PEMBELAJARAN MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN METODE INKUIRI (STUDI EKSPERIMEN DI KELAS VII SMP NEGERI SATU ATAP PEBAYURAN)
Dharma Agung NIM : 08210620 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah Sekolah Tinggi dan Ilmu Pendidikan (STKIP) SILIWANGI BANDUNG ABSTRAK Proses belajar mengajar pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tiga tahapan, yaitu persiapan mengajar (menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006, berupa silabus dan model pembelajaran), pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di depan kelas, dan penilaian (salah satu berupa pretes dan postes). Dalam penelitian ini persiapan mengajar termasuk dalam instrumen penelitian, sedangkan masalah yang diteliti dibatasi pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan penilaian proses belajar mengajar. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh deskriptif data proses belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri dan tujuan khusus penelitian ini adalah : Memperoleh deskriptif data pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu atap Pebayuran. Memperoleh deskriptif data penilaian (pretes dan postes) keberhasilan proses belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu atap Pebayuran. Hasil pembelajaran kompetensi dasar menulis pantun dengan menggunakan metode inkuiri berdasarkan silabus menurut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu atap Pebayurancukup baik, yaitu memperoleh rata-rata keseluruhan postes 6,67. Perbedaan antara nilai postes dan pretescukup berarti (signifikan), karena diperoleh nilai t hitung 13,19 lebih besar dan harga t tabel = 2,68; Kata Kunci : menulis pantun, metode inkuiri PENDAHULUAN
Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang perlu dilatih supaya menghasilkan tulisan yang baik, Kegiatan menulis di sekolah merupakan kegiatan yang penting dan produktif. Siswa harus menuliskan hal-hal yang disampaikan guru. Keterampilan menulis dalam pembelajaran bahasa dan sastra merupakan salah satu tujuan yang perlu dicapai oleh guru dan siswa karena tercantum kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006. Tujuantujuan tersebut diantaranya : 1. Siswa mampu menggunakan perasaan secara lisan dan tertulis dengan baik dan benar; 2. Siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan pengalaman secara lisan dan tulisan; 3. Siswa mampu memanfaatkan unsur-unsur karya tulis secara lisan dan tertulis. Bertalian dengan pengajaran sastra, kegiatan menulis merupakan bagian yang perlu dicapai dari pembelajaran sastra. Sedangkan tujuan pembelajaran sastra adalah memberikan pengalaman dan meningkatkan daya apresiasi siswa terhadap karya sastra.
Bahan kesusastraan yang perlu disampaikan diantaranya adalah sastra lama seperti pantun, syair, serta sastra modern. Dilihat dri keberlangsungan hidupnya, keberadaan pantun sekarang ini hampir terlupakan, tidak seperti dulu lagi meskipun pantun merupakan kesusastraan lama asli Indonesia. Dulu di samping menjadi alat hiburan, pantun juga menjadi alat komunikasi. Sekarang pantuan telah berkurang fungsinya. Pantun sudah tidak komunikatif kalau dipakai sebagai alat komunikasi. Sekarang dunia pantun hanya ada dalam dunia hiburan saja. Salah satu cara untuk menghidupkan pantun yaitu melalui pembelajaran di sekolah. Pembelajaran tentang pantun sekarang memang sudah berlangsung tetapi hasilnya belum memuaskan. Tujuan yang harus dicapai dari pembelajaran pantun adalah siswa memahami teori tentang pantun, tahap ini disebut tahap apresiasi, serta siswa bisa menulis pantun, tahap ini disebut tahap ekspresi. Tujuan-tujuan yang sudah dijelaskan ini tidak terlepas dari tujuan pembelajaran sastra umumnya. Berhasil tidaknya tujuan pengajaran sastra, khususnya pantun, dipengaruhi oleh beberapa hal
yaitu guru, sarana, dan siswanya sendiri, serta metode yang digunakan. Kalau dilihat dalam kenyataannya di lapangna, ternyata banyak jabatan guru bahasa Indonesia yang dipegang oleh guru yang bukan dari jurusan bahasa Indonesia. Begitu pula dengan buku pengajaran sastra dari mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi masih kurang serta waktu yang disediakan terlalu sempit. Untuk mencapai hasil belajar yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka keberadaan model-model pembelajaran sangat diperlukan guru. Kurikulum tingkat satuan pendidikan 2006 memberikan keleluasaan kepada guru ntuk memilih model pembelajaran yang sesuai dengan materi pokok. Bahkan kurikulum 2006 memberikan kesempatan kepada guru untuk kreatif menciptakan model pembelajaran sendiri. Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Model Pembelajaran Menulis Pantun dengan Motode Inkuiri (Studi Eksperimen Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di Kelas VII SMP Negeri Satu Atap Pebayuran). Berdasarkan batasan masalah di atas, maka penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri berdasarkan kurikulm Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu Atap Pebayuran. 2. Bagaimanakah hasil proses belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu Atap Pebayuran. Tujuan penelitian ini dapat dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh deskriptif data proses belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri dan tujuan khusus penelitian ini adalah : 1. Memperoleh deskriptif data pelaksanaan kegiatan belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri berdasarkan kurikulm Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu Atap Pebayuran. 2. Memperoleh deskriptif data penilaian (pretes dan postes) keberhasilan proses belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri berdasarkan kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 di kelas VII SMPN Satu Atap Pebayuran. Penelitian yang penulis lakukan ini minimal manfaatnya akan dirasakan oleh penulis, guru dan siswa.
1. Manfaat bagi guru Setelah penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan wawasan proses belajar mengajar khususnya menulis pantun dengan metode inkuiri. Selain itu laporan penelitian ini dpat dijadikan bahan pertimbangan untuk diterapkan di sekolah 2. Manfaat bagi siswa Manfaat langsung yang dirasakan siswa yitu berupa pengalaman mengikuti proses belajar mengajar menulis pantun dengan metode inkuiri. 3. Manfaat bagi penulis Setelah melakukan penelitian ini penulis merasakan manfaat secara teoritis yakni bertambahnya wawasan penulis khususnya yang berkaitan dengan pembelajaran menulis pantun dengan metode inkuiri. Secara praktis penulis memperoleh pengalaman melakukan penelitian yang bersifat eksperimen khususnya pembelajaran menulis pantun dengan metode inkuiri.
KAJIAN TEORI DAN METODE Pantun merupakan karya sastra asli bangsa Indonesia yang terakit oleh bentuk, adanya sampiran dan isi. Dari beberapa karya sastra lama, maka pantunlah yang banyak digemari, karena bantuknya singkat, mudah dibuat, dan mudah dihapal. Pantun berfungsi untuk menyatakan segala perasaan atau curahan hati seperti perasaan senang, sedih, benci, jenaka, ataupun untuk menyatakan nasehat agama, dan sebagainya. 1. Pantun Biasa Pantun biasa adalah pantun yang terdiri atas empat baris dalam tiap bait. Yang termasuk pantun biasa yaitu pantun nasihat, pantun orang muda, pantun jenaka, dan pantun teka-teki. 2. Pantun Kilat (Carmina) Pantun kilat atau carmina adalah pantun yang hanya terdiri dari dua baris, yaitu baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. 3. Talibun Talibun yaitu pantun yang barisnya lebih dari empat, tetapi selalu genap misalnya enam, delapan, sepuluh dan seterusnya. 4. Pantun Berkait atau Pantun Berantai Pantun ini lebih dari sebait, isinya berupa rangkaian pernyataan yang kadang-kadang dalam bentuk bersahut-sahutan. Aturan pantun berkait yaitu tiap kalimat pada baris kedua dan keempat pada bait pertama diulang kembali menjadi baris kesatu dan ketiga pada bait berikutnya. Metode inquiri adalah salah satu jenis metode yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran di setiap jenjang pendidikan. Inti dari metode inquiri adalah membimbing siswa ke arah belajar yang mandiri. Namun agar proses pembelajaran sesuai
dengan yang diharapkan, dalam penggunaan metode inquiri diperlukan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan ke kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang siswa atau yang problematik) dan sesuai dengan daya nalar siswa; 2. Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar siswa dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan; 3. Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup 4. Adanya kebebasan siswa untuk berpendapat, berkarya, dan berdiskusi; 5. Partisipasi setiap siswa dalam setiap kegiatan belajar; dan Setiap metode pengajaran pasti memiliki kelebihan tersendiri. Kelebihan inilah yang harus benar-benar dimanfaatkan oleh guru. Adapun kelebihan metode pengajaran inquiri adalah sebagai berikut: 1. Strategi (model atau siasat) pembelajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian informasi oieh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik menjadi pembelajaran yang menekankan pada proses pengolahan informasi oieh siswa. Siswa aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang datang dengan kadar proses mental yang lebih tinggi; 2. Pembelajaran berubah dati teacher centered menjadi student centered. Guru tidak mendominasi kegiatan belajar siswa tetapi lebih banyak bersifat membimbing dan memberikan. kebebasan belajar kepada siswa. Meskipun metode inquiri termasuk klasifikasi metode mengajar yang modern, namun metode ini tetap memiliki kelemahan yang perlu diperhatikan. Kelemahan tersebut adalah: 1. Metode ini memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima informasi dari guru secara apa adanya ke arah membiasakan belajar mandiri dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri; 2. Guru dituntut untuk mengubah kebiasaan mengajar dari yang biasanya sebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing dalam belajar; 3. Metode ini banyak memberikan kebebasan kepada siswa dalam belajar, tetapi kebebasan itu tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan baik dalam arti mengerjakannya dengan tekun, penuh aktivitas, dan terarah; 4. Metode ini dalam pelaksanaannya memerlukan penyediaan berbagai sumber belajar dan fasilitas yang memadai yang tidak selalu mudah untuk disediakan (seperti dalam bidang studi IPA); -
5.
6.
Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang lebih baik seperti pada waktu siswa melakukan penyelidikan dan sebagainya. Dalam kondisi jumlah siswa yang banyak dan guru terbatas, agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik; dan Pemecahan masalah mungkin saja dapat bersifat mekanistis, formalitas, dan membosankan. Apabila hal ini-terjadi, maka pemecahan masalah dalam situasi seperti ini tidak menjamin penemuan yang penuh arti (Sudirman, 1999:17I).
PEMBAHASAN Setelah melakukan penelitian, penulis mendapatkan hasil data yang penulis peroleh dari kelas eksperimen baik data pretes maupun postes masing-masing sebanyak 42 data. Data yang diolah kemudian diuji taraf signifikasinya untuk mengetahui keberhasilan dari penelitian yang telah dilaksanakan oleh penulis. Tabel 1 Perbedaan Nilai Pretes dan Postes Nilai No Nama Perbedaan Pretes Postes 1 Abdul Malik 2 5 4 Saputra 2 Abdul 2 7 5 Rohman 3 Adetian 3 8 5 4 Ajat Sudrajat 2 5 3 5 Ahmad 0 8 8 Rojali 6 Ahmad 1 9 8 Sudrajat 7 Anisah 2 6 4 8 Ardani 2 4 1 9 Cicih Unari 2 6 4 10 Darwi 5 7 2 11 Dede 0 3 3 Gunawan 12 Desi Susanti 5 8 3 13 Faisal 2 8 6 14 Fitriyah 0 5 5 15 Hilmah 3 6 3 Tusadiah 16 Ilyas 3 6 3 17 Irfan Fauzi 1 9 8 18 Irfan 2 7 5 Maulana 19 Jamaludin 1 10 9 20 Laela Nabila 0 8 8 21 Latif 1 3 2 Albawalani 22 Mei 0 9 9 Munawaroh
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
Muhamad Hadad Alwi Mulyanah Anggraini Muslihin Nantih Wijayanti Nasiah Alpian Nawawi Novianti Delimawati Nurfani Irwan Nurali Nurul Fatonah Renaldi Ridwan Rosanah Linda Rosidah Siti Subariah Sutisna Jumena Syahrul Gunawan Usmanto Jakaria Wanda Ermawan Wulan Sari Mukti Jumlah Rata-rata
5
9
4 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1
4
3
4 1
4 8
2 7
2
5
3
2 2
8 7
6 5
4
10
8
0 5
8 8
8 3
3 2 1
2 7 4
0 4 3
5 5 1
7 10 5
3 5 4
1
7
6
4
8
4
4
7
3
2
7
4
93 2,21
282 6,67
189 Md = 4,5
16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Berdasarkan perbedaan nilai postes dan pretes seperti terlihat pada tabel di atas, dapat diketahui N dan d sehingga dapat dicari Md dan db sebagai berikut : N = 42 ∑d = 187 d 189 Md = = = 4,5 N 42 db = N − 1 = 42 − 1 = 41 Setelah Md dan db diketahui, selanjutny a ad,alah mencari deviasi masing-masing subyek (xd) dan jumlah kuadrat deviasi (x2d), yaitu seperti terlihat dalam tabel berikut : Tabel 2 Nilai Pretes No 1
Nama Abdul Malik
d
Xd (dMd)
x2d
4
-0.5
0.25
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
maka
Saputra Abdul Rohman 5 Adetian 5 Ajat Sudrajat 3 Ahmad Rojali 3 Ahmad Sudrajat 8 Anisah 4 Ardani 1 Cicih Unari 4 Darwi 2 Dede Gunawan 3 Desi Susanti 3 Faisal 6 Fitriyah 5 Hilmah 3 Tusadiah Ilyas 3 Irfan Fauzi 8 Irfan Maulana 3 Jamaludin 9 Laela Nabila 8 Latif 2 Albawalani Mei Munawaroh 9 Muhamad 4 Hadad Alwi Mulyanah 3 Anggraini Muslihin 2 Nantih 7 Wijayanti Nasiah Alpian 3 Nawawi 6 Novianti 5 Delimawati Nurfani Irwan 8 Nurali 8 Nurul Fatonah 3 Renaldi 0 Ridwan 4 Rosanah Linda 3 Rosidah 3 Siti Subariah 5 Sutisna Jumena 4 Syahrul 6 Gunawan Usmanto Jakaria 4 Wanda 3 Ermawan Wulan Sari 4 Mukti Jumlah 189 Setelah diketahui nilai N, nilai hasil evaluasi pretes
0.5 0.5 -1.5 -1.5 3.5 -0.5 -3.5 -0.5 -2.5 -1.5 -1.5 1.5 0.5 -1.5
0.25 0.25 2.25 2.25 12.25 0.25 12.25 0.25 6.25 2.25 2.25 2.25 0.25 2.25
-1.5 3.5 -1.5 4.5 3.5 -2.5
2.25 12.25 2.25 20.25 12.25 6.25
4.5 0.5
20.25 0.25
-1.5
2.25
-2.5 2.5
6.25 6.25
-1.5 1.5 0.5
2.25 2.25 0.25
3.5 3.5 -1.5 -4.5 -0.5 -1.5 -1.5 0.5 -0.5 1.5
12.25 12.25 2.25 20.25 0.25 2.25 2.25 0.25 0.25 2.25
-0.5 -1.5
0.25 2.25
-0.5
0.25
200.5 Md, db dan x2d, dan postes dapat
dianalisis melalui rumus t-tes (tes signifikasi) sebagai berikut: Md = 45 X2d = 200,5 N = 42 db = 41 Rumus dasar Md 4,5 t= t= 200,5 x 2d 42 42 − 1 N N−1 4,5 4,5 4,5 t= = t= 0,3411 0,1164 200,5 1722 t = 13,19 Berdasarkan hasil perhitungan tersebut di atas, diperoleh t: 13,19 dan t tabel = 2,68 dengan taraf kepercayaan 95% maka nlai t hitung = 13,19 > t tabel : 2,68. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan antara pretes dan postes dengan tingkat kepercayaan 95%. Artinya penggunaan metode inquari cocok digunakan untuk pemberajaran menulis pantun berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan karena adanya peningkatan yang signifikan setelah dilakukan postes. KESIMPULAN untuk pembahasan yang berupa hasil pembelajaran menulis pantun dengan metode inquiri ini dapat dikemukakan bahwa hasil pembelajaran yang berupa nilai pretes dan postes telah dihitung secara kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan dua macam analisis tersebut penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. secara kualitatif siswa telah memahami materi pembelajaran yang meliputi menulis isi pantun maupun sampiran pantun serta syarat-syarat menulis pantun; 2. hasil analisis rata-rata pretes 2,21 sedangkan rata-rata postes 6,67 menunjukkan bahwa siswa telah memahami materi pembelajaran. Untuk menguatkan analisis kualitatif tersebut, penulis melakukan analisis kuantitatif dengan menggunakan uji t. Hasii uji t menunjukkan bahwa pembelajaran yang penulis lakukan ini berhasil dengan baik. Ternyata hasil analisis kualitatif sejalan dengan hasil analisis kuantitatif. Kedua analisis ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan yang berarti antara nilai pretes dan postes. Berdasarkan hasil analisis di atas, siswa telah memahami materi yang diberikan. Perubahan siswa sebelum kegiatan belajar mengajar dan sesudahnya tampak terlihat. Oleh karena itu, pertanyaan penelitian yang berbunyi "Bagaimanakah hasil kegiatan belajar mengajar menulis pantun dengan metode inquiri di kelas VII-A SMPN Satu Atap
Pebayuran, dapat dijawab “Berhasil dengan baik atau memuaskan”. DAFTAR PUSTAKA Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arikunto, Suharsimi. 1997 . Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Balai Pustaka. 2003. Pantun Melayu.Jakarfa: Balai Pustaka. Dahlan, M.D. 1990. Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.