Judul
: Motivasi Kerja Pada Guru Honorer
Nama/NPM : Syufi Azami / 10503188 Pembimbing : Hendro Prabowo, S.psi
ABSTRAKSI Pada jaman sekarang ini hampir semua tempat kerja menggunakan sistem kontrak, begitu juga dengan profesi guru ada yang menjadi guru tetap dan ada juga yang menjadi guru honor. Karena sulitnya untuk mencari pekerjaan banyak individu yang menerima sistem kontrak seperti itu. Selain itu individu mau menerima keadaan seperti itu karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi seiring dengan berjalannya waktu individu juga berharap ada pengangkatan dari guru honor menjadi guru tetap. Individu berusaha untuk meningkatkan prestasinya agar keinginannya dapat terwujud, karena fasilitas yang diperoleh guru honor tidak sama dengan guru tetap. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mengapa individu mau menjadi guru honorer dan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan motivasi kerja.Serta gambaran tentang motivasi kerja pada guru honorer Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui motivasi kerja pada guru honorer. Selain itu peneliti juga menggunakan teknik analisis pengkodean tebuka (open coding) dan pengkodean terstruktur (axial coding) yang tujuannya lebih luas daripada sekedar memperoleh beberapa tema atau menyusun kerangka teoritik deskriptif dari konsep-konsep yang kurang berhubungan. Dengan menggunakan teknik analisis data open coding dan axial coding peneliti dapat menemukan temuan baru yang dapat berguna untuk penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini subjek berjumlah dua orang, dengan karakter pria berusia 20 sampai 40 tahun dan bekerja sebagai guru honorer. Hasil menunjukan bahwa individu mau menjadi guru honorer karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sulit untuk mencari pekerjaan, kebebasan yang diperoleh dan mempunyai sertifikat untuk mengajar. Dalam penelitian ini ditemukan alasan lain mau menjadi guru honorer yaitu karena hobi mengajar. Selain alasan mengapa mau menjadi guru honorer motivasi kerja dapat dillihat dari faktor-faktor yang menyebabkannya. Dalam penelitian ini menunjukan faktorfaktornya berasal dari dalam diri individu dan berasal dari luar individu. Faktor yang berasal dari dalam diri berbeda-beda dari kedua subjek. Faktor internal dari subjek pertama adalah kesanggupan dan keinginannya untuk bekerja. Sedangkan pada subjek kedua adalah karena kekuatan dalam dirinya yang disebut iner power dan kepuasan atas hasil kerjanya. Faktor eksternal antara kedua subjek memiliki persamaan yaitu berupa dukungan, fasilitas yang diperoleh dan kualitas dari sekolah. Pada subjek pertama faktor yang berbeda adalah pengangkatan untuk menjadi guru tetap. Kedua subjek dan istri sangat bersyurukur atas apa yang telah diperolehnya selama ini walaupun hanya menjadi guru honorer. Subjek pertama dan istri sangat mengharapkan adanya pengangkatan untuk menjadi guru tetap dikarenakan faktor ekonomi mereka belum mencukupi. Sedangkan subjek kedua dan istri sudah merasa puas
dengan dengan hasil kerjanya selama ini karena faktor ekonomi mereka sudah mencukupi dan itu juga didukung karena istrinya bekerja. Kata Kunci : motivasi kerja, guru honorer A. Pendahuluan 1. Pengertian Sesuai dengan tugas perkembangannya, seorang individu dewasa diharapkan memiliki pekerjaan. Bekerja merupakan usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri atau kebutuhan umum, dengan perkata lain orang bekerja untuk mempertahankan eksistensi diri dan keluarganya (Anoraga, 2001). Individu bekerja karena ada sesuatu yang ingin dicapainya dan berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukan akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. pada zaman sekarang ini untuk mendapatkan pekerjaan sangat sulit contohnya untuk menjadi guru individu harus menempuh pendidikan khusus sebagai guru agar bisa mendapatkan sertifikat sebagai guru. Walaupun individu sudah memiliki sertifikat mengajar belum tentu langsung bisa menjadi guru tetap. Oleh karena itu sekarang ini masih banyak guru yang hanya menjadi guru honorer. Guru honorer hanya mendapatkan honorarium perbulan, cuti dan perlindungan hukum. Selain itu status kepegawaiannya pun kurang begitu jelas, guru honorer hanya dikontrak saja. Jika kontraknya selesai, seorang guru honorer tidak akan tahu apakah kontraknya tersebut akan diperpanjang (Mulyasa, 2006). Motivasi kerja seorang guru honorer akan menjadi rendah jika apa yang diperolehnya tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya, seperti jam
kerjanya yang terlalu padat tetapi penghasilannya tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Tetapi banyak faktor yang dapat menyebabkan motivasi kerja seorang guru honorer menjadi tinggi salah satunya adalah keinginan untuk mencerdaskan anak-anak bangsa (Mulyasa, 2006) Guru honorer tidak mendapatkan fasilitas yang sama dengan guru tetap lainnya. Selain itu masa depannya pun kurang jelas karena status kepegawaiannya. Guru honorer tidak mengetahui apakah akan diangkat menjadi guru tetap atau sebagai guru honorer selamanya. Bahkan jika sekolah tidak membutuhkan jasanya lagi, guru honorer dapat kehilangan pekerjaannya. Motivasi kerja guru honorer akan rendah jika penghasilan yang didapatkannya tidak sesuai dengan apa yang dikerjakannya, tetapi bukan hanya imbalan saja yang dapat menyebabkan motivasi kerja guru honorer faktor-faktor lain juga dapat menyebabkannya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti motivasi kerja pada guru honorer. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini yaitu 1. Apa gambaran motivasi subjek menjadi guru honorer ? 2. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan motivasi kerja subjek ? 3. Bagaimana proses perkembangan motivasi kerja subjek ? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui gambaran motivasi kerja subjek menjadi guru
honorer, faktor-faktor apa saja yang menyebabkan motivasi kerja dan bagaimana proses perkembangan motivasi kerja subjek D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses perkembangan motivasi kerja subjek dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang ditemukan dalam penelitian ini inner power, kesanggupan, keinginan dan kepuasan. Dengan faktor internal tersebut subjek dapat memiliki motivasi kerja yang tinggi agar dapat bertahan hidup. Bagi masyarakat yang beranggapan bahwa motivasi yang tinggi dan untuk menjadi guru honorer yang baik lebih banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal, ternyata didalam penelitian ini ditemukan bahwa faktor internal individu juga dapat membuat individu menjadi guru honorer yang baik. 2. Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat memberikan temuan baru dalam faktor-faktor yang menyebabkan motivasi kerja yaitu berupa inner power dan dapat mengembangkan teori-teori tentang inner power. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Kerja 1. Pengertian Motivasi Kerja Greenberg dan Baron (1997) mengatakan : Motivation as a set of proses that arouse, direct dan maintain human behavior toward attaining some goal. Definisi itu memberikan pengertian bahwa motivasi adalah suatu proses yang membangkitkan, mengarahkan dan menjaga atau
memelihara perilaku manusia agar terarah pada tujuan. Menurut Robbins (dalam Hasibuan, 2005) motivasi sebagai suatu kerelaan untuk berusaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi yang dipengaruhi oleh kemampuan usaha untuk memuaskan beberapa kebutuhan individu. 2. Teori-teori Motivasi Kerja a. Teori Motivasi Isi Ada beberapa teori yang digunakan dalam teori motivasi isi yaitu : 1). Teori Tata Tingkat - Kebutuhan Teori tata tingkat – kebutuhan dari Maslow mungkin merupakan teori motivasi kerja yang paling luas dikenal. Maslow berpendapat bahwa kondisi manusia berada pada kondisi mengejar dan bersinambungan. Jika satu kebutuhan dipenuhi, langsung kebutuuhan tersebut di gantikan dengan kebutuhan lain. Maslow lalu mengajukan ada lima kelompok kebutuhan, yaitu kebutuhan faali (fisiologikal), rasa aman, sosial, harga diri dan aktualisasi diri (Munandar, 2001) 2) Teori eksistensi – Relasi – Pertumbuhan Teori motivasi ini dikenal sebagai teori ERG (Existence, Relatedness and Growth needs) dan dikembangkan oleh Alderfer (Munandar, 2001) yang mengelompokan kebutuhan kedalam tiga kelompok : a) Kebutuhan Eksistensi (Existence needs), merupakan kebutuhan akan subtansi material seperti keinginan untuk memperoleh makanan, air, perumahan, uang dan mobil. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan fisiologikal dan kebutuhan rasa aman dari Maslow. b) Kebutuhan Hubungan (Relatedness needs), merupakan kebutuhan untuk
membagi pikiran dan perasaan dengan orang lain dan membiarkan mereka menikmati hal-hal yang sama dengan kita. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan sosial dan bagian dari kebutuhan penghargaan dari Maslow. c) Kebutuhan Pertumbuhan (growth needs), merupakan kebutuhan yang dimiliki seseorang untuk mengembangkan kecakapan mereka secara penuh. Selain kebutuhan aktualisasi, juga mencakup bagian intrinsic dari kebutuhan harga diri Maslow. 3) Teori Dua Faktor Teori ini dinamakan teori hygiene-motivasi dikembangkan oleh Herzberg (dalam Munandar, 2001). Kebutuhan faktor yang menimbulkan kepuasan kerja yang berbeda dengan faktor yang menimbulkan ketidakpuasan kerja. Faktor-faktor yang menimbulkan kepuasan kerja dinamakan faktor motivator, mencakup faktor-faktor yang berkaitan dengan isi dari pekerjaan, yang merupakan faktor intrinsik dari pekerjaan yaitu : a) Tanggung jawab (Responsibility), besar kecilnya tanggung jawab yang dirasakan diberikan kepada seorang tenaga kerja. b) Kemajuan (Advancement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja dapat meju dalam pekerjaannya.. c) Pekerjaan itu sendiri, besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaan. d) Capaian (Achievement), besar kecilnya kemungkinan tenaga kerja mencapai prestasi kerja yang tinggi. e) Pengakuan (Recognition), besar kecilnya pengakuan yang diberikan kepada tenaga kerja atas unjuk kerjanya. b. Teori Motivasi Proses
Ada beberapa teori yang digunakan dalam teori motivasi proses yaitu : 1) Teori Pengukuhan Teori pengukuhan berhubungan dengan teori belajar operant conditioning dari Skiner. Pengukuhan dapat terjadi secara positif yaitu pemberian ganjaran untuk satu jawaban yang diinginkan, atau negatif yaitu menghilangkan satu rangsang aversif jika jawaban yang diinginkan telah diberikan (Munandar, 2001). 2) Teori Penetapan Tujuan Locke (dalam Munandar, 2001) mengusulkan model kognitif yang dinamakan teori tujuan yang mencoba menjelaskan hubungan-hubungan antara niat dan perilaku. Teori ini sederhana aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. 3) Teori Harapan Teori harapan dikembangkan oleh Porter dan Lowler (dalam Munandar, 2001) yang memiliki empat asumsi, yaitu: a) Orang mempunyai pilihan-pilihan antara berbagai hasil keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. b) Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya mereka akan mengarah ke prilaku unjuk kerja yang dituju. c) Orang akan mempunyai harapanharapan tentang kemungkinan bahwa hasil keluaran tertentu akan diperoleh setelah unjuk kerja. d) Dalam setiap situasi tindakantindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan ditentukan oleh harapan dan pilihan yang dimilki orang pada saat itu. 3. Aspek-aspek Motivasi Kerja
Dibawah ini adalah aspek-aspek yang terdapat dalam motivasi kerja (Hasibuan, 2005), yaitu : a Aspek Aktif / Dinamis Motivasi tampak sebagai suatu usaha yang positif dalam menggerakan dan mengarahkan sumber daya manusia agar secara produktif berhasil mencapai tujuan yang diinginkan b Aspek Pasif / Statis Motivasi tampak sebagai suatu kebutuhan dan juga sekaligus sebagai perangsang untuk menggerakan dan mengerahkan potensi sumber daya manusia kearah tujuan yang diinginkan. 4. Jenis-jenis Motivasi Kerja Menurut Woodworth dan Marquis (dalam Shaleh dan Wahab, 2004) menggolongkan motivasi menjadi tiga macam, yaitu : a Kebutuhan Organis Yaitu motivasi yang berkaitan dengan kebutuhan dengan dalam, seperti makan, minum, kebutuhan bergerak dan istirahat atau tidur dan sebagainya. b Motivasi darurat Mencakup dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar dan sebagainya. Motivasi ini timbul jika situasi menuntut timbulnya kegiatan yang cepat dan kuat dari diri manusia. Dalam hal ini motivasi timbul atas keinginan seseorang, tetapi karena perangsang dari luar. c Motivasi Objektif Motivasi yang diarahkan kepada objek atau tujuan tertentu disekitar kita, motif ini mencakup kebutuhan untuk eksplorasi, manipulasi dan menaruh minat. Motivasi ini timbul karena
dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif 5. Faktor-faktor yang Menyebabkan Motivasi Kerja Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan motivasi kerja pada guru secara umum (Winardi, 2001) yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik Faktor yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu : a. Keinginan Terlepas dari kebutuhan atau perasaan takut yang dirasakan, dibelakang setiap tindakan individu yang dilaksanakan dengan tujuan tertentu, senantiasa terdapat keinginan tertentu baik yang disadari maupun yang tidak disadari dan menyebabkan individu bertindak dan melakukan suatu tindakan. b. Kemampuan Kapasitas-kapasitas biologikal yang diwarisi olehNya, baik secara mental mapun fisikal. Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya, untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu. c. Sumber-sumber daya Individu mengeluarkan energinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya karena manusia mendambakan kekuasaan, maka individu mengorbankan upayanya, waktunya dan sumber-sumber daya lainnya untuk memenuhi keinginannya Faktor yang berasal dari luar diri (ekstrinsik) yaitu : a. Gaji Suatu imbalan untuk pekerjaan yang dilaksanakan. Imbalan berupa gaji atau upah merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang dapat dicapai orangorang melalui kegiatan bekerja b. Promosi
Suatu usaha dari pemasaran dalam menginformasikan dan mempengaruhi orang atau pihak lain sehingga tertarik untuk melakukan sesuatu hal. c. Pujian Karyawan akan senang menerima pengakuan apabila yang bersangkutan bekerja dengan baik. Pujian yang diberikan atasan justru akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik. Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan motivasi kerja pada guru honorer (Gomes, 2003) yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik Faktor yang berasal dari dalam diri (intrinsik) yaitu : a Kebutuhan-kebutuhan Kebutuhan mempengaruhi individu secara langsung, karena sebagian energi mereka mempengaruhi pikiran-pikiran dan tindakan-tindakannya. Kebutuhan seseorang yang bekerja sama dengan dengan emosi-emosinya dan fungsi fisiologikalnya, bertindak sebagai motifmotif yang mendikte tindakannya yakni perilaku. b Tujuan-tujuan Pencapaian tujuan-tujuan yang diinginkan dapat menyebabkan timbulnya penyusutan dalam kekurangan kebutuhan (Winardi, 2001) c Sikap Perasaan seorang karyawan tentang objek, aktivitas yang terjadi dalam suatu pekerjaan. d Kemampuan-kemampuan Kapasitas-kapasitas biologikal yang diwarisi olehNya, baik secara mental mapun fisikal. Kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai tujuan-tujuan, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya, untuk memenuhi kebutuhan individual tertentu. Faktor yang berasal dari luar diri (Ekstrinsik) yaitu :
a Gaji atau Upah Suatu imbalan untuk pekerjaan yang dilaksanakan. Imbalan berupa gaji atau upah merupakan salah satu faktor ekstrinsik yang dapat dicapai orangorang melalui kegiatan bekerja (Winardi, 2001) b Keamanan Pekerjaan Identifikasi dan peniadaan perilakuperilaku kerja yang tidak aman. c Sesama Pekerja Derajat kesesuaian yang dirasakan dalam berinteraksi dengan tenaga kerja lainnya. d Pengawasan Membatasi sumber-sumber daya keseluruhan yang tersedia untuk suatu instansi dan mencegah pengeluaran bagi hal-hal atau aktivitas yang tidak dibenarkan oleh undang-undang e Pujian Karyawan akan senang menerima pengakuan apabila yang bersangkutan bekerja dengan baik. Pujian yang diberikan atasan justru akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik. f Pekerjaan itu sendiri Besar kecilnya tantangan yang dirasakan tenaga kerja dari pekerjaan itu sendiri B. Guru Honorer 1. Pengertian Guru Honorer Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti dilembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di lembaga pendidikan nonformal seperti mesjid, surau, dirumah dan sebagainya (Djamarah, 2000). Guru Honorer merupakan guru yang diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi kekurangan guru (Mulyasa, 2006). 2. Hak dan Kewajiban Guru Honorer
Ada beberapa hak yang dapat diterima oleh guru honorer (Mulyasa, 2006), yaitu : a Honorarium perbulan b Cuti berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenaga kerjaan c Perlindungan hukum Ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru honorer (Mulyasa, 2006), yaitu : a Melaksanakan tugas mengajar, melatih, membimbing dan unsur pendidikan lainnya kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku. b Melaksanakan tugas-tugas administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku c Mematuhi segala ketentuan yang berlaku disekolah tempat tugasnya. d Mematuhi ketentuan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK). 3. Persyaratan Guru Menjadi guru menurut Zakiah Darajat dkk, (dalam Djamarah, 2000) harus memenuhi persyaratan, yaitu : a Takwa kepada Allah SWT Guru sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam tidak mungkin mendidik anak didiknya agar bertakwa kepada Allah SWT jika ia sendiri tidak bertakwa kepada Allah SWT, sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya. Sejauh mana seorang guru dapat memberi teladan mampu memberi teladan yang baik kepada semua anak didiknya, sejauh itulah ia diperkirakan akan berhasil dalam mendidik anak didiknya agar menjadi generasi penerus yang baik dan mulia. b Berilmu Seorang guru harus mempunyai ijazah agar ia diperbolehkan
mengajar kecuali dalam keadaan darurat. Misalnya jumlah anak didik meningkat sedangkan jumlah guru jauh dari mencukupi. c Sehat Jasmani Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan syarat bagi mereka yang melamar menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit menular umpamanya sangat membahayakan kesehatan anak didiknya. Guru yang sakit-sakitan kerapkali terpaksa absent dan tentunya merugikan ank didiknya. d Berkelakuan Baik Budi pekerti penting dalam pendidikan watak anak didik. Guru harus menjadi tauladan karena anak-anak bersifat meniru 4. Pengadaan Guru Tetap dari Guru Honorer Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 48 tahun 2005, bagi honorer yang berusia paling tinggi 46 tahun dan telah bekerja selama 20 tahun atau lebih dapat diangkat menjadi calon guru tetap setelah melalui seleksi administratif, disiplin, integritas, kesehatan dan kompetisi. Selanjutnya guru honorer yang telah bekerja kurang dari 20 tahun peengangkatan menjadi calon guru tetap selain seleksi administratif, disiplin, integritas, kesehatan dan kompetensi. Mereka diwajibkan mengisi atau menjawab daftar pertanyaan mengenai pengetahuan tentang tata pemerintahan/kepemerintahan yang baik antar sesame guru honorer yang pelaksanaannya dilaksanakan terpisah dengan pelamar umum (Jaya, 2005) 5. Kondisi Guru Honorer Menurut Keputusan Gubernur nomor 8 tahun 2004 guru honorer berhak mendapatkan gaji. Gaji adalah hak yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pemerintah
daerah kepada guru honorer. Gaji yang diberikan sesuai dengan jenis kedudukannya. Guru honorer dapat diberikan kesejahteraan yang bersifat materiil dan non materiil. Kesejahteraan yang bersifat materil adalah tunjangan profesi, tunjangan transport dan uang makan, tunjangan kecelakaan apabila mengalami kecelakaan pada saat melaksanakan tugas, uang duka terhadap keluarga guru yang meninggal dunia dan pakaian dinas. Kesejahteraan yang bersifat non materiil adalah penghargaan sebagai guru honorer dan olah raga kesegaran jasmani. C. Motivasi Kerja pada Guru Honorer Sesuai dengan tugas perkembangannya, seorang individu dewasa harus memiliki pekerjaan. Pada saat sekarang ini untuk mendapatkan suatu pekerjaan sangatlah sulit karena jumlah lapangan pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan dengan pencari kerja. Untuk mendapatkan pekerjaan setiap individu harus berusaha dengan keras karena persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah ketat. Oleh karena itu diperlukan keterampilan yang baik untuk memenangkan persaingan tersebut. Sekarang ini masih banyak guru yang hanya menjadi guru honorer. Guru honorer diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi kekurangan guru. Fasilitas yang diperoleh oleh guru honorer tidak sama dengan yang diperoleh oleh guru tetap. Selain itu status kepegawaiannya pun juga belum jelas karena hanya dikontrak saja. Walaupun demikian tidak dapat membuat guru menjadi berkecil hati dengan sikap frustasi dengan
meninggalkan tanggung jawabnya sebagai guru (Anoraga, 2001) Jika dilihat dari apa yang diperoleh oleh guru honorer maka motivasi kerja guru honorer akan menjadi rendah. Tetapi banyak faktor yang dapat menyebabkan motivasi kerja pada guru honorer yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seperti kebutuhan, tujuan, sikap, dan kemampuan. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri individu meliputi pembayaran atau upah, keamanan pekerjaan, sesama pekerja, pengawasan, pujian dan pekerjaan itu sendiri (Gomes, 2003) BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengetahui gambaran motivasi kerja subjek dan faktor-faktor apa saja yang menyebabkan motivasi kerja subjek. Selain itu untuk mengetahui proses perkembangan motivasi kerja subjek. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang masalah-masalah manusia dan sosial, bukan mendeskripsikan bagian permukaan dari suatu realitas sebagaimana dilakukan penelitian kuantitatif dengan positivismenya. Peneliti menginterpretasikan bagaimana subjek memperoleh makna dari lingkungan sekeliling dan bagaimana makna tersebut mempengaruhi perilaku mereka. Penelitian dilakukan dalam latar belakang yang alamiah bukan hasil perlakuan atau manipulasi variabel yang dilibatkan (Heru Basuki, 2006).
Metode kualitatif dapat digunakan untuk mengungkapkan dan memahami sesuatu dibalik fenomena yang sedikitpun belum diketahui. Metode ini juga dapat digunakan untuk mendapatkan wawasan tentang sesuatu yang baru sedikit diketahui. Dengan demikian pula metode kualitatif dapat memberi rincian yang kompleks tentang fenomena yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitaif (Strauss & Corbin, 2003) B. Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, subjek yang digunakan adalah berjumlah dua orang, dengan karakteristik : a. Pria berusia 20 sampai 40 tahun, b. Pria yang bekerja sebagai guru honorer c. Berjumlah 2 orang / subjek C. Tahap-tahap Penelitian Dalam penelitian ini, langkahlangkah yang dilakukan oleh peneliti (Moleong, 2002) adalah: 1. Tahap persiapan penelitian Peneliti melakukan persiapan dengan menyusun pedoman wawancara, dan lembar data diri. Peneliti juga menyiapkan tape recorder untuk merekam jalannya wawancara agar tidak ada satupun isi wawancara yang terlupa. a. Persiapan pedoman wawancara Pedoman wawancara yang dikembangkan dalam penelitian ini berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya, sehingga pertanyaan yang diajukan relevan dengan masalah penelitian. Kemudian pedoman wawancara dikonsultasikan dengan dosen pembimbing sebagai expert judgement (penilai ahli) untuk mendapatkan masukan apakah pertanyaan yang diajukan sudah dapat menggali informasi yang ingin diperoleh dari penelitian dan mendapatkan feedback.
b. Pencarian sumber data Pencarian sumber data disesuaikan dengan karakteristik subjek. Pencarian subjek penelitian dilakukan melalui rekomendasi dari rekan-rekan dan keluarga peneliti. Dalam hal ini, setting yang akan digunakan adalah rumah subjek. Peneliti kemudian meminta kesedian subjek penelitian melalui telepon atau langsung menemui subjek. Setelah itu, peneliti menentukan waktu dan tempat wawancara. Peneliti mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan untuk memperlancar proses penelitian. Keperluan yang dibutuhkan antara lain adalah pedoman wawancara dan alat perekam. 2. Tahap pelaksanaan penelitian Sebelum dilakukannya pengumpulan data, peneliti menghubungi dan membuat janji dengan subjek terlebih dahulu untuk melakukan wawancara. Setelah bertemu dengan subjek, peneliti memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari penelitian, mengajukan pertanyaan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang akan diteliti. Peneliti melakukan observasi pada saat pelaksanaan, mencatat dan merekam semua jawaban yang diberikan oleh subjek. Setelah melakukan wawancara dan observasi, peneliti menganalisis data yang ada kemudian membuat laporan dari data yang diperoleh. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan significant other untuk mengecek kebenaran data dan juga sebagai data sekunder. D. Teknik Pengumpul Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan observasi. 1. Wawancara Wawancara adalah percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu (Poerwandari, 1998). Selain itu, wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, dimana percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2002). Wawancara merupakan suatu kegiatan tanya jawab dengan tatap muka antara pewawancara dengan yang diwawancarai tentang masalah yang diteliti, dimana pewawancara bermaksud memperoleh persepsi, sikap dan pola pikir dari yang diwawancarai yang relevan dengan masalah yang diteliti. Karena wawancara itu dirancang oleh pewawancara maka hasilnya pun dipengaruhi oleh karakteristik pribadi pewawancara (Heru Basuki, 2006) 2. Observasi Observasi merupakan istilah dari bahasa latin yang berarti “melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 1998). Dalam penelitian ini, metode observasi merupakan metode pendukung bagi metode wawancara yang digunakan untuk melihat perilaku dalam setting alamiah E. Alat Bantu Pengumpul Data 1. Pedoman wawancara Pedoman wawancara dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memberikan pertanyaan. Pedoman ini berisi pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan masalah penelitian agar apa yang inginkan diketahui oleh peneliti terlewatkan 2. Catatan lapangan
Selain menyesuaikan diri dengan kondisi yang diamati, kerja paling fundamental dari pengamat adalah menyusun catatan lapangan. Catatan lapangna berisi deskriptif tentang hal-hal yang diamati, apapun yang oleh peneliti dianggap penting. 3. Alat perekam (tape recorder) Alat bantu ini digunakan untuk merekam semua pertanyaan dan jawaban yang diberikan subjek agar dapat menghemat waktu pelaksanaan penelitian. Perekaman ini dilakukan atas sepengetahuan dan seizin subjek F. Keakuratan Penelitian Menurut Moleong (2002) triangulasi dibagi menjadi empat macam, yaitu : 1. Triangulasi dengan sumber Hal ini berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif. 2. Triangulasi dengan metode Triangulasi ini mempunyai dua strategi yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.
3. Triangulasi dengan peneliti atau pengamat Peneliti menggunakan triangulasi ini dengan jalan memanfaatkan pengamat lainnya atau siginificant other untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. 4. Triangulasi dengan teori
Triangulasi ini berdasarkan anggapan bahwa fakta tertentu tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Dalam hal ini, jika analisis telah menguraikan pola hubungan dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka penting sekali untuk mencari tema. Secara induktif hal itu dilakukan dengan mengarahkan pada upaya penemuan penelitian lainnya. 5. Konfirmabilitas Penelitian ini juga menggunkan kontrak konfirmabilitas, dimana hasil temuan penelitian dapat dikonfirmasikan pada subjek (Poerwandari, 1998). G. Teknik Analisis Data Analisis dalam grounded theory terdiri dari tiga macam pengkodean utama yaitu pengkodean berbuka (open coding), pengkodean berporos (axial coding), dan pengkodean berpilih (selective coding). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengkodean berbuka (open coding) dan pengkodean berporos (axial coding). Pengkodean berbuka (open coding) adalah proses menguraikan, memeriksa, membandingkan, mengkonsepkan dan mengkategorikan data. Sedangkan pengkodean berporos (axial coding) adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru setelah pengkodean berbuka, dengan membuat kaitan antar kategori. Ini dilakukan dengan memanfaatkan paradigma pengkodean yang mencakup kondisi, konteks, strategi aksi atau interaksi dan konsekuensi (Strauss & Corbin, 2003) BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Seting Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan dua subjek dengan satu significant other pada masing-masing
subjek. Peneliti memilih rumah subjek untuk melakukan wawancara karena permintaan dari subjek untuk melakukan wawancara dirumahnya. Sebelum melakukan wawancara peneliti berusaha menghubungi subjek untuk mendapatkan waktu yang tepat sehingga wawancara dapat berjalan dengan lancar tanpa mengganggu kegiatan dari subjek. Peneliti menghubungi subjek pada malam hari, dalam pembicaraan tersebut peneliti mendapat izin untuk melakukan wawancara pada keesokan harinya. Tetapi subjek meminta sore hari untuk melakukan wawancara karena pada hari itu subjek hanya mengajar sampai siang hari. Ketika peneliti datang ternyata subjek sedang istirahat, tetapi istrinya berusaha untuk membangunkan subjek. Setelah beberapa saat subjek menemui peneliti dengan keadaan segar, subjek juga merasa nyaman ketika wawancara berlangsung dan pada saat itu subjek ditemani oleh istrinya. Hal itu dapat terlihat pada saat wawancara subjek lebih banyak tertawa dan tanpa malu-malu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Setelah wawancara selesai peneliti meminta rekomendasi dari subjek untuk mendapatkan subjek yang kedua, Subjek merekomendasikan temannya yang tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal subjek. Pada hari berikutnya, subjek menghubungi peneliti untuk memperkenalkan temannya yang akan dijadikan subjek kedua. Keesokan malamnya peneliti diajak kerumah teman subjek untuk membuat janji dengan subjek kedua. Pada malam itu peneliti berusaha melakukan pendekatan pada subjek kedua agar subjek merasa nyaman pada saat wawancara berlangsung. Peneliti mendapatkan izin untuk melakukan wawancara dengan
subjek kedua pada hari libur dan sore hari, karena subjek kedua mempunyai jadwal yang sangat padat untuk mengajar. Subjek meminta agar wawancara dilakukan di tempat tinggalnya karena subjek lebih merasa nyaman. Beberapa hari kemudian peneliti datang sesuai dengan waktu yang disepakati, tetapi pada waktu peneliti datang subjek kedua tidak berada dirumahnya. Peneliti menunggu didepan rumah subjek kedua selama 1 jam, setelah itu subjek kedua datang bersama keluarganya. Pada awalnya peneliti ingin waktu wawancaranya diganti dengan hari lain karena melihat keadaan subjek yang sangat begitu lelah. Tetapi subjek tidak merasa keberatan diwawancara pada saat itu, hal ini dapat terlihat dari ekspresi wajah subjek yang berseri-seri dan tidak malu-malu ketika menjawab pertanyaan dari peneliti. Seminggu kemudian peneliti menghubungi subjek pertama kembali untuk melakukan wawancara ulang karena data yang diterima peneliti belum cukup. Subjek pertama bersedia untuk melakukan wawancara kembali, tetapi subjek meminta agar wawancaranya dilakukan pada malam hari. Setelah itu peneliti datang kerumah subjek sesuai dengan janji yang disepakati. Walaupun wawancara dilakukan pada malam hari subjek tidak terlihat lelah, subjek dapat menjawab pertanyaan dari peneliti dengan baik dan santai Pembahasan 1. Apa Gambaran Motivasi Kerja Subjek Menjadi Guru Honorer ? Berdasarkan hasil penelitian ada beberapa macam alasan mengapa mau menjadi guru honorer. Salah satu alasannya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai
dengan teori hierarki kebutuhan Maslow (Munandar, 2001), yaitu : a. Kebutuhan Fisiologikal Kedua subjek memilih untuk menjadi guru honorer karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan menjadi guru honorer kedua subjek bisa mendapatkan gaji untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya. Selain itu faktor ekonomi juga dapat meningkat. b. Kebutuhan Rasa Aman kedua subjek merasa mendapatkan rasa aman dengan pekerjaannya sebagai guru honorer karena jika ada kesulitan temanteman seprofesinya dapat membantu kesulitan yang dihadapi. Misalnya menurut subjek pertama jika ada anggota keluarga yang sakit teman seprofesinya membantu dengan cara menggalang dana. c. Kebutuhan sosial Dengan menjadi guru honorer kedua subjek mendapatkan banyak teman yang seprofesi. Selain teman seprofesi kedua subjek juga dapat mengembangkan pergaulannya. d. Kebutuhan Harga Diri Walaupun hanya menjadi guru honorer tetapi kedua subjek tetap mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa mereka adalah seorang pendidik yang dapat mencerdaskan anak-anak bangsa. Selain itu kedua subjek berusaha untuk bekerja sebaik mungkin agar dapat diangkat menjadi guru tetap e. Kebutuhan Aktualisasi diri Kedua subjek mendapatkan kebebasan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru honorer. Dengan kebebasan itulah kedua subjek dapat mengaplikasikan kemampuannya sebagai guru honorer. 2. Faktor-faktor Apa Saja yang Menyebabkan Motivasi Kerja Subjek?
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa faktor penyebab motivasi kerja yaitu faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri subjek dan faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri subjek. Dari kedua subjek faktor internalnya berbedabeda. Subjek pertama merasa faktor yang berasal dari dalam diri subjek adalah kesanggupan subjek dalam mengajar dan keinginan subjek untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih bagus. Hal ini sesuai dengan teori dari Winardi (2001) tentang faktor intrinsik yaitu : a. Keinginan Subjek pertama memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih bagus. Namun karena pada zaman sekarang ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan, subjek pertama tetap bertahan menjadi guru honorer. Walaupun demikian subjek pertama tetap bersyukur karena masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga. b. Kemampuan Menurut subjek pertama, sekolah akan memberikan jam kerja sesuai dengan kesanggupan subjek. Jika subjek sanggup sekolah akan memberikan jam kerja yang padat kepada subjek. Faktor internal dari subjek kedua adalah iner power atau kekuatan yang yang ada dalam diri subjek dan kepuasan atas hasil kerjanya selama ini. Dalam penelitian ini peneliti menemukan temuan baru tentang faktor penyebab motivasi kerja yang bersifat internal. Terdapat persamaan diantara kedua subjek mengenai faktor internalnya yaitu kedua subjek berusaha untuk meningkatkan prestasi kerjanya agar dapat dipromosikan menjadi guru tetap. Subjek pertama dan kedua sudah berusaha mengikuti berbagai macam tes untuk kenaikan jabatan tetapi mereka
masih belum berhasil. Mereka berharap hanya dengan jalan meningkatkan prestasi, mereka dapat mewujudkan keinginannya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri subjek pertama yaitu dukungan dari keluarga dan sekolah itu sendiri, fasilitas yang diperoleh, rekan kerja, kualitas sekolah dan pengangkatan jabatan. Hal ini sesuai dengan teori dari Gomes (2003) tentang faktor ekstrinsik yaitu : a. Gaji atau upah Dalam menjalani pekerjaannya sebagai guru subjek pertama mendapatkan beberapa fasilitas. Subjek pertama mendapat tunjangan berupa JPS, asuransi dan potongan biaya sekolah anak. b. Sesama pekerja Menurut subjek pertama rekan kerjanya saling mendukung dan membantu dalam menjalani pekerjaannya. Selain itu mereka sangat kompak dalam menjalani segala hal. c. Promosi Subjek pertama menyukai pekerjaan yang dijalaninya sekarang ini. Oleh karena itu walaupun hanya menjadi guru honorer subjek pertama tetap berusaha untuk meningkatkan prestasinya, hal tersebut dilakukan subjek agar dapat diangkat menjadi guru tetap. Hal ini sesuai dengan salah satu teori dari Winardi tentang faktor ekstrinsik atau faktor yang berasal dari luar diri subjek d. Dukungan Dalam penelitian ini peneliti menemukan teori berdasarkan wawancara dari subjek. Subjek pertama mengatakan dukungan juga menjadi hal yang sangat penting dalam menjalani pekerjaannya. Subjek pertama mendapatkan dukungan dari keluarga, menurut subjek pertama dukungan
keluarga sangat penting karena jika mendapat dukungan dari keluarga subjek dapat menjalani pekerjaannya dengan nyaman. Selain itu subjek pertama juga mendapatkan dukungan dari sekolah. e. Kualitas Sekolah Selain dukungan, dalam wawancara juga diperoleh faktor penyebab motivasi yang lain yaitu kualitas sekolah yang baik. subjek pertama termotivasi dalam menjalani pekerjaannya karena kualitas dari tempat mengajarnya yang baik. Menurut subjek jika kualitas sekolahnya baik maka banyak yang ingin masuk kesekolah tersebut. Subjek pertama mengatakan kesejahteraan guru berasal dari siswanya. Menurut subjek kedua faktor yang berasal dari luar dirinya berupa dukungan, fasilitas yang diperoleh, rekan kerja dan sekolah itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori dari Gomes tentang faktor ekstrinsik yaitu : a. Gaji atau Upah Menurut subjek kedua selama ini fasillitas yang diperolehnya berupa potongan biaya untuk melanjutkan pendidikannya. Selain itu subjek kedua juga mendapatkan insentif dan uang transport yang dibayar pada saat pengambilan gaji. b. Sesama Pekerja Subjek kedua merasa nyaman dalam menjalani pekerjaannya karena rekan-rekan kerjanya saling memahami kondisi dari masing-masing guru. Menurut subjek tidak pernah ada yang merasa iri dengan hasil yang terima dari masing-masing guru. c. Dukungan Dari hasil penelitian ditemukan faktor penyebab motivasi yang lain yaitu dukungan. Subjek kedua mendapat dukungan dari keluarga, oleh karena itu
subjek dapat dengan nyaman menjalani pekerjaannya. d. Kualitas Sekolah Dari hasil penelitian juga ditemukan faktor penyebab motivasi kerja yang lain yaitu berupa kualitas sekolah yang baik. Menurut subjek kedua jika kualitas sekolah itu baik maka pembayaran upah kerjanya tidak akan terlambat karena sekolah itu sudah mempunyai anggaran untuk pembayaran gaji gurunya. Dari kedua pertanyaan penelitian diatas dapat diasumsikan berdasarkan teori harapan Porter dan Lowler (dalam Munandar, 2001), yaitu : 1. Orang mempunyai pilhan-pilihan antara berbagai hasil keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. Berdasarkan hasil penelitian kedua subjek mempunyai kemampuan untuk menjadi guru. Hal ini sesuai dengan kondisi subjek pertama yang dasar pendidikannya sesuai dengan profesinya sebagai guru. Sedangkan subjek kedua walaupun pendidikannya tidak sesuai dengan profesinya tetapi subjek kedua mempunyai hobi untuk mengajar. 2. Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya mereka akan mengarah ke perilaku unjuk kerja yang dituju. Berdasarkan hasil penelitian kedua subjek berusaha untuk meningkatkan prestasinya agar dapat diangkat menjadi guru tetap. 3. Orang akan mempunyai harapanharapan tentang kemungkinan bahwa hasil keluaran tertentu akan diperoleh setelah unjuk kerja. Kedua subjek berharap jika mereka bekerja maka akan mendapatkan gaji untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. 4. Dalam setiap situasi tindakantindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan,
ditentukan oleh harapan dan pilihan yang dimiliki orang pada saat itu. Kedua subjek mempunyai harapan yang berasal dari dalam diri dan pilihan yang berasal dari luar diri. Hal tersebut di lakukan supaya mereka dapat mencapai keinginannya. 3. Bagaimana Proses Perkembangan Motivasi Kerja Subjek? Berdasarkan hasil penelitian proses perkembangan motivasi kerja pada kedua subjek berawal dari pemenuhan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan teori hierarki kebutuhan Maslow (Munandar, 2001), yaitu : a. Kebutuhan Fisiologikal Kedua subjek memilih untuk menjadi guru honorer karena untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan menjadi guru honorer kedua subjek bisa mendapatkan gaji untuk memenuhi semua kebutuhan hidup keluarganya. Selain itu faktor ekonomi juga dapat meningkat. b. Kebutuhan Rasa Aman kedua subjek merasa mendapatkan rasa aman dengan pekerjaannya sebagai guru honorer karena jika ada kesulitan temanteman seprofesinya dapat membantu kesulitan yang dihadapi. Misalnya menurut subjek pertama jika ada anggota keluarga yang sakit teman seprofesinya membantu dengan cara menggalang dana. c. Kebutuhan sosial Dengan menjadi guru honorer kedua subjek mendapatkan banyak teman yang seprofesi. Selain teman seprofesi kedua subjek juga dapat mengembangkan pergaulannya. d. Kebutuhan Harga Diri Walaupun hanya menjadi guru honorer tetapi kedua subjek tetap mendapatkan pengakuan dari masyarakat bahwa mereka adalah seorang pendidik yang dapat mencerdaskan anak-anak bangsa.
Selain itu kedua subjek berusaha untuk bekerja sebaik mungkin agar dapat diangkat menjadi guru tetap e. Kebutuhan Aktualisasi diri Kedua subjek mendapatkan kebebasan dalam menjalankan tugasnya sebagai guru honorer. Dengan kebebasan itulah kedua subjek dapat mengaplikasikan kemampuannya sebagai guru honorer. Berdasarkan hasil penelitian, selain kebutuhan kedua subjek juga memiliki faktor internal dan eksternal. Hal ini sesuai dengan teori dari Winardi (2001) tentang faktor intrinsik yaitu : a. Keinginan Subjek pertama memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan yang lebih bagus. Namun karena pada zaman sekarang ini sulit untuk mendapatkan pekerjaan, subjek pertama tetap bertahan menjadi guru honorer. Walaupun demikian subjek pertama tetap bersyukur karena masih dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekeluarga. b. Kemampuan Menurut subjek pertama, sekolah akan memberikan jam kerja sesuai dengan kesanggupan subjek. Jika subjek sanggup sekolah akan memberikan jam kerja yang padat kepada subjek. Faktor internal dari subjek kedua adalah iner power atau kekuatan yang yang ada dalam diri subjek dan kepuasan atas hasil kerjanya selama ini. Dalam penelitian ini peneliti menemukan temuan baru tentang faktor penyebab motivasi kerja yang bersifat internal. Terdapat persamaan diantara kedua subjek mengenai faktor internalnya yaitu kedua subjek berusaha untuk meningkatkan prestasi kerjanya agar dapat dipromosikan menjadi guru tetap. Subjek pertama dan kedua sudah berusaha mengikuti berbagai macam tes untuk kenaikan jabatan tetapi mereka
masih belum berhasil. Mereka berharap hanya dengan jalan meningkatkan prestasi, mereka dapat mewujudkan keinginannya. Sedangkan faktor yang berasal dari luar diri subjek pertama yaitu dukungan dari keluarga dan sekolah itu sendiri, fasilitas yang diperoleh, rekan kerja, kualitas sekolah dan pengangkatan jabatan. Hal ini sesuai dengan teori dari Gomes (2003) tentang faktor ekstrinsik yaitu : a. Gaji atau upah Dalam menjalani pekerjaannya sebagai guru subjek pertama mendapatkan beberapa fasilitas. Subjek pertama mendapat tunjangan berupa JPS, asuransi dan potongan biaya sekolah anak. b. Sesama pekerja Menurut subjek pertama rekan kerjanya saling mendukung dan membantu dalam menjalani pekerjaannya. Selain itu mereka sangat kompak dalam menjalani segala hal. c. Promosi Subjek pertama menyukai pekerjaan yang dijalaninya sekarang ini. Oleh karena itu walaupun hanya menjadi guru honorer subjek pertama tetap berusaha untuk meningkatkan prestasinya, hal tersebut dilakukan subjek agar dapat diangkat menjadi guru tetap. Hal ini sesuai dengan salah satu teori dari Winardi tentang faktor ekstrinsik atau faktor yang berasal dari luar diri subjek d. Dukungan Dalam penelitian ini peneliti menemukan teori berdasarkan wawancara dari subjek. Subjek pertama mengatakan dukungan juga menjadi hal yang sangat penting dalam menjalani pekerjaannya. Subjek pertama mendapatkan dukungan dari keluarga,
menurut subjek pertama dukungan keluarga sangat penting karena jika mendapat dukungan dari keluarga subjek dapat menjalani pekerjaannya dengan nyaman. Selain itu subjek pertama juga mendapatkan dukungan dari sekolah. e. Kualitas Sekolah Selain dukungan, dalam wawancara juga diperoleh faktor penyebab motivasi yang lain yaitu kualitas sekolah yang baik. subjek pertama termotivasi dalam menjalani pekerjaannya karena kualitas dari tempat mengajarnya yang baik. Menurut subjek jika kualitas sekolahnya baik maka banyak yang ingin masuk kesekolah tersebut. Subjek pertama mengatakan kesejahteraan guru berasal dari siswanya. Menurut subjek kedua faktor yang berasal dari luar dirinya berupa dukungan, fasilitas yang diperoleh, rekan kerja dan sekolah itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori dari Gomes tentang faktor ekstrinsik yaitu : a. Gaji atau Upah Menurut subjek kedua selama ini fasillitas yang diperolehnya berupa potongan biaya untuk melanjutkan pendidikannya. Selain itu subjek kedua juga mendapatkan insentif dan uang transport yang dibayar pada saat pengambilan gaji. b. Sesama Pekerja Subjek kedua merasa nyaman dalam menjalani pekerjaannya karena rekan-rekan kerjanya saling memahami kondisi dari masing-masing guru. Menurut subjek tidak pernah ada yang merasa iri dengan hasil yang terima dari masing-masing guru. c. Dukungan Dari hasil penelitian ditemukan faktor penyebab motivasi yang lain yaitu dukungan. Subjek kedua mendapat dukungan dari keluarga, oleh karena itu
subjek dapat dengan nyaman menjalani pekerjaannya. d. Kualitas Sekolah Dari hasil penelitian juga ditemukan faktor penyebab motivasi kerja yang lain yaitu berupa kualitas sekolah yang baik. Menurut subjek kedua jika kualitas sekolah itu baik maka pembayaran upah kerjanya tidak akan terlambat karena sekolah itu sudah mempunyai anggaran untuk pembayaran gaji gurunya. Dari ketiga pertanyaan penelitian diatas dapat diasumsikan berdasarkan teori harapan Porter dan Lowler (dalam Munandar, 2001), yaitu : 1. Orang mempunyai pilhan-pilihan antara berbagai hasil keluaran yang secara potensial dapat mereka gunakan. Berdasarkan hasil penelitian kedua subjek mempunyai kemampuan untuk menjadi guru. Hal ini sesuai dengan kondisi subjek pertama yang dasar pendidikannya sesuai dengan profesinya sebagai guru. Sedangkan subjek kedua walaupun pendidikannya tidak sesuai dengan profesinya tetapi subjek kedua mempunyai hobi untuk mengajar. 2. Orang mempunyai harapan-harapan tentang kemungkinan bahwa upaya mereka akan mengarah ke perilaku unjuk kerja yang dituju. Berdasarkan hasil penelitian kedua subjek berusaha untuk meningkatkan prestasinya agar dapat diangkat menjadi guru tetap. 3. Orang akan mempunyai harapanharapan tentang kemungkinan bahwa hasil keluaran tertentu akan diperoleh setelah unjuk kerja. Kedua subjek berharap jika mereka bekerja maka akan mendapatkan gaji untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya. 4. Dalam setiap situasi tindakantindakan dan upaya yang berkaitan dengan tindakan yang dipilih oleh seseorang untuk dilaksanakan,
ditentukan oleh harapan dan pilihan yang dimiliki orang pada saat itu. Kedua subjek mempunyai harapan yang berasal dari dalam diri dan pilihan yang berasal dari luar diri. Hal tersebut di lakukan supaya mereka dapat mencapai keinginannya. BAB V PENUTUP A. Simpulan Terdapat beberapa persamaan diantara kedua subjek tentang alasan mengapa individu mau menjadi guru honorer. Kedua subjek memilih menjadi guru honorer adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Alasan lain yang sama yaitu mengenai kebebasan yang diperolehnya, kedua subjek dapat mengajar lebih dari satu sekolah dan mengajar lebih dari satu mata pelajaran. Selain itu gaji yang diterima oleh kedua subjek dihitung berdasarkan jam mengajar, tetapi diakumulasikan dalam sebulan. Selain persamaan, ada juga perbedaan dari kedua subjek yaitu dari segi pendidikannya karena subjek pertama berasal dari fakultas keguruan sedangkan subjek kedua berasal dari non keguruan atau non pendidikan. Subjek pertama memilih menjadi guru honorer karena sulitnya untuk mencari pekerjaan yang tidak sesuai dengan pendidikan dan tidak ada pekerjaan lain karena pada awalnya subjek memang sudah menjadi guru. Sedangkan subjek kedua memilih menjadi guru honorer karena mendapat tawaran dari temannya. Setelah kontrak kerja subjek kedua habis dari perusahaan tempatnya bekerja, subjek kedua memilih untuk menjadi guru karena subjek kedua memang hobi mengajar Faktor internal dari subjek pertama yaitu subjek pertama merasa mempunyai kesanggupan untuk mengajar. Pihak sekolah akan
memberikan jam mengajar sesuai dengan kesanggupan dari subjek pertama. Selain itu subjek pertama juga memiliki keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Sedangkan faktor internal dari subjek kedua adalah subjek kedua mempunyai inner power atau kekuatan dalam dirinya untuk bekerja lebih maksimal. Subjek sangat puas dengan hasil kerja kerasnya selama ini, karena atas hasil kerja kerasnya faktor ekonomi dari subjek kedua sudah cukup baik. Faktor eksternal dari kedua subjek memiliki berbagai macam perbedaan dalam hal dukungan, fasilitas yang diperoleh, rekan kerja. Subjek pertama mendapat dukungan dari sekolah dan keluarga. Sedangkan subjek kedua mendapatkan dukungan sebagai guru dari keluarga. Subjek pertama mendapatkan fasilitas berupa tunjangan JPS, asuransi kesehatan dan potongan biaya pendidikan anak. Sedangkan subjek kedua mendapatkan fasilitas berupa potongan untuk biaya pendidikan, insentif dan uang transport. Menurut subjek pertama rekan kerjanya saling membantu dan kompak dalam menjalani segala sesuatunya. Rekan kerja subjek kedua saling memahami kondisi masing-masing. Dalam penelitian ini ditemukan faktor eksternal yang lain yaitu pengangkatan. Tetapi faktor ini hamya diperoleh melalui subjek pertama saja. Menurut subjek pertama pengangkatan untuk menjadi guru tetap dapat ditempuh dengan jalan mengikuti tes umum, realisasi tentang pengangkatan guru honorer dan rekomendasi dari pihak sekolah. B. Saran Dari hasil penelitian tentang motivasi kerja pada guru honorer, maka
saran yang dianjurkan peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk penelitian selanjutnya, agar dapat mengembangkan penelitian tentang motivasi kerja dan menggali lebih dalam faktor-faktor internal yang menyebabkan motivasi kerja yaitu berupa inner power. 2. Untuk para guru honorer, diharapkan untuk menambah ilmu pengetahuannya agar dapat mengajar diberbagai sekolah dan berbagai macam mata pelajaran. Dengan demikian penghasilannya meningkat dan kebutuhan hidupnya tercukupi 3. Bagi Pemerintah, diharapkan merealisasikan peraturannya tentang pengangkatan menjadi guru tetap dan menambahkan fasilitas yang diperoleh oleh guru honorer. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. (2001). Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta As’ad, M. (1987). Psikologi industri. Yogyakarta: Liberti Danim, S. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas kelompok. Jakarta: Rineka Cipta Darma,
A. (1997). Manajemen personalia. Jakarta: Erlangga
Djamarah, S. B. (2000). Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: Rineka Cipta Gomes, F. C. (2003). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: CV. Andi Offset Hasibuan, S. P. M. (2005). Organisasi dan motivasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Heru, A. M. (2006). Penelitian kualitatif untuk ilmu-ilmu kemanusiaan dan budaya. Jakarta: Gunadarma Ingham, C. (1998). 101 Cara memotivasi diri. Jakarta: Elex Media Komputindo Jaya, E. (2005). Pegawai negeri sipil yang menduduki jabatan rangkap dan pengangkatan tenaga honorer menjadi calon pegawai negeri sipil. Jakarta: CV. Eko Jaya Moleong, L. J. (2002). Metode penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Milles, M. B. & Huberman, A. M. (1992). Analisis data kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia Press Mulyasa, E. (2006). Menjadi guru profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Munandar, A. S. (2001). Psikologi industri dan organisasi. Depok: Universitas Indonesia Nurdin, S. (2005). Guru profesional & implementasi kurikulum. Jakarta: Quantum Teaching Poerwandari. E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ratna. M. K. (2008). Nasib guru honorer swasta berharap perhatian
konkret pemerintah.www.Republika.co.id /launcher/view/mid/22/kat/29/ne ws_id/3978. Diakses 24 Agustus 2008 Shaleh & Wahab. (2001). Motivasi dalam islam. Jakarta: Rineka Cipta Strauss, A. & Corbin, J. (2003). Dasardasar penelitian kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Wahjosumidjo. (1993). Kepemimpinan & motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Winardi, J. (2001). Motivasi pemotivasian dalam manajemen. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada