27/07/2012
PELUANG PENGEMBANGAN HHBK PRIORITAS DAERAH DI WILAYAH KPH MODEL DI INDONESIA
TIM PENELITI HHBK DR. TATI ROSTIWATI, M.Si. YETTI HERYATI, S.HUT, M.Sc.
PUSAT LITBANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN CISARUA, 16 - 18 JULI 2012
LATAR BELAKANG Jumlah keanekaragaman hayati tumbuhan yang dimiliki Indonesia 38.000 jenis (IBSAP, 2003 dalam Departemen Kehutanan, 2004). Pergeseran paradigma pengelolaan hutan dari semula berbasis kayu (timber-based managment) menjadi berbasis sumberdaya (resource-based management) menjadi titik balik arah pembangunan kehutanan. Beberapa jenis HHBK merupakan jenis spesifik lokasi yang dapat diangkat menjadi Jenis Unggulan Daerah bahkan Jenis Unggulan Nasional Saat ini terjadi penurunan produk-produk HHBK yang disebabkan oleh pemanfaatan jenis-jenis HHBK secara berlebihan tanpa upaya budidayanya sehingga berdampak pada kelangkaan beberapa jenis HHBK.
1
27/07/2012
KPH MODEL
Pengembangan HHBK STRATEGIS bagi kepentingan ekonomi dan kelestarian hutan di WILAYAH SEBARANNYA.
Definisi Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidayanya kecuali kayu yang berasal dari hutan (Permenhut No: P.35/Menhut – II/2007)
Tujuan Diskusi Utama Memperkenalkan jenis-jenis HHBK prioritas daerah dan budidayanya serta tindak lanjut pengembangannya di wilayah KPH Model
2
27/07/2012
HHBK PRIORITAS DAERAH Berdasarkan Tabel 1 pada makalah, maka jenis HHBK prioritas daerah dapat terbagi atas: 1. Jenis lokal spesifik yang sebarannya hanya ada di daerah tersebut (endemik):tengkawang. kemenyan, damar mata kucing, masoi, kulilawang, lontar, kesambi , sutera dan cendana serta tumbuhan obat yang ada di Papua 2. Jenis spesifik tapi persyaratan tumbuhnya lebih lebar sehingga memungkinkan tumbuh baik di wilayah lain:bamboo, rotan jernang, kenari dan kemiri 3. Jenis spesifik kondisi tanah: nyamplung, gemor dan jelutung rawa 4. Jenis yang secara umum tersebar di setiap wilayah : gaharu, sagu, rotan dan madu
TEKNOLOGI BUDIDAYA Dasar Pemilihan Jenis Untuk Budidaya a.
Kondisi tempat tumbuh Ketinggian tempat
Curah hujan
Jenis tanah
b.
Kemudahan budidaya Teknologi budidaya yang telah dikuasai masyarakat
Teknologi budidaya yang telah diteliti secara intensif
c.
Manfaat dan Pasar: Banyak dimanfaatkan secara komersial
Kepastian dapat dijual (ada user)
3
27/07/2012
KONDISI TEMPAT TUMBUH Berdasarkan pembagian jenis prioritas daerah, maka pertimbangan selanjutnya adalah pada kondisi tempat tumbuh yang terbagi atas: A. Jenis Dataran Rendah Tengkawang, damar mata kucing, masoi, lontar kesambi, cendana, rotan jernang, kenari dan kemiri gaharu, rotan B. Jenis Dataran Tinggi Kemenyan, kulilawang dan sutera C. Jenis Spesifik Kondisi Tanah Pantai: nyamplung Rawa Gambut: sagu, gemor/gambir dan jelutung rawa
JENIS HHBK YANG TELAH DIKUASAI BUDIDAYANYA DAN MANFAATNYA 1. Tengkawang: pangan dan kosmetika 2. Damar mata kucing: obat dan peruntukan lainnya 3. Masoi: pangan (pengharum ice cream), obat dan kosmetika (parfume) 4. Kulilawang: obat dan kosmetika 5. Kesambi : biodiesel dan manfaat lainnya 6. Cendana: kosmetika dan kerajinan 7. Rotan jernang: obat dan manfaat lainnya 8. Kenari: pangan 9. Kemiri : pangan 10. Gaharu: obat dan kosmetika 11. Rotan: furniture dan kerajinan 12. Sagu: pangan, biodiesel dan manfaat lainnya 13. Nyamplung: biodiesel dan obat 14. Murbei: pakan sutera dan obat 15. Jelutung rawa: permen karet, kosmetik dan manfaat lainnya 16. Bambu: pangan, furniture dan kerajinan
4
27/07/2012
PENGEMBANGAN HHBK UNGGULAN DAERAH MELALUI KPH MODEL 1. Di Wilayah Dataran Tinggi: Model Pembangunan Tanaman dengan jenis pohon kemenyan atau kulilawang Usaha budidaya masyarakat : sutera atau tanaman obat semusim dataran tinggi (tumpangsari) 2. Di Wilayah Dataran Rendah Model Pembangunan Tanaman: jenis tergantung pengguna yang terdekat Usaha budidaya masyarakat : madu dan tanaman obat semusim dataran rendah (tumpangsari) Usaha budidaya rotan dan atau rotan jernang
3. Di Wilayah Pantai dan Rawa Gambut Model Pembangunan Tanaman Pantai: Nyamplung agroforestry dengan tanaman pangan (kacang, cabe, nanas) dan pandan (kerajinan)
Model Pembangunan Tanaman Rawa Gambut: Jelutung rawa
Model Pembinaan Tanaman Rawa dan atau Rawa Gambut: Sagu dengan pembinaan jumlah pohon per rumpun
5
27/07/2012
Jenis-jenis yang prospektif dan laku di pasaran *) 1.Tanaman yang masih dibutuhkan oleh BBOT (BALAI BESAR TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL) : Secang (masih banyak di Perhutani) Jati belanda (masih banyak di Perhutani Blora) Kemuning Kayu manis (masih banyak di Perhutani) Kenanga Kepel/Burahol Kayu 7 lapis (dari Kalimantan) Pulai pandak 2.Tanaman yang masih dibutuhkan oleh KOJAI (KOPERASI JAMU INDONESIA) Jahe emprit Cabe sare Cabe jamu Kunyit Sambiloto Ganitri Temulawak Puyang emprit Stevia *) hasil pertemuan di Solo (2011)
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Peluang pengembangan HHBK di wilayah KPH sangat prospektif mengingat produk HHBK sangat erat kaitannya dengan masyarakat local 2. Beberapa upaya melalui workshop atau diskusi multipihak dalam rangka mengangkat jenis HHBK prioritas daerah 3. Pola pengembangan HHBK pada KPH model disesuaikan dengan pertimbangan aspek teknis (budidaya jenis, pola tanam dan pengolahan) , manfaat dan diformulasikan dengan aspek social budaya setempat serta pasar.
6
27/07/2012
B. Saran Memadukan antara jenis tanaman hutan HHBK (sesuai dengan site) dengan jenis rotan komersial dan atau memadukan antara jenis pohon kayu komersial dengan jenis herba yang laku di pasaran (seperti daftar yang telah diuraikan) sangat penting dalam rangka mengoptimalkan kawasan hutan produksi
Terima kasih…..dan Mari Kita Berdiskusi
7