18
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan magang di PT Dupont Indonesia adalah sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilayah. Kegiatan yang dilakukan sebagai pendamping mandor pabrik dan pendamping koordinator wilyah produksi Sumber Pucung terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Pemeriksaan Lapang Jagung memerlukan ruang hidup yang sesuai dengan kelas kesesuaian lahan agar dapat menunjang pertumbuhan tanaman jagung. Guna mendapatkan ruang hidup yang sesuai maka diperlukan pemeriksaan lapang, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Pemeriksaan lapang dilakukan dengan cara membuat peta kesesuaian lahan yang dilaksanakan oleh koordinator desa. Pemeriksaan dilaksanakan selama 4 – 6 hari kerja yang disesuaikan dengan luas areal. Pembuatan peta dilakukan dengan mengambil titik-titik koordinat lahan yang menggunakan global potitioning system (GPS). Peta kesesuaian lahan tersebut digunakan untuk memudahkan pengeblokkan serta memudahkan penyusunan jadwal pemeliharaan tanaman dan pemanenan. Peta lahan produksi Sumber Pucung berdasarkan GPS serta kondisi wilayah dapat dilihat pada Lampiran 3. Pertemuan dengan Petani (Grower Meeting) Sistem produksi benih jagung hibrida di PT Dupont adalah sistem kerjasama dengan petani sehingga sebelum penanaman diadakan pertemuan dengan petani. Pertemuan dengan petani adalah kegiatan yang mempertemukan perwakilan perusahaan dengan petani dan dinas terkait untuk mendapatkan kesepakatan bermitra kerja dalam produksi benih jagung. Petani yang dapat mengikuti kegiatan produksi benih di PT Dupont, yaitu (1) petani harus tergabung dalam kelompok tani, (2) lahan petani sedang tidak
19
ditanam komoditas lain, (3) lahan petani bukan lahan tadah hujan, serta (4) lahan terletak pada area yang dapat dijangkau. Tidak ada ketentuan khusus mengenai luas lahan jika petani ingin bermitra dengan perusahaan. Pertemuan dilakukan oleh koordinator wilayah dengan cara memaparkan tata cara produksi benih yang tepat sesuai dengan peraturan PT Dupont, dimulai dari persiapan lahan, cara penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Selain memaparkan tata cara produksi benih, grower meeting juga menjelaskan hak dan kewajiban petani beserta perusahaan (Tabel 1). Tabel 1. Hak dan Kewajiban Petani serta Perusahaan dalam Produksi Benih No 1
Petani
2 3 4 5 Perusahaan
1 2 3 4 5 6
Kewajiban Melaksanakan peraturan tanam perusahaan Memenuhi administrasi lapangan Melaksanakan pemeliharaan tanam Tidak menanam jagung lain pada radius 200 meter (isolasi) Menjual seluruh hasil panen kepada perusahaan Menyediakan benih tetua Memberikan petunjuk dan informasi waktu dan tata cara penanaman Melaksanakan kontrol penanaman Menanggung biaya detasseling Membayar kompensasi babat jantan Membeli hasil panen petani
Hak Mendapatkan pinjaman modal dengan bunga 0% Mandapatkan benih tetua Mendapatkan kompensasi babat tanaman jantan Hasil panen dibeli oleh perusahaan sesuai perjanjuan Menseleksi tanaman (rouging) Mengatur administrasi yang dipenuhi petani Memusnahkan jagung varietas lain pada radius 200 meter Menerima seluruh hasil panen
Pinjaman modal tanpa bunga yang diberikan perusahaan kepada petani untuk kegiatan produksi benih sebesar Rp 3 500 000,- per hektar untuk satu orang petani. Hasil panen petani dibeli perusahaan dengan harga Rp 3 000,- per kilogram gelondong. Petani juga mendapatkan kompensasi sebesar Rp 400 000,per hektar untuk pembabatan tetua jantan (male cutting). Kegiatan male cutting bertujuan untuk menghindari tongkol terpanen karena biji pada tongkol tetua jantan merupakan hasil dari selfing. Petani berkewajiban mengikuti seluruh peraturan tanam yang disusun oleh perusahaan, yaitu penggunaan satu benih per lubang, menggunakan sistem bedengan dan waktu serta rasio penanaman tetua
20
sesuai perraturan. Petaani diwajibkkan untuk tidak t menannam jagung pada radiu us 200 meter. PT Dupont berrkewajiban membimbiing petani dalam mem mproduksi benih b jagung hibbrida, sehinngga perusaahaan haruss memberikkan petunjuuk dan inforrmasi tentang waaktu dan tatta cara penaanaman yan ng tepat. Perrusahaan meenanggung biaya kegiatan detasseling, d , dimana keegiatan terssebut dilakuukan oleh ppihak yang telah ditunjuk oleh o perusahhaan. Pembbayaran kepada petani harus h dilakuukan perusaahaan tepat padaa waktunyaa sebesar ketentuan k yaang berlakuu sesuai deengan perjan njian. Perusahaaan berhak dalam d mensseleksi tanam man petanii dan berhaak memusnaahkan tanaman jagung j lainn diluar varietas yan ng ditanam m. Perusahaaan juga berhak mengatur administrassi yang wajiib dipenuhi oleh petanii. Produksi Benih Jagu ung Hibrid da Tanaman n tetua Teetua jantan dan betina berasal dari Thailaand. Benih tetua mem miliki identitas yang y dapatt dilihat paada Tabel 2. 2 Tetua janntan dan betina mem miliki morfologi yang berbeeda yang daapat dilihat pada p Gambaar 3.
(a)
(b))
Gaambar 3. Buunga Jantann dari Tetua Jantan (a) dan d Tetua B Betina (b) Teetua jantan memiliki m w warna daun lebih cerahh dibandingkkan tetua betina. Bentuk daaun pada tannaman jantan cenderun ng lebih teggak, pinggirr daun dataar dan tidak terlaalu lebar diibandingkann dengan teetua betina. Batang teetua betina lebih besar dibaandingkan dengan d tetuaa jantan.
21
Tetua jantan mempunyai tassel panjang dengan cabang sedikit, spikelet berwarna kuning cerah dan tongkol kecil dengan silk pendek. Tetua betina memiliki tassel lebih pendek, memiliki cabang yang banyak, spikelet berwarna kuning cerah dan apabila tua terdapat bercak warna merah di ujungnya. Tabel 2. Identitas Benih Tetua dan Rekomendasi Penanaman Jenis Benih Tetua
Asal Benih
Kode Benih
Daya Tumbuh (%)
Male 98 W45 Female Betina Thailand 98 W45 Sumber : Kantor Besar PT Dupont (2010) Jantan
Thailand
Jumlah Benih (butir/kg)
Waktu Tanam (hari)
Jarak Tanam (cm2)
Rekomendasi Betina : Jantan (kg/ha) Rasio Tanam 3:1 4:1 5:1
4 420
0-0-2
65x18
5.5
4.4
3.6
4 202
0-0-2
65x18
15.2
16.2
16.8
Berdasarkan Tabel 2, benih tetua di tanam dengan waktu tanam 0-0-2. Waktu tanam tersebut berarti penanaman tetua betina dilakukan bersamaan dengan setengah kebutuhan benih tetua jantan dan dua hari kemudian setengah kebutuhan benih tetua jantan baru di tanam, sehingga pada pertanaman jagung terdapat tetua betina, jantan I dan jantan II. Kebutuhan benih tiap hektar berbeda bedasarkan rasio penanaman tetua betina dan tetua jantan (Tabel 2). Jika rekomendasi rasio penanaman di lahan produksi 3 : 1, hal tersebut berarti jumlah tanaman tetua betina tiga kali lipat dibandingkan tetua jantan. Kebutuhan benih untuk rasio penanaman 3 : 1 adalah 5.5 kg benih tetua jantan dan 15.2 kg benih tetua betina. Kebutuhan berat benih tersebut didasarkan populasi tanaman tiap hektar yang diketahui melalui jarak tanam. Setelah populasi diketahui maka jumlah populasi tiap tanaman dibagi dengan jumlah benih tiap kilogram benih. Persiapan lahan Persiapan lahan merupakan kegiatan awal di lapangan dalam produksi benih. Persiapan lahan dilakukan dengan menggunakan bajak sapi atau traktor. Tujuan dari persiapan lahan adalah untuk membersihkan lahan dari gulma, memperbaiki kondisi fisik tanah sehingga memiliki aerasi dan drainase yang baik. Lahan yang siap di tanam untuk produksi benih di PT Dupont adalah lahan yang
22
menggunakan bedengan. Bedengan yang digunakan untuk penanaman jagung dapat dilihat pada Gambar 4. ♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
♀
♀
♀
♀
♂
♀
120 – 140 cm Keterangan: ♂ ♂ (1) (2) (3) (4)
: : : : : :
Jantan I Jantan II Parit keliling ; kedalaman 25 cm Parit tengah/jeblosan ; kedalaman 20 cm Parit bedeng tetua jantan ; kedalaman 15 cm Parit bedeng tetua betina ; kedalaman 10 cm
Gambar 4. Sketsa Sistem Bedengan dengan Rasio Penanaman 5 : 1 Bedengan dibuat dengan lebar 120 - 140 cm. Setiap bedengan dikelilingi dan dipisahkan dengan parit irigasi (Gambar 4). Parit keliling adalah parit irigasi yang mengelilingi areal penanaman jagung, kedalaman parit keliling adalah 25 cm. Parit bedengan merupakan parit irigasi yang memisahkan satu bedengan dengan bedengan lainnya. Parit bedengan terdiri atas dua jenis, yaitu parit bedengan untuk tetua jantan dengan kedalaman 15 cm dan parit bedengan tetua betina dengan kedalaman 10 cm. Kedalaman parit tetua jantan dibuat lebih dalam daripada parit tetua betina, hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan perkecambahan dan mengoptimalkan pertumbuhan tetua jantan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penggunaan bedengan dapat meningkatkan daya berkecambah benih sampai 100 %. Parit yang lebih dalam dapat menjaga kelembaban dan mengurangi laju permukaan saat irigasi atau hujan sehingga dapat meningkatkan daya berkecambah benih. Parit irigasi yang memisahkan bedengan satu dengan yang
23
lainnya pada baris bedengan yang sama disebut parit tengah (parit jeblosan). Kedalaman parit tengah adalah sebesar 20 cm (Gambar 4). Penanaman Penanaman jagung dilakukan dengan menanam satu benih jagung per lubang tanaman yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persaingan antar tanaman. Dengan penanaman satu benih per lubang maka jumlah populasi tetua jantan dalam satu hektar adalah 14 000 tanaman sedangkan tetua betina 70 000 tanaman. Kebutuhan tenaga kerja untuk penanaman jagung 15 hari orang kerja (HOK). Persaingan tanaman yang terjadi meliputi penguasaan sarana tumbuh, unsur hara dan sinar matahari. Kekerdilan merupakan salah satu respon tanaman apabila kalah bersaing dengan tanaman lain, hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Tanaman Kerdil Akibat Persaingan Tanaman Tanaman yang tumbuh kerdil umumnya terjadi jika dalam satu lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman. Tanaman kerdil tersebut tidak menghasilkan tongkol tetapi tetap menyerap input produksi sehingga tanaman kerdil harus dibuang untuk memaksimalkan pertumbuhan tanaman yang tumbuh normal. Berdasarkan pengamatan, jumlah tanaman kerdil pada tiap hektar lebih dari 10 % dari populasi pertanaman. Jumlah tersebut dapat diketahui melalui penarikan contoh pada penanaman lebih dari satu benih dalam satu lubang tanam, dimana jumlahnya diatas 10 % dari populasi. Kontrol penanaman dilakukan untuk menjaga jumlah tanaman yang tumbuh kerdil kurang dari 8 tanaman tiap hektar. Pengawasan dilakukan untuk memastikan penanaman yang dilakukan telah sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, seperti penggunaan satu benih per lubang tanaman. Pengawasan tanam dilakukan setelah 7 – 14 hari
24
setelah tanam (HST). Pengawasan ditujukan untuk mengontrol satu tanaman tiap lubang tanam sehingga dapat dilakukan pencabutan bibit jagung apabila dalam lubang tanam terdapat lebih dari satu tanaman (Gambar 6).
Gambar 6. Pengawasan Penanaman 7 HST Penanaman jagung varietas W45 yang dilakukan PT Dupont menggunakan rasio penanaman 5 : 1, hal ini berarti setiap lima alur tanaman tetua betina terdapat satu tanaman tetua jantan (Gambar 4). Penentuan rasio penanaman didasarkan pada kemampuan tetua jantan menyerbuki tetua betina. Jarak tanam yang digunakan adalah 65 cm x 18 cm. Berdasarkan jarak tanam tersebut dapat diketahui kebutuhan benih tiap hektar. Tanaman tetua jagung varietas W45 mempunyai jarak waktu tanam (split planting). Split planting yang digunakan adalah 0-0-2. Hal tersebut berarti seluruh benih tetua betina ditanam saat awal tanam dan tetua jantan ditanam setengah dari kebutuhan benih yang dianjurkan. Setelah dua hari sisa benih tetua jantan ditanam kembali. Jadi pada pertanaman jagung terdapat tetua jantan I dan II dengan selang umur dua hari. Kegiatan penanaman memerlukan administrasi lapangan seperti pengisian formulir daftar kesiapan lahan untuk mengetahui kondisi aktual lahan serta letak lahan yang akan ditanam (Lampiran 4). Formulir daftar kesiapan lahan juga dibutuhkan untuk mengambil benih di gudang penyimpanan benih.
Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan tanaman bertujuan untuk menjaga kondisi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, berdaya hasil tinggi serta memiliki mutu
25
panen yang baik. Pemeliharaan tanaman meliputi pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT), roguing, detasseling, dan pembabatan tanaman jantan. Untuk memudahkan pemeliharaan tanaman disusun jadwal pemeliharaan tanaman (Lampiran 5) Pemupukan dilakukan pada saat 0, 20 dan 40 HST. Akan tetapi pemupukan pada 0 HST jarang dilakukan. Hal tersebut berhubungan dengan waktu dan tenaga kerja yang dibutuhkan. Pemupukan umumnya hanya dilakukan pada saat tanaman berumur 20 dan 40 HST. Dosis pupuk yang digunakan adalah 400 kg/ha pupuk urea, 400 kg/ha pupuk majemuk NPKS (15-15-15-10) serta 8 liter/ha pupuk cair daun dan bunga yang diaplikasikan pada 10 HST. Pemupukan dilakukan dengan menggunakan lubang pupuk yang bertujuan untuk menghindari penguapan dan aliran permukaan (Gambar 7).
Gambar 7. Rekomendasi Cara Pemupukan Tanaman Jagung Pengendalian gulma dilakukan dengan cara manual dan kimia. Pengendalian secara manual dilakukan dengan membersihkan gulma dengan cara mencangkul. Kebutuhan HOK sebesar 30 HOK. Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida yang berbahan aktif mesotrion 50 g/liter dan atrazin 500 g/liter. Bahan aktif ini bersifat sistemik dan selektif pra tumbuh sehingga aplikasi herbisida paling baik dilakukan pada 10-15 HST. Aplikasi herbisida dilakukan dengan menggunakan perekat non ionik untuk meningkatkan efektifitas herbisida. Kebutuhan HOK untuk pengendalian gulma secara kimia sebesar 3 HOK/ha. Pengendalian gulma secara manual dan kimia dapat dilihat pada Gambar 8 merupakan gambar pengendalian gulma secara kimia (8a) dan mekanik (8b).
26
(a)
(b)
Gambar 8. Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) dan Manual (b) Pengendalian hama dan penyakit dilakukan pada fase benih dan vegetatif. Pencegahan serangan hama dan penyakit pada fase benih dilakukan sebelum benih ditanam yaitu dengan memberikan insektisida perlakuan benih berbahan aktif tiamtoksan 350 g/l dengan dosis 1 liter untuk 25 kg benih. Insektisida ini digunakan untuk mencegah lalat bibit dan semut. Sebelum benih ditanam lahan dipastikan bebas tikus karena hama tikus dapat memakan benih yang ditanam, selain itu hama tikus dapat menyerang jagung pada saat fase generatif, yaitu merusak tassel tetua jantan dan tongkol tetua betina. Serangan tikus pada fase generatif dapat dilihat pada Gambar 9. Pengendalian hama tikus dilakukan dengan rodentisida berbahan aktif kumatetrafil 0.75 %. Rodentisida diberikan dengan cara dicampur umpan. Pemberian umpan bila diketahui kehadiran tikus (jejak, jalan tikus, kotoran, danliang tikus). Pencegahan serangan hama dilakukan dengan insektisida berbahan aktif deltrametin 25 g/l untuk mengendalikan lalat bibit dan ulat grayak. Untuk mencegah penyebaran penyakit hawar daun dan busuk batang digunakan fungisida berbahan aktif azoksistrobin 200 g/l dan difenokonazol 125 g/l dengan dosis 1 l/ ha dengan konsentrasi 1 ml/l, diaplikasikan pada umur 30 dan 40 HST. Untuk penyakit bulai dikendalikan dengan fungisida sistemik berbahan aktif mankozeb 64 % dan mesohoksan 4 %. Aplikasi fungisida dilakukan 14 - 21 HST atau pada saat penyakit bulai ditemukan pada pertanaman jagung.
27
(a)
(b)
Gambar 9. Serangan Hama Tikus Pada Tetua Betina (a) dan Jantan (b) Roguing merupakan kegiatan menyeleksi tanaman untuk menjaga kemurnian benih yang dihasilkan. Penyeleksian tanaman dilakukan dengan mencabut tipe simpang (off type). Tipe simpang memiliki bentuk daun, perakaran, warna spikelet dan warna serbuk sari berbeda dengan tanaman tetua. Tipe simpang umumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tetua lainnya. Bunga jantan pada tipe simpang umumnya berwarna merah di ujung spikeletnya serta serbuk sari berwarna merah (Gambar 10). Tanaman tipe simpang harus dimusnahkan sebelum masa anthesis tiba yang bertujuan untuk menghindari terjadinya persilangan antara tanaman tetua dengan tanaman tipe simpang.
Gambar 10. Tanaman Tipe Simpang Selain tipe simpang, penyeleksian juga dilakukan terhadap tanaman kerdil. Tanaman kerdil merupakan tanaman yang memiliki tinggi dibawah 50 % dibandingkan dibandingkan tanaman lainnya dan memiliki daun kurang dari tujuh pada umur 30 HST (Gambar 5). Penyeleksian tanaman kerdil bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri karena tanaman yang tumbuh kerdil
28
memiliki waktu anthesis yang lebih lama. Dalam satu hektar pertanaman jagung jumlah tipe simpang dan tanaman kerdil harus kurang dari 8 tanaman tiap hektar. Detasseling merupakan kegiatan menghilangkan bunga jantan pada tetua betina, yang bertujuan untuk menghindari terjadinya penyerbukan sendiri, sehingga kemurnian benih yang dihasilkan terjaga. Biaya detasseling dibebankan kepada perusahaan. Pembayaran dilakukan dengan sistem borongan kepada seseorang broker. Setiap desa memiliki dua orang broker. Broker bertugas mengakomodir tenaga detasseling. Guna mengefisienkan waktu tenaga kerja, penulis bersama dengan koordinator wilayah dan desa memberikan rekomendasi tenaga cabut tiap hektar. Penyusunan rekomendasi didasarkan pada hasil pelatihan yang diberikan oleh perusahaan. Rekomendasi tenaga detasseling untuk satu hektar adalah 7 HOK tenaga kerja terlatih. Setelah kegiatan detasseling selesai, dilakukan kontrol detasseling. Kontrol dilakukan setelah kegiatan detasseling selesai hingga pembabatan tanaman jantan. Kontrol dilakukan untuk memastikan pokok tetua betina pada pertanaman jagung telah bersih dari bunga jantan. Kontrol detasseling membutuhkan 2 HOK yang dilakukan oleh koordinator desa dibantu oleh broker. Pengontrolan dapat dilakukan dengan cara sejajar vertikal atau horizontal ataupun dilakukan dengan melihat saling silang. Pengawasan detasseling secara vertikal dan horizontal dapat dilihat pada Gambar 11.
(a) Keterangan :
;
(b) = tenaga kontrol
Gambar 11. Sketsa Kontrol Detasseling Secara Sejajar (a) dan Saling Silang (b)
Gambar 11 menunjukkan posisi tenaga kontrol untuk mengontrol hasil kerja detasseling, yaitu memastikan bunga jantan tetua betina tidak tertinggal pada pertanaman. Tenaga kerja mengontrol dengan cara sejajar vertikal atau horizontal
29
(11a). Teknik kontrol tersebut dapat dilakukan dengan cara mengelilingi lahan dengan posisi sejajar. Kontrol juga dapat dilakukan dengan melihat saling silang (11b). Teknik ini dapat dilakukan apabila topografi lahan lebih rendah dibandingkan topografi pematang, karena ketelitian teknik ini sangat kurang apabila dilakukan pada lahan dengan topografi yang sama dengan pematang. Babat tetua jantan merupakan kegiatan pembabatan terhadap tetua jantan yang dilakukan setelah berakhirnya masa penyerbukan. Berakhirnya masa penyerbukan ditandai oleh habisnya polen serta terjadi perubahan warna spikelet menjadi cokelat tua. Pembabatan tetua jantan bertujuan untuk menghindari pemanenan tongkol tetua jantan dan memberikan ruang tumbuh bagi tanaman induk betina sehingga tongkol yang dihasilkan tetua betina dapat berkembang menjadi besar dan berbobot (Gambar 12).
Gambar 12. Lahan Produksi Setelah Pembabatan Tetua Jantan Perusahaan memberikan kompensasi sebesar Rp 400 000,- per hektar kepada petani untuk pembabatan tetua jantan. Tongkol dan brangkasan hasil pembabatan diserahkan sepenuhnya kepada petani. Sebagian besar petani menjual hasil brangkasan
kepada peternak sehingga selain mendapatkan kompensasi
petani mendapatkan pendapatan tambahan melalui penjualan brangkasan jagung tetua jantan.
30
Pengamatan sinkronisasi bunga Pengamatan sinkronisasi bunga tetua jantan dan betina dilakukan saat bunga jantan pada tetua jantan mulai muncul. Pengamatan dilakukan pada tetua betina, tetua jantan I dan II sebanyak tiga ulangan dengan 100 atau 50 tanaman contoh untuk tiap ulangan. Jumlah tanaman contoh disesuaikan dengan jumlah populasi tanaman jagung. Tanaman tetua diikat dengan tali rafia dengan warna berbeda pada batang utama dibawah bunga jantan pada tetua jantan dan di dekat tongkol pada tetua betina (Gambar 13). Bunga jantan matang apabila serbuk sari keluar dari spikelet sedangkan tetua betina telah reseptif apabila rambut tongkol telah keluar dengan panjang minimal 3 cm. Pengamatan dilakukan dengan cara melepas tali yang terikat pada tanaman contoh setelah serbuk sari keluar dari tetua jantan dan panjang rambut tongkol pada tetua betina lebih dari 3 cm. Jumlah tanaman yang telah dilepas ikatanya dihitung setiap hari serta dihitung persentase tali yang dilepas. Pengamatan dilakukan hingga tali pada semua tanaman contoh telah dilepas. Persentase antara tetua betina serta tetua jantan I dibandingkan untuk menentukan ketepatan sinkronisasi tetua. Apabila perbedaan persentase dibawah 10 %, hal ini berarti pemasakan bunga jantan dan bunga betina antara tetua sinkron.
(a)
(b)
Gambar 13. Sinkronisasi Tetua Jantan (a) dan Tetua Betina (b) Penanaman tetua jagung dilakukan tidak bersamaan (split planting). Adanya perbedaan waktu tanam tersebut diharapkan agar waktu anthesis tetua jantan dan masa reseptif tetua betina terjadi bersamaan. Apabila anthesis bunga jantan dan
31
masa reseptif bunga betina terjadi secara bersamaan maka tongkol jagung dapat terisi sempurna (Gambar 14).
Gambar 14. Tongkol Jagung yang Terisi Sempurna Pemanenan Pemanenan jagung pada produksi benih merupakan kegiatan pengambilan tongkol jagung pada tetua betina. Tujuan pemanenan jagung adalah mendapatkan benih bermutu baik. Pemanenan dilakukan saat masak fisiologis. Keadaan masak fisiologis dicapai saat jagung berumur 105 - 115 hari. Apabila pemanenan dilakukan terlalu awal maka biji yang dihasilkan mempunyai kadar air tinggi, hal tersebut dapat menurunkan vigor benih karena komposisi kimia dalam benih belum seimbang. Pemanenan terlalu awal juga menyebabkan benih mudah rusak secara mekanis sehingga pada saat penyimpanan benih mudah dimasuki mikroorganisme. Terlambatnya waktu pemanenan dapat menurunkan vigor calon benih karena benih mengalami proses penuaan. Stadia panen di PT Dupont dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Stadia Kemasakan Benih Berdasarkan Stadia Panen di PT Dupont Indonesia Stadia panen
Putih susu : kuning pada biji
1 2 3 4 5
1:4 2:3 3:2 1:4 0:5
Kadar air (%) 45-50 40-45 35-40 30-35 25-30
Sumber : Kantor Lahan Produksi Sumber Pucung, PT Dupont
Derajat kematangan Sangat mentah Mentah Masak I Masak II Lewat masak
32
Perusahaan menentukan waktu kegiatan pemanenan. Perusahaan memiliki kriteria panen serta cara peramalan waktu panen melalui stadia panen yang didasarkan pada pergerakan warna putih susu pada biji (Gambar 15). Pergerakan warna putih susu dengan membelah tongkol kemudian diamati pada tongkol bagian atas. Setiap stadia panen ditentukan dengan cara membandingkan warna putih susu dan warna kuning pada biji yang dapat dilihat pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria panen yang ditetapkan oleh perusahaan, setiap stadia panen memiliki estimasi kadar air berbeda. Pemanenan calon benih jagung di PT Dupont dilakukan pada stadia 3 dan 4. Hal tersebut dikarenakan kandungan kadar air jagung seimbang dan benih telah masak fisiologis.
(a)
(b)
Gambar 15. Stadia Panen 2 (a) dan Stadia Panen 4 (b) Pemanenan
jagung
merupakan
tanggung
jawab
petani,
sedangkan
pengangkutan hasil panen dari lahan petani menuju pabrik pengolahan merupakan tanggung jawab PT Dupont. Sebelum hasil panen dibawa ke pabrik pengolahan, dilakukan penimbangan dan penyortiran hasil panen yang dilakukan oleh petani. Hasil panen yang baik dan kurang baik dipisahkan kedalam karung yang berbeda. Hasil panen yang baik akan dimasukkan kedalam karung berwarna kuning sedangkan hasil panen yang kurang baik dimasukkan kedalam karung berwarna putih atau biru (Gambar 16). Hasil panen yang kurang baik akan dipipil dan dipilah secara manual di pabrik pengolahan.
33
(a)
(b)
Gambar 16. Hasil Panen (a) dan Pengarungan Hasil Panen (b) Hasil penimbangan di tingkat petani dicatat pada kartu penimbangan panen dan Harvest Gate Pass (HGP) untuk administrasi di pabrik pengolahan benih. HGP digunakan untuk memudahkan penimbangan di pabrik, selain itu untuk mengetahui perbedaan antara penimbangan di lahan dan pabrik. Perusahaan memiliki kebijakan dalam penimbangan hasil panen. Apabila selisih penimbangan panen kurang dari 2.5 % dari total panen yang diproduksi petani maka penimbangan yang digunakan adalah penimbangan dengan berat paling tinggi, sedangkan jika selisih penimbangan lebih dari 2.5 % maka hasil penimbangan yang digunakan adalah rata-rata hasil penimbangan di lahan dan pabrik. Setelah administrasi penimbangan selesai, petani mendapatkan uang pembayaran panen serta bukti pembayaran hasil panen perusahaan yang telah dipotong pinjaman petani sebesar Rp. 3 500 000,- per hektar (Lampiran 6). Pengolahan benih Ketika kegiatan magang berlangsung di PT Dupont, kegiatan magang pada bulan pertama dilakukan di pabrik pengolahan benih yang berada di Kecamatan Bululawang terlebih dahulu. Kegiatan magang di pabrik pengolahan benih tidak dapat dilakukan secara optimal karena tidak adanya hasil panen yang masuk ke pabrik. Terdapat beberapa bagian pabrik pengolahan yang bekerja saat magang berlangsung, yaitu pengeringan benih tetua, pembersihan dan pemilahan benih,
34
perlakuan serta pengepakan benih. Selama magang di pabrik pengolahan benih penulis bertindak sebagai pendamping mandor pabrik. Sebelum melaksanakan kegiatan di pabrik, penulis diperkenalkan terlebih dahulu pada alat dan alur pengolahan benih secara umum. Alur pengolahan benih dapat dilihat pada Lampiran 7. Berdasarkan Lampiran 7 pengolahan benih di PT Dupont dimulai dari penerimaan hasil panen dari lapangan, setelah hasil panen ditimbang kemudian dikeringkan untuk menurunkan kadar air benih. Pengeringan Pengeringan dilakukan bedasarkan berat hasil panen yang diterima oleh pabrik. Apabila berat kurang dari 5 ton maka pengeringan menggunakan kotak pengeringan (box drier) sedangkan jika berat lebih dari 20 ton maka digunakan bin pengeringan. Pengeringan juga dilakukan terhadap benih tetua atau benih komersial yang kadar airnya meningkat selama proses penyimpanan. Proses pengeringan menggunakan aliran udara dengan suhu 38 – 43 oC. Panas udara yang dihasilkan dari pembakaran gas LPG kemudian dialirkan oleh kipas. Kadar air calon benih yang masuk pabrik berkisar antara 25 – 35 %, untuk menurunkan 1 % kadar air benih, perusahaan menetapkan lama pengeringan yaitu 3.5 - 4 jam. Pengeringan terus dilakukan hingga kadar air benih 10 – 11 %, sehingga waktu pengeringan benih berkisar antara 60 – 100 jam. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan , setiap 10 kg LPG dapat mengeringkan 700 kg benih. Pemipilan Pemipilan dilakukan dengan menggunakan alat pemipil benih (sheller). Bagian pemipilan mempunyai 16 silo dengan kapasitas 50 kg dan 32 silo dengan kapasitas 25 kg. Pemipilan dilakukan apabila kadar air benih berkisar 10 - 11 %. Apabila pemipilan dilakukan diatas 11 % maka mesin dapat dengan mudah mengalami kerusakan. Rendemen gelondong jagung menjadi pipilan jagung berkisar 45 - 50 %, artinya 100 ton jagung gelondongan didapatkan 45-50 ton pipilan jagung. Setelah benih dipilah benih kemudian dikirim ke bagian pembersihan dan pemilahan benih melalui konveyor.
35
Pembersihan dan pemilahan benih Proses pembersihan dan pemilahan benih berfungsi untuk membersihkan benih dari kotoran fisik dan memilah benih berdasarkan bentuk dan ukuran benih. Terdapat tiga macam jenis mesin pembersih dan pemilah benih yang digunakan di PT Dupont, yaitu sizer, air screen cleaner (ASC), dan mesin pemilah berdasarkan warna (colour sorter). Sizer sorter merupakan mesin pembersih dan pemilah benih yang terdiri atas beberapa silinder berlubang yang memiliki ukuran yang berbeda. Sizer sorter berfungsi untuk memilah benih menjadi dua ukuran, yaitu benih berukuran sedang (medium) dan kecil (small). ASC merupakan mesin pembersih dan pemilah benih berdasarkan bentuk benih. Benih dibagi atas dua jenis, yaitu benih berbentuk pipih (flat) dan bulat (round). Hasil akhir benih yang didapatkan dari proses pembersihan dan pemilahan benih dengan menggunakan sizer dan ASC terdiri atas empat jenis, yaitu yaitu medium flat (MF), medium round (MR), small flat (SF), dan small round (SR). Mesin grafiti digunakan untuk memilah benih berdasarkan berat benih. Benih bermutu tinggi umumnya memiliki berat yang lebih besar daripada benih bermutu rendah. Colour sorter merupakan mesin pemilah benih berdasarkan warna benih, hitam dan putih. Benih jagung yang memiliki mutu fisik baik, pada layar mesin akan berwarna lebih cerah (putih) dibandingkan dengan benih yang bermutu rendah. Ketepatan hasil pemilahan ditentukan oleh kecepatan mesin, semakin lambat kecepatan benih masuk ke dalam mesin maka ketepatan pemilahan benih akan semakin baik. Dengan demikian peranan operator mesin sangat diperlukan, untuk memantau kecepatan jalan mesin agar efisiensi mesin tetap terjaga dan menghasilkan benih bermutu. Perlakuan benih Perlakuan benih (seed treatment) dilakukan dengan menggunakan pestisida perlakuan benih yang jenis dan dosisnya ditentukan oleh petugas laboratorium. Pestisida perlakuan benih digunakan untuk membunuh hama gudang dan mengendalikan penyakit terbawa benih. Jenis pestisida yang biasa digunakan adalah fungisida berbahan aktif mesohoksan 350 g/L dan pestisida
36
berbahan aktif deltrametrin 25 gr/L. Proses pencampuran pestisida dilakukan oleh operator
treater.
Pencampuran
pestisida
dan
benih
dilakukan
dengan
menggunakan mesin pencampur dengan kecepatan pencampuran sebesar 1.5 ton/jam. Mesin pencampur mempunyai empat jenis hoper yang berkapasitas 1.5 ton. Setiap hoper terhubung dengan mesin pengepakan sehingga pengemasan benih langsung dilakukan setelah proses perlakuan benih selesai dilakukan. Pengepakan benih Pengepakan benih dilakukan secara manual dan otomatis. Pengepakan manual dilakukan untuk benih tetua sedangkan pengepakan secara mekanis dilakukan untuk benih komersial. Berdasarkan pengamatan , pengepakan secara manual pada satu shift kerja (8 jam) yang beranggotakan 12 orang tenaga kerja dapat mengemas 9 - 10 ton benih tetua. Pengepakan secara mekanis mampu mengemas 10 ton benih dalam satu shift kerja. Hal tersebut berarti tidak terdapat perbedaan nyata antara hasil pengepakan manual dan mekanis. Perbedaan pengepakan secara manual dan mekanis terletak pada jumlah tenaga kerja yang digunakan, pengepakan secara manual menggunakan tenaga kerja 12 kali lebih besar dari pada pengepakan secara mekanis. Selain itu keakuratan penimbangan juga merupakan perbedaan antara pengepakan manual dan mekanis. Pengepakan manual cenderung memiliki ketepatan lebih besar daripada pengepakan mekanis. Berdasarkan hasil pengamatan, ketepatan pengepakan secara manual adalah 99.97 % sedangkan ketepatan pengepakan secara mekanis sebesar 99.7 %. Aspek Manajerial Manajer Produksi Manajer produksi mengepalai anak perusahaan PT Dupont yang bergerak di bidang perbenihan. Tugas dan tanggung jawab manajer produksi adalah mengkoordinasikan dan mengatur seluruh kegiatan proses produksi agar dapat terlaksana sesuai dengan prosedur perusahaan yang bertujuan untuk mencapai target produksi perusahaan. Struktur organisasi PT Dupont Indonesia malang terlampir pada Lampiran 8.
37
Koordinator K3 Keselamatan dan kesehatan kerja karyawan merupakan tugas koordinator K3. Selain itu koordinator K3 juga bertugas untuk melaksanakan auditinternal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja karyawan. Tugas tersebut dilaksanakan dengan cara membuat standar pelaksanaan kerja (SOP) dan mengadakan pertemuan dengan para karyawan guna menjelaskan SOP tersebut, sehingga kecelakaan kerja dapat diminimalisir. Pendamping Administrasi Tugas dan tanggung jawab pendamping administrasi adalah mendukung seluruh kegiatan administrasi manajer produksi, manajer lapangan, manajer operasional pabrik, dan staff lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan. Koordinator Black Belt dan ISO Koordinator black belt dan ISO bertugas melakukan kegiatan perbaikan terhadap semua bidang maupun sistem yang ada disemua operasional pabrik. Manajer Lapangan Tugas dan tanggung jawab manajer lapangan adalah mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam yang sesuai dengan syarat tumbuh jagung. Hal tersebut bertujuan agar produktivitas jagung yang dihasilkan optimal dan mengurangi penggunaan input produksi serta mendapatkan mutu benih yang baik. Selain itu manajer lapangan juga bertugas melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Manajer Operasional Pabrik Manajer operasional pabrik bertugas mengawasi proses pengolahan benih dari penerimaan sampai pengepakan, mengawasi dan mengkordinasi tenaga kerja
38
pengolahan benih, serta membuat laporan proses pengolahan benih secara periodik. Spesialis Logistik Tugas dan tanggung jawab spesialis logistik adalah mengelola dan menangani stok benih dan administrasi, melakukan pengiriman benih kepada dealer atau kios sesuai sesuai order pembelian, mengelola dan menjaga gudang penyimpanan benih, serta membuat laporan stok benih dan barang-barang secara berkala. Teknisi Pabrik Menjaga, memelihara dan memperbaiki peralatan yang ada di tanaman, serta memastikan peralatan yang digunakan dalam proses memenuhi standar kalibrasi yang telah ditetapkan. Penyelia Agronomi Penyelia agronomi bertugas membantu manajer lapangan dalam melaksanakan tugasnya, yaitu mengidentifikasi dan merencanakan areal tanam, melakukan pengawasan kegiatan penanaman sampai dengan pengiriman hasil panen ke pabrik, serta melakukan koordinasi dari kelompok tani ke instansi terkait. Koordinator Desa Melakukan penanaman produksi benih di lapangan, merawat dan memelihara tanaman sejak penanaman dimulai hingga panen, serta menjaga dan memelihara arsip administrasi produksi benih di lapangan. Koordinator desa juga bertugas untuk mengatur seluruh kegiatan petani sehingga kegiatan produksi benih sesuai dengan rekomendasi perusahaan
39
Broker Broker merupakan mitra kerja perusahaan yang bertugas untuk membantu menjembatani perusahaan dengan petani. Broker bertugas membantu koordinator desa dalam melakukan kegiatan penanaman, perawatan serta panen. Broker juga bertugas menyampaikan pinjaman tanpa modal yang diberikan oleh perusahaan kepada petani berupa uang pengolahan lahan dan sarana produksi. Broker juga mengatur administrasi dan membagikan uang hasil panen terhadap tongkol jagung yang dibeli perusahaan kepada petani. Broker beserta ketua kelompok tani bekerja sama dalam penyusunan rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK). Penyusunan RDKK dilakukan untuk mendata kebutuhan pupuk per kelompok tani, hal ini dilakukan karena pupuk tidak dapat dibeli dengan bebas dan setiap petani memperoleh pupuk berdasarkan RDKK yang telah disusun dan disetujui oleh pemerintah daerah setempat. Petugas Gudang Petugas gudang bertugas mengatur semua aktifitas gudang termasuk penyimpanan, pengangkutan dan penyaluran benih. Teknisi Pemeliharaan Mekanik dan Elektrik Tugas dan tanggung jawab teknisi pemeliharaan mekanik adalah melakukan pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih, melakukan inspeksi secara rutin terhadap kondisi peralatan pengolahan benih, serta menjaga dan memelihara arsip administrasi pemeliharaan dan perbaikan peralatan pengolahan benih. Petani Petani merupakan mitra kerja utama perusahaan dalam kegiatan produksi benih. Petani berkewajiban untuk menanam, memelihara dan memanen jagung sesuai dengan rekomendasi yang telah disusun oleh perusahaan. Petani juga berkewajiban untuk memenuhi administrasi lapang. Petani berhak mendapatkan
40
benih, pinjaman tanpa modal serta pembelian hasil panen oleh perusahaan dengan harga sesuai dengan perjanjian. Alur Sarana Produksi Sarana produksi (saprodi) yang meliputi pupuk dan obat-obatan untuk kegiatan produksi benih disalurkan kepada petani oleh broker yaitu pihak yang ditunjuk oleh perusahaan melalui perjanjian kios. Penyaluran saprodi dilakukan setelah form kebutuhan sarana produksi diserahkan dan ditandatangani oleh petugas lapangan (koordinator desa). Jumlah saprodi yang disalurkan oleh broker harus sesuai dengan yang tertera pada form kebutuhan saprodi. Kebutuhan pupuk petani didata ulang oleh broker dan diserahkan kepada kelompok tani yang kemudian di serahkan kepada penyuluh pertanian atas nama departemen pertanian yang turut diketahui oleh kepala desa setempat. Kebutuhan obat-obatan disediakan langsung oleh broker, jenis obat yang digunakan berdasarkan rekomendasi perusahaan. Jumlah uang yang dibayarkan untuk kebutuhan petani langsung dipotong dari uamg hasil panen petani. Alur Benih Tetua Benih langsung disalurkan oleh perusahaan ke kantor lahan produksi di setiap wilayah produksi. Sebelum benih disalurkan kepada petani petugas lapangan harus menyerahkan formulir daftar kesiapan lahan petani (Lampiran 4) kepada koordinator wilayah (penyelia agronomi). Setelah formulir ditandatangani, maka formulir diserahkan kepada administrasi kantor lahan produksi yang juga bertugas mengatur keluar masuknya benih dari kantor. Benih diambil oleh koordinator desa yang kemudian disimpan di gudang broker. Benih dibagikan satu hari sebelum ditanam atau pagi hari sebelum kegiatan penanaman.Benih disalurkan setelah diberi perlakuan insektisida perlakuan benih Transportasi Panen Panen dilakukan oleh petani tetapi transportasi panen ditanggung oleh perusahaan dari lahan produksi menuju pabrik pengolahan. Pengangkutan hasil
41
panen harus menggunakan truk. Pihak truk yang digunakan merupakan pihak yang ditunjuk oleh perusahaan yang melalui koordinator desa. Koordinator desa memberikan surat perintah kerja pengangkutan panen kepada pemilik truk yang ditandatangani oleh pembuat dan penerima surat perintah kerja. Surat ini digunakan sebagai tanda bukti agar truk dapat masuk ke pabrik pengolahan benih.