Artikel Pusdiklat Bea dan Cukai
Disusun Oleh : Syaiful Anwar S3 Teknologi Pendidikan Widyaiswara Utama pada Pusdiklat Bea dan Cukai
RISET UNTUK WIDYAISWARA DAN PEJABAT PUBLIK
I.
PENDAHULUAN
Filsafat Ilmu Pengetahuan dimulai dengan upaya manusia mencari kebenaran dan kebenaran hakiki sehubungan dengan fakta atau gejala – gejala yang dihadapinya dalam kehidupan. Diawali dari rasa ingin tahu tentang dirinya dan lingkungannya, diikuti rasa ragu – ragu sehingga kemudian diperoleh pengetahuan guna kenyamanan dan manfaat kehidupan manusia sendiri. Kebenaran yang dirumuskan oleh pikiran manusia bertingkat – tingkat sesuai tingkat kebudayaan masyarakat. 1.1 Tingkat Pikir Manusia Responsi manusia terhadap perubahan-perubahan yang dihadapinya dari lingkungan kehidupannya dalam upaya mencari kebenaran bertingkat – tingkat. Pencarian Kebenaran Inderawi (Ainul Yakin) Pada umumnya manusia dalam menilai sekelilingnya berdasarkan informasi inderawi seperti api, panas, batu, senjata, pohon dll, kebenaran yang diperoleh cenderung bersifat kebenaran inderawi. Kebenaran inderawi terkadang menyesatkan seperti Gunung berwarna biru, Bintang dilangit kecil, Tiang Telpon bergerak ketika kita naik Kereta Api Cepat. Untuk mengatasi hal ini maka diperlukan penalaran/berpikir untuk menguji kembali fakta – fakta inderawi. Pencarian Kebenaran Ilmiah (Ilmil Yakin) Kebenaran Ilmiah adalah kebenaran inderawi harus diuji dengan nalar dan oleh sebab itu memerlukan metodologi tertentu seperti deduktif – induktif , asumsi – asumsi dalam rangka memperoleh kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah adalah titik masuk untuk berpikir paradigmatik yaitu berpikir multi disiplin ilmu pengetahuan sebagai solusi terhadap kompleksitas persoalan yang dihadapi manusia. Pencarian Kebenaran Hakiki (Haq ul Yakin) Kebenaran hakiki adalah kebenaran tentang Tuhan, upaya menemukan kebenaran hakiki bisa dilakukan melalui pendekatan kebenaran ilmiah yang kemudian akan berujung pada sesuatu yang mutlak (absolut) yang kemudian disebut sebagai Tuhan. Namun dalam mencari kebenaran hakiki dapat melalui penalaran logika dan atau firman – firman Tuhan melalui kitab – kitab suci agama – agama.
Dalam bahasan tulisan ini adalah bagaimana menarik kesimpulan dari kejadiankejadian, fenomena-fenomena yang kompleks secara sahih (valid) dengan menggunakan penalaran.
1.2 Lahirnya Ilmu Pengetahuan Ilmu adalah pengetahuan tentang berpikir dengan metodologi tertentu untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan yang valid/sahih. Pengetahuan adalah hasil olah pikir manusia dalam merespons berbagai fakta/gejala/fenomena yang dihadapinya yang disusun secara sistematis sehingga menghasilkan konsep yang bermanfaat bagi penyelesaian suatu pekerjaan. Ilmu Pengetahuan adalah kumpulan berbagai fakta/gejala/fenomena yang disusun secara sistematik dengan metodologi tertentu sehingga menghasilkan konsep yang berguna bagi penyelesaian masalah yang dihadapi oleh manusia. Filsafat Ilmu Pengetahuan adalah ilmu yang memberi bekal kepada manusia untuk berkemampuan berpikir analitis dan logis dengan metodologi tertentu yang valid/sahih sehingga mampu menarik kesimpulan dari yang dilihat, didengar, dirasa, dipikir sebagaimana yang dialami agar kesimpulan yang diambil sahih/valid serta sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Filsafat Ilmu menghasilkan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan sosial dengan demikian, berpikir ilmiah menghasilkan gagasan dasar ilmu pengetahuan (alam dan sosial) bagaikan pasukan marinir yang merebut pantai (beaching) sebagai pijakan berkembangnya berbagai cabang ilmu pengetahuan alam dan sosial sebagai pasukan infanteri menerobos hutan, lembah, gunung, sungai untuk memberi solusi atas berbagai kesulitan yang dihadapi manusia. Cabang Ilmu Pengetahuan Alam menghasilkan berbagai ilmu seperti fisika, kimia, biologi, geologi, geofisika dll. Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial menghasilkan berbagai ilmu seperti sosiologi, antrophologi, psichologi, komunikasi, ekonomi, hukum, dll Cabang-cabang ilmu pengetahuan sebagai pasukan infanteri menghasilkan sistem berpikir ilmu pengetahuan tertentu, yang kemudian melahirkan berbagai profesi yang menguasai cabang-cabang ilmu pengetahuan
1.3 Berpikir Sistem dan Paradigmatik Berpikir Sistem Berpikir sistem adalah proses bernalar dengan metodologi tertentu dengan memperhatikan keterkaitan (interconnectedness) sub sistem/elemen sistem dengan sub sistem/elemen sistem lainnya sehingga menghasilkan konsep berpikir tertentu dan bersifat menyeluruh (holistik). Manusia sering dihadapkan fakta bahwa dalam menghadapi persoalan yang kompleks (situasi yang sulit diramalkan) maka satu cabang ilmu pengetahuan sebagai sistem, tidak cukup. Untuk mengatasi persoalan yang dinamis dan kompleks (dynamic complexity) yang dihadapi oleh organisasi / manusia memerlukan bantuan cabang – cabang keilmuan lainnya, sehingga dituntut berpikir multi sistem. Misalnya : Transmigrasi Memindahkan orang bermukim ke tempat lain memerlukan berbagai cabang keilmuan seperti ilmu tanah untuk pertanian, ilmu sosial/budaya, ilmu psikologi, ilmu agama dll, sehingga dituntut berpikir multi sistem. Pada kasus transmigrasi berpikir sistem belum memadai diperlukan berpikir multi sistem yang terintegrasi dengan baik. Berpikir Paradigmatik Pengertian Paradigma Thomas Kuhn mendefinisikan paradigma adalah : Paradigm is a framework of basic assumption including standards for determining the validity of knowledge, rules of evident and inference and basic principles of cause and effect shared by scientific community. (Paradigma adalah asumsi dasar suatu kerangka pikir termasuk menentukan / pengujian tentang validitas suatu pengetahuan, perlakuan atas bukti/fakta dan perkiraan/peramalannya dan konsep dasar hubungan sebab-akibat hasil pikiran/kontribusi berbagai cabang ilmu pengetahuan) Paradigm is not only set of achievement a new accepted way of solving a problem which then used as a model of future work but also a set of shared values the methode, standards and generalization shared by those trained to carry on the scientific work modelled on that paradigm. (Paradigm bukan lah sekedar suatu capaian/prestasi yang diterima sebagai instrumen baru untuk memecahkan suatu masalah yang kemudian mejadi model dalam menyelesaikan pekerjaan dikemudian hari akan tetapi juga seperangkat
nilai-nilai, metoda, standardisasi dan generalisasi kontribusi mereka yang dilatih dalam rangka membentuk model keilmuan pada paradigma) Riswanda Imawan (Alm) dalam Kajian Paradigma Sosial Politik (2006) menyatakan Paradigma adalah cara pandang ilmiah atas berbagai fenomena yang dihadapi oleh manusia sehingga menghasilkan konsep baru untuk menyelesaikan persoalan manusia yang kompleks. Musthopadijaya AR, (1998), Paradigma adalah teori dasar tata cara pandang fundamental ilmiah dilandasi nilai-nilai tertentu dan berisikan teori-teori pokok, konsep dasar, metodologi, atau cara pendekatan yang teruji dan diakui keabsahannya, sehinngga dapat dipergunakan para teoritisi dan praktisi dalam menanggapi sesuatu permasalahan baik dalam kaitan pengembangan ilmu maupun dalam pemecahan masalah bagi kemajuan kualitas hidup manusia Huntington (1996), Paradigma adalah peta yang merupakan simplifikasi yang perlu sehingga kita dimana kita sedang berada dan kemana kita melangkah. Paradigma dapat disimpulkan adalah : 1. Cara pandang seseorang dalam melihat sesuatu fakta, gejala, fenomena (world view) 2. Cara pandang termaksud harus bersifat ilmiah. 3. Cara pandang ilmiah dengan menintegrasikan (bukan menggabubgkan) berbagai cabang keilmuan alam dan sosial. 4. Menemukan konsep dasar dan baru yang dapat dijadikan model penyelesaian masalah 5. Masalah yang diselesaikan adalah masalah yang kompleks (yaitu suatu kondisi yang sulit diramalkan / diperkirakan). Proses Berpikir Paradigmatik
TINGKAT ILMU PENGETAHUAN + LEARNING ORGANIZATION + MORALITY (KEBERPIHAKAN)
TINGKAT ILMU PENGETAHUAN RENDAH
TINGKAT ILMU PENGETAHUAN TINGGI
MANUSIA MELALUI INDERAWI MENERIMA STIMULUS DARI LINGKUNGANNYA
MANUSIA MELALUI INDERAWI MENERIMA STIMULUS DARI LINGKUNGANNYA
MANUSIA MENGHADAPI PERUBAHAN CEPAT DAN KOMPLEKS
MANUSIA MENGUJI STIMULUS MELALUI METODOLOGI DAN INSTRUMEN TERTENTU DENGAN MENGEMBANGKAN ASUMSI UNTUK MEMPEROLEH KEBENARAN ILMIAH
MANUSIA MEMERLUKAN MULTI DISIPLIN ILMU (BERBAGAI CABANG KEILMUAN) UNTUK MENEMUKAN KONSEP DASAR UNTUK KEMUDIAN MENJADI MODEL KERJA (KEBENARAN PARADIGMATIK)
MANUSIA MERESPONSI MELALUI INDERAWI MENJADI PERSEPSI INDERAWI SEPERTI GUNUNG BIRU, BINTANG KECIL DLL
II. Proses Mencari Kebenaran Ilmiah Berpikir diawali rasa ingin tahu tentang sesuatu (apa dan kemengapaannya), kemudian diikuti dengan mengamati proses suatu kejadian / munculnya fenomena (kebagaimanaan atau praxis, epistimologi) dan dilanjutkan dengan mengamati hasil suatu proses (hasil interaksi antar kejadian / fenomena) sebagai output dan manfaatnya bagi kehidupan (empiris, axiology) Dalam praktik berpikir adalah suatu proseses formulasi pikir (konseptualisasi) kemudian dilakukan modelling konsep agar dapat diwujudkan secara nyata (empiris), kemudian diuji manfaatnya dan kesesuaiannya (conformity) antara ide pikiran dengan fakta (empiris) melalui pencermatan proses (kebagaimanaan) untuk perbaikan konsep yang lebih baik, demikian proses ini berlangsung secara terus menerus. Apa / Mengapa (Ontologi) Nabi Ibrahim dalam mencari kebenaran hakiki melalui proses uji ilmu pengetahuan (kebenaran ilmiah) yaitu diawali dengan pemahaan kebenaran inderawi (mengamati Matahari, Bulan, Bintang, Patung) apakah itu Tuhan ? Nalar Nabi Ibrahim menjawab “bukan / tidak” kemudian mulai bernalar / memikirkan fenomena “mengapa terjadi rotasi teratur antara Matahari, Bulan, Bintang ?” selanjutnya secara induktif Nabi Ibrahim menyimpulkan fenomena ini dengan suatu kesimpulan bahwa berbagai fenomena itu pasti ada yang mengatur dan Siapa ? Bernalar menghasilkan kesimpulan tentang konsep yang “Maha Mutlak / the Absolute Constitotum” yang kemudian dikenal sebagai “Tuhan Seru Sekalian Alam atau Robbul Alamin” Ontologi adalah proses manusia menemukan jawaban tentang apa dan kemengapaan (What & Why) dari tentang apa yang dilihat, didengar atau dirasakannya untuk kemudian membuat kesimpulan – kesimpulan sementara, kemudian berkembang menjadi berbagai konsep pengetahuan sebagai suatu idea manusia. Kebagaimanaan (Epistimologi / Praxis) Kebagaimanaan adalah pengetahuan tentang proses bagaimana menjalankan atau mewujudkan konsep / idea yang masih abstrak menjadi suatu yang nyata, sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain dan mampu dioperasionalkan / dilaksanakan oleh orang lain. Kebagaimanaan biasanya berwujud dalam bentuk strategi, prosedur, petunjuk pelaksanaan agar tujuan dari idea tersebut dapat tercapai dan berguna bagi manusia dan kemanusiaan.
Dalam kebagaimanaan dituntut kesinambungan konsep dengan teknologi sebagai upaya untuk memastikan tercapainya maksud dan tujuan idea / pikir manusia (dituntut adanya konsistensi dan ke-ajeg – an). Praktik dan Manfaat (Axiologi) Kebagaimanaan dilaksanakan dalam praktik sebagai proses operasionalisasi konsep / idea yang dikemas dalam bentuk strategi / proses mewujudkan idea dengan harapan maksud dari konsep / idea tersebut terwujud dan memberi manfaat. Dalam proses memperoleh kebenaran, interaksi ontologi (kemengapaan), praxis (kebagaimanaan), Praktik / Fakta (axiologi) mempunyai hubungan yang bersifat timbal balik untuk menguji validitas / kesahihan suatu konsep / idea. Konsep akan berubah apabila fakta menunjukkan berbeda sehingga konsep/ idea awal harus diperbaiki. Bernalar adalah proses menguji pikir melalui metode tertentu untuk menemukan kebenaran. Pola hubungan Konsep (Apa / Mengapa / Ontologi), Kebagaimanaan (How / Epistemologi) dan Praktik (Empiris / Aksiologi / Axiology). Apa / Mengapa / Ontologi
Kebagaimanaan / Epistemologi
Praktik / Empiris / Axiologi
2.1 Bernalar. Bernalar adalah proses berkemampuan memahami hukum – hukum alam dan kehidupan sosial yang dilakukan oleh individu berpikir / bernalar yang ditunjukkan dalam kecakapan berargumentasi dan kecakapan mengorganisasi argumentasinya (sebagai konsep penalaran) dalam kehidupan sosial. Konsep penalaran adalah suatu imajinasi ideal yang bersifat menyeluruh / komprehensive dan oleh sebab itu bernalar tersebut harus menggunakan metodologi tertentu yang dibentuk melalui proses bernalar tertentu dan atau asumsi tertentu. Kiat atau aksi bernalar adalah proses / strategi / cara mewujudkan konsep atau idea yang semula masih bersifat imajinasi yang valid / sahih menjadi dapat diwujudkan sebagai realitas hasil bernalar yang dapat dipahami oleh orang lain. Penalaran adalah proses berpikir yang ditunjukkan bagaimana individu / kelompok masyarakat dalam menarik kesimpulan – kesimpulan secara sahih / valid dari apa yang mereka alami. Proses stimulus – responsi akan menghasilkan berbagai pengalaman inderawi (melihat, mendengar, merasakan), responsi akan ditunjukkan melalui sikap atau tindakan secara logis dan analitis yang disusun secara sistematis sehingga menghasilkan pengetahuan yang kemudian akan bermanfaat dalam kehidupan manusia. Lahirnya Suatu Pengetahuan Pengetahuan diawali rasa ingin tahu manusia tentang jati diri nya (eksistensi diri) dan hubungannya dengan alam sekelilingnya dan bagaimana mereka (manusia) menyampaikan (mengkomunikasikan) pikirannya. Diawali rasa ragu – ragu akan ditemukan kepastian dan ilmu pengetahuan diawali dari rasa ingin tahu tentang diri dan eksistensi diri manusia dan rasa ragu. Ilmu pengetahuan berkembang pesat karena manusia mampu mengkomunikasikan pikirannya melalui symbol – symbol dan kemudian menjadi bahasa dan melalui symbol dan atau bahasa ternyata manusia mempunyai alur berpikir / kerangka penalaran. Ilmu pengetahuan lebih berkembang pesat setelah diketemuakan media komunikasi seperti lontar (dahulu kala), kertas sehingga informasi bisa “disimpan”, kemudian dengan ditemukannya mesin cetak, mesin copy dll maka ilmu pengetahuan tidak hanya bisa disimpan melainkan dapat “digandakan atau diperbanyak” sehingga bisa dibaca atau dinikmati oleh banyak orang. Dengan adanya komputer dan atau fasilitas internet maka “akses” pada sumber informasi semakin mudah dan semakin banyak cara bernalar manusia diketahui oleh banyak manusia lainnya, kemudian menghasilkan keadaan yang disebut
sebagai “banjir informasi” kondisi demikian menuntut manusia lebih pandai “memilih dan memilah informasi” sesuai kebutuhannya. Oleh sebab itu kemampuan memilah dan memilih informasi yang relevan dan sesuai yang dibutuhkan memerlukan kemampuan menguji kesahihan / validitas informasi karena informasi tersebut akan digunakan untuk pengambilan keputusan dalam berbagai lapangan kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, teknologi, lingkungan hidup dll, untuk hal demikian memerlukan pemahaman tentang logika, asumsi dll. 2.2 Logika Logika adalah cara berpikir manusia yang tampak pada bagaimana manusia tersebut memproses pengambilan kesimpulan – kesimpulan melalui analisis – sintesis secara sahih / valid yaitu menunjukkan bahwa individu manusia menggunkan metoda tertentu seperti deduktif, induktif atau gabungan antara deduktif – induktif – deduktif atau induktif – deduktif – induktif. Mengembangkan Logika Sikap Kesimpulan Akhir yang dikomunikasikan
Kesimpulan Akhir bersifat Tacit atau Persepsi Menguji alternative keputusan dengan personal believe / keyakinan pribadi Mengembangkan Alternative Keputusan Membuat Kesimpulan – Kesimpulan bersifat sementara Informasi dikaitkan dengan personal preferences seperti selera,budaya dll
Data dipilah – pilah dan dipilih sebagai Informasi Stimulus berbentuk Perubahan / Kejadian /
Manusia dalam mengembangkan logika sebaiknya melalui suatu proses Fenomena Sebagai Data pemilihan dan memilih data sehingga menghasilkan informasi yang valid / sahih untuk kemudian melakukan konseptualisasi berupa kesimpulan – kesimpulan sementara yang hanya diketahui oleh diri sendiri (tacit) sebagai bentuk dialog dengan diri sendiri (komunikasi intra personal). Setelah membuat kesimpulan dan berdasarkan penilaian diri sendiri adalah valid dan memutuskan untuk dikomunikasikan kepada orang lain atau kelompok sosial dalam masyarakat maka kesimpulan itu merupakan sikap diri (komunikasi inter – personal dan komunikasi massa).
Dalam mengkomunikasian sikap diri harus memperhatikan “ranah otak kiri – otak kanan” agar kesimpulan tersebut “dikemas” dalam bahasa yang santun dan mudah dipahami oleh orang lain 2.3 Metodologi Berpikir Metodologi diperlukan untuk memastikan tercapainya maksud dan tujuan manusia membuat kesimpulan atas berbagai fenomena atau fakta yang mereka lihat, rasakan atau alami guna kenyamanan dan kesejahteraan kehidupan manusia dan kemanusiaan. Ada beberapa metodologi yang dapat digunakan untuk menarik atau membuat kesimpulan – kesimpulan yang sahih yaitu : deduktif, induktif, deduktif – induktif, induktif – deduktif, deduktif – induktif – deduktif, induktif – deduktif – induktif sebagai aliran metodologi : Berpikir Deduktif Metode deduktif adalah proses penyampaian pikiran diawali dari hal tentang gambaran umum / besar permasalahan untuk kemudian dibagi dalam sub bagian dan sub sub bagian Contoh : Membahas diawali dengan hutan kemudian dibagi berdasarkan kelompok jenis – jenis pohon berdasarkan kelompok jenis tumbuhan dan kemudian pohon
Pola bahasan metode deduktif
Induktif Metode berpikir induktif diawali dengan melihat gejala – gejala (hal yang kecil) untuk kemudian mengembangkan pola hubungan gejala untuk kemudian membuat gambar besar hubungan pola hubungan berbagai gejala / fenomena sehingga dapat membuat kesimpulan umum (generalisasi) Contoh memperhatikan berbagai bunga yang ditanam dalam suatu taman dengan memperhatikan berbagai jenis tanaman bunga maka dapat disimpulkan tentang betapa indahnya taman itu.
Pola berpikir induktif
Deduktif – Induktif – Deduktif Berpikir deduktif – induktif – deduktif adalah berpikir luas / besar untuk memperoleh fokus gejala untuk kemudian dirangkai kembali untuk memperoleh gambar besar / luas sebagai proses generalisasi Pola berpikir deduktif – induktif - deduktif
Induktif – Deduktif – Induktif Berpikir induktif – deduktif – induktif adalah berpikir diawali fokus pada gejala – gejala individual kemudian merangkai hubungan antar gejala sehingga menghasilkan gambar besar idea / pikiran untuk kemudian diuraikan kembali berdasarkan satuan kecil gejala sebagai fokus bahasan Pola berpikir induktif – deduktif – induktif
III Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah pendekatan yang digunakan manusia sebagai pemikir terhadap obyek yang dipikirkan dalam upaya memperoleh kebenaran atas kesimpulan – kesimpulan yang mereka lakukan. Metodologi penelitian adalah penting untuk diketahui untuk “menakar / mengukur” seberapa cermat / tepat sang pemikir / peneliti dalam mengambil kesimpulan, karena “benar” dalam suatu metodologi tentu bisa jadi “tidak benar” berdasarkan metodologi tertentu.
3.1 Aliran metodologi penelitian Aliran Metodologi Penelitian Kualitatif Aliran metodologi kualitatif adalah aliran pemikiran yang mempercayai bahwa kebenaran suatu pengambilan kesimpulan diukur berdasarkan seberapa jauh peneliti mengalami secara langsung dan atau terlibat langsung dengan obyek yang yang diteliti dan kemudian menyusun kembali pengalaman termaksud secara sistematis sehingga mampu menggambarkan (modelling) pengalaman termaksud menjadi suatu konsep berpikir / idea yang dapat dipahami oleh orang lain tentang obyek yang diteliti. Dengan demikian dalam penelitian kualitatif “diri peneliti” sebagai sumber data utama dan kredebilitas peneliti menjadi sandaran utama validitas hasil penelitian. Contoh penelitian kualitatif : Hadis Shahih Bukhari Imam Bukhari meneliti semua hadis (berita) tentang ucapan dan tindakan Rusulullah Muhammad S.A.W berdasarkan sumber pembawa berita (periwayat hadis). Kemudian membuat kreteria tentang kualifikasi kejujuran, kedekatan, perilaku (kesalehan) pembawa berita (periwayat hadis), apabila ada orang / pembawa berita yang tidak memenuhi kreteria (secara sosial cacat, misal suka berbohong) maka hadis / berita yang bersumber dari orang tersebut tidak valid atau cacat dan tidak dapat dijadikan referensi sebagai sumber berita / hadis yang sahih sehingga kualitas hadis rendah (lemah / dhaif) bahkan mungkin palsu. Dari penelitian kualitatif yang demikian maka dari yang semula terdapat puluhan ribu hadis (yang katanya berita dari Rasulullah) setelah diteliti ternyata ditemukan hanya sekitar empat ribu hadis yang bersumber dari orang – orang baik dan
secara sosial tidak cacat sehingga beritanya sahih (valid), serta berita itu dikumpulkan yang kemudian dikenal sebagai Hadis Sahih (Sahih Bukhari). Hadis Sahih Bukhari kemudian menjadi referensi bagi para ahli hukum Islam (Fakih) dalam menentukan hukum – hukum berkaitan ibadah kepada Allah, maupun ibadah sosial kemasyarakatan dll Dengan demikian kunci utama penelitian kualitatif adalah : 1. Integritas Peneliti. 2. Peneliti terlibat langsung dengan obyek penelitian 3. Menentukan kreteria – kreteria / pengkodean terhadap ciri / karakter dari obyek yang diteliti 4. Mampu menyusun secara sistematis dan logis 5. Membuat kesimpulan secara sahih / valid.
Aliran Metodologi Penelitian Kuantitatif Aliran possitivisme mempercayai bahwa seluruh gejala atau fakta yang terjadi dialam semesta ini secara kuantitatif dapat diukur dan dapat diperkirakan, dijelaskan atau diramalkan perilakunya sehingga dapat diambil kesimpulan – kesimpulan yang mendekati kebenaran. Beberapa teknik yang biasa digunakan dalam metodologi kuantitatif seperti rerata (mean), nilai tengah (median), Standard Deviasi (SD), Regressi, Multiple Regressi dll Kunci utama penelitian kuanitatif adalah pada penguasaan konseptual peneliti atas variabel – variabel yang dibangun (dikembangkan), kemudian membangun logika pola hubungan (apakah sebab akibat atau korelasional) yang kemudian diwujudkan (digambarkan / dipetakan) dalam konstelasi pola hubungan antar variabel untuk kemudian dikembangkan dalam suatu instrumen penelitian. Diawali dengan membangun model konseptual yang dikembangkannya sehingga diperoleh konstelasi logika yang akan diteliti sehingga diperoleh formula tertentu untuk dilakukan perhitungan. Berdasarkan formula yang telah disusun kemudian dikembangkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian kemudian dicoba untuk menguji validitas, releabilitas internal dan eksternal melalui suatu uji coba instrumen penelitian dan apabila hasil penelitian instrumen penelitian valid (internal – eksternal) baru kemudian dilakukan penelitian yang sesungguhnya. Skor angka dari hasil penelitian dilakukan perhitungan rerata (mean), nilai tengah (median), standard deviasai, uji normalitas data kemudian dilanjutkan perhitungan melalui berbagai metode perthitungan regresi, multiple regressi, anava (analisis variant) dll.
Hasil angka diolah dan dianalisis untuk diuji kembali validitas konstelasi pola hubungan yang sudah dibangun apakah sesuai dengan konsep teoretik atau berbeda dan bagaimana interpretasinya secara ilmiah. Aliran Penelitian Heurmeunetik Model penelitian heurmeunetik adalah model penelitian dengan melihat fakta – fakta masa lalu dan kemudian menginterpretasikan sehingga menjadi suatu konsep tertentu sebagai ilmu pengetahuan. Penelitian heurmeunetik biasanya dilakukan dalam penelitian arkeologi, candi – candi, sejarah, antrophologi dll Penelitian heurmeunetik menghasilkan informasi berupa rekonstruksi pemikiran / idea atau konsep yang pernah ada dimasa lalu dan bagaimana hubungannya dengan kekinian dan masa depan. Penelitian demikian akan memberi edukasi untuk memberi inspirasi dan motivasi kepada masyarakat sekaligus sebagai bahan rekreasi. 3.2 Tujuan Penelitian Tujuan suatu penelitian adalah untuk mencari kebenaran ilmiah. Agar tujuan mencari kebenaran tidak tersesat maka perlu menggunakan metodologi tertentu untuk memperoleh informasi tentang hal – hal yang benar atau memperoleh tahu tentang kebenaran berdasarkan teknik logika pengambilan kesimpulan dalam ilmu pengetahuan. Ada beberapa teknik membuat kesimpulan untuk memperoleh kebenaran Teori Kebenaran koherensi / konsistensi 5 + 2 = 7, 4 + 3 = 7, 10 – 3 = 7, maka dapat disimpulkan bahwa 5 + 2 = 4 + 3 = 10 – 3, Mengapa kesimpulannya demikian ? Padahal bentuk 5,2,3,4,10 berbeda satu dengan lainnya kok disimpulkansama ? Kesimpulan demikian adalah benar,karena terdapat gejala yang konsistensi yaitu selalu menjadi 7, karena terdapat fenomena yang konsisten / koherensi maka diperoleh kebenaran koherensi / konsistensi. Teori Kebenaran korespondensi Fakta menyatakan bahwa Surabaya adalah Ibu Kota Propinsi Jawa Timur, Jawa Timur adalah bagian dari Pulau Jawa, Pulau Jawa adalah Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa Surabaya adalah di Indonesia Kesimpulan demikian adalah mencari kebenaran korespondensi
Teori Kebenaran Pragmatis Filsafat Amarika berpendapat bahwa apa yang bermanfaat adalah benar, sesuatu benar apabila bermanfaat. Demokrasi adalah benar ? Otoriter adalah benar ? Kebenaran pragmatis adalah cara menilai sesuatu berdasarkan manfaat atau kegunannya bagi manusia dan kemanusiaan, apabila demokrasi bermanfaat adalah benar atau apabila otoriter bermanfaat adalah benar. 3.3 Berpikir Logis Berpikir logis adalah berpikir dengan pola – pola tertentu, berpikir logis bersifat plural karena berpikir dengan pola – pola tertentu menyebabkan suatu subyek kajian logis menurut pola berpikir tertentu, akan tetapi tidak logis dilihat dari pola berpikir tertentu lainnya. Contoh Majikan wajib menyerahkan seluruh gaji pegawainya kepada masing – masing pegawai. Pernyataan ini adalah benar berdasarkan pola berpikir hukum perdata, akan tetapi pernyataan ini salah berdasarkan pola berpikir hukum pajak, karena dalam UU Pajak Penghasilan, majikan wajib memotong pajak penghasilan dari pegawainya. Berpikir logis bergantung pada asumsi yang dikembangkan oleh sang pemikir. 3.4 Asumsi Seseorang meramalkan “nanti sore akan hujan” terjadinya hujan atau tidak terjadinya hujan bergantung validitas (kesahihan) variabel yang digunakan seseorang itu (seperti tingkat kelembaban udara, kecepatan angin, perkiraan awan, jenis awan dll). Variabel atau gejala – gejala yang dijadikan “pedoman” terjadi atau tidak terjadi menentukan kebenaran perkiraan / ramalan tersebut, variabel / gejala yang dijadikan patokan / pedoman tersebut dinamai Asumsi Asumsi adalah variabel – variabel atau fenomena atau gejala – gejala yang ada dalam pikiran manusia yang untuk kemudian menjadi dasar / fondasi bagi seseorang untuk membuat suatu kerangka berpikir atau membuat kesimpulan. Dengan demikian keberadaan variabel dan atau hadirnya variabel (validitas) akan menentukan terjadi atau tidak terjadinya suatu perkiraan sebagai suatu kesimpulan yang benar.
Dalam aliran pemikiran tentang kebenaran terdapat dua kutub aliran yaitu pertama aliran bahwa kebenaran sudah ditetapkan oleh Tuhan (Allah) dan yang kedua aliran kebebasan manusia / ditentukan oleh manusia sendiri (free will). Dari dua kutub aliran kebenaran tersebut muncul aliran ketiga yaitu aliran probabilistik atau aliran kemungkinan terjadi / tidak terjadi. Dalam menilai suatu ramalan atau kesimpulan suatu hasil pikir ada / terjadi atau tidak terjadi bergantung berapa besar perkiraan (biasanya dalam persentase) terjadi atau tidak terjadi nya suatu hasil pikir (kesimpulan). Validitas asumsi akan menentukan validitas suatu perkiraan atau ramalan dari suatu pikiran manusia, sebab asumsi adalah fondasi / dasar dari suatu kerangka pikir / kesimpulan yang dibuat oleh manusia sehingga validitas asumsi akan menentukan benar atau salah suatu hasil pikir / kesimpulan. IV PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN (RESEARCH AND DEVELOPMENT) Kawasan Riset Level Penelitian
Kawasan Penelitian
Contoh
Level I
Pengkajian Ilmiah Filsafat Ilmu Tentang Konsep Dasar / Basic Concept berbagai cabang – cabang keilmuan
Level II
Penelitian untuk Pemecahan Masalah dari mulai masalah sederhana sampai masalah yang kompleks
Penelitian Kebijakan dalam rangka pengembangan dan penelitian / evaluasi / pengukuran kinerja
Level III
Penelitian untuk menjabarkan kebijakan – kebijakan (temuan dari problem solving) menjadi pilihan – pilihan startegi atau perencanaan tentang operasionalisasi solusi yang ditemukan
Penelitian diskriptif sebab – akibat (causalty), hubungan sistem, modelling, hubungan korelasional, kasus, produk, program
Level IV
Penelitian penjabaran Penelitian untuk tentang proses mencapai menyusun standard tujuan (petunjuk operating procedures pelaksanaan), taktik – taktik yang tepat di tingkat lapangan
Penelitian Ilmiah Penelitian ilmiah dibangun berdasarkan landasan konseptual kemudian dikembangkan berdasarkan berpikir paradigmatik sehingga menghasilkan konsep dasar / dalil / postulat / aksioma untuk kemudian dilakukan modelling terhadap konsep dasar / prinsip dasar / dalil / postulat agar mudah dikomunasikan untuk dibaca atau dipahami oleh orang lain. Berpikir paradigmatik memerlukan pemahaman tentang berpikir sistem (memperhatikan keterkaitan elemen / sub sistem pembentuk sistem) karena berpikir paradigmatik adalah berpikir multi sistem yang bersifat sistemik / holistik sehingga mampu menemukan kerangka pikir baru bersifat integrasi berbagai cabang keilmuan guna menyelesaikan masalah yang rumit dan kompleks (dynamic complexity). Konsep Berpikir Paradigmatik
Cabang Ilmu Pengetah uan alam F I L S A F A T
I L M U
INTEGRASI BERBGAI ILMU ILMU Cabang Ilmu Pengetah uan Sosial
BERPIKIR PARADIG MATIK
Proses Visualisasi Berpikir Paradigmatik PARADIGMA PRINSIP DASAR / DALIL / POSTULAT / AKSIOMA MODELLING
Mock Up
Rumus
Diorama
Gambar
Narasi
Pola Architype
Tujuan Penelitian Ilmiah Tujuan penelitian dapat dalam beberapa bentuk tujuan penelitian seperti untuk pengembangan (develop), Pembuktian (Riset), dan untuk Penilaian (Eavaluation). Tujuan riset pengembangan (develop) yaitu peneltian untuk menciptakan atau menemukan teknik baru guna menyelesaikan suatu masalah yang dihadapi suatu organisasi. Hasil suatu tujuan pengembangan adalah teknologi baru sebagai inovasi untuk memecahkan masalah organisasi dalam menghadapai berbagai perubahan yang frequensi dan intensitasnya tinggi sehingga mampu beradaptasi dengan perubahan / kemajuan zaman Tujuan riset pembuktian suatu fenomena atau gejala yaitu suatu penelitian dimaksudkan untuk menguji ide / pikiran atau suatu thesis / hypothesis untuk menguatkan atau memperoleh suatu pengetahuan baru. Hasil yang diharapkan mampu membuat suatu kesimpulan umum tentang situasi / keadaan akibat berbagai fenomena yang dihadapi organisasi atau meningkatkan kemampuan daya ramal masa depan bagi organisasi Tujuan penilaian dimaksudkan untuk memperbaiki atau lebih memantapkan suatu idea / pikiran sebagai bahan pengambilan keputusan Hasil penelitian berupa kesimpulan – kesimpulan sementara serta untuk mengembangkan alternatif – alternatif keputusan dalam organisasi sebagai proses formulasi kebijakan, membuat (forming) kebijakan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan Implementasi penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan pendekatan umum dan pendekatan paradigmatik.
Pendekatan umum melalui pendekatan berpikir sistem dengan menguji keterkaitan antar sub sistem dalam upaya menjaga daya hidup suatu organisasi Pendekatan paradigmatik adalah pendekatan dengan menggunakan berpikir integrative dari berbagai sistem (cabang keilmuan) atau berpikir multi sistem dalam menghadapi perubahan yang sulit diramal (unpredictable) dan bersifat kompleks (dynamic complexity). Penelitian Terapan Penelitian terapan adalah penelitian dengan tujuan menemukan strategi / kebijakan / prosedur / taktik untuk menemukan pemecahan masalah berdasarkan fakta lapangan atau empiris dengan tujuan untuk memperbaiki (to do for developing) atau untuk mengetahui dan memahami (to know and comprehend) dan untuk memilih suatu tindakan (to choose) sebagai bentuk penilaian situasi atau keadaan (evaluation) untuk memperbaiki langkah / tindakan operasonal. Proses Riset dan Pengembangan -
Rumuskan Tujuan (define the problems and design the purpose) Tetapkan Metode penelitian sebagai metode pendekatan berpikir (developing program) Teliti situasi / Analisis / Synthesis fakta / fenomena lapangan (research implementing) Temukan Faktor Kunci Keberhasilan dan Temukan Leverage / Pengungkit Susun Strategy Kebijakan Program Kegiatan. Susun kreteria standard kinerja yang diaharapkan Laksanakan
Kreteria Kinerja -
Standardisasi Proses Standardisasi Skill / Ketrampilan Standardisasi Output / Outcome / Benefit / Impact
Jenis – Jenis Penelitian Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Tujuan -
Penelitian Dasar Penelitian Terapan Penelitian Evaluasi Research & Development Penelitian Kebijakan Penelitian Tindakan / Operasional / Action
Klasifikasi Penelitian Berdasarkan Metode -
Metode Historis (Heurmeneutik) Metode Deskriptif Metode Korelasional Metode Kausalitas, Komparative, dan Eksperimental
V Penelitian Kebijakan (Policy / Action Research) Penelitian Kebijakan adalah salah satu jenis penelitian berkaitan dengan proses menyusun kebijakan dari mulai formulasi kebijakan (policy formulation), membentuk produk peraturan sebagai “legal mandate” organisasi untuk melaksanakannya (policy forming), analisis masalah yang akan timbul dan bagaimana mengatasinya (policy implementation and strategy) dan evaluasi kebijakan (policy evaluation). Unsur Penelitian Kebijakan - Unsur ke - Ilmuan (Science) Dalam menyusun penelitian kebijakan harus memperhatikan unsur ke - ilmuan atau ke – ilmiahan. Elemen / unsur keilmuan meliputi aspek badan pengetahuan (body of knowledge) atau taksonomi keilmuan didalamnya memuat konsep teoretik / prinsip dasar dan metodologi yang digunakan dalam penelitian kebijakan - Unsur Craftlore Mengembangkan instrumen yang digunakan dengan mengedepankan aspek logika dan logis dengan mengacu pada standard prosedur operasional yang tersedia dalam suatu kebijakan. - Unsur Seni. Ekspresi gaya penulisan dan alur pikir yang digunakan oleh pengkaji kebijakan.
Hubungan Orientasi Tindakan dan Orientasi Fokus Kajian
Orientasi Fokus Kajian (+) Penelitian Konsep Dasar Analisis / Synthesis Kebijakan Kebijakan (Actual Basic (Policy Forming) Concept of Policy or Policy Formulation) O r i e n t a s i T i n d a k a n
-
(-)
(+)
Penelitian Kebijakan (Policy Penelitian Evaluatif (Policy Emplementation) Evaluation or Policy Assessment)
(-)
Penelitian Konsep Dasar Kebijakan (Policy Formulation & Policy Forming)
Penelitian dasar adalah penelitian berdasarkan konsep teoretik kawasan ke ilmuan tertentu sesuai dengan disiplin ilmu yang mendasarinya. Policy formullation adalah suatu proses identifikasi masalah dengan menggunakan referensi konsep dasar (konsep teorertik) kemudian dengan membandingkan realitas / kenyataan / empiris sebagai faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi bekerjanya konsep dasar kebijakan. Membandingkan konsep teoretik dengan empiris akan diharapkan menemukan sumber kesenjangan konseptual dengan mempelajari penyebabnya dengan harapan atau kemungkinan memperbaiki konsep teorertik yang sudah ada atau memperbaiki kebijakan agar konsep teoretik dapat bekerja dengan benar ditingkat operasional. -
Penelitian Kebijakan (Policy Forming & Policy Implementation)
Penelitian kebijakan adalah penelitian tentang fenomena / gejala / kejadian yang terjadi dengan mencoba mencari akar masalah sebagai penyebab
munculnya suatu kejadian buruk yang tidak dikehendaki. Dengan menemukan akar masalah diharapkan akan menemukan penyelesaian masalah fundamental (fundamental solution) yang kemudian dituangkan dalam suatu strategi / kebijakan / prosedur / taktik sebagai implementasi kebijakan (policy Implementation) agar gangguan yang timbul dalam perjalanan (upaya) mewujudkan tujuan organisasi dapat tercapai sesuai kinerja organisasi yang diharapkan -
Analisis Kebijakan (Policy Assessment)
Analisis kebijakan adalah kajian tentang pelaksanaan suatu kebijakan untuk menilai efektifitas (ketercapaian tujuan kebijakan) serta efisiensi kebijakan. Analisis kebijakan adalah tindak penelitian evaluatif dengan tujuan untuk menilai ketepatan (appropriateness) dikaitkan dengan tujuan suatu kebijakan. -
Penelitian Evaluatif Kebijakan (Policy Evaluation)
Penelitian evaluatif kebijakan adalah kegiatan penelitian setelah pelaksanaan kebijakan (post implementation) dengan tjuan untuk mengukur capaian kinerja organisasi dalam menjalankan suatu kebijakan yang telah dilaksanakan. Penelitian evaluasi kebijakan biasanya berkaitan kegiatan penelitian teknikal sosial adalah suatu proyek penelitian (biasanya kawasan sosial) yaitu penelitian dilakukan setelah melakukan penetapan kawasan (fokus) penelitian dengan lokus (lokasi, satuan kerja, organisasi) yang ditetapkan. Oleh sebab itu penelitian demikian dengan topik yang sempit dan berdampak langsung untuk perbaikan. 5.1 Penelitian Kebijakan Penelitian kebijakan biasanya meneliti persoalan sosial yang kompleks, elusive dan tidak mudah dipecahkan, sebagian hal memerlukan pendekatan tertentu yang mungkin berbeda pendekatan dengan hal lainnya dan secara terus menerus dilakukan evaluasi / penilaian untuk perbaian dan secara empiris dirasakan manfaatnya. Proses pembuatan suatu kebijakan juga cukup kompleks karena harus memperhatikan faktor internal dan eksternal. Faktor internal organisasi seperti kompetensi SDM, desain dan struktur organisasi, koordinasi dan pengawasan, pengambilan keputusan. Faktor eksternal organisasi seperti kepuasan konsumen, pesaing, perubahan selera masyarakat, berbagai perubahan kebijakan / peraturan pemerintahan Sehubungan dengan itu maka metodologi / pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penting untuk memperoleh kesamaan persepsi antara peneliti dengan obyek yang akan diteliti agar menghasilkan hasil penelitian yang bermanfaat bagi organisasi.
Oleh sebab itu dalam melakukan penelitian kebijakan hendaknya memperhatikan hal berikut: -
Konteks Penelitian Kebijakan
Memperhatikan Lokus dan Fokus penelitian. Temuan penelitian menjadi masukan bagi pembuat / pemutus kebijakan. -
Tujuan Penelitian Kebijakan
untuk menegtahui tujuan penelitian kebijakan hendaknya memperhatikan jawaban atas pertanyaan berikut Apakah penyandang dana adalah pemakai hasil penelitian ?, Fokus kajian apakah pemecahan masalah dan dalam konteks lokus (organisasi) penelitian ? Disiplin ilmu apa yang akan digunakan ? -
Karakteristik Peneltian Kebijakan
Apakah masalah yang akan diteliti bersifat multi dimensional dan kompleks dengan berbagai dimensi, faktor, indikator dan sebab dan akibat ? Apakah menggunakan penelitian empiriko – induktif ? Apakah variabel yang diteliti obyek dari pengaruh dan intervensi organisasi ? Keseluruhan karakteristik penelitian kebijakan melibatkan nilai – nilai organisasi pengguna hasil penelitian, nilai – nilai masyarakat, nilai – nilai yang diyakini peneliti. 5.2 Tahap Penelitian Kebijakan Tahap persiapan a. Jenis Data / Informasi yang akan dikumpulkan b. Menentukan lokus penelitian, fokus penelitian dan waktu serta jangka waktu penelitian c. Identifikasi / eksplorasi pemahaman tentang lingkungan sosiologis, politis Tahap Konseptualisasi Penelitian Kebijakan Mengembangkan model awal tentang masalah sosial dengan merumuskan pertanyaan berkaitan dengan penelitian yang spesifik dengan: -
konseptual teoretik atas kemengapaan (what & why) atas topik kebijakan yang akan diteliti. menentukan jenis instrumen penelitian dan dampak yang diinginkan dari instrumen penelitian yang digunakan. memilih salah satu aspek dari masalah sosial yang akan dikaji. mengidentifikasi Variabel yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti merumuskan pertanyaan pada instrumen penelitian memilih pelaksanaan penelitian (dalam Tim atau sendiri)
Analisis Teknis -
-
-
-
Operasionalisasi variabel dengan mendefinisikan variabel dan membuat dimendi dan indikator variabel kebudian dijabarkan dalam butir – butir pertanyaan. Metoda nalisis teknis apakah sinthesis terfokus, analisis sekunder, eksperimental, kualitatif – deskriptif, kuantatif, survey, studi kasus, cost benefit analysis, cost – benefit effectiveness Paduan berbagai metodologi penelitian dan metodologi termaksud harus mencerminkan kondisi sosio – politik Pelaksanaan analisis baik melalui pendekatan model karakteristik (kualitatif) maupun dengan skor angka dengan berbagai metoda perhitungan matematika yang relevan Pengembangan kesimpulan dan rekomendasi (sementara)
Analisis Rekomendasi -
Menganalisis parameter / kreteria yang akan dicakup dalam rekomendasi Memperkirakan potensi maslah yang akan timbul dari rekomendasi Probabilitas rekomendasi dapat dilaksanakan oleh organisasi pemakai hasil penelitian. Finalisasi rekomendasi.
Komunikasi Mengkomunikasikan Hasil Penelitian Kebijakan Kepada Pembuat Kebijakan 5.3 Instrumen Penelitian Kebijakan. Tujuan utama penelitian kebijakan adalah untuk menemukan faktor kunci keberhasilan (key success factors) yang dimiliki oleh suatu organisasi publik karena pada hal itu (key success factors) tersedia pengungkit (leverage) yaitu lokasi tindakan dalam anatomi organisasi yang apabila dilakukan tindakan (action) akan mudah dikerjakan dan mempunyai dampak yang luas bagi organisasi publik. Ada beberapa teknik penelitian kebijakan yang digunakan untuk menemukan faktor kunci keberhasilan seperti: -
Analysis Strength, Weakness, Opportunity, Thread (SWOT) dalam Manajemen Stratejik. Analysis Balance Scorecard. Analysis Gejala (Symptom Analysis) dan Analisis Pola Arkitip (Architype).
5.3.1 Analysis SWOT Dalam Manajemen Stratejik Manajemen Stratejik adalah Manajemen level puncak organisasi bertujuan untuk mengantisipasi perubahan yang cepat dilingkungan stratejik organisasi agar
organisasi mempunyai keunggulan mempunyai daya survival.
daya
saing
(competitiveness)
dan
Manajemen stratejik adalah kegiatan manajemen dilevel puncak memproses pengambilan keputusan yang bersifat lintas fungsi dalam organisasi yang bersifat stratejik. Manajemen Stratejik akan menjelaskan peran teknologi dan proses teknologi dalam manajemen untuk menemukan lokasi Faktor Kunci Keberhasilan (FKK) dan Pengungkit (Leverage). Pengertian “Stratejik” menunjukkan makna tingkat atau level keputusan organisasi yang mempunyai dampak luas bagi perubahan kearah positive dari seluruh elemen organisasi dalam upaya menjaga daya hidup (daya survival) organisasi dalam menghadapai berbagai perubahan lingkungan strstejik. Pengertian “ keputusan lintas fungsi organisasi “ menunjukkan bahwa keputusan tersebut bersifat menyeluruh / sistemic mengatasi berbagai keputusan yang bersifat sektoral / funsional (seperti bagian keuangan, kepegawaian, pemasaran, operasional dll) atau bukan keputusan yang bersifat sektoral melainkan keputusan dari hasil “integrasi dan alignment” berbagai faktor internal dan eksternal organisasi untuk menghasilkan keputusan stratejik organisasi yang berdimensi mengantisipasi dan adaptive terhadap perubahan – perubahan yang didapainya sehingga organisasi mampu hidup (daya survival tinggi) sampai di masa depan. Ada beberapa elemen pokok dalam menggunakan Manajemen Stratejik sebagai teknologi pemasti tercapainya tujuan (visi) organisasi yaitu pemahaman tentang Misi (Mission), Visi (Visison), Nilai – Nilai (Value), Strategy, Lingkungan Stratejik baik Internal dan Eksternal, Faktor Kunci Keberhasilan Proses Manajemen Stratejik a. Tahap Pengumpulan dan Analisis Data. b. Tahap Padu – Padan / Matching Stage untuk menemukan Faktor Kunci Keberhasilan Organisasi. c. Tahap Perencanaan Stratejik. d. Tahap Perencanaan Evaluasi. e. Tahap Implementasi 5.3.1.1 Tahap Pengumpulan Dan Analysis Data Manajemen Stratejik Tahap pengumpulan data adalah tahap melakukan identifikasi tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan organisasi dimulai dengan menentukan Misi, Visi dan Nilai – Nilai Organisasi dengan tujuan agar memperoleh fokus tentang apa yang ingin dicapai organisasi dalam periode waktu tertentu (missal 3, 5, 10 tahun yang akan datang).
Apabila organisasi sudah memperoleh fokus tentang apa yang akan dikerjakan maka organisasi akan dengan mudah melakukan identifikasi faktor – faktor internal dan eksternal organisasi yang mempengaruhinya baik langsung maupun tidak langsung. Analysis Faktor Internal Organisasi Faktor internal organisasi meliputi aspek yang berkaitan dengan Material, Money (Dana), Man (SDM), Methode (Sistem Informasi Manajemen), Machine (Perangkat Keras dan Perangkat Lunak), Market (Segmentasi / Target Client yang dilayani). Analisis faktor internal adalah proses identifikasi berbagai variable yang berkaitan dengan Material, Money, Man, Methode, Machine, Market yang ada (tersedia) pada organisasi. Misal identifikasi faktor Man / SDM : jumlah SDM, latar Pendidikan SDM, kualitas SDM, sebaran SDM, preferensi SDM, Motivasi, Perilaku SDM dll Semakin banyak variable faktor internal teridentifikasi semakin baik, karena berarti penelitian akan semakin berlangsung secara cermat dan teliti. Kemudian variable faktor internal disusun dalam suatu daftar identifikasi variable faktor internal organisasi untuk kemudian dilakukan analisis – sintesis variable. Faktor Kekuatan (Strength) – Kelemahan (Weakness) Organisasi. Daftar variable faktor internal kemudian di analisis, variable apa saja yang mempunyai tempat / layak dikelompokkan sebagai “kekuatan organisasi” dan variable apa saja yang layak dikelompokkan sebagai variable “kelemahan organisasi” Berdasarkan kelompok kekuatan dan kelemahan termaksud kemudian dilakukan penilaian berdasarkan skala angka / kuantitatif dalam bentuk nilai dan bobot. Nilai adalah penilaian secara professional oleh peneliti (professional judgement) apakah tersedia kurang baik / sedang / baik / sangat baik (skala 1 s/d 4). Bobot adalah proses penilaian tentang besar kontribusi relative masing variable terhadap variable lainnya (perbandingan kontribusi satu variable dibandingkan total variable /100 % terhadap organisasi) Scoring (skor) adalah proses perkalian nilai X bobot, hasil perkalian tersebut mencerminkan prioritas variable apa yang penting memperoleh perhatian dan variable apa yang dapat diabaikan.
Matrix Penilaian Faktor Kekuatan (Strength). No
Variabel Kekuatan
Nilai
Bobot
Skor
100 %
Matrix Penilaian Faktor Kelemahan (Weakness). No
Variabel Kelemahan
Nilai
Bobot
Skor
100 %
Perkalian Nilai X Bobot akan menghasilkan Skor Angka, dari Skor Angka yang tentu besarnya berbeda akan mencerminkan skala prioritas tentang variable mana yang perlu perhatian dan menjadi fokus analisis – synthesis dalam proses pengambilan keputusan stratejik dalam organisasi. Faktor Eksternal Organisasi Faktor eksternal organisasi adalah faktor – faktor diluar organisasi sebagai variable yang secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh kepada daya hidup organisasi. Variabel faktor eksternal yang akan langsung mempengaruhi organisasi adalah : Lingkungan dekat dan langsung berinteraksi dengan organisasi seperti Konsumen / Client, Supplier Organisasi, Pesaing / Competitor Organisasi.
Lingkungan jauh dan tidak langsung berinteraksi dengan organisasi seperti kebijakan pemerintah, peraturan pemerintahan, perubahan sosial dan politik dll. Perubahan di lingkungan eksternal dan stratejik organisasi akan berpengaruh kepada keberadaan organisasi karena perubahan tersebut harus dipandang sebagai peluang dan juga diperhitungkan sebagai tantangan. Analisis faktor eksternal organisasi akan menghasilkan berbagai variable yang jumlahnya cukup banyak dan kemudian dikompilasi dan didaftar sebagai variable faktor eksternal. Variabel – variable eksternal termaksud kemudian dikelompokkan dalam Peluang dan Tantangan yang dihadapi organisasi. Analysis Faktor Peluang (Opportunity) dan Tantangan (Thread) Organisasi. Identifikasi berbagai variable eksternal organisasi kemudian dikelompokkan dalam Peluang dan Tantangan. Peluang adalah kelompok variable yang menawarkan hal – hal yang akan memberikan keuntungan bagi organisasi, sedangkan variable tantangan adalah variable yang didalamnya memuat informasi – informasi yang bersifat merugikan atau akan menghambat keberhasilan organisasi dalam upaya mencapai tujuannya. Kemudian masing variable diberi nilai dan bobot, guna analisis prioritas dan urgensi variable Nilai adalah penilaian secara professional oleh peneliti (professional judgement) apakah tersedia kurang baik / sedang / baik / sangat baik (skala 1 s/d 4). Bobot adalah proses penilaian tentang besar kontribusi relative masing variable terhadap variable lainnya (perbandingan kontribusi satu variable dibandingkan total variable /100 % terhadap organisasi) Scoring (skor) adalah proses perkalian nilai X bobot, hasil perkalian tersebut mencerminkan prioritas variable apa yang penting memperoleh perhatian dan variable apa yang dapat diabaikan. Matrix Penilaian Faktor Peluang (Opportunity). No
Variabel Peluang
Nilai
Bobot
100 %
Skor
Matrix Faktor Tantangan / Hambatan (Thread) No
Variabel Tantangan
Nilai
Bobot
Skor
100 %
Perkalian Nilai X Bobot akan menghasilkan Skor Angka, dari Skor Angka yang tentu besarnya berbeda akan mencerminkan skala prioritas tentang variable mana yang perlu perhatian dan menjadi fokus analisis – synthesis dalam proses pengambilan keputusan stratejik dalam organisasi. 5.3.1.2 Tahap Padu – Padan (Matching Stage) Tahap padu – padan adalah tahap untuk melakukan penelitian atas data yang sudah terkumpul dengan analysis – synthesis dengan melakukan perbandingan Kekuatan (Strength) – Kelemaan (Weakness), kemudian Peluang (Opportunity) – Tantangan (Thread) untuk menemukan faktor kunci keberhasilan organisasi sekaligus sebagai leverage (pengungkit). Ada beberapa tahapan untuk memperoleh kesimpulan tentang faktor kunci keberhasilan. Hasil scoring angka pada faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan faktor eksternal (peluang – tantangan) akan diperoleh variable prioritas atau yang menentukan bagi keberhasilan organisasi. Ada beberapa pilihan cara untuk menemukan faktor kunci keberhasilan yaitu dengan matrix padu padan sebagai berikut :
Model Padu Padan SWOT Matching SWOT
Variabel Peluang 1. 2. 3. 4. 5.
…… …… ……. ……. dstnya
Prioritas Variabel Tantangan 1. 2. 3. 4. 5.
Prioritas
……. ……. …….. …….. dstnya
Variabel Prioritas Kekuatan
1. 2. 3. 4. 5.
Strategy S – W
Strategy W - O
Strategy W – T
………. ……. …….. ……… dtnya
Variabel Kelemahan
1. 2. 3. 4. 5.
Strategy S – O
Prioritas
…….. …….. …….. …….. dstnya
Analysis Model Strategic Positioning Action Evaluation (SPACE) SPACE adalah teknik untuk mengetahui posisi organisasi setelah dilakukan analisis melalui pendekatan SWOT untuk mengetahui posisi organisasi dalam konteks internal – eksternal dengan tujuan menemukan strategy yang tepat sebagai faktor kunci keberhasilan organisasi Dengan memperhatikan hasil skor angka analisis internal dan eksternal organisasi akan diperoleh informasi tentang posisi organisi dengan cara : S–W=? O–P=?
Dengan mengurangi skor angka tersebut akan diperoleh kemungkinan apakah (+/+ = SO) atau (+/- = WO), atau (- / + = ST) atau (- / - = WT) Kuadran SO = Pilihan Strategy Bersifat Ofensive / Menyerang Kuadran WO = Pilihan Strategy Kerjasama / Cooperation / Collaboration Kuadran ST = Pilihan Strategy Harus pandai memilih “Leading Sector” sebagai Lokomotive untuk mampu menarik gerbong kegiatan ekonomi lainnya Kuadran WT = Pilihan Strategy Divest / Organisasi Dijual atau Dibubarkan
Kekuatan (S)
STRATEGIC CHOICE FOR
MENYERANG /
LEADING SECTOR
OFFENSIVE Peluang (O)
Tantangan (T) COLLABORATION/ DIVEST / BUBARKAN / JUAL
KERJASAMA
Kelemahan (W)
Setelah menemukan pilihan stratejik apakah membuat strategy ofensif / menyerang, atau apakah kerjasama, atau apakah memilih sector ekonomi tertentu sebagai locomotive atau apakah memilih membubarkan atau divest.
Pilihan strategy tersebut sebagai faktor kunci keberhasilan organisasi untuk kemudian dijabarkan dalam langkah – langkah Kebijakan Program Kegiatan.
15.3.1.3 Tahap Perencanaan Stratejik (Strategic Planning). Setelah melakukan tahap padu – padan maka disusun perencanaan stratejik yaitu diawali dengan : a. Melakukan identifikasi tentang berbagai aspek internal dan eksternal organisasi dan keterkaitannya dengan Misi dan Visi organisasi (tahap pengumpulan data). b. Tahap analisis data untuk menemukan faktor kunci keberhasilan dan mengembangkan alternatif pengambilan keputusan stratejik c. Mengidentifikasi Faktor Kunci Keberhasilan / Key Success Factors Organisasi dan menemukan leverage / pengungkit d. Menjabarkan Leverage / Pengungkit sebagai Faktor Kunci Keberhasilan dalam bentuk Rencana Kebijakan - Rencana Program – Rencana Kegiatan. e. Menyusun rencana organisasi guna melaksanakan Kebijakan yang akan dilaksanakan. Perencanaan Kebijakan / Program / Kegiatan (Policy Planning & Forming) Menyusun Perencanaan Dengan Menjabarkan Strategy Kebijakan Program Kegiatan Tahap menyun rencana stratejik sebagai penjabaran lebih lanjut dari Strategi dilakukan hal sebagai berikut : a. Menyusun rencana Kebijakan / Program / Kegiatan dengan menetapkan tujuan yang ingin dicapai. b. Membuat kreteria input – output – outcome (untuk jangka pendek) dilanjutkan kreteria benefit – impact (jangka panjang). c. Mengidentifikasi faktor Input dari suatu mata kegiatan pemerintahan dan ditransformasikan menjadi satuan mata uang (kuantitatif) d. Melakukan pengukuran faktor input dan capaiannya (output) e. Bila diperlukan melakukan perbandingan (benchmarking) tentang kemungkina tersedia atau tidak tersedianya faktor input.
Matrix Perencanaan Stratejik dan Penjabaran Kebijakan Program Kegiatan Perencanaan Stratejik (5 Tahun) Tahun………. s/d…………….. Instansi :………………………… Misi
:…………………………..
Visi
:………………………….
Tujuan
Sasaran
Sasaran
Cara Mencapai
Tujuan dan Keterangan Sasaran
Uraian
Indikator
Kebijakan
Program
Perencanaan Stratejik (Tahunan) Tahun : …………….. Instansi : ………………. Misi
: ……………….
Visi
: ………………..
N o
Bida ng / Sekt or
Faktor Kunci Keberhasil an
Tujua Sasar n an
Kebijak an
Progra m
Kegiat an
Keterang an
Menetapkan Prioritas (Priority Setting & Allocating Resources) Tahap Pengukuran Kinerja Organisasi Melalui Penetapan Prioritas dan Alokasi Sumberdaya Organisasi : a. Transformasi faktor input menjadi satuan hitung mata uang. b. Melakukan penjumlahan seluruh biaya sebagai faktor input dari seluruh kegiatan c. Melakukan perhitungan anggaran biaya Kebijakan Program Kegiatan yang akandilakasanakan sebagai rencana anggaran. d. Melakukan alokasi sumberdaya berdasarkan Sektor / Bidang, Susb Sektor/ Sub Bidang dan memasukkan dalam rencana mata kegiatan dalam bentuk rancangan besaran per mata anggaran / mata akun. e. Mengambil keputusan dan menetapkan rencana anggaran lembaga pemerintah. Matrix Pengukuran Rencana Kinerja Organisasi
Instansi : …………………………. Tujuan :…………………………… Sasaran :…………………………… Kebijakan :…………………………..
No Program Kegiatan Indikator Kinerja Indikator
Input
Jumlah Capaian Input Output
Penetapan Capaian Kinerja
Satuan Rencana Realisasi Capaian Indikator Kinerja (%)
Bobot Indikator Kinerja (%)
Nilai Capaian Kinerja (%)
Jumlah Capaian Output Outcome
Jumlah Capaian Outcome
Dengan memperoleh satuan input dalam rupiah maka Organisasi pemerintah dapat memperkirakan anggaran yang dibutuhkan dalam suatu tahun anggaran. Dokumen matrix rencana pengukuran kinerja organisasi dapat digunakan sebagai rencana anggaran berbasis kinerja karena berbagai kreteria input – output-outcome terdokumentasi sehingga dapat dijadikan referensi pelaksanaan anggaran dan referensi pengawasan seperti Inspektur Jenderal, Bawasda dalam melakukan pengukuran kinerja organisasi yang akan diawasi / obyek pemeriksaan. Perencanaan Pelaksanaan (Activity Planning & Oganizing) Perencanaan Pelaksanaan a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Menilai sumber – sumber daya yang telah dialokasikan Menetapkan atau modifikasi strategi yang ada. Mendapatkan Output yang diharapkan. Melaksanakan proses dan kegiatan. Mendelegasi kan tugas dan wewenang Menetapkan tujuan dan sasaran serta target tahunan Menetapkan cara pengukuran Mengaitkan sumberdaya dengan outputs dan outcome Melakukan activity based costing.
Tahap Penyusunan Organisasi Dan Manajemen Operasional Tahap melakukan desain dan mengembangkan struktur organisasi guna pelaksanaan Program dan Kegiatan. a. b. c. d. e. f. g.
Menetapkan sistem Manajemen Menentukan filosofi manajemen pemerintahan Melakukan komunikasi dengan pihak luar Memberikan feedback atas hasil yang diperoleh Contingency planning Melakukan pengawasan biaya dan kualitas layanan yang disediakan Memproduksi barang dan jasa
Tahap Menyusun Rencana / Rancangan Kinerja, Monitor & Evaluasi a. Mendapatkan informasi tentang hasil sebagai capaian (result) b. Memahami faktor – faktor yang mempengaruhi hasil c. Menggolongkan pelayanan yang dilakukan oleh pemerintah dan oleh pihak lain selain pemerintah d. Melaporkan explanatory factors berkaitan dengan capaian e. Melakukan pengukuran capaian kinerja 15.3.2 Balance Scorecard Apakah Balance Scorecards (What is Balance Scorecard) ? A management approach to strategic management was developed in 1990 by Robert Kaplan and David Norton. The named a sistem as “Balance Scorecard”. The BSC approach provides a dear prescription as to companies should measure in order to balance in financial perspective. The BSC a sistem (not just / only measurement sistem) that enables organization to clarify their vision and strategy and translate them into action. It provide feedback around both internal business processes and external outcomes in order to continuously improve strategic performance and results. When fully deployed the BSC transform strategic planning from academic exercises into nerve centre of enterprise. (Suatu pendekatan pengelolaan manajemen stratejik sebagaimana dikembangkan oleh Robert Kaplan dan David Norton sejak tahun 1990 diberi nama sistem “Balance Scorecard” disingka BSC. Pendekatan BSC memberikan resep manjur dalam melakukan pengukuran kinerja organisasi / perusahaan agar supaya memberikan keuntungan dari perpsektif keuangan perusahaan. Pendekatan sistem BSC memungkin organisasi berkemampuan untuk menjelaskan Visi dan strategy organisasi dan menjabarkan itu semua kedalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan organisasi. Hal itu memberikan umpan balik dalam dua aspek yaitu aspek ketatalaksanaan / business process (aspek
internal) dan outcome yang cocok dengan kebutuhan pelanggan (aspek eksternal) agar supaya terjadi perbaikan secara terus menerus pada kinerja strategi yang dirancang serta hasilnya. Jika BSC dimanfaatkan secara tepat akan mampu merubah perencanaan stratejik sebagai hasil pemikiran akademik, menjadi tindakan nyata yang langsung “menuju pusat syaraf” dari organisasi / perusahaan). Kaplan & Norton describe : The Balance Scorecard retain traditionally finance measure. But financial measures fail the story past events, an adequate and strong for industrial age companies for which investment, in long term capabilities and customer relationship were not critical for success. These financial measures are unadequate, how ever for guiding and evaluating the journey that information age companies must make to create future value, through investment in customers, suppliers, employee, process, technology and innovation. (Kaplan & Norton menjelaskan bahwa BSC tetap mempertahankan laporan Keuangan tradisional sebagai alat ukur, akan tetapi menggunakan dimensi keuangan saja sebagai alat ukur kinerja ternyata berdasarkan pengalaman masa lalu telah gagal sebagai alat ukur, kreteria keuangan sebagai alat ukur kinerja adalah memadai ketika masa perusahaan / business memandang investasi, hubungan jangka panjang dengan pelanggan bukan suatu kunci keberhasilan dalam suatu organisasi. Laporan Keuangan sebagai alat ukur kinerja tidak memadai lagi sekarang, betapapun untuk melaksanakan / operation dan evaluasi proses pengelolaan organisasi pada era informasi / globalisasi mengharuskan mereka memperhitungkan faktor nilai masa depan dari apa yang ada sekarang melalui memperhatikan investasi terhadap kebutuhan pelanggan, supplier, sumberdaya manusia, strategy dan proses pencapaian visi organisasi, teknologi dan berbagai inovasi baru) The BSC suggest that we view the organization from four perspectives and develop matrice, collect data, and analyze it relative to each of these perspectives. The four perspectives are : a. Learning and Growth perspectives. b. Business Process perspectives c. Customer perspectives d. Financial perspectives. (BSC menyarankan kita memandang organisasi dari empat wawasan (perspective) dan mengembangkan matrix melalui pengumpulan data, menganalisis hubungan empat wawasan tersebut adalah :
a. b. c. d.
Wawasan Pembelajaran dan Pertumbuhan (learning & growth) Wawasan Struktur dan desain organisasi (Business Process) Wawasan Kebutuhan Pelanggan & Kepuasan Pelanggan. Wawasan Keuntungan / Financial Benefit)
5.3.2.1 Wawasan Pembelajaran dan Pertumbuhan / Pengembangan (Learning and Growth Perspectives) Learning and Growth perspectives are activity measuring such employee satisfaction, employee retention, employee skill set (training and development) (Wawasan pembelajaran dan pertumbuhan / pengembangan adalah aktifitas pengukuran kinerja perilaku sumberdaya manusia dari perspektif kepuasan pegawai, keluhan / keengganan pegawai, pengetahuan, ketrampilan dan perilaku sumberdaya manusia) 5.3.2.2 Wawasan Proses Ketatalaksanaan (Business Process Perspectives). Business Process Perspectives are activity measuring such cost throughput and quality, these are for business processes such as procurement, production and order fulfillment. (Ketatalasanaan atau struktur dan desain organisasi adalah kegiatan pengukuran kinerja seluruh biaya dan kualitas produksi, proses ketatalaksanaan seperti kegiatan perencanaan, kegiatan produksi, dan pemenuhan kewajiban terhadap pesanan) 5.3.2.3 Wawasan Pelanggan (Customer Perspectives) Customer perspectives are activity measuring such as Customer Satisfaction, Customer Retention, and Market Share in target segment. (Wawasan pelanggan adalah kegiatan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan, keluhan pelanggan, pangsa pasar dan segmentasi pasar) 5.3.2.4 Wawasan Keuangan (Financial Perspectives) Financial perspectives are activity measuring such as Operational Income, Return On Capital, Employee and Economic Value Added. (Wawasan Keuangan adalah kegiatan untuk mengukur seperti pendapatan operasional, perbandingan keuntungan terhadap investasi, nilai tambah ekonomis sumberdaya manusia dan nilai tambah ekonomis produk barang dan jasa bagi organisasi) 5.3.2.4 Tujuan, Pengukuran Kinerja, Target dan Strategy (Objectives, Measure, Target and Initiatives) Objectives : Major Objectives to be achieved for example profitable growth
(Tujuan adalah hal yang yang berarti bagi organisasi untuk dicapai seperti tingkat pertumbuhan keuntungan per tahun) Measure : The observable parameter that will be used to measure progress toward reaching the objectives. Example : The objectives of profitable growth might be measured by growth net margin. (Pengukuran adalah upaya menetapkan parameter yang dapat diamati yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat kemajuan berkaitan dengan capaian tujuan organisasi) Target : The specific target value for the measure + 2 % growth net margin. (Target adalah tujuan terukur yang akan diukur seperti pertumbuhan keuntungan bersih 2% per tahun) Initiatives : Action program to initiated in order to meet the objectives. (Maksud atau niat adalah strategi dalam bentuk proogram adalah tindakan yang dimaksudkan agar supaya tindakan yang dilakukan mencapai tujuan organisasi). 5.3.2.5 Hubungan Empat Wawasan – Tujuan Organisasi (Four Perspectives – Objectives Relation) Objectives
Measure
Target
Initiatives
Financial Perspectives Customer Perspectives Business Process Perspectives Learning Growth
and
BSC Sebagai Sistem Manajemen Stratejik (The Balance Scorecard as Strategic Management Sistem) The BSC can be used as a management sistem to implement strategy at all levels of the organization by facilitate the following function : 1. Clarifying Strategy: the translation of strategic objectives into quantifiable to find coherent concensus. 2. Communicating Strategic Objectives: The BSC could translate high level objectives and communicate strategy effectively throughout organization.
3. Planning, Setting targets and aligning strategic initiatives align effort to reach the target. 4. Strategic feed back and learning. (BSC dapat digunakan sebagai sistem manajemen untuk melaksanakan strategy organisasi disemua level organisasi dengan memfasilitasi berbagai fungsi dalam organisasi yaitu: 1. Fungsi memperjelas strategi organisasi yaitu dengan mentranformasi dalam bentuk kuantifikasi berbagai capaian tujuan organisasi agar sejalan dengan strategi yang telah ditetapkan) 2. Fungsi sosialisasi / komunikasi tujuan stratejik yaitu dengan BSC organisasi mampu mentransformasikan dalam bentuk strategi atau tindakan untuk kualitas capaian (tujuan) yang lebih tinggi dengan mengkomunikasi strategi/kebijakan/ taktik yang harus dilaksanakan diseluruh level organisasi. 3. Perencanaan, yaitu menyusn sasaran dan target yang akan dicapai dengan melakukan penjajaran antar fungsi organisasi agar fokus pada sasaran / target yang ditetapkan organisasi (alignment process). Dengan melakukan penjajaran antar fungsi dalam organisasi sehingga fokus pada capaian sasaran / target yang ditetapkan organisasi akan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. 4. Proses umpan balik yang tepat dan mempelajarinya untuk memperbaiki proses pengambilan keputusan dalam organisasi) BSC adalah alat penyeimbang dari berbgai hal berikut (The BSC it means balance between following) : -
Penyeimbang antara pengukuran kinerja dari aspek internal dan eksternal organisasi (Balance between internal & external measure of aspect of the organization) Penyeimbang antara pengukuran standard kinerja objektif dan pengukuran standard kinerja subjektif (Balance between objectives measure & subjective measure) Penyeimbang antara hasil kinerja organisasi sebagai pendorong capaian kinerja organisasi dimasa depan (Balance between performance result and the drivers of future result)
Diagram Balance Scorecard (BSC)
Financial
Customer
Strategi
Business Process
Learning /Growth
5.3.3 Teknologi Kerangka Pikir Membuat Keputusan Untuk Pemimpin 5.3.3.1 Kerangka Pikir Membuat Keputusan Kerangka pikir dalam membuat keputusan, pertama pembuat keputusan harus memahami apa Misi dan Visi Organisasi dan Strategy yang akan ditempuh dalam upaya mencapai Visi Organisasi. Kedua pembuat keputusan harus memahami “kebutuhan (needs)” organisasi dan mamapu membedakan antara apa yang dibutuhkan (what the needs) dengan apa yang diinginkan (what the wants). Kebutuhan (needs) adalah sesuatu yang harus (a must) dilakukan, tidak bisa ditawar, kalau tidak dilakukan akan merusak organisasi dan manusia yang berada dalam organisasi, keinginan (wants) dalam hal ini mempunyai pengertian bagaimana membuat “kebutuhan itu lebih baik atau lebih berkualitas”. Contoh Kasus Keluarga B terdiri Bapak, Ibu dan 2 anak menjelang remaja, mempunyai uang sebesar Rp 500 Juta, berencana membeli rumah. Dalam pikiran Keluarga B mengharapkan rumah luas 300 m2 yang berkamar tidur 3 + 1 kamar pembantu, mempunyai halaman, dekat dengan fasilitas umum seperti akses pendidikan, kendaraan umum, dekat dengan pusat kegiatan masyarakat, lingkungannya baik Bapak B harus mempunyai “kerangka pikir” dalam bentuk mampu memilah dan memilih serta mampu membedakan antara apa yang “harus / a must = needs” dan mana yang “diinginkan = wants”
Dari variable “………mengharapkan rumah luas 300 m2 yang berkamar tidur 3 + 1 kamar pembantu, mempunyai halaman, dekat dengan fasilitas umum seperti akses pendidikan, kendaraan umum, dekat dengan pusat kegiatan masyarakat, lingkungannya baik “ Harus dipilah dan dipilih mana variable “a must” apakah luas tanah atau fasilitas jumlah kamar, mana yang dipilih apakah akses fasilitas umum atau lingkungan sosial ? Apa yang “harus” karena dibutuhkan dibuat daftarnya dan apa yang “diinginkan” dibuat daftarnya kemudian masing – masing diberi skor untuk memperoleh prioritas apa yang harus dan mana yang diinginkan (dapat disisihkan / diabaikan). Dengan melalui pendekatan apa yang dibutuhkan (needs) dan apa yang diinginkan (wants) dan kemudian membandingkan dengan sumberdaya yang tersedia (Rp 500 Juta) akan diperoleh keputusan yang optimal dan realistis. Kerangka Pikir Identifikasi Masalah Apakah masalah itu ? Sebagian menyatakan masalah adalah kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang kenyataannya. Secara umum mungkin jawaban itu ada benarnya, namun ketajamannya kesimpulannya sering masih dipertanyakan. 5.3.3.2 Teknik Identifikasi Masalah Analysis Kesesnjangan (Gap Analysis) Analysis kesenjangan adalah analisis berdasarkan pendekatan berpikir perbandingan dengan membandingkan apa yang “seharusnya dicapai” dengan kenyataan apa yang dicapai, kemudian kesenjangan (selisih) tersebut harus diisi dengan upaya perbaikan. Metode analisis kesenjangan akan bermanfaat untuk variable yang secara kuantitative dapat diukur. Akan tetapi perlu mewaspadai cara berpikir demikian karena mudah dimanipulatif dan disalah gunakan, sehingga kesimpulan yang diambil akan salah atau tidak tepat. Contoh Analysis Kesenjangan Secara Umum A ------------------------------------------------------------- C ---------------------------------B Potensi capaian kinerja organisasi adalah B, akan tetapi capaiannya adalah C, maka selisih capaian CB adalah kegagalan dan harus diteliti apa penyebabnya untuk dilakukan perbaikan. A ------------------------------------------------------------- B ---------------------------------- C
Potensi capaian kinerja organisasi adalah B, akan tetap capaiannya adalah C, maka selisih BC adalah prestasi. Contoh Analysis Kesenjangan Rekayasa A ………………………………………………………………………………………B Potensi capaian kinerja organisasi adalah B, kemudian direkayasa menjadi secara formal B digeser menjadi mengecil sebagai berikut A ………………………………………………….. B ……………………………….. C Secara formal capaian kinerja adalah B, sedangkan capaian kinerja C (memang potensi realitas capaian kinerja organisasi), maka BC adalah “prestasi semu” atau bukan prestasi organisasi. Analysis Gejala (Symptom Analysis) Metode analisis gejala biasa dilakukan seorang dokter kepada pasiennya dengan statescope ditelinga memeriksa berbagai gejala untuk proses identifikasi masalah, pada umumnya teknik analisis gejala dilakukan melalui membaca berbagai gejala untuk kemudian menelitinya untuk kemudian menemukan masalahnya, pada umumnya penelitian demikian bersifat kualitative. Contoh Dinas XYZ semua laporannya baik data-data yang disampaikan baik dan memuaskan, akan tetapi banyak keluhana masyarakat lewat koran dan atau surat kaleng (fenomena) Dapat disimpulkan ada masalah namun bagaikan gejala gunung es (iceberg phenomena), tampak kecil di permukaan, namun besar masalah dibawah permukaan, oleh sebab itu memerlukan pengamatan secara cermat. Formulasi masalah gunung es adalah masalah yang tampaknya sederhana dipermukaan, namun dibawah permukaan sangat besar sehingga memerlukan solusi yang berbeda Aplikasi analisis gejala Ibu Surya badannya gemuk, berkeinginan untuk menjadi langsing dan seksi (sebagai kejadian / event dari suatu story line). Dengan menggunakan analysis Gejala (Event) Pola Perilaku (Pattern of Behavior) Pola Structure (Sistemic Strucutre) Mental Models Menemukan Mental Models berarti menemukan fundamental solution sebagai faktor kunci keberhasilan dalam perbaikan gaya hidup
Model Analysis Gejala Gejala Kegemukan
Ada makanan ambil dan makan Bila stress / menghadapi tekanan lari ke makanan
Gaya hidup yang salah
Pola Perilaku / Pattern of Behavior
Systemic Structure
Mental Models
5.3.3.3 Masalah dan Solusinya Pertanyaannya adalah bagaimana menemukan masalah sehingga dapat menemukan solusinya yang tepat. Jadi apakah “masalah” itu ? Mobil mogok ? apakah suatu masalah ? bagaimana kalau mogoknya di Garasi ? Bagaimana kalau mogok di Jalan Gatot Subroto Jakarta ? Jawabnya bisa masalah dan bisa bukan masalah. Mobil mogok di Garasi bukan masalah karena “penyebab masalah” dapat diatasi dengan berbagai kemungkinan seperti jalan kaki, naik Becak, atau naik Taxi dan beberapa kemungkinan solusinya. Sedangkan mogok di Jalan Gatot Subroto akan menjadi masalah akan menimbulkan kemacetan dan merugikan orang banyak. Kemudian apa “masalah” itu ? Untuk menemukan masalah yang sesungguhnya dari suatu organisasi yang stratejik perlu indikator – indikator obyektif yaitu : Jawaban atas pertanyaan berikut ini akan menunjukkan apakah ada masalah atau tidak ada suatu masalah : a. b. c. d.
Masalah apa ? Dimana / Lokasi masalah ? Kapan ? Magnitude dampak yang ditimbulkan ?
Contoh kejadian : Terjadi kebocoran Keuangan Negara sebesar di Biro Keuangan Rp 5 Milyar di Departemen XYZ ? Apakah kejadian itu masalah atau tidak, maka pertanyaan tersebut harus dijawab. Masalah apa ? = Masalah Keuangan, Dimana ? = Biro Keuangan Departemen XYZ, Berapa besar = Rp 5 Milyar. Tiga jawaban pertanyaan belum menunjukkan suatu masalah karena belum spsesifik, oleh sebab itu pertanyaan selanjutnya adalah : Kapan ? Kapan ? kalau jawabannya 100 tahun yang lalu ? pasti bukan masalah. Tapi kalau jawabannya adalah “sekarang” maka hal itu adalah “masalah” yang harus diatasi / diselesaikan. Langkah – Langkah Menemukan Pemecahan Masalah Formulasi dan Identifikasi Masalah Pertama, melakukan identifikasi masalah kemudian masalah besar tersebut dianalisis berdasarkan kawasan masalah dan faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Kedua, mengidentifikasi masalah berdasarkan kawasan masalah : a. b. c. d.
Masalah jangka panjang Vs Masalah jangka pendek. Masalah Manajemen Vs Masalah yang timbul dari faktor Manusia Masalah Rumit / Complicated Vs Masalah yang dapat disederhanakan Masalah sulit Vs Masalah mudah.
Ketiga, mengidentifikasi faktor waktu dan dampaknya seperti aspek urgensi, yang serius
Matrix Identifikasi Masalah MASALAH
KAWASAN MASALAH
PRIORITAS MASALAH
1. Jangka Panjang Vs Jangka Pendek 2. Masalah Manajemen Vs Masalah Manusia 3. Masalah yang Kompleks / Complicated Vs Masalah yang dapat disederhanakan. 4. Masalah sulit Vs Masalah Mudah
1. Urgensi 2. Seriousness 3. Kegentingan / Critical 4. Luas cakupan masalah
MASALAH DIPECAH – PECAH DALAM SUB MASALAH
ANALISIS – SYNTHESIS MASALAH
ANALISIS PENYEBAB MASALAH DAPAT DIHILANGKAN
ANALISIS PENYEBAB MASALAH TIDAK DAPAT DIHILANGKAN
PENYESUAIAN / ADJUSTMENT DENGAN MENGEMBANGKAN ALTERNATIF KEPUTUSAN TIDAK ADA MASALAH ATAU SUDAH TERSELESAIKAN
MENETAPKAN KEPUTUSAN + MELAKUKAN ANALISIS POTENSI MASALAH BARU YANG MUNGKIN TIMBUL / ANALYSIS POTENTIAL PROBLEMS
Analisis Penyebab Masalah Analisis masalah dilakukan dengan cara memecahkan (mengurai) masalah berdasarkan kawasan masalah dan berdasarkan kategori urgensi dan besar dampak yang ditimbulkan (seriousness). Setelah melakukan klasifikasi kawasan masalah dan katagorinya kemudian dikembangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan, alternatif keputusan yang akan dilakukan dinalisis kembali. Analisis alternatif pengambilan keputusan berdasarkan analisis sebabakibat dengan beberapa kemungkinan : Pertama, penyebab masalah dapat dihilangkan, maka dengan demikian masalah terselesaikan dengan sendirinya. Kedua, penyebab masalah tidak dapat dihilangkan, langkah selanjutnya melakukan penyesuaian-penyesuaian format pengambilan keputusan dan mengembangkan alternatif-alternatif pengambilan keputusan baru. Ketiga, membuat/menetapkan pilihan keputusan yang akan dilaksnakan dengan memperhatikan analisis persoalan yang akan timbul kemudian setelah dilakukan ketetapan/kebijakan publik (analysis potential problem)
Matrix Analysis Potensi Masalah Baru Yang Mungkin Timbul (Analysis Potential Problems). MASALAH : Masalah apa ? Dimana ? Kapan ?, Berapa besar magnitude ? Magnitude (besaran) dampak yang ditimbulkan ?
Mengembangkan alternative keputusan
Menetapkan Keputusan dan Melakukan Analisis Masalah yang akan timbul dan kemungkinan / probability terjadi atau tidak terjadi
Kecil Kemungkinan Terjadi
Abaikan
Besar Kemungkinan Terjadi
Persiapan Antisipasi Untuk Mengatasi Masalah Yang akan Timbul
Berdasarkan kerangka pikir dalam pengambilan keputusan harus memperhatikan hal paling dasar dalam kerangka pikir yaitu mencari pola hubungan : 1. Pola hubungan sebab-akibat (casualty), ketepatan logika sebab-akibat sangat menentukan kecermatan hubungan antar variable yang akan dianalisis 2. Pola hubungan korelasional (corelational) misal analisis kemungkinan/probability tentang terjadi atau tidak terjadi, index korelasi sangat menentukan keputusan
5.3.4 Proses Identifikasi Faktor Kunci Keberhasilan Analisis SWOT, Balance Scorecards, Analisis Masalah Sebab – Akibat (Casualty) dilakukan dalam rangka untuk menemukan Faktor Kunci Keberhasilan suatu Organisasi. Proses identifikasi faktor kunci keberhasilan dapat dilakukan diawali dengan menyusun suatu “story line” suatu upaya untuk menemukan variabel – variabel yang melingkupi masalah yang akan dipecahkan. Matrix Identifikasi Masalah Melalui Story Line Kejadia n (Event).
Identifikas i Masalah
Identifikasi Variabel Yang Melingkupiny a
Pola Hubunga n Antar Variabel
Pola Struktur Hubunga n Antar Variabel
Lokasi Faktor Kunci Keberhasila n
Kolom Kejadian / Event Kolom memuat ringkasan kejadian / fenomena obyek penelitian, dengan memperhatikan Lokus / Tempat (misal di Dinas A Kabupaten B atau Direktorat Jenderal A Kementerian B atau Kantor Wilayah A dll) dan Fokus Kajian meliputi kawasan cabang keilmuan yang akan digunakan (sosiologi, psychology, ekonomi, hukum dll) atau paradigmatik (multi disiplin keilmuan) seperti pemberdayaan rakyat (empowering), daya saing, pemerintahan yang baik (good governance) dll Kolom Identifikasi Masalah Kolom memuat identifikasi masalah yang dihadapi organisasi dengan maksud untuk memudahkan menemukan variabel – variabel apa saja yang relevan dan valid dengan masalah yang dihadapi organisasi
Kolom Identifikasi Variabel Menentukan variabel – variabel yang mempunyai hubungan sebab akibat (casualty) dalam lingkup kejadian (event) berkaitan dengan fokus penelitian yang akan dilakukan. Memberi karakter pada masing – masing variabel dengan karakter meningkat atau baik dengan simbol positive (+) atau dengan karakter variabel menurun atau buruk / jelek dengan simbol negative (-). A. B. C. D. E. F.
Variabel Lapangan Kerja (-) Variabel Kepastian Hukum (-) Variabel Peran Politik Sektor Swasta (+) Variabel Investasi (-) Variabel Pendapatan Masayarakat (-) Variabel Pendapatan Negara (-)
Kolom Pola Hubungan Antar Variabel Setelah memberi karakter pada masing – masing variabel dengan karakter meningkat atau baik dengan simbol positive (+) atau dengan karakter variabel menurun atau buruk / jelek dengan simbol negative (-), melakukan analisis pola hubungan antar variabel dalam kerangka pikir sebab akibat (casualty). Varabel A (-) Varaiabel E (-) maknanya arahnya sama Variabel B (-) Variabel D (-) maknanya arahnya sama Variabel C (+) Variabel D (-) maknanya berlawanan arah Variabel D (-) Variabel A (-) maknanya arahnya sama Variabel E (-) Variabel F (-) maknanya sarahnya sama Variabel D (-) Variabel F (-) maknanya arahnya sama Kolom Pola Struktur Hubungan Antar Variabel
C / Peran Sektor Swasta (+)
A / Lapangan Kerja Baru (-) D / Investasi (-)
B /Kepastian Hukum (-)
F / Pendapatan Negara (-)
E / Pendapatan Masyarakat (-)
Dari pola struktur hubungan antar variabel yang demikian maka faktor kunci keberhasilan adalah pada Variabel Investasi, karena variabel investasi akan mendorong terbukanya lapangan kerja baru dan meningkatkan daya beli masyarakat dan pendapatan negara dari pajak. Hubungan variabel Investasi dengan Variabel Lapangan Kerja, Pendapatan Negara, Pendapatan Masyarakat bersifat searah (same direction) artinya bila Investasi meningkat maka lapangan kerja baru, pendapatan masyarakat dan pendapatan negara meningkat. Hubungan Variabel Kepastian Hukum dengan Variabel Investasi searah, sedangkan hubungan variabel Investasi dengan Variabel Peran Swasta berlawanan (tidak searah atau opposite direction) hal itu menunjukkan bahwa masalah kepastian hukum yang rendah menyebabkan investasi rendah, sebaliknya minat investasi tinggi (+) akan tetapi enggan berinvestasi. Dari analisis itu dapat ditemukan Faktor Kunci Keberhasilan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat adalah Investasi sektor swasta namun hal itu tidak terjadi karena keidak pastian hukum tinggi. Kolom Lokasi Faktor Kunci Keberhasilan 1. Memperbaiki hubungan sektor swasta dengan investasi dengan cara memahami alasan keengganan sektor swasta menurunkan investasi. 2. Memperbaiki sistem hukum dan implementasi penegakan hukum agar meberikan jaminan kepastian hukum 5.3.5
Penjabaran Faktor Kunci Keberhasilan menjadi Pengungkit (Leverage)
Setelah menemukan lokasi faktor kunci keberhasilan dalam bentuk variabel penyebab masalah dengan indikator “jumlah / banyaknya panah yang keluar dari variabel” , maka dengan menghilangkan penyebab masalah maka rangkaian pembentuk masalah dalam rangkaian hubungan sebab – akibat yang kompleks dengan suatu leverage (pengungkit) yang sederhana, sistematis dan mudah akan terselesaikan dengan sendirinya. Faktor kunci keberhasilan yang kompleks tersebut harus dijabarkan menjadi suatu pengungkit / leverage yaitu menjadi: FKK Strategi Kebijakan Program Kegiatan
Model Penjabaran Strategi Berdasarkan Pendekatan Bidang BIDANG
Sub Bidang
Program
Kegiatan
Sub Bidang
Program
Kegiatan
Program
Kegiatan
Kegiatan
Kegiatan
Program
kegiatan
kegiatan
Model Penjabaran Strategi Berdasarkan Pendekatan Sektor
SEKTOR
Sub Sektor
Program
Proyek
Proyek
Sub Sektor
Program
Proyek
Program
Proyek
Proyek
Program
Proyek
Proyek
Proyek
Dengan pendekatan pengukuran kinerja berdasarkan input – output – outcome – Benefit – Impact maka Kebijakan Program Kegiatan dapat diukur akuntabilitasnya,