Pemanfaatan Media Internet untuk Menulis Karya Ilmiah Widyaiswara Oleh : Priyambudi Santoso (Widyaiswara Utama)
Summary The existence of the Internet is a great opportunity for the Widyaiswara in professional development efforts. Moreover, to gain publicity scientific papers on a wide area. This is in line with MENPAN Regulation Number 14 of 2009, and Head of LAN Regulation Number 9 of 2008, that the making of the Scientific Writings of content related training and/or development of the specialty (published through the website agencies/government organizations are legal entities) can be given the value of Credit Score. For that, the rules and ethics are made in writing by using the computer, computer network, and/or other electronic media, would be strengthened by studying the contents of Article 27 through Article 37 of Law Number 11 Year 2008 on Information and Electronic Transactions. Which must also follow the scientific principles, namely: the origin, has urgency, has an open structure and logic of testing the truth, and training relevant to the scope and/or specialization Widyaiswara owned and objective.
Latar belakang Keberadaan internet merupakan salah satu peluang yang sangat besar bagi para pejabat fungsional Widyaiswara dalam mengembangkan profesionalismenya. Terlebih untuk meraih publisitas karya-karya tulis ilmiah (KTI)-nya pada area yang seluasluasnya.
Baik hal itu bagi Widyaiswara yang berjenjang Pertama maupun yang
berjenjang Muda, Madya, dan Utama.
Memilih media internet sebagai tempat menerbitkan tulisan pada saat ini nampaknya dapat menjadi keputusan yang amat tepat dan amat baik. Apalagi ketika Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya diberlakukan. Selain di dalam isi pada Lampiran 1 Peraturan Menpan Nomor 14 Tahun 2009, maka pada Peraturan Kepala LAN Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan KTI bagi Widyaiswara, disebutkan bahwa pembuatan KTI oleh Widyaiswara Jenjang Pertama sampai dengan Widyaiswara Jenjang Utama yang isi tulisannya terkait lingkup kediklatan dan/atau pengembangan spesialisasinya pada media Internet (diterbitkan melalui website lembaga/organisasi pemerintah/institusi ilmiah yang berbadan hukum) dapat diberikan nilai Angka Kredit sebesar 2 (dua).
Inilah saatnya para Widyaiswara menulis dan mempublikasikan tulisan-tulisan ilmiahnya melalui media internet.
Saat yang tepat ini sejalan dengan Sambutan Menteri
Pendidikan Nasional (Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh, DEA.) pada website Departemen Pendidikan Nasional (http://www.depdiknas.go.id/), bahwa; “tuntutan era globalisasi
-1-
yang menjadikan informasi sebagai sumberdaya percepatan perilaku ekonomi, politik, sosial, dan budaya, menyebabkan arus dan daya serap informasi dilakukan melalui media elektronik yang serba cepat pula”.
Sehubungan dengan itu, maka tulisan ini mencoba mengungkapkan manfaat internet sebagai media pengembangan profesi serta norma-norma dalam pemuatan karya-karya tulis ilmiahnya bagi Widyaiswara Kehutanan.
Pengertian Internet, Website, dan Homepage Memahami tentang Internet perlu didahului dengan pemahaman tentang media elektronik, yang di dalam ensiklopedia bebas Wikipedia dituliskan, bahwa media elektronik pada dasarnya merujuk kepada alat sebaran yang menggunakan teknologi elektronik untuk dicapai penggunanya, seperti; radio, televisi, komputer, telepon dan lain-lain.
Selain itu, pemahaman tentang istilah “online”, yaitu keadaan di saat
seseorang terhubung ke dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Misalnya; dalam percakapan, "saya sedang online", maka dapat berarti seseorang terhubung dengan jaringan (network) yang lebih besar seperti Internet, atau sedang terhubung dengan orang lain melalui sambungan telepon.
Internet kependekan dari interconnected-networking, dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, di dalam hal ini menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, yang di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif. Masyarakat luas dapat menggunakan internet dengan berlangganan kepada perusahaan penyedia jasa sambungan internet, sehingga mereka dapat terhubungkan dengan jaringan informasi internet di seluruh dunia.
Dengan meningkatnya jumlah
pengguna internet di seluruh dunia pada waktu ini, disusul dengan menjamurnya situssitus web yang menampilkan berbagai informasi, menjadikan internet sebagai wadah penyedia informasi yang bersifat global.
Disamping itu media internet sangat
memberikan kebebasan berekspresi dalam berkomunikasi dan sangat ideal bagi orangperseorangan maupun perusahaan, dan bagi intitusi/lembaga pemerintah, yang dalam operasionalnya dihimbau berpatokan pada norma-norma yang berlaku.
-2-
Selanjutnya tentang Website atau situs, dapat diartikan sebagai kumpulan halamanhalaman yang digunakan untuk menampilkan informasi berupa teks, gambar diam atau bergerak, animasi, suara, dan/atau gabungan dari semuanya itu, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu rangkaian bangunan yang saling kaitmengkait, masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink) yang disimpan di internet, yang bisa diakses atau dilihat melalui jaringan internet pada perangkat-perangkat yang bisa mengakses internet itu sendiri seperti komputer, dan hand-phone. Untuk memudahkan membaca data dan informasi tesebut dapat mempergunakan web browser seperti Internet Explorer ataupun Netscape dan juga bisa di buka dengan menggunakan browser Fire Fox. Pemahaman tentang Homepage, ini berkaitan erat dengan pengertian halaman muka dari sebuah situs web. Pengertian lebih lanjut adalah halaman default yang diset untuk sebuah browser, dan halaman ini ditayangan di Internet melalui media World Wide Web (WWW). Ini biasa digunakan orang perseorangan, perusahaan, dan intitusi/lembaga pemerintah untuk mempromosikan informasi, jasa, dan produk-produk kegiatannya.
Kaidah dan Etika Utama Menulis di Internet Di dalam Peraturan Kepala LAN Nomor 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan KTI Bagi Widyaiswara disebutkan, bahwa kaidah yang wajib dipenuhi dalam menulis KTI bagi Widyaiswara adalah : 1. Asli, yaitu merupakan hasil pemikiran penulis sendiri, bukan plagiasi atau disusun dengan tidak jujur. 2. Perlu, yaitu memiliki urgensi karena diperlukan, dan mempunyai nilai kemanfaatan dalam bidang kediklatan, termasuk pengembangan spesialisasi Widyaiswara. 3. Ilmiah, yaitu didasari oleh kaidah-kaidah keilmuan yang memiliki struktur logika dan terbuka terhadap pengujian kebenaran. 4. Konsisten, yaitu relevan dengan lingkup kediklatan dan/atau spesialisasi yang dimiliki Widyaiswara. 5. Obyektif, yaitu menyangkut ; a) penulis tidak boleh mengganti fakta dengan dugaan, b) penulis tidak boleh menyembunyikan kebenaran dan menggunakan makna ganda, c) penulis mengacu data statistik, atau tidak boleh berbohong, dan d) penulis tidak boleh memasukkan dugaan pribadi.
-3-
Untuk mempertajam hal-hal terkait dengan perbuatan yang dilarang hukum yang dilakukan dengan menggunakan Komputer, jaringan Komputer, dan/atau media elektronik lainnya, kiranya dapat dipelajari lebih lanjut Pasal 27 sampai dengan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Perbuatan-perbuatan tersebut diantaranya adalah : 1. Mengirimkan dan mendistribusikan dokumen elektronis yang bersifat pornografi, judi, mengina
dan
mencemarkan
nama
baik,
mengancam,
membohongi
dan
menyesatkan, menyinggung SARA dan menakut-takuti. 2. Dengan sengaja tanpa hak mengakses komputer orang lain dengan tujuan memperoleh informasi atau dokumen elektronik, dengan sengaja melakukan pembobolan, penerobosan dan melampui sistem keamanan elektronis. 3. Melakukan penyadapan terhadap informasi elektronis atau dokumen elektronis. 4. Melakukan perbuatan yang menyebabkan terganggunya sistem elektronis, hal ini termasuk melakukan spam untuk membuat sebuah website tidak berfungsi. 5. Tanpa hak melakukan penggandaan, mendistribusikan atau memproduksi sesuatu yang digunakan untuk mendukung keperluan melakukan perbuatan yang dilarang yang telah disebutkan di atas. 6. Memanipulasi, mengubah, mengilangkan merusak dengan tujuan menjadikan suatu informasi elektronis atau dokumen elektronis seperti otentik. Untuk itu, yang paling mendasar dan mesti dilakukan pada saat mulai menulis di Internet adalah meningkatkan kehati-hatian. Memikirkan kembali segala sesuatu sebelum menulis di internet, karena efek dari tulisan bisa berakibat pada urusan hukum. Misalkan untuk menulis kritik di media online kepada institusi/lembaga pemerintah, seharusnya lebih diarahkan untuk membuat pelayanan institusi/lembaga tersebut dapat makin meningkat.
Hal ini sangat penting, karena media online sifatnya sangat mudah
menyebar. Memang benar kita mempunyai kebebasan berpendapat, tetapi kebebasan itu mesti ada batasannya, karena ada hak-hak orang dan/atau lembaga/institusi yang lainnya. Terkait hal itu, prinsip berpendapat yang bermanfaat dan tidak merugikan orang lain perlu dijunjung tinggi dan dijadikan sebagai etika utama. Kebebasan dalam pengaksesan tulisan di Internet pada kenyataannya dapat dilakukan oleh siapapun dan di manapun, maka kemungkinan pembajakan, pelanggaran hak cipta terhadap suatu karya bisa terbuka amat luas. Tidak hanya itu, plagiarisme juga sangat mungkin terjadi. Untuk meminimalisir hal ini dapat dilakukan dengan mencantumkan
-4-
catatan di akhir suatu tulisan. Misalnya, memasang penyangkalan (disclaimer) secara jelas, contohnya; "Dilarang menyalin atau menyebarkan isi tulisan ini, sebagian atau keseluruhan, untuk tujuan apa pun tanpa seijin dari penulis atau untuk menggunakan artikel silakan hubungi penulis melalui e-mail”. Atau, "Tulisan ini dapat disalin dan disebarluaskan sejauh mencantumkan sumber yang jelas dan tidak untuk tujuan komersial". Sebaliknya, ketika kita mengutip tulisan orang lain dalam karya tulis kita, sebaiknya mencantumkan sumbernya, hal ini menunjukkan i’tikad baik dan menghargai jerih payah penulisnya.
Pada akhirnya, Widyaiswara mesti banyak membaca dan rajin menulis, serta tidak perlu takut menulis di Internet, sepanjang tetap memperhatikan norma/kaidah menulis, dan harus tetap menerapkan etika dalam menulis. Hal ini amat penting, terlebih mulai ± 1 (satu) tahun ke depan, setelah berlakunya Peraturan Menpan Nomor 14 Tahun 2009, maka kita akan lebih terdorong untuk banyak menulis ilmiah. Kiranya dapat diperhatikan isi Ayat (1) sampai dengan Ayat (4), Pasal 13, Peraturan Menpan Nomor 14 Tahun 2009, yaitu : (1) Widyaiswara Pertama yang akan naik pangkat menjadi Penata Muda Tingkat I golongan ruang III/b sampai dengan Widyaiswara Muda pangkat Penata golongan ruang III/c, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 4 (empat) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi; (2) Widyaiswara Muda yang akan naik pangkat menjadi Penata Tingkat I golongan ruang III/d sampai dengan Widyaiswara Madya pangkat Pembina golongan ruang IV/a, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 8 (delapan) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi; (3) Widyaiswara Madya yang akan naik pangkat menjadi Pembina Tingkat I golongan ruang IV/b sampai dengan Widyaiswara Madya pangkat Pembina Utama Muda golongan ruang IV/c, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 12 (dua belas) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi; (4) Widyaiswara Madya yang akan naik pangkat menjadi Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama Madya golongan ruang IV/d sampai dengan Widyaiswara Utama pangkat Pembina Utama golongan ruang IV/e, dari angka kredit kumulatif yang disyaratkan paling rendah 16 (enam belas) angka kredit harus berasal dari sub unsur pengembangan profesi.
-5-
Mengenali Website untuk Publikasi KTI Widyaiswara Seorang Widyaiswara yang ingin menulis karya ilmiahnya di media elektronik (Internet) harus paham bahwa media yang dituju akan dibaca oleh orang banyak, populasinya sangat beraneka ragam, baik usia, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin maupun tingkat pendidikannya. Impilikasinya, Widyaiswara harus dapat menulis artikel yang mudah dimengerti oleh semua kalangan pembaca, termasuk dimungkinkan adanya efek sosial politis yang mungkin timbul dari tulisannya tersebut. Meski tulisan dimaksud ditujukan untuk kalangan umum, tetapi setiap Website memiliki kekhususan atau memiliki segmen pasar tertentu.
Oleh karena itu, mengenali karakteristik Website yang dituju menjadi sesuatu hal yang mutlak bagi Widyaiswara yang akan menulis. Untuk itu harus memahami "selera" dan "misi" dari setiap penerbitan masing-masing. Pada kenyataannya media menginginkan sesuatu informasi dalam tulisan adalah yang baru/tidak basi, atau yang aktual dan faktual. Ada baiknya juga jika tulisan adalah hal-hal yang spesial (terkait lingkup kediklatan dan/atau pengembangan spesialisasinya). Bukan berarti menulis sembarang tema tidak boleh, tetapi biasanya redaksi akan memberikan peluang lebih bagi artikel yang ditulis sesuai dengan kompetensinya.
Selanjutnya,
yang
tidak
dapat
diabaikan
adalah
memilih
Website
milik
lembaga/organisasi pemerintah/institusi ilmiah yang berbadan hukum. Untuk memahami tentang badan hukum, maka dapat dikaji makna Pasal 1 dan Pasal 2, Keputusan Raja 28 Maret 1870,S-1870-64 (www.legalitas.org/incl-php/buka.php?d=stb+0&f=stb1870-64) yaitu :
Pasal 1; Tiada perkumpulan orang-orang, di luar yang dibentuk menurut
peraturan umum, bertindak selaku badan hukum, kecuali setelah diakui oleh Gubernur Jenderal atau oleh pejabat yang ditunjuk oleh Gubernur Jenderal (Sebagai penguasa telah ditunjuk Directeur van Justitie / kini: Mentei Kehakiman). Pasal 2 ; Pengakuan dilakukan dengan menyetujui statuta atau reglemen-reglemen perkumpulan.
Statuta
atau reglemen berisi tujuan, dasar-dasar, lingkungan kerja dan ketentuan-ketentuan lain perkumpulan.
Untuk itu Website milik lembaga/organisasi pemerintah/institusi ilmiah yang berbadan hukum, sebagai media menulis ilmiah Widyaiswara, sebagai contoh yang baik adalah
-6-
berupa buletin online dan ber-ISSN. Di bawah adalah beberapa contoh homepage yang sesuai untuk mempublikasikan KTI Widyaiswara.
Nomor ISSN
Tim Redaksi
Gambar : 1. Contoh halaman muka buletin online “TATA RUANG” yang ber-ISSN.
Gambar : 2. Contoh halaman muka Jurnal online milik LIPI.
-7-
Gambar : 3. Contoh halaman muka Buletin pada Internet bernama ”Suligi” milik BDK Pekanbaru perlu dikembangkan dan diurus ISSN-nya ke LIPI, akan menjadi arena menulis pada Website bagi para Widyaiswara Kehutanan.
Penutup Singkat kata, mengantisipasi berlakunya Peraturan Menpan Nomor 14 Tahun 2009, maka yang tidak boleh ditinggalkan para pejabat fungsional Widyaiswara Kehutanan adalah sebuah ketekunan dan semangat untuk terus membaca dan menulis, konsisten pada cita-cita atau tujuan profesional yang ingin dicapai, disiplin terhadap rencana yang telah dicanangkan di dalam kalbu, dan membuang jauh-jauh sikap malas. Disamping itu, sifat atau rasa ingin tahu mesti terus menerus dibangkitkan dan diimplementasikan dalam suatu tindakan yang pada dasarnya membutuhkan hasil dari rasa ingin tahu/pencarian/riset guna mendukung validitas data dan informasi yang ditulis atau dikembangkan.
Akhirnya, untuk kegiatan menulis ilmiah ke depan, nampaknya media elektronik, khususnya website pada internet akan menjadi sangat berkembang, sangat baik dan amat tepat bagi para Widyaiswara Kehutanan. Untuk itu penting bagi para Widyaiswara Kehutanan menggoreskan niat di dalam sanubarinya dengan semboyan; “tiada hari tanpa baca-tulis”.
-8-
Referensi Febrian Jack, 2004. Kamus Komputer dan Teknologi Informasi. Cetakan Pertama, Januari 2004. Penerbit Informatika. Keputusan Raja 28 Maret 1870, S - 1870-64. Perkumpulan-Perkumpulan Berbadan Hukum (Rechtspersoonlijkheid van Vereenigingen). Di download dari : www.legalitas.org/inclphp/buka.php?d=stb+0&f=stb1870-64. Diakses pada tanggal 28 anuari 2010. Peraturan Kepala LAN Nomor : 9 Tahun 2008 tentang Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Bagi Widyaiswara. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor : 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Diundangkan di Jakarta pada tanggal 21 April 2008. Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 58. Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. TCP dan IP. http://id.wikipedia.org/wiki/Transmission_Control_Protocol/Internet_Protocol. Diakses tanggal 28 Januari 2009.
-9-