PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Kegiatan magang yang dilakukan di Tambusai Estate mencakup aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis yang dilakukan meliputi kegiatan penunasan, sensus pokok, pengendalian gulma (manual dan kimiawi), pemupukan, dan pemanenan. Pelaksanaan kerja sebagai KHL, pendamping mandor, dan pendamping asisten kebun di Tambusai Estate secara umum dilaksanakan 6 hari kerja dalam seminggu. Waktu setiap hari kerja rata–rata selama 9 jam yang dimulai pada pukul 06.00–12.00 WIB, istirahat selama dua jam (12.00–14.00 WIB), lalu dilanjutkan bekerja selama tiga jam dari pukul 14.00 sd. 17.00 WIB. Pelaksanaan kegiatan magang di Tambusai Estate yang dilakukan oleh penulis, yakni sebagai KHL (Karyawan Harian Lepas), pendamping mandor, dan pendamping asisten kebun di Afdeling dilaksanakan setiap Senin-Sabtu mulai pukul 05.30 WIB. Penulis diwajibkan mengikuti apel pagi yang dimulai pukul 05.30 WIB bersama asisten, mandor, dan KHL (Karyawan Harian Lepas). Kegiatan apel pagi di lapangan dapat dilihat pada Gambar 2.
a)
Gambar 2. Kegiatan Apel Pagi di Lapangan
18 Aspek Teknis Penunasan Pada saat penulis menjadi KHL di lapangan, sistem penunasan yang dilaksanakan di Tambusai Estate adalah sistem selektif. Sistem selektif merupakan pemangkasan tunas yang dilakukan oleh seorang penunas, dimana dalam pengerjaannya tidak bersamaan dengan panen. Pada sistem selektif, seorang penunas harus dapat memilih tunas yang sudah kering, ataupun patah karena terkena egrek saat pemanenan sehingga layak untuk ditunas. Umumnya jumlah anggota dan penunas ini tidak tetap, tergantung dari kebutuhan untuk dilaksanakan kegiatan penunasan di blok yang akan ditunas. Pada saat penulis menjadi KHL dalam kegiatan penunasan, penunasan dilaksanakan di blok U9, yang terdiri dari delapan orang sebagai penunas. Norma kerja dari kegiatan ini adalah tergantung dari banyak/sedikitnya tunas yang sudah kering ataupun sudah patah terkena egrek saat panen. Pada saat melaksanakan penunasan, penulis dapat menunas 8 pelepah.
Sensus Pokok Sensus pokok merupakan salah satu kegiatan mendata seluruh pokok yang terdapat di areal tanaman kelapa sawit. Pada saat magang, data-data tanaman ditulis pada blanko sensus pokok, yang berisikan yaitu pokok hidup, pokok mati, pokok jantan (pokok yang sudah tidak dapat berbuah), pokok sisipan, pokok kosong, parit, daerah rendahan, dan kandang burung hantu. Prestasi kerja penulis untuk kegiatan ini adalah 10 ha/HK, sementara norma kerja karyawan adalah 10 ha/HK. Karyawan yang digunakan untuk sensus pokok ini terdiri dari satu orang dengan upah Rp 57 797/HK. Foto pokok jantan yang akan dibongkar dapat dilihat pada Gambar 3.
19
a).
Gambar 3. Pokok Jantan yang Akan Dibongkar Pengendalian Gulma secara Manual Pengendalian gulma bertujuan untuk menghilangkan persaingan antara tanaman dengan gulma, sanitasi, memudahkan pemeliharaan dan menghilangkan pengaruh buruk bagi tanaman. Metode pengendalian gulma secara manual yang terdapat di Tambusai Estate meliputi kegiatan (garuk piringan, babat gawangan, dan dongkel anak kayu). Garuk piringan. Pada saat penulis menjadi menjadi KHL, pembersihan gulma yang dilakukan adalah dengan cara membabat, menggaru, dan menarik gulma ke arah luar piringan serta harus rata dengan permukaan tanah. Jenis gulma dominan yang penulis amati di lapangan di antaranya: pakis-pakisan, Melastoma malabatrichum, Mikania micrantha, Borreria alata, dan Paspalum conjugatum. Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, hasil pekerjaan garuk piringan belum sesuai dengan yang ditetapkan oleh perusahaan. Pada areal yang terdapat di tengah-tengah blok ukuran piringan yang diselesaikan jauh lebih kecil dan terlihat belum bersih daripada piringan yang dekat dengan jalan. Pekerjaan garuk piringan dilakukan dengan sistem kerja borongan, dimana upah pekerjaan ditentukan berdasarkan jumlah luasan yang dikerjakan. Upah pekerjaan ini sebesar Rp 60 000 dengan rotasi pekerjaan garuk piringan dilakukan satu kali per-tahun. Babat gawangan. Pada saat penulis menjadi KHL, pekerjaan membabat gawangan harus bebas dari gulma kelompok kayu-kayuan, pakis-pakisan, bambu, kerisan, dan sebagainya. Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, kendala yang dihadapi adalah prestasi kerja karyawan di Tambusai Estate masih kurang. Selain itu, cara yang dilakukan dalam pengandalian gulma di gawangan masih
20
belum sesuai karena karyawan hanya melakukan penebasan pada gulma berkayu dan tidak didongkel. Umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah tenaga kerja borongan dengan menggunakan alat cados (cangkul dan dodos) dan parang. Rotasi babat gawangan selama tiga bulan sekali dengan upah sebesar Rp 35 000/ha. Dongkel anak kayu. Pada saat magang, anak kayu yang harus didongkel adalah tukulan (anak sawit), senggani, jenis keladi, kentangan, telinga gajah, asystasia, senduduk, putihan dan semua jenis tanaman berkayu lainnya. Dalam pelaksanaannya kegiatan dongkel anak kayu menggunakan cados (cangkul dodos), dan parang. Kegiatan dongkel terutama dilakukan pada piringan, jalan pikul, dan sekitar gawangan harus dibersihkan dari gulma. Jumlah karyawan yang bekerja dalam kegiatan DAK di Afdeling 10 berjumlah 6 orang/hari dalam satu kemandoran. Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, kendala yang dihadapi saat pekerjaan berlangsung adalah keterbatasan tenaga kerja dan keterbatasan alat. Selain itu, vegetasi gulma yang harus didongkel cukup rapat. Sehingga pekerjaan tidak dapat dilakukan dalam satu hari. Semua karyawan yang bertugas dalam kegiatan ini umumnya dilakukan secara borongan. Kegiatan dongkel anak kayu dilakukan dengan rotasi 4 bulan sekali dengan upah rata-rata Rp 45 000. Prestasi kegiatan penulis dalam pekerjaan ini sebesar 0.2 ha/HK. Kegiatan dongkel anak kayu dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Kegiatan Dongkel Anak Kayu
21
Pengendalian Gulma secara Kimiawi Pada saat penulis magang, pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disimpan dalam wadah botol mineral 600 ml, knapsack sprayer kapasitas 15 liter, nozzle berwarna hitam, ember kecil sebagai wadah pengambil air, dan takaran dosis. Sebelum melakukan kegiatan pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimiawi, herbisida yang akan digunakan terlebih dahulu diambil di gudang Afdeling dimana pembagiannya diatur oleh mandor pemeliharaan. Jenis gulma dominan yang terdapat di areal pertanaman adalah Cleome rutidospermae, Clidemia hirta, Nephrolephis biserata, Ottochloa nodosa, Ageratum conyzoides, Gleichenia linearis, Mikania micrantha, Boreria alata, Paspalum conjugatum, dan Melastoma malabathricum. Pada saat magang, penyemprotan gulma dilakukan oleh tim semprot yang terdiri dari 3 orang. Penyemprotan dilakukan blok per blok dengan sistem hanca giring tetap. Tenaga kerja yang digunakan pada kegiatan ini adalah tenaga kerja borongan. Rotasi pengendalian gulma secara kimiawi ini dilakukan sebanyak 4 kali dalam setahun. Jenis herbisida yang digunakan untuk ketiga kegiatan (pengendalian gulma di TPH, jalan pikul, dan piringan) adalah Amyphosate 480 SL dengan Amyron-M 20 WG. Satu hektar dibutuhkan Amyphosate 0.25 liter, sedangkan Amyron dibutuhkan sebanyak 0.01 kg. Saat pelaksanaan sering terjadi kesalahan-kesalahan yang dilakukan karyawan sehingga memerlukan pengawasan yang ketat. Kendala teknis di lapangan yang sering dijumpai yaitu karyawan menggunakan dosis herbisida yang melebihi ketentuan, serta luasan areal yang harus diselesaikan pada satu hari belum terpenuhi. Selain itu, permasalahan lain yang dijumpai di lapangan adalah kesulitan dalam mencari sumber air. Prestasi kerja penulis dalam kegiatan semprot piringan di lapangan yaitu 0.5 HK/ha, dengan upah (pengendalian gulma di TPH Rp 1 000/TPH, pengendalian gulma di jalan pikul Rp 7 000/ha, dan pengendalian gulma di piringan Rp 14 000/ha). Kegiatan pengendalian gulma secara kimiawi dapat dilihat pada Gambar 5.
22
Gambar 5. Kegiatan Pengendalian Gulma di Piringan Pengendalian Hama Pengendalian hama merupakan suatu upaya yang harus dilakukan untuk menghindari menurunnya produktivitas kelapa sawit akibat serangan hama. Pada Tambusai Estate, seluruh areal pertanamannya sudah memasuki fase tanaman menghasilkan (TM) sehingga hama yang dijumpai tidak terlalu banyak serta tidak beragam. Berdasarkan pengamatan penulis selama magang, hama yang dijumpai di Tambusai Estate jumlahnya hanya sedikit yakni berupa ulat api, rayap, dan tikus. Ciri-ciri daun yang diserang hama ulat api ini adalah timbul lubang pada lamina pelepah kelapa sawit. Serangan ulat api ditandai dengan helaian daun sawit bolong-bolong di sepanjang lamina. Untuk mengendalikan hama ulat api di Tambusai Estate, pengendalian dilakukan dengan menanam tumbuhan bermanfaat seperti Turnera subulata dan Casiatora. Persyaratan yang dilakukan dalam melakukan pemeliharaan tanaman ini adalah: harus dekat dengan sumber air, dekat dengan kantor Afdeling agar mudah dikontrol, pembuatan bedengan, pengumpulan tanah yang tidak terkontaminasi dengan bahan kimia, pengisian tanah ke polybag, pembuatan anjang-anjang, dan penanaman ke polybag. Hama ulat api, tanaman Turnera subulata, dan tanaman Casiatora dapat dilihat pada Gambar 6.
a).
b).
Gambar 6. a). Ulat Api. b). Turnera subulata, c). Casiatora
c).
23
Rayap merupakan hama yang cukup penting di Tambusai Estate. Rayap umumnya tinggal dan berkembang biak pada batang tanaman kelapa sawit. Jenis rayap yang terdapat di Tambusai Estate adalah Captotermes curvignathus dan Macrotermes gilvus. Jenis rayap Macrotermes gilvus sering ditemukan di lapangan, karena rayap ini menyerang akar, bagian pangkal akar, dan batang, dengan cara membentuk gundukan sebagai sarangnya di daerah piringan serta dapat mencapai ketinggian 2 m atau lebih. Umumnya rayap ini akan membuat lorong-lorong di dalam batang sehingga menimbulkan rongga-rongga dan pembusukan pada batang, akibatnya pokok yang terserang dapat menjadi mati. Serangan hama rayap dapat dilihat pada Gambar 7.
Sarang rayap
Gambar 7. Pokok yang Terserang Hama Rayap Tindakan pengendalian hama rayap yang dilakukan di perkebunan Tambusai Estate adalah melakukan pengendalian secara kimia dan mekanis. Untuk pengendalian secara kimia dilakukan dengan penyemprotan dengan bahan kimia jenis Regent, dosis 0.012 L/pokok. Pokok yang terserang di pangkal batang, penyemprotan dilakukan 50 cm dari batang, sementara untuk pokok barier disemprot pada pangkal batang secara horizontal sampai 50 cm dan di piringan 50 cm dari batang. Setelah itu, pokok diberi tanda dengan cat yang berisikan tanggal, bulan, tahun aplikasi penyemprotan. Untuk pengendalian secara mekanis yakni mengumpulkan/serta menyingkirkan batang dan akar kayu, membongkar sarang rayap di tanah dan tanaman yang telah mati. Selain itu, berdasarkan pengamatan penulis, penyakit yang ada di Tambusai Estate adalah penyakit busuk pangkal batang. Gejala serangan penyakit
24
busuk pangkal batang ini terlihat dari seluruh daun tampak pucat, daun bawah mengering mulai dari ujung helai daun, daun tua mulai patah, ada atau tidak badan buah di pangkal batang. Gejala serangan penyakit busuk pangkal batang dan tajuk tanaman kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 8. Sebagai upaya pencegahan terhadap penyakit ini Tambusai Estate melakukan aplikasi biofungisida/fungisida secara terpadu dengan pembumbunan. Tanaman dengan serangan sangat berat (tidak dapat diselamatkan) disarankan dibongkar dan dimusnahkan, jika eradikasi seluruh jaringan batang tidak dapat dilakukan, maka eradikasi dilakukan hanya pada bagian batang yang sakit (jaringan sakit) dan kemudian dibakar.
Gambar 8. Pokok yang Terserang a) Penyakit Busuk Pangkal Batang Pemupukan Organik Tandan kosong. Berdasarkan pengamatan secara visual yang penulis lakukan, metode pengaplikasian tandan kosong yang terdapat di Tambusai Estate dikoordinir oleh bagian traksi. Tandan kosong diangkut dari PKS menuju ke blok menggunakan truk berkapasitas ± 4-5 ton, kemudian ditumpuk di antara pokok kelapa sawit. Secara visual, tandan kosong yang terdapat pada Tambusai Estate, berbeda dengan tandan kosong pada umumnya. Tandan kosong yang terdapat pada Tambusai Estate sudah mengalami proses pengolahan lebih lanjut dengan penggunaan alat yang dinamakan empty bunch press. Secara visual ciri-ciri dari tandan kosong ini sudah dalam bentuk serabut, remah, dan warna kekuningan. Dosis aplikasi tandan kosong 227 kg/titik aplikasi, setara dengan 3 kali
25
pengangkutan angkong (75 kg/angkong). Namun, pada saat aplikasi di lapangan, penulis menemukan bahwa aplikasi yang pekerja lakukan belum sesuai dengan rekomendasi kebun. Pada tengah-tangah blok pekerja hanya cukup mengangkut 1-2 angkong sehingga kebutuhan dosis per-pokok belum tercukupi. Hal ini penulis duga karena lemahnya pengawasan oleh mandor. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi tandan kosong adalah 30 titik/HK untuk karyawan harian lepas. Upah yang diberikan untuk aplikasi tandan kosong ini adalah Rp 3000/ titik aplikasi. Kegiatan aplikasi tandan kosong dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. a). Aplikasi Tandan Kosong dengan Angkong b). Aplikasi Tandan Kosong di antara Pokok Land application. Aplikasi menggunakan limbah cair hasil produk sampingan yang berasal dari proses rebusan (strerilizer) dan proses pemurnian minyak (clarifier). Pemberian limbah cair ini tidak dilakukan secara langsung. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, limbah cair ini sementara ditampung di kolam effluent treatment dan akan melalui beberapa perlakuan sebelum diaplikasikan ke areal pertanaman. Perlakuan ini bertujuan agar menurunkan kandungan BOD (Biologycal Oxygen Demand) dengan cara memanfaatkan bakteri pengurai yang bekerja secara anaerob maupun aerob. Kandungan BOD menggambarkan oksigen yang diperlukan bakteri untuk merombak bahan organik pada limbah cair. Berdasarkan hasil uji laboratorium, kadar BOD yang terdapat di Tambusai Estate berkisar 926.7 mg/l dengan pH 7.7.
26
Limbah cair yang diaplikasikan ke areal pertanaman harus dikontrol secara teliti dan berkesinambungan, karena jika tidak dilakukan maka kesalahan dalam aplikasi akan berdampak langsung terhadap lingkungan sekitar. Land application di Tambusai Estate menerapkan sistem Long bed. Limbah cair ini dialirkan dari kolam limbah dengan menggunakan pipa PVC berdimensi 8 inchi, 6 inchi, dan 4 inchi. Ukuran Long bed 280 m x 1.5 m x 0.8 m dengan volume 336 m3/longbed. Dosis aplikasi untuk longbed sebesar 750 m3 effluent/ha/tahun, dengan rotasi pengisian Long bed selama 4 bulan sekali (yakni 250 ton/ha/rotasi), dan rotasi perbaikan Long bed selama satu tahun sekali. Persentase kandungan unsur hara limbah cair dapat dilihat pada Tabel 5. Adapun persyaratan yang dibutuhkan untuk penerapan metode ini adalah sebagai berikut: 1. Areal pemberian harus berada dalam radius 1 000 m dari PKS. 2. Tanah mineral dengan topografi datar. 3. Drainase tanah cukup baik. 4. Areal pemberian harus jauh dari sumber air sungai ataupun aliran air alami lainnya. Tabel 5. Kandungan Unsur Hara Limbah Cair Dalam (75 ton/ha) Unsur Hara
Kandungan Unsur
kg
N
120
1.6
Phosphore
P2O5
60
0.8
Kalium
K2O
390
5.2
Magnesium
MgO
120
1.6
Nitrogen
Persentase Kandungan Hara (%)
Sumber : First Resources Research Centre (April, 2012)
Berdasarkan pengamatan penulis saat magang, aplikasi limbah cair ini hanya terdapat di Afdeling delapan, yakni hanya pada enam blok, yaitu blok M17, M18, L17, L18, L19, dan L20. Dalam satu blok memiliki 60 longbed. Pelaksanaan aplikasi dan supervisi limbah cair merupakan kerja sama antara pihak kebun dan pabrik kelapa sawit. Pihak kebun menginformasikan keadaan kolam pada blok sebagai bahan pertimbangan pembukaan keran aliran limbah pada blok aplikasi. Petugas PKS melakukan pengukuran parameter limbah, seperti BOD,
27
COD, dan pH, secara rutin di kolam pendingin, serta memantau kondisi sumur pantau yang berfungsi untuk memantau kemungkinan terjadinya pencemaran air tanah. Kegiatan Land Application dan sumur pantau dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. a). Aplikasi Limbah pada Flatbed b). Kolam Limbah c). Papan Informasi Kolam Limbah d). Keadaan Sumur Pantau Pemupukan Anorganik Perencanaan pemupukan. Pemupukan pada Tambusai Estate dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan harus dilakukan dengan sebaik mungkin karena berhubungan dengan penyediaan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan. Perencanaan pemupukan di Tambusai Estate dimulai dengan rekomendasi pemupukan yang dilakukan oleh Departemen riset First Resources Ltd. Rekomendasi pemupukan tersebut untuk menentukan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Rekomendasi disusun atas dasar hasil analisa daun, analisis tanah, analisis jaringan tanaman, curah hujan serta proyeksi produksi setiap tahun.
28
Setelah rekomendasi pemupukan dibuat, perencanaan pemupukan dibagi menjadi tiga tahap perencanaan yaitu: rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Rencana kerja tahunan (RKT) digunakan untuk mengetahui besarnya biaya operasional, yaitu: jenis dan dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan pemupukan dalam satu tahun. Untuk rencana kerja bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan dan persiapan peralatan dan perlengkapan pemupukan pada bulan tersebut. Untuk rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, kesiapan unit transpor untuk karyawan dan pengeceran pupuk dan pembuatan bon permintaan pupuk dari gudang sentral untuk blok yang akan dipupuk. Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing jenis pupuk. Jenis pupuk yang digunakan Tambusai Estate periode 2011-2012 adalah Urea, Kieserit, Rock Phosphat, MOP, dan Borate. Sistem dan organisasi pemupukan. Sistem kegiatan pemupukan di Tambusai Estate dikerjakan dengan sistem tunggal, yakni dilakukan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, lebih terkonsentrasi serta lebih terfokus dalam hanca pemupukan per-kebun. Organisasi pemupukan di Tambusai Estate di pimpin oleh seorang mandor pupuk. Seorang mandor pupuk umumnya membawahi sekitar 7-9 orang karyawan. Karyawan yang bertugas sebagai pekerja pemupukan merupakan pekerja karyawan harian lepas (KHL) yang berasal dari penduduk setempat. Organisasi tim pemupukan meliputi penguntilan, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk, penaburan pupuk, dan pengumpulan karung bekas untilan. Adanya organisasi pemupukan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas
29
pemupukan. Dengan demikian, mandor dan asisten dapat mengawasi jalannya kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan. Kegiatan pemupukan di Tambusai Estate dimulai dari kegiatan penguntilan pupuk di gudang sentral, kegiatan pengeceran pupuk, kegiatan
pelangsiran
pupuk,
kegiatan
penaburan
pupuk,
dan
kegiatan
pengumpulan karung bekas untilan. Kegiatan yang pertama merupakan kegiatan penguntilan pupuk. Pada saat magang, penulis melakukan kegiatan penguntilan pupuk. Penguntilan pupuk dilakukan di gudang sentral kebun dan dilakukan sehari sebelum aplikasi pemupukan dilaksanakan. Alat-alat yang digunakan dalam penguntilan pupuk antara lain: takaran until yang terbuat dari dirigen yang telah dikalibrasi sesuai masing-masing jenis dan dosis pupuk, kemudian karung pupuk, timbangan, serta buku tulis digunakan untuk mencatat jumlah untilan yang perlu disediakan untuk tiap jenis pupuk yang sesuai dengan perencanaan pemupukan. Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan, pekerja dalam penguntilan belum memakai alat pengaman diri. Selain itu, pekerja jarang menggunakan takaran untilan. Takaran untilan digunakan apabila ada inspeksi/kunjungan oleh pimpinan. Menurut salah satu pekerja, penggunaan untilan hanya memperlambat pekerjaan. Pekerja sering sekali melakukan kegiatan penguntilan tanpa menggunakan takaran. Kegiatan penguntilan di Tambusai Estate dapat dilihat pada Gambar 11.
a).
b).
c).
Gambar 11. a). Penimbangan Sampel Untilan b). Kegiatan Penguntilan c). Alat Takar Untilan Tenaga kerja yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan penguntilan pupuk adalah tenaga borongan yang terdiri dari lima orang. Pada dasarnya jumlah tenaga kerja dalam kegiatan penguntil tidak tetap (selalu berubah-ubah). Hal ini
30
tergantung dari tonase/jumlah pupuk yang akan diaplikasikan ke lapangan. Upah until dalam kegiatan ini sebesar Rp 17/kg. Kegiatan yang kedua merupakan kegiatan pengeceran pupuk. Sebelum pengeceran pupuk mulai dilakukan, seorang mandor pupuk harus dapat menyiapkan kendaraan pengangkut pupuk berupa satu unit truk minimal sehari sebelum pemupukan dilakukan. Selain itu, mandor juga mengingatkan kepada para anggotanya untuk senantiasa menggunakan alat pelindung diri (APD) yang terdiri dari: sarung tangan, AP boots, topi, dan masker yang bertujuan untuk kesehatan dan keselamatan tim pemupuk. Kemudian pada pukul 06.00 WIB, mandor pupuk beserta pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang Afdeling ke dalam kendaraan dengan upah bongkar muat sebesar Rp 7/kg. Pada jam 06.30 WIB, pengecer selesai memuat pupuk ke kendaraan, sehingga jam 07.00 WIB pupuk sudah berada di lapangan. Pada saat magang, penulis mengamati pengeceran pupuk dari atas kendaraan. Pengeceran pupuk harus berdasarkan titik penempatan pupuk yang telah ditentukan. Titik penempatan pupuk merupakan titik pengeceran untilan pupuk yang berada tiap selang beberapa jalan pikul. Ketentuan titik penempatan pupuk berdasarkan atas dosis/pokok dan jumlah pokok dalam areal/blok. Pada umumnya tiap titik pengeceran mewakili enam jalur tanaman atau tiga jalan pikul. Tiap titik penempatan pupuk berjumlah 33 karung untilan. Aplikasi titik penempatan pupuk di Tambusai Estate dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Titik Penempatan Pupuk
31
Kegiatan yang ketiga merupakan kegiatan pelangsiran pupuk. Pada saat penulis magang, kegiatan pelangsiran pupuk dimulai dengan membawa untilan pupuk ke dalam jalan pikul. Dalam satu baris tanaman dibutuhkan 11 karung untilan. Tiap satu untilan untuk 6 pokok. Pelangsir akan menjatuhkan untilan pupuk tersebut tiap selang 6 pokok tanaman (jika dosis 2 kg/pokok dan bobot untilan 12 kg). Pelangsir harus dapat menjatuhkan tiap untilan tersebut sampai tembus ke collection road. Kecekatan serta keterampilan yang dilakukan oleh pelangsir amat dibutuhkan dalam penentuan titik penempatan pupuk tiap pokok. Berdasarkan pengamatan saat magang, penulis mengamati pelangsir terkadang salah dalam penempatan pupuk sehingga menyebabkan dosis (kg/pokok) tidak dapat tercapai. Kegiatan yang keempat merupakan kegiatan penaburan pupuk. Dalam kegiatan penaburan pupuk, penabur dibagi dalam dua grup, disisi kanan dan kiri pokok dengan seorang pelangsir yang berada dalam satu jalan pikul. Dalam tiap jalan pikul, penabur harus berpasangan dalam menabur pupuk. Kendala yang dihadapi saat penaburan adalah sering ditemukan pupuk yang berupa bongkahan dan membatu. Selain itu, saat pengisian pupuk ke dalam ember, penulis sering menjumpai pupuk yang tercecer di jalan pikul. Pekerja terlalu tergesa-gesa dalam mengejar target pemupukan sehingga tidak mengeruk kembali pupuk yang telah tercecer di jalan pikul. Sementara itu, untuk basis kerja penabur dan pelangsir menganut sistem kerja borongan dimana ketentuan upah didasarkan pada banyaknya tonase pupuk yang akan diaplikasikan di lapangan. Berdasarkan pengamatan penulis, tim pemupuk terdiri dari 7 orang yang terdiri dari: 4 orang penabur, 2 pelangsir, serta 1 orang bertugas sebagai pengumpul karung untilan. Upah karyawan pupuk tersebut ditentukan oleh tonase pupuk, dengan upah Rp 15 000/ha (untuk dosis >1.49 kg) dan Rp 12 000/ha (untuk dosis <1.49 kg). Kegiatan pengarahan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 13.
32
Gambar 13. Pengarahan Mandor Pupuk a). sebelum Aplikasi Pemupukan dimulai Kegiatan yang kelima merupakan kegiatan pengumpulan karung bekas untilan pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung bekas untilan pupuk penting dilakukan karena sebagai alat kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan serta sebagai monitoring terhadap kekurangan karung bekas untilan pupuk. Penabur mengumpulkan karung bekas untilan pupuk kemudian digulung setiap 10 lembar karung dan diikat. Karung bekas untilan pupuk dikembalikan ke gudang Afdeling agar dapat digunakan kembali pada kegiatan pemupukan berikutnya. Pengumpulan karung bekas untilan dapat dilihat pada Gambar 14.
a) b) Gambar 14. a). Kegiatan Penggulungan Karung Untilan b). Penyusunan Karung Untilan Pengawasan
pemupukan.
Pada
saat
penulis
magang,
kegiatan
pengawasan pemupukan yang terdapat di Tambusai Estate dilakukan oleh seorang mandor pupuk. Mandor mengawasi kegiatan pemupukan yang dimulai dari kegiatan penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, pelangsiran pupuk, penaburan
33
pupuk, hingga pengumpulan karung bekas untilan. Pada Tambusai Estate pengawasan yang dilakukan oleh mandor pupuk masih tergolong lemah. Mandor belum dibekali blanko mutu pengecekan pemupukan seperti jumlah aplikasi pokok yang terpupuk, pupuk tidak ada yang tercecer pada jalan pikul, taburan merata dan tipis di piringan, sehingga sanksi bagi karyawan yang melanggar peraturan belum benar-benar diterapkan pada Tambusai Estate. Mandor pupuk cukup menegur sesekali saja apabila ada karyawan yang melakukan pelanggaran. Selain hal itu, penulis juga mengamati kehilangan pupuk yang terdapat di Tambusai Estate dari penerimaan pupuk di gudang, penguntilan pupuk, dan pengeceran untilan ke lapangan. Pada dasarnya kehilangan pupuk tersebut akan menyebabkan tanaman tidak menerima asupan hara sesuai rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan. Adapun sumber kehilangan yang penulis amati dimulai dari: 1. Saat Penerimaan Pupuk di Gudang Kehilangan pupuk mulai terjadi saat penurunan pupuk di gudang. Pemuat umumnya menarik pupuk dengan menggunakan gancu sehingga menimbulkan kebocoran pada karung pupuk sehingga bobot aktual pupuk per karung belum tentu sesuai dengan bobot pupuk yang tercantum pada kemasan pupuk. 2. Saat Penguntilan Kehilangan pupuk terjadi akibat penggunaan karung yang tidak layak untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak kuat (bocor). Pada saat pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan pupuk. Karyawan pemuat umumnya melemparkan untilan ke dalam kendaraan sehingga sering menyebabkan karung untilan tersebut bocor lalu pupuknya tercecer. 3. Saat Pengeceran Pupuk Pada saat pengeceran pupuk, kehilangan pupuk terjadi saat untilan mulai dilemparkan dari atas truk ke tempat penempatan pupuk (titik penempatan
pupuk).
Lemparan
tersebut
dapat
menyebabkan
terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk tercecer.
34
Pemupukan Mekanis dengan Fertilizer Spreader Dalam
meningkatkan
keefektifan
pemupukan,
Tambusai
Estate
melakukan pemupukan secara mekanis dengan menggunakan fertilizer spreader. Fertilizer spreader merupakan alat yang digunakan untuk mengaplikasikan pupuk ke tanaman kelapa sawit pada areal tanaman yang sudah menghasilkan dari lahan yang datar sampai bergelombang dengan kemiringan 0-50. Pada saat magang, penulis mengamati cara dan aplikasi pemupukan secara mekanis yang dilaksanakan di Afdeling 1. Alat ini terdiri dari traktor, fertilizer spreader emdek-350, dan flow control. Fertilizer spreader yang digunakan adalah jenis Emdek-350 (turbo spin). Emdek-350 (turbo spin) i n i memiliki kapasitas muatan maksimum 750 kg. Flow control berfungsi sebagai pengkalibrasi dan pengatur dosis pupuk yang keluar dari deflector atau nozzel (tempat keluarnya pupuk yang berada di sebelah kiri dan kanan alat). Sebelum aplikasi fertilizer spreader dilakukan, seorang mandor dan asisten sebaiknya memperhatikan kebersihan areal dari gulma yang terdapat di antara pokok kelapa sawit. Selain itu, penumpukan pelepah juga disarankan 2-3 tumpukan pelepah yang ada di dalam blok, hal ini bertujuan agar dapat memudahkan traktor untuk bergerak, memutar, dan berbelok. Berdasarkan kenyataannya di lapangan, penulis menemukan areal yang terdapat di antara pokok sawit belum sepenuhnya bersih dari gulma. Aplikasi pemupukan dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang Afdeling kemudian dibawa dengan truk untuk diecer ke lahan aplikasi. Traktor dan Emdek digabungkan menjadi satu dengan posisi emdek di bagian belakang traktor. Setelah pupuk diecer di lahan aplikasi, pupuk diletakkan di pinggir areal tanaman. Hal ini bertujuan untuk memudahkan proses pemupukan dengan menggunakan penabur pupuk. Namun, pada saat meletakkan pupuk di areal pinggir tanaman tidak memakai alas sehingga menyebabkan banyak pupuk yang tercecer. Fertilizer spreader Emdek-350 dapat memuat pupuk sebanyak 750 kg, akan tetapi yang penulis perhatikan saat magang di lapangan, pupuk yang dimuat
35
hanya sekitar 400 kg untuk jenis pupuk kieserite dengan dosis 1 kg/pokok. Hal ini dikarenakan agar memudahkan titik penempatan pupuk yang terdapat di lapangan. Setelah fertilizer spreader diisi dengan pupuk sebanyak 400 kg, maka pemupukan segera dimulai. Traktor bergerak melewati jalan pikul pertama, kemudian yang kedua dan seterusnya hingga jalan pikul ke delapan. Setelah itu, fertilizer spreader diisi lagi dengan pupuk sebanyak 400 kg kemudian pemupukan dilanjutkan pada jalan pikul ke sembilan hingga jalan pikul ke-16 dan seterusnya. Penulis juga menemukan di lapangan pada saat fertilizer spreader memutar dan berbelok, operator yang bertugas mengatur flow control (berfungsi sebagai pengatur dosis pupuk yang keluar dari deflektor), tidak menutup flow control kembali, akan tetapi dibiarkan terbuka sehingga mengakibatkan pupuk tercecer di lahan. Pada saat aplikasi pemupukan, operator traktor dibantu oleh dua orang karyawan yang bertugas mengatur flow control. Dalam pengoperasiannya, tidak semua jenis pupuk dapat diaplikasikan dengan fertilizer spreader. Hanya pupuk yang berbentuk granular/butiran dan kristal saja yang dapat diaplikasikan dengan fertilizer spreader. Pupuk yang berbentuk bubuk/powder seperti rock phosphate, tidak dapat diaplikasikan dengan fertilizer spreader, karena akan menyebabkan pupuk terhembus oleh angin. Dosis minimum pupuk yang dapat digunakan oleh fertilizer spreader sebesar 0.75 kg/pokok. Batasan ini dibuat berdasarkan pertimbangan akan risiko kesalahan yang berkaitan dengan keterbatasan kemampuan alat. Kegiatan pemupukan secara mekanis di Tambusai Estate dapat dilihat pada Gambar 15.
36
Gambar 15. a). Aplikasi Fertilizer Spreader Tampak Depan b). Aplikasi Fertilizer Spreader Tampak Belakang c). Kegiatan Pengisian Pupuk d). Jenis Pupuk Kieserite Pemanenan Persiapan panen. Pada saaat penulis magang, beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum pelaksanaan pemanenan di Tambusai Estate adalah penentuan kapel panen, penentuan kebutuhan tenaga kerja, penentuan luas hanca pemanen, peralatan panen, kebutuhan truk, peningkatan/pengerasan jalan, sarana prasarana panen (jalan pikul, TPH, pemasangan titi panen, dan kebersihan piringan). Setiap apel pagi, penulis, asisten, dan mandor panen senantiasa mengingatkan kepada para anggota panen untuk membaca tujuh prinsip panen yakni : buah matang panen dipotong semua, buah mentah 0%, brondolan dikutip semuanya, buah disusun rapi di TPH, pelepah disusun rapi di gawangan mati, pelepah sengkleh tidak ada, serta administrasi diisi tepat dan akurat. Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan parameter yang digunakan di Tambusai Estate dalam menentukan buah sudah memenuhi kriteria laik panen atau belum. Kriteria matang panen yang diberlakukan di Tambusai Estate apabila ≥ 40 brondolan lepas jatuh di piringan. Apabila brondolan lepas < 40, buah dinyatakan kurang matang. Berdasarkan pengamatan
37
yang penulis amati di lapangan, kelaikan kriteria panen di Tambusai Estate belum memenuhi 100%, artinya < 40 brondolan lepas. Hal ini masih ditandai oleh adanya pemanen yang memotong buah mentah. Angka kerapatan panen. Angka kerapatan panen merupakan angka yang menunjukkan persentase jumlah buah matang pada suatu kapel yang akan dipanen. Angka kerapatan panen bertujuan untuk mengetahui taksasi produksi harian, kebutuhan tenaga pemanen, dan kebutuhan truk. Saat penulis dan mandor bertindak dalam penentuan AKP, luas areal yang diamati hanya 5 % dari luasan tiap blok (3 jalan pikul dalam satu blok), padahal dalam SOP penentuan AKP seharusnya 10 % dari luasan tiap blok (artinya, 6 jalan pikul dalam satu blok). Hal ini dikarenakan mandor malas untuk masuk ke hanca sehingga menyebabkan nilai AKP tidak akurat dan hasil taksasi harian cenderung meleset. Sistem upah (basis panen, biaya panen, premi panen, dan denda pemanen). Basis panen merupakan batas minimal tandan yang harus dipanen oleh seorang pemanen untuk kebutuhan 1 HK. Saat penulis magang, basis panen yang dipenuhi oleh seorang pemanen di Tambusai Estate adalah 1 000 kg. Output merupakan rata-rata tonase yang didapatkan oleh pemanen dalam 1 hari untuk mencapai budget produksi dengan output yang diperoleh sebesar 3000 kg. Berdasarkan pengamatan yang penulis amati di lapangan, rata-rata pemanen mampu memanen buah > 2 000 kg. Artinya, setiap pemanen sudah mampu melebihi standar basis yang telah ditetapkan maka, pemanen laik mendapatkan premi. Ketentuan premi pemanen dapat dilihat pada Tabel 6.
38
Tabel 6. Ketentuan Tarif Premi Pemanen, Mandor Panen, Kerani Produksi Jenis Pekerjaan TM 7- TM 11 Lebih Basis 1 Lebih Basis 2 Lebih Basis 3 Hari Minggu/Libur TM 12, dst. Lebih Basis 1
Satuan
(Rp/satuan) Basis
Target Minimal/ hari
Premi Mandor Panen
Premi Kerani Produksi
kg/hari
22
500 kg
3 000 kg
Tonase x Rp 2.75
Tonase Rp 1.2
x
kg/hari kg/hari kg/hari
27 32 40
500 kg >2 000 kg Tanpa Basis
kg/hari kg/hari
25
500 kg
3 000 kg
Tonase x Rp 2.75
Tonase Rp 1.2
x
Lebih Basis 2 kg/hari 30 500 kg Lebih Basis 3 kg/hari 35 >2 000 kg Hari kg/hari 40 Tanpa Minggu/Libur Basis Sumber: Kantor Sentral Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
Denda pemanen. Pada saat magang, sanksi dan denda terhadap pemanen belum benar-benar diterapkan. Hal ini ditandai masih banyak buah mentah yang ikut terpanen. Manfaat adanya denda dan sanksi agar pemanen dapat melaksanakan ketentuan panen secara benar serta tidak mengulangi kesalahan berikutnya. Sanksi kepada pemanen dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Ketentuan Denda bagi Pemanen, Mandor Panen, dan Kerani Produksi No. Kriteria
Pemanen
1
Rp 500/TBS
Mandor Panen Kerani Produksi Rp 750/TBS -
Rp 500/TBS
Rp 1 000/TBS -
Rp 1 000/TBS Rp 500/TBS Rp 1 500/TBS -
Rp 1 000/TBS Rp 500/TBS Rp 1 500/TBS -
2 3 4 5 6 7 8
TBS matang tidak dipanen TBS matang tidak diangkut di TPH TBS mentah dipanen TBS Tangkai Panjang Brondolan Tidak dikutip
Sumber : Kantor Sentral Kebun, PT. Panca Surya Agrindo (April, 2012)
Rp 750/TBS Rp 1 500/TBS Rp 1 500/TBS Rp 1 500/TBS
39
Aspek Manajerial
Karyawan Non Staf Pada saat magang selama tiga bulan di Tambusai Estate, penulis menjadi karyawan harian lepas (KHL) selama tiga minggu. Penulis bertugas sebagai penguntil pupuk, muat bongkar pupuk, dongkel anak kayu, dan sensus pokok. Setelah penulis berstatus sebagai karyawan harian lepas, penulis berstatus sebagai pendamping mandor selama tiga minggu berikutnya. Kemudian hasil dari pekerjaan tersebut dilaporkan kepada asisten lapangan dalam bentuk laporan harian. Laporan yang telah dibuat dapat mempermudah pengontrolan yang dilakukan oleh asisten lapangan. Pendamping mandor panen. Setiap pagi hari, penulis membantu mandor dalam melakukan pengabsenan karyawan untuk pembagian hanca panen. Penulis juga ikut membantu mandor panen dalam menentukan kapel panen, memberikan pengarahan tentang 7 prinsip disiplin panen. Setiap sore hari penulis menghitung angka kerapatan panen (AKP) dan melakukan pemeriksaan brondolan di ketiak pokok, piringan, jalan pikul, dan gawangan bersih dikutip oleh pemanen. Berdasarkan pengamatan penulis, permasalahan yang dihadapi saat menjadi pendamping mandor panen adalah kekurangan jumlah pemanen. Selain itu, penulis juga masih menemukan brondolan yang tinggal di ketiak, piringan, dan jalan pikul. Hal ini dikarenakan pemanen lebih mengejar output sebesar tiga ton, daripada mengejar basis yang hanya satu ton. Dengan demikian, kualitas kerja pemanen belum dapat dikatakan baik. Dalam satu kemandoran, rata-rata pekerja yang diawasi sebanyak 13 orang dengan luas areal + 70 ha. Pendamping mandor perawatan. Penulis ikut membantu mandor perawatan dalam mengawasi pekerjaan karyawan saat rawat jalan pikul dan rawat piringan jangan sampai ada yang terlewati, dosis harus sesuai anjuran rekomendasi, kecepatan jalan harus diatur, bagian pinggir parit tidak boleh diaplikasikan karena dapat mencemari air. Setelah itu, penulis juga membantu mandor perawatan mengisi laporan kerja dalam buku mandor perawatan. Ratarata jumlah pekerja yang diawasi sebanyak 3 orang dengan luasan + 24 ha. Permasalahan yang dihadapi saat penulis menjadi pendamping mandor perawatan
40 adalah kekurangan tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan dalam pekerjaan ini hanya berjumlah tiga orang dan usia pekerja sudah memasuki umur 50 tahun sehingga pekerjaan tidak dapat diselesaikan dalam satu hari. Selain itu, pekerja sering menggunakan bahan yang berlebihan. Menurut salah satu pekerja, dengan menggunakan bahan yang berlebihan akan menyebabkan gulma lebih cepat mati. Pendamping mandor pupuk. Saat menjadi pendamping mandor pupuk, penulis ikut membantu mandor pupuk dalam memetakan aplikasi yang sudah selesai dipupuk. Penulis juga membantu mandor pupuk membuat bukti permintaan dan pengeluaran barang dalam hal permintaan pupuk dari gudang sentral kebun serta mengawasi dalam hal pengambilan pupuk di gudang. Mengawasi kegiatan penguntilan, jumlah untilan harus tepat, jangan sampai ada yang kekurangan/kelebihan. Dalam kegiatan pemuatan pupuk dari gudang harus dilakukan secara hati-hati jangan sampai ada ikatan simpul terlepas agar pupuk tidak tercecer. Saat mengecer pupuk ke jalan harus pelan-pelan jangan sampai karung ikatan terlepas karena ceceran pupuk dapat mencemari tanah maupun parit. Penulis menghitung jumlah karyawan yang hadir dalam menentukan luasan lahan yang akan dipupuk, mengawasi jalannya pemupukan di lapangan, seperti taburan pupuk harus tipis dan merata pada setiap piringan, jangan sampai ada pupuk yang berbentuk bongkahan, jika ditemukan masih ada pupuk yang bongkahan harus segera dihancurkan. Mengawasi jalannya pelangsir, pelangsir harus tepat dalam meletakkan pupuk untilan yang akan ditabur. Posisi peletakan karung untilan tepat didepan pokok yang terakhir yang terpupuk sehingga untuk pokok yang didepannya sudah tersedia pupuk untilan. Setelah pemupukan selesai semua peralatan dibawa ke tempat pencucian untuk dibersihkan, kecuali karung yang tidak dicuci. Kemudian penulis mengisi laporan kerja dalam buku mandor. Saat penulis menjadi pendamping mandor, rata-rata jumlah pekerja yang diawasi sebanyak 7 orang dengan luasan + 30 ha. Permasalahan yang dihadapi saat penulis menjadi pendamping mandor pemupukan adalah dosis yang diberikan belum sesuai dengan rekomendasi. Selain itu, seringkali pupuk tercecer di jalan pikul. Pekerja enggan mengeruk kembali pupuk yang telah tercecer. Hal ini dikarenakan pekerja tergesa-gesa dalam mengejar target. Dengan demikian, kualitas pekerja belum dapat dikatakan baik.
41 Kerani produksi. Saat penulis bertugas sebagai pendamping kerani produksi, penulis membantu dalam mencatat jumlah TBS yang terangkut per blok, per tahun tanam, kemudian membantu dalam pengumpulan dan pengangkutan TBS dari lapangan ke PKS agar terangkut dengan baik sehingga tidak ada buah yang restan/tertinggal di lapangan. Penulis juga membantu dalam membuat laporan produksi harian di kantor Afdeling. Rata-rata jumlah pekerja yang diawasi sebanyak 3 orang dengan luasan + 70 ha. Kerani afdeling. Saat penulis bertugas sebagai pendamping kerani afdeling, penulis bertugas dalam menyusun laporan pekerjaan seperti : monitoring hasil panen, peta kerja, daftar premi, daftar lembur, dan permintaan bon minyak. Selain itu, penulis juga membuat rencana kerja harian dan bulanan di Afdeling.
Karyawan Staf Pendamping asisten kebun. Kegiatan penulis sebagai pendamping asisten kebun yakni memastikan kehadiran karyawan tiap kemandoran, melakukan pengawasan terhadap mandor, kontrol lapangan seperti mengawasi pemupukan agar sesuai dengan jenis, dosis, waktu, dan cara yang ditentukan oleh perusahaan. Mengawasi pelaksanaan panen di lapangan sehingga TBS dan brondolan terpanen, mengawasi pengumpulan TBS dan brondolan dari TPH sampai ke pabrik serta mengawasi keadaan collection road di afdeling agar terjamin untuk transportasi buah dan pemupukan. Selain itu, penulis juga membantu asisten dalam menyusun rencana anggaran kerja Afdeling (harian, bulanan, dan tahunan) kepada atasan untuk dievaluasi. Rata-rata jumlah mandor yang diawasi sebanyak tiga orang dan jumlah krani produksi sebanyak dua orang.