasi tentang potensi, kemampuan, arah dan kondisi karir, seperti: Hubungan antara bakat, minat, pekerjaan, dan pendidikan Persyaratan karir Pendidikan umum dan pendidikan kejuruan Informasi karir/pekerjaan/pendidikan (9), (10), (11), dan (12) Layanan Penempatan/Penyaluran: Penempatan dan penyaluran untuk pengembangan kemampuan pribadi, sosial, belajar, dan karir dapat dilakukan melalui penempatan di dalam kelas (berkenaan dengan tempat duduk), pada kelompok belajar; diskusi, magang; krida; latihan
keberbakatan//prestasi, kegiatan lapangan, kepanitiaan, serta kegiatan layanan bimbingan/Bimbingan dan Konseling kelompok. Masing-masing penempatan/penyaluran itu dapat dimaksudkan untuk mengembangkan satu atau lebih kemampuan peserta didik: kemampuan pribadi, sosial, belajar, karir. (13) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan pribadi, seperti: Mengatur jadwal kegiatan sehari-hari: di rumah, di sekolah, di luar rumah/sekolah. Menyampaikan kondisi diri sendiri kepada orang lain Mengambil keputusan Menggunakan waktu senggang Memperkuat ibadat keagamaan Mengendalikan diri Berpikir dan bersikap positif; apresiatif Mematuhi peraturan lalu-lintas (14) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan sosial, seperti: Cara berbicara dengan orang yang berbeda-beda (teman sebaya, orang yang lebih tua, anggota keluarga) Kemampuan pidato Menyampaikan pendapat secara lugu (asertive) kepada orang lain Mendengar, memahami dan merespon secara tepat dan positif pendapat orang lain Melihat kebaikan orang lain dan mengekspresikannya Menulis surat persahabatan Mengucapkan salam; terima kasih; meminta maaf Kemampuan berdiskusi; bermusyawarah (15) Layanan Penguasaan Konten: Kompetensi dan kebiasaan dalam kegiatan dan penguasaan bahan belajar, seperti: Menyusun jadwal belajar
Bertanya/menjawab di dalam kelas Meringkas materi bacaan Menyusun kalimat efektif dalam paragraf Menyusun laporan kegiatan/tugas pelajaran Menyusun makalah (16)
Layanan
Penguasaan
Konten:
Kompetensi
dan
kebiasaan
dalam
pengembangan karir, seperti: Menyalurkan bakat, minat, kegemaran yang mengarah ke karir tertentu Memelihara perabotan rumah tangga: pakaian, perabot, peralatan listrik Memperbaiki peralatan sederhana Menyusun lamaran pekerjaan; currikulum vitae Mempertimbangkan dan memilih pekerjaan Mempertimbangkan dan memilih pendidikan sesuai dengan arah karir (17), (18), (19), dan (20) Layanan Bimbingan dan Konseling Perorangan: Materi yang dibahas dalam layanan Bimbingan dan Konseling perorangan tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu, melainkan akan diungkapkan oleh klien ketika layanan dilaksanakan. Apapun masalah yang diungkapkan oleh klien (masalah pribadi, sosial, belajar, ataupun karir), maka masalah itulah yang dibahas dalam layanan Bimbingan dan Konseling perorangan. Dalam hal ini konselor dapat memanggil peserta didik (yaitu peserta didik yang menjadi tanggung jawab asuhannya) untuk diberikan layanan Bimbingan dan Konseling untuk masalah tertentu (masalah pribadi, sosial, belajar, atau karir), namun konselor harus lebih mengutamakan masalah yang dikemukakan sendiri oleh peserta didik yang menerima layanan Bimbingan dan Konseling perorangan. (21) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan dan kondisi pribadi, seperti: Potensi diri Kiat menyalurkan bakat, minat, kegemaran, hobi Kebiasaan sehari-hari di rumah; kegiatan rutin, membantu orang tua, belajar
Sikap terhadap narkoba; KKN; pembunuhan; perkosaan; perang Sikap terhadap bencana alam; kecelakaan; HAM; kemiskinan;
anak
terlantar Perbedaan individu (22) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang Kemampuan dan kondisi hubungan sosial, seperti: Hubungan muda-mudi Suasana hubungan di sekolah: antarsiswa, guru-siswa, antarpersonil sekolah lainnya Peristiwa sosial di masyarakat: demo brutal, bentrok antarwarga Peranan RT/RW Toleransi, solidaritas (23) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang kemampuan, kegiatan dan hasil belajar, seperti: Kiat-kiat belajar; belajar sendiri; belajar kelompok Sikap terhadap mata pelajaran; tugas/PR; suasana belajar di sekolah, perpustakaan, laboratorium Sikap terhadap hasil ulangan, ujian Masalah menyontek dalam ulangan/ujian Pemanfaatan buku pelajaran (24) Layanan Bimbingan Kelompok: Topik tentang pengembangan karir, seperti: Hidup adalah untuk bekerja Masa depan kita; masalah pengangguran; lowongan pekerjaan; PHK Memilih pekerjaan; memilih pendidikan lanjutan Masalah TKI/TKW (25), (26), (27), dan (28) Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok: Seperti untuk layanan Bimbingan dan Konseling perorangan, materi yang dibahas dalam Bimbingan dan Konseling kelompok tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh masingmasing anggota kelompok. Apapun masalah yang diungkapkan oleh anggota kelompok tersebut, dan terpilih untuk dibicarakan (apakah masalah
pribadi, sosial, belajar, ataupun karir) itulah yang dibahas melalui layanan Bimbingan dan Konseling kelompok. Dalam hal ini konselor dapat mengikutsertakan seorang atau lebih peserta didik yang diasuhnya untuk menjadi anggota kelompok dan menjalani layanan Bimbingan dan Konseling kelompok dengan masalah tertentu (masalah pribadi, sosial, belajar, atau karir) dan dapat mengupayakan agar masalah tersebut dapat dibahas, namun konselor harus lebih mengutamakan masalah yang dipilih oleh kelompok untuk dibahas dalam Bimbingan dan Konseling kelompok. (29), (30), (31), (32) Layanan Konsultasi: Seperti untuk layanan Bimbingan dan Konseling perorangan, materi yang dibahas dalam layanan konsultasi tidak dapat ditetapkan terlebih dahulu oleh konselor, melainkan akan dikemukakan oleh konsulti ketika layanan berlangsung. Apapun masalah yang diungkapkan oleh konsulti tentang peserta didik yang hendak dibantunya (apakah masalah pribadi, sosial, belajar , atau karir) itulah yang dibahas dalam layanan konsultasi. Konselor dapat memperkirakan apa yang hendak dikemukakan oleh konsulti untuk
dibahas
dalam
layanan
konsultasi,
namun
konselor
harus
mengutamakan pembahasan masalah yang dikemukakan sendiri oleh konsulti.. (33), (34), (35), (36) Layanan Mediasi: Masalah yang menyebabkan perselisihan pada dasarnya adalah masalah sosial. Dalam hal ini layanan mediasi pertama-tama menangani hubungan sosial di antara pihak-pihak yang berselisih. Dalam pelaksanaan layanan mediasi boleh jadi akan muncul masalah pribadi, masalah belajar, masalah karir, dan masalah sosial lainnya yang perlu ditangani oleh konselor. (37) Konferensi Kasus: Masalah pribadi, seperti: Sering absen; membolos Tingkah laku menyimpang; nakal (38) Konferensi Kasus: Masalah sosial, seperti: Suka menyendiri
Menganggu teman (39) Konferensi Kasus: Kasus masalah belajar, seperti: Menganggu suasana kelas ketika sedang belajar Lalai mengerjakan PR Nilai pelajaran rendah Sulit mengikuti pelajaran (40) Konferensi Kasus: Masalah karir, seperti: Masalah penjurusan Pilihan karir Kegiatan praktik; magang (41), (42), (43), (44) Kunjungan Rumah: Kegiatan kunjungan rumah dapat membawa satu atau lebih masalah peserta didik (masalah pribadi, sosial, belajar, dan atau karir) untuk dibicarakan dengan orang tua dan keluarga. (45) , (46), (47), (48), Alih Tangan Kasus: Materi alih tangan kasus merupakan pendalaman terhadap masalah pribadi, sosial, belajar dan atau karier peserta didik yang semula ditangani oleh konselor, dan selanjutnya memerlukan penanganan oleh pihak lain yang berkeahlian / berkewenangan.
Mengetahui,
Tangerang Selatan,
Kepala Sekolah
Guru Pembimbing
MUSLIH, S.Pd
DRS. SADLY
Juli 2014