TEAM PENYULUH
Pembaharuan Penuai dalam Tahun Penuaian
PENERBIT
Kita telah melewati tahun 2015 dengan berbagai pergumulan gereja maupun pencapaian dan memasuki tahun 2016 dengan segala harapan yang baik.
Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia IZIN TERBIT
No. 1004/Ditjen PP.6/STT/1993 PENDIRI
Pdt. DR. H. L. Senduk PENASIHAT
Pdt. Dr. Japarlin Marbun Pdt. Paul R. Widjaja Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa M.Th Pdt. Dr. dr. Dwijo Saputro, SpKJ Pdt. Melianus Kakiay, M.Th Pdt. Josia Abdisaputera, M.Th Pdt. DR. Rubin Adi Abraham Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th PEMIMPIN REDAKSI
Pdt. Himawan Leenardo TIM REDAKSI
Pdm. Rudi Eko Tjahjono Debbie Raprap R. Raymond Nelson Cynthia Tomasoa Josiana Soerjadi Pdp. Soelispramboedie, S.Th, S.Pd.k, CBC.
Menjawab tantangan zaman yang sudah berubah dan semakin kompleks, Gereja Bethel Indonesia memiliki komitmen untuk terus melakukan pemberdayaan secara menyeluruh dan terstruktur bagi seluruh pejabat GBI supaya bisa menjadi agen perubahan bagi bangsa Indonesia dan dunia. Untuk itu dimulai dari para pemimpin yang adalah penuai-penuai, harus terlebih dahulu mau mengembangkan pelayanannya. Keintiman kepada Tuhan harus terus ditingkatkan disamping pengetahuan dan keterampilan juga terus dikembangkan. Tidak dapat dipungkiri, kecanggihan teknologi digital saat ini sangat mendominasi gaya hidup manusia, perubahan ini bisa menjadi ancaman tetapi juga bisa menjadi saran untuk memberitakan kabar baik yang efektif. Kita sebagai penuai perlu menyadari hal ini dan mau melakukan pembaharuan dalam penuaian jiwa-jiwa. Penyuluh edisi kali ini memuat artikel-artikel mengenai pembaharuan penuai dari berbagai sisi, yang ditulis oleh para Pengurus Lengkap BPH GBI dan juga oleh narasumber yang berkompeten di bidangnya. Selamat Menuai.
DAFTAR ISI 02
Pdt. Dr. JAPARLIN MARBUN
ALAMAT REDAKSI: Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510 Tel. 021-4280 3664 Fax. 021-4280 3786 www.beritabethel.com www.penyuluh.org
08
Pdt. PAUL R. WIDJAJA
12
Pdt. DR. Ir. NIKO NJOTORAHARDJO
No. REKENING BPH GBI: BCA Cab. K.S. Tubun : a/n. BPSinode GBI No. rek. 526-030018-2 BRI Cab. Kelapa Gading : a/n. Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) No. rek. 0416-01-00027530-9 CIMB Niaga Cab. Melawai : a/n. BPH GBI No. rek. 402-01-00355-00-6 Wesel Pos : BPH GBI Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510
16
Ps. TIMOTIUS ARIFIN TEDJASUKMANA
Cover Story
34
Pdt. Dr. Melianus F.H Kakiay, M. Th
36
Pdt. JOSIA ABDISAPUTRA M. Th
KORESPONDEN
BPD-BPD se-Indonesia
Ladang sudah menguning, sebagai Penuai yang dipilih Tuhan, kita harus mau berubah agar siap menuai diberbagai ladang yang dipercayakan kepada kita.
UNTUK KALANGAN SENDIRI
Saatnya Menuai! Siap menjadi penuai-penuai Tahun 2016 adalah Tahun Pembebasan Seutuhnya
Living Victorious Like Noah At The End Of Times
20
MARK MCCLENDON
26
Sidang Majelis GBI
28
Dr. dr. DWIDJO SAPUTRO SpKJ (K)
40 Isi diluar tanggung jawab percetakan.
Pembaharuan Penuai
Gereja & Generasi Digital Keputusan Sidang Majelis Pekerja Lengkap II Pembaruan Pelayaan Keluarga: Dimulai Dari Diri Saya Bersinergi Dalam Menuai
44
Pernyataan Teologis GBI
47
Pdt. JOSAFAT MESACH
50 54
Kalaedioskop2015
60
Pdt. DR. Drs. RONNY DAUD SIMEON, MPM
64
Pdt. Dr. PURIM MARBUN
66
Pdt. Dr. Ir. YONATHAN WIRYOHADI
72
Pdt. dr. EUNIKE S. SADRACH
74
Pdt. Ir. RONALD TAMPUBOLON
80
Wisdom Word GBI
Relevan & Inovatif
82
Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham
86 92
Pembaharuan Penuai Di Era Globalisasi
Kasih Karunia Yang Alkitabiah (Biblical Grace) Pembaharuan Penuai Dalam Kontek Pelayanan Masyarakat
Pdt. A. SHEPHARD SUPIT
Pergerakan Indonesia Cerdas Dipanggil untuk Menuai
Spiritualitas Pemimpin Jemaat Memiliki Hati Yesus
Peka Akan Keadaan Sekeliling Generation Of Transformers (Get) Movement Pesan dan Harapan 2016 BENNY PATTINASARANY
Doing The Undone NEHEMIA & Hukum navigasi Virtual Account GBI
PEMBAHARUAN
PENU AI
Pdt. Dr. Japarlin Marbun
Dunia saat ini telah berubah, demikian pula para Gembala Sidang, penuai dan para pejabat GBI juga harus berubah dalam meningkatkan metode dan pendekatan pelayanan, Serta pengetahuan manajemen gereja. Sejak saya terpilih menjadi ketua Umum Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia, tekad terbesar saya adalah memberdayakan para penuai. Kenapa ? Karena saya seringkali keliling ke berbagai daerah dan akhirnya saya berkesimpulan bahwa banyak gereja itu belum maju karena gereja belum dikelola secara baik. Kenapa belum dikelola dengan baik, karena hamba-hamba Tuhan belum diajarkan untuk mengelola manajemen gereja dengan baik. Seperti kita ketahui, Gereja Bethel Indonesia itu menarik karena berbeda dengan gereja-gereja lain. Kalau di gereja-gereja lain, salah satu persyaratan bagi pendetanya harus tamatan Sekolah Alkitab atau Sekolah Teologia dan lain sebagainya, sedangkan Gereja Bethel Indonesia tidak mensyaratkan seperti itu. Gereja Bethel Indonesia mensyaratkan seseorang menjadi gembala, apabila dia dapat memenangkan jiwa dan bisa membangun gereja. Tetapi kita sadar bahwa semangat pelayanan saja tidak cukup, untuk itu diperlukan juga berbagai keterampilan di dalam pelayanan.
2|
Sebab itu setiap tahun dalam Sidang Majelis
Bahkan kita berharap ke depan kita bisa
Daerah (SMD) itu sudah berubah, yaitu tidak
melakukan lebih banyak lagi, seperti Pastor
lagi sebagai wadah kumpul-kumpul para
Conference atau Konferensi Para Gembala di
pejabat GBI, tetapi juga telah menjadi wadah
satu wilayah dengan fokus untuk meningkatkan
pembinaan. Dalam setiap SMD sekarang ini
mutu dan layanan gembala.
disyaratkan harus ada 4 sesi pembinaan yang dibawakan oleh pengurus BPH yang bertujuan untuk meningkatkan mutu dan pelayanan dari para gembala dan diharapkan ke depan setiap SMD ada ceramah-ceramah tentang pemberdayaan.
Gereja Bethel Indonesia menyadari bahwa sekarang
saat
penuaian,
artinya
kita
menggenapkan apa yang Tuhan Yesus katakan “Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk
Selain itu, seperti untuk meningkatkan mutu
dituai” (Yoh. 4:35b). Karena itu dalam beberapa
dan pelayanan para gembala BPH mengadakan
Sidang Sinode Gereja Bethel Indonesia (GBI)
Diklat khusus para Gembala sebagai proyek
bertemakan
percontohan, dan ke depan ini diharapkan
Tuailah Bersama”. Kalau kita menilik lebih jauh
Diklat-diklat seperti ini dilakukan di berbagai
Alkitab, bahwa di hari-hari terakhir adalah
daerah, sehingga para gembala mempunyai
masa-masa penuaian berlangsung, selain itu
pemahaman dan mutu pelayanan.
di masa-masa ini juga dunia berada di masa
Tidak hanya itu saja BPH dalam periode berjalan
ini
membuat
Departemen
Pembinaan. Departemen Pembinaan 1 untuk Wilayah Indonesia bagian Barat, Departemen Pembinaan 2 untuk Wilayah Indonesia bagian
“Ladang
Telah
Menguning,
kesulitan yang sedang berlangsung dan di masa ini kita jauh lebih mudah untuk memberitakan Injil dan memberitakan pengaharapan, karena di masa-masa sulit ini banyak orang yang membutuhkan Tuhan.
Tengah dan Departemen Pembinaan 3 untuk
Di Hari Jadi Gereja Bethel Indonesia ke-45, (6
Wilayah Indonesia bagian Timur. Diharapkan
Oktober 2015) yang baru saja kita rayakan dan
Departemen
melakukan
syukuri dalam ibadah di GBI Baywalk-Jakarta
Wilayahnya
yang bertemakan “GBI For The Nations”
sesuai konteks daerahnya, selain itu juga
karena kita menyadari bahwa GBI dipanggil
BPH menggunakan media-media GBI seperti
Tuhan bukan hanya menuai untuk orang-orang
Majalah Penyuluh, website www.beritabethel.
yang ada di Indonesia saja tetapi juga menuai
com dan lain sebagainya, sebagai alat ajang
orang-orang di berbagai belahan dunia.
Pembinaan
pembinaan-pembinaan
itu di
pembinaan, supaya para gembala tersebut terus mampu melakukan tugasnya.
3
Saat ini Gereja Bethel Indonesia telah tersebar di empat Benua yaitu, Asia, Australia, Amerika dan Eropa. Di Asia sendiri GBI telah ada di Malaysia, Singapore, Taiwan, Hong Kong, China, Burma dan Brunei Darussalam, sedangkan di Eropa GBI ada di Belanda, Jerman, Yunani, di Amerika sendiri GBI telah ada di West Coast dan North East Coast, dan di Australia GBI ada di Melbourne, Sydney dan beberapa kota di Australia. Dengan tersebarnya GBI di berbagai belahan dunia, ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak saja memanggil GBI untuk menuai di Indonesia saja tetapi juga menuai bangsabangsa. Oleh karena itu kita melihat momentum ini sebagai momentum yang harus kita kerjakan sekuat mungkin dan semaksimal mungkin, supaya banyak orang yang dimenangkan bagi Tuhan dan Amanat Agung itu dapat kita selesaikan. Dalam konteks seperti ini, para penuai yaitu para pejabat GBI (Pdt, Pdm dan Pdp) dan para Gembala Sidang tentunya harus mengalami pembaharuan-pembaharuan.
Mutu dan Kualitas Kerohanian Alkitab katakan bahwa “pada hari-hari terakhir akan datang masa-masa yang sukar”. Untuk menghadapi masa-masa sukar ini, para penuai, para pejabat GBI (Pdt, Pdm dan Pdp) dan para Gembala Sidang harus mengalami pembaharuan dalam diri sendiri atau pribadinya. Artinya setiap pejabat GBI harus meningkatkan mutu dan kualitas kerohaniannya, sehingga setiap pejabat GBI ataupun para Gembala Sidang mampu menghadapi tantangan-tantangan dan menjadi teladan dalam masa-masa yang sulit.
Maksimalkan Media dan Teknologi Kita sadar sekarang ini pola-pola pelayanan sudah semakin maju dan berkembang, pada dekade 80-90-an akhir kebanyakan pola pelayanan masih bersifat konvesional, seperti dalam pemberitaan Injil. Seorang hamba Tuhan mendatangi suatu daerah atau tempat mengadakan KKR dan hanya memenangkan sekelompok orang di daerah tersebut. Sekarang dengan berkembangnya media dan teknologi tentunya pola pelayanan tidak hanya konvensional, tetapi menggunakan teknologi-teknologi dan media baru yang memiliki daya jangkau lebih luas lagi. Misalnya seorang hamba Tuhan berkhotbah di radio atau televisi atau di media-media sosial (internet), maka kemungkinan khotbah atau pesan itu akan diterima oleh semua orang, karena radio, televisi atau media-media sosial (internet) dapat menembus batas-batas tembok, wilayah, waktu, bahasa dan lain sebagainya. Dalam konteks ini,
4|
para penuai harus meningkatkan atau merubah pola pelayanan dari konvensional kepada digitalisasi. Sebab dunia ini telah berubah kepada era digitalisasi yaitu era dimana teknologi semakin berkembang baik dan semakin maju.
Teladan Hakikat orang Kristen itu dari dulu tidak dapat tersembunyi dari pandangan banyak orang, dan sebagai hamba Tuhan atau seorang Pejabat GBI dan Gembala Sidang orang akan melihat, menyorot dan menilai, namun sekarang dalam era informasi dan komunikasi serta teknologi yang begitu maju ini orang akan lebih lagi melihat dan menilai kita baik melalui tingkah laku, perkataan, tulisan maupun pemikiran kita, “Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang. Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi” (Mat 5:13-14). Karenanya dalam hal seperti ini para penuai, pejabat GBI ataupun para Gembala Sidang harus menyadari ada tuntutan menjadi teladan bagi jemaat ataupun orang lain, karena sedikit saja celah maka akan ter-blow-up secara luar biasa dan itu akan merusak apa-apa yang telah dibangun di dalam pelayanan. Seperti kata pepatah “karena nila setitik rusak susu sebelanga” dan sebagai hamba Tuhan, penuai, pejabat GBI ataupun Gembala Sidang harus sadar dan menjaga akan hal itu agar jangan sampai menjadi batu sandungan.
Gereja = Public Service Sekarang ini para hamba Tuhan, penuai, pejabat GBI dan Gembala Sidang harus menyadari bahwa gereja adalah public service artinya pelayanan yang melayani publik. Pertumbuhan dan perkembangan gereja sekarang ini sudah meningkat, terbukti dengan banyaknya gereja bahkan di kota-kota besar gereja sudah begitu rapat dan ini memudahkan jemaat untuk memilih beribadahnya. Orang-orang sekarang ini akan datang ke gereja apabila merasa kebutuhannya terpenuhi dan apabila kebutuhannya kurang terpenuhi maka yang terjadi jemaat akan bergeser dari gereja satu kepada gereja lainnya, namun apabila kebutuhankebutuhannya itu terpenuhi maka jemaat tidak akan bergeser dan tetap berada di gereja tersebut. Perlu disadari oleh para Gembala Sidang bahwa kebutuhan rohani jemaat itu diantaranya pengayoman, pembimbingan atau mentoring, pengajaran Alkitab, pelatihan dan lain sebagainya.
5
Melihat itu para Gembala Sidang, penuai harus menyadarinya bahwa pola pelayanan sudah berubah, dari jemaat beribadah ke gereja tertentu karena histori keluarga. Namun sekarang ini jemaat datang ke gereja bukan lagi karena histori keluarganya tetapi karena kebutuhannya terpenuhi. Karena itu gereja yang sudah banyak dan berdekatan ini GBI harus berdiri dengan pelayanan public yang baik dan excellent dimulai dari level kerohanian jemaat itu sendiri. Seperti dari jemaat yang baru terima Tuhan Yesus, kemudian dimuridkan, bertumbuh dalam iman, menjadi dewasa rohani dan selanjutnya dilibatkan dalam pelayanan.
Tantangan-tantangan Sosial Para pendeta dan Gembala Sidang harus sudah berubah melihat dunia di sekitarnya, kalau selama ini pelayanan gereja hanya bersifat pelayanan rohani saja, sekarang gereja harus mulai meningkat kepada pelayanan kemasyarakatan (pelayanan sosial). Sehingga kehadiran gereja itu dirasakan masyarakat sekitar menjadi berkat dan dampak positifnya. Seringkali masyarakat sekitar gereja komplain dengan gereja karena dipandang gereja tidak memberikan dampak positif malah menyusahkan masyarakat tersebut, seperti misalnya mobil orang-orang gereja parkir sehingga menghalangi parkir mobil atau motor masyarakat sekitar. Sudah waktunya gereja harus berubah dan balik keadaan, bahwa kehadiran gereja betul-betul harus menjadi berkat bagi lingkungan dan masyarakat sekitar gereja.
Tingkatkan Pengetahuan & Keterampilan Pejabat GBI ataupun Gembala Sidang harus menyadari bahwa anggota-anggota jemaat sekarang ini sudah meningkat pengetahuannya. Mungkin 10 tahun yang lalu rata-rata jemaat itu berpendidikan SD – SMP, namun sekarang ini rata-rata jemaat minimal pendidikannya SMA ke atas. Ketika jemaat bertumbuh pengetahuannya maka para gembala juga harus sadar dan berubah untuk meningkatkan mutunya. Pertumbuhan pengetahuan yang dimaksud bukan hanya pendidikan formal saja tetapi juga keterampilan-keterampilan pelayanan, sehingga gembala ataupun gereja dapat memenuhi kebutuhan jemaat. Misalnya bagaimana meningkatkan cara berkhotbah, mungkin dulu belum menggunakan media seperti LCD dan lain sebagainya, sekarang sudah mulai menggunakannya. Karena sekarang ini banyak gereja-gereja telah menggunakan LCD ini tentunya bisa dimanfaatkan secara maksimal, sehingga orang atau jemaat lebih mudah memahami khotbahnya.
6|
Manajemen Gereja Di era keterbukaan sekarang ini karena jemaat saat ini ingin sistem pengelolaan keuangan gereja harus terbuka, dan ini sebagai tuntutan bagi gereja untuk berubah dalam sistem manajemen keungannya. Disatu sisi keterbukaan ini bermanfaat bagi gereja karena jemaat akan tahu kalau kebutuhan gereja juga sangat besar. Karena itu gereja harus berubah kepada sistem manajemen pengelolaan keuangan gereja yang lebih baik, namun hal ini juga harus disesuaikan dengan kondisi gereja atau jemaat dan daerah masing-masing. Selain itu sistem manajemen keanggotaan jemaat juga perlu diperbaiki. Hal ini untuk meningkatkan struktur dan organisasi dalam gereja lokal. Ketika jemaat masih sedikit jumlahnya mungkin masih bisa diolah secara manual, namun ketika jemaat berkembang, bertumbuh sehingga jemaat menjadi banyak dan ada fasilitas-fasilitas lainnya, maka sudah tidak memungkinkan pengelolaan jemaat secara manual. Dengan demikian gereja harus berubah dengan cara membangun sistem manajemen gereja yang lebih baik seperti membuat sistem database yang baik, sehingga gembala dan gereja akan mengetahui jumlah jemaat gereja di lokalnya. Selain itu gereja juga akan mengetahui kondisi jemaatnya seperti rumah tinggalnya serta juga tanggal bahagia anggota jemaatnya, sehingga jemaat akan mengapresiasi gereja apabila ulang tahun anggota jemaat diumumkan, entah melalui warta gereja ataupun melalui tayangan di LCD. Perubahan-perubahan tersebut, harus diawali dan didasari dari perubahan spiritualitas yang lebih meningkat, sehingga gembala, pejabat GBI dan para penuai dapat menjadi bapa-bapa rohani yang membawa jemaat-jemaat itu mencapai gol dan sasaran untuk hidup dalam kehendak Tuhan. Itulah yang dimaksud dengan pembaharuan penuai, karena dunia sudah berubah dan tentu para penuai juga harus berubah yaitu cara, metode dan pendekatan pelayanannya, bukan firmannya karena Firman Tuhan tidak berubah, Firman Tuhan itu YA dan AMIN.
7
SAATNYA MENUAI ! SIAP MENJADI PENUAI-PENUAI
Pdt. Paul R. Widjaja
Shalom! Percayakah kita jika hari-hari ini kita sedang berada pada bagian terakhir dari akhir zaman? Percayakah bahwa Tuhan Yesus akan segera datang untuk kedua kalinya? Kita perhatikan bahwa goncangan sedang terjadi di dunia ini, segala hal sedang mengalami goncangan. Ini adalah tanda zaman bahwa kita sedang berada pada hari-hari terakhir di akhir zaman dan Tuhan Yesus akan segera datang untuk kedua kalinya. Di tengah goncangan yang sedang terjadi ini sedang ada suatu gelombang penuaian jiwa yang besar. Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai (Yoh 4:35). Pada ayat ini Yesus mengingatkan bahwa saat untuk menuai sudah tiba saat ini! Mungkin banyak dari kita yang tidak sadar bahwa ladang telah menguning, mungkin pandangan atau fokus kita sedang pada hal lain selain dari tuaian, sehingga kita tidak sadar bahwa ladang sedang menguning. Sebagai Hamba Tuhan, kita adalah penuai-penuai akhir zaman. Bagaimana kita bisa menjadi penuai-penuai yang maksimal sesuai dengan kehendak Tuhan, sehingga ladang yang telah menguning ini dapat dituai dengan maksimal untuk kerajaan Allah?
8|
BUKANKAH KAMU MENGATAKAN: EMPAT BULAN LAGI TIBALAH MUSIM MENUAI? TETAPI AKU BERKATA KEPADAMU: LIHATLAH SEKELILINGMU DAN PANDANGLAH LADANG-LADANG YANG SUDAH MENGUNING DAN MATANG UNTUK DITUAI (Yoh 4:35) Ada 5 hal penting mengenai penuaian yang Tuhan Yesus ingatkan pada kita hari-hari ini:
Tuaian sudah siap. Buka mata kita lebar-lebar untuk melihat, karena seringkali kita tidak “melihat” sehingga kita berpikir belum saatnya kita menuai.
Jumlah tuaian sangat banyak. Ada seorang hamba Tuhan bernama Bob Jones mendapat pesan dari Tuhan bahwa awal penuaian jiwa besar-besaran sudah dimulai pada tahun 2012, hingga sekarang seharusnya tuaian semakin besar. Sudah terjadikah penuaian dalam gereja kita?
Tuaian sudah matang. Survey Gallop dilakukan pada 6 juta orang di seluruh dunia dengan sebuah pertanyaan pada orang-orang yang belum mengenal Yesus. Pertanyaannya adalah: hal apa kira-kira yang akan membuat anda datang ke gereja? Dan jawaban teratas atau terbanyak dikatakan: Jika ada seseorang yang mengajak saya! Ternyata dunia sudah siap untuk dituai!
Gelombang penuaian yang sangat besar sedang terjadi. Gelombang ini ada masanya atau musimnya, kita harus bisa melihat sehingga kita dapat dengan tepat ikut dalam gelombang ini.
Kekurangan Penuai. Ini yang menjadi kenyataan pada akhir zaman yaitu kekurangan penuai. Matius 9:37 berkata: "...Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit". Jika Tuhan Yesus mengatakan bahwa ladang telah menguning dan siap dituai, ini berarti bicara mengenai kita sebagai para penuaipenuai di akhir zaman ini. Dan ada beberapa hal yang harus kita perhatikan supaya kita dapat menjadi penuai-penuai yang maksimal.
"...TUAIAN MEMANG BANYAK, TETAPI PEKERJA SEDIKIT". (Mat 9:37) 9
Sebelum saya masuk dalam bagaimana kita menjadi penuai-penuai akhir zaman yang maksimal bagi Kerajaan Sorga, ada 5 hal yang harus kita mengerti betul sebagai seorang penuai:
Kita adalah Hamba Tuhan. Ini berbicara bahwa sebagai hamba kita harus melakukan secara tepat apa yang Tuan suruh, janganlah mau melakukan segala hal sesuai dengan keinginan/cara kita sendiri.
Kita adalah Anggota Tubuh Kristus. Sebagai anggota Tubuh Kristus kita masing-masing mempunyai peranan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi kita masing-masing.
Kita hanya penuai. Tuaian menjadi matang dan siap dituai, itu karena Tuhan sendiri yang memberi pertumbuhan. Jadi jangan pernah kita merasa semua karena usaha dan kehebatan kita.
Kita semua satu dalam Tuhan. Ini bicara mengenai unity. Sebagai anggota Tubuh Kristus kita harus bergerak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tanpa unity maka tidak akan ada hasil dan kita yang akan cape sendiri.
Kita bekerja untuk Tuhan. Bekerja bagi Tuhan adalah suatu kehormatan yang luar biasa buat kita. Karena itu kita harus bekerja dengan sungguh sungguh. Jika kita sudah mengerti bahwa saat ini ladang telah menguning, siap dituai dan kita mengerti bahwa kita ini adalah para penuai-penuainya Tuhan, maka kita juga harus mengerti betul bagaimana supaya kita bisa menjadi penuai-penuai yang berkenan bagi Tuhan.
Mempunyai hubungan yang intim dengan Tuhan. Waktu kita punya hubungan yang intim dengan Tuhan maka ini yang akan membuat kita menjadi peka. Waktu seorang petani hendak menuai di ladang maka mereka harus betul-betul tahu akan waktu yang tepat. Jangan sampai terlalu cepat, jangan juga terlambat. Tetapi harus pada waktu matang sehingga hasilnya akan menjadi maksimal. Untuk kita bisa tahu waktu yang tepat dalam menuai maka perlu yang namanya kepekaan. Kepekaan akan kehendak Tuhan. Dan ini hanya bisa kita dapatkan waktu kita ini punya hubungan yang baik dan intim dengan Tuhan. Berdoa, memuji dan menyembah Tuhan adalah bagaimana kita terus punya hubungan yang intim dengan Tuhan. Waktu kita peka akan kehendak Tuhan, maka sebagai penuai-penuai akhir zaman maka kita akan mengerti betul bagaimana waktu dan cara penuaian.
10 |
Mempunyai hati yang penuh belas kasihan (compassion) Waktu kita mendengar mengenai penuaian besar apa yang menjadi respon kita? Perdulikah kita? Sadarkah kita kalau kita ini adalah penuai-penuai akhir zaman. Tuhan Yesus dikatakan pada injil Matius 14:14 pada waktu melihat orang banyak yang lelah dan terlantar maka tergeraklah Ia dengan apa? Belas kasihan ( compasion ). Untuk menjadi penuai yang maksimal maka kita sebagai penuai harus punya belas kasihan terhadap jiwa- jiwa yang haus dan lapar akan Tuhan. Dalam ajaran orang Yahudi mereka diajarkan bahwa Tuhan itu adalah Tuhan yang pemarah, yang menuntut umatnya dalam berbagai hal. Tetapi Yesus kebalikannya, bagaimana Dia mengajar dengan Kasih, dengan penuh belas kasihan sehingga setiap gambaran orang yang salah mengenai Allah menjadi berubah. Demikian juga dunia saat ini berada dalam sebuah keputusasaan dan tanpa pengharapan apapun. Tetapi waktu kita punya belas kasihan maka orang akan melihat suatu perbedaan.
Mempunyai hati yang siap dilatih dan dibentuk (skillfull) Penuai yang akan menuai banyak jiwa bagi Tuhan adalah mereka yang punya kemampuan dan pengetahuan akan Allah dan berkemampuan di atas rata-rata dalam apa yang menjadi tugas dan bagian mereka di dunia ini. Masih ingat bagaimana Daud mengalahkan Goliath dengan hanya sebuah batu dan umban? Kita berpikir mungkin hanya suatu kebetulan. Tetapi tahukah kita bahwa Daud itu sangat terlatih dalam menggunakan umban? Sehingga sewaktu Daud menghadapi Goliath dia menggunakan apa yang dia memang kuasai di atas rata-rata ditambah dengan kuasa Allah yang mahatinggi maka hasilnya adalah Dahsyat. Sebagai penuai-penuai akhir zaman kita harus memperlengkapi diri kita dengan luar biasa dari segala aspek dalam pelayanan kita dan juga kemampuan sosial kita. Ayo terus melatih tubuh kita dan menambah pengetahuan kita.
Menyatakan kasih dan kebaikan Tuhan bagi setiap orang. Firman Tuhan bilang dalam Yesaya 60:1 dikatakan Bangkitlah dan menjadi teranglah. Ini bicara bagaimana kita sebagai penuai-penuai kita harus bangkit dan menjadi terang. Ini bicara mengenai kehidupan kita yang berbeda. Dunia hari-hari ini sedang dalam kegelapan. Kita yang harus menjadi terang supaya apa? Supaya mereka yang dalam kegelapan dapat melihat terang tersebut. Yesaya 60:3 mengatakan: "Bangsa-bangsa berduyun-duyun datang kepada terangmu, dan raja-raja kepada cahaya yang terbit bagimu." Sebagai Hamba Tuhan, kita adalah penuai-penuai akhir zaman, Tuhan sudah menetapkan kita di zaman ini untuk menuai jiwa beribu-ribu laksa untuk kemuliaan Kerajaan Allah. Waktunya kita Bangkit dan menjadi terang, waktunya mempersiapkan diri kita supaya menjadi penuai yang punya kapasitas maksimal. Ladang telah menguning siap untuk di tuai, ayo menjadi penuai-penuai yang dahsyat bagi kerajaan Allah. Tuhan Yesus memberkati.
"BANGSA-BANGSA BERDUYUNDUYUN DATANG KEPADA TERANGMU, DAN RAJA-RAJA KEPADA CAHAYA YANG TERBIT BAGIMU." (Yes 60:3) 11
TAHUN 2016 ADALAH TAHUN
PEMBEBASAN SEUTUHNYA! Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo
Shalom saudara yang dikasihi Tuhan, saya ucapkan, “Selamat Tahun Baru 2016. Di tahun 2016 ini saudara akan diberkati berlimpah…limpah…limpah…limpah!”. Haleluya!
S
aya akan kembali menyampaikan pesan Tuhan untuk memasuki tahun 2016. Mari kita baca di Keluaran 33:15-16, Berkatalah Musa kepada-Nya: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?” Saudara, memasuki tahun 2016 biarlah kita berkata seperti Musa ini dan berdoa seperti yang Musa katakan kepada Tuhan, “Tuhan, bimbing
12 |
aku….bimbing aku, ya Tuhan!”. Ada berapa banyak di antara saudara yang begitu yakin bahwa tanpa bimbingan Tuhan kita tidak bisa memasuki tahun 2016? Saudara yang dikasihi Tuhan, sebagai orang Kristen apa yang membedakan kita dengan orang dunia? Yang membedakan adalah Tuhan berjalan bersama dengan kita. Amin! Jadi kalau ada orang Kristen yang memasuki tahun 2016 tanpa dibimbing Tuhan, tanpa berjalan bersama-sama Tuhan setiap hari, setiap saat, setiap langkah dalam hidupnya, itu bukanlah orang percaya. Namanya saja orang percaya tetapi sesungguhnya bukan orang percaya. Disini jelas bahwa yang membedakan kita dengan orang-orang yang belum percaya adalah karena Tuhan berjalan bersama-sama dengan kita dan membimbing kita.
cdn2.hubspot.net/images/broken-chain
Kalau saudara membaca dari Mazmur 32:8 disitu dikatakan: Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu. Mata Tuhan senantiasa tertuju kepada kita. Dia mau mengajar, mau menasehati, Dia mau menuntun kita dan menunjukkan jalan yang harus kita tempuh. Ada berapa banyak di antara Saudara yang memasuki tahun 2016 memerlukan tuntunan Tuhan yang seperti itu? Ada berapa banyak yang mau dituntun, dinasehati dan diajar? Saudara, kita bisa mengerti kalau ini Tuhan yang mengajar, ini Tuhan yang menasehati, ini tuntunan Tuhan; jalan mana yang harus kita tempuh. Itu semua hanya bisa terjadi kalau mata kita senantiasa tertuju kepada Dia. Kalau Saudara membaca dari Mazmur 123:2 disitu dikatakan, Lihat, seperti mata para hamba laki-laki memandang kepada tangan tuannya, seperti mata hamba perempuan memandang kepada tangan nyonyanya, demikianlah mata kita memandang kepada TUHAN, Allah kita, sampai Ia mengasihani kita.
Saudara, memasuki tahun 2016 itu berarti kedatangan Tuhan Yesus sudah lebih dekat lagi. Dan kunci untuk memasuki tahun 2016 adalah dengan berdoa: “Tuhan, berjalanlah bersama-sama dengan aku. Bimbing aku, Tuhan. Aku tidak bisa berjalan memasuki tahun 2016 jika Tuhan tidak beserta dengan aku. Amin!”. Mari perhatikan baik-baik tuntunan Tuhan memasuki tahun 2016 ini.Tuhan memberikan tema kepada kita memasuki tahun 2016. “TAHUN 2016 ADALAH TAHUN PEMBEBASAN SEUTUHNYA!”. Mari perkatakan bersama saya, “Tahun 2016, Tahun Pembebasan Seutuhnya!”. Dan ayatnya adalah Lukas 4:18-19, ”Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orangorang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” Saudara, Tahun Rahmat Tuhan, Tahun Yobel telah datang! Haleluya! 13
Ayat tadi menyatakan bahwa Tuhan Yesus akan: 1. Menyampaikan Kabar Baik kepada orang-orang miskin, artinya membebaskan orang-orang miskin secara rohani, jasmani maupun jiwani. 2. Memberitakan Pembebasan bagi orang-orang tawanan, yaitu orang-orang yang tertawan dengan narkoba, sakit hati, pornografi, tipu daya kekayaan. 3. Memberikan Penglihatan bagi orang-orang buta, artinya membebaskan orang-orang buta baik secara jasmani, yaitu yang terikat dengan sakit-penyakit, serta orang-orang yang buta secara rohani, termasuk yang disesatkan oleh pengajaran-pengajaran palsu. 4. Membebaskan orang-orang yang tertindas, yaitu orang-orang yang menderita, orang-orang yang patah semangat, orang-orang yang hancur hati.
BERTOBAT Apakah Saudara mau Tahun Yobel atau Tahun Pembebasan Seutuhnya terjadi dalam hidup saudara? Kuncinya adalah Bertobat! Kalau selama ini kita berjalan di dalam dosa sehingga apa yang tadi disebutkan terjadi dalam hidup kita, hari ini juga mari kita bertobat dan minta ampun kepada Tuhan. Bertobat itu artinya berbalik 180° kepada Tuhan Yesus dengan penyesalan yang mendalam, “Tuhan, ampuni saya….ampuni saya!”. Ini yang harus kita lakukan di awal tahun 2016. Kalau saudara lakukan itu.... datang kepada Tuhan Yesus dan minta ampun dengan penyesalan yang mendalam, maka Tuhan Yesus akan mengampuni saudara. Dan kita berkata, “Tuhan, aku percaya. Aku percaya Engkau mau dan mampu membebaskan saya.” Kalau saudara lakukan itu, saya mau memberitahu saudara bahwa hari ini juga Tahun Yobel atau Tahun Pembebasan Seutuhnya akan berlaku dalam hidup saudara. Amin! 14 |
TURUT SERTA DALAM PENUAIAN JIWA BESARBESARAN Saya percaya Tahun Pembebasan Seutuhnya akan membawa penuaian jiwa besar-besaran. Bayangkan, kalau Tuhan mau membebaskan dari segala macam yang tidak baik menjadi baik, maka akan banyak orang yang diselamatkan. Itu adalah doa saya dan hari-hari ini kita justru sedang memasuki masa penuaian jiwa besar-besaran. Ini adalah yang terbesar dan juga adalah yang terakhir sebelum Tuhan Yesus datang untuk yang kedua kalinya. Dan saya sangat yakin bahwa hari-hari ini kedatangan Tuhan Yesus sudah sangat…sangat…sangat dekat! Ayo kita mempersiapkan diri! Dan karena hari-hari ini kita sedang berada di masa penuaian jiwa besarbesaran, saya mau mengajak saudara untuk ikut serta dalam penuaian jiwa besar-besaran ini. Saudara, penuaian jiwa besar-besaran itu terjadi ditengah-tengah mujizat yang luar biasa dan juga di tengah-tengah goncangan; seperti yang sejak semula telah dinubuatkan didalam Yoel 2:30-32. Puji Tuhan sekarang Saudara lebih mengerti sehingga berani berkata, “Amin!” dengan keras ketika mendengar kata “goncangan.” Sebab dengan begitu kita berkata, “Goncangan boleh datang tetapi saya tahu Tuhan tetap beserta dengan saya”. Itu artinya amin! Saudara, sudah 10 tahun ini saya dipakai oleh Tuhan dalam pelayanan Healing Movement Crusade (KKR). Dan saya sudah melihat begitu banyak orang-orang yang sudah disembuhkan. Selama 10 tahun ini saya sudah melayani sekitar 255 KKR. Awalnya saya tidak mengerti, tetapi akhirnya saya baru mengerti ternyata ada begitu banyak orang yang disembuhkan serta bertemu dengan Tuhan Yesus. Penuaian besar sedang terjadi!
MEMBACA, MERENUNGKAN DAN MELAKUKAN FIRMAN TUHAN Perlu saudara ketahui, ke depan ini goncangan akan semakin keras, tetapi Tuhan memberitahu kita kunci untuk menghadapi ini semua. Mazmur 1:1-3, Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Pada ayat di atas tidak tertulis kalimat, “Kecuali pada waktu goncangan…”, melainkan dikatakan, “… apa saja yang diperbuatnya berhasil”, tidak peduli gonjang-ganjing atau bumi goyang, dan sebagainya. Tetapi yang paling penting kita:
tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN; yaitu Firman Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam serta melakukannya. Maka dikatakan bahwa orang itu seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya dan daunnya tidak akan layu dan apa saja….apa saja yang diperbuatnya berhasil!
Di awal tahun ini, saya kembali mau bertanya kepada saudara, siapa yang membaca Alkitab setiap hari? Bagi yang belum, mari baca Alkitab setiap hari, renungkan dan lakukan. Kalau saudara tidak membaca Alkitab setiap hari dan tidak merenungkannya, maka saudara akan diombangambingkan dengan pengajaran yang aneh-aneh di luar. Saya berdoa supaya dalam tempo yang relatif singkat ini kita akan lebih sungguh-sungguh dengan Tuhan. Seperti tadi sudah kita katakan, “Tuhan, memasuki tahun 2016 ini saya perlu bimbingan Tuhan. Tuhan berjalan dengan saya bersamasama,” artinya setiap hari kita hidup intim dengan Tuhan. Kita banyak membaca Firman Tuhan, berdoa, memuji dan menyembah Tuhan.
Apakah saudara pernah membayangkan tentang arti “apa saja” yang diperbuat? Itu artinya bukan sebagian, dan bukan hanya beberapa, tetapi APA SAJA yang diperbuatnya berhasil! Mungkin ada yang berpikir, “Ah, Firman Tuhan ini mungkin salah.” Tidak salah! Sebab Firman Tuhan itu YA dan Amin! Lakukan Firman Tuhan, tidak peduli apakah goncangan-goncangan akan datang, sebab saudara tidak akan melihat itu. Seperti tadi sudah dikatakan, “Goncangan boleh datang, tetapi Tuhan tetap beserta saya! Apa yang saya buat pasti berhasil!”
Saya akan selalu mengajak saudara untuk mengingat ini, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Tuhan Yesus. Dia akan menyongsong kita di awan-awan dan kita akan diangkat. Saudara, saya selalu membayangkan pada waktu bertemu Tuhan nanti, sudah tidak ada air mata lagi, tidak ada kesedihan, tidak ada sakit-penyakit, tidak ada yang menderita, melainkan semuanya bersukacita, semuanya sehat, semuanya hidup dalam pujian dan penyembahan kepada Dia. Sampai kapankah itu? SELAMALAMANYA!
- tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, - tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan - tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
15
LIVING VICTORIOUS
LIKE NOAH
AT THE END OF TIMES Ps. Timotius Arifin Tedjasukmana
S
aat-saat ini adalah akhir dari zaman, dan kita melihat bahwa penganiayaan terhadap orang percaya mulai terlihat di mana-mana. Mulai dari Timur Tengah, Sudan, Irak, Suriah, bahkan sudah melebar sampai ke Negara-negara Eropa dan Amerika. Semua itu hanya permulaan, suatu ‘alarm’ supaya kita ‘bangun dan sadar’ bahwa masa ini adalah masa akhir zaman. Untuk itu, kita harus waspada dan berjaga-jaga, supaya pada akhirnya kita dapat memperoleh hidup kekal yang berkemenangan. Nuh hidup di zaman yang keadaannya mirip dengan masa sekarang, masa di mana kejahatan merajalela. Firman Tuhan mengatakan dalam Lukas 17:26-27, “Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum (berpesta pora), mereka kawin dan dikawinkan (they were given in marriage), sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua.”
16 |
image: i.ytimg.com/vi/68kIl-dmvME/maxresdefault.jpg
Nama Nuh memiliki arti ‘rest, comfort’ (Kejadian 5:28-29), dan dia memiliki tugas sebagai 'pembawa penghiburan'. Kejadian 6 menulis, Allah memberikan kehendak bebas kepada manusia, namun yang justru terjadi adalah ‘lawlesness’ /ketiadaan hukum. Hal tersebut memilukan hati Tuhan dan Dia menyesal telah menciptakan manusia (ayat 1-7). Namun di ayat berikutnya dikatakan bahwa Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan. Nuh hidup benar dan tidak bercela (Tamiym: tidak bercela, perfect, whole), meski keadaan dunia saat itu telah rusak dan penuh dengan kekerasan (Kejadian 6:11).
17
Hal-hal yang harus kita contoh dari Nuh agar kita dapat memiliki hidup yang berkemenangan di tengah-tengah zaman yang semakin rusak ini, antara lain:
NOAH WALKED WITH GOD
NOAH WORKED WITH GOD
Righteousness Person
Heir of Righteousness
(Kejadian 6:8-9)
(Ibrani 11:7, Kejadian 7:5, 9, 16)
Nuh dibenarkan (Tsaddiq: benar, righteous) karena dia mendapat kasih karunia dari Allah.
Nuh memulai suatu pekerjaan besar dengan melakukan langkah pertama bersama Tuhan. Pekerjaan membangun bahtera yang memakan waktu seratus tahun, diawali dengan menebang sebuah pohon, dengan ketaatan kepada perintah Tuhan (move with Godly fear), meski Nuh tidak melihat hujan, maupun tanda-tanda air bah, bahkan tidak pernah tahu tentang bahtera sebelumnya. Hal ini yang membuat Nuh menerima kebenaran sesuai dengan imannya (heir of righteousness). Orang benar akan menghasilkan karya kebenaran (heir of righteousness), inilah yang ditinggalkan orang benar kepada keturunannya.
Roma 5:17 mengatakan bahwa kebenaran adalah pemberian Tuhan. Sayangnya, saat ini kebenaran tidak dihargai lagi. Tetapi kita perlu sadar bahwa saat kita berjalan dengan Tuhan, akan lahir kebenaran-kebenaran yang berdasarkan Firman Tuhan.
18 |
NOAH WITNESSED FOR GOD
NOAH WORSHIPPED GOD
Preacher of Righteousness
True Worshipper
(2 Petrus 2:5)
(Kejadian 8:20)
“dan jikalau Allah tidak menyayangkan dunia purba, tetapi hanya menyelamatkan Nuh, pemberita kebenaran itu (but saved Noah, one of eight people, a preacher of righteousness), dengan tujuh orang lain, ketika Ia mendatangkan air bah atas dunia orang-orang yang fasik”
Tuhan tidak pernah lupa ataupun mengingkari janji-Nya kepada kita, sebab Dia mengingat kita (Kejadian 8:1). Saat berada dalam bahtera, Nuh tetap menyembah Tuhan (ayat 20, 21). Persembahan Nuh menyenangkan hati Tuhan sampai Tuhan berjanji untuk tidak lagi menghukum manusia dengan air bah. Melalui Nuh, seluruh dunia turut memperoleh janji Tuhan.
Nuh memberitakan kebenaran Tuhan kepada orang-orang di sekelilingnya selama seratus tahun, tanpa ada orang yang mau mendengarkan selain keluarganya sendiri, dan akhirnya hanya keluarga Nuh yang diselamatkan dari air bah. Kita harus menjadi contoh yang benar bagi orang-orang di sekeliling kita, terlebih bagi keluarga kita. Jangan hanya pandai berbicara di depan mimbar, kita juga harus melakukan apa yang kita bicarakan. Jadilah pembawa kebenaran seperti Nuh.
Kita perlu meneladani kehidupan Nuh untuk dapat bertahan di akhir zaman yang semakin jahat ini. Mulailah dengan hidup yang melekat kepada Bapa, berjalan bersama dengan Dia, bekerja dengan Tuhan, menjadi saksi-Nya, dan menyembah Tuhan, sampai sekeliling kita mengetahui bahwa kehidupan kita dipimpin oleh Tuhan Pencipta langit dan bumi. Dia sendiri yang akan membuat perbedaan antara orang percaya dan yang tidak. Haleluya!
19
GEREJA & GENERASI DIGITAL Mark McClendon Regional Director CBN Southeast Asia / South Korea
Di tahun 2009 saya dapatkan sebuah ‘wake up call’. Saya menghadiri sebuah konferensi baru di Queens New York, dengan judul ‘Jendela 4-14’. Saya dibujukbujuk untuk datang, dan saya mampir selama sehari saja, biar ‘setor muka’. Namun di salah satu sesi, di mana pembicaranya adalah seorang kawan, Dr. Bambang Budijanto, pendiri pelayanan PESAT di Indonesia, saya dengar sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan. ‘Riset membuktikan’, katanya dengan tegas, ‘bahwa 80% dari orang Kristen telah mengenal Kristus sebelum umur 18 tahun.’ Pernyataan tersebut membuat saya terkesima.
20 |
Hanya 20% dari orang percaya menjadi percaya setelah umur 18 tahun? Sementara saya menghabiskan hampir seluruh waktu, tenaga dan dana pelayanan kami untuk menjangkau orang yang paling sulit dijangkau—orang tua. Waktu terjadi ‘altar call, saya pertama yang maju, berlutut di gereja Promise Church di Queens, dan bertobat. Rupanya, anak itu adalah anak kunci untuk pertumbuhan gereja, namun secara ajaib, sepertinya tidak terlalu dianggap oleh pemimpin gereja. Sepulangnya dari New York, saya mulai bekerja, mendirikan gerakan Jendela 4-14 di Indonesia. Kami menyebutnya ‘Anak Bersinar Bangsa Gemilang’, dan selama hampir 5 tahun saya berusaha untuk membangkitkan kesadaran pemimpin gereja terhadap pentingnya gereja menjadikan generasi ini prioritas utama. Kini, 5 tahun kemudian, gereja di Indonesia sudah menuju kepada ujung tanduk, karena secara umum mereka belum menyadari keadaan dan membaca tanda-tanda zaman. Yesus menyerukan kepada orang Farisi, katanya mereka pintar baca tanda-tanda cuaca buruk, namun tidak mahir membaca tanda-tanda zaman. Apakah di masa kini, pemimpin gereja sedang membaca tanda-tanda zaman? Atau gereja di Indonesia akan menjadi ‘Gereja Blackberry’? Blackberry tentu kita semua tahu adalah perangkat HP yang dibuat oleh PT. RIM, sebuah perusahaan yang mencapai puncak pertumbuhan di tahun 2009, dimana pada tahun tersebut nilainya telah mencapai 64 milyar USD. Bagian pasar telpon selular yang dikuasai Blackberry di tahun 2009 adalah 48%. Artinya, dari setiap dua perangkat telpon selular yang terjual di seluruh dunia di tahun 2009, salah satu adalah sebuah Blackberry, sebuah prestasi yang fenomenal. Namun dalam waktu singkat, yaitu hanya 5 tahun, bagian pasar yang dikuasai RIM menjadi hanya 4.5%, kejatuhan yang fenomenal pula. Apa yang terjadi kepada perusahaan raksasa ini, dan apa hubungannya dengan gereja masa kini? Ada tiga hal yang kita akan pelajari dari musibah dahsyat yang terjadi pada perusahaan ini:
21
1. RIM MERASA AMAN, DAN MENGANGGAP ENTENG TEKNOLOGI BARU YANG BERMUNCULAN: RIM, lebih dikenal sebagai Blackberry, yang merasa produknya yang terbaik. Dia merasa bahwa apa yang dibuatnya telah diterima oleh pasar di dunia, bahwa teknologi baru bukan sesuatu yang perlu perhatian secara mendesak. 2. RIM MENYEPELEKAN GENERASI MUDA SEBAGAI PENENTU MASA DEPAN: Pasar RIM terdiri dari para pekerja profesional, dan perusahaan-perusahaan yang menggunakan teknologi keamanan yang adalah keunggulan Blackberry. Mereka merasa anak muda tidak begitu penting, karena yang punya uang adalah orang tua. Mereka tidak menaruh fokus yang signifikan kepada anak muda, sekalipun sudah kelihatan bahwa mereka punya power melalui penjualan iPhone yang dikeluarkan oleh Apple mulai tahun 2007.
3. RIM BERULANG MENGABAIKAN PERINGATAN KARENA MERASA AMAN: Di puncak prestasi penjualan di tahun 2009, RIM sudah ada dalam keadaan yang rawan. Momentum pasar sudah membawa dia kepada puncak pasar, dan omset serta jumlah perangkat yang terjual mencapai angka tertinggi dalam sejarah. Dalam keadaan seperti itu, Blackberry RIM mengabaikan peringatan dan teguran dari berbagai pihak, dengan selalu menunjuk kepada prestasinya.
22 |
Waktu akhirnya Blackberry RIM mulai sadar bahwa dia pendarahan market share, mereka ambil tindakan-tindakan dalam kepanikan. Produk yang dikeluarkan adalah yang bersifat tambal sulam, dan mereka kembali cetak sejarah sebagai perusahaan raksasa yang paling cepat mati. Kini di tahun 2015, tinggal ½ dari 1% pasar. Apakah gereja Tuhan di Indonesia akan melakukan kesalahan-kesalahan yang sama dengan Blackberry RIM? Apakah gereja juga sudah merasa baik, dan bahwa apa yang dia sajikan sudah cukup baik? Apa gereja menganggap enteng teknologi yang kini muncul? Apakah gereja juga mengabaikan anak-anak dan anak muda, karena merasa mereka tidak memberi sumbangsih yang signifikan kepada gereja kita? Apakah gereja sudah kebal terhadap teguran, dan sudah merasa aman?
Kini gereja Tuhan mencapai puncak pertumbuhan di Indonesia. Ibadah Raya sudah paling banyak manusia, lumbung-lumbung gereja paling penuh karena persembahan jemaat, dan semua kelihatan aman. Bagian pasar gereja telah membengkak, namun justru gereja kini dalam ancaman yang terbesar dalam sejarah. Mengapa? Karena anak-anak muda sedang tinggalkan gereja secara massal. Salah satu sinode terbesar di Indonesia dengan hampir 6000 jemaat menyaksikan barubaru ini bahwa di lebih dari 60% dari jemaat mereka, sudah tidak ada lagi ibadah youth. Saya sendiri merasakan. Saya ingat semasa saya pelayanan dalam ibadah youth di Bandung tahun 90’an, ruangan ibadah tidak muat. Bisa ribuan youth mendesak masuk ruangan. Melangkah saja harus hati-hati tidak menginjak orang. Tidak lama ini saya balik ke gereja dan ruangan yang sama. Total 30 orang yang hadir—hanya sedikit untuk ruangan yang muat 1000 orang.
Di Amerika Serikat, Kekristenan mengalami penciutan sebesar 7.8% selama 14 tahun, dari 2000-2014. Berarti, lebih dari 7 juta orang sudah hengkang dari gereja di sana. Siapakah mereka mayoritasnya? Mereka adalah anakanak ‘post-millenial’ (lahir setelah 1996). Pada waktu yang sama, jumlah orang ‘non-affiliated’ naik 6.8%. ‘Non-affiliated’ artinya yang menjadi agnostic (percaya semua agama sama saja), atau ateis (tidak percaya adanya Tuhan). Apa yang membuat generasi berpindah haluan?
Di Korea Selatan, kita melihat keadaan yang sangat jauh lebih mengkhawatirkan. Di tahun 1970, kekristenan telah mencapai 18% dari jumlah penduduk. Secara luar biasa sampai tahun 2010, jumlah populasi yang Kristen menggelembung menjadi 29.2% dari jumlah penduduk. Sebuah pertumbuhan yang luar biasa! Bahkan Korea Selatan menjadi negara pengirim misionaris terbesar kedua di dunia, dengan 21,000 keluarga misionaris di lapangan di seluruh dunia. Namun apa yang terjadi sekarang? Menurut website kostat.co.id, yaitu website resmi pemerintah Korea Selatan, dari tahun 2010 sampai dengan 2014, kekristenan kompes menjadi hanya 17% dari jumlah penduduk. Siapa yang tinggalkan gereja di sana? Survey membuktikan bahwa kini tinggal 3.8% dari anak-anak umur 15-21 tahun yang masih mengaku Kristus. Sementara, ibadah dewasa masih penuh dengan orang.
‘Generasi digital’ adalah generasi ‘postmillenial’ yang sedang bertumbuh dengan perangkat digital di tangan. Mereka adalah generasi yang berbeda, dengan identitas dan nilai-nilai yang berbeda. Kenapa berbeda? Karena guru mereka berbeda dengan guru
kita, generasi orang tua. Facebook, Google, You Tube, Instagram menjadi guru yang sedang menyuapi generasi ini dengan sejuta pesan. Surfing internet, gaming on-line, X-box dan PS, ditambah dengan sejuta app lainnya untuk gaming dan aplikasi apa saja.
Teknologi adalah jalan raya untuk informasi, dan informasi adalah batu bata pembangunan identitas dan karakter seseorang. Kita semua adalah produk daripada informasi yang kita terima. Kita menerima pesan-pesan tak terhitung melalui orang-orang dalam kehidupan kita, lingkungan, panca indera, dan media dari sejak kita lahir. Kesemuanya ini membangun sebuah identitas keluarga, etnis, selera, prasangka, agama, pendidikan dan nilai-nilai apa saja yang kita miliki. Jadi, boleh dikatakan bahwa ‘information is a kind of encoding’ yang sedang menulis program secara sadar atau bawah sadar dalam setiap orang.
Di masa kini, generasi sedang menerima jutaan pesan tambah secara audio visual melalui media digital. Pesan-pesan ini seringkali tidak disaring atau bahkan diketahui oleh orang tua, karena melalui udara, wireless, dan tidak kelihatan. Oleh karena itu, anak-anak kita mulai dibentuknya dengan gaya komunikasi yang berbeda, pola pikir yang berbeda, dan DNA pikiran yang berbeda. Akhirnya, mereka ini menjadi generasi yang memiliki nilai-nilai yang dikhamiri oleh sumber-sumber yang di luar pengertian, imaginasi dan konteks kita. Oleh karena itu, saat orang tua dan gereja menyadari bahwa anak-anak kita sedang dibajak, sudah sangat terlambat untuk menganggapinya.
23
Contohnya di Korea Selatan, kini gereja mulai sadar anak-anak muda jelas tinggalkan gereja, masih bingung soal sebabnya, dan bingung solusinya. Ada yang mulai mengejar anak-anak muda. Namun sekalipun anak-anak muda yang pergi, bukanlah anak-anak muda yang menjadi masalah semata. Kepergian mereka adalah wujud dari gereja mengabaikan anak-anak dari sejak mereka kecil. Karena itu, satu-satunya cara untuk memperbaiki keadaan adalah untuk menjadikan anak-anak dan anak muda prioritas utama gereja, secara permanen dan secara konsisten. Masalahnya, belum banyak gereja yang bisa melihat dengan jelas isu ini. Dan sekalipun gereja bisa melihat akar permasalahannya, berapa banyak yang punya nyali untuk membuat keputusan-keputusan yang sulit demi memperbaiki masa depan?
Ada beberapa hal yang Gereja di Indonesia harus lakukan untuk menghindari terjadinya peristiwa yang serupa dengan yang terjadi di Korea Selatan: 1. Mulai membuat keluarga dan anak sebagai fokus utama gereja dan pelayanan. 2. Mengajar dan melatih orang tua menjadi orang tua yang terbaik. Orang tua yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan untuk anak mereka. 3. Persiapkan pemuridan antar generasi di dalam komunitas gereja kita. Apabila sejek umur muda seseorang belajar untuk memuridkan adiknya, imannya akan menyala, dan kebenaran akan menjadi realita kehidupannya. 4. Terlibat dalam usaha maksimal, bukan untuk meniadakan media dan teknologi, tetapi untuk mengusahakan dampaknya sepositif mungkin.
Apabila gereja bangkit dan menginvestasikan waktu, uang dan tenaga secara maksimal untuk memuridkan generasi anak, melatih dan menolong keluarga dalam perjalanan mereka, dan terus mengembangkan diri supaya menjadi mahir dan mengerti soal anak, remaja dan pelayanan generasi, kita bisa melakukan lebih dari menyelamatkan generasi. Kita akan membangkitkan sebuah generasi baru untuk berdiri teguh di masa mendatang.
Nehemia dipakai oleh Allah untuk membangun tembok Yerusalem, menjadi kekuatan dan perlindungan bagi umatnya. Pada waktu itu, tembok telah roboh, pintu gerbang telah terbakar. Sebagai akibat, umat Allah hidup tercela, dan dalam kesengsaraan. Tidak ada perlindungan, keamanan, keadilan bagi umat Tuhan. Demikian juga generasi masa kini. Seakan-akan tembok sudah roboh, dan musuh keluar masuk tanpa dibatasi. Adakah seorang Nehemia yang akan melakukan hal-hal yang sukar dilakukan demi membangun tembok generasi, dan memulihkan keadaan umat Allah?
24 |
KEPUTUSAN SIDANG MAJELIS PEKERJA LENGKAP II GEREJA BETHEL INDONESIA 1) No. 001/MPL II GBI/2015, tentang Quorum Persidangan. 1. Sidang Majelis Pekerja Lengkap II Gereja Bethel Indonesia yang diselenggarakan tanggal 7 s/d 9 Oktober 2015 dinyatakan quorum dan sah karena dihadiri oleh 130 orang yang terdiri dari anggota Majelis Pekerja Lengkap, Majelis Pertimbangan dan Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia. 2. Berdasarkan diktum pertama keputusan ini maka segala keputusan yang diambil dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap II Gereja Bethel Indonesia tahun 2015 adalah sah dan mengikat. 2) No. 002/MPL II GBI/2015, tentang Pengesahan Tata Tertib Umum & Persidangan. 3) No. 003/MPL II GBI/2015, tentang Pengesahan Agenda Acara & Materi Sidang MPL. 4) No. 004/MPL II GBI/2015, tentang Pengesahan Susunan Personalia Persidangan. Mengesahkan Susunan Personalia Pimpinan Persidangan Majelis Pekerja Lengkap II Gereja Bethel Indonesia Tahun 2015 yang terdiri dari: Majelis Ketua, Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa, M.Th (Ketua), Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th (Anggota), Pdt. Gede Widiada (Anggota), Pdt. Dra.Ec. Lilik Lasmanto, MPM (Anggota), Pdt. Drs. Sumiran (Anggota). Sekretaris, Pdt. Paulus Rudyanto Widjaja. Notulis: Pdt. Dra. Evelyn Tandyawasesa, M.Th, Debbie Runtunuwu, Loulita Rering. 5) No. 005/MPL II GBI/2015, tentang Penerimaan Laporan Umum dan Laporan Keuangan BPH GBI Periode 2015. Menerima Laporan Umum dan Laporan Keuangan Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia Periode Kerja Januari sd Agustus 2015. 6) No. 006-a/MPL II GBI/2015, tentang Kerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia dan Penggunaan Virtual Account. Menyetujui kerja sama Badan Pekerja Harian dengan Bank Rakyat Indonesia dalam hal penggunaan fasilitas perbankan khususnya Virtual Account sebagai sarana pengiriman persepuluhan jemaat Gereja Bethel Indonesia. 7) No. 006-b/MPL II GBI/2015, tentang Kerja sama dengan Bank Central Asia dan dan Penggunaan Virtual Account. Menyetujui kerja sama Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia dengan Bank Central Asia dalam hal penggunaan fasilitas perbankan khususnya Virtual Account sebagai sarana pengiriman persepuluhan jemaat Gereja Bethel Indonesia. 8) No. 007/MPL II GBI/2015, tentang Persetujuan Keputusan Rapat Komisi Organisasi MPL II GBI 2015. Menyetujui Keputusan Rapat Komisi Organisasi – Majelis Pekerja Lengkap II Gereja Bethel Indonesia Tahun 2015, sebagaimana terlampir. • Lampiran Keputusan Komisi Organisasi : 1. BPH membentuk Panitia Ad-Hoc GBI untuk perubahan Tata Gereja GBI. 2. BPH membentuk Tim Penguji atas semua keputusan SMD GBI Tahun 2015 dengan mandate dapat menganulir keputusankeputusan SMD yang dianggap bertentangan dengan Tata Dasar & Tata Tertib GBI, Keputusan-Keputusan MPL, Surat Keputusan BPH GBI mapun Juklak BPH GBI. 3. Agar taat asas dan tertib organisasi ditingkatkan kualitasnya maka baik BPH GBI maupun BPD-BPD GBI konsisten dan konsekuen melaksanakan tugas-tugas dan mengemban tanggung jawabnya sesuai dengan segala yang telah diatur di dalam Tata Dasar & Tata Tertib GBI, Keputusan-Keputusan MPL, Surat Keputusan BPH GBI mapun Juklak GBI. 4. Menyetujui penetapan Juklak Pedoman Pengangkatan Pejabat baru (Pdp, Pdm, Pdt) dan sertifikasi pejabat lama. 5. Menugaskan BPH untuk mendata sekolah-sekolah Theologi yang diakui di lingkungan GBI dan menertibkan gelar-gelar akademik yang dipakai pejabat GBI. 6. Pengesahan Buku Pemuridan dan Penatalayanan dengan menunggu masukan-masukan dari Anggota MPL hingga tanggal 31 Oktober 2015 dan sesudah itu akan segera diterbitkan. 7. Usulan tentang penambahan Anggota MPL Kalimantan Tengah, Pdt. Eric Simorangkir, tidak dapat diterima karena tidak memenuhi persyaratan jumlah minimal Pendeta sesuai Tata Tertib GBI pasal 42 ayat 6.
8. Usulan penetapan gembala senior disetujui dan diserahkan kepada BPH untuk pembuatan juklak. 9. Usulan Pemekaran BPD GBI Medan Metropolitan harus sesuai dengan prosedur Tata Gereja. 10. Pemekaran Sulawesi Tenggara segera dilaksanakan oleh BPH karena sudah menjadi Keputusan MPL I. 11. Mensahkan sikap Teologi GBI menolak LGBT (Lesbi, Gay, Biseksual, Transgender) dan pernikahan sesama jenis sebagaimana yang telah dirumuskan Departemen Teologi BPH GBI, tanggal 30 Juni 2015. Dan menugaskan BPH untuk mensosialisasikannya kepada semua pihak termasuk pemerintah cq Departemen Agama. 9) No. 008/MPL-II/GBI/2015, tentang Pengesahan Program Kerja serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia tahun 2015-2016. 1. Mensahkan Program Kerja serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia Tahun 2014 – 2015 sebagaimana terlampir dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari keputusan ini. 2. Menugaskan kepada Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia untuk dapat melaksanakan dan merealisasikan isi diktum pertama keputusan ini sebagaimana mestinya. • Lampiran Keputusan Komisi Program & Anggaran : 1. Mekanisme pengiriman perpuluhan dari seluruh jemaat GBI di Indonesia dan atau luar negeri disepakati mempergunakan Virtual Account (VA) melalui BRI dan BCA. 2. Database gereja-gereja dan pejabat-pejabat GBI akan diverifikasi dan di-up date oleh BPD-BPD secepatnya, paling lambat tanggal 28 Februari 2016. 3. BPH akan menyelesaikan data yang telah di-up date dan dikirim kembali ke BPD-BPD paling lambat tanggal 31 Maret 2016. 4. Untuk meningkatkan kinerja BPD-BPD maka Juklak BPH tgl. 13 Agustus 2015 akan dilaksanakan sbb: • Untuk BPD – BPD Jawa dan Bali (BPD DKI JAKARTA, BEKASI, JABAR, BANTEN, JATENG, JATIM, SURABAYA, BALI) dikembalikan 20% dan BPD-BPD di luar Jawa dan Bali dikembalikan 30%. • Pengembalian dana ke BPD akan diproses setelah semua perpuluhan diterima sampai dengan tanggal 15 bulan berjalan dan akan ditransfer setelah 5 hari kerja berikutnya. • Perpuluhan yang masuk setelah tanggal 15 bulan berjalan akan diproses dan diperhitungkan pada bulan berikutnya. 5. Bentuk laporan keuangan BPH dan BPD mengikuti Standard Akuntansi Organisasi Nirlaba dan akan diaudit setiap tahun buku. 6. Bantuan untuk janda-janda hamba Tuhan akan diberikan dengan mekanisme pay roll sehingga akurat dan tepat waktu serta transparan. Sistem pelaporan akan dibuat secara sistematis melalui email kepada BPD-BPD. 7. Data janda-janda hamba Tuhan yang menerima bantuan akan di-up date oleh BPD-BPD sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh BPH, mengingat data yang lama sudah tidak akurat. 8. Untuk mempermudah pembukaan rekening di BCA atau BRI bagi jemaat-jemaat di daerah, BPH akan mengirimkan semua dokumen yang diperlukan kepada BPD-BPD. 9. Menerima dan menyetujui Program dan Rencana Anggaran BPH GBI periode November 2015 – Oktober 2016 sebesar Rp. 29.953.500.000,-. 10) No. 009/MPL II GBI/2015, tentang, Pendataan Jemaat-jemaat dan Pejabat-pejabat Gereja Bethel Indonesia. 1. Menugaskan BPD - BPD dan BPLN untuk melakukan pendataan jemaat—jemaat dan pejabat-pejabat di daerah yang diwakilinya. 2. Menugaskan BPH untuk menyempurnakan data base jemaat dan pejabat Gereja Bethel Indonesia berdasarkan laporan data dari Badan Pekerja Daerah. Ditetapkan di Pada tanggal
: Cisarua, Jawa Barat, Indonesia : 8 Oktober 2015
Pembaruan Pelayaan Keluarga:
Dimulai Dari Diri Saya
Dr. dr. Dwidjo Saputro SpKJ (K)
Seperti apa situasi keluarga di abad (akhir zaman) ini? Alkitab mengatakan "Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan membual dan menyombongkan diri, mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orang tua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, tidak dapat mengekang diri, garang, tidak suka yang baik, suka mengkhianat, tidak berpikir panjang, berlagak tahu, lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah." (2 Tim 3:1-4). Pada beberapa dekade terakhir kita telah menyaksikan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan keluarga. Keluarga telah meninggalkan atau membuang nilai-nilai tradisional, dan telah meninggalkan prinsip utama keluarga yang di rancang oleh Allah yaitu menjadi fondasi yang kokoh bagi kehidupan beriman, berelasi, bergereja dan bermasyarakat. Keluarga tidak lagi menjadi pusat testimoni tentang perbuatan kasih dan kebaikan Allah (Ul. 6:4-9, Ef. 5:23-26 ) dan pusat pemuridan bagi generasi (Kej. 18:1819, Ef. 6:4 ). Namun, sebagian orang beranggapan situasi demikian tidak dianggap sebagai abnormal atau kehancuran keluarga, situasi ini "hanya" merupakan bentuk keluarga yang baru dan modern, sebagai akibat perubahan sosial.
28 |
Sebagai seorang gembala atau pemimpin gereja, seperti apa pandangan kita melihat situasi tersebut? Apa respon antisipasi kita terhadap jemaat (keluarga-keluarga) yang Tuhan percayakan untuk digembalakan? Pelayanan keluarga seperti apa yang kita rencanakan? Bagaimana seharusnya penggembalaan bagi keluarga agar keluarga-keluarga tidak menuju kehancuran? Keluarga-keluarga memang sedang mengalami perubahan, salah satu tantangan yang sedang dihadapi keluarga adalah nilainilai yang menjadi inti kehidupan keluarga. Nilai-nilai seperti apa yang dihidupi saat ini? Dengan cara seperti apa keluarga membangun kesatuan hati dan keakraban? Bagaimana berlangsungnya komunikasi dalam keluarga, komunikasi yang jernih atau kabur? Apakah pembagian peran dan tugas, susunan keluarga ( hirarki keluarga ) cukup jelas? Apakah keluarga menghasilkan pengikut atau murid Yesus? Apakah keluarga menjadi tempat utama untuk pelaksanaan The Great Commandment dan pusat pemuridan?
Tantangan Pembinaan Keluarga Pada saat ini keluarga telah meninggalkan nilai tradisional, yaitu laki-laki atau ayah bekerja sebagai pencari nafkah (bread winner), bekerja di luar rumah, sedangkan perempuan atau ibu di rumah mengerjakan tugas kerumahtanggaan dan mengasuh anak. Kehidupan keluarga saat ini sejalan dengan perubahan yang terjadi di masyarakat industrialis modern yaitu: jumlah anggota keluarga sedikit, ibu atau isteri ikut bekerja juga, pengasuhan anak diserahkan kepada institusi lain, waktu untuk menjalin kebersamaan antara suami-isteri, orang tua-anak makin sedikit. Gambaran keluarga masa kini tidak sesuai lagi dengan rancangan Allah semula menciptakan manusia dan keluarga. Keluarga inti adalah terdiri dari ikatan ayah dan ibu yang mengasuh, mendidik 1 atau beberapa anak. Saat ini dalam keluarga inti sebagian besar suami bekerja penuh waktu, dan isteri bekerja juga, ada yang bekerja paruh waktu, ada pula yang bekerja secara penuh waktu. Bahkan didapatkan keluarga inti dimana isteri yang bekerja sedangkan suami yang mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Pengasuhan anak tidak lagi secara langsung dilakukan oleh orang tua, namun kebanyakan diserahkan kepada asisten rumah tangga atau keluarga besar, yaitu kakek dan nenek. Keluarga pada saat ini tidak lagi mampu menjalankan tugasnya yang utama, yaitu menyediakan tempat yang paling aman bagi seluruh anggota keluarga, tempat untuk belajar berinteraksi sosialemosional, tempat untuk tumbuh kembangnya anak-anak menjadi orang dewasa, tempat untuk mempersiapkan bermasyarakat secara mandiri sehingga dapat menjadi anggota masyarakat yang sehat, berkepribadian tangguh, produktif, memiliki etika dan moral. Data yang ada menunjukkan merosotnya kualitas keluarga di Indonesia: angka perceraian makin meningkat, tiap setengah jam diperkirakan terjadi satu perceraian, angka kejadian aborsi meningkat, angka anak tanpa ayah juga makin bertambah, satu di antara tiga anak hidup tanpa ayah. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya risiko terjadinya disintegrasi keluarga (keluarga retak). Selanjutnya mengakibatkan buruknya lingkungan bagi perkembangan sosial-emosional seorang anak, dan akhirnya terjadi peningkatan kejadian kekerasan di antara anak/remaja, tawuran, tindakan kriminal oleh anak/remaja, seks bebas, penyalahgunaan obat/zat, perdagangan anak, amoralitas. Hasil survei kekerasan pada anak pada tahun 2013 menunjukkan satu dari dua anak laki-laki dan satu dari tiga anak perempuan setidaknya mengalami salah satu pengalaman kekerasan (seksual, fisik atau emosional), sebelum berumur 18 tahun. Pelaku kekerasan fisik di keluarga pada anak (usia 18-24 tahun) pada kejadian pertama pada anak laki-laki berdasarkan peringkat presentase adalah (1) ayah (38,23%), (2) kerabat lain (35,59%) dan (3) ibu (26,18%) sementara pada anak perempuan adalah kerabat lain (53,44%) dan ayah (35,53%). Sedangkan pelaku kekerasan fisik di keluarga pada anak (usia 13-17 tahun) pada anak laki-laki dan anak perempuan adalah ayah (masing-masing 41,1% dan 21,58%), dan oleh ibu (masing-masing 40,35% dan 66,34%) (SKTA, 2013). Berdasarkan data Komnas Perempuan, pada tahun 2012, sedikitnya ada 8.315 kasus KDRT dalam setahun. Jumlah itu mengalami peningkatan di tahun 2013 yang mencapai 11.719 kasus atau naik 3.404 kasus dari tahun sebelumnya. Dalam beberapa dekade ini, kecenderungan tersebut tak makin berkurang namun makin meningkat. Di lain pihak saat ini kita sedang dihadapkan dengan peluang bonus demografi. Kondisi ini akan membuat kita kehilangan peluang dan manfaat yang diperoleh dari bonus demografi. Bonus demografi adalah keuntungan dari melimpahnya tenaga muda yang jumlahnya besar sebagai hasil dari penurunan tingkat kesuburan dan kematian yang tinggi di suatu negara, provinsi, atau kabupaten/kota yang mendorong kenaikan jumlah penduduk usia produktif. Era bonus demografi merupakan suatu periode terjadinya ledakan
29
Hasil survei kekerasan pada anak pada tahun 2013 menunjukkan satu dari dua anak laki-laki dan satu dari tiga anak perempuan setidaknya mengalami salah satu pengalaman kekerasan (seksual, fisik atau emosional), sebelum berumur 18 tahun penduduk usia produktif yang bisa menopang penduduk usia non-produktif, biasanya berlangsung 20-30 tahun, Pada 20-30 tahun yang akan datang jumlah anak usia remaja dan orang dewasa usia produktif sangat besar, jumlah yang besar ini diharapkan akan menjadi generasi penerus yang berkualitas. Kesempatan ini tidak boleh kita sia-siakan. Bagaimana antisipasi Gereja Bethel Indonesia terhadap peluang tersebut? Setiap keluarga dirancang oleh Allah dengan tujuan yang mulia yaitu menjadi kawan sekerja Allah, keluarga mengerjakan apa yang Allah ingin kerjakan melalui mereka, yaitu melahirkan beribu-ribu keturunan Illahi (Kel 20:5-6, Mal 2:15). Berbagai tantangan yang dihadapi oleh keluarga dan pelayanan keluarga di gereja saat ini, harus dihadapi dengan melakukan redefinisi keluarga dan pelayanan keluarga di gereja. Artinya, keluarga dengan gereja harus bekerja sama untuk memuridkan generasi. Keluarga dan gereja tidak mungkin berjalan sendiri-sendiri.
Tantangan Pemimpin Gereja Sebagai pemimpin gereja kita tidak dapat menyangkal atau menutup mata terhadap kondisi keluarga saat ini. Strategi apa yang akan dibuat oleh para pemimpin gereja menghadapi situasi ini? Aktifitas atau program seperti apa yang seharusnya dibuat untuk keluarga di gereja? Sejauh mana dan dalam hal apa peran gereja untuk menjadikan jemaat mampu membangun keluarga yang sehat seperti yang dirancang oleh Allah? Kehidupan keluarga selalu berkembang dan mengalami perubahan yang meliputi berbagai aspek kehidupan: dimulai dari mempersiapkan pembentukan keluarga/pernikahan, mendidik/mengasuh anak, membangun dan memperkokoh relasi suami-isteri, mengelola sumber daya yang ada secara bertanggung jawab (keuangan, talenta, waktu, karier), keluarga bercerai, single parent, usia lanjut, hidup melajang dan sebagainya. 30 |
SOLUSI: • Sebagai pemimpin gereja pada saat ini harus bersuara keras untuk menyuarakan kebenaran Alkitab. Semua aspek kehidupan tersebut memerlukan Alkitab sebagai sumber utama penuntun hidup ini. Dimulai dari mana kalau kita harus mengantisipasi kondisi tersebut? "Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat? Sebab Aku telah memilih dia, supaya diperintahkannya kepada anak-anaknya dan kepada keturunannya supaya tetap hidup menurut jalan yang ditunjukkan TUHAN, dengan melakukan kebenaran dan keadilan, dan supaya TUHAN memenuhi kepada Abraham apa yang dijanjikan-Nya kepadanya." (Kej 18:18-19). • Sebagai pemimpin gereja seharusnya memiliki keyakinan (belief) yang memberikan cara pandang sesuai Alkitab, suatu paradigma baru pelayanan keluarga di gereja. Pelayanan keluarga di gereja harus dapat mendorong dan memberi keterampilan kepada keluarga agar keluarga menjadi pusat interaksi yang paling aman bagi anggota keluarga dan bagi pengasuhan anak-anak menuju kerohanian yang makin dewasa dan perkembangan kepribadian yang utuh: sehat tubuh, sehat sosial-emosional, sehat rohani dan cerdas. • Pemimpin gereja harus memandang keluarga menjadi "pusat" dan gereja sebagai mitra keluarga, untuk memenuhi rancangan Allah seperti yang semula dijanjikan kepada Abraham (Abraham Covenant). Suara Alkitab harus diperdengarkan lebih keras lagi untuk memberi dukungan kepada keluarga, kepada ayah dan ibu sebagai pengasuh, pendidik utama bagi anak-anak untuk mewujudkan rancangan Allah bagi Kerajaan-Nya di bumi ini (Kej. 1:28, Kej 2:24). Bagaimana memulainya pembaruan tersebut?
Pelayanan Keluarga Dimulai Dari Diri Sendiri Apa yang dimaksud dengan pelayanan keluarga (family ministry)? “The church’s empowering the people of God to relate to one another as if they are family, especially if they are.” (Dennis B Guersney). Pelayanan keluarga adalah gereja memampukan jemaat Tuhan agar mampu membangun relasi satu dengan yang lain di antara sesama anggota keluarga. Definisi tersebut menunjukkan program pelayanan keluarga tidak statis namun dinamis dan aktif membangun relasi antara suami-isteri, orang tua -anak, dan kakak-adik. Untuk dapat memberikan makna yang tepat bagi pelayanan keluarga, seyogianya dimulai dari diri sendiri. Dengan kata lain perlu adanya pembaruan cara pandang dari para pemimpin gereja, pembaruan yang meliputi cara pandang tentang hubungan dirinya dengan keluarga, dampak apa yang terjadi dalam diri sendiri dan keluarga yang diakibatkan oleh kesibukan aktifitas pelayanan di gereja. Selama ini keluargakeluarga seperti apa yang dihasilkan melalui pelayanan keluarga di gereja yang dipimpinnya? Pertanyaan yang harus dijawab adalah apa yang sedang terjadi pada diri seorang pemimpin gereja dan dampak apa yang terjadi dalam keluarga pemimpin gereja sebagai akibat dari kesibukan pelayanan di gereja? Sebagai ilustrasi seperti apa kehidupan seorang pemimpin gereja yang memberi pengaruh kuat bagi pelayanan gereja di masa depan, saya sampaikan data sebagai berikut: 95 % pemimpin gereja mengalami tekanan yang sangat berat karena dituntut mewujudkan keluarga yang ideal, 81% diantara mereka mengakui tidak memiliki waktu yang cukup bagi keluarga (family times, quality time), 80% mengakui pelayanan penggembalaan yang mereka sedang jalankan berpengaruh negatif bagi perkembangan keluarga mereka, dan 33% mengakui bahwa keluarga mereka saat ini diambang kehancuran. (Trendscope 1998 “Exploring the Impact of Changing Trends on Your Future Ministry"). Dari llustrasi tersebut diperoleh gambaran betapa besarnya tekanan yang dialami oleh para pemimpin dan pelayan di gereja. Apakah kita menyadari kondisi seperti ini? Kondisi ini hanya dapat berubah jika pemimpin gereja bersedia berubah dan mengalami perubahan. Selanjutnya, perubahan yang dialami oleh diri sendiri dan keluarganya, akan membawa pengaruh kuat bagi perubahan pelayanan keluarga bagi jemaat Tuhan yang dilayani oleh mereka.
Keluarga adalah tempat utama untuk menuai generasi illahi, kebenaran ini telah lama tak dilihat atau diabaikan oleh para pemimpin gereja.
Suatu perubahan akan terjadi selalu dimulai dari diri sendiri. Dalam pelayanan keluarga tantangan terbesar adalah sejauh mana diri sendiri bersedia berubah, memenuhi tuntunan Alkitab supaya rancangan Allah akan Kerajaan-Nya di bumi ini digenapi. Berubah dimulai dari diri sendiri, meliputi perubahan cara pandang tentang pelayanan keluarga dan diawali dengan perubahan cara hidup atau gaya hidup dalam berkeluarga. Bagaimana kualitas keluarga kita? Apa yang telah menjadi kekuatan dan apa yang masih harus dikembangkan dalam keluarga kita, sehingga dapat mencerminkan keluarga sebagai pusat bagi bertumbuhnya iman seluruh anggota keluarga, keluarga menjadi pusat testimoni bagi perbuatan kasih Allah.
31
Dalam diri kita harus terjadi pembaruan melalui suatu perubahan, yaitu melalui 5 Pembelajaran yang berkaitan dengan pelayanan keluarga di gereja untuk menghasilkan keluarga berkualitas, yaitu:
1. Pembelajaran pertama,
tentang mengatur, mengelola rumah tangga. "Mengelola keluarga adalah hal yang paling penting yang harus dilakukan dan kita harus melakukannya sebagai prioritas dan menjadwalkannya". Banyak orang mengetahui bahwa keluarga adalah penting bahkan menjadi prioritas namun tidak pernah bertindak dan mewujudkan apa yang diprioritaskan tersebut. Yang paling dasar dan sederhana adalah menjadwalkan apa yang dijadikan prioritas: kegiatan bersama keluarga, merayakan hari penting keluarga (ulang tahun isteri/anak/suami, ulang tahun pernikahan, tanggal mengambil rapor, pertemuan orang tua di sekolah, jadwal anak tampil di sebuah pertunjukkan atau pertandingan, jam belajar anak, ujian atau tes di akhir semester dan sebagainya). "Aku membulatkan hatiku untuk memeriksa dan menyelidiki dengan hikmat segala yang terjadi di bawah langit. Itu pekerjaan yang menyusahkan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan diri. Aku telah melihat segala perbuatan yang dilakukan orang di bawah matahari, tetapi lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin." (Pkh 1:13-14). Allah merancang keluarga untuk menyatakan kemuliaan hanya bagi Dia, dengan melahirkan generasi ke generasi para penyembah Allah (Kej. 1:28; Mz. 78; Rm. 11:36). Pelayanan penggembalaan atau penginjilan yang kita kerjakan dengan sepenuh hati jangan sampai hanya menghasilkan kesiasiaan dan tidak ada artinya. Pelayanan bagi jemaat Tuhan merupakan tanggung jawab yang besar, namun tanggung jawab yang lebih besar lagi adalah mewujudkan perkembangan keluarga yang dibangun atas dasar Kasih Kristus untuk melahirkan dan mempersiapkan beribu-ribu generasi illahi.
2. Pembelajaran kedua,
“Apabila kita ingin menumbuhkan iman pada anak kita di rumah, maka kita harus menyediakan waktu bagi mereka dan waktu tersebut digunakan untuk kegiatan keluarga yang berkualitas.” "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa! Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan,haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada
32 |
anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ul 6:4-7). Banyak di antara kita beranggapan bahwa melalui satu hari saja dengan berbagai aktifitas pelayanan sudah merupakan suatu keberhasilan. Kita seringkali begitu terjebak dalam apa yang mendesak sehingga tidak memperhatikan apa yang penting. Banyak orang tidak dapat membedakan antara mana yang penting dan mana yang mendesak. Apakah kita pernah berhenti sejenak dalam beraktifitas, lalu membayangkan akan menjadi seperti apa anak-anak kita kelak ketika mereka berusia dua puluh tahun? Apa ciri-ciri karakter yang mereka miliki pada usia tersebut? Bagaimana cara mereka memandang dunia? Apa yang akan mereka percayai dan bagaimana pertumbuhan iman mereka? Bagaimana hubungan mereka dengan Tuhan Yesus? Apakah mereka bersedia menjadi pengikut Tuhan Yesus? Di mana mereka akan berdiri untuk Tuhan? Dapatkah kita membayangkan ketika anakanak kita kelak berusia lima puluh tahun? Apakah mereka akan tetap meneruskan rentang dan jenjang kegiatan rumah tangga dengan membesarkan cucucucu kita. Apakah mereka telah mengajarkan cucucucu kita untuk mengasihi Allah? Apakah mereka akan membangun lingkungan keluarga mereka secara berbeda bagi Kristus? Kita harus menyadari bahwa suatu tujuan yang sangat penting harus dicapai dengan upaya dan waktu yang berkualitas, dan harus dijadikan prioritas. Setiap pemimpin gereja harus menangkap visi dari Allah bagi keluarga mereka.
3. Pembelajaran
ketiga,
adalah "gereja memainkan peran yang sangat penting, mempersiapkan program, melaksanakan dan membuat strukturnya". Pemimpin gereja harus menyadari bahwa pemuridan bagi generasi tak dapat dilakukan tanpa mengikutsertakan keluarga, yaitu para orang tua. Alkitab menunjukkan suatu paradigma hubungan antara keluarga dan gereja yaitu keluarga adalah pusat dan gereja menjadi mitra keluarga. Apa artinya? Budaya gereja harus mencerminkan budaya yang mendukung pembinaan keluarga seperti yang dinyatakan dalam Alkitab. Untuk mewujudkan ini maka gereja harus mengenali apa yang dibutuhkan keluarga? Saat ini keluarga sedang menghadapi berbagai tekanan dan ancaman dari dunia disekitarnya: makin tingginya stres oleh karena perubahan tatanan sosial yang begitu cepat, pengaruh kemajuan teknologi informasi (internet, media sosial seperti twitter, facebook, path dll),
pornografi, SSJ (suka sesama jenis) dan sebagainya. Jadi, pelayanan keluarga adalah memperlengkapi keluarga agar tetap mampu membangun keluarga dengan dasar Alkitab sebagai fondasi utama yang kokoh dan keluarga mampu bertahan menghadapi tekanan situasi dunia yang sedang berubah dengan cepat tersebut.
4. Pelajaran keempat, adalah "pemahaman yang benar bahwa keterampilan dalam parenting, berkeluarga dan dalam pernikahan adalah sesuatu yang harus dipelajari". Keluarga adalah lingkungan yang diciptakan Allah untuk memiliki pengaruh paling kuat bagi setiap anak yang tumbuh berkembang di dalamnya. Orang tua diberikan mandat dan kuasa untuk memberi pengaruh paling kuat bagi anak anak mereka. Allah telah memberi suatu panggilan yang dahsyat dengan memilih serta mempercayakan anak anak kepada kita sebagai orang tua, berfungsi sebagai bapa dan ibu. Panggilan menjadi bapa dan ibu adalah panggilan yang paling unik dan utama yang dinyatakan dalam Alkitab. Betapa hebat panggilan ini. Panggilan ini menuntut yang terbaik dari waktu, upaya, dan harta kita. Kita sangat mudah untuk menjadi sedemikian terfokus pada kegiatan yang ada, sehingga kita jarang memperhatikan gambaran besar dari panggilan Allah kepada kita sebagai orang tua. Kita diberi panggilan untuk melakukan suatu misi multigenerasi. Allah menciptakan keluarga kita untuk menjadi pusat pemuridan yang akan memberikan warisan iman bagi generasi-generasi kemudian. Sekali kita menangkap visi dan setia melaksanakan misi bagi multigenerasi ini, kita mengerti bahwa pilihanpilihan yang kita buat sekarang sebagai orang tua mempunyai pengaruh besar bagi anak, cucu, cicit kita dan seterusnya di kemudian hari. Untuk dapat memenuhi panggilan ini kita harus belajar dan bersedia diperlengkapi untuk dapat menjadi orang tua yang melaksanakan mandat yang diberikan oleh Allah. Salah satu hambatan adalah pengalamanpengalaman terdahulu yang dimiliki oleh masing-masing orang tua, yang diperoleh pada masa kita bertumbuh dari anak-anak menjadi dewasa, yaitu pengalaman yang didapat dari orang tua kita. Tidak semua pengalaman itu memiliki cara pandang sesuai Alkitab, untuk itu kita harus bersedia belajar dan diperbarui untuk menggunakan cara-cara terbaik seperti apa yang disuarakan oleh Alkitab tentang menjadi orang tua. Keluarga (rumah tangga) yang kita bangun harus dipastikan menjadi sebuah tempat perlindungan. Kehidupan di dunia sangat keras dan tidak aman. Kita semua mengalami sakit hati dan penolakan. Kita semua memerlukan suatu tempat untuk bersembunyi. Di dalam Mazmur 32:7, Bapa Surgawi kita mengingatkan kita bahwa kita selalu dapat bersembunyi di dalam Dia. “Engkaulah persembunyian bagiku, terhadap kesesakan Engkau menjaga aku, Engkau mengelilingi aku, sehingga aku luput dan bersorak.” Jika Allah adalah tempat persembunyian bagi anak-anak-Nya, maka kita, sebagai orang tua, patut menjadi tempat persembunyian bagi anak-anak kita. Kemanakah anak-anak kita berlari dan minta pertolongan bila mereka merasa sakit? Di manakah mereka bersembunyi? Apakah mereka berlari pulang, langsung kepada kita, ataukah mereka melarikan diri secepatnya dan sejauh mereka bisa? Banyak di antara kita yang ingat bagaimana ketika masih kanak-kanak ketika kita merasakan bahwa tempat terakhir yang kita inginkan adalah berada di rumah kita sendiri, karena kita disakiti dan tidak memperoleh perlindungan. Ini bukan sekadar sebuah visi bagi para orang tua yang mempunyai anak-anak kecil tetapi juga bagi para orang tua yang mempunyai anak-anak dewasa. Fokus dari misi pengasuhan kita sebagai orang tua tertuju kepada hati anak-anak kita, maka kita harus berupaya sedapat mungkin untuk menciptakan relasi satu sama lain yang aman dan mendirikan sebuah rumah tangga yang aman. Setiap orang tua harus menanamkan Kasih Allah secara dalam dalam di dalam hati anak-anak mereka. Ini adalah tugas orang tua paling utama, yang tak dapat digantikan dengan cara apapun juga seperti yang banyak diajarkan oleh berbagai teori pendidikan anak.
5. Pembelajaran kelima, adalah "setiap rumah ( keluarga ) harus belajar untuk membuat struktur dan mengatur diri mereka. Kita harus membantu mereka, khususnya dalam pembangunan iman". Setiap keluarga dibantu oleh gereja melakukan identifikasi apa yang menjadi kebutuhan keluarga untuk menumbuhkembangkan iman anak-anak dan seluruh anggota keluarga mereka. Hal apa yang selama ini telah dilakukan dengan baik, hal apa yang masih harus dikembangkan dan diperkuat dalam keluarga mereka. Pembaruan harus terjadi yaitu budaya gereja harus berubah ke Berpusat Pada Rumah, Didukung oleh Gereja atau tetap membiarkan generasi mendatang akan berada di luar Kerajaan Sorga.
keluarga sebagai pusat bagi bertumbuhnya iman seluruh anggota keluarga, keluarga menjadi pusat testimoni bagi perbuatan kasih Allah. 33
BERSINERGI
DALAM MENUAI Pdt. Dr. Melianus F.H Kakiay, M.Th Yoh.4:37-38 “Sebab dalam hal ini benarlah peribahasa: Yang seorang menabur dan yang lain menuai. Aku mengutus kamu untuk menuai apa yang tidak kamu usahakan; orang-orang lain berusaha dan kamu datang memetik hasil usaha mereka.” Arti kata penuai adalah orang yang menuai, dalam perumpamaan ini, yang menjadi penuai adalah murid-murid Tuhan Yesus. Mereka tinggal menuai, memetik hasil tuaian dari apa yang tidak mereka tabur yaitu orang-orang Samaria yang datang menemui Yesus, setelah mendengar kesaksian perempuan Samaria. Perempuan Samaria-lah yang menjadi penabur, karena ia yang memberitakan kabar tentang Yesus dan membawa orang-orang untuk datang kepada Yesus. Tuhan Yesus pun telah terlebih dulu melakukan pekerjaan menabur. Saat murid-murid sedang pergi mencari makan, Ia melakukan pekerjaan itu (menabur) terhadap perempuan Samaria, dan hasilnya adalah orang-orang Samaria datang mencari-Nya, itulah ladang yang sudah menguning dan siap untuk dituai. Jadi yang dimaksud penuai ialah orangorang yang dipilih Allah, yang dipakai sebagai alat-Nya memberitakan Injil untuk menyelamatkan jiwa-jiwa yang terhilang. Sebagai Hamba-Hamba Tuhan yang sudah dipilih dan ditetapkan menjadi penuai, perlu kita renungkan dan lakukan perubahan secara bersinergi dalam beberapa hal.
BERSINERGI MENINGKATKAN PEMBAHARUAN & PEMBINAAN PENUAI Salah satu permasalahan penuaian yang dihadapi oleh Gereja Bethel Indonesia adalah masih rendahnya mutu
34 |
penuai yang bekerja di ladang penuaian. Sejak dicetuskannya visi dan misi GBI untuk membangun 10.000 GBI oleh pendiri GBI, kenyataannya hingga usia GBI memasuki 45 tahun, visi dan misi ini belum juga terwujudkan. Hal ini menunjukkan bahwa langkah apapun yang ditempuh dan sistem apapun yang diterapkan dalam upaya pencapaian visi, belum menunjukkan hasil yang maksimal. Kualitas sumber daya manusia merupakan faktor kunci keberhasilannya, karena seperti pepatah mengatakan bukannya “the gun” tetapi “the man behind the gun” yang menentukan. Artinya, perbaikan yang berkelanjutan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas penuai Gereja Bethel Indonesia dalam arti yang sebenarnya, yaitu Penuai GBI yang semua potensi kecerdasannya (intelektual, seni, emosional, spiritual, fisik) berkembang secara optimal dan maksimal untuk kemuliaan Tuhan. Kenyataan menunjukkan bahwa sampai saat ini program gereja yang ada belum berhasil memberikan andil yang signifikan dalam membentuk penuai yang demikian. Oleh sebab itu, tampaknya pembinaan kualitas sumber daya penuai di Gereja Bethel Indonesia telah merupakan kebutuhan mendesak, bahkan mungkin keharusan. Dalam periode ini, berbagai upaya telah diprogramkan dan sedang dilakukan oleh Departemen Pembinaan Wilayah untuk meningkatkan mutu Penuai GBI, misalnya program pembinaan pejabat melalui peningkatan kapasitas “Training Capacity Building“ baik untuk organisasi BPD maupun pejabat GBI dengan 3 materi peningkatan kapasitas
yaitu, pemahaman yang benar tentang Standarisasi Operasional Prosedur (SOP), pemahaman yang benar tentang Planning, Monitoring, dan Evaluasi (PME); serta keahlian dalam mengadakan negosiasi (Negotiation Skill). Bentuk pembinaan lainnya adalah dengan mengadakan Pastor Conference untuk peningkatan mutu sumber daya penuai dengan pemahaman yang baru dan benar mengenai penuaian (landasan Teologi tentang penuaian); membahas langkah-langkah strategi dalam pembuatan program-program yang terarah, terencana dan terukur dan bagaimana melaksanakannya dalam konteks pusat, daerah maupun wilayah-wilayah. Departemen Pembinaan Wilayah juga mengadakan program pendampingan kepada BPD-BPD, melakukan sosialisasi keputusan MPL, sosialisasi pengakuan Iman GBI, Seminar Biblical Grace, LGBT, Gereja Sahabat Keluarga serta berbagai program pembinaan pejabat lainnya yang dilakukan bekerjasama dengan departemen-departemen yang ada di BPH GBI. Pembinaan hendaknya dilakukan dengan segera, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Hendaknya ditegaskan oleh BPH GBI bahwa pembinaan tenaga penuai diarahkan untuk membentuk penuai-penuai yang berjiwa pelayan, serta memaksimalkan semua potensi kecerdasaannya untuk digunakan bagi kemuliaan Tuhan sehingga akan lahir penuaipenuai GBI yang berjiwa dan memiliki karakter kehambaan seperti Tuhan Yesus, yang memiliki belas kasihan bagi jiwajiwa yang terhilang dan mau melayani mereka! “Character building” yang selama ini mungkin kurang ditekankan, harus mendapatkan prioritas tinggi. Pilihan ini harus diterjemahkan ke dalam program-program nyata, yang pelaksanaannya dipantau dan dievaluasi dengan indikator keberhasilan yang jelas.
BERSINERGI MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PENUAI Pembinaan & Pembaharuan Penuai dilakukan secara kontekstual dan strategis pada masing-masing daerah. Sebab “mutu tuaian” di daerah A akan berbeda dengan daerah B, karena faktor alam, lingkungan dan latar belakang, dll yang berbeda-beda. Program, visi dan misi bisa sama, namun dalam strategi pelaksanaannya dapat berbeda. Itu sebabnya setiap juklak atau modul-modul yang ada harus dapat diterapkan secara fleksibel. Modul-modul pembinaan hendaknya disesuaikan dengan lingkungan atau situasi daerah, tidak menyamaratakan semua modul untuk semua daerah namun tetap memiliki tujuan yang sama. Kebanyakan tenaga penuai, termasuk Gembala Jemaat, bertindak sebagai pelaksana perintah dan petunjuk
dari atas, nyaris tanpa kreativitas. Karena dikondisikan harus melaksanakan juklak dan juknis yang begitu rinci sehingga tidak memberi peluang untuk kreatifitas, dan para Gembala pada gilirannya juga minta ditaati oleh pengerja dan jemaatnya, mungkin mereka lakukan dengan tidak sadar, tapi hal ini menghambat kreatifitas. Ironisnya, para pemimpin tak henti-hentinya meminta para pelayan untuk mendidik jemaatnya berpikir kritis dan kreatif. Wajar saja jika program-program yang diarahkan untuk membuat tenaga penuai lebih aktif serta kreatif belum membawa hasil yang diinginkan, meskipun telah menghabiskan dana yang tidak sedikit. Semua ini menyiratkan perlunya pembaharuan manajemen pembinaan penuai untuk memberdayakan seluruh pejabat GBI dan hamba-hamba Tuhan dalam kreatifitas menuai jiwa-jiwa di daerahnya masing-masing.
BERSINERGI MENDUKUNG PENUAIAN Diharapkan ke depan bahwa Pembaharuan Penuai jangan hanya menjadi retorika belaka, nyaris tidak pernah diupayakan untuk diterapkan dalam program-program nyata di tingkat pusat dan daerah. Dan juga, lingkup aspek pembinaan penuai atau pejabat GBI jangan hanya cenderung mempersiapkan lulusan yang siap pakai dengan berbagai bentuk modul-modul yang instan tanpa memperhatikan aspek-aspek kepribadian (Karakter Hamba) dan aspek keterampilan/kreatifitas Penuai. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa tenaga penuai telah kehilangan jiwa kehambaannya. Mendukung pelaksanaan pembaharuan ini, dua hal yang perlu diperhatikan adalah alokasi dana dan sistem data base yang terintegrasi menjadi satu. Mengingat bahwa program pembinaan kualitas sumber daya penuai adalah sesuatu yang penting dan mendesak dalam mewujudkan visi dan misi GBI, maka alokasi dana minimal 10% dari anggaran BPH harus dikucurkan untuk pelaksanaan program pembinaan ini serta bagaimana membangun sistem data base yang kuat, sehingga semua elemen yang ada di GBI dapat terintegrasi menjadi satu. Hal ini penting agar semua strategi dan pencapaian hasil tuaian dapat dilakukan secara efektif dan efisien melalui sistem pelaporan pendataan yang baik dan setiap mereka yang terpanggil untuk menjadi penuai sudah terlatih secara profesional dalam menggunakan sistem ini. Departemen Pembinaan Wilayah akan menjadi pintu untuk satu kebijakan yang sama, tidak masing-masing departemen bergerak sendiri, tetapi kita bersinergi melakukan pembaharuan penuai agar visi dan misi tercapai, dan GBI akan menuai jiwa-jiwa beribu-ribu laksa demi kemuliaan nama Tuhan.
35
RELEVAn
& Inovatif Pdt. Josia Abdisaputra, M.Th.
Demikianlah bagi orang Yahudi aku menjadi seperti orang Yahudi, supaya aku memenangkan orangorang Yahudi. Bagi orang-orang yang hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku sendiri tidak hidup di bawah hukum Taurat, supaya aku dapat memenangkan mereka yang hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orang-orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat aku menjadi seperti orang yang tidak hidup di bawah hukum Taurat, sekalipun aku tidak hidup di luar hukum Allah, karena aku hidup di bawah hukum Kristus, supaya aku dapat memenangkan mereka yang tidak hidup di bawah hukum Taurat. Bagi orangorang yang lemah aku menjadi seperti orang yang lemah, supaya aku dapat menyelamatkan mereka yang lemah. Bagi semua orang aku telah menjadi segala-galanya, supaya aku sedapat mungkin memenangkan beberapa orang dari antara mereka. (1 Kor 9:20-22)
36 |
Dari ayat di atas, ada dua hal yang bisa kita pelajari:
1. Relevan
Relevan artinya "Nyambung". "Bagi orang yahudi, aku menjadi seperti orang yahudi, supaya aku memenangkan orang Yahudi..."
Jadi kunci Paulus untuk memenangkan banyak jiwa adalah dengan menjadi pribadi yang relevan dalam metode pelayanannya.
Pada saat GBI menjadi tidak relevan, saya kuatir GBI akan mengalami stagnasi. Jadi menurut saya, GBI harus relevan. GBI harus mau melihat perkembangan yang terjadi di masyarakat, GBI harus mau melihat perkembangan pada generasi muda. Lalu kita membuat metode pelayanan yang "Nyambung" dan menjadi jawaban bagi kebutuhan mereka. Sebaliknya, jika gereja tidak mau menjadi relevan, saya kuatir gereja akan menjadi seperti museum, kuno, dan tidak menarik bagi generasi yang mau kita jangkau.
Untuk itu melalui kesempatan ini, saya mau mendorong setiap kita, mari kita dengan keberanian merubah hal-hal yang perlu dirubah, sehingga kita menjadi relevan, karena dunia terus berubah. Jangan sampai kita tidak "nyambung" dengan generasi masa ini, sehingga kita gagal menjangkau jiwa-jiwa.
Untuk menjadi relevan dibutuhkan Inovasi.
37
2. Inovasi
38 |
Untuk gereja bisa selalu relevan dan "nyambung" dengan generasinya dan berhasil menuai banyak jiwa, maka butuh Inovasi.
Inovasi menurut wikipedia adalah proses bagi adanya kemajuan-kemajuan dengan mempenalkan sesuatu yang baru. Dengan kata lain kita harus memperkenalkan cara-cara yang berbeda, sesuatu yang baru, untuk bisa "nyambung" dan memenangkan generasi ini.
Inovasi membutuhkan kreatifitas. Gereja harus kreatif.
Gereja jangan membatasi kreatifitas dengan tidak tersedianya sarana dan prasarana. Justru sebaliknya, dengan segala keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana, kita harus berpikir secara kreatif apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan pelayanan. Saya mendorong gereja dan para pemimpin untuk berani bertindak kreatif dan inovatif, sekalipun dianggap "gila" karena melakukan sesuatu yang baru. Pada waktu Yesus memulai pelayananNya, dan menyebuhkan orang sakit pada hari sabat, semua orang memprotes, dan menganggap tindakan Yesus adalah tindakan yang salah dan menyalahi tradisi.
Sama halnya ketika John Wesley mengadakan ibadah di tempat terbuka, banyak orang memprotes karena anggapan umum yang berlaku pada waktu itu, ibadah dan hadirat Tuhan hanya bisa terjadi di dalam ruang gereja. Tapi keberanian John Wesley untuk bertindak kreatif tersebut membuahkan hasil, kebangunan rohani dan penuaian jiwa terjadi.
Demikian dengan Martin Luther, yang telah menterjemahkan Alkitab ke dalam bahasa Jerman dan membagikannya kepada masyarakat umum, padahal waktu itu berlaku larangan membaca Alkitab bagi masyarakat umum.
Kita lihat bahwa ada terobosan-terobosan yang berani, cara-cara yang baru untuk memenangkan generasi pada zamannya, dan saya percaya dengan hikmat dan urapan dari Roh Kudus, gereja bisa menjadi agen-agen perubahan yang paling kreatif di dunia ini untuk menjangkau generasi yang terhilang. Saya ingin gereja menjadi relevan, punya ide-ide kreatif dan inovatif untuk menjangkau jiwa-jiwa.
"Hal yang kontroversi kemarin, dapat menjadi norma pada hari ini. Dan sesuatu yang kontemporer pada hari ini, akan menjadi sesuatu yang tradisional pada esok hari" [Ps. Craig Groeschel]
39
PEMBAHARUAN PENUAI DI
ERA GLOBALISASI
Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham Kita sedang berada di akhir zaman. Tidak lama lagi Tuhan Yesus akan segera datang kembali. Tanda-tanda zaman sudah sangat nyata di depan mata kita bahwa waktu kedatangan-Nya sudah sangat singkat: adanya gempa bumi, tsunami, fenomena “bulan darah”, nabi palsu bermunculan, peperangan dan aniaya di mana-mana. Namun ada satu tugas yang harus diselesaikan orang percaya sebelum kedatangan-Nya yakni menuntaskan Amanat Agung Yesus dalam Matius 28:19-20, yakni untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid Kristus. Matius 24:14 berkata, “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.” Akan terjadi penuaian besar-besaran secara global di atas muka bumi ini. Karena itu kita perlu memahami apa yang dimaksud dengan globalisasi, apa tantangan di masa globalisasi ini, dan apa hal yang perlu kita lakukan untuk menjadi penuai yang lebih baik pada era globalisasi ini.
40 |
A. MAKNA GLOBALISASI Secara sederhana globalisasi dapat dipahami sebagai proses dimana masyarakat yang semula terisolir, kini saling terhubung dan saling mempengaruhi dengan melintasi batas negara. Hal ini terjadi akibat perkembangan teknologi khususnya di bidang komunikasi dan transportasi sehingga tercipta pertukaran budaya dan ekonomi secara internasional. Dulu, untuk minum secangkir kopi Gloria Jeans kita harus pergi ke Sydney – Australia, tapi kini di Jakarta pun kita bisa meneguknya. Belasan tahun lalu saya sering ke Honolulu – Hawaii untuk melayani para mahasiswa Indonesia yang kuliah di sana, sampai akhirnya terbentuk GBI. Kalau pulang ke Indonesia saya biasanya membeli coklat Hawaiian Host yang hanya dijual di sana, tapi kini di super market di Bandung pun saya bisa membelinya. Kemajuan ini membuat batasan lokal semakin pudar karena derasnya informasi global yang sulit disaring sehingga orang di masa kini hidup dalam budaya dunia. Ketika sekian tahun lampau Psy dari Korea Selatan menyanyi dan menari dengan gaya orang naik kuda yang disebut “Gangnam Style”, orang dari berbagai benua pun mengikuti tarian ala gangnam itu karena melihatnya di televisi. Melalui situs internet orang pada masa kini bisa belajar mengenai paham komunisme atau atheisme yang dulu mustahil didapatkan bukunya di Indonesia. Kondisi ini bisa menyebabkan orang yang tidak memiliki akar iman yang kuat, terpengaruh setelah membaca website tersebut. Tidak bisa dipungkiri ada dampak positif akibat globalisasi ini, misalnya: manusia lebih mudah menjalin interaksi antarnegara, relasi usaha dengan orang dari mancanegara makin terbuka, belajar budaya dan bahasa lebih mudah. Namun, dampak negatifnya pun ada, antara lain: pengaruh moral buruk mudah sekali menjalar karena peniruan. Misalnya: Ketika Mahkamah Agung Amerika Serikat melegalisasasi pernikahan sejenis pertengahan 2015 yang lalu, langsung banyak netizen (internet citizen) dari seluruh dunia mengganti profile picture di Facebook mereka dengan mencantumkan bendera warna pelangi sebagai simbol dukungan terhadap homoseksual.
B. TANTANGAN DI ERA GLOBALISASI 1. Tantangan di bidang TEKNOLOGI INFORMASI. Masyarakat, khususnya generasi muda pada masa kini sangat terpengaruh oleh berbagai sosial media dan aplikasi smartphone seperti: Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Whatsapp, Blackberry Messenger, dll. Akibatnya, banyak yang menghabiskan waktunya di dunia maya sehingga kurang bersosialisasi secara langsung dengan lingkungan nyata, tidak tertarik untuk ngobrol bersama keluarga, malas belajar dan malas beribadah di gereja. Yang lebih berbahaya adalah situs-situs porno yang gampang diakses dan game on-line yang mengarah pada perjudian, yang kini makin digemari oleh anak-anak muda.
2. Tantangan di bidang PASTORAL. Banyak jemaat pada masa kini yang menghadapi problem multi dimensi. Celakanya, banyak di antara mereka yang tidak punya fondasi iman yang kokoh akibat pengaruh sekularisme, materialisme dan hedonisme. Akibatnya, mereka gampang menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yaitu lepas dari masalahnya. Padahal, cara itu tidak akan menyelesaikan masalah, malah menambah masalah. Pergumulan jemaat banyak yang menyangkut masalah keluarga dan pekerjaan. Walaupun mereka hari Minggu pergi ke gereja, namun kadang mereka sulit mengaplikasikan khotbah yang mereka dengar dengan kehidupan mereka sehari-hari.
3. Tantangan di bidang THEOLOGIA. Pada masa kini ada berbagai angin pengajaran yang tidak alkitabiah. Jemaat bahkan hamba Tuhan yang tidak mendalami Alkitab dan doktrin Kristen akan mudah sekali terpengaruh. Pengaruh post-
41
modernisme pun meluas. Setidaknya ada dua ciri utama post-modernisme: a) Relativisme. Ini adalah pandangan yang menganggap tidak ada kebenaran mutlak yang universal. Dalam masyarakat yang pluralistik kita harus dapat menerima perbedaan pandangan dan tidak boleh meng-klaim bahwa agama kita yang paling benar sedangkan kepercayaan lain salah. Contoh: Banyak gereja arus utama di luar negeri memandang bahwa paham LGBT (Lesbian, gay, bisexual, transgender) sebagai hal yang dapat diterima. b) Menekankan pengalaman dari pada logika. Gereja di abad pertengahan pernah masuk dalam “masa gelap” karena banyak takhayul yang tidak masuk akal yang dipercayai, tapi sejak zaman Pencerahan (Renaissance/ Aufklarung) masyarakat umum menentang dominasi gereja dan menjadikan logika atau akal budi sebagai norma tertinggi. Yang dianggap tidak masuk, akan ditolak. Itulah yang kemudian menjadi ciri utama di zaman modern. Namun, nampaknya roda berputar dan di masa post-modernisme ini banyak orang yang justru mencari pengalaman spritual yang sifatnya mistikal. Jadi, yang sangat digandrungi adalah: hamba Tuhan yang katanya bisa mendengar suara Tuhan setiap saat dan bisa memberikan nubuat pribadi tentang apa yang harus dilakukan oleh seseorang, adanya berbagai penglihatan yang diterima bulat-bulat sebagai kebenaran tanpa “menguji roh” untuk meneliti apakah sesuatu itu benar atau tidak secara Alkitabiah.
4. Tantangan di bidang PENGINJILAN. Menurut hasil survey tahun 2014 dari Pew Research Center, USA, jumlah orang Kristen di Amerika Serikat dalam kurun waktu 8 tahun terakhir yaitu dari tahun 2007-2014 turun 7,8%. Di tahun 2010 hingga 2050 diduga laju pertumbuhan penduduk dunia adalah 35%. Jumlah umat Kristen diprediksi akan bertambah 35%. Namun, sebetulnya itu bukan pertambahan karena itu sama dengan jumlah pertumbuhan penduduk. Berarti mayoritas pertambahan orang Kristen disebabkan karena faktor kelahiran semata, bukan karena penginjilan. Menurut survey itu, agama yang justru diduga akan mengalami laju pertambahan pesat
42 |
adalah Islam, yakni akan mengalami peningkatan 73% di tahun 2050 atau sekitar dua kali lipat dari laju pertambahan penduduk. Mungkin hal ini disebabkan karena dalam agama Islam poligami diizinkan. Seorang pria boleh menikah dengan maksimal 4 wanita, lagi pula mereka umumnya memiliki banyak anak.
C. PEMBAHARUAN PENUAI DI ERA GLOBALISASI Menghadapi berbagai tantangan yang berat itu kualitas penuai sangat perlu ditingkatkan, bilamana tidak maka dampak kekristenan akan semakin lemah, kita tidak bisa lagi berfungsi untuk menggarami dan menerangi masyarakat yang ada. Karena itu setiap hamba Tuhan harus terus belajar meningkatkan kapasitasnya dalam segala hal sehingga pelayanannya makin efektif. Beberapa bidang yang perlu ditingkatkan antara lain:
1. Pembaharuan di bidang TEKNOLOGI INFORMASI.
Keterampilan pelayan Tuhan di bidang teknologi informasi harus di up grade. Karena era media cetak mulai bergeser menjadi era digital maka kita harus makin terbiasa menggunakan sarana digital ini untuk meningkatkan pelayanan kepada jemaat dan lingkup yang lebih luas. Gereja kami menerbitkan renungan harian dwi bulanan “Nilai Kehidupan” dengan oplag 4.000 eksemplar sekali cetak. Tapi di Facebook jumlah member atau anggota pelanggannya hampir 60.000 orang. Ini menunjukkan pelayanan melalui media digital sangat powerful. Karena itu, gereja perlu membuat dan memperbaiki terus tampilan website-nya atau bahkan memiliki aplikasi gereja digital berupa: warta digital, majalah digital, video klip, jaringan sosial media. Sangat baik bila gereja memiliki pelayanan radio dan juga televisi. Kini mulai ada gereja yang melakukan live streaming setiap kali melakukan ibadah, sehingga jemaat yang
berhalangan hadir bisa tetap mengikutinya di rumah melalui program ini. Apakah ini akan menimbulkan banyak “jemaat on-line” yang tidak hadir lagi di gereja dan hanya menonton ibadah di rumah melalui komputer. Menurut saya tidak demikian karena unsur persekutuan (koinonia) antarsaudara seiman tentu tidak dirasakan oleh jemaat on-line itu. Justru program ini akan membantu jemaat yang berhalangan hadir di gereja misalnya karena sakit atau hal lain, tetap bertumbuh rohaninya karena menerima Firman yang mereka dengarkan. Lagi pula dengan kemajuan teknologi live streaming ini, sebuah ibadah dapat dipancarkan ke berbagai tempat dan kota yang berbeda sehingga banyak orang yang akan lebih terjangkau dan terberkati. Setidaknya, 5 dari 10 Mega Church terbesar di Amerika Serikat menggunakan cara ini untuk mengembangkan jumlah keanggotaan gerejanya.
2. Pembaharuan di bidang PASTORAL. Bilamana pelayanan di bidang teknologi informasi makin “high-tech”, maka pelayanan kepada jemaat pun harus makin “high-touch”. Pelayan Tuhan jangan hanya memperhatikan organisasi dan masalah manajemen gereja saja, tetapi harus juga menggembalakan domba-domba Tuhan dengan baik. Ini meliputi pelayanan perkunjungan bagi jiwa baru dan orang-orang yang sakit, dan juga konseling bagi mereka yang memiliki masalah. Pelayanan pastoral ini harus mencakup segala lapisan usia jemaat mulai dari anak kecil, remaja, pemuda, dewasa hingga usia lanjut. Salah satu cara utama untuk meningkatkan pelayanan pastoral dimana setiap orang bisa saling memperhatikan dan menggembalakan satu dengan yang lain sehingga mereka bisa bertumbuh secara rohani adalah melalui Kelompok Sel. Karena itu pelatihan tentang bagaimana membentuk Kelompok Sel baru serta bagaimana melakukan pelayanan pastoral melalui Kelompok Sel harus sering diadakan untuk memperlengkapi jemaat.
3. Pembaharuan di bidang THEOLOGIA. Pelayan Tuhan di masa kini perlu makin memperlengkapi dirinya dengan pemahaman teologi yang benar sehingga meyakini ketidaksalahan (inerrancy) Alkitab. Sebab, kalau Alkitab bisa salah, maka tidak ada pijakan yang kuat dalam hal doktrinal dan moral yang dapat dijadikan patokan. Kita juga harus memegang prinsip reformasi yaitu “Sola Scriptura”, Firman Tuhan sebagai patokan yang tertinggi. Apapun pengalaman spiritual yang di klaim diterima langsung dari Tuhan berupa penglihatan, nubuat, dan sebagainya, harus dilihat apakah sesuai dengan prinsip Alkitab atau tidak. Dalam masyarakat yang pluralistik dengan beragam kepercayaan, walaupun kita harus memiliki sikap toleransi kepada sesama umat beragama, namun kita harus tetap meyakini bahwa Yesus adalah satu-satunya Juruselamat (Yoh. 14:6). Ini akan membuat api penginjilan selalu menyala dalam hati kita. Di samping itu, khotbah yang disampaikan kepada jemaat juga agar tidak hanya membahas masalah moral belaka ataupun hanya memotivasi orang supaya lebih sukses dalam hidup, tapi juga harus membahas ajaran pokok iman Kristen sehingga jemaat tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai pengajaran yang muncul di akhir zaman ini. Bahas dalam khotbah Minggu pokok yang sedang mengemuka, seperti Hyper Grace alias grace over dosis (lihat pernyataan teologis GBI mengenai Biblical Grace).
4. Pembaharuan di bidang PENGINJILAN. Para penuai harus memperbaharui keintimannya dengan Tuhan, hidup dalam doa pujian dan penyembahan serta mengijinkan Roh Kudus menguasai seluruh hidupnya. Roh Kudus juga harus diizinkan bergerak bebas dalam ibadah, sehingga ibadah itu bukan hanya menjadi ibadah yang formal tapi menjadi ibadah yang hidup supaya jemaat mengalami kehadiran Allah. Ini akan membuat iman mereka bertumbuh dan akan muncul kerinduan dalam diri jemaat untuk membawa jiwa-jiwa baru datang kepada Kristus. Pelatihan tentang cara melakukan penginjilan secara pribadi yang memampukan jemaat bisa memenangkan jiwa pun harus ditingkatkan. Selain itu gereja perlu lebih aktif melakukan pelayanan misi sehingga jemaat sadar bahwa gereja itu bukan kumpulan orang percaya dalam empat tembok gereja lokalnya saja, tapi seluruh bumi ini harus menjadi sasaran misi orang percaya. Ketika “Prayer Evangelism” ini dilakukan dengan konsisten, kita percaya tuaian jiwa akan terjadi di era globalisasi ini. Amin. 43
Pernyataan Teologis GBI Mengenai: KASIH KARUNIA YANG ALKITABIAH (BIBLICAL GRACE) Berkenaan dengan ajaran yang sedang berkembang di kalangan gereja tentang Hyper-Grace, maka berikut ini kami menjelaskan pandangan GBI terhadap ajaran GRACE. Ajaran mengenai kasih karunia/anugerah telah dijelaskan, ditantang, diperdebatkan dan didiskusikan oleh gereja selama berabad-abad. Umumnya, terdapat dua pandangan yang muncul. Pertama, pandangan yang sangat menekankan “kasih karunia/anugerah” saja berdasarkan faktor kedaulatan Allah dan pekerjaan Kristus di Kalvari yang telah menggenapi semua tuntutan hukum Taurat dan kutuk dosa. Atas pekerjaan Kristus ini, secara otomatis telah melenyapkan dosa masa lalu, kini dan masa yang akan datang. Oleh karena itu orang percaya tidak lagi perlu untuk berdoa meminta pengampunan dosa, pekerjaan kita hanyalah memuliakan Allah dan bukan berfokus pada kelemahan-kelemahan kita sebagai orang yang telah dikuduskan. Kepastian keselamatan pun menjadi sebuah keabsolutan: orang yang telah diselamatkan tidak akan mungkin kehilangan keselamatannya. Dosa paling banter akan menyebabkan kehilangan upah/pahala kekal, tapi bukan keselamatan kekal. Pandangan pertama ini telah dituduh melemahkan tanggung jawab manusia, dan menyangkali satu aspek penting dari gambar Allah dalam diri manusia, yaitu makhluk yang mempunyai kehendak bebas (free-will). Sebagai moral being (mahkluk ber-moral) manusia mempunyai pilihan etis, dan atas pilihan itu manusia akan dimintai pertanggung jawaban oleh Tuhan. Bahayanya, pandangan ini dalam penerapannya dapat menjurus pada sikap antinomianisme (anti nomos/ hukum), yang berpendapat: kita diselamatkan oleh anugerah semata, maka kita tidak perlu menaati perintah Tuhan. Toh, sekali selamat tetap selamat. Kedua, ajaran yang sangat menekankan perbuatan baik saja untuk memperoleh keselamatan (Legalisme). Pandangan ini menyebutkan bahwa oleh pekerjaan Kristus di atas kayu salib, orang percaya secara de jure telah dibenarkan dan statusnya menjadi “orang kudus”. Namun, secara de facto orang percaya ada di dalam kehidupan yang terus-menerus dicobai dan dapat jatuh di dalam dosa sehingga tidak memenuhi harapan Tuhan. Untuk itu, menurut ajaran ini, kepastian keselamatan hanya ada pada akhir hidup seseorang, dan dapat berakhir dengan kehilangan akan keselamatannya.
44 |
Pandangan kedua ini telah ditentang oleh karena sangat menekankan tanggung jawab manusia namun melemahkan kedaulatan Allah dan karya Kristus yang menuntaskan dosa manusia di atas salib. Ajaran ini menempatkan manusia sebagai sentral, bukan Kristus. Orang Kristen menjadi sibuk dengan segala macam usaha untuk menjadikan diri mereka yakin bahwa mereka cukup baik dan “berkenan” kepada Allah. Ini mengakibatkan sikap legalistik, yakni menganggap keselamatan dan pertumbuhan rohani bisa diperoleh dengan melakukan peraturan/hukum agama dan kesalehan secara ketat berdasarkan kekuatan usaha manusia. Kedua pandangan ini mempunyai latar belakang sejarah. Pandangan pertama bersumber dari mereka yang di gereja sebelumnya sangat menekankan usaha manusia. Pandangan kedua bersumber dari mereka yang di gereja sebelumnya sangat menekankan kasih karunia/anugerah namun tidak nampak dalam kesalehan/kesucian hidup sehari-hari.
Berdasarkan hal di atas maka GEREJA BETHEL INDONESIA, menegaskan ajaran mengenai Kasih Karunia/ Anugerah (Biblical Grace) sebagaimana dituangkan di dalam Pengakuan Iman GBI pada butir ke-4, 5, dan 7: 4. Semua manusia sudah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah sehingga harus bertobat dan berpaling kepada Allah untuk menerima pengampunan dosa. 5. Pembenaran dan kelahiran baru terjadi karena iman di dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh Roh Kudus. 7. Penyucian hidup adalah buah kelahiran baru karena percaya dalam darah Yesus Kristus yang dikerjakan oleh kuasa Firman Allah dan Roh Kudus; karena itu kesucian adalah asas dan prinsip hidup umat Kristen.
Untuk itu, GBI berkeyakinan: 1. Kita diselamatkan karena kasih karunia-Nya oleh iman, bukan karena melakukan tuntutantuntutan agama, oleh karena itu kita tidak boleh memegahkan diri karena itu bukan hasil usaha kita. Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih
berdosa. Perbuatan baik adalah buah keselamatan, dan bukannya syarat keselamatan (Roma 5:8, Efesus 2:8-10). 2. Hubungan orang yang dibenarkan dengan Allah adalah seperti hubungan bapa dan anak, yaitu hubungan kasih yang tanpa syarat. Kasih seorang bapa kepada anak-anaknya diwujudkan dengan penyediaan dan pemberian yang terbaik sematamata karena hakekat seorang bapa yang mengasihi anak-anaknya, bagaimanapun keadaan anaknya itu. Allah selalu mengasihi anak-anak-Nya, termasuk mendisiplin anak-anak-Nya agar bertumbuh dalam kekudusan (Ibrani 12:5-11; Wahyu 3:19). 3. Setiap anak Allah yang telah percaya kepada Kristus pasti selamat (Yoh. 3:16, 6:47). Dasar keyakinan kita adalah: a) Firman Allah – bukti obyektif (I Yoh. 5:10-13), b) Roh Kudus yang bersaksi bahwa kitalah anak Allah – bukti subyektif (Roma 8:16), c) Buah iman yaitu kekudusan (Mat. 3:8,10). Orang yang lahir baru tidak perlu ragu atau takut kehilangan keyakinan keselamatan karena Yesus sanggup memeliharanya sampai akhir (Fil. 1:6). Bila jatuh dalam dosa, kita mengaku dosa agar diampuni dan disucikan oleh Allah (I Yoh. 1:9, 2:1-2), maka Dia akan memulihkan persekutuan yang rusak denganNya dan mengembalikan lagi sukacita keselamatan itu kepada kita (Mzm. 51:14). Keselamatan terjamin pasti selama kita tinggal di dalam Kristus (Yoh. 15:45). 4. Buah nyata dari seorang anak Allah yang telah mengalami pembenaran (justification) dan kelahiran baru adalah penyucian hidup (sanctification) yang terjadi karena kasih karunia-Nya melalui sebuah proses pembaharuan yang terus-menerus dikerjakan oleh Firman dan Roh-Nya dalam kehidupan orang percaya. Inilah yang Paulus tuliskan kepada jemaat Korintus dimana status mereka harus nampak juga dalam pembaharuan hidup “… yang dikuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang kudus… ” (I Kor. 1:2). Seorang yang tetap hidup dalam dosa sesungguhnya ia belum dilahirkan kembali (I Yoh. 3:6) dan tidak akan menerima pemuliaan (glorification).
45
5. Seorang yang telah lahir baru dengan pertolongan Roh Kudus dimampukan oleh anugerah-Nya untuk bertumbuh menghasilkan karakter seperti Kristus. Kita meyakini keselamatan dan proses pertumbuhan rohani hingga kesempurnaan roh, jiwa, tubuh (I Tes. 5:23), terjadi hanya oleh kasih karunia/anugerah Allah semata. Bukan dimulai dengan anugerah Allah tapi dilanjutkan dengan usaha manusia, seperti teguran Paulus terhadap jemaat Galatia (Gal. 3:3), ataupun seperti pengajaran Semi Pelagian. Kita harus mengerjakan keselamatan dengan kekuatan yang berasal dari Tuhan, karena iman sejati diwujudkan juga dalam perbuatan iman (Yak. 2:18). “Tetaplah kerjakan (Yun: katergazesthe = to work out, menyelesaikan sampai akhir) keselamatanmu dengan takut dan gentar … karena Allahlah yang mengerjakan (Yun: energon, memberi energi/tenaga) di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya.” (Fil. 2:12-13). 6. Ciri dari seorang yang menerima kasih karunia Allah adalah keinginan dan hasrat ingin melayani Dia, bertumbuh di dalam Dia baik dalam pikiran dan perbuatan; dalam iman, harap dan kasih; dalam keserupaan dengan Dia. Kelemahan dan kekurangan-kekurangan orang kudus bukanlah fokus dari perhatian Allah. Keinginan bertumbuh itu sendiri adalah lahir dari pekerjaan Kristus di dalam hubungan berlandaskan kasih tersebut. Itupun bukan hasil usaha manusia, tetapi pekerjaan Roh Kudus dan firman-Nya. 7. Berdasarkan fakta-fakta di atas maka GBI menganut Biblical Grace, dan menolak pandangan yang menyatakan “Sekali selamat tetap selamat walaupun hidup di dalam dosa” (Roma 6:1-2). Kasih karunia Allah yang begitu besar seharusnya membuat kita menaati firman-Nya (I Yoh. 5:3). Dalam Kristus ada kasih karunia dan kebenaran! (Yoh. 1:17). GBI juga menolak pandangan bahwa usaha manusia dapat memenuhi syarat untuk berkenan kepada Allah. Jangan mengulangi kesalahan sejarah yang dilakukan orang-orang Yahudi Kristen pada zaman gereja mula-mula yang masih berpegang kepada hukum Musa (termasuk sunat) selain Yesus, dan mereka mewajibkan orangorang non-Yahudi menghidupi hal yang sama bila ingin diselamatkan (Kis. 15:1-21, Kol. 2:11-12, 16-17).
Berita di Ladang-Nya Oleh anugerah Tuhan GBI Jl. Mekar Laksana 8, Istana Mekar Wangi - Bandung, yang digembalakan oleh Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham, pada bulan Oktober 2015 lalu telah mendapat Penghargaan (Award) dari Himpunan Designer Interior Indonesia (HDII) sebagai “The Best Interior Design” 2015 untuk “Institutional Category” melalui arsiteknya: Samuel & Yatty Budiono, Ir., M.Arch. Gedung gereja yang diberi nama “STAIRWAY FROM HEAVEN” ini ditahbiskan pada bulan Juli 2013, di tanah dengan luas total 8.000 m2 dan luas bangunan sekitar 16.000 m2 terdiri dari 5 lantai, dengan main hall yang bisa menampung 2.500 jemaat sekali ibadah. Lantai 1 juga digunakan untuk kampus STT KHARISMA (terakreditasi BAN PT) yang telah meluluskan hampir 500 wisudawan program S-1 dan S-2 yang kini melayani di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri. Segala kemuliaan bagi nama Tuhan Yesus! 46 |
PEMBAHARUAN PENUAI DALAM KONTEK
PELAYANAN MASYARAKAT
Pdt. Josafat Mesach
Konsep Pelayanan Masyarakat Sebelum berbicara tentang Pembaharuan Penuai dalam konteks Pelayanan masyarakat, terlebih dahulu harus memahami konsep pelayanan masyarakat itu sendiri. Sekarang ini banyak gereja melaksanakan pelayanan diakonia atau pelayanan sosial dan pelayanan diakonia itu dianggap pelayanan ke dalam gereja. Padahal tugas gereja adalah terang dan garam dunia, itu artinya pelayanan diakonia bukan hanya ke dalam tetapi juga keluar, jadi sejatinya pelayanan diakonia juga itu harus banyak keluar tentunya untuk keluar tersebut kita menggunakan istilah pelayanan masyarakat.
Diakonia Reformatif & Transformatif Untuk bisa memahami konsep pelayanan masyarakat tentunya harus ada acara yang disengaja, yaitu untuk mengumpulkan para pemimpin gereja yang kemudian dibicarakan konsep itu. Konsep pelayanan masyarakat itu bukan hanya baca dari buku-buku, tetapi juga harus didiskusikan sehingga betul-betul dipahami konsep pelayanan masyarakatnya itu. Dengan memahami maka paradigmanya akan lebih lengkap pemahaman tentang pelayanan masyarakat itu. Namun apabila itu tidak dilakukan, maka yang terjadi adalah pola pelayanan masyarakatnya tetap menggunakan pola yang lama karena konsepnya itu tidak berubah. Padahal yang dimaksud dengan pelayanan masyarakat bukan hanya diakonia yang karitatif tetapi diakonia yang reformatif bahkan sampai diakonia transformatif, jadi kalau kita mau ubah, kita harus ada pertemuan khusus untuk mengubah paradigma tentang pelayanan masyarakat.
47
Di dalam gerakan sosial Gereja Bethel Indonesia sudah jauh lebih maju dari beberapa puluh tahun lalu, banyak hamba-hamba Tuhan yang sudah mengerti tentang konsep pelayanan masyarakat. Gerejagereja lokal GBI sudah punya pelayanan diakonia yang sangat baik, bukan hanya karitatif tetapi juga development dan sampai kepada advokasi. Tetapi itu belum merata. Bagi para pemimpin gereja yang mau belajar dan meningkatkan diri bisa lihat serta belajar dari GBI lokal tersebut atau lembaga-lembaga lain.
Pertemuan Khusus Menurut saya kesempatan yang baik untuk dapat belajar bersama-sama adalah dalam pertemuan Sidang Majelis Daerah (SMD) dan didalam MD itu salah satunya ada sesi atau pelajaran dan pembahasan tentang konsep pelayanan masyarakat yang holistik, sehingga para pemimpin gereja mengerti dan memahaminya dan menjadi tidak timpang artinya para pemimpin gereja dapat memahami dan mampu melakukan pelayanan masyarakat dengan baik. Karena sekarang ini ada pemimpin gereja yang melakukan pelayanan masyarakat dengan baik, namun ada pemimpin gereja yang melakukan dengan kurang baik. Usaha untuk meningkatkan pembaruan penuai dalam konteks pelayanan masyarakat harus ada unsur kesengajaan apakah itu seminar, training, atau apakah di Sidang MD ataukah acara yang khusus, sehingga betul-betul bisa didengar dan didiskusikan. Selain itu juga harus ada lokakarya, latihan
Apa yang BPH Telah Lakukan Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) melalui Departemen Pelayanan Masyarakat telah melakukan pelayanan diakonia karitatif, reformatif dan transformatif. Untuk pelayanan diakonia karitatif, BPH GBI telah mendirikan Persekutuan Dokter GBI (PD GBI) dan TAGANA (Tanggap Bencana) unsur Rajawali Be a Voulenteer, hadirnya PD GBI dan TAGANA ini untuk melayani kesehatan masyarakat, mengadakan bakti sosial dan menolong atau membantu korban bencana alam. Pelayanan diakonia karitatif itu dilakukan secara insidentil artinya tidak boleh terusmenerus atau tidak boleh rutin, sebab kalau rutin nanti akan menyebabkan ketergantungan. Selain itu BPH juga telah melakukan pelayanan diakonia reformatif yang tujuannya membangun atau development. Seperti OTA Bethel, OTA Bethel ini bisa dikatakan diakonia karitatif tetapi juga diakonia reformatif, orang diberikan biaya untuk sekolah. Dengan sekolah yang baik dan dapat pendidikan yang baik maka setelah lulus orang yang dibiayai sekolahnya itu bisa mendapat pekerjaan karena telah memiliki ijazah, dengan demikian hidupnya akan berubah.
DIAKONIA KARITATIF
DIAKONIA REFORMATIF
DIAKONIA TRANSFORMATIF
Adalah salah satu bentuk diakonia yang tertua yang dilakukan dengan memberi bantuan secara langsung kepada orang-orang yang membutuhkan, seperti memberi makan, menghibur orang sakit, memberi pakaian dan lain sebagainya.
Adalah bentuk diakonia yang dilakukan dengan cara memberikan fasilitas dan keterampilan-keterampilan tertentu bagi kelompok-kelompok yang dibantu. Bentuk diakonia seperti ini menyasar pada kemampuan dari individu yang menerimanya, sehingga ia mampu mendapatkan hasil usaha dari apa yang telah dilakukannya sendiri. Diakonia reformatif juga dikenal sebagai diakonia pembangunan sebab cikal bakal lahirnya bentuk seperti diakonia seperti ini adalah pada masa pembangunan (1960-1970). (Sumber: https://id.Wikipedia.Org/wiki/diakonia_
Dikenal juga dengan istilah diakonia pembebasan. Diakonia transformatif tidak berfokus pada satu individu saja tetapi pada kelompok masyarakat. Diakonia transformatif mengilhami pemikiran Paulo Freire, yakni mengusahakan penyadaran (konsientisasi) dan mendorong rakyat untuk percaya pada diri sendiri melalui pemberdayaan dan pengorganisasian (organizing and empowering people). Maka dari itu, bentuk diakonia ini dilakukan dengan menyadarkan masyarakat mengenai hakikat dirinya sehingga mereka memiliki rasa percaya diri, dan juga memberdayakan masyarakat dengan mengorganisasikan mereka sehingga mereka dapat menghadapi serta melawan ketidakadilan melalui kemampuannya sendiri.
reformatif)
(Sumber: https://id.Wikipedia.Org/wiki/diakonia_transformatif)
(Sumber: https://id.Wikipedia.Org/ wiki/diakonia_karitatif)
48 |
membuat atau menyusun sebuah proyek-proyek pengembangan masyarakat dan belajar banyak hal. Belajar bagaimana mencari dananya. Bagi saya itu yang penting kalau ingin memperbaharui penuai dalam konteks pelayanan masyarakat harus ada pertemuan khusus.
Departemen Pelayanan Masyarakat Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia (Dept. Pelmas BPH GBI) mendorong materi-materi tentang pelayanan masyarakat untuk masuk dalam diklat-diklat kependetaan maupun seminar-seminar dan juga dalam Sidang Majelis Daerah, selain itu mendorong juga kepada gereja lokal untuk mengakomodir jemaat-jemaat yang memiliki panggilan dalam melayani dibidang sosial serta mendorong para Ketua Bidang Pelayanan Masyarakat di Badan Pekerja Daerah untuk melakukan pementoran bagi gereja lokal. Departemen Pelayanan Masyarakat BPH GBI juga akan terus meningkatkan sinergi dengan semua departemen-departemen BPH GBI yang terkait sehingga pelayanan di GBI dapat melayani secara holistik dan utuh.
Diakonia Reformatif sampai dengan Transformatif Untuk lebih lagi melakukan pelayanan Diakonia yang Reformatif sampai dengan Transformatif, diharapkan Gereja Bethel Indonesia khususnya GBI lokal dapat mendirikan balai-balai latihan kerja atau Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM). Di PKBM ini dapat dilakukan kursuskursus atau latihan-latihan keterampilan. Seperti kursus elektronik, kursus kecantikan, kursus memasak dan lain-lain, sehingga jemaat dapat diberdayakan. Jemaat yang tidak memiliki pekerjaan, dengan mereka mengikuti pelatihan atau kursus-kursus tersebut, maka mereka akan mendapatkan pekerjaan. Selain menolong dirinya sendiri dia juga menolong orang lain. Sudah waktunya top leader di Gereja Bethel Indonesia mengembangkan dan memberikan perhatian khusus bagi pelayanan diakonia yang transformatif seperti PKBM ini, lewat PKBM ini orang-orang yang termajinalkan atau terpinggirkan dapat lepas dari kemiskinannya sehingga gereja kembali menjadi terang dan garam dunia bukan karena tingginya paham teologinya, atau ajaran sampai mendalam, tetapi apa gunanya apabila gereja tidak melakukan perintah Tuhan. Ada tertulis tentang hukum yang pertama dan utama, yaitu "kasihilah Tuhan Allahmu dan kasihilah sesamamu manusia" seperti Yesus yang mengasihi jiwa-jiwa dan juga mengasihi orang-orang yang terpinggirkan, Tuhan Yesus menolong orangorang miskin itu mereka dapat keluar dari kemiskinannya. Lihat juga dalam Kisah Para Rasul tertulis jabatan pada gereja mula-mula itu ada dua yaitu Epikospos dan Diakonos. Para rasul menganggap pelayanan meja itu sangat penting tertulis dalam Kis 6:2b “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja”. Maksudnya melayani meja yaitu pelayanan terhadap masyarakat, karena orang dunia melihat apa yang dilakukan gereja. Sebagai gereja yang Am, GBI terpanggil menjadi gereja dengan layanan masyarakat yang reformatif sampai dengan transformatif.
49
KA L AED i O S KO P 2 0 1 5 Sidang MPL 1
JANUARI
Pada tanggal 27-30 Januari 2015, bertempat di Royal Safarai Garden – Cisarua, Bogor, MPL I dilaksanakan dalam kepemimpinan Pdt. Dr. Japarlin Marbun telah menghasilkan keputusan untuk melantik para anggota MPL BPH GBI yang baru yaitu Pdt. Justus Waluyo, Pdt. Ishak F Erawadi, Pdt. David Yamor, Pdt. Malden Hasibuan, Pdt. Markus Sudarji, Pdt. Samuel Gunawan, Pdt. Wisnu Tri Oka. Sementara itu, hamba Tuhan Himawan Leenardo dilantik menjadi Pendeta (Pdt) dan Pdt. Eben Haezer dilantik sebagai Ketua BPD Papua Barat II. Dalam pesan singkatnya, Ketua Umum -Pdt. Japarlin Marbun menekankan BPH GBI akan melaksanakan pembangunan manusia melalui pembekalan-pembekalan dan program-program pemberdayaan.
Rapat Kerja Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia (Raker BPH GBI) bertempat di Royal Safari Garden – Cisarua, Bogor pada tanggal 13-15 Januari 2015. Untuk mewujudkan GBI Mantap, Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia menyatukan visi dan misi, semua elemen di BPH yang didalamnya seluruh Departemen dan Biro termasuk juga para Ketua BPH, Sekretaris Umum, Sekretaris dan Bendahara mengikuti Rapat Kerja BPH yang dipimpin langsung oleh Ketua Umum Pdt. Dr. Japarlin Marbun. Hadir juga Pdt. DR. Niko Njotorhardjo memberikan Nasehat dan doa pengurapan juga dipimpin olehnya.
RAKER BPH GBI 2015
RAKERNAS GBI 2015
FEBRUARI
Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Gereja Bethel Indonesia berlangsung di Royal Safari Garden – Cisarua, Bogor pada tanggal 27-30 Januari 2015. Tema dari Rakernas ini “Pandanglah sekelilingmu ladang telah menguning tuailah bersama”, dipimpin langsung oleh Ketua Umum BPH GBI (Pdt. Dr. Japarlin Marbun).
Pelmas TFT
Guna memperlengkapi para penginjil di Gereja Bethel Indonesia (GBI), Departemen PI dan Misi Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) melakukan training pada 16 Februari 2015 di Graha Bethel.
Maret
KUNJUNGAN MUKI-BAMAGNAS
Ketua Umum BPH GBI, Pdt. Dr. Japarlin Marbun menyambut kunjungan Muki yang dipimpin oleh Bonar Simangunsong yang sebelumnya menerima kunjungan dari Bamagnas yang dipimpin oleh Pnt. Saur Hasugian di Graha Bethel – Jakarta, tanggal 31 Maret 2015.
TFT Keluarga (WBI-DPA)
POKJA Keluarga BPH GBI yang dipimpin langsung oleh Pdt. Dr. dr. Dwidjo Saputro, SpKJ melakukan Train for Trainings (TFT) kepada pengurus Departemen WBI dan Departemen Pemuda dan Anak.
Pelepasan Indonesia Cerdas
MEI
Graha Bethel, Jakarta 01 Oktober 2015
Pastor Connect
Untuk menyatukan dan memiliki visi, Departemen Networking dan Litbang yang diketuai oleh Pdt. Josia Abdisaputera, M.Th bekerjasama dengan Badan Pekerja Daerah Gereja Bethel Indonesia DKI Jakarta (BPD GBI DKI Jakarta) melakukan Pastor Conference di GBI Nafiri Allah, Central Park – Jakarta pada 12 Mei 2015.
JUNI
Menurut Sekretaris Umum GBI, Pdt. R. Paul Wijaya Pastor Conference ini bukanlah program daerah tetapi program nasional.
Sikap Kerja Profesional
Training Database
Diskusi Panel Selamatkan Bangsa
Prophetic Prayer Conference
JULI
Pada tanggal 2-3 Juli 2015 Departemen Wanita Bethel Indonesia WBI bekerjasama dengan WBI GBI DKI Jakarta dan GBI Glow Fellowship mengadakan Propethic Prayer di GBI Glow Fellowship - Thamrin Residence, Jakarta dengan pembicara Rev. Suzzete Hattingh, seorang pendoa dari Rev. Reinhard Bonke.
Serah Terima Ketua Seminari Bethel
Ketua Umum GBI, Pdt. Dr. Japarlin Marbun mengikuti jalannya serah terima Ketua Seminari Bethel Jakarta, dari Pdt. Josia Abdisaputera, M.Th kepada Pdt. Dr. Erastus Sabdono. Bertempat di Graha Bethel pada tanggal 8 Juli 2015 Ketua Umum GBI juga mengikuti penandatangan serah terima tersebut.
AGUSTUS
RakornasGathering
Rapat Koordinasi dan Gathering BPH bersama BPD dan BPLN di Royal Safari Garden, Cisarua – Bogor berlangsung selama tiga hari 11-13 Agustus 2015. Semangat terus Bapak-bapak rohani GBI
Akreditasi Prodi Doktor Teo STTBI HUT DPA GBI ke-44 Departemen Pemuda dan Anak merayakan Ulang Tahun yang ke -44 tahun secara sederhana di Graha Bethel 27 Agustus 2015.
Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) menyambangi Sekolah Tinggi Teologia Bethel Indonesia (STTBI) yang berlokasi di Jalan Petamburan IV No.5 - Jakarta pada 24 Agustus 2015.
Pertemuan STT Departemen Pendidikan dan Latihan Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) mengadakan pertemuan dengan STT-STT dibawah naungan GBI. Selama dua hari, 7-8 September 2015 Pertemuan tersebut digelar di Graha Bethel.
SEPTEMBER
OKTOBER
HUT GBI 45
Perayaan Ulang Tahun Gereja Bethel Indonesia yang ke-45 berlangsung di GBI Baywalk – Jakarta, Dalam perayaan HUT GBI ke-45 kali ini Ketua Umum memberikan apresiasi kepada seluruh pejabat Gereja Bethel Indonesia, lebih khusus kepada para pendahulu (orang-orang tua) yang telah melahirkan GBI, apresiasi ini diberikan kepada Pdt. Dr. Olly Mesach, Pdt. Kefas Sihombing, Pdt. Jorry Tasik dan Pdt. T.L. Henoch. Tidak hanya itu saja GBI juga memberikan apresiasi kepada para senior yang telah memimpin GBI seperti Pdt. T. Jonathan (Alm) yang diwakilkan oleh Hana, anak pertama dari Almarhum Pdt. T. Jonathan. Apersiasi juga diberikan kepada Pdt. H.L. Senduk (Alm) yang juga diwakilkan oleh Pdm. Steve Senduk, anak Kedua Pdt. H.L. Senduk, Pdt. Soerjadi (Alm) yang diwakilkan istrinya Pdm. Siely Herawati. Selain itu Pdt. Soehandko Wirhaspaty, MA dan Pdt. Dr. Jacob Nahuway, MA juga turut diberikan penghargaan yang berupa Emas batangan.
Pertemuan Teolog GBI
NOVEMBER
Diklat Gembala
Diklat Gembala dilakukan di Graha Bethel pada 16-27 November 2015, pertemuan selama 11 hari itu diikuti oleh para Pendeta dari berbagai daerah yang telah menggembalakan gereja. Dalam Diklat Gembala tersebut Ketua Umum (Pdt. Dr. Japarlin Marbun) hadir sebagai pembicara didampingi oleh Sekretaris Umum (Pdt. R. Paul Wijaya), Bendahara Umum (Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa, M.Th) dan Sekretaris I (Pdt. Himawan Leenardo) turut serta memberikan nasehat.
DESEMBER
NATAL BPH GBI 2015
Natal Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia di adakan di Graha Bethel pada 21 Desember 2015, natal BPH GBI dihadiri oleh para pekerja dan staf BPH GBI. Diakhir acara diumumkan pekerja teladan, Ketua Umum GBI (Pdt. Dr. Japarlin Marbun) memberikan plakat dan bonus kepada Tomo (OB) pekerja teladan 2015 versi pekerja BPH GBI selain itu Ketua Umum juga memberikan plakat dan bonus kepada ibu Nani.
Pertemuan para Teolog GBI berlangsung di Graha Bethel, pertemuan yang dikawal oleh Departemen Teologia dibawah kepemimpinan Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham. Salah satu yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah maraknya pengajaran “hyper grace”. Ketua Majelis Pertimbangan (Pdt. Soehandoko Wirhaspaty, MA) di temani oleh Ketua Umum GBI (Pdt. Dr. Japarlin Marbun) dan Sekretaris Umum (Pdt. R. Paul Wijaya) menghadiri pertemuan tersebut.
Pergerakan
Indonesia Cerdas Pdt. A. Shephard Supit KEPALA BIRO PENGEMBANGAN MASYARAKAT PELMAS
Pendidikan adalah sebuah kewajiban negara dalam rangka membangun sumber daya manusia (SDM) warganya. Sebagaimana termaktub dalam Konstitusi Pasal 31 Ayat 1 UUD NRI 1945 bahwa “Setiap Warga Negara berhak mendapat Pendidikan” menegaskan adanya timbal balik antara hak warga negara dengan kewajiban negara dalam memperoleh pendidikan. Negara dalam artian pemerintah maupun elemen masyarakat memiliki kewajiban untuk mengusahakan sebuah pendidikan yang layak dan bermutu bagi masyarakat. Belum meratanya pendidikan baik dari segi kualitas dan akses sangat kasat mata. Meskipun Konstitusi telah mengamanatkan pendidikan agar merata, namun kenyataannya tidak seperti itu. Ketidak merataan pendidikan dari segi akses dan kualitas berimbas besar pada pembangunan manusia. Hal ini dapat dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia Indonesia 2011, Indeks Pembangunan Manusia Indonesia sangat rendah. Hingga saat ini masalah pendidikan masih menjadi perhatian khusus oleh pemerintah. Pasalnya Indeks Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau education for all (EFA) di Indonesia menurun tiap tahunnya. Tahun 2011 Indonesia berada diperingkat 69 dari 127 negara dan merosot dibandingkan tahun 2010 yang berada pada posisi 65. Indeks yang dikeluarkan pada tahun 2011 oleh UNESCO ini lebih rendah dibandingkan Brunei Darussalam (34), serta terpaut empat peringkat dari Malaysia (65).
Kunjungan Ibu Menteri Pemberdayaan Perempuan RI pada Pelatihan Guru Petra angkatan 6 & 7 di Graha Bethel, terlihat (ka-ki) Pdt. Didimus (Pelmas), Bpk, John, Pdt, Naftali Untung (BPH), Bpk. Shephard Supit, Ibu Menteri Yohana, Ibu Susie Widjaja, Ibu Ike Mesach (Ketua WBI), Ibu Juli, dr. Louisa (PDGBI)
54 |
Salah satu penyebab rendahnya indeks pembangunan pendidikan di Indonesia adalah tingginya jumlah anak putus sekolah. Sedikitnya setengah juta anak usia sekolah dasar (SD) dan 200 ribu anak usia sekolah menengah pertama (SMP) tidak dapat melanjutkan pendidikan. Kita sadari bahwa problem ketertinggalan KTI, pertama adalah begitu luasnya kawasan dengan jumlah penduduk dan kepadatan penduduk yang sangat rendah. Kedua, keberagaman masyarakat dan budaya dengan tingkat penguasaan infromasi dan teknologi yang rendah. Ketiga, rendahnya akses penduduk terhadap fasilitas pendidikan. Pernyataan beberapa elit tidak seluruhnya benar, karena di wilayah ini, tingkat kesulitan geografis juga sangat tinggi. Kawasan Indonesia Timur yang juga adalah kawasan dimana “kantong-kantong” Kristen berada, justru dalam pada posisi yang sangat memprihatinkan secara indeks pembangunan manusia. Kualitas pembangunan pendidikan dan sarana pendidikan juga memprihatinkan. Demikian pula halnya dengan kualitas dan kesejahteraan guru di Papua. Menurut data yang diperoleh, dari 23 ribu guru di Papua baru 4.000 guru yang bersertifikasi. Kebanyakan dari mereka belum bersertifikasi karena tidak lulus sarjana. Guru di Papua yang telah sarjana baru sekitar 8 ribu orang, sedangkan 15 ribu guru yang lainnya belum sarjana. Karena belum bersertifikasi, guru-guru tersebut tidak mendapat tunjangan profesi.
Maksud & Tujuan Program “Indonesia Cerdas” yang utama adalah membantu kelancaran kegiatan belajar untuk anak-anak usia sekolah (tingkat SD, SMP, SMA) di pedalaman di mana keadaan pendidikan jauh tertinggal atau kekurangan tenaga guru. Kegiatan belajar-mengajar itu dilakukan dengan maksud untuk:
1. Mencerdaskan masyarakat melalui pendidikan 2. Memberdayakan setempat 3. Membentengi masyarakat .
kehidupan dan
masyarakat
meningkat
iman
Sasaran Pelayanan : • Pendidik Transformasi (Petra) ini akan melayani di daerah sebagai Guru atau Tenaga Medis, sekaligus Motivator Pembangunan Desa selama 1 (satu) sampai 3 (tiga) tahun, setelah itu akan melanjutkan pelayanan pada daerah tersebut, atau kembali untuk melanjutkan pelayanan didaerah lain, sesuai dengan kehendak Tuhan . • Daerah Pelayanan yang diprioritaskan pada wilayah pedalaman dan pedesaan yang ada di seluruh pelosok Nusantara . • Diupayakan pada kaum yang kurang mampu dan kurang terjangkau . • Misi utama yaitu ikut mencerdaskan anak bangsa menjadi Generasi Muda yang Unggul, sekaligus membantu pemberdayaan masyarakat disekitarnya, dan melaksanakan Amanat Agung. • Membangun Rumah Cerdas bersama dengan semua elemen masyarakat dan pemerintah sebagai Pusat Pendidikan dan Pemberdayaan masyarakat setempat.
Program Utama Pelayanan Indonesia Cerdas : Disamping ada beberapa kegiatan dan pelayanan yang dijalankan, atau yang diminta untuk dilakukan oleh Indocer, namun program utama dari Pergerakan Indonesia Cerdas ada 3 (tiga) track/jalur utama, adalah :
55
1. Pelatihan Guru, Pendidik Transformasi (Petra) Yaitu suatu program yang sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas SDM dan pemberdayaan masyarakat didaerah, dengan tahapan sebagai berikut: • Merekrut Pemuda tamatan Perguruan Tinggi, Sekolah Tinggi Theologia, ataupun para Relawan yang mau melayani, mengabdi pada Tuhan serta Bangsa dan Negara dengan menjadi Pendidik Muda, Penggerak Transformasi (Petra) di daerah yang membutuhkan. • Mempersiapkan para calon Pendidik Muda Transformasi (Petra) secara Intensif melalui Intensive Training Center (ITC) ”Indonesia Cerdas” untuk kemudian siap diutus kedaerah pelayanan . • Mengirim Pendidik Transformasi (Petra), ke daerah tujuan dengan ketentuan-ketentuan yang sudah dipahami untuk dijalankan . • Melakukan pengawasan, penguatan, pendampingan, serta monitoring agar para Petra akan terus bekerja dengan baik dan maksimal bagi Kemuliaan nama Tuhan .
2. Transformasi Guru Yaitu program yang berbentuk Retreat dan Seminar Transformasi Guru kepada Guru-guru yang sudah mengajar dan bertugas di-daerah, namun hanya sekedar menjalankan profesi guru dan mungkin saja sudah kurang bersemangat bahkan sudah lalai dan absen dalam tugasnya dikarenakan kondisi dan medan yang berat serta kondisi yang tidak menunjang, namun melalui program Transformasi Guru ini, mereka disemangatkan lagi, diperkuat motivasi dan kapasitas, dibekali untuk kemudian diutus kembali bukan lagi sekedar menjalankan tugas profesi guru, tapi telah menjadi Misionaris Guru/Pendidik Transformasi (Petra) yang dipenuhi dengan Kuasa Roh Kudus dalam menjalankan tugasnya sehingga mampu men-transformasi desa/kampung/daerah dimana dia bertugas dan melayani .
56 |
3. Rumah Cerdas Rumah Cerdas adalah diri kita sendiri, sebagai Bait Allah, dimana Roh Kudus berdiam didalam kita (I Kor 3:16). Dan Rumah Cerdas juga adalah tempat dimana para Guru/Petra dapat berinteraksi lebih jauh lagi dengan anak didiknya atau masyarakat setempat, untuk hal-hal yang berhubungan dengan upaya pencerdasan masyarakat. Rumah Cerdas ini masuk dalam Satuan Pendidikan Non Formal (PNF) dan juga berfungsi sebagai Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang didalamnya bisa ada Bimbingan Belajar (Bimbel), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan kecakapan hidup, pendidikan kepemudaan, pendidikan ketrampilan kerja, Konseling, pengembangan budaya baca & Taman Bacaan, ada diskusi pemberdayaan masyarakat, ada kegiatan rohani, ada penyuluhan kesehatan, dan pendidikan non formal lainnya yang dibutuhkan masyarakat. Rumah Cerdas berfungsi sebagai ‘Center of Excelence’ atau Pusat Keunggulan untuk jadi Berkat besar bagi masyarakat setempat dan sekitarnya dan bisa juga berkembang menjadi ‘Akademi Komunitas’ yang akan menghasilkan ‘Pembangun dan Penggerak Trasnformasi Daerah’ dimana para Petra ini berada . Dinas Pendidikan, Pemda setempat, Gereja-gereja, Dunia Usaha, instansi terkait dan semua elemen masyarakat yang peduli, sangat layak menjadi mitra dan mendukung ketiga program utama dari Pergerakan Indonesia Cerdas ini .
Syarat Pendidik Transformasi (Petra) : 1. Telah tamat, Perguruan Tinggi Umum, STT, atau Lembaga Pendidikan lainnya. 2. Mengikuti Intensive Training Centre untuk masa persiapan . 3. Memiliki kepedulian sosial dan semangat juang yang tinggi, kemampuan beradaptasi, problem
100 Guru Petra Indocer diterima secara resmi di Main Hall Kantor Gubernur Papua
Pemberian Sertifikat oleh Pdt. Dr. Y. Wiryohadi (Ketua Dept.Pelmas GBI) pada para Guru Petra pada acara Pengutusan di Graha Bethel .
solver, serta mengikuti ketentuan dalam program ini .
8. Tetap terpeliharanya sumber daya alam dan lingkungan hidup .
4. Melengkapi persyaratan administrasi lainnya.
9. Adanya kepastian perlindungan/jaminan hak atas rasa aman .
5. Sehat secara jasmani dan rohani, mental dan spiritual
10. Terbukanya akses untuk partisipasi masyarakat .
Indikator terjadinya Transformasi Target dari Indonesia Cerdas adalah terjadinya Transformasi secara Holistik dalam suatu Kampung, Kawasan, Distrik, Kabupaten atau Kota, dimana sektor Pendidikan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah pintu masuknya dengan dibantu oleh 12 indikasi yang bisa diupayakan untuk diwujudkan secara bersama-sama, yaitu : 1. Terpenuhinya layanan pendidikan yang baik untuk semua masyarakat. 2. Tersedianya akses dan mutu layanan kesehatan yang baik . 3. Terpenuhinya kecukupan Pangan dan Mutu Pangan . 4. Terbukanya kesempatan kerja dan berusaha secara kondusif dan produktif 5. Tersedianya akses hunian yang layak untuk masyarakat . 6. Tersedianya akses terhadap air bersih dan sanitasi 7.
Adanya kepastian atas kepemilikan dan penguasaan tanah terhadap rakyat
11. Terbebas dari Pungli, Korupsi, Narkoba, HIV Aids dan Seks bebas . 12. Masyarakat hidup dalam Kasih, Damai, Toleran, dan Gotong Royong .
Kondisi saat ini , Oleh Anugerah Tuhan Pergerakan Indoneisa Cerdas sudah melatih Guru Misionaris, Pendidik Transformasi (Petra) sampai saat ini sebanyak 11 angkatan yang berjumlah 430 Guru Misionaris, yang telah tersebar di 17 Kabupaten yang ada di 3 Provinsi yaitu : Papua, Papua Barat dan NTT, dan membina 1020 orang Guru Mitra yang diutus ditempat tugas mereka masing2 . Para Guru Petra ini dari berbagai Universitas, antara lain : Universitas Kristen Artha Wacana, Universitas Nusa Cendana – Kupang, Universitas Timor – Kefamenanu/NTT, Universitas HKBP Nommensen – Medan, Universitas Jambi dan dari beberapa STT . Animo dan permintaan Guru - guru Petra, semakin hari semakin meningkat, karena misi ini ternyata sangat cocok untuk saat ini dan sesuai dengan Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus .
57
Harapan Melalui Pergerakan Indonesia Cerdas ini, seluruh Rakyat Indonesia boleh menikmati Pendidikan yang layak dan terjangkau, guna menjawab salah satu janji kemerdekaan yaitu : ‘mencerdaskan kehidupan bangsa’, juga dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia setara dengan bangsa-bangsa lain.
Perjalanan Guru Petra menuju lokasi pelayanan (Kab.Lanny Jaya-Papua)
Pergerakan Indonesia Cerdas: melanjutkan Amanat Agung & memenuhi janji Kemerdekaan . Kemajuan suatu bangsa bukan saja ditentukan oleh sumber daya alam, letak goegrafis yg baik, tapi utamanya ditentukan oleh keberadaan ‘sumber daya manusia’ . Kita mensyukuri kemerdekaan Indonesia yang sudah 70 tahun, namun kita masih bergumul dengan kondisi bangsa ini yang masih memiliki 184 kabupaten yang dikategorikan ‘tertinggal’, dan 70% ada di kawasan timur Indonesia yang notabene dikenal dahulunya adalah kantong Kristen, sekalipun saat ini kantong itu sudah bocor . Penyebab utama dari kondisi ini adalah ‘kualtas SDM’ masih memprihatinkan, dan untuk menuntaskannya, maka ‘pendidikan’ harus ditingkatkan, dan keberhasilan dari pendidikan bukan saja pada kurikulumnya, infra struktur, permodalan, tapi aktor utama dari kemajuan pendidikan terletak pada ‘sang Guru’. Hal ini tentu bukan saja menjadi tanggung jawab Negara, tapi Gereja sepatasnya harus ikut ambil peran sebagai ‘mandat kesaksian dalam melanjutkan Amanat Agung.
58 |
Pembukaan Pelatihan Guru Misionaris/Pendidik Transformasi (Petra) angkatan 8 & 9, yang didoakan oleh Pdt. Dr. Japarlin Marbun (Ketum GBI), disaksikan oleh Lenis Kogoya (Staff Khusus Presiden RI), Dr. Yohuzua Yoltuwu (Dirjen Pengembangan Kawasan Pedesaan RI), Christian Sohilait (Sekda Lanny Jaya/Papua), Bpk. Fenny Widjaja, Pdt. Shephard Supit (Ketum Indocer), Arion Hutagalung (Ketua MPK) & Hamba2 Tuhan lainnya .
Untuk itu maka GBI sebagai salah satu komponen Tubuh Kristus mengambil prakarsa untuk ikut ‘melanjutkan Amanat Agung & memenuhi janji Kemerdekaan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa’ melalui Pergerakan Indonesia Cerdas (Indocer) , dengan misi utama “berkontribusi memenuhi tenaga Pendidik di daerah, sebagai wujud Amanat Agung menuju Transformasi Bangsa“ Indocer dimulai dengan merekrut, melatih, mengutus Sarjana-sarjana, baik dari STT, Perguruan Tinggi Negeri atau Kristen yang rindu mengabdi didaerah sebagai tenaga Pendidik selama 1 – 2 tahun petama. Dimulai dengan pengriman angkatan I sebanyak 19 Guru Misionaris atau yang kami namakan ‘Pendidik Transformasi (PETRA)’, maka misi ini dimulai. Dan Puji Tuhan karena ini sejalan dengan maunya Tuhan dan kebutuhan masyarakat, maka pergerakan ini terus berkembang dan angkatan berikutnya semakin hari semakin meningkat, hingga sampai pada angkatan IX, sudah mengirim 100 Guru Petra, sehingga keseluruhan sudah ada 305 Guru Misionaris (Petra), dan telah membina 1020 Guru Binaan yang telah bertugas didaerah mereka masing-masing yang tersebar di 23 Kabupaten, 97 desa di 3 Provinsi yaitu : Papua, Papua Barat dan NTT . Pergerakan ini menjadi salah satu bagian dari Pelayanan Departemen PELMAS GBI, dengan dukungan BPH GBI dan dari banyak pihak yang ikut berkontribusi . Dalam pengutusan angkatan IX, Tim Indocer, diterima oleh Pemda Papua dalam suatu upacara penyambutan secara resmi di kantor Gubernur Papua, dimana Bapak Gubernur padakesempatan tersebut menyatakan apresiasinya dan menyatakan bahwa misi Indocer ini sangat cocok untuk Tanah Papua dan oleh karena itu Pemda Papua mendukung secara penuh serta meminta supaya semua kabupaten di Papua, dikirim Guru-guru Petra dalam ikut mewujudkan visi Papua Baru yaitu : ‘Papua Bangkit, Mandiri dan Sejahtera’. Hal yang sama pasti menjadi kebutuhan semua daerah di Indonesia bahkan dibelahan dunia lainnya ; artinya bahwa kedepan GBI diperhadapkan dengan ladang yang sangat luas, strategis dan SIAP DITUAI melalui misi Pergerakan Indonesia Cerdas. Salam Pergerakan GBI Mantap
59
Dipanggil untuk
Menuai
Pdt. DR. Drs. Ronny Daud Simeon, MPM (Departemen PI Misi - BPH GBI) Inti dari situasi berikut adalah Tuhan memanggil untuk bekerja. Sekiranya kita lalai mengambil keuntungan dari waktu ini, maka kita akan kehilangan kesempatan besar untuk membiarkan terang dari Firman Allah itu menjangkau jiwa-jiwa yang terhampar di padang dunia ini. Impian besar, para Pemimpin Kristen (begitu juga dengan harapan saya secara pribadi, sebagai penulis) adalah berharap kepada Sang Raja yang empunya penuai dan tuaian, mengenai dua hal terpenting dalam zaman/ generasi pada saat ini, yaitu :
MATIUS 9 : 35 – 38, Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan. Melihat orang banyak itu, tergeraklah hati Yesus oleh belas kasihan kepada mereka, karena mereka lelah dan terlantar seperti domba yang tidak bergembala. Maka kata-Nya kepada murid-muridNya: "Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu."
1. Pembaharuan pemahaman konsep yang mendasar di dalam Gereja, yaitu “Gereja yang misioner didalam seluruh aspek kehidupan dan juga didalam berbagai profesi pekerjaan yang ada, bukan sekedar gereja yang berprogram misi” 2. Suatu usaha baru (ide sederhana dan yang bersifat aplikatif, tetapi memiliki impact yang besar) untuk mengabarkan Injil ke seluruh dunia. Terutama melalui lingkungan yang mendasar dan vital, yaitu keluarga, gereja dan masyarakat sekitar.
Yang menjadi kunci untuk mewujudkan impian/ harapan tersebut adalah melatih dan mendidik/ memperlengkapi para pekerja/ penuai (baik dalam lingkungan keluarga, maupun jemaat-jemaat gereja setempat), pria/ wanita, besar/ kecil, tua/ muda, kaum profesional...dll, sebagai penuai-penuai yang handal/ cakap dan tidak mengalami kesulitan didalam penerapan Amanat Agung.
DILAHIRKAN SEBAGAI PEKERJA DI LADANG SANG RAJA YAITU “DUNIA YANG MENGUNING”
sampai kepada hidup yang kekal, yang akan diberikan Anak Manusia kepadamu; sebab Dialah yang disahkan oleh Bapa, Allah, dengan meterai-Nya. ) 3. Hasil Dari Suatu Kepercayaan • Agar dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal, selain bekerja keras, hal lain yang tidak kalah penting adalah “strategi pengerjaan”. • Tolak ukur hasil yang benar adalah “Kuantitas mengikuti pertumbuhan kualitas”, bukanlah sebaliknya “Kualitas mengikuti perkembangan secara kuantitas”, jadi yang menjadi inti dari sebuah hasil adalah “Kualitas”.
AMANAT AGUNG SANG RAJA
KEJADIAN 2 : 15 TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. Melalui ayat diatas, kita dapat melihat maksud dan tujuan Sang Raja atas penciptaan manusia di bumi yang menguning ini, yaitu Terlahir Sebagai Seorang Pekerja. Terdapat 3 hal penting, yang perlu untuk diketahui dari seorang “Pekerja”, yaitu : 1. Kepercayaan • Menunjukkan suatu kemurahan hati Tuhan membagikan kekuatan/ kemampuan dan hikmat-Nya kepada manusia untuk suatu pekerjaan mulia.
“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:1920.) Amanat Agung itu demikian pentingnya, bukan saja merupakan misi utama semua gereja, tetapi juga karena gereja-gereja baru akan terbentuk/ dilahirkan, apabila terdapat orang-orang yang taat melaksanakan Amanat Agung tersebut. Tanpa Amanat Agung tidak akan ada gerejagereja lokal. Pelaksanaan Amanat Agung menghasilkan gereja-gereja lokal.
Sebuah Gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan “Amanat Agung Sang Raja”
• Bahkan, dalam proses mempercayakan sesuatu, Tuhan telah mempertaruhkan kehormatan dirinya kepada manusia, walaupun pada Kejadian pasal tiga, kita mengetahui apa yang terjadi pada situasi tersebut. 2. Karakter Seorang Pekerja • Fokus seorang pekerja adalah menyenangkan tuannya dan menyelesaikan tanggung jawabnya dengan baik dan benar. (2 Timotius 2 : 4, 6)
• Bekerja dengan konsep yang benar, merupakan motivator dan “guider” untuk tetap terfokus pada kehendak sang tuan (Visi Kerajaan) - (Yohanes 6:27 Bekerjalah, bukan untuk makanan yang akan dapat binasa, melainkan untuk makanan yang bertahan
Kata “Amanat Agung” adalah hal yang signifikan dengan kata “Undang-undang sang raja”, dimana “undang-undang” / “titah raja” merupakan suatu “keharusan bagi setiap rakyat untuk mentaati undang-undang/ titah tersebut.”
Sebuah Gereja yang misioner adalah gereja yang melaksanakan “Amanat Agung Sang Raja”.
“Tragedi terbesar dalam kehidupan bukanlah kematian, tetapi suatu kehidupan tanpa tujuan dan kehidupan yang didikte dengan prinsip serta prioritas yang salah” (DR. Myles Munroe)
61
PRIORITAS SANG RAJA → “AMANAT AGUNG”
Penerapan “Amanat Agung” dapat dilakukan dengan langkah 5P (Michael K. Shipman, Amanat Agung Asli, Rahayu Group, 2014)
Tuhan (Sang Raja) menetapkan prioritas-Nya pada awal penciptaan dan menegaskan-Nya melalui pernyataan-Nya sendiri kepada manusia. Yesus Kristus (Sang Raja) menentukan sikap proaktif dalam menegaskan prinsip dan prioritas-Nya, yaitu melalui kedatangan-Nya di bumi dan membangun kembali prioritas/ agenda terpenting KERAJAAN SANG RAJA. Selama percakapan-Nya yang pertama dalam memperkenalkan misi dan agenda utama-Nya/ pesan utamaNya, Sang Raja menetapkan prioritas-Nya bagi umat manusia dengan beberapa pernyataan yang gamblang : “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:1920).
Adapun Langkah Sederhana Penerapan “Amanat Agung Asli” dan Memuridkan Dunia
STRATEGI SEDERHANA PENERAPAN AMANAT AGUNG Kunci pemberitaan Injil 3 SAJA:
SIAPA SAJA
KAPAN SAJA
DIMANA SAJA
1. PERTALIAN Menjalin Hubungan Dengan Percakapan Ringan (3 – 10 menit) Contoh percakapan : • Kalimat tanya
: “Apa kabar?” ... dan dilanjutkan dengan perkenalan
• Tujuan
: Menciptakan suasana yang nyaman dan hangat
2. PERALIHAN Transisi Ke Pokok Rohani (+15 menit) Contoh percakapan : • Berdoa agar pintu hati terbuka • Kalimat tanya mengenai iman kepercayaannya : • Apakah Bpk/Ibu, orang Hidhu/Budha/Kristen atau yang mana? • Memang banyak kesamaan ya...antara semua agama yang ada? • Kita semua memiliki keinginan untuk hidup berkenan/ benar dihadapan Allah agar bisa masuk sorga dan tentunya kita semua juga berkeinginan untuk dosa-dosa kita bisa lunas • Kita semua berdosa ya Bpk/Ibu/Saudara? • Kita berdosa setiap hari, baik dengan sengaja/ pun tidak ... bahkan orang baikpun berdosa juga..... jadi, hutang dosa kita bertambah lebih besar dan pada akhirnya kita tidak bisa melunasinya. • Dan, kemudian kita menjadi frustasi/ stress karena tidak bisa melunasi hutang-hutang dosa kita.....walaupun kita sudah berbuat baik, sekalipun...
3. PENGINSAFAN Bertanya Tentang Cara Pengampunan Dosa Yang Dilakukan Orang Tersebut (+20 menit) Contoh percakapan : • Kira-kira, apa yang Bpk/Ibu/Saudara yang lakukan agar memperoleh pengampunan dari dosa? 62 |
• (Biarkanlah mereka berbicara, sementara anda bertanya tentang hal itu) • Ajukan 3 pertanyaan, seperti berikut : • Apakah dosa Bpk/Ibu/Saudara, sudah lunas belum? • Kira-kira kapan bisa lunas ya? • Bahkan, apakah sampai pada hari Kiamat, dosa Bpk/Ibu/Saudara sudah lunas?
4. PENGABARAN Ceritakan Bagaimana Anda Tahu Dosa Anda Sudah Lunas Karena Pengorbanan Isa Almasih Junjungan Yang Illahi (+ 10 menit). Sampaikan 5 fakta injil: •
Isa Almasih mati bagi penebusan dosa.
•
Ia dikuburkan.
•
Isa Almasih dibangkitkan hari ke-3.
•
Isa Almasih naik ke surga.
•
Isa Almasih datang lagi sebagai Imam Mahdi.
5. PENYELESAIAN Menarik Jala dan Mengurus Tindak – Lanjut Contoh percakapan : • Menarik Jala dengan 3 pertanyaan, seperti berikut : • Apakah Bpk/Ibu/Saudara, pernah mendengar cerita ini sebelumnya? • Apakah cerita itu masuk akal, yaitu bahwa kita tidak mungkin menyelamatkan diri, tetapi Allah sendiri sudah mengurus pengampunan dosa, melalui pengorbanan Isa Almasih Junjungan Yang Illahi? • Apakah Bpk/Ibu/Saudara percaya, bahwa Isa Alamasih telah mati untuk menebus dosa dan hidup kembali? • Putuskan tingkat keterbukaan .... Jika belum terbuka terhadap Injil, kabarkanlah Injil secara singkat .... Kemudian gantilah pokok percakapan/ pembicaraan. • Jika, terbuka dengan Injil tetapi belum siap untuk percaya :
• Kemudian, mengajak dia untuk dapat bertemu lagi, dihari berikutnya untuk mempeljari cerita pengorbanan darah dari Taurat. • Jika tepat waktunya, doakanlah perjalanan iman dan kebutuhannya didalam nama Isa Almasih. • Jikalau, situasinya percaya kepada Injil : • Bacalah Roma 10 : 9 dan pastikan bahwa orang tersebut sungguh-sungguh percaya. • Apakah anda percaya, bahwa Isa Alamsih wafat dan dibangkitkan untuk menebus Bpk/Ibu/ Saudara? • Akankah Bpk/Ibu/Saudara rela untuk bertobat dan percaya kepada Isa Almasih sebagai Tuhan dan Junjungan Yang illahi? • Apakah Bpk/Ibu/Saudara percaya, bahwa tidak ada jalan lain ke Allah, kecuali melalui Isa Alamasih? • Perbuatan baik, tidak akan dapat melunasi hutang dosa, jadi seseorang haruslah percaya kepada Isa Almasih Junjungan Yang Illahi....Maka, percayalah dan terimalah Isa almasih sebagi junjungan Yang Illahi atas kehidupan Bpk/Ibu/ Saudara. • Apabila, orang tersebut sudah siap...Barulah, mengundang dia untuk berdoa agar menyerahkan diri kepada Isa Almasih sebagai Junjungan Yang Illahi. • Tuntunlah orang tersebut didalam doa, seperti berikut : “Ya Allah, saya orang berdosa, yang terpisah dari Engkau, Sebab itu saya layak dihukum karena dosa-dosa saya. Saya percaya, bahwa Isa Almasih Junjungan Yang Illahi telah mati sebagai pengorbanan untuk menebus dosa saya. Pada hari ke-3, Isa telah dihidupkan kembali oleh Allah..... Sekarang, sampai selama-lamanya saya mengundang Isa Almasih sebagai Junjungan Yang Illahi atas kehidupan saya. Terimakasih, dalam nama Isa Almasih saya berdoa. Amin”. • Kemudian, tentukan kapan akan pertemuan berikutnya, sebagai follow up/ tindak lanjut.
• Jikalau masih terdapat waktu, dapat secara langsung menceritakan cerita mengenai pengorbanan yang lain, seperti Qabil dan Habil.
63
SPIRITUALITAS PEMIMPIN JEMAAT Pdt. Dr. Purim Marbun (Departemen DPL - BPH GBI)
Sebelum membahas tentang spiritualitas pemimpin jemaat maka ada hal prinsip dalam tulisan ini yang perlu dijelaskan yakni apa itu spiritualitas? Dari sudut etimologi kata spiritualitas berasal dari kata spirit, latinnya (spiritus) yang berarti nafas (breath), keteguhan hati (courage), kekuatan (vigor), jiwa (soul), dan hidup (life). Sering juga diartikan bahwa spiritualitas adalah hal-hal yang berkaitan dengan roh dan oleh karena itu bertentangan dengan hal-hal yang bersifat materi (kebendaan) dan korpus (badan atau tubuh). Ini adalah pandangan dikotomi (dichotomy) yang mempertentangkan dua bagian. Bagian-bagian yang berkaitan dengan roh seperti devosi, hidup batin dan rohani dinilai lebih tinggi daripada kegiatan kehidupan sehari-hari lainnya.
P
emahaman di atas tidak signifikan menjelaskan arti spiritualitas. Dari perspektif teologi Kristen, spiritualitas mempunyai arti yang sangat mendalam. Pertama-tama harus dimengerti sebagai kehidupan yang dihubungkan kepada Roh Kudus. Orang-orang yang memiliki kehidupan semacam ini terjadi oleh karena mempunyai pengetahuan kebenaran (notitia), lalu mereka percaya kepada (assensus) dan menyerahkan hidupnya secara total (fiducia) kepada Tuhan Yesus Kristus. Kepada orang-orang yang mempunyai notitia, assensus dan fiducia, Allah mengaruniakan kepada mereka Roh Kudus agar mereka dapat mengikuti kehendak Allah yang benar sebagaimana telah dicontohkan melalui kehidupan Yesus Kristus. Dengan demikian spiritualitas Kristen adalah spiritualitas yang penghayatan menjadi jelas dan konkret, karena mengikuti keteladanan kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus Kristus.
64 |
Seperti Allah mengutus Yesus ke dalam dunia ini dan memperlengkapiNya dengan kuasa Roh Kudus untuk menyatakan kehendak dan kebenaranNya, maka hal yang sama dialami oleh para murid dalam tugas pengurusan mereka ke dalam dunia ini. Seperti dicatat Injil Yohanes 17:18, “Sama seperti Engkau telah mengutus Aku ke dalam dunia, demikian pula Aku telah mengutus mereka ke dalam dunia;” Dalam Yohanes 14:17 dan 18 dikatakan janji Tuhan tidak akan meninggalkan murid-murid sebagai yatim piatu di dalam dunia ini, namun Ia akan mengutus Roh Kebenaran untuk menyertai murid-murid-Nya. Spiritualitas Kristen berbeda dengan sekedar mencari kedalaman nilai-nilai yang transenden atau ‘sumbersumber asali’ seperti yang dilakukan oleh Gerakan Spiritualitas Zaman Baru yang meyakini bahwa Yang Transenden dapat memanifestasi melalui roh dunia
atau alam semesta. Spiritualitas Kristen berpusat pada Kristus, yaitu Allah yang berinkarnasi. Allah yang transenden tetapi juga imanen. Ia bukan Allah yang abstrak dan melebur seperti dalam kepercayaan pantheisme. Tetapi Allah yang berpribadi dan bisa berkomunikasi serta berelasi dengan manusia. Setelah menjelaskan tentang spiritualitas maka di bawah ini akan diungkapkan tentang pemimpin jemaat, secara sederhana dapat kita sebutkan dengan pendeta atau gembala jemaat dalam satu gereja lokal (pejabat pdp, pdm dan pdt) dalam Gereja Bethel Indonesia. Jika menghubungkan kedua pokok ide di atas maka spiritualitas pemimpin jemaat adalah hal-hal yang bertalian dalam diri gembala jemaat yang memberi nilai, indikator atau standar rohani, bahwa pribadi yang bersangkutan adalah pemimpin jemaat. Dalam konsep ini maka spiritualitas dapat kita maknai ialah ukuran dan standar rohani yang berdasarkan Firman Tuhan hidup dan dihidupi oleh para pemimpin jemaat (gembala). Secara implikasi dapat kita sebutkan bahwa spiritualitas pemimpin jemaat (gembala) dapat dikategorikan dalam beberapa hal antara lain: Pertama, pelayanan para pemimpin jemaat harus berpusat pada Kristus (Christ Centered). Implikasi point ini dapat dimaknai bahwa para pemimin jemaat dalam menjalankan seluruh tugas penggembalaan, harus didasarkan pada nilai-nilai kasih. Seperti Kristus yang menggembalakan domba-domba-Nya penuh kasih, rela berkorban dan membuktikan diri tersalib di Golgota, maka demikian hendaknya para gembala melakukan tugas pastoral kepada semua jemaat-jemaat. Kedua, motivasi pelayanan harus dikerjakan seperti Yesus melakukan yakni dengan penuh kesederhanaan, menaruh belas kasihan dan kepedulian dengan jemaat yang dilayani. Hal yang timpang sekarang ini kita temukan dalam pelayanan ialah bahwa pola penggembalaan sudah jauh melenceng dari indikator seperti yang dimiliki Kristus. Kita dapat menjumpai di lapangan bahwa menata dan mengorganisasikan pelayanan “cenderung” sama seperti mengelola “perusahaan”.
Dimana aturan yang kaku dan tidak memberi ruang gerak yang memadai bagi aplikasi Christ Centered, cenderung memposisikan gereja sebagai instusi belaka. Untuk kejadian yang seperti ini harusnya para gembala koreksi diri dan memperbaharuinya. Ketiga, kemurnian pelayanan harus terjamin dalam tata laksananya. Maksud dari kalimat ini adalah bahwa kemurnian pelayanan harus menjadi ciri bagi gereja dan pemimpin jemaat. Baik gembala dan pelayanannya murni dalam segala aspeknya. Misalnya saja, gembala dengan kemurnian dan ketulusan dalam melakukan tugas pastoral tanpa adanya motif lain, bukan karena gaji, popularitas, atau karena mencari keuntungan melainkan untuk memberkati umat Tuhan. Dengan pola ini maka aspek “genuine” dari pelayanan pendeta atau gembala dapat dipertanggung jawabkan. Keempat, kesederhanaan dan pola hidup bersahaja menjadi ciri khas dari pemimpin jemaat dalam melayani. Pendeta atau gembala tidak boleh tercemar dengan pola-pola pelayanan yang menyimpang dari nilai Kristus, jika Kristus melayani dengan sederhana dan penuh pengabdian maka pola ini hendaknya mendrive seluruh pelayanan gembala. Utamanya dalam hal ini para gembala tidak boleh mengukur keberhasilan pelayanan berdasarkan hal-hal lairiah, misalnya berkat jasmani, fasilitas pelayanan dan juga kedudukan dan jabatan. Semua pemimpin jemaat harus sadar bahwa posisi dan kedudukan kita ialah hamba yang hanya bertugas dan bertanggung jawab melakukan tugas yang diemban. Implikasi dari spiritualitas pemimpin jemaat pada dasarnya akan menuntun para gembala dan pemimpin mampu mewujudkan pelayanan yang menyenangkan Tuhan, lebih lanjut lagi akan membawa dampak yang positif bagi jemaat yang dilayani. Dimensi dan area pelayanan ini hendaknya jangan dibatasi hanya secara gereja lokal, melainkan terbuka bagi warga masyarakat luas yang berada di sekeliling gereja. Pemimpin jemaat harus mampu menjadi pemimpin umat dalam skala yang lebih kompleks, hal ini dapat dilaksanakan berkat meneladani pola pelayanan Yesus.
65
Memiliki Hati Yesus
Pdt. Dr. Ir. Yonathan Wiryohadi (Departemen Pelmas - BPH GBI)
Peran gereja di tengah masyarakat Indonesia sangatlah penting. Untuk itu Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia melalui Departemen Pelmasnya terus mengembangkan sayapnya untuk menjangkau jiwa dengan melakukan berbagai karya nyata di lapangan seperti menolong masyarakat di daerah-daerah yang tertinggal dan yang terkena bencana alam. Gerakan Satu Kasih untuk NTT dan Pengutusan Pendidik Transformasi (Petra) Indonesia Cerdas merupakan salah satu usaha penjangkauan jiwa di bidang sosial dan pendidikan, di samping bidangbidang lain yang juga tak kalah seru. Sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Prof. Yohana Yambise di Graha Bethel pada suatu kesempatan, “gereja pasti berbuat sesuatu untuk lakukan perubahan di NTT, Papua & Indonesia Timur, sebab masyarakat lebih percaya kepada gereja.”
Tuhan rindu kita memiliki hati seperti Yesus. Dalam Lukas 10:25-37 kita bisa membaca kerinduan hati Tuhan ini. Ada banyak orang datang kepada Yesus tidak untuk memiliki hati Yesus, tetapi mereka justru mencobai-Nya! Seperti yang dituliskan dalam perikop ini, itu pula yang dilakukan oleh ahli Taurat. Apa arti mencobai Yesus? Seseorang dikatakan mencobai Yesus bila dia hanya ingin tahu apa yang menjadi perintah Yesus, tetapi tidak mau melakukannya. Orang yang hanya tahu atau mendengar tetapi tidak pernah mau melakukan apa yang Yesus rindukan terkategori sebagai orang yang mencobai Yesus. Camkan, Tuhan rindu kita menjadi orang-orang yang mengerti isi hati-Nya dan melakukannya! Ada banyak orang yang berkata bahwa persoalan tidak bisa terpecahkan atau terselesaikan. Ada begitu banyak persoalan di kota maupun bangsa ini sehingga menuntaskannya seolah menjadi pekerjaan yang muskil. Tetapi masalahnya justru ada pada kesadaran kita sebagai gereja Tuhan untuk bergerak dan menyelesaikannya. Kalau setiap gereja-Nya memiliki hati Yesus, tidak akan ada perkara yang sukar sebab bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin. Tuhan sanggup melakukan segala sesuatu! Jadi, persoalan utamanya, sekali lagi, ada pada peran gereja Tuhan. Sudahkah kita menjadi gereja dan umat-Nya yang menegakkan nilai-nilai Kerajaan dan bergerak sesuai agenda Tuhan untuk menyelesaikan setiap permasalahan yang terjadi di komunitas, kota maupun bangsa kita? Dalam Lukas 10:25-37, kita bisa melihat ada lima golongan orang yang ada di muka bumi, yakni:
I. Golongan Orang yang Menjadi Korban Siapakah orang yang masuk dalam kelompok orang-orang yang menjadi korban”? Mereka adalah orang-orang yang belum mengenal Yesus! Bila kita melihat orang yang belum kenal Yesus, kita harus punya hati yang terbeban buat mereka! Mengapa? Sebab mereka menjadi korban dari kuasa kegelapan. Orang yang “menjadi korban” berikutnya ialah orang yang tidak beruntung dalam hidupnya! Orang-orang yang belum bisa menikmati berkat Tuhan dan mencicipi kehidupan yang layak. Orang-orang yang kehidupannya terpuruk! Dalam perikop di atas dikatakan orang yang menjadi korban itu sedang dalam perjalanan dan bertemu dengan perampok. Perampok merupakan lambang dari
Pesta Rakyat 2 bersama Ibu Menteri Meutia Hatta, 2009. 67
kuasa gelap, setan, dan antek-anteknya. Orang yang menjadi korban merupakan mangsa dari kuasa kegelapan. Mungkin di sekitar kita masih ada orang-orang yang belum mengenal Tuhan, dan mereka harus mendapat perhatian dari kita! Siapa lagi yang disebut “menjadi korban”? Orangorang yang mengalami persoalan di sepanjang hidupnya! Mereka yang terus menerus berjibaku dengan kemiskinan, penyakit dan hal-hal destruktif lainnya. Itu sebabnya, gereja harus terus bergerak melawan kemiskinan di kotanya. Di gereja yang saya gembalakan, melalui Pilar Sosial, sudah ada ratusan orang yang ditolong untuk keluar dari lilitan kemiskinan. Ada banyak anak jalanan di kota kami yang diberi makan dan dibantu untuk mengenyam pendidikan di bangku sekolah yang jumlahnya tak kalah banyak! Di luar pilar tersebut, tercatat juga di antara jemaat yang bergerak menyekolahkan anak-anak kurang mampu dari kantong pribadi mereka. Luar biasa, mereka bergerak secara sporadis untuk menolong orang-orang yang “menjadi korban” di kota kami. Sejak tahun 2003 kami secara kontinu menggelar Pesta Rakyat dengan tujuan memberkati kota, khususnya masyarakat yang kurang mampu dengan menyediakan pengobatan gratis, sunatan massal gratis, pembagian sembako secara cuma-cuma, dan menjual keperluan sekolah maupun baju-baju layak pakai dengan harga yang amat murah. Dalam gerakan ini, kami tidak bekerja sendirian. Tetapi melibatkan dan merangkul berbagai pihak, mulai dari aparat pemerintahan, tokoh masyarakat dan tokoh agama. Ini sama artinya gereja bersinergi dengan semua elemen yang ada di kota untuk mengentaskan berbagai persoalan dan menjadi berkat. Dan yang tak kalah menggembirakan, dari puluhan ribu orang yang kami tolong, ada seribu lebih jiwa di antara mereka yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Mereka bisa beroleh keselamatan karena gereja bergerak untuk menolong, dan Tuhan amat berkenan terhadap apa yang dilakukan gereja-Nya. Sadarilah, ada begitu banyak tuaian di sekeliling kita! Ada begitu banyak jiwa yang butuh uluran tangan kita!
II. Golongan orang agamawi Kelompok ini merupakan gabungan dari ahli Taurat, orang Lewi, dan para Imam. Mereka adalah orang-orang yang melayani Tuhan (Ayat 30-31)! Yerikho dekat dengan Laut Mati. Kalau kita berangkat dari Yerusalem menuju Yerikho, kita akan menempuh perjalanan dengan medan yang menurun. Ketika temperatur di Yerusalem sekitar 10 Derajat Celcius, di Yerikho temperaturnya bisa di atas 35 Derajat Celcius. Ini terjadi karena perbedaan permukaan yang cukup tajam. 68 |
Ketika ada orang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho dan dirampok, ada seorang imam yang turun melalui jalan yang sama. Kata turun berarti bahwa orang tersebut sudah selesai beribadah di Yerusalem dan dia punya waktu yang leluasa. Seandainya dia sedang naik menuju ke Yerusalem, itu berarti bahwa orang itu sedang buru-buru di perjalanan untuk memimpin ibadah di Yerusalem. Jadi, orang yang jadi korban dan Imam sama-sama turun dari Yerusalem ke Yerikho. Logikanya, Imam tidak punya alasan untuk tidak menolong orang yang habis dirampok itu. Imam tidak punya alasan untuk tidak menolong karena ia sudah menyelesaikan tugas ibadah di Yerusalem. Mengapa orang-orang ini dicap sebagai golongan agamawi? Mereka hanya melakukan kegiatan atau ritual agamawi dalam kesehariannya. Kalau kita bergereja dan hanya melakukan kegiatan agamawi, suatu hari kita akan mengalami kejenuhan. Kualitas Kekristenan kita akan mengalami titik jenuh. Sama parahnya, kita tidak punya belas kasihan kepada orang lain! Golongan agamawi selalu ingin membenarkan pemikiran sendiri dengan menggunakan doktrin-doktrin yang dipegang. Mereka tidak mau mengambil tanggung jawab untuk mengasihi sesama. Mereka hanya melihat orang yang menjadi korban tetapi tidak pernah mau terlibat dalam menyelesaikan masalah si korban. Sebetulnya, masalah yang dimaksud adalah tuaian! Orang-orang agamawi justru kehilangan kasih Kristus dalam pelayanan mereka. Hari-hari ini, ada banyak orang yang tidak lagi mengerti apa yang harus mereka perbuat dalam pelayanan. Mereka mengalami kebosanan. Apa sebab? Karena mereka menjalankan liturgi semata-mata dan melakukan ragam kegiatan yang agamawi! Jemaat Tuhan harus mulai menyadari bahwa ada banyak orang di komunitas kita yang sedang menghadapi masalah! Kita harus berbuat sesuatu untuk menyelesaikan masalah itu! Orang-orang berkarakter agamawi biasanya sering mengadakan rapat atau sidang. Ketika mereka rapat, mereka mengumpulkan data dan mencari konsep untuk mengentaskan kemiskinan. Ternyata, mereka tidak bergerak dan hanya berhenti sebatas pada konsep: Cara Mengentaskan Kemiskinan! Tahun berikutnya, mereka terus bergelut dalam diskusi tentang pengentasan kemiskinan dan tidak pernah bergerak! Ketahuilah, kita tidak boleh hanya sekadar berdiskusi dan berkonsepsi! Lebih dari itu, kita mesti bergerak untuk menyelesaikan problema yang ada di kota kita sesuai dengan kerinduan hati Tuhan.
III. Golongan perampok Mereka memanfaatkan sesama untuk mengambil keuntungan! Adakah tipikal golongan seperti ini di sekitar kita? Tentu saja ada! Orang-orang pada golongan ini justru merupakan orang-orang yang mampu. Terkadang mereka
mengambil data kemiskinan dan beredar keliling untuk mendapatkan donasi. Mereka mendapatkan keuntungan dari ‘menjual suasana orang-orang miskin’ dan hasil donasi pun dipakai untuk kepentingan pribadi.
IV. Golongan orang Samaria Ini adalah golongan orang-orang yang suka menolong dengan kekayaannya. Mereka adalah barisan orang Samaria yang baik hati! Pernahkah kita bertanya mengapa orang Samaria justru mendapat pujian dari Tuhan? Ada tipikal orang yang Tuhan rindukan dan itu ada di dalam diri si Samaria yakni; (1) Berbelas kasihan (2) Membalut luka (3) Memberikan penginapan dan merawat, (4) Memberi uang. 1. Berbelas kasihan Orang Samaria tergerak hati oleh belas kasihan untuk menolong orang yang dirampok (Ayat 33). Gereja yang Tuhan inginkan adalah barisan orang-orang yang dipenuhi dengan belas kasihan. Kalau ada gereja atau orang-orang yang berbelas kasihan kepada si miskin, seharusnya kita belajar untuk melakukan hal yang sama. Jangan justru menghambat! Belas kasihan merupakan kata kunci bagi kita untuk bergerak sesuai dengan panggilan yang Tuhan tetapkan. 2. Membalut luka. Apa yang dilakukan oleh orang Samaria? Dia mendekati korban dan mengobati luka-lukanya. Sesudah itu, dia mengurapinya dengan minyak anggur (Ayat 34). Orang Samaria membalut luka orang yang terluka! Setiap kali ada persoalan yang datang, dia selalu melakukan pertolongan. Dia melakukan P3K (Pertolongan Pertama Pada Kemiskinan... Kesusahan... Kecelakaan... Korban... dan K yang lain). Inilah tipikal gereja yang dirindukan oleh Tuhan untuk menyelesaikan persoalan di kota. Kalau kita hanya berbelas kasihan tetapi tidak bertindak, itu belum cukup! Kita harus bergerak untuk membalut luka orang-orang yang terluka. Dengan kata lain, kita mesti melengkapi belas kasihan kita dengan tindakan nyata! Pelayanan anak-anak jalanan.
Lambang kemakmuran Israel ada dua, yakni anggur dan minyak. Orang-orang kaya di Israel selalu minum anggur. Dan ke mana pun mereka pergi, mereka selalu membawa minyak Zaitun yang umumnya harganya mahal sehingga tidak semua orang bisa membeli. Minyak Zaitun bisa berfungsi untuk menyembuhkan luka. Jadi, apa artinya? Orang Samaria rela mengeluarkan atau memberikan barang berharganya untuk menolong orang yang menjadi korban. Orang Samaria sebetulnya tidak masuk dalam golongan orang Yahudi. Mereka dianggap sebagai kafir oleh orang Yahudi. Tetapi Tuhan justru menampilkan gambaran yang kontradiktif tentang perbedaan orang Samaria dengan orang Yahudi. Tipikal orang Samaria merupakan lambang dari gereja Tuhan yang mau menjadi berkat bagi orang-orang yang ada di komunitas dan kota. Tuhan meminta kita untuk menolong semua orang dari berbagai latar belakang. Kita juga harus menolong orangorang yang belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat! Ketika kita menolong orang-orang dari berbagai latar belakang, itu merupakan kesempatan bagi kita untuk berbagi kasih terhadap sebanyak mungkin orang. Ketika kita melakukannya, karya Roh Kudus akan turun menjamah orang-orang yang kita tolong dan keselamatan akan datang dalam kehidupan mereka! Tuhan ingin memberkati dan memperkaya kita karena Dia mau memakai kita untuk menjadi saluran berkat bagi semua orang. Tuhan mau memperlengkapi kita dengan ‘minyak’ dan ‘anggur’. Kita bisa meminyaki luka dan menyeka mereka dengan anggur. Dengan kata lain,
Rumah Rehabilitasi Serang Tuhan mempersiapkan setiap gereja dan jemaat-Nya untuk menolong sebanyak mungkin orang miskin yang ada di kota maupun bangsa ini! 3. Memberi penginapan dan merawat. Orang Samaria menaikkan korban ke tunggangan di keledainya (Ayat 35), dan dia membawanya ke tempat penginapan. Bukan hanya itu, dia pun merawat orang
69
yang terluka. Ini merupakan kerinduan hati Tuhan agar kita membawa orang-orang sakit dan merawat mereka. Ketika kita mau memberi penginapan dan merawat orang-orang yang terluka, terbuka peluang yang sangat lebar sehingga mereka bisa menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat! Sewaktu gereja kami telah menyelesaikan tugas merawat orang-orang gila di sekitar Tangerang, Ibu Gubernur meminta kami untuk melakukan hal yang sama di Kota Serang. Di tahun 2010, salah satu dari jemaat kami, Ibu Ester, membuka rumah rehabilitasi orang gila dan mulai membersihkan orang-orang gila di kawasan Serang dan sekitarnya. Kemudian di tahun yang sama jemaat kami yang lain, Pak Imanuel Talan, juga membuka rumah rehabilitasi yang sama di kawasan Cisauk. Dengan cara itu, ada banyak orang yang “menjadi korban” mengalami pertolongan lantaran kami bergerak sesuai kerinduan hati Tuhan. Itu berarti, gereja Tuhan telah menjadi berkat buat komunitas dan kotanya. 4. Memberi uang. Selanjutnya, orang Samaria juga mengeluarkan uang untuk membiayai perawatan orang yang terluka (Ayat 35). Inilah tipikal gereja yang Tuhan rindukan, dimana gereja bergerak untuk menjadi berkat bagi orang banyak. Tipikal gereja seperti ini pasti dipercaya Tuhan untuk melakukan hal-hal yang besar, dan Tuhan pun memberi pujian atasnya. Ketika gereja bergerak sesuai kerinduan hati Tuhan, semakin banyak persoalan maupun hal-hal destruktif di kota yang bisa diselesaikan oleh anak-anak Tuhan. Tuhan mau agar gereja bertambah diberkati sehingga bertambah banyak orang miskin yang bisa ditolong! Gereja harus menjadi solusi bagi orang-orang yang
“menjadi korban” di kota ini! Itulah tujuan Tuhan memberkati umat dan gereja-Nya.
V. Golongan Yesus Kristus. Yesus adalah lambang dari Kingdom Driven Church (KDC). Gereja bisa melihat seperti Yesus melihat! Yesus tidak hanya peduli pada orang miskin, tetapi Yesus juga peduli pada orang yang merampok. Yesus rela mati buat perampok dan juga para Imam yang masih agamawi. Yesus tidak menghakimi orang agamawi dan ahli Taurat. Yesus malah rela mati buat mereka! Yesus melihat tindakan semua orang dan Dia rela mati untuk orang-orang yang terluka, para imam, perampok, dan orang Samaria! Adakah perampok yang diselamatkan Yesus? Sudah tentu ada! Perampok di sebelah kanan Yesus di Golgota menerima anugerah keselamatan dari Yesus! Adakah orang miskin yang diselamatkan oleh Yesus? Bartimeus mengalaminya! Adakah orang kaya yang diselamatkan oleh Yesus? Yesus melakukannya buat Zakheus! Dengan kata lain, apa yang dikerjakan Yesus merupakan bentuk pergerakan yang dirindukan oleh Tuhan agar bisa dilakukan oleh gereja-Nya (Kingdom Driven Church). KDC adalah gereja yang tidak hanya sekadar bergerak di satu pilar, tetapi bergerak pada setiap pilar yang ada di kota. KDC adalah gereja yang digerakkan oleh agenda Kerajaan Allah! Mari, bawa orang-orang yang belum selamat kepada Tuhan dan biarlah mereka merasakan kasih Yesus yang sejati! Biarlah kehidupan setiap kita berfungsi bagi Kerajaan-Nya! Biarlah kita bergerak sesuai dengan kerinduan hati Tuhan, yakni menjadi berkat bagi semua kalangan. Dengan begitu, kita disebut sebagai orang-orang yang memiliki hati Yesus, sehingga melalui kehidupan kita nama Tuhan Yesus Kristus dipermuliakan!
Departemen Pelmas BPH GBI juga mempunyai pelayanan di bidang kesehatan seperti PDGBI dan melakukan berbagai aksi sosial seperti pemberian pompa air untuk mengatasi kekeritan di NTT serta pengembangan peternakan hewan untuk keperluan konsumsi, juga pembudidayaan buah strawberry sehingga masyarakat mendapatkan sesuatu yang berharga untuk peningkatan taraf hidup. Berbagai usaha pengembangan masyarakat di Tanah Air, terus dilakukan sesuai dengan wilayah & kebutuhan masyarakat.
70 |
PEKA AKAN
KEADAAN SEKELILING Pdt. dr. Eunike S. Sadrach (Departemen WBI - BPH GBI) Wanita Bethel Indonesia - Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia terus melaksanakan terobosan dalam berbagai bidang untuk menuai jiwa-jiwa. Selagi ada kesempatan, apa yang telah Tuhan berikan di dalam hati seorang Penuai, harus dilakukan dengan sepenuh hati. Karena itu, Departemen Wanita Bethel Indonesia (WBI) di tahun 2016, akan mengumpulkan lebih dari 10.000 buku bacaan, untuk membuka Taman Bacaan di beberapa daerah karena terbeban dengan kebutuhan anak-anak yang haus mendapatkan pendidikan. Untuk itu guruguru dan calon guru PAUD telah diberikan training – pembekalan bersama Departemen Pendidikan untuk bisa mengajar anak- anak dan juga mendidik mereka agar mengenal Tuhan Yesus dan menjadikan mereka anak yang hidup takut akan Tuhan. Ada beberapa Taman Bacaan dan Rumah Cerdas yang telah didirikan oleh beberapa Korda WBI. Para wanita menanggapi kebutuhan anak-anak dengan kasih BAPA dalam kehidupan mereka. Untuk terjadinya suatu penuaian pastinya diperlukan penuai-penuai yang handal, yang sesuai dengan kehendak BAPA; penuai yang mau melakukan tugasnya dengan semangat dan kerja keras, yang dengan tekun melakukan tugasnya sampai akhir masa penuaian dan juga lahirnya penuai-penuai baru. Tidak saja kaum pria, tetapi para wanita pun dapat menjadi penuai-penuai yang dipakai Tuhan dengan luar biasa, penuai yang berkualitas dan berdampak, penuai yang tidak saja melakukan pekerjaannya sebagai tugas rutinitas. Pada masa akhir ini diperlukan penuai yang mengalami pembaharuan. Ada beberapa hal yang kita akan renungkan bersama untuk menjadi penuai yang mengalami pembaharuan.
1. Wanita Penuai yang Mau Diperbaharui Hatinya Yehezkiel 36:26, Tuhan memberikan hati yang baru dan roh yang baru untuk kita dapat menjadi seorang penuai yang membawa kemuliaan Tuhan. Tidak hidup biasa- biasa saja, tetapi ada sesuatu yang mengobarkan hatinya, memiliki gairah yang menyala-nyala untuk jiwa-jiwa. Roh Kudus yang ada dalam hati yang baru akan memperlihatkan perubahan hidup yang nyata, menjadi penuai yang menyukakan hati Allah dan hidup sebagai anak Allah.
72 |
Hati yang baru pada dasarnya menunjuk pada kerelaan kehidupan yang terus-menerus mau diproses. Sesesorang yang memiliki hati yang baru akan mengalami perubahan dan pertumbuhan yang mengarah pada kepenuhan Kristus. Perubahan dan pertumbuhan ditandai dengan makin nampaknya sifat-sifat Allah dalam kehidupan yang telah diperbaharui; dimana orang-orang sekitarnya dapat merasakan perubahan dari seorang penuai yang telah diperbaharui hatinya.
2. Wanita Penuai Yang Hidup Dalam Kebenaran Untuk menjadi penuai yang mengalami pembaharuan, dia harus mengerti dan melakukan kehendak Bapa. Hal ini harus dipraktikkan dalam kehidupan seharihari, apakah yang dilakukan sesuai dan berkenan di hati Bapa, apakah hidupnya sungguh –sungguh sesuai dengan gambar Allah, hidup didalam kebenaran dan kekudusan (Kol 3:10. Ef 4:23-24). Seorang penuai seharusnya dapat memberikan teladan yang baik. Tuhan Yesus berkata : “Kalau kehidupan keagamaanmu tidak lebih benar dari ahli taurat dan orang farisi kamu tidak akan masuk dalam kerajaan Sorga” ( Mat 5:20). Penuai yang mengalami pembaruan, hidup dalam kebenaran Allah akan menjadi kitab terbuka yang akan membawa orang-orang menerima keselamatan, mempersiapkan umat bersama dengan dirinya masuk ke dalam kerajaan Allah. Jangan kita menjadi penuai yang pada akhirnya tidak dikenal oleh Tuhan dan tidak mendapat bagian dalam kerajaan Allah karena kita tetap hidup di dalam ketidak benaran – tetap melakukan kejahatan, (Mat 7:21-23). Paulus mengatakan, “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah memulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” ( Gal 3:3).
3. Wanita Penuai yang Peka Akan Sekeliling Pembaharuan hati yang memampukan kita melihat keadaan di sekeliling kita. Apa yang sudah kita lakukan untuk orang-orang yang memerlukan kasih Tuhan? Seperti Raja itu berkata: sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan, ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di penjara, kamu mengunjungi Aku, (Matius 25:35–36), demikianlah seharusnya mentalitas seorang penuai. Kepekaan terhadap keadaan sekeliling seharusnya mendorong kita untuk melakukan sesuatu bagi “seorang yang paling hina”; karena dengan demikian kita telah melakukannya untuk Tuhan. Kita tidak akan berdiam diri sebagai penuai di kala melihat orang lain membutuhkan sesuatu, apalagi berkaitan
dengan kebutuhan akan keselamatan yang kekal. Selagi ada kesempatan, apa yang Tuhan taruh didalam hati seorang penuai, lakukanlah itu dengan sepenuh hati.
4. Wanita Penuai Yang Tidak Hidup Dalam Zona Kenyamanan Seorang penuai yang mengalami pembaharuan hidupnya pasti tidak akan diam dalam zona kenyamanannya. Dia pasti akan bangkit dan berani bayar harga. Tidak puas dengan keadaan yang dialami sekarang. Hatinya akan terusik melihat jiwa – jiwa yang belum diselamatkan, dan ada kesukacitaan untuk membawa kabar baik. Seperti perempuan dari Samaria setelah mengalami perjumpaan dengan Tuhan Yesus, kakinya tidak bisa tinggal diam untuk duduk dekat Tuhan Yesus tetapi dia pergi ke kampungnya dan membawa kabar baik. Dia mengajak orang- orang di kampungnya untuk menemui Tuhan Yesus. Dia tidak memikirkan resiko yang akan terjadi, orang – orang yang mungkin tidak percaya akan kabar baik. Tetapi hatinya yang telah mengalami kasih Kristus itu menggerakan dia untuk menjadi pembawa kabar baik. Pelayanan yang dilakukan akan memberkati banyak orang jika seorang penuai yang mengalami pembaharuan hati berhenti melihat kepentingannya sendiri, dan mulai melihat kepentingan orang lain, mengalahkan keinginan untuk kenyamanan diri sendiri, dan mulai melangkah seperti Tuhan Yesus melakukannya untuk kita semua. Kita perlu rela menerobos berbagai rintangan dalam melaksanakan kehendak Allah menyelamatkan umat manusia. Seorang penuai yang telah mengalami pembaharuan telah mati bagi dirinya sendiri dan hidup bagi Allah. Waktu yang kita jalani semakin singkat, karena kedatangan Tuhan semakin mendekat. Sebab itu pergunakanlah waktu yang masih ada untuk menjadi penuai –penuai yang sungguh berkenan di hati Allah, yang bertahan di dalam penderitaan, yang melakukan segala sesuatu sampai seluruh dunia mendengar nama Tuhan Yesus, sehingga mereka mendapatkan anugerah keselamatan dari Tuhan Yesus, sampai tiba hari kesudahannya. Sekaranglah waktunya! Selamat mengalami pembaharuan penuai, Roh Kudus yang menolong kita semua!
73
GENERATION OF
TRANSFORMERS (GeT)
MOVEMENT
Pdt. Ir. Ronald Tampubolon (DPA - BPH GBI) Departemen Pemuda & Anak Gereja Bethel Indonesia (DPA GBI) terus berjuang untuk menjawab setiap kebutuhan pelayanan dan pembinaan generasi muda GBI. Pada periode 2009-2013 DPA GBI mulai memfokuskan pelayanan agar generasi muda GBI menjadi berkat dan berdampak dalam tujuh bidang kehidupan. Kemudian dilanjutkan pada periode 2013-2017, DPA GBI mengusung satu kegerakan yang diberi nama Generation of Transformers Movement (GeT Movement). GeT Movement terus bergerak dan saat ini hampir seluruh Daerah, Wilayah dan beberapa Pengurus Luar Negeri sudah semakin merasakan kegerakan ini. Dalam kegerakan ini DPA GBI membuat alur pergerakan tersistem, yang diharapkan dapat mempercepat pergerakan ini merata bagi seluruh generasi muda GBI. Adapun sistem alur pergerakan itu adalah sebagai berikut :
1. Untuk memulai GeT Movement di tahun pertama dan kedua, DPA GBI menyelenggarakan satu event yang diberi nama GeT Camp.
GeT Camp merupakan gerbang dari kegerakan besar ini. Tujuan dari GeT Camp adalah supaya setiap peserta mengalami perubahan pola pikir sesuai dengan Kebenaran Firman Tuhan. DPA GBI sadar bahwa sudah banyak program-program ataupun camp-camp pemulihan yang telah memberkati generasi muda, persoalannya ketika mereka sudah dipulihkan apa yang selanjutnya akan mereka kerjakan? Banyak diantara mereka akhirnya jatuh bangun dalam menghadapi pergumulan hidup untuk mencapai kesempurnaan “Menjadi Seperti Yesus”. GeT Camp merupakan jawaban dari kebutuhan yang selama ini dirasakan di kalangan generasi muda GBI. GeT Camp diperlengkapi materi-materi sebagai berikut :
a ) The Vision. Materi ini mengarahkan setiap peserta untuk mengerti visi dan panggilan hidup mereka. Sasarannya adalah bahwa setiap manusia memiliki tugas dan tanggung jawab yang berbeda dalam memenuhi panggilan Tuhan, sesuai dengan rancangan Tuhan. Banyak generasi muda yang tidak mengerti visi atau panggilan hidup sehingga mereka tidak punya arah hidup yang jelas. Untuk itu tujuan materi ini agar setiap peserta memiliki visi atau tujuan hidup yang jelas.
74 |
b ) Obstacele. Materi ini menyadarkan kepada setiap peserta bahwa dalam mencapai visi itu banyak rintangan dan tantangan. Untuk itu peserta akan di bekali betapa perlunya perjuangan untuk mencapai visi yang Tuhan berikan. Bukan berarti karena itu visi dari Tuhan berarti semuanya akan berjalan mulus. Membangkitkan motivasi bagi peserta untuk tetap mengikuti proses yang Tuhan berikan sangat kuat dalam materi ini.
c ) Excellence. Materi ini menyadarkan kepada setiap peserta bahwa dalam mencapai satu visi diperlukan keahlian. Materi ini sangat kuat mengajarkan peserta untuk giat belajar dan berlatih supaya menjadi orang yang unggul di bidang masing-masing.
d ) Seven Spheres (tujuh bidang kehidupan) Materi ini memberikan gambaran bidang-bidang kehidupan secara global, sehingga memudahkan setiap peserta untuk memahami apa yang menjadi panggilan hidup mereka. Adapun tujuh bidang kehidupan tersebut adalah : (1) Art/Media/Sport/Entertaiment; (2) Business; (3) Church; (4) Development of the Poor; (5) Education; (6) Family; (7) Goverment.
2. Tahap kedua dalam GeT Movement ini, DPA GBI mendorong setiap peserta yang sudah mengikuti GeT Camp untuk membentuk komunitas di masing-masing bidang. Komunitas ini di beri nama GeT Community. Tujuan dari GeT Community ini adalah untuk mempermudah pementoran generasi muda GBI di masingmasing bidang, sehingga DPA GBI akan fokus melatih dan memperlengkapi GeT Community sesuai bidang mereka masing-masing. Di tahap kedua ini, selain komunitas yang fokus kepada tujuh bidang kehidupan yang kita sebut GeT Community, ada juga komunitas khusus para pemimpin (Ketua-Ketua : KPA, ABI, RBI, PBI, DMBI, Pengurus Sektor, Pengurus Wilayah dan Pengurus Daerah), DPA GBI menyebutnya Sahabat Pemimpin.
3. Tahap ketiga dalam GeT Movement ini, DPA GBI akan memperlengkapi setiap GeT Community melalui pelatihan-pelatihan yang disebut Spheres Training. Spheres Training di buat dengan pola-pola yang kreatif sesuai dengan bidang masing-masing dan juga metode pelatihan yang kreatif. Adapun program-program pelatihan yang di maksud adalah : A ) Di Sphere Art/Media/Sport/Entertainment program pelatihannya disebut GeT Emas (Generation of Transformers Entertainment, Media, Art dan Sport). B ) Di Sphere Business dan Development of the Poor program pelatihannya di sebut GeT Entrepreneur Camp. C ) Di Sphere Church program pelatihannya ada yang kita sebut GeT Powerfull Teaching dan GeT Evangelism. D ) Di Sphere Education program pelatihannya di sebut GeT Education. E ) Di Sphere Family program pelatihannya di sebut Family for Generation. F ) Di Spheres Goverment bentuk program pelatihannya adalah Sekolah Politik.
75
Tujuan dari Spheres Training ini adalah tindak lanjut dari pembentukan GeT Community sekaligus melatih dan mementor setiap generasi muda GBI yang sudah bergabung dalam GeT Community. Semakin banyak pelatihan yang dibuat di masing-masing bidang, maka anggota dari GeT Community akan semakin ahli di bidangnya.
4. Tahap ke empat dalam GeT Movement ini adalah mengevaluasi setiap bidang-bidang melalui Festival dan Lomba di tingkat Daerah. Hal ini akan menjadi sangat strategis mengingat setiap komunitas membutuhkan alat ukur untuk memotivasi mereka untuk lebih maju lagi. DPA GBI menganggap Festival dan Lomba merupakan alat ukur yang tepat bagi generasi muda GBI.
5. Tahap kelima dalam GeT Movement ini harus berfokus pada pelatihan khusus fasilitator di masing-masing sphere Pembentukan fasilitator-fasilitator di setiap daerah pada masing-masing sphere merupakan hal yang sangat strategis dalam pergerakan ini. Fasilitator akan memudahkan dan mempercepat pergerakan, mengingat DPA GBI tersebar di seluruh Indonesia. Tugas dan tanggung jawab dari fasilitator tersebut adalah memberikan laporan perkembangan pergerakan sphere-nya di daerah masing-masing minimal 6 bulan sekali.
6. Tahap ke enam dari GeT Movement ini adalah memberikan apresiasi di tingkat nasional bagi seluruh genersi muda yang berprestasi di masing-masing bidang sehingga dapat menginspirasi generasi muda yang lain. Event tersebut dinamankan GeT Award, yaitu acara puncak untuk memberikan penghargaan bagi genersi muda yang sudah berprestasi di tingkat nasional. Demikianlah penjelasan singkat mengenai pergerakan GeT Movement yang saat ini sedang berjalan dalam upaya membina, memperlengkapi dan membangkitkan generasi muda GBI agar menjadi para pemimpin muda yang mengubah bangsa dalam tujuh bidang kehidupan. Tuhan memberkati. Salam Transformers. *Penulis adalah Wakil Ketua II DPA BPH GBI Untuk informasi kegiatan-kegiatan dari DPA GBI dapat melihat di www.dpagbi.org, Fans Page Facebook DPA GBI atau Sekretariat 021-42876134, 081319321759, 082114305839, 08528392955.
76 |
77
PESAN&HARAPAN
2016 “
“
Pdt. Samuel Gunawan
Pdt. Sutadi Rusli
BPD GBI DKI JAKARTA
BPD GBI JAWA BARAT
Ada 2 hal yang berharga yang Tuhan beri bagi kita selama kita hidup di bumi ini, yaitu: Waktu dan Kehidupan. Karena punya waktu kita punya cita-cita dan program. Kehidupan membuat kita bisa melakukan apa yang kita cita-citakan. Tetapi, keduanya tetap milik Tuhan yang sewaktu-waktu diminta-Nya kembali. Sebab itu, hargailah waktu & kehidupan yang Tuhan beri. Selamat Natal 2015 & Tahun Baru 2016. Keep winning!
Selamat memasuki Tahun yang baru, tinggalkan yang lama. Sambut kebaikan Tuhan di tahun yang baru. (1 Samuel 16:7, Tetapi berfirmanlah Tuhan kepada Samuel: “Janganlah pandang parasnya atau perawakannya yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang didepan mata, tetapi Tuhan melihat hati.”)
“
Pdt. Gideon Rusli BPD GBI JATENG
Pdt. Samuel Kusnadi BPD GBI BANTEN
Mari maju dengan mengandalkan Tuhan dengan bersikap professional diambil dari semangatnya Rasul Paulus. Filipi 3:12-14.
“
“
Dengan berlalunya waktu membawa kita semakin dekat saat kedatangan Tuhan Yesus kedua kalinya. Tetap semangat melayani Tuhan. (Roma 12:11 “Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan”).
Pdt. Lilik Lasmanto
“
BPD. GBI JAWA TIMUR
“
2016 adalah tahun bangkitnya Gereja-gereja Bethel Indonesia untuk melangkah maju, menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan menuai jiwajiwa bagi kerajaan Allah. Yesaya 60:1-3.
Selamat Hari Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Melalui GBI Mantap mewujudkan rencana Tuhan sampai bumi dipenuhi kemuliaan-Nya. (Filipi 2:9-11)
Pdt. Fatony Pranoto BPD GBI SURABAYA
GBI NTT mengucapkan selamat Natal dan Tahun Baru 2016 untuk seluruh pejabat GBI dan jemaat GBi di dalam dan luar negeri. Harapannya agar dalam perayaan Natal 2015 semua berpedoman pada tema Natal Nasional Bangkit dan menjadi terang bagi bangsa-bangsa. (Yesaya 49:6b, Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi). Dan, harapan GBI NTT, agar semua pejabat GBI meningkatkan kerja sama untuk menuai Indonesia & bangsa-bangsa dalam Era Baru menuju GBI MANTAP. Haleluya! Tuhan memberkati.
Pdt. Kirenius Bolle BPD NTT
78 |
“Sekarang masa penuaian ladang sudah menguning dan matang siap untuk dituai” (Yohanes 4:35 Bukankah kamu mengatakan: Empat bulan lagi tibalah musim menuai? Tetapi Aku berkata kepadamu: Lihatlah sekelilingmu dan pandanglah ladang-ladang yang sudah menguning dan matang untuk dituai).
“
“
Pdt. Thomas Tanudharma
BPD GBI BALI-NTB
“
Selamat Natal & Tahun Baru, “hati baru, pikiran baru, tindakan baru dan semangat baru, GBI Mantap”. Yehezkiel 36:26.
Pdt. Yafet Rinso Marbun BPD GBI SUMUT-ACEH
Agar GBI ke depan bergandengan tangan membangun pertumbuhan kualitas dan kuantitas umat yang layak di hadapan Tuhan. Waktu-Nya sudah di ambang pintu.
“
Pdt. Titus Wadu BPD GBI SUMBAR
“
Pdt. Yohanes Supardi BPD GBI LAMPUNG
Selamat Natal dan Tahun baru 2016, dalam menyongsong era baru GBI MANTAP hendaknya dibarengi dengan hati yang baru, semangat yang baru & meningkatkan kualitas hamba-hamba Tuhan. (Markus 2:22, Demikian juga tidak seorang pun mengisikan anggur yang baru ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian anggur itu akan mengoyakkan kantong itu, sehingga anggur itu dan kantongnya dua-duanya terbuang. Tetapi anggur yang baru hendaknya di simpan dalam kantong yang baru pula.”).
“
Selamat dan kuat dalam memasuki tahun 2016 dan harapannya biarlah GBI yang kuat punya hati menopang yang lemah karena otonom bukan berarti masa bodoh dengan yang lain. God Bless you.
Pdt. Setyo Elby Utardi BPD JAMBI-BENGKULU
Pdt. Ferry H. Pandiangan BPD GBI KEPULAUAN RIAU
Kata orang… tahun 2016 adalah tahun yang bisa membawa harapan karena 2016 ketika dihitung-hitung, mengandung unsur angka 9. Tetapi, di dalam Tuhan sudah tentu pengharapan hanya ada di dalam Kristus Yesus. Jadikan Kristus menjadi seluruh jawaban dalam pergumulan kita. Selamat Tahun Baru, Tuhan Yesus memberkati. (Mazmur 17:5 “langkahku tetap mengikuti jejak-Mu, kakiku tidak goyang”).
Pdt. Sapta Jaya Tandi BPD SUMATRA SELATAN Jika kita bisa memahami dan mengenal akan kasih Kristus, maka kita akan melihat kuasa Allah akan bekerja jauh lebih banyak daripada yang kita doakan atau pikirkan. (Efesus 3:1820).
GBI semakin MANTAP, dipakai Tuhan menjadi terang sampai kepada bangsa-bangsa. (Yesaya 60:1, Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu).
Pdt. Gede Widiada BPD RIAU
Selamat Natal 25 Des 2015 dan menyongsong Tahun Baru 2016. Doa dan harapan kami semoga GBI semakin Mantap dan jadi berkati bagi bangsa-bangsa.
Pdt. Damai T. Jinal
BPD GBI KALIMANTAN TENGAH
Pdt. Ronny Taufik
BPD GBI KALIMANTAN BARAT BPD GBI Kalbar mengucapkan, “Selamat Natal, Desember 2015 dan Tahun Baru 2016 untuk Semua pejabat GBI di Indonesia dan Luar Negeri.” (Roma 21:11, Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor, biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan). Tetap semangat, kerja tuntas, ikhlas & cerdas. Jangan malas dalam melaksanakan kehendak Tuhan.
79
“
Pdt. Kristianus Freddy
Pdt. Vero D. Tunas
BPD GBI KALIMATAN SELATAN
BPD GBI SULAWESI UTARA
Mengharapkan GBI lebih MANTAP dengan demikian seluruh pejabatpejabatnya harus meng-up grade diri menjadi lebih MANTAP lagi sehingga GBI ke depan tidak hanya slogan, tetapi benar-benar menjadi GBI yang MANTAP karena didukung oleh pejabat-pejabatnya yang MANTAP. (Matius 5:48 “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna).
Tahun 2016 merupakan tahun keberkatan dalam persekutan dan kesatuan menuju GBI yang lebih MANTAP. (Yesaya 60:1 “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu”).
“
Pdt. Tuty Maneking
BPD GBI KALIMANTAN TIMUR Memasuki tahun 2016 harapan saya GBI sebagai organisasi gereja yang besar akan semakin MANTAP, kuat dan bersatu untuk menjangkau jiwa-jiwa bagi kerajaan Allah serta menjadi berkat bagi bangsa Indonesia.
“
Pdt. Jan Wattimena BPD GBI MALUKU
“
“
“Selamat Hari Natal 25 Desember 2015 dan Selamat Memasuki Tahun Baru 01 Januari 2016”. Kiranya Thn 2016 GBI semakin Mantap dan Tahun Berkat bagi kita semua, sesuai Mazmur 133:1-3, Sungguh alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah Tuhan memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya. Amin.
Pdt. Isaac Dimalouw
BPD GBI PAPUA BARAT I
Kiranya di tahun 2016 ini, kasih karunia Tuhan Yesus Kristus semakin berlimpah bagi kita semua dan kita semakin dipakai oleh Tuhan melebarkan kerajaan-Nya. (Mazmur 65:12-14 “Engkau memahkotai tahun dengan kebaikan-Mu, jejak-Mu mengeluarkan lemak; tanah-tanah padang gurun menitik, bukit-bukit berikatpinggangkan soraksorai; padang-padang rumput berpakaikan kawanan kambing domba, lembahlembah berselimutkan gandum, semuanya bersorak-sorai dan bernyanyi-nyanyi).
“
Pdt. Jonathan Sitinjak
BPD GBI SULAWESI TENGAH
BPD Barito mengucapkan Kiranya GBI semakin Mantap & menjadi berkat bagi negara dan bangsa-bangsa. Maju terus GBI. (Matius 28:18-20, Yesus mendekati mereka dan berkata: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Ku-perintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”).
Pdt. Yairus
BPD GBI BARITO
80 |
Gereja Bethel Indonesia MANTAP menjadi penuai (Yesaya 60:1, Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu).
“
BPD Nias mempunyai harapan untuk 2016, BPH GBI semakin solid, MANTAP untuk menjadi terang bagi bangsabangsa sehingga banyak umat yang dimenangkan/ banyak jiwa-jiwa yang dimenangkan. (Yesaya 49:6b, Tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan yang daripada-Ku sampai ke ujung bumi.”).
“
Pdt. Openten Gulo BPD GBI KEP. NIAS
Agar GBI tetap mempertahankan kebersamaan hingga program GBI Mantap lebih Mantap lagi di tahun 2016. Agar tahun 2016 semua pengurus BPH bisa menjangkau jemaat lokal yang ada di daerahdaerah sehingga visi dan misi GBI bisa tercapai.
“
BPD Bekasi mengharapkan BPH di tahun 2016 semakin MANTAP Semakin dipakai Tuhan memberkati hamba-hamba Tuhan di Indonesia dan dunia dan menjadi serupa dengan Kristus.
“
Pdt. Jusup Waatwahan BPD GBI MALUKU UTARA
Pdt. Gustaf Rawing
BPD BANGKA BELITUNG
“
Ke depan bukan hanya informasi yang diperlukan tapi impartasi. Informasi hanya memberikan jalan alternatif, sedang impartasi akan membawa perubahan yang mendasar dalam roh seperti tujuan Paulus menjadi tujuan Timotius. (2 Timotius 3:10). Impartasi akan menerobos kehidupan rohani (Kisah Rasul 2:7), menerobos cara berpikir (1 Kor. 2:16) dan menerobos karakter dan tindakan. Damai natal membawa suasana tahun baru bagi kita semua. Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. Samuel Harnadi BPD GBI BEKASI
Mengucapkan: Tahun 2016 adalah tahun kemenangan bagi gereja yang berjalan dalam kebenaran. (Yohanes 16:12-13 “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya. Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri, tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang”).
Pdt. Ebenhaezer Sasea BPD GBI PAPUA BARAT II
Pdt. Marical Manalu BPD GBI TAPANULI
Tuhan selalu punya rencana untuk masa depan ada, karena itu tinggalkan masa lalu dan berjalanlah bersama Tuhan untuk masa depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11).
“
“
Selamat Natal 2015 dan Tahun Baru 2016. Kami bersyukur pada Tuhan memasuki tahun 2016, GBI bukan sekadar menjadi GBI Mantap tetapi pengaruh peranannya dalam lingkup kehidupan dalam keluarga, gereja, masyarakat dan bangsa. Tidak berhenti sampai di sini, terus bekerja keras untuk mencapai sasaran yang Tuhan harapkan bagi gereja dan masyarakat. (I Korintus 15:10.Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras daripada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku). Selamat berjuang di ladang-Nya.
“
Pdt. Soehandoko Wirhaspati MAJELIS PERTIMBANGAN GBI
Firman Tuhan mengatakan dalam Yeremia 29:11 : “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancngan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”. Sebentar lagi kita akan meninggalkan tahun 2015 dan masuk dalam era waktu baru tahun 2016. Banyak kenangan yang terjadi di tahun yang lalu, suka-duka silih berganti bahkan mungkin banyak derita dan kegagalan terjadi. Bagaimana kita menyambut tahun baru? Apakah anda was-was dan bertanya-tanya, masalah apa lagi yang akan terjadi. Apabila anda menyerahkan seluruh hidup anda kepada tuhan, menyerahkan semua kekuatiranmu kepada Allah yang Maha Kuasa maka Ia akan mempedulikan anda, dan Ia berkata Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, janganlah kecut dan tawar hati sebab Tuhan, Allahmu menyertai Engkau kemanapun engkau pergi. Tahun depan adalah Tahun kemenangan bagi anda sebab Tuhan Yesus memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan, Amin.
Pdt. T. L. Henoch
MAJELIS PERTIMBANGAN GBI
81
Doing The Undone Benny Pattinasarany
Ronny Pattinasarany Foundation
“..Kata Yesus kepada mereka: “Makanan-Ku ialah melakukan KEHENDAK Dia yang mengutus Aku dan MENYELESAIKAN pekerjaan-Nya..” - Yohanes 4:34 Dalam perjalanan Yesus semasa hidupnya, ada dua hal yang menjadi tujuan utama dari semua yang Yesus lakukan. Dan hal tersebut adalah MELAKUKAN KEHENDAK BAPA dan MENYELESAIKAN PEKERJAAN-NYA. Dan Alkitab mengatakan inilah yang menjadi “MAKANAN” bagi Yesus. Makanan adalah sebuah kebutuhan dasar/utama/primer dalam kehidupan. Manusia akan kehilangan kekuatan dan kemampuannya ketika tidak mengkonsumsi makanan. Itu berarti yang menjadi kebutuhan utama/primer dan yang menjadi penopang kekuatan bagi Yesus adalah melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Karena itu seharusnya ini jugalah yang menjadi kebutuhan utama setiap kita para pengikut Kristus dalam hidup ini, yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikan pekerjaanNya. Ketika Tuhan memberikan kemampuan dan potensi kedalam hidup kita, ketika Tuhan melahirkan sebuah visi di dalam hidup kita, ketika Tuhan memberikan pertolongan di dalam perjalanan kehidupan kita, itu semua haruslah mengarahkan kita untuk bisa menemukan kehendak Tuhan didalam hidup kita dan menjadikan ini sebuah realita yang harus kita hidupi didalam hidup ini. Pertanyaan yang seharusnya setiap kita bisa menjawabnya adalah “sudahkah kita menemukan dan melakukan Kehendak Bapa didalam hidup kita saat ini?” Bagaimana kita mengisi hari-hari dalam sisa kehidupan kita di muka bumi ini? Sudahkah melakukan kehendak Bapa menjadi prioritas utama dalam hidup kita melebihi sekedar hidup untuk memuaskan diri sendiri saja? “..Sebab Daud MELAKUKAN KEHENDAK ALLAH PADA ZAMANNYA, lalu ia mangkat dan dibaringkan disamping nenek moyangnya, dan ia memang diserahkan kepada kebinasaan..” – Kisah Para Rasul 13:36
82 |
Nama saya adalah Benny Pattinasarany. Saya adalah putra pertama dari Ronny Pattinasarany. Bangsa Indonesia mengenal papa saya sebagai salah satu tokoh pahlawan olah-raga di Indonesia di bidang sepak bola. Masa lalu saya bisa dibilang jauh dari hal yang baik. Saya adalah mantan pecandu narkoba. Terjerumus didalam hidup kecanduan narkoba hampir selama 8 tahun sempat membuat saya hampir kehilangan semua hal dalam hidup saya. Saya sempat kehilangan pendidikan, pekerjaan, rumah dan keluarga, dan semua hal yang seharusnya bisa saya nikmati dalam hidup ini. Bertahun-tahun saya hidup hanya berusaha untuk memuaskan diri sendiri dan itu membuat semuanya hancur berantakan. Saya hampir menyerah dan merasa gagal dalam hidup ini. Namun pada akhir tahun 1999, perjumpaan saya dengan pribadi Kristus telah merubah semuanya. Saya dipulihkan kembali. Yesus mengembalikan masa depan saya yang sempat hilang dari hidup saya. Sejak saat itu saya mulai menyadari bahwa hidup bukan cuma tentang apa yang saya mau atau apa yang saya ingini. Bahkan hidup juga bukan tentang apa yang saya bisa dapatkan. Tetapi esensi utama dari kehidupan saya adalah menemukan kehendak Tuhan atas hidup saya dan mengerjakannya. Sejak saat itu hal inilah yang menjadi agenda utama dalam kehidupan saya. Untuk tujuan itulah saat ini saya bersama dengan adik saya Yerry Pattinasarany menjalankan sebuah yayasan yang didirikan oleh papa sebelum meninggal dunia yang bernama Ronny Pattinasarany Foundation (RPF) dan berdiri resmi dan sah pada tahun 2008. RPF bergerak di area penyelamatan generasi. Kami menangani permasalahan yang memang sedang menyerang generasi muda hari-hari ini dan cukup tidak tersentuh, yaitu permasalahan seperti narkoba, HIVAIDS, human trafficking, dan bahaya kecanduan game online. Ronny Pattinasarany Foundation memiliki 3 value yang menjadi landasan utama untuk segala hal yang dibangun diatasnya:
Family (Keluarga) Kami mempercayai bahwa keluarga adalah benteng pertahanan terkuat untuk seorang anak tidak menyentuh narkoba, free sex, kecanduan game online, dan kejahatan lainnya. Keluarga adalah wadah dimana berkat yang terbaik Tuhan curahkan dalam kehidupan ini.
Love (Kasih) Kami mempercayai kasih sayang adalah kekuatan yang terbaik yang dapat memberikan jawaban atas setiap permasalahan yang sedang dihadapi. Kasih sayang didalam keluarga akan mampu mengalahkan kekuatan terorganisir peredaran narkoba di bangsa kita.
Future (Masa Depan) Kami juga mempercayai bahwa setiap orang berhak untuk mendapatkan masa depan yang terbaik yang Tuhan telah siapkan dalam setiap kehidupan mereka. Bahkan untuk para pecandu narkoba, pengidap penyakit HIV-AIDS, korban sex trafficking, mereka juga berhak untuk mendapatkan kesempatan memperoleh masa depan yang terbaik.
83
INDONESIA DARURAT GENERASI
“Doing The Undone” berbicara tentang masih ada pekerjaan Tuhan yang belum terselesaikan di bangsa kita tercinta. Gereja sebagai pengemban tugas Amanat Agung yang Yesus perintahkan sebelum naik ke sorga seharusnya bertanggung jawab untuk menyelesaikan panggilan ini sebelum kedatangan Tuhan yang kedua kali.
Pertanyaannya adalah, apakah kita memperhatikan keadaan bangsa Indonesia hari-hari ini? Sebuah kalimat yang bisa mengambarkan kondisi Indonesia saat ini adalah “Darurat Generasi”. Saat ini ada sekitar 4,8 juta orang yang menjadi pecandu narkoba di seluruh Indonesia dengan rata-rata sekitar 70-80 orang yang meninggal setiap hari karena overdosis. Narkoba telah membunuh begitu banyak mimpi dan masa depan generasi muda. Selain itu BKKBN Pusat memberikan data bahwa saat ini Indonesia menempati urutan nomor satu untuk angka perceraian tertinggi se-Asia Pasifik. Benteng pertahanan yang tadi saya sebutkan sedang diporak-porandakan. Akibatnya mengacu pada data yang berikutnya, BKKBN juga mengeluarkan data bahwa dari seluruh Indonesia terdapat 62,7% remaja yang sudah tidak perawan lagi. Bisakah kita membayangkan bagaimana wajah generasi muda Indonesia saat ini? Berarti ini yang kemungkinan besar akan terjadi: akan ada orang tua yang sebenarnya tidak siap menjadi orang tua. Beberapa bulan lalu saya ada di propinsi Papua, tepatnya di kota Supriori, sekitar 2 jam dari kota Biak dalam rangka melatih para ibu PKK dan Guru untuk penanganan masalah Narkoba dan HIV-AIDS. Ketua dari ibu PKK yang ternyata adalah seorang bidan bercerita kepada saya. Sekitar seminggu sebelumnya dia baru saja membantu sebuah proses persalinan seorang gadis kelas 6 SD. Dan yang lebih menyedihkan adalah beberapa saat setelah melahirkan gadis itu menelantarkan anaknya dan pergi main keluar rumah dengan teman-temanya dengan sama sekali tidak memperdulikan anak yang baru saja dia lahirkan. Saya hanya bisa mendengarkan cerita ini sambil menahan air mata. Ada begitu banyak pengalaman yang saya temukan ketika saya berkeliling ke berbagai kota dan menemukan realita ini, bahwa generasi muda sedang mengalami krisis.
image: yourfirststep.org
84 |
image: huffpost.com
Saya percaya bahwa sebenarnya untuk inilah gereja dipanggil. Menjadi garam dan terang bagi dunia yang mengalami kegelapan ini adalah tugas kita sebagai eksekutor amanat agung di bumi pertiwi Indonesia tercinta. Kedatangan kita sebagai pembawa kabar baik sedang dinanti-nantikan di dunia ini. Menurut saya raport keberhasilan dari sebuah gereja bukan jemaat yang makin banyak setiap bulan, bukan persembahan yang semakin banyak yang bisa dikumpulkan, bahkan bukan juga gedung gereja yang semakin besar yang bisa dibangun. Menurut saya raport keberhasilan dari sebuah gereja adalah berita yang ditulis di koran di kota kita setiap hari. Adalah hal yang sangat membingungkan ketika sebuah gereja bisa berkembang dengan besar, namun disekitarnya kemiskinan dan kebodohan tetap ada, prostitusi juga berkembang, dan peredaran narkoba semakin besar. Saya mengerti bahwa membawa perubahan bukanlah hal yang mudah. Pada dasarnya tidak ada anak domba yang mau ke tengah-tengah serigala. Namun percayalah dengan kekuatan yang ada didalam kita. Kristus yang ada didalam kita-lah yang akan menjadi sumber kekuatan bagi kita untuk membawa perubahan tersebut.
Bagaimana kita melakukanya? Kita harus bisa membangun kemampuan untuk BERDIRI DI TITIK KRISIS KEHIDUPAN/KOTA/BANGSA. Kegagalan kita membawa perubahan adalah karena kita berpikir berdoa saja sudah cukup. Berdoa itu esensi dan nafas kehidupan orang percaya. Namun seharusnya kehidupan doa kita akan melahirkan BELAS KASIHAN dalam hidup kita. Dan belas kasihan yang ada didalam kitalah yang akan menggerakan kita untuk mau meninggalkan kenyamanan kita dan berdiri di titik krisis tersebut. Definisi dari belas kasihan adalah “ kualitas isi hatinya Tuhan yang ditumpahkan kedalam hati kita, sehinga kita bisa melihat seperti Tuhan melihat, merasakan seperti apa yang Tuhan rasakan, sehingga melahirkan sebuah tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah tersebut.” Belas kasihan akan membuat kita menjadi tidak egois mementingkan diri sendiri, tetapi bisa melihat ada kepentingan lain yang jauh lebih besar dari itu, yaitu melakukan kehendak Bapa dan menyelesaikanya. Karena hal inilah kami di RPF sedang mengkampanyekan sebuah movement yang kami beri nama “GERAKAN STOP CUEK”. Karena pada dasarnya bukannya kita tidak tahu, tapi karena kita tidak peduli. Kita tidak bisa tinggal diam saja melihat generasi muda di bangsa kita makin terpuruk dan kehilangan masa depan. Kami mengajak setiap orang yang membaca artikel ini untuk memiliki KEPEDULIAN untuk melakukan sesuatu. Ketika orang bersentuhan dengan hidup kita, apakah kita ingin dikenal sebagai orang yang “cuek”? Atau ketika kita menyentuh hidup orang lain mereka bisa merasakan sebuah kepedulian yang lahir karena kasih Kristus yang tinggal didalam hidup kita? Saya berdoa andalah orang yang tepat yang siap untuk berdiri di titik krisis dan membawa sebuah harapan dan jawaban bagi dunia ini.
image: tenfact.com
Salam perjuangan! 85
Disadur dari: John C. Maxwell - 21 Menit Paling Bermakna dalam Hari-hari Pemimpin Sejati
Bacaan Firman Tuhan: Nehemia 1:1-11; 2:1-20; 4:1-23; 6:15-16 Mengawali tahun yang baru, sebagai seorang Gembala kita harus bisa menentukan arah kemana akan kita bawah jiwa-jiwa yang dipercayakan Tuhan kepada kita, sepanjang tahun ini. Berdasarkan tuntunan Tuhan mari bersama kita bawa jemaat melangkah meraih kemenangan demi kemenangan sepanjang tahun ini. Penyertaan-Nya selalu nyata dan pertolongan-Nya tidak pernah terlambat. Pemimpin yang melakukan navigasi melakukannya lebih dari sekedar mengendalikan arah perjalanannya beserta orang-orangnya. Mereka bayangkan seluruh perjalanannya dalam benak mereka sebelum mereka berangkat. Mereka memiliki visi untuk tujuan mereka, mereka paham apa syaratnya untuk sampai ke sana, mereka tahu siapa yang akan mereka butuhkan dalam tim mereka agar berhasil, dan mereka telah menyadari hambatan-hambatan yang ada, lama sebelum hambatan-hambatan tersebut muncul. Terkadang memang sulit menyeimbangkan antara optimisme dan realisme, intuisi dengan perencanaan, iman serta fakta. Namun itula syaratnya agar efektif sebagai pemimpin yang melakukan navigasi. Di atas segalanya, rahasia Hukum Navigasi adalah persiapan. Kalau Anda melakukan persiapan dengan baik, orang-orang Anda akan yakin serta percaya. Bukan seberapa besar proyeknya yang menentukan apakah itu akan diterima, didukung, dan berhasil. Melainkan seberapa besar pemimpinnya. Pemimpin sejati yang juga navigator yang baik mampu membawa pengikutnya ke manapun.
PEMIMPIN YANG SEJATI BUKAN SAJA MENGETAHUI KE MANA ARAH YANG MEREKA TUJU, MEREKA JUGA MENGETAHUI BAGAIMANA CARANYA UNTUK SAMPAI KE SANA. SIAPAPUN DAPAT MENGEMUDIKAN KAPAL, NAMUN HANYA SANG PEMIMPINLAH YANG DAPAT MENENTUKAN ARAHNYA.
86 |
Dinding cenderung ambruk kalau dibiarkan. Bayangkan kondisi sebuah dinding setelah diruntuhkan oleh pasukan penakluk lalu dibiarkan segitu saja selama lebih dari satu abad. Begitulah gambaran tembok yang mengelilingi Yerusalem ketika Hanani pulang untuk menjenguk saudaranya, Nehemia di kota Susan. Tembok kota yang runtuh merupakan pertanda buruk di zaman itu. Bukan saja kota tersebut mudah diserang, kota itu juga akan diolok oleh para tetangga.
http://www.ummeljimal.org
Bagi Yerusalemn, tembok yang tidak diperbaiki juga memberikan alasan kepada orang asing untuk menghina Allah, sebagai pemilik kota suci tersebut. Itulah sebabnya Nehemia menangis, berkabung, berpuasa, dan berdoa ketika mendengar kabar kondisi tembok Yerusalem itu. Selama 120 tahun setelah tembok Yerusalem diruntuhkan oleh orang Kasdim (2 Taw 36:19), boleh dikata puluhan ribu orang Yerusalem telah melihat tembok tersebut dan tidak berbuat apaapa. Mungkin bagi mereka, membangun kembali tembok itu tampaknya tidak mungkin, walaupun di sana banyak pekerja. Yang dibutuhkan mereka adalah seseorang yang dapat menggerakkan mereka, merencanakan tindakan mereka, dan memimpin mereka melalui proses pembangunan kembali. Mereka membutuhkan seorang pemimpin.
APA YANG DAPAT DILIHAT HANYA OLEH SEORANG NAVIGATOR? Salah satu hal yang paling luar biasa menyangkut Nehemia adalah bahwa ia dapat melihat masalahnya dan solusinya sekalipun ia belum pernah ke Yerusalem. Itulah ciri-ciri luar biasa dari semua pemimpin besar, mereka memiliki visi tidak seperti orang lain. Dan itulah sebabnya mereka mampu menavigasi banyak orang.
Seorang pemimpin mampu melihat: • Lebih jauh daripada yang lain. Nehemia mampu melihat masalahnya walaupun ia berada ratusan mil dari Yerusalem. Dan ia dapat membayangkan solusinya dibenaknya.
• Lebih banyak daripada yang lain. Nehemia tahu bahwa tembok Yerusalem itu bisa dan harus dibangun kembali, dan ia tahu apa syaratnya. Sebelum ia meninggalkan Susan, ia minta kepada rajanya untuk memberinya surat yang memungkinkannya mengumpulkan bahanbahan bangunan sekaligus memungkinkannya lewat menuju Yehuda.
• Sebelum yang lain melihatnya. Tak satupun tetangga Yerusalem ingin melihat bangsa Yahudi membangun kembali temboknya, dan beberapa pemimpin musuh berkelomplot menentang Nehemia serta bangsa Yahudi itu. Namun Nehemia melihat bahaya yang akan datang dan menyusun rencana untuk menangkisnya. Ia tidak takluk kepada musuhnya. Dan ketika bangsa Yahudi itu merasakan ada bahaya, ia susun strategi untuk membela kota itu sambil terus bekerja. Bangsa Yahudi itu membutuhkan hanya lima puluh dua hari untuk membangun kembali tembok kota yang telah runtuh selama 120 tahun. Dan mereka dapat melakukannya karena memiliki pemimpin besar yang menavigasi mereka. Nehemia mengetahui tujuannya, menyusun rencana-rencananya, dan memimpin bangsa itu melalui prosesnya. Kisahnya sungguh merupakan salah satu kisah kepemimpinan yang pernah dicatat.
BEBAN YANG MENGUSIK HATINYA Pernahkah Anda merenungkan, apa yang mendorong seorang pemimpin memperjuangkan sesuatu? Apakah yang memulia proses tersebut? Apakah yang menghidupkan visi seorang pemimpin, sehingga ia dapat menggerakkan orang untuk mencapainya? Jawabannya dapat ditemukan dalam kehidupan Nehemia. Ketika Nehemia mendengar kabar dari saudaranya bahwa tembok Yerusalem hancur, hatinya remuk. Setelah menangis berhari-hari, ia bedoa: “Ya, TUHAN, Allah semesta langit, Allah yang maha besar dan dahsyat, yang berpegang pada perjanjian dan kasih setia-Nya terhadap orang yang kasih kepada-Nya dan tetap mengikuti perintahperintah-Nya, berilah telinga-Mu dan bukalah mata-Mu dan dengarkanlah doa hamba-Mu yang
87
sekarang kupanjatkan ke hadirat-Mu siang dan malam bagi orang Israel, hamba-hamba-Mu itu, dengan mengaku segala dosa yang kami orang Israel telah lakukan terhadap-Mu… Bukankah mereka ini hamba-hamba-Mu dan umat-Mu yang telah Kaubebaskan dengan kekuatan-Mu yang besar dan dengan tangan-Mu yang kuat? Ya, Tuhan, berilah telinga kepada doa hamba-Mu ini dan kepada doa hamba-hamba-Mu yang rela takut akan nama-Mu, dan biarlah hamba-Mu berhasil hari ini dan mendapat belas kasihan dari orang ini.” Ketika itu aku ini juru minuman raja.(Neh 1:5-6; 10-11)
PEMIMPIN SEJATI MENEMUKAN MAKNA HIDUPNYA DALAM MEMENUHI KEBUTUHANKEBUTUHAN YANG ADA DI SEKELILING MEREKA.
Di zaman Nehemia, kalau seseorang menampilkan mimik tidak senang di hadapan raja Persia, bisa-bisa ia dianggap melakukan pelanggaran dengan hukuman mati. Namun Nehemia merasa harus berbicara kepada sang raja tentang keadaan Yerusalem. Mengapa? Karena hatinya prihatin atas keadaan kota Yerusalem serta penduduknya.
KUASA KEPRIHATINAN Nehemia belum menemukan makna hidupnya hingga ia dihadapkan pada masalah. Begitulah bagi kebanyakan pemimpin kudus. Mereka tidak perlu mencari-cari sesuatu yang mengusik hatinya. Panggilannya datang karena mereka selalu taat memanfaatkan peluang yang ada. Keprihatinannya mendahului visi kepemimpinan mereka. Kalau pemimpin merasa terusik hatinya sebelum mendapatkan visi, dampak positifnya banyak:
1. Keprihatinan Memurnikan Motif Inti keprihatinan adalah hasrat untuk melakukan sesuatu yang menguntungkan bagi orang lain. Kalau hati Anda terusik untuk melayani, kecil kemungkinannya Anda sekaligus bersikap mementingkan diri sendiri. Nehemia memiliki posisi jabataan yang baik di kerajaan, menempuh perjalanan ratusan mil menuju sebuah kota yang hancur pasti menuntut pengorbanan, bukannya keuntungan pribadi.
2. Keprihatinan Mengembangkan Keuletan Kepemimpinan itu sulit. Kalau Anda tidak ulet, kemungkinan besar Anda akan menyerah sebelum bertanding. Nehemia menghadapi berbagai tantangan dan keuletannya yang membuatnya bertahan.
3. Keprihatinan Mengokohkan Keyakinan Banyak kegiatan bermanfaat menuntun perhatian seorang pemimpin. Namun suatu kebutuhan belum tentu merupakan panggilan. Adanya keprihatinan yang mengusik hati akan menolong seorang pemimpin mengetahui, bahwa tugas tersebutlah yang harus dilaksanakannya. Labih dari sekali Nehemia meresikokan nyawanya untuk melaksanakan visinya membangun kembali tembok Yerusalem. Dalam kasus Nehemia, kabar dari saudaranya itu mengusik hatinya dan keprihatinan itulah yang mendatangkan visinya. Kebanyakan orang ingin memiliki visi terlebih dulu, namun seringkali bukan begitu caranya Allah berkarya dalam hidup kita. Telah saya temukan bahwa kalau seseorang terusik hatinya, ia akan mengalami perasaan tertentu. Silakan telaah pertanyaan-pertanyaan berikut: • Apakah ada seseorang atau suatu proyek tertentu, berulang kali muncul di benak Anda sebagai suatu keprihatinan? • Apakah tampaknya Anda tidak dapat melepaskan diri dari kebutuhan-kebutuhan menyangkut keprihatinan tersebut? • Apakah Anda terus mencoba menantang orang lain untuk turut prihatin atas keadaan orang atau proyek tersebut?
88 |
• Apakah Anda membaca buku-buku, mendengarkan kotbah-kotbah, atau meminta pendapat orang lain, yang fokusnya adalah menyangkut keprihatinan Anda tersebut? • Apakah Anda berulang kali menyediakan waktu serta sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut? • Apakah keprihatinan Anda tersebut begitu menggugah perasaan Anda sampai menitikkan air mata? • Apakah Anda memiliki karunia serta kemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang menyangkut keprihatinan tersebut? • Apakah keprihatinan Anda meningkat atau berkurang dengan berjalannya waktu? Kalau Anda baca Kitab Suci, saya yakin dapat Anda lihat bahwa Nehemia menjawab ya terhadap seluruh pertanyaan di atas. Jelaslah bahwa tugas membangun kembali tembok Yerusalem sungguh mengusik hatinya. Dan ia menemukan makna hidupnya dengan menindaklanjuti keprihatinan tersebut. Keprihatinan apakah yang mengusik hati Anda?
PERSIAPAN DAN RENCANA NEHEMIA Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (Luk 14:28-30) Nehemia pantas dianggap sebagai salah seorang perencana sekaligus pemimpin hebat menurut Alkitab. Ia bisa disebut Nehemia di Navigator. Kalau Anda telaah caranya menyusun rencana membangun kembai tembok Yerusalem itu, dapat Anda pelajari banyak hal dari caranya bekerja. Sebelum proses pembangunan kembalinya dimulai, Nehemia meluangkan waktu untuk mempersiapkan diri serta orang-orangnya:
1. Ia Pelajari Dulu Masalahnya. Langkah pertama Nehemia adalah menanyakan soal status bangsa Yahudi dan tembok Yerusalem tersebut. Ketika ia dengar bahwa tembok tersebut hancur dan bahwa nama Allah dihina, ia menangis. Masalah bangsa Yahudi itu menjadi masalahnya, menjadi keprihatinannya.
2. Ia Meluangkan Waktu untuk Berdoa Hampir seketika itu juga Nehemia bersujud untuk berdoa. Ia akui kesalahannya dan kesalahan bangsa tersebut. Dan ia memanjatkan doa syafaat bagi mereka. Lalu ia mohon rahmat Allah. Saya percaya ketika ia berhubungan dengan Allah itulah ia mendapatkan visi serta berencana membangun kembali tembok Yerusalem itu.
3. Ia Dekati Tokoh-tokoh Kunci yang Berpengaruh. Nehemia berkata, “Maka aku berdoa kepada Allah semesta langit, kemudian jawabku kepada raja…” (Neh 2:4-5). Dalam setiap upaya kepemimpinan, tokoh kunci yang berpengaruh dapat menyukseskan atau malah merusak seluruh rencananya. Dalam hal ini, tokoh kunci yang berpengaruh adalah Raja Artahsastra dari Persia. Darinya, Nehemia bukan saja diberikan ijin untuk membangun kembali tembok Yerusalem itu , melainkan juga sumber-sumber daya serta dukungannya. Lalu jelas Nehemia memilih serta mendekati tokoh kunci lainnya yang ia ajak dalam perjalanannya.
PEMIMPIN SEJATI MENGIKUTI ATURAN TUKANG KAYU, UKUR DUA KALI, GERGAJI SATU KALI. 89
4. Ia Timbang-timbang Situasinya. Ketika akhirnya ia tiba di Yerusalem, Nehemia terlebih dahulu mensurvei tentangan yang ia hadapi. Ia melakukannya malam hari, secara pribadi mengukur kerusakannya dan merencanakan proyeknya tanpa campur tangan atau nasihat dari orang lain.
5. Ia Jumpai Bangsa Yahudi dan Ia Lontarkan Visinya. Kita tidak tahu persis bagaimana Nehemia mendekati bangsa itu atau siapa yang terlebih dulu dijumpainya, namun kita tahu bahwa ia berkomunikasi dengan mereka, dengan para imam, bangsawan, pejabat pemerintahan, dan para pekerja. Ia lontarkan visinya untuk membangun kembali tembok tersebut serta dampak proyek tersebut secara rohaniah.
6. Ia Besarkan hati Mereka dengan Sukses-sukses di Masa Lalu. Dengan tugas seberat itu, Nehemia tahu bahwa ia perlu membesarkan hati bangsa Yahudi itu. Ia berkata, “Kuberitahukan kepada mereka, betapa murahnya tangan Allahku yang melindungi aku dan juga apa yang dikatakan raja kepadaku.” (Neh 2:18)
7. Ia Organisasikan Orang-orangnya dan Ia Kerahkan Mereka Bekerja. Ketika bangsa itu bekerja, mereka tidak melakukannya dengan serampangan. Nehemia mengorganisasikan mereka menurut keluarga dan prioritas yang telah direncanakannya, mulai dari gerbang kota tersebut. Pendekatan Nehemia untuk merealisasikan visinya menuntut banyak kerja. Ia adalah pemimpin besar, namun tanpa perencanaan yang seksama, tembok Yerusalem itu takkan pernah berhasil dibangun kembali.
PRINSIP-PRINSIP NEHEMIA MENYANGKUT ORANG PEMIMPIN YANG SEJATI BUKAN SAJA MENGETAHUI KE MANA ARAH YANG MEREKA TUJU, MEREKA JUGA MENGAJAK ORANG LAIN BERSAMA MEREKA. Tetapi kami terus membangun tembok sampai setengah tinggi dan sampai ujung-ujungnya bertemu, karena seluruh bangsa bekerja dengan segenap hati… Berkatalah orang Yehuda: “Kekuatan para pengangkat sudah merosot dan puing masih sangat banyak. Tak sanggup kami membangun kembali tembok ini.” Tetapi lawan-lawan kami berpikir: “Mereka tidak akan tahu dan tidak akan melihat apa-apa, sampai kita ada di antara mereka, membunuh mereka dan menghentikan pekerjaan itu.” Ketika orangorang Yahudi yang tinggal dekat mereka sudah sepuluh kali datang memperingatkan kami: “Mereka akan menyerang kita dari segala tempat tinggal mereka,” maka aku tempatkan rakyat menurut kaum keluarganya dengan pedang, tombak dan panah di bagian-bagian yang paling rendah dari tempat itu, di belakang tembok, di tempat-tempat yang terbuka… yang membangun di tembok. Orang-orang yang memikul dan mengangkut melakukan pekerjaannya dengan satu tangan dan dengan tangan yang lain mereka memegang senjata. Setiap orang yang membangun bekerja dengan berikatkan pedang pada pinggangnya, dan di sampingku berdiri peniup sangkakala. (Neh 4:6; 10-13; 17-18) Memiliki visi untuk suatu proyek adalah suatu hal, mengerahkan seluruh warga kota untuk melaksanakan tugasnya dari ancaman serta penentangan dari musuh adalah hal lainnya. Namun itulah yang dilakukan Nehemia. Tembok-tembok Yerusalem berhasil dibangun kembali karena kemampuan Nehemia untuk bekerjasama dengan orang lain dan memimpin mereka ke mana mereka harus menuju. Kalau Anda telaah proses pembangunan kembali itu, dapat Nada lihat bahwa Nehemia menerapkan prinsip-prinsip berikut dalam bekerjasama dengan orang lain:
1. Kesederhanaan Ia ungkapkan visinya dengan istilah yang sesederhana mungkin. Sasaran membangun kembali tembok Yerusalem.
90 |
bangsa itu adalah
2. Partisipasi Ia berupaya melibatkan sebanyak mungkin orang dalam prosesnya dan bergerak maju dengan mereka yang sudah siap. Dan ia organisasikan mereka dalam kelompok-kelompok alami berdasarkan hubungan. Mereka bekerja menurut keluarga.
3. Pendelegasian Nehemia mencocokkan pekerjaannya dengan pekerjaannya. Ia perhatikan bahwa “sebagian daripada anak buahku melakukan pekerjaan, dan sebagian yang lain memegang tombak, perisai dan panah dan mengenakan baju zirah, sedang para permimpin berdiri di belakang segenap kaum Yehuda.” (Neh 4:16)
4. Motivasi Nehemia memahami bagaimana caranya memotivasi orang. Ia pastikan mereka tahu apa yang mereka perjuangkan, dengan mengatakan, “Ingatlah kepada Tuhan yang maha besar dan dahsyat dan berperanglah untuk saudara-saudaramu, untuk anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan, untuk isterimu dan rumahmu” (Neh 4:14). Lalu untuk memastikan agar mereka tidak lupa, ia tempatkan mereka di depan rumah mereka sendiri.
5. Persiapan Karena mereka menghadapi bahaya serangan setiap saat, Nehemia mempersiakan untuk yang terburuk. Ia tempatkan penjaga dua puluh empat jam, dan ia siapkan peniup sangkakala di sampingnya. Ia beritahukan kepada mereka apa yang telah dilakukannya agar mereka meresa lebiht terteram. Ia umumkan kepada semua orang, “Pekerjaan ini besar dan luas, dan kita terpencar pada tembok, yang satu jauh daripada yang lain. Dan kalau kamu mendengar bunyi sangkakala di suatu tempat, berkumpullah ke sana mendapatkan kami. Allah kita akan berperang bagi kita!” (Neh 4:19-20).
6. Kerjasama Nehemia terus menggalakkan kerjasama di antara bangsa itu. Ia hentikan praktek lintah darat, dan ia ciptakan persatuan di antara penguasa yang kaya dengan orang-orang yang merasa tertindas. Ia juga mempersatukan orang-orangnya dan memberi mereka makan dari uangnya sendiri. Tanpa kerjasama, tembok Yerusalem itu takkan berhasil dibangun kembali. Keseluruhan pekerjaan itu selesai dalam waktu loma puluh dua hari sebagai kesaksian atas kerjasama yang telah diciptakan Nehemia di antara bangsa itu.
7. Perayaan Setelah tembok itu selesai dibangun kembali, Nehemia menolong bangsa itu merayakannya. Ia atur koor untuk memanjatkan nyanyian syukur, ia siapkan perayaan besar, dan ia siapkan agar Hukum Taurat dibacakan. Dan setelah Ezra selesai membacakannya dan bangsa itu menangis, Nehemia berkata, “Pergilah kamu, makanlah sedap-sedapan dan minumlah minuman manis dan kirimlah sebagian kepada mereka yang tidak sedia apa-apa, karena hari ini adalah hari kudus bagi Tuhan kita! Jangan kamu bersusah hati, sebab sukacita karena Tuhan itulah perlindunganmu” (Neh 8:11). Bahkan kisah tertulis tentang upaya Nehemia membangun kembali tembok Yerusalem itupun merupakan perayaan dan dorongan bagi mereka yang berpartisipasi. Tak ada tugas besar yang dapat diselesiakan tanpa orang yang mengerjakannya dan pemimpin yang membimbing mereka. Dan kalau peluang, kebutuhan orang banyak, maksud sang pemimpin, serta panggilan Allah, bersatu, maka bahkan yang mustahilpun menjadi mungkin. Proyek atau proses apakah yang sekarang Anda hadapi, di mana Anda perlu menavigasikan orang lain untuk melaksanakannya? Mungkin saja sesuatu di rumah, di tempat kerja, di pelayanan, atau di tempat lainnya. Luangkanlah waktu yang cukup untuk memfokuskan perhatian menyusun rencana. Tugas yang relatif sederhana bisa saja membutuhkan perencanaan yang memakan waktu beberapa jam. Sesuatu yang besar malah bisa membutuhkan waktu beberapa hari. Ingatlah, kunci Hukun Navigasi adalah persiapan. Mari awali tahun baru dengan persiapan yang matang dalam melakukan kehendak Tuhan, siapkan navigasi yang terencana matang dan bawa jemaat berjalan bersama Tuhan meraih kemenangan demi kemenangan sepanjang tahun ini.
91
VIRTUAL ACCOUNt GBI Shalom Gembala GBI yang dikasihi Tuhan Yesus, Untuk meningkatkan pelayanan GBI kepada seluruh jemaat yang ada di Indonesia dan di seluruh dunia, serta untuk menjadikan GBI semakin M A N T A P, maka BPH akan dan sedang memperbaiki DATABASE GBI agar semakin lengkap, detail dan akurat dan mempersiapkan fasilitas Virtual Account agar keuangan semakin terkontrol dan tertata dengan baik. Virtual Account GBI adalah fasilitas baru yang disediakan oleh BPH GBI, Kepengurusan Periode 2014-2018, untuk memudahkan Jemaat dan Pejabat GBI dalam mengelola keuangan. Dalam Sidang MPL tanggal 6-8 Oktober 2015, di Cisarua - Bogor, telah diputuskan mengenai VIrtual Account GBI ini (SK MPL terlampir). Kami mengharapkan kerjasama seluruh Pejabat GBI untuk mempelajari dan menggunakan fasilitas ini, agar penataan keuangan GBI lebih rapi dan semakin M A N T A P.
APA ITU VIRTUAL ACCOUNT ? Virtual Account: •
Nomor rekening unik yang mewakili nomor rekening BPH GBI dan nomor ID Jemaat.
•
Virtual Account GBI digunakan untuk Jemaat GBI terlebih dahulu, terutama untuk persepuluhan ke BPH. Persepuluhan harus dikirim ke BPH sesuai Tata Gereja.
•
Semua transaksi langsung teridentifikasi dengan Virtual Account. Anda tidak perlu lagi melakukan konfirmasi dan mengirimkan bukti pembayaran melalui fax atau email kepada BPH, karena secara otomatis BPH akan mengetahui dari mana uang tersebut ditransfer. Dengan demikian kesalahan pencatatan dapat dihindari, pengaturan keuangan akan menjadi lebih rapi dan kita bisa melayani lebih baik. Mengingat kesulitan selama ini adalah dalam hal identifikasi kiriman persepuluhan dari gereja lokal.
•
Masing-masing Jemaat GBI akan mendapat no Virtual Account yang berbeda-beda, yang akan dikirim oleh BPH kepada seluruh Jemaat GBI yang ada. Seperti yang terlihat dalam bagan di bawah ini, jika Anda transfer atau setor dana ke no Virtual Account yang Anda miliki, itu berarti Anda setor ke rekening BPH GBI.
•
Semua pengiriman persepuluhan akan segera terpantau, sehingga dana persembahan yang harus dikirimkan kembali ke BPD-BPD dapat segera terlaksana. JEMAAT GBI “A”
transfer ke
NO. VIRTUAL ACCOUNT JEMAAT GBI “A”
JEMAAT GBI “B”
transfer ke
NO. VIRTUAL ACCOUNT JEMAAT GBI “B”
JEMAAT GBI “C”
transfer ke
NO. VIRTUAL ACCOUNT JEMAAT GBI “C”
JEMAAT GBI “D”
transfer ke
NO. VIRTUAL ACCOUNT JEMAAT GBI “D”
REKENING BPH GBI
BPH
BPD BUKTI BAHWA TRANSFER ANDA SUDAH DITERIMA Sebagai bukti bahwa transfer Anda sudah diterima oleh BPH, maka Anda akan menerima pemberitahuan dari SMS Center no: 082 111 681 681 (No SMS sifatnya pemberitahuan, Anda tidak perlu me-reply.) Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut bisa menghubungi :
HOTLINE KEUANGAN GBI 0816 812 551 BPH GBI : 021 4280 3664, 021 4280 3768 Email :
[email protected]
92 |
DATABASE GBI Menuju GBI M A N T A P bukan hanya slogan tapi butuh realisasi. Pendataan ulang dilakukan agar GBI semakin M A N T A P. Dalam Sidang MPL tanggal 6-8 Oktober 2015, di Cisarua-Bogor telah diputuskan mengenai Database ini (SK No. 009/MPL-11/GBI/2015) Pendataan kali ini bagaikan Sensus, untuk itu perlu kerjasama kita untuk mengumpulkan data-data terbaru dari Jemaat dan Pejabat GBI. BPH membangun database berbasis IT dan disimpan dalam ‘cloud’, server dimana semua BPD bisa mengaksesnya, sehingga kita bersama memiliki data yang terintegrasi. Data itu sangat penting, jika alamat atau no telp salah, maka informasi tidak akan sampai ke tujuan. Kami sangat berharap bahwa data yang baru lengkap, jelas dan terkini.
PENDATAAN ULANG JEMAAT DAN PEJABAT GBI www.sistemgbi.org
Sistem IT Database GBI yang dibangun oleh BPH GBI, disinilah semua data GBI akan disimpan. Setiap BPD bisa menggunakan fasilitas ini untuk database masing-masing BPD yang tentunya terhubung dengan database BHP.
BPH kirim Form rangkap 3 ke BPD (Ada 2 macam) FORM JEMAAT LOKAL
BPD kirim Form rangkap 3 ke Gembala Jemaat (Ada 2 macam) FORM JEMAAT LOKAL
FORM PEJABAT
BPH
• Berdasarkan Formulir ini, BPH akan melakukan pemeriksaan ulang data yang sudah diinput oleh BPD. • JIka data sudah benar, maka BPH akan mengaktifkan data tersebut dan tidak bisa diubah lagi oleh BPD. • Formulir yang tidak diterima oleh BPH, maka data tersebut tidak tercatat dalam data GBI, karena belum diaktifkan.
Gembala Jemaat kirim Form rangkap 3 ke Pejabat (1 macam) FORM PEJABAT
FORM PEJABAT
GEMBALA JEMAAT
BPD
• Berdasarkan Form yang sudah dikembalikan, BPD langsung memasukkan data Jemaat dan Pejabat yang baru ke sistem ini. • Mengembalikan Form ke BPH (1 rangkap).
FORM JEMAAT LOKAL
PEJABAT
• Mengembalikan Form ke BPD (2 rangkap). FORM JEMAAT LOKAL
FORM PEJABAT
• Mengembalikan Form ke Gembala Jemaat (3 rangkap).
FORM PEJABAT
PERHATIAN : FORM PEJABAT
• Tulis alamat, no. telepon, dan emai dengan jelas dan lengkap. • INFORMASI dan DISTRIBUSI kepada Jemaat Lokal dan Pejabat menggunakan data ini.
93