BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Etos kerja dikatakan sebagai faktor penentu dari keberhasilan individu, kelompok, institusi dan juga yang terluas ialah bangsa dalam mencapai tujuannya. Pada pelaksanaan administrasi publik juga dipengaruhi oleh etos kerja
yang
dimiliki
oleh
pejabat-pejabat
publik
dalam
tugasnya
menyelenggarakan kebutuhan masyarakat. Etos kerja merupakan yang hal utama dalam melaksanakan pekerjaan untuk mencapai keunggulan budi dan keunggulan karakter yang menghasilkan kerja dan kinerja yang unggul pula. Tentunya, keunggulan tersebut berasal dari buah ketekunan seorang manusia Mahakarya. Kemampuan menghayati pekerjaan menjadi sangat penting sebagai upaya menciptakan keunggulan. Intinya, bahwa saat kita melakukan suatu pekerjaan maka hakikatnya kita sedang melakukan suatu proses pelayanan. Menghayati pekerjaan sebagai pelayanan memerlukan kemampuan transendensi yang bersifat melampaui ruang gerak manusia yang kecil. Hal ini semua dapat terlihat dan tertuang dalam etos kerja. Kepala sekolah adalah penggerak dinamika sekolah, Eksistensi dan progres sekolah sangat tergantung kepala sosok satu ini. Oleh sebab itu , Kepala sekolah haruslah sosok yang dinamis, kreatif, dan kompetitif serta tidak mmudah menyerah, patah semangat dan lemah-cita-cita, inilah sosok kepemimpinan yang diharapkan oleh semua pihak, Kepala sekolah adalah pemimpin
untuk menggerkkan seluruh sumberdaya manusia yang ada 1
2
disekolah shingga dapat melahirkan etos kerja dan produktivitas yang tinngi untuk mencapai tujuan. Pembinaan etos kerja yang dilakukan oleh kepala sekolah harapannya akan tumbuh etos dan sikap kerja keras yang mencerminkan ketaatan terhadap ketentuan dan peraturan serta persyaratan yang telah ditetapkan dalam mengelola dan melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas. Sikap kerja yang tercermin dalam kedisiplinan kerja tersebut dapat dilaksanakan jika seluruh warga sekolah memiliki komitmen terhadap peraturan dan tata tertib yang sudah disepakati bersama diantaranya ketepatan terhadap waktu, ketaatan terhadap prosedur, ketaatan terhadap peraturan, ketaatan terhadap tata tertib dan sikap belajar atau belajar yang efektif dan efisien, misalnya kepala sekolah membuat surat tugas disertai job discription kepada guru dan karyawan. Menindaklanjuti surat tugas sudah diterima guru dan karyawan, maka guru dan karyawan berusaha melaksanakan sesuai dengan tugas dan job discriptionnya, melaksanakan rapat koordinasi kepala sekolah memotivasi warga sekolah untuk bekerja keras, cerdas dan ikhlas, disiplin, berani mengambil resiko, taat peraturan, pantang menyerah, maka kepala sekolah berperan sebagai katalisator meningkatnya etos kerja, menumbuhkan etos kerja kepala sekolah sebagai acuan, panutan merupakan virus semangat yang dapat berpengaruh pada kondisi kerja warga sekolah, kepala sekolah bekerja keras, pantang menyerah dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya, maka dapat meningkatkan etos kerja warga sekolah, dan kepala sekolah menciptakan atmosfir kerja yang sehat, maka dapat membentuk warga sekolah berjiwa kompetitif.
3
Ditinjau dari komponennya, ada beberapa unsur atau elemen utama dalam organisasi sekolah. Unsur-unsur tersebut meliputi sumber daya manusia, yang mencakup kepala sekolah, guru, pegawai administrasi, dan siswa, sumber daya material, yang mencakup peralatan, bahan, dana, dan sarana prasarana lainnya, atrt organisasi, yang mencakup tujuan, ukuran, struktur tugas, jenjang jabatan, formalisasi, dan peraturan organisasi, iklim internal organisasi, yakni situasi organisasi yang dirasakan personel dalam proses interaksi, dan lingkungan organisasi sekolah. Etos kerja sekolah menjadi gambaran secara umum semangat kerja dan kesungguhan kerja warga sekolah dan bagi masyarakat yang memperoleh pelayanan sekolah. Kepala sekolah yang berjiwa wirausaha adalah orang yang memiliki sikap dan perilaku kreatif dan inovatif dalam memimpin dan mengelola organisasi sekolah dengan cara mencari dan menerapkan cara kerja dan teknologi baru yang bermanfaat bagi terwujudnya prinsip “good school governance” (pengelolaan sekolah yang baik). Adapun contoh bentuk kewirausahaan sekolah ada enam, yaitu 1) penggunaan sarana dan prasarana secara optimal untuk bisnis di lingkungan sekolah dengan dasar kebutuhan akan peningkatan kemampuan dan kebutuhan kehidupan bersama warga sekolah dan masyarakat; 2) membangun kerja sama dan kemitraan usaha dengan dunia usaha dan industri, masyarakat, pemerintah daerah dan lain-lain; 3) melakukan restrukturisasi organisasi sekolah dengan cara membentuk tim kerja untuk bisnis dan memilih tenaga yang profesional untuk mendukung pelaksanaan kewirausahaan; 4) mengadakan pelatihan kemampuan dan keterampilan tambahan yang sesuai dengan kemajuan ipteks dan imtak untuk meningkatkan kemampuan SDM sekolah; dan 5) mengembangkan usaha produktif dengan cara bekerja sama dengan lembaga penyandang dana, investor, kontraktor dan lain-lain yang bermanfaat bagi warga dan dapat mengembangkan modal serta keuntungan unit produksi atau koperasi secara berlipat ganda (Dharma & Akib, 2010). Dengan etos kerja seperti ini setiap professional yang baik tidak akan menyerahkan hasil karya yang berkualitas rendah. Dia akan melakukan segala
4
hal yang mungkin dilakukannya untk menjunjung tinggi harga dirinya. Kalau ia merasa bahwa suatu pekerjaan terletak di luar kemampuannya, maka ia akan menolak melakukan pekarjaan itu. Dia tidak akan gegabah melakukan sesuatu yang tidak dikuasainya betul-betul. Dan pada akhirnya dia akan berusaha untuk melakukan segala sesuatu dengan cara yang menguntungkan masyarakat. Seseorang professional yang baik dlam melakukan pekerjaannya tidak akan bersikap egosentrik apalagi egoistic. Apabila etos kerja seperti ilustrasi di atas dijadikan sebagai ukuran utuk menilai etos kerja para tenaga pendidik sekarang ini, maka tidak akan terlalu sukar untuk menentukan apa yang harus dilakukan di lingkungan kita untuk memantapkan etos kerja ini. keinginan untuk menjaga mutu atau kulaitas pekerjaan, misalnya, merupakan suatu cirri yang harus ditanamkan secara intensif dihati masing-masing tenaga pendidik. Bagi seorang tenaga pendidik yang benar-benar professional tidak akan puas dengan mengulang-ngulang saja bahan kuliah yang telah disusunnya dua atau tiga tahun yang lalu. Dia akan malu terhadap diri sendiri kalau dari tahun ketahun, dari suatu tempat ke tempat yang lain ia tetap membicarakan yang itu-itu saja. Etos kerja bermakna semangat kerja dan kesungguhan kerja. Dalam menumbuhkan etos kerja warga sekolah, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberikan motivasi kepada warga sekolah dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Kepala sekolah berupaya mendelegasikan tugas kepada warga sekolah sesuai dengan job description yang dapat diukur keberhasilannya. Kepala sekolah merupakan virus semangat yang mewarnai kondisi kerja. Pengaturan lingkungan fisik yang kondusif
5
mampu meningkatkan etos kerja warga sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Kepala sekolah harus menanamkan kedisiplinan kepada warga sekolah karena melalui disiplin ini diharapkan dapat tercapai tujuan yang efektif dan efisien serta mampu meningkatkan produktivitas kepala sekolah. Kedisiplinan kepala sekolah bisa dijadikan acuan, teladan dan panutan warga sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional. Ada delapan etos kerja menurut Sinamo yang berpengaruh pada peningkatan profesionalisme yaitu kerja adalah rahmat, kerja adalah amanah, kerja adalah panggilan, kerja adalah aktualisasi, kerja adalah ibadah, kerja adalah seni, kerja adalah kehormatan, dan kerja adalah pelayanan. Etos kerja kepala sekolah sebagai acuan, panutan, merupakan virus semangat yang dapat berpengaruh pada kondisi kerja warga sekolah. Dengan demikian kepala sekolah menciptakan atmosfir kerja yang sehat maka dapat membentuk warga sekolah yang berjiwa kompetitif. Kenyataan yang terjadi masih ditemukan beberapa kendala dan kesenjangan di antara guru pada semua mata pelajaran di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar terutama dalam memanfaatkan media teknologi informasi dalam pelaksanaan pembelajaran, keterampilan dan kemampuan guru dalam pembelajaran,
pemanfaatan
media
pembelajaran,
penilaian
hasil
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan sebagainya, namun demikian, kepala sekolah telah berupaya maksimal untuk meminimalisir keterbatasan dan kekurangan tersebut, yaitu di antaranya melalui kolaborasi teman sejawat dalam mengoptimalkan pembelajaran.
6
B. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, peneliti perlu membatasi masalah yang ada pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Pengeloaan etos kerja guru adalah suatu proses yang melibatkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian untuk mencapai peningkatan kinerja guru. 2. Sasaran pengelolaan etos kerja adalah guru-guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar. 3. Etos kerja guru adalah sikap guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, yang diekspresikan melalui semangat untuk mencapai hasil kerja yang berkualitas.
C. Rumusan Masalah Rumusan masalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar? 2. Bagaimana pelaksanaan etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar? 3. Bagaimana penilaian etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar?
7
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitin untuk mendeskripsikan tentang pengelolaan etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus yng ingin dicapai dalam penelitian ini, adalah ingin mendeskripsikan tentang: a. Perencanaan etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar. b. Pelaksanaan etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar. c. Penilaian etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar.
D. Manfaat 1. Manfaat Teoritis a. Mendapatkan pengetahuan tentang pengelolaan etos kerja guru di SD
Negeri
04
Bejen
Karanganyar,
sehingga
guru
dapat
mengimplementasikannya dengan baik dan berhasil. b. Penelitian ini dapat dipergunakan sebagai referensi/bahan rujukan dan pengembangan penelitian berikutnya yang sejenis. 2. Manfaat praktis Memberikan manfaat tentang perencanaan, pelaksanaan, dan Penilaian etos kerja guru di SD Negeri 04 Bejen Karanganyar.