HAKEKAT MOTIVASI KERJA WIDYAISWARA
Oleh : Rahmat Domu, S.Pd. M.Si Widyaiswara Muda BDK Manado Motivasi merupakan pendorong untuk keberhasilan seseorang. Ternyata dari hasil penelitian diketahui bahwa penyebabnya adalah motivasi (Koontz dan O’donnel), 1959: 321). Hal ini secara psikologis memperjelas pengertian motivasi, bahkan pada dasarnya motivasi bukan hanya didasarkan pada uang atau penghasilan semata. Motivasi kadang dipakai silih berganti dengan istilah lainnya, seperti : kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan (drive) atau impulsa (Thoha, 1995: 181). Manusia dalam melakukan kegiatan hidupnya sehari-hari tergantung kepada keinginan, dorongan dan kebutuhannya untuk bekerja. Keinginan untuk bekerja dalam hal ini dapat disebut motivasi. Staples (1994:259) mengatakan: “Motivation is a contraction of the phrase “motive-in-action”. It is the perseonification af a goal being strived for, the pursuit of something deemed desirable and worthwhile”. Yang berarti motivasi sebuah kependekan dari ungkapan “motif dalam aksi”. Motivasi adalah personifasi dari suatu sasaran yang dikejar, usaha meraih sesuatu yang dianggap layak diinginkan dan bernilai. Motivasi dapat ditumbuhkan dengan memberikan
kepada orang lain satu atau lebih dorongan untuk melakukan kegiatan sebagaimana yang diinginkan. Motivasi diidentifikasikan sebagai “semua kondisi kerja keras yang muncul dari dalam diri yang menggambarkan keinginan, kemauan dan dorongan. Dalam hal ini dorongan dari dal;am menyatakan suatu kegiatan atau penggerak” (Donnelly, Gibson dan Ivancevich, 1987:292). Berdasarkan perspektif seorang manajer, orang yang telah termotivasi dapat digambarkan sebagai berikut: 1) orang yang bekerja keras, 2) secara terus menerus bekerja keras, dan 3) perilakunya mengarah langsung ke arah tujuan utama (Donnelly, Gibson dan Ivancevich, 1987:292). Ketiga hal tersebut menunjukkan motivasi yang dimiliki oleh seseorang terlihat dari kegiatan yang dilakukannya. Motivasi merupakan kondisi usaha batin yang menggerakkan suatu keinginan, dan dorongan yang menimbulkan kegiatan atau gerakan seseorang. Keinginan atau dorongan yang timbul dari diri manusia akan terwujud melalui tingkah laku nyata yang dapat memenuhi kebutuhan yang dikehendaki. Untuk itu Hoy dan Miskel (1987:176) mengatakan motivasi adalah suatu kekuatan yang kompleks, dorongan, kebutuhan, keadaan tegang (tention states), atau mekanisme lain yang dimulai dengan aktivitas tetap yang disengaja ke arah pencapaian suatu tujuan seseorang . Motivasi juga dapat ditafsirkan dan diartikan berbeda pada setiap individu sesuai atau berdasarkan dengan tempat (place), waktu (time) dan keadaan masing-masing orang tersebut baik secara individu maupun individu dalam kelompok. Motivasi juga selalu terkait dengan kondisi batin setiap individu.
2
Kunci utama memahami proses motivasi terletak pada arti hubungan antara kebutuhan, dorongan, dan sasaran. Salah satu di antara penggunaan istilah dan konsep motivasi adalah menggambarkan hubungan antara harapan dengan tujuan (Zainun, 1994: 17). Motivasi merupakan masalah yang kompleks dalam organisasi karena perbedaan kepentingan, kehendak, keinginan setiap pekerja (Hicks dan Gullet, 1995: 484). Kepentingan, kehendak dan keinginan merupakan tuntutan dari kehidupan manusia yang harus dilakukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang beraneka ragam. Jadi, motivasi adalah suatu kekuatan atau tenaga yang menimbulkan dorongan terhadap keinginan batin seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan guna memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Winardi (1990: 473) mengatakan bahwa perilaku yang dimotivasi memiliki tiga cirri khusus, yaitu: perilaku yang berkelanjutan, perilaku yang diarahkan ke arah pencapaian tujuan, dan perilaku yang muncul karena adanya sesuatu kebutuhan yang dirasakan. Daya dorong yang akan dalam diri setiap individu dan perilakunya selalu mengarah kepada tujuan yang dikehendaki. Gray dan Starke (1984: 273), mengatakan bahwa motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu
yang menimbulkan sikap antusiasme dan persistensi
dalam
melaksanakan kegiatan tertentu. Sikap entusiasme dan persistensi dalam melaksanakan kegiatan tertentu menunjukkan bahwa seseorang tersebut memiliki motivasi.
3
Manusia dalam hidupnya memiliki kebutuhan, seperti kebutuhan pisik, kebutuhan ekonomis, kebutuhan politis, dan kebutuhan hidup lainnya. Salah satu teori kebutuhan yang berhubungan dengan motivasi kerja adalah teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow (1970: 35-46), yaitu dikenal dengan Need Hierarchy Theory atau teori hierarhi kebutuhan . Maslow (1970) lebih jauh mengemukakan bahwa “Tehe basics needs” atau tingkatan kebutuhan seseorang didalam suatu organisasi adalah sebagai berikut: (1) the physiological, (2) the safety needs, (3) the belongings and love needs, (4) the esteeim needs, (5) the needs for self actualization. Secara garis besarnya bahwa setiap individu dalam suatu organisasi mempunyai lima jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan fisiologis (the physiological), kebutuhan akan keselamatan (the safety needs), kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta (the belongings and love needs), kebutuhan akan harga diri (the esteeim needs), kebutuhan akan aktualisasi atau perwujudan diri (the needs for self actualization). Teori Maslow tersebut didasarkan pada: 1) kebutuhan manusia yang disusun dalam suatu hierarki kepentingan, yang dimulai dari tingkat kebutuhan terendah fisiologis sampai keamanan, kecintaan (sosial), penghargaan (ego), dan akhirnya pelaksanaan sendiri (aktualisasi diri); 2) manusia mempunyai keinginan yang tidak putus-putusnya, karena itu semua kebutuhan tidak pernah semua bisa terpenuhi secara sempurna; 3) sesekali suatu kebutuhan dapat dipenuhi dengan agak baik, tidak lama setelah memotivasi tingkah laku; dan 4) kebutuhan itu adalah saling tergantung dan saling melengkapi.
4
Sementara, Herzberg, membagi dua kelompok yang mendasari motivasi dalam memenuhi kebutuhan yaitu higienis faktor dan motivator. Kedua kelompok faktor tersebut apabila digabungkan terkenal dengan “Dua faktor teori motivasi dari Herzberg”. Berdasarkan teori tersebut, dengan demikian dimaksudkan ada dua macam situasi yang berpengaruh bagi setiap individu terhadap pekerjaannya, yaitu: 1) kelompok satisfers atau motivator. Faktor ini merupakan sumber kepuasan kerja. Yang berkaitan erat dengan kepuasan kerja antara lain keberhasilan, pengakuan, tanggungjawab, kemajuan dalam jabatan dan kemungkinan untuk berkembang, 2) kelompok sissatisfers atau higienis facor. Kebutuhan-kebutuhan dalam higienis,, bila tidak mendapat pemuasan akan menimbulkan ketidakpuasan dalam kerja. Juga bila terpuaskan orang belum tentu akan puas. Yang mempunyai kaitan erat dengan ketidakpuasan kerja adalah faktor ekstrinsik, seperti: kebijaksanaan kantor, administrasi, hubungan antar pribadi, kondisi kerja dan gaji. Menurut teori dua faktor, faktor yang bersifat menyehatkan yang datang dari luar atau bersifat ekstrinsik (seperti gaji, kondisi kerja) bukanlah yang sungguh-sungguh mendorong pegawai untuk bekerja hanya saja peranannya sekedar mengurangi keresahan pegawai tersebut. Sedangkan faktor yang bersifat intrinsik (keberhasilan, pengakuan, tanggungjawab) inilah yang sungguhsungguh dapat merupakan motivator bagi orang yang memperolehnya. Mc Clelland mengelompokkan kebutuhan manusia yang dipelajari, yaitu: a) kebutuhan berprestasi (n Ach), dan kebutuhan berafiliasi (n Aff), dan
5
kebutuhan berkuasa (n Pow). Tingkah laku individu yang didorong oleh kebutuhan untuk berkuasa yang tinggi akan nampak sebagai berikut: berusaha menolong orang lain walaupun tidak diminta, sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi dimana dia berada, sangat aktif dalam menentukan arah kegiatan dari organisasi dimana dia berada, menjadi anggota suatu perkumpulan yang dapat mencerminkan prestise, sangat peka terhadap struktur pengaruh antar pribadi dari kelompok atau organisasi. Kebutuhan seperti yang dikemukakan Maslow, Herzberg, dan McClelland di atas, mendorong (memotivasi) seseorang untuk melakukan berbagai aktifitas dalam upaya pemenuhan kebutuhan itu. Motivasi merupakan alat penggerak yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Teori ERG yang disingkat dari Existence, Relatedness and Growth (kebutuhan
eksistensi,
kebutuhan
berinteraksi,
dan
kebutuhan
untuk
berkembang) mempunyai kesamaan dalam banyak hal dengan teori hierarki kebutuhan Maslow (Feldman, 1988: 111). Perbedaannya terletak pada dua inti yaitu: Maslow memandang kebutuhan manusia itu terdiri atas 5 (lima) tingkat, maka ERG melihatnya 3 (tiga) macam. Jika, Maslow melihat kebutuhan sebagai hierarki jenjang yang ketat dalam pengertian bahwa pemenuhan kebutuhan pada tingkat terendah adalah mutlak sebelum pemenuhan kebutuhan tingkat di atasnya dan upaya pemenuhan kebutuhan di tingkat lebih atas hanya mungkin dilakukan apabila perangkat kebutuhan saat ini telah dipenuhi, maka ERG teori lebih flexible dan memungkinkan pemenuhan kebutuhan secara bersamaan
6
bahkan dimungkinkan adanya gerakan menurun apabila seseorang mengalami frustasi dalam upaya memenuhi kebutuhannya ditingkat tertentu. Motivasi kerja merupakan sesuatu keinginan internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau pekerjaan. Motivasi kerja juga ditafsirkan dan diartikan berbeda pada setiap orang sesuai dengan tempat, waktu dan keadaan orang tersebut baik secara individu, maupun individu dalam kelompok. Orang yang mau bekerja akan termotivasi oleh keinginan atau kehendak hati dengan tindakan yang rasional untuk mencapai tujuan. Jadi, yang dimaksud dengan motivasi kerja widyaiswara adalah setiap dorongan pada diri widyaiswara sebagai individu, seperti: 1) pengembangan pribadi, yang meliputi: dedikasi, tanggungjawab, kemandirian, kepuasan pribadi, percaya diri, 2) prestasi, yang meliputi senang bekerja keras, menginginkan hasil terbaik, dan tidak cepat merasa puas, dan 3) rasional dalam bertindak, yang meliputi menetapkan tujuan secara rasional, dan hati-hati dalam memilih metode sesuai dengan pekerjaan.
7