“PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MULYA JAYA DEPARTEMAN SOSIAL PASAR REBO JAKARTA”
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: NUHRI 106011000137
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M i
“PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MULYA JAYA DEPARTEMAN SOSIAL PASAR REBO JAKARTA” Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Guna Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam
Oleh: NUHRI 106011000137
Di Bawah Bimbingan
Siti Khadijah, MA NIP: 197007271997032004
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M ii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1.
Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 25 Juli 2011
(NUHRI) NIM 106011000137
iii
LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: “PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MULYA JAYA PASAR REBO JAKARTA” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggaL 27 September 2011 dihadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam. Jakarta, 28 September 2011 Panitia Ujian Munaqasyah
Tangga
Tanda Tangan
………..
.………………
………..
.………………
………..
.………………
………..
.………………
Ketua Panitia (Ketua Jurusan PAI) Bahrissalim, MA NIP: 19680307 199803 1 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI) Drs. Sapiuddin Shiddiq, MA NIP: 19670328 200003 14 001 Penguji I Faridal Arkam, M. Pd. Dr. H NIP: 195003071979031004 Penguji II Abdul Ghofur. MA NIP: 196812081997031003
Mengetahui Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Prof. Dr. Dede Rosyada, MA NIP: 19571005 198703 1 003 iv
ABSTRAK NAMA : NUHRI NIM : 106011000137 JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM JUDUL SKRIPSI : PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA ISLAM PADA WANITA TUNA SUSILA DI PANTI SOSIAL KARYA WANITA MULYA JAYA PASAR REBO JAKARTA Dalam penulisan skripsi ini penulis memilih judul “Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Pada Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya”. Bimbingan agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya dilakukan dengan seksama, terus-menerus dan bertujuan membekali klien agar memiliki pengetahuan tentang hukum Islam dan mampu mengaplikasikannya dalam bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dengan demikian klien dapat melaksanakan ritual-ritual ibadah yang benar menurut ajaran Islam sesuai dengan ibadah yang dipraktekkan dan diajarkan Rasulullah SAW. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang proses bimbingan agama Islam pada Wanita Tuna Susila, kendala-kendala yang dihadapi dan solusinya. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga rehabilitasi DEPSOS yaitu PSKW Mulya Jaya, tepatnya di Jl. Tat Twam Asi Kompleks DEPSOS No. 47 Pasar Rebo Jakarta Timur. Penelitian ini menggunakan metode “kualitatif deskriptif” yaitu menggambarkan atau memaparkan fakta di lapangan berdasarkan data informan, sebagai unit analisisnya pelaksanaan bimbingan agama Islam, kendala yang dihadapi dan solusi-solusinya. sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Observasi yaitu dengan mengikuti pelaksanaan bimbingan agama Islam menelaah dan memperhatikan rutinitas. Wawancara dialukan terhadap yang terlibat dengan bimbingan agama Islam yaitu para pembimbing dan klien. Hasil penelitian menunjukan bahwa 1) pelaksanaan bimbingan di PSKW Mulya Jaya dimulai dengan tahap identifikasi. Proses yang dilakukan meliputi: penerimaan, masa penyesuaian, pengungkapan dan analisa masalah, orientasi umum, dan penyembuhan fisik. Selanjutnya tahap rehabilitasi meliputi rehabilitasi mental, spiritual, fisik, sosial, dan berbagai katerampilan. Materi keagamaan meliputi baca tulis al-Quran, keimanan, hafalan bacaan shalat, hafalan do’a dan ayat pendek, fiqih, akhlak, shalat lima waktu, dzikir dan puasa. Adapun metodenya yaitu ceramah, tanya jawab, diskusi, team quiz, poster session. 2) adapun kendala-kendala dalam pelaksanaan yaitu: kurangnya bahan ajar, kurangnya pembimbing ketika kegiatan berlangsung, usia klien bervariasi, banyak klien yang buta huruf, dan pendidikan klien yang rendah. 3) adapun solusinya adalah memperbanyak bahan ajar, bekerja sama antar pembimbing, dan membagi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jenjang usia, klien yang buta huruf dan pendidikan yang rendah. v
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Utaian puji serta syukur diiringi sujud kehadirat Allah SWT atas segala limpahan karunia, inayah dan hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tecurah kepada sang pemimpin tauladan yang sangat paripurna Rasulullah Muhammad SAW, juga kepada keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang meniti jalan perjuangannya hingga hari akhir. Berbagai kesulitan serta hambatan penulis alami dalam penyusunan skripsi ini, namun berkat bantuan dan bimbingan serta arahan dari berbagai pihak naka kesulitan tersebut dapat diatasi. Karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapakan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta. 2. Bapak Bahrissalaim, M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta 3. Bapak Drs. Safiuddin Shidiq, MA, Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Jakarta 4. Ibu Siti Khadijah MA, Pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dengan ketulusan, keiklasan, dan kesabaran beliau pulalah dalam memberikan bimbingan saran, masukan, perbaikan dan pengarahannya akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. 5. Seluruh Dosen Jurusan Agama Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, Amin 6. Peminpin Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang telah memberikan kemudahan dalam pengunaan sarana perpustakaan vi
7. Bapak Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si selaku Kepala Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian di lembaga tersebut, dan banyak memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini 8. Terhormat untuk umi Muliyah dan ayah Sulaiman, yang tidak pernah putus asa, selalu sabar untuk mendoakan dan melimpahkan kasih sayang serta memberikan banyak dukungan kepada ananda sehingga berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan baik 9. Teristimewa untuk istriku Ida Royani, yang tidak henti-hentinya mengibur dan mendoakan agar skripsi ini berjalan dengan baik dan cepat selesai 10. Kakak dan adik-adikku tersayang Usma, Abdu Rahman dan Agus Luqman yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis 11. Teman-teman seperjuangan jurusan PAI angkatan 2006 yang banyak memberikan bantuan dan motivasi yang sangat berarti selama masa kuliah. Semoga selalu kompak dan sukses buat kita semua, amin. Penulis mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak disebutkan satu persatu hingga penelitian ini bisa diselesaikan. Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal shaleh yang memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat kelak. Pintu kritik, saran dan ide terkait dengan penelitian, akan selalu peneliti buka dengan penuh suka cita. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Jakarta, Juli 2011
Penulis, Nuhri
vii
DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ……………………………………………………...iv ABSTRAK …………………………………….………………………………… v KATA PENGANTAR ………………....……….………...……………….……. vi DAFTAR ISI ……………………………………………………….…………..viii. DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................x BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………………………... 1 B. Identifikasi Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah ……… 6 C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 7 D. Manfaat Penelitian ………………………………………………… 7
BAB II
LANDASAN TEORI A. Konsep Bimbingan Agama Islam …………………………………. 9 1. Pengertian Bimbingan Agama islam …………………………… 9 2. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dan Prinsip Bimbingan ………………………………………..…………… 11 3. Tujuan Akhir Bimbingan Agama Islam ………………………. 14 4. Materi Bimbingan Agama Islam ……………………………… 16 5. Metode Bimbingan Agama Islam …………………………….. 18 6. Prinsip-Prinsip Evaluasi ………………………………………. 20 B. Wanita Tuna Susila ………………………………………………. 21 1. Pengertian Wanita Tuna Susila ……………………………….. 21 2. Faktor Penyebab Terjadinya Wanita Tuna Susila…………….. 22 3. Pelayanan dan Rehabilitasi …………………………………… 24 C. Bimbingan Agama Islam pada Wanita Tuna Susila ……………... 25 1. Proses Bimbingan Agama Islam ……………………………… 26 2. Program Bimbingan Agama Islam …………………………… 26 D. Kerangka Berfikir………………………………………………… 27 viii
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan waktu Penelitian ……………………………………. 28 B. Metode Penelitian ………………………………………………... 28 C. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………. 29 D. Tahap-Tahap Penelitian ………………………………………….. 30 E. Analisa Data ……………………………………………………... 31 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum PSKW Mulya Jaya …………………………… 32 1. Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya ……………………… 32 2. Visi dan Misi PSKW Mulya Jaya …………………………… 33 3. Struktur Organisasi ………………………………………….. 33 4. Dasar Hukum ………………………………………………... 34 5. Keadaan Klien ……………………………………………….. 35 6. Pembimbing dan Karyawan ………………………….……… 36 7. Sarana dan Prasarana Layanan ……………………………… 37 B. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam …………………………... 38 1. Perencanaan, Materi, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran ……………………………………………………………….. 38 2. Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Proses Bimbingan .. 41 3. Solusi Dalam Perbaikan Bimbingan Agama Islam …………. 42 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ……………………………………………………... 44 B. Saran-Saran …………………………………………………….. 45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...46 LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1.
Lembar Uji Referensi.
2.
Berita wawancara dengan kepala Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
3.
Berita wawancara dengan pembimbing agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
4.
Surat Keterangan Izin Penelitian dari Fakultas.
5.
Surat Keterangan Penelitian dari Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
6.
Jadwal Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
7.
Materi Bimbingan Baca Qur’an di PSKW Mulya Jaya
8.
Kumpulan Soal-Soal Evaluasi Bimbingan Agama Islam di PSKW Mulya Jaya
9.
Photo Kegiatan Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta.
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah prostitusi/ pelacuran atau tuna susila yang hidup, tumbuh dan berkembang di masyarakat merupakan masalah yang sangat kompleks dan rumit serta tidak dapat hilang dari permasalahan hidup manusia, karena kenyataan adanya permintaan dan penawaran. Pelacur (Wanita Tuna Susila) kadang diistilahkan sebagai Wanita Penjaja Seks dan akhir-akhir ini lebih popular dengan istilah Pekerja Seks Komersial (PSK). Meningkatnya fenomena pelacuran sejalan dengan terjadinya krisis ekonomi yang akhirnya menjadi krisis multi dimensi, sehingga meningkatkan pelacuran baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Hal ini mendorong pemerintah untuk lebih serius lagi mengembangkan program penanganan masalah pelacuran serta mencari terobosan baru, karena harus berpacu dengan pesatnya peningkatan jumlah WTS, terutama yang berasal dari kelas bawah. WTS usia muda perkembangannya tidak hanya di kota-kota besar, tetapi telah meluas sampai ke kota kecil, daerah waisata dan daerah industri baru. Kendala utama yang dihadapi dalam penanganan WTS adalah pendidikan mereka yang umumnya rendah, tidak memiliki keterampilan, keinginan mendapat uang dengan cara mudah, maraknya eksploitasi wanita,
1xi
rendahnya kontrol sosial pada sebagian masyarakat, sehingga menambah kompleksnya tantangan yang harus dihadapi oleh petugas di lapangan. Masalah pelacuran atau masalah tuna susila yang hidup dan berkembang di
masyarakat
ini
merupakan
masalah nasional
yang
menghambat lajunya pelaksanaan pembangunan karena: 1. Tindakan Tuna Susila merupakan hal yang bertentangan dengan nilainilai sosial budaya masyarakat, norma-norma, kaidah agama dan kesusilaan serta merendahkan harga diri atau martabat bangsa indonesia. 2. Mempengaruhi sendi-sendi kehidupan dan penghidupan masyarakat, baik dari aspek ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, ketertiban dan keamanan. 3. Masalah tersebut cenderung terus meningkat serta sering kali terjadi penyimpangan di dalam kegiatan dan kehidupan masyarakat. 4. Pengaruh negatif yang diakibatkan masalah ketunasusilaan ini sangat membahayakan kehidupan generasi muda serta sumber daya manusia sebagai harapan bangsa.2 Berdasarkan hal itu, masalah tuna susila merupakan masalah yang kompleks dan multidimensional, sehingga memerlukan penanganan secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan, atas dasar kerjasama berbagai disiplin ilmu dan profesi, seperti pekerjaan sosial, dokter, psikolog, guru agama, serta profesi lainnya. Selain itu kerjasama antar instansi terkait baik pemerintah maupun swasta di tingkat pusat maupun daerah, dengan ditunjang oleh organisasi sosial masyarakat. Departemen Sosial RI cq. Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Sosial, memiliki beberapa panti salah satunya Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) dengan daya tampung 110 orang, dan jangka waktu kegiatan selama 6 bulan. Ketidakseimbangan jumlah WTS yang meningkat dari tahun ke tahun dengan keterbatasan kemampuan pemerintah untuk memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial melalui PSKW, mendorong pemerintah mencari
alternatif
pemecahan
dalam
meningkatkan
pelayanan
dan
rehabilitasi sosial bagi tuna susila, yaitu dengan sistem non panti. Ini dipandang sebagai penangan yang cukup efektif, efisien dan bermanfaat 2
PSKW Mulyajaya, Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya, Http://mulyajaya.depsos.go.id., 16 Maret 2011
2xii
dengan jangka waktu kegiatan 4 bulan, yang kemudian diberikan bimbingan lanjut.3 Bimbingan agama Islam adalah salah satu program Panti Sosial Karya Wanita dalam penanganan klien, dengan mengajarkan materi-materi keagamaan. Ini merupakan program penting yang dapat membangkitkan kembali mental yang sudah lemah, tidak bersemangat bekerja mencari uang yang halal, membantu dalam memompa semangat berkarya, mengembangkan potensi dan mengarahkan pada akhlak mulia. Secara teori maupun praktik, sesungguhnya keberadaan PSKW Mulya Jaya telah mengemban amanah negara dan agama, bimbingan agama merupakan serangkaian upaya dalam mengimplementasikan
visi, misi,
tujuan, fungsi dan strategis dakwah Islam ke tengah-tengah kehidupan masyarakat. Mengingat posisi dan kedudukannya sebagai lembaga yang bertugas untuk mengajak, menyeru, dan membimbing masyarakat agar bisa hidup menurut ajaran Islam (sistem ajaran Tuhan). Program bimbingan ini juga tidak terlepas sebagai tanggung jawab umat Islam dalam menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, menyerukan dan mengajak ke jalan yang benar yaitu jalan Allah SWT. dengan cara baik dan bijaksana. Ini diketahui dari Surat An-Nahl Ayat 56 : Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”4 Dalam Islam saling mengingatkan dan saling menyerukan dalam hal kebaikan merupakan kewajiban setiap muslim. Pelaksaannya dilakukan dengan jalan yang baik, lemah lembut, beradab dan bijaksana. Bimbingan 3 4
PSKW, Panti Sosial Karya Wanita, Http://mulyajaya.depsos.go.id., 16 Maret 2011 Depag RI, Al-Qur’an da Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro Anggota IKAPI,
1995), h. 224
3 xiii
agama Islam di PSKW telah dilakukan dengan cara tersebut, para pembimbing yang profesional menggunakan metode-metode yang berpariasi, inovatif dan kreatif. Banyaknya kendala di PSKW yang disebabkan faktor usia yang berpariasi, buta huruf,
latar belakang yang berbeda-beda dan
datangnya klien menjadi peserta didik adalah dipaksa/ dirazia, maka program bimbingan agama di PSKW tidak terpacu dengan prestasi-prestasi, seperti halnya di sekolah-sekolah atau lembaga-lembaga lainnya. Menumbuhkan kesadaran dalam beragama adalah tujuan pokok dalam bimbingan agama, sadar akan kesalahan dan sadar apa yang terbaik untuk dikerjakan serta tidak mengulangi kesalahan-kesalahan yang sama. Pendidikan luar sekolah ini sudah tidak asing lagi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, karena pendidikan luar sekolah ini merupakan pendidikan yang baik juga bagi masyarakat Indonesia, terutama tentang agama karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang beragama. Pendidikan luar sekolah yang dilakukan masyarakat juga didukung oleh peraturan perundang-undangan yang terdiri dari Undang-Undang Dasar 1945dan GBHN, maka tidak ada perbedaan antara kesempatan yang diberikan, guna membina pendidikan agama luar sekolah, karena pendidikan agama juga mengacu pada tercapainya tujuan pendidikan nasional. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional dapat ditempuh melalui dua sistem yaitu : a. Sistem pendidikan formal dan b. Sistem pendidikan nonformal (luar sekolah) Pendidikan luar sekolah merupakan sub sistem dari pendidikan nasional, maka tidak akan terlepas dari landasan atau dasar yang ada pada pendidikan Nasional, yaitu: a. Landasan ideologi. Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem pendidikan nasional landasannya adalah Pancasila, terutama sila yang pertama: KetuhananYang Maha Esa. Sila tersebut mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus percaya kepada Tuhan atau harus beragama. Untuk mengaplikasikannya diperlukan pendidikan agama melalui pendidikan luar sekolah, karena peningkatan ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa hanya dapat dibina melalui pendidikan agama yang intensif dan efektif. b. Landasan konstitusional. 4xiv
Pendidikan agama luar sekolah berlandaskan pada UUD 1945 pada pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: 1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa 2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya. Juga dalam UU No. 20 tahun 2003 sistem pendidikan nasional bagian kesembilan tentang Pendidikan Agama pasal 30 ayat 1 yang berbunyi: Pendidikan keagamaan diselenggarakan oleh pemerintah dan atau kelompok masyarakat dari pemeluk agama, sesuai dengan perundang undangan. UUD dan UU tentang pendidikan Nasional tersebut mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia harus beragama, dan negara melindungi segenap bangsa yang beragama, tidak membenarkan faham atheisme dan pendidikan agama diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat.5 Dari uraian di atas dan mengingat pentingnya bimbingan/ pendidikan Islam maka penulis merasa tertarik dan terpanggil untuk menyusun skripsi dengan judul : “Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Pada Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Departemen Sosial Pasar Rebo Jakarta”.
5
Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203332-landasan-ataudasar-pelaksanaan-pendidikan/#ixzz1ZA24D4SQ., selasa, 27 September 2011
5xv
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini agar tercapainya suatu maksud dan tujuan, maka permasalahan dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Bagaimana keadaan Wanita Tuna Susila di PSKW Mulya Jaya. b. Pelaksanaan bimbingan agama Islam terhadap Wanita Tuna Susila. c. Pengaruh bimbingan agama Islam terhadap Wanita Tuna Susila d. Kendala-kendala yang dihadapi para pembimbing agama Islam. e. Metode
bimbingan/ pengajaran agama Islam yang sulit untuk
diterapkan terhhadap Wanita Tuna Susila. f. Pengaruh usia para klien yang usianya berbeda-beda menjadi kendala dalam pelaksanaan dan belum tercapainya solusi 2. Pembatasan Masaalah Mengingat
luasnya
cakupan
masalah
dan
pembahasan
yang
berhubungan dengan pelaksanaan bimbingan agama Islam pada wanita tuna susila, maka perlu diadakan pembatasan masalah. Penelitian ini hanya di batasi pada: a. Bimbingan agama Islam yang dimaksud adalah pembinaan yang ada di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarata. b. Bimbingan agama Islam yang dimaksud adalah pengajaran dan pembelajaran agama Islam yang ada di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarata. c. Wanita Tuna Susila yang dimaksud yaitu para klien, sedangkan sebutan klien di PSKW Mulya Jaya adalah “Siswa”. di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta angkatan 2010/ 2011. 3. Perumusan Masalah Adapun masalah pokok yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah mengenai: a. Bagaimana pelaksanaan bimbingan agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita?
xvi 6
b. Apa saja yang menjadi kendala bimbingan agama Islam pada Wanita Tuna Susila di Panti Sosial Karya Wanita? c. Bagaimana
solusi yang diupayakan dalam mengatasi kendala
tersebut?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan bimbingan agama Islam di panti Sosial Karya Wanita dan sarana pendukungnya. 2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang ditemui dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam. 3. Bagaimana cara menanggulangi permasalahan-permasalah yang ada dalam bimbingan agama Islam.
D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: a. Bagi pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bimbingan agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita dan lembaga-lembaga lainnya. b. Bagi pihak panti, hasil penelitian ini berguna untuk mengetahui pola bimbingan agama Islam yang selama ini berlangsung untuk membenahi akhlak klien memahami tuntunan agama yang benar dan diridhai Allah swt. c. Bagi Pembimbing, hasil penelitian diharapakan untuk menambah khazanah bimbingan akhlak klien melalui pengajaran dan pembelajaran agama Islam. d. Bagi pembaca, agar mengetahui bahwa pelakasanaan pendidikan agama Islam tidak hanya di lembaga-lembaga formal saja, akan tetapi di lembaga non formal juga memperoleh pendidikan Islam seperti di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya.
xvii 7
e. Bagi penulis, mengetahui dan memahami pendidikan agama Islam di lembaga non formal juga ikut serta membangun pendidikan nasional.
xviii 8
BAB II LANDASAN TEORI 1.
Konsep Bimbingan Agama Islam 7. Pengertian Bimbingan Agama Islam Bila ditelaah berbagai referensi akan ditemui banyak pengertian mengenai bimbingan, baik pengertian harfiah (etimologi) maupun pengertian istilahnya (terminology). Untuk memahami bimbingan itu sendiri , terlebih dahulu kita pahami pengertian bimbingan secara bahasa dan istilah. Secara etimologi (harfiah), kata bimbingan merupakan terjemahan bahasa Inggris “guidance” yang berarti; menunjukan, memberikan jalan, menuntun, bimbingan, bantuan, arahan, pedoman, dan petunjuk. Kata dasar atau kata kerja dari “guidance” adalah “to guide”, yang artinya “menunjukkan, menuntun, mempedomani, menjadi penunjuk jalan, dan mengemudikan".6 Istilah “bimbingan” merupakan terjemahan dari “guidance”. Memiliki beberapa arti: (a) menunjukkan jalan (showing the way), (b) memimpin (leading),
(c) memberikan petunjuk (giving instruction), (d) mengatur
(regulating), (e) mengarahkan (governing), dan (f) memberi nasihat (giving advice) (winkel, 1991).7
6
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SHAHID, 2008), h. 6 7 Tohirin, Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, (Jakarta: Kharisma Putra Utama Offset, 2007), h. 15-16
9xix 8
Dalam buku lain beberapa ahli juga mengungkapkan sebagai berikut: a. Schertzer dan Stone (1981) memberikan batasan bimbingan sebagai suatu proses bantuan yang ditunjukkan kepada individu agar mengenali dirinya sendiri dan dunianya. b. Arthur Jones (1977) memberikan batasan, bimbingan adalah suatu bantuan yang diberikan oleh seorang kepada orang lain dalam membuat pilihanpilihan dan penyesuaian-penyesuaian serta dalam membuat pemecahan masalah. Tujuan bimbingan adalah membantu menumbuhkan kebebasan serta kemammpuannya agar menjadi individu yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. c. Bimo walgito (1975) memberikan batasan mengenai bimbingan adalah batuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.8 Perbuatan yang lemah lembut tentu akan berdampak positif, sebaliknya perbuatan yang kasar dan keras tentu akan dijauhi orang-orang sekelilingnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Imran ayat, 159: Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu[246]. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya”(Al-Imran, 159).9 8
Elfi Mu’awanah dan fifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. 2., h. 53-54 9 Khadim al Kharamain asy Syarifin, Al-Qur’an dan Terjemah. (Mujamma’ Al Malik Fadha Thiba Al Mush-haf Asy-Syarif Madinah Munawwarah), Cet, Ke-1, h. 103
xx 10
Ayat diatas cukup jelas menerangkan bahwa sebuah bimbingan tidak harus dilaksanakan dengan paksaan atau kekerasan, mmelainkan dengan lemah lembut, agar bimbingan yang diberikan dapat mudah dilaksanakan dan tidak merasa dipaksakan, maka dari itu sebuah bimbingan yang berdasarkan paksaan dan kekerasan akan mengakibatkan bimbingan yang tidak oftimal. Menurut Stoop tentang bimbingan yang dikutif oleh Dewa Ketut Sukardi, bahwa “bimbingan dapat diartikan sebagai suatu proses yang terus menerus dalam membantu perkembangan individu dalam mencapai kemampuan secara maksimal, dalam mengarahkan dan mafaat yang sebesarbesarnya bagi dirinya maupun masyarakatnya.”10 Dalam definisi tersebut secara implisit mengandung suatu interpretasi bahwa bimbingan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan, pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal. 8. Dasar Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Dan Prinsip Bimbingan a.
Dasar Pelaksanaan Agama Islam 1) Al-Qur’an Islam merupakan agama Universal yang diwahyukan Allah kepada Nabi
Muhammad saw. untuk disampaikan kepada manusia sebagai jalan keselamatan dan mengatur seluruh aspek kehidupannya menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, sebagai mana fiman Allah swt. Artinya:“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”11(QS. Al-Ambiya / 21:107)
Rasul adalah panutan umat Islamkarena pada diriNya terdapat uswah yang baik, sesuai dengan sumpah Allah dalam al-Qur’an: 10
Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998), Cet. Ke-1 h. 8 11 Depag RI, Al-Qur’an da Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro Anggota IKAPI, 1995), h. 257
11 xxi
Artinya:“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al-Ahzab / 33:21) Untuk mencapai kebahagian dan keselamatan diperlukan adannya suatu usaha merupakan kewajiban bagi manusia dan untuk melaksanakannya berpedoman pada tata aturan yang telah ditentukan Allah, karena dalam melakukan suatu perubahan kearah yang lebih baik manusia itu sendiri yang melakukannya. Sebagaimana firman Allah: Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar.Rad / 13:11).12 Selain itu menurut Prof. H. Mohammad Daud Ali, S.H, Al-Qur’an sebagai sumber agama dan ajaran Islammemuat soal-soal pokok berkenaan dengan: (a) Aqidah, (b) Syariah, (c) Akhlak, (d) Kisah-kisah manusia di masa lampau, (e) Berita-berita tentang masa akan datang, (f) Benih dan prinsipprinsip ilmu pengetahuan dan (g) Sunnatullah atau hokum Allah yang berlaku di alam semesta.13 2) As-Sunnah (Hadits) Al-Hadits adalah sumber kedua agama Islam. Apa yang telah disebut dalam Al-Qur’an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rasulullah dengan sunnah beliau. Karena itu, As Sunnah Rasulullah SAW yang telah terdapatdalam Al-Hadits merupakan
penafsiran serta penjelasan otentik
tentang Al-Qura’an.14 3) Perundang-Undangan Yang Berlaku di Indonesia
12
R. H. A Soenarjo, ketua, dkk, Al-Qur,an Terjemahnya, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur,an, 1971), h. 38 13 Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2005), h. 103 14 Muhammad Daud Ali., h. 110
xxii 12
UUD 1945 pasal 29, Ayat 1 berbunyi: “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”, Ayat 2 berbunyi: “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu”. GBHN, Dalam GBHN Tahun 1993 Bidang Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa No. 22 disebutkan: “Kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa makin dikembangkan sehingga terbina kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kualitas kerukunan antara umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam usaha memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa serta meningkatkan amal untuk bersama-sama membangun masyarakat”.15 Menurut Nur Uhbiyati dengan memperhatikan GBHN Tahun 1993 dapat disimpulkan bahwa kehidupan kedammaian termasuk (didalamnya agama Islam), supaya semakin dikembangkan dalam kehidupan masyarakat. Sedangkan untuk mengembangkan keagamaan itu sangat diperlukan pelaksanakan pendidikan termasuk pembinaan dan bimbingan Islam. b. Prinsip-Prinsip Bimbingan Bimbingan adalah suatu usaha sekaligus proses untuk mencapai perubahan dan perbaikan dalam mencapai kebahagian hidup yang dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan. Prinsip merupakan panduan hasil kajian teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan. Dalam pelayanan pembinaan/ bimbingan prinsip-prinsip yang digunakannya bersumber dari kajian filosofis. Van Hoose (1969) mengemukakan bahwa: a) Bimbingan didasarkan pada keyakinan bahwa dalam diri tiap anak terkandung kebaikan-kebaikan; setiap pribadi mempunyai potensi dan pendidikan hendaklah mampu membantu anak memanfaatkan potensinya itu. 15
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005), h. 23
xxiii 13
b) Bimbingan didasarkan pad aide bahwa setiap anak adalah unik; seorang anak berbeda dari yang lain. c) Bimbingan merupakan bantuan kepada anak-anak dan pemuda dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka menjadi pribadipribadi yang sehat. d) Bimbingan
merupakan
usaha
membantu
mereka
yang
memerlukannya untuk mencapai apa yang menjadi idaman masyarakat dan kehidupan umumnya. e) Bimbingan adalah pelayanan, unik yang dilaksanakan oleh tenaga ahli dengan latihan-latihan khusus, dan untuk melaksanakan pelayanan bimbingan diperlukan minat pribadi khusus pula.16 9. Tujuan Akhir Bimbingan Agama Islam Bimbingan agama di Depsos adalah pengajaran dan pembelajaran agama, sama halnya dengan pendidikan agama yang sifatnya tranformasi ilmu kepada anak didik/ klien. Jadi tujuan bimbingan agama Islam juga tujuan pendidikan agama Islam. Secara etimologi, tujuan adalah arah, maksud atau haluan.
17
Dalam
bahasa arab, tujuan diistilahkkan dengan “Ghayat, Ahdaf, atau Maqasid”. Sementara dalam Bahasa Inggris diistilahkan dengan “Goal, Purpose, Objectivies atau aim”. Secara terminology, tujuan berarti “Sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau kegiatan selesai”18 Tujuan pendidikan Islam adalah merealisasikan idealitas Islami. Idealitas nilai perilaku manusia yang didasari atau dijiwai oleh iman dan taqwa kepada Allah sebagai sumber mutlak yang harus ditaati. Djamaly
menjelaskan
pendidikan
Islam
adalah
proses
yang
mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik dan mengangkat derajat
16
Prayitno, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Penerbit Rineka Cipta 2008), h. 2018 17 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa bIndonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi Ke-4., h. 1077 18 Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Penndidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 29
xxiv 14
kemanusiaannya, sesuai dengan kemampuan dasar (fitrah) dan kemampuan ajarannya.19 Pendapat di atas antara lain dilandaskan firman Allah dalam surat ArRum 30, dan An-Nahl 78, sebagai berikut: “Itulah fitrah Allah, yang di atas fitrah itu manusia diciptakan Allah…” “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati” Dalam buku lain diungkapkan: a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan (konseling) mengenai tata cara pengamalan Islam, memahami dan melaksanakan ajaran Islamdengan benar, sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan Sunnah RasulNya b. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah yang tibul sebagai efek dari interaksi personal dan kelompok (keluarga) dengan pendekatan Islam c. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah psikologis keluarga dan komunitas muslim d. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/ kejiwaan individu dan kkeluarga yang timbul karena penyakit fisik yang dideritanya, e. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/ spiritual yang dialami penandang masalah-masalah sosial (pathologis) dan cacat fisik pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial. f. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mental/ spiritual yang dialami para tahanan (narapidana)
19
M Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bina Aksara 1987), h. 16-17
xxv 15
g. Dan memberikan bimbingan atau konseling bagi karyawan, tenaga kerja dan prajuritn guna meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja dengan pendekatan Islam.20 Tujuan akhir adalah tujuan yang hendak dicapai oleh pembimbing terhadap klien melalui proses bimbingan. Tujuan akhir disebut juga dengan tujuan tertinggi. Karena ia memilki nilai tertinggi dalam gradasi nilai-nilai. Adapun tujuan akhir bimbingan agama Islam yaitu terwujudnya kepribadian
Muslim.
Sedangkan
kepribadian
muslim
disini
adalah
kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya merealisasikan atau mencerminkan ajaran Islam. 10.
Materi Bimbingan Agama Islam Materi bimbingan agama Islam mencakup keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesame manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri dan hubungan manusia dengan makhluk lainnya. Berikut uraiannya yang lebih lengkap: a. Hubungan manusia dengan Allah SWT. Hubungan manusia dengan Allah Swt merupakan hubungan yang vertikal antara manusia dengan dengan khalik, menempati prioritas utama dalam bimbingan agama Islam, isi ajarannya meliputi iman, Islamdan ihsan. b. Hubungan manusia dengan sesama manusia. Merupakan yang bersifat horizontal, yaitu antara manusia dengan manusia dalam kehidupan, ruang lingkup pengajaarannya berkisar pada pengaturan hak dan kewajiban antara manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. c. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Ini merupakan suatu hal yang amat penting, yaitu dengan memilki rasa tanggung jawab, menjaga dan memelihara yang terdapat dalam diri manusia agar nantinya dapat menjaga diri dari hal-hal yang sifatnya 20
H. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, h. 98-99
xxvi 16
dapat menjerumuskan kedalam suatu kehancuran, maka hanya dengan diri sendirilah yang dapat melakukan ini semua. d. Hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya. Hubungan manusia dengan alam sekitar, sekurang-kuranya memilikin tiga arti bagi kehidupan para klien, yaitu: 1) Mendorong para klien mengenal dan memahami alam, sehingga ia menyadari kedudukannya sebagai manusia yang memilki dan kemampuan untuk mengambil sebanyak-banyaknya dari alam sekitar. 2) Dari pengenalan itu akan tumbuh rasa cinta dengan alam yang melahirkan
kekaguman
baik
karena
keindahan,
maupun
keanekaragaman kehidupan yang terdapat di dalamnya. 3) Pengenalan, pemahaman dan cinta alam. Ini mendorong para klien untuk semagat bekerja, memanfaatkan alam sekitar serta tidak putus asa dalam mencari nafkah untuk keluarga. Adapun ruang lingkup bahan bimbingan agama Islam di panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya secara umum meliputi 5 unsur pokok, yaitu: a. Keimanan b. Ibadah c. Al-Qur’an/ Iqra’ d. akhlak e. Muamalah.21 Keimanan bersifat i’jtihad, mengajarkan keesaan kepada Allah Swt, sebagai yang mencipta, mengatur dan meniadakan alam ini. Ibadah yaitu mengerjakan semua rukun Islam, membicarakan hal-hal yang Wajib dan Sunnah, yang membuat ibadah itu sah/ batal, rukun, syarat dan lain-lain. AlQur’an/ Iqra adalah yang mengajarkan tentang cara membaca, memahami menyalin, mengartikan dan menghayati isi kandungan al-Qur’an. Muamalah 21
PSKW Mulya Jaya, Modul Bimbingan Spiritual Islam Untuk Kelayan, (Jakarta:
2010), h. 5
17 xxvii
adalah yang mengajarkan tentang tata cara dalam menjalani kehidupan dalam masyarakat, seperti hokum jual beli, sewa-menyewa serta hak dan kewajiban dalam sehari-hari. 11.
Metode Bimbingan Agama Islam Secara etimologi metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari
penggalan kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hados” berarti “jalan”. Bila digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam pengertian yang luas, metode bisa pula diartikan sebagai “segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan “.22 Berbagai metode dan teknik yang biasa digunakan dalam pelayanan bimbingan ialah sebagai berikut: a. Wawancara, adalah salah satu cara atau teknik yang digunakan untuk mengungkapkan dan mengetahui mengenai fakta-fakta mental/ kejiwaan (psikis) yang ada pada diri terbimbing atau klien. b. Observasi, adalah mengamati secara langsung sikap dan perilaku yang tampak pada saat-saat tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental/ kejiwaannya. c. Tes (kuisioner), merupakan serangkaian pertanyaan-pertanyaan berikut disiapkan beberapa alternatif jawaban (pilihan) sesuai dengan lingkup masalah yang ingin diungkapkan. d. Bimbingan kelompok (Group Guidance), ialah teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama (kelompok), seperti kegiatan diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya.23 Dalam melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial menggunakan metoda pekerjaan sosial antara lain: a. Bimbingan sosial perorangan (Social Case Work), adalah metoda yang digunakan pekerja sosial dalam menangani masalah klien secara individu. b. Bimbingan sosial kelompok (Social Group Worik), adalah metoda yang digunakan pekerja sosial dalam menangani masalah klien melalui kelompok.
22 23
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan., h. 120 M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan., h. 126
xxviii 18
c. Bimbingan sosial organisasi dan kemasyarakatan (Sosial organization an Development), adalah metoda yang digunakan pekerja sosial untuk membantu klien agar organisasi yang ada di masyarakat menerima, mengembangkan dan mengontrol perilaku klien dan memberikan kesempatan kepada klien untuk meningkatkan peranannya dalam hidup bermasyarakat.24 Adapun Metode bimbingan yang dimaksud adalah pembelajaaran dan pengajaran agama Islam di Panti Sosial Karya Wanita adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7)
Ceramah/ klasikal Tanya-jawab Diskusi kelompok Tadabur alam Konseling/ refleksi diri Praktek/ latihan Game/ kuis.25 Memahami metode bimbingan akan sejalan dengan metode mengajar,
seorang pembimbing/ guru dapat menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, metode pemberian tugas dan restisai, dan lain-lain. Dalam pemilihan tersebut banyak yang harus dipertimbangkan, antara lain: 1) Keadaan murid/ klien yang mencakup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya. 2) Tujuan yang hendak dicapai, jika tujuannya pembinaan daerah kognitif maka metode drill kurang digunakan. 3) Situasi yang mencakup hal umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan. Bila jumlah murid begitu besar, maka metode diskusi agak sulit digunakan apalagi bila ruangan yang tersedia kecil. Metode ceramah harus mempertimbangkan antara lain jangkaun suara guru. 4) Alat-alat yang tersedia akan mempengaruhi pemilihan metode yang akan digunakan.
24
Derektur Jenderal, Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial (Jakarta: DEPSOS 2007), h.
25
PSKW Mulya Jaya., h. 5
15
xxix 19
5) Kemampuan mengajar tentu menentukan, mencakup kemampuan fisik, keahlian. Metode ceramah memerlukan kekuatan guru secara fisik. Guru yang kurang kuat berceramah dalam waktu yang lama, sebaiknya menggunakan metode yang lain. 6) Sifat bahan pengajaran. Ini hampir sama dengan jenis tujuan yang dicapai seperti pada poin 2 di atas. (Lihat Surachmand, 1980:97).26 12.
Prinsip-Prinsip Evaluasi Evaluasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengetahui hasil
pengajaran pada khususnya, hasil pendidikan pada umumnya. Selain itu evaluasi juga berguna bagi perbaikan lesson plan (evaluasi sebagai feed back). Secara etimologis evaluasi berasal dari bahasa inggris “evaluation” yang berarti penilaian terhadap sesuatu.27 Ada tiga istilah yang kadang-kadang diartikan sama dalam peristilahan penilaian, yaitu istilah tes, measurement, dan evaluation. Di dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah ujian. Test atau testing, artinya yang umum ialah menggunakan tes. Berarti mengetes tingkat kecerdasan seseorang, kesehatannya, serta kemampuankemampuannya tertentu. Measurement diartikan sebagai penilaian yang sifatnya lebih luas dari testing. Dalam kegiatan pengukuran ini biasanya digunakan instrument yang luas daripada instrument, juga lebih luas dari tes. Evaluation dikonsepkan sebagai penilaian yang lebih luas daripada tes dan measurement. Evaluation menggunakan instrument yang lebih banyak daripada instrument yang digunakan di dalam measurement dan tes.28
26
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), Cet, Ke-9, h. 33-34 27 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), h. 220 28 Dr. Ahmad Tafsir, h. 40
20 xxx
2.
Wanita Tuna Susila 1. Pengertian Wanita Tuna Susila Wanita tuna susila akhir-akhir ini mempunyai banyak istilah diantaranya: pelacur, PSK, kupu-kupu malam dan penjaja malam. Dalam kamus bahasa melayu pelacur adalah berasal dari kata lacur yaitu 1. tidak jadi, gagal, malang, sial, celaka 2. Buruk laku, sundal perempuan melacur melibatkan diri dalam perhubungan kelamin secara haram dengan tujuan mencari nafkah, menjual kehormatan diri sebagai tuna susila atau pelacur.29 Istilah pelacur sering diperhalus dengan pekerja seks komersial, wanita tuna susila, istilah lain yang juga mengacu kepada layanan seks komersial. Dalam pengertian yang lebih luas, seseorang yang menjual jasanya untuk hal yang dianggap tak berharga juga disebut melacurkan dirinya sendiri, di Indonesia pelacur sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel. Ini menunjukkan bahwa prilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh masyarakat, mereka kerap digunduli bila tertangkap aparat penegak ketertiban, Mereka juga digusur karena dianggap melecehkan kesucian agama dan mereka juga diseret ke pengadilan karena melanggar hukum. Pekerjaan melacur atau nyundal sudah dikenal di masyarakat sejak berabad lampau ini terbukti dengan banyaknya catatan tercecer seputar mereka dari masa kemasa. Di kalangan masyarakat Indonesia, pelacuran dipandang negatif, dan mereka yang menyewakan atau menjual tubuhnya sering dianggap sebagai sampah masyarakat. Ada pula pihak yang menganggap pelacuran sebagai sesuatu yang buruk, malah jahat, namun dibutuhkan (evil necessity). Pandangan ini didasarkan pada anggapan bahwa kehadiran pelacuran bisa menyalurkan nafsu seksual pihak yang membutuhkannya (biasanya kaum laki-laki) tanpa
29
Data Paduka Haji Mamud bi Haji Bakry, Kamus Bahasa Melayu Nusantara (Brunei Darussalam: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003) h. 1490
xxxi 21
penyaluran itu, dikhawatirkan para pelanggannya justru akan menyerang dan memperkosa kaum perempuan baik-baik. Salah seorang yang mengemukakan pandangan seperti itu adalah Augustinus dari Hippo (354-430), seorang bapak gereja. Ia mengatakan bahwa pelacuran itu ibarat "selokan yang menyalurkan air yang busuk dari kota demi menjaga kesehatan warga kotanya."30 Semua agama tidak membolehkan atau melarang perbuatan tuna susila, karena tuna susila dari pandangan normatif agama dinilai lebih banyak mendatangkan
kerugiannya
(mudharat)
dari
pada
manfaat
yang
didapatkannya. Tuna susila adalah perbuatan perzinaan serta merupakan yang keji, tidak sopan dan cara yang buruk, merusak keturunan, menyebabkan penyakit menular seksual dan keretakan rumah tangga. Dengan demikian tuna susila dapat dipandang melanggar norma perkawinan yang menempatkan hubungan seks sebagai perubatan yang sacral dan boleh dilakukan jika telah diikat dengan tali perkawinan yang sah. Perbuatan tuna susila melanggar norma negara atau peraturan perundang-undangan seperti yang tercantum dalam KUHP pasal 296 yang menyatakan: “Barangsiapa yang pekerjaannya, dengan sengaja mengadakan atau memudahkan perbuatan cabul dengan orang lain, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyakbanyaknya lima belas juta rupiah”.31 Tetapi sanyangnya pasal ini hanya dapat menjerat para mucikari/ germo. 2. Faktor Penyebab Terjadinya Wanita Tuna Susila WTS pada umumnya terdesak masalah ekonomi, sulitnya mencari kerja dan banyaknya persaingan dalam dunia kerja sehingga mencari jalan pintas. Akan tetapi ironinya ada sebagian WTS memang sudah tumbuh kembang melalui kebudayan/ kebiasaan setempat, perceraian merupakan suatu
30
Yahya, Pembinaan Keagamaan Terhadap Wanita Tuna Susila : Studi Deskriptif Di Panti Sosial Wanita "Silih Asih" Palimanan Cirebon, http://meiliemma.multiply.com/journal/item/77/Pelacur, Pada Tanggal 15 Juli 2011 31 Derektur Jenderal, Standar Pelayanan Menimal Penanganan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, (Jakarta: 2007), h. 8
22 xxxii
kebiasaan dan bahkan menjadi kebanggaan. Secara umum ada dua faktor penyebab, yakni faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor Internal 1) Pengendalian diri dan ketidakstabilan jiwa yang rendah akibat ketidaktahuan atau ketidakpahaman tentang dampak yang akan ditimbulkannya. Hal ini antara lain disebabkan oleh rendahnya pendidikan dan rendahnya pemahaman nilai-nilai spiritual. 2) Pola hidup yang materialistic dan keinginan yang tinggi, namun tidak diimbangi oleh kempuan dan potensi yang memadai. 3) Sikap hidup mencari jalan pintas, menerabas dalam mewujudkan berbagai keinginan duniawi (hedonism). 4) Adanya dorongan seksual yang abnormal dimana merasa tidak puas mengadakan hubungan seks dengan satu arang. 5) Kompensasi atau pelarian akibat pengalaman masa lalunya yang tidak menyenangkanatau kecewa seperti: korban pemerkosaan, rumah tangga yang berantakan (broken home), patah hati, ketidaksiapan memasuki masa perkawinan (perkawinan usia dini) dan sebagainya. b. Faktor Eksternal 1) Rendah atau lemahnya control sosial baik yang diakibatkan oleh kurang memadainya perundang-undangan dan tatanan norma yang ada di masyarakat dalam mengontrol, atau mengendalikan terhadap perilaku seksual yang menyimpang. 2) Kehidupan modern yang cenderung mengeksploitasi wanita untuk tujuan komersial seksual. 3) Hempitan atau tekanan kemiskinan dan terbatasnya lapangan pekerjaan yang dapat menampung tenaga kerja dengan potensi dan kemampuan yang minimal sehingga dapat mendorong seseorang menjadi tuna susila. 4) Pengaruh pola hidup materialistic dan hedonistic (keduniawian) yang sudah masuk dalam kehidupan sosial budaya masyarakat modern serta cenderung menjadi budaya kontemporer. 5) Efek samping globalisasi dan derasnya arus informasi yang diserap secara kurang selektif menyebabkan terjadinya kemerosotan moral (dekadensi moral), merosotnya norma-norma susila dan keagamaan serta terjadinya kemerosotan nilai-nilai perkawinan dalam masyarakat. 6) Disorganisasi dan disintegrasi dari kehidupan keluarga yang dapat menimbulkan sikap pemberontak, mencari konpensasi dengan terjun menjadi tuna susila. 7) Pengaruh blingkungan yang negative, diantaranya tinggal di daerah kumuh yang cenderung longgar dalam menerapkan norma, tinggal di
xxxiii 23
dekat atau sekitar daerah rawan tuna susila, lingkungan yang tidak peduli (acuh tak acuh).32 Seiring dengan kemajuan zaman dan teknologi perkembangan jumlah WTS yang luar biasa meningkat tidak hanya diperkotaan besar saja, kini mulai merambah ke perkotaan kecil bahkan mulai masuk ke pedesaan, sehingga menjadi kendala. Banyaknya jumlah WTS tidak sebanding dengan jumlah panti-panti yang ada di indonesia. 3. Pelayanan dan Rehabilitasi Adalah upaya untuk memulihkan kembali kepercayaan diri, harga diri, kesadaran dan tanggung jawab sosial baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungannya. Adapun tujuan pelayanan dan rehabilitasi yaitu, Mewujudkan kesamaan persepsi tentang standar pelayanan minimal pelayanan dan rehabilitasi sosial tuna susila, Memulihkan rasa percaya diri klien
untuk
menumbuhkembangkan
kemampuan
dalam
pemecahan
masalahnya serta meningkatkan peran sosialnya, dan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia. Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial dengan kegiatan meliputi : a. Pendekatan Awal Langkah pertama untuk suatu kegiatan dalam rangka memperoleh gambaran informasi melalui penyuluhan dan motivasi kepada masyarakat ntuk mengikuti kegiatan Pelayanan dan rehabilitasi sosial. b. Pengungkapan masalah (Assesment) Kegiatan yang dilaksanakan untuk menggali masalah potensi dan sumber menelaah dan pengungkapan masalah serta menyusun rencana pelayanan. c. Bimbingan Sosial, Fisik, Mental, Ketrampilan Pelaksanaan bimbingan merupakan serangkaian kegiatan yang terintegrasi artinya dilaksanakan bersama-sama dan saling terkait. d. Resosialisasi
32
Derektur Jenderal., h. 9-10
xxxiv 24
Upaya yang bertujuan untuk mempersiapkan keluarga/lingkungan agar dapat menerima Bekas klien dalam lingkungan sosialnya dengan baik tanpa diskriminasi. e. Penyaluran Selesainya serangkaian kegiatan Pelayanan dan mengembalikan Bekas klien kehidupan dan penghidupannya di keluarga masyarakat secara normatif f. Bimbingan Lanjut Bimbingan untuk memantapkan, meningkatkan dan mengembangkan kemandirian Bekas klien agar dapat hidup layak di masyarakat g. Evaluasi Dilaksanakan untuk memastikan sejauh mana kegiatan dilaksanakan dengan baik dan dapat dilakukan pengakhiran pelayanan. h. Terminasi Pengakhiran/ pemutusan pelayanan untuk memastikan hasil evaluasi terhadap Bekas klien telah dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar sebagai warga Masyarakat.33
3.
Bimbingan Agama Islam padaWanita Tuna Susila Wanita Tuna Susila yang telah berada di Panti Sosial Karya Wanita mendapatkan bimbingan/ binaan mental dan spiritual. Bimbingan dilakukan dengan landasan, prinsip-prinsip Islam dan UUD 45 di negara Indonesia. Bimbingan/ pembinaan dilakukan dengan seksama dan terus-menerus, mereka mendapatkan layanan bimbingan selama 6 bulan penuh. Bimbingan tidak hanya tertuju pada nilai-nilai religi akan tetapi keterampilanketerampilan juga diajarkan pada mereka. Bimbingan Islam merupakan perioritas dalam program panti, sebab modal awal untuk menentukan apakah klien yang telah dibimbing akan berubah dan tidak mengulangi kesalahan yang mereka perbuat. Secara garis besar bimbingan agama Islam pada wanita 33
SPM Dit. PRSTS, http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid, Pada Tanggal 15 juli 2011
25 xxxv
tuna susila di PSKW Mulya Jaya meliputi proses dan program bimbingan, berikut lebih jelasnya:
1. Proses Bimbingan Agama Islam Proses bimbingan di panti sosial Karya Wanita Silih Asih dimulai dengan tahap identifikasi atau diagnostik. Proses yang dilakukan meliputi: penerimaan, masa penyesuaian, pengungkapan dan analisa masalah, orientasi umum, dan penyembuhan fisik. Selanjutnya tahap rehabilitasi meliputi rehabilitasi mental, fisik, sosial, dan berbagai katerampilan. Materi bimbingan keagamaan meliputi baca tulis al-Qur’an, keimanan, hafalan bacaan shalat, hafalan doa dan ayat pendek, fiqih, akhlak, shalat berjamaah lima waktu, dzikir dan puasa. Pendekatan yang digunakan meliputi pendekatan emosional/rasa, pendekatan sufistik, pendekatan rasional, dan pendekatan menyeluruh atau holistik. Sedangkan metode yang digunakan meliputi metode ceramah, tanya jawab, metode iqra, dzikir, riyadhah dan metode himbauan untuk berbuat baik dan menakut-nakuti dari kejahatan, serta metode shalat.34 2. Program Bimbingan Agama Islam Sementara itu program bimbingan keagamaan yang dilakukan di panti sosial Karya Wanita bagi wanita tuna susila telah memberikan pengaruh yang sangat dalam, yaitu : a) dapat memulihkan kembali kesadaran diri dan kepercayaan diri dalam menghadapi hidup dan kehidupan, b) tumbuh kembali motivasinya untuk hidup secara benar dan menyadari bahwa apa yang telah dilakukannya dalam kegiatan ketuna susilaan membawa dampak buruk bagi dirinya, keturunan dan keluarganya, c) menemukan kedamaian, ketenangan dan semangat hidup, d) merasa memiliki pengetahuan agama yang mendalam, e) kian tumbuh keinginan untuk menjalani hidup dengan benar dan sesuai dengan keyakinan keberagamaan.35 34
Yahya, Pembinaan Keagamaan Terhadap Wanita Tuna Susila, http://meiliemma.multiply.com/journal/item/77/Pelacur, Pada Tanggal 15 Juli 2011 35 Yahya, Pembinaan Keagamaan Terhadap Wanita Tuna Susila, http://meiliemma.multiply.com/journal/item/77/Pelacur, Pada Tanggal 15 Juli 2011
xxxvi 26
C. Kerangka Berfikir Fungsi lain dari Bimbingan agama Islam adalah pembentukan kebiasaan dalam melaksanakan amal ibadah serta akhlak yang mulia dan menumbuhkan semangat untuk menguasai alam sekitar dan mengolahnya sebagai anugerah yang Allah SWT berikan pada manusia.36 Serta jalan untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri seseorang akan pentingnya ajaran agama Islam dalam kehidupan, karena hanya dengan ajaran agama Islam seseorang dapat menjalankan kehidupannya dengan sempurna sebagai seorang makhluk dimuka bumi. Salah satu tujuan dilaksanakannya bimbingan agama Islam adalah supaya seseorang dapat terbentuk menjadi manusia yang sempurna kepribadiannya, berakhlak mulia, bertaqwa pada sang khalik serta mampu menjalankan hidupnya dengan mandiri tampa bergantung dengan orang lain. Dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam seseorang dituntut untuk menyampaikan nilai-nilai atapun norma-norma agama Islamserta mampu merepleksikannya dalam kehidupan sehari-hari melalui sikap sosial keagamaan dengan baik dalam institusi sekolah, keluarga dan masyarakat. Dalam hal diatas. Nilai-nilai agama Islam serta pengetahuan dasar tentang akhlak sosial keagamaan klien akan menjadi penentu dalam besarnya kualitas sosial klien, semakin baik bimbingan agama yang diberikan maka akan semakin baik pula akhlak sosial keagamaan yang akan dihasilkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bimbingan agama Islamitu mempengaruhi akhlak sosial keagamaan klien. Jika pembimbing selalu menyalurkan atau memberikan bimbingan yang khusus berkaitan dengan masalah sosial maka akan meningkatkan kualitas bersosialisasi klien sehingga apa-apa yang dilakukan klien akan menjadi sempurna. 36
Baihaqi, AK, Agama, Perilaku, dan Pembangunan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1983/1984), h. 62
xxxvii 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian dilakukan di Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya yang terletak di Jalan Tat Twam Asi Komp. Depsos Pasar Rebo Jakarta Timur. 2. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2010 sampai dengan Bulan Juni 2011. B. Metode Penelitian Definisi metode penelitian sebagaimana dijelaskan oleh Mc. Millan dan Schumache adalah: “Research methods that is, the way one collects and analyzes data were developed for acquiring knowledge by reliable and trustworthy procedures” (Metode penelitian yaitu cara mengumpulkan dan mengolah data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan atau jawaban terhadap permasalahan melalui prosedur yang handal atau dapat dipercaya).37 Sedangkan Enderud 1984 menjelaskan sebagai alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu dan untuk menyelesaikan masalah ilmu ataupun praktis.38 37
Drs. Hadeli, M.A., Metode Penelitian Kependidikan (Ciputat: Quantum Teaching,
2006), h. 2 38
Matheos Nalle, Metode Penelitian Partisipatoris Dan Upaya-Upaya Pemberdayaan, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h. 313
xxxviii 28
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey di objek penelitian. Sedangkan dalam rangka mengumpulkan data yang dibutuhkan, penulis menggunakan metode: 1. Riset kepustakaan (Library research) yaitu menyusun data dari beberapa literature yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas. 2. Penelitian lapangan (Field research) yaitu mengadakan penelitian di PSKW Mulya Jaya Pasar Rebo Jakarta Timur. C. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sebagai berikutu: 1. Obsevasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena.39 Yaitu cara pengumpulan data dengan mengamati langsung obyek penelitian, dengan mengadakan pencatatan data yang berhubungan dengan kegiatan bimbingan agama Islam. Untuk memperoleh data-data yang akurat dan segala yang terkait dengan teknis pelaksanaan bimbingan agama Islam pada Wanita Tuna Susila. 2. Wawancara Wawancara atau interview merupakan alat tukar menukar informasi yang tertua dan banyak digunakan umat manusia dari seluruh zaman.40 Wawancara yang dilakukan dengan kepala Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya untuk mendapatkan data tentang keadaan Instansi yang meliputi keadaan fisik, sarana dan prasarana, tujuan didirikannya panti dan struktur kepengurusan PSKW. 3. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi dimaksudkan sebagai cara untuk memperoleh data dengan jalan mengumpulkan catatan tertentu yang nyata, yang sudah tersedia sebagai sumber penyelidikan.
39 40
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: 1992), Cet. 2 h. 73 Sutrisno Hadi, Metodologi, (Yogyakarta: 1992), Cet. 2 h. 82
xxxix 29
D. Tahap-Tahap Penelitian Tahap-tahap penelitian memberikan gambaran tentang keseluruhan perencanaan, pelaksanaan pengumpulan data, analisis dan penafsiran data (temuan) sampai pada peneulisan laporan. Tahap-tahap penelitian itu ada tiga sebagaimana penulis kutif dalam buku “Metode Penelitian Kualitatif’ karangan Dr. Lexy J. Moleong, M.A. adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pralapangan Ada enam kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini dan ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan tersebut yaitu: a. Menyusun rancangan penelitian b. Memilih lapangan penelitian c. Mengurus perizinan d. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan e. Memilih dan memanfaatkan informasi f. Menyiapkan perlengkapan penelitian g. Etika penelitian lapangan 2. Tahap Kegiatan Lapangan Tahap kegiatan lapangan ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri b. Memasuki lapangan, seperti keakraban hubungan, mempelajari bahasa, dan peranan peneliti. c. Berperan serta sambil mengumpulkan data. 3. Tahap Analisis Data Tahap analisis data ini meliputi tiga pokok persoalan, yaitu: a. Konsep dasar analisis data, maksudnya adalah proses mengatur data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. b. Menemukan tema, maksudnya adalah catatan lapangan yang sudah ada diteliti kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar penelitian. xl 30
c. Menaganalisis data.41
E. Analisa Data Proses analisa data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen (arsip-arsip) dan lain-lain, kemudian data tersebut dibaca, dipelejari dan ditelaah secara cermat. Langkah selanjutnya adalah mengelolah data yang telah terkumpul dengan menguraikan data tersebut ke dalam bahasa yang mudah dipahami dan logis sesuai dengan penelitian yang dibahas, lalu dihubungkan dengan hipotesis-hipotesis untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
41
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999), Cet. Ke-1 h. 86-108
xli 31
BAB IV HASIL PENELITIAN D. Gambaran Umum PSKW Mulya Jaya Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya merupakan unit pelaksana teknis Departemen Sosial RI, yang memberikan pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada wanita tuna susila antara lain: pembinaan fiisik, mental, sosial, mengubah sikap dan tingkah laku, pelatihan keterampilan, resosialisasi dan pembinaan lanjut kepada penyandang masalah tuna susila agar mampu melaksanakan fungsi sosialnya dan mandiri dalam kehidupan bermasyarakat. 1.
Sejarah Berdirinya PSKW Mulya Jaya a. Tahun 1959
:
Berstatus
Pilot
Projek Pusat Pendidikan wanita,
merupakan projek Percontohan Depsos. b. Tahun 1960
: Dibuka Menteri Sosial Bpk. H. Moelyadi Djoyomartono
(Alm) dengan nama “Mulya Jaya” berdasarkan motto tanggal 20 Desember 1960. c. Tahun 1963
: Diresmikan menjadi Panti Pendidikan Wanita (PPW)
Mulya Jaya dengan SK Menteri Sosial RI. No. HUK/4-19/2005 tanggal 1 Juni 1963. d. Tahun 1969
: Disempurnakan menjadi Pusat Pendidikan Pengajaran
Kegunaan Wanita (P3KW). e. Tahun 1979
: Disempurnakan menjadi Panti Rehabilitasi Wanita Tuna
Susila (PRWTS) “Mulya Jaya” dengan SK Menteri Sosial RI. No.41/HUK/Kep./XI/1979 bulan November 1979. xlii 32
f. Tahun 1994
: Detetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Mulya
Jaya (PSKW) dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994. g. Tahun 1995
: Ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.22/HUK/1995 tanggal 24 April 1995.42 2.
Visi dan Misi PSKW Mulya Jaya Agar terarah dan memiliki pedoman dalam pekasanaan rehabiitasi, maka Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya memilki visi dan misi berikut lebih jelasnya: Visi PSKW Mulya Jaya adalah Pelayan dan Rehabilitasi Tuna Susila yang bermutu dan professional. Sedangkan Misinya adalah sebagai berikut: a. Melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan panduan yang telah ada b. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitasi tuna susila. c. Mengembangkan
jaringan
kerjasama
dengan
pihak-pihak
terkait,
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi tuna susila.43 3.
Struktur Organisasi Organisasi yang melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial Tuna Susila minimal mensyaratkan struktur yang mencakup adanya unsur sebagai berikut: a. Pimpinan b. Pelaksana Administrasi c. Pelaksana teknis pelayanan dan rehabilitasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan struktur di bawah ini:
42
Isni Prihantini Noviansjah, Laporan Kuliah Kerja Lapangaan, (Jakarta: 2010), h. 6-
43
Isni, Laporan Kuliah Kerja Lapangaan, (Jakarta: 2010), h. 6
7
xliii 33
Struktur Organisasi Panti Sosial Karya Wanita “Mulya Jaya” Keputusan Menteri Sosial RI. No.59/HUK/2003 Tanggal 29 Juli 200344 KEPALA Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kelompok Jabatan Fungsional
Instalasi Produksi (Shelter Workshop) 4.
Dasar Hukum a. Undang-undang No.6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial. b. UU No.22 tentang Pemerintah daerah. c. Kep. Mensos RI. No. 20/HK/1999 tentang Rehabilitaasi Sosial bekas Penyandang Masalah Tuna Susila. d. Kep. Mensos RI. No. 06/HUK/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial. e. Kep. Mensos RI. No. 59/HUK/2003 tantang Organisasi dan Tata Kerja Panti Sosial di lingkungan Departemen Sosial. f. Kep. Mensos RI. No. 40/HUK/2004 tentang Prosedur Kerja Panti Sosial di Lingkungan Departemen Sosial.45 44
Hasil Wawancara, Kepala PSKW Mulya Jaya, Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si, pada hari Selasa, 30 Juni 2011
xliv 34
5.
Keadaan Klien Sasaran bimbingan adalah wanita tuna susila yang terjaring razia oleh Dinas Satuan Polisi Pamong Prajara (SATPOL PP), kemudian dibawa ke Dinas Sosial/ Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Mulya Jaya. Berikut uraiannya yang lebih lengkap: a. Sasaran Pelayanan 1) Wanita Tuna Susila 2) Wanita korban Traficking yang dipaksa menjadi pelacur
Kapasitas
Tampung : 110 Orang b. Persyaratan Calon Siswa PSKW Mulya Jaya 1) Usia 15 s/d 45 Tahun 2) Sehat jasmani dan rohani atau tidak sakit ingatan 3) Mampu didik dan mampu latih 4) Tidak mengidap penyakit berat dan menular 3) Wajib tinggal di asrama dan mematuhi ketertiban yang berlaku 4) Wajib
mengikuti
bimbingan
mental,
sosial
dan
fisik
serta
keterampilan selama 6 bulan.46 Wanita Tuna Susila yang telah menjadi klien atau peserta didik di Panti Sosial Karya Wanita mendapatkan pelayanan bimbingan sesuai bakat dan keterampilan yang dimiliki klien. Namun bimbingan agam Islam hanya untuk klien yang beragama Islam. Klien terdiri berbagai daerah yang ada di Indonesia. Klien
dibagi beberapa angkatan sesuai dengan tahapan
penangkapan/ razia. Berikut lebih lengkapnya:
45
Direktur Jenderal Pelayan dan Rehabilitasi sosial, Standar Pelayanan Minimal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, (Jakarta: 2007), h 3-4 46 Hasil wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahmah S.Sos.I, Pada hari Senin, 6 juni 2011
xlv 35
Table Klien PSKW Mulya Jaya Angkatan 2010/ 201147
No
Angkatan
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Bogor
Perempuan
32 klien
2
Bekasi
Perempuan
19 klien
3
Subang
Perempuan
19 klien
4
Medan
Perempuan
2 klien
5
Tg. Pinang
Perempuan
1 klien
Jumlah
6.
73 klien
Pembimbing dan Karyawan Pembimbing adalah karyawan dan petugas profesional yang ditunjuk atau ditugaskan untuk membimbing setiap klien. Istilah pembimbing di PSKW ada 2 bagian yaitu, (a) Pembimbing yang selalu mendampingi klien. Klien yang dibimbing sebanyak 1-5 klien, guna mengawasi dan mengontrol aktivitas klien. (b) Pembimbing atau pelatih yang berprofesi pada bidangnya masing-masing guna mengajar materi-materi pada para klien, seperti: bimbingan Mental-Spiritual, Keterampilan, Fisik, Sosial dan Kesehatan.
Tabel Pembimbing Islam di PSKW Mulya Jaya48
No
Nama Pembimbing/ Ustadz
1
Ust. Abdul Rahman, S.Sos.I
2
Ust. Nuhri
47
Hasil Wawancara, Kepala Staff TU, bapak Ali Samanta, MA, pada hari Senin, 13
Juni 2011 48
Hasil Wawancara, Kepala PSKW Mulya Jaya, Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si, pada hari Selasa, 30 Juni 2011
36 xlvi
3
Ustadzah. Yatmi, S.Ag
4
Hj. Kartini Abbas
5
Drs. H. Abu Bakar
Karyawan adalah petugas yang ditugaskan di PSKW yang terdiri dari: PNS Departemen Sosial dan tenaga Honorer. Guna mengawasi dan mengontrol setiap kegiatan baik yang terkait dengan klien maupun yang berhubungan dengan petugas professional/ pembimbing. 7.
Sarana dan Prasarana Pelayanan Untuk mendukung proses pemberian pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang masalah gelandang dan pengemis serta tuna susila. Berikut lebih lengkapnya: a. Gedung Kantor 1) Ruang pimpinan 2) Ruang administrasi dan keuangan 3) Ruang kulsultasi 4) Ruang tamu 5) Ruang pertemuan/ keterampilan b. Asrama 1) Ruang tidur 2) Ruang makan 3) Kamar mandi/ WC 4) Ruang tamu c. Sarana Penunjang 1) Lapangan halaman untuk bimbingan fisik, ruang untuk bimbingan mental dan sosial 2) Ruang pelatihan keterampilan 3) Mushalla untuk bimbingan agama Islam, berikut perangkatnya.49 49
SPM Dit. PRSTS, http://www.depsos.go.id/modules.php?name=News&file=print&sid, Pada Tanggal 15 juli 2011
37 xlvii
E. Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Bimbingan disini yaitu suatu proses pembelajaran dan pengajaran kepada klien atau peserta didik PSKW Mulya Jaya, yang dilakukan secara rutinitas dan terus-menerus dengan cara seksama. Pembelajaran inilah yang disebut dengan bimbingan agama Islam. Pengajaran kadang kala dilakukan dengan cara individu, kelompok, maupun menyeluruh. Klien yang mempunyai keterbatasan daya tangkap, buta huruf, pendidikan rendah dan sebagainya, tentu akan mendapatkan perhatian khusus dari pembimbing, dengan metode pembelajaran secara individu. Adapun pelaksanaan bimbingan agama Islam yang lebih lebih lengkap adalah sebagai berikut: 1.
Perencanaan, Materi, Metode, Media dan Evaluasi Pembelajaran a. Perencanaan Fungsi perencanaan adalah suatu kegiatan membuat tujuan perusahaan dan diikuti dengan membuat berbagai rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan tersebut.50 Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan tidak akan dapat berjalan. Adapun target perencaan dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam ini secara garis besar ada dua yaitu umum dan khusus. Adapun target bimbingan secara umum adalah upaya untuk memulihkan kembali kepercayaan diri, harga diri, kesadaran beragama, tanggung jawab sosial baik terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungannya. Adapun target bimbingan secara khusus adalah siswa diharapkan mampu memahami
50
Organisasi.Org Komunitas dan Perpustakaan Online Indonesia, Fungsi Manajemen : Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, Pengendalian - Belajar di Internet Ilmu Teori Ekonomi Manajeme, http://organisasi.org/fungsi_manajemen_perencanaan_pengorganisasian_pengarahan_pengendalia n_belajar_di_internet_ilmu_teori_ekonomi_manajemen., 3 Juni 2011.
xlviii 38
pentingnya beragama, berakhlak mulia, mampu membaca qur’an/ iqra’ dan mengerjakan shalat lima waktu.51 Upaya pencapaian dan langkah-langkah untuk mencapai target baik umum maupun khusus yaitu adanya pembimbing professional, materi bimbingan yang sesuai dengan kebutuhan klien, pembimbing menggunakan metode yang bervariasi, adanya silabus, tersedianya media yang memadai seperti jadwal bimbingan yang teratur, buku panduan/ modul, alat tulis, alat ibadah seperti mukenah, kerudung, jilbab dan sebagainya, serta adanya evaluasi baik tertulis maupun non tertulis.52 b. Materi Materi bimbingan telah diatur sesuai dengan kebutuhan klien/ peserta didik, tidak seperti di lembaga-lembaga resmi seperti sekolah-sekolah dimana materi telah ditentukan dan ditetapkan diawal sebelum siswa/ peserta didik masuk disekolah tersebut. Hal ini disebabkan banyak faktor, seperti yang telah dikemukan diawal bahwa usia klien terpaud jauh satu dengan yang lainnya. Diantara Materi-materi pokok yang diajarkan kepada klien seperti: wudhu, tayammum, shalat wajib, shalat sunnah, jama’ qasor, aqidah, akhlak, baca iqra/ al-qur’an, imla’ tahlilan, dzikir, praktik-praktik ibadah dan lain sebagainya. c. Metode Adapun metode bimbingan adalah sebagai berikut: 1) Ceramah Metode ceramah digunakan saat menyampaikan materi yang sifatnya sulit untuk melakukan praktik, jumlah klien yang banyak sedangkan guru/ pembimbing hanya seorang. Contoh: pembimbing ingin menyampaikan surat al-Baqarah ayat 183 dan maknanya, maka penyampaian materi tersebut 51
Hasil wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahmah S.Sos.I, Pada hari Senin, 6
52
Hasil Wawancara, Pembimbing Rohani, Hj Kartini Abas, pada hari Selasa, 31 Juni
juni 2011
2011
39 xlix
dengan metode ceramah. Metode ini bertujuan untuk mempermudah dalam menyampaikan materi ke klien/ peserta didik. 2) Tanya jawab Tanya jawab merupakan metode yang menghidupakan suasana antara klien dan pengajar. Metode ini biasa dilakukan diakhir-akhir pembelajaran setelah guru menjelaskan materi secara detail dan untuk menguji apakah klien memahami materi yang sudah disampaikan. Tanya jawab dilakukan diawal pembelajaran untuk mengulang materi-materi yang sudah disampaikan hari sebelumnya dan diakhir pembelajaran untuk menguatkan ingatan klien dalam memahami materi tersebut. Metode ini bertujuan untuk memperkuat ingatan pada materi yang sudah disampaikan. 3) Diskusi Pelaksanaan pengajaran dan pembelajaran menggunakana metode diskusi yaitu pembimbing membentuk kelompok-kelompok kecil lalu pembimbing memberikan topik ke masing-masing kelompok. Kemudian minta masing-masing kelompok mendiskusikan topik tersebut. Metode ini bertujuan agar klien kreatif, inovatif dalam berfikir dan memahami topik yang hendak disampaikan oleh pembimbing. 4) Team quiz Menentukan topik yang dapat dipresentasikan dalam tiga bagian, lalu membagikannya ke klien/ peserta didik yang sudah dibentuk menjadi 3 kelompok. Minta kelompok A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat, lalu kelompok B dan C manfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka. Metode ini untuk bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung jawab klien/ peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan. 5) Poster session Metode presentasi alternatif ini klien diminta untuk memilih salah satu topik yang telah ditentukan dengan materi yang akan dipelajari. Contoh: kitika sedang mempelajari makanan dan minuman yang diharamkan, kemudian klien diperintahkan untuk mendiskripsikan dengan tulisan 40l
bergambar yang terkait dengan topik tersebut. Adapun tujuan metode ini adalah klien diharapakan dapat memahami pelajaran yang guru sampaikan melalui gambar. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu, banyaknya klien berusia lanjut, buta tulis dan buta huruf. d. Media Media pembelajaran merupakan alat penting dalam menyampaikan materi agar materi mudah dipahami dan diamalkan. Media di PSKW Mulya Jaya diantaranya adalah: sound system, whiteboard, spidol, mimbar, bukubuku panduan, laptop dan lain-lain. Media tersebut digunakan pada saat-saat materi tertentu, contohnya ketika pembimbing mengajarkan materi tentang wudhu dan prakteknya mengugunakan metode nonton film, maka dilakukan pemutaran film mengunakan laptop/ VCD, dengan demikian materi yang disampaikan memudahkan klien/peserta didik dalam memahami dan mengikuti. e. Evaluasi pembelajaran Evaluasi pembelajaran ada dua tahap yaitu
1) evaluasi setelah
pembelajaran di kelas, guru melakukan evaluasi untuk melihat apakah klien/ peserta didik telah memahami materi-materi yang sudah disampaikan. 2) evaluasi setelah ujian, guru/ pembimbing agam Islam melakukan evaluasi setelah melihat hasil belajar mengajar, apa yang harus diperbaiki dan apa yang harus dipertahankan. Adapun menurut jenisnya adalah tertulis dan non tertulis, tertulis yaitu dengan memberi soal-soal latihan, dan yang dimaksudkan dengan non tertulis yaitu dengan memperhatikan gerak-gerik serta perubahan klien dari waktu kewaktu. 2.
Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Bimbingan Agama Islam Dalam melaksanakan berbagai macam kegiatan pembinaan atau bimbingan Islam, Panti Sosial Karya Wanita juga menghadapi beberapa kendala, diantaranya adalah: a. Kurangnya sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan proses pengajaran dan bimbingan Islam. Sarana merupakan penunjang belajar yang sangat dominan dengan tidak adanya sarana yang memadai maka 41 li
akan menghambat proses bimbingan, pembimbing yang memiliki suara rendah maka tidak terdengar secara total oleh klien. b. Kurangnya pembimbing ketika pelaksanaan bimbingan berlangsung. Pembimbing yang terkait langsung dalam proses belajar-mengajar hanya satu pembimbing, pembimbing akan kesulitan jika menggunkan metode bimbingan perorangan. c. Usia klien yang bervariasi. Banyaknya klien yang berusia lanjut menjadi satu kendala yang berhubungan dengan pembimbing, usia lanjut tidak lagi bersemangat mengikuti bimbingan disebabkan pendengaran yang lemah, mata kurang bisa melihat tulisan-tulisan yang kecil dan sebagainya. d. Banyaknya klien yang buta huruf. Klien yang latar belakangnya sekolah dasar tapi tidak tamat dan ada juga yang tidak pernah menginjak pendidikan akan merasa sulit dalam mengikuti proses bimbingan, jika harus mengandalkan pendengaran saja. e. Pendidikan klien yang rendah. Klien yang berpendidikan rendah akan sulit mengikuti cara belajar klien yang pendidikannya di atas rata-rata. f. Minimnya kitab dan buku referensi yang dibutuhkan. Bukuan acuan/ panduan harus selalu diperbahurui dan di perbanyak agar menambah daya gedor belajar klien.53 3. Solusi Dalam Perbaikan Bimbingan Agama Islam Sulusi dalam perbaikan bimbingan agama Islam harus segera dilakukan demi tercapainya visi, misi dan tujuan PSKW Mulya Jaya serta tujuan agama Islam. Setelah melihat dan memperhatikan banyaknya kekurangan yang harus diperbaiki, maka kendala-kendala yang harus diperbaiki diantaranya adalah: a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup. Keberadaan sarana dan prasarana akan memudahkan dalam tranformasi materi-materi kepada klien. Adapun sarana dan prasarana sedang dalam proses perbaikan oleh pihak panti itu sendiri.
53
Hasil Wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahman, S.Sos.I, pada hari Senin, 6
juni 2011
42 lii
b. Perlunya penambahan pembimbing dan kerjasama antar pembing dalam pelaksanaa bimbingan berlangsung, dalam hal ini sedang diadakannya evaluasi seluruh pembimbing agama Islam. c. Pembagian kelompok belajar berdasarkan usia, masing-masing kelompok dikontrol oleh satu pembimbing dan dibimbing dengan metode khusus. Dengan adanya pembagian kelas-kelas kecil agar lebih terorganisir dan tertuju materi-materi bimbingan. Adapun pembagian kelompok atau kelas sedang dalam proses evaluasi para pembimbing rohani. d. Mengadakan bimbingan perorangan dan menjadwalkan hari-hari tertentu untuk melakukan bimbingan tersebut. Adapun usaha untuk melakukan bimbingan
perorangan
sudah
berlangsung
akan
tetapi
dalam
pelaksanaannya kurang maksimal. e. Membentuk organisasi-organisasi kecil, siswa yang berpendidikannya di atas rata-rata dapat membantu teman-temanya dalam mengikuti bimbingan agama Islam. Dalam hal ini sudah dalam pelaksanaan akan tetapi belum terorganisir. f. Memperbanyak buku panduan dan referensi yang dibutuhkan. Jika buku panduan lebih banyak tentu akan sangat mendukung kegiatan bimbingan, banyak klien harus sebanding dengan buku panduan. Adapun dengan pengadaan buku panduan bimbingan telah diperbaiki system dan dalam proses pengadaaannya.54
54
Hasil Wawancara, Pembimbing Rohani, Abdul Rahman, S.Sos.I, pada hari Senin, 6
juni 2011
43 liii
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengadakan penelitian di lapangan dan melakukan analisa penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan bimbingan agama Islam di PSKW Mulya meliputi perencaan yang matang, materi, metode, media dan evaluasi belajar. Antusiasme para klien mengikuti kegiatan bimbingan Islam sangat tinggi dan keberadaan program ini sangat di harapakan untuk dipertahankan dan ditingkatkan. Para pembimbing mengajarkan nilai-nilai Islam dan normanorma agama sangat berarti keberadaannya, para pembimbing yang memang berprofesi dalam bidangnya yaitu seorang guru agama, oleh karena itu tidak diragukan lagi skill dan kemampuan mereka. 2. Tidak ada satupun didunia ini yang sempurna, maka dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam juga mempunyai hamabatan-hambatan atau kendala-kendala. Seperti: a.
Kurangnya sarana dan prasarana yang terkait langsung dengan proses pengajaran dan bimbingan Islam.
b.
Kurangnya pembina atau pembimbing ketika pelaksanaan bimbingan berlangsung
c.
Usia klien yang bervariasi.
d.
Banyaknya klien atau siswa bimbingan yang buta huruf.
e.
Pendidikan klien yang rendah.
f.
Minimnya kitab dan buku referensi yang dibutuhkan. liv 44
3. Solusi-solusi yang harus ditempuh adalah sebagai berikut a. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup. b. Perlunya penambahan pembimbing dan kerjasama antar pembimbing dalam pelaksanaa bimbingan berlangsung. c. Pembagian kelompok belajar berdasarkan usia. d. Mengadakan bimbingan perorangan dan menjadwalkan hari-hari tertentu untuk melakukan bimbingan tersebut. e. Membentuk organisasi-organisasi kecil. f. Memperbanyak buku panduan dan referensi yang dibutuhkan.
B. Saran-saran Adapun saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Hendaknya para pembimbing terus meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan metode bimbingan dengan memanfaatkan media-media yang tersedia agar hasil bimbingan lebih dari yang ditargetkan. 2. Hendaknya pihak panti menambah sarana dan prasarana dan memperbaiki alat-alat yang telah rusak agar dapat dimanfaatkan untuk bimbingan. 3. Para karyawan diharapkan lebih kenal dan akrab dengan klien agar segala persoalan dapat diketahui dan untuk diperbaiki. 4. Hendaknya para pejabat mengadakan control dalam pelaksanaan bimbingan berlangsung agar bisa diketahui langsung apa saja yang menjadi kebutuhan serta kekurangan dalam pelaksanaannya.
lv 45
DAFTAR PUSTAKA Depag RI, Al-Qur’an da Terjemahnya, Bandung : Diponegoro Anggota IKAPI, 1995 Lutfi, M, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN SYAHID, 2008 Mu’awanah, Elfi dan Hidayah, Fifa, Bimbingan Konseling Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Hartati, Netty, dkk, Psikologi Dalam Tinjauan Tasawuf Jakarta: UIN Jakarta Pres, 2004 Izzuddin, Taufiq Muhammad, Panduan Lengkap & Praktis Psikologi Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 2006 Sa’adi, Nilai Kesehatan Mental Islam Dalam Kebatinan Kawruh Jiwa Suryomentaram, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2010 Mufid, Ahmad Syafi’I, Zikir Sebagai Pembina Kesehatan Jiwa, Surabaya: Bina Ilmu, 1984 Jaya, Yahya, Spiritualisasi Islam, Jakarta: Ruhama, 1994 Darajat, Zakiyah, Kesehatan Mental, Perannya dalam Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: IAIN, 1984 Prihartini, Nanik, Kepribadian Sehat Menurut Konsep Suryomentaram, Surakarta: UMS Press, 2004 Prayitno, dan Amti, Erman, Dasar-Dasar Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta, 2008 Tohirin, Bimbingan dan Konseling Di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: Rajawali Pers, 2009 S. Margono, Metodelogi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2003 Rasito, Herman, Pengantar Metodelogi Penelitian, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992 Sukardi, Metodelogi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: Bumi Aksara, 2003 lvi 45
Ari Kunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian, (Suatu Pendekatan Praktek), Jakarta: Rineka Cipta, 2002 Nalle,
Matheos,
Metode
Penelitian
Partisipatoris
Dan
Upaya-Upaya
Pemberdayaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003 Soenarjo. R.H.A, ketua, dkk, Al-Qur,an Terjemahnya, Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Pentafsir Al-Qur,an, 1971 Arifin, M, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT BINA AKSARA 1987 Ramayulis, Psikologi Agama Jakarta: Kalam Mulia 2007 Asy-Syaami, Shaleh Ahmad, Berakhlak dan Beradab Mulia Jakarta: Gema Insani 2005 Al-Musawi, Khlil, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda Jakarta: Lentera, 1999 Al-Mansor,
S.
Ansory,
Jalan
Kebahagian
Yang
Diridhai
Jakarta:
RAJAGRAFINDO PERSADA Jalaluddin, Psikologi Agama, Jakarta: Rajawali Pers, 2010 Hadeli, Metode Penelitian Kependidikan, Ciputat: Quantum Teaching, 2006 Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2009 Paduka, Data, Kamus Bahasa Melayu Nusantara, Brunei Darussalam: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2003 Ali, Mohammad Daud, Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005 Uhbiyati, Nur, Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2005 Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus besar Bahasa bIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995 Darajat, Zakiah, dkk, Ilmu Penndidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1991 Asy Syarifin, Khadim al Kharamain, Al-Qur’an dan Terjemah. Mujamma’ Al Malik Fadha Thiba Al Mush-haf Asy-Syarif Madinah Munawwarah Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT. Bina Aksara, 1998 Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosda Karya, 1999
lvii 46
Jenderal, Derektur, Standar Pelayanan Menimal Penanganan Dan Rehabilitasi Sosial Tuna Susila, Jakarta: 2007
47 lviii
lix
UJI REFERENSI
NO
BAB
FOOTNOTE NUMBER
JUDUL BUKU & PENULIS
HALAMAN BUKU
1
I
3
Dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan (konseling) Islam (M. Lutfi)
2
I
4
Al-Qur’an dan Terjemahnya (Depag RI)
224
15-16
26
3
II
2
Bimbingan dan Konseling di sekolah madrasah berbasis integrasi (Tohirin)
4
II
8
Pendidikan agama Islam (Muhammad Daud Ali)
103
5
II
11
Dasar-dasar bimbingan dan konseling (Prayitno)
218
6
II
14
Filsafat Pendidikan Islam (M. Arifin)
5
15
7
II
16
Modul bimbingan spiritual Islam untuk kelayan (Abdul Rahman S.Sos.I)
8
II
19
Pelayanan dan rehabilitasi sosial
21
Metodologi pengajaran agama Islam (Ahmad Tafsir)
9
II
lx
16-17
33-34
10
II
22
Kamus inggris Indonesia (John M. Echols dan Hasan Shadily)
8
2
11
II
26
Standar pelayana menimal penangan dan rehabilitasi sosial tuna susila
12
III
1
Metode penelitian kependidikan (Drs. Hadeli)
13
IV
1
Laporan kuliah kerja lapangan (Isni Prihantini Noviansyah)
5
Hasil wawancara dengan salah satu pembimbing rohani (Abdul Rahman S.Sos.I)
14
IV
220
6-7
Jakarta, 15 Agustus 2011 Penguji
Siti Khadijah, MA NIP: 197007271997032004
lxi
PEDOMAN WAWANCARA Identitas Responden Nama
: Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si
Jabatan
: Kepala PSKW Mulya Jaya
Hari/Tanggal
: Kamis, 30 Juni 2011
Tempat
: PSKW Mulya Jaya
Waktu
: 10.00 WIB
1. Bagaimana sejarah berdirinya PSKW Mulya Jaya, perkembangannya, dan sudah berapakali mengalami pergantian kepala panti? 2. Apa visi dan PSKW Mulya Jaya? 3. Bagaiman dengan keberadaan program pembinaan/ bimbingan agama Islam? 4. Bagaimana dengan sumber daya pembinaan agama Islam di PSKW Mulya Jaya? 5. Bagaiman keadaan sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya?
lxii
BERITA WAWANCARA Identitas Responden Nama
: Drs. Waskito Budi Kusumo, M.Si
Jabatan
: Kepala PSKW Mulya Jaya
Hari/Tanggal
: Kamis, 30 Juni 2011
Tempat
: PSKW Mulya Jaya
Waktu
: 10.00 WIB
1. Bagaimana sejarah berdirinya PSKW Mulya Jaya, perkembangannya, dan sudah berapakali mengalami pergantian kepala panti? Jawaban : Sejarah PSKW Mulya Jaya mengalami beberapa tahapan, berkembang sesuai pada masanya. Berikut lebih rincinya: h. Tahun 1959
:
Berstatus
Pilot
Projek Pusat Pendidikan wanita,
merupakan projek Percontohan Depsos. i. Tahun 1960
: Dibuka Menteri Sosial Bpk. H. Moelyadi Djoyomartono
(Alm) dengan nama “Mulya Jaya” berdasarkan motto tanggal 20 Desember 1960. j. Tahun 1963
: Diresmikan menjadi Panti Pendidikan Wanita (PPW)
Mulya Jaya dengan SK Menteri Sosial RI. No. HUK/4-19/2005 tanggal 1 Juni 1963. k. Tahun 1969
: Disempurnakan menjadi Pusat Pendidikan Pengajaran
Kegunaan Wanita (P3KW). l. Tahun 1979
: Disempurnakan menjadi Panti Rehabilitasi Wanita Tuna
Susila (PRWTS) “Mulya Jaya” dengan SK Menteri Sosial RI. No.41/HUK/Kep./XI/1979 bulan November 1979. m. Tahun 1994
: Detetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita Mulya
Jaya (PSKW) dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.14/HUK/1994 tanggal 23 April 1994. lxiii
n. Tahun 1995
: Ditetapkan menjadi Panti Sosial Karya Wanita (PSKW)
Mulya Jaya dengan keputusan Menteri Sosial RI. No.22/HUK/1995 tanggal 24 April 1995.
2. Apa visi dan misi PSKW Mulya Jaya? Jawaban : Visi PSKW Mulya Jaya adalah Pelayan dan Rehabilitasi Tuna Susila yang bermutu dan professional. Sedangkan Misinya adalah sebagai berikut: d. Melaksanakan Pelayanan dan Rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan panduan yang telah ada e. Mewujudkan keberhasilan pelayanan dan rehabilitasi Tuna Susila sesuai dengan indikator keberhasilan, pelayanan dan rehabilitasi tuna susila. f. Mengembangkan
jaringan
kerjasama
dengan
pihak-pihak
terkait,
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi tuna susila. 3. Bagaiman dengan keberadaan program pembinaan/ bimbingan agama Islam? Jawaban: Keberadaan program bimbingan agama Islam di Pati Sosial Karya Wanita adalah program yang sangat mendukung program-program lainnya. Karena program ini menjadikan klien akan arti kehidupan yang sesungguhnya mana yang hak dan mana yang batil, sehingga klien pun sadar peningnya keterampilan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik, baik dalam meraih rezki Allah swt. 4. Bagaimana dengan sumber daya pembimbing agama Islam di PSKW Mulya Jaya? Jawaban: Sumber daya pembimbing di sini sebenarnya sudah cukup baik, baik segi kuantitas maupun kualitas. sehingga program ini sudah berjalan sesuai dengan harapan panti.
lxiv
5. Bagaiman keadaan sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya dalam mendukung program bimbingan agama Islam? Jawaban: Sarana dan prasarana sudah sangat mendukung seperti: ruang bimbingan (mushalla), whiteboard, soundsistem, buku-buku panduan dan sebagainya
lxv
PEDOMAN WAWANCARA Identitas Resonden Nama
: Abdul Rahman, S.Sos.I
Jabatan
: Pembimbing Agama Islam
Hari/Tanggal
: Senin, 6 Juni 2011
1. Dapatkah bapak menjelaskan program bulanan untuk bimbingan agama Islam di PSKW Mulya Jaya? 2. Apakah dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam melakukan pengembangan silabus? 3. Apakah siswa berantusias dalam proses pembelajaran bimbingan agama Islam? 4. Apakah sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya ini sudah memadai untuk ketercapaian proses bimbingan agama Islam? 5. Metode apa saja yang bapak gunakan dalam proses belajar mengajar agama Islam?
lxvi
BERITA WAWANCARA Identitas Resonden Nama
: Abdul Rahman, S.Sos.I
Jabatan
: Pembimbing Agama Islam
Hari/Tanggal
: Senin, 6 Juni 2011
1. Dapatkah bapak menjelaskan program bulanan untuk bimbingan agama Islam di PSKW Mulya Jaya? Program bulanan bimbingan agama Islam tidak dilakukan setiap bulan, akan tetapi disesuaikan dengan hari-hari besar Islam, seperti isra’ mi’raj, maulid Nabi, nuzulul qur’an dan lain sebagainya. 2. Apakah dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam melakukan pengembangan silabus? Jawaban: Kegiatan bimbingan agama Islam tidak menggunakan silabus seperti lembagalembaga pendidikan lainnya, program ini haya tertuju dengan buku pedoman, adapun pengembangan yang dilakukan hanya pada buku panduan. 3. Apakah klien berantusias dalam proses pembelajaran bimbingan agama Islam? Jawaban: Ya, para klien yang mengikuti kegiatan bimbingan agama Islam sangat berantusias sekali disebabkan kegaiatan ini sangat mendukung kondisi psikolgis mereka dan bisa bermanfaat bagi mereka untuk sehari-hari seperti baca qur’an, shalat lima waktuu dan lain seebagainya. 4. Apakah sarana dan prasarana di PSKW Mulya Jaya ini sudah memadai untuk ketercapaian proses bimbingan agama Islam? Jawaban: Beberapa sarana dan prasaran sudah sangat mendukung kegiatan bimbingan agama Islam seperti: mushalla, soundsistem, buku-buku panduan dan alat-alat shalat, akan tetapi ada beberapa sarana yang harus diperbaiki dan dipenuhi seperti kurangnya lampu sehingga lampu yang redup kurang mendukung lxvii
proses bimbingan, buku panduan yang terbatas yang tidak sebanding dengan jumlah klien yang ada. 5. Metode apa saja yang bapak gunakan dalam proses belajar mengajar agama Islam? Jawaban: Adapun metode yang digunakan adalah ceramah, tanya-jawab, diskusi kelompok, tadabbur alam, konseling/ curhat, renungan/ refleksi diri, praktek dan game/ kuis.
lxviii