PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 SANGGAU DALAM MENULIS PANTUN DENGAN MENGGUNAKAN BURSA LARIK PANTUN DAN LAGU DAERAH KAYU ARA
Yohana L. A. Suyati
[email protected] SMP Negeri 4 Sanggau Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas proses dan hasil belajar peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun menggunakan Bursa Larik Pantun dan Lagu Daerah Kayu Ara. Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas dalam dua siklus.Tahap-tahap yang dilewati dalam setiap siklus adalah perencanaan, pelaksanaan tindakan, pemantauan, dan refleksi.Subjek penelitian sebanyak 23 orang peserta didik kelas VII B SMP Negeri 4 Sanggau Tahun Pelajaran 2013/2014. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kulitas proses dan hasil belajar peserta didik dalam menulis pantun dengan menggunakan Bursa Larik Pantun dan Lagu Daerah Kayu Ara. Kata Kunci: menulis pantun, Bursa Larik Pantun, lagu daerah Kayu Ara
Menulis pantun sesuai dengan syarat pantun merupakan salah satu Kompetensi Dasar (KD) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII semester ganjil. KD ini merupakan satu bagian dari Standar Kompetensi (SK) mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalaman melalui pantun dan dongeng (Depdikbud, 2006: 234). Melalui kegiatan menulis pantun, para peserta didik dibelajarkan untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan pengalamannya. Pantun merupakan kekayaan budaya bangsa Indonesia.Pantun sudah ada sejak lama di Indonesia. Sampai sekarang, pantun juga masih hidup di kalangan masyarakat Indonesia dan masih menjadi bagian dari adat dan tradisi serta acaraacara tertentu di beberapa daerah di Indonesia, misalnya Sumatera dan Kalimantan. Pantun masih digunakan sebagai hiburan, upacara perkawinan, dan acara-
acara keagamaan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Sebagai bagian dari karya sastra, pantun memang berfungsi menghibur dan mengajarkan sesuatu.Pantun juga dapat mengandung pesan-pesan moral dan nilainilai edukatif lainnya. Pantun dapat membantu pembentukan akhlak dan karakter peserta didik menjadi lebih baik serta mempersiapkan masa depan para peserta didik karena di dalam pantun terdapat pesan moral dan agama yang sangat berguna bagi para peserta didik. Penguasaan bahasa dan sastra juga dapat berkembang ketika para peserta didik belajar menulis dan menyampaikan pantun. Menulis pantun merupakan kegiatan merangkai kata menjadi kalimat (yang dalam pantun disebut bait atau larik) dan menyusun kalimat menjadi bait.Dalam kegiatan menulis pantun terdapat juga kegiatan menyusun bermacam-macam gagasan atau pikiran sesuai dengan keinginan penulis.Setiap penulis pasti memiliki
127
128, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
tujuan dengan tulisannya, antara lain mengajak, menginformasikan, meyakinkan, atau menghibur pembaca (Nurjamal dan Sumirat dalam Mistari, 2011: 28). Selain itu, melalui pantun para peserta didik mengenal kearifan lokal dan pengetahuan budaya Indonesia yang perlu dijaga kelestariannya. Dengan menulis pantun, para peserta didik dapat dilatih untuk mempertajam perasaan, penalaran, daya khayal, kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan mengembangkan aspek cipta dan rasa para peserta didik. Mengingat fungsi dan peran penting pantun yang seperti itu, maka tidaklah salah jika pantun dimasukkan sebagai bagian pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya di kelas VII SMP. Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa membelajarkan para peserta didik untuk menulis pantun bukanlah pekerjaan yang mudah.Hal ini dapat dilihat dari pantun-pantun yang ditulis oleh para peserta didik. Berdasarkan pengalaman penulis dalam membina pembelajaran menulis pantun, ada beberapa kesulitan yang dialami oleh para peserta didik. Kesulitan yang teridentifikasi adalah menentukan isi pantun yang sesuai dengan tema pantun yang telah ditentukan, menentukan pilihan kata yang sesuai, merangkai kata-kata yang telah dipilih menjadi kalimat yang baik, dan dari segi struktur pantun masalah yang paling sering dijumpai adalah jumlah suku kata yang tidak memenuhi syarat baris dalam pantun. Kesulitan-kesulitan tersebut akhirnya menyebabkan kualitas pantun yang mereka tulis menjadi berkurang, bahkan ada pantun yang tidak sesuai, baik dari segi struktur maupun isi pantun. Menyadari fungsi dan peran penting pantun bagi perkembangan peserta didik dan kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun, penulis merasa perlu untuk men-
cari jalan keluar agar tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat terwujud. Solusi yang dipilih oleh penulis adalah dengan menggunakan Bursa Larik Pantun dan lagu daerah Sanggau yang berjudul Kayu Ara. Yang dimaksud dengan Bursa Larik Pantun adalah larik-larik penyusun pantun yang masih dibiarkan secara acak dan disiapkan dalam tempat yang telah ditentukan.Pada bagian awal kegiatan, para peserta didik mendapatkan tugas untuk menyusun larik-larik tersebut agar menjadi bait-bait pantun yang baik. Kegiatan ini bertujuan untuk membimbing para peserta didik menemukan sendiri bagaimana struktur pantun dan mengenali jenis-jenis pantun dilihat dari isinya.Hal ini sejalan dengan best-practiceyang pernah dilakukan oleh Syamsul Agus. Dalam pembelajaran menulis puisi dengan menggunakan Bursa Larik Pantun tersebut diketahui bahwa peserta didik dapat menulis pantun sendiri dan proses pembelajaran menjadi lebih menantang dan mengasyikkan (Agus, 2013). Cara ini dipilih karena berdasarkan pengalaman jika struktur dan jenis pantun diberikan dengan cara ceramah atau konvensional, para peserta didik tetap tidak dapat menulis pantun yang baik. Melalui tahapan ini, para peserta didik sebenarnya diarahkan untuk menemukan sendiri struktur dan jenis pantun.Tahapan ini menerapkan metode pembelajaran inkuiri. Menurut Hamalik dalam Saliman (2011: 3), pembelajaran inkuiri dibentuk atas dasar penemuan sebab peserta didik harus menggunakan kemampuannya berdiskoveri dan kemampuan lain yang mendukung peningkatannya dalam proses pembelajaran. Menurut Mazano dalam Kusmana (2008: 35) satu kelebihan penggunaan metode inkuiri adalah materi yang dipelajari dapat mencapai tingkat kemampuan yang lebih tinggi dan lebih lama membekas karena para peserta didik dilibatkan
Suyati, Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Pantun, 129
dalam proses menemukannya. Sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Dharma Agung diketahui bahwa dengan menggunakan metode inkuiri secara kualitatif siswa dapat memahami materi pembelajaran yang meliputi menulis isi pantun maupun sampiran pantun serta syarat-syarat menulis pantun (Agung, ____: 5). Oleh karena itu, diharapkan pengetahuan mengenai struktur dan jenis pantun yang diperoleh sendiri oleh para peserta didik melalui kegiatan pembelajaran menggunakan Bursa Larik Pantun ini akan menjadi bekal yang cukup bagi mereka dalam menulis pantun. Setelah menemukan sendiri struktur dan jenis pantun, langkah selanjutnya adalah kegiatan pembelajaran yang berfokus pada pemberian kesempatan kepada peserta didik untuk sebanyak mungkin berlatih menulis pantun. Sebagai sebuah keterampilan, pemberian kesempatan untuk berlatih menjadi hal yang penting karena tidak akan mungkin para peserta didik akan mampu menulis pantun jika mereka tidak diberi kesempatan menulis pantun. Tahapan terakhir dalam kegiatan pembelajaran ini adalah merayakan keberhasilan para peserta didik dalam menulis pantun. Perayaan ini merupakan cara untuk menghargai hasil kerja dan hasil karya peserta didik. Dengan adanya perayaan ini para peserta didik akan termotivasi dalam persaingan sehat untuk menghasilkan pantun terbaik. Bentuk perayaan yang dipilih adalah dengan menampilkan pantun-pantun terbaik yang ditulis oleh peserta didik melalui cara menyanyikan pantun-pantun tersebut menggunakan nada lagu berjudul Kayu Ara. Lagu Kayu Ara merupakan lagu daerah Kalimantan Barat. Lagu ini sering digunakan di daerah Sanggau untuk melagukan pantun-pantun. Pantun bagi masyarakat Dayak di Sanggau khususnya bukanlah hal yang asing.Menurut cerita yang
berkembang, budaya Melayu dibawa masuk ke Pulau Kalimantan oleh Kerajaan Melayu Siak atau juga karena ekspansi kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sehingga suku Melayu berkembang dan tumbuh bersama dengan suku Dayak. Adanya asimilasi kedua budaya tersebut mengakibatkan budaya Melayu juga memengaruhi budaya Dayak. Salah satunya adalah budaya pantun. Agar menarik dan merdu didengar, pantun dinyanyikan saat pesta adat, upacara syukuran, dan pesta pernikahan. Pantun biasanya dinyanyikan dengan iringan musik tradisional seperti gong, gendang, gamelan, dan suling. Lagu-lagu yang sering digunakan untuk menyanyikan pantun antara lain Kayu Ara. Melalui penggunaan lagu daerah ini diharapkan para peserta didik juga mengenal dan ikut melestarikan budaya daerah Sanggau, terutama dalam bentuk lagu Kayu Ara.Hal ini menjadi penting karena lagu daerah seperti lagu Kayu Ara ini merupakan satu contoh kearifan lokal yang dapat mendukung perkembangan kepribadian dan karakter para peserta didik.Hal ini didukung oleh pendapat Nurhayati (2009) yang menyatakan bahwa lagu dapat menjadi sumber belajar yang baik dalam pembelajaran bahasa. Sebelum dilakukan penelitian, para peserta didik mengerjakan tes awal penelitian. Tujuan tes ini adalah untuk mengetahui kemampuan para peserta didik dalam menulis pantun dan hasilnya digunakan sebagai dasar penentuan kelas mana yang akan dijadikan subjek penelitian ini. Berdasarkan data-data tes awal diketahui bahwa nilai rata-rata terendah berada di kelas VII B yaitu 51,74. Ini berarti tidak mencapai rata-rata kelas minimal yaitu 60,00. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan untuk KD menulis pantun adalah 70. Dari 23 orang peserta didik di kelas VII B, hanya tujuh (7) orang
130, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
saja yang tuntas dan enam belas (16) orang lainnya tidak tuntas. Jika dibuat dalam persentase, ketidaktuntasan kelas VII B dalam menulis pantun mencapai 70%. Oleh karena itu, tindakan perbaikan yang telah dirancang dengan menggunakan Bursa Larik Pantun dan lagu daerah Sanggau berjudul Kayu Ara diterapkan di kelas VII B agar terjadi perbaikan hasil belajar pada kelas tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis pantun menggunakan Bursa Larik Pantun dan Lagu Daerah Kayu Ara pada peserta didik kelas VII B SMP Negeri 4 Sanggau Tahun Pelajaran 2013/2014. Diharapkan dengan menggunakan Bursa Larik Pantun dan Lagu Daerah Kayu Ara, peserta didik yang belum mampu menulis pantun sesuai dengan syarat pantun,menjadi mampu dan peserta didik yang sudah mampu menulis pantun sesuai dengan syarat pantun, menjadi lebih mampu.Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman atau wawasan serta memberikan alternatif pemilihan strategi pembelajaran menulis pantun dan memberikan sumbangan pikiran terhadap tenaga pengajar, khususnya dalam pembelajaran sastra. METODE Jenispenelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus.Langkahlangkah yang dilewati dalam setiap siklus adalah permasalahan (problem), perencanaan (planning), pelaksanaan (acting), pemantauan (observing atau monitoring), dan penilaian (reflecting atau evaluating). Dalam penelitian ini, siklus Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dihentikan setelah siklus kedua selesai dilaksanakan karena hasil yang diharapkan telah tercapai.
Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 4 Sanggau yang beralamat di Jalan Embaong 55, Bunut, Kecamatan Kapuas, Kabupaten Sanggau, pada kelas VII Bsemester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014. Penelitian dilakukan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/ 2014. Kelas VII B tersebut terdiri dari 24 peserta didik dengan rincian 7 peserta didik perempuan dan 16 peserta didik laki-laki. Guru bertindak sebagai pengajar, pengamat, penganalisis data, dan sekaligus melaporkan hasil penelitian. Bertindak sebagai kolaborator adalah ibu Rosena Sormin, S. Pd, guru Bahasa Inggris SMP Negeri 4 Sanggau. Sumber data dalam penelitian ini adalah 23 orang peserta didik kelas VII B SMP Negeri 4 Sanggau Tahun Pelajaran 2013/2014. Instrumen penelitian yang digunakan untuk menjaring data dalam penelitian ini adalah lembar observasi, angket peserta didik, dan tes. Lembar observasi digunakan untuk menilai aktivitas peserta didik selama penelitian ini dilakukan. Angket peserta didik berisi pernyataan-pernyataan yang harus diisi oleh peserta didik dalam rangka menjaring data tanggapan peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran. Angket peserta didik diberikan dan diisi oleh peserta didik pada keduaakhir siklus. Tes digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menulis pantun sesuai dengan syarat pantun. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan. Teknik pengumpulan data hasil belajar menulis pantun sesuai dengan syarat-syarat pantun adalah tes menulis pantun. Teknik pengumpulan data proses belajar dilakukan dengan pengamatan yang dilakukan oleh rekan sejawat dan angket yang dijawab oleh peserta didik. Teknik analisis data dilakukan dengan mereduksi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan.Reduksi data dila-
Suyati, Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Pantun, 131
kukan melalui pemisahan data yang diperlukan dengan data yang tidak diperlukan dengan menyederhanakan, mengklasifikasi, dan mengabstraksi data. Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan melalui penyeleksian data dan pemfokusan data mentah menjadi informasi yang bermakna. Data yang akan direduksi mencakup data hasil pengamatan terhadap aktivitas peserta didikserta data tes di setiap akhir pertemuan dan di awal serta akhir siklus. Untuk menentukan hasil belajar peserta didik, hasil tes dikoreksi berdasarkan rubrik penskoran yang telah ditetapkan. Penyajian data adalah dengan mendeskripsikan data sehingga lebih mudah dipahami oleh orang lain. Dalam penelitian ini pengategorian data dilakukan dengan cara memaparkan rencana tindakan dan perlakuan tindakan serta kendalanya, memaparkan hasil observasi hasil angket yang diperoleh selama proses pembelajaran, serta menyajikan data hasil tes kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal tes ke dalam bentuk tabel. Penarikan kesimpulan merupakan proses penyimpulan data yang telah dihasilkan sehingga diperoleh pernyataan mengenai dampak tindakan. Penarikan kesimpulan dilakukan untuk mencari jawaban akhir permasalahan penelitian berdasarkan data yang disajikan. HASIL Peningkatan Kualitas Proses Belajar Peserta Didik Kualitas proses belajar yang diamati oleh rekan sejawat selaku pengamat dalam penelitian ini meliputi keaktifan, kreativitas, dan keseriusan peserta didik selama mengikuti pembelajaran. Peningkatan aktivitas belajar peserta didik dapat dilihat dalam uraian berikut. Pertama, aspek keaktifan. Kriteria aspek keaktifan meliputi sering bertanya, memberi pendapat, dan aktif dalam kegi-
atan belajar.Pada akhir siklus I peserta didik yang aktif mencapai 30% dan pada akhir siklus II mencapai 70%. Kedua, aspek kreativitas. Kriteria aspek kreativitas adalah mengikuti instruksi kerja secara mandiri.Pada akhir siklus I hanya 7% peserta didik yang memenuhi kriteria ini dan pada akhir siklus II mencapai 70%. Ketiga, aspek keseriusan. Kriteria aspek ini adalah mengikuti kegiatan pembelajaran dengan bersungguh-sungguh. Pada akhir siklus I peserta didik yang memenuhi kriteria ini sebanyak 17% dan pada akhir siklus II mencapai 91%. Selain itu, dari angket yang diisi oleh peserta didik diketahui bahwa penggunaan Bursa Larik Pantun dan lagu daerah Kayu Aramembuat 91% peserta didik merasa senang selama pembelajaran menulis pantun, 96% peserta didik merasa tertarik dengan pembelajaran menulis pantun, dan 96% peserta didik menyatakan penggunaan Bursa Larik Pantun dan lagu daerah Kayu Ara memberi manfaat dalam peningkatan kemampuan mereka ketika menulis pantun. Peningkatan Hasil Belajar Menulis Pantun Peningkatan hasil belajar menulis pantun dipusatkan pada dua aspek yaitu ketepatan isi pantun dengan tema pantun yang telah ditentukan dan terpenuhinya syarat-syarat pantun yaitu (1) satu bait terdiri dari empat larik, (2) baris pertama dan kedua merupakan sampiran, (3) baris ketiga dan keempat merupakan isi, (4) jumlah suku kata setiap barisnya antara delapan sampai dua belas suku kata, dan (5) rumus rima akhir setiap bait pantun adalah a b a b. Untuk mendapatkan hasil kemampuan menulis pantun ini dilakukan tes menulis pantun yang diberikan kepada peserta. Penskoran hasil tes dilakukan
132, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
dengan menggunakan rumus yang telah ditentukan dalam rubrik penilaian. Pencapaian keberhasilan hasil belajar dapat dilihat dalam pemaparan data siklus I dan siklus II. Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun
untuk setiap aspeknya dapat dilihat dari uraian berikut ini. Pertama, kesesuaian tema. Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun pada aspek kesesuaian tema dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Kesesuaian Tema Pantun
No. Skor Perolehan Kriteria 1. 3 Sesuai 2. 2 Kurang sesuai 3. 1 Tidak Sesuai Sumber: analisis data siklus I dan II Dari tabel 1 diketahui bahwa dalam siklus I dan II seluruh siswa yaitu sejumlah 23 orang telah dapat menulis pantun sesuai dengan tema yang ditentukan. Pada aspek ini terjadi peningkatan yang signifikan.
Siklus I 23 -
Siklus II 23 -
Kedua, jumlah baris atau larik pantun.Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun pada aspek jumlah baris atau larik pantun dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Ketepatan Jumlah Baris atau Larik Pantun
No. Skor Perolehan Kriteria 1. 3 Tepat 2. 2 Kurang Tepat 3. 1 Tidak Tepat Sumber: analisis data siklus I dan II Dari tabel 2 diketahui bahwa dalam siklus I dan II seluruh siswa yaitu sejumlah 23 orang telah dapat menulis pantun dengan jumlah baris atau larik setiap baitnya sebanyak empat baris atau larik.Dalam aspek ini berarti telah terjadi peningkatan yang signifikan yaitu menca-
Siklus I 23 -
Siklus II 23 -
pai 100% peserta didik dapat memenuhi tema pantun yang telah ditentukan. Ketiga, ketepatan sampiran pantun. Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun pada aspek ketepatan sampiran pantun dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3 Ketepatan Sampiran Pantun
No. Skor Perolehan Kriteria 1. 4 Sangat Tepat 2. 3 Tepat 3. 2 Kurang Tepat 1. 1 Tidak Tepat Sumber: analisis data siklus I dan II Dari tabel 3 diketahui bahwa dalam siklus I sebanyak 8 peserta didik dapat menulis sampiran pantun dengan
Siklus I 8 8 6 1
Siklus II 12 11 -
sangat tepat dan 8 peserta didik lainnya dapat menulis pantun dengan sampiran yang tepat. Namun, masih ada 6 orang
Suyati, Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Pantun, 133
yang kurang tepat dalam menuliskan sampiran pantun dan 1 orang masih tidak tepat sampiran pantunnya.Peningkatan hasil yang sehubungan dengan ketepatan sampiran terjadi pada siklus II yaitu tidak ada lagi peserta didik yang sampiran pantunnya kurang dan tidak tepat. Seba-
nyak 12 orang dapat menulis sampiran pantun dengan sangat tepat dan 11 orang menulis sampiran pantun dengan tepat. Keempat, ketepatan isi pantun. Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun pada aspek ketepatan isi pantun dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Ketepatan Isi Pantun
No. Skor Perolehan Kriteria 1. 4 Sangat Tepat 2. 3 Tepat 3. 2 Kurang Tepat 1. 1 Tidak Tepat Sumber: analisis data siklus I dan II Dari tabel 4 diketahui bahwa dalam siklus I peserta didik yang isi pantunnya sangat tepat ada sebanyak 10 orang dan tepat juga ada sebanyak 10 orang.Masih ada 2 orang peserta didik yang isi pantunnya kurang tepat dan 1 orang tidak tepat.Jumlah ini berkurang pada siklus II karena tidak ada lagi peserta didik yang isi pantunnya kurang atau tidak
Siklus I 10 10 2 1
Siklus II 13 10 -
tepat.Sedangkan jumlah peserta didik yang isi pantunnya sangat tepat bertambah menjadi 13 orang dan isi pantunnya tepat menjadi 10 orang. Kelima, ketepatan rima pantun. Peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun pada aspek ketepatan rima pantun dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5 Ketepatan Rima Pantun
No. Skor Perolehan Kriteria 1. 4 Sangat Tepat 2. 3 Tepat 3. 2 Kurang Tepat 1. 1 Tidak Tepat Sumber: analisis data siklus I dan II Dari tabel 5 diketahui bahwa dalam siklus I peserta didik yang rima pantunnya sangat tepat hanya ada4 orang dan rima pantunnya tepat ada sebanyak 15 orang.Peserta didik yang rima pantunnya kurang tepat ada sebanyak 3 orang dan yang rimanya tidak tepat ada sebanyak 1 orang.Jumlah ini berkurang pada siklus II karena tidak ada lagi peserta didik yang
Siklus I 4 15 3 1
Siklus II 8 12 3 -
rima pantunnya tidak tepat.Namun, peserta didik yang rima pantunnya kurang tepat masih terdapat dengan jumlah yang sama dalam siklus I yaitu 3 orang.Sedangkan jumlah peserta didik yang rima pantunnya sangat tepat bertambah menjadi 8 orang dan rima pantunnya tepat menjadi 12 orang.
134, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
PEMBAHASAN Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Pantun Pertama, aspek keaktifan.Menurut Hermawan (2003) keaktifan peserta didik dalam belajar tidak lain adalah untuk mengontruksi pengetahuan mereka sendiri. Keaktifan mereka dalam pembelajaran akan membantu mereka dalam membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam siklus I dan siklus II, keaktifan peserta didik telah menunjukkan peningkatan.Hal ini dapat terjadi karena dalam kegiatan pembelajaran yang telah dirancang, peserta didik memang didesain untuk secara aktif bersama kelompoknya untuk menemukan sendiri syarat-syarat pantun menggunakan Bursa Larik Pantun.Pemahaman tentang syarat-syarat pantun menjadi pengetahuan prasyarat yang sangat diperlukan untuk menuju pada kemampuan menulis pantun. Kedua, aspek kreativitas.Bila dihubungkan dengan proses pembelajaran, kreativitas belajar adalah suatu aktivitas yang disengaja untuk menghasilkan pemecahan masalah dalam hal belajar (Suryani, 2012).Dalam penelitian ini, aktivitasaktivitas tersebut disusun dalam serangkaian instruksi kerja. Dari siklus I hingga siklus II terjadi peningkatan jumlah peserta didik yang mengikuti instruksi tersebut secara mandiri, tanpa perlu diawasi.Ini berarti ada peningkatan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran menulis pantun. Ketiga, aspek keseriusan.Aspek keseriusan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. Keseriusan akan mendukung peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Dalam siklus I baru 17% peserta didik dan dalam siklus II jumlah ini bertambah sebanyak 74% sehingga menjadi 91% peserta didik berada dalam kondisi serius dengan kriteria mengikuti kegiatan pembelajaran
dengan bersungguh-sungguh. Peningkatan yang signifikan ini disebabkan dalam pembelajaran peserta didik dikondisikan melalui adanya persaingan atau kompetisi untuk menampilkan pantun terbaik hasil karya mereka sendiri dalam bentuk dijadikan lirik lagu Kayu Ara dan dalam bentuk kumpulan pantun yang dijilid dan dimasukkan sebagai bahan bacaan di perpustakaan sekolah. Penggunaan lagu juga merupakan satu faktor yang meningkatkan keseriusan belajar peserta didik.Hal ini sejalan dengan pendapat Webster dalam Nurhayati (2009: 67) yang menyatakan ada empat keuntungan menggunakan lagu sebagai sumber belajar. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah (1) lagu bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan semua keterampilan bahasa secara integratif, (2) lagu mampu memotivasi peserta didik sekaligus memupuk sikap (attitude) yang positif, (3) lagu membantu meningkatkan daya ingat, konsentrasi, dan juga koordinasi, dan (4) dengan mempelajari lagu para peserta didik dapat belajar mengenal budaya dan kondisi sosial masyarakat karena lagu merupakan representasi kondisi sosial dan budaya masyarakat. Kualitas Kesesuaian Tema dalam Menulis Pantun Aspek pertama dari peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis pantun yang dibahas adalah ketepatan tema pantun. Pembatasan tema dimaksudkan untuk mengarahkan pantun yang ditulis oleh peserta didik pada isi pantun yang sesuai.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa seluruh peserta didik yang berjumlah 23 orang telah dapat menulis pantun dengan tema pantun yang tepat sesuai dengan tema yang telah ditentukan. Keberhasilan ini disebabkan tema-tema yang diambil adalah tema yang dekat atau telah dikenali sebelumnya oleh peserta didik yaitu tema kesehatan, pendidikan,
Suyati, Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Pantun, 135
agama, dan perkenalan. Hal ini sejalan dengan konsep pendekatan kontekstual yaitu bahwa pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar-mengajar yang mengaitkan antara materi yang diajarkan di kelas dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupannya sebagai individu, anggota keluarga, dan masyarakat (Hasnawati, 2006: 56). Kualitas Ketepatan Jumlah Baris atau Larik Pantun Pada aspek kedua ini, kualitas hasil pembelajaran juga menunjukkan hasil yang sangat signifikan. Dari data dalam siklus I dan siklus II peserta didik telah dapat menulis pantun dengan jumlah baris atau larik pantun yang memenuhi syarat yaitu empat baris atau empat larik untuk setiap bait pantun yang ditulis. Sebagaimana dijelaskan oleh Hartoko dan Rahmanto (2002: 98–99) pantun merupakan jenis puisi Melayu lama yang biasanya terdiri atas empat larik. Ketercapaian ini disebabkan panduan lagu daerah Kayu Ara yang dalam satu bait lantunannya terdiri atas empat baris atau empat larik. Peserta didik yang jumlah baris pantunnya kurang atau lebih dari empat tentu tidak dapat menyanyikan lagu tersebut dengan bait yang utuh. Hal ini mengontrol mereka untuk menghasilkan pantun dengan jumlah baris atau larik yang telah ditentukan yaitu sebanyak empat baris atau empat larik. Kualitas Ketepatan Sampiran Pantun Larik pertama dan kedua dalam pantun merupakan sampiran, tidak mengandung maksud, dan hanya diambil rimanya saja untuk mengantarkan maksud yang akan dikeluarkan pada larik ketiga dan keempat yang lazim disebut maksud (isi) pantun (Hartoko dan Rahmanto, 2002: 98-99). Sampiran umumnya merupakan
lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan, cermin dari apa yang tersimpul dari isi pantun. Hubungan antara sampiran dan isi bukanlah hubungan arti, melainkan hubungan bunyi, terutama saran bunyi (Wilkinson dalam Hambali, dkk: 2013:4). Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penilaian aspek ketepatan sampiran dilakukan dengan menilai keterkaitan bait pertama dan kedua, kesesuaian rima sampiran untuk mengantarkan isi pantun pada baris pertama dan kedua, serta ketepatan jumlah suku kata setiap baris sampiran yang biasanya terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata (Hartoko dan Rahmanto, 2002:98–99). Berdasarkan hasil penelitian, telah terjadi peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis sampiran pantun. Peningkatan itu adalah 35% peserta didik menulis sampiran dengan sangat tepat pada siklus I dan menjadi 52% pada siklus II.Pada siklus II tidak ada lagi peserta didik yang menulis sampiran pantun dengan kriteria tidak tepat. Kualitas Ketepatan Isi Pantun Larik ketiga dan keempat pantun lazim disebut maksud (isi) pantun (Hartoko dan Rahmanto, 2002:98–99). Berdasarkan isinya, pantun dibagi atas pantun anak-anak, pantun muda, dan pantun tua. Pantun anak-anak berupa pantun bersuka cita dan berduka cita, sedangkan pantun muda berupa pantun nasib atau pantun dagang, pantun perhubungan, pantun jenaka, dan pantun teka-teki, dan pantun tua berupa pantun adat, agama, dan nasihat ((A. S., Nadjua, ____: 52). Dalam kegiatan menulis pantun terdapat juga kegiatan menyusun bermacam-macam gagasan atau pikiran sesuai dengan keinginan penulis yang dapat dilihat dalam isi pantun. Setiap penulis pasti memiliki tujuan dengan tulisannya, antara lain mengajak, menginformasikan,
136, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
meyakinkan, atau menghibur pembaca (Nurjamal dan Sumirat dalam Mistari: 2011: 28). Menulis pantun merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tulis untuk tujuan memberi nasihat, mengajarkan sesuatu, memberikan teka-teki, atau menghibur/ jenaka, dan lain-lain. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, penilaian isi pantun yang ditulis oleh peserta didik difokuskan pada keterkaitan antara isi baris ketiga dan keempat, kualitas isi pantun, dan terpenuhinya jumlah suku kata tiap baris yaitu antara delapan hingga dua belas suku kata. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terjadi peningkatan kemampuan peserta didik pada siklus II jika dibandingkan dengan siklus I, yaitu 57% peserta didik menulis isi pantun dengan sangat tepat dan tidak ada lagi peserta didik yang menulis isi pantun dengan kriteria kurang tepat dan tidak tepat. Kualitas Ketepatan Rima Pantun Satu unsur penting dalam pantun adalah rima. Rima adalah perulangan bunyi yang sama seperti kata sakit dan rakit, renang dan senang, ke hulu dan dahulu, tepian dan kemudian yang memberikan kesan sama dan sekaligus membentuk rima jika dibaca. Bunyi ini berulang secara berpola dan biasanya terdapat di akhir baris, tetapi kadang-kadang juga terdapat di awal atau tengah baris (Rizal dan Atmazaki dalam Hambali, dkk. 2013:4). Dalam pembelajaran ini, jumlah peserta didik yang dapat menulis pantun dengan rima yang sangat tepat pada siklus I dan siklus II terdapat peningkatan sebesar 17%.Peningkatan ini memang tidak terlalu signifikan.Hal ini menunjukkan bahwa membuat rima pantun yang baik masih merupakan hal yang cukup sulit bagi peserta didik. Meskipun demikian, hasil siklus II menunjukkan peningkatan lain
yaitu tidak ada lagi peserta didik yang rima pantunnya tidak tepat. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada kualitas proses dan kualitas hasil dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran menulis pantun dengan menggunakan Bursa Larik Pantun dan Lagu Daerah Kayu Ara. Aspek yang diamati dalam kualitas proses adalah keaktifan, kreativitas, dan keseriusan. Aspek yang diamati dalam kualitas hasil pembelajaran adalah kesesuaian tema pantun dan terpenuhinya syarat-syarat pantun yaitu ketepatan jumlah baris, ketepatan sampiran, ketepatan isi, dan ketepatan rima pantun. Penggunaan Bursa Larik Pantun dan Lagu Daerah Kayu Ara dapat meningkatkan keaktifan peserta didik hingga 70% mencapai pada siklus II. Peningkatan kreativitas peserta didik juga mencapai 70%. Keseriusan peserta didik mengalami peningkatan menjadi 91%. Peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis pantun dapat diketahui dengan melihat peningkatan kemampuan peserta didik dalam menulis pantun sesuai dengan tema yang telah ditentukan.Dari siklus I dan II, sebanyak 100% peserta didik telah dapat menulis pantun sesuai dengan tema yang telah ditentukan.Selain itu, kemampuan peserta didik dalam menulis pantun dengan memperhatikan syarat-syarat pantun juga mengalami peningkatan dalam siklus II. Peningkatanpeningkatan tersebut adalah (1) sebanyak 100% peserta didik telah dapat menulis pantun dengan jumlah baris atau larik yang tepat, (2) sebanyak 52% peserta didik dapat menulis pantun dengan sampiran yang sangat tepat dan tidak ada lagi peserta didik yang kurang tepat atau tidak tepat
Suyati, Peningkatan Kemampuan Siswa dalam Menulis Pantun, 137
dalam menulis sampiran pantun, (3) sebanyak 57% peserta didik dapat menulis pantun dengan isi yang sangat tepatdan tidak ada lagi peserta didik yang kurang tepat atau tidak tepat dalam menulis isi pantun, dan (4) sebanyak 35% peserta didik dapat menulis pantun dengan rima yang sangat tepat, 87% peserta didik dapat menulis pantun dengan rima yang tepat, dan tidak ada lagi peserta didik yang menulis pantun dengan rima yang salah. Saran Guru hendaknya berkreasi dan berinovasi mencari media ataupun mengaDAFTAR RUJUKAN A. S, Nadjua. ____. Buku Pintar Pantun dan Pantun Dilengkapi dengan Teknik dan Cara Pembuatan. Surabaya: Triana MediaAgung, D. ____. Pembelajaran Menulis Pantun dengan Metode Inkuiri (Studi Eksperimen di Kelas VII SMP Negeri Satu Atap Pebayuran). (Online),(http://www.publikasi. stkipsiliwangi.ac.id, diakses tanggal 10 September 2013) Agus, S. 2013. Belajar Menulis Pantun dengan Bursa Larik Pantun: BestPractice. (Online), (http://www. wapikweb.org, diakses tanggal 10 September 2013) Depdiknas. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Depdiknas.2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hambali, Effendy, C, dan Sulissusiawan, A. 2013. Struktur dan Fungsi Pantun Pulang-Memulangkan pada Upacara Perkawinan Masyarakat Melayu Sambas. (Online), (http://
tur langkah-langkah pembelajaran yang menarik sehingga proses dan hasil pembelajaran dapat meningkat. Satu cara yang dapat dijadikan alternatif adalah dengan menggunakan Bursa Larik Pantun dan lagu daerah Kayu Ara dalam pembelajaran menulis pantun. Peneliti berikutnya yang melakukan penelitian sejenis dapat mengembangkan penelitian ini, misalnya dengan menggali lagu-lagu daerah lain yang biasa digunakan untuk melagukan pantun sehingga budaya Indonesia tetap dapat dipelihara seiring dengan terjadinya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis pantun. www.jurnal.untan.ac.id, diakses 10 September 2013) Hartoko, D, dan Rahmanto, B. 2002. Kamus Istilah Sastra. Yogyakarta: Kanisius Hermawan, A. H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka Kusmana.2008. Pembelajaran Inkuiri dengan Menggunakan Media Analisis Ruang pada Pokok Bahasan Vektor. (Online), (http://www. lib.unnes.ac.id, diakses 15 September 2013) Mistari.2011. Peningkatan Keterampilan Menulis Pantun Melalui Pembelajaran Kontekstual bagi Siswa Kelas IV SDN 1 Gombang Tahun Ajaran 2010/2011. (Online), (http://www.digilib.uns.ac.id, diakses 15 September 2013) Nurhayati, L. 2009. Penggunaan Lagu dalam Pembelajaran Bahasa Inggris untuk Siswa SD: Mengapa dan Bagaimana? Majalah Ilmiah Pembelajaran. (Online), Nomor 1, Vol. 5 Mei 2009. (http://www. staff.uny.ac.id, diakses 10 September 2013)
138, J-TEQIP, Tahun V, Nomor 1, Mei 2014
Saliman.2011. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran. (Online), (http:// www.staff.uny.ac.id, diakses 15 September 2013) Suryani, F, dan Fathulloh. 2012. Peningkatan Kreativitas Siswa dalam
Proses belajar Fisika pada Konsep Gelombang Elektromagnet melalui Pembelajaran Think, Write, and Talk. (Online), (http:// www.hfidiyjateng.or, diakses 10 September 2013)