PENAMPILAN REPRODUKSI KUMBANG ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI RASIO DAUN GINSENG (Talinum paniculatum G.) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta C.)
SKRIPSI ARIFAH RACHMAWATI
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
PENAMPILAN REPRODUKSI KUMBANG ULAT TEPUNG (Tenebrio molitor L.) DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI RASIO DAUN GINSENG (Talinum paniculatum G.) DAN DAUN SINGKONG (Manihot esculenta C.)
Arifah Rachmawati D14102071
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
RINGKASAN ARIFAH RACHMAWATI. D14102071. 2006. Penampilan Reproduksi Kumbang Ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) dengan Pemberian Berbagai Rasio Daun Ginseng (Talinum paniculatum G.) dan Daun Singkong (Manihot esculenta C.). Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembimbing Utama : Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. Pembimbing Anggota : Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. Kumbang Tenebrio merupakan fase reproduksi dari siklus hidup ulat tepung (T. molitor L.). Ulat tepung merupakan hewan bernilai ekonomis yang pembudidayaannya tidak sulit. Banyaknya ulat tepung yang dihasilkan dalam waktu singkat merupakan satu target untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam berusaha. Pencapaian tujuan tersebut tidak terlepas dari hal reproduksi. Pakan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi reproduksi. Penggunaan daun ginseng (T. paniculatum G.) dipercaya dapat meningkatkan fertilitas, dan daun singkong (M. esculenta C.) yang banyak mengandung protein merupakan alternatif pakan yang diduga dapat meningkatkan reproduksi kumbang ulat tepung. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan penampilan reproduksi kumbang ulat tepung yang diberi pakan daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda. Penelitian ini dimulai pada tanggal 29 Agustus sampai 27 Oktober 2005 di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi yang digunakan adalah 750 ekor kumbang ulat tepung berumur 1-7 hari dan dibagi kedalam 25 insektarium. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat lima perlakuan dengan lima ulangan dan tiap insektarium sebagai satu-satuan unit percobaan berisi 30 kumbang. Perlakuan yang diberikan yaitu G100S0 (100% daun ginseng + 0% daun singkong), G75S25 (75% daun ginseng + 25% daun singkong), G50S50 (50% daun ginseng + 50% daun singkong), G25S75 (25% daun ginseng + 75% daun singkong) dan G0S100 (0% daun ginseng + 100% daun singkong). Peubah yang diamati meliputi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi total, bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang, jumlah larva dan konversi pakan. Pengamatan konsumsi hijauan, bobot badan kumbang dan persentase daya hidup kumbang dilakukan setiap empat hari sekali, sedangkan konsumsi kosentrat, konsumsi total, jumlah larva dan konversi pakan dihitung setelah akhir penelitian. Data dari peubah-peubah yang diamati dianalisa dengan analisa sidik ragam (ANOVA) dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan apabila terjadi perbedaan yang nyata. Jenis pakan yang diberikan mempengaruhi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi pakan total dan konversi pakan tetapi tidak mempengaruhi bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang dan jumlah larva. Kata-kata kunci : kumbang Tenebrio, daun ginseng (Talinum paniculatum G.), daun singkong (Manihot esculenta C.), reproduksi
ABSTRACT The Reproduction Performances of Mealworm Beetles (Tenebrio molitor L.) Which Were Given Various of Ginseng (Talinum paniculatum G.) and Cassava Leaves (Manihot esculenta C.) Rachmawati, A., P.H. Siagian and H.C.H. Siregar Tenebrio beetle is reproduction stage of T. molitor’s life cycle. Its larva which is known as yellow mealworm has an economic value. Getting many yellow mealworm at the short time is one target to get maximum benefit and it depends on reproduction. Feeding is one factor to influence the reproduction. Ginseng leaves (Talinum paniculatum G.) were believed can made highest fertility and cassava leaves (Manihot esculenta C.) which high of protein are the feed alternative to get higher reproduction in Tenebrio beetle. The purpose experiment was to compare Tenebrio beetles reproduction performance which are giving ginseng leaves and cassava leaves with various ratio. This experiment was held from August 29th until October 27st 2005 at Non Ruminants and Prospective Animal Division, Department of Animal Science Production and Technology, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agriculture University. This experiment use 750 Tenebrio beetles, aged 1-7 days old and divided to 25 insectariums. The experimental design was the Completely Randomized Design (CRD). There were five treatments with five replications. There were 30 Tenebrio beetles in each insectarium. The treatments were G100S0 (100% ginseng leaves + 0% cassava leaves), G75S25 (75% ginseng leaves + 25% cassava leaves), G50S50 (50% ginseng leaves + 50% cassava leaves), G25S75 (25% ginseng leaves + 75% cassava leaves) and G0S100 (0% ginseng leaves + 100% cassava leaves). The observed variables were feed consumption, body weigh gain, percentage viability of Tenebrio beetles , amount of larva and feed convertion. The obtained data were analized by Analysis of Variance (ANOVA) and tested with Duncan Multiple Range Test (DMRT). The result showed that feed consumption and feed convertion were influenced by the treatments, but the treatments did not influence body weight gain, percentage viability Tenebrio beetles, and amount of larva. Keywords : Tenebrio beetles, ginseng leaves (Talinum paniculatum G.), cassava leaves (Manihot esculenta C.), reproduction
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 26 Desember 1983 di Jakarta. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak Durachim dan Ibu Siti Dawimah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1996 di SDN 03 Jakarta, pendidikan lanjutan menengah pe rtama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP NEGERI 262 Jakarta dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMU NEGERI 89 Jakarta. Pada tahun 2002 Penulis diterima di Fakultas Peternakan IPB melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menjadi mahasiswa IPB Penulis aktif sebagai anggota HIMAPROTER 2003 dan menjadi ketua divisi Pembinaan dan Pengabdian Masyarakat HIMAPROTER 2004.
KATA PENGANTAR Ulat tepung (Tenebrio molitor L.) merupakan salah satu ternak yang memiliki nilai ekonomis sebagai pakan hewan lain dan mudah dibudidayakan. Pengadaan ulat tepung yang banyak dalam waktu yang singkat dengan biaya yang ekonomis merupakan upaya dalam menjalankan usaha supaya dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal. Pengadaan tersebut tidak terlepas dari reproduksi kumbang ulat tepung, salah satu faktor yang mempengaruhi reproduksi adalah pakan. Skripsi ini memberikan informasi tentang penampilan reproduksi kumbang ulat tepung (T. molitor L.) yang diberi berbagai rasio daun ginseng dan daun singkong. Daun ginseng dan daun singkong dipercaya dapat meningkatkan reproduksi hewan sehingga menghasilkan keturunan dalam jumlah yang maksimal. Meskipun skripsi ini masih jauh dari sempurna, diharapkan dapat menjadi acuan ba gi para pembaca, peminat dan peternak yang ingin memperdalam pengetahuan tentang budidaya ulat tepung yang ekonomis.
DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN ...............................................................................................
i
ABSTRACT ..................................................................................................
ii
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................
iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
iv
DAFTAR ISI .................................................................................................
v
DAFTAR TA BEL .........................................................................................
vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................
ix
PENDAHULUAN ........................................................................................
1
Latar Belakang .................................................................................. Perumusan Masalah .......................................................................... Tujuan Penelitian .............................................................................. Manfaat Penelitian ............................................................................
1 2 2 2
TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................
3
Kumbang Ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) .................................. Anatomi ................................................................................. Siklus Hidup ......................................................................... Reproduksi Kumbang ....................................................................... Kebutuhan Pakan .............................................................................. Daun Ginseng (Talinum paniculatum G.) ............................. Daun Singkong (Manihot esculenta C.) ................................
3 3 4 5 6 7 7
METODE
...............................................................................................
9
Waktu dan Lokasi ............................................................................. Materi ................................................................................................ Kumbang Ulat Tepung .......................................................... Pakan ..................................................................................... Wadah Pemeliharaan (Insektarium) ...................................... Peralatan ................................................................................ Rancangan ......................................................................................... Perlakuan ............................................................................... Model .................................................................................... Peubah.................................................................................... Prosedur .............................................................................................
9 9 9 9 9 9 9 9 10 10 11
HASIL DAN PEMBAHASAN .....................................................................
13
Pakan Penelitian ................................................................................ Konsumsi Pakan ................................................................................ Konsumsi Hijauan .................................................................
13 13 14
Konsumsi Konsentrat ............................................................ Konsumsi Pakan Total .......................................................... Rataan Bobot Badan Kumbang ............................................. Jumlah Larva ......................................................................... Konversi Pakan Berdasarkan Jumlah Larva .......................... Persentase Daya Hidup Kumbang ......................................... Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah yang diukur ...............
15 16 17 19 20 21 23
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
24
Kesimpulan ....................................................................................... Saran ................................................................................................
24 24
UCAPAN TERIMA KASIH .........................................................................
25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
26
LAMPIRAN ................................................................................................
28
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Kandungan Nutrisi Media Hidup Kumbang, Daun Ginseng dan Daun Singkong ...............................................................................
13
2. Konsumsi Hijauan, Konsumsi Konsentrat dan Konsumsi Pakan Total ...............................................................................................
14
3. Rataan Bobot Badan Kumbang ......................................................
17
4. Jumlah Larva yang Dihasilkan Kumbang ......................................
19
5. Konversi Pakan terhadap Jumlah Larva .........................................
20
6. Persentase Daya Hidup Kumbang ..................................................
21
7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berbagai Peubah .............................
23
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Siklus Hidup Tenebrio molitor L. .....................................................
5
2. Bagan Penelitian ...............................................................................
12
3. Konsumsi Hijauan Kumbang ............................................................
14
4. Konsumsi Konsentrat Kumbang .......................................................
16
5. Konsumsi Pakan Total Kumbang .....................................................
16
6. Bobot Badan Kumbang Berdasarkan Umur .....................................
18
7. Laju Pertumbuhan B obot Badan Kumbang ......................................
18
8. Persentase Daya Hidup Kumbang Berdasarkan Umur .....................
22
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Analisis Ragam Konsumsi Hijauan Kumbang .................................
28
2. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Hijauan ...............................
28
3. Analisis Ragam Konsumsi Konsentrat ............................................
29
4. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Konsentrat ..........................
29
5. Konsumsi Pakan Total Kumbang .....................................................
30
6. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Total Kumbang ...........................
31
7. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Pakan Total ........................
31
8. Analisis Ragam Bobot Badan Kumbang ..........................................
32
9. Analisis Ragam Jumlah Larva ..........................................................
32
10. Analisis Ragam Persentase Daya hIdup Kumbang ...........................
32
11. Konversi Pakan Kumbang ................................................................
33
12. Analisis Ragam Konversi Pakan Kumbang ......................................
34
13. Uji Lanjut Duncan terhadap Konversi Pakan Kumbang ...................
34
14. Grafik Pengaruh Kadar Air Hijauan terhadap Konsumsi Konsentrat .........................................................................................
35
15. Grafik Pengaruh Konsumsi Hijauan terhadap Konsumsi Konsentrat ..........................................................................................
35
16. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang ......................................
36
17. Produksi Ulat Tepung untuk Dua Generasi ......................................
37
18. Prakiraan Biaya Produksi Ulat Tepung Masa Reproduksi per Insektarium ........................................................................................
38
19. Biaya Pakan yang Dikeluarkan Berdasarkan Hasil Penelitian .........
38
20. Analisis Proksimat Daun Ginseng dan Daun Singkong ...................
39
PENDAHULUAN Latar Belakang Kumbang Tenebrio molitor L. adalah kumbang dari ulat tepung. Ulat tepung diproduksi secara komersial dan digunakan sebagai pakan ternak lain seperti burung dan ikan. Kumbang T. molitor L. mengalami empat fase dalam siklus hidupnya yaitu telur, larva, pupa dan kumbang. Fase kumbang merupakan fase reproduksi dari ulat tepung, salah satu faktor yang mempengaruhi reproduksi adalah pakan. Serangga memerlukan zat makanan yang serupa dengan hewan lain yaitu karbohidrat dan lemak untuk energi, protein untuk pertumbuhan dan reproduksi, vitamin dan unsur hara yang memegang peranan kecil tetapi penting bagi aktivitas enzim. Penyedia an bahan makanan yang berkualitas baik, mudah dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia merupakan salah satu target utama dalam suatu usaha peternakan untuk mencapai tingkat produksi dan kemampuan yang optimal. Sayur -sayuran seperti daun ginseng dan daun singkong dapat dijadikan upaya untuk mencapai tujuan tersebut. Ginseng merupakan salah satu tanaman obat yang sejak dulu sudah dibuktikan khasiatnya oleh masyarakat sebagai obat pemulih stamina dan dapat meningkatkan gairah seksual. Ginseng jawa (Talinum paniculatum G.) berkembang baik dan tumbuh alami terutama pada ketinggian 5-1250 diatas permukaan laut (dpl) serta mudah tumbuh di kawasan yang sering kali tumbuhan lain sulit tumbuh dan dapat tumbuh bersama -sama dengan jenis tumbuhan yang bersifat gulma. Ginseng jawa dikelompokkan ke dalam kelompok ginseng yang diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan daya seksual (afrodisiak). Tumbuhan afrodisiak mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin, dan senyawasenyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan sirkulasi atau peredaran darah pada sistem saraf pusat atau sirkulasi darah tepi. Tanaman singkong merupakan tanaman yang melekat dengan masyarakat. Tanaman ini tumbuh baik di daerah berhawa panas dan banyak turun huja n. Tanaman singkong dapat tumbuh dilahan kering dan kurang subur. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 1500 dpl. Selain itu, tanaman ini memiliki daya tahan yang relatif tinggi terhadap penyakit. Umbi dan daun sin gkong dapat diolah menjadi aneka makanan untuk dikonsumsi
manusia maupun ternak. Daun singkong mengandung 8,3 persen protein yang dapat dicerna dan 45,5 persen bahan kering yang dapat dicerna. Tanaman singkong baik umbi atau daunnya telah banyak digunakan sebagai makanan ternak unggas dan babi. Perumusan Masalah Aspek reproduksi merupakan faktor penting dalam meningkatkan populasi. Pakan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi reproduksi. Sebagian besar biaya produksi ternak dialokasikan untuk biaya pakan, sehingga perlu mencari formulasi pakan yang paling efisien dalam mencapai reproduksi yang maksimal. Diketahui daun ginseng dan daun singkong dapat dipergunakan sebagai pakan untuk reproduksi ulat tepung. Tujuan Penelitian Penelitan ini bertujuan untuk membandingkan penampilan reproduksi ulat tepung yang diberi kombinasi pakan daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda, sehingga diperoleh rasio yang paling tepat dilihat dari hasil penampilan reproduksi yang diperoleh. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat guna memberikan informasi tentang penggunaan daun ginseng dan daun singkong untuk reproduksi kumbang T. molitor.
TINJAUAN PUSTAKA Kumbang Ulat Tepung (Tenebrio molitor L.) Kumbang ulat tepung merupakan kumbang yang termasuk dalam genus Tenebrio yang berwarna hitam atau coklat gelap dan panjangnya 13-17 mm (Borror et al., 1982). Kumbang ini merupakan pemakan produk pakan butiran (Davidson dan Peairs, 1966). Taksonomi ulat tepung menurut Frost (1959) adalah sebagai berikut : Kingdom
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insekta
Ordo
: Coleoptera
Famili
: Tenebrionidae
Genus
: Tenebrio
Spesies
: Tenebrio molitor Ordo coleoptera adalah ordo terbesar dari serangga. Salah satu sifat yang
jelas dari serangga ini adalah struktur sayapnya. Sayap-sayap belakang berselaput tipis dan biasanya lebih panjang daripada sayap depan. Bagian mulut dari ordo coleoptera adalah tipe pengunyah (Borror et al., 1982). Famili tenebrionidae adalah kumbang yang hidup dalam gelap (Borror et al., 1982). Menurut Busvine (1980), tenebrionidae adalah satu kelompok yang besar dalam bentuk dan karakteristiknya, kebanyakan berbentuk oval-oblong, berwarna coklat gelap atau hitam dan larvanya memiliki penampilan yang hampir sama. Larva te nebrio tumbuh dan dapat mencapai panjang sekitar 32 mm dengan bobot badan sekitar 0,140-0,150 g (Paryadi, 2003). Anatomi Serangga T. molitor L. memiliki rangka luar yang berlapis kitin keras dan disatukan oleh dinding lentur (Tim REI, 1988). Kumbang dewasa berwarna coklat gelap, panjangnya 17-25 mm (Singh, 1998). Menurut Brotowidjoyo (1989), serangga ini memiliki tiga pasang kaki dan tubuh dibedakan menjadi kepala, toraks dan abdomen. Menurut Tarumingkeng (2001), kepala serangga berfungsi sebagai tempat atau alat masukan makanan dan rangsangan syaraf serta untuk memproses informasi. Bagian kepala serangga terdapat mata, antena dan mulut. Menurut Partosoedjono
(1985), sepasang mata majemuk pada serangga terdiri dari beberapa ratus bentuk segi enam. Mata majemuk ini biasanya besar dan terletak disamping dorsal kepala. Antena pada serangga ini terletak disamping mata dan berfungsi sebagai alat sensoris. Tim REI (1988) menjelaskan, bahwa bagian mulut serangga yang berfungsi untuk menggigit terdiri atas mandibula (rahang) yang kuat dan dilindungi oleh tudung berupa labrum (bibir atas) dan maksila (rahang kedua) yang memindahkan makanan kedalam mulut melalui labium (bibir bawah). Toraks atau dada sebagai pusat transportasi serangga terdiri atas tiga ruas yang biasanya bersatu menjadi satu unit. Setiap ruas terdapat sepasang kaki dan dua ruas terakhir terdapat sepasang sayap (Partosoedjono, 1985). Abdomen (perut) pada serangga terdiri atas 11 segmen, tetapi segmensegmen ini mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Segmen-segmen perut biasanya sederhana, terdiri atas lapisan kerangka atas dan bawah yang keras dan dihubungkan oleh bagian-bagian yang mengandung membran pada kedua sisi (Tim REI, 1988). Partosoedjono (1985) menyatakan, bahwa ruas abdomen jelas peruasannya dan sangat lentur. Sejumlah besar saluran pencernaan, sistem reproduksi dan organ vital terletak didalammya. Kelenturan abdomen merupakan syarat untuk keperluan kopulasi, bertelur dan menyengat. Siklus Hidup Kumbang ulat tepung mempunyai siklu s hidup yang terdiri dari empat tahap yaitu telur, larva, pupa dan serangga dewasa atau yang dikenal dengan metamorfosis sempurna, seperti terlihat pada Gambar 1. Metamorfosis adalah perubahan bentuk yang dialami mulai dari bertelur sampai serangga dewasa (Partosoedjono, 1985). Telur. Telur T. molitor L. berbentuk oval, berukuran panjang 1 mm dan sangat sulit dilihat (Salem, 2002). Kebanyakan telur serangga diletakkan dalam satu situasi dimana mereka memberikan sejumlah perlindungan sehingga pada waktu menetas akan mempunyai kondisi yang cocok bagi perkembangannya (Borror et al., 1982). Menurut Amir dan Kahono (2003), kumbang betina meletakkan telur satusatu atau dibungkus dengan substansi yang dapat mengeras menjadi masa telur atau di dalam suatu kantong yang dikenal sebagai ooteka.
5 hari
87 hari Larva
Telur
Pupa
78 hari
7 hari
Kumbang Gambar 1. Siklus Hidup T. molitor L. Larva. Bentuk larva kumbang sangat bervariasi, namun pada umumnya mempunyai kepala yang mudah dibedakan dari toraks (Amir dan Kahono, 2003). Larva merupakan bentuk siklus hidup kedua dan mempunyai 13-15 segmen berwarna coklat kekuning-kuningan pada bagian tubuh (Salem, 2002). Pupa. Pupa merupakan tahapan siklus hidup ulat tepung yang tidak makan dan tidak minum, berwarna kuning dan mirip mumi kumbang dewasa (Amir dan Kahono, 2003). Pupa T. molitor L. ini dapat mencapai panjang sekitar 15 mm, lebar 5 mm dan berwarna putih ketika pertama kali terbentuk kemudian berubah menjadi berwarna coklat kekuningan (Singh, 2003). Kumbang. Setelah pupa berumur sekitar 7 hari, kulit pupa pecah dan keluar kumbang. Pada saat baru keluar dari pupa, tubuh kumbang masih lunak dan pucat, sering disebut sebagai “teneral” (Amir dan Kahono, 2003). Menurut Singh (2003), kumbang ulat tepung dewasa berwarna coklat gelap dengan panjang mulai dari 17 sampai 25 mm. Kumbang betina yang telah dewasa akan bertelur. Reproduksi Kumbang Reproduksi adalah kemewahan fungsi tubuh yang secara fisiologik tidak vital bagi kehidupan individual tetapi sangat penting bagi kelanjutan keturunan suatu jenis atau bangsa hewan. Pada umumnya, reproduksi baru dapat berlangsung sesudah hewan mencapai masa pubertas dan diatur oleh kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang dihasilkan (Toelihere, 1981). Pada kumbang betina terdapat
sepasang indung telur (ovari) yang terdiri dari ovariole. Tiap ovariole merupakan suatu buluh sel epitel yang berisi telur yang berbeda -beda perkembangannya (Partosoedjono, 1985). Kumbang jantan memiliki sistem reproduksi yang terdiri dari sepasang kelenjar kelamin, testes, saluran-saluran keluar dan kelenjar tambahan. Spermatogenesis pada kumbang jantan diselesaikan ketika mencapai tahapan dewasa (Borror et al., 1982). Pada serangga terdapat feromon yang merupakan aksi “bau” pada sistem syaraf pusat yang dapat mempengaruhi tingkah laku seksual (Nalbandov, 1990). Menurut Tarumingkeng (2001), feromon merupakan senyawa kimia yang terdapat pada serangga untuk komunikasi antar individu serangga, penarik lawan jenis dan mekanisme dalam menemukan makanannya. Husaeni dan Nandika (1989) menyatakan, bahwa faktor fisik (suhu, cahaya, kelembaban, angin dan lain-lain) dan faktor makanan mempengaruhi kemampuan berkembangbiak pada serangga. Telur yang dihasilkan serangga berbeda-beda jumlah, bentuk dan besarnya. Kadang-kadang serangga betina bertelur satu tetapi dalam keadaan ekstrim serangga bisa bertelur lebih dari satu juta (Pracaya, 2003). Kumbang Tenebrio dapat melontarkan 275 telur dalam waktu 22 sampai 137 hari (Lyon, 2001). Kebutuhan Pakan Makanan merupakan merupakan faktor yang sangat penting untuk pertumbuhan, produksi dan hidup pokok hewan mahluk hidup (Tillman et al., 1991). Menurut Borror et al. (1982), serangga memakan hampir segala macam makanan dan mereka makan dengan banyak cara yang berbeda-beda. Pracaya (2003) menyatakan, bahwa umumnya makanan larva dan serangga dewasa berupa hewan, tanaman yang masih hidup maupun yang sudah mati dan ada yang makan akar tanaman. Menurut Tarumingkeng (2001), serangga holometabola selalu menghindar dari persaingan makanan dalam spesiesnya karena makanan seringkali tidak tersedia dalam kuantitas yang memadai. Sifat adaptasi ini menyebabkan keberhasilan eksistensi serangga holometabola yang menyangkut 85 persen dari seluruh spesies serangga. Kumbang suka makan hampir semua jenis zat hewani dan nabati. Serangga memerlukan bahan makanan yang serupa dengan hewan lain, karbohidrat dan lemak untuk energi, protein untuk pertumbuhan dan reproduksi, vitamin dan unsur hara yang memegang peranan kecil tetapi penting bagi aktivitas enzim dan tempat-tempat
lain. Tipe dan jumlah makanan yang dimakan dapat mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, reproduksi, kelakuan dan berbagai sifat morfologi lainnya (Borror et al., 1982). Daun Ginseng (Talinum paniculatum G.) Menurut Hidayat (2005), ginseng jawa atau som jawa (T. paniculatum G.) merupakan salah satu jenis tanaman yang dikelompokkan kedalam kelompok ginseng yang diyakini bermanfaat untuk meningkatkan vitalitas tubuh dan daya seksual (afrodisiak). Klasifikasi ginse ng ini adalah sebagai berikut : Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicoyledonae
Ordo
: Caryophyllales
Familia
: Portulacaceae
Genus
: Talinum
Spesies
: Talinum paniculatum Ginseng termasuk tanaman herba yang memiliki tinggi sekitar 60-80 cm, akar
bercabang, batang sederhana dan tegak, daun oval dan tipis. Tanaman ini dapat digunakan untuk meningkatkan fertilitas dan seksualitas terlebih untuk ketahanan tubuh (Keller, 1998). Daun ginseng mengandung saponin yang memiliki sifat merangsang selaput lendir, memecah butir darah merah hingga merangsang penambahan jumlah darah dan memperbaiki sirkulasi darah dalam tubuh, flavonoid yang dapat mengurangi pembengkakan, bakterisidal dan antivirus, steroid yaitu hormon seks dan minyak atsiri yang berkhasiat meningkatkan nafsu makan (Hidayat, 2005). Kandungan bioaktif ginseng adalah ginsenosida yang terdapat pada akar dan daun. Faktor yang mempengaruhi kandungan ginsenosida pada akar dan daun adalah keanekaragaman genetik dan lokasi geografis tumbuh. Kandungan ginsenosida pada daun sangat erat hubungannya terhadap faktor kesuburan tanah seperti komposisi mineral tanah (Mazza dan Oomah, 2000). Daun Singkong (Manihot esculenta C.) Singkong atau Manihot esculenta Crantz termasuk keluarga Eupharbiceae. Batangnya berkayu dan tumbuh tegak beruas dan berbuku-buku. Warna batang hijau
muda dan setelah tua berubah jadi putih kelabu atau hijau kelabu. Daun tumbuh disepanjang batang dengan tangkai yang agak panjang. Daunnya mudah gugur dan yang berdaun biasanya hanyalah batang bagian atas dekat pucuk (Lingga, 1989). Di Cina Selatan, daun singkong digunakan sebagai pakan ulat sutera (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Daun singkong mengandung vitamin A, B1 dan C, kalsium, kalori, fosfor, protein, lemak, hidrat arang dan zat besi (Mag, 2002). Daun singkong mengandung 8,3 persen protein dan 45,5 persen dari bahan kering yang dapat dicerna (Lingga, 1989). Daun singkong mengandung (per 100 gram) vitamin A (11000 SI), vitamin C (275 mg), vitamin B1 (0,12 mg), kalsium (165 mg), energi (73 kal), fosfor (54 mg), protein (6,8 gram), lemak (1,2 gram), hidrat arang (13 gram), zat besi
(2 mg) ( Darjanto
dan Murjati, 1980). Keberadaan glukosida
sianogenik disemua bagian tanaman menjadi perhatian utama. Kandungan glukosida sangat dipengaruhi oleh kultivar dan lingkungan pertumbuhan tanaman. Pada daun, kandungan glukosida sianogenik rendah dibanding bagian tanaman yang lain ( Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus 2005 sampai 27 Oktober 2005 di Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Kumbang Ulat Tepung Penelitian ini menggunakan 750 ekor kumbang ulat tepung berumur sekitar 1-7 hari. Kumbang ini diperoleh dari Bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pakan Bahan pakan yang digunakan sebagai media hidup terdiri dari konsentrat campuran onggok dan pakan ayam komersial berkadar protein 19,99% yang diperoleh dari Pasar Gunung Batu Bogor (75%:25%) (Sitompul, 2006), sedangkan pakan hijauan (perlakuan) yaitu daun ginseng yang diperoleh dari kebun sekitar kampus Institut Pertanian Bogor dan daun singkong yang diperoleh dari pasar Darmaga Bogor. Wadah Pemeliharaan (Insektarium) Baki plastik berukuran 32 x 28 x 12 cm3 digunakan sebagai insektarium sebanyak 25 buah yang dilengkapi dengan penutup berukuran 18 x 13 cm2 berlubang dengan penutup kasa berukuran 15 x 6 cm2. Masing-masing insektarium diisi dengan 30 ekor kumbang ulat tepung. Peralatan Peralatan yang digunakan yaitu kapas, saringan, sendok, gelas plastik, timbangan merek Jedever JKL-500 dengan ketelitian 0,1 g serta rak untuk menempatkan insektarium. Rancangan Perlakuan Penelitian ini tediri dari lima perlakuan yaitu 100% daun ginseng + 0% daun singkong (G100S0), 75% daun ginseng + 25% daun singkong (G75S25), 50% daun
ginseng + 50% daun singkong (G50S50), 25% daun ginseng + 75% daun singkong (G25S75), dan 0% daun ginseng + 100% daun singkong (G0S100). Tiap perlakuan masing-masing dengan lima ulangan sehingga terdapat 25 unit percobaan. Model Model rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan lima perlakuan. Masing-masing perlakuan terdiri dari lima ulangan dan tiap ulangan diisi dengan 30 ekor kumbang ulat tepung sebagai satu satuan unit percobaan. Model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut : Yij = ì + ôi + åij Keterangan : Yij = pengamatan parameter pada perlakuan ke -i dan ulangan ke-j ì
= rataan umum
ôi
= pengaruh perlakuan ke-i ; i = G100S0, G75S25, G50S50, G25S75, dan G0S100 = pengaruh acak pada perlakuan ke -i ulangan ke-j ; j = U1, U2, U3, U4 dan U5
åij
Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) dengan menggunakan program statistik SAS 6.12. Analisis dilanjutkan dengan Uji Duncan apabila peubah dipengaruhi oleh perlakuan secara nyata. Peubah Peubah yang diamati adalah konsumsi pakan hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi pakan total kumbang, rataan bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang, jumlah larva, dan konversi pakan terhadap jumlah larva. Konsumsi Pakan Hijauan. Konsumsi pakan hijauan per empat hari dihitung dengan cara mengurangi konsumsi pakan segar dikali bahan kering pakan segar dengan sisa pakan dikali bahan kering pakan sisa dibagi populasi. Konsumsi Konsentrat. Konsumsi konsentrat dihitung dengan mengurangi jumlah konsentrat yang diberikan dengan sisa konsentrat lalu dibagi dengan 30 ekor kumbang. Konsumsi konsentrat dihitung diakhir penelitian.
Konsumsi Pakan Total. Konsumsi pakan total dihitung dengan menjumlah konsumsi pakan hijauan dengan konsumsi kosentrat kemudian dibagi dengan 30 ekor kumbang. Konsumsi total dihitung diakhir penelitian. Rataan Bobot Badan Kumbang. Rataan Bobot badan kumbang per empat hari dihitung dengan membagi biomassa kumbang dengan jumlah kumbang sedangkan pertambahan bobot badan dihitung dengan cara pengurangan antara bobot badan awal dengan bobot badan akhir. Jumlah Larva. Jumlah larva dihitung dengan menghitung larva yang dihasilkan oleh 30 kumbang dan dihitung diakhir penelitian. Konversi Pakan. Konversi pakan dihitung dengan membagi konsumsi pakan total dengan jumlah larva yang dihasilkan. Persentase Daya Hidup Kumbang. Persentase daya hidup kumbang per empat hari dihitung dengan membagi jumlah induk yang hidup saat itu dibagi populasi awal yaitu 30 ekor kumbang dikali dengan 100%. Prosedur Pupa yang telah berubah menjadi kumbang dikumpulkan selama 6-7 hari atau hingga berjumlah 30 ekor per ulangan dengan lima ulangan, sehingga total kumbang yang dikumpulkan berjumlah 750 ekor. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan dari penelitian Lubis (2006). Kumbang tersebut dibagi kedalam 25 insektarium, setiap insektarium diisi 150 gram onggok dan 50 gram konsentrat kemudian di atasnya ditutup dengan kapas sebagai media tetas. Insektarium diletakkan pada rak susun secara acak. Tiap insektarium berisi 30 ekor kumbang sebagai satu satuan percobaan atau satu ulangan, terdapat lima perlakuan dan masing-masing lima ulangan, seperti terlihat pada Gambar 2. Pakan hijauan diberikan dengan cara memotong hijauan sebesar satu cm dan diletakkan di atas kapas. Total pakan 210 gram yang terdiri dari media sebanyak 200 gram dan pakan hijauan sebanyak 10 gram diberikan dan diganti setiap empat hari sekali dengan pertimbangan pakan hijauan tidak habis dikonsumsi sampai empat hari. Konsumsi pakan kumbang dan persentase daya hidup kumbang dihitung setiap waktu pergantian pakan, selain itu ditimbang bobot badan kumbang. Setelah larva mencapai panjang 0,5-1 cm perhitungan larva dan konversi pakan dimulai.
750 ekor kumbang
G100S0 150 ekor
G75S25 150 ekor
G50S50 150 ekor
G25S75 150 ekor
G0S100 150 ekor
U1 30 ekor
U1 30 ekor
U1 30 ekor
U1 30 ekor
U1 30 ekor
U2 30 ekor
U2 30 ekor
U2 30 ekor
U2 30 ekor
U2 30 ekor
U3 30 ekor
U3 30 ekor
U3 30 ekor
U3 30 ekor
U3 30 ekor
U4 30 ekor
U4 30 ekor
U4 30 ekor
U4 30 ekor
U4 30 ekor
U5 30 ekor
U5 30 ekor
U5 30 ekor
U5 30 ekor
U5 30 ekor
Gambar 2. Bagan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Pakan Penelitian Kandungan nutrisi daun ginseng dan daun singkong dengan berbagai rasio yang digunakan sebagai pakan perlakuan serta media hidup yang juga digunakan kumbang sebagai media pakan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Nutrisi Media Hidup Kumbang, Rasio Daun Ginseng dan Daun Singkong Komposisi
Kadar Air Bahan Kering Kadar Abu Kadar Lemak Serat Kasar Protein Kasar BETN Keterangan :
1) 2)
3)
Media Rasio Daun Ginseng dan Daun Singkong Hidup1) G100S02) G75S253) G50S503) G25S753) G0S1002) ---------------------------------------(%)------------------------------------13,15 92,04 84,71 77,38 71,05 62,72 86,85 7,96 15,29 22,62 29,95 37,28 2,46 1,29 1,52 1,77 2,01 2,26 2,33 0,20 0,61 1,02 1,43 1,84 8,18 1,06 1,91 2,77 3,62 4,49 8,77 2,19 4,64 7,13 9,60 12,08 65,11 3,22 6,55 9,91 12,25 16,61 Sitompul (2006) Hasil Analisa Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan IPB, Agustus (2005) Hasil Perhitungan
Kandungan abu, lemak, serat kasar, protein dan BETN meningkat dengan penurunan penggunaan daun ginseng dan peningkatan daun singkong, sedangkan kadar air menurun. Media hidup yang terdiri dari onggok dan pakan ayam komersial yang memiliki bahan kering yang tinggi (86,85%) digunakan agar kumbang tidak mengkonsumsi pakan dengan kadar air tinggi yang dapat membuat kumbang menjadi lunak, tidak lincah dan mudah mati. Konsumsi Pakan Kumbang ulat tepung yang diberi daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda juga mengkonsumsi media hidupnya yaitu konsentrat sehingga konsumsi konsentrat diperhitungkan dalam penelitian karena diduga mempengaruhi reproduksi kumbang, oleh karena itu konsumsi pakan yang diperhitungkan meliputi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat dan konsumsi pakan total. Konsumsi pakan kumbang dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Konsumsi Hijauan, Konsumsi Konsentrat dan Konsumsi Pakan Total pada Kumbang Peubah Perlakuan Konsumsi Hijauan Konsumsi Konsentrat Konsumsi Pakan Total ------------------------------ (mg/ekor/4 hari))------------------------G100S0
31,67 D
138,07a
169,74B
G75S25
56,85C
112,76b
169,61B
G50S50
60,83C
107,60b
168,43B
G25S75
90,74 A
111,78b
202,52A
G0S100
82,11B
139,18a
221,29A
Rataan
64,44
121,88
186,32
Keterangan : Superskrip huruf besar dan kecil yang berbeda pada kolom yang sama masing-masing berarti sangat berbeda nyata (P<0,01) dan berbeda nyata (P<0,05)
Table 2 menunjukkan bahwa kumbang mengkonsumsi konsentrat dalam jumlah hampir dua kali lipat lebih banyak daripada konsumsi hijauan. Hal ini dapat disebabkan konsentrat berupa tepung yang merupakan habitat kumbang ulat tepung (Lyon, 1991). Konsumsi Hijauan Kons umsi hijauan oleh kumbang ulat tepung berkisar 31,67-90,74 mg/ekor/4 hari dengan rataan 64,44 mg/ekor/4 hari (Tabel 2). Hasil analisis ragam menunjukkan perlakuan pakan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap
Konsumsi Hijauan (mg/ekor/4 hari)
konsumsi hijauan. 100
90,74 A
90
82,11 B
80
56,85 C
70
60,83 C
60 50 40 30
31,67 D
20 10 0 G100S0
G75S25
G50S50 Perlakuan
Gambar 3. Konsumsi Hijauan Kumbang
G25S75
G0S100
Konsumsi hijauan cenderung meningkat dengan meningkatnya penggunaan daun singkong dan menurunnya penggunaan daun ginseng dalam ransum. Konsumsi hijauan dengan perlakuan G100S0 (31,67 mg/ekor/4 hari) sangat nyata lebih rendah dibanding dengan perlakuan lainnya, sedangkan konsumsi hijauan pada perlakuan G75S25 dengan G50S50 tidak berbeda nyata, masing-masing 56,85 dan 60,83 mg/ekor/4 hari dan sangat berbeda nyata dengan perlakuan G25S75 (90,74 mg/ekor/4 hari) dan G0S100 (82,11 mg/ekor/4 hari). Semakin menurun penggunaan daun ginseng dan semakin meningkat penggunaan daun singkong, konsumsi hijauan cenderung meningkat (Gambar 3). Hal ini dapat disebabkan daun singkong memiliki kandungan energi dan air yang lebih rendah daripada daun ginseng. Daun singkong memiliki kadar air 62,72% sedangkan daun ginseng memiliki 92,04% (Tabel 1).Daun singkong memiliki kandunga n energi 73 kalori (Darjanto dan Murjati, 1980) sedangkan daun ginseng memiliki 452,86 kalori (Sucofindo, 1999). Hal ini menunjukkan, bahwa kandungan energi dan kadar air yang tinggi akan menurunkan konsumsi pakan. Konsumsi pakan akan menurun bila kadar air meningkat (Efendi, 2004) dan konsumsi pakan akan menurun bila kadar energi meningkat dalam pakan (Rasyaf, 1992). Selain itu, daun singkong mengandung protein yang lebih tinggi daripada daun ginseng. Yasin (1988) menyatakan, bahwa semakin besar jumlah protein yang dikonsumsi ternyata konsumsi pakan meningkat pula. Konsumsi Konsentrat Konsumsi konsentrat oleh kumbang T. molitor berkisar 107,60-139,18 mg/ekor/4 hari dengan rataan 121,88 mg/ekor/4 hari (Tabel 2). Kumbang yang diberi pakan hijauan dengan rasio daun ginseng dan daun singkong yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) dalam konsumsi konsentratnya. Kumbang yang mendapat perlakuan G0S100 (139,18 mg/ekor/4 hari) dan G100S0 (138,07 mg/ekor/4 hari) mengkonsumsi konsentrat yang nyata lebih banyak daripada G75S25, G50S50 dan G25S75 masing-masing 112,76; 107,60; dan 111,78 mg/ekor/4 hari (Gambar 4). Konsumsi hijauan yang meningkat pada perlakuan G100S0, G75S25, G50S50 menyebabkan penurunan konsumsi konsentrat tetapi tingginya konsumsi hijaua n pada G0S100 meskipun lebih rendah daripada G25S75, konsumsi konsentratnya juga tinggi.
Konsumsi Konsentrat (mg/ekor/4 hari)
160
138,07a
139,18a
140
112,76b
120
107,60b
111,78b
100 80 60 40 20 0 G100S0
G75S25
G50S50
G25S75
G0S100
Perlakuan
Gambar 4. Konsumsi Konsentrat Kumbang Konsumsi hijauan dan konsentrat yang tinggi pada perlakuan G0S100 dapat disebabkan kadar air yang sangat rendah (62,72%) yang terlihat pada Tabel 1 yang akan mempengaruhi konsumsi sehingga meskipun mengkonsumsi banyak hijauan, kumbang juga akan mengkonsumsi konsentrat dalan jumlah yang banyak juga. Dilihat dari koefisien determinasi (R 2), 99,08% konsumsi konsentrat dipengaruhi kadar air hijauan (Lampiran 14) dan sebesar 81,04% konsumsi konsentrat dipengaruhi oleh konsumsi hijauan (Lampiran 15).
Konsumsi Pakan Total (mg/ekor/4 hari)
Konsumsi Pakan Total Konsumsi pakan total oleh kumbang ulat tepung berkisar 168,43-221,29
mg/ekor/4 hari dengan rataan 186,32 mg/ekor/4 hari (Tabel 2). 250 200
202,52 169,74B
169,61B
168,43 B
G100S0
G75S25
G50S50
A
221,29 A
150 100 50 0 G25S75
G0S100
Perlakuan
Gambar 5. Konsumsi Pakan Total Kumbang Hasil analisis ragam menunjukkan adanya pengaruh perlakuan yang sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi pakan total kumbang. Konsumsi pakan total menurun hingga penggunaan daun ginseng dan daun singkong pada jumlah yang
sama (50%) atau pada perlakuan (G50S50) tetapi meningkat sangat nyata (P<0,01) pada perlakuan G25S75 dan G0S100 seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Peningkatan konsumsi pakan total dari G50S50 sampai dengan G0S100 dapat disebabkan kandungan protein yang semakin meningkat pada pakan dengan peningkatan penggunaan daun singkong dengan penurunan daun ginseng. Kandungan protein pakan perlakuan berturut -turut dari G0S100 sampai dengan G100S0 yaitu 10,96; 13,41; 15,90; 18,37 dan 20,85%. Rataan Bobot Badan Kumbang Bobot badan kumbang yang mendapat perlakuan daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda berkisar antara 99,91-115,53 mg/ekor dengan rataan 106,45 mg/ekor (Tabel 3). Hasil analisis ragam tidak menunjukkan adanya pengaruh perlakuan terhadap bobot badan kumbang. Tabel 3. Rataan Bobot Badan Kumbang Ulangan Perlakuan
U1
U2
U3
U4
U5
Rataan
KK
--------------------------(mg/ekor)---------------------------------
(%)
G100S0
108,85
111,39
108,32
104,76
105,06
107,67
2,58
G75S25
103,31
100,79
103,90
107,98
106,51
104,29
2,69
G50S50
110,11
103,08
104,19
109,44
104,93
106,35
3,00
G25S75
103,38
107,82
115,53
99,91
103,23
105,97
5,69
G0S100
106,45
108,18
106,15
110,06
108,98
107,96
1,54
Rataan
106,22
106,25
107,62
106,43
105,74
106,45
3,10
Keterangan : KK adalah koefisien keragaman
Koefisien keragaman (KK) berkisar 1,54-5,69% dengan rataan 3,10% (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa keseragaman kumbang cukup tinggi. Bobot badan kumbang yang tetap dikarenakan kumbang merupakan fase dalam serangga yang tidak mengalami pertumbuhan. Borror et al. (1982) menyatakan, bahwa kumbang merupakan fase yang tidak mengalami pertumbuhan. Bobot badan kumbang cenderung menurun dengan bertambahnya umur (Gambar 6). Hal ini dapat disebabkan semakin bertambahnya umur, tubuh kumbang membutuhkan banyak zat makanan yang dapat menguatkan dan memperbaiki sel tubuh yang rusak sehingga pakan yang dimakan tidak diproses untuk menggemukkan tubuh. Selain itu bobot
badan kumbang dapat disebabkan oleh faktor genetik dan aktivitas bertelur yang dapat menyeabkan bobot badan kumbang turun ketika telur telah dikeluarkan dan Bobot Badan Kumbang (mg/ekor)
meningkat ketika produksi telur berjalan. 130 120 110 100 90 80 11 15 19 23 27 31 35 39 43 47 51 55 59 63 67 Umur (hari) G100S0
G75S25
G50S50
G25S75
G0S100
Gambar 6. Bobot Badan Kumbang Berdasarkan Umur Dilihat dari data konsumsi pakan total, ternyata konsumsi pakan yang tinggi pada perlakuan G25S75 dan G0S100 (Tabel 2) tidak selalu meningkatkan bobot badan kumbang. Hal ini menunjukkan pakan yang digunakan tidak tersimpan dalam tubuh. Kemungkinan aktivitas reproduksi kumbang menyebabkan pakan yang dikonsumsi tidak digunakan untuk membentuk tubuh, bahkan kumbang merombak
Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang (mg/ekor/4 hari)
tubuh untuk aktivitas reproduksi. 12 10 8 6 4 2 0 -2 -4 -6 -8 -10
15
19
23
27
31
35
39
43
47
51
55
59
63
67
Umur (hari) G100S0
G75S25
G50S50
G25S75
G0S100
Gambar 7. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang Laju pertumbuhan bobot badan kumbang dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan adanya pertumbuhan bobot badan yang minus. Hal ini dapat disebabkan kumbang dalam fase bertelur sehingga pakan yang dikonsumsi
digunakan untuk proses bertelur. Kumbang merupakan fase reproduksi dalam siklus ulat tepung (Lyon, 1991). Konsumsi pakan dapat mempengaruhi produksi telur (Yasin, 1988). Jumlah Larva Larva yang dihasilkan oleh kumbang berdasarkan perlakuan berkisar 5201260 ekor dengan rataan 949 ekor (Tabel 4). Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang nyata antara perlakuan terhadap jumla h larva yang dihasilkan. Jumlah larva yang dihasilkan menurut perlakuan adalah 1042, 949, 923, 1016 dan 813 ekor masing-masing dengan perlakuan G100S0, G75S25, G50S50, G25S75 dan G0S100. Jumlah larva tertinggi yang dihasilkan (1260 ekor) dan terendah (520 ekor) masing-masing terdapat pada perlakuan G100S0 dan G0S100 pada ulangan yang sama (dua). Koefisien keragaman (KK) berkisar 13,06-25,90% dengan rataan 17,64%. Hal ini menunjukkan, bahwa tingkat keragaman jumlah larva yang dihasilkan masih tinggi. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan tingginya keragaman ini adalah genetik kumbang, namun terdapat kecenderungan penurunan jumlah larva yang dihasilkan oleh kumbang yang diberi pakan dengan semakin meningkat penggunaan daun singkong dan menurunnya daun ginse ng seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Larva yang Dihasilkan Kumbang Ulangan Perlakuan
U1
U2
U3
U4
U5
Rataan
---------------------------(ekor)--------------------------------------
KK (%)
G100S0
944
1260
897
1039
1070
1042
13,48
G75S25
1148
1054
774
979
791
949
17,24
G50S50
963
1123
768
1038
727
923
18,53
G25S75
1221
1019
866
941
1034
1016
13,06
G0S100
837
520
757
847
1108
813
25,90
Rataan
1022
995
812
968
946
949
17,64
Keterangan : KK adalah koefisien keragaman
Kecenderungan jumlah larva dengan semakin meningkat penggunaan daun singkong dan menurunnya daun ginseng dapat disebabkan HCN yang terkandung dalam daun singkong pada kadar tertentu mempengaruhi reproduksi yang dihasilkan.
Asam sianida mempengaruhi sistem syaraf pusat (Rasyaf, 1983). Hal ini memungkinkan HCN bereaksi pada hormon reproduksi yang dihasilkan di syaraf pusat. Rendahnya jumlah larva dapat disebabkan pakan yang dikonsumsi mengandung energi yang sedikit. Daun ginseng mengandung energi sebesar 452,86 kalor i (Sucofindo, 1999) sedangkan daun singkong mengandung 73 kalori (Darjanto dan Murjati, 1980). Pada fase pertumbuhan, serangga mengkonsentrasikan energinya untuk pertumbuhan dan pada fase dewasa, serangga mengkonsentrasikan energinya untuk reproduksi (Ross et al., 1982). Zat makanan memainkan peranan penting dalam proses produksi telur (Yasin, 1988). Konversi Pakan Berdasarkan Jumlah Larva Konversi pakan berkisar 0,14-0,44 dengan rataan 0,20. Koefisien keragaman (KK) berkisar 8,12-30,69% dengan rataan 18,69%. Hasil analisis ragam menunjukkan pengaruh yang sangat nyata (P<0,01) antara perlakuan terhadap konversi pakan. Konversi pakan dari yang terkecil hingga terbesar adalah 0,16; 0,18; 0,19; 0,20 dan 0,29 secara berturut-turut diperoleh oleh kumbang yang me ndapat perlakuan G100S0, G75S25, G50S50, G25S75 dan G0S100 (Tabel 5). Tabel 5 menunjukkan, semakin tinggi penggunaan daun ginseng dan semakin rendah penggunaan daun singkong, pakan yang digunakan untuk menghasilkan satuan produksi telur kumbang semakin efisien. Tabel 5. Konversi Pakan terhadap Jumlah Larva Ulangan Perlakuan
U1
U2
U3
U4
U5
Rataan
KK (%)
G100S0
0,18
0,14
0,22
0,14
0,14
0,16B
21,82
G75S25
0,15
0,19
0,19
0,15
0,21
0,18B
15,07
G50S50
0,18
0,16
0,21
0,15
0,23
0,19B
17,74
B
G25S75
0,18
0,22
0,19
0,21
0,21
0,20
8,12
G0S100
0,26
0,44
0,29
0,25
0,21
0,29A
30,69
Rataan
0,19
0,23
0,22
0,18
0,20
0,20
18,69
Keterangan : Superskrip huruf besar yang berbeda pada kolom yang sama berarti berbeda sangat nyata (P<0,01)KK adalah koefisien keragaman
Daun ginseng lebih baik daripada daun singkong karena daun ginseng memiliki kandungan ginsenosida yang dapat meningkatkan reproduksi. Kumbang
yang mendapatkan perlakuan G100S0 hanya membutuhkan pakan 0,16 mg sedangkan kumbang dengan perlakuan G0S100 membutuhkan pakan sebesar 0,29 mg untuk menghasilkan masing-masing satu ekor larva. Perlakuan G0S100 mempunyai konversi pakan terhadap jumlah larva
yang sangat nyata dibanding
perlakuan lainnya yang tidak berbeda nyata secara statistik. Tanaman ginseng dapat digunakan untuk meningkatkan fertilitas dan seksualitas terlebih untuk ketahanan tubuh (Keller, 1998). Persentase Daya Hidup Kumbang Daya hidup kumbang berkisar 70,22-94,89% dengan rataan 82,82% dan rataan koefisien keragaman (KK) adalah 8,38%. Hasil analisis ragam menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh antara perlakuan terhadap persentase daya hidup kumbang. Daun ginseng dan daun singkong memiliki kandungan zat yang memberikan kekuatan hidup kumbang (Tabel 6). Persentase daya hidup kumbang cenderung meningkat dengan meningkatnya daun singkong dan menurunnya daun ginseng pada pakan hijauan tetapi persentase daya hidup kumbang menurun pada perlakuan G25S75 (79,78%). Daun ginseng mengandung senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin dan senyawa-senyawa lain yang secara fisiologis dapat melancarkan sirkulasi atau peredaran darah pada sistem saraf pusat (Hidayat, 2005). Tabel 6. Persentase Daya Hidup Kumbang Ulangan Perlakuan
U1
U2
U3
U4
U5
Rataan
KK
---------------------------------------(%)-------------------------------------G100S0
84,67
72,46
91,56
78,89
73,11
80,13
10,08
G75S25
81,33
85,33
72,00
77,11
86,45
80,44
7,44
G50S50
81,56
85,11
74,00
83,99
90,89
83,11
7,39
G25S75
70,22
83,11
76,67
90,44
78,44
79,78
9,46
G0S100
94,89
90,67
78,89
93,78
94,89
90,62
7,51
Rataan
82,53
83,34
78,62
84,84
84,76
82,82
8,38
Keterangan : KK adalah koefisien keragaman
Senyawa turunan saponin, alkaloid, tannin dan senyawa-senyawa lain pada daun ginseng akan memperbaiki aktivitas jaringan tubuh yang secara tidak langsung
akan memperbaiki fungsi organ yang dapat meningkatkan stamina (Hidayat, 2005). Daun singkong mengandung protein tinggi yang berperan dalam pertumbuhan dan memelihara jaringan tubuh serta memberikan tenaga jika kebutuhannya tidak dapat dipenuhi oleh karbohidrat dan lemak (Suhardjo dan Clara, 1989). Daun ginseng bersifat
adaptogen
yaitu
memberikan
keseimbangan
menyeluruh
sehingga
100 90 80 (%)
Persentase Daya Hidup Kumbang
meningkatkan kemampuan tubuh menyembuhkan diri sendiri (Sucofindo, 1999).
70 60 50 40 11
15
19
23
27
31
35
39
43
47
51
55
59
33
67
Umur (hari) G100S0
G75S25
G50S50
G25S75
G0S100
Gambar 8. Persentase Daya Hidup Kumbang Berdasarkan Umur Daya hidup kumbang juga dipengaruhi oleh umur kumbang itu sendiri. Grafik persentase daya hidup kumbang berdasarkan umur dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 menunjukkan adanya penurunan persentase daya hidup yang besar dari kumbang pada semua perlakuan yang terjadi pada saat kumbang berumur 39 hari. Hal ini berarti daya hidup kumbang ulat tepung setelah berumur satu bulan akan melemah. Menurut Hutauruk (2005) pada hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa 37,5% mortalitas ulat tepung dipengaruhi oleh umur. Semakin menurunnya daya hidup kumbang dengan bertambahnya umur dapat disebabkan umur kumbang yang hanya mencapai sekitar 78 hari (Lyon, 1991). Hal ini berarti fungsi tubuh kumbang telah melemah sehingga kumbang merombak tubuh dan mati. Gambar 8 memperlihatkan kumbang pada perlakuan G0S100 memiliki persentase daya hidup yang lebih tinggi daripada persentase daya hidup kumbang pada perlakuan yang lainnya. Hal ini dapat disebabkan kumbang pada perlakuan G0S100 memiliki jumlah larva yang terkecil (813 ekor) diantara semua perlakuan. Kumbang membutuhkan banyak zat nutrisi untuk proses bertelur sehingga tidak sedikit kumbang yang mati setelah mereka bertelur.
Pengaruh Perlakuan terhadap Peubah yang Diukur Pengaruh perlakuan terha dap konsumsi hijauan, konsentrat dan pakan total, rataan bobot badan kumbang, jumlah larva, konversi pakan berdasarkan jumlah larva dan persentase daya hidup kumbang dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berbagai Peubah dan Biaya Pakan Setiap Peubah Peubah Konsumsi Hijauan (mg/ekor/4 hari) Konsumsi Konsentrat (mg/ekor/4 hari) Konsumsi Pakan Total (mg/ekor/ 4 hari) Rataan Bobot Badan Kumbang (mg/ekor) Jumlah Larva (ekor) Konversi Pakan Persentase Daya Hidup Kumbang (%) Biaya Pakan (Rp/ekor/4 hari)*
G100S0
G75S25
Perlakuan G50S50
G25S75
G0S100
31,67D
56,85C
60,83C
90,74A
82,11B
138,07a
112,76b
107,60b
111,78b
139,18a
169,74B
169,61B
168,43B
202,52A
221,29A
107,67 1042 0,16B
104,29 949 0,18B
106,35 923 0,19B
105,97 1016 0,20B
107,96 813 0,29A
80,13 0,268
80,44 0,297
83,11 0,287
79,78 0,343
90,62 0,338
Keterangan : * Hasil perhitungan (Lampiran 16)
Tabel 7 memperlihatkan konsumsi pakan hijauan yang rendah pada G100S0 menghasilkan jumlah larva yang cenderung tinggi dengan konversi pakan yang rendah. Kumbang dengan perlakuan G25S75 menghasilkan jumlah larva yang sedikit lebih rendah dari G100S0 tetapi mengkonsumsi pakan hijauan yang tinggi dengan konversi pakan yang lebih tinggi daripada G100S0. Dilihat dari segi biaya pakan, biaya pakan terendah dikeluarkan untuk kumbang dengan perlakuan G100S0 yang menghasilkan jumlah larva terbanyak.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Daun ginseng dan daun singkong dengan rasio yang berbeda mempengaruhi konsumsi hijauan, konsumsi konsentrat, konsumsi pakan total kumbang dan konversi pakan terhadap berdasarkan jumlah larva tetapi tidak mempengaruhi bobot badan kumbang, persentase daya hidup kumbang dan jumlah larva yang dihasilkan. Perlakuan G100S0 dapat dijadikan alternatif pakan untuk reproduksi kumbang Tenebrio molitor L. Saran Perlu penelitian lebih spesifik tentang banyaknya larva yang dihasilkan oleh seekor kumbang dengan perlakuan ini dan gunakan daun ginseng dalam pakan kumbang untuk meningkatkan jumlah ulat tepung yang dihasilkan.
UCAPAN TERIMA KASIH Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penelitian dan skripsi ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam tak lupa Penulis panjatkan kepada Rasullah SAW dan sahabatnya serta para pengikutnya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Durachim dan Ibu Siti Dawimah yang senantiasa berdoa dan memberikan semangat kepada Penulis. Terima kasih kepada Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS. dan Ir. Hotnida C. H. Siregar, MSi. sebagai pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penelitian. Penulis juga menguncapkan terima kasih atas masukan dan kritikan kepada Jakaria, SPt. MSi. sebagai penguji seminar, Dr. Ir. Erika B. Laconi, MS. dan Ir. Salundik, MSi. sebagai penguji sidang serta Ahmad Yani, STp. sebagai pembimbing akademik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kak Agung, Kak Denok, Kak Agus Novianto, Yanti, Imam dan Dik Syarif atas segala bantuan, doa dan semangat kepada Penulis. Terima kasih kepada seluruh dosen dan staf Fakultas Peternakan IPB. Ucapan terima kasih juga Penulis sampaikan kepada kepada Sugeng, Silpi, Kadarwati, Maya dan Mira, seluruh teman NRSH, TPT 39 dan teman-teman kost fricy atas bantuan, semangat dan doanya.
Bogor, Maret 2006
Penulis
DAFTAR PUSTAKA Amir, M dan S. Kahono. 2003. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Biodiversity Conservation Project. Jakarta. Bagian INTP. 2005. Analisis Proksimat Daun Ginseng dan Daun Singkong. IPB. Bogor. Borror , D.J, C. A. Triplehorn dan N. F. Johnson. 1982. Pengenalan Pelajaran Serangga. Edisi ke-6. Terjemahan : Partosoedjono, S. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Brotowidjoyo, M.D. 1989. Zoologi Dasar. Penerbit Erlangga. Jakarta. Busvine, J.R. 1980. Insects and Hygiene. Chapman and Hall. New York. Darjanto dan Murjati. 1980. Ketela Pohon: Khasiat, Racun dan Masakan. Cetakan Kedua. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Davidson, R.H dan L.M. Peairs. 1966. Insect Pests of Farm, Garden dan Orchard. Sixth Edition. John Willey&Sons, Inc. New York. Efendi. 2004. Penampilan kecoa Madagaskar (Gromphadorhina portentosa) pada masa pertumbuhan. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Frost, W.S. 1959. Insect Life and Insect Natural History. Dover Publications, Inc. New York. Hidayat, S. 2005. Ginseng: Multivitamin Alami Berkhasiat. Penebar Swadaya. Jakarta. Husaeni, E.A dan D. Nandika. 1989. Hama Hutan di Indonesia. Life Science Inter University Center IPB. Bogor. Hutauruk, S.M. 2005. Performans ulat tepung (Tenebrio molitor L.) yang diberi pakan campuran onggok dan konsentrat selama masa pe rtumbuhan. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan IPB. Bogor. Keller, P.1998.Ginseng. http://www.siu.edu/~ebl/leaflets/ginseng.htm (21 Juli2005). Lingga, P. 1989. Bertanam Ubi-ubian. Penebar Swadaya. Jakarta. Lyon, F. W. 1991. Yellow and Dark Mealworm. http://www.ohioline.osu.edu/hyg fact/2000/2093.html (3 Desember 2004). Mag. 2002. Atasi rematik dengan singkong. File: // C: \ DPCUME~ \ dgcom4 \LOCALS~1\Temp\2\VK01CQPP.htm (27 Juli 2005). Mattjik, A.A dan Sumertajaya. 2002. Perancangan Percobaan Jilid 1. Edisi Kedua. IPB Press. Bogor. Mazza, G dan B.D. Oomah. 2000. Herbs, Botanical & Teas. Technomic Publishing Company, Inc. New York. Nalbandov, A. V. 1990. Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas. Edisi Ketiga. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. Partosoedjono, S. 1985. Mengenal Serangga. Armedia Bogor. Bogor.
Paryadi. 2003. Performans ulat tepung (Tenebrio molitor L.) pada berbagai rasio pemberian pollard dan pakan komersial. Skripsi. Fakultas Peternakan.Institut Pertanian Bogor.Bogor. Pracaya. 2003. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar swadaya. Jakarta. Rasyaf, M. 1983. Kemungkinan penggunaan tepung gaplek dan ubi kayu (Manihot utilisima) dalam ransum itik. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Rasyaf, M. 1992. Beternak Ayam Kampung. Penebar Swadaya. Jakarta. Ross, H.H., C.A. Ross and J.R.P.Ross. 1982. A Textbook of Entomology. 4th Edit. John Willey and Sons Inc., New York. Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia I: Prinsip produksi dan gizi. Edisi Kedua. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Salem, R. 2002. The Life Cycle of The Tenebrio Beetle. http://www.javafinch.co.uk/ Feed/live.html (3 Desember 2004). Singh, P. 1998. Yellow Mealworm Life Cycle. http://www.hornet.co.nz/ publications/hortfacts/hf401013.htm (29 Juni 2005). Sitompul, R. H. 2006. Perumbuhan dan konversi pakan ulat tepung (Tenebrio molitor L.) pada kombinasi kosentrat dengan d edak padi, onggok dan pollard. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor. Sucofindo. 1999. Ginscafe Plus. http://www. foreveryoung. co.id/ product/ ginscafe /ginscafe%20%20FYI.html (17 Januari 2003). Suhardjo dan C. M. Kusharto. 1989. Prinsip -Prinsip Ilmu Gizi. Pusat Antar Universitas IPB. Bogor. Tarumingkeng, R. C. 2001. Serangga dan Lingkungan. http:// tomoutou. net/ SERANGGA_LINGK.htm (31 Juni 2005). Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo dan S. Lebdosoekojo.1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Tim Redaksi Ensiklopedi Indonesia. 1988. Ensiklopedi Indonesia Seri Fauna, serangga. Pt. Dai Nippon Printing Indonesia. Jakarta. Toelihere, M.R. 1981. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa. Bandung. Yasin, S. 1988. Fungsi dan Peranan Zat-Zat Gizi dalam Ransum Ayam Petelur. PT. Melton Putra. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Analisis Ragam Konsumsi Hijauan Kumbang SK
DB
JK
F Hitung
P
137,494
0,000
0,682
0,614
Perlakuan
4
10743,144
Ulangan
4
53,318
Galat (Error)
16
312,542
Total
25
114920,082
R2 = 99,7%
Lampiran 2. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Hijauan Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
D
31,668
2
5
C
56,852
3
5
C
60,822
4
5
A
90,742
5
5
B
82,108
Lampiran 3. Analisis Ragam Konsumsi Kosentrat Kumbang SK
DB
JK
F Hitung
P
Perlakuan
4
4752,724
4,551
0,012
Ulangan
4
2580,116
2,470
0,086
Galat (Error)
16
4177,658
Total
25
382852,045
R2 = 98,9%
Lampiran 4. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Kosentrat Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
A
138,07
2
5
B
112,76
3
5
B
107,60
4
5
B
111,78
5
5
A
139,18
Lampiran 5. Konsumsi Pakan Total Kumbang Perlakuan G100S0
Jumlah Rataan G75S25
Jumlah Rataan G50S50
Jumlah Rataan G25S75
Jumlah Rataan G0S100
Jumlah Rataan
Ulangan 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Konsumsi (mg/ekor/4 hari) 182,84 175,87 199,71 142,99 147,28 848,69 169,74 169,93 210,26 149,45 150,62 167,79 848,05 169,61 173,57 174,17 164,65 160,46 169,77 842,62 168,52 217,08 219,62 163,20 198,14 214,55 1012,59 202,52 218,35 226,89 217,71 211,26 232,21 1106,42 221,28
Lampiran 6. Analisis Ragam Konsumsi Pakan Total kumbang SK
DB
JK
F Hitung
P
Perlakuan
4
11778,699
9,689
0,000
Ulangan
4
2513,715
2,068
0,133
Galat (Error)
16
4862,536
Total
24
887171,393
R2 = 99,5%
Lampiran 7. Uji Lanjut Duncan terhadap Konsumsi Pakan Total Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
B
169,74
2
5
B
169,61
3
5
B
168,52
4
5
A
202,52
5
5
A
221,28
Lampiran 8. Analisis Ragam Bobot Badan Kumbang SK
DB
JK
F Hitung
P
Perlakuan
4
42,967
0,695
0,606
Ulangan
4
12,656
0,205
0,932
Galat (Error)
16
247,143
Total
25
284538,893
R2 = 99,9%
Lampiran 9. Analisis Ragam Persentase Daya Hidup Kumbang SK
DB
JK
F Hitung
P
Perlakuan
4
416,617
2,019
0,140
Ulangan
4
118,034
0,572
0,687
Galat (Error)
16
825,562
Total
25
173049,450
2
R = 99,5%
Lampiran 10. Analisis Ragam Jumlah Larva SK
DB
JK
F Hitung
P
Perlakuan
4
170094,800
1,689
0,202
Ulangan
4
140820,000
1,398
0,279
Galat (Error)
16
402925,200
Total
25
23323865,000
R2 = 98,3%
Lampiran 11. Konversi Pakan Kumbang Perlakuan G100S0
Rataan G75S25
Rataan G50S50
Rataan G25S75
Rataan G0S100
Rataan
Ulangan 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Konversi Pakan 0,18 0,14 0,22 0,14 0,14 0,16 0,15 0,19 0,19 0,15 0,21 0,18 0,18 0,16 0,21 0,15 0,23 0,19 0,18 0,22 0,19 0,21 0,21 0,20 0,26 0,44 0,29 0,25 0,21 0,29
Lampiran 12. Ana lisis Ragam Konversi Pakan Kumbang SK
DB
JK
F Hitung
P
Perlakuan
4
0,050
5,495
0,006
Ulangan
4
0,009
0,945
0,463
Galat (Error)
16
0,036
Total
24
1,135
R2 = 96,8%
Lampiran 13. Uji Lanjut Duncan terhadap Konversi Pakan Kumbang Perlakuan
Ulangan
Kelompok Duncan
Rata-rata
1
5
B
0,164
2
5
B
0,178
3
5
B
0,186
4
5
B
0,198
5
5
A
0,290
Lampiran 14. Grafik Pengaruh Kadar Air Hijauan terhadap Konsumsi Konsentrat Konsumsi Konsentrat (mg/ekor/4 hari)
160 140 120 100 80 3
2
60
y = -0,2558x + 10,5x - 55,345x + 183,93
40
R = 0,9908
2
20 0 62,72
71,05
77,38
84,71
92,04
Kadar Air Hijauan (%) Konsumsi Konsentrat Poly. (Konsumsi Konsentrat)
160 (mg/ekor/ 4 hari)
Konsumsi Konsentrat
Lampiran 15. Grafik Pengaruh Konsumsi Hijauan terhadap Konsumsi Konsentrat
140 120 100 80 60
y = -6,5942x + 61,673x - 172,19x + 256,79
40
R = 0,8104
3
2
2
20 0 31,67
56,85
60,83
82,11
Konsumsi Hijauan (mg/ekor/4 hari) Konsumsi Konsentrat Poly. (Konsumsi Konsentrat)
90,74
Lampiran 16. Laju Pertumbuhan Bobot Badan Kumbang Perlakuan
Ulangan
Hari Ke8
12
16
20
24
28
32
Rataan 36
40
44
48
52
56
60
(mg/ekor/4 hari) G100S0
1
0
0
0,69
0
-3,45
-3,45
-10,34
4,24
-7,69
0
-10
15
-5
-5,88
-1,8485714
2 3
0 0
3,33 0
0,81 -6,33
0 0
-1,06 3,45
-7,7 0,5
-3,38 -10,72
-3,31 3,57
1,31 -3,29
-3,75 3,84
-6,25 -3,69
-18,18 -4
9,09 4
20,2 -8,17
-0,635 -1,4885714
4
0
0,34
-0,31
4,26
-3,58
-7,14
-3,57
0
0
-4,76
4,76
7,14
-7,14
0
-0,7142857
5
-6,66
0
6,66
0,96
1,09
-7,38
8
0
5,26
-12,4
7,14
0
0
0
0,1907143
-1,332
0,734
0,304
1,044
-0,71
-5,034
-4,002
0,9
-0,882
-3,414
-1,608
-0,008
0,19
1,23
-0,8991429
1
3,34
-3,34
3,34
0
-6,67
-6,55
-3,45
0
0
-4,15
-5,83
-18,57
11,9
16,67
-0,9507143
2
0
-3,33
3,33
-2,62
-7,14
-3,57
0
-3,85
-3,84
-5,95
3,64
3,75
-8,04
17,62
-0,7142857
3
0,46
-3,45
0,37
-3,3
3,7
-7,41
0,65
-4,35
0
0
-7,14
7,14
0
-9,1
-1,6021429
4
-3,33
1,19
0
-3,05
7,41
-11,11
-7,11
4,69
-3,93
-4,76
-5,56
0
-1,58
7,14
-1,4285714
5
0
-3,33
0
0
0,57
-10,1
-3,29
0,15
0,17
-8,52
0
4,35
20
20
1,4285714
0,094
-2,452
1,408
-1,794
-0,426
-7,748
-2,64
-0,672
-1,52
-4,676
-2,978
-0,666
4,456
10,466
-0,6534286
Rataan G75S25
Rataan G50S50
Rataan G25S75
1
7,47
-6,9
4,19
-7,14
4,23
-7,41
0
7,41
4,3
8
0
5,56
-5,56
0
1,0107143
2
-6,67
-3,33
0
-6,67
0,12
-3,45
3,85
-3,85
0
-4,45
4,45
0
-5,26
-12,39
-2,6892857
3
-2,88
-6,9
0
6,89
7,41
-3,71
4,63
-4,16
0,83
5
0
0
0
-10
-0,2064286
4
0
-6,67
6,67
-6,67
6,67
-2,88
-3,08
-2,71
-3,83
-4,17
0
5,26
0,99
0,42
-0,7142857
5
-3,34
0
-6,67
3,33
0,34
-3,2
7,15
-14,29
3,57
-7,42
-0,15
0
-0,76
0
-1,5314286
1
-1,084 -2,76
-4,76 -13,79
0,838 3,96
-2,052 0
3,754 13,42
-4,13 -4,16
2,51 -3,03
-3,52 -4,12
0,974 0
-0,608 -9,52
0,86 0
2,164 0
-2,118 0
-4,394 0
-0,8261429 -1,4285714
2
0,69
-10,35
0
0,37
7,15
-7,15
1,79
-4,17
-4,16
-8,52
0
4,35
-5,88
12,13
-0,9821429
3
3,33
-4
0
1,39
4,35
4,35
-4,35
-4,35
1,66
-14,29
5,24
0
-5
6,11
-0,3971429
4
0
0
-6,67
3,33
3,34
-16,67
11,11
-3,7
-14,82
0
11,41
-8
4
5
-0,8335714
5
-3,34
-10
7,78
-11,11
14,81
-10,96
0,5
0
-4,35
-4,55
4,55
-12,5
6,25
6,25
-1,1907143
-0,416
-7,628
1,014
-1,204
8,614
-6,918
1,204
-3,268
-4,334
-7,376
4,24
-3,23
-0,126
5,898
-0,9664286
1
-3,34
-6,66
3,67
-6,89
7,26
0
33,58
-33,58
3,57
-3,57
3,57
0
-3,57
-32,14
-2,7214286
2 3
-3,34 6,33
-6,66 -2,93
0,22 -3,56
0,52 -3,85
3,7 0
-7,41 0
7,41 8,69
0 0
-3,7 0
4,13 4,35
-7,69 -8,04
3,84 5
-7,69 -5
4,17 -10
-0,8928571 -0,6435714
Rataan G0S100
Rataan
36
4
0
-10
0
0
0
0
3,79
-6,9
4,22
0,43
-3,85
0,31
0
-4
-1,1428571
5
-6,67
-3,33
-3,33
3,33
3,79
-3,45
-3,45
3,82
0
-3,3
0
0
-11,12
7,41
-1,1642857
-1,404
-5,916
-0,6
-1,378
2,95
-2,172
10,004
-7,332
0,818
0,408
-3,202
1,83
-5,476
-6,912
-1,313
Lampiran 17. Produksi Ulat Tepung untuk Dua Generasi Hal Jumlah Larva (generasi I) per insektarium (ekor) Jumlah Larva dikurangi 10% kematian (ekor) Jumlah insektarium @insektarium 30 kumbang (baki) Jumlah Larva (generasi II) (ekor)
37
G100S0 1042
G75S25 949
G50S50 923
G25S75 1016
G0S100 813
937
854
830
914
731
31
28
27
30
24
31x1042 = 32302
28x949 = 26572
27x923 = 24921
30x1016 = 30480
24x813 = 19512
Lampiran 18. Perkiraan Biaya Produksi Ulat Tepung Masa Reproduksi per Insektarium Bahan
Harga (Rp/Kg)
Daun 3000 Ginseng Daun 2000 Singkong Onggok 500 Pakan 3500 Komersial Ulat 25000 tepung BB=28 mg Total Biaya Produksi
G100S0 Jumlah Harga (gr) (Rp) 10 30
G75S25 Jumlah Harga (gr) (Rp) 7,5 22,5
Perlakuan G50S50 Jumlah Harga (gr) (Rp) 5,0 15
G25S75 Jumlah Harga (gr) (Rp) 2,5 7,5
G0S100 Jumlah Harga (gr) (Rp) 0 0
0
0
2,5
5
5,0
10
7,5
15
10
20
150 50
75 175
150 50
75 175
150 50
75 175
150 50
75 175
150 50
75 175
840
21
840
21
840
21
840
21
840
21
301
298,5
296
293,5
291
Lampiran 19. Biaya Pakan yang Dikeluarka n Berdasarkan Hasil Penelitian Biaya
Satuan
Harga Hijauan Berdasarkan perlakuan Konsumsi Hijauan Harga untuk Konsumsi hijauan Konsumsi Konsentrat Harga untuk Konsumsi Konsentrat Total Harga Pakan
Rp/mg
G100S0 0,00300
mg/ekor/4 hari Rp mg/ekor/4 hari Rp Rp
31,67 0,095 138,07 0,173 0,268
38
G75S25 0,00275
Perlakuan G50S50 0.00250
G25S75 0,00225
G0S100 0,0020
56,85 0,156 112,76 0,141 0,297
60,83 0,152 107,60 0,135 0,287
90,74 0,204 111,78 0,139 0,344
82,11 0,164 139,18 0,174 0,338