14
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis Aspek teknis yang dilakukan adalah sebagai buruh harian lepas, yaitu penulis bekerja aktif dalam kegiatan harian teknis di lapangan yang menuntut aktivitas fisik. Kegiatan dimulai pukul 05.45-06.30 WIB yaitu apel pagi. Apel pagi selama satu bulan pertama sejak penulis magang, dilaksanakan di depan kantor afdeling (apel pagi gabungan), tetapi karena kurang efektif, maka apel pagi dipindah ke blok yang akan dilaksanakan kegiatan baik itu panen maupun rawat oleh masing-masing kemandoran. Dalam apel pagi yang diikuti oleh karyawan, verifikator, mandor, kepala afdeling dan kepala kebun, arahan diberikan oleh mandor dan kepala afdeling berupa evaluasi hasil pekerjaan hari sebelumnya (H-1), memberi solusi atas permasalahan yang terjadi baik dalam kegiatan pekerjaan maupun dalam fasilitas tinggal di afdeling, mengecek peralatan kerja dan atribut kerja, menentukan areal pekerjaan karyawan serta mengadakan senam pagi agar meningkatkan semangat kerja karyawan. Setelah apel pagi, semua karyawan memulai kegiatan di ancak yang telah ditetapkan. Selama menjadi KHL, aspek teknis yang dilakukan meliputi: penyisipan tanaman kelapa sawit, kegiatan rawat tanaman menghasilkan yang meliputi rawat path (jalan panen) dan TPH, rawat circle (piringan), rawat gawangan, pruning (pemangkasan) dan pemupukan, konservasi air dan tanah (rorak tadah hujan, rorak organik, penanaman Nephrolephis biserrata), pengendalian hama penyakit tanaman (HPT), panen dan transportasi TBS. Penyisipan Tanaman Kelapa Sawit Penyisipan merupakan kegiatan mengganti tanaman mati dengan tanaman baru. Penyisipan harus dilaksanakan maksimal satu tahun setelah penanaman. Penyisipan dimulai dari umur tanaman yang paling tua (maksimal TM II) dan seterusnya sampai yang paling muda. Penyisipan dimulai dari populasi yang paling tinggi untuk memperoleh blok yang cukup sesuai standar satuan pokok per hektar (SPH) dalam waktu singkat dan seterusnya hingga sisip hamparan.
15
Langkah-langkah penyisipan adalah sebagai berikut: 1.
Persiapan sisip
: persiapan untuk mempermudah penyisipan meliputi pengelompokan blok sisip berdasarkan jumlah kebutuhan pokok sisip, inventarisasi infrastruktur, penghitungan jumlah pokok sisip per baris.
2.
Pemancangan
: pemberian tanda tempat pokok yang akan disisip agar dalam pelaksanaan tanam dapat mengikuti mata lima.
3.
Pengeceran
: kegiatan pengeceran bibit di pinggir blok sisip untuk memudahkan dan mempercepat pelaksanaan sisip.
4.
Pelaksanaan
: kegiatan penyisipan sesuai dengan pancang yang telah di pasang atau ditancapkan.
Umur bibit yang digunakan disarankan berumur 12–14 bulan. Kejadian di lapangan, bibit yang digunakan berumur lebih dari 12 bulan, yaitu sekitar 17 bulan, dan akar sudah keluar dari polybag, sehingga penulis mengalami hambatan dalam membuka polybag. Saat kegiatan magang, penulis hanya melakukan langkah ketiga dan keempat, sebab langkah pertama dan kedua telah dilaksanakan sebelum penulis melaksanakan kegiatan magang. Bibit sawit diecer di jalan poros (jalan pemisah antar blok) pada baris yang akan dilaksanakan penyisipan. Pada pelaksanaan penyisipan, penulis membawa bibit yang telah diecer ke lokasi yang terdapat pemancangan bambu. Pada pancangan tersebut, digali lubang tanam dengan ukuran 60 cm×60 cm×60 cm, lalu dilanjutkan dengan pemberian pupuk dasar berupa Rock Phospate (RP) dengan dosis 500 gram per lubang tanam. Setelah itu bibit sawit ditanam secara tegak dan tepat di tengah lubang tanam. Pembukaan plastik polybag harus dilakukan hati–hati agar tanah tidak hancur. Selanjutnya, penimbunan dilakukan secara padat dengan cara diinjak. Permukaan penimbunan pada musim hujan harus cembung dan pada saat intensitas hujan rendah harus cekung agar air dapat tersedia bagi tanaman. Pengikatan dengan kawat kasa dilakukan setelah penyisipan selesai sehingga bibit tetap tegak dan mencegah hama babi.
16
Beberapa penyimpangan selama pelaksanaan diantaranya penanaman tidak tepat di tiang pancang karena lahan tersebut masih terdapat rumpukan kayu yang tidak mungkin untuk dilakukan penanaman, seharusnya top soil dan sub soil terpisah pada saat penggalian dan pada saat penanaman top soil lebih dahulu dimasukkan, tetapi hal ini tidak terjadi karena dilakukan di areal gambut. Penyimpangan juga terjadi saat pemberian pupuk dasar, yaitu tidak tepat 500 gr karena perencanaan sisip yang tidak baik. Pada saat penyisipan, pupuk tidak tersedia sebanyak yang dibutuhkan, sehingga banyak lubang tanam yang tidak diberikan pupuk dasar. Hal ini sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman dan produksi tanaman. Selain itu, pengikatan tanaman kelapa sawit tidak menggunakan kawat kasa, tetapi hanya menggunakan plastik polybag bekas tanaman kelapa sawit tersebut, sehingga penjagaan dari serangan hama tidak maksimal. Kegiatan penyisipan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan sehingga jam kerja tidak menjadi beban bagi buruh tersebut. Prestasi kerja penulis saat kegiatan penyisipan ini adalah 13 bibit tanaman. Norma kerja karyawan ialah 30 bibit tanaman, dan prestasi kerja rata–rata karyawan berkisar antara 50-75 bibit per hari. Kegiatan Rawat Tanaman Menghasilkan Kegiatan rawat dilakukan untuk mendorong produktivitas tanaman dengan meminimalkan faktor penghambat pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman, memudahkan pekerjaan panen dan pemupukan. Rawat path (jalan panen) dan TPH. Jalan panen merupakan jalan di tengah-tengah barisan tanaman yang diperuntukkan bagi pemanen untuk mengangkut hasil panen. Standar jalan panen di Afdeling OP, Kebun Tanglo yaitu lebar jalan 1.2–1.5 m, bebas dari tunggul/ sisa-sisa kayu, gulma, anak kayu dan kacangan, pekerjaan dilakukan secara chemist/kimia, pekerjaan jalan panen dilakukan bersamaan dengan pekerjaan piringan dan TPH (CPT). Gulma yang hanya bisa disemprot dengan kimia yaitu anak kayu, pakis kawat, kentosan, gelagah, krisan dan gulma menjalar lainnya.
17
Sementara yang tidak boleh disemprot yaitu Nephrolephis biserrata, dan beneficial plant. CPT dilakukan secara borongan harian dengan target yang telah ditetapkan. Alat yang digunakan berupa knapsack sprayer dengan kapasitas 16 liter, nozzle merah, masker, topi, serta kendaraan pengangkut herbisida. Sebelum digunakan, knapsack sprayer dibersihkan menggunakan air parit sekaligus mengambil air tersebut untuk dimasukkan ke dalam tangki. Herbisida menurut cara kerjanya terbagi menjadi herbisida kontak dan herbisida sistemik. Herbisida kontak hanya mematikan bagian yang terkena semprotan (larutan), sehingga bagian di bawah tanah (akar rimpang) tidak terpengaruh, seperti gramoxone dengan bahan kimia aktif: paraquat. Gramoxone membunuh gulma daun lebar, pakis, gulma berlapis lilin dan krisan. Dosis yang digunakan 0.33 l/ha. Herbisida sistemik dapat membunuh semua bagian tanaman dengan jalan translokasi ke seluruh jaringan tumbuhan, seperti round up, dowpon M dengan bahan kimia aktif glyphosate. Gulma disemprot secara merata baik di pasar pikul, piringan, dan TPH (Gambar 2). Penyemprotan di piringan dilakukan tidak terlalu mendekati pokok kelapa sawit dan luas semprot harus berdiameter 2 m. Saat melakukan penyemprotan, tangkai semprot diangkat sebatas lutut (+ 40 cm) agar bidang semprot luas dan dapat mengenai gulma yang tinggi. Setiap karyawan bergerak secara bersama-sama di masing-masing pasar yang telah ditetapkan agar kegiatan semprot berlangsung dengan lancar. Setelah penyemprotan selesai, mandor rawat melalukan evaluasi satu minggu kemudian untuk memastikan hasil pekerjaan borongan penyemprot tersebut yang keberhasilannya ditandai bila gulma telah menguning dan mati. Norma kerja rawat path dan TPH 3 ha/HK, sedangkan prestasi kerja penulis 1 ha/HK.
18
Gambar 2. Rawat Path dan TPH Rawat circle (piringan). Selain dengan menggunakan kimia seperti penjelasan di atas, piringan juga dirawat secara manual yaitu garuk piringan. Piringan berfungsi mempermudah pemanen dalam melihat brondolan yang jatuh sehingga diketahui apakah buah tersebut sudah layak panen, sebagai tempat jatuhnya tandan buah, brondolan, dan tempat aplikasi pemupukan. Buruh rawat membersihkan piringan kelapa sawit dengan menggunakan cangkul, garuk dan sabit. Piringan harus bersih dari segala gulma dengan diameter 2-2.5 m dari pokok (Gambar 3). Garuk piringan dilaksanakan secara borongan dengan norma kerja 45 pokok/HK, prestasi kerja penulis 25 pokok/HK. Rotasi garuk piringan yaitu setiap empat bulan dalam setahun.
Gambar 3. Garuk Piringan
Rawat Gawangan. Rawat gawangan
tanaman dilaksanakan dengan
tujuan membuang semua jenis gulma yang merugikan baik secara teknis maupun ekonomis sehingga tanaman tidak mudah terserang penyakit/tular penyakit
19
melalui gulma, serta mempermudah proses pemanenan. Rawat gawangan dilakukan di areal gawangan hidup dan mati, tetapi gulma sering dan lebih banyak ditemukan pada gawangan mati, sehingga gawangan manual ini dilaksanakan pada gawangan mati. Rawat gawangan atau disebut dongkel anak kayu (DAK) merupakan pengendalian gulma dengan cara manual yaitu mencabut/membongkar gulma berkayu beserta akar-akarnya (Gambar 4). Jenis gulma berkayu yang terdapat pada afdeling tempat penulis melaksanakan kegiatan magang, yaitu Clidemia hirta, Mikania micrantha, Melastoma malabatrichum, Mimosa pudica, dan kentosan (anakan sawit liar). Pelaksanaan DAK adalah dengan membongkar semua gulma yang termasuk kelompok gulma berkayu dan menghindari pembabatan gulma, karena hal ini akan mengakibatkan tertinggalnya akar atau sebagian dari batang yang dapat tumbuh dan bertunas kembali. Setelah dibongkar, buruh harus membuang gulma tersebut ke jalan poros (jalan antar blok) dan jalan blok, hal ini untuk memudahkan mandor dalam mengkontrol hasil pekerjaan. Alat yang digunakan berupa sarung tangan dan parang panjang. Rawat gawangan dilakukan dengan sistem borongan. Perjanjian sistem borongan telah dibuat sebelum bekerja (perjanjian kerja). Norma kerja DAK adalah 1 HK/ha dan prestasi kerja penulis 0.4 ha/HK. Hal ini karena kondisi kerapatan gulma yang sangat tinggi pada saat pelaksanaan kegiatan.
Gambar 4. Rawat Gawangan
20
Pruning (pemangkasan). Pruning pada tanaman kelapa sawit merupakan pekerjaan memotong pelepah daun tua yang dianggap sudah kurang produktif, pelepah sengkleh kering dan pelepah sakit. Pruning dilakukan terpisah dari waktu pemanenan. Pruning bertujuan untuk menjaga keseimbangan pertumbuhan vegetatif dan generatif, mempermudah pelaksanaan panen (melihat dan memotong buah masak), pemasukan cahaya yang lebih merata untuk proses asimilasi dan sirkulasi angin yang lebih baik, mendorong penyaluran zat hara yang diserap tanaman oleh daun-daun yang lebih produktif, mengurangi perintang penyerbukan secara alami dan mengurangi kehilangan brondolan di cabang/ ketiak pelepah. Pruning di Afdeling OP menggunakan sistem songgo dua karena umur tanaman yang telah lebih dari lima tahun. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan panen karena tanaman sudah cukup tinggi dan memberikan keleluasan perkembangan tandan untuk menghindari adanya tandan terjepit. Pada Tabel 4 disajikan standar jumlah pelepah pada tanaman kelapa sawit. Tabel 4. Standar Jumlah Pelepah pada Tanaman Kelapa Sawit Umur (Tahun) TBM III/ TM I 4-7 7 - 10 10 - 15
Jumlah Pelepah yang Harus Dipertahankan 60 60 - 56 56 – 48 48 – 40
Sumber: Brevet Dasar-II PT. Sari Lembah Subur
Alat yang digunakan dalam pruning berupa egrek serta kampak/tomasun. Pemotongan pelepah harus merupakan tapak kuda yang miring keluar, dan pemotongan pelepah harus rapat ke batang sawit dan kurang dari 5 cm. Hal ini berguna untuk menghindari tersangkutnya brondolan dan air tidak tertahan. Pelepah yang sudah dipangkas, dipotong menjadi dua sampai tiga bagian menggunakan kampak atau tomasun dan disusun rapi di gawangan mati dan membentuk huruf “I”. Bila lahan miring, maka pelepah disusun rapi di luar piringan dan memotong kontur lahan, hal ini berfungsi untuk mengurangi erosi dan membuat air tersedia bagi tanaman di saat curah hujan tinggi. Norma kerja untuk pruning ini 0.2–0.3 ha/HK.
21
Pemangkasan juga dilakukan di pinggir jalan blok dan jalan poros oleh karyawan teknik. Pemangkasan ini bertujuan untuk mencegah genangan air dan tidak menghalagi pengeringan tanah setelah hujan oleh matahari. Pemupukan. Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman. Pemupukan juga bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman pada proses pertumbuhan vegetatif dan generatif sehingga dapat meningkatkan produksi TBS yang maksimal. Sebelum pemupukan terlebih dahulu dipersiapkan piringan yang akan dipupuk, sebab pupuk yang diberikan pada piringan yang kotor akan sia-sia karena akan dimanfaatkan oleh gulma. Persiapan selanjutnya adalah material pupuk dan tenaga dalam jumlah cukup, transport pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan, serta alat-alat yang berkaitan dengan pemupukan (ember dan takaran yang telah dikalibrasi). Pupuk yang diberikan selama periode magang merupakan pupuk anorganik, yaitu pupuk buatan yang menggunakan bahan kimia (pupuk tunggal dan pupuk majemuk), berupa NPK, Borat, RP, dan dolomite, MOP serta Kiserit. Dosis rekomendasi pupuk di setiap blok didapatkan dari analisis tanah dan analisis daun (Leaf Sample Unit = LSU) yang telah dilakukan periode sebelumnya. Hasil analisis ini kemudian dikirim ke kantor pusat di Jakarta untuk menentukan dosis pupuk yang tepat per blok aplikasi. Secara teknis kegiatan pemupukan dimulai dari pengambilan pupuk di gudang besar, penguntilan di gudang until, pelaksanaan pemupukan dan pengumpulan goni. Pupuk yang akan diaplikasikan diambil dari gudang besar di kantor besar. Dua hari sebelum pupuk diaplikasikan oleh mandor rawat dengan membawa BPB (Bon Permintaan Barang), yang sebelumnya telah ditandatangani oleh mandor rawat, kepala afdeling, kepala kebun, kepala gudang dan administratur, yang kemudian diserahkan ke kepala gudang selanjutnya pupuk tersebut dibawa ke gudang until untuk di until. Penguntilan bertujuan untuk mempermudah dan mempercepat pengeceran di blok aplikasi, mengurangi penggumpalan pupuk, serta dosis yang tepat untuk masing-masing pokok.
22
Setiap satuu karung unntilan diisi pupuk dengan berat 12.5-13 1 kg. Sebagai co ontoh, pupuk NP PK dengann dosis 3.225 kg/pokok k, setiap satu s untilann seberat 13 1 kg digunakann untuk em mpat tanamaan. Pengunttilan pupuk ini dikerjaakan oleh teenaga kerja waniita. Paada saat harii pelaksanaaan pemupu ukan, pupukk diangkut ddari gudang g until oleh manddor rawat, buruh b angkkut sekaligu us ecer denggan mengguunakan truk k dan dikawal saatpam. Sem mentara itu, tenaga pupuk (borongan) telah siiap sedia di areal yang akann dipupuk yang y sebeluumnya telaah menerim ma pengarahhan oleh maandor rawat dann kepala afd fdeling sertaa pembagiaan alat. Alaat yang diggunakan pen nabur berupa em mber, alat takar dan alat tabur (Gambar 5). 5 Ecer puupuk merup pakan penempataan pupuk paada tepi barrisan sesuaii dengan kebbutuhannyaa. Pupuk terrsebut kemudian diecer ke areal a diikuti oleh mando or rawat (G Gambar 6).
a
b
Gambarr 5. Alat- Allat Pemupukkan a) Ember, E Alat Takar, Alatt Tabur; b) Alat A Tabur Contoh caara pengecerran pupuk: Dosis Puppuk NPK
= 3.25 3 kg/ pok kok
Jumlah 1 baris b tanam man
= 34 3 pokok
Maka jum mlah pupuk untuk u 1 bariis tanaman = 34 pokokk x 3.25 kg/ppokok =110 0.5 kg Atau tiap 1 pasar pikuul (2 baris) dibutuhkan n = 221 kg u = 13 kg, k maka 1 pasar p pikul dibutuhkan d 221 kg/ 13 kg = + 17 until. u Karena 1 until
Jadi, satuu sisi pasarr pikul dijatuhkan deelapan until dan di ssisi seberan ngnya dijatuhkann sembilan until. u
23
Gambarr 6. Pengeceeran Untilann Pupuk Pemupuk terddiri dari tigga orang, yaitu y satu pelangsir p ddan dua pen nabur 7 Pelangsiir dilakukann oleh buru uh pria dan penabur oleeh buruh wanita. w (Gambar 7). Pupuk yaang telah diecer d terseebut dilangssir ke tenggah oleh ppelangsir deengan mengangkkat ke tenggah baris pada p pasar pikul dann tidak dibbenarkan deengan menyeret untilan terrsebut. Hall ini dilaku ukan agar penabur tiidak bolak--balik mengambiil pupuk di pinggir blook. Pelangsiir juga bertuugas membuuka goni deengan menggunaakan guntinng secara hati-hati h ag gar goni tiddak sobek, membuka goni dilakukan di dalam blok bukaan di jalan n atau TPH H. Setelah membuka goni, pelangsir menuangka m an pupuk kee ember den ngan hati-haati agar sem minimal mun ngkin pupuk terbbuang. Apaabila pupuk tercecer maaka harus dikumpulkan d n lalu diletaakkan ke piringaan. Setelahh itu, pelanngsir mengu umpulkan karung k bekkas tersebutt dan meletakkaan di ujung pasar. p
Gam mbar 7. Satuu Pelangsir dan Dua Peenabur
24
Puupuk diambbil dari em mber mengg gunakan takkaran dan dimasukkaan ke dalam alaat tabur. Cara menabuur ialah deengan mengggoyang allat tabur saambil mengelilinngi pokok tersebut sehingga s jaatuhnya puppuk menyeebar ke seeluruh piringan dan d tidak menumpuk (G Gambar 8). Bila pupukk masih mennggumpal, harus dihancurkkan terlebih dahulu. Unntuk tanamaan yang telaah berumurr lebih dari tujuh tahun, ureea ditabur di dalam piriingan, sedaangkan untuuk jenis lainn ditabur di patas (batas) pirringan keluuar mengitaari pokok dengan d jarak satu metter. Norma kerja penabur 400 4 kg/HK dilihat darri dosis pu upuk, jenis pupuk dann topografi areal aplikasi.
Gambar 8. Cara Menaabur Pupuk Penaburan pupuk p dilaakukan pad da curah hujan renndah, (100 0–200 usim hujann tetapi tiddak pada musim m mm/bulann) yaitu saaat awal daan akhir mu kemarau dan d pada saaat pelaksannaan pemup pukan tidakk ada kegiattan lainnya baik, panen dann rawat. Peengawasan pemupukan n perlu dilaakukan untuuk mendap patkan hasil yangg sebaik-baaiknya kareena biaya pelaksanaan p n pemupukkan relatif besar (tenaga daan material)), sehingga penyelewen ngan pemuppukan dapaat mengakib batkan kerugian yang besarr. Pengawasan dilakuk kan pada saat s berlanggsungnya proses p pemupukaan meliputi cara menaabur, dosis, kebersihaan piringan,, tuntas/tidaaknya blok yangg dipupuk. Pengawasaan pemupu ukan dilakuukan oleh ssatpam afdeeling, mandor raawat, kepalaa afdeling, dan d kepala kebun. k
25
Sistem pengawasan yang diterapkan berupa “sistem gang”, yaitu setiap kebun tiap harinya hanya ada satu afdeling yang memupuk sehingga seluruh kepala afdeling dan mandor rawat dari setiap afdeling yang ada di wilayah kebun tersebut dapat ikut mengawasi jalannya pemupukan. Satpam bertugas untuk menjaga agar pupuk yang sudah diecer di areal aplikasi tidak hilang dicuri. Konservasi Air dan Tanah Konservasi air dan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah, memperbaiki atau meningkatkan retensi air tanah dan unsur hara tanah, mengurangi tingkat erosi dan pencucian, serta meningkatkan KTK tanah. Hal ini berpengaruh pada produksi tanaman dalam waktu yang cukup lama. Di Afdeling OP, Kebun Tanglo, topografi bergelombang dan berbukit, jika turun hujan akan terjadi aliran permukaan yang cukup besar yang dapat mencuci pupuk yang diberikan pada tanaman sampai ke lembah (parit). Untuk mengatasi hal tersebut PT. SLS membuat parit irigasi, rorak tadah hujan, dan over flow. Rorak Tadah Hujan. Rorak tadah hujan berguna untuk menampung aliran air yang mengalir deras dari atas bukit. Arah pembuatan rorak di areal miring/lereng dibuat tegak lurus dengan arah lereng atau sejajar kontur dan terletak di gawangan mati, berukuran 3 m x 0.8 m x 0.8 m (Gambar 9). Rorak dibuat di antara empat pokok kelapa sawit dan di areal yang mungkin dilewati aliran air hujan. Alat yang digunakan berupa cangkul, dodos, dan meteran. Norma kerja pembuatan rorak ini yaitu 4 rorak/HK.
Gambar 9. Rorak Tadah Hujan
26
Koonservasi taanah yang dilakukan di perusahaan ini diaantaranya adalah a rorak orgaanik dan pennanaman Neephrolepis biserrata. b Roorak Organik. Rorakk ini dibuatt untuk meenempatkann pupuk organik (seperti puupuk kandaang dan tanndan koson ng) agar puppuk tidak tterbawa air pada lahan miriing (Gambaar 10). Rorak organik dibuat di antara a dua ppokok kemu udian untuk roraak selanjutnnya dikelanng satu poko ok dan dibuuat di semuua barisan pokok p yang menndekati gaw wangan matii. Rorak berrukuran 2 m x 0.6 m x 0.6 m. Norma N kerja pembbuatan roraak organik 10 rorak/HK K.
G Gambar 10. Rorak orgaanik + pupukk kandang Peenanaman Nephroleppis biserra ata. Tanam man ini berguna untuk u meningkattkan kelem mbaban taanah disek kitarnya, seehingga daapat memenuhi kebutuhann air tanamaan. Bahan tanam t meru upakan Nepphrolepis yaang masih muda m dan ditanaam dengan jarak j tanam m 4 m x 4 m (satu titik), dalam satuu titik terdap pat 16 lubang yaang ditanam masing--masing du ua Nephrollepis mudaa (Gambar 11). Penanamaan dilakukaan di antaraa dua poko ok, di luar piringan ddan pasar pikul. p Norma kerrja penanam man Nephroolepis biserrrata 23 titikk/HK.
Gambaar 11. Nephrrolepis biserrrata
27
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Pengendalian hama dan penyakit merupakan suatu usaha untuk menurunkan populasi hama dan penyakit tanaman sampai pada tingkat di bawah ambang batas ekonomi sehingga secara ekonomis tidak menimbulkan kerugian. Pengendalian yang diterapkan dilaksanakan di Afdeling OP, berupa pengendalian secara fisik, yaitu dengan cara mematikan langsung, misalnya dengan membakar, yaitu pada tanaman yang terkena penyakit ganoderma (busuk pangkal batang), pengendalian hayati, yaitu menggunakan musuh alami (parasitoid, predator, dan pathogen) untuk mengendalikan tikus dengan menggunakan predator berupa Tito alba (burung hantu). Pengendalian hama terpadu yaitu menggunakan berbagai cara pengendalian yang dipadukan secara harmonis, seperti penanaman beneficial plants. Pengendalian Hama. Hama yang menyerang tanaman kelapa sawit Afdeling OP berupa ulat api dan ulat kantong, tetapi populasi hama ini jarang ditemukan pada saat periode magang berlangsung. Jenis ulat api dan ulat kantong yang paling banyak ditemukan Setora nitens, Thosea asigna, Susica malayana, Metisa plana, Mahasena corbetti. Jika pokok terserang hama tersebut, maka daun akan berlubang dan jika serangan berat, daun yang diserang akan tinggal lidinya. Pengendalian yang dilakukan berupa menerapkan Early Warning System (EWS). EWS dilaksanakan untuk mensensus ulat api dan kantong, sehingga hasilnya memberikan gambaran mengenai jenis ulat, intensitas, kategori dan luas serangannya. Setelah data diperoleh, penentuan saat dan cara pengendalian hama dapat dilakukan secara tepat dan dapat juga ditentukan alat dan jenis insektisida yang diperlukan. Secara teknis, EWS dilakukan melalui tahapan penentuan titik sampel (TS), baris sampel (BS), dan pokok sampel (PS). Titik sampel harus menyebar rata dan mewakili keseluruhan blok tersebut, satu TS harus mewakili 1 ha begitu juga dengan baris sampel.
28
Contoh: Luas 1 blok
= 30 ha = 30 TS
Jumlah pokok dalam baris
= 32 pokok
Jumlah baris dalam blok
= 125 baris
TS 1 merupakan pokok ke 3 pada baris ke 3 Interval TS =
J
= Interval BS = =
; n = Jumlah titik sampel dalam baris = 13
J
; m = Jumlah baris sampel dalam baris = 13
Interval TS adalah 13, sehingga letak TS pada pokok ke 3, 16 dan 29. Interval BS adalah 13, maka letak BS pada pokok ke 3, 16, 29, 42, 55 dan seterusnya. Pokok sampel (PS) yang diamati merupakan pokok yang berada di sekeliling TS dan mempunyai 2 lingkaran, yaitu lingkaran I (6 pokok) dan lingkaran II (12 pokok). Setiap PS hanya diambil satu pelepah dan merupakan pelepah ke-17 (diegrek ¾ dari panjang pelepah) atau yang diperkirakan gejala serangan ulat api terbanyak. PS yang diambil terlebih dahulu adalah yang terdapat pada lingkaran I, kemudian dilanjutkan ke lingkaran II. Pelepah yang telah diegrek diamati gejala serangannya, lalu dituliskan pada form oleh mandor rawat. Semua blok dalam satu afdeling harus selesai diamati dalam waktu 25 hari kerja. Pengendalian Penyakit. Penyakit yang ditemukan saat kegiatan magang berlangsung yaitu penyakit busuk pangkal batang yang disebabkan oleh cendawan Ganoderma boninense, yang merugikan dengan tingkat kejadian mencapai 80 %. Gejala serangan yang ditemui di lapangan berupa daun patah dan menggantung (sengkleh), daun mengering dan mati. Selain itu, terdapat jamur (berbentuk setengah lingkaran) pada pangkal batang dan batang, dan lebih dari dua daun tombak yang belum membuka. Kebijakan sementara yang diterapkan di afdeling oleh asisten HPT PT. SLS yaitu bila karyawan menemukan pokok dengan gejala tersebut dan benar terserang, kemudian melaporkannya ke mandor HPT afdeling tersebut maka karyawan tersebut akan mendapat insentif sebesar Rp. 5 000 /pokok terserang.
29
Tanaman yang telah terserang segera ditumbangkan menggunakan chain saw (gergaji mesin) yang rapat ke tanah, bonggol yang tersisa dan perakaran yang melekat dibongkar menggunakan cangkul dan kapak, lalu diangkat ke atas permukaan tanah. Pokok yang ditumbangkan tersebut kemudian dibelah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, beserta bonggolnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat pembakaran, serta untuk meminimalkan terkontaminasi ke pokok di sekitarnya. Bagian-bagian yang telah dibelah tersebut kemudian disatukan di titik tanam pokok tersebut, lalu dibakar sampai benarbenar hangus. Sekitar 1.5-2 m dari pokok infeksi tersebut (atau sesuai kanopi daun) dibuat parit isolasi yang mengelilingi titik tersebut dengan kedalaman 0.60.8 m. Tanah hasil galian parit tersebut diletakkan mendekati pokok serangan bukan di luar parit. Lalu parit tersebut ditaburi dengan belerang secara merata (+/3 kg) kemudiaan ditutup dengan tanah bekas galian selama satu minggu. Setelah satu minggu, parit dibuka sedalam 40 cm dan dibiarkan terbuka selama satu minggu. Setelah itu, ditaburkan cendawan antagonis ganoderma yaitu 150 gram Glicadium sp.atau Trichoderma sp. Kesatuan Contoh Daun (KCD). KCD merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan pemupukan per unit/pokok tanam. Daun berfungsi sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Dalam aplikasi KCD, karyawan harus mengetahui secara pasti phyllotaxis, karena akan berguna untuk menentukan letak daun ke-17. Pengambilan contoh daun yang tepat merupakan dasar rekomendasi pemupukan yang benar. Beberapa syarat dalam pengambilan pokok sampel pada proses KCD, antara lain: pokok yang tumbuhnya normal, pokok yang tidak terserang hama dan penyakit, tidak berada di dekat parit, jalan atau pokok mati, pokok terletak di kanan atau kiri pasar pikul, dan setiap KCD diambil 30–40 per pokok sampel. Cara penentuan pokok sampel pertama yaitu ada baris ke-5 dan pokok ke-5, untuk pokok ke-2 dan selanjutnya ditetapkan berdasarkan rumus (Tabel 5).
30
Tabel 5. Rumus Pokok Sampel Kesatuan Contoh Daun Luas areal KCD (ha) 10 – 20 21 – 30 31 – 40
Rumus yang digunakan 8×8 10 × 10 12 × 12
Jumlah pokok sampel 25 – 30 25 – 40 30 – 40
Saat pelaksanaan KCD, terlebih dahulu ditentukan pelepah ke-17. Setelah pelepah ke-17 dipastikan, dilakukan pengukuran tinggi batang. Tinggi batang diukur dengan meletakkan egrek (panjang egrek adalah 2 m) di anak daun terakhir pada pelepah ke-17, bila tinggi egrek tidak mencapai tanah, maka kekurangannya dibantu menggunakan meteran yang telah dipersiapkan sebelumnya (Gambar 13a). Tinggi tersebut dicatat dalam form. Langkah selanjutnya dengan mengegrek pelepah tersebut dengan jarak sekitar 2 m dari pangkal, melihat suntilnya dan mengambil
3
helai
daun
di
antara
suntil,
sebelah
kiri
dan
kanan
(Gambar 12 a dan b). Kemudian daun tersebut dipotong 1/3 bagian pangkal dan 1/3 bagian ujungnya untuk dibuang (Gambar 12 c dan d), sedangkan yang digunakan sebagai contoh adalah 1/3 bagian tengah tanpa tulang daun. Helaian daun tersebut dianalisis defisiensi hara, dirajang dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label yang mencantumkan nama PT, nama kebun atau afdeling, nomor blok, tahun tanam, tanggal pengambilan, nama petugas dan jabatan. Daun tersebut dibawa ke laboratorium HPT untuk diproses lebih lanjut. Pengambilan sampel dilakukan dua bulan setelah pemupukan, tidak pada musim kering dan tidak saat curah hujan tinggi, serta dilakukan sebelum pukul 12.00 waktu setempat dengan keadaan cuaca tidak turun hujan.
Panen Panen adalah pengambilan buah kelapa sawit yang telah memenuhi kriteria matang panen dari pohonnya, selanjutnya bersama-sama brondolannya dikumpulkan untuk diangkut ke pabrik. Panen merupakan kegiatan inti dari operasional perkebunan kelapa sawit, karena merupakan sumber pendapatan perusahaan secara langsung melalui penjualan CPO dan PKO.
31
b
a
c
d
Gam mbar12. Gam mbar Pengaambilan Kessatuan Conttoh Daun a) Pengukuran P n Tinggi, b) Pengambilaan 3 Helai D Daun c) 1/3 1 Bagian Tengah T Dau un dan d) Tulang T Daunn Dibuang Oleh sebaab itu panenn harus dilaaksanakan dengan d sebaaik-baiknyaa agar hasil yang dicapai biisa memenuuhi target yang y diingiinkan baik kuantitas m maupun kuaalitas. Perencanaaan panen yang y baik akkan mendap patkan jumlaah TBS yanng tinggi, ju umlah minyak daan kernel (reendemen) yang y tinggi, mutu minyyak yang tinnggi, biaya panen p yang efisiien serta eksploitasi e berjalan deengan baikk sehingga mencapai umur produktif yang y lama. Sebelum kegiiatan panenn yang akan n dilaksanakkan berjalann lancar, terrlebih dahulu peersiapan paanen dilakuukan. Persiaapan panenn meliputi ppembuatan serta perawatann TPH, pem mbuatan serrta perawatan pasar piikul, pembuuatan titi panen, p taksasi prooduksi, alat panen, dann tenaga kerjja. Allat Panen. Dalam D melaakukan kegiiatan potongg buah (pannen) kelapa sawit terdapat dua d alat yanng dijumpaii, yaitu dod dos dan egreek. Dodos ddigunakan untuk u panen tannaman denggan umur muda m dengaan ketinggiaan 2-5 m, ssedangkan egrek digunakann untuk tanaaman dengaan ketinggiaan lebih darri 5 m. Alatt-alat panen yang
32
harus dibaawa pemaneen pada saaat melaksanaakan kegiattan potong bbuah antaraa lain: egrek besserta fiber untuk u mem motong TBS S dengan ketinggian k lebih dari 5 m, tomasun untuk u mem motong tangkai panjang g yang mellekat pada TBS yang telah dipanen, angkong a unntuk mempeermudah mo obilisasi TB BS serta broondolan ke TPH pada areall datar, ganncu untuk memuat m TBS S dari dan ke k angkong,, serta alat bantu b mengangkkat buah denngan dipangggul pada areal a bergeloombang, terrpal sebagaai alas TBS dan brondolan pada TPH,, karung go oni sebagai tempat unntuk menam mpung brondolann, batu asah untuk mengasah egrek k dan tomassun, sepatu boot karet untuk u keselamattan dan keam manan pemeenan dari du uri TBS (Gaambar 13).
a
b
c
d
e G Gambar 13.. Alat-alat panen: p a) Eggrek, b) To omasun, c) Angkong, A dd) Terpal, dan e) Karung Gooni ex Pupukk
33
Sensus Produksi. Sensus produksi bertujuan untuk mengetahui besar produksi yang akan dicapai. Sensus produksi di PT. SLS terbagi menjadi tiga bagian, yaitu: sensus buah empat bulanan, sensus produksi bulanan dan sensus produksi harian. Sensus buah empat bulanan dilakukan dengan menghitung seluruh buah yang ada (merah brondol, merah mentah, buah hitam mentah, buah kemiri dan kopi serta bunga yang telah terserbuki), dilaksanakan pada minggu terakhir pada bulan tersebut, dan digunakan untuk menghitung taksasi produksi, kebutuhan pemanen dan transportasi empat bulan ke depan. Sensus produksi bulanan dilakukan dengan menghitung buah-buah merah yang akan dipanen bulan depan. Sensus produksi harian didasarkan atas sensus buah masak sehari sebelumnya, dengan cara mengambil sampel pada areal yang akan dipanen esok hari. Buah yang dihitung merupakan buah yang diperkirakan matang esok harinya (minimal 1 brondol di piringan). Pada sistem ancak tetap perhitungan dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan angkutan, sensus ini dilaksanakan oleh mandor. Peramalan produksi harian di afdeling akan tercermin dalam perolehan angka kerapatan panen (AKP) pada hari pelaksanaan panen. Pada kegiatan ini penulis hanya berkesempatan melakukan sensus buah empat bulanan (akhir Mei 2010) tetapi tidak semua blok, hanya beberapa blok saja, dan sensus produksi harian. Angka Kerapatan Panen (AKP). Angka kerapatan panen adalah perkiraan jumlah tandan matang yang dapat dipanen pada suatu areal atau blok. Penghitungan dilakukan satu hari sebelum TBS dipanen oleh mandor pada blok yang akan dipanen keesokan hari. Angka kerapatan panen dapat dihitung dengan rumus: AKP = Pada saat magang, produksi rendah sehingga angka kerapatan panen kecil yaitu 1:6. Nilai 1:6 artinya terdapat 1 tandan matang dalam 6 pokok. Tobing (1992) menyatakan bahwa kisaran nilai AKP 1:1 sampai 1:4 menunjukkan produksi tinggi, sedangkan kisaran nilai AKP 1:5 sampai 1:7 menunjukkan produksi rendah. AKP berguna untuk menentukan perkiraan produksi keesokan hari, penyediaan tenaga kerja serta angkutan panen.
34
Contoh: Nilai AKP = 1:6 Blok 1 dengan populasi 1 610 pokok dan BJR 18 kg/janjang Perkiraan produksi esok hari = 1 610 pokok x
x 18 kg/janjang
= 4 830 kg
Kriteria Matang Panen. Kriteria matang panen adalah indikator yang dibuat untuk menetapkan apakah suatu buah dari pohon kelapa sawit sudah dapat dipanen atau belum. Buah yang termasuk kriteria matang panen adalah buah yang berwarna merah jingga dan telah membrondol secara alami minimal 10 brondolan di piringan dan berlaku untuk kondisi buah yang sehat dan normal. Kriteria yang berlaku adalah fraksi dua, yaitu terdapat dua brondolan per kilogram tandan yang dipanen tersebut (dua kali berat janjang rata-rata). Sistem Panen. Secara umum, sistem panen ini terbagi menjadi sistem ancak giring dan ancak tetap. Ancak panen adalah luasan tertentu dari areal tanaman dimana kegiatan panen dilaksanakan oleh satu pemanen. PT. SLS hanya menggunakan sistem ancak tetap. Ancak tetap merupakan ancak yang diberikan kepada pemanen untuk diselesaikan pada hari tersebut tanpa ada perpindahan dan akan dikerjakan terus menerus oleh pemanen yang sama pada setiap rotasi. Keuntungan menerapkan ancak tetap yaitu, ancak terjaga kondisi pohonnya, ancak terjaga bersih, buah memungkinkan terpanen tuntas, bila terdapat kesalahan maka pelacakan akan mudah serta pemanen memiliki rasa tanggung jawab karena merasa memiliki ancak tersebut. Kekurangannya bila musim panen rendah, pemanen sulit mendapatkan target janjang sehingga biaya panen akan tinggi, buah akan terlambat diangkut ke pabrik karena pemanen mengumpulkan hasil ke TPH bila panen sudah selesai, serta kemungkinan buah mentah dipanen tinggi. Ancak masing-masing pemanen luasnya 2.5-3 ha pada setiap seksi panen. Seksi panen adalah luas areal satu afdeling yang harus selesai dipanen dalam satu hari. Rotasi panen adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya yang dinyatakan dalam hari. Rotasi panen di Afdeling OP adalah tujuh hari disebabkan keadaan normal proses pematangan buah dari
35
mentah menjadi membrondol adalah tujuh hari. Di afdeling ini, sistem panen yang diterapkan berdasarkan rotasi yaitu sistem 6/7, artinya areal dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari (seminggu). Kegiatan panen di Afdeling OP, Kebun Tanglo ditetapkan selama 25 hari efektif. Teknis Panen. Kegiatan dimulai saat apel pagi (pukul 05.45 WIB) antara pemanen, mandor panen dan kepala afdeling di lokasi blok yang akan dipanen. Mandor panen memberikan evaluasi hasil panen kemarin serta arahan dan peringatan untuk meningkatkan kualitas pemanen dan panennya. Mandor juga mengontrol kelengkapan pemanen serta kehadiran pemanen dan melaksanakan pembagian ancak panen. Pembagian ancak panen ini dilakukan bila ada pemanen yang tidak hadir, sehingga pemanen yang berada di berada di sebelah kiri dan kanan ancak tersebut wajib menyelesaikan ancak tersebut (pelebaran ancak), hal ini juga berlaku bila kerapatan buah rendah. Hasil dari pelebaran ancak tersebut merupakan hasil dari pemanen yang memanennya. Pemanen yang ancaknya dikerjakan oleh pemanen lain, akan diberikan tugas rawat yaitu prunning (penunasan pelepah kering). Setelah apel dilaksanakan, pemanen langsung menuju ke ancak masing-masing. Sebelum melakukan kegiatan potong buah, pemanen terlebih dahulu meletakkan terpal pada masing-masing TPH pada ancaknya. Kegiatan potong buah dimulai dengan pemotongan pelepah yang menyangga buah. Pelepah songgo 2 dipotong untuk memudahkan pemotongan buah, serta meminimalkan brondol tinggal di ketiak pelepah. Tetapi dalam pelaksanaannya jika buah masih dapat diturunkan tanpa memotong pelepah maka sebaiknya dilakukan (curi buah). Standar jumlah pelepah yang harus dipertahankan dapat dilihat pada Tabel 4. Egrek yang akan memotong pelepah dibuat menempel ke batang, lalu tangkai egrek dihentakkan ke bawah, sehingga pemotongan hanya dilakukan sekali. Pemotongan dengan hentakan dimaksudkan agar pelepah putus dan jatuh lepas ke bawah. Jika pelepah tidak jatuh lepas ke bawah tetapi meluncur di atas tangkai egrek maka pemanen harus segera mundur agar tidak tertimpa pelepah kelapa sawit yang jatuh. Bekas potongan di batang sawit harus membentuk tapak kuda yang kecil dan bukan tapak kuda panjang atau pantat monyet (masih adanya sebagian tandan yang tertinggal di ketiak pelepah).
36
Lalu pemaanen merencek pelepahh menjadi tiiga bagian, menyusun m rrapi di gawaangan mati mem mbentuk huruuf “I”. Tanggkai buah diipotong denngan mengggunakan tom masun tanpa meluukai buah dan d panjangg maksimal yang tidak terpotong kkurang dari 2 cm sehingga membentuk m k cangkem kodok k (Gam mbar 14).
G Gambar 14. Buah deng gan Tangkaai Panjang Berbentuk k Cangkem Kodok Pemanen kem mudian meengutip brrondolan yang tersebbar di piringan, gawangann mati, pasaar pikul, baatang kelap pa sawit dann yang terttinggal di ketiak k pelepah kelapa k sawiit menggunnakan karun ng, saat peengutipan bbrondolan, tidak dibenarkann sampah dan d tanah terikut ked dalamnya. TBS T dan kaarung brondolan tersebut dimuat d ke angkong menggunaka m an gancu dan d dibawaa ke TPH yang sebelumnyya telah dialasi terpall (Gambar 15). TBS disusun rappi di TPH serta karung beerisi brondoolan ditemppatkan deng gan benar. Bila B kerapaatan buah tiinggi, yang mennjadi penguutip brondoolan adalah istri pemaanen. Setelaah itu, pem manen mencantum mkan nom mor pemaneennya pad da salah satu tangkaai TBS deengan menggunaakan brondool sawit. Preestasi kerja penulis padda kegiatan iini 38 TBS//HK. Setiap Pemannen diberikaan target menurunkan m minimal 100 TBS dan telah menempattkannya paada TPH sebelum pukul 08.00 WIB, hal ini untuk u memperceepat proses pengangkuttan TBS ke pabrik untuuk kloter peertama dan untuk u mengefisieenkan wakttu panen padda hari terseebut. Pengggunaan terpaal sebagai alas a di TPH agar memenuhii kriteria HA ACCP (Hazard Analyysis Criticall Control Point), P serta menggurangi terjadinya peluukaan bergeesekan denggan pasir/tannah.
37
Gambbar 15. TBS S dialasi Terrpal Peengawasan Panen. Sisstem kontro ol panen ditekankan pada pengaw wasan pekerjaan panen baikk proses maupun m hasil. Pengawaasan panenn dilakukan n agar semua keegiatan berjalan denngan baik dan sesuaai dengan prosedur serta meminimaalkan losis yang terjaddi. Pengawaasan panen dilaksanakkan oleh maandor panen, kraani panen, verifikator, v d kepala afdeling. dan a Maandor paneen mengaw wasi penggu unaan terpaal sebagai aalas, pengu utipan brondolann di piringaan, pemotonngan pelepaah dan caraa peletakannnya, mutu buah yang dipaanen, serta ketuntasann ancak. Mandor M menngawasi perr pemanen serta ancak per ancak. Krrani panen mengawasi mutu buah h yang haruus dipanen (diangkut) serta memberi pinalty p padaa buah di luuar kriteria panen, p jumllah TBS tiapp pemanen,, serta angkutan buah selam ma di lapaangan samp pai ke pabrrik. Verifikkator mengaawasi p 08.00, kualitas buah di TPH, jumlah TBS per peemanen yanng turun pukul brondolann yang tidakk terkutip, seerta buah tin nggal di pokkok. Keepala Afdelling melakssanakan ko ontrol paneen hari ini dan panen n hari sebelumnyya secara saampling yaiitu dengan memperhattikan piringgan, buah tin nggal (buah beluum dipanenn), brondol tinggal di TPH serta TBS yang belum teran ngkut (restan). Kepala K afdelling juga melaksanakan n kontrol dii areal yang tergolong ancak a berat sepeerti rawa-raawa, bukit terjal, daeerah semakk-semak, seerta memasstikan pengangkuutan TBS saampai ke paabrik. Pemanen yanng melakukkan kesalah han harus memperbaik m ki kesalahaannya pada hari yang samaa, seperti masih m ada bu uah tertingggal, dan broondol yang tidak dikutip. Bila B tidak memungkink m kan maka akan berpeengaruh ke kelas pem manen, premi sertta teguran yang y diperolleh pemanen n tersebut.
38
Transportasi TBS. Pengangkutan merupakan kegiatan mengangkut TBS dari TPH ke pabrik. Transportasi TBS Afdeling OP bersifat kontrak, yaitu truk, supir dan pemuat berasal dari luar perusahaan. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya dalam pemeliharaan kendaraan. Truk harus tiba pukul 07.00 WIB di kantor afdeling untuk menerima pengarahan dari krani panen. Kegiatan pengangkutan pertama dimulai pada pukul 09.00 WIB yang diikuti oleh krani panen. Selama perjalanan, krani panen mengarahkan supir truk ke TPH tempat TBS beserta brondolannya dengan memperhitungkan jarak, kondisi jalan, kapasitas truk dan lainnya, krani panen juga menghitung jumlah TBS di masing-masing TPH setiap pemanen serta kualitas buahnya. Pemuat bertugas memuat buah dari TPH ke truk dengan menggunakan tojok dan alat garuk, terkadang dibantu oleh krani panen. TPH yang telah terangkut TBS dan brondolannya harus bersih, tidak ada brondolan yang tinggal di sekitarnya. Krani panen juga mengambil terpal dan karung bekas brondolan tersebut serta melipatnya dengan rapi dan membawa ke kantor afdeling untuk digunakan keesokan harinya. Kapasitas truk yang digunakan di afdeling ini ialah 6-9 ton (Gambar 16). TBS harus terangkut semua pada hari tersebut dan tidak ada toleransi TBS yang menginap di TPH (restan). TBS di luar kriteria panen juga diangkut ke afdeling sehingga keesokan harinya dapat di ketrek. Setelah selesai, krani panen mengisi SPB yang berisi nama supir, plat truk, jam masuk afdeling, jam keluar afdeling, blok yang TBS-nya diangkut, tahun tanam blok tersebut serta jumlah janjang yang diangkut, lalu ditandatangani oleh krani panen serta kepala afdeling. Truk siap diberangkatkan ke pabrik kelapa sawit (PKS).
39
Gambar 16. Alat Transportasi T i Pengangku utan TBS di Afdelingg OP, Kebu un Tangloo Sisstem Basis. Sistem baasis merupaakan jumlaah berat TB BS (kg) min nimal yang haruus diselesaikkan pemaneen dalam saatu hari (7 jam kerja). Besarnya basis tiap blok berbeda-beeda, hal ini ditentukan melalui beerat janjangg rata-rata (BJR) ( yang telaah ditentukaan oleh peerusahaan. Perusahaann mengeluaarkan data BJR masing-m masing blok enam bulan sekali. Basis Afdeeling OP, ddiratakan secara s umum dilihat dari um mur tanamaan, kisaran BJR, serta keadaan toopografi, seebesar 1 169 kg, kecuali padda hari Jumaat hanya 80 % dari basiis (5 jam keerja). Anncak tetap memberikan m n keuntungaan bagi pem manen, karena bila pem manen dapat mennyelesaikann ancak deengan baik (memenuhhi sembilann kriteria panen) tetapi jum mlah berat TBS tidak mencapai m bassis, maka peemanen akaan mendapaat gaji pokok yaiitu Rp. 44 880 /HK. Tetapi bilaa pemanen melanggarr salah satu u dari sembilan kriteria k pannen, seperti memotong g buah menttah, dan hannca tidak seelesai maka upahh pemanen akan diper (dijelaskan dalam conttoh).
40
Contoh: Panen pada hari Senin adalah blok 01, Afd. OP, dengan BJR 18. Pemanen mendapat 50 janjang, maka: 50 jjg x 18 = 900 kg; basis borong adalah 1169 kg, karena pemanen melakukan pelanggaran, maka upah yang didapat adalah
x Rp. 44 880 = Rp. 34 552.
Jadi pemanen hanya mendapat upah sebesar Rp. 34 552.
Premi Lebih Basis. Premi lebih basis adalah penghargaan yang diberikan kepada pemanen karena jumlah kg TBS yang diperoleh melebihi basis yang telah ditentukan dengan mutu buah sesuai dengan ketentuan panen. Menurut Semangun (2005), premi diberikan untuk merangsang karyawan bekerja dengan baik. Bila pemanen mendapat basis lebih dan menyelesaikan ancak dengan baik, maka akan mendapat premi penuh. Tetapi bila sembilan kriteria tidak terpenuhi, dan pemanen mendapat lebih basis, maka premi akan terhitung berdasarkan kelas pemanen baik kelas A, B ataupun C. Contoh: Panen pada hari senin di blok 1, Afd. OP, Kebun Tanglo, dengan BJR 18. Pemanen mendapat hasil 80 janjang, maka: 80 jjg x 18 = 1 440 kg; basis borong 1 169 kg, maka lebih basis yang didapatkan oleh pemanen = 1 440 kg – 1 169 kg = 271 kg. Maka pemanen hanya mendapat premi lebih basis, jika kelas pemanen tersebut merupakan kelas A, maka premi lebih basis yang didapat adalah sebagai berikut: Premi kelas A (Rp. 37.13/ kg) = 271 kg x Rp. 37.13/kg = Rp. 10 062 Total upah yang diperoleh pemanen = Rp. 44 880 + Rp. 10 062 = Rp. 54 942.
Reward Lebih Basis. Reward lebih basis adalah penghargaan yang diberikan kepada pemanen karena bobot TBS yang diperoleh melebihi basis dengan minimal 1.5 kali basis borong. Pemberian reward lebih basis ini diharapkan akan membantu meningkatkan semangat kerja pemanen serta mengikuti prosedur yang berlaku. Pemanen akan mendapat upahnya pada minggu pertama setiap bulan.
41
Contoh: Panen hari Senin di blok 1, Afdeling OP, dengan BJR 18. Pemanen mendapat hasil 130 janjang, maka 130 jjg x 18 = 2 340 kg; basis borong 1169 kg, maka lebih basis yang didapatkan pemanen = 2 340 kg – 1169 kg = 1 171 kg. Premi lebih basis jika kelas pemanen merupakan kelas A, maka Premi kelas A (Rp. 37.13/kg) = 1 171 kg x Rp. 37. 13/ kg= Rp. 43 479. Dalam kasus ini, pemanen akan mendapat reward lebih basis dikarenakan hasil yang didapatkan pemanen tersebut dua kali basis (
= 2 xbasis), sehingga
reward lebih basis yang didapat sebanyak Rp. 5 000. Jadi, total upah pemanen = Rp. 44 880 + 43 479 + 5 000 = Rp. 93 359. Aspek Manajerial Selama kegiatan magang, penulis tidak hanya bekerja sebagai KHL, tetapi juga sebagai pendamping mandor dan pendamping kepala afdeling dalam melaksanakan aspek manajerial di Afdeling OP. Aspek manajerial yang dilakukan selama magang meliputi pengawasan, penghitungan biaya operasional kegiatan, memberi arahan pada apel pagi, membuat administrasi, serta diskusi dengan mandor dan kepala afdeling. Pendamping Mandor Mandor adalah karyawan yang bertugas untuk mengawasi BHL maupun SKU yang melaksanakan kegiatan di lapangan. Pekerjaan yang diawasi selama menjadi pendamping mandor yaitu dongkel anak kayu (DAK), rawat piringan, rorak tadah hujan, pemupukan, krani panen, dan panen. Mandor Panen. Secara umum, mandor mempunyai tugas untuk memastikan semua aktivitas kegiatan berjalan dengan baik, termasuk kegiatan panen dan rawat. Kegiatan yang dilakukan sehari-hari sebagai mandor panen: 1. Arahan pembagian apel kerja untuk pemanen (apel pagi). 2. Review harian produksi. 3. Kontrol lapangan: cek kelengkapan pemanen dan penentuan sampel tuntas.
42
4. Sensus buah untuk rotasi berikutnya. 5. Kontrol posisi buah/ restan: menjaga kualitas buah di TPH, buah tinggal. 6. Memastikan buah sudah terangkut semua. Serta kegiatan yang dilakukan secara berkala: 1. Kontrol/ verifikasi bersama setiap minggu. 2. Sensus buah bulanan. 3. Sensus buah semester. Tugas tambahan yang dilakukan, yaitu 1. Membantu satpam menjaga blok rawan pencurian/ buah restan. 2. Membantu mandor rawat dalam kontrol pekerjaan rawat. 3. Menjadi penengah apabila terjadi perselisihan pemanen. 4. Koordinasi informasi dengan petugas HPT bila ada gejala serangan hama. Mandor Rawat. Kegiatan yang dilakukan mandor rawat sehari-hari yaitu: 1. Apel pagi dalam rangka mendapatkan instruksi dari atasan mengenai kualitas pekerjaan. 2. Mempersiapkan alat dan material untuk keperluan kerja satu hari. 3. Melakukan kalibrasi (pengecekan) antara rencana dengan realisasi untuk hasil rawatan yang didapatkan dan material yang digunakan dan di laporkan ke krani afdeling. 4. Mengarahkan pekerja rawat dalam melakukan kegiatan rawat. 5. Menghitung hasil rawatan dalam satu hari. 6. Membuat laporan harian mengenai hasil rawatan dan material yang digunakan. 7. Mengarahkan, mengawasi dan mengecek pekerjaan rawat yang kemaren dan hari ini. Kegiatan yang dilakukan secara berkala: 1. Menghitung jumlah hasil kerja yang sudah dilakukan. 2. Menghitung pengecekan spesifikasi kerja semua item rawat. 3. Membuat laporan mingguan. 4. Mengecek dan memperbaiki alat-alat perawatan yang rusak. Pendamping Mandor Dongkel Anak Kayu (DAK). Selama menjadi pendamping mandor DAK, penulis memberi arahan lokasi pekerjaan, mengawasi
43
selama pekerjaan baik waktu dan hasil pekerjaan, mengecek setiap pokok serta gawangan mati yang telah dikerjakan dan menghitung jumlah pokok hasil kegiatan masing-masing karyawan. Penulis mengawasi selama 6 hari di blok 05 Afdeling OP, Kebun Tanglo. Kegiatan dilaksanakan selama tujuh jam mulai pukul 07.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam pada pukul 12.00-13.00. Setelah kegiatan selesai dilaksanakan, penulis membuat laporan pekerjaan harian rawat (LPPH) yang berisi nama karyawan, luasan hasil pekerjaan (ha), serta upah dan premi yang didapat. Pendamping Mandor Rawat Piringan. Selama menjadi pendamping mandor rawat piringan, penulis memberi arahan lokasi, luasan piringan yang harus bersih dari gulma, serta pembagian karyawan per pasar, mengawasi selama pekerjaan dan hasil pekerjaan, mengecek setiap piringan yang telah dikerjakan dan menghitung jumlah pokok hasil kegiatan masing-masing karyawan. Penulis mengawasi kegiatan yang berlangsung selama empat hari di blok 18 dan 20 Afdeling OP. Kegiatan dilaksanakan selama tujuh jam mulai pukul 07.00-15.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam pada pukul 12.00-13.00 Setelah kegiatan, penulis membuat laporan pekerjaan yang telah dilakukan baik hasil serta premi yang didapatkan karyawan tersebut. Penulis juga mengisi buku rencana rawat untuk keesokan harinya yang berisi nama kegiatan, blok kegiatan, karyawan yang dibutuhkan serta target hasil yang dikerjakan. Pendamping Mandor Rorak Tadah Hujan. Rorak tadah hujan dikerjakan secara borongan oleh karyawan yang berjumlah 11 orang. Sebelum kegiatan dilaksanakan, mandor memberikan arahan berupa dimensi rorak, lokasi rorak, upah yang diberikan per satuan rorak serta alat-alat yang digunakan. Penulis bersama mandor menentukan jumlah rorak yang dibuat dalam blok, budget yang dibutuhkan, dan target penyelesaiannya. Penulis mengawasi selama dua hari di blok 4 dan 5. Karyawan tidak melakukan kegiatan selama 7 jam kerja, tetapi sesuai target dan kesanggupan masing-masing karyawan. Setelah selesai, mandor melaksanakan pengecekan spesifikasi dan dimensi rorak tersebut, serta menghitung rorak yang telah dibuat oleh masing-masing karyawan.
44
Pendamping Mandor Pemupukan. Rencana pemupukan sebelumnya telah dibuat oleh kepala afdeling yang kemudian dilaporkan ke kepala kebun. Tujuh hari sebelum pelaksanaan pemupukan, mandor telah membuat bon permintaan barang (BPB) yang berisi tanggal pemupukan, blok, jenis pupuk, dosis pupuk per pokok serta jumlah kebutuhan pupuk seluruhnya. BPB tersebut ditandatangani oleh mandor, kepala afdeling, kepala kebun, administratur, dan kepala gudang. Pada hari yang sama, mandor membuat kebutuhan until per pasar sehingga mempermudah pada saat pengeceran, serta jumlah keseluruhan until yang dibutuhkan. Pada saat pelaksanaan, mandor mendata semua buruh pupuk yang datang serta melaksanakan pembagian per pasar dan memberi informasi upah yang akan diberikan per orang. Penulis mendapat kesempatan mengawasi pemupukan selama lima hari, diantaranya merupakan pupuk NPK, RP dan borat, yang dilaksanakan di blok 1, 4, 7, 8, 16, 3, 6, dan 12A. Penulis mengikuti beberapa pemupuk secara acak dan melihat serta memberi arahan agar pelaksanaan pemupukan berjalan dengan baik dan benar, sehingga kehilangan pupuk dapat teratasi. Setelah pemupukan selesai, karung dikumpulkan dan dikembalikan ke gudang besar dengan arahan mandor. Lalu mandor membuat laporan berita acara hasil kerja pemupukan yang kemudian akan diserahkan ke kantor besar. Krani Panen. Krani panen adalah karyawan yang membantu mandor panen dalam melaksanakan tugasnya. Krani panen secara umum mencatat hasil panen tiap pemanen di TPH dan membuat laporan angkutan TBS dan mengarahkan angkutan TBS. Kegiatan yang dilakukan sehari-hari, yaitu 1. Menginformasikan hasil produksi pemanen kemaren 2. Review harian dengan atasan dan asisten (laporan buah restan dan minta taksasi panen pada mandor panen). 3. Menentukan unit transport untuk keliling (krani panen ikut truk angkut TBS). 4. Menghitung jumlah produksi pemanen di TPH maupun yang diangkut, memastikan ketuntasan buah yang terangkut, mencek dan menghitung buah restan 5. Mencocokkan laporan pemanen dengan angkutan sebenarnya. 6. Membuat laporan angkutan TBS ke pabrik.
45
Kegiatan yang dilakukan secara berkala, diantaranya: 1. Rekap gaji pemanen (mingguan). 2. Melapor kondisi jalan/ jembatan yang rusak pada mandor/ kepala afdeling. 3. Melaporkan kondisi TPH yang tidak sesuai standar kepada kepala afdeling. 4. Meminta unit langsir pada transport. 5. Kontrol bersama mandor/ kepala afdeling. 6. Sensus buah bulanan bersama mandor/asisten. Pendamping Kepala Afdeling (Asisten) Kepala afdeling merupakan pimpinan tertinggi di afdeling. Seluruh kegiatan dalam pengelolaan kebun afdeling mulai perencanaan, pengelolaan, serta hasil menjadi tanggung jawab kepala afdeling. Kepala afdeling juga bertanggung jawab penuh terhadap kondisi kebun selama 24 jam baik kegiatan kebun maupun kemasyarakatan. Kepala afdeling bertugas membuat program kerja tahunan serta bulanan, budget yang dibutuhkan, jenis pekerjaan, blok dilaksanakan pekerjaan tersebut dan melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan serta hasil kegiatan tersebut. Kegiatan yang dilakukan kepala afdeling sehari-hari, yaitu: 1. Apel pagi. 2. Cek administrasi dan LPPH per kemandoran H-1. 3. Cek laporan perhitungan upah. 4. Cek lapangan atas kerja pemanen H-1. 5. Cek lapangan panen-rawat hari ini. 6. Review harian dengan mandor. 7. Cek pengangkutan buah/ restan buah. 8. Monitoring angkutan TBS. 9. Review harian dengan kepala kebun. Kegiatan yang dilakukan kepala afdeling secara berkala, antara lain: 1. Review dengan mandor. 2. Kontrol lapangan bersama (termasuk kualitas panen dan rawat serta sensus) 3. Rapat koordinasi dengan ADM di kantor besar. 4. Review bulanan dengan ADM dan Direktur Area.
46
5. Membuat rencana kerja bulan berikutnya. 6. Review dengan kepala kebun. 7. Sensus bunga dan buah (dilakukan 4 bulanan). Kepala afdeling juga menjalin hubungan dengan tokoh masyarakat sekitar, membantu pengamanan kebun dari pencurian buah yang dilakukan setiap saat, serta pemeliharaan aset seperti rumah pemanen.