Melayani Keluarga Melayani Bersama Keluarga
TEAM PENYULUH Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia IZIN TERBIT
No. 1004/Ditjen PP.6/STT/1993
Penyuluh sekarang sudah bisa di download melalui : www.penyuluh.org.
PENDIRI
Pdt. DR. H. L. Senduk PENASIHAT
Pdt. Dr. Japarlin Marbun Pdt. Paul R. Widjaja Pdt. Ir. Suyapto Tandyawasesa M.Th Pdt. Dr. dr. Dwijo Saputro, SpKJ Pdt. Melianus Kakiay, M.Th Pdt. Josia Abdisaputera, M.Th Pdt. DR. Rubin Adi Abraham Pdt. dr. Josafat Mesach, M.Th PEMIMPIN REDAKSI
TIM REDAKSI
Dan edisi kali ini, Penyuluh mengangkat topik Keluarga, Melayani Keluarga dan Melayani Bersama Keluarga.
GBI
Keluarga sangat penting di mata Tuhan, jika demikian sudah seharusnya keluarga menjadi salah satu fokus pelayanan GBI. Bulan Juni telah ditentukan menjadi Bulan Keluarga GBI, dimana dalam bulan tersebut setiap Jemaat GBI diharapkan melayani keluarga dengan program-program pembinaan keluarga, agar banyak keluarga dipulihkan, hati bapa kembali kepada anak-anak, hati anak-anak kepada bapa. Keluarga yang dipulihkan akan menjadi saksi, menjadi keluarga yang melayani dan akan membawa pemulihan bagi keluarga-keluarga yang lain.
Bekerja sama dengan Bankjalan BRImasih danpanjang, BCA, mari Setiap Jemaat 45 tahun sudah berlalu, kita terus melakukan amanat agung lokal GBITuhan akan mendapatkan No Virtual Account Yesus, bersama keluarga kita melayani agar seluruh kehidupan kita berubah menjadi masingmasing semua transfer ke BPH GBI semakin dan serupa Kristus. dilakukan melalui no tersebut.
Pdm. Rudi Eko Tjahjono Debbie Raprap R. Raymond Nelson Cynthia Tomasoa Josiana Soerjadi Pdp. Soelispramboedie, S.Th, S.Pd.k, CBC. KORESPONDEN
Virtual Account
6 Oktober 2015, GBI berusia 45 tahun. Kita bersyukur, sejak 1970, Tuhan memimpin dan membawa GBI melalui sebuah perjalanan panjang menjadi gereja terbesar kedua di Indonesia. Bukan karena kuat dan gagah kita, tetapi semua karena perkenanan Tuhan atas kita semua
PENERBIT
Pdt. Himawan Leenardo
SE HAGER DI A R
DAFTAR ISI
Dengan memiliki No Virtual Account akan mendapat beberapa kemudahan:
BPD-BPD se-Indonesia
•
ALAMAT REDAKSI: Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Jakarta Pusat - 10510 Tel. 021-4280 3664 Fax. 021-4280 3786 www.sinodegbi.or.id
Anda tidak02 perlu melakukan konfirmasi ke52 BPH Gembala GBI : Tugas Keluarga sebagai untuk mengetahui apakah transfer sudah diterima Pendidik Rohani Harus Berwawasan Luas atau belum, karena akan mendapatkan smsPdt. Efapras Djohan Handojo Pdt. PAULAnda R. WIDJAJA 60Anda Misi GBI bagi Dunia langsung,06 memberitahukan bahwa transfer Suasana Surga dalam Keluarga sudah diterima dengan baik. Pdt. Dr. JAPARLIN MARBUN
10
Pdt. Dr. dr. DWIJO SAPUTRO, SpKJ
Misi Seorang Bapak
Pdt. DR. Jacob Nahuway
66
Pdm. Laura G. Mesach
Menjadi Kekasih yang Baik
No. REKENING BPH GBI: • Anda tidak perlu menulisan nama pengirim, karena & Buku Bulan Keluarga Antonius Sitompul BPH akan tahu Launching dengan pasti siapa yang melakukan BCA Cab. K.S. Tubun : Bulan Keluarga a/n. BPSinode GBI Keluarga : Tempat transfer, karena masingmasing No. rek. 526-030018-2 Gereja Bethel Indonesia jemaat lokal GBI Mempersiapkan akan memiliki No. Virtual Account yang berbeda. BRI Cab. Kelapa Gading : Generasi Muda menuju dr. Anggia Hapsari, SpKJ a/n. Gereja Bethel Indonesia (BPH GBI) Masa Depan No. rek. 0416-01-00027530-9 Pendidikan Seks Dini BPH GBI akan segera mengirimkan No. Virtual Acoount CIMB Niaga Cab. Melawai : untuk Anak bagi Orang Tua GBI Pdt. Dr. Purim Marbun, M.Th kepada jemaat lokal a/n. BPH GBI Mengembangkan Kapasitas No. rek. 402-01-00355-00-6 Pdt. Bob Foster Pendeta Wesel Pos : Pendidikan adalah Perintah BPH GBI Tuhan Pdt. Hengky So, M.Th Jl. Jend. Ahmad Yani Kav. 65 Cempaka Putih Timur Pergumulan Keluarga Sejarah Lahirnya GBI Jakarta Pusat - 10510 Hamba Tuhan
14
68
18
70
22 26
Cover Story 45 tahun GBI berakar, bertumbuh dan berbuah. GBI berkembang melayani keluarga-keluarga dengan Kristus sebagai pokok/fondasi. Dan bersama dengan keluarga GBI melayani dan menuai jiwa-jiwa untuk kemuliaan nama-Nya.
Isi diluar tanggung jawab percetakan. UNTUK KALANGAN SENDIRI
72
Badai yang Melatarbelakangi Kelahiran GBI
76
Pdt. Dr. Ir. Jonathan Wiryohadi, M.Th
Tuhan Memanggil Kita menjadi Pembangun Kota
38
Pdt. Julius Ishak Abraham, M.Sc.
44
Pdt. dr. Ny. Olly Mesach
Gereja Bethel Indonesia Gereja Pengayom
85
ORBITUARI
48
Pdt. Soehandoko Wirhaspaty, MA
88
Berita Foto
45 Tahun "Kebebasan" GBI yang penuh makna
Gereja Bethel Indonesia Perkembangannya Luar Biasa
82
Pemimpin Pembawa Perubahan
Sidang Majelis Daerah GBI 2015
TUGAS keluarga Sebagai Pendidik Rohani dan Nilai-nilai Moral Pdt. Dr. JAPARLIN MARBUN, M.Pd. Wujud Era Baru Gereja Bethel Indonesia menuju GBI MANTAP salah satunya adalah penetapan Bulan Keluarga GBI yang jatuh pada setiap Bulan Juni. Gereja bisa berdampak positif bagi masyarakat bangsa dan negara dimulai dari bagian terkecil dari jemaat tersebut yaitu keluarga. Untuk itu Penyuluh edisi khusus kali ini mengangkat tema Keluarga. Karena salah satu pokok penting dari 7 Pokok Program yang ditentukan Sinode GBI yaitu, Pemberdayaan keluarga dan Masyarakat.
2|
Penentuan program tersebut dilatarbelakangi akan kesadaran bahwa keluarga merupakan inti dari gereja dan masyarakat. Sehingga jika keluarga baik, gereja bahkan masyarakat otomatis menjadi baik. Itulah sebabnya salah satu fokus BPH GBI pada periode ini adalah Pemberdayaan Keluarga. Hal ini tentu dilihat juga dari realitas bahwa tantangan-tantangan terhadap keluarga belakangan ini semakin besar oleh pengaruh globalisasi, informasi begitu cepat dan luas. Sehingga, jika keluarga tidak mampu menyaring gaya hidup yang kadang bertentangan dengan budaya kita dan nilainilai Alkitab, maka tentu akan berdampak negatif bagi keluarga. Karena itu, keluarga perlu mendapat perhatian besar dari gereja supaya kembali pada fungsinya yang sebetulnya adalah pendidik utama baik nilai-nilai moral dan kerohanian. Dengan tema Keluarga dalam Majalah Penyuluh kali ini, diharapkan supaya seluruh pejabat dan seluruh warga gereja paham, bahwa keluargalah yang utama sebagai pendidik, baik rohani maupun nilai-nilai moral sehingga dengan demikian gereja dan masyarakat menjadi kuat. Bagaimana caranya? Gereja perlu melakukan pemberdayaan terhadap keluarga. Supaya keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Karena itu, bulan Juni oleh BPH GBI telah tetapkan sebagai bulan keluarga bagi GBI di mana selama sebulan tersebut khotbah di gereja bertalian dengan masalah keluarga. Tetapi, tentu kita sadar bahwa itu saja belum cukup. Perlu upaya-upaya lebih besar lagi supaya betul-betul keluarga itu bisa melaksanakan fungsinya sehingga terbangun keluarga kuat, sehat dan berdampak bagi masyarkat. Jika keluarga tidak menjadi teladan bagi umat Tuhan maupun masyarakat, itu akan berdampak bagi gereja yaitu, mengalami kendala dalam Pemberitaan Injil. Gereja Bethel Indonesia fokusnya melaksanakan Amanat Agung Yesus Kristus yaitu memberitakan injil. Nah, kalau keluarga tidak menjadi teladan, tentu ketika kita memberitakan Injil, orang katakan “ah, Kristen saja tidak baik, sama saja dengan kita, ngapain kita dengar Injil.” Hal-hal itulah yang menjadi faktor dan latar belakang mengapa BPH GBI fokus kepada Pembinaan Keluarga. Karena itu, saya sebagai Ketua Umum BPH GBI mendorong supaya seluruh departemen yang berhubungan langsung dengan Pembinaan Keluarga betul-betul menaruh perhatian yang besar, mengembangkan program-program dan kurikulum yang membangun supaya keluarga betul-
betul dapat melaksanakan fungsinya, baik DPA saya dorong supaya mereka lebih mempertajam kurikulum Sekolah Minggu, Remaja, Pemuda supaya betul-betul sejak awal mereka sudah dibangun menjadi bagian dari keluarga yang kuat. Demikian juga dengan WBI, mereka juga meningkatkan perannya dalam membina para wanita & ibu-ibu Rumah Tangga supaya juga bisa melaksanakan program-program dengan baik, sehingga terbangunlah keluarga yang kuat dan berbahagia itu. Juga Ketua BPH GBI yang membidangi Keluarga didorong supaya terusmenerus meningkatkan peran supaya lagi-lagi terbina keluarga itu. Itu semua tidak sekadar program yang dilakukan tapi harus menjadi sebuah fokus yang betul-betul dikerjakan supaya mencapai tujuan. Pekerjaan itu tidak hanya dilakukan BPH atau BPD saja tapi menjadi fokus utama juga dari gereja-gereja lokal dalam menangani keluargakeluarga.
Gol Keluarga yang Sehat Seluruh organ dalam keluarga baik, ayah, ibu, anak, terbina dengan baik sehingga mereka menjadi keluarga yang sehat, kuat, berdampak bagi masyarakat yang berujung pada gereja yang kuat. Maka apa yang Tuhan katakan, ‘kamu adalah garam dan terang dunia’ itu terwujud dalam keluarga sehingga keluarga menjadi terang dan garam dunia. Namun, jika garam itu menjadi tawar dengan apakah dia dapat diasinkan dan tidak ada lagi gunanya kecuali dibuang dan diinjak-injak orang. Jadi, kalau keluarga tidak menjalankan fungsinya dan tidak berdampak di tengah masyarakat akan dibuang dan diinjak-injak orang dalam pengertian mereka akan dianggap remeh oleh dunia ini. Karena itulah keluarga harus dibangun dengan baik.
3
GBI Bersyukur di HUT ke-45 BERSYUKUR adalah kata yang tepat bagi seluruh jemaat Gereja Bethel Indonesia karena GBI di tahun 2015 ini genap berusia 45 tahun. GBI telah menjadi gereja yang dewasa. HUT GBI kali ini adalah moment yang tepat untuk bersyukur atas segala karya Tuhan dalam GBI, karena GBI adalah gereja yang diperkenankan Tuhan untuk melewati banyak kerikil tajam namun tetap utuh hingga saat ini. Kita juga berterima kasih kepada para Pendiri GBI yang ada pada saat itu, karena karya Tuhan melaluinya tercipta sebuah gereja besar sekarang ini. GBI menjadi gereja terbesar nomor 2 (setelah HKBP) baik di aliran kharismatik maupun injili yang ada di Indonesia. Sesuatu hal yang perlu disyukuri. Kita juga bersyukur dalam moment HUT ini, dimana kita melihat ada kemajuan yang signifikan khususnya dalam kesatuan hati. Itulah kita perlu makin mempertajam pelayanan kita sehingga dengan demikian gereja kita ini makin mencapai tujuannya seperti yang diberikan Tuhan kepada para Pendiri dan para Pendahulu GBI. Seperti kita ketahui visi GBI, Menjadi Seperti Kristus jadi secara kualitatif kita berharap visi itu terwujud, para pejabat menjadi pelayan Tuhan yang seperti Yesus kristus para jemaat juga demikian maka tentu ini kan sebuah visi yang sangat ideal dan perlahan-lahan kita menuju ke sana, maka gereja ini menjadi gereja yang berdampak bagi GBI sendiri dan bagi gereja-gereja non GBI serta berdampak bagi masyarakat secara umum.
HUT GBI: Penjangkauan Jiwa bagi Bangsa-bangsa Tema HUT GBI 2015, “GBI to The Nations” ini memperkokoh tekad kita untuk betul-betul makin meningkatkan misi GBI bukan hanya di Dalam Negeri tapi juga Luar Negeri. Gereja Bethel Indonesia sudah sangat banyak di berbagai bangsa dan tentu kita harapkan 4|
lebih luas lagi, sehingga seperti yang dinubuatkan oleh orang-orang yang diberi karunia nubuat oleh Tuhan, Indonesia nanti akan memberikan pengaruh yang lebih besar kepada Kekristenan. Mereka katakan bahwa “Api itu sekarang ada di Indonesia” nah, kita harapkan bahwa GBI berperan membawa api itu ke luar negeri. Jadi, karena itu diharapkan nanti setelah HUT ini, GBI tidak hanya terfokus di dalam negeri saja melainkan ke seluruh dunia yaitu menjangkau bangsa-bangsa. Inilah, yang perlu kita gelorakan lewat HUT GBI kali ini, sehingga dengan demikian kita sadar bahwa kita tidak lagi gereja kecil tetapi telah menjadi gereja besar. Sebagai gereja besar, maka dampaknya juga harus besar baik dalam kegerejaan, kemasyarakatan, bagi bangsa dan negara dan juga tentunya bagi misi-misi di Luar Negeri.
Yang Dikerjakan BPH Sejak Sinode 2014 Hingga Kini (2015) 1. Konsolidasi organisasi - melaksanakan Sidang MPL I dan Rakernas GBI. Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) I GBI dilaksanakan pada 26-28 Januari 2015, di Hotel Royal Safary Garden, Cisarua, Bogor dengan dihadiri para Ketua BPD & BPLN GBI dan Majelis Pertimbangan (MP) GBI. Dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) GBI, 28-30 Januari 2015) yang diikuti oleh para Ketua & Pengurus BPD GBI (Sekretaris, Bendahara), dengan harapan agar organisasi GBI terkoordinasi dengan baik dan makin solid. 2. Sidang MD GBI di Indonesia dan Luar Negeri (BPLN). Sidang Majelis Daerah (SMD) dan Sidang Badan Perwakilan Luar Negeri (BPLN) telah dilakukan sejak bulan Maret hingga September 2015. Yang luar biasa: Setelah Rakernas lalu, ada semangat dalam diri Ketua-ketua BPD GBI tersebut, sehingga hampir semua BPD melakukan Rapat kerja (Raker) di daerah masing-masing. Kemudian juga melakukan sosialisasi dan koordinasi yang baik, sehingga kita boleh melihat dalam SMD lalu, ada semangat yang besar. Kehadiran juga sangat signifikan pertambahannya. Rencana, MD itu tidak hanya sekadar kumpul-kumpul dan bicara masalah, diharapkan menjadi arena Pemberdayaan bagi para Pejabat khususnya dan telah dilakukan pada SMD GBI ini yaitu, Pemberdaayan bagi Gembala dan Istri Gembala. Ternyata, responsnya luar biasa terhadap apa telah BPH GBI lakukan.
3. Pembenahan Organisasi Kantor. Supaya makin efisien dan makin baik maka kepegawaian juga ditata makin baik, dengan harapan agar para pegawai dan karyawan di BPH juga makin bekerja dengan baik karena ada jaminian yang semakin jelas walaupun kita sadar belum sempurna. Sehingga dengan begitu orang-orang yang melayani Tuhan melalui bekerja di BPH, makin sungguh-sungguh. 4. Rakor BPH GBI dengan BPD & BPLN GBI. Dilaksanakan Rapat Koordinasi (Rakor) BPH GBI dengan BPD & BPLN pada 11-13 Agustus 2015 lalu, yang juga bertempat di Hotel Royal Safary Garden, Cisarua, Bogor ini dihadiri oleh para Ketua-ketua BPD GBI. Sepanjang sejarah GBI belum pernah dilakukan Rakor seperti ini. Ini dilakukan supaya kita betul-betul bisa mengevaluasi sudah sejauh mana sih kita bekerja. Tujuan Rakor, selain evaluasi tapi menjadi upaya pemberdayaan bagi Ketua BPD. Karena, GBI adalah gereja yang unik dalam pengertian: siapapun boleh jadi Gembala walaupun tidak mempunyai pendidikan Theologia. Begitu juga siapapun bisa menjadi Ketua BPD asal sudah menjadi pendeta yang telah memenuhi syarat-syarat. Tapi perlu juga kompetensi, maka melalui pemberdayaan semacam inilah, diharapkan kompetensinya makin meningkat dan kinerja organisasi makin meningkat. Dan puji Tuhan, kita boleh melihat sendiri bagaimana respon mereka sangat positif dan semangat yang luar biasa. Dan lagi-lagi Rakor ini ‘kan makin meningkatkan kesatuan, kesepahaman dalam mengerjakan organisasi sehingga organisasi kita ini ke depan makin maju dan berkembang.
mengikuti Training Kesekretariatan BPH GBI, yaitu bagaimana meng-up date Database secara on line, menerima pembekalan ‘Sikap Kerja Profesional’ dan Sensus GBI. 6. Departemen-Departemen BPH GBI juga telah melakukan banyak hal untuk makin mengefektifkan pekerjaan di berbagai bidang masing-masing.
Harapan Bagi GBI ke Depan Harapan value yang kita kembangkan yaitu MANTAP. Maka, GBI semakin maju & mengandalkan Tuhan dalam pelayanan, meningkatkan niat yang tulus dan kudus, tertib baik dalam penataan organisasi, mengayomi seluruh pejabatnya dan GBI semakin professional dalam pengelolaan organisasi. Jika hal-hal itu sudah kita capai, paling tidak semakin mendekati, maka kita harapkan GBI ini menjadi gereja yang sehat, kuat, maju dan berdampak dan memberkati Indonesia. Kemudian ini pasti akan mempercepat pelaksanaan misi dalam gereja kita baik di dalam maupun Luar Negeri. Saya berharap, supaya seluruh Pejabat GBI makin fokus dan unity sehingga kita bisa mengerjakan targettarget Tuhan, dengan demikian kita lihat gereja ini makin berdampaklah makin dipakai Tuhan untuk memenangkan jiwa-jiwa.
5. Pembenahan Sistem yang semakin membaik. BPH juga telah membangun Database GBI yang lebih up date dengan mendatangkan para sekretaris/staf fulltimer BPD GBI se-Indonesia ke Jakarta untuk
5
SUASANA SURGA DALAM KELUARGA
Membangun Keluarga yang Layak Dihadapan Tuhan
Pdt. PAUL WIDJAJA
Heaven on earth / sorga di bumi adalah ungkapan yang seringkali kita dengar. Maksudnya adalah kita merasakan suasanan sorga selagi kita masih ada di dunia ini. Kita bisa merasakan sukacita, damai sejahtera, kita merasa tenang dan aman. Seringkali banyak orang bertanya, apakah bisa kita merasakan sorga di bumi? Kok justru banyak yang berkata justru sebaliknya, saya merasakan yang namanya neraka di bumi. Dimana kita bisa menikmati sorga sebelum kita sampai ke sorga? Jawabannya adalah dalam keluarga.
6|
Kenapa di Keluarga? Karena KELUARGA adalah tempat dimana kita berkumpul dengan orang- orang kita cintai. Seharusnya kita merasakan suatu penyegaran yang luar biasa saat kita dekat dengan orang-orang yang kita cintai. Apalagi mungkin setelah kita bekerja dan beraktivitas dalam keseharian kita maka KELUARGA adalah tempat dimana kita merasakan ketenangan dan ketentraman. Keluarga juga menjadi tempat dimana berkat dan mujizat Tuhan itu dicurahkan bagi kita. Setan juga sangat ngerti hal ini, karena itu Keluarga – Keluarga merupakan target operasi utama buat setan untuk dihancurkan. Karena jika keluarga kacau hancur berantakan maka kita tidak lagi yang merasakan Sorga di bumi tapi justru sebaliknya Neraka di bumi. Dan saat keluarga kacau maka itu akan mempengaruhi kehidupan kita. Kalo ada masalah dalam
keluarga maka hal-hal lain dalam kehidupan kita juga akan ikut kacau. Hubungan kita dengan Tuhan akan kacau, pelayanan juga ikut kacau karena kehilangan konsentrasi, pekerjaan berantakan, anak –anak terlantar, juga pelajaran anak-anak di sekolah jadi tidak beres, dan bisa membawa pada hal-hal yang sangat parah seperti lari ke narkoba, alkohol, perzinahan, perselingkuhan dan segala hal yang menghancurkan kehidupan. Dan ini memang tujuan iblis. Dan iblis juga sangat yakin kalo mau menjatuhkan anak Tuhan kuncinya itu ada di KELUARGA.
KELUARGA yang sempurna itu hanya bisa berhasil kalo ada faktor utamanya yaitu TUHAN
Sebagai Hamba Tuhan kita juga harus hati-hati dan memperhatikan betul keluarga kita, jangan sampai kita berfokus pada konsentrasi membangun pelayanan kita tetapi keluarga kita tidak kita perhatikan sehingga menjadikan adanya celah untuk iblis untuk menghancurkan segala-galanya. Jangan sampai kita membangun “bangunan” yang terlihat memuliakan Tuhan tetapi dalam kehidupan Keluarga kita gagal. Hal Keluarga ini tidak bisa dianggap remeh seolah olah kita berkata: kan saya melayani Tuhan maka Tuhan pasti akan membentengi keluarga saya. Betul! Sama sekali tidak salah, Tuhan pasti membentengi keluarga kita, tetapi ada hal – hal lain juga yang menjadi bagian kita untuk kita perhatikan dan lakukan.
Saya akan membagikan BluePrint bagaimana kita membangun Keluarga sehingga menjadikan keluarga yang layak dihadapan Tuhan dan akan membuat kita merasakan Sorga di Bumi.
Ada faktor penting yang menentukan untuk kita bisa mempunyai KELUARGA yang kuat dan kokoh. Yaitu faktor “PEMBANGUNAN”. Bagaimana kita membangun keluarga kita itu sangat menentukan dalam kualitas Keluarga kita tersebut. Sama halnya seperti saat kita mendirikan sebuah rumah atau bangunan, faktor yang penting adalah saat proses pembangunan tersebut. Itu yang akan menentukan kualitas dari bangunan tersebut Mazmur 127:1 berkata: “ Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, siasialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga” Rumah dapat berbicara mengenai Keluarga karena rumah adalah tempat seluruh keluarga berkumpul. Firman Tuhan ingatkan bahwa membangun sebuah Rumah atau KELUARGA yang sempurna itu adalah MUSTAHIL jika kita membangunnya dengan kekuatan kita sendiri.
Hal yang paling penting dalam pembangunan sebuah rumah adalah perencanaanya sehingga segala sesuatu sudah terencana secara sempurna. Sebelum membangun biasanya ada yang namanya Blueprint Demikian juga halnya dalam membangun keluarga kita harus punya Blueprint sehingga kita tahu dengan jelas apa yang harus kita lakukan dalam membangun Keluarga.
Ada 4 hal penting dalam sebuah Blueprint untuk kita membangun keluarga: 1. Fondasi. (Family of Love)
Fondasi untuk Keluarga kristen adalah KASIH. Fondasi ini mempunyai suatu peranan yang sangat penting dalam sebuah pembangunan. Kenapa Kasih? 1 Korintus 13:1 berkata: “ Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing” Ayat tersebut mempunyai pengertian sekalipun kita ini sangat hebat, pintar dan berpengalaman tetapi jika tanpa adanya Kasih maka semua akan menjadi sia – sia belaka, seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Mungkin kita merasa kita bisa mendidik anak kita dengan baik mungkin kita mampu dalam segi ekonomi untuk membiayai anak kita untuk bersekolah di sekolah yang terbaik, mungkin kita berpikir kita punya pekerjaan yang sangat baik sehingga kita bisa memenuhi segala kebutuhan istri kita. Sehingga kita berasumsi bahwa Keluarga kita akan menjadi baik, anak kita jadi baik, istri kita, suami kita akan sempurna semua. Tetapi Firman Tuhan katakan tadi tanpa Kasih semua akan gagal. Kolose 3:14: “Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.” 7
Yang bisa mempersatukan dan menyempurnakan keluarga kita adalah Kasih Sekarang pertanyaannya: kasih yang seperti apa / apa itu kasih? Lebih tepatnya adalah Siapa itu Kasih? 1 Yohanes 4:8 berkata: “Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih” Kasih itu adalah Yesus sendiri!
TA N PA D O A M A K A K I TA T I D A K A K A N BISA TERKONEKSI DENGAN”KASIH”
Waktu kita jadikan Yesus sebagai fondasi dalam keluarga kita maka Kasih-Nya yang tanpa syarat itu mengalir dalam setiap anggota keluarga kita sehingga terpancar suatu aliran kehidupan yang luarbiasa dalam Dia. Waktu Kasih Tanpa syarat yaitu Yesus sendiri yang mengalir maka itu akan menghapus yang namanya kebencian, kepahitan, kekecewaan, penolakan, pemberontakan dan hal hal yang bisa membuat Keluarga tidak harmonis. Yesus adalah sebagai sumber mata air kasih itu sendiri semakin kita mengenal Dia, semakin kita mendekat pada mata air Kasih maka pancarannya akan semakin kencang mengaliri keluarga kita
Bangun tiang-tiang yang kuat dalam keluarga dengan menjadikan keluarga kita Keluarga yang berdoa (Family of Prayer) 3. Tembok (A Family of Scripture Reading)
2. Tiang Penyanggah (Family of Prayer)
Diatas fondasi yang kuat harus ada tiang penyanggah yang kuat. Supaya bangunan tersebut kokoh berdiri. Dalam hal ini bicara mengenai DOA. Keluarga yang berdoa mereka membangun tiang – tiang yang kokoh dalam keluarga mereka sehingga walaupun badai menghantam, keluarga tersebut akan terus kokoh tidak tergoyahkan. Tanpa doa maka kita tidak akan bisa terkoneksi dengan” Kasih” itu. Doa adalah hal yang sangat gampang diucapkan tetapi sulit untuk dilaksanakan / dilakukan. Doa harus kita rencanakan dengan baik untuk menjadikan keluarga kita adalah keluarga yang berdoa. Kita harus menjadikan doa itu menjadi suatu kesukaan dalam keluarga kita. Waktu kita menjadikan itu sebagai suatu kesukaan, bukan sebagai suatu beban maka keluarga kita akan menjadi keluarga yang terus mengandalkan doa dalam segala hal. Mulai kita latih keluarga kita untuk berdoa bahkan untuk hal– hal kecil sekalipun. Dan lihat bagaimana Allah kita yang setia akan menjawab setiap doa-doa kita. Sewaktu keluarga kita merasakan jawaban doa, dampak doa yang luar biasa maka keluarga kita akan menjadi keluarga yang senang berdoa. Yakobus 5:16 berkata: “ Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” Waktu keluarga mulai berdoa maka terjadi kesembuhan, ini bicara mengenai mujizat dan dikatakan Doa itu sangat besar kuasanya. 8|
Firman Tuhan adalah tembok keluarga, kita perlu hidup dalam firman, merenungkan, memperkatakan, melangkah dalam Firman Tuhan yang luar biasa. Didik anak anak kita, untuk senantiasa membaca Firman Tuhan. Kita sebagai suami, istri pun harus membaca Firman Tuhan Saya mendapatkan kitab Amsal sangat bagus untuk kita sebagai orang tua, bagaimana kita bisa mendapatkan hikmat dan pengetahuan dalam mendidik anak anak kita. Ayo saya mengajak kita semua untuk bisa membaca kitab Amsal sebagai bagian dari bacaan wajib kita setiap hari.
MU AH KA L K A D I HEN DAN “ TETAP IRMAN F U K A DI PEL JA; MENJA GAR SA N E D N PE HANYA N A K KIAN U B K DEMI A D I T JIKA I” SEBAB SENDIR I R I D U MENIP KAMU :1) (Yah 22
Waktu kita dengan rendah hati membaca Firman Tuhan maka kita akan melihat bagaimana Tuhan sendiri yang akan berbicara langsung pada kita. Yakobus 22:1 berkata: “Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengan saja; sebabjika tidak demkian kamu menipu diri sendiri” Setelah kita mengerti Firman Tuhan maka kita harus menjadi pelaku Firman. Waktu keluarga kita menjadi Keluarga yang melakukan Firman Tuhan maka mujizat demi mujizat, terobosan demi terobosan akan terjadi dalam keluarga kita. Berkat Tuhan akan tercurah dengan dahsyat atas keluarga kita. Sewaktu kita melakukan perintah Tuhan dalam Firman Tuhan: menabur, mengampuni, persepuluhan, mengasihi, mengucap syukur, dan lain lain maka, Firman Tuhan katakan dalam Mazmur 1:1-3. Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN. Dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon yang ditanam di tepi aluran air, yang menghasilkan buahnya pada musimya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. 4. Atap. (Family of Grace)
Saya memulai Blueprint pembangunan Keluarga ini dengan Kasih sebagai fondasi dan saya akan akhiri dengan Grace / Kasih Karunia sebagai topping off (atapnya). Kita semua ada hanya karena kasih karunia Tuhan yang begitu baik. Yohanes 3:16 “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, suaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Segala yang kita nikmati di dunia ini semuanya berasal dari Kasih Karunia Tuhan. Dan saat kita ngerti betul itu semua karena Tuhan maka kita akan hidup dengan mengikuti segala yang Tuhan perintahkan. Saat kita membuat keluarga kita hidup benar dan kudus maka berkat Tuhan akan tercurah secara luar biasa atas keluarga kita. Dan bagaimana kita bisa bertahan untuk hidup benar dan kudus? Saat kita betul – betul mengerti mengenai kasih karunia Tuhan. Kita yang tidak layak dan harus binasa tetapi karena kasih Karunia kita di selamatkan, dilayakkan untuk menikmati segala janji Tuhan. Kita dijadikan anak-Nya. Waktu kita sadar ini maka kita pasti tidak akan menyia – nyiakan Kasih Karunia tersebut. Kita akan menjadikan keluarga yang senantiasa takut akan Tuhan dan mengasihi Dia dengan sepenuhnya.
K I T A YA N G T I D A K L AYA K D A N H A R U S B I N A S A T E TA P I KARENA KASIH KARUNIA K I TA D I S E L A M AT K A N , D I L AYA K K A N U N T U K M E N I K M AT I S E G A L A J A N J I T U H A N . K I TA D I J A D I K A N A N A K - N YA . Tuhan menjadikan Keluarga agar kita bisa menikmati setiap janji Tuhan dalam keluarga. Berkat, damai sejahtera, sukacita dan seluruh janji Tuhan yang membuat kita merasakan sorga sebelum kita sampai di sorga. Iblis mengerti ini dan yang dia lakukan adalah berusaha untuk menghancurkan keluarga – keluarga anak anak Tuhan. Karena itu saya sangat rindu supaya setiap kita sebagai hamba-hamba Tuhan Gereja Bethel Indonesia mempunyai Keluarga yang kuat dan kokoh sehingga janji Tuhan kita nikmati senantiasa dalam keluarga kita Selamat menikmati "Suasana Surga di Bumi" dalam keluargamu!
9
MISI SEORANG BAPAK Pdt. Dr. dr. DWIDJO SAPUTRO, SpKJ Saya telah melayani sebagai hamba Tuhan (pejabat Gereja Bethel Indonesia) sejak 30 tahun lalu. Tentunya jika ada orang bertanya kepada saya apa yang menjadi prioritasmu dalam kehidupan sebagai hamba Tuhan, sebagai orang kristen? Pasti dengan yakin saya akan menjawab: “Prioritas urutan teratas saya dalam hidup adalah hubungan pribadi saya dengan Tuhan, urutan berikutnya adalah mengasihi isteri, kemudian mendidik anak-anak, dan terakhir adalah pelayanan kepada sesama baik dalam gereja maupun dalam profesi saya. Tentunya jawaban ini memuaskan bagi orang yang bertanya kepada saya, tetapi apakah jawaban ini serta - merta memuaskan Bapa kita di Surga?
Saya tidak hanya mengetahui prioritas tersebut tetapi juga mengkotbahkannya dan berusaha melakukan, mempraktekkan dalam kehidupan. Apabila pada suatu ketika ada berita secara tibatiba, ada seseorang membutuhkan konseling dan ingin bertemu dengan saya, karena masalahnya sangat penting, ia sedang dalam keadaan krisis dan ternyata dari rumah isteri saya menelpon secara bersamaan agar saya segera pulang ke rumah, karena ia sedang menghadapi situasi krisis. Ke mana saya harus pergi? Tentu saya akan memprioritaskan isteri saya. Namun suatu saat saya menyadari, Roh Kudus menggugah hati saya, dalam keadaan biasa, sepanjang hari, kehidupan berjalan normal,
10 |
dimanakah saya menempatkan hati, gairah, energi, kepemimpinan dan visi saya? Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, urutan prioritas saya sering terbalik-balik: profesi/pelayanan-orang lain – anak –isteri – Tuhan. Yang paling menggairahkan hati saya adalah profesi dan pelayanan konseling bagi orang lain, ini adalah cinta mula-mula saya. Sebagai seorang hamba Tuhan saya memberikan gairah terbesar kepada apa yang saya suka, yaitu melakukan pelayanan sesuai talenta yang saya miliki, prioritas selanjutnya kepada isteri dan anak-anak. Sebagai seorang bapa saya tak pernah absen dari kehidupan mereka, saya menginginkan keluarga saya berhasil. Namun saya sama sekali tidak mempunyai rencana strategis untuk mewariskan iman kepada mereka selain mengikuti rutinitas pelayanan dan aktifitas program di gereja. Saya memikirkan banyak hal bagaimana orang lain, anak-anak orang lain bertumbuh
image: www.galleryhip.com
imannya. Tetapi jiwa-jiwa abadi Allah yang telah dipercayakan kepada saya, .....saya hanya memberikan sisa-sisa harta rohani yang saya punyai. Di hadapan banyak orang, dikalangan gereja saya dipandang pemimpin rohani yang kuat, padahal sebenarnya saya tidak (belum) memberikan yang terbaik untuk pertumbuhan secara sehat kehidupan spiritual isteri dan anakanak saya. Tuhan Yesus pernah berkata: "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepeda-Ku :Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu, juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus
terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat. 7:22-23) Apakah ketika kelak berjumpa dengan Tuhan Yesus, kita ingin Tuhan Yesus mengatakan: "....... kamu pembuat kejahatan, enyahlah Aku tidak pernah mengenalmu?" Demikian pula dengan kita sebagai laki-laki atau perempuan, apakah kita telah melaksanakan tugas utama kita seperti yang Bapa di Surga inginkan pada waktu menciptakan kita, sebagaimana Tuhan menghendaki pada waktu menciptakan manusia pertama kali? Dalam Alkitab Perjanjian Lama Kitab yang terakhir dikatakan: “Ingatlah kepada Taurat yang telah Ku-perintahkan kepada Musa, hamba-Ku, di gunung Horeb untuk disampaikan kepada seluruh Israel, yakni ketetapan-ketetapan dan hukum-hukum. Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang
11
datangnya hari Tuhan yang besar dan dahsyat itu. Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anakanak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah (Mal 4:4-6). Dalam Kitab Perjanjian Baru di bagian awal tertulis: “dan ia akan berjalan mendahului Tuhan dalam roh dan kuasa Elia untuk membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati orang-orang durhaka kepada pikiran orangorang benar dan dengan demikian menyiapkan bagi Tuhan suatu umat yang layak bagi-Nya (Luk 1:17).
Allah Menginginkan Hati Bapa-Bapa dan Hati Anak-Anak Apakah sebenarnya tujuan Allah menciptakan laki-laki? Setiap laki-laki dan perempuan hendaknya mengetahui dan memahami hal ini. Apakah tujuan Allah menciptakan keluarga? Mengapa Allah memberikan kepada anda isteri dan anak-anak? Mengapa Allah memilih anda memberi anak-anak dan sebagai bapa dari anakanak anda? Jika kita tidak tahu mengapa kita melakukan sesuatu, bagaimana mungkin kita bisa melakukannya dengan sukses? “Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi” (Maz. 82:5). Bila seorang laki-laki tidak mengetahui tujuan hidupnya, apa tujuan dan misi hidupnya, yaitu untuk menjadi seorang bapa, maka hidupnya seperti berjalan dalam kegelapan. Apabila prioritas dan tujuan hidup tidak dipahami oleh manusia, maka yang terjadi adalah hidup yang salah arah tujuan. Dari berbagai bukti empirik (riset, ilmiah) telah berulang kali terbukti bahwa otak manusia sejak lahir telah membutuhkan pendukung agar otak tersebut selama masa usia dini berkembang
12 |
image: www.pixhder.com
dengan baik dan utuh. Perkembangan otak yang baik dan utuh ini menjadi dasar bagi kualitas kehidupan setelah ia menjadi dewasa, yaitu kemampuan belajar, perilaku dan kesehatan tubuhnya. Dari penelitian tersebut telah dibuktikan bahwa peran aktif seorang bapa di dalam keluarga, membangun hubungan rasa aman dan hangat bagi isteri dan anak, akan menghasilkan perkembangan otak yang berkualitas baik, sehingga menghindarkan resiko terjadinya masalah belajar (motivasi belajar rendah, kesulitan belajar, prestasi dibawah rata-rata, gagal sekolah/drop-out); masalah perilaku (kenakalan, penyimpangan perilaku, kriminalitas, tidakan kekerasan, asosial, penyalahgunaan narkoba); dan masalah kesehatan dan kesejahteraan (ganggguan kekebalan tubuh, berat badan bayi rendah, produksi ASI, gangguan sistem hormon) di kemudian hari, kelak pada waktu menjadi dewasa. Setiap laki-laki hendaknya memahami tujuan dan misi hidupnya, yaitu menjadi seorang bapa, yaitu melakukan kehendak Bapa di Surga untuk menjangkau hati isteri dan anak-anak yang dipercayakan kepadanya, agar hati mereka sungguh mengasihi Tuhan, agar Tuhan dapat memiliki hati mereka dan Tuhan menjadi puas apabila telah memiliki hati mereka, sampai kesudahan hidup mereka tetap menjadi milik Tuhan. Di dalam Kitab Injil Matius tertulis: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama” (Mat. 22:35-38) Ada tujuan besar dalam hidup keluarga kita, khususnya sebagai seorang laki-laki sebagai bapa, sebagai pemimpin, pendidik dan pendisiplin dalam keluarga, sebagai imam, nabi dan raja dalam keluarga. Apa tujuan itu? Yaitu memenuhi perintah yang terutama dan pertama, menanamkan kasih ke dalam hati isteri dan anakanak. Memenuhi kehendak Tuhan yang terutama dan pertama.
Seorang Bapa Menjadikan Keluarga Sebagai Pusat Pemuridan Kita dibangun oleh Allah untuk selalu berada dalam hubungan kasih secara pribadi yang akrab dengan-Nya, jika kita tidak memilikinya, hati kita pasti selalu gelisah dan jiwa kita merana. Filosof Blaise Pascal menulis dalam karyanya Pensées bahwa kita berusaha mencoba menemukan tujuan dalam segala hal disekitar kita, menemukan makna bagi diri kita, tetapi “jurang yang tak terbatas” ada dalam hati kita yang hanya dapat diisi oleh Allah sendiri, yaitu kasih-Nya. Menurut Yesus, perintah yang paling penting dalam Alkitab adalah mencintai Allah dengan segenap hati. Yesus mengutip dari kitab Perjanjian Lama, yang ditulis oleh Musa 1400 tahun sebelum Yesus lahir, yaitu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu. Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan” (Ul. 6:5-6). Pada ayat 6 bagian terakhir ditulis “haruslah engkau perhatikan” ini berarti seorang bapa harus mencamkan didalam hati dan seorang bapa sebagai orang tua harus menanamkan kasih kedalam hati anak-anak. Anak-anak harus menjadi pewaris iman, dan iman tersebut dipastikan juga akan terus diwariskan kepada keturunannya,dan keturunan dari keturunannya, turun-temurun, yaitu iman kepada Tuhan Yesus. Sebagai seorang bapa memiliki misi dan tanggung jawab bahwa setiap anak-anak mereka mewarisi iman kepada Tuhan Yesus dan perjalanan hidup mereka di dunia ini diharapkan akan berakhir dengan perjumpaan dengan Tuhan Yesus di Surga. Lebih dari apapun Tuhan menginginkan memiliki hati kita, isteri kita dan anak-anak kita.
Untuk itu setiap laki-laki sebagai orang tua diberi kuasa sebagai pemimpin, kepala keluarga, untuk menjadikan keluarga sebagai satu-satunya tempat yang paling aman dan tempat pertumbuhan iman bagi keluarga dan anak-anak yang dipercayakan kepada kita. Tuhan telah menjadikan keluarga (rumah) sebagai tempat atau lingkungan yang memiliki pengaruh terbesar di dalam kehidupan manusia, yaitu melalui apa yang mereka alami di rumah dimana anak-anak dibesarkan. Setiap bapa harus selalu waspada dan memerangi kuasa setan untuk tidak menguasai keluarga (rumah) menjadikan rumah sebagai tempat merendahkan, menghancurkan, menimbulkan kepahitan hati bagi isteri dan anak-anak. Sebagai penutup tulisan ini marilah kita renungkan beberapa pertanyaan berikut ini: • Apakah yang menjadi visi dan misi anda sebagai seorang bapa? • Apakah ada dalam cara pandang dan sikap hidup anda yang harus di koreksi, kalau ada, apa saja yang harus dikoreksi dan memerlukan pertobatan? • Seberapa matang (dewasa) kepemimpinan anda dalam keluarga? • Renungkan kembali perintah Allah yang terutama dan pertama. Tindakan apa yang Allah kehendaki untuk ditingkatkan bersama sama keluarga anda? Tuhan Yesus memberkati.
image: www.huffingtonpost.com
13
TRANSFORMASI GEREJA
untuk memulihkan keluarga "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!" (Yosua 25:15)
BuLAN
JUNI
BuLAN KELUARGA
GEREJA BETHEL INdonesia
Mewujudkan Era Baru dari Gereja Bethel Indonesia menuju GBI yang lebih MANTAP, yang berdampak bagi kemajuan perkembangan jemaat & pejabat GBI juga bagi bangsa Indonesia, maka Gereja Bethel Indonesia menetapkan BULAN JUNI menjadi BULAN KELUARGA pada setiap tahunnya. Dan, pada 27 Juni 2015 lalu, telah dilaunching penetapan Bulan Keluarga tersebut yang dibuka langsung oleh Ketua Umum BPH GBI di Graha Bethel, Jakarta.
14 |
Penyelenggaraan Bulan Keluarga GBI dimaksudkan agar seluruh pejabat dan jemaat GBI menyadari bahwa keluarga adalah unit terkecil dari jemaat tempat individu pertama kali belajar bersosialisasi dan tempat utama untuk melakukan pembinaan iman sejak usia dini. Apabila kita berharap pertumbuhan individu jemaat yang sehat maka harus dimulai dari keluarga.
Kami siap mendukung penyelenggaraan Bulan Keluarga di Gereja Saudara masing-masing. Untuk itu, kami menyediakan beberapa materi pembinaan untuk keluarga yang dikemas dalam buku dan CD. Jika Saudara ingin memilikinya silahkan hubungi kami di BPH.
Sebab itu pelayanan keluarga di gereja harus dapat meningkatkan kemampuan (empowering) keluarga untuk memuridkan anak-anak, memelihara pernikahan/keluarga tetap harmonis dan kokoh sebagai bukti kesaksian kasih dan kebaikan Allah di dunia ini. Penyelenggaraan Bulan Keluarga GBI 2015 menetapkan tema: "Transformasi Gereja untuk Memulihkan Keluarga” (Yosua 24:15). Tema ini mengajak kita untuk menyadari perubahan paradigma dalam pelayanan keluarga (family ministry) di gereja, yaitu Keluarga adalah Utama dan Gereja menjadi Sahabat (Mitra) Keluarga. Diharapkan melalui bulan keluarga yang telah ditetapkan tersebut, gereja lebih semangat menyuarakan suara Alkitab tentang keluarga yang dibangun atas dasar prinsip kebenaran Firman Tuhan, yang harus dilaksanakan dengan taat dan setia. Karena tempat utama pembinaan iman dimulai dari keluarga untuk menghasilkan keturunan Ilahi.
15
Berikut ini adalah contoh materi pembinaan keluarga :
Membangun Keluarga Yang Berkenan Bagi Allah Dalam Akitab Perjanjian Lama kata keluarga ditulis sebanyak 215 kali, sedangkan dalam Alkitab Perjanjian Baru ditulis sebanyak 27 kali. Rasul Paulus mengatakan kepada Timotius dalam 1 Timotius 3:15 “Jadi jika aku terlambat, sudahlah engkau tahu bagaimana orang harus hidup sebagai keluarga Allah, yakni jemaat dari Allah yang hidup, tiang penopang dan dasar kebenaran.” Kejadian 1:28 mengatakan “Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Apa yang Allah kehendaki dari sebuah keluarga dan mengapa setiap orang harus memperhatikan keluarga? Dalam Kejadian pasal satu sampai dua, menerangkan bahwa Allah membangun dan menetapkan keluarga sebagai fondasi bagi kehidupan bermasyarakat yang berelasi dan beriman. Tidak hanya membangun, tetapi Allah juga melanjutkan karya keselamatan bagi manusia melalui ikatan janji kepada keluarga yang tertuang di dalam Kejadian 7:1; 17:7. Juga Kejadian 18:18-19, Ulangan 6:5-8 dan Efesus 6:4, tertulis bahwa Allah merancang keluarga untuk dijadikan pusat kesaksian dan perbuatan baik, Allah serta pusat pemuridan bagi setiap anggota keluarga. Sedangkan dalam Kejadian 1:28, Mazmur 78 dan Roma 11:36 tertulis, Allah merancang keluarga untuk menyatakan kemuliaan hanya bagi Dia, dengan melahirkan generasi ke generasi para penyembah Allah. Sebuah keluarga diawali dengan pernikahan dan pernikahan yang dirancang Allah adalah ikatan perjanjian antara satu pasangan laki-laki dan perempuan yang seumur hidup, untuk mencerminkan kasih Allah dalam Kristus yang menyelamatkan, memurnikan karakter dan membangun sebuah unit masyarakat terkecil yang kokoh, tak tergoncangkan.
16 |
Kepala Keluarga Menjadi Sumber Berkat Bagi Keluarga 1 Korintus 11:3 “Tetapi aku mau, supaya kamu mengetahui hal ini, yaitu kepala dari tiap-tiap laki-laki ialah Kristus, kepala dari perempuan ialah laki-laki dan kepala dari Kristus ialah Allah” Banyak orang melupakan satu kebenaran yang sangat penting dalam Alkitab tentang peran dari kepala keluarga, sehingga ada banyak kehancuran dan penderitaan dialami oleh keluarga-keluarga Kristen. Pernyataan Rasul Paulus dalam suratnya untuk jemaat Korintus yang tertulis di atas tidak menyatakan sebuah hierarki, karena ungkapan kepala dari Kristus adalah Allah bukan menunjukkan hierarki tetapi sumber. Jadi, ketika Alkitab berbicara bahwa laki-laki sebagai kepala bagi istri dan keluarga, itu berarti Suami atau kepala keluarga adalah sumber dari kehidupan keluarga. Jika sumbernya baik, maka keluarga akan mengalami hal-hal yang baik, tetapi jika sumbernya buruk maka dampak buruk pun dapat terjadi di dalam keluarga. Kepala keluarga dapat menjadi sumber yang baik bagi keluarga apabila fungsinya sebagai sebagai imam, nabi dan raja dalam keluarga dilakukan terus-menerus dan dengan sungguh-sungguh bertanggung jawab. Seorang Kepala rumah tangga harus terus-menerus mendapat sumber yang baik, yang ditandai dengan kehidupan doa dan perenungan Firman Tuhan yang konsisten, hidup dalam komunitas orang orang-orang yang takut akan Tuhan serta memiliki mentor rohani yang sudah teruji kerohaniannya. Selain itu, seorang kepala rumah kelurga harus menjadi teladan yang baik bahkan mengalirkan keteladanan hidupnya. Namun, apabila keluarga sudah terlanjur dalam keadaan tidak baik, jangan menyerah! Percayalah hukum TaburTuai, sebagaimana ada hal-hal buruk terjadi dalam rumah tangga akibat taburan sumber yang tidak baik di masa lampau, maka mulailah menabur hal-hal yang baik di masa sekarang untuk mendapat sesuatu yang baik di masa yang akan datang.
Membangun Mezbah Keluarga Lalu Nuh mendirikan Mezbah bagi Tuhan lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya (Kejadian 8:20; 9:1). Mezbah adalah tempat korban dipersembahkan. Mezbah keluarga adalah suatu tindakan yang diambil oleh seorang bapak untuk memimpin seluruh anggota keluarga agar menyembah Tuhan bersama-sama. Dengan adanya Mezbah ini Tuhan memberkati dan mempersatukan seluruh anggota keluarga, selain itu mezbah keluarga juga sebagai jalur penghubung yang penting dalam interaksi keluarga, dengan demikian para anggota keluarga terus menciptakan suasana yang akrab, menjalin ikatan dengan mengembangkan hubungan yang sangat baik, menghabiskan waktu yang berkualitas, memperbaiki dan meningkatkan kerohanian. Melalui mezbah ini, keluarga-keluarga akan berakar kuat dalam iman dan Fiman Tuhan.
Membentuk Karakter Unggul Anak
sebatas tawuran/perkelahian, namun sudah masuk dalam kategori tindakan kriminal tingkat tinggi, seperti pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, terlibat dalam sindikan obat-obatan terlarang. Selain itu, sikap tata krama dan kesopanan sepertinya semakin terkikis seiring dengan perkembangan jaman. Rasa kepedulian terhadap sesamapun semakin berkurang. Nilai-nilai perilaku dan karakter yang baik telah semakin berkurang dan ini bisa juga terjadi di kalangan orang muda Kristen. Membentuk karakter anak yang unggul tidaklah mudah namun tidak juga terlalu sulit apabila orang tua memiliki sifat, karakter dan tingkah laku Kristus. Belajar dari contoh model hubungan antara bapa dan anak yang ideal, yaitu antara Bapa di Sorga dengan Tuhan Yesus (Yoh. 5:19; 14:9; Kol. 1:15), kepribadian Yesus yang sempurna mengalir dari impartasi keteladan pribadi Bapa yang sempurna, bahwa apa yang dilihat oleh anak selama bertahun-tahun dari orang tuanya baik ataupun buruk akan mempengaruhi kepribadian anak-anak.
Amsal 20:11: “Anak-anakpun sudah dapat dikenal dari pada perbuatannya, apakah bersih dan jujur kelakuannya”.
Orang tua yang memiliki karakter Kristus tentunya mengerti dan melakukan kebenaran. Dengan demikian, dapat melatih dan menerapkan disiplin kepada anak, sehingga menjadi anak yang bertumbuh dan menjalani kebenaran.
Amsal 22:6 : “Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu”.
Tuhan sangat peduli dengan keluarga. Jika Tuhan peduli mengapa kita tidak ?
Kita melihat angka dan kualitas kriminalitas yang terjadi pada masa-masa sekarang ini telah menunjukan peningkatan yang tajam, dan tidak sedikit dari para pelaku kejahatan tersebut dilakukan oleh remaja dan pemuda. Kejahatan yang mereka lakukan bukan hanya
Mari gereja Tuhan kita bersama memperhatikan keluarga menjadi mitra bagi keluarga untuk bertumbuh semakin serupa dengan Kristus dan menjadi keluargayang berdampak untuk kemuliaanNya
17
PENDIDIKAN SEKS DINI UNTUK ANAK BAGI ORANG TUA “SEKS BUKANLAH HAL YANG SALAH UNTUK DIBICARAKAN, NAMUN AKAN MENJADI SUATU HAL YANG MERUSAK JIKA DISALAHGUNAKAN” dr. ANGGIA HAPSARI, SpKJ
SEKSUALITAS adalah segala sesuatu yang menyangkut cara berpikir, merasa , berpakaian, mengutarakan pendapat dan bersikap. Seorang anak perempuan perlu tahu bahwa dia adalah perempuan, dan apa yang membedakan dia dengan lakilaki. Begitu juga sebaliknya pada anak laki-laki. Sebagai perempuan, alat kelamin dan fisiknya akan berkembang, dia akan mengalami menstruasi, dia akan bisa hamil, dia akan bisa melahirkan, dia akan bisa menyusui, dan seterusnya. Anak laki-laki akan mengalami apa yang biasa disebut mimpi basah, alat kelaminnya akan mampu ereksi, dan seterusnya. Namun semua ini perlu disampaikan secara bertahap sesuai usia anak. Sejak usia dini anak harus tahu bahwa alat kelamin adalah bagian tubuh yang paling pribadi, harus ditutup, diberi penghargaan khusus, dan dijaga dengan baik. Sesuai dengan perkembangan usia, orang tua perlu terus memperbaharui pendidikan seks bagi anak-anak. Pendidikan seks pada anak laki-laki diberikan oleh ayah dan anak perempuan oleh ibunya. Ketika anak-anak tidak mendapatkan penjelasan dari orang tua, maka mereka akan mulai mencari jawaban dari tempat lain. Bila itu terus berlangsung, tidakkah anak akan belajar bahwa orang tua bukanlah tempat yang tepat untuk mencari solusi atas masalah dan kebingungan mereka?
18 |
ADA DUA FAKTOR MENGAPA PENDIDIKAN SEKS SANGAT PENTING BAGI ANAK dan REMAJA: 1. Anak-anak tumbuh menjadi remaja belum paham dengan pendidikan seks, sebab orang tua masih menganggap bahwa membicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Ketidakpahaman tersebut membuat para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya. 2. Akibat dari tidakpahaman remaja tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial masyarakat, banyak yang menawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain DVD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari ketidakpahaman remaja tentang pendidikan seks ini, banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV/AIDS dan sebagainya.
BAGAIMANA CARA PENYAMPAIAN PENDIDIKAN SEKS YANG TEPAT? l Belajar tentang seks berbeda dengan kita belajar tentang keterampilan yang lain. l Misalnya kita belajar renang agar mengetahui tentang teknik berenang yang baik, namun belajar tentang seks bukanlah belajar bagaimana aktivitas seks yang baik, melainkan apa yang akan timbul atau dampak dari aktivitas seks tersebut. l Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa dimulai dengan berdiskusi langsung tentang kesehatan reproduksi. l Dengan cara yang lebih akrab atau curhat, mungkin anak pun tidak perlu malu-malu lagi. l Bisa juga dengan seringnya membuat sebuah seminar tentang seks dengan mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detil lagi. Misalnya dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya hidup remaja dan kesehatan reproduksi. image: www.galleryhip.com
l Gunakan segala sesuatu yang telah tersedia di alam ini untuk menjelaskan nya misal: ketika anak melihat cecak yang bertindihan di dinding, jelaskan pada anak tentang kejadian tersebut jangan mengalihkan perhatiannya. l Bersikap proaktif menjelaskan tanpa menunggu anak bertanya terlebih dahulu misal: Ketika sedang menyisir rambut, jelaskan padanya kalau ia besar nanti rambut juga akan tumbuh dibagian-bagian tubuh yang tidak berambut.
3 PATOKAN PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK & REMAJA: 1. Memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis dan psikoseksual sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia. 2. Memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi. prokapitalizm.pl
19
http://www.freepik.com/
3. Memberikan pengetahuan dan penanaman moral, etik dan komitmen agama agar tidak terjadi penyalahgunaan terhadap organ reproduksi. TIPS UNTUK ANAK USIA 0-2 TAHUN l Bantu anak mengenali nama bagian-bagian tubuh. l Bereaksi normal saat anak menyentuh bagian genital. TIPS UNTUK ANAK USIA 2-4 TAHUN l Ajari anak pendidikan seks pada saat anak BAB (buang air besar) dan BAK (buang air kecil). l Untuk anak usia 2-4 tahun tanpa Anda sadari, Anda sudah memberikan pendidikan seks pada si kecil pada saat mengajarinya membersihkan alat kelaminnya dengan benar setelah buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB) sendiri. l Ajari anak untuk tidak sembarangan mengizinkan orang lain membersihkan alat kelaminnya. l Jelaskan secara sederhana dari mana bayi berasal. l Jelaskan bahwa Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan jenis kelamin yang menyebabkan beberapa hal menjadi berbeda, seperti cara berpakaian, gaya rambut, cara buang air kecil. l Tegaskan pada anak bahwa alat kelamin tidak image: tabloidnova.com
boleh dipertontonkan secara sembarangan.
l Tumbuhkan rasa malu pada anak, misalnya ketika keluar dari kamar mandi hendaknya mengenakan pakaian atau handuk penutup. l Jika ada yang menyentuhnya, segera laporkan pada orang tua atau guru di sekolah. Anak boleh teriak sekeras-kerasnya dalam hal ini untuk melindungi dirinya.
20 |
TIPS UNTUK ANAK USIA 5-9 TAHUN l Gunakan buku dan mulailah pembicaraan tentang bagaimana terjadinya janin dan proses kelahiran bayi. l Jika anak Anda belum mulai menanyakan, orang tualah yang harus memulai dengan pertanyaan untuk memancing rasa ingin tahu anak.
l Ajarkan anak bahwa sentuhan yang menyenangkan dan baik adalah cium pipi saat pamit ke sekolah, pelukan selamat datang dari sekolah, dan juga berjabat tangan dengan orang lain. TIPS UNTUK ANAK USIA 9-12 TAHUN l Tekankan keamanan diri sendiri.
l Diskusikan bagian tubuh dan alat reproduksi.
l Mulai diskusikan aturan perilaku seksual yang diterima oleh keluarga.
l Buatlah anak memahami bahwa ada bagian dari tubuhnya yang sangat pribadi
l Persiapkan diri Anda karena anak akan kritis dan ingin tahu tentang segala hal.
l Berikan privasi saat anak di kamar mandi.
l Jangan melarang ia bertanya tentang hal-hal tersebut dengan alasan ia masih kecil atau alasan lainnya sebaliknya berikan jawaban yang jelas sesuai usianya.
l Pastikan anak-anak pada usia ini mengetahui bahwa mereka dapat berkata ‘TIDAK’ pada sentuhan, dari manapun/dari siapapun, yang tidak mereka inginkan. l Mulailah pembicaraan kepada anak lakilaki maupun perempuan tentang ‘tumbuh menjadi besar’ dan tentang perubahan pada tubuh. l Berikan pengertian tentang sentuhan salah yang harus mereka hindari. l Sentuhan yang buruk berupa sentuhan pada bagian pribadi anak dan anak harus diajarkan untuk menolak dan memberi tahu Anda jika mengalami sentuhan yang buruk ini. l Anak perlu tahu bahwa jika ada yang suka meraba anak-anak atau menyuruh anak-anak meraba mereka dengan cara yang buruk dan mengerti bahwa hal itu merupakan perbuatan yang salah. l Ajarkan anak untuk berani menolak, menjauh dan menghindar dari orang seperti itu. Peringatan ini hanya untuk kewaspadaan saja, tidak perlu membuat anak-anak cemas, takut atau mencurigai semua orang dewasa. l Hilangkan perasaan bersalah pada anak. Yakinkan anak bahwa bukan salahnya jika ada yang melecehkan secara seksual dan ia harus memberitahu Anda dengan segera. Hal ini bisa menangkal senjata utama para pelaku pelecehan, yaitu berusaha membuat anak merasa bersalah, malu atau takut.
l Sampaikan pendidikan seksual secara terbuka namun tidak vulgar sesuai dengan tingkat pemahamannya. l Bicarakan dengan anak terkait perubahan fisik yang mereka alami dan yakinkan bahwa menstruasi, ereksi, dan mimpi basah adalah hal yang normal. l Mulailah membahas penting dan berharganya diri serta tubuh mereka untuk mengantisipasi pengaruh seperti media, internet, dll, batasi apa yang sebaiknya mereka akses dan yang tidak. TIPS UNTUK 13-18 TAHUN l Remaja sudah mulai tertarik dengan lawan jenis di fase usia ini. l Oleh karenanya, sah-sah saja ketika orang tua membahas masalah cinta, keintiman, dan cara mengatur batas dalam hubungan mereka dengan lawan jenis. l Memberi pengertian tentang hubungan antara seks dengan cinta, peranan seks dalam perkawinan, dan sebagainya. l Membantu mengembangkan kepribadian anak sehingga mampu mengambil keputusan bertanggung jawab, misalnya memilih jodoh, hidup berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam seks dan lain-lain. KESIMPULAN l Tindakan-tindakan pencegahan pelecehan seksual pada anak sebaiknya dimulai sedini mungkin, karena jumlah kasus pelecehan pada anak mencakup anak prasekolah. l Diharapkan anak akan terhindar dari risiko kekerasan seksual yang dapat menimpanya.
21
PENDIDIKAN ADALAH PERINTAH TUHAN Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketenteraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu. (Ams. 29:17) Pendidikan merupakan kewajiban adalah suatu perintah bagi kita semua untuk mendidik anak. Setiap kita tidak mungkin lepas dari pendidikan. Didiklah anakmu dengan jalan yang patut. Jadi sebenarnya mendidik anak tidak bisa seenaknya, tidak bisa asal-asalan. Harus menurut jalan yang patut baginya. Berarti kita harus belajar, pendidikan tidak bisa asal jadi saja, apalagi pendidikan tidak berbicara hanya pengetahuan saja, tapi termasuk karakter dan berbagai hal dalam kehidupan ini. Pendidikan itu penting, maka Tuhan Yesus sendiri memberi diri untuk menjadi teladan dalam mendidik. Sebagai guru, Dia sering mengajar; sebagai pelatih, Dia memberi contoh dan membimbingkan murid-murid-Nya melayani orang lain, melakukan mujizat. Ketika Dia mencuci kaki, Dia mau murid-murid-Nya juga mau mencuci kaki; ketika Dia mengusir setan, Dia mau murid-murid-Nya juga mengusir setan dan banyak hal yang Dia teladani. Lebih tepat yang mana, pendidikan itu tanggung jawab atau perintah? Kalau dikatakan tanggung jawab ya benar tapi saya mau lebih tinggi lagi nilainya jadi lebih tepat pendidikan itu adalah perintah. Jadi setiap orang harus sadar bahwa pendididkan itu merupakan kewajiban, sesuatu yang harus dilakukan. Kalau ada yang bilang saya sibuk sehingga tidak dapat mendidik,maka dia harus sadar bahwa pendidikan itu perintah yang harus dilakukan, dia harus bisa mengatur waktu agar kewajiban dia dalam mendidik dilakukan dengan baik. Ingat ini perintah Tuhan, bukan perintah manusia. Kalau kita mengerti bahwa pendidikan itu perintah, pertanyaannya siapa yang harus melakukan pendidikan? Secara umum ada 3 tempat utama dalam pendidikan:
22 |
N A A K I G D I R ND LUA E P KE DI Orang tua sering merasa telah melakukan pendidikan dengan baik, ketika bisa menyekolahkan anaknya di sekolah ternama, bertaraf internasional, dan yang pasti mahal. Tidak salah memang, pendidikan yang mahal memang segaris dengan mutu pengajarannya. Akan tetapi, apakah dengan demikian tugas orang tua mendidik anak telah dijalankan dengan baik? Orang tua tidak bisa mengalihkan kewajibannya dalam mendidik anak kepada sekolah, atau kepada gereja, orang tua harus menyadari bahwa pendidikan merupakan satu perintah untuk semua orang, terutama untuk orang yang dipercaya Tuhan untuk memelihara dan membesarkan anak itu, yaitu orang tuanya. Jadi jangan alikan pendidikan hanya kepada sekolah dan gereja, orang tua lah penerima perintah yang pertama untuk mendidik. Ada dua hal yang sangat penting yang sangat efektif jika diajarkan di keluarga. Pergaulan dan identitas. Pergaulan, dalam arti external influence (pengaruh dari luar), pertemanan, komunitas dimana anak-anak kita berada ada di dalam kontrol keluarga. Masuk dan tidaknya anak dalam sebuah pergaulan ditentukan oleh keluarga, oleh ijin orang tua. Pengaruh orang lain sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan anak kita. Gadget adalah external influence, sekarang sudah sangat sulit menjauhkan anak-anak dari gadget. Gadget ini sebenarnya pedang bermata dua, karena PR (Pekerjaan Rumah) sudah menggunakan gadget, di sisi lain game dan pornografi juga ada dalam gadget yang sama. Banyak hal negatif, tapi gadget juga digunakan untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah, menambah wawasan juga. Jadi di dalam gadget ini terkandung hal-hal yang baik dan juga hal-hal yang tidak baik. Jadi bagaimana supaya mereka masuk ke arah yang baik? Orang tua, keluarga lah yang berperan mengarahkan. Keluarga punya peran penting dalam membentuk identitas. Tempat awal untuk mengenal siapa diri kita (Ef. 2:10) adalah di keluarga. Jika gambar diri seseorang kuat dan sesuai Firman Tuhan, maka ketika diajak ke arah yang tidak baik atau ke arah negatif, maka akan ada benteng gambar diri yang kuat tadi.
Orang mengambil keputusan didasari oleh persepsi, nah seharusnya di dalam keluarga ini yang memberikan pelajaran persepsi atau sudut pandang yang benar. Jika persepsi dan sudut pandang mereka oke maka dalam pengambilan keputusan dan pergaulan akan oke juga. Ini semua diajarkan dan dilatih di rumah. Contoh sederhana: ketika masih kecil, seorang anak pakai pakaian mini akan terlihat lucu, tetapi ketika menginjak remaja akan jadi problem. Jika persepsi ini sudah menjadi kebiasaan, maka akan sulit bagi orang tua mengingatkan anak tersebut. Maka seharusnya sejak dari kecil ajarlah mereka berpakaian yang baik dan benar sesuai dengan gambar dirinya sebagai anak Tuhan. Pendidikan harus kembali ke dasar Alkitab, karena itu yang Tuhan mau. Pendidikan di rumah akan berdampak luas makanya orang tua tidak boleh setengah hati. Di beberapa kesempatan saya sering bertanya, apakah orang tua punya waktu untuk anak-anaknya? Berapa jam sehari? Berapa jam seminggu? Rata-rata menjawab hanya punya waktu dua jam dalam seminggu. Banyak orang tua yang tidak mempunyai quality time dengan anak-anaknya. Sekitar 7 tahun yang lalu, saya terhenyak, ketika saya tegur anak saya karena melakukan sedikit kesalahan, anak saya menjawab, “Papa punya waktu dengan saya hanya ketika papa marah dengan saya.” Saya merenungkan kata-kata anak saya, mulai saat itu saya disain ulang waktu saya untuk anak-anak saya, karena itulah yang diperlukan oleh anak-anak. Salah satu pendidikan yang terbaik di rumah adalah memiliki mezbah keluarga, karena pendidikan itu harus berdasarkan Firman Tuhan. Mengajar dengan dasar Tuhan mengasihi kita, jika kita melakukan hal negatif, Tuhan sedih. Saya selalu tanamkan kepada anak-anak saya bahwa, kamu harus menjadi yang terbaik dari yang kamu bisa karena Tuhan sudah memberi kamu potensi dalam diri kamu luar biasa. Suatu kali anak kami mengikuti psikotes, dan menurut psikotest tersebut anak kami memilki kecerdasan yang luar biasa. Saya katakan kepada anak saya itu semua bukan untuk kamu bangga-banggakan, tetapi harus kamu pertanggung jawabkan kepada Tuhan. Harus kita ajarkan bahwa dasar segala sesuatu adalah Tuhan. Saya melihat bahwa di rumah itulah yang harus jadi pondasi bagi anak-anak lebih dari di gereja.
23
AN K I ID JA D N PE GERE DI Gereja merupakan tempat kedua untuk anak-anak mendapat komunitas yang takut akan Tuhan. Jadi gereja harus masuk ke dalam pengajaran karakter bukan hafalan semata. Harus ada character in action. Pendidikan yang terpenting untuk bangsa ini adalah pendidikan karakter. Sebelum memberikan pendidikan karakter kepada anak-anak, para penyelenggara pendidikan harus sudah diubahkan karakternya. Yang kedua adalah metode pembelajaran, harus lebih ditekankan kepada pendalaman dan pengertian daripada penghafalan. Yang ketiga: bagaimana implementasi dari setiap ilmu yang diajarkan, bukan hanya mentok di teoritis (projek-projek). Fungsi gereja disini sangat dominan bagi pendidikan, seharusnya Hamba-hamba Tuhan punya hati untuk pendidikan bagi generasi yang akan datang, jika tidak sangat bahaya. Negara kita ini sudah dikatakan darurat narkoba, darurat pornografi, apa respon gereja? Satu hal yang harus ditanamkan adalah bagaimana supaya anak punya visi, karena kalau dia punya visi, ini akan membantu, memotivasi untuk meraih visi tersebut. Di sisi lain visi anak-anak ini perlu kita arahkan bukan dipaksa. Kenyataannya memang tidak mudah mengarahkan anakanak untuk menemukan visi. Tapi visi sangat penting. Salah satu tanggung jawab gereja adalah membantu setiap orang menemukan visi hidupnya. Mengapa gereja? Karena visi yang baik adalah visi yang sesuai dengan rencana Tuhan. Peran aktif yang bisa dilakukan oleh pejabat (Hamba Tuhan) adalah miliki gereja yang punya visi dan nantinya bisa membantu jemaat menemukan visi mereka pribadi. Jadi memang gereja harus punya visi terlebih dahulu sebelum membantu jemaat menemukan visi. Gereja harus mampu memberikan pengajaran-pengajaran mengenai visi dan tindakan-tindakan nyata yang aplikatif untuk bisa dilakukan jemaat.
24 |
Peran Kelompok sel sangat vital. Ketua-ketua Kelompok sel harus dapat memberikan input kepada gereja mengenai keadaan jemaat, bagaimana kondisi jemaat (ekonomi, pendidikan, sosial, dll.). Sehingga gereja dapat mencari jalan keluar yang sesuai dan mengambil tindakan nyata. Adakah gereja saat ini memperhatikan kebutuhan jemaat? Saya ambil perbandingan diagram Maslow, mengatakan bahwa kebutuhan utama manusia: kebutuhan hidup, rasa aman, rasa dikasihi, aktualisasi diri …sejauh yang saya lihat, gereja lebih banyak hanya menyediakan kebutuhan aktualisasi diri. Kelompok sel seharusnya bisa menjadi pemetaan kondisi jemaat, sehingga pengajaran-pengajaran yang diajarkan tepat sasaran, dan sesuai kebutuhan jemaat untuk bertumbuh, bukan yang enak didengar saja. Makanya para gembala perlu mendesain apa yang harus didapatkan oleh jemaat dalam setahun. Menurut saya para gembala harus mengajar di tempat sendiri, pembicara luar boleh saja, tapi harus tetap sesuai dengan koridor tema atau visi gereja lokal. Bagaimana gereja meresponi kondisi-kondisi pendidikan yang berkembang (guru amoral, anak didik terbengkalai)? Gereja harus dapat memberi proteksi dengan cara memberi tau apa yang boleh dan apa yang tidak. Orang tua harus proaktif memberi input ke pihak sekolah bila terjadi hal-hal yang menyimpang disekolah. Dan jangan mau kompromi harus tegas.
AN K I ID LAH D N PE SEKO DI Sekolah adalah tempat pendidikan formal lebih dominan pendidikan pengetahuan, walaupun ada beberapa materi tentang karakter, tetapi saya melihat masih setengah hati sekolah mengajarkan karakter. Pengetahuan penting agar anak-anak memiliki kepandaian dalam berbagai bidang dan ada kepandaian/keahlian khusus, yang kelak diperlukan anak-anak untuk berkarya. Di sekolah anak-anak juga belajar tentang proses kehidupan, ada waktunya belajar, ada waktunya ujian, ada waktunya naik kelas, ada kompetisi, ada perjuangan, ada kalah ada menang, ada pergaulan, ada teman yang baik dan yang kurang baik, ada batasan waktu, ada peraturan yang harus mereka taati, ada disiplin, dll. Bukan kah hal-hal ini sangat mereka perlukan? Sangat bagus jika orang tua memiliki komunitas orang tua siswa di sekolah, sehingga bisa terjadi pertukaran informasi tentang pendidikan anak-anaknya. Orang tua harus memastikan kehadirannya di setiap acara sekolah yang berhubungan dengan kegiatan anak-anaknya, yang banyak terjadi anak-anak di kursusin berbagai hal agar tidak mengganggu kegiatan orang tua.
SINERGI MENGHASILKAN PENDIDIKAN YANG MAKSIMAL Jadi ketiga tempat ini (rumah, gereja, sekolah) harus bersinergi. 1 Kor. 3:10-15, pondasi sudah Tuhan Yesus letakkan, kita mau membangun di atasanya dengan kualitas apa? Kita mau membangun generasi muda dengan kualitas apa? Dengan kualitas emas? perak? perunggu? atau bahkan yang paling jelek, jerami? Kita harus masuk membangun dengan kualitas emas. Kualitas emas akan bisa dicapai jika ada sinergi pendidikan di rumah, gereja dan sekolah. Tidak bisa pendidikan hanya dua atau bahkan satu tempat saja, ketiga nya harus bersama-sama. Dimulai dari rumah dengan dasar Tuhan Yesus. Pola pendidikannya harus kembali kepada Tuhan, begitu itu anak memiliki dasar yang kuat dalam Tuhan, maka di sekolah jadi lebih kuat. Dia akan memilih teman yang memiliki nilai yang sama. Orang tua harus melebur dengan anak-anaknya untuk menghindari anak-anak menganggap orang tua sebagai ‘makhluk asing’. Orang tua seharusnya mendorong terjadinya sinergi pendidikan antara keluarga, gereja, dan sekolah. Gereja harus berperan untuk mengingatkan orang tua tentang kewajiban pendidikan anak-anaknya. Sekolah pun harus aktif melibatkan orang tua dalam kegiatan anak-anaknya.
Pdm. DR. Bob Foster Sinaga
25
Badai Yang
melatarbelakangi
Kelahiran (1967-1970)
GBI
Gereja Bethel Indonesia (GBI) lahir ditengah krisis
menjadi gereja yang kelihatan hidup tetapi
kemelut berkepanjangan yang melanda Gereja
sebenarnya mati (Wah. 3:1). Gereja yang kaya secara
Bethel Injil Sepenuh (GBIS) dan belum pernah terjadi
jasmani, tetapi suam-suam kuku dan miskin secara
dalam sejarah gereja di Indonesia. Gelombang
rohani (Wah. 3:15-17).
permasalahan yang menghantam GBIS pada tahun
Setiap pergerakan di tengah-tengah masyarakat yang
1968-1970 dilatarbelakangi oleh sekelompok pejabat GBIS yang telah kehilangan “kasih yang semula” dan hidup menurut sifat “manusia lama” (Gal. 5:19). Maka api permusuhan itu mulai menyala dan terjadi pada akhir tahun 1967. (Yakubus 4:1-3).
bersifat baik atau buruk, memiliki latar belakang. Umumnya, ada “otak” yang merencanakan dan mengaturnya. Tetapi Alkitab menerangkan bahwa kita “berperang dengan roh-roh jahat” di udara (Ef. 6:12). Roh-roh setan itulah yang menggelapkan
Orang yang pikirannya telah dikuasai oleh setan,
pikiran manusia sehingga melatarbelakangi
tidak memiliki rasa takut untuk berbuat jahat
keributan besar yang terjadi dalam tubuh GBIS pada
dan hati nuraninya tidak berfungsi lagi. Segala
tahun 1968-1970.
nasihat yang baik dan undang-undang negara tidak
Suatu sejarah pahit yang menjadi pelajaran bagi
dihiraukan. Seperti dalam gereja di abad pertama, menurut Kitab Wahyu pasal 2 dan 3 dimana gereja mulai kehilangan “ajaran yang benar”. Sehingga
generasi muda untuk tetap berdoa dan berjaga, agar tidak lepas dari anugerah Tuhan, apabila ditampi oleh setan (Luk. 22:31).
27
Pada tanggal 6 Oktober 1970. (alm) Pdt. Dr. H. L. Senduk menyampaikan sambutan dihadapan para peserta Musyawarah Pendeta-Pendeta Gereja Bethel Indonesia di Wisma Oikoumene, Jl. Bahayangkara, Sukabumi.
PERSELISIHAN TENTANG KERJA SAMA ANTARA GBIS-COG (1967) Kebutuhan akan hubungan dengan dunia internasional demi kemajuan gereja bagaimanapun juga sangat penting, maka dengan banyak doa dan usaha akhirnya Tuhan menghubungkan Pdt. HL Senduk dengan salah satu denominasi yang besar di Amerika yaitu COG yang bertempat Cleveland, Tennesse, USA. Mengapa bekerja sama dengan COG (Church of God)? Karena menurut HL Senduk gereja menurut ajaran Alkitab adalah “universal” artinya, semua orang dari berbagai suku bangsa percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya, adalah anggota-anggota gereja Tuhan yang Esa. Pandangan ini tidak dimiliki oleh semua pejabat GBIS, walaupun sudah seringkali dijelaskannya. Setan tidak senang melihat gereja bertambah maju, maka dibuatnya rencana untuk mengacaukan dan melumpuhkan GBIS. Maka, pecahlah GBIS menjadi dua blok: “yang setuju (pro)” dan “yang tidak setuju (kontra)” apabila GBIS kerja sama dengan COG. Sedangkan persetujuan (agreement) kerja sama itu sudah ditandatangani oleh wakil-wakil kedua belah pihak di Jakarta pada tanggal 5 Februari 1967. Mereka yang setuju dan menandatangani ialah disebut Kelompok HL Senduk, yaitu; Pdt. Dr. HL Senduk, Pdt. Dr. The Sian King, Pdt. Ong Ling Kok (DE Zakaria, BA), Pdt. SL Kusuma, Pdt. AI Pelealu. Dan di Cleveland, Tennesse, pada tanggal 9 Maret 1967 ditandatangani oleh Dr. Charles W Conn, Dr. R Leonard Carroll, Rev. C Raymond Spain, Dr. Ray H Hughes, Rev. Ralph E Williams, Rev. Vessie D Hargrave. Sedangkan ada 10 hamba Tuhan GBIS yang kontra terhadap keputusan kerja sama tersebut, yaitu; Pdt. J. Setiawan (Solo), Pdt. S. Chandrabuana (Situbondo), Pdt. A. Bagenda (Ambon), Pdt. JL Pardede (Pematang Siantar), Pdt. A. Simangunsong (Pematang Siantar), Pdt. JSA Papilaya (Makasar), Pdt. ML Manurung (Palembang), Pdt. BH Pardede (Jakarta),
28 |
Pimpinan Musyawarah Pendeta-Pendeta Gereja Bethel Indonesia (Sidang Sinode Pertama). (Kiri-kanan): (alm). Pdt. Daniel Zefanya (Surabaya), (alm). Pdt. S. J. Mesach (Selaku Ketua Panita Penyelenggara -Sukabumi)), (alm) Pdt. D. E. Zakaria (Tegal) dan (alm). Pdt. M. D. Mangunsong (Medan).
Pdt. Lo Siauw Hwie (Bandung), Pdt. SB Pardede (Australia). Mereka yang kontra ini disebut Kelompok J Setiawan. Mereka “ketakutan” dengan adanya kerja sama yang disebut “Amalgamation” antara GBIS dan COG. Kerja sama ini, hasil perundingan secara internal selama bertahun-tahun dan bukan suatu hal baru yang harus menjadi sengketa. Pdt. HL Senduk mengerti dan mengetahui betul apa artinya kerja sama ini yang telah diatur dengan hikmat Tuhan, sehingga COG tidak mungkin sebagai “partnership” saja (kemitraan dari dua badan gereja yang berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah). Meskipun telah dijelaskan, tetapi kelompok Pdt. Setiawan yang telah membentuk suatu blok itu tetap tidak mau mengerti. Sengketa antara kelompok J. Setiawan dan kelompok HL Senduk membuat GBIS terpecah ke dalam dua blok. Perang dingin melalui surat edaran terjadi dengan sengit, sehingga jemaat-jemaat lokal di seluruh Tanah Air sangat digoncangkan.
Pihak kontra memiliki kebencian dan kepahitan terhadap pihak pro. Senjata tuduhan dan fitnahan mulai dilancarkan melalui "perkataan dari mulut ke mulut, hasutan-hasutan di atas mimbar, dan surat edaran" yang tidak mengenal sifat etis sedikitpun. Bahkan, pihak pro dianggap sebagai seorang “penipu dan penjahat.” Seorang “penjual gereja” yang harus dibasmi dari muka bumi! Mengejutkan bahwa hal yang demikian dapat dilakukan oleh "hamba-hamba Tuhan." Kelompok HL Senduk sangat kecewa dan hati mereka hancur luluh dan air mata terus mengucur. Tetapi, dalam badai itu Tuhan menghibur mereka dengan firman-Nya dalam 2 Kor. 6:4-10 dan Rasul Paulus telah menderita jauh lebih banyak dari mereka, tetapi ia berseru: “kami lebih dari pemenang” (Rm. 8:37). Mereka mengerti bahwa badai permusuhan itu telah disebabkan oleh setan (Ayb. 1-2). Maka, dengan iman yang teguh, tabah & berharap pada Tuhan untuk sanggup menghadapi sebuah serangan yang tidak henti-hentinya. “Tuhan sendiri yang membela dan berperang untuk kami (Yos. 10:14).”
29
TIDAK TUNDUK KEPADA KEPUTUSAN SIDANG MAJELIS BESAR (1968) Masalah-masalah umum dalam GBIS harus diselesaikan oleh Sidang Majelis Besar (MB), setelah usaha-usaha penyelesaian di tingkat Majelis Daerah tidak berhasil. Secara internal Pdt. HL Senduk telah mengusahakan semaksimal mungkin untuk menyelesaikan masalah dengan kasih. Tetapi semua usaha sia-sia, adanya. Dewan Gereja Indonesia (sekarang PGI) juga dilibatkan dalam usaha ini, tetapi mereka pun gagal dalam memberi jalan keluar. Orang yang telah mengamati segala keributan tersebut dari dekat dan mengetahui jelas permasalahannya,
Akhirnya Pdt HL Senduk dkk. berhasil mengundang dan menyelenggarakan Sidang Majelis Besar X di Solo, 18-21 Juni 1968. Dalam sidang itulah sengketa yang mendatangkan badai telah dibicarakan secara jujur dan terbuka di hadapan Tuhan, bahwa secara hukum semua masalah telah dipecahkan. Tetapi, rupanya pihak Setiawan dkk. menerima keputusan itu tidak dengan lapang dada. Kebencian dalam hati mereka masih ada. Setelah Sidang MB X itu selesai, mereka masih belum tenang, justru berunding merencanakan suatu perkara jahat.
mbar Santai sejenak berga sma bersama didepan Wi . (1).Pdt. Oikumene tampak a.l Julius T. L. Henoch; (2). Pdt. E. Mesach Ishak; (3). Pdt. dr. O. . dan (4). Tante Ho (alm)
yaitu M. Abednego sebagai Dirjen Bimas Kristen. Beliau telah mengajukan “memorandumnya” kepada Menteri Agama yang menjelaskan masalah sengketa GBIS secara jelas dan obyektif. Satu-satunya instansi yang berwenang, Bimas Kristen Dep. Agama ternyata tidak dihiraukan oleh pihak Setiawan dkk. Mereka terus menantang dan mengancam sehingga ketegangan semakin memuncak tinggi. 30 |
Jika hamba-hamba Tuhan tidak lagi mempunyai kasih yang murni di dalam hati dan tidak mau taat kepada hukum gereja, maka sesungguhnya mereka telah gugur dari anugerah Tuhan oleh karena ditampi setan (Luk. 22:31). Mereka telah memilih jalan untuk menghianati dan memberontak.
PECAT-MEMECAT (1969 - 1970) Puncak ketegangan. Walaupun MB X di Solo telah menyelesaikan masalah sesuai dengan peraturan Tata Gereja, namun “penyakit kanker” itu belum diselesaikan dan disembuhkan. Secara licik Setiawan dkk. mengadakan “Rapat Badan Penasihat” di Prapat (Sumatra Utara) pada 17-20 Juli 1969. Dalam rapat itu hati mereka begitu digelapkan, sehingga mereka memperkosa Firman Tuhan dan Tata Gereja. Dengan keputusan bulat, mereka membuat pernyataan dengan Surat No. Prapat 02/VII/B. Pen./69 yang memecat dari segala jabatan kepada: Pdt. DR. HL Senduk, Pdt. Dr. The Sean King, Pdt. DE Zakaria BA, Pdt. SL Kusuma, Pdt. AI Pelealu. Inilah pemberontakan subversif, melanggar Firman Tuhan dan Tata Gereja untuk merusak gereja Tuhan, Tubuh Kristus. “Sungguh suatu hal yang mengagetkan dan tidak terduga. Jemaat-jemaat GBIS di seluruh Indonesia menjadi bingung ketika menerima surat pernyataan hasil rapat Prapat itu, dimana Pimpinan GBIS diturunkan dari kedudukannya. Inilah “kudeta” yang belum pernah terjadi di dalam sejarah gereja di Indonesia. Setelah menerima surat pernyataan Prapat itu, Pdt. HL Senduk dkk, mengadakan rapat kilat pada 8 Agustus 1969. Mereka berdoa dan berunding, untuk mencari tindakan apa yang harus dilakukan untuk menghadapi krisis yang hebat itu. Tidak ada alternatif lain untuk Badan Penghubung (BP) dan stafnya selain mengeluarkan keputusan yang resmi, bahwa pejabat-pejabat GBIS yang telah memberontak dan mau menghancurkan pekerjaan Tuhan itu, harus dipecat berdasarkan firman Tuhan dan Tata Gereja. Mereka adalah; Pdt. J Setiawan, Pdt. S Chandrabuana, Pdt. A Bagenda, Pdt. JL Pardede, Pdt. A Manurung, Pdt. JSA Papilaya, Pdt. ML Manurung, Pdt. SB Pardede, Pdt. Lo Siauw Hwie, Pdt. BH Pardede. Inilah yang disebut aksi dan reaksi. Setiawan dkk. tidak berpikir bahwa pemecatan mereka terhadap pimpinan GBIS yang sah bisa mendatangkan pemecatan terhadap diri mereka sendiri. Pertanyaan dari para pejabat GBIS sekarang adalah "siapakah yang menjadi pimpinan kami?" Kelompok Setiawan atau kelompok HL Senduk? Untuk menyelesaikan hal ini, kelompok HL Senduk mengundang Sidang Majelis Besar XI pada 14-17 Oktober 1969 di Jakarta. Semua permasalahan harus diselesaikan bersama dalam forum Majelis Besar tersebut (bnd. Kis. 15:1-21). Kami telah memberikan penjelasan kepada
Majelis Besar tentang rapat Parapat yang tidak sah itu dan yang telah menggoncangkan seluruh jemaat GBIS dengan mengeluarkan “pemecatan” terhadap Badan Penghubung (BP) dan stafnya. Begitu pula tentang rencana rapat mereka di Solo yang disebut “MB” dengan maksud untuk mengangkat “BP” yang baru. Tetapi rapat tersebut gagal karena mereka tidak mendapat izin dari Pangdam VIII Diponegoro Semarang. Pada tanggal 3 Oktober mereka mengadakan pertemuan juga secara internal. Dan “Pertemuan gelap” ini mereka sebut “MB XI”. Dengan tujuan mensahkan keputusan pemecatan mereka terhadap HL Senduk dan kawankawan dan membentuk BP yang baru. Juga kepada Menteri Agama kami telah memberikan penjelasan perihal rapat Prapat dan pertemuan mereka pada tanggal 3 Oktober 1969 di Solo itu. Mereka juga berjuang keras agar BP yang mereka bentuk dalam “MB XI” di Solo itu disahkan oleh Pemerintah dan BP yang berada di Jakarta itu. Dirjen Bimas Kristen dianggap angin oleh mereka, sehingga mereka membawa masalah ini langsung kepada Menteri Agama dalam hal ini Pemerintah artinya masalah tidak ada jalan keluar lain, hanya menantikan kebijakan dari keputusan Menteri Agama saja, sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam bidang Agama di Indonesia. Pdt. HL Senduk dkk. berusaha memberi penjelasan sejelas mungkin kepada Menteri Agama disertai lampiranlampiran dan bukti-bukti yang berkaitan dengan masalah itu. Atas undangan Menteri Agama, kedua belah pihak yang bersengketa, Setiawan dkk. dan HL Senduk dkk. dapat dipertemukan di ruang rapat Menteri Agama pada 6 Januari 1970, guna diperdamaikan kembali. Pdt. HL Senduk dkk. mengusulkan kepada Menteri Agama agar permasalahan ini diselesaikan oleh Sidang MB saja, karena ini merupakan “masalah internal gereja.” Tetapi pihak Setiawan menolak usul HL Senduk dkk. dan meminta keputusan atas kebijakan Menteri Agama sendiri. Menantikan keputusan Menteri itu suasana sangat menegangkan. GBIS dalam keadaan gawat sekali, sebab “BP bayangan” di Solo berusaha meremukan BP di Jakarta yang sah. Kapan keputusan Menteri dikeluarkan? Bagaimana pula hasil keputusan Menteri tersebut?
31
MENTERI AGAMA TURUN TANGAN (1970) Merupakan hal yang aneh karena persoalan intenal gereja tidak dapat dipecahkan secara musyawarah oleh gereja sendiri. DGI sebagai wadah persekutuan umat Kristen Protestan pun tidak bisa. Dan Dirjen Bimas Kristen sebagai pembimbing umat Kristen Protestan pun tidak berdaya, sehingga Menteri Agama sendiri harus menangani dan memberi keputusan sesuai dengan kebijakannya. Dalam semua uraian permasalahan sudah jelas, bahwa hal ini mudah saja diselesaikan menurut hukum gereja yang berlaku. Tetapi pihak Setiawan sudah kehilangan keseimbangan, sehingga masalah intern gereja ini telah disulap menjadi “sebuah masalah politik” yang harus diselesaikan oleh Menteri Agama sendiri. Inilah suatu hal yang unik dalam sejarah di Indonesia. Seolah-olah tidak ada orang Kristen lagi yang rohani dan bijaksana untuk memperdamaikan kedua pihak yang bersengketa (I Kor. 6:1-3). Dan dimanakah kedaulatan gereja dengan Kristus sendiri sebagai kepalanya? (Ef. 1:22). Bagaimanapun juga, nasi telah menjadi bubur. Kami harus menghadapi kenyataan yang akan menentukan mati atau hidup. Kemudian keluarlah Keputusan Menteri Agama No. 68 yang
Para sesepuh duduk sambil bersenda gurau tampak a.l. (Kiri-kanan) (alm) Pdt. DR. H. L. Senduk; (alm). (alm) Pdt. S.D.T, Mailool (Cirebon) dan (alm). Pdt. S. Hadipranoto (Pekalongan).
32 |
ditandatanganinya pada tanggal 6 Mei 1970 yang kesimpulan isinya adalah sebagai berikut: 1. Mengakui BP Solo yang menolak perjanjian kerja sama dengan COG (Church of God). 2. Membatalkan status hukum GBIS sebagai gereja yang berkedudukan di Jakarta (tidak mengakui BP Jakarta). Inilah ledakan bom yang menghancurkan Kelompok HLSenduk. Dengan keputusan Menteri Agama ini, maka terpecahlah GBIS menjadi dua, yaitu kelompok yang berpihak Solo dan kelompok yang berpihak Jakarta. Dengan BP Solo yang diakui Pemerintah dan BP Jakarta yang diakui MB XI GBIS. Kelompok HL Senduk merasa bahwa keputusan Pemerintah ini berat sebelah dan tidak bijaksana. Dalam menghadapi masalah gereja, HL Senduk dkk. berdiri teguh atas hukum gereja. Menurut hukum gereja yang berhak membubarkan atau membentuk BP adalah para anggota MB dan bukan Menteri Agama. Pada tanggal 25 Mei 1970 HL Senduk dkk. mengadakan Rapat kilat BP untuk berdoa dan menyusun pernyataan terhadap keputusan Menteri Agama tersebut.
Perwakilan C.O.G. menyampaikan Firman Tuhan dan Pdt.S.J. Mesach (alm) bertindak sebagai penterjemah.-
Keputusan Menteri itu telah menggemparkan jemaatjemaat GBIS di seluruh nusantara. Karena itu mereka menenangkan para anggota dan pejabat GBIS dengan surat pernyataan BP Jakarta tanggal 25 Mei 1970, dengan penjelasan mengenai kedudukan, hak dan kewajiban gereja dalam Negara Pancasila. HL Senduk dkk. tidak bermaksud melawan keputusan Menteri Agama tersebut, tetapi merasa berhak dan berkewajiban untuk mempertahankan kedaulatan gereja dengan berani menanggung segala risiko dari sikap mereka itu. Sementara itu, pihak Setiawan mengadakan “pesta kemenangan” karena dengan keputusan Menteri itu, Pemerintah telah mengakui mereka dan membubarkan Kelompok HL Senduk. Jadi, kelihatannya mereka yang hidup dan HL Senduk dkk. yang mati. Tetapi, HL Senduk dkk. tersungkur di bawah kaki Yesus, Kepala Gereja dalam doa dan puasa serta menyerahkan masalah ini ke dalam tangan Tuhan yang Mahakuasa. Ia mengetahui segala perkara yang tersembunyi dan akan membela keselamatan gereja-Nya. Sejarah gereja telah membuktikan, bahwa segala aniaya yang
bertujuan untuk memusnahkan gereja, ternyata oleh segala aniaya itu justru gereja makin bertambah dan berkembang. Berkali-kali HL Senduk dkk. mengadakan rapat untuk mencari jalan keluar. Ada yang mengusulkan agar mereka membawa persoalan ini ke Pengadilan Negeri, agar keputusan Menteri itu dapat dibatalkan berdasarkan hukum yang berlaku. Tetapi mereka menolak usul itu, karena merasa tidak sesuai dengan iman Kristen. Sebagai alternatif masalah ini disampaikan kepada Kepala Negara, Presiden Soeharto, yang disetujui oleh semua anggota staf. Belum pernah di dalam sejarah gereja di Indonesia, suatu masalah gereja diajukan kepada Presiden. Mungkin inilah yang pertama (mungkin juga yang terakhir). Presiden yang begitu sibuk dengan urusan kenegaraan, baru kali ini membaca tentang masalah gereja. Bukan Gereja Katolik atau Protestan, tetapi Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) yang telah terpecah dua. Sebulan kemudian laporan HL Senduk dkk. diterima dan mendapat tanggapan yang positif dari Presiden.
Para tamu dari COG sedang memuji Tuhan dan didampingi oleh (alm). Pdt. S. J. Mesach.-
33
Suasana peserta Musyawarah tampak paling kanan (alm). Pdt. E. M. Untung (Cikampek).-
Menteri Agama menulis surat 3 Oktober 1970 kepada kepada HL Senduk dkk. secara pribadi (bukan sebagai Ketua BP GBIS), isinya antara lain sebagai berikut: 1. Kami mengakui GBIS yang menolak Amalgamation dengan COG (BP Solo). 2. Tetapi kami tidak menutup kemungkinan saudara mengajukan permohonan untuk mendirikan Persekutuan Gereja yang baru, asal memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Tembusan surat ini telah dikirimkan ke Presiden, Dirjen. Bimas Kristen Protestan, Direktur Intel MABAK, Ketua DGI, perwakilan Departmen Agama Seluruh Indonesia dan anggota-anggota GBIS. Akhirnya Kelompok HL Senduk boleh “bernafas” kembali, sebab Pemerintah tidak menutup kemungkinan untuk boleh membangun suatu organisasi gereja yang baru. Maka, Kelompok HL
Senduk ini tidak perlu lagi bertahan di dalam GBIS dan mempertahankan BP Jakarta berdasarkan keputusan MB XI di Jakarta. Tuhan menghendaki agar “pakaian lama” ditanggalkan dan sekarang harus memakai “pakaian yang baru.” Setelah menerima surat Menteri Agama, HL Senduk dkk. segera menemui Dirjen Bimas Kristen untuk memohon petunjuknya dalam pembangunan organisasi gereja yang baru. Beliau turut bergembira, karena dengan demikian masalah GBIS telah dipecahkan secara tuntas. Tidak perlu ada dua blok lagi yang terus bertengkar dan mempesulit Pemerintah. GBIS dengan pimpinan BP Solo mulai saat itu dapat berjalan dengan bebas. Dengan hati yang lapang HL Senduk dkk serta rekan-rekan seluruh Indonesia dapat mengucapkan: “Sayonara GBIS, Tuhan memberkati,” kami menuju ke jalan yang baru."
MUSNAH DAN BANGKIT DENGAN KEMENANGAN (1970) Dengan surat Menteri Agama tanggal 3 Oktober, Kelompok HL Senduk ini mendapatkan kekuatan hukum untuk “bangkit dari kematian” yaitu diperbolehkan membangun organisasi gereja baru, asal memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah. Dirjen Bimas Kristen Protestan telah memberi “lampu hijau” kepada kami. Sesudah kami meminta petunjuk beliau, kami segera mengadakan rapat maraton pejabat GBIS pendukung kami. Izin MABAK (Markas Besar Angkatan Kepolisian sekarang: Markas Besar Kepolisian, Mabespol) telah diperoleh dengan mudah, karena MABAK juga senang “peperangan surat edaran" GBIS telah berhenti. 34 |
Dengan keputusan Menteri Agama No. 68 tanggal 16 Mei 1970 kami telah “musnah”, tetapi dengan Surat Menteri Agama No. MA/342/1970 tanggal 3 Oktober 1970 kami “dibangkitkan” dengan kemenangan. Antara 16 Mei dan 3 Oktober (137 hari) kami berada dalam kegelapan kematian. Di satu pihak, menurut hukum gereja, kami adalah “Ketua GBIS” yang sah. Di lain pihak, menurut keputusan Menteri, kami “bukan Ketua GBIS”. Apa yang harus kami lakukan? Syukur kepada Tuhan yang berkenan agar kami “bangkit” dan hidup lagi. Tetapi sekarang di atas jalan yang baru hampir saja
kami gagal dalam usaha membentuk organisasi gereja yang baru, sebab ada halangan yang disebabkan oleh pihak Solo melalui Jaksa Agung. Tetapi berkat bantuan dari Ajun Komisaris Besar Polisi JFR Montolalu (almarhum) sebagai Kepala Intel Jawa Barat pada waktu itu, maka izin rapat di Sukabumi (5-7 Oktober 1970) dapat diberikan juga. Pertemuan pertama ini telah dihadiri oleh 129 hamba Tuhan laksana serdadu Gideon yang “berani mati”. Mereka semua adalah pembela kebenaran dan keadilan. Suasana dalam pertemuan itu penuh damai sejahtera
dan sukacita dari sorga, kasih Kristus menyala-nyala dalam hati semua yang hadir. Kami telah mempersiapkan konsep “Tata Gereja GBI” yang menjadi pokok acara tunggal yang dibicarakan bersama-sama di hadapan hadirat Tuhan. Tata Gereja yang telah disetujui bersama itu adalah dasar hukum dari organisasi baru yang disebut “GBI” (Gereja Bethel Indonesia). Yesus hidup! Dan Ia yang menghidupi GBI! (Mat. 16:18-19).
LAHIRNYA “BAYI” GBI (06 OKTOBER 1970) Suasana yang mendahului kelahiran GBI sangat menegangkan. BP GBIS Solo telah disahkan oleh Keputusan Menteri Agama No. 68 tanggal 16 Mei 1970. BP GBIS Jakarta yang telah ditetapkan oleh Sidang MB XI , oleh karena SK Menteri tersebut telah “dibubarkan.” Tetapi Kelompok HL Senduk terus mempertahankan diri sebagai “Ketua BP GBIS,” yang dianggap seolah-olah “membangkang” keputusan Pemerintah. Sikap ini sangat membahayakan jiwa kami. Di antara pejabat GBIS pada waktu itu terjadi kekacauan besar. Sikap pro dan kontra meliputi semua jemaat GBIS. Hampir tidak dapat dikenal mana kawan mana lawan. Yang tidak dapat dimengerti oleh Kelompok HL Senduk adalah bahwa pihak Setiawan-Pardede dapat mempengaruhi aparat Pemerintah agar “blok HL Senduk yang dalam keadaan belum jelas statusnya dapat dihancurkan karena tuduhan pemberontakan terhadap Pemerintah.”
Apa yang dapat HL Senduk dkk lakukan untuk menyelamatkan sebagian gereja Tuhan yang berpihak pada kebenaran? Mereka putus asa, tetapi tidak berhenti berharap. Suatu Yayasan di Bandung, Jemaat Paturiani Bandung di bawah pimpinan Pdt. T. Jonathan akan menjadi “Jemaat Embrio GBI”. Pdm. JFR Montolalu, yang pada saat itu menjabat sebagai Kepala Intel Kepolisian Jawa Barat diangkat menjadi Ketua Umum “Yayasan Gereja Bethel Indonesia.” Dan Pdt. T. Jonathan menjadi ketua. Seluruh permasalahan GBIS diketahui secara jelas oleh Sdr. JFR Montolalu yang terus-menerus menginformasikan kepada Intel MABAK Jakarta. Berdasarkan Akte Yayasan GBI No. 82/1970, maka jemaat Paturiani Bandung telah menyatakan “keluar” dari GBIS. Maka segera jemaat lokal ini melaporkan diri kepada Bimas Kristen Departemen Agama Provinsi Jawa Barat, Bandung sebagai GBI yang pertama. Ini terjadi pada tanggal 29 September 1970.
(Alm). Pdt. DR. H. L. Senduk sedang berdiskusi dengan seorang Peserta dan diperhatikan oleh (alm). Pdt. S. J. Mesach.
35
Sementara itu, berdasarkan surat Menteri Agama No. MA/342/70 tanggal 3 Oktober 1970 atas persetujuan Dirjen Bimas Kristen, kami telah mempersiapkan konsep “Tata Gereja GBI” untuk mendirikan organisasi gereja yang baru. Dalam suatu forum Sinode, semua pendeta yang pro diundang ke suatu tempat dan dari pertemuan para Pendeta inilah “melahirkan” suatu organisasi gereja yang baru dimulai dengan Yayasan Gereja Bethel Indonesia yang mengundang sebanyak 129 pejabat di Wisma Oikumene PGI Sukabumi tanggal 6 dan 7 Oktober 1970 yang sekaligus menyatakan penggabungannya ke dalam GBI. Sehingga jemaat Paturiani Bandung yang tadinya bersifat lokal berubah menjadi berskala nasional melalui Surat Keterangan No. Dd/P/VII/57/748/70 Tgl. 16 Oktober 1970 dari Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen/Protestan Departemen agama Republik Indonesia. Namun seperti awan gelap, rencana HL Senduk dkk. telah “bocor” kepada pihak Solo, sehingga mengatur siasat untuk menggagalkan dan menghancurkan mereka. Segera Kelompok HL Senduk mengeluarkan undangan kepada semua pendeta se-Tanah Air untuk menghadiri “persekutuan penting” di Sukabumi, Jawa Barat. Inilah tempat yang sangat aman bagi HL Senduk dkk. Karena segala tuduhan palsu diketahui oleh alat negara Jawa Barat. Sementara itu MABAK Jakarta telah memberi izin kepada kami (atas nama BP GBIS Jakarta), untuk melaksanakan rapat di Sukabumi. Ketika BP
Solo mengetahui hal ini, mereka naik banding kepada Jaksa Agung yang mengeluarkan perintah untuk membatalkan rapat para pendeta yang akan diadakan di Sukabumi tanggal 5-8 Oktober 1970 itu. Rapat kilat di Jakarta segera mengambil keputusan agar Pdt. T. Jonathan atas nama Yayasan GBI mengajukan permohonan kepada Intel kepolisian Bandung, Jawa Barat untuk mengadakan rapat Pendeta tersebut. Sementara itu, HL Senduk dkk. segera membatalkan undangan kepada seluruh Pendeta atas nama BP GBIS Jakarta. Puji Tuhan, karena izin dari kepolisian Jawa Barat telah dikeluarkan dan sebuah radiogram dari Bandung dikirim ke Kepolisian Bogor dan Sukabumi yang berbunyi demikian: Pada tanggal 6 Oktober radiogram inilah yang telah menangkis serangan BP Solo melalui Jaksa Agung tersebut. Larangan Jaksa Agung tidak dapat dilaksanakan terhadap HL Senduk dkk, sebab tidak berkumpul atas nama GBIS, melainkan atas nama GBI (Gereja Bethel Indonesia). Sebagai buktinya adalah radiogram dan surat izin Intel Kepolisian Bandung, Jawa Barat. Aparat Pemerintah Sukabumi tunduk kepada pimpinannya di Bandung, sehingga Kelompok HL Senduk tidak dilarang untuk melangsungkan Rapat Nasional itu. Selamatlah! Tuhan menolong dengan ajaib.
(alm). Pdt. D.E.Zakaria (Tegal) berdampingan dengan (alm). Pdt.H.L. Senduk sedang memanjatkan doa kepada Tuhan bersama para peserta musyawarah. 36 |
Demikianlah, dalam proses “mengandung” selama 18 tahun (16521970), melalui banyak pengalaman yang pahit, tibalah saatnya GBI melihat terang hidup. Di Wisma Oikumene PGI, Sukabumi (Jawa Barat) pada tanggal 6-7 Oktober 1970 berkumpullah 129 Pendeta dengan satu tujuan yaitu untuk membentuk sebuah organisasi gereja baru, dimana mereka bisa melayani Tuhan dengan bebas di bawah pimpinan Roh Kudus. Membangun organisasi baru artinya meninggalkan kehidupan lama (GBIS), yang penuh pertentangan dan masuk ke dalam kehidupan baru dalam alam kemerdekaan di bawah pimpinan Roh Kudus.
Lalu palu diketuk dan disambut tepuk tangan meriah para hadirin. Semua berjabat tangan dan mengucapkan selamat satu sama lain. Betapa besar anugerah Tuhan yang telah melindungi dan memimpin Kelompok HL Senduk dalam kemenangan ini.
Untuk menghindari serangan dari pihak Solo, maka kongres memutuskan agar memberi kedudukan kepada GBI di kota Bandung. Ketua yang pertama ditunjuk yaitu Pdt. T. Jonathan, Jl. Terate No. 6, Bandung, yang lebih (alm). Pdt. T. Jonathan, dahulu menjadi jemaat GBI. Kemudian Ketua GBI pertama pada tanggal 7 Oktober 1970 HL Senduk dkk beserta wakil-wakil daerah menghadap Dirjen Bimas Kristen Setelah selesai membentuk Tata Gereja dan Tata Tertib Protestan di Jakarta untuk melaporkan “Kelahiran GBI” Gereja bersama-sama dan menentukan bersama nama di bumi Indonesia. 10 hari kemudian mereka menerima dan gereja baru tersebut, maka ketua rapat berdiri “Akta Lahirnya” GBI yaitu surat Pendaftaran Pemerintah dengan suara bulat menyatakan pembangunan gereja di No. Dd/P/VII/57/748/70 tanggal 16 Oktober 1970. hadapan hadirat Tuhan Yesus. Dengan pengakuan Departemen Agama itu GBI telah “Hari ini, tanggal 6 Oktober 1970, atas nama Tuhan Yesus Kristus, kami menyatakan berdirinya GEREJA BETHEL INDONESIA yang akan menjalankan tugas dan panggilanNya sesuai dengan Firman Tuhan dan Tata Gereja.”
memiliki dasar hukum untuk terus eksis di Indonesia. Setiap pejabat GBI bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat-Nya. Oleh sebab itu setiap tahun, pada tanggal 6 Oktober diperingati sebagai Hari Ulang tahun GBI [Disari dari Buku Sejarah GBI]
PERGUMULAN PEMBANGUNAN SEMINARI BETHEL (1971) Salah satu penyebab dari keributan yang begitu besar adalah “uang”. Memang masalah ekonomi juga yang telah menyebabkan berbagai peperangan di dalam dunia ini. Tetapi, menyesal sekali, hal itu terjadi dalam gereja. Meskipun dalam firman jelas sekali, bahwa orang Kristen tidak boleh rakus akan uang. Bahwa kita harus mengumpulkan harta di sorga (berbuat baik terhadap sesama manusia) dan cinta akan uang itu adalah akar segala kejahatan. Namun, para pendeta yang telah menimbulkan keributan besar itu, telah digelapkan pikirannya oleh setan Mamon. Dengan pertolongan Tuhan Pdt. HL Senduk, berhasil mendapatkan bantuan guna membangun gedung Seminari Bethel di Petamburan, Jakarta dan hal ini diketahui oleh semua pejabat GBIS. Tetapi mereka tidak bersyukur kepada Tuhan dan mendukung kami di dalam usaha pendidikan yang mulia itu, justru hal inilah yang menjadikan sumber sengketa dan permusuhan. Pdt HL Senduk menerima banyak surat dari banyak tempat dengan pernyataan bahwa, “tidak ada gunanya membangun Seminari. Lebih baik uang bantuan itu dibagi-bagi kepada kami.” Yang satu minta bantuan untuk membeli sawah, yang lain ingin membeli mobil, motor boat, rumah, dll. Tentu, Pdt. HL Senduk merasa sangat sedih melihat kerohanian para pendeta yang telah merosot sangat jauh. Idealisme hamba Tuhan telah berubah menjadi materialisme seperti orang duniawi. Yang sangat menyedihkan ialah bahwa hal ini bukannya suatu cetusan “keinginan” saja, melainkan telah menjadikan senjata untuk meruntuhan rumah Allah. Mereka tidak sadar apa yang telah mereka lakukan. Pdt. HL Senduk mempertahankan kejujuran di hadapan Tuhan dan terus melaksanakan pembangunan gedung Seminari Bethel di tengah-tengah hujan fitnahan. Sedikit demi sedikit Pdt. HL Senduk membangun dengan dana yang masuk, sampai selesai dan ditahbiskan tanggal 7 Maret 1971. Inilah lembaran hitam dari sejarah GBIS untuk mengingatkan kepada generasi muda, agar mereka mempertahankan kejujuran dan kesucian dalam panggilan dan pelayanan mereka. Bagaimana pun juga, yang benar adalah bahwa “dusta tidak mempunyai kaki” dan akan terlihat bahwa dusta itu dan kebenaran itu kebenaran. 37
45 TAHUN 'KEBEBASAN' GBI yang penuh makna Bincang-bincang PENYULUH dengan Pdt. Julius Ishak Abraham, M.Sc. (Anggota MAJELIS PERTIMBANGAN)
GEREJA BETHEL INDONESIA (GBI) pada 06 Oktober 2015 genap berusia 45 tahun. Berbagai pencapaian telah dihasilkan dengan luar biasa karena sistem desentralisasi yang dianutnya membawa Gereja Bethel Indonesia bisa berkembang dengan pesat di Indonesia. Jumlah gereja yang mencapai 5.372 (data Sinode XV GBI, 2014, -red.) menjadikan GBI semakin maju. “Pencapaian itu terjadi, karena gereja-gereja lokal diberikan kebebasan untuk mengembangkan jemaatnya,” jelas Pdt. Julius Ishak, M. Sc., Wakil Ketua Majelis Pertimbangan (MP) GBI saat bincang-bincang dengan Penyuluh. Menurut salah satu sesepuh GBI tersebut, pembangunan sekolah-sekolah Theologi Bethel yang terdapat di Jakarta dan di beberapa daerah di Indonesia (sekarang berjumlah 22 sekolah, -red.) adalah juga bagian pencapaian GBI selama ini. Lantas, bagaimana dengan pergumulanpergumulan GBI selama 45 tahun berjalan dan kiat-kiat apa yang ditempuh, sehingga bisa eksis & berkembang hingga saat ini? Simak petikan wawancara dengan salah tokoh GBI tersebut serta berbagai pandangannya yang konstruktif demi GBI di masa depan.
38 |
Tahun ini yaitu tepatnya pada 06 Oktober 2015, GBI merayakan Ulang Tahunnya yang ke-45. Kira-kira pencapaian-pencapaian apa yang telah dialami oleh GBI selama ini? Pdt. Julius: Pencapaian-pencapaian GBI luar biasa dalam jemaat karena memiliki:
Sistem Desentralisasi. GBI adalah gereja yang
Ho mengatakan, kalau di Jabar tidak ada Rasul, berarti pertumbuhan di Jabar, mati. Rasul Paulus dari mana dia dan ke mana dia pergi. Jadi, kalau perlu satu kota ada 100 GBI. Saya katakan, jika itu diizinkan nanti akan terjadi keributan. Dan, kembali Om Ho katakan, “Oh, berkelahi itu suatu proses, nanti kita damaikan.” Jadi, untuk mengembangkan gereja, kita jangan takut berkelahi. Berkelahi itu tanda kehidupan, kalau tidak berkelahi tanda sudah mati,” kata Om Ho saat itu.
sejak semula dipimpin oleh Roh Kudus dan memiliki sistem desentralisasi sejak zaman GBIS. Seperti sistem Sistem Penggembala Ternak. GBI menganut pemerintahan Indonesia waktu zaman sentralisasi, susah sistem pertama: Satu pendeta dalam satu gereja berkembang namun setelah sistem otonomi daerah, yang mengembangkan banyak sel yaitu, satu pendeta berkembangnya luar biasa. Begitu juga dengan GBI, yang boleh membawahi banyak pendeta, membuka cabang desentralisasi itu sangat menguntungkan kita, sehingga sebanyak-banyaknya. Peter Wargner menyebut sistem segala sesuatu bergerak tidak menunggu Penggembalaan Ternak. Pemilik peternakan tidak instruksi dari Pusat, tetapi setiap pendeta GBI Gereja menggembalakan ternaknya. Kalau sekarang si adalah pemimpin dalam gerejanya masingdipimpin Pemilik perternakan itu (Pdt) menggembalakan masing. Dan, GBI itu diberikan kesempatan Roh Kudus ternak. untuk mengembangkan gerejanya (boleh Sistem kedua: Pemilik peternakan itu mengupah bercabang-cabang) tidak ada gereja di Indonesia penggembala-penggembala ternak dan dialah yang memiliki model seperti itu. Dengan demikian yang gembalakan. GBI menganut dua itu. Itu belum ada mempercepat pertumbuhan jemaat. di gereja-gereja lain, kitalah yang memulai. Dulu, kita pakai istilah Mega Church (belum dimasukan ke Tata Gereja Lokal bisa membangun/membuka Gereja - dulu waktu periode lalu, saya sangat mendorong Sekolah Theologia. Biasanya, satu sinode satu Sekolah supaya itu dimasukkan ke Tata Gereja). Walau demikian, Theologia. Tetapi kalau di GBI, memberi kesempatan bagi itu sebenarnya sudah berjalan lebih dahulu baru di Tata gereja-gereja lokal yang mampu, untuk membuka atau Gereja-kan. membangun Sekolah-sekolah Theologia. Misalnya, dulu ada pendeta GBI yang diberikan izin untuk mendirikan Sejak GBI berdiri (1970) hingga saat ini Sekolah Theologia. Demikian juga dengan kami sendiri (2015), pergumulan-pergumulan apa yang yang mendirikan Sekolah Theologia di Bandung. Belum lagi paling menonjol? Sekolah Theologia yang merupakan bagian dari Sekolah Theologia Bethel di kota-kota lain seperti di GBI itu adalah gereja yang bebas, tergantung Medan. Itu memproduksi hamba-hamba pada pimpinan Roh Kudus. Roh Kudus Kalau kita, selain Allah yang berbeda dengan produksi gereja itu bekerja pada manusia yang wataknya pelayanan gereja, lain yang titik beratnya pelayanan gereja. berbeda-beda dan jika Ia bekerja di dalam kita menanam Kalau kita, selain pelayanan gereja adalah gereja baru manusia, sangatlah luar biasa. Kebebasan Church planting (menanam gereja baru). itu diberikan kepada tiap-tiap orang. Nah, Jadi, pertumbuhan gereja sangat luar biasa sekarang kebebasan yang diberikan kepada selama ini. setiap orang itu dapat digunakan secara SALAH oleh Dulu, saya pernah protes ke Pdt. HL Senduk (Om Ho) karena beliau mengizinkan salah satu pendeta dari Jawa Timur membuka sekolah di Jawa Barat. Namun, Om
orang-orang yang memang tidak sepenuhnya melayani seperti Firman Tuhan. Intinya, pelayanan pada waktu angkatan-angkatan dulu, HIDUP UNTUK MELAYANI. Tapi,
39
belakangan saya lihat, MELAYANI UNTUK HIDUP. Jadi, SEBAGAI PERSEMBAHAN PADA TUHAN (buah-buahnya). gereja jadi semacam lembaga profesional untuk mencari Saat ini kita kurang berbuah-buah. Jujur, di antara gereja hidup. Ini pergumulan GBI yang paling berat. Sehingga lain kita lebih menonjol. Tetapi, saya sebagai orang yang sekarang ini saya melihat pendeta-pendeta yang mimpi supaya gereja ini berjalan dalam kekudusan, ini melayani untuk hidup itu banyak, dan makin hari makin belum. Jadi, kalau boleh KEKUDUSAN DITINGKATKAN banyak. Dulu, “kita kerja buat Tuhan terlalu manise, biar dengan betul yang BERLANDASKAN ROH KUDUS. sondor (tanpa) gaji terlalu manise”, sekarang kalau gak Efesus 3:18-19 “…supaya kamu bersama-sama dengan ada duitnya kagak bekerja. Jangankan segala orang kudus dapat memahami, kalau sekarang kuantitas pendeta, orang yang main musik saja betapa lebarnya dan panjangnya dan banyak tapi kualitas begitu. tingginya dan dalamnya kasih Kristus berkurang. Padahal kita dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun masuk sorga ‘kan karena ia melampaui segala pengetahuan….”. Jadi, nilai-nilai itu bergeser ya, kualitas bukan kuantitas Namun, dalam pendidikan sekarang Pak. Apakah karena pengaruh ini lebih banyak menekankan pada zaman? Bagaimana solusinya? AKAL. Kalau dulu HATI, hati yang takut akan Tuhan, gak Ya, sangat bergeser. Ya, pengaruh zaman itu memang banyak pengetahuan. Sekarang orang-orang GBI seperti sekarang terlalu berat. Jadi, solusi menghadapi Jenderal, bilang: ‘ke sana kamu..!’ Sedangkan dia sendiri pergumulan kita: Bagaimana membersihkan hambatakut berperang, takut berkorban. Dari situ yang kita hamba Tuhan yang mempunyai pikiran seperti itu harus perhatikan supaya kita lebih banyak mendengar yang sangat dominan dalam hidupnya, untuk kita bisa apa yang Tuhan mau, daripada kita meminta apa yang mengembalikan pikiran dari Allah, kerja Roh Kudus kita mau. Ini musti dibalik porsinya, betul. kepada hamba-hamba Allah itu. Makanya, sekarang Rubin Adi punya ide, pendeta-pendeta disertifikasi. Jadi Banyaknya Pendidikan Theologi di pendeta yang gak benar, itu langsung dipangkas. Ini lingkungan GBI yang berkembang saat ini, pergumulan. Jadi, kalau sekarang kuantitas banyak tapi bagaimana Bapak melihat/menilai hambakualitas berkurang. Padahal kita masuk sorga ‘kan karena hamba Tuhan GBI di era sekarang ini? kualitas bukan kuantitas. Sebenarnya GBI yang menangkap pertama kali tentang maunya Roh Kudus. Orang yang pertama kali menyembah Melihat perkembangan GBI yang sangat Tuhan itu adalah: orang yang paling miskin di darat yaitu pesat hingga saat ini, dimana GBI cukup Gembala. Kemudian, Pekabaran Injil (Pl) itu murid-murid menonjol dibanding gereja-gereja lain. KiatTuhan adalah orang paling miskin di laut. TEKANANNYA kiat sukses apa yang telah dilakukan GBI? ADALAH: Kalau manusia itu penuh Roh Kudus, maka Betul, dari segi organisasi cukup menonjol. Tapi saya sangat PI luar biasa, jiwa-jiwa dimenangkan. Dulu isi hati, biar merindukan bahwa GBI di hadapan Allah SUNGGUHorang bodoh dipakai Tuhan. Sekarang isi kepala, head SUNGGUH MEMPERTAHANKAN PENGINJILAN. Dulu, knowledge lebih daripada heart believe. Jadi, saya itu tidak Pekabaran Injil itu sangat ditekankan sehingga lebih setuju pendidikan Theologia menjadi seperti sekarang banyak menginjili dan pelayanan ke luar dari gereja itu ini. Untuk itu kembali ke Roh Kudus, the fullness of God. banyak bahkan berani mati. Tapi sekarang ini, cuma Sekolah Theologia kita harus benar-benar. Dosen harus berani di dalam kandang dan hidup enak, gereja full AC. mau sembahyang bersama-sama dengan mahasiswa. Om Ho dulu, sebelum jam 5 pagi beliau sudah bangun duluan Jadi, KIAT-KIATNYA: Bagaimana kita mengembalikannya dan dia bawa pistol air, ditembakin ke mahasiswa. Kalau back to the Bible, menghayati perintah Kristus. Saat ini, GBI mau bermutu, Ketum BPH sekarang harus turun ke orang lebih senang menuntut dari Kristus, tapi melalaikan sekolah-sekolah GBI, dosen-dosennya tuh ditembakin perintah Tuhan. Yang terpenting: MENJADIKAN JIWA-JIWA pakai pistol air.
40 |
Dan, di zaman Om Ho itu penguasaan Alkitab, luar biasa. maka kemungkinan ke depan akan terjadi Tapi zaman sekarang, Alkitab tidak dibaca. Jadi, orang booming kedua GBI. Bagaimana tanggapan tuh harus betul-betul menguasai Alkitab tersungkur Bapak mengenai hal itu? di kaki Tuhan. Tetapi sekarang, sekolah gelar titel yang Mengenai generasi muda yang terjun ke dunia pelayanan, banyak, tapi saya makin takut, karena waktu mengajar saya sangat bersyukur tapi tekanan kita harus kepada di Sidney, Perth, Surabaya, dll., sekarang yang saya lihat HEART lebih dari HEAD. Kalau kepala orang bodoh di desa dia diminta untuk kita besar, lebih dari hati kita: Nol. Jadi, Ambisi paling tinggi jadi Sarjana, kemudian jadi Master begini: Jika hati di atas - pintar di bawah saya adalah: INGIN JADI Theologi. Sebagian ‘aku takut akan = Kristen Berkat. Hati di atas - pintar PENDETA YANG MASUK Allah, aku taat akan Firman-Nya’, tapi SORGA, karena saya di atas = Kristen kuwalat. Tidak ada sebagian yang lain orang bodoh jadi khawatir banyak pendeta kompromi pelayanan kuwalat begini, pintar, master, doktor, bukannya ‘aku yang tidak masuk sorga! lebih banyak mencuri kemuliaan Allah. takut Allah’, tetapi ‘menjadi seperti Makanya, ‘glundungan’ semua pendeta. Allah’. Bukan taat kepada Firman Waktu setahun yang lalu, dengan Pak Allah tetapi ‘hei taatilah firman-ku’. Niko ke Korea, mau ketemu salah satu hamba Tuhan Makanya, orang tanya pada saya, Pak Julius ambisi paling besar di sana, ternyata ia tahanan rumah, kemudian tinggi apa? Ambisi paling tinggi saya adalah: INGIN JADI di Singapura juga masalah istrinya dan di LA Kristen PENDETA YANG MASUK SORGA, karena saya khawatir Catedral, salah satu hamba Tuhan di sana, bangkrut. Jadi, banyak pendeta yang tidak masuk sorga! walau pun pelayanannya luar biasa tetapi jika menurut daging hasilnya seperti itu. Kalau dulu mempertahankan Mengapa bisa seperti itu, Pak? kebesaran bukan menurut daging, tapi tersungkur di bawah kaki Allah. Kita tidak terlalu besar-besar, tetapi Karena musuh kehidupan rohani terakhir adalah: Allah yang besar. Kalau sekarang, ‘aku besar’. Ya, kalau kau KESOMBONGAN. Saya boleh mencatat ada delapan turun tangan, Allah berpangku tangan, tetapi, kalau kau pendeta besar di seluruh dunia, terguling, karena angkat tangan terus berdoa, maka Tuhan turun tangan. memang ada 3: harta, takhta dan wanita. Jadi, Allah tuh Nah, saya mau begitu saja sampai mati. jengkel sekali dengan orang sombong. ‘Kan sombong itu Makanya, untuk orang-orang muda yang berkiprah, pusatnya dosa. Di sorga ada 3 Menteri Besar: (1) Menteri di GBI belum merata hanya beberapa GBI yang sangat Penerangan: Gabriel; (2) Menteri Pertahanan: Michael; menekankan itu. Saya belum terlalu yakin kalau disebut (3) Menteri Dalam Negeri: Lucifer. Dia itu yang mengintip booming kedua karena banyak pendeta-pendeta koboi. Takhta Allah. ‘Aku ingin menyamai Yang Mahakuasa, Efesus 3:18 itu penting, supaya mengalami seluruh mengatasi bintang-bintang’. Maka ia ditangkap, dibuang KEPENUHAN ALLAH. Allah orang dan jadi setan. Dan sekarang, di yang generasi booming dia harus Kalau kepala kita besar, lebih dari Taman Eden juga ‘..kamu akan jadi hati kita: Nol. Jadi, begini: alami Allah di sorga dan di bumi manusia seperti Allah.’ Jadi, lebih Jika hati di atas - pintar di bawah = serta Allah di hati, yaitu Roh Kudus baik jadi manusia sederhana saja Kristen Berkat. di dalam kita. supaya masuk sorga.
Hati di atas - pintar di atas = Kristen kuwalat
Ada pernyataan, pengusaha masuk ke dunia pelayanan menjadi pendeta disebut booming pertama GBI dan melihat sekarang generasi muda yang potensi kepemimpinan terjun ke dunia pelayanan melayani Tuhan,
Saya ini sudah pergi ke-46 negara di dunia, saya pernah tanya: “Apakah kamu percaya..” dijawab: “Haleluya..” “Percaya Yesus?” “Amien..” “Sudah penuh Roh Kudus?” Pada diemm.. yang aliran Pentakosta
41
menjawab, “rasa-rasa ada, rasa-rasa sudah, rasa-rasa thinking. Orang yang berpikir besar adalah yang berpikir belum..” Jadi, mereka belum yakin! Sebab kalau kita bahwa segala sesuatu adalah mungkin, itu yang hidup penuh Roh Kudus, Roh itu meyakinkan kita bahwa ada dalam KEKUDUSAN. Dan ini susah banget. Dan, jika Roh Allah, Dia ada di dalam kita. Kristen zaman sekarang kita bicara booming generasi muda, benar nggak kita mengalami banyak sekali KEMEROSOTAN. Di Australia, bertanggung jawab tentang membuat generasi muda Liberal Church itu luar biasa, contohnya: pemilihan ketua untuk hidup dalam kekudusan? Kalau ini sudah, wah luar sinode seorang perempuan terpilih yaitu Lesbian, tapi biasa pemikirannya segala sesuatu jadi mungkin. orang tetap saja memperjuangkan. Dan, saat ini juga Untuk itu, pendeta-pendetanya dulu yang harus hidup gereja-gereja di Amerika sedang heboh perkawinan benar dalam Tuhan supaya bisa memimpin generasi sesama jenis/gay yang boleh disahkan di gereja. mudanya. Pintu yang benar-benar itu adalah KEKUDUSAN Belakangan, saya dengar pendeta di sana dihukum garamaka bisa terjadi miracle. Jika kita mengharapkan gara tidak mau mengawinkan gay. generasi yang booming dengan Jika kita sudah mendapat iman Nah, sekarang generasi muda yang segala kehebatan, harus lewati itu yang tinggi, maka iman yang tidak tahu sejarahnya, mereka dulu. berpikir segala sesuatu itu adalah ‘kan lahir di zaman ini dan mereka mungkin. Kenapa? Karena, merasa biasa-biasa saja dengan hal Saat ini sangat disayangkan, ‘koncoku (sahabatku) Tuhan itu.
Yesus… aku berjalan dalam
banyak
generasi
muda
Jadi, kalau definisi terjun ke dunia kekudusan terus, jadi aku bisa apa kita yang justru ‘kurang pelayanan rohani, saya lebih saja dan selalu possibility thinking mengenal yang namanya memikirkan yang sederhana: IMAN. (berpikir segala sesuatu bisa) GBI’ bahkan mereka hanya Ada 3 Tahap Proses Keselamatan. (1) karena berjalan bersama Yesus. mengenal gereja lokalnya Justification (Pembenaran). Roma saja. Menurut Bapak 5:8-10, artinya, manusia dibenarkan bagaimana melihat kondisi ini? Allah karena iman dan bukan perbuatannya sendiri. Mereka gak salah, yang salah pimpinan. Jadi, percaya Yesus maka ia selamat. (2) Sanctification (Pengudusan/pemuridan). Artinya, setelah dibenarkan manusia harus berupaya menjalankan, memegang Apakah BPH GBI kurang sosialisasi atau Firman Tuhan dan mengalami proses terus-menerus, bagaimana? maka hidupnya diubahkan menjadi segambar dengan Iya, sejak 10 tahun periode yang lalu, aku berbusa mulut Kristus. (3) Glorification (Pemuliaan/dimuliakan). Artinya, bicara, bagaimana orang bisa mengenal GBI kalau setiap jika manusia itu menang bersama Yesus akan didudukkan gereja menonjolkan merk (nama) gerejanya sendiridi atas takhta Yesus, untuk memerintah bersama Yesus sendiri. Makanya aku ‘kan ngusulkan supaya dihapus yang akan datang (Wahyu 3:21). semua nama gereja ini. Itu ‘kan yang paling menyeramkan, Jika kita sudah mendapat iman yang tinggi, maka iman saya pernah dimusuhi 12 tahun oleh beberapa hamba yang berpikir segala sesuatu itu adalah mungkin. Kenapa? Tuhan karena itu. Tapi saya menang, karena banyak yang Karena, ‘koncoku (sahabatku) Tuhan Yesus… aku berjalan mendukung. Dihapus, ya dihapus sih.. tapi yang gededalam kekudusan terus, jadi aku bisa apa saja dan selalu gede ini (GBI yang jumlah jemaatnya banyak, -red.) tidak possibility thinking (berpikir segala sesuatu bisa) karena setuju menghapus nama gerejanya. berjalan bersama Yesus.’ Di gereja saya ada pendeta namanya Joko Prihanto, yang wajahnya seperti Joko Widodo (Presiden RI), orang Solo pula, kurusnya sama. Tapi, sekarang walau GBI sudah diubah Kita berpikir kalau Joko Prihanto adalah adiknya Jokowi, dengan nama jalan, namun tetap saja orangbetapa untungnya Pdt. Julius ini ya... Jadi, kalau Yesus ini orang muda ini hanya mengenal gereja adalah saudara, sahabat kita, kita pasti berpikir possibility
lokalnya saja, Pak?
42 |
Karena si tua-tua ini tidak memberi teladan pada orangKalau saya punya pendapat sendiri: Memang dunia sudah orang muda. Yang mau dinaikkan nama diri sendiri bukan mau kiamat! Jadi ISIS datang itu memang pemenuhan nama induknya GBI. 10 tahun selama itu ‘kan saya sudah Alkitab. ISIS adalah Islamic State of Irak and Suriah. Kalau usul supaya mengadakan Seminar untuk menjelaskan kita melihat tanda zaman, kita harus lihat 2 hal: bukan saja tentang Sejarah GBI supaya Generasi Muda tahu dan bangsa pilihan Allah Israel tapi melihat bangsa-bangsa cinta dengan GBI. Dan hapus nama itu benar-benar secara lain. Di Yeremia itu semua ditulis. Jadi, kita melihat orang nyata, bahwa ibu kita ini adalah yang pro Yesus dan kontra Yesus. Dunia sudah mau kiamat jangan GBI, bukannya menonjolkan nama Yang kontra Yesus ini namanya: main-main lagi, saya bukan nakutGBI gereja lokalnya masing-masing. Antikris. Saya tidak heran melihat nakuti! Tapi kalau hidup kudus Jadi, SAYA BERHARAP sebelum saya ini. Coba kita lihat Kejadian 10, kita tidak perlu takut, justru kita meninggal: saya mau jelaskan kepada negara pertama yang melawan mengharap umum, mustinya di Sinode, GBI Allah (theokrasi) mereka tidak mau tuh bagaimana, kita kasih arahan theokrasi mendirikan Monarkhi I mengenai nama-nama GBI supaya jadi satu, bahwa GBI itu (Babel: Irak) Monarkhi II (Asyur: Siria). Jadi negeri yang satu, jangan ada ibu angkat atau ibu tiri! melawan Allah itu Irak-Siria. Jadi, Yeremia 25:11 Tuhan marah sama bangsa Israel lalu dibuang ke Babel dan Asyur. Sekarang, pada akhir zaman, siapa bangkit? Babel Apakah GBI bekerja sama atau bermitra dan Asyur. Bentuk-bentuk Antikris itu ada Bokoharam, dengan gereja-gereja interdenominasi lain di Alkaidah, dll, tapi mengkristal ke dalam ISIS, saya lihat di Indonesia? Jika ya, kerja sama dalam bentuk Alkitab wah yang mendirikan Menara Babel itu, itulah dia. apa saja? Matius 24, ‘yang kejam pembinasa keji berdiri di tempat GBI bekerja sama dengan semua gereja sebagai fellowship kudus, menurut firman yang disampaikan nabi Daniel. Kan dan bentuknya insidentil seperti bencana alam, kerja kerjanya ISIS itu sekarang. sosial, dsb. tapi bukan dalam bentuk mengikat perjanjian Dunia sudah mau kiamat jangan main-main lagi, saya dan masuk dalam organisasi, itu tidak karena sistem GBI bukan nakut-nakuti! Tapi kalau hidup kudus kita tidak perlu desentralisasi. Selama periode Pdt. Jacob Nahuway sudah takut, justru kita mengharap. Jadi, bagaimana sikap kita: kerja sama dengan Pentakosta, banyak sekali kerja sama Puji Tuhan.. Yesus akan datang. Jangan heran tentang itu. bahkan di bidang politik. Cuma kalau kerja sama sebagai Menyikapi hal itu GBI harus khotbah makin jelas menuju keterikatan ini, kita tidak mau karena sistem GBI ini yang kekudusan, mempersiapkan dan menyediakan diri sebagai komandannya ada pada pendetanya sendiri. Mempelai Kristus, bagaikan perawan yang penuh dengan
Melihat kondisi banyaknya issue kejahatan internasional (contoh ISIS yang menghantam batas-batas negara), bagaimana GBI menyikapi hal tersebut?
minyak. Jangan Perawan Bodoh yang hura-hura. Saya takutnya, GBI masuk ke perawan bodoh yang hura-hura itu. Haleluya.
Pdt. DR. Julius Ishak Abraham, M.Sc lahir di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah tanggal 2 November 1939. Lulusan IKIP (kini UPI) Bandung jurusan Pendidikan Bahasa Inggris ini sempat mengenyam pendidikan S2 Theologia di Church of God Seminary, Cleveland, Tennessee, USA. Ia dan sang istri, Juliawati dikaruniai 3 anak laki-laki dan 1 anak perempuan: Pdt. DR. Rubin Adi Abraham, dr. Jonathan Adi Abraham M.M, Maria Tricia Abraham M.A dan Christian Adi Abraham S.E. M.M. Saat ini, beliau menjadi gembala senior GBI di Tasikmalaya, Ketua Pendiri Yayasan Gamalia, dan Wakil Ketua Majelis Pertimbangan (MP) Sinode GBI.
43
gereja bethel indonesia
gereja pengayom
Bincang-bincang PENYULUH dengan Pdt. dr. Ny. OLLY E. MESACH Gereja Bethel Indonesia tahun ini memasuki usianya yang ke-45 Tahun, dalam ukuran manusia, ini adalah usia yang sudah bisa dikatakan dewasa, bahkan dalam ilmu kesehatan usia 45 adalah usia emas. Apakah GBI sudah dewasa dan sehat? Mari simak wawancara dengan salah seorang sesepuh GBI, Pdt. dr. Olly Mesach yang awal berdirinya beliau hadir di dalam pertemuan para hamba-hamba Tuhan se-Indonesia di Wisma Oikumene-Sukabumi.
Awal lahirnya GBI Permulaan dari berdirinya GBI tidak pernah kita pikirkan bisa segini besar, saya tidak banyak peranannya di situ hanya sebagai pelengkap penderita karena saat itu tidak ada uang, tidak ada apa-apa dan kita harus mengadakan pertemuan yang pertama ini, tapi Tuhan itu ajaib. Ada satu jemaat, pada suatu pagi datang membawa bungkusan koran di dalamnya itu uang hasil penjualan emasnya yang untuk modal bekerja, modal warung dan uang itu diberikan, dengan uang itu kita bisa mendatangkan hamba-hamba Tuhan mengadakan pertemuan di Wisma Oikumene dengan dana yang ada itu. Dan saya merasa sebagai bagian kecil menjadi pelayan daripada hamba-hamba Tuhan yang telah datang dari mana-mana untuk bersama-sama mengikuti kehendak Tuhan mendirikan GBI, sehingga saya juga merasa Tuhan berkata “di atas batu karang ini Aku membangun gereja-Ku dan pintu neraka tidak akan mengalahkan”. Siapa dibalik lahirnya GBI? Jangan lupa Ibu Montolalu, beliau adalah bendahara pertama dari Yayasan Gereja Bethel Indonesia mendampingi suaminya. Beliau adalah mertua dari Pdt. Lukas Tahir, pada saat itu pengurus intinya adalah Alm. Pdt. T. Jonathan, Alm .Pdt. H. L. Senduk, Alm. Pdt. Montolalu, sedangkan Alm. Pdt. dr. S.J. Mesach dan saya di belakang layar semuanya. Pada saat itu semuanya mengajukan Alm. Pdt. Timotius Jonathan dan Alm. Pdt. Montolalu, menjadi pimpinan, mereka berdoa dan memberikan ide-ide. Dalam sidang Sinode kedua Alm. Pdt. T. Jonathan terpilih kembali sebagai ketua GBI
44 |
dan semuanya menerima, memang dia otaknya GBI. Selain itu yang turut berjuang bersamanya adalah Pak Yan Huwai seorang perwira kepolisian dan Pdt. Silooy (mertua dari Pdt. Hosea Y.R. Alim), mereka yang membantu membuat satu strategi, selain mereka ada beberapa orang lagi turut berjuang sampai ke mana-mana menerangkan apa itu GBI.
Perjalanan GBI Sebagai bagian dari Gereja Bethel Indonesia, kita merasakan GBI telah berjalan sesuai rencana Tuhan, kalaupun ada up and down-nya yang mungkin kadang-kadang membuat kita merasa setengah putus asa. Suka duka di dalam Gereja Bethel Indonesia baik dalam struktur, dalam perjalanan GBI dan dalam personalia tidak luput dari pengawasan Tuhan, sama sekali tidak luput dalam pengawasan Tuhan. Kadang-kadang ada hal-hal yang membuat kita merasa kecewa tetapi melalui kekecewaan itu kita belajar sesuatu kalau kita nanti sudah jadi pemimpin jangan mengecewakan orang lain. Saat kita rasa resah, rasa sakit. Kita belajar bagaimana kita harus meningkatkan diri supaya nanti kalau kita di dalam satu pimpinan dimana saja lokal ataupun secara nasional, kedudukan kita tidak selalu berusaha untuk mengecewakan orang lain dan coba semua fokusnya kepada Tuhan Yesus saja yang mempunyai gereja.
GBI dan Gereja Lainnya Pesan saya jangan menganggap gereja kita sendiri itu unggul yang paling baik, memang kita harus mengerjakan yang terbaik untuk Tuhan, namun kita bukanlah yang terbaik, dan kita harus mengaca pada gereja-gereja lain yang sudah lebih lama bekerja dan lebih banyak dampak sosialnya. Gereja-gereja yang dari dulu mengurus pemulung, mengurus tahanan politik dan gereja-gereja yang peduli terhadap keadilan sosial itu sudah cukup banyak. Kita baru mau belajar kadang-kadang merasa diri sudah hebat. Gereja Tuhan adalah keseluruhan dari semua denominasi di seluruh muka bumi, itu yang merupakan gereja yang lengkap. Kita melihat gereja-gereja yang ada di depan, ada yang di belakang, ada yang mengingatkan kita setiap kali, supaya kita terus berada di dalam jalurnya Tuhan dan dihadapan Tuhan nanti tidak ada gereja kelas satu, kelas dua ataupun kelas tiga. Semua gereja itu tubuhnya Kristus, Rasul Paulus mengatakan “Sebab sama seperti pada satu tubuh kita mempunyai anggota tetapi tidak semua anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun banyak adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah anggota yang seorang terhadap yang lain” (Roma 12:4-5), ada yang sebagai tangan, kaki, mata dan lain-lain dan semua anggota tubuh itu penting. Tetapi kaki itu sesuatu yang indah karena Yesus mencuci kaki murid-muridNya. Maria dari Bethani mengerti akan hal itu dan ia memberikan yang terbaik, ia memberi minyak nardus untuk mencuci kaki Yesus, jadi apakah gereja Tuhan merendahkan diri seperti itu. Sampai sekarang kita tidak menganggap GBIS atau gereja-gereja lainnya sebagai pesaing kita, tetapi Tuhan izinkan ini supaya gereja Tuhan di Indonesia menjadi banyak, seperti sel-sel itu pecah menjadi banyak, demikian juga seperti batu yang dilemparkan ke air itu maka gelombangnya makin lama, makin luas. Kalau Tuhan tidak mengadakan kejutan-kejutan begini gereja tidak berkembang, tetapi ini juga berarti GBIS kita dukung supaya berkembang besar bagi Tuhan, dan di hadapan Tuhan nanti kita berdiri di situ tanpa nama gereja. Seorang tokoh gereja Pantekosta yaitu Pdt. Vader Heisel berkata menjelang kedatangan Yesus semua merek gereja akan diturunkan, yang ada adalah gereja yang satu yaitu gerejanya Yesus Kristus.
45
Gereja adalah tubuh Kristus, karena tubuh harus selaras namun sekarang ini gereja kegemukan ada di bagian bagian tertentu ada di lengannya, di kakinya, jadi tidak menuruti format yang tepat. Tidak bagus tumbuhnya, tidak serasi bagianbagiannya. Ada yang kepalanya terlalu besar, ada yang telinganya terlalu besar, ada mulutnya yang terlalu besar, nah itu nanti dibentuk oleh Roh Kudus dan semoga masa depan kita lebih menanyakan kepada Tuhan, isi hati Tuhan apa? Bukan isi hati kita, isi perut kita, bukan pula semua pikiran-pikiran ide-ide kita karena kita pandai.
Petuah Setiap kali jangan hanya melihat gereja yang besarbesar dan meremehkan gereja yang kecil-kecil di pedesaan. Apakah kita mau solider, buat saya itu yang penting. Banyak hamba-hamba Tuhan di daerah tidak ada teman yang menghargai, tidak ada teman yang mendoakan. Banyak dari mereka tidak tahu bagaimana bertanam dengan baik, tidak tahu cara mencetak sawah, bagaimana berternak atau apa saja, mereka hanya menyerahkan diri kepada Tuhan. Namun sebagai ketua BPD yang tahu hampir 50 persen dari jemaatnya di daerah itu tidak mampu itu merupakan Kairos, saya harus datangi untuk melihat bukan untuk menagih persepuluhan tetapi Kairos untuk melihat keadaan mereka, kemudian membagikan super visi dan nasehat kepada mereka dan memberikan bantuan mulai dari bagaimana bercocok tanam yang baik, memberikannya pupuk, bagaimana berternak yang baik dan memberikan bantuan modal berternak ayam sederhana. Sehingga hamba-hamba Tuhan yang dikunjungi merasakan berkat besar. Dan dalam sekian waktu kita akan terkejut, gereja bertumbuh dan persepuluhan mereka meningkat. Kalau setiap hamba-hamba Tuhan seperti itu, saling berbagi, saling mendoakan dan bahkan jemaatjemaat kecil menopang, mendoakan ketua BPD nya sehingga ketua BPD nya kuat di ladang Tuhan dan jangan pernah meremehkan doa mereka. Saya berdoa di masa yang akan datang semua merendahkan diri di hadapan Tuhan, saling bertenggang rasa. Jangan di depan hamba Tuhan yang berkekurangan kita bicara 46 |
tentang milik kita, kekayaan kita dengan aksesoris yang kita pakai, tetapi kita menyamakan diri sebagai orang biasa, sebagaimana Kristus. di dalam bahasa Inggris identify be self (menyamakan dirinya dengan yang dikunjunginya) dengan itu kita bisa menjadi sesama bagi sesama kita.
Kemajuan GBI Kemajuan GBI secara fisik mungkin sudah banyak yang kita capai ya, bertambahnya jemaat-jemaat, namun harus kita perhatikan juga atau kaji ulang, apakah pertambahan jemaat karena perpindahan gereja atau memang penanaman gereja? Saya melihat banyaknya pertumbuhan jemaat karena memang penanaman gereja, namun tidak dipungkiri juga adanya perpindahan jemaat dari gereja, dikarenakan gereja asal kurang memberikan gizi pada jemaatnya sesuai dengan tuntutan zaman sekarang. Gereja diluar sana banyak memakai cara-cara yang bagus, sebut saja salah satu gereja Baptis yang cukup bagus, mereka mengimbangi cara ibadahnya. Di pagi hari ibadahnya konvensional karena kebanyakan jemaatnya orang-orang tua, sedangkan malam harinya ibadah kaum mudanya, mereka bisa memuji sampai meloncat untuk Tuhan. Tetapi tidak selamanya harus seperti itu, ada saatnya tenang waktu perjamuan kudus sehingga bisa meresapi. Itulah yang ideal, saling bisa menerima. Kadang-kadang kita belum bisa menerima gereja lain, sedangkan gereja lain sudah bisa menerima gereja kita. Disalah satu GKI dimana saya diundang pada ibadah tengah Minggu ternyata full band, pendetanya sudah menerima jamahan Tuhan, gereja-gereja yang tadinya anti persekutuan doa, namun sekarang mempunyai kelompok sel yang kuat. GBI jangan menjadi gereja yang menjiplak (copypaste) gereja lain tetapi “Be Your Self”, berdoa meminta Tuhan kasih satu profil, satu market gereja yang Tuhan inginkan, bukan yang kita inginkan. Fellowship adalah ciri khas Gereja Bethel Indonesia dan fellowship awal-awal GBI, kalau dulu GBI saling berfellowship dengan cara beribadah bersama, contohnya dulu kami (GBI Petamburan -red) memboyong semua jemaat kami beribadah di GBI Mangga Besar, atau waktu kami retreat
ke Serang, siangnya kami beribadah bersama dengan Jemaat GBI Serang. Namun mungkin sekarang hal itu tidak memungkinkan kalau GBI yang jemaatnya banyak beribadah bersama dengan GBI yang jemaatnya sedikit, karena itu mungkin dapat diakali dengan ibadah bersama per-kategorial. Fellowship ini harus terus dikembangkan, karena ini adalah ciri khas GBI itu sendiri. Komunitaskomunitas tertentu juga dapat berfellowship dengan komunitasnya, seperti komunitas Dokter berfellowship demikian pula dengan komunitas di dalam media ataupun fellowship antar usahawan, berkumpul dan saling mendoakan. Percayalah apabila ini berjalan baik, GBI akan sangat kuat dan komunitas-komunitas diberikan kebebasan untuk menjalankan program komunitasnya sedangkan organisasi tidak mengendalikannya tetapi hanya memberikan arahan. Seperti Contoh GBI WTC yang digembalakan oleh Pdt. Wiryohadi, di gerejanya jemaat didewasakan dengan diberi kebebasan membuat kelompok pelayanan seperti pelayanan orang gila yang dimanusiakan, meskipun gembala tidak berada di tempat, program itu tetap berjalan. Pdt. Wiryohadi adalah ketua dari Departemen Pelayanan Masyarakat Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia (Dep. Pelmas BPH GBI) yang saat ini dia berada di SoeNTT untuk melihat masalah air bersih dan pendidikan, memberikan bantuan ke daerah tertentu dan bekerja sama dengan salah satu Instansi pemerintah maupun gereja disana. GBI dapat mendukung salah satu program Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) yaitu “melek huruf” dimana program tersebut bertujuan pemberantasan buta huruf dengan waktu pembelajaran selama sembilan bulan dan selama tiga kali pertemuan dalam satu Minggu pelajaran tutorialnya dan setelah sudah bisa baca tulis, mereka akan diberikan Alkitab, dan salah satu GBI yang telah mendukung adalah GBI Barcelona, mereka merespon program LAI ini, 100.000 Alkitab untuk 100.000 orang. Padahal
mereka dalam membutuhkan dana guna pembangunan gerejanya, namun demi misi ini, GBI Barcelona berhasil kumpulkan dana lebih dari dua puluh tiga juta rupiah dan diberikan kepada LAI. Mengakhiri wawancara eksklusif ini, Pdt. dr. Olly Mesach mengatakan GBI yang sesungguhnya adalah gereja yang saling mengayomi, bukan karena gereja kecil itu cabang dari gereja besar, tetapi setiap Gereja Bethel Indonesia membangun hubungan antar GBI. Selain itu GBI juga harus lebih intim lagi mendekatkan diri kepada Tuhan supaya tahu apa yang Tuhan inginkan bagi gereja-Nya di akhir jaman ini. Selanjutnya GBI juga saling memperhatikan, saling mendukung, saling mendoakan, kalau ada yang jatuh tolong diraih lagi dan mendoakan, solidaritas, kesatuan tubuh Kristus. Selain itu Ibu Olly juga memberikan petuah bagi pengurus BPH GBI, katanya kerjalah pada pos-posnya dengan baik, jangan ada yang terlalu aktif dan terlalu pasif, supaya jangan ada jemaat yang melihat pengurus yang satu itu sibuk melayani, bebannya banyak, sedangkan yang lainnya seperti tidak butuh pekerjaan, mejanya kosong, tidak ada pemikiran baru. Ketua-ketua harus minta juga pikirannya diisi sama Tuhan, jangan mengandalkan kepintaran dari staffnya tetapi ia harus bekerja. Sebagai pemimpin dapat menularkan pikirannya kepada bawahan dan seorang atasan yang baik mengaliri teladanya, kepandaiannya kepada bawahannya, dan memberikan pupuk sehingga bawahannya dapat berkarya nyata.
Pdt. Ny. O.E. Mesach lahir di Semarang, 17 Maret 1938. Lahir dengan nama Olly Euodia dan lebih dikenal dengan nama Olly Mesach. Beliau menikah dengan Almarhum Pdt. dr. Dr. S. J. Mesach, M.Th dan dikaruniakan 3 anak Pdt. dr. Josafat Mesach, Pdt. dr. Eunike Mesach, dan dr. Santi Trifena Mesach dan 3 menantu Pdm. Laura Garchia, Pdt. Kiki R. Sadrach, MA dan dr. Ivan Sihombing serta telah dikaruniakan 5 cucu Kefas, Kezia, Ezra, Elbert, Graciella Andrea. Beliau juga berprofesi sebagai dokter, Saat ini Ibu Olly sebagai penasihat Gereja Bethel Indonesia (MP –Majelis Pertimbangan) selain itu beliau juga menjadi Penasihat Departemen Wanita Bethel Indonesia (Dept PP WBI) yang sebelumnya beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua PP WBI selama dua periode. 47
gereja bethel indonesia
Perkembangannya Luar biasa
Bincang-bincang PENYULUH dengan Pdt. SOEHANDOKO WIRHASPATY, MA
Gereja Bethel Indonesia sejak dahulu telah berkembang dengan luar biasa. Visi Pdt. H. L. Senduk (Om Ho) adalah dasar yang ditanamkan dan dimuat dalam Tata Gereja, tentang bagaimana mengembangkan suatu gereja dan digunakan sebagai rambu-rambu agar semua jemaat lokal bisa bertumbuh dengan kekuatannya. Hal ini dilihat sebagai satu potensi oleh Ketua Umum pertama, Pdt. Timotius Jonathan, visi pencapaian target 10,000 jemaat merupakan hal yang paling mendasar dalam perkembangan gereja.
PERKEMBANGAN GBI Didalam perkembangan gereja ada satu hal yang menentukan yaitu berangkat dari satu lembaga pendidikan Seminari Bethel, dimulai dari Sekolah Penginjil, Sekolah Menengah Teologia dan sebagainya. Dimana mereka mencetak hamba-hamba Tuhan yang mempunyai panggilan sebagai Hamba Tuhan, mereka diperlengkapi melalui pendidikan. Ini menghasilkan percepatan pengembangan gereja, karena Om Ho yang saat itu menjabat sebagai Ketua Umum yang memegang kendali GBI dan Lembaga pendidikan, bisa mensinkronkan keduanya sehingga tidak terjadi gap, bahkan mendorong pengembangan GBI. Orang-orang yang mengikuti pendidikan dari tingkat SMA hingga selanjutnya dapat tersalurkan dan GBI menjadi lapangan untuk mereka mengembangkan potensi. Om Ho mempunyai visi dalam pendidikan. Seminari Bethel ini bukan karena rencana Om Ho semata, tetapi juga rencana Tuhan atas GBI. Sebelum GBI lahir melalui satu nubuat di gereja pertama yaitu Petamburan, bahwa dari tempat itu akan dilahirkan Hamba – hamba Tuhan, maka Seminari Bethel terbentuk atas
48 |
kerja sama dengan Church Of God. Jalannya tidak mudah, ada perbedaan persepsi dari hamba-hamba Tuhan, ada yang setuju, ada yang tidak, istilahnya begini kenapa bangun sekolah mending uangnya dibagi-bagi dengan gereja-gereja yang ada. Tetapi Om Ho tetap melangkah melanjutkan visi Tuhan untuk mempersiapkan generasi selanjutnya bagi gereja Tuhan melalui pendidikan. Perkembangan GBI juga ditunjang karena Om Ho bisa menampung aspirasi-aspirasi ketika menjabat sebagai Ketua Umum. Adanya gerakan yang luar biasa, Om Ho tidak mempunyai rasa tersaingi dengan generasi selanjutnya, bahkan ia memacu orang untuk berkembang. Melalui visinya, Tuhan pakai Om Ho untuk mempersiapkan lahan-lahan, bukan hanya di Indonesia tetapi sampai ke mancanegara. Di Eropa, berdiri GBI di Yunani, di negara yang sulit seperti Malaysia, di Thailand dan Korea ada GBI, di Amerika dan Australia juga ada GBI. Dan kalau masih Tuhan izinkan untuk membangun jaringan saya rindu ada GBI di Afrika. GBI rindu bisa menjadi satu gereja yang memenuhi Amanat Agung Tuhan untuk menjadikan semua bangsa murid-Ku.
Pernah Om Ho mencanangkan satu kecamatan satu gereja tetapi tersendat dan saat saya menjadi ketua, dicanangkan satu desa satu gereja, saya berpikir pasti ada kendala tetapi sebetulnya GBI punya potensi, hanya bagaimana kita berjuang secara bersamasama. Seperti ada istilah kalau kamu inginnya kecil maka dapatnya kecil, kalau inginnya besar maka dapatnya besar. Kerinduan saya, desa yang ada sekitar 77.000 di Indonesia, ada gereja di setiap desa. Jumlah Jemaat GBI saat ini ada sekitar 6.000 dan saya percaya percepatan ini bisa terjadi kalau Hamba-hamba Tuhannya mau merendahkan diri. Dalam perkembangan GBI yang harus diperhatikan: 1. Aturan-aturan 2. Pendidikan 3. Gerakan awam Gerakan awam maksudnya maksudnya orang –orang yang berlatar belakang pendidikannya sekuler dan masuk dalam ladang pelayanan, awalnya memang belum banyak yang terlibat karena dulu yang diutamakan lulusan Seminari. Saat saya menjabat sebagai Ketua BPD gerakan awam mulai masuk dan terlibat dalam pelayanan, tetapi sekarang perlu di intesifkan lagi. Karena kegerakan gereja tidak 49
bergantung kepada orang-orang yang memiliki pendidikan Alkitab saja, tetapi juga diperlukan keahlian lain, mereka dipanggil dari tempat bekerja untuk melayani Tuhan dan itu luas cakupannya karena orientasi gereja adalah dunia, biar semua bidang bisa dilayani. Tadi tentang perkembangan gereja sekarang kantor, kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa GBI sudah memiliki gedung sendiri untuk kantor. Suatu gereja yang besar perlu tempat yang memadai. Saya ingat dulu ketika memperbaiki kantor GBi di Petamburan para sesepuh mengatakan ini apa-apaan buang-buang uang apalagi sampai beli gedung, mereka tidak mengetahui bagaimana saya ditentang beberapa orang, bahkan ada yang mengatakan dulu mereka ngantor dibawah tangga. Tetapi sesuai dengan perkembangan jaman, tidak bisa demikian dan seorang pemimpin harus memandang luas mengantisipasi pengembangan yang ada. Memang apabila kita membawa suatu perubahan terkadang menyakitkan karena perubahan membutuhkan konsekuensi, contohnya gereja lokal mengenai gedung dari tidak punya sampai punya, ketika sudah punya malah ribut. Saya merasa mereka mempunyai rasa was-was apabila kita membangun suatu gedung, seperti meninggalkan bom waktu, tetapi kalau kita menata dengan betul secara hukum tidaklah demikian, kan sekarang GBI sudah punya lembaga Hukum pastilah diperjuangkan tentang hal itu. Gedung yang sudah ada ditata sedemikian rupa sehingga ketakutan orang orang yang mempertanyakan kenapa mengumpulkan uang, nanti ini punya siapa, dalam Tata Gereja juga sulit mengenai kepemilikan sehingga diatur yang namanya kepemilikan lokal dan kepemilikan umum, rambu-rambu ada tetapi saya kembalikan lagi kepada manusianya bagaimana mengaturnya. Dibandingkan dahulu jelas lebih baik karena ditunjang sarana hukum. Kita menata karena GBI mempunyai aset yang harus
50 |
dikelola dengan baik. Semua bertanggung jawab, GBI milik semua. Semua diproses karena impian saya gedung itu diubah menjadi lebih bagus dan modern karena gedung itu ada bukan untuk gagah- gagahan tetapi untuk kita bisa kerja dan menjadi profesional seperti slogan GBI Mantap. Dan dengan keberadaan kantor ini tidak ada alasan untuk kita tidak bekerja dengan baik,tetapi dengan adanya fasilitas kita dituntut untuk bekerja lebih baik. Tugas BPH itu tidak hanya menjaga, mendengar keluhan saja tetapi harus bisa mengayomi. Pemimpin itu layaknya sebagai gembala, GBI itu heterogen dan bersyukur bukan gereja suku, itu yang selalu saya dengungkan “Gereja Bethel Indonesia adalah gereja nasional bukan gereja suku” sehingga tidak ada orang yang merasa sukunya lebih hebat dan kita dipanggil untuk itu.
PERTUMBUHAN GBI Pertumbuhan GBI baik di daerah maupun kota bahkan Luar negeri kalau dilihat secara kasat mata bagus tetapi secara database yang benar, kita harus tahu bagaimana pertumbuhannya, karena pertumbuhan tidak sekedar bertumbuh tetapi bagaimana pertumbuhan itu bisa memenuhi kualifikasi dari pertumbuhan gereja yang sebenarnya. Jangan sampai muncul istilah, bukan pertumbuhan gereja tetapi perpindahan jemaat jadi bergesernya cuma gitu-gitu aja, GBI harus membangun kekuatan database dan juga jemaat di setiap gereja lokal seluruh Indonesia, Luar negeri bahkan seluruh dunia. Kiat untuk meningkatkan pertumbuhan yang lebih lagi yaitu berstrategi, para pemimpin duduk bersama membuat strategi, mengevaluasi dimana kelebihan dan kekurangannya. GBI punya kemampuan tetapi belum semua digali. Semua itu tergantung dari pemimpin yang diberi kepercayaan dan kita semua pejabat GBI. Mari bersama bersinergi, kelebihan dan kekurangan
disinergikan agar menghasilkan kekuatan yang lebih besar untuk bertumbuh. Dulu jumlah pejabat 11.000 tetapi sekarang 20.000 dan ini bisa memacu pertumbuhan yang baik. Sertifikasi pejabat untuk tepat. Bukan untuk mempersulit tetapi sebetulnya mengandung standar nilai-nilai, karena kalau kita ingin melihat GBI lebih baik ya harus membangun nilai-nilai, tidak bisa hanya mengalir saja, dunia dan zaman berubah kita tidak boleh terlena dengan masa lalu tetapi fokus kedepan karena Tuhan adalah Tuhan yang menghendaki pertumbuhan. Seperti dalam Yohanes 15:16 berbicara penggandaan yang bebarengan dengan kualitas. Sehingga kepemimpinan GBI empat tahun kedepan ini harus meningkatkan kualitas pejabat GBI.
REGENERASI GBI Mengenai regenerasi ini membuat saya khawatir karena GBI yang sekarang ini bagaimana mereka melihat kegerakan orang-orang muda? Apakah mereka dilibatkan dan difokuskan untuk dipacu dalam suatu kegerakan? Akhir-akhir ini muncul istilah Window 4-14, yang berbicara tentang generasi muda. GBI sudah bagus dengan adanya DPA, tetapi sampai dimana mengelolanya dan sampai dimana pimpinan-pimpinan yang ada di DPA mempunyai visi ke depan untuk melahirkan generasi. DPA harus punya strategi untuk mempersiapkan orang-orang muda menjadi memimpin, sekarang ini mereka jadi mentor, kelak adikadiknya yang memimpin. Seperti dalam acara Kick Andy ditampilkan orang-orang muda yang memiliki prestasi. Hal itu yang harus dipikirkan dan dikembangkan bagaimana menggerakkan anak-anak muda dari DPA berdampak, berkarya di masa depan. Bahkan mulai dari anak-anak mereka dibentuk. Saya bersyukur ada lembaga yang bernama International Compassion yang digagas oleh jaringan di luar gereja dan
bekerja sama dengan gereja di Indonesia sebagai pusat pengembangan anak, dimana anak-anak disponsori, dipersiapkan secara intelegensia, kesehatan, spiritual dan dibiayai, sedari kecil mereka dipersiapkan untuk menjadi pemimpin, istilah mereka Future Leader. Apakah GBI sudah memikirkan tentang Future Leader dan apakah sudah dipersiapkan, atau tunggu pas Sinode baru cari siapa yang jadi Calon Ketua Umum? BPH jangan hanya menyelesaikan masalah di GBI tetapi juga melihat perkembangan diluar. Dalam GBI seorang pemimpin harus punya visi seperti membangun jaringan yang bisa diserap untuk perkembangan GBI. Jadi saya nggak heran justru orang di luar gereja yang memikirkan hal itu sebetulnya gereja malu. Oleh sebab itu pemimpin GBI harus visioner menggali potensi yang ada untuk pengembangan GBI secara holistik dalam menjangkau jiwa, jangan terjebak memikirkan pembangunan gedung gerejanya, nanti orang lain yang akan menjangkau jiwa. Pesan untuk HUT GBI, lebih ditingkatkan lagi karyakaryanya dan semua pemimpin GBI mempunyai cita-cita yang sama tetapi beban yang paling berat adalah sampai di garis finish. Tetap berjalan di track nya Tuhan, “Starting Well and Finishing Well”, tetap perhatikan ranbu-rambu. Selamat ulang tahun GBI, Dirgahayu panjang umur dan tetap langgeng.
Pdt.Soehandoko Wirhaspati,MA lahir di Surabaya, 29 Januari 1949, menikah dengan Lydia Gunawan, 14 Agustus 1976 dan dikaruniai 2 orang anak: Alya Ahastari dan Silsa Atara. Saat ini beliau melayani sebagai Gembala GBI Karang Anyar dan sebagai Ketua Majelis Pertimbangan BPH GBI dan pernah menjabat Ketua Umum BPH GBI (2000-2004).
51
Gembala GBI:
Harus berwawasan luas Bincang-bincang PENYULUH dengan Pdt. DR. JACOB NAHUWAY
Perkembangan GBI Sejak 2004-2014. Sebagai hamba Tuhan saya menyadari panggilan sebagai seorang gembala jemaat lokal dan Ketua Sinode selama sepuluh tahun ada target yang harus saya kerjakan buat GBI, yaitu: Pertama, GBI adalah gereja otonom. Ciri has GBI adalah otonom artinya jemaat lokal itu punya hak menentukan nasib dari gereja itu sendiri dan gembala sidang adalah gembala itu sendiri. Sinode punya hak tidak mencampuri urusan jemaat lokal itu, hanya sinode itu mengkoordinir dan membina persekutuan sesama GBI, kewajiban GBI kepada organisasi dan bagaimana GBI (gereja) bisa menjadi ujung tombak dari sinode. Kedua, dalam membuka gereja menjangkau jiwa-jiwa dengan target 10.000 jemaat sesuai visi pendiri GBI (Alm) Pdt. DR. H.L. Senduk. Dengan visi dan misi semacam itulah, pimpinan mengarahkan GBI yang ada untuk mendapat mencapai target itu. Untuk meraih target itu maka harus dipikirkan adanya kantor sinode. Kantor itu ada untuk menggodok semua program, merencanakannya, mengfollow-up dan meraih target yang diputuskan bersama. Kantor sinode GBI yang beralamat di Jl. A. Yani Kav. 65, Cempaka Putih Timur memberikan harga dan
52 |
nilai bagi Gereja Bethel Indonesia. Kantor yang bernilai 13 milyard itu dapat dilunasi dalam jangka waktu 3 tahun melalui janji iman pejabat GBI yaitu gembala, pengerja dan pemimpin-pemimpin yang terlibat dalam Sinode GBI yang ada di seluruh dunia. Ini adalah sebuah prestasi bagi seorang pemimpin yang telah berdedikasi untuk GBI dan sebenarnya GBI harus memberi apresiasi. Pemimpin harus berdampak bagi gereja nya sendiri maupun keluar. Setelah pelunasan kantor sinode, target yang kedua adalah mendirikan kantor-kantor BPD. Oleh anugerah Tuhan, selama 10 tahun itu telah terwujud berdiri 22 kantor BPD yang ada di seluruh tanah air. Kantor BPD GBI Kalimantan Tengah, Tamianglayang adalah kantor BPD yang terbesar dengan luas tanah sekitar 2 hektar dengan berdirinya sebuah restaurant luasnya + 1500 meter persegi yang digunakan sebagai kantor BPD dan Sekolah Misi Pelayanan Desa (SMPD). Ketiga, mengakhiri masa jabatan saya sebagai Ketua Umum, maka saya memberikan apresiasi kepada ketua-ketua BPD GBI dan staf-staf BPH sebagai jasa selama 10 tahun telah mengabdi kepada GBI. Jumlah yang diterima oleh setiap Ketua BPD atau staf BPH tergantung kepada kriteria.
BPH GBI adalah sebuah wadah yang Tuhan percayakan untuk mengelolah dan mengerjakan GBI. Seorang pemimpin harus sadar bahwa jabatan Ketua Umum Sinode Gereja Bethel Indonesia bukanlah jabatan gagahan, tapi itu sebuah pelayanan. Ketika kita bersedia menjadi seorang pemimpin di sinode maka dia harus sadar bahwa kita sedang menjabat sebagai pelayan dimana kita bekerja dengan sasaran melayani dilayani. Jadi kita tidak hanya menjadi pemimpin untuk menikmati fasilitas dari sebuah organisasi, fasilitas transportasi dan akomodasi kita nikmati sedangkan kita melayani asal saja, itu bukan tujuannya.
Pertumbuhan GBI yang meluas. Kepemimpinan saya sejak tahun 2004-2014 sudah tentu ada pertambahan jumlah pejabat dan gereja di seluruh Indonesia, hal itu sudah dilaporkan setiap kali dalam Sidang MPL. Sedangkan di luar negeri, sudah dibuka GBI di Athena - Yunani, Roma, Milan dan beberapa kota di Eropa. Mengakhiri masa jabatan saya, sedang dalam proses dibukanya GBI Tesalonika. Mungkin sudah di follow-up oleh ketua dan staf BPH yang baru. Selain itu, adanya perluasan BPD-BPD baru di Sumatera, Kalimantan, Eropa dan Canada. Menurut saya, kata meluas itu artinya kita bukan mengambil jemaat-jemaat dari gereja lain atau sinode lain, tetapi jiwa-jiwa baru yang mengalami pertobatan sesuai dengan Kisah Para Rasul 2, "tiap-tiap hari Allah menambahkan". Luas itu berarti jumlah orang, tetapi berkali-kali kita mendengar laporan dari BIMAS Kristen atau Direktur Agama bahwa gereja setiap tahun bertambah sedangkan jumlah jemaat tidak bertambah. Saya sarankan, GBI dalam kemajuan ke depan tidak bangga karena jumlah gereja yang makin bertambah tapi adakah jiwa-jiwa baru yang kita menangkan, suku-suku terasing yang kita jangkau.
Peranan Sebagai Mantan Ketua Umum Sinode Peranan saya sebagai mantan ketua sinode, yaitu: pertama, kita tidak bersaing dalam pelayanan, artinya di dalam membuka gereja baru kita tidak membuka gereja kita di samping gereja orang, apalagi GBI di samping GBI. Dalam hal ini, kita harus berwawasan luas. Wadah sepikir nasi, bukanlah jadi sepiring nasi, tetapi kalau itu yang kita mau menjadi wadah sepiring nasi, maka untuk sepiring nasilah kita bekerja. Tuhan yang memanggil kita, Tuhan jugalah yang memelihara kita. Seorang majikan saja bisa memberikan gaji yang pantas untuk karyawannya apalagi Tuhan Allah di Sorga yang memanggil kita untuk pekerjaanNya. Apakah Tuhan tidak bisa kasih makan kita? Kedua, gembala-gembala sidang harus meningkatkan mutu dalam pelayanan. Artinya, gembala itu harus benarbenar belajar dan mempersiapkan dirinya di dalam
pelayanan.Dalam pertemuan 2 bulan yang lalu dengan pimpinan-pimpinan STT di Bandung, Bimas Kristen menekankan bahwa pemerintah akan memeriksa gelargelar asli tapi palsu artinya gelar yang diperoleh dengan bayaran yang cukup mahal tanpa melalui pendidikan. Mereka yang ditemukan seperti itu akan mendapatkan sanksi. Nah, sebagai gembala yang baik, marilah kita belajar dan meningkatkan mutu dalam melayani Tuhan. Gembala yang baik, dia akan mengikuti aturan-aturan akademis sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh perguruan tinggi tersebut. Ketiga, kita sedang berada dalam dunia yang maju, maka seorang gembala harus memiliki kecakapan dalam bidangnya. Mazmur 119, "orang yang cakap dalam bidangnya di hadapan raja-raja dia akan berdiri." Dulu orang melihat orang Pentakosta dengan ekor mata dan beranggapan "apalah gereja Pentakosta itu", tetapi sekarang gereja Pentakosta tidak lagi dipandang enteng. Artinya, pemimpin-pemimpinnya sudah membawa diri, berdiri sama tinggi duduk sama rendah bersama dengan rekan-rekan kita dari Protestan, Katolik bahkan aliranaliran gereja Injil lainnya. Itulah pesan saya, Tuhan Yesus memberkati.
Pdt. DR. Jacob Nahuway, MA lahir di Ambon, 25 Februari 1947, menikah dengan Rina Sulanti Wijaya dan dikaruniai 3 orang anak: Yohanes Nahuway, Ester Nahuway dan Naomy Nahuway. Pria Lulusan STT Bethel Petamburan dan STT Jakarta ini, pernah mengenyam pendidikan di East West for Ministry Research and Development, Seoul, Korsel (1975-1978), tamat dan memperoleh gelar Master of Art (MA) tahun 1978. Beliau juga pernah meraih gelar Doctor Honoris Causa dari Biola University. Saat ini beliau melayani sebagai Gembala GBI Jl. Hibrida Timur Jakarta, Dosen LPTBJ, Pimpinan Institut Pertumbuhan Gereja “Mawar Saron”, Pimpinan Mawar Saron School of Ministry “Mawar Saron”, Ketua Yayasan “Mawar Saron”, Selain itu, beliau juga adalah anggota Majelis Pertimbangan (MP) Sinode GBI, anggota Badan Pertumbuhan Gereja se-Dunia, Anggota Badan Kharismatik se-Asia, Ketua Badan Misi untuk Asia (AMA) – Asia Mission Association), Ketua Badan Misi Dunia Ketiga untuk Asia (TWMA – Third World Mission Association), Ketua Umum PGPI. . Juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum BPH GBI (2004-2014).
53
OPINI
Pdm. Abednego Staf penggembalaan GBI Jl. Kapt Tendean No 10 A Mampang, Jakarta
Memiliki Hamba - hamba Tuhan yang Misionaris Gereja Bethel Indonesia merupakan gereja Protestan yang
bernaung di bawah
PGI. Terdapat di Indonesia dan Luar negeri seperti yang saya tahu Sidney Australia, German, Amerika bahkan Hongkong. Kalau tidak salah Om Ho pernah mencanangkan satu kecamatan satu gereja. Di Kebumen di kabupaten terdapat 5 gereja, di kecamatan 1 gereja. GBI dalam perkembangannya mengalami kemajuan yang sangat pesat, saat ini merupakan gereja terbesar setelah HKBP dengan jumlah jemaat kurang lebih 2 juta. GBI memiliki hamba-hamba Tuhan yang misionaris sehingga di kota kecil ada niatan tidak hanya satu kecamatan satu gereja tetapi satu desa satu gereja. Melihat perkembangan GBI yang sedemikian ada masukan untuk perkembangan dan pertumbuhan GBI yaitu perbanyak melakukan kegiatan sosial, seiring dengan meningkatnya kemiskinan di wilayah perkotaan dan pedesaan. Yaitu membangun lembaga sosial seperti Rumah Sakit dan Sekolah Murah, untuk menyentuh lingkungan paling bawah. Dalam hal pendidikan banyak Sekolah Kristen yang mahal tidak sesuai dengan tujuannya ingin menjadi berkat bagi bangsa kenyataannya tidak. Sekolah Katolik saja bisa membuat orang banyak mengenal Tuhan karena mereka ada program Sekolah Murah. Kalau saja di daerah dibuat sekolah Kristen yang murah dan mutunya bagus merupakan cara efektif untuk penjangkauan jiwa, karena sejak SD sudah diperkenalkan Yesus, kelak SMP, SMA bahkan tua nanti dia tahu siapa Kristus. Penekanannya mengarah kepada misi dalam menjangkau jiwa. GBI itu terdiri dari multi ras, sebab itu gereja jangan hanya memikirkan urusan gereja, membangun kerajaannya sendiri. Sesuai moto GBI “Menjadi seperti Yesus”. Soal unity GBI belum tercapai masih ada beberapa kelompok membangun benderanya sendiri, padahal kalau mereka bersatu akan luar biasa. Memang Sinode membuat kita unity kenyataan di luar, tidak. Kita butuh jejaring satu dengan yang lain untuk membangun suatu kota. 54 |
Arum Melania Nautu 22 tahun GBI Marunda – Jakarta (Ketua Sektor DPA Jakarta Utara)
Perubahan Paradigma Pemuda GBI. Pertama kali diajak oleh teman, tetapi belum tahu apa itu GBI, setelah bertumbuh dan menjadi pelayan saya baru tahu dan bertanya dari Bang Ronald (Youth Pastor saya) dan sekarang lebih mengerti karena sekarang saya pengurus wilayah Departemen Pemuda dan Anak Gereja Bethel Indonesia (DPA GBI) Jakarta Utara. Di GBI iman saya bertumbuh dan menurut saya GBI adalah Sinode Gereja Kristen Protestan di Indonesia dibawah persekutuan PGI dan Gereja-gereja Pentakosta Indonesia. Karena saat ini saya pengurus Wilayah DPA GBI Jakarta Utara, Saya melihat GBI khususnya di DPA GBI bisa mengubah paradigma anak muda dari program-programnya, salah satu program DPA GBI yang melekat adalah tentang menemukan Visi dan saya bersyukur dari program tersebut akhirnya saat ini saya telah memiliki visi, yang tadinya saya hanya mengalir saja tetapi sekarang saya berjalan dengan visi. Tidak dipungkiri saya melihat GBI selalu ada dalam kegiatan-kegiatan nasional, namun saya sebagai pemuda GBI hanya ingin menyampaikan kepada semua pengurus dibawah naungan Sinode GBI harus bersinergi dan satu tujuan dan yang terpenting semua harus tahu apa itu GBI dan apa saja yang ada didalamnya. Selain itu Pengurus Pusat DPA GBI harus mensosialisasikan program DPA dan GBI secara keseluruhan kepada setiap jemaat GBI, karena kebanyakan tidak tahu asal - usul GBI dan yang ada didalamnya. Maksudnya, kebanyakan jemaat hanya tahu beribadah di sebuah gereja yang namanya GBI, akan tetapi tidak tahu apa itu DPA? Siapa nama Ketua Sinode? Sekalipun ada yang tahu siapa itu Ketua Sinode tetapi tidak tahu programnya dan sebagainya. Nah fungsi ketua sektor seperti sayalah yang menjelaskan. heeehe..
David Setiawan, 36 tahun Jemaat GBI REM Citraland – Jakarta
Rumah kedua. Perkenalan saya dengan Gereja Bethel Indonesia (GBI) empat tahun lalu, berawal diajak Om dan Tante saya ke GBI di Kelapa Gading – Jakarta, waktu itu saya tinggal bareng dengan mereka. Awalnya saya enggan ikut ibadah di sana karena saya telah berjemaat di gereja lain, namun seiring waktu saya merasakan ada kenyamanan dan pertumbuhan rohani setelah saya kost sendiri sekarang. Saya berjemaat di GBI Rahmat Emmanuel Ministry (REM) Citraland – Jakarta Barat. Menurut saya GBI adalah satu wadah atau tempat berkumpulnya orang-orang untuk beriman, bagi saya GBI juga sebagai rumah kedua, saya sebut rumah kedua karena saya merasakan kenyamanan. Di GBI REM iman saya semakin bertumbuh mungkin salah satunya dengan selalu berganti-ganti pengkhotbah dengan berbagai cara penyampaiannya akan Firman Tuhan, walaupun Firman Tuhan yang saya dengar sama namun selalu mendapatkan kesegaran baru yang saya terima.
55
Gracia Christy Umboh-Tooy (27 tahun) GBI Keluarga Imamat Rajani – Samarinda
GBI = Penjangkauan Jiwa Pertama sekali saya mengenal GBI (Gereja Bethel Indonesia -red) melalui teman saya dan coba cari-cari di internet yang kemudian saya beribadah di GBI wilayah Manado Kota, selama 11 Tahun saya beribadah di sana dan menjadi pelayan Tuhan serta aktif dalam setiap kegiatan gereja. Karena kecintaan saya kepada GBI setelah saya menikah saya pindah ke Samarinda dan bekerja di Samarinda Medical Center Hospital salah satu Rumah Sakit di Samarinda yang kemudian saya beribadah di GBI Keluarga Imamat Rajani yang berlokasi di Mall Lembuswana – Samarinda. Sepengetahuan saya GBI adalah sinode Gereja Bethel Indonesia dengan aliran karismatik, salah satu anggota PGI dan berada tersebar di seluruh Indonesia bahkan di luar negeri dan kemajuan GBI yang saya lihat GBI telah berhasil dalam penjangkauan jiwa dan selain itu GBI sudah mantap dalam pengajaran, penggembalaan dan juga manajemen pengelolaan administrasi gereja, namun menurut saya tidak hanya mantap, tetapi juga harus ditingkatkan sehingga terbaik dalam pengajaran, penggembalaan serta manajemen pengelolaan administrasinya. Saya pernah kuliah di Seminar Bethel Jakarta yang saat ini dikenal dengan nama STTBI. Maju Terus GBI.
Pdm.Widhi Cahyono S.Th Staff penggembalaan di GBI Diponegoro, Magelang, Jawa Tengah
GBI Membawa Jemaat Bertumbuh Secara Rohani. GBI adalah Gereja Bethel Indonesia yang bertumbuh dan mengalami perkembangan yang luar biasa. Pertama kali didirikan di Sukabumi yang cukup berkembang hingga saat ini. Pusat GBI ada di Jakarta dan tersebar di banyak tempat bahkan merambah sampai ke Luar negeri ini menunjukkan bahwa GBI bertumbuh baik di pusat dan daerah serta menjadi berkat bagi banyak orang. Perkembangan GBI di Diponegoro Magelang cukup baik, walau mengalami perubahan generasi dan memang pertumbuhan gereja di daerah sering mengalami kendala tetapi Tuhan tetap menjaga dan memelihara gereja ini. Gereja Bethel Indonesia adalah gereja yang menyenangkan dan memberi kesempatan orang untuk bertumbuh secara rohani, secara kebersamaan dan memang benar Gereja bukan hanya suatu organisasi tetapi organisme. Di Gereja Bethel Indonesia kita diajar untuk bertumbuh secara rohani dengan bimbingan Gembala Sidang, para pelayan yang menjadi mentor. Gereja Bethel Indonesia adalah gereja yang selalu mengedepankan kuasa Roh Kudus, kita diajak melihat kuasa Roh Kudus itu nyata bukan hanya dikenal pada zaman dulu tetapi sampai saat ini. Kuasa Roh Kudus dinyatakan supaya kita mengalami bahwa Tuhan itu bekerja dalam hidup kita . Dan biarlah GBI semakin Mantap dan memberkati, baik dalam organisasi dan karyanya, khususnya membawa orang untuk datang kepada Yesus. 56 |
Pdm. Rein Daada (33 tahun) Pejabat GBI Anggur Baru – Bitung, Sulawesi Utara
GBI Berdampak dikalangan apapun Keberhasilan Gereja Bethel Indonesia (GBI) sangat banyak dan khususnya dalam hal pengembangan gereja, selain itu GBI mampu tampil beda dengan gereja lain, sehingga GBI eksis sampai ke pelosok daerah. Besar di GBI dan selama lebih dari dua belas tahun saya melayani bersama gembala hingga kini kami merintis GBI Anggur Baru di Bitung. dalam kaca mata saya GBI adalah gereja yang perfect, karena mampu berdampak di kalangan manapun. Sehingga GBI cepat dikenal di daerah dimana saya tinggal. Dibalik keberhasilan GBI, kalau boleh kepengurusan GBI lebih di tingkatkan agar kepedulian dan kesatuan diratakan antara gereja besar dengan kecil.
Pdm. Indarwanto Tarigan Wakil Gembala CK-7 GBI PRJ
GBI Punya Potensi Menjadi Gereja yang Besar dan Berdampak. Gereja Bethel Indonesia adalah gereja yang punya target dan misi yang jelas, punya potensi menjadi gereja yang besar dan berdampak, bukan hanya Indonesia tetapi Luar negeri. GBI tersebar tidak hanya di Indonesia tetapi di Luar Negeri. Dalam perkembangannya saya ambil sample gereja kami yaitu GBI PRJ, dimana kami melihat perkembangan yang besar yang pertama kami memiliki potensi atau kekuatan di dalam doa, salah satu program yang berkembang adalah doa fajar dimana kami melihat keteladanan dari Gembala Pdm. Dr. Janto Simkoputera sebagai pemimpin, beliau ikut hadir dalam doa fajar yang kedua adalah berdampak bagi lingkungan dimana disetiap cabang mengadakan aksi sosial seperti di GBI Lautze saat puasa kami memberikan makanan untuk “buka puasa”, yang ketiga adalah Gembala selalu menomorsatukan program yang bisa memenangkan jiwa sebanyak mungkin, salah satunya kami mempunyai ladang misi yaitu kami membangun suatu desa binaan di Sukorejo Boyolali yang kami jadikan pusat perkembangan misi, penginjilan untuk menjangkau jiwa-jiwa. GBI menurut saya, punya kepemimpinan yang baik dan bergerak sesuai tuntunan Roh Kudus, karena kita memiliki bapak-bapak rohani yang berpotensi mendidik anak-anak rohaninya, memiliki struktur dan tujuan yang jelas. Dalam hal ke-unity-an agar lebih diperhatikan, kurang adanya link antara atas dan bawah karena bukan rahasia umum dalam setiap MD seringkali ada yang protes merasa gerejanya tidak dipikirkan. Masukan untuk bapak-bapak rohani agar dipikirkan bagaimana supaya di setiap MD jangan hanya berisi protes saja tetapi menghasilkan sesuatu untuk GBI lebih baik.
57
Ny. Evi Sohuwat (45 tahun) Jemaat GKI Cipinang Elok – Jakarta
GBI dikenal Karena Musiknya Saya tahu GBI karena pernah beribadah di sana. GBI adalah gereja yang sangat besar untuk kalangan jemaat. Nilai-nilai positif dari GBI sehingga memiliki daya tarik yang luar biasa yaitu, mungkin GBI dianggap hebat karena musiknya, persembahannya dan jemaatnya yang banyak dan terkenal suka berbagi/memberi, contoh ada jemaat GBI yang besar, selesai ibadah memberi makanan bukan hanya di kalangan warga jemaatnya saja tetapi sampai kepada orang-orang yang di pinggir jalan yang non Kristen. Namun, dibalik nilai-niliai positif, ada juga negatifnya yaitu suka merebut jemaat gereja lain dengan cara menjelekkan dan membanggakan gerejanya sendiri (GBI). Jemaat GBI pernah ke GKI, untuk menarik jemaat kami beribadah di GBI. Juga, saya sangat tidak setuju jika yang menyinggung & menjelekkan itu adalah hamba Tuhannya. Karena, saya pernah beribadah di salah satu gereja GBI, waktu itu pendetanya saat khotbah di mimbar menyebutkan, bahwa gereja di luar GBI adalah gereja yang kurang iman (GKI), dan mengatakan nyanyiannya lemah dan tidak ada roh kudusnya, dll. Dalam hal misi, jika GBI uangnya banyak, dia harus melihat tetangganya dulu yang masih kurang. Sebenarnya tidak harus orang GBI, apa yang dibutuhkan untuk gereja Tuhan, jadi tidak usah membeda-bedakan. Bermitra dengan gereja lain bisa melalui pertukaran pelayanan misalnya music, dll. Dulu, setahu saya dari GKI mengisi di GBI boleh, Pendetanya pun boleh khotbah. Tapi sekarang sudah tidak boleh, karena faktor itu, khotbahnya selalu menjatuhkan gereja lain. Harapan saya di HUT GBI yang ke-45 ini, semoga sukses saja, setia melayani Tuhan.
Henny Saiya Pengerja GSJA CWS Senen Raya 46 – Jakarta
GBI saat ini diberkati dan berkembang luar biasa di Indonesia GBI adalah Gereja Bethel Indonesia yang besar. Kita kenal GBI dengan pujian penyembahan. Namun, beberapa gereja lokalnya yang pujian dan penyembahannya sangat luar biasa, tapi penyajian dan pengupasan firman Tuhan sangatlah kurang bahkan kadang di bawah standar. Padahal, GBI ini adalah gereja yang cepat berkembang dan membuka cabang. GBI tidak bisa melihat perumahan baru, pasti dengan tanggap akan memanfaatkan peluang itu. Hamba Tuhan yang tinggal di sekitar perumahan itu ditempatkan untuk menarik orang Kristen yang ada di situ untuk tidak jauh-jauh pergi beribadah. Menurut saya itu baik, namun sayang hamba-hamba Tuhan itu bukanlah lulusan Sekolah Alkitab. Patut disyukuri GBI saat ini diberkati dan berkembang luar biasa di Indonesia. Jika dilihat di Jakarta dan kota-kota besar lainnya, GBI bukan hanya sebuah bangunan yang disebut gereja tapi juga di hotel-hotel, ruko dan di perumahan-perumahan. Tidak salah jika hamba Tuhan membuka gereja, itu baik. Tetapi sebaiknya ia harus mengetahui Tata Gereja atau aturan organisasi GBI sehingga dalam satu hotel/ruko/perumahan hanya ada satu GBI saja. Saya khawatir, sinode ini memiliki jumlah gedung GBI yang banyak, tetapi apakah umat Tuhan di GBI itu bertambah? Adakah jiwa-jiwa baru ada di sana? Ataukah perpindahan umat Tuhan dari sinode lain? Sebaiknya organisasi ini menyiapkan hamba-hamba Tuhan yang berkualitas. 58 |
GBI mempunyai 4 pemimpin yang punya pengaruh terhadap umat. Tanpa di sadari ada sebagian besar umat Tuhan mengkultus pemimpinnya. Contohnya, ketika bertemu dengan beberapa kawan atau saudara dari GBI yang datang dari kota besar berkunjung ke daerah. Sebelum mereka beribadah di GBI yang ada di kota itu, mereka bangga menyatakan saya GBI Pdt. Niko Njotorahardjo, saya dari GBI Pdt. Jacob Nahuway, GBI Pdt. Gilberth Lumoindong atau GBI Pdt. Timotius Arifin. Tidak ada yang salah, karena banyak umat Tuhan juga yang melihat figur dari pemimpin-pemimpin tersebut. Hanya saja itu membingungkan kami yang melihat Sinode ini dari luar. Menyambut HUT GBI ke-45, marilah kita sebagai gereja Tuhan biar setia melayani Tuhan. Kalau bisa jangan membanggakan gereja kita sendiri, tetapi bermitra dengan gereja-gereja lain.
Pdt. Simon Hans Raprap, S.Th., M.Pd.K Gembala GPIB Karunia, Benhil - Jakarta
Denominasi Yang Ada Harus Dilihat Sebagai Mitra Saya kenal GBI, bahkan pernah melayani sebagai Pelayan Firman di GBI Petamburan, Jakarta. Mengenai jemaat GPIB berpindah ke GBI, itu bisa saja karena di GBI liturginya yang hingarbingar. Ibadah itu mungkin menyemangati jemaat, tapi tidak boleh sampai di situ. Kalau bisa GBI bisa belajar dari beberapa gereja lokalnya yang bisa jadi contoh (GBI Petamburan, dia punya pelayanan diakonia). GBI juga harus melihat, masih banyak pekerjaan-pekerjaan gereja yang harus dilakukan. Di pedalaman Indonesia masih banyak saudara sebangsa kita yang belum selamat atau yang sudah mengenal Yesus namun belum ada pertumbuhan. Contoh di Papua, banyak kantong Kristen yang telah “dihijaukan”. “Ini salah siapa? Bagaimana kita sebagai gereja menyikapi hal ini. Sebagai tantangan, bisa nggak GBI melihat gereja-gereja interdenominasi yang ada sebagai mitra yang saling melengkapi sehingga tidak terjadi saling berebut pengaruh (liturgy, pemberitaan firman Tuhan, dll). GBI bisa bermitra dengan gereja-gereja interdenominasi seperti GPIB. Misalnya GPIB sudah mempunyai Pos Pelkes/Pekabaran Injil di daerah pedalaman seperti perbatasan Kalimantan Timur. Ini merupakan tantangan GBI untuk bisa bermitra, mungkin dengan mengirim tenaga guru untuk mencerdaskan masyarakat di sana, dll. atau pertukaran pelayanan (contoh GPIB Anugerah Benhil, Jakarta, dengan GBI Petamburan, Jakarta). GPIB sebenarnya sudah terbuka, artinya marilah kita saling menerima. Mengenai beberapa gereja lokal GBI yang mengajak jemaat yang sakit supaya mengalami kesembuhan ilahi, namun terkesan mengiklankan ajakan tersebut, saya tidak setuju dengan cara yang demikian. Itu tidak benar dan tidak biblika. Artinya, Roh Kudus tidak harus dibatasi di satu tempat dan dalam kurun waktu tertentu. Roh Kudus itu dinamis dan Ia pribadi yang tidak bisa diatur oleh manusia. Manusia hanya bisa meminta. Akhirnya, menyikapi tantangan gereja saat ini yang semakin berat, mengapa kita tidak duduk & hadapi bersama, karena ini adalah tanggung jawab bersama sebagai jemaat yang mempunyai satu kepercayaan yaitu hanya kepada Yesus Kristus. Semoga di HUT yang ke-46 ini, GBI semakin sukses di dalam Tuhan. 59
MISI GBI BAGI DUNIA mempersiapkan generasi muda Untuk bangsa-bangsa Oleh: Pdt. Efapras Djohan Handojo, MTh. KETUA BETHEL WORLD MISSION Kepala Biro Keluarga DPA BPH(BWM) GBI Sebuah ERA baru sedang dimulai dalam Gereja Bethel Indonesia (GBI), wadah gereja dipercayakan kepada kita para Hamba Tuhan GBI (Pdp, Pdm, Pdt) yang ditempatkan Tuhan di daerah dan kota serta para pelayan jemaat yang bergerak dalam 5 jawatan pelayanan, terutama para gembala dan tidak terlupakan the next generation-nya. Era baru, dimana GBI telah menjadi gereja Anchor/jangkar bagi kekristenan di Indonesia.
Berkat dan anugerah Tuhan telah membawa GBI menjadi gereja yang berdampak luas bagi pekerjaan Tuhan di Indonesia dan dunia. Namun, tantangan baru muncul, manakala GBI akan bergerak menyelesaikan VISI dengan target besar, yakni menjadi 10.000 gereja/jemaat. Berarti, peran serta semua GBI di Tanah Air harus ditingkatkan, khususnya yang menjadi bagian dari Bethel World Mission (BWM) yakni penanaman gereja di Luar Negeri dan pelayanan misi bagi bangsa-bangsa. Mazmur 2:8, "mintalah bangsa-bangsa, maka akan KU-berikan menjadi milik pusakamu, dan ujung-ujung bumi menjadi kepunyaanmu." Kiranya ayat ini membuat kita berhenti sejenak dan membuka ingatan kita akan semua bangsa yang adalah anak-anak dari Bapa di Surga, berarti mereka adalah saudara-saudara kita juga. Tentunya, visi untuk menjangkau bangsa-bangsa di dunia telah Tuhan berikan kepada GBI beberapa dekade yang lalu. Namun, dalam mengerjakan VISI YESUS ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
60 |
3 KONSEKWENSI dari VISI THE VISION will STOP YOU Visi dari Tuhan akan membuat anda berhenti sesaat, bertanya kepada Tuhan, menyimak, merenung, untuk membaharui perjalanan anda supaya terarah sesuai tuntunan-Nya. Kisah Rasul 26:13-15, seperti pengalaman Saulus yang diubah namanya menjadi Paulus, seorang yang dipanggil Tuhan menjadi rasul yang paling rasuli, Tuhan memberhentikan Saulus dan menampakkan diri kepadanya, untuk memberikan visi baru bagi hidupnya. Inilah waktunya untuk BERHENTI sejenak, merenungkan dalam-dalam visi dan panggilan Tuhan bagi kita untuk misi kepada bangsa-bangsa. DOA dan PUASA untuk menantikan tuntunan Tuhan, mendoakan visi tersebut agar jelas, ini adalah langkah yang tepat untuk mengenali suaraNya. Apa yang harus dilakukan (What), ke mana (Where), bagaimana melangkah (How) dan kapan memulai (When) dan siapa yang akan dilibatkan (Who), serta strategi untuk menyelesaikan visi bagi gereja lokal dalam kaitan keterlibatan ke bangsa-bangsa.
THE VISION will SEND YOU. Kisah Rasul 26:16-17 dan 2 Korintus 12:1, setelah Yesus menjumpai Paulus, dalam fresh encounter yang luar biasa, Ia menetapkan dan memberitahu Paulus, bahwa akan diutus kepada orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain. Setelah anda memiliki visi dari Tuhan, maka visi tersebut akan mengutus anda melangkah, membagikan, memperkatakan, mendoakan, mengkomunikasikan, mencari data, mengumpulkan, menyiapkan hingga ke proses penyelesaian visi tersebut. Bahkan, jelas visi itu membuat anda berangkat ke tempattempat yang Tuhan tunjukkan untuk anda memulainya.
THE VISION will STRENGTHENING and STRETCH YOU. 2 Korintus 11:23-28. Untuk melaksanakan visi yang dari Tuhan tidaklah mudah, ada tantangan, pergumulan, kesulitan, ketakutan dan berbagai persoalan harus diselesaikan. Namun, karena visi ini datangnya dari Tuhan, maka DIA akan memampukan kita menyelesaikannya. Kalaupun sekarang anda kehilangan visi, ingat waktu Tuhan memanggil, visi itu dilahirkan. Kalaupun sekarang visi tersebut seakan mati, Tuhan dapat membangkitkan visi itu kembali (the resurrection of the vision). "VISION and DREAM from GOD unforgetable." Kita bisa lupa visi yang TUHAN beri, tapi TUHAN tidak pernah lupa apa yang DIA janjikan. "Don't LOOSE your VISION and DREAM" Iblis berusaha menyerang visi anda supaya batal, gagal dan tidak terjadi. Tapi ROH KUDUS akan menguatkan anda walaupun sering kita diregangkan oleh berbagai hal yang melemahkan.
IMPLEMENTASI VISI Kita perlu serius mengimplementasikan VISI GBI khususnya untuk misi penjangkauan bagi seluruh bangsa di dunia, karena hal ini telah menjadi bagian visi besar Tuhan Yesus yang diterima oleh founding fathers GBI dan para pemimpin GBI yang visioner di masa lalu dan sekarang,
bahkan pada periode 2014-2018, telah dikumandangkan suatu ERA baru menuju GBI MANTAP di kepengurusan dibawah kepemimpinan Ketua BPH kita, Pdt. Dr. Japarlin Marbun, yang telah melihat GBI bukan hanya bisa berkiprah di level nasional tapi sesuai dengan visi dan perkembangannya telah menjadi gereja yang mendunia/berdampak ke bangsa-bangsa. (GBI GOES GLOBAL).
61
GBI dari INDONESIA ke BANGSA-BANGSA DUNIA
NEXT GENERATION di BANGSABANGSA
Data yang terkumpul saat ini ada sekitar 125 GBI di luar INDONESIA (pendataan akurat akan disempurnakan dalam waktu singkat), bahwa GBI kita ternyata telah tersebar di semua benua, terutama di kota-kota besar di dunia (Eropa, Amerika, Asia, Australia) adalah bukti bahwa GBI telah menjadi gereja yang ber-KAPASITAS KERASULAN.
Tantangan baru yang harus dijawab adalah bagaimana menggembalakan next generation (generasi baru) Indonesia – bangsa-bangsa (indo) dan anak-anak keluarga Indonesia yang lahir dan tinggal di Luar Negeri, dibesarkan dalam kultur budaya bangsa-bangsa yang pasti berbeda dengan anak-anak yang lahir dan dibesarkan di Indonesia. Jumlah mereka sudah semakin banyak.
Beberapa gereja GBI dari INDONESIA telah merintis gereja-gereja baru di manca negara dan membuka pelayanan gereja bagi warga Indonesia yang bertugas sebagai duta-duta bangsa, berbisnis, berkarier, bersekolah dan yang telah menjadi warga negara di negara mereka tinggal karena mix married (pernikahan campur). Gerakan penanaman gereja telah ada sekitar 20 tahun yang lalu dan mungkin lebih, namun melihat kebutuhan yang besar perlu adanya peningkatan gerakan penanaman gerejagereja baru di Luar Negeri (church planting movement) dengan pola percepatan, sekaligus ikut menyelesaikan visi 10.000 GBI di Tanah Air dan manca negara. Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan!
www.zastavki.com
MISIONARY LINTAS BUDAYA Diperlukan ratusan tenaga missionary terampil untuk lintas budaya dari gereja-gereja kita yang mampu dan berpotensi untuk mengirim mereka sebagai misionari penanam gereja; misionari gembala (mission pastor), misionari di bidang pengajaran, misionari di bidang profetik (pendoa syafaat/ penerobos dan worshipper, bahkan missionari karier. Adanya kebutuhan wadah penggembalaan yang besar di tiap kota besar dunia dimana ada warga Indonesia yang berdomisili di sana. Adanya kegairahan dan kerinduan generasi muda gereja yang siap di utus ke bangsa-bangsa dan mereka menunggu pihak gereja dan para gembala untuk tanggap melihat kebutuhan ini serta mendelegasikan tugas-tugas misinya ke mereka.
62 |
Anak-anak muda yang gesit, terampil, berwawasan dan kreatif serta all out for Jesus telah muncul di gereja-gereja kita, dimana mereka telah berani memberikan hidupnya 100% untuk ladang-ladang misi sudah saatnya mereka diarahkan, dimentor dan diberdayakan. Kalau kita terlambat mempersiapkan dan memberdayakan mereka, gereja akan kehilangan kesempatan besar dan estafet generasi tidak terjadi dengan baik.
-
Doa, pujian dan penyembahan dari Indonesia sangat dinantikan/diperlukan untuk memberkati & mengubah atmosfer spiritual gereja bangsa-bangsa dan membangkitkan roh penyembahan gereja sebagai calon mempelai Kristus (berbagai event/konferensi doa dan profetik).
PEMBERDAYAAN MISIONARY GBI
-
Gerak gereja Indonesia yang walaupun kelihatannya lamban, namun jika bangkit laksana gajah-gajah yang sekali bergerak, menginjak dan berlari, menggetarkan tanah tempat berpijaknya (Konferensi Menara Doa Indonesia, Batam, 2012).
-
Gereja-gereja di Indonesia menjadi salah satu motor proses terjadinya transformasi bangsa melalui kegerakan doa nasional dan penanaman gereja nasional (berbagai konferensi di jakarta).
-
Dari menara doa Indonesia, gereja-gereja Asia akan mengambil api untuk kegerakan Allah dan penuaian jiwa di bangsanya (Empowered 21 Asia Congress, 2013).
Pembinaan, pelatihan dan pengiriman tenaga misionari untuk pelayanan lintas budaya kini sudah saatnya (KAIROS) bagi GBI melakukan misi penjangkauan, penginjilan Doa (prayer evangelism), penanaman gereja baru (church planting movement) dan ikut serta terlibat dalam kegerakan misi/penginjilan Amanat agung YESUS KRISTUS sesuai (Matius 28:1820), dan penyelesaian pemberitaan kabar baik dan injil kerajaan (Matius 24:14) melalui pelayanan jaringan dan partneship dengan fokus kerajaan Allah, serta berjejaring untuk pelayanan transformasi di bangsa-bangsa yang akan menjadi perhatian dan fokus BWM ke depan.
bangsa-bangsa. Dari Indonesia akan keluar misionari ke dunia (NPC- stadion utama Senayan dan 55 kota di Indonesia - Transform World Indonesia (5/5/ 2005), World Prayer Assembly (WPA), Jakarta, 2012).
PESAN PROFETIK BAGI GEREJA INDONESIA Pesan-pesan profetik yang diterima oleh gerejagereja Tuhan di INDONESIA melalui berbagai konferensi dan seminar tingkat dunia di Indonesia, tentu tidak bisa kita kesampingkan dan tokoh-tokoh GBI dan warga GBI selalu menjadi anchor church sebagai motor berbagai kegerakan dunia yang diadakan di Indonesia. Beberapa Pesan Profetik bagi Indonesia, sebagai berikut: -
Gereja di Indonesia telah siap dan dewasa menjadi pengirim/pengutus misionari bagi
63
BWM & Program Tahun 2016-2018 Bethel World Mission – BPH GBI dalam kepengurusan yang baru ini akan menjalankan beberapa programnya. Setidaknya ada sekitar enam progam, seperti Bethel World Mission Conference (BWM conference), BWM Apostolic and Prophetic Training Center (BWM- APTC), Adopsi GBI di Luar Negeri, Internship Program/Next Gen - Ambassador, Partnership dan Networking GBI & COG (Church of God) serta lembaga dunia lain. BWM juga menggunakan media sebagai salah satu sarana untuk melayani gereja-gereja yang ada di Luar Negeri.
Bethel World Mission Conference (BWM conference) Untuk BWM Conference menitikberatkan pada penyegaran dan kebangunan rohani, pelatihan para hamba Tuhan yang berada di Luar Negeri serta pemberdayaan gereja dalam jaringan kegerakan kota yang berada di negara setempat. Konferensi ini dilakukan setahun sekali di berbagai perwakilan GBI Luar Negeri seperti Eropa, Afrika, Asia, Australia Amerika dan Canada.
Adopsi GBI di Luar Negeri Adopsi GBI di Luar Negeri merupakan program yang bertujuan mengadopsi gereja-gereja rintisan yang masih lemah melalui doa, daya dan dana. Juga memfasilitasi GBI di Indonesia yang telah maju dan mempunyai beban dan hati misi untuk memenangkan jiwa yang ada di berbagai bangsa, khususnya orang Indonesia yang tinggal di Luar Negeri tersebut. Di samping itu, dengan menempatkan utusan misi dari gereja lokal Indonesia pada gereja-gereja perintisan tersebut, maka gereja-gereja Luar Negeri yang tidak mempunyai pembina rohani, bisa menjadikan Adopternya sebagai mentor dan gereja penopang untuk kurun waktu yang disepakati. Pendampingan/utusan misi gereja pengadopsi dapat mendampingi gembala/koordinator pelayanan perintisan gereja yang diadopsi tersebut dengan pemetaan, doa keliling dan doa puasa, pelayanan persekutuan, penginjilan, konseling, dan pengarahan persiapan gereja baru, praise and worship, serta pelayanan misi bagi generasi muda.
64 |
BWM Apostolic and Prophetic Training Center (BWM- APTC) BWM APTC adalah sebuah pusat pelatihan bagi para calon misionari yang akan diutus ke berbagai bangsa di dunia. Di situ mereka dibekali, dibentuk sehingga siap terjun ke tengah bangsa-bangsa. Salah satu tujuannya adalah memfasilitasi GBI-GBI yang telah siap mengutus tenaga misionari-nya untuk menanam gereja baru di tengah bangsa-bangsa di dunia sehingga dengan adanya wadah BWM APTC ini menjadikan GBI sebagai gereja missioner dan apostolic.
Internship Program/Next Gen - Ambassador Tak kalah menarik adalah program Magang sebagai Duta GBI untuk generasi berikutnya di GBI Luar Negeri yang sudah berkembang dan maju (Intership Program/Next Gen). Ini lebih kepada anak-anak muda GBI sehingga mereka mendapat wawasan yang memadai tentang bagaimana melayani dan menggembalakan gereja yang multikultur. Tentunya dikhususkan bagi yang mempunyai karakter yang baik, berkharisma (penuh hikmat dan wibawa Ilahi) serta kompetensi yang cukup di bidangnya.
Partnership dan Networking Proyek penuaian bersama antara GBI dan COG serta lembaga lain. Ini adalah langkah kerja sama untuk menyelesaikan Amanat Agung Tuhan Yesus (menjangkau dunia bagi Kristus). Bentuknya berupa pertukaran misionari/temporer, student/kondisional, kunjungan ke ladang-ladang misi GOG. BWM juga bermitra dengan beberapa lembaga global seperti Empowered 21 Global Movement (kegerakan pemberdayaan Roh Kudus bagi gereja di abad 21), Transform World Movement (kegerakan transformasi dunia) melalui 7 Spheres dan 7 Challenges (7 Pilar/bidang/gunung yang harus diterobos dan 7 Tantangan yang harus dihadapi gereja). Ditambah lagi dengan Gerakan anak, remaja, pemuda - Next Generation yang terkenal dengan sebutan 4/14 Window.
Melayani gereja-gereja di Luar Negeri melalui media Dengan menyediakan materi-materi pengajaran dan khotbah dari berbagai sumber seperti seminarseminar, konferensi apostolic dan prophetic yang telah di-sharing, prayer for the nations & prayer topic mingguan serta pelayanan konseling bagi para hamba Tuhan yang berada di Luar Negeri. “DUNIA dan BANGSA-BANGSA menantikan kita”
Pdt. Ir. Eparfas Djohan Handojo Pdt. Ir. Epafras Djohan Handojo saat ini menjabat sebagai Ketua Bethel World Mission (BWM) – BPH GBI, Jakarta, Gembala Bethany Church Singapore dan GBI City Tower, Jakarta. Pria yang lahir di Salatiga, 25 April ini menikah dengan Pdm. Elizabeth (Betty) yang juga sebagai hamba Tuhan khusus buat Next generation ( anak,remaja,pemuda) dan wanita dan dikaruniai dua orang putra. Ia dikenal seorang yang low profile, murah senyum, juga banyak mencipta lagu di tengah pelayanan misi yang padat. Selain sebagai motivator, pria penyuka pastel tutup ini adalah Chairman Transform World Connection (TWC) dan Cabinet member E21 (Empowered 21 Asia) dan gembala Pembina bagi banyak gereja - gereja GBI di wilayah Asia dan bangsa - bangsa lainnya. 65
DEPARTEMEN WANITA
Menjadi
Kekasih yang
Baik image: www.thegoldenscope.com
Semua insan yang mencintai pasangannya, baik suami atau istri pasti ingin menjadi kekasih yang baik untuk pasangannya. Sayangnya menjadi kekasih yang baik itu tidaklah semudah mengucapkannya. Perlu perjuangan dan usaha keras kedua belah pihak untuk merealisasikannya.
Sekalipun sudah menikah selama 24 tahun, itu bukan jaminan kami selalu menjadi kekasih yang baik. Setiap hari saya dan suami masih belajar untuk menjadi kekasih yang baik. Dalam proses belajar dan belajar itulah, saya menemukan beberapa hal yang harus kita perhatikan dan lakukan bersama pasangan untuk tujuan menjadi kekasih yang baik. Jangan pernah berpikir untuk merubah pasangan seperti yang kita inginkan, karena hal tsb tak akan pernah terwujud dan sia sia saja.
1. Terimalah pasangan kita apa adanya (bukan ada apanya).
Setiap kita diciptakan unik dan tidak sama satu dengan lainnya. Dari “sono”nya saja kita sudah berbeda (gender), belum lagi perbedaan latar belakang (budaya, pendidikan, lingkungan keluarga, dll) dan perbedaan kepribadian (introvert, extrovert, dll) sangat mempengaruhi sikap dan pilihan kita masing-masing, jadi terimalah kenyataan ini dan sadarilah bahwa kita memang berbeda. Perbedaan tidak harus membuat kita tidak cocok atau tidak akur. Kita bisa memilih dan meng-akurkan perbedaan untuk membuat kita cocok sekalipun berbeda. Yang terpenting hormatilah perbedaan dan temukan cara untuk mengatasi perbedaan tersebut. Ingatlah bahwa sasaran pernikahan adalah menjadi satu (kesatuan) bukan kesamaan. Untuk mengatasi perbedaan yang ada. Firman Tuhan membantu kita dalam Efesus 4:2-3 mengatakan “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah-lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan dami sejahtera” Ada perbedaan dengan pasangan? Gunakanlah: a. Rendah hati. Tidak selamanya cara anda yang terbaik, terimalah juga cara yang berbeda dan mungkin itu lebih baik. b. Lembut. Meskipun berbeda, ingatlah pasangan kita adalah orang yang kita cintai, sayangi dan hubungan kita lebih penting dari pada mempertahankan perbedaan. c. Sabar. Sabar dalam mengasihi pasangan, sebesar apapun perbedaan yang ada. d. Memelihara kesatuan dan damai. Jangan pernah biarkan Perbedaan memecahkan kesatuan dan mencuri kedamaian dari hubungan kita dengan
66 |
3. 2. Kembangkan terus komunikasi dengan pasangan dari hari ke hari pasangan. Komunikasi adalah sumber kehidupan dalam setiap hubungan. Dengan komunikasi kita menginformasikan, menjelaskan, memengaruhi, membangun keintiman satu sama lain. Biasakan kita selalu berkomunikasi secara terbuka kepada pasangan, berbagi perasaan, kebutuhan, ketakutan, hasrat, kekhawatiran dan segalanya secara jujur. Sekalipun untuk Pria hal ini mungkin terasa sulit dibanding wanita, tetapi itu bukan berarti para pria bebas untuk tidak mengembangkan komunikasi. Kita tidak dapat memperoleh dukungan yang kita butuhkan dari pasangan jika kita tidak mengkomunikasikan masalah kita kepada pasangan. Belajarlah untuk bisa mengekspresikan diri lebih baik lagi sehingga kita bisa saling mengerti dan memahami apa yang membuat pasangan kita marah, atau apa yang bisa menyakiti perasaan pasangan kita, dan bahkan bisa memahami apa yang bisa membahagiakan kita atau yang membuat pasangan kita bahagia! Jika kita atau pasangan merasa komunikasi tidak dibutuhkan lagi dalam hubungan maka itu pertanda hubungan kita sedang dalam keadaan kritis atau dalam keadaan darurat atau sekarat, karena komunikasi adalah sumber kehidupan dalam setiap hubugan. Jika tidak ada komunikasi maka tidak ada kehidupan pada hubungan tsb. Sebaliknya supaya hubungan tersebut terus hidup dan bernyala-nyala kembangkanlah komunikasi
Saling melayani dengan KASIH yang baik dari hari ke sehari. Untuk menjadi kekasih yang baik, maka saling melayani dengan Kasih harus menjadi dasar dari setiap hubungan. Kita harus melayani satu sama lain dengan kasih dalam setiap aspek kehidupan tidak terkecuali. Baik dalam bertindak dan bersikap juga dalam berucap kepada pasangan kita. Yang dimaksud dengan Kasih adalah: 1 Korintus 13:4-7 “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.” Ketika kita saling melayani satu dengan lainnya maka layanilah dengan Kasih, pasti tidak ada egois, yang ada mementingkan kepentingan pasangannya daripada kepentingan sendiri. Ketika melayani dengan Kasih pasti ada pengampunan, saling memaafkan dan tidak dendam satu dengan lainnya. Melayani dengan Kasih itu juga menerima setiap kekurangan dan keterbatasan pasangan. Ketika melayani dengan Kasih itu juga berarti kita sedang mendemonstrasikan Kasih Allah kepada kita sehingga bisa mengasihi orang lain juga pasangan kita sendiri. Pertanyaan buat kita, sudahkah kita menjadi kekasih yang baik bagi pasangan kita? Kalau belum mari kita mengadakan perubahan yang terus menerus. Tuhan kita adalah Tuhan yang menginginkan perubahan. Meskipun DIA tidak berubah sekarang, dahulu dan sampai selama-lamanya, DIA tidak menginginkan kita seperti itu. Tuhan tidak membutuhkan perubahan karena DIA Sempurna, tetapi kita yang tidak sempurna, kita butuh perubahan menuju sempurna. Selamat menjadi kekasih yang baik untuk pasangannya!
Pdm. Laura G. Mesach
67
Keluarga Tempat Mempersiapkan
Generasi Muda Menuju Masa Depan Oleh: ANTONIUS SITOMPUL Apakah ukuran keluarga Kristen yang berhasil? Tentu saja pertanyaan tersebut mengundang jawaban yang beragam. Ada yang mengatakan keluarga berhasil apabila memiliki penghasilan dan status yang tinggi di masyarakat, anak-anak sukses dalam pekerjaan dan karirnya, adanya kerukunan dan ketenteraman dalam keluarga, dan beragam jawaban lainnya. Namun, apa yang dikatakan Alkitab tentang keluarga yang berhasil? Kejadian 1:28, Kejadian 9:1, Kejadian 18:19 dan Ulangan 6:7-8 memperlihatkan kepada kita bahwa Tuhan menginginkan setiap keluarga harus mampu mewariskan iman dari satu generasi ke generasi lainnya. Alkitab mengatakan bahwa keluarga berhasil, apabila mampu mewariskan iman dalam Tuhan Yesus kepada keturunanketurunannya, generasi dibawahnya. Kegagalan mewariskan iman, akan mengakibatkan hilangnya sebuah generasi, persis seperti yang saat ini kita saksikan di dunia barat, khususnya Eropa. Eropa yang dahulu merupakan pembawa Injil ke seluruh penjuru dunia saat ini sudah benar-benar kehilangan generasi. Generasi muda Eropa telah meninggalkan gereja dan iman mereka, mereka hidup dalam kehidupan yang sangat bebas dan bertentangan dengan nilai-nilai Kristen. Mereka dengan terbuka menyatakan dirinya sebagai Atheis dan tidak percaya kepada Yesus Kristus. Apa yang terjadi di dunia barat adalah gambaran betapa keluarga tidak menyadari kekuatannya. Keluarga adalah pewaris dan pembentuk iman yang utama. Keluarga juga adalah tempat pemuridan yang terutama bagi generasi muda. Dalam Ulangan 6:7-8 disebutkan bahwa ….haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun. Siapakah yang dapat melakukan model pemuridan dengan intensitas sebagaimana Ulangan 6:7-8 dimaksud, dimana untuk memuridkan seseorang maka Firman Tuhan haruslah dikatakan setiap saat dan setiap kesempatan? Menurut hemat saya, tidak ada yang lain selain dari pada keluarga. Prof. Ben Freudenburg, dalam bukunya The Family Friendly Church, membuat kesimpulan bahwa keluarga Kristen yang menjadi tempat subur bagi pewarisan iman, memiliki kualitas sebagai berikut: 1. Keluarga Kristen yang terampil, dalam hal: Mewariskan iman, Ayah yang terampil dalam mengasuh anak, mampu memberdayakan anggota keluarga untuk menggunakan karunia mereka, mempraktIkkan disiplin yang efektif, manajemen keluarga yang baik (waktu, keuangan dan pengambilan keputusan). 2. Keluarga Kristen yang memiliki nilai-nilai: Menekankan pada membangun karakter Kristen, rasa memiliki (sense of belonging) yang kuat antar sesama anggota keluarga, memberikan peluang untuk pertumbuhan iman. 3. Keluarga yang menghasilkan: Pernikahan yang kuat, orang-orang berintegritas, hati hamba, anggota keluarga yang perduli terhadap dunia luar.
68 |
https://brownhillsbob.files.wordpress.com
4. Keluarga yang merayakan setiap tahap kehidupan keluarga, seperti: • Merayakan ulang tahun, baptisan, kematian, naik kelas, mendapat pekerjaan baru dll., Namun demikian, yang kita saksikan saat ini adalah kondisi keluarga yang kebalikannya, dimana: l Banyak rumah yang lebih mirip sebagai tempat beristirahat, daripada tempat untuk dimiliki dan bertumbuh. • Rumah seringkali menjadi tempat yang tidak menyenangkan; • Laju dan volume kehidupan keluarga (kesibukan keluarga) menghancurkan tradisi keluarga (misalnya kunjungan kepada kakek nenek); • Hubungan keluarga sering tegang dan terputus; • Keluarga terlibat dalam banyak hutang yang berakibat kegiatan dan hubungan mereka tegang; • Keluarga seperti boneka yang dikendalikan oleh jadwal dan prioritas kantor, profesi, gereja, sekolah, dan organisasi lainnya; • Orang tua berjuang untuk mengetahui bagaimana mendisiplinkan anak-anak mereka. Berdasarkan kenyataan di atas, sudah saatnya bagi gereja untuk fokus melayani keluarga. Keluarga sungguh perlu diperlengkapi dan ditolong. Gereja harus dengan aktif memperlengkapi orang tua, agar mereka dapat memuridkan anak-anaknya di rumah. Orang tua juga seyogianya tidak boleh dengan sukarela menyerahkan fungsi pembinaan iman anak-anaknya kepada gereja, tanpa melibatkan diri dan berada di tengah-tengah permainan. Dalam memperlengkapi keluarga, gereja seyogianya masuk dan mendukung keluarga dalam seluruh siklus kehidupan keluarga seseorang, yang dimulai saat seseorang: 1. Hendak menikah, dimana gereja memberikan bimbingan pra pernikahan. 2. Pernikahan. 3. Tahun-tahun awal pernikahan. 4. Parenting (pola asuh terhadap anak). 5. Mendukung orang tua dan remaja, dalam relasi keduanya. 6. Mendukung keluarga saat anak-anak telah remaja, dan menetukan pasangan hidupnya. 7. Pendukung keluarga yang telah lanjut usia dan tinggal seorang diri (empty nest). Pelayanan memperlengkapi keluarga tersebut tidak dapat dilakukan hanya berdasarkan program yang sesaat, namun gereja harus dengan setia mendampingi proses hidup berkeluarga seseorang, dimulai dari pra pernikahan hingga seseorang tersebut lanjut usia. Pelayanan terhadap keluarga yang menyeluruh dan holistik tersebut, akan menghasilkan keluarga yang melahirkan generasi demi generasi yang beriman kuat dalam Yesus Kristus.
69
DEPARTEMEN PENDIDIKAN
Mengembangkan Kapasitas Pendeta (Suatu kajian dan analisis mengefektifkan kompetensi Pendeta) image: www.ithrivechurch.com
Pekerjaan dan pelayanan sebagai pendeta menuntut kapasitas yang memadai. Apalagi jika dihubungkan dengan kemajuan zaman, maka pekerjaan dan panggilan pelayanan sebagai hamba Tuhan (pendeta) tidak lagi hanya didasarkan dorongan ingin melayani, juga tidak boleh didasarkan hanya karena “panggilan pelayanan”. Kedua hal di atas memang penting, namun dalam rangka mengembangkan pelayanan itu, hendaknya para pendeta sadar, dunia kita menuntut untuk lebih aplikabel dan mumpuni dalam mengerjakan tugas-tugas seorang pendeta.
MEMAHAMI BAHWA TUGAS PENDETA DI GEREJA LOKAL CUKUP KOMPLEKS, maka dibutuhkan sosok pendeta yang memiliki kompetensi yang memadai. Pendeta tidak hanya punya tugas menyampaikan firman Tuhan (khotbah), juga bukan hanya melakukan liturgi dan sakramen-sakramen gerejawi, melainkan juga bertugas sebagai gembala yang melakukan tugas-tugas pastoral, khususnya menangani masalah-masalah jemaat. Para pendeta juga harus mampu melakukan tugas-tugas konseling, dimana sebagai konselor mereka mampu memberikan pendekatan dan solusi bagi masalah kerohanian yang dihadapi para jemaat. Dari uraian di atas, jelas kita pahami bahwa seorang pendeta barulah efektif melakukan tugas-tugas pelayanan jika memiliki sejumlah kemampuan. Jika hendak mengurai tugas pendeta, maka dapat kita sebutkan bahwa pendeta memiliki multi peran. Peran sebagai gembala, pendeta harus mumpuni menjakankan tugas pastoral (pengembalaan) baik pastoral umum dan khusus, tentunya hal ini harus dipelajari dengan seksama. Peran sebagai pemimpin atau leader, seorang pendeta harus mampu menggerakkan semua orang yang dibawahnya
70 |
sehingga searah dan sejalan dengan visi yang dijalankan, untuk kemampuan ini tidak mungkin didasarkan pada pengalaman saja, melainkan latihan dan latihan. Peran sebagai konselor, kecakapan seorang pendeta seharusnya terbentuk dengan mengerti dan memahami seluk beluk konseling yang efektif, dalam hal ini pendeta harus mengembangkan kemampuan dalam hal listening, empaty, memberikan jalan keluar,dll. Peran sebagai pengkhotbah, harusnya terbentuk dari kemampuan pendeta mempelajari teks firman Tuhan, memahami teks firman Tuhan serta juga mengurainya menjadi pelajaran rohani. Untuk hal ini dibutuhkan kemampuan hermenutika dan homelitika yang memadai. Ini tidak mungkin hanya berdasar pada pengalaman, namun harus studi secara mendalam. Tuntutan kemampuan-kemampuan seperti diatas, dalam rangka menjalankan fungsi dan peran pendeta dengan baik, hal itu tidak mungkin lahir dengan sendirinya, melainkan berproses seturut dengan bagaimana mereka melakukan tugas-tugas dengan baik, selain itu tentunya para pendeta harus mengembangkan kapasitas melalui belajar dan latihan. Proses belajar adalah hal yang wajib dan harus ditempuh oleh para pendeta, sehingga mereka dapat melayani dengan efektif.
Dalam RANGKA MENGEMBANGKAN KAPASITAS PENDETA, maka beberapa hal dapat disarankan antara lain: PERTAMA, para pendeta harus menyadari bahwa mereka butuh pengembangan kapasitas. Pada point pertama ini secara pribadi semua pendeta harus mengerti bahwa mereka bukanlah sosok pribadi atau orang yang serba bisa, karena itu memerlukan pengembangan yang secara terus menerus. Kesadaran akan diri membutuhkan pengembangan, akan membangkitkan motivasi untuk menetapkan langkah-langkah strategis dalam mengembangkan diri.
KEDUA, para pendeta harus memahami bahwa era pelayanan terus mengalami perubahan. Membandingkan pelayanan pendeta sepuluh tahun yang lalu dengan sekarang ini, maka akan kita temukan betapa cepatnya perubahan tersebut. Kita akan mengalami ketertinggalan yang cukup jauh dan signifikan jika masih merasa pola-pola pelayanan yang digunakan masih sama, justru yang ada ialah bahwa kecepatan perubahan terkadang kewalahan untuk diantisipasi. Melihat kondisi yang seperti ini maka para pendeta harusnya mulai menentukan langkah antisipasi. KETIGA, para pendeta harus menetapkan langkah meng-up grade diri melalui pendidikan dan latihan. Pendidikan dan latihan, terdengar agak konvensional, bahkan mungkin bagi sebagian orang terkesan tradisionil. Namun hal itu harus menjadi bagian dari pengembangan diri serta pengembangan kemampuan bagi para pendeta. Tanpa pendidikan dan latihan, para pendeta tidak akan mengalami perbaikan dalam hal kompetensi. KEEMPAT, para pendeta harus terbuka dengan inovasi-inovasi dalam pelayanan. Ada koridor yang memang harus diperhatikan yakni inovasi yang dimaksud tidak bertentangan dengan firman Tuhan, dan juga tidak merusak tatanan yang ada. Jika hal ini dapat dikerjakan demikian, maka dalam perjalanan pelayanan, para pendeta akan melihat dan mengalami dampak dari pembaharuan itu dalam pelayanan. Strategi mengembangkan kapasitas pendeta bukanlah hal yang mudah, mengingat dimensinya begitu kompleks. Para pendeta diwajibkan untuk setahap demi setahap memperhatikan diri serta mengevaluasi pola-pola pelayanan yang dilakukan. Jika kita temukan bahwasanya pelayanan tersebut mengalami titik jenuh dan cenderung stagnan, maka sinyal itu memberikan catatan segeralah up grade diri dan baharui cara-cara pelayanan kita.
Pdt. Dr. Purim Marbun, M.Th
71
DEPARTEMEN TEOLOGIA
Pergumulan Keluarga Hamba Tuhan
KEHANCURAN Keluarga ternyata sangat mempengaruhi pelayanan seorang hamba Tuhan. Mengapa demikian? Bob Pierce, pendiri World Vision yaitu sebuah organisasi Kristen yang memberikan bantuan kemanusiaan dan pembangunan kepada lebih dari lima puluh juta orang setahun di seratus tiga negara. Dia adalah seorang yang sangat berapiapi dalam pelayanan. Dia mempunyai kerinduan untuk membebaskan dunia dari kelaparan dan penyakit. Dia sering berdoa: ”Biarlah hati saya hancur oleh hal-hal yang menghancurkan hati Allah.” Tapi di balik semua kesibukannya melayani, ternyata Bob Pierce tidak mengelola keluarganya dengan baik. Dia hampir tidak memiliki waktu untuk keluarganya. Selain itu dia juga tidak memiliki komunikasi yang baik dengan keluarganya. Suatu hari anaknya depresi dan menelpon Bob supaya bisa kembali ke rumah menemaninya. Alih-alih kembali ke rumah, Bob malah berangkat ke Vietnam untuk melayani disitu. Anaknya sangat kecewa dan satu tahun kemudian anaknya bunuh diri. Isterinya yang menyalahkan Bob karena kematian putri mereka akhirnya menceraikan Bob. Kehancuran keluarganya ternyata mempengaruhi pelayanan Bob. Akhirnya Bob mundur dari World Vision dan berhenti melayani.
72 |
Keluarga Hamba Tuhan memiliki peran strategis dalam pelayanan karena maju-mundurnya pelayanan Hamba Tuhan tersebut, sangat dipengaruhi oleh bagaimana peran keluarganya. Karena itu, seorang hamba Tuhan harus bisa mengelola keluarganya dengan baik. Dengan demikian akan membawa dampak positif bagi pelayanannya. Demikian juga sebaliknya, tata kelola yang buruk akan berdampak negatif bagi pelayanan hamba Tuhan tersebut. Contoh lain adalah Ray Mossholder yang dikenal sebagai Bapa Pelayanan Pernikahan Kristen. Pelayanan Ray luar biasa. Dia berhasil menyelamatkan sebelas ribu pasangan dari perceraian. Tetapi pada Januari 2002, Ray menceraikan isterinya yang telah dinikahinya selama 42 tahun dan menikah lagi dengan wanita lain. Ray mengaku sering munafik jika berbicara tentang betapa indahnya pernikahannya, karena apa yang dia ajarkan kepada orang lain tentang pernikahan rupanya sulit untuk dia praktikkan dalam keluarganya sendiri. Jadi, Ray ternyata gagal dalam mengelola keluarganya. Akibat perceraiannya membuat banyak donatur dan jemaat yang meninggalkan pelayanan Ray. Dalam Alkitab ada juga contoh hamba Tuhan yang gagal dalam mengelola keluarganya, yaitu Imam Eli yang gagal mendidik kedua anaknya yaitu Hofni dan Pinehas, sehingga kedua anaknya itu menjadi anak-anak dursila yang tidak takut Tuhan. Hal ini pada akhirnya berdampak negatif kepada pelayanan imam Eli sendiri (I Sam 2:11-36). Salah satu syarat bagi penilik jemaat seperti yang ditulis dalam 1 Tim 3:5 adalah bahwa orang itu harus dapat mengepalai keluarganya sendiri sebab jika orang itu tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri maka pasti orang itu juga tidak bisa mengurus jemaat Allah. Dengan kata lain seorang hamba Tuhan haruslah seorang yang bisa mengelola keluarganya dengan baik. Sebab kalau hamba Tuhan tidak bisa mengelola keluarganya sendiri maka pastilah hamba Tuhan itu juga tidak bisa melayani jemaat dengan baik.
BAGAIMANA SEORANG HAMBA TUHAN MENGELOLA KELUARGANYA?
1
Mendidik dan mengajar keluarganya dengan Firman Tuhan.
Setiap Hamba Tuhan harus mengajarkan dan mendidik keluarganya dengan Firman Tuhan melalui penerapan prinsip ulangan 6:6-7 yaitu berulang-ulang tanpa rasa jenuh dan harus dengan tekun. Sehingga anggota keluarga hamba Tuhan tersebut bertumbuh dalam takut akan Tuhan. Selain itu, sarana yang bisa dipakai adalah melalui mesbah keluarga. Dengan adanya mezbah keluarga setiap hari, maka persekutuan anggota keluarga dengan Tuhan menjadi kuat, maka kerohaniannya juga pasti bertumbuh menjadi dewasa.
2
Membangun relasi yang sehat dalam keluarga.
Relasi yang sehat harus dimulai dari relasi hamba Tuhan dengan pasangannya. Jika relasi pasangan hamba Tuhan sehat, maka otomatis relasi dengan semua anggota keluarga juga sehat. Relasi yang sehat itu harus diupayakan dengan sungguh sungguh. Bagaimana membangun relasi yang sehat? Pertama, setiap anggota keluarga harus belajar saling mengasihi. Dimulai dari suatu ‘kebiasaan’ yaitu, kebiasaan mengasihi, saling menolong, saling menghormati, saling mendoakan dll. Kebiasaan mengasihi itulah yang harus dipraktikkan dimulai dalam keluarga. Jangan memberi kesempatan iblis menaburkan benih kebencian, kedengkian, iri hati dan perpecahan di antara 73
anggota keluarga. Hamba Tuhan harus mengasihi anggota keluarganya dengan cara: selalu hadir di dalam pergumulan mereka dan selalu siap menolong serta memprioritaskan keluarga lebih dari jemaat. Kedua, Hamba Tuhan harus bisa menyediakan waktu yang berkualitas bagi keluarganya. Ia harus menyadari bahwa keluarganya adalah jemaat yang harus dilayaninya terlebih dahulu. Sayangnya, ada beberapa hamba Tuhan yang terlalu sibuk melayani orang lain, sehingga keluarganya diterlantarkan. Ibarat tukang sepatu yang sibuk membuat sepatu untuk langganannya sehingga dia tidak menyadari bahwa dirinya bertelanjang kaki. Ketiga, Hamba Tuhan harus membangun komunikasi yang sehat dengan keluarganya. Banyak keluarga mengalami keretakan karena salah dalam berkomunikasi. Karena itu hamba Tuhan harus meningkatkan teknik berkomunikasinya, antara lain: belajar lebih banyak mendengar, tidak menghakimi, tidak menggunakan kata kata yang tidak pantas, tidak ‘sok tahu’, empati kepada orang yang didengar, tidak kasar tetapi lemahlembut dan tidak mencela atau tidak menghina. Relasi yang sehat juga bisa dibangun jika ada nilai nilai yang dipraktikkan dalam keluarga seperti kejujuran, kesetiaan, kesabaran, penguasaan diri, kebaikan, keterbukaan, saling mengampuni, saling menghargai, saling menolong dll.
3
Menjaga kekudusan keluarga.
Seorang Hamba Tuhan harus menjaga kekudusan pernikahan dengan pasangannya. Juga harus menghormati pernikahannya dengan cara tidak berzinah (Ibr 13:4). Ia tidak boleh memiliki PIL atau WIL. Untuk itu, Hamba Tuhan harus selalu menjaga hati dan pikirannya supaya selalu bersih dan kudus. Perselingkuhan akan menghancurkan keluarga dan juga pelayanan. Setiap hamba Tuhan harus menyadari bahaya kehancuran yang akan dialaminya jika dia hidup dalam perzinahan. Demikian juga
anak-anak Hamba Tuhan harus menguduskan diri dari semua dosa-dosa dunia. Mereka harus menyadari bahwa ketika hidup dalam dosa, maka itu akan merusak kesaksian keluarganya yang pada akhirnya nama Tuhan dipermalukan.
4
Menerapkan pola keluarga yang benar sesuai Firman Tuhan.
Tuhan telah menetapkan pola keluarga yang benar sesuai Firman Tuhan, yaitu: • Pola untuk suami adalah mengasihi isteri, menjadi imam, nabi dan raja (Ef 5:23, 25-33). • Pola untuk isteri adalah tunduk pada suami, sebagai penolong (Ef 5:22-23). • Pola untuk anak adalah menaati dan menghormati orang tua (Ef 6:1-3). Keluarga Hamba Tuhan merupakan teladan bagi keluarga lain, baik keluarga jemaat maupun keluarga bukan jemaat. Karena itulah seorang hamba Tuhan harus memiliki tata kelola yang baik atas keluarganya. Seorang hamba Tuhan bukan hanya harus cakap memiliki teori tentang tata kelola keluarga tetapi juga dia harus cakap di dalam mempraktekkannya. Keberhasilan seorang hamba Tuhan mengelola keluarganya akan membawa dampak positif untuk pelayanannya dan juga jemaat yang dilayaninya akan mendapatkan contoh yang baik dalam mengelola keluarga mereka. Pada akhirnya nama Tuhan akan dimuliakan melalui kesaksian keluarga hamba Tuhan itu.
Pdt. Hengky So, M.Th
74 |
DEPARTEMEN PELAYANAN MASYARAKAT
TUHAN MEMANGGIL KITA MENJADI PEMBANGUN KOTA (Gembala perlu mendidik jemaat untuk melayani orang di komunitasnya)
GEREJA dipersiapkan Tuhan untuk melayani orang yang berada di sekitarnya, agar banyak jiwa boleh mengalami keselamatan dan menerima Yesus sebagai Tuhan. Bila Anda sebagai gembala, bangunlah setiap jemaat untuk menemukan panggilannya dan mulailah melihat setiap ladang yang telah Tuhan siapkan bagi mereka. Untuk bisa mengerti pernyataan di atas, baiknya kita membaca apa yang tertuang di Matius 21:33-38, “Dengarkanlah suatu perumpamaan yang lain. Adalah seorang tuan tanah membuka kebun anggur dan menanam pagar sekelilingnya. Ia menggali lobang tempat memeras anggur dan mendirikan menara jaga di dalam kebun itu. Kemudian ia menyewakan kebun itu kepada penggarap-penggarap lalu berangkat ke negeri lain. Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya. Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu. Kemudian tuan itu menyuruh pula hambahamba yang lain, lebih banyak dari pada yang semula, tetapi mereka pun diperlakukan sama seperti kawan-kawan mereka. Akhirnya ia menyuruh anaknya kepada mereka, katanya: Anakku akan mereka segani. Tetapi ketika penggarap-penggarap itu melihat anaknya itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: Ia adalah ahli waris, mari kita bunuh dia, supaya warisannya menjadi milik kita.”
76 |
DARI PERIKOP TERSEBUT, kita segera bisa menemukan beberapa rahasia yang Tuhan bukakan terkait dengan tekad seseorang untuk berjalan memenuhi panggilan-Nya. Dikatakan, sang tuan tanah menyewakan kebun dan segala perlengkapan yang dibutuhkan, seperti membuka kebun anggur, menggali tanah, menanam pagar di sekelilingnya, mendirikan menara jaga dan menyewakan kebun kepada para penggarap.
1. Membuka kebun, menggali tanah, dan menanam pagar.
image: www.dodonvineyards.com
Ketahuilah, sang tuan tanah adalah Tuhan. Ketika Tuhan mendesain panggilan seseorang, tanpa orang itu sadari, Tuhan sedang mengarahkannya pada objek dari panggilan yang ditetapkan-Nya. Tuhan akan menaruhnya di salah satu dari ketujuh pilar atau area kehidupan yang ada! Apa pasal? Karena Tuhan telah mendesain hal itu dalam kehidupan setiap orang! Tuhan telah menyiapkan pelayanan yang nantinya akan Anda masuki! Bukan hanya itu, Ia juga akan menyiapkan pagar untuk kebun anggur Anda! Artinya, Tuhan menjagai setiap pelayanan Anda agar tidak satu pun kuasa setan yang bisa masuk dan merusaknya! Ia bahkan menggali lubang untuk memeras anggur. Ini berbicara tentang keyakinan Tuhan bahwa kebun itu pasti berbuah! Kalau Anda Tuhan percaya menjadi gembala, sesungguhnya pelayanan itu telah Ia tetapkan dalam hidup Anda dan Ia persiapkan jauh sebelumnya. Ia ‘membuka kebun dan menggali lubang’ karena yakin betul bahwa orang-orang yang ada dalam penggembalaan Anda pasti berhasil. Dengan kata lain, Ia percaya bahwa Anda pasti sukses sebagai gembala bagi mereka. Tuhan menjagai, membimbing, dan yakin bahwa ada hasil dari pelayanan yang Anda kerjakan. Di bawah penggembalaan Anda tidak ada jemaat yang kerdil, bangkrut, atau mandul. Sebaliknya, semua orang bergerak dan berjalan dalam panggilan selaras dengan kerinduan hati-Nya, dan setiap pelayanan yang lahir di dalamnya akan berdampak positif bagi komunitas dan kota. Melihat kebenaran Firman ini, ada satu urgensi yang Tuhan singkapkan. Tuhan sudah merancang jauh hari sebelumnya tentang rencana-rencana yang hendak ditaruh-Nya dalam kehidupan Anda! Kalau Anda terlibat di Pilar Sosial dan Tuhan meminta Anda untuk merawat anak di Panti Asuhan, sesungguhnya Tuhan telah menyiapkan lubang (keberhasilan) dan pagar (perlindungan) terhadap pelayanan yang Anda masuki! Kalau Anda ditaruh Tuhan dalam Pilar Edukasi, Tuhan telah menyiapkan segalanya bagi Anda, sehingga tidak ada satu pun kuasa yang bisa menggagalkannya! Kalau Tuhan sudah menetapkan panggilan-Nya, ada keberhasilan yang pasti bisa Anda raih, karena itu kerinduan hati Tuhan! Di tempat kami ada keluarga yang menangani pelayanan anak-anak jalanan atau anak yang dibuang. Pada awalnya mereka bergumul, bahkan salah satu kelompok sel yang ada dalam GBI WTC mengadopsi pelayanan ini agar keluarga tersebut tidak merasa sendirian dalam melayani Tuhan. Bermula mereka mengadopsi 4 anak. Kian lama, jumlah anak yang diadopsi semakin banyak mencapai 30 orang. Hitung-
77
hitungan manusia, kebutuhan tentunya juga semakin membengkak, baik itu untuk sekolah, makan, maupun pakaian mereka. Tetapi yang luar biasa, Tuhan menyediakan seluruh yang mereka perlukan! Lalu satu hari, keluarga itu datang pada saya dan bertanya, mungkinkah orang yang melayani di pilar sosial memiliki mobil? Kerena menurut pemikiran mereka, orang yang melayani anak jalanan haruslah tetap miskin dan melarat agar banyak yang menyumbang. Lantas saya katakan pada mereka, “Dimanapun Tuhan menempatkanmu, Tuhan sudah menyiapkan lubang untuk memeras anggur, artinya Tuhan yakin ada buah dan berkat dari pelayananmu.” Dengan kesetiaan melayani anak-anak jalanan dan yang dibuang, suatu hari ada orang yang tergerak menyewakan rumah untuk tinggal 30 anak jalanan itu. Yang awalnya setiap kali datang kebaktian gereja mereka menyewa angkutan kota dan gereja yang membayar, tetapi kini Tuhan menyediakan mobil yang bagus dan besar sehingga mereka bisa ke gereja tanpa harus tergantung pada orang lain. Bahkan tangan Tuhan menggerakkan seseorang untuk menyediakan tanah satu hektar bagi pembangunan panti asuhan, dan luar biasanya semua biaya disediakan orang yang bersangkutan. Sekarang seluruhnya telah terbangun dengan baik. Bukankah itu pekerjaan Allah yang dahsyat? Allah menyediakan secara supernatural semua kebutuhan mereka! Dia yang berjanji, Dia pula yang menepati janji-Nya! Lebih berbahagia lagi, banyak dari anak-anak jalanan dan terbuang itu yang hidupnya dipulihkan dan kemudian mereka memberi diri untuk melayani Tuhan di gereja. Ada di antara mereka yang menjadi perawat, ada yang menjadi angkatan laut, ada yang menyelesaikan studi di perguruan tinggi, dan lainnya. Mereka menjadi anak-anak yang berguna bagi gereja, kota, dan bangsanya. Ini adalah buah dari kesetiaan melayani Tuhan!
2. Mendirikan Menara Jaga.
image: www.commons.wikimedia.org
Apa arti sang tuan mendirikan menara jaga? Seseorang yang berjalan dalam rencana Ilahi akan menerima penyertaan, perlindungan, dan penyediaan secara Ilahi dari Tuhan. Ini merupakan jaminan kesuksesan dari Tuhan kepada mereka yang berjalan dalam panggilan yang ditetapkan-Nya! Bila Tuhan sudah mendirikan kebun anggur, menggali lubang untuk pemerahan, mendirikan pagar, dan mendirikan menara di dalamnya, ini merupakan analogi dari penyertaan, perlindungan, dan penyediaan yang Tuhan berikan bagi mereka yang mau berjalan dalam calling yang Tuhan tetapkan! Coba perhatikan koin uang. Bukankah uang itu tidak akan laku kalau koinnya dibelah? Ini seperti halnya panggilan dan kesuksesan. Kalau Anda berjalan dalam panggilan-Nya, ada kesuksesan yang Tuhan sediakan di dalamnya. Kesuksesan yang Anda raih bukan karena kekuatan dan kepintaran Anda semata, tetapi karena kemurahan yang Tuhan sediakan. Ketika Anda melakukan panggilan-Nya, kesuksesan akan mengikuti Anda karena Tuhan yang menyediakannya dalam perjalanan hidup Anda.
78 |
Saya mendapat peneguhan dari Tuhan bahwa kematian tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan seseorang sebelum panggilan Tuhan terpenuhi dalam kehidupannya. Anda adalah aset Tuhan yang luar biasa! Dia pasti menjagai langkah dan hidup Anda dalam proses penggenapan terhadap panggilan yang ditetapkan-Nya bagi Anda. Karena itu, setiap Anda harus mencapai panggilan Tuhan yang paling utama dan mencapai puncak potensi yang maksimal! Dan ingat, Anda tidak akan pernah mati sebelum panggilan Tuhan terselesaikan dalam kehidupan Anda! Tuhan akan panggil ‘pulang’ setelah Anda menyelesaikan tugas dan tanggung jawab besar yang Tuhan percayakan pada Anda lewat panggilan yang ditetapkan-Nya! Sekumpulan orang memiliki panggilan merawat orang-orang gila yang berkeliaran di jalan. Mereka mendoakan, memberi makan dan melayani orang-orang gila itu sampai sembuh. Tetapi ketika banyak orang yang sembuh melalui doa dan puasa, tantangan pun mulai datang. Beberapa waktu lalu, ada 30 orang yang menandatangani surat penolakan keberadaan pelayanan tersebut. Lantas saya ajak mereka berdoa. Kami bawa apa yang kami gumulkan di rumah doa dan menara doa. Apa yang terjadi? Pertolongan Tuhan pun datang tanpa kami duga! Seketika Tuhan turun tangan dan menolong melalui aparat yang justru mendukung keberadaan pusat pelayanan/rehabilitasi orang gila yang kami bangun, dan sejak saat itu orang-orang tidak lagi pernah meminta pak lurah di kampung itu untuk menutupnya. Benar, Tuhan membuat menara jaga dan pagar bagi anak-anak-Nya! Haleluya!
3. Menyewakan Kebun Kepada para Penggarap.
image: www.sites.duke.edu
Kemudian, sang tuan menyewakan kebunnya pada para penggarap! Para penggarap berbicara tentang lebih dari satu orang yang menggarapnya. Dengan ungkapan lain, Tuhan memberi tugas pada seseorang secara bersama-sama untuk membangun pelayanan. Orang dengan panggilan yang sama bersatu-padu untuk menyelesaikan panggilan yang Tuhan tetapkan. Itu artinya setiap pelayanan perlu ditangani oleh beberapa orang dengan kemampuan berbeda namun memiliki kesamaan panggilan. Karena itu, Anda harus bekerja sama dengan rekan yang lain dalam menjalankan pelayanan yang Anda masuki! Mengapa para penggarap harus dikumpulkan? Sebab jemaat yang satu memiliki waktu, sementara yang lain memiliki uang, dan yang lainnya lagi memiliki rumah ataupun pemikiran untuk panggilan tersebut. Jika semua itu disatukan tentu akan menghasilkan pelayanan yang hebat! Matius 21:34 katakan, “Ketika hampir tiba musim petik, ia menyuruh hamba-hambanya kepada penggarap-penggarap itu untuk menerima hasil yang menjadi bagiannya.” Tuhan tahu waktu yang seharusnya bagi Anda untuk berbuah! Tuhan akan kirim hambanya karena Ia sudah tahu bahwa Anda telah sampai pada waktu yang tepat untuk menghasilkan buah. Sekiranya ada panggilan yang Tuhan taruh dalam hati Anda tetapi Anda menundanya, maka akan tiba waktunya Tuhan bertanya tentang pertanggungjawaban Anda terhadap panggilan yang ditetapkan-Nya dalam hidup Anda. 79
Tuhan telah menyiapkan kebun anggur, lubang, pagar, dan menaranya! Apa artinya? Kalau Anda mau melangkah menggenapi panggilan yang Tuhan tetapkan, Tuhan pasti memperlengkapi segala kebutuhan yang Anda perlukan di dalamnya! Sumber yang lain akan Tuhan sediakan sampai Anda meraih sukses karena Tuhan mau memperbesar ruang gerak Anda untuk menggenapi panggilan yang ditetapkan-Nya dalam hidup Anda! Adalah tanda tanya besar apabila kehidupan kekristenan Anda belum juga menghasilkan buah. Itu sebabnya, Tuhan akan mengirimkan orang-orang kepada Anda agar Anda bergerak dan berbuah! Siapa yang akan Tuhan kirim? Tuhan akan mengirim orang-orang yang sepertinya dipandang sebelah mata oleh dunia. Tuhan akan mengirim orang-orang lemah, miskin, tidak bisa diatur, nakal, dan halhal tidak baik lainnya dalam kehidupan Anda. Mereka semua merupakan hamba-hamba yang Tuhan kirim! Kalau hari ini mereka masih kelihatan jelek dan tidak bisa diatur, percayalah, suatu saat mereka akan menjadi hamba Tuhan yang dipakai-Nya! Jika Anda menyadari hal ini, Anda pasti antusias untuk bergerak menjangkau orang-orang miskin, anak-anak terlantar, para korban penyalahgunaan narkoba, dan kalangan miskin yang lain! Ketika Tuhan mengirim hamba-hamba-Nya, Anda harus melayani mereka! Mereka butuh buah dari panggilan hidup Anda! Setiap kali Anda merasa sakit dan teriris manakala melihat anak jalanan yang terlantar, itu merupakan bukti bahwa Tuhan sedang mengirimkan hamba-Nya kepada Anda! Kalau Anda membiarkan atau melewatkannya, Anda akan kehilangan momentum untuk bergerak dalam calling yang ditetapkan-Nya bagi Anda! Dengan kata lain, apabila ada orang-orang yang datang pada Anda dan minta dilayani, itu berarti Tuhan mengirimkan mereka bagi Anda agar Anda membangun pelayanan sesuai panggilan yang Tuhan tetapkan. Mulai hari ini, jangan melihat sisi buruk dari orang-orang yang Tuhan kirimkan di pelayanan Anda! Berdirilah dan ubah hidup mereka sehingga mereka menjadi hamba-hamba Tuhan yang baik! Tuhan ingin agar Anda merawat mereka! Mengapa segala persoalan yang ada di kota ini nampak di mata kita? Karena Tuhan menaruh panggilan bagi kita untuk menyelesaikan masalah di kota ini dan mengubah hidup mereka menjadi hamba-hamba-Nya! Bisakah Anda bayangkan jika para gembala di suatu kota menyadari hal ini dan menggerakkan seluruh jemaatnya untuk bergerak menyelesaikan masalah bagi kotanya? Masalah di kota dapat diselesaikan oleh gereja, bersama dengan pemerintah daerah yang memang harus memikirkannya. Anda dipanggil menjadi pembangun Kota dimana Tuhan taruh Anda!
80 |
PENUHI panggilan Saudara! Ketika orang-orang susah datang, apa yang terjadi selanjutnya? Baca kembali Matius 21:35, “Tetapi penggarap-penggarap itu menangkap hamba-hambanya itu: mereka memukul yang seorang, membunuh yang lain dan melempari yang lain pula dengan batu.” Sewaktu saya baca ayat ini, saya cukup tersentak! Seringkali kita menelantarkan orang-orang susah yang Tuhan kirimkan ke hadapan kita! Kita tidak bertanggung jawab dan tidak setia terhadap panggilan yang Tuhan tetapkan! Apa artinya “hamba-hamba itu dipukuli”? Ini berbicara tentang keterlantaran yang mereka alami, dan itu disebabkan karena kita tidak merawat mereka! Tuhan selalu memberi kesempatan kedua! Bilamana Anda merasa gagal dalam menggenapi panggilan-Nya, Tuhan masih beri Anda kesempatan! Tuhan akan mengirim kembali orang-orang yang susah agar Anda bisa merawat mereka dengan baik. Saat Tuhan mengirim mereka, Tuhan mau supaya mata kita tercelik. Mungkin saja di kesempatan yang kedua Anda kembali gagal, tetapi seperti yang tertulis di dalam Yeremia 29:11, Tuhan adalah Tuhan yang memberi kesempatan kedua! Tuhan pun memiliki rancangan-rancangan damai sejahtera! Itu berarti Tuhan punya banyak rancangan dalam kehidupan Anda! Ketika Anda alami kegagalan, Tuhan pasti memberi kesempatan kedua kepada Anda! Lukas 13:6-9 pun menyatakan hal serupa. Tetapi, kalau Anda tidak memanfaatkan kesempatan kedua itu, Tuhan akan memotong Anda! Kemudian Matius 21: 37 menuliskan bahwa Tuhan menyuruh anak-Nya kepada mereka! Dia katakan bahwa anak-Nya akan disegani! Apa artinya? Tuhan memberi kesempatan yang ketiga bagi Anda! Tuhan bisa memberikan rancangan-rancangan agar Anda bisa kembali kepada rancangan yang sempurna untuk menggenapi panggilan yang ditetapkan-Nya! Di antara kita ada yang punya hati, ada yang punya waktu, dan ada pula yang punya dana. Kalau semuanya bergerak, kita bisa menyelesaikan masalah yang ada di kota kita! Semua talenta yang diberikan-Nya kepada masing-masing kita pasti dibutuhkan orang lain. Karena itu, kita tidak bisa bergerak sendirian dalam membangun pelayanan! Kita harus bekerja sama dengan orang lain yang memiliki talenta berbeda untuk membangun pelayanan! Tidak boleh ada satu pun di antara kita yang lalai untuk membangun pelayanan sesuai panggilan yang Tuhan berikan. Jika Tuhan sudah menaruh panggilan dalam hidup kita, laksanakan itu dengan segera sehingga rancangan-Nya tergenapi dalam hidup kita. Kita sedang diminta oleh Tuhan untuk menghasilkan buah dari pelayanan yang kita masuki! Itu sebabnya, lakukan apa yang menjadi kesenangan hati-Nya! Kelalaian kita dalam mengerjakan panggilan yang Tuhan tetapkan maupun pelayanan yang seharusnya bisa kita masuki, (Matius 21: 39-41), menandakan bahwa kita tidak bisa Tuhan percaya! Sebagai konsekuensinya, Tuhan bisa mengambil talenta itu dari kita dan mempercayakannya kepada orang lain! Kalau kita tidak melakukan panggilan kita dengan setia, Tuhan akan mengalihkan pelayanan tersebut kepada orang lain yang bersedia merespons dan menghasilkan buah pada waktunya! Itu sebabnya, kita harus menjadi pribadi yang bisa dipercaya Tuhan! Kita harus mempunyai kesungguhan hati untuk menggenapi panggilan yang ditetapkan-Nya! Sebagai ketua Departement Pelayanan Masyarakat, saya mengajak semua gembala GBI di seluruh Indonesia untuk dapat melihat isi hati Tuhan, menyelamatkan jiwa di sekitar kita dengan melakukan kehendak-Nya dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. Mari tuntaskan masalah yang ada di kota Anda! Dengan begitu, Anda telah menjadi pelayan masyarakat sekaligus melakukan amanat agung Tuhan Yesus Kristus.
Pdt. Dr. Ir. Jonathan Wiryohadi, M.Th
81
PEMIMPIN PEMBAWA PERUBAHAN Bangsa dan Gereja Perlu Pemimpin, Hidup adalah sebuah perjalanan, seperti perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir lewat Padang Gurun masuk Tanah Perjanjian. Ada banyak perubahan yang kita alami dalam kehidupan, ada fase-fase kehidupan yang harus kita lalui, mulai dari kecil hingga dewasa, dari generasi ke generasi. Dalam setiap fase kehidupan, dalam setiap generasi, Tuhan membangkitkan pemimpin. Musa, memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir dan berjalan di padang gurun, generasi yang tidak masuk tanah perjanjian, kecuali Yosua dan Kaleb. Yosua, memimpin bangsa Israel dari padang gurun masuk tanah perjanjian, generasi yang masuk tanah perjanjian dan berjuang untuk merebutnya. Ada tantangan, ada kesempatan yang berbeda dalam setiap generasi. Tuhan angkat pemimpin dalam setiap generasi. Setiap pemimpin ini harus memimpin bangsanya menghadapi tantangan yang dihadapi generasinya dan membawa kemenangan bagi generasinya agar mengalami janji Tuhan dan bagi generasi penerusnya. Dalam kehidupan kekristenan, kita sebagai Gembala atau pemimpin jemaat bukan hanya membawa umat untuk beribadah, tetapi membawa, mengajar dan membimbing mereka agar memahami serta mengalami janji-janji Tuhan dalam kehidupan mereka masing-masing. Dalam Yosua 1:1-2, Yosua harus menyiapkan diri karena rencana Tuhan akan segera digenapi atas bangsa Israel. "Hamba-Ku Musa telah mati; sebab itu bersiaplah sekarang, seberangilah sungai Yordan ini, engkau dan seluruh bangsa ini, menuju negeri yang akan Kuberikan kepada mereka, kepada orang Israel itu.” (Yos. 1:2). Satu fase kehidupan, satu generasi lelah lewat. Musa telah tiada, maka Tuhan membangkitkan Yosua menggantikan Musa memimpin bangsa Israel. Tuhan akan segera menggenapi apa yang telah dijanjikan, tanah yang berlimpah susu dan madunya. Sebagai pemimpin kita harus mengetahui kapan waktu masuk dan waktu keluar. Rencana dan waktu-Nya Tuhan harus digenapi. Ketika Tuhan mau menggenapi rencana-Nya bagi umat, kita sebagai pemimpin harus tahu jangan sampai kita tidak melakukan maka Tuhan bisa menggantikan kita dengan orang lain. 82 |
Tuhan banyak melahirkan pemimpin. Sudahkah kita menyiapkan diri dalam memimpin umat-Nya? Bukan hanya mengenal, mendengar tetapi juga membawa mereka mengalami janji Tuhan. Saat kita selesai menyampaikan Firman, kita harus memikirkan apa yang kita sampaikan dapat diterima dan dialami oleh jemaat? Gereja harus mengalami janji Tuhan bukan sebagai pemberita saja. Ironis banyak anak muda zaman sekarang tidak mau jadi hamba Tuhan, mereka lebih ingin menjadi motivator. Padahal hamba Tuhan adalah God’s messenger (pembawa pesan) Tuhan dan membawa orang mengalami janji Tuhan. “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka.” (Yos. 1:6). Seseorang harus tampil memimpin sebuah bangsa untuk menerima janji, Tuhan katakan kepada Yosua, “engkaulah yang akan memimpin.” Kalau kita diberi kepercayaan untuk memimpin, Tuhan akan memberikan kemampuan kepada kita. Tuhan bisa pakai semua orang untuk memimpin. Waktu Barak dipilih untuk menjadi pemimpin, dia tidak mau, maka Tuhan menggantikannya, memakai Debora seorang wanita untuk memimpin bangsa, selalu harus ada pemimpin. Pertanyaannya apakah kita siap? Jika Tuhan yang dipilih kita harus siap, karena kita sudah dipersiapkan dan akan disertai Tuhan memimpin ‘bangsa’ yang dipercayakan-Nya. “Jikalau tidak ada pimpinan, jatuhlah bangsa.” (Ams. 11 : 14a). Kalau tidak ada pemimpin, orang akan ditarik oleh orang lain dan dunia, seperti di Korea Selatan bagaimana anak-anak muda ditarik oleh dunia padahal kita tahu Korea adalah bangsa yang mengalami Kebangunan Rohani secara besar-besaran. Tantangan terbesar gereja saat ini adalah godaan iblis lewat kemakmuran dan kemapanan. Kemakmuran dan kemapanan sering berbanding terbalik dengan kebutuhan akan Tuhan. Jika pemimpin tidak menarik kepada janji Tuhan, maka dunia akan menarik mereka kepada ‘janji dunia’.
“Celakalah kalau pemimpinmu anak-anak, pagi-pagi sudah makan tetapi berbahagialah kalau pemimpinmu berasal dari pemuka.” (Pkh. 10:16, 17). Suatu kota tergantung dari pemimpinnya. Celakalah kota kalau pemimpinnya hanya suka kesenangan, demikian juga gereja. Faktor penentu adalah pemimpin. Yeh. 34:2-6, celakalah orang yang menggunakan kepemimpinan atau penggembalaan hanya untuk mendapat profit yang besar, tetapi tidak melakukan pekerjaannya, maka Tuhan turun tangan untuk memimpin (Yeh. 34:15). Kalau Tuhan sampai turun tangan berarti kita tidak mampu melalukan apa yang Tuhan percayakan.
Panggilan kepemimpinan, Mitos Kepemimpinan. Ada beberapa mitos dalam kepemimpinan menurut John Maxwell (guru kepemimpinan), mitos artinya kepercayaan yang ada tetapi belum tentu benar. Manajer adalah pemimpin, manajer yang hebat belum tentu pemimpin, manajemen bagian kepemimpinan bukan berarti otomatis mereka menjadi pemimpin. Usahawan yang berhasil belum tentu pemimpin, mereka mungkin bisa menjual dan menghasilkan untung yang besar, tetapi belum tentu mereka menjadi pemimpin. Pengetahuan adalah pemimpin, kita butuh pengetahuan untuk memimpin, tetapi tidak otomatis gelar membawa kita menjadi memimpin. Pelopor belum tentu pemimpin, benar mereka yang mendahului, tetapi mereka tidak selalu memimpin. Orang yang punya kedudukan/posisi belum tentu menjadi pemimpin, tetapi setiap pemimpin pada umumnya memiliki ‘kedudukan’, baik secara resmi atau tidak.
Kepemimpinan bukanlan seperti apa kata mitos tersebut, menurut John Maxwell kepemimpinan adalah membawa pengaruh kepada orang lain. Seorang pemimpin, dia punya inisiatif untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain mengikuti dia, bahkan ia juga bisa membakar hati orang lain, membangkitkan semangat orang tersebut. Seorang pemimpin akan membawa orang lain mengikuti dia, karena itu penting sekali seorang pemimpin memiliki visi dan value (nilai-nilai) dalam kepemimpinannya.
Pemimpin harus memiliki VISI Visi yang kita miliki seharusnya adalah visi dari Tuhan, bukan semau kita saja. Bagaimana kita bisa memiliki visi tersebut? Dalam Kejadian 13:14-15 “Setelah Lot berpisah dari pada Abram, berfirmanlah Tuhan kepada Abram:”Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur,dan barat, utara dan selatan, sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.” Kita mesti buka mata dan memandang sekeliling kita apa yang Tuhan singkapkan di depan kita? Adakah kita melihat kesempatan? Adakah kita melihat sesuatu kondisi dan timbul beban dalam hati kita? Adakah kita melihat mimpi yang ingin kita capai? Yang terpenting kita mesti hidup dalam mimpi/visi kita, yang kita terima dari Tuhan, bukan mimpi orang lain. Yang perlu diperhatikan juga adalah dimana kita berdiri ketika kita melihat mimpi itu. Apakah seperti Abram, kita melihat ketika kita berdiri dekat dengan Tuhan? Abram selalu berada dekat dengan Tuhan, ia membangun mezbah, kemana pun
83
dia pergi. Atau, apakah kita berdiri di atas hasrat dan ambisi pribadi kita? Berdiri dekat Tuhan, Dia adalah Gembala yang baik yang membimbing kita ke padang rumput yang hijau, ke air yang menyegarkan jiwa. Walau pun Ia mengijinkan kita melewati lembah kekelaman, tetapi itu tidak akan membuat kita binasa, karena Dia siap menolong kita sampai kepada janji-Nya. Kepemimpinan berbicara kemana orang-orang akan kita bawa. Pemimpin harus semakin mendekat kepada Tuhan, agar menangkap visi Tuhan dan orang yang dipimpinnya mengikutinya berjalan dalam visi Tuhan. Dan kita tidak menjadi pemimpin yang menjerumuskan orang lain, tapi kita bawa mereka kepada rencana Tuhan dalam hidupnya. Pemimpin Perubahan tidaklah mudah, tidak semua orang dengan gampang percaya dan mengikuti kita. Tapi jangan menyerah, kalau kita percaya itu dari Tuhan, Dia pasti akan menyertai kita untuk bisa sampai kepada tujuan yang direncanakan-Nya.
Pemimpin harus memegang VALUES nilai-nilai Perjalanan mencapai visi pasti ada tantangan, ada godaan yang membuat kita menyimpang dari kebenaran Tuhan, menyimpang dari standar yang kita tentukan. Nilai-nilai adalah rambu-rambu yang menjaga kita agar tetap berada di jalan yang benar dan memiliki standar kualitas yang terbaik. Bagaikan sebuah sungai, air dapat mengalir dengan baik dari hulu ke hilir, karena sungai memiliki dinding sungai yang menjaga air tetap ada di dalam sungai. Air mengalir membawa kehidupan bagi kita, tetapi jika dinding sungai itu jebol, maka air menjadi bencana banjir. Demikian nilai-nilai dalam kehidupan kita, akan menjaga perjalanan kita sampai di tujuan. Selain visi yang jelas, sebagai pemimpin kita harus memegang nilai-nilai yang menjaga perjalanan kehidupan kita. Tuhan
mengingatkan Yosua untuk tidak menyimpang ke kiri dan ke kanan, ketika Yosua dipilih menjadi pemimpin. Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa; janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi. Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung. (Yos 1:7-8). Tuhan ingatkan Yosua, bahwa Firman Tuhanlah yang akan menjaga jalan kehidupannya tetap dalam rencana dan penjagaan-Nya. GBI MANTAP (Maju, Andalkan Tuhan, Niat tulus dan kudus, Tertib, Ayomi, Profesional) adalah nilai-nilai yang kita pegang untuk mencapai visi dan misi kita. Nilai-nilai ini akan membawa perubahan dalam kehidupan kita, cara kita bekerja, berpikir, memutuskan, semua akan terjaga dengan nilai-nilai ini. Visi dan Nilai-nilai tidak bisa dipisahkan. Visi tanpa nilainilai maka kita akan mencapainya cara seenak kita tanpa memperdulikan aturan, mungkin juga orang lain dikorbankan. Nilai-nilai tanpa visi, bagaikan air sungai mengalir tanpa tahu dimana akhirnya. Sesungguhnya jangan hanya kekayaan yang kita wariskan, nilai-nilai lebih penting untuk diwariskan. Jika sejak kecil kita menanamkan nilai-nilai yang benar kepada anak-anak, mereka akan mewarisi nilai-nilai yang kita pegang. Misalnya nilai tentang tidak mudah menyerah, maka mereka akan menjadi pejuang yang tangguh demi masa depannya. Jika sejak kecil kita menanamkan nilai-nilai yang membawa perubahan, maka perubahan akan terjadi. Mari kita menjadi pemimpin, hamba Tuhan yang membawa perubahan, jika tidak maka dunia akan mengubah kita. Coba renungkan apakah gereja sudah mengubah dunia atau dunia mengubah gereja? Pdt. Himawan Leenardo
"Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkaulah yang akan memimpin bangsa ini memiliki negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada nenek moyang mereka untuk diberikan kepada mereka."
84 |
OBITUARI
Selamat Jalan Pdt. YOHANES AJOEB SOEGIORAHARDJO Dilahirkan tanggal 30 Desember 1930 di desa Loram Wetan kecamatan Jati Kabupaten Kudus. Ayah bernama Sastro Sarban (Alm) dan Ibu bernama Sri Sulastri (Almh). Menikah dengan Sri Hartati (Almh) 1 Mei 1961 dikarunia seorang putera dan dua orang puteri: Ir. Setiyo Mahanaim menikah dengan Pdp.Dr. Yuniarti B.M, anak: Eliata Purwaningtyas Nugroho dan Yosua Setiawan Nugroho, Pdm.Ir.Hanna Mahanani menikah dengan Pdt. Petrus P Pujohartono, S.Th,MA, anak: Daniel Pesah Nugroho dan Eunike Indah Nugroho,Ruth Mahanani,SE menikah dengan Drs Budi Utomo, SH, anak: Elika Regni Utami, Yoel Adi Utomo dan Yehezkiel Wim Utomo.
Pada tahun 1947, melalui seorang Bapak Purbo Sunyoto Ratmojo dari Blora, Pak Ajoeb yang di sapa oleh hamba-hamba Tuhan GBI menerima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Tahun 1955, beliau dikirim oleh (Alm) Pdt. Yoetyn Khing, Gembala Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kudus untuk mengikuti pendidikan Sekolah Alkitab di Surabaya. 20 Agustus 1957, dilantik menjadi pejabat GBIS dalam Sidang Sinode GBIS di Mojokerto. 17 Juli 1957, dilantik BPH GBIS menjadi Gembala GBIS Kudus menggantikan Pdt. Yoetyn Khing yang pindah melayani Tuhan ke kota Purwokerto. Tahun 1959-1969, Ketua BADAN PEKERJA DAERAH (BPD) GBIS Jateng dan DIY. Tahun 1970, karena ada persoalan dalam tubuh organisasi GBIS se-Indonesia maka pada tanggal 6 Oktober 1970 di Gedung Oikumene Sukabumi berhimpun 120 Hamba-hamba Tuhan yang keluar dari GBIS bersama-sama mendirikan Organisasi baru yang bernama Gereja Bethel Indonesia dan terpilih menjadi Wakil Ketua BPH GBI sampai 2 (dua) periode. Oleh sebab itu tanggal 6 Oktober 1970 dijadikan hari lahirnya GBI yang sekarang ini berkembang hampir ke seluruh dunia. Tahun 1970-1985 terpilih sebagai Ketua BPD Jateng dan DIY. Tahun 1985-2003 menjabat Badan Pembina Rohani Jateng, anggota MPL dan penasehat BPD Jateng. Tahun 2003-2011, Staf Majelis Pengarah Sinode, Anggota MPL (Majelis Pekerja Lengkap GBI), Penasehat BPD Jateng dan DIY, Ketua BPL (Badan Pembina Rohani GBI) Jateng dan DIY.
Tuhan Yesus memberi karunia untuk membangun beberapa tempat ibadat diantaranya: 1. Mendirikan Gedung Gereja di Jalan Mayor Kusmanto 12 A tanggal 27 Juli 1966 dan 10 tahun kemudian ditanggal yang sama merenovasi gedung. Kemudian tanggal 2 Mei 1992 mentahbiskan Gedung gereja baru dan membongkar gedung yang lama untuk tempat Kebaktian Sekolah Minggu, Wanita Bethel Indonesia, Pemuda Remaja serta Kantor gereja. 2. Membangun Gedung Gereja di desa Klaling Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus tahun 1969 tetapi sayang pada masa renovasi didemo oleh agama lain dan akhirnya ditutup terpaksa jemaat diantar jemput ke GBI Kudus. 3. Membangun Gedung Gereja di Kedung Rejo (Wonogiri) tahun 1982 digembalakan Pdt. Stevanus Sutarman. 4. Membangun Gedung Gereja di Tanjung Rejo Kudus tahun 1984 digembalakan Pdt. Yunus Gabara. 5. Membangun Gedung Gereja Pudak Payung Semarang tahun 1985 digembalakan Ibu Pdm. Winarno. 6. Membangun Gedung Gereja di Njrahi Pati yang digembalakan Pdt. Yohanes. Pendeta yang dipakai Tuhan secara luar biasa ini juga telah memenangkan banyak jiwa untuk Tuhan, terutama di lingkungan keluarganya, Puji Tuhan.
85
Selamat Jalan Pdt. YONATHAN SUDARYADI, BSC., MPM Terlahir di Kota Pesisir, Banyuwangi pada tanggal 25 Mei 1949. Jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) ia lalui di kota kelahirannya tersebut. Bertemu dengan ibu Linda Gunawan di Palembang. Tepat pada hari Natal, 25 Desember 1973, pertunangan dilangsungkan. Sebulan kemudian, tepatnya di tanggal 20 Januari 1974 mereka berdua melangsungkan pernikahan, sebagai bukti bahwa kasih itulah yang telah mempersatukan mereka sekali untuk selamanya. Dari pernikahannya dikaruniai tiga orang anak yang sangat mereka kasihi: Nathalia Ninie Lestari Sudarjadi, lahir tahun 1978; Ingelia Sari Lestari Sudarjadi, lahir tahun 1983; dan Orville Yonathan, pada tahun 1997. Usai ia menamatkan pendidikan SMA, ia lebih memilih untuk langsung bekerja. Karena keputusannya itulah yang akhirnya membawa Yonathan muda berpindah ke kota besar Surabaya dan bekerja di sana, di sebuah perusahaan yang bernama PT. Nilakandi. Dengan prestasi yang ia miliki, di tahun 1970, PT. Nilakandi, tempat ia bekerja itu mengirimnya untuk bertugas di cabang perusahaan yang berada di kota Palembang. Di Palembang inilah beliau bertemu dengan ibu Linda Gunawan. Setelah tiga tahun, ia memutuskan untuk bertunangan, mengikat tali kasih yang sudah ia bina dengan Linda Gunawan, wanita yang dicintainya. Berpikir bahwa pendidikan SMA kuranglah cukup untuk mendukung tugas pekerjaannya, maka ia memilih melanjutkan studinya di bidang administrasi selama 3 tahun di Palembang, hingga ia meraih gelar B.Sc. Berbekal pengalaman dan pendidikan administrasi yang dimilikinya, ia memutuskan untuk membuka usaha sendiri sebagai kontraktor, selanjutnya toko agen cat, hingga pabrik sumpit. Baru di tahun 1997 ia memilih untuk pindah ke Jakarta bersama seluruh keluarga yang dicintainya. Dan melalui peristiwa yang indah di tahun 1998 Pak Yo dipanggil, melayani sepenuh waktu sebagai Kepala Sekretariat di GBI Tampak Siring dan GBI Rayon I D, Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dalam tanggung jawabnya sebagai Kepala Sekretariat tersebut telah membuatnya mulai aktif di Perwakilan Wilayah (PERWIL) GBI DKI Jakarta Utara. Dari keaktifan beliau inilah yang membuat Pdt. Paul R. Widjaja meminta beliau untuk menjadi Sekretaris dan Kepala Sekretariat dari BPD GBI DKI Jakarta, Periode 2004 – 2008. Bahkan pada periode II kepemimpinan Pdt. Paul R. Widjaja, Periode 2008 – 2014, Pak Yo kembali dipercaya sebagai Sekretaris dan Kepala Sekretariat BPD GBI DKI Jakarta. Hingga akhirnya pada pemilihan Ketua BPD GBI DKI Jakarta, pada Sidang MD terakhir tahun 2014, beliau dipilih dan ditetapkan sebagai Ketua BPD GBI DKI Jakarta Periode 2014 – 2018. Selama beliau menjalankan tugas pelayanan di BPD DKI Jakarta di tahun 2007 – 2009, Tuhan memberikan sebuah penugasan pelayanan kepada Pak Yo dan isteri di sebuah Apartemen, di bilangan Permata Hijau, Jakarta Selatan. Namun dan pada tahun 2009 melalui perintisan jemaat yang beliau lakukan, Tuhan mempercayakan penggembalaan yang beliau tunaikan hingga akhir hayatnya, yaitu GBI Gedung Veteran, Jl. Raden Inten – Kalimalang, Jakarta Timur. Kisah singkat seorang anak Tuhan bernama Yonathan Sudarjadi yang tentunya tercatat di hati Tuhan dan juga di hati setiap orang yang pernah mendapatkan sentuhan pelayanan beliau. Kiranya kisah hidup ini Pak Yo dapat menjadi sebuah inspirasi dan penyemangat di dalam melayani Tuhan hingga akhir hidup kita.
87
SIdang majelis daerah gbi 2015 Majelis Daerah adalah sidang pengambilan keputusan di tingkat daerah. Gereja Bethel Indonesia mempunyai 2 Sidang Majelis Daerah, yaitu; (1) Sidang MD - yang dihadiri oleh seluruh pejabat di daerah yang bersangkutan dan mempunyai fungsi mensosialisasikan keputusankeputusan Sinode dan memutuskan hal-hal yang berlaku secara umum bagi seluruh pejabat; (2) Sidang MD Gembala - yang hanya dihadiri oleh gembala jemaat di daerah yang bersangkutan dan berfungsi untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan dengan penatalayanan dan pengembangan GBI di daerah yang bersangkutan (Tata Gereja, 2014, -red.).
Berkat pertolongan Tuhan Yesus Kristus, Majelis Daerah GBI ini telah melaksanakan sidang-sidangnya tersebut dimulai sejak bulan Maret dan berakhir bulan September 2015. Dalam sidang-sidang tersebut BPH GBI telah memberikan beberapa materi pembekalan kepada seluruh pejabat GBI baik dalam bentuk penyampaian langsung mapun secara tertulis (buku). Materi-materi yang diberikan antara lain; Pelayanan Pastoral, Pemimpin Membawa Perubahan, Visi Menjadi Program dan Sosialisasi Program GBI. Selain pembekalan, BPH juga telah membagikan Majalah Penyuluh, Tata Gereja GBI perubahan, juga materi Bulan Keluarga.
BPD GBI Tapanuli 19 - 21 Maret 2015
BPD GBI Maluku 13 - 15 April 2015
88 |
BPD GBI Kepulauan Riau 22 - 23 April 2015
BPD GBI Sulawesi Selatan Tenggara 05 - 06 Mei 2015
89
BPD GBI Papua 05 - 07 Mei 2015
BPD GBI Pegunungan Tengah Papua 06 - 08 Mei 2015
90 |
BPD GBI Bekasi 11 - 13 Mei 2015
BPD GBI Eropa II 30 Mei 2015
91
BPD GBI Sulawesi Tengah 09 - 10 Juni 2015
BPD GBI Barito 23 -25 Juni 2015
92 |
BPD GBI Kalimantan Tengah 23 - 25 Juni 2015
BPD GBI Banten 26 -28 Juni 2015
93
BPD GBI Surabaya 06 - 08 Juli 2015
BPD GBI Kalimantan Timur 07 - 09 Juli 2015
94 |
BPD GBI Sumatera Utara 28 - 30 Juli 2015
BPD GBI Riau 22 - 24 Juli 2015
95
BPD GBI Jawa Barat 04 - 05 Agustus 2015
BPD GBI Jawa Tengah & DIY 04 - 05 Agustus 2015
96 |
SE HAGER DI A R
Virtual Account
GBI
Bekerja sama dengan Bank BRI dan BCA, Setiap Jemaat lokal GBI akan mendapatkan No Virtual Account masingmasing dan semua transfer ke BPH GBI dilakukan melalui no tersebut. Dengan memiliki No Virtual Account akan mendapat beberapa kemudahan: •
Anda tidak perlu melakukan konfirmasi ke BPH untuk mengetahui apakah transfer sudah diterima atau belum, karena Anda akan mendapatkan sms langsung, memberitahukan bahwa transfer Anda sudah diterima dengan baik.
•
Anda tidak perlu menulisan nama pengirim, karena BPH akan tahu dengan pasti siapa yang melakukan transfer, karena masingmasing jemaat lokal GBI akan memiliki No. Virtual Account yang berbeda.
BPH GBI akan segera mengirimkan No. Virtual Acoount kepada jemaat lokal GBI
97